pembagian warisan pada keluarga beda agama
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of pembagian warisan pada keluarga beda agama
PEMBAGIAN WARISAN PADA KELUARGA BEDA AGAMA
DI JAKARTA
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Oleh :
Fabian Hutamaswara Susilo
NIM:11140440000017
PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2018 M
iv
ABSTRAK
Fabian Hutamaswara Susilo. 11140440000017. (PEMBAGIAN
WARISAN PADA KELUARGA BEDA AGAMA DI JAKARTA). Skripsi,
Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 1440 H/ 2019 M, hal.VI+81+9
Tujuan penelitian skripsi ini adalah untuk: a) mengetahui praktik
pembagian waris pada keluarga yang didalamnya terdapat perbedaan agama di
Wilayah Jakarta, b) mengetahui analisis hukum Islam dan yurisprudensi terhadap
praktik pembagian waris tersebut. Yang diwawancarai adalah 5 orang mualaf
yang keluarga besarnya non muslim dan 5 orang ahli waris non muslim yang
keluarga besarnya muslim. 10 sampel ini pernah melakukan pembagian warisan
meskipun diantara ahli waris berbeda agama.
Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian kualitatif dengan
pendekatan empiris. Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
sekunder. Data primer berupa hasil wawancara yang dijadikan sampel dalam
penelitian ini. Dari hasil wawancara diketahui setidaknya ada 3 alasan yang
mendasari pembagian waris dengan sistem sama rata tersebut yaitu: menjaga
persaudaraan keluarga agar tidak putus, imbalan dari keluarga karena ahli waris
yang beda agama tadilah yang peduli dan telaten merawat orang tua yang
meninggalkan harta warisan tersebut dan mempersatukan kembali ikatan keluarga
mereka yang sempat renggang karena perbedaan agama. Data sekunder berupa
data yang sudah tersusun dalam buku atau literatur lainnya yang mempunyai
hubungan dengan fokus penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah melalui wawancara dan studi kepustakaan. Analisa data dilakukan dengan
analisis deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: a) 10 sampel dalam penelitian ini
melakukan pembagian warisan dilakukan dengan sistem sama rata antara ahli
waris, tanpa membedakan agama yang dianut, b) praktek diatas dilihat dari aspek
hukum Islam adalah hal yang bertentangan dengan hukum Islam karena menurut
hukum Islam non-muslim tidak menjadi ahli waris dan tidak mendapatkan bagian
dari harta waris pewaris muslim demikian juga sebaliknya berbeda dengan
perspektif yurisprudensi yang tetap memberi bagian non-muslim melalui wasiat
wajibah dari harta peninggalan pewaris muslim.
Kata kunci : Waris, Beda Agama, Jakarta,
Pembimbing : Hotnidah Nasution, M.Ag.
Daftar Pustaka : 1995 – 2015
v
KATA PENGANTAR
Segala puji kehadirat Allah SWT. Tuhan semesta alam, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Pembagian Warisan pada Keluarga Beda Agama di
Jakarta”.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada manusia yang
membawa risalah kebenaran yakni baginda Nabi besar Muhammad Saw.,
keluarga serta para sahabatnya yang mulia yang merupakan panutan bagi seluruh
umat manusia di dunia.
Skripsi ini tidak akan bisa selesai tanpa adanya bantuan bimbingan,
arahan, dukungan, dan kontribusi dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan
setinggi-tingginya kepada:
1. Dr. H. Asep Saepudin Jahar, M.A. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta beserta Wakil
Dekan I, II, dan III Fakultas Syariah dan Hukum.
2. Dr. H. Abdul Halim, M.Ag. Ketua Program Studi Hukum Keluarga UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta;
3. Indra Rahmatullah, S.H.I., M.H. Sekretaris Program Studi Hukum Keluarga
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Hj. Hotnidah Nasution, MA Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak
meluangkan waktunya untuk memberikan pelayanan akademik, memberikan
motivasi, dan memberikan masukan-masukan dalam penyususnan skripsi ini
dari awal hingga akhirnya dapat terselesaikan;
5. Dr. H. Kamarusdiana, MH dosen penasehat Akademik yang telah
memberikan arahan-arahan semasa studi;
6. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah mendidik dan membimbing penulis selama masa perkuliahaan,
vi
yang tidak bisa penulis sebut semuanya tanpa mengurangi rasa hormat
penulis;
7. Yang teristimewa yaitu otang tua Penulis, Khususnya untuk Ayah saya H. P
Susilo Wahyuntoro dan Ibu saya Hj. Rahayu Kusumawardhany dan
keluarga saya tercinta yang banyak memberikan motivasi dan dororngan,
serta bantuan baik secara moral maupun spiritual.
8. Nindya Hasanah, S.Pd yang selalu mensupport dan meluangkan waktunya
dalam memperbaiki karya ilmiah ini.
9. Yang teristimewa yaitu sahabat-sahabat penulis, Dhiya Adliyanto S. H., M.
Arief Perdana S. H., M.Fajar Nur Alam S. H., M. Ridho Elmuadzy S.H.,
dan Ahmad Dzakiyudin Muhtar S. H. yang telah bersedia memberikan
waktu untuk sharing dan membantu memperkaya skripsi yang penulis buat.
10. Seluruh teman-teman mahasiswa Hukum Keluarga angkatan 2014, yang telah
menemani penulis dalam menempuh pendidikan di Program Studi Hukum
Keluarga UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;
11. Seluruh Keluarga HmI Komfaksy 2014 yang memberikan Ilmu Organisasi
dan semangat kepada penulis sampai pada tahap penyusunan skripsi ini;
12. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
semoga Allah membalasnya. Amin.
Penulis menyadari perlu adanya perbaikan dalam skripsi ini, maka dari itu
kritik dan saran yang datang dari para pembaca akan penulis perhatikan dengan
baik. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membacanya khususnya untuk
mahasiswa/i Fakultas Syariah dan Hukum.
Ciputat, 4 Februari 2018
Fabian Hutamaswara
Susilo
vii
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ..............................................................................ii
LEMBAR PERNYATAAN ..............................................................................iii
ABSTRAK .........................................................................................................iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................v
DAFTAR ISI ......................................................................................................vi
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 4
D. Manfaat Penelitian 4
E. Tinjauan (review) Kajian Terdahulu 5
F. Metode Penelitian 5
G. Sistematika Penulisan 7
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
A. Hukum Waris 8
a. Pengertian Hak Warisan 8
b. Dasar Hukum Warisan 10
B. Rukun dan Syarat Warisan 12
a. Rukun Waris 13
b. Syarat Waris 14
C. Rukun dan Syarat Waris 18
D. Syarat Mewarisi 22
E. Sebab-Sebab Mewariskan 23
1. Perkawinan 23
2. Kekerabatan 24
3. Hubungan sebab wala’ 25
4. Hubungan sesama Islam 25
5. Wasiat wajibah 26
viii
F. Perbedaan Agama 27
G. Ahli Waris Non-Muslim Menurut Konsep Fiqih 29
1. Ulama Fiqih 29
2. Menurut Majelis Ulama Indonesia 31
3. Menurut Konsep Hukum Positif 31
4. Menurut Kompilasi Hukum Islam 32
BAB III: DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN
A. Profil Daerah Khusus Ibukota Jakarta 34
B. Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta 36
C. Deskripsi Sampel Penelitian 41
BAB IV: ANALISIS PRAKTEK PEMBAGIAN WARIS BAGI
KELUARGA BEDA AGAMA DI JAKARTA
A. Kasus-kasus Pembagian Waris 47
B. Analisis Praktek Pembagian Waris 48
C. Analisis Pembagian Harta Peninggalan Pewaris 70
D. Analisis Yurisprudensi Pengadilan Agama ............................ 71
1. Putusan Pengadilan Agama No. 0701/Pdt.G/2013/PA.Sky 71
2. Penetapan Pengadilan Agama No. 4/Pdt.P/2013/PA.Bdg 71
3. Putusan Pengadilan Agama No. 3321/Pdt.G/2010/PA.Sby 72
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan 74
B. Rekomendasi 75
DAFTAR PUSTAKA 76
LAMPIRAN 82
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama rahmat yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw untuk
menyelamatkan manusia menggapai jalan yang lurus. Norma-norma abadi
yang dimiliki Islam tersembul keluar sebagai rangkaian peraturan yang disebut
hukum. Hukum tersebut bersifat baku dan diakui oleh “Undang-Undang
Tuhan”[Qanun Illahi]: permanen dan tidak dapat diubah. Qanun Illahi ini,
diundangkan oleh negara atau tidak, ia harus ditegakkan sebagai suatu yang
berwatak “buatan Tuhan”. Namun ada kalanya peraturan-peraturan itu
diintrepetasi dan diformulasikan oleh manusia menjadi hukum manusia
melalui proses legalisasi. 1
Produk-produk hukum yang mengatur tentang Islam sudah banyak, tak
lepas dari Al-Qur’an dan Hadistnya sedangkan di Indonesia produk hukum itu
sendiri adalah kompilasi hukum Islam (KHI) yang dasar pemikirannya adalah
kumpulan-kumpulan pendapat ulama fiqh yang mengatur tentang perkawinan,
waris, wakaf, zakat, dll. Salah satu masalah dalam keluarga yang menyangkut
hak dan kewajiban seseorang yang meninggal adalah hal masalah peninggalan
harta atau waris yang bagaimana pembagian dan takaran seseorang
mendapatkan harta peninggalan leluhurnya masih terjadi konflik di
masyarakat khususnya di negara Indonesia.
Waris adalah salah satu bagian dari hukum perdata seara keseluruhan dan
merupakan bagian terkecil dari hukum kekeluargaan. Hukum waris sangat erat
kaitannya dengan ruang lingkup kehidupan manusia, sebab setiap manusia
pasti akan mengalami peristiwa hukum yang dinamakan kematian. Akibat
hukum yang selanjutnya timbul, dengan terjadinya peristiwa hukum kematian
seseorang, diantaranya ialah masalah bagaimana pengurusan dan kelanjutan
hak-hak dan kewajiban seseorang yang meninggal dunia tersebut.
1 Yayan Sopyan, Islam-Negara, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2011), h. 1
2
Penyelesaian hak-hak dan kewajiban sebagai akibat meninggalnya seseorang,
diatur oleh hukum waris.2
Waris dalam KHI sudah diatur dalam pasal 171 buku II tentang hukum
kewarisan, hukum kewarisan adalah hukum yang mengatur tentang
pemindahan hak pemilihan harta peninggalan (tirkah) pewaris, menentukan
siapa-siapa yang berhak menjadi ahli waris dan berapa bagiannya masing-
masing.3
Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapak dan
kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta
peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut
bahagian yang telah ditetapkan.4
Begitu juga dalam Kompilasi Hukum Islam juga dijabarkan pada pasal
174 tentang kewarisan menurut kelompok-kelompok ahli waris terdiri dari:
a. Menurut hubungan darah:
- Golongan laki-laki terdiri dari: ayah, anak laki-laki, saudara laki-laki,
paman dan kakek
- Golongan perempuan terdiri dari: ibu, anak perempuan, saudara
perempuan dari nenek.
b. Menurut hubungan perkawinan terdiri dari: duda atau janda.5
Maka seseorang yang mempunyai hubungan darah atau hubungan
perkawinan dengan pewaris terhadap orang yang pada saat meninggal
dunia, beragama Islam dan tidak terhalang karena hukum untuk menjadi
ahli waris.6 Merupakan syarat seseorang mendapatkan hak waris dari harta
peninggalan si pewaris. Tetapi di Indonesia banyak sekali gejala-gejala
sosial dalam kewarisan. Karena apapun yang kira-kira kita ketahui adalah
bersifat hipotesis (belandaskan dugaan) dan perbedaan paham antara ahli
2
Eman Suparman, Hukum waris Indonesia, (Bandung: Refika Aditama, 2007), h. 1
3 Tim Redaksi Fokusmedia, Kompilasi Hukum Islam, (Bandung: Fokusmedia, 2007), h.56
4 Kementrian Agama, Al- Qur’an, (Jakarta: Adhi Aksara Abadi Indonesia,2011)
5 Tim Redasi Fokusmedia, Kompilasi Hukum Islam, (Bandung: Fokusmedia, 2007), h. 57
6 Tim Redaksi Fokusmedia, Kompilasi Hukum Islam, (Bandung: Fokusmedia, 2007), h.56
3
dalam bidang ini jauh lebih besar daripada yang biasa ditemui oleh para
ahli hukum dalam lingkungannya. Penyelidikan tentang periode tertua dari
umat manusia ini, dikeruhkan pula oleh ideologi, subjektif dan keyakinan
agama.7 Contoh dalam hak-hak waris anak yang murtad dapat kita ketahui
bahwa seseorang yang telah murtad akan menjadi penghalang dalam hak
kewarisannya.
Rasulullah saw. Bersabda dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu
Badrah, menceritakan bahwa saya telah diutus oleh Rasulullah saw.
kepada sesorang laki-laki yang kawin dengan istri bapaknya. Rasulullah
saw. menyuruh supaya dibunuh laki-laki tersebut dan membagi hartanya
sebagai harta rampasan karena ia murtad.8
Kasus yang penulis temui ini tentang Anak beda agama yang
mendapatkan warisan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta saya menemukan
ada 10 (sepuluh) keluarga yang membagikan hak warisnya kepada yang
berda agama.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merasa tertantang untuk
meneliti bagaimana praktek pembagian waris pada beberapa keluarga yang
berbeda agama di Jakarta. Karena praktek tersebut merupakan hal yang
perlu diperhatikan kebenarannya berdasarkan ketentuan hukum yang
berlaku. Oleh karena itu penulis menetapkan judul dalam skripsi ini adalah
“PEMBAGIAN WARISAN PADA KELUARGA BEDA AGAMA di
JAKARTA.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Keluarga beda agama pada tulisan ini dibatasi pada satu keluarga
yang salah satunya dari anggota keluarga beragama Islam dan tinggal
7 A. Pitlo dan J . E. Kasdrop, Hukum Waris menurut Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata Belanda, (Jakarta: Intermasa, 1994), cet. Ke-4, h. 9
8 M. Idris Ramulyo, Perbandingan Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta: Pedoman Ilmu
Jaya, 1992). h. 115
4
di Daerah Khusus Ibukota Jakarta Timur, Jakarta Barat, Jakarta
Selatan.
2. Perumusan Masalah
a. Bagaimana praktek pembagian waris bagi non muslim dalam
keluarga Islam di Jakarta?
b. Bagaimana analisis hukum Islam dan yurisprudensi pada praktek
pembagian waris non muslim pada keluarga Islam?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui praktek pembagian waris bagi non muslim dalam
keluarga Islam di Jakarta.
2. Untuk memberikan informasi analisis hukum Islam dan yurisprudensi
pada praktek pembagian waris non muslim pada keluarga Islam.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penulisan karya ilmiah yang penulis buat adalah
untuk:
Secara teoritis, penelitian ini memberikan penjelasan yang
mendalam tentang Hukum pembagian warisan untuk anak yang murtad di
Jakarta
1. Secara praktis, memberikan masukan dan memberikan informasi
kepada masyarakat tentang Hukum pembagian hak warisan untuk
anak yang berbeda agama menurut KHI sehingga mengetahui
hukum tersebut.
2. Secara akademis, penelitian ini merupakan syarat untuk meraih
gelar Sarjana Hukum dalam Program Studi Hukum Keluarga
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
E. Tinjauan (review) Kajian Terdahulu
Setelah peneliti melakukan penelusuran terhadap karya ilmiah yang ada,
penulis menemukan beberapa penelitian yang sebelumnya mengangkat
5
pembahasan mengenai hak waris anak beda agama dari sudut pandang yang
berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Penelitian tersebut
antara lain:
1. Skripsi program studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah dan Hukum,
Universitas Islam Negeri yang disusun oleh Rian Wahyu Utomo, NIM
1110044200004 pada tahun 2014 dengan judul “HAK WARIS
ANAK MURTAD (Analisis Putusan Hakim Pengadilan Agama
Jakarta Utara Nomor: 84/Pdt.P/2012/PA.,JU)” dalam penelitian ini
menjelaskan tentang hak waris yang didapatkan oleh anak murtad
dalam putusan yang terdapat pada pengadilan agama Jakarta Utara.
Yang membedakan skripsi terdahulu dengan skripsi penulis adalah
bahwa skripsi terdahulu menggunakan putusan pengadilan agama
sebagai bahan pengambilan data, sedangkan penulis menggunakan
objek secara langsung sebagai sumber penelitian.
2. Skripsi program studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas
Jember yang disusun oleh Andhita Sellasari, NIM 060710191012 pada
tahun 2011 dengan judul “ KEDUDUKAN AHLI WARIS YANG
BEDA AGAMA DENGAN PEWARIS TERHADAP
PEMBAGIAN HARTA WARIS MENURUT KOMPILASI
HUKUM ISLAM” dalam penelitian tersebut menjelaskan tentang hak
waris yang didapatkan ahli waris yang beda agama menurut KHI.
Yang membedakan skripsi penulis dengan skripsi terdahulu adalah
bawha skripsi terdahulu hanya menjelaskan kedudukan ahli waris
menurut kompilasi hukum islam, sedangkan penulis menjelaskan
berbagai sudut pandang seperti berapa besar warisan yang didapatkan,
dan bagaimana hukum Islam dan yurisprudensi pada praktek
pembagian waris non muslim pada keluarga islam.
F. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
Berdasarkan pada tujuan penelitian, jenis penlitian ini merupakan
penelitian eksploratif, maka cara yang dilakukan adalah penelitian yang
6
bersifat penelitian lapangan (field research) yaitu upaya untuk
mengungkapkan secara faktual “Pembagian Warisan pada Keluarga Beda
Agama di Jakarta”
2. Jenis data penelitian
a. Data Primer
Hasil penelitian wawancara dengan ahli waris non muslim dan ahli
waris muslim pada keluarga beda agama.
b. Data Sekunder: Buku-buku, Jurnal, artikel dan sebagaimana yang
berkaitan dengan permasalah yang diangkat dalam penelitian ini.
3. Teknik pengambilan data
a. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mengumpulkan dan menggali
informasi tentang pembagian warisan pada keluarga beda agama di
Jakarta dengan cara Tanya jawab (tatap muka) antara peneliti
dengan informan. Yang bertujuan untuk mendapatkan informasi
secara mendalam. Dalam wawancara penulis menggunakan Teknik
sampling snowball (bola salju) yang berarti sampel diperoleh
melalui proses bergulir dari satu responden ke responden lainnya,
biasanya metode ini digunakan untuk menjelaskan pola-pola social
atau komunikasi (sosiometrik) suatu komunitas tertentu. Penulis
mewawancarai pada informan di Jakarta diantaranya, Sugiarto,
Aprilia Susilowati, Sho Teng Giok Nio, Vinsen Hermawan, Hariadi
Budi Kristetranto, Sangaji Jayeng Prasetya, Gow Can Kong, R.
Moh Wahyudi, Diana Bahri, dan Raden Lis Fatimah.
b. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan (Library Research), yaitu metode yang
digunakan untuk mengumpulkan seerta menganalisa data yang
diperolah dari literatur-literatur yang berkenaan dengan permasalah
yang diangkat dalam penelitian ini.
7
c. Lokasi dan Waktu Penelitian
1) Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis akan meneiliti di Jakarta yang
merupakan Ibukota dari negara ini Indonesia. Penulis mengambil
lokasi ini dikarenakan lokasi tersebut merupakan salah satu lokasi
yang menerapkan sistem pembagian warisan pada keluarga beda
agama, serta penulis memiliki bahasa yang dikuasai dan dipahami
secara baik oleh penulis sehingga akan mempermudah proses
pengamnilan data
2) Waktu Penelitian
Adapun waktu penelitian yang penulis lakukan pada bulan
September 2018.
d. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan yang digunakan dalam skripsi ini
mengacu kepada “Pedoman Penulisan Skripsi” yang diterbitkan oleh
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2017.
G. Sistematika Penulisan
Seluruh hasilpenelitian diatas akan disusun dalam sebuah karya tulis dengan
sistematika:
BAB I Berisi pendahuluan yang meliputi Latar Belakang Masalah,
Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian,
Manfaat penelitian, Metodologi Penelitian, Review Studi
Terdahulu dan Sistematika Penulisan.
BAB II Berisi Tinjauan Umum tentang hak waris keluarga beda agama,
pengertian waris, pengertian beda agama, dasar hukum, serta
warisan yang diperolehnya.
BAB III Menjelaskan tentang uraian deskripsi objek penelitian
BAB IV Berisi tentang analisis praktek pembagian waris pada keluarga
beda agama, analisis hukum Islan dan analasis yurisprudensi.
BAB V Penutup, yang terdiri dari Kesimpulan dan Rekomendasi.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA TENTANG WARIS
A. Hukum Waris
1. Pengertian dan Dasar Hukum Warisan
a. Pengertian Warisan
Secara umum pengertian waris adalah a person who has the legal to
receive the property of someone who dies.1 Menurut pelaksanaan hukum
waris dikalangan umat Islam Indonesia. Hukum waris adalah hukum
yang mengatur peralihan pemilikan harta peninggalan tirkah pewaris,
menetapkan siapa-siapa yang berhak menjadi ahli waris, menentukan
berapa bagiannya, masing-masing ahli waris, dan mengatur kapan waktu
pembagian harta kekayaan pewaris itu dilaksanakan. Sedangkan, dalam
Kompilasi Hukum Islam dinyatakan bahwa Hukum kewarisan adalah
hukum yang mengatur tentang pemindahan hak pemilihan harta
peninggalan (tirkah) pewaris, menentukan siapa siapa yang berhak
menjadi ahli waris dan beberapa bagian.2
Dalam hukum kewarisan tidak lepas dari harta peninggalan dan ahli
waris, karena dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 171 b menyatakan
bahwa pewaris adalah orang pada saat meninggalnya atau yang
dinyatakan meninggal berdasarkan putusan peradilan beragama Islam,
meninggalkan ahli waris dan harta peninggalan.3 Harta peninggalan
dalam bahasa hukum Islam disebut tirkah. Dan dalam pembahasan
skripsi ini akan dipergunakan istilah harta peninggalan, sebab istilah
harta peninggalan sebagai obyek dari keseluruhan sistem kewarisan
1 http://www.merriam-webster.com/dictionary/heir di akses pada 5 Mei 2018 Pukul
12:30. 2 Muchith A Karim, Pelaksanaan Hukum Waris di Kalangan Umat Islam Indonesia,
(Jakarta: Malaho Jaya Abadi Press, 2010), h. 11.
3 Tim Redaksi Fokusmedia, Kompilasi Hukum Islam, (Bandung: Fokusmedia, 2007), h.
56.
9
dalam hukum Islam lebih mudah dikenal dalam bahasa hukum Indonesia.
Yang antara lain harta peninggalan ini sebagai obyek wasiat, karena itu
sejauhmana cakupan dan ruang lingkup dari harta peninggalan tersebut
dalam kontek sistem kewarisan Islam.4 Hukum Waris dalam ajaran Islam
disebut istilah “Faraid”. Kata faraid adalah bentuk jamak dari faridah
yang berasal dari kata fardu yang berarti ketetapan, pemberian
(sedekah).5
Harta peninggalan adalah segala sesuatu benda atau yang bernilai
kebendaan yang dapat dimiliki, yang ditinggalkan oleh orang yang
meninggal dunia yang dibenarkan oleh syara‟ dan dapat diwarisi oleh
para ahli waris. Segala sesuatu benda atau yang bernilai kebendaan harus
diartikan dalam cakupan yang lebih luas yaitu:
1. Kebedaan atau sifat yang bernilai kebendaan, seperti benda tetap,
benda bergerak, piutang orang yang mati yang menjadi tanggungan
orang lain, dan lain sebagainya.
2. Hak-hak kebendaan, seperti hak paten terhadap karya seni, buku,
merek, dan lain sebagainya.
3. Hak-hak diluar kebendaan, seperti hak khiyar, hak syufa‟ah, hak
memanfaatkan barang, dan lain sebagainya.
4. Benda-benda yang bersangkutan dengan hak orang lain, seperti benda
yang sedang digadaikan, benda maskawin yang terhutang, barang
yang dibeli dan telah dibayar tetapi barangnya belum diterima ketika
mati, dan lain sebagainya.6
Untuk mengetahui, siapa-siapa yang memperoleh bagian tertentu itu,
maka perlu diteliti terlebih dahulu ahli-ahli waris yang ditinggalkan.
4 Sidik Tono, Kedudukan Wasiat Dalam Sistem Pembagian Harta Peninggalan, (Jakarta:
Kementrian Agama Republik Indonesia), h. 27
5 Amin Husein Nasution, Hukum Kewarisan, (Jakarta: Pt. Raja Grafindo Persada, 2012),
hlm 49.
6 Sidik Tono, h. 27.
10
Kemudian baru ditetapkan, siapa diantara mereka yang mendapat bagian
dan yang tidak mendapat bagian. Di dalam faraid dibahas hal-hal yang
berkenan dengan warisan (harta peninggalan), ahli waris, ketentuan
bagian ahli waris dan pelaksanaan pembagiannya.7
b. Dasar Hukum Warisan
1) Al-Qur’an
Al- Qur‟an adalah wahyu Allah SWT, yang merupakan mu‟jizat
yang diturunkan kepadan nabi Muhammad SAW, sebagai sumber
hukum dan pedoman hidup bagi pemeluk agama Islam. Pokok-
pokok isi Al-Qur‟an:
a) Tauhid ialah kepercayaan/rukun iman
b) Tuntutan ibadah
c) Janji dan saksi
d) Hukum untuk bermasyarakat atau berhubungan dengan manusia
dan hubungan dengan Allah Swt
e) Sejarah
Hukum kewarisan Islam pada dasarnya bersumber kepada
beberapa ayat Alquran sebagai Firman Tuhan yang diturunkan
kepada Nabi Besar Muhammad Saw dan Hadis Rasul yang terdiri
dari ucapan, perbuatan dan hal-hal yang didiamkan Rasul yang
paling banyak ditemui dasar atau sumber hukum kewarisan itu dalam
surat An-Nisaa‟ di samping surat-surat lainnya sebagai pembantu.8
An-Nisaa ayat 7:
ساء نصيب ما ت رك الوالدان والق ربون للرجال نصيب ما ت رك الوالدان والق ربون وللن
﴾٧النساء:﴿ نصيبا مفروضا ما قل منو أو كث ر
7 M. Ali Hasan, Hukum Warisan Dalam Islam, (Jakarta: Pt Bulan Bintang, 1996), h. 10.
8 M. Idris Ramulyo, Perbandingan Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta: Pedoman Ilmu
Jaya, 1992), h. 4.
11
“Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa
dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari
harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak
menurut bahagian yang telah ditetapkan.”
An-Nisaa ayat 8:
والمساكني فارزقوىم منو وقولوا لم ق ول واليتامىى وإذا حضر القسمة أولو القربى
﴾٨النساء:﴿ روفا مع
“Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan
orang miskin, maka berilah mereka dari harta itu (sekedarnya) dan
ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik.”
An-Nisaa‟ ayat 10:
ا يأكلون ف بطونم نارا يتامىى إن الذين يأكلون أموال ال وسيصلون ظلما إن
﴾١۰النساء:﴿ سعريا
“Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara
zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan
mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).”9
2) Hadist
Hadits Nabi Muhammad yang secara langsung mengatur tentang
kewarisan adalah sebagai berikut.
a. Hadits Nabi dari Abdullah Ibnu Abbas yang diriwayatkan oleh
Imam Bukhari:
الفرائض احلقوا: قال سلم و عليو اهلل صلي النيب عن عنو اهلل رضي عباس ابن عن
(البخاري رواه) ذكر رجل لولئ فهو بقي فما ىلها با
9 M. Idris Ramulyo, Perbandingan Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta: Pedoman Ilmu
Jaya, 1992), h. 74-75.
12
Artinya; “Berikanlah Faraidh (bagian yang ditentukan) itu kepada
yang berhak dan selebihnya berikanlah kepada laki-laki dari
keturunan laki-laki yang terdekat”.10
a. Ijtihad para ulama
Meskipun Al-Qur‟an dan Al-hadits sudah memberikan ketentuan
terperinci mengenai pembagian harta warisan, dalam beberapa hal masih
diperlukan adanya Ijtihad, yaitu terhadap hal-hal yang tidak ditentukan
dalam Al-Qur‟an maupun Al-Hadits. Misalnya mengenai bagian warisan
banci (waria), diberikan kepada siapa harta warisan yang tidak habis
terbagi, bagian ibu apabila hanya bersama-sama dengan ayah dan suami
atau istri dan sebagainya.11
Hadist adalah perkataan nabi Muhammad Saw, perbuatannya dan
keterangannya.
Kedudukan dan keterangannya:
a) Menjelaskan maksud ayat-ayat Alquran
b) Menentukan sebagai hukum yang tidak ada dalam Alquran
3) Ijtihad
Ijtihad artinya sepakat, setuju atau sependapat. Ijithad adalah
menggunakan seluruh kesanggupan untuk menetapkan hukum
Syara‟ dengan jalan menyimpulkan dari Alquran dan Hadits.12
B. Rukun dan Syarat Warisan
Rukun, yaitu bagian dari permasalahan yang menjadi pembahasan,
dan tidak akan sempurna jika salah satu rukun tidak ada misalnya, wali
dalam salah satu Rukun Perkawinan. Apabila perkawinan dilangsungkan
10
Muhibbin dan Abdul Wahid, Hukum Kewarisan Islam: Sebagai Pembaruan Hukum
Positif di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika,2009), h., 12.
11 Muhibbin dan Abdul Wahid, Hukum Kewarisan Islam: Sebagai Pembaruan Hukum
Positif di Indonesia
12 Saifuddin Arief, Hukum Waris Islam, (Jakarta: Darunnajah Production House, 2007), h.
6-7.
13
tanpa wali, perkawinan menjadi kurang sempurna. Dan Adapun yang
menjadi syarat adalah sesuatu yang berada diluar substansi dari
permasalahan yang dibahas, tetapi harus dipenuhi, seperti suci dari hadas
yang merupakan syarat sahnya shalat.13
Walaupun suci itu diluar pekerjaan
shalat, tetapi harus dikerjakan oleh orang yang akan shalat, karena jika dia
shalat tanpa bersuci, shalatnya tidak sah.
a. Rukun Waris
1) Harta Warisan (Mauruts atau Tirkah)
Harta warisan (mauruts) yaitu, harta benda yang
ditinggalkan oleh pewaris yang akan diterima oleh para ahli waris
setelah diambil untuk biaya-biaya perawatan, melunasi utang-utang
dan melaksanakan wasiat si pewaris.14
Dan apa-apa yang
ditinggalkan oleh orang yang meninggal dunia harus diartikan
sedemikian luas agar dapat mencakup kepada:
a) Kebendaan dan sifat-sifat yang mempunyai nilai kebendaan.
b) Hak-hak kebendaan.
c) Benda-benda yang berada ditangan orang lain.
d) Hak-hak yang bukan kebendaan.15
2) Pewaris (Muwarits)
Yaitu orang yang meninggal dunia, baik mati haqiqi mupun
mati hukmy. Mati hukmy ialah suatu kematian yang dinyatakan
oleh putusan hakim atas dasar beberapa sebab, walaupun
sesungguhnya ia belum mati sejati. Berdasarkan Kompilasi Hukum
Islam, Pewaris adalah orang yang pada saat meninggalnya atau
yang dinyatakan meninggal berdasarkan putusan Pengadilan
Agama, meninggalkan harta ahli waris dan harta peninggalan.16
3) Ahli Waris (Warits)
13
Asyhari Abta & Djunaidi Abd. Syakur, Ilmu Waris Al-Faraidh, ( Jakarta: Pustaka
Hikmah Perdana), h., 22. 14
Muhammad Ali Ash-Shabuny, Pembagian Waris Menurut Islam, ( Jakarta: Gema
Insani Press, 1995, Cet. Pertama), h., 39. 15
Mardani, Hukum Kewarisan Islam di Indonesia, (Jakarta: Pt. RajaGrafindo Persada,
2014, Cet. Pertama), h., 29. 16
Halid & Abdul Hakim, Hukum Waris, (Jakarta: Senayan Abadi Publishing, 2004, Cet.
Pertama), h., 27.
14
Yaitu orang yang pada saat meninggal dunia mempunyai
hubungan darah atau hubungan perkawinan dengan pewaris,
beragama Islam dan tidak terhalang karena hukum untuk menjadi
ahli waris17
. Berdasarkan definisi diatas, maka syarat ahli waris
yaitu:
a) Mempunyai hubungan darah dengan pewaris, misalnya anak
kandung, orang tua pewaris, dan seterusnya.
b) Mempunyai hubungan perkawinan (suami/ istri pewaris).
c) Mempunyai hubungan atau agama dengan pewaris.
d) Tidak terhalang untuk mendapatkan warisan, misalnya ia
pembunuh pewaris.18
b. Syarat Waris
Waris mewarisi berfungsi sebagai pergantian kedudukan dalam
memiliki harta benda antara orang yang telah meninggal dunia dengan
orang yang masih hidup yang ditinggalkannya (ahli waris). Oleh
karena itu, waris-mewarisi mewariskan.
1) Orang yang mewariskan (Muwarris) benar telah meninggal dunia
dan dapat dibuktikan secara hukum bahwa ia telah meninggal.
Apabila tidak ada kematian, maka tidak ada pewarisan.19
2) Orang yang mewarisi (ahli waris atau waris) hidup pada saat orang
yang mewariskan meninggal dunia dan bisa dibuktikan secara
hukum. Termasuk dalam pengertian hidup disini adalah:
a) Anak (embrio) yang hidup dalam kandungan ibunya pada saat
orang yang mewariskan meninggal dunia.
b) Orang yang menghilang dan tidak diketahui tentang
kematiannya, dalam hal ini perlu adanya keputusan yang
mengatakan bahwa ia masih hidup.20
17
Muhammad Ali Ash-Shobuny, Pembagian Waris Menurut Islam, (Jakarta: Gema
Insani Press, 1995, Cet. Pertama), h., 39.
18 Mardani, Hukum Kewarisan Islam di Indonesia, (Jakarta: Pt Rajagrafindo Persada,
2015, Cet. Pertama), h., 25. 19
Muhammad Ali Ash-Shabuni, Pembagian Waris Menurut Islam, (Jakarta, Gema Insani
Press, 1995, Cet. Pertama), h., 40.
15
3) Ada hubungan pewarisan antara orang yang mewariskan dengan
orang yang mewarisi yaitu:
a) Hubungan nasab: keturunan, kekerabatan, baik pertalian garis
lurus keatas, seperti ayah, kakek, atau pertalian lurus kebawah
seperti anak, cucu.
b) Hubungan perbudakan (wala): yaitu seseorang berhak
mendapatkan warisan dari bekas budak (hamba) yang telah
dimerdekakanya (dibebaskannya).
c) Karena hubungan agama Islam: yaitu apabila seorang
meninggal dunia tidak meninggalkan orang yang mewarisi,
maka hartanya akan diserahkan kepada baitul mal
(perbendaharaan Negara Islam).21
1. Asas-Asas Hukum Kewarisan Islam
Hukum Kewarisan Islam (Faraidh) adalah salah satu bagian dari
keseluruhan hukum Islam yang mengatur peralihan harta dari orang yang
telah meninggal dunia kepada orang (keluarga) yang masih hidup. Hukum
kewarisan Islam mengandung beberapa Asas yang memperlihatkan bentuk
karakteristik dari hukum kewarisan islam22
antara lain:
a. Asas Ijbari
Asas Ijbari dalam hukum Islam peralihan harta dari orang
yang telah meninggal kepada orang yang masih hidup berlaku
dengan sendirinya tanpa usaha dari yang akan meninggal atau
kehendak yang akan menerima.23
Asas ijbari dalam kewarisan Islam, tidak dalam arti yang
memberatkan ahli waris. Andai kata pewaris mempunyai utang
20
Amin Husein Nasution, Hukum Kewarisan, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2012), h., 71.
21 Amin Husein Nasution, Hukum Kewarisan, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2012),
h., 71. 22
Muchit A. Karim, Problematika Hukum Kewarisan Islam Kontemporer Di Indonesia, (
Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, 2012, Cet. Pertama), h., 100. 23
Amir Syrifuddin, Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta: PrenadaMedia Group, 2011), h.,
21.
16
yang lebih besar daripada warisan yang ditinggalkannya, ahli waris
tidak dibebani membayar semua utang pewaris itu.24
b. Asas Bilateral
Asas Bilateral dalam Hukum Kewarisan Islam yaitu, harta
warisan beralih kepaada atau melalui dua arah. Hal ini berarti
bahwa setiap orang menerima hak kewarisan dari kedua belapihak
garis kerabat, yaitu garis keturunan laki-laki dan garis keturunan
perempuan.25
c. Asas Individual
Yaitu harta warisan dibagi-bagi yang dimiliki secara
perorangan. Masing-masing ahli waris menerima bagiannya secara
tersendiri, tanpa terikat dengan ahli waris yang lain.26
d. Asas keadilan berimbang
Yaitu keseimbangan anatara hak dan kewajiban antara yang
diperoleh dengan keperluan dan kegunaan. Besarnya bagian laki-
laki didasarkan pada kewajiban yang dibebankan kepada laki-laki
(suami/ayah) yang harus membayar mahar dalam perkawinan,
membiayai nafkah kehidupan rumah tangga dan pembiayaan
pendidikan.27
Kitab undang-undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek), terutama
Pasal 528, tentang hak mewaris di-indentikkan dengan hak kebendaan,
sedangkan ketentuan Pasal 584 KUH Perdata menyangkut hak waris sebagai
salah satu cara untuk memperoleh hak kebendaan, oleh karenanya ditempatkan
dalam Buku ke-II KUH Perdata ini menimbulkan pro dan kontra di kalangan
ahli hukum, karena mereka berpendapat bahwa dalam hukum kewarisan tidak
24 Muhibbin dan Abdul Wahid, Hukum Kewarisan Islam: Sebagai Pembaruan Hukum
Positif di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h., 23. 25
Mardani, Hukum Kewarisan Islam di Indonesia, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2015), h., 5. 26
N. M. Wahyu Kuncro, Waris Permasalahan dan Solusinya, (Jakarta: Raih Asa Sukses,
2015, Cet. Pertama), h., 19. 27
N.M. Wahyu Kuncoro, Waris Permasalahan dan Solusinya, (Jakarta: Raih Asa Sukses,
2015, Cet. Pertama), h., 20.
17
hanya tampak sebagai hukum benda saja, tetapi tersangkut beberapa aspek
hukum lainnya, misalnya hukum Perorangan dan Kekeluargaan.28
Menurut staatsblad 1925 nomor 415 jo 447 yang telah diubah
ditambah dan sebagainya terakhir dengan S. 1929 No. 221 Pasal 131 jo Pasal
163, hukum kewarisan yang diatur dalam KUH Perdata tersebut diberlakukan
bagi orang-orang Eropa tersebut.29
Dengan staatsblad 1917 nomor 129 jo
staatsblad 1924 nomor 557 hukum kewarisan dalam KUH Perdata
diberlakukan bagi orang-orang Timur Asing Tionghoa. Dan berdasarkan
staatsblad 1017 nomor 12, tentang penundukan diri terhadap Hukum Eropa,
maka bagi orang-orang Indonesia dimungkinkan pula menggunakan hukum
kewarisan yang tertuang dalam KUH Perdata. Dengan demikian maka KUH
Perdata (Burgerlijk Wetboek) diberlakukan kepada:
1. Orang-orang Eropa dan mereka yang dipersamakan dengan orang Eropa
misalnya: Inggris, Jerman, Prancis, Amerika dan termasuk orang-orang
Jepang;
2. Orang-orang Timur Asing Tionghoa dan
3. Orang Timur Asing lainnya dan orang-orang pribumi menundukkan diri.
Menurut KUH Perdata, ada dua cara untuk mendapatkan warisan,
yaitu:
1. Ahli waris menurut ketentuan undang-undang
2. Karena ditunjuk dalam surat wasiat (testament)
Cara yang pertama dinamakan mewarisi menurut undang-undang atau
“abintestate”, sedangkan cara yang kedua dinamakan mewarisi secara
“testamentair”.30
28
M. Idris Ramulyo, Perbandingan Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta: Pedoman Ilmu
Jaya, 1992), h. 74.
29 M. Idris Ramulyo, Perbandingan Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta: Pedoman Ilmu
Jaya, 1992), h. 75.
30
Ibid. h. 74-75.
18
Terhitung semenjak tahun 1991 berdasarkan instruksi Presiden Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 1991, bangsa Indonesia telah memiliki Kompilasi
Hukum Islam (KHI) yang secara de facto maupun de jure menjadi pegangan
utama umumnya para hakim dalam lingkungan pengadilan agama dalam
menyelesaikan sengketa hukum kewarisan yang diajukan oleh para pencari
keadilan. Hukum kewarisan diatur dalam Buku III Kompilasi Hukum Islam
yang lazim disingkat dengan sebutan KHI.31
Buku II Kompilasi Hukum Islam, yang memuat hukum kewarisan, ini
terdiri atas VI Bab dan 44 Pasal, yakni mulai Pasal 171 sampai 214. Buku II
KHI pada dasarnya mengatur ihwal ketentuan umum (Bab I Pasal 171), ahli
waris (Bab II Pasal 172-175), besarnya bagian [masing-masing ahli waris]
(Bab III Pasal 176-191), auld dan rad (Bab IV Pasal 192-193), wasiat (Bab V
Pasal 194-209), dan hibah (Bab VI Pasal 210-214).32
C. Rukun dan Syarat Waris
1. Rukun dan Syarat Waris
a. Hak-hak yang dapat dikeluarkan sebelum harta waris dibagikan kepada
ahli waris.
Ada beberapa hal yang berkaitan dengan pembagian waris yang
harus dipenuhi secara tertib, sehingga apabila hak yang pertama atau
yang kedua menghabiskan semua harta waris maka tidak ada lagi
pindah kepada hak-hak yang lain. Sebelum harta peninggalan dibagi-
bagikan, terlebuh dahulu sebagai yang utama dari harta peninggalan itu
harus diambil hak-hak yang segera dikeluarkan untuk kepentingan-
kepentingan berikut.
1) Tahjiz atau biaya penyelenggaraan Jenazah
31
Muhammad Amin Suma, Keadilan Hukum Waris Islam, (Jakarta: raja Grafindo
Persada, 2013), h. 99.
32 Muhammad Amin Suma, h. 100.
19
Tahjiz adalah sesuatu yang diperlukan oleh seseorang yang
meninggal dunia mulai dari wafat sampai kepada penguburannya.33
Para ahli hukum Islam berpendapat bahwa biaya yang diperlukan
untuk hal tersebut diatas dikerluarkan dari harta peninggalan
menurut ukuran yang wajar.34
2) Melunasi Hutang
Utang merupakan sesuatu yang harus dibayar oleh orang yang
meninggal, apabila si mayit mempunyai hutang atau tanggungan
belum di bayar ketika masih hidup di dunianya, baik yang berkaitan
dengan sesama manusia maupun kepada Allah Swt yang wajib
diambilkan dari harta peninggalannya setelah diambil keperluan
tahjiz.
Para ulama mengklarifikasikan utang kepada dua macam yaitu:
a. Utang kepada sesama manusia, disebut dai al-„ibad
b. Utang Kepada Allah, disebut dain Allah.35
Pada prinsipnya bahwa pelunasan utang pewaris harus bersumber
dari kekayaan pewaris. Akan tetapi apabila utangnya melampaui
jumlah harta pusakanya, maka pelunasannya menurut Al-Qur‟an
harus melalui zakat.36
Dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 175
ayat 1, kewajiban ahli waris terhadap pewaris adalah:
a. Mengurus dan menyelesaikan sampai pemakaman jenazah selesai
b. Menyelesaikan baik hutang-hutang berupa pengobatan,
perawatan, termasuk kewajiban pewarris maupun penagih
piutang.
33
Moh. Muhibbin dan Abdul Wahid, Hukum Kewarisan Islam sebagai pembaharuan
Hukum Positif di Indonesia, (Jakarta, Sinar Grafika, 2011), h. 51.
34 Suhrawardi K. Lubis dan Komis Simanjuntak, Hukum Waris Islam(Lengkap dan
Praktis), (Jakarta, Sinar Grafika, 1995), h. 40. 35
Ahmad Rofiq, Hukum Mawaris, (Jakarta Utara, PT Raja Grafindo Persada, 1995), h.
38. 36
Ali Parman, Kewarisan Dalam Al- Qur‟an, (Jakarta Utara, PT Raja Grafindo Persada,
1995), h. 98.
20
c. Menyelesaikan wasiat pewaris
d. Membagi harta warisan diantara ahli waris yang berhak.
Sedangkan dalam Pasal 175 ayat 2, tanggung jawab ahli waris
terhadap hutang atau kewajiban pewaris hanya terbatas pada jumlah
atau nilai harta peninggalnnya.
3) Melaksankan atau Membayar Wasiat
Wasiat ialah pesan seseorang untuk memberikan sesuatu kepada
orang lain setelah ia meninggal dunia.37
The Islamic will is called al-wassiya, a will is a transaction which
comes into operation after the testator‟s death. The will is executed
after payment of funeral expenses and any outstanding debts. The
one who makes a will (wassiya) is called a testator (al-musi), the one
on whose behalf will is made is generally referred to as a legatee (al-
musa lahu). Technically speaking the term “testatee” is perhaps a
more accurate translation of al-musa lahu.38
Rukun Mewaris adalah sesuatu yang harus ada untuk mewujudkan
bagian harta waris dimana bagian harta waris tidak akan ditemukakan bila
tidak ada rukun-rukunnya.39
Ada tiga unsur yang perlu diperhatikan dalam
waris-mewarisi, tiap-tiap unsur tersebut harus memenuhi berbagai
persyaratan. Unsur-unsur ini dalam kitab fiqh dinamakan rukun, dan
persyaratan itu dinamakan syarat untuk tiap-tiap rukun.40
Sehubungan
dengan pembahasan hukum waris, yang menjadi rukun waris-mewarisi ada
3 (tiga), yaitu sebagai berikut.
37
Moh. Muhibbin dan Abdul Wahid, Hukum Kewarisan Islam sebagai pembaharuan
Hukum Positif di Indonesia, (Jakarta, Sinar Grafika, 2011), h. 55
38 http://www.islam101.com/sociology/wills.htm, di akses pada 7 Mei 2018 Pukul 10.00.
39 Komite Fakultas Syariah Universitas Al-Azhar, Mesir, Hukum Waris, (Jakarta Selatan,
Senayan Abadi Publishing 2004), h. 27.
40 M. Ali Hasan, Hukum Warisan dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), h. 15.
21
1. Harta Peninggalan (mauruts) ialah harta benda yang ditinggalkan oleh si
mayit yang akan dipusakai atau dibagi oleh para ahli waris setelah
diambil untuk biaya-biaya perawatan, melunasi utang dan melaksankan
wasiat. Harta peninggalan dalam kitab fiqh biasa disebut tirkah yaitu apa-
apa yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal dunia.
2. Pewaris atau orang yang meninggalkan harta waris (muawarrits) adalah
orang yang meninggal dunia dan meninggalkan harta waris. Di dalam
kamus Indonesia disebut dengan istilah “pewaris”, sedangkan dalah kitab
fiqh disebut muwarist.41
Bagi muwarist berlaku ketentuan bahwa harta yang ditinggalkan
miliknya dengan sempurna, dan ia benar-benar telah meninggal dunia,
baik menurut fiqh kenyataan maupun menurut hukum. Kematian
muwarist menurut para ulama fiqh dibedakan menjadi 3 macam, yakni:
a. Mati haqiqy (sejati) ialah hilangnya nyawa seseorang yang semula
nyawa itu sudah berwujud padanya. Kematian ini dapat disaksikan
oleh panca indra dan dapat dibuktikan dengan alat pembuktian.
b. Mati hukmy, ialah suatu kematian yang disebabkan oleh adanya vonis
hakim, baik pada hakikatnya, seeorang benar-benar masih hidup.
Vonis ini dijatuhkan terhadap orang murtad yang melarikan diri dan
bergabung dengan musuh, vonis mengharuskan demikian karena
menurut syariat selama tiga hari dia tiada bertaubat, harus dibunuh.
Demikian juga vonis kematian terhadap maqdud, yaitu orang yang
tidak diketahui kabar beritanya, tidak dikenal domisilinya dan tidak
diketahui hidup dan matinya. Jika hakim telah menjatuhkan vonis mati
terhadap dua jenis orang tersebut maka berlakunya kematian sejak
tanggal yang termuat dalam vonis hakim, walaupun larinya si murtad
atau kepergiannya si mafqud sudah 15 tahun sebelum vonis, dan harta
41 M. Ali Hasan, h.15.
22
peninggalannya baru dapat diwarisi oleh ahli warisnya sejal tanggal
yang termuat dalam vonis itu.
c. Mati taqdiry ialah kematian yang bukan haqiqy dan bukan hukmy,
tetapi semata-mata hanya berdasarkan dugaan keras. Misalnya
kematian seorang bayu yang baru dilahirkan akibat terjadi pemukulan
terhadap perut ibunya atau pemaksaan agar ibunya minum racun.
Kematian tersebut hanya semata-mata berdasarkan dugaan keras,
dapat juga disebabkan oleh yang lain, namun kuatnya perkiraan atas
akibat perbuatan semacam itu.
3. Ahli waris (waarist) adalah orang yang akan mewarisi harta peninggalan
si muwarrits lantaran mempunyai sebab-sebab untuk mewarisi.
Pengertian ahli waris disini adalah orang yang mendapat harta waris,
karena memang haknya dari lingkungan keluarga pewaris. Namun, tidak
semua keluarga dari pewaris dinamakan (termasuk) ahli waris. Demikian
pula orang yang berhak menerima (mendapat) harta waris mungkin saja
diluar ahli waris.42
Dalam Alquran Surah An- Nisaa‟ ayat 8, Allah Swt
berfirman:
والمساكني فارزقوىم منو وقولوا لم ق ول معروفا واليتامىى وإذا حضر القسمة أولو القربى
﴾٨النساء:﴿
“Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang
miskin, maka berilah mereka dari harta itu (sekedarnya) dan ucapkanlah
kepada mereka perkataan yang baik.”
D. Syarat Mewarisi
Waris-mewarisi berfungsi sebagai pengganti kedudukan dalam memiliki
harta benda antara orang yang telah meninggal dunia dengan orang yang masih
42
M. Ali Hasan, Hukum Warisan dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), h. 15.
23
hidup yang ditinggalkannya (ahli waris). Oleh karena itu,waris mewarisi
memerlukan syarat-syarat tertentu, yakni:
1. Orang-orang yang mewariskan (muwarrits) sudah meninggal.
2. Orang yang menerima warisan (ahli waris) masih hidup.
3. Tidak ada penghalang.43
Para ahli waris yang benar-benar masih hidup disaat kematian muwarrits,
baik matinya itu secara haqiqy, hukmy, ataupun taqdiryi berhak mewarisi harta
peninggalannya. Dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 173 dijelaskan, seorang
terhalang menjadi ahli waris apabila dengan putusan hakim yang telah
mempunyai kekuatan hukum yang tetap dihukum karena:
a. Dipersalahkan telah membunuh atau mencoba membunuh atau menganiaya
berat para pewaris.
b. Dipersalahkan secara memfitnah telah mengajukan pengaduan bahwa
pewaris telah melakukan suatu kejahatan yang diancam dengan hukuman 5
tahun penjara atau hukuman yang lebih berat.
E. Sebab-sebab Mewariskan
Apabila dianalisa ketentuan hukum waris Islam, yang menjadi sebab
seseorang itu mendapat warisan dari si mayut (ahli waris) dapat
diklarifikasikan sebagai berikut:44
1. Perkawinan
Seseorang dapat memperoleh harta warisan (menjadi ahli waris)
disebabkan adanya hubungan perkawinan antar si mayit dengan seseorang
tersebut, yang termasuk dalam klarifikasi ini adalah suami atau istri dari si
mayit.45
43
M. Ali Hasan, Hukum Warisan dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), h. 15.
44Suhawardi K. Lubis dan Komis Simanjuntak, Hukum Waris Islam (Lengkap dan
Praktis), (Jakarta, Sinar Grafika, 1995), h. 53.
45 Suhawardi K. Lubis dan Komis Simanjuntak, Hukum Waris Islam (Lengkap dan
Praktis), (Jakarta, Sinar Grafika, 1995), h. 53.
24
Perkawinan yang menjadi sebab timbulnya hubungan kewarisan antara
suami dengan istri didasarkan pada dua syarat:
a. Perkawinan sah menurut Syariat Islam
Artinya, syariat dan rukun perkawinan itu terpenuhi, atau antara
keduanya telah berlangsung akad nikah yang sah, yaitu nikah yang
telah dilaksanakan dan telah memenuhi rukun dan syarat pernikahan
serta terlepas dari semua halangan pernikahan walaupun belum
kumpul (hubungan kelamin). Ketentuan ini berlandaskan pada
keumuman ayat tentang mewarisi dan tindakan Rasullullah SAW.
Yang telah memberikan keputusan hukum tentang kewarisan terhadap
seorang suami yang sudah melakukan akad nikah, tetapi belum
melaksanakan persetubuhan dan belum menetapkan maskawinnya.46
b. Perkawinan Masih Utuh
Sesuatu perkawinan dianggap masih utuh ialah apabila perkawina
ity telah diputuskan dengan talak raj‟i bagi seseoran gistri belum
selesai. Perkawinan tersebut dianggap masih utuh, karena di saat iddah
masih berjala, suami masih mempunyai hak penuh untuk menuju‟
kembali bekas istrinya yang masih menjalankan iddah baik dengan
perkataan maupun dengan perbuatan, tanpa memerlukan kerelaan istri,
membayar maskawin baru, menghadirkan 2 orang saksi serta seorang
wali.47
2. Kekerabatan
Salah satu sebab beralihnya harta, seseorang yang telah meninggal
dunia kepada yang masih hidup adalah adanya yang disebabkan oleh
kelahiran. Heris referred to as primary heirs are always entitled to ashare
of the inheritance, they are never totally excluded. These primary heirs
consist of the spouse relict, both parents, the son and the daughter. All the
remaining heir can be totally excluded by the presence of other heirs. But
46 Fathur Rahman, Ilmu Waris, (Bandung, PT Alma‟arif, 1971), h. 17.
47 Fathur Rahman, h. 17.
25
under certain circumstances, other heirs can also inherit as residuaries,
namely the father, paternal grandfather, daughter, agnatic granddaughter,
full sister, consanguine sister and mother.48
Ditinjau dari garis yang menghubungkan nasab antara yang mewariskan
dengan yang mewarisi, dapat digolongkan dalam tiga golongan yaitu
sebagai berikut:
a. Furu‟, yaitu anak turun (cabang) dari si mayit.
b. Ushul, yaitu leluhur (pokok atau asli) yang menyebabkan adanya si
mayit.
c. Hawasyi‟, yaitu keluarga yang dihubungkan dengan si meninggal
dunia melalui garis menyamping, seperti saudara, paman, bibi, dan
anak turunannya dengan tidak membeda-bedakan laki-laki atau
perempuan.49
3. Hubungan sebab Wala‟
Wala‟ adalah wala‟-nya seorang budak yang dimerdekakan yaitu ikatan
antara dirinya dengan orang yang memerdekakannya dan ahli warisnya
yang mewarisi dengan bagian „ashobah dengan debab dirinya (ashobah bin
nafsi) seperti ikatan antara orang tua dengan anaknya,baik dimerdekakan
secara sukarelah atau karena wajib seperti karena nadzar atau zakat atau
kafarah berdasarkan keumuman sabda nabi.50
4. Hubungan sesama Islam
Hubungan Islam yang dimaksud disini terjadi apabila seseorang yang
meninggal dunia tidak memiliki ahli waris, maka harta warisannya itu
diserahkan kepada perbendaharaan umum atau yang disebut Baitul Maal
48
http://en.wikipedia.org/wiki/Islamic_inheritance_jurisprudence, diakses Pada tanggal 7
Mei 2018 Pukul 11.00.
49 Fathur Rahman, Ilmu Waris, (Bandung, PT Alma‟arif, 1971), h. 17.
50 Asy- Syaikh Muhammad bin Shaleh Al-Utsaimin, Ilmu Waris, (Tegal, Ash-Shaf,
2007), h. 27.
26
yang akan digunakan oleh umat Islam. Dengan demikian, harta orang
Islam yang tidak mempunyai ahli waris itu diwarisi oleh umat Islam.
Menurut Kompilasi Hukum Islam dalam Pasal 174 yakni.
Kelompok-kelompok ahli waris terdiri dari:
a. Menurut hubungan darah
1) Golongan laki-laki terdiri dari: ayah, anak laki-laki, saudara laki-
laki. Paman, dan kakek
2) Golongan perempuan terdiri dari: ibu, anak perempuan, saudara
perempuan dan nenek.
b. Menurut hubungan perkawinan terdiri dari: duda dan janda
Apabila semua ahli waris ada, maka yang berhak mendapat warisan
hanya: anak, ayah, ibu, janda atau duda.51
5. Wasiat Wajibah
Tidak ada definisi secara formal mengenai wasiat wajibah dalam
sistem hukum Islam di Indonesia. Wasiat wajibah secara tersirat
mengandung unsur-unsur yang dinyatakan dalam Pasal 209 Kompilasi
Hukum Islam, yaitu:
a. Subjek hukumnya adalah anak angkat terhadap orang tua angkat atau
sebaliknya, orang tua angkat terhadap anak angkat.
b. Tidak diberikan atau dinyatakan oleh pewaris kepada penerima wasiat
akan tetap dilakukan oleh negara.
c. Bagian penerima wasiat adalah sebanyak-banyaknya atau tidak boleh
melebihi 1/3 (satu pertiga) dari harta peninggalan pewaris.
Wasiat wajibah dalam Pasal 209 Kompilasi Hukum Islam timbul
untuk menyelesaikan permasalahkan antara pewaris dengan anak
angkatnya dan sebaliknya anak angkat selalu pewaris dengan orang tua
angkatnya.52
Di negara Islam di daerah Afrika seperti Mesir, Tunisia,
51
http://marieotedja.blogspot.com/2013/04/wasiat-wajibah-dalam-hukum-kewarisan.html.
diakses Pada tanggal 7 Mei 2018 Pukul 08.00. 52
http://marieotedja.blogspot.com/2013/04/wasiat-wajibah-dalam-hukum-kewarisan.html.
Diakses pada tanggal 7 Mei 2018
27
Maroko dan Suriah, lembaga wasiat wajibah dipergunakan untuk
menyelesaikan permasalahan kewarisan antara pewaris dengan cucu/cucu-
cucunya dari anak/anak-anak pewaris yang meninggal terlebih dahulu
dibanding pewaris. Lembaga wasiat wajibah di daerah tersebut digunakan
oleh negara untuk mengakomodir lembaga mawali atau pergantian
tempat.53
F. Perbedaan Agama
Maksud dari perbedaan agama adalah antara yang beragama Islam dan yang
bukan beragama Islam (non muslim). Dasar hukum berbeda agama sebagai
pengahalang saling mewarisi adalah hadis riwayat al-Bukhari dan Muslim.
اليرث المسلم الكافر وال يرث الكافر المسلمعه اسامة به زيد ان النبي صلي هللا عليه وسلم قال
Artinya: “Dari Ibn Abbas r.a bahwa Rasulullah saw bersabda: orang Islam tidak
berhak mewarisi harta orang kafir dan orang kafir tidak berhak mewarisi harta
orang Islam. (HR al-Bukhari).
Perbedaan Agama seorang muslim tidak dapat mewarisi ataupun diwarisi oleh
orang non muslim, apa pun agamanya. Hal ini telah ditegaskan Rasulullah saw.
Dalam sabdanya: “Tidaklah berhak seorang muslim mewarisi orang kafir, dan
tidak pula orang kafir mewarisi muslim.” (Bukhari dan Muslim).54
Dari redaksi
dan apa yang ditetapkan hadist tersebut, maka hadist ini merupakan bagian dari
hukum wad‟i, artinya ketentuan syariat dalam bentuk menetapkan sesuatu sebagai
sebab, syarat atau man‟i.55
Akan tetapi pada hadist ini termasuk ke dalam kategori
man‟i yaitu sesuatu yang ditetapkan syariat sebagai penghalang bagi adanya
hukum.56
Jadi dalam hadist ini menerangkan bahwa perbedaan agama (non
muslim) adalah penghalang untuk saling mewarisi. Jumhur ulama berpendapat
53
http://marieotedja.blogspot.com/2013/04/wasiat-wajibah-dalam-hukum-kewarisan.html.
Diakses pada tanggal 7 Mei 2018
54 Abu adillah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari, juz IV,
h.166. 55
Satria Effendi, M. Zein, Ushul Fiqh,cet.2, (Jakarta: Kencana,2008),h.61. 56
Satria Effendi, M. Zein, Ushul Fiqh,cet.2,h.61.
28
demikian, termasuk keempat imam mujtahid. Hal ini berbeda dengan pendapat
sebagian ulama yang mengaku bersandar pada pendapat Mu‟adz bin Jabal r.a
yang mengatakan bahwa seorang muslim boleh mewarisi orang kafir, tetapi tidak
boleh mewariskan kepada orang kafir. Alasan mereka adalah bahwa Islam ya‟lu
walaayu‟la „alaihi (unggul, tidak ada yang mengunggulinya). Sebagian ulama ada
yang menambahkan satu hal lagi sebagai penggugur hak mewarisi, yakni murtad.
Dalam hal ini ulama membuat kesepakatan bahwa murtad termasuk dalam
kategori perbedaan agama, karenanya orang murtad tidak dapat mewarisi orang
Islam.57
Sebab persaudaraan dalam agama Islam merupakan hubungan paling kuat
diantara kaum muslimin.58
c. Perbudakan (penghambaan)
Mayoritas ulama sepakat bahwa seorang budak terhalang untuk menerima
warisan karena ia dianggap tidak cakap melakukan perbuatan hukum. Allah swt
berfirman: Qur‟an An Nahl
Artinya: “Allah membuat perumpamaan dengan seorang hamba sahaya yang
dimiliki yang tidak dapat bertindak terhadap sesuatupun dan seorang yang Kami
beri rizki yang baik dari Kami, lalu Dia menafkahkan sebagian dari rezeki itu
secara sembunyi dan secara terang-terangan, Adakah mereka itu sama? Segala
puji hanya bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tiada mengetahui”. (Q.S al-
Nahl (16): 75)
Ahmad Muhammad al-Jurjawy mengemukakan bahwa budak itu tidak dapat
mewarisi harta peninggalan tuannya apabila tuannya itu meninggal. Karena budak
itu sendiri statusnya sebagai “harta” milik tuannya.59
Sebagai harta tentu tidak
bisa memiliki melainkan dimiliki dan yang memilih hanyalah yang berstatus
sebagai tuannya.60
57
Riana Kesuma Ayu, Penghalang Mewarisi, artikel diakses pada 27 Agustus 2018 dari http://rianan-kesuma–ayu.com/penghalang-mewarisi.
58 Syekh Ali Ahmad al-Jarjawi, Indahnya Syariat Islam, cet.1, (Jakarta: Gema Insani Press,
2006),h.724. 59
A. Sukris Samadi, Transendensi Keadilan Hukum Waris Islam Transformatif. Cet.1, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997), h.31.
60 Rofiq, Fiqh Mawaris, h.32.
29
G. Ahli waris Non Muslim Menurut Konsep Fiqih
1. Ulama Fiqih
Seperti yang telah penulis paparkan di atas, hal-hal yang dapat
menghalangi seseorang untuk menerima warisan ada tiga yaitu pembunuhan,
perbedaan agama (non muslim), perbudakan (penghambaan). Namun menurut
penulis agar tidak keluar dari apa yang akan dibahas, penulis membatasinya
dengan hanya membahas salah satu dari penghalang menerima warisan yaitu,
perbedaan agama atau non muslim.
Maksud dari perbadaan agama adalah antara orang yang beragama Islam dan yang
bukan beragama Islam (non muslim).
Mayoritas ulama berpendapat bahwa sepanjang ada perbedaan agama antara
muwaris dan ahli warisnya, antara muslim dan non muslim maka mereka
terhalang untuk dapat saling mewarisi.61
Dasar hukum berbeda agama sebagai penghalang saling mewarisi adalah hadis
riwayat al-Bukhari dan Muslim.
النيب صلي اهلل عليو وسلم قال ليرث املسلم الكافر ول يرث الكافر املسلم عن اسامة بن زيد ان
Artinya: “Dari Ibn Abbas r.a bahwa Rasulullah saw bersabda: orang Islam tidak
berhak mewarisi harta orang kafir dan orang kafir tidak mewarisi harta orang
Islam. (HR. al-Bukhari) 62
Dan Surat an-Nisa ayat 141:
ن إ و م ك ع م ن ك ن م ل أ وا ل ا ق له ل ا ن م ح ت ف م ك ل ن ا ن ك إ ف م ك ب ون ربص ت ي ن ي لذ ا
ن ي ن ؤم م ل ا ن م م ك ع ن م ون م ك ي ل ع وذ ح ت س ن م ل أ وا ل ا ق ب ي ص ن ن ري ف ا ك ل ل ن ا ك
61
Ahmad Rofiq, Fiqh Mawaris, cet.II, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 1995), h.144. 62
Abi abdilllah Muhammad ibn Ismail Ibn Ibrahum al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari,
(Beirut: Daarul al-ahya al-arabiyah, ttt.,), jus IV, h.166.
30
ن ي ن ؤم م ل ا ى ل ع ن ري ف ا ك ل ل له ل ا ل ع ج ي ن ول ة م ا ي ق ل ا وم ي م ك ن ي ب م ك ح ي له ل ا ف
ال ي ب س
Artinya: “Dan Allah sekali kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang
kafir untuk menguasai orang-orang yang beriman”.
Perbedaan Agama seorang muslim tidak dapat mewarisi maupun diwarisi oleh
orang non muslim, apa pun agamanya. Hal ini telah ditegaskan Rasulullah saw,
dalam sabdanya: “Tidaklah berhak seorang muslim mewarisi orang kafir, dan
tidak pula orang kafir mewarisi muslim.” (Bukhari dan Muslim) Jumhur ulama
berpendapat demikian, termasuk keempat imam mujtahid. Hal ini berbeda dengan
pendapat sebagian ulama yang mengaku bersandar pada pendapat Mu‟adz bin
Jabal r.a yang mengatakan bahwa seorang muslim boleh mewarisi orang kafir,
tetapi tidak boleh mewariskan kepada orang kafir. Alasan mereka adalah bahwa
Islam ya‟lu walaayu‟la „alaihi (unggul, tidak ada yang mengunggulinya).
Sebagian ulama ada yang menambahkan satu hal lagi sebagai penggugur hak
mewarisi, yakni murtad. Orang yang telah keluar dari Islam dinyatakan sebagai
orang murtad. Dalam hal ini ulama membuat kesepakatan bahwa murtad termasuk
dalam kategori perbedaan agama, karenanya orang murtad tidak dapat mewarisi
orang Islam.63
Sebab persaudaraan dalam agama Islam merupakan hubungan
paling kuat diantara kaum muslimin.64
Imamiyah juga menetapkan bahwa perbedaan agama menghalangi atau non-
muslim dan orang yang murtad untuk mewarisi dari muslim. Menurut Imamiyah
ada tiga masalah:
a. Non muslim tidak mewarisi muslim.
b. Muslim mewarisi non muslim. Atas dasari ini Mu‟awiyah bin Abi Sofyan
memerintahkan para hakimnya untuk memberikan hak waris bagi Muslim
dari non-Muslim dan tidak sebaliknya. Syarih adalah seorang tabi‟in
63
Riana Kusuma Ayu, Penghalang Mewarisi, artikel diakses pada 27 Agustus 2018 dari
http://riana-kesuma-ayu.com/penghalang-mewarisi. 64
Syekh Ali Ahmad al-Jarjawi, Indahnya Syariat Islam, cet.1, (Jakarta: Germa Insani
Press,20060,h.724.
31
sekaligus hakim Kufah. Ia biasa menyertakan vonisnya dengan kata-kata,
“Ini adalah hukum Allah dan Rasulnya”. Tetapi, dalam masalah ini, dia
biasa berkata, “ini adalah keputusan Amirul Mukminin Muawiyah.”
c. Bila ada seorang Muslim meskipun tingkatannya jauh, dia harus
didahulukan atas non muslim meskipun tingkatannya lebih dekat. Dalam
masalah ini, menurut refrensi yang penulis temui tak ada orang lain yang
berpendapat demikin selain Syiah Imamiyah.65
2. Menurut Majelis Ulama Indonesia
Majelis Ulama Indonesia pada 28 Juli 2005 telah memfatwakan bahwa
ahli waris yang berbeda agama atau non muslim tidak mendapatkan harta waris.
Dalam penetapan fatwa Nomor: 5/MUNAS VII/MUI/9/2005, ada dua inti poin
yaitu:
a. Hukum waris Islam tidak memberikan hak saling mewarisi antara orang-
orang yang berbeda agama (antara muslim dengan non muslim);
b. Pemberian harta antar orang yang berbeda agama hanya dapat dilakukan
dalam bentuk hibah, wasiat dan hadiah.66
3. Ahli Waris Non Muslim Menurut Konsep Hukum Positif
a. Menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata
KUHPerdata atau Burgerlijk Wetboek (BW) adalah sistem hukum Barat
yang masih dipakai oleh negara Indonesia sebagai bekas jajahan Belanda, pernah
memberlakukan KUHPerdata sebagai sumber hukum atas dasar asas
concordance, di mana Negara jajahan harus menerapkan hukum sesuai dengan
apa yang diterpakan di negaranya (Belanda).67
65
Muhammad Abu Zuhrah, Hukum Waris: Menurut Ja‟far Shadiq, Cet.I, (Jakarta: Dar
al-Ma‟arif, 1983),h.84. 66
Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Sejak 1975,
(Jakarta: Erlangga,2001)h.485. 67
Mohammad Daud Ali, Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di
Indonesia, cet. Ketujuh, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998) h.187-188.
32
Sesuai menurut pasal 838 Kitab Undang-undang Hukum Perdata yang dianggap
tidak patut menjadi ahli waris adalah:68
a) Mereka yang dengan putusan hakim dihukum karena dipersalahkan telah
membunuh, atau mencoba membunuh, atau mencoba membunuh si yang
meninggal.
b) Mereka yang dengan putusan hakim pernah dipersalahkan karena secara
fitnah telah mengajukan pengaduan terhadap si meninggal. Ialah suatu
pengaduan telah melakukan suatu kejahatan yang terancam dengan
hukuman penjara lima tahun lamanya atau hukuman yang lebih berat.
c) Mereka yang dengan kekerasan atau perbuatan yang telah mencegah si
yang meninggal untuk membuat atau mencabut surat wasiatnya.
d) Mereka yang telah menggelapkan, merusak atau memalsukan surat wasiat
yang meninggal.69
Dapat disimpulkan dari pasal 838 Kitab Undang-undang Hukum Perdata,
menerangkan siapa saja yang dianggap tidak patut menjadi ahli waris, tidak ada
salah satu diantaranya perbedaan agama.
3. Menurut Kompilasi Hukum Islam
a. Pewaris
Tentang pewaris tercantum dalam pasal 171 ayat (b): “Pewaris adalah orang
yang pada saat meninggalnya atau yang dinyatakan meninggal berdasarkan
putusan pengadilan beragama Islam, meninggalkan ahli waris dan harta
peninggalan.”70
Dari redaksi di atas tampak bahwa untuk terjadinya pewarisan disyaratkan untuk
pewaris adalah telah meninggal dunia, baik secara hakiki maupun hukum. Hal ini
sebagaimana telah ditentukan oleh ulama tentang syarat-syarat terjadinya
68
R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, KUH Perdata Burgalijk Wetboek dengan tambahan:
UU Pokok Agraria dan UU Perkawinan, Cet. 39 (Jakarta: PT. Pradnya Paramita), h.223 69
M. Idris Ramulyo, Perbandingan Hukum Kewarisan Islam Di Pengadilan dan Kewarisan Menurut Undang-undang Hukum Perdata (suatu Studi Kasus), Cet.I, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1992), h.116.
70 Tim Redaksi Fokus Media, Kompilasi Hukum Islam: Hukum Perkawinan, Hukum
kewarisan, Hukum Perwakafan, Dilengkapi dengan: UU RI No.41 tahun 2004 dan UU RI No.38
tahun 1999, (Bandung: Fokusmedia, 2007)h. 56
33
pewarisan antara lain meninggalnya pewaris baik secara hakiki, hukum atau
takdiri. Selain disyaratkan telah meninggal dunia, pewaris juga disyaratkan
beragama Islam dan mempunyai ahli waris dan harta peninggalan. Syarat-syarat
ini sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam fiqh mawaris.
b. Ahli Waris
Pengertian ahli waris dalam KHI disebutkan dalam pasal 171 ayat (c): “Ahli
waris adalah orang yang pada saat meninggal dunia mempunyai hubungan darah
atau perkawinan dengan pewaris, beragama Islam dan tidak terhalang karena
hukum untuk menjadi ahli waris”
Selanjutnya ahli waris yang terdapat pada KHI seperti tersebut diatas pada
dasarnya sama dengan ahli waris dalam kita-kitab fiqh Islam.71
Dari penjelasan tentang ahli waris menurut KHI ini, dapat disimpulkan bahwa
syarat-syarat sebagai ahli waris adalah: mempunyai hubungan darat atau
hubungan perkawinan: beragama Islam. Tentang beragama Islam bagi ahli waris
ini lebih lanjut diatur dalam pasal 172 KHI: “Ahli waris dipandang beragama
Islam apabila diketahui dari kartu identitas atau pengakuan atau amalan atau
kesaksian, sedangkan bagi bayi yang baru lahir atau yang belum dewasa,
beragama menurut ayahnya atau lingkungannya.”
Dari ketentuan-ketentuan terkait pewaris dan ahli waris, KHI telah
menjelaskan secara tegas bahwa syarat menjadi seorang pewaris maupun ahli
waris salah satunya adalah beragama Islam. Artinya telah jelas bahwa non muslim
adalah salah satu penghalang mewarisi.
71
Tim Redaksi Fokus Media, Kompilasi Hukum Islam: Hukum Perkawinan, h.56.
34
BAB III
DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN
A. Profil Daerah Khusus Ibukota Jakarta
1. Profil
Nama Resmi : Provinsi DKI Jakarta
Ibukota : Jakarta
Luas Wilayah : 664,01 Km2 *)
Jumlah Penduduk : 9.809.857 jiwa *)
Suku Bangsa : Betawi, Jawa, Sunda dan lain-lain.
Agama : Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha dll.
Wilayah
Administrasi
: Kab. : 1 (Kepulauan Seribu), Kota : 5, Kec. : 44, Kel. : 267,
Desa : 0. *)
Batas Wilayah : Wilayah Provinsi DKI Jakarta sebelah Timur berbatasan
dengan Kabupaten/Kota Bekasi, sebelah Selatan berbatasan
dengan Kabupaten Tangerang dan Kota Depok, sebelah
Barat berbatasan dengan Kota Tangerang dan sebelah Utara
berbatasan dengan Laut Jawa
Lagu daerah : Kicir-kicir, Jali-jali, Keroncong kemayoran
Website : http://www.jakarta.go.id
*) Sumber : Permendagri Nomor 66 Tahun 2011
Jakarta adalah Ibu kota Republik Indonesia. Kota metropolitan yang luas
dan besar dengan populasi lebih dari 9 juta jiwa. Jakarta merupakan pusat
pemerintahan nasional sekaligus pemerintahan provinsi DKI Jakarta. Jakarta
menjadi pusat pemerintahan yang mengatur keuangan dan bisnis. Menjadi pusat
politik dan ekonomi karena di Jakarta tempat bertemunya orang dari seluruh
Indonesia. Jakarta telah memikat orang dari segala aspek kehidupan. Jakarta juga
pusat musik modern Indonesia dan pusat industri kreatif. Oleh karenanya, tidak
heran jika apapun yang terjadi di Jakarta menjadi perhatian nasional dan
merupakan pusat roda sejarah dan kehidupan modern Indonesia.
35
Terletak di pantai utara bagian barat pulau Jawa, DKI Jakarta saat ini
terdiri dari 6 kota yaitu Jakarta Pusat meliputi Merdeka Square dan wilayah elit
Menteng; Jakarta Selatan meliputi Kebayoran dan Bintaro; Jakarta Barat, saat ini
dikembangkan menjadi kota utama dimana akan dibangun gedung-gedung dan
hotel; Jakarta Timur yang merupakan tempat perdagangan dan rekreasi pantai
yaitu Taman Impian Jaya Ancol, Pulau Seribu, dan beberapa pulau indah yang
terdapat di teluk Jakarta.
Saat ini pembangunan kota Jakarta melonjak cepat. Hotel-hotel super
mewah tersebar di sekitar mall yang menjual barang-barang bermerek.
Apartemen-apartemen mewah yang dilengkapi dengan kolam renang besar, pusat
perbelanjaan, dan tempat rekreasi untuk memanjakan penghuni apartemen. Untuk
memasuki salah satu ujung kota yang luas ini, pemerintah telah membangun jalan
tol di sekitarnya, melewati pusat-pusat kegiatan tersibuk Jakarta. Dapat dipastikan
saat jam-jam sibuk maka Jakarta akan menjadi sangat macet.
Bahkan, ada banyak hal yang bisa Anda dilakukan dan lihat di Jakarta.
Sulit untuk berjalan-jalan di jalanan Jakarta karena padat dengan mobil dan
sepeda motor. Hal terbaik yang dapat Anda lakukan adalah tinggal di hotel di
mana Anda akan menghabiskan sebagian besar waktu di sekitarnya misalnya
untuk konferensi, pertemuan bisnis, berbelanja, mengunjungi pameran, atau untuk
menjelajahi kota dan bertamasya pada hari tertentu saat Anda memiliki lebih
banyak waktu luang.
Karena populasi yang banyak, Jakarta menjadi kota yang sangat padat.
Oleh karena itu, Anda akan menemukan rumah mewah yang berdampingan
dengan gubuk di sisi jalan atau mobil mewah yang berebut tempat parkir dengan
bus tua. Hal-hal tersebut menunjukan betapa kota ini sangat dinamis dan sangat
hidup dari siang hari hingga larut malam.
Di Jakarta Anda juga dapat menemukan restoran yang menyajikan
hidangan internasional atau makanan dari berbagai daerah di Nusantara. Mulai
dari restoran eksklusif sampai warung pinggr jalan yang mampu memuaskan
selera semua orang. Ada juga beberapa lapangan golf yang indah di sekitar kota,
dimana para pengusaha Indonesia dan asing menghabiskan akhir pekannya di sini.
Kehidupan malam Jakarta sangat atraktif. Diskotik, klub malam, dan
karaoke menawarkan berbagai jenis musik dan tari. Java Jazz Festival tahunan
adalah event internasional untuk penggemar musik jazz. Band-band dan penyanyi
terbaik Indonesia ikut memeriahkan acara ini.
Selain itu, Jakarta adalah tempat yang tepat untuk berbelanja dengan harga
bersaing dengan banyak kota-kota belanja favorit di seluruh dunia seperti
Singapura dan Hong Kong. Plaza Indonesia, Plaza Senayan, Pondok Indah Mall,
Pacific Place, hanyalah beberapa dari begitu banyak pusat perbelanjaan kelas atas
yang dapat Anda ditemukan di kota besar ini. Sedangkan untuk mendapatkan
36
barang yang lebih murah, Pusat Grosir Tanah Abang dan Mangga Dua adalah
tempat berbelanja favorit bagi penggila belanja. Setiap tahun Jakarta Great Sale
memberikan diskon besar-besaran yang telah menarik ribuan pengunjung dari
berbagai kota di Indonesia dan Asia Tenggara.
B. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA
1. Geografi dan Iklim
DKI Jakarta terdiri dari lima wilayah Secara administrasi, Provinsi
DKI Jakarta terbagi menjadi 5 wilayah kota administrasi dan 1 kabupaten
administrasi yaitu Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur,
Jakarta Utara dan Kabupaten Kepulauan Seribu. Wilayah administrasi di
bawahnya terbagi menjadi 44 kecamatan dan 267 kelurahan dengan jumlah
penduduk pada tahun 2017 sebesar 10,37 juta jiwa. Pada gambar ditampilkan
Peta DKI Jakarta.
Provinsi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta terletak pada posisi
6°12’ LS dan 106°48’ BT serta terbentang pada hamparan tanah seluas
662,33 km2
dan berupa lautan seluas 6.977,5 km2. Dengan luas wilayah
kurang dari 0,04% dari total luas wilayah daratan Indonesia namun dihuni
oleh 4% dari total penduduk Indonesia. DKI Jakarta juga memiliki 218 pulau
yang terletak di Kabupaten Kepulauan Seribu, namun hanya sekitar
setengahnya saja yang berpenghuni1. Secara geografis batas-batas Jakarta
antara lain:
1. Sebelah Utara : Laut Jawa
2. Sebelah Timur : Provinsi Jawa Barat (Bekasi)
3. Sebelah Selatan : Provinsi Jawa Barat (Depok)
4. Sebelah Barat : Provinsi Banten (Tangerang)
Di bagian utara terbentang pantai sepanjang ± 35 km tempat bermuaranya
13 sungai dan 2 kanal. Kota Jakarta merupakan dataran rendah dengan
1 Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, Statistik Daerah Provinsi DKI Jakarta 2017
(Jakarta: BPS Prov. DKI Jakarta, 2017) h. 3
37
ketinggian rata-rata +7 meter diatas permukaan laut. Data dari Dinas
Pekerjaan Umum Pemprov DKI Jakarta menyatakan bahwa 73% kelurahan di
DKI Jakarta dilalui aliran sungai. Hal ini mengakibatkan tingginya potensi
terjadinya bencana banjir khususnya pada musim penghujan2.
2 Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, Statistik Daerah Provinsi DKI Jakarta 2017
h. 3
38
Peta Provinsi DKI Jakarta
Secara jumlah wilayah administrasi DKI Jakarta memiliki 267
kelurahan dan 44 kecamatan. Pembagian wilayah administratif dapat dilihat
pada tabel.
No. Wilayah Jumlah Kecamatan Jumlah Kelurahan
1. Kepulauan Seribu 2 6
2. Jakarta Selatan 10 65
3. Jakarta Timur 10 65
39
4. Jakarta Pusat 8 44
5. Jakarta Barat 8 56
6. Jakarta Utara 6 31
DKI Jakarta 44 267
Suhu udara yang cukup menyengat terjadi pada sepanjang bulan Juli
dan Agustus tahun 2017. Demikian halnya dengan curah hujan yang hanya
turun sesekali dengan lokasi area yang tidak merata. Intensitas hujan di DKI
Jakarta pada periode bulan Juli-Agustus 2017 menunjukkan penurunan yang
signifikan dibanding periode yang sama tahun lalu yaitu rata-rata hanya 70
mm. Tetapi perbedaan rata-rata suhu tidak sebesar tahun 20153.
Menurut data BMKG, sepanjang tahun 2016, rata-rata suhu udara DKI
Jakarta adalah sebesar 280C. Suhu yang relatif sedang untuk daerah tropis.
Arah angin di DKI Jakarta rata-rata bertiup dari Utara. Sementara rata-rata
kecepatan angin sepanjang tahun 2016 berkisar antara 1,4 sampai dengan 3
m/s. Temperatur Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2016 tertinggi di bulan Mei
dan September (35,2OC) dan terendah di bulan Juni (23,4 OC), dengan
kelembaban 59 sampai 93 persen. Curah hujan tertinggi di bulan Februari
(451,75 mm2) dan terendah di bulan Desember (41,7 mm2)4.
Pada tahun 2017, jumlah masyarakat DKI Jakarta mencapai
10.343.453. adapun rincian jumlah masyarakat Jakarta berdasarkan agama
adalah sebagai berikut: 8.629.126 jiwa beragama Islam, , Kristen 892.191
jiwa, Katolik 414.009 jiwa, Hindu 19.534 jiwa, Budha 387.782 jiwa,
Khonghuchu 535 jiwa, dan Aliran Kepercayaan lainnya berjumlah 276 jiwa.5
3 Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, Statistik Daerah Provinsi DKI Jakarta
2017, h. 3
4 Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Dalam Angka 2017 (Jakarta: BPS
Prov. DKI Jakarta, 2017) h. 4
5 http://data.jakarta.go.id/dataset/jumlah-penduduk-dki-jakarta-berdasarkan-agama
40
Berdasarkan data diatas memberikan informasi bahwasannya
masyarakat Jakarta dalam perihal keyakinan mereka terdiri dari berbagai
macam agama. Perbedaan dalam menganut keyakinan merupakan hal yang
bersifat pribadi dan setiap orang mempunyai kebebasan dalam memilih
agama yang diyakininya. Pemerintah DKI Jakarta tidak mempunyai
kewenangan untuk menganjurkan atau memaksakan agama tertentu kepada
masyarakat. Akan tetapi yang menjadi kewajiban bersama sesama umat
beragama adalah menjaga kesatuan dan persatuan bersama selaku bangsa
Indonesia agar tercipta masyarakat madani yang damai, ramah, hidup rukun
bersama dalam kemajemukan umat beragama.
83%
9%
4% 0% [PERCENTA
GE] 0%
0%
Persentase Masyarakat DKI Jakarta Berdasarkan Agama Tahun 2017
Islam 83.42% Kristen 8.62%
Katolik 4% Hindu 0.19%
Budha 3.74% Khonghuchu 0.005%
Aliran Kepercayaan 0.002% Total Penduduk 10.343.454 jiwa
41
B. Deskripsi Sampel Penelitian
Dari penelitian yang telah saya lakukan, saya menemukan kasus tentang
waris beda agama yakni terdapat 10 (sepuluh) kasus. Dari 10 kasus yang ada
beberapa diantaranya telah masuk proses persidangan dan telah menghasilkan
putusan yang berkekuatan hukum tetap (inkracht). Sebagian lain merupakan kasus
yang sampai saat ini terdapat di pengadilan. Hanya diselesaikan secara
kekeluargaan kasus tersebut antara lain:
Tabel 3.1
Identitas Keluarga
KASUS I : Pada keluarga Alm. Parto
Suwarno yang telah berpulang ke
rahmatullah pada tahun 2003 dan
Istrinya Ibu Wijiati masih hidup di
Klaten.
Meninggalkan 8 anak yang berbeda
beda agama yakni:
1. Sumarno, laki-laki beragama Islam
di Klaten, Jawa Tengah
2. Heni Murwanto, laki-laki beragama
Katolik di Klaten, Jawa Tengah
3. Sri, perempuan beragama Kristen di
Klaten, Jawa Tengah
4. Suwanto, laki-laki beragama Islam di
Klaten, Jawa Tengah
5. Sugiarto, laki-laki beragama Islam di
Bintaro, Jakarta Selatan
6. Ignatius Iranta, laki-laki beragama
Katolik di Kebon Nanas, Tangerang
Selatan
7. Antonius Suprianto, laki-laki
beragama Katolik dari kecil sudah
Katolik karena didik sama kakak
nomor 2 dan 3 di Cikarang, Bekasi
8. Anastasi Siti Wahyuningsih,
perempuan beragama Katolik dari kecil
42
sudah Katolik karena didikannya sama
kakak nomor 2 dan 3 di Pasar Kemis,
Tangerang.
Kasus II: Keluarga Almarhumah Judith
Christy Susilowati beragama Kristen
Katolik adalah seorang wanita karir di
Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Meninggalkan 3 orang anak
perempuan:
1) Anna Susilowati, perempuan
beragama Kristen Katolik bertempat
tinggal di Sunter, Jakarta Utara
2) Ingrid Susilowati, perempuan
beragama Kristen Katolik bertempat
tinggal di Cempaka Putih, Jakarta Pusat
3) Aprilia Susilowati, perempuan
beragama Islam sejak 1988 bertempat
tinggal di Paseban, Jakarta Pusat
Kasus III: Keluarga Sho Teng Giok
Nio
Ibunya Bernama: Ang Pian Nio
menghirupkan nafas terakhirnya pada
umur 83 tahun tahun 2016 yang
beralamat di Jalan Cipinang Jaya II
No.13 RT.3/RW.9, Cipinang Besar
Selatan, Jatinegara, Kota Jakarta Timur,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Meninggalkan 4 anak yakni:
1) Sho Hok San, laki-laki beragama
Konghucu tinggal di Bekasi
2) Sho Teng Giok Nio, perempuan
beragama Islam pada tahun 2014
tinggal di Matraman, Jakarta Timur
3) Sho Giok Lie Nio, perempuan
beragama Konghucu tinggal di
Cipinang Jaya II, Jakarta Timur
4) Sho Giok Tan, perempuan beragama
Konghucu tinggal Manggarai, Jakarta
Selatan.
Kasus IV: Keluarga Almarhum Bapak
Desdiandi Hartopo telah pulang ke
rahmatullah pada tahun 2016 beragama
Meninggalkan istri dan 2 anaknya
yakni:
1) Istrinya Almarhum Bapak Desdiandi
43
Khonghucu di Kebon Nanas, Jakarta
Timur.
Hartopo bernama Shindy Wahyu
Kurnia beragama Khonghucu
bertempat tinggal di Kebon Nanas,
Jakarta Timur
2) Vinsen Hermawan, Laki-laki
beragama Islam pada tahun 15 Febuari
2015 bertempat tinggal di Makassar,
Jakarta Timur.
3) Aurellia Virly, Perempuan beragama
Khonghucu bertempat tinggal di Duren
Sawit, Jakarta Timur.
4) Elsa Tabita, Perempuan beragama
Khonghucu bertempat tinggal di
Cipayung, Jakarta Timur.
Kasus ke V: Keluarga Almarhum
Prayogi Hendratno meninggal pada
tahun 2010 beragama Kristen Katolik
bertempat tinggal di Kembangan,
Jakarta Barat. Istrinya lebih dahulu
meninggalkannya yang bernama
Murdaningsih Magdalena pada tahun
2009 selisih 1 (satu) tahun dengan
Almarhum Prayogi Hendratno.
Meninggalkan 4 orang anak:
1) Michael Adi Putro, laki-laki
beragama Kristen Katolik bertempat
tinggal di Palmerah, Jakarta Barat
2) Widyawati Setya Erani, perempuan
beragama Kristen Katolik bertempat
tinggal di Taman Sari, Jakarta Barat
3) Hariadi Budi Kristetranto, laki-laki
beragama Islam sejak 2006 menikah
dengan istrinya yang Islam mualaf
bertempat tinggal di Tebet, Jakarta
Selatan.
4) Julia Ratnawaty Wulandari,
perempuan beragama Kristen Katolik
bertempat tinggal di Kebon Jeruk,
Jakarta Barat
44
Kasus VI: Keluarga Alm Bapak
H.Windya Rachman bin Abdul
Rachman seorang pengusaha telah
berpulang ke rahmatullah pada tanggal
4 Juni 2004 meninggalkan istrinya Siti
Asmilah binti Ginoprawiro yang 13
tahun kemudian pulang ke rahmatullah
juga pada 25 September 2017.
Meninggalkan 7 ahli waris yaitu anak:
1. Ny. Siswayati, perempuan beragama
Islam di Tanjung Duren, Jakarta Barat
2. Sarli, perempuan beragama Islam di
Tanjung Duren, Jakarta Barat
3. Sri Hastuti, perempuan beragama
Protestan sejak menikah dengan
suaminya yang beragama Protestan
mengikuti anutan agamanya suami=
J.Endrow Pardede di Tanjung Duren,
Jakarta Barat
4. Riatini Widowati, perempuan
beragama Islam di Tanjung Duren,
Jakarta Barat
5. Linggar Wardhana, laki-laki
beragama Islam di Tanjung Duren,
Jakarta Barat
6. Sangaji Jayeng Prasetya, laki-laki
beragama Islam di Modernland,
Tangerang
7. Dyah Ayu Suyati, laki-laki beragama
Islam di Tanjung Duren, Jakarta Barat
Kasus VII: Keluarga Almarhum Gow
Ki Choy dan Chung Ling Nyong yang
beragama Khonghucu meninggal pada
tahun 1980 bertempat tinggal di
Cililitan.
Meninggalkan 3 orang anak yakni:
1) Gow Can Kong laki-laki beragama
Islam pada tahun 1990 bertempat
tinggal di Cililitan dekat Pratama
Perpajakan
2) Gow Can Lung laki-laki beragama
Khonghucu bertempat tinggal di
Tangerang
3) Wu Can Kang perempuan beragama
45
Khonghuch bertempat tinggal di
Citayam, Bogor
Kasus VIII: Keluarga Alm R. Iyah
Sahriyah binti R.H. Emun Musan pergi
ke rahmatullah pada hari Sabtu tanggal
13 Januari 2018 di Ekor Kuning Kel
Jati Kec Pulo Gadung, Jakarta Timur.
Meninggalkan 6 orang anak yakni:
1) R. Yutje Yundriyati, perempuan
beragama Islam tinggal di Taman
Cikas, Bekasi
2) R. Devie Roselawati, perempuan
beragama Kristen sejak menikah
dengan Rainhard Sihombing tinggal di
Jatinegara, Jakarta Timur
3) R.Hj Elly Aprilia, perempuan
beragama Islam tinggal di Ekor
Kuning, Jakarta Timur
4) R.Moh Maksudi, laki-laki beragama
Islam tinggal di Kramat Jati, Jakarta
Timur
5) R. Moh Wahyudi, laki-laki
beragama Islam tinggal di Pisangan,
Jakarta Timur
6) R. Nurcahyawati, perempuan
beragama Islam tinggal di Perikani,
Jakarta Timur
Di Keluarga ini ada yang unik
yakni anak yang murtad itu
mendapatkan harta waris yang serupa
dengan 5 saudara-saudara yang lain
berupa tanah 1500m2
di Cibubur,
Jakarta Timur yang dibagi rata. Tidak
adil yang seharusnya beda agama itu
terhalang malah tidak sama sekali
disini dan laki laki juga harusnya
46
mendapatkan waris lebih besar
daripada perempuan yaitu 2:1.
Kasus IX: Keluarga Almarhum Samsul
Bahri adalah seorang pensiunan TNI
(Tentara Nasional Indonesia) yang pergi
ke rahmatullah pada tahun 2008 di
Cijantung, Jakarta Timur.
Meninggalkan 5 orang anak perempuan
yakni:
1) Delila Bahri agama Islam tinggal di
Condet, Jakarta Timur
2) Dela Bahri agama Islam tinggal
tinggal di Cawang, Jakarta Timur
3) Diana Bahri agama Kristen Protestan
tinggal di Bintara Bekasi
4) Nirmala Bahri agama Islam tinggal
di BSD, Tangerang
5) Ade Bahri agama Islam tinggal di
Sentul, Bogor
Kasus ke X: Keluarga Almarhum
Raden Satria yang meninggal pada
tahun 1998 dan Almarhumah Ibu Raden
Suhamah yang meninggal pada tahun
1994.
Meninggalkan 7 orang anak:
1) Raden Iwan, laki-laki beragama
Islam tinggal di Bandung
2) Raden Erik, laki-laki beragama
Islam tinggal di Bandung
3) Raden Robi, laki-laki beragama
Islam tinggal di Bandung
4) Raden Santi, perempuan beragama
Islam tinggal di Bandung
5) Raden Lis Fatimah, perempuan
beragama Kristen Protestan tinggal di
Sodong Utara, Jakarta Timur
6) Raden Chepi, laki-laki beragama
Islam tinggal di Bandung
7) Raden Yanti, perempuan beragama
Islam tinggal di Bandung
47
BAB IV
Analisis Praktek Pembagian Waris bagi Keluarga Beda Agama di Jakarta
A. Kasus-Kasus Pembagian Waris pada Keluarga Beda Agama
Dari penelitian yang telah saya lakukan, saya menemukan kasus tentang
waris beda agama yakni terdapat 10 (sepuluh) kasus. Hanya diselesaikan
secara kekeluargaan kasus tersebut antara lain:
1. Kasus I:
Pada keluarga Alm Parto Suwarno yang telah berpulang ke rahmatullah
pada tahun 2003 dan Istrinya Ibu Wijiati masih hidup di Klaten.
2. Kasus II:
Keluarga Almarhumah Judith Christy Susilowati beragama Kristen
Katolik adalah seorang wanita karir di Kelapa Gading, Jakarta Utara.
3. Kasus III:
Keluarga Sho Teng Giok Nio
Ibunya Bernama: Ang Pian Nio menghirupkan nafas terakhirnya pada
umur 83 tahun tahun 2016 yang beralamat di Jalan Cipinang Jaya II No.13
RT.3/RW.9, Cipinang Besar Selatan, Jatinegara, Kota Jakarta Timur,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
4. Kasus IV:
Keluarga Almarhum Bapak Desdiandi Hartopo telah pulang ke
rahmatullah pada tahun 2016 beragama Khonghucu di Kebon Nanas,
Jakarta Timur.
5. Kasus V:
Keluarga Almarhum Prayogi Hendratno meninggal pada tahun 2010
beragama Kristen Katolik bertempat tinggal di Kembangan, Jakarta Barat.
Istrinya lebih dahulu meninggalkannya yang bernama Murdaningsih
Magdalena pada tahun 2009 selisih 1 (satu) tahun dengan Almarhum
Prayogi Hendratno.
6. Kasus VI:
48
Keluarga Alm Bapak H.Windya Rachman bin Abdul Rachman seorang
pengusaha telah berpulang ke rahmatullah pada tanggal 4 Juni 2004
meninggalkan istrinya Siti Asmilah binti Ginoprawiro yang 13 tahun
kemudian pulang ke rahmatullah juga pada 25 September 2017.
7. Kasus VII:
Keluarga Almarhum Gow Ki Choy meninggal pada tahun 1996 dan
istrinya Chung Ling Nyong yang beragama Khonghucu meninggal pada
tahun 2000 bertempat tinggal di Cililitan
8. Kasus VIII:
Keluarga Alm R. Iyah Sahriyah binti R.H. Emun Musan pergi ke
rahmatullah pada hari Sabtu tanggal 13 Januari 2018 di Ekor Kuning Kel
Jati Kec Pulo Gadung, Jakarta Timur.
9. Keluarga IX:
Keluarga Almarhum Samsul Bahri adalah seorang pensiunan TNI (Tentara
Nasional Indonesia) yang pergi ke rahmatullah pada tahun 2008 di
Cijantung, Jakarta Timur.
10. Keluarga ke X:
Keluarga Almarhum Raden Satria yang meninggal pada tahun 1998 dan
Almarhumah Ibu Raden Suhamah yang meninggal pada tahun 1994
Dari kasus-kasus tersebut diatas, penulis menganalisis satu persatu, dari
hasil analisis kasus yang ada akan penulis jabarkan pada poin dibawah ini.
B. Analisis Praktek Pembagian Waris pada Kasus Keluarga Beda Agama di
Jakarta menurut Hukum Islam
1. Kasus I:
Pada keluarga Alm Parto Suwarno yang telah berpulang ke rahmatullah
pada tahun 2003 dan Istrinya Ibu Wijiati masih hidup di Klaten. Pada kasus
ini Pewaris meninggalkan 8 orang anak yang berbeda beda agama yakni:
a. Sumarno, laki-laki beragama Islam di Klaten, Jawa Tengah
b. Heni Murwanto, laki-laki beragama Katolik di Klaten, Jawa Tengah
c. Sri, perempuan beragama Kristen di Klaten, Jawa Tengah
49
d. Suwanto, laki-laki beragama Islam di Klaten, Jawa Tengah
e. Sugiarto, laki-laki beragama Islam di Bintaro, Jakarta Selatan
f. Ignatius Iranta, laki-laki beragama Katolik di Kebon Nanas, Tangerang
Selatan
g. Antonius Suprianto, laki-laki beragama Katolik dari kecil sudah Katolik
karena didik sama kakak nomor 2 dan 3 di Cikarang, Bekasi
h. Anastasi Siti Wahyuningsih, perempuan beragama Katolik dari kecil
sudah Katolik karena didikannya sama kakak nomor 2 dan 3 di Pasar
Kemis, Tangerang.1
Kasus pertama terjadi pada keluarga Almarhum Bapak Parto
Suwarno yang mana dalam pembagian waris disama ratakan kepada seluruh
ahli waris. Objek waris sedang dalam proses pengajuan pembuatan sertifikat
di Badan Pertanahan Nasional (BPN). Objek waris berupa tanah seluas 7500
m2 yang berlokasi di Purwodadi, Grobogan, Jawa Tengah. Pada KHI Pasal
172 (C) dicantumkan Ahli waris adalah orang yang pada saat meninggal
dunia mempunyai hubungan darah atau hubungan perkawinan dengan
pewaris, beragama Islam dan tidak terhalang karena hukum untuk menjadi
ahli waris harus beragama Islam yang menerima warisnya tetapi disini tidak
melainkan mendapatkan waris tersebut.Disini anak pertama bernama
Sumarno tidak terhitung dalam pembagian waris tanah seluas 750m2 karena
ia sudah mendapatkan bagiannya dari Ibunya Ibu Wijiati yang masih hidup.
Pada kasus yang terjadi pada keluarga Almarhum Bapak Parto
Suwarno, yang menjadi Ahli waris seharusnya adalah
- Istrinya Ibu Wijiati seharusnya mendapatkan 1/6 bagian dari tanah
berdasarkan Asbabul Furudh yang penulis dapatkan ketika penempuh mata
kuliah Fiqh Mawarist pada semester 4.
- Anaknya:
1 Sugiarto, Masyarakat, Wawancara Pribadi, Ciputat, 19 Agustus 2018.
50
- Sumarno, laki-laki beragama Islam di Klaten, Jawa Tengah
- Suwanto, laki-laki beragama Islam di Klaten, Jawa Tengah
- Sugiarto, laki-laki beragama Islam di Bintaro, Jakarta Selatan
Sepatutnya mengikuti ashabul furudh mereka mendapatkan ashabah (sisa)
bagian masing-masing dibagi 2 (dua) n itu sangat adil ditinjau dari Asbabul
Furudh yang penulis terima.
Kemudian anak non muslim yang ditinggakan almarhum adalah sebagai
berikutr:
- Heni Murwanto, laki-laki beragama Katolik di Klaten, Jawa Tengah
- Sri, perempuan beragama Kristen di Klaten, Jawa Tengah
- Ignatius Iranta, laki-laki beragama Katolik di Kebon Nanas, Tangerang
Selatan
- Antonius Suprianto, laki-laki beragama Katolik di Cikarang, Bekasi
- Anastasi Siti Wahyuningsih, perempuan beragama Katolik di Pasar
Kemis, Tangerang
Berdasarkan ketentuan yang berlaku dalam Hukum Islam, mereka
anak non muslim yang ditinggalkan almarhum tidak wajib mendapatkan
harta warisan karena perbedaan agama antara pewaris dengan keuarga yang
ditinggalkan merupakan suatu penghalang seseorang mendapatkan harta
warisan. Pewaris beragama Islam sedangkan anak-anak sebagaimana
namanya tercantum diatas mereka adalah non muslim. Dalam kasus ini anak
non muslim yang yang ditinggalkan almarhum tidak boleh mendapatkan
warisan. Hal ini sebagaimana tertuang dalam keterangan hadis sebagai
berikut:
انمسهم انكافز يزث وال انكافز انمسهم اليزث قال وسهم عهي هللا صهي انىبي ان سيد به اسامت عه
Artinya: “ Dari Usamah ibni Zaid, sesungguhnya Nabi SAW bersabda:
51
orang muslim tidak mewarisi orang kafir, dan orang kafir pun tidak
mewarisi orang muslim”. (Muttafaqqun’Alaih)2
Tabel 4.1
Kasus II: Keluarga Almarhumah
Judith Christy Susilowati beragama
Kristen Katolik adalah seorang
wanita karir di Kelapa Gading,
Jakarta Utara.
Pada kasus ini, Pewaris
meninggalkan 3 orang anak
perempuan, antara lain:
a. Anna Susilowati beragama
Kristen Katolik bertempat
tinggal di Sunter, Jakarta Utara.
b. Ingrid Susilowati beragama
Kristen Katolik bertempat
tinggal di Cempaka Putih,
Jakarta Pusat.
c. Aprilia Susilowati beragama
Islam sejak 1988 bertempat
tinggal di Paseban, Jakarta Pusat.
Kasus dua terjadi pada keluarga Almarhumah Judith Christy Susilowati
yang beragama Kristen Katolik. Dia adalah seorang wanita karir di Kelapa
Gading, Jakarta Utara.
Judith Meninggalkan 3 orang anak perempuan. Anak yang pertama
adalah Anna Susilowati beragama Kristen Katolik bertempat tinggal di
Sunter, Jakarta Utara. Kemudian anak keduanya adalah Ingrid Susilowati
beragama Kristen Katolik bertempat tinggal di Cempaka Putih, Jakarta
Pusat. Terakhir anak ketiganya bernama Aprilia Susilowati beragama Islam
sejak 1988 bertempat tinggal di Paseban, Jakarta Pusat.
Anak perempuan Aprillia Susilowati sebagai anak bungsu dari ke-3
saudara perempuannya. Aprillia Susilowati muallaf pada tahun 1988 sejak
2 Abi abdilllah Muhammad ibn Ismail Ibn Ibrahum al-Bukhari, Shahih Al-
Bukhari, (Beirut: Daarul al-ahya al-arabiyah, ttt.,), jus IV, h.166.
52
Kuliah. Rasa takut Aprillia Susilowati hilang karena ingin mencari Ridho
Allah SWT dan meyakini Islam adalah agama yang qath’i (pasti). Aprillia
Susilowati sebagai anak bungsu dari 3 bersaudara dan mempunyai 2 orang
kakak perempuannya yakni Anna Susilowati dan Ingrid Susilowati.
Hubungan Aprillia Susilowati dengan keluarganya yang masih non muslim
baik-baik saja sampai saat ini. Hubungan yang baik dikarenakan Aprillia
Susilowati yang tidak pernah membeda-bedakan agama dan menghormati
semasa hidup kedua orang tua dan saudaranya. Hubungan yang baik itu
tidak menghalangi Aprillia Susilowati sebagai ahli Waris.
Analisa kedua adapun Harta Waris yang ditinggalkan oleh kedua orang
tua Aprillia Susilowati berupa Rumah, sebidang tanah dan beberapa
perhiasan milik almarhumah Ibu Judith Christy Susilowati. Dan semua itu
dibagikan dengan sistem bagi sama rata yaitu 1:1 demi menjaga
keharmonisan hubungan yang ada dikeluarga Aprillia Susilowati.3
Pembagian diberikan sama rata berdasarkan adat keluarganya untuk
menjaga hubungan satu sama lain.4 Berbeda dengan sistem pembagian anak
perempuan dalam kompilasi hukum Islam pasal 176 bahwa anak perempuan
bila seorang diri ia mendapatkan 1/2 bagian. 2/3 bagian jika bersama dengan
saudaranya. Apabila anak perempuan bersama dengan anak laki-laki
mendapatkan 2:1 bagian. 1 bagian karena kedudukannya bersama dengan
anak laki-laki dalam Islam bagian anak perempuan sebagai ashabah.
Seharusnya bagian yang didapatkan Aprilia Susilowati 2/3 bagian sesuai
dengan ashabul furudh karena bersama dengan saudara perempuannya.
Dengan ini bisa ditinjau adanya faktor penggeseran yang terjadi pada bagian
waris Aprilia Susilowati dibagi sama rata bersama saudara perempuannya.
3 Aprilia Susilowati, Masyarakat, Wawancara Pribadi, Paseban, 9 Agustus 2018.
4 Abdul Manan & M. Fauzan , Pokok-Pokok Hukum Perdata Wewenang
Peradilan Agama, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, h., 106.
53
Tabel 4.2
Kasus III: Keluarga Sho Teng
Giok Nio, Pewaris bernama: Ang
Pian Nio meninggal pada umur 83
tahun tahun 2016 yang beralamat di
Jalan Cipinang Jaya II No.13
RT.3/RW.9, Cipinang Besar
Selatan, Jatinegara, Kota Jakarta
Timur, Daerah Khusus Ibukota
Jakarta.
Pewaris meninggalkan 4 anak yakni:
a. Sho Hok San, laki-laki beragama
Konghucu tinggal di Bekasi.
b. Sho Teng Giok Nio, perempuan
beragama Islam pada tahun 2014
tinggal di Matraman, Jakarta
Timur.5
c. Sho Giok Lie Nio, perempuan
beragama Konghucu tinggal di
Cipinang Jaya II, Jakarta Timur.
d. Sho Giok Tan, perempuan
beragama Konghucu tinggal
Manggarai, Jakarta Selatan.
Kasus pembagian waris yang ketiga yang terjadi di Jakarta, penulis
melakukan wawancara dengan keluarga Sho Teng Giok Nio. Ibunya
Bernama Ang Pian Nio meninggal pada umur 83 tahun tahun 2016 yang
beralamat di Jalan Cipinang Jaya II No.13 RT.3/RW.9, Cipinang Besar
Selatan, Jatinegara, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Almarhumah tersebut meninggalkan empat orang anak. Mereka adalah Sho
Hok San, laki-laki beragama Konghucu tinggal di Bekasi, Sho Teng Giok
Nio, perempuan beragama Islam pada tahun 2014 tinggal di Matraman,
Jakarta Timur, Sho Giok Lie Nio, perempuan beragama Konghucu tinggal
di Cipinang Jaya II, Jakarta Timur, dan anak terakhirnya adalah Sho Giok
Tan, perempuan beragama Konghucu tinggal Manggarai, Jakarta Selatan
Sho Teng Giok Nio muallaf pada tahun 2014. Berlainan dengan Aprilia
Susilowati, Sho Teng Giok Nio sebagai anak ke-2 dari ke-4 saudaranya
5 Sho Teng Giok Nio, Masyarakat, Wawancara Pribadi, Matraman, 10 Agustus
2018.
54
terdiri anak laki-laki pertama dan dua adik perempuannya. Hubungan
kekeluargaan Sho Teng Giok Nio masih terjalin dengan baik. Hubungan
yang baik itu dikarenakan Sho Teng Giok Nio berbakti kepada kedua orang
tua semasa hidupnya, hal itu menyebabkan Sho Teng Giok Nio masih
mendapatkan bagianya sebagai ahli Waris Tunggal. Namun adik bungsu
Sho Giok Tan tidak mendapatkan bagian sebagai ahli Waris dikarenakan
adiknya yang mempunyai masalah yang tidak pernah terlupakan kepada
kedua orang tua Sho Teng Giok Nio semasa hidupnya. Analisa ketiga Sho
Teng Giok Nio anak ke-2 dari 4 bersaudara sebagai pewaris tunggal 2/3
bagian dari ahli Waris lainnya. Berbeda menurut Amir Syarifuddin di dalam
bukunya yang berjudul “Hukum Kewarisan Islam”. Pada pembagian anak
perempuan yang harusnya diterima Sho Teng Giok Nio karena bersama
dengan beberapa saudaranya sebagai Muslim yang diatur dalam Islam
adalah 1/2 bagian jika anak perempuan seorang diri, dan jika beberapa
orang 2/3 bagian, masing-masing 1 bagian dari sisa jika mewarisi bersama
anak laki-laki dan kedudukan perempuan sebagai ashabah bil-ghairir.
Adapun pembagian yang seharusnya didapatkan oleh Sho Teng Giok Nio
sebagai muallaf dalam hukum Islam 2/3 bagian bersama 2 saudara
perempuannya. Bagian yang diterima Sho Teng Giok Nio berbeda dengan
konsep Islam hal tersebut dikarenakan pembagian Waris yang ada
dikeluarga Sho Teng Giok Nio Berdasarkan Asas kekeluargaan.
Tabel 4.3
Kasus IV: Keluarga Almarhum
Bapak Desdiandi Hartopo
meninggal dunia pada tahun 2016
beragama Khonghucu di Kebon
Nanas, Jakarta Timur.
Meninggalkan istri dan 2 anaknya
yakni:
- Istrinya Almarhum Bapak Desdiandi
Hartopo bernama Shindy Wahyu
Kurnia beragama Khonghucu
bertempat tinggal di Kebon Nanas,
Jakarta Timur
- Vinsen Hermawan, Laki-laki
beragama Islam pada tahun 15
55
Febuari 2015 bertempat tinggal di
Makassar, Jakarta Timur.6
- Aurellia Virly, Perempuan beragama
Khonghucu bertempat tinggal di
Duren Sawit, Jakarta Timur.
- Elsa Tabita, Perempuan beragama
Khonghucu bertempat tinggal di
Cipayung, Jakarta Timur.
Anak laki-laki di masyarakat Tionghoa yang bersifat Patrilinieal yang
mempunyai sifat kebapak bapakan, mengharapkan kelahiran anak laki-laki
dari bagian keluarganya yang akan bertanggung jawab dan menjaga harta
keluarganya. Diantara hasil wawancara dengan muallaf laki-laki sebagai
ahli waris sebagai berikut Vinsen Hermawan sebagai anak pertama dari 3
bersaudara, Vinsen Hermawan bersama 2 (dua) adik perempuannya Aurelia
Virly, Elsa Tabita dan Ibu Shindy Wahyu Kurnia yang ditinggal mati oleh
ayahnya Vinsen Hermawan sebagai ahli waris utama mendapatkan 1/3
bagian harta warisnya.
Vinsen Hermawan muallaf pada 15 Februari 2015. Vinsen
Hermawan sebagai anak pertama dari ke-2 saudara perempuannya bersama
Ibu Shindy Wahyu Kurnia yang ditinggalkan oleh ayah mempunyai
hubungan yang terjalin dengan sangat baik. Vinsen Hermawan mempunyai
budi pekerti yang baik dari sebelum muallaf sampai menjadi mullaf, hal itu
tidak menghalangi bagiannya sebagai ahli Waris utama laki-laki. Yang
diharapkan ayah Vinsen Hermawan untuk menjaga keluarganya dan harta
yang ditinggalkan jika sudah tiada. Harta yang ditinggalkan ayahnya berupa
rumah di Kebon Nanas, 4 kendaraan bermotor dan beberapa benda tidak
bergerak. Semua harta peninggalan ayah yang akan diberikan kepada
6 Vinsen Hermawan, Masyarakat, Wawancara Pribadi, Kebon Nanas, 25 Agustus
2018.
56
Vinsen Hermawan sebagai ahli Waris tunggal dan sisanya akan diberikan
kepada Ibu Shindy Wahyu Kurnia dan 2 adik-adiknya: Aurelia Virly dan
Elsa Tabita.
Analisis keempat pembagian pada anak laki-laki berdasarkan hasil
wawancara dengan Vinsen Hermawan sebagai muallaf di Masjid Al Fida.
Vinsen Hermawan sebagai anak pertama dari 3 bersaudara, Vinsen
Hermawan mendapatkan 1/3 bagian harta Waris. Dan sisa harta 2/3 bagian
akan diberikan kepada ke-2 adik perempuan dan 1/6 bagian diberikan
Ibunya. Ketentuan dalam hukum Kewarisan Islam pembagian pada Anak
laki-laki adalah bagian yang pasti, mereka menerima Waris dengan jalannya
ashobah baik bersama anak laki-laki maupun anak perempuan. Pembagian
2:1 yang artinya bagian yang diterima laki-laki lebih banyak dari bagian
anak perempuan. Hal ini sudah diatur dalam Al-Qur’an QS. An-Nisa: 11:
ه ي ت ى ق اح ى اء ف س هه و ن ك إ ه ف ي ي خ و ظ ال م ح خ ز م ك هذه م ن ك د ال و في أ م هللاه يك ىص ي
ا م ه ى د م اح م و ك ن ي ى ب ل و ا انىصف ه ه ف ة د اح ت و او ن ك إ و ك ز ا ت ا م خ ه ههه ح ه ف
م ل ف اي ى ب أ ح ر و د و ن و ه ن ك م ي ن ن إ د ف ن و ان ن ن ك ك إ ز ا ت مه س م د انس
ه ي و د ا أ ه ىصي ب هت ي ي ص د و ع ه ب س م د انس م ل ف ة ى خ إ ان ن ن ك إ ج ف ه انخ
م ال ك اؤ ى ب أ م و ك اؤ ان آب ك نه هللاه إ ه هللاه ت م يض ا فز ع ف م و ك ب ن ز ق م أ ه ي ون أ ر د ت
ا يم ه حكيماع
Artinya: Allah mewasiatkan bagi kamu tentang (pembagian pusaka) anak-
anakmu. Yaitu: bagian seorang anak laki-laki sama dengan bagaimana dua
orang anak perempuan. Dan jika anak itu semuanya perempuan dan lebih
dua orang, maka bagi mereka 2/3 dari harta yang ditinggalkan. Jika anak
perempuan itu seorang diri maka ia memperoleh 1/2 harta.
Anak laki-laki bernama Vinsen Hermawan yang mulai masuk Agama
Islam pada 15 Febuari 2015 dan bertempat tinggal di Makassar, Jakarta
Timur. Vinsen seharusnya mendapatkan harta warisan sebanyak 1/3 harta
waris tersebut. Sedangkan kedua saudaranya yaitu Aurellia Virly
57
seharusnya tidak mendapatkan warisan yang disebabkan mereka
beragama Khonghucu. Dalam hal ini agama pewaris dengan keluarga yang
ditinggalkan terjadi perbedaan agama sehingga mereka yang beragama
Khonghucu tidak diperboehkan mendapatkan harta warisan.
Tabel 4.4
Kasus ke V: Keluarga Almarhum
Prayogi Hendratno meninggal pada
tahun 2010 beragama Kristen
Katolik bertempat tinggal di
Kembangan, Jakarta Barat. Istrinya
lebih dahulu meninggalkannya yang
bernama Murdaningsih Magdalena
pada tahun 2009 selisih 1 (satu)
tahun dengan Almarhum Prayogi
Hendratno.
Pewaris meninggalkan 4 orang
anak:
a. Michael Adi Putro, beragama
Kristen Katolik bertempat
tinggal di Palmerah, Jakarta
Barat.
b. Widyawati Setya Erani,
beragama Kristen Katolik
bertempat tinggal di Taman
Sari, Jakarta Barat.
c. Hariadi Budi Kristetranto,
beragama Islam sejak 2006
menikah dengan istrinya yang
Islam mualaf bertempat tinggal
di Tebet, Jakarta Selatan.7
d. Julia Ratnawaty Wulandari,
beragama Kristen Katolik
bertempat tinggal di Kebon
Jeruk, Jakarta Barat.
Hariadi Budi Kristetranto menjadi muallaf pada tahun 2006 setelah
menikah dengan Indah Budi Susanto. Hariadi Budi Kristetranto menjadi
muallaf karena sudah mendapatkan hidayah. Hariadi Budi Kristetranto
7 Hariadi Budi Kristetranto, Masyarakat, Wawancara Pribadi, Tebet, 20 Agustus
2018.
58
sebagai anak ke-3 dari ke-4 saudara diantaranya, 2 orang perempuan dan 2
orang laki-laki. Hubungan Hariadi Budi Kristetranto dengan keluarganya
masih dalam keadaan yang baik meskipun ia seorang sebagai muallaf dari
beberapa 4 bersaudara. Hubungan yang terjalin baik pada keluarga Hariadi
Budi Kristetranto tetap menutup bagianya sebagai ahli waris dengan alasan
Hariadi Budi Kristetranto yang berbeda agama dengan kedua orang tua
dan saudara-saudaranya.
Hariadi Budi Kristetranto tetap mendapatkan bagian harta Waris yang
diberikan berupa wasiat yang disampaikan ayahnya secara tertulis bahwa
Hariadi Budi Kristetranto berhak mendapatkan sebagian harta Warisnya.
Mengenai harta yang akan diberikan oleh kakaknya Michael Adi Putro
berupa hibah kepada Hariadi Budi Kristeranto atas wasiat yang diberikan
semasa almarhum Prayogi Hendratno hidup. Adapun harta yang
ditinggalkan kedua orang tuanya berupa rumah, 8 buah kontrakan dan
beberapa 5 mobil dan 2 motor yang akan diberikan kepada ahli Warisnya
kecuali Hariadi Budi Kristetranto yang mendapatkan bagianya 1/3 dari
harta Waris yang diberikan oleh kakaknya berupa hibah atas Wasiat yang
diberikan kepada Hariadi Budi Kristetranto.
Analisis kelima pada Wasiat Hibah, Sistem pembagian yang
didapatkan Hariadi Budi Kristetranto sebagai muallaf berupa “Wasiat
hibah”. Wasiat hibah yang dimaksud adalah pesan yang ditulis pewaris
kepada Hariadi Budi Kristetranto untuk mendapatkan bagian dari harta
peninggalan yang dihibahkan oleh kakaknya sebagai pelaksanaan Wasiat
kedua orang tuanya. Hariadi Budi Kristetranto sebagai anak ke-3 dari ke-4
bersaudara, terdiri 2 anak laki-laki dan 2 anak perempuan yang masih
menjadi bagian dari ahli Waris keluarganya. Hariadi Budi Kristetranto
yang sudah tidak menjadi bagian ahli waris tetap mendapatkan harta waris
yang digantikan berupa wasiat hibah dengan 1/3 bagian dari harta yang
ditinggalkan oleh orang tuanya. Dalam kompilasi hukum Islam Wasiat
adalah pemberian sesuatu benda dari pewaris kepada orang lain atau
lembagayang akan berlaku setelah pewaris meninggal dunia.
59
Hibah dalam kompilasi hukum Islam adalah suatu pemberian benda
secara suka rela dan tanpa imbalan dari seseorang kepada orang lain yang
masih hidup untuk dimiliki. Jadi pembagian yang diterima Hariadi Budi
Kristetranto tidak berbeda dengan Wasiat wajibah yang diatur dalam
hukum Islam merupakan suatu wasiat yang di peruntukan kepada ahli
Waris atau kerabat yang tidak memperoleh bagian harta Warisan dari
orang yang wafat karena adanya suatu halangan. Maka kepada
keturunanya dari anak pewaris diberikan wasiat wajibah tidak melebih 1/3
dari harta peninggalan pewaris.
2. Kasus VI:
Keluarga Alm Bapak H.Windya Rachman bin Abdul Rachman
seorang pengusaha telah berpulang ke rahmatullah pada tanggal 4 Juni
2004 meninggalkan istrinya Siti Asmilah binti Ginoprawiro yang 13 tahun
kemudian pulang ke rahmatullah juga pada 25 September 2017. Pewaris
meninggalkan 7 orang anak yaitu:
a. Ny. Siswayati, perempuan beragama Islam di Tanjung Duren, Jakarta
Barat.
b. Sarli beragama, perempuan Islam di Tanjung Duren, Jakarta Barat.
c. Sri Hastuti, perempuan beragama Protestan sejak menikah dengan
suaminya yang beragama Protestan mengikuti anutan agamanya suami=
J.Endrow Pardede di Tanjung Duren, Jakarta Barat.
d. Riatini Widowati, perempuan beragama Islam di Tanjung Duren,
Jakarta Barat.
e. Linggar Wardhana, laki-laki beragama Islam di Tanjung Duren, Jakarta
Barat.
f. Sangaji Jayeng Prasetya, laki-laki beragama Islam di Modernland,
Tangerang.8
8 Sangaji Jayeng Prasetya, Masyarakat, Wawancara Pribadi, Tanjung Duren, 27
Agustus 2018.
60
g. Dyah Ayu Suyati, perempuan beragama Islam di Tanjung Duren,
Jakarta Barat
Pada kasus ini anaknya Alm Bapak H. Windya Rachman bin Abdul
Rachman mendapatkan harta waris berupa tanah seluas 1500m2 dan
dibagikan secara kekeluargaan. Perihal itu kasus ini sangat bertentangan
dengan yang seharusnya menurut KHI Pasal 171 ayat (C) Ahli waris
adalah orang yang pada saat meninggal dunia mempunyai hubungan darah
atau hubungan perkawinan dengan pewaris, beragama Islam dan tidak
terhalang karena hukum untuk menjadi ahli waris. Maka dari itu praktik
pembagian waris ini tidak sama dengan yang ada di KHI maupun hukum
Islam di dunia ini. Kalau di dalam Hukum Islam dinamakan Hirman bil
wasfi, yaitu hijab yang menyebabkan seorang ahli waris tidak
mendapatkan warisan karena ada hal-hal atau keadaan tertentu, seperti
membunuh, beda agama, dan murtad. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh penulis, makan penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam
hukum positif tidak mengenal adanya perbedaan agama menjadi halangan
dalam hal-hal waris-mewaris, selama anak tersebut memiliki hubungan
darah dengan pewaris maka hak anak tersebut tetap melekat. Sebagaimana
yang telah disebutkan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dalam
pasal 832 KUH Perdata menegaskan bahwa yang berhak menjadi ahli
waris ialah keluarga sedarah, baik yang sah menurut undang-undang,
maupun yang diluar perkawinan, dan suami atau istri yang hidup terlama.
Beda halnya dengan hukum Islam dimana perbedaan agama antara si
pewaris dan ahli waris menjadi hijab untuk menerima harta warisan.
Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa:
a. Pembunuh tidak berhak mendapat warisan dari pewaris yang
dibunuhnya.
b. Orang murtad tidak berhak mendapatkan warisan dari pewaris yang
beragama Islam.
61
c. Orang kafir tidak berhak mendapat warisan dari keluarga yang
beragama Islam.
Kemudian dalam Hadits Rasulullah SAW disebutkan bahwa “ Tidaklah
berhak orang muslim mewaris harta orang kafir dan tidaklah berhak
orang kafir mewaris harta orang muslim (HR. Bukhari dan Muslim)”.
Berdasarkan penjelas ini bahwa sangatlah jelas adanya penghalang atau
hijab seorang anak yang berbeda agama dengan orang tuanya untuk
menerima warisan dan hukum Islam tidak mengenal adanya waris mewaris
antara pewaris ahli waris yang berbeda agama.
Seiring dengan hal tersebut bahwasannya ahli waris yang berbeda
agama dengan pewaris dengan pewaris akan menjadi penghalang untuk
menerima warisan. Dalam hukum Islam mengenal adanya Hibah dan
Wasiat. Hibah merupakan pemberian atau hadiah kepada seseorang dari
seseorang yang masih hidup berupa harta atau apapun. Wasiat ialah
penyataan yang dikeluarkan oleh pewaris ketika masih hidup kepada
seseorang untuk memberikan sebagian hartanya kepada orang yang
dikehendaki. Perbedaan antara hibah dan wasiat ialah dimana, orang yang
memberikan hibah atau hadiah kepada seseorang masih hidup, sementara
wasiat akan terlaksana ketika yang memberikan harta telah meninggal
dunia. Berdasarkan hal ini bahwasannya anak yang berbeda agama dengan
orang tuanya akan menerima harta orang tuanya dengan jalan hibah dan
wasiat. Dalam memberikan wasiat atau hibah kepada seseorang ialah 1/3
dari harta yang dimiliki atau yang ditinggalkan untuk menghindari ahli
waris yang sebenarnya agar pada saat ditinggalkan tidak dalam keadaan
miskin. Analisis disini seharusnya 4 anak perempuan yang Muslim yakni:
a. Ny. Siswayati, perempuan beragama Islam di Tanjung Duren, Jakarta
Barat.
b. Sarli beragama, perempuan Islam di Tanjung Duren, Jakarta Barat.
c. Riatini Widowati, perempuan beragama Islam di Tanjung Duren,
Jakarta Barat.
62
d. Dyah Ayu Suyati, perempuan beragama Islam di Tanjung Duren,
Jakarta Barat.
Seharusnya mereka ber-empat (4) mendapatkan harta waris ashabah
(sisa) karena memiliki 2 orang atau lebih saudara perempuan dan saudara
laki-laki. Berbeda dengan hukum Islam yang diterapkan pada Sri Hastuti,
perempuan beragama Protestan sejak menikah dengan suaminya yang
beragama Protestan mengikuti anutan agamanya suami= J.Endrow
Pardede di Tanjung Duren, Jakarta Barat seharusnya Sri Hastuti tidak
mendapatkan harta waris sepeserpun. Karena pewaris ialah Bapak dan
Ibunya Sri Hastuti beragama Islam berbeda dengan Sri yang beragama
Protestan. Anak laki-lakinya bernama:
a. Linggar Wardhana, laki-laki beragama Islam di Tanjung Duren, Jakarta
Barat.
b. Sangaji Jayeng Prasetya, laki-laki beragama Islam di Modernland,
Tangerang.
Mereka berdua seharusnya mendapatkan bagian waris ashabah (sisa)
masing-masing anak laki-laki tersebut. Jadi prakteknya pembagian warisan
secara rata mau itu laki-laki dan perempuan tidak sesuai dengan norma
hukum yang berlaku.
3. Kasus VII:
Keluarga Almarhum Gow Ki Choy meninggal pada tahun 1996 dan
istrinya Chung Ling Nyong yang beragama Khonghucu meninggal pada
tahun 2000 bertempat tinggal di Cililitan. Pewaris meninggalkan 3 orang
anak yakni:
a. Gow Can Kong laki-laki beragama Islam pada tahun 1990 bertempat
tinggal di Cililitan dekat Pratama Perpajakan.9
9 Gow Cang Kong, Masyarakat, Wawancara Pribadi, Cililitan, 5 Agustus 2018.
63
b. Gow Can Lung laki-laki beragama Khonghucu bertempat tinggal di
Tangerang.
c. Wu Can Kang perempuan beragama Khonghuchu bertempat tinggal di
Citayam, Bogor.
Inti dari masalah ini Alm Gow Ki Choy membagi warisnya kepada
Gow Can Kong yang beragama Islam yang notabenenya terhalang malah
tidak terhalang dalam kasus ini. Dibagikannya rumah seluas 800m2 secara
merata tidak ada landasan hukumnya. Biasanya juga di dalam tradisi etnis
Tionghoa anak laki-laki maupun perempuan yang sudah berlainan agama
tidak dapat waris seperti di Islam. Dari kasus diatas, analisa saya adalah
sebagai berikut: pada kasus ini hanya Gow Can Kong yang beragama
Islam dan dia tidak berhak mendapatkan waris sebesar 1/3 sesuai dengan
asbabul furudh. Sedangkan saudara-saudara yang lainnya berhak
mendapatkan hak waris karena faktor agamanya tidak terhalangi.
4. Kasus VIII:
Keluarga Alm R. Iyah Sahriyah binti R.H. Emun Musan pergi ke
rahmatullah pada hari Sabtu tanggal 13 Januari 2018 di Ekor Kuning Kel
Jati Kec Pulo Gadung, Jakarta Timur. Pewaris meninggalkan 6 orang anak
yakni:
a. R. Yutje Yundriyati, perempuan beragama Islam tinggal di Bekasi.
b. R. Devie Roselawati, perempuan beragama Kristen sejak menikah
dengan Rainhard Sihombing tinggal di Jatinegara.
c. R.Hj Elly Aprilia, perempuan beragama Islam tinggal di Ekor Kuning.
d. R.Moh Maksudi, perempuan beragama Islam tinggal di Kramat Jati.
e. R. Moh Wahyudi, perempuan beragama Islam tinggal di Pisangan.10
f. R. Nurcahyawati, perempuan beragama Islam tinggal di Gambir.
Pada keluarga ini ada yang unik yakni anak yang murtad itu
mendapatkan harta waris yang serupa dengan 5 saudara-saudara yang lain
10
R.Moh Wahyudi, Masyarakat, Wawancara Pribadi, Pisangan, 6 Agustus 2018.
64
berupa tanah 1500m2
di Cibubur, Jakarta Timur yang dibagi rata. Tidak
adil yang seharusnya beda agama itu terhalang malah tidak sama sekali
disini dan laki laki juga harusnya mendapatkan waris lebih besar daripada
perempuan yaitu 2:1.
Analisa yang saya lakukan pada kasus ini adalah: Pada keluarga
Almarhum R. Iyah Sahriyah binti R.H. Emun Musan. Yang 2 anak laki-
laki seharusnya mendapatkan ashabah (sisa) bagian masing-masing,
sedangkan 3 anak perempuannya mendapatkan ashabah (sisa) dari anak
laki-laki yang sudah dibagikan.
5. Keluarga IX:
Keluarga Almarhum Samsul Bahri adalah seorang pensiunan TNI
(Tentara Nasional Indonesia) yang pergi ke rahmatullah pada tahun 2008
di Cijantung, Jakarta Timur. Pewaris meninggalkan 5 orang anak
perempuan yakni:
a. Delila Bahri agama Islam tinggal di Condet, Jakarta Timur.
b. Dela Bahri agama Islam tinggal tinggal di Cawang, Jakarta Timur.
c. Diana Bahri agama Kristen Protestan tinggal di Pulo Gadung.11
d. Nirmala Bahri agama Islam tinggal di BSD, Tangerang.
e. Ade Bahri agama Islam tinggal di Sentul, Bogor.
Yang terjadi disini pewaris mewariskan sebuah rumah type 70
berkisar (70m2) pada 4 orang anak karena yang membeli rumah yang di
Cijantung dibeli oleh Delila Bahri ialah anak nomor 1 dari pewaris.
Kemudian uangnya dibagi tidak rata karena pada kasus ini waris tersebut
malah dibagi lebih sedikit untuk Nirmala Bahri anak Ke-4 pewaris karena
pada saat itu menikah membutuhkan dana lebih dan itu sudah di
musyawarahkan kepada 4 anak tersebut yang menikah tidak terhitung
mengenai hal diberikannya dana lebih. Walau ada 1 yang berbeda
11
Diana Bahri, Masyarakat, Wawancara Pribadi, Gereja Protestan Indonesia
Barat Nazareth, 9 Agustus 2018.
65
keyakinan dengan pewaris yakni Protestan Ibu Diana Bahri. Sebidang
tanah berukuran 1000m2 di Medan, Sumatra Utara yang dijual dan dibagi
rata pada tahun 2008. Pada saat Diana Bahri menikah dengan suami yang
notabenenya Kristen Protestan, Alm Bapak Samsul Bahri memberikan
kesepakatan berupa “Kalau terjadi apa apa pada mahlik rumah tangga
yang ia (Diana) Bapaknya tidak akan ikut serta membantu Ibu Diana sama
sekali”. Pada keluarga ini memang mempelajari 2 agama tersebut karena
Bapak Almarhum Samsul Bahri menikah dengan seorang Protestan yang
bernama Agustina Balsoman seorang berkewarganegaraan Portugis pada
tahun 1955 dan meninggal pada tahun 1996. Dari kecil ke-5 anak-anaknya
Bapak Almarhum Samsul Bahri: Delila Bahri, Dela Bahri, Diana Bahri,
Nirmala Bahri dan Ade Bahri mengetahui:
Anak-anak keluarga Almarhum Bapak Samsul Bahri turut Mengikuti
sebuah pesan khas yang mendefinisikan kedamaian dengan Tuhan (dan
kemungkinan harmonis dengan sesama manusia) sebagai hasil dari “Injil”.
Pengertian Kitab Injil ini berisi anugerah belas kasih Allah yang
diwahyukan dan terungkap dalam kehidupan, kematian dan kebangkitan
Yesus Kristus. Mereka percaya bahwa pesan ini menjadi hidup orang
percaya melalui kuasa Roh Kudus yang diberikan oleh Allah. Orang
Kristen Protestan melihat Alkitab secara khas sebagai penyataan wahyu
kehendak umum Allah.
Memegang satu Kitab Suci yang paling penting: Alkitab. Tidak hanya
Alkitab sebagai pedoman Firman Tuhan yang berfungsi untuk membuat
orang mendapatkan iman, tetapi Alkitab ini juga tertulis mengenai alasan-
alasan mengapa kita sebagai orang percaya ingin mengikuti Yesus dan
beriman kepadaNya. Menjadikan pembenaran oleh iman sebagai titik tolak
teologi Kristen. Hal ini mengungkapkan keyakinan dasar Reformasi: ada
jarak yang luar biasa antara Allah dan ciptaanNya, namun Allah, dalam
kedaulatan dan oleh kasih karunia-Nya (Sola Gratia), mengambil inisiatif
untuk mengampuni, membenarkan dan menyelamatkan umat manusia.
Penekanan pada pembenaran oleh iman – pada pihak lain, dapat menjadi
66
suatu dorongan yang kuat bagi keterlibatan dalam misi memberitakan Injil.
Titik tolak Reformasi fokus pada janji – janji Tuhan Yesus bagi orang
percaya berisi apa yang telah Allah lakukan di dalam Kristus.
Menekankan dosa (tunggal) dan keberdosaan umat manusia yang
hakiki. Menekankan dimensi subyektif keselamatan. Hal ini berarti bahwa
orang percaya akan menekankan pengalaman pribadi dan subyektif dalam
kelahiran baru oleh Roh Kudus, maupun tanggung jawab individu
dibandingkan dengan tanggung jawab kelompok. Penegasan peranan dan
tanggung jawab pribadi individu menyebabkan penemuan kembali ajaran
tentang imamat am orang percaya. Artinya bahwa orang percaya berada
dalam hubungan langsung dengan Allah, suatu hubungan yang hadir
secara terpisah dari gereja.
Memandang semua orang percaya sebagai “imamat kudus” (1 Petrus
2:5). Setiap orang Kristen adalah imam di bawah Imam Besar Agung
Yesus Kristus, yang adalah satu-satunya orang beriman dan satu-satunya
perantara di hadapan Allah (1 Timotius 2: 5). Memiliki tradisi denominasi
yang kuat melalui berbagai tindakan dan otoritas sesuai dengan etika
Kristen.Mengikuti sakramen Kristen Protestan yang memiliki dua cara:
sakramen perjamuan kudus dan sakraman baptisan kudus. Mereka bisa
mengakui bahasa roh tetapi tidak semua orang bisa memperolehnya.
Mengenal dan menggunakan simbol – simbol Kristen Protestan.
Melakukan hak dan tanggung jawab masing-masing individu. Mereka
harus memiliki keinginan untuk hidup berkenan kepada Allah. Contohnya
adalah menjaga kasih pesaudaraan Kristen dalam berhubungan dengan
sesama orang percaya, menjaga nama baik di depan mata orang bukan
Kristen.
Menyatukan teologi Kristen dengan 5 prinsip reformasi gereja yang
dikenal dengan istilah Panca Sola, yaitu : Sola Fide (Hanya Iman), Sola
Scriptura (Hanya Alkitab), Solus Christus (Hanya Kristus), Sola Gratia
(Hanya Anugerah), dan Soli Deo Gloria (Segala Kemuliaan Hanya Bagi
Allah). Prinsip lain berbunyi semper reformanda yang berarti “selalu
67
direformasikan”. Artinya gereja yang benar selalu direformasikan atau
diperbaharui melalui Firman Tuhan dan karya Roh Kudus.
Analisa yang saya lakukan pada kasus ini adalah: seharusnya
dibagikan sepatutnya 4 anak perempuan disini dibagikan 2/3 sesuai
dengan asbabul furudh sedangkan 1 anak perempuannya yang non-muslim
itu tidak dibagikan sama sekali sesuai dengan Pasal 171 (C) terhalang oleh
agama.
6. Keluarga ke X:
Keluarga Almarhum Raden Satria yang meninggal pada tahun 1998
dan Almarhumah Ibu Raden Suhamah yang meninggal pada tahun 1994.
Pewaris meninggalkan 7 orang anak, yaitu:
a. Raden Iwan, laki-laki beragama Islam tinggal di Bandung.
b. Raden Erik, laki-laki beragama Islam tinggal di Bandung.
c. Raden Robi, laki-laki beragama Islam tinggal di Bandung.
d. Raden Santi, perempuan beragama Islam tinggal di Bandung.
e. Raden Lis Fatimah, perempuan beragama Kristen Protestan tinggal di
Sodong Utara, Jakarta Timur.12
f. Raden Chepi, laki-laki beragama Islam tinggal di Bandung.
g. Raden Yanti, perempuan beragama Islam tinggal di Bandung
Di dalam keluarga ini hanya Lis yang berbeda agama dikarenakan Lis
waktu itu sedang sakit keras yang tidak diketahui penyakitnya apa oleh
dokter dan manapun itu dan disembuhkan oleh seorang pendeta di (GPIB)
Gereja Protestan Indonesia Barat Nazareth, Rawamangun, Jakarta Timur.
Maka dari itu dia pindah ke Protestan. Sebenarnya yang disini yang
meninggal terlebih dahulu adalah Almarhumah Ibu Raden Suhamah dan
kemudian 4 tahun berikutnya diikuti oleh Almarhum Bapak Raden Satria
yang pulang ke rahmatullah. Lalu yang dibagikan oleh pewaris adalah
12
Raden Lis Siti Fatimah, Masyarakat, Wawancara Pribadi, Gereja Protestan
Indonesia Barat Nazareth, 19 Agustus 2018.
68
cincin yang dipakai Almarhum Bapak Raden Satria diberikan pada ahli
waris yang laki-laki. Kalau yang perempuan diberikan kalung, gelang dan
cincin yang dipakai Almarhuman Bapak Raden Suhamah secara rata
pembagiannya.
Almarhum Bapak Raden Satria memberikan 1 tanah 1000 m2
di
Bandung yang dibagikan secara rata pada anak-anaknya tersebut dan
sebuah rumah berukuran 500 m2
di Bandung. Analisa: Seharusnya 4 anak
laki-laki yang beragama Islam itu ashabah (sisa) dan 2 anak perempuan
yang Islam itu mendapatkan ashabah (sisa). Kalau anak perempuan yang
non Muslim tidak mendapatkan harta waris karena terhalang. Hak waris
sesorang tidaklah muncul tiba-tiba tetapi keberadaannya didasari oleh
sebab-sebab tertentu yang berfungsi mengalihkan daripada hak-hak yang
telah meninggal dunia. Ahli waris merupakan perseorangan yang
keberadaannya telah ditentukan nash-nash baik al-Qu’ran dan Hadits.
Sebab- sebab kewarisan itu meliputi: pertama, adanya hubungan
kekerabatan atau nasab, seperti ayah, ibu, anak, cucu, saudara-saudara dan
sebagainya.13
Dengan itu, dapat dikatakan bahwa esensi kewarisan dalam Al-Qur’an
adalah proses pelaksanaan hak-hak pewaris kepada ahli warisnya dengan
pembagian harta pusaka melalui tata cara yang telah ditetapkan oleh nash.
Atau lebih khusus dapat dicatat bahwa apabila seseorang telah wafat, maka
siapa ahli warisnya yang terdekat dan berapa saham yang diterima setiap
ahli waris.14
Dalam pembagian waris harus ada dan diketahui wafatnya
pemberi waris secara hakiki atau menurut hukum. Pembandingan tirkah
tidak mungkin dilaksanakan, sehingga muwaris (pemberi waris) nyata-
nyata telah mati, atau hakim telah menetapkan kematiannya. Inilah yang
dimaksud dengan mati secara hukum. Apabila hakim menetapkan
13
Habiburrahman, Rekonstruksi Hukum Kewarisan Islam di Indonesia,
(Kementrian Agama,2001), h.17.
14 Ali Parman, Kewarisan Dalam Al-Qur’an, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1995), h.27
69
kematiannya berdasarkan butki-bukti, maka ketika itu dimungkinkan
membagikan harta peninggalannya kepada ahli waris.15
Bahwa pembagian waris non muslim pada keluarga Islam yang salah
satunya keluarga Islam nampaknya tidak sinkron tidak seperti yang
ditetapkan yurisprudensi yang membagikan ahli waris non muslim melalui
wasiat wajibah yang ukurannya maksimalnya itu 1/3.
Diuraikan atau dijelaskan untuk mendukung pendapat kita yang
mengatakan bahwa untuk non muslim itu diberikan bagian melalui wasiat
wajibah yang besarnya maksimal atau tidak melebihi dari 1/3. Yang ini
seperti yang tertuang dalam amar putusan:. Putusan ini adalah perkara
waris yang salah satu ahli warisnya adalah non muslim.
Penyelesaian pembagian harta peninggalan pada kasus keluarga dua,
tiga, empat, dan lima terdapat muallaf yang mana dia mendapatkan harta
peninggalan dengan cara wasiat wajibah. Menurut analisis penulis
seharusnya mereka (non muslim) mendapatkan harta peninggalan dengan
jalan sistem pembagian waris bukan dengan jalan wasiat wajibah kenapa
demikian, karena dia sudah masuk Islam (muallaf) sebelum pembagian
harta peninggalan. Ketika pembagian harta peninggalan dia sudah
beragama Islam dan secara garis keturunan dia mempunyai hubungan
darah dengan si pewaris, maka dari itu dia seharusnya mendapatkan harta
warisan karena sebab dia sebagai ahli waris yang mempunyai ketentuan
sebagaimana dalam furudhul muqadarah.
Analisis penulis, dari hasil wawancara diketahui setidaknya ada 7
alasan yang mendasari pembagian waris dengan sistem sama rata tersebut
yaitu:
1) Menjaga persaudaraan keluarga agar tidak putus
2) Imbalan dari keluarga karena ahli waris yang beda agama
tadilah yang peduli
15
Muhammaf Ali Ash-Shabuniy, Hukum Waris Islam, (Surabaya,1995), h.56
70
3) Telaten merawat orang tua yang meninggalkan harta warisan
tersebut mempersatukan kembali ikatan keluarga mereka yang
sempat renggang karena perbedaan agama
4) Alasan kemanusiaan karena kondisi ekonomi yang tidak
mendukung
5) Upaya mengajak kembali menjadi muslim dan non muslim
6) Hukum waris Islam telah dipenuhi, yaitu dengan menjelaskan
terlebih dahulu hak masing-masing anak. Wasiat kedua orang
tua juga terpenuhi, yaitu harta warisan dibagi rata.
7) Ada nilai sedekah dari ahli waris yang seharusnya mendapat 2
bagian, tetapi kemudian hanya mendapat 1 bagian, 1
bagiaannya disedehkan kepada ahli waris yang lain.
C. Analisis pembagian harta peninggalan pewaris kepada keluarga beda
agama
Dalam sebuah keluarga sudah menjadi kewajiban untuk tetap saling
menjaga keharmonisan dan menjalin hubungan baik sesama anggota
keluarga. Dalam pembagian waris akan menimbulkan suatu konflik ketika
ada salah satu anggota keluarga yang tidak mendapatkan harta peninggalan
karena sebab perbedaan agama. Untuk keluarga yang muslim sistem
pembagiannya dengan cara menerapkan ketentuan yang sudah ditetapkan
dalam furudhul muqadarah, akan tetapi untuk keluarga yang non muslim agar
mendapatkan harta dari si pewaris dengan jalan sistem pembagian waris
maka dia terhalang, di sisi lain mereka (non muslim) berdasarkan
kesepakatan keluarga harus mendapatkan harta peninggalan, karena hal ini
sebagai wujud pemeliharaan hubungan baik dan keharmonisan dalam
keluarga mereka.
Dalam penyelesaian kasus pembagian harta peninggalan kepada
keluarga yang non muslim dalam penerapannya diberikan dengan cara
wasiat wajibah.
71
D. Analisis Yurisprudensi Pengadilan Agama
Hal ini sebagaimana telah diterapkan dalam putusan pengadilan
agama yang sudah berkekuatan hukum tetap sebagai berikut:
a. Putusan Pengadilan Agama Nomor 0701/Pdt.G/2013/PA.Sky
Putusan Pengadilan Agama Nomor 0701/Pdt.G/2013/PA.Sky, pada
halaman 72, Hakim memberikan pertimbangan hukum seperti dalam
kutipan dibawah ini “Menimbang, bahwa Tjhin Njoen Lan (Turut
Tergugat) yang merupakan ibu kandung dari almarhum Ardiyanto Lojaya
memiliki hubungan darah sebagai ibu dan anak, dalam salah satu asas
hukum kewarisan dikenal dengan asas egaliter dimana kerabat karena
hubungan darah yang memeluk agama selain Islam dapat diberikan
bahagiannya berdasarkan wasiat wajibah maksimal 1/3 (sepertiga) bagian,
dan tidak boleh melebihi bagian Ahli Waris yang sederajad dengannya, hal
ini juga sejalan dengan Yurisprudensi MARI No.51 K/AG/1999 tanggal 28
September 1999 dan No.368 K/1995 tanggal 16 Juli 1998”.16
b. Penetapan Pengadilan Agama Nomor 4/Pdt.P/2013/PA.Bdg
Penetapan Pengadilan Agama Nomor 4/Pdt.P/2013/PA.Bdg,
pembagian harta peninggalan terhadap keluarga yang non muslim Hakim
memberikan pertimbangan hukum sebagaimana dalam kutipan pada
halaman 12, Hakim memberikan pertimbangan hukum seperti dalam
kutipan dibawah ini “Menimbang, bahwa meskipun demikian, karena
hukum kewarisan Islam di Indonesia mengandung asas egaliter, maka
kerabat yang beragama selain Islam yang mempunyai hubungan darah
dengan pewaris, dalam perkara a quo adalah SAUDARA PERTAMA
PEMOHON I DAN II dan SAUDARA KETIGA PEMOHON I DAN II,
tetap berhak mendapat bagian waris dengan jalan wasiat wajibah dengan
tidak melebihi bagian ahli waris yang sederajat dengannya (Yurisprudensi
16
Putusan Pengadilan Agama Nomor 0701/Pdt.G/2013/PA.Sky diakses dari
https://www.google.co.id/search?q=Putusan+Pengadilan+Agama+Nomor+0701%2FPdt.
G%2F2013%2FPA.Sky&oq=Putusan+Pengadilan+Agama+Nomor+0701%2FPdt.G%2F
2013%2FPA.Sky&aqs=chrome..69i57.910j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8
72
MARI dan Buku Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Peradilan
Agama, Dirjen Badilag Mahkamah Agung RI Tahun 2011).17
c. Putusan Pengadilan Agama Nomor: 3321/Pdt.G/2010/PA.Sby.
Putusan Pengadilan Agama Nomor: 3321/Pdt.G/2010/PA.Sby
pembagian harta peninggalan terhadap keluarga yang non muslim Hakim
memberikan pertimbangan hukum sebagaimana dalam kutipan pada
halaman 40, Hakim memberikan pertimbangan hukum seperti dalam
kutipan dibawah ini “ Menimbang bahwa namun begitu karena pemberian
bagian untuk XXXX dan XXXX dan ahli waris lainnya tersebut sampai
saat ini belum dituntaskan secara formal sampai dengan balik nama, maka
sebagai ahli waris non muslim yang terhalang hak warisnya terhadap
XXXX, dengan pertimbangan bahwa karena ternyata keduanya dalam
keadaan yang membutuhkan biaya penghidupan, maka sebagai ahli waris
non muslim, bagian untuk keduanya didasarkan pada kriteria wasiat
wajibah, sesuai dengan pembagian yang telah ditentukan/disepakati ketika
XXXX masih hidup; halmana sesuai dengan yurisprudensi Putusan
Mahkamah Agung RI nomor 368K/AG/1995 dan 51 K/AG/1999; pula
karena bagian yang diperuntukkan XXXX binti XXXX dan XXXX
dipandang tidak melebihi sepertiga dari seluruh harta warisan XXXX,
dengan mempertimbangkan pula bahwa di dalam harta-harta tersebut
terdapat harta bersama XXXX-XXXX, dimana sebenarnya XXXX sebagai
janda XXXX berhak mendapatkan seperduanya, tetapi yang bersangkutan
17
Penetapan Pengadilan Agama Nomor 4/Pdt.P/2013/PA.Bdg diakses dari
//www.google.co.id/search?safe=strict&ei=L0bHW8eEKMTUvAT4wrrIBg&q=Penetapa
n+Pengadilan+Agama+Nomor+4%2FPdt.P%2F2013%2FPA.Bdg&oq=Penetapan+Penga
dilan+Agama+Nomor+4%2FPdt.P%2F2013%2FPA.Bdg&gs_l=psy-
ab.12...419133.420300.0.422154.2.2.0.0.0.0.231.231.2-1.2.0....0...1c.1.64.psy-
ab..0.1.136.6..35i39k1.137.X4GFfQJpWSs
73
telah merelakannya, dan menganggap bahwa semua harta tersebut adalah
peninggalan XXXX”.18
Pertimbangan hakim dalam Putusan Pengadilan Agama diatas
diketahui bahwa hakim memutuskan tergugat (keluarga) non muslim
mendapatkan wasiat wajibah, hal tersebut didasari asas egaliter yaitu
persamaan derajat pada setiap manusia. Setiap manusi mempunyai derajat
yang sama di hadapan Tuhan tanpa membedakan kedudukan, kekayaan,
keturunan, suku, ras, golongan, dan sebagainya melainkan karena sikap
masing-masing individu.
18
Putusan Pengadilan Agama Nomor:3321/Pdt.G/2010/PA.Sby diakses
//www.google.co.id/search?safe=strict&ei=X0rHWjxBoXe9QPmx6KwB&q=Putusan+Pe
ngadilan+Agama+Nomor%3A+3321%2FPdt.G%2F2010%2FPA.Sby&oq=Putusan+Peng
adilan+Agama+Nomor%3A+3321%2FPdt.G%2F2010%2FPA.Sby&gs_l=psyab.12...573
056.574519.0.575706.2.2.0.0.0.0.156.156.0j1.2.0....0...1c.1.64.psy-
ab..0.1.181.6..35i39k1.183.2iweDvikuhw.
74
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Praktek pembagian waris pada sepuluh keluarga di Jakarta yang terdiri
dari agama muslim dan non muslim dalam masing-masing keluarganya
dibagikan dengan sistem sama rata. Harta warisan yang merupakan
peninggalan pewaris dibagi sama rata baik itu kepada laki-laki atau
perempuan, muslim atau non muslim. Diantara faktor yang mendorong
sistem pembagian waris sama rata karena mereka memandang dan
menerapkan prinsip sama rata dalam keadilan yang didasarkan atas kasih
sayang kekeluargaan, menjaga keharmonisan, dengan tidak memandang
agama yang dianut oleh mereka.
2. Sistem sama rata dalam pembagian waris pada sepuluh keluarga
majemuk di Jakarta dalam prakteknya tidak sesuai dengan ketentuan
hukum Islam yang berlaku di Indonesia. Sistem pembagian waris yang
benar adalah ketika dalam sebuah keluarga terdapat keluarga non muslim
maka secara hukum dia (non muslim) terhalang mendapat warisan.
Kemudian sistem perbandingan pembagian waris antara laki-laki dan
perempuan berdasarkan ketentuan yang sebenarnya adalah dua banding
satu. Hal ini sebagaimana tertuang dalam KHI pasal 176 dan Al-Qur’an
surah An-Nisa ayat 11. Selanjutnya apabila dalam sebuah keluarga
terdapat beberapa anggota keluarga non muslim dan berdasarkan
kesepakatan, keluarga tersebut tetap berupaya agar mereka yang non
muslim mendapatkan harta peninggalan, maka alternatif cara
pembagiannya adalah dengan cara wasiat wajibah. Hal ini sesuai dengan
ketentuan beberapa yurisprudensi Hakim di Pengadilan Agama. Dalam hal
ini penulis mengambil tiga sampel yurisprudensi pada putusan nomor
0701/Pdt.G/2013/PA.Sky, 4/Pdt.P/2013/PA.Bdg, dan 3321/Pdt.G/2010/PA
.Sby.
75
B. Rekomendasi
Penulis sudah melakukan penelitian terkait praktek pembagian waris pada
keluarga yang terdiri dari muslim dan non muslim serta melakukan analisis
ditinjau dari hukum Islam dan hukum positif di Indonesia. Berdasarkan penilitian
yang sudah penulis lakukan, maka penulis memberikan rekomendasi:
1. Fakultas, menambah khazanah keilmuan bidang Fiqh Mawarits yang lebih
difokuskan pada praktek pembagian waris yang terjadi pada masyarakat
Jakarta.
2. Akademisi, hasil penelitian sebagai bahan referensi untuk studi pustaka
bagi pihak yang ingin mengetahui praktek pembagian waris pada
masyarakat Jakarta dan analisisnya.
3. Masyarakat, memberikan sarana informasi terkait kemajemukan keluarga
dalam hal umat muslim dan non muslim serta praktek pembagian waris
pada keluarga tersebut.
76
Datar Pustaka
Al-Qur’an dan Tarjamah
Abi abdilllah Muhammad ibn Ismail Ibn Ibrahum al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari,
(Beirut: Daarul al-ahya al-arabiyah, tt.,).
Abdul Manan & M. Fauzan , Pokok-Pokok Hukum Perdata Wewenang Peradilan
Agama, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada).
Asy- Syaikh Muhammad bin Shaleh Al-Utsaimin, Ilmu Waris, (Tegal, Ash-Shaf,
2007).
Ahmad Rofiq, Fiqh Mawaris, cet.II, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 1995).
Ali Parman, Kewarisan Dalam Al- Qur’an, (Jakarta Utara, PT Raja Grafindo
Persada, 1995).
Asyhari Abta & Djunaidi Abd. Syakur, Ilmu Waris Al-Faraidh, ( Jakarta: Pustaka
Hikmah Perdana).
Amin Husein Nasution, Hukum Kewarisan, (jakarta: PT. Rajagrafindo Persada,
2012).
Amir Syrifuddin, Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta: PrenadaMedia Group, 2011).
Ahmad Rofiq, Hukum Mawaris, (Jakarta Utara, PT Raja Grafindo Persada, 1995).
Abi abdilllah Muhammad ibn Ismail Ibn Ibrahum al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari,
(Beirut: Daarul al-ahya al-arabiyah, ttt.,).
Aprilia Susilowati, Masyarakat, Wawancara Pribadi, Paseban, 9 Agustus 2018.
Asy- Syaikh Muhammad bin Shaleh Al-Utsaimin, Ilmu Waris, (Tegal, Ash-Shaf,
2007), h. 27.
77
Diana Bahri, Masyarakat, Wawancara Pribadi, Gereja Protestan Indonesia Barat
Nazareth, 9 Agustus 2018.
Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, Statistik Daerah Provinsi DKI
Jakarta 2017 (Jakarta: BPS Prov. DKI Jakarta, 2017).
Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, Statistik Daerah Provinsi DKI
Jakarta 2017.
Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, Statistik Daerah Provinsi DKI
Jakarta 2017,.
Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Dalam Angka 2017 (Jakarta:
BPS Prov. DKI Jakarta, 2017).
Fathur Rahman, Ilmu Waris, (Bandung, PT Alma’arif, 1971).
http://en.wikipedia.org/wiki/Islamic_inheritance_jurisprudence, diakses Pada
tanggal 7 Mei 2018 Pukul 11.00.
Halid & Abdul Hakim, Hukum Waris, (Jakarta: Senayan Abadi Publishing, 2004,
Cet. Pertama).
Habiburrahman, Rekonstruksi Hukum Kewarisan Islam di Indonesia, (Kementrian
Agama,2001).
http://marieotedja.blogspot.com/2013/04/wasiat-wajibah-dalam-hukum-
kewarisan.html. diakses Pada tanggal 7 Mei 2018 Pukul 08.00.
http://marieotedja.blogspot.com/2013/04/wasiat-wajibah-dalam-hukum-
kewarisan.html. Diakses pada tanggal 7 Mei 2018.
http://marieotedja.blogspot.com/2013/04/wasiat-wajibah-dalam-hukum-
kewarisan.html. Diakses pada tanggal 7 Mei 2018.
78
http://www.islam101.com/sociology/wills.htm, di akses pada 7 Mei 2018 Pukul
10.00.
http://www.merriam-webster.com/dictionary/heir di akses pada 5 Mei 2018 Pukul
12:30.
Komite Fakultas Syariah Universitas Al-Azhar, Mesir, Hukum Waris, (Jakarta
Selatan, Senayan Abadi Publishing 2004).
M. Ali Hasan, Hukum Warisan Dalam Islam, (Jakarta: Pt Bulan Bintang, 1996).
Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Sejak 1975,
(Jakarta: Erlangga,2001).
Mardani, Hukum Kewarisan Islam Di Indonesia, (Jakarta: Pt. RajaGrafindo
Persada, 2014, Cet. Pertama).
Muchith A Karim, Pelaksanaan Hukum Waris di Kalangan Umat Islam
Indonesia, (Jakarta: Malaho Jaya Abadi Press, 2010).
M. Idris Ramulyo, Perbandingan Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta: Pedoman
Ilmu Jaya, 1992).
Muhammad Abu Zuhrah, Hukum Waris: Menurut Ja’far Shadiq, Cet.I, (Jakarta:
Dar al-Ma’arif, 1983).
Muhammad Ali Ash-Shabuny, Pembagian Waris Menurut Islam, ( Jakarta: Gema
Insani Press, 1995, Cet. Pertama).
Mohammad Daud Ali, Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum
Islam di Indonesia, cet. Ketujuh, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998).
Muhibbin dan Abdul Wahid, Hukum Kewarisan Islam: Sebagai Pembaruan
Hukum Positif di Indonesia.
79
Muhammad Ali Ash-Shabuni, Pembagian Waris Menurut Islam, (Jakarta, Gema
Insani Press, 1995, Cet. Pertama).
N.M. Wahyu Kuncoro, Waris Permasalahan Dan Solusinya, (Jakarta: Raih Asa
Sukses, 2015, Cet. Pertama).
M. Idris Ramulyo, Perbandingan Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta: Pedoman
Ilmu Jaya, 1992).
M. Idris Ramulyo, Perbandingan Hukum Kewarisan Islam Di Pengadilan dan
Kewarisan Menurut Undang-undang Hukum Perdata (suatu Studi Kasus),
Cet.I, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1992).
Riana Kesuma Ayu, Penghalang Mewarisi, artikel diakses pada 27 Agustus 2018
dari http://rianan-kesuma–ayu.com/penghalang-mewarisi.
R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, KUH Perdata Burgalijk Wetboek dengan
tambahan: UU Pokok Agraria dan UU Perkawinan, Cet. 39 (Jakarta: PT.
Pradnya Paramita).
Suhrawardi K. Lubis dan Komis Simanjuntak, Hukum Waris Islam(Lengkap dan
Praktis), (Jakarta, Sinar Grafika, 1995).
Sugiarto, Masyarakat, Wawancara Pribadi, Ciputat, 19 Agustus 2018.
Syekh Ali Ahmad al-Jarjawi, Indahnya Syariat Islam, cet.1, (Jakarta: Gema Insani
Press, 2006).
Tim Redaksi Fokus Media, Kompilasi Hukum Islam: Hukum Perkawinan, Hukum
kewarisan, Hukum Perwakafan, Dilengkapi dengan: UU RI No.41 tahun
2004 dan UU RI No.38 tahun 1999, (Bandung: Fokusmedia, 2007).
Tim Redaksi Fokus Media, Kompilasi Hukum Islam: Hukum Perkawinan.
Sho Teng Giok Nio, Masyarakat, Wawancara Pribadi, Matraman, 10 Agustus
2018.
80
Vinsen Hermawan, Masyarakat, Wawancara Pribadi, Kebon Nanas, 25 Agustus
2018.
Hariadi Budi Kristetranto, Masyarakat, Wawancara Pribadi, Tebet, 20 Juli 2018.
Sangaji Jayeng Prasetya, Masyarakat, Wawancara Pribadi, Tanjung Duren, 25
Juli 2018.
Gow Cang Kong, Masyarakat, Wawancara Pribadi, Cililitan, 5 Agustus 2018.
R.Moh Wahyudi, Masyarakat, Wawancara Pribadi, Pisangan, 3 Agustus 2018.
Raden Lis Siti Fatimah, Masyarakat, Wawancara Pribadi, Gereja Protestan
Indonesia Barat Nazareth, !9 Agustus 2018.
Putusan Pengadilan Agama Nomor 0701/Pdt.G/2013/PA.Sky diakses dari
https://www.google.co.id/search?q=Putusan+Pengadilan+Agama+Nomor+0
701%2FPdt.G%2F2013%2FPA.Sky&oq=Putusan+Pengadilan+Agama+No
mor+0701%2FPdt.G%2F2013%2FPA.Sky&aqs=chrome..69i57.910j0j7&so
urceid=chrome&ie=UTF-8
Penetapan Pengadilan Agama Nomor 4/Pdt.P/2013/PA.Bdg diakses dari
//www.google.co.id/search?safe=strict&ei=L0bHW8eEKMTUvAT4wrrIBg
&q=Penetapan+Pengadilan+Agama+Nomor+4%2FPdt.P%2F2013%2FPA.
Bdg&oq=Penetapan+Pengadilan+Agama+Nomor+4%2FPdt.P%2F2013%2
FPA.Bdg&gs_l=psy-ab.12...419133.420300.0.422154.2.2.0.0.0.0.231.231.2-
1.2.0....0...1c.1.64.psy-ab..0.1.136.6..35i39k1.137.X4GFfQJpWSs
Putusan Pengadilan Agama Nomor:3321/Pdt.G/2010/PA.Sby diakses
//www.google.co.id/search?safe=strict&ei=X0rHWjxBoXe9QPmx6KwB&q
=Putusan+Pengadilan+Agama+Nomor%3A+3321%2FPdt.G%2F2010%2FP
A.Sby&oq=Putusan+Pengadilan+Agama+Nomor%3A+3321%2FPdt.G%2F
2010%2FPA.Sby&gs_l=psyab.12...573056.574519.0.575706.2.2.0.0.0.0.156
.156.0j1.2.0....0...1c.1.64.psy-ab..0.1.181.6..35i39k1.183.2iweDvikuhw.
81
http://data.jakarta.go.id/dataset/jumlah-penduduk-dki-jakarta-berdasarkan-agama
Diana Bahri, Masyarakat, Wawancara Pribadi, Gereja Protestan Indonesia Barat
Nazareth, 9 Agustus 2018.
Sidik Tono, Kedudukan Wasiat Dalam Sistem Pembagian Harta Peninggalan,
(Jakarta: Kementrian Agama Republik Indonesia)
Tim Redaksi Fokusmedia, Kompilasi Hukum Islam, (Bandung: Fokusmedia,
2007)
82
LAMPIRAN
PEDOMAN WAWANCARA
Daftar pernyataan penilitian skripsi “Pembagian Warisan Pada Keluarga Beda Agama”
Objek penelitian: Masyarakat DKI Jakarta
Hari/Tanggal: 6 Agustus 2019
Masalah Pokok dalam Skripsi ini yaitu:
1. Bagaimana praktek pembagian waris bagi non muslim dalam keluarga Islam
di Jakarta?
2. Bagaimana analisis hukum Islam dan yurisprudensi pada praktek pembagian
waris non muslim pada keluarga Islam?
Daftar Pertanyaan:
1. Bagaimana praktek pembagian waris bagi non muslim dalam keluarga Islam di Jakarta?
2. Mengapa masyarakat lebih memilih pembagian warisan secara rata?
4. Apakah anda mengetahui hukum Islam perihal waris?
5. Bagaimana pandangan hukum Islam terhadap pembagian warisan secara rata?
6. Bagaimana pandangan masyarakat Jakarta sendiri mengenai pembagian warisan secara
rata?
7. Bagaimana proses pembagian warisan yang berupa harta atau benda?