Evidence of Cardiovascular Calcification and Fibrosis ... - Nature
Oral Submucous Fibrosis
Transcript of Oral Submucous Fibrosis
Oral Submucous Fibrosis
Definisi
Oral submucous fibrosis merupakan kondisi dimana terdapat
jaringan fibrosis pada corium mukosa.1 Walaupun kadang
didahului atau disertai pembentukan vesikel, kondisi ini
selalu berkaitan dengan reaksi inflamasi juxtaepithelial yang
diikuti oleh perubahan fibroelastis pada lamina propria dengan
atrofi epitel yang menyebabkan kekakuan pada mukosa oral
sehingga menyebabkan trismus dan kesulitan saat makan.2
Epidemiologi
Kondisi ini sangat umum terjadi di India, benua Asia
bagian selatan, dan penduduk Asia lainnya. Prevalensi oral
submucous fibrosis di India, Burma dan Afrika Selatan berkisar 0 –
1,2 %. Di India, insidennya sekitar 0,2% sampai 0,5%. Insiden
ini tinggi di daerah India Selatan dimana insiden kanker mulut
juga tinggi.2
Oral submucous fibrosis juga muncul pada penduduk Asia lainnya
serta kepulauan pasifik. Migrasi penduduk yang memiliki
kebiasaan mengunyah pinang juga menyebabkan kondisi ini1
menjadi masalah kesehatan umum dibanyak negara, termasuk
Inggris, Afrika Selatan, dan negara Asia tenggara.3
Etiologi
Penyebab oral submucous fibrosis belum diketahui secara pasti,
tetapi penelitian terbaru menunjukkan bahwa kerentanan genetik
dan respon fibroblastik terhadap kebiasaan mengunyah pinang
dapat menjadi faktor pemicu terjadinya oral submucous fibrosis.1
Faktor lain yang dapat menjadi faktor predisposisi adalah
cabai, tembakau, lemon, defisiensi nutrisi, metabolisme zat
besi yang tidak efektif, infeksi bakteri, gangguan kolagen,
gangguan imunologis, dan perubahan komposisi saliva.2,3
Patogenesis
Mengunyah pinang merupakan faktor predisposisi yang
paling berperan dalam proses terjadinya oral submucous fibrosis.3
Kebiasaan mengunyah sirih pinang dengan durasi dan frekuensi
yang lama menyebabkan iritasi kronis yang memicu respon
inflamasi kronis. Respon inflamasi berupa aktivasi sel T dan
makrofag pada daerah iritasi serta peningkatan sitokin (IL-6
dan IF-alfa) dan peningkatan faktor pertumbuhan (TGF-beta).
Hal ini akan mengaktivasi gen prokolagen sehingga meningkatkan
2
jumlah kolagen soluble dan kolagen insoluble. Perubahan kolagen
soluble menjadi insoluble difasilitasi oleh peningkatan aktifitas
oksidasi lysyl yang distimulasi oleh cooper dan aksi flavanoid
seperti catechin dan tannin yang terkandung dalam pinang. Proses
inflamasi juga mengaktivasi gen TIMP (tissue inhibitor of matrix
metalloproteinase) dan PAI (plasminogen activator) yang menghambat
aktivasi kolagenase dan konversi prokolagen menjadi kolagen
sehingga menyebabkan penurunan degradasi kolagen. Peningkatan
jumlah kolagen dalam bentuk insoluble menimbulkan oral submucous
fibrosis.4
Gambaran klinis
Oral submucous fibrosis paling sering ditemukan pada mukosa
bukal dan area retromolar. Selain itu dapat juga ditemukan
pada palatum lunak, palatal fauces, uvula, lidah, dan mukosa
labial, kadang-kadang melibatkan dasar mulut dan gingiva.2,5
Oral submucous fibrosis secara klinis terbagi menjadi tiga tahap
dan gambaran klinis yang ditemukan bervariasi pada setiap
tahapnya.3
Gejala awal (tahap pertama) yang paling umum adalah
sensasi terbakar, mulut kering, mukosa oral memucat dan
3
ulserasi. Sensasi terbakar biasanya terjadi saat mengunyah
makanan berbumbu. Warna mukosa yang pucat disebabkan oleh
gangguan vaskularitas lokal akibat peningkatan fibrosis dan
menunjukkan gambaran “marble like”. Warna mukosa yang pucat
dapat terlokalisasi, difus atau retikuler. Pada beberapa
kasus, warna pucat dapat dihubungkan dengan vesikel kecil yang
pecah membentuk erosi. Pasien mengeluhkan vesikel ini
terbentuk setelah mereka mengkonsumsi makanan berbumbu, yang
menunjukkan kemungkinan reaksi alergi terhadap capsaicin.2,4,6
Pada mukosa juga dapat terjadi pigmentasi melanotik dan petechie
pada mukosa.3
Pada tahap lanjut, gambaran pentingnya adalah fibrous band
vertikal dan sirkuler (gambar 1) yang menyebabkan kesulitan
membuka mulut dan mengunyah, berbicara, menelan dan memelihara
oral hygiene. Fibrous band pada bibir menyebabkan bibir menebal,
elastis, dan sulit diretraksi, fibrous band pada sekeliling bibir
menyebabkan mulut terbuka dalam bentuk elips (gambar 2).
Fibrosis membuat pipi menebal dan kaku, pada lidah depapilasi
dapat terjadi pada ujung dan tepi lateral disertai warna pucat
atau fibrosis pada bagian ventral (gambar 3). Fibrosis pada
lidah dan dasar mulut mengganggu pergerakan lidah.
4
Keterlibatan palatum durum menunjukkan mukosa yang memucat
(gambar 4).2,4,6
Gambar 1. Mukosa bukal tampak pucat dan tampak adanya fibrosis dengankesulitan untuk membuka mulut.4
Gambar 2. Foto ekstraoral menunjukkan keterbatasan membuka mulut denganatrofi bibir dan erosi pada sudut mulut.4
Gambar 3. Permukaan ventral lidah tampak pucat dan fibrosis.4
5
Gambar 4. Mukosa palatal yang tampak pucat.2
Fibrosis dapat meluas ke palatum lunak dan uvula. Uvula
dapat terlihat mengecil dan pada kasus yang lebih berat tampak
seperti kuncup (gambar 4). Keterlibatan gingiva jarang terjadi
dan ditandai oleh fibrosis, warna memucat, dan hilangnya
‘stippling’ pada gingiva.
Gambar 5. Tampak uvula yang atrofi menyerupai kuncup.2
Tahap ketiga merupakan sequelae dari oral submucous fibrosis
dapat berupa leukoplakia yang merupakan lesi pre kanker dan
6
ditemukan pada 25 % pasien oral submucous fibrosis.3 Pada kasus yang
jarang, dapat terjadi ketulian akibat obstruksi tuba eustachi
dan kesulitan menelan akibat fibrosis pada esofagus.2,3,4
Gambaran histopatologis
Gambaran histopatologis awal oral submucous fibrosis ditandai
oleh inflamasi juxta-epithelial termasuk udem, peningkatan jumlah
fibroblas dan infiltrat inflamasi, terutama netrofil dan
eosinofil. Selanjutnya, tampak serabut kolagen yang mulai
mengalami hyalinisasi. Terjadi peningkatan jumlah infiltrat
inflamasi yang mengandung sel inflamasi tipe kronik, seperti
limfosit dan sel plasma. Hyalinisasi merupakan proses
degenerasi jaringan ikat dimana elemen struktural sel yang
terlibat digantikan oleh jaringan translusen yang homogen.3,4,6
Pada tahap lanjut, oral submucous fibrosis ditandai oleh
pembentukan ‘band’ kolagen yang tebal dan hyalinisasi meluas
sampai ke jaringan submukosa dan penurunan vaskularisasi.
Lapisan mukosa sering menjadi tipis dan mengalami
hipopigmentasi atau mengalami hiperkeratosis. Kadang perubahan
displastik muncul pada epitel. Inflamasi dan fibrosis pada
7
kelenjar saliva minor juga dapat ditemukan. Degenerasi otot
dapat terjadi pada tahap oral submucous fibrosis selanjutnya.3,4,6
Diagnosis dan pemeriksaan penunjang
Diagnosis oral submucous fibrosis didasarkan pada gambaran
klinis dan riwayat pasien yang memiliki kebiasaan mengunyah
sirih pinang. Kesepakatan internasional menyatakan salah satu
dari tiga gambaran klinis berikut dapat menjadi pedoman
menentukan diagnosis oral submucous fibrosis2,6:
Fibrous band yang dapat di palpasi
Tekstur mukosa terasa keras dan kasar
Mukosa pucat disertai gambaran histopatologis oral
submucous fibrosis.
Pemeriksaan histopatologis melalui biopsi dengan
pewarnaan hematoksilin dan eosin memberikan diagnosis yang
yang lebih pasti dan penting dilakukan berkaitan dengan
hubungan oral submucous fibrosis dengan kanker mulut.3
Diagnosis banding
Diagnosis banding untuk oral submucous fibrosis adalah lichen
planus, scleroderma dan squamous cell carcinoma.7
8
Terapi
Perawatan pasien dengan oral submucous fibrosis tergantung
pada derajat keterlibatan klinis. Jika penyakit dideteksi pada
tahap awal maka tindakan menghentikan kebiasaan mengunyah
sirih sudah cukup. Kebanyakan pasien datang dengan kondisi
penyakit sedang sampai parah, yang sudah bersifat irreversible.
Pada tahap ini perawatan yang diberikan berupa terapi
simptomatis dan terutama bertujuan untuk memperbaiki
pergerakan mulut.2,3 Beberapa terapi yang dapat diberikan pada
pasien adalah2:
1. Terapi obat-obatan
Terapi suportif
Diet kaya vitamin E dan B serta zat besi membantu
dalam pergerakan mulut tetapi memiliki efek
terapeutik yang kecil dalam menyembuhkan trismus.
Preparat B kompleks-iodine (injeksi Ranodine)
merupakan kombinasi iodine dengan vitamin B kompleks
sintetis yang berperan dalam stimulasi proses
metabolik dan enzimatik (reduksi dan transminasi
oksigen). Injeksi intramuskuler dimulai dengan dosis
kecil dan dilanjutkan dengan dosis yang lebih besar
9
(2 ampul sehari) selama 5 hari. Proses ini diulang
setelah tujuh hari.
Injeksi arsenotyphoid and iodine sebagai agen pelarut
fibrin
Steroid
Lokal: injeksi hidrokortison dan prokain hidroklorida
secara lokal pada area fibrosis dua minggu sekali.
Sistemik: terapi hidrokortisone tablet 25 mg dengan
dosis 100 mg/hari dapat bermanfaat dalam terapi
sensasi terbakar. Triamcinolone atau dexamethasone 90
mg dapat diberikan.
Ekstrak Plasenta
Ekstrak plasenta merupakan stimulator biogenik yang
esensial. Ekstrak placenta menstimulasi korteks adrenal
pituitary dan mengatur metabolisme jaringan. Ekstrak
plasenta jika diimplantasi akan menstimulasi proses
metabolik atau regenerasi untuk mendukung penyembuhan.
Regio yang terkena dibagi menjadi 5 regio. Setiap regio
di injeksi larutan 2 ml secara lokal intramuskuler
disekitar fibrous band dengan interval 3 hari selama 15
10
hari. Proses ini bisa diulang setelah 1 bulan jika
diperlukan.
Hyaluronidase
Perbaikan kondisi kesehatan membran mukosa, sensasi
terbakar dan trismus terjadi dengan injeksi
hyaluronidase.
Lycopene
Merupakan antioksidan dari ekstrak tomat dapat diberikan
dalam bentuk tablet Lycopene 2000mcg selama 3 bulan
dengan kontrol setiap 15 hari.
Vitamin E
Vitamin E bekerja dengan mencegah oksidasi kandungan
seluler esensial dan meningkatkan ketahanan eritrosit.
Injeksi vasodilator untuk menghilangkan efek iskemik
serta membantu nutrisi dan obat-obatan mencapai area
yang terkena. Obat yang digunakan adalah fluorouracil.
Injeksi interferon gamma secara intralesi dapat
memperbaiki pembukaan mulut dan mengurangi sensasi
terbakar pada mukosa.
2. Pembedahan
Konvensional
11
Diindikasikan untuk kasus dimana pembukaan mulut sangat
terbatas, hasil biopsi menunjukkan perubahan neoplastik
dan kondisi trismus dan disfagia berat.
Laser
Bedah laser CO2 memberikan keuntungan dalam mengurangi
restriksi fungsional jika dibandingkan dengan teknik
bedah konvensional atau grafting.
Cryosurgery
Merupakan metode destruksi lokal jaringan dengan
membekukannya secara in situ.
3. Fisioterapi oral pada kasus ringan dan sedang yang
bertujuan untuk menekan fibrous band.
4. Diathermy untuk kasus sedang sampai berat dengan mekanisme
fisiofibrinolisis. Jika dikombinasikan dengan terapi lain
akan memberikan hasil yang lebih baik.
Prognosis
Oral submucous fibrosis dapat bersifat persisten atau berubah
menjadi keganasan.3,4 Oral submucous fibrosis sangat berkaitan
dengan resiko kanker mulut karena dapat menyebabkan atrofi
epitel yang meningkatkan resiko penetrasi karsinogen.
Penelitian menunjukkan bahwa displasia ditemukan pada 25 %
12
kasus yang dibiopsi dan tingkat transformasi keganasan
bervariasi dari 3 sampai 19 %.4
Daftar Pustaka
1. Field, A., Longman, L., (2004) Tyldesley’s oral medicine. 5th ed.New York: Oxford University Press. p: 114-5.
2. Ghom, A.G. (2010) Textbook of oral medicine. 2nd ed. New Delhi:Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd. p: 217-24.
3. Lountzis, N.I. (2012) Oral submucous fibrosis [Online]. Available at: http://emedicine.medscape.com/article/1077241-overview#a0199. Diakses: 25 April 2014.
4. Auluck, A., Rosin, M.P., Zhang, L., Sumanth, K.N. (2008) ‘Oral submucous fibrosis, a clinically benign but potentially malignant disease: report of 3 cases and review of the literature’ Jornal of Canadian Dental Assoc, 74:(8). p: 734-40. [Online]. Available at: http://cda-adc.ca/jcda/vol-74/issue-8/735.pdf. Diakses: 24 April 2014.
5. Bruch, J.M. and Treister, N.S. (2010) Clinical Oral Medicine andPathology. New York: Humana Press. p:123.
6. Jontel, M. And Holmstrup, P. (2008) ‘ Red and whitelesions of the oral mucosa’ in Greenberg, MS., Glick, M.,Ship, JA (ed) Burket’s oral medicine [Online]. Available at:http://www.dentalebooksfree.blogspot.com. Diakses: 26Juni 2013. p: 88-9.
7. Cook, V. M. (2013) Oral submucous fibrosis, [Online].Available at:http://vanessacook.myefolio.com/Uploads/Oral%20Submucous%20Fibrosis.pdf. Diakses: 24 April 2014.
13