Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan Kerja di PT APAC INTI CORPORA

87
LAPORAN PRAKTIKUM MANAJEMEN K3 II SEMESTER III KOMPETENSI DASAR III MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DI PT. APAC INTI CORPORA Kelompok 3 (Kelas B) 1. Arvin Afriansyah (R.0012010) 2. Aldhila Liantika M (R.0012004) 3. Endaryani (R.0012030) 4. Indah Puspitaningrum (R.0012046) 5. Ira Pracinasari (R.0012048) 6. Novia Andrisiyani (R.0012066) 7. Rizky Finaldia P (R.0012084) 8. Wachid Nur Mualim (R.0012100) PROGRAM DIPLOMA 3 HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Transcript of Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan Kerja di PT APAC INTI CORPORA

LAPORAN PRAKTIKUM MANAJEMEN K3 II

SEMESTER III KOMPETENSI DASAR III

MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN

KERJA DI PT. APAC INTI CORPORA

Kelompok 3(Kelas B)

1. Arvin Afriansyah (R.0012010)

2. Aldhila Liantika M (R.0012004)

3. Endaryani (R.0012030)

4. Indah Puspitaningrum (R.0012046)

5. Ira Pracinasari (R.0012048)

6. Novia Andrisiyani (R.0012066)

7. Rizky Finaldia P (R.0012084)

8. Wachid Nur Mualim (R.0012100)

PROGRAM DIPLOMA 3 HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA2013

PENGESAHAN

Laporan Praktikum Manajemen K3 II

Semester III Kompetensi Dasar III dengan Judul :

Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja di PT.

APAC INTI CORPORA

Kelompok 3

Telah disahkan pada tanggal:

Pada Hari Senin tanggal 11 November 2013

Pembimbing Praktikum Praktikan

Soraya Noor Fadhila, A.Md

Wachid Nur Mualim

NIM. R0012084

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................... iHALAMAN PENGESAHAAN......................................... ii DAFTAR ISI.................................................. iii BAB I PENDAHULUAN........................................... 1

A. Latar Belakang..................................... 1

B. Tujuan............................................. 2

C. Manfaat............................................ 3

BAB II LANDASAN TEORI.................................. 4A. Tinjauan Pustaka .................................. 4

B. Perundang-undangan ................................ 24

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN .......................... 37BAB IV SIMPULAN DAN SARAN.............................. 53A. Kesimpulan......................................... 53

B. Saran.............................................. 54

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang masalah

Kesehatan dan keselamatan kerja (K3)

merupakan salah satu persyaratan untuk meningkatkan

produktifitas karyawan, disamping itu K3 adalah hak

asasi setiap tenaga kerja. Di era globalisasi dan

pasar bebas Asean Free Trade Agement (AFTA) dan

World Trade Organization (WTO) serta Asia Pasific

Economic Community (APEC) yang akan berlaku tahun

2020, dan untuk memenangkan persaingan bebas

ternyata kesehatan dan keselamatan kerja juga

menjadi salah satu persyaratan yang harus dipenuhi

oleh industri di Indonesia.

Dasar dari tujuan K3 adalah untuk menciptakan

kesehatan dan keselamatan kerja. Oleh karena itu K3

perlu diterapkan di semua tempat kerja. Namun

kenyataanya penerapan K3 di perusahaan masih jauh

dari yang diharapkan. Program-program K3 sering

menempati prioritas yang rendah dan terahir bagi

managemen perusahaan. Memang kesehatan dan

keselamatan kerja bukanlah segala-galanya, namun

tidak disadarinya bahwa tanpa kesehatan dan

keselamatan kerja segalanya tidak berarti apa-apa.

Menyadari pentingnya K3 bagi semua orang

dimanapun berada maupun bekerja, serta adanya

persyaratan yang harus dipanuhi oleh setiap

perusahaan di era globalisasi ini maka mau tidak mau

upaya untuk meningkatkan kesehatan dan keselamatan

kerja harus menjadi prioritas dan komitmen semua

pihak pemerintah maupun swasta dari tingkat pimpinan

sampai keseluruh karyawan dan managemen perusahaan.

Dengan tingkat kesehatan dan keselamatan kerja yang

baik jelas makir kerja karena sakit akan menurun,

biaya pengobatan dan perawatan akan menurun,

kerugian akibat kecelakaan kerja akan berkurang,

tenaga kerja akan mampu bekerja dengan produktivatas

yang lebih tinggi, keuntungan akan meningkat dan

pada akhirnya kesejahteraan karyawan maupun

perusahaan akan meningkat.

Dengan dilandasi adanya pertimbangan untuk

meningkatkan sumberdaya manusia yang memenuhi

kebutuhan tenaga ahli dibidangnya maka perguruan

tinggi sebagai wahana proses transformasi ilmu

pengetahuan dan teknologi diharapkan mampu mencetak

sarjana yang tidak hanya mahir dibidang pengetahuan

akademis, melainkan juga mahir didalam

mengaplikasikan pengetahuan akademis tersebut

kedalam dunia industri . untuk mencapai hal tersebut

perlu diadakan kerjasama yang baik antara dunia

perguruan tinggi dengan dunia industri melalui

beberapa program yang diantaranya adalah program

kerja praktek. Kerja praktek sangat perlu bagi

mahasiswa yang akan bekerja di dunia industri, agar

nantinya apa yang diharapkan untuk menjadi manusia

yang berwawasan dan berkualitas dapat terwujud.

Atas dasar uraian tersebut maka penulis

tertarik untuk lebih mengerti tentang manajemen

keselamatan dan kesehatan kerja, sehingga penulis

mengambil judul ”MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN

KERJA DI PT. APAC INTI CORPORA”.

B. Tujuan Kerja Praktek

1. Tujuan Umum

a. Untuk memenuhi mata kuliah wajib ”MK3 II”

dengan bobot 3 sks.

b. Sebagai pedoman tentang bidang studi yang telah

ditempuh pada bangku kuliah sehingga diperoleh

pengalaman dilapangan.

c. Meningkatkan kemampuan profesi disektor

industri.

d. Peningkatan pola pikir dan mempersiapkan

mahasiswa dalam menghadapi tantangan masa

depan.

e. Meningkatkan kerjasama antara perguruan tinggi

dengan kalangan industri khususnya dalam

penerapan dan pemecahan masalah-masalah

aplikatif.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran umum K3 dan perusahaan.

b. Mengetahui penerapan K3 pada perusahaan.

c. Mengetahui penyebab terjadinya kecelakaan

kerja.

d. Mengetahui hambatan-hambatan yang terjadi pada

perusahaan dalam menerapkan sistem K3.

e. Mengetahui upaya pencegahan kecelakaan dan

penyakit akibat kerja.

f. Melatih kemampuan dalam mencari data dan

memahami informasi yang diperoleh serta dapat

menyusunya dalam bentuk laporan.

C. Manfaat

1. Bagi perusahaan

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai masukan bagi perusahaan yaitu sebagai

penyempurnaan sistem yang sudah ada pada

perusahaan.

b. Terjalinya hubungan baik dengan dunia

pendidikan.

c. Membantu menyiapkan sumber daya manusia yang

berkualitas untuk terjun ke dunia industri.

2. Bagi program Diploma 3 Hiperkes dan Keselamatan

Kerja

a. Memperoleh pengalaman belajar kesehatan dan

keselamatan kerja yang di terapkan oleh

perusahaan.

b. Memperoleh pengalaman penerapan ilmu kesehatan

dan keselamatan kerja pada perusahaan.

c. Pemahaman tentang mata kuliah MK3 II yang lebih

dalam.

d. Mengetahui dan memahami teknik-teknik secara

praktis yang diterapkan dalam dunia industri.

e. Memberikan bekal tentang perindustrian sebelum

terjun ke dunia kerja secara nyata.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Sejarah Perusahaan

Perusahaan ini awalnya bernama PT.

Kanindotex, dan berdiri pada bulan Agustus Th 1990

dengan tiga unit Spinning, yaitu mulai dari Spinning

2, Spinning 1 dan Spinning 3, dengan mata pintal

masing-masing unit 60.000 Spindel dan kapasitas

produksi masing-masing 6000 bale / unit.

Pada Th 1994 PT. Kanindotex berkembang

lagi tiga unit yaitu Spinning 4, Open End dan

Denim. Sehingga dalam kurun waktu yang relatif

pendek antara 4-5 tahun, PT. Kanindotex sudah

membangun enam unit pabrik dengan merk dan type

mesin yang berbeda-beda.

Pada pertengahan Th 1994, Perusahaan ini

mengalami penurunan produksi karena biaya produksi

sebagian digunakan untuk ekspansi pabrik Weaving

1,2,3 dan Spinning 5 serta Spinning 6, sehingga

operasional perusahaan pada saat itu agak sedikit

terganggu.

Oleh karena itu sejak tahun 1994 PT.

Konindotex mulai berulang kali berganti kepemimpinan

dan atau manajemen, yaitu :

1. Sejak awal berdiri sampai dengan bulan

September 1994, dikelola oleh pemilik sekaligus

pendirinya.

2. Bulan September 1994 sampai dengan Mei 1995,

manajemen diambil alih oleh Gabungan Koperasi

Batik Indonesia (GKBI).

3. Bulan Mei 1995, perubahan kepemilikan sekaligus

manajemen dipegang oleh konsorsium.

Dalam perjalananya PT. Kanindotex yang

semula merupakan group yang terdiri dari 3 (tiga)

Badan usaha, yaitu:

1. PT. Kanindo Succes Textile.

2. PT. Kanindo Prima Perkasa.

3. PT. Kanindo Mulia Utama.

Dengan menghasilkan produk utamanya yaitu

Benang, Kain dan Denim (Jeans). Target penjualan

kedepan yang direncanakan 70 % export dan 30 %

lokal. Akhirnya pada bulan Oktober 1995, oleh

manajemen Konsorsium PT. Kanindotex berganti

menjadi PT. Apac Inti Corpora hingga sekarang ini.

2.Visi dan Misi Perusahaan

Perusahaan didirikan dengan visi dan misi, antara

lain :

Visi PT. Apac Inti Corpora adalah

mempertahankan dan mengembangkan reputasi

perusahaan sebagai pelaku utama dalam industri

tekstil nasional dan internasional.

Misi PT. Apac Inti Corpora adalah berpikir dan

bekerja lebih baik dan lebih baik.

Dengan didirikannya perusahaan, nyata sekali

membawa dampak positip yang tidak sedikit bagi

perekonomian masyarakat disekitar perusahaan,

sebagian warga yang memiliki usia kerja sebagian

dapat tertampung bekerja di PT. Apac Inti Corpora.

Selain itu dampak bertambah dinamisnya social

ekonomi dengan bermunculnya usaha-usaha kecil oleh

masyarakat sekitar perusahaan, seperti usaha warung

makan, penyewaan rumah, dan dan tempat kost bagi

pendatang dari luar daerah yang bekerja

diperusahaan. Disamping itu juga partisipasinya

perusahaan dalam rangka menjalin hubungan yang

harmonis dengan lingkungan, dengan aktif membantu

social masyarakat seperti dana-dana untuk kegiatan

hari besar keagamaan, membantu pembangunan masjid,

penerangan jalan, pengadaan air bersih, dan lain

sebagainya.

3.Lokasi dan Layout Perusahaan

a. Lokasi perusahaan

Lokasi PT. Apac Inti Corpora terletak di

JL. Raya Semarang-Bawen KM. 32, Desa Harjosari,

Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang.

Selengkapnya data lokasi perusahaan adalah

sebagai berikut :

1. Terletak 547 diatas permukaan laut.

2. Rata-rata RH : 67% (55% -

89%)

3. Rata-rata temperature : 25˚C

(17˚C-34˚C)

4. Rata-rata curah hujan : 252 Cm /

tahun

5. Rata-rata curah hujan harian : 156 /

tahun

6. Jarak ke pelabuhan : 37 km

7. Jarak transportasi bahan baku : 34

km

8. Konsumen terbanyak di Jawa

9. Fasilitas transportasi jalan raya utama

b. Layout Perusahaan

Tata letak perusahaan adalah tehnik

pengaturan dari fasilitas pabrik agar kegiatan

produksi dapat berjalan dengan baik. Ada

korelasi antara tata letak pabrik dengan

kelancaran produksi yang hendak dicapai,

sehingga dapat memberikan keuntungan yang cukup

signifikan, yaitu:

1. Menaikkan out put perusahaan.

2. Mengurangi waktu tunggu (delay).

3. Mengurangi waktu proses pemindahan bahan

baku (material handling).

4. Menghemat penggunaan areal produksi, gudang

dan sebagainya.

5. Pendayagunaan yang lebih besar dari

pemakaian mesin, tenaga kerja, dan atau

fasilitas produksi yang lain.

6. Proses manufacturing yang lebih singkat.

7. Mengurangi resiko kecelakaan dan

keselamatan kerja karyawan.

8. Memperbaiki moral dan kepuasan kerja.

9. Mempermudah aktivitas supervisi.

10. Mengurangi faktor yang bisa merugikan

perusahaan yaitu kualitas bahan baku yang

sudah selesai diproses (produk jadi).

Pengaturan tata letak (lay out) mesin di

unit Spinning ini di kelompokkan menurut aliran

proses dari bahan baku sampai menjadi benang.

1. Gudang bahan baku terletak terpisah dengan

unit Spinning, tetapi tidak jauh dari pintu

keluar masuk bahan.

2. Urutan proses Carded Yarn (benang kasar)

dimulai dari mesin Blowing kemudian

Carding, Drawing, Roving, Ring Frame dan

yang terakhir mesin Winding.

3. Urutan proses Combed Yarn (benang halus)

dimulai dari mesin Blowing kemudian

Carding, Hi-Lap, Combing, Drawing, Roving,

Ring Frame dan yang terakhir Winding.

4. Ruang-ruang pendukung lainya yaitu ruang

Manager dan Staff, Quality Qontrol,

Maintenance, Utility, Personalia, Mushola,

Tempat makan, Toilet dan Mini Store yang

masing-masing ruangan diberi dinding

penyekat.

Dalam pengaturan ruang produksi,

penyekatan dilakukan secara permanen. Hal ini

sangat penting karena ada hubunganya dengan

pengaturan kelembaban (RH) dan suhu. Pada

bagian-bagian proses tertentu memerlukan

penyesuaian RH dan suhu yang berbeda dengan

proses yang lainya, karena RH dan suhu

berpengaruh pada kualitas produk serta jenis

material yang di proses. Selengkapnya tentang

layout dapat dilihat di lampiran A.

4.Luas Areal PT. Apac Inti Corpora

PT. Apac Inti Corpora berlokasi di JL. Raya

Semarang-Bawen KM. 32, Desa Harjosari, Kecamatan

Bawen, Kabupaten Semarang. Guna memperlancar

kegiatan produksi demi kepuasan pelanggan maka PT.

Apac Inti Corpora yang merupakan perusahaan textile

terbesar didunia dalam bidang textile untuk jumlah

unit produksi dalam satu lokasi. PT. Apac Inti

Corpora menempati luas areal kurang lebih 100

Hektar, yang terbagi menjadi beberapa unit produksi

tiap meter perseginya seperti dibawah ini :

1. Spinning I s/d VII : 148.894 m²

2. Weaving I s/d V : 86.978 m²

3. Gudang : 29.462 m²

4. Pengolahan Limbah : 1.620 m²

5. Diesel / Genzet : 2.660 m²

6. Bengkel : 1.236 m²

7. Tangki Minyak : 2.955 m²

8. Kantor Depan : 1.600 m²

9. Mess Staff : 1.528 m²

10. Lain-Lain : 206.980 m²

5.Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan suatu hubungan

wewenang dan tanggung jawab antar fungsional dan

personal dalam pengolahan suatu organisasi atau

perusahaan. Struktur organisasi bertujuan untuk

memberikan kepastian dalam garis wewenang,

koordinasi dan pengawasan sehingga dapat dicegah

timbulnya Over Lopping atau Gab yang dapat menimbulkan

konflik. Untuk lebih jelasnya struktur organisasi

PT. Apac Inti Corpora dapat dilihat pada gambar

berikut.

6.Uraian Tugas

Pembagian tugas yang ada di PT. Apac Inti

Corpora adalah sebagai berikut :

A. General Manager

1. Menentukan kebijakan pokok dalam perencanaan,

penyusunan, pengendalian dan pengembangan

perusahaan.

2. Mengkoordinasi dan mengawasi pelaksanaan

kebijakan.

3. Mendelegasikan sebagian wewenang dan tanggung

jawab kepada manajer.

4. Melakukan dan menandatangani dengan pihak

luar, dalam usaha pengembangan perusahaan.

5. Melakukan pembinaan kegiatan dalam hubungannya

dengan pihak luar.

B. Material manager

1. Menjaga hubungan baik denga pihak liuar

terutama denga supplier dan konsumen.

2. Melakukan pembelian material sesuai kebutuhan.

3. Memberikan harga kepada General manager tentang

pembelian material.

C. Personal Manager

1. Menyeleksi dan mencari tenaga kerja atau

pegawai agar sesuai dengan spesifikasi dan

kebutuhan.

2. Melakukan administrasi kepegawaian.

3. Melakukan pembayaran gaji karyawan atau

pegawai.

D. Spinning / weaving manager

1. Merencanakan besar volume produksi.

2. Bertanggung jawab atas jalannya produksi

secara keseluruhan.

3. Mengatasi pelaksanaan produksi menurut

standart yang telah ditentukan.

4. Bertanggung jawab atas jenis dan kualitas

produksi.

E. Supervisor

1. Bertanggung jawab kepada kepala masing-masing.

2. Mengawasi para pekerja dan hasil dari

pekerjaan.

3. Melaporkan hasil pekerjaan tiap harinya kepada

atasannya.

F. Operator

1. Melakukan pekerjaan yang sesuai dengan metode

yang telah ditetapkan.

Struktur organisasi PT Apac Inti Corpora,

kekuasaan tertinggi dipegang oleh plant direktur

yang dibantu oleh deputi general manager yang

mempunyai bawahan atau sub ordinat langsung yang

disebut group head.

Didalamnya terdapat beberapa divisi yang

memilki beberapa departemen yang mempunyai fungsi

masing-masing, yang tentunya saling berkaitan satu

sama lain. Divisi yang sekaligus menjadi program

bagi departemen tersebut diantaranya :

1. Divisi Spinning

Divisi ini mempunyai beberapa departemen dan

pabrik yang memproduksi benang.

2. Divisi Weaving Grey

Divisi ini mempunyai beberapa departemen dan

pabrik memproduksi kain mentah dari bahan dasar

benang yang diolah menjadi kain.

3. Divisi Weaving Denim

Divisi ini mempunyai beberapa departemen dan

pabrik yang memproduksi kain dari bahan dasar

benang yang diolah menjadi kain denim (bahan

jeans).

4. Divisi Engineering

Divisi ini merupakan department support atau

membantu kelancaran proses produksi dan semua

kegiatan yang berhubungan dengan Eelctrical

Mechanical, Fire and Safety, Vehicle Forklift, dan civil.

5. Divisi HRD, Personalia dan General Affairs

Divisi ini brfungsi menangani masalah SDM dan

rumah tangga perusahaan.

6. Divisi Quality Control

Divisi ini berfungsi melakukan control terhadap

kualitas hasil produksi.

7. Finance and Accounting

Divisi ini berfungsi menangani masalah keuangan

dan perhitungan budget serta bertugas sebagai

internal auditor.

8. Logistik

Divisi ini merupakan departement support atau

membantu kelancaran proses produksi dan semua

kegiatan yang berhubungan dengan pengadaan

material, pergudangan dan pengiriman.

7.Kapasitas Produksi

Unit spinning memproses jenis-jenis benang

antara lain : cotton, rayon,T/R, T/C, dan linen

dengan berbagai nomor dan komposisi.

1. Unit Spinning

No Unit Jumlah

Spindle

Jumlah

Tenaga

Kerja

Kapasita

s

Produksi

/ Bulan

Mulai

Produks

i

1 Spinning

I

59.520 905 5.250 11-12-

19902 Spinning

II

59.520 925 6.660 08-08-

19903 Spinning

III

59.520 938 4.500 08-10-

19914 Spinning

IV

(ring

yarn)

37.440 962 3.300 08-01-

1992

Spinning

IV

(open

end)

3.024 330 6.900 01-01-

1993

5 Spinning

V

44.640 971 5.250 14-07-

19936 Spinning

VI

59.520 925 5.580 08-08-

19937 Spinning

VII

26.080 528 2.700 19-08-

2000Jumlah 349.264 6.484 33.249

Gambar 2.1. Tabel Kapasitas Produksi Spinning

2. Unit Weaving

No Unit Jenis

Produks

i

Jumla

h

Tenag

a

Kerja

Kapasitas

Produksi /

Bulan

Mulai

Produksi

1 Weavin

g 1

Grey

Fabric &

Denim

Fabric

709 1.900.000

Mtr / BL

770.000

YRD / BLN

01-07-

1992

Weavin

g 1

Grey

Fabric

432 1.200.000

Mtr / BL

08-09-

19942 Weavin

g 2

Grey

Fabric

274 1.400.000

Mtr / BL

01-10-

19933 Weavin

g 3

Grey

Fabric

335 2.200.000

Mtr /BL

11-01-

1993

4 Weavin

g 4

Denim

Fabric

1.018 2.500.

YRD/BL

01-07-

19935 Weavin

g 5

Denim

Fabric

405 800.000

YRD/BL

16-10-

1997Jumlah Grey

Fabric &

Denim

Fabric

3.173 6.700.000

Mtr / BL

Gambar 1.1. Tabel Kapasitas Produksi Weaving

8.Ketenaga Kerjaan

a. Kesepakatan Kerja Sama

Bahwasanya untuk menjaga ketenangan dan

efisiensi kerja adalah penting guna tercapainya

peningkatan dan kemajuan perusahaan demi

kesejahteraan karyawan. Untuk itu perlu

diciptakan iklim kerja sama yang sebaik-baiknya

antara pihak pengusaha dan pekerja. Oleh karena

itu pihak Pt. Apac Inti Corpora bersepakat untuk

menuangkan syarat-syarat kerja, hak-hak dan

kewajiban masing-masing dalam suatu kesepakatan

kerja bersama.

b. Jumlah KaryawanTahun 2005

1. Jumlah karyawan laki-laki : 5.187 orang.

2. Jumlah karyawan perempuan : 7.963 orang.

3. Total karyawan : 13.150 orang.

c. Penerimaan Pekerja

Demi lancarnya kegiatan perusahaan,

serikat pekerja mengakui hak pengusaha dalam

menerima pekerja baru, penentuan dan pembagian

serta penempatan kerja sesuai dengan asas atau

prosedur kepegawaian. Adapun syarat-syaratnya

untuk menjadi karyawan atau staff perusahaan PT.

Apac Inti Corpora dapat melihat langsung pada

perusahaan PT. Apac Inti Corpora.

d. Masa Percobaan Bagi Karyawan Baru

1. Hubungan kerja diikat dalam suatu perjanjian

kerja yang dilakukan secara tertulis.

2. Pada tiga bulan pertama dari hubungan kerja

meruoakan masa percobaannya boleh dilakukan

satu kali masa percobaan bagi pekerja.

e. Skedul Kerja Karyawan

Pembuatan skedul kerja bertujuan untuk

membagi waktu kerja karyawan supaya produksi

dapat berjalan secara kontinyu sesuai dengan

jumlah pekerja yang ada dan untuk meningkatkan

produktifitas dan efektifitas kerja karyawan.

Pembuatan skedul ini dibagi sesuai dengan status

kerja karyawan.

1. Karyawan Shift

Karyawan shift dibagi dalam 3 (tiga) kelompok,

yaitu :

f. Shift Pagi : Pukul 06.00-14.00 WIB.

g. Shift Siang : Pukul 14.00-22.00 WIB.

h. Shift Malam : Pukul 22.00-06.00 WIB.

2. Karyawan Non Shift

Pembagian Kerja adalah sebagai berikut :

Hari Jam Kerja IstirahatSenin-Kamis 08.00-16.00

WIB

12.00-13.00

WIBJum’at 08.00-16.00

WIB

11.30-13.00

WIBSabtu 07.30-12.00

WIB

Tanpa

IstirahatMinggu LIBUR -

Gambar 1.2. Sqedule Kerja karyawan

f. Pengobatan dan Perawatan

Untuk menjaga kesehatan pekerja,

pengusaha menyediakan fasilitas serta pengobatan

khusus kepada keluarga pekerja. Perusahaan

memberikan fasilitas pemeriksaan tanpa

pengobatan (Jasa Dokter) di poliklinik

perusahaan tanpa dipungut biaya.

g. Jaminan Sosial dan Kesejateraan Pekerja

PT. Apac Inti Corpora memberikan jaminan

social demi kesejateraan pekerja meliput :

1. Jaminan kecelakaan kerja.

2. Jaminan kematian.

3. Jaminan hari kerja.

4. Fasilitas makan.

5. Santunan kematian.

6. Santunan kelahiran.

7. Koperasi karyawan.

8. Asuransi kecelakaan diluar jam kerja.

9. Olah raga dan kesenian.

10. Kerohanian

11. Balai pertemuan dan perrpustakaan.

h. Disiplin Kerja

1. Guna mewujudkan mutu dan kualitas yang baik

pada tiap hasil produk diperlukan kedisiplinan

kerja,yang meliputi antara lain :

a. Datang pada jam kerja yang telah ditentukan

dan mengisi daftar hadir.

b. Waktu pulang kerja harus tepat pada waktu

yang telah ditentukan.

c. Selalu menjaga kebersihan dan kesehatan

lingkungan kerja.

d. Dilarang merokok ditempat kerja.

e. Dilarang mengobrol dengan teman kerja.

f. Dilarang tidur ditempat kerja.

2. Pekerja yang melanggar peraturan atau tat

tertib dapat dikenakan sanksi sebagai

berikut :

a. Surat peringatan (SP).

b. Skorsing.

c. Pemberhentian atau pemutusan hubungan kerja

(PHK).

3. Sedangkan untuk pembuktian kesalahannya

melalui beberapa tahapan sebagai berikut :

a. Pengakuan dan atau pernyataan dari yang

bersangkutan.

b. Dibuktikan oleh yang bersangkutan.

c. Dibuktikan melalui berita acara pemeriksaan

oleh bagian security.

d. Dibuktikan oleh tim yang ditunjuk oleh

perusahaan.

i. Penyelesaian Keluh Kesah

Pengusaha dan serikat pekrja bersama-sama

menyadari bahwa penyelesaian setiap keluhan

pekerja secara keseluruhannya harus diselesaikan

secepatnya dan subyektif mungkin dengan cara

musyawarah dan sesuai dengan prosedurnya.

Apabila terjadi keluhan-keluhan atau

ketidakpuasan terhadap syarat-syarat kerja yang

berhubungan dengan pekerjaan dari pekerja maka

harus diselesaikan menurut tat kerja

penyelesaian keluh kesah sebagai berikut :

1. Pada tingkat pertama.

Apabila karyawan mempunyai keluh kesah pertama

harus segera menyampaikan persoalan ini kepada

atasan langsung yang bersangkutan dan

diusahakan menyelesaikan dengan sebaik-baiknya

atasan tersebut.

2. Pada tingkat kedua.

Bila tidak dapat diselesaikan menurut prosedur

pada bagian pertama maka pesoalan tersebut

disampaikan oleh pekerja ke departemen

personalia.

3. Pada tingkat ketiga.

Apabila belum dapat diselesaikan menurut

prosedur pada bagian kedua, maka pesoalan ini

akan diselesaikan secara pribadi.

4. Pada tingkatan lanjutan.

Apabila prosedur ketiga telah ditempuh tetapi

belum dapat diselesaikan maka persoalan

tersebut diserahkan kepada pegawai perantara

kepada kantor Departemen Tenaga Kerja untuk

menyelesaikan.

j. Pemeliharaan Tempat Kerja

Pemeliharaan tempat kerja PT. Apac Inti

Corpora terbagi menjadi 3 macam, yaitu :

1. Terhadap alat kerja.

a. Menjaga dan merawat dari kerusakan.

b. Menjaga dan pemeliharaan kebersihan.

c. Memahami, mengerti dan menggunakan sesuai

fungsinya.

d. Tidak menggunakan untuk keperluan lain

selai tugas.

e. Terhadap tempat kerja.

f. Menjaga terhadap tempat kerja.

g. Tidak mengubah posisi mesin yang

ditetapkan.

2. Terhadap ketertiban umum.

a. Menjaga nama baik perusahaan.

b. Mengamankan hak atas ketentraman pihak

manapun didalam dan diluar perusahaan.

C. Pendahuluan

Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan hak

dari setiap pekerja yang harus dipenuhi oleh setiap

perusahaan karena pada dasarnya manusia selalu

menginginkan dalam keadaan sehat dan selamat

dimanapun berada bahkan juga tempat kerja, tempat

dimana seorang menjalankan tugas dan kewajibanya.

Dan setiap tempat atau unit-unit kerja mempunyai

sistem dan cara yang berbeda-beda dalam penanganan

tentang keselamatan kerja yang disesuaikan dengan

tingkat keamanan dan keselamatan yang menjadi resiko

kerja.

Pada dasernya sistem penanganan keselamatan

kerja adalah sama yaitu untuk melindungi pekerja

dari kecelakaan kerja, namun banyak alasan kenapa

orang kurang memperhatikan akan pentingnya kesehatan

dan keselamatan kerja padahal kalau dilihat secara

seksama hal tersebut sangat berpengaruh pada sistem

dan proses kerja, diantara banyak alasan itu salah

satunya karena faktor biaya yang menjadi tanggung

jawab perusahaan, faktor dari diri pekerja yang

mempunyai mental tidak teratur, dan kurang

kenyamanan dalam pemakaian alat keselamatan kerja.

Dari ketiga faktor tersebut harus bisa ditangani

secara singkron karena ketiga faktor tersebut

merupakan elemen-elemen dari sistem keselamatan

kerja yang sangat menentukan baik buruknya sistem

keselamatan kerja dalam perusahaan.

Salah satu dari manfaat program kesehatan

kerja adalah untuk menumbuhkan motivasi kerja pada

para pekerja karena dengan sistem keselamatan kerja

yang bagus maka para pekerja akan lebih merasa aman

dalam bekerja yang nantinya akan memotivasi diri

untuk bekerja lebih giat sesuai dangan keselamatan

kerja, jadi sistem keselamatan kerja bisa menjadi

jembatan perantara antara perusahaan dengan pekerja

dalam meningkatkan motivasi kerja yang pada akhirnya

sangatlah berpengaruh pada tingkat produktivitas

pekerja.

Pekerja merupakan individu yang bekerja dalam

team untuk mencapai tujuan bersama yaitu keuntungan,

untuk itu perlu adanya kerjasama yang baik antara

para pekerja dengan atasan. Dalam team ini perlu

adanya persfektif atau cara pandang yang sama agar

nantinya dalam pelaksanaan proses kerja sesuai

peraturan dan kesepakatan yang telah ditetapkan dan

menjadi target bersama.

Persepsi itu perlu ditumbuhkan oleh seorang

pimpinan dan proses penumbuhan persepsi itu melalui

tahapan-tahapan yang berurutan antara lain :

1. Perhatian.

2. Pengamatan.

3. Tanggapan.

4. Imajinasi.

5. Ingatan atau pemikiran.

6. Motivasi.

Timbulnya motivasi pada diri seseorang untuk

melakukan suatu tindakan dimulai karena adanya

perhatian maka barulah seseorang akan melakukan

pengamatan secara seksama. Pengamatan akan tidak

teliti apabila tidak ada perhatian terlebih dahulu

dan hasil pengamatan akan hilang begitu saja tanpa

membekas sedikitpun dari ingatan.

Setelah terjadi perhatian dan pengamatan maka

akan timbul dalam benak seseorang tanggapan atau

kesan-kesan tersendiri yang seolah ada rekaman atau

gambar yang membekas dalam otak kita tentang sesuatu

yang telah kita amati, dan dari hasil rekaman itu

akan muncul imajinasi untuk menghubung-hubungkaan

dengan pengalaman yang dimilikinya dan dari hasil

imajinasi tersebut akan terus dicoba dimasukan dalam

otak untuk selalu diingat. Disamping selalu berusaha

untuk mengingat maka seseorang juga akan selalu

berfikir untuk menganalisa kejadian sebagai tindak

lanjut maka akan timbul darongan untuk melakukan

suatu tindakan dari diri seseorang yang sering

disebut dengan motivasi.

Dalam kehidupan kita banyak ada banyak hal

yang kita jadikan sebagai panduan dalam melatih dan

menumbuhkan motivasi kerja, dan dari berbagai macam

teori tersebut kita bisa mengelompokan kedalam 3

teori utama dimana teori teori tersebut yang paling

sering digunakan oleh perusahaan yaitu teori hirarki

kebutuhan, teori dua faktor, dan teori x dan y.

a. Teori Hirarki Kebutuhan

Diperkenalkan oleh Abraham Maslow yang

menyebutkan bahwa kebutuhan manusia mengandung

unsur bertingkat atau memiliki hirarki, dari

kebutuhan yang memiliki hirarki rendah, bisa

sampai kebutuhan dengn hirarki paling tinggi.

Kebutuhan yang belum tercapai akan menjadi

kebutuhan dengan hirarki tertinggi dan apabila

kebutuhan tersebut sudah tercapai maka akan

menjadi kebutuhan dengan hirarki terendah. Lima

hirarki keperluan atau kebutuhan dapat digambarkan

sebagai berikut :

Gambar 2.1 Piramid Kebutuhan Maslow

54321

1. Kebutuhan fisiologi (fisiological needs). Kebutuhan

dasar untuk menunjang kehidupan manusia, yaitu:

pangan, sandang , papan, dan seks. Apabila

kebutuhan fisiologi ini belum terpenuhi

secukupnya, maka kebutuhan lain tidak akan

memotivasi manusia.

2. Kebutuhan rasa aman (safety needs). Kebutuhan akan

terbebaskannya dari bahaya fisik, rasa takut

kehilangan pekerjaan dan materi.

3. Kebutuhan akan sosialisasi (social needs or

affiliation). Sebagai makhluk sosial manusia

membutuhkan pergaulan dengan sesamanya dan

sebagai bagian dari kelompok.

4. Kebutuhan penghargaan (esteem needs). Kebutuhan

merasa dirinya berharga dan dihargai oleh orang

lain.

5. Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs),

Kebutuhan untuk mengembangkan diri dan menjadi

orang sesuai dengan yang diharapkanya.

b. Teori Dua Faktor

Teori ini dikembangkan oleh Herzberg yang

mencari sebab adanya yang mencari sebab adanya

rasa puas dan tidak puas terhadap sesuatu yang

dikerjakan, dengan mengetahui faktor-faktor

tersebut maka manajer akan lebih mudah untuk

memaksimalkan rasa puas bagi pekerja terhadap

hasil kerjanya.

Faktor yang mempengaruhi kepuasan adalah

faktor kesehatan. Faktor ini berupa lingkungan

kerja antara lain hubungan dengan supervisor,

hubungan dengan teman kerja, rasa tidak aman dalam

pekerjaan, kondisi kerja status jabatan serta gaji

yang cukup. Apabila faktor-faktor tersebut dapat

terwujud dapat menciptakan perasaan berprestasi,

dihargai memperoleh kemajuan dan tanggung jawab.

c. Teori X dan Teori Y

Dikemukakan oleh Douglas Mac Gregor bahwa

ada dua macam sikap dasar seseorang :

1. Sikap dasar yang didasari oleh teori X

Dalam teori ini mengemukakan bahwa pada

dasarnya manusia mempunyai sifat malas dan

lebih senang diberikan petunjuk praktis dari

pada diberi kebebasan imajinasi untuk berpikir.

Dalam hal ini motivasi kerja hanyalah untuk

mendapatkan uang atau financial. Mereka tidak

suka menerima tanggung jawab dan hanya

menyenangi haknya saja selalu ingin merasa

aman.

2. Sikap dasar yang didasari oleh teori Y

Teori ini berasumsi bahwa manusia pada dasarnya

senang bekerja, seperti halnya anak-anak yang

suka bermain, orang biasa bermain dengan

bekerja, sehingga pengendalaian dan penempatan

diri sendiri merupakan dasar motivasi kerja

guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan

olehnya maupun tujuan organisasi.

Sistem keselamatan dan kesehatan kerja ada

karena sering adanya kecelakaan kerja sedangkan

kecelakaan kerja itu sendiri terbagi atas dua

menurut proses terjadinya kecelakaan yaitu :

1. Incident

Suatu kejadian yang tidak diinginkan bilamana pada

saat itu sedikit saja ada perubahan, maka dapat

menyebabkan accident.

2. Accident

Suatu kejadian yang tidak diingikan berakibat

cedera pada manusia atau pekerja, kerusakan

barang, gangguan terhadap kelancaran pekerjaan,

dan pencemaran lingkungan.

Jadi bisa dikatakan terjadinya kecelakaan

atau accident karena adanya incident yang tidak bisa

ditangani dengan baik. Dalam hal seperti inilah

sistem kesehatan dan keselamatan kerja sangat

diperlukan untuk meminimalkan tingkat kecelakaan

kerja pada proses kerja.

Tenaga kerja

Bahan Alat

Lingkungan

Proses

Kesehatan Keselamatan

Gambar 2.2 Proses Kerja K3

Gambar diatas merupakan proses kerja dari

kesehatan dan keselamatan kerja yang melibatkan

unsur-unsur pokok dalam dan ruang lingkup pembahasan

mengenai keselamatan kerja yaitu menyangkut bahan

baku yang akan diproduksi, alat kerja yang akan

digunakan dan tenaga kerja yang akan melaksanakan

pekerjaan tersebut.

a. Definisi Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan

suatu sistem kerja yang baik dan bijaksana seta

bagaimana seorang pekerja dapat memelihara suatu

tempat keja yang baik. Sistem kerja yang dimaksud

meliputi pekerja, mesin dan peraturan yang berlaku.

Tiga unsur pokok dalam K3 adalah Kesehatan,

Keselamatan dan Kerja :

1. Kesehatan

Setiap pekerja harus bekerja dalam kondisi dan

situasi yang sehat baik sehat jasmani, rohani

maupun lingkungan yang sehat.

2. Keselamatan

Dalam setiap melakukan aktivitas kerja, seorang

pekerja harus melakukan tindakan yang sesuai

dengan keselamatan dirinya agar terhindar dari

kecelakaan kerja.

3. Kerja

Dengan bekerja pada situasi dan kondisi yang

baik serta memperhatikan keselamatan kerja maka

akan tercipta situasi kerja yang kondusif dan

harmonis yang nantinya akan meningkatkan

produktifitas kerja.

Keselamatan dan kesehatan kerja adalah

keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat

alat kerja, bahan dan proses pengolahanya, landasan

tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara

melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja bersasaran

disegala tempat kerja, baik di darat di dalam tanah

di permukaan air maupun di udara. Keselamatan kerja

merupakan tugas dari semua orang yang bekerja.

Keselamatan kerja adalah dari, oleh, dan untuk

setiap tenaga kerja serta orang lain dan juga

masyarakat pada umumnya dengan maksud dan tujuan

untuk :

1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatanya

dalam melakukan pekerjaanya untuk kesejahteraan

hidup dan meningkatkan produksi serta

produktifitas nasional.

2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada

di tempat kerja.

3. Sumber produksi dipelihara dan digunakan secara

aman dan efesien.

Dari berbagai penjelasan yang telah terurai

diatas dapat ditarik kesimpulan bawasanya

keselamatan kerja sangat penting dan sudah

seharusnya dipenuhi oleh setiap perusahaan karena

dengan keselamatan kerja yang baik maka dapat

meningkatkan produksi dan produktifitas perusahaan.

Keselamatan kerja dapat membantu meningkatkan

produksi dan produktifitas perusahaan hal ini hal

ini didasarkan atas :

1. Dengan tingkat keselamatan yang tinggi,

kecelakaan-kecelakaan yang menjadi sebab sakit,

cacat dan kematian dapat dikurangi sahingga

pembiayaan yang tidak perlu dapat dihindari.

2. Tingkat keselamatan yang tinggi sejalan dengan

ppemeliharaan dan penggunaan peralatan kerja serta

mesin yang produktif dan efesien dengan tingkat

produksi dan produktifitas tinggi.

3. Pada berbagai hal, tingkat keselamatan yang tinggi

menciptakan kondisi yang mendukung kenyamanaan

serta kegairahan kerja. Sehingga faktor manusia

dapat diserasikan dengan tingkat efesiensi yang

tinggi pula.

4. Praktek keselamatan tidak dapat dipisahkan dari

keterampilan keduanya berjalan sejajar dan

merupakan unsur-unsur esensial bagi kelangsungan

proses produksi.

Keselamatan kerja yang dilaksanakan sebaik-

baiknya dengan partisipasi dari pengusaha dan buruh

atau karyawan, hal ini akan membawa iklim keamanan

dan ketenaga kerjaan, sehingga sangat membantu bagi

hubungan buruh dan pengusaha yang merupakan landasan

kuat bagi terciptanya kelancaran produksi.

(sumber : petunjuk keselamatan kerja Daryono 1982)

D. Perundanh-Undang

a. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970

Peraturan pemerintah dalam

memperhatikan nasib pekerjanja adalah dengan

mengeluarkan undang-undang yang berhubungan

dengan keselaamatan kerja para pekerja karena

pekerja merupakan aset dari negera yang akan

terus selalu menggerakan roda perekonomian

negara. Menurut undang-undang keselamatan kerja

pada tahun 1970 memuat tentang ketentuan-

ketentuan umum keselamatan kerja baik di bidang

yang berada dalam wilayah kekuasaan hukum

Republik Indonesia. Sehingga undang-undang itu

berguna untuk :

1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.

2. Mencegah dan mengurangi bahaya.

3. Memberi jalan penyelamat diri pada waktu

terjadi kecelakaan yang berbahaya.

4. Memberi pertolongan pada kecelakaan.

5. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.

6. Memberi alat-alat perlindungan kepala pada

para pekerja.

7. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit

akibat kerja.

8. Memelihara kebersihan, kesehatan dan

ketertiban.

b. Peraturan Mentri Tenaga Kerja

Peraturan Mentri Tenaga Kerja No. 1 /

MEN / 1981 / tentang kewajiban melapor masalah

penyakit kerja.

(Banet N. B Silalahi dan Rumendang B.

Silalahi, 1995)

c. Kesehatan Kerja

Dalam melakukan tugasnya, seorang pekerja

harus dalam keadaan sehat baik itu sehat jasmani

maupun rohani serta dalam lingkungan kerja yang

sehat pula karena tingkat produktivitas kerja sangat

dipengaruhi oleh kesehatan dari pekerja, seperti

hubungan yang searah yang saling menguntungkan satu

sama lain, menguntungkan bagi pekerja menguntungkan

juga bagi perusahaan. Dengan tingkat kesehataan

pekerja yang terjamin oleh perusahaan maka pekerja

akan semakin giat dalam melaksanakan tugas dari

perusahaan karena pekerja akan merasa hutang budi

atas fasilitas yang telah diberikan oleh perusahaan

dengan kata lain loyalitas dari pekerja kepada

perusahaan akan meningkat, dan itu akan

menguntungkan perusahaan.

Kesehatan kerja disini meliputi kesehatan

dari seorang pekerja itu sendiri baik kesehatan

fisik maupun rohani juga kesehatan lingkungan kerja

yang meliputi tempat kerja dan proses kerja yang

telah ditentukan oleh perusahaan.

1. Kesehatan Pekerja

Kesehatan pekerja adalah kesehatan yang harus ada

pada diri pekerja seperti layaknya umum pekerja

tidak diperkenankan untuk bekerja apabila dalam

keadaan sakit karena bisa mengganggu proses kerja

yang lainya, apabila pekerja dalam keadaan sakit

maka pekerja berhak untuk meminta cuti istirahat

dan perusahaan dalam hal ini harus membantu dalam

proses penyembuhan diri pekerja baik secara moril

maupun materi.

2. Kesehatan Lingkungan Kerja

Lingkungan tempat kerja harus selalu dalam keadaan

bersih dan sehat agar dalam melakukan pekerjaanya

seorang pekerja merasa nyaman dan aman, dimana

kesehatan tempat kerja ini sangat menentukan baik

buruknya tingkat kesehatan bagi pekerja. Tempat

kerja yang sehat akan membuat pekerja jarang

terkena penyakit yang dapat mempengaruhi proses

kerja di tempat keja, apabila terjadi masalah

ditempat kerja maka seorang pekerja wajib melapor

ke perusahaan atau pihak yang berwenang dalam hal

ini Departemen Tenaga Kerja sesuai peraturan

Mentri Tenaga Kerja Republik Indonesia.

Keselamatan dan kesehatan kerja dapat

membantu peningkatan produksi dan produktifitas

karyawan hal ini atas dasar :

1. Dengan tingkat keselamatan yang tinggi,

kecelakaan-kecelakaan yang menjadi sebab sakit,

cacat dan kematian dapat dikurangi sahingga

pembiayaan yang tidak perlu dapat dihindari.

2. Tingkat keselamatan yang tinggi sejalan dengan

ppemeliharaan dan penggunaan peralatan kerja serta

mesin yang produktif dan efesien dengan tingkat

produksi dan produktifitas tinggi.

3. Pada berbagai hal, tingkat keselamatan yang tinggi

menciptakan kondisi yang mendukung kenyamanaan

serta kegairahan kerja. Sehingga faktor manusia

dapat diserasikan dengan tingkat efesiensi yang

tinggi pula.

4. Praktek keselamatan tidak dapat dipisahkan dari

keterampilan keduanya berjalan sejajar dan

merupakan unsur-unsur esensial bagi kelangsungan

proses produksi.

d. Kecelakaan kerja

Kecelakaan kerja merupakan sesuatu yang

paling tidak diinginkan oleh para pekerja juga oleh

perusahaan karena dengan adanya kecelakaan kerja

akan terganggu sustu proses kerja yang bisa

mengakibatkan suatu kerugian pada perusahaan.

Kecelakaan kerja terjadi karena berbagai sebab dan

kejadian itu tidak terlepas dari ketiga faktor

Kesalahan manusia

Kesalahan desain

Kesalahan manejemen

Kesalahan komponen

Kesalahan pihak luar

Kerugian lingkungan

Cacat kualitas

Kerugian produksi

Rusak

Luka

Acident

Penyebab kecelakaan

Akibat kecelakaan

Proses kecelakaan

Analisa

safety

Investigasi kecelakaan

diatas yaitu faktor manusia sebagai pekerja, alat

untuk pelindung dalam keselamatan kerja dan

perusahaan sebagai penyedia bahan untuk keselamatan

kerja. Proses terjadinya kecelakaan kerja telah kita

ketahui seperti pada pokok pembahasan diatas yaitu

dari proses incident kemudian karena penanganan yang

tidak baik bisa mengakibatkan terjadinya accident.

Sebab-sebab utama terjadinya kecelakaan kerja

sangat bermacam-macam baik itu dari diri pekerja,

mesin sebagai alat kerja bahkan faktor-faktor lain

dari luar lingkungan kerja. Berikut gambar tentang

sebab dan akibat yang ditimbulkan dari kecelakaan

kerja :

Gambar 2.3 Sebab akibat kecelakaan kerja

Gambar diatas merupakan faktor-faktor yang

menyebabkan kecelakaan kerja beserta akibat yang

ditimbulkanya mulai dari faktor keselahan manusia

yang hanya menimbulkan luka sampai kesalahan pihak

luar yang menimbulkan kerugian lingkungan. Sebab dan

akibat kecelakaan kerja tersebut perlu kita ketahui

agar kita lebih mudah dalam menginvestigasi guna

memberikan solusi yang terbaik dalam penangananya.

Secara umum kecelakaan kerja mengakibatkan

kerusakaan pada barang yang diproduksi, yang biasa

kita sebut dengan barang “rijek” atau mengakibatkan

kecelakaan pada operator yang bekerja yaitu manusia.

Kecelakaan yang terjadi pada barang menyebabkan

kerusakan hasil produksi yang mudah diperbaiki dan

sulit diperbaiki, sedangkan kecelakaan pada manusia

dapat menyebabkan cacat baik fisik maupun mental

yang bersifat sementara dan permanen bahkan bisa

juga menyebabkan kematian pada diri pekerja. Berikut

adalah gambar akibat kecelakaan kerja secara umum :

Akibat kecelakaan

Kecelakaan kerja

Barang / lingkunga

n

Kerusakan

Mudah diperbai

ki

Sulit diperbai

ki

Orang Cacat

- fisik

- mentalPermanen

Sementara

Kematian

Gambar 2.4 akibat kecelakaan

i. Klasifikasi Kecelakaan Akibat Kerja

Klasifikasi kecelakaan akibat kerja

menurut organisasi perburuhan internasional

tahun 1962 adalah sebagai berikut :

1. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan :

a. Terjatuh.

b. Tertimpa benda jatuh.

c. Tertekan benda.

d. Pengaruh suhu tinggi.

e. Kontak dengan bahan-bahan.

f. Jenis-jenis kelalaian.

2. Klasifikasi menurut penyebab :

a. Pembangkit tenaga terkecuali motor-motor

tenaga listrik.

b. Mesin angkut dan alat angkut.

c. Peralatan lain (bencana bertekanan, alat

listrik, alat kerja, instalasi. pendingin,

instalasi listrik).

d. Bahan-bahan atau material.

e. Zat-zat dan radiasi bahan peledak.

f. Lingkungn kerja.

3. Klasifikasi menurut sifat luka dan kelainan :

a. Dislokasi patah tulang.

b. Regang otot.

c. Memar.

d. Amputasi.

e. Keracunan mendadak.

f. Luka bakar.

g. Mati lemas.

h. Pengaruh listrik.

i. Pengaruh radiasi.

j. Luka-luka lain.

4. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka

di tubuh :

a. Kepala.

b. Leher.

c. Badan.

d. Anggota atas.

e. Anggota bawah.

f. Banyak tempat.

g. Kelainan umum.

h. Letak lain yang tidak dapat dimasukan

klasifikasi tersebut.

ii. Proses Kecelakaan Kerja Menurut Hainrich

Menurut Hainrich ada 8 faktor yang

menyebabkan yang terjadinya kecelakaan kerja

yang mana sebagian besar faktor tersebut datang

dari diri seorang pekerja, diantara faktor-

faktor tersebut antara lain :

1. Un-Dicipline

Faktor ketidak disiplinan dari pekerja.

2. Training Not Good

Pelatihan sebelum pekerja melakukan aktifitas

kerjayang kurang bagus sehingga pada waktu

kerja masih banyak hal yang belum dipahami

oleh seorang pekerja yang menyebabkan

kecelakaan kerja.

3. Lack Tool / Equipment

Faktor peralatan yang digunakan dalam

melakukan aktifitas kerja kurang baik dapat

menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja.

4. Machine protektor not good

Perlindungan mesin yang tidak sempurna dapat

menyebabkan terjadinya accident.

5. Body protektor

Alat pelindung diri (APD) sangat diperlukakan

untuk mengurangi resiko kecelakaan dan sebagai

alat pelindung apabila terjadi sesuatu yang

membahayakan diri pekerja, faktor

ketidaklengkapan alat pelindung diri sebagai

pemicu terjadinya kecelakaan yang parah.

6. Lay out not good

Tata letak ruangan yang kurang bagus dapat

menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja, maka

perusahaan perlu membuat lay out atau tata

ruang yang bagus untuk memudahkan aliran

produksi juga untuk meminimalkan kecelakaan.

7. SOP not good

SOP yang tidak bagus dapat menyebabkan

kecelakaan kerja.

8. Emotion condition

Kondisi emosional dari seorang pekerja yang

terlalau tinggi dan tidak bisa dikontrol

dengan baik dapat menimbulkan kecelakaan

kerja. Faktor emosi pekerja bisa datang dari

lingkungan.

iii. Faktor-faktor Keselamatan Kerja :

Dalam menghindari suatu kecelakaan kerja

maka kita terlebih dahulu harus mengetahui

faktor-faktor apa saja yang menyebabkan

kecelakaan kerja dan upaya apa yang seharusnya

dilakukan untuk meningkatkan keselamatan kerja.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

keberhasilan pelaksanaan keselamatan kerja

diantaranya yaitu :

1. Faktor manusia

Manusia sebagai kunci keberhasilan

keselamatan kerja dalam suatu perusahaan. Yang

termasuk faktor manusia adalah pemilik

perusahaan dan tenaga kerja atau karyawan.

Semua orang yang ada dalam perusahaan harus

tahu bahwa pekerja berkepentingan bukan hanya

pada bagian produksi, mutu dan kualitas

produksi tetapi juga dalam keselamatan kerja.

Umumnya di perusahaan keselamatan

kerja mulai dari manajemen puncak, baru turun

kebawah. Manajer juga harus memandang

keselamatan kerja sebagai dari proses bukan

sebagai tambahan, serta wajib menjamin tidak

terjadinya kondisi yang tidak aman dan tidak

nyaman.

Banyak manusia yang tidak menyadari

bahwa keselamatan kerja adalah tanggung jawab

bersama untuk kepentingan bersama pula.

Kesadaran tersebut tidak kalah pentingnya bila

dibandingkan dengan peraturan yang ditetapkan

perusahaan atau disiplin ketat yang

dipaksakan. Memakai alat-alat keselamatan

kerja atau perlindungan dari yang telah

ditetapkan dalam peraturan tanpa adanya

kesadaran dari tenaga kerja maka peraturan

tersebut malah akan diabaikan. Mereka

beralasan bahwa memakai alat perlindungan

perorangan tersebut akan membuat gerakan

kurang leluasa pada saat melakukan aktivitas,

walaupun disetiap tempat telah tersedia

poster-poster yang berhubungan dengan

keselamatan kerja untuk membangkitkan

kesadaran mengenai keselamatan kerja ini. Cara

yang sering dilakukan untuk memasyarakatkan

keselamatan kerja antara lain :

a. Poster / gambar / plangkat.

b. Petunjuk / slide.

c. Ceramah / seminar.

d. Pameran / kampanye.

e. Mengadakan diklat keselamatan dan kesehatan

kerja yang sistematis.

Biasanya kecelakaan kerja lebih banyak

terjadi pada tenaga kerja yang baru karena

belum memahami pentingnya cara kerja yang

aman. Oleh karena itu perlu diadakan atau

diberikan kepada mereka pendidikan dan lebih

ditekankan kepada mereka akan pentingnya

keselamatan dan kesehatan kerja.

2. Faktor peralatan dan pekerjaan

Pada dasarnya semua bagian mesin yang

bergerak, panel kendali dan alat-alat

perlindungan diri harus dirawat menurut

kondisi bagian-bagianya bukan menurut waktu

pemakaianyan. Perawatan berdasarkan kondisi

harus dijadikan asas pemeliharaan semua

peralatan guna mendeteksi sedini mungkin

bagian-bagian mesin yang dapat menimbulkan

bahaya karena kecelakaan terjadi tanpa

disangka-sangka dalam waktu sekejab mata,

sehingga untuk menghindarinya perlengkapan dan

peralatan yang ada harus terlindungi dari

kemungkinan berinteraksi dengan manusia dan

peralatan lain. Oleh karena itu bagian-bagian

mesin yang berbahaya harus ditiadakan dengan

mengubah konstruksi atau memberi alat

pelindung.

iv. Upaya Keselamatan Kerja

Sangat banyak yang kita lakukan untuk

mencegah suatu kejadian yang tidak kita inginkan

dan harus bisa untuk memilah dan memprioritaskan

sesuai kebutuhan yang tepat.

Kejadian kecelakaan kerja di tempat kerja

tentunya terjadi secara tidak sengaja. Baik itu

terjadi dari faktor manusia ataupun tenaga kerja

sendiri, tempat kerja maupun terjadi karena

mesin-mesin produksi. Tetapi hal tersebut tidak

mustahil adanya pencegahan terhadap terjadinya

kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja dapat dicegah

dengan :

1. Peraturan perundang-undangan

Yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan

mengenai kondisi kerja pada umumnya,

perencanaan, konstruksi dan pemeliharaan,

pengawasan, pengujian dan cara kerja peralatan

industri, tugas-tugas pengusaha dan buruh

latihan supervisi medis, PPPK dan pemeriksaan

kesehatan.

2. Standarisasi

Standarisasi yaitu penetapan standar resmi,

setengah resmi atau tidak resmi mengenai

keselamatan kerja misalnya kondisi yang

memenuhi syarat keselamatan, jenis-jenis

peralatan industri tertentu, praktek

keselamatan dan kesehatan umum atas alat-alat

pelindung diri yang dipergunakan.

3. Pengawasan

Yaitu tentang dipatuhinya ketentuan perundang-

undangan yang diwajibkan.

4. Penelitian bersifat teknik

Penelitian ini meliputi sifat dan ciri-ciri

bahan bahaya, penyelidikan tentang pagar

pengamanan, pengujian alat-alat pelindung

diri, penelitian tentang pencegahan peledakan

gas dan debu.

5. Riset medis

Meliputi penelitian tentang efek-efek

fisikologi dan patologis faktor-faktor

lingkungan dan teknologis dan keadaan-keadaan

fisik yang mengakibatkan kecelakaan.

6. Penelitian pisikologis

Yaitu penelitian tentang pola-pola kejiwaan

yang mengakibatkan terjadinya kecelakaan.

7. Penelitian secara statistik

Yaitu untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan

yang terjadi, banyaknya, mengenai siapa saja,

dalam pekerjaan apa dan apa sebab-sebabnya.

8. Pendidikan

Menyangkut pendidikan dalam kurikulum teknik,

sekolah perniagaan atau kursus-kursus

pertukaran.

9. Latihan-latihan

Yaitu latihan praktek bagi tenaga kerja,

khususnya bagi tenaga kerja yang baru dalam

keselamatan kerja.

10. Penggairahan

Yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau

pendekatan lain untuk menimbulkan sikap untuk

selamat dalam bekerja.

11. Asuransi

Asuransi yaitu insentif finansial untuk

meningkatkan pencegahan kecelakaan misalnya

dalam bentuk pengurangan premi, yang dibayar

oleh perusahaan, jika tindakan keselamatan

sangat baik.

e. Organisasi Keselamatan Kerja

Organisasi keselamatan kerja terdapat pada

unsur pemerintah, dalam ikatan profesi, badan-badan

konsultasi masyarakat, di perusahaan-perusahaan, dan

lain-lain. Program pemerintah khususnya pembinaan

pengawasan bersama-sama dengan praktek keselamatan

kerja di perusahaan-perusahaan saling mengisi

sehingga sehingga dicapai tingkat keselamatan di

perusahaan dalam meningkatkan penerapan keselamatan

kerja di perusahaanya dapat memperoleh bantuan

keahlian dari badan-badan konsultan atau lembaga-

lembaga pengujian. Pada tingkat perusahaan,

pengusaha dan buruh adalah kunci kearah keberhasilan

program keselamatan kerja agar menunjang

keberhasilan pelaksanaan keselamatan dan kesehatan

kerja.

Secara keilmuan, keselamatan kerja memerlukan

keahlian-keahlian lain. Pusat terdapat teknologi,

kimia, fisika, toksilogi, kesehatan, teknisi,

fisiologi, psikologi, dan lain-lain. Maka dari itu,

selain ahli atau teknisi keselamatan kerja masih

diperlukan insinyur, dokkter, ahli faal, ahli jiwa,

ahli statistik, dan lain-lain.

i. Organisasi Pemerintah

Organisasi keselamatan kerja dalam administrasi

pemerintah ditingkat pusat terdapat dalam bentuk

Direktorat Pembinaan Normal Kesehatan dan

Keselamatan Kerja. Direktorat Jendral

Perlindunan dan Perawatan Tenaga Kerja, memiliki

fungsi yaitu :

1. Melaksanakan pembinaan, pengawasan serta

penyempurnaan dalam penetapan norma

keselamatan kerja dibidang mekanik.

2. Melaksanakan pembinaan, pengawasan serta

penyempurnaan dalam penetapan norma

keselamatan kerja dibidang listrik.

3. Melaksanakan pembinaan, pengawasan serta

penyempurnaan dalam penetapan norma

keselamatan kerja dibidang uap.

4. Melaksanakan pembinaan, pengawasan serta

penyempurnaan dalam penetapan norma

keselamatan kerja dibidang pencegahan

kebakaran.

ii. Organisasi Tingkat pemerintah

Organisasi keselamatan kerja ditingkat

perusahaan ada dua jenis, yaitu :

1. Organisasi sebagai bagian dari struktur

organisasi perusahaan dan disebut bidang,

bagian, dan lain-lain keselamatan kerja. Oleh

karena merupakan bagian dari organisasi

perusahaan, maka tugasnya kontinyu

pelaksanaanya menetap dan anggaranya

tersendiri. Kegiatan-kegiatan biasanya cukup

banyak dan efeknya terhadap keselamatan dan

kesehatan kerja adalah banyak dan baik.

2. Panitia kesehatan dan keselamatan kerja yang

biasanya terdiri dari wakil pimpinan

perusahaan, wakil buruh, teknisi keselamatan

kerja, dokter perusahaan dan lain-lain.

Kondisi perusahaan biasanya pencerminan

panitia pada umumnya. Pembentukan

panitiademikian adalah atas dasar kewajiban

undang-undang.

Tujuan keselamatan kerja secara umum

dalah sebagai berikut :

1. Pencegahan terjadinya kecelakaan kerja.

2. Pencegahan terjadinya penyakit akibat kerja.

3. Pencegahan atau penekanan menjadi sekecil-

kecilnya terjadinya kematian akibat kecelakaan

kerja.

4. Pencegahan atau penekanan menjadi sekecil-

kecilnya cacat yang ditimbulkan akibat kerja.

5. Pengamanan material, konstruksi, bangunan,

alat-alat kerja, mesin-mesin, pesawat-pesawat,

instalasi-instalasi, dan lain-lain.

6. Peningkatan produktifitas kerja atas dasar

tingkat keamanan dan kenyamanan kerja yang

tinggi.

7. Penghindaran pemborosan tenaga kerja, modal,

alat-alat dan material-material produksi

lainya sewaktu kerja.

8. Pemeliharaan tempat kerja yang bersih, sehat,

aman dan nyaman.

9. peningkatan pengamanan produksi dalam rangka

industrialisasi dan pembangunan.

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran umum K3 pada PT. Apac Inti Corpora

Tenaga kerja dalam melakukan pekerjaanya akan

behadapan dengan adanya bahaya-bahaya yang dapat

ditimbulkan oleh mesin, alat kerja, material dari

proses pengolahanya, keadaan tempat kerja,

lingkungan, cara melakukan pekerjaan dll. Menyadari

bahaya yang timbul dapat mengakibatkan kecelakaan

kerja yang nantinya juga akan merugikan perusahaan.

Maka sedini mungkin kecelakaan kerja harus dicegah.

Sesuai dengan hasil pengamatan lokasi kerja

sangat potensial menimbulkan kecelakaan kerja.

Contoh kecil yang ada adalah kebisingan,

pencahayaan, kadar debu yang semuanya berada dalan

nilai ambang batas serta percikan api. Pentingnya

keselamatan dan kesehatan kerja bagi semua karyawan,

perusahaan harus menciptakan suasana lingkungan

kerja yang sehat, aman dan nyaman.

Untuk menjamin keselamatan dan kesehatan

kerja, perusahaan menyediakan program kesejahteraan

untuk para tenaga kerja. Macam-macam jaminan

keselamatan kerja di PT. Apac Inti Corpora terdiri

dari :

1. Jaminan Sosial dan Kesejahteraan Pekerja

Program jamsostek yang diselenggarakan PT. Apac

Inti Corpora terdiri dari :

a. Jaminan kecelakaan kerja

Apabila ada karyawan yang mengalami kecelakaan

kerja maka jamsostek akan memberi santunan

berupa keringanan biaya rumah sakit dan biaya

obat-obatan.

b. Jaminan kematian

Jaminan kematian diperuntukan bagi ahli waris

tenaga kerja yang menjadi peserta Jamsostek

yang meninggal bukan karena kecelakaan kerja.

Jaminan Kematian diperlukan sebagai upaya

meringankan beban keluarga baik dalam bentuk

biaya pemakaman maupun santunan berupa uang.

Pengusaha wajib menanggung iuran Program

Jaminan Kematian biaya pemakaman dan santunan

berkala.

c. Jaminan hari tua

Jaminan hari tua berupa pemberian dana pensiun

bagi semua karyawan.

d. Jaminan pemeliharaan kesehatan

Pada setiap karyawan diberikan keringanan

biaya untuk pengobatan dan periksa.

e. Fasilitas makan

Karyawan mendapatkan fasilitas makan gratis

satu kali pada jam istirahat.

f. Santunan kematian

Santunan berupa dana yang diberikan kepada

karyawan yang anggota keluarganya mengalami

musibah (meninggal).

g. Santunan melahirkan

Santunan melahirkan ini diberikan setelah

peserta menjalani masa tunggu 7 (tujuh) bulan

terhitung sejak tanggal menjadi peserta dengan

penggantian biaya perawatan sebesar 100% dari

biaya sesuai dengan ketentuan dan batas

maksimum atas santunan yang telah ditetapkan.

h. Koperasi karyawan

Koperasi pada dasarnya adalah sebuah medium

untuk mendukung kesejahteraan anggota dengan

berbagi keuntungan.

i. Asuransi kecelakaan diluar jam kerja

Bagi karyawan yang mengalami kecelakaan diluar

jam kerja tetap akan mendapatkan asuransi.

j. Olahraga

Sebagai ekspresi kepedulian pada pengembangan

olahraga terutama di daerah Jawa Tengah, Apac

Inti membentuk departemen klub olahraga.

Selain itu perusahaan juga mengadakan senam

rutin seminggu sekali pada hari sabtu. Ini

bertujuan untuk meningkatkan kebugaran para

karyawan.

k. Kesenian

Selain itu ada pula kebebasan untuk

mengekspresikan bagian dalam setiap orang

berbakat di Apacinti. Setelah shift pabrik,

karyawan yang bekerja di Apacinti bisa

bergabung saat menyegarkan, bermain sebagai

band lokal, dengan peralatan lengkap,

disediakan oleh perusahaan. Ini merupakan

bagian dari upaya perusahaan untuk menjaga

jiwa karyawan, memberikan nilai tambah bagi

kehidupan.

l. Kerohanian

Untuk memenuhi kesehatan rohani perusahaan

menyediakan fasilitas tempat beribadah bagi

karyawan, selain itu juga perusahaan

mewajibkan karyawan untuk doa bersama sebelum

melakukan pekerjaanya yang dilakukan pada saat

apel pagi.

m. Balai pertemuan dan perpustakaan

n. Tunjangan seragam

Pada setiap satu tahun sekali karyawan

mendapatkan dua pasang seragam, yaitu dua

pasang celana jeans dan dua pasang seragam.

2. Perawatan Kesehatan dan Pengobatan

Perusahaan mengerti betul akan pentingnya

kesehatan untuk itu perusahaan menyediakan

fasilitas kesehatan yang berupa ::

a. Fasilitas poliklinik

PT. Apac Inti Corpora menyediakan sarana

poliklinik dengan beberapa dokter dan suster

untuk pengobatan para karyawan yang mengalami

kecelakaan kerja dan penyakit yang timbul

akibat kerja.

b. Fasilitas biaya pengobatan

Jika dapat diatasi dengan poliklinik

perusahaan maka biaya pengobatan akan

ditanggung perusahaan akan tetapi jika dirujuk

ke rumah sakit maka perusahaan akan menanggung

beberapa persen biaya yang sudah disepakati.

c. Fasilitas periksa kesehatan

Pemeriksaan kesehatan dilaksanakan

secara berkala setiap tahun dan untuk itu

pimpinan perusahaan mewajibkan karyawan untuk

memeriksa kesehatanya.

3. Stadarisasi Alat Pelindung Diri (APD)

Untuk menghindari timbulnya bahaya kecelakaan

kerja maka perusahaan telah berupaya semaksimal

mungkin agar keselamatan kerja tetap terjamin.

Untuk itu berbagai cara telah ditempuh termasuk

menyediakan alat – alat pelindung diri yang harus

dipergunakan oleh semua karyawan khususnya yang

sudah masuk dalam lingkungan produksi pada waktu

menjalankan tugasnya. Sehingga dengan demikian

bahaya kecelakaan kerja akan dapat dihindari

sekecil mungkin.

Alat pelindung diri yang disediakan PT. Apac

Inti Corpora meliputi :

a. Pelindung Kaki

Sepatu Safety pada umumnya dipergunakan

untuk melindungi jari kaki dari timpaan barang

berat yang jatuh, yang dapat terjadi pada

kecelakaan kerja, sehingga jari kaki para

pekerja dapat telindungi dari akibat yang

fatal. Pada awal kemunculannya safety shoes

dibuat dengan dengan desain yang mirip dengan

sepatu boots, tetapi pada perkembangannya

sepatu safety mengadaptasi model-model formal

dan casual yang biasa dipakai bekerja di kantor

atau office maupun berjalan-jalan atau santai.

1) Mechanical safety shoes diberikan pada

pekerja yang beresiko kejatuhan dan

terlindas benda berat dalam pekerjaan

sehari-hari.

2) Electrical safety shoes diberikan pada

pekerja yang beresiko terhadap arus listrik

tegangan sedang dan rendah.

3) Safety boot diberikan pada pekerja yang

beresiko terhadap bahaya zat cair.

b. Pelindung Tangan

Diperkirakan hampir 20% dari seluruh

kecelakaan yang menyebaabkan cacat adalalah

tangan. Tanpa jari atau tangan, kemampuan

bekerja akan sangat berkurang. Tangan manusia

sangat unik. Tidak ada bentuk lain di dunia

yang dapat mencengkram, memegang, bergerak,

memanipulasi benda seperti tangan manusia.

Karena tangan harus dilindungi dan disayangi.

Kontak dengan bahan kimia koustik atau

beracun, bahan-bahan biologis, sumber listrik

atau benda benda dengan suhu yang sangat dingin

atau sangat panas dapat menyebabkan iritasi dan

membakar tangan . bahan beracun dapat

terabsorsi melalui kulit dan masuk ke dalam

tubuh.

APD tangan dikenal dengan safety glove

dengan berbagai jenis penggunaanya. Berikut ini

adalah jenis-jenis sarung tangan dengan

penggunaan yang tidak terbatas hanya untuk

melindungi dari bahan kimia.

1) Sarung tangan kulit diberikan pada pekerja

yang beresiko terhadap bahaya panas.

2) Sarung tangan rubber diberikan pada pekerja

yang beresiko terhadap zat cair yang

berbahaya.

3) Sarung tangan kain diberikan pada pekerja

yang beresiko terhadap gesekan-gesekan yang

dapat menimbulkan luka pada tangan.

4) Sarung tangan elektrik diberikan pada

pekerja yang beresiko melakukan pekerjaan

yang berhubungan dengan bahaya tegangan

listrik.

c. Pelindung Pernafasan

1) Masker respirator kimia diberikan pada

pekerja yang beresiko terhadap bahaya gas

beracun.

2) Masker pasir diberikan pada pekerja yang

beresiko terhadap debu pasir atau serbuk

logam berat lainya.

3) Masker kain diberikan pada pekerja yang

beresiko terhadap debu-debu ringan. Dipakai

semua pekerja yang memasuki lingkungan

dengan kondisi udara, mengandung debu ringan

yang melebihi nilai ambang batas yang telah

ditetapkan.

4) Masker asap diberikan pada pekerja yang

berhubungan dengan kebakaran.

d. Pelindung telinga

1) Ear plug diberikan pada pekerja yang

melakukan pekerjaan dengan tingkat

kebisingan antara 85-100 dB.

2) Ear muffs diberikan pada pekerja yang

melakukan pekerjaan dengan tingkat

kebisingan diatas 100 dB.

e. Pelindung Tubuh

Pelindung tubuh atau baju kerja

diberikan pada pekerja yang beresiko terkena

percikan api, bahaya zat cair, panas matahari,

di tempat berdebu konsentrasi tinggi.

1) Wearpack diberikan kepada pekerja yang

beresiko terkena panas matahari dan debu

kotor.

2) Appron diberikan pada pekerja yang melakukan

pengelasan.

3) Jas laborat diberikan pada pekerja yang

bekerja di WWT dan QC laborat.

4) Baju tahan panas diberikan pada pekerja yang

beresiko terkena api dalam melakukan

pemadaman kebakaran.

5) Safety belt diberikan pada pekerja yang

beresiko melakukan pekerjaan diatas

ketinggian.

f. Pelindung Kepala

Pelindung kepala dikenal sebagai safety

helmet. Safety helmet memberikan perlindungan pada

kepala dari benturan benda keras, arus listrik,

debu percikan api dan lain-lain.

1) Penutup kepala dari kain diberikan pada

pekerja dilokasi kerja yang beresiko

terhadap keselamatan kepala dan rambut.

2) Safety helmet diberikan pada pekerja yang

beresiko terhadap benturan benda keras.

g. Pelindung Wajah

Pelindung wajah yang dikenal adalah

googles. Goggles memberikan perlindungan lebih

baik dari pada safety glasses kerena goggles

terpasang dekat dengan wajah dan goggles

mengitari area mata, goggles melindungi lebih

baik pada situasi yang mungkin terjadi percikan

cairan, uap logam, serbuk, debu dan kabut.

1) Pelindung muka tipe WH 01 / WS 03 diberikan

pada pekerja yang melakukan pekerjaan

pengelasan.

2) Pelindung muka tipe 10 F408CL diberikan pada

pekerja yang melakukan bongkar muat chemical.

h. Pelindung Mata

Pelindung mata dikenal sebagai safety

glasses. Safety glasses berbeda dengan kaca mata

biasa, baik normal maupun kir (prescription

glasses), karena pada bagian atas dan sisi

kanan-kiri frame terdapat pelindung dan jenis

kacanya yang dapat menahan sinar ultra violet

sampai persentase tertentu.

1) Kacamata tipe GCV 75 diberikan pada pekerja

yang melakukan pekerjaan dilokasi chemical.

2) Kacamata tipe GVM diberikan pada pekerja

yang beresiko terhadap keselamatan mata dari

serbuk besi (penggerindaan).

3) Kacamata tidak memantulkan cahaya dan titik

fokus disesuaikan dengan pemakainya,

kacamata ini diberikan pada pekerja yang

beresiko terhadap percikan gram yang

pekerjaanya dilakukan pengawasan yang

teratur dan terus menerus terhadap benda

yang berputar.

i. Pemasangan Safety Poster

1) Safety poster mesin.

2) Safety poster larangan.

3) Safety poster kejadian darurat.

4) Sefety poster untuk himbauan.

4. Standarisasi Kejadian Darurat

Umumnya tempat kerja tidak pernah luput dari

bahaya dan kejadian yang tidak disagka-sangka

(kejadian darurat). Menurut data kejadian darurat

pada PT. Apac Inti Corpora yang sering terjadi

adalah kebakaran, kecelakaan, ledakan yang

diakibatkan oleh mesin dll. Oleh karena itu maka

pencegahan terhadap terjadinya kejadian darurat

adalah hal yang penting dan harus dilakukan. Untuk

menekan resiko kejadian darurat maka disediakan

peralatan dan sarana, diantaranya terdiri dari :

a. Drum berisi pasir dan skop dilokasi rawan

kebakaran dan tumpahan zat kimia.

b. Drum berisi air dan ember khususnya pada unit

Blowing dan tempat-tempat rawan kebakaran pada

umumnya.

c. APAR (alat pemadam api ringan) yang ditempatkan

pada seluruh perusahaan meliputi office,

gripag, kantin, gudang dan bagian produksi

sesuai dengan kebutuhan dan kegunaan masing –

masing. Jenis APAR yang digunakan meliputi :

1) APAR kelas A ditempatkan pada tempat yang

beresiko kebakaran tingkat A seperti

kebakaran pada dokumen -dokumen, kayu, kain,

dsb.

2) APAR kelas B ditempatkan pada tempat yang

beresiko kebakaran tingkat B seperti

kebakaran yang disebabkan oleh minyak, gas

dan bahan cair lainya.

3) APAR kelas C ditempatkan pada tempat yang

beresiko kebakaran tingkat C seperti

kebakaran yang disebabkan oleh listrik dan

kebakaran yang berada didekat listrik.

d. Box hydrant

1) Hydrant halaman ditempatkan diluar gedung

atau di halaman.

2) Hydrant gedung ditempatkan didalam gedung.

e. Mobil pemadam kebakaran

Mobil ini harus selalu siap mengatasi

kebakaran dari kebakaran ringan maupun

kebakaran besar. Mobil pemadam ditempatkan di

office OHS yang terletak ditengah-tengah

lingkungan pabrik. Adapun pengoprasianya

dilakukan oleh Satpam OHS yang merangkap juga

sebagai petugas Tim Tanggap Darurat yang telah

dilatih.

f. Kotak P3K

Kotak P3K adalah kotak penyimpanan yang

berisi obat-obatan untuk pertolongan pertama

pada kecelakaan. kotak P3K ditempatkan dan

tersebar diseluruh lingkungan perusahaan.

g. Pintu darurat

Pintu darurat adalah pintu keluar saat

terjadi kejadian darurat. Pintu darurat dibuat

di semua bangunan perusahaan, termasuk pada

bagian office.

h. Alarm bahaya

Alarm bahaya adalah penanda kalau ada

kejadian darurat, Alarm akan berbunyi. Alarm

darurat ditempatkan diseluruh bangunan yang ada

di perusahaan.

5. Panitia Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Yang dimaksud dengan panitia pembinaan

keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu badan

yang dibentuk disuatu perusahaan untuk membantu

melaksanakan dan menangani usaha-usaha keselamatan

dan kesehatan kerja yang keanggotaanya terdiri

dari unsur pengusaha dan tenaga kerja.

Syarat-sayarat pembentukan panitia pembinaan

keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai

berikut :

a. Perusahaan mempunyai tenaga kerja lebih dari

300 orang wajib membentuk panitia pembinaan

keselamatan dan kesehatan kerja dengan jumlah

anggota 12 orang. Jumlah tersebut terdiri dari

6 orang wqakil unsur pengusaha atau pimpinan

perusahaan dan 6 orang wakil tenaga kerja dan 2

orang diantaranya sebagai sekertaris.

b. Perusahaan mempunyai tenaga kerja lebih dari

100 orang sampai 300 orang karyawan wajib

membentuk panitia pembinaan keselamatan dan

kesehatan kerja dengan jumlah anggota 6 orang.

Jumlah tersebut terdiri dari 3 orang wakil

unsur pengusaha atau pimpinan perusahaan dan 3

orang wakil tenaga kerja dan satu diantaranya

sebagai sekertaris.

c. Perusahaan mempunyai tenaga kerja lebih dari 50

orang sampai dengan 100 orang dengan :

1) Tingkat bahaya yang tinggi wajib membentuk

panitia pembinaan keselamatan dan kesehatan

kerja dengan jumlah anggota sesuai dengan

butir 2 sebelumnya.

2) Tingkat bahaya yang rendah wajib mempunyai

satu orang ahli keselamatan dan kesehatan

kerja.

Tugas pokok panitia pembinaan keselamatan dan

kesehatan kerja sebagai suatu bahan pertimbangan

di tempat kerja ialah memberikan saran dan

pertimbangan baik diminta maupun tidak kepada

pengusaha atau pimpinan perusahaan yang

bersangkutan mengenai masalah-masalah keselamatan

dan kesehatan kerja.

Fungsi panitia pembinaan keselamatan dan

kesehatan kerja adalah menghimpun dan mengelola

segala data dan atau permasalahan keselamatan

kerja dan kesehatan kerja yang bersangkutan, serta

mendorong ditingkatkanya penyuluhan, pengawasan,

pelatihan, dan penelitian keselamatan dan

kesehatan kerja. Pimpinan perusahaan melalui

panitia-panitia pembinaan keselamatan kerja dan

kesehatan kerja dapat memberikan pengertian dan

kesadaran kepada semua petugasnya tentang arti

pentingnya pelaksanaan pencegahan kecelakaan,

kebakaran, peledakan dan penyakit akibat kerja.

Sebaliknya pihak tenaga kerja dapat pula

mengemukakan pendapatnya kepada pihak perusahaan

atau pimpinan.

PT. Apac Inti Corpora, telah membentuk

panitia pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja

yang fungsinya adalah menghimpun dan mengolah

segala data dan permasalahan keselamatan dan

kesehatan kerja di tempat kerja yang bersangkutan,

serta mendorong ditingkatkanya penyuluhan,

pengawasan, latihan, dan penelitian.

Ketua (manajer

HI)

Sekertaris(manajer scurity)

(steff OHS)

Anggota

(manajer OHS)

Anggota

(manajer work shop mekanik)

Anggota

(manajer WWT)

Anggota

(officer

healt)

Anggota

(manajer PR)

Anggota

(ketua SPN)

Anggota

(officer

civil &

plant mtc)Gambar 4.1 Struktur P2K3 PT. Apac Inti Corpora

a. Office OHS

Unit OHS adalah unit yang dibentuk perusahaan

khusus untuk menangani masalah pelaksanaan K3

di perusahaan.

1) Tujuan OHS adalah :

a) Mengendalikan aspek keselamatan dan

kesehatan kerja di seluruh kegiatan

operasional perusahaan.

b) Menjamin setiap faktor produksi dipelihara

dan dipergunakan secara aman dan efisien.

c) Membangun lingkungan kerja yang aman,

sehat, bersih dan nyaman.

d) Meningkatkan kesadaran karyawan tentang

keselamatan dan kesehatan kerja dalam

Manajer OHS

Sekertaris OHS

Staff OHS Staff OHS Staff OHSStaff OHS

setiap aktivitas pekerjaan.

2) Sasaran OHS :

a) Mencegah dan mengendalikan resiko yang

dapat menyebabkan timbulnya bahaya dan

kecelakaan kerja serta penyakit akibat

kerja

b) Pengamanan sarana dan prasarana kerja,

pemakaian bahan-bahan sesuai MSDS &

penghematan faktor produksi.

c) Menciptakan keselamatan dan kesehatan

kerja.

d) Membentuk karyawan yang sadar dan peduli

akan keselamatan dan kesehatan kerja.

Gambar 4.2 Struktur OHS

b. Tim K3 Unit

Tim Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

internal perusahaan dibentuk oleh divisi atau

departemen masing-masing dan disahkan oleh

pimpinan perusahaan yang susunan

kepengurusannya terdiri dari unsur pimpinan

tertinggi di division atau departemen dan

karyawan yang kompeten pada bidangnya.

Kegiatan K3 Unit :

1) Rapat Konsolidasi organisasi di unit,

meliputi :

a) Sosialisasi K3.

b) Ruang lingkup kerja unit.

c) Job Description dari ketua sampai dengan

anggota unit.

d) Pengurus menyampaikan detail lingkup

kegiatan masing-masing.

2) Penyusunan Action Plant K3 unit, meliputi :

a) Sidang atau rapat rutin satu bulan sekali.

b) Identifikasi sumber bahaya potensial.

c) Analisis sumber bahaya potensial.

d) Upaya pengendalian sumber bahaya

potensial.

e) Monitoring.

f) Evaluasi hasil.

3) Melakukan sidang atau pertemuan pengurus K3

unit sebulan sekali, isi sidang antara lain :

a) Masalah kegiatan organisasi.

b) Membahas hasil evaluasi.

c) Menyusun rekomendasi bahaya potensial yang

ditemui.

d) Menyusun diklat atau ceramah yang

diperlukan yang berkaitan dengan K3.

e) Mengadakan perbaikan program pencegahan

yang telah dilaksanakan.

f) Masalah-masalah K3 lainnya yang dianggap

perlu.

4) Melakukan identifikasi dan inventarisasi

sumber bahaya potensial penyakit yang ada di

unit setiap 3 bulan sekali dengan menggunakan

format F3 dan melaporkan rekapannya ke OHS

setiap 6 bulan sekali.

5) Analisis Sumber Bahaya Potensial

Melakukan analisis setelah mengumpulkan

data-data sumber bahaya potensial yang ada di

tempat kerja.

6) Upaya Pengendalian Sumber Bahaya Potensial

Membuat cara-cara pencegahan atau

pengendalian (kemungkinan sebab-akibat) yang

mungkin terjadi dari sumber bahaya potensial

dengan cara yang tepat ditinjau dari segi

praktis, ekonomis, dan efektifitas.

7) Kegiatan monitoring

Disamping melaksanakan monitoring

terhadap pelaksanaan Plant Of Action, juga

memonitor hal-hal meliputi :

a) Alat pelindung diri.

b) Catering.

c) Kebersihan kantin, WC, dan lingkungan

gedung.

d) Pemeriksaan kesehatan berkala.

e) PPPK.

f) Sarana dan prasarana pemadam kebakaran,

dsb sesuai spesifikasi masing-masing unit.

8) Melakukan pencatatan data-data yang ada di k3

unit antara lain :

a) Struktur Organisasi.

b) Proses produksi.

c) Alat pelindung diri yang digunakan di

unit.

d) Jumlah APAR, hydrant, lampu darurat, pintu

darurat.

e) Kecelakaan kerja dan menyimpulkan sebab-

sebab kecelakaan kerja di unit.

9) Pelaporan meliputi :

a) Melaporkan kegiatan K3 unit ke OHS sebulan

sekali.

b) Mengirim rekap identifikasi dan

pengendalian sumber bahaya ke OHS setiap 6

bulan sekali.

c) Membuat dan mengirim rekomendasi ke OHS

pusat tentang hasil identifikasi dan

pengendalian akibat yang mungkin

ditimbulkan oleh kondisi yang tidak aman

tersebut baik bagi proses produksi,

karyawan, kerusakan peralatan atau

material dan lingkungan hidup sesuai

dengan kejadian yang perlu

direkomendasikan.

d) Membuat dan mengirim rekap kejadian

kecelakaan kerja di unit.

KETUA(pimpinan tertinggi divisi/

departemen)

WAKIL KETUA(satu level dibawah ketua)

SEKERTARIS

SIE PROMOTIFSIE GAPDARSIE ELEKTRIK SIE MEKANIK SIE SANITASI HIGIEN & APD

KOORDINASI A KOORDINASI B KOORDINASI C

REGU PENYELAMATANREGU EVAKUASI

REGU PENANGANAN

REGU PENYELAMATANREGU EVAKUASI

REGU PENANGANAN

REGU PENYELAMATANREGU EVAKUASI

REGU PENANGANAN

Gambar 4.3 Struktur K3 Unit

6. Faktor Penghambat Pelaksanaan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja

Keselamatan kerja memiliki latar belakang

sosial-ekonomi dan kultural yang sangat luas.

Tingkat pendidikan, latar belakang kehidupan yang

luas, seperti kebiasaan-kebiasaan, kepercayaan-

kepercayaan, dll. Demikian juga keadaan ekonomi

ada sangkut pautnya dengan permasalahan

keselamatan kerja tersebut. Dari hasil

penyelidikan ternyata menunjukan bahwa faktor

manusia memegang peranan penting dalam pelaksanaan

keselamatan kerja dilingkungan PT. Apac Inti

Corpora, berupa :

a. Faktor manusia dapat berupa kelalaian atau

kesalahan, kecerobohan, kurang disiplin, tidak

mentaati syarat-syarat keselamatan kerja yang

telah ditetapkan baik oleh perusahaan sehingga

pekerja dapat melakukan tindakan yang bisa

mencelakakan dirinya sendiri dan tentunya

lingkungan sekitar.

b. Pekerja yang bersangkutan tidak mampu atau

kurang terampil dalam menggunakan atau

mengoprasikan alat-alat produksi.

c. Kurangnya kesadaran dan pengetahuan tentang

keselamatan kerja para pekerja disebabkan oleh

beberapa aspek yang mempengaruhinya, antara

lain :

1) Tingkat pendidikan yang rendah

Tingkat pendidikan rendah yang dimiliki

pekerja membawa pengaruh sebab kecenderungan

tidak mengetahui kegunaan pemakaian alat-alat

pelindung diri untuk keselamatan para pekerja

itu sendiri.

2) Sikap pekerja

Pekerja yang mempunyai kecenderungan

bahwa pekerja dengan menantang maut atau

resiko dan ceroboh, lebih mudah dan lebih

cepat, dan usaha pencegahan kecelakaan tidak

begitu penting sebab dia yakin atau percaya

diri untuk dapat menjaga dirinya sendiri

dalam semua keadaan.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari Kerja Praktek Nyata yang dilaksanakan di

PT. Apac Inti Corpora berdasarkan data dan analisa

yang telah diuraikan, dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut :

1. Untuk menjamin keselamatan kerja para

karyawanya, PT. Apac inti Corpora

menyelenggaran berbagai macam program

keselamatan yang dilaksanakan sebagai upaya

perlindungan bagi karyawan yaitu dengan

menigkatkan dan memperbaiki syarat kerja

termasuk upah atau gaji, kondisi kerja termasuk

kesehatan, keselamatan, jaminan sosial,

lingkungan kerja serta hubungan kerja. Sehingga

dengan adanya jaminan keselamatan kerja maka

akan memberikan dukungan langsung bagi

peningkatan produktivitas perusahaan.

2. hambatan-hambatan dalam pelaksanaan

perlindungan hukum keselamatan kerja bagi

tenaga kerja PT. Apac Inti Corpora adalah bahwa

faktor manusia memegang peranan penting dalam

pelaksanaan keselamatan kerja di lingkungan PT.

Apac Inti Corpora yaitu berupa kelalaian atau

kesalahan, kecerobohan, kurang disiplin, tidak

mentaati syarat-syarat keselamatan kerja yang

telah ditetapkan oleh perusahaan dan kurangnya

keterampilan para pekerja dalam mengoperasikan

alat-alat produksi, sehingga perusahaan

berusaha untuk mengatasi hambatan-hambatan

tersebut, usaha yang paling utama adalah

menetapkan peraturan perundang-undangan dan

peraturan perusahaan yang berlaku dan pemberian

pelatihan, keterampilan dan pengetahuan cara

kerja yang menyangkut keselamatan kerja.

B. Saran

Didalam meningkatkan produktivitas,

diperlukan beberapa aspek yang mendukung diantaranya

adalah keselamatan dan kesehatan kerja yang baik

dalam sebuah industri. Maka pada akhir penulisan

ini, penulis mencoba memberikan saran-saran baik

kepada perusahaan maupun kepada tenaga kerja yang

antara lain adalah :

1. Hendaknya para tenaga kerja mempunyai kesadaran

diri dalam melakukan pekerjaanya untuk selalu

memakai alat-alat perlindungan keselamatan

kerja, seperti : sarung tangan, masker,

pelindung telinga dan sepatu boot. Dengan

seperti ini akan mengurangi resiko kecelakaan

kerja dalam pabrik.

2. Perusahaan harus lebih tegas memberi peringatan

atau sangsi terhadap para tenaga kerja yang

melaggar peraturan keselamatan kerja.

3. Hendaknya perusahaan melakukan pemeriksaan awal

pada tenaga kerja, sehigga dapat diketahui

apabila calon tenaga kerja tersebut menderita

suatu penyakit.

4. Untuk lebih meningkatkan perlindungan dan

keselamatan kerja, diperlukan pengawasan

terhadap pelaksanaan peraturan perundang-

undangan yang berlaku sehingga pembinaan yang

menekankan bahwa keselamatan kerja tidak

dianggap sebagai beban, tetapi dianggap sebagai

suatu kewajiban yang dilaksanaka secara sadar

tanpa unsur paksaan.

DAFTAR PUSTAKA

American Institute of Chemical Enginer, 1995. GuidelinesFor Process Safety

Documentation. New York

CCH Australia Limited, 1997. Managing Occupational Health & Safety in 1

volume. Jakarta.

Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional (DK3N), 1994. Pedoman

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bagi Pekerja Baru. Jakarta: DK3N.

Departemen Tenaga Kerja, 1995. Peraturan Mentri Tenaga Kerja No.

05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan

Kerja. Jakarta: Departemen Tenaga Kerja.

Muchammad Arief, 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan.

Klaten: Perhimpunan Pemandirian Masyarakat Indonesia.

Suma’mur, P. K, 1993. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta:

PT. Toko Gunung Agung.

Syukri Sahab, 1997. Teknik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Jakarta: PT. Bina Sumber Daya Manusia.