NUR NAFIDAH - fkik.pdf - Institutional Repository UIN Syarif ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
Transcript of NUR NAFIDAH - fkik.pdf - Institutional Repository UIN Syarif ...
HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK DENGAN
TINGKAT KOGNITIF LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL
TRESNA WERDHA BUDI MULIA 4 MARGAGUNA
JAKARTA SELATAN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh:
NUR NAFIDAH
NIM: 1110104000033
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014 M/1435 H
iii
SCHOOL OF NURSING
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
ISLAMIC STATE UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Undergraduated Thesis, July 2014
Nur Nafidah, NIM: 1110104000033
Relationship between Physical Activity with the Level of Cognitive in Elderly in
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan
xix + 62 pages, 8 tables, 2 charts, 8 attachments
ABSTRACT
Process of getting older is a natural process because it is the final stage in a journey of
life. The elderly population is increasing, both in other countries or in Indonesia. The
elderly generally suffer some changes, including changes in the function of biological,
social and cognitive. Cognitive function plays an important role in memory and most of
the daily activities, especially physical activity. The decresing physical activity has been
expressed as a form to trigger the decreasing cognitive function in the elderly.
This study was to determine the relation ship between physical activity with level of
cognitive in the elderly. Respondents were taken from elderly aged over 60 years who
living in Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan. This
research is aquantitative analytical cross-sectional design. The sampling technique using
total sampling with 118 elderly as sample size. The data was taken by instruments such
as Mini Mental State Examination (MMSE) and Physical Activity Scale for the Elderly
(PASE) questionnaires. Data was analyzed by univariate and bivariate chi square test.
The results of the analysis showed that there is a relation ship between physical activity
with level of cognitive in elderly (p-value = 0.000).
Key Word: Physical Actity, Cognitive Level, Elderly
Bibliography: 81 (1992 - 2013)
iv
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Juli 2014
Nur Nafidah, NIM: 1110104000033
Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan Tingkat Kognitif Lanjut Usia di Panti
Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan
xix + 62 halaman, 8 tabel, 2 bagan, 8 lampiran
ABSTRAK
Proses menjadi tua merupakan suatu kejadian yang alami karena hal ini merupakan
tahap akhir dalam sebuah perjalanan hidup. Populasi lanjut usia semakin meningkat,
baik di negara lain maupun di Indonesia. Lanjut usia pada umumnya mengalami
beberapa perubahan, diantaranya perubahan fungsi biologis, sosial dan kognitif. Fungsi
kognitif memegang peranan penting dalam memori dan sebagian besar aktivitas sehari -
hari khususnya aktivitas fisik. Penurunan aktivitas fisik telah dinyatakan sebagai suatu
bentuk untuk memicu terjadinya penurunan fungsi kognitif pada lanjut usia.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik
dengan tingkat kognitif lanjut usia. Responden dalam penelitian ini adalah lanjut usia
yang berusia di atas 60 tahun yang tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4
Margaguna Jakarta Selatan. Jenis penelitian ini adalah analitik kuantitatif dengan desain
cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling dengan
jumlah sampel sebanyak 118 lanjut usia. Pengumpulan data menggunakan instrumen
penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) dan Physical
Activity Scale for the Elderly (PASE). Analisis data yang digunakan adalah analisis
univariat berupa distribusi frekuensi dan analisis bivariat berupa uji chi square.Hasil
analisis didapatkan bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik dengan tingkat kognitif
lanjut usia (p-value = 0,000).
Kata Kunci: Aktivitas Fisik, Tingkat Kognitif, Lanjut Usia
Referensi: 81 (1992 - 2013)
PERI\TYATAA}I PERSETUJUAI\I
Skripsi dengnn Judul
IIUBT]NGAN AITTARA AKTfYITAS FISIK DENGAI\I
TINGKAT KOGnIIIIT LANJUT USIA DI PANTI
SOSIAL TNESNA WERDIIA BT]I}I MULIA 4
MARGAGI]NA JAKARTA SELATAIY
Telah Disetujui dan Diperiksa oleh Pembimbing SkripsiProgram Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu KesehatanUniversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Disusun Oleh:
I\TUR NAIIDAIIIIIIM: 11r0r04fi)0033
Pembimbi$g I
fu/tTien ca#Leh. nrt{. Yenita Asus. M.Kcqr. So.Mat. P,hI)
It[P:19720608 200604 2 001
PROGRAM STUDI ILMU KE.PERAWATANI
TAKULTAS KEDOICTERAN DAIY ILMU KESAHATAI\T
T]NTVERSITAS ISLAM NIGERI SYARIF HIDAYATI]LLAII
JAKA,RTA.
201410{ fi435lc
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi dengan Judul
HUBT'NGAI\I AIT{TARA AKTTVTIAS MSIK I}ENGANI
TINGKAT KOGnttflT LANJUT USIA DI PAI\TTI
SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI MI'LIA 4
MARGAGT'NA JAKARTA SELATAI\I
Telah disusrm dan dipertahaakan dihad.*o penguji oleh:
NgrlJtArrpAHffiPe,mbimbing I
r)ltut
ti"o cZL"n nm.{.
Penguji I
--'--<-.tt-?
Krlvadi. PhI)I\iIP: 1971D03 200fl)l I Uf,
Yenita Aqu* MJ(en.. Sn.M*L. PhI)ITIP: 19720608 2fi)fM 2 001
Yenitr Atug. MJ(ep.. Sn Mrt . PhI)It[P: 1972m08 2m6M 2 001
Penguji III
vt
lLEMBAR PENGE,SAHAN
Skripsi dengan Judul
HUBI]NGAI\I ANTARA AKTTVITAS tr.ISIK I}ENGAN
TINGKAT KOGNITIF LANJUT USIA DI PAI\ITI
SOSIAL TRESNA WERI}IIA BUI}I MULIA 4
MARGAGUNA JAI(ARTA SELATANT
Telah disrsun dan dipertahaokaa dihadapan penguji oleh:
ryIlBNArIp,,{,HlllMr 1110l04mm33
Mengetatrui,
Kefira hogram Studi Ihnu Keperawatan
Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
IilP; 19790520 2m90r 1012
vll
viii
RIWAYAT HIDUP
Nama : Nur Nafidah
Tempat, Tanggal Lahir : Jombang, 31 Maret 1992
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat :
Telepon : 089604328510
E-mail : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
1. 1997-1998 : TK Kenanga Dukuh Klopo
2. 1998-2004 : SDN III Dukuh Klopo
3. 2004-2007 : SMPN II Peterongan
4. 2007-2010 : MA Al-Bairuny Jombang
5. 2010-2014 :
Dsn. Kapringan Ds. Dukuh Klopo RT 006 RW 003
Peterongan Jombang
S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta
ix
Cinta tanpa Syarat Setelah ribuan tahun menyinari bumi, matahari tidak pernah berkata,
“Kamu hutang sama Saya”. Lihatlah dampak dari cinta tanpa syarat semacam ini.
Memberi kehidupan pada seluruh makhluk di dunia (Jalaluddin Rumi).
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, kupersembahkan karya sederhana ini
untuk orang yang sangat kukasihi dan kusayangi.
Ibunda dan Ayahanda Tercinta
Ibu, Ayah tercinta, engkaulah motivator terbesar dalam hidupku.
Sebagai tanda bakti, hormat dan rasa terima kasih yang tiada terhingga kupersembahkan
karya kecil ini kepada Ibu dan Ayah yang telah memberikan kasih sayang,
mendoakanku, menasehatiku, segala dukungan dan atas semua pengorbanan dan
kesabaran sampai kini cinta kasih yang tiada terhingga.
Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat Ibu dan Ayah bahagia.
Terima Kasih Ibu.... Terima Kasih Ayah...
Adikku
Untuk adikku, tiada yang paling mengharukan saat kumpul bersamamu, walaupun
sering bertengkar tapi hal itu selalu menjadi warna yang tak akan bisa tergantikan,
terima kasih atas doa dan motivasi selama ini, hanya karya kecil ini yang dapat aku
persembahkan.
Sahabat Seperjuanganku
Buat sahabat - sahabatku, terima kasih atas bantuan, doa, nasihat, hiburan, traktiran,
motivasi dan semangat selama ini.
Para Pahlawan tanda Tanda Jasaku
Terima kasih para guru dan para dosenku untuk semua ilmu, didikan dan pengalaman
yang sangat berarti. Semoga menjadi ilmu yang barokah dan bermanfaat. Aamiin
Aamiin Ya Robbal’alamin.
x
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, pencipta alam
semesta, penguasa isi jagat raya, pemberi kebahagiaan serta tidak pernah berhenti
memberikan limpahan taufiq, nikmat, hidayah dan karuniaNya. Shalawat dan salam
selalu terlimpahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat serta
pengikut ajaran beliau hingga akhir jaman. Atas nikmat dan rahmat Allah SWT, penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan
Tingkat Kognitif Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha 4 Margaguna Jakarta
Selatan”.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis telah berusaha untuk menyajikan
suatu karya ilmiah yang rapih dan sistematik sehingga mudah dipahami oleh pembaca.
Penulis menyadari bahwa penyajian skripsi ini jauh dari sempurna. Hal ini dikarenakan
masih terbatasnya pengetahuan, pengalaman dan kemampuan penulis dalam melihat
fakta, memecahkan masalah yang ada, serta mengeluarkan gagasan ataupun saran -
saran. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang berguna untuk menyempurnakan
skripsi ini akan penulis terima dengan hati terbuka dan rasa terima kasih.
Telah banyak pihak yang memberikan dorongan, bantuan serta doa yang tak
terhingga nilainya sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan tepat pada waktunya.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
xi
1. Prof. DR (hc). dr. Muhammad Kamil Tadjuddin, Sp. And., selaku Dekan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, M.KM, selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan dan selaku dosen pembimbing akademik, terima kasih untuk
beliau yang telah membimbing dan memberi motivasi selama masa
perkuliahan ini.
3. Ibu Tien Gartinah, MN. dan Ibu Yenita Agus, M.Kep., Sp.Mat., PhD selaku
dosen pembimbing skripsi, terima kasih untuk beliau yang telah meluangkan
waktu serta memberi arahan dan bimbingan dengan sabar kepada penulis
selama proses pembuatan skripsi ini.
4. Segenap staf pengajar dan karyawan di lingkungan Program Studi Ilmu
Keperawatan yang telah memberikan ilmu kepada peneliti selama masa
perkuliahan ini.
5. Segenap jajaran staf dan karyawan akademik serta perpustakaan Fakultas
yang telah banyak membantu dalam pengadaan referensi - referensi sebagai
bahan rujukan.
6. Seluruh staf Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta
Selatan yang telah memberikan kesempatan pada peneliti untuk melakukan
penelitian.
7. Kedua orang tua, Bapak Muhammad Waras dan Ibu Munawaroh yang telah
mendidik, mencurahkan cinta kasih dan sayang serta mendoakan
keberhasilan penulis. Tak lupa adikku tersayang, Umi Fadilah dan seluruh
keluarga besar yang selalu memberikan semangat tanpa pamrih.
xii
8. Seluruh staf dan pengasuh Pondok Pesantren Al-Mimbar Jombang yang
telah membimbing penulis.
9. Kementerian Agama RI yang telah memberikan beasiswa penuh selama
proses perkuliahan ini.
10. Sahabat - sahabat “Pelangi“ (Desy, Fitri, Naila, Nina) dan sahabat - sahabat
terbaik Adelina dan Alif yang berjalan dan berjuang bersama, memberi
motivasi, menghibur, memberi inspirasi serta mengundang canda dan tawa
di setiap hari - hari penulis.
11. Teman - teman, kakak - kakak dan adik - adik Program Studi Ilmu
Keperawatan, CSS MoRA serta semua pihak yang telah mendoakan dan
membantu selama proses penyusunan skripsi ini.
Pada akhirnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulis ini masih jauh dari
sempurna, namun penulis harapkan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi yang
memerlukan.
Jakarta, Juli 2014
Penulis
xiii
DAFTAR ISI
COVER ..................................................................................................................i
LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................................ii
ABSTRACT ..........................................................................................................iii
ABSTRAK ...........................................................................................................iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN …...............................................v
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................vi
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................viii
LEMBAR PERSEMBAHAN ..............................................................................ix
KATA PENGANTAR ..........................................................................................x
DAFTAR ISI ......................................................................................................xiii
DAFTAR SINGKATAN ....................................................................................xvi
DAFTAR TABEL .............................................................................................xvii
DAFTAR BAGAN ...........................................................................................xviii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................xix
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1
A. Latar Belakang ...................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..............................................................................7
C. Pertanyaan Penelitian .........................................................................7
D. Tujuan Penelitian ...............................................................................8
1. Tujuan Umum ...............................................................................8
2. Tujuan Khusus ..............................................................................8
E. Manfaat Penelitian .............................................................................8
xiv
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................10
A. Lanjut Usia .......................................................................................10
1. Pengertian Lanjut Usia ...............................................................10
2. Perubahan Fisik pada Lanjut Usia .............................................11
B. Aktivitas Fisik pada Lanjut Usia ......................................................12
1. Pengertian Aktivitas Fisik ..........................................................12
2. Manfaat Aktivitas Fisik .............................................................13
3. Jenis Aktivitas Fisik pada Lanjut Usia ......................................13
C. Fungsi Kognitif pada Lanjut Usia ....................................................16
1. Pengertian Kognitif ....................................................................16
2. Struktur dan Fungsi Otak Lanjut Usia .......................................17
3. Aspek - Aspek Fungsi Kognitif .................................................19
4. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Fungsi Kognitif ...............23
D. Penelitian Terkait .............................................................................27
E. Kerangka Teori ................................................................................29
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS
.........................................................................................30
A. Kerangka Konsep .............................................................................30
B. Definisi Operasional ........................................................................31
C. Hipotesis Penelitian..........................................................................33
BAB IV METODE PENELITIAN ...................................................................34
A. Desain Penelitian .............................................................................34
B. Waktu dan Lokasi Penelitian ...........................................................34
C. Populasi dan Sampel ........................................................................34
D. Instrumen Penelitian ........................................................................35
E. Uji Validitas dan Reliabilitas ...........................................................37
F. Metode Pengumpulan Data ..............................................................40
G. Pengolahan Data ..............................................................................41
H. Metode Analisis Data .......................................................................42
I. Etika Penelitian ................................................................................43
xv
BAB V HASIL PENELITIAN ...........................................................................45
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................45
B. Hasil Analisis Univariat ..................................................................48
C. Hasil Analisis Bivariat .....................................................................50
BAB VI PEMBAHASAN ....................................................................................53
A. Analisis Variabel Aktivitas Fisik dan Tingkat Kognitif...................53
B. Analisis Data Demografi ..................................................................55
C. Analisis Korelasi antara Aktivitas Fisik dan Tingkat Kognitif ........58
D. Keterbatasan Penelitian ....................................................................59
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ...........................................................60
A. Kesimpulan ......................................................................................60
B. Saran ................................................................................................61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xvi
DAFTAR SINGKATAN
ACE-R : Addenbrooke’s Cognitive Examination Revision
BDNF : Brain Derived Neurotrophic Factor
BKKBN : Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
Depkes : Departemen Kesehatan
FITT : Frequency, Intensity, Time, Type
GPPAQ : The General Practice Physical Activity Questionnaire
IGF-1 : Insuline Like Growth Factor
IL : Interleukin
KESBANGPOL : Kesatuan, Kebangsaan dan Politik
Lansia : Lanjut Usia
MENKOKESRA : Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Kesejahteraan Rakyat
MMSE : Mini Mental State Kognitif
PAI : Physical Activity Index
PASE : Phycical Activity for the Elderly
pH : Potential of Hydrogen
PSTW : Panti Sosial Tresna Werdha
SD : Sekolah Dasar
SMP : Sekolah Menengah Pertama
SMA : Sekolah Menengah Atas
PT : Perguruan Tinggi
ROM : Range of Motion
SUSENAS : Survei Sosial Ekonomi Nasional
TNF-α : Tumor Necrosis Factor Alpha
UPT : Unit Pelaksanaan Teknis
WHO :World Heath Organization
xvii
DAFTAR TABEL
Halaman
3.1 Definisi Operasional Penelitian 31
5.1 Klasifikasi Ruangan PSTW Budi Mulia 4 Margaguna
Jakarta Selatan
47
5.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia di PSTW
Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan
48
5.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin di
PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan
48
5.4 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pendidikan
Terakhir di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta
Selatan
49
5.5 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Aktivitas Fisik
di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan
50
5.6 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat
Kognitif di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta
Selatan
50
5.7 Korelasi Aktivitas Fisik dan Tingkat Kognitif Lanjut Usia
di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan
51
xix
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Perizinan Penelitian
2. Informed Consent
3. Kuesioner Penelitian
4. Hasil Analisis Uji Validitas dan Reliabilitas
5. Rekapitulasi Jawaban Penelitian
6. Hasil Analisis Univariat
7. Hasil Analisis Bivariat
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses menjadi tua merupakan suatu kejadian yang alami dan setiap
orang akan mengalaminya, karena hal ini merupakan tahap akhir dalam sebuah
perjalanan hidup (Papilia, 2008). Manusia berupaya memenuhi kebutuhan
hidup yang layak, baik dalam aspek fisik, materi, mental dan emosional.
Semakin terpenuhi kebutuhan tersebut semakin sejahtera dan berpengaruh
terhadap bertambahnya usia harapan hidup (Soeroer & Muchtar, 2008 dalam
Nurhidayati dkk., 2012).
Masa dewasa akhir atau lanjut usia adalah periode perkembangan yang
bermula pada usia 60 tahun yang berakhir dengan kematian. Masa ini adalah
masa penyesuaian diri atas berkurangnya kekuatan dan kesehatan, menatap
kembali kehidupan, masa pensiun dan penyesuaian diri dengan peran - peran
sosial (Santrock, 2006). Menurut Martono & Pranarka (2009) menua adalah
suatu proses menurunnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti diri, mempertahankan struktur dan fungsi
normalnya sehingga dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan
memperbaiki kerusakan yang diderita.
Menurut Undang - Undang No.13 Tahun 1998 tentang Kesejahtaraan
Lanjut Usia, seseorang dikatakan lanjut usia apabila telah mencapai usia 60
tahun. Penetapan batas usia seperti itu terkait erat dengan usia harapan hidup
(UHH) penduduk Indonesia. Berdasarkan data bahwa pada tahun 1980 UHH
masih 52,2 tahun, tahun 1990 UHH 59,8 tahun, tahun 1995 UHH 63,6 tahun,
2
tahun 2000 UHH 64,5 tahun, tahun 2010 UHH 67,4 tahun dan tahun 2020
UHH sekitar 71,1 tahun.
Seiring dengan peningkatan harapan hidup, jumlah penduduk dunia
bertambah dari sekitar 6,5 milyar di tahun 2006 menjadi 7 milyar di tahun
2012. Penambahan tersebut diikuti dengan peningkatan jumlah penduduk
berusia 60 tahun ke atas, yaitu sebesar 694 juta jiwa (WHO, 2002). Di Asia,
beberapa negara yang mempunyai populasi lanjut usia terbesar adalah Jepang
21,5%, Hongkong 14,0%, Singapura 10,8% dan Cina 9,8% (Soejono, 2000
dalam Narulita, 2009).
Jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia dari hasil sensus penduduk
yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pada tahun
2000 UHH mencapai 67 tahun dari populasi lanjut usia yang diperkirakan 17
juta orang. Pada tahun 2006 kurang lebih sebesar 19 juta orang (8,90%), tahun
2010 diperkirakan sebesar 23,9 juta orang (9,97%) dan tahun 2020
diperkirakan sebesar 28,8 juta orang (11,34%) (Menteri Koordinator Bidang
Ekonomi, Kesejahteraan Rakyat (MENKOKESRA), 2009). Di Indonesia,
proporsi lanjut usia meningkat dari 4,7% (tahun 2002) menjadi 5,1% (tahun
2008) dan akan terus meningkat mencapai 11,34% di tahun 2020 dari jumlah
seluruh penduduk yang diperkirakan sebesar 234.181.400 jiwa (BPS, 2009).
Lanjut usia adalah orang yang mengalaami perubahan struktur dan fungsi
serta sistem biologisnya dikarenakan usia yang sudah lanjut. Perubahan ini
dapat berlangsung mulus jika mengalami perubahan yang normal atau
semestinya, sehingga tidak menimbulkan gangguan sistem atau fungsi baik
sebagian bahkan total. Menua dalam proses biologis adalah proses terkait
3
waktu yang berkesinambungan, sangat bervariasi dan bersifat individual
(Aswin, 2003).
Banyak perubahan yang terjadi pada lanjut usia, diantaranya perubahan
komposisi tubuh, otot, tulang dan sendi, sistem kardiovaskular serta respirasi.
Pada lanjut usia, ada penurunan massa otot, perubahan distribusi darah ke otot,
penurunan potential of Hydrogen (pH) dalam sel otot, otot menjadi lebih kaku
dan ada penurunan kekuatan otot. Dengan melakukan aktivitas fisik atau
olahraga dapat meningkatkan kekuatan otot, massa otot, perfusi otot dan
kecepatan konduksi saraf ke otot (Wojtek, 2000).
Bagian yang tidak terlepas dari status kesehatan yaitu status fungsional.
Status fungsional merupakan kemampuan seseorang dalam menjalankan
aktivitas sehari-hari secara sehat. Konsep ini terintegrasi dalam tiga domain
utama, yaitu fungsi biologis, psikologis (kognitif dan afektif) serta sosial. Salah
satu komponen psikologis dalam diri individu yaitu fungsi kognitif yang
meliputi perhatian, persepsi, berpikir, pengetahuan dan daya ingat (Saladin,
2007). Penuaan menyebabkan penurunan sensorik dan motorik pada susunan
saraf pusat, termasuk juga otak mengalami perubahan struktur dan biokimia
(Depkes RI, 2004).
Selain perubahan fisik, lanjut usia juga mengalami penurunan fungsi
kerja otak. Berat otak pada lanjut usia umumnya menurun 10 - 20%. Penurunan
ini terjadi pada usia 30 - 70 tahun (Fatmah, 2010). Diperkirakan juga bahwa
sepertiga orang dewasa akan mengalami penurunan fungsi kognitif secara
bertahap yang dikenal sebagai gangguan kognitif ringan seiring dengan
bertambahnya usia (Rendah, 2004).
4
Fungsi kognitif merupakan bagian terbesar dalam otak. Pada umumnya,
fungsi kognitif dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti merokok, konsumsi
alkohol, kurangnya aktivitas fisik, depresi, gangguan fungsi fisik dan
kurangnya dukungan sosial berhubungan dengan penurunan fungsi kognitif
(McGuire et al., 2007). Salah satu faktornya adalah aktivitas fisik yang dapat
menstimulasi faktor tropik dan neuronal growth yang memungkinkan
faktor - faktor ini yang menghambat penurunan fungsi kognitif dan dimensia
(Yaffe dkk., 2001).
Penurunan fungsi kognitif akan menyebabkan gangguan pada sistem
saraf pusat, yaitu pengurangan massa otak dan pengurangan aliran darah otak.
Selanjutnya akan menyebabkan astrosit berploriferasi sehingga
neurotransmitter (dopamin dan serotonin) akan berubah. Perubahan pada
neurotransmitter ini akan meningkatkan aktivitas enzim monoaminoksidase
(Pranarka, 2006). Hal ini akan membawa dampak pada melambatnya proses
sentral dan waktu reaksi sehingga fungsi sosial dan okupasional akan
mengalami penurunan yang signifikan pada kemampuan sebelumnya. Hal
inilah yang membuat lanjut usia menjadi kehilangan minat pada aktivitas hidup
sehari - hari mereka. Lanjut usia menjadi memerlukan beberapa bantuan untuk
melakukan beberapa aktivitas yang semula mereka mampu untuk
melakukannya sendiri (McGilton, 2007).
Fungsi kognitif memegang peranan penting dalam memori dan sebagian
besar aktivitas sehari - hari. Dampaknya, fungsi fisik dan psikis lanjut usia
akan terganggu. Pada tahun 2008 rasio ketergantungan lanjut usia yang bisa
digolongkan dalam penurunan kemandirian adalah 13,72% (Survei Sosial
5
Ekonomi Nasional, 2009). Gangguan yang terjadi pada fungsi fisik meliputi
menurunnya fungsi panca indera, minat dan fungsi organ seksual serta
kemampuan motorik. Gangguan yang terjadi pada fungsi psikis meliputi lanjut
usia menjadi sering mengalami perasaan rendah diri, bersalah atau merasa
tidak berguna lagi, apalagi bila mereka telah ditinggal mati oleh pasangan
hidupnya (Pieter & Lubis, 2010).
Penelitian selama satu tahun tentang kaitan latihan fisik terhadap fungsi
kognitif pada kelompok usia berisiko (70 - 89) oleh Williamson dkk. (2008) di
Amerika Serikat menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai kognitif yang
berasosiasi dengan peningkatan fungsi fisik. Secara spesifik, penelitian
Matthew dkk. (2004) dengan latihan Taichi pada usia 68 - 84 tahun
menunjukkan adanya hubungan yang positif. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Undang - Undang No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan yaitu
kesehatan lanjut usia diarahkan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
dan kemampuan lanjut usia agar tetap produktif dan juga lanjut usia yang
sehat, mandiri, sejahtera lahir dan batin (Depkes RI, 2006), dimanapun lanjut
usia berada seperti tinggal dengan keluarga atau berada di panti sosial.
Setiap panti sosial memiliki berbagai macam aktivitas yang
diperuntukkan bagi para lanjut usia agar dapat mengurangi berbagai
permasalahan yang diderita. Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4
Margaguna Jakarta Selatan terdapat berbagai macam kegiatan, salah satunya
adalah aktivitas fisik. Aktivitas fisik merupakan pergerakan tubuh yang
menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi kesehatan mental
bernilai positif bagi daya tahan tubuh seorang lanjut usia. Contoh aktivitas fisik
6
lanjut usia adalah berbelanja, melakukan aktivitas ringan, membersihkan
rumah, mencuci pakaian, dan lain - lain (Mathuranath, 2004). Menurut Barnes
(2004) penurunan aktivitas fisik telah dinyatakan sebagai suatu bentuk untuk
memicu terjadinya penurunan fungsi kognitif pada lanjut usia.
Hasil studi pendahuluan di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4
Margaguna Jakarta Selatan terdapat sebanyak 203 lanjut usia. Peneliti
melakukan pengkajian fungsi kognitif kepada 5 lanjut usia dengan
menggunakan kuesioner baku Mini Mental State Examination (MMSE).
Didapatkan hasil bahwa 3 diantaranya lanjut usia yang aktif (mampu
melakukan aktivitas fisik secara mandiri) didapatkan skor fungsi kognitif yang
baik, sedangkan 2 lanjut usia lainnya yang renta (hanya bisa beraktivitas di atas
tempat tidur dan aktivitas sehari - hari dibantu teman sekamar atau petugas
panti) didapatkan skor fungsi kognitif di bawah rata - rata normal yang
diartikan bahwa lanjut usia tersebut mengalami gangguan fungsi kognitif
ringan.
Disimpulkan bahwa lanjut usia yang mengalami penurunan aktivitas dan
masih ketergantungan dalam memenuhi kebutuhan sehari - hari cenderung
mengalami penurunan fungsi kognitif. Dari penjelasan tersebut, peneliti ingin
melakukan penelitian tentang hubungan antara aktivitas fisik dengan tingkat
kognitif lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werdha Mulia 4 Margaguna Jakarta
Selatan.
7
B. Rumusan Masalah
Secara individu proses penuaan dapat menimbulkan berbagai masalah
fisik, biologis, mental maupun sosial ekonomi, oleh karena itu dengan
meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia harus diupayakan agar kelompok
lanjut usia ini tetap mempunyai kondisi fisik dan mental yang prima (Depkes
RI, 2003). Menurut Barnes (2004) penurunan aktivitas fisik telah dinyatakan
sebagai suatu bentuk untuk memicu terjadinya penurunan fungsi kognitif pada
lanjut usia. Berdasarkan uraian tersebut, bagaimana “Hubungan antara
Aktivitas Fisik dengan Tingkat Kognitif Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan”.
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana demografi lanjut usia (usia, jenis kelamin dan pendidikan
terakhir) di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta
Selatan?
2. Bagaimana gambaran aktivitas fisik lanjut usia di Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan?
3. Bagaimana gambaran tingkat kognitif lanjut usia di Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan?
4. Apakah ada hubungan antara aktivitas fisik dengan tingkat kognitif lanjut
usia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta
Selatan?
8
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dengan tingkat kognitif
lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta
Selatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui demografi lanjut usia (usia, jenis kelamin dan pendidikan
terakhir) di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna
Jakarta Selatan.
b. Mengetahui gambaran aktivitas fisik lanjut usia di Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan.
c. Mengetahui gambaran tingkat kognitif lanjut usia di Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan.
d. Mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dengan tingkat kognitif
lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna
Jakarta Selatan.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pendidikan Ilmu Keperawatan
a. Hasil penelitian ini dapat menambah literatur mengenai hubungan
aktivitas fisik dengan tingkat kognitif lanjut usia.
b. Memberikan informasi mengenai aktivitas fisik dengan tingkat kognitif
lanjut usia.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai rujukan
tambahan untuk melakukan pengabdian kepada masyarakat.
9
2. Bagi Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Jakarta Selatan
Meningkatkan peran panti werdha dalam memberikan motivasi
kepada lanjut usia untuk melakukan dan mengikuti berbagai kegiatan serta
meningkatkan kualitas program kegiatan di panti sosial.
3. Bagi Praktisi Kesehatan
Meningkatkan pelayaan kesehatan atau keperawatan dengan
memotivasi lanjut usia dalam melakukan aktivitas fisik untuk
mempertahankan fungsi kognitif lanjut usia.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data dasar, menambah
informasi dan sebagai rujukan bagi peneliti lain untuk kepentingan
pengembangan ilmu yang berkaitan dengan aktivitas fisik dan tingkat
kognitif pada lanjut usia.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Lanjut Usia
1. Pengertian Lanjut Usia
Lanjut usia (lansia) merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan.
Menua (menjadi tua = aging) adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan - lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau
mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya
sehingga dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki
kerusakan yang diderita (Dharmojo, 2009). Menurut Undang - Undang
No.13 Tahun 1998 tentang Kesejahtaraan Lanjut usia, seseorang dikatakan
lanjut usia apabila telah mencapai usia 60 tahun.
Menurut World Heath Organization (WHO, 2006) lanjut usia meliputi
usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 - 59 tahun, usia
lanjut (elderly) ialah 60 - 74 tahun, usia tua (old) ialah 75 - 90 tahun dan
usia sangat tua (very old) ialah diatas 90 tahun, sedangkan menurut
Notoatmodjo (2007), lanjut usia dibagi menjadi empat kelompok,
kelompok usia dalam masa virilitas yaitu masa persiapan usia lanjut yang
menampakkan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa (45 - 54 tahun),
kelompok lanjut usia dini yaitu kelompok yang baru memasuki lanjut usia
(55 - 64 tahun), kelompok lanjut usia (65 tahun ke atas), kelompok lanjut
usia risiko tinggi yaitu lanjut usia yang berusia lebih dari 70 tahun.
11
2. Perubahan Fisik pada Lanjut Usia
Banyak perubahan yang terjadi pada lanjut usia, diantaranya
perubahan komposisi tubuh, otot, tulang dan sendi, sistem kardiovaskular
serta respirasi. Pada lanjut usia, ada penurunan massa otot, perubahan
distribusi darah ke otot, penurunan potential of Hydrogen (pH) dalam sel
otot, otot menjadi lebih kaku dan ada penurunan kekuatan otot. Dengan
melakukan aktivitas fisik atau olahraga dapat meningkatkan kekuatan otot,
massa otot, perfusi otot dan kecepatan konduksi saraf ke otot (Wojtek,
2000).
Massa tulang menurun 10% dari massa puncak tulang pada usia 65
tahun dan 20% pada usia 80 tahun. Pada wanita, kehilangan massa tulang
lebih tinggi, kira-kira 15 - 20% pada usia 65 tahun dan 30% pada usia 80
tahun. Laki - laki kehilangan massa tulang sekitar 1% per tahun sesudah
usia 50 tahun, sedangkan wanita mulai kehilangan massa tulang pada usia
30-an dengan laju penurunan 2 - 3% per tahun sesudah menopause
(Ambardini, 2009).
Tulang, sendi dan otot saling terkait, jika sendi tidak dapat digerakkan
sesuai dengan Range of Motion (ROM) maka gerakan menjadi terbatas
sehingga fleksibilitas menjadi komponen esensial dari program latihan bagi
lanjut usia. Jika suatu sendi tidak digunakan, maka otot yang melintasi
sendi akan memendek dan mengurangi ROM. Latihan fleksibilitas dapat
meningkatkan kekuatan tendon dan ligamen, mempertahankan kekuatan
otot yang melintasi sendi, mengurangi nyeri pada kasus osteoartritis
sehingga ROM bisa dipertahankan (Ambardini, 2009).
12
B. Aktivitas Fisik pada Lanjut Usia
1. Pengertian Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot
rangka yang memerlukan energi. Penurunan aktivitas fisik merupakan
faktor risiko independen untuk penyakit kronis dan secara keseluruhan
diperkirakan menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010). Menurut
Fatmah (2010) aktivitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang
menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan
kesehatan fisik dan mental, serta mempertahankan kualitas hidup agar tetap
sehat dan bugar sepanjang hari. Jadi, aktivitas fisik adalah gerakan tubuh
yang dihasilkan oleh otot rangka yang sangat penting bagi pemeliharaan
kesehatan fisik dan mental.
Aktivitas fisik termasuk mobilitas merupakan salah satu faktor yang
ada hubungannya dengan fungsi kognitif. Beberapa studi melaporkan
bahwa usia lanjut yang mengalami kesulitan melakukan pergerakan fisik
atau gangguan gerak, akan terjadi perbedaan dalam jumlah skor fungsi
kognitifnya. Efek aktivitas fisik termasuk mobilitas ada hubungannya
dengan menurunnya risiko penyakit kardiovaskular dan efek secara
langsung juga kepada saraf, sehingga berdampak pada fungsi kognitif,
sehingga apabila terdapat gangguan gerak,maka dapat mengakibatkan
penurunan gangguan fungsi kognitif yang lebih besar dibandingkan dengan
yang tidak mengalami gangguan (Yaffe et al., 2001).
13
2. Manfaat Aktivitas Fisik
Menurut Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia (2006), aktivitas fisik secara teratur memiliki efek yang
menguntungkan terhadap kesehatan yaitu :
a) Terhindar dari penyakit jantung, stroke, osteoporosis, kanker, tekanan
darah tinggi, kencing manis dan lain - lain.
b) Berat badan terkendali.
c) Otot lebih lentur dan tulang lebih kuat.
d) Bentuk tubuh menjadi ideal dan proporsional.
e) Lebih percaya diri.
f) Lebih bertenaga dan bugar.
g) Secara keseluruhan keadaan kesehatan menjadi lebih baik.
h) Dapat mempengaruhi kesehatan otak dan fungsi kognitif.
Karena hubungan antar kedua hal tersebut terkait dengan
beberapa faktor yang semuanya terkait dengan kapasitas beraktivitas
fisik dalam peningkatan fungsi otak, meningkatkan pertumbuhan
pembuluh kapiler di sekitar neuron yang memberi oksigen dan gizi dari
darah, meningkatkan kerapatan sinapsis dan meningkatkan efek
kolinergis positif (Nelson, 2006).
3. Jenis Aktivitas Fisik pada Lanjut Usia
Aktivitas fisik yang bermanfaat untuk kesehatan lanjut usia sebaiknya
memenuhi kriteria FITT (frequency, intensity, time, type). Frekuensi adalah
seberapa sering aktivitas dilakukan dan berapa hari dalam seminggu.
Intensitas adalah seberapa keras suatu aktivitas dilakukan. Biasanya
14
diklasifikasikan menjadi intensitas rendah, sedang dan tinggi. Waktu
mengacu pada durasi, seberapa lama suatu aktivitas dilakukan dalam satu
pertemuan, sedangkan jenis aktivitas adalah jenis - jenis aktivitas fisik yang
dilakukan (Ambardini, 2009).
Ada 3 macam aktivitas fisik lanjut usia menurut Pusat Promosi
Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2006), yaitu:
a. Ketahanan (Endurance)
Aktivitas fisik yang bersifat untuk ketahanan yang dapat
membantu kesehatan jantung, paru - paru, otot dan sistem sirkulasi
darah tetap sehat serta membuat kita lebih bertenaga. Untuk
mendapatkan ketahanan maka aktivitas fisik yang dilakukan selama 30
menit setiap hari (4 - 7 hari per minggu).
Contoh beberapa kegiatan yang dapat dipilih seperti:
1) Berjalan kaki
2) Lari ringan
3) Berenang
4) Senam
5) Bermain tenis
6) Aktivitas duduk (membaca, menonton televisi dan lain - lain)
7) Berkebun dan kerja di taman.
b. Kelenturan (Flexibility)
Aktivitas fisik yang bersifat untuk kelenturan dapat membantu
pergerakan lebih mudah, mempertahankan otot tubuh tetap lemas
(lentur) dan sendi berfungsi dengan baik. Untuk mendapatkan
15
kelenturan maka aktivitas fisik yang dilakukan selama 30 menit setiap
hari (4 - 7 hari per minggu).
Contoh beberapa kegiatan yang dapat dipilih seperti:
1) Peregangan kaki atau tangan
2) Beribadah (shalat)
3) Senam Taichi dan yoga
4) Mencuci pakaian atau piring
5) Mengepel lantai.
c. Kekuatan Otot (Strength Muscle)
Aktivitas fisik yang bersifat untuk kekuatan dapat membantu
kerja otot tubuh dalam menahan sesuatu beban yang diterima, tulang
tetap kuat dan mempertahankan bentuk tubuh serta membantu
meningkatkan pencegahan terhadap penyakit seperti osteoporosis.
Untuk mendapatkan kelenturan maka aktivitas fisik yang dilakukan
selama 30 menit setiap hari (2 - 4 hari per minggu).
Contoh beberapa kegiatan yang dapat dipilih seperti:
1) Push-up, pelajari teknik yang benar untuk mencegah otot dan
sendi dari kecelakaan
2) Naik turun tangga
3) Angkat beban/berat
4) Membawa belanjaan
5) Mengikuti kelas senam terstruktur dan terukur (fitness).
16
C. Fungsi Kognitif pada Lanjut Usia
1. Pengertian Kognitif
Kognitif berasal dari bahasa Latin, yaitu cognitio yang artinya adalah
berpikir. Hal ini merujuk kepada kemampuan seseorang dan mengerti
dunianya, yang dicapai dari sejumlah fungsi yang kompleks termasuk
orientasi terhadap waktu, tempat dan individu, kemampuan aritmatika,
berfikir abstrak, kemampuan fokus untuk berpikir logis (Pincus dkk.,
2003).
Menurut Ramdhani (2008), kognitif adalah kepercayaan seseorang
tentang sesuatu yang didapatkan dari proses berfikir. Proses yang dilakukan
adalah memperoleh pengetahuan dan manipulasi pengetahuan melalui
aktivitas mengingat, menganalisis, memahami, menilai, membayangkan
dan berbahasa. Kapasitas atau kemampuan kognisi biasa diartikan sebagai
kecerdasan atau inteligensia.
Pengertian lain dari kognitif menurut Sulianti (2000) adalah
kemampuan pengenalan dan penafsiran seseorang terhadap lingkungannya
berupa perhatian, bahasa, memori, visuospasial dan fungsi memutuskan.
Penurunan dari fungsi kognitif biasanya berhubungan dengan penurunan
fungsi belahan otak kanan yang berlangsungnya lebih cepat daripada yang
kiri. Tidak heran bila pada para lanjut usia terjadi penurunan berupa
kemunduran daya ingat visual, sulit berkonsentrasi dan cepat beralih
perhatian. Juga terjadi kelambanan pada tugas motorik sederhana seperti
berlari, mengetuk jari, kelambanan dalam persepsi sensoris serta dalam
reaksi tugas kompleks. Sifat gangguan ini sangat individual, tidak sama
17
tingkatnya satu orang dengan orang lain. Kemunduran yang paling
dominan ditemui adalah menurunnya kemampuan memori atau daya ingat.
Fungsi kognitif merupakan satu proses mental manusia yang meliputi
perhatian persepsi, proses berpikir, pengetahuan dan memori. Sebanyak
75% dari bagian otak besar merupakan area kognitif (Saladin, 2007).
Kemampuan kognitif seseorang berbeda dengan orang lain. Dari hasil
penelitian diketahui, bahwa kemunduran subsistem yang membangun
proses memori dan belajar mengalami tingkat kemunduran yang tidak
sama. Memori merupakan proses yang rumit karena menghubungkan masa
lalu dengan masa sekarang (Lumbantobing, 2006).
2. Struktur dan Fungsi Otak Lanjut Usia
Di dalam otak manusia, diperkirakan terdapat 1 trilyun sel otak.
Sebanyak 100 milliar sel otak tersebut adalah sel otak aktif sementara
sisanya adalah sel pendukung. Perkembangan otak menjadi tua terbukti
dapat berlanjut terus sampai usia berapapun jika saja otak memperoleh
stimulus yang terus menerus, baik fisik maupun mental. Hal ini disebut
juga kemampuan plastisitas otak yang terjadi juga pada lanjut usia
(Kusumoputro, 2003).
Proses menua sehat (normal aging) secara fisiologis juga terjadi
kemunduran fungsi kognitif seperti kemunduran daya ingat (memori)
terutama memori kerja (working memory) yang amat berperan dalam
aktivitas hidup sehari - hari. Selain itu fungsi belahan otak sisi kanan
sebagai pusat intelegensi dasar akan mengalami kemunduran lebih cepat
daripada belahan otak sisi kiri sebagai pusat inteligensi kristal yang
18
memantau pengetahuan. Dampak dari kemunduran belahan otak sisi kanan
pada lanjut usia antara lain adalah kemunduran fungsi kewaspadaan dan
perhatian. Kedua belah hemisfer berbeda fungsi, namun setiap individu
mempunyai kecenderungan untuk lebih banyak menggunakan salah satu
belah hemisfer dalam menyelesaikan masalah hidup dan pekerjaan.
Perkembangan otak menjadi tua sehingga terjadi kemunduran fungsi
hemisfer kanan lebih cepat daripada hemisfer kiri maka mereka akan
mengalami hambatan kemampuan fungsional (Katzman, 1992).
Diantara fungsi otak yang menurun secara linier seiring dengan
bertambahnya usia adalah fungsi memori berupa kemunduran dalam
kemampuan penamaan dan kecepatan mencari kembali informasi yang
telah tersimpan dalam pusat memori. Penurunan ini terjadi pada
kemampuan kognitif dan tidak mempengaruhi rentang hidup yang normal
(Strub & Black, 1992).
Perubahan atau gangguan memori pada penuaan otak hanya terjadi
pada aspek tertentu, sebagai contoh memori primer (memori jangka
pendek) relatif tidak mengalami perubahan pada penambahan usia,
sedangkan pada memori sekunder (memori jangka panjang) mengalami
perubahan yang bermakna. Artinya, kemampuan untuk mengirimkan
informasi dari memori jangka pendek ke jangka panjang mengalami
kemunduran dengan penambahan usia (Petersen et al., 1992).
19
3. Aspek - Aspek Fungsi Kognitif
a. Orientasi
Orientasi dinilai dengan pengacuan pada personal, tempat dan
waktu. Orientasi terhadap personal merupakan kemampuan seseorang
dalam menyebutkan namanya sendiri ketika ditanya. Orientasi tempat
dinilai dengan menanyakan negara, provinsi, kota, gedung dan lokasi
dalam gedung. Sedangkan orientasi waktu dinilai dengan menanyakan
tahun, musim, bulan, hari dan tanggal. Karena perubahan waktu lebih
sering daripada tempat, maka waktu dijadikan indeks paling sensitif
untuk disorientasi (Goldman, 2000).
b. Atensi
Atensi merupakan kemampuan untuk bereaksi atau
memperhatikan suatu stimulus tertentu (spesifik) dengan mampu
mengabaikan stimulus lain baik internal maupun eksternal yang tidak
perlu atau tidak dibutuhkan. Atensi dan konsentrasi sangat penting
dalam mempertahankan fungsi kognitif, terutama dalam proses belajar.
(Plassman dkk., 2010).
1) Mengingat Segera
Aspek ini merujuk pada kemampuan seseorang untuk
mengingat sejumlah kecil informasi selama ≤ 30 detik dan mampu
untuk mengeluarkannya kembali.
2) Konsentrasi
Aspek ini merujuk pada sejauh mana kemampuan seseorang
untuk memusatkan perhatiannya pada satu hal (Goldman, 2000).
20
c. Bahasa
Fungsi bahasa merupakan kemampuan yang meliputi empat
parameter, yaitu :
1) Kelancaran
Kelancaran merujuk pada kemampuan untuk menghasilkan
kalimat dengan panjang, ritme dan melodi yang normal. Suatu
metode yang dapat membantu menilai kelancaran pasien adalah
dengan meminta pasien menulis atau berbicara spontan.
2) Pemahaman
Pemahaman merujuk pada kemampuan untuk memahami
suatu perkataan atau perintah, dibuktikan dengan mampunya
seseorang untuk melakukan perintah tersebut.
3) Pengulangan
Kemampuan seseorang untuk mengulangi suatu pernyataan
atau kalimat yang diucapkan seseorang.
4) Penamaan
Penamaan merujuk pada kemampuan seseorang untuk
menamai atau objek beserta bagian - bagiannya (Goldman, 2000).
d. Memori
Memori adalah proses bertingkat dimana informasi pertama kali
harus dicatat dalam area korteks sensorik kemudian diproses melalui
sistem limbik untuk terjadinya pembelajaran baru. Secara klinik
memori dibagi menjadi tiga tipe dasar, yaitu:
21
1) Immediate memory, merupakan kemampuan untuk merecall
stimulus dalam interval waktu beberapa detik.
2) Recent memory, merupakan kemampuan untuk mengingat kejadian
sehari - hari (misalnya tanggal, nama dokter, apa yang dimakan saat
sarapan atau kejadian - kejadian baru) dan mempelajari materi baru
serta mencari materi tersebut dalam rentang waktu menit, jam, hari,
bulan dan tahun.
3) Remote memory, merupakan rekoleksi atau mengingat kembali
kejadian yang terjadi bertahun tahun yang lalu (tanggal lahir,
sejarah, nama teman dan lain - lain).
e. Visuospasial
Kemampuan visuospasial dapat dievaluasi melalui kemampuan
konstruksional seperti menggambar atau meniru berbagai macam
gambar (lingkaran, kubus dan lain - lain) dan menyusun balok - balok.
Semua lobus berperan dalam kemampuan konstruksi ini tetapi lobus
parietal terutama hemisfer kanan mempunyai peran yang paling
dominan. Menggambar jam sering digunakan untuk skrining
kemampuan visuospasial dan fungsi eksekutif dimana berkaitan dengan
gangguan di lobus frontal dan parietal.
Pasien diminta untuk menggambar jam berbentuk lingkaran
kemudian ditulis dengan angka yang lengkap, jika gambar jam
digambar terlalu kecil sehingga angka - angkanya tidak muat, hal ini
mencerminkan gangguan pada perencanaan. Selanjutnya pasien diminta
untuk menggambar jarum pukul 11.10 pasien dengan gangguan fungsi
22
eksekutif akan menunjuk jarum pada angka 10 dan 11 (Plassman dkk.,
2010).
f. Fungsi Eksekutif
Fungsi eksekutif adalah kemampuan seseorang dalam pemecahan
masalah. Kemampuan eksekutif diperankan oleh lobus frontal, tetapi
pengalaman klinis menunjukkan bahwa semua sirkuit yang terkait
dengan lobus frontal juga menyebabkan sindroma lobus frontal,
diperlukan atensi, bahasa, memori dan visuospasial sebagai dasar untuk
menyusun kemampuan kognitif (Plassman dkk., 2010).
Istilah penurunan kognitif sebenarnya menggambarkan perubahan
kognitif yang berkelanjutan, beberapa dianggap masih dalam spektrum
penuaan normal, sementara yang lainnya dimasukkan dalam kategori
gangguan ringan. Untuk menentukan gangguan fungsi kognitif,
biasanya dilakukan penilaian terhadap satu domain atau lebih seperti
memori, orientasi, bahasa dan fungsi eksekutif. Temuan dari berbagai
penelitian klinis dan epidemiologis menunjukkan bahwa faktor
biologis, perilaku, sosial dan lingkungan dapat berkontribusi terhadap
risiko penurunan fungsi kognitif (Plassman dkk., 2010).
g. Kalkulasi
Kemampuan seseorang untuk menghitung angka (Goldman, 2000).
23
4. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Fungsi Kognitif
a. Status Kesehatan
Salah satu faktor penyakit yang mempengaruhi penurunan
kognitif lanjut usia adalah hipertensi. Peningkatan tekanan darah kronis
dapat meningkatkan efek penuaan pada struktur otak, meliputi reduksi
substansia alba dan grisea di lobus prefrontal, penurunan hipokampus,
meningkatkan hiperintensitas substansia alba di lobus frontalis. Angina
pektoris, infarkmiocard, penyakit jantung koroner dan penyakit
vaskular lainnya juga dikaitkan dengan memburuknya fungsi kognitif
(Briton & Marmot, 2003 dalam Myres, 2008).
b. Usia
Faktor usia dapat berhubungan dengan fungsi kognitif. Sesuai
dengan penelitain Lumbantobing (2006) yang menyatakan bahwa
perubahan yang terjadi pada otak akibat bertambahnya usia antara lain
fungsi penyimpanan informasi hanya mengalami sedikit perubahan.
Suatu penelitian yang mengukur kognitif pada lanjut usia menunjukkan
skor di bawah cut off skrining adalah sebesar 16% pada kelompok usia
65 - 69 tahun, 21% kelompok usia 70 - 74 tahun, 30% pada kelompok
usia 75 - 79 tahun dan 44% pada usia di atas 80 tahun. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan adanya hubungan positif antara usia dan
penurunan fungsi kognitif (Scanlan et al., 2007).
c. Status Pendidikan
Kelompok dengan pendidikan rendah tidak pernah lebih baik
dibandingkan kelompok dengan pendidikan lebih tinggi (Scanlan et al.,
24
2007). Pengaruh pendidikan yang telah dicapai seseorang atau lanjut
usia dapat mempengaruhi secara tidak langsung terhadap fungsi
kognitif seseorang termasuk pelatihan. Berdasarkan teori reorganisasi
anatomis menyatakan bahwa stimulus eksternal yang
berkesinambungan akan mempermudah reorganisasi internal dari otak.
Tingkat pendidikan seseorang mempunyai pengaruh terhadap
penurunan fungsi kognitif (Sidiarto, 2003).
d. Jenis Kelamin
Wanita lebih berisiko mengalami penurunan kognitif. Hal ini
disebabkan adanya peranan level hormon seks endogen dalam
perubahan fungsi kognitif. Reseptor estrogen telah ditemukan dalam
area otak yang berperan dalam fungsi belajar dan memori, seperti
hipokampus. Rendahnya level estradiol dalam tubuh telah dikaitkan
dengan penurunan fungsi kognitif umum dan memori verbal. Ekstradiol
diperkirakan bersifat neuroprotektif dan dapat membatasi kerusakan
akibat stres oksidatif serta terlihat sebagai protektor sel saraf dari
toksisitas amiloid pada pasien Alzheimer (Yaffe dkk., 2007 dalam
Myers, 2008).
e. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik dapat mempertahankan aliran darah otak dan
mungkin juga meningkatkan persediaan nutrisi otak (Yaffe dkk., 2001).
Pada latihan atau aktivitas fisik beberapa sistem molekul yang dapat
berperan dalam hal yang bermanfaat pada otak. Faktor - faktor
neurotrofik kebanyakan yang berperan dalam efek yang bermanfaat
25
tersebut. Faktor neurotrofik itu terutama Brain Derived Neurotrophic
Factor (BDNF), karena dapat meningkatkan ketahanan dan
pertumbuhan beberapa tipe dari neuron, meliputi neuron glutamanergik.
BDNF berperan sebagai mediator utama dari efikasi sinaptik,
penghubungan sel saraf dan plastisitas sel saraf (Cotman dkk., 2002).
Aktivitas fisik memungkinkan mempertahankan kesehatan
vaskular otak dengan menurunkan tekanan darah, meningkatkan profil
lipoprotein, mendukung produksi endotel nitrat oksidasi dan
memastikan perfusi otak cukup. Demikian pula, muncul bukti
hubungan antara insulin dan amimoid menunjukkan bahwa manfaat
aktivitas aerobik pada resistensi insulin dan glukosa intolerance,
mungkin ini merupakan mekanisme yang lain dimana aktivitas fisik
dapat mencegah atau menunda penurunan fungsi kognitif (Weuve dkk.,
2004).
Power (2006) menjelaskan bahwa ada 3 mekanisme yang dapat
menjelaskan manfaat pendidikan, latihan atau aktivitas fisik dan
lingkungan yaitu angiogenesesis pada otak, perubahan synaptic reverse
dan menghilangkan penumpukan amiloid. Suatu studi menjelaskan
bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi latihan atau aktivitas
fisik terhadap fungsi kognitif. Latihan atau aktivitas fisik menyebabkan
hipertropi hipokampus yang nantinya akan memiliki fungsi prevenif
terhadap degenerasi neuronal. Latihan atau aktivitas fisik juga dapat
menyebabkan produksi faktor pertumbuhan seperti BDNF yang telah
diketahui untuk memperbesar neurogenesis dan efek positif terhadap
26
kognitif. Latihan atau aktivitas fisik dapat menyebabkan respon
terhadap BDNF, neurogenesis dan fungsi kognitif melalui Insuline Like
Growth Factor-1(IGF-1).
Latihan atau aktivitas fisik tersebut juga berhubungan dengan
inflamasi dimana kontraksi otak memproduksi Interleukin-6 (IL6),
Interleukin-8 (IL8), Interleukin-15 (IL15) dan Tumor Necrosis Factor
Alpha (TNF-α) yang selanjutnya mempengaruhi fungsi kognitif. Klotho
protein atau gen dapat dipengaruhi aktivitas fisik melalui faktor
pertumbuhan seperti IGF-1 dimana efek klotho pada otak tampak
seperti neuroprotektif dan mencegah kehilangan neuro dopaminergik
dalam substansia nigra. Terakhir, aktivitas fisik yang diperantai oleh
produksi IGF-1 meregulasi kadar β amiloid melalui peningkatan
clearance plexus cloroideus (Foster dkk., 2011).
Seseorang yang melakukan olahraga dan aktivitas fisik dapat
meningkatkan jumlah endorphin dalam tubuh. Endorphin sebagai
neurotransmitter yang dibutuhkan untuk menghindari stres dan mental
yang lebih baik. Selain meningkatkan jumlah endorphin, juga dapat
meningkatkan kadar norepinefrin dan serotonine, dimana mekanisme
ini berguna untuk meningkatkan suasana hati atau mood. Hal ini juga
didukung dengan penelitian sebelumnya, lanjut usia yang melakukan
aktivitas fisik termasuk berjalan kaki secara teratur dalam jangka waktu
lama dapat meningkatkan kemampuan kognitif dan mengurangi
penurunan gangguan kognitif (Arisman, 2004).
27
D. Penelitian Terkait
1. Totok Budi Santoso dan Alfina Shofia Nur Rohmah (2011) dalam
“Gangguan Gerak dan Fungsi Kognitif pada Wanita Lanjut Usia”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara gangguan gerak
dan fungsi kognitif pada wanita lanjut usia di Panti Werdha Surakarta.
Menggunakan desain penelitian cross sectional kuantitatif dengan
menggunakan instrumen Katz Indeks untuk menilai gangguan gerak dan
Mini Mental State Examination (MMSE) untuk menilai tingkat kognitif
lanjut usia. Sampel penelitian berjumlah 36 lanjut usia. Hasil perhitungan
uji chi square diperoleh nilai signifikan (p-value = 0,001). Perbandingan
nilai probabilitas aktual lebih kecil dari probabilitas yang diisyaratkan
(0,000 < 0,05). Berdasarkan kriteria tersebut menunjukkan bahwa ada
hubungan antara gangguan gerak dengan fungsi kognitif lanjut usia.
2. Maulina Sri Rizky (2011) dalam thesis “ Hubungan Tingkat Pendidikan dan
Aktivitas Fisik dengan Fungsi Kognitif Lansia di Kelurahan Darat”.
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan pengumpulan
sampel dengan metode purposive sampling non probability di Kelurahan
Darat Kota Medan. Fungsi kognitif dinilai dengan menggunakan Mini
Mental State Examination (MMSE) dan Addenbrooke’s Cognitive
Examination Revision (ACE-R), sedangkan untuk aktivitas fisik dinilai
dengan menggunakan The General Practice Physical Activity Questionaire
(GPPAQ). Berdasarkan hasil skor MMSE dijumpai hubungan yang
signifikan dengan usia (p = 0,0001), tingkat pendidikan (p = 0,0001) dan
aktivitas fisik (p = 0,0001). Sedangkan untuk skor ACE-R dijumpai
28
hubungan yang signifikan dengan usia (p = 0,0001), tingkat pendidikan
(p = 0,0001) dan aktivitas fisik (p = 0,0001). Hasil penelitian ini
menunjukkan adanya hubungan antara tingkat pendidikan dan aktivitas fisik
dengan fungsi kognitif lanjut usia.
29
E. Kerangka Teori
Bagan 2.6: Kerangka Teori Penelitian
Kombinasi Teori Goldman (2000); PPK Depkes RI (2006); Scanlan et al.,(2007); Myres
(2008); Fortes (2011); Plassman dkk. (2011).
Fungsi Kognitif
Fungsi Fisik
Penurunan / Perubahan Fisik pada Lanjut Usia
Lanjut Usia
Aspek - Aspek Fungsi
Kognitif:
1. Orientasi (personal,
waktu dan tempat)
2. Atensi (mengingat
dan konsentrasi)
3. Bahasa (kelancaran,
pemahanan,
pengulangan dan
naming)
4. Memory (immediate,
recent dan
remotecontrol)
5. Visuospasial
6. Eksekutif
7. Kalkulasi
(Goldman (2000);
Plassman dkk. (2011))
Faktor - Faktor yang
Mempengaruhi Fungsi
Kognitif:
1. Status Kesehatan
2. Usia
3. Status Pendidikan
4. Jenis Kelamin
(Myres, 2008; Scanlan et
al., 2007; Fortes, 2011)
Jenis - Jenis Aktivitas Fisik
Lanjut Usia:
1. Ketahanan (Endurance)
2. Kelenturan (Flexibility)
3. Kekuatan Otot (Strength
Muscle)
(Pusat Promosi Kesehatan
Depkes RI, 2006)
5. Aktivitas Fisik
30
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep Penelitian
Konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan
dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel
(Nursalam, 2008). Dalam penelitian ini mengkaji dua variabel yang terdiri dari
satu variabel bebas (independen) yaitu aktivitas fisik lanjut usia dan satu
variabel terikat (dependen) yaitu tingkat kognitif lanjut usia. Di bawah ini
digambarkan mengenai kerangka konsep yang akan dilakukan peneliti di Panti
Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan.
Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Aktivitas Fisik Lanjut
Usia
1. Ketahanan
2. Kelenturan
3. Kekuatan Otot
Tingkat Kognitif Lanjut
Usia
1. Orientasi
2. Atensi
3. Bahasa
4. Memori
5. Visuospasial
6. Eksekutif
7. Kalkulasi
31
B. Definisi Operasional Penelitian
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
1 Usia Lamanya masa hidup
responden yang
dihitung berdasarkan
tanggal lahir sampai
dengan ulang tahun
terakhir.
Wawancara Kuesioner 1 = 60 – 74 tahun
2 = 75 – 90 tahun
3 = > 90 tahun
Ordinal
2 Jenis
Kelamin
Identitas responden
penelitian sesuai
dengan kondisi
biologis dan fisik.
Wawancara Kuesioner 1 = Laki - Laki
2 = Perempuan
Nominal
3 Pendidikan
Terakhir
Jenjang pendidikan
formal terakhir
responden.
Wawancara Kuesioner 1 = SD
2 = SMP
3 = SMA
4 = PT
Ordinal
32
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
4 Aktivitas
Fisik Lanjut
Usia
Pergerakan anggota
tubuh lanjut usia yang
meliputi ketahanan,
kelenturan dan
kekuatan otot.
Mengajukan
pertanyaan melalui
kuesioner.
- Modifikasi
kuesioner Physical
Activities Scale for
the Elderly (PASE).
- Kuesioner ini terdiri
dari 8 item
pertanyaan.
Penentuan aktivitas fisik
lanjut usia menggunakan
nilai mean sebagai cut of
point dengan kategori:
1. < Mean = Aktivitas
Fisik Kurang.
2. ≥ Mean = Aktivitas
Fisik Baik.
Ordinal
5 Tingkat
Kognitif
Kemampuan
seseorang yang terdiri
dari aspek orientasi,
atensi, bahasa,
memori, visuospasial,
eksekutif dan
kalkulasi.
Mengajukan
pertanyaan melalui
kuesioner.
- Kuesioner paten
MMSE (Mini
Mental State
Examination).
- Kuesioner ini terdiri
dari 30 item
pertanyaan.
1. SD ≥ 23 =
Kognitif Baik atau
< 23 = Kognitif
Buruk.
2. SMP ≥ 25 =
Kognitif Baik dan
<25 = Kognitif
Buruk.
3. SMA ke atas ≥ 26
= Kognitif Baik atau
< 26 Kognitif Buruk.
Ordinal
33
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan
penelitian (Nursalam, 2008). Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. H0 = Tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dengan tingkat kognitif pada lanjut
usia.
2. H1 = Ada hubungan antara aktivitas fisik dengan tingkat kognitif pada lanjut usia.
34
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif
dengan pendekatan cross sectional yaitu pengambilan data variabel independen
(aktivitas fisik lanjut usia) dan variabel dependen (tingkat kognitif) yang
dilakukan pada satu waktu atau bersamaan (Setiadi, 2007).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Juni tahun 2014 di Panti
Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan. Alasan
peneliti memilih Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta
Selatan sebagai lokasi penelitian karena terdapat cukup banyak jumlah lanjut
usia, letaknya yang terjangkau dan belum dilakukan penelitian tentang
hubungan aktivitas fisik dengan tingkat kognitif lanjut usia di Panti tersebut.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau
subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Setiadi,
2007).
Populasi dalam penelitian ini adalah semua lanjut usia yang tercatat
di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan
dengan jumlah 205 lanjut usia.
35
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau
sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat,
2007). Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat
dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2008).
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling.
Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel
sama dengan populasi (Sugiyono, 2007). Jadi, total sampel berdasarkan
kriteria inklusi yang digunakan adalah 118 orang dari 205 lanjut usia.
Adapun sampel yang diambil harus memiliki kriteria sebagai berikut:
a) Lanjut usia yang berusia ≥ 60 tahun.
b) Lanjut usia yang sudah menetap di panti lebih dari 30 hari.
c) Lanjut usia yang mampu berkomunikasi verbal dengan baik.
d) Lanjut usia yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian.
e) Lanjut usia yang berpendidikan minimal sekolah dasar (SD) atau
sederajat.
f) Lanjut usia yang tidak mengalami gangguan kejiwaan.
D. Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh data atau informasi dari responden, peneliti
menggunakan instrumen penelitian berupa lembar kuesioner. Kuesioner adalah
suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawab. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila
36
peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa
diharapkan dari responden (Sugiyono, 2007).
Instrumen dalam penelitian ini merupakan data primer yang diambil
melalui dua kuesioner, yaitu:
1. Instrumen pertama berupa pertanyaan mengenai data demografi responden
yang terdiri dari usia, jenis kelamin dan pendidikan terakhir.
2. Mini Mental State Examinatian (MMSE)
Mini Mental State Examinatian (MMSE) adalah metode pemeriksaan
untuk menilai fungsi kognitif yang telah digunakan secara luas oleh para
praktisi untuk praktik klinik maupun penelitian. MMSE diperkenalkan oleh
Folstein pada tahun 1975. MMSE digunakan sebagai alat untuk mendeteksi
adanya gangguan kognitif pada seseorang atau individu, mengevaluasi
perjalanan suatu penyakit yang berhubungan dengan proses penurunan
kognitif dan memonitor respon terhadap pengobatan (Turana, 2004).
MMSE sangat reliabel untuk menilai gangguan fungsi kognitif dan
dapat digunakan secara luas sebagai pemeriksaan yang sederhana untuk
mendiagnosis adanya gangguan fungsi kognitif. MMSE terdiri dari 30
pertanyaan, terbagi menjadi 11 domain dengan rincian, orientasi waktu,
tempat, registrasi, atensi dan kalkulasi, mengingat, menamai, pengulangan,
pemahaman, membaca, menulis serta menggambar (Folstein, 1993 dalam
Setyopranoto dkk., 2000). Penilaian baik buruknya fungsi kognitif
didasarkan atas nilai potong yang disesuaikan dengan tingkat pendidikan
terakhir responden. Dinilai baik jika nilainya ≥ 23 untuk sekolah dasar (SD),
≥ 25 untuk sekolah menengah pertama (SMP) dan ≥ 26 untuk sekolah
37
menengah atas (SMA) ke atas, sedangkan dinilai buruk jika nilainya < 23
untuk sekolah dasar (SD), < 25 untuk sekolah menengah pertama (SMP)
dan < 26 untuk sekolah menengah atas (SMA) ke atas (Turana, 2011).
3. Physical Activities Scale for the Elderly (PASE)
Physical Activities Scale for Elderly (PASE) merupakan kuesioner
untuk menilai aktivitas fisik lanjut usia. PASE terdiri dari tiga macam
aktivitas, yaitu leisure time activity (aktivitas waktu luang) yang terdiri dari
6 pertanyaan, house hold activity (aktivitas rumah tangga) yang terdiri dari 3
pertanyaan dan work related activity (aktivitas relawan) yang terdiri dari 1
pertanyaan. Peneliti memodivikasi kuesioner PASE, dikarenakan kuesioner
PASE kurang relevan dengan kegiatan atau aktivitas fisik yang ada di
PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan. Peneliti mengambil 8
pertanyaan dari kategori aktivitas waktu luang dan aktivitas rumah tangga.
Penentuan jawaban kuesioner menggunakan skala Likert, dimana jawaban
responden menggunakan rentang skala 0 sampai 3 yaitu tidak pernah (0),
jarang (1), kadang-kadang (2) dan sering (3).
E. Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Uji Validitas
Uji validitas adalah ketepatan dan kecermatan instrumen dalam
menjalankan fungsi ukurnya (Azwar, 2012). Uji validitas merupakan suatu
indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang
diukur. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner
mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner
tersebut. Dalam hal ini, beberapa item pertanyaan dapat digunakan untuk
38
mengungkapkan variabel yang diukur tersebut. Uji ini dilakukan dengan
menghitung korelasi antara masing-masing skor item pertanyaan dari setiap
variabel dengan total skor variabel tersebut (Hidayat, 2007). Perhitungan
dilakukan dengan rumus korelasi Pearson Product Moment.
Pengambilan keputusan dilakukan dengan melihat hasil perhitungan t
hitung. Apabila t hitung > t tabel, maka pertanyaan tersebut valid,
sedangkan apabila t hitung < t tabel, maka petanyaan tidak valid. Uji
validitas ini juga bisa dilakukan dengan pengujian validitas konstruksi
dengan analisis faktor dan mengkorelasikan skor item instrumen dalam satu
faktor dengan skor total. Bila korelasi tiap faktor tersebut positif dan
besarnya 0,3 ke atas maka faktor tersebut merupakan konstruksi yang kuat
(Sugiyono, 2010).
Pada penelitian ini, uji coba instrumen dilakukan pada tanggal 15 Mei
2014. Uji coba dilakukan terhadap 30 lanjut usia di Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur dengan hasil tiap - tiap item
pertanyaan pada variabel aktivitas fisik yang menggunakan kuesioner
PASE, berkisar antara 0,365 sampai 0,645. Nilai t hitung ini kemudian
dibandingkan dengan t tabel Pearson Product Moment pada signifikan 5%
dengan uji 2 ekor (two tailed) dan n = 30, yaitu sebesar 0,361. Dari uji ini,
item 5 dan 8 dinyatakan tidak valid karena nilai t hitung kurang dari 0,361
sehingga item - item ini tidak bisa digunakan. Selanjutnya, dilakukan uji
validitas yang kedua tanpa menggunakan item 5 dan 8 didapatkan suatu
hasil t hitung tiap-tiap item pertanyaan yang berkisar antara 0,365 sampai
0,645 dan semua item pertanyaan dinyatakan valid karena nilai t hitung
39
lebih besar dari 0,361. Jadi, kesimpulannya item pertanyaan 5 dan 8
dihilangkan dari kuesioner karena dianggap tidak valid sehingga total
keseluruhan pertanyaan tentang aktivitas fisik lanjut usia sebanyak 8
pertanyaan.
2. Uji Reliabilitas
Setelah mengukur validitas, peneliti perlu mengukur reabilitas data
apakah alat ukur dapat digunakan atau tidak. Reliabilitas merupakan indeks
yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau
dapat diandalkan. Uji reliabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan
pada tingkat kepercayaan dan dapat diandalkan (Arikunto, 2006). Hal ini
berarti sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan dua kali
atau lebih dengan alat ukur yang sama. Pengukuran reliabilitas
menggunakan bantuan software computer dengan rumus Alpha Cronbach.
Suatu variabel dikatakan reliabel jika Alpha Cronbach > 0,60 (Hidayat,
2007).
Pada penelitian ini, uji reliabilitas pada variabel aktivitas fisik lanjut
usia menghasilkan nilai α = 0,707. Selanjutnya, dilakukan uji reliabilitas
ulang tanpa menggunakan item pertanyaan 5 dan 8 menghasilkan nilai
α = 0,723. Nilai Alpha Cronbach > 0,60. Sedangkan, uji reliabilitas pada
variabel tingkat kognitif lanjut usia yang menggunakan rumus KR-20
menghasilkan nilai α = 0,821282. Jadi, kedua instrumen ini dianggap
reliabel, dapat dipercaya dan dapat diandalkan.
40
F. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei hingga Juni 2014. Data
yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh
dengan menggunakan kuesioner. Ada beberapa tahap yang dilakukan dalam
pengambilan data dalam penelitian ini, yaitu :
1. Tahap pertama, peneliti menentukan permasalahan, subjek penelitian,
tempat penelitian, tujuan dan manfaat penelitian serta menentukan judul
penelitian. Peneliti mengajukan surat izin dari Fakultas untuk diberikan
kepada pihak KESBANGPOL (Kesatuan, Kebangsaan dan Politik)
Walikota Jakarta Selatan dan pihak Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia
4 Margaguna Jakarta Selatan.
2. Setelah perizinan penelitian disetujui oleh pihak KESBANGPOL (Kesatuan,
Kebangsaan dan Politik) Walikota Jakarta Selatan dan pihak Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan, peneliti terlebih
dahulu melakukan studi pendahuluan terkait penelitian yang akan dilakukan.
3. Selanjutnya peneliti menyusun proposal skripsi dan melakukan ujian
seminar proposal skripsi.
4. Selanjutnya peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen pada
30 lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung.
5. Setelah instrumen penelitian dinyatakan valid dan reliabel, peneliti
melakukan koordinasi dengan Kepala di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan untuk mendapatkan calon responden
sesuai dengan kriteria inklusi.
41
6. Setelah peneliti mendapatkan calon responden sesuai dengan kriteria yang
telah ditentukan, peneliti melakukan informed consent terhadap calon
responden.
7. Setelah responden menandatangani lembar persetujuan, responden diberikan
penjelasan mengenai cara pengisian kuesioner dan dianjurkan bertanya
apabila ada pertanyaan atau pernyataan yang kurang jelas.
8. Waktu pengisian kuesioner kurang lebih selama 15 menit untuk masing -
masing responden. Responden diharapkan menjawab seluruh pertanyaan di
dalam kuesioner.
9. Kuesioner yang telah diisi selanjutnya diolah dan dianalisis oleh peneliti.
G. Pengolahan Data
Hidayat (2007) mengungkapkan bahwa dalam penelitian terdapat
langkah-langkah pengolahan data yang harus ditempuh. Adapun tahap-tahap
pengolahan data meliputi :
1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap
pengumpulan data atau setelah data terkumpul. Kegiatan yang dilakukan
dalam editing adalah pengecekan dari sisi kelengkapan, relevansi dan
konsistensi jawaban. Kelengkapan data diperiksa dengan cara memastikan
bahwa jumlah kuesioner yang terkumpul sudah memenuhi jumlah sampel
minimal yang ditentukan dan memeriksa apakah setiap pertanyaan dalam
kuesioner sudah terjawab dan jelas. Relevansi dan konsistensi jawaban
42
diperiksa dengan cara melihat apakah ada data yang bertentangan dengan
data lain.
2. Coding
Coding merupakan pemberian kode numerik terhadap data yang
terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila
pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Biasanya dalam
pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code
book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari
suatu variabel.
3. Entry Data
Entry data adalah kegiatan memasukkan data dari kuesioner ke dalam
paket program komputer agar dapat dianalisis, kemudian membuat distribusi
frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel kontingensi.
4. Cleaning Data
Pembersihan data merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang
sudah dimasukkan ke dalam komputer untuk memastikan data telah bersih
dari kesalahan sehingga data siap dianalisis.
H. Metode Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat merupakan analisis tiap variabel yang dinyatakan
dengan menggambarkan dan meringkas data dengan cara ilmiah dalam
bentuk tabel atau grafik (Setiadi, 2007). Variabel pada penelitian ini
meliputi data demografi (usia, jenis kelamin dan pendidikan terakhir),
43
variabel independen (bebas) yaitu aktivitas fisik lanjut usia dan variabel
dependen (terikat) yaitu tingkat kognitif lanjut usia.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat berguna untuk melihat hubungan dua variabel (Umar,
2003) yaitu untuk melihat hubungan variabel aktivitas fisik lanjut usia dan
variabel tingkat kognitif lanjut usia. Analisis bivariat yang digunakan dalam
penelitian ini, yaitu uji chi square. Uji chi square digunakan untuk
mengadakan pendekatan dari beberapa faktor atau mengevalusi frekuensi
yang diselidiki atau frekuensi hasil observasi frekuensi yang diharapkan dari
sampel apakah terhadap hubungan atau perbedaan yang signifikan atau tidak
(Ridwan, 2007).
Peneliti menggunakan derajat kepercayaan 95% sehingga jika nilai p ≤
0,05 berarti hasil perhitungan statistik bermakna (signifikan) atau
menunjukkan ada hubungan antara variabel dependen dengan variabel
independen dan apabila nilai p > 0,05 berarti hasil perhitungan statistik tidak
bermakna atau tidak ada hubungan antara variabel dependen dengan
variabel independen.
I. Etika Penelitian
Penelitian ini menggunakan manusia sebagai subjek sehingga tidak boleh
bertentangan dengan etik (Setiadi, 2007). Pada penelitian ini, peneliti
meyakinkan bahwa responden perlu mendapat perlindungan dari hal - hal yang
merugikan selama penelitian dengan memperhatikan aspek - aspek self
determination, privacy, anonymity, confidentially dan protection from
44
discomfort (Polit, 2006). Berikut ini adalah beberapa prinsip etik yang
digunakan peneliti selama penelitian berlangsung:
1. Self Determination (Penentuan Diri Sendiri)
Responden diberikebebasan untuk menentukan apakah bersedia atau
tidak mengikuti kegiatan penelitian dengan sukarela setelah semua
informasi yang berkaitan dengan penelitian dijelaskan dengan
menandatangani lembar informed consent yang telah disediakan.
2. Privacy (Pribadi)
Peneliti menjaga kerahasiaan atas informasi yang diberikan responden
untuk kepentingan penelitian.
3. Anonymity (Tanpa Nama)
Selama kegiatan penelitian, nama responden dirahasiakan, sebagai
gantinya digunakan inisial dan nomor responden.
4. Confidentially (Kerahasiaan)
Peneliti menjaga kerahasiaan identitas responden dan informasi yang
diberikan. Semua catatan dan data responden disimpan sebagai dokumentasi
penelitian.
5. Protection from Discomfort (Perlindungan dari Ketidaknyamanan)
Kenyamaan responden selama penelitian dijamin. Peneliti
menekankan kenyamanan responden selama mengikuti penelitian. Jika
responden merasa tidak nyaman, peneliti mempersilahkan responden untuk
menghentikan partisipasinya.
45
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta
Selatan merupakan Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) bidang kesejahteraan
sosial lanjut usia Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta. Sebagai lembaga
pelayanan kesehatan masyarakat, PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta
Selatan adalah lembaga pemerintah yang memberikan pelayaan kepada
masyarakat, khususnya lanjut usia yang tidak mampu atau kurang beruntung
dengan sumber dana Anggaran Pemerintah Belanja Negara (APBN) provinsi
DKI Jakarta. PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan merupakan
salah satu panti sosial milik pemerintah yang berada di wilayah Jakarta
Selatan tepatnya di Jl. Margaguna No. 1 Radio Dalam, Kelurahan Gandaria
Selatan, Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan.
Tujuan dari PSTW adalah agar terbinanya tata kehidupan dan
penghidupan lanjut usia terlantar sehingga dapat mempertahankan identitas
kepribadian dan memberikan jaminan kehidupannya secara lahir dan batin.
1. Visi dan Misi PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan:
a. Visi PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan
Penyandang masalah kesejahteraan sosial khususnya lanjut
usia terlantar di DKI Jakarta terantas dalam kehidupan yang layak
dan berguna.
46
b. Misi PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan
1) Mencegah, mengurangi tumbuh kembang dan meluasnya
masalah kesejahteraan sosial lanjut usia terlantar.
2) Mengentaskan penyandang masalah kesejahteraan sosial lanjut
usia terlantar dalam kehidupan yang layak dan berguna.
3) Membina dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam
melaksanakan kesejahteraan sosial.
4) Meningkatkan kualitas pelayanan lanjut usia terlantar yang
meliputi kesehatan fisik, sosial, mental dan agama.
2. Program Kegiatan PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan
a. Bimbingan rohani untuk agama islam sebanyak 4 kali dalam
seminggu dan untuk agama kristen sekali dalam seminggu.
b. Olahraga, senam lanjut usia sebanyak 2 kali dalam seminggu (hari
selasa dan hari jumat).
c. Bimbingan keterampilan seperti menjahit, membuat keset,
membuat bunga dan menyulam taplak meja.
d. Pelayanan kesehatan.
e. Kesenian seperti qosidah, angklung dan karaoke.
f. Rekreasi.
g. Penyaluran kembali lanjut usia ke keluarga dan pemakaman atau
pemulasaran.
PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan memiliki sepuluh
ruangan untuk lanjut usiayang terdiri dari tiga ruangan khusus laki - laki,
47
lima ruangan khusus perempuan, satu ruang observasi dan satu ruang
khusus lanjut usia yang mengalami gangguan kejiwaan.
Tabel 5.1
Klasifisikasi Ruangan PSTW Budi Mulia 4 Margaguna
Jakarta Selatan
No Nama Ruangan N Keterangan
1 Ruangan WBS Laki - laki
a. Cendrawasih
b. Merpati
c. Kutilang
d. Rajawali
18
11
22
13
Setengah Renta
Mandiri
Renta
Mandiri
2 Ruangan WBS Perempuan
a. Melati
b. Mawar
c. Cempaka
d. Kenanga
e. Anggrek
f. Lili
g. Tulip
14
16
21
24
21
11
10
Mandiri
Mandiri
Setengah Renta
Renta
Renta
Mandiri
Mandiri
3 Ruang Observasi 15 Lanjut usia
yang baru
datang sampai
mampu
beradaptasi
4 Ruang Gardena 9 Lanjut Usia
Psikotik
Jumlah Lanjut Usia 205
Jumlah populasi lanjut usia yang tinggal di PSTW Budi Mulia 4
Margaguna Jakarta Selatan sebanyak 205 orang. Lanjut usia yang
dijadikan responden dalam adalah responden yang memenuhi kriteria
inklusi yang dibuat oleh peneliti, yaitu sebanyak 118 orang. Banyak
lanjut usia yang tidak diambil untuk dijadikan responden karena
sebagian besar lanjut usia tidak sekolah, lanjut usia yang tidak bersedia
menjadi responden, lanjut usia yang mengalami gangguan jiwa dan
lanjut usia yang kurang komunikatif serta kooperatif.
48
B. Hasil Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk menganalisis variabel - variabel
karakteristik individu yang ada secara deskriptif dengan menggunakan
distribusi frekuensi dan proporsi. Analisis univariat pada penelitian ini
meliputi: data demografi lanjut usia yang terdiri dari usia, jenis kelamin dan
pendidikan terakhir, aktivitas fisik serta tingkat kognitif lanjut usia.
1. Data Demografi Lanjut Usia
a. Usia
Rata - rata usia responden antara 60 - 74 tahun yaitu sebanyak 87
orang (73,7%), responden yang berusia antara 75 - 90 tahun sebanyak 29
orang (24,6%) dan responden yang berusia lebih dari 90 tahun sebanyak
2 orang (1,7%). Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut ini:
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia
di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna (n=118)
Usia N %
60 - 74 tahun 87 73,7
75 - 90 tahun 29 24,6
> 90 tahun 2 1,7
Total 118 100
b. Jenis Kelamin
Pengelompokan responden berdasarkan kategori jenis kelamin
digambarkan pada tabel 5.3 berikut:
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin
di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna (n=118)
Jenis Kelamin N %
Laki - Laki 47 39,8
Perempuan 71 60,2
Total 118 100
49
Tabel di atas menunjukkan hasil bahwa sebagian besar responden
berjenis kelamin perempuan, yaitu sebanyak 71 orang (60,2%),
sedangkan responden berjenis kelamin laki - laki sebanyak 47 orang
(39,8%).
c. Pendidikan Terakhir
Sebagian besar lanjut usia yang tinggal di PSTW Budi Mulia 4
Margaguna berlatar belakang pendidikan Sekolah Dasar (SD) atau
sederajat, yakni sebanyak 95 orang (80,5%). Hal ini dapat dilihat pada
tabel 5.4 berikut:
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pendidikan Terakhir
di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna (n=118)
Pendidikan Terakhir N %
Sekolah Dasar (SD) 95 80,5
Sekolah Menengah Pertama (SMP) 14 11,9
Sekolah Menengah Atas (SMA) 5 4,2
Perguruan Tinggi (PT) 4 3,4
Total 118 100
2. Variabel Dependen dan Independen
a. Aktivitas Fisik Lanjut Usia
Aktivitas fisik lanjut usia dikategorikan menjadi 2, yaitu aktivitas
fisik baik dan aktivitas fisik kurang. Aktivitas fisik dikategorikan baik
jika ≥ 15 dan aktivitas fisik dikategorikan buruk jika < 15. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terjadi perbedaan yang
signifikan antara aktivitas fisik baik dan aktivitas fisik kurang.
Responden yang mempunyai aktivitas fisik baik sebanyak 62 orang
(52,5%), sedangkan yang termasuk dalam aktivitas fisik kurang
50
sebanyak 56 orang (47,5%). Hal ini bisa dilihat pada tabel 5.5 berikut
ini:
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Aktivitas Fisik
di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna (n=118)
Aktivitas Fisik N %
Baik 62 52,5
Kurang 56 47,5
Total 118 100
b. Tingkat Kognitif Lanjut Usia
Pengelompokkan responden berdasarkan kategori tingkat kognitif
dapat dilihat pada tabel 5.6 berikut ini:
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Kognitif
di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna (n=118)
Tingkat Kognitif N %
Baik 50 42,4
Buruk 68 57,6
Total 118 100
Dari seluruh lanjut usia yang menjadi responden dalam penelitian ini,
50 orang diantaranya berkognitif baik (42,4%) dan 68 orang dinyatakan
berkognitif buruk (57,6%).
C. Hasil Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk menganalisis data dari dua variabel
yang berbeda. Analisis bivariat pada penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir dan
aktivitas fisik dengan tingkat kognitif lanjut usia di PSTW Budi Mulia 4
Margaguna. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.7 berikut:
51
Tabel 5.7
Korelasi Data Demografi (Usia, Jenis Kelamin dan Pendidikan Terakhir)
dan Aktivitas Fisik dengan Tingkat Kognitif Lanjut Usia
di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna (n=118)
Variabel
Tingkat Kognitif
p-value Baik Buruk
N % N %
Usia
(tahun)
60 – 74 41 34,7 46 39,0
0,149 75 – 90 9 7,6 20 16,9
>90 0 0,0 2 1,7
Jenis
Kelamin
Laki - Laki 22 18,6 25 21,2 0,452
Perempuan 28 23,7 43 36,4
Pendidikan
Terakhir
SD 37 31,4 58 49,2
0,486 SMP 8 6,8 6 5,1
SMA 3 2,5 2 1,7
PT 2 1,7 2 1,7
Aktivitas
Fisik
Baik 44 37,3 18 15,3
Kurang 6 5,1 50 42,4 0,000
Dari tabel 5.7 di atas, hasil uji statistik antara usia dan tingkat
kognitif lanjut usia didapatkan bahwa rata – rata lanjut usia yang berusia
antara 60 – 74 tahun memiliki tingkat kognitif yang buruk, yaitu sebanyak
46 orang (39,0%). Hasil uji statistik antara jenis kelamin dengan tingkat
kognitif didapatkan perbedaan yang signifikan, yaitu lanjut usia berjenis
kelamin perempuan yang memiliki tingkat kognitif buruk sebanyak 43
orang (36,4%). Hasil uji statistik antara pendidikan terakhir dengan tingkat
kognitif didapatkan hasil bahwa sebagian besar lanjut usia yang berlatar
pendidikan SD memiliki tingkat kognitif buruk, yaitu sebanyak 58 orang
(49,2%). Hasil uji statistik antara aktivitas fisik dengan tingkat kognitif
52
didapatkan bahwa sebagian besar lanjut usia yang beraktivitas kurang
memiliki tingkat kognitif buruk, yaitu sebanyak 50 orang (42,4%).
Hasil uji korelasi didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan yang
bermakna antara usia (p-value = 0,149), jenis kelamin (p-value = 0,452)
dan pendidikan terakhir (p-value = 0,486) dengan tingkat kognitif lanjut
usia. Uji korelasi antara aktivitas fisik dengan tingkat kognitif lanjut usia
didapatkan p-value = 0,000, hal tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan
yang bermakna antara variabel aktivitas fisik dengan variabel tingkat
kognitif lanjut usia (p ≤ 0,05). Dari hasil koefisien korelasi diketahui
r = 0,609. Hal itu menunjukkan bahwa dua variabel mempunyai hubungan
yang kuat, karena berada pada rentang koefisien korelasi antara 0,50 - 0,69.
53
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Analisis Variabel Aktivitas Fisik dan Tingkat Kognitif
1. Gambaran Aktivitas Fisik
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata - rata lanjut usia
memiliki aktivitas fisik yang baik, yaitu sebanyak 62 orang (52,5%) dari
118 responden. Dari hasil pengamatanpeneliti saat wawancara didapatkan
bahwa beberapa lanjut usiamasih sangat aktif dalam kegiatan yang ada di
panti, seperti senam, membuat kerajinan tangan, bermain angklung dan lain
sebagainya.
Penelitian ini didukung oleh penelitian Utami (2013), hasil penelitian
menunjukkan bahwa sebagian besar lanjut usia masih aktif dalam
melakukan aktivitas fisik, yaitu sebesar 55,6%. Berbeda dengan penelitian
yang dilakukan oleh Wreksoatmodjo (2013) menunjukkan bahwa rata - rata
lanjut usia yang tinggal di panti memiliki aktivitas fisik yang buruk.
Menurut Yamada (2009) para lanjut usia penghuni panti memiliki aktivitas
fisik yang kurang dibanding lanjut usia yang tinggal bersama keluarga
masing - masing. Kurangnya aktivitas fisik memperbesar risiko penurunan
fungsi kognitif.
Dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi perbedaan yang signifikan
antara lanjut usia yang memiliki aktivitas fisik baik dan aktivitas fisik
kurang, karena di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan sudah
terdapat jadwal tetap untuk melakukan kegiatan yang sudah ditetapkan oleh
pihak atau petugas panti. Lanjut usia yang memiliki aktivitas kurang
54
kemungkinan disebabkan karena ada keterbatan lanjut usia dalam
melakukan aktivitas sehari - hari serta ketidaktertarikan lanjut usia dalam
kegiatan yang sudah dijadwalkan di panti (seperti: senam, membuat
kerajinan tangan dan lain sebagainya).
2. Gambaran Tingkat Kognitif
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata - rata lanjut usia
berkognitif buruk, yaitu sebanyak 68 orang (57,6%) dari 118 responden.
Hal ini didukung oleh hasil penelitian di luar negeri menunjukkan bahwa
lanjut usia yang tinggal di panti cenderung lebih berisiko mengalami
gangguan kognitif dibandingkan lanjut usia yang tinggal di keluarga
masing - masing (Wilson, 2002). Penelitian Alvarado dkk. (2004) di
Mexico City mendapatkan dari 155 lanjut usia yang tinggal di panti, 102
orang (65,8%) nilai MMSEnya rendah dibanding dengan 30 orang (24,0%)
di antara 125 lanjut usia yang tinggal di keluarga. Alvarado dkk. (2004)
menyebutkan bahwa setelah 6 bulan, kondisi para lanjut usia yang tinggal
di panti memburuk, terutama di kalangan perempuan dengan angka
mortalitas mencapai 33%. Penelitian Guerrerro dkk. (2007) di Filipina juga
menunjukkan bahwa lanjut usia di masyarakat rata - rata nilai MMSEnya
lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tinggal di panti.
Dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi perbedaan yang signifikan
antara lanjut usia yang berkognitif baik dan lanjut usia yang berkognitif
buruk. Lima puluh tujuh koma enam persen lanjut usia berkognitif buruk,
hal ini disebabkan karena ada faktor lain yang mempengaruhi tingkat
55
kognitif lanjut usia, seperti status kesehatan, interaksi sosial dan lain
sebagainya.
B. Analisis Data Demografi
1. Gambaran Usia terhadap Tingkat Kognitif
Hasil penelitian menggambarkan bahwa sebagian besar responden
merupakan lanjut usia yang berumur 60 - 74 tahun, yaitu sebanyak 87
orang (73,7%). Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Wreksoatmodjo (2013) yang dilakukan di PSTW Jakarta Barat, jumlah
responden yang berusia 60 - 70 tahun, yaitu sebanyak 163 orang
(62,9%)dari jumlah responden sebanyak 260 lanjut usia. Penelitian lain
yang dilakukan oleh Triantari (2011) di Posyandu Lansia Wilayah Kerja
Puskesmas Sedayu didapatkan lanjut usia yang berusia 60 - 74 tahun
sebanyak 18 orang (78,2%) dari 23 responden yang ada. Hal ini serupa
dengan penelitian yang dilakukan oleh Tombaugh (2003) yang menyatakan
bahwa semakin meningkatnya usia maka semakin menurun pula hasil
pemeriksaan. Scanlan et al. (2007) mengatakan bahwa ada hubungan yang
positif antara usia dengan fungsi kognitif, didapatkan data lanjut usia yang
berusia 65 – 79 tahun menunjukkan skor MMSE yang rendah.
Dapat disimpulkan bahwa semakin tua usia seseorang maka semakin
menurun tingkat kognitifnya, dikarenakan terjadi perubahan pada struktur
otak, pengurangan massa otak dan pengurangan aliran darah ke otak.
56
2. Gambaran Jenis Kelamin terhadap Tingkat Kognitif
Green (1980) dalam Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa jenis
kelamin termasuk predisposing factor terjadinya perubahan perilaku
seseorang. Hal ini dapat disimpulkan bahwa perbedaan jenis kelamin bisa
mempengaruhi seseorang dalam melakukan aktivitas atau pekerjaan
sehingga perlu diukur.
Responden dalam penelitian ini adalah lanjut usia yang sesuai
dengan kriteria inklusi. Jumlah responden yang terlibat dalam penelitian ini
berjumlah 118 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah
responden perempuan lebih banyak daripada jumlah responden laki - laki,
karena sebagian besar populasi di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta
Selatan adalah perempuan, yaitu sebesar 69% dari populasi yang ada.
Jumlah responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 71 orang (60,2%),
sedangkan responden laki - laki sebanyak 47 orang (39,8%).
Berdasarkan data Susenas (2012), penduduk lanjut usia yang paling
banyak adalah perempuan yaitu sebesar 8,2% dan laki - laki 6,9% dari
jumlah populasi penduduk Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa umur
harapan hidup yang paling tinggi adalah perempuan. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan (2004), dimana jumlah
responden yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak yaitu (69,7%)
dibanding responden yang berjenis kelamin laki - laki. Penelitian lain yang
dilakukan oleh Ristiani (2011) di PSTW Budi Mulia II Cengkareng, jumlah
responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 58 orang (70,7%)
57
dan responden yang berjenis kelamin laki - laki sebanyak 24 orang
(29,3%).
Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara jenis kelamin dengan
fungsi kognitif lanjut usia. Yaffe dkk. (2001) mengatakan bahwa lanjut usia
lebih berisiko mengalami penurunan kognitif, hal ini disebabkan karena
adanya peranan level hormon seks endogen dalam perubahan fungsi
kognitif.
3. Gambaran Pendidikan Terakhir terhadap Tingkat Kognitif
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan terkait latar belakang pendidikan responden. Sebagian besar
responden berlatar pendidikan Sekolah Dasar (SD) atau sederajat, yakni
sebesar 80,5%. Penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Lisza (2013)
terhadap tingkat pendidikan lanjut usia di Desa Dadirejo Kecamatan Tirto
Kabupaten Pekalongan diketahui bahwa paling banyak responden
berpendidikan SD yaitu sebanyak 76 orang (51,4%). Penelitian lain yang
dilakukan oleh Wreksoatmodjo (2013) yang dilakukan di PSTW Jakarta
Barat didapatkan bahwa jumlah lanjut usia yang berpendidikan SD
sebanyak 45 orang (59,2%) dari jumlah total 76 orang.
Peningkatan risiko gangguan fungsi kognitif di kalangan
berpendidikan rendah perlu mendapatkan perhatian dari petugas panti.
Program atau aktivitas di panti agar lebih diprioritas kepada lanjut usia
yang berpendidikan rendah dan jenis kegiatannya perlu disesuaikan dengan
tingkat pendidikan yang rendah tersebut dapat berupa permainan sederhana
serta menganjurkan tetap melakukan kegiatan rutin sehari - hari. Hal ini
58
serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Lopez dkk. (2012) yang
menyatakan tingkat pendidikan rendah merupakan salah satu prediktor
terjadinya gangguan kognitif.
C. Analisis Korelasi antara Aktivitas Fisik dengan Tingkat Kognitif
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara aktivitas
fisik dengan tingkat kognitif lanjut usia dengan nilai p-value sebesar 0,000.
Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dikakukan oleh Williamson dkk.
(2008) di Amerika Serikat yang menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai
kognitif yang berasosiasi dengan peningkatan fungsi fisik. Secara spesifik,
penelitian Matthew dkk. (2004) dengan latihan Taichi pada usia 68 - 84 tahun
menunjukkan adanya hubungan yang positif. Penelitian lain yang dilakukan
oleh Maulina (2011) menunjukkan bahwa adanya hubungan antara tingkat
pendidikan dan aktivitas fisik dengan fungsi kognitif lanjut usia.
Aktivitas fisik dapat bermanfaat terhadap fungsi kognitif lanjut usia
(Ravaglia, 2008). Aktivitas - aktivitas fisik bisa ditingkatkan tanpa
membutuhkan banyak tambahan tenaga maupun sarana, namun membutuhkan
penjadualan yang konsisten dan perhatian dari para pengelola panti. Sarana
berupa televisi umumnya telah tersedia di panti – panti yang perlu ditingkatkan
adalah merangsang minat dan mendiskusikan apa yang ditonton. Demikian
juga dengan penyediaan sarana bacaan dan permainan yang merangsang daya
ingat dan konsentrasi.
59
D. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan - keterbatasan yang dapat
mempengaruhi hasil penelitian, beberapa keterbatasan dalam penelitian ini
yaitu:
1. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional yaitu penelitian
yang hanya memotret dan menganalisis suatu keadaan dalam suatu saat
tertentu saja, pengukuran semua variabel yang diteliti dilakukan pada saat
bersamaan.
2. Adanya kemungkinan terjadi bias karena faktor kesalahan interpretasi
responden dalam memahami maksud dari pertanyaan yang sebenarnya.
Jawaban responden tergantung pada pemahaman responden terhadap
pertanyaan pada kuesioner.
3. Penelitian ini hanya menggunakan kuesioner dan tidak menggunakan
observasi pada lanjut usia di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta
Selatan.
60
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Gambaran demografi lanjut usia di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna
Jakarta Selatan yang menjadi responden dalam penelitian ini, yaitu:
rata - rata jenis kelamin responden adalah perempuan yaitu sebanyak 71
orang, usia berkisar antara 60 - 74 tahun, rata - rata pendidikan terakhir
responden adalah Sekolah Dasar (SD) yaitu sebanyak 95 orang dari 118
lanjut usia.
2. Gambaran aktivitas fisik lanjut usia di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna
Jakarta Selatan yaitu lanjut usia yang memiliki aktivitas fisik baik
sebanyak 62 orang (53,4%), sedangkan yang memiliki aktivitas fisik
kurang sebanyak 56 orang (47,5%).
3. Gambaran tingkat kognitif lanjut usia di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna
Jakarta Selatan yaitu lanjut usia yang memiliki tingkat kognitif baik
sebanyak 68 orang (57,6%), sedangkan yang memiliki tingkat kognitif
buruk sebanyak 50 orang (42,4%).
4. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik
dengan tingkat kognitif lanjut usia di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna
Jakarta Selatan (p-value = 0,000).
61
B. Saran
1. Bagi Pendidikan Ilmu Keperawatan
Perlu meningkatkan peran dalam berkolaborasi dengan petugas panti
dalam mengurangi atau mencegah gangguan fungsi kognitif pada lanjut
usia dan mengoptimalkan kegiatan yang ada di panti khususnya kegiatan
fisik.
2. Bagi PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan
a. Perlu ditingkatkan lagi program senam lanjut usia yang sudah ada
sebelumnya, baik dalam pelaksanaannya maupun dalam memotivasi
lanjut usia.
b. Perlu dibuat kegiatan untuk merangsang fungsi kognitif lanjut usia,
misalnya mengadakan games sederhana seperti mencocokkan gambar,
teka - teki silang dan lain sebagainya.
c. Perlu adanya pembeda program kegiatan panti bagi lanjut usia yang
renta, setengah renta dan mandiri agar kegiatan sesuai dengan
kemampuan beraktivitas masing - masing lanjut usia yang mungkin
dilakukan, misalnya bagi lanjut usia dilakukan kegiatan membuat
kerajinan seperti keset, bros, bunga dan lain sebagainya.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Penelitian yang lebih komprehensif disertai instrumen yang lebih baik
mengenai aktivitas fisik dan tingkat kognitif lanjut usia.
b. Penelitian dapat dilakukan dengan jumlah sampel yang lebih besar
serta perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang hubungan antara
DAFTAR PUSTAKA
Ambardini, Rachmah Laksmi. 2009. Aktivitas Fisik pada Lanjut Usia.
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Lembaga Pengabdian kepada
Masyarakat.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Arisman. 2004. Buku Ajar Ilmu Gizi: Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Aswin, S. 2003. Pengaruh Proses Menua terhadap Sistem Muskuloskeletal, dalam
W. Rochmah (ed): Naskah Lengkap Simposium Gangguan Muskuloskeletal,
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Azwar. 2012. Metode Penelitian. Jogjakarta: Pustaka Pelajar.
Barnes L.L., Mendes de Leon CF, et al. 2004. Sosial Resources and Cognitive
Decline in a Population of Older African Americans and Whites.
Neurology.
BPS. 2009. Indikator Kesejahteraan Rakyat 2008. BPS, Jakarta.
Cotman CW, Berchtold NC, 2002. Exercise: a Behavioral Intervention to
Enhance Brain Health and Plasticity. Trends Neurosci 25: 295-301.
Departemen Kesehatan RI. 2003. Pedoman Pembinaan Kesehatan Lansia bagi
Petugas Kesehatan. Jakarta: Depkes RI.
Departemen Kesehatan RI. 2004. Pemeriksaan Gerontology dalam Berbagai
Aspek, dalam: http://www.depkes.go.id. Diakses pada tanggal 20 Maret
2014 pukul 09.45 WIB.
Depsos RI. 2007. Penduduk Lanjut Usia di Indonesia dan Masalah
Kesejahteraannya. Jakarta: Depsos RI.
Dharmojo, Boedhi. 2009. Geriatrik Ilmu Kesehatan Lanjut Usia edisi 3. Jakarta:
EGC.
Dikot, Y., & Ong, PA., 2007. Diagnosa Dini dan Penatalaksanaan Demensia di
Pelayanan Medis Primer. Asosiasi Alzheimer Indonesia (AAzI) Cab. Jawa
Barat & Asna Dementia Standing Commiitee. Fatmah. 2010. Gizi Usia Lanjut. Jakarta: Erlangga.
Goldman, H.H., 2000. Review of General Psychiatry: an Introduction to Clinical
Medicine. Singapure: McGraw-Hill.
Hidayat, Aziz Alimul. 2008. Metode Penelitian Keperawatan dan Tektik Analisis
Data. Jakarta: Salemba Medika.
http://pstwbm4margaguna.wordpress.com/2009/04/14/tentang-kami/ diakses pada
tanggal 07 April 2004 jam 11.03 WIB.
http://www.komnaslansia.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=63,
Diakses pada tanggal 20 November 2013, 14.30 WIB.
Kathy, Gunter. 2002. Healthy, Active Aging: Physical Activity Guidelines for
Older Adult: Oregon State University.
Katzman, R., Rowr, J. W. 1992. Principles of Geriatric Neurology. Philadelphia:
FA Davis Company.
Kemenkes RI. 2013. Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia.
Komisi Nasional Lansia. 2010. Profil Lanjut Usia 2009. Jakarta: Komnas Lansia
2010.
Kuczynski B., Jagust W., Chui HC., Reed B. 2009. An Inverse Association of
Cardiovascular Risk and Frontal Lobe Glucose Metabolism. Neurology,
vol. 72, hal. 738–743.
Kusumoputro, S., dkk. 2003. Kiat Panjang Umur dengan Gerak dan Latih Otak.
Jakarta: UI Press.
Lisza, Kurniasari, 2013. Hubungan antara Tingkat pengetahuan, Tingkat
Pendidikan dan Status Pekerjaan dengan Motivasi Lanjut Usia Berkunjung
ke Posyandu Lansia di Desa Dadirejo Pekalongan.
Lumbantobing, S., Sidiarto. 2003. Kiat Panjang Umur dengan Gerak dan Latih
Otak. Jakarta:UI Press.
Martika, Ayu. 2012. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kemampuan
Aktivitas Dasar Lansia di Puskesmas Kedungkati Kabupaten Grobogan.
Semarang. Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Semarang.
Marthuranath, P. S. 2004. Instrumental Activities of Daily Living Scale for
Dementia Screening in Elderly People. Journal International
Psyhogeriatrics. India: Department of Neurology, SCTIMST, Trivandrum
695011 India.
Maryam, R. Siti. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:
Salemba Medika.
Martono, HH & Pranarka, K (ed.) 2009. Buku Ajar Boedhi-Darmojo: Geriatri
(Ilmu Kesehatan Usia Lanjut), Edisi 4, Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Mattews, M., Williams H. 2004. Improvement in Physical Activity and Cognitive
Performence after a 10-Week Program in Tai Chi Exercise. The
Gerontologist.
McGilton, KS. 2007. Guideline Recommendation to Improve Dementia Care,
<http://www.nursingcenter.com/library/journalarticleprint.asp?Article_ID=7
12124>, diakses 22 Maret 2014 Pukul 12.30 WIB.
McGuire, L.C., et al. 2007. Cognitive Functioning in Late Life: The Impact of
Moderate Alcohol Consumption. Ann Epidemiol.
Murray, Ruth B & Zentner, Judith P. 1993. Nursing Assesment and Health
Promotion: Appleton & Lange.
Myres, J.S. 2008. Factors Associated with Changing Cognitive Function in Older
Adults: Implication for Nursing Rehabilitation. Rehabilitation Nursing.
Nelson, Aaron P. 2006. Mencegah Kepikunan Memperkuat Daya Ingat. Jakarta:
BIP.
Notoadmodjo, Soekidjo.2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:
Rineka Cipta.
Nugroho, Wahyudi. 2000. Keperawatan Gerontik. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Nugroho, Wahyudi. 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Nuralita, Sari. 2009. Hubungan Karakteristik Individu, Kemandirian Fisik, dan
asupan Zat Gizi dengan Kejadian Obesitas pada Lanjut Usia di Panti
Werdha Bina Mulia 01 Cipayung Jakarta Timur.
Nurhidayati, Siti, dkk. 2012. Kebahagiaan Lansia Ditinjau dari Dukungan Sosial
dan Spiritualitas. Jurnal Soul, Volume 5 Nomor 2.
Nursalam. 2008. Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: Segung Seto.
Papilia, Diane E et al. 2008. Human Development. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Petersen, R. C., Smith, M. D., Kokmen, E., Ivnik, R. J., Tangalos, E. G. 1992.
Memory Function in Normal Aging. Neurology.
Pieter, HZ & Namora, L. 2010. Pengantar Psikologi dalam Keperawatan.
Jakarta: Kencana.
Pincus, J.H. and Tucker G.J. 2003. Behavioral Neurology, 4th ed. Oxford
University Press. New York.
Pisani, MA dkk. 2003. Under-Recognition of Preexisting Cognitive Impairment
by Physicians in Older ICU Patients Chest, vol. 124, hal. 2267-2274.
Plassman BL, Havlik RJ, Steffens DC, et al. 2000. Documented Head Injury in
Early Adulthood and Risk of Alzheimer’s Disease and Other Dementias.
Neurology.
Potter, Patrecia A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan; Konsep, Proses
dan Praktik. Jakarta: EGC.
Pranarka, K. 2006. Penerapan Geriatrik Kedokteran Menuju Usia Lanjut yang
Sehat.
<http://www.univmed.org/wpcontent/uploads/2011/02/kRISPRANAKA.pdf
>, diakses 24 Maret 2014 Pukul 14.30.
Ravaglia G, dkk. 2008. Physical Activity and Dementia Risk in the Elderly:
Neurology.
Ramdhani, N. 2008. Sikap dan Beberapa Definisi untuk Memahaminya. Availabel
from: URL http:/www.neila.staff.ugm.ac.id, diakses 24 Maret 2014 Pukul
14.40.
Reimer MA, dkk. 2004. Special Care Facility Compared with Traditional
Environments for Demensia Care. A Longitudinal Study of quality of Life.
Rendah. 2004, dalam
<http://www.lef.org/protocols/neurological/mild_cognitive_impairment_01.
htm>.
Ridwan. 2007. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.
Saladin, K. 2007. Anatomy and Physiology the Unity of Form and Function. 4th
ed. New York: McGraw-Hill Companies.
Santrock, John W. 2006. Life Span Development. Jakarta: Erlangga.
Setiadi. 2007. Konsep & Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Setyopranoto, I., Lamsudin, R., Dahlan, P., 2000. Peranan Stroke Iskemik Akut
terhadap Timbulnya Gangguan Fungsi Kognitif di RSUP. Dr. Sardjito,
Berkala Neurosains, vol. 2, 1, 227-234.
Sidiarto L.D., Kusumoputro S. 2003. Memori Anda setelah Usia 50. Cetakan I.
Jakarta: Penerbit Universita Indonesia.
Stanley , Mickey.2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Strub, R. L., Black, W. 1992. Neurobehavioral Disorder, A Clinical Approach.
Philadelphia: F.A.Davis Company.
Sugiyono. 2007. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sulianti, A. 2000. Pemanfaatan Momen 17- Agustusan sebagai Sarana Latihan
Olahraga Rekreasi Terapeutik untuk Lansia.
Tombaugh TN. 2004. Trail Making Test A and B: Normative Data Stratified by
Age and Education. Pergamon Clinical Neutupsychology.
Turana, Y., Mayza, A., Luwempouw S.F., 2004. Pemeriksaan Status Mini Mental
pada Usia Lanjut di Jakarta. Medika, vol. 30, 9, 563-568.
Turana Y, Handayani YS. 2011. Nilai Mini Mental State Examination
Berdasarkan Usia dan Tingkat Pendidikan pada Masyarakat Lanjut Usia.
Jakarta: Medika.
Umar, Huein. 2003. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
Utami Pratiwi, Chairunnisa. 2013. Pola Konsumsi Pangan, Aktivitas Fisik,
Riwayat Penyakit, Riwayat Demensia Keluarga dan Kejadian Demensia
pada Lansia di Panti Werdha Tresna Bogor.
Verghese J, dkk. 2003. Leisure Activities and the Risk of Dementiain the Elderly:
N Engl J Med.
Weuve, J. et al. 2004. Physical Activity, Including Walking and Cognitive
Function in Older Women.
WHO. 1998. The Role of Physical Activity in Healthy Ageing, Geneva:
VfHOMPRIAHE/98.2.2ed.
WHO. 2002. Active Ageing: A Policy Framework.
WHO. 2010. Physical Activity. In Guide to Community Preventive Services Web
Site. 2008.
Williamson, J. 2008. Preventive Aspect of Geriatric Medicine. New York.
Wilson RS, Bennett DA, Bienias JL, et al. 2002. Cognitive Activity and Incident
AD in a Populasi-Based Sample of Older Persons: Neurology.
Wojtek, Chodzo. 2000. The Active Aging Blueprint: a National Initiative for the
Promotion of Successful Aging. Departement of Kinesiology University of
Illinois, USA.
Wreksoatmodjo, Budi Riyanto. 2013. Perbedaan Karakteristik Lanjut Usia yang
Tinggal di Keluarga dengan yang Tinggal di Panti di Jakarta Barat.
Yaffe, K., Barnes, D., Nevitt, M., Lui, Y.L and Covinsky, K.. 2001. A Prospective
Study of Physical Activity and Cognitive Decline in Elderly Women. Arch
Intem Med, 161 (14): 1703-1708.
Yamada M, dkk. 2009. Association between Dementia and Midlife Risk Factors.
JAGS.
www.depkes.go.id.
PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTABADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK
KANTOR KESATUAN BANGSA DAN POLITIKKOTA ADMIN ISTRASI JAKARTA TIMU R
Jalan Dr. sumarno Jakarta 13950 reli. (021) 487a217a Fax. (o21) 4ao2067
Kepada Yth.DariNomorPerihal
NOTA DINAS
: Kepala Bagian Tata pemerintahan setko Administrasi Jakarta Timur: Kepala .Kantor.(esbang dan potitik Kota Adminiiii"ri .trkarta Timur:lat /-l .86s.8t: Surat lzin Uji Validitas Dan Reabilitas
' .^ sehubungan dengarl Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 16g tahun2013 tentang Mekanisme.petayanan perizinan eaOan- fie;;til iL,r'J"" o;;p;ti;iidan surat dari [9T.91t.rian Asama _ rlliyeisltai-lsram - N6;ri Jdr-n l, Nomor :un.01/F1o/TL.oo/1s67t2014, tanslat
' 6 M;i ,o'i?l p.rir,ar suii'ii1in'uii (lrriolir;-d";
Reabilitas yang menerangkan sebagai berikut :
NamaNIM / NPMAlamat
JurusanTujuanJudul
LamanyaLokasiPenanggung-jawab
: Nur Nafidah: 1110104000033: DSN KAPRTNGAN Rt. 006/003 Ker. Dukuh Kropo Kec.Peterongan: llmu Keperawatan .
: Surat ljin UjiVatiditas dan Reabilitas: ".Hubungan Antara Aktivitas Fisik Dengan Tingkat Kognitif Lanjutusia di Panti sosiar rresna werdha-Budi rri'uria 4 "r;;;g;;;;
Jakarta Selatan".
: [:i$t#+f*,r,"fd1a Budi Muria cipayuns: Dr. H.M. DjauhariWidjajakusumah, AlF,pFK:
Setelah meneliti sep.erlunya permohonan dan berkas lampir:an yang diajukan,kami tidak berkeberatan dilakukan atas permononan penelitian bimarsud sepanjangdipenuhinya ketentuan dan persyaratan sebagai berikut:1' Bila sampai ditempat tujuan, melapol terlebih dahulu kepada Aparat pemerintahan
setempat.Me.m.atuhi segala peraturan dan ketentuan yang berlaku di daerah setempat.Setelah melakukan.Penetitian segera melaporklan hasiinya kepada walikota JakartaTimur cq' Kepala Kantor Kesatian Bangsa oan Potitir Kota Administrasi JakartaTimur.
4. Tidak dibenarkan melakukan kegiatan yangdimaksud.
Demikian disampaikan untuk menjadi bahan lebih lanjut.
2.3.
A.n. KEPALAKOTAC
Tembusan :
1. Walikota Jakarta Timur2. Ka. Badan Kesbang dan politik prov. DKI Jakarta.
tidak ada kaitannya dengan penelitian
KESBANG DAN POLITIKKARTA TIMUR,
Jakarta, 14 Mei 2014
ADAAN
KEMENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
Jl. Kertamukti No. 5 Pisangan, Cip:utat 15412, IakartaTelp. : (62-21) 74716718 Fax : (62-21) 7404985Website : www.uinjkt.ac.id; E-mail : fkik(@uinjkt.ac.id
NomorLampiranHal
: Un.01/F10/TL.00/)ri, 1r$ tZOt+
: Permohonan Izin Uji Validitas dan Reliabilitas
Kepada Yth.Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan#itikKota Administrasi Jakarta Timurdi
Tempat
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Dengan hormat kami sampaikan, bahwa mahasiswa
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)Semester Genap Tahun Akademik 201312014 berikut
reliabilitas instrumen penelitian.
JakartaljMei 2014
Program Studi Ilmu KePerawatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ini akan melakukan uji validitas dan
Nama
NIMSemester
Judul skripsi
NurNafidah1 1 10104000033
VIII (Delapan)
Hubungan arfiara Aktivitas Fisik dengan Tingkat Kognitif
Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4
Margaguna J akarta S elatan
Sehubungan dengan hal tersebut, kami mohon mahasiswa tersebut diizinkan untuk
melakukan melakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian di Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur.
Demikian atas perhatian dan kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Widj aj akusumah, AIF,PFK,
Tembusan:1. Dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Kepala Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur.
Bidang Akademik,
Menirnbang
Mengingat
KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN
KEPUTUSAN WALIKOTA KOTA ADMINISTRASI JAI(ARTA SELATANNOMOR 198 TAHUN 2014
TENTANGPEMBERIAN IZIN PENELITIAN/RISET KEPADA PENELITI ATAS NA.MA
NUR NAFIDAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA KOTA ADMNISTRASI JAKARTA SELATAN,
: a. bahwa sehubungan dengan surat dari a.n. wakil Dekan BidangAkademik Fakultas Kedokteran dan llmu Kesehatan Universitas lslam'Negeri (ulIJ syarif Hidayatultah Jakarta tanggat 13 Mei 2014Nomor :'Un.O'l/F10lrL.oolz2t\t2o14, dan Reliomendasi KepataKantor, Kesatuan Bangsa dan politik Kota AJri.irtrr.i .lr-xrrt,selatan 'tanggal 16 Mei zo14 Nomor : 364tL gs1.g5, halPermohonanr'- lzin penelitian/Riset, untrr kegiatan dimaksuddiperlukan izin;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud daramhuruf a, perlu menetapkan Keputusan walikota tentang pemberianlzin Penelitian/Riset kepada peneliti atas nama Nur Nafidah;
: 1. Undang-Undang Nomor 32 rahun 2oo4 tentang pemerintahanDaerah sebagaimana telah beberapa kali diubah
-terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun ZOOA;
2. Undang-Undang Nomor 29 rahun 2ool tentang pemerintahanProvinsi Daerah Khusus lbukota Jakarta sebagai lbukota NegaraKesatuan Republik lndonesia; - ' -:-.
3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang pembentukanPeraturan perundang-undangan
;
Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2008 tentang organisasiPerangkat Daerah;
Peraturan Gubernur Nomor 4z rahun 2011 tentang pedomanPelayanan lzin penelitian di provinsi Daerah Khusus lbukota Jakarta;Keputusan Gubernur Nomor 69 rahun 2oo4 tentang prosedurPelayanan pada Badan Kesatuan Bangsa propinsi Daerah Khususlbukota Jakarta;
4.
5.
6.
MEMUTUSKAN.....
MENETAPMN :
KESATU
KEDUA
KETIGA
KEEMPAT
KELIMA
MEMUTUSI(AN :
KE PUTUSAN,WAL I KOTA KOTA ADM I N ISTRAS I JAKARTA S E LATANTENTANG PEMBERIAN IZIN PENELITIAN/RISET KEPADA PENELIT]ATAS NAMA NUR NAFIDAH;
Memberikan lzin Penelitian/Riset kepada peneliti atas nama Nur Nafidahsebagai peneliti dari Universitas lslam Negeri (UlN) Syarif HidayatullahJakarta;
lzin Penelitian/Riset sebagaimana dimaksud pada diktum KESATUadalah "Hubungan Antara Aktivitas Fisik Dengan Tingkat Kognitif LanjutUsia Di Panti Sosial Tresna werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakartaselatan" Yang diberikan selama Satu Buran, tanggal 1-g Mei 2014 s.d.31 Mei 2014 di Panti sosial rresna werdha Budi Mulia 4 MargagunaJakarta Selatan;
Pemegang lzln Penelitian/Riset sebagaimana dimaksud pada diktumKESATU wajib menyampaikan laporan tertulis kepada walikota Kota :Administrasi Jakarta Selatan melalui Bagian Tata pemerintahanSekretariat Kota Administrasi Jakarta Selatan dengan tembusan kepadaKepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Administrasi Ja'kartaSelatan, tentang kegiatan yang telah dilaksanakan, paling lama satubulan setelah habjs masa berlakunya lzin Penelitian uniuk riendapatkanrekomendasi publikasi.
Peneliti dapat melakukan publikasi hasil penelitian/riset jika laporansebagaimana dimaksud pada diktum KETIGA telah diterima' danmendapatkan rekomehdasi publ ikasi.
Keputusan walikota ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakartapada tanggal 23 Mei 2014
oTA ADMIN|STRAS|,
Tembusan:1. Kepala Biro Tata Pemerintahan setda provinsi DKlJakarta2. Asisten Pemerintahan Sekko Adm. Jakarta Selatan3. Kepala Kantor Kesbangpol Kota AdministrasiJakarta Selatan4. Camat Cilandak Kota AdministrasiJakarta Selatan5. Lurah Gandaria selatan Kota AdministrasiJakarta selatan
PEMERINTAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTADINAS SOSIAL
PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI MULIA 4Jl. Margaguna 1 No. 1, Telp. 021-7503249 Fax.7656716 Jakarta Selatan
1
Nomor
Lampiran
Perihal
: 174 l-076.99
: Surat keterangan
Selesai Penelitian
Jakarta,30 Juni 2014
Kepada
Yth : Pimpinan Program Studi
Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Sehubungan dengan telah berakhirnya kegiatan penelitian di Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Mulia 4, maka dengan ini menerangkan bahwa :
Nama : Nur Nafidah
NIM :1110104000033
Telah melaksanakan kegiatan Penelitian pada Warga Binaan Sosial ( WBS )
dari tanggal 9 Juni sid I I Juni 2014 dengan baik sesuai yang direncanakan.
Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.
a.n. KEPALA PANTI SOSIAL TRESNA WERDHATA SELATAN
LAMPIRAN 2
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama (Inisial) :
Usia :
Jenis Kelamin :
Bersedia menjadi responden dalam penelitian Saudari Nur Nafidah, Mahasiswa
Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul
penelitian “Hubungan Aktivitas Fisik dengan Tingkat Kognitif Lanjut Usia di Panti
Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan”. Peneliti telah
menjelaskan tentang tujuan dan manfaat dari penelitian ini. Saya mengerti bahwa
data-data yang diperoleh akan dilindungi dan identitas Saya akan dirahasiakan. Saya
juga mempunyai hak untuk menolak jika ada ketidaknyamanan saat penelitian
berlangsung.
Saya menyatakan bahwa Saya telah membaca pernyataan di atas dan setuju
untuk berpartisipasi dalam penelitian ini secara sukarela.
Ciputat, 2014
( )
LAMPIRAN 3
No. Responden
LEMBAR KUESIONER
HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TINGKAT KOGNITIF LANJUT
USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI MULIA 4 MARGAGUNA
JAKARTA SELATAN
Nama (Inisial) :
Usia :
Jenis Kelamin :
Pendidikan Terakhir : (1) SD (2) SMP (3) SMA (4) PT
1. Kuesioner Aktivitas Fisik Lanjut Usia
Beri tanda ceklist (√) pada kolom yang sesuai dengan keadaan Anda!
No Pertanyaan 0 1 2 3
Selama 7 hari terakhir, seberapa sering Anda:
1. Melakukan aktivitas duduk ?
2. Berjalan-jalan di dalam kamar atau di luar kamar?
3. Menyapu kamar atau sekitarnya?
4. Mengepel lantai ?
5. Mencuci piring atau pakaian ?
6. Mengikuti senam ?
7. Melakukan ibadah ?
8. Membawa makanan dari dapur ke kamar ?
2. Kuesioner Tingkat Kognitif Lanjut Usia
Jawablah pertanyaan berikut dengan singkat!
No Pertanyaan Jawaban Responden Nilai Skor
1 Tahun berapa sekarang ?
Bulan apa sekarang ?
Tanggal berapa sekarang ?
Hari apa sekarang ?
Musim apa sekarang ?
2 Dimana kita sekarang, negara apa ?
Kota apa ?
Kabupaten / kecamatan mana ?
Di tempat apa ?
Di ruangan apa ?
3 Sebutkan 3 buah nama benda (meja,
kursi, pintu). Tiap satu detik,
responden disuruh mengulangi ketiga
nama benda tadi.
4 Hitung mundur dari 10 ke bawah
dengan pengurangan 2 berhenti
setelah angka 2.
5 Tanyakan kembali 3 nama benda
yang tadi telah disebutkan di atas.
6 Apakah nama benda ini ?
(Lihat pasien menunjuk dan
menyebut nama benda, tunjukkan 2
macam benda).
7 Katakan ke responden:
Sekarang saya akan meminta Anda
mengulang apa yang saya katakan,
TIDAK, JIKA, DAN, ATAU.
8 Minta responden untuk mengikuti
perintah berikut: “ambil kertas di
tangan Anda, lipat dua dan letakkan
di lantai”
9 Katakan:
Silahkan baca tulisan ini dan lakukan
apa yang Anda katakan “ TUTUP
MATA ANDA”
10 Perintahkan pada responden untuk
menulis satu kalimat.
11 Perintahkan responden untuk
menggambar di bawah ini :
SKOR TOTAL
LAMPIRAN 4
HASIL ANALISIS UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
Reliability Aktivitas Fisik (N=30)
Scale: ALL VARIABLES
Correlations
Aktivitas
Fisik
fisik1
Pearson Correlation ,620**
Sig. (2-tailed) ,000
N 30
fisik2
Pearson Correlation ,545**
Sig. (2-tailed) ,002
N 30
fisik3
Pearson Correlation ,452*
Sig. (2-tailed) ,012
N 30
fisik4
Pearson Correlation ,534**
Sig. (2-tailed) ,002
N 30
fisik5
Pearson Correlation .a
Sig. (2-tailed) .
N 30
fisik6
Pearson Correlation ,365*
Sig. (2-tailed) ,047
N 30
fisik7
Pearson Correlation ,586**
Sig. (2-tailed) ,001
N 30
fisik8
Pearson Correlation .a
Sig. (2-tailed) .
N 30
fisik9
Pearson Correlation ,574**
Sig. (2-tailed) ,001
N 30
fisik10
Pearson Correlation ,645**
Sig. (2-tailed) ,000
N 30
Skortotal
Pearson Correlation 1
Sig. (2-tailed)
N 30
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 30 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 30 100,0
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
,707 11
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
fisik1 24,20 85,407 ,542 ,672
fisik2 24,30 87,321 ,459 ,681
fisik3 24,07 89,099 ,353 ,691
fisik4 24,13 86,671 ,438 ,681
fisik5 25,80 98,028 ,000 ,714
fisik6 24,27 91,099 ,260 ,700
fisik7 24,07 86,064 ,503 ,676
fisik8 25,80 98,028 ,000 ,714
fisik9 24,17 85,937 ,485 ,677
fisik10 24,30 85,114 ,573 ,670
Skortotal 12,90 24,507 1,000 ,634
Reliability Aktivitas Fisik (N=30)
Jika item fisik 5 dan fisik 8 dihilangkan
Correlations
Aktivitas Fisik
fisik1
Pearson Correlation ,620**
Sig. (2-tailed) ,000
N 30
fisik2
Pearson Correlation ,545**
Sig. (2-tailed) ,002
N 30
fisik3
Pearson Correlation ,452*
Sig. (2-tailed) ,012
N 30
fisik4 Pearson Correlation ,534
**
Sig. (2-tailed) ,002
N 30
fisik6
Pearson Correlation ,365*
Sig. (2-tailed) ,047
N 30
fisik7
Pearson Correlation ,586**
Sig. (2-tailed) ,001
N 30
fisik9
Pearson Correlation ,574**
Sig. (2-tailed) ,001
N 30
fisik10
Pearson Correlation ,645**
Sig. (2-tailed) ,000
N 30
Skortotal
Pearson Correlation 1
Sig. (2-tailed)
N 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 30 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 30 100,0
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
,723 9
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
fisik1 24,20 85,407 ,542 ,691
fisik2 24,30 87,321 ,459 ,700
fisik3 24,07 89,099 ,353 ,710
fisik4 24,13 86,671 ,438 ,700
fisik6 24,27 91,099 ,260 ,720
fisik7 24,07 86,064 ,503 ,695
fisik9 24,17 85,937 ,485 ,696
fisik10 24,30 85,114 ,573 ,689
Skortotal 12,90 24,507 1,000 ,652
LAMPIRAN 5
REKAPITULASI DATA DEMOGRAFI, VARIABEL AKTIVITAS FISIK DAN VARIABEL TINGKAT KOGNITIF
LANJUT USIA DI PSTW BUDI MULIA 4 MARGAGUNA JAKARTA SELATAN
No Usia J. Kelamin Pend. Terakhir Aktivitas Fisik Skor
Total
MMSE Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Skor Total
1 70 2 1 3 3 2 2 3 3 3 0 19 19
2 72 1 1 3 2 1 0 2 3 1 2 14 16
3 62 2 1 3 3 1 1 3 1 3 0 15 25
4 70 2 1 2 3 2 0 0 0 0 1 8 8
5 65 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 24 29
6 66 1 1 3 2 1 1 1 3 3 3 17 24
7 64 2 1 1 3 1 1 2 2 3 2 15 17
8 70 2 1 1 3 0 0 3 3 3 3 16 18
9 60 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 24 27
10 70 2 1 3 2 0 0 3 2 3 1 14 21
11 72 1 1 3 3 3 3 3 2 3 3 23 30
12 69 1 1 3 3 1 1 3 3 1 1 16 27
13 69 2 1 3 3 1 1 3 0 3 1 15 25
14 71 1 1 2 2 1 1 3 3 3 0 15 24
15 64 1 3 3 3 3 3 3 3 1 3 22 28
16 65 2 1 1 3 3 3 3 1 3 1 18 22
17 83 2 1 3 3 1 1 3 3 0 2 16 25
18 61 2 1 2 3 3 3 3 3 0 1 18 23
19 63 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 24 28
20 77 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 24 27
21 75 2 1 3 2 3 3 3 2 3 3 22 26
22 68 2 1 3 3 3 3 3 2 3 3 23 28
23 70 2 1 2 2 0 0 1 1 3 0 9 16
24 70 1 4 3 3 2 2 3 3 3 2 21 29
25 65 1 1 3 3 0 0 1 3 0 3 13 13
26 64 2 2 3 3 2 1 3 3 3 2 20 25
27 86 1 1 2 3 3 3 3 3 3 2 22 25
28 73 1 1 3 3 1 1 3 3 3 1 18 27
29 66 2 1 3 3 2 2 3 3 2 3 21 30
30 62 1 1 3 3 2 2 3 3 3 2 21 29
31 65 2 1 3 1 0 0 1 0 1 0 6 10
32 62 1 1 2 2 3 3 0 1 0 1 12 12
33 65 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 24 23
34 70 2 1 3 3 0 0 3 0 2 1 12 18
35 78 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 24 28
36 64 2 1 3 2 2 2 3 3 2 1 18 21
37 68 1 1 3 3 2 2 3 3 3 3 22 27
38 72 1 1 3 3 2 2 2 3 3 3 21 28
39 65 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 24 21
40 63 2 1 3 3 3 3 3 2 3 3 23 28
41 65 2 1 3 2 3 0 3 3 3 2 19 22
42 67 2 1 2 3 2 2 3 3 3 1 19 25
43 65 2 1 3 3 2 2 3 3 3 0 19 24
44 64 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 24 23
45 80 2 2 3 2 1 1 1 1 3 3 15 27
46 65 1 1 3 3 3 3 2 3 3 3 23 27
47 66 2 1 3 3 1 0 3 3 1 2 16 30
48 80 2 1 1 3 2 2 3 3 1 1 16 27
49 67 2 2 2 3 0 2 1 3 2 2 15 27
50 69 2 1 2 3 3 3 3 3 3 0 20 27
51 88 2 1 3 3 3 2 3 2 3 3 22 13
52 71 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 24 25
53 65 2 1 3 2 2 0 3 0 0 1 11 10
54 62 1 1 3 2 0 0 3 3 2 1 14 23
55 95 2 1 2 0 0 0 1 0 0 0 3 14
56 70 2 1 2 2 0 0 1 0 0 0 5 15
57 89 2 2 3 3 1 1 3 2 3 0 16 25
58 70 2 1 1 2 0 0 2 0 3 0 8 24
59 70 2 1 2 2 0 0 3 0 1 0 8 19
60 61 2 1 0 2 0 0 0 0 0 2 4 6
61 75 2 1 3 2 1 1 1 2 2 0 12 7
62 70 2 1 3 3 1 1 3 1 3 0 15 14
63 70 2 1 3 3 0 0 3 3 1 3 16 25
64 83 2 1 3 1 1 1 2 3 1 0 12 18
65 77 2 1 2 1 0 0 0 0 3 0 6 20
66 70 2 1 3 0 0 0 0 0 0 0 3 11
67 72 2 2 1 1 0 0 2 3 1 0 8 22
68 64 2 1 3 3 1 1 0 0 3 0 11 19
69 80 2 1 1 1 0 0 0 0 0 0 2 8
70 94 2 1 3 3 0 0 3 3 3 0 15 22
71 70 2 1 3 3 0 0 0 1 3 0 10 20
72 71 2 1 2 2 0 0 3 1 1 1 10 22
73 75 2 1 3 3 2 2 3 1 3 0 17 22
74 78 2 2 3 2 3 3 0 3 0 2 16 20
75 65 2 1 2 2 3 3 3 3 3 0 19 12
76 70 2 1 3 1 0 0 0 1 2 0 7 20
77 80 2 1 2 3 1 1 3 3 1 3 17 19
78 80 2 1 2 1 1 0 3 0 0 0 7 12
79 62 2 1 2 2 2 2 2 0 2 2 14 6
80 80 2 1 2 2 3 0 2 0 0 0 9 20
81 80 2 1 1 1 1 1 0 0 1 0 5 8
82 66 1 1 3 1 0 0 3 3 3 1 14 24
83 80 1 1 2 2 0 0 1 1 0 0 6 12
84 60 2 1 2 1 0 0 0 0 0 0 3 9
85 60 2 1 3 1 0 0 0 0 0 0 4 14
86 80 2 2 1 0 0 0 0 0 3 0 4 15
87 65 1 1 2 2 3 3 3 3 0 1 17 10
88 70 1 1 3 3 1 1 3 3 3 3 20 25
89 60 2 1 3 3 3 2 3 3 3 3 23 25
90 66 1 1 0 1 1 1 3 3 3 2 14 25
91 63 1 1 3 1 0 0 0 2 1 2 9 11
92 80 1 1 3 3 2 0 3 3 1 1 16 25
93 68 1 3 3 2 3 3 3 3 3 2 22 26
94 80 1 1 3 3 0 0 1 2 3 0 12 22
95 61 1 3 3 3 1 1 3 2 3 2 18 27
96 65 1 4 3 3 2 1 3 3 3 1 19 28
97 75 1 1 1 0 0 0 0 1 2 0 4 21
98 70 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 4 22
99 69 1 1 2 1 1 0 2 1 0 0 7 20
100 70 1 2 3 3 2 1 0 2 2 0 13 16
101 80 1 1 3 3 0 0 0 1 2 0 9 17
102 65 1 1 3 3 0 0 0 0 3 2 11 19
103 61 1 3 3 2 0 0 2 3 3 2 15 17
104 87 1 4 2 1 1 0 0 0 2 0 6 14
105 64 1 4 2 0 0 0 0 0 2 0 4 11
106 72 1 1 1 1 2 2 2 1 0 0 9 17
107 87 1 1 3 2 0 0 0 2 2 0 9 25
108 63 1 1 2 2 3 3 1 0 3 3 17 21
109 62 1 1 1 0 0 0 0 0 0 2 3 7
110 64 1 2 2 2 2 3 1 1 1 0 12 21
111 63 1 3 3 3 2 2 3 2 3 3 21 24
112 65 1 1 3 2 0 0 1 0 2 0 8 11
113 63 1 1 3 3 0 0 0 3 3 2 14 18
114 61 1 2 2 2 2 0 0 0 2 1 9 27
115 75 2 1 0 1 0 0 2 2 3 0 8 19
116 87 2 1 2 1 0 0 1 0 3 1 8 16
117 82 1 2 3 1 0 0 1 1 0 0 6 17
118 67 1 1 2 2 0 0 2 0 0 1 7 15
LAMPIRAN 6
HASIL ANALISIS SPSS UNIVARIAT
A. Uji Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Aktivitas Fisik
Lansia
Kognitif Lansia
N 118 118
Normal Parametersa,b
Mean 1,47 1,58
Std. Deviation ,501 ,496
Most Extreme
Differences
Absolute ,358 ,380
Positive ,358 ,301
Negative -,323 -,380
Kolmogorov-Smirnov Z 3,887 4,124
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000 ,000
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
B. Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
N Valid 118
Missing 0
Jenis Kelamin
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Val
id
Laki-laki 47 39,8 39,8 39,8
Perempuan 71 60,2 60,2 100,0
Total 118 100,0 100,0
C. Usia
Usia
N Valid 118
Missing 0
Mean 70,38
Median 69,50
Mode 70
Std. Deviation 7,913
Minimum 60
Maximum 95
Usia
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Val
id
Usia Lanjut 87 73,7 73,7 73,7
Usia Tua 29 24,6 24,6 98,3
Usia Sangat Tua 2 1,7 1,7 100,0
Total 118 100,0 100,0
D. Pendidikan Terakhir
Pendidikan Terakhir
N Valid 118
Missing 0
Pendidikan Terakhir
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Val
id
SD 95 80,5 80,5 80,5
SMP 14 11,9 11,9 92,4
SMA 5 4,2 4,2 96,6
PT 4 3,4 3,4 100,0
Total 118 100,0 100,0
E. Fungsi Kognitif
Kognitif
N Valid 118
Missing 0
Kognitif Lansia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Baik 50 42,4 42,4 42,4
Buruk 68 57,6 57,6 100,0
Total 118 100,0 100,0
F. Aktivitas Fisik
Aktivitas Fisik Lansia
N
Median
Valid 118
Missing 0
15,00
Aktivitas Fisik Lansia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Val
id
Baik 62 52,5 52,5 52,5
Kurang 56 47,5 47,5 100,0
Total 118 100,0 100,0
LAMPIRAN 7
HASIL ANALISIS SPSS BIVARIAT
Usia * Kognitif Lansia Crosstabulation
Kognitif
Total Baik Buruk
Usia 60 – 74 tahun Count 41 46 87
% of Total 34.7% 39.0% 73.7%
75 – 90 tahun Count 9 20 29
% of Total 7.6% 16.9% 24.6%
>90 tahun Count 0 2 2
% of Total .0% 1.7% 1.7%
Total Count 50 68 118
% of Total 42.4% 57.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 3.802a 2 .149
Likelihood Ratio 4.582 2 .101
Linear-by-Linear Association 3.631 1 .057
N of Valid Cases 118
a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .85.
Jenis Kelamin * Kognitif Lansia Crosstabulation
Kognitif Lansia
Total Baik Buruk
Jenis Kelamin Laki - Laki Count 22 25 47
% of Total 18.6% 21.2% 39.8%
Perempuan Count 28 43 71
% of Total 23.7% 36.4% 60.2%
Total Count 50 68 118
% of Total 42.4% 57.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .629a 1 .428
Continuity Correctionb .364 1 .546
Likelihood Ratio .628 1 .428
Fisher's Exact Test .452 .273
Linear-by-Linear Association .624 1 .430
N of Valid Cases 118
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19.92.
b. Computed only for a 2x2 table
Pend.Terakhir * Kognitif Lansia Crosstabulation
Kognitif Lansia
Total Baik Buruk
Pend.Terakhir SD Count 37 58 95
% of Total 31.4% 49.2% 80.5%
SMP Count 8 6 14
% of Total 6.8% 5.1% 11.9%
SMA Count 3 2 5
% of Total 2.5% 1.7% 4.2%
PT Count 2 2 4
% of Total 1.7% 1.7% 3.4%
Total Count 50 68 118
% of Total 42.4% 57.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 2.439a 3 .486
Likelihood Ratio 2.412 3 .491
Linear-by-Linear Association 1.550 1 .213
N of Valid Cases 118
a. 4 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 1.69.
Aktivitas Fisik Lansia * Kognitif Lansia Crosstabulation
Expected Count
Kognitif Lansia Total
Baik Buruk
Aktivitas Fisik
Lansia
Baik 26,3 35,7 62,0
Kurang 23,7 32,3 56,0
Total 50,0 68,0 118,0
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Aktivitas Fisik Lansia *
Kognitif Lansia 118 100,0% 0 0,0% 118 100,0%
Crosstabulation
Kognitif Lansia Total
Baik Buruk
Aktivitas Fisik
Lansia
Baik Count 44 18 62
% of Total 37,3% 15,3% 52,5%
Kurang Count 6 50 56
% of Total 5,1% 42,4% 47,5%
Total Count 50 68 118
% of Total 42,4% 57,6% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 43,747a 1 ,000
Continuity Correctionb 41,314 1 ,000
Likelihood Ratio 47,988 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear
Association 43,376 1 ,000
N of Valid Cases 118
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 23,73.
b. Computed only for a 2x2 table
Correlations
Aktivitas Fisik
Lansia
Kognitif Lansia
Spearman's rho
Aktivitas Fisik
Lansia
Correlation Coefficient 1,000 ,609**
Sig. (2-tailed) . ,000
N 118 118
Kognitif Lansia
Correlation Coefficient ,609**
1,000
Sig. (2-tailed) ,000 .
N 118 118
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).