Optimasi Kolom Debutanizer di PT. Pertamina (Persero) dengan menggunakan simulasi Hysys
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
Transcript of Optimasi Kolom Debutanizer di PT. Pertamina (Persero) dengan menggunakan simulasi Hysys
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Unit Butane Butylene Distiller (BB Distiller) salah satu unit
operasi yang berada di bawah naungan bagian Crude Distiller
and Gas Plant (CD&GP), tepatnya di daerah gas plant. Unit ini
dibangun pada tahun 1940 dengan kapasitas pengolahan
800 T/D, Unit BB Distiller ini merupakan unit primary
Process yang berfungsi untuk memisahkan Butane Butylene
yang ada dalam gas ex BBMGC, Comprimate ex BBMGC,
Condensate ex SRMGC dari tangki 1201, Crude Buthane ex CD-
II/III/IV/V sebagai feed Unit Polimerisasi dan
Alkylasi. Unit BB Distiller menghasilkan produk utama
berupa Butane Butylene (FBB) sebagai bahan baku untuk unit
Alkilasi, Stabilized Crack Top (Stab.Cr.Top) atau Low Octane
Mogas Component (LOMC) yang nantinya akan di blending
dengan High Octane Mogas Component (HOMC) untuk di jadikan
premium. Di samping itu unit BB Distiller juga
menghasilkan produk samping berupa refinery fuel gas, dan
Propane (Musicool) namun untuk sekarang ini musicool sudah
tidak di produksi lagi di Unit BB Distiller.
Produk utama dari Unit BB Distiller ini adalah
memproduksi fresh butane butylane (FBB) sebagai bahan baku
pada unit Alkilasi, untuk menghasilkan produk light
alkylate yang memiliki bilangan oktan tinggi.
Pada unit BB Distiller proses yang terjadi adalah
distilasi. Distilasi memisahkan minyak bumi menjadi
fraksi-fraksinya berdasarkan perbedaan rentang titik
didih dari masing-masing fraksi. Unit BB Distiller
terdiri dari empat kolom utama, yaitu kolom
absorber (1-1), depropanizer (1-2), debutanizer (1-3), dan
stripper (1-4).
Kolom debutanizer berfungsi untuk memisahkan komponen-
komponen hidrokarbon ringan menjadi produk atas
sebagian C3 (Propane), C4 cut (campuran Butane-Butylene)
2
dan produk bawah hidrokarbon berat mulai dari C5
kebawah yang akan menjadi umpan pada kolom stripper (1-
4).
Aliran yang masuk ke dalam kolom debutanizer berasal dari
bottom kolom depropanizer yang terlebih dahulu masuk ke
reboiler, komponen yang lebih berat dari C3
dijadikan boil-up melalui reboiler, sedangkan produk
cair reboiler dijadikan umpan kolom debutanizer. Didalam
kolom debutanizer mengalami pemisahan menjadi produk atas
dan bawah. Produk atas kolom debutanizer dikondensasi
dan dialirkan ke akumulator. Cairan dari akumulator
dipompa sebagian sebagai refluks kolom debutanizer dan
sebagian lagi sebagai produk berupa FBB. Produk bawah
kolom debutanizer yang mengandung komponen yang lebih
berat dari C4 dipanaskan dalam reboiler, di mana fasa
uap dikembalikan sebagai boil-up dan fasa cairnya
dicampurkan dengan fasa cair dari akumulator yang
menampung produk atas dari kolom absorber dan depropanizer
menjadi umpan kolom stripper.
3
Masing-masing kolom distilasi di operasikan dengan
kondisi yang berbeda-beda. Setelah dioperasikan selama
± 70 tahun, dilihat dari data lapangan dan control room,
alat instrumentasi (flow meter) menunjukkan ketidak
akuratan yang menyebabkan tidak akuratnya kondisi
operasi yang berdampak pada pengaturan kondisi unit dan
optimasi proses. Oleh sebab itu di perlukan evaluasi
dan optimasi kinerja kolom debutanizer unit BB Distiller
untuk mengetahui kondisi operasi optimum dengan
menggunakan software simulasi Hysys (Hyphothetical System).
1.2 Tujuan
Tujuan dari tugas khusus ini adalah untuk optimasi
kinerja kolom debuthanizer unit Butane Butylene Distiller PT.
PERTAMINA (Persero) RU III dengan mengoptimalkan
kondisi operasi dan jumlah tray secara simulasi dengan
software Hysys (Hyphothetical System) sehingga dapat
diketahui keadaan optimal kolom tersebut.
1.3 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah
4
Ruang lingkup masalah tugas khusus pada laporan Kerja
Praktek ini adalah dibatasi pada optimasi efisiensi
kolom berdasarkan keadaan aktual kolom debutanizer unit
BB Distiller, Crude Distiller and Gas Plant (CD&GP) dengan
menggunakan simulasi Hysys.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam industri perminyakan khususnya di Pertamina
distilasi merupakan proses yang sangat penting dalam
kilang minyak, dimana pada proses ini tidak terjadi
reaksi kimia, tetapi hanya proses pemisahan komponen-
komponen berdasarkan perbedaan titik didih dan daya
volatilitas saja yang terjadi (perubahan secara fisik).
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perubahan
5
fisik tersebut yaitu temperatur dan tekanan. Panas yang
dikaitkan dengan perubahan wujud ada dua, yaitu:
a. Panas sensibel, yaitu panas yang dapat diukur dengan
termometer, dan merupakan panas untuk menaikkan suhu
zat sampai mencapai titik didihnya.
b. Panas laten, yaitu panas yang diserap untuk mengubah
wujud zat dan tidak mengubah suhu. Panas laten
diserap oleh tiap molekul ketika zat berubah dari
fasa cair ke fasa uap.
Ada dua jenis tekanan yang penting untuk proses
distilasi, yaitu:
a. Tekanan uap, yaitu tekanan oleh molekul uap ketika
melepaskan diri dari permukaan suatu cairan. Tekanan
uap dihasilkan oleh molekul-molekul yang
meninggalkan suatu cairan dan tekanan uap suatu
cairan adalah tekanan yang ditimbulkan oleh molekul-
molekul uap yang lepas.
b. Tekanan ekstern, yaitu tekanan yang diakibatkan oleh
atmosfer terhadap zat, sehingga sering disebut
dengan tekanan atmosfer atau udara.
6
2.1 Pembagian Distilasi
Proses distilasi dapat dikelompokkan menjadi
beberapa kategori, yaitu :
1. Berdasarkan komposisi sistem
Berdasarkan komponen kimia yang ada dalam
campuran, distilasi terbagi menjadi distilasi dua
komponen (binary distillation) dan distilasi banyak
komponen (multicomponent distillation) (Coulson, 1983).
2. Berdasarkan cara proses
Distilasi terjadi dengan dua cara, yaitu :
a. Continuous distillation, terjadi ketika umpan
yang dimasukkan ke dalam kolom dan produk diambil
pada waktu yang sama, dan umpan yang dimasukkan
lebih dari satu kali (Coulson, 1983).
b. Distilasi batch (batch distillation). Sedangkan
distilasi batch terjadi ketika umpan yang
masuk dan produk yang diambil tidak sama tiap
waktu dan umpan dimasukkan hanya satu kali
(Coulson, 1983).
7
3. Berdasarkan tekanan operasinya, distilasi
dapat digolongkan menjadi:
a. Distilasi atmosferik, yaitu distilasi pada
tekanan udara atau atmosferik.
b. Distilasi vakum, yaitu distilasi yang
beroperasi pada teknan vakum (dibawah
tekanan atmosferik) untuk menurunkan titik
didih.
c. Distilasi bertekanan, yaitu distilasi yang
beroperasi pada tekanan di atas tekanan
atmosferik untuk menaikkan titik didih.
4. Berdasarkan tipe peralatan
Peralatan distilasi terdiri dari dua macam
kategori, yaitu:
a. Tray, yaitu yang memaksa uap yang naik agar
menggelembung melalui sebuah lubang penurunan
cairan. Tipe ini dibagi menjadi dua macam kolom
yang sering dipakai, yaitu:
a. Bubble cap tray yaitu tray dengan sejumlah lubang
yang dipasangi dengan riser dimana uap dari
tray dibawah dapat melewatinya. Tiap-tiap riser
8
ditutup dengan sebuah bubble cap (Coulson,
1983).
b. Perforated tray atau sieve tray adalah bubble cap tray
yang diganti dengan lubang-lubang kecil.
Semakin kecil lubangnya, maka kontak uap
cairan akan semakin baik (Coulson, 1983).
b. Packing, yaitu kolom distilasi yang diisi dengan
bahan isian untuk menciptakan suatu permukaan
untuk cairan agar dapat menyebar. Lapisan film
tipis cairan mempunyai luas permukaan yang
besar untuk transfer massa antara cairan dan
uap.
2.2 Metode distilasi
Terdapat dua metode distilasi yang sering digunakan
dalam industri. Metode yang pertama berdasarkan
pada pembuatan uap dengan mendidihkan campuran zat
cair yang akan dipisahkan komponennya dan kemudian
uap ini dipisahkan langsung dengan liquidnya dan
dikondensasi tanpa memberi kesempatan adanya kontak
antara distilat dengan uap yang baru terbentuk.
9
Sehingga tidak terjadi refluks. Yang termasuk dalam
metode ini adalah equilibrium (flash) distillation dan
differential distillation.
Metode yang kedua berdasarkan pada pembentukan uap
dan kemudian uap ini dikondensasi, setelah itu
sebagian dari distilat dikembalikan hingga terjadi
kontak antara distilat tersebut dengan uap yang
baru terbentuk. Yang termasuk dalam metode ini
adalah rectification distillation (Geankoplis, 1993).
2.3 Proses Distilasi
Pada proses distilasi, campuran yang akan
dipisahkan mula-mula ditampung di dalam tangki
umpan, kemudian pompa umpan mengalirkannya melalui
pemanas awal (preheater) dimana campuran itu
dipanaskan. Campuran yang dipanaskan memasuki
menara melalui valve ke dalam flash zone sesuai dengan
kondisi kesetimbangannya. Akibatnya komponen yang
lebih ringan bergerak melalui tray menara sebagai
10
uap dan komponen yang lebih berat turun melalui tray
menara sebagai cairan.
Bagian menara distilasi di atas tray umpan disebut
bagian fraksinasi atau rektifikasi. Dibagian inilah
kandungan komponen yang lebih ringan ditingkatkan,
kemudian akan dikondensasikan menjadi cairan
kembali melalui kondensor. Sebagian dari produk
atas diambil sebagai distilat dan sebagian lagi
dipompakan kembali ke dalam menara sebagai refluks.
Sedangkan komponen yang tidak dapat mengembun dapat
juga diambil sebagai produk.
Bagian menara di bawah tray umpan disebut sebagai
bagian stripping, disini cairan yang mengalir ke
bawah di ambil komponen ringannya ketika
bersentuhan dengan uap dan cairan yang lebih panas
pada masing-masing tray yang lebih bawah. Karena
pada tiap tray yang dilalui cairan ketika mengalir
ke bawah lebih panas dari pada tray di atasnya,
komponen ringan cairan itu akan menguap sementara
11
yang lebih berat terus mengalir ke bawah. Ketika
cairan meninggalkan dasar menara, sebagian akan
ditarik keluar sebagai produk bawah dan sebagian
dikembalikan ke menara setelah terlebih dahulu
diuapkan oleh reboiler.
Pada setiap tray, uap terpisah dari campuran yang
mendidih dan naik melalui lubang-lubang pada tray
yang diatasnya. Lubang-lubang ini dipasangi pipa
yang disebut riser dan di atasnya dipasang bubble cap
untuk memaksa uap yang naik mengelembung melalui
cairan yang terkondensasi pada tray diatasnya. Pada
setiap tray banyak terdapat riser dan bubble cap,
sehingga uap yang naik bersentuhan secara maksimal
dengan cairan. Dengan demikian terjadi perpindahan
panas dan massa secara maksimal.
2.4 Refluxing dan Reboiling
Karena kerjanya yang tidak benar-benar sempurna,
menara distilasi tidak menghasilkan produk bawah
dan atas yang murni. Produk atas masih mengandung
12
sedikit produk bawah yang teruapkan, dan produk
bawah masih mengandung sedikit produk atas yang
terkondensasi. Overlap yang terjadi dapat disebabkan
karena sulitnya mengendalikan suhu menara pada
kondisi konstan dan campuran yang diumpankan dapat
mengandung produk-produk yang dikehendaki dengan
titik didih yang hampir sama sehingga sulit untuk
dipisahkan.
Satu cara untuk menghindari terjadinya overlap pada
puncak menara disebut refluxing. Dimana uap dari
puncak menara setelah dikondensasikan oleh
kondensor sebagian menjadi produk. Sedangkan
sisanya dipompakan kembali ke dalam tray atas
menara. Cairan yang dimasukkan kembali ini disebut
refluks yang menjamin bahwa tray-tray pada puncak
menara memiliki cukup cairan untuk menghasilkan
perpindahan massa yang optimum dari uap yang naik.
Reboiler pada kebanyakan menara juga menyediakan
sebagian besar panas yang diperlukan untuk
13
menjalankan distilasi karena pemanasan awal untuk
campuran asal biasanya tidak cukup berguna untuk
menguapkan seluruh komponen ringan di seluruh
menara.
2.5 Lokasi Suhu Yang Kritis
Untuk memelihara jarak didih setiap produk yang
dikehendaki, suhu di berbagai lokasi pada menara
distilasi harus dijaga, yaitu pada titik umpan,
puncak menara, dasar menara, dan reboiler. Suhu pada
titik umpan menara haruslah merupakan titik didih
dari campuran yang akan dimasukkan ke dalam menara
distilasi. Bila suhu pada titik umpan lebih tinggi
dari pada titik didih campuran maka produk yang
lebih berat akan menguap dalam jumlah yang
berlebihan sehingga akan bergerak naik ke menara.
Namun bila suhu titik umpan lebih rendah dari titik
didih campuran maka akibatnya adalah sebaliknya.
Suhu pada puncak menara haruslah merupakan dew point
dari produk atas, berapapun tekanan menara itu.
14
Bila suhu puncak menara lebih besar dari dew point
produk atas, maka sebagian produk bawah akan
menguap dan menjadi bagian dari produk atas,
bukannya mengalir ke bawah sebagai cairan, dan
apabila lebih rendah maka yang terjadi adalah
sebaliknya.
Dengan alasan yang sama, suhu dasar menara haruslah
merupakan bubble point produk bawah, karena apabila
rendah maka sebagian dari produk atas tidak akan
teruapkan tetapi terperangkap dalam produk bawah.
Suhu di dalam reboiler harus sama dengan suhu dari
produk bawah karena tujuan dari reboiler adalah
untuk menyediakan panas bagi menara untuk
menguapkan semua produk yang lebih ringan dari
produk bawah.
2.6 Distilasi Multikomponen
Pada kebanyakan industri, proses distilasi
digunakan untuk memisahkan campuran yang terdiri
15
dari lebih dari dua komponen. Prinsip dalam desain
untuk menara distilasi multikomponen umumnya sama
dengan sistem biner, yaitu hanya ada satu neraca
massa untuk tiap komponen dalam campuran. Data
kesetimbangan yang ada digunakan untuk menghitung
titik didih dan titik embun. Konsep untuk refluks
minimum dan total refluks juga sama dengan sistem
biner.
Jumlah menara distilasi yang dibutuhkan dalam
distilasi multikomponen bergantung pada banyaknya
komponen yang terdapat dalam campuran. Sebagai
contoh campuran yang terdiri dari n komponen, maka
dibutuhkan menara n-1 fraksinator untuk pemisahan.
Metode perhitungan desain dalam distilasi
multikomponen sama halnya dengan sistem biner, tray
ideal diasumsikan dengan stage to stage calculation.
Dengan menggunakan data kesetimbangan yang ada,
perhitungan digunakan untuk mendapatkan titik didih
dan komposisi uap dari komposisi cairan yang
diberikan, serta mendapatkan titik embun dan
16
komposisi cairan dari komposisi uap yang diberikan.
Perhitungan desain stage to stage calculation meliputi
perhitungan trial and error (Geankoplis, 1993).
2.6.1 Kesetimbangan Distilasi Multikomponen
Kriteria keseimbangan untuk sistem 2 fasa
(uap-cair) multikomponen adalah kesamaan T, P,
dan:
ƒVi = ƒL
i
dimana :
ƒVi = yi . φVi . P ………. (5)
ƒLi = xi .γi .PSATi ...………(6)
………. (7)
Sebelum mengaplikasikan EOS (equation of state)
untuk menghitung kesetimbangan gas-cair
campuran non-ideal, koefisien fugasitas φi
untuk masing-masing fasa perlu dihitung .
17
Hubungan antara koefisien fugasitas dan
volumetric propertis (R.Smith, 2005), yaitu :
………. (8)
Adapun metode dasar yang digunakan untuk
substitusi persamaan tersebut yaitu RK-Soave
equation karena metode ini dianggap paling
sesuai untuk fluida sederhana seperti propane
dalam hidrokarbon ringan (Riazi, 1992).
………. (9)
Dimana : a = 0.427R2Tc2.5/Pc
b = 0.08664 RTc/Pc
P = tekanan
V = volume
Namun kesetimbangan uap dari campuran ideal
hidrokarbon dapat dihitung dengan persamaan
Dalton dan Roult:
P = PC1 + PC2 + PC3 + … PCi ……..…….…..(10)
18
Jika PCi = PoCi XCi , dengan i adalah komponen ke-
i, maka persamaan (10) menjadi:
P = PoC1 XC1 + Po
C2 XC2 + PoC3 XC3 + …+ Po
Ci XCi
………...(11)
Kesetimbangan hidrokarbon dapat
dipresentasikan dengan persamaan:
YCi = KCiXCi …………….....(12)
Jika KCi adalah konstanta kesetimbangan vapor–
liquid atau koefisien distribusi komponen i,
nilai K tiap komponen dapat ditentukan secara
empiris dan tiap K adalah fungsi temperatur
dan tekanan. Untuk hidrokarbon ringan, umumnya
K diasumsikan tidak berfungsi komposisi, yang
mana cukup akurat untuk perhitungan
perencanaan, dengan catatan bahwa sistem yang
ideal, sehingga:
KCi = POCi / P ……….………(13)
Volatilitas relatif (α) tiap komponen dalam
campuran dapat didefinisikan dengan cara yang
sama untuk campuran biner. Jika komponen
19
propanA (C3) didefinisikan sebagai basis
komponen dalam campuran maka persamaan (14)
menjadi :
αC1 = KC1 / KC3 ; αC2 = KC2 / KC3 ; αC3 = K3 / KC3 =1
; αCi = KCi / KC3
2.6.2 Titik Didih dan Titik Embun
Proses distilasi mencakup kegiatan penguapan
dan pengembunan. Penguapan akan terjadi pada
keadaan didihnya. Temperatur dimana cairan akan
mendidih disebut dengan titik didih (boiling point).
Suatu cairan akan mendidih bila temperaturnya
cukup tinggi, sehingga tekanan uapnya akan sama
dengan tekanan permukaan cair. Jadi jelaslah
bahwa titik didih suatu cairan akan berubah
bila tekanan pada permukaan cairan berubah.
Sebaliknya pengembunan terjadi pada keadaan
embunnya. Temperatur dimana terjadinya
pengembunan disebut dengan titik embun (dew
point) (Geankoplis, 1993).
a. Titik Didih
20
Pada tekanan tertentu, titik didih atau titik
uap campuran beberapa komponen harus memenuhi Σ
yi = 1. Untuk campuran yang terdiri dari
komponen A, B, C, dan D dengan C sebagai basis
komponen, maka:
Σ yi = Σ Kixi= KC Σ αixi= 1 ……………...(15)
Dengan trial and error , temperatur diasumsikan dan
nilai αi dihitung dari nilai Ki pada temperatur
tersebut. Kemudian nilai KC dihitung dari KC =
1/ Σ(αi xi) Setelah temperatur akhir diketahui,
komposisi uap dapat dihitung dengan persamaan:
yi = αixi/ Σ αixi………….…..(16)
b. Titik Embun
Perhitungan titik embun juga dilakukan dengan
trial and error,
Σ xi= Σ (yi/ Ki) = (1/KC) Σ(yi/ αi) = 1 …………..….
(17)
Nilai KC dihitung ngan KC = Σ (yi / αi). Setelah
temperatur akhir diketahui, komposisi liquid
dapat dihitung dengan persamaan:
21
xi= (yi/ αi) / Σ (yi/ αi) ……………...(18)
2.6.3 Azeotrope
Azeotrop (constant boiling mixtures) adalah campuran
dengan komposisi yang konstan pada tekanan
tertentu. Jika tekanan total diubah, baik titik
didih maupun komposisi azeotrop juga akan
berubah. Azeotrop bukan merupakan suatu senyawa
pasti yang komposisinya konstan pada
seluruh range temperatur dan tekanan, tetapi
merupakan suatu campuran yang dihasilkan dari
interaksi gaya intermolekuler dalam larutan.
(Maron, 1974).
2.6.4 Key Component
Fraksinasi campuran multikomponen dalam menara
distilasi hanya mengijinkan pemisahan diantara
dua komponen. Untuk campuran A, B, C, D, dan
seterusnya, pemisahan pada satu menara hanya
dapat terjadi antara A dan B, atau B dan C, dan
seterusnya. Komponen yang dipisahkan disebut
22
light key, dimana lebih volatil dan heavy key.
Komponen yang lebih volatil daripada light key
disebut light component. Sedangkan komponen yang
kurang volatil daripada heavy key disebut heavy
component (Geankoplis, 1993).
2.6.5 Total Refluks
Pada keadaan total refluks jumlah tray yang
diperlukan adalah minimum, tetapi berarti feed
dan kedua produk kolom adalah nol. Artinya
seluruh uap yang diembunkan pada kondensor
(total) dikembalikan ke dalam kolom dan seluruh
liquid di dasar kolom diuapkan kembali sementara
feed tidak ada yang masuk. Dalam keadaan seperti
ini dapat pula dianggap bahwa keadaan dimana
diperlukan reboiler, kondensor, dan diameter
kolom tak terhingga ukurannya.
a. Minimum Tray pada Total Refluks
Pada distilasi multikomponen, nilai minimum tray
teoritis (Nm) dapat ditentukan dengan persamaan
Fenske:
23
Nm = log [ (X LK/ XHK)D (XHK / XLK)W …….(19)
Log (αL, av)
Nilai rata-rata αL dapat dihitung dari αLD pada
top temperatur dan αLW pada bottom temperatur.
…...(20)
b. Distribusi Komponen
Untuk mengetahui apakah non key component
terdistribusi atau tidak pada produk distilat
dan bottom dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan Shiras:
= +
…………. (21)
Dimana untuk (xjD .D) / (xjF . F) < -0,01 atau >
1,01 maka komponen j tidak terdistribusi dan
untuk (xjD .D) / (xjF . F) antara –0,01 dan 0,99
maka komponen j terdistribusi (Treyball).
24
Sedangkan untuk menghitung distribusi dari non
key component pada produk distilat maupun bottom
dapat digunakan persamaan Hengstebeck and Gedes:
Log (di/bi) = A + C log αi …………...(22)
2.6.6 Shortcut Method untuk Minimum Refluks Ratio
Minimum refluks rasio (Rm), adalah rasio refluks
yang dibutuhkan pada jumlah tray yang diperlukan
untuk memisahkan key component, atau dapat pula
dikatakan suatu harga refluks rasio dimana
pemisahan yang diinginkan diperlukan tray ideal
yang tak terhingga jumlahnya. Jadi dalam hal
ini harga aliran uap (V) adalah minimum, yang
berarti ukuran kondensor dan reboiler juga
minimum. Untuk menghitung refluks rasio dapat
digunakan metode Underwood’s dengan menggunakan
konstanta nilai α rata-rata dan diasumsikan
flowrate konstan pada kedua seksi tower. Dua
persamaan yang digunakan untuk menentukan
refluks rasio adalah:
1 – q = Σ ((αixiF) / (αi– θ)) ……………...(23)
25
Rm + 1 = Σ ((αixiD) / (αi– θ)) ……………...(24)
Nilai q merupakan rasio jumlah panas yang
dibutuhkan untuk menguapkan 1 mol feed terhadap
panas laten penguapan dari feed. Nilai q berbeda
untuk setiap kondisi feed yang masuk. Jika feed
masuk pada titik didihnya maka nilai q = 1,
jika feed masuk sebagai uap pada titik embun
maka nilai q = 0, untuk cold liquid feed q > 1 dan
untuk superheated vapor q < 0.
Nilai xiD tiap komponen distilat diperkirakan
untuk nilai pada refluks minimum. Perkiraan
nilai yang dihasilkan menggunakan persamaan
Fenske, sehingga tiap αi akan bervariasi dengan
temperatur, αi rata-rata diperkirakan dengan
menggunakan αi pada temperatur rata-rata antara
top dan bottom. Untuk mendapatkan nilai Rm, nilai
θ pertama dihasilkan dengan trial and error. Nilai θ
ini berada pada nilai α pada light key dan heavy key,
yaitu 1.Dengan nilai θ ini maka Rm dapat
dihasilkan (Geankoplis, 1993).
26
2.6.7 Shortcut Method untuk Menentukan Jumlah Tray
pada Refluks Rasio
a. Jumlah Tray Operasional
Penentuan jumlah tray minimum untuk total
refluks dan minimum refluks rasio biasanya
digunakan untuk menentukan range jumlah tray yang
diperlukan dan kondisi aliran. Range ini sangat
membantu untuk memilih kondisi operasi dalam
perhitungan desain. Shortcut method yang penting
dalam menentukan jumlah tray teoritis yang
dibutuhkan untuk operasi refluks rasio adalah
dengan menggunakan korelasi empiris dari Erbar
dan Maddrox. Operasi refluks rasio
dikorelasikan dengan minimum refluks yang
didapat dengan menggunakan Underwood’s method,
jumlah tray minimum (Nm) didapat dengan Fenske
method dan jumlah tray N pada operasi R
(Geankoplis, 1993).
b. Perkiraan Lokasi Feed Tray
27
Kirkbride menemukan metode untuk memperkirakan
jumlah tray teoritis atas dan bawah feed yang
dapat digunakan untuk memperkirakan lokasi feed
tray.
Log Ne/NS = 0,206 log [(XHF /XLF) (W/D)
(XLW/XHW)2…...(25)
Dimana Ne adalah jumlah stage teoritis di atas
feed tray dan NS adalah jumlah stage teoritis di
bawah feed tray.
c. Refluks Optimum dan Refluks Operasi
Pada total refluks diperlukan reboiler, condenser,
dan diameter kolom yang terhingga besarnya, dan
ini akan menyebabkan tingginya modal dasar.
Demikian pula bila operasi dilakukan pada
refluks minimum, akan diperlukan tray yang
terhingga jumlahnya dan akibatnya modal dasar
juga tinggi. Total cost adalah jumlah dari biaya
fixed charges, yang merupakan prsentase dari modal
dasar dan biaya operasi, dimana biaya operasi
akan meningkat dengan makin besarnya refluks.
28
Sehingga untuk biaya operasi yang serendah-
rendahnya diperlukan penentuan refluks rasio
optimal. Umumnya refluks rasio operasi/optimum
sekitar 1,2 – 1,5 kali refluks minimum
(Geankoplis, 1993).
2.7 Neraca Energi pada Menara Distilasi
Persamaann Umum Neraca Energi:
Rate of energy in – Rate of energi out +Rate of Generation –
Rate of Energy consumed =Rate of Accumulation ....(26)
(Coulson, 1989)
Pada proses distilasi, tidak terjadi reaksi sehingga
generasi dan energy consumed = 0. Pada keadaan Steady,
tidak ada akumulasi energi. Oleh karena itu,
berdasarkan persamaan umum neraca energi:
Rate of energy in – Rate of energi out +Rate of Generation –
Rate of Energy consumed = -0 (energi tidak
berubah terhadap waktu)……….(27)
Rate of energy in = Rate of energi out……………………………………..(28)
29
Input = Reboiler heat input (QR) + Feed sensible heat (HF)
…………...…..(29)
Output = Condenser cooling (QC) + Top product sensible Heat (HD)
+ Bottom product sensible heat (HW)…………………….
(30)
Gambar 2.1 Distilasi kolom sederhana dengan 1 umpan,
condenser, reboiler.
Neraca Energi Total:
Input = Output
QR+ HF = QC +HD+HW
Neraca energi di sekitar condenser:
input = output
30
HV = HD +HL + QC
QC = HV - HD - HL
Sehingga:
Neraca energi pada reboiler:
QR = QC + HD + HW - HF
Konsumsi Energi pada menara distilasi merupakan
besarnya energi yang dibutuhkan untuk menjalankan
proses pemisahan pada menara distilasi.
Konsumsi energi pada menara distilasi = QR + HF
2. 8 Simulator menggunakan Hysys
Perkembangan industri kimia dari hulu dan hilir di
Indonesia yang berbasiskan pada pemanfaatan sumber daya
alam minyak dan gas bumi semakin pesat. Hal ini
menyebabkan kebutuhan terhadap perhitungan Heat and
Material Balance, Instrumentasi dan pendukungnya yang
dilakukan oleh proses enginer akan semakin penting.
Perhitungan ini diperlukan tidak hanya saat perancangan
awal pabrik tetapi juga pada saat pabrik telah
beroperasi. Perhitungan Heat and Material
31
Balance, Instrumentasi dan pendukungnya harus memiliki
tingkat akurasi dan validitas yang tinggi dan dapat
dipertanggung jawabkan. Pesatnya perkembangan
teknologi sangat membantu dalam menyelesaikan problema
di atas, terbukti dengan berkembangnya software-
software perancangan sebagai alat bantu perhitungan
bagi insinyur kimia.
Hysys adalah program yang dirancang untuk
mensimulasikan proses di dalam suatu pabrik. Dengan
menggunakan program ini, perhitungan-perhitungan
untuk mendesain suatu proses yang rumit (karena
melibatkan banyak rumus) dan memerlukan waktu yang lama
bila dikerjakan secara manual (by hand) dapat dengan
cepat dilakukan. Hysys sendiri adalah singkatan
dari Hyphothetical System (sistem hipotesa). Simulasi
proses artinya membuat suatu proses produksi suatu
bahan ke dalam diagram alir proses (Process Flow Diagram)
dan menghitung neraca massa dan neraca panas/energi
pada masing-masing peralatan yang digunakan.
Hysys dapat digunakan untuk merancang beberapa
32
peralatan pada pabrik yang baru atau akan didirikan
(sizing) atau mengevaluasi kinerja suatu peralatan pada
pabrik yang sudah ada (rating). Hsysy memiliki kelebihan
daripada program-program simulasi proses lainnya.
Program ini bersifat interaktif karena langsung
memberitahukan input apa yang kurang pada
saat penggunanya mendesain suatu proses dan juga
langsung memberitahukan apabila ada kesalahan yang
terjadi. Dengan demikian program ini dapat
dikatakan user friendly atau mudah digunakan.
Software ini dikembangkan oleh Aspentech yang semula
merupakan Divisi Pengembangan Teknologi Komersial pada
Advanced System for Process Engineering (ASPEN), yaitu
sebuah laboratorium sistem proses tingkat lanjut milik
Massachusetts Institute of Technology (MIT).
(Anonim,2012)
33
BAB III
PELAKSANAAN TUGAS KHUSUS
3.1 Tahapan PelaksanaanTugas Khusus
Pelaksanaan tugas khusus dilakukan di Unit BB
Distiller CD&GP pada tanggal 3 s.d 6 Februari 2014.
Dalam pelaksanaan tugas khusus ini, tahap-tahap
yang di lakukan untuk optimasi kolom debutanizer adalah :
1. Studi literatur mengenai proses-proses di unit BB-
Distiller terutama di kolom debutanizer.
34
2. Mengumpulkan data kolom dan kondisi operasi.
3. Pembuatan simulasi optimasi kolom debutanizer
menggunakan program simulator Hysys dengan basis
data kolom dan spesifikasi feed.
4. Menentukan kondisi operasi dengan memperhitungkan
kesesuaian spesifikasi produk hasil simulasi
terhadap spesifikasi feed di kolom debutanizer
sehingga didapatkan kondisi operasi dan produk
yang sesuai dengan spesifikasi.
5. Pembuatan simulasi untuk menentukan jumlah tray
teoritis dengan menggunakan Unit Operation (Short Cut
Distillation) pada simulator Hysys.
6. Menentukan efesiensi tray dengan perbandingan tray
aktual dengan tray teoritis.
Diagram alir dari keseluruhan pelaksanaan tugas
khusus :
35
Pengumpulan data kondisi
operasi
Studi Literatur
36
Simulasi dan optimasi kolom
debutanizer
Simulasi kolom debutanizer
berdasarkan kondisi aktual
Pembuatan simulasi Short Cut Distillation
Menghitung Efisiensi Tray
overall
Validasi data dan hasil simulasi
Kesimpulan
Gambar 3.1 Diagram alir pelaksanaan tugas
khusus
Tabel 3.1 Data Kondisi Operasi Kolom Debuthanizer Unit
BB Distiller CD&GP
Kondisi operasi
Feed (T/D) 149,1
Tekanan top kolom
(kg/cm2)
6
Tekanan bottom kolom
(kg/cm2)
6.17
Temperatur top kolom
(0C)
77.4
Temperatur bottom kolom
(0C)
111.6
Feed tray 22
Jumlah tray 44
III.2 Rincian Kegiatan
37
Adapun kegiatan yang dilakukan selama melaksanakan
Kerja Praktek di PT PERTAMINA RU III Plaju-Sungai
Gerong adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Rincian Kegiatan
Kegiatan20 Januaris.d 20
Februari 2014
OrientasiumumdiCD&L
Orientasi diPE
Orientasi diCD&GPdan
Utilitas
Studiliteraur danPenentu
anTugasKhusus
Pengambilan Data
Pelaksanaan TugasKhususdan
pelengkapan data
Minggu ke– 1
20-Jan 21-Jan 22-Jan 23-Jan 24-Jan
Minggu Ke– 2
27-Jan 28-Jan 29-Jan 30-Jan 31-Jan
Minggu Ke– 3
03-Feb 04-Feb
38
05-Feb 06-Feb 07-Feb
Minggu Ke– 4
10-Feb 11-Feb 12-Feb 13-Feb 14-Feb
Minggu Ke- 5
17-Feb 18-Feb 19-Feb 20-Feb
BAB IV
39
HASIL PERHITUNGAN
Dari perhitungan yang telah dilakukan diperoleh hasil
sebagai berikut:
1. Neraca massa kolom debutanizer
Tabel 4.1 Neraca Massa Total Hasil Simulasi Kolom
Debutanizer kondisi aktual
Kompone
n
Feed
Produk
Distilate (FBB) Bottom (Feed
Stripper)
Xf Massa
(T/D)
XD Massa
(T/D)
XW Massa
(T/D)
C3 0.0014
23
0.2122 0.0039
95
0.2122 0 0
i-C4 0.0496
60
7.403 0.1385
33
7.3569 0.0004
77
0.0458
n-C4 0.1998
19
29.79 0.5045
76
26.7960 0.0311
67
2.9909
i-C5
n-C5
C6+
0.1862
20
0.2433
47
0.3195
27.76
36.28
47.63
0.1959
14
0.1569
81
0
10.4042
8.3366
0
0.1808
56
0.2911
42
0.4963
17.3555
27.9389
47.3621
40
31 58
Total 1 149.1 1 53.1058 1 95.9632
Tabel 4.2 Neraca Massa Total Hasil Simulasi Kolom
Debutanizer setelah optimasi
Kompone
n
Feed
Produk
Distilate (FBB) Bottom (Feed
Stripper)
Xf Massa
(T/D)
XD Massa
(T/D)
XW Massa
(T/D)
C3 0.0009
10
0.1357 0.0036
35
0.1357 0 0.0000
i-C4 0.0505
2
7.492 0.2007
24
7.4916 0.0000
01
0.0001
n-C4 0.1998
06
29.79 0.7956
41
29.6954 0.0008
23
0.0920
i-C5
n-C5
C6+
0.1862
04
0.2433
26
27.76
36.28
47.63
0
0
0
0
0
0
0.2483
88
0.3245
86
27.7597
36.2756
47.6321
41
0.3195
03
0.4262
02
Total 1 149.1 1 37.3227 1 111.7595
Tabel 4.3 Data kondisi operasi kolom debutanizer
Data
Aktua
l
Data
Simula
si
(optim
asi)
Data
Plant
Test’0
8
Data
Desai
n
Feed (T/D) 149.1 149.1
159,33
7Top Produk (T/D) 53,10 37.32 12,747
Bottom Produk (T/D) 96 111.8
146,59
0Refluks (T/D) 75.6 255Tekanan Feed (kg/cm2) 14.20 14.20Tekanan Top kolom
(kg/cm2) 6,17 6 6,69Tekanan Bottom kolom
(kg/cm2) 6,27 6.17
6.8
7,00Temperatur feed (oC) 133.6 133.7Temperatur atas (oC) 77,10 60.06 51.5Temperatur bawah (oC) 112 117.4 112.9 120Feed tray 22 22 22 22Jumlah tray 44 44 44Refluks rasio 1.42 6.83
42
Feed Condenser (T/D)
Feed Reboiler (T/D)
Condenser Duty
(Mkcal/day)
Reboiler Duty
(Mkcal/day)
128.7
182.5
9.976
8
6.427
4
292.3
380
22.271
7
18.967
9
123.55
72
118.88
4
2. Hasil perhitungan jumlah tray teoritis dengan
menggunakan Unit Operation (Short Cut Distillation) pada
simulator Hysys.
Tabel 4.4 Perhitungan Tray Teoritis Kolom
Debutanizer
Data Simulasi Short Cut Distillation
Refluks Minimum 2.672
Refluks Rasio 6.830
Tray minimum 31
Tray actual 41
Feed tray 38
Tekanan Kondenser(kg/cm2)
6
Temperatur Kondenser(oC)
60.06
43
Tekanan Reboiler(kg/cm2)
6.17
Temperatur Reboiler(oC)
117.4
3. Efisiensi Tray
Overall Tray Efficiency (Coulson, 1983)
E0 = x 100 %
E0 =
E0 = 93.1 %
Keterangan :
E0 = Overall Tray Efficiency
44
BAB V
PEMBAHASAN
Proses pada kolom debutanizer unit Butane Butylene Distiller (BB
Distiller) CD&GP bertujuan untuk memisahkan umpan yang
berasal dari produk bottom kolom depropanizer menjadi
45
produk atas berupa Butane Butylene (FBB) sebagai feed pada
unit Alkylasi serta produk bawah berupa fraksi yang lebih
berat dari C4 kemudian menjadi feed untuk kolom
Stripper.
Proses yang terjadi pada kolom debutanizer adalah proses
distilasi multikomponen dimana prosesnya melibatkan
banyak komponen sehingga harus ditentukan komponen light
key dan heavy key, dimana isopentane (i-C5) sebagai heavy key
dan normal butane (n-C4) sebagai light key.
Setelah dioperasikan selama ± 70 tahun, dilihat dari
data lapangan dan control room, alat instrumentasi (flow
meter) menunjukkan ketidak akuratan yang menyebabkan
tidak akuratnya data kondisi operasi yang terlihat
sehingga berdampak pada pengaturan kondisi unit dan
optimasi proses. Oleh sebab itu di perlukan evaluasi
dan optimasi kinerja kolom debutanizer unit BB Distiller
dengan menggunakan software simulasi Hysys (Hyphothetical
System) untuk mengetahui kondisi operasi optimum.
Simulasi dijalankan berdasarkan kondisi operasi yang
46
didapatkan dari control room BB Distiller dan data
komposisi tiap komponen yang didapatkan melalui
laboratorium PT.PERTAMINA RU III Plaju – Sungai Gerong.
Data komposisi yang didapatkan hanya pada feed kolom
depropanizer yaitu komposisi unstab dan komposisi
kondensat, namun untuk komposisi feed debutanizer tidak
ada karena sampling test untuk melihat komposisi dari
kolom debutanizer rusak sehinnga dalam pengerjaan
simulasi kolom debutanizer, feed didapatkan dari bottom
kolom depropanizer yang merupakan hasil simulasi dengan
menggunakan Hysys.
Kemampuan kolom untuk memisahkan komponen menurut
fraksinya juga dipengaruhi oleh panas yang ditransfer
oleh reboiler dan pada kemampuan kondensor untuk
mengubah fasa uap destilate menjadi fase cair dengan
cooling water. Pada kolom debutanizer ini tipe reboiler yang
digunakan merupakan parsial reboiler yaitu sebagian
hasil bawah yang tertinggal di kolom dididihkan kembali
dan sisanya diambil sebagai produk bawah sedangkan tipe
kondensor yang digunakan adalah total kondensor dimana
47
semua uap dikondensasikan dan dikembalikan ke dalam
kolom dan sebagian menjadi produk. Dari hasil simulasi
kolom debutanizer setelah optimasi didapatkan kondensor
duty sebesar 22.2717 (Mkcal/day) dan reboiler duty
sebesar 18.9679 (Mkcal/day) sedangkan hasil simulasi
berdasarkan kondisi aktual didapatkan kondensor duty
sebesar 9.9768 (Mkcal/day) dan reboiler duty sebesar
6.4274 (Mkcal/day), terjadi peningkatan setelah
dioptimasi. Hal ini disebabkan karena massa hidrokarbon
yang masuk pada kondensor dan reboiler setelah optimasi
lebih banyak yaitu dari 128.7 T/D menjadi 292.3 T/D dan
182.5 T/D menjadi 380 T/D seperti ditunjukkan oleh
rumus Q = m.Cp.ΔT, semakin besar massa maka energy yang
dibutuhkan juga semakin besar karena massa dan energy
berbanding lurus dan tingkat kemurnian produk top pada
saat dioptimasi jauh lebih murni dibandingkan dengan
simulasi pada kondisi aktual.
Simulasi pembuatan kolom debutanizer dijalankan dengan
kondisi aktual dengan temperatur atas 77.1 0C,
temperatur bawah 112 0C, tekanan kolom 6.17 kg/cm2g,
48
yang didapatkan dari control room, didapatkan komposisi
FBB dengan tingkat kemurnian normal butane dan iso butane
sebesar 64.7 %, komponen iso pentane dan normal pentane
sebesar 35.3 %. Komponen iso pentane dan normal pentane
sangat tidak diharapkan pada produk atas kolom
debutanizer karena tidak diizinkan untuk komponen LPG dan
feed Alkilasi.
Pada komposisi FBB dengan tingkat kemurnian dari normal
butane dan iso butane sampai 99,6 %, komponen iso pentane dan
pentane 0 %, hal ini disebabkan kerena sudah dilakukan
optimasi untuk mendapatkan komposisi FBB seperti yang
diharapkan, karena komponen pada FBB diharapkan tidak
ada komponen iso pentane dan pentane yang terikut menjadi
produk atas dari kolom debutanizer karena tidak diizinkan
untuk komponen LPG. Untuk mendapatkan komposisi FBB
dengan tingkat kemurnian tersebut, kondisi operasi dari
kolom harus tetap dijaga dengan top temperature 60,8 0C,
bottom temperature 1130C, bottom pressure 6.17 kg/cm2g dan top
pressure 6 kg/cm2g. Dari hasil perhitungan dengan
menggunakan Hysys pada unit operation short cut distillation
49
didapatkan jumlah tray teoritis yaitu 41 tray termasuk
reboiler, sedangkan kondisi aktual yang ada di lapangan
terdapat 44 tray. Hal ini dapat disebabkan oleh
beberapa faktor salah satunya adalah faktor laju alir
umpan. Laju alir hidrokarbon yang menjadi umpan kolom
debutanizer saat ini sudah berkurang, yaitu dari 159,337
T/D hingga menjadi 149,1 T/D. Selain perubahan laju
alir diikuti juga dengan perubahan temperatur dan
tekanan untuk menyesuaikan antara keadaan desain kolom
dan kondisi aktualnya saat ini. Dari hasil perhitungan
menggunakan simulasi diperoleh bahwa efisiensi kolom
debutanizer dengan menggunakan efisiensi overall adalah 93
% dengan tingkat kemurnian dari normal butane dan iso
butane sampai 99,6 %. Keadaan ini menunjukkan bahwa
kolom beoperasi dengan sangat optimal, Hal ini
disebabkan karena pada saat menjalankan simulasi hysys
sudah banyak dilakukan optimasi pada kondisi operasi
yang pengoperasiannya berbeda dengan kondisi aktual,
sesuai dengan tujuan tugas khusus ini.
50
BAB VI
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari tugas khusus
optimasi kinerja kolom debutanizer unit Butane Butylene
Distiller adalah :
Untuk mendapatkan tingkat kemurnian dari normal butane
dan iso butane sampai 99.6 % kondisi operasi dari kolom
51