Laporan Praktikum FHA Laju Pengosongan Lambung

36
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan yang dikonsumsi oleh ikan akan mengalami proses digesti didalam sistem penncernaan sebelum nutrisi pakan dimanfaatkan untuk keperluan biologis ikan .proses digesti dalam sistem pencernaan akan melibatkan peran enzim –enzim pencernaan. Hasil proses digesti pakan yang berupa asam amino,asam lemak dan monosakarida selanjutnya akan di absorbsi oleh epitel intestin lalu di edarkan ke seluruh tubuh oleh sistemn sirkulasi. Laju digesti pakan umumnya berkolerasi dengan laju metabolisme ikan pada kondisi temperatur air yang optimal bagi ikan maka laju metabolisme ikan meningkat dan meningkatnya laju metabolisme ikan iniharus diimbangbi dengan paokan pakan yang diperoleh dari lingkungannya pada umumnya ikan yang bersifat poikiloterm,maka pada temperature air yang meningkat nafsu makan ikan juga menurun. Proses digesti pakan yang diperoleh ikan akan dimulai dari lambung,dan di lanjutkan pada intestine yang akan berakhir hingga anus. Yang merupakan pembuangan bahan sisa.proses digesti yang terjadi didalam lambung,laju digestinya dapat di ukur dari laju pengosongan lambung. Laju digesti atau laju pengosongan

Transcript of Laporan Praktikum FHA Laju Pengosongan Lambung

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang

Pakan yang dikonsumsi oleh ikan akan mengalami

proses digesti didalam sistem penncernaan sebelum nutrisi

pakan dimanfaatkan untuk keperluan biologis ikan .proses

digesti dalam sistem pencernaan akan melibatkan peran

enzim –enzim pencernaan. Hasil proses digesti pakan yang

berupa asam amino,asam lemak dan monosakarida selanjutnya

akan di absorbsi oleh epitel intestin lalu di edarkan ke

seluruh tubuh oleh sistemn sirkulasi. Laju digesti pakan

umumnya berkolerasi dengan laju metabolisme ikan pada

kondisi temperatur air yang optimal bagi ikan maka laju

metabolisme ikan meningkat dan meningkatnya laju

metabolisme ikan iniharus diimbangbi dengan paokan pakan

yang diperoleh dari lingkungannya  pada umumnya ikan yang

bersifat poikiloterm,maka pada temperature air yang

meningkat nafsu makan ikan juga menurun.

Proses digesti  pakan yang diperoleh ikan akan

dimulai dari lambung,dan di lanjutkan pada intestine yang

akan berakhir hingga anus. Yang merupakan pembuangan

bahan sisa.proses digesti yang terjadi didalam

lambung,laju digestinya dapat di ukur dari laju

pengosongan lambung. Laju digesti atau laju pengosongan

2

lambung selain dipengaruhi oleh temperatur air juga

dipengaruhi oleh pakan yang dikonsumsi. Perbedaan

kualitas pakan akan perbedaan komponen

penyusun,penyusunan akan,dan perbedaan ini akan berakibat

pada perbedaan laju dan kemampuan digesti pakan. Pakan

ikan adalah merupakan campuran berbagai bahan pangan yang

biasa diosebut dengan bahan mentah atau bahan baku yang

baik bagi pertumbuhan ikan,baik yang bersifat nabati

ataupun yang bersifat hewani,yang diolah sedemikian rupa

sehingga mudah untuk dimakan dan di cerna oleh tubuh

ikan. Dengan kata lain pakan ikan adalah makanan yang

khusus dibuat atau diproduksi agar mudah dan tersedia

untuk dimakan. Pakan ikan sangat berpengaruh terhadap

pertumbuhan dan kelangsungan tubuh ikan (sirregar,1995)

1.2     Tujuan Praktikum

Untuk melihat laju digesti atau laju pengosongan

lambungpada ikan kompetisi yang ingin dicapai adalah

setelah praktikum mahasiswa dapat mengetahui bentuk

lambung yang kosong dan berisi pakan,terampil dalam

mengisolasi lambung ikan dan dapat menghitung laju

pengosongan lambung.

3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pencernaan Makanan

4

Pencernaan adalah suatu proses penyederhanaan

makanan melalui mekanisme fisik dan kimiawi sehingga

menjadi bahan yang mudah diserap dan disebarka ke seluruh

tubuh melalui system peredaran darah. Dalam proses

pencernaan,organ pencernaan bukan hanya berperan sebagai

alat kerja mekanik, tetapi juga sebagai pnghasil cairan

yang berfungsi sebagai katalisator dalam pencernaan.bila

diurut secara berurutan dari awal makanan masuk ke mulut

sampai ke proses pencernaan dan selanjutnya sisa makanan

yang tidak dicerna dibuang dalam bentuk feses melalui

anus, maka organ yang berperan dalam pencernaan, yaitu:

1. Mulut

Organ pertama yang langsung berhubungan dengan

makanan adalah mulut. Letak mulut satu spesies ikan dapat

berbeda-beda dengan spesies lainnya. Tipe mulut dengan

letak mulut bagian ujung depan kepala dinamakan tipe

terminal. Letak mulut yang letaknya dibagian atas adalah

tipe superior. Tipe ini mendapatkan makanan dari

permukaan atau menunggu pada dasar perairan. Letak mulut

dibagian bawah adalah tipe inferior, mencari makanan pada

dasar perairan.

2. Tekak

5

Tekak terletak diantara mulut bagian belakang dan insang

bagian belakang. Pada sisi kiri dan kanan tekak terdapat

insang. Pada dinding atas dan bawah tekak biasanya

terdapat gigi tekak.

3. Insang

Insang terletak dibelakang rongga mulut. Umumnya terdapat

empat pasang lengkung insang pada ikan bertulang sejati,

dan lima samapi tujuh pasang lengkung insang pada

Chondrichthyes.

4. Kerongkongan

Dibelakang tekak terdapat kerongkongan, yang memanjang

kearah posterior berbatasan dengan lambung. Kerongkongan

merupakan saluran yang pendek dengan penampang yang

bundar. Organ ini sangat elastic, sehingga mempunyai

kemampuan untuk menggembung.

5. Lambung

Lambung terletak diantara kerongkongan dan pilorik dengan

bentuk yang bermacam-macam, antara lain bentuk tabung,

lengkung, kantung, huruf U, dan huruf V. Fungsi utama

lambung adalah menerima dan menampung makanan serta

sebagai tempat pencernaan makanan. Tidak semua jenis ikan

6

memiliki lambung, Cyprinidae dan Scaridae kelompok ikan

yang tidak memiliki lambung.

6. Pilorik

Diantara lambung dan usus terdapat pilorik, yang

merupakan penyempitan saluran pencernaan. Pada bagian ini

terdapat penebalan lapisan otot licin melingkar. Pilorik

berfungsi mengatur pengeluaran makanan dari lambung dan

masuk ke usus.

7. Usus

Usus berada diantara pilorik dan rectum. Usus memiliki

beberapa lapisan yakni lapisan mukosa, submukosa,

muskulus, dan serosa. Fungsi usus adalah sebagai organ

untuk mencerna makanan dan tempat penyerapan makanan.

8. Rektum dan Anus

Dibagian belakang usus terdapat segmen rectum. Rectum ini

terletak di antara katup rectum dan anus. Katup rectum

merupakan penyempitan saluran pencernaan akibat penebalan

otot licin melingkar, mengatur pengeluaran makanan yang

tidak dicerna dari bagian usus ke bagian rectum. Fungsi

utama rectum adalah menyerap air dan mineral, dan

memproduksi lendir untuk mempermudah pengeluaran makanan

tak tercerna.

7

Adapun organ penghasil kelenjar pencernaan, yakni :

1. Hati

Hati adalah salah satu kelenjar pencernaan. Umumnya

terletak di depan lambung di bawah kerongkongan memanjang

sampai di belakang usus depan. Fungsi hati termasuk

sekresi empedu dan menyimpan glikogen.

2. Kantung Empedu

Kantung empedu berupa kantung tipis yang berisikan

empedu. Letaknya menempel di bawah hati. Empedu

mengandung pigmen empedu (biliverdin dana bilirubin) yang

berasal dari perombakan sel darah dan haemoglobin.

3. Pankreas

Pankreas merupakan organ yang berperan penting dalam

proses pencernaan. Pancreas menghasilkan enzim pencernaan

yakni protease (tripsin) dan karbohidrase (amilase dan

lipase).

2.2 Laju Pengosongan Lambung

Pengosongan lambung terjadi bila adanya faktor

berikut ini : Impuls syaraf yang menyebabkan terjadinya

distensi lambung (penggelembungan), Diproduksinya hormon

gastrin pada saat makanan berada dalam lambung. Saat

8

makanan berada dalam lambung, setelah mencapai kapasitas

maksimum maka akan terjadi distensi lambung oleh impuls

saraf (nervus vagus). Disaat bersamaan, kehadiran makanan

terutama yang mengandung protein merangsang diproduksinya

hormone gastrin. Dengan dikeluarkannya hormone gastrin

akan merangsang esophageal sphincter bawah untuk

berkontraksi, motilitas lambung meningkat, dan pyloric

sphincter berelaksasi. Efek dari serangkaian aktivitas

tersebut adalah pengosongan lambung.Lambung mengosongkan

semua isinya menuju ke duodenum dalam 2-6 jam setelah

makanan tersebut dicerna di dalam lambung. Makanan yang

banyak mengandung karbohidrat menghabiskan waktu yang

paling sedikit di dalam lambung atau dengan kata lain

lebih cepat dikosongkan menuju duodenum. Makanan yang

mengandung protein lebih lambat, dan pengosongan yang

paling lambat terjadi setelah kita memakan makanan yang

mengandung lemak dalam jumlah besar.

2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan Pengosongan

Lambung

Laju pengosongan lambung dapat didefinisikan sebagai

laju dari sejumlah pakan yang bergerak melwati saluran

pencernaan per-satuan waktu tertentu, yang dinyatakan

sebagai g/jam atau mg/menit. Faktor- faktor yang

9

mempengaruhi laju pengosongan lambung menurut Arispurnomo

(2010) antara lain adalah sebagai berikut :

1.      Pompa Pilorus dan Gelombang Peristaltik

Pada dasarnya, pengosongan lambung dipermudah oleh

gelombang peristaltik pada antrum lambung, dan dihambat

oleh resistensi pilorus terhadap jalan makanan. Dalam

keadaan normal pilorus hampir tetap, tetapi tidak menutup

dengan sempurna, karena adanya kontraksi tonik ringan.

Tekanan sekitar 5 cm, air dalam keadaan normal terdapat

pada lumen pilorus akibat pyloric sphincter. Ini merupakan

penutup yang sangat lemah, tetapi, walaupun demikian

biasanya cukup besar untuk mencegah aliran chyme ke

duodenum kecuali bila terdapat gelombang peristaltik

antrum yang mendorongnya.

Gelombang peristaltik pada antrum, bila aktif,

secara khas terjadi hampir pasti tiga kali per menit,

menjadi sangat kuat dekat insisura angularis, dan

berjalan ke antrum, kemudian ke pilorus dan akhirnya ke

duodenum. Ketika gelombang berjalan ke depan, pyloric

sphincter dan bagian proksimal duodenum dihambat, yang

merupakan relaksasi reseptif. Pada setiap gelombang

peristaltik, beberapa millimeter chyme didorong masuk ke

duodenum.

10

Derajat aktivitas pompa pilorus diatur oleh sinyal

dari lambung sendiri dan juga oleh sinyal dari duodenum.

Sinyal dari lambung adalah derajat peregangan lambung

oleh makanan, dan adanya hormon gastrin yang dikeluarkan

dari antrum lambung akibat respon regangan. Kedua sinyal

tersebut mempunyai efek positif meningkatkan daya pompa

pilorus dan karena itu mempermudah pengosongan lambung.

Sebaliknya, sinyal dari duodenum menekan aktivitas pompa

pilorus. Pada umumnya, bila volume chyme berlebihan atau

chyme tertentu berlebihan telah masuk duodenum. Sinyal

umpan balik negatif yang kuat, baik syaraf maupun

hormonal dihantarkan ke lambung untuk menekan pompa

pilorus. Jadi, mekanisme ini memungkinkan chyme masuk ke

duodenum hanya secepat ia dapat diproses oleh usus halus.

2. Volume Makanan

Volume makanan dalam lambung yang bertambah dapat

meningkatkan pengosongan dari lambung. Tekanan yang

meningkat dalam lambung bukan penyebab peningkatan

pengosongan karena pada batas-batas volume normal,

peningkatan volume tidak menambah peningkatan tekanan

dengan bermakna,. Sebagai gantinya, peregangan dinding

lambung menimbulkan refleks mienterik lokal dan refleks

vagus pada dinding lambung yang meningkatkan aktivitas

11

pompa pilorus. Pada umumnya, kecepatan pengosongan

makanan dari lambung kira-kira sebanding dengan akar

kuadrat volume makanan yang tertinggal dalam lambung pada

waktu tertentu.

3. Hormon Gastrin

Peregangan serta adanya jenis makanan tertentu dalam

lambung menimbulkan dikeluarkannya hormon gastrin dari

bagian mukosa antrum. Hormon ini mempunyai efek yang kuat

menyebabkan sekresi getah lambung yang sangat asam oleh

bagian fundus lambung. Akan tetapi, gastrin juga

mempunyai efek perangsangan yang kuat pada fungsi motorik

lambung. Yang paling penting, gastrin meningkatkan

aktivitas pompa pilorus sedangkan pada saat yang sama

melepaskan pilorus itu sendiri. Jadi, gastrin kuat

pengaruhnya dalam mempermudah pengosongan lambung.

Gastrin mempunyai efek konstriktor pada ujung bawah

esofagus untuk mencegah refluks isi lambung ke dalam

esofagus selama peningkatan aktivitas lambung.

4. Refleks Enterogastrik

Sinyal syaraf yang dihantarkan dari duodenum kembali

ke lambung setiap saat, khususnya bila lambung

12

mengosongkan makanan ke duodenum. Sinyal ini mungkin

memegang peranan paling penting dalam menentukan derajat

aktivitas pompa pilorus, oleh karena itu, juga menentukan

kecepatan pengosongan lambung. Refleks syaraf terutama

dihantarkan melalui serabut syaraf aferen dalam nervus

vagus ke batang otak dan kemudian kembali melalui serabut

syaraf eferen ke lambung, juga melalui nervus vagus. Akan

tetapi, sebagian sinyal mungkin dihantarkan langsung

melalui pleksus mienterikus. Refleks enterogastrik

khususnya peka terhadap adanya zat pengiritasi dan asam

dalam chyme duodenum. Misalnya, setiap saat dimana pH

chyme dalam duodenum turun di bawah kira-kira 3.5 sampai

4, refleks enterogastrik segera dibentuk, yang menghambat

pompa pilorus dan mengurangi atau menghambat pengeluaran

lebih lanjut isi lambung yang asam ke dalam duodenum

sampai chyme duodenum dapat dinetralkan oleh sekret

pankreas dan sekret lainnya. Hasil pemecahan pencernaan

protein juga akan menimbulkan refleks ini, dengan

memperlambat kecepatan pengosongan lambung, cukup waktu

untuk pencernaan protein pada usus halus bagian atas.

Cairan hipotonik atau hipertonik (khususnya hipertonik)

juga akan menimbulkan refleks enterogastrik. Efek ini

mencegah pengaliran cairan nonisotonik terlalu cepat ke

dalam usus halus, karena dapat mencegah perubahan

13

keseimbangan elektrolit yang cepat dari cairan tubuh

selama absorpsi isi usus.

5. Umpan Balik Hormonal dari Duodenum – Peranan Lemak

Bila makanan berlemak, khususnya asam-asam lemak,

terdapat dalam chyme yang masuk ke dalam duodenum akan

menekan aktivitas pompa pilorus dan pada akhirnya akan

menghambat pengosongan lambung. Hal ini memegang peranan

penting memungkinkan pencernaan lemak yang lambat sebelum

akhirnya masuk ke dalam usus yang lebih distal. Walaupun

demikian, mekanisme yang tepat dimana lemak menyebabkan

efek mengurangi pengosongan lambung tidak diketahui

secara keseluruhan. Sebagian besar efek tetap terjadi

meskipun refleks enterogastrik telah dihambat. Diduga

efek ini akibat dari beberapa mekanisme umpan balik

hormonal yang ditimbulkan oleh adanya lemak dalam

duodenum.

6. Kontraksi Pyloric Sphincter

Biasanya, derajat kontraksi pyloric sphincter tidak

sangat besar, dan kontraksi yang terjadi biasanya

dihambat waktu gelombang peristaltik pompa pilorus

mencapai pilorus. Akan tetapi, banyak faktor duodenum

14

yang sama, yang menghambat kontraksi lambung, dapat

secara serentak meningkatkan derajat kontraksi dari pyloric

sphincter. Faktor ini menghambat atau mengurangi pengosongan

lambung, dan oleh karena itu menambah proses pengaturan

pengosongan lambung. Misalnya, adanya asam yang

berlebihan atau iritasi yang berlebihan dalam bulbus

duodeni menimbulkan kontraksi pilorus derajat sedang.

7. Keenceran Chyme

Semakin encer chyme pada lambung maka semakin mudah

untuk dikosongkan. Oleh karena itu, cairan murni yang

dimakan, dalam lambung dengan cepat masuk ke dalam

duodenum, sedangkan makanan yang lebih padat harus

menunggu dicampur dengan sekret lambung serta zat padat

mulai diencerkan oleh proses pencernaan lambung. Selain itu

pengosongan lambung juga dipengaruhi olehpemotongan nervus vagus

dapat memperlambat pengosongan lambung, vagotomi

menyebabkan peregangan lambung yang relatif hebat,

keadaan emosi, kegembiraan dapat mempercepat pengosongan

lambung dan sebaliknya ketakutan dapat memperlambat

pengosongan lambung.

Pengamatan Laju Pengosongan Lambung menggunakan

prinsip bahwa lambung yang pada awalnya penuh secara

15

berangsur-angsur akan kosong kembali karena adanya proses

pengangkutan makanan menuju usus untuk diserap oleh

tubuh. Lama waktu yang digunakan untuk mengosongkan

lambung ini dipengaruhi oleh jenis pakan dan faktor

lingkungan. Untuk menentukan nilai ISC dapat diperoleh

dari rumus “volume materi lambung : volume lambung x

100%”. Dari data diatas dapat kita lihat bahwa nilai ISC

terbesar ada pada pengamatan jam ke-4 yakni sebesar

15.29%. Tingginya nilai ISC ini dipengaruhi oleh

tingginya nilai volume materi lambung yakni sebesar 0.26

ml. Hal ini diakibatkan pada jam ke-4, ikan mulai lahap

memakan pakan yang disediakan setelah sebelumnya terjadi

proses pengadaptasian setelah ikan mengalami perlakuan

pemuasaan selama 24 jam. Faktor-faktor yang mempengaruhi

nilai ISC secara langsung adalah volume materi lambung

serta volume maksimal lambung. Sedangkan kedua faktor

tadi dipengaruhi oleh jenis pakan, faktor lingkungan

seperti suhu, pH, tingkat kekeruhan, tingkat DO dll, dan

juga tingkat stress ikan yang sebelumnya dipuasakan

selama 24 jam.

Setiap ikan memiliki bentuk dan ukuran lambung yang

berbeda-beda. Derajat kepenuhan lambung pada ikan akan

berbeda, tergantung dari berat, panjang dan bentuk

16

lambung. Dengan bertambahnya ukuran ikan, besar ukuran

makanannya juga bertambah, jadi semakin besar derajat

kepenuhan lambung maka semakin besar kepenuhan lambung

ikan dalam satu kali makan. Volume material lambung yaitu

jumlah isi material yang berada pada lambung pada waktu

tertentu. Sedangkan volume total lambung yaitu jumlah

kapasitas total lambung.

Derajat kepenuhan lambung dipengaruhi oleh beberapa

faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kepenuhan

lambung, yaitu berat dan ukuran tubuh yang berbeda,

perbedaan jenis ikan, ukuran dan bentuk lambung, keadaan

tubuh ikan, dan perbedaan habitat ikan. Faktor-faktor ini

dipengaruhi oleh kebiasaan makanan (affandi, 2002).

Kebiasaan makanan ikan berhubungan dengan bentuk, posisi

mulut, gerigi dalam rahang, dan kesesuaian tapis insang.

Makanan yang tersedia di alam dimanfaatkan oleh ikan,

pemanfaatan ini dapat diketahui dengan mengambil contoh

makanan yang ada pada lambungnya dan dilengkapi dengan

daftar pakan harian yang diambil ikan dalam berbagai umur

dan ukuran (Affandi, 2002). Laju pengosongan lambung

dapat dijadikan indikator tentang dasar penentuan

frekuensi pemberian pakan.

17

Selain itu pengosongan lambung juga dipengaruhi oleh

:

Pemotongan

nervus vagus

dapat

memperlambat

pengosongan

lambung.

Vagotomi

menyebabkan

atoni dan

peregangan lambung yang relatif hebat.

Keadaan emosi, kegembiraan dapat mempercepat

pengosongan lambung dan sebaliknya ketakutan

dapat memperlambat pengosongan lambung.

BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

1. Cawan petri

2. Gunting

3. Penggaris

4. Penusuk

18

5. Pisau

6. Pinset

7. Timbangan analitik

8. Mikroskop

9. Kertas Lakmus

10. Ikan Gambar 1 alat dan

bahan yang digunakan

3.2 Prosedur Kerja

1. Terlebih dahulu persiapkan ikan di jam 08.00 didalam

wadah dan diberi makan secara ad libitum. Sebelum itu

ikan dipuasakan selama 24 jam

2. Setelah aktivitas makan berhenti diambil 1 sampel

ikan. (jam ke – 0)

3. Menimbang bobot ikan lalu catat

4. Ikan yang akan dibedah untuk praktikum, pegang dan

kemudian tusuk di bagian otak dpan, putar penusuk

perlahan-lahan sampai ikan mati

5. Bedah ikan dengan gunting, potong dari bagian anus

keatas menuju ke opercullum sampai saluran

pencernaannya terbuka

6. Potong usus di bagian depan dekat operculum dan di

bagian belakang dekat anus, pada saat keluar cairan

dari usus letakkan kertas lakmus pada cairan

19

tersebut. Tunggu beberapa saat kemudian lihat dan

catat masing-masing pH-nya

7. Keluarkan usus dari perut ikan lalu ukur panjangnya

dan catat

8. Timbang berat usus lalu catat

9. Keluarkan lambung dari perut ikan kemudian timbang

beratnya dengan dan catat

10. Keluarkan isi usus dan isi lambung pada cawan

petri, kemudian timbang bobotnya yang cawan nya

sudah di nol kan

11. Isi usus dan lambung diberi air sedikit

kemudian diaduk

12. Amati isi usus dan lambung dibawah mikroskop.

Tentukan jenis pakannya

13. Bersihkan dan rapikan alat dan bahan yang telah

digunakan setelah praktiikum selesai

20

Gambar 2 proses menimbang bobot ikan

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

a. Tabel Hasil pengamatan kelompok 19

Bobot

Ikan

Bobot

Salur

an

Cerrn

Bobot Isi

Cerna

PH

Lambun

g

PH

anus

Panjang

Usus

Jenis

Pakan

21

a32.35 gr 2.24

gr

1.37 gr 5 7 123cm Tumbuhan

Berdasarkan pengamatan panjang usus dan jenis pakan

yang ada pada lambung ikan tersebut dapat

disimpulkan bahwa ikan yang diamati adalah ikan

nilem.

b. Tabel Hasil Pengamatan Perlakuan jam ke 0 (Kelas

Perikanan B)

Kelompok

Berat

Ikan

(gr)

Berat Saluran

Cerna (gr)

Berat Isi

Saluran Cerna

(gr)

Jenis

Pakan

115 2 0.06

Tumbuhan

215 2 0.06

Tumbuhan

316 1 0.02

Tumbuhan

426 3 1.5

Tumbuhan

520 3 1.05

Tumbuhan

617 2 0.19

Tumbuhan

726 6 2

Tumbuhan

22

8 27.43 2.52 0.84

Fitoplan

kton

9 17.54 2.4 0.85

Fitoplan

kton10 44.25 5.57 1.98 Tumbuhan11 33.09 2.33 1.36 Plankton

12 34.58 3.69 1.97

Fitoplan

kton

13 28.63 1.95 0.92

Fitoplan

kton

14 17.43 1.88 1.43

Fitoplan

kton15 20.47 1.99 0.34 Plankton16 22.7 2.88 0.69 Tumbuhan17 18.69 1.87 0.43 Tumbuhan18 23.44 3.74 1.18 Tumbuhan19 32.35 2.24 1.37 Tumbuhan20 19.3 1.75 0.99 Tumbuhan21 29.8 3.48 1.14 Plankton

22 20.33 3.49 1.39

Fitoplan

kton23 18.3 1.55 1.25 Tumbuhan

23

c. Tabel Hasil Pengamatan Perlakuan Jam ke 2 (Perikanan

A)

NO BERAT IKANBERAT SALURAN

CERNA

BERAT ISI

SALURAN CERNAJENIS PAKAN

1. 17 gr 2,04 gr 0,09 grTumbuhan &

pakan

2. 23 gr 2,03 gr 0,27 grFitoplankto

n & Pelet

3. 14gr 2,04 gr 0,16 grFitoplankto

n

4. 17 gr 0,68 gr 0,29 grHewan &

Tumbuhan

5. 15 gr 1,74 gr 0,13 grFitoplankto

n

6. 11gr 0,96 gr 0,01 grFitoplankto

n7. 9 gr 0,33 gr 0,01 gr Tumbuhan8. 15 gr 2,2 gr 1,84 gr Tumbuhan9. 19 gr 1,2 gr 0,77 gr Tumbuhan10. 16,95 gr 1 gr 0,44 gr Tumbuhan11. 14,7 gr 1,27 gr 0,25 gr Tumbuhan12. 24,05 gr 3,91 gr 1,09 gr Tumbuhan13. 15,70 gr 2,47 gr 0,78 gr Tumbuhan

14. 20,71 gr 3,36 gr 0,47 grTumbuhan &

Hewan15. 14,59 gr 1,68 gr 0,54 gr Tumbuhan

24

16. 18,32 gr 1,32 gr 0,12 gr Tumbuhan17. 22,64 gr 2,35 gr 0,42 gr Tumbuhan18. 11,63 gr 2,14 gr 0,50 gr Tumbuhan19. 18,05 gr 1,37 gr 0,27 gr Tumbuhan20. 14,70 gr 2,52 gr 0.28 gr Tumbuhan21. 14,04 gr 2,5 gr 0,3 gr Tumbuhan22. 15,80 gr 2,33 gr 0,41 gr Tumbuhan23. 19,71 gr 2,34 gr 1,83 gr Tumbuhan24. 11,7 gr 0,5 gr 0,1 gr Tumbuhan25. 16,19 gr 1,75 gr 0,25 gr Tumbuhan26. 14,43 gr 1,36 gr 0,26 gr Tumbuhan27. 12,43gr 0,6 gr 0,12 gr Tumbuhan

d. Tabel Hasil Pengamatan perlakuan jam ke 5 (Kelautan)

Kelompo

k

Berat

Ikan

Berat

Saluran

Cerna

Berat Isi

Saluran Cerna Jenis Pakan

1 19 1 0.24

Tumbuhan, pelet,

plankton

2 15 1 0.5

Tumbuhan, pelet,

plankton

3 21 2 0.56

tumbuhan, pelet,

plankton4 14 0,97 0,18 Tumbuhan, pelet,

25

plankton

5 7 0.3 0.06

Pelet dan pakan

alami

6 139 19 0.919

hewan dan

tumbuhan

7 17 1 0.14

fitoplankton,

Tumbuhan

8 11 1 0.26

Tumbuhan,

fitoplankton9 3.3 0.269 0.101 Tumbuhan10 19 1.12 0.13 Pelet11 9 0.23 0.031 Plankton12 19 0.9 0.29 Plankton13 2.4 0.2 0.06 Tumbuhan

14 2.8 0.3 0.16

Zooplankton,

fitoplankton15 1.4 0.72 0.12 Plankton16 2.8 0.25 0.97 Tumbuhan17 22.64 2.35 0.42 Tumbuhan18 17.55 0.65 0.45 Pelet19 8.76 0.44 0.08 Plankton

20 3.87 0.83 0.23

Fitoplankton,

pelet21 17.71 1.22 0.81 Fitoplankton,

26

pelet

e. Tabel Berat Isi Cerna Pada Setiap Periode

t 0 2 5

1

0.06

gr0,09g

r0.24

gr

2

0.06

gr0,27g

r0.5 gr

3

0.02

gr0.16

gr0.56

gr

4

1.5

gr0,29g

r0,18

gr

5

1.05

gr0,13

gr0.06

gr

6

0.19

gr0,01

gr0.919

gr

72 gr

0,01g

r0.14

gr8 0.84 1,84g 0.26

27

gr r gr

9

0.85

gr

0,77g

r0.101

gr

10

1.98

gr

0,44g

r0.13

gr

11

1.36

gr

0,25g

r0.031

gr

12

1.97

gr

1,09g

r0.29

gr

13

0.92

gr

0,78g

r0.06

gr

14

1.43

gr

0,47g

r0.16

gr

15

0.34

gr

0,54g

r0.12

gr

16

0.69

gr

0,12g

r0.97

gr

17

0.43

gr

0,42g

r0.42

gr

18

1.18

gr

0,50g

r0.45

gr 19 1.37 0,27g 0.08

28

gr r gr

20

0.99

gr

0.28g

r0.23

gr

21

1.14

gr0,3gr 0.81

gr

22

1.39

gr

0,41g

r0.27

gr

23

1.25

gr

1,83g

r0.16

gr

24

1.50

gr0,1gr 0.09

gr

25

1.39

gr

0,25g

r0.18

gr

26

1.28

gr

0,26g

r0.24

gr

27

1.21

gr

0,12g

r0.05

gr

f. Data hasil perhitungan laju pengosongan lambung

kelompok 19 dengan metode regresi linier

X = t AtY = ln

At XY XX

29

0 1.37 0.314811 0 0

2 0.27 -1.30933

-

2.6186

7 4

5 0.08 -2.52573

-

12.628

6 25

∑ 7 -3.52025

-

15.247

3 29Rata -

Rata

2.3333

33 -1.17342At = Ao.ekp (-kt)——- Ln At = Ln Ao-kt

b = ∑XY−1

n∑X∑Y

∑XX−1n∑X∑x

= −15.2473−1

3. (7).(−3.52025)

29−13

(7 ).(7) =

−7.0333912.66667 = - 0.55527

k = -b

k = - (- 0.55527) = 0.55527

a = Y + bX

a = -1.17342+ (-0.55527) . (2.3333)

a = -2.46904

Ao = exp (a) = 0.084666

30

t = ln3k = 1.09860.55527 = 1.978519

kt= (0.55527) . (1.978519)

kt = 1.099

D= Ao (1-exp(-kt) x 24/t

D = 0.6829

Perlak

uan

Ao %

bobo

t

k %

bb/ja

m

t =

ln3/k

jam

k.t Exp(-

kt)

24/t D %

bb/hari

0.08

47

0.555

27

1.978

5

1.09

9

0.3333

3

12.130

28

2.90

4.2 Pembahasan

Ikan diberi makan secara ad libitum. Seiring dengan

waktu, perlahan-lahan lambung akan kosong karena proses

pencernaan dimana makanan diangkut ke usus untuk diserap

tubuh.

Berdasar pengamatan yang telah dilakukan, terlihat

semakin lama periode, bobot isi saluran cerna semakin

kecil. Hal itu membuktikan bahwa laju pengosongan lambung

sedang terjadi. Semakin kecil bobot isi saluran cerna

mengartikan bahwa lambung ikan tersebut semakin kosong.

Namun ada beberapa kelompok yang semakin lama periode

31

bobot isi saluran cernanya bertambah. Hal itu bisa jadi

dikarenakan human error, seperti seharusnya ikan yang

telah diberi makan secara ad libitum tidak diberi makan

lagi justru diberi makan, sehingga bobot isi saluran

cernanya bertambah.

Hasil yang didapat setiap kelompok berbeda. Hal itu

karena bentuk dan ukuran lambung yang berbeda-beda,

sehingga derajat kepenuhan lambung akan berbeda.

Perbedaan daya cerna seperti enzim pun mempengaruhi waktu

laju pengosongan lambung. Lama waktu laju pengosongan

lambung dipengaruhi oleh jenis pakan dan faktor

lingkungan.

Laju pengosongan lambung dipengaruhi oleh aktivitas

daya pompa pylorus yang diatur oleh sinyal lambung pada

ikan yang kemudian mengeluarkan hormone gastrin dari

antrum lambung. Volume makanan yang bertambah dapat

meningkatkan pengosongan dari lambung.

32

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat

disimpulkan bahwa laju pengosongan lambung setiap ikan

berbeda, karena memiliki perbedaan ukuran dan jenis

lambung. Semakin lama periode maka lambung akan semakin

kosong. Lama waktunya pengosongan lambung ini dipengaruhi

oleh jenis pakan, faktor lingkungan, dan daya cerna ikan

tersebut.

33

Faktor yang mempengaruhi Laju pengosongan lambung

adalah pompa pylorus dan gelombang peristaltik, volume

makanan, hormone gastrin, refleks enterogastrik, umpan

balik dari hormonal, Kontraksi Pyloric Sphincter,

Kontraksi Pyloric Sphincter.

5.2 Saran

1. Agar tidak terjadi kesalahan data sebaiknya pastikan

sampel ikan yang akan diamati setelah diberi makan

secara ad libitum, tidak diberi makan kembali,

sehingga proses pengosongan lambungnya optimal.

DAFTAR PUSTAKA

http://princerioz.wordpress.com/2009/10/31/pengosongan-

lambung/ diakses pada tanggal 27 oktober 2013 pukul

14:54

34

http://www.slideshare.net/naruto_hebat/laju-digesti

diakses pada tanggal 28 oktober 2013 pukul 20:09

LAMPIRAN

35

Lampiran 1 proses mematikan ikan dengan cara menusuk

otak

Lampiran 2 proses pembedahan ikan

36

Lampiran 3 ikan yang telah dibedah

Lampiran 4 Isi cerna yang dikeluarkan

Lampiran 5 Isi cerna yang diamati dibawah mikroskop