KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PROGRAM PELATIHAN ...

174
KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PROGRAM PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA KEGIATAN PELAKSANAAN LATIHAN KERJA BERDASARKAN KLASTER KOMPETENSI SUB KEGIATAN PROSES PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KETRAMPILAN BAGI PENCARI KERJA BERDASARKAN KLASTER KOMPETENSI TAHUN ANGGARAN 2022 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI JL. Pahlawan No. 16 Semarang

Transcript of KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PROGRAM PELATIHAN ...

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

PROGRAM PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA KEGIATAN

PELAKSANAAN LATIHAN KERJA BERDASARKAN KLASTER KOMPETENSI

SUB KEGIATAN PROSES PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

KETRAMPILAN BAGI PENCARI KERJA BERDASARKAN KLASTER KOMPETENSI

TAHUN ANGGARAN 2022

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

JL. Pahlawan No. 16 Semarang

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

PROGRAM PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA KEGIATAN

PELAKSANAAN LATIHAN KERJA BERDASARKAN KLASTER KOMPETENSI

SUB KEGIATAN PROSES PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

KETRAMPILAN BAGI PENCARI KERJA BERDASARKAN KLASTER KOMPETENSI

TAHUN ANGGARAN 2022

A. LATAR BELAKANG

a. Dasar Hukum

1. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;

2. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional;

3. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI Nomor : 17 Tahun 2016 tentang Tata Cara Perizinan

dan Pendaftaran Lembaga Pelatihan Kerja;

4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor : PER.08/MEN/V/2008

tentang Tata Cara Perizinan dan Penyelenggaraan Pemagangan di Luar Negeri;

5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor : PER.6 Tahun 2020 tentang

Penyelenggaraan Pemagangan di Dalam Negeri;

6. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah

Provinsi Jawa Tengah;

b. Gambaran Umum

Persaingan di dunia kerja semakin ketat, baik produk barang maupun jasa yang

dihasilkan, ijazah saja tidak cukup ampuh untuk menembus pasar

kerja. Hal ini menyiratkan bahwa, untuk dapat menembus pasar kerja banyak hal

yang harus diperhatikan, antara lain kompetensi yang dimiliki pencari kerja dan

pengalaman kerja. Sebagai upaya untuk memperoleh kedua hal tersebut diatas perlu

dilakukan melalui program pemagangan. Melalui program ini para pencari kerja dapat merasakan

duania kerja yang sebenarnya disamping itu pengetahuan yang didapat.

Program magang bermanfaat bagi perusahaan, peserta magang maupun pemerintah.

Bagi perusahaan : tersedianya tenaga kerja yang siap pakai sesuai kompetensi yang dibutuhkan

oleh perusahaan. Bagi peserta dapat menguasai kompentensi sesuai dengan kebutuhan

perusahaan baik di dalam maupun di luar negeri serta memiliki peluang untuk menjadi

karyawan diperusahaan tempat magang. Sedangkan bagi pemerintah adalah mengurangi

pengangguran karena semakin banyak pencari kerja yang terserap didunia kerja. Sebagai

contoh hal ini tidak hanya berlaku diperusahaan dalam negeri, untuk eks magangpun apabila

perusahaan tempat magang di Jepang merasa membutuhkan tenaganya perusahan tersebut

dapat memanggilnya kembali (Re entry).

perserta yang bersangkutan dengan status sebagai TKI Ini sudah berjalan, khususnya untuk

bidang konstruksi dan perkapalan.

Melalui program pemagangan sebetulnya perusahaan memperoleh dua keuntungan pertama

medapatkan tenaga kerja yang memiliki kompeensi sesuai dengan kebutuhan perusahaan,

kedua dapat memanfaat hasil kerja peserta magang dengan upah yang sebagian disubsidi oleh

pemerintah. Bagi peserta seniri apabila tidak terserap di perusahaan tempatnya magang,

memperoleh sertifikat magang yang dapat meningkatkan daya tawar apabila mereka bekerja di

perusahaan yang bidangnya sama dengan tempatnya magang.

Mengingat program pemagangan dapat mengurangi angka pengangguran, maka

kegiatan ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam mengurangi masalah

pengangguran di Jawa Tengah. Program pemagangan pula menjadi titik awal untuk membuka

lapangan kerja baru melalui wirausaha mandiri, disamping untuk mengisi kekurangan tenaga

kerja di perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang industri, terutama industri, otomotif,

tekstil, listrik, manufaktur, mesin dan bangunan.

B. KEGIATAN

uraian kegiatan pelaksanaan latihan kerja berdasarkan klaster kompetensi

Pemagangan Dalam Negeri

Kegiatan ini meliputi pada memberikan pelatihan teori dan Praktek, magang di

perusahaan/industry kepada pencari kerja di Jawa Tengah agar menjadi tenaga yang

kompeten dan siap memasuki pasar kerja. Diawali dari rekrut dan seleksi peserta , 1 bulan

teori pelatihan di Lembaga Pelatihan Kerja atau Lembaga Pelatihan Perusahaan dan 2

bulan praktek magang di perusahaan.

Pemagangan Luar Negeri

Kegiatan ini berupa rekrut dan seleksi magang jepang yang meliputi penyebaran informasi

program magang jepang, pendaftaran dan seleksi antara lain, tes matematika kesemaptaan,

ketahanan fisik dan wawancara yang dilakukan oleh Disnakertrans Prov. Jateng, IM Japan

dan Kemnaker RI.

Pembinaan SDM Pelatihan Kerja

Kegiatan ini berupa pemberikan pembekalan kepada para pengelola, instruktur maupun

tenaga kepelatihan yang meliputi management pengelolaan pelatihan, pengembangan

program maupun standar mutu lembaga penyelenggara pelatihan baik pemerintah maupun

swasta. sehingga akan menghasilkan lulusan yang kompeten dan bermutu.

Sinergitas Peningkatan Pelatihan

Kegiatan ini dalam rangka menyinergikan kegiatan baik di Provinsi, Dinas Kab/Kota dan

BLK agar program pelatihan yang dilaksanakan saling berkelanjutan serta diperolehnya

data pelatihan pada tahun bersangkutan yang telah dilaksanakan oleh masing dinas

/lembaga sehingga data yang dapatkan lebih akurat.

Monitoring/Pemantauan hasil Pelatihannya di Lembaga Pelatihan Kerja Pemerintah

dan swasta.

Kegiatan ini dilakukan sebagai sarana pembinaan sekaligus memonitor hasil dan kinerja

lembaga baik pemerintah maupun swasta dalam melaksanakan penyelenggaraan pelatihan

kerja .

Indikator Kinerja

b.1 Pemagangan Dalam Negeri :

Tersedianya tenaga kerja kompeten melalui penyelenggaraan pemagangan di

perusahaan dari berbagai kejuruan/bidang keahlian yang siap mengisi kesempatan kerja

di perusahaan tempat magang dan atau di perusahaan lain.

Meningkatnya lulusan magang dalam negeri yang ditempatkan di perusahaan tempat

magang maupun perusahaan lain.

Mengurangi pengangguran dan kemiskinan serta meningkatkan kesejahteraan

masyarakat.

b.2 Pemagangan Luar Negeri (Rekrut dan Seleksi Magang ke Jepang) :

Tersedianya tenaga kerja kompeten yang siap melaksanakan program magang ke

Jepang, melalui seleksi yang dilaksanakan oleh Disnakertrans bekerjasama dengan IM

Japan dan Kemnaker RI.

Ditempatkannya calon pemagang yang telah lulus seleksi untuk melakukan magang di

Jepang .

Meningkatkan daya saing tenaga kerja di Luar Negeri dan menciptakan lapangan kerja .

Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menambah devisa negara.

b.3 Pembinaan SDM Pelatihan Kerja

Meningkatnya kompetensi para pengelola, instruktur dan pada giliranya meningkatkan

kualitas dan mutu pelatihan di lembaganya.

Meningkatnya kompetensi siswa lulusan dari Lembaga Pelatihan dan diharapkan dapat

mampu mengisi lowongan yang tersedia di pasar kerja atau berusaha mendiri .

Meningkatnya performance lembaga pelatihan sehingga dapat meningkatkan daya saing

dalam rangka menyosong era melenia.

b.4 Sinergitas Peningkatan Pelatihan

Memudahkan penyampaian informasi pelatihan kerja atau kegiatan yang dilaksanakan

oleh BLK, Dinas Kab/Kota maupun lemabaga pelatihan kerja swasta

Tersedianya data pelatihan kerja yang akurat guna penyusunan program kebijakan di

tahun berikutnya.

b.5. Monitoring/Pemantauan hasil pelatihannya di Lembaga Pelatihan Kerja Pemerintah dan

swasta.

Terpantaunya perkembangan penyelenggaraan pelatihan kerja disemua kejuruan baik

yang didanai melalui dana pemerintah maupun mandiri.

Dapat mengetahui secara langsung kinerja lembaga dan hasil pelatihan kerja dalam

rangka menciptakan calon tenaga kerja yang kompeten, terserap dan mandiri.

C. MAKSUD DAN TUJUAN KEGIATAN PELAKSANAAN LATIHAN KERJA

BERDASARKAN KLASTER KOMPETENSI

a. Maksud :

Memberikan kesempatan bagi pencari kerja untuk meningkatkan kompetensi,

profesionalisme dan pengalaman kerja di perusahaan di dalam maupun di luar negeri

melalui program pemagangan Dalam dan Luar Negeri (ke Jepang).

Meningkatkan mutu dan kualitas penyelenggaraan pelatihan Lembaga Pelatihan Kerja baik

pemerintah maupun swasta di Kabupaten/Kota se - Jawa Tengah.

Peningkatan program pelatihan sesuai visi dan misi gubernur jawa tengah

b. Tujuan :

Meningkatkan kompetensi dan pengalaman kerja di perusahaan Dalam dan Luar negeri

melalui program pemagangan di perusahaan.

Mengisi kesempatan kerja yang ada di perusahaan tempat magang guna mengurangi

pengangguran.

Membuka usaha sendiri dengan memanfaatkan kompetensi yang diperoleh selama

mengikuti program pemagangan di perusahaan dalam dan luar negeri.

Meningkatkan dan terserapnya tenaga kerja yang kompeten serta berkurangnya

pengangguran di Jateng

Meningkatkan kompetensi dan profesionalisme Sumber Daya Manusia LPK dalam

pengelolaan lembaga pelatihan.

Peningkatan sinergi/kerjasama antar dinas provinsi, dengan dinas/BLK Kab/Kota dan

terlaksananya sistem pelaporan kegiatan secara rutin dan sistematis.

Memperoleh data hasil pelatihan kerja dari lembaga pemerintah dan swasta serta laporan

hasil pelatihan kerja secara rutin dan berkesinambungan.

D. KELUARAN (OUT PUT) KEGIATAN PELAKSANAAN LATIHAN KERJA

BERDASARKAN KLASTER KOMPETENSI

Pemagangan Dalam dan luar Negeri

150 pencari kerja mengikuti pelatihan dan praktek magang di perusahaan

2600 pencari kerja /pendaftar mengikuti seleksi magang jepang

50 pengelola lembaga pelatihan swasta mengikuti bimtek SDM Pelatihan kerja

75 petugas mengikuti seninergitan penigkatan pelatihan kerja

35 Kab/Kota termonitoring hasil pelatihan kerja, baik dilembaga pemerintah maupun swasta.

E. HASIL YANG DIHARAPKAN (OUT COME) KEGIATAN PELAKSANAAN LATIHAN

KERJA BERDASARKAN KLASTER KOMPETENSI

Pemagangan Dalam Negeri

Peserta magang mendapatkan pengalaman kerja yang diperoleh secara langsung di perusahaan .

Kompetensi yang diperoleh oleh peserta magang sesui dengan kebutuhan Perusahaan.

Terserapnya tenaga kerja yang kompeten serta berkurangnya pengangguran di Jateng.

Terseleksinya calon tenaga kerja magang jepang sesuai standart IM Japan

Tersedianya tenaga kerja yang siap mengikuti program magang Jepang

Meningkatnya kinerja pengelola dan lembaga pelatihan kerja yang pada gilirannya akan

meningkatkan kuantitas, kualitas dan mutu lulusan pelatihan untuk mampu bersaing di pasar

kerja guna mengisi lowongan kerja dan berusaha mandiri.

Kegiatan yang saling bersinergi dan capaian target terpenuhi.

Hasil pelatihan kerja dapat dimonitor dan tersampaikan laporan perkembanganya.

F. KERANGKA PEMIKIRAN

Pemagangan Dalam Negeri

Program ini diperlukan mengingat adanya ketidaksesuaian antara kompetensi yang dihasilkan

oleh pendidikan formal dengan dunia kerja (terjadi gap) untuk mengisi kekosongan tersebut

kegiatan yang paling sesuai adalah memagangkan pencari kerja lulusan pendidikan formal

didunia kerja sehingga kompetensi yang diperoleh sesuai dengan kebutuhan.

Seleksi Pemagangan ke Jepang

Untuk bekerja di luar negeri khususnya di Jepang para pencari kerja harus memiliki kompetensi

sesuai dangan standar yang berlaku di Jepang. Oleh karena itu dalam proses seleksi adalah Tim

seleksi dari IM Japan. Kompetensi yang diperlukan antara lain pada faktor fisik, kesehatan,

penguasaan bahasa dan etos kerja.

Lulusan pelatihan yang bermutu hanya dihasilkan oleh lembaga pelatihan yang bermutu pula.

Oleh karena itu dipandang perlu untuk meningkatkan kemampuan teknis maupun mamajerial

para pengelolan, instruktur dan tenaga kepelatihan secara berkesinambungan. melalui

bimbingan teknis.

Untuk mencapai target kegiatan yang diharapkan diperlukan koordinasi serta penunjang

kegiatan baik yang dilaksanakan Dinas Kab/Kota, BLK, Pusat dan Provinsi perlu sinkronisasi

melalui sinergitas peningkatan pelatihan.

Untuk mengetahui kinerja lembaga dan hasil pelatihannya dalam menyelenggarakan setiap

kegiatan/pelatihan kerja.

G. METODE PELAKSANAAN KEGIATAN

1) Fasilitasi Pemagangan Dalam Negeri :

a) Melaksanakan Rapat Persiapan.

b) Koordinasi dengan Perusahaan tempat magang.

c) Menyusun Perjanjian Kerjasama antara Kepala Disnakertrans Provinsi Jawa Tengah dengan

Pimpinan Perusahaan tempat magang.

d) Menyiapkan Keputusan Kepala Disnakertrans Provinsi Jawa Tengah tentang

penyelenggaraan kegiatan.

e) Melaksanakan pelatihan di Lembaga Pelatihan Perusahaan atau Lembaga Pelatihan Kerja

(LPK) yang ditunjuk oleh perusahaan.

f) Melaksanakan Praktek magang di perusahaan.

g) Monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan.

h) Penyelenggaraan kegiatan dilaksanakan dalam waktu 3 bulan : 1 bulan peserta pelatihan

mendapatkan materi berupa teori dan praktek di LPK/LPP dan dilanjutkan praktek magang

di perusahaan selama 2 bulan.

2) Rekrut dan Seleksi Magang ke Jepang

a) Koordinasi dan Konsultasi ke Kemnaker RI di Jakarta.

b) Melaksanakan Rapat Persiapan.

c) Menyiapkan Keputusan Penyelenggaraan Kegiatan.

d) Melaksanakan pendaftaran calon peserta magang ke Jepang.

e) Menyiapkan sarana, prasarana akomodasi yang diperlukan untuk kegiatan seleksi.

f) Melaksanakan seleksi administrasi.

g) Melaksanakan seleksi, yang meliputi kesemaptaan tubuh, matematika, ketahanan fisik dan

wawancara.

h) Melakukan koordinasi dengan Kemnaker RI untuk persiapan tes bahasa jepang dan medical

check up.

i) Monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan

j) Penyelenggaraan kegiatan diawali dengan menerima pendaftaran calon peserta magang ke

Jepang, seleksi peserta magang ke jepang berupa tes kesemaptaan , tes matematika, tes

ketahanan fisik dan tes wawancara.

3) Peningkatan kompetensi dan profesionalisme sdm pelatihan kerja

1. Menyusun tim pelaksana kegiatan

2. Melaksanakan rapat persiapan

3. Melaksanakan koordinasi dengan dinas yang membidangi Ketenagakerjaan di

Kabupaten/Kota se jateng dan Instansi Teknis Terkait.

4. Menyiapkan peserta bimtek dan nara sumber/instruktur.

5. Menyiapkan akomodasi dan konsumsi

6. Menyiapkan administrasi, materi kegiatan dan sarpras.

7. Menerbitkan Keputusan Penyelenggaraan Kegiatan.

8. Penyampaian materi bimtek

9. Tanya jawab dan diskusi serta menyelesaikan tugas.

4) Sinergitas Peningkatan Pelatihan

1. Menyusun tim pelaksana kegiatan

2. Melaksanakan rapat persiapan

3. Melaksanakan koordinasi dengan dinas yang membidangi Ketenagakerjaan di

Kabupaten/Kota se jateng dan Instansi Teknis Terkait.

4. Menyiapkan peserta dan narasumber/instruktur.

5. Menyiapkan akomodasi dan konsumsi

6. Menyiapkan administrasi, materi kegiatan dan sarpras.

7. Menerbitkan Keputusan Penyelenggaraan Kegiatan.

8. Penyampaian kebijakan pelatihan

9. Tanya jawab dan diskusi.

5) Monitoring/Pemantauan hasil pelatihannya di Lembaga Pelatihan kerja Pemerintah dan swasta.

1. Melaksanakan koordinasi dengan dinas yang membidangi Ketenagakerjaan di

Kabupaten/Kota se jateng dan Instansi Teknis Terkait.

2. Menyusun tim pelaksana kegiatan

3. Melaksanakan rapat persiapan

4. Melaksanakan pemantauan dan monitoring ke lembaga pelatihan kerja di 35

Kabupaten/Kota.

5. Membuat buku laporan hasil pemantauan/monitoring terkait hasil pelatihan kerja

H. PELAKSANA DAN PENANGGUNG JAWAB KEGIATAN YANG TERKAIT

a. Pemagangan Dalam Negeri

1) Aparatur Pemerintah ( Disnakertrans Provinsi Jawa Tengah) Bidang Pelatihan dan

Produktivitas sebagai penanggung jawab.

2) Aparatur Dinas yang membidangi Ketenagakerjaan di Kab/Kota

3) Staf Lembaga Pelatihan Perusahaan (LPP) atau LPK yang ditunjuk oleh perusahaan

4) Instruktur di LPP atau LPK

5) Pembimbing di Perusahaan tempat magang.

b. Pemagangan Luar Negeri :

Pemagangan Dalam Negeri :

1) Aparatur Pemerintah ( Disnakertrans Provinsi Jawa Tengah) Bidang Pelatihan dan

Produktivitas sebagai penanggung jawab.

2) Aparatur Dinas yang membidangi Ketenagakerjaan di Kab/Kota

3) Petugas Seleksi dari Kemnaker RI.

4) Petugas Seleksi dari IM Japan.

5) Tenaga Medis dari Dinas Kesehatan Kota Semarang.

6) Pihak ketiga (LPKS) yang diminta bantuannya sebagai panitia melalui keputusan Kepala

Dsinakertrans Prov. Jateng.

c. Peningkatan kompetensi dan profesionalisme sdm pelatihan kerja

1. Dinakertransduk Provinsi Jawa Tengah ( Bidang Lattas),

2. Dinas yang membidangi Ketenagakerjaan di Kabupaten/Kota.

3. Pengelola, Instruktur dan tenaga Kepelatihan di Lembaga Pelatihan Kerja Swasta maupun

Pemerintah

4. Instruktur dari Instansi Teknis terkait.

d. Sinergitas Peningkatan pelatihan kerja

1. Dinakertransduk Provinsi Jawa Tengah ( Bidang Lattas),

2. Dinas yang membidangi Ketenagakerjaan dan BLK di Kabupaten/Kota.

3. Narasumber.

e. Monitoring/Pemantauan hasil pelatihan di Lembaga Pelatihan kerja Pemerintah dan swasta.

1. Dinakertransduk Provinsi Jawa Tengah ( Bidang Lattas),

2. Dinas yang membidangi Ketenagakerjaan dan BLK di Kabupaten/Kota.

I. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN KEGIATAN

1. Fasilitasi Pemagangan Dalam Negeri :

Tempat pelaksanaan Kegiatan ini di Perusahaan Kabupaten Kota di Jawa Tengah. Pada

Maret s/d Juni 2022.

2. Rekruitmen/Seleksi Peserta magang jepang

Pendaftaran Tahap I dibuka mulai bulan Januari s/d Juni 2022 dan seleksi dilaksanakan pada

bulan Juli 2022. Sedangkan Tahap II pendaftaran dimulai bulan Juli s/d Oktober 2022 dan

seleksi dilaksanakan pada Bulan Nopember 2022 bertempat di Provinsi Jawa Tengah

(semarang). Adapun peserta berasal dari Kab/Kota Se Jawa Tengah. Peningkatan kompetensi

dan profesionalisme sdm pelatihan kerja

Tempat pelaksanaan kegiatan dilaksanakan di Provinsi , Kab/ kota. peserta adalah para

pengelola lembaga pelatihan kerja Swasta seJateng pada bulan Juli s/d Agustus 2022.

3. Sinergitas Peningkatan pelatihan kerja

Tempat pelaksanakan kegiatan dilaksanakan di Provinsi di Provinsi /Kab Kota, peserta adalah

Petugas Dinas Kab/Kota dan BLK sejateng. Pada bulan Maret 2022.

4. Monitoring/Pemantauan hasil pelatihan di Lembaga Pelatihan kerja Pemerintah dan swasta.

Tempat pelaksanaan kegitan dilaksanakan di Provinsi /Kab/Kota.pada bulan Januari s/d

Desember 2022.

J. BIAYA UNTUK PELAKSANAAN KEGIATAN

Biaya untuk pelaksanaan kegiatan kegiatan pelaksanaan latihan kerja berdasarkan klaster kompetensi

sub kegiatan proses pelaksanaan pendidikan dan pelatihan ketrampilan bagi pencari kerja berdasarkan

klaster kompetensi tahun 2022 sebesar Rp 1.407.120.000,- (Satu Milyar Empat Ratus Tujuh Juta

Seratus Dua Puluh Ribu Rupiah) dari APBD Tahun Anggaran 2022.dengan rincian sebagai berikut :

a. Jumlah Peserta Magang Luar negeri Rp. 478.725.000,-

b. Jumlah Peserta SinergitasPeningkatan Pelatihan Rp. 59.930.000,-

c. Jumlah SDM Pelatihan Kerja yang ditingkatkan Kwalitasnya Rp. 140.009.000,-

d. Jumlah Peserta Pemagangan Dalam Negeri Rp. 509.644.000,-

e. Jumlah Kab/kota yang monitoring hasil pelatihan Kerja Rp. 100.000.000,-

di Lembaga Pelatihan Pemerintah dan swasta.

K. PENUTUP.

Demikian Kerangka Acuan Kerja ini dibuat dan diajukan sebagai bahan pertimbangan,

terhadap pentingnya kegiatan tersebut mengingat banyaknya permintaan perusahaan yang ingin

menyelenggarakan pemagangan dalam negeri , banyaknya peminat program magang Jepang,

peningkatan kinerja lembaga dalam mengelola lembaganya secara profesional dan berkarakter serta

ingin menajamkan program kegiatan agar lebih bersinergi antara kegiatan Pusat, Provisi, Kab/Kota

dan BLK serta termonitor/terpantaunya hasil pelatihannya lembaga pelatihan kerja pemerintah dan

swasta di 35 Kab/Kota.

.

PENANGGUNG JAWAB KEGIATAN

KEPALA BIDANG LATTAS

MADUQI,SE, M.Si

Pembina Tk I

NIP. 19680421 199403 1 005

KERANGKA ACUAN KINERJA

(KAK)

APBD PROVINSI JAWA TENGAH

TAHUN ANGGARAN 2022

PROGRAM : Program Pelatihan Kerja dan Produktivitas

Tenaga Kerja

SASARAN PROGRAM : Meningkatnya Kompetensi dan

Produktivitas Tenaga kerja

KEGIATAN : Pelaksanaan Latihan Kerja Berdasarkan

Klaster Kompetensi

SUB KEGIATAN : 1. Pengadaan Sarana Pelatihan Kerja

2. Proses Pelaksanaan Pendidikan dan

Pelatihan Ketrampilan Bagi Pencari

Kerja Berdasarkan Klaster Kompetensi

UNIT KERJA : Seksi Pelatihan

Balai Latihan Kerja Semarang 2

Disnakertrans Provinsi Jawa Tengah

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

KERANGKA ACUAN KINERJA

(KAK)

APBD PROVINSI JAWA TENGAH

TAHUN ANGGARAN 2022

PROGRAM : Program Pelatihan Kerja dan Produktivitas

Tenaga Kerja

SASARAN PROGRAM : Meningkatnya Kompetensi dan

Produktivitas Tenaga kerja

KEGIATAN : Pelaksanaan Latihan Kerja Berdasarkan

Klaster Kompetensi

(DBHCHT)

SUB KEGIATAN : Proses Pelaksanaan Pendidikan dan

Pelatihan Ketrampilan Bagi Pencari Kerja

Berdasarkan Klaster Kompetensi

UNIT KERJA : Seksi Pelatihan

Balai Latihan Kerja Semarang 2

Disnakertrans Provinsi Jawa Tengah

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

BALAI LATIHAN KERJA SEMARANG 2

Jl. Brigjen Sudiarto No. 375 Semarang

KERANGKA ACUAN KINERJA (KAK)

PROGRAM : Program Pelatihan Kerja dan Produktivitas Tenaga Kerja

SASARAN PROGRAM : Meningkatnya Kompetensi dan Produktivitas Tenaga kerja

KEGIATAN : Pelaksanaan Latihan Kerja Berdasarkan Klaster Kompetensi

(untuk anggaran DBHCHT)

SUB KEGIATAN : Proses Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Ketrampilan Bagi

Pencari Kerja Berdasarkan Klaster Kompetensi

A. LATAR BELAKANG

1. Dasar Hukum

a. Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;

b. Undang-undang Nomor 1 tahun 1970, tentang Keselamatan Kerja;

c. Undang – Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (lembaran Negara Republik Indonesia tahun

2004 No. 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4435);

d. Undang–Undang Nomor: 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

e. Undang-Undang Nomor: 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan

Tanggung Jawab Keuangan Negara;

f. Undang–Undang RI Nomor : 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (Revisi UU

nomor: 22 Tahun 1999);

g. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 9 tahun 2016, tentang Pembentukan dan

Susunan Perangkat Daerah Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa

Tengah Tahun 2016 Nomor 9, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor

85);

h. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 64 tahun 2016, tentang Organisasi dan Tata

Kerja Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah (Berita Daerah Provinsi

Jawa Tengah Tahun 2016 Nomor 64);

i. Peraturan Gubernur No. 52 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana

Teknis pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah;

j. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. 21/MEN/X/2009 tentang

Pedoman Pelayanan Produktivitas;

k. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor: 90 Tahun 2019 tentang Klasidikasi, Kodefikasi,

dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan Keuangan Daerah yang dimutakhirkan

melalui Kepmendagri Nomor: 050-3708 tentang Hasil Verifikasi dan Validasi Pemutakhiran

Klasifikasi, Kodefikasi dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan Keuangan

Daerah;

l. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 206/PMK.07/2020 tentang

penggunaan, pemantauan, dan evaluasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau.

2. Gambaran Umum

Ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap karyawan merupakan kompetensi yang harus

dimiliki oleh karyawan dan merupakan modal penting dalam menghadapi pertumbuhan

ekonomi dunia saat ini dan masa yang akan datang. Kualitas tenaga kerja yang bias dibilang

cukup rendah dan harus bersaing dengan pekerja dari tenaga lain sebagai akibat MEA

(Masyarakat Ekonomi ASEAN) dan perdagangan bebas dunia.

Hal tersebut sesuai dengan UU Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 dikuatkan oleh

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23 Tahun 2004 tentang Badan Nasional Sertifikasi Profesi

(BNSP) dan PP 31 Tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional menunjukkan bahwa

pelaksanaan sertifikasi tenaga kerja di berbagai sektor industri semakin meningkat. BNSP

melalui Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) yang didukung oleh Pemerintah, Asosiasi Industri,

Asosiasi Profesi, Lembaga Diklat Profesi dan masyarakat di bidang ketenagakerjaan semakin

berkembang dalam meningkatkan pelaksanaan sertifikasi kompetensi tenaga kerja di masing-

masing sektor. Hal tersebut, tentu saja memberikan dampak positif dengan meningkatnya

daya saing dan produktivitas tenaga kerja.

Kompetensi merupakan adanya suatu kecakapan atau kemampuan seseorang untuk

melakukan tugas atau tugas tertentu dalam bidang tertentu, tergantung pada posisi mereka

berada. Gagasan lain bahwa cara kompetisi lain yang disebutkan adalah keterampilan, sikap,

pengetahuan, motivasi, dan nilai-nilai yang secara konsisten dijelaskan dalam kemampuan

berpikir dan bertindak pada orang-orang yang ada. Dengan kata lain, kompetensi yakni bukan

hanya mengenai pengetahuan atau kemampuan, tetapi bersedia melakukan apa yang dapat

dimengerti untuk menghasilkan keuntungan.

Menurut Spencer and Spencer (1993) kompetensi adalah “Underlying characteristic’s of

individual which is causally related to criterion referenced effective and or superior

performance in a job or situation” yaitu, merupakan karakteristik yang mendasari seseorang

dan berkaitan dengan efektivitas kinerja individu dalam pekerjaannya. Secara umum,

kompetensi merupakan sebuah kombinasi antara keterampilan (skill), atribut personal dan

pengetahuan (knowledge) yang tercermin melalui perilaku kinerja (job behavior) yang dapat

diamati, diukur dan dievaluasi.

Perusahaan perlu menerapkan sistem manajemen SDM berbasis kompetensi untuk

meminimalkan terjadinya konflik antara perusahaan dan pegawai, sebab di dalam filosofi

manajemen modern, pegawai adalah manusia yang memiliki kebutuhan, harapan yang perlu

didengar seiring dengan potensi dan kompetensi yang dapat dikembangkan untuk mencapai

prestasi dan kinerja perusahaan. SDM dalam organisasi atau perusahaan mempunyai arti yang

sama pentingnya dengan pekerjaan itu sendiri, mengingat pentingnya peran SDM dalam

organisasi atau perusahaan, SDM sebagai faktor penentu organisasi, maka kompetensi

menjadi aspek yang menentukan keberhasilan organisasi atau perusahaan. Dengan

kompetensi yang tinggi yang dimiliki oleh SDM dalam suatu organisasi atau perusahaan tentu

hal ini akan menentukan kualitas SDM yang dimiliki yang pada akhirnya akan menentukan

kualitas kompetitif perusahaan itu sendiri.

Sejalan dengan perubahan nomenklatur dari Balai Pengembangan Produktivitas Tenaga Kerja

menjadi Balai Latihan Kerja Semarang 2, maka BLK Semarang 2 harus mengembangkan

program pelatihan dengan menambahkan jenis pelatihan keterampilan teknis berbasis

kompetensi yang bertujuan untuk mengurangi pengangguran dan meningkatkan jumlah

wirausaha baru.

Pemilihan kejuruan keterampilan teknis BLK Semarang 2 adalah dengan melihat

perkembangan revolusi industri 4.0. Tenaga kerja di Indonesia dinilai belum siap menghadapi

revolusi industri 4.0. Alasannya, masih banyak angkatan kerja di tanah air yang latar belakang

pendidikannya kurang memadai. Selain itu, suplai tenaga kerja yang memiliki spesifikasi

keahlian yang dibutuhkan oleh industri 4.0 pun masih minim. Kemampuan yang dibutuhkan

dari para pekerja di era industri 4.0 adalah terkait artificial intelligent atau kecerdasan buatan,

cloud computing atau komputasi awan, big data analytics atau analisis big data, dan internet

of things. Saat ini, sumber daya manusia yang telah duduk di bangku perkuliahan bahkan

belum menguasai sehingga banyak perusahaan kesulitan mencari SDM di tanah air yang

memiliki keahlian tersebut. Sehingga yang perlu dilakukan adalah meningkatkan skill para

pekerja yang ada. Langkahnya bisa dilakukan melalui penyelenggaraan training atau pelatihan

di bidang teknologi informasi dan komunikasi.

B. KEGIATAN

1. Uraian Kegiatan

Pelaksanaan Latihan Kerja Berdasarkan Klaster Kompetensi untuk dana yang berasal dari

DBHCHT terdiri dari Sub Kegiatan Proses Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Ketrampilan

Bagi Pencari Kerja Berdasarkan Klaster Kompetensi dengan sub-sub kegiatan:

Pelatihan Desain Grafis;

Pelatihan Pemrograman Web;

Pelatihan Kuliner Kreatif;

Pelatihan Digital Marketing.

Rincian kegiatan/aktivitas

1) Persiapan

Rapat persiapan;

Koordinasi dengan instansi terkait;

Rekruitmen.

2) Pelaksanaan

Proses Pengadaaan Barang;

Proses Penerimaan Barang;

Proses Penggunaan Barang;

Pelaksanaan kegiatan pelatihan;

Laporan dan Evaluasi.

3) Evaluasi dan Pendampingan

Evaluasi;

Penyusunan laporan;

Pendampingan atau monitoring*.

*Sesuai kebutuhan

2. Indikator Kinerja

Program Pelatihan Kerja dan Produktivitas Tenaga Kerja:

Kegiatan/ Sub Kegiatan Indikator kinerja

Sub Kegiatan Proses Pelaksanaan Pendidikan

dan Pelatihan Ketrampilan Bagi Pencari Kerja

Berdasarkan Klaster Kompetensi

a. Masukan Rp. 1,178,570,000,-

b. Keluaran Jumlah calon tenaga kerja yang mendapatkan

pendidikan dan pelatihan ketrampilan

berdasarkan klaster kompetensi

c. Hasil Meningkatnya Jumlah calon tenaga kerja

yang mendapatkan pendidikan dan pelatihan

ketrampilan berdasarkan klaster kompetensi

3. Batasan Kegiatan

Kegiatan terdiri dari pelatihan berbasis kompetensi dan penyediaan sarana dan prasarana

penunjangnya.

C. MAKSUD DAN TUJUAN

1. Proses Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Ketrampilan Bagi Pencari Kerja Berdasarkan

Klaster Kompetensi

a. Pelatihan Desain Grafis;

b. Pelatihan Pemrograman Web;

c. Pelatihan Kuliner Kreatif;

d. Pelatihan Digital Marketing.

Maksud: Mengurangi pengangguran.

Tujuan:

Menciptakan tenaga kerja yang kompeten di bidang teknologi informasi dan komunikasi;

Menciptakan wirausaha baru yang memiliki keterampilan berbasis kompetensi.

D. KELUARAN (OUTPUT)

Keluaran yang dihasilkan adalah:

1. Jumlah calon tenaga kerja yang mendapatkan pendidikan dan pelatihan ketrampilan

berdasarkan klaster kompetensi

E. HASIL YANG DIHARAPKAN (OUTCOME)

Hasil yang diharapkan adalah:

1. Meningkatnya Jumlah calon tenaga kerja yang mendapatkan pendidikan dan pelatihan

ketrampilan berdasarkan klaster kompetensi.

F. KERANGKA PEMIKIRAN (RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN)

1. Proses Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Ketrampilan Bagi Pencari Kerja Berdasarkan

Klaster Kompetensi

a. Pelatihan Desain Grafis

Terdiri dari 5 paket, durasi 6 hari, dengan jumlah peserta per paket 25 orang, total 125

orang.

b. Pelatihan Pemrograman Web

Terdiri dari 5 paket, durasi 7 hari, dengan jumlah peserta per paket 25 orang, total 125

orang.

c. Pelatihan Kuliner Kreatif

Terdiri dari 10 paket, durasi 5 hari, dengan jumlah peserta per paket 25 orang, total 250

orang.

d. Pelatihan Digital Marketing

Terdiri dari 8 paket, durasi 5 hari, dengan jumlah peserta per paket 25 orang, total 200

orang.

G. METODE PELAKSANAAN (RUMUSAN CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN)

1. Proses Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Ketrampilan Bagi Pencari Kerja Berdasarkan

Klaster Kompetensi

Melalui ceramah klasikal, diskusi, praktek, studi kasus, presentasi, simulasi.

H. PELAKSANA DAN PENANGGUNG JAWAB KEGIATAN

BLK Semarang 2 Disnakertrans Provinsi Jawa Tengah.

I. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN (DIMANA DAN KAPAN AKAN DILAKSANAKAN)

Semarang, 2022.

J. BIAYA / MEKANISME PEMBIAYAAN (DILAMPIRI RKA/RAB)

Dana DBHCHT senilai Rp. 1,178,570,000; perhitungan biaya terlampir.

No Kegiatan/ Belanja Anggaran (Rp.)

Kegiatan Pelaksanaan Latihan Kerja Berdasarkan Klaster Kompetensi

1 Belanja Alat Tulis Kantor 63,240,000

2 Belanja Dokumentasi, Dekorasi, dan Publikasi 11,200,000

3 Belanja Barang Pakai Habis Pendidikan dan Keterampilan 50,000,000

4 Belanja Cetak 9,250,000

5 Belanja Penggandaan 55,750,000

6 Belanja Makanan dan Minuman 304,350,000

7 Belanja Jasa Narasumber/Moderator /Pembawa Acara/Dirijen/Pembaca

Doa

60,000,000

8 Belanja Jasa Uang Harian Peserta Kegiatan 387,500,000

9 Belanja Bimbingan Teknis 46,000,000

10 Belanja Perjalanan Dinas Dalam Daerah 162,480,000

11 Belanja Pemberian Uang yang Diberikan kepada Pihak Ketiga 28,800,000

TOTAL 1,178,570,000

K. PENUTUP

Demikian Kerangka Acuan Kerja yang diajukan untuk kegiatan yang bersumber dari dana DBHCHT

tahun anggaran 2022 untuk dapat ditindaklanjuti.

Semarang, Februari 2021

KEPALA BALAI LATIHAN KERJA SEMARANG 2

PROVINSI JAWA TENGAH

Drs. DARWIJI, MPd.

Pembina

NIP. 19630803 199103 1 010

KERANGKA ACUAN KINERJA

(KAK)

APBD PROVINSI JAWA TENGAH

TAHUN ANGGARAN 2022

PROGRAM : Program Pelatihan Kerja dan Produktivitas

Tenaga Kerja

SASARAN PROGRAM : Meningkatnya Kompetensi dan

Produktivitas Tenaga kerja

KEGIATAN : Konsultasi Produktivitas pada Perusahaan

Menengah

SUB KEGIATAN : Pelaksanaan Konsultasi Produktivitas

kepada Perusahaan Menengah

UNIT KERJA : Seksi Pelatihan

Balai Latihan Kerja Semarang 2

Disnakertrans Provinsi Jawa Tengah

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

BALAI LATIHAN KERJA SEMARANG 2

Jl. Brigjen Sudiarto No. 375 Semarang

2021

KERANGKA ACUAN KINERJA (KAK)

KERANGKA ACUAN KINERJA

(KAK)

APBD PROVINSI JAWA TENGAH

TAHUN ANGGARAN 2022

PROGRAM : Program Pelatihan Kerja dan Produktivitas

Tenaga Kerja

SASARAN PROGRAM : Meningkatnya Kompetensi dan

Produktivitas Tenaga kerja

KEGIATAN : Konsultasi Produktivitas pada Perusahaan

Menengah

SUB KEGIATAN : Pelaksanaan Konsultasi Produktivitas

kepada Perusahaan Menengah

UNIT KERJA : Seksi Pelatihan

Balai Latihan Kerja Semarang 2

Disnakertrans Provinsi Jawa Tengah

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

BALAI LATIHAN KERJA SEMARANG 2

Jl. Brigjen Sudiarto No. 375 Semarang

2021

PROGRAM : Program Pelatihan Kerja dan Produktivitas Tenaga Kerja

SASARAN PROGRAM : Meningkatnya Kompetensi dan Produktivitas Tenaga kerja

KEGIATAN : Konsultasi Produktivitas pada Perusahaan Menengah

SUB KEGIATAN : Pelaksanaan Konsultasi Produktivitas kepada Perusahaan Menengah

A. LATAR BELAKANG

1. Dasar Hukum

a. Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;

b. Undang-undang Nomor 1 tahun 1970, tentang Keselamatan Kerja;

c. Undang – Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (lembaran Negara Republik Indonesia tahun

2004 No. 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4435);

d. Undang–Undang Nomor: 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

e. Undang-Undang Nomor: 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan

Tanggung Jawab Keuangan Negara;

f. Undang–Undang RI Nomor : 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (Revisi UU

nomor: 22 Tahun 1999);

g. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 9 tahun 2016, tentang Pembentukan dan

Susunan Perangkat Daerah Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa

Tengah Tahun 2016 Nomor 9, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor

85);

h. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 64 tahun 2016, tentang Organisasi dan Tata

Kerja Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah (Berita Daerah Provinsi

Jawa Tengah Tahun 2016 Nomor 64);

i. Peraturan Gubernur No. 52 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana

Teknis pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah;

j. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. 21/MEN/X/2009 tentang

Pedoman Pelayanan Produktivitas;

k. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor: 90 Tahun 2019 tentang Klasidikasi, Kodefikasi,

dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan Keuangan Daerah yang dimutakhirkan

melalui Kepmendagri Nomor: 050-3708 tentang Hasil Verifikasi dan Validasi Pemutakhiran

Klasifikasi, Kodefikasi dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan Keuangan

Daerah.

2. Gambaran Umum

Persaingan global menuntut dunia usaha untuk tetap bertahan dan mendorong perusahaan

untuk mencapai tingkat efisiensi yang lebih tinggi. Oleh karena itu proses transformasi dengan

pendekatan sistem peningkatan produktivitas yang tepat akan mendorong penciptaan nilai-

nilai baru dengan memanfaatkan seluruh sumber daya yang ada secara optimal.

Peningkatan produktivitas merupakan suatu siklus yang terus berputar mengarah pada

perbaikan. Sampai saat ini, upaya peningkatan produktivitas di Indonesia dilaksanakan secara

parsial sehingga kurang efisien dan efektif. Untuk memadukan upaya peningkatan

produktivitas tersebut harus dilakukan melalui pendekatan sistem peningkatan produktivitas

secara total yang berfokus pada perbaikan secara terus menerus dan terpadu, baik oleh

pemerintah, swasta maupun masyarakat yang diproses secara efektif dan efisiensi dalam

keterpaduan kelembagaan, program dan metoda yang mengarah pada pencapaian hasil yang

optimal.

Oleh karena pentingnya hal tersebut diatas maka perusahaan, UMKM dan masyarakat perlu

segera mengambil langkah-langkah yang komperehensif dan berkesinambungan dalam

melakukan kegiatan dengan menekankan peningkatan kompetensi sumber daya manusia dan

sarana lainya dalam rangka mendukung peningkatan daya saing usaha dengan melalui

pendekatan kelembagaan produktivitas di unit-unit yang ada diperusahaan agar lebih terpadu

efisien, efektif dan berkualitas.

Usaha Kecil dan Menengah mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi

nasional karena berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. Banyak

anggapan bahwa mengurus usaha kecil dan menengah itu mudah, namun kenyataan

menunjukkan pada umumnya perkembangan usaha kecil dan menengah tersendat-sendat,

kalaupun mampu bertahan kondisnya tidak berbeda jauh dengan keadaan pada awal

berdirinya. Hal ini bisa terjadi karena salah dalam pengelolaan usahanya, yang disebabkan

kurang pengetahuan dan kemampuan dalam manajemen usaha.

Sejalan dengan perkembangan dunia usaha yang semakin kompetitif karena makin

terbukanya pasar di dalam negeri, tingkat persaingan di dunia usaha semakin tinggi dengan

semakin banyaknya barang dan jasa yang masuk dari luar sebagai dampak adanya globalisasi.

Oleh karena itu para pelaku usaha kecil dan menengah harus selalu meningkatkan

pengetahuan dan kemampuannya dalam mengelola usaha agar tercapai efisien, efektif dan

kualitas yang berujung pada tercapainya peningkatan produktivitas.

B. KEGIATAN

1. Uraian Kegiatan

Kegiatan Konsultasi Produktivitas pada Perusahaan Menengah terdiri dari Kegiatan

Pelaksanaan Konsultasi Produktivitas kepada Perusahaan Menengah dengan Sub-sub

Kegiatan:

a. Pelatihan Peningkatan Produktivitas;

b. Bimbingan Konsultasi Peningkatan Produktivitas.

Rincian kegiatan/aktivitas :

1) Persiapan

Rapat persiapan;

Koordinasi dengan instansi terkait;

Rekruitmen.

2) Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan

3) Evaluasi dan Pendampingan

Evaluasi;

Penyusunan laporan;

Pendampingan atau monitoring*.

*Sesuai kebutuhan

2. Indikator Kinerja

Program Pelatihan Kerja dan Produktivitas Tenaga Kerja:

Kegiatan/ Sub Kegiatan Indikator kinerja

Kegiatan Konsultansi Produktivitas pada

Perusahaan Menengah

Persentase pelaku usaha atau lembaga

pemerintah,swasta dan pendidikan diberikan

pelatihan peningkatan produktivitas atau

kewirausahaan

Sub Kegiatan Pelaksanaan Konsultasi

Produktivitas kepada Perusahaan Menengah

a. Masukan Rp. 1,265,824,000,-

b. Keluaran Jumlah perusahaan yang mendapatkan

bimbingan konsultasi peningkatan

produktivitas

Jumlah tenaga kerja yang mengikuti pelatihan

peningkatan produktivitas

c. Hasil Meningkatnya jumlah perusahaan yang

mendapatkan bimbingan konsultasi

peningkatan produktivitas

Meningkatnya jumlah tenaga kerja yang

mengikuti pelatihan peningkatan produktivitas

3. Batasan Kegiatan

Kegiatan dalam bentuk pelatihan peningkatan produktivitas dan bimbingan konsultasi.

C. MAKSUD DAN TUJUAN

1. Pelatihan Peningkatan Produktivitas

Maksud:

Meningkatnya produktivitas perusahaan dimulai dari peningkatan produktivitas individu

sebagai tenaga kerja melalui penerapan tools, teknik, dan metode peningkatan produktivitas.

Tujuan:

a) Memahami kebijakan dan strategi peningkatan produktivitas;

b) Memahami konsep dan manfaat peningkatan produktivitas;

c) Membangun budaya produktif melalui workplace cooperation, enterprise improvement

team, employee suggestion scheme, 5S, Kaizen;

d) Menerapkan manajemen kualitas;

e) Meningkatkan penerapan alat, teknik, dan metode produktivitas secara terpadu dan

menyeluruh pada setiap lini perusahaan.

2. Bimbingan Konsultansi

Maksud Bimbingan Konsultansi adalah untuk memahami penerapan alat, teknik dan metode

peningkatan produktivitas agar dapat memberikan dampak peningkatan produktivitas kepada

instansi/ perusahaan.

Tujuan Bimbingan Konsultansi adalah untuk menyelesaikan masalah peningkatan

produktivitas melalui penerapan alat, teknik dan metode peningkatan produktivitas.

D. KELUARAN (OUTPUT)

Keluaran yang dihasilkan adalah:

1. Jumlah perusahaan yang mendapatkan bimbingan konsultasi peningkatan produktivitas;

2. Jumlah tenaga kerja yang mengikuti pelatihan peningkatan produktivitas.

E. HASIL YANG DIHARAPKAN (OUTCOME)

Hasil yang diharapkan dari Konsultasi Produktivitas pada Perusahaan Menengah adalah sebagai

berikut:

1. Meningkatnya jumlah perusahaan yang mendapatkan bimbingan konsultasi peningkatan

produktivitas;

2. Meningkatnya jumlah tenaga kerja yang mengikuti pelatihan peningkatan produktivitas.

F. KERANGKA PEMIKIRAN (RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN)

Kegiatan pelatihan diikuti oleh tenaga kerja perusahaan/ usaha kecil dan menengah di Jawa

Tengah direncanakan dengan jumlah paket kegiatan sebagai berikut:

1. Pelatihan Peningkatan Produktivitas

Sejumlah 31 paket, dengan jumlah peserta tiap angkatan 25 orang, total 775 orang.

2. Bimbingan Konsultasi

Sejumlah 11 perusahaan/ UMKM melalui 2 (dua) kali kunjungan yaitu:

- Tahap Identifikasi Masalah dan Rencana Aksi;

- Tahap Implementasi.

G. METODE PELAKSANAAN (RUMUSAN CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN)

Kegiatan Konsultasi Produktivitas pada Perusahaan Menengah dilakukan dengan metode:

1. Pelatihan : ceramah klasikal, diskusi, studi kasus, presentasi, game, simulasi, roleplay

2. Pendampingan : bimbingan dan konsultasi terhadap pelaku, membantu memecahkan masalah

dan teknik penerapan manajemen dan produktivitas

H. PELAKSANA DAN PENANGGUNG JAWAB KEGIATAN

BLK Semarang 2 Disnakertrans Provinsi Jawa Tengah.

I. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN (DIMANA DAN KAPAN AKAN DILAKSANAKAN)

Jawa Tengah, 2022.

J. BIAYA / MEKANISME PEMBIAYAAN (DILAMPIRI RKA/RAB)

Rp. 1,265,824,000; perhitungan biaya terlampir.

No Kegiatan/ Belanja Anggaran (Rp.)

Kegiatan Konsultansi Produktivitas pada Perusahaan Menengah

1 Belanja Alat Tulis Kantor 54,739,000

2 Belanja Dokumentasi, Dekorasi, dan Publikasi 12,600,000

3 Belanja Cetak 11,625,000

4 Belanja Penggandaan 66,050,000

5 Belanja Makanan dan Minuman 304,575,000

6 Belanja Jasa Uang Harian Peserta Kegiatan 387,500,000

7 Belanja Bimbingan Teknis 62,000,000

8 Belanja Perjalanan Dinas Dalam Daerah 323,335,000

9 Belanja Pemberian Uang yang Diberikan kepada Pihak Ketiga 43,400,000

TOTAL 1,265,824,000

K. PENUTUP

Demikian Kerangka Acuan Kerja yang diajukan untuk tahun anggaran 2022 untuk dapat

ditindaklanjuti.

Semarang, Februari 2021

KEPALA BALAI LATIHAN KERJA SEMARANG 2

PROVINSI JAWA TENGAH

Drs. DARWIJI, MPd.

Pembina

NIP. 19630803 199103 1 010

KERANGKA ACUAN KINERJA

(KAK)

APBD PROVINSI JAWA TENGAH

TAHUN ANGGARAN 2022

PROGRAM : Program Pelatihan Kerja dan Produktivitas

Tenaga Kerja

SASARAN PROGRAM : Meningkatnya Kompetensi dan

Produktivitas Tenaga kerja

KEGIATAN : Pengukuran Produktivitas Tingkat Daerah

Provinsi

SUB KEGIATAN : Pengukuran Kompetensi dan Produktivitas

Tenaga Kerja

UNIT KERJA : Seksi Pelatihan

Balai Latihan Kerja Semarang 2

Disnakertrans Provinsi Jawa Tengah

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

BALAI LATIHAN KERJA SEMARANG 2

Jl. Brigjen Sudiarto No. 375 Semarang

2021

KERANGKA ACUAN KINERJA

(KAK)

APBD PROVINSI JAWA TENGAH

TAHUN ANGGARAN 2022

PROGRAM : Program Pelatihan Kerja dan Produktivitas

Tenaga Kerja

SASARAN PROGRAM : Meningkatnya Kompetensi dan

Produktivitas Tenaga kerja

KEGIATAN : Pengukuran Produktivitas Tingkat Daerah

Provinsi

SUB KEGIATAN : Pengukuran Kompetensi dan Produktivitas

Tenaga Kerja

UNIT KERJA : Seksi Pelatihan

Balai Latihan Kerja Semarang 2

Disnakertrans Provinsi Jawa Tengah

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

BALAI LATIHAN KERJA SEMARANG 2

Jl. Brigjen Sudiarto No. 375 Semarang

2021

KERANGKA ACUAN KINERJA (KAK)

PROGRAM : Pelatihan Kerja dan Produktivitas Tenaga Kerja

SASARAN PROGRAM : Meningkatnya Kompetensi dan Produktivitas Tenaga kerja

KEGIATAN : Pengukuran Produktivitas Tingkat Daerah Provinsi

SUB KEGIATAN : Pengukuran Kompetensi dan Produktivitas Tenaga Kerja

A. LATAR BELAKANG

3. Dasar Hukum

a. Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;

b. Undang-undang Nomor 1 tahun 1970, tentang Keselamatan Kerja;

c. Undang – Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (lembaran Negara Republik Indonesia tahun

2004 No. 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4435);

d. Undang–Undang Nomor: 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

e. Undang-Undang Nomor: 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan

Tanggung Jawab Keuangan Negara;

f. Undang–Undang RI Nomor : 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (Revisi UU

nomor: 22 Tahun 1999);

g. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 9 tahun 2016, tentang Pembentukan dan

Susunan Perangkat Daerah Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa

Tengah Tahun 2016 Nomor 9, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor

85);

h. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 64 tahun 2016, tentang Organisasi dan Tata

Kerja Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah (Berita Daerah Provinsi

Jawa Tengah Tahun 2016 Nomor 64);

i. Peraturan Gubernur No. 52 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana

Teknis pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah;

j. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. 21/MEN/X/2009 tentang

Pedoman Pelayanan Produktivitas;

k. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor: 90 Tahun 2019 tentang Klasidikasi, Kodefikasi,

dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan Keuangan Daerah yang dimutakhirkan

melalui Kepmendagri Nomor: 050-3708 tentang Hasil Verifikasi dan Validasi Pemutakhiran

Klasifikasi, Kodefikasi dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan Keuangan

Daerah.

4. Gambaran Umum

Faktor yang menyebabkan kenaikan waktu seluruhnya untuk pembuatan sesuatu barang

adalah : sifat dan keadaan barang itu sendiri, proses yang dijalankan secara tidak semestinya,

waktu tak efektif yang bertumpuk selama produksi berlangsung, kekurangan pihak

manajemen atau tindakan pihak tenaga kerja. Semua faktor ini bersifat menekan

produktivitas. Salah satu teknik manajemen dapat meniadakan atau setidaknya mengurangi

faktor tersebut adalah melalui pengukuran kerja. Pengukuran kerja berusaha menyelidiki,

mengurangi dan selanjutnya meniadakan waktu tak efektif, yakni waktu melakukan sesuatu

kerja yang tidak efektif, karena sebab apapun. Pengukuran kerja memberikan kepada

manajemen jalan untuk mengukur waktu yang diperlukan untuk menjalankan suatu operasi

atau serangkaian operasi sehingga waktu tak efektif ditonjolkan dan dapat dipisahkan dari

waktu efektif.

Dengan demikian akan diketahui bahwa ada waktu tak efektif, sifatnya serta sampai dimana

terdapat waktu tak efektif yang sebelumnya tersembunyi dalam keseluruhan waktu

pembuatan atau proses. Bagi perusahaan - perusahaan yang belum pernah menjalankan

pengukuran kerja, orang akan sangat heran mengetahui bahwa terdapat banyak waktu tak

efektif yang tidak diduga terselu bung dalam proses, dan sampai saat ini dianggap sebagai

sesuatu yang lumrah serta tak dapat dihindari oleh siapapun. Apabila suatu saat, waktu tak

efektif dapat dibeberkan dan penyebabnya dapat diketemukan, maka biasanya langkah untuk

menguranginya mudah dapat diadakan.

Disini pengukuran kerja mempunyai peranan lain lagi. Bukan saja dapat dibeberkan adanya

waktu tak efektif tetapi pengukuran kerja dapat digunakan untuk menetapkan standar waktu

untuk pelaksanaan kerja, ini akan segera terlihat sebagai pelanggaran terhadap standar waktu

yang bersangkutan dan karenanya langsung menjadi perhatian manajemen.

B.KEGIATAN

4. Uraian Kegiatan

Kegiatan Pengukuran Produktivitas Tingkat Daerah Provinsi terdiri dari Sub Kegiatan

Pengukuran Kompetensi dan Produktivitas Tenaga Kerja.

Langkah-langkah pengukuran produktivitas tenaga kerja adalah sebagai berikut:

a. Pengumpulan Data;

b. Pengolahan Data;

c. Penyusunan Laporan;

d. Presentasi Hasil Pengukuran.

5. Indikator Kinerja

Program Pelatihan Kerja dan Produktivitas Tenaga Kerja:

Kegiatan/ Sub Kegiatan Indikator kinerja

Kegiatan Pengukuran Produktivitas Tingkat

Daerah Provinsi

Persentase pengukuran produktivitas

tenaga kerja di perusahaan

Sub Kegiatan Pengukuran Kompetensi dan

Produktivitas Tenaga Kerja

d. Masukan Rp. 9,944,000,-

e. Keluaran Jumlah perusahaan yang diukur tingkat

produktivitasnya

f. Hasil Meningkatnya jumlah perusahaan yang

diukur tingkat produktivitasnya

6. Batasan Kegiatan

Kegiatan Pengukuran Produktivitas Tingkat Daerah Provinsi dilakukan dengan melakukan

pengukuran produktivitas tenaga kerja di perusahaan melalui sampel.

C. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari kegiatan pengukuran produktivitas tenaga kerja meliputi:

Sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas perusahaan melalui peningkatan

produktivitas tenaga kerja;

Menelaah standar produktivitas tenaga kerja pada serangkaian pekerjaan;

Mengkaji faktor-faktor atau indikator peningkatan produktivitas tenaga kerja.

Tujuan pengukuran produktivitas tenaga kerja meliputi:

Mengetahui waktu efektif dan waktu tak efektif;

Mengetahui waktu standar pada serangkaian pekerjaan;

Mengetahui produktivitas tenaga kerja;

Menganalisa efisiensi dan produktivitas standar serta kebutuhan jumlah tenaga kerja.

D. KELUARAN (OUTPUT)

Keluaran yang dihasilkan adalah jumlah perusahaan yang diukur tingkat produktivitasnya.

E. HASIL YANG DIHARAPKAN (OUTCOME)

Hasil yang diharapkan adalah meningkatnya jumlah perusahaan yang diukur tingkat

produktivitasnya.

F. KERANGKA PEMIKIRAN (RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN)

Sejumlah 1 paket, untuk 1 perusahaan.

G. METODE PELAKSANAAN (RUMUSAN CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN)

Melakukan pengumpulan data dengan observasi waktu standar tenaga kerja, menyusun laporan

pengukuran produktivitas tenaga kerja dan melakukan presentasi hasil pengukuran.

H. PELAKSANA DAN PENANGGUNG JAWAB KEGIATAN

BLK Semarang 2 Disnakertrans Provinsi Jawa Tengah.

I. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN (DIMANA DAN KAPAN AKAN DILAKSANAKAN)

Kab. Semarang, 2022.

J. BIAYA / MEKANISME PEMBIAYAAN (DILAMPIRI RKA/RAB)

Rp 9.944.000; perhitungan biaya terlampir.

No Kegiatan/ Belanja Anggaran (Rp.)

Kegiatan Pengukuran Produktivitas Tingkat Daerah Provinsi

1 Belanja Alat Tulis Kantor 644,000

2 Belanja Dokumentasi, Dekorasi, dan Publikasi 200,000

3 Belanja Penggandaan 300,000

4 Belanja Perjalanan Dinas Dalam Daerah 7,500,000

5 Belanja Pemberian Uang yang Diberikan kepada Pihak Ketiga 1,300,000

TOTAL 9,944,000

K. PENUTUP

Demikian Kerangka Acuan Kerja yang diajukan untuk tahun anggaran 2022 untuk dapat

ditindaklanjuti.

Semarang, Februari 2021

KEPALA BALAI LATIHAN KERJA SEMARANG 2

PROVINSI JAWA TENGAH

Drs. DARWIJI, MPd.

Pembina

NIP. 19630803 199103 1 010

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) PENGUJIAN HIGIENE PERUSAHAAN DAN KESEHATAN KERJA

TA.2022

PROGRAM : Pengawasan Ketenagakerjaan

SASARAN PROGRAM : Persentase peningkatan perusahaan memiliki kategori baik dalam

penerapan K3 25,54 %

KEGIATAN : Penyelenggaraan Pengawasan Ketenagakerjaan 89,26 %

SUB KEGIATAN : Pengujian higiene perusahaan dan kesehatan kerja

A. LATAR BELAKANG.

1. DASAR HUKUM

a. Undang-undang Nomor 1 tahun 1970, tentang Keselamatan Kerja.

b. Undang-Undang No. 20 Tahun 2014, tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian

c. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per-02/Men/1980 tentang

Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.

d. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor : PER-05 Tahun 2018, tentang K3 Lingkungan Kerja.

e. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, Nomor 48/ MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan.

f. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, Nomor 49/ MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Getaran.

g. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, Nomor 50/ MENLH/11/1996 tentang

Baku Tingkat Kebauan

h. Keputusan Gubernur Jawa Tengah : Nomor 10 Tahun 2000, tentang Baku Mutu Udara Emisi Sumber Tidak Bergerak Tingkat Propinsi Jawa Tengah

i. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 64 Tahun 2016, tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah.

j. Peraturan Gubernur Jawa Tengah No. 52 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah.

2. GAMBARAN UMUM

Sesuai dengan amanat UUD 1945 Pasal 27 ayat (2): Tiap-tiap warga negara berhak

atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan, Pasal 28 d ayat (2): Setiap

orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan yang adil dan layak dalam hubungan

kerja; serta ketentuan dalam Undang-undang No 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,

setiap perusahaan wajib melaksanakan upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja untuk

melindungi keselamatan tenaga kerja dan sarana produksi.

Dewasa ini kecelakaan kerja masih sering terjadi. Secara global setiap 15 detik terjadi

160 kecelakaan kerja dan 1 diantaranya meninggal dunia akibat kecelakaan kerja atau

penyakit akibat kerja (www.ilo.org/safeday, 2009). Kasus kecelakkan kerja dan penyakit

akibat kerja (PAK) di Jawa Tengah dalam 3 (tiga) tahun terakhir dari 2017 – 2019

mengalami penurunan. Pada tahun 2017 terjadi 3.083 kasus, tahun 2018 terjadi 1.468

kejadian dan tahun 2019 terjadi 1.374 kejadian kecelakaan kerja. Besarnya kerugian baik

kerugian ekonomi berupa santunan dan kerugian material serta kerugian non ekonomi berupa

sakit, cacat atau bahkan adanya korban meninggal dunia menyebabkan turunnya kualitas dan

kuantitas produksi atau turunnya produktiitas serta biaya tambahan berupa santuan dan biaya

perbaikan menyebabkan turunnya kinerja dan daya saing.

Dalam era pasar terbuka ini, kompetisi dan tuntutan akan standar internasional akan semakin meningkat termasuk penerapan di bidang Keselamatan Kerja dan Hiperkes.

Karena itu masalah keselamatan kerja dan Hiperkes menjadi isu global dan sangat penting

dalam dunia industri, Apalagi kemudian dikaitkan dengan perlindungan tenaga kerja dan hak azasi manusia serta kepedulian terhadap lingkungan hidup. Penerapan keselamatan,

kesehatan kerja dan hiperkes sebagai bagian dari kegiatan industry merupakan syarat yang harus dipenuhi dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses produksi serta produktivitas tenaga kerja dalam perusahaan.

B. KEGIATAN

1. SASARAN / RUANG LINGKUP

Ruang lingkup sub kegiatan Pengujian Higiene Perusahaan adalah :

a. Pengujian kualitas udara emisi dan lingkungan

b. Pengujian faktor fisika

c. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja.

2. INDIKATOR KINERJA

a. Masukan

Dana APBD Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2022 sebesar Rp. 2.262.815.000,- ( Dua milyar dua ratus enam puluh dua juta delapan ratus lima belas ribu rupiah )).

b. Keluaran

1). Jumlah perusahaan yang melakukan pengujian higiene perusahaan dan kesehatan

kerja.

c. Hasil

1) Tersedianya data kualitas udara lingkungan kerja

2) Tersedianya data faktor fisik lingkungan

3) Tersedianya data kesehatan tenaga kerja.

4) Peningkatan ilmu pengetahuan pegawai di bidang teknis pengujian.

d. Manfaat

1). Sumber informasi dalam menguji efektivitas kegiatan/ teknologi yang digunakan dalam pencegahan dan pengendalian dampak negatif yang dihasilkan dari proses

produksi.

2). Deteksi dini penyakit akibat kerja

3). Mengetahui secara dini adanya perubahan lingkungan kerja yang tidak dikehendaki, sehingga dapat dilakukan upaya penanggulangan secara efektif.

4). Sebagai data lingkungan dalam penyusunan UKL/RPL, AMDAL serta sertifikasi ISO 14000 dll.

5). Dasar penerbitan Surat Keterangan Layak K3.

e. Dampak

1). Meningkatnya kualitas lingkungan

2). Meningkatnya derajat kesehatan tenaga kerja

3). Meningkatkan kepercayaan pelanggan terhadap mutu pelayanan.

4). Meningkatnya pendapatan Asli Daerah

C. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dan tujuan kegiatan Pengujian Higiene Perusahaan, Kesehatan Kerja dan

Pengembangan Laboratorium Pengujian adalah :

a. Mendapatkan data kualitas udara dan faktor fisik lingkungan.

b. Mengidentifikasi resiko bahaya akibat lingkungan kerja

c. Mengendalikan pencemaran lingkungan kerja

d. Sosialisasi pengelolaan lingkungan kerja kepada perusahaan.

D. TEMPAT PELAKSANAAN KEGIATAN Sub kegiatan pengujian Higiene Perusahaan, Kesehatan Kerja dilaksanakan di kantor Balai K3

Prov.Jateng dan wilayah provinsi Jawa Tengah meliputi: Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Kabupaten Demak, Kabupaten Kudus, Kabupaten Kendal, Kabupaten Pati,

Kabupaten Jepara, Kabupaten Rembang, Kabupaten Blora, Kabupaten Batang, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Pekalongan, Kota Pekalongan, Kabupaten Tegal, Kota Tegal, Kabupaten Brenes, Kabupaten Magelang, Kota Magelang, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Purbalngga,

Kabupeten Banjarnegara, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Cilacap, Kabupaten Surakarta, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten. dan Kalimantan Tengah.

E. PELAKSANA DAN PENANGGUNGJAWAB KEGIATAN

Penanggung jawab kegiatan : Seksi Pelayanan Teknis

Pelaksana kegiatan : Seksi Pelayanan Teknis, Seksi Penyelenggaraan dan Pemberdayaan, Sug Bag Tata Usaha

F. JADWAL PELAKSANAAN : Januari – Desember 2022

G. BIAYA : Rp. 2.262.815.000,-

Semarang,

KEPALA BALAI KESELAMATAN KERJA

PROVINSI JAWA TENGAH

HADI PRABOWO, SIP. Penata TK. I

NIP.19701023 199803 1 004

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) PENGEMBANGAN LABORATORIUM

TA.2022

PROGRAM : Pengawasan Ketenagakerjaan

SASARAN PROGRAM : Persentase peningkatan perusahaan memiliki kategori baik dalam penerapan K3 25,54 %

KEGIATAN : Penyelenggaraan Pengawasan Ketenagakerjaan 89,26 %

SUB KEGIATAN : Pengembangan Laboratorium Pengujian

A. LATAR BELAKANG.

1. DASAR HUKUM

a. Undang-undang Nomor 1 tahun 1970, tentang Keselamatan Kerja.

b. Undang-Undang No. 20 Tahun 2014, tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian

c. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per-02/Men/1980 tentang

Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.

d. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor : PER-05 Tahun 2018, tentang K3 Lingkungan Kerja.

e. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, Nomor 48/ MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan.

f. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, Nomor 49/ MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Getaran.

g. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, Nomor 50/ MENLH/11/1996 tentang

Baku Tingkat Kebauan

h. Keputusan Gubernur Jawa Tengah : Nomor 10 Tahun 2000, tentang Baku Mutu Udara Emisi Sumber Tidak Bergerak Tingkat Propinsi Jawa Tengah

i. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 64 Tahun 2016, tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah.

j. Peraturan Gubernur Jawa Tengah No. 52 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah.

2. GAMBARAN UMUM

Sesuai dengan amanat UUD 1945 Pasal 27 ayat (2): Tiap-tiap warga negara berhak

atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan, Pasal 28 d ayat (2): Setiap

orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan yang adil dan layak dalam hubungan

kerja; serta ketentuan dalam Undang-undang No 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,

setiap perusahaan wajib melaksanakan upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja untuk

melindungi keselamatan tenaga kerja dan sarana produksi.

Dalam melakukan pelayanan Pengujian Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja terhadap perusahaan, laboratorium Balai K2 Prov.Jateng juga dituntut untuk melakukan

pengembangan laboratorium pengujian dalam memenuhi persyaratan standar mutu laboratorium yaitu dengan menerapkan SNI ISO/IEC 17025:2017. Dengan diperolehnya akreditasi sebagai laboratorium penguji akan memberikan jaminan mutu pengujian kepada

pelanggan untuk menunjang peningkatan daya saing dalam perdagangan nasional maupun internasional. Keselarasan dalam melangkah untuk memberikan sistem jaminan mutu,

antara pihak laboratorium dan pelaku industri harus saling mendukung. Laboratorium harus dapat memberikan nilai pengujian yang benar dan dapat diterima atau diakui oleh pasar internasional dan pelaku industri dapat mengontrol mutu produknya dengan melihat hasil

dari nilai pengujian. Seiring dengan berkembangnya teknologi pengujian, Laboratorium Penguji Balai K2

Prov. Jateng telah mendapatkan sertifikat akreditasi sebagai laboratorium penguji sesuai SNI ISO/IEC 17025:2017 dari Komite Akreditasi Nasional. Masa berlaku sertifikat akreditasi

adalah selama 4 tahun, akreditasi pertama pada tanggal 8 April 2005. Reakreditasi yang kedua pada tanggal 09 Pebruari 2009, reakreditasi ke tiga telah dilaksanakan pada tanggal

18-19 Nopember 2013 dan Reakreditasi ke empat pada tanggal 19-20 Nopember 2017 dan sertifikat kalibrasi berlaku hingga 22 Mei 2022. Ruang lingkup yang terakreditasi adalah :

a. Pengujian faktor fisik: Kebisingan lingkungan ambien; Kebisingan lingkungan kerja;

Iklim Kerja;Intensitas Penerangan

b. Pengujian faktor kimia lingkungan kerja dengan parameter: SO2, NO2, NH3, Ox, Formaldehid, H2S dan Debu total di tempat kerja.

c. Pengujian faktor kimia lingkungan ambien dengan parameter: SO2, NO2, NH3, Ox, H2S

d. Pengujian kualitas udara emisi sumber tidak bergerak, dengan parameter: Partikulat,

Opasitas

e. Pengujian kualitas udara emisi sumber tidak bergerak, dengan parameter: Opasitas, CO, HC

B. KEGIATAN

1. SASARAN / RUANG LINGKUP

Ruang lingkup sub kegiatan pengembangan Laboratorium Pengujian adalah :

a. Kaji ulang Dokumen sistem Mutu yang meliputi :

Panduan Mutu

Prosedur Jaminan Mutu

Instruksi Kerja Alat

Formulir-formulir.

b. Analyst profisiensi test untuk pengujian kualitas udara lingkungan parameter NH3, H2S,

O3, NO2, dan SO2.

c. Kalibrasi peralatan laboratorium.

d. Uji performance spektrofotometer UV-Vis

e. Pertemuan teknis laboratorium

f. Inhouse training.

g. Survailen akreditasi laboratorium

2. INDIKATOR KINERJA

a. Masukan

Dana APBD Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2022 sebesar Rp. 170.000.000,-

(Seratus tujuh puluh juta rupiah).

b. Keluaran

1). Ketersediaan laboratorium pengujian.

c. Hasil

1) Terpeliharanya sistem mutu laboratorium sesuai SNI ISO/IEC 19-17025:2017

2) Personil laboratorium yang profesional.

3) Adanya jaminan mutu hasil pengujian

4) Peralatan laboratorium yang terkalibrasi dan mampu telusur

5) Peningkatan ilmu pengetahuan pegawai di bidang teknis pengujian.

d. Manfaat

1). Tersedianya laboratorium penguian yang terakreditasi;

2). Kepastian hasil uji yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah & hukum;

3). Meningkatnya kualitas sumberdaya laboratorium;

4). Kemampuan pengujian laboratorium meningkat;

5). Kepercayaan pemakain jasa laboratorium semakin meningkat.

e. Dampak

1). Meningkatkan kepercayaan pelanggan terhadap mutu pelayanan.

2). Memberikan keuntungan pemasaran.

3). Meningkatkan keberterimaan produk di pasar nasional.

4). Meningkatnya pendapatan Asli Daerah

C. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dan tujuan kegiatan Pengujian Higiene Perusahaan, Kesehatan Kerja dan Pengembangan Laboratorium Pengujian adalah :

a. Mendapatkan data kualitas udara dan faktor fisik lingkungan.

b. Menjamin konsistensi penerapan Sistem Mutu Laboratorium Balai K2 Prov. Jateng sesuai SNI ISO/ IEC 17025:2017, sehingga dapat menjaga kompetensi laboratorium sesuai kriteria

akreditasi KAN dari waktu ke waktu.

D. TEMPAT PELAKSANAAN KEGIATAN

Sub kegiatan Pengembangan Laboratorium dilaksanakan di kantor Balai K2 Prov.Jateng di Kota Semarang.

E. PELAKSANA DAN PENANGGUNGJAWAB KEGIATAN

Penanggung jawab kegiatan : Seksi Pelayanan Teknis

Pelaksana kegiatan : Seksi Pelayanan Teknis, Seksi Penyelenggaraan dan Pemberdayaan, Sug Bag Tata Usaha

F. JADWAL PELAKSANAAN : Januari – Desember 2022

G. BIAYA : Rp. 170.000.000.-

Semarang,

KEPALA BALAI KESELAMATAN KERJA PROVINSI JAWA TENGAH

HADI PRABOWO, SIP. Penata TK. I

NIP.19701023 199803 1 004

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) PENINGKATAN SARANA PRASARANA LABORATORIUM DAN UJI KOMPETENSI BIDANG K3

TA. 2022 (2 M)

Pekerjaan : Pengadaan Lelang Paket Pekerjaan Pengadaan Perlaatan Laboratorium

Kegiatan : Penyelenggaraan Pengawasan Ketenagakerjaan

NO KEGIATAN URAIAN PENDAHULUAN

1 Latar Belakang

2 Maksud dan Tujuan Maksud dan Tujuan Pengadaan Alat Laboratorium adalah :

a. Menambah peralatan laboratorium

b. Pergantian peralatan yang terjadi penurunan performa

3 Sasaran Sasaran dari Pengadaan Alat Laboratorium adalah:

a. Menghasilkan data hasil uji yang valid.

b. Meningkatkan pelayanan pengujian.

4 Hasil yang diharapkan Hasil yang diharapkan dari kegiatan Pengadaan Alat Laboratorium adalah:

a. Kecukupan fasilitas peralatan uji.

b. Mempertahankan/ meningkatkan kuantitas pelayanan pengujian.

5 Metodologi dan

Pendekatan

Metodologi dan pendekatan harus memperhatikan kebutuhan dengan

berbasis kepada kebutuhan

6 Pembiayaan Kegiatan ini dibiayai dari sumber pendanaan: APBD 2022 Pemerintah

Provinsi Jawa Tengah pada Pengadaan Lelang Pengadaan Alat

Laboratorium.

7 Nama dan Organisasi Nama dan organisasi pengguna anggaran adalah Balai K2 Jawa Tengah.

8 Nama dan Organisasi

Pejabat Pembuat

Komitmen

Nama Kuasa Pengguna Anggaran : HADI PRABOWO, SIP.

Nama PPK : HADI PARBOWO, SIP

Kegiatan : Pengadaan Alat Laboratorium Umum

DATA PENUNJANG

9 Data Dasar Pekerjaan Pengadaan Alat Laboratorium

menggunakan data yang bersumber dari inventaris Balai Keselamatan Kerja

Provinsi Jawa Tengah.

10 Standar Teknis Dalam melaksanakan pekerjaan Pengadaan Alat Laboratorium mengacu dan

mempedomani peraturan, standar, pedoman, kebijakan teknis yang relevan

dan terkait substansi pekerjaan pembuatan terutama terkait standar teknis

untuk :

a. UU Nomor 20 tahun 2016 Tentang Penilaian Kesesuaian.

b. Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1999 Tentang Baku Mutu Udara

Ambien.

c. Permenaker Nomor 5 tahun 2018 Tentang Keselamatan dan Kesehatan

Kerja Lingkungan Kerja.

d. ISO 17025: 2017 Tentang persyaratan umum laboratorium pengujian/

kalibrasi.

11 Referensi Hukum a. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah beberapa

kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang

Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2012

tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2012 Nomor 155)

b. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 23 tahun

2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Bidang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

RUANG LINGKUP

12

Lingkup Kegiatan

Penyedia jasa diharapkan dapat menyediakan alat laboratorium

sesuai maksud dan tujuan yang diharapkan dengan:

a. Mengidentifikasikan kebutuhan pengguna jasa

b. Menyediakan barang sesuai spesifikasi

c. Melakukan uji coba alat sampai dapat dioperasikan dengan baik.

d. Menyerahkan seluruh hasil pekerjaan dan peralatan pendukung pekerjaan.

13

Spesifikasi Pekerjaan

Spesifikasi Pekerjaan atau rincian pekerjaan secara umum:

Tahap Mengidentifikasikan kebutuhan

Pengumpulan bahan-bahan kerja terkait pelaksanaan tugas, kebutuhan

peralatan diperlukan untuk penyelesaian tugas dari Balai K2 Jawa Tengah

Tahap Menyediakan barang sesuai spesifikasi

1. Biological monitoring sistem : 1 unit

2. Audiometer : 1 unit

3. Spirometer : 1 unit

4. Spektrofootmeter : 1 unit

5. Timbangan analitik (4 digit dan Lap) : 2 unit

6. Antropometer ergonomi kit : 1 set

7. Gas Analyzer : 1 unit

8. Dry das meter : 2 unit

9. pompa vakum kap besar (KU Emisi) : 2 unit

10. pompa vakum kap kecil (KU Ambien) : 18 unit

11. flow meter (besar - emisi) : 2 Unit

12. flow meter (kecil 5 lpm – ambien) : 10 unit

13. flow meter (kecil 1 lpm – ambien) : 3 unit

Tahap Melakukan uji coba alat sampai dapat dioperasikan dengan baik

Alat yang sudah diadakan didemontrasikan di Balai K2 Jawa Tengah.

Tahap Menyerahkan seluruh hasil pekerjaan dan peralatan pendukung

pekerjaan

Semua barang yang disediakan oleh penyedia diserahkan dengan disertai

berita acara serah terima barang.

Penyedia berkewajiban memberi garansi barang selama 30 hari setelah

diserahkan.

14 Keluaran Alat sesuai yang dibutuhkan (spesifikasi)

15 Peralatan, Material,

Personil dan Fasilitas

dari Pejabat Pembuat

Komitmen

Untuk kelancaran pekerjaan, Balai keselamatan Kerja Provinsi Jawa Tengah

membantu memfasilitasi untuk pengumpulan informasi yang diperlukan.

16 Peralatan dan Material

dari Penyedia Jasa

Konsultansi

Penyedia barang diwajibkan untuk membiayai pelaksanaan proses pengadaan

barang untuk mendukung kelancaran pelaksanaan pekerjaan.

17 Lingkup Kewenangan

Penyedia Barang

Penyedia barang dapat membuat pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan yang

ditentukan, sesuai dengan ketentuan yang dipersyaratkan dalam KAK.

18 Jangka Waktu

Penyelesaian Kegiatan

Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan adalah 60 (enam puluh) hari kalender

sejak diterbitkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) dan dilaksanakan

pada Tahun Anggaran 2022.

19 Laporan Berita acara serah terima barang Merupakan output utama dari kegiatan yang terdiri dari :

a. Dokumen spesifikasi barang

b. Dokumen panduan pengoperasian barang

HAL-HAL LAIN

20 Produksi Dalam Negeri Semua kegiatan jasa konsultansi berdasarkan KAK ini harus dilakukan di

dalam wilayah Negara Republik Indonesia kecuali ditetapkan lain dalam

angka 4 KAK dengan pertimbangan keterbatasan kompetensi dalam negeri.

21 Persyaratan Kerjasama Jika kerjasama dengan penyedia jasa konsultansi lain diperlukan untuk

pelaksanaan kegiatan penyedia barang ini maka persyaratan berikut harus

dipatuhi.

22 Lain-lain a. Dalam hal sewaktu-waktu diperlukan informasi dalam masa pelaksanaan

pekerjaan, proyek akan mengundang penyedia barang dan tidak boleh

diwakilkan dalam rangka monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan

pekerjaan.

b. Setelah Kerangka Acuan Kerja ini diterima, penyedia barang hendaknya

memenuhi semua bahan masukan yang diterima dan mencari bahan

masukan lain yang dibutuhkan.

c. Berdasarkan bahan tersebut Calon Penyedia Jasa/Konsultan agar

menyusun dokumen penawaran.

23 Alih Pengetahuan Penyedia barang berkewajiban untuk menyelenggarakan pertemuan dalam

rangka alih pengetahuan kepada personil satuan kerja Pejabat Pembuat

Komitmen (PPK), khususnya Panitia Pemeriksa Hasil Pekerjaan.

Semarang,

KEPALA BALAI KESELAMATAN KERJA PROVINSI JAWA TENGAH

HADI PRABOWO, SIP.

Penata TK. I

NIP.19701023 199803 1 004

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

(KAK)

BIAYA OPERASIONAL PELATIHAN

APBD PROVINSI JAWA TENGAH

PROGRAM : PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA

PEMBANGUNAN KAWASAN TRANSMIGRASI

TAHUN 2022

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TENGAH

DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

BALAI PELATIHAN KERJA DAN TRANSMIGRASI Jl. Raya Klampok Banjarnegara No. 48 Km. 29 Telepon (0286) 479005. 479006 Fax. 479006

BANJARNEGARA 53474

KERANGKA ACUAN KERJA

BIAYA OPERASIONAL PELATIHAN (BOP) TAHUN 2022

A. PROGRAM : Program Pelatihan Kerja Dan Produktivitas Tenaga Kerja

Pembangunan Kawasan Transmigrasi.

B. SASARAN PROGRAM : Presentase kenaikan tenaga kerja yang kompeten 7,39 %.

Persentase kenaikan calon transmigran dilatih di bidang

pertanian 3.39 %.

C. KEGIATAN

1. Pelaksanaan latihan kerja berdasarkan klaster kompetensi.

2. Penataan persebaran penduduk yang berasal dari lintas daerah Kabupaten/kota dalam 1

(satu) daerah Provinsi.

D. LATAR BELAKANG

1. Dasar Hukum

a. Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;

b. Undang–Undang Nomor: 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

c. Undang-Undang Nomor: 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan

Tanggung Jawab Keuangan Negara;

d. Undang–Undang RI Nomor : 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Revisi

UU nomor: 22 Tahun 1999);

e. Undang – Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (lembaran Negara Republik Indonesia

tahun 2004 No. 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4435);

f. Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 1991 tentang Pelatihan Kerja;

g. Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

yang terakhir diubah dengan Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 tentang

Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah;

h. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 86 tahun 2008 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis pada Disnakertanduk Provinsi Jawa Tengah;

i. Peraturan Gubernur Jawa Tengah No. 52 Tahun 2018 tanggal 01 Maret 2018,

tentang: Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis (Balai Pelatihan Kerja

dan Transmigrasi) pada Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah;

j. Peraturan Gubernur Jawa Tengah No. 63 Tahun 2019 tentang Pedoman Analisis

Standar Belanja Pemerintah Provinsi Jawa Tengah

2. Gambaran Umum

Pengangguran dan kemiskinan masih menjadi isu pembangunan di Jawa Tengah.

Berdasarkan data BPS, tingkat pengangguran terbuka di Jawa Tengah pada 2017

mencapai 4,57% atau sebanyak 823.938 orang (BPS, 2018). Enam kabupaten/kota di

Jawa Tengah dengan tingkat pengangguran tertinggi adalah Kab. Cilacap, Kota

Semarang, Kota Magelang, Kab. Tegal, Kota Tegal, dan Kab. Brebes. Sedangkan

delapan Kabupaten/Kota dengan tingkat kemiskinan tertinggi di Jawa Tengah adalah

Kab. Brebes, Kab. Pemalang, Kab. Banjarnegara, Kab. Wonosobo, Kab. Purbalingga,

Kab. Kebumen, Kab. Rembang, dan Kab. Banyumas.

Kemajuan suatu masyarakat sangat ditentukan oleh kemajuan sumber daya

manusianya, terutama angkatan kerjanya sebagai pelaku pembangunan. Peningkatan

kualitas tenaga kerja akan dapat meningkatkan kemajuan pembangunan. Peningkatan

kualitas tenaga kerja diarahkan pada pembekalan ketrampilan bagi pencari kerja dan

peningkatan produktivitas bagi tenaga kerja yang telah bekerja.

Profil pencari kerja di Jawa Tengah berdasarkan jenis kelamin terdiri dari 523.437

orang laki-laki dan 300.501 orang perempuan. Berdasarkan tingkat pendidikan, pencari

kerja tertinggi merupakan lulusan SMK diikuti SMP, SMA dan SD.

Jika kita melihat dari aspek lapangan pekerjaan di Jawa Tengah, sektor pertanian

merupakan lapangan pekerjaan yang menyerap jumlah tenaga kerja paling tinggi

(24,38%), diikuti sektor industri pengolahan (21,78%), dan sektor perdagangan

(18,69%) (BPS, 2018). Pada sisi lain, nilai Produk Domestik Regional Bruto sektor

pertanian hanya 118.125,65 miliar rupiah, lebih rendah dibanding sektor industri

pengolahan (308.820,97 miliar rupiah) dan sektor perdagangan (129.342,18 miliar

rupiah) (BPS, 2018). Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas tenaga kerja di sektor

pertanian masih relatif rendah.

Tabel 1. Profil Tenaga Kerja di Jawa Tengah Berdasarkan Lapangan Pekerjaan

Sektor Lapangan Pekerjaan (%)

Pertanian 24.38

Industri Pengolahan 21.78

Perdagangan 18.69

Konstruksi 8.75

Penyediaan 7.05

SSTU Jasa Lainnya 4.46

Jasa Pendidikan 4.1

Transportasi 3.29

Administrasi 2.17

Jasa Keuangan 1.41

Jasa Kesehatan 1.29

Kategori Lainnya 1.06

Jasa Perusahaan 0.95

Pertambangan 0.62

Balai Pelatihan Kerja dan Transmigrasi (Balatkertrans) Provinsi Jateng sebagai

salah satu Unit Pelaksana Teknis Daerah milik Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Provinsi Jawa Tengah bertugas memberikan layanan pelatihan kerja kepada tenaga kerja

dan calon transmigran. Sumber dana untuk layanan pelatihan berasal dari APBD, baik

APBD murni maupun Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau.

Pelatihan kerja diarahkan untuk membekali tenaga kerja agar dapat bekerja sesuai

dengan kebutuhan pasar kerja, sedangkan pelatihan pembekalan transmigrasi diarahkan

bagi calon transmigran agar dapat bekerja di tempat tujuan transmigrasi. Pelatihan

diprioritaskan bagi pencari kerja dan calon transmigran dari daerah-daerah dengan

tingkat kemiskinan tinggi dan tingkat pengangguran tinggi agar dapat mengurangi

tingkat kemiskinan dan tingkat pengangguran di Jawa Tengah.

1) Aspek Akses

Layanan pelatihan kerja diprioritaskan bagi pencari kerja, terutama di daerah-

daerah dengan tingkat kemiskinan tinggi dan tingkat pengangguran tinggi. Daerah-

daerah yang teridentifikasi dengan tingkat pengangguran tinggi di Jawa Tengah

adalah: Kab. Cilacap, Kota Semarang, Kota Magelang, Kab. Tegal, Kota Tegal, dan

Kab. Brebes. Sedangkan daerah yang teridentifikasi dengan tingkat kemiskinan

tertinggi di Jawa Tengah adalah Kab. Brebes, Kab. Pemalang, Kab. Banjarnegara,

Kab. Wonosobo, Kab. Purbalingga, Kab. Kebumen, Kab. Rembang, dan Kab.

Banyumas.

Informasi layanan pelatihan dan mekanisme pendaftaran harus dapat diakses

oleh pencari kerja. Pemasaran program pelatihan perlu dilakukan mulai dari tingkat

Kabupaten/Kota (melalui Dinas Tenaga Kerja Kabupaten/Kota), tingkat Kecamatan,

tingkat Desa, hingga tingkat RT/RW dan masyarakat langsung di tempat/fasilitas

umum. Media pemasaran informasi harus mempertimbangkan kemampuan dan

karakteristik pencari kerja agar memudahkan pencari kerja untuk mendapatkan

informasi pelatihan. Mekanisme pendaftaran juga harus mempertimbangkan

kemampuan dan lokasi pencari kerja sehingga dapat dijangkau dengan mudah oleh

pencari kerja.

2) Aspek Partisipasi

Keterlibatan pencari kerja dimulai dari identifikasi kebutuhan pelatihan

(Training Needs Assessment/TNA), pemasaran program pelatihan, pelaksanaan

pelatihan kerja, pendampingan hingga monitoring pasca pelatihan. Pencari kerja

perlu diminta informasi tentang kebutuhan pelatihan melalui survey pada saat

identifikasi kebutuhan pelatihan. Pemasaran program pelatihan dengan melibatkan

pencari kerja dapat dilakukan dengan media sosial elektronik maupun forum-forum

khusus (seperti komunitas).

3) Aspek Kontrol

Pencari kerja maupun calon transmigran diharapkan memberikan kritik,

masukan, dan saran mengenai kegiatan pelatihan kerja maupun pelatihan

transmigrasi yang dilaksanakan. Lembar evaluasi harus dibagikan pada setiap

kegiatan pelatihan untuk menampung kritik, masukan dan saran dari peserta

pelatihan.

4) Aspek Manfaat

Para peserta pelatihan harus mendapatkan manfaat dari kegiatan pelatihan kerja

yang diikut. Pelatihan akan bermanfaat jika sesuai dengan kebutuhan para pencari

kerja, dapat diikuti dan diterima oleh peserta pelatihan, dan dapat diaplikasikan

dalam dunia kerja oleh alumni pelatihan. Manfaat pelatihan diukur pada saat

monitoring pasca pelatihan dengan menyediakan kuisioner yang dibagikan atau

wawancara terhadap alumni pelatihan. Analisis Kebutuhan Pelatihan, Penyusunan

Program Pelatihan dan Instruktur yang kompeten menjadi kunci untuk

memaksimalkan manfaat pelatihan.

E. RINCIAN KEGIATAN

1. Pelaksanaan Latihan Berdasarkan Klaster Kompetensi

a. Analisis Kebutuhan Pelatihan (TNA) di Daerah untuk Tahun 2023

Tujuan : untuk mengetahui jenis jabatan pekerjaan dan jenis pelatihan yang

dibutuhkan di daerah

Sasaran : 18 kabupaten/kota dengan tingkat pengangguran dan kemiskinan

tertinggi di Jawa Tengah

Output : hasil analisis jabatan pekerjaan dan jenis pelatihan yang

dibutuhkan

Kegiatan :

- Rapat Persiapan dan Pembahasan Hasil

- Perjalanan

- Analisis dan penyusunan laporan hasil analisis kebutuhan pelatihan

- Penyampaian hasil analisis kebutuhan pelatihan

b. Penyusunan Program Pelatihan untuk Tahun 2023

Tujuan : menyusun Program Pelatihan yang akan dilaksanakan di tahun

2021

Output : Program Pelatihan (termasuk kurikulum, silabus, daftar kebutuhan

alat dan daftar kebutuhan bahan latihan)

Kegiatan :

- Rapat Penyusunan Program Pelatihan

- Perjalanan survey

- Penyusunan program pelatihan

- Penyampaian hasil penyusunan program pelatihan

c. Pemasaran Program Pelatihan untuk Tahun 2022 dan 2023

Tujuan : menginformasikan program pelatihan kepada masyarakat sasaran

(pencari kerja) di Kabupaten/Kota sasaran

Output : pendaftar perorangan maupun kelompok

Kegiatan :

- Rapat Persiapan dan Evaluasi

- Cetak leaflet, brosur, media sosial (WA, facebook, instagram, website), banner

- Perjalanan pemasaran

- Penyusunan laporan hasil kegiatan pemasaran

- Penyampaian hasil pemasaran program pelatihan

d. Rekruitmen dan Seleksi Peserta Pelatihan Tahun 2022

Tujuan : menyeleksi calon peserta sesuai persyaratan pelatihan

Sasaran : pendaftar baik perorangan maupun kelompok

Output : calon peserta pelatihan yang sesuai persyaratan dan jumlah kuota

Kegiatan :

- Rapat persiapan dan evaluasi rekruitmen

- Pelaksanaan seleksi

- Penyusunan laporan hasil seleksi calon peserta pelatihan

- Penyampaian hasil seleksi calon peserta pelatihan

e. Monitoring Hasil Pelatihan Tahun 2021

Tujuan : memperoleh data kondisi alumni pelatihan

Sasaran : alumni pelatihan tahun 2021

Output : data kondisi alumni

Kegiatan :

- Rapat persiapan dan evaluasi monitoring

- Perjalanan dinas

- Penyusunan laporan hasil monitoring

- Penyampaian hasil monitoring pelatihan

f. Pendampingan Pasca Pelatihan Tahun 2022

Tujuan : mendampingi alumni pelatihan dalam mengembangkan usaha

sesuai jenis pelatihan

Sasaran : alumni pelatihan 2022

Output : alumni pelatihan terdukung dalam pengembangan usaha

Kegiatan :

- Perjalanan

- Penyusunan laporan hasil pendampingan

- Penyampaian hasil pendampingan alumni pelatihan

g. Pelatihan kerja bagi pencari Kerja di bidang Pertanian mendukung

mekanisme penempatan melalui AKL, AKAD dan AKAN

Tujuan : membekali peserta pelatihan dengan kompetensi yang dibutuhkan

di pasar kerja atau dunia usaha sektor pertanian

Sasaran : pencari kerja dari Kab. Banjarnegara, Kab. Purbalingga, Kab.

Banyumas, Kab. Cilacap, Kab. Kebumen, dan Kab. Wonosobo

Target peserta : 96 orang yang terbagi dalam 6 program pelatihan @16 orang

Durasi : 160 JP setara dengan 20 hari pelatihan

Sistem pelatihan : Mobile Training Unit (MTU)

Jenis Pelatihan : Pelatihan Pertanian (1 paket), Pelatihan Perikanan (1 paket),

Pelatihan Peternakan (1 paket), Pelatihan Pengolahan Hasil

Pertanian (2 paket), Pelatihan Menjahit ( 2 paket )

h. Pelatihan kerja bagi pencari Kerja di bidang Pertanian mendukung

mekanisme penempatan melalui AKL, AKAD dan AKAN - DBHCHT (Dana

Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau)

Pelatihan Keliling (Mobile Training Unit)

Tujuan : membekali peserta pelatian dengan kompetensi yang dibutuhkan

di

pasar kerja atau dunia usaha

Sasaran : pencari kerja dari Kab. Banjarnegara, Kab. Purbalingga, Kab.

Banyumas, Kab. Cilacap dan Kab. Kebumen

Target peserta : 240 orang yang terbagi dalam 15 program pelatihan @16 orang

Durasi : 160 JP setara dengan 20 hari pelatihan

Jenis Pelatihan : Pelatihan Pertanian, Pelatihan Perikanan, Pelatihan Peternakan,

Pelatihan Pengolahan Hasil Pertanian, dan Pelatihan Menjahit

Pelatihan Institusional/Boarding

Tujuan : membekali peserta pelatihan dengan kompetensi yang dibutuhkan

di pasar kerja atau dunia usaha

Sasaran : pencari kerja dari Kab. Rembang, Kab. Brebes, Kab. Tegal, Kab.

Pemalang, Kab. Brebes, Kota Semarang, Kota Magelang, dan

Kota

Tegal

Target peserta : 240 orang yang terbagi dalam 15 program pelatihan @ \16 orang

Durasi : 160 JP setara dengan 20 hari pelatihan

Jenis Pelatihan : Pelatihan Pertanian, Pelatihan Perikanan, Pelatihan Peternakan,,

Pelatihan Pengolahan Hasil Pertanian, dan Pelatihan Menjahit.

i. Koordinasi Lintas Lembaga dan Kerjasama dengan Sektor Swasta untuk

Penyediaan Instruktur serta Sarana dan Prasarana Lembaga Pelatihan Kerja.

Tujuan : untuk memenuhi kebutuhan instruktur pelatihan

Sasaran : Lembaga dan sektor swasta di wilayah Jawa Tengah

Output : Jumlah Instruktur luar yang mengajar pelatihan

Kegiatan :

- Koordinasi dengan Lembaga dan sektor swasta mengenai penyediaan instruktur

luar

- Study banding peserta pelatihan ke sektor swasta

2. Pelatihan Transmigrasi Lokal

Sasaran : Calon Transmigran dari Provinsi Jawa Tengah

Target peserta : 85 orang yang dilaksanakan dalam 4 paket pelatihan

Durasi pelatihan : 50 JP yang dilaksanakan selama 10 hari (menginap/boarding)

Tempat pelatihan : Balai Pelatihan Kerja dan Transmigrasi Prov. Jawa Tengah

F. INDIKATOR KERJA

1. Kegiatan Pelaksanaan Latihan Kerja Berdasarkan Klaster Kompetensi

Indikator :

1.) Masukan : Rp. 2.524.259.000,-

2.) Keluaran :

- Jumlah dokumen TNA (Training Need Assesment)

- Jumlah naskah kerjasama dengan dunia industry / pelaku usaha

- Jumlah pencari kerja yang mengikuti pelatihan bidang pertanian mendukung

mekanisme penempatan melalui AKL, AKAD dan AKAN (DBHCHT)

- Jumlah pencari kerja yang mengikuti pelatihan bidang pertanian mendukung

mekanisme penempatan melalui AKL, AKAD dan AKAN

- Jumlah animo dan pendaftar pelatihan di bidang pertanian mendukung

mekanisme penempatan melalui AKL, AKAD dan AKAN

- Jumlah sarana dan prasarana pelatihan di Balai Pelatihan Kerja dan

Transmigrasi

3.) Hasil : Persentase kenaikan pencari kerja yang memiliki sertifikat pelatihan berbasis

kompetensi di bidang pertanian 7,39 %

2. Kegiatan Penataan persebaran penduduk yang berasal dari lintas daerah Kabupaten/kota

dalam 1 (satu) daerah Provinsi

1.) Masukan : Rp. 352.000.000,-

2.) Keluaran :

- Jumlah transmigran yang mendapatkan pelatihan dibidang pertanian

3.) Hasil : Persentase kenaikan transmigran yang mendapat pelatihan di bidang

pertanian 3,39%

G. BATASAN KEGIATAN

1. Maksud dan Tujuan

a. Kegiatan Pelaksanaan Latihan Kerja berdasarkan Klaster Kompetensi bertujuan

untuk :

1) melakukan kegiatan identifikasi dan promosi untuk mengetahui kebutuhan

pelatihan masyarakat pencari kerja berdasarkan kebutuhan kompetensi pasar

kerja. Output dari kegiatan ini adalah jenis pelatihan yang dibutuhkan pencari

kerja sesuai kebutuhan pasar.

2) membekali pencari kerja dengan kompetensi di bidang pertanian agar dapat

diserap oleh pasar kerja (bekerja atau berwirausaha mandiri).

b. Penataan persebaran penduduk yang berasal dari lintas daerah Kabupaten/kota

dalam 1 (satu) daerah Provinsi di Balai Pelatihan Kerja dan Transmigrasi bertujuan

untuk membekali calon transmigran dengan kompetensi di bidang pertanian agar

dapat bekerja atau berwirausaha di tempat tujuan transmigrasi.

2. Cara pelaksanaan kegiatan

a. Kegiatan Pelaksanaan Latihan Kerja berdasarkan Klaster Kompetensi dilaksanakan

dengan cara:

1) melakukan kunjungan survey ke Dinas Kabupaten/Kota, Kantor Kecamatan,

Kantor Desa, pengusaha dan perwakilan pencari kerja yang ada di daerah

sasaran, penyusunan program pelatihan, pemasaran program pelatihan ke

daerah-daerah sasaran, pendampingan pasca pelatihan serta monitoring pasca

pelatihan bagi alumni pelatihan

2) menyelenggarakan pelatihan kerja berbasis kompetensi maupun pelatihan

kewirausahaan, baik di Balai Pelatihan Kerja dan Transmigrasi maupun di

lokasi peserta/daerah sasaran

b. Pelatihan Bidang Pertanian Bagi Calon Transmigran di Balai Pelatihan Kerja dan

Transmigrasi dilakukan dengan cara menyelenggarakan pelatihan bidang pertanian

(dalam arti luas) di Balai Pelatihan Kerja dan Transmigrasi.

3. Tempat pelaksanaan kegiatan

a. Pelatihan Kerja Bagi Pencari Kerja di Bidang Pertanian Mendukung Penempatan

Melalui Mekanisme AKL, AKAD dan AKAN dilaksanakan di lokasi peserta, yaitu

di Kab. Banjarnegara, Kab. Purbalingga, Kab. Banyumas, Kab. Cilacap, Kab.

Kebumen, dan Kab. Wonosobo

b. Pelatihan Kerja Bagi Pencari Kerja di Bidang Pertanian Mendukung Penempatan

Melalui Mekanisme AKL, AKAD dan AKAN – DBHCHT (Dana Bagi Hasil Cukai

Hasil Tembakau) dilaksanakan di Balai Pelatihan Kerja dan Transmigrasi (pelatihan

institusional) maupun di lokasi asal peserta (Mobile Training Unit/MTU).

c. Pelatihan Bidang Pertanian Bagi Calon Transmigran di Balai Pelatihan Kerja dan

Transmigrasi dilaksanakan di Balai Pelatihan Kerja dan Transmigrasi.

4. Pelaksana dan penanggungjawab

Seluruh kegiatan di atas dilaksanakan oleh Balai Pelatihan Kerja dan Transmigrasi

(khususnya Seksi Pemasaran Program, Seksi Pelatihan, dan Instruktur didukung oleh

Subbag Tata Usaha) dengan melibatkan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten/Kota,

Pemerintah Kecamatan, Pemerintah Desa di daerah sasaran.

5. Jadwal

Kegiatan dilaksanakan mulai Februari 2022 s/d Desember 2022.

6. Biaya

Seluruh kegiatan dibiayai dari APBD Tahun Anggaran 2022 dengan rincian terlampir

(Lampiran RKA)

7. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan

Kegiatan Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Pelaksanaan Latihan Kerja Berdasarkan Klaster Kompetensi

1. Pencetakan Leaflet, Brosur, Banner, Spanduk

2. Rapat Analisis Kebutuhan Pelatihan

3. Analisis Kebutuhan Pelatihan di Daerah

4. Rapat Penyusunan Program Pelatihan 2023

5. Penyusunan Program Pelatihan 2023

6. Rapat Pemasaran Program Pelatihan

7. Pemasaran Program Pelatihan

8. Rapat Rekruitmen dan Seleksi Calon Peserta

Pelatihan

9. Rekruitmen dan Seleksi Calon Peserta Pelatihan

10. Rapat Monitoring Hasil Pelatihan

11. Monitoring Hasil Pelatihan 2021

12. Pendampingan Pasca Pelatihan Tahun 2022

13. Penyusunan Laporan

14. Koordinasi lintas lambada dan Kerjasama dengan sector swasta untuk penyediaan instruktur

15. Pelatihan Kerja Bagi Pencari Kerja di Bidang Pertanian Mendukung Penempatan Melalui Mekanisme AKL, AKAD dan AKAN

a. Pelatihan Kej. Pertanian

b. Pelatihan Kej. Perikanan

c. Pelatihan Kej. Peternakan

d. Pelatihan Kej. PHP

e. Pelatihan Kej. Menjahit

16. Pelatihan Kerja Bagi Pencari Kerja di Bidang Pertanian Mendukung Penempatan Melalui Mekanisme AKL, AKAD dan AKAN – DBHCHT (Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau)

a. Pelatihan Kej. Pertanian

b. Pelatihan Kej. Perikanan

c. Pelatihan Kej. Peternakan

d. Pelatihan Kej. PHP

e. Pelatihan Kej. Menjahit

Pelatihan Bidang Pertanian Bagi Calon Transmigran di Balai Pelatihan Kerja dan Transmigrasi

1. Pelatihan Pertanian

2. Monitoring Daerah Transmigrasi

PROGRAM : PENEMPATAN TENAGA KERJA

SASARAN PROGRAM : MENINGKATNYA PENEMPATAN TENAGA KERJA DAN

PERLUASAN KESEMPATAN KERJA

KEGIATAN : 1. PELAYANAN ANTAR KERJA LINTAS DAERAH

KABUPATEN/ KOTA

SUB KEGIATAN PERLUASAN KESEMPATAN KERJA

2. PELINDUNGAN PMI (PRA DAN PURNA PENEMPATAN)

DI DAERAH PROVINSI

SUB KEGIATAN PEMBERDAYAAN PMI PURNA

PENEMPATAN

A. LATAR BELAKANG

1. Dasar Hukum

a. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;

b. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah;

c. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas;

d. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017 tentang Pelindungan Pekerja Migran

Indonesia;

e. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja;

f. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2013 tentang Perluasan Kesempatan Kerja;

g. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 90 Tahun 2019 tentang Klasifikasi,

Kodefikasi, dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan Keuangan Daerah;

h. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pemenuhan

Hak Penyandang Disabilitas;

i. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Peraturan

Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 11 Tahun 2014 tentang

Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas;

j. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 64 Tahun 2016 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah.

2. Gambaran Umum

Salah satu tujuan nasional negara Republik Indonesia adalah memajukan

kesejahteraan umum. Hal ini sebagaimana termaktub dalam Pembukaan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam hal ketenagakerjaan,

bentuk dari kesejahteraan umum itu adalah jaminan tiap warga negara memperoleh

pekerjaan. Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 berbunyi “Tiap-tiap warga negara berhak

memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Ini berarti

bahwa Negara wajib hadir untuk memastikan terpenuhinya hak dasar setiap warga

negara dalam memperoleh pekerjaan.

Permasalahan yang akan selalu muncul adalah masalah keterserapan tenaga

kerja di dunia kerja baik di sektor formal (di dalam hubungan kerja) maupun informal

(diluar hubungan kerja). Semakin rendah keterserapan tenaga kerja maka semakin

tinggi tingkat pengangguran yang ada pada masyarakat. Data Survei Angkatan Kerja

Nasional periode bulan Agustus 2020 yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS),

tingkat penganggur terbuka di Jawa Tengah sejumlah 6,48% atau sebanyak 1,21 juta

orang, bertambah 2,04 persen atau meningkat 396 ribu orang dibanding Agustus 2019.

Sejak Maret 2020 sampai sekarang negara ini mengalami pandemi COVID-19, tidak

terkecuali di Jawa Tengah. Akibat pandemi ini, berdasarkan Berita Resmi Statistik BPS

Provinsi Jawa Tengah, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah pada triwulan III

mengalami kontraksi sebesar -3,93 persen, sedikit lebih baik dibanding triwulan II

sebesar -5,92 persen. Banyak lapangan usaha berhenti berproduksi, akibatnya terjadi

gelombang PHK dan tenaga kerja dirumahkan secara besar-besaran. Berdasarkan data

yang diolah Disnakertrans Prov. Jateng sampai dengan tanggal 31 Januari 2021, jumlah

tenaga kerja yang ter-PHK sebanyak 16.438 orang, sedangkan tenaga kerja yang

dirumahkan sebanyak 43.962 orang.

Pencari kerja akan selalu ada setiap waktu seiring dengan munculnya lulusan-

lulusan baru dari dunia pendidikan. Jika para ”fresh graduate” tidak terserap maka

pengangguran akan meningkat. Ditambah lagi dengan adanya tantangan-tantangan

berupa bonus demografi, link and match serta disrupsi dalam berbagai bidang

kehidupan sebagai akibat dari industry 4.0 dan pandemi COVID-19

Bonus demografi adalah suatu periode dimana penduduk usia produktif (15 s/d

64 tahun) lebih besar dibandingkan jumlah penduduk usia tidak produktif. Pada periode

tahun 2020 s/d 2030 diramalkan oleh BPS sebagai puncak bonus demografi di Indonesia

dimana penduduk usia produktif diproyeksikan sebanyak 64% dari total jumlah

penduduk. Kondisi ini akan menjadi masalah serius jika permasalahan link and match

tidak disikapi dengan sungguh-sungguh dan ditambah lagi dengan rendahnya kualitas

Sumber Daya Manusia dan disrupsi ketenagakerjaan (perubahan profesi dan proses

produksi sebagai akibat industry 4.0) serta dampak pandemi COVID-19.

Tidak terjadinya link and match dunia pendidikan dengan dunia usaha dan dunia

industri, rendahnya kualitas SDM dan disrupsi ketenagakerjaan sebagai akibat dari

industry 4.0 dan pandemi COVID-19 akan menimbulkan residu ketenagakerjaan berupa

pengangguran. Yaitu angkatan kerja yang tidak dapat terserap ke dalam dunia usaha

dan /atau dunia industri. Disinilah perlunya adanya sebuah upaya alternatif yang dapat

dilakukan pemerintah untuk menjawab permasalahan tersebut sebagai wujud kehadiran

negara dalam menjamin tercapainya kesejahteraan umum.

Ditengah kondisi diatas, Presiden Jokowi telah menetapkan pada akhir tahun

2023 pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah dapat mencapai 7%. Kebijakan Presiden

tersebut tentunya merupakan pekerjaan berat dan memerlukan strategi dan kreatifitas

seluruh stakeholder untuk mewujudkannya. Dunia ketenagakerjaan menyumbang peran

yang teramat besar dalam pencapaian terget tersebut. Permasalahan pengangguran

yang disebabkan oleh tidak terserapnya tenaga kerja di sektor formal perlu dialihkan ke

sektor informal dengan menumbuhkembangkan wirausaha-wirausaha baru. Upaya ini

dilakukan dengan menciptakan embrio-embrio usaha yang diharapkan akan

berkembang dan kemudian akan membuka kesempatan kerja dan menyerap tenaga

kerja bagi lingkungan sekitar. Penciptaan embrio-embrio usaha ini dilaksanakan dengan

mengembangkan model-model perluasan kesempatan kerja yaitu melalui Program

Penempatan Tenaga Kerja, Kegiatan Penempatan Tenaga Kerja Lintas Daerah

Kabupaten./ Kota (Sub Kegiatan Perluasan Kesempatan Kerja) dan Kegiatan

Pelindungan PMI (Pra dan Purna Penempatan) di Daerah Provinsi (Sub Kegiatan

Pemberdayaan PMI Purna Penempatan). Pada Tahun 2022, implementasi pelaksanaan

Sub Kegiatan Perluasan Kesempatan Kerja dilakukan melalui:

1. Padat Karya Produktif;

2. Pemberdayaan Tenaga Kerja Mandiri;

3. Peningkatan Kapasitas Wirausaha Baru Binaan;

4. Penguatan Jejaring Perluasan Kesempatan Kerja

5. Pemanduan Petugas Lapangan Perluasan Kesempatan Kerja;

6. Virtual Expo Wirausaha Baru Binaan;

7. Pendayagunaan Tenaga Kerja Sukarela;

8. Penyuluhan Perluasan Kesempatan Kerja.

Sedangkan implementasi Sub Kegiatan Pemberdayaan PMI Purna Penempatan

dilakukan melalui :

1. Pemberdayaan PMI Purna

2. Pemberdayaan Keluarga PMI

3. Rakor Pengembangan Desa Migran Produktif

Berdasarkan data BPS sebagaimana dilansir Kementerian Koperasi dan UMKM,

jumlah wirausaha di Indonesia saat ini sebesar 3,1% dari total populasi. Sedangkan

idealnya, untuk menjadi negara maju, paling tidak jumlah wirausaha sebesar 8% dari

total populasi, sehingga masih terbuka peluang sangat besar. Peluang ini didukung

dengan era revolusi industri 4.0, dimana jarak dan tempat bahkan tempat usaha tidak

menjadi masalah dalam menjalankan sebuah usaha. Dengan demikian, upaya

pengentasan pengangguran melalui Program Penempatan Tenaga Kerja sebagaimana

tersebut diatas akan semakin berkembang jika dilakukan mengikuti perkembangan

zaman seperti saat ini. Sehingga akan muncul startup-startup baru hasil dari kegiatan

tersebut dan target pertumbuhan ekonomi 7% pada akhir tahun 2023 dapat

diwujudkan.

B. KEGIATAN

1. Uraian Kegiatan

a. Sub Kegiatan Perluasan Kesempatan Kerja dilaksanakan melalui sub-sub Kegiatan

diantaranya :

1. Padat Karya Produktif (Luring)

Kegiatan Padat Karya Produktif dilaksanakan sebagai salah satu upaya

pengembangan sektor informal melalui pembangunan sarana dan prasarana

penunjang usaha produktif masyarakat. Melalui pemenuhan sarana dan

prasarana inilah masyarakat dapat membuka/ menciptakan usaha yang

berkelanjutan. Selain itu kegiatan ini dilaksanakan untuk memberikan tambahan

penghasilan kepada penganggur/ setengah penganggur dalam pembangunan

sarana prasarana tersebut.

2. Pemberdayaan Tenaga Kerja Mandiri (Luring)

Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat melalui Tenaga Kerja Mandiri dilaksanakan

untuk memberikan bekal wirausaha kepada masyarakat dan Tenaga Kerja

Khusus (Penyandang Disabilitas, Lansia, Keluarga Pekerja Anak) untuk dapat

mandiri. Kegiatan ini merupakan upaya untuk penciptaan wirausaha baru melalui

kegiatan pembekalan wirausaha yang disesuaikan dengan potensi Sumber Daya

Alam dan Sumber Daya Manusia di lokasi kegiatan.

3. Peningkatan Kapasitas Wirausaha Baru Binaan (Luring)

Kegiatan Peningkatan Kapasitas Wirausaha Baru Binaan merupakan tindak lanjut

dari kegiatan Pemberdayaan Masyarakat yang telah selesai dilaksanakan, baik

Masyarakat Penganggur maupun PMI Purna dan Tenaga Kerja Khusus.

Wirausaha-wirausaha baru yang tercipta dari kegiatan pemberdayaan diberikan

keterampilan lanjutan untuk mengembangkan usahanya dan agar dapat

menyerap tenaga kerja lebih banyak lagi. Peserta diberikan kesempatan untuk

bertukar pikiran dan pengalaman dengan peserta lainnya serta diberikan pula

kesempatan untuk belajar kepada pelaku usaha yang berhasil langsung di

tempat usahanya.

4. Penguatan Jejaring Perluasan Kesempatan Kerja (Daring)

Kegiatan Penguatan Jejaring Perluasan Kesempatan Kerja dilaksanakan sebagai

media diskusi dan koordinasi lintas sektor dalam pengembangan sektor informal

dan perluasan kesempatan kerja. Kegiatan ini juga dilaksanakan sebagai forum

untuk pelibatan sektor swasta dalam kegiatan-kegiatan perluasan kesempatan

kerja melalui dana Corporate Social Responsibility (CSR) Perusahaan yang

diharapkan digunakan untuk menunjang perluasan kesempatan kerja melalui

pemberian bantuan sarana usaha yang tidak dapat diberikan oleh Pemerintah

Provinsi dan Kabupaten/ Kota.

5. Pemanduan Petugas Lapangan Perluasan Kesempatan Kerja (Daring)

Kegiatan Pembekalan Petugas Lapangan Perluasan Kesempatan Kerja

merupakan pembekalan terhadap petugas lapangan atau pendamping wirausaha

untuk menunjang pelaksanaan kegiatan-kegiatan perluasan kesempatan kerja

agar berhasil dan berdaya guna. Penciptaan wirausaha baru merupakan sebuah

proses dan tidak akan dapat tercapai dalam waktu yang singkat. Untuk itu perlu

dilakukan pendampingan oleh petugas lapangan yang terlatih dan mampu

menjadi konselor dan pemecah masalah manakala terjadi permasalahan dalam

pengembangan wirausaha.

6. Virtual Expo Wirausaha Baru Binaan (Blended Luring dan Daring)

Kegiatan Expo Wirausaha Baru Binaan bertujuan untuk memperkenalkan produk-

produk wirausaha baru binaan yang tercipta dari kegiatan-kegiatan perluasan

kesempatan kerja yang telah dilakukan. Sebagaimana hasil pembinaan dan

evaluasi yang diperoleh terhadap eks peserta pemberdayaan, permasalahan

utama yang menghambat perkembangan wirausaha baru adalah permasalahan

pemasaran. Oleh karena itu, kegiatan ini dilakukan sebagai upaya membantu

mempromosikan dan memasarkan produk-produk dari wirausaha baru binaan.

7. Pendayagunaan Tenaga Kerja Sukarela (Luring)

Kegiatan Pendayagunaan Tenaga Kerja Sukarela dilaksanakan untuk

memberikan pendampingan kepada wirausaha baru binaan selama jangka waktu

tertentu. Pendampingan yang dilakukan oleh Tenaga Kerja Sukarela meliputi

aspek motivasi, manajemen organisasi, peningkatan kualitas produksi, strategi

pemasaran, permodalan, dan terkait legalitas usaha. Hasil yang diharapkan dari

kegiatan ini adalah keberlangsungan usaha dan penyerapan tenaga kerja dari

wirausaha baru yang didampingi.

8. Penyuluhan Perluasan Kesempatan Kerja (Luring)

Kegiatan Penyuluhan Perluasan Kesempatan Kerja dilaksanakan untuk

menyebarkan informasi kepada masyarakat tentang peluang dan kesempatan

kerja di sektor informal (wirausaha) dan fasilitasi pemerintah yang dapat diakses

masyarakat dalam mengembangkan dan meningkatkan usahanya.

b. Sub Kegiatan Pemberdayaan PMI Purna Penempatan dilaksanakan melalui Sub-Sub

Kegiatan sebagai berikut :

1. Pemberdayaan PMI Purna (Luring)

Kegiatan Pemberdayaan PMI Purna dilaksanakan untuk memberikan bekal

wirausaha kepada PMI Purna untuk dapat mandiri menjadi wirausaha. Kegiatan

ini merupakan upaya untuk penciptaan wirausaha baru melalui kegiatan

pembekalan wirausaha yang disesuaikan dengan potensi Sumber Daya Alam dan

Sumber Daya Manusia di lokasi kegiatan.

2. Pemberdayaan Keluarga PMI (Luring)

Kegiatan Pemberdayaan Keluarga PMI dilaksanakan untuk memberikan bekal

wirausaha kepada keluarga PMI untuk dapat mandiri menjadi wirausaha baik

sebelum PMI berangkat, maupun saat PMI sudah berada di Negara Penempatan.

Kegiatan ini merupakan bentuk pelindungan secara ekonomi kepada keluarga

PMI dan juga sebagai upaya penciptaan wirausaha baru melalui kegiatan

pembekalan wirausaha yang disesuaikan dengan potensi Sumber Daya Alam dan

Sumber Daya Manusia di lokasi kegiatan.

3. Rapat Koordinasi Desa Migran Produktif (Daring)

Kegiatan Rapat Koordinasi Desa Migran Produktif dilaksanakan sebagai media

diskusi dan koordinasi lintas sektor dalam penguatan salah satu pilar Desmigratif

yaitu “Usaha Produktif” dengan sasaran PMI Purna dan Keluarga PMI di

Desmigratif. Kegiatan bertujuan sebagai sinergitas dalam pengembangan Usaha

Produktif PMI Purna dan Keluarga PMI Purna diantaranya pelatihan usaha,

sarana dan modal usaha, pemasaran, dan pendampingan usaha sehingga upaya

penanganan Desa-Desa Kantong PMI agar menjadi mandiri dan sejahtera dapat

dilaksanakan secara terpadu.

2. Indikator Kinerja Kegiatan

a. Indikator kinerja kegiatan pada sub kegiatan Perluasan Kesempatan Kerja adalah :

1. Meningkatnya usaha masyarakat melalui padat karya produktif;

2. Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan usaha masyarakat dan tenaga

kerja khusus (penyandang disabilitas, lansia, keluarga pekeja anak) yang

mengikuti pembekalan/ pemberdayaan, penciptaan dan pengembangan

kewirausahaan;

3. Meningkatnya keterampilan dan wawasan wirausaha baru binaan untuk

mengembangkan usahanya;

4. Terkoordinasikannya pemangku kepentingan lintas sektor dalam perluasan

kesempatan kerja;

5. Meningkatnya kapasitas dan kapabilitas petugas lapangan perluasan kesempatan

kerja dalam melakukan pendampingan terhadap wirausaha baru binaan;

6. Meluasnya akses pemasaran produk wirausaha baru binaan melalui virtual expo;

7. Meningkatnya usaha wirausaha baru binaan melalui pendampingan TKS;

8. Meningkatnya pemahaman masyarakat akan informasi peluang dan kesempatan

kerja di luar hubungan kerja (sektor informal).

b. Indikator kinerja kegiatan pada sub kegiatan Pemberdayaan PMI Purna Penempatan

adalah :

1. Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan usaha PMI Purna melalui

pengembangan kewirausahaan;

2. Terlindunginya secara ekonomi keluarga PMI yang akan maupun telah berangkat

ke Negara Penempatan melalui pengembangan kewirausahaan;

3. Terkoordinasinya seluruh pemangku kepentingan lintas sektor dalam

pengembangan “usaha produktif” bagi PMI Purna dan Keluarga PMI di Desa

Migran Produktif

3. Batasan Kegiatan

a. Batasan Kegiatan pada sub kegiatan Perluasan Kesempatan Kerja adalah:

1. Padat Karya Produktif (Luring)

Kegiatan Padat Karya Produktif dilakukan di 7 lokasi dengan masing-masing

lokasi mempekerjakan 10 orang penganggur dan /atau setengah penganggur

selama 10 hari. Kegiatan dilaksanakan melalui 3 tahapan yaitu pra padat karya,

saat padat karya dan pasca padat karya. Tiga tahapan ini merupakan satu

kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Selanjutnya kegiatan ini akan dikelola 10

orang tersebut menjadi usaha yang simultan dan berkelanjutan.

2. Pemberdayaan Tenaga Kerja Mandiri (Luring)

Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat melalui Tenaga Kerja Mandiri dilakukan

terhadap masyarakat dan/ atau Tenaga Kerja Khusus (Penyandang Disabilitas,

Lansia, Keluarga Pekeja Anak) di Jawa Tengah sebanyak 1.060 orang yang

terbagi dalam 53 angkatan dan masing-masing angkatan sebanyak 20 orang.

Kegiatan dilaksanakan melalui 3 tahapan yaitu pra pembekalan, saat pembekalan

dan pasca pembekalan. Tiga tahapan ini merupakan satu kesatuan yang tidak

dapat dipisahkan.

3. Peningkatan Kapasitas Wirausaha Baru Binaan (Luring)

Kegiatan Peningkatan Kapasitas Wirausaha Baru Binaan dilakukan terhadap 120

orang wirausaha baru eks peserta pemberdayaan masyarakat, Tenaga Kerja

Khusus, PMI Purna, maupun Keluarga PMI yang terbagi dalam 6 angkatan.

4. Penguatan Jejaring Perluasan Kesempatan Kerja (Daring)

Kegiatan Penguatan Jejaring Perluasan Kesempatan Kerja dilaksanakan

melibatkan seluruh pemangku kepentingan lintas sektor dalam pengembangan

sektor informal dan perluasan kesempatan kerja. Kegiatan dilakukan oleh

sebanyak 100 orang peserta dilakukan secara daring.

5. Pemanduan Petugas Lapangan Perluasan Kesempatan Kerja (Daring)

Kegiatan Pembekalan Petugas Lapangan Perluasan Kesempatan Kerja dilakukan

terhadap 35 orang Petugas Lapangan Pendamping Wirausaha Baru dalam

pengembangan usaha dilakukan secara daring.

6. Virtual Expo Wirausaha Baru (Blended)

Kegiatan Expo Wirausaha Baru diikuti oleh 50 stand wirausaha baru binaan, baik

pemberdayaan masyarakat penganggur maupun pemberdayaan PMI Purna dan

Tenaga Kerja Khusus. Pelaksanaan Kegiatan dilakukan dengan metode blended,

yaitu Luring (Seremonial dan Talkshow) dan Daring (Pameran Produk dan

Transaksi)

7. Pendayagunaan Tenaga Kerja Sukarela (Luring)

Kegitan Pendayagunaan Tenaga Kerja Sukarela berupa Pengerahan Tenaga

Kerja Sukarela / Sarjana sebanyak 35 orang yang sebelumnya diseleksi,

kemudian dibekali dan selanjutnya disebar di Kabupaten/ Kota yang

melaksanakan kegiatan Pemberdayaan untuk melakukan pendampingan

wirausaha baru binaan hasil pemberdayaan tersebut selama 9 bulan.

8. Penyuluhan Perluasan Kesempatan Kerja (Luring)

Kegiatan Penyuluhan Perluasan Kesempatan Kerja dilakukan terhadap 350 orang

masyarakat/ siswa/ pencari kerja dilakukan dalam 14 angkatan dengan masing-

masing angkatan sebanyak 25 orang

b. Batasan Kegiatan pada sub kegiatan Pemberdayaan PMI Purna Penempatan adalah:

1. Pemberdayaan PMI Purna (Luring)

Kegiatan Pemberdayaan PMI Purna dilakukan terhadap 100 orang PMI Purna

terbagi dalam 5 angkatan dengan masing-masing angkatan sebanyak 20 orang.

Kegiatan dilaksanakan melalui 3 tahapan yaitu pra pembekalan, saat pembekalan

dan pasca pembekalan. Tiga tahapan ini merupakan satu kesatuan yang tidak

dapat dipisahkan.

2. Pemberdayaan Keluarga PMI (Luring)

Kegiatan Pemberdayaan Keluarga PMI dilakukan terhadap 20 orang keluarga PMI

yang belum maupun sudah berangkat ke Negara Penempatan. Kegiatan

dilaksanakan melalui 3 tahapan yaitu pra pembekalan, saat pembekalan dan

pasca pembekalan. Tiga tahapan ini merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

dipisahkan.

3. Rapat Koordinasi Pengembangan Desa Migran Produktif (Daring)

Kegiatan Rapat Koordinasi Pengembangan Desmigratif dilaksanakan terhadap

100 orang pemangku kepentingan lintas sektor dalam upaya pengembangan

usaha produktif terhadap PMI Purna dan Keluarga PMI pada Desmigratif.

C. MAKSUD DAN TUJUAN

A. Maksud dan Tujuan pada Sub Kegiatan Perluasan Kesempatan kerja adalah sebagai

berikut :

1. Padat Karya Produktif

a. Maksud : Menyediakan kesempatan kerja/ berusaha produktif bagi penganggur

dan setengah penganggur melalui sistem padat karya dalam rangka

menumbuhkembangkan perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat

b. Tujuan :

- Mengembangkan produktivitas masyarakat melalui pembangunan sarana dan

prasarana penunjang usaha produktif masyarakat

- Memberikan penghasilan sementara kepada penganggur dan setengah

penganggur sebagai pekerja padat karya produktif

2. Pemberdayaan Tenaga Kerja Mandiri

a. Maksud : Menciptakan embrio-embrio usaha baru yang dapat memperluas

kesempatan kerja melalui penyerapan tenaga kerja bagi lingkungan sekitar dan

meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui pembekalan keterampilan

wirausaha terhadap masyarakat dan tenaga kerja khusus (penyandang disabilitas,

lansia, keluarga pekerja anak).

b. Tujuan :

- Mengembangkan jiwa dan semangat kewirausahaan

- Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan berwirausaha

- Membentuk wirausaha baru yang mandiri, produktif dan beretos kerja tinggi

dan profesional serta berorientasi pada upaya perluasan dan pengembangan

kesempatan kerja

3. Peningkatan Kapasitas Wirausaha Baru Binaan

a. Maksud : Mengembangkan wirausaha baru binaan untuk semakin produktif dan

mampu menyerap tenaga kerja

b. Tujuan :

- Meningkatkan kapasitas wirausaha baru binaan dalam pengelolaan dan

pemasaran usaha

- Meningkatkan jejaring komunikasi antar wirausaha lintas daerah, dan

memberikan kesempatan berkolaborasi

- Meningkatkan semangat, bertukar pikiran, dan belajar pada pelaku usaha

sukses

- Meningkatkan pemanfaatan IT bagi wirausaha baru dalam pengembangan

usaha

4. Penguatan Jejaring Perluasan Kesempatan Kerja

a. Maksud : Membangun kesepahaman seluruh pemangku kepentingan dalam upaya

pengembangan sektor informal dan perluasan kesempatan kerja.

b. Tujuan :

- Meningkatkan partisipasi sektor swasta dan organisasi non pemerintah dalam

program-program perluasan kesempatan kerja

- Menkoordinasikan program-program perluasan kesempatan kerja bagi seluruh

pemangku kepentingan

- Meningkatkan keberhasilan program pengembangan sektor informal melalui

perluasan kesempatan kerja

5. Pemanduan Petugas Lapangan Perluasan Kesempatan Kerja

a. Maksud : Meningkatkan kapasitas dan kapabilitas Petugas Lapangan dalam

mendampingi wirausaha baru

b. Tujuan :

- Meningkatkan kemampuan teknis petugas lapangan dalam pendampingan

wirausaha

- Memberikan forum diskusi antar pemandu lapangan dalam penyelesaian

masalah pendampngan wirausaha baik diwaktu pembekalan atau disaat proses

pendampingan

- Meningkatkan softskill petugas lapangan untuk memotivasi, membangun

jejaring, dan merangsang kreatifitas wirausaha baru dampingan

6. Virtual Expo Wirausaha Baru Binaan

a. Maksud : Meningkatkakan pemasaran produk-produk wirausaha baru binaan agar

usaha semakin berkembang dan produktif

b. Tujuan :

- Mengenalkan produk-produk wirausaha baru kepada masyarakat

- Meningkatkan omset wirausaha baru

- Mempertemukan wirausaha baru dengan pembeli atau investor dan wirausaha

lain pada event expo untuk berkolaborasi pengembangan usaha

7. Pendayagunaan Tenaga Kerja Sukarela

a. Maksud : Meningkatkan usaha wirausaha baru binaan untuk terus berkembang

melalui pendampingan usaha dan memberikan pengalaman kerja serta

penghasilan sementara kepada TKS

b. Tujuan :

- Menyediakan pendamping wirausaha baru binaan untuk perluasan

kesempatan kerja

- Meningkatkan kapasitas wirausaha baru binaan dalam aspek motivasi,

manajemen organisasi, peningkatan kualitas produksi, strategi pemasaran,

permodalan, dan legalitas usaha

- Meningkatkan kemandirian berusaha bagi wirausaha baru binaan

8. Penyuluhan Perluasan Kesempatan Kerja

a. Maksud : Menyebarluaskan informasi kepada masyarakat tentang peluang dan

kesempatan kerja di sektor informal (wirausaha) dan fasilitasi pemerintah yang

dapat diakses masyarakat

b. Tujuan :

- Menghapus stigma masyarakat bahwa bekerja hanya di sektor formal.

- Memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa peluang berwirausaha

masih terbuka lebar

- Memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa Pemerintah memiliki

program-program pengembangan kewirausahaan yang dapat diakses

masyarakat.

b. Maksud dan Tujuan Sub Kegiatan Pemberdayaan PMI Purna Penempatan adalah sebagai

berikut :

1. Pemberdayaan PMI Purna

a. Maksud : Memberdayakan PMI Purna untuk dapat mandiri dan menjadi embrio-

embrio usaha baru.

b. Tujuan :

- Mengembangkan jiwa dan semangat kewirausahaan

- Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan berwirausaha

- Membentuk wirausaha baru yang mandiri, produktif dan beretos kerja tinggi

dan profesional serta berorientasi pada upaya perluasan dan pengembangan

kesempatan kerja

- Mendorong PMI Purna untuk memanfaatkan gajinya selama di luar negeri untuk

memulai usaha dan tidak lagi berangkat ke luar negeri

2. Pemberdayaan Keluarga PMI

a. Maksud : Memberdayakan keluarga PMI baik yang belum maupun sudah

ditempatkan ke negara penempatan untuk dapat mandiri dan menjadi embrio-

embrio usaha baru

b. Tujuan :

- Mengembangkan jiwa dan semangat kewirausahaan

- Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan berwirausaha

- Membentuk wirausaha baru yang mandiri, produktif dan beretos kerja tinggi

dan profesional serta berorientasi pada upaya perluasan dan pengembangan

kesempatan kerja

- Meningkatkan kemandirian berusaha keluarga PMI selama PMI di Luar Negeri

dan memanfaatkan nafkah dari PMI untuk kegiatan produktif

3. Rapat Koordinasi Pengembangan Desmigratif

a. Maksud : Meningkatkan sinergitas antar stakeholder PMI Purna dalam

Pengembangan Desmigratif

b. Tujuan :

- Meningkatkan kerjasama antar pemangku kepentingan Desmigratif

- Meningkatkan kerjasama pelaksanaan pelatihan usaha, sarana dan modal

usaha, pemasaran dan pendampingan usaha bagi PMI Purna dan Keluarga PMI

di Desmigratif

- Meningkatkan keberhasilan program pengembangan sektor informal melalui

perluasan kesempatan kerja di Desmigratif

D. KELUARAN (OUTPUT)

1. Keluaran atau output Sub Kegiatan Perluasan Kesempatan Kerja adalah :

a. Jumlah masyarakat yang berpartisipasi dalam padat karya produktif sebanyak 70

orang;

b. Jumlah masyarakat dan tenaga kerja khusus (penyandang disabilitas, lanisa, keluarga

pekerja anak) yang mengikuti pembekalan/ pemberdayaan dan pengembangan

kewirausahaan sebanyak 1060 orang;

c. Jumlah wirausaha baru binaan yang mengikuti pembinaan lanjutan / upgarding/

shortcourse sebanyak 120 orang;

d. Jumlah pemangku kepentingan yang terkoordinasi dalam upaya perluasan

kesempatan kerja sebanyak 100 orang;

e. Jumlah petugas lapangan / pendamping wirausaha yang mengikuti pemanduan

sebanyak 35 orang;

f. Jumlah wirausaha baru binaan yang terfasilitasi mengakses pasar sebanyak 50 orang;

g. Jumlah Tenaga Kerja Sukarela yang ditugaskan sebanyak 35 orang;

h. Jumlah masyarakat yang mengikuti penyuluhan/ sosialisasi perluasan kesempatan

kerja sebanyak 350 orang

2. Keluaran atau output Sub Kegiatan Pemberdayaan PMI Purna Penempatan adalah :

a. Jumlah PMI Purna mengikuti pemberdayaan dan pengembangan kewirausahaan

sebanyak 100 orang;

b. Jumlah kelurga PMI mengikuti pemberdayaan dan Pengembangan kewirausahaan

sebanyak 20 orang;

c. Jumlah Stakeholder PMI Purna yang terkoordinasi dalam upaya pengembangan

Desmigratif sebanyak 100 orang

E. HASIL YANG DIHARAPKAN (OUTCOME)

1. Hasil (outcome) yang diharapkan dari sub kegiatan Perluasan Kesempatan Kerja adalah:

a. Meningkatnya usaha masyarakat melalui padat karya produktif sebanyak 70 orang;

b. Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan usaha masyarakat dan tenaga kerja

khusus (penyandang disabilitas, lansia, keluarga pekerja anak) yang mengikuti

pembekalan/ pemberdayaan, penciptaan dan pengembangan kewirausahaan

sebanyak 1060 orang;

c. Meningkatnya keterampilan dan wawasan wirausaha baru binaan untuk

mengembangkan usahanya sebanyak 120 orang;

d. Terkoordinasikannya pemangku kepentingan lintas sektor dalam perluasan

kesempatan kerja sebanyak 100 orang;

e. Meningkatnya kapasitas dan kapabilitas petugas lapangan perluasan kesempatan

kerja dalam melakukan pendampingan terhadap wirausaha baru binaan sebanyak

35 orang;

f. Meluasnya akses pemasaran produk wirausaha baru binaan melalui expo dan

jejaring perluasan kesempatan kerja sebanyak 50 orang;

g. Meningkatnya usaha wirausaha baru binaan melalui pendayagunaan sebanyak 35

orang TKS;

h. Meningkatnya pemahaman masyarakat akan informasi peluang dan kesempatan

kerja di luar hubungan kerja (sektor informal) sebanyak 350 orang.

2. Hasil (outcome) yang diharapkan dari sub kegiatan Pemberdayaan PMI Purna

Penempatan adalah:

a. Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan usaha PMI Purna melalui

pengembangan kewirausahaan sebanyak 100 orang ;

b. Terlindunginya secara ekonomi keluarga PMI yang akan maupun telah berangkat ke

Negara Penempatan melalui pengembangan kewirausahaan sebanyak 20 orang;

c. Terkoordinasinya seluruh pemangku kepentingan lintas sektor dalam

pengembangan “usaha produktif” bagi PMI Purna dan Keluarga PMI di Desa Migran

Produktif sebanyak 100 orang

F. KERANGKA DAN METODE PALAKSANAAN

1. Sub Kegiatan Perluasan Kesempatan Kerja:

a. Padat Karya Produktif dilaksanakan dalam 3 (tiga) tahapan yaitu Pra Padat Karya

(identifikasi, sosialisasi), Saat Padat Karya dan Pasca Padat Karya (pembinaan,

konsultansi, monitoring). Pembangunan sarana penunjang usaha produktif yang

dilakukan menyesuaikan potensi Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia

setempat dan dilaksanakan selama 10 (sepuluh) hari kerja secara luring.

b. Pemberdayaan Tenaga Kerja Mandiri dilaksanakan dalam 3 (tiga) tahapan yaitu Pra

Pembekalan (identifikasi, rekrut, seleksi), Saat Pembekalan dan Pasca Pembekalan

(pembinaan, konsultansi, monitoring) dengan sasaran masyarakat, pencari kerja,

dan tenaga kerja khusus (penyandang disabilitas, lansia, keluarga pekerja anak).

Pembekalan dilaksanakan menyesuaikan dengan potensi Sumber Daya Alam dan

Sumber Daya Manusia setempat dan dilaksanakan selama 3 (tiga) atau 4 (empat)

hari menyesuaikan dengan jenis pembekalan. Pembekalan dilaksanakan secara

klasikal dan praktek dengan diampu narasumber dan instruktur. Pelaksanaan

kegiatan secara luring.

c. Peningkatan Kapasitas Wirausaha Baru Binaan dilaksanakan secara klasikal,

praktek, dan kunjungan lapangan ke pelaku usaha yang berhasil. Narasumber

berasal dari 2 SKPD teknis tingkat Provinsi, Profesional IT marketer, dan pelaku

usaha. Pelaksanaan kegiatan secara luring.

d. Penguatan Jejaring Perluasan Kesempatan Kerja dilaksanakan secara klasikal

dengan metode ceramah dan diskusi. Narasumber berasal dari Kemnaker RI,

Perusahaan, dan Instansi Tingkat Provinsi yang terkait. Pelaksanaan Kegiatan

secara daring

e. Pemanduan Petugas Lapangan Perluasan Kesempatan Kerja dilaksanakan secara

klasikal. Narasumber berasal dari Kemnaker RI, Profesional dan Pelaku Usaha.

Pelaksanaan kegiatan secara daring.

f. Virtual Expo Wirausaha Baru Binaan dilaksanakan dengan menghadirkan wirausaha-

wirausaha baru binaan eks peserta pemberdayaan untuk mengisi stand-stand

virtual dan memamerkan produk-produknya. Disamping itu juga dilakukan talkshow

kewirausahaan dengan mengundang narasumber yang expert di bidangnya.

g. Pendayagunaan Tenaga Kerja Sukarela dilaksanakan dalam 3 tahapan kegiatan

yaitu seleksi, pembekalan, dan pengerahan TKS untuk mendampingi wirausaha

baru binaan di 35 Kabupaten/ Kota.

h. Penyuluhan Perluasan Kesempatan Kerja dilaksanakan secara klasikal dengan

metode ceramah dan diskusi. Narasumber berasal dari Pejabat Struktural /

Pengantar Kerja Provinsi dan Kabupaten/ Kota. Kegiatan dilaksanakan secara luring.

2. Sub Kegiatan Pemberdayaan PMI Purna Penempatan:

a. Pemberdayaan PMI Purna dilaksanakan dalam 3 (tiga) tahapan yaitu Pra

Pembekalan (identifikasi, rekrut, seleksi), Saat Pembekalan dan Pasca Pembekalan

(pembinaan, konsultansi, monitoring) dengan sasaran PMI Purna. Pembekalan

dilaksanakan menyesuaikan dengan potensi Sumber Daya Alam dan Sumber Daya

Manusia setempat selama 3 (tiga) hari. Pembekalan dilaksanakan secara klasikal

dan praktek dengan diampu narasumber dan instruktur dari pelaku usaha secara

luring.

b. Pemberdayaan Keluarga PMI dilaksanakan dalam 3 (tiga) tahapan yaitu Pra

Pembekalan (identifikasi, rekrut, seleksi), Saat Pembekalan dan Pasca Pembekalan

(pembinaan, konsultansi, monitoring) dengan sasaran keluarga PMI. Pembekalan

dilaksanakan menyesuaikan dengan potensi Sumber Daya Alam dan Sumber Daya

Manusia setempat selama 3 (tiga) hari. Pembekalan dilaksanakan secara klasikal

dan praktek dengan diampu narasumber dan instruktur dari pelaku usaha. Kegiatan

dilaksanakan secara luring.

c. Rapat Koordinasi Pengembangan Desmigratif dilaksanakan secara klasikal dengan

metode ceramah dan diskusi. Narasumber berasal dari Kemnaker RI, PMI Purna

Sukses, BUMDes dan Instansi terkait. Kegiatan dilaksanakan secara daring.

G. PELAKSANA DAN PENANGGUNG JAWAB KEGIATAN

Untuk melaksanakan sub kegiatan Perluasan Kesempatan Kerja dan sub kegiatan

Pemberdayaan PMI Purna Penempatan memerlukan petugas dari Disnakertrans Prov.

Jateng, Dinas Kab/Kota yang membidangi Perluasan Kesempatan Kerja, Perusahaan,

praktisi / tenaga ahli dengan pembagian pekerjaan sesuai tugas pokok dan juga jabatan

masing-masing.

H. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN

1. Sub Kegiatan Perluasan Kesempatan Kerja

a. Padat Karya Produktif dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Desember 2022

di Kabupaten Klaten, Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Banyumas, Kabupaten

Purworejo, Kabupaten Sragen, Kabupaten Demak dan Kabupaten Rembang;

b. Pemberdayaan Tenaga Kerja Mandiri dilaksanakan mulai bulan Januari sampai

dengan Desember 2022 di seluruh Kab./ Kota Provinsi Jawa Tengah;

c. Peningkatan Kapasitas Wirausaha Baru Binaan dilaksanakan pada bulan Mei sampai

dengan November 2022 di Kabupaten Semarang, Kota Pekalongan, Kabupaten

Jepara, Kota Magelang, Kota Surakarta, dan Kabupaten Banyumas;

d. Penguatan Jejaring Perluasan Kesempatan Kerja dilaksanakan pada bulan Februari

2022 secara daring;

e. Pemanduan Petugas Lapangan Perluasan Kesempatan Kerja dilaksanakan pada bulan

Maret 2022 secara daring;

f. Virtual Expo Wirausaha Baru Binaan dilaksanakan pada bulan Agustus 2022 dengan

menyesuaikan pelaksanaan Pesta Rakyat Jawa Tengah tahun 2022. Sedangkan

tahapan Pra-Kegiatan dilaksanakan sejak bulan Januari s/d Agustus 2022;

g. Pendayagunaan Tenaga Kerja Sukarela dilaksanakan dalam 3 (tiga) tahap, seleksi

dilaksanakan pada bulan Mei 2022 di Kota Semarang, Pembekalan dilaksanakan pada

bulan Juni 2022 di Kota Surakarta, dan Pengerahan dilaksanakan di 35 Kab./ Kota

Jawa Tengah pada bulan April sampai dengan Desember 2022;

h. Penyuluhan Perluasan Kesempatan Kerja dilaksanakan pada bulan Februari sampai

dengan bulan November 2022 di Kabupaten Kendal, Kabupaten Tegal, Kabupaten

Jepara, Kabupaten Wonogiri, Kota Surakarta, Kabupaten Temanggung, Kabupaten

Purbalingga, Kabupaten Batang, Kabupaten Cilacap, Kabupaten Banyumas,

Kabupaten Rembang, Kabupaten Sragen, Kabupaten Kebumen, dan Kabupaten

Wonosobo.

2. Sub Kegiatan Pemberdayaan PMI Purna Penempatan :

a. Pemberdayaan PMI Purna dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Desember

2022 di Kabupaten Cilacap, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten

Kendal, Kabupaten Pati.

b. Pemberdayaan Keluarga PMI dilaksanakan pada bulan September 2022 di Kabupaten

Grobogan.

c. Rapat Koordinasi Pengembangan Desa Migran Produktif dilaksanakan pada bulan Mei

2022 secara daring.

I. BIAYA / MEKANISME PEMBIAYAAN

Pembiayaan Sub Kegiatan Perluasan Kesempatan Kerja dan Sub Kegiatan

Pemberdayaan PMI Purna Penempatan Tahun 2022 bersumber dari APBD Provinsi Jawa

Tengah Tahun Anggaran 2022 sebesar Rp. 6.829.000.000,- (enam milyar delapan ratus dua

puluh sembilan ribu rupiah) dengan rincian anggaran biaya sebagaimana terlampir.

J. PENUTUP

Demikian Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini disusun sebagai upaya perluasan

kesempatan kerja serta pengurangan pengangguran dan kemiskinan di Jawa Tengah pada

khususnya dan di Indonesia pada umumnya.

Semarang, Februari 2021

KEPALA BIDANG PENEMPATAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

AHMAD AZIZ, SE., M.Si. Pembina Tk. I

NIP. 19680617 199803 1 007

KERANGKA ACUAN KINERJA

( KAK )

PROGRAM PENGEMBANGAN WILAYAH TRANSMIGRASI

TAHUN 2022

BIDANG PENEMPATAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

SEKSI TRANSMIGRASI

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

Jln. Pahlawan No. 16 Semarang

SISTEMATIKA KERANGKA ACUAN KINERJA ( KAK ) PROGRAM : Program Pembangunan Kawasan Transmigrasi SASARAN PROGRAM : Tersedianya naskah KSAD yang ditandatangani oleh

Provinsi Penempatan dan Penempatan calon transmigran di Provinsi Penempatan

KEGIATAN : Kegiatan Penataan Persebaran Penduduk yang Berasal dari Lintas Daerah Kabupaten/Kota dalam 1 (Satu) Daerah Provinsi

A. LATAR BELAKANG

Pemerintah telah menetapkan bahwa program transmigrasi merupakan kebijakan pada urusan pilihan, dan hal ini memberikan konsekuensi bahwa program transmigrasi harus dilaksanakan di berbagai sektor sesuai dengan tugas dan fungsinya serta harus dilakukan secara profesional, terpadu dan transparan sehingga program ketransmigrasian secara tuntas dapat diselesaikan dengan baik.

Pelaksanaan tugas dan fungsi program transmigrasi meliputi beberapa kegiatan pokok berkaitan dengan tersedianya lahan, tempat hunian dan tempat usaha sebagai hasil dari kesepakatan bersama antara daerah asal dengan daerah penempatan transmigrasi yang tertuang dalam Perjanjian Kerjasama Antar Daerah, pendaftaran dan seleksi calon transmigran yang berasal dari 35 kabupaten/kota di wilayah administrasi Provinsi Jawa Tengah dan pemenuhan hak dan kewajiban transmigran asal Provinsi Jawa Tengah.

Guna mengakomodir tujuan dari program ketransmigrasian tersebut, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah melalui PROGRAM PEMBANGUNAN KAWASAN TRANSMIGRASI Menyusun Kerangka Acuan Kerja ( KAK ) tahun 2022. 1. Dasar Hukum :

a. Undang-Undang Nomor 15 tahun 1997 tentang Ketransmigrasian dengan perubahannya No. 29 Tahun 2009

b. Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah. c. Keputusan Presiden RI Nomor : 18 tahun 2000 tentang Pelaksanaan

Anggaran Pendapatan dan Negara. d. Keputusan Presiden RI Nomor 25 tahun 1994 tentang Koordinasi

Penyelenggaraan Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan. e. Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang Kewenangan

Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom. f. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indoensia Nomor 90 Tahun

2019, tentang Klasifikasi, Kodefikasi, dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan Keuangan Daerah

g. DPA Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

2. Gambaran Umum Dampak positif pelaksanaan transmigrasi di Jawa Tengah adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat, meratakan persebaran penduduk, memperkuat ketahanan nasional, meningkatkan kesempatan berusaha,

berkembangnya pembangunan di lokasi penempatan transmigrasi, serta mengurangi kemiskinan di Jawa Tengah. Adapun data yang mendukung sebagai berikut : a. Data Kemiskinan Jawa Tengah pada posisi bulan Maret 2020 sebesar

11,41 % atau 3.98 juta jiwa. Salah satu alternatif yang menjadi pilihan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam mengatasi permasalahan kemiskinan melalui program transmigrasi.

b. Minat masyarakat bertransmigrasi di Jawa Tengah masih cukup tinggi.

B. KEGIATAN 1. Uraian Kegiatan

Guna mendukung Program PEMBANGUNAN KAWASAN TRANSMIGRASI tersebut, Provinsi Jawa Tengah pada Tahun Anggaran 2022 merencanakan kegiatan Kesepakan Kerja Sama Antar Daerah (KSAD) yang dilaksanakan secara daring.

Kegiatan tersebut mendukung pelaksanakan kegiatan pemindahan dan penempatan transmigrasi sebanyak 60 KK sesuai alokasi target yang diberikan dari Pusat. Dengan rincian sub kegiatan sebagai berikut : a. Urusan Pemerintahan : Urusan Pilihan Transmigrasi b. Organisasi : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Provinsi Jawa Tengah. c. Sub. Unit : Bidang Penempatan Tenaga Kerja dan

Transmigrasi d. Kegiatan : Penataan Persebaran Penduduk yang

Berasal dari Lintas Daerah Kabupaten/Kota dalam 1 (Satu) Daerah Provinsi

2. Indikator Kinerja

Capaian Program : Kesepakatan Kerjasama Antar Daerah dalam rangka pengembangan kawasan transmigrasi dan penempatan calon transmigrasi.

a. Masukan Anggaran yang dibutuhkan pada kegiatan Program PEMBANGUNAN KAWASAN TRANSMIGRASI tahun 2022 sebesar Rp. 750.000.000, (Tujuh Ratus Lima Puluh Juta Rupiah) dengan rincian : 1) Sub Kegiatan :

a) Rapat Kerjasama Antar Daerah : Rp. 42.693.000,– (secara daring)

b) Penempatan Transmigrasi : Rp. 290.006.000,– c) Penjajagan dan Checking Lokasi : Rp. 417.301.000,–

b. Keluaran

1) Jumlah naskah KSAD yang ditandatangani dengan Provinsi Penempatan.

2) Terlaksananya kegiatan Penjajagan dan Checking Lokasi di lokasi penempatan transmigrasi.

3) Jumlah calon transmigran yang ditempatkan di Provinsi Penempatan.

c. Hasil

1) Tersedianya naskah KSAD yang ditandatangani oleh Provinsi Penempatan.

2) Laporan mengenai kondisi calon lokasi penempatan transmigran asal Provinsi Jawa Tengah.

3) Penempatan calon transmigran di Provinsi Penempatan.

d. Manfaat 1) Persebaran penduduk di wilayah perbatasan. 2) Mengurangi angka pengangguran di Jawa Tengah.

e. Dampak

1) Berkurangnya angka kemiskinan di Jawa Tengah. 2) Meningkatnya taraf hidup rakyat.

3. Batasan Kegiatan

a. Penataan Persebaran Penduduk yang Berasal dari Lintas Daerah Kabupaten/Kota dalam 1 (Satu) Daerah Provinsi adalah pemindahan dan penempatan transmigrasi di luar Jawa.

C. MAKSUD DAN TUJUAN

1. Maksud. a. Tersedianya Dokumen Kerjasama Antara Daerah sebagai hasil Rapat

Kerjasama Antar Daerah antara Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dengan Daerah Penempatan,

b. Tersedianya laporan mengenai kondisi lokasi penempatan transmigran asal Provinsi Jawa Tengah,

c. Fasilitasi pemindahan dan penempatan transmigran asal Jawa Tengah dan tersedianya naskah KSAD.

2. Tujuan

a. Pertanggungjawaban atas pelaksanaan Program PEMBANGUNAN KAWASAN TRANSMIGRASI, yang meliputi kegiatan :

1) Rapat Kerjasama Antar Daerah (DARING)

Alat Tulis Kantor

Perlengkapan Peserta

Jasa narasumber/tenaga ahli

Biaya cetak dan penggandaan

Makanan dan minuman rapat

Makanan dan minuman peserta kegiatan

2) Penempatan Transmigrasi (Rapat Ketransmigrasian akan dilaksanakan secara DARING)

Alat Tulis Kantor

Perlengkapan Peserta

Jasa narasumber/tenaga ahli

Biaya cetak dan penggandaan

Sewa Hotel

Makanan dan minuman rapat

Makanan dan minuman peserta kegiatan

Perjalanan dinas dalam daerah Perjalanan dinas luar daerah

3) Penjajagan dan Checking Lokasi

Alat Tulis Kantor

Biaya cetak dan penggandaan

Perjalanan dinas luar daerah

b. Tersedianya bahan (input dan out put) yang dapat dipergunakan sebagai landasan dalam pengambilan langkah dan kebijaksanaan dibidang ketransmigrasian dalam rangka perluasan kesempatan kerja dan berusaha.

D. KELUARAN (OUT PUT)

1. Tersedianya naskah KSAD yang ditandatangani oleh Provinsi Penempatan.

2. Tersedianya laporan mengenai kondisi lokasi penempatan transmigran 3. Penempatan calon transmigran di Provinsi Daerah Penempatan.

E. HASIL YANG DIHARAPKAN (OUT COME) 1. Meningkatnya kesejahteraan warga 2. Status, hak dan kewajiban transmigran terlindungi.

F. KERANGKA PEMIKIRAN (RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN)

PERSIAPAN 1. DPA Program PEMBANGUNAN KAWASAN TRANSMIGRASI tahun 2022 2. Menetapkan personil pelaksana 3. Menyusun KAK

PELAKSANAAN 1. Menyusun pelaksanaan Program PEMBANGUNAN KAWASAN

TRANSMIGRASI 2. Guna menunjang pelaksanaan kegiatan dialokasikan anggaran sebagai

berikut : a. Rapat Kerjasama Antar Daerah (DARING) : Rp. 42.693.000,–

Alat Tulis Kantor : Rp. 1.430.000,–

Perlengkapan Peserta : Rp. 2.800.000,–

Jasa narasumber/tenaga ahli : Rp. 32.000.000,–

Biaya cetak dan penggandaan : Rp. 1.713.000,–

Makanan dan minuman rapat : Rp. 750.000,–

Makanan dan minuman Peserta Kegiatan : Rp. 4.000.000,– b. Penempatan Transmigrasi : Rp. 290.006.000,–

Alat Tulis Kantor : Rp. 6.521.000,–

Perlengkapan Peserta : Rp. 3.500.000,–

Biaya cetak dan penggandaan : Rp. 8.250.000 –

Jasa narasumber/tenaga ahli : Rp. 16.000.000,–

Sewa Hotel : Rp. 19.000.000,–

Makanan dan minuman rapat : Rp. 750.000,–

Makanan dan minuman Peserta Kegiatan : Rp. 2.000.000,–

Perjalanan dinas dalam daerah : Rp. 74.000.000,– Perjalanan dinas luar daerah : Rp. 158.460.000,–

c. Penjajagan dan Checking Lokasi : Rp. 417.301.000,–

Alat Tulis Kantor : Rp. 1.861.000,–

Biaya cetak dan penggandaan : Rp. 3.000.000,–

Perjalanan dinas luar daerah : Rp. 412.440.000,– 3. Pelaksanaan kegiatan dari bulan Januari s/d Desember. 4. Terwujudnya laporan Program Pembangunan Kawasan Transmigrasi. PENGENDALIAN 1. Memonitor kegiatan Program Pembangunan Kawasan Transmigrasi. 2. Memonitor pelaksanaan Kerjasama Antar Daerah. 3. Koordinasi dalam pelaksanaan kegiatan dalam rangka pengembangan

masyarakat dan kawasan transmigrasi. 4. Menyusun dan mendistribusikan laporan Program Pembangunan

Kawasan Transmigrasi. G. METODE PELAKSANAAN (RUMUSAN CARA MELAKSANAKAN

KEGIATAN) 1. Swakelola. 2. Pengadaan langsung. 3. Pelelangan sederhana.

H. PELAKSANA DAN PENANGGUNG JAWAB KEGIATAN Penanggung jawab kegiatan pada Program Pembangunan Kawasan

Transmigrasi : Pejabat Pembuat Komitmen Pelaksana kegiatan Bidang Pentatrans

I. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN Waktu pelaksanaan : bulan Januari s/d Desember 2022 Tempat pelaksanaan : Wilayah Jawa Tengah J. BIAYA

Anggaran yang dibutuhkan Kegiatan pada Program PEMBANGUNAN KAWASAN TRANSMIGRASI tahun 2022 sebesar Rp. 750.000.000, (Tujuh Ratus Lima Puluh Juta Rupiah).

K. PENUTUP

Demikian Kerangka Acuan Kinerja (KAK) bidang ketransmigrasian merupakan bagian yang tak terpisahkan dari seluruh rangkaian kegiatan pada Program PEMBANGUNAN KAWASAN TRANSMIGRASI Jawa Tengah tahun 2022, diharapkan dapat dijadikan acuan pada pelaksanaan Kegiatan Penataan Persebaran Penduduk yang Berasal dari Lintas Daerah Kabupaten/Kota dalam 1 (Satu) Daerah Provinsi.

Semarang, Februari 2021

KEPALA BIDANG

PENEMPATAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

AHMAD AZIZ, S.E., M.Si. Pembina Tingkat I

NIP. 19680617 198903 1 007

0

KERANGKA ACUAN KERJA

KEGIATAN

PENGESAHAN PERATURAN PERUSAHAAN DAN PENDAFTARAN PERJANJIAN KERJA BERSAMA UNTUK YANG MEMPUNYAI WILAYAH KERJA LEBIH DARI 1

(SATU) KAB/KOTA

PROGRAM

HUBUNGAN INDUSTRIAL

TAHUN ANGGARAN 2022

DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH

Jl. Pahlawan Nomor : 16 Telp. (024) 8311713 Faksimile (024) 8311711 Semarang

1

KERANGKA ACUAN KERJA

PROGRAM : HUBUNGAN INDUSTRIAL

SASARAN PROGRAM : APARAT PEMERINTAH, PEKERJA,PENGUSAHA

KEGIATAN : PENGESAHAN PERATURAN PERUSAHAAN DAN PENDAFTARAN PERJANJIAN KERJA BERSAMA UNTUK

YANG MEMPUNYAI WILAYAH KERJA LEBIH DARI 1 (SATU) KAB/KOTA

A. LATAR BELAKANG

Berdasarkan Undang Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang Undang

Nomor 9 Tahun 2015 tentang perubahan kedua atas Undang Undang nomor 23 tahun

2014 tentang Pemerintahan Daerah, penyelenggaraan Pemerintahan Daerah diarahkan

untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan

pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat serta peningkatan daya saing

daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan dan kekhasan

suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Otonomi Daerah

adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus

sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan

peraturan perundang-undangan. Urusan pemerintahan adalah fungsi fungsi

pemerintahan yang menjadi hak dan kewajiban setiap tingkatan dan/atau susunan

pemerintahan untuk mengatur dan mengurus fungsi-fungsi tersebut yang menjadi

kewenangannya dalam rangka melindungi, melayani, memberdayakan dan

mensejahterakan masyarakat.

Dalam bidang Ketenagakerjaan, khususnya bidang Hubungan Industrial dan

Jaminan Sosial Tenaga Kerja, fungsi dan kewenangan pembinaan, pelayanan,

pemberdayaan dan mensejahterakan masyarakat merupakan urusan wajib, yang

menjadi kewenangan pemerintahan daerah kabupaten/kota dan provinsi untuk bidang

ketenagakerjaan yang lintas kabupaten/kota. Oleh karena itu, Pengesahan Peraturan

Perusahaan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama untuk yang mempunyai Wilayah

Kerja Lebih dari 1 (Satu) Kab/Kota, hubungan industrial dan jaminan sosial yang

berskala provinsi, merupakan urusan wajib pemerintahan daerah provinsi. Sehubungan

dengan hal tersebut diatas, maka Pengesahan Peraturan Perusahaan dan Pendaftaran

Perjanjian Kerja Bersama untuk yang Mempunyai Wilayah Kerja Lebih dari 1 (Satu)

Kab/Kota, Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial di Jawa Tengah merupakan salah

satu kegiatan yang sangat penting karena sangat diperlukan dalam upaya melakukan

pembinaan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan di bidang hubungan industrial dan

jaminan sosial di 35 Kabupaten/Kota se Jawa Tengah.

2

Hubungan Industrial merupakan suatu sistem hubungan yang terbentuk antara

para pelaku dalam produksi barang dan jasa yang terdiri dari unsur pengusaha, pekerja

dan pemerintah yang didasari nilai nilai Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945.

Dalam melaksanakan hubungan industrial, Pemerintah, Pekerja/Serikat Pekerja dan

Pengusaha mempunyai peran dan fungsi masing masing yang saling mendukung

sehingga tercipta hubungan yang harmonis antara pemerintah, pekerja dan pengusaha

yang terwujud dalam ketenangan bekerja dan kelangsungan berusaha. Oleh karena itu

perlu adanya peraturan peraturan yang mengatur hubungan kerja antara pengusaha dan

pekerja yang mencerminkan nilai nilai budaya dalam perusahaan khususnya dalam

hubungan industrial.

Dalam mewujudkan hal tersebut diperlukan sarana hubungan industrial

sebagaimana dimaksud dalam pasal 103 UU Ketenagakerjaan Nomor 13 tahun 2003

bahwa hubungan industrial dilaksanakan melalui sarana sarana sebagai berikut:

Lembaga Kerjasama Bipartit,

Lembaga Kerjasama Tripartit,

Serikat Pekerja/Buruh,

Organisasi Pengusaha,

Peraturan Perusahaan,

Perjanjian Kerja Bersama dan

Lembaga Penyelesaian Perselisihan Perburuhan.

Dengan adanya pengaturan mengenai hal-hal apa yang harus dilakukan oleh

pekerja dan pengusaha melalui sarana sarana hubungan industrial tersebut diharapkan

suasana dan kelangsungan bekerja tertib, nyaman sehingga terwujud suasana yang

kondusif. Hal tersebut diatas sejalan dengan upaya pemerintah dalam memberikan

perlindungan terhadap masyarakat, khususnya para pelaku proses produksi, untuk

menciptakan kondisi hubungan kerja secara harmonis antara pengusaha dengan

pekerja, antara pengusaha dan pemerintah, dan antara pemerintah dengan pekerja.

Upaya pemerintah membuat perangkat aturan dalam menata hubungan kerja telah

dilakukan, namun demikian, seiring dengan perkembangan masyarakat dunia usaha dan

perkembangan teknologi, masih sering muncul permasalahan dalam hubungan kerja

Sehubungan dengan hal tersebut maka diperlukan adanya data informasi

berkaitan dengan karakteristik atau ciri-ciri khusus suatu populasi di bidang

ketenagakerjaan yang berasal dari Kabupaten/Kota yang merupakan daerah pelaksana

otonomi. Data terkait informasi ketenagakerjaan dipergunakan sebagai bahan

pertimbangan dalam perencanaan dan pembuatan kebijakan, sehingga sangat

diperlukan komunikasi yang efektif antara Kabupaten/Kota dengan Provinsi maupun

Pusat. Langkah-langkah yang dilakukan adalah melakukan inventarisasi permasalahan di

bidang Hubungan Industrial dan Jamsos, melakukan analisis permasalahan dan upaya

3

pemecahan secara komprehensif mengingat bahwa permasalahan Hubungan Industrial

dapat menjadi permasalahan yang melintasi batas wilayah dan dapat mempengaruhi

kondisi Hubungan Industrial pada wilayah lain.

1. Dasar Hukum

a. Undang-Undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;

b. Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah sebagaimana

telah diubah beberapa kali,terakhir dengan Undang Undang Nomor 9 Tahun 2015

tentang perubahan kedua atas Undang Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah;

c. Undang-Undang Nomor No. 21 tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat

Buruh;

d. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan

Hubungan Industrial;

e. Undang Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional;

f. Undang Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial (BPJS);

g. Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja;

h. Keputusan Menakertrans RI Nomor 19 tahun 2012 tentang Syarat syarat

Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan kepada perusahaan lain;

i. Kepmenakertrans RI Nomor 28 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pembuatan dan

Pengesahan Peraturan Perusahaan serta Pembuatan dan Pendaftaran Perjanjian

Kerja Bersama;

j. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No Kep. 250/Men/XII/ 2008

tentang Klasifikasi dan Karakteristik Data Dari Jenis Informasi Ketenagakerjaan;

k. Peraturan Pemerintah RI Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota;

l. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI Nomor 27 Tahun 2014 tentang Perubahan

atas Permenakertrans Nomor 19 tahun 2012 tentang Syarat syarat Penyerahan

Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan kepada perusahaan lain;

m. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI nomor 1 Tahun 2014

tentang Perubahan atas Kepmenakertrans RI No. 250/men/XII/2008 tentang

Klasifikasi dan Karakteristik Data Dari Jenis Informasi Ketenagakerjaan;

n. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI nomor 2 Tahun 2014

tentang Standar Pelayanan Minimal Ketenagakerjaan;

o. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi RI Nomor: SE

04/MEN/VIII/2013 Tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Tenaga

Kerja Dan Transmigrasi RI Nomor 19 Tahun 2012 Tentang Syarat Syarat

Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain.

4

p. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI Nomor 11 Tahun 2019 tentang Perubahan

Kedua atas Permenakertrans Nomor 19 tahun 2012 tentang Syarat syarat

Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan kepada perusahaan lain;

2. Gambaran Umum

Seiring dengan perkembangan teknologi yang makin pesat; makin

berkembang juga dunia usaha. Sehingga permasalahan yang muncul juga semakin

kompleks yang apabila tidak segera diselesaikan akan berpengaruh pada wilayah

lain. Oleh karena itu perlu pemetaan potensi masing masing kabupaten/kota sebagai

dasar pembuatan kebijaksanaan dan perencanaan program kerja utamanya di bidang

Hubungan Industrial. Pembuatan kebijaksanaan dan perencanaan program akan

berhasil dengan baik apabila tersedia data yang merupakan potensi awal untuk

memetakan kebutuhan kegiatan sesuai dengan kondisi masing masing

Kabupaten/Kota, Provinsi dan atau Pusat.

Secara umum kondisi hubungan kerja yang menyangkut persyaratan kerja di

perusahaan masih belum seluruhnya memenuhi sebagaimana ketentuan dalam

aturan ketenagakerjaan. Banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut, antara lain

melimpahnya jumlah tenaga kerja serta ketatnya persaingan lowongan kerja

menjadikan para pemberi kerja membuat ketentuan persyaratan kerja untuk

menerima tenaga kerja sedemikian sederhana.

Pengaturan hubungan kerja antara pengusaha dengan pekerja diperusahaan

secara normatif telah diatur dalam berbagai peraturan perundangan

ketenagakerjaan. Bahkan sejak tahun 2000 pemerintah telah menerbitkan 3 (tiga)

Undang Undang yang mengatur masalah hubungan kerja tersebut. Diawali dengan

Undang Undang nomor 21 tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh dan

Undang Undang nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Undang Undang

nomor 2 tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial serta

Undang Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.

Pada dasarnya ketiga Undang Undang tersebut merupakan bentuk respon

pemerintah dalam rangka menata kondisi hubungan kerja atau hubungan industrial

di Indonesia untuk mengantisipasi tuntutan perkembangan masyarakat baik yang

regional, nasional maupun internasional.

Dalam perkembangannya, ketentuan peraturan perundangan tersebut masih

harus diaplikasikan oleh pelaku produksi di perusahaan. Pengaplikasian tersebut

dituangan dalam Peraturan Perusahaan (PP) atau Perjanjian Kerja Bersama (PKB).

Sehingga pembuatan PP/PKB harus sejalan dengan peraturan perundangan yang

ada/tidak bertentangan.

5

Sebelum dilakukan pembuatan Peraturan Perusahaan atau Perjanjian Kerja

Bersama, diperlukan identifikasi perusahaan wajib PP. Dalam hal ini, perusahaan

yang sudah memenuhi ketentuan mempunyai Peraturan Perusahaan (PP) tetapi

belum membuat Peraturan Perusahaan (PP). Pembuatan Peraturan Perusahaan (PP)

atau Perjanjian Kerja Bersama (PKB) merupakan kebijakan pemerintah yang

diamanatkan Undang Undang Ketenagakerjaan yang mengatur bahwa perusahaan

yang mempekerjakan sedikitnya 10 (sepuluh) orang wajib membuat Peraturan

Perusahaan (PP). Sedangkan untuk perusahaan yang sudah mempunyai Serikat

Pekerja/Serikat Buruh, diharapkan dapat meningkatkan dari Peraturan Perusahaan

menjadi menjadi Perjanjian Kerja Bersama (PKB).

PP dan PKB mengatur syarat syarat kerja yang merupakan pencerminan

tanggung jawab dari pengusaha terhadap pekerja untuk meningkatkan

kesejahteraannya yang sekaligus dengan diimbangi peningkatan produktivitas dari

pekerja. Dengan produktivitas yang tinggi dari pekerja diharapkan perusahaan akan

mendapatkan keuntungan yang tinggi pula sehingga akan dapat meningkatkan

gairah kerja mereka yang akan berimbas pada kesejahteraan keluarganya.

Pengaturan syarat syarat kerja yang diatur dalam PP dan PKB sangat strategis untuk

menciptakan Hubungan industrial yang harmonis, dinamis, berkualitas dan

bermartabat di perusahaan.

Dengan semakin maraknya sistem hubungan kerja outsourcing baik oleh

perusahaan maupun instansi pemerintah, yang apabila pelaksanaanya tidak sesuai

peraturan perundangan yang berlaku dapat menimbulkan permasalahan dan

keresahan. Dalam pelaksanaannya outsourcing banyak dilakukan dengan sengaja

untuk menekan biaya pekerja/buruh (labourcost) dengan perlindungan dan syarat

kerja yang diberikan jauh dibawah dari yang seharusnya diberikan (di bawah

standard dalam perundang undangan) sehingga sangat merugikan pekerja/buruh.

Pelaksanaan outsourcing yang demikian akan menimbulkan keresahan dan tidak

jarang diikuti dengan pemogokan sehingga maksud diadakannya outsourcing yaitu

untuk peningkatan efektivitas, efisiensi dan produktivitas menjadi tidak tercapai

akibat terganggunya proses produksi barang dan jasa.

Disisi lain agar ada ketenangan dalam bekerja harus ada kepastian

perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi pekerja dan pengusaha yang dapat

menjamin untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak. Oleh karena

itu, pemerintah menyusun sistem jaminan nasional melalui Undang Undang No. 40

tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang mengamanatkan

pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dan transformasi

kelembagaan PT. Taspen (persero) dan PT. Asabri (persero) menjadi Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial yang diikuti dengan adanya pengalihan peserta,

program, asset dan liabilitas, pegawai serta hak dan kewajiban,yang untuk

6

selanjutnya diatur dalam Undang-Undang No. 24 tahun 2011 tentang Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang mengatur tentang BPJS Ketenagakerjaan

dan BPJS Kesehatan.

BPJS Kesehatan menyelenggarakan program jaminan kesehatan mulai

berlaku pada 1 Januari 2014 dan BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan 4

(empat) program yaitu jaminan kecelakaan (JKK), jaminan hari tua (JHT), jaminan

pensiun (JP) dan jaminan kematian (JK) yang mulai diberlakukan 1 Juli 2015. Dengan

demikian diharapkan setiap orang, termasuk warga asing yang bekerja paling singkat

6 (enam) bulan di Indonesia wajib menjadi peserta program jaminan sosial.

Manfaat dari keikutsertaan dalam program BPJS antara lain:

1. Adanya kepastian jaminan berupa biaya atau santunan atas penghasilan yang

hilang atau berkurang dalam hal tenaga kerja mengalami kecelakaan kerja, cacat,

sakit, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia.

2. Terciptanya rasa aman dan ketenangan dalam bekerja yang pada gilirannya

dapat meningkatkan produktivitas kerja,

Seiring dengan perkembangan teknologi yang makin pesat, makin berkembang

juga dunia usaha sehingga permasalahan yang muncul juga semakin kompleks yang

apabila tidak segera diselesaikan akan berpengaruh pada wilayah lain. Oleh karena

itu diperlukan data / informasi yang merupakan karakteristik atau ciri ciri khusus

suatu populasi di bidang ketenagakerjaan yang berasal dari Kabupaten/Kota yang

merupakan daerah pelaksana Otonomi khususnya dibidang hubungan industrial

sehingga diperlukan komunikasi yang efektif antara Kabupaten/Kota, Provinsi

maupun Pusat.

Langkah langkah yang dilakukan adalah dengan melakukan inventarisasi

permasalahan di bidang Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial, melakukan analisis

permasalahan dan upaya pemecahan secara komprehensip mengingat bahwa

permasalahan hubungan industrial dapat menjadi permasalahan yang melintasi batas

wilayah yang mempengaruhi kondisi hubungan industrial pada wilayah lain.

Pemerintah dalam hal ini Kemnaker RI telah mengeluarkan Keputusan Menteri

Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No Kep. 250/Men/XII/ 2008 tentang Klasifikasi

dan Karakteristik Data Dari Jenis Informasi Ketenagakerjaan yang telah diperbaharui

dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI nomor 1 Tahun 2014

tentang Perubahan atas Kepmenakertrans RI No. 250/men/XII/2008 tentang

Klasifikasi dan Karakteristik Data dari Jenis Informasi Ketenagakerjaan sebagai upaya

untuk dapat melakukan sinergitas antara pelaksanaan urusan wajib dibidang

ketenagakerjaan antara Pemerintah Pusat dan Kabupaten/Kota. Yang kemudian

diimplementasikan dalam kegiatan Pengesahan Peraturan Perusahaan dan

Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama Untuk yang Mempunyai Wilayah Kerja Lebih

dari 1 (Satu) Kab/Kota, Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial.

7

B. KEGIATAN

1. Uraian Kegiatan

Kegiatan Pengesahan Peraturan Perusahaan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja

Bersama untuk yang Mempunyai Wilayah Kerja Lebih dari 1 (Satu) Kab/Kota terdiri

dari sub-sub kegiatan:

1. Pengesahan Peraturan Perusahaan yang Terkait dengan Hubungan Industrial

2. Penyelenggaraan Pendataan dan Informasi Sarana Hubungan Industrial dan

Jaminan Sosial Tenaga Kerja

a. Tenaga Kerja yang mengikuti pembinaan syarat kerja dan Jaminan Sosial.

b. Petugas Data HI dan Jamsos yang memahami Pengolahan Data HI dan

Jamsos serta mengikuti rakor pembinaaan Hubungan Industrial.

3. Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama yang Terakit dengan Hubungan Industrial

2. Indikator Kinerja

Masukan

Kegiatan Pengesahan Peraturan Perusahaan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja

Bersama untuk yang Mempunyai Wilayah Kerja Lebih dari 1 (Satu) Kab/Kota,

Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial didukung oleh Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2022 sebesar Rp

796.140.000,00 (Tujuh Ratus Sembilan Puluh Enam Juta Seratus Empat Puluh

Ribu Rupiah).

SDM Pendukung

Pelaksanaan Kegiatan Pengesahan Peraturan Perusahaan dan Pendaftaran

Perjanjian Kerja Bersama untuk yang Mempunyai Wilayah Kerja Lebih dari 1

(Satu) Kab/Kota, Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial didukung oleh sumber

daya manusia pada Seksi Syarat Kerja dan Jaminan Sosial dan Petugas dari

Kabupaten/Kota.

3. Batasan Kegiatan

Ruang lingkup kegiatan Pengesahan Peraturan Perusahaan dan Pendaftaran

Perjanjian Kerja Bersama untuk yang Mempunyai Wilayah Kerja Lebih dari 1 (Satu)

Kab/Kota, Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial adalah di Provinsi dan 35

kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah.

8

C MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud

Maksud kegiatan Pengesahan Peraturan Perusahaan dan Pendaftaran Perjanjian

Kerja Bersama untuk yang mempunyai wilayah kerja lebih dari 1 (satu) Kab/Kota

adalah:

1. Meningkatkan pemahaman para pelaku proses produksi di perusahaan tentang

pentingnya pembuatan PP/PKB sebagai sarana menjamin kepastian hukum dan

untuk meningkatkan kualitas proses pembuatan PP/PKB di perusahaan dan

meningkatkan kualitas materi PP/PKB yang memenuhi legal formal dan rasa

keadilan kedua belah pihak.

2. Meningkatkan pemahaman tentang latar belakang dan tujuan penyerahan

sebagian pekerjaan pada perusahaan lain kepada perusahaan penyedia jasa

pekerja/buruh (perusahaan outsourcing) maupun terhadap perusahaan atau

instansi pengguna agar tidak menyimpang dari tujuan.

3. Meningkatkan pemahaman bagi pelaku proses produksi di perusahaan dan

masyarakat umum tentang pentingnya perlindungan dan peningkatan

kesejahteraan tenaga kerja di perusahaan terutama dalam program jaminan

sosial.

4. Untuk mengetahui dan meningkatkan kondisi perkembangan pelaksanaan

Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial serta untuk mengetahui permasalahan

permasalahan dalam hubungan industrial dan jaminan sosial yang terjadi melalui

data dari kabupaten/kota

5. Untuk mengetahui jumlah perusahaan wajib Peraturan Perusahaan (PP) yang

nantinya akan ditindaklanjuti dengan Bimbingan pembuatan Peraturan

Perusahaan (PP).

Tujuan

Kegiatan Pengesahan Peraturan Perusahaan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja

Bersama untuk yang mempunyai wilayah kerja lebih dari 1 (satu) Kab/Kota

bertujuan:

1. Mewujudkan Peraturan Perusahaan (PP) dan Perjanjian Kerja Bersama (PKB)

sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

2. Meningkatkan pemahaman tenaga kerja dan pengusaha tentang syarat-syarat

kerja dan jaminan sosial sehingga dapat menciptakan iklim hubungan industrial

yang harmonis dan kondusif.

3. Mendapatkan data yang akurat mengenai pelaksanaan Hubungan Industrial dan

Jaminan Sosial sesuai permenakertrans nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan

9

atas Kepmenakertrans RI No. 250/men/XII/2008 tentang Klasifikasi dan

Karakteristik Data dari Jenis Informasi Ketenagakerjaan di kabupaten/kota dan

upaya pemecahannya.

4. Menyampaikan informasi terkait Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial guna

menyamakan persepsi antara Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi

Jawa Tengah dengan Petugas/Pejabat yang membidangi Ketenagakerjaan di

Kabupaten/Kota.

5. Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan masalah ketenagakerjaan yang

diharapkan dapat membuka wacana bagi pelaksana di daerah mengenai

berbagai hal yang menyangkut hubungan industrial dan peraturan perundangan

ketenagakerjaan sehingga diharapkan dapat memecahkan masalah

ketenagakerjaan secara komprehensif.

6. Sebagai bahan dalam rangka membuat kebijakan.

D KELUARAN (OUT PUT)

1. Jumlah pengusaha atau pemberi kerja yang mengikuti bimbingan pembuatan PP

(Peraturan Perusahaan) / PKB (Perjanjian Kerja Bersama)

2. Jumlah tenaga kerja yang mengikuti pembinaan syarat kerja dan jaminan sosial.

3. Jumlah petugas data HI dan Jamsos yang memahami pengolahan data HI dan

Jamsos

4. Jumlah Perusahaan Yang Teridentifikasi belum memenuhi ketentuan PP/PKB

E HASIL YANG DIHARAPKAN (OUT COME)

1. Meningkatkan jumlah tenaga kerja yang memahami ketentuan dalam syarat kerja

dan jaminan sosial

2. Meningkatnya jumlah tenaga kerja yang menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan

3. Meningkatnya jumlah perusahaan yang memenuhi ketentuan Peraturan Perusahaan

dan Perjanjian Kerja Bersama.

F KERANGKA PEMIKIRAN (RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN)

PERSIAPAN

1. Rapat pembahasan rencana kerja

2. Menyusun dan membuat jadwal kegiatan

3. Koordinasi dengan Dinas yang membidangi Ketenagakerjaan di

Kabupaten/Kota dan stakeholder terkait.

4. Membuat SK petugas data

10

PELAKSANAAN

Kegiatan Pengesahan Peraturan Perusahaan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja

Bersama untuk yang mempunyai wilayah kerja lebih dari 1 (satu) Kab/Kota

dilaksanakan di Provinsi dan 5 eks karesidenan di Provinsi Jawa Tengah, terdiri

dari sub kegiatan sebagai berikut :

1. Pengesahan Peraturan Perusahaan yang Terkait dengan Hubungan Industrial

berupa Kegiatan Bimbingan Penyusunan dan Pembuatan Peraturan

Perusahaan (PP) dan Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama (PKB) sebanyak 5

angkatan di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah

2. Penyelenggaraan Pendataan dan Informasi Sarana Hubungan Industrial dan

Jaminan Sosial Tenaga Kerja berupa :

a. Pembinaan Syarat Kerja dan Jaminan Sosial sebanyak 4 angkatan di 4

Kab/Kota

b. Pembinaan dan Evaluasi Pelaksanaan HI dan Jamsos sebanyak 70 orang

di 35 Kab/Kota

3. Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama yang Terkait dengan Hubungan

Industrial berupa Identifikasi Perusahaan Wajib membuat PP/PKB sebanyak

175 perusahaan

MONITORING DAN EVALUASI

Monitoring dan evaluasi dilaksanakan sebelum, selama dan setelah kegiatan

dilaksanakan. Dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana kegiatan

diimplementasikan dan untuk mengetahui permasalahan yang muncul sebelum,

selama dan pasca kegiatan serta upaya untuk memecahkan masalah.

G METODE PELAKSANAAN (RUMUSAN CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN)

Kegiatan Pengesahan Peraturan Perusahaan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja

Bersama untuk yang Mempunyai Wilayah Kerja Lebih dari 1 (Satu) Kab/Kota, Hubungan

Industrial dan Jaminan Sosial dilaksanakan secara klasikal. Informasi disampaikan oleh

narasumber secara interaktif diharapkan peran aktif peserta sebagai bahan masukan.

Untuk Bimbingan Penyusunan dan Pembuatan PP/PKB setelah materi dari narasumber

dilanjutkan dengan praktek pembuatan PP/PKB. Untuk pengumpulan data sarana

hubungan industrial, dilakukan oleh petugas data provinsi dan kabupaten/kota.

H PELAKSANA DAN PENANGGUNG JAWAB KEGIATAN

Pengendalian dan pengawasan kegiatan Pengesahan Peraturan Perusahaan Dan

Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama Untuk yang Mempunyai Wilayah Kerja Lebih dari 1

(Satu) Kab/Kota, Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial tahun anggaran 2022

11

dilakukan oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) yang dalam hal ini adalah Kepala

Bidang Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial pada Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah dan dibantu oleh Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan

(PPTK) yaitu Kepala Seksi Syarat Kerja dan Jaminan Sosial.

I WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN (DIMANA DAN KAPAN AKAN

DILAKSANAKAN/JADWAL)

Pelaksanaan Kegiatan Pengesahan Peraturan Perusahaan dan Pendaftaran

Perjanjian Kerja Bersama untuk yang Mempunyai Wilayah Kerja Lebih dari 1 (Satu)

Kab/Kota adalah sebagai berikut :

1. Pengesahan Peraturan Perusahaan yang Terkait dengan Hubungan Industrial dengan melaksanakan Kegiatan Bimbingan Penyusunan dan Pembuatan Peraturan Perusahaan (PP) dan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) sebanyak 5 angkatan di 6 eks

Karesidenan

Waktu : 1 hari

Peserta : 175 orang dari perusahaan yang belum membuat PP

Tempat : 5 Kab./Kota

2. Penyelenggaraan Pendataan dan Informasi Sarana Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja dengan melaksanakan : a. Kegiatan Pembinaan Syarat Kerja dan Jaminan Sosial sebanyak 4 angkatan di 4

Kab./Kota

Waktu : 1 hari

Peserta : 140 orang dari perusahaan

Tempat : 4 Kab./ Kota

b. Kegiatan Pembinaan dan Evaluasi Pelaksanaan HI dan Jamsos sebanyak 70 orang

Waktu : 10 bulan

Peserta : 70 orang dari Dinas yang membidangi Ketenagakerjaan di 35 Kab/Kota

Tempat : 35 Kab./ Kota

3. Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama yang Terkait dengan Hubungan Industrial dengan melaksanakan Kegiatan Identifikasi Perusahaan Wajib membuat PP/PKB

sebanyak 175 perusahaan di Kabupaten/kota.

J BIAYA/MEKANISME PEMBIAYAAN

Kegiatan Pengesahan Peraturan Perusahaan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama

Untuk yang Mempunyai Wilayah Kerja Lebih dari 1 (Satu) Kab/Kota, Hubungan Industrial

dan Jaminan Sosial Tahun Anggaran 2022 dibiayai dengan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jawa Tengah sebesar Rp 796.140.000- (Tujuh Ratus

Sembilan Puluh Enam Juta Seratus Empat Puluh Ribu Rupiah) dengan perincian sebagai

berikut :

12

1 Belanja bahan habis pakai

Alat tulis kantor

Perlengkapan peserta

Perangko, materai dan benda pos lainnya

Rp

Rp

Rp

29.931.000,-

38.500.000,-

400.000,-

2 Belanja Jasa

Penyuluh Non ASN Narsum/Modertor/MC/Dirijen/Doa Paket/Pengiriman

Penanganan Pandemi

Rp

Rp

Rp

Rp

87.500.000,-

19.500.000,-

2.000.000,-

101.250.000,-

3 Belanja Cetak dan Penggandaan Rp 13.404.000,-

4 Belanja Sewa Ruang Rapat Rp 21.000.000,-

5 Belanja Makanan dan Minuman Rp 67.950.000,-

6 Belanja Perjalanan Dinas

Dalam Daerah

Luar Daerah

Rp

Rp

322.295.000,-

92.410.000,-

Untuk perincian keseluruhan terlampir RKA/RAB kegiatan Pengesahan

Peraturan Perusahaan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama Untuk yang

Mempunyai Wilayah Kerja Lebih dari 1 (Satu) Kab/Kota, Hubungan Industrial dan

Jaminan Sosial TA. 2022.

K PENUTUP

Kegiatan Pengesahan Peraturan Perusahaan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja

Bersama untuk yang Mempunyai Wilayah Kerja Lebih dari 1 (Satu) Kab/Kota diharapkan

mampu mendorong dan menciptakan hubungan kerja yang harmonis antara pekerja dan

pengusaha di perusahaan. Disamping itu diharapkan tersedia data data terkait

pelaksanaan hubungan industrial dan jaminan sosial dari kabupaten / kota yang dapat

dipergunakan untuk menganalisa secara sistematis pelaksanaan hubungan industrial

yang akan memudahkan upaya dalam pemecahan masalah dan penetapan kebijakan

dalam pelaksanaan hubungan industrial.

Demikian kerangka acuan pelaksanaan kegiatan Pembinaan dan Evaluasi

Pelaksanaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial dibuat untuk dapat dipergunakan

sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan oleh pelaksana.

Mengetahui

Kepala Dinas

Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah

Ir. SAKINA ROSELLASARI, M.Si M.Sc

Pembina Utama Muda

NIP. 19660821 199303 2 006

Semarang, Pebruari 2021

Kepala Bidang

Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial

ENIK NURHAYATINI W., SH,MHum

Pembina Tk. I

NIP. 19630616 199003 2 007

KERANGKA ACUAN KINERJA KEGIATAN

PENETAPAN UMP, UMSP, UMK, dan UMSK

T.A. 2022

SEKSI PENGUPAHAN DAN KESJA

BIDANG HUBUNGAN INDUSTRIAL DAN JAMSOS

DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH

JL. PAHLAWAN NO. 16 SEMARANG

KERANGKA ACUAN KINERJA ( KAK ) PROGRAM PERLINDUNGAN DAN PENGEMBANGAN LEMBAGA

KETENAGAKERJAAN KEGIATAN PENETAPAN UMP, UMSP, UMK, dan UMSK

TAHUN ANGGARAN 2022

A. LATAR BELAKANG

Peningkatan kesejahteraan pekerja/buruh harus menjadi

komitmen bersama untuk dapat menciptakan ketenangan bekerja dan

juga kepastian berusaha. Upah merupakan salah satu unsur

kesejahteraan bagi pekerja/buruh disamping jaminan sosial, fasilitas

kesejahteraan di perusahaan, serta adanya “rasa aman” agar terpenuhi

kebutuhan hidupnya.

Upah layak, adanya program jaminan sosial serta tersedianya

fasilitas kesejahteraan (yang memadai) di dalam perusahaan merupakan

faktor pendorong produktivitas pekerja/buruh. Oleh karena itu perlu

adanya kegiatan yang menunjang pelaksanaan hal-hal dimaksud sebagai

pelaksanaan dari Tupoksi Bidang hubungan industrial dan Jaminan

Sosial, serta sebagai edukasi kepada masyarakat mengenai Kebijakan

Penetapan Upah Minimum dan Kebijakan Pengupahan yang lain.

Pemerintah, pengusaha, pekerja/buruh dan masyarakat pada

umumnya mempunyai kepentingan atas sistem dan kebijakan

pengupahan. Pemerintah menetapkan kebijakan pengupahan di satu sisi

untuk dapat menjamin standar kehidupan yang layak bagi pekerja/buruh

dan keluarganya, meningkatkan produktivitas dan meningkatkan daya

beli masyarakat. Di lain sisi kebijakan pengupahan harus mampu

mendorong pertumbuhan ekonomi dan perluasan kesempatan kerja serta

menahan laju inflasi.

Para pekerja/buruh dan keluarganya sangat tergantung kepada

upah yang diterima apakah dapat memenuhi kebutuhan sandang,

pangan, perumahan dan kebutuhan lainnya. Oleh sebab itu

pekerja/buruh dan serikat pekerja/buruh cenderung menuntut upah

yang lebih tinggi untuk meningkatkan taraf hidup. Sementara pengusaha

sering memandang upah sebagai bagian biaya produksi saja dan kurang

memperhatikan bahwa upah mempunyai dampak terhadap gizi

pekerja/buruh, ketenangan pekerja/buruh dan produktivitas kerja

sehingga pengusaha sangat berhati-hati untuk meningkatkan upah.

Dalam kondisi perekonomian yang baik, upah pekerja/buruh

secara riil diharapkan meningkat secara terus-menerus, karena tingkat

penghasilan pekerja/buruh yang layak akan meningkatkan daya beli

masyarakat yang pada gilirannya akan mendorong pertumbuhan

ekonomi. Namun kenaikan upah pekerja/buruh harus sejalan dengan

peningkatan produktivitas, karena kenaikan upah yang tidak diikuti

dengan peningkatan produktivitas akan menghambat pengusaha untuk

mempertahankan kelangsungan usaha atau memperluas usaha.

Dampak lain dari kenaikan upah yang tidak diikuti kenaikan

produktivitas adalah kecenderungan pengusaha untuk menaikkan harga

jual yang dapat mempercepat laju inflasi. Bila harga semua barang

meningkat, daya beli masyarakat berkurang, sehingga sulit untuk

menciptakan lapangan kerja baru. Kebijakan pengupahan harus dapat

menjawab tantangan yang berkaitan dengan peningkatan produktivitas

kerja dan perluasan lapangan kerja.

Sementara itu kebijakan penetapan upah minimum adalah salah

satu kebijakan pengupahan yang bertujuan untuk memberikan

perlindungan pekerja/buruh. Filosofi upah minimum adalah sebagai

jaring pengaman dan berlaku bagi pekerja/buruh dengan masa kerja

kurang dari 1 (satu) tahun. Upah minimum, adalah upah bulanan

terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap. Fungsi

penetapan upah minimum adalah agar tingkat upah pekerja tidak jatuh

sampai titik terendah, akibat tidak seimbangnya antara permintaan

dengan penyediaan tenaga kerja. Sehingga dapat dikatakan bahwa

kebijakan upah minimum merupakan Jaring Pengaman Sosial (Social

Safety Net), bukan merupakan standar upah (upah dasar).

Kebijakan penetapan upah minimum diarahkan pada

peningkatan daya beli pekerja/buruh yang berimplikasi pada 2 hal, yaitu:

a. Meningkatnya permintaan terhadap barang dan jasa yang akan ikut

mendorong perputaran ekonomi rakyat, dan pada gilirannya dapat

memperluas kesempatan kerja.

b. Peningkatan gizi pekerja/buruh yang akan berdampak pada

meningkatnya produktivitas kerja yang selanjutnya akan

menciptakan ketenangan kerja dan kelangsungan usaha.

1. Dasar Hukum

Dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun

2021 tentang Pengupahan, tekad Gubernur akan melaksanakan

semua ketentuan yang ditetapkan pemerintah dengan melakukan

modifikasi-modifikasi sepanjang untuk kesejahteraan masyarakat

maka perlu diadakan penyesuaian indikator dalam penetapan upah

minimum. Dasar pelaksanaan kegiatan Penetapan Upah Minimum

yang didalamnya terdapat sub kegiatan Pembahasan Upah

Minimum, Workshop Sistem Pengupahan, Sosialisasi Upah

Minimum, Rapat Koordinasi Pengupahan, Pertemuan, Koordinasi

dan Konsolidasi Masalah Pengupahan, Identifikasi Penerapan

Struktur dan Skala Upah, identifikasi data Fasilitas Kesejahteraan

Pekerja, Rapat Koordinasi Kesejahteraan Pekerja, Perusahaan yang

dilakukan Pendampingan Struktur dan Skala Upah adalah :

1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan;

2. Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja;

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi

Perangkat Daerah;

5. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2021 tentang

Pengupahan;

6. Keputusan Presiden Nomor 107 Tahun 2004 tentang Dewan

Pengupahan;

7. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 9 Tahun 2016

tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi

Jawa Tengah;

8. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 64 Tahun 2016

tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah.

2. Gambaran Umum

Dalam penetapan Upah Minimum menurut Undang-undang

Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pemerintah, dalam

hal ini Gubernur Jawa Tengah menetapkan Upah Minimum

Kabupaten/Kota di Jawa Tengah sesuai ketentuan dalam Peratura

Pemerintah No. 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan, berdasarkan

Kebutuhan Hidup Layak (KHL) dan dengan memperhatikan

produktivitas dab pertumbuhan ekonomi, sebagaimana diarahkan

pasal 88 ayat (4). Usulan besaran upah minimum dimaksud

merupakan rekomendasi Bupati/Walikota setelah mendengar

pertimbangan Dewan Pengupahan Kabupaten/Kota masing-masing,

dengan melalui mekanisme dan prosedur yang benar, ataupun

rekomendasi Dewan Pengupahan Provinsi Jawa Tengah sebagai

lembaga non struktural yang dibentuk oleh Gubernur untuk

memberikan saran dan pertimbangan dalam rangka : 1) Penetapan

Upah Minimum Provinsi (UMP), 2) Penetapan Upah Minimum

Kabupaten/Kota (UMK) dan Upah Minimum Sektoral (UMS) 3).

Penerapan Sistem Pengupahan di tingkat provinsi, serta menyiapkan

bahan perumusan pengembangan sistem pengupahan nasional,

sebagaimana diatur pada Pasal 21 Keputusan Presiden Nomor 107

Tahun 2004 tentang Dewan Pengupahan.

Sesuai dengan Peraturan pemerintah Nomor 36 Tahun 2021

tentang Pengupahan, upah minimum terdiri atas Upah Minimum

Provinsi dan Upah Minimum Kabupaten/Kota dengan syarat

tertentu, yang ditetapkan berdasarkan kondisi ekonomi dan

ketenagakerjaan. Syarat tertentu dimaksud meliputi pertumbuhan

ekonomi daerah atau inflasi pada kabupaten/kota yang

bersangkutan. Sedangkan kondisi ekonomi dan ketenagakerjaan

tersebut meliputi variabel :

a. paritas daya beli;

b. tingkat penyerapan tenaga kerja; dan

c. median upah.

Dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 36

Tahun 2021 tentang Pengupahan, maka perlu dilakukan

penyesuaian-penyesuaian program kebijakan penetapan upah

minimum.

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah,

khususnya Seksi Pengupahan dan Kesejahteraan Tenaga Kerja pada

Bidang Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial melaksanakan

tugas sesuai Peraturan Gubernur Nomor 64 Tahun 2016 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Provinsi Jawa Tengah yakni Melakukan penyiapan bahan perumusan

kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan kebijakan, evaluasi dan

pelaporan di bidang pengupahan dan kesejahteraan tenaga kerja,

meliputi:

1. Menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang

pengupahan dan kesejahteraan tenaga kerja;

2. menyiapkan bahan pengoordinasian di bidang pengupahan dan

kesejahteraan tenaga kerja;

3. menyiapkan bahan peningkatan kapasitas dan kompetensi

pengupahan lintas kabupaten/kota dalam 1 (satu) Daerah;

4. Menyiapkan bahan penyusunan dan menetapkan Upah

Minimum Provinsi, Upah Minimum Sektoral Provinsi, Upah

Minimum Kabupaten/Kota dan Upah Minimum Sektoral

Kabupaten/Kota;

5. Menyiapkan bahan pembinaan penyusunan struktur skala

upah;

6. Menyiapkan bahan penerapan, perumusan dan pengembangan

sistem pengupahan tingkat Daerah;

7. Menyiapkan bahan peningkatan fungsi Dewan Pengupahan

Provinsi dan/ atau kabupaten/kota skala Daerah;

8. Menyiapkan bahan pengkajian dan penyebarluasan

implementasi pengupahan lintas kabupaten/kota dalam 1 (satu)

Daerah;

9. Menyiapkan bahan pengoordinasian pelaksanaan

penyelenggaran fasilitas dan kesejahteraan tenaga kerja skala

Daerah;

10. Menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan di bidang

pengupahan dan kesejahteraan tenaga kerja.

3. Uraian Kegiatan :

Sub Kegiatan

1) Pembahasan Penetapan Upah Minimum

2) Rakor Pengupahan

3) Rakor Kesejahteraan Pekerja

4) Pertemuan Koordinasi dan Konsolidasi Masalah Hubungan

Industrial

5) Workshop Sistem Pengupahan

6) Survei Identifikasi Penerapan Struktur dan Skala Upah di

Perusahaan

7) Identifikasi Data Fasilitas Kesejahteraan Tenaga Kerja

8) Pendampingan Penyusunan Struktur dan Skala Upah

9) Sosialisasi Upah Minimum

4. Indikator Kinerja

a. Masukan.

Kegiatan Penetapan Upah Minimum Tahun 2022

didukung dana APBD Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran

2022 sebesar Rp. 1.555.100.000,- (satu milyar lima ratus lima

puluh lima juta seratus ribu rupiah).

b. Sumber Daya Manusia.

Sumber Daya manusia pada Seksi Pengupahan dan

Kesejahteraan Tenaga Kerja, merupakan sekretariat yang

mendukung pelaksanaan kegiatan Penetapan Upah Minimum,

terdiri dari Kepala Seksi dan staf serta Anggota Dewan

Pengupahan Provinsi Jawa Tengah. Kerjasama yang baik dan

intensif dengan petugas dinas kabupaten/kota sangat

mendukung pelaksanaan kegiatan Penetapan Upah Minimum.

5. Batasan Kegiatan / Ruang Lingkup

Sasaran kegiatan Penetapan Upah Minimum melalui sub

kegiatan-sub kegiatan Pembahasan Penetapan Upah Minimum,

Rakor Pengupahan, Rakor Kesejahteraan Pekerja, Pertemuan

Koordinasi dan Konsolidasi Masalah Hubungan Industrial, Workshop

Sistem Pengupahan, Survei Identifikasi Penerapan Struktur dan

Skala Upah di Perusahaan, Identifikasi Data Faskesja,

Pendampingan Penyusunan Struktur dan Skala Upah, Sosialisasi

Upah Minimum adalah pekerja/buruh, serikat pekerja/serikat

buruh, pengusaha/organisasi pengusaha maupun perusahaan,

Dewan Pengupahan Kabupaten/Kota dan/atau Provinsi, Tim Survei

Sistem Pengupahan Kabupaten/Kota dan/atau Provinsi, serta para

pelaku proses produksi pada umumnya, unsur pemerintah yang

terkait dengan bidang ketenagakerjaan, serta akademisi. Sedangkan

ruang lingkupnya adalah Provinsi Jawa Tengah.

B. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dan tujuan kegiatan Penetapan Upah Minimum melalui

kegiatan Penetapan Upah Minimum melalui sub kegiatan-sub kegiatan

Pembahasan Penetapan Upah Minimum, Rakor Pengupahan, Rakor

Kesejahteraan Pekerja, Pertemuan Koordinasi dan Konsolidasi Masalah

Hubungan Industrial, Workshop Sistem Pengupahan, Survei Identifikasi

Penerapan Struktur dan Skala Upah di Perusahaan, Identifikasi Data

Faskesja, Pendampingan Penyusunan Struktur dan Skala Upah,

Sosialisasi Upah Minimum adalah untuk Memberikan perlindungan bagi

pekerja lajang dengan masa kerja dibawah 1 (satu) tahun yang baru

memasuki dunia kerja, serta dalam rangka meningkatkan kesejahteraan

pekerja dengan masa kerja diatas 1 (satu) tahun

Beberapa kegiatan diatas untuk meningkatkan prestasi kerja

untuk pekerja baru serta untuk meningkatkan produktivitas

pekerja/buruh yang sudah bekerja lebih dari 1 (satu) tahun, dengan

mempertimbangkan kemampuan, kelangsungan dan eksistensi

perusahaan sehingga akan dapat meningkatkan produktivitas dan

kesejahteraan pekerja/buruh, serta menciptakan hubungan industrial

yang harmonis dan terciptanya iklim kondusif dilingkungan perusahaan.

C. KELUARAN/OUTPUT

Keluaran dari sub-sub kegiatan diatas adalah ditetapkannya

Keputusan Gubernur Jawa Tengah tentang Upah Minimum Provinsi dan

Upah Minimum Pada Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Tengah Tahun

2022 yang memenuhi syarat sebagaimana ketentuan dalam PP No. 36

Tahun 2021 tentang Pengupahan, dilaksanakan serta dipahaminya

keputusan dimaksud oleh pengusaha dan pekerja/buruh serta adanya

persamaan dalam melakukan gerakan pembuatan struktur dan skala

upah pekerja di perusahaan dan memerlukan adanya Sosialisasi dan

penyamaan persepsi pada bulan-bulan adanya perubahan formasi Dewan

Pengupahan Provinsi Jawa Tengah dan Dewan Pengupahan

Kabupaten/Kota.

D. HASIL YANG DIHARAPKAN (OUT COME)

1. Out come

Dengan adanya Kegiatan Penetapan Upah Minimum yang

terdiri dari serangkaian sub-sub kegiatan diatas akan melindungi

pekerja dengan masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun, sehingga

akan mencegah adanya pekerja yang jatuh miskin karena tidak

mampu memenuhi kebutuhan hidup minimalnya, serta untuk

mendorong peningkatan kesejahteraan bagi pekerja dengan masa

kerja diatas 1 (satu) tahun. Pekerja dengan masa kerja dibawah 1

(satu) tahun diharapkan akan mampu untuk membiayai

kehidupannya sendiri, sehingga tidak akan semakin memberatkan

keluarganya, sedangkan untuk pekerja di atas 1 (satu) tahun dapat

meningkatkan produktivitas perusahaan karena dengan adanya

struktur dan skala upah pekerja memperoleh kejelasan jenjang

penghasilan, dengan tetap memperhatikan kemampuan dan

kelangsungan perusahaan sehingga dapat menciptakan kondisi

hubungan industrial yang harmonis di Provinsi Jawa Tengah.

2. Manfaat.

Manfaat dengan adanya sub-sub kegiatan diatas adalah sebagai

berikut :

a. Adanya pemahaman bahwa upah minimum sebagai jaring

pengaman (safety net) yang merupakan perlindungan agar

pekerja baru dengan masa kerja dibawah 1 (satu) tahun tidak

dibayar dengan upah sangat rendah, sebagai akibat adanya

ketimpangan antara supply and demand tenaga kerja;

b. Adanya pemahaman bahwa upah minimum bukan upah

standar dan bukan dasar upah di perusahaan.

c. Adanya dorongan untuk melakukan perundingan untuk

membuat sistem pengupahan bagi pekerja dengan masa kerja 1

(satu) tahun atau lebih secara bipartit di perusahaan.

d. Memberikan perlindungan bagi pekerja yang masa kerjanya

kurang 1 (satu) tahun.

e. Adanya motivasi untuk membuat struktur dan skala upah di

perusahaan yang memperhatikan kemampuan ekonomi

perusahaan.

3. Dampak

Kegiatan ini memberikan dampak pada terciptanya ketenangan

bekerja dan berusaha yang pada akhirnya dapat menciptakan

hubungan industrial yang harmonis antara pada pelaku proses

produksi (pengusaha dan pekerja) di Provinsi Jawa Tengah. Adanya

komunikasi yang intensif dan efektif antara pekerja/buruh dan/atau

serikat pekerja/serikat buruh dengan pengusaha/manajemen di

perusahaan di seluruh wilayah di Provinsi Jawa Tengah, sehingga

akan mengurangi keresahan di perusahaan.

E. KERANGKA PEMIKIRAN (RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN)

Persiapan pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan

a. Rapat pembahasan rencana kerja.

b. Pembuatan jadwal untuk kegiatan.

c. Koordinasi dengan Dinas yang membidangi ketenagakerjaan

Kabupaten/Kota se Jawa Tengah.

d. Pembuatan surat ke Dinas yang membidangi ketenagakerjaan

Kabupaten/Kota se Jawa Tengah, dan Stake holder terkait.

e. Koordinasi dengan Asosiasi Pengusaha Indonesia dan Serikat

Pekerja/Buruh, serta stakeholder terkait.

F. METODE PELAKSANAAN (RUMUSAN CARA PELAKSANAAN KEGIATAN)

Kegiatan Penetapan Upah Minimum dilaksanakan dengan beberapa

metode sebagai berikut :

1. Persidangan Dewan Pengupahan Provinsi Jawa Tengah, baik yang

dilakukan dalam rangka memberikan saran dan pertimbangan

kepada Gubernur terkait penetapan upah minimum provinsi dan

upah minimum kabupaten/kota tahun yang akan datang.

2. Persidangan dapat dilakukan dengan didahului dengan Rapat Tim

Kecil maupun langsung Sidang Pleno Dewan Pengupahan Provinsi

Jawa Tengah.

3. Pelaksaan survey untuk melakukan identifikasi terhadap

perusahaan-perusahaan, baik besar, menengah maupun kecil, yang

telah dan/atau belum melakukan penerapan struktur dan skala

upah di perusahaan.

4. Workshop dalam rangka memberikan informasi kepada masyarakat

hubungan industrial dan aparat pemerintah terkait hal – hal yang

diatur dalam ketentuan pengupahan.

5. Workshop sistem pengupahan untuk para pelaku usaha (aparat

pemerintah, HRD perusahaan, serikat pekerja/serikat buruh).

6. Rapat Koordinasi dan/atau Rapat Konsolidasi, serta Pertemuan-

pertemuan dalam rangka membahas permasalahan yang terkait

dengan pengupahan, hubungan industrial, penyediaan fasilitas

kesejahteraan pekerja.

G. PELAKSANAAN DAN PENANGGUNGJAWAB KEGIATAN

Pengendalian serta pengawasan Kegiatan Penetapan Upah

Minimum Tahun 2022, dilakukan Kuasa Pengguna Anggaran, yang dalam

hal ini dilaksanakan oleh Kepala Bidang Hubungan Industrial dan

Jaminan Sosial pada Dinakertrans Provinsi Jawa Tengah, yang juga

selaku Pejabat Pembuat Komitmen, dengan dibantu oleh Pejabat

Pelaksanan Teknis.

H. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN ( DIMANA DAN KAPAN AKAN

DILAKSANAKAN)

1. RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN

Lokasi Pelaksanaan Kegiatan Penetapan Upah Minimum

diselenggarakan di beberapa tempat sebagai berikut :

a. Di provinsi. Kegiatan Persidangan, dan Sosialisasi Upah

Minimum Kabupaten/Kota dilaksanakan di Kantor

Dinakertrans Provinsi Jawa Tengah;

b. Di kabupaten/kota dan/atau provinsi. Workshop, Rakor dan

pertemuan dilakukan di Ruang Pertemuan milik pemerintah, di

hotel dan/atau rumah makan/restoran yang representative di

Kabupaten/Kota.

c. Di perusahaan. Kegiatan Survey Identifikasi dan Pendampingan.

2. WAKTU PELAKSANAAN

a. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan serangkaian Kegiatan Penetapan Upah Minimum

adalah sebagai berikut :

1) Pelaksanaan sub-sub kegiatan dalam penetapan upah

minimum dilaksanakan selama kurun waktu 1 ( satu )

tahun, dengan sasaran pada masing-masing sub kegiatan

melibatkan unsur tripartit, sesuai dengan kebutuhan sub

kegiatan, yang terdiri dari unsur pekerja/buruh, serikat

pekerja/serikat buruh, pengusaha/asosiasi pengusaha,

Dewan Pengupahan Provinsi dan/atau Dewan Pengupahan

Kabupaten/Kota, serta stake holder terkait.

2) Pelaksanaan kegiatan dilakukan di Provinsi Jawa Tengah,

kegiatan Persidangan Dewan Pengupahan Provinsi Jawa

Tengah, dan Sosialisasi Upah Minimum dilakukan di Kantor

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah,

Kegiatan Pertemuan Konsolidasi dan Koordinasi Hubungan

industrial, Rapat Koordinasi Pengupahan, Workshop Sistem

Pengupahan, Rakor Kesja dalam bentuk klasikal.

3) Sidang dan Rapat Pembahasan Penetepan Upah Minimum

akan dilaksanakan bulan Januari s.d bulan Desember.

4) Workshop Sistem Pengupahan akan dilaksanakan mulai

bulan Februari s/d Agustus,

5) Rakor Pengupahan akan dilaksanakan pada bulan Agustus

6) Rakor Kesja akan dilaksanakan pada bulan Februari s.d

Juni

7) Pertemuan, Koordinasi, Konsolidasi masalah Hubungan

Industrail akan dilaksanakan pada bulan April s.d Juni.

8) Survei Identifikasi Struktur dan Skala Upah di Perusahaan

dilakukan oleh Petugas Kabupaten/Kota, dilaksanakan

bulan Maret s.d September.

9) Survey Identifikasi Data Fasilitas Kesja dilakukan oleh

Petugas Kabupaten/Kota, dilaksanakan bulan Pebruari s.d

Agustus.

10) Sosialisasi Upah Minimum dilaksanakan pada bulan

November.

b. Jadwal dan paket pekerjaan

1) Jadwal pelaksanaan sub-sub kegiatan telah direncanakan

sesuai matrik terlampir, dan dalam kondisi tertentu dapat

dilakukan perubahan pelaksanaan sesuai dengan

kebutuhan dan urgensitas kegiatan.

2) Adapun paket pekerjaan yang dilakukan adalah :

a) Pembahasan Penetapan Upah Minimum biaya sebesar

Rp. 463.100.000 (empat ratus juta enam puluh tiga ribu

seratus ribu rupiah)

b) Rakor Pengupahan Rp. 130.000.000 (seratus tiga puluh

juta rupiah)

c) Rakor Kesejahteraan Pekerja Rp. 305.000.000 (tiga ratus

lima juta rupiah)

d) Pertemuan Koordinasi dan Konsolidasi Masalah

Hubungan Industrial Rp. 140.000.000 (seratus empat

puluh juta rupiah)

e) Workshop Sistem Pengupahan Rp. 240.000.000 (dua raus

empat puluh juta rupiah)

f) Survei Identifikasi Penerapan Struktur dan Skala Upah di

Perusahaan Rp. 65.000.000 (enam puluh lima juta

rupiah)

g) Identifikasi Data Faskesja Rp. 16.000.000 (enam belas

juta rupiah)

h) Pendampingan Penyusunan Struktur dan Skala Upah Rp.

165.000.000 (seratus enam puluh lima juta rupiah)

c. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

No Kegiatan Bulan

Jan Peb Mar Apr

Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des

1 Penetapan Upah Minimum

2 Rakor Pengupahan

3

Rakor

Kesejahteraan

Pekerja

4

Pertemuan

Koordinasi dan

Konsolidasi

Masalah Hubungan

Industrial

5 Workshop Sistem Pengupahan

6

Survei Identifikasi

Penerapan Struktur dan Skala Upah

7 Identifikasi Data

Faskesja

8 Sosialisasi UM

9

Pendampingan

Penyusunan Struktur dan Skala

Upah

I. BIAYA / MEKANISME PEMBIAYAAN

1. Rencana Alokasi Anggaran

Kegiatan Penetapan Upah Minimum Tahun 2022 dibiayai oleh Dana

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Tengah

Tahun Anggaran 2022 sebesar Rp. 1..555.100.0000,- (Satu Milyar

lima ratus lima puluh lima juta seratus ribu rupiah)

2. Mekanisme Pembiayaan

Kegiatan penetapan upah minimum dibiayai dengan Dana APBD

Provinsi Jawa Tengah, dengan mekanisme pembayaran langsung dan

LS khususnya untuk kegiatan Rakor Pengupahan.

3. Jadwal dan Rencana Pengeluaran anggaran

1) Pembahasan Penetapan Upah Minimum memebutuhkan dana

Rp.463.100.000 ( empat ratus juta enam puluh tiga ribu seratus

ribu rupiah)

2) Rakor Pengupahan membutuhkan dana sebesar

Rp.130.000.000 (seratus tiga puluh juta rupiah)

3) Rakor Kesejahteraan Pekerja membutuhkan dana sebesar

Rp.305.000.000 (tiga ratus lima juta rupiah)

4) Pertemuan Koordinasi dan Konsolidasi Masalah Hubungan

Industrial membutuhkan dana Rp.140.000.000 (seratus empat

puluh juta rupiah)

5) Workshop Sistem Pengupahan membutuhkan dana

Rp.240.000.000 ( dua raus empat puluh juta rupiah)

6) Survei Identifikasi Penerapan Struktur dan Skala Upah di

Perusahaan membutuhkan dana Rp.65.000.000 (enam puluh

lima juta rupiah)

7) Identifikasi Data Faskesja membutuhkan dana Rp.16.000.000

(enam belas juta rupiah)

8) Pendampingan Penyusunan Struktur dan Skala Upah

membutuhkan dana Rp.165.000.000 (seratus enam puluh lima

juta rupiah).

J. PENUTUP

Kegiatan Penetapan Upah Minimum Tahun Anggaran 2022 ini

diharapkan mampu mencapai target-target yang telah direncanakan

dengan mendapat dukungan dari Dinas yang membidangi

ketenagakerjaan Kabupaten/Kota se Jateng, unsur tripartit se Jawa

Tengah dan mendapat dukungan dari Bupati/Wallikota se Jawa Tengah

dalam rangka menciptakan hubungan kerja yang harmonis antara

pekerja dan pengusaha, dan menjaga kondusivitas Provinsi Jawa Tengah.

Demikian rencana pelaksanaan kegiatan Penetapan Upah

Minimum dibuat untuk dapat dipergunakan sebagai pedoman

pelaksanaan kegiatan oleh pelaksana.

Semarang, Februari 2021

Mengetahui : KEPALA DINAS

TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI DAN

KEPENDUDUKAN PROVINSI JAWA TENGAH

WIKA BINTANG, MM Pembina Uta Muda

NIP. 19590711 1986

KEPALA BIDANG HUBUNGAN INDUSTRIAL DAN

JAMINAN SOSIAL

ENIK NURHAYATINI W, SH, M.Hum

Pembina Tk. I NIP. 19630616 199003 2 007

KERANGKA ACUAN KERJA

KEGIATAN

PENGESAHAN PERATURAN PERUSAHAAN DAN PENDAFTARAN PERJANJIAN KERJA BERSAMA UNTUK YANG MEMPUNYAI WILAYAH KERJA LEBIH DARI 1

(SATU) KAB/KOTA

PROGRAM HUBUNGAN INDUSTRIAL

TAHUN ANGGARAN 2022

DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH

Jl. Pahlawan Nomor : 16 Telp. (024) 8311713 Faksimile (024) 8311711 Semarang

KERANGKA ACUAN KERJA

PROGRAM : HUBUNGAN INDUSTRIAL

SASARAN PROGRAM

: APARAT PEMERINTAH, PEKERJA,PENGUSAHA

KEGIATAN : PENGESAHAN PERATURAN PERUSAHAAN DAN PENDAFTARAN PERJANJIAN KERJA BERSAMA

UNTUK YANG MEMPUNYAI WILAYAH KERJA LEBIH DARI 1 (SATU) KAB/KOTA

A. LATAR BELAKANG

Berdasarkan Undang Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan

Undang Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang perubahan kedua atas Undang

Undang nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan

masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta

masyarakat serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip

demokrasi, pemerataan, keadilan dan kekhasan suatu daerah dalam sistem

Negara Kesatuan Republik Indonesia. Otonomi Daerah adalah hak, wewenang

dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan

perundang-undangan. Urusan pemerintahan adalah fungsi fungsi pemerintahan

yang menjadi hak dan kewajiban setiap tingkatan dan/atau susunan

pemerintahan untuk mengatur dan mengurus fungsi-fungsi tersebut yang

menjadi kewenangannya dalam rangka melindungi, melayani, memberdayakan

dan mensejahterakan masyarakat.

Dalam bidang Ketenagakerjaan, khususnya bidang Hubungan Industrial

dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja, fungsi dan kewenangan pembinaan,

pelayanan, pemberdayaan dan mensejahterakan masyarakat merupakan urusan

wajib, yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah kabupaten/kota dan

provinsi untuk bidang ketenagakerjaan yang lintas kabupaten/kota. Oleh karena

itu, Pengesahan Peraturan Perusahaan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja

Bersama untuk yang mempunyai Wilayah Kerja Lebih dari 1 (Satu) Kab/Kota,

hubungan industrial dan jaminan sosial yang berskala provinsi, merupakan

urusan wajib pemerintahan daerah provinsi. Sehubungan dengan hal tersebut

diatas, maka Pengesahan Peraturan Perusahaan dan Pendaftaran Perjanjian

Kerja Bersama untuk yang Mempunyai Wilayah Kerja Lebih dari 1 (Satu)

Kab/Kota, Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial di Jawa Tengah merupakan

salah satu kegiatan yang sangat penting karena sangat diperlukan dalam upaya

melakukan pembinaan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan di bidang hubungan

industrial dan jaminan sosial di 35 Kabupaten/Kota se Jawa Tengah.

Hubungan Industrial merupakan suatu sistem hubungan yang terbentuk

antara para pelaku dalam produksi barang dan jasa yang terdiri dari unsur

pengusaha, pekerja dan pemerintah yang didasari nilai nilai Pancasila dan

Undang Undang Dasar 1945. Dalam melaksanakan hubungan industrial,

Pemerintah, Pekerja/Serikat Pekerja dan Pengusaha mempunyai peran dan

fungsi masing masing yang saling mendukung sehingga tercipta hubungan yang

harmonis antara pemerintah, pekerja dan pengusaha yang terwujud dalam

ketenangan bekerja dan kelangsungan berusaha. Oleh karena itu perlu adanya

peraturan peraturan yang mengatur hubungan kerja antara pengusaha dan

pekerja yang mencerminkan nilai nilai budaya dalam perusahaan khususnya

dalam hubungan industrial.

Dalam mewujudkan hal tersebut diperlukan sarana hubungan industrial

sebagaimana dimaksud dalam pasal 103 UU Ketenagakerjaan Nomor 13 tahun

2003 bahwa hubungan industrial dilaksanakan melalui sarana sarana sebagai

berikut:

Lembaga Kerjasama Bipartit,

Lembaga Kerjasama Tripartit,

Serikat Pekerja/Buruh,

Organisasi Pengusaha,

Peraturan Perusahaan,

Perjanjian Kerja Bersama dan

Lembaga Penyelesaian Perselisihan Perburuhan.

Dengan adanya pengaturan mengenai hal-hal apa yang harus dilakukan

oleh pekerja dan pengusaha melalui sarana sarana hubungan industrial tersebut

diharapkan suasana dan kelangsungan bekerja tertib, nyaman sehingga terwujud

suasana yang kondusif. Hal tersebut diatas sejalan dengan upaya pemerintah

dalam memberikan perlindungan terhadap masyarakat, khususnya para pelaku

proses produksi, untuk menciptakan kondisi hubungan kerja secara harmonis

antara pengusaha dengan pekerja, antara pengusaha dan pemerintah, dan

antara pemerintah dengan pekerja. Upaya pemerintah membuat perangkat

aturan dalam menata hubungan kerja telah dilakukan, namun demikian, seiring

dengan perkembangan masyarakat dunia usaha dan perkembangan teknologi,

masih sering muncul permasalahan dalam hubungan kerja

Sehubungan dengan hal tersebut maka diperlukan adanya data informasi

berkaitan dengan karakteristik atau ciri-ciri khusus suatu populasi di bidang

ketenagakerjaan yang berasal dari Kabupaten/Kota yang merupakan daerah

pelaksana otonomi. Data terkait informasi ketenagakerjaan dipergunakan sebagai

bahan pertimbangan dalam perencanaan dan pembuatan kebijakan, sehingga

sangat diperlukan komunikasi yang efektif antara Kabupaten/Kota dengan

Provinsi maupun Pusat. Langkah-langkah yang dilakukan adalah melakukan

inventarisasi permasalahan di bidang Hubungan Industrial dan Jamsos,

melakukan analisis permasalahan dan upaya pemecahan secara komprehensif

mengingat bahwa permasalahan Hubungan Industrial dapat menjadi

permasalahan yang melintasi batas wilayah dan dapat mempengaruhi kondisi

Hubungan Industrial pada wilayah lain.

1. Dasar Hukum

a. Undang-Undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;

b. Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah

sebagaimana telah diubah beberapa kali,terakhir dengan Undang Undang

Nomor 9 Tahun 2015 tentang perubahan kedua atas Undang Undang

Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;

c. Undang-Undang Nomor No. 21 tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat

Buruh;

d. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan

Hubungan Industrial;

e. Undang Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial

Nasional;

f. Undang Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial (BPJS);

g. Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja;

h. Keputusan Menakertrans RI Nomor 19 tahun 2012 tentang Syarat syarat

Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan kepada perusahaan lain;

i. Kepmenakertrans RI Nomor 28 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pembuatan

dan Pengesahan Peraturan Perusahaan serta Pembuatan dan Pendaftaran

Perjanjian Kerja Bersama;

j. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No Kep.

250/Men/XII/ 2008 tentang Klasifikasi dan Karakteristik Data Dari Jenis

Informasi Ketenagakerjaan;

k. Peraturan Pemerintah RI Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian

Urusan Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota;

l. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI Nomor 27 Tahun 2014 tentang

Perubahan atas Permenakertrans Nomor 19 tahun 2012 tentang Syarat

syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan kepada perusahaan

lain;

m. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI nomor 1 Tahun

2014 tentang Perubahan atas Kepmenakertrans RI No. 250/men/XII/2008

tentang Klasifikasi dan Karakteristik Data Dari Jenis Informasi

Ketenagakerjaan;

n. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI nomor 2 Tahun

2014 tentang Standar Pelayanan Minimal Ketenagakerjaan;

o. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi RI Nomor: SE

04/MEN/VIII/2013 Tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri

Tenaga Kerja Dan Transmigrasi RI Nomor 19 Tahun 2012 Tentang Syarat

Syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan

Lain.

p. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI Nomor 11 Tahun 2019 tentang

Perubahan Kedua atas Permenakertrans Nomor 19 tahun 2012 tentang

Syarat syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan kepada

perusahaan lain;

2. Gambaran Umum

Seiring dengan perkembangan teknologi yang makin pesat; makin

berkembang juga dunia usaha. Sehingga permasalahan yang muncul juga

semakin kompleks yang apabila tidak segera diselesaikan akan berpengaruh

pada wilayah lain. Oleh karena itu perlu pemetaan potensi masing masing

kabupaten/kota sebagai dasar pembuatan kebijaksanaan dan perencanaan

program kerja utamanya di bidang Hubungan Industrial. Pembuatan

kebijaksanaan dan perencanaan program akan berhasil dengan baik apabila

tersedia data yang merupakan potensi awal untuk memetakan kebutuhan

kegiatan sesuai dengan kondisi masing masing Kabupaten/Kota, Provinsi dan

atau Pusat.

Secara umum kondisi hubungan kerja yang menyangkut persyaratan

kerja di perusahaan masih belum seluruhnya memenuhi sebagaimana

ketentuan dalam aturan ketenagakerjaan. Banyak faktor yang mempengaruhi

hal tersebut, antara lain melimpahnya jumlah tenaga kerja serta ketatnya

persaingan lowongan kerja menjadikan para pemberi kerja membuat

ketentuan persyaratan kerja untuk menerima tenaga kerja sedemikian

sederhana.

Pengaturan hubungan kerja antara pengusaha dengan pekerja

diperusahaan secara normatif telah diatur dalam berbagai peraturan

perundangan ketenagakerjaan. Bahkan sejak tahun 2000 pemerintah telah

menerbitkan 3 (tiga) Undang Undang yang mengatur masalah hubungan kerja

tersebut. Diawali dengan Undang Undang nomor 21 tahun 2000 tentang

Serikat Pekerja/Serikat Buruh dan Undang Undang nomor 13 tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan, Undang Undang nomor 2 tahun 2004 tentang

Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial serta Undang Undang Nomor

11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.

Pada dasarnya ketiga Undang Undang tersebut merupakan bentuk

respon pemerintah dalam rangka menata kondisi hubungan kerja atau

hubungan industrial di Indonesia untuk mengantisipasi tuntutan

perkembangan masyarakat baik yang regional, nasional maupun internasional.

Dalam perkembangannya, ketentuan peraturan perundangan tersebut

masih harus diaplikasikan oleh pelaku produksi di perusahaan. Pengaplikasian

tersebut dituangan dalam Peraturan Perusahaan (PP) atau Perjanjian Kerja

Bersama (PKB). Sehingga pembuatan PP/PKB harus sejalan dengan peraturan

perundangan yang ada/tidak bertentangan.

Sebelum dilakukan pembuatan Peraturan Perusahaan atau Perjanjian

Kerja Bersama, diperlukan identifikasi perusahaan wajib PP. Dalam hal ini,

perusahaan yang sudah memenuhi ketentuan mempunyai Peraturan

Perusahaan (PP) tetapi belum membuat Peraturan Perusahaan (PP).

Pembuatan Peraturan Perusahaan (PP) atau Perjanjian Kerja Bersama (PKB)

merupakan kebijakan pemerintah yang diamanatkan Undang Undang

Ketenagakerjaan yang mengatur bahwa perusahaan yang mempekerjakan

sedikitnya 10 (sepuluh) orang wajib membuat Peraturan Perusahaan (PP).

Sedangkan untuk perusahaan yang sudah mempunyai Serikat Pekerja/Serikat

Buruh, diharapkan dapat meningkatkan dari Peraturan Perusahaan menjadi

menjadi Perjanjian Kerja Bersama (PKB).

PP dan PKB mengatur syarat syarat kerja yang merupakan

pencerminan tanggung jawab dari pengusaha terhadap pekerja untuk

meningkatkan kesejahteraannya yang sekaligus dengan diimbangi

peningkatan produktivitas dari pekerja. Dengan produktivitas yang tinggi dari

pekerja diharapkan perusahaan akan mendapatkan keuntungan yang tinggi

pula sehingga akan dapat meningkatkan gairah kerja mereka yang akan

berimbas pada kesejahteraan keluarganya. Pengaturan syarat syarat kerja

yang diatur dalam PP dan PKB sangat strategis untuk menciptakan Hubungan

industrial yang harmonis, dinamis, berkualitas dan bermartabat di perusahaan.

Dengan semakin maraknya sistem hubungan kerja outsourcing baik oleh

perusahaan maupun instansi pemerintah, yang apabila pelaksanaanya tidak

sesuai peraturan perundangan yang berlaku dapat menimbulkan

permasalahan dan keresahan. Dalam pelaksanaannya outsourcing banyak

dilakukan dengan sengaja untuk menekan biaya pekerja/buruh (labourcost)

dengan perlindungan dan syarat kerja yang diberikan jauh dibawah dari yang

seharusnya diberikan (di bawah standard dalam perundang undangan)

sehingga sangat merugikan pekerja/buruh. Pelaksanaan outsourcing yang

demikian akan menimbulkan keresahan dan tidak jarang diikuti dengan

pemogokan sehingga maksud diadakannya outsourcing yaitu untuk

peningkatan efektivitas, efisiensi dan produktivitas menjadi tidak tercapai

akibat terganggunya proses produksi barang dan jasa.

Disisi lain agar ada ketenangan dalam bekerja harus ada kepastian

perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi pekerja dan pengusaha yang

dapat menjamin untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak.

Oleh karena itu, pemerintah menyusun sistem jaminan nasional melalui

Undang Undang No. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

(SJSN) yang mengamanatkan pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial (BPJS) dan transformasi kelembagaan PT. Taspen (persero) dan PT.

Asabri (persero) menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang diikuti

dengan adanya pengalihan peserta, program, asset dan liabilitas, pegawai

serta hak dan kewajiban,yang untuk selanjutnya diatur dalam Undang-Undang

No. 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang

mengatur tentang BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan.

BPJS Kesehatan menyelenggarakan program jaminan kesehatan

mulai berlaku pada 1 Januari 2014 dan BPJS Ketenagakerjaan

menyelenggarakan 4 (empat) program yaitu jaminan kecelakaan (JKK),

jaminan hari tua (JHT), jaminan pensiun (JP) dan jaminan kematian (JK) yang

mulai diberlakukan 1 Juli 2015. Dengan demikian diharapkan setiap orang,

termasuk warga asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di

Indonesia wajib menjadi peserta program jaminan sosial.

Manfaat dari keikutsertaan dalam program BPJS antara lain:

1. Adanya kepastian jaminan berupa biaya atau santunan atas penghasilan

yang hilang atau berkurang dalam hal tenaga kerja mengalami kecelakaan

kerja, cacat, sakit, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia.

2. Terciptanya rasa aman dan ketenangan dalam bekerja yang pada

gilirannya dapat meningkatkan produktivitas kerja,

Seiring dengan perkembangan teknologi yang makin pesat, makin

berkembang juga dunia usaha sehingga permasalahan yang muncul juga

semakin kompleks yang apabila tidak segera diselesaikan akan berpengaruh

pada wilayah lain. Oleh karena itu diperlukan data / informasi yang

merupakan karakteristik atau ciri ciri khusus suatu populasi di bidang

ketenagakerjaan yang berasal dari Kabupaten/Kota yang merupakan daerah

pelaksana Otonomi khususnya dibidang hubungan industrial sehingga

diperlukan komunikasi yang efektif antara Kabupaten/Kota, Provinsi maupun

Pusat.

Langkah langkah yang dilakukan adalah dengan melakukan inventarisasi

permasalahan di bidang Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial, melakukan

analisis permasalahan dan upaya pemecahan secara komprehensip mengingat

bahwa permasalahan hubungan industrial dapat menjadi permasalahan yang

melintasi batas wilayah yang mempengaruhi kondisi hubungan industrial pada

wilayah lain.

Pemerintah dalam hal ini Kemnaker RI telah mengeluarkan Keputusan

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No Kep. 250/Men/XII/ 2008

tentang Klasifikasi dan Karakteristik Data Dari Jenis Informasi

Ketenagakerjaan yang telah diperbaharui dengan Peraturan Menteri Tenaga

Kerja dan Transmigrasi RI nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan atas

Kepmenakertrans RI No. 250/men/XII/2008 tentang Klasifikasi dan

Karakteristik Data dari Jenis Informasi Ketenagakerjaan sebagai upaya untuk

dapat melakukan sinergitas antara pelaksanaan urusan wajib dibidang

ketenagakerjaan antara Pemerintah Pusat dan Kabupaten/Kota. Yang

kemudian diimplementasikan dalam kegiatan Pengesahan Peraturan

Perusahaan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama Untuk yang

Mempunyai Wilayah Kerja Lebih dari 1 (Satu) Kab/Kota, Hubungan Industrial

dan Jaminan Sosial.

B. KEGIATAN

1. Uraian Kegiatan

Kegiatan Pengesahan Peraturan Perusahaan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja

Bersama untuk yang Mempunyai Wilayah Kerja Lebih dari 1 (Satu) Kab/Kota

terdiri dari sub-sub kegiatan:

1. Pengesahan Peraturan Perusahaan yang Terkait dengan Hubungan

Industrial

2. Penyelenggaraan Pendataan dan Informasi Sarana Hubungan Industrial

dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja

a. Tenaga Kerja yang mengikuti pembinaan syarat kerja dan Jaminan

Sosial.

b. Petugas Data HI dan Jamsos yang memahami Pengolahan Data HI

dan Jamsos serta mengikuti rakor pembinaaan Hubungan Industrial.

3. Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama yang Terakit dengan Hubungan

Industrial

2. Indikator Kinerja

Masukan

Kegiatan Pengesahan Peraturan Perusahaan dan Pendaftaran Perjanjian

Kerja Bersama untuk yang Mempunyai Wilayah Kerja Lebih dari 1 (Satu)

Kab/Kota, Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial didukung oleh

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun

Anggaran 2022 sebesar Rp 796.140.000,00 (Tujuh Ratus Sembilan Puluh

Enam Juta Seratus Empat Puluh Ribu Rupiah).

SDM Pendukung

Pelaksanaan Kegiatan Pengesahan Peraturan Perusahaan dan Pendaftaran

Perjanjian Kerja Bersama untuk yang Mempunyai Wilayah Kerja Lebih dari

1 (Satu) Kab/Kota, Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial didukung oleh

sumber daya manusia pada Seksi Syarat Kerja dan Jaminan Sosial dan

Petugas dari Kabupaten/Kota.

3. Batasan Kegiatan

Ruang lingkup kegiatan Pengesahan Peraturan Perusahaan dan Pendaftaran

Perjanjian Kerja Bersama untuk yang Mempunyai Wilayah Kerja Lebih dari 1

(Satu) Kab/Kota, Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial adalah di Provinsi

dan 35 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah.

C MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud

Maksud kegiatan Pengesahan Peraturan Perusahaan dan Pendaftaran

Perjanjian Kerja Bersama untuk yang mempunyai wilayah kerja lebih dari 1

(satu) Kab/Kota adalah:

1. Meningkatkan pemahaman para pelaku proses produksi di perusahaan

tentang pentingnya pembuatan PP/PKB sebagai sarana menjamin

kepastian hukum dan untuk meningkatkan kualitas proses pembuatan

PP/PKB di perusahaan dan meningkatkan kualitas materi PP/PKB yang

memenuhi legal formal dan rasa keadilan kedua belah pihak.

2. Meningkatkan pemahaman tentang latar belakang dan tujuan penyerahan

sebagian pekerjaan pada perusahaan lain kepada perusahaan penyedia

jasa pekerja/buruh (perusahaan outsourcing) maupun terhadap

perusahaan atau instansi pengguna agar tidak menyimpang dari tujuan.

3. Meningkatkan pemahaman bagi pelaku proses produksi di perusahaan dan

masyarakat umum tentang pentingnya perlindungan dan peningkatan

kesejahteraan tenaga kerja di perusahaan terutama dalam program

jaminan sosial.

4. Untuk mengetahui dan meningkatkan kondisi perkembangan pelaksanaan

Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial serta untuk mengetahui

permasalahan permasalahan dalam hubungan industrial dan jaminan

sosial yang terjadi melalui data dari kabupaten/kota

5. Untuk mengetahui jumlah perusahaan wajib Peraturan Perusahaan (PP)

yang nantinya akan ditindaklanjuti dengan Bimbingan pembuatan

Peraturan Perusahaan (PP).

Tujuan

Kegiatan Pengesahan Peraturan Perusahaan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja

Bersama untuk yang mempunyai wilayah kerja lebih dari 1 (satu) Kab/Kota

bertujuan:

1. Mewujudkan Peraturan Perusahaan (PP) dan Perjanjian Kerja Bersama

(PKB) sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

2. Meningkatkan pemahaman tenaga kerja dan pengusaha tentang syarat-

syarat kerja dan jaminan sosial sehingga dapat menciptakan iklim

hubungan industrial yang harmonis dan kondusif.

3. Mendapatkan data yang akurat mengenai pelaksanaan Hubungan

Industrial dan Jaminan Sosial sesuai permenakertrans nomor 1 Tahun

2014 tentang Perubahan atas Kepmenakertrans RI No. 250/men/XII/2008

tentang Klasifikasi dan Karakteristik Data dari Jenis Informasi

Ketenagakerjaan di kabupaten/kota dan upaya pemecahannya.

4. Menyampaikan informasi terkait Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial

guna menyamakan persepsi antara Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Provinsi Jawa Tengah dengan Petugas/Pejabat yang membidangi

Ketenagakerjaan di Kabupaten/Kota.

5. Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan masalah ketenagakerjaan

yang diharapkan dapat membuka wacana bagi pelaksana di daerah

mengenai berbagai hal yang menyangkut hubungan industrial dan

peraturan perundangan ketenagakerjaan sehingga diharapkan dapat

memecahkan masalah ketenagakerjaan secara komprehensif.

6. Sebagai bahan dalam rangka membuat kebijakan.

D KELUARAN (OUT PUT)

1. Jumlah pengusaha atau pemberi kerja yang mengikuti bimbingan pembuatan

PP (Peraturan Perusahaan) / PKB (Perjanjian Kerja Bersama)

2. Jumlah tenaga kerja yang mengikuti pembinaan syarat kerja dan jaminan

sosial.

3. Jumlah petugas data HI dan Jamsos yang memahami pengolahan data HI

dan Jamsos

4. Jumlah Perusahaan Yang Teridentifikasi belum memenuhi ketentuan PP/PKB

E HASIL YANG DIHARAPKAN (OUT COME)

1. Meningkatkan jumlah tenaga kerja yang memahami ketentuan dalam syarat

kerja dan jaminan sosial

2. Meningkatnya jumlah tenaga kerja yang menjadi peserta BPJS

Ketenagakerjaan

3. Meningkatnya jumlah perusahaan yang memenuhi ketentuan Peraturan

Perusahaan dan Perjanjian Kerja Bersama.

F KERANGKA PEMIKIRAN (RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN)

PERSIAPAN

1. Rapat pembahasan rencana kerja

2. Menyusun dan membuat jadwal kegiatan

3. Koordinasi dengan Dinas yang membidangi Ketenagakerjaan di

Kabupaten/Kota dan stakeholder terkait.

4. Membuat SK petugas data

PELAKSANAAN

Kegiatan Pengesahan Peraturan Perusahaan dan Pendaftaran Perjanjian

Kerja Bersama untuk yang mempunyai wilayah kerja lebih dari 1 (satu)

Kab/Kota dilaksanakan di Provinsi dan 5 eks karesidenan di Provinsi Jawa

Tengah, terdiri dari sub kegiatan sebagai berikut :

1. Pengesahan Peraturan Perusahaan yang Terkait dengan Hubungan

Industrial berupa Kegiatan Bimbingan Penyusunan dan Pembuatan

Peraturan Perusahaan (PP) dan Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama

(PKB) sebanyak 5 angkatan di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah

2. Penyelenggaraan Pendataan dan Informasi Sarana Hubungan Industrial

dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja berupa :

a. Pembinaan Syarat Kerja dan Jaminan Sosial sebanyak 4 angkatan di

4 Kab/Kota

b. Pembinaan dan Evaluasi Pelaksanaan HI dan Jamsos sebanyak 70

orang di 35 Kab/Kota

3. Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama yang Terkait dengan Hubungan

Industrial berupa Identifikasi Perusahaan Wajib membuat PP/PKB

sebanyak 175 perusahaan

MONITORING DAN EVALUASI

Monitoring dan evaluasi dilaksanakan sebelum, selama dan setelah

kegiatan dilaksanakan. Dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana

kegiatan diimplementasikan dan untuk mengetahui permasalahan yang

muncul sebelum, selama dan pasca kegiatan serta upaya untuk

memecahkan masalah.

G METODE PELAKSANAAN (RUMUSAN CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN)

Kegiatan Pengesahan Peraturan Perusahaan dan Pendaftaran Perjanjian

Kerja Bersama untuk yang Mempunyai Wilayah Kerja Lebih dari 1 (Satu)

Kab/Kota, Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial dilaksanakan secara klasikal.

Informasi disampaikan oleh narasumber secara interaktif diharapkan peran aktif

peserta sebagai bahan masukan. Untuk Bimbingan Penyusunan dan Pembuatan

PP/PKB setelah materi dari narasumber dilanjutkan dengan praktek pembuatan

PP/PKB. Untuk pengumpulan data sarana hubungan industrial, dilakukan oleh

petugas data provinsi dan kabupaten/kota.

H PELAKSANA DAN PENANGGUNG JAWAB KEGIATAN

Pengendalian dan pengawasan kegiatan Pengesahan Peraturan

Perusahaan Dan Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama Untuk yang Mempunyai

Wilayah Kerja Lebih dari 1 (Satu) Kab/Kota, Hubungan Industrial dan Jaminan

Sosial tahun anggaran 2022 dilakukan oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)

yang dalam hal ini adalah Kepala Bidang Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial

pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah dan dibantu

oleh Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) yaitu Kepala Seksi Syarat Kerja

dan Jaminan Sosial.

I WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN (DIMANA DAN KAPAN AKAN

DILAKSANAKAN/JADWAL)

Pelaksanaan Kegiatan Pengesahan Peraturan Perusahaan dan Pendaftaran

Perjanjian Kerja Bersama untuk yang Mempunyai Wilayah Kerja Lebih dari 1

(Satu) Kab/Kota adalah sebagai berikut :

1. Pengesahan Peraturan Perusahaan yang Terkait dengan Hubungan Industrial dengan melaksanakan Kegiatan Bimbingan Penyusunan dan Pembuatan Peraturan Perusahaan (PP) dan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) sebanyak 5

angkatan di 6 eks Karesidenan

Waktu : 1 hari

Peserta : 175 orang dari perusahaan yang belum membuat PP

Tempat : 5 Kab./Kota

2. Penyelenggaraan Pendataan dan Informasi Sarana Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja dengan melaksanakan :

a. Kegiatan Pembinaan Syarat Kerja dan Jaminan Sosial sebanyak 4 angkatan di 4 Kab./Kota

Waktu : 1 hari

Peserta : 140 orang dari perusahaan

Tempat : 4 Kab./ Kota

b. Kegiatan Pembinaan dan Evaluasi Pelaksanaan HI dan Jamsos sebanyak 70 orang

Waktu : 10 bulan

Peserta : 70 orang dari Dinas yang membidangi Ketenagakerjaan di 35 Kab/Kota

Tempat : 35 Kab./ Kota

3. Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama yang Terkait dengan Hubungan

Industrial dengan melaksanakan Kegiatan Identifikasi Perusahaan Wajib membuat PP/PKB sebanyak 175 perusahaan di Kabupaten/kota.

J BIAYA/MEKANISME PEMBIAYAAN

Kegiatan Pengesahan Peraturan Perusahaan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja

Bersama Untuk yang Mempunyai Wilayah Kerja Lebih dari 1 (Satu) Kab/Kota,

Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tahun Anggaran 2022 dibiayai dengan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jawa Tengah sebesar

Rp 796.140.000- (Tujuh Ratus Sembilan Puluh Enam Juta Seratus Empat Puluh

Ribu Rupiah) dengan perincian sebagai berikut :

1 Belanja bahan habis pakai

Alat tulis kantor

Perlengkapan peserta

Perangko, materai dan benda pos lainnya

Rp

Rp

Rp

29.931.000,-

38.500.000,-

400.000,-

2 Belanja Jasa

Penyuluh Non ASN

Narsum/Modertor/MC/Dirijen/Doa

Paket/Pengiriman

Penanganan Pandemi

Rp

Rp

Rp

Rp

87.500.000,-

19.500.000,-

2.000.000,-

101.250.000,-

3 Belanja Cetak dan Penggandaan Rp 13.404.000,-

4 Belanja Sewa Ruang Rapat Rp 21.000.000,-

5 Belanja Makanan dan Minuman Rp 67.950.000,-

6 Belanja Perjalanan Dinas

Dalam Daerah

Luar Daerah

Rp

Rp

322.295.000,-

92.410.000,-

Untuk perincian keseluruhan terlampir RKA/RAB kegiatan Pengesahan

Peraturan Perusahaan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama Untuk yang

Mempunyai Wilayah Kerja Lebih dari 1 (Satu) Kab/Kota, Hubungan Industrial dan

Jaminan Sosial TA. 2022.

K PENUTUP

Kegiatan Pengesahan Peraturan Perusahaan dan Pendaftaran Perjanjian

Kerja Bersama untuk yang Mempunyai Wilayah Kerja Lebih dari 1 (Satu)

Kab/Kota diharapkan mampu mendorong dan menciptakan hubungan kerja yang

harmonis antara pekerja dan pengusaha di perusahaan. Disamping itu

diharapkan tersedia data data terkait pelaksanaan hubungan industrial dan

jaminan sosial dari kabupaten / kota yang dapat dipergunakan untuk

menganalisa secara sistematis pelaksanaan hubungan industrial yang akan

memudahkan upaya dalam pemecahan masalah dan penetapan kebijakan dalam

pelaksanaan hubungan industrial.

Demikian kerangka acuan pelaksanaan kegiatan Pembinaan dan Evaluasi

Pelaksanaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial dibuat untuk dapat

dipergunakan sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan oleh pelaksana.

Mengetahui

Kepala Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi

Provinsi Jawa Tengah

Ir. SAKINA ROSELLASARI, M.Si M.Sc Pembina Utama Muda

NIP. 19660821 199303 2 006

Semarang, Pebruari 2021

Kepala Bidang Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial

ENIK NURHAYATINI W., SH,MHum Pembina Tk. I

NIP. 19630616 199003 2 007

KERANGKA ACUAN KERJA

PENCEGAHAN DAN PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL, MOGOK KERJA DAN

PENUTUPAN PERUSAHAAN YANG BERAKIBAT/BERDAMPAK PADA KEPENTINGAN DI 1

(SATU) DAERAH PROVINSI

PROGRAM HUBUNGAN INDUSTRIAL

TAHUN ANGGARAN 2022

DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH

Jln. Pahlawan No. 16

SEMARANG

KERANGKA ACUAN KINERJA (KAK) PENCEGAHAN DAN PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN,

MOGOK KERJA DAN PENUTUPAN PERUSAHAAN YANG BERAKIBAT/BERDAMPAK PADA KEPENTINGAN DI 1 (SATU) DAERAH

PROVINSI TAHUN 2022

PROGRAM : HUBUNGAN INDUSTRIAL

KEGIATAN : PENCEGAHAN DAN PENYELESAIAN PERSELISIHAN

HUBUNGAN INDUSTRIAL, MOGOK KERJA DAN PENUTUPAN PERUSAHAAN YANG BERAKIBAT/BERDAMPAK PADA

KEPENTINGAN DI 1 (SATU) DAERAH PROVINSI

SUB KEGIATAN : PENCEGAHAN DAN PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL, MOGOK KERJA DAN PENUTUPAN PERUSAHAAN YANG BERAKIBAT/BERDAMPAK PADA

KEPENTINGAN DI 1 (SATU) DAERAH PROVINSI;

A. LATAR BELAKANG

1. Dasar Hukum

a. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;

b. Undang-undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat

Buruh;

c. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan

Hubungan Industrial;

d. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;

e. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja;

f. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2005 tentang Tata kerja dan Susunan

Organisasi Lembaga Kerja Sama Tripartit;

g. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2008 tentang Perubahan atas

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2005 tentang Tata kerja dan Susunan

Organisasi Lembaga Kerja Sama Tripartit;

h. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2017 tentang Perubahan Kedua atas

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2005 tentang Tata kerja dan Susunan

Organisasi Lembaga Kerja Sama Tripartit;

i. Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 2021 tentang Perjanjian Kerja Waktu

Tertentu, Alih Daya, Waktu kerja dan waktu istirahat, dan Pemutusan

Hubungan Kerja;

j. Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2021 tentang Pengupahan;

k. Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2021 tentang Jaminan Kehilangan

Pekerjaan;

l. Peraturan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan

Menteri Dalam Negeri Nomor : Per.04/Men/II/2010 dan Nomor 17

Tahun 2010 tentang Pembentukan dan Peningkatan Peran

Lembaga kerja sama Tripartit Provinsi dan Kabupaten/Kota;

m. Kepmenakertrans Nomor. Kep.16/Men/2001 tentang Tata cara Pencatatan

SP/SB;

n. Kepmenakertrans Nomor. Kep.201/Men/2001 tentang Keterwakilan dalam

Kelembagaan HI;

o. Permenaker Nomor.Per. 06/IV/Men/2005 tentang Pedoman Verifikasi

Keanggotaan Serikat Pekerja/Serikat Buruh;

p. Permenakertrans Nomor Per. 32/Men/XII/2008 tentang Pedoman

Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Melalui Bipartit;

q. Permenakertrans Nomor 17 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pengangkatan

dan Pemberhentian Mediator Hubungan Industrial;

r. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 21 Tahun 2016 tentang

Kebutuhan Hidup Layak (KHL);

s. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 20 Tahun 2016 tentang Sanksi

Administratif PP No.78 Tahun 2016 tentang Pengupahan;

t. Permenakertrans Nomor 19 Tahun 2012 tentang Syarat-syarat Penyerahan

Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain;

u. Permenakertrans Nomor 28 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pembuatan dan

Pengesahan Peraturan Perusahaan serta Pembuatan dan Pendaftaran

Perjanjian Kerja Bersama;

v. Permenaker Nomor 6 Tahun 2016 tentang THR Keagamaan;

w. Permenaker Nomor 8 Tahun 2016 tentang Pembentukan Forum Serikat

Pekerja/Serikat Buruh di Perusahaan pada Kawasan Ekonomi Khusus;

x. Permenaker Nomor 7 tahun 2016 tentang Uang Servis Pada Usaha Hotel dan

Usaha Restoran di Hotel;

y. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 1 Tahun 2017 tentang

Penyusunan Struktur dan Skala Upah;

z. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 64 Tahun 2016 tentang Organisasi

Dan Tata Kerja Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah.

2. Gambaran Umum

Kehidupan Hubungan Industrial mulai bulan Maret 2020 mengalami

permasalahan yang cukup signifikan, akibat beberapa negara terdampak Covid-

19. Perusahaan-perusahaan, terutama untuk sektor industri dan perdagangan

yang terdampak terbagi dalam beberapa criteria, 1). Perusahaan yang bahan

baku dan orientasi pemasaran dari luar negeri, khususnya Cina, Amerika dan

Eropa, 2). Perusahaan yang bahan baku dari luar negeri, baik berasal dari

negara terdampak maupun tidak terdampak, dengan orientasi pasar luar negeri,

3). Perusahaan bahan baku dari luar negeri dengan orientasi pasar dalam negeri.

Kondisi tersebut mengakibatkan adanya beberapa hal yang harus dilakukan oleh

perusahaan supaya kondisi keuangan perusahaan tidak semakin memburuk,

antara lain : 1) melakukan shift para pekerja; 2). Mengurangi jam kerja; 3).

Merumahkan pekerja; 4). Tidak meneruskan pekerja dengan system hubungan

kerja PKWT; 5). Melakukan PHK, terutama untuk negara yang belum mampu

melakukan recoveri perekonomian. Dengan adanya kebijakan lockdown dan/atau

pelarangan mobilitas penduduk, maka ternyata tidak hanya sektor industri dan

perdagangan yang terdampak, namun juga sektor jasa, antara lain pariwisata

dan transportasi. Sektor industri yang selama ini menjadi sektor ekonomi yang

penting dan menjadi sumber penghidupan mayoritas masyarakat Indonesia,

disamping sektor pertanian, sangat terpengaruh signifikan, sehingga

pertumbuhan ekonomi secara nasional turun drastis hanya mencapai 2 persen.

Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar upah secara penuh,

mengakibatkan para pekerja mengalami kendala keuangan rumah tangga.

Kondisi ini dapat mempengaruhi kondisi Hubungan Industrial di Jawa Tengah.

Dalam rangka penanganan dampak pendemi Covid-19 diperlukan partisipasi

organisasi pekerja, organisasi pengusaha melalui Pemberdayaan Lembaga

Hubungan Industrial yang ada, antara lain LKS Bipartit, LKS Tripartit, dan Serikat

Pekerja/Serikat Buruh.

Dalam rangka upaya menjaga hubungan industrial yang harmonis,

kondusif dan dinamis di perusahaan dalam rangka terciptanya ketenangan kerja

dan kelangsungan usaha, serta mencegah terjadi kemiskinan baru, maka

diperlukan pemberdayaan SDM Pekerja/buruh di sektor perekonomian dan

peningkatan peran dan fungsi LKS Bipartit. Atas dasar pemikiran tersebut maka

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah perlu melaksanakan

kegiatan “PENCEGAHAN DAN PENYELESAIAN PERSELISIHAN

HUBUNGAN INDUSTRIAL, MOGOK KERJA DAN PENUTUPAN

PERUSAHAAN YANG BERAKIBAT/BERDAMPAK PADA KEPENTINGAN DI

1 (SATU) DAERAH/PROVINSI”.

B. KEGIATAN

1. Uraian Kegiatan :

a. Koordinasi Teknis Hubungan Industrial;

b. Pembinaan Hubungan Industrial Bagi PUK SP/SB dan Manjemen di

Perusahaan;

c. Pembinaan Pembentukan LKS Bipartit;

d. Pemberdayaan SP/SB;

e. Koordinasi dan Konsolidasi Hubungan Industrial;

f. Verifikasi Keanggotaan SP/SB

2. Indikator Kinerja :

a. Masukan

Kegiatan Pencegahan Dan Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, Mogok Kerja Dan Penutupan Perusahaan Yang

Berakibat/Berdampak Pada Kepentingan Di 1 (Satu) Daerah/Provinsi dengan dukungan dana APBD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2021 sebesar Rp. 512.163.000,- (Lima Ratus Dua belas Juta Seratus Enam Puluh Tiga

Puluh Ribu Rupiah).

b. Hasil

⮚ Meningkatnya peran dan fungsi sarana Hubungan Industrial di

Perusahaan.

⮚ Mewujudkan pengembangan Hubungan Industrial yang harmonis untuk

mencapai ketenangan kerja, peningkatan kesejahteraan pekerja, serta

kelangsungan usaha.

c. Manfaat

⮚ Meningkatnya kualitas Serikat Pekerja/ Serikat Buruh dan Pengusaha

sehingga akan lebih memahami peraturan perundangan yang berlaku dan

peningkatan pengetahuan serta pemahaman Kelembagaan Hubungan

Industrial khususnya mentaati hak dan kewajiban masing-masing, serta

adanya peningkatan pemulihan ekonomi masyarakat.

⮚ Meningkatnya SDM dan pemahaman Mediator HI dan Pejabat Bidang HI di

Jawa Tengah.

3. Batasan Kegiatan :

Ruang lingkup kegiatan Kegiatan Pencegahan Dan Penyelesaian Perselisihan

Hubungan Industrial, Mogok Kerja Dan Penutupan Perusahaan Yang

Berakibat/Berdampak Pada Kepentingan Di 1 (Satu) Daerah/Provinsi adalah

Provinsi dan 35 Kabupaten/ Kota di Provinsi Jawa Tengah.

C. MAKSUD DAN TUJUAN

1. Maksud Kegiatan ini adalah :

a. Menjaga keharmonisan dalam menjaga hubungan antara pekerja, Serikat

Pekerja/Serikat Buruh dengan Pengusaha di Perusahaan

b. Meningkatkan koordinasi antara pekerja, Serikat Pekerja/Serikat Buruh dengan

Pengusaha untuk menjaga kesejahteraan bersama, khususnya kesejahteraan

pekerja dan anggota keluarga, melalui pencegahan dampak Covid 19 melalui

peningkatan SDM di bidang perekonomian.

c. Meningkatnya SDM dan pemahaman Mediator HI di Jawa Tengah.

d. Meningkatnya Pembentukan LKS Bipartit di Kabupaten/ Kota.

2. Tujuan Kegiatan ini adalah :

a. Melakukan kerjasama antara Serikat Pekerja/ Serikat Buruh dengan

Pengusaha didalam memahami dan melaksanakan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

b. Peningkatan dan pemahaman tentang Kelembagaan Hubungan Industrial

diharapkan dapat menciptakan Hubungan Industrial yang harmonis, nyaman

dan kondusif di Jawa Tengah.

c. Melakukan kerjasama antara pekerja, Serikat Pekerja/ Serikat Buruh dengan

Pengusaha untuk tidak melakukan penyimpangan didalam memahami dan

melaksanakan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

d. Peningkatan dan pemahaman tentang Kelembagaan Hubungan Industrial

diharapkan dapat menciptakan Hubungan Industrial yang Harmonis, nyaman

dan Kondusif di Jawa Tengah.

D. KELUARAN

1. Terlaksananya pertemuan Mediator HI dan Pejabat di Bidang HI se-Jawa

Tengah;

2. Terlaksananya kegiatan sebagai pembekalan Sertifikasi HI;

3. Terlaksanya sosialisasi untuk pembentukan LKS Bipartit di perusahaan;

4. Terlaksananya pemberdayaan pengurus atau anggota PUK SP/SB di Kabupaten/

Kota;

5. Terlaksananya koordinasi Hubungan Industrial Provinsi ke Kab/ Kota;

6. Terlaksananya verifikasi keanggotaan SP/SB.

E. HASIL YANG DIHARAPKAN

Dalam pemahaman Kelembagaan Hubungan Industrial oleh Pengusaha

dan Serikat Pekerja/ Serikat Buruh di perusahaan untuk mewujudkan Hubungan

Industrial yang harmonis, kondusif dapat Menjaga tingkat kesejahteraan baik

pekerja/ Serikat Pekerja/ Serikat Buruh, supaya tidak merosot dibawah garis

kemiskinan.

F. KERANGKA PEMIKIRAN

1. Persiapan

a. Mempelajari DPA Tahun 2022

b. Membuat Rencana Kerja Operasional (RKO) dan Rencana Penyerapan

Anggaran

c. Membuat Jadwal untuk kegiatan Pencegahan Dan Penyelesaian Perselisihan

Hubungan Industrial, Mogok Kerja Dan Penutupan Perusahaan Yang

Berakibat/Berdampak Pada Kepentingan Di 1 (Satu) Daerah/Provinsi

d. Membuat Rencana Kerja Tahunan (RKT) Pencegahan Dan Penyelesaian

Perselisihan Hubungan Industrial, Mogok Kerja Dan Penutupan Perusahaan

Yang Berakibat/Berdampak Pada Kepentingan Di 1 (Satu) Daerah/Provinsi

e. Membuat Jadwal untuk kegiatan Pencegahan Dan Penyelesaian Perselisihan

Hubungan Industrial, Mogok Kerja Dan Penutupan Perusahaan Yang

Berakibat/Berdampak Pada Kepentingan Di 1 (Satu) Daerah/Provinsi.

f. Membuat Rencana Kerja Tahunan (RKT) kegiatan Pencegahan Dan

Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, Mogok Kerja Dan Penutupan

Perusahaan Yang Berakibat/Berdampak Pada Kepentingan Di 1 (Satu)

Daerah/Provinsi.

g. Koordinasi dengan Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten/ Kota, dan stakeholder.

h. Membuat Surat ke Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten/ Kota, dan stakeholder.

i. Pembelian perlengkapan dan peralatan bahan kegiatan dan bahan kerja;

j. Membuat Surat Perintah dan mempersiapkan untuk peng SPJ an

k. Mempersiapkan pelaksanaan kegiatan

2. Pelaksanaan

a. Kegiatan Koordinasi Teknis Hubungan Industrial sebanyak 1 angkatan.

b. Kegiatan Pembinaan Hubungan Industrial bagi PUK SP/SB dan Manajemen di

Perusahaan sebanyak 3 angkatan

c. Kegiatan Pembinaan Pembentukan LKS Bipartit sebanyak 8 angkatan

d. Kegiatan Pemberdayaan SP/SB sebanyak 5 angkatan.

3. Pengendalian

Agar kegiatan Pencegahan Dan Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial,

Mogok Kerja Dan Penutupan Perusahaan Yang Berakibat/Berdampak Pada

Kepentingan Di 1 (Satu) Daerah/Provinsi dapat terlaksana dengan baik maka

dilakukan pengendalian dan pengawasan oleh Kepala Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah beserta Kepala Bidang Hubungan Industrial

dan Jaminan Sosial Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah dan

kegiatan tersebut dilaksanakan mulai bulan Januari sampai dengan bulan

Desember 2022

G. METODE PELAKSANAAN

Metode pelaksanaan adalah Klasikal :

Penceramah : a. Dinakertrans Provinsi Jawa Tengah;

b. Kementrian Ketenagakerjaan RI;

c. Dinas yang membidangi Ketenagakerjaan di Kabupaten/ Kota;

d. Lembaga/stakeholder terkait.

H. PELAKSANA DAN PENANGGUNG JAWAB KEGIATAN

Kegiatan Pencegahan Dan Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, Mogok

Kerja Dan Penutupan Perusahaan Yang Berakibat/Berdampak Pada Kepentingan Di

1 (Satu) Daerah/Provinsi dilaksanakan oleh Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi

Provinsi Jawa Tengah bekerjasama dengan Dinas yang membidangi

Ketenagakerjaan di Kabupaten/ Kota.

I. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN

Pelaksanaan kegiatan Pencegahan Dan Penyelesaian Perselisihan Hubungan

Industrial, Mogok Kerja Dan Penutupan Perusahaan Yang Berakibat/Berdampak

Pada Kepentingan Di 1 (Satu) Daerah/Provinsi :

a. Kegiatan Koordinasi Teknis Hubungan Industrial sebanyak 1 angkatan pada

bulan Februari.

b. Kegiatan Pembinaan Hubungan Industrial bagi PUK SP/ SB dan Manajemen di

Perusahaan sebanyak 3 (tiga) angkatan pada periode bulan April s.d September.

c. Kegiatan Pembinaan Pembentukan LKS Bipartit sebanyak 8 (delapan) angkatan

pada bulan Maret s.d September.

d. Kegiatan Pemberdayaan SP/SB sebanyak 5 (lima) angkatan pada bulan Maret s.d

Oktober.

e. Koordinasi dan Konsolidasi Hubungan Industrial sebanyak 25 (dua puluh lima)

kali di kabupaten/kota yang target pembentukan LKS Bipartit tinggi dan/atau

mudah terjangkau untuk menghadirkan narasumber.

J. BIAYA/ MEKANISME PEMBIAYAAN

Kegiatan Pencegahan Dan Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, Mogok

Kerja Dan Penutupan Perusahaan Yang Berakibat/Berdampak Pada Kepentingan Di

1 (Satu) Daerah/Provinsi dibiayai oleh anggaran APBD Provinsi Jawa Tengah Tahun

2021 sebesar Rp. 600.814.000,- (Enam Ratus Juta Delapan Ratus Ribu ).

dengan rencana penyerapan anggaran sebagai berikut :

1 Belanja Pegawai :

~ Uang Harian Peserta Kegiatan Rp. 73.000.000

2 Belanja Barang dan Jasa

~ Belanja Alat Tulis Kantor Rp 32.382.000

~ Belanja Perlengkapan Diklat/ Seminar/ Bintek/

Sosialisasi/ Lokakarya Rp 50.400.000

~ Belanja Jasa Pengajar/ Instruktur/ Narasumber/

Tenaga Ahli Rp. 63.000.000

~ Belanja Cetak RP. 4.950.000

~ Belanja Penggandaan RP. 5.952.000

~ Belanja Sewa Gedung/ Kantor/ Tempat Rp. 89.500.000

~ Belanja Makanan dan Minuman Rapat Rp. 44.850.000

~ Belanja Perdin Dalam Daerah Rp. 187.780.000

~ Belanja Perdin Luar Daerah Rp. 49.000.000

JUMLAH Rp. 600.814.000

K. PENUTUP

Kegiatan Pencegahan Dan Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, Mogok

Kerja Dan Penutupan Perusahaan Yang Berakibat/Berdampak Pada Kepentingan Di

1 (Satu) Daerah/Provinsi sangatlah penting untuk peningkatan para pelaku produksi

di Perusahaan, khususnya dalam rangka mendukung terciptanya semangat kerja

bagi para serikat pekerja/ serikat buruh terhadap Perusahaan yang saling

bekerjasama agar menjadikan hubungan menjadikan harmonis dan kondusif.

Mengetahui

KEPALA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

PROVINSI JAWA TENGAH

Ir. SAKINA ROSELLASARI, M.Si, M.Sc

Pembina Utama Muda NIP. 19660821 199303 2 006

Semarang,

PENANGGUNG JAWAB KEGIATAN KABID HI DAN JAMSOS

ENIK NURHAYATINI W., SH., M.Hum.

Pembina Tk. I NIP. 19630616 199003 2 007

KERANGKA ACUAN KERJA

PELAKSANAAN OPERASIONAL LEMBAGA KERJASAMA TRIPARTIT DAERAH PROVINSI

PROGRAM HUBUNGAN INDUSTRIAL

TAHUN ANGGARAN 2022

DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH

Jln. Pahlawan No. 16

SEMARANG

KERANGKA ACUAN KINERJA (KAK) PELAKSANAAN OPERASIONAL

LEMBAGA KERJASAMA TRIPARTIT DAERAH PROVINSI TAHUN 2021

PROGRAM : HUBUNGAN INDUSTRIAL

KEGIATAN : PENCEGAHAN DAN PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL, MOGOK KERJA DAN PENUTUPAN PERUSAHAAN YANG BERAKIBAT/BERDAMPAK PADA

KEPENTINGAN DI 1 (SATU) DAERAH PROVINSI

SUB KEGIATAN : PELAKSANAAN OPERASIONAL LEMBAGA KERJASAMA TRIPARTIT DAERAH PROVINSI

A. LATAR BELAKANG

1. Dasar Hukum

a. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;

b. Undang-undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat

Buruh;

c. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan

Hubungan Industrial;

d. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;

e. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja;

f. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2005 tentang Tata kerja dan Susunan

Organisasi Lembaga Kerja Sama Tripartit;

g. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2008 tentang Perubahan atas

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2005 tentang Tata kerja dan Susunan

Organisasi Lembaga Kerja Sama Tripartit;

h. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2017 tentang Perubahan Kedua atas

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2005 tentang Tata kerja dan Susunan

Organisasi Lembaga Kerja Sama Tripartit;

i. Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 2021 tentang Perjanjian Kerja Waktu

Tertentu, Alih Daya, Waktu kerja dan waktu istirahat, dan Pemutusan

Hubungan Kerja;

j. Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2021 tentang Pengupahan;

k. Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2021 tentang Jaminan Kehilangan

Pekerjaan;

l. Peraturan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan

Menteri Dalam Negeri Nomor : Per.04/Men/II/2010 dan Nomor 17

Tahun 2010 tentang Pembentukan dan Peningkatan Peran

Lembaga kerja sama Tripartit Provinsi dan Kabupaten/Kota;

m. Kepmenakertrans Nomor. Kep.16/Men/2001 tentang Tata cara Pencatatan

SP/SB;

n. Kepmenakertrans Nomor. Kep.201/Men/2001 tentang Keterwakilan dalam

Kelembagaan HI;

o. Permenaker Nomor.Per. 06/IV/Men/2005 tentang Pedoman Verifikasi

Keanggotaan Serikat Pekerja/Serikat Buruh;

p. Permenakertrans Nomor Per. 32/Men/XII/2008 tentang Pedoman

Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Melalui Bipartit;

q. Permenakertrans Nomor 17 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pengangkatan

dan Pemberhentian Mediator Hubungan Industrial;

r. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 21 Tahun 2016 tentang

Kebutuhan Hidup Layak (KHL);

s. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 20 Tahun 2016 tentang Sanksi

Administratif PP No.78 Tahun 2016 tentang Pengupahan;

t. Permenakertrans Nomor 19 Tahun 2012 tentang Syarat-syarat Penyerahan

Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain;

u. Permenakertrans Nomor 28 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pembuatan dan

Pengesahan Peraturan Perusahaan serta Pembuatan dan Pendaftaran

Perjanjian Kerja Bersama;

v. Permenaker Nomor 6 Tahun 2016 tentang THR Keagamaan;

w. Permenaker Nomor 8 Tahun 2016 tentang Pembentukan Forum Serikat

Pekerja/Serikat Buruh di Perusahaan pada Kawasan Ekonomi Khusus;

x. Permenaker Nomor 7 tahun 2016 tentang Uang Servis Pada Usaha Hotel dan

Usaha Restoran di Hotel;

y. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 1 Tahun 2017 tentang

Penyusunan Struktur dan Skala Upah;

z. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 64 Tahun 2016 tentang Organisasi

Dan Tata Kerja Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah.

2. Gambaran Umum

Kehidupan Hubungan Industrial pada triwulan pertama 2020 mengalami

permasalahan yang cukup signifikan, akibat beberapa negara terdampak Covid-

19. Perusahaan-perusahaan, terutama untuk sektor industri dan perdagangan

yang terdampak terbagi dalam beberapa criteria, 1). Perusahaan yang bahan

baku dan orientasi pemasaran dari luar negeri, khususnya Cina, Amerika dan

Eropa, 2). Perusahaan yang bahan baku dari luar negeri, baik berasal dari

negara terdampak maupun tidak terdampak, dengan orientasi pasar luar negeri,

3). Perusahaan bahan baku dari luar negeri dengan orientasi pasar dalam negeri.

Kondisi tersebut mengakibatkan adanya beberapa hal yang harus dilakukan oleh

perusahaan supaya kondisi keuangan perusahaan tidak semakin memburuk,

antara lain : 1) melakukan shift para pekerja; 2). Mengurangi jam kerja; 3).

Merumahkan pekerja; 4). Tidak meneruskan pekerja dengan system hubungan

kerja PKWT; 5). Melakukan PHK, terutama untuk negara yang belum mampu

melakukan recoveri perekonomian. Dengan adanya kebijakan lockdown dan/atau

pelarangan mobilitas penduduk, maka ternyata tidak hanya sektor industri dan

perdagangan yang terdampak, namun juga sektor jasa, antara lain pariwisata

dan transportasi. Sektor industri yang selama ini menjadi sektor ekonomi yang

penting dan menjadi sumber penghidupan mayoritas masyarakat Indonesia,

disamping sektor pertanian, sangat terpengaruh signifikan, sehingga

pertumbuhan ekonomi secara nasional turun drastis hanya mencapai 2 persen.

Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar upah secara penuh,

mengakibatkan para pekerja mengalami kendala keuangan rumah tangga.

Kondisi ini dapat mempengaruhi kondisi Hubungan Industrial di Jawa Tengah.

Dalam rangka penanganan dampak pendemi Covid-19 diperlukan partisipasi

organisasi pekerja, organisasi pengusaha melalui forum Lembaga Hubungan

Industrial yang terdapat di Kabupaten/Kota dan Provinsi yaitu LKS Tripartit.

Dalam rangka upaya menjaga hubungan industrial yang harmonis,

kondusif dan dinamis maka diperlukan Peningkatan peran LKS Tripartit dalam

memberikan masukan bahan pertimbangan kepada Gubernur atau

Bupati/Walikota dalam menetapkan kebijakan. Atas dasar pemikiran tersebut

maka Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi Jawa

Tengah perlu melaksanakan kegiatan “PELAKSANAAN OPERASIONAL

LEMBAGA KERJASAMA TRIPARTIT DAERAH PROVINSI”.

B. KEGIATAN

1. Uraian Kegiatan :

a. Pemberdayaan LKS Tripartit;

b. Pembinaan SDM LKS Tripartit Kabupaten/Kota;

c. Forum Komunikasi LKS Tripartit.

2. Indikator Kinerja :

a. Masukan

Kegiatan Pencegahan Dan Penyelesaian Perselisihan Hubungan

Industrial, Mogok Kerja Dan Penutupan Perusahaan Yang Berakibat/Berdampak Pada Kepentingan Di 1 (Satu) Daerah/Provinsi dengan

dukungan dana APBD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2021 sebesar Rp. 560.707.000,- (Lima Ratus Enam Puluh Juta Tujuh ratus Tujuh Ribu

Rupiah).

b. Hasil

⮚ Meningkatnya peran dan fungsi LKS Tripartit Provinsi dan

Kabupaten/Kota;

⮚ Mewujudkan pengembangan Hubungan Industrial yang harmonis untuk

mencapai ketenangan kerja, peningkatan kesejahteraan pekerja, serta

kelangsungan usaha.

c. Manfaat

⮚ Meningkatnya kualitas anggota LKS Tripartit Provinsi dan Kabupaten/Kota

sehingga akan lebih memahami peraturan perundangan yang berlaku dan

peningkatan pengetahuan serta pemahaman Kelembagaan Hubungan

Industrial khususnya mentaati hak dan kewajiban masing-masing;

⮚ Meningkatnya kulitas rekopmendasi terkait isu-isu ketenagakerjaan

kepada Gubernur.

4. Batasan Kegiatan :

Ruang lingkup kegiatan Pelaksanaan Operasional Lembaga Kerjasama Tripartit

Daerah Provinsi adalah Provinsi dan 35 Kabupaten/ Kota di Provinsi Jawa

Tengah.

C. MAKSUD DAN TUJUAN

1. Maksud Kegiatan ini adalah :

a. Menjaga keharmonisan dalam menjaga hubungan antara pekerja, Serikat

Pekerja/Serikat Buruh dengan Pengusaha di Jawa Tengah

b. Meningkatkan koordinasi antara pekerja, Serikat Pekerja/Serikat Buruh

dengan Pengusaha untuk menjaga kesejahteraan bersama, khususnya

kesejahteraan pekerja dan anggota keluarga, melalui pencegahan dampak

Covid 19 melalui peningkatan SDM di bidang perekonomian.

c. Meningkatnya SDM dan pemahaman anggota LKS Tripartit.

d. Meningkatkan Peran dan Fungsi LKS Tripartit dalam memberikan masukan

bahan pertimbangan pengambilan kebijakan di bidang ketenagakerjaan pada

Pimpinan Daerah.

3. Tujuan Kegiatan ini adalah :

a. Melakukan kerjasama antara Serikat Pekerja/ Serikat Buruh dengan

Pengusaha didalam memahami dan melaksanakan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

b. Peningkatan dan pemahaman tentang Kelembagaan Hubungan Industrial

diharapkan dapat menciptakan Hubungan Industrial yang harmonis, nyaman

dan kondusif di Jawa Tengah.

D. KELUARAN

1. Terlaksananya Rapat Badan Pekerja dan Sidang Pleno;

2. Terlaksananya pertemuan LKS Tripartit Provinsi dan Kab/ Kota ;

3. Terlaksananya Pembinaan SDM LKS Tripartit di Kabupaten/ Kota.

E. HASIL YANG DIHARAPKAN

Dengan adanya Kegiatan Pelaksanaan Operasional Lembaga Kerjasama

Tripartit Daerah Provinsi, diharapkan dapat menyamakan persepsi dan memecahkan

masalah ketenagakerjaan untuk memberikan Rekomendasi kepada Gubernur Jawa

Tengah dan Instansi terkait.

F. KERANGKA PEMIKIRAN

1. Persiapan

a. Mempelajari DPA Tahun 2022

b. Membuat Rencana Kerja Operasional (RKO) dan Rencana Penyerapan

Anggaran

c. Membuat Jadwal untuk kegiatan Pelaksanaan Operasional Lembaga

Kerjasama Tripartit Daerah Provinsi

d. Membuat Rencana Kerja Tahunan (RKT) Pelaksanaan Operasional Lembaga

Kerjasama Tripartit Daerah Provinsi

e. Membuat Jadwal untuk kegiatan Pelaksanaan Operasional Lembaga

Kerjasama Tripartit Daerah Provinsi

f. Membuat Rencana Kerja Tahunan (RKT) kegiatan Pelaksanaan Operasional

Lembaga Kerjasama Tripartit Daerah Provinsi.

g. Koordinasi dengan Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten/ Kota, dan

stakeholder.

h. Membuat Surat ke Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten/ Kota, dan stakeholder.

i. Pembelian perlengkapan dan peralatan bahan kegiatan dan bahan kerja;

j. Membuat Surat Perintah dan mempersiapkan untuk peng SPJ an

k. Mempersiapkan pelaksanaan kegiatan

2. Pelaksanaan

a. Kegiatan Forum LKS Tripartit sebanyak 1 kali sebanyak 132 orang.

b. Kegiatan Pembinaan SDM LKS Tripartit Kabupaten/Kota di 3 lokasi dengan

jumlah peserta 30 orang setiap lokasi.

c. Kegiatan Pemberdayaan LKS Tripartit sebanyak 8 kali Rapat BP dan 10 kali

Sidang Pleno LKS Tripartit;

3. Pengendalian

Agar kegiatan Pelaksanaan Operasional Lembaga Kerjasama Tripartit Daerah

Provinsi dapat terlaksana dengan baik maka dilakukan pengendalian dan

pengawasan oleh Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa

Tengah beserta Kepala Bidang Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Dinas

Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah dan kegiatan tersebut

dilaksanakan mulai bulan Januari sampai dengan bulan Desember 2021

G. METODE PELAKSANAAN

Metode pelaksanaan adalah Klasikal :

Penceramah : a. Disnakertrans Provinsi Jawa Tengah;

b. Kementrian Ketenagakerjaan RI;

c. Dinas yang membidangi Ketenagakerjaan di Kabupaten/ Kota;

d. Lembaga/stakeholder terkait.

H. PELAKSANA DAN PENANGGUNG JAWAB KEGIATAN

Kegiatan Pelaksanaan Operasional Lembaga Kerjasama Tripartit Daerah Provinsi

dilaksanakan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah

bekerjasama dengan Dinas yang membidangi Ketenagakerjaan di Kabupaten/ Kota.

II. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN

Pelaksanaan kegiatan Pelaksanaan Operasional Lembaga Kerjasama Tripartit

Daerah Provinsi :

a. Kegiatan Forum Komunikasi LKS Tripartit sebanyak 1 kali pada bulan Agustus.

b. Kegiatan Pembinaan SDM LKS Tripartit Kabupaten/Kota di 3 angkatan pada bulan

Juni, Juli dan Agustus.

c. Kegiatan Pemberdayaan LKS Tripartit sebanyak :

− Rapat BP sebanyak 8 (delapan) kali pada bulan Februari s.d Nopember ;

− Sidang Pleno sebanyak 10 (sepuluh) kali pada bulan Februari s.d Nopember;

J. BIAYA/ MEKANISME PEMBIAYAAN

Kegiatan Pelaksanaan Operasional Lembaga Kerjasama Tripartit Daerah Provinsi

dibiayai oleh anggaran APBD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2021 sebesar Rp.

560.707.000,- (Lima Ratus Enam Puluh Juta Tujuh Ratus Tujuh Ribu

Rupiah)

dengan rencana penyerapan anggaran sebagai berikut :

1 Belanja Pegawai :

~ Honorarium PNS Rp. 118.000.000

~ Honorarium Non PNS Rp. 270.000.000

~ Uang Harian Peserta Kegiatan Rp. 52.200.000

2 Belanja Barang dan Jasa

~ Belanja Alat Tulis Kantor Rp 5.512.000

~ Belanja Perlengkapan Diklat/ Seminar/ Bintek/

Sosialisasi/ Lokakarya Rp 19.980.000

~ Belanja Jasa Pengajar/ Instruktur/ Narasumber/

Tenaga Ahli Rp. 3.350.000

~ Belanja Penggandaan RP. 1.665.000

~ Belanja Sewa Gedung/ Kantor/ Tempat Rp. 4.000.000

~ Belanja Makanan dan Minuman Rapat Rp. 63.530.000

~ Belanja Perdin Dalam Daerah Rp. 22.470.000

JUMLAH Rp. 560.707.000

K. PENUTUP

Kegiatan Pelaksanaan Operasional Lembaga Kerjasama Tripartit Daerah Provinsi

sangatlah penting dalam memberikan rekomendasi kepada pimpinan daerah terkait

isu-isu ketenagakerjaan agar menjadikan hubungan harmonis dan kondusif.

Mengetahui

KEPALA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

PROVINSI JAWA TENGAH

Ir. SAKINA ROSELLASARI, M.Si, M.Sc

Pembina Utama Muda NIP. 19660821 199303 2 006

Semarang,

PENANGGUNG JAWAB KEGIATAN KABID HI DAN JAMSOS

ENIK NURHAYATINI W., SH., M.Hum.

Pembina Tk. I NIP. 19630616 199003 2 007

KERANGKA ACUAN KERJA

PENCEGAHAN DAN PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL, MOGOK KERJA DAN PENUTUPAN

PERUSAHAAN YANG BERAKIBAT/BERDAMPAK PADA KEPENTINGAN DI 1 (SATU) DAERAH PROVINSI

PROGRAM HUBUNGAN INDUSTRIAL

TAHUN ANGGARAN 2022

DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH

Jln. Pahlawan No. 16

SEMARANG

KERANGKA ACUAN KINERJA (KAK) PENCEGAHAN DAN PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN, MOGOK

KERJA DAN PENUTUPAN PERUSAHAAN YANG BERAKIBAT/BERDAMPAK PADA KEPENTINGAN DI 1 (SATU) DAERAH PROVINSI

TAHUN 2022

PROGRAM : HUBUNGAN INDUSTRIAL

KEGIATAN : PENCEGAHAN DAN PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL, MOGOK KERJA DAN PENUTUPAN

PERUSAHAAN YANG BERAKIBAT/BERDAMPAK PADA KEPENTINGAN DI 1 (SATU) DAERAH PROVINSI

SUB KEGIATAN : PENCEGAHAN DAN PENYELESAIAN PERSELISIHAN

HUBUNGAN INDUSTRIAL, MOGOK KERJA DAN PENUTUPAN PERUSAHAAN YANG BERAKIBAT/BERDAMPAK PADA KEPENTINGAN DI 1 (SATU) DAERAH PROVINSI;

A. LATAR BELAKANG

1. Dasar Hukum

a. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;

b. Undang-undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh;

c. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan

Industrial;

d. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana

telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2

Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

tentang Pemerintahan Daerah;

e. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja;

f. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2005 tentang Tata kerja dan Susunan

Organisasi Lembaga Kerja Sama Tripartit;

g. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Peraturan

Pemerintah Nomor 8 Tahun 2005 tentang Tata kerja dan Susunan Organisasi

Lembaga Kerja Sama Tripartit;

h. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2017 tentang Perubahan Kedua atas

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2005 tentang Tata kerja dan Susunan

Organisasi Lembaga Kerja Sama Tripartit;

i. Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 2021 tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu,

Alih Daya, Waktu kerja dan waktu istirahat, dan Pemutusan Hubungan Kerja;

j. Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2021 tentang Pengupahan;

k. Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2021 tentang Jaminan Kehilangan Pekerjaan;

l. Peraturan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Menteri

Dalam Negeri Nomor : Per.04/Men/II/2010 dan Nomor 17 Tahun 2010

tentang Pembentukan dan Peningkatan Peran Lembaga kerja sama

Tripartit Provinsi dan Kabupaten/Kota;

m. Kepmenakertrans Nomor. Kep.16/Men/2001 tentang Tata cara Pencatatan SP/SB;

n. Kepmenakertrans Nomor. Kep.201/Men/2001 tentang Keterwakilan dalam

Kelembagaan HI;

o. Permenaker Nomor.Per. 06/IV/Men/2005 tentang Pedoman Verifikasi Keanggotaan

Serikat Pekerja/Serikat Buruh;

p. Permenakertrans Nomor Per. 32/Men/XII/2008 tentang Pedoman Penyelesaian

Perselisihan Hubungan Industrial Melalui Bipartit;

q. Permenakertrans Nomor 17 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pengangkatan dan

Pemberhentian Mediator Hubungan Industrial;

r. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 21 Tahun 2016 tentang Kebutuhan

Hidup Layak (KHL);

s. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 20 Tahun 2016 tentang Sanksi

Administratif PP No.78 Tahun 2016 tentang Pengupahan;

t. Permenakertrans Nomor 19 Tahun 2012 tentang Syarat-syarat Penyerahan

Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain;

u. Permenakertrans Nomor 28 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pembuatan dan

Pengesahan Peraturan Perusahaan serta Pembuatan dan Pendaftaran Perjanjian

Kerja Bersama;

v. Permenaker Nomor 6 Tahun 2016 tentang THR Keagamaan;

w. Permenaker Nomor 8 Tahun 2016 tentang Pembentukan Forum Serikat

Pekerja/Serikat Buruh di Perusahaan pada Kawasan Ekonomi Khusus;

x. Permenaker Nomor 7 tahun 2016 tentang Uang Servis Pada Usaha Hotel dan Usaha

Restoran di Hotel;

y. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 1 Tahun 2017 tentang Penyusunan

Struktur dan Skala Upah;

z. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 64 Tahun 2016 tentang Organisasi Dan

Tata Kerja Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah.

2. Gambaran Umum

Kehidupan Hubungan Industrial mulai bulan Maret 2020 mengalami

permasalahan yang cukup signifikan, akibat beberapa negara terdampak Covid-19.

Perusahaan-perusahaan, terutama untuk sektor industri dan perdagangan yang

terdampak terbagi dalam beberapa criteria, 1). Perusahaan yang bahan baku dan

orientasi pemasaran dari luar negeri, khususnya Cina, Amerika dan Eropa, 2).

Perusahaan yang bahan baku dari luar negeri, baik berasal dari negara terdampak

maupun tidak terdampak, dengan orientasi pasar luar negeri, 3). Perusahaan bahan

baku dari luar negeri dengan orientasi pasar dalam negeri. Kondisi tersebut

mengakibatkan adanya beberapa hal yang harus dilakukan oleh perusahaan supaya

kondisi keuangan perusahaan tidak semakin memburuk, antara lain : 1) melakukan shift

para pekerja; 2). Mengurangi jam kerja; 3). Merumahkan pekerja; 4). Tidak

meneruskan pekerja dengan system hubungan kerja PKWT; 5). Melakukan PHK,

terutama untuk negara yang belum mampu melakukan recoveri perekonomian. Dengan

adanya kebijakan lockdown dan/atau pelarangan mobilitas penduduk, maka ternyata

tidak hanya sektor industri dan perdagangan yang terdampak, namun juga sektor jasa,

antara lain pariwisata dan transportasi. Sektor industri yang selama ini menjadi sektor

ekonomi yang penting dan menjadi sumber penghidupan mayoritas masyarakat

Indonesia, disamping sektor pertanian, sangat terpengaruh signifikan, sehingga

pertumbuhan ekonomi secara nasional turun drastis hanya mencapai 2 persen.

Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar upah secara penuh,

mengakibatkan para pekerja mengalami kendala keuangan rumah tangga. Kondisi ini

dapat mempengaruhi kondisi Hubungan Industrial di Jawa Tengah. Dalam rangka

penanganan dampak pendemi Covid-19 diperlukan partisipasi organisasi pekerja,

organisasi pengusaha melalui Pemberdayaan Lembaga Hubungan Industrial yang ada,

antara lain LKS Bipartit, LKS Tripartit, dan Serikat Pekerja/Serikat Buruh.

Dalam rangka upaya menjaga hubungan industrial yang harmonis, kondusif dan

dinamis di perusahaan dalam rangka terciptanya ketenangan kerja dan kelangsungan

usaha, serta mencegah terjadi kemiskinan baru, maka diperlukan pemberdayaan SDM

Pekerja/buruh di sektor perekonomian dan peningkatan peran dan fungsi LKS Bipartit.

Atas dasar pemikiran tersebut maka Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa

Tengah perlu melaksanakan kegiatan “PENCEGAHAN DAN PENYELESAIAN

PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL, MOGOK KERJA DAN PENUTUPAN

PERUSAHAAN YANG BERAKIBAT/BERDAMPAK PADA KEPENTINGAN DI 1

(SATU) DAERAH/PROVINSI”.

B. KEGIATAN

1. Uraian Kegiatan :

a. Koordinasi Teknis Hubungan Industrial;

b. Pembinaan Hubungan Industrial Bagi PUK SP/SB dan Manjemen di Perusahaan;

c. Pembinaan Pembentukan LKS Bipartit;

d. Pemberdayaan SP/SB;

e. Koordinasi dan Konsolidasi Hubungan Industrial;

f. Verifikasi Keanggotaan SP/SB

2. Indikator Kinerja :

a. Masukan

Kegiatan Pencegahan Dan Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial,

Mogok Kerja Dan Penutupan Perusahaan Yang Berakibat/Berdampak Pada

Kepentingan Di 1 (Satu) Daerah/Provinsi dengan dukungan dana APBD Provinsi

Jawa Tengah Tahun 2021 sebesar Rp. 512.163.000,- (Lima Ratus Dua belas

Juta Seratus Enam Puluh Tiga Puluh Ribu Rupiah).

b. Hasil

⮚ Meningkatnya peran dan fungsi sarana Hubungan Industrial di Perusahaan.

⮚ Mewujudkan pengembangan Hubungan Industrial yang harmonis untuk

mencapai ketenangan kerja, peningkatan kesejahteraan pekerja, serta

kelangsungan usaha.

c. Manfaat

⮚ Meningkatnya kualitas Serikat Pekerja/ Serikat Buruh dan Pengusaha sehingga

akan lebih memahami peraturan perundangan yang berlaku dan peningkatan

pengetahuan serta pemahaman Kelembagaan Hubungan Industrial khususnya

mentaati hak dan kewajiban masing-masing, serta adanya peningkatan

pemulihan ekonomi masyarakat.

⮚ Meningkatnya SDM dan pemahaman Mediator HI dan Pejabat Bidang HI di Jawa

Tengah.

3. Batasan Kegiatan :

Ruang lingkup kegiatan Kegiatan Pencegahan Dan Penyelesaian Perselisihan Hubungan

Industrial, Mogok Kerja Dan Penutupan Perusahaan Yang Berakibat/Berdampak Pada

Kepentingan Di 1 (Satu) Daerah/Provinsi adalah Provinsi dan 35 Kabupaten/ Kota di

Provinsi Jawa Tengah.

C. MAKSUD DAN TUJUAN

1. Maksud Kegiatan ini adalah :

a. Menjaga keharmonisan dalam menjaga hubungan antara pekerja, Serikat

Pekerja/Serikat Buruh dengan Pengusaha di Perusahaan

b. Meningkatkan koordinasi antara pekerja, Serikat Pekerja/Serikat Buruh dengan

Pengusaha untuk menjaga kesejahteraan bersama, khususnya kesejahteraan pekerja

dan anggota keluarga, melalui pencegahan dampak Covid 19 melalui peningkatan

SDM di bidang perekonomian.

c. Meningkatnya SDM dan pemahaman Mediator HI di Jawa Tengah.

d. Meningkatnya Pembentukan LKS Bipartit di Kabupaten/ Kota.

2. Tujuan Kegiatan ini adalah :

a. Melakukan kerjasama antara Serikat Pekerja/ Serikat Buruh dengan Pengusaha

didalam memahami dan melaksanakan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Peningkatan dan pemahaman tentang Kelembagaan Hubungan Industrial diharapkan

dapat menciptakan Hubungan Industrial yang harmonis, nyaman dan kondusif di

Jawa Tengah.

c. Melakukan kerjasama antara pekerja, Serikat Pekerja/ Serikat Buruh dengan

Pengusaha untuk tidak melakukan penyimpangan didalam memahami dan

melaksanakan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

d. Peningkatan dan pemahaman tentang Kelembagaan Hubungan Industrial diharapkan

dapat menciptakan Hubungan Industrial yang Harmonis, nyaman dan Kondusif di

Jawa Tengah.

D. KELUARAN

1. Terlaksananya pertemuan Mediator HI dan Pejabat di Bidang HI se-Jawa Tengah;

2. Terlaksananya kegiatan sebagai pembekalan Sertifikasi HI;

3. Terlaksanya sosialisasi untuk pembentukan LKS Bipartit di perusahaan;

4. Terlaksananya pemberdayaan pengurus atau anggota PUK SP/SB di Kabupaten/ Kota;

5. Terlaksananya koordinasi Hubungan Industrial Provinsi ke Kab/ Kota;

6. Terlaksananya verifikasi keanggotaan SP/SB.

E. HASIL YANG DIHARAPKAN

Dalam pemahaman Kelembagaan Hubungan Industrial oleh Pengusaha dan

Serikat Pekerja/ Serikat Buruh di perusahaan untuk mewujudkan Hubungan Industrial yang

harmonis, kondusif dapat Menjaga tingkat kesejahteraan baik pekerja/ Serikat Pekerja/

Serikat Buruh, supaya tidak merosot dibawah garis kemiskinan.

F. KERANGKA PEMIKIRAN

1. Persiapan

a. Mempelajari DPA Tahun 2022

b. Membuat Rencana Kerja Operasional (RKO) dan Rencana Penyerapan Anggaran

c. Membuat Jadwal untuk kegiatan Pencegahan Dan Penyelesaian Perselisihan

Hubungan Industrial, Mogok Kerja Dan Penutupan Perusahaan Yang

Berakibat/Berdampak Pada Kepentingan Di 1 (Satu) Daerah/Provinsi

d. Membuat Rencana Kerja Tahunan (RKT) Pencegahan Dan Penyelesaian Perselisihan

Hubungan Industrial, Mogok Kerja Dan Penutupan Perusahaan Yang

Berakibat/Berdampak Pada Kepentingan Di 1 (Satu) Daerah/Provinsi

e. Membuat Jadwal untuk kegiatan Pencegahan Dan Penyelesaian Perselisihan

Hubungan Industrial, Mogok Kerja Dan Penutupan Perusahaan Yang

Berakibat/Berdampak Pada Kepentingan Di 1 (Satu) Daerah/Provinsi.

f. Membuat Rencana Kerja Tahunan (RKT) kegiatan Pencegahan Dan Penyelesaian

Perselisihan Hubungan Industrial, Mogok Kerja Dan Penutupan Perusahaan Yang

Berakibat/Berdampak Pada Kepentingan Di 1 (Satu) Daerah/Provinsi.

g. Koordinasi dengan Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten/ Kota, dan stakeholder.

h. Membuat Surat ke Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten/ Kota, dan stakeholder.

i. Pembelian perlengkapan dan peralatan bahan kegiatan dan bahan kerja;

j. Membuat Surat Perintah dan mempersiapkan untuk peng SPJ an

k. Mempersiapkan pelaksanaan kegiatan

2. Pelaksanaan

a. Kegiatan Koordinasi Teknis Hubungan Industrial sebanyak 1 angkatan.

b. Kegiatan Pembinaan Hubungan Industrial bagi PUK SP/SB dan Manajemen di

Perusahaan sebanyak 3 angkatan

c. Kegiatan Pembinaan Pembentukan LKS Bipartit sebanyak 8 angkatan

d. Kegiatan Pemberdayaan SP/SB sebanyak 5 angkatan.

3. Pengendalian

Agar kegiatan Pencegahan Dan Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, Mogok

Kerja Dan Penutupan Perusahaan Yang Berakibat/Berdampak Pada Kepentingan Di 1

(Satu) Daerah/Provinsi dapat terlaksana dengan baik maka dilakukan pengendalian dan

pengawasan oleh Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah

beserta Kepala Bidang Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Dinas Tenaga Kerja,

Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah dan kegiatan tersebut dilaksanakan mulai bulan

Januari sampai dengan bulan Desember 2022

G. METODE PELAKSANAAN

Metode pelaksanaan adalah Klasikal :

Penceramah : a. Dinakertrans Provinsi Jawa Tengah;

b. Kementrian Ketenagakerjaan RI;

c. Dinas yang membidangi Ketenagakerjaan di Kabupaten/ Kota;

d. Lembaga/stakeholder terkait.

H. PELAKSANA DAN PENANGGUNG JAWAB KEGIATAN

Kegiatan Pencegahan Dan Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, Mogok Kerja

Dan Penutupan Perusahaan Yang Berakibat/Berdampak Pada Kepentingan Di 1 (Satu)

Daerah/Provinsi dilaksanakan oleh Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah

bekerjasama dengan Dinas yang membidangi Ketenagakerjaan di Kabupaten/ Kota.

I. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN

Pelaksanaan kegiatan Pencegahan Dan Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial,

Mogok Kerja Dan Penutupan Perusahaan Yang Berakibat/Berdampak Pada Kepentingan Di

1 (Satu) Daerah/Provinsi :

a. Kegiatan Koordinasi Teknis Hubungan Industrial sebanyak 1 angkatan pada bulan

Februari.

b. Kegiatan Pembinaan Hubungan Industrial bagi PUK SP/ SB dan Manajemen di

Perusahaan sebanyak 3 (tiga) angkatan pada periode bulan April s.d September.

c. Kegiatan Pembinaan Pembentukan LKS Bipartit sebanyak 8 (delapan) angkatan pada

bulan Maret s.d September.

d. Kegiatan Pemberdayaan SP/SB sebanyak 5 (lima) angkatan pada bulan Maret s.d

Oktober.

e. Koordinasi dan Konsolidasi Hubungan Industrial sebanyak 25 (dua puluh lima) kali di

kabupaten/kota yang target pembentukan LKS Bipartit tinggi dan/atau mudah

terjangkau untuk menghadirkan narasumber.

J. BIAYA/ MEKANISME PEMBIAYAAN

Kegiatan Pencegahan Dan Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, Mogok Kerja

Dan Penutupan Perusahaan Yang Berakibat/Berdampak Pada Kepentingan Di 1 (Satu)

Daerah/Provinsi dibiayai oleh anggaran APBD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2021 sebesar

Rp. 600.814.000,- (Enam Ratus Juta Delapan Ratus Ribu ). dengan rencana

penyerapan anggaran sebagai berikut :

1 Belanja Pegawai :

~ Uang Harian Peserta Kegiatan Rp. 73.000.000

2 Belanja Barang dan Jasa

~ Belanja Alat Tulis Kantor Rp 32.382.000

~ Belanja Perlengkapan Diklat/ Seminar/ Bintek/

Sosialisasi/ Lokakarya Rp 50.400.000

~ Belanja Jasa Pengajar/ Instruktur/ Narasumber/

Tenaga Ahli Rp. 63.000.000

~ Belanja Cetak RP. 4.950.000

~ Belanja Penggandaan RP. 5.952.000

~ Belanja Sewa Gedung/ Kantor/ Tempat Rp. 89.500.000

~ Belanja Makanan dan Minuman Rapat Rp. 44.850.000

~ Belanja Perdin Dalam Daerah Rp. 187.780.000

~ Belanja Perdin Luar Daerah Rp. 49.000.000

JUMLAH Rp. 600.814.000

K. PENUTUP

Kegiatan Pencegahan Dan Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, Mogok Kerja

Dan Penutupan Perusahaan Yang Berakibat/Berdampak Pada Kepentingan Di 1 (Satu)

Daerah/Provinsi sangatlah penting untuk peningkatan para pelaku produksi di Perusahaan,

khususnya dalam rangka mendukung terciptanya semangat kerja bagi para serikat pekerja/

serikat buruh terhadap Perusahaan yang saling bekerjasama agar menjadikan hubungan

menjadikan harmonis dan kondusif.

Mengetahui

KEPALA DINAS

TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH

Ir. SAKINA ROSELLASARI, M.Si, M.Sc Pembina Utama Muda

NIP. 19660821 199303 2 006

Semarang,

PENANGGUNG JAWAB KEGIATAN

KABID HI DAN JAMSOS

ENIK NURHAYATINI W., SH., M.Hum. Pembina Tk. I

NIP. 19630616 199003 2 007

KERANGKA ACUAN KERJA

PELAKSANAAN OPERASIONAL LEMBAGA KERJASAMA TRIPARTIT DAERAH PROVINSI

PROGRAM HUBUNGAN INDUSTRIAL

TAHUN ANGGARAN 2022

DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH

Jln. Pahlawan No. 16

SEMARANG

KERANGKA ACUAN KINERJA (KAK) PELAKSANAAN OPERASIONAL

LEMBAGA KERJASAMA TRIPARTIT DAERAH PROVINSI TAHUN 2021

PROGRAM : HUBUNGAN INDUSTRIAL

KEGIATAN : PENCEGAHAN DAN PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL, MOGOK KERJA DAN PENUTUPAN PERUSAHAAN YANG BERAKIBAT/BERDAMPAK PADA

KEPENTINGAN DI 1 (SATU) DAERAH PROVINSI

SUB KEGIATAN : PELAKSANAAN OPERASIONAL LEMBAGA KERJASAMA TRIPARTIT DAERAH PROVINSI

A. LATAR BELAKANG

1. Dasar Hukum

a. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;

b. Undang-undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh;

c. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan

Industrial;

d. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana

telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2

Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

tentang Pemerintahan Daerah;

e. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja;

f. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2005 tentang Tata kerja dan Susunan

Organisasi Lembaga Kerja Sama Tripartit;

g. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Peraturan

Pemerintah Nomor 8 Tahun 2005 tentang Tata kerja dan Susunan Organisasi

Lembaga Kerja Sama Tripartit;

h. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2017 tentang Perubahan Kedua atas

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2005 tentang Tata kerja dan Susunan

Organisasi Lembaga Kerja Sama Tripartit;

i. Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 2021 tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu,

Alih Daya, Waktu kerja dan waktu istirahat, dan Pemutusan Hubungan Kerja;

j. Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2021 tentang Pengupahan;

k. Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2021 tentang Jaminan Kehilangan Pekerjaan;

l. Peraturan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Menteri

Dalam Negeri Nomor : Per.04/Men/II/2010 dan Nomor 17 Tahun 2010

tentang Pembentukan dan Peningkatan Peran Lembaga kerja sama

Tripartit Provinsi dan Kabupaten/Kota;

m. Kepmenakertrans Nomor. Kep.16/Men/2001 tentang Tata cara Pencatatan SP/SB;

n. Kepmenakertrans Nomor. Kep.201/Men/2001 tentang Keterwakilan dalam

Kelembagaan HI;

o. Permenaker Nomor.Per. 06/IV/Men/2005 tentang Pedoman Verifikasi Keanggotaan

Serikat Pekerja/Serikat Buruh;

p. Permenakertrans Nomor Per. 32/Men/XII/2008 tentang Pedoman Penyelesaian

Perselisihan Hubungan Industrial Melalui Bipartit;

q. Permenakertrans Nomor 17 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pengangkatan dan

Pemberhentian Mediator Hubungan Industrial;

r. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 21 Tahun 2016 tentang Kebutuhan

Hidup Layak (KHL);

s. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 20 Tahun 2016 tentang Sanksi

Administratif PP No.78 Tahun 2016 tentang Pengupahan;

t. Permenakertrans Nomor 19 Tahun 2012 tentang Syarat-syarat Penyerahan

Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain;

u. Permenakertrans Nomor 28 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pembuatan dan

Pengesahan Peraturan Perusahaan serta Pembuatan dan Pendaftaran Perjanjian

Kerja Bersama;

v. Permenaker Nomor 6 Tahun 2016 tentang THR Keagamaan;

w. Permenaker Nomor 8 Tahun 2016 tentang Pembentukan Forum Serikat

Pekerja/Serikat Buruh di Perusahaan pada Kawasan Ekonomi Khusus;

x. Permenaker Nomor 7 tahun 2016 tentang Uang Servis Pada Usaha Hotel dan Usaha

Restoran di Hotel;

y. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 1 Tahun 2017 tentang Penyusunan

Struktur dan Skala Upah;

z. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 64 Tahun 2016 tentang Organisasi Dan

Tata Kerja Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah.

2. Gambaran Umum

Kehidupan Hubungan Industrial pada triwulan pertama 2020 mengalami

permasalahan yang cukup signifikan, akibat beberapa negara terdampak Covid-19.

Perusahaan-perusahaan, terutama untuk sektor industri dan perdagangan yang

terdampak terbagi dalam beberapa criteria, 1). Perusahaan yang bahan baku dan

orientasi pemasaran dari luar negeri, khususnya Cina, Amerika dan Eropa, 2).

Perusahaan yang bahan baku dari luar negeri, baik berasal dari negara terdampak

maupun tidak terdampak, dengan orientasi pasar luar negeri, 3). Perusahaan bahan

baku dari luar negeri dengan orientasi pasar dalam negeri. Kondisi tersebut

mengakibatkan adanya beberapa hal yang harus dilakukan oleh perusahaan supaya

kondisi keuangan perusahaan tidak semakin memburuk, antara lain : 1) melakukan shift

para pekerja; 2). Mengurangi jam kerja; 3). Merumahkan pekerja; 4). Tidak

meneruskan pekerja dengan system hubungan kerja PKWT; 5). Melakukan PHK,

terutama untuk negara yang belum mampu melakukan recoveri perekonomian. Dengan

adanya kebijakan lockdown dan/atau pelarangan mobilitas penduduk, maka ternyata

tidak hanya sektor industri dan perdagangan yang terdampak, namun juga sektor jasa,

antara lain pariwisata dan transportasi. Sektor industri yang selama ini menjadi sektor

ekonomi yang penting dan menjadi sumber penghidupan mayoritas masyarakat

Indonesia, disamping sektor pertanian, sangat terpengaruh signifikan, sehingga

pertumbuhan ekonomi secara nasional turun drastis hanya mencapai 2 persen.

Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar upah secara penuh,

mengakibatkan para pekerja mengalami kendala keuangan rumah tangga. Kondisi ini

dapat mempengaruhi kondisi Hubungan Industrial di Jawa Tengah. Dalam rangka

penanganan dampak pendemi Covid-19 diperlukan partisipasi organisasi pekerja,

organisasi pengusaha melalui forum Lembaga Hubungan Industrial yang terdapat di

Kabupaten/Kota dan Provinsi yaitu LKS Tripartit.

Dalam rangka upaya menjaga hubungan industrial yang harmonis, kondusif dan

dinamis maka diperlukan Peningkatan peran LKS Tripartit dalam memberikan masukan

bahan pertimbangan kepada Gubernur atau Bupati/Walikota dalam menetapkan

kebijakan. Atas dasar pemikiran tersebut maka Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan

Kependudukan Provinsi Jawa Tengah perlu melaksanakan kegiatan “PELAKSANAAN

OPERASIONAL LEMBAGA KERJASAMA TRIPARTIT DAERAH PROVINSI”.

B. KEGIATAN

1. Uraian Kegiatan :

a. Pemberdayaan LKS Tripartit;

b. Pembinaan SDM LKS Tripartit Kabupaten/Kota;

c. Forum Komunikasi LKS Tripartit.

2. Indikator Kinerja :

a. Masukan

Kegiatan Pencegahan Dan Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial,

Mogok Kerja Dan Penutupan Perusahaan Yang Berakibat/Berdampak Pada

Kepentingan Di 1 (Satu) Daerah/Provinsi dengan dukungan dana APBD Provinsi

Jawa Tengah Tahun 2021 sebesar Rp. 560.707.000,- (Lima Ratus Enam Puluh

Juta Tujuh ratus Tujuh Ribu Rupiah).

b. Hasil

⮚ Meningkatnya peran dan fungsi LKS Tripartit Provinsi dan Kabupaten/Kota;

⮚ Mewujudkan pengembangan Hubungan Industrial yang harmonis untuk

mencapai ketenangan kerja, peningkatan kesejahteraan pekerja, serta

kelangsungan usaha.

c. Manfaat

⮚ Meningkatnya kualitas anggota LKS Tripartit Provinsi dan Kabupaten/Kota

sehingga akan lebih memahami peraturan perundangan yang berlaku dan

peningkatan pengetahuan serta pemahaman Kelembagaan Hubungan Industrial

khususnya mentaati hak dan kewajiban masing-masing;

⮚ Meningkatnya kulitas rekopmendasi terkait isu-isu ketenagakerjaan kepada

Gubernur.

4. Batasan Kegiatan :

Ruang lingkup kegiatan Pelaksanaan Operasional Lembaga Kerjasama Tripartit Daerah

Provinsi adalah Provinsi dan 35 Kabupaten/ Kota di Provinsi Jawa Tengah.

C. MAKSUD DAN TUJUAN

1. Maksud Kegiatan ini adalah :

a. Menjaga keharmonisan dalam menjaga hubungan antara pekerja, Serikat

Pekerja/Serikat Buruh dengan Pengusaha di Jawa Tengah

b. Meningkatkan koordinasi antara pekerja, Serikat Pekerja/Serikat Buruh dengan

Pengusaha untuk menjaga kesejahteraan bersama, khususnya kesejahteraan

pekerja dan anggota keluarga, melalui pencegahan dampak Covid 19 melalui

peningkatan SDM di bidang perekonomian.

c. Meningkatnya SDM dan pemahaman anggota LKS Tripartit.

d. Meningkatkan Peran dan Fungsi LKS Tripartit dalam memberikan masukan bahan

pertimbangan pengambilan kebijakan di bidang ketenagakerjaan pada Pimpinan

Daerah.

3. Tujuan Kegiatan ini adalah :

a. Melakukan kerjasama antara Serikat Pekerja/ Serikat Buruh dengan Pengusaha

didalam memahami dan melaksanakan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

b. Peningkatan dan pemahaman tentang Kelembagaan Hubungan Industrial

diharapkan dapat menciptakan Hubungan Industrial yang harmonis, nyaman dan

kondusif di Jawa Tengah.

D. KELUARAN

1. Terlaksananya Rapat Badan Pekerja dan Sidang Pleno;

2. Terlaksananya pertemuan LKS Tripartit Provinsi dan Kab/ Kota ;

3. Terlaksananya Pembinaan SDM LKS Tripartit di Kabupaten/ Kota.

E. HASIL YANG DIHARAPKAN

Dengan adanya Kegiatan Pelaksanaan Operasional Lembaga Kerjasama Tripartit

Daerah Provinsi, diharapkan dapat menyamakan persepsi dan memecahkan masalah

ketenagakerjaan untuk memberikan Rekomendasi kepada Gubernur Jawa Tengah dan

Instansi terkait.

F. KERANGKA PEMIKIRAN

1. Persiapan

a. Mempelajari DPA Tahun 2022

b. Membuat Rencana Kerja Operasional (RKO) dan Rencana Penyerapan Anggaran

c. Membuat Jadwal untuk kegiatan Pelaksanaan Operasional Lembaga Kerjasama

Tripartit Daerah Provinsi

d. Membuat Rencana Kerja Tahunan (RKT) Pelaksanaan Operasional Lembaga

Kerjasama Tripartit Daerah Provinsi

e. Membuat Jadwal untuk kegiatan Pelaksanaan Operasional Lembaga Kerjasama

Tripartit Daerah Provinsi

f. Membuat Rencana Kerja Tahunan (RKT) kegiatan Pelaksanaan Operasional

Lembaga Kerjasama Tripartit Daerah Provinsi.

g. Koordinasi dengan Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten/ Kota, dan stakeholder.

h. Membuat Surat ke Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten/ Kota, dan stakeholder.

i. Pembelian perlengkapan dan peralatan bahan kegiatan dan bahan kerja;

j. Membuat Surat Perintah dan mempersiapkan untuk peng SPJ an

k. Mempersiapkan pelaksanaan kegiatan

2. Pelaksanaan

a. Kegiatan Forum LKS Tripartit sebanyak 1 kali sebanyak 132 orang.

b. Kegiatan Pembinaan SDM LKS Tripartit Kabupaten/Kota di 3 lokasi dengan jumlah

peserta 30 orang setiap lokasi.

c. Kegiatan Pemberdayaan LKS Tripartit sebanyak 8 kali Rapat BP dan 10 kali Sidang

Pleno LKS Tripartit;

3. Pengendalian

Agar kegiatan Pelaksanaan Operasional Lembaga Kerjasama Tripartit Daerah Provinsi

dapat terlaksana dengan baik maka dilakukan pengendalian dan pengawasan oleh

Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah beserta Kepala

Bidang Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Provinsi Jawa Tengah dan kegiatan tersebut dilaksanakan mulai bulan Januari sampai

dengan bulan Desember 2021

G. METODE PELAKSANAAN

Metode pelaksanaan adalah Klasikal :

Penceramah : a. Disnakertrans Provinsi Jawa Tengah;

b. Kementrian Ketenagakerjaan RI;

c. Dinas yang membidangi Ketenagakerjaan di Kabupaten/ Kota;

d. Lembaga/stakeholder terkait.

H. PELAKSANA DAN PENANGGUNG JAWAB KEGIATAN

Kegiatan Pelaksanaan Operasional Lembaga Kerjasama Tripartit Daerah Provinsi

dilaksanakan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah

bekerjasama dengan Dinas yang membidangi Ketenagakerjaan di Kabupaten/ Kota.

II. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN

Pelaksanaan kegiatan Pelaksanaan Operasional Lembaga Kerjasama Tripartit Daerah

Provinsi :

a. Kegiatan Forum Komunikasi LKS Tripartit sebanyak 1 kali pada bulan Agustus.

b. Kegiatan Pembinaan SDM LKS Tripartit Kabupaten/Kota di 3 angkatan pada bulan Juni,

Juli dan Agustus.

c. Kegiatan Pemberdayaan LKS Tripartit sebanyak :

− Rapat BP sebanyak 8 (delapan) kali pada bulan Februari s.d Nopember ;

− Sidang Pleno sebanyak 10 (sepuluh) kali pada bulan Februari s.d Nopember;

J. BIAYA/ MEKANISME PEMBIAYAAN

Kegiatan Pelaksanaan Operasional Lembaga Kerjasama Tripartit Daerah Provinsi dibiayai

oleh anggaran APBD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2021 sebesar Rp. 560.707.000,-

(Lima Ratus Enam Puluh Juta Tujuh Ratus Tujuh Ribu Rupiah)

dengan rencana penyerapan anggaran sebagai berikut :

1 Belanja Pegawai :

~ Honorarium PNS Rp. 118.000.000

~ Honorarium Non PNS Rp. 270.000.000

~ Uang Harian Peserta Kegiatan Rp. 52.200.000

2 Belanja Barang dan Jasa

~ Belanja Alat Tulis Kantor Rp 5.512.000

~ Belanja Perlengkapan Diklat/ Seminar/ Bintek/

Sosialisasi/ Lokakarya Rp 19.980.000

~ Belanja Jasa Pengajar/ Instruktur/ Narasumber/

Tenaga Ahli Rp. 3.350.000

~ Belanja Penggandaan RP. 1.665.000

~ Belanja Sewa Gedung/ Kantor/ Tempat Rp. 4.000.000

~ Belanja Makanan dan Minuman Rapat Rp. 63.530.000

~ Belanja Perdin Dalam Daerah Rp. 22.470.000

JUMLAH Rp. 560.707.000

K. PENUTUP

Kegiatan Pelaksanaan Operasional Lembaga Kerjasama Tripartit Daerah Provinsi sangatlah

penting dalam memberikan rekomendasi kepada pimpinan daerah terkait isu-isu

ketenagakerjaan agar menjadikan hubungan harmonis dan kondusif.

Mengetahui

KEPALA DINAS

TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

PROVINSI JAWA TENGAH

Ir. SAKINA ROSELLASARI, M.Si, M.Sc Pembina Utama Muda

NIP. 19660821 199303 2 006

Semarang,

PENANGGUNG JAWAB KEGIATAN

KABID HI DAN JAMSOS

ENIK NURHAYATINI W., SH., M.Hum. Pembina Tk. I

NIP. 19630616 199003 2 007

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

KEGIATAN

PENYELENGGARAAN PENGAWASAN

KETENAGAKERJAAN

SUB KEGIATAN

PENEGAKAN HUKUM KETENAGAKERJAAN DI

PERUSAHAAN

PROGRAM PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN

TAHUN ANGGARAN 2022

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI Jl. Pahlawan No. 16 Telp. (024) 8311713 Fax. (024) 8311711 Semarang

Website : www.disnakertrans.jatengprov.go.id

www.bursakerja-jateng.com

Kak peeegakan Hukum ketegakerjaan 2022

1

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) PENEGAKAN HUKUM KETENAGAKERJAAN

Program : Program Pengawasan Ketenagakerjaan

Sasaran Program

: Perlindungan terhadap pelaksanaan norma ketenagakerjaan, guna memberikan kepastian hukum dalam upaya peningkatan kesejahteraan pekerja di Jawa Tengah.

Kegiatan : Penyelenggaraan Pengawasan Ketenagakerjaan

A. LATAR BELAKANG

Pengawasan Ketenagakerjaan adalah kegiatan mengawasi

dan menegakkan pelaksanaan peraturan perundang–undangan dibidang

ketenagakerjaan, yaitu suatu bidang yang substansinya adalah segala

hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum,

selama dan sesudah masa kerja.

Ketentuan dasar (dasar hukum) yang digunakan untuk

penyelenggaraan kegiatan Pengawasan Tenaga Kerja adalah mencakup

segala ketentuan sebagai berikut :

a. UU No. 10 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa

Tengah.

b. UU No. 3 Tahun 1951 tentang Pengawasan Perburuhan.

c. UU No. 80 Tahun 1957 tentang Ratifikasi Konvensi ILO No. 100

tentang Pengupahan yang sama Bagi Pekerja Laki Laki dan Wanita

untuk Pekerjaan yang sama nilainya.

d. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

e. UU No. 7 Tahun 1981 tentang Wajib Lapor Ketenagakerjaan di

Perusahaan.

f. UU No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara

Pidana

g. UU No. 21 Tahun 1999 tentang Pengesahan Konvensi ILO No. 111

mengenai Diskriminasi Dalam Pekerjaan dan Jabatan.

h. UU No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja.

i. UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Kak peeegakan Hukum ketegakerjaan 2022

2

j. UU No. 21 Tahun 2003 tentang Pengesahan Konvensi ILO Nomor

81 Tahun 1947 Mengenai Pengawasan Ketenagakerjaan Dalam

Industri dan Perdagangan.

k. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS

l. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah.

m. Undang-undang No. 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja

n. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Tahun 33 Tahun 2016 tentang

Tata Cara Pengawasan Ketenagakerjaan.

o. Permenaker No. 01 Tahun 2020 tentang perubahan atas

Permenaker 33 Tahun 2016 tentang Tata Cara Pengawasan

Ketenagakerjaan.

B. PERMASALAHAN

Perkembangan di bidang ketenagakerjaan yang dinamis membawa

berbagai dampak yang positif maupun negatif. Dampak positifnya antara

lain terbukanya lapangan pekerjaan, berkurangnya pengangguran dan

tumbuhnya iklim investasi yang kondusif. Sedangkan dampak negatifnya

antara lain perusahaan belum mentaati peraturan ketenagakerjaan,

meningkatnya pelanggaran ketenagakerjaan dan meningkatnya

perselisihan hubungan industrial. Agar pelaksanaan peraturan

ketenagakerjaan ditaati maka dibutuhkan peran secara aktif oleh

pemerintah agar terciptanya hubungan industrial yang harmonis.

Berdasarkan ketentuan Pasal 176 ayat (1) Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

diamanahkan bahwa pengawasan ketenagakerjaan dilakukan oleh

pegawai pengawas ketenagakerjaan yang mempunyai kompetensi dan

independen guna menjamin pelaksanaan peraturan perundang-undangan

ketenagakerjaan. Pengawasan ketenagakerjaan dilakukan untuk

mengawasi ditaatinya peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan.

Prinsip kerja pengawas ketenagakerjaan yaitu benar secara yuridis, benar

secara teknis dan benar secara administratif.

Kak peeegakan Hukum ketegakerjaan 2022

3

Tahapan-tahapan dalam pengawasan ketenagakerjaan yang harus

dilakukan yaitu :

1. Preventive Educative

Merupakan upaya pencegahan melalui penyebarluasan norma,

penasihatan teknis, dan pendampingan

2. Repressive Non Justicia

Merupakan upaya paksa diluar lembaga pengadilan untuk memenuhi

ketentuan peraturan perundang-undangan dalam bentuk nota

pemeriksaan dan/atau surat pernyataan kesanggupan pemenuhan

ketentuan peraturan perundang-undangan

3. Repressive Justicia

Merupakan upaya paksa melalui lembaga pengadilan dengan

melakukan proses penyidikan oleh Pengawas Ketenagakerjaan selaku

Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS).

Sesuai dengan tahapan di atas, apabila upaya Preventive Educative

dan repressive non justicia tidak berhasil maka langkah terakhir adalah

upaya repressive justicia. Dengan adanya tindak pidana

ketenagakerjaan, maka pengawas ketenagakerjaan selaku PPNS dapat

melakukan upaya hukum dari penyidikan sampai dengan dibawa ke

pengadilan sesuai dengan kewenangan sesuai peraturan yang berlaku.

Pada sisi lain terdapat faktor sosiologis yang melatar belakangi

penegakan hukum ketenagakerjaan yang masuk ke dalam salah satu

layanan pengawasan ketenagakerjaan. Hingga saat ini, secara

institusional kita masih menghadapi masalah ketenagakerjaan yang

cukup berat dan komplek, khususnya permasalahan di bidang

penegakan hukum ketenagakerjaan antara lain :

a. Masih banyaknya pelanggaran di bidang ketenagakerjaan yang

dilakukan oleh perusahaan

b. Perbedaan persepsi dalam penanggulangan permasalahan dibidang

ketenagakerjaan.

c. Kurangnya keberanian dari pengawas ketenagakerjaan khususnya

Penyidik Pegawai Negeri Sipil dalam proses represif justisia

d. Masih kurangnya koordinasi antar aparat penegak hukum dalam

pelaksanaan penegakan hukum ketenagakerjaan

Kak peeegakan Hukum ketegakerjaan 2022

4

Untuk itu diperlukan adanya upaya yang terus-menerus dan

berkesinambungan guna memecahkan kondisi tersebut diatas, maka

diperlukan upaya antara lain meningkatkan pelayanan pengawasan

ketenagakerjaan yang meliputi pembinaan, pemeriksaan, pengujian dan

penyidikan. Oleh karena itu, di tahun 2022 dilaksanakan kegiatan

Penyelenggaraan Pengawasan Ketenagakerjaan pada Program

Pengawasan Ketenagakerjaan.

C. MAKSUD DAN TUJUAN

Adapun maksud dari kegiatan Penyelenggaraan Pengawasan

Ketenagakerjaan sub kegiatan Penegakan Hukum Ketenagakerjaan di

Perusahaan adalah untuk menjamin pelaksanaan norma

ketenagakerjaan agar memenuhi norma, standar, prosedur, dan kriteria

yang dipersyaratkan. Sedangkan tujuan dari kegiatan ini adalah

perlindungan terhadap pelaksanaan norma ketenagakerjaan, guna

memberikan kepastian hukum dalam upaya peningkatan kesejahteraan

pekerja di Jawa Tengah.

D. SASARAN DAN RUANG LINGKUP

Yang menjadi sasaran pada kegiatan ini adalah kasus / aduan yang

disampaikan oleh masyarakat pekerja terhadap perusahaan-perusahaan

dengan upaya penanganan kasus dalam rangka penegakan hukum

ketenagakerjaan demi kepastian hukum ketenagakerjaan serta upaya

Pro Justitia yang dilakukan terhadap perusahaan yang tidak

mengindahkan pembinaan yang cukup oleh pengawas Ketenagakerjaan.

E. INDIKATOR KINERJA

Secara umum kegiatan yang direncanakan di dalam satuan kerja

Tahun 2022 pada Bidang Pengawasan Ketenagakerjaan ini pada

dasarnya dimaksudkan untuk mempercepat tercapainya tujuan

penegakan hukum ketenagakerjaan secara konsisten dan teratur, untuk

itu ditetapkanlah indikator kinerja guna menilai efektifitas pencapaian

sasaran kegiatan dimaksud, sebagai berikut :

Kak peeegakan Hukum ketegakerjaan 2022

5

1. Masukan

Tersedianya dana APBD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2022 untuk

Kegiatan Penyelenggaraan Pengawasan Ketenagakerjaan sebesar

Rp. 775.000.000,- (Tujuh Ratus Tujuh Puluh Lima Juta Rupiah).

2. Keluaran

Dari masukan yang berupa tersedianya anggaran sejumlah

tersebut diatas, maka diharapkan terlaksananya :

BAP Tindak Pidana Ketenagakerjaan sebanyak 4 kasus

Jumlah penanganan kasus ketenagakerjaan sebanyak 270 kasus

Rakor Penyidikan tindak pidana ketenagakerjaan yang di ikuti 90

orang

FGD penanganan kasus ketenagakerjaan yang di ikuti 120 orang.

3. Hasil

Dari kegiatan ini diharapkan terjadinya presentase penurunan

pelanggaran norma ketenagakerjaan hingga 86,21%.

4. Manfaat

Adapun manfaat yang ingin dicapai dari kegiatan ini adalah

ketenangan kerja di perusahaan dan adanya kepastian hukum.

5. Dampak

Sedangkan dampak kegiatan ini adalah terlindunginya /

terpenuhinya hak-hak normatif tenaga kerja.

F. CARA PELAKSANAAN KEGIATAN

Pelaksanaan Penyelenggaraan Pengawasan Ketenagakerjaan

adalah kegiatan penanganan kasus / aduan ketenagakerjaan yang

bersumber dari laporan mayarakat, atensi dari stakeholder dan tindak

lanjut pemeriksaan pengawas ketenagakerjaan, kegiatan ini juga

memungkinkan sampai dengan upaya represif justisia (pembuatan

Berita Acara Pro Justicia). Kegiatan ini dilakukan oleh Tim yang terdiri

dari pengawas ketenagakerjaan maupun staf. Adapun sasaran kegiatan

ini sejumlah 270 (dua ratus tujuh puluh) aduan/kasus, perusahaan di 35

Kabupaten/Kota se- Jawa Tengah, peningkatan kapasitas pengawas

ketenagakerjaan sebanyak 120 (seratus dua puluh) orang pengawas

Kak peeegakan Hukum ketegakerjaan 2022

6

dengan penyelenggaraan FGD (Focus Group Discussion), peningkatan

koordinasi antar aparat penegak hukum sebanyak 90 (sembilan puluh)

orang dan proses berita acara pro justisia (BAP) sebanyak 4 (empat)

kasus.

G. TEMPAT PELAKSANAAN KEGIATAN

1. Kegiatan penanganan kasus ketenagakerjaan dilaksanakan di 35

Kabupaten / Kota di Provinsi Jawa Tengah

2. Penyelenggaraan Focus Group Discussion Penanganan Kasus di

Semarang

3. Rapat Koordinasi Penyidikan di Semarang

4. Proses Berita Acara Pro Justisia di salah satu Kabupaten / Kota di 35

Kabupaten / Kota di Provinsi Jawa Tengah

H. PELAKSANA/ PENANGGUNG JAWAB KEGIATAN

Penanggung Jawab Kegiatan adalah Kepala Bidang Pengawasan

Ketenagakerjaan selaku Kuasa Pengguna Anggaran dengan pelaksana

terdiri Kepala Seksi Penegakan Hukum Ketenagakerjaan selaku Pejabat

Pelaksana Teknis Kegiatan, Pengawas Ketenagakerjaan dan Staf di

lingkungan Seksi Penegakan Hukum Ketenagakerjaan sebagai pelaksana

serta Pelaksana di daerah adalah Pengawas Ketenagakerjaan.

I. JADWAL KEGIATAN

1. Persiapan : Januari 2022

2. Pelaksanaan : Januari s/d Desember 2022

3. Pengendalian : Januari s/d Desember 2022

4. Monitoring : Januari s/d Desember 2022

5. Evaluasi dan Pelaporan : Desember 2022

J. BIAYA :

Kegiatan Penyelenggaraan Pengawasan Ketenagakerjaan dibebankan

pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun 2022

dengan biaya untuk sub Penegakan Hukum Ketenagakerjaan di

Perusahaan sebesar Rp. 775.000.000 (Tujuh Ratus Tujuh Puluh Lima

Juta Rupiah). Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Terlampir.

Kak peeegakan Hukum ketegakerjaan 2022

7

J. PENUTUP

Demikian Kerangka Acuan Kegiatan (KAK), Kegiatan

Penyelenggaraan Pengawasan Ketenagakerjaan sub kegiatan Penegakan

Hukum Ketenagakerjaan di Perusahaan Tahun 2022 ini disusun untuk

dapat digunakan sebagai mestinya.

Semarang, Mengetahui :

KEPALA DINAS

TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH

Ir. SAKINA ROSELLASARI, Msi,Msc Pembina Utama Muda

NIP. 19660821 199303 2 006

KEPALA BIDANG

PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN

MUMPUNIATI, SH, MM Pembina

NIP. 19710520 199403 2 010

Kak peeegakan Hukum ketegakerjaan 2022

8

Lampiran

KERANGKA ACUAN KERJA

KEGIATAN PENYELENGGARAAN PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN

PROGRAM PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN TAHUN 2022

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

Jl. Pahlawan Nomor 16 Telp. (024) 8311713, Fax. (024) 8311711

S E M A R A N G

1

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

PENGAWASAN DAN PEMBINAAN NORMA KERJA

PROGRAM : Program Pengawasan Ketenagakerjaan

SASARAN PROGRAM : Tujuan dari diadakannya Kegiatan Pengawasan dan

Pembinaan Norma Kerja:

1. Peningkatan kepatuhan terhadap pelaksanaan

norma ketenagakerjaan, guna memberikan

perlindungan tenaga kerja dan peningkatan

kesejahteraan pekerja di Provinsi Jawa Tengah.

2. Peningkatan perlindungan penempatan tenaga

kerja guna memberikan kepastian hukum dalam

upaya pencegahan terjadinya kasus.

3. Peningkatan perlindungan tenaga kerja melalui

penghapusan diskriminasi di tempat kerja guna

menciptakan kesetaraan gender dan mengurangi

kesenjangan gender di tempat kerja.

4. Peningkatan kompetensi dan kualitas sumber

daya manusia dalam pelayanan dan pengolahan

data di bidang pengawasan ketenagakerjaan.

5. Peningkatan perlindungan hak anak dan

pemenuhan akses pendidikan, khususnya

penghapusan pekerja anak pada BPTA melalui

melakukan intervensi langsung pada pengurangan

pekerja anak melalui program pengembangan

penanganan, penanggulangan dan penghapusan

pekerja anak pada Bentuk-Bentuk Pekerjaan

Terburuk Anak secara bertahap.

6. Mengimplementasikan program Rencana Aksi

Provinsi (RAP) PBPTA sesuai Peraturan Gubernur

Jawa Tengah Nomor 23 Tahun 2008 dan

Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2007 tentang

Penanggulangan Pekerja Anak.

KEGIATAN : Penyelenggaraan Pengawasan Ketenagakerjaan

2

A. LATAR BELAKANG

Pengawasan Ketenagakerjaan adalah kegiatan mengawasi dan

menegakkan pelaksanaan peraturan perundang–undangan di bidang

ketenagakerjaan, yaitu suatu bidang yang substansinya adalah segala hal

yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama dan

sesudah masa kerja.

Ketentuan dasar (dasar hukum) yang digunakan untuk

penyelenggaraan kegiatan Pengawasan dan Pembinaan Norma

Ketenagakerjaan adalah mencakup segala ketentuan sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi

Jawa Tengah (Himpunan Peraturan-Peraturan Negara Tahun 1950

Halaman 86-92).

2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang Pengawasan

Perburuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4 Tahun

1951).

3. Undang-Undang Nomor 80 Tahun 1957 tentang Ratifikasi Konvensi

ILO Nomor 100 tentang Pengupahan yang sama Bagi Pekerja Laki Laki

dan Wanita untuk Pekerjaan yang sama nilainya (Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 171 Tahun 1957).

4. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1958 tentang Penempatan Tenaga

Asing (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 8).

5. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1961 tentang Pengesahan Konvensi

ILO Nomor 106 mengenai Istirahat Mingguan Dalam Perdagangan dan

Kantor-Kantor (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 14 Tahun

1961).

6. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970).

7. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1981 tentang Wajib Lapor

Ketenagakerjaan di Perusahaan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 39 Tahun 1981).

8. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi

ILO Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap

Wanita (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 1984,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3277).

9. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1999 tentang Pengesahan ILO

3

Convention Nomor 138 mengenai Usia Minimum Untuk Diperbolehkan

Bekerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 1999,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3835).

10. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1999 tentang Pengesahan Konvensi

ILO Nomor 111 mengenai Diskriminasi Dalam Pekerjaan dan Jabatan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 1999,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3836).

11. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang pengesahan Konvensi

ILO Nomor 182 mengenai Pelarangan dan Tindakan Segera

Penghapusan bentuk–bentuk Pekerjaan Terburuk Untuk Anak

(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2000,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3941).

12. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja

(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 131 Tahun 2000,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3989).

13. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2002,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235).

14. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 39,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279).

15. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2003 tentang Pengesahan Konvensi

ILO Nomor 81 Tahun 1947 Mengenai Pengawasan Ketenagakerjaan

Dalam Industri dan Perdagangan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 91 Tahun 2003, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4309).

16. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 244 Tahun 2014,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587).

17. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja

Migran Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 242

Tahun 2017).

18. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan

Gender dalam Pembangunan Nasional.

19. Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penggunaan

4

Tenaga Kerja Asing.

20. Keputusan Presiden R.I. Nomor 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan

Konvensi Hak Anak.

21. Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan.

22. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 33 Tahun 2016 tentang

Tata Cara Pengawasan Ketenagakerjaan

23. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 10 Tahun 2018 tentang

Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing.

24. Peraturan Daerah Jawa Tengah Nomor: 09 Tahun 2008 tentang

Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja di lingkungan Dinas Tenaga

Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi Jawa Tengah.

25. Peraturan Daerah Jawa Tengah Nomor 9 Tahun 2007 tentang

Penanggulangan Pekerja Anak.

B. PERMASALAHAN

Seperti telah diutarakan di muka bahwa tugas pokok dan fungsi

Pengawas Ketenagakerjaan adalah dari pembinaan yang bersifat persuasif

edukatif sampai dengan penegakan hukum ketenagakerjaan, terutama

yang terkait dengan aspek perlindungan hak-hak tenaga kerja. Sebagai

upaya peningkatan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya, terutama

produktivitas tenaga kerja, di samping untuk terkondisinya ketenangan

kerja dan pertumbuhan usaha. Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi ini,

sebagaimana telah ditetapkan didalam Pasal 176 dan Pasal 180 Undang-

undang Nomor 13 tahun 2003 jo Pasal 3 Undang-undang Nomor 3 tahun

1951, yang antara lain meliputi:

a. Mengawasi berlakunya Undang-Undang dan Peraturan Perburuhan

pada khususnya.

b. Mengumpulkan bahan-bahan keterangan soal-soal hubungan kerja dan

keadaan perburuhan dalam arti yang seluas-luasnya guna membuat

undang-undang dan peraturan-peraturan perburuhan.

c. Menjalankan pekerjaan lainnya yang diserahkan kepadanya dengan

undang-undang atau peraturan-peraturan lainnya.

Di dalam melaksanakan pengawasan ketenagakerjaan, Pegawai

Pengawas Ketenagakerjaan memeriksa semua unsur atau obyek

pengawasan yang harus diawasi sebagaimana hal ini diatur lebih lanjut di

5

dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 33 Tahun 2016 tentang

Pengawasan Terpadu. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2014 tentang Pemerintah Daerah, yang mengamanatkan bahwa

penyelenggaraan pengawasan ketenagakerjaan menjadi urusan wajib bagi

Pemerintah Provinsi. Sehubungan dengan ketentuan tersebut, maka

menjadi tugas pokok Pemerintah Provinsi untuk melaksanakannya,

termasuk didalamnya Bidang Pengawasan Ketenagakerjaan, dengan

pembagian kewenangan pada skala tingkatan Pemerintah Provinsi. Oleh

karena itu Bidang Pengawasan Ketenagakerjaan di Pemerintah Daerah

Provinsi, mempunyai tugas dan fungsi yang bersifat skala Provinsi,

disamping melakukan fungsi pengawasan ketenagakerjaan kepada

perusahaan-perusahaan yang berada di wilayah Jawa Tengah guna

memenuhi norma, standar, prosedur, dan kriteria yang dipersyaratkan.

C. MAKSUD DAN TUJUAN

Adapun maksud dari kegiatan Pengawasan Ketenagakerjaan

adalah:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan norma ketenagakerjaan guna

peningkatan kepatuhan pelaksanaan norma ketenagakerjaan dan

norma penempatan tenaga kerja agar memenuhi norma, standar,

prosedur, dan kriteria yang dipersyaratkan serta untuk meningkatkan

perlindungan pekerja perempuan di tempat kerja.

2. Untuk meningkatkan kompetensi dan kualitas sumber daya manusia

dalam pelayanan dan pengolahan data di bidang pengawasan

ketenagakerjaan.

3. Untuk mengembalikan anak ke sekolah sebagai upaya menangani dan

menanggulangi serta menghapuskan pekerja anak pada bentuk-bentuk

pekerjaan terburuk di Jawa Tengah dalam pengawasan norma kerja

perempuan dan anak.

Sedangkan tujuan dari kegiatan Pengawasan Ketenagakerjaan

adalah:

1. Perlindungan terhadap pelaksanaan norma ketenagakerjaan dan

norma penempatan tenaga kerja serta perlindungan pekerja

perempuan di tempat kerja, guna memberikan kepastian hukum dalam

upaya peningkatan kesejahteraan pekerja di Jawa Tengah.

6

2. Peningkatkan kompetensi dan kualitas sumber daya manusia dalam

pelayanan dan pengolahan data di bidang pengawasan

ketenagakerjaan.

3. Melakukan intervensi langsung pada pengurangan pekerja anak

melalui program pengembangan penanganan, penanggulangan dan

penghapusan pekerja anak pada Bentuk-Bentuk Pekerjaan Terburuk

Anak secara bertahap dalam perlindungan norma kerja perempuan

dan anak.

4. Mengimplementasikan program Rencana Aksi Provinsi (RAP) PBPTA

sesuai Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 23 Tahun 2008 dan

Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

Pekerja Anak.

D. SASARAN DAN RUANG LINGKUP

Sasaran pada kegiatan Penyelenggaraan Pengawasan

Ketenagakerjaan adalah :

1. Perusahaan-perusahaan di Kabupaten/Kota dengan jumlah perusahaan

yang diawasi sebanyak 900 perusahaan baik perusahaan kecil,

menengah dan besar.

2. Pekerja anak yang akan dikembalikan ke dunia pendidikan melalui

Kegiatan Penarikan Pekerja Anak ke Dunia Pendidikan (PPA-P) dengan

kriteria, yaitu :

a. Yang bersangkutan pekerja anak;

b. Berasal dari Rumah Tangga Sangat Miskin;

c. Tidak Sekolah

d. Usia anak 13 s.d 17 tahun

e. Mempunyai ID Keluarga dan atau ID Individu Anak.

f. Jumlah pekerja anak yang akan dikembalikan ke dunia pendidikan

untuk masing-masing Kabupaten/Kota minimal 60 anak, karena

diharapkan setiap Kabupaten/Kota dapat menyelenggarakan

pendampingan antara 2 s/d 3 shelter (60 anak).

3. Desiminasi penghapusan diskriminasi di tempat kerja dengan peserta

60 perusahaan.

4. Peningkatan kompetensi dan kualitas sumber daya manusia dalam

pelayanan melalui rakor pengawasan ketenagakerjaan dengan pserta

7

80 orang dan pengolahan data di bidang pengawasan ketenagakerjaan

dengan peserta 20 orang.

5. Pemeriksaan terhadap 50 P3MI/Kancab P3MI dan lembaga

penempatan Tenaga Kerja Dalam dan Luar Negeri lainnya;

6. Pemeriksaan terhadap 70 perusahaan pengguna Tenaga Kerja Asing;

E. INDIKATOR KINERJA

Secara umum kegiatan yang direncanakan di dalam satuan kerja

Tahun 2022 pada Bidang Pengawasan Ketenagakerjaan ini pada dasarnya

dimaksudkan untuk mempercepat tercapainya tujuan dilakukannya

pengawasan ketenagakerjaan yakni perlindungan hak-hak normatif pekerja

secara konsisten dan teratur serta pemenuhan akses pendidikan, untuk itu

ditetapkanlah indikator kinerja guna menilai efektifitas pencapaian sasaran

kegiatan dimaksud, sebagai berikut:

1. Masukan

Tersedianya dana APBD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2022 untuk Sub

Kegiatan Pengawasan Pelaksanaan Norma Kerja di Perusahaan pada

Kegiatan Penyelenggaraan Pengawasan Ketenagakerjaan sebesar Rp.

2.800.000.000,- (Dua Milyar Delapan Ratus Juta Rupiah).

2. Keluaran

Meningkatnya jumlah perusahaan yang dilakukan pengawasan dan

pemeriksaan norma ketenagakerjaan sebanyak 775 perusahaan.

Jumlah pekerja anak yang ditarik dari dunia kerja dikembalikan ke

dunia sekolah sebanyak 60 anak di 3 kab/kota.

Jumlah perusahaan yang mengikuti Desiminasi Penghapusan

Diskriminasi di Tempat Kerja sebanyak 60 perusahaan.

Jumlah petugas administrasi teknis pengawasan yang memahami

pengolahan data pengawasan ketenagakerjaan sebanyak 20

orang.

Jumlah peserta yang mengikuti rapat koodinasi (rakor)

pengawasan ketenagakerjaan sebanyak 160 orang.

Pemeriksaan dan Pengawasan Perusahaan Penempatan Pekerja

Migran Indonesia (P3MI) di 50 perusahaan.

Pemeriksaan dan pengawasan terhadap perusahaan penempatan

8

tenaga kerja asing di 80 perusahaan.

3. Hasil

Meningkatnya pelayanan pengawasan ketenagakerjaan, melalui

pemeriksaan perusahaan sebanyak 775 (tujuh ratus tujuh puluh

lima) perusahaan.

Pemenuhan akses pendidikan sebanyak 60 (enam puluh) orang

anak di 3 kab/kota.

Meningkatnya penghapusan diskriminasi di tempat kerja di 60

(enam puluh) perusahaan.

Meningkatnya kompetensi pelayanan pengawasan

ketenagakerjaan melalui rakor pengawasan ketenagakerjaan

sebanyak 160 (seratus enam puluh) orang peserta rakor.

Meningkatnya kompetensi sumber daya manusia dalam

pengolahan data pengawasan ketenagakerjaan sebanyak 20 (dua

puluh) orang.

Pengawasan di 80 (tujuh puluh) perusahaan pengguna tenaga

kerja asing.

Pengawasan di 50 (lima puluh) Perusahaan Penempatan Pekerja

Migran Indonesia (P3MI).

4. Manfaat

Adapun manfaat yang ingin dicapai dari kegiatan ini adalah

ketenangan kerja di perusahaan dan adanya kepastian hukum dalam

pelaksanaan norma ketenagakerjaan yang sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku serta pengurangan pekerja anak

dan penarikan pekerja anak pada bentuk pekerjaan terburuk di Jawa

Tengah dalam mengimplementasikan perlindungan norma kerja

perempuan dan anak. Beserta Meningkatkan Ketertiban rekruitmen

dalam rangka penempatan TKI, penempatan TKA yang sesuai

peraturan perundangan.

5. Dampak

Sedangkan dampak kegiatan ini adalah terlindunginya / terpenuhinya

hak-hak normatif tenaga kerja agar dalam pelaksaan norma

9

ketenagakerjaan di perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku dan meningkatnya perlindungan terhadap

hak-hak perempuan dan anak. Beserta meningkatkan perlindungan

dan ketertiban penempatan TKI baik di dalam negeri maupun di luar

negeri dan terawasinya perusahaan pengguna Tenaga Kerja Asing

(TKA).

F. CARA PELAKSANAAN KEGIATAN

Penyelenggaraan pengawasan ketenagakerjaan, adalah kegiatan

pemeriksaan dan pengawasan perusahaan secara menyeluruh. Kegiatan ini

dilakukan pegawai pengawas ketenagakerjaan Provinsi Jawa Tengah baik

yang berada di Semarang maupun yang berada di masing-masing Satuan

Pengawasan Ketenagakerjaan di 6 (enam) wilayah eks-bakorwil yaitu

Semarang, Pati, Pekalongan, Magelang, Surakarta dan Banyumas. Dari

kegiatan ini diharapkan dapat tercapai keseragaman penerapan peraturan

perundang-undangan ketenagakerjaan. Untuk itu, perusahaan prioritas

sasaran kegiatan adalah perusahaan yang mempunyai tenaga kerja di atas

50 orang. Adapun sasaran kegiatan ini sejumlah 775 perusahaan di 35

Kabupaten/Kota se-Jawa Tengah, penghapusan diskriminasi di tempat

kerja di 60 (enam puluh) perusahaan dengan mengadakan Seminar atau

Webinar, peningkatan kompetensi pelayanan pengawasan ketenagakerjaan

melalui rakor pengawasan ketenagakerjaan sebanyak 160 (seratus enam

puluh) orang peserta rakor pengawasan ketenagakerjaan melalui video

conference dan peningkatan kompetensi sumber daya manusia dalam

pengolahan data pengawasan ketenagakerjaan sebanyak 20 (dua puluh)

orang melalui bimbingan teknis secara langsung atau daring. Sedangkan

penarikan pekerja anak untuk dikembalikan ke dunia pendidikan

dilaksanakan dengan pendampingan di shelter dengan melalui pentahapan

dengan verifikasi data yang ada kemudian dilakukan Home Visit oleh

Pendamping yang sudah direkrut dan melalui pelatihan pendamping.

Pendampingan di shelter dilakukan selama 15 hari untuk diberikan motivasi

dan pendidikan oleh Pendamping dan Tutor. Masing-masing pendamping

mendampingi 10 pekerja anak dan pada akhir kegiatan pendamping akan

merekomendasikan pekerja anak untuk lanjutan pendidikan. Hasil

rekomendasi menjadi bahan bagi Dinas terkait untuk melakukan program

10

intervensi sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Serta pelaksanaan

pengawasan penempatan Tenaga Kerja Dalam dan Luar Negeri

dilaksanakan dengan cara pemeriksaan dan pengawasan sejumlah 80

(delapan puluh) perusahaan pengguna tenaga kerja asing (TKA) dan

Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia 50 (lima puluh)

perusahaan.

G. TEMPAT PELAKSANAAN KEGIATAN

Pemeriksaan norma kerja di 775 perusahaan di Jawa Tengah.

Pemeriksaan 80 (tujuh puluh) perusahaan pengguna tenaga kerja

asing di Jawa tengah.

Pemeriksaan Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia

(P3MI) di 50 (lima puluh) perusahaan di Jawa Tengah.

Penarikan pekerja anak sebanyak 60 anak di 3 Kab/Kota.

Kegiatan Seminar / Webinar Penghapusan Diskriminasi di tempat kerja

di Kota Semarang

Pelatihan data pengawasan di Kota Semarang

Rakor Pengawasan Ketenagakerjaan di Kota Semarang.

H. PELAKSANA/ PENANGGUNG JAWAB KEGIATAN

Penanggung Jawab Kegiatan adalah Kepala Bidang Pengawasan

Ketenagakerjaan selaku Kuasa Pengguna Anggaran dengan pelaksana

Pengawas Ketenagakerjaan Provinsi baik yang berada di Semarang

maupun yang berada di Satuan Pengawasan Ketenagakerjaan di 6 (enam)

wilayah eks-bakorwil yaitu Semarang, Pati, Pekalongan, Magelang,

Surakarta dan Banyumas. Adapun, penarikan pekerja anak dengan

pelaksana terdiri dari Ketua Kepala Seksi Pengawasan Norma Kerja selaku

Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan, Sekretaris dilaksanakan oleh

koordinator yang menangani kegiatan, dan Anggota adalah Staf di

lingkungan seksi Pengawasan Norma Kerja dan Pelaksana di daerah adalah

Bidang Pengawasan di lingkungan Dinas yang membidangi

ketenagakerjaan Kabupaten/Kota.

11

I. JADWAL KEGIATAN

1. Persiapan : Januari s/d Februari 2022

2. Pelaksanaan : Februari s/d Nopember 2022

3. Pengendalian : Februari s/d Desember 2022

4. Monitoring dan Evaluasi : Januari s/d Desember 2022

5. Pelaporan : Desember 2022

J. BIAYA :

Kegiatan Penyelenggaraan Pengawasan Ketenagakerjaan dibebankan pada

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun 2021 dengan

biaya untuk Sub Kegiatan Pengawasan Pelaksanaan Norma Kerja di

Perusahaan sebesar Rp. 2.800.000.000,- (Dua Milyar Delapan Ratus Juta

Rupiah). Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) terlampir.

J. PENUTUP

Demikian Kerangka Acuan Kerja (KAK) Kegiatan Penyelenggaraan

Pengawasan Ketenagakerjaan Sub Kegiatan Pengawasan Pelaksanaan

Norma Kerja di Perusahaan Tahun 2022 ini disusun untuk dapat digunakan

sebagai mestinya.

Mengetahui :

KEPALA DINAS

TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH

Ir. SAKINA ROSELLASARI, MSi,MSc Pembina Utama Muda

NIP. 19660821 199303 2 006

Semarang,

KEPALA BIDANG

PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN

MUMPUNIATI, SH,MM Pembina Tk. I

NIP. 19710520 199403 2 010

12

Lampiranz