street art : representasi identitas dan kritik sosial - Neliti
Kritik Sastra Novel Positif dan Novel The Idiots
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of Kritik Sastra Novel Positif dan Novel The Idiots
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karya sastra merupakan karya imajinatif yang ditulis oleh
sastrawan sebagai sebuah wujud dari imajinasi yang tergambar
dalam benak sastrawan tersebut. Pencipta karya sastra atau
yang biasa disebut dengan penulis menuangkan setiap gagasannya
dalam karya sastra yang menjadi ciptaannya. Itulah yang
disebut eskpresi penulis, atau dengan kata lain tulisan adalah
media yang dipilih oleh sastrawan untuk menuangkan gagasannya
sehingga menjadi karya sastra yang dapat dinikmati oleh
pembaca.
Banyak hal yang bisa pembaca dapatkan dari ekspresi yang
dicurahkan oleh sastrawan terhadap tulisannya. Salah satu
karya sastra yang paling diminati oleh pembaca dari kalangan
umum adalah novel. Banyak hal yang bisa didapatkan oleh
pembaca terhadap novel karya salah seorang penulis. Hal-hal
yang didapatkan oleh pembaca dalam kegiatan mengapresiasi
novel biasanya dikenal dengan istilah amanat yang memang
menjadi salah satu unsur pembentuk prosa, yaitu unsur
intrinsik.
Novel merupakan bentuk ekspresi penulis berisi amanat
yang tentunya mengajarkan nilai-nilai untuk dapat memotivasi
dan meginspirasi pembaca guna menjadi manusia lebih baik.
Oleh karena itu, novel Positif karya Maria Silvi yang
menceritakan kehidupan seorang dokter dengan pandangan
skeptisnya terhadap virus HIV/AIDS yang bisa berubah menjadi
lebih baik setelah bertemu dengan pasien Odha merupakan novel1
yang menarik untuk menjadi objek kajian kritik sastra dengan
menggunakan pendekatan didaktis. Begitu juga dengan novel
terjemah dari India, The Idiots karya Chetan Bhagat yang berkisah
mengenai tiga mahasiswa konyol terinspirasi dari pengalaman
pribadi penulis merupakan novel yang menarik untuk menjadi
objek kajian kritik sastra dengan menggunakan pendekatan
ekspresif.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan
tersebut, maka rumusan masalah adalah sebagai berikut:
1) Apa hakikat pendekatan didaktis?
2) Apa hakikat pendekatan ekspresif?
3) Bagaimana sinopsis novel Positif karya Maria Silvi?
4) Bagaimana sinopsis novel The Idiots karya Chetan Bhagat?
5) Bagaimanakan hasil kegiatan mengkritik karya sastra
Positif karya Maria Silvi dengan menggunakan pendekatan
didaktis?
6) Bagaimanakan hasil kegiatan mengkritik karya sastra The
Idiots karya Chetan Bhagat dengan menggunakan pendekatan
didaktis?
2
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan
tersebut, tujuan penulisan dapat dirumuskan sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui dan memahami hakikat pendekatan
didaktis
2) Untuk mengetahui dan memahami hakikat pendekatan
ekspresif.
3) Untuk mengetahui dan memahami novel Positif karya Maria
Silvi dari sinopsis novel.
4) Untuk mengetahui dan memahami novel The Idiots karya
Chetan Bhagat dari sinopsis novel.
5) Untuk mengetahui dan memahami hasil kegiatan mengkritik
karya sastra Positf karya Maria Silvi dengan menggunakan
pendekatan didaktis.
6) Untuk mengetahui dan memahami hasil kegiatan mengkritik
karya sastra The Idiots karya Chetan Bhagat dengan
menggunakan pendekatan ekspresif.
BAB II
LANDASAN TEORI
3
2.1 Hakikat Pendekatan Didaktis
Milton Rokeach dan James Bank mengungkapkan nilai adalah
suatu tipe kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup sistem
kepercayaan yang mana seseorang bertindak atau menghindari
suatu tindakan, atau mengenai sesuatu yang pantas/ tidak
pantas dikerjakan. Sedangkan pengertian nilai menurut Sidi
Gazalba adalah sesuatu yang bersifat abstrak, ideal, nilai
bukan benda konkrit, bukan fakta, tidak hanya persoalan benar
dan salah dan menurut pembuktian empirik, melainkan soal
penghayatan yang dikehendaki dan tidak dikehendaki, disenangi
dan tidak disenangi (dalam Thoha, 1996: 60-61).
Nilai adalah sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau
berguna bagi kemanusiaan. Nilai merupakan sesuatu yang
dihargai, selalu dijunjung tinggi, serta dikejar manusia dalam
memperoleh kebahagiaan hidup. Nilai merupakan sesuatu yang
abstrak tetapi secara fungsional mempunyai ciri membedakan
satu dengan yang lainnya.
Makna nilai yang diacu dalam sastra adalah kebaikan yang
ada dalam karya sastra bagi kehidupan seseorang. Hal tersebut
berarti bahwa dengan adanya berbagai wawasan yang terkandung
dalam karya sastra seperti novel akan mengandung bermacam-
macam nilai kehidupan yang bermanfaat bagi pembaca.
Novel sebagai gambaran kehidupan tentunya sarat dengan
nilai-nilai dan norma yang ada dalam masyarakat yang bersifat
mendidik. Jadi, sebuah karya sastra khususnya novel memiliki
bobot apabila di dalamnya mengandung bermacam-macam nilai
edukatif tentang kehidupan yang bermanfaat. Novel sebagai
4
karya sastra dapat memberi perenungan, penghayatan, dan
tindakan para pembacanya tentang nilai-nilai edukatif yang
terdapat dalam ceritanya. Nilai-nilai itu mengungkapkan
perbuatan yang dipuji atau dicela, pandangan hidup yang dianut
dan dijauhi, dan hal-hal yang dijunjung tinggi yang berkaitan
dengan moral, sosial, religi, dan budaya dalam kehidupan
manusia.
Ruang lingkup nilai dan pendidikan dalam karya sastra
yang dapat menjadi tolok ukur pendekatan didaktis antara lain:
a. Nilai religi/ agama
Agama adalah risalah Tuhan YME sebagai petunjuk bagi
manusia dalam menyelenggarakan tata cara hidup yang nyata
serta mengatur hubungan dan tanggung jawab kepada Tuhan,
dirinya sebagai hamba Tuhan, manusia dan masyarakat, serta
alam sekitarnya. Agama dan pandangan hidup kebanyakan orang
menekankan kepada ketentraman batin, keselarasan dan
keseimbangan, serta sikap menerima terhadap apa yang terjadi.
Pandangan hidup yang demikian jelas memperhatikan bahwa yang
dicari adalah kebahagiaan jiwa, sebab agama adalah pakaian
hati, batin, atau jiwa. Kesadaran religius dalam upaya
mengembangkan kepribadian melalui pendidikan dan pengajaran
ini juga dapat tersirat dalam sebuah karya sastra seperti
halnya novel.
b. Nilai estetika
Semua karya sastra atau karya seni memiliki keindahan
apabila terdapat keutuhan antara bentuk dan isi, keseimbangan
dan keserasian penampilan dari karya seni yang lain. Nilai
5
keindahan akan tampak lebih relatif, jika yang diperhatikan
adalah penilaian atau penghargaan terhadap sastra itu.
Nilai estetika adalah nilai kesopanan dan budi pakerti
atau akhlak. Nilai estetika juga menjadi nilai yang
dihimpitkan oleh penulis atau sastrawan dalam tulisannya atau
karya sastranya.
c. Nilai sosial
Manusia merupakan makhluk sosial yang berarti tidak dapat
hidup sendiri atau membutuhkan bantuan orang lain. Berangkat
dari konsep dasar itulah sastrawan mengaplikasikan nilai
sosial sebagai sebuah pengajaran dalam karya sastranya.
d. Nilai moral
Norma moral adalah tolok ukur untuk menentukan betul-
salahnya sikap atau tindakan manusia dilihat dari segi baik-
buruknya sebagai manusia dan bukan sebagai pelaku peran,
sehingga penyesuaiannya adalah dengan adat istiadat yang
diterima oleh masyarakat yang meliputi kesatuan sosial atau
lingkungan tertentu.
2.2 Hakikat Pendekatan Ekspresif
Pendekatan ekspresif dalam kritik sastra mendefinisikan
karya sastra sebagai ekspresi atau curahan, atau ucapan
perasaan, atau sebagai produk imajinasi penyair yang
beroperasi/ bekerja dengan pikiran-pikiran, perasaan; kritik
itu cenderung menimbang karya sastra dengan kemulusan,
kesejatian, atau kecocokan vision pribadi penyair atau keadaan
pikiran; dan sering kritik ini mencari dalam karya sastra
fakta-fakta tentang watak khusus dan pengalaman-pengalaman
6
penulis, yang secara sadar ataupun tidak, telah membukakan
dirinya dalam karyanya tersebut (Pradopo, 1997:193).
Pendekatan ekspresif merupakan pendekatan yang mengkaji
ekspresi perasaan atau temperamen penulis (Abrams,
1981:189).
Pendekatan kritik ekspresif ini menekankan kepada penyair
dalam mengungkapkan atau mencurahkan segala pikiran, perasaan,
dan pengalaman pengarang ketika melakukan proses penciptaan
karya sastra. Pengarang menciptakannya berdasarkan
subjektifitasnya saja, bahkan ada yang beranggapan arbitrer.
Padahal, ekspresif yang dimaksud berkenaan dengan daya
kontemplasi pengarang dalam proses kreatifnya, sehingga
menghasilkan sebuah karya yang baik dan sarat makna.
Para kritikus ekspresif meyakini bahwa sastrawan
(penulis) karya sastra merupakan unsur pokok yang melahirkan
pikiran-pikiran, presepsi-presepsi dan perasaan yang
dikombinasikan dalam karya sastra. Kritikus cendrung menimba
karya sastra berdasarkan kemulusan, kesejatian, kecocokan
penglihatan mata batin pengarang/keadaan pikiranya.
Sebelum melakukan kegiatan mengkritik karya sastra,
penyusun lebih dahulu melakukan kegiatan menganalis karya
menggunakan pendekatan ekspresif dengan langkah-langkah
sebagai berikut: (1) dalam menerapkan pendekatan ekspresif,
seorang kritikus harus mengenal biografi pengarang karya
sastra yang akan dikaji, (2) melakukan penafsiran pemahan
terhadap unsur-unsur yang terdapat dalam karya sastra, seperti
tema, gaya bahasa/diksi, citraan, dan sebagainya. Selanjutnya,
7
melakukan kaitan karya sastra dengan tema pada zamannya, dan
(3) mengaitkan hasil penafsiran dengan berdasarkan tinjauan
psikologis/kejiwaan pengarang. Asumsi dasar penelitian
psikologi sastra antara lain dipengaruhi oleh anggapan bahwa
karya sastra merupakan produk dari suatu kejiwaan dan
pemikiran pengarang yang berada pada situasi setengah sadar
(subconcius) setelah jelas baru dituangkan kedalam bentuk secara
sadar (conscius). Dan kekuatan karya sastra dapat dilihat dari
seberapa jauh pengarang mampu mengungkapkan ekspresi kejiwaan
yang tak sadar itu ke dalam sebuah cipta sastra.
2.3 Sinopsis Novel Positif Karya Maria Silvi
Sebelum menguraikan sinopsis novel Positif karya Maria Silvi
akan disajikan terlebih dahulu idetintas buku, yaitu sebagai
berikut:
Judul : Positif
Penerbit : Jogja Bangkit Publisher (Anggota Ikapi)
Tahun Terbit : 2010
Cetakan : Jogjakarta, 2010 Cetakan ke- 1
Tebal Buku: 256 halaman
Harga Buku: Rp. 27.500,-
Penulis : Maria Silvi
Sinopsis Novel Positif KaryaMaria Silvi:
Positif merupakan novel yang mengisahkan kehidupan
seorang gadis bernama Glad. Glad merupakan seorang dokter umum
yang bekerja di Rumah Sakit Mitra Sehat yang dikenal sebagai
8
dokter yang cakap sehingga banyak mengundang perhatian dari
para dokter senior.
Selain menceritakan kesibukkan Glad di rumah sakit, novel
ini juga menceritakan kisah percintaan antara Glad dengan
tunangannya bernama Dean yang berakhir dengan perpisahan
karena Glad memergoki tunangannya sedang bersenang-senang
dengan wanita lain di sebuah bar. Ketidaknyamanan Glad dengan
sikap calon ibu mertuannya yang terlalu berlebihan dalam
memandang sesuatu juga menjadi pertimbangan Glad memutuskan
hubungan dengan Dean.
Glad adalah seorang dokter umum, sehingga hampir semua
pasien dengan berbagai penyakit menjadi pasiennya, termasuk
pasien yang mengidap virus HIV/AIDS. Meskipun Glad adalah
seorang dokter yang cakap, namun ternyata Glad tidak bisa
sepenuhnya profesional terhadap pekerjaannya. Hampir semua
pasien yang ditanganinya dirangkul dengan cara yang ramah,
akan tetapi berbeda halnya dengan pasien pengidap virus
HIV/AIDS. Glad merasa takut untuk berhubungan secara langsung
dengan pasien pengidap virus yang hingga saat ini belum
ditemukan obatnya itu, bahkan anggapannya terhadap Odha
disebabkan karena pola hidup yang jauh dari norma-norma
seperti pecandu narkotika dan pelaku seks bebas.
Hingga akhirnya, Glad mulai terbuka pikirannya oleh
Dokter Shani yang memberikan penjelasan padanya bahwa sebagai
seorang dokter yang memiliki standar pengamanan kerja
tertinggi, maka dokter termasuk dalam low risk person, dan Glad
semakin terketuk hatinya untuk tetap merangkul semua pasien
9
yang menjadi tanggung jawabnya sebagai seorang dokter dengan
Sumpah Hipocrates yang pernah diikrarkannya.
Keingintahuan Glad terhadap HIV/AIDS akhirnya berujung
pada keinginannya untuk melanjutkan spesialis pada jurusan
yang mendalami tentang penyakit tersebut. Bahkan, Glad juga
ikut aktif dan sangat menikmati kegiatan barunya untuk
bergabung dalam aktivis sosialisasi pengetahuan HIV/AIDS.
Semua itu tidak lepas dari hadirnya seorang lelaki bernama
Rendi Santiago yang merupakan pasien Odha. Pertemuannya dengan
Rendi tidak hanya mengubah pandangannya tentang Odha, karena
Odha bukanlah seseorang tetapi sesuatu, yang perlu dijauhi
adalah penyakitnya bukan orangnya.
Semakin hari berlalu, ternyata cinta juga tumbuh di
antara Glad dan Rendi. Meski keduanya saling mencintai, namun
kondisi Rendi sebagai Odha hampir menjadi sebab tidak
bersatunya cinta mereka. Akan tetapi, Glad yang merupakan
seorang dokter menyatakan bahwa dirinya bisa menerima Rendi
apa adanya dan juga bisa menjaga dirinya dan anaknya kelak
agar tetap negatif dari HIV/AIDS.
Akhirnya, Glad menikah dengan Rendi dan memiliki anak
bernama Bless. Anak mereka sehat dengan status yang negatif,
begitu pun dengan Glad.
2.4 Sinopsis Novel The Idiots Karya Chetan Bhagat
10
Sebelum menguraikan sinopsis novel The Idiots karya Chetan
Bhagat akan disajikan terlebih dahulu idetintas buku, yaitu
sebagai berikut:
Judul : The Idiots
Penerbit : Qanita PT Mizan Pustaka Anggota IKAPI
Tahun Terbit : 2013
Cetakan : Bandung, 2013 Cetakan ke- 1
Tebal Buku: 372 halaman
Harga Buku: Rp. 59.000,-
Penulis : Chetan Bhagat
Sinopsis Novel The Idiots karya Chetan Bhagat:
Novel The Idoits karya Chetan Bhagat merupakan novel
terjemah dari bahasa India, tentu saja latar tempat dalam
novel tersebut pun berada di India, yaitu di Indian Institute of
Technology (ITT) sebuah perguruan tinggi yang mengkaji mesin.
Kisah ini bermula dari pertemuan tiga mahasiswa konyol bernama
Hari, Alok, dan Ryan ketika acara perloncoan mahasiswa baru,
pertemuan tersebut ternyata berlanjut pada penempatan mereka
dalam satu kamar di asrama Kumaon lantai dua. Selanjutnya,
hari-hari mereka diwarnai dengan kekonyolan yang mereka
perbuat karena tidak puasnya mereka akan sistem pendidikan di
India, khusunya di kampusnya.
Tidak seperti film Three Idiot (film saduran novel The Idiots)
yang juga mengkritik sistem pendidikan dengan cara yang lebih
manusiawi oleh tiga mahasiswa konyol, idiot, tetapi unik,
novel The Idiots juga memiliki tokoh utama tiga mahasiswa konyol,
11
idiot, unik tetapi nakal karena lebih banyak menceritakan
keusilan daripada kreatifitas.
Hari, Ryan, dan Alok adalah tiga mahasiswa yang nilainya
selalu berada di kisaran lima koma sekian. Hari, Si Aku dalam
novel adalah seorang lelaki gendut yang hidup dari keluarga
sederhana, dalam kegiatan sehari-hari Hari tidak banyak
membuat kekonyolan sendiri hanya mengikuti yang dimandatkan
oleh Ryan. Ya, Ryan adalah mahasiswa yang sebenarnya cerdas,
terlihat dari pertanyaan yang dilontarkan pada dosen tanpa
bisa dosen jawab dengan logis bahkan ada yang kesal sampai
meninggalkan kelas sebelum waktunya, juga dari ide-ide konyol
yang dia ketuai, meskipun ide tersebut lebih banyak membuat
mereka semakin tampak sebagai manusia konyol dan usil juga
idiot. Sementara Alok, mahasiswa yang lahir dari keluarga
sederhana, dulu ibunya adalah seorang guru yang sekarang
kepayahan karena hampir separuh gaji pensiunannya digunakan
untuk perawatan suaminya yang terkena struk, dan kakak wanita
yang hingga kini belum juga menikah meski sudah berumur matang
karena tidak bisa memenuhi mas kawin permintaan calon
suaminya.
Ryan adalah otak dari setiap kekonyolan yang mereka
perbuat di lingkungan kampus, mulai dari membolos kuliah,
meminum vodka, dan menyelinap malam-malam dalam keadaan mabuk
di rumah Profesor Cherian untuk memberikan kejutan ulang tahun
pada anak professor tersebut yaitu Neha yang menjadi teman
kencan Hari. Meski begitu, Ryan adalah sosok kawan yang setia,
pernah suatu ketika Alok harus pulang menemui ayahnya yang
sakit keras tetapi tugas kuliahnya belum dikerjakan, Ryan12
dengan senang hati membantu Alok walaupun pada saat itu Alok
sedang merajuk karena tidak mau terus-terusan membuat onar di
kampus padahal dirinya harus sungguh-sungguh kuliah teringat
keadaan keluarganya.
Dalang tetap saja dalang, apalagi dengan otak Ryan yang
cerdas selalu saja membuat keadaan tidak menjadi buntu dengan
kekonyolannya. Malam itu Alok mendapat kabar keadaan
keluarganya sedang tidak beres, dia harus secepatnya menelepon
tetapi telepon umum di area asrama justru mati, ide gila Ryan
membuat mereka bertiga menyusup ke ruangan Profesor Cherian
untuk menelepon dari ruangan tersebut dengan keyakinan tidak
akan ketahuan karena Profesor sudah pulang dan penjaga
keamanan tidak terlalu ketat bekerja. Namun, niat yang tadinya
hanya ingin menumpang telepon ternyata membuat Hari ingin
berbuat sesuatu yang lain, yaitu mencuri soal ujian yang
disimpan dalam ruang tersebut agar dirinya mendapat nilai A
sehingga Neha gadis yang disukainya dapat menerimanya sebagai
pacar.
Sayangnya, aksi konyol mereka yang satu itu nampaknya
menjadi final dari semua hal yang sudah mereka lakukan. Mereka
ketuahuan oleh penjaga keamanan yang akhirnya membuat nama
mereka tercantum sebagai pelanggar disiplin dalam temuan
Disciplinary Committees yang beragenda keputusan dikeluarkan atau
tidaknya mereka dari kampus.
Sementara para professor dan petinggi jurusan sedang
rapat dalam acara tersebut, Hari, Ryan, dan Alok hanya bisa
merenung di atas loteng kampusnya. Tetapi, Ryan yang memang
13
seorang yang cuek, nampaknya membuat yang benar-benar merenung
di antara ketiganya hanyalah Hari dan Alok. Hari merenugi
nasib kisah cintanya dengan Neha yang tak lain adalah anak
dari professor yang ruangannya telah dia sinapi, apalagi
dengan kunci ruangan tersebut yang didapatkan dari Neha, tentu
saja hatinya mengukuh untuk tidak menyeret nama Neha dalam
urusan itu. Sedangkan perenungan Alok jauh lebih berat lagi,
yaitu tentang keluarganya yang mengggantungkan harapan
padanya, dengan keadaan yang sulit keluarganya sekuat tenaga
menyekolahkannya di kampus terbaik di India dengan biaya yang
tinggi. Saking frustasinya, Alok akhirnya terjun dari atas
loteng itu ke bawah dengan keadaan yang mengenaskan.
Setelah melalui hari-hari di rumah sakit, Alok akhirnya
bisa keluar dengan keadaan kaki yang sementara harus berjalan
dengan bantuan tongkat. Kabar hasil Disco memutuskan mereka di-
skrosing selama satu semester. Tapi mereka belajar giat, meski
dalam keadaan di-skorsing mereka tetap tinggal di kampus, Ryan
karena keluarganya tinggal di luar negeri, Hari karena tidak
mau jauh dengan Neha meski sedang betengkar karena kejadian
pencurian soal ujian, sementara Alok karena tidak mau
keluarganya melihat kakinya yang sedang pincang. Mereka tidak
beridam diri, tetapi mengikuti kegiatan yang dibimbing oleh
Prof. Veera mengenai pelumas.
Sebenarnya, otak konyol Ryan tidak pernah diputarnya
kalau bukan demi persahabatan. Meski selalu menjadi dalang
dari setiap yang mereka bertiga lakukan, tak berarti Hari dan
Alok akan bersih dari kekonyolan. Seperti Hari yang akhirnya
bisa berbaikkan kembali dengan Neha yang saat itu sedang14
membutuhkan teman curhat. Neha yang bertengkar hebat dengan
ayahnya karena mengingatkan sikap ayahnya akan kematian
kakaknya -- kakaknya menulis surat untuk Neha kalau dirinya
akan melintasi rel kereta api di saat yang sama saat kereta
tersebut melintas karena kebimbangannya tidak bisa diterima di
ITT seperti keinginan ayahnya padahal dirinya lebih menyukai
sastra. Hari bisa mendapatkan kembali hati Neha, bahkan hal
konyol yang murni lahir dari pikiran Hari sendiri adalah tidur
bersama dengan Neha di rumah pacarnya itu yang tak lain juga
rumah dari Profesor Cherian. Hari ketahuan oleh Profesor
Cherian, dan hal tersebut tentu menambah daftar hitam Hari di
mata Profesor.
Akhirnya, Hari dan Alok lulus dari ITT dan mendapat
pekerjaan di Sector Software masing-masing di Delhi dan Bombay.
Sementara Ryan yang ikut melamar tidak lolos, tetapi dirinya
menerima tawaran menjadi asisten dosen oleh Profesor Veera.
Seperti halnya kelulusan pada umunya yang dirayakan dengan
wisuda, ketika semua mahasiswa nampak bahagia dengan balutan
baju toga, mereka bertiga tidak hadir dalam acara tersebut
hanya karena bangun tidur kesiangan.
15
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kritik Sastra terhadap Novel Positif Karya Maria Silvi
dengan Menggunakan Pendekatan Didaktis
Novel Positif adalah sebuah novel karya Maria Silvi yang
menceritakan kehidupan seorang dokter bernama Glad yang
berpandangan skeptis terhadap Odha dengan menganggap bahwa
pasien pengidap virus HIV/AIDS adalah orang-orang yang dalam
hidupnya jauh dari norma maupun adab seperti pecandu narkotika
maupun pelaku seks bebas. Sehingga, pasien Odha bukanlah
orang-orang yang patut untuk dirangkul karena penyakit mereka
adalah buah dari tindak kotornya.
Kegiatan Glad sebagai seorang dokter umum yang melayani
semua pasien dengan berbagai jenis penyakit membuatnya juga
harus berhadapan dengan pasien Odha. Pandangan skeptis membuat
sikap pelayanannya berbeda antara pasien Odha dengan pasien
lain, tentunya pasien Odha lebih mendapatkan sikap tak ramah;
hal tersebut juga disebabkan karena ketakutan Glad akan
penularan virus yang hingga saat ini belum ditemukan obatnya
itu. Sikap Glad bahkan sampai membuat salah seorang pengantar
pasien Odha tertawa terbahak-bahak karena penanganan Glad yang
tidak sewajarnya, hal tersebut membuat Glad sempat menangis.
Namun, hati dan pikiran Glad mulai terbuka oleh seorang
dokter senior yang menyadarkannya. Sikap Glad sebagai seorang
dokter kurang pantas ditujukkan pada pasien yang sangat
membutuhkan rangkulan atau motivasi itu. Apalagi dengan
16
berbagai pertanyaan yang diajukan dokter Shani, seniornya
mengenai virus HIV/AIDS yang tidak bisa sepenuhnya dijawab
dengan benar secara teoritis oleh Glad membuatnya semakin
tersadar bahwa dirinya belum paham betul menenai virus
tersebut.
Glad mulai belajar mengenai virus HIV/AIDS, penanganan
virus tersebut, dan tentunya sikap semestinya yang ditunjukkan
terhadap Odha apalagi sebagai seorang dokter. Glad mulai
tertarik menekuni bidang virus tersebut, bahkan dirinya
berniat untuk mengambil spesialis yang menangani virus
HIV/AIDS, dan hal yang paling disukainya adalah bergabungnya
dia dengan aktifis sosialisasi HIV/AIDS yang membuatnya
semakin dekat dengan Rendi, seorang pengantar pasien Odha yang
pernah membuatnya menangis karena menertawainya yang ternyata
juga pasien Odha; Rendi adalah Odha.
Pada akhirnya, Glad yang semula bertunangan dengan Dean
putus hubungan karena ternyata tunangannya itu tidak sebaik
yang dikira, serta sikap calon Ibu Mertua yang membuatnya
gerah. Glad akhrinya menyatukan cintanya dengan Rendi,
meskipun Rendi sempat takut akan menyiksa Glad karena
penyakitnya, namun Glad yakin bahwa dirinya yang seorang
dokter akan membuatnya tetap aman beserta dengan calon anaknya
kelak. Akhir cerita, pasangan antara dokter dan pasien Odha
itu akhirnya menikah dan dikaruniai anak sehat bernama Bless
dengan status Glad serta anaknya yang tetap negatif.
Novel Positif karya Maria Silvi sarat akan pendidikan,
nilai, dan moral yang sangat bermanfaat bagi pembaca.
17
Pendidkan disampaikan oleh Maria Silvi yang memang
berprofesi dokter dalam novelnya mengenai virus HIV/AIDS
menambah wawasan tersendiri bagi pembaca. Maria Silvi
tampaknya memang benar-benar menginterdisiplinerkan novelnya
dengan pengetahuannya sebagai dokter mengenai virus HIV/AIDS
dari pengertian virus, perkembangan virus, penularan virus,
hingga tahap-tahap pengobatan yang meskipun hingga saat ini
belum ditemukan obatnya namun tetap melewati langkah-langkah
pengobatan untuk menghambat pertumbuhan virus maupun meredam
rasa sakit yang menyerang sewaktu-waktu.
Nilai yang terkadung dalam novel yang dicetak pada tahun
2010 tersebut antara lain: (1) nilai agama; yaitu mengenai
sikap atau perilaku seseorang yang tidak mematuhi perintah
agama seperti zina dan mabuk dengan minuman ataupun dengan
narkotika merupakan perilaku yang dilarang karena lebih banyak
memberikan mudharat atau kerugian daripada manfaat yang hanya
mewarkan kesenangan sesaat, (2) nilai estetika; yaitu tata
karma atau adab mengenai sikap seseorang terhadap Odha, Odha
yang selama ini mendapat perilaku diskriminasi erat kaitannya
dengan sikap orang-orang di sekitar yang seharunya merangkul
dan memotivasi, dan (3) nilai sosial; yaitu kebutuhan seorang
dokter terhadap pasiennya, kebutuhan pasien terhadap dokter,
kebutuhan pasien terhadap obat yang harus dijelaskan
pengonsumsiannya oleh dokter, serta kebutuhan pegetahuan oleh
orang yang belum tahu betul mengenai suatu hal (seperti virus
HIV/AIDS) kepada ahlinya.
Moral dalam novel yang memiliki interdisipliner dengan
ilmu mengenai virus HIV/AIDS tersebut secara tersirat18
mengungkapkan bahwa perbuatan zina dan mabuk adalah perbuatan
salah karena melanggar perintah agama yang akibatnya dapat
merusak diri sendiri seperti terkena virus HIV/AIDS, meskipun
Odha tidak selalu pelaku perbuatan-perbuatan tersebut karena
Odha bisa saja tertular, oleh karena itu perlu mengetahui
secara luas mengenai HIV/AIDS agar dapat mengengetahui
pertumbuhan dan penularannya. Sikap seseorang terhadap Odha
pun disajikan sebagai moral dalam novel tersebut, sikap yang
baik adalah dengan merangkul serta memotivasi Odha bukan
mengejek hanya karena pandangan skeptis yang akibatnya menjadi
bibit diskriminasi, dan sikap sebagai makhluk yang terbebas
dari virus HIV/AIDS adalah dengan mencari tahu secara luas
mengenai virus tersebut baik secara pengetahuan maupun
pengalaman dengan membaca maupun dengan mengikuti seminar-
seminar terkait hal itu sehingga dapat menambah wawasan dan
pengetahuan untuk menjadi tolok ukur pola hidup. Moral lain
yang diungkap dalam novel tersebut yaitu membenarkan ungkapan
jangan menilai buku dari sampulnya, terkadang apa yang dilihat tidak
selalu yang sebenarnya, dan setiap manusia berhak untuk
berubah menjadi lebih baik.
Novel Positif karya Maria Silvi merupakan novel yang sarat
akan pengetahuan, nilai, dan moral. Menurut penyusun, hakikat
sebuah tulisan adalah yang dapat memberikan manfaat bagi
pembacanya, dan Maria Silvi telah berhasil memberikan
pengetahuan, nilai, dan moral menjadi satu paket dalam novel
Positif. Maria Silvi sebagai penulis tentu memiliki tujuan
tersendiri terhadap penulisan novel Positif-nya, namun penyusun
yang juga membaca novel tersebut sangat merasakan manfaat
19
berupa pengetahuan, nilai, dan moral mengenai HIV/AIDS yang
bukan disampaikan dari buku pelajaran, kunjungan ke rumah
sakit, atau pun seminar, namun dari karya agung yaitu karya
sastra dengan sisipan cerita kehidupan manusia yang menarik
untuk dinikmati.
3.2 Kritik Sastra terhadap Novel The Idiots Karya Chetan Bhagat
dengan Menggunakan Pendekatan Ekspresif
Novel The Idiots karya Chetan Bhagat merupakan novel yang
berisi ekspresi penulis tentang pengalamannya ketika kuliah di
Indian Institute of Technology (ITT) besama dengan kedua sahabatnya,
yaitu Ryan dan Alok mengenai hari-hari mereka di kampus yang
dipenuhi kekonyolan.
Novel The Idiots memang merupakan ekspresi dari Chetan
Bhagat. Seperti yang diungkapnya “…. Buku ini memang karya
fiksi, tapi fiksi pun membutuhkan inspirasi nyata” ( Bhagat,
2013:12), mengisyaratkan bahwa novel The Idiots karyanya adalah
suatu cerita yang terinspirasi dari kisah nyatanya sewaktu
kuliah. Penyusunan novel ini merupakan hasil ekspresi pribadi
dari Chetan Bhagat selaku penulis tanpa menyeret Ryan dan Alok
yang juga tokoh utama dalam penyampaian isi cerita.
“…. Tapi, ini pendapatku saja, kau bebas untuk setuju
atau tidak setuju. Aku menduga Ryan dan Alok – dua-duanya
psikopat – mungkin akan membunuhku setelah buku ini selesai,
tapi aku tidak terlalu peduli. Maksudku, jika mereka
menginginkan versi mereka, mereka bisa menulisnya sendiri.
20
Tapi sumpah mati, Alok tidak bisa menulis, dan Ryan, walaupu
ia bisa melakukan apapun yang ia inginkan, terlalu malas
untuk menempelkan pantatnya ke kursi dan mengetik. Jadi,
terima saja, Sobat – ini adalah ceritaku. Aku akan
menulisnya dan aku akan menulisnkannya sesuai keinginanku.”
(Bhagat, 2013: 17-18).
Novel The Idiots merupakan novel yang ekspresif. Chetan
Bhagat menjadikan tulisannya yang berproduk novel The Idiots
sebagai penumpahan ekspresi pribadinya tanpa melibatkan orang-
orang yang menjadi tokoh utama dalam karyanya itu. Namun,
tidak sepenuhnya Chetan Bhagat yang menjadi Si Aku dalam novel
bernama Hari tidak mengacuhkan orang-orang yang menjadi tokoh
dalam novelnya. Meski tidak didaulat untuk menyusun isi novel,
namun ada beberapa bagian seperti Alok Bercerita (Bhagat, 2013:
111-116), Neha Bercerita (Bhagat, 2013: 192-195), dan Ryan Bercerita
(Bhagat, 2013: 299-303) yang berisi mengenai cerita kehidupan
dalam novel dengan versi mereka masing-masing tanpa mengubah
isi novel yang sudah dirangkai oleh Chetan Bhagat sebagai Hari
dalam novel.
Bisa dikatakan, bagian-bagian tersebut merupakan fakta
yang tidak diungkap pada isi novel oleh Chetan Bhagat. Seperti
bagian Alok Bercerita; Alok mengisi bagian yang menjadi curahan
isi hatinya dengan versinya sendiri itu dengan kisah
perjuangannya masuk ke ITT yang tidak begitu lugas dan
menyentuh ketika disampaikan oleh penulis sebagai isi cerita;
Alok juga memberitahu mengenai surat orang tua Ryan yang tidak
pernah dibalas, ternyata Ryan mengarsip dengan rapi surat-
surat itu. Bagian Neha Bercerita; merupakan surat balasan untuk21
kakaknya (Shamir Bhayya) dari surat yang berisi mengenai
rencana bunuh diri di perlintasan kereta api, surat tersebut
berisi cerita tentang sosok Hari yang membuatnya tertarik
dengan dua sahabat konyolnya, Neha juga mengatakan bahwa
dirinya yang semula tidak menyukai mahasiswa ITT setelah
bertemu Hari pandangannya berubah. Bagian Ryan Bercerita menjadi
giliran Ryan untuk mengolok-olok Chetan Bhagat yang menulis
senenaknya dengan versinya sendiri; seperti pembelaannya yang
dalam novel diceritakan bahwa dirinya tidak pernah membalas
surat orang tuanya, membuat Ryan membalas menceritakan
keluarga Hari, seperti ayah Hari yang seotang kolonel, tidak
ada tv di rumah, tidak ada music, tidak boleh tertawa keras-
keras karena peraturan ayahnya itu. (Bhagat, 2013: 302) “Tapi
Hari? Aku ingin menanyai beberapa hal. Seperti bagaimana
dengan orang tuamu, Hari? Tidak adakah bab yang menceritakan
itu nantinya? …”
Chetan Bhagat memang benar-benar ekspresif dalam
penulisan novel The Idiots, bahkan sampai tidak mengindahkan
komentar sahabat-sahabatnya yang bercerita. Berikut ini fakta
bahwa Chetan Bhagat menjadikan novel The Idiots sebagai
ekspresinya, antara lain:
1. Well, buku ini sebenarnya bukan bukuku. Melainkan, buku ini
adalah impianku…. (Bhagat, 2013: 11).
“Kalau Alok sanggup melewati semua ini, aku akan menulis
buku tentang hari-hari sinting kita. Aku bersumpah.”
(Bhagat, 2013: 16).
2. “…. Tapi, ini pendapatku saja, kau bebas untuk setuju
atau tidak setuju. Aku menduga Ryan dan Alok – dua-duanya22
psikopat – mungkin akan membunuhku setelah buku ini
selesai, tapi aku tidak terlalu peduli. Maksudku, jika
mereka menginginkan versi mereka, mereka bisa menulisnya
sendiri. Tapi sumpah mati, Alok tidak bisa menulis, dan
Ryan, walaupu ia bisa melakukan apapun yang ia inginkan,
terlalu malas untuk menempelkan pantatnya ke kursi dan
mengetik. Jadi, terima saja, Sobat – ini adalah ceritaku.
Aku akan menulisnya dan aku akan menulisnkannya sesuai
keinginanku.” (Bhagat, 2013: 17-18).
3. Aku tidak menyalahkanmu. Kau sedang membaca versi Hari.
Bagaimana bisa ia menjadi tokoh jahatnya, ya, kan? …
Apa kau pernah menyadari bahwa di satu level, Mr.
Sorryboy menyimpan lapisan yang tak ingin
dibicarakannyadan tak akan dimunculkannya dalam bukunya,
ya, itu dia kata kuncinya – buku-Nya…. (Bhagat, 2013:
300).
23
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Kagiatan mengkritik karya sastra novel Postif karya Maria
Silvi dengan menggunakan pendekatan didaktis merumuskan hasil
bahwa novel tersebut merupakan novel yang mengajarkan nilai
dan moral yang dapat dilakukan oleh semua orang untuk
menghindari adanya diskriminasi terhadap pasien Odha. Selain
nilai-nilai yang mengajarkan pembaca untuk menentukan sikap,
nilai-nilai tersebut juga digarisbawahi dengan berbagai
pengetahuan kesehatan yang ditulis langsung oleh seorang
dokter spesialis virus HIV/AIDS sehingga pembaca mendapatkan
fakta yang dapat menenangkan terutama mengenai cara penularan
HIV/AIDS yang selama ini menjadi alasan utama keengganan
seseorang untuk berhubungan dengan pasien Odha. Sehingga,
nilai teoritis yaitu pengetahuan mengenai HIV/AIDS dan nilai
moral yaitu sikap yang bisa dilakukan oleh seseorang terhadap
pasien Odha sangat memberikan manfaat bagi pembaca novel
tersebut.
Kagiatan mengkritik karya sastra novel The Idiots karya
Chetan Bhagat dengan menggunakan pendekatan ekspresif
merumuskan hasil bahwa novel tersebut merupakan karya sastra
sebagai sebuah bentuk ekspresi penulis, yaitu ekspresi penulis
atas pengalamannya ketika kuliah di Indian Institute of Technology
bersama dengan kedua temannya yang konyol sehingga mereka
dikenal sebagai tiga mahasiswa konyol dan idiot. Meski tidak
serta merta semua hal yang ada pada karyanya adalah kisah
24
nyata, namun seperti yang diungkap penulis dalam salah satu
bagian novel bahwa karya tersebut adalah pengalamannya sewaktu
kuliah bersama dua sahabat konyolnya. Ekspresi yang dituangkan
penulis dalam novelnya berkaitan dengan aksi bunuh diri yang
dilakukan Alok, salah satu sahabatnya selepas mendapatkan
ganjaran atas ulah konyol yang telah mereka perbuat.
4.2 Saran
Sebagai seseorang yang bergelut di bidang sastra, sudah
seharusnya memiliki pandangan tersendiri terhadap karya sastra
dengan berbagai pendekatan yang sudah dirumuskan oleh pakar-
pakar sastra di dunia. Pendekatan-pendekatan tersebut dapat
membantu dalam memandang atau menilai karya sastra sebagai
ukuran yang dapat dipertanggungjawabkan. Seperti pendekatan
didaktis yang dapat membantu memandang atau menilai karya
sastra dengan instrumen pengajaran moral di dalamnya, dan
pendekatan ekspresif yang dapat membantu memandang atau
menilai karya sastra sebagai sebuah bentuk ekspresi penulis.
Pada akhirnya, tidak hanya sekadar kritik atau penilaian
yang disampaikan, namun juga alasan akan kritik atau penilaian
tersebut disampaikan. Sehingga, hasil kegiatan mengritik
karya sastra yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan.
25
DAFTAR PUSTAKA
Abrams, Meyer Howard. 1981. Teori Pengantar Fiksi. Yogyakarta:
Hanindita Graha Wida.
Bhagat, Chetan. 2013. The Idiots. Bandung: Qanita PT Mizan
Pustaka Anggota IKAPI.
Pradopo, Rachmat Djoko. 1997. Prinsip-prinsip Kritik Sastra: Teori danPenerapannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
26