Kritik Sastra Novel Positif dan Novel The Idiots

27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan karya imajinatif yang ditulis oleh sastrawan sebagai sebuah wujud dari imajinasi yang tergambar dalam benak sastrawan tersebut. Pencipta karya sastra atau yang biasa disebut dengan penulis menuangkan setiap gagasannya dalam karya sastra yang menjadi ciptaannya. Itulah yang disebut eskpresi penulis, atau dengan kata lain tulisan adalah media yang dipilih oleh sastrawan untuk menuangkan gagasannya sehingga menjadi karya sastra yang dapat dinikmati oleh pembaca. Banyak hal yang bisa pembaca dapatkan dari ekspresi yang dicurahkan oleh sastrawan terhadap tulisannya. Salah satu karya sastra yang paling diminati oleh pembaca dari kalangan umum adalah novel. Banyak hal yang bisa didapatkan oleh pembaca terhadap novel karya salah seorang penulis. Hal-hal yang didapatkan oleh pembaca dalam kegiatan mengapresiasi novel biasanya dikenal dengan istilah amanat yang memang menjadi salah satu unsur pembentuk prosa, yaitu unsur intrinsik. Novel merupakan bentuk ekspresi penulis berisi amanat yang tentunya mengajarkan nilai-nilai untuk dapat memotivasi dan meginspirasi pembaca guna menjadi manusia lebih baik. Oleh karena itu, novel Positif karya Maria Silvi yang menceritakan kehidupan seorang dokter dengan pandangan skeptisnya terhadap virus HIV/AIDS yang bisa berubah menjadi lebih baik setelah bertemu dengan pasien Odha merupakan novel 1

Transcript of Kritik Sastra Novel Positif dan Novel The Idiots

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karya sastra merupakan karya imajinatif yang ditulis oleh

sastrawan sebagai sebuah wujud dari imajinasi yang tergambar

dalam benak sastrawan tersebut. Pencipta karya sastra atau

yang biasa disebut dengan penulis menuangkan setiap gagasannya

dalam karya sastra yang menjadi ciptaannya. Itulah yang

disebut eskpresi penulis, atau dengan kata lain tulisan adalah

media yang dipilih oleh sastrawan untuk menuangkan gagasannya

sehingga menjadi karya sastra yang dapat dinikmati oleh

pembaca.

Banyak hal yang bisa pembaca dapatkan dari ekspresi yang

dicurahkan oleh sastrawan terhadap tulisannya. Salah satu

karya sastra yang paling diminati oleh pembaca dari kalangan

umum adalah novel. Banyak hal yang bisa didapatkan oleh

pembaca terhadap novel karya salah seorang penulis. Hal-hal

yang didapatkan oleh pembaca dalam kegiatan mengapresiasi

novel biasanya dikenal dengan istilah amanat yang memang

menjadi salah satu unsur pembentuk prosa, yaitu unsur

intrinsik.

Novel merupakan bentuk ekspresi penulis berisi amanat

yang tentunya mengajarkan nilai-nilai untuk dapat memotivasi

dan meginspirasi pembaca guna menjadi manusia lebih baik.

Oleh karena itu, novel Positif karya Maria Silvi yang

menceritakan kehidupan seorang dokter dengan pandangan

skeptisnya terhadap virus HIV/AIDS yang bisa berubah menjadi

lebih baik setelah bertemu dengan pasien Odha merupakan novel1

yang menarik untuk menjadi objek kajian kritik sastra dengan

menggunakan pendekatan didaktis. Begitu juga dengan novel

terjemah dari India, The Idiots karya Chetan Bhagat yang berkisah

mengenai tiga mahasiswa konyol terinspirasi dari pengalaman

pribadi penulis merupakan novel yang menarik untuk menjadi

objek kajian kritik sastra dengan menggunakan pendekatan

ekspresif.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan

tersebut, maka rumusan masalah adalah sebagai berikut:

1) Apa hakikat pendekatan didaktis?

2) Apa hakikat pendekatan ekspresif?

3) Bagaimana sinopsis novel Positif karya Maria Silvi?

4) Bagaimana sinopsis novel The Idiots karya Chetan Bhagat?

5) Bagaimanakan hasil kegiatan mengkritik karya sastra

Positif karya Maria Silvi dengan menggunakan pendekatan

didaktis?

6) Bagaimanakan hasil kegiatan mengkritik karya sastra The

Idiots karya Chetan Bhagat dengan menggunakan pendekatan

didaktis?

2

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan

tersebut, tujuan penulisan dapat dirumuskan sebagai berikut:

1) Untuk mengetahui dan memahami hakikat pendekatan

didaktis

2) Untuk mengetahui dan memahami hakikat pendekatan

ekspresif.

3) Untuk mengetahui dan memahami novel Positif karya Maria

Silvi dari sinopsis novel.

4) Untuk mengetahui dan memahami novel The Idiots karya

Chetan Bhagat dari sinopsis novel.

5) Untuk mengetahui dan memahami hasil kegiatan mengkritik

karya sastra Positf karya Maria Silvi dengan menggunakan

pendekatan didaktis.

6) Untuk mengetahui dan memahami hasil kegiatan mengkritik

karya sastra The Idiots karya Chetan Bhagat dengan

menggunakan pendekatan ekspresif.

BAB II

LANDASAN TEORI

3

2.1 Hakikat Pendekatan Didaktis

Milton Rokeach dan James Bank mengungkapkan nilai adalah

suatu tipe kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup sistem

kepercayaan yang mana seseorang bertindak atau menghindari

suatu tindakan, atau mengenai sesuatu yang pantas/ tidak

pantas dikerjakan. Sedangkan pengertian nilai menurut Sidi

Gazalba adalah sesuatu yang bersifat abstrak, ideal, nilai

bukan benda konkrit, bukan fakta, tidak hanya persoalan benar

dan salah dan menurut pembuktian empirik, melainkan soal

penghayatan yang dikehendaki dan tidak dikehendaki, disenangi

dan tidak disenangi (dalam Thoha, 1996: 60-61).

Nilai adalah sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau

berguna bagi kemanusiaan. Nilai merupakan sesuatu yang

dihargai, selalu dijunjung tinggi, serta dikejar manusia dalam

memperoleh kebahagiaan hidup. Nilai merupakan sesuatu yang

abstrak tetapi secara fungsional mempunyai ciri membedakan

satu dengan yang lainnya.

Makna nilai yang diacu dalam sastra adalah kebaikan yang

ada dalam karya sastra bagi kehidupan seseorang. Hal tersebut

berarti bahwa dengan adanya berbagai wawasan yang terkandung

dalam karya sastra seperti novel akan mengandung bermacam-

macam nilai kehidupan yang bermanfaat bagi pembaca.

Novel sebagai gambaran kehidupan tentunya sarat dengan

nilai-nilai dan norma yang ada dalam masyarakat yang bersifat

mendidik. Jadi, sebuah karya sastra khususnya novel memiliki

bobot apabila di dalamnya mengandung bermacam-macam nilai

edukatif tentang kehidupan yang bermanfaat. Novel sebagai

4

karya sastra dapat memberi perenungan, penghayatan, dan

tindakan para pembacanya tentang nilai-nilai edukatif yang

terdapat dalam ceritanya. Nilai-nilai itu mengungkapkan

perbuatan yang dipuji atau dicela, pandangan hidup yang dianut

dan dijauhi, dan hal-hal yang dijunjung tinggi yang berkaitan

dengan moral, sosial, religi, dan budaya dalam kehidupan

manusia.

Ruang lingkup nilai dan pendidikan dalam karya sastra

yang dapat menjadi tolok ukur pendekatan didaktis antara lain:

a. Nilai religi/ agama

Agama adalah risalah Tuhan YME sebagai petunjuk bagi

manusia dalam menyelenggarakan tata cara hidup yang nyata

serta mengatur hubungan dan tanggung jawab kepada Tuhan,

dirinya sebagai hamba Tuhan, manusia dan masyarakat, serta

alam sekitarnya. Agama dan pandangan hidup kebanyakan orang

menekankan kepada ketentraman batin, keselarasan dan

keseimbangan, serta sikap menerima terhadap apa yang terjadi.

Pandangan hidup yang demikian jelas memperhatikan bahwa yang

dicari adalah kebahagiaan jiwa, sebab agama adalah pakaian

hati, batin, atau jiwa. Kesadaran religius dalam upaya

mengembangkan kepribadian melalui pendidikan dan pengajaran

ini juga dapat tersirat dalam sebuah karya sastra seperti

halnya novel.

b. Nilai estetika

Semua karya sastra atau karya seni memiliki keindahan

apabila terdapat keutuhan antara bentuk dan isi, keseimbangan

dan keserasian penampilan dari karya seni yang lain. Nilai

5

keindahan akan tampak lebih relatif, jika yang diperhatikan

adalah penilaian atau penghargaan terhadap sastra itu.

Nilai estetika adalah nilai kesopanan dan budi pakerti

atau akhlak. Nilai estetika juga menjadi nilai yang

dihimpitkan oleh penulis atau sastrawan dalam tulisannya atau

karya sastranya.

c. Nilai sosial

Manusia merupakan makhluk sosial yang berarti tidak dapat

hidup sendiri atau membutuhkan bantuan orang lain. Berangkat

dari konsep dasar itulah sastrawan mengaplikasikan nilai

sosial sebagai sebuah pengajaran dalam karya sastranya.

d. Nilai moral

Norma moral adalah tolok ukur untuk menentukan betul-

salahnya sikap atau tindakan manusia dilihat dari segi baik-

buruknya sebagai manusia dan bukan sebagai pelaku peran,

sehingga penyesuaiannya adalah dengan adat istiadat yang

diterima oleh masyarakat yang meliputi kesatuan sosial atau

lingkungan tertentu.

2.2 Hakikat Pendekatan Ekspresif

Pendekatan ekspresif dalam kritik sastra mendefinisikan

karya sastra sebagai ekspresi atau curahan, atau ucapan

perasaan, atau sebagai produk imajinasi penyair yang

beroperasi/ bekerja dengan pikiran-pikiran, perasaan; kritik

itu cenderung menimbang karya sastra dengan kemulusan,

kesejatian, atau kecocokan vision pribadi penyair atau keadaan

pikiran; dan sering kritik ini mencari dalam karya sastra

fakta-fakta tentang watak khusus dan pengalaman-pengalaman

6

penulis, yang secara sadar ataupun tidak, telah membukakan

dirinya dalam karyanya tersebut (Pradopo, 1997:193).

Pendekatan ekspresif merupakan pendekatan yang mengkaji

ekspresi perasaan atau temperamen penulis (Abrams,

1981:189).  

Pendekatan kritik ekspresif ini menekankan kepada penyair

dalam mengungkapkan atau mencurahkan segala pikiran, perasaan,

dan pengalaman pengarang ketika melakukan proses penciptaan

karya sastra. Pengarang menciptakannya berdasarkan

subjektifitasnya saja, bahkan ada yang beranggapan arbitrer.

Padahal, ekspresif yang dimaksud berkenaan dengan daya

kontemplasi pengarang dalam proses kreatifnya, sehingga

menghasilkan sebuah karya yang baik dan sarat makna.

Para kritikus ekspresif meyakini bahwa sastrawan

(penulis) karya sastra merupakan unsur pokok yang melahirkan

pikiran-pikiran, presepsi-presepsi dan perasaan yang

dikombinasikan dalam karya sastra. Kritikus cendrung menimba

karya sastra berdasarkan kemulusan, kesejatian, kecocokan

penglihatan mata batin pengarang/keadaan pikiranya.

Sebelum melakukan kegiatan mengkritik karya sastra,

penyusun lebih dahulu melakukan kegiatan menganalis karya

menggunakan pendekatan ekspresif dengan langkah-langkah

sebagai berikut: (1) dalam menerapkan pendekatan ekspresif,

seorang kritikus harus mengenal biografi pengarang karya

sastra yang akan dikaji, (2) melakukan penafsiran pemahan

terhadap unsur-unsur yang terdapat dalam karya sastra, seperti

tema, gaya bahasa/diksi, citraan, dan sebagainya. Selanjutnya,

7

melakukan kaitan karya sastra dengan tema pada zamannya, dan

(3) mengaitkan hasil penafsiran dengan berdasarkan tinjauan

psikologis/kejiwaan pengarang. Asumsi dasar penelitian

psikologi sastra antara lain dipengaruhi oleh anggapan bahwa

karya sastra merupakan produk dari suatu kejiwaan dan

pemikiran pengarang yang berada pada situasi setengah sadar

(subconcius) setelah jelas baru dituangkan kedalam bentuk secara

sadar (conscius). Dan kekuatan karya sastra dapat dilihat dari

seberapa jauh pengarang mampu mengungkapkan ekspresi kejiwaan

yang tak sadar itu ke dalam sebuah cipta sastra.

2.3 Sinopsis Novel Positif Karya Maria Silvi

Sebelum menguraikan sinopsis novel Positif karya Maria Silvi

akan disajikan terlebih dahulu idetintas buku, yaitu sebagai

berikut:

Judul : Positif

Penerbit : Jogja Bangkit Publisher (Anggota Ikapi)

Tahun Terbit : 2010

Cetakan : Jogjakarta, 2010 Cetakan ke- 1

Tebal Buku: 256 halaman

Harga Buku: Rp. 27.500,-

Penulis : Maria Silvi

Sinopsis Novel Positif KaryaMaria Silvi:

Positif merupakan novel yang mengisahkan kehidupan

seorang gadis bernama Glad. Glad merupakan seorang dokter umum

yang bekerja di Rumah Sakit Mitra Sehat yang dikenal sebagai

8

dokter yang cakap sehingga banyak mengundang perhatian dari

para dokter senior.

Selain menceritakan kesibukkan Glad di rumah sakit, novel

ini juga menceritakan kisah percintaan antara Glad dengan

tunangannya bernama Dean yang berakhir dengan perpisahan

karena Glad memergoki tunangannya sedang bersenang-senang

dengan wanita lain di sebuah bar. Ketidaknyamanan Glad dengan

sikap calon ibu mertuannya yang terlalu berlebihan dalam

memandang sesuatu juga menjadi pertimbangan Glad memutuskan

hubungan dengan Dean.

Glad adalah seorang dokter umum, sehingga hampir semua

pasien dengan berbagai penyakit menjadi pasiennya, termasuk

pasien yang mengidap virus HIV/AIDS. Meskipun Glad adalah

seorang dokter yang cakap, namun ternyata Glad tidak bisa

sepenuhnya profesional terhadap pekerjaannya. Hampir semua

pasien yang ditanganinya dirangkul dengan cara yang ramah,

akan tetapi berbeda halnya dengan pasien pengidap virus

HIV/AIDS. Glad merasa takut untuk berhubungan secara langsung

dengan pasien pengidap virus yang hingga saat ini belum

ditemukan obatnya itu, bahkan anggapannya terhadap Odha

disebabkan karena pola hidup yang jauh dari norma-norma

seperti pecandu narkotika dan pelaku seks bebas.

Hingga akhirnya, Glad mulai terbuka pikirannya oleh

Dokter Shani yang memberikan penjelasan padanya bahwa sebagai

seorang dokter yang memiliki standar pengamanan kerja

tertinggi, maka dokter termasuk dalam low risk person, dan Glad

semakin terketuk hatinya untuk tetap merangkul semua pasien

9

yang menjadi tanggung jawabnya sebagai seorang dokter dengan

Sumpah Hipocrates yang pernah diikrarkannya.

Keingintahuan Glad terhadap HIV/AIDS akhirnya berujung

pada keinginannya untuk melanjutkan spesialis pada jurusan

yang mendalami tentang penyakit tersebut. Bahkan, Glad juga

ikut aktif dan sangat menikmati kegiatan barunya untuk

bergabung dalam aktivis sosialisasi pengetahuan HIV/AIDS.

Semua itu tidak lepas dari hadirnya seorang lelaki bernama

Rendi Santiago yang merupakan pasien Odha. Pertemuannya dengan

Rendi tidak hanya mengubah pandangannya tentang Odha, karena

Odha bukanlah seseorang tetapi sesuatu, yang perlu dijauhi

adalah penyakitnya bukan orangnya.

Semakin hari berlalu, ternyata cinta juga tumbuh di

antara Glad dan Rendi. Meski keduanya saling mencintai, namun

kondisi Rendi sebagai Odha hampir menjadi sebab tidak

bersatunya cinta mereka. Akan tetapi, Glad yang merupakan

seorang dokter menyatakan bahwa dirinya bisa menerima Rendi

apa adanya dan juga bisa menjaga dirinya dan anaknya kelak

agar tetap negatif dari HIV/AIDS.

Akhirnya, Glad menikah dengan Rendi dan memiliki anak

bernama Bless. Anak mereka sehat dengan status yang negatif,

begitu pun dengan Glad.

2.4 Sinopsis Novel The Idiots Karya Chetan Bhagat

10

Sebelum menguraikan sinopsis novel The Idiots karya Chetan

Bhagat akan disajikan terlebih dahulu idetintas buku, yaitu

sebagai berikut:

Judul : The Idiots

Penerbit : Qanita PT Mizan Pustaka Anggota IKAPI

Tahun Terbit : 2013

Cetakan : Bandung, 2013 Cetakan ke- 1

Tebal Buku: 372 halaman

Harga Buku: Rp. 59.000,-

Penulis : Chetan Bhagat

Sinopsis Novel The Idiots karya Chetan Bhagat:

Novel The Idoits karya Chetan Bhagat merupakan novel

terjemah dari bahasa India, tentu saja latar tempat dalam

novel tersebut pun berada di India, yaitu di Indian Institute of

Technology (ITT) sebuah perguruan tinggi yang mengkaji mesin.

Kisah ini bermula dari pertemuan tiga mahasiswa konyol bernama

Hari, Alok, dan Ryan ketika acara perloncoan mahasiswa baru,

pertemuan tersebut ternyata berlanjut pada penempatan mereka

dalam satu kamar di asrama Kumaon lantai dua. Selanjutnya,

hari-hari mereka diwarnai dengan kekonyolan yang mereka

perbuat karena tidak puasnya mereka akan sistem pendidikan di

India, khusunya di kampusnya.

Tidak seperti film Three Idiot (film saduran novel The Idiots)

yang juga mengkritik sistem pendidikan dengan cara yang lebih

manusiawi oleh tiga mahasiswa konyol, idiot, tetapi unik,

novel The Idiots juga memiliki tokoh utama tiga mahasiswa konyol,

11

idiot, unik tetapi nakal karena lebih banyak menceritakan

keusilan daripada kreatifitas.

Hari, Ryan, dan Alok adalah tiga mahasiswa yang nilainya

selalu berada di kisaran lima koma sekian. Hari, Si Aku dalam

novel adalah seorang lelaki gendut yang hidup dari keluarga

sederhana, dalam kegiatan sehari-hari Hari tidak banyak

membuat kekonyolan sendiri hanya mengikuti yang dimandatkan

oleh Ryan. Ya, Ryan adalah mahasiswa yang sebenarnya cerdas,

terlihat dari pertanyaan yang dilontarkan pada dosen tanpa

bisa dosen jawab dengan logis bahkan ada yang kesal sampai

meninggalkan kelas sebelum waktunya, juga dari ide-ide konyol

yang dia ketuai, meskipun ide tersebut lebih banyak membuat

mereka semakin tampak sebagai manusia konyol dan usil juga

idiot. Sementara Alok, mahasiswa yang lahir dari keluarga

sederhana, dulu ibunya adalah seorang guru yang sekarang

kepayahan karena hampir separuh gaji pensiunannya digunakan

untuk perawatan suaminya yang terkena struk, dan kakak wanita

yang hingga kini belum juga menikah meski sudah berumur matang

karena tidak bisa memenuhi mas kawin permintaan calon

suaminya.

Ryan adalah otak dari setiap kekonyolan yang mereka

perbuat di lingkungan kampus, mulai dari membolos kuliah,

meminum vodka, dan menyelinap malam-malam dalam keadaan mabuk

di rumah Profesor Cherian untuk memberikan kejutan ulang tahun

pada anak professor tersebut yaitu Neha yang menjadi teman

kencan Hari. Meski begitu, Ryan adalah sosok kawan yang setia,

pernah suatu ketika Alok harus pulang menemui ayahnya yang

sakit keras tetapi tugas kuliahnya belum dikerjakan, Ryan12

dengan senang hati membantu Alok walaupun pada saat itu Alok

sedang merajuk karena tidak mau terus-terusan membuat onar di

kampus padahal dirinya harus sungguh-sungguh kuliah teringat

keadaan keluarganya.

Dalang tetap saja dalang, apalagi dengan otak Ryan yang

cerdas selalu saja membuat keadaan tidak menjadi buntu dengan

kekonyolannya. Malam itu Alok mendapat kabar keadaan

keluarganya sedang tidak beres, dia harus secepatnya menelepon

tetapi telepon umum di area asrama justru mati, ide gila Ryan

membuat mereka bertiga menyusup ke ruangan Profesor Cherian

untuk menelepon dari ruangan tersebut dengan keyakinan tidak

akan ketahuan karena Profesor sudah pulang dan penjaga

keamanan tidak terlalu ketat bekerja. Namun, niat yang tadinya

hanya ingin menumpang telepon ternyata membuat Hari ingin

berbuat sesuatu yang lain, yaitu mencuri soal ujian yang

disimpan dalam ruang tersebut agar dirinya mendapat nilai A

sehingga Neha gadis yang disukainya dapat menerimanya sebagai

pacar.

Sayangnya, aksi konyol mereka yang satu itu nampaknya

menjadi final dari semua hal yang sudah mereka lakukan. Mereka

ketuahuan oleh penjaga keamanan yang akhirnya membuat nama

mereka tercantum sebagai pelanggar disiplin dalam temuan

Disciplinary Committees yang beragenda keputusan dikeluarkan atau

tidaknya mereka dari kampus.

Sementara para professor dan petinggi jurusan sedang

rapat dalam acara tersebut, Hari, Ryan, dan Alok hanya bisa

merenung di atas loteng kampusnya. Tetapi, Ryan yang memang

13

seorang yang cuek, nampaknya membuat yang benar-benar merenung

di antara ketiganya hanyalah Hari dan Alok. Hari merenugi

nasib kisah cintanya dengan Neha yang tak lain adalah anak

dari professor yang ruangannya telah dia sinapi, apalagi

dengan kunci ruangan tersebut yang didapatkan dari Neha, tentu

saja hatinya mengukuh untuk tidak menyeret nama Neha dalam

urusan itu. Sedangkan perenungan Alok jauh lebih berat lagi,

yaitu tentang keluarganya yang mengggantungkan harapan

padanya, dengan keadaan yang sulit keluarganya sekuat tenaga

menyekolahkannya di kampus terbaik di India dengan biaya yang

tinggi. Saking frustasinya, Alok akhirnya terjun dari atas

loteng itu ke bawah dengan keadaan yang mengenaskan.

Setelah melalui hari-hari di rumah sakit, Alok akhirnya

bisa keluar dengan keadaan kaki yang sementara harus berjalan

dengan bantuan tongkat. Kabar hasil Disco memutuskan mereka di-

skrosing selama satu semester. Tapi mereka belajar giat, meski

dalam keadaan di-skorsing mereka tetap tinggal di kampus, Ryan

karena keluarganya tinggal di luar negeri, Hari karena tidak

mau jauh dengan Neha meski sedang betengkar karena kejadian

pencurian soal ujian, sementara Alok karena tidak mau

keluarganya melihat kakinya yang sedang pincang. Mereka tidak

beridam diri, tetapi mengikuti kegiatan yang dibimbing oleh

Prof. Veera mengenai pelumas.

Sebenarnya, otak konyol Ryan tidak pernah diputarnya

kalau bukan demi persahabatan. Meski selalu menjadi dalang

dari setiap yang mereka bertiga lakukan, tak berarti Hari dan

Alok akan bersih dari kekonyolan. Seperti Hari yang akhirnya

bisa berbaikkan kembali dengan Neha yang saat itu sedang14

membutuhkan teman curhat. Neha yang bertengkar hebat dengan

ayahnya karena mengingatkan sikap ayahnya akan kematian

kakaknya -- kakaknya menulis surat untuk Neha kalau dirinya

akan melintasi rel kereta api di saat yang sama saat kereta

tersebut melintas karena kebimbangannya tidak bisa diterima di

ITT seperti keinginan ayahnya padahal dirinya lebih menyukai

sastra. Hari bisa mendapatkan kembali hati Neha, bahkan hal

konyol yang murni lahir dari pikiran Hari sendiri adalah tidur

bersama dengan Neha di rumah pacarnya itu yang tak lain juga

rumah dari Profesor Cherian. Hari ketahuan oleh Profesor

Cherian, dan hal tersebut tentu menambah daftar hitam Hari di

mata Profesor.

Akhirnya, Hari dan Alok lulus dari ITT dan mendapat

pekerjaan di Sector Software masing-masing di Delhi dan Bombay.

Sementara Ryan yang ikut melamar tidak lolos, tetapi dirinya

menerima tawaran menjadi asisten dosen oleh Profesor Veera.

Seperti halnya kelulusan pada umunya yang dirayakan dengan

wisuda, ketika semua mahasiswa nampak bahagia dengan balutan

baju toga, mereka bertiga tidak hadir dalam acara tersebut

hanya karena bangun tidur kesiangan.

15

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kritik Sastra terhadap Novel Positif Karya Maria Silvi

dengan Menggunakan Pendekatan Didaktis

Novel Positif adalah sebuah novel karya Maria Silvi yang

menceritakan kehidupan seorang dokter bernama Glad yang

berpandangan skeptis terhadap Odha dengan menganggap bahwa

pasien pengidap virus HIV/AIDS adalah orang-orang yang dalam

hidupnya jauh dari norma maupun adab seperti pecandu narkotika

maupun pelaku seks bebas. Sehingga, pasien Odha bukanlah

orang-orang yang patut untuk dirangkul karena penyakit mereka

adalah buah dari tindak kotornya.

Kegiatan Glad sebagai seorang dokter umum yang melayani

semua pasien dengan berbagai jenis penyakit membuatnya juga

harus berhadapan dengan pasien Odha. Pandangan skeptis membuat

sikap pelayanannya berbeda antara pasien Odha dengan pasien

lain, tentunya pasien Odha lebih mendapatkan sikap tak ramah;

hal tersebut juga disebabkan karena ketakutan Glad akan

penularan virus yang hingga saat ini belum ditemukan obatnya

itu. Sikap Glad bahkan sampai membuat salah seorang pengantar

pasien Odha tertawa terbahak-bahak karena penanganan Glad yang

tidak sewajarnya, hal tersebut membuat Glad sempat menangis.

Namun, hati dan pikiran Glad mulai terbuka oleh seorang

dokter senior yang menyadarkannya. Sikap Glad sebagai seorang

dokter kurang pantas ditujukkan pada pasien yang sangat

membutuhkan rangkulan atau motivasi itu. Apalagi dengan

16

berbagai pertanyaan yang diajukan dokter Shani, seniornya

mengenai virus HIV/AIDS yang tidak bisa sepenuhnya dijawab

dengan benar secara teoritis oleh Glad membuatnya semakin

tersadar bahwa dirinya belum paham betul menenai virus

tersebut.

Glad mulai belajar mengenai virus HIV/AIDS, penanganan

virus tersebut, dan tentunya sikap semestinya yang ditunjukkan

terhadap Odha apalagi sebagai seorang dokter. Glad mulai

tertarik menekuni bidang virus tersebut, bahkan dirinya

berniat untuk mengambil spesialis yang menangani virus

HIV/AIDS, dan hal yang paling disukainya adalah bergabungnya

dia dengan aktifis sosialisasi HIV/AIDS yang membuatnya

semakin dekat dengan Rendi, seorang pengantar pasien Odha yang

pernah membuatnya menangis karena menertawainya yang ternyata

juga pasien Odha; Rendi adalah Odha.

Pada akhirnya, Glad yang semula bertunangan dengan Dean

putus hubungan karena ternyata tunangannya itu tidak sebaik

yang dikira, serta sikap calon Ibu Mertua yang membuatnya

gerah. Glad akhrinya menyatukan cintanya dengan Rendi,

meskipun Rendi sempat takut akan menyiksa Glad karena

penyakitnya, namun Glad yakin bahwa dirinya yang seorang

dokter akan membuatnya tetap aman beserta dengan calon anaknya

kelak. Akhir cerita, pasangan antara dokter dan pasien Odha

itu akhirnya menikah dan dikaruniai anak sehat bernama Bless

dengan status Glad serta anaknya yang tetap negatif.

Novel Positif karya Maria Silvi sarat akan pendidikan,

nilai, dan moral yang sangat bermanfaat bagi pembaca.

17

Pendidkan disampaikan oleh Maria Silvi yang memang

berprofesi dokter dalam novelnya mengenai virus HIV/AIDS

menambah wawasan tersendiri bagi pembaca. Maria Silvi

tampaknya memang benar-benar menginterdisiplinerkan novelnya

dengan pengetahuannya sebagai dokter mengenai virus HIV/AIDS

dari pengertian virus, perkembangan virus, penularan virus,

hingga tahap-tahap pengobatan yang meskipun hingga saat ini

belum ditemukan obatnya namun tetap melewati langkah-langkah

pengobatan untuk menghambat pertumbuhan virus maupun meredam

rasa sakit yang menyerang sewaktu-waktu.

Nilai yang terkadung dalam novel yang dicetak pada tahun

2010 tersebut antara lain: (1) nilai agama; yaitu mengenai

sikap atau perilaku seseorang yang tidak mematuhi perintah

agama seperti zina dan mabuk dengan minuman ataupun dengan

narkotika merupakan perilaku yang dilarang karena lebih banyak

memberikan mudharat atau kerugian daripada manfaat yang hanya

mewarkan kesenangan sesaat, (2) nilai estetika; yaitu tata

karma atau adab mengenai sikap seseorang terhadap Odha, Odha

yang selama ini mendapat perilaku diskriminasi erat kaitannya

dengan sikap orang-orang di sekitar yang seharunya merangkul

dan memotivasi, dan (3) nilai sosial; yaitu kebutuhan seorang

dokter terhadap pasiennya, kebutuhan pasien terhadap dokter,

kebutuhan pasien terhadap obat yang harus dijelaskan

pengonsumsiannya oleh dokter, serta kebutuhan pegetahuan oleh

orang yang belum tahu betul mengenai suatu hal (seperti virus

HIV/AIDS) kepada ahlinya.

Moral dalam novel yang memiliki interdisipliner dengan

ilmu mengenai virus HIV/AIDS tersebut secara tersirat18

mengungkapkan bahwa perbuatan zina dan mabuk adalah perbuatan

salah karena melanggar perintah agama yang akibatnya dapat

merusak diri sendiri seperti terkena virus HIV/AIDS, meskipun

Odha tidak selalu pelaku perbuatan-perbuatan tersebut karena

Odha bisa saja tertular, oleh karena itu perlu mengetahui

secara luas mengenai HIV/AIDS agar dapat mengengetahui

pertumbuhan dan penularannya. Sikap seseorang terhadap Odha

pun disajikan sebagai moral dalam novel tersebut, sikap yang

baik adalah dengan merangkul serta memotivasi Odha bukan

mengejek hanya karena pandangan skeptis yang akibatnya menjadi

bibit diskriminasi, dan sikap sebagai makhluk yang terbebas

dari virus HIV/AIDS adalah dengan mencari tahu secara luas

mengenai virus tersebut baik secara pengetahuan maupun

pengalaman dengan membaca maupun dengan mengikuti seminar-

seminar terkait hal itu sehingga dapat menambah wawasan dan

pengetahuan untuk menjadi tolok ukur pola hidup. Moral lain

yang diungkap dalam novel tersebut yaitu membenarkan ungkapan

jangan menilai buku dari sampulnya, terkadang apa yang dilihat tidak

selalu yang sebenarnya, dan setiap manusia berhak untuk

berubah menjadi lebih baik.

Novel Positif karya Maria Silvi merupakan novel yang sarat

akan pengetahuan, nilai, dan moral. Menurut penyusun, hakikat

sebuah tulisan adalah yang dapat memberikan manfaat bagi

pembacanya, dan Maria Silvi telah berhasil memberikan

pengetahuan, nilai, dan moral menjadi satu paket dalam novel

Positif. Maria Silvi sebagai penulis tentu memiliki tujuan

tersendiri terhadap penulisan novel Positif-nya, namun penyusun

yang juga membaca novel tersebut sangat merasakan manfaat

19

berupa pengetahuan, nilai, dan moral mengenai HIV/AIDS yang

bukan disampaikan dari buku pelajaran, kunjungan ke rumah

sakit, atau pun seminar, namun dari karya agung yaitu karya

sastra dengan sisipan cerita kehidupan manusia yang menarik

untuk dinikmati.

3.2 Kritik Sastra terhadap Novel The Idiots Karya Chetan Bhagat

dengan Menggunakan Pendekatan Ekspresif

Novel The Idiots karya Chetan Bhagat merupakan novel yang

berisi ekspresi penulis tentang pengalamannya ketika kuliah di

Indian Institute of Technology (ITT) besama dengan kedua sahabatnya,

yaitu Ryan dan Alok mengenai hari-hari mereka di kampus yang

dipenuhi kekonyolan.

Novel The Idiots memang merupakan ekspresi dari Chetan

Bhagat. Seperti yang diungkapnya “…. Buku ini memang karya

fiksi, tapi fiksi pun membutuhkan inspirasi nyata” ( Bhagat,

2013:12), mengisyaratkan bahwa novel The Idiots karyanya adalah

suatu cerita yang terinspirasi dari kisah nyatanya sewaktu

kuliah. Penyusunan novel ini merupakan hasil ekspresi pribadi

dari Chetan Bhagat selaku penulis tanpa menyeret Ryan dan Alok

yang juga tokoh utama dalam penyampaian isi cerita.

“…. Tapi, ini pendapatku saja, kau bebas untuk setuju

atau tidak setuju. Aku menduga Ryan dan Alok – dua-duanya

psikopat – mungkin akan membunuhku setelah buku ini selesai,

tapi aku tidak terlalu peduli. Maksudku, jika mereka

menginginkan versi mereka, mereka bisa menulisnya sendiri.

20

Tapi sumpah mati, Alok tidak bisa menulis, dan Ryan, walaupu

ia bisa melakukan apapun yang ia inginkan, terlalu malas

untuk menempelkan pantatnya ke kursi dan mengetik. Jadi,

terima saja, Sobat – ini adalah ceritaku. Aku akan

menulisnya dan aku akan menulisnkannya sesuai keinginanku.”

(Bhagat, 2013: 17-18).

Novel The Idiots merupakan novel yang ekspresif. Chetan

Bhagat menjadikan tulisannya yang berproduk novel The Idiots

sebagai penumpahan ekspresi pribadinya tanpa melibatkan orang-

orang yang menjadi tokoh utama dalam karyanya itu. Namun,

tidak sepenuhnya Chetan Bhagat yang menjadi Si Aku dalam novel

bernama Hari tidak mengacuhkan orang-orang yang menjadi tokoh

dalam novelnya. Meski tidak didaulat untuk menyusun isi novel,

namun ada beberapa bagian seperti Alok Bercerita (Bhagat, 2013:

111-116), Neha Bercerita (Bhagat, 2013: 192-195), dan Ryan Bercerita

(Bhagat, 2013: 299-303) yang berisi mengenai cerita kehidupan

dalam novel dengan versi mereka masing-masing tanpa mengubah

isi novel yang sudah dirangkai oleh Chetan Bhagat sebagai Hari

dalam novel.

Bisa dikatakan, bagian-bagian tersebut merupakan fakta

yang tidak diungkap pada isi novel oleh Chetan Bhagat. Seperti

bagian Alok Bercerita; Alok mengisi bagian yang menjadi curahan

isi hatinya dengan versinya sendiri itu dengan kisah

perjuangannya masuk ke ITT yang tidak begitu lugas dan

menyentuh ketika disampaikan oleh penulis sebagai isi cerita;

Alok juga memberitahu mengenai surat orang tua Ryan yang tidak

pernah dibalas, ternyata Ryan mengarsip dengan rapi surat-

surat itu. Bagian Neha Bercerita; merupakan surat balasan untuk21

kakaknya (Shamir Bhayya) dari surat yang berisi mengenai

rencana bunuh diri di perlintasan kereta api, surat tersebut

berisi cerita tentang sosok Hari yang membuatnya tertarik

dengan dua sahabat konyolnya, Neha juga mengatakan bahwa

dirinya yang semula tidak menyukai mahasiswa ITT setelah

bertemu Hari pandangannya berubah. Bagian Ryan Bercerita menjadi

giliran Ryan untuk mengolok-olok Chetan Bhagat yang menulis

senenaknya dengan versinya sendiri; seperti pembelaannya yang

dalam novel diceritakan bahwa dirinya tidak pernah membalas

surat orang tuanya, membuat Ryan membalas menceritakan

keluarga Hari, seperti ayah Hari yang seotang kolonel, tidak

ada tv di rumah, tidak ada music, tidak boleh tertawa keras-

keras karena peraturan ayahnya itu. (Bhagat, 2013: 302) “Tapi

Hari? Aku ingin menanyai beberapa hal. Seperti bagaimana

dengan orang tuamu, Hari? Tidak adakah bab yang menceritakan

itu nantinya? …”

Chetan Bhagat memang benar-benar ekspresif dalam

penulisan novel The Idiots, bahkan sampai tidak mengindahkan

komentar sahabat-sahabatnya yang bercerita. Berikut ini fakta

bahwa Chetan Bhagat menjadikan novel The Idiots sebagai

ekspresinya, antara lain:

1. Well, buku ini sebenarnya bukan bukuku. Melainkan, buku ini

adalah impianku…. (Bhagat, 2013: 11).

“Kalau Alok sanggup melewati semua ini, aku akan menulis

buku tentang hari-hari sinting kita. Aku bersumpah.”

(Bhagat, 2013: 16).

2. “…. Tapi, ini pendapatku saja, kau bebas untuk setuju

atau tidak setuju. Aku menduga Ryan dan Alok – dua-duanya22

psikopat – mungkin akan membunuhku setelah buku ini

selesai, tapi aku tidak terlalu peduli. Maksudku, jika

mereka menginginkan versi mereka, mereka bisa menulisnya

sendiri. Tapi sumpah mati, Alok tidak bisa menulis, dan

Ryan, walaupu ia bisa melakukan apapun yang ia inginkan,

terlalu malas untuk menempelkan pantatnya ke kursi dan

mengetik. Jadi, terima saja, Sobat – ini adalah ceritaku.

Aku akan menulisnya dan aku akan menulisnkannya sesuai

keinginanku.” (Bhagat, 2013: 17-18).

3. Aku tidak menyalahkanmu. Kau sedang membaca versi Hari.

Bagaimana bisa ia menjadi tokoh jahatnya, ya, kan? …

Apa kau pernah menyadari bahwa di satu level, Mr.

Sorryboy menyimpan lapisan yang tak ingin

dibicarakannyadan tak akan dimunculkannya dalam bukunya,

ya, itu dia kata kuncinya – buku-Nya…. (Bhagat, 2013:

300).

23

BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Kagiatan mengkritik karya sastra novel Postif karya Maria

Silvi dengan menggunakan pendekatan didaktis merumuskan hasil

bahwa novel tersebut merupakan novel yang mengajarkan nilai

dan moral yang dapat dilakukan oleh semua orang untuk

menghindari adanya diskriminasi terhadap pasien Odha. Selain

nilai-nilai yang mengajarkan pembaca untuk menentukan sikap,

nilai-nilai tersebut juga digarisbawahi dengan berbagai

pengetahuan kesehatan yang ditulis langsung oleh seorang

dokter spesialis virus HIV/AIDS sehingga pembaca mendapatkan

fakta yang dapat menenangkan terutama mengenai cara penularan

HIV/AIDS yang selama ini menjadi alasan utama keengganan

seseorang untuk berhubungan dengan pasien Odha. Sehingga,

nilai teoritis yaitu pengetahuan mengenai HIV/AIDS dan nilai

moral yaitu sikap yang bisa dilakukan oleh seseorang terhadap

pasien Odha sangat memberikan manfaat bagi pembaca novel

tersebut.

Kagiatan mengkritik karya sastra novel The Idiots karya

Chetan Bhagat dengan menggunakan pendekatan ekspresif

merumuskan hasil bahwa novel tersebut merupakan karya sastra

sebagai sebuah bentuk ekspresi penulis, yaitu ekspresi penulis

atas pengalamannya ketika kuliah di Indian Institute of Technology

bersama dengan kedua temannya yang konyol sehingga mereka

dikenal sebagai tiga mahasiswa konyol dan idiot. Meski tidak

serta merta semua hal yang ada pada karyanya adalah kisah

24

nyata, namun seperti yang diungkap penulis dalam salah satu

bagian novel bahwa karya tersebut adalah pengalamannya sewaktu

kuliah bersama dua sahabat konyolnya. Ekspresi yang dituangkan

penulis dalam novelnya berkaitan dengan aksi bunuh diri yang

dilakukan Alok, salah satu sahabatnya selepas mendapatkan

ganjaran atas ulah konyol yang telah mereka perbuat.

4.2 Saran

Sebagai seseorang yang bergelut di bidang sastra, sudah

seharusnya memiliki pandangan tersendiri terhadap karya sastra

dengan berbagai pendekatan yang sudah dirumuskan oleh pakar-

pakar sastra di dunia. Pendekatan-pendekatan tersebut dapat

membantu dalam memandang atau menilai karya sastra sebagai

ukuran yang dapat dipertanggungjawabkan. Seperti pendekatan

didaktis yang dapat membantu memandang atau menilai karya

sastra dengan instrumen pengajaran moral di dalamnya, dan

pendekatan ekspresif yang dapat membantu memandang atau

menilai karya sastra sebagai sebuah bentuk ekspresi penulis.

Pada akhirnya, tidak hanya sekadar kritik atau penilaian

yang disampaikan, namun juga alasan akan kritik atau penilaian

tersebut disampaikan. Sehingga, hasil kegiatan mengritik

karya sastra yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan.

25

DAFTAR PUSTAKA

Abrams, Meyer Howard. 1981. Teori Pengantar Fiksi. Yogyakarta:

Hanindita Graha Wida.

Bhagat, Chetan. 2013. The Idiots. Bandung: Qanita PT Mizan

Pustaka Anggota IKAPI.

Pradopo, Rachmat Djoko. 1997. Prinsip-prinsip Kritik Sastra: Teori danPenerapannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

26

Silvi, Maria. 2010. Positif. Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher

(Anggota Ikapi).

Thoha, Chabib. 1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

27