Kisah Dua Umar (Studi Kepemimpinan Umar ibn Khattab dan Umar ibn Abdul Aziz)

44
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setelah Rasulullah wafat kepemimpinan umat dipegang oleh khulafaur rasyidin (Abu Bakar Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib). Kepemimpinan mereka dianggap sebagai kepemimpinan yang paling baik setelah kepemimpinan Rasulullah. Setelah Abu Bakr wafat Senin petang setelah matahari terbenam 21 Jumadilakhir tahun ke-13 sesudah hijrah (22 Agustus 832 M.). Setelah malam tiba jenazahnya dimandikan dan dibawa ke Masjid di tempat pembaringan yang dulu dipakai Rasulullah, disalatkan dan dibawa ke makam Rasulullah. Ia dimakamkan dalam lahad di samping Rasulullah Sallallahu 'alaihi wa sallam, kepalanya di arah bahu Rasulullah dan lahad dengan lahad itu berdampingan. Pemakaman dilakukan oleh Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Talhah bin Ubaidillah dan Abdur-Rahman bin Abu Bakr. Hiruk pikuk terjadinya banyak permasalah setelah wafatnya khalifah pertama umat muslim setelah Nabi Muhammad SAW. Membuat Umar Bin Khattab bergerak cepat menangani banyak permasalahan umat yang saat itu sedang kacau. Sosok kepemimpinan beliaulah yang saat ini dapat menjadi tauladan yang baik bagi kita. Lihatlha kata-kata beliau sebelum dibaiat. “Saudara-saudara!1 Saya hanya salah seorang dari 1

Transcript of Kisah Dua Umar (Studi Kepemimpinan Umar ibn Khattab dan Umar ibn Abdul Aziz)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setelah Rasulullah wafat kepemimpinan umat dipegang oleh

khulafaur rasyidin (Abu Bakar Umar bin Khattab, Usman bin

Affan, dan Ali bin Abi Thalib). Kepemimpinan mereka

dianggap sebagai kepemimpinan yang paling baik setelah

kepemimpinan Rasulullah.

Setelah Abu Bakr wafat Senin petang setelah matahari

terbenam 21 Jumadilakhir tahun ke-13 sesudah hijrah (22

Agustus 832 M.). Setelah malam tiba jenazahnya dimandikan

dan dibawa ke Masjid di tempat pembaringan yang dulu

dipakai Rasulullah, disalatkan dan dibawa ke makam

Rasulullah. Ia dimakamkan dalam lahad di samping Rasulullah

Sallallahu 'alaihi wa sallam, kepalanya di arah bahu Rasulullah dan

lahad dengan lahad itu berdampingan. Pemakaman dilakukan

oleh Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Talhah bin

Ubaidillah dan Abdur-Rahman bin Abu Bakr.

Hiruk pikuk terjadinya banyak permasalah setelah

wafatnya khalifah pertama umat muslim setelah Nabi Muhammad

SAW. Membuat Umar Bin Khattab bergerak cepat menangani

banyak permasalahan umat yang saat itu sedang kacau. Sosok

kepemimpinan beliaulah yang saat ini dapat menjadi tauladan

yang baik bagi kita. Lihatlha kata-kata beliau sebelum

dibaiat. “Saudara-saudara!1 Saya hanya salah seorang dari

1

kalian. Kalau tidak karena segan menolak tawaran Khalifah

Rasulullah saya pun akan enggan memikul tanggung jawab

ini." Dia mengucapkan kata-kata itu dengan rasa haru,

dengan rendah hati dan sangat berhati-hati dinilai orang

sebagai pertanda tepatnya firasat Abu Bakr dengan pandangan

yang jauh dalam mencalonkan penggantinya. Mereka memuji

sikap Umar itu, lebih-lebih setelah mereka melihatnya

menengadah ke atas sambil berkata: "Allahumma ya Allah, aku

ini sungguh keras, kasar, maka lunakkanlah hatiku!

Allahumma ya Allah, saya sangat lemah, maka berilah saya

kekuatan! Allahumma ya Allah, aku ini kikir, jadikanlah aku

orang dermawan bermurah hati!" Umar berhenti sejenak,

menunggu orang lebih tenang lagi. Kemudian sambungnya:

"Allah telah menguji kalian dengan saya, dan menguji saya

dengan kalian. Sepeninggal sahabatku, sekarang saya yang

berada di tengah tengah kalian. Tak ada persoalan kalian

yang harus saya hadapi lalu diwakilkan kepada orang lain

selain saya, dan tak ada yang tak hadir di sini lalu

meninggalkan perbuatan terpuji dan amanat. Kalau mereka

berbuat baik akan saya balas dengan kebaikan, tetapi kalau

melakukan kejahatan terimalah bencana yang akan saya

timpakan kepada mereka."

Sejenak kisah kepemimpinan juga dapat kita lihat dair

“Umar kedua” atau lebih sering disebut dengan adalah Umar

bin Abdul Aziz (selanjutnya disebut Umar). Ia lahir pada

tahun 61 H. Ayahnya Abdul Aziz bin Marwan, seorang

2

keturunan Umayyah yang terkenal ekstrim dalam menjalankan

pemerintarahan. Ibunya bernamaUmmi binti Ashim bin Umar bin

Khattab, salah seorang khulafaur rasyidin yang sangat

terkenal wara‟ zuhud, dan tegas (Firdaus, 1997: 49). Dalam

menjalankan kebijaksanaan dan ketegasannya Umar bin Abdul

Aziz kelihatannya lebih banyak mewarisi sifat bijaksana dan

tegas Umar bin Khattab daripada sifat ekstrim ayahnya. Umar

lahir pada saat pemerintahan Umayyah dalam keadaan kacau

dan membutuhkan perbaikan. Permusuhan antara kelompok Ali

dan Muawiyah semakin meruncing, sehingga berakibat buruk

terhadap konsolidasi negara, dan meredupnya syiar Islam.

Fitnah memfitnah merupakan sesuatu yang biasa dilakukan

dalam kehidupan sehari-hari, bahkan dilakukan di dalam

mesjid. Sifat luhur yang dimiliki Umar menjadikannya

terpanggil untuk meredakan sengketa tersebut. Hal ini

terbukti ketika ia menjadi penguasa (Gubernur) di

Khunasirah pada tahun 85 H dia mulai melarang orang saling

menghujat antara kelompok Muawiyah dan Ali di mesjid-mesjid

(Firdaus, 1971: 55).

Pada saat ia menjadi khalifah tahun 99 H, dia

melaksanakan tujuh agenda kepemimpinannya yaitu:

1. Memperbaiki komitmen dirinya

2. Memperbaiki seluruh keluarganya (jiwa, harta)

3. Memperbaiki kehidupan umat

3

4. Berdakwah dengan surat

5. Menanamkan perasaan takut kepada Allah

6. Berpegang teguh kepada tuntunan Allah

7. Memperhatikan umat non muslim (Qathani, 1994: 197).

Pola kepemimpinan Umar memang berbeda dengan khalifaf-

khalifah Bani Umayyah sebelumnya. Bila khalifah sebelumnya

cenderung tirani dan mengabaikan rakyatnya, Umar malah

berusaha untuk selalu bersikap adil. Hal ini terbukti

ketika ia telah menjadi khalifah selain melaksanakan tujuh

agenda kepemimpinan dia juga mengangkat sepuluh ulama

terkemuka sebagai penasehatnya. Suatu ketika sesudah shalat

zuhur, para penasehat itu diudandangnya dan beliau berkata

kepada mereka: ”Bahwa sesungguhnya aku mengundang saudara-

saudara semua untuk sesuatu urusan dimana kamu akan beroleh

imbalan saja. Saudara-saudara akan saya angkat sebagai

pembantu saya dalam menegakkan yang hak. Saya tidak mau

memutuskan sesuatu perkara tanpa lebih dahulu beroleh

persetujuan saudara-saudara atau persetujuan di antara

saudara-saudara yang hadir. Maka andaikata saudara-saudara

yang hadir melihat atau mendengar berita tentang

pelanggaran pejabat-pejabat saya yang melakukan tentang

pelanggaran hendaklah ia menyampaikan hai itu kepada saya

karena Allah” (Firdaus, 1971: 56). Pernyataan ini

membuktikan bagaimana Umar dalam menjalankan

4

kepemimpinannya. Dia menjadikan ulama sebagai pengambil

keputusan dan pengawas dalam dinamika pemerintahannya.

Suatu pekerjaan yang telah lama ditinggalkan oleh khalifah

Bani Umayyah yang lainnya.

Di samping seorang umara, Umar juga seorang ulama

sekaligus da‟i. Kegiatan dakwah yang dilakukan Umar

terlihat dari poin keempat dari agenda kepemimpinannya. Dia

berdakwah dengan mengirim surat kepada pejabat-pejabatnya

untuk taat kepada Allah, mengajak kaum ahli dzimmah (non

muslim yang selalu rukun dan damai serta mematuhi undang-

undang negara Islam) dan kelompok non muslim lainnya untuk

masuk Islam dengan kerelaan hati, membasmi segala

kemungkaran dan penyimpangan yang terjadi, memberantas

bid‟ah, memelihara khazanah ilmu pengetahuan dalam Islam

(Firdaus, 1977: 91 – 95). Dakwah lewat lisan dan tulisan

ini dikuatkan Umar dengan dakwah bil hal yaitu melalui

perilakunya sehari-hari (Sou‟yb, 1977: 172). Meskipun masa

kepemimpinan Umar hanya 2 tahun (99 – 101 H/718 – 720 M)

dengan tetapi dia berhasil menyelamatkan umat Islam dari

perpecahan yang lebih hebat dan keringnya syi‟ar Islam.

Ditinjau dari ilmu dakwah dalam kapasitasnya sebagai

da‟i, Umar dapat disebut sebagai seorang Rijalud Dakwah.

Berangkat dari informasi di atas tentang keterlibatan Umar

dalam dakwah Islam, penulis berkeinginan untuk menemukan

gagasan-gagasan dakwah Umar secara lebih detail serta

kaitannya dengan keberhasilan dakwah pada masa

5

pemerintahnya. Upaya penemuan gagasan-gagasan ini akan

penulis tuangkan dalam sebuah tulisan yang berjudul

“Gagasan-gagasan Dakwah Umar Dalam Menghidupkan Kembali

Syi‟ar Islam”.

B. Rumusan Masalah

Beranjak dari latar belakang masalah di atas, maka yang

menjadi rumusan masalah dalam tulisan ini adalah

“Mengokohkan eksistensi peran Muslim Negarawan dalam menuju

kepemimpinan Indonesia baru”. Tujuan dan Kegunaan Penulisan

Secara umum tulisan ini bertujuan untuk mengetahui gagasan-

gagasan dakwah dan gaya kepemimpinan Kedua Umar yang dapat

dijadikan sebagai tauladan dalam membentuk Indonesia baru.

Secara khusus tulisan ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Kehidupan Umar bin Khattab dan Umar bin Abd Aziz sebagai

pribadi dan sebagai khalifah.

2. Gagasan-gagasan dakwah dan kepemimpinan kedua khalifah

tersebut.

3. Keberhasilan yang diraih oleh Umar bin Khattab dan Umar

bin Abd Aziz.

C. Tujuan Penulisan

Tulisan ini diharapkan dapat berguna sebagai :

1. Pembentukan Muslim Negarawan yang ideal sesuai dengan

tauladan dari kedua Umar dalam usaha mencapai tujuan-tujuan

dakwah.

6

2. Mengokohkan kembali peran kader KAMMI sebagai Muslim

Negarawan yang juga dalam usaha menuju kepemimpinan yang

ideal untuk Indonesia Baru yang lebih baik.

3. Juga sebagai bahan ajaran kepada penulis agar dapat

menjadi sosok yang lebih baik seperti yang telah

digambarkan oleh sosok Umar bin Khattab dan Umara bin Abdul

Aziz.

D. Metodologi Penulisan

Makalah atau tulisan ini merupakan kajian perpustakaan

(library research), yakni mengungkapkan data-data yang

bersumber dari beberapa literatur yang punya keterkaitan

dengan persoalan gagasan-gagasan dakwah Umar bin Khattab

dan Umar bin Abdul Aziz dan keberhasilannya. Data-data yang

diperoleh akan dipaparkan, diiterpretasi, dan dianalisa.

Tulisan ini juga menggunakan pendekatan sejarah (historical

approach). Pendekatan ini digunakan untuk membantu

mengiterpretasi data berdasarkan situasi dan kondisi

masyarakat pada saat Umar mengemukakan dan melaksanakan

gagasannya.

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Penulisan makalah ata tulisan ini diambil dari berbagai

literatur yang bersumber pada kajian/sumber yang ada

sebagai bahan-bahan dalam penulisan tulisan ini.

8

- Haekal, M. Husain (2002), Al-Faruq Umar (Umar bin Khattab ),

Cetakan ketiga, Litera AntarNusa, Jakarta.

- Susanti, Dra. Denny, S.Pd.I, MA (2010), Gagasan-Gagasan

Dakwah Umar dalma Menghidupkan Kembali Dakwah Islam, STMIK

Trigunadarma, Medan.

- Dakwatuna.com (2008), Biografi Empat Pemimpin Dakwah

Teladan, Jakarta.

- Alsofwah.com (2014), Umar bin Abdul Aziz, Dikunjungi

tanggal 27 Agustus 2014.

- Alqiyamah.wordpress.com, Umar bin Abdul Aziz, Dikunjungi

tanggal 27 Agustus 2014 pukul 10.00.

- Husna, Arifatul (2008), Kepemimpinan Khalifah Umar bin

Khattab dan Umat bin Abdul Aziz. UIN Sunan Kalijaga,

Yogyakarta.

- Karim, M. Abdul (2006), A Political Biography of Umar Ibn

Abdul Aziz, Jakarta.

- Fitri, Al S.Ag, S.H, M.H.I (2010), Pemikiran Umar bin

Khattab tentang Fiqh. Jakarta.

- Israil, Syarifuddin (2011), Kebijakan Ekonomi Umar bin

Khattab, STIE Muhammadiyah, Tanjung Redeb.

- Santoso, Budi (2008), Metode Dakwah Umar bin Khattab, UIN

Syarif Hidayatullah, Jakarta.

9

BAB III

ISI

A. Perkembangan Awal Kedua Umar.

1. Umar bin Khattab

Umar yang mempunyai nama lengkap Umar bin Khattab bin

Nafiel bin Abdul Uzza atau lebih dikenal dengan Umar bin

Khattab adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad

S.A.W. yang juga adalah khalifah kedua Islam (634-644).

Umar juga merupakan satu di antara empat orang Khalifah

yang digolongkan sebagai Khalifah yang diberi petunjuk

(Khulafaur Rasyidin). Umar dilahirkan di kota Mekkah dari

suku Bani Adi, salah satu rumpun suku Quraisy, suku

terbesar di kota Mekkah saat itu. Ayahnya bernama Khattab

bin Nufail Al Shimh Al Quraisyi dan ibunya Hantamah binti

Hasyim, dari marga Bani Makhzum.[2] Umar memiliki julukan

yang diberikan oleh Nabi Muhammad S.A.W. yaitu Al-

Furqan yang berarti orang yang bisa memisahkan antara

kebenaran dan kebatilan.

Keluarga Umar tergolong dalam keluarga kelas menengah,

ia bisa membaca dan menulis, yang pada masa itu merupakan

sesuatu yang langka. Sebelum memeluk Islam, Umar adalah

orang yang sangat disegani dan dihormati oleh penduduk

Mekkah, sebagaimana tradisi yang dijalankan oleh

kaum jahiliyah Mekkah saat itu, Umar juga mengubur putrinya

10

hidup-hidup sebagai bagian dari pelaksanaan

adat Mekkah yang masih barbar. Setelah memeluk Islam di

bawah Nabi Muhammad S.A.W., Umar dikabarkan menyesali

perbuatannya dan menyadari kebodohannya saat itu

sebagaimana diriwayatkan dalam satu hadits "Aku menangis

ketika menggali kubur untuk putriku. Dia maju dan kemudian menyisir

janggutku".

Umar juga dikenal sebagai seorang peminum berat,

beberapa catatan mengatakan bahwa pada masa pra-Islam

(Jahiliyyah), Umar suka meminum anggur. Setelah menjadi

seorang Muslim, ia tidak menyentuh alkohol sama sekali,

meskipun belum diturunkan larangan meminum khamar (yang

memabukkan) secara tegas.

Ketika Nabi Muhammad S.A.W. menyebarkan Islam secara

terbuka di Mekkah, Umar bereaksi sangat antipati

terhadapnya, beberapa catatan mengatakan bahwa

kaum Muslim saat itu mengakui bahwa Umar adalah lawan yang

paling mereka perhitungkan, hal ini dikarenakan Umar yang

memang sudah mempunyai reputasi yang sangat baik sebagai

ahli strategi perang dan seorang prajurit yang sangat

tangguh pada setiap peperangan yang ia lalui. Umar juga

dicatat sebagai orang yang paling banyak dan paling sering

menggunakan kekuatannya untuk menyiksa pengikut Nabi

Muhammad S.A.W.

11

Pada puncak kebenciannya terhadap ajaran Nabi Muhammad

S.A.W., Umar memutuskan untuk mencoba membunuh Nabi

Muhammad S.A.W., namun saat dalam perjalanannya ia bertemu

dengan salah seorang pengikut Nabi Muhammad S.A.W.

bernama Nu'aim bin Abdullah yang kemudian memberinya kabar

bahwa saudara perempuan Umar telah memeluk Islam, ajaran

yang dibawa oleh Nabi Muhammad S.A.W. yang ingin dibunuhnya

saat itu. Karena berita itu, Umar terkejut dan pulang ke

rumahnya dengan dengan maksud untuk menghukum adiknya,

diriwayatkan bahwa Umar menjumpai saudarinya itu sedang

membaca Al Qur'an surat Thoha ayat 1-8, ia semakin marah

akan hal tersebut dan memukul saudarinya. Ketika melihat

saudarinya berdarah oleh pukulannya ia menjadi iba, dan

kemudian meminta agar bacaan tersebut dapat ia lihat,

diriwayatkan Umar menjadi terguncang oleh apa yang ia baca

tersebut, beberapa waktu setelah kejadian itu Umar

menyatakan memeluk Islam, tentu saja hal yang selama ini

selalu membelanyani membuat hampir seisi Mekkah terkejut

karena seseorang yang terkenal paling keras menentang dan

paling kejam dalam menyiksa para pengikut Nabi Muhammad

S.A.W. kemudian memeluk ajaran yang sangat dibencinya

tersebut, akibatnya Umar dikucilkan dari pergaulan Mekkah

dan ia menjadi kurang atau tidak dihormati lagi oleh para

petinggi Quraisy yang selama ini diketahui selalu

membelanya.

12

Selama pemerintahan Umar, kekuasaan Islam tumbuh dengan

sangat pesat. Islam mengambil alih Mesopotamia dan sebagian

Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia (yang

mengakhiri masa kekaisaran sassanid) serta mengambil

alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari

kekaisaran Romawi (Byzantium). Saat itu ada dua negara adi

daya yaitu Persia dan Romawi. Namun keduanya telah

ditaklukkan oleh kekhalifahan Islam dibawah pimpinan Umar.

Sejarah mencatat banyak pertempuran besar yang menjadi

awal penaklukan ini. Pada pertempuran Yarmuk, yang terjadi

di dekat Damaskus pada tahun 636, 20 ribu pasukan Islam

mengalahkan pasukan Romawi yang mencapai 70 ribu dan

mengakhiri kekuasaan Romawi di Asia Kecil bagian selatan.

Pasukan Islam lainnya dalam jumlah kecil mendapatkan

kemenangan atas pasukan Persia dalam jumlah yang lebih

besar pada pertempuran Qadisiyyah (636), di dekat sungai

Eufrat. Pada pertempuran itu, jenderal pasukan Islam

yakni Sa`ad bin Abi Waqqas mengalahkan pasukan Sassanid dan

berhasil membunuh jenderal Persia yang terkenal, Rustam

Farrukhzad.

Pada tahun 637, setelah pengepungan yang lama

terhadap Yerusalem, pasukan Islam akhirnya mengambil alih

kota tersebut. Umar diberikan kunci untuk memasuki kota

13

oleh pendeta Sophronius dan diundang untuk salat di

dalam gereja (Church of the Holy Sepulchre). Umar memilih

untuk salat ditempat lain agar tidak membahayakan gereja

tersebut. 55 tahun kemudian, Masjid Umar didirikan ditempat

ia salat.

Umar melakukan banyak reformasi secara administratif dan

mengontrol dari dekat kebijakan publik, termasuk membangun

sistem administrasi untuk daerah yang baru ditaklukkan. Ia

juga memerintahkan diselenggarakannya sensus di seluruh

wilayah kekuasaan Islam. Tahun 638, ia memerintahkan untuk

memperluas dan merenovasi Masjidil Haram di Mekkah

dan Masjid Nabawi di Medinah. Ia juga memulai proses

kodifikasi hukum Islam.

Umar dikenal dari gaya hidupnya yang sederhana, alih-

alih mengadopsi gaya hidup dan penampilan para penguasa di

zaman itu, ia tetap hidup sangat sederhana.

Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah, tahun ke-empat

kekhalifahannya, Umar mengeluarkan keputusan bahwa

penanggalan Islam hendaknya mulai dihitung saat

peristiwa hijrah.

14

Prestasi yang dicapai di masa pemerintahan Umar bin

Khattab, banyak ditentukan oleh berbagai kebijakan dalam

mengatur dan menerapkan sistem pemerintahannya. Kualitas

pribadi dan seperangkat pendukung lainnya, tentu juga

memiliki andil yang besar dalam pemerintahan Umar bin

Khattab. Adapun prestasi yang dicapai pada masa

kekhalifahannya antara lain adalah:

Perluasan Wilayah Islam

Ketika para pembangkang di dalam negeri telah dikikis

habis oleh khalifah Abu Bakar, maka tugas pertama ialah

melanjutkan ekspedisi yang telah dirintis oleh

pendahulunya. Maka dari itu, gelombang ekspansi (perluasan

wilayah kekuasaan) banyak terjadi antaranya, ibu kota

Syria, Damaskus jatuh tahun 635 M, dan setahun kemudian

setelah tentara Bizantium kalah dalam perang Yarmuk,

seluruh daerah Syiria jatuh di bawah kekuasaan Islam dengan

memakai Syiria sebagai basis, ekspansi diteruskan ke Mesir

di bawah pimpinan ’Amr bin Ash dan ke Irak di bawah

pimpinan Sa’ad bin abi Waqash. Iskandaria, ibu kota Mesir,

ditaklukkan pada tahun 641 M. Dengan demikian, Mesir jatuh

di bawah kekuasaan Islam. Al-Qadasiah, sebuah kota dekat

Hirah di Iraq, jatuh pada 637 M. Dari sana serangan

dilanjutkan ke ibu kota Persia, al-Madain yang jatuh pada

tahun itu juga. Pada tahun 641 M, Mosul dapat dikuasai. 

15

Bersamaan dengan ekspansi tersebut, pusat kekuasaan

Madinah mengalami perkembangan yang amat pesat. Khalifah

telah berhasil membuat dasar-dasar bagi suatu pemerintahan

untuk melayani tuntunan masyarakat baru yang berkembang.

Umar mendirikan dewan-dewan, Baitul Mal, mencetak uang,

mengatur gaji, menciptakan tahun hijriah dan sebagainya.

Di samping itu karena wilayah kekuasaan semakin luas,

maka wilayah Islam dibagi menjadi unit-unit administratif

yang diatur menjadi delapan wilayah propinsi yaitu: Mekah,

Madinah, Jasirah, Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir.

Penataan Struktur Pemerintahan

Sejalan dengan semakin luasnya wilayah Islam, maka

Umar melakukan berbagai macam penataan struktur

pemerintahan, antara lain:

Administrasi Pemerintahan

Penataan administrasi pemerintahan dilakukan Umar

dengan melakukan desentralisasi pemerintahan. Hal tersebut

dimaksudkan untuk menjangkau wilayah Islam yang semakin

luas. Wilayah Islam dibagi dalam beberapa propinsi yaitu;

Mekah, Madinah, Palestina, Suria, Iraq, Persia dan Mesir.

Umar yang dikenal sebagai negarawan, administrator,

terampil dan cerdas, segera membuat kebijakan mengenai

administrasi pemerintahan.

Pembagian Negeri menjadi unit-unit administratif

sebagai propinsi, distrik dan sub bagian dari distrik

16

merupakan langkah pertama dalam pemerintahan. Unit-unit ini

merupakan tempat ketergantungan efesiensi administratif

yang besar. Umar merupakan penguasa muslim pertama yang

mengambil kebijakan dengan melakukan disentralisasi semacam

itu. Setiap daerah diberi kewenangan mengatur pemerintahan

daerahnya tetapi tetap segala kebijakan harus sesuai dengan

pemerintahan pusat.

Lembaga Peradilan

Pada lembaga pengadilan Umar tidak lagi memonopoli

struktur pengadilan, sudah ada orang-orang yang ditunjuk

dan diberi wewenang melaksanakan peradilan pada kasus-kasus

tertentu. Urusan pengadilan diserahkan kepada pejabat-

pejabat yang diangkat dan diberi nama Qadi. Pemisahan

kekuasaan antara kekuasaanyudikatif dan eksekutif oleh Umar

belum total sama sekali, sebab khalifah dan juga gubernur-

gubernurnya tetap memegang peradilan pada kasus-kasus hukum

jinayah yang menyangkut tentang hudud dan qisas. Namun

wilayah yang jauh dari pusat khalifah, wewenang itu

diberikan.

Korps Militer

Pada masa pemerintahan Umar, negara Islam menjadi

negara adikuasa yang banyak memiliki wilayah kekuasaan

ketika itu Persia dan Bizantium juga ditaklukkan Umar.

Kemampuan Umar melakukan ekspansi besar-besaran tersebut

17

tentu tidak bisa lepas dari sistem militer yang tangguh

sebagai basis pertahanan dan keamanan negara. Umar

membentuk organisasi militer yang bertujuan menjaga

kecakapan militer bangsa Arab, untuk itu Umar melarang

pasukan Arab menguasai tanah pertanian negri-negri

taklukan, sebab penguasaan atas tanah pertanian tersebut

dihawatirkan akan melemahkan semangat militer mereka,

beliau juga melarang pasukan muslim hidup diperkampungan

sipil, melainkan mereka hidup diperkampungan militer, dan

Umar tidak ingin tentara memiliki propesi lain seperti

dagang, bertani yang mengakibatkan perhatian mereka

berkurang terhadap kepentingan militer.

Bait al-Mal

Pendirian bait al-mal  dijadikan Umar sebagai lembaga

perekonomian Islam dimaksudkan untuk menggaji tentara

militer yang tidak lagi mencampuri urusan pertanian, para

pejabat dan staf-stafnya, para qadi dan tentunya kepada

yang berhak menerima zakat, adapun sumber keuangan berasal

dari zakat, bea cukai, dan bentuk pajak lainnya. Pajak

diterima dalam bentuk uang kontan dan barang atau hasil

bumi. Setelah terbaginya wilayah kepada beberapa propinsi,

bait al-mal memiliki cabang-cabang yang berdiri sendiri,

cabang-cabang tersebut mengeluarkan dana sesuai dengan

keperluan tahun itu dan selebihnya dikirim kepusat.

18

Demikian beberapa kebijakan politik dan prestasi Umar

bin Khattab dalam pemerintahanya, yang membawa Islam

berkembang pesat, baik dari aspek ajaran maupun aspek

wilayah teritorial.  

Wasiat Umar bin Khattab Sebelum Wafat

Semasa Umar masih hidup Umar meninggalkan wasiat yaitu:

1. Jika engkau menemukan cela pada seseorang dan engkau

hendak mencacinya, maka cacilah dirimu. Karena celamu

lebih banyak darinya.

2. Bila engkau hendak memusuhi seseorang, maka musuhilah

perutmu dahulu. Karena tidak ada musuh yang lebih

berbahaya terhadapmu selain perut.

3. Bila engkau hendak memuji seseorang, pujilah Allah.

Karena tiada seorang manusia pun lebih banyak dalam

memberi kepadamu dan lebih santun lembut kepadamu

selain Allah.

4. Jika engkau ingin meninggalkan sesuatu, maka

tinggalkanlah kesenangan dunia. Sebab apabila engkau

meninggalkannya, berarti engkau terpuji.

5. Bila engkau bersiap-siap untuk sesuatu, maka bersiplah

untuk mati. Karena jika engkau tidak bersiap untuk

19

mati, engkau akan menderita, rugi ,dan penuh

penyesalan.

6. Bila engkau ingin menuntut sesuatu, maka tuntutlah

akhirat. Karena engkau tidak akan memperolehnya

kecuali dengan mencarinya

2. Umar bin Abdul Aziz

Umar bin Abdul-Aziz ,bergelar Umar II, lahir pada tahun

63 H / 682 – Februari 720; umur 37–38

tahun) adalah khalifah Bani Umayyah yang berkuasa dari

tahun 717 (umur 34–35 tahun) sampai 720 (selama 2–3 tahun).

Tidak seperti khalifah Bani Umayyah sebelumnya, ia bukan

20

merupakan keturunan dari khalifah sebelumnya, tetapi

ditunjuk langsung,dimana ia merupakan sepupu dari khalifah

sebelumnya, Sulaiman. Ayahnya adalah Abdul-Aziz bin Marwan,

gubernur Mesir dan adik dari Khalifah Abdul-Malik. Ibunya

adalah Ummu Asim binti Asim. Umar

adalah cicit dari Khulafaur Rasyidin keduaUmar bin

Khattab, dimana umat Muslim menghormatinya sebagai salah

seorang Sahabat Nabi yang paling dekat. Umar dilahirkan

sekitar tahun 682. Beberapa tradisi menyatakan ia

dilahirkan di Madinah, sedangkan lainnya mengklaim ia lahir

di Mesir. Umar dibesarkan di Madinah, di bawah

bimbingan Ibnu Umar, salah seorang

periwayat hadis terbanyak. Menurut tradisi Muslim Sunni,

silsilah keturunan Umar dengan Umar bin Khattab terkait

dengan sebuah peristiwa terkenal yang terjadi pada masa

kekuasaan Umar bin Khattab.

"Khalifah Umar sangat terkenal dengan kegiatannya

beronda pada malam hari di sekitar daerah

kekuasaannya. Pada suatu malam beliau mendengar dialog

seorang anak perempuan dan ibunya, seorang penjual

susu yang miskin.

Kata ibu “Wahai anakku, segeralah kita tambah air dalam susu ini

supaya terlihat banyak sebelum terbit matahari”

Anaknya menjawab “Kita tidak boleh berbuat seperti itu ibu, Amirul

Mukminin melarang kita berbuat begini”

21

Si ibu masih mendesak “Tidak mengapa, Amirul Mukminin tidak

akan tahu”.

Balas si anak “Jika Amirul Mukminin tidak tahu, tapi Tuhan Amirul

Mukminin tahu”.

Umar yang mendengar kemudian menangis. Betapa mulianya

hati anak gadis itu.

Ketika pulang ke rumah, Umar bin Khattab menyuruh anak

lelakinya, Asim menikahi gadis itu.

Kata Umar, "Semoga lahir dari keturunan gadis ini bakal pemimpin

Islam yang hebat kelak yang akan memimpin orang-orang Arab dan

Ajam”.

Asim yang taat tanpa banyak tanya segera menikahi

gadis miskin tersebut. Pernikahan ini melahirkan anak

perempuan bernama Laila yang lebih dikenal dengan

sebutan Ummu Asim. Ketika dewasa Ummu Asim menikah

dengan Abdul-Aziz bin Marwan yang melahirkan Umar bin

Abdul-Aziz.

Umar dibesarkan di Madinah, di bawah bimbingan Ibnu

Umar, salah seorang periwayat hadis terbanyak. Ia tinggal

di sana sampai kematiannya ayahnya, dimana kemudian ia

dipanggil ke Damaskus oleh Abdul-Malik dan menikah dengan

anak perempuannya Fatimah. Ayah mertuanya kemudian segera

meninggal dan ia diangkat pada tahun 706sebagai

gubernur Madinah oleh khalifah Al-Walid I Tidak seperti

sebagaian besar penguasa pada saat itu, Umar membentuk

22

sebuah dewan yang kemudian bersama-sama dengannya

menjalankan pemerintahan provinsi. Masa di Madinah itu

menjadi masa yang jauh berbeda dengan pemerintahan

sebelumnya, dimana keluhan-keluhan resmi ke Damaskus

berkurang dan dapat diselesaikan di Madinah, sebagai

tambahan banyak orang yang berimigrasi

ke Madinah dari Iraq, mencari perlindungan dari gubernur

mereka yang kejam, Al-Hajjaj bin Yusuf. Hal tersebut

menyebabkan kemarahan Al-Hajjaj, dan ia menekan al-Walid I

untuk memberhentikan Umar. al-Walid I tunduk kepada tekanan

Al-Hajjaj dan memberhentikan Umar dari jabatannya. Tetapi

sejak itu, Umar sudah memiliki reputasi yang tinggi di

Kekhalifahan Islam pada masa itu.

Pada era Al-Walid I ini juga tercatat tentang

keputusan khalifah yang kontroversial untuk memperluas area

di sekitar masjid Nabawi sehingga rumah Rasulullah ikut

direnovasi. Umar membacakan keputusan ini di depan penduduk

Madinah termasuk ulama mereka, Said Al Musayyib sehingga

banyak dari mereka yang mencucurkan air mata. Berkata Said

Al Musayyib: "Sungguh aku berharap agar rumah Rasulullah tetap

dibiarkan seperti apa adanya sehingga generasi Islam yang akan datang

dapat mengetahui bagaimana sesungguhnya tata cara hidup beliau yang

sederhana"

23

Umar tetap tinggal di Madinah selama masa sisa

pemerintahan al-Walid I dan kemudian dilanjutkan oleh

saudara al-Walid, Sulaiman. Sulaiman, yang juga merupakan

sepupu Umar selalu mengagumi Umar, dan menolak untuk

menunjuk saudara kandung dan anaknya sendiri pada saat

pemilihan khalifah dan menunjuk Umar.

Sulaiman bin Abdul-Malik merupakan sepupu langsung

dengan Umar. Mereka berdua sangat erat dan selalu bersama.

Pada masa pemerintahan Sulaiman bin Abdul-Malik, dunia

dinaungi pemerintahan Islam. Kekuasaan Bani Umayyah sangat

kukuh dan stabil.

Suatu hari, Sulaiman mengajak Umar ke markas pasukan Bani

Umayyah.

Sulaiman bertanya kepada Umar "Apakah yang kau lihat wahai

Umar bin Abdul-Aziz?" dengan niat agar dapat membakar

semangat Umar ketika melihat kekuatan pasukan yang

telah dilatih.

Namun jawab Umar, "Aku sedang lihat dunia itu sedang makan

antara satu dengan yang lain, dan engkau adalah orang yang paling

bertanggung jawab dan akan ditanyakan oleh Allah mengenainya".

Khalifah Sulaiman berkata lagi "Engkau tidak kagumkah

dengan kehebatan pemerintahan kita ini?"

Balas Umar lagi, "Bahkan yang paling hebat dan mengagumkan

adalah orang yang mengenali Allah kemudian mendurhakai-Nya,

24

mengenali setan kemudian mengikutinya, mengenali dunia kemudian

condong kepada dunia".

Jika Khalifah Sulaiman adalah pemimpin biasa, sudah

barang tentu akan marah dengan kata-kata Umar bin Abdul-

Aziz, namun beliau menerima dengan hati terbuka bahkan

kagum dengan kata-kata itu.

Umar menjadi khalifah menggantikan Sulaiman yang wafat

pada tahun 716. Ia di bai'at sebagai khalifah pada hari

Jumat setelah salat Jumat. Hari itu juga setelah ashar,

rakyat dapat langsung merasakan perubahan kebijakan

khalifah baru ini. Khalifah Umar, masih satu nasab dengan

Khalifah kedua, Umar bin Khattab dari garis ibu.

Zaman pemerintahannya berhasil memulihkan keadaan

negaranya dan mengkondisikan negaranya seperti saat 4

khalifah pertama (Khulafaur Rasyidin) memerintah.

Kebijakannya dan kesederhanaan hidupnya pun tak kalah

dengan 4 khalifah pertama itu. Gajinya selama menjadi

khalifah hanya 2 dirham perhari[3] atau 60 dirham perbulan.

Karena itu banyak ahli sejarah menjuluki beliau dengan

Khulafaur Rasyidin ke-5, Khalifah Umar ini hanya memerintah

selama tiga tahun kurang sedikit. Menurut riwayat, beliau

meninggal karena dibunuh (diracun) oleh pembantunya.

Menjelang wafatnya Sulaiman, penasihat kerajaan

bernama Raja’ bin Haiwah menasihati beliau, "Wahai Amirul

25

Mukminin, antara perkara yang menyebabkan engkau dijaga di dalam kubur

dan menerima syafaat dari Allah di akhirat kelak adalah apabila engkau

tinggalkan untuk orang Islam khalifah yang adil, maka siapakah pilihanmu?".

Jawab Khalifah Sulaiman, "Aku melihat Umar Ibn Abdul Aziz".

Surat wasiat diarahkan supaya ditulis nama Umar bin

Abdul-Aziz sebagai penerus kekhalifahan, tetapi

dirahasiakan darai kalangan menteri dan keluarga. Sebelum

wafatnya Sulaiman, beliau memerintahkan agar para menteri

dan para gubernur berbai’ah dengan nama bakal khalifah yang

tercantum dalam surat wasiat tersebut.

Seluruh umat Islam berkumpul di dalam masjid dalam

keadaan bertanya-tanya, siapa khalifah mereka yang baru.

Raja’ Ibn Haiwah mengumumkan, "Bangunlah wahai Umar bin Abdul-

Aziz, sesungguhnya nama engkaulah yang tertulis dalam surat ini".

Umar bin Abdul-Aziz bangkit seraya berkata, "Wahai manusia,

sesungguhnya jabatan ini diberikan kepadaku tanpa bermusyawarah dahulu

denganku dan tanpa pernah aku memintanya, sesungguhnya aku mencabut

bai’ah yang ada dileher kamu dan pilihlah siapa yang kalian kehendaki".

Umat tetap menghendaki Umar sebagai khalifah dan Umar

menerima dengan hati yang berat, hati yang takut kepada

Allah dan tangisan. Segala keistimewaan sebagai khalifah

ditolak dan Umar pulang ke rumah.

26

Ketika pulang ke rumah, Umar berfikir tentang tugas

baru untuk memerintah seluruh daerah Islam yang luas dalam

kelelahan setelah mengurus jenazah Khalifah Sulaiman bin

Abdul-Malik. Ia berniat untuk tidur. Pada saat itulah

anaknya yang berusia 15 tahun, Abdul-Malik masuk melihat

ayahnya dan berkata, "Apakah yang sedang engkau lakukan wahai

Amirul Mukminin?".

Umar menjawab, "Wahai anakku, ayahmu letih mengurusi jenazah

bapak saudaramu dan ayahmu tidak pernah merasakan keletihan

seperti ini".

"Jadi apa engkau akan buat wahai ayah?", Tanya anaknya ingin

tahu.

Umar membalas, "Ayah akan tidur sebentar hingga masuk

waktu zuhur, kemudian ayah akan keluar untuk salat

bersama rakyat".

Apa pula kata anaknya apabila mengetahui ayahnya

Amirul Mukminin yang baru “Ayah, siapa pula yang menjamin

ayah masih hidup sehingga waktu zuhur nanti sedangkan

sekarang adalah tanggungjawab Amirul Mukminin mengembalikan

hak-hak orang yang dizalimi” Umar ibn Abdul Aziz terus

terbangun dan membatalkan niat untuk tidur, beliau

memanggil anaknya mendekati beliau, mengucup kedua belah

mata anaknya sambil berkata “Segala puji bagi Allah yang

mengeluarkan dari keturunanku, orang yang menolong aku di

atas agamaku”

27

Hari kedua dilantik menjadi khalifah, beliau

menyampaikan khutbah umum. Dihujung khutbahnya, beliau

berkata “Wahai manusia, tiada nabi selepas Muhammad saw dan

tiada kitab selepas al-Quran, aku bukan penentu hukum malah

aku pelaksana hukum Allah, aku bukan ahli bid’ah malah aku

seorang yang mengikut sunnah, aku bukan orang yang paling

baik dikalangan kamu sedangkan aku cuma orang yang paling

berat tanggungannya dikalangan kamu, aku mengucapkan ucapan

ini sedangkan aku tahu aku adalah orang yang paling banyak

dosa di sisi Allah” Beliau kemudian duduk dan menangis

"Alangkah besarnya ujian Allah kepadaku" sambung Umar Ibn

Abdul Aziz.

Beliau pulang ke rumah dan menangis sehingga ditegur

isteri “Apa yang Amirul Mukminin tangiskan?” Beliau mejawab

“Wahai isteriku, aku telah diuji oleh Allah dengan jawatan

ini dan aku sedang teringat kepada orang-orang yang miskin,

ibu-ibu yang janda, anaknya ramai, rezekinya sedikit, aku

teringat orang-orang dalam tawanan, para fuqara’ kaum

muslimin. Aku tahu mereka semua ini akan mendakwaku di

akhirat kelak dan aku bimbang aku tidak dapat jawab hujjah-

hujjah mereka sebagai khalifah kerana aku tahu, yang

28

menjadi pembela di pihak mereka adalah Rasulullah saw’’

Isterinya juga turut mengalir air mata.

Umar Ibn Abdul Aziz mula memeritah pada usia 36 tahun

sepanjang tempoh 2 tahun 5 bulan 5 hari. Pemerintahan

beliau sangat menakjubkan. Pada waktu inilah dikatakan

tiada siapa pun umat Islam yang layak menerima zakat

sehingga harta zakat yang menggunung itu terpaksa

diiklankan kepada sesiapa yang tiada pembiayaan untuk

bernikah dan juga hal-hal lain.

Tercatat Raja Sriwijaya pernah dua kali mengirimkan

surat kepada khalifah Bani Umayyah. Yang pertama dikirim

kepada Muawiyah I, dan yang ke-2 kepada Umar bin Abdul-

Aziz. Surat kedua didokumentasikan oleh Abd Rabbih (860-

940) dalam karyanya Al-Iqdul Farid. Potongan surat tersebut

berbunyi.

Tauladan dari Seorang Umar bin Abdul AzizMengupas sejarah reformasi ekonomi Umar bin Abdul Aziz, dan

mengapa kita gagal?

Umar bin Abdul Aziz muncul di persimpangan sejarah

umat Islam di bawah kepemimpinan dinasti Bani Umayyah. Pada

penghujung abad pertama hijriyah, dinasti ini memasuki

usianya yang keenam puluh, atau dua pertiga dari usianya,

dan telah mengalami pembusukan internal yang serius. Umar

sendiri adalah bagian dari dinasti ini, hampir dalam segala

29

hal. Walaupun pada dasarnya ia seorang ulama yang telah

menguasai seluruh ilmu ulama-ulama Madinah, tapi secara

pribadi ia juga merupakan simbol dari gaya hidup

dinasti Bani Umayyah yang korup, mewah dan boros.

Itu membuatnya tidak cukup percaya diri untuk memimpin

ketika keluarga kerajaan memintanya menggantikan

posisi Abdul Malik Bin Marwan setelah beliau wafat. Bukan saja

karena persoalan internal kerajaan yang kompleks, tapi juga

karena ia sendiri merupakan bagian dari persoalan tersebut.

Ia adalah bagian dari masa lalu. Tapi pilihan atas dirinya,

bagi keluarga kerajaan, adalah sebuah keharusan. Karena

Umar adalah tokoh yang paling layak untuk posisi ini.

Ketika akhirnya Umar menerima jabatan ini, ia

mengatakan kepada seorang ulama yang duduk di sampingnya,

Al-Zuhri, “Aku benar-benar takut pada neraka.” Dan sebuah

rangkaian cerita kepahlawanan telah dimulai dari sini, dari

ketakutan pada neraka, saat beliau berumur 37 tahun, dan

berakhir dua tahun lima bulan kemudian, atau ketika beliau

berumur 39 tahun, dengan sebuah fakta: reformasi total

telah dilaksanakan, keadilan telah ditegakkan dan

kemakmuran telah diraih.

Ulama-ulama kita bahkan menyebut Umar Bin Abdul

Aziz sebagai pembaharu abad pertama hijriyah, bahkan juga

disebut sebagai khulafa rasyidin kelima.

30

Mungkin indikator kemakmuran yang ada ketika itu tidak

akan pernah terulang kembali, yaitu ketika para amil zakat

berkeliling di perkampungan-perkampungan Afrika, tapi

mereka tidak menemukan seseorang pun yang mau menerima

zakat.

Negara benar-benar mengalami surplus, bahkan sampai ke

tingkat dimana utang-utang pribadi dan biaya pernikahan

warga pun ditanggung oleh negara.

1. Memulai dari Diri Sendiri, Keluarga dan Istana

Umar bin Abdul Aziz menyadari dengan baik bahwa ia

adalah bagian dari masa lalu. Ia tidak mungkin sanggup

melakukan perbaikan dalam kehidupan negara yang luas

kecuali kalau ia berani memulainya dari dirinya sendiri,

kemudian melanjutkannya pada keluarga intinya dan

selanjutnya pada keluarga istana yang lebih besar.

Maka langkah pertama yang harus ia lakukan adalah

membersihkan dirinya sendiri, keluarga dan istana kerajaan.

Dengan tekad itulah ia memulai sebuah reformasi besar yang

abadi dalam sejarah.

Begitu selesai dilantik Umar segera memerintahkan

mengembalikan seluruh harta pribadinya, baik berupa uang

maupun barang, ke kas negara, termasuk seluruh pakaiannya

yang mewah. Ia juga menolak tinggal di istana, ia tetap

31

menetap di rumahnya. Pola hidupnya berubah secara total,

dari seorang pencinta dunia menjadi seorang zahid yang

hanya mencari kehidupan akhirat yang abadi. Sejak berkuasa

ia tidak pernah lagi tidur siang, mencicipi makanan enak.

Akibatnya, badan yang tadinya padat berisi dan kekar

berubah menjadi kurus dan ceking.

Setelah selesai dengan diri sendiri, ia melangkah kepada

keluarga intinya. Ia memberikan dua pilihan kepada

isterinya, “Kembalikan seluruh perhiasan dan harta pribadimu ke kas

negara, atau kita harus bercerai.” Tapi istrinya, Fatimah Binti

Abdul Malik, memilih ikut bersama suaminya dalam kafilah

reformasi tersebut. Langkah itu juga ia lakukan dengan

anak-anaknya.

Suatu saat anak-anaknya memprotesnya karena sejak beliau

menjadi khalifah mereka tidak pernah lagi menikmati

makanan-makanan enak dan lezat yang biasa mereka nikmati

sebelumnya. Tapi Umar justru menangis tersedu-sedu dan

memberikan dua pilihan kepada anak-anaknya, “Saya beri kalian

makanan yang enak dan lezat tapi kalian harus rela menjebloskan saya ke

neraka, atau kalian bersabar dengan makanan sederhana ini dan kita akan

masuk surga bersama.”

Selanjutnya, Umar melangkah ke istana dan keluarga

istana. Ia memerintahkan menjual seluruh barang-barang

mewah yang ada di istana dan mengembalikan harganya ke kas

negara. Setelah itu ia mulai mencabut semua fasilitas

32

kemewahan yang selama ini diberikan ke keluarga istana,

satu per satu dan perlahan-lahan.

Keluarga istana melakukan protes keras, tapi Umar tetap

tegar menghadapi mereka. Hingga suatu saat, setelah

gagalnya berbagai upaya keluarga istana menekan Umar,

mereka mengutus seorang bibi Umar menghadapnya. Boleh jadi

Umar tegar menghadapi tekanan, tapi ia mungkin bisa

terenyuh menghadapi rengekan seorang perempuan. Umar sudah

mengetahui rencana itu begitu sang bibi memasuki rumahnya.

Kemudian Umar pun segera memerintahkan mengambil sebuah

uang logam dan sekerat daging. Beliau lalu membakar uang

logam tersebut dan meletakkan daging diatasnya.

Daging itu jelas terbakar jadi “sate”. Umar lantas

berkata kepada sang bibi: “Apakah bibi rela menyaksikan saya

dibakar di neraka seperti daging ini hanya untuk memuaskan keserakahan

kalian? Berhentilah menekan atau merayu saya, sebab saya tidak akan pernah

mundur dari jalan reformasi ini.”

Langkah pembersihan diri, keluarga dan istana ini telah

meyakinkan publik akan kuat political will untuk melakukan

reformasi dalam kehidupan bernegara, khususnya dalam

pemberihan KKN. Sang pemimpin telah telah menunjukkan

tekadnya, dan memberikan keteladanan yang begitu

menakjubkan.

2. Gerakan Penghematan

33

Langkah kedua yang dilakukan Umar Bin Abdul Aziz adalah

penghematan total dalam penyelenggaraan negara. Langkah ini

jauh lebih mudah dibanding langkah pertama, karena pada

dasarnya pemerintah telah menunjukkan kredibilitasnya di

depan publik melalui langkah pertama. Tapi dampaknya sangat

luas dalam menyelesaikan krisis ekonomi yang terjadi ketika

itu.

Sumber pemborosan dalam penyelenggaraan negara biasanya

terletak pada struktur negara yang tambun, birokrasi yang

panjang, administrasi yang rumit. Tentu saja itu disamping

gaya hidup keseluruhan dari para penyelenggara negara.

Setelah secara pribadi beliau menunjukkan tekad untuk

membersihkan KKN dan hidup sederhana, maka beliau pun mulai

membersihkan struktur negara dari pejabat korup.

Selanjutnya beliau merampingkan struktur negara, memangkas

rantai birokrasi yang panjang, menyederhanakan sistem

administrasi. Dengan cara itu negara menjadi sangat efisien

dan efektif.

Simaklah sebuah contoh bagaimana penyederhanaan sistem

administrasi akan menciptakan penghematan. Suatu saat

gubernur Madinah mengirim surat kepada Umar Bin Abdul

Aziz meminta tambahan blangko surat untuk beberapa

keperluan administrasi kependudukan. Tapi beliau membalik

surat itu dan menulis jawabannya, “Kaum muslimin tidak perlu

mengeluarkan harta mereka untuk hal-hal yang tidak mereka perlukan, seperti

blangko surat yang sekarang kamu minta.”

34

3. Redistribusi Kekayaan Negara

Langkah ketiga adalah melakukan redistribusi kekayaan

negara secara adil. Dengan melakukan restrukturisasi

organisasi negara, pemangkasan birokrasi, penyederhanaan

sistem administrasi, pada dasarnya Umar telah menghemat

belanja negara, dan pada waktu yang sama, mensosialisasikan

semangat bisnis dan kewirausahaan di tengah masyarakat.

Dengan cara begitu Umar memperbesar sumber-sumber

pendapatan negara melalui zakat, pajak dan jizyah.

Dalam konsep distribusi zakat, penetapan delapan objek

penerima zakat atau mustahiq, sesungguhnya mempunyai arti

bahwa zakat adalah sebentuk subsidi langsung. Zakat harus

mempunyai dampak pemberdayaan kepada masyarakat yang

berdaya beli rendah. Sehingga dengan meningkatnya daya beli

mereka, secara langsung zakat ikut merangsang tumbuhnya

demand atau permintaan dari masyarakat, yang selanjutnya

mendorong meningkatnya suplai. Dengan meningkatnya konsumsi

masyarakat, maka produksi juga akan ikut meningkat. Jadi,

pola distribusi zakat bukan hanya berdampak pada hilangnya

kemiskinan absolut, tapi juga dapat menjadi faktor stimulan

bagi pertumbuhan ekonomi di tingkat makro.

Itulah yang kemudian terjadi di masa Umar Bin Abdul

Aziz. Jumlah pembayar zakat terus meningkat, sementara

35

jumlah penerima zakat terus berkurang, bahkan habis sama

sekali. Para amil zakat berkeliling di pelosok-pelosok

Afrika untuk membagikan zakat, tapi tak seorang pun yang

mau menerima zakat. Artinya, para mustahiq zakat benar-

benar habis secara absolut. Sehingga negara mengalami

surplus. Maka redistribusi kekayaan negara selanjutnya

diarahkan kepada subsidi pembayaran utang-utang pribadi

(swasta), dan subsidi sosial dalam bentuk pembiayaan

kebutuhan dasar yang sebenarnya tidak menjadi tanggungan

negara, seperti biaya perkawinan. Suatu saat akibat surplus

yang berlebih, negara mengumumkan bahwa “negara akan

menanggung seluruh biaya pernikahan bagi setiap pemuda yang hendak

menikah di usia muda.”

Mengapa sejarah tak berulang?

Sejarah selalu hadir di depan kesadaran kita dengan

potongan-potongan zaman yang cenderung mirip dan

terduplikasi. Pengulangan-pengulangan itu memungkinkan kita

menemukan persamaan-persamaan sejarah, sesuatu yang

kemudian memungkinkan kita menyatakan dengan yakin, bahwa

sejarah manusia sesungguhnya diatur oleh sejumlah kaidah

yang bersifat permanen. Manusia, pada dasarnya, memiliki

36

kebebasan yang luas untuk memilih tindakan-tindakannya.

Tetapi ia sama sekali tidak mempunya kekuatan untuk

menentukan akibat dari tindakan-rindakannya. Tetapi karena

kapasitas manusia sepanjang sejarah relatif sama saja, maka

ruang kemampuan aksinya juga pada akhirnya relatif sama.

Itulah sebab yang memungkinkan terjadinya pengulangan-

pengulangan tersebut. Tentu saja tetap ada perbedaan-

perbedaan waktu dan ruang yang relatif sederhana, yang

menjadikan sebuah zaman tampak unik ketika ia disandingkan

dengan deretan zaman yang lain.

Itu sebabnya Allah Subhaanahu wa ta’ala memerintahkan kita

menyusuri jalan waktu dan ruang, agar kita dapat merumuskan

peta sejarah manusia, untuk kemudian menemukan kaidah-

kaidah permanen yang mengatur dan mengendalikannya. Kaidah-

kaidah permanen itu memiliki landasan kebenaran yang kuat,

karena ia ditemukan melalui suatu proses pembuktian empiris

yang panjang. Bukan hanya itu, kaidah-kaidah permanen itu

sesungguhnya juga mengatur dan mengendalikan kehidupan

kita. Dengan begitu sejarah menjadi salah satu referensi

terpenting bagi kita, guna menata kehidupan kita saat ini

dan esok.

Sejarah adalah cermin yang baik, yang selalu mampu

memberi kita inspirasi untuk menghadapi masa-masa sulit

dalam hidup kita. Seperti juga saat ini, ketika bangsa kita

sedang terpuruk dalam krisis multidimensi yang rumit dan

kompleks, berlarut-larut dan terasa begitu melelahkan. Ini

37

mungkin saat yang tepat untuk mencari sepotong masa dalam

sejarah, dengan latar persoalan-persoalan yang tampak mirip

dengan apa yang kita hadapi, atau setidak-tidaknya pada

sebagian aspeknya, untuk kemudian menemukan kaidah permanen

yang mengatur dan mengendalikannya.

Masalah di Ujung Abad

Ketika Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa sallam menyatakan

sebuah ketetapan sejarah, bahwa di ujung setiap putaran

seratus tahun Allah Swt akan membangkitkan seorang

pembaharu yang akan akan mempebaharui kehidupan keagamaan

umat ini. Ketetapan itu menjadikan masa satu abad sebagai

sebuah besaran waktu yang memungkinkan terjadinya

pengulangan-pengulangan masalah, rotasi pola persoalan-

persoalan hidup. Ketetapan itu juga menyatakan adanya

fluktuasi dalam sejarah manusia, masa pasang dan masa

surut, masa naik dan masa turun. Dan titik terendah dari

masa penurunan itulah Allah Swt akan membangkitkan seorang

pembaharu yang menjadi lokomotif reformasi dalam kehidupan

masyarakat.

Itulah yang terjadi di ujung abad pertama hijriyah

dalam sejarah Islam. Sekitar enam puluh tahun sebelumnya,

masa khulafa rasyidin telah berakhir dengan syahidnya Ali

bin Abi Thalib. Muawiyah bin Abi Sofyan yang kemudian

mendirikan dinasti Bani Umayyah di Damaskus, mengakhiri

38

sistem khilafah dan menggantinya dengan sistem kerajaan.

Pemimpin tertinggi dalam masyarakat Islam tidak lagi

dipilih, tapi ditetapkan.

Perubahan pada sistem politik ini berdampak pada

perubahan perilaku politik para penguasa. Secara perlahan

mereka menjadi kelompok elit politik yang eksklusif,

terbatas pada jumlah tapi tidak terbatas pada kekuasaan,

sedikit tapi sangat berkuasa. Sistem kerajaan dengan

berbagai perilaku politik yang menyertainya, biasanya

secara langsung menutup katup politik dalam masyarakat

dimana kebebasan berekspresi secara perlahan-lahan

dibatasi, atau bahkan dicabut sama sekali. Itu memungkinkan

para penguasa menjadi tidak tersentuh oleh kritik dan tidak

terjangkau oleh sorot mata masyarakat. Tidak ada

keterbukaan, tidak ada transparansi.

Dalam keadaan begitu para penguasa memiliki

keleluasaan untuk melakukan apa saja yang mereka ingin

lakukan. Maka penyimpangan politik segera berlanjut dengan

penyimpangan ekonomi. Kezaliman dalam distribusi kekuasaan

dengan segera diikuti oleh kezaliman dalam distribusi

kekayaan. Yang terjadi pada mulanya adalah sentralisasi

kekuasaan, tapi kemudian berlanjut ke sentralisasi ekonomi.

Keluarga kerajaan menikmati sebagian besar kekayaan

negara. Apa yang seharusnya menjadi hak-hak rakyat hanya

mungkin mereka peroleh berkat “kemurahan hati” pada penguasa,

39

bukan karena adanya sebuah sistem ekonomi yang memungkinkan

rakyat mengakses sumber-sumber kekayaan yang menjadi hak

mereka.

Bukan hanya KKN yang terjadi dalam keluarga kerajaan,

tapi juga performen lain yang menyertainya berupa gaya

hidup mewah dan boros. Negara menjadi tidak efisien akibat

pemborosan tersebut. Dan pemborosan, kata ulama-ulama kita,

adalah indikator utama terjadinya kezaliman dalam

distribusi kekayaan. Jadi ada pemerintahan yang korup

sekaligus zhalim, penuh KKN sekaligus mewah dan boros,

tidak bersih, tidak efisien dan tidak adil.

Itulah persisnya apa yang terjadi pada dinasti Bani

Umayyah. Berdiri pada tahun 41 hijriyah, dinasti Bani

Umayyah berakhir sekitar 92 tahun kemudian, atau tepatnya

pada tahun 132 hijriyah. Tapi sejarah dinasti ini tidaklah

gelap seluruhnya. Dinasti ini juga mempunyai banyak catatan

cemerlang yang ia sumbangkan bagi kemajuan peradaban Islam.

Salah satunya adalah cerita sukses yang tidak terdapat atau

tidak pernah terulang pada dinasti lain ketika seorang

laki-laki dari klan Bani Umayyah, dan merupakan cicit

dariUmar Bin Khattab, yaitu Umar Bin Abdul Aziz, muncul

sebagai khalifah pada penghujung abad pertama hijriyah.

Yang dilakukan oleh Umar bin Abdul Aziz adalah

mempertemukan keadilan dengan kemakmuran. Ketika pemimpin

yang saleh dan kuat dihadirkan di persimpangan sejarah

untuk menyelesaikan krisis sebuah umat dan bangsa. Dan itu

40

bisa saja terulang, kalau syarat dan kondisi yang sama juga

terulang. Dan inilah masalah kita, pengulangan sejarah itu

tidak terjadi karena syaratnya tidak terpenuhi.

BAB IV

KESIMPULANSetelah dibahas panjang mengenai kedua sosok Umar yang

diharapkan dapat menjadi tauladan bagi generasi-generasi

baru guna menciptakan Indonesia baru yang lebih baik maka

akan sedikit kita ambi beberpa pokok penting dari tauladan

kedua sosok Umar tersebut.

1. Perluasan wilayah yang dilakukan oleh Umar menjadikan

umat muslim pada saat tersebut menjadi bangsa adikuasa

yang Kekaisaran Byzantium pun dapat ditaklukan di

semenanjung arab.

2. Administrasi negara, Penataan yang dilakukan oleh Umar

bin Khattab setelah luasnya wilayah kekuasaan dari

Khilafah ini membuat Umar melakukan penataan dengan

41

dibaginyya wilayah-wilayah yang jauh dari jangkapuan

untuk membuat administrasi wilayah tersebut.

3. Pendirian Militer dan pemisahan dari Lembaga Peradilan

Pendirian Militer dilaksanakan dalam upaya menjaga

keamanan dan kecakapan bangsa arab dari serangan-

serangan asing dan juga dalam lembaga peradilan

pemisahan yudikatif dan eksekutif belum dilakukan

secara total karena Khilafah masih mengambil alih

dalam penentuan hukum Hudud dan Qisas.

4. Manajemen Perekonomian

Dengan didirikannya Bait Al-Mal yang mengurusi urusan

zakat, pajak, bea-cukai dan penentuan orang yang

berhak menerima zakat dan urusan perekonmian tidak

dicampuri oleh urusan militer.

5. Pengembalian harta kekayaan pribadi Umar bin Abdul

Aziz dan keluarganya dan diberikan kepada negara dan

dadakannya gerakan penghematan yang diakukan dalam

menunjang perekonomian negara pada saat intu.

42

6. Redistribusi kekayaan negara

Gerakan tersebut dalam rangka melakukan pemangkasan

dalam tubuh birokrasi dan juga mensosialisasikan

semangat bisnis dan kewirausahaan dalam masyarakat.

Dari beberapa poin tersebut dapat terlihat gaya-gaya

kepemimpinan seorang khilafah dalam sebuah negara yang

memang dapat menjadi tauladan dalam membentuk pribadi

Muslim Negarawan dan mengokohkan perannya dalam membentuk

Indonesia baru yang lebih baik.

Indralaya, 18 Oktober 2015

Riski Ferli

PK KAMMI AL AQSHO Universitas Sriwijaya

Phone/WA : 0857 0990 3767

BBM : 51F0D359

LINE/Instagram dll : Axzoizman

43

44