NILAI KONTRIBUSI HIDROLOGIS KAWASAN TAMAN WISATA ALAM GUNUNG TAMPOMAS

10
ISI/CONTENT PERTUMBUHAN AKAR PRIMER, SEKUNDER DAN TERSIER STEK BATANG BIBIT SURIAN (Toona sinensis Roem) (Growth of primary, secondary and tertiary roots of seedling-stem cuttings of Toona sinensis Roem) Yayat Hidayat EFEKTIFITAS ZAT PENGATUR TUMBUH IBA DAN ROOT UP PADA STEK MANGLID (Manglietia glauca Bl) dan SONOKELING (Dalbergia latifolia ROXB Alimudin Yusuf PENGARUH PENGATURAN PANAS DAN PROSES PEMADATAN KAYU KAMPER (Dryobalanops aromatic) TERHADAP STABILISASI DIMENSI (Effects of heating and densifying treatment of Kamper Wood ( Dryobalanops aromatic) to dimensional stability) Rudi SIFAT MEKANIS LVL (Laminated Veneer Lumber) SENGON (Paraserianthes falcataria) (L) Nielsen) PADA VARIASI JARAK SAMBUNGAN VENIR (Mechanical Property Of Lvl (Laminated Veneer Lumber) From Sengon Wood At Various Veneer Joint Distance) Tati Karliati PERKECAMBAHAN BENIH Paraserianthes falcataria (L) Nielsen HASIL PENYERBUKAN BEBAS DI SUMBER BENIH UJI PROVENANS UNIVERSITAS WINAYA MUKTI [Germination of Paraserianthes falcataria (L) Nielsen Seeds as Mix Pollination at Provenances Test Seed Source at Winaya Mukti University] Sopandi Sunarya SIFAT PAPAN PARTIKEL SERBUK BATANG JAGUNG (Zea mays) YANG DILAPISI DENGAN PLASTIK POLYPROPYLENE (PP) DAUR ULANG Sutrisno FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS WINAYA MUKTI Jl. Winaya Mukti 01 Jatinangor 45363 Telp/Fax 022-7798260 Jawa Barat - Indonesia e-mail : [email protected] Volume 10 Nomor 2 April 2010 ISSN : 1412-8381

Transcript of NILAI KONTRIBUSI HIDROLOGIS KAWASAN TAMAN WISATA ALAM GUNUNG TAMPOMAS

ISI/CONTENT

PERTUMBUHAN AKAR PRIMER, SEKUNDER DAN TERSIER STEK BATANG BIBIT

SURIAN (Toona sinensis Roem) (Growth of primary, secondary and tertiary roots of seedling-stem cuttings of Toona sinensis Roem) Yayat Hidayat

EFEKTIFITAS ZAT PENGATUR TUMBUH IBA DAN ROOT UP PADA STEK MANGLID (Manglietia glauca Bl) dan SONOKELING (Dalbergia latifolia ROXB Alimudin Yusuf PENGARUH PENGATURAN PANAS DAN PROSES PEMADATAN KAYU KAMPER (Dryobalanops aromatic) TERHADAP STABILISASI DIMENSI (Effects of heating and densifying treatment of Kamper Wood (Dryobalanops aromatic) to dimensional stability) Rudi SIFAT MEKANIS LVL (Laminated Veneer Lumber) SENGON (Paraserianthes falcataria) (L) Nielsen) PADA VARIASI JARAK SAMBUNGAN VENIR (Mechanical Property Of Lvl (Laminated Veneer Lumber) From Sengon Wood At Various Veneer Joint Distance) Tati Karliati PERKECAMBAHAN BENIH Paraserianthes falcataria (L) Nielsen HASIL PENYERBUKAN BEBAS DI SUMBER BENIH UJI PROVENANS UNIVERSITAS WINAYA MUKTI [Germination of Paraserianthes falcataria (L) Nielsen Seeds as Mix Pollination at Provenances Test Seed Source at Winaya Mukti University] Sopandi Sunarya

SIFAT PAPAN PARTIKEL SERBUK BATANG JAGUNG (Zea mays) YANG DILAPISI DENGAN PLASTIK POLYPROPYLENE (PP) DAUR ULANG Sutrisno

FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS WINAYA MUKTI Jl. Winaya Mukti 01 Jatinangor 45363 Telp/Fax 022-7798260

Jawa Barat - Indonesia e-mail : [email protected]

Volume 10 Nomor 2

April 2010

ISSN : 1412-8381

Volume 10 Nomor 2

April 2010

ISSN : 1412-8381

ANALISIS NILAI EKONOMI HUTAN KOTA DI KOTAMADYA BANDUNG Sofyan H. Nur dan Tendi, S.R VARIASI MORFOLOGI TRAKEID KAYU Agathis loranthifolia Salisb. (Variation of Tracheid Morphologyl of Agathis loranthifolia Salisb.) Atmawi Darwis EFIKASI CUKA KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria L.Nielsen) DAN KAYU KIHIYANG (Albizzia procera Bennth) TERHADAP SERANGAN RAYAP KAYU KERING (Cryptotermes cynocephalus Light) Noor Rahmawati NILAI KONTRIBUSI HIDROLOGIS KAWASAN TAMAN WISATA ALAM GUNUNG TAMPOMAS Hikmat Ramdhan PENGGOLONGAN Fusarium oxysporum PATOGEN LODOH PADA SEMAI Pinus merkusii BERDASARKAN VEGETATIVE COMPATIBILITY GROUPS (The classification of Fusarium oxysporum of damping- off pathogen on Pinus merkusii based on vegetative compatibility groups ) Mustika Dewi PENDUGAAN RAWAN BANJIR DENGAN MENGUNAKAN METODE TOPOGRAPHIC WETNESS INDEKS (TWI) Prasetyo Widodo ANALISIS PERILAKU PETANI DI PROPINSI RIAU DALAM KAITANNYA DENGAN PERATURAN REDIT MIKRO PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN RAKYAT (HTR) Entin Hendartin

FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS WINAYA MUKTI Jl. Winaya Mukti 01 Jatinangor 45363 Telp/Fax 022-7798260

Jawa Barat - Indonesia e-mail : [email protected]

WANA MUKTI Forestry Research Journal Volume 10 No. 2. April 2010; 73- 80

Nilai Kontribusi Hidrologis Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Tampomas Dr. Hikmat Ramdhan, S.Hut, MSi Staf Pengajar Fakultas Kehutanan Unwim-Jatinangor-Jawa Barat

73

NILAI KONTRIBUSI HIDROLOGIS KAWASAN TAMAN WISATA ALAM GUNUNG TAMPOMAS

Hydrological Contribution Value of Recreation Forest of Mount Tampomas

Oleh/by

Hikmat Ramdan

Abstract

Recreation forest (RF) has hydrological benefit to supply water for domestic and economic activities. This research is to estimate hydrological value of FR Mount Tampomas. The RF Mount Tampomas has hydrologica l contribution value to community around the forest is about Rp.1,37 milions/ha/bulan.

Kewyword : recreation forest, hydrological value

.

PENDAHULUAN

Taman wisata alam (TWA) merupakan kawasan konservasi yang keberadaannya penting dalam mendukung kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Pengelolaan kawasan konservasi, termasuk TWA dapat dipandang sebagai institusi ekonomi yang berperan penting dalam pembangunan ekonomi masyarakat yang sekaligus pula mempertahankan sistem penyangga kehidupan masyarakat. Perubahan paradigma di dalam pemanfaatan hutan yang berbasis sumberdaya hutan (forest resources based management) saat ini telah membuka peluang bagi pemanfaatan jasa lingkungan hutan yang selama ini masih terabaikan ( Johnson et.al., 2001).

Jasa lingkungan (environmental services) dapat dinyatakan sebagai output ekosistem yang dihasilkan dari interaksi komponen penyusun ekosistem hutan dengan komponen non hayati lainnya yang berjalan secara sinergis. Air merupakan salah satu jasa lingkungan unggulan dari TWA yang sejauh ini belum mendapatkan apresiasi nilai yang memadai dari pengguna air yang memanfaatkannya, padahal air sangat berperan dalam menyangga keberlangsungan ekosistem dan memenuhi kebutuhan masyarakat akan air. Jasa lingkungan air yang keluar dari kawasan TWA digunakan untuk memenuhi berbagai kebutuhan, baik kebutuhan rumah tangga (domestik), pertanian, industri dan kegiatan ekonomi lainnya. Jasa lingkungan air yang belum diapresiasi dengan baik telah menyebabkan meningkatnya laju degradasi ekosistem hutan, padahal makin tinggi laju degradasi ekosistem hutan maka nilai jasa lingkungan (air) pun makin menurun. Dalam hal ini jasa lingkungan air dan jasa lingkungannya dapat dianggap sebagai output dari kualitas kinerja ekosistem hutan (Ramdan et.al.,2003; Ramdan, 2004; Verweij, 2002).

Taman Wisata Alam (TWA) Tampomas merupakan hutan konservasi di Jawa Barat yang selama ini menjadi resapan air (recharge area) dan memasok kebutuhan air masyarakat yang tinggal di sekitarnya..

WANA MUKTI Forestry Research Journal Volume 10 No. 2. April 2010; 73- 80

74

Volume 10 No. 2. April 2010; 73- 80

Jasa lingkungan air yang keluar dari kawasan tersebut digunakan untuk memenuhi berbagai kebutuhan, baik kebutuhan rumah tangga (domestik), pertanian, industri dan kegiatan ekonomi lainnya. Kelompok Hutan Gunung Tampomas ditetapkan sebagai kawasan hutan berdasarkan Goaverments Besluit Tanggal 27 Juli 1927 Nomor: 27. Kemudian, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Tanggal 5 Juli 1949 Nomor: 423/Kpts/Um/7/79, sebagian kawasan Gunung Tampomas ditetapkan sebagai Taman Wisata Alam dengan luas ± 1.250 ha. TWA Gunung Tampomas terletak di 3 (tiga) kecamatan, yaitu: Kecamatan Buahdua, Cimalaka, dan Tanjungkerta, Kabupaten Sumedang - Jawa Barat. TWA Gunung Tampomas yang berada wilayah Kecamatan Buahdua terletak di Desa Cibitung, Desa Cilangkap, dan Desa Cikurubuk. Kawasan TWA Gunung Tampomas di wilayah Kecamatan Cimalaka terletak di Desa Padasari serta di Kecamatan Tanjungkerja terletak di Desa Baros dan Mulyamekar.

Jasa lingkungan air merupakan output hidrologis dari kinerja ekosistem TWA Tampomas yang dipengaruhi oleh kondisi penutupan lahan dan karakteristik bio-fisik lainnya. Apabila ekosistem TWA Tampomas sebagai resapan air yang menjadi sumber air terganggu, maka akan berdampak langsung terhadap kegiatan konsumsi dan produksi masyarakat yang menggunakan air dari kawasan tersebut. Kontribusi hidrologis TWA Tampomas yang dinikmati sepanjang waktu oleh masyarakat belum mendapatkan apresiasi yang memadai, terutama dari pengguna air (Hoekstra, 1998).

Jasa lingkungan air yang belum diapresiasi dengan baik telah menyebabkan meningkatnya laju degradasi ekosistem hutan, padahal makin tinggi laju degradasi ekosistem hutan maka nilai jasa lingkungan (air) pun makin menurun. Apresiasi nilai yang masih rendah tersebut disebabkan oleh belum diketahuinya nilai kontribusi hidrologis kawasan tersebut. Oleh karena itu upaya untuk menilai kontribusi hidrologis diperlukan untuk membangkitkan kepedulian pengguna air bahwa keberadaan TWA tersebut sangat penting, sehingga apabila fungsi hidrologisnya terganggu akan meningkatkan biaya pengadaan air oleh pengguna air.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi nilai kontribusi hidrologis TWA Tampomas.

METODOLOGI

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah di sekitar TWA Tampomas pada bulan September sampai dengan Desember 2009. Sebelum dilakukan pengukuran debit, terlebih dahulu dilakukan kegiatan analisis sebaran sumber air di tiga lokasi TWA/CA yang akan dikaji dengan memanfaatkan teknologi GIS. Peta-peta yang digunakan dalam analisis spasial adalah : peta hidrogeologi, peta RBI, peta penunjukkan kawasan hutan dan perairan Jawa Barat, peta topografi, peta jenis tanah, dan informasi lainnya yang mendukung. Berdasarkan hasil analisis spasial akan dihasilkan peta sebaran sumber air berikut dengan informasi spasial penunjang, seperti : posisi geografis mata air, aliran sungai, ketinggian tempat, jenis tanah, geologi, hidrogeologi, status kawasan, penutupan lahan, dan kelas kemiringan lahan. Pengukuran debit dilakukan langsung di lapangan. Debit (discharge), atau besarnya aliran sungai (stream flow) adalah volume aliran yang mengalir melalui suatu penampang melintang sungai persatuan waktu dan dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik (m3/det) atau liter per detik (l/det).

Nilai manfaat air dalam kajian ini digunakan pula metode Biaya Pengadaan Air (BPA). Metode BPA ini merupakan modifikasi dari metode biaya perjalanan (travel cost method) yang menghitung biaya-biaya yang dikorbankan untuk memperoleh air, dan meliputi biaya pengadaan alat untuk mengalirkan air, biaya operasi, dan biaya pemeliharaan (Darusman, 1995). Analisis data dilakukan dengan membuat pola

WANA MUKTI Forestry Research Journal Volume 10 No. 2. April 2010; 73- 80

Nilai Kontribusi Hidrologis Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Tampomas Dr. Hikmat Ramdhan, S.Hut, MSi Staf Pengajar Fakultas Kehutanan Unwim-Jatinangor-Jawa Barat

75

hubungan antara beberapa peubah bebas yang mempunyai pengaruh terhadap jumlah permintaan air untuk setiap penggunaan. Selanjutnya dilakukan pemilihan model regresi yang cocok dengan menggunakan nilai koefisien determinasi (R2) dan hasil uji F. Model terpilih digunakan untuk menentukan kurva permintaan air dari setiap penggunaan air dan nilai manfaat air Gunung Ciremai, misalnya untuk kurva permintaan air rumah tangga dibuat dengan menghubungkan antara besarnya biaya pengadaan (X1) dan jumlah air yang dikonsumsi (Y). Kurva permintaan air dibatasi oleh biaya pengadaan minimum dan biaya pengadaan maksimum. Nilai manfaat air sebagai nilai manfaat ekonomi hidrologis untuk setiap rumah tangga adalah nilai kuantitatif dari kurva permintaan air yang dibatasi oleh konsumsi air minimum dan konsumsi air maksimum.

Metode yang digunakan adalah pendekatan pembayaran jasa lingkungan (payment for environmental services, PES) oleh pengguna jasa yang mendapatkan manfaatnya secara langsung. Metode penilaian manfaat dilakukan menggunakan metode penilaian kontingensi. Metode ini merupakan model pasar hipotetik untuk mengestimasi kesediaan pengguna air minum untuk memberikan sejumlah dana sebagai biaya tambahan (additional fee) yang digunakan secara khusus untuk membiayai kegiatan konservasi kawasan sumber air minum. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu berkas kuesioner yang berisi sejumlah pertanyaan untuk mengestimasi besarnya nilai kesediaan membayar dari pengguna air minum di sekitar kawasan TWA(Acreman, 2004; ADB, 2001).

Pengumpulan data dilaksanakan secara langsung terhadap responden melalui wawancara langsung beserta pengisian kuesionernya, sehingga diharapkan dapat mengungkap preferensi responden dengan mengungkapkan kesediaannya untuk membayar dana kompensasi konservasi kawasan sumber airnya dalam bentuk nilai uang. Sampel pengguna air (responden) adalah pengguna air yang diambil secara purposif dengan pertimbangan bahwa responden terpilih dalam memenuhi kebutuhan airnya selalu menggunakan air yang bersumber dari mata air di kawasan TWA. Selain data primer, data sekunder lainnya diperoleh dari penelusuran hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan kajian misalnya data kependudukan dan jumlah pelanggan air minum (PDAM).

HASIL DAN PEMBAHASAN Kawasan TWA Tampomas di bagian puncaknya merupakan wilayah dengan air tanah langka atau

tidak berarti, sementara sesudahnya merupakan akuifer produktif dengan sebaran mulai setempat sampai luas. Tipologi akuifernya merupakan akuifer endapan vulkanik, dengan sistem aliran melalui celah atau rongga antar butir. Berdasarkan peta hidrogeologi lembar Kabupaten Sumedang, pada bagian puncak merupakan daerah dengan akuifer produktivitas rendah atau tak berarti. Pada bagian badan gunung api sampai pada lekuk topografi, merupakan daerah dengan akuifer produktif, dengan sebaran terbatas dan sebagian merupakan daerah keluaran air tanah (discharge) area sehingga terdapat mata air. Pada daerah lekuk topografi sampai daerah landai merupakan daerah dengan akuifer produktif sedang tetapi penyebarannya luas dan merupakan daerah discharge area sehingga banyak dijumpai mata air. Sebaran sumber mata air di Kawasan TWA Tampomas disajikan pada Gambar 1.

WANA MUKTI Forestry Research Journal Volume 10 No. 2. April 2010; 73- 80

76

Volume 10 No. 2. April 2010; 73- 80

Akuifer produktif dengan

penyebaran luas

Akuifer produktif, setempat

Daerah air tanah langka

atau tidak berarti

Gambar 1. Sebaran Titik Sumber Mata Air di TWA Tampomas Sumber mata air yang berada di dalam TWA Tampomas adalah mata air Ciemutan, sedangkan mata

air lainnnya berada di sekitar TWA Tampomas tetapi resapan airnya berada di kawasan TWA Tampomas.Hasil survey dan pengukuran lapangan pada beberapa lokasi sumber mata air menunjukkan potensi debit air yang paling tinggi terdapat pada sumber mata air Cikandung dengan rata-rata debit sebesar 14.40 m3/detik. Sumber mata air ini secara geofrafis terletak pada koordinat 6° 47’ 27.6” LS dan 107° 55’ 26.5” BT. Potensi debit air pada sumber mata air Narimang, Cigirang, Padayungan, dan Ciemutan adalah 9.47, 1.41, 9.49, dan 3.50 m3/detik. Proyeksi volume air hasil pengukuran di lapangan selengkapnya disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Potensi Beberapa Sumber Mata Air di Kawasan TWA Tampomas

Sumber Mata Air

Potensi Sumber Mata Air

Debit (m3/detik) Proyeksi Volume Air

(m3/hari)

Narimang 9,47 818.208

Cigirang 1,41 121.824

Padayungan 9,49 819.936

Cikandung 14,4 1.244.160

Ciemutan 3,5 302.400

JUMLAH 38,27 3.306.528

Sumber: Hasil Survey dan Pengukuran Lapangan

Sumber-sumber mata air yang berada di dalam dan sekitar Kawasan TWA Tampomas memberikan

kontribusi dalam memenuhi kebutuhan air bagi masyarakat di sekitar kawasan tersebut. Hasil analisis spasial pada Kawasan TWA Tampomas menunjukkan sebaran luas areal kontribusi dari sumber mata air di Kawasan TWA Tampomas meliputi 113 (seratus tiga belas) desa di 15 (lima belas) kecamatan yang secara

WANA MUKTI Forestry Research Journal Volume 10 No. 2. April 2010; 73- 80

Nilai Kontribusi Hidrologis Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Tampomas Dr. Hikmat Ramdhan, S.Hut, MSi Staf Pengajar Fakultas Kehutanan Unwim-Jatinangor-Jawa Barat

77

administratif seluruhnya berada di Kabupaten Sumedang (Gambar 2). Luas areal kontribusi sumber mata air dari TWA Tampomas adalah 49.402 ha dengan jumlah penduduk sebanyak 394.195 jiwa. Proyeksi jumlah kebutuhan air penduduk di sekitar kawasan TWA Tampomas mencapai 2.119.950 liter/hari atau sekitar 2.120 m3/hari.

Selama ini jasa lingkungan air yang keluar dari kawasan konservasi TWA Tmpomas sebenarnya telah memberikan kontribusi yang sangat signifikan terhadap berbagai kegiatan masyarakat, mulai dari kebutuhan domestik, pertanian, industri, dan lain sebagainya. Walaupun kontribusinya senantiasa berjalan, tetapi apresiasi pengguna air terhadap nilai ekonomi dan sosial dari aliran air yang keluar dari kawasan TWA/CA masih rendah. Dengan jumlah penduduk yang mengandalkan pasokan air dari wilayah TWA/CA yang dikaji sudah menunjukkan bahwa kontribusi jasa lingkungan air dari TWA/CA terhadap aktifitas ekonomi masyarakat sangatlah besar. Namun sayangnya belum banyak yang menyadari hal tersebut. Pendekatan ekonomi lingkungan sebenarnya dapat menjelaskan fenomena tersebut (Cruz et.al.,2000).

Secara finansal besarnya nila ekonomi jasa lingkungan air dari hasil wawancara dan kuisioner terhadap responden sulit untuk diukur secara moneter. Hampir semua responden menyatakan bahwa air adalah barang sosial (publik) yang nilainya tidak terhingga, karena tanpa air maka kehidupannya akan sangat terganggu. Masyarakat yang berada di sekitar kawasan hutan yang dikaji tidak pernah mengalami kekurangan air dengan kata lain air tersedia dalam jumlah melimpah dibandingkan dengan kebutuhannya saat ini. Oleh karena itu pendekatan biaya pengadaan air yang diterapkan memberikan hasil yang bias untuk dijadikan dasar estimasi nilai ekonomi air yang dilakukan. Walaupun air dinilai berharga bagi kehidupan masyarakat, tetapi dengan jumlah yang masih melimpah dan kualitas yang baik untuk air baku minum, maka nilai moneter yang diberikan cenderung mendekati nol. Kondisi ini juga disebabkan oleh akses untuk mendapatkan sumberdaya air sangat terbuka. Oleh karena itu pendekatan penilaian ekonomi lingkungan air selanjutnya didekati dengan besarnya nilai kesediaan individu/kelurga untuk memberikan kontribusi finansialnya dalam membantu kegiatan konservasi kawasan konservasi yang menjadi resapan airnya. Walaupun masyarakat tidak secara eksplisit menyebutkan besaran nilai pengadaan airnya, mereka menjelaskan secara tidak langsung bahwa air yang berasal dari kawasan konservasi selama ini menjadi input bagi kegiatan konsumsi dan produksi yang dijalankannya sehari-hari.

WANA MUKTI Forestry Research Journal Volume 10 No. 2. April 2010; 73- 80

78

Volume 10 No. 2. April 2010; 73- 80

BUAHD UA

CONGGEAN G

PASEH

CIM AL AKA

TAN JU NG

MEDAR

TAN JU NGKER TA

SUR IAN

GANEAS

SUM EDANG

SELATAN

CISAR UA

RAN CAKAL ON G

SUM EDANG

U TAR A

SITU RAJA

PETA

KONTRIBUSI RESAPAN AIR

TWA TAMPOMAS

N

Skala 1 : 100.000

Keterangan:

7°45'

7°45'

7°30'

7°30'

7°15'

7°15'

7°00'

7°00'

6°45'

6°45'

6°30'

6°30'

6°15'

6°15'

6°00'

6°00'

106°15'

106°15'

106°45'

106°45'

107°15'

107°15'

107°45'

107°45'

108°15'

108°15'

108°45'

108°45'

D ipe ta kan o leh :

BALAI BESAR

KO NSERVASI SUMBERDAYA ALAM

JAW A BARAT

Peta S ituas i P ro v ins i Jaw a B ar at

6°5

2'0

0" 6

°52'0

0"

6°5

0'0

0"

6°5

0'0

0"

6°4

8'0

0" 6

°48'0

0"

6°4

6'0

0"

6°4

6'0

0"

6°4

4'0

0"

6°4

4'0

0"

6°4

2'0

0" 6

°42'0

0"

6°4

0'0

0"

6°4

0'0

0"

107 °50 '0 0"

107 °50 '0 0"

107 °52 '0 0"

107 °52 '0 0"

107 °54 '0 0"

107 °54 '0 0"

107 °56 '0 0"

107 °56 '0 0"

107 °58 '0 0"

107 °58 '0 0"

108 °00 '0 0"

108 °00 '0 0"

108 °2'00 "

108 °2'00 "

108 °4'00 "

108 °4'00 "

W ila ya h ya ng D ip en garu hi Resa pan Air TW A Ta m pom as

BUAHDUACIMALAKACISARUACONGGEANGGANEASPASEHRANCAKALONGSITURAJASUMEDANG SELATANSUMEDANG UTARASURIANTANJUNGKERTATANJUNGMEDARTOMOUJUNG JAYA

Ana k Su nga i C im a nuk

Bata s Ka wasan TW A Ta mp om as

Ana k Su nga i C itaru m

Gambar 2. Wilayah Kontribusi Aliran Air TWA Tampomas

Hasil wawancara terhadap responden di sekitar Kawasan TWA Tampomas menunjukkan bahwa umumnya (99,36% dari total responden 157 orang) pengguna air menyadari pentingnya upaya konservasi untuk menjaga kawasan TWA/CA sebagai daerah resapan air. Responden memahami bahwa konservasi kawasan konservasi (TWA/CA) perlu dilakukan, terutama dalam upaya untuk menjaga perubahan bentang lahan yang akan berpengaruh terhadap tata hidrologis kawasan. Selain itu, 99,36% dari total responden (157 orang) pun menyadari bahwa upaya perlindungan TWA/CA Tampomas sebagai daerah resapan air memerlukan dana konservasi, dan responden sependapat untuk memberikan kontribusi berupa Dana Kompensasi Konservasi (DKK).

Masyarakat pengguna jasa lingkungan air sebenarnya telah menyadari pentingnya upaya konservasi resapan air, khususnya di TWA/CA yang dikaji. Masyarakat pun bersedia untuk memberikan kontribusinya berupa Dana Kompensasi Konservasi (DKK) untuk membantu kegiatan konservasi daerah resapan airnya yang berada di hutan konservasi tersebut. Nilai DKK identik dengan nilai WTP (willingness to pay) dari pengguna air untuk memberikan kontribusi finansialnya bagi upaya konservasi air di kawasan hutan yang menjadi resapan airnya. Eestimasi total nilai DKK dari pengguna air di TWA Tampomas adalah sekitar Rp.1,714 milyar/bulan serta apabila nilai masing-masing DKK di dibagi dengan luasnya, maka rata-rata nilai DKK untuk TWA Tampomas dengan luas 1.250 ha Rp. 1.371.608,82/ha/bulan. Nilai ini dapat digunakan sebagai nilai kontribusi hidrologis kawasan TWA Tampomas.

Tabel 3 Estimasi Dana Kompensasi Konservasi di TWA Tampomas

WANA MUKTI Forestry Research Journal Volume 10 No. 2. April 2010; 73- 80

Nilai Kontribusi Hidrologis Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Tampomas Dr. Hikmat Ramdhan, S.Hut, MSi Staf Pengajar Fakultas Kehutanan Unwim-Jatinangor-Jawa Barat

79

Kawasan Konservasi Keterangan Sektor

Rumah Tangga

Sektor

Pertanian

Sektor

Industri

Sektor

Fasilitas Publik

TWA Tampomas WTP rata-rata 9,729 4,241 4,125 4,722

Jumlah (KK) 141,733 75,575 3,623 28

Total WTP/bulan (Rp) 1,378,920,357 320,513,575 14,944,875 132,216

Total DKK per bulan 1,714,511,023

KESIMPULAN

Masyarakat pengguna jasa lingkungan air sebenarnya telah menyadari pentingnya upaya konservasi resapan air dan bersedia untuk memberikan kontribusinya berupa Dana Kompensasi Konservasi (DKK) untuk membantu kegiatan konservasi daerah resapan airnya Nilai DKK identik dengan nilai WTP (willingness to pay) dari pengguna air untuk memberikan kontribusi finansialnya bagi upaya konservasi air di kawasan hutan yang menjadi resapan airnya. Estimasi total nilai DKK dari pengguna air di TWA Tampomas adalah sekitar Rp.1,714 milyar/bulan. Apabila nilai DKK dibagi dengan luas, maka rata-rata nilai DKK untuk TWA Tampomas adalah Rp. 1.371.608,82/ha/bulan. Apabila nilai rata-rata DKK per ha tersebut diasumsikan sebagai nilai keberadaan kawasan tersebut, maka nilai kontribusi kawasan TWA Tampomas dalam menyediakan jasa lingkungan air terhadap masyarakat di sekitar dan bagian hilirnya adalah sekitar Rp.1,37 juta/ha/bulan.

DAFTAR PUSTAKA

Acreman, M. 2004. Water and Ecology. United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organizations (UNESCO). Paris

Asian Development Bank (ADB). 2001. Handbook for Economic Analysis of Water Supply Projects. Http : //www.adb.org//. [20 Dec 2001].

Cruz, R.V.O. , L.A. Bugayong, P.C. Dolom, and N.O.Esperitu. 2000. Market-Based Instruments for Water Resource Conservation in Mt Makiling, Philippines : A Case Study. Paper for the 8th Biennal Conference of The International Association for the Study of Common Property, 31 May – 4 June 2000 at Bloomington, Indiana.

Hoekstra, A.Y. 1998. Appreciation of water : four perspectives. Water Policy 1 (1998) : 605-622.

Johnson, N., A.White, and D.P. Maitre. 2001. Developing Markets for Water Services from Forests : Issues and Lessons for Innovators. Forest Trends. Washington, DC.

WANA MUKTI Forestry Research Journal Volume 10 No. 2. April 2010; 73- 80

80

Volume 10 No. 2. April 2010; 73- 80

Ramdan, H., Yusran, dan D. Darusman. 2003. Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Otonomi Daerah : Perspektif Kebijakan dan Valuasi Ekonomi. Penerbit Alqa Print. Jatinangor, Sumedang.

Ramdan, H. 2004. Analisis Kebijakan Prospek Alokasi Air Lintas Wilayah dari Gunung Ciremai Propinsi Jawa Barat. Jurnal Penelitian Kehutanan Wana Mukti, 2 (2) : 28-35.

Verweij, P.2002. Innovative Financing Mechanisms for Conservation and Sustainable Management of Tropical Forest : Issues and Perspective. Paper for International Seminar on Forest Valuation and Innovative Financing Mechanisms for Consevation and Sustainable Management of Tropical Forests. Tropenbos International, The Hague, 20-21 March 2002.