laporan simulasi inspeksi RS

57
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan yang di dalamnya terdapat bangunan, peralatan, manusia (petugas, pasien dan pengunjung) dan kegiatan pelayanan kesehatan, selain dapat menghasilkan dampak positif berupa produk pelayanan kesehatan yang baik terhadap pasien dan memberikan keuntungan retribusi bagi pemerintah dan lembaga pelayanan itu sendiri, rumah sakit juga dapat menimbulkan dampak negatif berupa pengaruh buruk kepada manusia, seperti sampah dan limbah rumah sakit yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan, sumber penularan penyakit dan menghambat proses penyembuhan serta pemulihan penderita. Sampah atau limbah rumah sakit diduga banyak mengandung bahaya atau resiko karena dapat berumah sakitifat racun, infeksius dan juga radioaktif. Selain itu, karena kegiatan atau sifat pelayanan yang diberikan, maka rumah sakit bisa menjadi depot segala macam penyakit yang ada di masyarakat, bahkan dapat pula sebagai sumber distribusi penyakit karena selalu dihuni, dipergunakan, dan dikunjungi oleh orang-orang yang rentan dan lemah terhadap penyakit. Di rumah 1

Transcript of laporan simulasi inspeksi RS

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan

yang di dalamnya terdapat bangunan, peralatan,

manusia (petugas, pasien dan pengunjung) dan kegiatan

pelayanan kesehatan, selain dapat menghasilkan dampak

positif berupa produk pelayanan kesehatan yang baik

terhadap pasien dan memberikan keuntungan retribusi

bagi pemerintah dan lembaga pelayanan itu sendiri,

rumah sakit juga dapat menimbulkan dampak negatif

berupa pengaruh buruk kepada manusia, seperti sampah

dan limbah rumah sakit yang dapat menyebabkan

pencemaran lingkungan, sumber penularan penyakit dan

menghambat proses penyembuhan serta pemulihan

penderita.

Sampah atau limbah rumah sakit diduga banyak

mengandung bahaya atau resiko karena dapat berumah

sakitifat racun, infeksius dan juga radioaktif.

Selain itu, karena kegiatan atau sifat pelayanan yang

diberikan, maka rumah sakit bisa menjadi depot segala

macam penyakit yang ada di masyarakat, bahkan dapat

pula sebagai sumber distribusi penyakit karena selalu

dihuni, dipergunakan, dan dikunjungi oleh orang-orang

yang rentan dan lemah terhadap penyakit. Di rumah

1

sakit pula dapat terjadi penularan baik secara

langsung (cross infection), melalui kontaminasi

benda-benda ataupun melalui serangga (vector borne

infection) sehingga dapat mengancam kesehatan

masyarakat umum.

Untuk mengantisipasi dampak negatif yang tidak

diinginkan dari institusi pelayanan kesehatan ini,

maka dirumuskan konsep sanitasi lingkungan yang

bertujuan untuk mengendalikan faktor-faktor yang

dapat membahayakan bagi kesehatan manusia terumah

sakitebut.

Menurut WHO, sanitasi lingkungan (environmental

sanitation) adalah upaya pengendalian semua faktor

lingkungan fisik manusia yang mungkin menimbulkan

atau dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi

perkembangan fisik, kesehatan dan daya tahan hidup

manusia.

Dalam lingkup rumah sakit, sanitasi berarti upaya

pengawasan berbagai faktor lingkungan fisik, kimiawi

dan biologik di rumah sakit yang menimbulkan atau

mungkin dapat mengakibatkan pengaruh buruk terhadap

kesehatan petugas, penderita, pengunjung maupun bagi

masyarakat di sekitar rumah sakit.

Dari pengertian di atas maka sanitasi rumah sakit

merupakan upaya dan bagian yang tidak terpisahkan

dari sistem pelayanan kesehatan di rumah sakit dalam

2

memberikan layanan dan asuhan pasien yang sebaik-

baiknya. Karena tujuan dari sanitasi rumah sakit

terumah sakitebut adalah menciptakan kondisi

lingkungan rumah sakit agar tetap berumah sakitih,

nyaman, dan dapat mencegah terjadinya infeksi silang

serta tidak mencemari lingkungan.

Menimbang rumah sakit sebagai sarana pelayanan

kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit atau orang

sehat dan dapat menjadi penularan penyakit serta

memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan

gangguan kesehatan, maka dalam merespon pentingnya

dilakukan penertiban kondisi kesehatan dan sanitasi

lingkungan di lingkungan rumah sakit, yang bertujuan

mengatasi kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan

dari institusi pelayanan kesehatan, Pemerintah

melalui Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 1204/Menkes/SK/ X/2004 menetapkan

perumah sakityaratan-perumah sakityaratan yang harus

dipenuhi dan dilaksanakan setiap rumah sakit dalam

hal kesehatan lingkungan rumah sakit.

Salah satu cara untuk mengetahui tingkat penataan

suatu sarana pelayanan kesehatan adalah dengan

melakukan pengawasan dan pemantauan (inspeksi).

Pengawasan dan pemantauan ini merupakan suatu

kegiatan pengawasan agar pengelola sarana pelayanan

kesehatan mentaati semua ketentuan perundangan

3

lingkungan hidup dan kesehatan dan perumah

sakityaratan (baku mutu, ambang batas) limbah. Oleh

karena itu kegiatan pengawasan dan pemantauan yang

rutin dan terprogram harus dilakukan secara terpadu

dan ditindak lanjuti dengan langkah kongkrit yaitu

memberikan pujian (apresiasi) bagi yang taat dan

memberikan sangki bagi yang melanggar. Sehingga

pengelola sarana pelayanan kesehatan dapat

meningkatkan kemauan dan kemampuan untuk melaksanakan

semua ketentuan yang berlaku.

Sebagai mahasiswa kesehatan masyarakat, kami

dituntut mampu menganalisis dan menilai status

sanitasi Rumah Sakit. Untuk itulah dalam kesempatan

kali ini dalam mata kuliah Sanitasi Rumah Sakit, kami

mendapat tugas untuk melakukan observasi Rumah Sakit.

Dan Rumah Sakit yang menjadi tempat melakukan

inspeksi (menilai Sarana sanitasi) adalah Rumah Sakit

Ibu & Anak “Thaha Bakrie” yang terletak di Jalan P

Hidayatullah No 11 Samarinda.

B. Tujuan

1. Mengetahui pemenuhan persyaratan sanitasi rumah

sakit sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 1204/Menkes/SK/ X/2004.

2. Mengkategorikan pemenuhan persyaratan sanitasi

rumah sakit secara keseluruhan Rumah Sakit.

4

3. Memahami gambaran lapangan terkait pemenuhan

persyaratan sanitasi rumah sakit secara

keseluruhan Rumah Sakit

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Rumah Sakit

1. Definisi Rumah Sakit

Rumah sakit adalah sebuah institusi

perawatan kesehatan profesional yang

pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat,

dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Selama Abad

pertengahan, rumah sakit juga melayani banyak

fungsi di luar rumah sakit yang kita kenal

di zaman sekarang, misalnya sebagai

penampungan orang miskin atau persinggahan

musafir. Istilah hospital(rumah sakit) berasal

dari kata Latin, hospes (tuan rumah), yang

juga menjadi akar kata hotel dan

hospitality (keramahan). Beberapa pasien bisa

hanya datang untuk diagnosis atau terapi ringan

untuk kemudian meminta perawatan jalan,

atau bisa pula meminta rawat inap dalam

hitungan hari, minggu, atau bulan. Rumah

sakit dibedakan dari institusi kesehatan

lain dari kemampuannya memberikan diagnosa

dan perawatan medis secara menyeluruh

kepada pasien (sumber:

http://id.wikipedia.org/wiki/rumah_sakit).

6

Rumah sakit adalah salah satu sarana

kesehatan tempat menyelenggarakan upaya

kesehatan dengan memberdayakan berbagai

kesatuan personel terlatih dan terdidik

dalam menghadapi dan menangani masalah

medik untuk pemulihan dan pemeliharaan

kesehatan yang baik. Upaya kesehatan adalah

setiap kegiatan untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan yang bertujuan untuk

mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi

masyarakat dan tempat yang digunakan untuk

menyelenggarakannya disebut sarana

kesehatan. Sarana kesehatan berfungsi

melakukan upaya kesehatan dasar, kesehatan

rujukan dan atau upaya kesehatan penunjang.

Upaya kesehatan diselenggarakan dengan

pendekatan pemeliharaan, peningkatan

kesehatan (promotif), pencegahan

penyakit(preventif), penyembuhan penyakit

(kuratif) dan pemulihan kesehatan

(rehabilitatif) yang diselenggarakan secara

menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan

(Siregar,2004).

2. Klasifikasi Rumah Sakit

Jika ditinjau dari kemapuan yang dimiliki

rumah sakit di Indonesia dibedakan atas lima

7

macam, yaitu (Aditama, Tjandra Yoga. (2000).

Manajemen Rumah Sakit. Jakarta: UIPA di

Koesomo, Suparto. (1995). Manajemen Rumah

Sakit. Jakarta: Pustaka Sinar harapan, Hal :

91 – 99.) : 20

a. Rumah Sakit Tipe A

adalah rumah sakit yang mampu memberikan

pelayanan kedokteran spesialis dan

subspesialis luas oleh pemerintah

ditetapkan sebagai rujukan tertinggi (Top

Referral Hospital) atau disebut pula sebagai

rumah sakit pusat.

b. Rumah Sakit Tipe B

adalah rumah sakit yang mampu memberikan

pelayanan kedokteran spesialis dan

subspesialis terbatas.Rumah sakit ini

didirikan disetiap Ibukota propinsi yabg

menampung pelayanan rujukan di rumah sakit

kabupaten.

c. Rumah Sakit Tipe C

adalah rumah sakit yang mapu memberikan

pelayanan kedokeran spesialis terbatas.

Rumah sakit ini didirikan disetiap

ibukota Kabupaten ( Regency Hospital) yang

menampung pelayanan rujukan dari puskesmas.

d. Rumah Sakit Tipe D

8

adalah rumah sakit yang bersifat

transisi dengan kemampuan hanya memberikan

pelayanan kedokteran umum dan gigi.

Rumah sakit ini menampung rujukan yang

berasal dari puskesmas.

e. Rumah Sakit Tipe E

adalah rumah sakit khusus (Spesial Hospital)

yang menyelenggarakan hanya satu macam

pelayan kesehatan kedokteran saja. Saat

ini banyak rumah sakit kelas ini

ditemukan misal, rumah sakit kusta,

paru, jantung, kanker, ibu dan anak.

B. Definisi Rumah Sakit Ibu dan Anak

Rumah Sakit Ibu dan Anak berdasarkan

klasifikasi tipe rumah sakit adalah rumah

sakit khusus tipe E (spesial hospital) yang

menyalenggarakan hanya satu macam pelayan

kesehatan kedokteran saja, yaitu dalam bidang

pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak. Di dalam

Rumah Sakit Ibu dan Anak pelayanan dan fasilitas

yang ada ditujukan supaya ibu dan anak merasa aman

serta nyaman untuk berada di rumah sakit.

Diketahui bahwa baik ibu yang sedang

mengandung maupun tidak serta ibu yang sedang

mengalami penyakit seputar kehamilan tentu saja

9

memiliki karakter yang berbeda, sehingga perlu

pelayanan khusus untuk para ibu di bidang

kesehatan. Hal ini hampir serupa dengan

karakter anak kecil yang tidak mungkin disamakan

dengan orang dewasa pada umumnnya, sehingga dalam

perkembangan jaman saat ini, pelayanan maupun

fasilitas bagi ibu dan sangat diharapkan

keberadaannya.

C. Jenis Kegiatan di Rumah Sakit Ibu dan Anak

1. Kegiatan Medis

a. Poliklinik

Merupakan bagian yang melayani pasien

rawat jalan khususnya pasien bayi atau

anak, ibu hamil, atau ibu yang memiliki

penyakit kandungan. Poliklinik biasanya

erdiri dari beberapa poli, antara lain :

Poli Anak

Merupakan unit yang melayani anak

usia 0-12 tahun, pelayanan berupa

imunisasi, konsultasi kesehatan,

perkembangan kesehatan anak dan

pengobatan penyakit anak.

Poli Kandungan dan Kebidanan

10

Berdasarkan ketentuan dari Departemen

Kesehatan RI, setiap rumah sakit harus

dilengkapi dengan spesialisasi lainnya,

salah satunya adalah unit kandungan ini.

Poli Gizi

Merupakan unit yang mengontrol segala

nutrisi dan gizi dari pasiennya,

khususnya ibu dan anak, karena

diketahui baik ibu dan anak membutuhkan

asupan gizi yang cukup.

Unit Gawat Darurat

Merupakan bagian pertolongan pertama

kepada pasien. Unit ini bekerja tiap hari

selama 24 jam dan bersifat sementara, bisa

juga merupakan unit pengganti poliklinik

ketika sudah tutup. Kegiatan pelayanan

di UGD meliputi : Pasien diterima di UGD,

Pemeriksaan dan pengobatan oleh dokter ,

Jika kondisi pasien membaik maka

diperbolehkan untuk pulang, namun jika

tidak maka akan di bawa ke ruang

perawatan.

b. Farmasi

Penyediaan fasilitas berupa apotik serta

penyediaan obat-obatan. Sasarannya adalah

pasien poloklinik dan umum.

11

Pendistribusian obat dilakukan ke bagian

perawatan, pelayanan dan penunjang secara

medis.

c. Terapi

Merupakan kegiatan-kegiatan fisik yang

berguna untuk memulihkan kondisi pasien.

Pelayanan ini berupa penggunaan otot-otot

motorik pada tingkat sederhana baik pada

pasien rawat jalan maupun rawat inap.

d. Bedah

Terdiri dari bagian operasi atau

pembedahan yang digunakan untuk menolong

kelahiran secara operasi dan bagian

persalinan normal.

e. Perawatan

Perawatannya dibrdakan antara perawatan

normal dengan perawatan isolasi. Bagian

ini dibedakan atas perawatan ibu dan

bayi, masing masing bagian perawatan

mendapat pengawasan dari stasiun

perawat.beberapa macam perawatan antara

lain :

Perawatan umum

Perawatan kepada pasien yang bersifat

umum, dalam arti tidak memiliki

12

penyakit khusus yang harus dirujuk ke unit

lain.

Perawatan isolasi

Merawat pasien yang memiliki penyakit

khusus, biasanya jenis penyakit

menular. Memiliki ruangan yang serba

tertutup guna menghindari persebaran

penyakit.

ICU

Merawat pasien yang memerlukan

perawatan dan pengawasan secara

intensif karena kondisi tubuhnya

tergolong kritis.

2. Kegiatan Non Medis

a. Kegiatan Administratif

Meliputi kegiatan pendaftaran pasien,

mendata keluhan da penyakit pasien, serta

laporan perkembangan pasien

b. Kegiatan Perawatan Inap

Unit perawatan inap beserta seluruh

pendukungnya

c. Unit-unit pendukung pelayanan medis

Fungsi-fungsi yang terkait seperti :

laboratorium, farmasi, radiologi, UGD, ICU,

Instalasi bedah dan ruang bersalin.

d. Kegiatan Pendukung Non Medis

13

Terdiri dari unit gizi, unit sterilisasi,

kantor, dll.

e. Kelompok kegiatan Komersial dan Sosial

Fungsinya sebagai salah satu pemasukan,

meliputi : area parkir, kantin, wartel, dll.

f. Service penunjang

Unit penunjang pada bagian servis antara

lain dapur, pos keamanan, janitor, dll.

D. Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

I. Penyehatan Ruang Bangunan Dan Halaman Rumah

Sakit

1. Lingkungan Bangunan Rumah Sakit

a. Lingkungan bangunan rumah sakit harus

mempunyai batas yang kelas, dilengkapi

dengan agar yang kuat dan tidak

memungkinkan orang atau binatang peliharaan

keluar masuk dengan bebas.

b. Luas lahan bangunan dan halaman harus

disesuaikan dengan luas lahan keseluruhan

sehingga tersedia tempat parkir yang

memadai dan dilengkapi dengan rambu parkir.

c. Lingkungan bangunan rumah sakit harus

bebas dari banjir. Jika berlokasi di

daerah banjir harus menyediakan

fasilitas/teknologi untuk mengatasinya.

14

d. Lingkungan rumah sakit harus merupakan

kawasan bebas rokok

e. Lingkungan bangunan rumah sakit harus

dilengkapi penerangan dengan intensitas

cahaya yang cukup.

f. Lingkungan rumah sakit harus tidak

berdebu, tidak becek, atau tidak

terdapat genangan air dan dibuat landai

menuju ke saluran terbuka atau tertutup,

tersedia lubang penerima air masuk dan

disesuaikan dengan luas halaman

g. Saluran air limbah domestik dan limbah

medis harus tertutup dan terpisah,

masing-masing dihubungkan langsung dengan

instalasi pengolahan limbah.

h. Di tempat parkir, halaman, ruang tunggu, dan

tempat-tempat tertentu yang menghasilkan

sampah harus disediakan tempat sampah.

i. Lingkungan, ruang, dan bangunan rumah sakit

harus selalu dalam keadaan bersih dan

tersedia fasilitas sanitasi secara kualitas

dan kuantitas yang memenuhi persyaratan

kesehatan, sehingga tidak memungkinkan

sebagai tempat bersarang dan berkembang

biaknya serangga, binatang pengerat,

danbinatang pengganggu lainnya.

15

2. Konstruksi Bangunan Rumah Sakit

a. Lantai

1) Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat,

kedap air, permukaan rata, tidak licin,

warna terang, dan mudah dibersihkan.

2) Lantai yang selalu kontak dengan air harus

mempunyai kemiringan yang cukup ke arah

saluran pembuangan air limbah

3) Pertemuan lantai dengan dinding harus

berbentuk konus/lengkung agar mudah

diberishkan

b. Dinding

Permukaan dinding harus kuat, rata, berwarna

terangdan menggunakan cat yang tidak luntur

serta tidak menggunakan cat yang mengandung

logam berat

c. Ventilasi

1) Ventilasi alamiah harus dapat menjamin

aliran udaradi dalam kamar/ruang dengan

baik.

2) Luas ventilasi alamiah minimum 15 % dari

luas lantai

3) Bila ventilasi alamiah tidak dapat

menjamin adanya pergantian udara dengan

baik, kamar atau ruang harus

16

dilengkapi dengan penghawaan

buatan/mekanis.

4) Penggunaan ventilasi buatan/mekanis harus

disesuaikan dengan peruntukkan ruangan.

d. Atap

1) Atap harus kuat, tidak bocor, dan tidak

menjadi tempat perindukan serangga, tikus,

dan binatang pengganggu lainnya.

2) Atap yang lebih tinggi dari 10 meter harus

dilengkapi penangkal petir.

e. Langit-langit

1) Langit-langit harus kuat, berwarna terang,

dan mudah dibersihkan.

2) Langit-langit tingginya minimal 2,70 meter

dari lantai.

3) Kerangka langit-langit harus kuat dan bila

terbuat dari kayu harus anti rayap.

f. Konstruksi

Balkon, beranda, dan talang harus sedemikian

sehingga tidak terjadi genangan air yang

dapat menjadi tempat perindukan nyamuk Aedes.

g. Pintu

Pintu harus kuat, cukup tinggi, cukup lebar,

dan dapat mencegah masuknya serangga, tikus,

dan binatangpengganggu lainnya.

h. Jaringan Instalasi

17

1) Pemasangan jaringan instalasi air minum,

air bersih, air limbah, gas, listrik,

sistem pengawasan, sarana telekomunikasi,

dan lain-lain harus memenuhi persyaratan

teknis kesehatan agar aman digunakan untuk

tujuan pelayanan kesehatan.

2) Pemasangan pipa air minum tidak boleh

bersilangan dengan pipa air limbah

dan tidak boleh bertekanan negatif

untuk menghindari pencemaran air minum.

i. Lalu Lintas Antar Ruangan

1) Pembagian ruangan dan lalu lintas antar

ruangan harus didisain sedemikian rupa dan

dilengkapi dengan petunjuk letak ruangan,

sehingga memudahkan hubungan dan

komunikasi antar ruangan serta menghindari

risiko terjadinyakecelakaan dan

kontaminasi

2) Penggunaan tangga atau elevatordan

liftharus dilengkapi dengan sarana

pencegahan kecelakaan seperti alarm suara

dan petunjuk penggunaan yang mudah

dipahami oleh pemakainya atau untuk lift4

(empat) lantai harus dilengkapi ARD

(Automatic Rexserve Divide) yaitu alat

18

yang dapat mencari lantai terdekat bila

listrik mati.

3) Dilengkapi dengan pintu darurat yang dapat

dijangkau dengan mudah bila terjadi

kebakaran atau kejadiandarurat lainnya dan

dilengkapi ram untuk brankar.

j. Fasilitas Pemadam Kebakaran

Bangunan rumah sakit dilengkapi dengan

fasilitas pemadam kebakaran sesuai dengan

ketentuan yang berlaku

3. Ruang Bangunan

Penataan ruang bangunan dan penggunaannya harus

sesuai dengan fungsi serta memenuhi persyaratan

kesehatan yaitu dengan mengelompokkan ruangan

berdasarkan tingkat risiko terjadinya penularan

penyakit sebagai berikut :

a. Zona dengan Risiko Rendah

Zona risiko rendah meliputi : ruang

administrasi, ruang komputer, ruang

pertemuan, ruang perpustakaan,ruang

resepsionis, dan ruang pendidikan/pelatihan.

1) Permukaan dinding harus rata dan berawarna

terang

2) Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat,

mudah dibersihkan, kedap air, berwarna

19

terang, dan pertemuan antara lantai dengan

dinding harus berbentuk konus.

3) Langit-langit harus terbuat dari bahan

multipleks atau bahan yang kuat, warna

terang, mudah dibersihkan, kerangka harus

kuat, dan tinggi minimal 2,70 meter dari

lantai.

4) Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi

minimal 2,10 meter, dan ambang bawah

jendela minimal 1,00 meter dari lantai.

5) Ventilasi harus dapat menjamin aliran

udara di dalam kamar/ruang dengan baik,

bila ventilasi alamiah tidak menjamin

adanya pergantian udara dengan baik, harus

dilengkapi dengan penghawaan mekanis

(exhauster) .

6) Semua stop kontak dan saklar dipasang pada

ketinggian minimal 1,40 meter dari lantai.

b. Zona dengan Risiko Sedang

Zona risiko sedang meliputi : ruang rawat

inap bukan penyakit menular, rawat jalan,

ruang ganti pakaian, dan ruang tunggu pasien.

Persyaratan bangunan pada zona dengan risiko

sedang sama dengan persyaratan pada zona

risiko rendah.

c. Zona dengan Risiko Tinggi

20

Zona risiko tinggi meliputi : ruang isolasi,

ruangperawatan intensif, laboratorium, ruang

penginderaan medis (medical imaging), ruang

bedah mayat (autopsy), dan ruang jenazah

dengan ketentuan sebagai berikut :

1) Dinding permukaan harus rata dan berwarna

terang.

a) Dinding ruang laboratorium dibuat dari

porselin atau keramik setinggi 1,50 meter

dari lantai dan sisanya dicat warna

terang.

b) Dinding ruang penginderaan medis harus

berwarna gelap, dengan ketentuan dinding

disesuaikan dengan pancaran sinar yang

dihasilkan dari peralatan yang dipasang di

ruangan tersebut, tembok pembatas antara

ruang Sinar X

c) dengan kamar gelap dilengkapi dengan

transfer cassette.

2) Lantai terbuat dari bahan yang kuat, mudah

dibersihkan, kedap air, berwarna terang, dan

pertemuan antara lantai dengan dinding harus

berbentuk konus

3) Langit-langit terbuat dari bahan mutipleks

atu bahan yang kuat, warna terang, mudah

21

dibersihkan, kerangka harus kuat, dan tinggi

minimal 2,70 meter dari lantai.

4) Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi

minimal 2,10 meter, dan ambang bawah jendela

minimal 1,00 meter dari lanti.

5) Semua stop kontak dan saklar dipasang pada

ketinggian minimal 1,40 meter dari lantai.

d. Zona dengan Risiko Sangat Tinggi

Zona risiko tinggi meliputi : ruang operasi,

ruang bedah mulut, ruang perawatan gigi, ruang

gawat darurat, ruang bersalin, dan ruang

patologi dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Dinding terbuat dari bahan porslin atau vinyl

setinggi langit-langit, atau dicat dengan cat

tembok yang tidak luntur dan aman, berwarna

terang.

2) angit-langit terbuat dari bahan yang kuat dan

aman, dan tinggi minimal 2,70 meter dari

lantai.

3) Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi

minimal 2,10 m, dan semua pintu kamar harus

selalu dalam keadaan tertutup.

4) Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap

air, mudah dibersihkan dan berwarna terang.

5) Khusus ruang operasi, harus disediakan

gelagar (gantungan) lampu bedah dengan profil

22

baja doubleINP 20 yang dipasang sebelum

pemasangan langit-langit

6) Tersedia rak dan lemari untuk menyimpan

reagensia siap pakai

7) Ventilasi atau pengawasan sebaiknya digunakan

AC tersendiri yang dilengkapi filter bakteri,

untuk setiap ruang operasi yang terpisah

dengan ruang lainnya. Pemasangan AC minimal 2

meter dari lantai dan aliran udara bersih

yang masuk ke dalam kamar operasi berasal

dari atas ke bawah. Khusus untuk ruang bedah

ortopedi atau transplantasi organ harus

menggunakan pengaturan udara UCA (Ultra Clean

Air) System

8) Tidak dibaenarkan terdapat hubungan langsung

denganudara luar, untuk itu harus dibuat

ruang antara.

9) Hubungan dengan ruang scrub–upuntuk melihat

ke dalam ruang operasi perlu dipasang jendela

kaca mati, hubungan ke ruang steril dari

bagian cleaningcukup dengan sebuah loket yang

dapat diuka dan ditutup.

10) Pemasangan gas media secara sentral

diusahakan melalui bawah lantai atau di atas

langit-langit.

23

11) Dilengkapi dengan sarana pengumpulan

limbah medis.

4. Kualitas Udara Ruang

a. Tidak berbau (terutana bebas dari H2S dan

Amoniak

b. Kadar debu (particulate matter) berdiameter

kurang dari 10 micron dengan rata-rata

pengukuran 8 jam atau 24 jam tidak melebihi

150 µg/m3, dan tidak mengandung debu asbes.

5. Pencahayaan

Pencahayaan, penerangan, dan intensitasnya di

ruangumum dan khusus harus sesuai dengan

peruntukkannya.

6. Pengawasan

Persyaratan penghawaan untuk masing-masing

ruang atau unit seperti berikut :

a. Ruang-ruang tertentu seperti ruang operasi,

perawatan bayi, laboratorium, perlu mendapat

perhatian yang khusus karena sifat pekerjaan

yang terjadi di ruang-ruang tersebut.

b. Ventilasi ruang operasi harus dijaga pada

tekanan lebih positif sedikit (minimum 0,10

mbar) dibandingkan ruang-ruang lain di rumah

sakit.

24

c. Sistem suhu dan kelembaban hendaknya didesain

sedemikian rupa sehingga dapat menyediakan

suhu dan kelembaban

7. Kebisingan

Kebisingan diruang perawatan tidak boleh

melebihi 45 dBA, diruang poliklinik maksimum 80

dBA, laboratorium maksimum 68 dBA, ruang cuci

dapur maksimum 78 dBA.

8. Fasilitas Sanitasi Rumah Sakit

Perbandingan jumlah tempat tidur pasien dengan

jumlah toilet dan jumlah kamar mandi seperti

pada table berikut :

9. Jumlah Tempat Tidur

Perbandingan jumlah tempat tidur dengan luas

lantaiuntuk kamar perawatan dan kamar isolasi

sebagai berikut :

a. Ruang bayi :

1. Ruang perawatan minimal 2 m2/tempat tidur

2. Ruang isolasi minimal 3,5 m2/tempat tidur

b. Ruang dewasa :

1. Ruang perawatan minimal 4,5 m2/tempat tidur

2. Ruang isolasi minimal 6 m2/tempat tidur

10. Lantai dan dan Dinding

25

Lantai dan dinding harus bersih, dengan tingkat

kebersihan sebagai berikut :

a. Ruang Operasi : 0 - 5 CFU/cm2 dan bebas

patogen dan gas gangren

b. Ruang perawatan : 5 – 10 CFU/cm2

c. Ruang isolasi : 0 – 5 CFU/cm2

d. Ruang UGD : 5 – 10 CFU/cm2

II. Penyehatan Hygiene Dan Sanitasi Makanan Minuman

1. Angka kuman E.Coli pada makanan harus 0/gr

sampel makanan dan pada minuman angka kuman

E.Coli harus 0/100 ml sampel minuman.

1. Kebersihan peralatan ditentukan dengan

angka totalkuman sebanyak-banyaknya

100/cm2permukaan dan tidak ada kuman E.

Coli.

2. Makanan ayng mudah membususk disimpan

dalam suhu panas lebih dari 65,5°atau

dalam suhu dingin kurang dari 4°C. Untuk

makanan yang disajikan lebih dari 6 jam

disimpan suhu – 5°C sampai -1°C.

3. Maknaan kemasan tertutup sebaiknya

disimpan dalam suhu ± 10°C.

4. Penyimpanan bahan mentah dilakukan dalam

suhuKelembaban penyimpanan dalam ruangan

80 -90 %.

26

5. Cara penyimpanan bahan makanan tidak

menempel padalantai, dinding, atau langit-

langit dengan ketentuan sebagai berikut :

a) Jarak bahan makanan dengan lantai 15 cm

b) Jarak bahan makanan dengan dinding 5 cm

c) Jarak bahan makanan dengan langit-langit

60 cm

III. Penyehatan Air

1. Kualitas Air Minum

Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor

907/Menkes/SK/VII/2002 tentang Syarat-Syarat

dan Pengawasan Kualitas Air Minum.

2. Kualitas Air yang Digunakan di Ruang Khusus

a. Ruang Operasi

Bagi rumah sakit yg menggunakan air yg

sudah diolah seperti dari PDAM, sumur bor,

dan sumber lain untuk keperluan operasi

dapat melakukan pengolahan tambahan dgn

catridge filterdan dilengkapi dgn

disinfeksi menggunakan ultra violet(UV)

b. Ruang Farmasi dan Hemodialisis

27

Air yang digunakan di ruang farmasi

terdiri dari air yang dimurnikan untuk

penyiapan obat, penyiapan injeksi, dan

pengenceran dalam hemodialisis.

IV. Pengelolaan Limbah

1. Limbah Medis Padat

a. Minimasi Limbah

1) Setiap rumah sakit harus melakukan

reduksi limbah dimulai dari sumber.

2) Setiap rumah sakit harus mengelola dan

mengawasi penggunaan bahan kimia yang

berbahaya dan beracun.

3) Setiap rumah sakit harus melakukan

pengelolaan stokbahan kimia dan farmasi.

4) Setiap peralatan yang digunakan dalam

pengelolaan limbah medis mulai dari

pengumpulan, pengangkutan, dan

pemusnahan harus melalui sertifikasi

dari pihak yang berwenang.

b. Pemilahan, Pewadahan, Pemanfaatan Kembali

dan Daur Ulang

1) Pemilahan limbah harus dilakukan mulai

dari sumber yang menghasilkan limbah

28

2) Limbah yang akan dimanfaatkan kembali

harus dipisahkan dari limbah yang tidak

dimanfaatkan kembali.

3) Limbah benda tajam harus dikumpulkan

dalam satu wadah tanpa memperhatikan

terkontaminasi atau tidaknya. Wadah

tersebut harus anti bocor, anti tusuk

dan tidak mudah untuk dibuka sehingga

orang yang tidak berkepentingan tidak

dapat membukanya.

4) Jarum dan syringes harus dipisahkan

sehingga tidak dapat digunakan kembali.

5) Limbah medis padat yang akan

dimanfaatkan kembali harus melalui

proses sterilisasi. Untuk menguji

efektifitas sterilisasi panas harus

dilakukan tes Bacillus

stearothermophilusdan untuk sterilisasi

kimia harus dilakukan tes Bacillus

subtilis

6) Limbah jarum hipodermik tidak dianjurkan

untuk dimanfaatkan kembali. Apabila

rumah sakit tidak mempunyai jarum yang

sekali pakai (disposable), limbah jarum

hipodermik dapat dimanfaatkan kembali

29

setelah melalui proses salah satu metode

sterilisasi

7) Pewadahan limbah medis padat harus

memenuhi persyaratan dengan penggunaan

wadah dan label seperti Tabel I.11

8) Daur ulang tidak bisa dilakukan oleh

rumah sakit kecuali untuk pemulihan

perak yang dihasilkan dari proses film

sinar X.

9) Limbah sitotoksis dikumpulkan dalam

wadah yang kuat, anti bocor, dan diberi

label bertuliskan ” LimbahSitotoksis”.

c. Pengumpulan, Pengangkutan, dan Penyimpanan

Limbah Media Padat di Lingkungan Rumah

Sakit

1) Pengumpulan limbah medis padat dari

setiap ruangan penghasil limbah

menggunakan troli khusus yang tertutup.

2) Penyimpanan limbah medis padat harus

sesuai iklim tropis yaitu pada musim

hujan paling lama 48 jam dan musim

kemarau paling lama 24 jam.

d. Pengumpulan, Pengemasan dan Pengangkutan

ke Luar Rumah Sakit

1) Pengelola harus mengumpulkan dan mengmas

pada tempat yang kuat.

30

2) Pengangkutan limbah ke luar rumah sakit

menggunakankendaraan khusus.

e. Pengolahan dan Pemusnahan

1) Limbah medis padat tidak diperbolehkan

membuang langsung ke tempat pembuangan

akhir limbah domestik sebelum aman bagi

kesehatan.

2) Cara dan teknologi pengolahan atau

pemusnahan limbah medis padat

disesuaikan dengan kemampuan rumah sakit

dan jenis limbah medis padat yang ada,

dengan pemanasanmenggunakan otoklaf atau

dengan pembakaran menggunakan

insinerator.

2. Limbah Medis Non Padat

a. Pemilahan dan Pewadahan

1) Pewadahan limbah padat non-medis harus

dipisahkan dari limbah medis padat dan

ditampung dalam kantong plastik warna

hitam.

2) Tempat Pewadahan

a) Setiap tempat pewadahan limbah padat

harus dilapisikantong plastik warna

hitam sebagai pembungkus limbah padat

dengan lambang ”domestik” warna putih

31

b) Bila kepadatan lalat disekitar tempat

limbah pada melebih 2 (dua) ekor per-

block grill, perlu dilakukan

pengendalian padat.

b. Pengumpulan, Penyimpanan, dan Pengangkutan

1) Bila di tempat pengumpulan sementara

tingkat kepadatan lalat lebih dari 20

ekor per-block grillatau tikus terlihat

pada siang hari, harus dilakukan

pengendalian.

2) Dalam keadaan normal harus dilakukan

pengendalian serangga dan binatang

pengganggu yang lain minimal 1(satu)

bulan sekali.

c. Pengolahan dan Pemusnahan

Pengolahan dan pemusnahan limbah padat

non-medis harus dilakukan sesuai

persyaratan kesehatan.

3. Limbah Cair

Kalitas limbah (efluen) rumah sakit yang akan

dibuang ke badan air atau lingkungan harus

memenuhi persyaratan baku mutu efluen sesuai

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor Kep-

32

58/MenLH/12/1995 atau peraturan daerah

setempat.

4. Limbah Gas

Standar limbah gas (emisi) dari pengolahan

pemusnah limbah medis padat dengan

insinerator mengacu pada Keputusan Menteri

Lingkungan Hidup Nomor Kep-13/MenLH/12/1995

tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak

Bergerak.

V. Pengelolaan Tempat Pencucian Linen (Laundry)

a. Suhu air panas untuk pencucian 70°C dalam

waktu 25 menit atau 95°C dalam waktu 10 menit

b. Penggunaan jenis deterjen dan disinfektan

untuk proses pencucian yang ramah lingkungan

agar limbah cair yang dihasilkan mudah

terurai oleh lingkungan

c. Standar kuman bagi linen bersih setelah

keluar dari proses tidak mengandung 6 x

103spora spesies Bacilusper inci persegi.

VI. Pengendalian Serangga, Tikus Dan Binatang

Pengganggu Lainnya

a. Kepadatan jentik Aedes spyang diamati melalui

indeks kontainer harus 0 (nol).

33

b. Tidak ditemukannya lubang tanpa kawat kasa

yang memungkinkan nyamuk masuk ke dalam

ruangan, terutama di ruangan

c. perawatan.

d. Semua ruang di rumah sakit harus bebas dari

kecoa,terutana pada dapur, gudang makanan,

dan ruangan steril.

e. Tidak ditemukannya tandaq-tanda keberadaan

tikus terutana pada daerah bangunan tertutup

(core) rumah sakit.

f. Tidak ditemukannya lalat di dalam bangunan

tertutup (core) di rumah sakit.

g. Di lingkungan rumah sakit harus bebas kucing

dan anjing.

VII. Melalui Disinfeksi Dan Sterilisasi

a. Suhu pada disinfeksi secara fisik dengan air

panasuntuk peralatan sanitasi 80°C dalam

waktu 45-60 detik, sedangkan untuk peralatan

memasak 80°C dalam waktu 1 menit.

b. Disinfektan harus memenuhi kriteria tidak

merusak peralatan maupun orang, disinfektan

mempunyai efek sebagai deterjen dan efektif

dalam waktu yang relatif singkat, tidak

terpengaruh oleh kesadahan air atau

34

keberadaan sabun dan protein yang mungkin

ada.

c. Penggunaan disinfektan harus mengikuti

petunjuk pabrik.

d. Pada akhir proses disinfeksi terhadap ruang

pelayanan medis (ruang operasi dan ruang

isolasi) tingkatkepadatan kuman pada

e. lantai dan dnding 0-5 CFU/cm2, bebas

mikroorganisme patogen dan gas gangren. Untuk

ruang penunjang medis (ruang rawat inap,

ruang ICU/ICCU, kamar bayi, kamar bersalin,

ruang perawatan luka bakar, dan laundry)

sebesar 5-10 CFU/cm2.

f. Sterilisasi peralatan yang berkaitan dengan

perawatan pasien secara fisik dengan

pemanasan pada suhu ± 121°C selama 30 menit

atau pda suhu 134°C selam 13 menit dan harus

mengacu pada petunjuk penggunaan alat

sterilisasi yang digunakan.

g. Sterilisasi harus menggunakan disinfektan

yang ramah lingkungan.

h. Petugas sterilisasi harus menggunakan alat

pelindung diri dan menguasai prosedur

sterilisasi yang aman.

35

i. Hasil akhir proses sterilisasi untuk ruang

operasidan ruang isolasi harus bebas dari

mikroorganisme hidup.

VIII. Melalui Disinfeksi Dan Sterilisasi

Persyaratan sesuai Keputusan Badan pengawas

Tenaga Nuklir Nomor 01 Tahun 1999, tentang

Ketentuan Keselamatan Kerja terhadap

Radiasi adalah :

1. Nilai Batas Dosis (NBD) bagi pekerja yang

terpajanradiasi sebesar 50 mSv (mili Sievert)

dalam 1 (satu) tahun.

2. NBD bagi msyarakat yang terpajan sebesar 5

mSv (mili Sievert) dalam 1 (satu) tahun.

IX. Upaya Promosi Kesehatan Dari Aspek Kesehatan

Lingkungan

Setiap rumah sakit harus melaksankan upaya

promosi higiene dan sanitasi yang

pelaksanaannya dilakukan oleh tenaga/unit

organisasi yang menangani promosi kesehatan

lingkungan rumah sakit.

36

BAB III

METODE OBSERVASI

A. Lokasi Dan Waktu Pelaksanaan

Kegiatan observasi ini dilakukan di Rumah Sakit

Ibu & Anak “ Thaha Bakrie” yang terletak di Jalan P

Hidayatullah No. 11 Samarinda. Kegiatan observasi

dilaksanakan pada Hari Kamis, tanggal 30 Oktober 2014

mulai pukul 08.30 s/d 10.00 Wita.

B. Metode Kegiatan

Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah

observasi, dimana dibantu dengan lembar penilaian

37

pemeriksaan Kesehatan Lingkungan (Inspeksi Sanitasi)

Rumah Sakit sesuai dengan KEPMENKES No

1204/MENKES/SK/X/2004, sehingga mempermudah dalam

menilai keadaan sanitasi di Rumah Sakit & Anak “

Thaha Bakrie”.

3.3 Instrumen Observasi

Dalam melakukan observasi, kami menggunakan

beberapa alat dan bahan antara lain sebagai berikut

:

1. Alat :

a. Bolpoin

b. Kamera digital

c. Meteran

d. Alat pengukur pencahayaan, kebisingan, dan

kelembaban

e. Kalkulator

2. Bahan

a. Lembar penilaian Rumah Sakit (KEPMENKES No

1204/MENKES/SK/X/2004)

3.4 Prosedur Penilaian

38

Langkah-langkah dalam observasi yang kami

lakukan di RSIA Thaha Bakrie adalah sebagai berikut

:

1. Menggunakan instrumen penilaian atau lembar

observasi dengan mengacu pada Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor:

1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan

Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

2. Melakukan observasi secara bersama-sama

seluruh anggota tim, sehingga penilaian terhadap

suatu titik pantau didasarkan atas persepsi yang

sama seluruh anggota tim.

3.Pengambilan foto dibeberapa titik pantau.

4. Menghitung & mengisi komponen yang dinilai

dari variabel upaya pada lembar penilaian

inspeksi Rumah Sakit.

Rumus :

5. Menarik kesimpulan berdasarkan criteria

sebagai berikut :

Karena RSIA Thaha Bakrie Termasuk Rumah Sakit

Swasta dengan Kelas pratama, maka Rumah sakit

dinyatakan memenuhi persyaratan kesehatan

lingkungan apabila memperoleh skor hasil

penilaian Kesehatan Lingkungan Sekurang-kurangnya

39

Skor = Bobot x

65 % dari skor maksimal yang ada/ yang di

periksa.

40

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Rumah Sakit

Nama Rumah Sakit : Rumah Sakit Ibu dan Anak H. Thaha

Bakrie

Alamat : Jl. P. Hidayatullah No. 11

Samarinda 75112

Telp. (0541) 742191 Fax. (0541)

200075

No. HP 0821 5813 3939 / 0856 5222

3646

e-mail :

[email protected]

Pendiri : (Alm.) H. Thaha Bakrie

Pemilik : PT. Shafa Nur Arafah

Direktur : Ir. Sandjaja

Jenis Rumah Sakit: Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak

Izin Pendirian : No. 563/DPPK-KS/Pr.B/V/2007

Izin Operasional : No. 503/RS-02/DKK/V/2011

B. Visi RSIA H. Thaha Bakrie

Menjadikan RSIA H. Thaha Bakrie sebagai Rumah

Sakit Ibu dan Anak yang terkemuka, profesional,

selalu mengembangkan sumber daya yang dimiliki,

41

menerapkan nilai-nilai kejujuran, keterbukaan yang

berorientasi pada kepuasan konsumen.

C. Misi RSIA H. Thaha Bakrie

1. Melakukan upaya secara berlanjut untuk

meningkatkan mutu pelayanan bersahabat kepada

pelanggan.

2. Melakukan pelatihan dan pendidikan kepada para

karyawan agar mampu memberikan pelayanan yang

profesional.

3. Melakukan pengelolaan Rumah Sakit, agar tercapai

efisiensi dan efektifitas yang tinggi.

4. Menyediakan fasilitas pelayanan terdepan.

5. Mengutamakan kemudahan dan kepuasan konsumen.

D. Manajemen dan Tenaga Medis

1. Ketenagaan Manajemen Rumah Sakit

1. Direktur Umum : H. Ir.

Sandjaja

2. Direktur Pelayanan Medis : dr.

Erwin Ginting, Sp.OG

3. Kepala Bagian Umum : Hj. Rahmi

Jamilah

4. Kepala Bagian Keuangan : Hj.

Faridah, SE

5. Tenaga Adm. Keuangan & Logistik : 6 orang

42

6. Front Office : 5 orang

7. Security : 5 orang

8. Cleaning Service : 4 orang

9. Repair & Maintenance : 2 orang

10. Dapur : 3 orang

2. Ketenagaan Medis

1. Dokter Spesialis Kandungan dan Kebidanan

: 4 orang

2. Dokter Spesialis

Anak : 2 orang

3. Dokter Anestesi

: 1 orang

4. Dokter Umum

: 4 orang

5. Perawat : 10

orang

6. Bidan : 15

orang

7. Perekam Medis

: 1 orang

8. Fisioterapi Anak

: 1 orang

9. Apoteker : 1

orang

10. Asisten Apoteker : 5

orang

43

11. Staf Pelayanan Medis : 1

orang

E. Bangunan Rumah Sakit

Pembangunan fisik gedung RSIA H. Thaha Bakrie

dimulai dari tahun 2007 yang dilakukan secara

bertahap. Pembangunan berjalan sesuai izin yang

diberikan oleh Pemerintah Kota Samarinda sesuai

dengan IMB yang diberikan. Berikut adalah informasi

tentang fisik bangunan rumah sakit :

- Luas tanah : 1.148.00 M²

- Luas bangunan Lt 1 : 701.00 M²

- Luas Bangunan Lt 2 : 727.00 M2

- Luas Bangunan Lt. 3 : 727.00 M2

- Jumlah lantai : 3 Lantai

- Lokasi : Jl. P. Hidayatullah

No.11 Samarinda

RSIA H. Thaha Bakrie terdiri dari tiga lantai

yang digunakan untuk masing – masing pelayanan,

antara lain :

a. Lantai Dasar

Lantai dasar rumah sakit digunakan untuk

pelayanan administrasi rumah sakit (Front Office),

poliklinik kandungan dan kebidanan, poliklinik

anak, poliklinik fisioterapi, pelayanan unit gawat

44

darurat, pelayanan kamar bersalin, dan pelayanan

kamar operasi. Selain itu juga pada lantai dasar

terdapat pelayanan penunjang medis seperti ruang

menyusui, instalasi farmasi, instalasi rekam medis

dan penunjang lainnya seperti musholla, kafetaria,

dan kamar kecil.

b. Lantai Dua

Lantai dua rumah sakit digunakan untuk

pelayanan ruang perawatan. Jumlah tempat tidur

yang disediakan adalah 28 tempat tidur yang

terbagi dalam beberapa ruang kelas perawatan yang

terdiri dari :

RuanganPerawatan

JumlahKamar

Jumlah TempatTidur

Ruang VIP

(Tulip/Adelia)

4

kamar/1

bed

4 buah/

bed

Ruang Kelas I

(Lily)

6 kamar/

1 bed

6 buah/

bedRuang Kelas II

(Asparaga)

3 kamar/

2 bed

6 buah/

bedRuang Kelas III

Anak (Sakura)

1 kamar/

5 bed

5 buah/

bedRuang Kelas III

Dewasa

(Sedap Malam)

1 kamar/

6 bed

6 buah/

bed

45

c. Lantai Tiga

Lantai tiga rumah sakit dipergunakan untuk

pelayanan administrasi perkantoran rumah sakit

yang terdiri dari ruang direktur, ruang rapat,

keuangan, administrasi umum, dan logistik. Selain

itu juga terdapat ruangan penunjang pelayanan

tumbuh kembang anak.

F. Hasil Penilaian dan Pembahasan Variabel Upaya Rumah

Sakit

a. Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan

terkait dengan upaya kesehatan lingkungan yang ada

di rumah sakit serta berdasarkan pada pedoman

penilaian pemeriksaan (MENKES RI no. 1204 tahun

2004) maka dapat dilihat bahwa upaya kesehatan

dari RSIA Thaha Bakrie ini sudah baik hal ini

terbukti berdasarkan hasil penilaian observasi

yang telah dilakukan. Yakni, dari 11 item dengan

subitem didalamnya hanya ada beberapa item yang

tidak memenuhi syarat ketentuan. Item yang

dimaksud tersebut adalah item ventilasi dan pagar.

RSIA Thaha Bakrie ini menggunakan ventilasi

mekanis sehingga meskipun syarat luas lubang

ventilasi yang minimal 15 % dari luas lantai telah

46

terpenuhi namun kegunaannya tidak dimaksimalkan

dengan baik atau dapat dikatakan bahwa ventilasi

tersebut tidak pernah dibuka sehingga fungsinya

tidak berjalan secara semestinya.

Sedangkan item selanjutnya dalam upaya

kesehatan lingkungan RSIA Thaha Bakrie yang belum

terpenuhi lainnya adalah pagar. Hal ini

dikarenakan posisi dari RSIA Thaha Bakrie ini

berada ditengah- tengah gedung dan rumah milik

pribadi sehingga sulit untuk diadakannya pagar

karena terhalang pada permasalahan pemborosan area

parkir rumah sakit yang memang sudah amat sangat

kecil.

Sedangkan pada kompenen item lainnya yang

termasuk dalam peniaian kesehatan lingkungan rumah

sakit seperti lantai, dinding, atap, langit-

langit, jaringan instalasi hingga pada saluran air

limbah semuanya telah memenuhi syarat ketentuan

penilaian kesehatan lingkungan rumah sakit.

b. Ruang Bangunan Rumah Sakit

Item penillain ruang banngunan rumah sakit

terdiri dari ruang perawatan, lingkungan RS,

laboratorium hingga pada ruang operasi. Namun pada

inspeksi ini tidak keseluruhan ruangan dapat

diobservasi seperti pada ruang operasi dan

47

laboratorium karena dinilai membutuhkan kondisi

yang sangat steril dan terisolir, sehingga selain

petugas yang berhak dilarang untuk mengobservasi

atau masuk kedalam kedua ruangan tersebut. Hal

tersebut telah disampaikan dengan baik oleh pihak

rumah sakit, sehingga objek observasi diubah

menjadi 5 item saja yakni ruang perawatan,

lingkungan rumah sakit , ruang pendingin, toilet

dan kamar mandi dan karena inspeksi ini dilakukan

di RSIA (Rumah Sakit Ibu dan Anak) maka, terdapat

juga item penilaian pada ruang bersalin dengan

menggunakan pedoman penilaian pada item ruang

operasi.

Berdasarkan hasil penilain yang telah

dilakukan pada ke-5 item ruang bangunan rumah

sakit. Maka RSIA Thaha Bakrie ini telah dapat

dinyatakan memenuhi syarat ketentuan meskipun

tidak semua pengukuran dapat dialaksanakan namun

berdasarkan pengakuan petugas kesehatan lingkungan

yang ada pada RSIA Thaha Bakrie pengukuran –

pengukuran tersebut dilaksanakan juga oleh pihak

RSIA Thaha Bakrie secara berkala. Untuk penyediaan

toilet dan kamar mandi sendiri RSIA Thaha Bakrie

ini juga telah memenuhi persyaratan. Karena jumlah

tempat tidur terbanyak dalam ruangan adalah 6

48

tempat tidur, yakni ruang perawatan pada kelas III

yang dilengkapi dengan 1 kamar mandi dan toilet.

c. Penyehatan Makanan dan Minuman

Penilaian observasi pada penyehatan makanan

dan minuman ini juga menjadi salah satu yang tidak

dapat di observasi langsung dengan alasan bahwa

instalasi makanan merupakan instalasi yang hanya

petugas yang bersangkutan yang diperbolehkan ada

pada ruangan tersebut. Sehingga, penilaiannya

hanya dilakukan dengan proses wawancara dengan

petugas kesehatan lingkungan yang telah melakukan

penilaian pada instalasi ini. Berdasarkan

pengakuan petugas tersebut, RSIA Thaha Bakrie ini

sudah hampir memenuhi keseluruhan syarat dan

ketentuan dari penilaian tersebut. Hanya pada

subitem penggunaan cerobong asap yang tidak

dimiliki oleh instalasi tersebut. Sehingga dapat

dikatakan bahwa instalasi peyediaan makanan atau

gizi pada RSIA Thaha Bakrie ini telah memenuhi

hampir keseluruhan syarat tersebut atau baik.

Untuk sistem penyimpanan bahan makanan

segarnya sendiri, RSIA Thaha Bakrie ini

menggunakan sistem penggunaan bahan makanan

perhari maksudnya adalah makanan – makanan yang

49

mudah rusak atau membusuk hanya terus diperbaharui

setiap harinya sehingga tidak membutuhkan tempat

penyimpanan makanan atau pendingin yang lebih

banyak.

d. Penyehatan Air

Sistem penyediaan air yang digunakan RSIA

Thaha Bakrie ini menggunakan tandon atau tempat

penyimpanan air yang bersumber dari PDAM dengan

kapasitas sebesar 1200 liter yang berjumlah 8 buah

yang selalu dalam kondisi tertutup dan terus

dipantau kondisinya. Berdasarkan jumlah air yang

berasal dari perhitungan kapasitas air yang dapat

ditampung dengan jumlah tandon yang tersedia, maka

setiap harinya RSIA Thaha Bakrie ini menyediakan

sebanyak 9600 liter per hari yang kemudian akan

dibagi dengan jumlah total tempat tidur yang ada

yakni sebanyak 30 buah maka didapatkan bahwa

setiap hari sebanyak 320 liter/tempat tidur/hari

yang disediakan. Meskipun ketersediaan air yang

didapatkan dari perhitungan tidak sesuai dengan

standar dari penilaian pada lembar kuesioner

sanitasi, namun hal ini dapat ditolerir karena

kondisi RSIA Thaha Bakrie ini merupakan rumah

sakit bersalin dimana pasien yang melakukan

50

pengobatan rawat jalan selalu kurang dari 50 %

jumlah tempat tidur yang tersedia.

Untuk ketersediaan air minum, RSIA Thaha

Bakrie ini telah melengkapi penyimpanan air

berstandar air minum yang disimpan dalam galon –

galon air minum yang ditempatkan pada seluruh

ruangan baik bagi pasien maupun juga petugas yang

bekerja di RSIA Thaha Bakrie tersebut.

e. Pengelolaan Limbah

Pada item penilaian pengelolaan limbah ini,

RSIA Thaha Bakrie melakukannya dengan mengadakan

kerjasama bersama Rumah Sakit Islam samarinda. Hal

ini berkaitan dengan pengadaan alat pada instalasi

pengolahan yang tidak dengan mudah dibuat begitu

saja. Namun demikian tidak keseluruhan limbah yang

dihasilkan RSIA Thaha Bakrie ini diolah oleh RS

Islam, seperti misalnya limbah cair yang dalam hal

ini RSIA Thaha Bakrie mengolahnya sendiri dengan

menggunakan bak – bak penampungan dibawah tanah

dengan ketentuan dan pengawasan ketat dari petugas

yang memiliki latar belakang pendidikan D3

kesehatan lingkungan dan juga SKM sehingga

pengolahan dilakukan sesuai dengan kaidah

pengolahan limbah cair yang tepat. Instalasi ini

di cek dan diperhatika setiap hari kondisi fisik,

51

biologi maupun kimiawinya agar tujuan pengolahan

tersebut sesuai harapan yakni tidak merusak

lingkungan.

f. Tempat Pencucian Linen

Tempat pencucian linen pada RSIA Thaha Bakrie

ini dikhususkan untuk linen infeksius, sedangkan

untuk linen non infeksius RSIA Thaha Bakrie

memberikan tanggung jawab kepada pihak ke-3 untuk

melakukan proses pencuciannya. Hal ini dilakukan

untuk memudahkan proses pencucian serta

meminimalisir kontaminasi infeksius dari linen-

linen tersebut karena adanya pemisahan linen yang

ketat sebelum proses pencucian dilakukan.

Pada ruangan proses pencucian linen infeksius

merupakan salah satu ruangan yang juga tidak

diperbolehkan untuk diobservasi karena juga

merupakan ruangan yang terisolir menjaga dari

kontaminan lainnya. Sehingga penilaian item ini

dilakukan atas dasar wawancara langsung dengan

petugas kesehatan lingkungan yang mengetahui

kondisi tempat pencucian linen tersebut dengan

baik. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan

maka hasil penilaian tempat pencucian linen RSIA

Thaha Bakrie ini dapat dikatakan memenuhi syarat

dan baik.

52

g. Pengendalian Serangga dan Tikus

Item penilaian ini meliputi penilaian

terhadap konstruksi bangunan, tempat penampungan

air dan tempat sampah. Berdasarkan observasi yang

telah dilakukan langsung dengan mengamati tempat

penampungan air, tempat sampah serta kondisi

konstruksi bangunan RSIA Thaha Bakrie ini, maka

hasil penilaiannya sangat baik karena sudah

memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.

Penampungan air yang digunakan RSIA Thaha

Bakrie ini adalah tangki air yang satu tangkinya

memuat sebanyak 1500 liter air dengan jumlah

sebanyak 6 tangki yang berada di balkon atas

bangunan rumah sakit. Sedangkan untuk tempat

sampah, hal ini tidak memungkinkan adanya tempat

bagi serangga dan tikus karena selalu dijaga dalam

keadaan bersih dan siap digunakan kembali sehari 2

kali yakni pada pagi dan sore hari.

h. Dekontaminasi Melalui Disinfeksi dan Sterilisasi

Pada penilaian ini lebih menitikberatkan pada

kebiasaan – kebiasaan higienitas sebuah rumah

sakit, sehingga penilaiannya sebenarnya akan lebih

efektif jika dilakukan setiap hari pengoperasian

rumah sakit. Oleh karena itu penilaian pada item

53

ini hanya dilakukan dengan cara wawancara dengan

pihak yang bertanggungjawab terhadap kualitas

kesehatan lingkungan RSIA Thaha Bakrie ini.

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, maka

proses sterilisasi dan desinfeksi RSIA Thaha

Bakrie ini telah memenuhi syarat dan ketentuan

yang baik.

i. Pengamanan Radiasi

Pada item ini tidak dilakukan observasi dan

penilaian karena pada RSIA Thaha Bakrie tidak

memiliki instalasi radiologi sehingga tidak perlu

adanya penilaian tersebut.

54

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan kegiatan observasi dan wawancara

yang telah dilakukan bersama petugas yang

bertanggung jawab terhadap sanitasi yang ada pada

RSIA Thaha Bakrie ini, maka dapat disimpulkan bahwa

RSIA Thaha Bakrie ini dalam keadaan baik dan

memenuhi persyaratan sanitasi rumah sakit. Meskipun

tidak pada keseluruhan item penilaian mendapatkan

nilai pperhitungan sempurna seperti pada item

penyehatan air serta pada item penyuluhan petugas

kesehatan terkait sanitasi pada rumah sakit namun

secara keseluruhan item yang menjadi penilaian

sanitasi yang telah dilakukan di RSIA Thaha Bakrie

ini sudah memenuhi syarat rumah sakit sesuai dengan

kemenkes 1204 tahun 2004.

B. Saran

Setelah diadakannya kegiatan observasi dan

pelaporan, maka didapatkan beberapa saran yang

diaharapkan dapat membantu meningkatkan sanitasi

RSIA Thaha Bakrie ini, diantaranya yaitu : Pedoman

55

penilaian yang digunakan merupakan pedoman

penilaian rumah sakit secara umum, sehingga

ruangan – ruangan yang secara spesifik hanya ada

pada rumah sakit bersalin tidak spesifik dalam

penilaiannya misalnya ruang bersalin, ruang

menyusui dan lainnya. Sehingga perlu adanya

pengembangan pedoman penilaian sanitasi rumah

sakit khusus bagi rumah sakit ibu dan anak.

56

57