Nanda File Nu

53
KROMATOGRAFI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kromatografi adalah suatu cara pemisahan dimana komponen- komponen yang akan dipisahkan didistribusikan antara 2 fase, salah satunya yang merupakan fase stasioner (diam), dan yang lainnya berupa fasa mobil (fasa gerak). Fase gerak dialirkan menembus atau sepanjang fase stasioner. Fase diam cenderung menahan komponen campuran, sedangkan fasa gerak cenderung menghanyutkannya. Berdasarkan terikatnya suatu komponen pada fasa diam dan perbedaan kelarutannya dalam fasa gerak, komponen-komponen suatu campuran dapat dipisahkan. Komponen yang kurang larut dalam fase gerak atau yang lebih kuat terserap atau terabsorpsi pada fase diam akan tertinggal, sedangkan komponen yang lebih larut atau kurang terserap akan bergerak lebih cepat. Kromatografi merupakan alat yang digunakan untuk keperluan analisis. Di bidang laboratorium, kromatografi digunakan sebagai salah satu alat untuk permurnian senyawa ataupun pemisahan zat. Seperti pemeriksaan senyawa pestisida pada tanaman/ sayur, atau pemeriksaan kadar obat atau narkoba pada sampel urin, serta pemisahan komponen zat warna yang ada pada makanan. 1.2 Tujuan

Transcript of Nanda File Nu

KROMATOGRAFI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Kromatografi adalah suatu cara pemisahan dimana komponen-

komponen yang akan dipisahkan didistribusikan antara 2 fase,

salah satunya yang merupakan fase stasioner (diam), dan yang

lainnya berupa fasa mobil (fasa gerak). Fase gerak dialirkan

menembus atau sepanjang fase stasioner. Fase diam cenderung

menahan komponen campuran, sedangkan fasa gerak cenderung

menghanyutkannya. Berdasarkan terikatnya suatu komponen pada

fasa diam dan perbedaan kelarutannya dalam fasa gerak,

komponen-komponen suatu campuran dapat dipisahkan. Komponen

yang kurang larut dalam fase gerak atau yang lebih kuat

terserap atau terabsorpsi pada fase diam akan tertinggal,

sedangkan komponen yang lebih larut atau kurang terserap akan

bergerak lebih cepat.

Kromatografi merupakan alat yang digunakan untuk

keperluan analisis. Di bidang laboratorium, kromatografi

digunakan sebagai salah satu alat untuk permurnian senyawa

ataupun pemisahan zat. Seperti pemeriksaan senyawa pestisida

pada tanaman/ sayur, atau pemeriksaan kadar obat atau narkoba

pada sampel urin, serta pemisahan komponen zat warna yang ada

pada makanan.

1.2  Tujuan

Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini

selain memenuhi tugas dari Dosen Mata Kuliah, juga bertujuan

untuk memberi masukan ilmu pengetahuan bagi semua khalayak

pada umumnya dan khususnya bagi penulis pribadi sehingga

kedepannya dapat lebih mengetahui kegunaan masing-masing

kromatografi dan mengetahui cara penggunaan kromatografi yang

baik dan benar.

1.3  Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup yang dibahas dalam makalah laporan

Kromatografi ini adalah menyebutkan macam-macam kromatografi

beserta fungsi dan kegunaan masing-masing kromatografi

tersebut. Serta menjelaskan prinsip pemisahan pada

kromatografi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kromatografi

Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul

berdasarkan perbedaan pola pergerakan antara fase gerak dan

fase diam untuk memisahkan komponen (berupa molekul) yang

berada pada larutan.

Kromatografi adalah suatu cara pemisahan dimana komponen-

komponen yang akan dipisahkan didistribusikan antara 2 fase,

salah satunya yang merupakan fase stasioner (diam), dan yang

lainnya berupa fasa mobil (fasa gerak).

Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran berdasarkan

perbedaan kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu.

Kromatografi adalah teknik untuk memisahkan campuran

menjadi komponennya dengan bantuan perbedaan sifat fisik

masing-masing komponen

Prosedur pemisahan zat terlarut oleh suatu proses migrasi

diferensial dinamis dalam sistem yang terdiri dari dua fase

atau lebih, salah satu diantaranya bergerak secara

berkesinambungan dalam arah tertentu dan di dalamnya zat-zat

itu menunjukkan perbedaan mobilitas disebabkan adanya

perbedaan dalam absorpsi, partisi, kelarutan, tekanan uap,

ukuran molekul atau kerapatan muatan ion dinamakan

kromatografi sehingga masing-masing zat dapat diidentifikasi

atau ditetapkan dengan metode analitik (Anonim, 1995).

Dari beberapa pengertian tersebut, maka dapat diambil

sebuah kesimpulan bahwa kromatografi adalah teknik analisis

yang diterapkan untuk memisahkan komponen-komponen dalam

campuran berdasarkan 2 jenis fase yaitu fase diam (stationer)

dan fase gerak (mobil).

2.2 Sejarah penemuan Kromatografi

Perkembangan kimia modern dengan teknik pemisahan yang

cepat, tidak dapat terlaksana bila tidak adanya ilmuan yang

menemukannya. Kromatografi merupakan salah satu alat yang ada

dalam perkembangan kimia modern, sehingga suatu analisis dapat

dilakukan dengan cepat dan baik.

Di awal abad ke-20, kimiawan Rusia Mikhail Semënovich

Tsvet (1872-1919) menyiapkan kolom yang diisi dengan serbuk

kalsium karbonat, dan kedalamnya dituangkan campuran pigmen

tanaman yang dilarutkan dalam eter. Secara mengejutkan, pigmen

memisahkan dan membentuk lapisan berwarna di sepanjang kolom.

Ia menamakan kromatografi pada teknik pemisahan baru ini

(1906). Kemudian kimiawan dari Swiss Richard Martin

Willstätter (1872-1942) menerapkan teknik ini untuk risetnya

yakni khlorofil untuk menunjukkan manfaat teknik ini, dan

sejak itu banyak perhatian diberikan pada kromatografi. Dan

untuk Kromatografi lapis tipis (KLT) dikembangkan oleh

Izmailoff dan Schraiber pada tahun 1938. Serta Kimiawan

Inggris Richard Laurence Millington Synge (1914-1994) adalah

orang pertama yang menggunakan metoda analisis asam amino

dengan kromatografi kertas. Saat campuran asam amino menaiki

lembaran kertas secara vertikal karena ada fenomena kapiler,

partisi asam amino antara fasa mobil dan fasa diam (air) yang

teradsorbsi pada selulosa berlangsung berulang-ulang. Ketiak

pelarut mencapai ujung atas kertas proses dihentikan. Setiap

asam amino bergerak dari titik awal sepanjang jarak tertentu.

Dari nilai R, masing-masing asam amino diidentifikasi.

2.3 Klasifikasi Kromatografi

Kromatografi dibagi menjadi beberapa jenis bergantung

pada jenis fasa mobil dan mekanisme pemisahannya.

Secara umum, fase gerak (mobil):

a.      Kromatografi Cair (Liquid Chromatography)

           Kromatografi cair merupakan teknik yang tepat untuk

memisahkan ion atau molekul yang terlarut dalam suatu larutan.

Jika larutan sampel berinteraksi dengan fase stasioner, maka

molekul-molekul didalamnya berinteraksi dengan fase stasioner;

namun interaksinya berbeda dikarenakan perbedaan daya serap

(adsorption), pertukaran ion (ion exchange), partisi (partitioning),

atau ukuran. Perbedaan ini membuat komponen terpisah satu

dengan yang lain dan dapat dilihat perbedaannya dari lamanya

waktu transit komponen tersebut melewati kolom. Terdapat

beberapa jenis kromatografi cair, diantaranya: reverse phase

chromatography, High Performance Liquid Chromatography (HPLC), size

exclusion chromatography, serta supercritical fluid chromatography.

Reverse phase chromatography

Reverse phase chromatography merupakan alat analitikal yang kuat

dengan memadukan sifat hidrofobik serta rendahnya polaritas

fase stasioner yang terikat secara kimia pada padatan inert

seperti silika.Metode ini biasa digunakan untuk proses

ekstraksi dan pemisahan senyawa yang tidak mudah menguap (non-

volatile).

High performance liquid chromatography

High performance liquid chromatography (HPLC) mempunyai prinsip yang

mirip dengan reverse phase. Hanya saja dalam metode ini,

digunakan tekanan dan kecepatan yang tinggi. Kolom yang

digunakan dalam HPLC lebih pendek dan berdiameter kecil, namun

dapat menghasilkan beberapa tingkatan equilibrium dalam jumlah

besar.

Akhir-akhir ini, untuk pemurnian (misalnya untuk keperluan

sintesis) senyawa organik skala besar, HPLC (high precision

liquid chromatography atau high performance liquid

chromatography) secara ekstensif digunakan. Bi la zat melarut

dengan pelarut yang cocok, zat tersebut dapat dianalisis. Ciri

teknik ini adalah penggunaan tekanan tinggi untuk mengirim

fasa mobil kedalam kolom. Dengan memberikan tekanan tinggi,

laju dan efisiensi pemisahan dapat ditingkatkan dengan besar.

Silika gel atau oktadesilsilan yang terikat pada silika gel

digunakan sebagai fasa stationer. Fasa stationer cair tidak

populer. Kolom yang digunakan untuk HPLC lebih pendek daripada

kolom yang digunakan untuk kromatografi gas. Sebagian besar

kolom lebih pendek dari 1 m.

Size exclusion chromatography

Size exclusion chromatography, atau yang dikenal juga dengan gel

permeation atau filtration chromatography biasa digunakan untuk

memisahkan dan memurnikan protein. Metode ini tidak melibatkan

berbagai macam penyerapan dan sangat cepat.  Perangkat

kromatografi berupa gel berpori yang dapat memisahkan molekul

besar dan molekul kecil. Molekul besar akan terelusi terlebih

dahulu karena molekul tersebut tidak dapat penetrasi pada

pori-pori.

b.      Kromatografi Gas

           Campuran gas dapat dipisahkan dengan kromatografi

gas. Fasa stationer dapat berupa padatan (kromatografi gas-

padat) atau cairan (kromatografi gas-cair).

           Umumnya, untuk kromatografi gas-padat, sejumlah

kecil padatan inert misalnya karbon teraktivasi, alumina

teraktivasi, silika gel atau saringan molekular diisikan ke

dalam tabung logam gulung yang panjang (2-10 m) dan tipis.

Fasa mobil adalah gas semacam hidrogen, nitrogen atau argon

dan disebut gas pembawa. Pemisahan gas bertitik didih rendah

seperti oksigen, karbon monoksida dan karbon dioksida

dimungkinkan dengan teknik ini.

           Dalam kasus kromatografi gas-cair, ester seperti

ftalil dodesilsulfat yang diadsorbsi di permukaan alumina

teraktivasi, silika gel atau penyaring molekular, digunakan

sebagai fasa diam dan diisikan ke dalam kolom. Campuran

senyawa yang mudah menguap dicampur dengan gas pembawa

disuntikkan ke dalam kolom, dan setiap senyawa akan dipartisi

antara fasa gas (mobil) dan fasa cair (diam) mengikuti hukum

partisi. Senyawa yang kurang larut dalam fasa diam akan keluar

lebih dahulu.

           Metoda ini khususnya sangat baik untuk analisis

senyawa organik yang mudah menguap seperti hidrokarbon dan

ester. Analisis minyak mentah dan minyak atsiri dalam buah

telah dengan sukses dilakukan dengan teknik ini.

           Efisiensi pemisahan ditentukan dengan besarnya

interaksi antara sampel dan cairannya. Disarankan untuk

mencoba fasa cair standar yang diketahui efektif untuk

berbagai senyawa. Berdasarkan hasil ini, cairan yang lebih

khusus kemudian dapat dipilih. Metoda deteksinya, akan

mempengaruhi kesensitifan teknik ini. Metoda yang dipilih akan

bergantung apakah tujuannya analisik atau preparatif.

Komponen alat kromatografi gas

Alat GLC atau GC terdiri atas 7 bagian yang pokok seperti

pada gambar, yaitu:

1.        Silinder tempat gas pembawa/pengangkut

2.        Pengatur aliran dan pengatur tekanan

3.        Tempat injeksi cuplikan

4.        Kolom

5.        Detector

6.        Pencatat

7.        Terminal untuk 3, 4 dan 5

1.      Gas pengangkut/pemasok gas

Gas pengangkut (carrier gas) ditempatkan dalam silinder

bertekanan tinggi. Biasanya tekanan dari silinder sebesar 150

atm. Tetapi tekanan ini sangat besar untuk digunakan secara

Iansung.

Gas pengangkut harus memenuhi persyaratan :

a.      Harus inert, tidak bereaksi dengan cuplikan, cuplikan-pe-

larut, dan material dalam kolom.

b.      Murni dan mudah diperoleh, serta murah.

c.       Sesuai/cocok untuk detektor.

d.      Harus mengurangi difusi gas

Gas-gas yang sering dipakai adalah : helium, argon,

nitrogen, karbon dioksida dan hidrogen. Gas helium dan argon 

sangat baik, tidak mudah terbakar, tetapi sangat mahal. H2

mudah terbakar, sehingga harus berhati-hati dalam

pemakaiannya. Kadang-kadang digunakan juga C02.

Pemilihan  gas pengangkut atau pembawa ditentukan oleh

ditektor yang digunakan. Tabung gas pembawa dilengkapi dengan

pengatur tekanan keluaran dan pengukur tekanan. Sebelum masuk

ke kromatografi, (harusnya) ada pengukur kecepatan aliran gas

serta sistem penapis molekuler untuk memisahkan air dan

pengotor  gas lainnya. Pada dasarnya kecepatan alir gas

diatur melalui pengatur tekanan dua tingkat yaitu pengatur

kasar (coarse) pada tabung gas dan pengatur halus (fine) pada

kromatograf. Tekanan gas masuk ke kromatograf (yaitu tekanan

dari tabung gas) diatur pada 10 s.d 50 psi (di atas tekanan

ruangan) untuk memungkinkan aliran gas 25 s.d 150 mL/menit

pada kolom terpaket dan 1 s.d 25 mL/menit untuk kolom

kapiler.

2.      Pengatur aliran dan pengatur tekanan

Ini disebut pengatur atau pengurang Drager. Drager

bekerja baik pada 2,5 atm, dan mengalirkan massa aliran

dengan tetap. Tekanan lebih pada tempat masuk dari kolom

diperlukan untuk mengalirkan cuplikan masuk ke dalam kolom.

Ini disebabkan, kenyataan lubang akhir dari kolom biasanya

mempunyai tekanan atmosfir biasa. Juga oleh kenyataan bahwa

suhu kolom adalah tetap, yang diatur oleh thermostat, maka

aliran gas tetap yang masuk kolom akan tetap juga.

Demikian juga komponen-komponen akan dielusikan pada

waktu yang tetap yang disebut waktu penahanan (the retention time),

tR. Karena kecepatan gas tetap, maka komponen juga mempunyai

volume karakteristik terhadap gas pengangkut = volume

penahanan (the retention volume), vr. Kecepatan gas akan

mempengaruhi effisiensi kolom. 

Harga-harga yang umum untuk kecepatan gas untuk kolom

yang memiliki diameter luar.

1/4" O.D : kecepatan gas 75 ml/min

1/8" O.D : kecepatan gas 25 ml/min.

3.      Tempat injeksi (The injection port)

Dalam pemisahan dengan GLC cuplikan harus dalam bentuk

fase uap. Gas dan uap dapat dimasukkan secara langsung.

Tetapi kebanyakan senyawa organik berbentuk cairan dan

padatan. Hingga dengan demikian senyawa yang berbentuk cairan

dan padatan pertama-tama harus diuapkan. Ini membutuhkan

pemanasan sebelum masuk dalam kolom. Panas itu terdapat pada

tempat injeksi seperti pada gambar 9. bagan injektor.

Tempat injeksi dari alat GLC selalu dipanaskan. Dalam

kebanyakan alat, suhu dari tempat injeksi dapat diatur.

Aturan pertama untuk pengaturan suhu ini adalah batiwa suhu

tempat injeksi sekitar 50°C lebih tinggi dari titik didih

campuran dari cuplikan yang mempunyai titik didih yang paling

tinggi. Bila kita tidak mengetahui titik didih komponen dari

cuplikan maka kita harus mencoba-coba. Sebagai tindak lanjut

suhu dari tempat injeksi dinaikkan. Jika puncak-puncak yang

diperoleh lebih baik, ini berarti bahwa suhu percobaan per-

tama terlalu rendah. Namun demikian suhu tempat injeksi tidak

boleh terlalu tinggi, sebab kemungkinan akan terjadi

perubahan karena panas atau penguraian dari senyawa yang akan

dianalisa.

 Cuplikan dimasukkan ke dalam kolom dengan cara

menginjeksikan melalui tempat injeksi. Hal ini dapat

dilakukan dengan pertolongan jarum injeksi yang sering

disebut "a gas tight syringe".

Perlu diperhatikan bahwa kita tidak boleh menginjeksikan

cuplikan terlalu banyak, karena GC sangat sensitif. Biasanya

jumlah cuplikan yang diinjeksikan pada waktu kita mengadakan

analisa 0,5 -50 ml  gas dan 0,2 - 20 ml untuk cairan seperti

pada gambar di bawah.

4.      Kolom

Kolom merupakan jantung dari kromatografi gas.

Bentuk dari kolom dapat lurus, bengkok, misal

berbentuk V atau W, dan kumparan/spiral. Biasanya bentuk dari

kolom adalah kumparan. Kolom selalu merupakan bentuk tabung.

Tabung ini dapat terbuat dari :

a.      Tembaga (murah dan mudah diperoleh)

b.      Plastik (teflon), dipakai pada suhu yang tidak terlalu

tinggi.

c.       Baja (stainless steel), (mahal)

d.      Alumunium

e.      Gelas

Panjang kolom dapat dari 1 m sampai 3 m. Diameter kolom

mempunyai berbagai ukuran, biasanya pengukuran berdasarkan

diameter dalam dari kolom gelas yaitu antara 0,3 mm hingga 5

min. Kebanyakan kolom yang digunakan berupa stainles steel

dengan diameter luar (OD) dari I/S atau 1/4 inch (0,3 atau

0,6 cm). Pada GSC kolom diisi dengan penyerap (adsorbent),

sedangkan pada GLC kolom diisi dengan "solid support"

(padatan pendukung) yang diikat oleh fase diam.

5.      Detektor

Detektor berfungsi sebagai pendeteksi komponen-komponen

yang telah dipisahkan dari kolom secara terus-menerus, cepat,

akurat, dan dapat melakukan pada suhu yang lebih tinggi.

Detektor harus dapat dipercaya dan mudah digunakan. Fungsi

umumnya mengubah sifat-sifat molekul dari senyawa organik

menjadi arus listrik kemudian arus listrik tersebut diteruskan

ke rekorder untuk menghasilkan kromatogram. Detektor yang umum

digunakan:

a.                          Detektor hantaran panas (Thermal Conductivity Detector_

TCD)

b.                          Detektor ionisasi nyala (Flame Ionization Detector_ FID)

c.                           Detektor penangkap elektron (Electron Capture Detector

_ECD)

d.                          Detektor fotometrik nyala (Falame Photomertic Detector

_FPD)

e.                          Detektor nyala alkali

f.                            Detektor spektroskopi massa

Detektor yang peka terhadap senyawa organik yang

mengandung fosfor adalah FID, ECD, dan FPD. Detektor penangkap

elektron (Electron Capture Detector – ECD). Pada penetapan ini,

digunakan detektor penangkap elektron. Detektor ini merupakan

modifikasi dari FID yaitu pada bagian tabung ionisasi. Dasar

dari ECD ialah terjadinya absorbsi e- oleh senyawa yang

mempunyai afinitas terhadap e- bebas (senyawa-senyawa

elektronegatif). Dalam detektor gas terionisasi oleh partikel

yang dihasilkan dari 3H atau 63Ni. Detektor ini mengukur

kehilangan sinyal ketika analit terelusi dari kolom

kromatografi. Detektor ini peka terhadap senyawa halogen,

karbonil terkoyugasi, nitril, nitro, dan organo logam, namun

tidak peka terhadap hidrokarbon, ketone, dan alkohol.

6.      Oven kolom

Kolom terletak didalam sebuah oven dalam instrumen. Suhu

oven harus diatur dan sedikit dibawah titik didih sampel. Jika

suhu diset terlalu tinggi, cairan fase diam bisa teruapkan,

juga sedikit sampel akan larut pada suhu tinggi dan bisa

mengalir terlalu cepat dalam kolom sehingga menjadi terpisah

(Hendayana, 2001).

7.      Rekorder

Rekorder berfungsi sebagai pengubah sinyal dari detektor

yang diperkuat melalui elektrometer menjadi bentuk

kromatogram. Dari kromatogram yang diperoleh dapat dilakukan

analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif

dengan cara membandingkan waktu retensi sampel dengan standar.

Analisis kuantitatif dengan menghitung luas area maupun tinggi

dari kromatogram (Hendayana, 2001). Sinyal analitik  yang

dihasilkan detektor dikuatkan oleh rangkaian  elektronik    

agar bisa diolah  oleh rekorder atau sistem data. Sebuah

rekorder bekerja dengan menggerakkan kertas dengan kecepatan

tertentu. di atas kertas tersebut dipasangkan pena yang

digerakkan oleh sinyal keluaran detektor sehingga posisinya

akan berubah-ubah sesuai dengan dinamika keluaran    penguat

sinyal detektor. Hasil rekorder adalah sebuah kromatogram

berbentuk pik-pik dengan pola yang sesuai dengan kondisi

sampel  dan jenis detektor yang digunakan.

Rekorder biasanya dihubungkan dengan sebuah elektrometer

yang dihubungkan dengan sirkuit pengintregrasi yang bekerja

dengan menghitung jumlah muatan atau jumlah energi listrik

yang dihasilkan oleh detektor. Elektrometer akan melengkapi

pik-pik kromatogram dengan data luas pik atau tinggi pik

lengkap dengan biasnya.

Sistem data merupakan pengembangan lebih lanjut dari

rekorder dan elektrometer dengan melanjutkan sinyal dari

rekorder dan elektrometer ke sebuah unit pengolah pusat (CPU,

Central Procesing Unit).

           Kromatografi gas dibagi lagi menjadi 2, yaitu

kromatografi gas-cair, dan kromatografi gas-padat.

           Kromatografi Gas-Cair

           Dalam kromatografi gas-cair, fase gerak adalah gas

seperti helium dan fase diam adalah cairan yang mempunyai

titik didih yang tinggi diserap pada padatan.

           Sebagaimana kecepatan suatu senyawa tertentu

bergerak melalui mesin, akan tergantung pada seberapa lama

waktu yang dihabiskan untuk bergerak dengan gas dan sebaliknya

melekat pada cairan dengan jalan yang sama.

           Kromatografi gas pada prinsipnya mirip dengan

kromatografi kolom (dan juga bentuk kromatografi yang lain,

seperti HPLC, TLC), namun memiliki beberapa perbedaan.

Pertama, proses memisahkan senyawa dalam campuran dilakukan

antara fase diam cair dan gas fase bergerak. Kedua, kolom yang

melaluinya melewati fase gas terletak di oven dimana

temperatur gas dapat dikendalikan, dan ketiga, konsentrasi

senyawa dalam fase gas adalah semata-mata fungsi dari tekanan

uap gas.

c.       Kromatografi Pertukaran Ion (Ion-Exchange

Chromatography)

Kromatografi pertukaran ion (ion-exchange chromatography)

biasa digukanan untuk pemurnian materi biologis, seperti asam

amino, peptida, protein. Metode ini dapat dilakukan dalam dua

tipe, yaitu dalam kolom maupun ruang datar (planar). Terdapat

dua tipe pertukaran ion, yaitu pertukaran kation (cation

exchange) dan pertukaran anion (anion exchange). Pada pertukaran

kation, fase stasioner bermuatan negatif; sedangkan pada

pertukaran anion, fase stasioner bermuatan positif. Molekul

bermuatan yang berada pada fase cair akan melewati kolom. 

Jika muatan pada molekul sama dengan kolom, maka molekul

tersebut akan terelusi. Namun jika muatan pada molekul tidak

sama dengan kolom, maka molekul tersebut akan membentuk ikatan

ionik dengan kolom. Untuk mengelusi molekul yang menempel pada

kolom diperlukan penambahan larutan dengan pH dan kekuatan

ionik tertentu. Pemisahan dengan metode ini sangat selektif

dan karena biaya untuk menjalankan metode ini murah serta

kapasitasnya tinggi, maka metode ini biasa digunakan pada awal

proses keseluruhan.

Berdasarkan Fase stasioner (Fase diam) :

1.      Kromatografi Kolom

a.      Kromatografi Adsorpsi

     Kromatografi Adsorpsi adalah pemisahan akibat daya tarik

fase diam yang kuat terhadap komponen yang dipisahkan adanya

interaksi kimiawi dan elusi bertahap.

Syarat fase diam dalam kromatografi Adsorpsi adalah :

1.      Tidak larut dalam fase gerak

2.      Inert

3.      Cukup aktif

4.      Sebaiknya tidak berwarna

5.      Memungkinkan aliran baik dan teratur fase gerak. Missal :

sukrosa, pati, CaCO3, MgCO3, Mg Silikat aktif, alumina aktif,

arang aktif, florisil

b.      Kromatografi Partisi

     Prinsip kromatografi partisi dapat dijelaskan dengan

hukum partisi yang dapat diterapkan pada sistem multikomponen

yang dibahas di bagian sebelumnya. Dalam kromatografi partisi,

ekstraksi terjadi berulang dalam satu kali proses. Dalam

percobaan, zat terlarut didistribusikan antara fasa stationer

dan fasa mobil. Fasa stationer dalam banyak kasus pelarut

diadsorbsi pada adsorben dan fasa mobil adalah molekul pelarut

yang mengisi ruang antar partikel yang teradsorbsi.

     Kolomnya (tabung gela) diisi dengan bahan seperti

alumina, silika gel atau pati yang dicampur dengan adsorben,

dan pastanya diisikan kedalam kolom. Larutan sampel kemudian

diisikan kedalam kolom dari atas sehingga sammpel diasorbsi

oleh adsorben. Kemudian pelarut (fasa mobil; pembawa)

ditambahkan tetes demi tetes dari atas kolom.

     Partisi zat terlarut berlangsung di pelarut yang turun ke

bawah (fasa mobil) dan pelarut yang teradsorbsi oleh adsorben

(fasa stationer). Selama perjalanan turun, zat terlarut akan

mengalami proses adsorpsi dan partisi berulang-ulang. Laju

penurunan berbeda untuk masing-masing zat terlarut dan

bergantung pada koefisien partisi masing-masing zat terlarut.

Akhirnya, zat terlarut akan terpisahkan membentuk beberapa

lapisan.

c.       Kromatografi Adsorpsi dan Partisi

d.      Kromatografi pertukaran Ion

e.      Kromatografi Ekslusif molekul

f.        Kromatografi Afinitas

2.      Kromatografi Kertas

           Kromatografi kertas diterapkan untuk analisis

campuran asam amino dengan sukses besar. Karena asam amino

memiliki sifat yang sangat mirip, dan asam-asam amino larut

dalam air dan tidak mudah menguap (tidak mungkin didistilasi),

pemisahan asam amino adalah masalah paling sukar yang dihadapi

kimiawan di akhir abad 19 dan awal abad 20. Jadi penemuan

kromatografi kertas merupakan berita sangat baik bagi mereka.

           Kimiawan Inggris Richard Laurence Millington Synge

(1914-1994) adalah orang pertama yang menggunakan metoda

analisis asam amino dengan kromatografi kertas. Saat campuran

asam amino menaiki lembaran kertas secara vertikal karena ada

fenomena kapiler, partisi asam amino antara fasa mobil dan

fasa diam (air) yang teradsorbsi pada selulosa berlangsung

berulang-ulang. Ketika pelarut mencapai ujung atas kertas

proses dihentikan. Setiap asam amino bergerak dari titik awal

sepanjang jarak tertentu. Dari nilai R, masing-masing asam

amino diidentifikasi.

           Kromatografi kertas dua-dimensi (2D) menggunakan

kertas yang luas bukan lembaran kecil, dan sampelnya diproses

secara dua dimensi dengan dua pelarut.

           Kromatografi kertas hampir sama dengan kromatografi

lapis tipis. Kromatografi kertas memisahkan larutan organic

air dan larutan anorganik atau komponen polar yang tinggi

seperti asam amino dan gula. Kertas yang digunakan mengandung

air yang merupakan fase diam. Fase gerak umumnya adalah fase

pelarut organik polar dan air (campuran pelarut yang

mengandung air sebagai komponen). Fase diam kromatografi

kertas bersifat cair (air) sedangkan fase geraknya juga cairan

(pelarut organic dan air). Campuran sampel menjalani partisi

atau distribusi di antara dua fase cairan. Sampel akan

terpisah dengan nilai koefesien partisi yang berbeda.

           Kromatografi kertas merupakan salah satu contoh

kromatografi partisi. Ketika fase gerak diiletakkan di atas

chamber, teknik dikenal dengan descending. Ketika fase geraknya

diletakkan di bawah maka disebut ascending. Jika hasil

kromatografi kertas kurang berwarna, ada dua metode umum yang

digunakan untuk mendeteksi lokasi spot, yaitu menggunakan

sinar UV dan reagen pewarna. Sinar UV digunakan ketika

komponen mengandung zat fluoresens (berpendar). Kation seperti

Co, Ni, Zn, dan Mn menggunakan reagen pewarna difenil karbazid

sehingga menghasilkan warna masing-masing adalah ungu, merah,

pink, da pink pucat. Reagen pewarna tersebut disemprotkan pada

kertas dan hasilnya yang terlihat dilingkari oleh pensil

(Krupadanam et al 2001). Kromatografi kertas terdapat distribusi

antara air (diadsorbsi oleh kertas saring sekitar 20 %) dan

pelarut bergerak (Bansal 2003).

           Mekanisme pemisahan dengan kromatografi kertas

prinsipnya sama dengan mekanisme pada kromatografi kolom.

Adsorben dalam kromatografi kertas adalah kertas saring, yakni

selulosa. Sampel yang akan dianalisis ditotolkan ke ujung

kertas yang kemudian digantung dalam wadah. Kemudian dasar

kertas saring dicelupkan kedalam pelarut yang mengisi dasar

wadah. Fasa mobil (pelarut) dapat saja beragam. Air, etanol,

asam asetat atau campuran zat-zat ini dapat digunakan.

           Satu keuntungan utama Kromatogrfi Kertas ialah

kemudahan dan kesederhanaannya pada pelaksanaan pemisahan,

yaitu hanya pada lembaran kertas saring yang berlaku sebagai

medium pemisahan dan juga sebagai penyangga. Keuntungan lain

ialah keterulangan bilangan Rp yang besar pada kertas sehingga

pengukuran Rp merupakan parameter yang berharga dalam

memaparkan senyawa tumbuhan baru. Memang, untuk senyawa

antosianin yang tidak mempunyai ciri fisika lain yangjelas, Rjr

adalah sarana terpenting dalam memaparkan dan membedakan

pigmen yang satu dengan pigmen yang lain (Harborne, 1967).

3.      Kromatografi Lapis Tipis

           Kromatografi digunakan untuk memisahkan substansi

campuran menjadi komponen-komponennya. Seluruh bentuk

kromatografi berkerja berdasarkan prinsip ini.

           Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa

padatan, atau kombinasi cairan-padatan) dan fase gerak (berupa

cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan

membawa komponen-komponen yang terdapat dalam campuran.

Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada laju yang

berbeda. Kita akan membahasnya lebih lanjut.

           Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan sebuah

bentuk dari kromatografi adsorpsi padat cair yang fase diamnya

dilumuri di atas plat. Ada perbedaan cara dalam melapisi plat,

yaitu menuangkan, mencelupkan, menyemprotkan, dan melapisi.

Plat yang digunakan dapat berupa plat kaca dan aluminium.

Adsorban padat yang sering digunakan, yaitu silikia dan

alumina. Bahan tersebut dicampur dengan bahan pengikat agar

tidak terkelupas pada plat yang kering. Sampel ditambahkan

sebagai larutan di dalam pelarut yang non polar di ujung plat

dengan membentuk spot yang simetri. Proses pengulangan

penambahan bertujuan mendapatkan beberapa miligram sampel.

Pengamatan pada plat yang menggunakan silikia (mengandung

larutan fluoresens) dengan menggunakan sinar UV memperlihatkan

lokasi spot-spot yang berpendar. Ketika fase gerak diiletakkan

di atas chamber, teknik dikenal dengan descending. Ketika fase

geraknya diletakkan di bawah maka disebut ascending (Bansal

2003).

           Bila KLT dibandingkan dengan KKt, kelebihan khas

KLT ialah keser-baeunaan, kecepatan, dan kepekaannya.

Keserbagunaan KLT di-sebabkan oleh kenyataan bahwa di samping

selulosa, sejumlah pen-jerap yang berbeda-beda dapat

disaputkan pada pelat kaca atau penyangga lain dan digunakan

untuk kromatografi. Walau pun silika gel paling banyak

digunakan, lapisan dapat pula dibuat dari alumuni-um oksida,

'celite', kalsium hidroksida, damar penukar ion, magnesium

fosfat, poliamida, 'sephadex', polivinil pirolidon, selulosa,

dan campuran dua bahan di atas atau lebih. Kecepatan KLT yang

lebih besar disebabkan oleh sifat penjerap yang lebih padat

bila disaputkan pada pelat dan merupakan keuntungan bila kita

menelaah senyawa labil. Akhirnya, kepekaan KLT sedemikian rupa

sehingga bila diper-lukan dapat dipisahkan bahan yang

jumlahnya lebih sedikit dari ukuran µg.

           Satu kekurangan KLT yang asli ialah kerja penyaputan

pelat kaca dengan penjerap. Kerja ini kemudian agak

diringankan dengan ada-nya penyaput otomatis. Meski pun

begitu, dengan menggunakan alat itu pun tetap diperlukan

tindakan pencegahan tertentu. Pelat kaca harus dibersihkan

hati-hati dengan aseton untuk menghilangkan lemak. Kemudian

bubur silika gel (atau penjerap lain) dalam air harus dikocok

kuat-kuat selama jangka waktu tertentu (misalnya 90 detik)

sebelum penyaputan. Tergantung pada ukuran partikel penjerap,

mungkin harus ditambahkan kalsium sulfat hemihidrat (15%)

untuk membantu melekatkan penjerap pada pelat kaca. Akhirnya,

setelah penyaputan, pelat harus dikeringkan pada suhu kamar

dan kemudian diaktifkan dengan pemanasan dalam tanur pada 100—

110°C selama 30 menit. Pada beberapa pemisahan biasanya akan

menguntungkan bila sifat penjerap diubah dengan menambahkan

garam anorganik (misalnya perak nitrat untuk KLT pemerakan),

dan hal ini paling balk dikerjakan ketika pelat sedang

disaput. Alasan lain masih digu-nakannya pelat yang disaput

sendiri di laboratorium ialah karena kadar air silika gel

dapat dikendalikan. Hal ini merupakan faktor yang kritis untuk

beberapa pemisahan.

           Tetapi sekarang menggunakan pelat pralapis niaga

dalam kebanyakan pemisahan sudah merupakan suatu hal yang

biasa karena pelat tersedemikian dengan penjerap yang berbeda-

beda, disaputkan pada kaca, lembaran alumunium, atau plastik.

Pelat dapat mengandung indikator fluoresensi atau tidak.

Penambahan indikator ini memungkinkan pendeteksian semua

senya-wa yang memadamkan fluoresensi bila pelat diamati dengan

disinari sinar UV berpanjang gelombang 254 nm. Jenis KLT yang

paling baru ialah KLT yang menggunakan pelat bersaputkan

mikropartikel silika halus yang biasa digunakan untuk kolom

KCKT. Kromatografi yang demikian disebut kromatografi lapis

tipis kinerja tinggi (KLTKT) dan biasanya menghasilkan

pemisahan yang lebih efisien dan lebih cepat daripada

pemisahan pada lapisan silika yang biasa.

          

2.4 Komponen Utama Kromatografi

            Kromatografi adalah teknik untuk memisahkan

campuran menjadi komponennya dengan bantuan perbedaan sifat

fisik masing-masing komponen. Alat yang digunakan terdiri atas

kolom yang di dalamnya diisikan fasa stasioner (padatan atau

cairan). Campuran ditambahkan ke kolom dari ujung satu dan

campuran akan bergerak dengan bantuan pengemban yang cocok

(fasa mobil). Pemisahan dicapai oleh perbedaan laju turun

masing-masing komponen dalam kolom, yang ditentukan oleh

kekuatan adsorpsi atau koefisien partisi antara fasa mobil dan

fasa diam (stationer).

            Komponen utama kromatografi adalah fasa stationer

dan fasa mobil.

a.      Fase Stationer (Fase diam)

      Pelaksanaan kromatografi lapis tipis menggunakan lapis

tipis silica atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng

gelas atau logam atau plastic yang keras.

      Jel silica (atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam

untuk kromatografi lapis tipis seringkali juga mengandung

substansi yang mana dapat berpendar flour dalam sinar ultra

violet. Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut

yang sesuai.

      Fase diam lainnya yang biasa digunakan adalah alumina-

aluminium oksida. Atom aluminium pada permukaan juga memiliki

gugus –OH. Apa yang kita sebutkan tentang jel silica kemudian

digunakan serupa untuk alumina.

b.      Fase Mobil (Fase gerak)

      Dalam kromatografi, eluent adalh fase gerak yang

berperan penting pada proses elusi bagi larutan umpan (feed)

untuk melewati fase diam (adsorbent). Interaksi antara

adsorbant dengan eluent sangat menentukan terjadinya pemisahan

komponen. Oleh sebab itu, pemisahan komponen gula dalam tetes

secara kromatografi dipengaruhi oleh laju alir eluent dan

jumlah umpan.

      Eluent dapat digolongkan menurut ukuran kekuatan

teradsorpsinya pelarut atau campuran pelarut tersebut pada

adsorben dan dalam hal ini yang banyak digunakan adalah jenis

adsorban alumina atau sebuah lapis tipis silica. Penggolongan

ini dikenal sebagai deret eluotropik pelarut. Suatu pelarut

yang bersifat larutan relative polar dapat mengusir pelarut

yang relative tak polar dari ikatannya dengan alumina (jel

silica). (Kantasubrata,1993).

      Kecepatan gerak senyawa-senyawa ke atas pada lempengan

itu, tergantung pada :

         Bagaimana kelarutan senyawa dalam pelarut. Hal ini

bergantung pada bagaimana besar atraksi antara molekul-molekul

senyawa dengan pelarut.

         Bagaimana senyawa melekat pada fase diam, misalnya silica.

Hal ini tergantung pada bagaimana besar atraksi antara senyawa

dengan silica gel.

Anggaplah bercak awal pada alumina mengandung dua senyawa,

yang satu dapat membentuk ikatan hydrogen, dan yang lainnya

hanya dapat mengambil tiap-tiap bagian interaksi van der Waals

yang lemah.

Senyawa yang dapat membentuk ikatan hydrogen akan melekat

pada jel silica lebih kuat disbanding senyawa lainnya. Kita

mengatakan bahwa senyawa ini terjerap lebih kuat dari senyawa

yang lainnya. Penjerapan merupakan pembentukan suatu ikatan

dari satu substansi pada permukaan.

Penjerapan bersifat tidak permanen, terdapat pergerakan

tetap dari molekul antara yang terjerap pada permukaan jel

silica dan yang kembali pada larutan dalam pelarut.

Dengan jelas senyawa hanya dapat bergerak ke atas pada

lempengan selama waktu terlarut dalam pelarut. Ketika senyawa

dijerap pada silica gel untuk sementara waktu proses

penjerapan berhenti-dimana pelarut bergerak tanpa senyawa. Itu

berarti bahwa senyawa semakin kuat senyawa dijerap, semakin

kurang jarak yang ditempuh ke atas lempengan.

2.5 Kromatografi dan Aplikasinya pada Bidang lain

a)      Pada Bidang Bioteknologi

            Dalam bidang bioteknologi, kromatografi mempunyai

peranan yang sangat besar. Misalnya dalam penentuan, baik

kualitatif maupun kuantitatif, senyawa dalam protein. Protein

sering dipilih karena ia sering menjadi obyek molekul yang

harus di-purified (dimurnikan) terutama untuk keperluan dalam

bio-farmasi. Kromatografi juga bisa diaplikasikan dalam

pemisahan molekul-molekul penting seperti asam nukleat,

karbohidrat, lemak, vitamin dan molekul penting lainnya.

            Dengan data-data yang didapatkan dengan

menggunakan kromatografi ini, selanjutnya sebuah produk obat-

obatan dapat ditingkatkan mutunya, dapat dipakai sebagai data

awal untuk menghasilkan jenis obat baru, atau dapat pula

dipakai untuk mengontrol kondisi obat tersebut sehingga bisa

bertahan lama.

b)      Pada Bidang Klinik

            Dalam bidang clinical (klinik), teknik ini sangat

bermanfaat terutama dalam menginvestigasi fluida badan seperti

air liur. Dari air liur seorang pasien, dokter dapat

mengetahui jenis penyakit yang sedang diderita pasien

tersebut. Seorang perokok dapat diketahui apakah dia termasuk

perokok berat atau ringan hanya dengan mengetahui konsentrasi

CN- (sianida) dari sampel air liurnya. Demikian halnya air

kencing, darah dan fluida badan lainnya bisa memberikan data

yang akurat dan cepat sehingga keberadaan suatu penyakit dalam

tubuh manusia dapat dideteksi secara dini dan cepat.

            Sekarang ini, deteksi senyawa oksalat dalam air

kencing menjadi sangat penting terutama bagi pasien kidney

stones (batu ginjal). Banyak metode analisis seperti

spektrofotometri, manganometri, atau lainnya, akan tetapi

semuanya membutuhkan kerja ekstra dan waktu yang cukup lama

untuk mendapatkan hasil analisis dibandingkan dengan teknik

kromatografi.

            Dengan alasan-alasan inilah, kromatografi kemudian

menjadi pilihan utama dalam membantu mengatasi permasalahan

dalam dunia bioteknologi, farmasi, klinik dan kehidupan

manusia secara umum.

c)      Pada Bidang Forensik

            Aplikasi kromatografi pada bidang forensik pun

sangat membantu, terutama dilihat dari segi keamanan. Masih

lekat dalam ingatan kita, sebuah peristiwa Black September

Tragedy mengguncang Amerika pada tanggal 11 September 2001

yang ditandai dengan runtuhnya dua gedung kesayangan

pemerintah Amerika Serikat. Demikian halnya di Indonesia yang

marak dengan aksi peledakan bom yang terjadi di mana-mana.

Perhatian dunia pun akhirnya mulai beralih dengan adanya

peristiwa-peristiwa pengeboman/peledakan tersebut ke bahaya

explosive (bahan peledak) dengan peningkatan yang cukup tajam.

            Kini kromatrografi menjadi hal yang sangat penting

dalam menganalisis berbagai bahan-bahan kimia yang terkandung

dalam bahan peledak. Hal ini didorong karena dengan semakin

cepat diketahuinya bahan-bahan dasar apa saja bahan peledak,

maka akan makin mempercepat diambilnya tindakan oleh bagian

keamanan untuk mengatasi daerah-daerah yang terkena ledakan

serta antisipasi meluasnya efek radiasi yang kemungkinan akan

mengena tubuh manusia di sekitar lokasi ledakan. Lebih jauh

lagi, efek negatifnya terhadap lingkungan juga bisa segera

diketahui.

            Pada dasarnya setiap bahan peledak, baru akan

meledak jika terjadi benturan, gesekan, getaran atau adanya

perubahan suhu yang meningkat. Dengan terjadinya hal-hal

seperti ini, memberikan peluang bahan peledak tersebut berubah

manjadi zat lain yang lebih stabil yang diikuti dengan tekanan

yang tinggi, yang bisa menghasilkan ledakan dahsyat atau

bahkan munculnya percikan api.

            Ada banyak bahan kimia yang biasa digunakan dalam

bahan peledak, baik bahan peledak yang kerkekuatan tinggi

maupun rendah, beberapa diantaranya adalah 2,4,6-

trinitrotoluene (TNT), siklonit (RDX), tetril, pentaeritritol

tetranitrat (PETN) dan tetritol serta beberapa anion lain

seperti perklorat, klorat, klorida, nitrat, nitrit, sulfate

dan tiosianat.Bisa dikatakan bahwa analisis organic ion (ion

organik) dan inorganic ion (ion anorganik) memainkan peranan

yang sangat penting pada saat investigasi lokasi ledakan bom

berlangsung. Pendeteksian ion-ion anorganik misalnya, setelah

pengeboman berlangsung, akan memberikan harapan karena tidak

semua material dari bahan peledak tersebut ikut meledak pada

saat terjadi ledakan.

            Bahan-bahan anorganik seperti klorat, klorida,

nitrat, nitrit, sulfate, tiosianat, dan perklorat adalah

bahan-bahan kimia yang biasa digunakan sebagai oksidator untuk

low explosive (bahan peledak berkekuatan rendah).

d)      Dalam bidang lingkungan

            Dalam masalah lingkungan, sebagai konsekuensi

majunya peradaban manusia, berarti permasalahan pun semakin

“maju”. Salah satu permasalahan serius yang dihadapi oleh

negara-negara berkembang dan utamanya negara maju adalah

persoalan global warming (pemanasan global). Menurut survei

National Institute for Environmental Studies, Japan, tahun

2006 lalu, bahwa masyarakat di Jepang memperkirakan tingkat

pemanasan global merupakan masalah lingkungan paling serius

dan tingkatannya hampir 7 kali lipat dari satu dekade yang

lalu saat polling kali pertama dilakukan pada tahun 19972).

Seiring dengan hal itu, permasalahan lingkungan pun semakin

meningkat. Disinilah, teknik kromatografi mengambil peran

paling penting dalam environmental analysis (analisis

lingkungan) ini.

            Pada dasarnya permasalahan lingkungan bisa dibagi

ke dalam 3 bagian : water hygiene, soil hygiene dan air

hygiene. Sebagai contoh, kualitas air (misal : air ledeng, air

sungai, air danau, air permukaan) dapat diketahui salah

satunya dengan mengetahui jenis anion dan kation yang

terkandung dalam sampel air tersebut sekaligus jumlahnya.

Apakah mengandung logam-logam berbahaya atau tidak.

            Demikian halnya pada daerah yang terkena acid rain

(hujan asam). Antisipasi dini dapat dilakukan dengan

mengetahui secara dini kandungan sulfate ion, SO42- (ion

sulfat) dan nitrogen trioxide ion, NO3- (nitrogen trioksida)

yang terdapat dalam air hujan tersebut. Terbentuknya hujan

asam disebabkan gas sulfur oxide, SOx dengan uap air dan

membentuk asam sulfat (H2SO4), demikian pula nitrogen oxide

NOx dapat membentuk asam nitrat (HNO3) di udara. Reaksi-rekasi

ini mengambil waktu berjam-jam atau bahkan berhari-hari di

udara hingga akhirnya jatuh ke bumi dalam bentuk hujan asam.

Di beberapa negara maju seperti Jepang, Amerika, Eropa,

Kanada, dan beberapa negara lainnya, monitoring udara dan air

hujan menjadi sangat penting tidak hanya untuk memperkirakan

efek dari polusi itu tapi yang lebih penting lagi adalah

memonitor progress (perkembangan) control polusi dari global

ecology (ekologi global).

            Kontrol kondisi air hujan ini menjadi penting

karena beberapa efek yang fatal yang mungkin bisa terjadi, di

antaranya jatuhnya hujan asam dapat meningkatkan keasaman

danau, sungai, bendungan yang pada akhirnya mungin dapat

menyebabkan kematian pada kehidupan air. Demikian pula

keasaman pada tanah dapat meningkat dan merembes ke air

permukaan tanah yaitu sumber air minum sehari-hari. Aplikasi

pada bidang yang lain

Sebenarnya masih sangat banyak aplikasi kromatografi dalam

bidang-bidang keilmuan lainnya. Beberapa aplikasi tersebut

misalnya dalam industri kertas, pertambangan, proses logam,

petrokimia, pertanian, kedokteran dan lain-lain.

            Namun karena keterbatasan ruang, dalam tulisan ini

penulis hanya menampilkan beberapa contoh peran serta

kromatografi dalam memudahkan dan mempercepat perolehan

“target data” dalam beberapa bidang yang tersebut di atas.

BAB III

METODA

            Pemisahan senyawa menjadi senyawa murninya dan

mengetahui kuantitasnya merupakan masalah penting dari

pekerjaan di laboratorium kimia. Untuk itu, kemurnian bahan

atau komposisi campuran dengan kandungan yang berbeda dapat

dianalisis dengan benar. Control kualitas, analisis bahan

makanan dan lingkungan, tetapi juga control dan optimasi

reaksi kimia dan proses berdasarkan penentuan analitik dari

kuantitas material. Teknologi yang penting untuk analisis dan

pemisahan preparative pada campuran bahan adalah kromatografi.

3.1  Alat dan Bahan

1.      Cahmber 2 buah

2.      Plat KLT

3.      Slinder Kaca

4.      Pipet volume 25 mL

5.      Pipet Tetes

6.      Penotol 

7.      Filler atau Sprayer

8.      Mistar

9.      Pensil

a.      Metoda Kerja Kromatografi Lapis Tipis

1.      Diambil sejumlah kecil dan ditambah senyawa pelarut

2.      Diaduk dan disentrifugasi

3.      Diambil filtratnya

4.      Ditotol ke KLT yang telah diberi identitas sampel, tanda

dengan nomor ataupun garis.

5.      Chember diisi kloroform dan eluen

6.      Di jenuhkan

7.      Masukkan KLT yang telah ditotol

8.      Tunggu sampai eluen naik sampai tanda batas

9.      Dikeluarkan dari chember dan dikeringkan

10.  Pengamatan bisa dilakukan dengan cara visual, kimia, fisika,

ataupun radioaktif. Pada pengamatan dengan cara fisika, maka

digunakan sinar UV dengan panjang gelombang 254 dan 366.

11.  Tandai noda yang terlihat pada KLT

12.  Lakukan perhitungan RF

BAB IVPENUTUP

4.1  KesimpulanPemisahan senyawa menjadi senyawa murninya dan mengetahui

kuantitasnya merupakan masalah penting dari pekerjaan di

laboratorium kimia. Untuk itu, kemurnian bahan atau komposisi

campuran dengan kandungan yang berbeda dapat dianalisis dengan

benar. Control kualitas, analisis bahan makanan dan

lingkungan, tetapi juga control dan optimasi reaksi kimia dan

proses berdasarkan penentuan analitik dari kuantitas material.

Teknologi yang penting untuk analisis dan pemisahan

preparative pada campuran bahan adalah kromatografi.

kromatografi adalah teknik analisis yang diterapkan untuk

memisahkan komponen-komponen dalam campuran berdasarkan 2

jenis fase yaitu fase diam (stationer) dan fase gerak (mobil).

Secara umum kromatografi dibagi menjadi :

a.     Kromatografi Cair

Kromatografi kertas

Kromatografi kolom

Kromatografi lapis tipis

Kromatografi cair kinerja tinggi

b.     Kromatografi Gas                                 

Kromatografi gas-cair

Kromatografi gas-padat

4.2  Saran Dalam menggunakan kromatografi, kita harus mengetahui

jenis-jenis kromatografi yang akan digunakan. Karena setiap

kromatografi mempunyai cara kerja yang berbeda-beda. Seperti

kromarografi kertas dan lapis tipis. Kedua kromatografi ini

mengolah sampel dengan cara menotolkan sampel dikertas atau

silika gel, dalam penotolan sampel, kita harus mengetahui cara

menotolkan sampel itu, hal ini untuk mendapatkan hasil yang

benar pada pemeriksaan sampel.

Pengerjaannya juga harus membutuhkan ketelitian dan

kehati-hatian untuk mendapatkan hasil yang akurat. Setelah

pemeriksaan sampel selesai, pastikan semua alat dimatikan

dengan baik, untuk menjaga agar alat dapat bertahan lama

Jelaskan bagaimana cara pemisahan campuran?

  Pemiasahan dapat dilakukan dengan cara sebagi berikut ini1. Filtrasi (Penyaringan)Salah satu metoda pemisahan yang paling sederhana adalah dengan menggunakan metoda filtrasi (penyaringan).

2. SentrifugasiMetode jenis ini sering dilakukan sebagai pengganti filtrasi jika partikel padatan sangat halus dan jumlah campurannya lebih sedikit. Metode sentrifugasi digunakan secara luas untukmemisahkan sel-sel darah dan sel-sel darah putih dari plasma darah. Dalam hal ini, padatan adalah sel-sel darah yang akan mengumpul di dasar tabung reaksi, sedangkan plasma darah berupa cairan berada di bagian atas.

3. Destilasi (Penyulingan)Pemisahan campuran dengan cara destilasi (penyulingan) banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam kegiatan industri. Pemisahan campuran dengan cara penyulingan digunakanuntuk memisahkan suatu zat cair dari campurannya. Prinsip kerjanya didasarkan pada perbedaan titik didih dari zat cair yang bercampur sehingga saat menguap, setiap zat akan terpisah

4. KromatografiMetode pemisahan dengan cara kromatografi digunakan secara luas dalam berbagai kegiatan, di antaranya untuk memisahkan berbagai zat warna dan tes urine untuk seseorang yang dicurigai menggunakan obat terlarang atau seorang atlit yang dicurigai menggunakan doping. Pemisahan campuran dengan cara kromatografi pada umumnya digunakan untuk mengidentifikasi suatu zat yang berada dalam suatu campuran. Prinsip kerjanya didasarkan pada perbedaan kecepatan merambat antara partikel-partikel zat yang bercampur dalam suatu medium diam ketika dialiri suatu medium gerak. Contoh untuk mengidentifikasi kandungan zat tertentu dalam suatu bahan makanan, mengidentifikasi hasil pertanian yang tercemar oleh pestisida,dan masih banyak lagi penggunaan pemisahan campuran dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan cara kromatografi. Jenis kromatografi yang paling banyak digunakan adalah

kromatografi kertas. Jenis kromatografi lain adalah kromatografi lapis tipis dan kromatografi gas.

Pemisahan Zat Warna Secara Kromatografi

PEMISAHAN ZAT WARNA SECARA KROMATOGRAFI

A. Tujuan

Memisahkan zat-zat warna pada daun tumbuhan.

B. Tinjauan Pustaka

Fotosintesis adalah suatu proses biokimia yang dilakukan

tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri untuk memproduksi energi

terpakai (nutrisi) dengan memanfaatkan energi cahaya. Hampir semua

makhluk hidup bergantung dari energi yang dihasilkan dalam

fotosintesis. Organisme yang menghasilkan energi melalui

fotosintesis (photos berarti cahaya) disebut sebagai fototrof.

Fotosintesis merupakan salah satu cara asimilasi karbon karena dalam

fotosintesis karbon bebas dari CO2 diikat (difiksasi) menjadi gula

sebagai molekul penyimpan energi.

Tumbuhan menangkap cahaya menggunakan pigmen yang disebut

klorofil. Klorofil merupakan katalisator fotosintesis yang sangat

penting dalam semua jaringan tumbuhan berfotosintesis. Selain

klorofil, di dalam tumbuhan juga terdapat pigmen warna lain yang

disebut karotenoid. Selain sebagai pigmen warna, karotenoid juga

membantu dalam fotosintesis. Terdapat lebih dari 300 jenis

karotenoid, tetapi yang terdapat dalam tumbuhan tinggi hanya

sedikit, umumnya berupa karoten. Salah satu turunan karotenoid,

yaitu hidrokarbon tak jenuh turunan likopen atau turunan likopen

teroksigenesi dikenal sebagai xantofil. Xantofil yang umum terdapat

berupa monohidroksikaroten (ketrin dan rubixantin), dihdroksi-

karoten (zeakantin) atau dihidroksi-epoksikaroten (violaxantin).

Untuk memisahkan zat-zat warna yang terdapat pada suatu

tumbuhan dapat dilakukan dengan berbagai cara, tetapi teknik

kromatografi merupakan teknik yang banyak digunakan. Kromatografi

pertama kali diberikan oleh Michael Tswett, seorang ahli botani

Rusia, pada tahun 1906. Kromatografi merupakan metode pemisahan yang

sederhana.

Kromatografi mencakup berbagai proses yang berdasarkan pada

perbedaan distribusi dari penyusunan cuplikan antara dua fasa, salah

satu diantaranya bergerak secara berkesinambungan dalam arah

tertentu dan di dalamnya zat-zat itu menunjukkan perbedaan mobilitas

disebabkan adanya perbedaan dalam absorpsi, partisi, kelarutan,

tekanan uap, ukuran molekul atau kerapatan muatan ion dinamakan

kromatografi sehingga masing-masing zat dapat diidentifikasi atau

ditetapkan dengan metode analitik.

Ada beberapa macam kromatografi, yaitu:

a.       Kromatografi Lapis Tipis

Yaitu kromatografi yang menggunakan lempeng gelas atau

alumunium yang dilapisi dengan lapisan tipis alumina, silika gel,

atau bahan serbuk lainnya. Kromatografi lapis tipis pada umumnya

dijadikan metode pilihan pertama pada pemisahan dengan kromatografi.

b.      Kromatografi Penukar Ion

Merupakan bidang khusus kromatografi cairan-cairan. Seperti

namanya, system ini khusus digunakan untuk spesies ion. Penemuan

resin sintetik dengan sifat penukar ion sebelum perang Dunia II

telah dapat mengatasi pemisahan rumit dari logam tanah jarang dan

asam amino.

c.       Kromatografi Penyaringan Gel

Merupakan proses pemisahan dengan gel yang terdiri dari

modifikasi dekstran-molekul polisakarida linier yang mempunyai

ikatan silang. Bahan ini dapat menyerap air dan membentuk susunan

seperti saringan yang dapat memisahkan molekul-molekul berdasarkan

ukurannya. Molekul dengan berat antara 100 sampai beberapa juta

dapat dipekatkan dan dipisahkan. Kromatografi permeasi gel merupakan

teknik serupa yang menggunakan polistirena yang berguna untuk

pemisahan polimer.

d.      Elektoforesis

Merupakan kromatografi yang diberi medan listrik disisinya dan

tegak lurus aliran fasa gerak. Senyawa bermuatan positif akan menuju

ke katode dan anion menuju ke anoda. Sedangkan kecepatan gerak

tergantung pada besarnya muatan.

e.       Kromatografi Kertas

Merupakan kromatografi cairan-cairan dimana sebagai fasa diam

adalah lapisan tipis air yang diserap dari lembab udara oleh kertas

jenis fasa cair lainnya dapat digunakan. Teknik ini sangat

sederhana.

Prinsip dasar kromatografi kertas adalah partisi multiplikatif

suatu senyawa antara dua cairan yang saling tidak bercampur. Jadi

partisi suatu senyawa terjadi antara kompleks selulosa-air dan fasa

mobil yang melewatinya berupa pelarut organik yang sudah dijenuhkan

dengan air atau campuran pelarut.

Cara melakukannya, ciplikan yang mengandung campuran yang akan

dipisahkan diteteskan/diletakkan pada daerah yang diberi tanda di

atas sepotong kertas saring dimana ia akan meluas membentuk noda

yang bulat. Bila noda telah kering, kertas dimasukkan dalam bejana

tertutup yang sesuai dengan satu ujung, dimana tetesan cuplikan

ditempatkan, tercelup dalam pelarut yang dipilih sebagai fasa

bergerak (jangan sampai noda tercelup karena berarti senyawa yang

akan dipisahkan akan terlarut dari kertas).

Pelarut bergerak melalui serat dari kertas oleh gaya kapiler

dan menggerakkan komponen dari campuran cuplikan pada perbedaan

jarak dalam arah aliran pelarut. Bila permukaan pelarut telah

bergerak sampai jarak yang cukup jauhnya atau setelah waktu yang

telah ditentukan, kertas diambil dari bejana dan kedudukan dari

permukaan pelarut diberi tanda dan lembaran kertas dibiarkan kering.

Jika senyawa-senyawa berwarna maka mereka akan terlihat sebagai pita

atau noda yang terpisah.

C.    Alat dan Bahan

1.      Alat

a.       Tabung kultur

b.      Gelas kimia

c.       Kertas saring Watman No. 93

d.      Siring

2.      Bahan

a.       Larutan Aseton+Pemoleum eter dengan perbandingan 1 : 9 ml

b.      Ekstrak daun singkong yang sudah dicampur aseton

D.    Langkah Kerja

1.      Membuat ekstraksi daun singkong (Manihot esculenta).

2.      Buat satu titik dengan siring pada kertas saring, lakukan terus

menerus hingga mendapat satu titik  tang tebal. Jika berhasil akan

membentuk spektrum warna.

3.      Celupkan ujung lancip kedalam botol kultur.

4.      Amati perubahan warna yang terjadi pada kertas kromatografi. Foto

hasil pengamatan!

E. Hasil Pengamatan

A B

Gambar A menunjukkan langkah saat kertas dicelupkan ke dalam

botol kultur yang berisi Aseton+Pemoleum eter. Gambar B menunjukkan

hasil setelah kertas dicelupkan dalam larutan Aseton+Pemoleum eter.

F. Hasil Pengamatan

Dari hasil pengamatan terlihat bahwa titik tebal berwarna

hijau pada kertas bergerak naik ke atas. Hal ini karena adanya

perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran tersebut

diantara dua fase, yaitu fase diam (padat atau cair) dan fase gerak.

Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen

dari campuran bersama-sama. Komponen-komponen yang berbeda akan

bergerak pada laju yang berbeda pula. Dalam kromatografi kertas,

fase diam adalah kertas serap sedangkan fase gerak adalah pelarut

atau campuran pelarut yang sesuai.

Pigmen warna yang muncul hanya dua warna yakni Klorofil b dan

Xantofil. Yang pertama naik adalah warna kuning (Xantofil) kemudian

disusul pigmen warna hijau muda (Klorofil b). Hal ini karena berat

molekul Xantofil lebih kecil daripada Klorofil b.

Seharusnya pigmen warna yang muncul ada 4, yakni Xantofil,

Klorofil b, Klorofil a dan Karoten. Namun, hasil pengamatan kami

tidak sesuai dengan teori tersebut. Adapun ketidakcocokan hasil

pengamatan dengan teori dapat disebabkan oleh human eror baik pada

waktu pengamatan yang kurang lama ataupun pigmen sebenarnya belum

terhenti benar sehingga hasil pengamatan tidak sesuai dengan fakta

yang ada.

G. Simpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa:

1.      Pemiasahan zat-zat warna pada daun dapat dilakukan dengan cara

Kromatografi.

2.      Pigmen warna yang terdapat pada daun singkong (Manihot esculenta)

adalah Klorofil a, Klorofil b, Xantofil dan Karoten.

H.    Pertanyaan

1.      Apakah fungsi dari pigmen-pigmen tersebut?

2.      Apakah funsi dari aseton dan eter dalam praktikum ini?

3.      Bagaimana rumus kimia dari Klorofil a, Klorofil b, Xantofil dan

Karoten?

I.       Jawaban

1.      Fungsi dari setiap pigmen tersebut adalah:

a.       Klorofil a berperan secara langsung dalam reaksi terang

fotosintesis, yang mengubah energi matahari menjadi energi kimiawi.

b.      Klorofil b merupakan pigmen lain dalam membrane tilakoid yang

dapat menterap cahaya dan mentransfer energinya ke klorofil a, yang

kemudian mengawali reaksi terang.

c.       Xantofil adalah suatu pigmen yang membantu dalam penerimaan

sinar.

d.      Karoten adalah pigmen fotosintesis berwarna oranye yang penting

untuk fotosintesis. Zat ini membentuk warna oranye dalam wortel dan

banyak buah dan sayur lainnya. Dia berperan dalam fotosintesis

dengan menyalurkan energi cahaya yang dia serap ke klorofil dan

memperluas spectrum dari warna-warna yang dapat menggerakkan

fotosintesis.

2.      Fungsi aseton dan eter adalah sebagai pelarut klorofil.

3.      Rumus kimia untuk setiap pigmen:

Pigmen warna Rumus kimia

Klorofil a C55 H72 O5 N4 Mg

Klorofil b C55 H70 O6 N4 Mg

Xantofil C40H54(OH)2

Karoten C40H56

J. Daftar Pustaka

Anonim. (2011). Kromatografi. [Online] Tersedia: dnabio71kromatografi.blogspot.com/ [30 November 2011]

Salisbury, B. Frank dan Cleon W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid I. Bandung: ITB

Wikipedia. (2010). Kromatografi. [Online]. Tersedia: id.wikipedia.org/wiki/Kromatografi  [30 November 2011]

A. Bahan Pewarna Makanan

Dalam ilmu kimia bahan pewarna makanan tergolong

zat aditif makanan. Zat aditif adalah bahan-bahan

yang ditambahkan sebagai campuran pada makanan. Bahan

pewarna makanan terbagi dalam dua kelompok besar

yakni pewarna alami dan pewarna buatan. Di Indonesia,

penggunaan zat pewarna untuk makanan baik yang

diizinkan maupun dilarang diatur dalam SK Menteri

Kesehatan Republik Indonesia nomor

235/MenKes/Per/VI/79 dan direvisi melalui SK Menteri

Kesehatan Republik Indonesia nomor

722/MenKes/Per/VI/88 mengenai bahan tambahan makanan.

Pewarna alami diperoleh dari tanaman ataupun

hewan yang berupa pigmen. Beberapa pigmen alami yang

banyak terdapat di sekitar kita antara lain klorofil

terdapat pada daun-daun berwarna hijau, karotenoid

terdapat pada wortel dan sayuran lain berwarna

oranye-merah. Umumnya, pigmen-pigmen ini bersifat

tidak cukup stabil terhadap panas, cahaya, dan pH

tertentu. Walau begitu, pewarna alami umumnya aman

dan tidak menimbulkan efek samping bagi tubuh.

Pewarna buatan untuk makanan diperoleh melalui

proses sintesis kimia buatan yang mengandalkan bahan-

bahan kimia, atau dari bahan yang mengandung pewarna

alami melalui ekstraksi secara kimiawi. Beberapa

contoh pewarna buatan yaitu Warna kuning ( tartrazine

dan sunset yellow), Warna merah (allura, eritrosin

dan amaranth), Warna biru (biru berlian).

Kelebihan dari pewarna buatan dibanding pewarna

alami adalah dapat menghasilkan warna yang lebih kuat

dan stabil meski jumlah pewarna yang digunakan hanya

sedikit. Warna yang dihasilkan dari pewarna buatan

akan tetap cerah meskipun sudah mengalami proses

pengolahan dan pemanasan, sedangkan pewarna alami

mudah mengalami degradasi atau pemudaran pada saat

diolah dan disimpan. Misalnya kerupuk yang

menggunakan pewarna alami, maka warna tersebut akan

segera pudar ketika mengalami proses penggorengan.

B. Deteksi Bahan Pewarna Berbahaya

Uji zat pewarna makanan merupakan suatu perlakuan

untuk mengetahui ada atau tidaknya kandungan bahan

kimia berbahaya dalam makanan. Telah diketahui bahwa

berbagai jenis makanan dan minuman yang beredar di

Indonesia, baik secara sengaja maupun tidak sengaja,

telah diwarnai dengan pewarna tekstil atau yang bukan

zat pewarna "food grade", yaitu yang tidak diizinkan

digunakan dalam makanan. Pewarna-pewarna tersebut

memang lebih banyak digunakan untuk tekstil, kertas

atau kulit. Seperti telah diketahui, berdasarkan

beberapa penelitian telah dibuktikan bahwa beberapa

zat pewarna tekstil yang tidak diizinkan tersebut

bersifat racun bagi manusia sehingga dapat

membahayakan kesehatan konsumen, dan senyawa tersebut

memiliki peluang dapat menyebabkan kanker pada hewan-

hewan percobaan. Cara mendeteksi zat pewarna makanan

hasil sintetik , dapat dilakukan melalui dua cara

antara lain

1. Cara Modern,

Teknik ini biasanya dilakukan di laboratorium

yang maju, analisis pewarna makanan sudah secara

rutin dilakukan, dengan berbagai teknik dan metoda.

Sebagian besar dari cara analisa tersebut masih

berdasarkan suatu prinsip kromatografi atau pun

menggunakan alat spektrophotometer. Cara tersebut

digunakan untuk mendeteksi zat pewarna tersebut

secara teliti, karena itu minimal diperlukan

fasilitas yang cukup canggih serta dituntut

tersedianya berbagai pelarut organik, yang biasanya

cukup mahal harganya. Di samping itu teknik tersebut

juga memerlukan tenaga terampil yang profesional.

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mencari

beberapa metoda yang praktis tetapi teliti untuk

mengidentifikasi adanya pewarna sintetik dan bila

perlu dapat membedakan jenis pewarna sintetik dalam

makanan. Hal tersebut penting sekali bagi

laboratorium pangan, pembuat kebijaksanaan dan

organisasi pelindung konsumen agar mempunyai suatu

teknik atau metoda analisis yang cepat cara kerjanya

dan dapat membedakan antara zat pewarna makanan

dengan pewarna tekstil. Teknik analisis tersebut

seyogyanya yang cukup sederhana sehingga mudah

dilakukan di tingkat rumah tangga dan di lapangan

bagi penjual zat pewarna atau penjual makanan.

2. Cara Sederhana

Babu dan Indushekhar S (1990), telah melaporkan

hasil penelitiannya, bahwa deteksi zat pewarna

sintetik dapat dilakukan secara sederhana dengan

menggunakan peralatan yang sederhana, seperti gelas,

air dan kertas saring. Sehingga tidak diperlukan

adanya pelarut ataupun memerlukan tersedianya

peralatan khusus. Metoda ini dapat dikerjakan di

rumah maupun di lapangan. Keistimewaan atau

keuntungan penting dari metoda tersebut adalah karena

cara analisisnya tidak membutuhkan ketersediaan zat

pewarna-pewarna standar apapun. Ide dari metoda

sederhana ini didasarkan pada kemampuan zat pewarna

tekstil yang berbeda dengan zat pewarna makanan

sintetis, di antaranya karena daya kelarutannya dalam

air yang berbeda. Zat pewarna tekstil seperti

misalnya Rhodamin B (merah), Methanil Yellow

(kuning), dan Malachite Green (hijau), bersifat tidak

mudah larut dalam air.

Sedangkan prinsip kerjanya adalah kapilaritas

kertas saring dengan pelarut air (PAM, destilata,

atau air sumur) . Setelah zat pewarna diteteskan di

ujung kertas saring, air dari bawah akan mampu

menyeret zat-zat pewarna keatas. Apabila bahan

pewarna tersebut merupakan bahan yang aman

dikonsumsi, maka akan terseret jauh (lebih dari 5 cm)

oleh air dari gelas secara kapilaritas. Sedangkan

jika bahan pewarna tersebut merupakan zat pewarna

yang berbahaya seperti bahan pewarna tekstil maka

tidak akan terseret jauh oleh air (kurang dari 3 cm)

melalui kapilaritas pada kertas saring. Bahkan

terkadang tetap diam ditempat, hal ini menunjukan

bahwa sifat zat pewarna tekstil tidak mudah larut

dalam air. Jika terseret antara 3 sampai 5cm maka

meragukan dan harus diuji dengan uji laboratorium

yang lebih teliti. Cara ini praktis untuk mengecek

atau mengidentifikasi zat warna dalam kemasan yang

akan digunakan untuk mengolah makanan secara

spesifik. Para teknisi laboratorium dan lembaga

konsumen, bahkan siswa SMA serta konsumen awam, kini

dapat dengan mudah, cepat dan sederhana mendeteksi

zat warna tekstil tersebut, bila diinginkan.

Keunggulan lain dari metoda sederhana ini adalah

tidak diperlukannya standar pembanding (kecuali ingin

mendeteksi zat pewarna apa). Akan tetapi hasil uji

dengan metoda tersebut perlu pula dikonfirmasi lebih

lanjut dengan uji yang dikerjakan di laboratorium

dengan menggunakan metoda konvensional. Sehingga

dapat benar-benar diyakini bahwa bahan pewarna

tersebut tidak mengandung bahan pewarna untuk

tekstil. Hal ini penting karena terkadang hasil

penelitian terbaru dapat mencabut ijin pemakaian

bahan pewarna tertentu yang sebelumnya tercantum di

dalam daftar pewarna yang diijinkan oleh Badan

Pengawasan Obat-Obatan dan Makanan (BPOM).

C. Bahan Pewarna Berbahaya Pada Makanan

Zat pewarna makanan tidak lain hanyalah berfungsi

sebagai penarik perhatian agar terkesan enak dan

lezat. Zat pewarna makanan dibedakan menjadi dua

macam yaitu pewarna makanan alami dan buatan

(sintetik). Pewarna makanan yang paling aman untuk

dikonsumsi yaitu pewarna makanan alami. Sedangkan

pewarna sintetik kurang aman bahkan bisa berbahaya

jika mengandung zat kimia yang tidak layak untuk

dicampurkan pada makanan. Contoh bahan-bahan pewarna

makanan berbahaya yang ditemukan dipasaran sebagai

campuran pewarna antara lain.

1. Rhodamin B,

Warnanya merah dan sifatnya tidak mudah larut dalam

air, seringdigunakan sebagai pewarna tekstil.

2. Methanil Yelow

Warnanya kuning dan sifatnya tidak mudah larut

dalam air.

3. Malchite Green

Warnanya hijau dan sifatnya tidak mudah larut dalam

air.

D. Kertas Saring

Kertas saring yaitu kertas yang terbuat dari

bahan-bahan selulosa. Bahan selulosa yaitu bahan-

bahan yang tebuat dari tumbuh-tumbuhan. Misalnya

bubur rumput, jerami dan kayu. Kertas saring sering

disebut ”Filter Paper”. Kegunaan kertas saring yaitu untuk

menyaring bahan-bahan atau zat yang bersifat cair,

atau dapat memisahkan sebuah campuran dalam kegiatan

praktik, pengujian atau penelitian dalam laborat.

Kertas saring bersifat menyerap air, bahkan daya

serap terhadap zat cair paling baik jika dibandingkan

dengan kertas biasa lainnya. Keunggulan daya serap

yang optimal menjadikan kertas saring sangat baik

untuk eksperimen yang berhubungan dengan kapilaritas.

Oleh Karena itu pada penelitian ini cukup efektif dan

hasilnya lebih optimal maka peneliti menggunakan

kertas saring.