kewenangan pemerintah terhadap induk - perpustakaan ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of kewenangan pemerintah terhadap induk - perpustakaan ...
SKRIPSI
KEWENANGAN PEMERINTAH TERHADAP INDUK ORGANISASI CABANG OLAHRAGA DI INDONESIA
BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM KEOLAHRAGAAN
NASIONAL
OLEH : SALLY F. LUMANAUW
B 111 07 946
HUKUM TATA NEGARA FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2011
i
HALAMAN JUDUL
KEWENANGAN PEMERINTAH TERHADAP INDUK ORGANISASI
CABANG OLAHRAGA DI INDONESIA BERDASARKAN UNDANG-
UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM KEOLAHRAGAAN
NASIONAL
OLEH :
SALLY F. LUMANAUW
B 111 07 946
SKRIPSI
Diajukan sebagai tugas akhir dalam rangka penyelesaian studi sarjana
Dalam Bagian Hukum Tata Negara
Program studi ilmu hukum
pada
HUKUM TATA NEGARA FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2011
v
ABSTRAK
Sally F. Lumanauw B 111 07 946 dengan judul skripsi “kewenangan
pemerintah terhadap induk organisasi cabang olahraga di Indonesia
berdasarkan undang-undang nomor 3 tahun 2005 dan di bimbing oleh Faisal
Abdullah sebagai pembimbing I dan Anshori Ilyas sabagai pembimbing II.
Tujuan Penelitian Skripsi ini adalah mengetahui sejauh mana
tanggung jawab dan kewenangan pemerintah Indonesia terhadap induk
organisasi cabang olahraga di Indonesia berdasarkan Nomor 3 Tahun 2005
tentang Sistem Keolahragaan Nasional dan untuk mengetahui sejauh mana
peran pemerintah dalam pengembangan dan pembinaan olahraga di
Indonesia.
Penelitian skripsi ini dengan analisis deskriptif yaitu menganalisis data
yang diperoleh dari studi kepustakaan dan wawancara dengan cara
menjelaskan dan memaparkan hasil objek penelitian.
Kesimpulannya Ruang lingkup kewenangan dan tanggung jawab
pemerintah terhadap induk organisasi cabang olahraga di Indonesia sudah
sangat jelas tertuang dalam Pasal 12- Pasal 14 Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2005 sehingga pemerintah dan induk cababng olahraga harapkan
kembali melihat sistem perundang-undangan yang ada karena di sana
terdapat kewenangan dari masing-masing lembaga baik itu pemerintah dan
induk organisasi cabang olahraga.
Kata kunci : tanggung jawab, kewenangan, olahraga.
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Wr.Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena
rahmat dan hidayah-Nyalah, penulis akhirnya dapat menyelesaikan penulisan
skripsi dengan judul:”Kewenangan Pemerintah dalam Pembinaan dan
Pengembangan olahraga Di Indonesia”.
Penulis menyadari bahwa dalam penelitan ini masih terdapat banyak
kekurangan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan,
kemampuan, dan pengalaman yang penulis miliki, untuk itu dengan segala
kerendahan hati penulis mengharapkan masukan, arahan, maupun kritikan
demi penyempurnaan penelitian ini.
Pada kesempatan ini, secara khusus penulis menyampaikan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof.Dr.dr. Idrus A. Paturusi, Sp.B.,Sp.BO selaku Rektor
Universitas Hasanuddin.
2. Bapak Prof. Aswanto, S. H., M.S..,DFM selaku Dekan Fakultas
Hukum Universitas Hasanuddin.
vii
3. Bapak Prof. Dr. M. Yunus Wahid, SH. M.Si dan Bapak Naswar,
SH,.MH, selaku Pimpinan dan sekretaris Jurusan Ilmu Hukum Tata
Negara .
4. Bapak Prof. Dr. Faisal Abdullah, SH. M.Si dan Bapak Dr.
Anshori Ilyas, SH.MH , selaku dosen pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing
dan mengarahkan proses penulisan skripsi.
5. Seluruh dosen-dosen yang telah mengajar dan mendidik penulis
selama menjalani pendidikan di Universitas Hasanuddin.
6. Pimpinan dan Sekretaris KONI (Komite Olahraga Nasional
Indonesia) cabang Sulawesi Selatan yang telah memberikan
banyak bantuan dalam proses penelitian, dengan memberikan
data-data kelengkapan yang berhubungan dengan judul penulis.
7. Seluruh Staff/Pegawai di KONI (Komite Olahraga Nasional
Indonesia) Provinsi Sulawesi Selatan yang telah memberikan
banyak bantuan dengan bersedia menjadi responden.
8. Keluarga tercinta :
Ibunda Hasni Wantassen, SE dan Ayahanda Mayor Inf. Fred
Lumanauw, S.IP tercinta yang telah mencurahkan kasih
viii
sayangnya serta mendidik penulis dan telah menjadi
perempuan terbaik dan sangat luar biasa yang pernah ada
dalam membesarkan dan menyayangi anak-anaknya. I Luv U
Moom..
Saudara-saudarku (Lady Lumanauw dan meydina aulya cinta
lumanauw) tersayang yang selalu menjadi teman sekaligus
saudara terbaik yang pernah ada. Sayang kalian selalu..
9. Hendra Hausa yang selalu menemani dan memberikan motivasi
dalam skripsiku serta menghiasi hari-hari penulis hingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan skripsi.
10. Sahabat-sahabat terbaikku rhido, Fatul yang membantu dalam
penyelesaian skripsiku. QQ, Chaty, Lala, Ghita, Made, Danes,
Resa dan sahabat-sahabatku yang lain yang belum sempat tertulis
terima kasih telah menemani hari-hariku dan dukungannya.
11. Teman-teman KKN profesi 2009 Polsekta Panakukkang
12. Saudara-saudari Seperjuanganku di Hukum UNHAS Reso 07
Semangat, junjung terus tingkhingmu dan kelak kita akan taklukan
Indonesia.
ix
Dan kepada rekan, sahabat, saudara dan berbagai pihak yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu, penulis ucapakan banyak terimakasih
atas setiap bantuan dan doa yang diberikan,
Semoga Tuhan yang Maha Esa berkenan membalas semua kebaikan
yang penulis dapatkan dalam penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari
bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun penulis berharap
skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Wassalam
Makassar, Juli 2011
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………………… i
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ……………………………………… ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………………………… iii
PERSETUJUAN MENEMPUH UJIAN SKRIPSI …………………………. iv
ABSTRAK ……………………………………………………………………… v
KATA PENGANTAR …………………………………………………………. vi
DAFTAR ISI ………………………………………….……………………….. x
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………. 1
A. Latar Belakang ………………………………………………………….... 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………….. 5
C. Tujuan Penulisan ………………………………………………………… 5
D. Manfaat Penulisan ………………………………………………………... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………… 7
A. Pengertian ………………………………………………………………… 7
1. Pengertian Olahraga …………………………………………………. 7
2. Pengertian Olahraga Sepakbola ………………………………….... 8
B. Fungsi, Tugas dan Wewenang Pemerintah …………………………. 11
C. Dasar hukum ……………………………………………………………… 15
D. Jenis-jenis Cabang Olahraga di Indonesia ………………………….. 26
xi
BAB III METODE PENELITIAN …………………………………………….. 31
A. Lokasi Penelitian …………………………………………………………. 31
B. Jenis dan Sumber Data ………………………………………………….. 31
C. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………………… 32
D. Analisa data ………………………………………………………………… 32
BAB IV PEMBAHASAN
A. Kewenangan Dan Tanggung Jawab Pemerintah Terhadap Induk
Organisasi Cabang Olahraga …………………………………………….. 33
B. Peran Pemerintah Terhadap Pembinaan Dan Pengembangan Olahraga
Di Indonesia ……………………………………………………………….. 38
1. Pengembangan dan Pembinaan Olahraga Pendidikan ………… 39
2. Pengembangan dan Pembinaan Olahraga Rekreasi ……………. 41
3. Pengembangan dan Pembinaan Olahraga Prestasi …………...... 42
4. Pengembangan dan Pembinaan Olahraga Amatir ……………… 43
5. Pengembangan dan Pembinaan Olahraga Profesional…………. 43
6. Pengembangan dan Pembinaan Olahraga Penyandang Cacat… 44
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN ………………………………………………………………. 48
B. SARAN ………………………………………………………………………. 50
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-undang Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945
menegaskan bahwa Indonesia adalah negara hukum. Sejalan dengan
ketentuan tersebut, segala aspek kehidupan dalam bidang
kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan termasuk pemerintahan
harus senantiasa berdasarkan atas hukum.
Olahraga merupakan bagian dari proses dan pencapaian tujuan
pembangunan nasional sehingga keberadaan dan peranan olahraga
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara harus
ditempatkan pada kedudukan yang jelas dalam sistem hukum nasional.1
Olahraga merupakan sebuah sarana untuk mengembangkan
hobby maupun kesenangan di sela waktu luang masyarakat. Olahraga
juga merupakan sebuah sarana untuk hiburan atau melepaskan
kepenatan setelah bekerja selama beberapa waktu. Oleh karena itu
olahraga merupakan sebuah kebutuhan masyarakat dewasa ini.
1 Anggaran dasar dan Anggaran rumah Tangga Komisi Olahraga Nasional Indonesia
2
Olahraga yang paling banyak menyita perhatian masyarakat
dewasa ini adalah olahraga sepakbola. Dikarenakan sepakbola
merupakan sebuah cabang olahraga yang sangat mudah dimainkan dan
sangat mendunia dewasa ini. Dapat dilihat dari pergelaran sepakbola
tingkat dunia yaitu piala dunia yang di adakan empat tahun sekali yang
diselenggarakan oleh FIFA (federation of international football
association) dapat menyita hampir seluruh penduduk dunia dari berbagai
lapisan, mulai dari kalangan atas sampai menengah ke bawah.
Seiring dengan mendunianya olahraga di dunia maka di indonesia
kejadian tersebut juga terjadi, sehingga diperlukan wadah untuk
membawahi cabang olahraga sepakbola yang dapat mengakomodasi
bakat-bakat dan minat masyarakat indonesia di bidang sepakbola. Maka
pada tanggal 19 April 1930 dibentuklah Persatuan Sepak Raga seluruh
Indonesia dengan ketuanya Ir. Soeratin. Seiring berjalannya waktu maka
nama induk olahraga sepakbola tersebut dirubah namanya menjadi
Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia atau biasa disingkat PSSI. PSSI
merupakan organisasi induk yang bertugas mengatur kegiatan olahraga
sepak bola di Indonesia.2
Kemudian pada tahun 1952 PSSI bergabung menjadi anggota
FIFA yang merupakan organisasi tertinggi atau induk persepakbolaan
2 http://www.PSSI-Football.com/id.Sejarah Lahirnya Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia
3
dunia. Dan pada tahun 1954 PSSI kemudian bergabung dengan AFC
yang merupakan induk organisasi olahraga sepakbola di benua Asia.
Setelah PSSI mengalamami beberapa fase perubahan, maka
harapan masyarakat juga mulai berubah. Masyarakat mulai memikirkan
prestasi PSSI dalam hal ini diwakili oleh Tim Nasional Indonesia yang
berada di bawah PSSI. Tetapi sampai pada awal 2011 ini prestasi Tim
Nasional Indonesia belum bisa disebut membanggakan. Kritikan demi
kritikan muncul dari masyarakat mulai dari munculnya Liga Primer
Indonesia yang menurut sebagian pengamat sepakbola adalah
merupakan bentuk kekecewaan dari masyarakat, dan yang terakhir
adalah kisruh kongres PSSI yang akan diadakan untuk memilih Ketua
Umum baru. Nurdin khalid dianggap tidak layak lagi mencalonkan menjadi
ketua umum karena tidak kunjung memberikan prestasi terhadap
persepakbolaan nasional. Tetapi kubu Nurdin Khalid dirinya masih layak
menjadi pemimpin di induk organisasi sepakbola nasional tersebut.
Dari kisruh tersebut muncullah berbagai aksi demonstrasi dimana-
mana untuk memaksa Nurdin Khalid turun dari jabatannya dan tidak lagi
mencalonkan diri sebagai calon ketua umum PSSI. Akhirnya pemerintah
melalui Menteri Negara Pemuda dan Olahraga dan Komisi X DPR mulai
mempertanyakan keabsahan Nurdin Khalid yang telah lolos verifikasi
calon ketua Umum PSSI, karena dalam Statuta FIFA dijelaskan bahwa
4
calon anggota eksekutif PSSI tidak pernah dihukum (previously) atau
dinyatakan bersalah atas suatu tindakan kriminal. Namun kemudian
Nurdin Khalid menganggap pemerintah terlalu jauh mengurusi masalah
PSSI tersebut, sementara menurut Nurdin dalam peraturan FIFA
pemerintah tidak boleh mengintervensi lembaga persepakbolaannya.
Tetapi dalam perjalanannya FIFA kembali mengadakan rapat luar
biasa untuk memebahas kondisi persepakbolaan Indonesia. Dalam rapat
luar biasa itu FIFA menyatakan bahwa Nurdin Khalid tidak boleh menjadi
Ketua umum PSSI dan pemerintah Indonesia diminta untuk tidak lagi
mengintervensi PSSI. Di sinilah terjadi polemik apakah pemerintah akan
menindaklanjuti hasil rapat luar biasa FIFA, karena menurut menurut
Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan
Nasional bahwa pengelolaan olahraga nasional merupakan tanggung
jawab Menteri Negara Pemuda dan Olahraga.3
Sehingga penulis kemudian merasa perlu untuk menjelaskan
bagaimana kewenangan lembaga negara terhadap induk organisasi
cabang olahraga di Indonesia yang kemudian dikhususkan menjadi
cabang olahraga sepakbola berdasarkan Undang-Undang No.3 Tahun
2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional.
3 http://www.wordpress.com. Sikap Pemerintah Dan KONI KOI Terhadap Persoalan PSSI
5
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana tanggung jawab dan kewenangan pemerintah Indonesia
terhadap induk organisasi cabang olahraga sepkbola di Indonesia
berdasarkan Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan
Nasional ?
2. Bagaimana peran pemerintah Indonesia dalam pengembangan dan
pembinaan olahraga di Indonesia ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui sejauh mana tanggung jawab dan kewenangan
pemerintah Indonesia terhadap induk organisasi cabang olahraga di
Indonesia berdasarkan Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem
Keolahragaan Nasional
2. Untuk mengetahui sejauh mana peran pemerintah dalam
pengembangan dan pembinaan olahraga di Indonesia.
D. Manfaat Penulisan
1. Hasil penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan di
bidang hukum tata negara, khususnya yang berkaitan dengan
hubungan antara fungsi dan kewenangan pemerintah terhadap induk
organisasi cabang olahraga di Indonesia.
6
2. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pemerintah dalam
memperbaiki sistem hukum di Negara kita khususnya dalam bidang
olahraga dalam rangka upaya untuk meningkatkan pengembangan
dan peningkatan sistem dalam rangka meningkatkan prestasi
Indonesia di bidang olahraga.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
1. Pengertian Olahraga
Pengertian olahraga Makna olahraga menurut ensiklopedia
Indonesia adalah gerak badan yang dilakukan oleh satu orang atau
lebih yang merupakan regu atau rombongan. Sedangkan dalam
Webster’s New Collegiate Dictonary (1980) yaitu ikut serta dalam
aktivitas fisik untuk mendapatkan kesenangan, dan aktivitas khusus
seperti berburu atau dalam olahraga pertandingan (athletic games di
Amerika Serikat).
UNESCO mendefinisikan olahraga sebagai “setiap aktivitas fisik
berupa permainan yang berisikan perjuangan melawan unsur-unsur
alam, orang lain, ataupun diri sendiri”. Sedangkan Dewan Eropa
merumuskan olahraga sebagai “aktivitas spontan, bebas dan
dilaksanakan dalam waktu luang”. Definisi terakhir ini merupakan cikal
bakal panji olahraga di dunia “Sport for All” dan di Indonesia tahun
1983, “memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan
masyarakat” (Rusli dan Sumardianto,2000: 6).
Menurut Cholik Mutohir olahraga adalah proses sistematik yang
berupa segala kegiatan atau usaha yang dapat mendorong
8
mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmaniah dan
rohaniah seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat
dalam bentuk permainan, perlombaan/pertandingan, dan prestasi
puncak dalam pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang
berkualitas berdasarkan Pancasila.
2. Pengertian Olahraga Sepakbola
Sepakbola merupakan olahraga yang dikenal sejak ribuan
tahun yang lalu. Bukti ilmiah yang bisa didapat adalah adanya
permainan semacam sepak bola di negeri Cina. Kala itu, dinasti Han
melatih tentara menggunakan “tsu-chu” untuk latihan fisiknya, yaitu
latihan menendang bola kulit memasukkan ke dalam jaring kecil yang
diikatkan pada batang-batang bambu panjang. Pemain membidikkan
bola ke dalam jaring kecil menggunakan kaki, dada, punggung, serta
bahu sambil berusaha menahan serangan dari lawan.
Di Jepang dikenal pula permainan semacam “tsu-chu” sekitar
500 – 600 tahun kemudian yang bernama Kemari, meskipun tidak
kompetitif seperti di Cina. Yunani dengan “episkyros”, Romawi (Italia)
dengan “haspartum”, dan Perancis dengan “choule” bisa
9
memperpanjang daftar yang membuktikan sepakbola adalah olah raga
yang berusia sangat tua.4
Ada dugaan bahwa orang-orang Romawi membawa permainan
itu ke Inggris. Tapi masih disangsikan apakah haspartum merupakan
pendahulu sepak bola yang sekarang dikenal ini, sebab penduduk
Celtic di Cronwall juga sudah mengenal permainan yang serupa yang
disebut “hurling”. Waktu itu jelas belum ada peraturan yang baku.
Orang boleh bermain tanpa jumlah yang pasti dan bukan hanya kaki,
tetapi tanganpun boleh ikut memainkan bola. Bahkan boleh
menendang tulang kering serta membawa lari bola.
Banyak teori tentang siapa yang mula-mula melaksanakan
permainan sepak bola ini, tetapi yang pasti, Inggrislah yang mulai
menyempurnakan sehingga perkembangannya halus seperti sekarang
ini. Prakarsanya di mulai pada tahun 1863, tepatnya pada tanggal 26
Oktober, ketika sebelas perkumpulan di London mengadakan
pertemuan untuk menjernihkan kekacauan dengan membuat
serangkaian peraturan fundamental untuk mengatur pertandingan-
pertandingan selanjutnya. Pertemuan ini berhasil membentuk Football
Association (FA) yang pertama walaupun berbuntut keluarnya
kelompok Rugby dalam rapat karena menolak peraturan yang
melarang penginjakan, penendangan tulang kering dan
4 http://www.wikipedia.com. Sejarah Lahirnya Sepakbola Dunia
10
melarikan/membawa bola. Akhirnya pada tanggal 8 Desember 1863,
Rugby resmi mengundurkan diri dan keduanya berjalan sendiri-sendiri.
Setelah 6 tahun Football Association berjalan, permainan sepak
bola semakin mendekati kesempurnaan, terutama setelah adanya
keputusan yang melarang setiap pemegangan bola (bukan hanya
melarikan). Di tahun kedelapannya (baca: FA), selain anggota yang
bertambah menjadi 50 perkumpulan, kompetisi sepak bola yang
pertama juga mulai digelar di bawah naungannya. Pertumbuhan sepak
bola melaju begitu pesat di seantero jagat bahkan pada tahun 1879
sudah dikenal langkah-langkah sepakbola profesional di Darwin, yaitu
dua pemainnya: John Love dan Fergus Suter, dilaporkan sebagai
orang-orang pertama yang menerima bayaran dari bakatnya bermain
sepakbola.
Setelah Football Association, segera menyusul di Nederland,
the Scottisch FA (1873), The TA of Wales (1875), dan The Irish FA di
Belfast, Selandia Baru (1891), Argentina (1893), Chili (1895), Swiss
dan Belgia (1895) Italia (1898), Jerman dan Uruguay (1900), Hongaria
(1901), dan Finlandia pada tahun 1907.
Pada tahun 1907, berdirilah Federasi Sepakbola Dunia (FIFA)
di Paris, Perancis atas prakarsa 7 negara, yaitu Perancis, Denmark,
Belanda, Spanyol, Swedia dan Swiss. Dari tujuh anggota berkembang
menjadi 36 pada tahun 1925, dan setelah diselingi Perang Dunia II,
11
FIFA sudah diikuti oleh 73 anggota pada perebutan Piala Dunia II.
Saat ini FIFA mempunyai anggota sebanyak 146.300.000 klub,
200.000 di antaranya berada di Eropa dengan sekitar 680.000 tim dan
22 juta pemain yang aktif.5
Karena peminat olahraga ini sangat banyak (bahkan terbanyak
di seluruh dunia), maka pengembangan olahraga ini dilakukan sangat
pesat agar bisa menjadi olahraga yang sempurna, tidak ada
kecurangan dan frekuensi cedera pemain kecil atau bahkan tidak ada
sama sekali. Karena ada yang bilang bahwa sepak bola adalah
olahraga “teraman” ke-5.
B. Fungsi, Tugas dan Wewenang Pemerintah
Fungsi pemerintah di dalam suatu negara sangat penting. Jika
pemerintah tidak berfungsi dengan baik alias mandul, maka akan
berpengaruh besar terhadap kestabilan suatu negara. Karena itulah
pemerintah harus dipegang oleh orang-orang yang mengerti benar
mengenai fungsi pemerintah tersebut.
Fungsi pemerintah bisa dilihat dari definisi pemerintah tersebut.
Pemerintah merupakan organisasi yang memiliki kekuasaan untuk
membuat dan menerapkan hukum serta undang-undang di wilayah
5 http://www.wikipedia.com. Sejarah Lahirnya Federation International Football Association.
12
tertentu. Pemerintah mempunyai kekuasaan dan lembaga yang mengurus
masalah kenegaraan dan kesejahteraan rakyat dan negara.
Di dalam pemerintahan terdapat sekumpulan orang-orang yang
mengelola kewenangan-kewenangan, melaksanakan kepemimpinan dan
koordinasi pemerintahan serta pembangunan masyarakat dari lembaga-
lembaga dimana mereka ditempatkan.
Kata pemerintah jika diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris
berarti government. Di dalam bahasa Perancis, berasal dari bahasa Latin,
disebut dengan Gubernaculum yang artinya kemudi. Namun, di dalam
bahasa Indonesia biasa disebut dengan pemerintah atau pemerintahan.
Terkadang juga disebut dengan istilah “penguasa”.
Pemerintah dalam arti luas meliputi pelaksanaan tugas seluruh
badan-badan, lembaga-lembaga, dan petugas-petugas yang diserahi
wewenang untuk mencapai tujuan negara. Pemerintahan terdiri atas
kekuasaan legislatif, kekuasaan eksekutif dan kekuasaan yudikatif yang
berfungsi dan alat-alat kelengkapan negara lainnya yang bertindak untuk
dan atas nama negara.
Montesquieu menjelaskan bahwa pemerintah dalam arti luas
meliputi pembentukan undang-undang (la-puissance legislative) dan
menegakan peradilan (la-puissance de juger).Sedangkan Van
Vollenhoven menjelaskan lebih rinci mengenai pengertian pemerintah
dalam arti luas.
13
Menurut Van Vollenhoven pemerintah meliputi tugas membuat
peraturan (regel geven), pemerintah bertindak sebagai pelaksana
(bestuur), pembuat keadilan (rechtspraak), dan polisi sebagai penegak
peradilan atau yang ia sebut politie.
Fungsi pemerintah juga bisa dilihat dalam pengertiannya yang
sempit. Seperti dikatakan oleh Van Poelje, ia mengartikan pemerintah
dalam pengertian sempit yaitu meliputi keseluruhan tindakan, perbuatan
dan keputusan oleh alat-alat pemerintah (bestuur organen) untuk
mencapai tujuan pemerintah (administration).
Dalam pengertian yang sempit, pemerintah hanya mencakup
organisasi fungsi-fungsi yang menjalankan tugas pemerintahan. Ia lebih
menitik beratkan hanya berkaitan dengan kekuasaan yang menjalankan
fungsi eksekutif saja, tidak termasuk badan perundang-undangan, badan
peradilan, dan badan kepolisian.
Fungsi Pemerintah Menurut Para Ahli. Soewargono dan Djohan
menyebutkan salah satu fungsi utama pemerintah adalah membuat dan
menentukan berbagai kebijakan publik.
Di dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 tentang
pembentukan peraturan perundang-undangan memungkinkan fungsi
pemerintahan membentuk peraturan perundang-undangan yang bersifat
umum, seperti PP, Perpres, Perda, dan peraturan-peraturan lain untuk
mengatur kepentingan umum di luar undang-undang dan Perda.
14
Rasjid menguraikan mengenai beberapa fungsi pemerintah, di
antaranya:
a. Fungsi Pengaturan
Fungsi pengaturan ini lazim dikenal sebagai fungsi regulasi
dengan segala bentuknya. Fungsi ini dimaksudkan sebagai usaha
untuk menciptakan kondisi yang tepat sehingga tercipta kondisi yang
kondusif atas keberlangsungan berbagai aktifitas dan terciptanya
tatanan sosial yang baik di berbagai kehidupan masyarakat.
b. Fungsi Pelayanan
Fungsi pelayanan ini akan membuahkan keadilan dalam
kehidupan bernegara di tengah masyarakat.
c. Fungsi Pemberdayaan
Fungsi pemberdayaan mengarahkan masyarakatnya menuju
kemandirian dan pembangunan demi terciptanya kemakmuran di
dalam kehidupan masyarakat.
Jika melihat dari definisi Vollenhoven, kita dapat melihat bahwa
fungsi pemerintahan adalah menjalankan fungsi di luar dari fungsi
membuat perundang-undangan dan fungsi mengadili.
15
Jika melihat dari yang dikerjakan oleh aparatur pemerintah,
maka pemerintah memiliki fungsi yang meliputi; fungsi perencanaan,
fungsi pengaturan, fungsi tata pemerintah, fungsi kepolisian, fungsi
penyelesaian secara administratif, fungsi tata usaha, fungsi pelayanan,
fungsi pemberdayaan dan pembangunan, fungsi penyelenggaraan
usaha-usaha negara, fungsi keuangan, fungsi hubungan luar negeri,
fungsi pertahanan keamanan, penyelenggaraan kesejahteraan umum,
dan fungsi kewarganegaraan.
C. Dasar hukum
Yang menjadi dasar hukum tentang kewenangan pemerintah
terhadap pengawasan dalam upaya peningkatan prestasi olahraga di
Indonesia yaitu, Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem
Keolahragaan nasional yang isinya antara lain yaitu :
1. Mengatur mengenai pembinaan dan pengembangan olahraga,
a. pemerintah dan pemerintah daerah wajib melakukan
pembinaan dan pengembangan olahraga sesuai dengan
kewenangan dan tanggung jawabnya.6 Pembinaan dan
pengembangan yang dimaksud adalah meliputi pengolahraga,
ketenagaan, pengorganisasian, pendanaan, metode, prasarana
6 Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional.
16
dan sarana, serta penghargaan keolahragaan.7 Pembinaan dan
pengembangan keolahragaan dilaksanakan melalui tahap
pengenalan olahraga, pemantauan, pemanduan, serta
pengembangan bakat dan peningkatan prestasi.8 Pembinaan
dan pengembangan keolahragaan dilaksanakan melalui jalur
keluarga, jalur pendidikan, dan jalur masyarakat yang berbasis
pada pengembangan olahraga untuk semua orang yang
berlangsung sepanjang hayat.9
b. Pemerintah melakukan pembinaan dan pengembangan
olahraga melalui penetapan kebijakan, penataran/pelatihan,
koordinasi, konsultasi, komunikasi, penyuluhan, pembimbingan,
pemasyarakatan, perintisan, penelitian, uji coba, kompetisi,
bantuan, pemudahan, perizinan, dan pengawasan.10
c. Masyarakat dapat melakukan pembinaan dan pengembangan
olahraga melalui berbagai kegiatan keolahragaan secara aktif,
baik yang dilaksanakan atas dorongan Pemerintah dan/atau
pemerintah daerah, maupun atas kesadaran atau prakarsa
7 Pasal 21 ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional.
8 Pasal 21 ayat (3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional. 9 Pasal 21 ayat (4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005
Tentang Sistem Keolahragaan Nasional. 10
Pasal 22 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 Tentang
Sistem Keolahragaan Nasional.
17
sendiri. Pembinaan dan pengembangan olahraga oleh
masyarakat sebagaimana dimaksud dilakukan oleh
perkumpulan olahraga di lingkungan masyarakat setempat.
Masyarakat dalam melakukan pembinaan dan pengembangan
olahraga sebagaimana dimaksud dapat membentuk organisasi
cabang olahraga yang tidak bertentangan dengan undang-
undang ini.11
d. Lembaga pemerintah maupun swasta berkewajiban
menyelenggarakan pembinaan dan pengembangan olahraga
bagi karyawannya untuk meningkatkan kesehatan, kebugaran
dan kegembiraan serta kualitas dan produktivitas kerja sesuai
dengan kondisi masing-masing.12
e. Pembinaan dan pengembangan olahraga pendidikan
dilaksanakan dan diarahkan sebagai satu kesatuan yang
sistemis dan berkesinambungan dengan sistem pendidikan
nasional. Pembinaan dan pengembangan olahraga pendidikan
dilaksanakan melalui proses pembelajaran yang dilakukan oleh
guru/dosen olahraga yang berkualifikasi dan memiliki sertifikat
kompetensi serta didukung prasarana dan sarana olahraga
11
Pasal 23 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional.
12 Pasal 24 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional.
18
yang memadai. Pembinaan dan pengembangan olahraga
pendidikan pada semua jenjang pendidikan memberikan
kebebasan kepada peserta didik untuk melakukan kegiatan
olahraga sesuai dengan bakat dan minat. Pembinaan dan
pengembangan olahraga pendidikan dilaksanakan dengan
memperhatikan potensi, kemampuan, minat, dan bakat peserta
didik secara menyeluruh, baik melalui kegiatan intrakurikuler
maupun ekstrakurikuler. Pembinaan dan pengembangan
olahraga pendidikan sebagaimana dimaksud dilakukan secara
teratur, bertahap, dan berkesinambungan dengan
memperhatikan taraf pertumbuhan dan perkembangan peserta
didik. Untuk menumbuhkembangkan prestasi olahraga di
lembaga pendidikan, pada setiap jalur pendidikan dapat
dibentuk unit kegiatan olahraga, kelas olahraga, pusat
pembinaan dan pelatihan, sekolah olahraga, serta
diselenggarakannya kompetisi olahraga yang berjenjang dan
berkelanjutan. Unit kegiatan olahraga, kelas olahraga, pusat
pembinaan dan pelatihan, atau sekolah olahraga sebagaimana
dimaksud disertai pelatih atau pembimbing olahraga yang
memiliki sertifikat kompetensi dari induk organisasi cabang
olahraga yang bersangkutan dan/atau instansi pemerintah.
Pembinaan dan pengembangan olahraga pendidikan dapat
19
memanfaatkan olahraga rekreasi yang bersifat tradisional
sebagai bagian dari aktivitas pembelajaran.13
f. Pembinaan dan pengembangan olahraga rekreasi dilaksanakan
dan diarahkan untuk memassalkan olahraga sebagai upaya
mengembangkan kesadaran masyarakat dalam meningkatkan
kesehatan, kebugaran, kegembiraan, dan hubungan sosial.
Pembinaan dan pengembangan sebagaimana dimaksud
dilaksanakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau
masyarakat dengan membangun dan memanfaatkan potensi
sumber daya, prasarana dan sarana olahraga rekreasi.
Pembinaan dan pengembangan olahraga rekreasi yang bersifat
tradisional dilakukan dengan menggali, mengembangkan,
melestarikan, dan memanfaatkan olahraga tradisional yang ada
dalam masyarakat. Pembinaan dan pengembangan olahraga
rekreasi dilaksanakan berbasis masyarakat dengan
memperhatikan prinsip mudah, murah, menarik, manfaat, dan
massal. Pembinaan dan pengembangan olahraga rekreasi
dilaksanakan sebagai upaya menumbuhkembangkan sanggar-
sanggar dan mengaktifkan perkumpulan olahraga dalam
13
Pasal 25 ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), ayat (6), ayat (7) dan ayat (8) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 89.
20
masyarakat, serta menyelenggarakan festival olahraga rekreasi
yang berjenjang dan berkelanjutan pada tingkat daerah,
nasional, dan internasional.14
g. Pembinaan dan pengembangan olahraga prestasi dilaksanakan
dan diarahkan untuk mencapai prestasi olahraga pada tingkat
daerah, nasional, dan internasional. Pembinaan dan
pengembangan olahraga prestasi sebagaimana dimaksud
dilakukan oleh induk organisasi cabang olahraga, baik pada
tingkat pusat maupun pada tingkat daerah. Pembinaan dan
pengembangan olahraga prestasi sebagaimana dimaksud
dilakukan oleh pelatih yang memiliki kualifikasi dan sertifikat
kompetensi yang dapat dibantu oleh tenaga keolahragaan
dengan pendekatan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pembinaan dan pengembangan olahraga prestasi dilaksanakan
dengan memberdayakan perkumpulan olahraga,
menumbuhkembangkan sentra pembinaan olahraga yang
bersifat nasional dan daerah, dan menyelenggarakan kompetisi
secara berjenjang dan berkelanjutan. Pembinaan dan
pengembangan olahraga prestasi sebagaimana dimaksud
melibatkan olahragawan muda potensial dari hasil pemantauan,
14
Pasal 26 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 89.
21
pemanduan, dan pengembangan bakat sebagai proses
regenerasi.15
h. Pembinaan dan pengembangan olahraga amatir dilaksanakan
dan diarahkan sesuaidengan ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pembinaan dan pengembangan olahraga pendidikan,
rekreasi dan prestasi.16
i. Pembinaan dan pengembangan olahraga profesional
dilaksanakan dan diarahkan untuk terciptanya prestasi
olahraga, lapangan kerja, dan peningkatan pendapatan.
Pembinaan dan pengembangan olahraga profesional dilakukan
oleh induk organisasi cabang olahraga dan/atau organisasi
olahraga profesional.17
j. Pembinaan dan pengembangan olahraga penyandang cacat
dilaksanakan dan diarahkan untuk meningkatkan kesehatan,
rasa percaya diri, dan prestasi olahraga.Pembinaan dan
pengembangan olahraga penyandang cacat dilaksanakan oleh
organisasi olahraga penyandang cacat yang bersangkutan
15
Pasal 27 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 89.
16 Pasal 28 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 89.
17 Pasal 29 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 89.
22
melalui kegiatan penataran dan pelatihan serta kompetisi yang
berjenjang dan berkelanjutan pada tingkat daerah, nasional,
dan internasional. Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau
organisasi olahraga penyandang cacat yang ada dalam
masyarakat berkewajiban membentuk sentra pembinaan dan
pengembangan olahraga khusus penyandang cacat.
Pembinaan dan pengembangan olahraga penyandang cacat
diselenggarakan pada lingkup olahraga pendidikan, olahraga
rekreasi, dan olahraga prestasi berdasarkan jenis olahraga
khusus bagi penyandang cacat yang sesuai dengan kondisi
kelainan fisik dan/atau mental seseorang.18
2. Mengatur mengenai pengelolaan keolahragaan,
a. Pengelolaan sistem keolahragaan nasional merupakan
tanggung jawab Menteri. Pemerintah menentukan kebijakan
nasional, standar keolahragaan nasional, serta koordinasi dan
pengawasan terhadap pengelolaan keolahragaan nasional.
Pemerintah provinsi melaksanakan kebijakan
keolahragaan, perencanaan, koordinasi, pembinaan,
pengembangan, penerapan standardisasi, penggalangan
sumber daya, dan pengawasan.
18
Pasal 30 ayat (1), (2), (3) dan (4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 89.
23
Pemerintah kabupaten/kota melaksanakan perencanaan,
pembinaan, pengembangan, penerapan standardisasi, dan
penggalangan sumber daya keolahragaan yang berbasis
keunggulan lokal. Pemerintah kabupaten/kota wajib mengelola
sekurang-kurangnya satu cabang olahraga unggulan yang
bertaraf nasional dan/atau internasional.
Dalam pengelolaan keolahragaan, masyarakat dapat
membentuk induk organisasi cabang olahraga. Induk organisasi
cabang olahraga sebagaimana dimaksud dapat mendirikan
cabang-cabangnya di provinsi dan kabupaten/kota.
Induk organisasi cabang olahraga membentuk suatu
komite olahraga nasional. Pengorganisasian komite olahraga
nasional ditetapkan oleh masyarakat yang bersangkutan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Induk organisasi
cabang olahraga dan komite olahraga nasional bersifat mandiri.
Komite olahraga nasional tersebut mempunyai tugas yaitu:
a. membantu Pemerintah dalam membuat kebijakan nasional
dalam bidang pengelolaan, pembinaan, dan pengembangan
olahraga prestasi pada tingkat nasional;
b. mengoordinasikan induk organisasi cabang olahraga,
organisasi olahraga fungsional, serta komite olahraga provinsi
dan komite olahraga kabupaten/kota;
24
c. melaksanakan pengelolaan, pembinaan, dan
pengembangan olahraga prestasi berdasarkan
kewenangannya; dan
d. melaksanakan dan mengoordinasikan kegiatan
multikejuaraan olahraga tingkat nasional.
Pengelolaan olahraga pada tingkat provinsi dilakukan
oleh pemerintah provinsi dengan dibantu oleh komite olahraga
provinsi. Komite olahraga provinsi dibentuk oleh induk
organisasi cabang olahraga provinsi dan bersifat mandiri.
Pengorganisasian komite olahraga provinsi ditetapkan oleh
masyarakat yang bersangkutan sesuai dengan peraturan
perundangundangan.
Pengelolaan olahraga pada tingkat kabupaten/kota
dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota dengan dibantu oleh
komite olahraga kabupaten/kota. Komite olahraga
kabupaten/kota dibentuk oleh induk organisasi cabang olahraga
kabupaten/kota dan bersifat mandiri. Pengorganisasian komite
olahraga kabupaten/kota ditetapkan oleh masyarakat yang
bersangkutan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
25
Komite olahraga provinsi dan komite olahraga
kabupaten/kota mempunyai tugas:
a. membantu pemerintah daerah dalam membuat kebijakan
daerah di bidang pengelolaan, pembinaan, dan
pengembangan olahraga prestasi;
b. mengoordinasikan induk organisasi cabang olahraga dan
organisasi olahraga fungsional;
c. melaksanakan pengelolaan, pembinaan, dan
pengembangan olahraga prestasi; dan
d. menyiapkan, melaksanakan, dan mengoordinasikan
keikutsertaan cabang olahraga prestasi dalam kegiatan
olahraga yang bersifat lintas daerah dan nasional.
Pengurus komite olahraga nasional, komite olahraga
provinsi, dan komite olahraga kabupaten/kota bersifat mandiri
dan tidak terikat dengan kegiatan jabatan struktural dan jabatan
publik.19
19
Pasal 32 – Pasal 41 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 89.
26
D. Jenis-jenis Cabang Olahraga di Indonesia
Semua induk cabang olahraga di Indonesia di bawahi oleh Komite
Olahraga Nasional Indonesia (KONI) atau Komite Olahraga Nasional
(KON). Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) atau Komite
Olahraga Nasional (KON)adalah lembaga otoritas keolahragaan di
Indonesia. Polemik mengenai penamaan KONI/KON muncul karena
terbitnya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem
Keolahragaan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2007
tentang Penyelenggaraan Keolahragaan yang tidak menyebutkan nama
KONI, melainkan KON dan Komite Olimpiade Indonesia (KOI). Dalam
Musyawarah Olahraga Nasional Luar Biasa pada 30 Juli, disepakati
bahwa nama KONI dipertahankan dan dibentuk KOI yang akan
menjalankan fungsi sebagai komite olimpiade nasional (national olympic
commitee/NOC) Indonesia. Walaupun begitu, polemik masih muncul
terutama dari kalangan Pemerintah dan DPR yang mengganggap masih
ada hal-hal yang bertentangan dengan UU dan PP tersebut, terutama
mengenai penamaan dan keanggotaan KONI.
Sejarah lahirnya KONI yaitu sebagai berikut :
Pada tahun 1946 Top organisasi olahraga membentuk Persatuan
Olahraga Republik Indonesia (PORI) di Solo dengan Ketua Widodo
Sosrodiningrat.
27
Pada tahun 1947 Organisasi olahraga membentuk Komite
Olympiade Republik Indonesia (KORI) dengan Ketua Sri Sultan
Hamengkubuwono IX.
Pada tahun 1949 KORI berubah menjadi Komite Olimpiade
Indonesia (KOI).
Pada tahun 1951 PORI melebur ke dalam KOI
Pada tahun 1952 KOI diterima menjadi anggota Komite Olimpiade
Internasional (IOC) pada tanggal 11 Maret.
Pada tahun 1959 Pemerintah membentuk Dewan Asian Games
Indonesia (DAGI) untuk mempersiapkan penyelenggaraan Asian Games
IV 1962, KOI sebagai badan pembantu DAGI dalam hubungan
internasional.
Pada tahun 1961 Pemerintah membentuk Komite Gerakan
Olahraga (KOGOR) untuk mempersiapkan pembentukan tim nasional
Indonesia, top organisasi olahraga sebagai pelaksana teknis cabang
olahraga yang bersangkutan.
Pada tahun 1962 Pemerintah membentuk Departemen Olahraga
(Depora) dengan menteri Maladi.
Pada tahun 1964 Pemerintah membentuk Dewan Olahraga
Republik Indonesia (DORI), semua organisasi KOGOR, KOI, top
organisasi olahraga dilebur ke dalam DORI.
28
Pada tahun 1965 Sekretariat Bersama Top-top Organisasi Cabang
Olahraga dibentuk pada tanggal 25 Desember, mengusulkan mengganti
DORI menjadi Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) yang mandiri
dan bebas dari pengaruh politik.
Pada tahun 1966 Presiden Soekarno menerbitkan Keputusan
Presiden Nomor 143 A dan 156 A Tahun 1966 tentang pembentukan
KONI sebagai ganti DORI, tetapi tidak dapat berfungsi karena tidak
didukung oleh induk organisasi olahraga berkenaan situasi politik saat itu.
Kemudian pada tahun 1966 juga Presiden Soeharto membubarkan
Depora dan membentuk Direktorat Jendral Olahraga dibawah
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pada 31 Desember 1966
Induk organisasi olahraga membentuk KONI dengan Ketua Umum Sri
Sultan Hamengkubuwono IX dan KOI diketuai oleh Sri Paku Alam.
Pada tahun 1967 Presiden Soeharto mengukuhkan KONI dengan
Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun 1967. Pada tahun itu juga Sri Paku
Alam VIII mengundurkan diri sebagai Ketua KOI. Jabatan Ketua KOI
kemudian dirangkap oleh Ketua Umum KONI Sri Sultan
Hamengkubuwono IX, dengan Sekretaris Jenderal (Sekjen) KONI M.F.
Siregar dan Sekretaris KOI Soeworo. Dan Soeworo meninggal, jabatan
Sekretaris KOI dirangkap oleh Sekjen KONI M.F. Siregar. Sejak itu dalam
AD/ART KONI yang disepakati dalam Musyawarah Olahraga Nasional
(Musornas), KONI ibarat sekeping mata uang dua sisi yang ke dalam
29
menjalankan tugasnya sebagai KONI dan ke luar berstatus sebagai KOI.
IOC kemudian mengakui KONI sebagai NOC Indonesia.
Pada tahun 2005 Pemerintah dan DPR menerbitkan Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional
dan memecah KONI menjadi KON dan KOI.
Pada tahun 2007 Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah
Nomor 16, 17, dan 18 Tahun 2007 sebagai peraturan pelaksanaan UU
No. 3 Tahun 2005. Pada 30 Juli 2007 KONI menyelenggarakan Musornas
Luar Biasa (Musornaslub) yang membentuk Komite Olimpiade Indonesia
(KOI) dan menyerahkan fungsi sebagai NOC Indonesia dari KONI kepada
KOI kembali. Nama KONI tetap dipertahankan dan tidak diubah menjadi
KON.
Tujuan dari dibentuknya KONI adalah untuk mewujudkan prestasi
olahraga yang membanggakan, membangun watak, mengangkat harkat
dan martabat kehormatan bangsa dalam rangka ikut serta mempererat,
membina persatuan dan kesatuan bangsa, serta memperkukuh
ketahanan nasional. KONI mempunyai fungsi :
1. Meningkatkan kualitas manusia Indonesia dan membina serta
memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa melalui
pembinaan olahraga secara nasional;
2. Memasyarakatkan olahraga prestasi yang dibina oleh
anggotanya untuk mencapai prestasi olahraga secara optimal.
30
Sedangkan tugas KONI adalah :
1. Membantu pemerintah dalam membuat kebijakan nasional
dalam bidang pengelolaan, pembinaan dan pengembangan
olahraga prestasi pada tingkat nasional;
2. Mengoordinasikan induk organisasi cabang olahraga,
organisasi olahraga, olahraga fungsional, serta komite olahraga
provinsi dan komite olahraga kabupaten/kota;
3. Melaksanakan pengelolaan, pembinaan, dan pengembangan
olahraga prestasi berdasarkan kewenangannya;
4. Melaksanakan dan mengoordinasikan kegiatan pecan olahraga
tingkat nasional;
5. Membantu dan mendukung penyelenggaraan single
event/kejuaraan-kejuaraan yang diselenggarakan oleh anggota;
6. Melaksanakan evaluasi dan pengawasan untuk mencapai
konsistensi antara kebijakan dan pelaksanaan;
7. Menyebarluaskan semangat gerakan olimpiade.20
20 Pasal 5 Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Komite Olahraga Nasional Indonesia
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekretariat Pengurus Provinsi Komite
Olahraga Nasional Indonesia Sulawesi Selatan dan Sekretariat Pengurus
Provinsi Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia Sulawesi Selatan dalam
upaya untuk mengumpulkan data mengenai fungsi, kewenangan dan
hubungan langsung antara pemerintah dalam hal ini KONI Sulawesi
Selatan dengan Induk cabang olahraga dalam hal ini PSSI Provinsi
Sulawesi Selatan.
B. Jenis dan Sumber Data
Adapun jenis sumber data yang digunakan dalam rangka penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Data primer, yaitu dengan mengadakan wawancara dan penelitian
secara langsung dengan pihak-pihak yang terkait, dalam hal ini pihak
KONI Sulawesi Selatan dengan Induk cabang olahraga dalam hal ini
PSSI Provinsi Sulawesi Selatan.
2. Data sekunder, yaitu berupa data yang diperoleh dari bahan-bahan
pustaka lainnya mencakup buku-buku, dokumen-dokumen resmi yang
ada pada KONI Sulawesi Selatan dan PSSI Provinsi Sulawesi Selatan
32
serta peraturan perundang-undangan yang ada kaitannya dengan
objek penelitian.
C. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah :
1. Untuk data primer tekniknya adalah dengan cara wawancara
dengan responden.
2. Untuk data sekunder teknik pengumpulan datanya adalah dengan
cara penelusuran dan menganalisa dokumen-dokumen serta buku-
buku yang relevan dengan penelitian ini.
D. Analisa Data
Penyusunan penelitian ini menggunakan analisis deskriptif yaitu
menganalisis data yang diperoleh dari studi kepustakaan dan
wawancara dengan cara menjelaskan dan memaparkan hasil objek
penelitian dan kemudian menjelaskan secara runtut baik itu tugas,
kewenangan dan tanggung jawab pemerintah terhadap induk
organisasi cabang olahraga yang ada di Indonesia.
33
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Kewenangan dan Tanggung Jawab Pemerintah Terhadap Induk
Organisasi Cabang Olahraga
Kewenangan pemerintah terhadap induk organisasi cabang olahraga
baik itu Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) maupun induk
organisasi cabang olahraga lainnya diatur dalam sebuah Undang-undang.
Undang-undang yang penulis maksud adalah Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional.
Undang-undang ini antara lain mengatur tugas, wewenang, dan tanggung
jawab pemerintah dan pemerintah daerah. Dalam pasal 12 ayat (1) dijelaskan
bahwa tugas pemerintah adalah :
“pemerintah mempunyai tugas menetapkan dan melaksanakan
kebijakan serta standarisasi bidang keolahragaan nasional”.
Sedangkan tugas kewenangan Pemerintah terhadap system
keolahragaan Nasional dijelaskan Pada Pasal 13 ayta (1) yaitu :
“ pemerintah mempunyai kewenangan untuk mengatur, membina,
mengembangkan, melaksanakan, dan mengawasipenyelenggaraan
keolahragaan secara nasional”.
34
Kemudian tanggung jawab pemerintah dijelaskan dalam Pasal 14 ayat
(1) dan Pasal 15 bahwa :
“pelaksanaan tugas penyelenggaraan keolahragaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 pada tingkat Nasional dilakukan secara
terpadu dan berkesinambungan yang dikoordinasikan oleh menteri.”
“pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab untuk
mewujudkan tujuan penyelenggaraan keolahragaan nasional.”
Tanggung jawab pemerintah sebagaimana dimaksud Pasal 14 ayat (1)
tersebut meliputi :
a. Penetapan dan pelaksanaan kebijakan nasional keolahragaan;
b. Penetapan dan pelaksanaan standarisasi keolahragaannasional;
c. Koordinasi penyelenggaraan keolahragaan nasional;
d. Penggunaan kewenangan yang diberikan sesuai dengan ketentuan
peraturan Perundang-Undangan;
e. Penyediaan pelayanan kegiatan keolahragaan sesuai dengan
standar pelayanan minimum;
f. Pemberian kemudahan untuk terselenggaranya setiap kegiatan
keolahragaan;dan
g. Penjaminan mutu untuk terselenggaranya kegiatan keolahragaan
35
Adapun tujuan penyelenggaraan keolahragaan nasional menurut
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang system Keolahragaan
Nasional yaitu :
“keolahragaan nasional bertujuan memelihara dan meningkatkan
kesehatan dan kebugaran, prestasi, kualitas manusia, menanamkan
nilai moral dan akhlak mulia, sprotivitas, disiplin, mempererat dan
membina persatuan dan kesatuan bangs, memperkukuh ketahanan
nasional, serta mengangkat harkat, martabat, dan kehormatan
bangsa.
Kemudian lebih lanjut tugas pemerintah ditur juga dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 16 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Keolahragaan.
Pada peraturan pemerintah ini dijelaskan bahwa pemerintah menentukan
kebijakan nasional keolahragaan, standar nasional keolahragaan, serta
koordinasi dan pengawasan terhadap penyelenggaraan keolahragaan
nasional.21 Kebijakan nasional tersebut meliputi :
1. Penyelenggaraan olahraga pendidikan, olahraga rekreasi, dan
olahraga prestasi;
2. Pembinaan dan pengembangan olahraga;
3. Penyelenggaraan kejuaraan olahraga;
4. Pembinaan dan pengembangan pelaku olahraga;
21
Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang
Penyelenggaraan Keolahragaan
36
5. Pembinaan, pengembangan, dan pengawasan olahraga
professional
6. Peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana
olahraga;
7. Pendanaan keolahragaan;
8. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan;
9. Peran serta masyarakat dalam kegiatan keolahragaan;
10. Pengembangan kerjasama dan informasi keolahragaan
11. Pembinaan dan pengembangan industri olahraga;
12. Penyelenggaraan akreditasi dan sertifikasi;
13. Pencegahan dan pengawasan terhadap doping;
14. Pemberian penghargaan;
15. Pelaksanaan pengawasan; dan
16. Evaluasi nasional terhadap pencapaian standar nasional
keolahragaan.22
Standar nasional keolahragaan yang dimaksud meliputi :
a. Kempetensi tenaga keolahragaan;
b. Isi program penataran/pelatihan tenaga keolahragaan;
c. Prasarana dan sarana olahraga;
22
Pasal 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang
Penyelenggaraan Keolahragaan
37
d. Pengelolaan organisasi keolahragaan;
e. Penyelenggaraan kejuaraan olahraga; dan pelayanan minimal
keolahragaan.23
Selaku penanggung jawab yaitu menteri pemuda dan olahraga,
menteri mengkoordinasikan pelaksanaan tugas penyelenggaraan secara
terpadu dan berkesinambungan yangb semuanya mencakup aspek-aspek
kebijakan nasional keolahragaan. Koordinasi pelaksanaan tugas dilakukan
melalui :
a. Rapat koordinasi nasional;
b. Rapat kerja nasional;dan/atau
c. Rapat konsultasi nasional
Dan diselenggarakan secara :
a. Hierarki intra sektoral;
b. Rapat kerja nasional;
c. Instansional multi sektoral;
Koordinasi pelaksanaan tugas tersebut dapat diselenggarakan baik
secara vertikal maupun secara horisontal. 24
23
Pasal 4 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang
Penyelenggaraan Keolahragaan 24
Pasal 5 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang
Penyelenggaraan Keolahragaan
38
Dalam hal sistem organisasi menpora merupakan pembuat kebijakan
dan menjadi tanggung jawab sepenuhnya untuk mengawasi induk cabang
olahraga yang ada di Indonesia, tetapi yang menjadi fungsi penyelenggara
pembinaan dan pengembangan dalam hal ini adalah Komite Olahraga
Nasional Indonesia (KONI) yang memiliki hubungan koordinasi dengan
menpora itu sendiri.25
Ditambahkan oleh Dr. Nakhrawi,M.Kes. jadi menpora tidak bisa terlalu
jauh mengurusi masalah yang ada di Induk cabang Olahraga dikarenakan
sudah ada Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) yang mengurusi
masalah-masalah tersebut. Tetapi apabila komite Nasional Olahraga
Indonesia tersebut tidak mampu lagi mengatasi masalah yang terjadi di induk
cabang olahraga barulah menpora dapat turun ke lapangan untuk
menyelesaikan masalah tersebut.
B. Peran Pemerintah Terhadap Pembinaan dan Pengembangan
Olahraga di Indonesia.
Peran serta Pemerintah dalam rangka membina dan
mengembangkan olahraga telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2005. Pembinaan olahraga ini meliputi pengolahraga, ketenagaan,
pengorganisasian, pendanaan, metode, prasarana dan sarana, serta
25
Wawancara dengan Sekretaris komite Olahraga Nasional Indonesia Sulawesi Selatan (KONI SULSEL).Pukul 16.00 wita 22 Juli 2011.
39
penghargaan keolahragaan dengan memperhatikan potensi yang ada di
masyarakat. Pembinaan dan pengembangan keolahragaan tersebut
dilaksanakan melalui tahap pengenalan olahraga, pemantauan,
pemanduan, serta pengembangan bakat dan peningkatan prestasi.
Pembinaan dan pengembangan olahraga ini dilaksanakan melalui jalur
keluarga, jalur pendidikan, dan jalur masyarakat yang berbasis pada
pengembangan olahraga untuk semua orang yang berlangsung
sepanjang hayat. Berdasarkan pembagian olahraga yaitu olahraga
pendidikan, olahraga rekreasi, olahraga prestasi, olahraga amatir,
olahraga professional, olahraga untuk penyandang cacat. Maka
pembinaan dan pengembangan olahraga di Indonesia yang dilakukkan
oleh pemerintah juga dibagi berdasakan pembagian jenis olahraga
tersebut. Pembinaan dan pengembangan yang dilakukan oleh pemerintah
adalah sebagai berikut :
1. Pembinaan dan Pengembangan Olahraga Pendidikan
Pembinaan dan pengembangan olahraga pendidikan
dilaksanakan dan diarahkan sebagai satu kesatuan yang sistemis dan
berkesinambungan dengan sistem pendidikan nasional.
Pembinaan dan pengembangan olahraga pendidikan
dilaksanakan melalui proses pembelajaran yang dilakukan oleh
guru/dosen olahraga yang berkualifikasi dan memiliki sertifikat
40
kompetensi serta didukung prasarana dan sarana olahraga yang
memadai.
Pembinaan dan pengembangan olahraga pendidikan pada
semua jenjang pendidikan memberikan kebebasan kepada peserta
didik untuk melakukan kegiatan olahraga sesuai dengan bakat dan
minat.
Pembinaan dan pengembangan olahraga pendidikan
dilaksanakan dengan memperhatikan potensi, kemampuan, minat, dan
bakat peserta didik secara menyeluruh, baik melalui kegiatan
intrakurikuler maupun ekstrakurikuler.
Pembinaan dan pengembangan olahraga pendidikan
sebagaimana dimaksud dilakukan secara teratur, bertahap, dan
berkesinambungan dengan memperhatikan taraf pertumbuhan dan
perkembangan peserta didik.
Untuk menumbuhkembangkan prestasi olahraga di lembaga
pendidikan, pada setiap jalur pendidikan dapat dibentuk unit kegiatan
olahraga, kelas olahraga, pusat pembinaan dan pelatihan, sekolah
olahraga, serta diselenggarakannya kompetisi olahraga yang
berjenjang dan berkelanjutan. Unit kegiatan olahraga, kelas olahraga,
pusat pembinaan dan pelatihan, atau sekolah olahraga sebagaimana
dimaksud disertai pelatih atau pembimbing olahraga yang memiliki
41
sertifikat kompetensi dari induk organisasi cabang olahraga yang
bersangkutan dan/atau instansi pemerintah.
Pembinaan dan pengembangan olahraga pendidikan dapat
memanfaatkan olahraga rekreasi yang bersifat tradisional sebagai
bagian dari aktivitas pembelajaran.
2. Pembinaan dan Pengembangan Olahraga Rekreasi
Pembinaan dan pengembangan olahraga rekreasi dilaksanakan
dan diarahkan untuk memassalkan olahraga sebagai upaya
mengembangkan kesadaran masyarakat dalam meningkatkan
kesehatan, kebugaran, kegembiraan, dan hubungan sosial.
Pembinaan dan pengembangan tersebut sebagaimana
dimaksud dilaksanakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau
masyarakat dengan membangun dan memanfaatkan potensi sumber
daya, prasarana dan sarana olahraga rekreasi.
Pembinaan dan pengembangan olahraga rekreasi yang bersifat
tradisional dilakukan dengan menggali, mengembangkan,
melestarikan, dan memanfaatkan olahraga tradisional yang ada dalam
masyarakat. Pembinaan dan pengembangan olahraga rekreasi
dilaksanakan berbasis masyarakat dengan memperhatikan prinsip
mudah, murah, menarik, manfaat, dan massal.
42
Pembinaan dan pengembangan olahraga rekreasi dilaksanakan
sebagai upaya menumbuhkembangkan sanggar-sanggar dan
mengaktifkan perkumpulan olahraga dalam masyarakat, serta
menyelenggarakan festival olahraga rekreasi yang berjenjang dan
berkelanjutan pada tingkat daerah, nasional, dan internasional.
3. Pembinaan dan Pengembangan Olahraga Prestasi
Pembinaan dan pengembangan olahraga prestasi dilaksanakan
dan diarahkan untuk mencapai prestasi olahraga pada tingkat daerah,
nasional, dan internasional.
Pembinaan dan pengembangan olahraga prestasi
sebagaimana dimaksud dilakukan oleh induk organisasi cabang
olahraga, baik pada tingkat pusat maupun pada tingkat daerah.
Pembinaan dan pengembangan olahraga prestasi
sebagaimana dimaksud dilakukan oleh pelatih yang memiliki kualifikasi
dan sertifikat kompetensi yang dapat dibantu oleh tenaga
keolahragaan dengan pendekatan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pembinaan dan pengembangan olahraga prestasi dilaksanakan
dengan memberdayakan perkumpulan olahraga, menumbuh
kembangkan sentra pembinaan olahraga yang bersifat nasional dan
daerah, dan menyelenggarakan kompetisi secara berjenjang dan
berkelanjutan.
43
Pembinaan dan pengembangan olahraga prestasi
sebagaimana dimaksud melibatkan olahragawan muda potensial dari
hasil pemantauan, pemanduan, dan pengembangan bakat sebagai
proses regenerasi.
4. Pembinaan dan Pengembangan Olahraga Amatir
Pembinaan dan pengembangan olahraga amatir dilaksanakan
dan diarahkan sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam pembinaan dan pengembangan olahraga pendidikan, rekreasi
dan prestasi.
5. Pembinaan dan Pengembangan Olahraga Profesional
Pembinaan dan pengembangan olahraga profesional
dilaksanakan dan diarahkan untuk terciptanya prestasi olahraga,
lapangan kerja, dan peningkatan pendapatan.
Pembinaan dan pengembangan olahraga profesional dilakukan
oleh induk organisasi cabang olahraga dan/atau organisasi olahraga
profesional.
44
6. Pembinaan dan Pengembangan Olahraga penyandang Cacat
Pembinaan dan pengembangan olahraga penyandang cacat
dilaksanakan dan diarahkan untuk meningkatkan kesehatan, rasa
percaya diri, dan prestasi olahraga.
Pembinaan dan pengembangan olahraga penyandang cacat
dilaksanakan oleh organisasi olahraga penyandang cacat yang
bersangkutan melalui kegiatan penataran dan pelatihan serta
kompetisi yang berjenjang dan berkelanjutan pada tingkat daerah,
nasional, dan internasional.
Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau organisasi olahraga
penyandang cacat yang ada dalam masyarakat berkewajiban
membentuk sentra pembinaan dan pengembangan olahraga khusus
penyandang cacat.
Pembinaan dan pengembangan olahraga penyandang cacat
diselenggarakan pada lingkup olahraga pendidikan, olahraga
rekreasi, dan olahraga prestasi berdasarkan jenis olahraga khusus
bagi penyandang cacat yang sesuai dengan kondisi kelainan fisik
dan/atau mental seseorang.
45
Selain pemerintah yang melakukan pembinaan dan
pengembangan olahraga, masyarakat juga ikut berperan serta sesuai
dengan Pasal 23 ayat (1) :
“masyarakat dapat melakukan pembinaan dan pengembangan
olahraga melalui berbagai kegiatan keolahragaan secara aktif,
baik yang dilaksanakan atas dorongan Pemerintah dan/atau
pemerintah daerah, maupun atas dasar kesadaran atau
prakarsa sendiri.”
Ayat (2) :
“dalam hal melakukan pembinaan dan pengembangan
olahraga, masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
melaksanakan kegiatan keolahragaan yang antara lain
berkaitan dengan :
a. Organisasi keolahragaan;
b. Penyelenggaraan permainan dan pertandingan;
c. Peraturan permainan dan pertandingan;
d. Perlombaan dan pertandingan;
e. Penataran atau pelatihan tenaga keolahragaan;
f. Pengenalan, pemantauan, pemanduan, dan pengembangan
bakat olahragawan;
46
g. Peningkatan prestasi;
h. Penyediaan tenaga keolahragaan;
i. Pengadaan prasarana dan sarana olahraga;
j. Penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi olahraga;
k. Penyediaan informasi keolahragaan;
l. Pemberiaan penghargaan;
m. Industri olahraga;dan
n. Pendanaan.”
Ayat (3) :
“pembinaan dan pengembangan olahraga oleh masyarakat
melalui kegiatan keolahragaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dilakukan oleh perkumpulan, klub atau sanggar
olahraga di lingkungan masyarakat setempat.”
Ayat (4) :
“dalam hal melaksanakan pembinaan dan pengembangan
olahraga, perkumpulan, klub atau sanggar sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dapat membentuk induk organisasi
cabang olahraga sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-Undangan.
Namun menurut Dr. Nakhrawi,M.Kes. peranan pemerintah dalam
rangka meningkatkan pengembangan dan pembinaan olahraga di
47
Indonesia masih sangat jauh dari kata memuaskan dikarenakan masih
kurang meratanya fasilitas-fasilitas olahraga di berbagai daerah. Misalnya
saja ada daerah yang mempunyai banyak Gelanggang Olahraga (GOR)
tetapai masih ada daerah yang sama sekali belum memiliki itu. Sehingga
pemerintah belum dianggap bisa melaksanakan tugasnya sebagai
fasilitator dengan baik.
48
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan terhadap
kewenangan dan tanggung jawab pemerintah terhadap induk cabang
organisasi olahraga di Indonesia (studi kasus Persatuan Sepakbola
Seluruh Indonesia) sebagai berikut :
1. Ruang lingkup kewenangan dan tanggung jawab pemerintah terhadap
induk organisasi cabang olahraga di Indonesia sudah sangat jelas
tertuang dalam Pasal 12 - Pasal 14 Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional yang merupakan atribusi
dari Undang-Undang Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945. Di
samping itu pula terdapat beberapa peraturan perundang-undangan
yang mendukung tanggung jawab dan kewenangan pemerintah
terhadap induk organisasi cabang olahraga tersebut seperti Peraturan
Pemerintah Nomor 16 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan
Olahraga. Oleh karena itu secara jelas pemerintah mempunyai
kewenangan dan tanggung jawab untuk mengawasi perkembangan
system keolahragaan nasional yang ada pada induk cabang
organisasi yang ada di Indonesia, baik itu mengawasi dalam arti
49
memperhatikan ataupun dalam arti memberi masukan jika terjadi
suatu keadaan yang mendesak seperti yang terjadi pada Persatuan
Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI). Pemerintah melalui Menteri
Negara Pemuda dan Olahraga serta Komite Nasional Indonesia dapat
memberi saran kepada induk organisasi cabang olahraga tanpa
memberikan intervensi kepada induk organisasi cabang olahraga
tersebut karena pemerintah cuma sebagai pengawas. Namun selama
ini bidang keolahragaan hanya diatur oleh peraturan perundang-
undangan yang bersifat parsial atau belummencerminkan tatanan
hukum yang tertib di bidang keolahragaan sementara permasalahan
keolahragaan nasional semakin kompleks dan berkaitan dengan
dinamika sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat dan bangsa serta
tuntutan perubahan global.
2. Peranan pemerintah dalam pengembangan dan pembinaan olahraga
di Indonesia sudah jelas tertuang dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2005 nomor 89,
Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4535).
Pemerintah yang merupakan fasilitator atau yang merupakan faktor
utama pengembangan dan pembinaan olahraga dianggap belum
mampu menjalankan proses pembinaan dan pengembangan seperti
50
yang dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005
Tentang Sistem Keolahragaan Nasional.
Pemerintah belum dapat memfasilitasi seluruh masyarakat Indonesia
dalam hal pembinaan dan pengembangan olahraga di Indonesia.
Karena proses pembinaan dan pengembangan ini belum berjalan
dengan baik di masyarakat sehingga prestasi Indonesia di bidang
olahraga belum terlihat.
B. Saran
Adapun saran yang penulis tawarkan dalam penulisan skripsi ini
adalah :
1. Dalam keadaan ketatanegaraan seperti ini para pelaku harusnya
kembali melihat sistem perundang-undangan yang ada karena di sana
terdapat kewenangan dari masing-masing lembaga baik itu
pemerintah dan induk organisasi cabang olahraga. Dimana dalam hal
ini Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) adalah perpanjangan
tangan dari Meteri Negara Pemuda dan Olahraga (Menpora) yang
mempunyai fungsi koordinasi terhadap induk cabang olahraga yang
ada di Indonesia. Artinya sewaktu-waktu KONI dapat memberikan baik
itu masukan ataupun teguran kepada induk cabang olahraga dalam
rangka meningkatkan kualitas dan prestasi olahraga di Indonesia
51
2. Perlu adanya koordinasi pelaksanaan tugas antara kementerian
pemuda dan olahraga, Komite Olahraga Nasional Indonesian (KONI)
dengan induk cabang organisasi olahraga yang ada di Indonesia. Baik
itu secara horizontal maupun secara vertikal. Dalam rangka
peningkatan sistem pembinaan dan pengembangan olahraga di
Indonesia, demi meningkatkan prestasi olahraga di Indonesia.
52
DAFTAR PUSTAKA
Asshiddiqie, Jimly. 2011. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara. Jakarta : PT.
Raja Garfindo Persada.
Ismatullah, Dedi. 2009. Hukum Tata Negara Refleksi Kehidupan
Ketatanegaraan Di Negara Republik Indonesia. Bandung : Pustaka
Setia.
Kansil, C.S.T. 2008. Sistem Pemerintahan Indonesia. Jakarta : Bumi Aksara.
Kosnardi, Moh., Harmaily Ibrahim. 2009. Pengantar hukum Tata Negara
Indonesia. Jakarta : Pusat Studi HTN Fakultas Hukum UI.
MD, Mahfud. 2010. Politik Hukum Di Indonesia Edisi Revisi. Jakarta : PT.
Raja Garfindo Persada.
Radjab, Dasril. 2005. Hukum Tata Negara Indonesia Edisi Revisi. Jakarta :
PT. Rineka Cipta.
Ridwan, HR. 2006. Hukum Administrasi Negara. Jakarta : PT. Raja Garfindo
Persada.
Triwulan, Titik. 2010. Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca
Amandemen UUD 1945. Bandung : Kencana.
53
Internet :
http://PSSI-Football.com/id/viewnews111082.php/id=16781.Tanggal 26 April
2011. Pukul 20.03 wita.
http://PSSI-Football.com/id/viewnews111082.php/id=16779.Tanggal 26 April
2011. Pukul 20.04 wita.
http://PSSI-Football.com/id/viewnews111082.php/id=16775.Tanggal 26 April
2011. Pukul 20.08 wita.
http://mumtazbanget.wordpress.com/2011/02/22/sikappemerintahdankonikoi
terhadap-persoalan-pssi/. Tanggal 26 April 2011. Pukul 20.23 wita.
http://mixedfreshinfo.blogspot.com/2011/02/benarkah-ada-intervensi-
pemerintah.html. Tanggal 26 April 2011. Pukul 20.24 wita
http://merahitam.com/isi-statuta-pssi-dan-satuta-fifa.html. Tanggal 26 April
2011. Pukul 20.27 wita.
http://www.rancahbetah.info/2010/04/pengertian-definisi-pendidikan-
jasmani.html. Tanggal 27 April 2011. Pukul 23.36 wita.
http://id.wikipedia.org/wiki/Persatuan_Sepak_Bola_Seluruh_Indonesia.
Tanggal 27 April 2011. Pukul 23.39 wita
54
http://id.wikipedia.org/wiki/Komite_Olahraga_Nasional_Indonesia. Tanggal 27
April 2011. Pukul 23.43 wita
http://www.koni.or.id/index.php/section/koni/chapter/national_sports_federatio
ns/title/Ind uk_Organisasi_Cabang_Olahraga. Tanggal 27 April 2011.
Pukul 23.56 wita
Perundang-undangan :
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan
Nasional.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan peraturan
Perundang-Undangan.
Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan
Keolahragaan.
Keputusan Presiden Nomor 143 A dan 156 A Tahun 1966 tentang
Pembentukan Komisi Olahraga Nasional Indonesia.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan peraturan
Perundang-Undangan.
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Komite Olahraga Nasional
Indonesia.