JURNAL WAHYUNI SADAH ANALISIS SUSUNAN TEKS NARASI

23
1 ANALISIS L’ORDRE CHRONOLOGIQUE DES ÉVÉNEMENTS DALAM NOVEL “TRISTANT ET ISEUT” KARYA JOSEPH BÉDIER Oleh: Wahyuni Sa’dah (127009021) Mahasiswa Program Master Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara Abstrak Artikel ini membahas tentang L’ordre chronologique des événements pada novel Tristant et Iseut. Hal yang melatarbelakangi penelitian ini adalah adanya temuan L’ordre chronologique des événements yang berbeda dengan teori Boucharen tentang L’ordre chronologique des événements. Pakar ini menyatakan bahwa L’ordre chronologique des événements terdiri atas 5 bagian dan biasanya terstruktur, namun berdasarkan hasil analisis terdapat unsur L’ordre chronologique des événements yang tidak sama dengan teori tersebut. Hal tersebut menjadi masalah dalam penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk variasi dan distribusi L’ordre chronologique des événements pada novel tersebut. Metode yang digunakan adalah Metode deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil analisis data ditemukan Tipe rentetan peristiwa yang paling sering muncul adalah tipe ellipse narrative dengan jumlah 11 teks atau 57,89% disusul dengan tipe normal 6 teks atau 31,57% dan narration anachronique dengan jumlah 2 teks 10,52%. Kata Kunci: Teks Narasi, L’ordre chronologique des événements, Novel 1. PENDAHULUAN

Transcript of JURNAL WAHYUNI SADAH ANALISIS SUSUNAN TEKS NARASI

1

ANALISIS L’ORDRE CHRONOLOGIQUE DES ÉVÉNEMENTS DALAMNOVEL “TRISTANT ET ISEUT” KARYA JOSEPH BÉDIER

Oleh:

Wahyuni Sa’dah (127009021)Mahasiswa Program Master

Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara

Abstrak

Artikel ini membahas tentang L’ordre chronologiquedes événements pada novel Tristant et Iseut. Hal yangmelatarbelakangi penelitian ini adalah adanya

temuan L’ordre chronologique des événements yangberbeda dengan teori Boucharen tentang L’ordre

chronologique des événements. Pakar ini menyatakanbahwa L’ordre chronologique des événements terdiri

atas 5 bagian dan biasanya terstruktur, namunberdasarkan hasil analisis terdapat unsur L’ordre

chronologique des événements yang tidak sama denganteori tersebut. Hal tersebut menjadi masalahdalam penelitian ini. Penelitian ini bertujuan

untuk mendeskripsikan bentuk variasi dandistribusi L’ordre chronologique des événements padanovel tersebut. Metode yang digunakan adalah

Metode deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasilanalisis data ditemukan Tipe rentetan peristiwa

yang paling sering muncul adalah tipe ellipsenarrative dengan jumlah 11 teks atau 57,89%

disusul dengan tipe normal 6 teks atau 31,57%dan narration anachronique dengan jumlah 2 teks

10,52%.

Kata Kunci: Teks Narasi, L’ordre chronologique des événements,Novel

1. PENDAHULUAN

2

Selain bahasa Inggris, salah satu bahasa Asing yang

sangat populer di dunia saat ini adalah Bahasa Perancis.

Bahasa Perancis menduduki posisi kesembilan dalam

peringkat bahasa dunia (Denyer, Garmendia Olivieri: 2006

hal. 94). Perancis merupakan salah satu negara yang

terkenal dengan kekayaan khasanah budaya, seni dan sastra

yang begitu tinggi.

Kekayaan hasil karya para sastrawan Perancis dapat

dibuktikan melalui eksistensinya yang bukan hanya dikenal

di Perancis tetapi juga di kenal hamper ke seluruh dunia.

Novel merupakan salah satu jenis karya sastra Perancis

yang cukup popular. Novel dapat dijadikan sarana yang

begitu nyata untuk menambah wawasan, karena novel pada

umumnya mengandung unsur budaya dan tradisi murni

masyarakat daerah tempat asalnya. Untuk dapat memahami

isi cerita sebuah novel, yang dalam hal ini dikhususkan

pada novel berbahasa Perancis, dibutuhkan penguasaan

terhadap kata, kalimat dan paragraf yang terdapat

didalamnya karena sebuah novel pasti tersusun dari elemen

– elemen tersebut.

Dalam sebuah novel akan terdapat teks. Teks merupakan

satuan bahasa yang lengkap, yang didalamnya terdapat

konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang utuh yang bias

dipahami oleh pembaca. Dalam bahasa Perancis terdapat

berbagai jenis teks, yaitu teks narasi (texte narratif), teks

deskriptif (texte descriptif), teks argumentatif (texte

argumentatif), teks eksposisi (texte explicatif), dan injonctif.

3

Namun dari sekian banyak jenis teks, yang menjadi fokus

penelitian adalah teks narasi (texte narratif), karena

teks narasi hanya menyampaikan kepada pembaca suatu

kejadian atau peristiwa. Sesuai dengan yang dikatakan

oleh Cornwell (2001) bahwa, ” Le texte narratif décrit une

succession de fait que enchainent ”, maksudnya teks narasi

menceritakan suatu rentetan peristiwa yang saling

terkait. Sedangkan Crépin (1994:59) mengungkapkan bahwa :

Le texte narratif est en général chronologique, mais les un ordres à la

chronologique sont souvent fréquents; elles sont indiquées par des adverbes

de temps et par le changement de temps des verbes”. Maksudnya,

umumnya rentetan peristiwa pada teks narasi disajikan

secara kronologis, tetapi tidak mengikuti kebiasaan

ketentuan kronologis cerita sering terjadi, kronologis

ditujukan oleh adverbia waktu dan perubahan waktu kata

kerjanya.

Selaras dengan hal itu Boucharenc (2000-17)

menambahkan ”l’histoire narrative rend compte de l’ordre chronologique

des événements”, artinya cerita narasi memuat rentetan

peristiwa.

Rentetan peristiwa (l’ordre chronologique des événements) ini

tersusun atas :

1. L’état initial ; situasi awal cerita.

2. L’élément transformateur ; unsur perubah yang berasal

dari situasi awal.

3. Le processus de transformation ; proses perubahan yang

mengandung satu atau beberapa aksi.

4

4. L’élément de résolution ; unsur revolusi yakni, cerita

sampai pada momen akhir transformasi.

5. L’état final ; situasi akhir yang menunjukkan cerita

berada pada suatu keseimbangan yang baru.

Dari keterangan di atas dapat diketahui bahwa teks

narrasi (texte narratif) ditandai dengan adanya susunan

peristiwa (l’ordre chronologique des événements), atau yang

dikenal juga dengan susunan cerita (structure de récit) dan

biasanya diikuti oleh adverbes de temps (keterangan

waktu). Meskipun teks narasi mempunyai aturan dalam l’ordre

chronologique des événements, tetapi banyak dijumpai teks-teks

pada buku pengajaran, roman, majalah,… yang tidak

mengikuti kebiasaan tahapan-tahapan di atas. Hal ini

dikarenakan oleh keinginan pengarang untuk membuat

variasi tersendiri dalam hal menulis. Kasus-kasus diatas

dapat dibuktikan melalui beberapa ilustrasi berikut ini.

Contoh :

Rentetan peristiwa (l’ordre chronologique des événements) pada

cerita yang terdapat pada subjudul ke-XI ”LE GUE

AVENTUREUX” dalam novel Tristan et Iseut ini adalah :

1. Unsur resolusi (l’élément de resolution) :

Le roi Marc était d’accord avec l’offert de Tristan et il manda au

chapelain de le répondre vite et le mit sur le croix rouge.

(Raja Marc setuju dengan tawaran Tristan, dan

memerintahkan pada pendetanya untuk segera membalas

surat itu, dan meletakkan di tempat bertanda silang

merah).

5

2. Proses perubahan (le processus de transformation) :

~ Le roi Marc commanda à Tristan de rendre Iseut à trois jours de

cette réponse.

(Raja memerintahkan pada Tristan untuk mengembalikan

Iseut tiga hari setelah balasan atas surat ini).

~ Avant de séparer, Iseut manda à Tristan de lui donner un souvenir,

elle manda ”Husdent ” son chien, pour qu’elle aie été moins triste,

quand elle se souvenait Tristan, et lui donna un anneau pour le

symbole de son amour.

(Sebelum berpisah, Iseut meminta sebuah kenang-

kenangan pada Tristan, yaitu ”Husdent ” anjingnya,

agar ketika dia teringat pada Tristan, kesedihannya

berkurang, dan dia memberikan pada Tristan sebuah

cincin sebagai tanda cintanya).

~ Le roi Marc annonca à tous les gens de Cornouailles la nouvelle de

revenue la reine Iseut, ils étaient heureux d’écouter.

(Raja Marc mengumumkan pada seluruh rakyat

Cornouailles berita tentang kembalinya ratu Iseut,

mereka sangat senang).

~ A jour décidé, au loin les félons, les barons, et les Cornouailles

regardèrent l’arrivée de Tristan et Iseut.

(Pada hari yang ditentukan, dari kejauhan para

pemuka istana, bangsawan, dan rakyat Cornouailles

melihat kedatangan Tristan dan Iseut).

3. Situasi Akhir (l’état final)

6

~ Tristan a rendu Iseut devant tous les Cornouaillais, et puis roi

commanda à Tristan de s’éloigner de ce pays. Et pour accueillir la

reine, Marc fit un grand festin.

(Tristan mengembalikan putri Iseut di depan seluruh

rakyat Cornouailles, kemudian raja Marc memintanya

untuk mengasingkan diri dari daerah itu. Dan untuk

menyambut kembalinya sang ratu, raja Marc mengadakan

sebuah pesta besar).

4. Situasi Awal (l’état initial)

~ Tidak dipaparkan

5. Unsur perubah (l’élément transformateur)

~ Tidak dipaparkan

Pada cerita di atas, dapat dilihat bahwa rentetan

peristiwa (l’ordre chronologique des événements)nya tidak

mengikuti kebiasaan, karena cerita tersebut diawali

dengan peleraian unsur resolusinya. Hal ini disebabkan

oleh keinginan pengarang untuk memuaskan pembaca atas

permasalahan yang timbul pada cerita sebelumnya. Dan

untuk menambah kelengkapan cerita, pengarang menulis

akhir cerita secara mendetail. Cerita narasi yang

rentetan peristiwa (l’ordre chronologique des événements)nya

tidak tersusun secara sistematis inilah yang disebut

anachronique narratif ( Boucharenc : 2000 hal. 17).

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah

diuraikan di atas maka Penulis merumuskan permasalahan

pada susunan peristiwa (l’ordre chronologique des événements)

dengan rumusan masalah menemukan bentuk rentetan

7

peristiwa (l’ordre chronologique des événements) pada novel Tristan

et Iseut, mendeskripsikan bentuk variasi rentetan peristiwa

(l’ordre chronologique des événements) dari setiap subjudaul pada

novel Tristan et Iseut. Mengetahui variasi rentetan peristiwa

(l’ordre chronologique des événements) manakah yang paling

dominan dalam novel Tristan et Iseut, serta mengeathui bagian

rentetan peristiwa (l’ordre chronologique des événements) manakah

yang paling dominan dalam novel Tristan et Iseut.

Adapun tujuan penelitian ini adalah mengetahui variasi

dan bentuk serta bagian l’ordre chronologique des événements

(rentetan peristiwa) yang paling dominan pada teks narasi

dalam novel Tristan et Iseut.

2. KAJIAN PUSTAKA

Kenny (1986:8)”To analyses a literary work is to identity separate part

that make it up, to determine the relationship among the part and to discover

the relation of path to wholes” menganalisis sebuah karya sastra

adalah mengenal bagian pembentuknya secara terpisah,

menentukan hubungan diantara bagian-bagian dan menentukan

hubungan setiap aspek secara keseluruhan.

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

analisis adalah mengkaji, menelaah atau menguraikan suatu

objek secara terperinci sehingga dapat diambil sebuah

kesimpulan dan dapat memahami keadaan sebenarnya, yang

dalam hal ini objeknya adalah karya sastra.

2. Rentetan peristiwa (l’ordre chronologique des événements)

8

Menurut Bertrand (2000:17) ”La structuration fonctionnelle

narrative est aboutit aux cinq séquences suivant : situation initial (fonction

préparatoire), événement perturbateur (établissement du manque),

aggravation, lutte, et situation final (aboutissement) artinya susunan

sistematis sebuah teks narasi adalah terdiri dari lima

tahap sebagai berikut : situasi awal cerita (tahap

persiapan), peristiwa perubah (pemunculan konflik),

peningkatan konflik, pertengkaran (dapat terdiri dari

berbagai kemungkinan), dan situasi akhir cerita. Selaras

dengan hal itu Cornwell menyatakan bahwa ”Le texte narratif

décrit une succession de faits qui s’enchaient ” maksudnya teks narasi

melukiskan suatu rentetan peristiwa yang saling

terangkai. Kemudian Boucherenc lebih memperjelas lagi

bahwa (2000:16-17) rentetan peristiwa (l’ordre chronologique

des événements) terdiri atas :

1. Le début constitue l’état initial.

(Permulaan merupakan situasi awal)

Awal dari suatu cerita yang belum memperlihatkan

adanya konflik. Tetapi mengandung unsur-unsur yang

mudah menimbulkan konflik di masa yang akan datang.

2. Un élément transformer vient rompre l’état initial.

(Unsur Perubah berasal dari situasi awal)

Maksudnya unsur ini adalah batang tubuh utama dari

seluruh tindak-tanduk para tokoh, bagian ini

mencakup adegan-adegan yang berusaha meningkatkan

9

ketegangan atau menggawatkan konflik yang berkembang

dari situasi asli.

3. L’élément transformateur enleche un processus de transformation,

ayant une ou plusieurs actions.

(Unsur perubah menghubungkan suatu proses perubahan,

yang memuat satu atau beberapa aksi).

Cerita memasuki tahap konkrit (realisasi konflik).

Konkritasi diungkapkan dengan menguraikan secara

terperinci peranan semua unsur narasi ; perbuatan

atau tindak tanduk yang menimbulkan pembenturan-

pembenturan kepentingan yang menimbulkan konflik

baik yang terbuka maupun yang tertutup ; bagaimana

pertikaian-pertikaian antar tokoh yang dipisahkan,

berangsur-angsur memuncak melalui timbulnya konflik

permasalahan yang rumit.

4. L’élément de résolution vient à un moment clore le processus de

transformation.

(Unsur resolusi sampai pada momen akhir proses

perubahan)

Maksudnya bagian ini merupakan rangkaian pola

tindak-tanduk yang berusaha memecahkan konflik yang

terdapat dalam narasi itu, yang berusaha memulihkan

situasi narasi kedalam situasi yang seimbang dan

harmonis.

5. L’état final, le processus de transformation achéve, l’histoire aboutit à

un nouvel équilibre.

10

(Proses transformasi akhir, cerita berakhir pada

keseimbangan yang baru, situasi akhir)

Maksudnya akhir suatu perbuatan yang menjadi titik

pertanda berakhirnya tindak-tanduk atau konflik

dalam cerita.

3. Teks Narasi

Crépin dan Loridon (1995:54) menyatakan bahwa ” Le

texte narratif est de raconter des événements réel, comme dans les faits

divers de journaux par exemple, ou des événements imaginaires”, artinya

teks narasi menceritakan tentang kejadian nyata seperti

faits divers (kenyataan) atau juga kejadian fiktif belaka.

Hal ini didukung oleh Cornwell (2001) ”Texte narratif appelé

aussi récit est une histoire qui peut-être réelle ou fictive ; récit d’aventures,

récit historiques, récit merveilleux,... il est raconté par un narrateur soit à la

1re (je) ou 3e (il, elle), selon qu’il est ou non impliqué dans le récit”,

maksudnya teks narasi disebut juga cerita sebuah kisah

yang mungkin nyata atau fiktif ; cerita petualangan,

cerita sejarah, cerita yang menakjubkan. Teks ini

diceritakan ole pengarapnya melaui pemakaian pronominal

orang pertama.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

teks narasi adalah teks yang menceritakan tentang suatu

kejadian baik fiktif ataupun nyata secara

berkesinambungan, dengan sejelas-jelasnya.

4. Pengertian Novel

11

Menurut Larousse (1974:74), ”La nouvelle est composition

appartenant au genre du roman, mais qui s’endistinggue par un texte plus

court, par la simplicité du sujet et par la sobriété du style et de l’analyse

physicologique”, maksudnya novel adalah karya sastra sejenis

roman, yang membedakannya adalah bahwa novel tidak

berlebihan dan juga mengandung analisis psikologis,

selanjutnya Robert (1990:1285) menambahkan ”La nouvelle est

récit généralement bref, de construction dramatique et présentant des

personnages peu nombreux”, maksudnya novel adalah cerita yang

pada umumnya singkat, disusun dramatis dan memunculkan

tokoh-tokoh yang tidak begitu banyak.

Dari beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa

novel adalah suatu karya sastra berbentuk prosa yang

mengandung rangkaian cerita tentang suatu kejadian atau

peristiwa yang dialami seseorang pada lingkungannya yang

memunculkan suatu konflik.

3. METODOLOGI PENELITIAN

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode

deskriptif kwalitatif digunakan dalam penelitian ini,

karena metode ini merupakan metode yang sesuai untuk

menganalisis data yang hasil penelitiannya

direpresentasikan dalam bentuk kata-kata atau kalimat.

Sumber data dalm penelitian ini berasal dari sebuah

novel yang berjudul Tristan et Iseut buah karya Joseph Bédier,

ditulis sekitar abad ke-XIII, dengan ketebalan 183

12

halaman, ditebitkan oleh Bibliothèque Médièvale, dan diedit

oleh Paul Zumthor. Setiap subjudul diatas merupakan

rangakaian cerita yang saling berhubungan satu sama

lainnya. Namun, setiap subjudul tersebut memiliki konflik

atas permasalahan yang berdiri sendiri (satu subjudul

memiliki satu permasalahan atau satu konflik), artinya

setiap satu subjudul memuat rentetan peristiwa (l’ordre

chronologique des événements) yang terpisah, karena itulah

cerita dalam novel ini dipecah kedalam beberapa subjudul

yang dipaparkan dengan gaya penulisan yang berbeda

(anachronique narrative, ellipse narrative, normale).

Data penelitian ini tidak diubah dalm bentuk angka-

angka melainkan hanya dideskripsikan dalam bentuk kata-

kata persentase untuk menggambarkan rentetan peristiwa

(l’ordre chronologique des événements) yang terdapat dalam novel

Tristan et Iseut karya Joseph Bédier.

Keterangan :

N = Jumlah populasi

F = Frekuensi

K = Kategori, (Widodo:2000)

Untuk melaksanakan teknik analisis data pada metode

deskriptif kwalitatif, maka akan dilakukan proses

sistematis sebagai berikut:

1. Membaca dengan teliti teks pada novel ”Tristan et Iseut”

karya Joseph Bédier.

13

2. Mengidentifikasi dengan cara menggaris bawahi

elemen-elemen dari rentetan peristiwa (l’ordre

chronologique des événements) setiap subjudul dalam novel

”Tristan et Iseut” karya Joseph Bédier dengan stabilo.

3. Setiap elemen dari rentetan peristiwa (l’ordre

chronologique des événements) diberi kode : ”a” untuk

situasi awal cerita (l’état initial), ”b” untuk unsur

perubah (l’élément transformateur), ”c” untuk proses

transformasi (le processus de transformation), ”d” untuk

unsur resolusi (l’élément de résolution), ”e” untuk

situasi akhir cerita (l’état final).

4. Mengoreksi kembali rentetan peristiwa (l’ordre

chronologique des événements) untuk memastikan ketepatan

pemberian kode.

5. Menyusun rentetan peristiwa (l’ordre chronologique des

événements) setiap subjudul dalam novel Tristan et Iseut

karya Joseph Bédier berdasarkan kode-kode diatas

kedalam kartu analisis.

6. Menentukan tipe rentetan peristiwa (l’ordre chronologique

des événements) dengan cara : memberi kode ”x”

rentetan peristiwa (l’ordre chronologique des événements)

bertipe narration anachronique. Rentetan peristiwa

(l’ordre chronologique des événements) bertipe ellipse narrative

diberi kode ”y”. Rentetan peristiwa (l’ordre

chronologique des événements) bertipe normal diberi kode

”z”.

14

7. Mengelompokkan subjudul-subjudul dalam novel Tristan et

Iseut karya Joseph Bédier berdasarkan tipe rentetan

peristiwa (l’ordre chronologique des événements) sesuai

dengan kode-kode diatas.

8. Melakukan tahap pengoreksian ulang untuk mengetahui

apakah ada kesalahan dalam pengelompokkan rentetan

peristiwa (l’ordre chronologique des événements)nya.

9. Dari masing-masing rentetan peristiwa (l’ordre

chronologique des événements) tiap subjudul dalm novel

Tristan et Iseut karya Joseph Bédier, dihitung frekuensi

kemunculan tipe rentetan peristiwa (l’ordre chronologique

des événements) yang palin dominan.

10. Mendeskripsikan bentuk analisis rentetan

peristiwa (l’ordre chronologique des événements) teks narasi

dalam novel Tristan et Iseut karya Joseph Bédier.

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis peneliti, ada beberapa

subjudul yang terdapat dalam novel Tristan et Iseut karya

Joseph Bédier, tidak mengikuti rentetan peristiwa seperti

teori yang diutarakan oleh Boucharenc. Peneliti menemukan

beberapa hal sebagai berikut :

15

Bentuk rentetan peristiwa (l’ordre chronologique des

événements) dalam novel Tristan et Iseut karya Joseph Bédier

dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1

Bentuk dan Tipe Rentetan Peristiwa (l’ordre chronologique desévénements) dalam novel Tristan et Iseut

Bentuk rentetan

peristiwa

Tipe Frekuensi Persentase

a,b,c,d,e Z 6 31,57a,c,d,e Y 1 5,26a,b,c,d Y 2 10,52a,c,b Y 1 21,05a,c,e Y 1 5,26c,d,e Y 1 5,26a,b,c Y 3 15,78d,c,e Y 1 5,26d,b,c,e Y 1 5,26a,b,d,c,e X 2 10,52Jumlah = 10 3 19 100

Keterangan :

a : Situasi Awal d : unsure resolusi

b : unsur perubahan e : situasi akhir

c: proses perubahan

Tabel 1 menunjukkan bahwa bentuk rentetan peristiwa

(l’ordre chronologique des événements) dalam novel Tristan et Iseut

karya Joseph Bédier adalah sebagai berikut : bentuk

rentetan peristiwa (l’ordre chronologique des événements)

a,b,c,d,e (bertipe z) ditemukan dalam novel tersebut,

16

dengan jumlah 6 teks atau 31,57% (pada subjudul ke-I, VI,

IX, XII, XIV, dan XV) kemudian bentuk rentetan peristiwa

(l’ordre chronologique des événements) a,c,d,e; a,b,c,d; a,c,b;

a,c,e; c,d,e; a,b,c; d,c,e; d,b,c,e, (bertipe y) dengan

jumlah 11 teks atau 57,89% (pada subjudul ke-II, III, IV,

VII, VIII, X, XI, XIII, XVI dan XVII) serta rentetan

peristiwa berbentuk a,b,c,d,e (bertipe x) pada subjudul

ke XVIII, XIX) dengan jumlah yang sama.

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa teks bertipe

”y” mendominasi penulisan teks narasi dalam teks Tristan et

Iseut.

Dari kesepuluh bentuk penulisan teks narasi dalam

novel ini terdapat tiga tipe penulisan yang berbeda

yaitu : Ellipse narrative : teks narasi yang tidak memaparkan

seluruh tahapan dari rentetan peristiwa dengan variasi

sebagai berikut : proses perubahan, unsur resolusi, dan

situasi akhir (c,d,e) berjumlah 1 teks atau 5,26% ;

situasi awal, unsur perubah, proses perubahan dan unsur

resolusi (a,b,c,d) berjumlah 2 teks atau 10,52% ; situasi

awal, proses perubahan dan unsur perubah (a,c,b) dengan 1

teks atau 5,26% ; situasi awal, proses perubahan, dan

situasi akhir (a,c,e) berjumlah 1 teks atau sebesar

5,26% ; proses perubahan, unsur resolusi dan situasi

akhir (c,d,e) berjumlah 1 teks atau 5,26% ; situasi awal,

unsur perubah dan proses transformasi (a,b,c) dengan

jumlah 3 teks atau 5,26% dan unsur resolusi, proses

perubahan dan situasi akhir (d,c,e) dengan 1 teks atau

17

5,26% dan unsur resolusi, unsur perubah, proses perubahan

dan situasi akhir (d,b,c,e) berjumlah 1 teks atau 5,26%.

Anachronique narrative : teks narasi yang ditampilkan dengan

rentetan peristiwa yang tidak terurut dengan variasi

penulisan, situasi awal, unsur perubah, unsur resolusi,

proses perubahan dan situasi akhir (a,b,c,d,e) berjumlah

2 teks atau 10,52% . Normale narration : teks narasi yang

memiliki kelima elemen rentetan peristiwa dan tersusun

secara sistematis seperti : situasi awal, unsur perubah,

proses transformasi unsur resolusi, dan ditutup dengan

situasi akhir (a,b,c,d,e) berjumlah 6 teks atau 31,57%.

3. Variasi Penulisan Rentetan Peristiwa Dominan

Setelah diadakannya analisis dan penghitungan

persentase maka diperoleh data bahwa variasi penulisan

yang dominan dalam penulisan novel Tristan et Iseut karya

Joseph Bédier ini adalah ellipse narrative dengan jumlah 11

teks atau sekitar 57,89% dengan 8 bentuk penulisan yang

berbeda.

4. Frekuensi Penggunaan Bagian Rentetan Peristiwa

Dari hasil analisis di atas dapat diketahui bahwa

bagian rentetan peristiwa yang paling dominan adalah

proses perubahan yang terdapat pada 19 teks atau 100%,

kemudian diikuti oleh situasi awal dengan 17 teks atau

89,47% unsur perubah dengan jumlah 15 teks atau 78,94%,

serta unsur resolusi dan situasi akhir masing-masing

berjumlah 13 teks 68,42%.

18

Setelah memaparkan hasil penelitian, berikut ini akan

disajikan pembahasan terhadap hasil penelitian tersebut.

Rentetan peristiwa (l’ordre chronologique des événements)

pada subjudul ke-II ”LE MORHOLT D’IRLANDE” antara lain :

1. Situasi awal (l’état initial)

~ Tidak dipaparkan

2. Unsur perubah (L’élément transformateur)

~ Tidak dipaparkan

3. Proses perubah (le processus de transformation)

~ Le roi Marc avait un accord avec roi d’Irlande de donner cents livres

cuivre, d’argent, d’or, et des garçons et des filles, et il envois un géant,

Morholt qui offrait un bataille.

(Raja Marc terikat perjanjian upeti pada raja

irlandia, memberikan ratusan kilo tembaga, uang,

emas, dan ratusan anak laki-laki dan anak perempuan,

dan mengirim seorang raksasa bernama Morholt, yang

menawarkan sebuah pertarungan).

~ Tous seigneurs des Cornouailles avait peur de convaincre un géant

comme Morholt.

(Semua pemuka istana Cornouailles takut untuk

mengalahkan raksasa seperti Morholt).

~ Tristan manda au roi Marc de lui permettre faire ce bataille.

(Tristan memohon pada raja Marc untuk mengijinkannya

melakukan pertarungan ini).

~ Ils ont fait ce bataille sur l’île Saint Samson.

(Mereka bertarung di sebuah pulau bernama Saint-

Samson).

19

~ L’irlandais étaient joyeux, lorsqu’ils regardaient au loin la voile de

pourpre, c’était lui de Morholt.

(Rakyat Irlandia gembira ketika melihat dari jauh

layar kapal milik Morholt).

~ Mais il ne trouva pas Morholt, car c’était Tristan qui gagna.

(tetapi mereka tidak menemukan Morholt, karena

Tristan yang menang).

~ Tristan parvint au château, et il s’affaissa entre les bras de roi Marc,

et le sang ruisselait sa blessure.

(Tristan kembali ke istana raja Marc, dan dia

terjatuh dipelukannya dan darah mengalir dari

lukanya).

~ Bien qu’Iseut, ayant un don guerrier, aie essayé d’aide Morholt, en

fin il mourut.

(Walaupun Iseut yang mempunyai bakat menyembuhkan

penyakit, mencoba menolong Morholt, akhirnya dia

meninggal juga).

~ A cause de sa blessure venimeuse, Tristan manda au roi de lui faire

équiper un nef, il porta seulement son harpe qui lui fit rencontre avec

Iseut.

(Akibat luka beracunnya, Tristan memohon pada raja

untuk mengijinkannya pergi berlayar, dia hanya

membawa harpanya, harpa yang menemukannya dengan

Iseut).

~ Bien qu’il atteri sur la port de Weisefort où Morholt mourut,

personne qui le connu.

20

(Walaupun dia berlabuh di pelabuhan Weisefort dimana

Morholt mati, tidak seorangpun mengenalnya).

4. Unsur resolusi (l’élément de resolution) :

~ Iseut l’eut presque guérit après quarante jours de leur rencontre.

(Iseut hampir menyembuhkannya setelah empat puluh

hari dari semenjak mereka).

5. Situasi Akhir (l’état final) :

~ Après avoir guérit, Tristan reparut devant le roi Marc.

(Setelah sembuh, Tristan kembali kepada raja Marc).

Terdapat penyimpangan dalam rentetan peristiwa

(l’ordre chronologique des événements). Pada cerita

diatas, penyimpangan itu ditandai dengan diawalinya

cerita oleh proses transformasi (le processus de

transformation), kemudian disusul oleh unsur resolusi

(l’élément de resolution), dan ditutup dengan situasi

akhir (l’état final), jadi cerita ini hanya memuat tiga

tahap dari rentetan peristiwa (l’ordre chronologique des

événements), inilah yang dinamakan dengan ellipes narrative.

5. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat

disimpulkan bahwa:

Bentuk rentetan peristiwa teks narasi dari setiap

subjudul dalam novel ini terdiri dari 10 bentuk antara

lain: proses perubahan, unsure resolusi, dan situasi

akhir (c,d,e) berjumlah 1 teks atau 5,26% ; situasi awal,

21

unsure perubah, proses perubahan dan unsur resolusi

(a,b,c,d) berjumlah 2 teks atau 10,52% ; situasi awal,

proses perubahan, dan situasi akhir (a,c,e) berjumlah 1

teks atau sebesar 5,26% ; proses perubahan, unsure

resolusi dan situasi akhir (c,d,e) berjumlah 1 teks atau

5,26% ; situasi awal, unsure perubah dan proses

transformasi (a,b,c) dengan jumlah 3 teks atau 15,78% ;

unsur resolusi, proses perubahan dan situasi akhir

(d,c,e) dengan 1 teks atau 5,26 % dan unsure resolusi,

unsure perubah, proses perubahan dan situasi akhir

(d,b,c,e) berjumlah 1 teks atau 5,26%. Situasi awal,

unsur perubah, unsure resolusi, proses perubahan dan

situasi akhir (a,b,c,d,e) berjumlah 2 teks atau 10,52%.

Situasi awal, unsure perubah, proses transformasi unsure

resolusi, dan ditutup dengan situasi akhir (a,b,c,d,e)

berjumlah 6 teks atau 31,57%. Variasi rentetan

peristiwanya terdiri dari tiga tipe yaitu : ellipse narrative

berjumlah 11 teks atau 57,89%, terdapat pada subjudul ke-

II, III, IV, V, VII, VIII, X, IX, XIII, XVI, dan XVII.

Narration Normale berjumlah 6 teks atau 31,57% pada subjudul

ke-I, VI, IX, XII, XIV, dan XV. Anachronique narrative

berjumlah 2 teks atau 10, 52% pada subjudul ke-XVIII dan

XIX. Tipe rentetan peristiwa yang paling sering muncul

adalah tipe ellipse narrative dengan jumlah 11 teks atau 57,89%

disusul dengan tipe normal 6 teks atau 31,57% dan narration

anachronique dengan jumlah 2 teks 10,52%. Berdasarkan data

yang telah dianalisis, maka dapat diketahui bagian

22

rentetan peristiwa yang paling dominan adalah proses

perubahan dengan jumlah 19 teks dari 19 teks atau sebesar

100%, disusul oleh situasi awal dengan 17 teks atau

89,47%, unsur perubah dengan frekuensi 16 teks, 84,21%,

unsur resolusi dan situasi akhir masing-masing berjumlah

13 teks atau 60,42%.

DAFTAR PUSTAKA

ADERHOLD, Carl. 1995. Le Robert de Poche. Paris: Le Robert.

Alwi. 2001. Apresiasi Sastra. Jakarta: PT. Gramedia

Bédier, Joseph. 1981. Le Roman de Tristan et Iseut dirigé par PaulZumthor. Paris: Bibliothèque Médièvale.

Brune. 2001. Technique De L’analyse De La Fiction. Paris: Nathan.

Boucharenc. M et M. Feller. 2000. Littérature Types de Texte.Paris: Techniplus.

Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: PT. RinekaCipta

Cornwell, Patricia. 2001. Texte Narrative.www.members.Lycos.fr/texte_narrative.htp diakses tanggal 7Juni 2006

Denyer, Monique., Agustin Garmendia,. Marie-Laure Lions-Olivierie. 2006. Version Originale 2 Méthode de Français Livrede l’élève. Paris : Maison des Langues.

23

Denis, Bertrand. 2000. La structuration du Texte Narratif. Paris:Nathan Université.

Gosse, Andre. 2001. Bon Usage. Treizième Édition. Paris:Libraire Hachette.

Hutagalung, Rory Anthony. 2003. Grammaire française. Jakarta.PT Gramedia

Larousse. 2005. Le Petit Larousse Illustre (100e) Édition. Paris:Libraire Hachette.

Moeliono, Anton. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakart:Balai Pustaka.

Rey, Allain. 1995. Le Nouveau Petit Robert. Paris:Dictionnaires de Robert.

Sumardjo, Jakub dan Saini KM. 1987. Apresiasi Kesusastraan.Jakarta: PT. Gramedia

TOMASSON, Robert. 2000. Pour Enseigner La Grammaire. Paris:Delagrave.

Willyam Kenny. 1996. How to analyse fiction. USA: MonarchePresse

Widodo, Emma Muchtar. 2000. Konstruksi Kearah Peneliti.Yogyakarta: Avyruz.