LAPORAN KIMIA EVAL 3 PART 2 OKE JON

52
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN DAN EVALUASI TEKSTIL 3 “Pengujian Cara Kimia” Disusun oleh : Nama : Fajar Ramadhan NRP : 10.T40059 Dosen : Totong,AT. Asisten : Ryan Rudi S.ST Maman SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL

Transcript of LAPORAN KIMIA EVAL 3 PART 2 OKE JON

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGUJIAN DAN EVALUASI TEKSTIL 3“Pengujian Cara Kimia”

Disusun oleh :

Nama : Fajar Ramadhan

NRP : 10.T40059

Dosen : Totong,AT.

Asisten : Ryan Rudi S.ST

Maman

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL

BANDUNG

2013

UJI TAHAN LUNTUR WARNA TERHADAP PENCUCIAN

I. Tujuan Praktikum

Praktikum ini dimaksudkan agar mahasiswa (praktikan) dapat

mengetahui dan memberikan penilaian pada contoh uji dengan

menggunakan Gray scale dan Staining Scale mengenai ketahanan

luntur warna terhadap pencucian dengan mesin yang mengandung chlor

dalam rumah tangga, hampir sama dengan satu kali pengujian selama

45 menit dengan suhu 40o C.

II.Teori Dasar

Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan tahan luntur warna

terhadap pencucian. Berkurangya warna dan pengaruh gosokan yang

dihasilkan oleh larutan dan gosokan lima kali pencucian tangan atau

pencucian dengan mesin, hampir sama dengan satu kali pencucian

dengan mesin selama 45 menit. Contoh uji dicuci dengan suatu alat

launder-o-meter atau alat yang sejenis dengan pengatur suhu secara

termostatik dan kecepatan putaran 42 putaran per menit.

Alat ini dilengkapi dengan piala baja dan kelereng-kelereng

baja tahan karat. Proses pencucian dilakukan sedemikian rupa

sehingga kondisinya sama dengan keadaan pencucian yang diinginkan.

Kondisi pencucian berbeda-beda bergantung pada suhu yang

dikehendaki.

Tabel Kondisi Pengujian Ketahanan Luntur Pada PencucianJenis

Uji

Suhu

ºC

Vol

larutan(ml

JML sabun

(%)

Jumlah

Klor %

Jumlah

kelereng

Waktu cuci

(Menit)

)

I 40 200 0,5 - 10 45

II 49 150 0,2 - 50 45

III 71 50 0,2 - 100 45

IV 71 50 0,2 0,015 100 45

Penilaian tahan luntur dilaksanakan terhadap perubahan warna

pada kain contoh uji, dibandingkan dengan standar perubahan warna

pada “Gray Scale”, dan terhadap penodaan kain multi uji serat atau

kain kapas putih yang ikut dicuci bersama contoh uji, dengan

membandingkan terhadap standar penodaan warna pada “Staining

Scale”.

Gray Scale

Pada Gray Scale, penilaian tahan luntur warna dan perubahan

yang sesuai dilakukan dengan membandingkan perbedaan contoh yang

telah diuji dengan contoh asli terhadap perbedaan yang sesuai dari

deretan standar perubahan yang digambarkan oleh Gray Scale.

Dalam penggunaan Gray Scale sifat perubahan warna baik dalam

corak, kecerahan, ketuaan atau kombinasinya tidak dinilai. Dasar

evaluasinya adalah keseluruhan perbedaan atau kekontrasan antara

contoh uji asli dengan contoh yang telah diuji

Tabel Evaluasi Perubahan Warna

(Evaluasi dilakukan dengan membandingkan contoh uji terhadap gray

scale)

Nilai ArtiNilai Tidak ada perubahan warna seperti yang

5 ditunjukkan tingkat ke-5 dalam gray scale.Nilai

4

Perubahan warna sesuai dengan tingkat ke –4

dalam gray scaleNilai

3

Perubahan warna sesuai dengan tingkat ke –3

dalam gray scaleNilai

2

Perubahan warna sesuai dengan tingkat ke –2

dalam gray scaleNilai

1

Perubahan warna sesuai dengan tingkat ke –1

dalam gray scale

Staining Scale

Pada Staining Scale penilaian penodaan pada kain putih di

dalam pengujian tahan luntur warna, dilakukan dengan membandingkan

perbedaan warna dari kain putih yang ternodai dan yang tidak

ternodai terhadap perbedaan yang digambarkan oleh Staining Scale.

Tabel Evaluasi Penodaan Warna

(Evaluasi dilakukan dengan membandingkan penodaan warna pada kain

putih terhadap Staining Scale)

Nilai ArtiNilai

5

Tidak ada penodaan warna seperti yang ditunjukkan

tingkat ke-5 dalam Staining scale.Nilai

4

Penodaan warna setara dengan tingkat ke –4 dalam

staining scaleNilai Penodaan warna setara dengan tingkat ke –3 dalam

3 staining scaleNilai

2

Penodaan warna setara dengan tingkat ke –2 dalam

staining scaleNilai

1

Penodaan warna setara dengan tingkat ke –1 dalam

staining scale

Nilai tahan luntur contoh uji, adalah angka Gray Scale dan

angka Staining Scale yang sesuai dengan kekontrasan antara contoh

uji asli dengan contoh yang telah diuji.

Tabel hasil evaluasi tahan luntur warna terhadap angka-angka

Gray Scale dan Staining Scale adalah sebagai berikut :

Tabel Evaluasi Tahan Luntur Warna

Nilai Tahan

Luntur Warna

Evaluasi Tahan

Luntur Warna5

4 – 5

4

3 – 4

3

2 – 3

2

1 – 2

1

Baik sekali

Baik

Baik

Cukup baik

Cukup

Kurang

Kurang

Jelek

Jelek

Prinsip pengujiannya adalah dimana contoh uji dicuci pada

kondisi, suhu, alkalinitas yang sesuai dan gosokan-gosokan

sedemikian, sehingga berkurangnya warna yang dikehendaki didapat

dalam waktu yang singkat. Gosokan diperoleh dengan lemparan,

geseran dan tekanan, bersama-sama dengan digunakannya perbandingan

larutan yang rendah dan sejumlah kelereng baja yang sesuai arah

lusi dan contoh uji pakan lebarnya sejajar arah pakan.

III. Alat dan Bahan

Praktikum menguji kekuatan tahan luntur warna terhadap

pencucian ini memerlukan peralatan dan bahan-bahan yang

diantaranya adalah:

1. Launderometer/Lini test (dengan kecepatan 42 putaran per menit)

2. Gray scale dan Staining scale,

3. Meja yang dilengkapi lampu

4. Larutan sabun netral 5 g/l, asam asetat 0,014 %

5. Kain berukuran 5 x 10 cm diletakan diantara dua kain putih

(poliseter dan kapas) dengan ukuran yang sama kemudian dijahit.

6. Penilaian : Gray scale for assessing staining

(including half-steps).

ISO 105 AO3.

BS 1006 AO3 1978 SDC Standard Methods.

Gray scale for Assesing Chance in colour ISO 106

AO2

BS 1006 AO2 1978 SDC Standard Methods

IV.Langkah Kerja

4.1 Persiapan contoh uji

Kain putih kapas 1 buah dijahit menjadi satu dengan contoh

uji berukuran (4 x 10) cm, juga dijahit bersama dengan kain

putih dari bahan polyester dengan ukuran yang sama.

Dibuat sebanyak 2 pasang contoh uji.

4.2 Cara pengujian

1. Memotong contoh uji sesuai ukuran kemudian diberi lapisan

kain putih pada kedua permukaannya kemudian dijahit salah

satu ujungnya pada mesin jahit.

2. Memasukan 200 ml larutan yang mengandung 0,5 % volume sabun

yang sesuai dan 10 kelereng baja bahan karat ke dalam

bejana, kemudian menutup rapat bejana dan memanaskan bejana

sampai 400C.

3. Meletakan bejana tersebut pada tempatnya dimana pemanasan

bejana diatur sedemikian rupa sehingga setiap sisi terdiri

dari sejumlah bejana yang sama.

4. Menjalankan mesin untuk pemanasan pendahuluan.

5. Memberhentikan mesin kemudian membuka tutup bejana

6. Memasukan contoh uji ke dalam bejana lalu menutupnya

kembali

7. Menjalankan mesin Linitest selama 40 menit.

8. Menghentikan mesin dan mengeluarkan contoh uji kemudian

membilas contoh uji dan mengasamkannya dengan larutan asam

asetat 0,014 %.

9. Memeras dan mengeringkan contoh uji

V. Data Percobaan

Hasil pengujian :

Tabel Hasil Pengujian Pada Contoh Uji Dengan Menggunakan Gray

scale dan StainingScale

Pengujian Ke -

Nilai Gray

ScaleNilai Staining Scale

Kain uji Poliester Cotton1 4 3/4 4/5

2 3/4 3 4/5

VI.Diskusi

Dalam melakukan praktikum pengujian luntur warna terhadap

pencucian ini praktikan megalami kesulitan dalam memotong

contoh uji karena contoh uji memiliki warna yang berbeda –

beda, contoh uji harus mewakili semua warna yang terdapat pada

kain. Pada saat melakukan penilaian disini praktikan mengalami

kesulitan karena harus membandingkan secara visual kekontrasan

antara contoh uji asli dengan contoh uji yang telah diuji

terhadap perbedaan yang digambarkan oleh gray scale selain itu

kesulitan yang praktikan temui kebanyakan dalam hal melakukan

penilaian dalam membandingkan secara visual kekontrasan antara

kain pelapis (polyester dan cotton) yang asli dengan kain

yang telah diuji dengan standar perubahan warna yang

digambarkan oleh staining scale.

VII. Kesimpulan

Dari hasil praktikum pengujian ketahanan luntur warna

terhadap pencucian, didapat hasil pengujian untuk perubahan

warna maupun penodaan warna sebagai berikut:

1 Nilai perubahan warna (gray scale) pengujian ke 1 dan 2

sebesar 4 dan 3/4

2 Nilai penodaan warna (staining scale) pada pengujian ke - 1

polyester sebesar 3/4 dan cotton sebesar 4/5

3 Nilai penodaan warana (staining scale) pada pengujian ke

- 2 polyester sebesar 3 dan cotton sebesar ¾

Nilai tersebut dapat dikatakan cukup baik, dalam arti kain yang

diuji memiliki ketahanan luntur yang cukup baik.

VIII. Kain Contoh Uji

UJI KETAHANAN LUNTUR WARNA TERHADAP GOSOKAN

I. Tujuan Praktikum

Praktikum ini dilaksanakan dengan tujuan agar mahasiswa dapat

mengetahui dan bisa mempraktekan cara menguji ketahanan kain

terhadap gosokan, dimaksudkan untuk menguji penodaan dari bahan

berwarna pada kain lain, yang disebabkan karena gosokan (basah dan

kering) dan pemakaian untuk bahan tekstil berwarna dari segala

macam serat untuk dapat dijadikan acuan pada proses pengendalian

mutu produksi dan perdagangan.

II.Teori Dasar

Pengujian ini meliputi cara uji penodaan dari bahan berwarna

pada kain lain yang disebabkan karena gosokan. Cara ini dapat

dipakai untuk bahan tekstil berwarna dari segala macam serat baik

alam bentuk benang maupun kain. Pengujian dilakukan dua kali

yaitu gosokan dengan kain kering dan gosokan dengan kain basah.

Prinsip pengujian tersebut adalah sebagai berikut yaitu contoh

uji dipasang pada Crockmeter, kemudian padanya digosokan kain

putih kering dengan kondisi tertentu. Penggosokan ini diulangi

dengan kain putih basah. Penodaan pada kain putih dinilai dengan

mempergunakan staining scale.

III. Alat dan Bahan

Praktikum menguji ketahanan luntur kain terhadap gosokan ini

memerlukan peralatan dan bahan-bahan yang diantaranya adalah:

1. Crockmeter, berjari-jari 1,5 cm yang bergerak satu kali maju

mundur sejauh 10 cm setiap kali putaran dengan gaya tekanan pada

kain seberat 500 g.

2. Kertas saring

3. Air suling

4. Kain contoh uji dengan ukuran 5 x 20 cm (4 buah) diukur dari

arah diagonal kain

5. Staining Scale

6. Kain kapas ukuran 5 x 5 cm (basah dan kering)

7. Penilaian : staining scale scale for Assessing staining

(including half-steps).

ISO 105 AO3

BS 1006 AO3 1978 SDC Standard Methods.

IV.Langkah Kerja

4.3 Persiapan contoh uji

Contoh uji dipotong dengan ukuran 5 x 20 cm sebanyak

masing-masing dua buah untuk pengujian basah dan kering.

Kain kapas direndam dalam air suling sebanyak dua buah

untuk pengujian ketahanan luntur terhadap gosokan basah.

4.4 Cara pengujian

Cara Uji Gosokan Kering

1. Meletakan contoh uji diatas alat penguji dengan sisi

panjang, searah dengan arah gosokan.

2. Membungkus jari Crockmeter dengan kain putih kering

dengan anyamannya miring terhadap arah gosokan.

3. Kemudian memulai proses penggosokan sebanyak 10 kali

maju mundur (20 kali gosokan) dengan memutar alat

pemutar 10 kali dengan kecepatan satu putaran per

detik.

4. Mengambil kain putih dan mengevaluasi kain dengan

staining scale.

Cara Uji Gosokan Basah

1. Membasahi kain putih dengan air suling, kemudian

diperas diantara kertas saring, sehingga kadar air

dalam kain menjadi 65 ± 5 % terhadap berat kain pada

kondisi standar kelembaban relatif 65 ± 2 % dan suhu

21 ± 2 0C.

2. Kemudian mengerjakan langkah kerja seperti pada cara

gosok kering dari nomor 1 – 4 secepat mungkin untuk

menghindari terjadinya penguapan.

3. Mengeringkan kain putih di udara bebas sebelum

melakukan evaluasi.

4. Mengambil kain putih yang telah kering dan mengevaluasi

kain dengan staining scale

Cara evaluai hasil uji

Evaluasi dilakukan dengan membandingkan penodaan warna

pada kain putih terhadap staining scale. Dan membandingkan

penodaan warna, kain penguji diberi atas tiga lapis kain

putih yang sama.

V. Data Percobaan

Lebar contoh uji = (5 x 20) cm

Hasil pengujian :

Jenis Pengujian Contoh Uji Nilai pada Staining Scale

Kering1 3

2 4/5

Basah1 3

2 3/4

VI.Diskusi

Dalam pengujian tahan luntur warna terhadap gosokan

praktikan menggunakan alat penggosok yang manual (crockmeter)

yang digerakan menggunakan tangan kesulitan yang dialami

adalah terkadang gosokannya melenceng dari contoh uji sehingga

contoh uji harus dipegang menggunakan tangan. Selain itu

kesulitan yang dialami praktikan ialah pada saat membandingkan

perbedaan warna dari kain putih yang dinodai dengan kain yang

tidak dinodai terhadap perbedaan yang digambarkan oleh staining

scale. Dalam pengujian ini hasil uji gosokan basah lebih jelas

terlihat perbedaan warnanya dibandingkan dengan gosokan kering

dengan dilihat secara visual. Hal ini mungkin disebabkan

ikatan molekul warna yang mudah lepas

VII. Kesimpulan

Dari hasil praktikum pengujian ketahan luntur warna terhadap

gosokan, didapat hasil bahwa berdasarkan nilai perbandingan

dengan staining scale diperoleh bahwa untuk uji gosok pada

keadaan kering memberikan nilai yang lebih besar. Hal ini

berarti bahwa ketahanan luntur contoh uji akan berkurang pada

kondisi basah dibandingkan dengan kondisi kering. Hal itu

disebabkan karena friksi antar kain jauh lebih besar dalam

keadaan kering dibandingkan dalam keadaan basah.

VIII. Kain Contoh Uji

UJI KETAHANAN LUNTUR WARNA TERHADAP KERINGAT

I. Tujuan Praktikum

Praktikum pengujian ketahanan luntur warna terhadap keringat

ini dilaksanakan dengan tujuan agar mahasiswa dapat mengetahui dan

bisa mempraktekan cara memberikan penilaian pada contoh uji dengan

menggunakan Gray scale dan Staining Scale mengenai ketahanan

luntur warna terhadap larutan keringat buatan baik yang bersifat

asam atau bersifat basa, sehingga mahasiswa dapat mengetahui mutu

kain sample untuk dapat dijadikan acuan pada proses pengendalian

mutu produksi dan perdagangan.

II. Teori Dasar

Pengujian ini meliputi pengujian ketahanan luntur warna dari

segala macam dan bentuk bahan tekstil berwarna terhadap keringat.

Prinsip pengujian dari uji tahan luntur warna terhadap keringat

adalah contoh uji dipotong dengan ukuran 4 x 10 cm dan dijahit

diantara sepasang kain putih dengan ukuran yang sama. Contoh-

contoh uji yang terpisah dari bahan tekstil berwarna dalam larutan

keringat buatan bersifat asam dan basa, kemudian diberikan tekanan

mekanik tertentu dan dikeringkan perlahan-lahan pada suhu yang

naik sedikit demi sedikit.

Pada saat pengujian, contoh uji dipasangkan dengan dua helai

kain putih dimana yang sehelai dari serta yang sejenis dengan

bahan yqng diuji, sedangkan yang sehelai lagi dari serat menurut

pasangan seperti dibawah ini :

Kain pertama Kain kedua Kapas

Wool

Sutera

Linen

Rayon viskosa

Poliamida

Poliester

Poliakrilat

Asetat

wool

kapas

kapas

wool

wool

wool/rayon viskosa

wool

wool

rayon viskosaCatatan : yang dimaksud dengan kain putih untuk kapas, wol, sutera, dan

linen adalah kain grey yang diputihkan.

III. Alat dan Bahan

Praktikum menguji ketahanan luntur warna terhadap keringat ini

memerlukan peralatan dan bahan-bahan yang diantaranya adalah:

1. Kain contoh uji yang berwarna dengan ukuran (6 x 6) cm

2. Perspiration tester

3. AATCC Perspiration Tester atau alat lain yang sejenis

4. Gelas piala 500 ml dan pengaduk kaca

5. Alat pengering listrik/oven

6. Alat pemeras jenis mangel yang diperlengkapi dengan pengatur

tekanan

7. Lempeng-lempeng kaca/plastik

8. Gray scale dan Staining Scale

9. Pereaksi : larutan keringat buatan yang beersifat asam dan basa

10. Penilaian : Gray scale for Assesing staining (including

half-steps).

ISO 105 AO3

BS 1006 AO3 1978 SDC Standard Methodes

Gray scale for Assesing Change in Colour ISO 105 AO2

BS 1006 AO2 1978 SDC Standard Methods

IV. Langkah Kerja

4.1 Persiapan contoh uji

Contoh uji dipotong dengan ukuran 4 x 10 cm sebanyak 4 buah

dan masing-masing dijahit dengan kain putih terbuat dari

bahan kapas dan polyester.

4.2 Cara pengujian

Cara pengujian

1. Menjahit dua buah contoh kain berwarna diantara kain

putih, kemudian direndam alam larutan keringat buatan

yang bersifat basa, sedangkan dua buah contoh lainnya

dalam larutan keringat bersifat asam selama 15-30 menit

untuk mendapatkan pembasahan yang sempurna.

2. Memeras dan meletakan contoh uji diantara dua lempeng

kaca, lalu dipasang pada prespiration tester dan diberi

tekanan 10 pound (60 g/cm2) dan diatur sehingga contoh

uji dalam kedudukan tegak pada waktu meletakannya dalam

pemanas.

3. Memasukan contoh uji yang telah siap kedalam pemanas

pada suhu 38 ± 1 C selama paling sedikit 6 jam.

4. Melakukan evaluasi perubahan warna terhadap contoh uji

yang sudah kering dengan gray scale dan evaluasi

penodaan warna dilakukan dengan cara membandingkannya

dengan staining scale.

Cara evaluasi hasil Uji

Tidak tahan lunturnya warna terhadap keringat dapat

disebabkan oleh migrasi warna (bleeding) atau perubahan

warna contoh uji. Perubahan warna dapat terjadi tanpa

bleeding, sebaliknya mungkin pula terjadi bleeding tanpa

perubahan warna atau dapat terjadi kedua-duanya.

Tabel Evaluasi Perubahan Warna

(Evaluasi dilakukan dengan membandingkan contoh uji terhadap

gray scale)

Nilai ArtiNilai

5

Tidak ada perubahan warna seperti yang ditunjukkan

tingkat ke-5 dalam gray scale.Nilai

4

Perubahan warna sesuai dengan tingkat ke –4 dalam

grary scaleNilai

3

Perubahan warna sesuai dengan tingkat ke –3 dalam

gray scaleNilai

2

Perubahan warna sesuai dengan tingkat ke –2 dalam

grary scaleNilai

1

Perubahan warna sesuai dengan tingkat ke –1 dalam

grary scale

Tabel Evaluasi Penodaan Warna

(Evaluasi dilakukan dengan membandingkan penodaan warna pada

kain putih terhadap Staining Scale)

Nilai ArtiNilai

5

Tidak ada penodaan warna seperti yang ditunjukkan

tingkat ke-5 dalam Staining scale.Nilai Penodaan warna setara dengan tingkat ke –4 dalam

4 staining scaleNilai

3

Penodaan warna setara dengan tingkat ke –3 dalam

staining scaleNilai

2

Penodaan warna setara dengan tingkat ke –2

dalamstaining scaleNilai

1

Penodaan warna setara dengan tingkat ke –1 dalam

staining scale

V. Data Percobaan

Hasil pengujian :

Tabel. Evaluasi terhadap Hasil Pengujian

Penguji

an Ke -

Uji Ketahanan terhadap

keringat Asam

Uji Ketahanan terhadap

Keringat Basa

C.UPolies

terKapas C.U

Polies

terKapas

1 4 3/4 4 4 4 32 4 4/5 3 4 4 2/3

VI. Diskusi

Hasil pelaksanaan praktikum menguji ketahanan luntur warna

terhadap keringat asam dan basa ini memiliki tingkat kesulitan

yang hampir sama dengan pengujian ketahanan luntur warna yang

lain, yaitu saat penilaian hasil uji, dikarenakan penilaian

terhadap hasil pengujian memerlukan ketelitian yang sangat

baik terutama ketelitian membandingkan warna selain itu pada

saat memeras kain contoh yang telah direndam larutan keringat

menggunakan pengaduk kaca mengalami kesulitan, saat memeras

hanya cukupp ditekan supaya larutan keringat terbuang. Pada

proses terakhir yaitu contoh uji dipanaskan didalam oven

dibutuhkan waktu sekiranya 4 jam sehingga evaluasi kain tidak

dilakukan saat itu juga.

VII. Kesimpulan

Dari hasil praktikum pengujian ketahanan luntur warna

terhadap keringat asam dan basa ini dapat dilihat bahwa

berdasarkan data yang disajikan pada tabel di atas, menunjukkan

bahwa warna pada kain tersebut cukup banyak menodai kain putih

dan perubahan warna kain pun cukup banyak dalam larutan

keringat yang bersifat asam maupun basa. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa kain contoh uji tersebut kurang cukup tahan

terhadap keringat yang bersifat asam maupun basa.

UJI STABILITAS DIMENSI KAIN TENUN

I. Tujuan Praktikum

Praktikum pengujian stabilitas dimensi kain tenun ini

dilaksanakan dengan tujuan agar mahasiswa dapat mengetahui dan

bisa mempraktekan cara menguji dan menilai berapa besar perubahan

yang terjadi pada kain tenun yang dicuci dengan sabun baik ke arah

lusi dan ke arah pakan setelah mengalami pencucian yang dapat

berupa mengkeret atau mulur.

II. Teori Dasar

Kain tenun apabila telah mengalami pemakaian dan pencucian

akan mengalami perubahan dimensi baik kearah lusi ataupun pakan.

Apabila perubahan ini terjadi maka, kondisi tersebut harus

dipulihkan kembali denagan cara :

a. Tension Presser

b. Knit Shrinkage Gauge

c. Hand iron

Pada pengujian ini kondisi pencuvciannya dengan menggunakan

sbun netral pada suhu 400 C selama 30 menit. Untuk pemulihannya

pada kain tenun dengan menggunakan Knit Shrinkage gauge, tetapi

pada percobaan ini tidak dilakukan. Hal-hal yang perlu diperhatikan

dalam pengujian stabilitas dimensi ialah :

a. Proses pencucian

b. Proses pengeringan

c. Proses pemulihan

Kain yang tidak mengalami perubahan dimensi setalah pemakaian

sehari-hari termasuk kain yang mutu kainnya baik. Penyebab utama

dari dari perubahan dimensi kain adalah mengkeret setelah

pencucian. Kadang-kadang orang membeli baju dengan ukuran sedikit

lebih longgar dengan harapan apabila dicuci akan mengkeret dan

ukurannya sesuai. Ada dua jenis medngkeret yaitu mengkeret karena

teganngan mekanis pada waktu proses pertenunan dan penyempurnaan.

Mmenyebabkan kain tertarik untuk sementara dan waktu pencucian akan

relaxation ke bentuk semmula. Dan jenis mengkeret lain, karena

adanya kemampuan serat untuk menggumpal (felting) dalam pencucian.

misalnya serat wol yang cenderung untuk mengkeret dan menggumpal

dalam keadaan basah.

Pakaian atau kain contoh uji dicuci dalam mesin pencuci

silinder bolak-balik, lalu dikeringkan dan apabila perlu diberikan

gaya pemulihan. Suhu dan waktu pengadukan didalam alat yang

divariasi untuk mendapatkan berbagai kondisi pencucian yang

berbeda-beda. Cara pengeringan dan cara pemberian gaya pemulihan

divariasi untuk menyesuaikan dengan pengerjaan akhir pencucian

dalam rumah tangga atau pencucian komersial. Jarak tanda pada

contoh uji pada contoh uji menurut arah lusi dan pakan (jeratan dan

jajaran untuk kain rajut) sebelum dan sesudah pencucian diukur.

III. Alat dan Bahan

Praktikum menguji kekuatan sobek kain dengan cara trapesium

ini memerlukan peralatan dan bahan-bahan yang diantaranya adalah:

Bahan : Kain tenun dengan ukuran (10x10) inchi setiap sisinya di

obras,

Larutan sabun netral 3 g/liter.

Alat–alat :

1. Mesin cuci silinder dan pengering

2. Plat cetakan ukuran untuk kain tenun

3. Mistar

4. Setrika

5. Gunting

6. Spidol tahan air

IV. Langkah Kerja

4.1 Persiapan contoh uji

Contoh uji diletakkan tanpa tegangan pada permukaan yang

datar dan halus, usahakan bebas dari kekusutan ataupun

kerutan.

Contoh uji ditandai pada kedua arah panjang dan lebar. Ukur

10 x 10 inchi. Jarak yang ditandai sejajar dengan benang

yang bersangkutan.

Gunting kain, setiap ujung kain diobras terlebih dahulu

kecuali bagian pinggir kain.

4.2 Cara pengujian

1. Menyiapkan contoh uji kain tenun.

2. Meletakan plat/mal pengukur diatas bahan sedemikian rupa

sehingga sisi lubang plat pengukur yang berukuran 25,4 x

25,4 sejajar dengan lusi dan pakan, sehingga jumlah kain

yang sama terjulur dari bawah plat pengukur semua sisi.

3. Menggambar titik hasil pengukuran pada kain contoh uji

dengan spidol.

4. Menggambar sebuah titik ditengah-tengah setiap sisi dari

bujur sangkar.

5. Mengukur panjang awal contoh uji ke arah lusi dan ke arah

pakan

6. Memasukan bahan kedalam mesin cuci dan mengerjakannya pada

suhu 40˚C selama 15 menit.

7. Mengangkat kain lalu memerasnya selama 5 menit kemudian

membilasnya selama 5 menit pada suhu 40˚C, memerasnya

kembali selama 5 menit

8. Membilas kain uji kembali selama 10 menit pada suhu 40˚C

kemudian di peras selama 5 menit dan mengeringkannya.

9. Menyeterika kain contoh yang di uji

10. Mengukur panjang akhir contoh uji ke arah lusi dan ke arah

pakan dan kemudian melakukan perhitungan.

V. Data Percobaan

Tabel Perubahan Dimensi pada Kain Tenun

Data

Kain TenunLusi Pakan

Awal (cm) Akhir (cm) Awal (cm) Akhir (cm)1 25,2 25,2 25,2 25,2

2 25,2 25,2 25,2 25,3

3 25,2 25,3 25,2 25,3

x : 25,2 x :25,23 x :25,2 x :25,26

Perubahan dimensi (tenun) =

Panjang akhir− panjang awalPanjang awal

× 100 %

Perubahan dimensi arah lusi = 25,23− 25,225,2

× 100 %= 0,11%

Perubahan dimensi arah pakan = 25,26− 25,225,2

× 100 % = 0,23 %

VI.Diskusi

Dari hasil pelaksanaan praktikum menguji perubahan dimensi

kain tenun pada proses pencucian dan pengeringan diketahui bahwa

dimensi kain berubah stelah mengalami pencucian dan pengeringan.

Hal tersebut dikarenakan adanya gerakan penarikan dan perendaman

serta masuknya zat-zat pencuci pada detergen, dan lain

sebagainya. Dalam pengujian ini praktikan mengalami kesulitan

megalami pengukuran kain contoh uji baik ke arah pakan maupun ke

arah lusi karena spidol yang digunakan terlalu tebal garisnya

sehingga dibutuhkan ketelitian dalam mengukur arah lusi dan

pakan.

VII. Kesimpulan

Dari hasil praktikum pengujian ini, didapat hasil sebagai

berikut :

Perubahan dimensi arah lusi = 0,11%

Perubahan dimensi arah pakan = 0,23%

Pada contoh uji kain tenun terjadi sedikit perubahan

dimensi (mengkeret atau mulur) setelah pengujian baik pada

arah lusi maupun arah pakan, ini berarti bahwa contoh uji

mempunyai kestabilan dimensi yang cukup. Hal ini disebabkan

karena faktor konstruksi kainnya maupun dari bahan yang

digunakan (benang) atau ada sifat khusus yang diinginkan oleh

produsen tergantung dari kebutuhan dan penggunaan kain

tersebut.

UJI KETAHANAN TERHADAP NYALA API

I. Tujuan Praktikum

Praktikum pengujian ketahanan bahan tekstil terhadap nyala api

ini dilakukan dengan tujuan agar mahasiswa dapat mengetahui dan

bisa mempraktekan cara menguji ketahanan konstruksi kain terhadap

nyala api dan mengetahui sifat fisik kain tersebut terhadap nyala

api .

II. Teori Dasar

Di dalam berbagai proses industri, dimana kemungkinan

terjadinya bahaya kebakaran besar sekali, sangat mutlak diperlukan

adanya kain yang tahan terhadap nyala api . begitu pula dalm

kehidupan sehari-hari banyak kecelakaan terjadi karena kebakaran

didalam rumah yang berasal dari hubungan pendek listrik, kompor,

rokok dan lainnya. Untuk mencegah kebakaran perlu digunakan kain

yang tahan terhadap nyala api untuk pakaian tidur, kain kasur,

permadani, pakaian pemadam kebakaran, tekstil yang berkaitan

dengan penerbangan, atau bahkan pakaian bayi.

Pengaruh kontruksi kain terhadap nyala api adalah sebagai

berikut :

a. Komposisi serat pada kain

Sifat anti nyala api sangat dipengaruhhi oleh jenis serat pada

kain. Serat-serat selulosa seperti kapas, flaks, dan rayon

mempunyai sifat tahan nyala api yang rendah, sedangkan wol

biasanya sulit terbakar. Bahan nilon dan poliester adalah serat

termoplastik yang akan mengkeret terhadap nyala api dan

cenderung untuk tidak terbakar, meskipun karena proses

penganjian atau pencelupan dengan zat warna tertentu dapat

menyebabkan kain nilon dan poliester mudah terbakar.

b. Jenis benang

Kontruksi benag tidak berpengaruh terhadap sifat anti nyala.

c. Struktur kain

Sifat anti nyala api pada kain tidak tergantung pada konstruksi,

misal kain tenun, kain rajut, kain renda, kain felt dan

sebagainya.

d. Berat kain

Berat kain berpengaruh langsung terhadap sifat anti nyala api.

Untuk jenis serta apapun, makin berat maka sifat tahan nyala api

juga makin baik.

Terdapat beberapa cara pengujian tahan nyala api, diantaranya

1. Uji tahan api cara uji miring 45o

2. Pengujian tahan nyala api dengan uji jalur vertikal

Pada pengujian kali ini digunakan pengujian cara jalur vertikal.

Pengujian dengan cara uji jalur vertikal dimaksudkan untuk

kain asli yang tahan nyala api atau untuk kain yang diberi

penyempurnaan tahan nyala api. Dalam pengujian ini dibedakan

antara kain yang dapat terbakar tetapi tahan terhadap nyala api

atau tidak merusak nyala api, dengan kain termoplastik yang tidak

terbakar bila didekatkan pada nyala api, tetapi meleleh dan

mengkerut menjauhi nyala api.

Pengujian dengan uji jalur vertikal dilakukan dengan jalan

membakar kain yang dipasang pada kedudukan vertikal dan pada ujung

kain bagian bawah dibakar dengan nyala api bunsen, dengan ukuran

kain bervariasi sesuai dengan standar yang dipakai dan tujuan

penggunaan kain yang tahan nyala api.

Pengujian ini ditujukan untuk menentukan apakah suatu kain

bersifat anti nyala api, dapat dipakai untuk menguji semua jenis

kain yang berbentuk lembaran atau dipotong-potong menjadi bentuk

lembaran-lembaran kain.

Prinsip dari pengujain ini yaitu membakar kain contoh uji yang

telah dikondisikan yang disiapkan pada suatu pemegang contoh dan

diletakkan vertikal dalam suatu alat uji. Contoh uji kemudian

dibakar pada kondisi tertentu, waktu nyala api, waktu bara, serta

panjang arang diukur dan dicatat.

III. Alat dan Bahan

Praktikum menguji ketahanan terhadap nyala api ini memerlukan

peralatan dan bahan-bahan yang diantaranya adalah:

Bahan : Bahan contoh uji dengan ukuran (7x32)cm pada arah lusi

dan pakan

Alat-alat :

1. Flammability tester

2. Stop Watch

3. Pemegang dan penjepit contoh uji

4. Pembakar bunsen

IV. Langkah Kerja

4.1 Persiapan contoh uji

Contoh uji dipotong dengan ukuran 7 x 32 cm sebanyak dua

buah dengan arah lusi dan pakan.

4.2 Cara pengujian

1. Menyiapkan contoh uji masing-masing 1 buah untuk arah lusi

dan pakan dengan ukuran (7 x 32) cm, dan memberi tanda pada

permukaan yang berlawanan dengan permukaan yang akan diuji.

2. Mengondisikan contoh uji dalam eksikator selama 15 menit

sampai mencapai keseimbangan kelembaban setelah sebelumnya

dioven 1000C terlebih dahulu + 1 jam.

3. Memasang contoh uji vertikal pada pemegang contoh, lalu

meletakkan pemegang contoh pada alat uji sehingga ujung

bawah contoh uji akan berada tepat di tengah nyala api

4. Meletakkan pembakar bunsen di dalam alat uji dan membuka

katup aliran gas dan menyalakan api.

5. Membakar contoh uji selama 12 detik lalu api dipadamkan,

kemudian menutup pintu alat uji dan menghitung waktu nyala

api.

6. Setelah nyala api pada kain padam, lalu membiarkan contoh

uji membara sampai padam sendiri. Kemudian mengukur waktu

bara contoh uji

7. Mengukur panjang arang dari ujung yang terbakar sampai

ujung sobek.

V. Data Percobaan

Waktu pembakaran = 12 detik

Tabel Hasil Pengamatan pada Uji Pembakaran

Contoh ujiWaktu nyala Waktu bara Panjang

api api arang

Arah lusi 38 detik 40 detikKain uji

terbakar

seluruhnya

Arah pakan 36 detik 39 detikKain uji

terbakar

seluruhnya

VI.Diskusi

Dalam melaksanakan praktikum pengujian tahan nyala api yang telah

dilakukan praktikan megalami kesulitan dalam menghitung menggunakan

stopwatch karena dibutuhkan ketelitian dalam menghitung nyala api

sampai habis dan bara api sampai habis.Dari hasil pelaksanaan

praktikum pengujian tahan nyala api yang telah dilakukan ternyata

kain yang diujikan tidak tahan nyala api, karena setelah 12 detik

dibakar kemudian api dijauhkan, ternyata kain bersifat meneruskan

pembakaran sampai sepanjang kain habis terbakar. Selain itu, setelah

nyala api pada tidak ada bara yang tetap menyala dan bau yang

dihasilkan seperti plastic dan juga apabila bara diraba remuk seperti

kapas dibakar hal tersebut menggidentifikasikan bahwa kain yang diuji

campuran polyester dan cotton.

VII. Kesimpulan

Dari hasil praktikum pengujian ketahanan nyala api, didapat hasil

bahwa waktu nayala api pada arah lusi lebih alma dibanding arah

pakan.

Bahan pada arah lusi ternyata memiliki waktu nyala lebih lama

dibanding arah pakan. Hal ini menunjukan bahwa bahan pada arah lusi

lebih tahan api dibanding arah pakan.

UJI DAYA SERAP KAIN CARA TETES

I. Tujuan Praktikum

Praktikum pengujian daya serat kain menggunakan cara tetes ini

dilaksanakan dengan tujuan agar mahasiswa dapat bisa mempraktekan

dan mengetahui kecepatan waktu penyerapan air pada contoh uji kain

rajut dengan uji tetes.

II. Teori Dasar

Untuk mengetahui kecepatan basah (wetting time) maka dikenal

dua macam cara, yaitu :

Uji tetes, dilakukan pada permukaan kain yang rata dan halus

Cara keranjang, Dilakukan untuk kain yang tidak rata,

misalnya kain handuk

Pada prinsipnya kedua pengujian ini adalah sama yaitu untuk

mengetahui kecepatan basah dari contoh uji tetapi perbedaannya

terletak pada kasar atau tidaknya permukan contoh uji. Prinsip uji

tetes adalah menghitung waktu dari air yang diteteskan pada

permukaan kain yang dipasang tegang sampai air tersebut hilang

terserap. Yang dimaksud dengan waktu basah adalah waktu dari saat

air diteteskan sampai air hilang terserap.

Daya serap adalah salah satu faktor yang menentukan kegunaan

dan bnetuk tujuan tertentu, misalnya kain pembalut, kain handuk

dan lai-lain. beberapa kain harus mempunyai kemampuan untuk

menyerap air atau cairan secara cepat atau mudah terbasahi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembasahan kain :

1. Bila setetes air dijatuhkan pada permukaan dari tiga jenis benda

padat yang rata, maka tetesan air tersebut mungkin berbentuk

bulat, pipih atau antara bulat dan pipih. Karena sifat air maka

perbedaan kondisi tekanan air pada ketiga permukaan benda padat

disebabkan oleh perbedaan sifat dari gabungan antara air dan

permukaan benda padat.

2. Permukaan benda padat dimana tetesan air akan membetuk bola

menunjukan sudut kontak, and akn cenderung untuk menggelinding

meninggalkan permukaan benda padat dalam keadaan kering.

Semakin kecil susdut kontak, semakin mudah tetesan air menyebar

keseluruhan perm ukaan benda padat dan membasahi benda padat

tersebut. Perbedaaan permukaan disebabkan oleh perbedaan energi

permukaan dan teganngan permukaan pada ntar muka dari dua fase,

yaitu padat-cair, cair-udara, dan padat-udara.

Percobaan oleh Cassie menunjukan bahwa bahan yang tahan air

akan memberikan sudut kontak tinggi. Sudut kontak yang tinggi

akan terjadi pada air diatas suatu permukaan yangn kering dan

susdut kontak tersebut akan mengacil apabila cairan makin

berkurang , permukaan menjadi basah.

III. Alat dan Bahan

Praktikum menguji kekuatan dan mulur kain ini memerlukan

peralatan dan bahan-bahan yang diantaranya adalah:

Alat : - Buret yang berisi air.

- Simpai bordir.

- Stop watch.

Bahan : Kain rajut

IV. Langkah Kerja

1. Memasang kain uji pada simpai bordir sehingga tegang

2. Simpai tersebut diletakan dengan jarak 1- 1,5 cm dari buret.

3. Setetes air diteteskan pada permukaan kain yang dipasang pada

simpai bordir.

4. Waktu penyerapan air di mulai pada saat air berada pada

permukaan kain.

5. Waktu penyerapan air dihentikan pada saat air benar-benar habis

terserap pada permukaan kain.

6. Percobaan dilakukan sebanyak 3 kali pada 3 tempat yang berbeda.

V. Data Percobaan

Tabel Hasil pengujian

Pengujia

n KeWaktu serap

1 8 detik

2 10 detik

3 11 detik

x 9,6 detik

VI. Diskusi

Dalam melakukan pengujian daya serap kain rajut praktikan mengalami

kesulitan dalam mengeluarkan air dari buret yang berisi air, air yang

dikeluarkan dari buret cukup satu tetes jika lebih dari satu tetes

pengujian harus diulangi, selain itu dalam melakukan praktikum ini

dibutuhkan ketelitian dalam mengamati air sampai meresap atau

menyebar ke contoh uji tanda apabila air sudah meresap keseluruh

permukaan kain contoh uji yaitu tidak ada air yang berada diatas kain

contoh uji biasanya air tersebut berkilau apabila berada diatas kain

contoh uji. Pengujian ini dilakukan sebanyak tiga kali pada tempat

yang berbeda dibutuhkan ketepatan dalam mengukur air sampai meyerap

ke contoh uji dalam menggunakan stopwatch.

VII. Kesimpulan

Dari hasil praktikum didapat hasil bahwa penyerapan kain rajut

terhadap tetesan air sebesar 9,6 detik hal tersebut menunjukan bahwa

daya serap kain tersebut baik.

UJI DAYA SERAP KAIN HANDUK TERHADAP AIR

(CARA KERANJANG)

I. Tujuan Praktikum

Praktikum pengujian daya serap kain handuk terhadap air

menggunakan cara keranjang ini dilaksanakan dengan tujuan agar

mahasiswa dapat mengetahui dan bisa mempraktekan cara mengukur

kemampuan kain dalam menyerap air (kapasitas serap) dan waktu

serapnya sehingga terjadi pembasahan sempurna pada contoh uji.

II. Teori Dasar

Dalam uji daya serap dinyatakan dalam dua cara yaitu waktu

serap dan kapasitas serap. Daya serap adalah kemampuan kain untuk

menyerap air, sedangkan waktu serap yaitu waktu yang diperlukan

untuk pembasahan sempurna seluruh contoh uji yang dinyatakan dalam

detik. Basah sempurna yang dimaksud adalah pada saat contoh uji

tepat mulai tenggelam.

Pengujian daya serap sangat penting untuk dilakukan yaitu

untuk mengendalikan mutu kain yang khusus dibuat dengan daya serap

besar. Kain yang membutuhkan daya serap besar adalah kain handuk,

mutu kain handuk ini ditentukan oleh kemampuannya untuk daya serap

air yang mungkin tergantung dari sifat serat atau konstruksi

handuk tersebut.

Untuk pengujian waktu serap masing-masing contoh uji digulung

kearah dalam keranjang sehingga memenuhi keranjang tersebut dan

dijatuhkan pada ketinggian dua cm dari permukaan air dan dihitung

waktu serapnya. Untuk pengujian kapasitas serap dilakukan dengan

membiarkan contoh uji terendam dalam air selama 10 detik.

Keranjang kawat diambil dengan memegangnya pada bagian yang

terbuka dan dibiarkan selama 10 detik supaya airnya menetes.

Keranjang kawat beserta contoh uji dimasukan kedalam piala plastik

yang sudah ditimbang. Kemudian piala plastik yang berisi keranjang

tersebut ditimbang.

III. Alat dan Bahan

Praktikum menguji daya serap kain mengguankan cara keranjang

ini memerlukan peralatan dan bahan-bahan yang diantaranya adalah:

Alat : - Piala gelas 250 ml

- Keranjang tembaga berbentuk silinder dengan tinggi 5 cm,

garis tengah 3 cm, berat 3 gram dan berpori-pori.

- Stop watch

- Bejana dengan tinggi minimum 25 cm

- Air suhu kamar yang dituangkan kedalam bejana hingga

mencapai ketinggian 17 cm.

- Penjepit.

- Timbangan.

Bahan : Kain Handuk contoh dengan lebar 7,5 cm dan berat 5 gram.

IV. Langkah Kerja

6.1 Persiapan contoh uji

Potong contoh uji dengan ukuran lebar 7,5 cm dan panjang

sesuai dengan berat 5 gram.

6.2 Cara pengujian

1. Contoh uji digulung kearah dalam keranjang sehingga

memenuhi keranjang tersebut

2. Jatuhkan keranjang yang telah terisi contoh uji pada

ketinggian dua cm dari permukaan air dan dihitung waktu

serapnya.

3. Catat waktunya mulai dari saat jatuh ke dalam air sampai

keranjang tenggelam.

4. Biarkan contoh uji terendam dalam air selama 10 detik.

5. Keranjang kawat diambil dengan memegangnya pada bagian yang

terbuka dan dibiarkan selama 10 detik supaya airnya

menetes.

6. Keranjang kawat beserta contoh uji dimasukan kedalam piala

plastik yang sudah ditimbang.

7. Piala plastik yang berisi keranjang tersebut ditimbang

kembali.

V. Data Percobaan

Tabel Hasil Pengujian (dalam gram)

Penguji

an Ke -

Waktu

Serap

Berat

gelas

(gram)

Berat

Kawat

(gram)

Berat

Kering

(gram)

Berat

Basah

(gram)1. >60

detik

35,53 3 5 66,68

Berat masing-masing contoh uji 5 gram

VI. Perhitungan

Kapasitas penyerapan = Beratbasah−(Beratgelas + Beratkawat + Beratkering )

Beratkering x100%

Kapasitas penyerapan = 66,68−(35,53 +3+5 )

5x100%

= 463%

VII.Diskusi

Dalam melakukan pengujian daya serap kain cara keranjang

ini kain yang diuji praktikan memiliki daya serap > 60 detik

sehingga pada pengujian pertama cukup dicelupkan ke dalam air

selama 60 detik kemudian pada pengujian ke dua kain dicelupkan

selam 10 detik kedalam air setelah itu diangkat dan didiamkan

kemudian ditimbang barulah didapat berat basah kain tersebut.

VIII. Kesimpulan

Dari hasil praktikum pengujian daya serap kain cara

keranjang, didapat hasil daya serap kain handuk yang diuji

adalah sebesar 463%. Hal ini menunjukan bahwa kain handuk

yang diuji memiliki daya serap cukup baik, dikarenakan standar

mutu kain handuk yang baik adalah memiliki daya serap minimum

500%.

UJI DAYA TAHAN AIR CARA SIRAM

I. Tujuan Praktikum

Praktikum pengujian tahan air cara siram ini dilaksanakan

dengan tujuan agar mahasiswa dapat mengetahui dan bisa

mempraktekan cara menguji ketahanan kain terhadap air menggunakan

cara siram.

II. Teori Dasar

Cara uji ini dapat digunakan pada semua jenis kain, baik yang

tidak/belum ataupun yang sudah dilakukan penyempurnaan tahan air

atau tolak air. Cara ini terutama sesuai untuk menilai kebaikan

penyempurnaan tolak air yang telah diberikan pada kain khususnya

kain dengan anyaman polos. Cara ini tidak dimaksudkan untuk

meramalkan tahan hujan kain, oleh karena itu perembesan air

melalui kain tidak diukur.

Dalam uji siram dipakai siraman air yang berasal dari corong

dengan lubang penyiraman. Air disiramkan diatas contoh uji yang

dipasang pada lingkaran penyulam dan dipasang pada kedudukan

miring 45o dengan bidang horisontal.

Pengujian dilakukan dengan menyiramkan secara teratur 200 cm2

air dengansuhu 22o C kedalam corong penyiram. Setelah penyiraman

selesai, pemegang contoh diambil dan sisa air dibuang dengan

memukul-mukulkan tepi lingkaran penyulam sebanyak enam kali pada

benda keras, dengan permukaan kain mengarah pada benda keras

tersebut. Pemukkulan tersebut dilakukan dalm dua posisi yaitu 3

kali pada posisi di suatu tempat pda pemegang contoh dan tiga kali

pada posisi setengah lingkaran 180o terhadap posisi pertama.

Penilaian terhadap uji daya tolak air dilakukan dengan

menggunakan standar penilaian uji siram. Setelah kelebihan air

selesai dibuang, permukaan kain diamati secara visual dengan

membandingkan peta air yang tinggal pada permukaan kain dengan

peta pada standar penilaian uji siram.

Standar penilain uji siram bervariasi antara lain sebagai

berikut :

Nilai 100 : Tidak ada air yang menempel atau membasahi

permukaan kain.

Nilai 90 : Terjadi sedikit pembasahan pada permukaan kain bagian

atas.

Nilai 80 : Terjadi pembasaha pada permukaan kain bagian atas.

Nilai 70 : Terjadi pembasahan pada sebagian daerah permukaan kain

bagian atas.

Nilai 50 : Terjadi pembasahan pada seluruh permukaan kain bagian

atas.

Niali 0: Terjadi pembasahan pad seluruh permukaa kain bagan atas

dan bawah.

III. Alat dan Bahan

Praktikum menguji daya tahan air cara siram ini memerlukan

peralatan dan bahan-bahan yang diantaranya adalah:

Alat : - Spray test.

- Labu ukur 250 ml.

- Peta penilai uji siram.

- Lap pengering.

- Simpai sulam.

Bahan : Kain Parasut

IV. Langkah Kerja

1. Memasang contoh uji pada simpai sulam (diameter 6”) sehingga

bagian permukaan kain yang lembut menghadap ke atas.

2. Memasang simpai sulam pada alat penguji sedemikian rupa sehingga

bagian muka kain yang lembut berada di bagian paling atas.

3. Melakukan penyiraman pada kain contoh uji dengan menuangkan air

sebanyak 200 ml kedalam corong pada alat penguji (± 25-30 detik)

4. Menghilangkan air yang berada dipermukaan kain dengan memukul-

mukulkan bingkai sulam pada tangan sehingga pembasahan pada kain

dapat terlihat.

5. Melakukan penilaian dengan menggunakan peta penilai uji siram

standar.

V. Data Percobaan

Penguji

an KeNilai

1 802 80

VI. Diskusi

Pada saat melakukan pengujian ketahanan kain menggunakan cara

siram ini diperlukan ketelitian dalam menccokan hasil kain yang

telah dibasahi dengan grade gambar, kain yang diuji pada

pengujian ini memiliki nilai sebesar 80 yang berarti terjadi

pembasahan pada kain pada permukaan kain bagian atas hal yang

perlu diperhatikan dalam melakukan kegiatan praktikum ini adalah

pada saat kain sudah basah dalam memukul – mukulkan bingkai

sulam cukup dua kali jangan terlalu keras karena apabila terlalu

keras akan mempengaruhi hasil dari penilaian.

VII. Kesimpulan

Dari hasil praktikum didapat bahwa daya tolak air dari

bahan tekstil adalah kemampuan dari suatu serat tekstil, untuk

menahan pembasahan. Prinsip pengujian ini dilakukan dengan

menyiramkan air pada permukaan contoh uji yang tegang dalam

kondisi tertentu untuk menghasilkan pola pembasahan yang

ukurannya tergantung pada penolakan relatif kain.

Pada pengujian yang dilakukan diperoleh nilai tolak air

sebesar 80 yang artinya bahwa terdapat permukaan yang basah

pada bagian atas kain.

UJI DAYA TOLAK AIR HUJAN PADA KAIN CARA BUNDESMAN

I. Tujuan Praktikum

Praktikum pengujian daya tolak air kain cara bundesman ini

dilaksanakan dengan tujuan agar mahasiswa dapat mengetahui dan

bisa mempraktekan cara menguji daya tolak air hujan pada kain

menggunakan cara bundesman.

II. Teori Dasar

Kedua cara uji tahan air dengan uji siram dan uji penetrasi

bermaksud untuk menyerupai curah hujan yang jatuh pada kain. Uji

tahan air hujan yang lebih mendekati adalah uji tahan air cara

Bundesmann dengan menggunakan alat uji jenis Bundesman. Kain

dipasang tepat dibawah curahan air hujan buatan. Air yang menetes

kain ditampung dalam tabung dan jumlah air yang tertampung

tersebut itu diukur, begitu pula yang tertinggal diatas kain

diukur jumlahnya.

Penyiraman air hujan dipasang sejauh 150 cm dari tempat tabung

yang dipasang pada alas yang berputar dengan kecepatan 5 putaran

per menit. Padasaat kain yang dipasang pada tabung berputar

dibawah curahan air hujan buatan, alat penghapus yang berada

didalam tabung akan menggosok kain bagian dalam untuk meniru

gosokan mekanis yang ditimbulkan oleh pemakai jas hujan didalam

pemakaian sebenarnya. Gerakan menggosok kain ini akan membantu

penetrasi air kedalam kain.

Setelah curah hujan disiramkan selama 10 menit, penyiraman

dihentikan dan contoh uji diambil secara hati-hati untuk penilaian

hal-hal sebagai berikut :

Penetrasi air

Air yang tertampung didalam tabung diukur jumlahnya dan

volume rata-rata diperhitungkan sebagai ketelitian 1 ml.

Penyerapan

Dari berat contoh ujis ebelum dan sesudah pengujian apat

diukur banyaknya air yang tertinggal pada setiap contoh

uji dan diperhitungkan sebagai % air yang terserap oleh

kain.

Kondisi Pengujian

Untuk mendapatkan hasil uji yang serba sama dan dapat diulang-

ulang, maka perlu dicatat kondisi pengujian berikut ini:

1. Suhu air hujan buatan yaitu (18-20)o C.

2. pH air 6-8

3. Kecepatan siraman air = 62-68 ml/menit untuk setiap tabung

4. Tetesan air yang jatuh harus sama besar dengan berat rata-rata

antara 0,075 ± 0,005 g

5. Sebelum pengujian contoh uji dikondisikan didalam atmosfir

standar selama 24 jam, kemudian ditimbang didalam botol timbang.

Menurut Baxser dan Cassie, kekuatan air hujan dari alat jenis

Bundesmann adalah 5,8 kali tembusan awan, 91 kali kekuatan tetesan

hujan lewat, 480 kali tetesan hujan biasa dan 21000 kali kekuatan

hujan ringan.

III. Alat dan Bahan

Praktikum menguji kemampuan kembali kain dari kekusutan ini

memerlukan peralatan dan bahan-bahan yang diantaranya adalah:

Alat : - Bundesmann tester

- Stop watch dan kain terpal contoh

- Gunting

- Timbangan

- Mal lingkaran (diameter 14 cm)

- Gelas ukur

- Alat pemeras pusingan

- Mesin cuci dan pengering

Bahan : Kain terpal contoh berbentuk lingkaran dengan diameter 14

cm

IV. Langkah Kerja

1. Mengeringkan tabung penggosok dan penjepit pada alat uji

2. Menyiapkan contoh uji dengan ukuran diameter 14 cm dari

menimbangnya.

3. Memasang contoh uji pada mulut tabung dan menjepitnya dengan

cincin penjepit (diameter 10 cm).

4. Melepaskan penggosok dan memasang tabung dan menjapitnya pada

tempatnya.

5. Menjalankan motor dan menggeser penahan air.

6. Menghitung waktu pengujian (10 menit) dengan menggunakan stop

watch, dimulai pada saat air hujan mengenai contoh uji.

7. Menimbang kain contoh uji yang telah dihujani

8. Mengukur air yang merembes pada gelas ukur (bila ada).

Persiapan contoh uji

V. Data Percobaan

Tabel hasil pengujian

Berat Kering

(k)

Berat basah

(b)

Permebesan

11,42 g 12,65 g -

VI. Perhitungan

Kapasitas perembesan = (b−k )k x100%=

(12,65−11,42 )11,42 x100%=10,77%

VII. Diskusi

Pada saat melakukan praktikum ini kesulitan yang dialami

adalah pemasangan contoh uji pada tabung pemegang contoh

uji,permukaan kain harus rata dengan tegangan yang cukup dan

tidak boleh kendor karena akan mempengaruhi tekanan air yang

jatuh selain itu pada praktikum ini hal yang harus dieperhatikan

yaitu jangan sampai lupa menutup kran yang terdapat pada tabung

karena apabila tidak ditutup air dari rembesan kain contoh uji

tidak akan tertampung pada tabung.

VIII. Kesimpulan

Dari hasil praktikum pengujian daya tolak air kain cara

bundesman dapat disimpulkan bahwa uji ketahanan terhadap hujan

pada umumnya diperuntukkan untuk kain-kain yang dalam

pemakaiannya berhubungan dengan kemampuan untuk menahan /

menerima air hujan. Kain-kain yang termasuk diantaranya adalah

kain terpal. Dari percobaan yang telah dilakukan didapat hasil

kapasitas perembesan sebesar : 10,77%

IX. Kain Contoh Uji

Dastar Pustaka

Moerdoko, wibowo, S.Teks., dkk. Evaluasi Tekstil Bagian Fisika. Institut

Teknologi Tekstil. 1973. Bandung..

Ramadhan, Fajar. Jurnal Praktikum Evaluasi Tekstil 3. Sekolah Tinggi

Teknologi Tekstil. 2013. Bandung.