BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setelah Rasulullah wafat kepemimpinan umat dipegang oleh
khulafaur rasyidin (Abu Bakar Umar bin Khattab, Usman bin
Affan, dan Ali bin Abi Thalib). Kepemimpinan mereka
dianggap sebagai kepemimpinan yang paling baik setelah
kepemimpinan Rasulullah.
Setelah Abu Bakr wafat Senin petang setelah matahari
terbenam 21 Jumadilakhir tahun ke-13 sesudah hijrah (22
Agustus 832 M.). Setelah malam tiba jenazahnya dimandikan
dan dibawa ke Masjid di tempat pembaringan yang dulu
dipakai Rasulullah, disalatkan dan dibawa ke makam
Rasulullah. Ia dimakamkan dalam lahad di samping Rasulullah
Sallallahu 'alaihi wa sallam, kepalanya di arah bahu Rasulullah dan
lahad dengan lahad itu berdampingan. Pemakaman dilakukan
oleh Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Talhah bin
Ubaidillah dan Abdur-Rahman bin Abu Bakr.
Hiruk pikuk terjadinya banyak permasalah setelah
wafatnya khalifah pertama umat muslim setelah Nabi Muhammad
SAW. Membuat Umar Bin Khattab bergerak cepat menangani
banyak permasalahan umat yang saat itu sedang kacau. Sosok
kepemimpinan beliaulah yang saat ini dapat menjadi tauladan
yang baik bagi kita. Lihatlha kata-kata beliau sebelum
dibaiat. “Saudara-saudara!1 Saya hanya salah seorang dari
1
kalian. Kalau tidak karena segan menolak tawaran Khalifah
Rasulullah saya pun akan enggan memikul tanggung jawab
ini." Dia mengucapkan kata-kata itu dengan rasa haru,
dengan rendah hati dan sangat berhati-hati dinilai orang
sebagai pertanda tepatnya firasat Abu Bakr dengan pandangan
yang jauh dalam mencalonkan penggantinya. Mereka memuji
sikap Umar itu, lebih-lebih setelah mereka melihatnya
menengadah ke atas sambil berkata: "Allahumma ya Allah, aku
ini sungguh keras, kasar, maka lunakkanlah hatiku!
Allahumma ya Allah, saya sangat lemah, maka berilah saya
kekuatan! Allahumma ya Allah, aku ini kikir, jadikanlah aku
orang dermawan bermurah hati!" Umar berhenti sejenak,
menunggu orang lebih tenang lagi. Kemudian sambungnya:
"Allah telah menguji kalian dengan saya, dan menguji saya
dengan kalian. Sepeninggal sahabatku, sekarang saya yang
berada di tengah tengah kalian. Tak ada persoalan kalian
yang harus saya hadapi lalu diwakilkan kepada orang lain
selain saya, dan tak ada yang tak hadir di sini lalu
meninggalkan perbuatan terpuji dan amanat. Kalau mereka
berbuat baik akan saya balas dengan kebaikan, tetapi kalau
melakukan kejahatan terimalah bencana yang akan saya
timpakan kepada mereka."
Sejenak kisah kepemimpinan juga dapat kita lihat dair
“Umar kedua” atau lebih sering disebut dengan adalah Umar
bin Abdul Aziz (selanjutnya disebut Umar). Ia lahir pada
tahun 61 H. Ayahnya Abdul Aziz bin Marwan, seorang
2
keturunan Umayyah yang terkenal ekstrim dalam menjalankan
pemerintarahan. Ibunya bernamaUmmi binti Ashim bin Umar bin
Khattab, salah seorang khulafaur rasyidin yang sangat
terkenal wara‟ zuhud, dan tegas (Firdaus, 1997: 49). Dalam
menjalankan kebijaksanaan dan ketegasannya Umar bin Abdul
Aziz kelihatannya lebih banyak mewarisi sifat bijaksana dan
tegas Umar bin Khattab daripada sifat ekstrim ayahnya. Umar
lahir pada saat pemerintahan Umayyah dalam keadaan kacau
dan membutuhkan perbaikan. Permusuhan antara kelompok Ali
dan Muawiyah semakin meruncing, sehingga berakibat buruk
terhadap konsolidasi negara, dan meredupnya syiar Islam.
Fitnah memfitnah merupakan sesuatu yang biasa dilakukan
dalam kehidupan sehari-hari, bahkan dilakukan di dalam
mesjid. Sifat luhur yang dimiliki Umar menjadikannya
terpanggil untuk meredakan sengketa tersebut. Hal ini
terbukti ketika ia menjadi penguasa (Gubernur) di
Khunasirah pada tahun 85 H dia mulai melarang orang saling
menghujat antara kelompok Muawiyah dan Ali di mesjid-mesjid
(Firdaus, 1971: 55).
Pada saat ia menjadi khalifah tahun 99 H, dia
melaksanakan tujuh agenda kepemimpinannya yaitu:
1. Memperbaiki komitmen dirinya
2. Memperbaiki seluruh keluarganya (jiwa, harta)
3. Memperbaiki kehidupan umat
3
4. Berdakwah dengan surat
5. Menanamkan perasaan takut kepada Allah
6. Berpegang teguh kepada tuntunan Allah
7. Memperhatikan umat non muslim (Qathani, 1994: 197).
Pola kepemimpinan Umar memang berbeda dengan khalifaf-
khalifah Bani Umayyah sebelumnya. Bila khalifah sebelumnya
cenderung tirani dan mengabaikan rakyatnya, Umar malah
berusaha untuk selalu bersikap adil. Hal ini terbukti
ketika ia telah menjadi khalifah selain melaksanakan tujuh
agenda kepemimpinan dia juga mengangkat sepuluh ulama
terkemuka sebagai penasehatnya. Suatu ketika sesudah shalat
zuhur, para penasehat itu diudandangnya dan beliau berkata
kepada mereka: ”Bahwa sesungguhnya aku mengundang saudara-
saudara semua untuk sesuatu urusan dimana kamu akan beroleh
imbalan saja. Saudara-saudara akan saya angkat sebagai
pembantu saya dalam menegakkan yang hak. Saya tidak mau
memutuskan sesuatu perkara tanpa lebih dahulu beroleh
persetujuan saudara-saudara atau persetujuan di antara
saudara-saudara yang hadir. Maka andaikata saudara-saudara
yang hadir melihat atau mendengar berita tentang
pelanggaran pejabat-pejabat saya yang melakukan tentang
pelanggaran hendaklah ia menyampaikan hai itu kepada saya
karena Allah” (Firdaus, 1971: 56). Pernyataan ini
membuktikan bagaimana Umar dalam menjalankan
4
kepemimpinannya. Dia menjadikan ulama sebagai pengambil
keputusan dan pengawas dalam dinamika pemerintahannya.
Suatu pekerjaan yang telah lama ditinggalkan oleh khalifah
Bani Umayyah yang lainnya.
Di samping seorang umara, Umar juga seorang ulama
sekaligus da‟i. Kegiatan dakwah yang dilakukan Umar
terlihat dari poin keempat dari agenda kepemimpinannya. Dia
berdakwah dengan mengirim surat kepada pejabat-pejabatnya
untuk taat kepada Allah, mengajak kaum ahli dzimmah (non
muslim yang selalu rukun dan damai serta mematuhi undang-
undang negara Islam) dan kelompok non muslim lainnya untuk
masuk Islam dengan kerelaan hati, membasmi segala
kemungkaran dan penyimpangan yang terjadi, memberantas
bid‟ah, memelihara khazanah ilmu pengetahuan dalam Islam
(Firdaus, 1977: 91 – 95). Dakwah lewat lisan dan tulisan
ini dikuatkan Umar dengan dakwah bil hal yaitu melalui
perilakunya sehari-hari (Sou‟yb, 1977: 172). Meskipun masa
kepemimpinan Umar hanya 2 tahun (99 – 101 H/718 – 720 M)
dengan tetapi dia berhasil menyelamatkan umat Islam dari
perpecahan yang lebih hebat dan keringnya syi‟ar Islam.
Ditinjau dari ilmu dakwah dalam kapasitasnya sebagai
da‟i, Umar dapat disebut sebagai seorang Rijalud Dakwah.
Berangkat dari informasi di atas tentang keterlibatan Umar
dalam dakwah Islam, penulis berkeinginan untuk menemukan
gagasan-gagasan dakwah Umar secara lebih detail serta
kaitannya dengan keberhasilan dakwah pada masa
5
pemerintahnya. Upaya penemuan gagasan-gagasan ini akan
penulis tuangkan dalam sebuah tulisan yang berjudul
“Gagasan-gagasan Dakwah Umar Dalam Menghidupkan Kembali
Syi‟ar Islam”.
B. Rumusan Masalah
Beranjak dari latar belakang masalah di atas, maka yang
menjadi rumusan masalah dalam tulisan ini adalah
“Mengokohkan eksistensi peran Muslim Negarawan dalam menuju
kepemimpinan Indonesia baru”. Tujuan dan Kegunaan Penulisan
Secara umum tulisan ini bertujuan untuk mengetahui gagasan-
gagasan dakwah dan gaya kepemimpinan Kedua Umar yang dapat
dijadikan sebagai tauladan dalam membentuk Indonesia baru.
Secara khusus tulisan ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Kehidupan Umar bin Khattab dan Umar bin Abd Aziz sebagai
pribadi dan sebagai khalifah.
2. Gagasan-gagasan dakwah dan kepemimpinan kedua khalifah
tersebut.
3. Keberhasilan yang diraih oleh Umar bin Khattab dan Umar
bin Abd Aziz.
C. Tujuan Penulisan
Tulisan ini diharapkan dapat berguna sebagai :
1. Pembentukan Muslim Negarawan yang ideal sesuai dengan
tauladan dari kedua Umar dalam usaha mencapai tujuan-tujuan
dakwah.
6
2. Mengokohkan kembali peran kader KAMMI sebagai Muslim
Negarawan yang juga dalam usaha menuju kepemimpinan yang
ideal untuk Indonesia Baru yang lebih baik.
3. Juga sebagai bahan ajaran kepada penulis agar dapat
menjadi sosok yang lebih baik seperti yang telah
digambarkan oleh sosok Umar bin Khattab dan Umara bin Abdul
Aziz.
D. Metodologi Penulisan
Makalah atau tulisan ini merupakan kajian perpustakaan
(library research), yakni mengungkapkan data-data yang
bersumber dari beberapa literatur yang punya keterkaitan
dengan persoalan gagasan-gagasan dakwah Umar bin Khattab
dan Umar bin Abdul Aziz dan keberhasilannya. Data-data yang
diperoleh akan dipaparkan, diiterpretasi, dan dianalisa.
Tulisan ini juga menggunakan pendekatan sejarah (historical
approach). Pendekatan ini digunakan untuk membantu
mengiterpretasi data berdasarkan situasi dan kondisi
masyarakat pada saat Umar mengemukakan dan melaksanakan
gagasannya.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Penulisan makalah ata tulisan ini diambil dari berbagai
literatur yang bersumber pada kajian/sumber yang ada
sebagai bahan-bahan dalam penulisan tulisan ini.
8
- Haekal, M. Husain (2002), Al-Faruq Umar (Umar bin Khattab ),
Cetakan ketiga, Litera AntarNusa, Jakarta.
- Susanti, Dra. Denny, S.Pd.I, MA (2010), Gagasan-Gagasan
Dakwah Umar dalma Menghidupkan Kembali Dakwah Islam, STMIK
Trigunadarma, Medan.
- Dakwatuna.com (2008), Biografi Empat Pemimpin Dakwah
Teladan, Jakarta.
- Alsofwah.com (2014), Umar bin Abdul Aziz, Dikunjungi
tanggal 27 Agustus 2014.
- Alqiyamah.wordpress.com, Umar bin Abdul Aziz, Dikunjungi
tanggal 27 Agustus 2014 pukul 10.00.
- Husna, Arifatul (2008), Kepemimpinan Khalifah Umar bin
Khattab dan Umat bin Abdul Aziz. UIN Sunan Kalijaga,
Yogyakarta.
- Karim, M. Abdul (2006), A Political Biography of Umar Ibn
Abdul Aziz, Jakarta.
- Fitri, Al S.Ag, S.H, M.H.I (2010), Pemikiran Umar bin
Khattab tentang Fiqh. Jakarta.
- Israil, Syarifuddin (2011), Kebijakan Ekonomi Umar bin
Khattab, STIE Muhammadiyah, Tanjung Redeb.
- Santoso, Budi (2008), Metode Dakwah Umar bin Khattab, UIN
Syarif Hidayatullah, Jakarta.
9
BAB III
ISI
A. Perkembangan Awal Kedua Umar.
1. Umar bin Khattab
Umar yang mempunyai nama lengkap Umar bin Khattab bin
Nafiel bin Abdul Uzza atau lebih dikenal dengan Umar bin
Khattab adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad
S.A.W. yang juga adalah khalifah kedua Islam (634-644).
Umar juga merupakan satu di antara empat orang Khalifah
yang digolongkan sebagai Khalifah yang diberi petunjuk
(Khulafaur Rasyidin). Umar dilahirkan di kota Mekkah dari
suku Bani Adi, salah satu rumpun suku Quraisy, suku
terbesar di kota Mekkah saat itu. Ayahnya bernama Khattab
bin Nufail Al Shimh Al Quraisyi dan ibunya Hantamah binti
Hasyim, dari marga Bani Makhzum.[2] Umar memiliki julukan
yang diberikan oleh Nabi Muhammad S.A.W. yaitu Al-
Furqan yang berarti orang yang bisa memisahkan antara
kebenaran dan kebatilan.
Keluarga Umar tergolong dalam keluarga kelas menengah,
ia bisa membaca dan menulis, yang pada masa itu merupakan
sesuatu yang langka. Sebelum memeluk Islam, Umar adalah
orang yang sangat disegani dan dihormati oleh penduduk
Mekkah, sebagaimana tradisi yang dijalankan oleh
kaum jahiliyah Mekkah saat itu, Umar juga mengubur putrinya
10
hidup-hidup sebagai bagian dari pelaksanaan
adat Mekkah yang masih barbar. Setelah memeluk Islam di
bawah Nabi Muhammad S.A.W., Umar dikabarkan menyesali
perbuatannya dan menyadari kebodohannya saat itu
sebagaimana diriwayatkan dalam satu hadits "Aku menangis
ketika menggali kubur untuk putriku. Dia maju dan kemudian menyisir
janggutku".
Umar juga dikenal sebagai seorang peminum berat,
beberapa catatan mengatakan bahwa pada masa pra-Islam
(Jahiliyyah), Umar suka meminum anggur. Setelah menjadi
seorang Muslim, ia tidak menyentuh alkohol sama sekali,
meskipun belum diturunkan larangan meminum khamar (yang
memabukkan) secara tegas.
Ketika Nabi Muhammad S.A.W. menyebarkan Islam secara
terbuka di Mekkah, Umar bereaksi sangat antipati
terhadapnya, beberapa catatan mengatakan bahwa
kaum Muslim saat itu mengakui bahwa Umar adalah lawan yang
paling mereka perhitungkan, hal ini dikarenakan Umar yang
memang sudah mempunyai reputasi yang sangat baik sebagai
ahli strategi perang dan seorang prajurit yang sangat
tangguh pada setiap peperangan yang ia lalui. Umar juga
dicatat sebagai orang yang paling banyak dan paling sering
menggunakan kekuatannya untuk menyiksa pengikut Nabi
Muhammad S.A.W.
11
Pada puncak kebenciannya terhadap ajaran Nabi Muhammad
S.A.W., Umar memutuskan untuk mencoba membunuh Nabi
Muhammad S.A.W., namun saat dalam perjalanannya ia bertemu
dengan salah seorang pengikut Nabi Muhammad S.A.W.
bernama Nu'aim bin Abdullah yang kemudian memberinya kabar
bahwa saudara perempuan Umar telah memeluk Islam, ajaran
yang dibawa oleh Nabi Muhammad S.A.W. yang ingin dibunuhnya
saat itu. Karena berita itu, Umar terkejut dan pulang ke
rumahnya dengan dengan maksud untuk menghukum adiknya,
diriwayatkan bahwa Umar menjumpai saudarinya itu sedang
membaca Al Qur'an surat Thoha ayat 1-8, ia semakin marah
akan hal tersebut dan memukul saudarinya. Ketika melihat
saudarinya berdarah oleh pukulannya ia menjadi iba, dan
kemudian meminta agar bacaan tersebut dapat ia lihat,
diriwayatkan Umar menjadi terguncang oleh apa yang ia baca
tersebut, beberapa waktu setelah kejadian itu Umar
menyatakan memeluk Islam, tentu saja hal yang selama ini
selalu membelanyani membuat hampir seisi Mekkah terkejut
karena seseorang yang terkenal paling keras menentang dan
paling kejam dalam menyiksa para pengikut Nabi Muhammad
S.A.W. kemudian memeluk ajaran yang sangat dibencinya
tersebut, akibatnya Umar dikucilkan dari pergaulan Mekkah
dan ia menjadi kurang atau tidak dihormati lagi oleh para
petinggi Quraisy yang selama ini diketahui selalu
membelanya.
12
Selama pemerintahan Umar, kekuasaan Islam tumbuh dengan
sangat pesat. Islam mengambil alih Mesopotamia dan sebagian
Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia (yang
mengakhiri masa kekaisaran sassanid) serta mengambil
alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari
kekaisaran Romawi (Byzantium). Saat itu ada dua negara adi
daya yaitu Persia dan Romawi. Namun keduanya telah
ditaklukkan oleh kekhalifahan Islam dibawah pimpinan Umar.
Sejarah mencatat banyak pertempuran besar yang menjadi
awal penaklukan ini. Pada pertempuran Yarmuk, yang terjadi
di dekat Damaskus pada tahun 636, 20 ribu pasukan Islam
mengalahkan pasukan Romawi yang mencapai 70 ribu dan
mengakhiri kekuasaan Romawi di Asia Kecil bagian selatan.
Pasukan Islam lainnya dalam jumlah kecil mendapatkan
kemenangan atas pasukan Persia dalam jumlah yang lebih
besar pada pertempuran Qadisiyyah (636), di dekat sungai
Eufrat. Pada pertempuran itu, jenderal pasukan Islam
yakni Sa`ad bin Abi Waqqas mengalahkan pasukan Sassanid dan
berhasil membunuh jenderal Persia yang terkenal, Rustam
Farrukhzad.
Pada tahun 637, setelah pengepungan yang lama
terhadap Yerusalem, pasukan Islam akhirnya mengambil alih
kota tersebut. Umar diberikan kunci untuk memasuki kota
13
oleh pendeta Sophronius dan diundang untuk salat di
dalam gereja (Church of the Holy Sepulchre). Umar memilih
untuk salat ditempat lain agar tidak membahayakan gereja
tersebut. 55 tahun kemudian, Masjid Umar didirikan ditempat
ia salat.
Umar melakukan banyak reformasi secara administratif dan
mengontrol dari dekat kebijakan publik, termasuk membangun
sistem administrasi untuk daerah yang baru ditaklukkan. Ia
juga memerintahkan diselenggarakannya sensus di seluruh
wilayah kekuasaan Islam. Tahun 638, ia memerintahkan untuk
memperluas dan merenovasi Masjidil Haram di Mekkah
dan Masjid Nabawi di Medinah. Ia juga memulai proses
kodifikasi hukum Islam.
Umar dikenal dari gaya hidupnya yang sederhana, alih-
alih mengadopsi gaya hidup dan penampilan para penguasa di
zaman itu, ia tetap hidup sangat sederhana.
Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah, tahun ke-empat
kekhalifahannya, Umar mengeluarkan keputusan bahwa
penanggalan Islam hendaknya mulai dihitung saat
peristiwa hijrah.
14
Prestasi yang dicapai di masa pemerintahan Umar bin
Khattab, banyak ditentukan oleh berbagai kebijakan dalam
mengatur dan menerapkan sistem pemerintahannya. Kualitas
pribadi dan seperangkat pendukung lainnya, tentu juga
memiliki andil yang besar dalam pemerintahan Umar bin
Khattab. Adapun prestasi yang dicapai pada masa
kekhalifahannya antara lain adalah:
Perluasan Wilayah Islam
Ketika para pembangkang di dalam negeri telah dikikis
habis oleh khalifah Abu Bakar, maka tugas pertama ialah
melanjutkan ekspedisi yang telah dirintis oleh
pendahulunya. Maka dari itu, gelombang ekspansi (perluasan
wilayah kekuasaan) banyak terjadi antaranya, ibu kota
Syria, Damaskus jatuh tahun 635 M, dan setahun kemudian
setelah tentara Bizantium kalah dalam perang Yarmuk,
seluruh daerah Syiria jatuh di bawah kekuasaan Islam dengan
memakai Syiria sebagai basis, ekspansi diteruskan ke Mesir
di bawah pimpinan ’Amr bin Ash dan ke Irak di bawah
pimpinan Sa’ad bin abi Waqash. Iskandaria, ibu kota Mesir,
ditaklukkan pada tahun 641 M. Dengan demikian, Mesir jatuh
di bawah kekuasaan Islam. Al-Qadasiah, sebuah kota dekat
Hirah di Iraq, jatuh pada 637 M. Dari sana serangan
dilanjutkan ke ibu kota Persia, al-Madain yang jatuh pada
tahun itu juga. Pada tahun 641 M, Mosul dapat dikuasai.
15
Bersamaan dengan ekspansi tersebut, pusat kekuasaan
Madinah mengalami perkembangan yang amat pesat. Khalifah
telah berhasil membuat dasar-dasar bagi suatu pemerintahan
untuk melayani tuntunan masyarakat baru yang berkembang.
Umar mendirikan dewan-dewan, Baitul Mal, mencetak uang,
mengatur gaji, menciptakan tahun hijriah dan sebagainya.
Di samping itu karena wilayah kekuasaan semakin luas,
maka wilayah Islam dibagi menjadi unit-unit administratif
yang diatur menjadi delapan wilayah propinsi yaitu: Mekah,
Madinah, Jasirah, Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir.
Penataan Struktur Pemerintahan
Sejalan dengan semakin luasnya wilayah Islam, maka
Umar melakukan berbagai macam penataan struktur
pemerintahan, antara lain:
Administrasi Pemerintahan
Penataan administrasi pemerintahan dilakukan Umar
dengan melakukan desentralisasi pemerintahan. Hal tersebut
dimaksudkan untuk menjangkau wilayah Islam yang semakin
luas. Wilayah Islam dibagi dalam beberapa propinsi yaitu;
Mekah, Madinah, Palestina, Suria, Iraq, Persia dan Mesir.
Umar yang dikenal sebagai negarawan, administrator,
terampil dan cerdas, segera membuat kebijakan mengenai
administrasi pemerintahan.
Pembagian Negeri menjadi unit-unit administratif
sebagai propinsi, distrik dan sub bagian dari distrik
16
merupakan langkah pertama dalam pemerintahan. Unit-unit ini
merupakan tempat ketergantungan efesiensi administratif
yang besar. Umar merupakan penguasa muslim pertama yang
mengambil kebijakan dengan melakukan disentralisasi semacam
itu. Setiap daerah diberi kewenangan mengatur pemerintahan
daerahnya tetapi tetap segala kebijakan harus sesuai dengan
pemerintahan pusat.
Lembaga Peradilan
Pada lembaga pengadilan Umar tidak lagi memonopoli
struktur pengadilan, sudah ada orang-orang yang ditunjuk
dan diberi wewenang melaksanakan peradilan pada kasus-kasus
tertentu. Urusan pengadilan diserahkan kepada pejabat-
pejabat yang diangkat dan diberi nama Qadi. Pemisahan
kekuasaan antara kekuasaanyudikatif dan eksekutif oleh Umar
belum total sama sekali, sebab khalifah dan juga gubernur-
gubernurnya tetap memegang peradilan pada kasus-kasus hukum
jinayah yang menyangkut tentang hudud dan qisas. Namun
wilayah yang jauh dari pusat khalifah, wewenang itu
diberikan.
Korps Militer
Pada masa pemerintahan Umar, negara Islam menjadi
negara adikuasa yang banyak memiliki wilayah kekuasaan
ketika itu Persia dan Bizantium juga ditaklukkan Umar.
Kemampuan Umar melakukan ekspansi besar-besaran tersebut
17
tentu tidak bisa lepas dari sistem militer yang tangguh
sebagai basis pertahanan dan keamanan negara. Umar
membentuk organisasi militer yang bertujuan menjaga
kecakapan militer bangsa Arab, untuk itu Umar melarang
pasukan Arab menguasai tanah pertanian negri-negri
taklukan, sebab penguasaan atas tanah pertanian tersebut
dihawatirkan akan melemahkan semangat militer mereka,
beliau juga melarang pasukan muslim hidup diperkampungan
sipil, melainkan mereka hidup diperkampungan militer, dan
Umar tidak ingin tentara memiliki propesi lain seperti
dagang, bertani yang mengakibatkan perhatian mereka
berkurang terhadap kepentingan militer.
Bait al-Mal
Pendirian bait al-mal dijadikan Umar sebagai lembaga
perekonomian Islam dimaksudkan untuk menggaji tentara
militer yang tidak lagi mencampuri urusan pertanian, para
pejabat dan staf-stafnya, para qadi dan tentunya kepada
yang berhak menerima zakat, adapun sumber keuangan berasal
dari zakat, bea cukai, dan bentuk pajak lainnya. Pajak
diterima dalam bentuk uang kontan dan barang atau hasil
bumi. Setelah terbaginya wilayah kepada beberapa propinsi,
bait al-mal memiliki cabang-cabang yang berdiri sendiri,
cabang-cabang tersebut mengeluarkan dana sesuai dengan
keperluan tahun itu dan selebihnya dikirim kepusat.
18
Demikian beberapa kebijakan politik dan prestasi Umar
bin Khattab dalam pemerintahanya, yang membawa Islam
berkembang pesat, baik dari aspek ajaran maupun aspek
wilayah teritorial.
Wasiat Umar bin Khattab Sebelum Wafat
Semasa Umar masih hidup Umar meninggalkan wasiat yaitu:
1. Jika engkau menemukan cela pada seseorang dan engkau
hendak mencacinya, maka cacilah dirimu. Karena celamu
lebih banyak darinya.
2. Bila engkau hendak memusuhi seseorang, maka musuhilah
perutmu dahulu. Karena tidak ada musuh yang lebih
berbahaya terhadapmu selain perut.
3. Bila engkau hendak memuji seseorang, pujilah Allah.
Karena tiada seorang manusia pun lebih banyak dalam
memberi kepadamu dan lebih santun lembut kepadamu
selain Allah.
4. Jika engkau ingin meninggalkan sesuatu, maka
tinggalkanlah kesenangan dunia. Sebab apabila engkau
meninggalkannya, berarti engkau terpuji.
5. Bila engkau bersiap-siap untuk sesuatu, maka bersiplah
untuk mati. Karena jika engkau tidak bersiap untuk
19
mati, engkau akan menderita, rugi ,dan penuh
penyesalan.
6. Bila engkau ingin menuntut sesuatu, maka tuntutlah
akhirat. Karena engkau tidak akan memperolehnya
kecuali dengan mencarinya
2. Umar bin Abdul Aziz
Umar bin Abdul-Aziz ,bergelar Umar II, lahir pada tahun
63 H / 682 – Februari 720; umur 37–38
tahun) adalah khalifah Bani Umayyah yang berkuasa dari
tahun 717 (umur 34–35 tahun) sampai 720 (selama 2–3 tahun).
Tidak seperti khalifah Bani Umayyah sebelumnya, ia bukan
20
merupakan keturunan dari khalifah sebelumnya, tetapi
ditunjuk langsung,dimana ia merupakan sepupu dari khalifah
sebelumnya, Sulaiman. Ayahnya adalah Abdul-Aziz bin Marwan,
gubernur Mesir dan adik dari Khalifah Abdul-Malik. Ibunya
adalah Ummu Asim binti Asim. Umar
adalah cicit dari Khulafaur Rasyidin keduaUmar bin
Khattab, dimana umat Muslim menghormatinya sebagai salah
seorang Sahabat Nabi yang paling dekat. Umar dilahirkan
sekitar tahun 682. Beberapa tradisi menyatakan ia
dilahirkan di Madinah, sedangkan lainnya mengklaim ia lahir
di Mesir. Umar dibesarkan di Madinah, di bawah
bimbingan Ibnu Umar, salah seorang
periwayat hadis terbanyak. Menurut tradisi Muslim Sunni,
silsilah keturunan Umar dengan Umar bin Khattab terkait
dengan sebuah peristiwa terkenal yang terjadi pada masa
kekuasaan Umar bin Khattab.
"Khalifah Umar sangat terkenal dengan kegiatannya
beronda pada malam hari di sekitar daerah
kekuasaannya. Pada suatu malam beliau mendengar dialog
seorang anak perempuan dan ibunya, seorang penjual
susu yang miskin.
Kata ibu “Wahai anakku, segeralah kita tambah air dalam susu ini
supaya terlihat banyak sebelum terbit matahari”
Anaknya menjawab “Kita tidak boleh berbuat seperti itu ibu, Amirul
Mukminin melarang kita berbuat begini”
21
Si ibu masih mendesak “Tidak mengapa, Amirul Mukminin tidak
akan tahu”.
Balas si anak “Jika Amirul Mukminin tidak tahu, tapi Tuhan Amirul
Mukminin tahu”.
Umar yang mendengar kemudian menangis. Betapa mulianya
hati anak gadis itu.
Ketika pulang ke rumah, Umar bin Khattab menyuruh anak
lelakinya, Asim menikahi gadis itu.
Kata Umar, "Semoga lahir dari keturunan gadis ini bakal pemimpin
Islam yang hebat kelak yang akan memimpin orang-orang Arab dan
Ajam”.
Asim yang taat tanpa banyak tanya segera menikahi
gadis miskin tersebut. Pernikahan ini melahirkan anak
perempuan bernama Laila yang lebih dikenal dengan
sebutan Ummu Asim. Ketika dewasa Ummu Asim menikah
dengan Abdul-Aziz bin Marwan yang melahirkan Umar bin
Abdul-Aziz.
Umar dibesarkan di Madinah, di bawah bimbingan Ibnu
Umar, salah seorang periwayat hadis terbanyak. Ia tinggal
di sana sampai kematiannya ayahnya, dimana kemudian ia
dipanggil ke Damaskus oleh Abdul-Malik dan menikah dengan
anak perempuannya Fatimah. Ayah mertuanya kemudian segera
meninggal dan ia diangkat pada tahun 706sebagai
gubernur Madinah oleh khalifah Al-Walid I Tidak seperti
sebagaian besar penguasa pada saat itu, Umar membentuk
22
sebuah dewan yang kemudian bersama-sama dengannya
menjalankan pemerintahan provinsi. Masa di Madinah itu
menjadi masa yang jauh berbeda dengan pemerintahan
sebelumnya, dimana keluhan-keluhan resmi ke Damaskus
berkurang dan dapat diselesaikan di Madinah, sebagai
tambahan banyak orang yang berimigrasi
ke Madinah dari Iraq, mencari perlindungan dari gubernur
mereka yang kejam, Al-Hajjaj bin Yusuf. Hal tersebut
menyebabkan kemarahan Al-Hajjaj, dan ia menekan al-Walid I
untuk memberhentikan Umar. al-Walid I tunduk kepada tekanan
Al-Hajjaj dan memberhentikan Umar dari jabatannya. Tetapi
sejak itu, Umar sudah memiliki reputasi yang tinggi di
Kekhalifahan Islam pada masa itu.
Pada era Al-Walid I ini juga tercatat tentang
keputusan khalifah yang kontroversial untuk memperluas area
di sekitar masjid Nabawi sehingga rumah Rasulullah ikut
direnovasi. Umar membacakan keputusan ini di depan penduduk
Madinah termasuk ulama mereka, Said Al Musayyib sehingga
banyak dari mereka yang mencucurkan air mata. Berkata Said
Al Musayyib: "Sungguh aku berharap agar rumah Rasulullah tetap
dibiarkan seperti apa adanya sehingga generasi Islam yang akan datang
dapat mengetahui bagaimana sesungguhnya tata cara hidup beliau yang
sederhana"
23
Umar tetap tinggal di Madinah selama masa sisa
pemerintahan al-Walid I dan kemudian dilanjutkan oleh
saudara al-Walid, Sulaiman. Sulaiman, yang juga merupakan
sepupu Umar selalu mengagumi Umar, dan menolak untuk
menunjuk saudara kandung dan anaknya sendiri pada saat
pemilihan khalifah dan menunjuk Umar.
Sulaiman bin Abdul-Malik merupakan sepupu langsung
dengan Umar. Mereka berdua sangat erat dan selalu bersama.
Pada masa pemerintahan Sulaiman bin Abdul-Malik, dunia
dinaungi pemerintahan Islam. Kekuasaan Bani Umayyah sangat
kukuh dan stabil.
Suatu hari, Sulaiman mengajak Umar ke markas pasukan Bani
Umayyah.
Sulaiman bertanya kepada Umar "Apakah yang kau lihat wahai
Umar bin Abdul-Aziz?" dengan niat agar dapat membakar
semangat Umar ketika melihat kekuatan pasukan yang
telah dilatih.
Namun jawab Umar, "Aku sedang lihat dunia itu sedang makan
antara satu dengan yang lain, dan engkau adalah orang yang paling
bertanggung jawab dan akan ditanyakan oleh Allah mengenainya".
Khalifah Sulaiman berkata lagi "Engkau tidak kagumkah
dengan kehebatan pemerintahan kita ini?"
Balas Umar lagi, "Bahkan yang paling hebat dan mengagumkan
adalah orang yang mengenali Allah kemudian mendurhakai-Nya,
24
mengenali setan kemudian mengikutinya, mengenali dunia kemudian
condong kepada dunia".
Jika Khalifah Sulaiman adalah pemimpin biasa, sudah
barang tentu akan marah dengan kata-kata Umar bin Abdul-
Aziz, namun beliau menerima dengan hati terbuka bahkan
kagum dengan kata-kata itu.
Umar menjadi khalifah menggantikan Sulaiman yang wafat
pada tahun 716. Ia di bai'at sebagai khalifah pada hari
Jumat setelah salat Jumat. Hari itu juga setelah ashar,
rakyat dapat langsung merasakan perubahan kebijakan
khalifah baru ini. Khalifah Umar, masih satu nasab dengan
Khalifah kedua, Umar bin Khattab dari garis ibu.
Zaman pemerintahannya berhasil memulihkan keadaan
negaranya dan mengkondisikan negaranya seperti saat 4
khalifah pertama (Khulafaur Rasyidin) memerintah.
Kebijakannya dan kesederhanaan hidupnya pun tak kalah
dengan 4 khalifah pertama itu. Gajinya selama menjadi
khalifah hanya 2 dirham perhari[3] atau 60 dirham perbulan.
Karena itu banyak ahli sejarah menjuluki beliau dengan
Khulafaur Rasyidin ke-5, Khalifah Umar ini hanya memerintah
selama tiga tahun kurang sedikit. Menurut riwayat, beliau
meninggal karena dibunuh (diracun) oleh pembantunya.
Menjelang wafatnya Sulaiman, penasihat kerajaan
bernama Raja’ bin Haiwah menasihati beliau, "Wahai Amirul
25
Mukminin, antara perkara yang menyebabkan engkau dijaga di dalam kubur
dan menerima syafaat dari Allah di akhirat kelak adalah apabila engkau
tinggalkan untuk orang Islam khalifah yang adil, maka siapakah pilihanmu?".
Jawab Khalifah Sulaiman, "Aku melihat Umar Ibn Abdul Aziz".
Surat wasiat diarahkan supaya ditulis nama Umar bin
Abdul-Aziz sebagai penerus kekhalifahan, tetapi
dirahasiakan darai kalangan menteri dan keluarga. Sebelum
wafatnya Sulaiman, beliau memerintahkan agar para menteri
dan para gubernur berbai’ah dengan nama bakal khalifah yang
tercantum dalam surat wasiat tersebut.
Seluruh umat Islam berkumpul di dalam masjid dalam
keadaan bertanya-tanya, siapa khalifah mereka yang baru.
Raja’ Ibn Haiwah mengumumkan, "Bangunlah wahai Umar bin Abdul-
Aziz, sesungguhnya nama engkaulah yang tertulis dalam surat ini".
Umar bin Abdul-Aziz bangkit seraya berkata, "Wahai manusia,
sesungguhnya jabatan ini diberikan kepadaku tanpa bermusyawarah dahulu
denganku dan tanpa pernah aku memintanya, sesungguhnya aku mencabut
bai’ah yang ada dileher kamu dan pilihlah siapa yang kalian kehendaki".
Umat tetap menghendaki Umar sebagai khalifah dan Umar
menerima dengan hati yang berat, hati yang takut kepada
Allah dan tangisan. Segala keistimewaan sebagai khalifah
ditolak dan Umar pulang ke rumah.
26
Ketika pulang ke rumah, Umar berfikir tentang tugas
baru untuk memerintah seluruh daerah Islam yang luas dalam
kelelahan setelah mengurus jenazah Khalifah Sulaiman bin
Abdul-Malik. Ia berniat untuk tidur. Pada saat itulah
anaknya yang berusia 15 tahun, Abdul-Malik masuk melihat
ayahnya dan berkata, "Apakah yang sedang engkau lakukan wahai
Amirul Mukminin?".
Umar menjawab, "Wahai anakku, ayahmu letih mengurusi jenazah
bapak saudaramu dan ayahmu tidak pernah merasakan keletihan
seperti ini".
"Jadi apa engkau akan buat wahai ayah?", Tanya anaknya ingin
tahu.
Umar membalas, "Ayah akan tidur sebentar hingga masuk
waktu zuhur, kemudian ayah akan keluar untuk salat
bersama rakyat".
Apa pula kata anaknya apabila mengetahui ayahnya
Amirul Mukminin yang baru “Ayah, siapa pula yang menjamin
ayah masih hidup sehingga waktu zuhur nanti sedangkan
sekarang adalah tanggungjawab Amirul Mukminin mengembalikan
hak-hak orang yang dizalimi” Umar ibn Abdul Aziz terus
terbangun dan membatalkan niat untuk tidur, beliau
memanggil anaknya mendekati beliau, mengucup kedua belah
mata anaknya sambil berkata “Segala puji bagi Allah yang
mengeluarkan dari keturunanku, orang yang menolong aku di
atas agamaku”
27
Hari kedua dilantik menjadi khalifah, beliau
menyampaikan khutbah umum. Dihujung khutbahnya, beliau
berkata “Wahai manusia, tiada nabi selepas Muhammad saw dan
tiada kitab selepas al-Quran, aku bukan penentu hukum malah
aku pelaksana hukum Allah, aku bukan ahli bid’ah malah aku
seorang yang mengikut sunnah, aku bukan orang yang paling
baik dikalangan kamu sedangkan aku cuma orang yang paling
berat tanggungannya dikalangan kamu, aku mengucapkan ucapan
ini sedangkan aku tahu aku adalah orang yang paling banyak
dosa di sisi Allah” Beliau kemudian duduk dan menangis
"Alangkah besarnya ujian Allah kepadaku" sambung Umar Ibn
Abdul Aziz.
Beliau pulang ke rumah dan menangis sehingga ditegur
isteri “Apa yang Amirul Mukminin tangiskan?” Beliau mejawab
“Wahai isteriku, aku telah diuji oleh Allah dengan jawatan
ini dan aku sedang teringat kepada orang-orang yang miskin,
ibu-ibu yang janda, anaknya ramai, rezekinya sedikit, aku
teringat orang-orang dalam tawanan, para fuqara’ kaum
muslimin. Aku tahu mereka semua ini akan mendakwaku di
akhirat kelak dan aku bimbang aku tidak dapat jawab hujjah-
hujjah mereka sebagai khalifah kerana aku tahu, yang
28
menjadi pembela di pihak mereka adalah Rasulullah saw’’
Isterinya juga turut mengalir air mata.
Umar Ibn Abdul Aziz mula memeritah pada usia 36 tahun
sepanjang tempoh 2 tahun 5 bulan 5 hari. Pemerintahan
beliau sangat menakjubkan. Pada waktu inilah dikatakan
tiada siapa pun umat Islam yang layak menerima zakat
sehingga harta zakat yang menggunung itu terpaksa
diiklankan kepada sesiapa yang tiada pembiayaan untuk
bernikah dan juga hal-hal lain.
Tercatat Raja Sriwijaya pernah dua kali mengirimkan
surat kepada khalifah Bani Umayyah. Yang pertama dikirim
kepada Muawiyah I, dan yang ke-2 kepada Umar bin Abdul-
Aziz. Surat kedua didokumentasikan oleh Abd Rabbih (860-
940) dalam karyanya Al-Iqdul Farid. Potongan surat tersebut
berbunyi.
Tauladan dari Seorang Umar bin Abdul AzizMengupas sejarah reformasi ekonomi Umar bin Abdul Aziz, dan
mengapa kita gagal?
Umar bin Abdul Aziz muncul di persimpangan sejarah
umat Islam di bawah kepemimpinan dinasti Bani Umayyah. Pada
penghujung abad pertama hijriyah, dinasti ini memasuki
usianya yang keenam puluh, atau dua pertiga dari usianya,
dan telah mengalami pembusukan internal yang serius. Umar
sendiri adalah bagian dari dinasti ini, hampir dalam segala
29
hal. Walaupun pada dasarnya ia seorang ulama yang telah
menguasai seluruh ilmu ulama-ulama Madinah, tapi secara
pribadi ia juga merupakan simbol dari gaya hidup
dinasti Bani Umayyah yang korup, mewah dan boros.
Itu membuatnya tidak cukup percaya diri untuk memimpin
ketika keluarga kerajaan memintanya menggantikan
posisi Abdul Malik Bin Marwan setelah beliau wafat. Bukan saja
karena persoalan internal kerajaan yang kompleks, tapi juga
karena ia sendiri merupakan bagian dari persoalan tersebut.
Ia adalah bagian dari masa lalu. Tapi pilihan atas dirinya,
bagi keluarga kerajaan, adalah sebuah keharusan. Karena
Umar adalah tokoh yang paling layak untuk posisi ini.
Ketika akhirnya Umar menerima jabatan ini, ia
mengatakan kepada seorang ulama yang duduk di sampingnya,
Al-Zuhri, “Aku benar-benar takut pada neraka.” Dan sebuah
rangkaian cerita kepahlawanan telah dimulai dari sini, dari
ketakutan pada neraka, saat beliau berumur 37 tahun, dan
berakhir dua tahun lima bulan kemudian, atau ketika beliau
berumur 39 tahun, dengan sebuah fakta: reformasi total
telah dilaksanakan, keadilan telah ditegakkan dan
kemakmuran telah diraih.
Ulama-ulama kita bahkan menyebut Umar Bin Abdul
Aziz sebagai pembaharu abad pertama hijriyah, bahkan juga
disebut sebagai khulafa rasyidin kelima.
30
Mungkin indikator kemakmuran yang ada ketika itu tidak
akan pernah terulang kembali, yaitu ketika para amil zakat
berkeliling di perkampungan-perkampungan Afrika, tapi
mereka tidak menemukan seseorang pun yang mau menerima
zakat.
Negara benar-benar mengalami surplus, bahkan sampai ke
tingkat dimana utang-utang pribadi dan biaya pernikahan
warga pun ditanggung oleh negara.
1. Memulai dari Diri Sendiri, Keluarga dan Istana
Umar bin Abdul Aziz menyadari dengan baik bahwa ia
adalah bagian dari masa lalu. Ia tidak mungkin sanggup
melakukan perbaikan dalam kehidupan negara yang luas
kecuali kalau ia berani memulainya dari dirinya sendiri,
kemudian melanjutkannya pada keluarga intinya dan
selanjutnya pada keluarga istana yang lebih besar.
Maka langkah pertama yang harus ia lakukan adalah
membersihkan dirinya sendiri, keluarga dan istana kerajaan.
Dengan tekad itulah ia memulai sebuah reformasi besar yang
abadi dalam sejarah.
Begitu selesai dilantik Umar segera memerintahkan
mengembalikan seluruh harta pribadinya, baik berupa uang
maupun barang, ke kas negara, termasuk seluruh pakaiannya
yang mewah. Ia juga menolak tinggal di istana, ia tetap
31
menetap di rumahnya. Pola hidupnya berubah secara total,
dari seorang pencinta dunia menjadi seorang zahid yang
hanya mencari kehidupan akhirat yang abadi. Sejak berkuasa
ia tidak pernah lagi tidur siang, mencicipi makanan enak.
Akibatnya, badan yang tadinya padat berisi dan kekar
berubah menjadi kurus dan ceking.
Setelah selesai dengan diri sendiri, ia melangkah kepada
keluarga intinya. Ia memberikan dua pilihan kepada
isterinya, “Kembalikan seluruh perhiasan dan harta pribadimu ke kas
negara, atau kita harus bercerai.” Tapi istrinya, Fatimah Binti
Abdul Malik, memilih ikut bersama suaminya dalam kafilah
reformasi tersebut. Langkah itu juga ia lakukan dengan
anak-anaknya.
Suatu saat anak-anaknya memprotesnya karena sejak beliau
menjadi khalifah mereka tidak pernah lagi menikmati
makanan-makanan enak dan lezat yang biasa mereka nikmati
sebelumnya. Tapi Umar justru menangis tersedu-sedu dan
memberikan dua pilihan kepada anak-anaknya, “Saya beri kalian
makanan yang enak dan lezat tapi kalian harus rela menjebloskan saya ke
neraka, atau kalian bersabar dengan makanan sederhana ini dan kita akan
masuk surga bersama.”
Selanjutnya, Umar melangkah ke istana dan keluarga
istana. Ia memerintahkan menjual seluruh barang-barang
mewah yang ada di istana dan mengembalikan harganya ke kas
negara. Setelah itu ia mulai mencabut semua fasilitas
32
kemewahan yang selama ini diberikan ke keluarga istana,
satu per satu dan perlahan-lahan.
Keluarga istana melakukan protes keras, tapi Umar tetap
tegar menghadapi mereka. Hingga suatu saat, setelah
gagalnya berbagai upaya keluarga istana menekan Umar,
mereka mengutus seorang bibi Umar menghadapnya. Boleh jadi
Umar tegar menghadapi tekanan, tapi ia mungkin bisa
terenyuh menghadapi rengekan seorang perempuan. Umar sudah
mengetahui rencana itu begitu sang bibi memasuki rumahnya.
Kemudian Umar pun segera memerintahkan mengambil sebuah
uang logam dan sekerat daging. Beliau lalu membakar uang
logam tersebut dan meletakkan daging diatasnya.
Daging itu jelas terbakar jadi “sate”. Umar lantas
berkata kepada sang bibi: “Apakah bibi rela menyaksikan saya
dibakar di neraka seperti daging ini hanya untuk memuaskan keserakahan
kalian? Berhentilah menekan atau merayu saya, sebab saya tidak akan pernah
mundur dari jalan reformasi ini.”
Langkah pembersihan diri, keluarga dan istana ini telah
meyakinkan publik akan kuat political will untuk melakukan
reformasi dalam kehidupan bernegara, khususnya dalam
pemberihan KKN. Sang pemimpin telah telah menunjukkan
tekadnya, dan memberikan keteladanan yang begitu
menakjubkan.
2. Gerakan Penghematan
33
Langkah kedua yang dilakukan Umar Bin Abdul Aziz adalah
penghematan total dalam penyelenggaraan negara. Langkah ini
jauh lebih mudah dibanding langkah pertama, karena pada
dasarnya pemerintah telah menunjukkan kredibilitasnya di
depan publik melalui langkah pertama. Tapi dampaknya sangat
luas dalam menyelesaikan krisis ekonomi yang terjadi ketika
itu.
Sumber pemborosan dalam penyelenggaraan negara biasanya
terletak pada struktur negara yang tambun, birokrasi yang
panjang, administrasi yang rumit. Tentu saja itu disamping
gaya hidup keseluruhan dari para penyelenggara negara.
Setelah secara pribadi beliau menunjukkan tekad untuk
membersihkan KKN dan hidup sederhana, maka beliau pun mulai
membersihkan struktur negara dari pejabat korup.
Selanjutnya beliau merampingkan struktur negara, memangkas
rantai birokrasi yang panjang, menyederhanakan sistem
administrasi. Dengan cara itu negara menjadi sangat efisien
dan efektif.
Simaklah sebuah contoh bagaimana penyederhanaan sistem
administrasi akan menciptakan penghematan. Suatu saat
gubernur Madinah mengirim surat kepada Umar Bin Abdul
Aziz meminta tambahan blangko surat untuk beberapa
keperluan administrasi kependudukan. Tapi beliau membalik
surat itu dan menulis jawabannya, “Kaum muslimin tidak perlu
mengeluarkan harta mereka untuk hal-hal yang tidak mereka perlukan, seperti
blangko surat yang sekarang kamu minta.”
34
3. Redistribusi Kekayaan Negara
Langkah ketiga adalah melakukan redistribusi kekayaan
negara secara adil. Dengan melakukan restrukturisasi
organisasi negara, pemangkasan birokrasi, penyederhanaan
sistem administrasi, pada dasarnya Umar telah menghemat
belanja negara, dan pada waktu yang sama, mensosialisasikan
semangat bisnis dan kewirausahaan di tengah masyarakat.
Dengan cara begitu Umar memperbesar sumber-sumber
pendapatan negara melalui zakat, pajak dan jizyah.
Dalam konsep distribusi zakat, penetapan delapan objek
penerima zakat atau mustahiq, sesungguhnya mempunyai arti
bahwa zakat adalah sebentuk subsidi langsung. Zakat harus
mempunyai dampak pemberdayaan kepada masyarakat yang
berdaya beli rendah. Sehingga dengan meningkatnya daya beli
mereka, secara langsung zakat ikut merangsang tumbuhnya
demand atau permintaan dari masyarakat, yang selanjutnya
mendorong meningkatnya suplai. Dengan meningkatnya konsumsi
masyarakat, maka produksi juga akan ikut meningkat. Jadi,
pola distribusi zakat bukan hanya berdampak pada hilangnya
kemiskinan absolut, tapi juga dapat menjadi faktor stimulan
bagi pertumbuhan ekonomi di tingkat makro.
Itulah yang kemudian terjadi di masa Umar Bin Abdul
Aziz. Jumlah pembayar zakat terus meningkat, sementara
35
jumlah penerima zakat terus berkurang, bahkan habis sama
sekali. Para amil zakat berkeliling di pelosok-pelosok
Afrika untuk membagikan zakat, tapi tak seorang pun yang
mau menerima zakat. Artinya, para mustahiq zakat benar-
benar habis secara absolut. Sehingga negara mengalami
surplus. Maka redistribusi kekayaan negara selanjutnya
diarahkan kepada subsidi pembayaran utang-utang pribadi
(swasta), dan subsidi sosial dalam bentuk pembiayaan
kebutuhan dasar yang sebenarnya tidak menjadi tanggungan
negara, seperti biaya perkawinan. Suatu saat akibat surplus
yang berlebih, negara mengumumkan bahwa “negara akan
menanggung seluruh biaya pernikahan bagi setiap pemuda yang hendak
menikah di usia muda.”
Mengapa sejarah tak berulang?
Sejarah selalu hadir di depan kesadaran kita dengan
potongan-potongan zaman yang cenderung mirip dan
terduplikasi. Pengulangan-pengulangan itu memungkinkan kita
menemukan persamaan-persamaan sejarah, sesuatu yang
kemudian memungkinkan kita menyatakan dengan yakin, bahwa
sejarah manusia sesungguhnya diatur oleh sejumlah kaidah
yang bersifat permanen. Manusia, pada dasarnya, memiliki
36
kebebasan yang luas untuk memilih tindakan-tindakannya.
Tetapi ia sama sekali tidak mempunya kekuatan untuk
menentukan akibat dari tindakan-rindakannya. Tetapi karena
kapasitas manusia sepanjang sejarah relatif sama saja, maka
ruang kemampuan aksinya juga pada akhirnya relatif sama.
Itulah sebab yang memungkinkan terjadinya pengulangan-
pengulangan tersebut. Tentu saja tetap ada perbedaan-
perbedaan waktu dan ruang yang relatif sederhana, yang
menjadikan sebuah zaman tampak unik ketika ia disandingkan
dengan deretan zaman yang lain.
Itu sebabnya Allah Subhaanahu wa ta’ala memerintahkan kita
menyusuri jalan waktu dan ruang, agar kita dapat merumuskan
peta sejarah manusia, untuk kemudian menemukan kaidah-
kaidah permanen yang mengatur dan mengendalikannya. Kaidah-
kaidah permanen itu memiliki landasan kebenaran yang kuat,
karena ia ditemukan melalui suatu proses pembuktian empiris
yang panjang. Bukan hanya itu, kaidah-kaidah permanen itu
sesungguhnya juga mengatur dan mengendalikan kehidupan
kita. Dengan begitu sejarah menjadi salah satu referensi
terpenting bagi kita, guna menata kehidupan kita saat ini
dan esok.
Sejarah adalah cermin yang baik, yang selalu mampu
memberi kita inspirasi untuk menghadapi masa-masa sulit
dalam hidup kita. Seperti juga saat ini, ketika bangsa kita
sedang terpuruk dalam krisis multidimensi yang rumit dan
kompleks, berlarut-larut dan terasa begitu melelahkan. Ini
37
mungkin saat yang tepat untuk mencari sepotong masa dalam
sejarah, dengan latar persoalan-persoalan yang tampak mirip
dengan apa yang kita hadapi, atau setidak-tidaknya pada
sebagian aspeknya, untuk kemudian menemukan kaidah permanen
yang mengatur dan mengendalikannya.
Masalah di Ujung Abad
Ketika Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa sallam menyatakan
sebuah ketetapan sejarah, bahwa di ujung setiap putaran
seratus tahun Allah Swt akan membangkitkan seorang
pembaharu yang akan akan mempebaharui kehidupan keagamaan
umat ini. Ketetapan itu menjadikan masa satu abad sebagai
sebuah besaran waktu yang memungkinkan terjadinya
pengulangan-pengulangan masalah, rotasi pola persoalan-
persoalan hidup. Ketetapan itu juga menyatakan adanya
fluktuasi dalam sejarah manusia, masa pasang dan masa
surut, masa naik dan masa turun. Dan titik terendah dari
masa penurunan itulah Allah Swt akan membangkitkan seorang
pembaharu yang menjadi lokomotif reformasi dalam kehidupan
masyarakat.
Itulah yang terjadi di ujung abad pertama hijriyah
dalam sejarah Islam. Sekitar enam puluh tahun sebelumnya,
masa khulafa rasyidin telah berakhir dengan syahidnya Ali
bin Abi Thalib. Muawiyah bin Abi Sofyan yang kemudian
mendirikan dinasti Bani Umayyah di Damaskus, mengakhiri
38
sistem khilafah dan menggantinya dengan sistem kerajaan.
Pemimpin tertinggi dalam masyarakat Islam tidak lagi
dipilih, tapi ditetapkan.
Perubahan pada sistem politik ini berdampak pada
perubahan perilaku politik para penguasa. Secara perlahan
mereka menjadi kelompok elit politik yang eksklusif,
terbatas pada jumlah tapi tidak terbatas pada kekuasaan,
sedikit tapi sangat berkuasa. Sistem kerajaan dengan
berbagai perilaku politik yang menyertainya, biasanya
secara langsung menutup katup politik dalam masyarakat
dimana kebebasan berekspresi secara perlahan-lahan
dibatasi, atau bahkan dicabut sama sekali. Itu memungkinkan
para penguasa menjadi tidak tersentuh oleh kritik dan tidak
terjangkau oleh sorot mata masyarakat. Tidak ada
keterbukaan, tidak ada transparansi.
Dalam keadaan begitu para penguasa memiliki
keleluasaan untuk melakukan apa saja yang mereka ingin
lakukan. Maka penyimpangan politik segera berlanjut dengan
penyimpangan ekonomi. Kezaliman dalam distribusi kekuasaan
dengan segera diikuti oleh kezaliman dalam distribusi
kekayaan. Yang terjadi pada mulanya adalah sentralisasi
kekuasaan, tapi kemudian berlanjut ke sentralisasi ekonomi.
Keluarga kerajaan menikmati sebagian besar kekayaan
negara. Apa yang seharusnya menjadi hak-hak rakyat hanya
mungkin mereka peroleh berkat “kemurahan hati” pada penguasa,
39
bukan karena adanya sebuah sistem ekonomi yang memungkinkan
rakyat mengakses sumber-sumber kekayaan yang menjadi hak
mereka.
Bukan hanya KKN yang terjadi dalam keluarga kerajaan,
tapi juga performen lain yang menyertainya berupa gaya
hidup mewah dan boros. Negara menjadi tidak efisien akibat
pemborosan tersebut. Dan pemborosan, kata ulama-ulama kita,
adalah indikator utama terjadinya kezaliman dalam
distribusi kekayaan. Jadi ada pemerintahan yang korup
sekaligus zhalim, penuh KKN sekaligus mewah dan boros,
tidak bersih, tidak efisien dan tidak adil.
Itulah persisnya apa yang terjadi pada dinasti Bani
Umayyah. Berdiri pada tahun 41 hijriyah, dinasti Bani
Umayyah berakhir sekitar 92 tahun kemudian, atau tepatnya
pada tahun 132 hijriyah. Tapi sejarah dinasti ini tidaklah
gelap seluruhnya. Dinasti ini juga mempunyai banyak catatan
cemerlang yang ia sumbangkan bagi kemajuan peradaban Islam.
Salah satunya adalah cerita sukses yang tidak terdapat atau
tidak pernah terulang pada dinasti lain ketika seorang
laki-laki dari klan Bani Umayyah, dan merupakan cicit
dariUmar Bin Khattab, yaitu Umar Bin Abdul Aziz, muncul
sebagai khalifah pada penghujung abad pertama hijriyah.
Yang dilakukan oleh Umar bin Abdul Aziz adalah
mempertemukan keadilan dengan kemakmuran. Ketika pemimpin
yang saleh dan kuat dihadirkan di persimpangan sejarah
untuk menyelesaikan krisis sebuah umat dan bangsa. Dan itu
40
bisa saja terulang, kalau syarat dan kondisi yang sama juga
terulang. Dan inilah masalah kita, pengulangan sejarah itu
tidak terjadi karena syaratnya tidak terpenuhi.
BAB IV
KESIMPULANSetelah dibahas panjang mengenai kedua sosok Umar yang
diharapkan dapat menjadi tauladan bagi generasi-generasi
baru guna menciptakan Indonesia baru yang lebih baik maka
akan sedikit kita ambi beberpa pokok penting dari tauladan
kedua sosok Umar tersebut.
1. Perluasan wilayah yang dilakukan oleh Umar menjadikan
umat muslim pada saat tersebut menjadi bangsa adikuasa
yang Kekaisaran Byzantium pun dapat ditaklukan di
semenanjung arab.
2. Administrasi negara, Penataan yang dilakukan oleh Umar
bin Khattab setelah luasnya wilayah kekuasaan dari
Khilafah ini membuat Umar melakukan penataan dengan
41
dibaginyya wilayah-wilayah yang jauh dari jangkapuan
untuk membuat administrasi wilayah tersebut.
3. Pendirian Militer dan pemisahan dari Lembaga Peradilan
Pendirian Militer dilaksanakan dalam upaya menjaga
keamanan dan kecakapan bangsa arab dari serangan-
serangan asing dan juga dalam lembaga peradilan
pemisahan yudikatif dan eksekutif belum dilakukan
secara total karena Khilafah masih mengambil alih
dalam penentuan hukum Hudud dan Qisas.
4. Manajemen Perekonomian
Dengan didirikannya Bait Al-Mal yang mengurusi urusan
zakat, pajak, bea-cukai dan penentuan orang yang
berhak menerima zakat dan urusan perekonmian tidak
dicampuri oleh urusan militer.
5. Pengembalian harta kekayaan pribadi Umar bin Abdul
Aziz dan keluarganya dan diberikan kepada negara dan
dadakannya gerakan penghematan yang diakukan dalam
menunjang perekonomian negara pada saat intu.
42
6. Redistribusi kekayaan negara
Gerakan tersebut dalam rangka melakukan pemangkasan
dalam tubuh birokrasi dan juga mensosialisasikan
semangat bisnis dan kewirausahaan dalam masyarakat.
Dari beberapa poin tersebut dapat terlihat gaya-gaya
kepemimpinan seorang khilafah dalam sebuah negara yang
memang dapat menjadi tauladan dalam membentuk pribadi
Muslim Negarawan dan mengokohkan perannya dalam membentuk
Indonesia baru yang lebih baik.
Indralaya, 18 Oktober 2015
Riski Ferli
PK KAMMI AL AQSHO Universitas Sriwijaya
Phone/WA : 0857 0990 3767
BBM : 51F0D359
LINE/Instagram dll : Axzoizman
43
Top Related