NECC05workshop.pdf - Dr. Helen Barrett's Electronic Portfolios
Lapkas glaukoma helen jadi
Transcript of Lapkas glaukoma helen jadi
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Glaukoma adalah kelompok penyakit mata yang
disebabkan oleh tingginya tekanan bola mata sehingga
menyebabkan rusaknya papil saraf optik yang membentuk
bagian-bagian retina retina dibelakang bola mata. Saraf
optik menyambung jaringan-jaringan penerima cahaya
(retina) dengan bagian dari otak yang memproses
informasi pengelihatan.
Di Indonesia, glaukoma diderita oleh 3% dari total
populasi penduduk. Umumnya penderita glaukoma telah
berusia lanjut. Pada usia diatas 50 tahun, tingkat
resiko menderita glaukoma meningkat sekitar 10%. Hampir
separuh penderita glaukoma tidak menyadari bahwa mereka
menderita penyakit tersebut.
Glaukoma adalah salah satu penyebab utama kebutaan
dan rusaknya penglihatan di seluruh belahan dunia.
tipe glaukoma yang paling sering adalah Primary Open
Angle Glaucoma (POAG)/glaukoma sudut terbuka dan
Acute/chronic closed angle glaucoma/ glaukoma sudut
tertutup. Tipe lain termasuk diantaranya Normal Tension
Glaucoma, congenital glaucoma, pigmentary glaucoma dan
secondary glaucoma.
1
Pada kebanyakan kasus, peningkatan tekanan di dalam
bola mata menjadi faktor resiko terpenting sebagai
penyebab glaukoma. Bila tekanan tersebut melampaui
batas toleransi ketahanan sel-sel syaraf optik maka sel-
sel tersebut akan mati dan berakibat hilangnya
sebagian atau keseluruhan penglihatan.
Kebutaan akibat glaukoma bersifat
irreversibel/menetap tidak seperti kebutaan karena
katarak yang dapat diatasi setelah dilakukan operasi
pengambilan lensa katarak. Jadi usaha pencegahan
kebutaan pada glaukoma bersifat prevensi/pencegahan
kebutaan dengan jalan menemukan dan mengobati/
menangani penderita sedini mungkin. Sayangnya tidak
mudah untuk menemukan glaukoma dalam stadium awal
karena sebagian besar kasus glaukoma awal tidak
memberikan gejala yang berarti bahkan asimptomatik,
kalaupun ada gejala biasanya hanya berupa rasa tidak
enak di mata, pegal-pegal di mata atau sakit kepala
separoh yang ringan. Gejala-gejala tersebut tidak
menyebabkan penderita memeriksakan ke dokter atau
paramedis. Disamping ketidaktahuan penderita tentang
penyakitnya maka peranan tenaga medis dalam
mendiagnosis glaukoma awal juga perlu mendapat
perhatian, sehingga dapat menemukan glaukoma dalam
stadium dini.
2
BAB II
LAPORAN KASUS
II.1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. SG
Umur : 71 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Baregbeg
MRS : 20 Agustus 2014
II.2. ANAMNESIS (Autoanamnesis, 20 Agustus 2014)
3
Keluhan Utama:
Mata kanan tidak bisa melihat sejak 1 bulan lalu
Riwayat Perjalanan Penyakit:
Pasien datang ke poliklinik mata RSUD Banjar dengan
keluhan mata kanan tidak bisa melihat sejak 1 bulan
lalu. Sebelum keluhan tersebut belum pernah
dirasakan oleh pasien, pasien mengaku awalnya mata
kanan kurang begitu jelas melihat tulisan seperti
ada awan-awan. Pasien merasa akan baik-baik saja
tetapi lama kelamaan pasien jadi tidak bisa
melihat. Pasien juga mengaku matanya terasa sangat
sakit disertai pusing, mata kanan sering berair
akan tetapi tidak disertai adanya kotoran pada mata
kanannya, perih, pegal, tidak gatal.
Mata kiri kurang melihat tulisan dengan jelas
disertai dengan gatal, mata kanan tidak berair,
tidak disertai adanya kotoran, tidak perih, tidak
pegal.
.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini
pada mata kanannya
Riwayat memakai kacamata (-)
4
Riwayat memakai lensa kontak disangkal
Riwayat hipertensi disangkal
Riwayat diabetes melitus disangkal
Riwayat Penyakit Dalam Keluarga:
Riwayat keluarga pernah mengalami keluhan seperti
ini disangkal
Riwayat hipertensi disangkal
Riwayat diabetes melitus disangkal
Riwayat Pengobatan:
Pasien belum pernah ke dokter dan belum
mengkonsumsi obat untuk keluhan mata kanannya
Riwayat Alergi:
Alergi obat disangkal
Alergi makanan disangkal
Alergi cuaca disangkal
II.3. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
•Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
•Kesadaran : Composmentis
5
•Tanda-tanda Vital :
Tekanan Darah : 110 / 80 mmHg
Nadi : 80 x/menit, reguler
Pernafasan : 16 x/menit, reguler
Suhu : 36,5°C
Status Oftalmologikus
6
No Pemeriksaan OD OS
1 Visus 0 3/60
2 PH - 6/60
2 Tekanan Intra Okuler Digit: N+3 Digit:N
3 Kedudukan Bola Mata
Posisi Ortoforia Ortoforia
Eksoftalmus (-) (-)
Endoftalmus (-) (-)
4 Pergerakan Bola Mata
Atas (+) baik (+) baik
Bawah (+) baik (+) baik
Temporal (+) baik (+) baik
Temporal atas (+) baik (+) baik
7
Temporal bawah (+) baik (+) baik
Nasal (+) baik (+) baik
Nasal Atas (+) baik (+) baik
Nasal Bawah (+) baik (+) baik
Nistagmus (-) (-)
No Pemeriksaan OD OS
5 Palpebra
Hematom (-) (-)
Edema (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Benjolan (-) (-)
Ulkus (-) (-)
Fistel (-) (-)
Hordeolum (-) (-)
8
Kalazion (-) (-)
Ptosis (+) (-)
Ektropion (-) (-)
Entropion (-) (-)
Sekret (-) (-)
Trikiasis (-) (-)
6 Punctum Lakrimalis
Edema (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Benjolan (-) (-)
Fistel (-) (-)
No Pemeriksaan OD OS
7 Konjungtiva Tarsal
Superior
9
Edema (-) (-)
Hiperemis (+) (-)
Sekret (-) (-)
8 Konjungtiva Tarsalis
Inferior
Kemosis (-) (-)
Hiperemis (+) (-)
Anemia (-) (-)
Folikel (-) (-)
Papil (-) (-)
Lithiasis (-) (-)
Simblefaron (-) (-)
No Pemeriksaan OD OS
9 Konjungtiva Bulbi
10
Kemosis (-) (-)
Pterigium (-) (-)
Pinguekula (-) (-)
Flikten (-) (-)
Simblefaron (-) (-)
Injeksi konjungtiva (-) (-)
Injeksi siliar (-) (-)
Injeksi episklera (-) (-)
Perdarahan
subkonjungtiva
(-) (-)
No Pemeriksaan OD OS
10 Kornea
Kejernihan Keruh Jernih
Edema (-) (-)
Ulkus (-) (-)
11
11 Sklera
Episkleritis (-) (-)
Skleritis (-) (-)
12 Kamera Okuli anterior
Kedalaman Dangkal Sedang
Kejernihan Keruh Jernih
Hifema Keruh Jernih
13 Iris
Warna Hitam Hitam
Gambaran radien Jelas Jelas
Eksudat (-) (-)
Sinekia Anterior (-) (-)
Sinekia Posterior (-) (-)
No Pemeriksaan OD OS
12
14 Pupil
Bentuk Bulat Bulat
Besar 4 mm ± 3 mm
Isokor (+) (+)
Letak Sentral Sentral
Refleks cahaya
langsung
(+) (+)
15 Lensa
Kejernihan Keruh Keruh
Pseudofakia (-) (-)
Afakia (-) (-)
Tes konfrontasi : OD = +
II.4. RESUME
Seorang wanita berusia 71 tahun, datang ke
poliklinik mata RSUD Banjar dengan keluhan Pasien
datang ke poliklinik mata RSUD Banjar dengan
keluhan mata kanan tidak bisa melihat sejak 113
bulan lalu. Sebelum keluhan tersebut belum pernah
dirasakan oleh pasien, pasien mengaku awalnya mata
kanan kurang begitu jelas melihat tulisan seperti
ada awan-awan. Pasien merasa akan baik-baik saja
tetapi lama kelamaan pasien jadi tidak bisa
melihat. Pasien juga mengaku matanya terasa sangat
sakit disertai pusing, mata kanan sering berair
akan tetapi tidak disertai adanya kotoran pada
mata kanannya, perih, pegal. Mata kiri kurang
melihat tulisan dengan jelas disertai dengan
gatal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital
dalam batas normal, Visus OD = 0,visus OS 1/60 ph
6/60, TIO Dextra:N+3, pupil OD besarnya 4mm,
Konjungtiva Tarsalis Inferior OD hiperemis,
Konjungtiva Tarsal Superior hiperemis, palpebra OD
ptosis, kornea OD kejernihannya keruh, Kamera
Okuli anterior OD (kedalamannya dangkal,
kejernihan keruh ,hifema keruh), lensa ODS
kejernihannya keruh. Tes konfrontasi OD +
II.5. DIAGNOSIS
Glaukoma absolut okuli dextra
II.6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tonometer Schiotz
14
TIO Dextra: 50,8 dengan beban 10 gram, sinistra :
20,6 dengan beban 5,5 gram. Hasil : OD= Peningkatan
TIO
II.7. PENATALAKSANAAN
1. Medikamentosa
Diamox 3 x 1
Merupakan merk dagang dari acetazolamid. Dimana
acetolamid merupakan inhibitor karbonik anhidrase
sehingga mengurangi bikarbonat dalam cairan bola
mata dan air yang disekresi bersamanya dengan
akibat penurunan tekanan intraokular
Aspar K 3 x 1
Kortikosteroid
Untuk menekan reaki inflamasi
Timolol 0,5 % 2 dd gtt I
Merupakan beta bloker yang berguna untuk
menurunkan tekanan bola mata
II.8. RENCANA PENATALAKSANAAN
1. Pemeriksaan Oftalmoskopik
2. Tonografi
3. Gonioskopi
4. Pemeriksaan Lapangan Pandang (Perimetri)
5. Pachymetry
15
6. Tindakan : sinar beta pada badan siliar untuk
menekan fungsi badan siliar, alkohol retrobular
atau melakukan pengangkatan bola mata karena
mata telah tidak berfungsi dan memberikan rasa
sakit.
II.9. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad malam
Quo ad functionam : dubia ad malam
16
Dibatasi oleh garis yang menghubungkan akhir
membran Descemet (Schwalbe line) dengan
membran Bowman
Mengelilingi kanal schlemn dan Trabekula
sampai BMD
Dalam stroma terdapat serabut saraf dan akhir
A.Siliaris anterior
Trabekula terdiri atas :
a) Trabekula Korneoskleral
Serabutnya berasal dari stroma kornea ke
belakang dan mengelilingi kanal schlemn
berinsersi di sklera
b) Trabekula Uveal
Berasal dari stroma kornea ke
skleralspur (insersi m.siliaris) dan
sebagian ke m. siliaris meridional
c) Schwalbe line menuju ke jaringan
pengikat m.siliaris radialis dan
sirkularis
d) Ligamentum pektinatum rudimenter
Berasal dari permukaan anterior iris
menuju kedepan trabekula
18
B. Fisiologi
Komposisi Humor Aqueus
Humor aqueus adalah suatu cairan jernih yang
mengisi kamera anterior dan posterior mata.
Volumenya adalah sekitar 250ul, dan kecepatan
pembentukannya, yang bervariasi diurnal, adalah
1,5-2 ul/menit. Tekanan osmotik sedikit lebih
tinggi dari plasma. Komposisi humor aqueus serupa
dengan plasma kecuali bahwa cairan ini memiliki
konsentrasi askorbat, piruvat dan laktat yang
lebih tinggi dari protein, urea dan glukosa yang
lebih rendah.
Pembentukan dan Aliran Humor Aqueus
Humor Aqueus diproduksi oleh corpus siliare.
Ultrafiltrat plasma yang dihasilkan di stroma
prosesus siliaris dimodifikasi oleh fungsi sawar
dan prosesus sekretorius epitel siliaris. Setelah
masuk kekamera posterior Humor Aqueus mengalir
melalui pupil ke kamera anterior lalu ke jalinan
trabekular di sudut kamera anterior. Selama
periode ini, terjadi pertukaran diferensial
komponen-komponen dengan darah di iris.
19
Peradangan atau trauma intraokular
menyebabkan peningkatan konsentrasi protein. Hal
ini disebut Humor Aqueus Plasmoid dan sangat mirip
dengan serup darah.
Aliran Keluar Humor Aqueus
Jalinan trabekula terdiri dari berkas-berkas
jaringan kolagen dan elastik yang dibungkus oleh
sel-sel trabekula yang membentuk suatu saringan
dengan ukuran pori-pori semakin mengecil sewaktu
mendekati kanalis Schlemm. Kontraksi otot siliaris
melalui indersinya ke dalam trabekula memperbesar
ukuran pori-pori di jalinan tersebut sehingga
kecepatan drainase Humor Aqueus meningkat. Aliran
Humor Aqueus kedalam kanalis Schlemm bergantung
pada pembentukan saluran-saluran transeluler
siklik di lapisan sendotel. Humor Aqueus dari
corpus siliaris → BMB → melalui pupil → sudut BMD
→ melalui trabekula → Kanal schlemm → saluran
kolektor → pleksus vena dijaringan sklera dan
episklera juga ke V.siliaris anterior di Corpus
siliaris.
20
Fungsi humor akuous :
1. Sebagai media refrakta
2. Integritas struktur
3. Sumber nutrisi
4. Memelihara regularitas tekanan intraokuler
Di dalam bola mata terdapat cairan humor aqueos
yang diproduksi oleh badan siliar dan dialirkan ke
bilik mata depan melewati kanal- kanal didalam sudut
bilik mata (antara kornea dan iris). Cairan tersebut
kemudian diserap oleh system venosa melalui sudut bilik
mata depan. Bila pengaliran dan penyerapan humor aqueos
ini tidak lancar, karena hambatan/penyempitan
salurannya, maka terjadi akumulasi cairan didalam bola
mata, tekanan bola mata meninggi dan menekan syaraf
21
optik. Kerusakan lapang pandang terjadi sesuai dengan
tinggi dan lamanya penekanan.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. DEFINISI
Glaukoma berasal dari kata Yunani glaukos yang
berarti hijau kebiruan, yang memberikan kesan warna
tersebut pada pupil penderita glaukoma. Kelainan mata
glaukoma ditandai dengan meningkatnya tekanan bola
mata, atrofi papil saraf optik, dan menciutnya lapang
pandang.
Makin tinggi tekanan bola mata makin cepat
terjadi kerusakan pada serabut retina saraf optik. Pada
orang tertentu dengan tekanan bola mata rendah telah
memberikan kerusakan pada serabut saraf optik (low
tension glaucoma – glaukoma tekanan rendah).
Tekanan bola mata pada glaukoma tidak berhubungan
dengan tekanan darah. Tekanan bola mata yang tinggi
akan mengakibatkan gangguan pembuluh darah retina
sehingga mengganggu metabolisme retina, yang kemudian
di susul dengan kematian saraf mata. Pada kerusakan
serat saraf retina akan mengakibatkan gangguan pada
fungsi retina. Bila proses berjalan terus, maka lama-
22
kelamaan penderita akan buta total. TIO normal : 12 –
22 mmHg.
4.2. ETIOLOGI
Penyakit yang ditandai dengan peninggian tekanan intra
okular ini, disebabkan:
1. Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan
siliar.
2. Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah
sudut bilik mata atau di celah pupil (glaukoma
hambatan pupil).
3. Sangat mungkin merupakan penyakit yang diturunkan
dalam keluarga.
4. Glaukoma dapat timbul akibat penyakit atau
kelainan dalam mata.
5. Glaukoma dapat diakibatkan penyakit lain di tubuh.
6. Glaukoma dapat disebabkan efek samping obat.
Glaukoma merupakan penyakit yang tidak dapat
dicegah, akan tetapi bila diketahui dini dan diobati
maka glaukoma dapat diatasi untuk mencegah kerusakan
lanjutnya.
Orang yang mempunyai risiko untuk menderita glaukoma
adalah:
23
1. Bila ada riwayat penderita glaukoma pada keluarga
maka risiko 4 kali orang normal.
2. Penderita miopia (rabun jauh).
3. Usia di atas 60 tahun.
4. Rabun dekat berat.
5. Penderita diabetes mellitus atau kencing manis.
6. Usia di bawah 40 tahun dengan TIO 21 mmHg atau
lebih.
7. Usia di atas 40 tahun dengan TIO 20 mmHg atau
lebih; wanita > pria.
8. Pasien yang pernah mengalami trauma bola mata..
9. Pemakaian cortisone (steroids), di mata atau
secara sistimatis (melalui mulut atau disuntik)
10. Pasien dengan riwayat sakit kepala kronis
yang belum jelas penyebabnya.
Klasifikasi vaughen untuk glaukoma adalah sebagai
berikut:
1. Glaukoma primer.
Glaukoma dengan etiologi tidak pasti, dimana
tidak didapatkan kelainan yang merupakan penyebab
glaukoma. Glaukoma ini didapatkan pada orang yang
telah memiliki bakat bawaan glaukoma seperti:
24
Bakat dapat berupa gangguan fasilitas
pengeluaran cairan mata atau susunan anatimis
bilik mata yang menyempit.
Mungkin disebabkan kelainan pertumbuhan pada
sudut bilik mata depan (goniodisgenesis),
berupa trabekulodisgenesis, irisdogenesis dan
korneodisgenesis dan yang paling sering
berupa trabekulodisgenesis dan
goniodisgenesis.
Glaukoma bersifat bilateral, yang tidak
selalu simetris dengan sudut bilik mata terbuka
ataupun tertutup, pengelompokan ini berguna untuk
pelaksanaan dan penelitian.
Glaukoma sudut primer dibagi menjadi dua, yaitu :
A. Glaukoma primer sudut terbuka (glaukoma kronis)
Glaukoma sudut terbuka primer adalah glaukoma
yang penyebabnya tidak ditemukan dan ditandai
dengan sudut bilik mata depan yang terbuka.
Gambaran klinik:
Berjalan perlahan dan lambat
Sering tidak disadari oleh penderitanya
25
Blockage of the trabecular meshwork slows drainage of the
aqueous humor, which increases intraocular pressure.
B. Glaukoma primer sudut tertutup (sempit)
Glaukoma sudut tertutup adalah glaukoma
primer yang ditandai dengan sudut bilik mata
depan yang tertutup, bersifat bilateral dan
herediter.
Sudut sempit dengan hipermetropia dan bilik
mata dangkal berbahaya memakai obat
antihistamin dan antispasme .
Pembagian Glaukoma sudut tertutup:
a. Akut
Glaukoma ini terjadi apabila terbentuk iris
bombe yang menyebabkan sumbatan sudut kamera
anterior oleh iris perifer dan akibat
26
pergeseran diafragma lensa-iris ke anterior
disertai perubahan volume di segmen posterior
mata.
b. Subakut
Ciri-ciri klinis:
- Nyeri unilateral berulang
- Kemerahan
c. Kronik
Ciri-ciri klinis:
- Peningkatan tekanan intraokular
- Sinakia anterior perifer meluas
d. Iris plateau
Iris plateau adalah suatu kelainan yang
jarang dijumpai kedalaman kamera anterior
sentral normal tetapi sudut kamera anterior
sangat sempit karena insersi iris secara
kongenital terlalu tinggi.
27
2. Glaukoma kongenital
Glaukoma kongenital, khususnya sebagai
glaukoma infantil (buftalmos), adalah glaukoma
akibat penyumbatan pengaliran keluar cairan mata
oleh jaringan sudut bilik mata yang terjadi oleh
adanya kelainan kongenital. Kelainan ini akibat
terdapatnya membran kongenital yang menutupi sudut
bilik mata pada saat perkembangan bola mata,
kelainan pembentukan kanal schlemm dan saluran
keluar cairan mata yang tidak sempurna terbentuk.
3. Glaukoma sekunder
Glaukoma sekunder merupakan glaukoma yang
diketahui penyebab yang menimbulkannya. Kelainan
mata lain dapat menimbulkan meningkatnya tekanan
bola mata. Glaukoma timbul akibat kelainan di
dalam bola mata, yang dapat disebabkan:
28
Kelainan lensa, katarak imatur, hipermatur
dan dislokasi lensa.
Kelainan uvea, uveitis anterior.
Trauma, hifema dan inkarserasi iris.
Pascabedah,blokade pupil, goniosinekia.
4. Glaukoma Absolute
Glaukoma absolute merupakan stadium akhir
glaukoma, dimana sudah terjadi kebutaan total
akibat tekanan bola mata memberikan gangguan
fungsi lanjut. Pada glaukoma absolute, kornea
terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi
dengan eksvakasi glaukomatosa, mata keras seperti
batu dan dengan rasa sakit. Sering mata dengan
buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah
sehingga menimbulkan penyulit berupa
neovaskularisasi pada iris, keadaan ini memberikan
rasa sakit sekali akibat timbulnya glaukoma
hemoragik.
Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan
memberikan sinar beta pada badan siliar untuk
menekan fungsi badan siliar, alkohol retrobular
atau melakukan pengankatan bola mata karena mata
telah tidak berfungsi dan memberikan rasa sakit.29
4.3. PATOFISIOLOGI
Studi terbaru mendeteksi terhadap antibody seorang
pasien dengan tekanan normal dan unsur pokok glaucoma.
Terlihat juga perbedaan yang sangat signifikan antara
riwayat antibody terhadap tekanan normal penderita
glaucoma dan subjek control cairan mata.
Pada glaukoma simpleks ditemukan perjalanan
penyakit yang lama akan tetapi berjalan terus sampai
berakhir dengan kebutaan yang disebut sebagai glaukoma
absolute. Karena perjalanan penyakit demikian maka
glaukoma simpleks disebut sebagai maling penglihatan.
4.4. GEJALA KLINIS
Gejala glaukoma umumnya agak sulit diketahui,
karena sering tidak disadari oleh penderitanya atau
dianggap sebagai tanda dari penyakit lain sehingga
kebanyakan penderita datang ke dokter mata dalam
30
keadaan yang lanjut dan bahkan sudah buta. Selain itu,
hal ini diperparah oleh minimnya pengetahuan penderita
dan keluarganya terhadap penyakit glaukoma.
.
1. Pada jenis glaukoma akut, penderita akan
mengalami nyeri yang sangat hebat pada mata, sakit
kepala, hingga mual muntah. Penglihatan dirasakan
menurun drastis dan mata terlihat merah. Keadaan
ini disebut glaukoma akut yang terjadi akibat
peningkatan TIO yang mendadak.
2. Pada jenis glaukoma kronik penderita jarang
mengeluhkan mata, karena umumnya peningkatan
tekanan yang terjadi telah berlangsung lama dan
mata penderita telah beradaptasi. Keadaan ini
sangat berbahaya, penyakit berjalan terus
sedangkan penderita tidak menyadarinya.
Sakit kepala ringan
Hilang penglihatan berangsur-angsur, yamg
diawali dengan penyempitan lapang pandang
tepi, Pada akhirnya akan terjadi penyempitan
lapang pandang yang menyebabkan penderita
sulit melihat benda-benda yang terletak di
sisi lain ketika penderita melihat lurus ke
depan (disebut penglihatan terowongan).
31
Penglihatan menjadi kabur atau berkabut
halo
3. Pada Glaukoma Kongenital :
Bola mata membesar
Edema atau kornea keruh akibat ensotel kornea
sobek
Bayi tidak tahan sinar matahari
Mata berair
32
Silau
Menjauhi sinar dengan menyembunyikan mata.
kornea edem
Megalokornea (12 – 13 mm)
Iris : tremulans
Lensa : ke belakang
Visus : ↓
Kornea : keruh
TIO áá
BMD : dalam
Atrofi N.II
3.5. DIAGNOSIS
Pada penderita glaukoma ditentukan beberapa gejala
tergantung pada jenis glaukoma tersebut. Penderita
sering ditemukan mengalami mual, muntah, sakit hebat di
mata dan di kepala, perasaan mual dengan muntah, dan
bradikardia.
Gambaran klinis yang sering ditemui antara lain:
1. Bradikardia akibat refleks okulo kardiak
2. Mual dan muntah yang kadang-kadang akibat rasa
sakit yang berat terdapat gejala gastrointestinal
3. Sakit hebat di mata dan di kepala karena iris
bengkak dan meradang, papil saraf optik hiperemis
33
4. Bilik mata depan di dalamnya normal akibat
terjadinya pengecilan lensa pada katarak
hipermatur
5. Kelopak mata edem dengan blefarospasme, terlihat
injeksi siliar yang berat, kornea juga terlihat
keruh dan pada dataran belakangnya menempel lensa
yang luksasi.
Glaukoma akan memperlihatkan gejala:
1. Tekanan bola mata yang tidak normal.
2. Rusaknya jala.
3. Menciutnya lapang penglihatan akibat rusaknya
selaput jala yang dapat berakhir dengan kebutaan.
3.6. TES DIAGNOSTIK GLAUKOMA
Sebelum melakukan penanganan lanjut hendaknya
dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu sesuai dengan
gejala yang ada pada penderita:
1. Tonometri Palpasi
Adalah pemeriksaan umtuk menentukan tekanan bola
mata dengan cepat, yaitu dengan memakai ujung jari
pemeriksa tanpa alat khusus (tonometer). Dengan
menekan bola mata dengan jari pemeriksa
diperkirakan besarnya tekanan didalam bola mata.
34
Penilaian dilakukan dengan pengalaman sebelumnya
yang dapat menyatakan tekanan mata N+1, N+2, N+3
atau N-1, N-2, N-3 yang menyatakan tekanan mata
lebih tinggi atau lebih rendah daripada normal.
2. Tonometer Schiotz
Tonometer Schiotz merupakan tonometer indentasi
atau menekan permukaan kornea dengan beban yang
dapat bergerak bebas pada sumbunya. Pada tonometer
Schiotz bila tekanan rendah atau bolamata empuk
maka beban akan dapat mengidentasi lebih dalam
dibanding bila tekanan bola mata tinggi atau bola
mata keras.
Bila tekanan lebih tinggi 20 mmHg dicurigai adanya
glaukoma, bila tekanan lebih dari pada 25 mmHg
pasien menderita glaukoma
35
3. Oftalmoskopi
Untuk melihat fundus bagian mata dalam yaitu
retina. Dengan oftalmoskop dapat dilihat saraf
optik didalam mata dan akan dapat ditentukan
apakah tekanan bola mata telah mengganggu saraf
optik.
4. Tonografi
Tonografi bertujuan untuk mengukur daya kemampuan
pengaliran aquous humor atau daya pengosongan
cairan mata pada sudut bilik mata.
Dengan mempergunakan tonometer Schiotz elektrik
dihubungkan dengan alat pencatat untuk
mengetahui hasil tekanan yang menurunkan tekanan
bola mata bila diberi tekanan berkesinambungan.
Pencatatan pada kertas yang berkesinambunganm akan
memberikan gambaran tonogram.
36
5. Gonioskopi
Pemeriksaan gonioskopi adalah tindakan untuk
melihat sudut bilik mata dengan goniolens.
Gonioskopi adalah suatu cara untuk melihat
langsung keadaan patologik sudut mata, juga untuk
melihat hal-hal yang terdapat pada susut bilik
mata seperti benda asing. Dengan gonioskopi dapat
ditentukan klasifikasi glaukoma penderita dan
malahan dapat menerangkan penyebab suatu glaukoma
sekunder.
6. Pemeriksaan Lapangan Pandang (Perimetri)
Perimetri dilakukan untuk mencari batas luar
persepsi sinar perifer dan melihat kemampuan
penglihatan daerah yang sama dan dengan demikian
dapat dilakukan pemeriksaan defek lapangan
pandang.
37
7. Pachymetry
Adalah suatu tes yang relatif baru digunakan untuk
managemen glaucoma. Pachymetry menentukan
ketebalan dari kornea. Setelah mata dibuat mati
rasa dengan obat-obat tetes bius, ujung dari
38
pachymeter disentuhkan dengan ringan pada
permukaan depan mata (kornea). Studi-studi
terakhir menunjukkan bahwa ketebalan kornea pusat
dapat mempengaruhi pengukuran tekanan intraocular.
Kornea yang lebih tebal dapat memberikan pembacaan
tekanan mata yang tinggi secara salah dan kornea
yang lebih tipis dapat memberikan pembacaan
tekanan yang rendah secara salah. Lebih jauh,
kornea-kornea tipis mungkin adalah suatu faktor
risiko tambahan untuk glaucoma.
4.7. TERAPI
Macam terapi yang dapat diberikan kepada pasien
glaukoma :
1. Medication / Obat-obatan:
Pemberian obat-obatan baik berupa tetes mata
maupun tablet sebagai tindakan pengobatan awal
bertujuan untuk segera menciptakan keadaan
tekanan bola mata yang normal atau cukup rendah
untuk memelihara agar saraf optik tidak tertekan
dan dengan demikian akan mencegah semakin
meluasnya kerusakan lapang pandang.
2. Laser treatment / Tindakan laser
39
Laser Trabekuloplasty dan Laser Iridotomi adalah
suatu cara untuk membuat agar pengaliran aqueous
humor selalu dalam keadaan lancar sehingga
tekanan bola mata selalu dalam batas yang
diinginkan.
3. Surgery / Tindakan pembedahan.
Trabekulectomi atau iridektomi, membuat saluran
kecil dari bilik mata belakang tembus ke bilik
mata depan dan kesaluran di sudut bilik mata
agar cairan bola mata dapat mengalir secara
lancar.
Pemberian terapi menurut jenis glaukoma yang diderita :
1. Glaukoma Sudut Terbuka
Obat tetes mata biasanya bisa mengendalikan
glaukoma sudut terbuka.
Obat yang pertama diberikan adalah beta bloker
(misalnya timolol, betaxolol, carteolol,
levobunolol atau metipranolol), yang kemungkinan
akan mengurangi pembentukan cairan di dalam mata.
Juga diberikan pilocarpine untuk memperkecil pupil
dan meningkatkan pengaliran cairan dari bilik
40
anterior. Obat lainnya yang juga diberikan adalah
epinephrine, dipivephrine dan carbacol (untuk
memperbaiki pengaliran cairan atau mengurangi
pembentukan cairan).
Jika glaukoma tidak dapat dikontrol dengan obat-
obatan atau efek sampingnya tidak dapat ditolerir
oleh penderita, maka dilakukan pembedahan untuk
meningkatkan pengaliran cairan dari bilik
anterior.
Digunakan sinar laser untuk membuat lubang di
dalam iris atau dilakukan pembedahan untuk
memotong sebagian iris (iridotomi).
2. Glaukoma Sudut Tertutup
Minum larutan gliserin dan air bisa mengurangi
tekanan dan menghentikan serangan glaukoma. Bisa
juga diberikan inhibitor karbonik anhidrase
(misalnya acetazolamide). Tetes mata pilocarpine
menyebabkan pupil mengecil sehingga iris tertarik
dan membuka saluran yang tersumbat.
Untuk mengontrol tekanan intraokuler bisa
diberikan tetes mata beta blocker.
Setelah suatu serangan, pemberian pilocarpine dan
beta blocker serta inhibitor karbonik anhidrase
biasanya terus dilanjutkan.
41
Pada kasus yang berat, untuk mengurangi tekanan
biasanya diberikan manitol intravena (melalui
pembuluh darah). Terapi laser untuk membuat lubang
pada iris akan membantu mencegah serangan
berikutnya dan seringkali bisa menyembuhkan
penyakit secara permanen. Jika glaukoma tidak
dapat diatasi dengan terapi laser, dilakukan
pembedahan untuk membuat lubang pada iris. Jika
kedua mata memiliki saluran yang sempit, maka
kedua mata diobati meskipun serangan hanya terjadi
pada salah satu mata.
3. Glaukoma Sekunder.
Pengobatan glaukoma sekunder tergantung kepada
penyebabnya. Jika penyebabnya adalah peradangan,
diberikan corticosteroid dan obat untuk melebarkan
pupil. Kadang dilakukan pembedahan.
4. Glaukoma Kongenitalis
Untuk mengatasi glaukoma kongenitalis perlu
dilakukan pembedahan.
5. Glaukoma absolut
42
Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan
memberikan sinar beta pada badan siliar untuk
menekan fungsi badan siliar, alkohol retrobular
atau melakukan pengankatan bola mata karena mata
telah tidak berfungsi dan memberikan rasa sakit.
4.8. PENCEGAHAN
Pencegahan kebutaan akibat glaukoma:
1. Pada orang yang telah berusia 20 tahun sebaiknya
dilakukan pemeriksaan tekanan bola mata berkala
secara teratur setiap 3 tahun.
2. Bila terdapat riwayat adanya glaukoma pada
keluarga maka lakukan pemeriksaan ini setiap
tahun.
3. Secara teratur perlu dilakukan pemeriksaan lapang
pandangan dan tekanan mata pada orang yang
dicurigai akan timbulnya glaukoma. 43
Penanganan iridektomi
• Prinsip utama à â tio
pilocarpin 2% 1 tetes/jam
timolol maleat 0,5% 2x /hari
carbonic anhidrase inhibitor
(diamox) 500-1000 mg
• Setelah tio â è iridektomi perifer
47
DAFTAR PUSTAKA
1. Sidarta Ilyas. Ilmu Penyakit Mata edisi ketiga.
2008. Jakarta: FK UI.
2. Vaughan, Daniel G., Asbury Taylor, Riordan Eva-Paul.
Oftalmologi Umum. Edisi 14.Jakarta:Widya
Medika,2000,hal 5-6.
3. American Academy of Ophtalmology. Basic and Clinical
Science Course section 8 External Disease and
Cornea. 2007-2008. p: 344&405
4. Hamurwono GD, Nainggolan SH, Soekraningsih. Buku
Pedoman Kesehatan Mata dan Pencegahan Kebutaan Untuk
Puskesmas. Jakarta: Direktorat Bina Upaya Kesehatan
Puskesmas Ditjen Pembinaan Kesehatan Masyarakat
Departemen Kesehatan, 1984. 14-17
48