monitoring dan evaluasi pelayanan prima petugas frontliners
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of monitoring dan evaluasi pelayanan prima petugas frontliners
MONITORING DAN EVALUASI PELAYANAN PRIMA PETUGAS FRONTLINERS
BANK SYARIAH MANDIRI KANTOR WILAYAH III JAKARTA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
AGUNG SAPUTRONIM: 1112053000058
KONSENTRASI MANAJEMEN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H./ 2016 M.
iii
ABSTRAK
Nama : Agung Saputro
Program Studi : Manajemen Dakwah
Judul : Monitoring dan Evaluasi Pelayanan Prima Petugas
Frontliners Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta
Perbankan syariah di Indonesia telah mengalami perkembangan yangsangat pesat, hal tersebut tercermin dari banyaknya jumlah perbankan syariah.Tercatat pada tahun 2008 instansi perbankan syariah berjumlah 5 Bank UmumSyariah (BUS), 28 Unit Usaha Syariah (UUS), dan 131 Bank Pembiayaan RakyatSyariah (BPRS). Pertumbuhan dan eksistensi perbankan syariah sangat ditentukandari jumlah nasabah yang dimilikinya. Banyaknya jumlah nasabah pada suatubank dipengaruhi oleh baik atau tidaknya pelayanan yang diberikan.
Situasi tersebut tentu saja menuntut bank-bank syariah yang telahberoperasi, terutama Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta untukdapat menerapkan pola yang tepat guna menyikapi keadaan tersebut. Melaluikegiatan monitoring dan evaluasi (monev) yang tepat, khususnya bagi parapetugas frontliners, yaitu Teller, Customer Service, dan Security, maka haltersebut membawa dampak positif terhadap eksistensi dan perkembangan BSMKantor Wilayah III Jakarta di tengah pesatnya perkembangan industri perbankansyariah di Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem monitoring dan evaluasi(monev) pelayanan prima petugas frontliners yang diterapkan oleh BSM KantorWilayah III Jakarta pada tahun 2015. Metode penelitian yang digunakan olehpeneliti dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian pendekatankualitatif tersebut peneliti melakukan penelitian untuk menghasilkan datadeskriptif terkait dengan monitoring dan evaluasi (monev) pelayanan primapetugas frontliners yang diterapkan oleh BSM Kantor Wilayah III Jakarta melaluiteknik observasi dan wawancara.
Hasil penelitian dapat diketahui bahwa monitoring dan evaluasi (monev)pelayanan prima petugas frontliners diterapkan melalui proses penentuan standarpelayanan petugas frontliners, model monitoring dan evaluasi (monev), danproses monitoring dan evaluasi pelayanan petugas frontliners. Denganmenerapkan seluruh proses tersebut, BSM Kantor Wilayah III Jakarta telahberhasil mendapatkan prestasi sebagai bank dengan performa pelayanan petugasfrontliners terbaik pada tahun 2015, hal tersebut berdampak positif terhadapeksistensi dan perkembangan Bank Syariah Mandiri di Indonesia, khususnyadalam pelayanan nasabah di wilayah Jabodetabek.
Kata Kunci : Monitoring, Evaluasi, Pelayanan, Frontliners, BSM Kantor WilayahIII Jakarta.
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis ungkapkan kepada Allah SWT, berkat
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan berwujud skripsi ini.
Selanjutnya shalawat beriring salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada
pemimpin ummat, Nabi Agung Muhammad SAW, sebagai suri tauladan kita
dalam menjalankan aktivitas kehidupan ini.
Dalam penyusunan skripsi ini tidak bisa dilepaskan dari adanya bantuan
dari berbagai pihak yang telah mendukung serta membantu dalam
penyelesaiannya. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu dalam mensukseskan penulisan skripsi ini, terutama
kepada:
1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Suparto, M.Ed., Ph.D selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik, Ibu
Dr. Roudhonah, M.Ag selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum,
dan Bapak Drs. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan III Bidang
Kemahasiswaan, Alumni, dan Kerjasama Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Drs. Helmi Rustandi, M.A selaku Dosen Penasihat Akademik.
v
4. Bapak Drs. Cecep Castrawijaya, M.A selaku Ketua Jurusan Manajemen
Dakwah (MD) dan Bapak Drs. Sugiharto, M.A selaku Sekretaris Jurusan
Manajemen Dakwah.
5. Bapak Drs. H. M. Sungaidi, M.A selaku Dosen Pembimbing skripsi yang
telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan memotivasi dalam
penyusunan skripsi ini.
6. Para Dosen Jurusan Manajemen Dakwah (MD) dan konsentrasi Manajemen
Lembaga Keuangan Syariah (MLKS) atas semua ilmu yang telah diberikan.
7. Orangtua tercinta Bapak Sufahmi dan Ibu Wagiyah yang senantiasa
mencurahkan cinta, kasih dan sayang serta doanya yang selalu mengiringi di
setiap langkah penulis dalam menjalankan aktivitas. Orangtua asuh Bapak
Drs. Fahmi Idris (Direktur Utama BPJS Kesehatan) dan Ibu Dokter Rini
Purnamasari (Ikatan Dokter Indonesia) atas semua bantuan baik moril
maupun materil yang telah diberikan.
8. Keluarga besar PT Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III: Bapak Edi
Rosman (Kepala Kantor Wilayah III), Ibu Megawati (Pelaksana SQO), Ibu
Ediastuti (Pelaksana SQO), Bapak Deyan Ginanjar (Pelaksana SQO), Ibu
Sansa Ananta (Pelaksana SQO), Ibu Tania Rahmah (Pelaksana SDI), dan
pegawai lainnya.
vi
9. Keluarga besar Pondok Pesantren BSC Al-Futuwwah: Bapak KH. M. Fatih
Na’im, Lc (Pembina Ponpes BSC Al-Futuwwah) Bapak KH. M. Sanwani
Na’im, S.Sos (Pengasuh Ponpes BSC Al-Futuwwah), dan segenap pengurus
Pondok Pesantren BSC Al-Futuwwah lainnya, terutama teman-teman grup
Hadroh Sami’na wa Atho’na.
10. Kawan-kawan seperjuangan di kelas “MD A” dan konsentrasi Manajemen
Lembaga Keuangan Syariah (MLKS) angkatan 2012 yang telah banyak
berbagi ilmu pengetahuan dan menjadi teman diskusi penulis selama
berjalannya perkuliahan.
11. Sahabat sejati duo bapuk Moch. Noval Kurnia Sulaeman dan Satria Pambudi
yang selalu menemani dan berjuang bersama selama empat tahun terakhir ini
sampai sekarang. Aulia Sholihat yang selalu mendukung dan membantu
menyumbangkan pikiran untuk menyelesaikan skripsi ini.
Kritik dan saran akan diterima dengan lapang dada. Semoga Allah SWT
membalas jasa budi baik Bapak, Ibu, dan rekan semua dengan balasan yang
berlipat ganda. Aamiin Ya Rabbal ‘Alamiin.
Jakarta, April 2016
Agung Saputro
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………... i
LEMBAR PERNYATAAN……….……………………………….… ii
ABSTRAK…………..………………..………………………………... iii
KATA PENGANTAR…………………...……………………………. iv
DAFTAR ISI……...………………………………………………….... vii
DAFTAR TABEL…………………………………………………….. ix
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………. x
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………...………..…… 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah…..………... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian..….....…………... 7
D. Metodologi Penelitian………………………..….. 8
E. Kajian Pustaka………………...………………… 11
F. Sistematika Penulisan.…………………………… 13
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Monitoring dan Evaluasi (MONEV)……………. 15
1. Pengertian Monitoring..…………………. 17
2. Pengertian Evaluasi……………………… 19
3. Prinsip-Prinsip MONEV…..……………. 22
4. Model MONEV…………………………. 24
5. Proses Monev …………………………… 26
B. Pelayanan Prima………..………………….…….. 30
viii
1. Pengertian Pelayanan……………………. 30
2. Etika Pelayanan………………………..… 33
3. Kiat Pelayanan Prima……………………. 38
C. Frontliners……………...…...…………………… 42
1. Teller……………...……………………… 43
2. Customer Service…..……….……………. 44
3. Security……..……………...……………... 46
BAB III GAMBARAN UMUM BANK SYARIAH MANDIRI
KANTOR WILAYAH III JAKARTA
A. Sejarah Bank Syariah Mandiri Kanwil III……… 48
B. Visi, Misi, Nilai dan Kultur Perusahaan………... 53
C. Struktur Organisasi……….…………………….. 55
D. Frontliners Bank Syariah Mandiri Kanwil III..... 56
BAB IV ANALISIS MONITORING DAN EVALUASI
PELAYANAN PRIMA PETUGAS FRONTLINERS
BANK SYARIAH MANDIRI KANTOR WILAYAH III
JAKARTA TAHUN 2015
A. Standar Monitoring dan Evaluasi (Monev)…….. 61
B. Model Monitoring dan Evaluasi (Monev) ..……. 64
C. Proses Monitoring dan Evaluasi (Monev) ..……. 67
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………….. 74
B. Saran………….……………………………... 75
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Performa Terbaik Customer Service Bank Umum Syariah... 5
Tabel 2.1 Contoh bentuk evaluasi……………………………………. 24
Tabel 4.1 Contoh Skenario Monitoring dan Evaluasi (monev)………. 69
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Prinsip-prinsip MONEV…………………………………... 27
Gambar 3.1 Struktur Organisasi BSM Kantor Wilayah III…………….. 58
Gambar 4.1 Proses Perumusan Standar Monitoring dan Evaluasi............ 63
Gambar 4.2 Model Monitoring dan Evaluasi (MONEV)………………. 67
Gambar 4.3 Alur Proses Monitoring dan Evaluasi (MONEV)…………. 72
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Pembimbing Skripsi
Lampiran 2 Lembar Pengesahan Dosen Pembimbing Skripsi
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian Skripsi
Lampiran 4 Surat Keterangan BSM Kantor Wilayah III Jakarta
Lampiran 5 Form On Site Assurance
Lampiran 6 Daftar Pedoman Wawancara
Lampiran 7 Daftar Kantor Cabang BSM Kantor Wilayah III Jakarta
Lampiran 8 Foto Dokumentasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan
Monitoring dan evaluasi (monev) adalah kegiatan yang sangat penting
dalam proses pengembangan dan pemberdayaan masyarakat (sosial).1 Monev
dalam konteks pelayanan yang bersifat sosial mencakup pertanyaan-
pertanyaan sebagai berikut: Apakah program sudah mencapai mencapai tujuan
yang diharapkan? Apakah cakupan program sudah mampu menjangkau
sasaran pelayanan (target groups) secara maksimal? Apakah metode atau
cara-cara pemberian pelayanan sosial dapat diterapkan sesuai dengan
pendekatan yang dipilih? Apakah sumber-sumber pelayanan sosial, termasuk
tenaga pelaksana, dapat diperoleh dan dipergunakan sesuai dengan sasaran
pelayanan? Apakah indikator-indikator keberhasilan pelayanan sosial dapat
disusun dan diterapkan dalam proses monev? Apa saja kekuatan dan
kelemahan pelayanan sosial yang diberikan dan apa saja rekomendasi yang
dapat diusulkan bagi perbaikan-perbaikan pelayanan sosial di masa yang akan
datang?
Hal yang paling mendasar dalam melakukan monev adalah mengetahui
terlebih dahulu kegiatan dan objek apa saja yang dapat dijadikan bahan atau
sasaran monev. Dalam konteks ini maka monev dapat diartikan sebagai proses
penilaian terhadap pentingnya suatu pelayanan sosial.
1 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: PT RefikaAditama, 2005), hal. 117.
2
Pelayanan prima atau layanan unggulan pada konsumen adalah
bagaimana memberikan layanan maksimal kepada nasabah dan kesiapan
dalam mengatasi permasalahan yang muncul secara profesional. Pelayanan ini
kemudian akan meningkatkan kesan kepada nasabah sehingga mereka akan
seterusnya datang kembali untuk menjadi rekan bisnis dengan baik.2
Salah satu kualitas pelayanan yang banyak dijadikan acuan dalam riset
pemasaran adalah modal servqual (service quality). Service quality adalah
perbandingan antara kenyataan dan harapan pelanggan/nasabah, jika
kenyataan yang diterima lebih dari yang diharapkan, maka layanan dapat
dikatakan bermutu dan nasabah akan puas, sebaliknya jika kenyataan kurang
dari yang diharapkan, maka layanan dikatakan tidak bermutu. Maka dapatlah
disimpulkan bahwa pelayanan pelanggan merupakan aktivitas pelayanan yang
diberikan kepada konsumen atau nasabah, baik sebelum transaksi, saat
transaksi dan sesudah transaksi.3
Dalam hal mempertahankan kepuasan nasabah, perbankan selalu
berupaya meningkatkan kinerja para pegawai supaya tidak ditinggal
nasabahnya. Sebab kualitas manajemen dapat dilihat dari kualitas manusianya
dalam bekerja.4 Tidak kalah pentingnya upaya yang dilakukan masyarakat
untuk meningkatkan kinerja perbankan melalui pemberian masukan dan
2 Meilastri Novita, Skripsi; Pengaruh Pelayanan Prima Terhadap Kepuasan Nasabahpada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Cabang Kartini Makassar, (Makassar: November, 2012),hal. 13.
3 M. Nur Rianto Al Arif, Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah, hal. 213.4 Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012), hal. 49.
3
komplain agar perbankan bisa memiliki integritas melalui pemberian data
integrity.5
Melakukan evaluasi dan kontrol strategik sangat penting bagi
perusahaan. Kontrol strategik adalah suatu proses merubah rencana bisnis
yang diakibatkan adanya perubahan kondisi/situasi, adanya tambahan
pengetahuan atau membuat penyesuaian untuk mengarahkan aktivitas-
aktivitas agar sesuai dengan rencana.6
Di Indonesia kini telah berkembang pesat dunia perbankan syariah
dengan pelayanan yang berkualitas. Bank Syariah Mandiri merupakan salah
satu bank secara berkala melakukan perbaikan terhadap kualitas pelayanan
frontliners. Frontliners merupakan salah satu kunci sukses menciptakan
customer base yang berperan menimba dan mempertahankan existing
customer serta menarik nasabah-nasabah baru. Frontliner sebuah bank adalah
setiap orang yang ditugaskan sebagai teller, customer service, operator
telepon, dan security.7 Tujuan daripada perbaikan secara berkala ini agar dapat
meningkatkan berbagai kualitas pelayanan, terutama pada layanan teller,
customer service dan security sehingga mampu untuk bersaing secara sehat
dengan bank lainnya guna memperoleh laba.
5 Eko B. Suprayitno, Budaya Kerja Perbankan, (Jakarta: Penerbit LP3ES, 2006), hal.143.
6 Agustinus Sri Wahyudi, Manajemen Strategik, (Jakarta: Binapura Aksara, 1996), hal.139.
7 Muqoddas Al Aslami, Skripsi;Strategi Rekrutmen Pegawai Frontliner Bank SyariahMandiri Kantor Wilayah III Jakarta, (Jakarta: Mei, 2014), hal. 43.
4
Bank Syariah Mandiri merupakan salah satu perusahaan jasa
mengedepankan pelayanan kepada nasabah dalam setiap operasionalnya,
seorang petugas frontliners dituntut untuk memberikan pelayanan yang prima
terhadap nasabah.
Bank Syariah Mandiri memiliki satuan kerja atau bidang Service
Quality Management (SQM) yang fokus pada kualitas pelayanan petugas
frontliners seluruh outlet bank syariah mandiri. Di antara program kerja
Bidang Service Quality Management (SQM) memberikan standarisasi
pelayanan petugas frontliners terhadap nasabah sekaligus memonitoring serta
memberikan evaluasi berupa penilaian kualitas pelayanan petugas frontliners.
Dalam menjalakan tugas monitoring dan evaluasi penilaian kualitas pelayanan
petugas frontliners, bidang Service Quality Management (SQM) yang berada
di kantor pusat menaungi satuan kerja yang sama pada seluruh kantor wilayah.
Salah satu kantor wilayah bank syariah mandiri yakni Kantor Wilayah III
Jakarta.8
Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta memiliki satuan
kerja atau bidang di bawah naungan Service Quality Management (SQM)
yang berkonsentrasi pada penilaian kualitas pelayanan seorang petugas
frontliners yakni bidang Service Quality Officer (SQO). Bidang ini menjadi
tolok ukur Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta dalam
menentukan seorang petugas frontliners serta memberikan standarisasi
8 Wawancara pribadi dengan Bapak Deyan Ginanjar (Pelaksana SQO), Jakarta, 20 Januari2016.
5
pelayanan petugas frontliners terhadap nasabah.9 Dalam setiap periodenya,
bidang ini senantiasa melakukan monitoring dan memberikan evaluasi
penilaian kinerja para petugas frontliners. Agar pelayanan prima yang
berdarsarkan pada prinsip, visi dan misi yang diharapkan oleh semua instansi
perbankan dapat tercipta dan diterapkan pada seluruh cabang bank syariah
mandiri yang berada di bawah naungan Kantor Wilayah III Jakarta.
Selama menjalankan tugasnya memonitoring dan mengevaluasi
pelayanan prima pada seluruh outlet yang berada di bawah koordinasinya,
Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III berhasil mendapatkan prestasi
sebagai bank dengan performa terbaik petugas frontliners selama dua tahun
berturut-turut pada periode tahun 2014-2015.10
Tabel 1.1
Performa Terbaik Customer Service Bank Umum Syariah:
Di Jakarta dan Bekasi tahun 2014-2015 (%)
Nama Bank Umum Syariah
Presentase (%)
PeringkatTahun 2014 Tahun 2015
Bank Syariah Mandiri 82,06 76,75 1
Bank Muamalat 75,48 76,05 2
BRI Syariah 72,35 71,47 3
BNI Syariah 58,72 66,50 4
BCA Syariah 72,56 61,53 5Sumber: MRI, diolah kembali oleh Biro Riset Infobank (birl)
9 Wawancara pribadi dengan Ibu Megawati (Pelaksana SQO), Jakarta, 21 Januari 2016.10 Ermina Yuliarti, “Bagaimana Mengukur Bank Service Excellence Monitor?”, Infobank,
435/XXXVII/1 Mei 2015, hal. 28.
6
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis berusaha melakukan
penelitian dan mencoba mengangkat judul “MONITORING DAN
EVALUASI PELAYANAN PRIMA PETUGAS FRONTLINERS BANK
SYARIAH MANDIRI KANTOR WILAYAH III JAKARTA TAHUN
2015”
B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka penelitian ini dibatasi
hanya pada monitoring dan evaluasi pelayanan prima petugas frontliners
Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta tahun 2015.
2. Perumusan Masalah
Untuk lebih fokus dalam pembahasan, maka rumusan masalah
pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimana standar monitoring dan evaluasi pelayanan prima petugas
frontliners Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta tahun
2015?
2. Bagaimana model monitoring dan evaluasi pelayanan prima petugas
frontliners Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta tahun
2015?
3. Bagaimana proses monitoring dan evaluasi pelayanan prima petugas
frontliners Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta tahun
2015?
7
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan
sebagai berikut:
1. Mengetahui standar monitoring dan evaluasi pelayanan prima petugas
frontliners Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta tahun
2015.
2. Mengetahui model monitoring dan evaluasi pelayanan prima petugas
frontliners Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta tahun
2015.
3. Mengetahui proses monitoring dan evaluasi pelayanan prima petugas
frontliners Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta tahun
2015.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi semua
pihak, di antaranya :
a. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan, menambah
keragaman ilmu pengetahuan yang dapat dijadikan sebagai bahan referensi
kepustakaan dan penelitian khususnya tentang lembaga keuangan syariah
yang nantinya akan disumbangkan untuk jurusan Manajemen Dakwah
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
8
b. Manfaat Praktisi
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
dan pedoman kepada pihak-pihak yang terkait sebagai bahan evaluasi dan
pertimbangan serta memberikan masukan kepada pemerintah, organisasi,
perusahaan atau pelaksana perbankan syariah tentang kegiatan monitoring
dan evaluasi pelayanan prima petugas frontliners kepada nasabah.
c. Manfaat Rekomendasi
Dari penelitian ini dapat memberikan rekomendasi bagi lembaga
bank/perbankan syariah dan pihak yang terkait yang hendak melakukan
kegiatan penelitian, bahwa instansi yang bersangkutan patut untuk dikaji
dan diteliti.
D. Metode Penelitian
1. Metode Penelitian
Pada penelitian ini, model penelitian yang penulis gunakan adalah
metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu prosedur
dalam penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.11
Dalam aplikasinya pendekatan ini digunakan oleh peneliti untuk
mengetahui dan menjelaskan mengenai monitoring dan evaluasi pelayanan
prima petugas frontliners pada seluruh cabang Bank Syariah Mandiri
Kantor Wilayah III Jakarta tahun 2015.
11 Syamsir Salam dan Jaenal Aripin, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: UIN Press,2006), hal. 30.
9
2. Sumber Data
Sumber data pada penelitian ini terdiri dari:
a. Data Primer
Data primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang
diucapkan secara lisan, gerak-gerik, atau perilaku yang dilakukan oleh
subjek yang dapat dipercaya (subjek penelitian atau informan yang
berkenaan dengan variabel yang diteliti).
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen
grafis seperti tabel, catatan, notulen rapat, foto-foto, dan lain sebagainya
yang dapat memperkaya data primer.12
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang dipakai
adalah:
a. Wawancara
Wawancara adalah metode pengumpulan data atau informasi
dengan cara tanya-jawab sepihak, dikerjakan secara sistemik dan
berlandaskan pada tujuan penyelidikan.13
12 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: RinekaCipta, 2010), hal. 22.
13 Arif Subiyantoro dan FX.Suwarto, Metode dan Penelitian Sosial, (Yogyakarta: CVAndi Offset, 2007), hal. 97.
10
b. Observasi
Secara bahasa observasi berarti memerhatikan dengan penuh
perhatian seseorang atau sesuatu, memerhatikan dengan penuh perhatian
berarti mengamati tentang apa yang terjadi.14 Observasi digunakan untuk
mengetahui aktivitas bidang Service Quality Officer (SQO) dalam
menjalankan strateginya untuk memberikan monitoring dan evaluasi
pelayanan prima kepada seluruh cabang Bank Syariah Mandiri Kantor
Wilayah III Jakarta tahun 2015.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah kumpulan data mengenai hal-hal atau
variabel. Dokumen dapat berupa catatan kasus (case record), transkip,
buku, surat kabar, majalah, agenda, dan sebagainya yang berkaitan dengan
penelitian.15
4. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data digunakan untuk menjawab rumusan masalah
dalam penelitian. Tujuannya adalah mendapatkan kesimpulan dari hasil
penelitian.16 Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis deskriptif yang bertujuan untuk dapat memecahkan
masalah yang dapat menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata lisan
atau tertulis dari orang-orang yang dapat dicermati oleh peneliti.
14 Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian, (Bandung: PT Refika Aditama, 2014), hal. 209.15 Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2011), hal. 71.16 Toto Syatori Nasehudin dan Nanang Gozali, Metode Penelitian Kuantitaif, (Bandung;
CV PUSTAKA SETIA, 2012) hal. 224.
11
5. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah
III Jakarta yang bertempat di Gedung Graha Mandiri lantai 22, Jl. Imam
Bonjol no. 61 Jakarta Pusat. Penelitian ini dilakukan mulai dari tanggal 20
Desember 2015 sampai dengan 20 April 2016.
E. Kajian Pustaka
Adapun penelitian terkait sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Amelia Yulinsa (2014) yang skripsinya
berjudul “Analisis Pelayanan Prima Terhadap Nasabah di Bank BRI Syariah
Kantor Cabang Pembantu Cipulir”. Dalam skripsinya menerangkan bahwa
untuk mempertahankan nasabah atau penabung menggunakan konsep
pelayanan A3 yang terdiri dari tiga variabel yakni (sikap, perhatian, dan
tindakan). Dengan konsep tersebut juga dapat meningkatkan jumlah nasabah
pada bank tersebut.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Siti Aliyah (2008) yang skripsinya
berjudul “Strategi Pelayanan Prima Kantor Departemen Agama Jakarta Barat
Terhadap Calon Nasabah”. Dalam skripsinya menjelaskan bahwa
memberikan pelayanan prima kepada calon jama’ah adalah prinsip utama
sebab dengan memberikan pelayanan prima maka jama’ah akan merasa
nyaman dan percaya terhadap instansi tersebut.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Muqqodas Al-Aslami (2014) yang
skripsinya yang berjudul “Strategi Rekrutmen Pegawai Frontliners Bank
Syariah Mandiri Kantor Wilayah II Jakarta”. Dalam hal ini, penulis tersebut
12
memberikan pengetahuan mengenai konsep, sistem dan strategi Bank Syariah
Mandiri Kantor Wilayah II Jakarta dalam menentukan calon pegawai
forntliners. Sehingga dapat disimpulkan dari skripsi tersebut seorang petugas
ataupun pegawai frontliners yang berkualitas yang akan menjadi barisan
terdepan memberikan pelayanan kepada nasabah.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Abdul Muis (2010) yang skripsinya
berjudul “Strategi Pelayanan Prima Kementerian Agama Jakarta Selatan pada
Calon Jamaah Haji.” Dalam skripsi tersebut menjelaskan pelayanan prima
seperti apa yang dilakukan Kementerian Agama Jakarta Selatan kepada calon
jama’ah haji. Sehingga menimbulkan etos kerja yang profesional yang dapat
memberikan kenyamanan serta kepuasan jamaah dalam menjalankan ibadah
haji.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Nining Luthfiah Hab (2014) yang
skripsinya berjudul “Manajemen Pelayanan Berbasis SOP (Standar
Operasional Prosedur) pada Bank BNI Syariah Cabang Tangerang”. Dalam
skripsi tersebut memberikan pengetahuan mengenai standarisasi pelayanan
petugas frontliners pada bank tersebut. Dan seluruh standar operasional
prosedur (SOP) yang ada telah terealisasi dengan baik.
6. Penelitian yang dilakukan oleh Ditto Santoso (2012) yang skripsinya
berjudul “Strategi Pelayanan Lembaga Pengelola Sedekah PPPA (Program
Pembibitan Penghafal Al-Qur’an) Daarul Qur’an dalam Menumbuhkan
Loyalitas Donatur”. Dalam skripsi tersebut memberikan pengetahuan
13
mengenai formulasi, implementasi, evaluasi, dan analisis strategi yang
dilakukan lembaga tersebut.
F. Sistematika Penulisan
BAB I. Bab ini adalah bab pendahuluan yang menjadi alasan utama
penelitian ini dilakukan. Bab pendahuluan ini merupakan bab tersendiri yang
memiliki sub-bab seperti latar belakang masalah, perumusan dan pembatasan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, kajian pustaka,
dan sistematika penulisan.
BAB II. Pada bab ini menyajikan tinjauan pustaka berupa teori-teori
penguat mengenai konsep monitoring dan evaluasi (monev), yang memiliki
penjabaran berupa pengertian monitoring, pengertian evaluasi, prinsip-prinsip
monev, model-model monev, dan proses monev. Pada bab ini juga
menjelaskan mengenai konsep pelayanan prima, yang memiliki penjabaran
berupa pengertian pelayanan, etika pelayanan, dan kiat pelayanan prima.
Kemudian bab ini juga menerangkan mengenai konsep frontliners, yang
terdiri dari penjelasan tentang teller, customer service, dan security.
BAB III. Bab ini merupakan bab tersendiri yang secara khusus
membahas mengenai profil subjek yang akan diteliti, yakni Bank Syariah
Mandiri Kantor Wilahyah III Jakarta. Pada bab ini berisikan sejarah
pendirian, tageline, visi, misi, dan nilai dan kultur perusahaan, struktur
organisasi, dan frontliners Bank Syariah Mandiri Kantor wilayah III Jakarta.
BAB IV. Bab ini menjelaskan dan membahas tentang hasil penelitian
yang dilakukan terhadap subjek penelitian berupa monitoring dan evaluasi
14
pelayanan prima petugas frontliners Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah
III Jakarta.
BAB V. Bab ini berisi kesimpulan dari penelitian yang penulis
lakukan, dan saran berdasarkan riset di atas.
15
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Monitoring dan Evaluasi (MONEV)
Konsep monitoring dan evaluasi (monev) telah diajarkan oleh Islam
yakni firman Allah SWT dalam surat Al-Mujadilah ayat 7:
الأرض ما یكون من نجوى ألم تر أن اللھ یعلم ما في السماوات وما في
ى من ذلك ولا أكثرثلاثة إلا ھو رابعھم ولا خمسة إلا ھو سادسھم ولا أدن إلا
إن اللھ بكل شيء ھو معھم أین ما كانوا ثم ینبئھم بما عملوا یوم القیامة
٧علیم
Artinya: “Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allahmengetahui apa yang ada di langit dan di bumi? Tiada pembicaraanrahasia antara tiga orang, melainkan Dialah keempatnya. Dan tiada(pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dialah keenamnya. Dantiada (pula) pembicaraan antara jumlah yang kurang dari itu ataulebih banyak, melainkan Dia berada bersama mereka di manapunmereka berada. Kemudian Dia akan memberitahukan kepada merekapada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan. SesungguhnyaAllah Maha mengetahui segala sesuatu.”
Ayat di atas memberikan pengetahuan serta pelajaran bahwa setiap
kegiatan yang berlangsung senantiasa diawasi dan akan diberitahukan
hasilnya sesuai dengan apa yang dikerjakan makhluk-Nya oleh Allah SWT.
Berkaitan dengan konsep monitoring dan evaluasi (monev), apapun yang
direncanakan dan dikerjakan oleh manusia hendaknya diawasi dan dievaluasi
pula, agar dapat menjadi sistem perbaikan akan kegiatan yang telah
16
dilakukan.1 Hal ini sesuai juga dengan hadits Nabi Muhammad SAW yang
diriwayatkan oleh Tirmidzi.
( ٢٣٨٣ي : ذالترمہروا تحاسبوا..…( أن قبل أنفسكم حاسبوا
Artinya: Hisablah (hitunglah) diri kalian sebelum kalian dihisab(dihitung). (HR. Tirmidzi: 2383).
Hadits di atas menerangkan bahwa dalam kehidupan apapun termasuk
kegiatan muamalah hendaknya senantiasa menghitung (mengevaluasi) apa
yang telah dikerjakan sebelum orang lain menghitung (mengevaluasi) hasil
kerja seseorang. Agar dengan selalu mengevaluasi diri akan tercipta kinerja
yang lebih baik lagi dari sebelumnya.2
Monitoring dan evaluasi (monev) adalah kegiatan yang sangat penting
dalam proses pengembangan dan pemberdayaan masyarakat. Monev
merupakan dua istilah yang senantiasa dipadukan bahkan pengertian
keduanya sering dipertukarkan. Bank Dunia (2002) dan Owen dan Rogers
(1999) misalnya, menyamakan pengertian monitoring dan evaluasi.
Sekurang-kurangnya banyak ahli yang tidak melihat monev sebagai dua
kegiatan yang terpisah satu sama lain. Namun demikian, kita dapat
membedakan pengertian monitoring dan evaluasi.3
1 M. Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 168.2 http://hadits.stiba.ac.id/?type=hadits&no=2383&imam=tirmidz, diakses pada hari selasa
tanggal 15 Maret 2016 jam 17:20 WIB.3 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: PT Refika
Aditama, 2005), hal. 117.
17
1. Pengertian Monitoring
Monitoring adalah aktivitas yang ditujukan untuk memberikan
informasi tentang sebab dan akibat dari suatu kebijakan yang sedang
dilaksanakan. Monitoring diperlukan agar kesalahan awal dapat segera
diketahui dan dapat dilakukan tindakan perbaikan, sehingga mengurangi
risiko yang lebih besar.4
Monitoring merupakan pemantauan secara terus menerus proses
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan. Monitoring dapat dilakukan
dengan cara mengikuti langsung kegiatan atau membaca hasil laporan dari
pelaksanaan kegiatan (Marjuki dan Suharto, 1996). Monitoring sering
dipandang sebagai pengukuran kuantitas yang berkaitan dengan
bagaimana pencapaian keselarasan antara sumber-sumber yang digunakan
dan waktu yang ditetapkan. Monitoring merupakan mekanisme yang
digunakan untuk mengoreksi penyimpangan-penyimpangan (deviation)
yang mungkin timbul dalam suatu kegiatan dengan membandingkan antara
yang diharapkan dan apa yang dilakukan.5
Adapun pengertian monitoring menurut para ahli:6
1. (Cassely dan Kumar 1987) Monitoring merupakan program yang
terintegrasi, bagian penting di praktek manajemen yang baik dan arena
itu merupakan bagian integral di manajemen sehari-hari.
4 http://setkab.go.id/pengertian-monitoring-dan-evaluasi-kebijakan-pemerintah/, diaksespada hari selasa tanggal 15 Maret 2016 jam 21:20 WIB.
5 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, hal. 118.6 Fendy Gerry Foe, Skripsi: Rancang Bangun Sistem Informasi Monitoring Debitur
Litigasi di PT Bank Tabungan Negara pada Area Collection III Surabaya, (Surabaya: Juli, 2013),hal. 10.
18
2. (Calyton dan Petry 1983) Monitoring sebagai suatu proses mengukur,
mencatat, mengumpulkan, memproses, dan mengkomunikasikan
informasi untuk membantu pengambilan keputusan manajemen
program/proyek.
3. (Oxfam 1995) Monitoring adalah mekanisme yang sudah menyatu
untuk memeriksa yang sudah bahwa semua berjalan untuk
direncanakan dan memberi kesempatan agar penyesuaian dapat
dilakukan secara metodologis.
4. (SCF 1995) Monitoring adalah penilaian yang skematis dari terus
menerus terhadap kemauan suatu pekerjaan.
5. (WHO) Monitoring adalah suatu proses pengumpulan dan menganalisis
informasi dari penerapan suatu program termasuk mengecek secara
regular untuk melihat apakah kegiatan/program itu berjalan sesuai
rencana sehingga masalah yang dilihat /ditemui dapat diatasi.
Dengan demikian, berdasarkan pendapat para ahli, dapat dikatakan
bahwa monitoring pada dasarnya merupakan pemantauan suatu kegiatan
proyek atau program sosial yang dilaksanakan pada saat kegiatan tersebut
sedang berlangsung. Tujuan monitoring adalah untuk:
1. Mengetahui bagaimana masukan (input) sumber-sumber dalam rencana
yang digunakan.
2. Bagaimana kegiatan-kegiatan dalam implementasi dilaksanakan.
3. Apakah rentang waktu implementasi terpenuhi secara tepat atau tidak.
19
4. Apakah setiap aspek dalam perencanaan dan implementasi berjalan
sesuai dengan yang diharapkan.
2. Pengertian Evaluasi
Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu evaluation.
Evaluasi merupakan pengidentifikasian keberhasilan dan/atau kegagalan
suatu rencana kegiatan atau program. Evaluasi ialah mengukur berhasil
tidaknya program yang dilaksanakan, serta bagaimana tindak lanjutnya.
Kegiatan evaluasi senantiasa didasarkan atas hasil dari monitoring.
Berikut beberapa pendapat para ahli mengenai teori evaluasi:
1. Dalam buku Essential of Education Evaluation karangan Edwin Wand
& Gerald W. Brown, dikatakan bahwa “Evaluation refer to the act or
process to determining the value of action refer to the value of
something”. Evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk
menentukan nilai dari suatu tindakan atau suatu proses untuk
menentukan nilai dari sesuatu.7
2. Edward Allen Suchman
Edward A. Suchman, Professor of Sociology University of
Pittsburg menulis buku berjudul Evaluative Research: Principles and
Practice in Public Service and Social Action Program (1987) yang
menunjukan pandangannya mengenai evaluasi sebagai suatu bentuk
penelitian. Ia membedakan antara evaluasi sebagai suatu pemakaian
pendapat umum (common sense) yang menunjukan suatu proses sosial
7 Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: PTRefika Aditama, 2007), hal. 17.
20
membuat penilaian mengenai manfaat (worth) dan evaluative research
(riset evaluatif) yang memakai metode-metode dan teknik-teknik
penelitian saintifik.8
3. Peter H. Rossi
Peter H. Rossi terkenal menulis buku teks evaluasi bersama-
sama Freeman & Wright yang berjudul Evaluation: Systematic
Approach (2004). Ia mengemukakan teori evaluasi berupa theory-
driven evaluation dan evaluation comprehensive, yang dilukiskannya
sebagai aplikasi sistematik prosedur penelitian sosial dalam menilai
konsepsualisasi dan desain, implementasi, dan utilitas program
intervensi sosial.9
4. Carol H. Weiss
Ia berpendapat bahwa evaluasi merupakan aktivitas politik.
Adalah politik yang berada pada aktivitas evaluasi, baik sebagai suatu
proses dan dalam pengertian temuan-temuan evaluasi, memengaruhi
dan dipengaruhi oleh konteks politik. Evaluasi memengaruhi situasi
politik di mana di sana ada vested interests, negosiasi, kritik, dan
sebagainya.10
5. Ernest House
Ernest House berpendapat bahwa evaluasi dilakukan untuk
menyediakan informasi kepada para pengambil keputusan agar mereka
8 Wirawan, Evaluasi: Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi, (Jakarta: PTRajaGrafindo Persada, 2011), hal. 39.
9 Wirawan, Evaluasi: Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi, hal. 42.10 Wirawan, Evaluasi: Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi, hal. 45.
21
dapat menentukan alokasi sumber-sumber vital yang dibutuhkan
masyarakat. House menyatakan bahwa evaluasi tak pernah netral dari
nilai. Evaluasi harus condong ke arah keadilan sosial dengan secara
spesifik memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan interest dari mereka yang
powerless. Evaluator harus memahami kebutuhan dan posisi berbagai
kelompok pemangku kepentingan dan menyeimbangkan dengan
keadilan sosial. Akan tetapi perlu dicatat di sini, menurut House, bahwa
peran evaluasi tidak untuk mendefinisikan nilai dalam pengertian baik
atau buruk, akan tetapi dalam pengertian benar dan adil.11
Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli di atas, evaluasi pada
dasarnya adalah pemantauan suatu kegiatan proyek atau program sosial
yang dilakukan pada saat kegiatan tersebut telah berakhir atau dilakukan
sekurang-kurangnya setelah program tersebut telah berjalan beberapa saat
(misalnya tiga bulan, satu semester atau enam bulan, satu tahun).
Secara umum dikenal dua tipe evaluasi, yaitu: on-going evaluation
atau evaluasi terus-menerus dan ex-post evaluation atau evaluasi akhir.
Tipe evaluasi yang pertama dilaksanakan pada interval periode waktu
tertentu, misalnya per tri wulan atau per semester selama proses
implementasi (biasanya pada akhir fase atau tahap suatu rencana). Tipe
evaluasi yang kedua dilakukan setelah implementasi suatu program atau
rencana. Berbeda dengan monitoring, evaluasi biasanya lebih difokuskan
pada pengidentifikasian kualitas program. Evaluasi berusaha
11 Wirawan, Evaluasi: Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi, hal. 54.
22
mengidentifikasi mengenai apa yang sebenarnya terjadi pada pelaksanaan
atau penerapan program.
Evaluasi bertujuan untuk:
1. Mengidentifikasi tingkat pencapaian tujuan.
2. Mengukur dampak langsung yang terjadi pada kelompok sasaran.
3. Mengetahui dan menganalisis konsekuensi-konsekuensi lain yang
mungkin terjadi di luar rencana (externalities).12
3. Prinsip-prinsip MONEV
Hal yang paling mendasar dalam melakukan monev adalah
mengetahui terlebih dahulu kegiatan dan objek apa saja yang dapat
dijadikan bahan atau sasaran monev. Menurut Owen dan Rogers (1999)
ada lima objek atau sasaran yang dapat dijadikan bahan monev:
1. Program. Program adalah seperangkat aktivitas atau kegiatan yang
ditujukan untuk mencapai suatu perubahan tertentu terhadap kelompok
sasaran tertentu.
2. Kebijakan. Kebijkan adalah ketetapan yang memuat prinsip-prinsip
untuk mengaharapkan cara-cara bertindak yang dibuat secara terencana
dan konsisten dalam mencapai tujuan tertentu (Suharto, 1997:108).
3. Organisasi. Organisasi adalah sekumpulan dua orang atau lebih yang
bersepakat untuk melakukan kegiatan tertentu demi mencapai tujuan-
tujuan yang telah ditetapkan. Perusahaan, departemen pemerintahan
atau lembaga swadaya masyarakat adalah beberapa contoh organisasi.
12 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, hal. 119.
23
4. Produk atau hasil. Produk adalah keluaran atau output yang dihasilkan
dari suatu proses kegiatan tertentu. Misalnya, buku atau pedoman
pelatihan, barang-barang, makanan, sapi atau kambing yang diberikan
kepada klien dalam suatu pelayanan sosial.
5. Individu. Individu yang dimaksud dalam hal ini adalah orang atau
manusia yang ada dalam suatu organisasi atau masyarakat. Umumnya,
monev terhadap individu difokuskan kepada kemampuan atau performa
yang dimiliki oleh orang yang bersangkutan dalam melaksanakan
tugas-tugas tertentu dalam organisasi atau masyarakat.13
Monev yang berkaitan dengan program sosial pada hakikatnya
menekankan bahwa prinsip utama monev adalah meningkatkan kualitas
pembuatan keputusan. Misalnya, keputusan yang menyangkut jenis
pelayanan sosial yang diberikan, sasaran yang akan menerima pelayanan
sosial, serta metode pendistribusian pelayanan sosial tersebut. Dalam
konteks ini maka monev dapat diartikan sebagai proses penilaian terhadap
pentingnya suatu pelayanan sosial. Penilaian ini dibuat dengan cara
membandingkan berbagai bukti (evidence) yang berkaitan dengan apakah
program telah sesuai dengan kriteria (criteria) yang ditetapkan dan
bagaimana seharusnya program tersebut harus dibuat dan
diimplementasikan (Boyle, 1981). Berdasarkan konsepsi ini, maka monev
pada prinsipnya menunjuk pada sebuah proses pembuatan keputusan yang
13 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, hal. 126-135.
24
melibatkan kriteria, bukti dan penilaian. Secara sederhana, prinsip-prinsip
di atas dapat diilustrasikan ke dalam gambar 2.1 di bawah ini.
Gambar 2.1: Prinsip-prinsip MONEV
4. Model Monitoring dan Evaluasi (Monev)
Para ahli evaluasi mengemukakan berbagai macam model evaluasi.
Setiap model evaluasi memiliki karakteristiknya masing-masing berkenaan
dengan konsep dasar, metode serta focus evaluasi. Stuffelbeam mencatat
pada tahun 1970-an telah ada sekitar lima puluh model evaluasi
(Stuffelbeam & Shinkfield, 1985:49). Di antara model evaluasi untuk
pelayanan adalah model goal attaintment yang dikemukakan oleh Tyler.
Tyler adalah seorang yang dianggap bapak evaluasi, karena pada
tahun 1950 telah memberikan sumbangannya dalam memberikan definisi
pada evaluasi. Tyler menganggap evaluasi merupakan proses
membandingkan antara tujuan yang ditetapkan dengan tujuan yang dapat
dicapai atau hasil.14
Model evalausi goal attainment merupakan termasuk model
evaluasi berbasis tujuan. Model evaluasi berbasis tujuan telah
dikembangkan dan digunakan selama delapan tahun pada akhir tahun
14 Aip Badrujaman, Teori dan Aplikasi Evaluasi Program Bimbingan Konseling, (Jakarta:PT Indeks, 2011), hal. 40.
Kriteria
Bukti
Membandingkan Penilaian
25
1930. Proses ini membawa Tyler memahami evaluasi sebagai proses
menentukan seberapa besar tujuan sebuah program dapat dicapai.
Berdasarkan pemikiran itulah, maka Tyler mengembangkan langkah-
langkah yang digunakan dalam melakukan sebuah evaluasi. Langkah-
langkah tersebut meliputi;
1) Menentukan tujuan seluas-luasnya atau sasaran-sasaran.
2) Mengklasifikasikan tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran.
3) Menegaskan sasaran dalam bentuk perilaku.
4) Menemukan situasi-situasi dalam pencapaian tujuan yang dapat
dilihat.
5) Mengembangkan atau memilih teknik pengukuran.
6) Mengumpulkan hasil data.
7) Membandingkan hasil data dengan perilaku berdasarkan tujuan.
Goodlad dalam Sanders (2004) berpendapat bahwa Tyler
mempermudah evaluasi karena adanya tujuan umum untuk menentukan
tujuan lebih baik daripada penentuan tujuan khusus (perilaku) yang tidak
tepat. Meskipun demikian, tujuan yang luas untuk kegiatan apa pun pada
akhirnya menuntut definisi operasional. Adanya definisi operasional
membuat rencana pengukuran dan pengaturan dapat dipilih. Melalui
penentuan tujuan umum dan khusus, Tyler percaya bahwa penyedia
layanan dibutuhkan untuk merundingkan kepentingan dan arti tujuan
umum layanan mereka.15
15 Aip Badrujaman, Teori dan Aplikasi Evaluasi Program Bimbingan Konseling, hal. 41.
26
5. Proses MONEV
Proses evaluasi dan kontrol strategik akan melalui beberapa
tahap/langkah sebagai berikut:
a. Menentukan suatu standar untuk mengukur kinerja perusahaan dan
membuat batas toleransi yang dapat diterima untuk tujuan, sasaran dan
strategi. Peter Druker mengusulkan lima kriteria untuk penentuan
standar pengukuran kinerja tersebut, yaitu:
1. Posisi Pasar. Penilaian yang nyata terhadap keberhasilan perusahaan
adalah mengukur posisi pangsa pasarnya dibandingkan dengan para
pesaing. Apakah pangsa pasar telah meningkat atau cenderung
menurun?.
2. Kinerja Inovasi (Divisi Riset dan Pengembangan). Bagaimana urutan
pengeluaran riset dan pengembangan (sebagai persentase penjualan)
dalam industrinya?.
3. Produktivitas. Kriteria ini berhubungan dengan “nilai tambah”
output. Penjualan per karyawan merupakan salah satu ukuran
produktivitas.
4. Likuiditas dan Aliran kas (cash flow). Kriteria aliran kas biasanya
lebih baik daripada masalah keuntungan.
5. Keuntungan/kemampulabaan. Kriteria ini akan mengukur apakah
marjin keuntungan meningkat atau menurun.
b. Menghitung dan mengukur hasil kinerja yang telah dicapai.
27
c. Membandingkan antara standar dengan hasil yang dicapai dan jika
melampaui batas toleransi, harus dianalisa penyebab-penyebabnya.
d. Mengambil tindakan perbaikan jika diperlukan.
Dalam mengevaluasi kinerja terhadap rencana bisnis, seseorang
harus selalu menanyakan “apakah tujuan dan sasaran perusahaan? Dan
bagaimana kinerja perusahaan dalam mendukung pencapaian
tujuan/sasaran tersebut?” jawaban dari pertanyaan ini akan menghasilkan
suatu daftar dari tujuan (dirinci pada tujuan dari pihak-pihak yang terkait
dengan perusahaan). Kemudian pimpinan harus memberikan suatu nilai
(0-10) yang menggambarkan tingkatan mengenai pencapaiannya.16
Tabel 2.1Contoh bentuk evaluasi
Apa tujuan dan sasaran perusahaan Anda? (sebut dan urutkan!) Bagaimana
kinerja perusahaan sehubungan dengan tujuan dan sasaran tersebut?
Tujuan/sasaran Hasil Nilai1. Laba Rp. 15 juta Rp. 20 juta 102. Memperkenalkan merek Dikenal di P. Jawa 73. Penurunan biaya 5% Turun 3,5% 54. Periode pengumpulan 25 hari 10
piutang 30 hariRingkasan Evaluasi = 8
Adapun untuk proses monev yang baik dapat memberikan
kerangka kerja (blueprint) yang jelas bagi tim monev dalam menjalankan
tugasnya. Pengalaman menunjukkan bahwa proses monev sangat
menentukan kualitas, relevansi dan kegunaan hasil monev (World Bank,
2002). Monev dapat dilakukan melalui beberapa langkah kegiatan.
16 Agustinus Sri Wahyudi, Manajemen Strategik, hal. 141-142.
28
Langkah-langkah kegiatan ini tidak bersifat kaku, namun dapat
disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan. Sebagai acuan, ada sepuluh
langkah pelaksanaan monev (lihat USAID, 1996).
1. Menentukan jenis-jenis dan ruang lingkup kegiatan yang akan dinilai.
Pada tahap ini harus ditentukan apakah kegiatan yang akan dievaluasi
bersifat tunggal atau terdiri dari berbagai kegiatan yang saling terkait
satu sama lain. Jelaskan nama, judul atau yang berwenang dalam
kegiatan yang akan dievaluasi. Identifikasi pula jumlah, tingkat dan
sumber dana, tanggal awal dan akhir kegiatan dan penjelasan ringkas
mengenai aspek-aspek apa saja dari kegiatan tersebut yang akan
dievaluasi.
2. Menjelaskan secara ringkas latar belakang dan sejarah kegiatan atau
problem yang akan dievaluasi. Dalam latar belakang ini dapat pula
dijelaskan nama-nama lembaga pelaksana dan organisasi-organisasi
yang terlibat serta informasi lain yang dapat membantu tim monev
memahami konteks kegiatan yang akan dinilai.
3. Mengidentifikasi sumber-sumber informasi mengenai kinerja kegiatan
yang telah berlangsung. Data sekunder ini dimaksudkan untuk
mengetahui sistem-sistem monev atau laporan-laporan monev
terdahulu.
4. Menentukan tujuan monev. Sebuah monev dapat dilakukan dengan baik
jika memiliki tujuan yang jelas mengenai apa yang dicapai oleh
kegiatan monev tersebut.
29
5. Merumuskan pertanyaan-pertanyaan monev. Pertanyaan harus jelas dan
terfokus. Pertanyaan yang mengambang dapat menimbulkan jawaban
yang mengambang pula. Batasi jumlah pertanyaan sesuai dengan
parameter atau variabel yang perlu diukur.
6. Menentukan metode atau teknik-teknik monev. Beberapa hal yang perlu
diketahui adalah: (a) desain strategi secara umum yang akan diterapkan
dan bagaimana strategi tersebut sejalan dengan pertanyaan-pertanyaan
monev yang telah disusun, (b) dari siapa data akan dikumpulkan, (c)
bagaimana data tersebut diperoleh, dan (d) bagaimana data tersebut
akan dianalisis.
7. Menentukan komposisi dan partisipasi tim pelaksana. Identifikasi
jumlah tim, kualifikasi dan keterampilan para anggota tim, termasuk
partisipasi yang diharapkan dari mereka.
8. Menentukan prosedur, jadwal dan logistik. Kaji berbagai prasyarat
prosedural sebuah monev, termasuk jadwal dan logistik yang
diperlukan.
9. Anggaran. Dalam rencana anggaran dapat dirancang dari mana sumber
pendanaan akan diperoleh dan untuk apa saja dana tersebut akan
digunakan.
10. Melakukan pengumpulan data dan menyiapkan sistem pelaporannya.
Setelah semua persiapan dianggap matang. Maka monev dapat
dilakukan. Selanjutnya, semua kegiatan monev tersebut harus dihimpun
30
dan disusun ke dalam sebuah laporan yang memaparkan hasil-hasil
temuan, kesimpulan dan rekomendasi.17
B. Pelayanan Prima
1. Pengertian Pelayanan
Berkaitan dengan pelayanan, ada dua istilah yang perlu diketahui,
yaitu melayani dan pelayanan.18 Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, pengertian melayani adalah membantu menyiapkan (mengurus)
apa yang diperlukan seseorang. Sedangkan pengertian pelayanan diartikan
sebagai kemudahan yang diberikan sehubungan dengan soal jual beli
barang atau jasa.19
Tentang pengertian pelayanan para ahli mengemukakan
pendapatnya yang berbeda-beda satu sama lain. Di antaranya para ahli
yang mengemukakan pendapat pelayanan yaitu sebagai berikut:
1) Menurut Philip Kottler, “Pelayanan dapat diartikan sebagai suatu
aktivitas yang bermanfaat atau yang diberikan oleh satu atau beberapa
pihak kepada pihak lain untuk dapat memuaskan kebutuhan dan
keinginan yang pada dasarnya bersifat berwujud dan tidak akan
menimbulkan kepemilikan apapun kepada yang menerimanya”.
2) Menurut AS. Moenir, “Pelayanan adalah proses pemenuhan
kebutuhan melalui aktivitas orang lain yang langsung diterima.
17 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, hal. 122-125.18 M. Nur Rianto Al-Arif, Dasar-Dasar Pemasaran Bank Syariah, (Bandung: Alfabeta,
2010), hal. 211.19 Nur Siti Aliyah, Skripsi: Strategi Pelayanan Prima Kantor Departemen Agama Jakarta
Barat Terhadap Calon Jamaah Haji, (Jakarta: Desember, 2008), hal. 2.
31
Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa pelayanan merupakan
tindakan yang dilakukan orang lain agar masing-masing
memperoleh keuntungan yang diharapkan dan mendapat kepuasan”.
3) Sedangkan menurut H.N. Casson, mendefinisikan pelayanan
sebagai tindakan yang dinyatakan atau dikerjakan untuk
menyenangkan, mencari petunjuk atau memberi keuntungan
kepada pembeli dengan tujuan menciptakan good will atau nama
baik serta peningkatan penjualan serta pendapatan.
4) Pelayanan menurut Atep Adya Brata adalah segala usaha
penyediaan fasilitas dalam rangka mewujudkan kepuasan para
calon pembeli atau pelanggan sebelum atau sesudah terjadinya
transaksi.
5) Definisi pelayanan menurut Ivancevich, Corenzi, Skinner dan
Erosby (1997 : 448) “Pelayanan adalah produk-produk yang tidak
kasat mata (tidak dirasa) yang melibatkan usaha-usaha manusia
dan menggunakan peralatan”.
6) Sedangkan definisi pelayanan yang lebih rinci diberikan Gronross
adalah “Pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas
yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi
akibat adanya interaksi antara konsumen dengan karyawan atau hal-
hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang
32
dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan konsumen atau
pelanggan”.20
Pelayanan pada dasarnya adalah kegiatan yang ditawarkan oleh
organisasi atau perorangan kepada konsumen, yang bersifat tidak
berwujud dan tidak dapat dimiliki. Adapun karakteristik tentang
pelayanan agar menjadi dasar bagaimana memberikan pelayanan yang
terbaik, yaitu:
1. Pelayanan bersifat tidak dapat diraba, pelayanan sangat berlawanan
sifatnya dengan barang jadi.
2. Pelayanan itu kenyataannya terdiri dari tindakan nyata dan
merupakan pengaruh yang sifatnya adalah tindakan sosial.
3. Produksi dan konsumsi dari pelayanan tidak dapat dipisahkan
secara nyata, karena pada umumnya kejadiannya bersamaan dan
terjadi di tempat yang sama.
Salah satu kualitas pelayanan yang banyak dijadikan acuan
dalam riset pemasaran adalah modal servqual (service quality). Service
quality adalah perbandingan antara kenyataan dan harapan
pelanggan/nasabah, jika kenyataan yang diterima lebih dari yang
diharapkan, maka layanan dapat dikatakan bermutu dan nasabah akan
puas, sebaliknya jika kenyataan kurang dari yang diharapkan, maka
layanan dikatakan tidak bermutu. Maka dapatlah disimpulkan bahwa
20 Nur Siti Aliyah, Skripsi: Strategi Pelayanan Prima Kantor Departemen Agama JakartaBarat Terhadap Calon Jamaah Haji, hal. 24.
33
pelayanan pelanggan merupakan aktivitas pelayanan yang diberikan
kepada konsumen atau nasabah, baik sebelum transaksi, saat transaksi
dan sesudah transaksi.21
2. Etika Pelayanan
Dilihat dari asal-usul kata, etika (ethic) berasal dari bahasa Yunani,
yakni ethikos yang dapat mengakomodasi tiga makna sebagai berikut: (1)
analisa konsep-konsep mengenai apa yang harus, mesti, tugas, aturan-
aturan moral, benar, salah, wajib, tanggung jawab dan lain-lain, (2) watak
moralitas atau tindakan-tindakan moral, dan (3) kehidupan yang baik
secara moral.
Dengan uraian yang agak sedikit berbeda, K. Bertens juga
mengemukakan tiga makna etika sebagai berikut: (1) nilai-nilai dan
norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu
kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. (2) kumpulan asas atau nilai-
nilai moral atau kode etik, dan (3) ilmu tentang baik dan buruk.
Ahmad Amin mendefinisikan etika atau akhlak sebagai ilmu yang
menjelaskan tentang baik dan buruk atau menerangkan apa yang
seharusnya dilakukan seseorang terhadap orang lain, serta menjelaskan
jalan mana yang harus ditempuh dan tujuan apa sesungguhnya yang
hendak digapai manusia dalam aktivitas kehidupannya.22
21 M. Nur Rianto Al Arif, Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah, hal. 213.22 A. Riawan Amin, Menata Perbankan Syariah di Indonesia, (Jakarta: UIN Press, 2009),
hal. 53.
34
Dalam arti sempit etiket sering disebut dengan etika yang artinya
tata cara berhubungan dengan manusia lainnya. Ditilik dari sejarah asal
mula kata etiket adalah berasal dari bahasa Perancis, etiquette, yang berarti
kartu undangan. Pada saat itu raja-raja Perancis sering mengundang para
tamu dengan menggunakan kartu undangan. Dalam kartu undangan
tercantum persyaratan atau ketentuan untuk mengikuti undangan antara
lain tentang waktu acara dan pakaian yang harus dikenakan.23
Dalam arti luas etiket sering disebut merupakan tindakan mengatur
tingkah laku atau perilaku manusia dengan masyarakat. Tingkah laku ini
perlu diatur agar tidak melanggar norma-norma atau kebiasaan yang
berlaku di masyarakat.
Adapun ketentuan yang diatur dalam etiket secara umum antara
lain:
1. Sikap dan perilaku
2. Penampilan
3. Cara berpakaian
4. Cara berbicara
5. Gerak-gerik
6. Cara bertanya
7. Dan hal-hal lainnya
Khusus untuk dunia perbankan masalah etiket ini sangat mutlak
untuk diketahui dan dijalankan. Nasabah yang datang ke bank sekalipun
23 Kasmir, Pemasaran Bank, hal. 167.
35
tanpa diundang merupakan tamu penting, tamu kehormatan yang harus
diberikan pelayanan yang maksimal.24
Etika perbankan adalah bagaimana proses aktivitas pemasaran
kebijakan secara benar, adil, dan berpegang teguh kepada nilai-nilai dalam
berbisnis.25
Ada beberapa karakter yang harus dimiliki oleh petugas bank
dalam melakukan pelayanan kepada nasabah, di antaranya adalah26:
1. Tidak melakukan perbuatan tercela
2. Memegang teguh amanah
3. Menjaga nama baik bank dan nasabah
4. Beriman dan mempunyai rasa tanggung jawab moral
5. Sabar tapi tegas dalam menghadapi permasalahan, seperti keluhannasabah
6. Memiliki integritas, artinya bertindak jujur dan benar
7. Manners, artinya tidak egois, disiplin dan tidak kasar
Dalam praktiknya secara garis besar dasar-dasar dalam etiket
perbankan yang harus dijalankan oleh setiap karyawan adalah sebagai
berikut:
1. Ingin membantu setiap keinginan dan kebutuhan nasabah sampai
tuntas.
2. Selalu memberi perhatian terhadap permasalahan yang dihadapi
nasabah.
24 Kasmir, Pemasaran Bank, hal. 168.25 M. Nur Rianto Al-Arif, Dasar-Dasar Pemasaran Bank Syariah, hal. 208.26 M. Nur Rianto Al Arif, Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah, hal. 209.
36
3. Sopan dan ramah dalam melayani nasabah tanpa melakukan
diskriminasi dalam bentuk apapun.
4. Memiliki rasa toleransi yang tinggi dalam menghadapi setiap tindak-
tanduk para nasabah.
5. Menjaga perasaan nasabah agar tetap merasa tenang, nyaman, dan
menimbulkan kepercayaan.
6. Dapat menahan emosi dari setiap kasus yang dihadapi terutama dalam
melayani nasabah yang berperilaku kurang baik.
7. Menyenangkan orang lain merupakan sikap yang harus selalu
ditunjukkan oleh setiap karyawan bank.27
Telah kita ketahui bahwa dalam memberikan pelayanan pegawai
bank selalu dituntut agar dapat memuaskan nasabah tanpa melanggar
harga diri atau etika. Dalam memberikan pelayanan juga diperlukan etiket,
sehingga kedua belah pihak baik tamu maupun pegawai bank dapat saling
menghargai.28
Adapun beberapa sebab nasabah meninggalkan bank, yaitu29:
1. Pelayanan yang tidak memuaskan
2. Produk yang tidak baik
3. Ingkar janji dan tidak tepat waktu
4. Biaya yang relatif mahal
Beberapa penyebab nasabah meninggalkan bank di atas di
antaranya ialah pelayanan yang tidak memuaskan. Malayu Hasibuan
(2001: 152), mendefinisikan pelayanan adalah kegiatan pemberian jasa
dari suatu pihak kepada pihak lainnya. Pelayanan yang baik adalah
27 Kasmir, Pemasaran Bank, hal. 169.28 Kasmir, Pemasaran Bank, hal. 176.29 Kasmir, Pemasaran Bank, (Jakarta: Kencana, 2010), hal. 189.
37
pelayanan yang dilakukan secara ramah-tamah, adil, cepat, dan dengan
etika yang baik sehingga memahami kebutuhan dan kepuasan bagi yang
menerimanya. Etika pelayanan adalah perilaku petugas bank terutama
petugas pelayanan (customer service) dalam memenuhi apa yang
diinginkan atau diharapkan konsumen/nasabah. Etika pelayanan bertitik
tolak pada perilaku petugas bank dalam berbagai lini dalam memenuhi
kebutuhan dan keinginan nasabah dengan memperhatikan mana yang baik
mana yang buruk, mana yang benar mana yang salah.
Secara umum etiket pelayanan yang dapat diberikan oleh pegawai
bank dalam rangka pelayanan adalah sebagai berikut:
1. Mengucapkan salam pada saat bertemu nasabah, seperti selamat pagi,
selamat siang, atau selamat sore. Jika kita sudah tahu agama nasabah,
misalnya muslim, maka ucapkan assalamualaikum.
2. Setelah mengucapkan salam, segera mempersilakan tamu untuk masuk
atau duduk dengan sopan atau suruh menunggu sebentar.
3. Baik dalam mengucapkan salam maupun mempersilakan tamu untuk
masuk atau duduk selalu dengan ramah dan murah senyum.
4. Bertanya tentang keperluan nasabah secara ramah, sopan, dan lemah
lembut.
5. Biasakan mengucapakan tolong atau maaf saat meminta nasabah
mengisi formulir atau menunggu sesaat.
38
6. Ucapkan kata terima kasih apabila nasabah memberikan saran atau
hendak pamit setelah menyelesaikan masalahnya.30
3. Kiat Pelayanan Prima
Rantai keuntungan layanan mengharuskan para pegawai yang
berkinerja tinggi dan merasa puas untuk meraih keunggulan layanan dan
menarik loyalitas pelanggan.31
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata pelayanan diartikan
sebagai suatu usaha untuk melayani kebutuhan orang lain dengan
menerima imbalan sebagai balasannya. Sedangkan kata prima berarti
sangat baik. Pelayanan Prima (Service Excellence) dapat diartikan
sebagai pelayanan yang sangat baik atau pelayanan yang terbaik yang
dapat diberikan oleh organisasi kepada pelanggannya.32
Adapun beberapa pendapat para ahli mengenai pelayanan prima, di
antaranya:33
1. Pelayanan prima menurut Barata (2003) merupakan sebuah konsep
kepedulian kepada pelanggan dengan memberikan layanan terbaik.
Barata (2003) juga menambahkan bahwa harus terdapat tiga hal
pokok di dalam definisi pelayanan prima yaitu pendekatan sikap
yang berkaitan dengan kepedulian organisasi tersebut kepada
30 Kasmir, Pemasaran Bank, hal. 177.31 Christopher Lovelock, dkk, Pemasaran Jasa, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2010), hal.
35.32 Amelia Yulinsa, Skripsi: Analisis Pelayanan Prima Terhadap Nasabah di Bank BRI
Syariah Kantor Cabang Pembantu Cipulir, (Jakarta: Agustus, 2014), hal. 18.33 Amelia Yulinsa, Skripsi: Analisis Pelayanan Prima Terhadap Nasabah di Bank BRI
Syariah Kantor Cabang Pembantu Cipulir, hal. 19.
39
pelanggan, upaya melayani pelanggan dengan tindakan terbaik serta
terdapat tujuan organisasi untuk dapat memuaskan pelanggan dengan
berorientasi kepada standar layanan tertentu.
2. Menurut Rahmayanthy (2010), pelayanan prima merupakan
pelayanan dengan memiliki standar kualitas tinggi dan selalu
mengikuti perkembangan kebutuhan pelanggan setiap saat secara
akurat (handal) dan konsisten, berorientasi kepada kepuasan
pelanggan, menerapkan manajemen mutu total, dan selalu
mengikuti perkembangan standar internasional/ISO.
3. Menurut Kinteki (2013) pelayanan prima merupakan layanan atau
dukungan pada pelanggan secara bermakna sebagai suatu layanan
yang memberi kepuasan bagi pelanggan, bahkan mungkin
melebihi kebutuhannya. Pelayanan prima dirasakan oleh
pelanggan menyenangkan, dekat, selalu diingat dan memberi
pencitraan positif bagi pemberi layanannya dalam memberikan
pelayanan prima yaitu mengutamakan pelanggan, sistem yang efektif,
melayani pelanggan dengan hati nurani, mengupayakan
perbaikan berkelanjutan, dan memberdayakan pelanggan.
Pelayanan prima disebut sangat baik atau terbaik, karena sesuai
dengan standar pelayanan yang berlaku atau dimiliki oleh instansi yang
memberikan pelayanan serta memuaskan pelanggan. Standar pelayanan
adalah ukuran yang telah ditentukan sebagai suatu pembakuan pelayanan
yang baik.
40
Pelayanan prima atau layanan unggulan pada konsumen itu sendiri
adalah bagaimana memberikan layanan maksimal kepada nasabah dan
kesiapan dalam mengatasi permasalahan yang muncul secara profesional.
Pelayanan ini kemudian akan meningkatkan kesan kepada nasabah
sehingga mereka akan seterusnya datang kembali untuk menjadi rekan
bisnis dengan baik.34
Tujuan pelayanan prima adalah memberikan pelayanan yang dapat
memenuhi dan memuaskan pelanggan atau masyarakat serta memberikan
fokus pelayanan kepada pelanggan. Ada enam faktor pelayanan prima,
yaitu:
1. Ability (Kemampuan)
Yaitu suatu pengetahuan dan keterampilan tertentu yang mutlak
diperlukan untuk menunjang program pelayanan prima, yang meliputi
kemampuan penguasaan pengetahuan tentang bidang kerja yang
ditekuni. Pada konteks ini seluruh pegawai bank syariah harus
memahami apa yang dimaksud dengan bank syariah serta seluruh
produk bank syariah tersebut, melakukan komunikasi efektif,
mengembangkan motivasi, dan menggunakan sarana public relation
sebagai instrumen dalam membina hubungan ke dalam dan ke luar
perusahaan.
34 Meilastri Novita, Skripsi: Pengaruh Pelayanan Prima Terhadap Kepuasan Nasabahpada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Cabang Kartini Makassar, (Makassar: November, 2012),hal. 13.
41
2. Attitude (Sikap)
Yaitu perilaku, sikap dan tingkah laku yang harus ditonjolkan
oleh pegawai ketika menghadapi pelanggan. Seorang pegawai bank
terutama yang berada di petugas pelayanan terdepan seperti customer
service, dan teller harus mampu menghadapi pelanggan dengan
senyuman.
3. Appearance (Penampilan)
Penampilan seorang pegawai bank baik yang bersifat fisik saja
maupun fisik dan non fisik mampu merefleksikan kepercayaan diri dan
kredibilitas perusahaan oleh konsumen.
4. Attention (Perhatian)
Karyawan harus mampu memberikan kepedulian penuh
terhadap pelanggan baik yang berkaitan dengan perhatian akan
kebutuhan dan keinginan pelanggan maupun pemahaman atas saran dan
kritiknya.
5. Action (Tindakan)
Karyawan harus mampu memberikan berbagai kegiatan nyata
yang harus diberikan dalam memberikan pelayanan prima kepada
konsumen.
6. Accountability (Pertanggungjawaban)
42
Suatu sikap keberpihakan kepada pelanggan sebagai wujud
kepedulian untuk menghindarkan atau meminimalkan kerugian atau
ketidakpuasan pelanggan.35
C. Frontliners
Perbankan dalam operasionalnya harus senantiasa menjaga dan
meningkatkan kepercayaan nasabahnya, maka bank perlu menjaga citra
positif di mata masyarakatnya. Citra ini dapat dibangun melalui kualitas
produk, kualitas pelayanan, dan kualitas keamanan. Untuk meningkatkan citra
perbankan, maka bank perlu menyiapkan karyawan yang mampu menangani
keinginan dan kebutuhan nasabahnya.36
Pada umumnya organisasi bank dibagi atas bagian atau divisi Back
Office dan Front Office. Back Office adalah bagian-bagian organisasi, seperti
pembukuan, audit, urusan sumber daya manusia (HRD) yang para
karyawannya tidak berhubungan langsung dengan nasabah bank.
Sedangkan Front Office adalah bagian-bagian organisasi di mana
karyawan secara langsung melayani nasabah. Setiap karyawan diberikan
desentralisasi otoritas terhadap deskripsi pekerjaan.37 Front Office di bank
sendiri lebih dikenal dengan sebutan front liners. Frontliners sebuah bank
35 M. Nur Rianto Al-Arif, Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah, hal. 216.36 Kasmir, Pemasaran Bank, hal. 179.37 Malayu S.P. Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), hal.
47.
43
adalah setiap orang yang ditugaskan sebagai teller, customer service, operator
telepon, dan security.38
1. Teller
Teller ialah petugas bank yang diberi kepercayaan penuh untuk
memegang, memelihara, dan menyimpan sejumlah uang tunai sesuai
dengan limitnya masing-masing untuk keperluan melayani secara
langsung dalam arti menerima dan membayar uang tunai atau yang
diperlukan sama dengan uang tunai selama waktu yang ditentukan (cash
hour).39
Teller disebut juga kuasa kas terbatas karena dalam jumlah uang
terbatas karyawan tersebut dapat bertindak secara langsung untuk
melakukan transaksi, dari suatu rangkaian kerja pelayanan kepada nasabah
di konter yang sebagian besar dari proses kerjanya disesuaikan sendiri oleh
teller yang bersangkutan, dan rangkaian kerja teller untuk menerima
setoran dan pembayaran uang tunai.40
Dalam memberikan pelayanan terhadap nasabah, terdapat beberapa
etika seorang teller:
a) Penampilan
Sebaikanya menggunakan seragam dinas dari bank yang
bersangkutan, sehingga ada kesan satu kesatuan dan dapat menjadi ciri
khas dari bank tersebut.
38 Suherman Sapri, Kiat Sukses Seorang Pemasar Bank, (Bogor: IPB Press, 2013), hal.53.
39 Chairul Azhar, Skripsi: Pengaruh Pelatihan Terhadap Kinerja Pelayanan Front LinerBank BRI Syariah di Jakarta, (Jakarta: November, 2011), hal. 53.
40 Faisal Afiff, Strategi dan Operasional Bank, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), hal. 30.
44
b) Kepribadian yang menarik
Sikap atau pembawaan yang ramah, hormat dan bersahabat
terhadap nasabah merupakan keharusan bagi teller, dengan tetap
mengingat martabat pribadi maupun martabat bank.
c) Pelayanan yang cepat dan tepat, menghindarkan nasabah menunggu
terlalu lama.
d) Menjaga kerahasiaan bank dan nasabah.
e) Jika merangkap sebagai customer service, teller dituntut untuk dapat
menjelaskan kepada nasabah tentang jasa-jasa yang ditawarkan bank
dengan sistematis dan logis.
2. Customer Service
Customer service secara umum adalah setiap kegiatan yang
diperuntukan atau ditujukan untuk memberikan kepuasan nasabah, melalui
pelayanan yang dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan nasabah.
Customer service memegang peranan sangat penting. Dalam dunia
perbankan tugas utama seorang customer service memberikan pelayanan
dan hubungan dengan masyarakat. Customer service bank dalam melayani
para nasabah selalu berusaha menarik den gan cara merayu para calon
nasabah menjadi nasabah bank yang bersangkutan dengan berbagai cara.
Customer service juga harus dapat menjaga nasabah lama agar tetap
menjadi nasabah bank. Oleh karena itu, tugas customer service merupakan
tulang punggung kegiatan operasional dalam dunia perbankan.41
41 Kasmir, Pemasaran Bank, hal. 180.
45
Adapun tugas-tugas seorang customer service dalam sebuah
instansi perbankan syariah sebagai berikut42:
a) Sebagai Resepsionis
Dalam hal ini customer service bertugas menerima tamu atau
nasabah yang datang ke bank dengan ramah, sopan, tenang, simpatik,
menarik, dan menyenangkan. Dalam hal ini customer service harus
selalu memberi perhatian, berbicara dengan suara yang lembut dan
jelas. Penggunaan bahasa yang mudah dimengerti serta mengucapkan
salam, misalnya “Selamat pagi/siang/sore.” Sesuai kondisi.
b) Sebagai Deskman
Sebagai deskman, tugas customer service antara lain memberikan
informasi mengenai produk-produk bank, antara lain menjelaskan
manfaat dan ciri-ciri produk bank.
Sebagai deskman, tugas customer service juga harus menyiapkan
berbagai brosur dan formulir untuk kepentingan nasabah. Kemudia
menjawab pertanyaan nasabah mengenai prosuk bank serta membantu
nasabah mengisi formulir aplikasi sesuai dengan transaksi yang ia
lakukan.
c) Sebagai Salesman
Sebagai salesman, tugas customer service bank adalah berusaha
sekuat tenaga menjual produk perbankan. Tugas lainnya adalah
melakukan cross selling terhadap penjualan yang dilakukan. Sebagai
42 Kasmir, Etika Customer Service, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006), hal. 191-193.
46
penjual, customer service mengadakan pendekatan dan mencari nasabah
baru. Customer service juga berusaha mengatasi setiap permasalahan
yang dihadapi nasabah, termasuk keberatan dan keluhan nasabah.
d) Sebagai Customer Relation Officer
Dalam hal ini, tugas seorang customer service harus menjaga
image bank dengan cara membina hubungan baik dengan seluruh
nasabah sehingga nasabah merasa senang, puas, dan semakin percaya
kepada bank. Salah satu yang terpenting adalah sebagai penghubung
antara bank dan seluruh nasabah.
e) Sebagai Komunikator
Tugas customer service yang terakhir adalah sebagai komunikator
dengan cara memberikan segala informasi dan kemudahan-kemudahan
kepada nasabah. Selain itu, juga sebagai tempat menampung keluhan,
keberatan, atau konsultasi.
Dalam arti yang lebih luas, tugas sebagai komunikator adalah
mengkomunikasikan kepentingan bank dengan kepentingan nasabah.
Komunikasi penting karena akan dapat mempererat hubungan antara
nasabah dengan bank.
3. Security
Security ialah seorang petugas yang menjadi informan awal sebuah
instansi perbankan kepada semua nasabah maupun calon nasabah. Seorang
47
security juga menjadi petugas yang bertugas menjaga keamanan dan
ketertiban di luar dan di dalam bank.43
Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan oleh seorang security
dalam menjalankan tugasnya:
1. Keberadaan security dan polisi di luar banking hal dan security di dalam
banking hall.
2. Fungsi security sebagai frontliners (keamanan, ketertiban dan petugas
informasi awal).
3. Atribut senjata security
4. Situasi dan kondisi tempat kerja
43 Data SQO (Service Quality Officer) Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III,diperoleh 11 Januari 2016.
48
BAB III
GAMBARAN UMUM BANK SYARIAH MANDIRI KANTOR WILAYAH
III JAKARTA
A. Sejarah Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta
Pada tahun 1997 terjadi krisis ekonomi yang melanda Negara-negara
Asia, termasuk Negara Indonesia. Peristiwa ini sekaligus membuktikan betapa
besar efek negatif yang ditimbulkan oleh sistem bunga yang diterapkan pada
bank konvensional terhadap inflasi, inve, dan kemiskinan hingga memorak-
porandakan hampir semua aspek sendi kehidupan ekonomi dan sosial politik
sebuah Negara. Seperti diketahui pada bank syariah, sistem yang digunakan
adalah bagi hasil pada akhir tahun (bukan sistem bunga seperti yang dilakukan
pada bank konvensional). Return yang diberikan kepada nasabah pemilik dana
pun ternyata lebih tinggi daripada bunga deposito yang diberikan oleh bank
konvensional. Itulah alasan yang menjadikan bank syariah tetap kokoh dan
tidak terpengaruh oleh krisis yang terjadi. Sementara itu, data dari Bank
Indonesia (BI) menyebutkan bahwa total pembiayaan perbankan syariah per
April 2007 sebesar Rp. 21,35 triliun, yang artinya mengalami pertumbuhan 29
persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang
senilai Rp. 16,59 triliun. Adapun dana pihak ketiga mencapai Rp. 22 triliun,
yang berarti tumbuh sekitar 42 persen bila dibandingkan pada tahun 2007.1
Sejarah tersebut telah membuktikan bahwa kegiatan perbankan
dengan prinsip syariah dalam hal ini sistem bagi hasil lebih baik dan lebih
1 Rukmana Amir Machmud, Bank Syariah, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2010), hal. 6.
49
efektif dalam membantu pembangunan nasional, khususnya pembangunan
ekonomi. Pembangunan nasional merupakan upaya nasional untuk
mewujudkan human ascend. Karena sifat hakiki manusia adalah makhluk
multidimensional, maka pembangunan nasional merupakan
multidimensional.2 Menurut Malthus proses pembangunan adalah suatu
proses naik-turunnya aktivitas ekonomi lebih daripada sekedar lancar-
tidaknya aktivitas ekonomi.3
Nilai–nilai perusahaan yang menjunjung tinggi kemanusiaan dan
integritas telah tertanam kuat pada segenap insan Bank Syariah Mandiri
(BSM) sejak awal pendiriannya. Kehadiran BSM sejak tahun 1999,
sesungguhnya merupakan hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan
moneter 1997–1998. Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan moneter
sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis multi-dimensi termasuk di
panggung politik nasional, telah menimbulkan beragam dampak yang negatif
yang sangat hebat terhadap seluruh sendi kehidupan masyarakat, tidak
terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi tersebut, industri perbankan nasional
yang didominasi oleh bank–bank konvensional mengalami krisis luar biasa.
Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan merestrukturisasi dan
merekapitalisasi sebagian bank–bank di Indonesia.
Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang
dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang
2 Moeljarto Tjokrowinoto, Pembangunan: Dilema dan Tantangan, (Yogyakarta, PustakaPelajar Offset, 1996), hal. 23.
3 M.L., Jhingan, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, (Jakarta: PT RajaGrafindoPersada, 2004), hal. 97.
50
Negara dan PT Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha
keluar dari situasi tersebut dengan melakukan upaya merger dengan beberapa
bank lain serta mengundang investor asing. Pada saat bersamaan, pemerintah
melakukan penggabungan (merger) empat bank (Bank Dagang Negara, Bank
Bumi Daya, Bank Exim dan Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT
Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan
tersebut juga menempatkan dan menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
Sebagai pemilik mayoritas baru BSB.
Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri
melakukan konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan
Syariah. Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan
perbankan syariah di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon
atas berlakunya UU No. 10 Tahun 1998, yang memberi peluang bank umum
untuk melayani transaksi syariah (dual banking system). Tim Pengembangan
Perbankan Syariah memandang bahwa pemberlakuan UU tersebut merupakan
momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT Bank Susila Bakti dari
konvensional menjadi bank syariah. Oleh karenanya, Tim Pengembangan
Perbankan Syariah segera mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya,
sehingga kegiatan usaha BSB berubah dari bank konvensional menjadi bank
yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT Bank Syariah
Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23
tanggal 8 September 1999.
Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah
dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No.
51
1/24/ KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya melalui surat keputusan
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/1999, BI
menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri. Menyusul
pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah Mandiri secara
resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1
November 1999 M.4
PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank
yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai–nilai rohani, yang
melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni dan idealisme usaha dan nilai–
nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri
dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk bersama
membangun Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik.
PT Bank Syariah Mandiri dalam rangka upaya untuk mempermudah
koordinasi antara kantor pusat dengan kantor cabang dan kantor cabang
pembantu yang tersebar di seluruh Indonesia, telah membagi otoritasnya
kepada 7 (tujuh) kantor wilayah. Fungsi dari kantor wilayah tersebut yaitu
bertanggung jawab atas berjalannya aktivitas perbankan kantor cabang dan
kantor cabang pembantu yang berada di bawah koordinasinya.5
Pada tahun 2008 tercatat PT Bank Syariah Mandiri telah membagi
otoritasnya kepada Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah II sebagai kantor
wilayah yang mengkoordinir aktivitas perbankan kantor cabang dan kantor
cabang pembantu Bank Syariah Mandiri di wilayah Jakarta, Bogor, Depok,
4 Data PT Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta, diperoleh 11 Januari 2016.5 Wawancara Pribadi dengan Ibu Megawati (Pelaksana SQO), Jakarta 12 April 2016.
52
Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).6 Namun sampai pada tahun 2015
tercatat PT Bank Syariah Mandiri telah kembali membagi otoritasnya kepada
Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah II menjadi Bank Syariah Mandiri
Kantor Wilayah III. Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III yang telah
diberi otorisasi baru ini menambah wilayah koordinasinya menjadi wilayah
Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Serang, dan Cilegon.7
Dalam tugasnya, Bank Syariah Mandiri kantor wilayah III memiliki
beragam tanggung jawab yang harus diembannya. Di antara tugas-tugas
tersebut adalah bertanggung jawab atas terlaksananya bisnis yang dilakukan
oleh kantor cabang dan kantor cabang pembantu yang berada di bawah
koordinasinya, memastikan kepatuhan, tingkat kesehatan dan prudensialitas
seluruh aktivitas cabang, memastikan terlaksananya standar pelayanan
nasabah yang prima, melakukan manajemen sumber daya insani, melakukan
koordinasi dengan kantor cabang dan kantor cabang pembantu yang berada di
bawah koordinasinya, berkoordinasi dengan kantor pusat dan lain sebagainya
yang berkaitan dengan aktivitas perbankan di PT Bank Syariah Mandiri.8
Seiring berjalannya waktu dan kesadaran masyarakat yang semakin
percaya terhadap eksistensi perbankan syariah, perkembangan perbankan
syariah pun semakin tumbuh khususnya di wilayah yang berada di bawah
koordinasi Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III. Perkembangan tersebut
dapat terlihat dari banyaknya jumlah kantor cabang dan kantor cabang
pembantu yang mulai beroperasi di bawah koordinasi Bank Syariah Mandiri
6 Wawancara Pribadi dengan Ibu Megawati (Pelaksana SQO), Jakarta 12 April 2016.7 Wawancara Pribadi dengan Ibu Megawati (Pelaksana SQO), Jakarta 12 April 2016.8 Job Description Kepala Kantor Wilayah III Jakarta, diperoleh 11 Maret 2016.
53
Kantor Wilayah III. Tercatat pada tahun 2015 sudah terdapat sebanyak 38
kantor cabang dan 112 kantor cabang pembantu dengan jumlah pegawai
sebanyak 1894 pegawai yang berada di bawah koordinasi Bank Syariah
Mandiri Kantor Wilayah III.9
B. Tageline, Visi, Misi dan Nilai Perusahaan
1. Tageline (Terdepan, Modern, Menenteramkan)
a. Terdepan, adalah komitmen BSM untuk selalu menjadi bank syariah
yang terbaik dan terbesar.
b. Modern, adalah komitmen BSM untuk terus berinovasi dari sisi produk,
layanan, teknologi dan sumber daya manusia yang professional sesuai
dengan kebutuhan dan perkembangan perbankan syariah.
c. Menenteramkan, adalah komitmen BSM untuk memberikan rasa aman
dan nyaman dalam melakukan aktifitas perbankan sesuai prinsip
syariah bagi seluruh stakeholder.
2. Visi (Bank Syariah Terdepan dan Modern)
Bank Syariah Terdepan: Menjadi bank syariah yang selalu unggul di
antara industri perbankan syariah di Indonesia
pada segmen consumer, micro, SME,
Commercial, dan Corporate.
Bank Syariah Modern: Menjadi bank syariah dengan sistem layanan
dan teknologi mutakhir yang melampaui
harapan nasabah.
9 Wawancara Pribadi dengan Ibu Tania Rahma (Pelaksana SDI), Jakarta 20 Februari2016.
54
3. Misi
1. Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan di atas rata-rata industri
yang berkesinambungan.
2. Meningkatkan kualitas produk dan layanan berbasis teknologi yang
melampaui harapan nasabah.
3. Mengutamakan penghimpunan dana murah dan penyaluran pembiayaan
pada segmen ritel.
4. Mengembangkan bisnis atas dasar nilai-nilai syariah universal.
5. Mengembangkan manajemen talenta dan lingkungan kerja yang sehat.
6. meningkatkan kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan.10
4. Nilai dan Kultur Bank Syariah Mandiri
Setelah melalui proses yang melibatkan seluruh jajaran pegawai
sejak pertengahan 2005, lahirlah nilai-nilai perusahaan yang baru yang
disepakati bersama untuk di-share oleh seluruh pegawai Bank Syariah
Mandiri yang disebut Shared Values Bank Syariah Mandiri. Shared values
merupakan nilai-nilai perusahaan yang menjadi pedoman bagi seluruh
pegawai Bank Syariah Mandiri dalam menjalankan aktivitas
perbankannya.11 Adapun Shared Values Bank Syariah Mandiri disingkat
“ETHIC”.
Excellence:
Mencapai hasil yang mendekati sempurna (perfect result-oriented).
Teamwork:
10 Data Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta, diperoleh pada 11 januari2016.
11 Data Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta diperoleh pada 11 januari 2016.
55
Mengembangkan lingkungan kerja yang saling bersinergi.
Humanity:
Mengembangkan kepedulian terhadap kemanusiaan dan lingkungan.
Integrity:
Berperilaku terpuji, bermartabat, dan menjaga etika profesi.
Customer Focus:
Mengembangkan kesadaran tentang pentingnya nasabah dan
berupaya melampaui harapan nasabah (internal dan eksternal).12
C. Struktur Organisasi
Gambar 3.1
Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III
Sekretaris
Sumber: PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta
12 Wawancara Pribadi dengan Ibu Megawati (Pelaksana SQO), Jakarta 12 April 2016.
OperasionalBisnis
SDI
General Affair
Performance & Budgeting
Marketing
Kantor Wilayah III
Legal Clerk
Clerk
56
D. Frontliners Bank Syariah Mandiri
Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta memiliki satuan
kerja atau bidang di bawah naungan Service Quality Management (SQM)
yang berkonsentrasi pada penilaian kualitas pelayanan seorang petugas
frontliners yakni bidang Service Quality Officer (SQO). Bidang ini menjadi
tolok ukur Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta dalam
menentukan seorang petugas frontliners serta memberikan standarisasi
pelayanan petugas frontliners terhadap nasabah.13 Dalam setiap periodenya,
bidang ini senantiasa melakukan monitoring dan memberikan evaluasi
penilaian kinerja para petugas frontliners. Agar pelayanan prima yang
berdarsarkan pada prinsip, visi dan misi yang diharapkan oleh semua instansi
perbankan dapat tercipta dan diterapkan pada seluruh cabang Bank Syariah
Mandiri yang berada di bawah naungan Kantor Wilayah III Jakarta.
Bank Syariah Mandiri termasuk bank yang mendaftarkan instansinya
ke lembaga independen Maketing Research Indonesia (MRI) sebagai bagian
dari proses program kerja monitoring dan evaluasi. Lembaga ini memiliki
fungsi memberikan penilaian terhadap kinerja perbankan, baik perbankan
syariah maupun konvensional. Setiap tahunnya akan melaksanankan program
Bank Service Excellence Monitor (BSEM) dan lansung memberikan report
atau hasil mengenai kinerja seluruh perbankan, termasuk pelayanan petugas
frontliners.14 Salah satu prestasi bagi Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah
13 Wawancara Pribadi dengan Ibu Megawati (Pelaksana SQO), Jakarta, 12 April 2016.14 Wawancara Pribadi dengan Ibu Megawati (Pelaksana SQO), Jakarta, 12 April 2016.
57
III Jakarta yakni menjadi bank syariah dengan performa terbaik petugas
frontliners selama dua tahun pada periode 2014-2015.15
Tabel 3.1
Performa Terbaik Customer Service Bank Umum Syariah:
Di Jakarta dan Bekasi tahun 2014-2015 (%)
Nama Bank Umum Syariah
Presentase (%)
PeringkatTahun 2014 Tahun 2015
Bank Syariah Mandiri 82,06 76,75 1
Bank Muamalat 75,48 76,05 2
BRI Syariah 72,35 71,47 3
BNI Syariah 58,72 66,50 4
BCA Syariah 72,56 61,53 5Sumber: MRI, diolah kembali oleh Biro Riset Infobank (birl)
Data di atas memberikan informasi bahwa kualitas pelayanan
khususnya petugas frotnliners yang dimiliki oleh Bank Syariah Mandiri yang
berada di wilayah Jakarta dan Bekasi yang juga di bawah naungan Bank
Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta sangatlah baik atau termasuk
pelayanan prima.
Frontliners Bank Syariah Mandiri ialah teller dan customer service
dan security. Teller ialah petugas bank yang diberi kepercayaan penuh untuk
memegang, memelihara, dan menyimpan sejumlah uang tunai sesuai dengan
limitnya masing-masing untuk keperluan melayani secara langsung dalam arti
menerima dan membayar uang tunai atau yang diperlukan sama dengan uang
15 Ermina Yuliarti, “Bagaimana Mengukur Bank Service Excellence Monitor?”, Infobank,435/XXXVII/1 Mei 2015, hal. 28.
58
tunai selama waktu yang ditentukan (cash hour).16 Adapun customer service
adalah pegawai yang memiliki tugas untuk memberikan penjelasan kepada
nasabah atau calon nasabah maupun investor mengenai produk-produk Bank
Syariah Mandiri, berikut tata cara dan prosedurnya.17 Sedangkan security
ialah petugas yang menjadi informan awal Bank Syariah Mandiri yang
bertugas menjaga keamanan dan ketertiban di luar dan di dalam bank.18
Teller memiliki tugas untuk melayani transaksi nasabah, seperti
transfer, penyetoran, penarikan dan tukar uang.19 Selain itu, teller juga
menjalani tugas untuk penerimaan tunai, penerimaan non tunai, kliring
keluar, pemindahbukuan, RTGS (Real Time Gross Settlement), selisih kas
dan penanganan uang palsu.20
Adapun tugas seorang customer service yaitu memberikan informasi
penjelasan terkait dengan nasabah atau calon nasabah yang ingin mengetahui
produk-produk Bank Syariah Mandiri, pembukaan tabungan, konsultasi
produk, keluhan, dan lain sebagainya yang terkait dengan penjelasan
produk.21
Sedangkan tugas seorang security pada Bank Syariah Mandiri ialah
memberikan informasi awal mengenai apa yang berhubungan dengan produk
16 Data SQO (Service Quality Officer) Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III,diperoleh 11 Januari 2016.
17 Data SQO (Service Quality Officer) Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III,diperoleh 11 Januari 2016.
18 Data SQO (Service Quality Officer) Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III,diperoleh 11 Januari 2016.
19 Wawancara Pribadi dengan Bapak Deyan Ginanjar (Pelaksana SQO), Jakarta 12 April2016.
20 Data SQO (Service Quality Officer) Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III,diperoleh 11 Januari 2016.
21 Wawancara Pribadi dengan Bapak Deyan Ginanjar (Pelaksana SQO), Jakarta 12 April2016.
59
Bank Syariah Mandiri kepada nasabah atau calon nasabah yang baru datang,
serta bertugas menjaga keamanan dan ketertiban di luar dan di dalam bank.22
Keberadaan teller, customer service, dan security di Bank Syariah
Mandiri merupakan bagian yang penting. Karena mereka merupakan garis
terdepan yang berfungsi sebagai penghubung antara masyarakat sebagai
nasabah maupun calon nasabah dengan pelayanan Bank Syariah Mandiri.
Berikut standarisasi pelayanan yang harus dimiliki oleh seorang
customer service:
1. Sikap CS
• Sikap mengawali pelayanan
• Sikap dalam melayani (attentiveness, responsiveness courtesy, emphaty,
willingness to help)
• Sikap mengakhiri pelayanan
2. Skill CS
• Transparansi informasi produk, biaya, dan layanan
• Cross selling
• Handling complain & service recovery
• Customer retention
• Time delivery (buka dan tutup rekening)
3. Penampilan CS
• Dandanan, pakaian, dan name tag
• Kondisi meja kerja (kebersihan, ketersediaan brosur)
Standarisasi seorang petugas teller ialah:
22 Wawancara Pribadi dengan Bapak Deyan Ginanjar (Pelaksana SQO), Jakarta 12 April2016.
60
1. Sikap Teller
• Greeting
• Sikap selama melayani (attentiveness, responsiveness courtesy,
willingness to help)
• Sikap saat mengakhiri pelayanan
2. Skill Teller
• Ketelitian
• Izin dalam menghitung uang
• Cara menghitung uang
• Konfirmasi atas jumlah uang yang diterima
• Time delivery (transfer debet, setor & tarik tunai)
3. Penampilan Teller
• Dandanan, pakaian dan name tag
• Kondisi meja kerja23
Sedangkan standarisasi pelayanan oleh seorang security:
1. Keberadaan security dan polisi di luar banking hal dan security di dalam
banking hall.
2. Fungsi security sebagai frontliners (keamanan, ketertiban dan petugas
informasi awal).
3. Atribut senjata security
4. Situasi dan kondisi tempat kerja
23Wawancara Pribadi dengan Ibu Megawati (Pelaksana SQO), Jakarta 12 April 2016.
61
BAB IV
ANALISIS MONITORING DAN EVALUASI PELAYANAN PRIMA
PETUGAS FRONTLINERS BANK SYARIAH MANDIRI KANTOR
WILAYAH III JAKARTA
A. Standar Monitoring dan Evaluasi (MONEV)
Standar monitoring dan evaluasi (monev) merupakan suatu pedoman
untuk melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi dari sebuah program.1
Perumusan dari sebuah standar harus mengacu atau sesuai dengan visi, misi,
dan nilai perusahaan.2
Dalam proses menentukan standarisasi monitoring dan evaluasi
pelayanan petugas frontliners, Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III
mengacu pada visi, misi, dan nilai perusahaan yang berlaku, yakni menjadi
Bank Syariah dengan sistem layanan dan teknologi mutakhir yang melampaui
harapan nasabah.3 Pada prinsipnya tujuan dibuatnya standar monitoring dan
evaluasi pelayanan petugas frontliners ini adalah untuk memudahkan bidang
Service Quality Management (SQM) pada Bank Syariah Mandiri Kantor
Pusat dan Service Quality Officer (SQO) pada Bank Syariah Mandiri Kantor
Wilayah III Jakarta dalam melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi
(monev) pelayanan petugas frontliners dengan efektif dan efisien guna
1 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, hal. 117.2 Agustinus Sri Wahyudi, Manajemen Strategik, hal. 140.3 Wawancara Pribadi dengan Ibu Megawati (Pelaksana SQO), Jakarta 12 April 2016.
62
memberikan pelayanan yang prima kepada seluruh nasabah di kantor-kantor
cabang yang berada di bawah koordinasinya.4
Upaya yang menjadi langkah penentuan standar monitoring dan
evaluasi (monev) pelayanan petugas frontliners Bank Syariah Mandiri Kantor
Wilayah III Jakarta yaitu melalui dua mekanisme. Pertama, membuat form on
site assurance atau ceklis pengukuran kinerja pelayanan petugas frontliners
setiap outlet atau kantor cabang. Form on site assurance tersebut dibuat
secara terperinci pelayanan seperti apa yang harus diberikan kepada nasabah
mulai dari nasabah sebelum transaksi, saat transaksi, maupun sesudah
transaksi. Pembuatan form on site assurance tersebut sesuai dengan masing-
masing jabatan atau posisi petugas frontliners. Standar monitoring dan
evaluasi (monev) dengan form on site assurance terdiri dari beberapa aspek
penilaian pada masing-masing posisi petugas frontliners. Di antara aspek
penilaian yang menjadi standar pelayanan seorang petugas frontliners ialah
aspek sikap, aspek skill, dan aspek penampilan dengan keterangan pelayanan
yang harus diberikan kepada nasabah di setiap aspek.5
Kemudian yang kedua dalam penentuan standar monitoring dan
evaluasi (monev) pelayanan petugas frontliners yaitu kebijakan standar
operasional prosedur (SOP) pelayanan (service) yang telah ditentukan oleh
kantor pusat, tetapi SOP tersebut semuanya sudah termaktub atau sudah ada
4 Wawancara Pribadi dengan Bapak Deyan Ginanjar (Pelaksana SQO), Jakarta 12 April2016.
5 Form On Site Assurance Outlet Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III, diperolehpada 12 April 2016.
63
dalam form on site assurance sebagai standar pelayanan petugas frontliners
yang pertama.6 Jika seorang petugas frontliners ingin mengetahui standar
layanan (service) PT Bank Syariah Mandiri maka dapat dilihat pada form on
site assurance. Tujuan penggunaan standar monitoring dan evaluasi dengan
SOP (Standar Operasional Prosedur) adalah untuk memastikan pembuatan
form on site assurance sesuai dengan visi, misi dan nilai perusahaan PT Bank
Syariah Mandiri.7
Gambar 4.1
Proses Perumusan Standar Monitoring dan Evaluasi
Faktor-faktor yang mendorong penentuan standarisasi monitoring dan
evaluasi serta pelaksanaannya yaitu alasan secara normatif bahwa Bank
Syariah Mandiri Kantor Wilayah III ingin seluruh petugas frontliners
memberikan pelayanan yang sama atau seragam, misalnya ada pertanyaan A
maka harus dijawab B, semua petugas frontliners harus sama jawaban atas
6 Wawancara Pribadi dengan Bapak Deyan Ginanjar (Pelaksana SQO), Jakarta 12 April2016.
7 Wawancara Pribadi dengan Bapak Deyan Ginanjar (Pelaksana SQO), Jakarta 12 April2016.
Form On Site Assurance
SOP Pelayanan
Menetap-kan Visi,Misi, dan
NilaiPerusaha-
an
StandarMONEV
64
pertanyaannya. Tidak ada perbedaan dalam pelayanan yang diberikan kepada
nasabah.8
Sedangkan secara target Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III
mengacu pada prestasi yang sudah berhasil diraih selama 2 tahun berturut-
turut pada tahun 2014-2015, yakni pada program Bank Service Excellence
Monitor (BSEM) yang diadakan oleh Marketing Research Indonesia (MRI)
yang juga terdiri dari banyak instansi perbankan syariah yang ada di
Indonesia. Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III akan melanjutkan serta
meningkatkan prestasi tersebut.9
B. Model Monitoring dan Evaluasi (MONEV)
Model monitoring dan evaluasi (monev) pelayanan petugas frontliners
yang diterapkan Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta adalah
model Mystery shopper. Mystery shopper atau yang biasa disebut pembeli
bayangan ialah aktivitas yang dilakukan seseorang dengan berpura-pura
membeli produk yang ada di Bank Syariah Mandiri, kemudian akan
memberikan pertanyaan kepada petugas frontliners sesuai dengan
skenarionya dengan mendokumentasikan semua aktivitas berupa rekaman
suara dan foto-foto penemuan yang masih kurang sesuai dengan standar
pelayanan petugas frontliners Bank Syariah Mandiri.
8 Wawancara Pribadi dengan Bapak Deyan Ginanjar (Pelaksana SQO), Jakarta 12 April2016.
9 Wawancara Pribadi dengan Bapak Deyan Ginanjar (Pelaksana SQO), Jakarta 12 April2016.
65
Model mystery shopper tersebut melibatkan sumber daya manusia
(SDM) baik dari pihak internal maupun eksternal. Tujuan dari perekrutan
sumber daya manusia (SDM) tersebut yaitu untuk menjadi tenaga yang akan
memonitoring dan mengevaluasi langsung para petugas frontliners di kantor
cabang maupun di kantor cabang pembantu.
Dalam implementasinya atas penentuan model monitoring dan
evaluasi (monev) pelayanan petugas frontliners Bank Syariah Mandiri Kantor
Wilayah III Jakarta, yang menjadi langkah awal adalah dibentuknya bidang
Sevice Quality Officer (SQO) yang berada di bawah koordinasi bidang
Service Quality Management (SQM) di Kantor Pusat PT Bank Syariah
Mandiri.10 Mekanisme monitoring dan evaluasi (monev) ini melibatkan
sumber daya manusia (SDM) secara internal. Pelaksana Service Quality
Officer (SQO) dalam melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi yakni
dengan secara langsung datang ke kantor cabang atau kantor cabang
pembantu untuk menjadi nasabah.
Mekanisme seperti itu sudah tentu para petugas frontliners telah
mengetahui sedang dilakukan monitoring dan evaluasi (monev) atas
kinerjanya, tetapi pelaksana Service Quality Officer (SQO) telah membuat
kesepakatan dengan para petugas frontliners.11 Kesepakatan yang dibuat
dengan petugas frontliners yaitu jika pelaksana Service Quality Officer
10 Wawancara Pribadi dengan Bapak Deyan Ginanjar (Pelaksana SQO), Jakarta 12 April2016.
11 Wawancara Pribadi dengan Bapak Deyan Ginanjar (Pelaksana SQO), Jakarta 12 April2016.
66
(SQO) datang maka perlakukan sebagaimana nasabah yang lainnya sesuai
dengan standar yang berlaku.
Adapun mekanisme yang kedua dalam model mystery shopper untuk
kegiatan monitoring dan evaluasi (monev) pelayanan petugas frontliners
Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta adalah merekrut
mahasiswa/mahasisiwi magang. Job description mahasiswa/mahasiswi
magang dalam melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi (monev)
pelayanan petugas frontliners sama seperti apa yang dilakukan pelaksana
Service Quality Officer (SQO) yakni menjadi nasabah, kemudian akan
memberikan pertanyaan-pertanyaan maupun keluhan kepada petugas
frontliners dengan sudah mempersiapkan alat dokumentasi berupa perekam
suara dan kamera untuk mengambil gambar penemuan-penemuan yang masih
kurang dengan standar pelayanan petugas frontliners Bank Syariah Mandiri.
Kemudian memberikan informasi kepada pelaksana Service Quality Officer
(SQO) berupa dokumentasi, hasil rekaman suara dan foto-foto penemuan
yang tidak sesuai dengan standar pelayanan yang akan diproses menjadi surat
hasil evaluasi seperti pada langkah pertama yang dilakukan pelaksana Service
Quality Officer (SQO).12
Berbeda dengan langkah yang pertama, langkah yang kedua ini
dengan melibatkan pihak eksternal akan lebih efektif proses monitoring dan
evaluasi (monev) yang dilakukan oleh Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah
12 Wawancara Pribadi dengan Bapak Deyan Ginanjar (Pelaksana SQO), Jakarta 12 April2016.
67
III. Tujuan direkrutnya mahasiswa/mahasiswi magang untuk menjadi bagian
dari pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi (monev) pelayanan
petugas frontliners, karena para petugas frontliners di kantor cabang maupun
kantor cabang pembantu belum mengenal nasabah mahasiswa/mahasiswi
magang, dan akan tidak sadar kalau sedang dilakukan kegiatan monitoring
dan evaluasi (monev) oleh pelaksana Service Quality Officer (SQO) melalui
mahasiswa/mahasiswi magang.13
Gambar 4.2
Model Monitoring dan Evaluasi (MONEV)
Internal
Eksternal
Model mystery shopper tersebut menjadi model yang diterapkan
dalam kegiatan monitoring pelayanan petugas frontliners Bank Syariah
Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta.
C. Proses Monitoring dan Evaluasi (MONEV)
Proses monitoring dan evaluasi (monev) adalah implementasi
kegiatan monitoring dan evaluasi (monev) atas program yang telah
13 Wawancara Pribadi dengan Bapak Deyan Ginanjar (Pelaksana SQO), Jakarta 12 April2016.
Service Quality Officer(SQO)
Mahasiswa/i Magang
BankSyariahMandiriKantor
WilayahIII
Jakarta
OutletBank
SyariahMandirikantor
Wilayah IIIJakarta
68
direncanakan. Proses monitoring dan evaluasi (monev) yang baik dapat
memberikan kerangka kerja (blueprint) yang jelas bagi tim monev dalam
menjalankan tugasnya.14
Proses monitoring dan evaluasi (monev) Bank Syariah Mandiri
bekerja sama dengan lembaga independen Marketing Research Indonesia
(MRI). Bentuk kerja sama tersebut secara internal dan dilakukan oleh Kantor
Pusat. Sedangkan untuk Kantor Wilayah III Jakarta bekerja sama dengan
pihak kampus atau dengan mahasiswa/mahasiswi magang.
Proses monitoring dan evalauasi (monev) yang diterapkan Bank
Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta berdasarkan skenario.15 Skenario
adalah garis besar alur pementasan, yang menyajikan urutan adegan dan
deskripsi dialog tokoh yang terlibat.16
Adapun faktor penentuan skenario kegiatan monitoring dan evaluasi
(monev):
1. Banyaknya kendala-kendala yang nasabah sampaikan
2. Banyaknya pertanyaan nasabah
3. Pelaksana Service Quality Officer (SQO) ingin mengetahui sampai sejauh
mana petugas frontliners menguasai produk-produk dan juga prosedur
aktivitas perbankan Bank Syariah Mandiri.
14 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, hal. 122.15 Wawancara Pribadi dengan Bapak Deyan Ginanjar (Pelaksana SQO), Jakarta 12 April
2016.16 Abdul Rozak Zaidan, dkk., Kamus Istilah Sastra, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hal.
189.
69
4. Pelaksana Service Quality Officer (SQO) ingin mengetahui sejauh mana
kemampuan petugas frontliners dalam memberikan problem solving,
menyelesaikan keluhan dan masalah yang disampaikan oleh nasabah17
Sesuai dengan visi, misi dan nilai perusahan yakni mewujudkan
pertumbuhan dan keuntungan di atas rata-rata industri yang
berkesinambungan, dalam keadaan apapun petugas frontliners harus tetap
memasarkan produk, bahkan ketika nasabah komplain sekalipun tetap harus
memasarkan produk-produk yang ada di Bank Syariah Mandiri kepada
nasabah.18 Hal yang paling penting adalah dalam memberikan pelayanan
petugas frontliners harus melebihi harapan serta keinginan nasabah.
Tabel 4.1
Contoh Skenario Monitoring dan Evaluasi (monev)
NO BULAN SKENARIO
1 Januari Buka Rekening
2 Februari Tanya Produk
3 Maret Komplain/Keluhan
4 April Tutup Rekening
Dalam implementasinya proses monitoring dan evaluasi (monev)
pelayanan petugas frontliners Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III
mengacu pada model yang diterapkan, yaitu model mystery shopper. Mystery
17 Wawancara Pribadi dengan Bapak Deyan Ginanjar (Pelaksana SQO), Jakarta 12 April2016.
18 Data Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta, diperoleh pada 20 Maret 2016.
70
shopper tersebut dilakukan ke seluruh outlet atau kantor cabang yang
berjumlah 38 dan kantor cabang pembantu yang jumlahnya 118.19
Proses monitoring dan evaluasi (monev) yang pertama adalah
pelaksana Service Quality Officer (SQO) datang ke outlet atau kantor cabang
yang menjadi sasaran pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi (monev)
untuk menjadi nasabah yang akan memberikan berbagai pertanyaan maupun
keluhan sesuai dengan skenario kepada petugas frontliners. Setelah petugas
frontliners selesai melayani, pelaksana Service Quality Officer (SQO) akan
melakukan penyeliaan atau evaluasi secara langsung mengenai penemuan-
penemuan yang masih kurang dari standar dalam pelayanan petugas
frontliners tersebut. Kemudian hasil evaluasi tersebut diteruskan ke bagian
supervisor outlet atau kantor cabang tersebut, dan hari berikutnya hasil
evaluasi tersebut akan diteruskan ke Kepala Kantor Wilayah (Regional Head)
Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta dalam bentuk surat.20
Proses kegiatan monitoring dan evaluasi (monev) yang kedua ialah
mahasiswa/mahasiswi magang datang ke outlet atau kantor cabang yang
menjadi sasaran pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi (monev) untuk
menjadi nasabah yang akan memberikan berbagai pertanyaan maupun
keluhan sesuai dengan skenario kepada petugas frontliners. Dalam proses
pemberian hasil evaluasi, proses monitoring dan evaluasi (monev) dengan
melibatkan mahasiswa/mahasiswi magang terdapat perbedaan dengan proses
19 Wawancara Pribadi dengan Ibu Tania Rahmah (Pelaksana SDI), Jakarta 12 April 2016.20 Wawancara Pribadi dengan Bapak Deyan Ginanjar (Pelaksana SQO), Jakarta 12 April
2016.
71
yang pertama yakni yang dilakukan secara langsung oleh pelaksana Service
Quality Officer (SQO). Perbedaan tersebut yaitu pada hasil dokumentasi
berupa rekaman suara, foto-foto penemuan saat melakukan transaksi atau
aktivitas perbankan di kantor cabang akan direkap dan berikan hasil
evaluasinya pada setiap akhir bulan sesuai dengan skenarionya.21
Berdasarkan standar pelayanan petugas frontliners Bank Syariah
Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta yang mengacu pada standar pelayanan
Marketing Research Indonesia (MRI) dikatakan suatu pelayanan termasuk
pelayanan prima atau pelayanan terbaik apabila mencapai angka minimal 95.
Nilai pelayanan petugas frontliners kantor cabang Bank Syariah Mandiri
yang lebih dari angka 95 akan berwarna hijau pada surat hasil evaluasi. Tetapi
apabila kurang dari angka 95 maka surat hasil evaluasi akan berwarna kuning
dan apabila pelayanan yang diberikan sangat buruk akan berwarna merah.
Untuk surat hasil evaluasi yang berwarna kuning dan merah akan diberikan
surat teguran dari pelaksana Service Quality Officer (SQO).22
Bentuk proses evaluasi yang dilakukan Bank Syariah Mandiri Kantor
Wilayah III Jakarta setelah kegiatan monitoring adalah merekap dalam bentuk
nilai, kemudian diberikan pula peringkat dan diserahkan kembali kantor
cabang. Kantor cabang yang nilainya di bawah angka 95 atau standar
pelayanan petugas frontliners Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III
21 Wawancara Pribadi dengan Bapak Deyan Ginanjar (Pelaksana SQO), Jakarta 12 April2016.
22 Wawancara Pribadi dengan Bapak Deyan Ginanjar (Pelaksana SQO), Jakarta 12 April2016.
72
Jakarta, semua petugas frontliners pada outlet atau kantor cabang tersebut
akan dikumpulkan dan diadakan sebuah forum oleh pelaksana Service Quality
Officer (SQO). Forum ini dilakukan dengan memberikan reminder, arahan,
motivasi, serta semangat agar dapat memberikan pelayanan kepada nasabah
yang lebih baik lagi.23
Gambar 4.3
Alur Proses Monitoring dan Evaluasi (MONEV)
Faktor yang mendukung pelaksanaan monitoring dan evaluasi
(monev) pelayanan petugas frontliners Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah
III Jakarta yaitu pelaksana Service Quality Officer (SQO) didampingi dan
dibantu oleh tenaga mahasiswa/mahasiswi magang, kemudian didukung
(support) oleh kendaraan operasional yang memudahkan untuk menuju
kantor cabang maupun kantor cabang pembantu, dan yang paling penting
23 Wawancara Pribadi dengan Bapak Deyan Ginanjar (Pelaksana SQO), Jakarta 12 April2016.
Service Quality Officer(SQO)
Mahasiswa/i Magang
Bank Syariah MandiriKantor Wilayah III Jakarta
Outlet Bank SyariahMandiri kantor Wilayah III
Jakarta
73
pelaksana Service Quality Officer (SQO) sangat didukung oleh Kepala
Kantor Wilayah (Regional Head).24
24 Wawancara Pribadi dengan Bapak Deyan Ginanjar (Pelaksana SQO), Jakarta 12 April2016.
74
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai “Monitoring dan Evaluasi
Pelayanan Prima Petugas Frontliners Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah
III Jakarta, maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan:
1. Standar monitoring dan evaluasi pelayanan prima petugas frontliners Bank
Syariah Mandiri Kantor Wilayah III terdiri dari dua macam yang mengacu
pada visi, misi, dan nilai perusahaan. Pertama, form on site assurance yang
dibuat secara terperinci untuk masing-masing posisi petugas frontliners,
pelayanan seperti apa yang harus diberikan kepada nasabah mulai dari
nasabah sebelum transaksi, saat transaksi, maupun sesudah transaksi. Pada
form on site assurance terdiri dari beberapa aspek penilaian, di antaranya
aspek sikap, aspek skill, dan aspek penampilan dengan keterangan
pelayanan yang harus diberikan kepada nasabah di setiap aspek.
Kedua, kebijakan Standar Operasional Prosedur (SOP) pelayanan (service)
yang telah ditentukan oleh kantor pusat, SOP tersebut semuanya sudah
termaktub atau sudah ada dalam form on site assurance sebagai standar
pelayanan petugas frontliners yang pertama.
75
2. Model dalam implementasi monitoring dan evaluasi pelayanan prima
petugas frontliners Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III adalah
mystery shopper. Model mystery shopper tersebut melibatkan pihak
internal dan eksternal.
3. Proses monitoring dan evaluasi pelayanan petugas frontliners yang
diterapkan oleh Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta bersifat
terus-menerus atau berkesinambungan. Cara tersebut sangat tepat untuk
diterapkan, karena dengan dimonitoring dan dievaluasinya petugas
frontliners secara terus menerus akan membuat petugas frontliners
semakin teruji dan kompeten dalm memberikan pelayanan yang prima
kepada seluruh nasabah. Hal tersebut dapat tercermin dari prestasi yang
berhasil diraih oleh petugas frontliners Bank Syariah Mandiri Kantor
Wilayah III Jakarta selama 2 tahun berturut-turut sebagai Bank dengan
pelayanan petugas frontliners terbaik.
B. Saran
1. Pertahankan serta tingkatkan terus prestasi yang sudah berhasil diraih oleh
petugas frontliners, agar masyarakat semakin percaya dan nyaman
terhadap Bank Syariah Mandiri.
2. Tindak lanjuti sarana dan prasarana yang sekiranya masih terdapat
kekurangan dan masih di bawah standar pelayanan pada seluruh outlet atau
kantor cabang. Agar nasabah juga merasa nyaman dengan aspek fisik
bank.
76
3. Perbanyaklah jumlah petugas frontliners yang berada di kantor cabang
maupun kantor cabang pembantu. Agar nasabah akan lebih cepat dalam
memenuhi kebutuhannya, khususnya dalam aktivitas perbankan.
DAFTAR PUSTAKA
Afiff, Faisal; 2008; Strategi dan Operasional Bank, Jakarta: PT Bumi Aksara.
Al Aslami, Muqqodas; 2014; Skripsi: Strategi Rekrutmen Pegawai FrontlinerBank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta, Jakarta: Mei.
Amin, A. Riawan; 2009; Menata Perbankan syariah di Indonesia, Jakarta: UINPress.
Amir Machmud, Rukmana; 2010; Bank Syariah, Jakarta: Penerbit Erlangga.
Arikunto, Suharsimi; 2010; Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,Jakarta: Rineka Cipta.
Azhar, Chairul; 2011; Skripsi: Pengaruh Pelatihan Terhadap Kinerja PelayananFront Line Bank BRI Syariah di Jakarta, Jakarta: November.
Badrujaman, Aip; 2011; Teori dan Aplikasi Evaluasi Program Bimbingan Konseling,Jakarta: PT Indeks.
Dewi, Gemala; 2006; Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan PerasuransianSyariah di Indonesia, Jakarta: Kencana.
Fathurrohman, Pupuh dan Sutikno, M. Sobry; 2007; Strategi Belajar Mengajar,Bandung: PT Refika Aditama.
Gerry Foe, Ferry; Skripsi: Rancang Bangun Sistem Informasi Monitoring DebiturLitigasi di PT Bank Tabungan Negara pada Area Collection III Surabaya,Surabaya: Juli.
Hasan, Zubairi; 2009; Undang-undang Perbankan Syariah: Titik Temu HukumIslam dan Hukum Nasional, Jakarta: Rajawali Pers.
Hasibuan, Malayu S.P.; 2008; Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta: PT Bumi Aksara.
Herli, Ali Suyanto; 2013; Buku Pintar pengelolaan BPR & Lembaga KeuanganPembiayaan Mikro, Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Jhingan, M.L.; 2004; Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Jakarta: PTRajaGrafindo Persada.
Karim, Adiwarman; 2003; Bank Islam analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: IIITIndonesia.
Kasmir; 2006; Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
______; 2006; Etika Customer Service, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
______; 2010; Pemasaran Bank, Jakarta: Kencana.
Lovelock, Christhoper, dkk; 2010; Pemasaran Jasa, Jakarta: Penerbit Erlangga.
Munir, M. dan Ilaihi, Wahyu; 2006; Manajemen Dakwah, Jakarta: Kencana.
Nasehudin, Toto Syatori dan Gozali, Nanang; 2012; Metode PenelitianKuantitatif; Bandung: CV PUSTAKA SETIA.
Novita, Meilastri; 2012; Skripsi; Pengaruh Pelayanan Prima Terhadap KepuasanNasabah pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Cabang KartiniMakassar, Makassar: November.
Rianto Al Arif, M. Nur; 2010; Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah, Bandung:Alfabet.
Salam, Syamsir dan Aripin, Jaenal; 2006; Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta:UIN Press.
Sapri, Suherman; 2013; Kiat Sukses Seorang Pemasar Bank, Bogor: IPB Press.
Siti Aliyah, Nur; 2008; Skripsi Strategi Pelayanan Prima Kantor DepartemenAgama Jakarta Barat Terhadap Calon Jamaah Haji, Jakarta: Desember.
Soehartono, Irawan; 2011; Metode Penelitian Sosial, Bandung: PT RemajaRosdakarya.
Soemitra, Andri; 2009; Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: Kencana.
Sri Wahyudi, Agustinus; 1996; Manajemen Strategik, Jakarta: Binapura Aksara.
Subiyantoro, Arif dan FX. Suwarto; 2007, Metode dan Penelitian Sosial,Yogyakarta: CV Andi Offset.
Suharsaputra, Uhar; 2014; Metode Penelitian, Bandung: PT Refika Aditama.
Suharto, Edi; 2005; Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Bandung:PT Refika Aditama.
Suprayitno, Eko B.; 2006; Budaya Kerja Perbankan, Jakarta: Penerbit LP3ES.
Tjokrowinoto, Moeljarto; 1996; Pembangunan Dilema dan Tantangan,
Yogyakarta, Pustaka Pelajar Offset.
Wirawan; 2011; Evaluasi: Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi, Jakarta:PT RajaGrafindo Persada.
Yuliarti, Ermina; 2015; Majalah Infobank, “Bagaimana Mengukur Bank ServiceExcellence Monitor?”, 435/XXXVII, Jakarta; Infobank.
Yulinsa, Amelia; 2014; Skripsi: Analisis Pelayanan Prima Terhadap Nasabah diBank BRI Syariah Kantor Cabang Pembantu Cipulir, Jakarta: Agustus.
Zaidan, Abdul Rozak, dkk.; 2007: Kamus Istilah Sastra, Jakarta: Balai Pustaka.
Internet
http://hadits.stiba.ac.id/?type=hadits&no=2383&imam=tirmidz, diakses pada hariselasa tanggal 15 Maret 2016 jam 17:20 WIB.
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Monitoring+Evaluasi, diakses tanggal 24 Maret2016, jam 09.00 WIB.
http://setkab.go.id/pengertian-monitoring-dan-evaluasi-kebijakan-pemerintah/,diakses pada hari selasa tanggal 15 Maret 2016 jam 21:20 WIB.
DAFTAR PEDOMAN WAWANCARA
“MONITORING DAN EVALUASI PELAYANAN PRIMA PETUGAS
FRONTLINERS BANK SYARIAH MANDIRI KANTOR WILAYAH III
JAKARTA”
Penanya : Agung Saputro (NIM. 1112053000058)
Penjawab : Bpk. Deyan Ginanjar (NIP. 098474185)
Jabatan : Pelaksana SQO (Service Quality Officer)
Tanggal Pelaksanaan : 12 April 2016
Lokasi : Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III
Gedung Graha Mandiri Lt. 22, Jl. Imam Bonjol No. 61
1. Penanya : Siapakah yang bertanggung jawab atas pelayanan petugas
frontliners Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III?
Penjawab: Kebijakan mengenai pelayanan (service) ialah kantor pusat BSM,
di sana terdapat bidang yang bernama Service Quality
Management (SQM) yang juga membawahi kantor wilayah.
Mereka yang menentukan standarisasi pelayanan, dan kita di sini
dalam bidang Service Quality Officer (SQO) yang berada di
bawah naungan SQM ditugaskan memonitoring pelayanan
petugas frontliners BSM. Bidang SQO ini yang memastikan
aturan, strandarisasi pelayanan petugas frontliners sudah berjalan
dan sesuai dengan yang semestinya. Tetapi tetap, yang paling
bertanggung jawab atas pelayanan secara keseluruhan ialah
melekat pada kantor pusat. Kalau di kantor cabang atau kantor
cabang pembantu, kan ada kepala cabang atau kepala cabang
pembantunya, mereka yang bertanggung jawab atas pelayanan
pada outlet mereka. Para kepala cabang itu juga memonitoring
langsung kinerja petugas frontliners-nya dan sekaligus menjadi
role model bagi pegawainya.
2. Penanya : Bagaimana hirarki bidang Service Quality Officer (SQO)
di PT. Bank Syariah Mandiri?
Penjawab: Bidang Service Quality Officer (SQO) berada di bawah naungan
bidang Service Quality Management (SQM) di BSM kantor pusat.
3. Penanya : Apa yang dilakukan bidang Service Quality Officer (SQO)?
Penjawab: Monitoring kinerja petugas frontliners dalam memberikan
pelayanan (service) di seluruh kantor cabang dan kantor cabang
pembantu yang berada di bawah naungan kantor wilayah III.
4. Penanya : Mengapa dilakukannya kegiatan monitoring pada kinerja
pelayanan petugas frontliners?
Penjawab: Seperti tadi yang saya sampaikan, kita harus memastikan bahwa
standar pelayanan yang dibuat oleh kantor pusat telah berjalan
dengan semestinya.
5. Penanya : Motivasi apa dilakukannya kegiatan monitoring tersebut?
Penjawab: Karena BSM sudah 2 kali berturut-turut mendapatkan predikat
Bank Syariah dengan performa terbaik petugas frontliners. Dan
kami ingin terus mempertahankan prestasi tersebut.
6. Penanya : Adakah faktor yang menyebabkan dilakukannya kegiatan
monitoring kinerja petugas frontliners?
Penjawab: Alasan secara normatif ialah kita ingin seluruh petugas frontliners
memberikan pelayanan yang sama, misalnya ada pertanyaan A
maka harus dijawab B, semua petugas frontliners harus sama
jawaban atas pertanyaannya. Tidak ada pelayanan yang berbeda
antara nasabah.
7. Penanya : Target apa yang hendak dicapai dari kegiatan monitoring?
Penjawab: Target kita itu tadi mengacu pada prestasi yang sudah kita raih
selama 2 kali berturut-turut, yakni pada program BSEM yang
diadakan MRI yang juga terdiri dari banyak instansi perbankan
syariah yang ada di Indonesia. Dan kami akan lanjutkan serta
tingkatkan prestasi seperti itu.
8. Penanya : Dalam melakukan kegiatan monitoring tersebut, adakah standar
pelaksanaan monitoring dan evaluasi?
Penjawab: Tentu ada.
9. Penanya : Bagaimana standar monitoring dan evaluasi pelayanan petugas
frontliners yang dilakukan Bank Syariah Mandiri Kanwil III?
Penjawab: Standar monitoring kita yang pertama adalah form on site atau
ceklis pengukuran kinerja pelayanan. Kemudian yang kedua yaitu
Standar Operasional Prosedur (SOP) yang telah ditentukan oleh
kantor pusat, tetapi SOP tersebut itu semuanya sudah termaktub
sudah ada dalam form on site ini. (menunjukan dan memberikan
form on site).
10. Penanya : Bagaimana model monitoring dan evaluasi pelayanan petugas
frontliners yang dilakukan Bank Syariah Mandiri Kanwil III?
Penjawab: Biasanya model monitoring yang kita lakukan yaitu shopper,
pertama kita merekrut mahasiswa magang untuk menjadi
nasabah, kemudian memberikan informasi kepada kita berupa
dokumentasi, rekaman suara dan foto-foto penemuan yang tidak
sesuai dengan standar pelayanan. Kemudian yang kedua itu
dengan kita langsung turun ke kantor cabang menjadi nasabah,
dengan cara ini sudah pasti para petugas frontliners telah
mengetahui sedang dilakukan monitoring, tetapi kita buat
kesepakatan kalau pelaksana SQO datang perlakukan kami
sebagaimana nasabah sesuai dengan standar yang berlaku. Dan
setelah selesai melayani kita akan lakukan yang dinamakan
penyelia atau evaluasi mengenai penemuan-penemuan yang
masih kurang dalam pelayanan. Kalau model yang pertama itu
kita melakukan rekap dan memberikan hasil evaluasinya setiap
akhir bulan, namun model yang kedua ini langsung kita berikan
feedback, kemudian kita teruskan ke supervisornya besoknya
hasil tersebut kita teruskan ke Regional Head kita dalam bentuk
surat, apabila hasilnya kuning apalagi merah akan kita berikan
surat teguran seperti ini. (menunjukan file surat teguran).
11. Penanya : Dalam implementasinya model apa yang dipilih Bank Syariah
Mandiri Kanwil III dalam monitoring dan evaluasi pelayanan
petugas frontliners?
Penjawab: Kedua model tersebut masih kami terapkan dalam kegiatan
monitoring pelayanan petugas frontliners.
12. Penanya : Bagaimana proses kegiatan monitoring dan evaluasi pelayanan
frontliners yang dilakukan Bank Syariah Mandiri Kanwil III?
Penjawab: Seperti tadi yang saya jelaskan dalam pertanyaan anda mengenai
model monitoring. Proses monitoring kita berdasarkan skenario,
adapun penentuan skenario itu karena banyaknya kendala-kendala
yang nasabah sampaikan, banyaknya pertanyaan nasabah, atau
dengan sampai sejauh mana petugas frontliners menguasai
produk-produk dan juga prosedur BSM, atau juga sejauh mana
petugas frontliners memberikan problem solving, menyelesaikan
keluhan dan masalah nasbah, dalam hal seperti itu petugas
frontliners harus tetap jualan, komplain sekalipun tetap harus
jualan kepada nasabah. Dan yang paling penting adalah petugas
frontliners harus melebihi harapan serta keinginan nasbah.
13. Penanya : Apakah ada kerja sama dengan pihak lain terkait dengan proses
kegiatan monitoring dan evaluasi pelayanan petugas frontliners
yang dilakukan Bank Syariah Mandiri Kanwiil III?
Penjawab: Iya ada, kerja sama dengan MRI secara internal. Dan itu
dilakukan oleh kantor pusat. Sedangkan untuk kantor wilayah III
kita bekerja sama dengan pihak kampus, dengan
mahasiswa/mahasiswi magang.
14. Penanya : Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat proses
kegiatan monitoring dan evaluasi pelayanan petugas frontliners
yang dilakukan Bank Syariah Mandiri Kanwil III?
Penjawab: Faktor yang mendukung pelaksanaan monitoring ini yaitu kita
sudah didampingi dan dibantu oleh teman-teman mahasiswa
magang, kemudian kita didukung (support) oleh kendaraan
operasional yang memudahkan kita untuk menuju kantor cabang,
dan yang paling penting itu kita sangat didukung oleh Regional
Head kita. Sedangkan untuk faktor yang menghambat masih
minim tenaga mystery shopper dari mahasiswa magang, data yang
kurang lengkap atau kurang jelas, kemudian tenaga mystery
shopper masih kurang faham apa yang kita minta, yakni
mengenai skenarionya.
15. Penanya : Bagaimana evaluasi Bank Syariah Mandiri Kanwil III setelah
dilakukannya kegiatan monitoring pelayanan petugas frontliners?
Penjawab: Evaluasi yang kita lakukan setelah kegiatan monitoring itu kita
rekap dalam bentuk nilai, kita berikan pula peringkat dan kita
serahkan kembali kantor cabang. Kantor cabang yang nilainya di
bawah 95 atau standar kita, akan kita kumpulkan dan adakan
forum. Forum ini kita lakukan dengan memberikan arahan,
motivasi, serta semangat agar dapat memberikan pelayanan yang
lebih baik lagi.
Jakarta, 12 April 2016
Telah Dijawab Oleh:
Pelaksana SQO,
Deyan GinanjarNIP. 098474185
DAFTAR PEDOMAN WAWANCARA
“MONITORING DAN EVALUASI PELAYANAN PRIMA PETUGAS
FRONTLINERS BANK SYARIAH MANDIRI KANTOR WILAYAH III
JAKARTA”
Penanya : Agung Saputro (NIM. 1112053000058)
Penjawab : Ibu Megawati (NIP. 118277649)
Jabatan : Pelaksana SQO (Service Quality Officer)
Tanggal Pelaksanaan : 12 April 2016.
Lokasi : Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III.
Gedung Graha Mandiri Lt. 22, Jl. Imam Bonjol No. 61
1. Penanya : Bagaimana sejarah berdirinya Bank Syariah Mandiri Kanwil III?
Penjawab: Bank Syariah Mandiri berdiri sejak tahun 1999, secara lebih
lengkap mengenai sejarah dan profil BSM dapat dilihat di website
www.syariahmandiri.co.id.
2. Penanya : Apa Visi, Misi, dan Kultur Bank Syariah Mandiri Kanwil III?
Penjawab : Visi, misi, nilai dan kultur Bank Syariah Mandiri juga tertera di
website kita, tetapi seiring berjalannya waktu dan perkembangan
zaman, visi, misi maupun nilai dan kultur BSM terus mengalami
perubahan atau dinamis. Ini visi, misi, serta nilai dan kultur BSM
yang terbaru. (menunjukan dan memberikan copy visi, misi, nilai
dan kultur BSM terbaru).
3. Penanya : Apakah yang disebut dengan Shared Values BSM?
Penjawab: Shared values ialah nilai-nilai perusahaan yang dijadikan
pedoman bagi pegawai dalam menjalankan aktivitas perbankan.
Shared values BSM lebih dikenal dengan sebutan “ETHIC”.
4. Penanya : Apa saja nilai perusahaan yang disebut “ETHIC”?
Penjawab: ETHIC merupakan singkatan dari Excellence, Teamwork,
Humanity, Integrity, Customer Focus. Adapun Excellence adalah
mencapai hasil yang mendekati sempurna (perfect result-
oriented). Teamwork ialah mengembangkan lingkungan kerja
yang saling bersinergi. Humanity adalah mengembangkan
kepedulian terhadap kemanusiaan dan lingkungan. Sedangkan
Integrity yaitu berperilaku terpuji, bermartabat, dan menjaga etika
profesi. Dan untuk Customer Focus ialah mengembangkan
kesadaran tentang pentingnya nasabah dan berupaya melampaui
harapan nasabah (internal dan eksternal).
5. Penanya :Bagaimana Sturktur Organisasi Bank Syariah Mandiri Kanwil III?
Penjawab: Untuk struktur organisasi Bank Syariah Mandiri keseluruhan atau
kantor pusat, bisa diakses di alamat website kami. Sedangkan
untuk struktur organisasi BSM Kanwil III sama seperti di kantor
pusat secara hirarkinya, untuk lebih jelasnya bisa dilihat di file
kami. (menunjuk dan memberikan copy filenya).
6. Penanya : Bagaimana sistem koordinasi Bank Syariah Mandiri antara kantor
pusat dengan kantor cabang?
Penjawab: Untuk memudahkan sistem koordinasi Bank Syariah Mandiri
Kantor Pusat membagi otorisasinya menjadi 7 (tujuh) kantor
wilayah, nah kita ini berada di Kanwil III.
7. Penanya : Bagaimana pembagian otorisasi kantor Wilayah III?
Penjawab: Kantor Wilayah III ini membawahi cabang sebanyak 38 kantor
cabang (kc) dan 118 kantor cabang pembantu (kcp). Pembagian
otorisasi tersebut dalam rangka untuk mempermudah sistem
koordinasi aktivitas perbankan.
8. Penanya : Berapa jumlah Kantor Wilayah PT Bank Syariah Mandiri?
Penjawab: 7 (tujuh) kantor wilayah (kanwil).
9. Penanya : Sejak kapan Bank Syariah Mandiri Kanwil III beroperasi?
Penjawab: Pada awalnya otorisasi kita adalah Kantor Wilayah II yang
beroperasi sejak tahun 2008. Kemudian pada akhir tahun 2015
otorisasi kita menjadi Kanwil III.
10. Penanya : Apa yang mendasari dan tujuan diopersaikannya Kanwil III?
Penjawab: Itu tadi, yang paling penting dari pembagian otorisasi tersebut
ialah untuk mempermudah sistem koordinasi dalam aktivitas
perbankan antara kantor pusat dengan kantor wilayah, antara
kantor wilayah dengan kantor cabang dan kantor cabang
pembantu. Tujuan kami di kantor wilayah III ini yaitu sebagai
penghubung antar kantor pusat dengan kantor cabang yang berada
di bawah naungan kita.
Jakarta, 12 April 2016
Telah Dijawab Oleh:
Pelaksana SQO,
MegawatiNIP. 118277649
DAFTAR PEDOMAN WAWANCARA
“MONITORING DAN EVALUASI PELAYANAN PRIMA PETUGAS
FRONTLINERS BANK SYARIAH MANDIRI KANTOR WILAYAH III
JAKARTA”
Penanya : Agung Saputro (NIM. 1112053000058)
Penjawab : Ibu Ediastuti (NIP. 027571001)
Jabatan : Pelaksana SQO (Service Quality Officer)
Tanggal Pelaksanaan : 12 April 2016
Lokasi : Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III.
Gedung Graha Mandiri Lt. 22, Jl. Imam Bonjol No. 61
1. Penanya : Apa yang di maksud dengan frontliners Bank Syariah Mandiri?
Penjawab: Pegawai yang menjadi garis terdepan atau orang pertama yang
menghadapi nasabah dalam aktivitas perbankan.
2. Penanya : Siapa saja yang di maksud dengan petugas frontliners?
Penjawab: Teller, Cutomer Service, dan Security.
3. Penanya : Apa fungsi petugas frontliners?
Penjawab: Menjalankan aktivitas perbankan, seperti mempromosikan
produk, memberikan solusi atas keluhan nasabah.
4. Penanya : Apa tugas pokok dari petugas frontliners?
Penjawab: Tugas teller itu lebih ke transaksi, kalau seperti di swalayan teller
itu seperti kasirnya, melayani uang masuk dan uang keluar dari
nasabah. Untuk CS lebih ke menjual produk dan melayani
keluhan nasabah. Sedangkan untuk security yaitu bertugas
sebagai keamanan dalam melayani nasabah menjadi nyaman.
5. Penanya : Bagaimana deskripsi kondisi kerja petugas frontliners?
Penjawab: Aturan jam kerja petugas frontliners sama dengan pegawai yang
lain, namun untuk petugas frontliners ada namanya jam tutup kas
pada jam 16.00. Pada jam itu aktivitas petugas frontliners sudah
berhenti, tetapi masih berada di dalam kantor dan masih bekerja
selain aktivitas kas.
6. Penanya : Target apa yang hendak dicapai dari kinerja petugas frontliners?
Penjawab: Kalau target semua petugas frontliners yakni melebihi harapan
nasabah dalam memberikan pelayanan, seperti CS punya target
pendanaan sekian, buka rekening sekian, lebih ke target
penjualan. Sedangkan teller dan security targetnya memperoleh
nilai di atas nilai standar pelayanan yang berlaku di BSM yang
juga mengacu pada instansi MRI.
Jakarta, 12 April 2016
Telah Dijawab Oleh:Pelaksana SQO,
Ediastuti
DAFTAR PEDOMAN WAWANCARA
“MONITORING DAN EVALUASI PELAYANAN PRIMA PETUGAS
FRONTLINERS BANK SYARIAH MANDIRI KANTOR WILAYAH III
JAKARTA”
Penanya : Agung Saputro (NIM. 1112053000058)
Penjawab : Ibu Tania Rahmah (NIP. 128710166)
Jabatan : Pelaksana SDI (Sumber Daya Insani)
Tanggal Pelaksanaan : 12 April 2016
Lokasi : Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III.
Gd. Graha Mandiri Lt. 22, Jl. Imam Bonjol No. 61
1. Penanya : Bagaimana perkembangan aktifitas perbankan di Bank Syariah
Mandiri Kanwil III tahun 2015?
Penjawab: Kalau untuk perkembangan aktivitas perbankan itu bisa
ditanyakan bagian atau bidan SQO atau marketing karena mereka
kan termasuk unit bisnis.
2. Penanya : Berapa jumlah KC dan KCP tahun 2015?
Penjawab: Sebanyak 38 kc dan 188 kcp.
3. Penanya : Berapa jumlah pegawai pada tahun 2015?
Penjawab: Untuk seluruh pegawai sebanyak 1653.
4. Penanya : Dan berapa jumlah pegawai untuk petugas frontliners?
Penjawab: 515 pegawai frontliners.
Jakarta, 12 April 2016
Telah Dijawab Oleh:
Pelaksana SDI,
Tania RahmahNIP. 128710166
Daftar Kantor Cabang Bank Syariah Mandiri kantor Wilayah III tahun
2015.
NO NAMA CABANG ALAMAT
1 Kc Jakarta Pondok Indah Komp. Ruko Pondok Indah Kav. II No.11 Blok
UA, Jl.Taman Duta I Sektor II, Jakarta Selatan.
2 Kc Jakarta Hasanudin Jl. S. Hasanudin No. 57, Jakarta Selatan.
3 Kc Mayestik Jl. Kyai Maja Blok D/1 Persil No. 6-6A, Kramat
Pela, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
4
Kc Jakarta Wr. Buncit
Gedung Fortune Lt. Dasar Jl. Mampang Prapatan
No. 96 Jakarta Selatan.A
5
Kc Bekasi
Komplek Pertokoan Kalimalang Comm Center, Jl.
A Yani A5 No. 6-7, Bekasi, Jawa Barat.
6 Kc Jakarta Thamrin Jl. M. H. Thamrin No. 5, Jakarta Pusat.
7
Kc Bogor
Jl. Pajajaran No. 31, Kel. Babakan, Kec. Bogor
Tengah, Kota Bogor, Jawa Barat.
8
Kc Tangerang
Ruko Business Park Tangerang City Blok A No.
12, Jl. Jend. Sudirman, Tangerang, Banten
9
Kc Cilegon
Jl. Sultan Ageng Tirtayasa No. 115 A, Cilegon,
Banten.
10
Kc Jakarta Tanjung Priok
Jl. Enggano No. 42B - 42, Tanjung Priok, Jakarta
Utara.
11
Kc Jakarta Saharjo
Jl. Minangkabau No. 39, Pasar Manggis Setiabudi,
Jakarta Selatan.
12 Kc Jakarta Rawamangun Jl. Paus Raya No. 86, Rawamangun, Jakarta Timur.
13
Kc Jakarta Kebon Jeruk
Jl. Raya Kebon Jeruk, RT 0010/01, Kel. Kebon
Jeruk, Kec. Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
14
Kc Depok
Ruko Depok Mas Blok A1-2, Jl. Margonda Raya
No. 42, Depok, Jawa Barat.
15
Kc Jakarta Kelapa Gading
Komplek Graha Bulevar Blok KGC No. A-02 dan
A-03, Jl. Boulevard Kelapa Gading, Kel. Kelapa
Gading Timur, Kec. Kelapa Gading, Jakarta Utara.
16 Kc Jakarta Pondok Ruko Komplek Billy & Moon Blok E No. 5A-5B,
Kelapa Jl. Raya Kalimalang, Pondok Kelapa, Jakarta
Timur.
17 Kc Jakarta Cipulir Jl. Ciledug Raya Cipulir No. 123E, Jakarta Selatan.
18
Kc Jakarta Cibubur
Ruko Citra Gran Blok R-2 No. 8-9, Jl. Raya
Alternatif, Cibubur, Jakarta Timur.
19
Kc Tangerang Bintaro
Bintaro Trade Center, Jl. Jend. Sudirman Blok A1
No. 7 - 8, Bintaro Sektor 7, Pondok Aren,
Tangerang, Banten.
20
Kc Bekasi Pondok Gede
Jl. Jatiwaringin Raya No. 110 D-E, Pondok Gede,
Kota Bekasi, Jawa Barat.
21 Kc Jakarta Salemba Jl. Kramat Raya No. 160 RT 004/02, Jakarta Pusat.
22
Kc Cibinong
Ruko Graha Cibinong Blok D No. 2, Jl. Raya
Bogor KM 43, Cibinong, Bogor, Jawa Barat.
23
Kc Serang
Jl. Ahmad Yani No. 175 C-D, Kel. Sumur Pecung,
Kec. Serang, Kab. Serang, Banten.
24
Kc Jakarta Mangga Dua
Jl. Mangga Dua Raya Blok E 4 Kav No. 3, Jakarta
Utara.
25
Kc Jakarta Roxy
Pusat Niaga Roxy Mas Blok B1 No. 8, Jl. K. H.
Hasyim Ashari 125, Jakarta Pusat.
26
Kc Jakarta Cengkareng
Ruko Mutiara Taman Palem Blok A2 No. 9-10, Jl.
Kamal Raya Outering Ring Road, Cengkareng,
Jakarta Barat.
27
Kc Tangerang BSD
Ruko BSD Blok RQ No. 101, Serpong, Tangerang,
Banten.
28
Kc Jakarta Kalibata
Jl. Raya Pasar Minggu No. 75, Kel. Kalibata, Kec.
Pancoran, Jakarta Selatan.
29
Kc Jakarta Gatot Subroto
Gedung Menara Jamsostek, Menara Utara Lt. 1, Jl.
Jendral Gatot Subroto No. 38, Jakarta Selatan.
30
Kc Jakarta Hayam Wuruk
Jl. Hayam Wuruk No. 101, Kec. Tamansari, Jakarta
Barat.
31
Kc Jakarta Sunter Agung
Perumahan Griya Inti Sentosa Blok A1 Kavling No.
23-24, Kel. Sunter Agung, Kec. Tanjung Priok,
Jakarta Utara.
32
Kc Jakarta Sudirman
Mayapada Tower II Lantai GF, Jl. Jend. Sudirman
Kav. 27, Jakarta Selatan.
33
Kc Tangerang Ciledug
Jl. HOS Cokroaminoto No. 69, Ciledug, Tangerang,
Banten.
34
Kc Jakarta Jatinegara
Perkantoran Mitra Matraman Blok A1 No. 8-9, Jl.
Matraman Raya No. 148, Jakarta Timur.
35
Kc Jakarta Kembangan
Jl. Puri Kencana Blok K6 No. 1M & 1N, Kel.
Kembangan Selatan, Kec. Kembangan, Jakarta
Barat.
36
Kc Tangerang Ciputat
Jl. Ir. H. Juanda No. 111, RT 006/001, Kel.
Cempaka Putih, Kec. Ciputat Timur, Kota
Tangerang Selatan, Banten.
37
Kc Jakarta Pluit
Kawasan Emporium Mall Pluit, Komplek CBD
Pluit Blok S-17, Jl. Raya Pluit Selatan No. 1, Kel.
Penjaringan, Kec. Penjaringan, Jakarta Utara.
38
Kc Bekasi Cikarang
Ruko Sentra Cikarang, Jl. Cikarang Cibarusan BI.
B No. 2, Cikarang, Kab. Bekasi, Jawa Barat.
Sumber: Data Service Quality Officer (SQO) PT Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III.