Kualitas Air Sungai Code Ditinjau dari Indikator Pencemarnya
Transcript of Kualitas Air Sungai Code Ditinjau dari Indikator Pencemarnya
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, Puji syukur kami haturkan ke hadirat Allah
SWT, karena dengan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan karya
ilmiah yang berjudul “Kualitas Air Sungai Code Ditinjau dari
Indikator Pencemar” (Studi Kasus Sungai Code Lokasi Pemantauan
Jembatan Gondolayu Kelurahan Cokrodiningratan Jetis Yogyakarta)”.
Meskipun banyak hambatan yang kami alami dalam proses
pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaikan karya ilmiah ini
tepat pada waktunya.
Tidak lupa kami sampaikan terimakasih kepada Ibu Riani,
M.Pd.. selaku dosen pembimbing yang telah membantu dan membimbing
kami dalam mengerjakan karya ilmiah ini. Kami juga mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang sudah memberi kontribusi baik
langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan karya ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun karya tulis ini masih
jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun guna sempurnanya karya
1
tulis ini. Penulis berharap semoga karya tulis ini bisa
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Yogyakarta, 9 Desember 2014
Rizky Tika Pratiwi
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………………………………1
Daftar Isi…………………………………………………………………………………………..2
Daftar Tabel……………………………………………………………………………………….3
Daftar Gambar……………………………………………………………………………………3
BAB I Pendahuluan
Latar Belakang……………………………………………………………………………4
Rumusan Masalah…………………………………………………………………………6
Tujuan……………………………………………………………………………………..6
Manfaat…………………………………………………………………………………...6
BAB II Tinjauan Pustaka
Kajian Pustaka…………………………………………………………………………….7
Kerangka Berpikir…………………………………………………………………………9
2
BAB III Metodologi Penelitian
Jenis Penelitian…………………………………………………………………………..10Data dan Sumber Data…………………………………………………………………..10
Teknik Pengumpulan Data………………………………………………………………10
Teknik Analisis Data……………………………………………………………………..11
Pemeriksaan Keabsahan Data………………………………………………………...….11
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Deskripsi data……………………………………………………………………………12
Pembahasan…………………………………………………………………………….16
BAB V Kesimpulan dan Saran…………………………………………………………………21
Daftar Pustaka…………………………………………………………………...……………….22
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Parameter pencemar Sungai Code…………………………………………………….12
Tabel 2 . Data sumber pencemar Sungai Code Tahun
2013……………………………………13
DAFTAR GAMBAR
3
Gambar 1 . Sungai Code…………………………………………………………………………14
Gambar 2. Poster lingkungan……………………………………………………………………18
Gambar 3. Penanganan sampah…………………………………………………………………19
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
4
Dalam Islam, segala sesuatu tentang kehidupan ini telah
Allah jelaskan secara menyeluruh di dalam Al-Qur’an. Tak
terkecuali permasalahan mengenai air. Dalam Al-Qur’an surat Al-
Waqi’ah ayat 68-70, Allah bertanya “Pernahkah kamu memerhatikan
air yang kamu minum? Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah
kami yang menurunkan? Sekiranya kami menghendaki, niscaya Kami
menjadikannya asin, mengapa kamu tidak bersyukur?”. Secara
tersirat Allah memerintahkan kita untuk berfikir akan air yang
kita minum sehari-harinya. Allah berfirman pula dalam Q.S. Al-
Furqon : 53, “Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir
(berdampingan); yang ini tawar dan segar dan yang lain sangat
asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan
batas yang tidak tembus”. Irianto (2006) mengatakan, kelembapan
bumi berada dalam sirkulasi yang sinambung, yaitu suatu proses
yang dikenal sebagai daur air atau daur hidrologis. Istilah ini
mengacu pada sirkulasi air dari lautan dan air-akar permukaan
lain menuju atmosfer melalui evaporasi dan transpirasi diikuti
dengan presipitasi kembali ke bumi sebagai hujan batu es. Maka
mungkin saja Allah menjadikan air hujan itu asin, hendaknya
manusia bersyukur karena Allah tidak menghendaki hal tersebut.
5
Air hujan merupakan presipitasi total dari penguapan air
laut yang setiap tahunnya sebesar 100.000 kilometer kubik jatuh
ke permukaan tanah menjadi air permukaan seperti air sungai.
Salah satu air sungai yang akan kita bahas di sini adalah Sungai
Code. Sungai Code yang bermata air di kaki Gunung Merapi ini
merupakan salah satu sungai yang memiliki arti yang sangat
penting bagi penduduk provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta,
khususnya daerah yang dilalui oleh sungai ini. Dengan mata air
yang berada di salah satu gunung yang aktif di dunia, mata airnya
dimanfaatkan untuk pengairan persawahan di Sleman dan Bantul
serta dipergunakan juga sebagai sumber air minum (Merti Code,
2007).
Mengingat ketergantungan masyarakat terhadap air, pencemaran
sungai dan hujan merupakan masalah lingkungan yang serius. Banyak
ancaman terhadap kualitas air sungai diakibatkan oleh aktivitas
masyarakat (Campbell, 2008). Masyarakat telah lama menganggap
sungai dapat menjadi tempat membuang limbah yang tak terbatas.
Ternyata limbah padat, sampah dan tumpahan minyak melebihi
kemampuan lautan untuk menawarkannya. Polusi air berasal dari
aktivitas manusia; dari industri dibuang melewati pipa-pipa itu
6
dan tanki penyimpanannnya. Air tecemar juga dapat berasal dari
pertambangan ketika rembesan air melarutkan dan tercemar zat-zat
kimia sisa proses produksi dan sisa galian (Mulyanto, 2007).
Penelitian yang dilakukan oleh Dinarjati Eka Puspitasari
(2009) menunjukkan air sungai Code tercemar terbukti bahwa air
tersebut berasa, berbau, dan berwarna, terjadi perubahan suhu
air, terdapat endapan, dan terdapat mikroorganisme di dalamnya.
Hal yang sama diungkapkan oleh Yoga Brahmantya (2010) yakni
adanya peningkatan konsentrasi Fe (besi) pasca terjadinya erupsi
pada tahun 2010.
Berdasar uraian tersebut di atas, maka penulis tertarik
untuk mengadakan penelitian di sekitar bantaran sungai Code
Yogyakarta, lokasi pemantauan Jembatan Gondolayu Kelurahan
Cokrodingratan Kecamatan Jetis Yogyakarta, dimana warga
memanfaatkan lokasi tersebut sebagai daerah pemukiman. Disamping
itu banyaknya industri, pariwisata, dan sarana prasarana
pelayanan kesehatan masyarakat yang mungkin saja sebagai komponen
pencemar utama sungai Code. Penelitian ini perlu dibuat dan
diketahui karena sungai Code merupakan sumber kehidupan primer
masyarakatnya. Berbeda dari penelitian yang pernah ada
7
sebelumnya, peneliatan ini mencoba mengungkapkan kualitas air
sungai Code dari sudut pandang social. Dwijoseputro (2001)
mengatakan bahwa perlu disadari seyogyanya lingkungan merupakan
produk sosial masyarakat, karena masyarakat yang dapat menentukan
kondisi lingkungannya.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat 3 permasalahan
yang perlu mendapatkan pengkajian terkait kualitas air sungai
Code ditinjau dari indikator pencemar. Pertama, Bagaimana kondisi
kualitas air sungai Code ditinjau pula dari sumber pencemarnya?
Kedua, Bagaimana pengelolaan air masyarakat sekitar Sungai Code?
Ketiga, Bagaimana dan sejauh apa pengaruh pengelolaan air
masyarakat tersebut terhadap kualitas air sungai Code?
C. Tujuan Penelitian
Maksud dan tujuan yang hendak dicapai penulis dari
penelitian tersebut adalah:
a. Mengetahui sejauh mana pengelolaan air masyarakat sekitar
Sungai Code.
8
b. Mengkaji lebih dalam tentang social cultural masyarakat
sekitar Sungai Code.
c. Menentukan apakah ada pengaruh antara pengelolaan air dan
social cultural masyarakat sekitar Sungai Code terhadap
kualitas air tanahnya.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah mengetahui, mengkaji, dan
menentukan apakah ada pengaruh antara pengelolaan air dan
social cultural masyarakat sekitar Sungai Code terhadap
kualitas air tanahnya. Selanjutnya dengan penelitian ini
penulis dapat menyumbangkan pemikiran dan hasil penelitian ini
kepada pihak masyarakat yang ingin mengetahui lebih lanjut
mengenai pengaruh pengelolaan air dan social cultural
masyarakat sekitar Sungai Code terhadap kualitas air tanahnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
9
Tiga perempat permukaan Bumi terendam dalam air. Kehidupan di
Bumi dimulai dalam air dan dimulai di sana selama 3 milliar tahun
sebelum menyebar ke darat. Kehidupan modern, bahkan organism
hidup terrestrial (penghuni daratan), tetap terikat dengan air.
Semua organism hidup membutuhkan air, melebihi semua zat lain.
Air memiliki empat sifat emergen yang berkontribusi dalam
kecocokan Bumi bagi kehidupan, yakni kohesif, memoderasi suhu,
pengembangan saat membeku, dan keserbabisaan sebagai zat pelarut.
Mengingat ketergantungan semua kehidupan pada air, pencemaran
sungai, danau, laut, dan hujan merupakan masalah lingkungan yang
serius. Banyak ancaman terhadap kualitas air diakibatkan oleh
aktivitas manusia (Campbell, 2008).
Manusia telah lama menganngap lautan yang luasnya 80% dari luas
bumi, dapat menjadi tempat membuang limbah yang tak terbatas.
Ternyata limbah vpadat, sampah dan tumpahan minyak melebihi
kemampuan lautan untuk menawarkannya. Polusi air berasal dari
aktivitas manusia; dari industry dibuang melewati pipa-pipa itu
dan tanki penyimpanannnya. Air tecemar juga dapat berasal dari
pertambangan ketika rembesan air melarutkan dan tercemar zat-zat
kimia sisa proses produksi dan sisa galian (Mulyanto, 2007).10
Karakter Sosial-Budaya
Kemampuan dan tingkat kualitas air yang ada senantiasa
dipengaruhi oleh jumlah penduduk dan tingkat kepadatan penduduk
di wilayah tersebut. Ketika jumlah manusia terbataas dan hidup
secara sederhana, pada umumnya cara hidup dan bermukim manusia
masih serasi dengan lingkungan alam sehingga pada tingkat seperti
ini masalah lingkungan belum dikenal orang. Akan tetapi, setelah
jumlah manusia bertambah banyak, serta ilmu pengetahuan yang
dimiliki manusia terus berkembang, pola tingkah lakunya pun
berubah pula, antara lain dengan mengadakan perubahan pada
lingkungan, menurut keinginannya. Perubahan yang pada mulanya
kecil, berubah dengan cepat seiring dengan pertumbuhan penduduk,
serta perkembangan ilmu dan teknologinya yang begitu pesat. Pada
akhirnya segala kegiatan tersebut mengganggu keserasian manusia
dengan llingkungan, termasuk gangguan dan peerusakan pada sumber
daya air (Silalahi, 2008).
Sungai Code yang bermata air di kaki Gunung Merapi ini
merupakan salah satu sungai yang memiliki arti yang sangat
penting bagi penduduk provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta,
11
khususnya daerah yang dilalui oleh sungai ini. Dengan mata air
yang berada di salah satu gunung yang aktif di dunia, mata airnya
dimanfaatkan untuk pengairan persawahan di Sleman dan Bantul
serta dipergunakan juga sebagai sumber air minum.
Dikarenakan sungai ini berasal dari gunung berapi yang sangat
aktif, maka sungai ini seringkali mengalami banjir lahar, atau
lebih dikenal dengan banjir yang diakibatkan oleh gugurnya atau
hanyutnya lahar dingin yang mengendap di kubah Gunung Merapi,
sebagai akibat dari hujan yang terjadi di wilayah gunung
tersebut. banjir lahar yang dapat dipastikan akan selalu terjadi
apabila endapan lahar yang ada di Gunung Merapi terkena hujan,
sehingga lahar tersebut hanyut dan mengalir melalui sungai code
akan menimbulkan dampak yang sangat besar bagi penduduk di
sepanjang bantaran sungai. Banyak rumah yang rusak atau hanyut
terkena terjangan banjir lahar dingin tersebut.
B. Kerangka Berpikir
Air menguasai ¾ bagian bumi ini. Al-Qur’an telah secara jelas
menyatakan dalam Q.S. Al-Anbiyaa ayat 30 yakni dari air Allah jadikan
tiap sesuatu yang hidup. Manusia dan hewan membutuhkan air sebgai 80%
12
sebagai komponen utama pengisi sel. Tumbuhan membutuhkan air
untuk berfotosintesis. Kelembapan bumi berada di sirkulasi yang
sinambung yang sering disebut daur air atau daur hidrologis
sehingga merujuk pada evaporasi (penguapan) ke atmosfer hingga
presipitasi yakni jatuhnya kembali air ke permukaan melalui air
hujan. Perairan alamiah dibedakan menjadi air atmosfer, air di
bawah permukaan tanah, dan air permukaan yang salah satunya
merupakan sungai. Mengingat ketergantungan semua makhluk hidup
pada air, pencemaran sungai merupakan salah satu masalah serius.
Karena tidak hanya manusia yang memanfaatkan air sungai sebagai
kebutuhan mereka, hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme akuatik pun
merupakan subjek yang perlu diperhatikan.
Indicator bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya
perubahan suhu air, perubahan pH atau ion Hidrogen, perubahan
warna, bau, dan rasa, timbulnya endapan, koloidal, dan bahan
terlarut, adanya mikroorganisme, dan meningkatnya radioaktivitas
di linkungan. Air yang tercemar tentu mengakibatkan kerugian
besar bagi manusia. Air menjadi tidak bermanfaat lagi bahkan
menimbulkan penyakit menular maupun tidak menular. Apabila
ditinjau dari social budaya, maka manusia merupakan aspek penting13
tentang apakan lingkunagan sebagai produk manusia ataukah manusia
sebagai produk lingkungan. Terkait dengan hal tersebut, hubungan
antara Sungai Code dengan masyarakatnya menjadi bahasan yang
menarik. Bagaimana tingkat pencemaran di Sungai Code dan
bagaimana pengelolaan masyarakat setempat dalam upaya
melestarikan lingkungannya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis lakukan merupakan penelitian
dengan pendekatan kualitatif. Penellitian dengan pendekatan
kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk mempelajari
fenomena berdasarkan pandangan partisipan atau subjek
penelitian. Fenomena tersebut dijelaskan dengan menggunakan
deskripsi yang mendalam.
B. Data dan Sumber Data
Data yang dihimpun oleh penulis adalah data mengenai
pengelolaan air dan social cultural yang biasa dilakukan oleh
masyarakat sekitar. Juga mengenai Kualitas terkini dari air14
tanah di Sungai Code. Dalam hal penentuan sumber data penulis
telah mewancarai Bapak Supardi selaku budayawan Merti Code
Utara yang memberikan data mengenai social cultural masyarakat
sekitar Sungai Code. Kemudian Bapak Nugroho Priyo selaku
kader lingkungan dari Badan Lingkungan Hidup Provinsi DIYyang
memberikan data mengenai status mutu air dan data sumber
pencemar Sungai Code. Untuk menjaga kerahasiaan sumber data,
sesuai dengan etika penelitian, penulis memberikan surat
persetujuan penelitian dari responden. Pemilihan sumber data
yang ada sudah sesuai dengan kajian pustaka dan rumusan
masalah.
C. Teknik Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data yang diperlukan, penulis melakukan
beberapa tahap. Pertama, menentukan tema dari karya tulis ini
dan merumuskan permasalahannya. Kedua, melakukan kajian
pustaka dengan menbaca literature terkait rumusan masalah yang
ada. Ketiga, tindak lanjut dari kajian pustaka yang ada,
penulis mendapatkan expert yang mahir di bidang yang sesuai
rumusan masalah penulis. Keempat, menghubungi ahli tersebut
15
dan membuat janji. Terakhir, mencatat data pada catatan harian
penelitian penulis.
Sebagai instrument penelitian, penulis berupaya menunjukkan
kembali data tentang pengelolaaan air dan social cultural
masyarakat sekita Sungai Code. Dalam hubungannya dengan
kualitas air tanah, penulis berupaya mencari tahu apakah ada
kaitan antara social cultural masyarakat dengan kualitas air
tanahnya? Ini menjadi menarik karena belum pernah ada studi
kasus mengenai ini.
Dalam pemilihan informan, penulis mengawalinya dengan
membaca literature terkait. Disanalah penulis mendapatkan
beberapa daftar responden. Kemudian menentukan berdasarkan
pengalaman yang penulis anggap terbaik dari beberapa pilihan
lainnya.
D. Teknik Analisis Data
Analisa data dilakukan dengan mengumpulkan data terkait
kemudian menyesuaikannya dengan tinjauan pustaka yang ada secara
komparatif.
16
E. Pemeriksaan Keabsahan Data
Pemeriksaan keabsahan data dipantau melalui:
a. sejauh mana narasumber memberikan informasi secara lengkap,
b. kredibilitas narasumber yang memang ahli di bidangnya,
c. kredibilitas lembaga narasumber yang terpercaya,
d. data yang relevan dengan kondisi sekarang, dan
e. narasumber yang menyampaikan informasi secara objektif.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Studi Literatur Pengambilan hasil data Parameter Pencemar
Sungai Code dan data Sumber pencemar dari website Badan
Lingkungan Hidup Provinsi DIY.
REKAPITULASI HASIL PEMANTAUAN DAN ANALISA PERHITUNGAN METODE STORET UNTUK
PENENTUAN STATUS MUTU KUALITAS AIR SUNGAI CODE TAHUN 2013
Lokasi Pemantauan : Jembatan Gondolayu, Jetis, Yogyakarta
Koordinat : S : 07⁰ 47' 21.6"
E : 110⁰ 22' 08.3"
17
NO PARAMETER SATUAN BAKU MUTU
AIR KELAS
II *)
HASIL
PEMANTAUAN
1 BOD₃ mg/L 3 6,1
2 Klorin Bebas mg/L 0,03 0,18
3 Sulfida mg/L 0,002 0,073
4 Kadmium mg/L 0,01 0,02
5 Tembaga mg/L 0,02 0,06
6 Bakteri Koli Tinja JPT/100 Ml 1000 210000
7 Bakteri Total Koli JPT/100 mL 5000 210000
Tabel 1. Parameter pencemar Sungai Code
Pedoman Status Mutu Air
Status Mutu Air Dengan Metode Storet sesuai KepMen LH No. 115 Tahun 2003 tentang Pedoman
Status Mutu Air : Status Mutu : Cemar Berat
(1) Kelas A : Baik sekali, skor = 0 ---> memenuhi baku mutu (3) Kelas C : Sedang, skor = -
11 s/d -30 ---> cemar sedang
(2) Kelas B : Baik, skor = -1 s/d -10 ---> cemar ringan (4) Kelas D : Buruk, skor ≤ -31
----> cemar berat
*) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001
: melebihi baku mutu
18
Data Sumber Pencemar Sungai Code Tahun 2013
NO NAMA KEGIATAN JUMLAH PARAMETER PENCEMAR
1 Pelayanan
kesehatan
20 BOD, COD, TSS NH3, PO4, Minyak,
Deterjen, Phenol, ph, Mikrobiologi,
Radioaktivitas
2 Industri 102 BOD, COD, TDS, TSS, Cr, NH3-N, H2S,
Detergen, Minyak & Lemak Nabati,
Minyak Bumi, Ph, Pb, Cd, Hg, Se,
NH3, Temperatur,
3 Pariwisata 155 COD, TDS, BOD, TSS, Detergen Total,
PO, Minyak & Lemak Nabati, ph, PO₄.
Tabel 2 . Data sumber pencemar Sungai Code Tahun 2013
Studi Literatur Jurnal terkait tentang dampak kesehatan
masyarakat bantaran Sungai Code
Menurut Puspitasari (2009), air sumur mugkin tercemar oleh
bakteri E. Coli karena meskipun telah dibuat seprtic tank namun
jaraknya tidak sesuai dengan ketentuan dimana minimal berjarak 10
meter dari rumah. Bakteri E. Coli ini membuat rawan penakit diare
dan disentri. Menurut Permenkes RI tidak memenuhi syarat air
bersih. Hal ini dikarenakan air tersebut berasa dan Parameter
19
Mangan melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan yakni 0,66
dengan kadar maksimum 0,5. Nitrat melebihi batas syarat yakni
0,97 dengan kadar maksimum 10. Parameter mangan yang tinggi
mengganggu estetika karena menimbulkan warna cokelat pada bahan
pakaian dan bak mandi. Nitrat yang tinggi, pada bayi berusia 4
bulan menyebabkan bayi biru karena nitrat yang besar pada usus
cenderung menjadi nitrit yang dapat beraksi langsung dengan
haemoglobin dam darah dan membentuk methaemoglobine yang dapat
menghambat jalannnya oksigen dalam darah.
Wawancara dengan Bapak Supardi selaku Budayawan Sungai Code
mengenai Peran serta masyarakat Sungai Code dalam rangka
pengelolaan air dan menjaga kualitasnya
Gambar 1 . Sungai Code
20
Kata Merti sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Jawa. Budaya
Jawa yang berasal dari kata memetri. Sinonim dengan kata Nguri-uri
yang berarti merawat atau melestarikan. Masyarakat yang
berdomisili di sekitar bantaran Sungai Code menyebutnya Merti
Code. Agenda budaya rutin yang sering dilakukan setiap tahunnya
adalah pengambilan 7 mata air dari daerah Cokrokusuman, Terban,
Jetisharjo, daerah pegunungan Turgo (hulu Sungai Code), dan
Gondolayu. Air yang diambil dari 7 lokasi ini kemudian pada malam
harinya dilakukan Tirakatan atau didoakan. Terdengar seperti mitos
memang, tapi masyarakat bantaran Sungai Code percaya bahwa
kegiatan ini berguna untuk menjaga Sungai Code secara
metafisika.
Hal lainnya adalah masyarakat bantaran Sungai Code sudah
menyadari akan pentingnya menjaga lingkungan. Sejak tahun 2008,
pemerintah sudah banyak membangun MCK Umum sebagai solusi agar
masyarakat setempat tidak secara langsung membuang feses di
Sungai. Walaupun sempat mengalami banjir lahar dingin pada erupsi
Gunung Merapi tahun 2010 lalu, namun pembenahan telah banyak
berubah sejak tahun itu. Pemerintah juga menyediakan Tabung
Kompos untuk pembuatan pupuk kompos pada tahun 2012. Tabung ini21
berguna agar masyarakat dapat membuat pupuk sendiri bagi tanaman
mereka dengan memanfaatkan limbah rumah tangga yang ada dan tidak
menjadi sia-sia. Ada pula tabung pengepul sampah plastic. Agar
masyarakat tidak membuanng sampah plastic secara sembarangan
karena sampah plastic sulit terurai. Masyarakat menyadari
pentingnya memilah-millih sampah menjadi sampah organic, dan
anorganik.
a. Hasil Analisis Data
Dari data yang ada diketahui bahwa pada Februari 2013
terdapat 7 parameter yang melebihi baku mutu kualitas air.
Diantaranya BOD3, Klorin bebas, Sulfida, Kadmium, Tembaga,
Bakteri Koli Tinja dan Bakteri Total Koli.
Berdasarkan data sumber pencemarnya, Sungai Code dicemari
oleh 4 Rumah Sakit Kelas B dan C, 3 Rumah Sakit Kelas D dan Rumah
Sakit Khusus, 6 Puskesmas, 1 Rumah Sakit Bersalin, 6 Laboratorium
Lingkungan dan Kesehatan, 3 industri kulit, 56 industri
oromotif/karoseri, 15 industri percetakan, 5 SPBU, 10 laundry, 2
stasiun kereta api, 11 industri farmasi, 7 hotel bintang 1, 4
22
hotel bintang 2, 3 hotel bintanng 3, 6 hotel bintanng 4 dan 5, 81
hotel melati, 31 restauran, 21 rumah makan, dan 2 mall.
Hal tersebut menyebabkan berbagai penyakit yang merugikan
masyarakat bantaran Sungai Code. Namun kebanyakan masyarakat
sudah mulai banyak mengerti dan sadar akan pentingnya menjaga
lingkungan. Salah satunya dengan adanya Merti Code.
b. Pembahasan
Berdasarkan hasil wawancara yang didapatkan, Sungai Code
dalam studi kasus pengamatan Jembatan Gondolayu Kelurahan
Cokrodiningratan Kecamatan Jetis Yogyakarta status Mutu Air nya
adalah Cemar Berat.pada kasus bulan Februari 2013 misalnya,
jumlah skor dari perhitungan Storet parameter fisik kimia air nya
adalah -90. Padahal skor lebih dari sama dengan -31 tergolong
Kelas D atau Buruk sehingga dapat dikatakan Sungai Code dalam
kasus ini adalah cemar berat. Parameter yang melebihi baku mutu
diantaranya BOD3, Klorin bebas, Sulfida, Tembaga, Bakteri Koli
Tinja, dan Bakteri Total Koli.
Diantara banyak sumber pencemar yang ada, seperti pelayanan
kesehatan, industry, dan pariwisata, parameter pencemaran
23
utamanya adalah BOD3. Biological Oxygen Demand, atau kebutuhan
oksigen biologis, adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme di dalam air lingkkungan untuk memecah
(mendegradasi) bahan buangan organic yang ada di dalam air
lingkungan tersebut. Sebenarnya peristiwa penguraian bahan
buanngan organic melalui proses alamiah yang mudah terjadi
apabila air lingkungan mengandung oksigen yang cukup.
Sejalan dengan penelitian Puspitasari (2009), terdapak
kandungan Nitrat yang apabila diberikan pada bayi berusia 4 bulan
dapat menyebabkan bayi biru. Bahan buangan anorganik yang
biasanya berasal dari industry elektronika, electroplating, dan
industry kimia juga terdapat seperti Kadmium (Cd) dan Krom
heksavalen. Industri electroplating banyak menggunakan logam
cadmium. Pabrik pipa plastic atau PVC juga memakai cadmium
sebagai stabilisator. Kadmium juga dapat ditemui sebagai hasil
samping penambangan timah hitam dan tambang biji besi. Pada masa
lalu cadmium sering digunakan untuk industry obat-obatan untuk
penyakit kelamin (sifilis). Namun tidak untuk sekarang. Cadmium
merupakan logam asing bagi tubuh. Tubuh manusia tidak
membutuhkannya dalam proses metabolism. Cadmium dapat terabsorbsi24
oleh tubuh manusia tanpa ada yang membatasinya. Cadmium yang
terabsorpsi oleh tubuh akan mengumpul di ginjal, hati, dan
sebagian lagi dibuang melalui pencernaan. Keracunan kadmiium
dapat mempengaruhi oto polos pembuluh darah. Akibatnya tekanan
darah menjadi tinggi dan dapat menyebabkan gagal jantung. Ginjal
pun dapat rusak apabila keracunan cadmium. Namun hingga kini
belum ada kasus keracunan cadmium yang terjadi di bantaran Sungai
Code walaupun ditemukan indikatornya.
Selanjutnya ditemukan indicator permanganat. Permanganate di
dalam air menyebabkan air besifat sadah. Kesadahan air yang
tinggi dapat merugikan karena dapat merusak peralatan yang
terbuat dari besi, yaitu melalui proses pengkaratan (korosi).
Limbah pariwisata seperti perhotelan adalah salah satu
sumber utama pencemar limbah detergen. Bahan buangan berupa sabun
dan detergen di dalam air llingkungan mengganggu karena larutan
sabun akan menaikkan Ph air ssehingga dapat mengganggu kehidupan
organism di dalam air. Detergen yang menggunakan bahan non-fosfat
akan menaikkan Ph air sampai sekitar 10,5-11. Bahan antiseptic
25
yang ditambahkan ke dalam sabun juga mengganggu kehidupan
mikroorganisme di dalam air, bahkan dapat mematikan.
Sungai Code tidak dapat digunakan sebagai air minum. Apabila
ditinjau dari tidak ditemukannya logam berat maupun logam
bersifat racun seperti Timbal (Pb), Arsen (As), dan Air Raksa
(Hg). Logam ini mengandung ion-ion logam yang berbahaya bagi
tubuh manusia. Namun apabila ditinjau dari melebihinya baku mutu
air pada parameter bakteri koli, air sunga ini menjadi tidak apik
apabila untuk dikonsumsi. Banyaknya bakteri yang ada dapat
menyebabkan penyakit Cholera dan Dysentri.
Penyakit kolera dalah penyakit menular yang menyerng usus
halus yang kemudian dapat menyebabkan kematian dalam waktu
singkat. Penyakit ini akan menjadi wabah apabila tidak ditangan
sunngguh-sungguh. Masa inkubasi kolera sangat cepat, dari hanya
beberapa jam sampe beberapa hari sampai penderita terinfeksi oleh
bakteri kolera. Penyakit kolera ditandai dengan muntah dan diare
yang terus menerus (muntaber) yang menyebabkan dehidrasi parah
sehingga penderita kolaps dan akhirnya meninggal. Hal ini pula
26
yang menjadi acuan apabila air sungai Code merupakan Kualitas II,
yakni hanya untuk mandi, cuci, kakus.
Peliknya masalah yang ada akibat dari kondisi llingkkungan
yang buruk membuat masyarakat Sungai Code menyadari arti penting
mereka untuk melestarikan lingkungan yang juga untuk bermanfaat
bagi mereka sendiri. Seperti yang tertera pada gambar di bawah
ini.
Gambar 2. Poster lingkungan
Walaupun masih ada beberapa masyarakat yang masih melakukan
membuang sampah di Sungai ataupun mebuang feses di Sungai, namun
lamabat daun masyakat enggan melakukan hal tersebut. Pengetahuan
masyarakat untuk memilah sampah pun terus meningkat.
27
Gambar 3. Penanganan sampah
Pada gambar penangan sampah di atas, gambar pada sudut kiri
atas merupakan gambar tabung pembuatan pupuk kompos. Gambar pada
sisi kanan merupakan gambar tabung pengepulan limbah plastic.
Sedangkan gambar bawah menunjukkan Bank Sampah.
Masyarakat Sungai Code menyadari pentingnya menilah sampah
berdasarkan sampah organic maupun sampah non organic. Sampah
organic seperti sampah dapur, mereka manfaatkan kembali dengan
cara membuatnya sebagai pupuk kompos yang justru dapat kembali
28
mereka pergunakan untuk pupuk tanaman mereka. Sementara limbah
non organic seperti limbah plastic mereka kumpulkan pada tabunng
pengepul seperti di atas. Mereka menyadari sulitnya
mikroorganisme mengural limbah anorganik sehingga diperlukan
teknik pengolahan sampah lain seperti yang sering digalakkan
pemerintah yakni Reduce, Reuse, dan Recycle.
29
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Masyarakat Sungai Code sudah menyadari bagaimana kepentingan
mereka untuk menjaga lingkungannya dan merawat Sungai Code.
Setidaknya mereka tidak mebuanng sampah di Sungai secara
langsunng. Mereka menyadari sekecil apapun yang mereka buanng itu
akan berdampak buruk bagi Sungai Code. Mereka mampu memilah
sampah organic dan sampah non organic serta memanfaatkannya
kembali.
Merti Code sebagai budaya masyarakat bantaran Sungai Code,
acara yang dirutinkan setiap tahunnya adalah pengambilan air dari
mata air diantarannya Turgo, Terban, Cokrokusuman,
30
JetisPasiraman, dan Gondolayu. Agenda ini mereka percayakan
member pengaruh baik bagi Sungai Code.
Pola pengelolaan air masyarakat sekita sangat berpengaruh.
Apabila masyarakat tidak membuang samapah secara lanngsung di
Sungai, tidak aka nada berlebihnya mutu bakku kualitas air pada
BOD3. Sehingga tidak menghalangi sinar matahari untuk membantu
tumbuhan air melakukan fotosintesis. Kemudian memudahkan
mikroorganisme akuatik dalam mengurai limbah.
B. Implikasi
Dengan adanya karya ilniah ini diharapkan menambah
pengetahuan penulis sendiri guna mengetahui parameter pencemaran
sungai. Sehingga terutama penulis turut andil dalam budaya hidup
sehat masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Dwijoseputro, D. 1991. Ekologi Manusia dengan Lingkungannya. Jakarta :
Penerbit Erlangga
Irianto, Koes. 2007. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme. Bandung
: CV. Yrama Widya
31
Reece, Jane B., & Campbell, Neil A.,. 2008. Biologi Edisi Kedelapan
Jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga
Mulyanto, H.R. 2007. Ilmu Lingkungan. Yogyakarta : Graha Ilmu
Puspitasari, D. Eka. 2009. Dampak Pencemaran Air Terhadap
Kesehatan Lingkungan Dalam Perspektif Hukum Lingkungan (Studi
Kasus Sunngai Code Di Kelurahan Wirogunan Kecamatan Merganngsan
dan Kelurahan Prawiridirjan Kecamatan Gondomanan Yogyakarta.
Mimbar Hukum. 21: 23-24
Rostika, Ika. Kampung Hijau, disampaikan dalam Workshop Bangunan
Ramah Lingkungan WaterForum dan Badan Lingkungan Hidup Kodya
Yogyakarta, 8 November 2014
Silalahi, M. Daud. 2008. Pengaturan Hukum Sumber Daya Air an Lingkungan
Hidup Di Indonesia. Bandung : PT. Alumni
Wardhana, W. Arya. 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta :
Andi Offset
32