Makalah Akhlak Tasawuf: Muhasabah, Khauf, Raja', Shiddiq

41
BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG Muhasabah dalam agama kita mengandung arti yang begitu mendalam bila kita mengetahui hakikat muhasabah itu sendiri. Terutama dalam kehidupan dunia dan juga kehidupan akherat nan kekal abadi. Mengerti, memahami akan arti definisi muhasabah dalam Islam perlu untuk setiap mukmin dalam rangka memperbaiki dirinya ke dalam hal-hal yang baik dan positif. 1 Hakikat muhasabah bukan mengingat dosa-dosa yang telah lalu, kemudian menyesali dan menangisinya. Namun, hakikat muhasabah adalah memaksakan diri untuk taat melaksanakan semua perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangannya. 2 Pada intinya, dakwah harus dievaluasi, agar harakah dakwah tidak hanya menjadi simbol yang substansinya telah beralih pada sektor lain yang jauh dari nilai-nilai dakwah itu sendiri. 3 Shiddiq merupakan hakikat kebaikan yang memiliki dimensi yang luas, karena mencakup segenap aspek keislaman. Hal ini tergambar dalam firman Allah SWT: ”Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan 1 http://www.safiyhati.com/2013/06/muhasabah-dalam-islam.html 2 http://www.hilman.web.id/posting/blog/1052/pengertian-makna-dan- hakikat-muhasabah.html 3 http://www.ahmarembang.com/2011/11/arti-makna-muhasabah-dalam- islam.html 1 | Akhlak Tasawuf Muhasabah, Khauf, Raja’, Shiddiq

Transcript of Makalah Akhlak Tasawuf: Muhasabah, Khauf, Raja', Shiddiq

BAB I

PENDAHULUANI. LATAR BELAKANG

Muhasabah dalam agama kita mengandung arti yang

begitu mendalam bila kita mengetahui hakikat muhasabah

itu sendiri. Terutama dalam kehidupan dunia dan juga

kehidupan akherat nan kekal abadi. Mengerti, memahami

akan arti definisi muhasabah dalam Islam perlu untuk

setiap mukmin dalam rangka memperbaiki dirinya ke dalam

hal-hal yang baik dan positif.1

Hakikat muhasabah bukan mengingat dosa-dosa yang

telah lalu, kemudian menyesali dan menangisinya. Namun,

hakikat muhasabah adalah memaksakan diri untuk taat

melaksanakan semua perintah Allah SWT dan menjauhi

segala larangannya.2

Pada intinya, dakwah harus dievaluasi, agar

harakah dakwah tidak hanya menjadi simbol yang

substansinya telah beralih pada sektor lain yang jauh

dari nilai-nilai dakwah itu sendiri.3

Shiddiq merupakan hakikat kebaikan yang memiliki

dimensi yang luas, karena mencakup segenap aspek

keislaman. Hal ini tergambar dalam firman Allah

SWT: ”Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan1 http://www.safiyhati.com/2013/06/muhasabah-dalam-islam.html2 http://www.hilman.web.id/posting/blog/1052/pengertian-makna-dan-hakikat-muhasabah.html3 http://www.ahmarembang.com/2011/11/arti-makna-muhasabah-dalam-islam.html1 | Akhlak Tasawuf Muhasabah, Khauf, Raja’, Shiddiq

barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya

kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari

kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan

memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya,

anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang

memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-

minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan

shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang

menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang

yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam

peperangan.Mereka itulah orang-orang yang benar imannya

(yakni bersifat siddiq); dan mereka itulah orang-orang

yang bertakwa. ” (QS Al-Baqarah: 177)

Ayat ini digambarkan dimensi yang dicakupi oleh

siddiq yaitu meliputi keimanan, menginfakkan harta yang

dicintai, mendirikan shalat, menunaikan zakat, menepati

janji, bersabar dalam kesulitan, dll. Karena itulah,

dalam ayat lain, Allah SWT memerintahkan kita untuk

senantiasa bersama-sama para shiddiqin: ”Hai orang-

orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan

hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar

(siddiq).” (QS At- Taubah: 119)

II. RUMUSAN MASALAH

1. Apa Makna Muhasabah secara bahasa dan Istilah?

2 | Akhlak Tasawuf Muhasabah, Khauf, Raja’, Shiddiq

2. Bagaimana indikasi kegagalan dan kesuksesan dalam

Muhasabah?

3. Apa Manfaat dan Tujuan Muhasabah?

4. Apa Pengertian Khauf dan Raja’ secara bahasa dan

istilah?

5. Apa saja macam-macam Khauf dan Raja’?

6. Apa Pengertian Shiddiq secara bahasa dan istilah?

7. Bagaimana ruang lingkup Shiddiq?

TUJUAN

III. TUJUAN

1. Untuk mengetahui Makna Muhasabah secara bahasa dan

Istilah

2. Untuk mengetahui indikasi kegagalan dan kesuksesan

dalam Muhasabah

3. Untuk mengetahui Manfaat dan Tujuan Muhasabah

4. Untuk mengetahui Pengertian Khauf dan Raja’ secara

bahasa dan istilah

5. Untuk mengetahui macam-macam Khauf dan Raja’

6. Untuk mengetahui Pengertian Shiddiq secara

bahasa dan istilah

7. Untuk mengetahui ruang lingkup Shiddiq

3 | Akhlak Tasawuf Muhasabah, Khauf, Raja’, Shiddiq

BAB II

PENGERTIANMUHASABAH, KHAUF, RAJA’, DAN SHIDDIQ

I. MUHASABAH

1. Makna Muhasabah

Pengertian muhasabah adalah evaluasi diri sendiri.

Sehingga penjabaran akan makna arti muhasabah berasal

dari kata hasiba yang artinya adalah menghisab atau pun

menghitung. Dalam penggunaan katanya, muhasabah

diidentikan dengan menilai diri sendiri atau

mengevaluasi, atau pun introspeksi diri.4

Muhasabah menurut Rasulullah SAW sama artinya

dengan jihad nafs atau jihad memerangi dan mengekang

hawa nafsu. Rasulullah SAW dalam sabdanya yang lain

menegaskan jihad nafs adalah salah satu jihad paling

besar dan termasuk ke dalam hakikat seorang mujahid.

''Mujahid adalah orang yang mengekang jiwanya untuk

taat kepada perintah Allah.'' (HR Ahmad).5

Muhasabah berarti introspeksi diri, menghitung

diri dengan amal yang telah dilakukan dari masa-masa

yang telah lalu. Manusia yang beruntung adalah manusia4 Husain Al-Habsyi, Kamus Al-Kautsar Lengkap, (Bangil: Yayasan Pesantren Islam, 1986).5 http://www.republika.co.id/kolom.asp?kat_id=144 | Akhlak Tasawuf Muhasabah, Khauf, Raja’, Shiddiq

yang tahu akan dirinya sendiri. Dan manusia

beruntung akan selalu mempersiapkan dirinya untuk

kehidupan kelak yang abadi di yaumul akhir di akhirat

yang pasti adanya.

Muhasabah dalam agama kita mengandung arti yang

begitu mendalam bila kita mengetahui hakikat muhasabah

itu sendiri. Terutama dalam kehidupan dunia dan juga

kehidupan akherat nan kekal abadi. Mengerti, memahami

akan arti definisi muhasabah dalam Islam perlu untuk

setiap mukmin dalam rangka memperbaiki dirinya ke dalam

hal-hal yang baik dan positif.6

Dari pengertian di atas, jelas bahwa hakikat

muhasabah bukan mengingat dosa-dosa yang telah lalu,

kemudian menyesali dan menangisinya. Namun, hakikat

muhasabah adalah memaksakan diri untuk taat

melaksanakan semua perintah Allah SWT dan menjauhi

segala larangannya.7

Pada intinya, dakwah harus dievaluasi, agar

harakah dakwah tidak hanya menjadi simbol yang

substansinya telah beralih pada sektor lain yang jauh

dari nilai-nilai dakwah itu sendiri.8

6 http://www.safiyhati.com/2013/06/muhasabah-dalam-islam.html7 http://www.hilman.web.id/posting/blog/1052/pengertian-makna-dan-hakikat-muhasabah.html8 http://www.ahmarembang.com/2011/11/arti-makna-muhasabah-dalam-islam.html5 | Akhlak Tasawuf Muhasabah, Khauf, Raja’, Shiddiq

Dalil yang berkaitan dengan makna muhasabah ini

juga banyak. Diantaranya yaitu hadist Rasulullah SAW

yang artinya adalah :

"Dari Syadad bin Aus r.a, dari Rasulullah SAW, bahwa beliau

berkata, "Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi)

dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian.

Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa

nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT". (HR. Imam

Turmudzi).9

Dalil Al-Qur'an yang berkaitan dengan muhasabah

juga telah Allah Firman kan dalam Al-Qur'an yaitu

Q.S.Al-Hasyr (59):18:

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan

hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk

hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah

Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."

2. Indikasi Kesuksesan dan Kegagalan

Dalam Al-Qur’an, Allah swt. seringkali

mengingatkan hamba-hamba-Nya mengenai visi besar ini,

di antaranya adalah dalam QS. Al-Hasyr (59): 18–19.

9 http://www.safiyhati.com/2013/06/muhasabah-dalam-islam.html6 | Akhlak Tasawuf Muhasabah, Khauf, Raja’, Shiddiq

Muhasabah atau evaluasi atas visi inilah yang

digambarkan oleh Rasulullah saw. sebagai kunci pertama

dari kesuksesan. Selain itu, Rasulullah saw. juga

menjelaskan kunci kesuksesan yang kedua, yaitu action

after evaluation. Artinya setelah evaluasi harus ada

aksi perbaikan. Dan hal ini diisyaratkan oleh

Rasulullah saw. dengan sabdanya dalam hadits di atas

dengan ’dan beramal untuk kehidupan sesudah kematian.’

Potongan hadits yang terakhir ini diungkapkan

Rasulullah saw. langsung setelah penjelasan tentang

muhasabah. Karena muhasabah juga tidak akan berarti

apa-apa tanpa adanya tindak lanjut atau perbaikan.

Terdapat hal menarik yang tersirat dari hadits di

atas, khususnya dalam penjelasan Rasulullah saw.

mengenai kesuksesan. Orang yang pandai senantiasa

evaluasi terhadap amalnya, serta beramal untuk

kehidupan jangka panjangnya yaitu kehidupan akhirat.

Dan evaluasi tersebut dilakukan untuk kepentingan

dirinya, dalam rangka peningkatan kepribadiannya

sendiri.

Sementara kebalikannya, yaitu kegagalan. Disebut

oleh Rasulullah saw, dengan ‘orang yang lemah’,

memiliki dua ciri mendasar yaitu orang yang mengikuti

hawa nafsunya, membiarkan hidupnya tidak memiliki visi,

tidak memiliki planing, tidak ada action dari

planingnya, terlebih-lebih memuhasabahi perjalanan

7 | Akhlak Tasawuf Muhasabah, Khauf, Raja’, Shiddiq

hidupnya. Sedangkan yang kedua adalah memiliki banyak

angan-angan dan khayalan, ’berangan-angan terhadap

Allah.’ Maksudnya, adalah sebagaimana dikemukakan oleh

Imam Al-Mubarakfuri dalam Tuhfatul Ahwadzi, sebagai

berikut: Dia (orang yang lemah), bersamaan dengan

lemahnya ketaatannya kepada Allah dan selalu mengikuti

hawa nafsunya, tidak pernah meminta ampunan kepada

Allah, bahkan selalu berangan-angan bahwa Allah akan

mengampuni dosa-dosanya.10

3. Urgensi Muhasabah

Imam Turmudzi setelah meriwayatkan hadits di atas, juga

meriwayatkan ungkapan Umar bin Khattab dan juga

ungkapan Maimun bin Mihran mengenai urgensi dari

muhasabah.

a. Mengenai muhasabah, Umar r.a. mengemukakan:

‘Hisablah (evaluasilah) diri kalian sebelum

kalian dihisab, dan berhiaslah (bersiaplah) kalian

untuk hari aradh akbar (yaumul hisab). Dan

bahwasanya hisab itu akan menjadi ringan pada hari

kiamat bagi orang yang menghisab (evaluasi) dirinya

di dunia.

Sebagai sahabat yang dikenal ‘kritis’ dan

visioner, Umar memahami benar urgensi dari evaluasi

10 http://www.dakwatuna.com/2007/09/17/258/makna-muhasabah/#axzz2guMJ9vXj8 | Akhlak Tasawuf Muhasabah, Khauf, Raja’, Shiddiq

ini. Pada kalimat terakhir pada ungkapan di atas,

Umar mengatakan bahwa orang yang biasa mengevaluasi

dirinya akan meringankan hisabnya di yaumul

akhir kelak. Umar paham bahwa setiap insan akan

dihisab, maka iapun memerintahkan agar kita

menghisab diri kita sebelum mendapatkan hisab dari

Allah swt.11

b. Sementara Maimun bin Mihran r.a. mengatakan:

‘Seorang hamba tidak dikatakan bertakwa hingga

ia menghisab dirinya sebagaimana dihisab pengikutnya

dari mana makanan dan pakaiannya’.

Maimun bin Mihran merupakan seorang tabiin yang

cukup masyhur. Beliau wafat pada tahun 117 H.

Beliaupun sangat memahami urgensi muhasabah,

sehingga beliau mengaitkan muhasabah dengan

ketakwaan. Seseorang tidak dikatakan bertakwa,

hingga menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri.

Karena beliau melihat salah satu ciri orang yang

bertakwa adalah orang yang senantiasa mengevaluasi

amal-amalnya. Dan orang yang bertakwa, pastilah

memiliki visi, yaitu untuk mendapatkan ridha Ilahi.12

c. Urgensi lain dari muhasabah adalah karena setiap

orang kelak pada hari akhir akan datang menghadap

Allah swt. dengan kondisi sendiri-sendiri untuk11 http://www.dakwatuna.com/2007/09/17/258/makna-muhasabah/#axzz2guMJ9vXj12 Ibid,.9 | Akhlak Tasawuf Muhasabah, Khauf, Raja’, Shiddiq

mempertanggung jawabkan segala amal perbuatannya.

Allah swt. menjelaskan dalam Al-Qur’an: “Dan tiap-

tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari

kiamat dengan sendiri-sendiri.” [QS. Maryam (19):

95, Al-Anbiya’ (21): 1].13

4. Aspek-Aspek Yang Perlu Dimuhasabahi

Terdapat beberapa aspek yang perlu dimuhasabahi oleh

setiap muslim, agar ia menjadi orang yang pandai dan

sukses.

a. Aspek Ibadah

Pertama kali yang harus dievaluasi setiap

muslim adalah aspek ibadah. Karena ibadah

merupakan tujuan utama diciptakannya manusia di

muka bumi ini.

Artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan

supaya mereka mengabdi kepada-Ku. [QS. Adz-Dzaariyaat

(51): 56]

b. Aspek Pekerjaan & Perolehan Rizki

Aspek kedua ini sering kali dianggap remeh,

atau bahkan ditinggalkan dan ditakpedulikan oleh

kebanyakan kaum muslimin. Karena sebagian

menganggap bahwa aspek ini adalah urusan duniawi

yang tidak memberikan pengaruh pada aspek

13 Ibid,.10 | Akhlak Tasawuf Muhasabah, Khauf, Raja’, Shiddiq

ukhrawinya. Sementara dalam sebuah hadits,

Rasulullah saw. bersabda:

Dari Ibnu Mas’ud ra dari Nabi Muhammad saw.

bahwa beliau bersabda, ‘Tidak akan bergerak tapak kaki

ibnu Adam pada hari kiamat, hingga ia ditanya tentang 5 perkara;

umurnya untuk apa dihabiskannya, masa mudanya, kemana

dipergunakannya, hartanya darimana ia memperolehnya dan ke

mana dibelanjakannya, dan ilmunya sejauh mana

pengamalannya.’ (HR. Turmudzi)

c. Aspek Kehidupan Sosial Keislaman

Aspek yang tidak kalah penting untuk

dievaluasi adalah aspek kehidupan sosial, dalam

artian hubungan muamalah, akhlak dan adab dengan

sesama manusia. Karena kenyataannya aspek ini juga

sangat penting, sebagaimana yang digambarkan

Rasulullah saw. dalam sebuah hadits:

Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw.

bersabda, ‘Tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut itu?’

Sahabat menjawab, ‘Orang yang bangkrut diantara kami adalah

orang yang tidak memiliki dirham dan tidak memiliki perhiasan.’

Rasulullah saw. bersabda, ‘Orang yang bangkrut dari umatku

adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan (pahala)

shalat, puasa dan zakat, namun ia juga datang dengan membawa

(dosa) menuduh, mencela, memakan harta orang lain, memukul

(mengintimidasi) orang lain. Maka orang-orang tersebut diberikan

pahala kebaikan-kebaikan dirinya. Hingga manakala pahala

11 | Akhlak Tasawuf Muhasabah, Khauf, Raja’, Shiddiq

kebaikannya telah habis, sebelum tertunaikan kewajibannya,

diambillah dosa-dosa mereka dan dicampakkan pada dirinya, lalu

dia pun dicampakkan ke dalam api neraka. (HR. Muslim)

Melalaikan aspek ini, dapat menjadi orang

yang muflis sebagaimana digambarkan Rasulullah

saw. dalam hadits di atas. Datang ke akhirat

dengan membawa pahala amal ibadah yang begitu

banyak, namun bersamaan dengan itu, ia juga datang

ke akhirat dengan membawa dosa yang terkait dengan

interaksinya yang negatif terhadap orang lain;

mencaci, mencela, menuduh, memfitnah, memakan

harta tetangganya, mengintimidasi dsb. Sehingga

pahala kebaikannya habis untuk menutupi

keburukannya. Bahkan karena kebaikannya tidak

cukup untuk menutupi keburukannya tersebut, maka

dosa-dosa orang-orang yang dizaliminya tersebut

dicampakkan pada dirinya. Hingga jadilah ia tidak

memiliki apa-apa, selain hanya dosa dan dosa,

akibat tidak memperhatikan aspek ini.

Na’udzubillah min dzalik.14

d. Aspek Dakwah

Aspek ini sesungguhnya sangat luas untuk

dibicarakan. Karena menyangkut dakwah dalam segala

aspek; sosial, politik, ekonomi, dan juga

14 http://www.dakwatuna.com/2007/09/17/258/makna-muhasabah/#axzz2guMJ9vXj12 | Akhlak Tasawuf Muhasabah, Khauf, Raja’, Shiddiq

substansi dari da’wah itu sendiri mengajak orang

pada kebersihan jiwa, akhlaqul karimah,

memakmurkan masjid, menyempurnakan ibadah,

mengklimakskan kepasrahan abadi pada ilahi, banyak

istighfar dan taubat dsb.

Tetapi yang cukup urgens dan sangat

substansial pada evaluasi aspek dakwah ini yang

perlu dievaluasi adalah, sudah sejauh mana pihak

lain baik dalam skala fardi maupun jama’i,

merasakan manisnya dan manfaat dari dakwah yang

telah sekian lama dilakukan? Jangan sampai sebuah

‘jamaah’ dakwah kehilangan pekerjaannya yang

sangat substansial, yaitu dakwah itu sendiri.

Evaluasi pada bidang dakwah ini jika

dijabarkan, juga akan menjadi lebih luas. Seperti

evaluasi dakwah dalam bidang tarbiyah dan

kaderisasi, evaluasi dakwah dalam bidang dakwah

‘ammah, evaluasi dakwah dalam bidang siyasi,

evaluasi dakwah dalam bidang iqtishadi, dsb?

Pada intinya, dakwah harus dievaluasi, agar

harakah dakwah tidak hanya menjadi simbol yang

substansinya telah beralih pada sektor lain yang

jauh dari nilai-nilai dakwah itu sendiri. Mudah –

mudahan ayat ini menjadi bahan evaluasi bagi

dakwah yang sama-sama kita lakukan: Katakanlah:

“Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang

13 | Akhlak Tasawuf Muhasabah, Khauf, Raja’, Shiddiq

mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan

hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada

termasuk orang-orang yang musyrik”. [QS. Yusuf

(12): 108]15

5. Manfaat dan Keutamaan Muhasabah

a. Dengan bermuhasabah diri, maka diri setiap

muslim akan bisa mengetahui akan aib serta

kekurangan dirinya sendiri. Baik itu dalam hal

amalan ibadah, kegiatan yang memberikan manfaat

untuk banyak manusia. Sehingga dengan demikian

akan bisa memperbaiki diri apa-apa yang dirasa

kurang pada dirinya.

b. Dalam hal ibadah, kita akan semakin tahu akan

hak kewajiban kita sebagai seorang hambaNya dan

terus memperbaiki diri dan mengetahui hakekat

ibadah bahwasannya manfaat hikmah ibadah adalah

demi kepentingan diri kita sendiri. Bukan demi

kepentingan Allah Ta'ala. Karena kita lah manusia

yang lemah dan penuh dosa yang memerlukan akan

pengampunan dosa-dosa kita yang banyak.

c. Mengetahui akan segala sesuatu baik itu kecil

maupun besar atas apa yang kita lakukan di dunia

ini, akan dimintai pertanggungjawabannya kelak di

15 http://www.dakwatuna.com/2007/09/17/258/makna-muhasabah/#axzz2guMJ9vXj14 | Akhlak Tasawuf Muhasabah, Khauf, Raja’, Shiddiq

akherat. Inilah salah satu hikmah muhasabah dalam

diri setiap manusia.

d. Membenci hawa nafsu dan mewaspadainya. Dan

senantiasa melaksanakan amal ibadah serta ketaatan

dan menjauhi segala hal yang berbau kemaksiatan,

agar menjadi ringan hisab di hari akhirat kelak.16

II. KHAUF DAN RAJA'

1. Khauf (takut kepada Allah SWT)

a. Pengertian Khauf

Secara bahasa Khauf berasal dari kata khafa, yakhafu,

khaufan yang artinya takut. Takut yang dimaksud disini

adalah takut kepada Allah SWT. Khauf adalah takut

kepada Allah SWT dengan mempunyai perasaan khawatir

akan adzab Allah yang akan ditimpahkan kepada kita.

Cara untuk dekat kepada Allah yaitu mengerjakan segala

perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.17

Dalam KBBI, khauf adalah kata benda yang memiliki

arti ketakutan atau kekhawatiran. Khawatir sendiri

merupakan kata sifat yang bermakna takut (gelisah,

cemas) terhadap suatu hal yang belum diketahui dengan

pasti. Sedangkan takut adalah kata sifat yang memiliki

beberapa makna seperti, merasa gentar menghadapi

sesuatu yang dianggap akan mendatangkan bencana. Jadi

16 http://www.safiyhati.com/2013/06/muhasabah-dalam-islam.html17 Husain Al-Habsyi, Kamus Al-Kautsar Lengkap, (Bangil: Yayasan Pesantren Islam, 1986).15 | Akhlak Tasawuf Muhasabah, Khauf, Raja’, Shiddiq

khauf berarti perasaan gelisah atau cemas terhadap

suatu hal yang belum diketahui dengan pasti.18

Adapun secara terminologi, sebagaimana diuraikan

dalam kamus tasawuf, khauf adalah suatu sikap mental

merasa takut kepada Allah karena kurang sempurna

pengabdiannya, takut atau khawatir kalau-kalau Allah

tidak senang padanya. Khauf timbul karena pengenalan

dan cinta kepada Allah yang mendalam sehingga ia merasa

khawatir kalau Allah melupakannya atau takut kepada

siksa Allah.19

Menurut Imam Qusyairy, takut kepada Allah berarti

takut terhadap hukumNya. Menurutnya khauf adalah

masalah yang berkaitan dengan kejadian yang akan

datang, sebab seseorang hanya merasa takut jika apa

yang dibenci tiba dan yang dicintai sirna. Dan realita

demikian hanya terjadi di masa depan.20

Menurut Sayyid Ahmad bin Zain al-Habsyi, khauf

adalah:

“Suatu keadaan yang menggambarkan resahnya hati

karena menunggu sesuatu yang tidak disukai yang

diyakini akan terjadi dikemudian hari.”

18 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990).19 Totok Jumantoro dan Samsul Munir Amin, Kamus Ilmu Tasawuf, (Penerbit Amzah, 2005).20 Al-Qusyairy An-Naisabury, Ar-Risalah al-Qusyairiyyah fî ‘Ilmi At-Tasawufi, terj. Mohammad Luqman Hakim dengan judul Risalatul Qusyairiyyah: Induk Ilmu Tasawuf, (Surabaya: Risalah Gusti, 2000).16 | Akhlak Tasawuf Muhasabah, Khauf, Raja’, Shiddiq

Ibn Jalla’ berkata bahwa orang tidak dikatakan

takut karena menangis dan megusap air matanya, tetapi

karena takut melakukan sesuatu yang mengakibatkan ia

disiksa karenanya.

Ibnu Khabiq berkata, “Makna khauf menurutku adalah

berdasarkan waktunya, yaitu takut yang tetap ada pada

Allah saat ia dalam keadaan aman.” Menurutnya, orang

yang takut adalah seorang yang lebih takut akan dirinya

sendiri dari pada hal-hal yang ditakutkan syaitan.

Imam Qonadi berkata, “Alamat dari pada khauf adalah

ia tidak menyakitkan dirinya dengan banyak angan.”

Sebagian Arifin berkata, “Alamat khauf yaitu beku dan

layunya hati dari kesenangan.”

Al-Falluji berpendapat bahwa khauf adalah suatu

bentuk kegelisahan ketika seseorang memperkirakan

sesuatu yang ia benci akan menimpanya.21

Dalam al-Quran, kata khauf diulang sebanyak seratus

dua puluh kali. Diantaranya adalah dalam surah al-Qasas

ayat 21;

“Maka keluarlah Musa dari kota itu dengan rasa

takut menunggu-nunggu dengan khawatir, dia berdoa: "Ya

Tuhanku, selamatkanlah Aku dari orang-orang yang zalim

itu".22

21 Ibid,.22 Depag. RI, Al-Quran dan Tafsir Per Kata, (indeks ayat) (Bandung: 2007).17 | Akhlak Tasawuf Muhasabah, Khauf, Raja’, Shiddiq

Ayat yang serupa dengan ayat tersebut yaitu surah

al-Naml ayat 10 dan surah al-Qasas ayat 33. Ayat

tentang khauf yang lain diantaranya dalam surah az-

Zumar ayat 13, al-Nur ayat 37, al-Insan ayat 10 yang

menunjukkan ketakutan pada siksaan hari akhir. Sedang

khauf dalam surah Asy-Syuara’ ayat 14 menunjukkan

ketakutan terhadap bahaya. Ayat-ayat tentang khauf ini,

khauf bermakna ketakutan yang diikuti dengan perasaan

cemas atau khawatir akan sesuatu.

Khauf berbeda dengan khasyyah dan haibah. Khauf

merupakan salah satu syarat iman dan hukum-hukumnya,

khasyyah adalah salah satu syarat pengetahuan,

sedangkan haibah adalah salah satu syarat pengetahuan

makrifat. Khasyyah merupakan ketakutan yang hanya

diperuntukkan bagi Allah. Khasyyah adalah kekhawatiran

yang disertai pengagungan, dan biasanya itu ter23jadi

karena tahu dengan apa yang ia takutkan. Khasyyah lebih

khusus daripada khauf, karena khasyyah hanya dimiliki

oleh orang alim yang mengetahui Allah.

Haibah lebih tinggi lagi dari khasyyah, haibah

berarti ketakutan yang terhormat, ketakutan dalam

menghadapi keagungan Allah. Menurut Syekh Abu Ali ad-

Daqqaq, ketiga ketakutan tersebut merupakan tahapan

khauf.

Firman Allah surah An-Nur 52:23 Depag. RI, Al-Quran dan Tafsir Per Kata, (indeks ayat) (Bandung: 2007).18 | Akhlak Tasawuf Muhasabah, Khauf, Raja’, Shiddiq

Artinya: “Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan

takut kepada Allah dan bertaqwa kepada-Nya, maka mereka adalah

orang-orang yang mendapat kemenangan.

Firman Allah Ta’ala :

Artinya: “Maka janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah

kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” (Q.S Al- Imran :

175)

b. Macam-Macam Khauf (Takut)

a.     Khouf thabi’i seperti halnya orang takut hewan

buas, takut api, takut tenggelam, maka rasa takut

semacam ini tidak membuat orangnya dicela akan

tetapi apabila rasa takut ini menjadi sebab dia

meninggalkan kewajiban atau melakukan yang

diharamkan maka hal itu haram.

b.    Khouf ibadah yaitu seseorang merasa takut

kepada sesuatu sehingga membuatnya tunduk

beribadah kepadanya maka yang seperti ini tidak

boleh ada kecuali ditujukan kepada Allah ta’ala.

Adapun menujukannya kepada selain Allah adalah

syirik akbar.

19 | Akhlak Tasawuf Muhasabah, Khauf, Raja’, Shiddiq

c.    Khouf sirr seperti halnya orang takut kepada

penghuni kubur atau wali yang berada di kejauhan

serta tidak bisa mendatangkan pengaruh baginya

akan tetapi dia merasa takut kepadanya maka para

ulama pun menyebutnya sebagai bagian dari

syirik.24

c. Alasan manusia takut kepada Allah

a.    Karena kekuasaan dan keagungan Allah

b.    Karena balasan Allah

c.    Karena taufiq dan hidayah yang diberikan

kepada manusia

d.   Karena rahmat dan minat yang dilimpahkan

kepada manusia.25

2. Raja’ (Mengharap ridho kepada Allah SWT)

a. Pengertian Raja’

Raja’ secara bahasa artinya harapan atau cita-cita.

Raja’ adalah mengharap ridho, rahmat dan pertolongan

kepada Allah SWT, serta yakin hal itu dapat diraihnya,

atau suatu jiwa yang sedang menunggu (mengharapkan)

sesuatu yang disenangi dari Allah SWT, setelah

melakukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya sesuatu

yang diharapaknnya. Jika mengharap ridha, rahmat dan

24 BKS BSL-PAI-SMA/SMK Semester Gasal Kelas XI25 Mahjuddin, H, Drs. 2009, Akhlak Tasawuf 1; Mukjizat Nabi, Karamah Wali dan Ma’rifah suci. Jakarta : Kalam Mulia20 | Akhlak Tasawuf Muhasabah, Khauf, Raja’, Shiddiq

pertolong Allah SWT, kita harus memenuhi ketentuan

Allah SWT. Jika kita tidak pernah melakukan shalat

ataupun ibadah-ibadah lainnya, jangan harap meraih

ridha,rahmat,dan pertolongan Allah SWT.26

Firman Allah Ta’ala :

Artinya:  “Untuk itu, barangsiapa yang mengharap perjumpaan dengan

Robbnya, maka hendaklah ia mengerjakan amal shaleh dan janganlah

mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Robb-

Nya.” (QS.Al-Kahfi:110)

b. Macam-macam Raja’

Dua bagian termasuk termasuk raja` yang terpuji

pelakunya sedangkan satu lainnya adalahraja` yang

tercela. Yaitu:

a.    Seseorang mengharap disertai dengan amalan

taat kepada Allah di atas cahaya Allah, ia

senantiasa mengharap pahala-Nya

b.    Seseorang yang berbuat dosa lalu bertaubat

darinya, dan ia senantiasa mengharap ampunan

Allah, kebaikan-Nya dan kemurahan-Nya.

c.    Adapun yang menjadikan pelakunya tercela

ialah seseorang yang terus-menerus dalam

26 http://modulakhlak.blogspot.com/2011/12/khauf-dan-raja.html21 | Akhlak Tasawuf Muhasabah, Khauf, Raja’, Shiddiq

kesalahan-kesalahannya lalu mengharap rahmat

Allah tanpa dibarengi amalan. Raja`yang seperti

ini hanyalah angan-angan belaka, sebuah harapan

yang dusta.27

c. Sifat Raja’ kepada Allah SWT

1). Optimis

Optimis adalah memungkinkan seseorang melewati

setiap warna kehidupan dengan lebih indah dan membuat

suasana hati menjadi tenang.28

Allah berfirman dalam Q.S Yusuf ayat : 87

Artinya: “Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah.

Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum

yang kafir. ”

Rasullah SAW bersabda:

Artinya: “Orang berdosa yang mengharap rahmat Allah jauh lebih

disayang Allah dari pada orang taat yang berputus asa.” (H.R Ibnu

Mas’ud)

2). Dinamis

27 Mahjuddin, H, Drs. 2009, Akhlak Tasawuf 1; Mukjizat Nabi, Karamah Wali danMa’rifah suci. Jakarta : Kalam Mulia28 http://modulakhlak.blogspot.com/2011/12/khauf-dan-raja.html22 | Akhlak Tasawuf Muhasabah, Khauf, Raja’, Shiddiq

Adalah sikap untuk terus berkembang, berfikir

cerdas, kreatif, rajin, dan mudah beradaptasi dengan

lingkungan.

Orang yang bersikap dinamis tidak akan mudah puas

dengan prestasi-prestasi yang ia peroleh, tetapi akan

berusaha terus menerus untuk meningkatkan kualitas

diri.29

Rasulaah SAW bersabda:

Artinya: “Bekerjalah kamu untuk urusan dunia, seolah-olah kamu akan

hidup selamanya, dan bekerjalah untuk akhiratmu seolah-olah kamu

akan mati esok hari.” (H.R Ibnu Majah).30

d. Faktor dalam Raja’:

a. Selalu berpegang teguh kepada tali agama

Allah yaitu agama Islam

b. Selalu berharap kepada Allah, agar selalu

diberikan kesuksesan dalam berbagai macam usaha

dan mendapat ridha dari-Nya

c. Selalu merasa takut kepada ancaman dan

siksaan Allah di hari akhirat kelak

d. Selalu cinta (mahabbah) kepada Allah31

e. Hikmah Raja’

a. Menciptakan prasangka baik membuang jauh

prasangka buruk

29 http://www.scribd.com/doc/35607216/raja’30 Mahjuddin, H, Drs. 2009, Akhlak Tasawuf 1; Mukjizat Nabi, Karamah Wali dan Ma’rifah suci. Jakarta : Kalam Mulia31 BKS BSL-PAI-SMA/SMK Semester Gasal Kelas XI23 | Akhlak Tasawuf Muhasabah, Khauf, Raja’, Shiddiq

b. Mengharapkan rahmat Allah dan tidak mudah

putus asa

c. Menjadikan dirinya tenang, aman, dan tidak

merasa takut pada siapapun kecuali kepada Allah

d. Dapat meningkatkan amal sholeh untuk bertemu

Allah

e. Dapat meningkatkan jiwa untuk berjuang

dijalan Allah32

f. Dapat meningkatkan kesadaran bahwasannya

azab Allah itu amat pedih sehingga harus berpacu

dalam kebaikan

g. Dapat meningkatkan rasa syukur atas nikmat

yang telah diteriamnya

h. Dapat menghilangkan rasa hasud, dengki, dan

sombong kepada orang lain

i. Dapat meningkatkan rasa halus untuk

mencintai sesama manusia dan dicintainya.33

Baik Khauf maupun raja` merupakan dua ibadah yang

sangat agung. Bila keduanya menyatu dalam diri seorang

mukmin, maka seluruh aktivitas kehidupannya akan

menjadi seimbang. Dengankhauf akan membawa diri

seseorang untuk selalu melaksanakan ketaatan dan

menjauhi perkara yang diharamkan; dengan raja` akan

32 Alfat, Masan, H, Drs. 1994, Aqidah Akhlak. Semarang : PT Karya Toha Putra33 Mahjuddin, H, Drs. 2009, Akhlak Tasawuf 1; Mukjizat Nabi, Karamah Wali dan Ma’rifah suci. Jakarta : Kalam Mulia24 | Akhlak Tasawuf Muhasabah, Khauf, Raja’, Shiddiq

menghantarkan dirinya untuk selalu mengharap apa yang

ada di sisi Allah.34

III. JUJUR (SHIDDIQ)

1. Pengertian jujur (shidiq)

            Jujur adalah sebuah kata yang telah dikenal

oleh hampir semua orang. Bagi yang telah mengenal kata

jujur mungkin sudah tahu apa itu arti atau makna dari

kata jujur tersebut. Namun masih banyak yang tidak tahu

sama sekali dan ada juga hanya tahu maknanya secara

samar-samar. Berikut saya akan mencoba memberikan

pemahaman sebatas mampu saya tetang makna dari kata

jujur ini. Kata jujur adalah kata yang digunakan untuk

menyatakan sikap seseorang. Bila seseorang berhadapan

dengan suatu atau fenomena maka seseorang itu akan

memperoleh  gambaran tentang  sesuatu  atau fenomena

tersebut. Bila seseorang  itu  menceritakan informasi

tentang  gambaran  tersebut kepada orang lain tanpa ada

“perobahan” (sesuai dengan realitasnya ) maka sikap

yang seperti itulah yang disebut dengan jujur.

Jujur jika diartikan secara baku adalah “mengakui,

berkata atau memberikan suatu informasi yang sesuai

kenyataan dan kebenaran”. Dalam praktek dan

penerapannya, secara hukum tingkat kejujuran seseorang

biasanya dinilai dari ketepatan pengakuan atau apa yang34 Alfat, Masan, H, Drs. 1994, Aqidah Akhlak. Semarang : PT Karya Toha Putra25 | Akhlak Tasawuf Muhasabah, Khauf, Raja’, Shiddiq

dibicarakan seseorang dengan kebenaran dan kenyataan

yang terjadi. Bila berpatokan pada arti kata yang baku

dan harafiah maka jika seseorang berkata tidak sesuai

dengan kebenaran dan kenyataan atau tidak mengakui

suatu hal sesuai yang sebenarnya, orang tersebut sudah

dapat dianggap atau dinilai tidak jujur, menipu,

mungkir, berbohong, munafik atau lainnya.

Perlu juga diketahui bahwa ada juga seseorang

memberikan berita atau informasi sebelum terjadinya

peristiwa atau fenomena. Misalnya sesorang mengatakan

dia akan hadir dalam pertemuan  di sebuah gedung bulan

depan. Kalau memang dia hadir pada waktu dan tempat

yang telah di sampaikannya itu maka seseorang itu

bersikap jujur. Dengan kata lain jujur juga berkaitan

dengan janji. Disini   jujur  berarti mencocokan atau

menyesuaikan ungkapan (informasi) yang disampaikan

dengan realisasi (fenomena).

Mungkin kita juga pernah melihat atau

memperhatikan  Tukang  bekerja. Dia bekerja berdasarkan

sebuah pedoman kerja. Dalam pedoman kerja (tertulis

atau tidak) ada ketentuan sebuah perbandingan yakni 

3 : 5. Tapi dalam pelaksanaan kerja Tukang tersebut

tidak mengikuti angka perbandingan itu, dia  membuat

perbandingan yang lain yakni 3 : 6,  Peristiwa ini

jelas memperlihatkan si  Tukang  tidak mengikuti

ketentuan yang ada dalam pedoman kerja. Dengan demikian

26 | Akhlak Tasawuf Muhasabah, Khauf, Raja’, Shiddiq

berarti si Tukang tidak bersikap  jujur. Dalam kasus

ini sang Tukang tidak berusaha menyesuaikan  informasi

yang ada dengan fenomena (tindakan yang 

dilaksanakan ). Kejujuran juga bersangkutan dengan 

pengakuan. Dalam hal ini kita ambil contoh , orang

Eropa membuat pernyataan atau menyampaikan informasi,

bahwa ….orang pertama sekali yang sampai ke Benua

Amerika adalah  Cristofer Colombus…Padahal menurut

sejarah yang berkembang, sebelum Colombus mendarat di

Benua Amerika telah sampai kesana armada Laksmana Cheng

ho. Artinya apa,  tidak ada pengakuan. Dalam hal ini

kita juga melihat persoalan kesesuaian antara fenomena

(realitas) dengan informasi yang disampaikan.

Jadi dari uraian di atas dapat diambil semacam rumusan,

bahwa   apa yang disebut dengan jujur adalah sebuah

sikap yang selalu berupaya menyesuaikan atau mencocokan 

antara  Informasi dengan fenomena. Dalam agama Islam

sikap seperti  inilah yang dinamakan  shiddiq. Makanya

jujur itu ber-nilai tak terhingga.

2. Keutamaan Berbuat Jujur (shiddiq)

                                                        

ن�            ي� ادق ع الص وا م �ون وك وا اهلل ق وا ات ن� ن� ءام ي!� ذ� ها ال ي&� اا) �ي“ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan

hendaklah kalian beserta orang-orang yang jujur. ” (Q.S. At Taubah:

27 | Akhlak Tasawuf Muhasabah, Khauf, Raja’, Shiddiq

119).

Seorang muslim adalah seorang yang jujur. Dia

mencintai kejujuran melazimkannya lahir batin di dalam

hati (Shidqul qalb), ucapan (Shidqul hadits) dan

perbuatan (Shidqul ‘amal), karena kejujuran merupakan

kebaikan, dan kebaikan menunjukkan kepada surga. Surga

merupakan tujuan yang paling mulia bagi seorang muslim

dan merupakan tujuan yang paling diidam-idamkannya.

Adapun kebalikan dari jujur adalah dusta. Sifat ini

menunjukkan kepada kejahatan dan kejahatan menunjukkan

kepada neraka, sedangkan neraka merupakan hal yang

paling ditakuti seorang muslim.

Rasulullah SAW bersabda: “Hendaklah kamu semua

bersikap jujur, karena kejujuran membawa kepada

kebaikan, dan kebaikan membawa kepada surga. Seseorang

yang selalu jujur dan mencari kejujuran akan ditulis

oleh Allah sebagai orang yang jujur (shidiq). Dan

jauhilah sifat bohong, karena kebohongan membawa kepada

kejahatan, dan kejahatan membawa ke neraka. Orang yang

selalu berbohong dan mencari-cari kebohongan,akan

ditulis oleh Allah sebagai pembohong (kadzdzab).”

Sesungguhnya orang yang telah mengenal kejujuran dan

menetapkan janji, orang-orang akan cinta kepadanya; dan

mereka mencintai perilakunya. Apabila ia seorang yang

alim, mereka akan mengambil manfaat ilmunya dan

merekapun akan menghormatinya. Andaikata ia seorang

28 | Akhlak Tasawuf Muhasabah, Khauf, Raja’, Shiddiq

pedagang, mereka akan mempercayai usahanya.

Sesungguhnya hanya terletak pada kejujuranlah seorang

pengusaha akan sukses; seorang pekerja akan meraih

keberhasilan, seorang pedangang mampu maraih

keuntungan.

Sesungguhnya kejujuran adalah budi pekerti yang

sangat kuat kaitannya dengan kemaslahatan perorangan

atau jama’ah dan merupakan sisi yang paling kuat untuk

mem-benahi dan membina masyarakat dan menerapkan serta

menegakkan aturan-aturannya. Menghias diri dengan keju-

juran adalah keutamaan, dan melepas diri daripadanya

adalah kehinaan. Kejuj uran adalah tanda keimanan dan

kesucian jiwa serta suatu tanda dari keselamatan kita.

Kejujuran yang menunjukkan keindahan sifat dan

ketinggian moral seseorang. Kejujuran juga membentuk

pelakunya menjadi cinta kepada Allah SWT dan cinta

kepada hamba-hamba-Nya yang mukmin.

3. Manfaat berbuat jujur (shidiq)

            Kejujuran senantiasa mendatangkan berkah,

sebagaimana disitir dalam hadist yang diriwayatkan dari

Hakim bin Hizam dari Nabi, beliau bersabda,

“Penjual dan pembeli diberi kesempatan berfikir selagi mereka belum

berpisah. Seandainya mereka jujur serta membuat penjelasan mengenai

barang yang diperjualbelikan, mereka akan mendapat berkah dalam jual

beli mereka. Sebaliknya, jika mereka menipu dan merahasiakan

29 | Akhlak Tasawuf Muhasabah, Khauf, Raja’, Shiddiq

mengenai apa-apa yang harus diterangkan tentang barang yang

diperjualbelikan, maka akan terhapus keberkahannya.”

            Tidaklah kita dapati seorang yang jujur,

melainkan orang lain senang dengannya, memujinya. Baik

teman maupun lawan merasa tentram dengannya. Berbeda

dengan pendusta. Temannya sendiripun tidak merasa aman,

apalagi musuh atau lawannya. Alangkah indahnya ucapan

seorang yang jujur, dan alangkah buruknya perkataan

seorang pendusta.

Orang yang jujur diberi amanah baik berupa harta,

hak-hak dan juga rahasia-rahasia. Kalau kemudian

melakukan kesalahan atau kekeliruan, kejujurannya –

dengan izin Allah- akan dapat menyelamatkannya.

Sementara pendusta, sebiji sawipun tidak akan

dipercaya. Jikapun terkadang diharapkan kejujurannya

itupun tidak mendatangkan ketenangan dan kepercayaan.

Dengan kejujuran maka sah-lah perjanjian dan tenanglah

hati. Barang siapa jujur dalam berbicara, menjawab,

memerintah (kepada yang ma’ruh), melarang (dari yang

mungkar), membaca, berdzikir, memberi, mengambil, maka

ia disisi Allah dan sekalian manusia dikatakan sebagai

orang yang jujur, dicintai, dihormati dan dipercaya.

Kesaksiaannya merupakan kebenaran, hukumnya adil,

muamalahnya mendatangkan manfaat, majlisnya memberikan

barakah karena jauh dari riya’ mencari nama. Tidak

berharap dengan perbuatannya melainkan kepada Allah,

30 | Akhlak Tasawuf Muhasabah, Khauf, Raja’, Shiddiq

baik dalam salatnya, zakatnya, puasanya, hajinya,

diamnya, dan pembicaraannya semuanya hanya untuk Allah

semata, tidak menghendaki dengan kebaikannya tipu daya

ataupun khiyanat. Tidak menuntut balasan ataupun rasa

terima kasih kecuali kepada Allah. Menyampaikan

kebenaran walaupun pahit dan tidak mempedulikan celaan

para pencela dalam kejujurannya. Dan tidaklah seseorang

bergaul dengannya melainkan merasa aman dan percaya

pada dirinya, terhadap hartanya dan keluarganya. Maka

dia adalah penjaga amanah bagi orang yang masih hidup,

pemegang wasiat bagi orang yang sudah meninggal dan

sebagai pemelihara harta simpanan yang akan ditunaikan

kepada orang yang berhak.

Seorang yang beriman dan jujur, tidak berdusta dan

tidak mengucapkan kecuali kebaikan. Berapa banyak ayat

dan hadist yang menganjurkan untuk jujur dan benar,

sebagaimana firman-firman Allah yang berikut.

 “Allah berfirman, ‘Ini adalah suatu hari yang

bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran

mereka. Bagi mereka surga yang di bawahnya mengalir

sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.

Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha

terhadap-Nya. Itulah keberuntungan yang paling besar.’”

(Q.S. al-Maidah:119)35

35 http://faristin-ichsan.blogspot.com/2012/06/jujur-shidiq.html31 | Akhlak Tasawuf Muhasabah, Khauf, Raja’, Shiddiq

4. Ciri-Ciri Orang yang Bersifat Siddiq

  Orang-orang yang siddiq memiliki beberapa fitur,

di antara fitur-fitur mereka yang Allah gambarkan dalam

Al-Quran adalah:

a. Teguh pendiriannya terhadap apa yang dicita-citakan

(diyakininya). Firman Allah SWT: “Diantara orang-orang

mukmin itu ada orang-orang yang menepati (membenarkan) apa

yang telah mereka janjikan kepada Allah,  maka di antara mereka

ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-

nunggu dan mereka sedikitpun tidak merubah (janjinya). ” (QS Al-

Ahzab: 23)

b. Tidak ragu untuk berjihad dengan harta dan jiwa

mereka. Allah SWT berfirman dalam Al-

Quran: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-

orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka

tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka

pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar. ”(QS Al-

Hujurat: 15)

c. Memiliki keimanan kepada Allah SWT, Rasulullah SAW,

bersedekah, mendirikan shalat, menunaikan zakat,

menepati janji dan sabar. FirmanNya: “Bukanlah

menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu

kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman

kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-

nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya,

32 | Akhlak Tasawuf Muhasabah, Khauf, Raja’, Shiddiq

anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir dan orang-orang yang

meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan

shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati

janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam

kesempitan , penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah

orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang

yang bertakwa. ”(QS Al-Baqarah: 177)

d. Memiliki komitmen yang tinggi terhadap Islam. Firman

Allah SWT: “… barang siapa yang berpegang teguh dengan

agama Allah, maka sungguh ia telah mendapatkan hidayah menuju

jalan yang lurus …” (QS Ali Imran: 101).36

5. Cara Mencapai Sifat Shiddiq

           Setelah kita melihat urgensitas sifat sidiq

ini, maka setidaknya muncul dalam hati kita keinginan

untuk melengkapi diri dengan sifat ini. Karena sifat

ini benar-benar merupakan intisari dari kebaikan. Dan

sifat ini pulalah yang dimiliki oleh sahabat yang

paling dicintai Rasulullah SAW yaitu Abu Bakar Asidiq.

Penulis melihat ada beberapa cara yang semoga dapat

membantu menumbuhkan sifat ini:

a. Senantiasa memperbaharui keimanan dan keyakinan kita

(baca; ketsiqahan) kepada Allah SWT. Karena pondasi

dari sifat sidiq ini adalah kuatnya keyakinan kepada

Allah.36 http://ekaputri12.wordpress.com/2012/12/19/makalah-agama-islam-sidiq/33 | Akhlak Tasawuf Muhasabah, Khauf, Raja’, Shiddiq

b. Melatih diri untuk bersikap jujur diamana saja dan

kapan saja serta kepada siapa saja. Karena kejujuran

merupakan karakter mendasar sifat sidiq.

c. Melatih diri untuk senantiasa membenarkan sesuatu

yang datang dari Allah (Al-Qur’an dan sunnah) ,

meskipun hal tersebut terkesan bertentangan dengan

rasio. Karena kebenaran mutlak hanyalah milik Allah.

Sementara ijtihad manusia masih sangat memungkinkan

adanya kesalahan.

d. Senantiasa melatih diri untuk komitmen dengan Islam

dalam segala aspeknya; aqidah, ibadah, akhlaq dan

syari’ah. Karena salah satu ciri siddiqin adalah

memiliki komitmen yang tinggi terhadap Islam:

م ي� ق ست لى صراط م ذي� ا7 ذ ه ق � ف اهلل =م ي ص عت �ن� ت وم“…barang siapa yang berpegang teguh dengan agama Allah, maka

sungguh dia telah mendapatkan hidayah menuju jalan yang

lurus…”

e. Sering mentadaburi ayat-ayat Allah, hadits-hadits

Rasulullah SAW mengenai sifat sidiq. Karena

mentadaburi ayat dan hadits juga merupakan cara

tersendiri yang sangat membekas dalam jiwa manusia.

f. Senantiasa membuka-buka lembaran-lembaran sejarah

kehidupan salafu shaleh, terutama pada sikap-sikap

mereka yang menunjukkan kesiddiqannya.

34 | Akhlak Tasawuf Muhasabah, Khauf, Raja’, Shiddiq

g. Memperbanyak dzikir dan amalan-amalan sunnah. Karena

dengan hal-hal tersebut akan menjadikan hati tenang

dan tentram. Hati yang seperti ini akan mudah

dihiasi sifat sidiq.37

6. Ruang Lingkup Sifat Shiddiq

Imam Ghazali menyebutkan ada 6 jenis sidik yang

perlu direalisasikan dalam diri seorang mu’min agar

menjadi mu’min yang sebenarnya.(Ihya Vol4. :375 – 380).

a. Sidqul Lisan (Benar dalam ucapan). Ucapan manusia adalah

ekspresi yang ada dihatinya. Hati yang baik

melahirkan ucapan yang baik. Sebaliknya hati yang

buruk mengeluarkan ucapan yang buruk. Perbaikan

ucapan harus dimulai dari perbaikan hati. Apabila

hati baik, ucapan yang keluar menjadi baik dan

selanjutnya akan mengikuti oleh prilaku yang baik.

Dan prilaku yang baik akan dibalas dengan ampunan

dosa yang dapat membersihkan diri manusia.

“Hai orang-orang yang beriman bertaubatah kepada

Allah dan berkatalah yang benar, niscaya Allah

akan memperbaiki amal-amal perbuatan dan

mengampuni dosa-dosamu(QS.33: )

b. Sidqul Niyah dan Irodah (Benar dalam keyakinan dan motivasi).

Nilai perbuatan seseorang tergantung motivasi dan

niatnya. Manakala perbuatan yang baik dilandasi37 http://ekaputri12.wordpress.com/2012/12/19/makalah-agama-islam-sidiq/35 | Akhlak Tasawuf Muhasabah, Khauf, Raja’, Shiddiq

denga niat yang baik, mangharap ridho Allah maka

nilai perbuatan itu menjadi baik, sebaliknya

manakala motivasi dan niatnya buruk sekaligus

tampak lahiriahnya kelihatan baik, seperti apa-apa

yang kadang-kadang dilakuakan oleh orang munafik.

Nabi bersabda : “sesungguhnya amal perbuatan

manusia tergantung niatnya. Dan amal setiap orang

mendapatkan balasan perbuatan yang tergantung

niatnya.”

c. Sidqul Wafa (Benar dalam Kesetiaan). Untuk melakukan

perbuatan yang baik dan benar tidak cukup dengan

adanya keinginan dan motivasi, tetapi harus

ditopang dengan tekad yang kuat untuk

merealisasikan perbuatan tersebut banyak

rintangan, tantangan dan kedalanya.

Suksesnya Abu Bakar dalam memerangi orang-orang

yang murtad, tidak mau membayar zakat, karena

tekadnya yang luar biasa untuk memerangi orang-

orang murtad sekalipun sendirian tanpa dukungan

sahabat-sahabatnya yang lain. Tekad inilah yang

kemudian mendapatkan dukungan dan simpati Umar dan

seluruh sahabat yang lain.

d. Sidqul Wafa (Benar dalam kesetiaan) Wafa (setia) adalah

sifat ulul albab, orang-orang suci, orang-orang

mu’min dan mutaqin yang dipuji didalam Al Qur’an.

Ulul albab adalah “orang-orang yang setia memenuhi

36 | Akhlak Tasawuf Muhasabah, Khauf, Raja’, Shiddiq

janjinya kepada Allah dan tidak merusak janji” (13

: 20) orang-orang Abror (suci) adalah yang setia

menunaikan nazarnya dan takut akan sesuatu hari

(kiamat) yang azabnya tersebar dimana-mana (76:7)

e. Sidqul Amal (Benar dalam Perbuatan) : Risalah manusia

adalah untuk beramal, berbuat yang shaleh dan

positif. “Dan katakanlah : “Bekerjalah kamu maka

Allah dan RasulNya serta orang-orang mu’min akan

melihat amal perbuatannya.(9 : 105). Amal

perbuatan yang benar yang akan menjadi bekal yang

membahagiakan manusia kelak di akhirat.” Barang

siapa yang lebih berat timabangan amal baiknya

maka dia akan mendapatkan kehidupan yang

menyenangkan” (101 :7)

f. Sidik dalam merealisir tingkatan-tingkatan terpuji. Mu’min

sejati adalah yang dapat mengembangkan seluruh

pontensi dan sifat-sifatnya. Seperti yang

digamabrkan dalam surat Attaubah (9: 111-112)

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang

mu’min diri dan harta mereka dengan memberikan

surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan

Allah lalu mereka membunuh atau terbunuh.

Sesungguhnya itu telah menjadi janji yang benar

dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al-Qur’an

dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain

dari pada Allah ? maka bergembiralah dengan jual

37 | Akhlak Tasawuf Muhasabah, Khauf, Raja’, Shiddiq

beli yang elahkamu lakukan. Dan itulah kemenangan

yang besar . “mereka itulah orang-orang yang

bertaubat, yang beribadah, yangmemuji Allah, yang

melawat untuk mencari ilmu pengetahuan atau

berjihad, yang ruku, yang sujud, yang menyuruh

berbuat ma’ruf dan mencegah berbuat mungkar dan

yang memelihara hukum hukum Allah dan gembiralah

orang-orang mu’min itu.38

“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan

perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang

benar, laki-laki dan perempuan yang khusu, laki-laki dan perempuan

yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan

perempuan yang memlihara kehormatan, laki-laki dan perempuan yang

banyak menyebut (nama) Alla. Allah telah menyediakan untuk

menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.

(33:35).39

38 http://ekaputri12.wordpress.com/2012/12/19/makalah-agama-islam-sidiq/39 http://ekaputri12.wordpress.com/2012/12/19/makalah-agama-islam-38 | Akhlak Tasawuf Muhasabah, Khauf, Raja’, Shiddiq

sidiq/39 | Akhlak Tasawuf Muhasabah, Khauf, Raja’, Shiddiq

BAB III

PENUTUP

I. KESIMPULAN

Muhasabah atau introspeksi diri sangat

dibutuhkan seorang muslim dalam bertasawwuf serta untuk

membangun akhlaknya. Muhasabah akan senantiasa

memajukan peradaban Islam selama muslim masih

memakainya. Sehingga tidak timbul lagi dikemudian hari,

sebuah Negara non-muslim yang Islami atau Negara muslim

yang non-Islami. Muhasabah sendiri adalah salah satu

jihad terbesar, yakni jihad melawan hawa nafsu.

Khauf dan Raja’ adalah sarana pengendali lain

bagi seorang muslim untuk lebih memahami Allah. Khauf

adalah takut secara positif yang sangat bermanfaat

dalam ketaatan yang hakiki serta menjauhkan Allah dari

Perspektif ada dan tiada dengan jalan mengagumi

ciptaan-Nya.

Shiddiq bukan hanya dimiliki Rasul yang diutus

Allah di muka bumi saja. Kita pun bias menumbuhkan

sifat shiddiq dengan memulai sesuatu bagian kecil yang

positif dari hidup kita. jujur adalah sebuah sikap yang

selalu berupaya menyesuaikan atau mencocokan  antara 

40 | Akhlak Tasawuf Muhasabah, Khauf, Raja’, Shiddiq

Informasi dengan fenomena. Dalam agama Islam sikap

seperti  inilah yang dinamakan  shiddiq. Makanya jujur

itu ber-nilai tak terhingga.

41 | Akhlak Tasawuf Muhasabah, Khauf, Raja’, Shiddiq