Lapkas glaukoma helen jadi

49
BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Glaukoma adalah kelompok penyakit mata yang disebabkan oleh tingginya tekanan bola mata sehingga menyebabkan rusaknya papil saraf optik yang membentuk bagian-bagian retina retina dibelakang bola mata. Saraf optik menyambung jaringan-jaringan penerima cahaya (retina) dengan bagian dari otak yang memproses informasi pengelihatan. Di Indonesia, glaukoma diderita oleh 3% dari total populasi penduduk. Umumnya penderita glaukoma telah berusia lanjut. Pada usia diatas 50 tahun, tingkat resiko menderita glaukoma meningkat sekitar 10%. Hampir separuh penderita glaukoma tidak menyadari bahwa mereka menderita penyakit tersebut. Glaukoma adalah salah satu penyebab utama kebutaan dan rusaknya penglihatan di seluruh belahan dunia. tipe glaukoma yang paling sering adalah Primary Open Angle Glaucoma (POAG)/glaukoma sudut terbuka dan Acute/chronic closed angle glaucoma/ glaukoma sudut tertutup. Tipe lain termasuk diantaranya Normal Tension Glaucoma, congenital glaucoma, pigmentary glaucoma dan secondary glaucoma. 1

Transcript of Lapkas glaukoma helen jadi

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Glaukoma adalah kelompok penyakit mata yang

disebabkan oleh tingginya tekanan bola mata sehingga

menyebabkan rusaknya papil saraf optik yang membentuk

bagian-bagian retina retina dibelakang bola mata. Saraf

optik menyambung jaringan-jaringan penerima cahaya

(retina) dengan bagian dari otak yang memproses

informasi pengelihatan.

Di Indonesia, glaukoma diderita oleh 3% dari total

populasi penduduk. Umumnya penderita glaukoma telah

berusia lanjut. Pada usia diatas 50 tahun, tingkat

resiko menderita glaukoma meningkat sekitar 10%. Hampir

separuh penderita glaukoma tidak menyadari bahwa mereka

menderita penyakit tersebut.

Glaukoma adalah salah satu penyebab utama kebutaan

dan rusaknya penglihatan di seluruh belahan dunia.

tipe glaukoma yang paling sering adalah Primary Open

Angle Glaucoma (POAG)/glaukoma sudut terbuka dan

Acute/chronic closed angle glaucoma/ glaukoma  sudut

tertutup. Tipe lain termasuk diantaranya Normal Tension

Glaucoma, congenital glaucoma, pigmentary glaucoma dan

secondary glaucoma.

1

Pada kebanyakan kasus, peningkatan tekanan di dalam

bola mata menjadi faktor resiko terpenting sebagai

penyebab glaukoma. Bila tekanan tersebut melampaui

batas toleransi ketahanan sel-sel syaraf optik maka sel-

sel tersebut akan mati dan berakibat hilangnya

sebagian atau keseluruhan penglihatan.

Kebutaan akibat glaukoma bersifat

irreversibel/menetap tidak seperti kebutaan karena

katarak yang dapat diatasi setelah dilakukan operasi

pengambilan lensa katarak. Jadi usaha pencegahan

kebutaan pada glaukoma bersifat prevensi/pencegahan

kebutaan dengan jalan menemukan dan mengobati/

menangani penderita sedini mungkin. Sayangnya tidak

mudah untuk menemukan glaukoma dalam stadium awal

karena sebagian besar kasus glaukoma awal tidak

memberikan gejala yang berarti bahkan asimptomatik,

kalaupun ada gejala biasanya hanya berupa rasa tidak

enak di mata, pegal-pegal di mata atau sakit kepala

separoh yang ringan.  Gejala-gejala tersebut tidak

menyebabkan penderita memeriksakan ke dokter atau

paramedis. Disamping ketidaktahuan penderita tentang

penyakitnya maka peranan tenaga medis dalam

mendiagnosis glaukoma awal juga perlu mendapat

perhatian, sehingga dapat menemukan glaukoma dalam

stadium dini.

2

BAB II

LAPORAN KASUS

II.1. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. SG

Umur : 71 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Bangsa : Indonesia

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Baregbeg

MRS : 20 Agustus 2014

II.2. ANAMNESIS (Autoanamnesis, 20 Agustus 2014)

3

Keluhan Utama:

Mata kanan tidak bisa melihat sejak 1 bulan lalu

Riwayat Perjalanan Penyakit:

Pasien datang ke poliklinik mata RSUD Banjar dengan

keluhan mata kanan tidak bisa melihat sejak 1 bulan

lalu. Sebelum keluhan tersebut belum pernah

dirasakan oleh pasien, pasien mengaku awalnya mata

kanan kurang begitu jelas melihat tulisan seperti

ada awan-awan. Pasien merasa akan baik-baik saja

tetapi lama kelamaan pasien jadi tidak bisa

melihat. Pasien juga mengaku matanya terasa sangat

sakit disertai pusing, mata kanan sering berair

akan tetapi tidak disertai adanya kotoran pada mata

kanannya, perih, pegal, tidak gatal.

Mata kiri kurang melihat tulisan dengan jelas

disertai dengan gatal, mata kanan tidak berair,

tidak disertai adanya kotoran, tidak perih, tidak

pegal.

.

Riwayat Penyakit Dahulu:

Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini

pada mata kanannya

Riwayat memakai kacamata (-)

4

Riwayat memakai lensa kontak disangkal

Riwayat hipertensi disangkal

Riwayat diabetes melitus disangkal

Riwayat Penyakit Dalam Keluarga:

Riwayat keluarga pernah mengalami keluhan seperti

ini disangkal

Riwayat hipertensi disangkal

Riwayat diabetes melitus disangkal

Riwayat Pengobatan:

Pasien belum pernah ke dokter dan belum

mengkonsumsi obat untuk keluhan mata kanannya

Riwayat Alergi:

Alergi obat disangkal

Alergi makanan disangkal

Alergi cuaca disangkal

II.3. PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

•Keadaan Umum : Tampak sakit ringan

•Kesadaran : Composmentis

5

•Tanda-tanda Vital :

Tekanan Darah : 110 / 80 mmHg

Nadi : 80 x/menit, reguler

Pernafasan : 16 x/menit, reguler

Suhu : 36,5°C

Status Oftalmologikus

6

No Pemeriksaan OD OS

1 Visus 0 3/60

2 PH - 6/60

2 Tekanan Intra Okuler Digit: N+3 Digit:N

3 Kedudukan Bola Mata

Posisi Ortoforia Ortoforia

Eksoftalmus (-) (-)

Endoftalmus (-) (-)

4 Pergerakan Bola Mata

Atas (+) baik (+) baik

Bawah (+) baik (+) baik

Temporal (+) baik (+) baik

Temporal atas (+) baik (+) baik

7

Temporal bawah (+) baik (+) baik

Nasal (+) baik (+) baik

Nasal Atas (+) baik (+) baik

Nasal Bawah (+) baik (+) baik

Nistagmus (-) (-)

No Pemeriksaan OD OS

5 Palpebra

Hematom (-) (-)

Edema (-) (-)

Hiperemis (-) (-)

Benjolan (-) (-)

Ulkus (-) (-)

Fistel (-) (-)

Hordeolum (-) (-)

8

Kalazion (-) (-)

Ptosis (+) (-)

Ektropion (-) (-)

Entropion (-) (-)

Sekret (-) (-)

Trikiasis (-) (-)

6 Punctum Lakrimalis

Edema (-) (-)

Hiperemis (-) (-)

Benjolan (-) (-)

Fistel (-) (-)

No Pemeriksaan OD OS

7 Konjungtiva Tarsal

Superior

9

Edema (-) (-)

Hiperemis (+) (-)

Sekret (-) (-)

8 Konjungtiva Tarsalis

Inferior

Kemosis (-) (-)

Hiperemis (+) (-)

Anemia (-) (-)

Folikel (-) (-)

Papil (-) (-)

Lithiasis (-) (-)

Simblefaron (-) (-)

No Pemeriksaan OD OS

9 Konjungtiva Bulbi

10

Kemosis (-) (-)

Pterigium (-) (-)

Pinguekula (-) (-)

Flikten (-) (-)

Simblefaron (-) (-)

Injeksi konjungtiva (-) (-)

Injeksi siliar (-) (-)

Injeksi episklera (-) (-)

Perdarahan

subkonjungtiva

(-) (-)

No Pemeriksaan OD OS

10 Kornea

Kejernihan Keruh Jernih

Edema (-) (-)

Ulkus (-) (-)

11

11 Sklera

Episkleritis (-) (-)

Skleritis (-) (-)

12 Kamera Okuli anterior

Kedalaman Dangkal Sedang

Kejernihan Keruh Jernih

Hifema Keruh Jernih

13 Iris

Warna Hitam Hitam

Gambaran radien Jelas Jelas

Eksudat (-) (-)

Sinekia Anterior (-) (-)

Sinekia Posterior (-) (-)

No Pemeriksaan OD OS

12

14 Pupil

Bentuk Bulat Bulat

Besar 4 mm ± 3 mm

Isokor (+) (+)

Letak Sentral Sentral

Refleks cahaya

langsung

(+) (+)

15 Lensa

Kejernihan Keruh Keruh

Pseudofakia (-) (-)

Afakia (-) (-)

Tes konfrontasi : OD = +

II.4. RESUME

Seorang wanita berusia 71 tahun, datang ke

poliklinik mata RSUD Banjar dengan keluhan Pasien

datang ke poliklinik mata RSUD Banjar dengan

keluhan mata kanan tidak bisa melihat sejak 113

bulan lalu. Sebelum keluhan tersebut belum pernah

dirasakan oleh pasien, pasien mengaku awalnya mata

kanan kurang begitu jelas melihat tulisan seperti

ada awan-awan. Pasien merasa akan baik-baik saja

tetapi lama kelamaan pasien jadi tidak bisa

melihat. Pasien juga mengaku matanya terasa sangat

sakit disertai pusing, mata kanan sering berair

akan tetapi tidak disertai adanya kotoran pada

mata kanannya, perih, pegal. Mata kiri kurang

melihat tulisan dengan jelas disertai dengan

gatal.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital

dalam batas normal, Visus OD = 0,visus OS 1/60 ph

6/60, TIO Dextra:N+3, pupil OD besarnya 4mm,

Konjungtiva Tarsalis Inferior OD hiperemis,

Konjungtiva Tarsal Superior hiperemis, palpebra OD

ptosis, kornea OD kejernihannya keruh, Kamera

Okuli anterior OD (kedalamannya dangkal,

kejernihan keruh ,hifema keruh), lensa ODS

kejernihannya keruh. Tes konfrontasi OD +

II.5. DIAGNOSIS

Glaukoma absolut okuli dextra

II.6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tonometer Schiotz

14

TIO Dextra: 50,8 dengan beban 10 gram, sinistra :

20,6 dengan beban 5,5 gram. Hasil : OD= Peningkatan

TIO

II.7. PENATALAKSANAAN

1. Medikamentosa

Diamox 3 x 1

Merupakan merk dagang dari acetazolamid. Dimana

acetolamid merupakan inhibitor karbonik anhidrase

sehingga mengurangi bikarbonat dalam cairan bola

mata dan air yang disekresi bersamanya dengan

akibat penurunan tekanan intraokular

Aspar K 3 x 1

Kortikosteroid

Untuk menekan reaki inflamasi

Timolol 0,5 % 2 dd gtt I

Merupakan beta bloker yang berguna untuk

menurunkan tekanan bola mata

II.8. RENCANA PENATALAKSANAAN

1. Pemeriksaan Oftalmoskopik

2. Tonografi

3. Gonioskopi

4. Pemeriksaan Lapangan Pandang (Perimetri)

5. Pachymetry

15

6. Tindakan : sinar beta pada badan siliar untuk

menekan fungsi badan siliar, alkohol retrobular

atau melakukan pengangkatan bola mata karena

mata telah tidak berfungsi dan memberikan rasa

sakit.

II.9. PROGNOSIS

Quo ad vitam : dubia ad malam

Quo ad functionam : dubia ad malam

16

BAB III

ANATOMI DAN FISIOLOGI

A. Anatomi Sudut Filtrasi

Terdapat dalam limbus17

Dibatasi oleh garis yang menghubungkan akhir

membran Descemet (Schwalbe line) dengan

membran Bowman

Mengelilingi kanal schlemn dan Trabekula

sampai BMD

Dalam stroma terdapat serabut saraf dan akhir

A.Siliaris anterior

Trabekula terdiri atas :

a) Trabekula Korneoskleral

Serabutnya berasal dari stroma kornea ke

belakang dan mengelilingi kanal schlemn

berinsersi di sklera

b) Trabekula Uveal

Berasal dari stroma kornea ke

skleralspur (insersi m.siliaris) dan

sebagian ke m. siliaris meridional

c) Schwalbe line menuju ke jaringan

pengikat m.siliaris radialis dan

sirkularis

d) Ligamentum pektinatum rudimenter

Berasal dari permukaan anterior iris

menuju kedepan trabekula

18

B. Fisiologi

Komposisi Humor Aqueus

Humor aqueus adalah suatu cairan jernih yang

mengisi kamera anterior dan posterior mata.

Volumenya adalah sekitar 250ul, dan kecepatan

pembentukannya, yang bervariasi diurnal, adalah

1,5-2 ul/menit. Tekanan osmotik sedikit lebih

tinggi dari plasma. Komposisi humor aqueus serupa

dengan plasma kecuali bahwa cairan ini memiliki

konsentrasi askorbat, piruvat dan laktat yang

lebih tinggi dari protein, urea dan glukosa yang

lebih rendah.

Pembentukan dan Aliran Humor Aqueus

Humor Aqueus diproduksi oleh corpus siliare.

Ultrafiltrat plasma yang dihasilkan di stroma

prosesus siliaris dimodifikasi oleh fungsi sawar

dan prosesus sekretorius epitel siliaris. Setelah

masuk kekamera posterior Humor Aqueus mengalir

melalui pupil ke kamera anterior lalu ke jalinan

trabekular di sudut kamera anterior. Selama

periode ini, terjadi pertukaran diferensial

komponen-komponen dengan darah di iris.

19

Peradangan atau trauma intraokular

menyebabkan peningkatan konsentrasi protein. Hal

ini disebut Humor Aqueus Plasmoid dan sangat mirip

dengan serup darah.

Aliran Keluar Humor Aqueus

Jalinan trabekula terdiri dari berkas-berkas

jaringan kolagen dan elastik yang dibungkus oleh

sel-sel trabekula yang membentuk suatu saringan

dengan ukuran pori-pori semakin mengecil sewaktu

mendekati kanalis Schlemm. Kontraksi otot siliaris

melalui indersinya ke dalam trabekula memperbesar

ukuran pori-pori di jalinan tersebut sehingga

kecepatan drainase Humor Aqueus meningkat. Aliran

Humor Aqueus kedalam kanalis Schlemm bergantung

pada pembentukan saluran-saluran transeluler

siklik di lapisan sendotel. Humor Aqueus dari

corpus siliaris → BMB → melalui pupil → sudut BMD

→ melalui trabekula → Kanal schlemm → saluran

kolektor → pleksus vena dijaringan sklera dan

episklera juga ke V.siliaris anterior di Corpus

siliaris.

20

Fungsi humor akuous :

1. Sebagai media refrakta

2. Integritas struktur

3. Sumber nutrisi

4. Memelihara regularitas tekanan intraokuler

Di dalam bola mata terdapat cairan humor aqueos

yang diproduksi oleh badan siliar dan dialirkan ke

bilik mata depan melewati kanal- kanal didalam sudut

bilik mata (antara kornea dan iris). Cairan tersebut

kemudian diserap oleh system venosa melalui sudut bilik

mata depan. Bila pengaliran dan penyerapan humor aqueos

ini tidak lancar, karena hambatan/penyempitan

salurannya, maka terjadi akumulasi cairan didalam bola

mata, tekanan bola mata meninggi dan menekan syaraf

21

optik. Kerusakan lapang pandang terjadi sesuai dengan

tinggi dan lamanya penekanan.

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. DEFINISI

   Glaukoma berasal dari kata Yunani glaukos yang

berarti hijau kebiruan, yang memberikan kesan warna

tersebut pada pupil penderita glaukoma. Kelainan mata

glaukoma ditandai dengan meningkatnya tekanan bola

mata, atrofi papil saraf optik, dan menciutnya lapang

pandang.

    Makin tinggi tekanan bola mata makin cepat

terjadi kerusakan pada serabut retina saraf optik. Pada

orang tertentu dengan tekanan bola mata rendah telah

memberikan kerusakan pada serabut saraf optik (low

tension glaucoma – glaukoma tekanan rendah).

    Tekanan bola mata pada glaukoma tidak berhubungan

dengan tekanan darah. Tekanan bola mata yang tinggi

akan mengakibatkan gangguan pembuluh darah retina

sehingga mengganggu metabolisme retina, yang kemudian

di susul dengan kematian saraf mata. Pada kerusakan

serat saraf retina akan mengakibatkan gangguan pada

fungsi retina. Bila proses berjalan terus, maka lama-

22

kelamaan penderita akan buta total. TIO normal : 12 –

22 mmHg.

4.2. ETIOLOGI

Penyakit yang ditandai dengan peninggian tekanan intra

okular ini, disebabkan:

1. Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan

siliar.

2. Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah

sudut bilik mata atau di celah pupil (glaukoma

hambatan pupil).

3. Sangat mungkin merupakan penyakit yang diturunkan

dalam keluarga.

4. Glaukoma dapat timbul akibat penyakit atau

kelainan dalam mata.

5. Glaukoma dapat diakibatkan penyakit lain di tubuh.

6. Glaukoma dapat disebabkan efek samping obat.

       Glaukoma merupakan penyakit yang tidak dapat

dicegah, akan tetapi bila diketahui dini dan diobati

maka glaukoma dapat diatasi untuk mencegah kerusakan

lanjutnya.

Orang yang mempunyai risiko untuk menderita glaukoma

adalah:

23

1. Bila ada riwayat penderita glaukoma pada keluarga

maka risiko 4 kali orang normal.

2. Penderita miopia (rabun jauh).

3. Usia di atas 60 tahun.

4. Rabun dekat berat.

5. Penderita diabetes mellitus atau kencing manis.

6. Usia di bawah 40 tahun dengan TIO 21 mmHg atau

lebih.

7. Usia di atas 40 tahun dengan TIO 20 mmHg atau

lebih; wanita > pria.

8. Pasien yang pernah mengalami trauma bola mata..

9. Pemakaian cortisone (steroids), di mata atau

secara sistimatis (melalui mulut atau disuntik)

10. Pasien dengan riwayat sakit kepala kronis

yang belum jelas penyebabnya.

Klasifikasi vaughen untuk glaukoma adalah sebagai

berikut:

1. Glaukoma primer.

Glaukoma dengan etiologi tidak pasti, dimana

tidak didapatkan kelainan yang merupakan penyebab

glaukoma. Glaukoma ini didapatkan pada orang yang

telah memiliki bakat bawaan glaukoma seperti:

24

Bakat dapat berupa gangguan fasilitas

pengeluaran cairan mata atau susunan anatimis

bilik mata yang menyempit.

Mungkin disebabkan kelainan pertumbuhan pada

sudut bilik mata depan (goniodisgenesis),

berupa trabekulodisgenesis, irisdogenesis dan

korneodisgenesis dan yang paling sering

berupa trabekulodisgenesis dan

goniodisgenesis.

Glaukoma bersifat bilateral, yang tidak

selalu simetris dengan sudut bilik mata terbuka

ataupun tertutup, pengelompokan ini berguna untuk

pelaksanaan dan penelitian.

Glaukoma sudut primer dibagi menjadi dua, yaitu :

A. Glaukoma primer sudut terbuka (glaukoma kronis)

Glaukoma sudut terbuka primer adalah glaukoma

yang penyebabnya tidak ditemukan dan ditandai

dengan sudut bilik mata depan yang terbuka.

    Gambaran klinik:

Berjalan perlahan dan lambat

Sering tidak disadari oleh penderitanya

25

Blockage of the trabecular meshwork slows drainage of the

aqueous humor, which increases intraocular pressure.

B. Glaukoma primer sudut tertutup (sempit)

Glaukoma sudut tertutup adalah glaukoma

primer yang ditandai dengan sudut bilik mata

depan yang tertutup, bersifat bilateral dan

herediter.

Sudut sempit dengan hipermetropia dan bilik

mata dangkal berbahaya memakai obat

antihistamin dan antispasme .

Pembagian Glaukoma sudut tertutup: 

a. Akut 

Glaukoma ini terjadi apabila terbentuk iris

bombe yang menyebabkan sumbatan sudut kamera

anterior oleh iris perifer dan akibat

26

pergeseran diafragma lensa-iris ke anterior

disertai perubahan volume di segmen posterior

mata. 

b. Subakut 

Ciri-ciri klinis: 

- Nyeri unilateral berulang 

- Kemerahan 

c. Kronik

Ciri-ciri klinis: 

- Peningkatan tekanan intraokular 

- Sinakia anterior perifer meluas 

d. Iris plateau 

Iris plateau adalah suatu kelainan yang

jarang dijumpai kedalaman kamera anterior

sentral normal tetapi sudut kamera anterior

sangat sempit karena insersi iris secara

kongenital terlalu tinggi.

27

2. Glaukoma kongenital

Glaukoma kongenital, khususnya sebagai

glaukoma infantil (buftalmos), adalah glaukoma

akibat penyumbatan pengaliran keluar cairan mata

oleh jaringan sudut bilik mata yang terjadi oleh

adanya kelainan kongenital. Kelainan ini akibat

terdapatnya membran kongenital yang menutupi sudut

bilik mata pada saat perkembangan bola mata,

kelainan pembentukan kanal schlemm dan saluran

keluar cairan mata yang tidak sempurna terbentuk.

3. Glaukoma sekunder

Glaukoma sekunder merupakan glaukoma yang

diketahui penyebab yang menimbulkannya. Kelainan

mata lain dapat menimbulkan meningkatnya tekanan

bola mata. Glaukoma timbul akibat kelainan di

dalam bola mata, yang dapat disebabkan:

28

Kelainan lensa, katarak imatur, hipermatur

dan dislokasi lensa.

Kelainan uvea, uveitis anterior.

Trauma, hifema dan inkarserasi iris.

Pascabedah,blokade pupil, goniosinekia.

4. Glaukoma Absolute

Glaukoma absolute merupakan stadium akhir

glaukoma, dimana sudah terjadi kebutaan total

akibat tekanan bola mata memberikan gangguan

fungsi lanjut. Pada glaukoma absolute, kornea

terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi

dengan eksvakasi glaukomatosa, mata keras seperti

batu dan dengan rasa sakit. Sering mata dengan

buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah

sehingga menimbulkan penyulit berupa

neovaskularisasi pada iris, keadaan ini memberikan

rasa sakit sekali akibat timbulnya glaukoma

hemoragik.

Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan

memberikan sinar beta pada badan siliar untuk

menekan fungsi badan siliar, alkohol retrobular

atau melakukan pengankatan bola mata karena mata

telah tidak berfungsi dan memberikan rasa sakit.29

4.3. PATOFISIOLOGI

Studi terbaru mendeteksi terhadap antibody seorang

pasien dengan tekanan normal dan unsur pokok glaucoma.

Terlihat juga perbedaan yang sangat signifikan antara

riwayat antibody terhadap tekanan normal penderita

glaucoma dan subjek control cairan mata.

   Pada glaukoma simpleks ditemukan perjalanan

penyakit yang lama akan tetapi berjalan terus sampai

berakhir dengan kebutaan yang disebut sebagai glaukoma

absolute. Karena perjalanan penyakit demikian maka

glaukoma simpleks disebut sebagai maling penglihatan.

4.4. GEJALA KLINIS

Gejala glaukoma umumnya agak sulit diketahui,

karena sering tidak disadari oleh penderitanya atau

dianggap sebagai tanda dari penyakit lain sehingga

kebanyakan penderita datang ke dokter mata dalam

30

keadaan yang lanjut dan bahkan sudah buta. Selain itu,

hal ini diperparah oleh minimnya pengetahuan penderita

dan keluarganya terhadap penyakit glaukoma.

.

1.  Pada jenis glaukoma akut, penderita akan

mengalami nyeri yang sangat hebat pada mata, sakit

kepala, hingga mual muntah. Penglihatan dirasakan

menurun drastis dan mata terlihat merah. Keadaan

ini disebut glaukoma akut yang terjadi akibat

peningkatan TIO yang mendadak.

2. Pada jenis glaukoma kronik penderita jarang

mengeluhkan mata, karena umumnya peningkatan

tekanan yang terjadi telah berlangsung lama dan

mata penderita telah beradaptasi. Keadaan ini

sangat berbahaya, penyakit berjalan terus

sedangkan penderita tidak menyadarinya.

Sakit kepala ringan

Hilang penglihatan berangsur-angsur, yamg

diawali dengan penyempitan lapang pandang

tepi, Pada akhirnya akan terjadi penyempitan

lapang pandang yang menyebabkan penderita

sulit melihat benda-benda yang terletak di

sisi lain ketika penderita melihat lurus ke

depan (disebut penglihatan terowongan).

31

Penglihatan menjadi kabur atau berkabut

halo

3. Pada Glaukoma Kongenital :

Bola mata membesar

Edema atau kornea keruh akibat ensotel kornea

sobek

Bayi tidak tahan sinar matahari

Mata berair

32

Silau

Menjauhi sinar dengan menyembunyikan mata.

kornea edem

Megalokornea (12 – 13 mm)

Iris : tremulans

Lensa : ke belakang

Visus : ↓

Kornea : keruh

TIO áá

BMD : dalam

Atrofi N.II

3.5. DIAGNOSIS

Pada penderita glaukoma ditentukan beberapa gejala

tergantung pada jenis glaukoma tersebut. Penderita

sering ditemukan mengalami mual, muntah, sakit hebat di

mata dan di kepala, perasaan mual dengan muntah, dan

bradikardia.

Gambaran klinis yang sering ditemui antara lain:

1. Bradikardia akibat refleks okulo kardiak

2. Mual dan muntah yang kadang-kadang akibat rasa

sakit yang berat terdapat gejala gastrointestinal

3. Sakit hebat di mata dan di kepala karena iris

bengkak dan meradang, papil saraf optik hiperemis

33

4. Bilik mata depan di dalamnya normal akibat

terjadinya pengecilan lensa pada katarak

hipermatur

5. Kelopak mata edem dengan blefarospasme, terlihat

injeksi siliar yang berat, kornea juga terlihat

keruh dan pada dataran belakangnya menempel lensa

yang luksasi.

Glaukoma akan memperlihatkan gejala:

1. Tekanan bola mata yang tidak normal.

2. Rusaknya jala.

3. Menciutnya lapang penglihatan akibat rusaknya

selaput jala yang dapat berakhir dengan kebutaan.

3.6. TES DIAGNOSTIK GLAUKOMA

    Sebelum melakukan penanganan lanjut hendaknya

dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu sesuai  dengan

gejala yang ada pada penderita:

1. Tonometri Palpasi

Adalah pemeriksaan umtuk menentukan tekanan bola

mata dengan cepat, yaitu dengan memakai ujung jari

pemeriksa tanpa alat khusus (tonometer). Dengan

menekan bola mata dengan jari pemeriksa

diperkirakan besarnya tekanan didalam bola mata.

34

Penilaian dilakukan dengan pengalaman sebelumnya

yang dapat menyatakan tekanan mata N+1, N+2, N+3

atau N-1, N-2, N-3 yang menyatakan tekanan mata

lebih tinggi atau lebih rendah daripada normal.

2. Tonometer Schiotz

Tonometer Schiotz merupakan tonometer indentasi

atau menekan permukaan kornea dengan beban yang

dapat bergerak bebas pada sumbunya. Pada tonometer

Schiotz bila tekanan rendah atau bolamata empuk

maka beban akan dapat mengidentasi lebih dalam

dibanding bila tekanan bola mata tinggi atau bola

mata keras.

Bila tekanan lebih tinggi 20 mmHg dicurigai adanya

glaukoma, bila tekanan lebih dari pada 25 mmHg

pasien menderita glaukoma

35

3. Oftalmoskopi

Untuk melihat fundus bagian mata dalam yaitu

retina. Dengan oftalmoskop dapat dilihat saraf

optik didalam mata dan akan dapat ditentukan

apakah tekanan bola mata telah mengganggu saraf

optik.

4. Tonografi

Tonografi bertujuan untuk mengukur daya kemampuan

pengaliran aquous humor atau daya pengosongan

cairan mata pada sudut bilik mata.

Dengan mempergunakan tonometer Schiotz elektrik

dihubungkan dengan alat pencatat untuk

mengetahui hasil tekanan yang menurunkan tekanan

bola mata bila diberi tekanan berkesinambungan.

Pencatatan pada kertas yang berkesinambunganm akan

memberikan gambaran tonogram.

36

5. Gonioskopi

Pemeriksaan gonioskopi adalah tindakan untuk

melihat sudut bilik mata dengan goniolens.

Gonioskopi adalah suatu cara untuk melihat

langsung keadaan patologik sudut mata, juga untuk

melihat hal-hal yang terdapat pada susut bilik

mata seperti benda asing. Dengan gonioskopi dapat

ditentukan klasifikasi glaukoma penderita dan

malahan dapat menerangkan penyebab suatu glaukoma

sekunder.

6. Pemeriksaan Lapangan Pandang (Perimetri)

Perimetri dilakukan untuk mencari batas luar

persepsi sinar perifer dan melihat kemampuan

penglihatan daerah yang sama dan dengan demikian

dapat dilakukan pemeriksaan defek lapangan

pandang.

37

7. Pachymetry

Adalah suatu tes yang relatif baru digunakan untuk

managemen glaucoma. Pachymetry menentukan

ketebalan dari kornea. Setelah mata dibuat mati

rasa dengan obat-obat tetes bius, ujung dari

38

pachymeter disentuhkan dengan ringan pada

permukaan depan mata (kornea). Studi-studi

terakhir menunjukkan bahwa ketebalan kornea pusat

dapat mempengaruhi pengukuran tekanan intraocular.

Kornea yang lebih tebal dapat memberikan pembacaan

tekanan mata yang tinggi secara salah dan kornea

yang lebih tipis dapat memberikan pembacaan

tekanan yang rendah secara salah. Lebih jauh,

kornea-kornea tipis mungkin adalah suatu faktor

risiko tambahan untuk glaucoma. 

4.7. TERAPI

Macam terapi yang dapat diberikan kepada pasien

glaukoma :

1. Medication / Obat-obatan:

Pemberian obat-obatan baik berupa tetes mata

maupun tablet sebagai tindakan pengobatan awal

bertujuan untuk segera menciptakan keadaan

tekanan bola mata yang normal atau cukup rendah

untuk memelihara agar saraf optik tidak tertekan

dan dengan demikian akan mencegah semakin

meluasnya kerusakan lapang pandang.

2. Laser treatment / Tindakan laser

39

Laser Trabekuloplasty dan Laser Iridotomi adalah

suatu cara untuk membuat agar pengaliran aqueous

humor selalu dalam keadaan lancar sehingga

tekanan bola mata selalu dalam batas yang

diinginkan.

3. Surgery / Tindakan pembedahan.

Trabekulectomi atau iridektomi, membuat saluran

kecil dari bilik mata belakang tembus ke bilik

mata depan dan kesaluran di sudut bilik mata

agar cairan bola mata dapat mengalir secara

lancar.

Pemberian terapi menurut jenis glaukoma yang diderita :

1. Glaukoma Sudut Terbuka

Obat tetes mata biasanya bisa mengendalikan

glaukoma sudut terbuka.

Obat yang pertama diberikan adalah beta bloker

(misalnya timolol, betaxolol, carteolol,

levobunolol atau metipranolol), yang kemungkinan

akan mengurangi pembentukan cairan di dalam mata.

Juga diberikan pilocarpine untuk memperkecil pupil

dan meningkatkan pengaliran cairan dari bilik

40

anterior. Obat lainnya yang juga diberikan adalah

epinephrine, dipivephrine dan carbacol (untuk

memperbaiki pengaliran cairan atau mengurangi

pembentukan cairan).

Jika glaukoma tidak dapat dikontrol dengan obat-

obatan atau efek sampingnya tidak dapat ditolerir

oleh penderita, maka dilakukan pembedahan untuk

meningkatkan pengaliran cairan dari bilik

anterior.

Digunakan sinar laser untuk membuat lubang di

dalam iris atau dilakukan pembedahan untuk

memotong sebagian iris (iridotomi).

2. Glaukoma Sudut Tertutup

Minum larutan gliserin dan air bisa mengurangi

tekanan dan menghentikan serangan glaukoma. Bisa

juga diberikan inhibitor karbonik anhidrase

(misalnya acetazolamide). Tetes mata pilocarpine

menyebabkan pupil mengecil sehingga iris tertarik

dan membuka saluran yang tersumbat.

Untuk mengontrol tekanan intraokuler bisa

diberikan tetes mata beta blocker.

Setelah suatu serangan, pemberian pilocarpine dan

beta blocker serta inhibitor karbonik anhidrase

biasanya terus dilanjutkan.

41

Pada kasus yang berat, untuk mengurangi tekanan

biasanya diberikan manitol intravena (melalui

pembuluh darah). Terapi laser untuk membuat lubang

pada iris akan membantu mencegah serangan

berikutnya dan seringkali bisa menyembuhkan

penyakit secara permanen. Jika glaukoma tidak

dapat diatasi dengan terapi laser, dilakukan

pembedahan untuk membuat lubang pada iris. Jika

kedua mata memiliki saluran yang sempit, maka

kedua mata diobati meskipun serangan hanya terjadi

pada salah satu mata.

3. Glaukoma Sekunder.

Pengobatan glaukoma sekunder tergantung kepada

penyebabnya. Jika penyebabnya adalah peradangan,

diberikan corticosteroid dan obat untuk melebarkan

pupil. Kadang dilakukan pembedahan.

4. Glaukoma Kongenitalis

Untuk mengatasi glaukoma kongenitalis perlu

dilakukan pembedahan.

5. Glaukoma absolut

42

Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan

memberikan sinar beta pada badan siliar untuk

menekan fungsi badan siliar, alkohol retrobular

atau melakukan pengankatan bola mata karena mata

telah tidak berfungsi dan memberikan rasa sakit.

4.8. PENCEGAHAN

Pencegahan kebutaan akibat glaukoma:

1. Pada orang yang telah berusia 20 tahun sebaiknya

dilakukan pemeriksaan tekanan bola mata berkala

secara teratur setiap 3 tahun.

2. Bila terdapat riwayat adanya glaukoma pada

keluarga maka lakukan pemeriksaan ini setiap

tahun.

3. Secara teratur perlu dilakukan pemeriksaan lapang

pandangan dan tekanan mata pada orang yang

dicurigai akan timbulnya glaukoma. 43

4. Sebaiknya diperiksakan tekanan mata, bila mata

menjadi merah dengan sakit kepala yang berat.

44

45

46

Penanganan iridektomi

• Prinsip utama à â tio

pilocarpin 2% 1 tetes/jam

timolol maleat 0,5% 2x /hari

carbonic anhidrase inhibitor

(diamox) 500-1000 mg

• Setelah tio â è iridektomi perifer

47

DAFTAR PUSTAKA

1. Sidarta Ilyas. Ilmu Penyakit Mata edisi ketiga.

2008. Jakarta: FK UI.

2. Vaughan, Daniel G., Asbury Taylor, Riordan Eva-Paul.

Oftalmologi Umum. Edisi 14.Jakarta:Widya

Medika,2000,hal 5-6.

3. American Academy of Ophtalmology. Basic and Clinical

Science Course section 8 External Disease and

Cornea. 2007-2008. p: 344&405

4. Hamurwono GD, Nainggolan SH, Soekraningsih. Buku

Pedoman Kesehatan Mata dan Pencegahan Kebutaan Untuk

Puskesmas. Jakarta: Direktorat Bina Upaya Kesehatan

Puskesmas Ditjen Pembinaan Kesehatan Masyarakat

Departemen Kesehatan, 1984. 14-17

48

49