Karsinoma Tulang
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of Karsinoma Tulang
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
KARSINOMA TULANG
KELOMPOK 3 :
1. ANINDYA PUTRI ARDYENI (13057)
2. APRILIANA AMEDA PURI (13059)
3. ASTRI MILANI (13060)
4. BANGUN NUGROHO (13061)
5. DENI ESTU UTAMI (13013)
6. DESI MUSTIKASARI (13014)
DOSEN PEMBIMBING : SAKA SUMINAR, S.Kep, Ns., M.Kes.
AKADEMI KEPERAWATAN INSAN HUSADA
SURAKARTA
2014/2015LAPORAN PENDAHULUAN
KARSINOMA TULANG
A. PENGERTIAN
1. Kanker adalah neoplasma yang tidak terkontrol dari sel
anaplastik yang menginvasi jaringan dan cenderung
bermetastase sampai ke sisi yang jauh dalam tubuh. (Wong.
2003: 595).
2. Carsinoma tulang adalah pertumbuhan jaringan baru yang
terus menerus secara cepat dan pertimbangannya tidak
terkendali. Kanker dapat berasal dari dalam tulang juga
timbul dari jaringan atau dari sel- sel kartilago yang
berhubungan dengan epiphipisis atau dari unsur-unsur
pembentuk darah yang terdapat pada sumsum tulang.
3. Osteosarkoma (Sarkoma Osteogenik) adalah tumor yang
muncul dari mesenkim pembentuk tulang. (Wong. 2003: 616)
4. Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma
tulang primer yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh
dibagian metafisis tulang tempat yang paling sering
terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang,
terutama lutut. (Price. 1998: 1213).
5. Osteosarkoma (Sarkoma Osteogenik) merupakan tulang primer
maligna yang paling sering dan paling fatal. Ditandai
dengan metastasis hematogen awal ke paru. Tumor ini
menyebabkan mortalitas tinggi karena sarkoma sering sudah
menyebar ke paru ketika pasien pertama kali berobat.
(Smeltzer. 2001: 2347)
B. KLASIFIKASI
1. Tumor tulang benigna
Tumor tulang benigna biasanya tumbuh lambat dan berbatas
tegas, gejalanya sedikit dan tidak menyebabkan kematian.
Tumor tulang benigna terdiri atas :
a. Osteoma, berasal dari jaringan tulang sejati yang
relative jarang terjadi, biasanya timbul pada tulang
membranosa tengkorak.
b. Chondroma, sering terjadi pada tulang panjang,
misalnya pada lengan kadang-kadang terdapat pada
tulang datar seperti tulang ileum.
c. Osteochondroma, bukan neoplasma sejati, berasal
dari sel-sel yang tertinggal pada permukaan tulang,
lapisan kartilago pada osteochondroma dapat mengalami
transformasi maligna setelah trauma dan dapat terjadi
chondrosarkoma.
2. Tumor tulang maligna
Tumor tulang maligna terdiri dari :
a. Osteosarkoma, berasal dari osteoblas pada
metafisis tulang karena itu tumor terlihat pada daerah
pertumbuhan yang aktif terutama dibagian distal femur
bagian proksimal tibia dan hemerus.
b. Ewings sarkoma, adalah tumor ganas yang timbul
dalam sumsum tulang, pada tulang panjang umumnya
femur, tibia, fibula, humerus, ulna, vertebra,
skapula.
c. Multiple myeloma, secara patologi tedapat focus
distrakdi tulang yang multiple.
d. Fibrosarkoma, yaitu tulang yang biasanya menuju
kearah ujung korpus tulang panjang terutama tulang
femur dan tibia.
e. Chondro sarcoma, timbul dari ujung tulang panjang
yang besar atau dari tulang pipih seperti pelvis dan
skapula.
Tumor tulang maligna sekunder, yaitu berasal dari metaste
tumor, misalnya tumor payudara, bronkus, prostat dan
ginjal. Contoh dari tumor maligna sekunder adalah
osteosarkoma dan osteogeniksarkoma.
3. Kanker tulang metastatik
Tumor tulang metastatik (tumor tulang sekunder) lebih
sering dari tumor tulang maligna primer. Tumor yang
muncul dari jaringan tubuh mana saja bisa menginflasi
tulang dan menyebabkan destruksi tulang lokal, dengan
gejala yang mirip dengan yang terjadi pada tumor tulang
primer.
Tumor yang bermetastasis ke tulang paling sering adalah
karsinoma ginjal, prostat, paru-paru, payudara, ovarium
dan tiroid. Tumor metastatik paling sering menyerang
kranium, vertebra, pelvis femur dan humerus.
C. ETIOLOGI
Menurut Smeltzer (2001) :
1. Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi.
2. Keturunan
3. Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti
penyakit paget (akibat pajanan radiasi).
4. Virus onkogenik
D. PATOFISIOLOGI
Keganasan sel pada mulanya berlokasi pada sumsum tulang
(myeloma) dari jaringan sel tulang (sarkoma) atau tumor
tulang (carsinomas). Pada tahap selanjutnya sel-sel tulang
akan berada pada nodul-nodul limpa, hati limfe dan ginjal.
Akibat adanya pengaruh aktivitas hematopoetik sumsum tulang
yang cepat pada tulang, sel-sel plasma yang belum matang /
tidak matang akan terus membelah. Akhirnya terjadi
penambahan jumlah sel yang tidak terkontrol lagi.
Osteogeniksarcoma sering terdapat pada pria usia 10-25
tahun, terutama pada pasien yang menderita penyakit paget’s.
hal ini dimanifestasikan dengan nyeri bengkak, terbatasnya
pergerakan serta menurunnya berat badan. Gejala nyeri pada
punggung bawah merupakan gejala yang khas, hal ini
disebabkan karena adanya penekanan pada vertebra oleh
fraktur tulang patologik. Anemia dapat terjadi akibat adanya
penempatan sel-sel neoplasma. Pada sumsum tulang hal ini
menyebabkan terjadinya hiperkalsemia, hiperkalsuria dan
hiperurisemia selama adanya kerusakan tulang. Sel-sel plasma
ganas akan membentuk sejumlah immunoglobulin / bence jones
protein abnormal. Hal ini dapat dideteksi dalam serum urin
dengan teknik immunoelektrophoesis. Gejala gagal ginjal
dapat terjadi selama presitipasi immunoglobulin dalam
tubulus (pada pyelonephritis), hiperkalsemia, peningkatan
asam urat, infiltrasi ginjal oleh plasma sel (myeloma
ginjal) dan thrombosis pada pena ginjal.
Kecederungan patologik perdarahan merupakan ciri-ciri
myeloma dengan dua alasan utama, yaitu :
a. Penurunan platelet (thrombositopenia) selama adanya
kerusakan megakaryosit, yang merupakan sel-sel induk
dalam sel-sel tulang.
b. Tidak berfungsinya platelets, microglobin menghalangi
elemen-elemen dan turut serta dalam fungsi hemostatik.
E. PATHWAY
F. MANIFESTASI KLINIS
1. Nyeri dan atau pembengkakan ekstremitas yang terkena
(biasanya menjadi semakin parah pada malam hari dan
meningkat sesuai dengan progresifitas penyakit).
2. Akibat riwayat trauma dan atau cidera yang berkaitan
dengan olahraga yang tidak berhubungan.
3. Peningkatan kadar fosfate alkalis serum.
4. Keterbatasan gerak.
5. Kehilangan berat badan.
6. Peningkatan suhu kulit diatas masa dan ketegangan vena.
7. Lesi primer dapat mengenai semua tulang.
8. Malaise.
9. Demam.
1. Manifestasi Klinis Tumor Tulang Benigna
Pasien umumnya memiliki riwayat nyeri berulang, memburuk
pada malam hari dan biasanya tidak sanggup beraktivitas.
Massa dan pembengkakan mungkin dapat diketahui dengan
palpasi, tetapi gejala pokok (kehilangan berat badan,
demam, berkeringat pada malam hari, lemas) biasanya tidak
ditemukan, kecuali pada kasus tumor metastase.
Lesi yang berdekatan bergabung dan dapat menyebabkan
tumor tidak terkendali, bernodul dan nyeri. Tumor
jaringan lunak seringkali dirasakan kurang nyeri bahkan
tidak nyeri. Nyeri ini disebabkan tertekannya saraf-saraf
nyeri oleh massa.
2. Manifestasi Klinis Tumor Tulang Maligna
a. Nyeri
Nyeri merupakan gejala yang paling banyak ditemukan,
sekitar 75% pasien dengan tumor tulang maligna
merasakan nyeri. Gejala nyeri yang ditimbulkan
tergantung pada predileksi serta ukuran tumor. Gejala
dini biasanya berupa nyeri yang bersifat tumpul akibat
pembesaran tumor yang perlahan-lahan. Nyeri berlangsung
lama dan memburuk pada malam hari. Saat istirahat nyeri
tidak menghilang, nyeri diperberat oleh adanya fraktur
patologis.
b. Pembengkakan, Pembengkakan lokal biasa ditemukan.
c. Massa yang teraba-teraba yang diakibatkan penonjolan
tulang.
d. Frekuensi miksi meningkat
Manifestasi klinis ini ditemukan pada tumor tulang maligna
di pelvis, namun manifestasi klinis ini tidak selalu ada di
setiap tumor tulang maligna. Gejala yang ditimbulkan
tergantung dari gradenya. Pada grade tinggi, selain
pertumbuhan tumor cepat juga disertai nyeri yang hebat.
Sedangkan pada grade rendah, pertumbuhan tumor lambat dan
biasanya disertai keluhan orang tua seperti nyeri pinggul
dan pembengkakan.
G. KOMPLIKASI
1. Gangguan produksi antibody
2. Infeksi yang biasa disebabkan oleh kerusakan sumsum
tulang yang luas dan merupakan efek kemoterapi,
radioterapi, maupun steroid
3. Leucopenia
4. Fraktur patologis
5. Gangguan ginjal
6. Gangguan system hematologi
7. Hilangnya ekstremitas
8. Apatis
9. Kelemahan
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis didasarkan pada riwayat, pemeriksaan fisik, dan
penunjang diagnosis seperti :
1. CT Scan (Computed Tomography Scan)
2. Myelogram : adalah jenis khusus dari tes x-ray dimana
pewarna khusus disuntikkanke dalam kantung tulang
belakang.
3. Arteriografi : atau angiografi, yaitu pemeriksaan
arteri (setelah injeksi pewarna) untuk mencari
kerusakan dan penyumbatan.
4. MRI ((Magnetic Resonance Imaging)
5. Biopsi
6. Pemeriksaan biokimia darah dan urine
7. Pemindaian tulang
Pemeriksaan foto toraks dilakukan sebagai prosedur rutin
serta untuk follow-up adanya stasis pada paru-paru.
Fosfatase alkali biasanya meningkat pada sarkoma osteogenik.
Hiperkalsemia terjadi pada kanker tulang metastasis dari
payudara, paru, dan ginjal. Gejala hiperkalsemia meliputi
kelemahan otot, keletihan, anoreksia, mual, muntah,
poliuria, kejang dan koma. Hiperkalsemia harus
diidentifikasi dan ditangani segera. Biopsi bedah dilakukan
untuk identifikasi histologik. Biopsi harus dilakukan untuk
mencegah terjadinya penyebaran dan kekambuhan yang terjadi
setelah eksesi tumor., (Rasjad, 2003).
I. PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan adalah menghancurkan atau mengangkat
jaringan ganas dengan metode seefektif mungkin.
Teknik Pembedahan :
1. Eksisi luas, tujuan adalah untuk mendapatkan batas-batas
tumor secara histologis, tetapi mempertahankan struktur-
struktur neurovaskuler yang utama.
2. Amputasi, tindakan pengangkatan tumor biasanya dengan
mengamputasi. Indikasi amputasi primer adalah lesi yang
terjadi secara lambat yang melibatkan jaringan
neurovaskuler, menyebabkan firaktur patologis (terutama
raktur proksimal), biopsi insisi yang tidak tepat atau
mengalami infeksi, atau terkenanya otot dalam area yang
luas.
3. Reseksi enblock, taknik ini memerlukan eksisi luas dari
jaringan normal dari jaringan disekitarnya, pegangkatan
seluruh serabut otot mulai dari origo sampai insersinya
dan reseksi tulang yang terkena termasuk struktur
pembuluh darah.
4. Prosedur tikhoff linberg, teknik pembedahan ini digunakan
pada lesi humerus bagian proksimal dan meliputi reaksi
enblock skapula, bagian humerus dan klavikula.
5. Pilihan Rekonstruksi
Kriteria pasien untuk pembedahan mempertahankan
ekstremitas, usia, insisi biopsi dan fungsi pasca bedah
ekstremitas yang dipertahankan lebih dari fungsi alat
prostesis, rekonstruksi dapat dilakukan dengan penggunaan
berbagai bahan logam maupun sintesis.
6. Kemoterapi
Kemoterapi mengurangi massa tumor dengan agen alkilating
kemoterapi yang dikombinasikan yang dilaksanakan sebelum
dan sesudah pembedahan dengan tujuan untuk membasmi lesi
mikrometastik.
7. Terapi Radiasi
Percobaan untuk sakoma jaringan lunak saat ini dengan
menggunakan doksorubisin / sisplatin diikuti radiasi
sebesar 2800 cGy.
Penatalaksanaan Keperawatan :
1. Manajemen nyeri
Teknik manajemen nyeri secara psikologik (relaksasi napas
salam, visualisasi, dan bimbingan imaginasi) dan
farmakologi (pemberian analgetik).
2. Mengajarkan mekanisme koping yang efektif
Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan
mereka, dan berikan dukungan secara moril serta anjurkan
keluarga untuk berkonsultasi ke psikolog atau rohaniawan.
3. Memberikan nutrisi yang adekuat
Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah, sering terjadi
sebagai efek samping kemoterapi dan radioterapi, sehingga
perlu diberikan nutrisi yang adekuat. Antiemetik dan
teknik relaksasi dapat mengurangi reaksi
gastrointestinal. Pemberian nutrisi parenteral dapat
dilakukan sesuai dengan indikasi dokter.
4. Pendidikan kesehatanProgram terapi
Pasien dan keuargadiberikan pendidikan kesehatan tentang
kemungkinan terjadinya komplikasi, program terapi, dan
teknik perawatan luka di rumah.
5. Program terapi
Berbagai jenis perawatan tersedia untuk pasien dengan
osteosarkoma. Beberapa perawatan yang standar (yang saat
ini digunakan terapi), dan beberapa sedang diuji dalam
uji klinis. Perawatan klinis dalam percobaan adalah
penelitian studi yang dimaksudkan untuk membantu
meningkatkan perawatan saat ini atau memeroleh informasi
tentang perawatan baru untuk pasien dengan kanker. Ketika
uji klinis menunjukkan bahwa perlakuan yang lebih baik
dari standar perawatan, pengobatan baru yang dapat
menjadi standar perawatan. Jika diduga bahwa masalah
adalah osteosarkoma, sebelum pertama biopsy, penderita
dapat merekomendasikan dokter spesialis yang disebut
pembedahan tulang ahli onkologi.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
KARSINOMA TULANG
A. PENGKAJIAN
1. Data biografi
Data biografi biasanya mencakup nama, umur, alamat,
pekerjaan, No. MR, agama dan lain-lain yang dianggap
perlu.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengatakan nyeri pada ekstremitas, sering
berkeringat pada malam hari, nafsu makan berkurang dan
sakit kepala.
3. Riwayat kesehatan dahulu
a. Kemungkinan pernah terpapar sering dengan radiasi sinar
radio aktif dosis tinggi.
b. Kemungkinan pernah mengalami fraktur.
c. Kemungkinan sering mengkonsumsi kalsium dengan batas
narmal.
d. Kemungkinan sering mengkonsumsi zat-zat toksik
seperti : makanan dengan zat pengawet, merokok dan
lain-lain
4. Riwayat kesehatan keluarga.
Kemungkinan ada salah seorang keluarga yang pernah
menderita kanker.
5. Pemeriksaan fisik
a. Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas
massa serta adanya pelebaran vena.
b. Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian
serta pergerakan yang terbatas.
c. Adanya tanda-tanda inflamasi.
d. Pemeriklsaan TTV klien.
6. Pemeriksaan Diagnostik
Lakukan pemeriksaan radiografi, pemindaian tulang, dan
biopsi tulang.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi jaringan saraf
atau inflamasi.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan
kekuatan dan kerusakan muskuloskeletal .
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan biofisik dan
penanganan
4. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian dan
perubahan status kesehatan
5. Resiko cedera berhubungan dengan tumor
6. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis dan
kerusakan jaringan
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi jaringan saraf
atau inflamasi.
Tujuan & Kriteria
Hasil
Intervensi Rasional
Pasien akan :
o Meningkatkan
kenyamanan
o Dapat
mengendalikan
nyeri
o Dapat melaporkan
karakteristik
nyeri.
a. Catat dan kaji
lokasi dan
intensitas nyeri
(skala 0-10).
Selidiki
perubahan
karakteristik
nyeri
b. Berikan
tindakan
kenyamanan
(contoh ubah
posisi sering,
pijatan lembut).
c. Berikan
sokongan
(support) pada
ektremitas yang
luka.
d. Berikan
lingkungan yang
tenang.
e. Kolaborasi
dengan dokter
a. Untuk
mengetahui
respon dan
sejauh mana
tingkat
nyeri pasien.
b. Mencegah
pergeseran
tulang dan
penekanan pada
jaringan yang
luka
c. Peningkatan
vena return,
menurunkan
edema, dan
mengurangi
nyeri.
d. Agar pasien
dapat
beristirahat dan
mencegah
timbulnya stress
e. Untuk
tentang pemberian
analgetik, kaji
efektifitas dari
tindakan
penurunan rasa
nyeri.
mengurangi rasa
sakit / nyeri.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan
kekuatan dan kerusakan muskuloskeletal
Tujuan & kriteria
hasil
Intervensi Rasional
Pasien akan :
oMenunjukkan
mobilitas
oMelakukan
aktivitas
kehidupan sehari-
hari secara
mandiri.
a.Berikan terapi
latihan fisik :
ambulasi,
keseimbangan,
mobilitas sendi.
b.Bantu dan dorong
perawatan diri
b. Meningkatkan
sirkulasi darah
muskuloskeletal,
mempertahankan
tonus otot,
mempertahakan
gerak sendi,
mencegah
kontraktur/atrofi
dan mencegah
reabsorbsi
kalsium karena
imobilisasi.
c. Meningkatkan
kemandirian klien
dalam perawatan
diri sesuai
kondisi
keterbatasan
klien.
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan biofisik dan
penanganan
Tujuan & Kriteria
Hasil
Intervensi Rasional
Pasien akan :
Menunjukkan
adaptasi dengan
ketunadayaan
fisik,
penyesuaian
psikososial.
Menunjukkan
citra tubuh
positif dan
harga diri
positif.
Menunjukkan
kepuasan
terhadap
penampilan dan
a. Bimbinngan
antisipasi :
persiapkan pasien
terhadap kritis
perkembangan atau
kritis
situasional.
b. Peningkatan
citra tubuh :
tingkatkan
persepsi sadar
dan tak sadar
pasien serta
sikap terhadap
tubuh pasien.
c. Peningkatan
a. Dapat membantu
pasien /orang
terdekat memulai
proses adaptasi
pada status baru
dan menyiapkan
beberapa untuk
efek samping.
b. Membantu
mengartikan
masalah
sehubungan dengan
pola hidup
sebelumnya dan
membantu
pemecahan
fungsi tubuh.
Menunjukkan
keinginan untuk
menyentuh
bagian tubuh
yang mengalami
gangguan
koping : bantu
pasien
beradaptasi
dengan persepsi
stresor,
perubahan atau
ancaman
masalah.
Contohnya, takut
kehilamngan
kemandirian,
kemampuan
bekerja, dsb.
c. Meningkatkan
kemandirian dan
meningkatkan
perasaan harga
diri.
4. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian dan
perubahan status kesehatan
Tujuan & Kriteria
Hasil
Intervensi Rasional
Pasien akan :
o Menunjukkan
rasa aman yang
optimal
a. Penurunan
ansietas
b. Teknik
menenangkan diri
a. Untuk
Minimalkan
kekhawatiran,
ketakutan,
prasangka, atau
perasaan tidak
tenang yang
berhubungan
dengan sumber
bahaya yang
diantisipasi dan
tidak jelas
b. Untuk
meredakan
kecemasan pada
pasien yang
mengalami distres
akut
5. Resiko cedera berhubungan dengan tumor
Tujuan & Kriteria
Hasil
Intervensi Rasional
Pasien akan :
Pasien dan
keluarga dapat
mempersiapkan
lingkungan yang
aman.
Pasien dan
keluarga dapat
menghindari
cidera fisik.
Dapat
memodofikasi gaya
hidup untuk
mengurangi resiko
a. Menejemen
lingkungan:
pantau lingkungan
fisik
memfasilitasi
keamanan.
b. Berikan
bimbingan dan
pengalaman
belajar tentang
kesehatan
individu yang
kondusif.
c. Identifikasi
a.Mencegah potensi
cedera dan
memberikan
keamanan
lingkungan
sekitar pasien
terhadap cedera.
b.Untuk
meningkatkan
pengetahuan
kesehatan pasien
dalam mencegah
faktor resiko
cidera.
faktor resiko
potensial
terjadinya
cidera.
c.Untuk mengetahui
dan mencegah
faktor resiko
potensial yg
dapat
mengakibatkan
cidera.
6. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis dan
kerusakan jaringan
Tujuan & Kriteria
Hasil
Intervensi Rasional
Pasien akan :
o Terbebas dari
tanda dan gejala
infeksi
o Memperlihatkan
higiene personal
yang adekuat
a. Pengendalian
infeksi :
minimalkan
penyebaran dan
penularan agens
infeksius.
b. Perlindungan
infeksi : cegah
dan deteksi dini
infeksi pada
pasien yang
beresiko.
c. Ajarkan klien
dan keluarga
a.Mencegah
terjadinya
penyebaran agens
yang menyebabkan
infeksi.
b.Mengidentifikasi
dini infeksi dan
mencegah infeksi
berlanjut.
c.Agar klien dan
keluarga dapat
secara mandiri
meenghindari
infeksi tanpa
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Dokumentasi Asuhan Keperawatan Edisi 8.
Jakarta : EGC
Dongoes, E. Marilyn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan Keperawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC
Price, Sylvia & Loraine M. Wilson. 1998. Patofisiolgi Konsep Klinis Proses
Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC
Smeltzer & Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Volume III Edisi 8. Jakarta : EGC