jenis dan maksud tindak tutur antara guru dengan

187
JENIS DAN MAKSUD TINDAK TUTUR ANTARA GURU DENGAN SISWA DI SMP NEGERI 3 DELANGGU KABUPATEN KLATEN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Oleh: Krisna Adi Wirawan 151224060 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of jenis dan maksud tindak tutur antara guru dengan

JENIS DAN MAKSUD TINDAK TUTUR ANTARA GURU DENGAN

SISWA DI SMP NEGERI 3 DELANGGU KABUPATEN KLATEN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh:

Krisna Adi Wirawan

151224060

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2019

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

i

JENIS DAN MAKSUD TINDAK TUTUR ANTARA GURU DENGAN

SISWA DI SMP NEGERI 3 DELANGGU KABUPATEN KLATEN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh:

Krisna Adi Wirawan

151224060

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2019

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

1. Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberkati dan menjadi andalan,

petunjuk serta harapan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Kedua orang tua Lelana Sapta Budaya, Rustini yang selalu memberikan

bimbingan, kasih sayang, cinta, semangat, dukungan, motivasi dan doa.

3. Saudara kaka Hastri Eva Febriantari yang selalu memberikan semangat, kasih

sayang, dukungan, dan doa.

4. Keluarga, kekasih, sahabat, teman-teman yang selalu memberikan dukungan,

semangat, dan doa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

v

MOTTO

“Jadilah dirimu sendiri, hormatilah orang disekitarmu, dan

tetaplah rendah hati”

(Krisna Adi Wirawan)

“Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah

dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam

Kristus Yesus bagi kamu”

(1 Tesalonika 5: 16 -18)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

viii

ABSTRAK

Wirawan, Krisna Adi. 2019. Jenis dan Maksud Tindak Tutur antara Guru

dengan Siswa di SMP Negeri 3 Delanggu Kabupaten Klaten. Skripsi.

Yogyakarta: Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan

Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Sanata Dharma.

Penelitian ini membahas tentang jenis dan maksud tindak tutur antara guru

dengan siswa di SMP Negeri 3 Delanggu Kabupaten Klaten. Permasalahan yang

diangkat dalam penelitian ini adalah (1) jenis-jenis tindak tutur apa yang muncul

dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas (2) maksud pragmatik apa yang

disampaikan oleh para guru dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas.

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan jenis-jenis tindak tutur, dan maksud

pragmatik.

Jenis penelitian ini merupakan deskriptif kualitatif. Penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui tindak tutur apa yang sering muncul dalam tuturan

guru. Data tuturan diperoleh dengan teknik observasi, teknik menyimak, dan

teknik catat. Instrumen dalam penelitian ini yaitu peneliti sendiri sebagai alat

pengumpul data. Analisis data dengan menggunakan teknik analisis deskriptif

kualitatif dan dilakukan dalam empat tahap yaitu identifikasi, klasifikasi,

interpretasi dan pelaporan dalam narasi.

Dari analisis ditemukan bahwa jenis-jenis tindak tutur terdiri atas tindak

tutur langsung, tindak tutur tidak langsung, tindak tutur literal, tindak tutur

langsung literal, tindak tutur tidak literal dan tindak tutur langsung tidak literal.

Terdapat makna pragmatik yaitu makna memerintah, makna menyapa, makna

menegur, makna menyuruh, makna memuji, makna menyindir, makna nasihat,

makna peringatan, makna saran, makna klarifikasi. Untuk memehami maksud dari

sebuah tuturan harus memperhatikan konteks. Konteks tuturan, dan tujuan tuturan

sebagai bentuk tindakan.

Kata kunci: pragmatik, jenis tindak tutur, konteks.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ix

ABSTRACT

Wirawan, Krisna Adi. 2019. The Kind and Mean of Speech Act between

Teachers and Students in Delanggu 3 Junior High School. Thesis.

Yogyakarta: Indonesian Language and Litrature Education Program,

Departement of Languages Education and Art, Faculty of Teacher

Training and Education, Sanata Dharma University.

This research discussed the kind and mean of speech act between teachers

and students in Delanggu 3 Junior High School. The problems in this research

are (1) the kinds of the speech act which appeared in class activities (2) the

meaning of pragmatic which explained by the teacher in class activities. The aim

of this research is to describe the kinds of pragmatic.

This research is qualitative descriptive research. This research was done

to

know what kinds of speech act that often appeared in the teacher when teaching.

The data of the speech act was obtained through observation technique, direct

review, and writing technique. The instrument in this research is the researcher

who collected the data. The data analysis technique is qualitative descriptive

analysis technique and consists of four steps that are identification, classification,

interpetation, and reporting in narration.

From the analysis, it is found that the kinds of the speech act consist of

direct speech act, indirect speech act, literal speech act, direct literal speech act,

not literal speech act, and indirect not literal spech act. There are meaning of

pragmatic, that are meaning of command, meaning of greeting, meaning of

reprimanding, meaning of ordering, meaning of praising, meaning of satirizing,

meaning of advising, meaning of warning, meaning of suggesting, and meaning of

clarifying. To undestand the meaning of speech act must having regard to the

context. The context of speech act and the goal of speech act as a form of action.

Key words : pragmatic, act of speech, context.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelsaikan skripsi dengan judul “Jenis

dan Maksud Tindak Tutur antara Guru dengan Siswa di SMP Negeri 3

Delanggu Kabupaten Klaten”. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Skripsi ini dapat

penulis selesaikan berkat bimbingan, bantuan, doa, dan dukungan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih

kepada:

1. Dr. Yohanes Eka Priyatma, M.Sc.,Ph.D., selaku Rektor Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

2. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

3. Rishe Purnama Dewi, S.Pd.,M.Hum., selaku Kaprodi Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma.

4. Prof. Dr. Pranowo, M.Pd., selaku dosen pembimbing tunggal yang dengan

sabar membimbing, memberikan masukan, saran dan memotivasi penulis

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., selaku trianggulator yang telah memberi

masukan, saran, kritik dalam data penelitian skripsi, sehingga penelitian dapat

diselesaikan dengan baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xi

6. Seluruh dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Sanata

Dharma yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan kepada

penulis.

7. Theresia Rusmiati, selaku pegawai sekretariat Program Studi Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma yang telah membantu

berbagai hal yang berkaitan dengan skripsi.

8. Joni Subandriyo S.Pd., selaku kepala sekolah SMP Negeri 3 Delanggu yang

telah memberikan izin melakukan penelitian, sehingga peneliti dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

9. Sri Waliyem S.Pd., selaku guru pembimbing pada saat penelitian di SMP

Negeri 3 Delanggu dan juga bersedia menjadi objek penelitian, serta

memberikan motivasi dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

10. Bapak, Ibu Guru kelas VIII SMP Negeri 3 Delanggu dan juga bersedia menjadi

objek penelitian, serta memberikan motivasi dan saran kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi.

11. Bapak Lelana Sapta Budaya, Ibu Rustini, Kaka Hastri Eva Febriantari, Pakde

Dadik, Om Joni dan semua keluarga yang memberikan doa dan memberikan

motivasi dorongan untuk selalu semangat kepada penulis dalam menyelesaikan

studi dan juga penyelesaian skripsi.

12. Dorotea Yovita Putri Herinda kekasih yang selalu memberikan doa, juga

pendorong semangat, dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv

MOTTO .......................................................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ........................................... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ......................................... vii

ABSTRAK ....................................................................................................... viii

ABSTRACT .................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR .................................................................................... x

DAFTAR ISI ................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 5

1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 5

1.5 Batasan Istilah ........................................................................................... 6

1.6 Sistematika Penelitian ............................................................................... 8

BAB II STUDI KEPUSTAKAAN

2.1 Penelitian Yang Relevan ............................................................................ 9

2.2 Landasan Teori ........................................................................................... 12

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xiv

2.2.1 Pragmatik ........................................................................................ 12

2.2.2 Lingkup Kajian Pragmatik .............................................................. 15

2.2.3 Tindak tutur ...................................................................................... 16

2.2.3.1 Tindak lokusi ........................................................................ 17

2.2.3.2 Tindak Ilokusi ..................................................................... 18

2.2.3.3 Tindak Perlokusi ................................................................. 18

2.2.4 Klasifikasi Tindak Tutur ................................................................. 19

2.2.4.1 Asertif ................................................................................... 19

2.2.4.2 Direktif ................................................................................ 20

2.2.4.3 Komisif ................................................................................ 21

2.2.4.4 Ekpresif ............................................................................... 21

2.2.4.5 Deklaratif ............................................................................. 22

2.2.5 Jenis-Jenis Tindak Tutur ................................................................... 23

2.2.5.1 Tindak Tutur Langsung ......................................................... 23

2.2.5.2 Tindak Tutur Tidak Langsung .............................................. 24

2.2.5.3 Tindak Tutur Literal .............................................................. 24

2.2.5.4 Tindak Tutur Tidak Literal.................................................... 25

2.2.5.5 Tindak Tutur Langsung Literal ............................................ 25

2.2.5.6 Tindak Tutur Tidak Langsung Literal ................................... 26

2.2.5.7 Tindak Tutur Langsung Tidak Literal ................................... 27

2.2.5.8 Tindak Tutur Tidak Langsung Literal ................................... 28

2.2.6 Implikatur Percakapan ...................................................................... 28

2.2.7 Fungsi Tindak Tutur .......................................................................... 29

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xv

2.2.8 Konteks ............................................................................................. 30

2.2.9 Makna Pragmatik .............................................................................. 33

2.2.10 Tindak Tutur Dalam Interaksi Belajar Mengajar ............................ 34

2.3. Kerangka Berpikir ..................................................................................... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian .......................................................................................... 37

3.2. Sumber Data Penelitian ............................................................................. 38

3.3. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 38

3.4. Instrumen Penelitian.................................................................................. 40

3.5. Teknik Analisis Data ................................................................................. 41

3.6. Trianggulasi Data ...................................................................................... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Data ........................................................................................... 44

4.2. Analisis Data ............................................................................................ 45

4.2.1 Jenis Tindak Tutur........................................................................... 46

4.2.1.1 Tindak Tutur Langsung ...................................................... 46

4.2.1.2 Tindak Tutur Tidak Langsung ........................................... 51

4.2.1.3 Tindak Tutur Literal ............................................................ 57

4.2.1.4 Tindak Tutur Tidak Literal ................................................. 63

4.2.1.5 Tindak Tutur Langsung Literal ........................................... 68

4.2.1.6 Tindak Tutur Tidak Langsung Literal ................................. 73

4.2.2 Makna Pragmatik ........................................................................... 78

4.2.2.1 Makna Memerintah ............................................................ 78

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xvi

4.2.2.2 Makna Menyapa ................................................................. 82

4.2.2.3 Makna Menegur ................................................................. 85

4.2.2.4 Makna Menyuruh ............................................................... 87

4.2.2.5 Makna Memuji ................................................................... 92

4.2.2.6 Makna Menyindir ............................................................... 93

4.2.2.7 Makna Menasihati .............................................................. 95

4.2.2.8 Makna Peringatan .............................................................. 97

4.2.2.9 Makna Saran ...................................................................... 98

4.2.2.10 Makna Klarifikasi ............................................................. 100

4.3. Pembahasan ............................................................................................... 103

4.3.1 Jenis-jenis Tindak Tutur ................................................................... 104

4.3.2 Makna Pragmatik ............................................................................ 107

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 111

5.2 Saran .......................................................................................................... 112

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 113

LAMPIRAN .................................................................................................... 115

BIOGRAFI PENULIS .................................................................................. 170

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1

BAB 1

PENDAHULUAN

Pada bab ini, peneliti menyajikan uraian tentang pendahuluan. Ada enam

hal yang akan dipaparkan, yaitu latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah dan sistematika penelitian. Enam hal

tersebut akan diuraikan secara rinci sebagai berikut.

1.1 Latar Belakang

Interaksi sosial merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dalam

kehidupan manusia, manusia melakukan pertukaran informasi tidak lepas dari

kegiatan pembelajaran disekolah. Guru dengan siswa tentu saja terjadi komunikasi

satu sama lain untuk mencapai tujuan pembelajaran. Komunikasi pastinya muncul

sebuah tuturan, dalam ilmu pragmatik salah satunya tindak tutur berfungsi sebagai

sarana penindak. Tentunya dalam tuturan seseorang mengandung suatu maksud

tujuan atau makna, karena seseorang tidak semata-mata bertutur kata dengan

seenaknya sendiri tentunya memiliki aturan dan etika. Kridalaksana (1983)

menyatakan bahasa salah satu wujud yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan

manusia, karena bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbiter yang

digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi,

dan mengidentifikasikan diri.

Masyarakat mengunakan ragam bahasa yang variasi dalam proses

interaksinya dengan orang lain. Pengertian ragam bahasa penelitian pada segi

keistimewaan sebuah bahasa yang berbeda secara sistematis, sama ketika kita

membandingkan grup atau kelompok penutur yang berbeda atau penutur yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2

sama pada keadaan berbeda (Frank, 2005:136). Ragam bahasa itu sendiri dalam

bahasa indonesia dibagi menjadi tiga jenis yaitu berdasarkan media, cara pandang

penutur, dan topik pembicaraan. Saat ini banyak masyarakat yang mengalami

perubahan dan begitu juga dengan ragam bahasa. Banyaknya ragam bahasa tidak

mengurangi fungsinya, dalam bahasa timbul mekanisme untuk memilih variasi

tertentu yang cocok untuk keperluan (Sabariyanto 2000). Yule (2006:5)

menyatakan “manfaat belajar bahasa melalui pragmatik ialah bahwa seseorang

dapat bertutur kata tentang makna yang dimaksudkan orang, asumsi mereka,

maksud atau tujuan mereka, dan jenis tindakan yang mereka perlihatkan, ketika

mereka berbicara.” Pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang membahas

tentang bahasa, termasuk struktur bahasa sebagai alat komunikasi antara penutur

dan pendengar, dan sebagai pengacuan tanda-tanda bahasa pada hal-hal

“ekstralingual’yang dibicarakan (Verhaar 1996:14).

Salah satu bentuk komunikasi adalah dalam kehidupan sehari-hari ketika

kita bertemu dengan orang pasti disitulah terjadi sebuah interaksi bahasa.

Penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi yang sangat penting dalam penerapan

ketika pembelajaran berlangsung. Peran guru sangat mempengaruhi hasil belajar

siswa, ketika guru menyampaikan dengan metode atau bahasa yang disampaikan,

sehingga materi akan mudah ditangkap atau dimengerti, oleh karena itu peran

bahasa dalam pembelajaran sangat penting dan tidak bisa pisahkan karena

interaksi itu berlangsung melalui bahasa yang digunakan dan tanpa interaksi

bahasa pembelajaran tidak berjalan dengan lancar. Melalui komunikasi ini,

nantinya akan memunculkan peristiwa tutur dan tindak tutur. Tindak tutur adalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3

peristiwa yang bersifat individual atas gejolak psikologis yang langsung

ditentukan oleh bahasa penutur dalam menghadapi tertentu (Chaer dan Agustina

2004:50). Peristiwa ini merupakan terjadinya interaksi linguistik. Berdasarkan hal

tersebut bahwa dapat diketahui faktor kemampuan guru dalam melakukan tindak

tutur di dalam kelas dapat mempengaruhi siswa. Oleh karena itu guru harus

mempunyai kemampuan khusus atau dapat memahami berbagai karakter, agar

mencapai kegiatan belajar yang maksimal.

Kemampuan guru dalam berbicara, bertutur dengan mengunakan tuturan

memiliki pengaruh sangat penting dalam meningkatkan keterampilan berbicara

siswa dengan mengunakan bahasa indonesia yang baik dan benar, baik secara

lisan maupun tertulis. Penggunaan bahasa indonesia dalam belajar merupakan

realitas komunikasi yang berlangsung dalam interaksi. Sudut pandang yang dikaji

dari dalam pragmatik disini mkasud atau makna yang terikat konteks, dengan

bahasa lain agar tercapainya pembelajaran antara guru dengan siswa dengan

pijakan terjalinnya sebuah komunikasi sehingga tujuan komuniksi tersebut

tercapai. Jika tindak tutur dan teori prinsip pragmatik dipakai sebagai basis

keterampilan berbahasa, maka prinsip keduanya menjadi dasar dalam

mengunakan bahasa.

Konteks merupakan salah satu pokok bahasan dalam pragmatik. Menurut

Wijana (dalam Rahardi, dkk. 2016:41) menyatakan bahwa konteks pragmatik

adalah semua latar belakang pengetahuan (all backgraund knowledge) yang

dipahami bersama oleh penutur dan lawan tutur. Semua latar belakang

pengetahuan yang diserap oleh penutur dan lawan tutur sangat bermanfaat dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4

menafsirkan sebuah makna kebahasaan yang hadir dalam pertuturan. Konteks

mengambil peran penting dalam tuturan komunikasi. Latar belakang pemahaman

yang dimiliki penutur dan lawan tutur mampu menafsirkan maksud maupun

makna suatu tuturan dengan baik. Penafsiran makna yang dilakukan dengan baik

dan benar dapat menimbulkan komunikasi yang baik.

Belajar bahasa adalah suatu kegiatan yang inti dan sebagai alat komunikasi

atau interaksi yang sangat menarik dan menambah wawasan kita. Sehubungan

dengan hal itu penelitian ini akan dikaji mengenai tindak tutur dalam kegiatan

belajar mengajar antara guru dengan siswa, penelitian ini digambarkan bahwa

memilih gambaran penggunan bahasa bahwa setiap jenjang tingkataan itu

berbeda. Penelitian ini mengharap agar mahasiswa menguasai tentang tuturan dan

tetap memperhatikan berbagai maksud atau makna dalam aspek pragmatik seperti

wujud tuturan, jenis tuturan, dan maksud atau makna dalam tuturan, karena

mungkin sampai saat ini masih banyak kesalahan-kesalahan yang muncul dalam

fenomena bahasa. Berdasarkan paparan diatas, peneliti akan melakukan penelitian

“Jenis dan Maksud Tindak Tutur antara Guru dengan Siswa di SMP Negeri 3

Delanggu Kabupaten Klaten”. Penelitian ini berfokus pada jenis-jenis tindak tutur

dan makna tuturan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, masalah utama penelitian ini

adalah “Bagaimanakah jenis dan maksud tindak tutur antara guru dengan siswa di

SMP Negeri 3 Delanggu”. Atas dasar rumusan masalah ini kemudian dijabarkan

submasalah sebagai berikut:

1. Jenis-jenis tindak tutur apa saja yang terdapat antara guru dengan siswa di SMP

Negeri 3 Delanggu?

2. Maksud pragmatik apa saja yang muncul atau diungkapkan oleh guru dengan

siswa SMP Negeri 3 Delanggu?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian yang telah disebutkan di atas,

maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan jenis-jenis tindak tutur apa saja yang muncul antara guru

dengan siswa di SMP Negeri 3 Delanggu?

2. Mendeskripsikan maksud pragmatik apa saja yang muncul antara guru dengan

siswa di SMP Negeri 3 Delanggu?

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat baik manfaat secara teoretis

dan juga praktis bagi pembaca. Adapun manfaat teoretis dan praktis yaitu:

a. Manfaat teoretis

Penelitian ini diharapkan menjadi bahan teoretis tentang tindak tutur dan

dapat membantu pembaca menambah informasi dan mengembangkan

pengetahuan mengenai jenis-jenis tindak tutur, dan maksud atau makna tuturan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6

yang digunakan guru kepada siswa dalam pembelajaran di kelas dilihat dari

perspektif pragmatik. Penelitian ini dikatakan memiliki kegunaan teoretis kerena

memahami teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli dan penelitian dapat

digunakan sebagai refrensi pembelajaran dan menambah pengetahuan.

b. Manfaat praktis

Peneilitian ini diharapkan memberikan pandangan atau refrensi tentang

tindak tutur, serta masukan bagi pembaca agar tetap memperhatikan jenis-jenis

tindak tutur, dan maksud tuturan agar dapat diterima oleh mitra tutur. Demikian

penelitian ini memberikan masukan kepada peneliti untuk mengetahui pentingnya

jenis-jenis tindak tutur, dan maksud atau makna tuturan dalam kajian pragmatik.

1.5 Batasan Istilah

Berdasarkan dengan judul penelitian ini, agar terdapat persamaan konsep

dari beberapa istilah dan juga suapaya permasalahan tersebut tampak jelas adanya,

maka perlu diberikan pembatasan pengertian istilah. Sedangkan istilah yang perlu

ditegaskan adalah sebagai berikut:

1. Komunikasi adalah aktivitas yang dilakukan oleh semua orang dalam

kehidupan sehari-hari.

2. Pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang membahas tentang bahasa,

termasuk struktur bahasa sebagai alat komunikasi antara penutur dan mitra

tutur, dan sebagai pengacuan tanda-tanda bahasa pada hal-hal “ekstralingual’

yang dibicarakan (Verhaar 1996:14).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7

3. Tindak tutur merupakan tuturan dari seseorang yang memiliki makna tindakan

dalam tuturannya. Setiap tuturan memiliki maksud atau makna yang ingin

disampaikan penutur kepada mitra tutur.

4. Konteks adalah semua latar belakang pengetahuan (all backgraund knowledge)

yang dipahami bersama oleh penutur dan lawan tutur. Wijana (dalam Rahardi,

dkk. 2016:41)

5. Jenis tindak tutur bertolak dari pengertian tindak tutur dari beberapa ahli

bahasa mengenai tiga jenis tindak tutur, yaitu lokusi, ilokusi, dan perlokusi,

(Wijana 1996:31-35) membagi tindak tutur berdasarkan kesesuaian maksud

pembicara dengan kata-kata yang menyusunnya, yang dimaksud disini adalah

tindak tutur literal dan non literal. Dari tindak tutur tersebut juga terdapat

macam tindak tutur yang berbeda atau lainnya yang muncul karena adanya

persinggungan atau terkait antara tindak tutur langsung-tidak langsung dengan

tindak tutur literal-tidak literal. Berdasarkan hal tersebut dijelaskan dari

berbagai bentuk tindak tutur.

6. Makna dalam kajian pragmatik merupakan maksud yang ingin disampaikan

oleh penutur berupa maksud perintah, sapaan, teguran, suruhan, pujian,

sindiran, nasihat, peringatan, saran, dan klarifikasi. Makna juga diartikan

sebagai suatu hubungan yang melibatkan tiga sisi (triadic relation) atau

hubungan tiga arah, yaitu bentuk, makna, dan konteks. Makna dalam pragmatik

diberi definisi dalam hubungannya dengan penutur atau pemakai bahasa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8

1.6 Sistematika Penelitian

Penelitian ini akan dijabarkan dalam lima bab, berikut uraian sistematis

penelitian ini. Bab I berisi tentang pendahuluan terdiri dari latar belakang batasan

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian batasan istilah,

sistematika penelitian. Bab II berisi studi kepustakaan berupa uraian mengenai

penelitian-penelitian yang terdahulu dan yang relevan, landasan teori, dan

kerangka berpikir. Bab III berisi tentang metodologi penelitian, terdiri atas jenis

penelitian, sumber data dan data, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian,

teknik analisis data dan trianggulasi data. Bab IV berisi tentang hasil dari

penelitian dan pembahasan mengenai deskripsi data, analisis data, dan

pembahasaan. Bab V berisi tentang kesimpulan dan saran. Peneliti juga

menyajikan daftar pustaka dan lampiran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9

BAB II

STUDI KEPUSTAKAAN

Pada bab ini, peneliti menyajikan uraian tentang studi kepustakaan berupa

tiga hal yaitu penelitian terdahulu yang relevan, landasan teori, dan kerangka

berpikir. Ketiga hal tersebut akan diuraikan secara rinci sebagai berikut.

2.1 Penelitian yang Relevan

Penyusunan penelitian ini, peneliti membutuhkan sumber refrensi yang

relevan yang berkaitan dengan judul yang di teliti. Oleh karena itu penelitian ini

menggunakan tiga penelitian yang terdahulu yang relevan. Penelitian tentang

tindak tutur. Penelitian yang relevan pertama sudah dilakukan oleh Cosmas

Krisna Widyahananda mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia,

Universitas Sanata Dharma. Penelitian kedua dilakukan oleh Iwan K mahasiswa

Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Negeri Yogyakarta dan

yang ketiga dilakukan oleh Hanim Mawar Andini mahasiswa Program Studi

Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Sanata Dharma.

Cosmas Krisna Widyahananda menyelesaikan skripsi pada tahun 2018

dengan judul sripsi “Tindak tutur dalam Kegiatan Gotong-royong Masyarakat

Karangturi RT04/RW21, Umbulmartani, Ngemplak, Sleman, Daerah Istimewa

Yogyakarta. Hasil Penelitian menunjukan dalam peneltian ini menunjukan 2 hal

penting yaitu jenis tindak tutur dan maksud. Jenis meliputi tindak tutur langsung

literal, tindak tutur tidak langsung tidak literal, tindak tutur langsung literal, dan

tindak tutur tidak langsung literal. Tindak tutur langsung literal disampaikan

dengan penggunaan tiga modus kalimat, yaitu kalimat berita, kalimat tanya, dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

kalimat perintah. Berikut data yang ditemukan peniliti berupa tindak tutur

langsung literal dengan modus kalimat berita berjumlah 16 tuturan. Tindak tutur

langsung literal dengan kalimat tanya berjumlah 13 tuturan. Tindak tutur langsung

literal dengan modus kalimat perintah berjumlah 56 tuturan. Maksud tindak tutur

yang disampaikan penutur secara langsung kepada mitra tutur, meliputi

memberitahukan sejumlah 19 tuturan, bertanya sejumlah 13 tuturan, memerintah

sejumlah 11 tuturan, meminta sejumlah 6 tuturan, mempersilakan sejumlah 2

tuturan, mengajak sejumlah 13 tuturan, menyuruh sejumlah 13 tuturan,

menganjurkan sejumlah 10, mendesak sejumlah 1 tuturan, dan melarang sejumlah

2 tuturan. Maksud tindak tutur tersebut dikatakan langsung karena disampaikan

dengan modus kalimat yang sesuai. Demikian yang ditemukan oleh peneliti yang

terdahulu, peneliti hanya menemukan 3 jenis tutran, dan maksud dalam tuturan

kegiatan gotong royong.

Iwan Khairi Yahya menyelesaikan skripsi pada tahun 2013 dengan judul

“Tindak Tutur Direktif dalam Interaksi Belajar Mengajar Mata Pelajaran Bahasa

dan Sastra Indonesia di SMA Negeri 1 Melati Sleman Yogyakarta”. Hasil

penelitian menunjukan jenis tindak tutur direktif yang ditemukan, penggunaan

jenis pertanyaan, dan fungsi bertanya lebih banyak digunakan, apabila

dibandingkan dengan penggunaan jenis dan fungsi tindak tutur direktif yang lain

dengan jumlah 315 tuturan dari jumlah 826 tuturan direktif. Jenis tindak tutur

direktif yang ditemukan meliputi jenis permintaan, pertanyaan, pemberian izin,

dan nasihat sedangkan fungsi tindak tutur direktif yang ditemukan meliputi fungsi

meminta, memohon, berdoa, dan lain sebagainya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

Hanim Mawar Andini menyelesaikan skripsi pada tahun 2017 dengan

judul “Jenis-jenis Tindak Tutur dan Makna Pragmatik Bahasa Guru pada

Pemebelajaran Bahasa Indonesia di SMA Karangreja Kabupaten Purbalingga

Tahun Ajaran 2016/2017”. Hasil penelitian ini menunjukan 2 jenis tindak tutur

dan makna pragmatik. jenis tindak tutur yang digunakan dalam tuturan guru pada

kegiatan pembelajaran, yaitu tindak tutur langsung, tindak tutur tidak langsung,

tindak tutur tidak literal, tindak tutur langsung literal, dan tindak tutur tidak

langsung literal tuturan yang ditemukan 93 tuturan demikian makna seperti

makna memerintah, menyuruh, menasihati dan alin sebgainya semua ditemukan

93 tuturan.

Berdasarkan penelitian yang relevan diatas, penelitian pertama, kedua dan

ketiga hampir memiliki persamaan yakni membahas kajian pragmatik khususnya

jenis-jenis tindak tutur dan maksud atau makna namun, berbeda objek penelitian

penlitian yang pertama di lingkungan masyarakat dan kedua, ketiga di lingkungan

sekolah. Perbedaan tiga penelitian yakni peniliti pertama tentang jenis dan makna

tindak tutur yang terjadi dalam kegiatan masyarakat, penelitian kedua membahas

tentang jenis tindak tutur direktif, yang ketiga jenis tindak tutur dan makna tuturan

yang terjadi dalam bahasa guru.

Hubungan ketiga penelitian diatas dengan penelitian yang akan

dilaksanakan oleh peneiliti yaitu sama-sama mengunakan kajian pragmatik dan

memiliki persamaan tentang tindak tutur berfokus jenis tindak tutur dan maksud

atau makna. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya peneilti akan lebih

mendalami mengenai jenis tuturan dan juga maksud atau makna tuturan. Objek

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

yang akan diteliti adalah kegiatan pembelajaran dalam kelas VIII guru dengan

siswa di SMP Negeri 3 Delanggu Kabupaten Delanggu. Selain hal itu peniliti juga

tidak hanya meneliti guru mata pelajaran Bahasa Indonesia namun, mata pelajaran

lain.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pragmatik

Bahasa yang digunakan oleh manusia untuk menyampikan suatu maksud

berkaitan erat dengan konteks kapan, dimana, bagimana, siapa yang melontarkan

dan mengapa tuturan itu disampaikan. Konteks tersebut akan disampaikan dan

akan mempengaruhi penyampaian pesan yang dituturkan yang terjadi antara

penutur dan mitra tutur. Tercapainya maksud dalam suatu pesan yang

disampaikan oleh penutur akan terlihat dari respon yang diberikan oleh mitra tutur

sebagai penerima pesan siklus ini akan terjadi selama dalam proses komunikasi.

Yule (2006:3) menyatakan bahwa pragmatik adalah studi tentang makna yang

disampaikan oleh penutur dan ditafsirkan oleh pendengar. Selanjutnya ditentukan

bahwa pragmatik adalah studi tentang maksud penutur, yang dimaksud yaitu

maksud atau makna tersirat yang tidak terdapat dalam tuturan penutur, oleh

karena hal itu membuat mitra tutur memahami maksud dari tuturan tersebut.

Pragmatik sebagai salah satu bidang ilmu linguistik, mengkhususkan

pengkajian pada hubungan antara bahasa dan konteks tuturan. Berkaitan dengan

itu, Mey (dalam Rahardi, 2003:12) mendefinisikan pragmatik bahwa “pragmatics

is the study of the conditions of human language uses as there determined by the

context of society”, “pragmatik adalah studi mengenai kondisi-kondisi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

penggunaan bahasa manusia yang ditentukan oleh konteks masyarakat”. Yule

(2004:4) menyatakan bahwa pendengar atau mitra tutur perlu menyimpulkan apa

yan disampaikan pada suatu interaksi maksud oleh penutur. Tipe studi ini

menggali bahwa banyak sesuatu tidak disebutkan namun menjadi bagian yang

disampaikan. Studi ini bisa dikatakan sebagai studi tentang pencarian makna yang

tersamar. Pragmatik adalah studi yang lebih sering atau banyak disampaikan

daripada dituturkan. Paparan sebelumnya menjelaskan bahwa dalam pragmatik,

tidak semua dikatakan penutur adalah maksud dari tuturannya, terkadan mitra

tutur harus bisa lebih teliti dalam menangkap maksud yang ingin disampaikan

penutur tanpa harus dijelaskan.

Levinson (dalam Rahardi, 2003:12) berpendapat bahwa pragmatik sebagai

studi perihal ilmu bahasa yang mempelajari relasi-relasi antara bahasa dengan

konteks tuturannya. Konteks tuturan yang dimaksud telah tergramatisasi dan

terkodifikasikan sedemikian rupa, sehingga sama sekali tidak dapat dilepaskan

begitu saja dari struktur kebahasaannya. Zamzami (2007:16) menyatakan bahwa

pragmatik mempelajari hubungan lambang dengan penafsisrannya. Kajian

pragmatik terkait langsung dengan utama bahasa yaitu sebagai komunikasi.

Kajian pragmatik selalu terarah pada permasalahan pemakaian bahasa di dalam

suatu masyarakat, mengungkap bagaimana perilaku berbahasa di dalam suatu

masyarakat bahasa bersosialisai. Paparan menjelaskan bahwa pragmatik sangat

erat berkaitan dengan kehidupan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari

melalui perilaku bahasa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

Menurut Pranowo (2014) kajian bahasa secara pragmatik merupakan

kajian dari linguistik. Keduanya mengkaji bahasa, namun yang menjadi pembeda

ialah linguistik mengkaji secara internal dan pragmatik mengkaji secara eksternal.

Pragmatik mengkaji tentang makna atau arti. Pragmatik dapat dipandang sebagai

suatu keterampilan sekaligus sebagai ilmu. Sebagai keterampilan, pragmatik

memngungkap kemampuan pemakai bahasa yang dikaitan dengan konteks

pemakaian yang tepat sehingga komunikatif. Rahardi (2005:49) mengemukakan,

“Pragmatik adalah ilmu bahasa yang mempelajari kondisi penggunaan bahasa

manusia yang pada dasarnya sangat ditentukan oleh konteks yang mewadahi dan

melatarbelakangi bahasa itu”. Konteks yang dimaksud mencakup dua macam hal,

yakni konteks yang bersifat sosial (social) dan konteks yang bersifat sosietal

(societal). Konteks sosial (social context) adalah konteks yang timbul sebagai

akibat dari munculnya interaksi antaranggota masyarakat dalam suatu masyarakat

sosial dan budaya tertentu. Adapun yang dimaksud dengan konteks sosietal

(societal context) adalah konteks konteks yang faktor penentunya adalah

kedudukan (rank) anggota masyarakat dalam institusi-institusi sosial yang ada di

dalam masyarakat sosial dan budaya tertentu. Dengan demikian, dapat dikatakan

bahwa dasar dari munculnya konteks sosietal adalah adanya kekuasaan (power),

sedangkan dasar dari konteks sosial adalah adanya solidaritas (solidarity).

Menurut Tarigan (1986:31), pragmatik sebagai telaah mengenai makna

yang dihubungkan dengan aneka situasi ujar. Hal ini diperkuat oleh pendapat

Leech (1993:8) yang berpendapat bahwa pragmatik sebagai studi tentang makna

dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar (speech situati ons). Aspek- aspek

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

situasi ujar sendiri menurut Leech (1993:19-21) mencakup beberapa aspek, yaitu:

(1) penutur (yang menyapa atau penyapa) dan lawan tutur (yang disapa atau

pesapa), (2) konteks tuturan, sebagai suatu pengetahuan latar belakang yang sama-

sama dimiliki oleh penutur dan lawan tutur, (3) tujuan tuturan, (4) tuturan sebagai

aktifitas atau kegiatan, dan (5) tuturan sebagai produk tindak verbal. Penggunaan

bahasa pada hakikatnya sebagai proses menyampaikan pesan atau gagasan kepada

pendengar yang mengandung makna.

Teori yang dituliskan diatas menunjukan atau memberitahukan bahwa

ilmu pragmatik berfokus pada kajian bagaimana suatu bahasa yang digunkana

dalam berkomunikasi dipengaruhi oleh konteks eksternal bahasa iti sendiri.

Pragmatik sedikitnya tuturan yang disampaikan oleh penutur tidak penting, karena

pragmatik lebih mengutamakan bagaimana mitra tutur dapat menerima maksud

dari penutur secara utuh sehinga tidak menimbulkan kesalah pahaman. Oleh

karena itu pragmatik disebut sebagai studi tentang makna kontekstual. Dengan

belajar bahasa melalui pragmatik kita dapat memahami secara baik maksud

tuturan seseorang dan jenis-jenis tindakan yang disampaikan melalui tuturan.

2.2.2 Tindak Tutur Bagian dari Lingkup Kajian Pragmatik

Tindak tutur merupakan salah satu lingkup pragmatik yang mengkaji

tentang bahasa dan fakta aktual. Tindak tutur pertama kali dekenalkan oleh Austin

guru besar Univerisitas Harvard. Leech (1983:5-6) menyatakan bahwa pragmatik

mempelajari maksud ujaran (yaitu untuk apa ujaran itu diadakan) menanyakan apa

yang seseorang maksudkan dengan suatu tindak tutur, dan mengaitkan makna

dengan siapa berbicara kepada siapa, dimana, bilamana dan bagaimana. Dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

pengertian diatas bahwa pragmatik mempunyai ilmu bahasa yang mempelajari

pemakaian atau penggunaan bahasa pada dasarnya harus ditetapkan oleh konteks

situasi tutur dalam kondisi masyarakat.

2.2.3 Tindak Tutur

Tindak tutur adalah salah satu bagian dari kajian pragmatik. Sudah

diketahui bahwa pragmatik mengkaji ilmu bahasa dalam kegunaan yang nyata

yang muncul dalam kehidupan sehari-hari atau di masyrakat. Pemakaian bahasa

dalam kehidupan sehari-hari tentu saja tidak lepas dari konteks dan situasi sebuah

tuturan. Tahun 1955 Austin untuk pertama kalinya memutuskan teori mengenai

tindak tutur dalam kuliahnya yang berjudul How To Do Things With Words. Ia

menyatakan bahwa ketika seseorang menuturkan sesuatu maka ia juga melakukan

suatu tindakan. Tindakan meminta maaf, memohon, mengeluh, mengundang,

berjanji, merupakan tindakan yang sering diwujudkan dalam bentuk tururan

sehingga disebut dengan tindak tutur (Yule, 2014:82). Tindak tutur berfungsi

sebagai sarana penindak. Tentunya dalam tuturan seseorang mengandung suatu

maksud atau makna, karena seseorang tidak semata-mata bertutur atau asal bicara

(Mulyana, 2005:80). Tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat

psikologis, dan keberlangsungan ditentukan oleh kemampuan bahasa penutur

dalam menghadapi situasi tertentu. Tindak tutur dalam pragmatik dibedakan

menjadi tiga, yaitu (1) tindak lokusi, (2) tindak ilokusi, dan (3) tindak perlokusi.

Menurut Cunningsworth (melalui Tarigan, 1990:41) teori tindak tutur

merupakan teori yang memusatkan perhatian pada cara penggunaan bahasa dalam

mengkomunikasikan maksud dan tujuan sang pembicara dan juga dengan maksud

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

penggunaan bahasa yang dilaksanakannya. Menurut Austin (dalam Ibrahim,

1993:106) ujaran bukanlah pernyataan atau pertanyaan tentang informasi tertentu,

tetapi ujaran merupakan tindakan (actions). Apabila dengan kata lain dalam

mengucapkan sesuatu, sesorang melakukan suatu tindakan. Hal ini dapat

dikatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan yang dilakukan penutur dalam

berbicara. Menurut Searle (melalui Wijana, 1996:17) secara pragmatik ada tiga

jenis tindak bahasa atau tindak tutur yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur,

yakni tindak lokusi, tindak ilokusi, dan tindak perlokusi.

2.2.3.1 Tindak Lokusi

Tindak lokusi adalah tindak tindak tutur untuk menyatakan sesuatu,

mengunakan suatu daya yang berbeda atau ciri khas. Tindak tutur disebut sebagai

The Act Of Saying Something (Wijana 1996:17). Tindak tutur lokusi merupakan

jenis tindak tutur yang meyatakan sesuatu dalam arti “berkata” atau tindak tutur

dalam bentuk kalimat yang bermakna dan dapat dipahami (Chaer dan Agustina,

2004.53). Rahardi (2003: 71) mendefinisikan bahwa lokusi adalah tindak bertutur

dengan kata, frasa, dan kalimat sesuai dengan makna yang dikandung oleh kata,

frasa, dan kalimat itu. Tindak lokusi merupakan tindakan yang paling mudah

diidentifikasi karena dalam pengidentifikasiannya tidak memperhitungkan

konteks tuturan (Rohmadi, 2004: 30).

Berdasarkan pendapat di atas dapat kita simpulkan bahwa dasarnya bentuk

lokusi ini tidak dipermasalahkan lagi fungsi dari tuturannya karena makna yang

dimkasut memang benar kalimat yang ditujukan sebagai contoh: (1) SMP Pangudi

Luhur terletak di Yogyakarta. Kalimat ini diutarakan oleh penuturnya seolah-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

olah untuk menginformasikan suatu tendensi untuk melakukan sesuatu dan

mempengaruhi lawan tuturannya.

2.2.3.2 Tindak Ilokusi

Tindak ilokusi merupakan sebuah tuturan selain berfungsi untuk

mengatakan atau menginformasikan sesuatu, dapat juga digunakan untuk

melakukan sesuatu disebut sebagai The Act Of Doing Something (Wijana

1996:18). Tindak tutur ilokusi ini biasanya berkenaan dengan pemberian izin,

menucapkan terimakasih, menyuruh, menawarkan, dan menjanjikan (Chaer dan

Agustina, 2004:53). Pragmatik menganggap bahasa dalam tingkatan yang lebih

konkret daripada tata bahasa. Singkatnya, ucapan dianggap sebagai suatu bentuk

kegiatan: suatu tindak ujar (Tarigan, 1986: 36). Rohmadi (2004: 31)

mengungkapkan bahwa tindak ilokusi adalah tindak tutur yang berfungsi untuk

mengatakan atau menginformasikan sesuatu dan dipergunakan untuk melakukan

sesuatu.

Berdasarkan pengertian diatas dapat diartikan bahwa tindakan ilokusi

merupakan atau bermakna untuk menginformasikan sesuatu tetapi mengacu

untuk melakukan sesuatu sejauh situasi tuturanya dipertimbangkan. Contohnya

(1) Senin depan rapat, kalimat ini diucapkan seorang kepala sekolah kepada guru

hal ini tidak hanya berfungsi membawa informasi namun, memberi sebuah

perintah agar semua guru nantinya bisa hadir dalam rapat tersebut.

2.2.3.3 Tindak Perlokusi

Tindak tutur perlokusi merupakan efek komunikatif dari tuturan yang

diutarakan penutur seringkali mempunyai daya pengaruh atau efek yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

mendengarkannya (Wijana: 199620). Hal yang serupa juga disampaikan oleh

(Chaer dan Agustina 2004:53) tindak tutur perlokusi adalah tindak tutur

berkenaan dengan adanya ucapan orang lain sehubungan dengan sikap dan

perilaku non-linguistic dari orang lain. Tuturan yang diucapkan penutur sering

memiliki efek atau daya pengaruh (perlocutionary force). Efek yang dihasilkan

dengan mengujarkan sesuatu itulah yang oleh Austin (1962: 101) dinamakan

perlokusi. Efek atau daya tuturan itu dapat ditimbulkan oleh penutur secara

sengaja, dapat pula secara tidak sengaja. Contohnya (1) Airnya habis. Kalimat ini

diutarakan oleh seorang anak kos kepada temannya, kalimat ini ini merupakan

ilokusi untuk memohon, dan perlokusi (efek) yang diharapkan adalah air itu

segera diisi ulang.

2.2.4 Klasifikasi Tindak Tutur

Melihat dari beberapa pengertian menurut para ahli tantang tindak tutur,

tindak tutur dibagi menjadi tiga jenis tindak tutur yakni lokusi, ilokusi, perlokusi

ada beberapa jenis mengenai tindak tutur menurut Searle dalam Leech (1963:163).

Mengklasifikasikan tindak ilukosi menjadi lima yakni sebagai berikut:

2.2.4.1 Asertif

Asertif yakni ilokusi dimana melibatkan bentuk tuturan yang mengikat

pada kebenaran proposisi yang diutarakan, misalnya menyatakan, menyerahkan,

mengeluh, membanggakan, melaporkan, dan memberitahukan. Contoh jenis

tuturannya sebagai berikut:

1. Hana selalu unggul di kelasnya.

2. Sebaiknya semuanya tetap duduk di bangku masing-masing.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

3. Ibu bangga bahwa mahasiswa di kelas ini sangat pandai-pandai.

Tuturan peratama tersebut termasuk tindak tutur asertif sebab berisi

penyampaiannya informasi yang penuturannya terikat dengan isi tuturan tersebut.

Penutur memang bertanggung jawab apa yang telah diucapkan bahwa fakta dan

dapat dibuktikan dalam lapangan bahwa Hana rajin dan selalu mendapatkan

peringkat di kelas. Tuturan kedua tersebut melihat dari konteks terjadi di dalam

ruang kelas pada saat itu sangat tidak kondusif. Tuturan tersebut tidak hanya

saran agar semuanya tetap duduk di bangku masing-masing, namun memiliki

maksud lain yang diinginkan penutur agar mitra tutur memperhatikan pelajaran

yang sedang diterangkan oleh penutur. Mitra tutur tidak ramai supaya tidak

mengganggu yang lain. Tuturan ketiga terjadi pada siang hari di dalam kelas.

Penutur tidak hanya bermaksud memberi pujian terhadap mitra tutur yang rajin,

tetapi juga penutur bermaksud agar mitra tutur lebih giat lagi dalam belajar,

mengerjakan tugas di rumah dengan baik-baik.

2.2.4.2 Direktif

Direktif yakni ilokusi, tindak tutur direktif tuturan yang dimaksudkan

penuturannya untuk menimbulkan pengaruh agar mitra tutur melakukan sebuah

efek melalui tindakan penyimak tersebut. Berdasrkan teori tindak tutur direktif

memiliki maksud yang di sampaikan penutur. contoh: memohon, meminta,

menyarankan, menganjurkan, menasihati, memerintahkan. Itu adalah sebuah

tindakan tindak tutur direktif.

1. Saya pesan buku kalau ke Terban.

2. Pesan ibu, kamu harus bangun lebih pagi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

Tuturan pertama ini diutarakan penutur kepada mitra tutur. Tuturan tersebut tidak

hanya berfungsi sebagai sebuah pesan agar dia dibelikan buku saat temanya pergi

ke Terban. Tetapi mengharapkan buku yang serupa yang telah dihilangkan.

Tuturan kedua ini diutarakan oleh ibu yang akan pergi ke luar kota kepada

anaknya. Tuturan ini bukan hanya sebuah pesan agar anaknya harus bangun pagi,

tetapi ibu menginginkan anaknya shalat subuh.

2.2.4.3 Komisif

Tindak tutur komisif adalah tindak tutur ilokusi dimana pentur yang

melibatkan sebuah tuturan atau pembicaraan pada beberapa tindakan yang akan

datang, contohnya: bersumpah, menjanjikan, menawarkan atau memanjatkan doa.

1. Saya sanggup melaksanakan sebagai ketua kelas ini dengan baik.

2. Besuk saya akan datang pagi Bu, tidak terlambat lagi.

3. Meskipun hujan saya akan tetap berangkat kuliah.

Tuturan tersebut mengikat penuturnya untuk melaksanakan amanah dengan

sebaik-baiknya. Hal ini membawa konsekuensi bagi dirinya untuk memenuhi

semua apa yang telah disampaikan.

2.2.4.4 Ekpresif

Tindak tutur ekpresif adalah tindak tutur ilokusi mempunyai fungsi

mengekspresikan, mengungkapkan, atau memberitahukan sikap psikologis

pembicara menuju suatu pernyataan keadaan yang diperkirakan oleh ilokusi,

cotohnya: mengampuni, memaafkan, menyalahkan, memuji, mengucapkan

selamat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

1. Pertanyaanmu bagus sekali Yon.

2. Sudah belajar, hasilnya masih sama.

3. Gara-gara kamu aku jadi disuruh maju kan.

Tuturan pertama tersebut merupakan tindak tutu ekspresif memuji. Dikatakan

tindak tutur ekspresif karena tuturan seseorang dalam menyampaikan sebuah

pertanyaan bagus sekali sehingga mitra tutur memujinya. Tuturan kedua tersebut

merupakan tindak tutur ekspresif mengeluh. Dikatakan tindak tutur ekspresif

karena tuturan itu dapat diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang sebutkan,

yaitu usaha dalam belajar tetapi tidak mengubah hasil yang maksimal. Tuturan

ketiga dikatakan tindak tutur ekspresif karena tuturan tersebut ditujukan kepada

seseorang yang telah melakukan tindakan yang tidak baik sehingga

mengakibatkan terkena hukuman.

2.2.4.5 Deklaratif

Tindak tutur deklarataif adalah ilokusi yang bila performasiya berhasil

akan menyebabkan korespondensi yang baik proposional dengan realita

contohnya: menyerahkan diri, membebaskan, membaptis, mengucilkan,

menentukan, memvonis. Tindak tutur ini juga disebut juga dengan istilah isbati.

Yang termasuk ke dalam jenis tuturan ini adalah tuturan dengan maksud

mengesankan, memutuskan, membatalkan, melarang.

1. Saya tidak jadi datang ke perpustakaan untuk kerja kelompok.

2. Bapak memafkan kesalahanmu Andi.

Tuturan pertama termasuk tindak tutur deklaratif membatalkan. Karena tuturan

tersebut tidak memenuhi janjinya bagi penuturnya karena berisi membatalkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

yang secara eksplisit. Tuturan kedua temasuk deklaratif memaafkan karena berisi

memaafkan secara eksplisit.

2.2.5 Jenis Tindak Tutur

Berdsarakan dari pengertian tindak tutur yang diutarakan oleh beberapa ahli

bahasa mengenai tiga jenis tindak tutur, yaitu lokusi, ilokusi, dan perlokusi,

Wijana (1996:31-35) membagi tindak tutur berdasarkan kesesuaian maksud

pembicara dengan kata-kata yang menyusunnya, yang dimaksud disini adalah

tindak tutur literal dan non literal. Dari tindak tutur tersebut juga terdapat macam

tindak tutur yang berbeda atau lainnya yang muncul karena adanya persinggungan

atau terkait antara tindak tutur langsung-tidak langsung dengan tindak tutur literal-

tidak literal. Berdasarkan hal tersebut dijelaskan dari berbagai bentuk tindak tutur.

2.2.5.1 Tindak Tutur Langsung

Tindak tutur langsung adalah sebuah kalimat berita yang difungsikan

secara konvensional untuk mengatakan sesuatu, kalimat tanya untuk bertanya, dan

kalimat perintah untuk menyuruh, mengajak, dan memohon (Wijana, 1996:31-

35). Rahardi (2003:74) berpendapat bahwa dari berbagai macam suruhan dapat

disimpulkan adanya dua hal yang amat mendasar dalam pembicaraan tindak tutur

ini yakni : (1) adanya tuturan yang bersifat langsung (2) adanya tuturan yang pada

hakikatnya memang berciri tidak langsung. Tingkat kelangsungan sebuah tuturan

dapat kita hitung berdasarkan besar kecilnya jarak. Maksud jarak tempuh dalam

hal ini adalah jarak antara titik ilokusi yang secara konseptual berada dalam

penutur, dengan titik tujuan ilokusi terdapat dalam mitra tutur. Rahardi (2003:75)

berpendapat bahwa tingkat kelangsungan sebuah tuturan dapat diukur berdasarkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

kejelasan pragmatiknya adapun kejelasan pragmatik kenyataan bahwa semakin

tembus pandang maksud sebuah tuturan akan semakin langsunglah maksud

tuturan yang ditimbulkan.

2.2.5.2 Tindak Tutur Tidak Langsung

Tindak tutur tidak langsung adalah tuturan yang diutarakan secara tidak

langsung biasanya tidak dijawab secara langsung tetapi harus segera dilaksanakan

maksud dan terimplikasinya didalamnya (Wijana, 1996:31-35). Yule (2006:95)

mengatakan tindak tutur tidak langsung adalah apabila ada hubungan tidak

langsung antara struktur dengan fungsi. Berdasarkan pendapat Yule dapat

disimpulkan bahwa tindak tutur tidak langsung adalah tidak adanya hubungan

struktur dan fungsi. Struktur yang dimaksud adalah bahasa dan fungsi adalah

tujuan penuturan. Jika dilihat dari pengertian yang dipaparkan oleh para ahli

tentang tindak tutur tidak langsung dapat disimpulkan tindak tutur yang

pengungkapan secara tidak langsung dan memiliki kata tersirat seperti

menggunakan pribahasa, kiasan atau perumpaman dalam tuturan.

2.2.5.3 Tindak Tutur Literal

Tindak tutur literal (Wijana, 1996:32) mengatakan tindak tutur literal

adalah tindak tutur yang dimaksudnya sama dengan makna kata-kata yang

menyusunnya. Contoh konteks: dituturkan oleh seorang guru kepada siswanya

pada saat selesai membersihkan kelas.

Guru : “Wah papan tulisnya bersih ya”

Maksud tuturan guru diatas memang untuk memuji kondisi papan tulis tersebut

yang bersi setelah dibersihkan oleh siswanya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

Jika dilihat dari pendapat para ahli Wijana dapat dartikan bahwa tindak

tutur literal memiliki maksud dan kesamaan dan makna kata yang dsusun.

2.2.5.4 Tindak Tutur Tidak Literal

Tindak tutur tidak literal (Wijana, 1996:32) mengatakan tindak tutur tidak

literal adalah tindak tutur yang maksdunya tidak sama dengan atau berlawanan

dengan makna kata-kata yang menyusunnya. Dibawah ini dipaparkan contoh

tentang tindak tutur tidal literal.

1. Waduh rambutnya rapih ya?

2. Kelasnya sangat bersih.

3. Tulisannya bagus sekali Anton?

Maksud tuturan yang pertama yakni penutur ingin menyampaikan bahwa

rambutnya tidak rapih kepada mitra tutur, tuturan kedua yakni penutur ingin

menyampaikan kondisi kelas sebelum pelajaran dimulai sangat kotor dan kurang

enak di pandang, tuturan yang ketiga penutur ingin menyampaikan maksud

kepada mitra tutur bahwa tulisannya kurang enak dibaca oleh penutur.

Dilihat dari pendapat para ahli Wijana mengenai tindak tutur tidak literal

dapat diartikan bahwa tindak tutur tersebut adalah tindak tutur antara maksud dan

makna kata yang menyusunnya tidak sama. Seperti contoh yang dipaparkan diatas

sangat jelas sebagai contoh.

2.2.5.5 Tindak Tutur Langsung Literal

Tindak tutur langsung literal (Wijana, 1996:33) berpendapat bahwa tindak

tutur langsung literal adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus tuturan

dan makna yang sama dengan maksud pengutaraannya. Berdasarkan pendapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

diatas dapat kita artikan bahwa adanya kesesuain antara modus tuturan, makna

dan maksud pengutarannya. Berikut ini contoh mengenai tindak tutur langsung

literal:

1. Tutup pintunya Alex.

2. Kelompok siapa sekarang yang maju?

3. Coba diam.

Maksud tuturan yang pertama penutur memang benar ingin segera mitra tutur

menutup pintunya, tuturan yang kedua penutur ingin menyampaikan kepada mitra

tutur bahwa kelompok siapa yang selanjutnya akan maju, ketiga maksud dari

penutur ingin menyampaikan kepada mitra tutur bahwa menyuruh diam agar

situasi dapat terkendali.

2.2.5.6 Tindak Tutur Tidak Langsung Literal

Tindak tutur tidak langsung literal (Wijana, 1996:34) berpendapat bahwa

tindak tutur tidak langsung literal adalah tindak tutur yang diucapkan dengan

modus kalimat yang tidak sesuai dengan maksud pengutaraannya tetapi makna

kata-kata yang menyusunnya sesuai dengan yang dimaksudkan penutur.

Berdasarkan pendapat Wijana bahwa tindak tutur tersebut merupakan tuturan

yang dituturkan dengan bentuk yang tidak sesuai dengan tindakan yang

diharapkan tetapi ada kesamaan antara makna literal dengan tindakan yang

diharapkan. Contoh:

1. Sepatunya kotor sekali.

2. Mejanya kotor sekali ya?.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

Maksud dari tuturan tersebut penutur tidak hanya sekedar memberi informasi

namun didalamnya mengandung maksud memerintah yang secara tidak langsung

dengan megunakan kalimat berita kepada mitra tutur, kedua penutur tidak hanya

sekedar memberi informasi namun didalamnya mengandung maksud memerintah

yang secara tidak langsung dengan menggunakan kalimat tanya kepada mitra

tutur.

2.2.5.7 Tindak Tutur Langsung Tidak Literal

Tindak tutur langsung tidak literal (Wijana, 1996:34) berpendapat bahwa

tindak tutur langsung tidak literal adalah tindak tutur yang diutarakan dengan

modus kalimat yang sesuai dengan maksud tuturan tetapi kata-kata yang

menyusunnya tidak memiliki makna yang sama dengan maksud penuturnya.

Berdasarkan pengertian yang diutarakan Wijana dapat disimpulkan bahwa tindak

tutur tersebut yang diungkapkan sesuai dengan tindakan, tetapi mempunyai lain

dari ungkapan yang dituturkan. Contoh sebagai berikut:

1. Tapi memang hasil lukisannya bagus ya.

2. Coba jika warna pink.

Maksud tuturan yang pertama penutur menyampaikan maksud tuturan, namun

tidak memiliki makna yang sama dengan maksud, jadi bahwa lukisannya tidak

bagus. Tuturan kedua penutur menyampaikan maksud tuturan, namun tidak

memiliki makna yang sama dengan maksud, jadi bahwa warna yang dipakai tidak

sesuai atau tidak pantas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

2.2.5.8 Tindak Tutur Tidak Langsung Literal

Tindak tutur tidak langsung tidak literal (Wijana, 1996:34) berpendapat

bahwa tindak tutur tidak langsung tidak literal adalah tindak tutur yang diutarakan

dengan modus kalimat dan makna kalimat yang tidak sesuai dengan maksud yang

hendak diutarakan. Contohnya sebagai berikut:

1. Kipas anginnya kencang sekali ini.

2. Ruanganya sangat panas.

Maksud penutur ingin menyampaikan dengan maksud kipas anginya baiknya di

kurangi karena terlalu kencang, kedua maksud penutur ingin menyampaikan

kondisi ruangan pada saat itu sangat panas. Berdasarkan pendapat diatas dapat

disimpulkan bahwa tindak tutur tersebut merupakan tindak tutur yang tidak sesuai

antara bentuk dan makna literal dengan tindakan atau maksud yang diharapkan.

2.2.6 Implikatur Percakapan

Implikatur menurut Mulyana (2005:11) diartikan sebagai sesuatu yang

terlibat atau menjadi bahan pembicaraan. Sesuatu yang menjadi bahan

pembicaraan atau topik pembicaraan mengandung implikatur. Implikatur sebagai

salah satu bagian dari kajian pragmatik. Menurut Suyono (1990:14) implikatur

adalah sesuatu yang tersirat, sementara itu Pranowo (1993:5) mendefinisikan

implikatur adalah sesuatu dinyatakan secara tersirat dalam suatu percakapan maka

jelaslah implikatur merupakan tuturan tidak langsung karena memerlukan

penjelasan yang lebih kongkrit, karena di dalamnya mengandung maksud ujaran.

Seperti pada tuturan: (3) Bapak datang, jangan menangis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

Maksud tuturan (3) tidak hanya bermaksud memberi informasi bahwa

sang ayah sudah datang dari tempat tertentu. Penutur bermaksud mengingatkan

mitra tutur bahwa sang ayah bersifat keras itu akan melakukan sesuatu

terhadapnya apabila ia masih terus menangis. Tuturan itu mengimplikasikan

bahwa sang ayah seorang yang keras dan kejam, sering marah-marah pada

anaknya yang sedang menangis (Rahardi, 2005:43). Implikatur merupakan segala

sesuatu yang tersembunyi di balik pengguna bahasa secara aktual, benar, dan

sesungguhnya. Implikatur sendiri merupakan masalah makna tuturan yang tidak

akan terlepas dari konteks, baik konteks situasi yang berkaitan dengan peserta

komunikasi, latar waktu tempat, saluran komunikasi, tujuan, maupun berkaitan

dengan konteks kebudayaan terkait dengan aturan atau norma sosial dengan

masyarakat.

2.2.7 Fungsi Tindak Tutur

Berikut adalah beberapa fungsi tindak tindak tutur menurut Ibrahim

(1993:115). Menyimpulkan menjadi enam jenis tindak tutur direktif dibagi

menjadi fungsi sebagai berikut:

1. Fungsi permintaan merupakan fungsi yang digunakan untuk mengungkapkan

permintaan supaya mitra tutur ikut atau turut serta.

2. Fungsi pertanyaan merupakan ungkapan meminta keterangan atau penjelasan.

3. Fungsi perintah merupakan fungsi untuk medneskripsikan perintah atau aturan.

4. Fungsi larangan merupakan fungsi untuk mendeskripsikan larangan suapaya

mitra tutur tidak melakukan sebuah kesalahan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

5. Fungsi pemberian merupakan fungsi menyatakan kesepakatan setuju atau

sependapat.

6. Fungsi Nasihat merupakan fungsi mendeskripsikan pemberian atau nasihat

yang bersifat mendukung.

2.2.8 Konteks

Pembahasan mengenai pragmatik dijelaskan bahwa pragmatik ilmu

mempelajari hubungan antara konteks dan makna. Kajian pragmatik khususnya

yan muncul dalam kehidupa sehari-hari, terdapat penutur dan mitra tutur.

berdasarkan kedua pihak tersebut komunikasi tidak hanya sebatas penyampian

sebuah makna berupa tuturan atau kalimat yang diucapkan tetapi berkaitan dengan

konteks. Menurut Mey (1993:38) konteks sebagai the surrounding, in the widest

sense, that enable the participants in the communication process to interact, and

that make the linguistic expression of their interaction intelliegible (lingkungan

sekitar dalam arti luas sesuatu yang memungkinkan peserta tuturan dapat

berinteraksi, dan yang dapat membuat tuturan mereka dapat dipahami).

Nadar (2007:6-7) menjelaskan konteks adalah hal-hal yang gayut dengan

lingkungan fisik dan sosial sebuah tuturan, ataupun latar belakang pengetahuan

yang sama-sama dimiliki oleh petutur dan lawan tutur, dan yang membantu lawan

tutur menafsirkan makna tuturan. Konteks sangat penting dalam memahami suatu

tuturan, ia tidak menelaah struktur bahasa secara internal seperti tata bahasa

melainkan secara eksternal. Contohnya “kamu lebih baik belajar sekarang”

sebagai tindak ilokusiner tergantung siapa petuturnya dan mitra tuturnya. Jika

tuturan diucapkan seorang ayah kepada anaknya maka tuturan itu merupakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

perintah. Namun jika seorang mahasiswa kepada temannya maka itu dimaknai

sebagai anjuran dan tidak dianggap sebagai perintah.

Aspek tutur menurut Leech (1991:19) adalah (i) yang menyapa (penyapa)

dan yang disapa (pesapa), (ii) konteks sebuah tuturan, (iii) tujuan sebuah tuturan,

(iv) tuturan sebagai bentuk tindakan atau kegiatan (tindak ujar), (v) tuturan

sebagai produk tindak verbal. Menurut Leech istilah tujuan tuturan sama dengan

fungsi. Wijana (dalam rahardi, dkk.,2016:41) menyatakan bahwa konteks

pragmatik adalah semua latar belakang pengetahuan (all backgraund knowladge)

yang dipahami bersama oleh penutur dan lawan tutur. Semua latar belakang

pengetahuan yang dipahami bersama penutur dan lawan tutur itulah yang sangat

berguna dalam menafsirkan makna bentuk kebahsaan tertentu yang hadir dalam

pertuturan. Paparan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa penafsiran mitra tutur

terhadap tuturan penutur sangat bergantung pada latar belang pengetahuan yang

dimiliki oleh kedua pihak. Jika kedua pihak memiliki persamaan latar belakang

pengetahuan, maka maksud tuturan akan semakin mudah untuk ditafsirkan.

Begitupula sbaliknya, jika penutur dan mitra tutur memiliki latar belakang

pengetahuna yang berbeda maka, maka maksud tuturan akan sulit ditafsir.

Mulyana (2005:21) menyebutkan bahwa konteks ialah situasi atau latar

terjadinya suatu komunikasi. Konteks dapat dianggap sebagai sebab dan alasan

terjadinya suatu pembicaraan atau dialog. Segala sesuatu yang behubungan

dengan tuturan, apakah itu berkaitan dengan arti, maksud, maupun informasinya,

sangat tergantung pada konteks yang melatarbelakangi peristiwa tuturan itu.

Penyimpangan dan pematuhan prinsip kesantunan berbahasa merupakan bagian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

dari peristiwa tutur. Peristiwa tutur atau peristiwa berbahasa yang terjadi pada

kegiatan diskusi kelas ditentukan oleh beberapa faktor. Menurut Dell Hymes

(melalui Chaer dan Agustina, 2004:48-49), bahwa suatu peristiwa tutur harus

memenuhi delapan komponen, yang disingkat menjadi SPEAKING, yakni sebagai

berikut.

1. S = Setting and Scene

Setting berkenaan dengan waktu dan tempat tutur berlangsung, sedangkan scene

mengacu para situasi tempat dan waktu atau situasi psikologis pembicaraan.

2. P = Participants

Participants adalah pihak-pihak yang terlibat dalam pertuturan, bisa pembicara

dan pendengar, penyapa dan pesapa, atau pengirim dan penerima (pesan).

3. E = ends

Ends menunjuk pada maksud dan tujuan pertuturan

4. A = Act Sequences

Act Sequences mengacu pada bentuk ujaran dan isi ujaran.

5. K = Key

Key, mengacu pada nada, cara, dan semangat dimana suatu pesan disampaikan;

dengan senang hati, dengan serius, dengan singkat, dengan sombong, dengan

mengejek, dan sebagainya.

6. I = Instrumentalities

Instrumentalities mengacu pada jalur bahasa yang digunakan, seperti jalur lisan,

tertulis, melalui telegraf atau telepon.

7. N = Norms of Interaction and Interpretation

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

Norms of Interaction and Interpretation mengacu pada norma atau aturan dalam

berinteraksi.

8. G = Genres

Genre mengacu pada jenis bentuk penyampaian, seperti narasi, puisi, pepatah, doa

dan sebagainya.

2.2.9 Makna Pragmatik

Makna dalam kajian pragmatik merupakan maksud yang ingin

disampaikan oleh penutur berupa maksud perintah, sapaan, teguran, suruhan,

pujian, sindiran, nasihat, peringatan, saran, dan klarifikasi. Makna juga diartikan

sebagai suatu hubungan yang melibatkan tiga sisi (triadic relation) atau hubungan

tiga arah, yaitu bentuk, makna, dan konteks. Makna dalam pragmatik diberi

definisi dalam hubungannya dengan penutur atau pemakai bahasa.

Hubungan antara bentuk dan makna dalam pragmatik juga dikaji oleh Yule

(2001:5). Ia mendefinisikan pragmatik sebagai studi tentang hubungan antara

bentuk-bentuk linguistik dan manusia si pemakai bahasa bentuk-bentuk itu.

Definisi ini dipertentangkan dengan definisi semantik, yaitu sebagai studi tentang

hubungan antara bentuk-bentuk linguistik dengan entitas di dunia bagaimana

hubungan kata dengan sesuatu secara harfiah. Lebih lanjut Yule menegaskan

bahwa analisis semantik berusaha membangun hubungan antara deskripsi verbal

dan pernyataan-pernyataan hubungan di dunia secara akurat atau tidak, tanpa

menghiraukan siapa yang menghasilkan deskripsi tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

2.2.10 Tindak Tutur dalam Interaksi Belajar Mengajar

Menurut Rohmadi (2004:26) tindak tutur merupakan produk tindak verbal

yang terlihat dalam setiap percakapan lisan maupun tertulis antara penutur dengan

lawan tutur. Pendapat tersebut sesuai dengan interaksi yang terjadi antara guru

dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang menggunakan bahasa Indonesia

sebagai alat komunikasi. Memanfaatkan interaksi dalam kegiatan belajar mengajar

dapat menarik minat dan bermanfaat bagi siswa. Oleh karena itu, interaksi antara

guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar harus dimanfaatkan.

Menurut Purwo (1990:30) sekalipun benar penutur asli bahasa Indonesia

tanpa harus berpikir panjang, namun sama-samamenyatakan pendapat tentunya

ada perbedaan di antara menyatakan kepada teman sebaya, kepada seorang atasan,

atau kepada seseorang yang belum dikenalnya. Oleh sebab itu, baik guru maupun

siswa saat bertindak tutur harus selalu memperhatikan dengan siapa ia

menyampaikan tuturannya dan dalam situasi seperti apa tuturan tersebut yang

disesuaikan dengan konteks dengan baik.

Berdasarkan uraian di atas, sebagai seorang guru harus bisa memberikan

contoh yang baik bagi siswa dalam bertindak tutur saat kegiatan belajar mengajar

dalam kelas, sehingga siswa dapat menginterpretasikan tindak tutur yang

dimaksudkan oleh gurunya secara tepat dan pembelajaran akan berlangsung

dengan lancar. Tidak hanya guru yang harus bertindak tutur dengan baik tetapi

siswa juga harus dapat menyadari bahwa dalam bertutur kata dengan lawan

tuturnya tentunya harus bisa menghargai sama lain. Bagi para pengajar, selain

harus mampu bertindak tutur sesuai dengan konteks dan situasi, guru juga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

diharapkan dapat menggunakan tuturan yang baik. Strategi yang digunakan guru

sebaiknya juga dapat memudahkan siswa sebagai mitra tutur untuk menerima

materi yang disampaikan.

2.3 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan skema mendasar dan juga pondasi sebagai

tujuan atau pemikiran yang akan dicapai pada saat kita melakukan sebuah

penelitian atau langkah-langkahnya. Tujuan kerangka berpikir adalah mengetahui

langkah mempermudah atau menguraikan pikiran. Peneltian mengangkat kajian

tentang tindak tutur, jenis-jenis tindak tutur. Kajian Pragmatik merupakan salah

satu alat untuk menemukan maksud dari setiap makna yang dituturkan dalam

kegiatan tindak tutur. Kajian pragmatik memiliki maksud atau makna tertentu.

Hal-hal tersebut akan dibahas dalam tulisan ini yaitu tentang perilaku tindak tutur

antara guru dengan siswa di tingkat sekolah menengah pertama. Penelitian ini

akan menggunakan beberapa teori tentang pragmatik dan beberapa teori

pendukung yang akan digunakan. Penentuan jenis tindak tutur dan makna

mengunakan metode kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata lisan maupun tertulis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

JENIS DAN MAKSUD TINDAK TUTUR ANTARA GURU

DENGAN SISWA DI SMP NEGERI 3 DELANGGU

KABUPATEN KLATEN

PRAGMATIK

JENIS-JENIS TINDAK

TUTUR

MAKSUD

PRAGMATIK

TINDAK TUTUR

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini, peneliti memberikan uraian tentang metode penelitian berupa

enam hal yaitu jenis penelitian, sumber data dan data, teknik pengumpulan data,

instrumen penelitian, teknik analisis data dan trianggulasi data. Enam hal tersebut

akan diuraikan secra rinci sebagai berikut.

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian

deskriptif kualitatif menggunakan data berupa kata-kata yang memfokuskan pada

jenis tindak tutur dan penunjukan maksud atau makna, mendeskripsikan suatu

fenomena yang dikaji oleh peneliti. Penelitian kualitatif menghasilkan data

deskriptif, kemudian data digali hingga mendapatkan hipotesis yang konsisten.

Peneliti mengumpulkan data-data dari kegiatan pembelajaran tuturan antara guru

dengan siswa.

Bogdan dan Taylor (melalui Moleong, 2001:3) menyatakan bahwa

penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

Penelitian deskriptif hanya menggambarkan berdasarkan fakta tentang suatu

variabel, gejala atau keadaan.

Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang berkaitan dengan data yang

tidak berupa angka tetapi berupa kualitas bentuk jenis tindak tutur yang berwujud

tuturan sehingga data yang dihasilkan berupa kata-kata tertulis atau lisan tentang

sifat-sifat individu, keadaan, gejala, dari kelompok tertentu yang diamati

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

(Muhadjir, 2000:44). Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena data

penelitian berupa wujud, jenis tindak dan maksud atau makna tutuan dalam kajian

pragmatik. Penelitian ini, peneliti mencoba untuk memahmi tentang tindak tutur

yang terjadi di kegiatan pemebelajaran antara guru dan siswa di sekolah

menengah pertama kelas VIII. Oleh karena itu, tujuan dilakukannya penelitian ini

yaitu sebagai suatu pemahaman terhadap tindak tutur dalam berkomunikasi.

3.2 Sumber Data Penelitian

Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat

diperoleh (Arikunto, 2013: 172). Sumber data penelitian ini adalah guru dengan

siswa di SMP Negeri 3 Delanggu Kabupaten Klaten dalam kegiatan belajar

mengajar di kelas VIII. Tidak dibatasi guru mata pelajaran Bahasa Indonesia saja,

namun juga mata pelajaran yang lain. Data penelitian adalah tuturan yang

diutarakan oleh guru kepada siswa di dalam kelas. Penentuan guru juga

mempertimbangkan jadwal para guru yang mengajar VII A-H.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini peneliti menggunakan tiga teknik pengumpulan data yaitu

pertama teknik observasi (teknik utama), kedua teknik menyimak langsung, dan

yang ketiga teknik catat maupun merekam. Ketiga teknik tersebut akan diuraikan

sebagai berikut:

1. Teknik Observasi

Teknik observasi adalah suatu teknik yang berupa cara yang digunakan

untuk memperoleh data dengan melakukan pengamatan terhadap penggunaan

bahasa. Obervasi juga dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Kaitannya dengan

penelitian ini, peneliti akan melakukan penelitian dengan cara observasi untuk

mengetahui tuturan-tuturan yang dicurigai mengandung jenis tindak tutur dan juga

maksud atau makna pragmatik. Setelah itu peneliti mengamati penggunaan

tuturan guru kepada siswa dalam pembelajaran di kelas VIII SMP Negeri 3

Delanggu. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang mengharuskan terlibat

secara langsung dalam proses penelitian. Paparan tersebut sangat mendukung

penggunaan teknik observasi dalam penelitian ini. Selain itu, peneliti juga

memperhatikan konteks selama interaksi dalam pembelajaran.

2. Teknik Menyimak

Teknik menyimak adalah teknik memperhatikan data dengan cara

mendengarkan lambang lisan dengan penuh rasa perhatian, pemahaman, apresiasi

dan juga interpretasi untuk memperoleh sebuah isi atau data serta memahami

makna atau maksud komunikasi yang diuatarakan oleh pembicara melalui ujaran

atau bahasa yang lisan. Penggunaan teknik ini sangat mendukung untuk

memperoleh data dalam penelitian kususnya tuturan yang timbul atau diutarakan

oleh guru dalam kegiatan pembelajaran di kelas VIII SMP Negeri 3 Delanggu.

3. Teknik Catat

Teknik catat adalah teknik mencatat data yang diperoleh dari informan.

Pencatatan dapat dilakukan pada kartu data yang disediakan. Penggunaan teknik

catat sangat fleksibel karena peneliti tidak mencatat seluruh tuturan guru, namun

hanya mencatat tuturan yang mengandung jenis-jenis tindak tutur dan maksud

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

atau makna tindak tutur. Peneliti juga mencatat konteks saat guru menyampaikan

wujud tuturan agar mengetahui maksud tuturan.

3.4 Instrumen Penelitian

Penelitian kualitatif memiliki ciri khas bahwa peneliti yang memegang

peran penting dalam seluruh proses penelitian. Dalam penelitian ini adalah

kedudukan peneliti atau instrumen peneliti. Penliti melakukan observasi,

menyimak langsung, dan catat sebagai perencana atau pelaksana dalam

pengumpulan data, analisis, penafsiran dan juga pelapor hasil penelitian berupa

fenomena tuturan yang terjadi didalam kegiatan pembelajaran. Sejalan dengan

paparan tidak ada alat yang paling elastis dan benar untuk mengungkap data

kualitatif kecuali peneliti itu sendiri. Manusia dapat bersifat fleksibel atau

semudahnya dan adeptif, serta dapat mengunukan seluruh alat indra yang dimiliki

untuk memahami sesuatu. Kaitanya dengan penelitian ini peneliti bisa dikatakan

menjadi instrumen penelitian. Hal ini karena peniliti yang mengalami secara

langsung proses yang terjadi, serta pengetahuan dari peneliti tentang pragmatik

dengan fokus jenis, dan makna.

Peneliti sebagai instrumen penilitan memegang peran penting dalam

penelitian. Peran yang dimaksud yaitu peneliti sebagai pengumpul data.

Pengumpulan data peneliti mengunakan teknik utama yaitu observasi. Melalui

observasi peneliti mengunakan instrumen berupa panduan pengamatan. Penelitian

kualitatif ini peneliti tidak hanya mengunakan teknik obsevasi saja. Untuk

mendukung observasi peneliti juga perlu menyimak langsung, atau mencatat data-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

data yang diperoleh. Penelitian ini peneiliti menuliskan secara sistematis tentang

tindak tutur yang muncul.

Selain instrumen utama, peneliti juga menggunakan instrumen pendukung

berupa tabel data. Tabel data digunakan untuk mencatat tuturan para guru kepada

siswa pada saat jam pelajaran berlangsug. Berikut contoh tabel data yang

digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Dapat dilihat di bawah ini.

Tabel 1 Jenis-Jenis Tindak Tutur

No Lokasi Jenis-jenis

Tindak

Tutur

Tuturan Konteks

tuturan

Jumlah

1.

2.

Tabel 2 Makna Pragmatik

No Lokasi Makna

Pragmatik

Tuturan Konteks

Tuturan

Jumlah

1.

2.

3.5 Teknik Analisis Data

Penelitian ini peneliti melakukan dengan empat tahapan yaitu identifikasi,

klasifikasi, interpretasi, dan pelaporan dalam narasi data yang sudah disediakan.

1. Identifikasi Data

Tahap identifikasi, peneliti mengidentifikasi tuturan yang dituturkan oleh

guru. Identifikasi dilakukan untuk mengetahui tuturan-tuturan yang mengandung

jenisnya dan maksud atau maknanya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

2. Klasifikasi Data

Klasifikasi data berguna untuk melaporkan atau mengklasifikasi suatu data

sehingga dapat melihat kelompok data tersebut. Setelah melakukan identifikasi

data, peneliti melakukan klasifiksi data atau pengelempokan tuturan guru.

Pengelompokan dilakukan untuk mengetahui kesesuaian antara tuturan dengan

jenis dan maksud atau makna. Peneliti mengklasifikasi jenis tindak tutur dan

maksud atau makna yang diperoleh berdasarkan teori pragmatik.

3. Interpretasi Data

Interpretsi data adalah suatu bentuk dari kegiatan penggabungan hasil dari

analisis dengan berbagai macam pertanyaan, kriteria manapun sebuah setandar

tertentu untuk menciptakan sebuah makna dari data tersebut Pada tahap

interpretasi, penulis melakukan maksud dari perilaku tindak tutur beradasarkan

jenis tindak tutur, maksud atau makna dengan memperhatikan konteks tuturan.

Peneliti memanfatkan catatan atau tulisan dan juga rekaman untuk

mngetahui jenis tidak tutur dan maksud atau makna yang disampaikan oleh guru.

Interpretasi juga melihat tindakan siswa setelah guru mengucapkan tuturan, demi

mendukung interpretasi tersebut, peneliti melakukan wawancara dengan guru

untuk mengonfirmasikan tafsiran yang dibuat peneliti sudah benar atau belum.

4. Pelaporan Data

Pelaporan merupakan tahap akhir yang dilakukan peneliti untuk

mendeskripsikan hasil analisis data dalam bentuk narasi. Peneliti menjelaskan

dalam bentuk kata-kata atau narasi mengenai hasil analisis data yang diperoleh

dari tindak tutur para guru.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

3.6 Trianggulasi Data

Validitas merujuk pada kesesuaian, berterima, dan kegunaan dari campur

tangan peneliti berdasarakan data yang diperoleh (Franke & Wallen, 2000). Tiga

proses atau cara yang akan digunakan bisa berupa trianggulasi, member cheking,

dan ekstra audit (Craswell, 2008).

Penelitian ini akan menerapkan trianggulasi data untuk meyakinkan

validitas penelitian berdasarkan sumber yang diperoleh, seperti data yang sudah

diperoleh dari sumber satu dan itu harus di gabungkan atau disesuikan dengan

sumber data yang lain (Gell, Gell, & Borg, 2003). Trianggulasi mempunyai tujuan

membangun justifikasi terhadap fenomena-fenomena dengan cara menemukan

bukti dan sumber yang akurat. Sebuah data dapat diklaim valid jika data yang

ditemukan sumber bisa diselaraskan dengan sumber lain. Sugiyono (2007:241).

Dalam penelitian ini penliti memilih salah satu dosen program studi Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia yaitu Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum. Untuk

menjadi trianggulator.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian dan pembahsaan

berupa tiga hal yaitu deskripsi data, hasil analisis data, dan pembahasan. Ketiga

hal tersebut akan diuraikan secara rinci sebagai berikut.

4.1 Deskripsi Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah guru dengan siswa pada

pembelajaran kelas VIII di SMP Negeri 3 Delanggu yang beralamat di Jl. Raya

Delanggu Utara, Gatak, Delanggu, Klaten. Data penelitian berupa tuturan-tuturan

yang digunakan guru kepada siswa pada pembelajaran yang mengandung sebuah

jenis tindak tutur, dan maksud atau makna. Peneliti memperoleh data dengan

teknik observasi sebagai teknik utama. Peneliti mendengarkan tuturan yang

disampaikan oleh guru selama pembelajaran berlangsung, selain hal tersebut

peneliti juga mengamati konteks yang terjadi saat tuturan disampaikan. Selain

teknik observasi peneliti juga mengunakan teknik meniyamk langsung dan juga

catat sebagai pendukung dalam penelitian ini. Peneliti melakukan penelitian mulai

24 April s/d 16 Mei 2019 di SMP Negeri 3 Delanggu. Berdasarkan hasil

penelitian, peneliti menemukan data wujud tuturan berjumlah 85 tuturan.

Trianggulasi dilakukan oleh Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum selaku dosen

Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta. Data yang disetujui sebanyak 84 dengan rincian sebagai berikut: jenis

tindak tutur seperti tindak tutur langsung 33, tindak tutur tidak langsung 6, tindak

tutur literal 7, tindak tutur langsung literal 22, tindak tutur tidak literal 6, tindak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

tutur tidak langsung literal 11. Dan yang mengandug makna pragmatik sebagai

berikut makna memerintah 12, makna menyapa 5, makna menegur 10, makna

menyuruh 22, makna memuji 2, makna menyindir 3, makna menasihati 3, makna

peringatan 3, makna saran 3, dan makna klarifikasi 22. Penelitian ini akan

memaparkan mengenai jenis-jenis tindak tutur serta makna tindak tutur yang

terdapat dalam tuturan guru dengan siswa pada kegiatan pembelajaran.

Jenis-jenis tindak tutur dalam Wijana (1996), yaitu tindak tutur langsung

dan tindak tutur tidak langsung, tindak tutur literal dan tindak tutur tidak literal.

Adapun interseksi berbagai jenis tindak tutur yaitu tindak tutur langsung literal

dan tindak tutur tidak langsung literal, tindak tutur langsung tidak literal, dan

tindak tutur tidak langsung tidak literal. Penelitian ini dimaksudkan untuk

memaparkan berbagai jenis tindak tutur dan maksud atau makna pragmatik yang

digunakan guru di kelas untuk berkomuniksai dengan siswa. Adapun jenis-jenis

tindak tutur dan maksud atau makna pragmatik dari tuturan guru dalam

pembelajaran yang akan dianalisis dapat dilihat dalam hasil analisis di bawah ini.

4.2 Analisis Data

Hasil analisis penelitian ini disajikan dengan urutan sebagai berikut, (1)

jenis-jenis tindak tutur guru pada pembelajaran di SMP Negeri 3 Delanggu, (2)

mendeskripsikan maksud atau makna pragmatik apa saja yang hadir dari tuturan

guru pada kegiatan pembelajaran di SMP Negeri 3 Delanggu. Berdasarkan hasil

analisis penelitian, peneliti menemukan beberapa jenis tindak tutur yang

digunakan dalam tuturan guru pada pembelajaran, yaitu tindak tutur langsung,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

tindak tutur tidak langsung, tindak tutur literal, tindak tutur tidak literal, tindak

tutur langsung literal, dan tindak tutur tidak langsung literal.

Penggunaan jenis-jenis tindak tutur bukan hanya sekadar untuk bertanya,

memerintah, dan memberikan informasi. Akan tetapi, setiap tuturan guru yang

muncul dalam pembelajaran mengandung sebuah makna. Ditinjau dari segi

pragmatik ditemukan beberapa maksud atau makna yang terkandung dalam

tuturan guru. Berikut pemaparan hasil penelitian terhadap jenis-jenis tindak tutur

dan maksud atau makna pragmatik yang terkandung dari tuturan guru pada

pembelajaran.

4.2.1 Jenis-jenis Tindak Tutur yang Terdapat dalam Tuturan Guru

Jenis-jenis tindak tutur dalam Wijana (1996), yaitu tindak tutur langsung

dan tindak tutur tidak langsung, tindak tutur literal dan tindak tutur tidak literal.

Sementara itu, interseksi berbagai jenis tindak tutur yaitu tindak tutur langsung

literal dan tindak tutur tidak langsung literal, tindak tutur langsung tidak literal,

dan tindak tutur tidak langsung tidak literal. Penelitian ini dimaksudkan untuk

memaparkan berbagai macam jenis tindak tutur yang digunakan guru di kelas

untuk berkomuniksai dengan siswa. Hasil data yang dianalisis dapat dipaparkan

sebagai berikut.

4.2.1.1 Tindak Tutur Langsung (Direct Speech Act)

Tindak tutur langsung adalah kalimat berita yang secara konvensional

untuk menginformasikan sesuatu, kalimat tanya untuk bertanya, dan kalimat

perintah untuk menyuruh, mengajak, dan memohon (Wijana, 1996:31). Dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

penelitian ini ditemukan 33 yang merupakan jenis tindak tutur langsung. Berikut

ini dipaparkan 6 dari 33 data yang tergolong tindak tutur langsung.

Berikut ini dipaparkan data yang tergolong tindak tutur langsung:

Data (7)

Guru : “Selamat siang, gimana kabarnya hari ini?”

Siswa : “Baik Bu.”

Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh mitra tutur di ruang kelas

saat punutur memasuki kelas dan akan membuka kegiatan

belajar mengajar. Tuturan ini agar mengajak siswa untuk siap

mengikuti kegiatan dan mengkondisikan ruang kelas agar

siswa siap mengikuti pelajaran yang akan dimulai.

Data (8)

Guru : “Selamat pagi, awal puasa kok pagi-pagi sudah lelah,

semangatnya mana?

Siswa :”Baik bu, tapi masih ngantuk bu.”

Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh mitra tutur di ruang kelas

karena karena kondisi pada saat jam pelajaran tidak ada

respon baik, siswa kurang semangat dalam mengikuti

pembelajaran. Waktu pada jam ke 1 dan ke 2 pada mata

pelajaraan Bahasa indonesia di dalam ruang kelas VIII D.

Data (9)

Guru :”Lah ya ayo kalo ngantuk ibu kasih hadiah nanti, hadiahnya

namun masih dirahasikan, apakah hari ini ada yang tidak

masuk?”

Siswa :”Nihil bu.”

Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh mitra tutur di ruang kelas

dan memotivasi siswa sebelum pembelajaran agar sebelum

memulai dengan antusias belajar yang baik karena akan ada

hadiah dari penutur, sekaligus menanyakan kepada siswa

apakah ada yang tidak masuk hari ini. Waktu pada jam ke 3

dan ke 4 pada mata pelajaraan Bahasa indonesia di dalam

ruang kelas VIII G.

Data (10)

Guru : “Apakah kalian sudah membawa alat praga untuk drama

kalian?”

Siswa : “Wah apa, hari ini bu, kami belum siap.”

Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh mitra tutur, penutur

menyakan kesiapan mitra tutur apakah benar-benar sudah

membawa alat untuk drama serta guna memberi teguran dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

mengingatkan siswa agar membawa alat peraga untuk drama.

Waktu pada jam ke 3 dan ke 4 pada mata pelajaraan Bahasa

indonesia di dalam ruang kelas VIII C.

Data (11)

Guru : “Apa bedanya tokoh dan penokohan siapa bisa?”

: “Tokoh adalah memerankan penokohanya, perannya

sebagai apa, misalkan antagonis, protagonis.”

: “Kalau yang ketiga apa?”

Siswa : “Bahasa yang digunakan.”

Konteks :Tuturan ditujukan kepada para mitra tutur pada saat jam

pelajaran berlangsung, mitra tutur menayakan mengenai

materi. Demikian guna menyuruh siswa agar menjawab

pertanyaan penutur, mitra tutur ditujukan membedakan antara

tokoh dan penokohan dan menyuruh siswa untuk menjawab

pertanyaan berikutnya. Jam ke 3 dan ke 4 pembelajaran

Bahasa Indonesia kelas VIII C.

Data (12)

Guru : “Untuk hari ini yaitu pelajaran bahasa Indonesia sebelum kita

membahas mengenai ciri-ciri teks eksplanasi yaa, nanti

pertama kali yang kita pelajari yaitu arti dari teks tersebut.

Namun sebelumnya apakah hari ini ada yang tidak masuk?”

Siswa :”Nihil Bu, Hadir semua.”

Konteks : Tuturan ditujukan kepada para seluruh mitra tutur pada saat

jam pelajaran berlangsung berupa materi Bahasa Indonesia

materi yang akan dibahas pada hari ini yaitu membahas teks

eksplanasi. Waktu pada jam ke 5 dan ke 6 pada mata

pelajaraan Bahasa indonesia di dalam ruang kelas VIII H.

Tuturan guru pada data (7) tuturan dituturakan oleh guru saat

pembelajaran di kelas. Saat itu guru baru mengawali atau pembukaan dalam

mengajar, dijumpai tuturan “Selamat siang, Gimana kabarnya hari ini?, penutur

sedang menyapa mitra tutur sebelum memulai pembelajaran. Tuturan tersebut

menggunakan kalimat tanya untuk bertanya dan tujuannya penutur ingin menyapa

mitra tutur dalam pembelajarn Bahasa Indonesia. Melalui tuturan (7) mengandung

jenis tindak tindak tutur langsung karena terbukti pada kalimat “Selamat siang,

Gimana kabarnya hari ini?. Penutur menuturkan kalimat tersebut kepada mitra

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

tutur pada saat awal jam dimulai, bermaksud mengetahui kondisi mitra tutur.

Setelah penutur menuturkan tuturan tersebut, mitra tutur merespon yang di

sampaikan penutur. Hal tersebut sejalan dengan teori Wijana.

Tuturan guru pada data (8) tuturan yang disampikan oleh guru yang

berbunyi “Selamat pagi, awal puasa kok pagi-pagi sudah lelah, semangatnya

mana?”, ditujukan kepada seluruh siswa pada saat akan dimulainya pembelajaran

dengan tujuan memberikan dorongan semangat karena kondisi dalam ruang kelas

tersebut menunjukan suasana yang kurang semangat. Melalui tuturan tersebut (8)

mengandung jenis tindak tindak tutur langsung karena untuk terbukti pada kalimat

“Selamat pagi, awal puasa kok pagi-pagi sudah lelah, semangatnya mana?”

Guru menuturkan tuturan tersebut kepada siswa pada saat awal jam dimulai.

Setelah guru menuturkan tuturan tersebut, para siswa merespon yang awalnya

kurang semangat jadi ada respon dari mitra tutur dari yang di sampaikan penutur.

Hal tersebut sejalan dengan teori Wijana.

Tuturan guru pada data (9) tuturan guru yang berbunyi “Lah ya ayo kalo

ngantuk ibu kasih hadiah nanti” penutur sedang memberikan motivasi kepada

mitra tutur sebelum memulai pembelajaran karena pada saat itu suasana belajar

yang kurang baik, dengan memberikan hadiah membangun susana atau

pendukung dalam belajar. Melalui tuturan tersebut (9) merupakan jenis tuturan

yang mengandung jenis tindak tindak tutur langsung karena untuk terbukti pada

“Lah ya ayo kalo ngantuk ibu kasih hadiah nanti” Tuturan ini bertujuan penutur

ingin memberi semangat dan motivasi kepada mitra tutur di saat jam pelajaran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

Bahasa Indonesia, karena pada saat itu kondisi kelas yang tidak kondusif. Hal

tersebut sejalan dengan teori Wijana

Tuturan guru pada data (10) yang berbunyi “apakah kalian sudah

membawa alat praga untuk drama kalian”, tuturan guna menyakan apakah siswa

sudah benar-benar membawa alat untuk menampilkan drama karena pada saat itu

materi tentang drama, pada sebelumnya sudah disampikan mitra tutur diharapkan

membwa alat-alat sebagai properti drama. Melalui tuturan tersebut (10)

merupakan jenis tuturan yang mengandung tindak tutur langsung. Tuturan ini

ditujukan kepada seluruh mitra tutur yang tidak membawa alat praga drama pada

jam pelajarannya, karena pada saat pertemuan sebelumnya sudah disampaikan dan

bertujuan melatih tanggung jawab mitra tutur apakah sudah membawa alat peraga

drama. Hal tersebut sejalan dengan teori Wijana

Tuturan guru pada data (11) dituturkan oleh seorang guru kepada seluruh

siswa. Dengan kalimat “apa bedanya tokoh dengan penokohan?”. Tuturan

ditujukan kepada para siswa guna menanyakan pendapat kepada siswa siapa yang

bisa menjelaskan tokoh dan penokohan dan menyuruh siswa untuk menjawab

pertanyaan tersebut. Kalimat yang diucapkan guru tersebut bukanlah tuturan yang

sesuai dengan yang dimaksudkan oleh penutur karena sebenarnya gurupun sudah

tahu jawabannya. Melalui tuturan tersebut (11) merupakan jenis tuturan yang

mengandung jenis tindak tindak tutur langsung karena untuk terbukti pada “apa

bedanya tokoh dengan penokohan?”. Tuturan ini dapat diklasifikasikan sebagai

tindak tutur langsung karena tujuannya penutur ingin memberi semangat kepada

mitra tutur, dan penutur ingin mengetahui kemampuan mitra tutur dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

memahami dan membedakan materi yang sudah disampikan penutur. Hal tersebut

sejalan dengan teori Wijana

Tuturan guru pada data (12) yang berbunyi “Untuk hari ini yaitu pelajaran

bahasa indonesia sebelum kita membahas mengenai ciri-ciri teks eksplanasi yaa,

nanti pertama kali yang kita pelajari yaitu arti dari teks tersebut. Namun

sebelumnya apakah hari ini ada yang tidak masuk?”. Tuturan ini ditujukan

kepada seluruh mitra tutur guna mengklarifikasi pembahasan pembelajaran hari

itu pada hari tersebut diminta mitra tutur menyampaikan ciri-ciri teks eksplanasi.

Melalui tuturan tersebut (12) tuturan merupakan jenis tindak tutur langsung

karena tuturan tersebut menggunakan tanya untuk menegur menjelasakan

pembahasan pembelajaran hari itu, suapaya mitra tutur menguasai dan benar-

benar memahami betul tentang ciri-ciri teks eksplanasi. Hal tersebut sejalan

dengan teori Wijana

Berdasarkan beberapa tuturan yang telah dideskripsikan di atas, tuturan-

tuturan tersebut merupakan tuturan yang mengandung jenis tindak tutur langsung.

Tuturan (7), (8), (9), (10), (11), dan (12) hanya diketahui melalui konteks tutur

yang melatarbelakangi dan mewadahinya pada saat guru menyampaikan tuturan

dalam pembelajaran di kelas. Kalimat yang difungsikan secara konvensional

untuk mengatakan sesuatu dengan tujuan secara langsung. Hal itu sejalan dengan

teori Wijana dan Rahardi yang menyatakan bahwa secara struktural.

4.2.1.2 Tindak Tutur Tidak Langsung (Indirect Speech Act)

Rahardi (2003:75) berpendapat bahwa tingkat ketidaklangsungan sebuah

tuturan dapat pula diukur berdasarkan kejelasan pragmatiknya. Adapun kejelasan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

pragmatiknya adalah kenyataan bahwa semakin tidak tembus pandang maksud

tuturan maka akan semakin tidak langsunglah maksud dari tuturan itu.

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menemukan 6 data tuturan guru yang

tergolong tindak tutur tidak langsung. Berikut ini dipaparkan 6 contoh dari 6 data

yang tergolong tindak tutur tidak langsung. Berikut ini dipaparkan data yang

tergolong tindak tutur tidak langsung:

Data (13)

Guru : “Adakah hari ini ada yang tidak masuk, kok bangku yang

ibu lihat banyak yang kosong?

Siswa : “Ada bu.”

Konteks : Tuturan ditujukan kepada para mitra tutur apakah ada yang

tidak masuk kelas karena penutur melihat banyak bangku

yang kosong dalam ruangan kelas. Jam ke 3 dan ke 4

pembelajaran Bahasa Indonesia kelas VIII C.

Data (14)

Guru : “Yang menjadi tugas kalian dalam kelompok, coba kalian

diskusikan apa arti Wafat Yesus bagi hidup kalian.”

Siswa : “Itu aja pak?”

Konteks : Tuturan ditujukan kepada para seluruh siswa pada saat jam

pelajaran berlangsung dan pada saat itu sedang membahas

sebuah materi dan penutur menyuruh untuk membentuk

kelompok dan membuat suatu diskusi tentang apa arti

wafatnya Yesus bagi hidup para siswanya. Jam ke 5 dan ke

6 pembelajaran Pendidikan Agama kelas VIII H.

Data (15)

Guru : “Anak-anak sumbernya di ambil dari Alkitab ya, dari

Kitan Luk 22 – 45 dan juga 1 Kor 1: 24 -25.”

Siswa : “Baik pak.”

Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh siswa agar membuka

alkitab karena didalam alkitab terdapat bacaan yang

berhubungan dengan jawaban dari sebuah soal, tuturan

tersebut mempunyai tujuan siswa segera membuka dan

memahaminya. Waktu jam ke 5 dan ke 6 pembelajarn

Pendidikan Agama kelas VIII H.

Data (16)

Guru : “Ayo cepat, waktunya tinggal 5 menit lagi ya.”

Siswa : “Baik pak.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh mitra tutur pada saat jam

pelajaran berlangsung penutur bermaksud mempercepat

diskusi karena waktu yang akan menjelang jam istirahat.

Mitra tutur disini sedang membuat kesimpulan diskusi.

Memohon agar segera menyelesaikan tugas kelompok

tersebut yang diberikan oleh penutur. Waktu jam ke 7 dan

ke 8 pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam VIII D.

Data (17)

Guru : “Mengapa kalian hanya diam? Saya anggap sudah

mengerti. Oke kalau begitu kita akan tes uji pemahaman,

jika tidak ada yang ingin bertanya.”

Siswa : “Terdiam.”

Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh mitra tutur di dalam

kelas, disaat penutur sedang menjelaskan tentang

gelombang dan getaraan. Penutur menegur siswa mengapa

mereka semua diam. Jam ke 3 dan ke 4 pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam kelas VIII C.

Data (18)

Guru : “Belum mengerti? Oke saya jelaskan kembali.”

Siswa : “Ibu! (sambil mengkode teman-temannya) kami sudah

mengerti”

Konteks :Tuturan ditujukan kepada seluruh mitra tutur, disaat

penutur sedang dalam proses belajar mengjar kemudaian

penutur menjelaskan kembali pembelajaran yang sedang

berlangsung karena mitra tutur masih ada yang belum

paham. Jam ke 3 dan ke 4 pembelajaran kelas VIII B

Tuturan guru pada data (13) “Adakah hari ini yang tidak masuk, kok

bangku yang ibu lihat banyak yang kosong?” diutarakan oleh seorang guru

kepada siswanya karena guru melihat banyak bangku yang kosong pada jam

pembelajarannya. Tuturan guru ini tidak semata-mata berfungsi untuk

menanyakan bangku yang kosong, namun mengapa mereka tidak masuk kelas,

tetapi secara tidak langsung menegur seluruh siswa karena jika banyak bangku

yang kosong pastilah banyak yang tidak masuk atau hadir sehingga ini akan

mengganggu siswa lain, dan mengharpkan bangku yang kosong diisi oleh siswa

lain agar duduknya lebih rapih dan enak dalam kegiatan belajar mengajar. Melalui

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

tuturan (13) merupakan jenis tuturan yang mengandung jenis tindak tindak tutur

tidak langsung karena untuk terbukti pada kalimat “Adakah hari ini yang tidak

masuk, kok bangku yang ibu lihat banyak yang kosong?” Guru menuturkan

tuturan tersebut kepada siswa pada saat awal jam dimulai. Setelah guru

menuturkan tuturan tersebut, para siswa merespon yang awalnya kurang semangat

jadi ada respon dari mitra tutur dari yang di sampaikan penutur. Hal ini sesuai

dengan teori Wijana dan Rahardi.

Tuturan guru pada data (14) “Yang menjadi tugas kalian dalam kelompok,

coba kalian didiskusikan apa arti Wafat Yesus Kristus bagi hidup kalian ?”

diutarakan oleh seorang guru kepada siswanya dengan tujuan agar siswa dapat

memahami apa materi yang sudah disampaikan kalimat ini berupa kalimat tanya

dan berupa suruhan membuat suatu diskusi tentang apa arti wafatnya Yesus bagi

hidup para siswa. Tuturan guru ini tidak semata-mata berfungsi untuk menyuruh

saja, tetapi secara tidak langsung menegur agar siswa dapat bekerjasama dalam

mendiskusikan suatu persoalan, fenomena ini terjadi pada saat jam mata pelajaran

pendidikan agama. Melalui Tuturan (14) merupakan jenis tuturan yang

mengandung jenis tindak tindak tutur tidak langsung karena untuk terbukti pada

kalimat “Yang menjadi tugas kalian dalam kelompok, coba kalian didiskusikan

apa arti Wafat Yesus Kristus bagi hidup kalian?” guru menuturkan tuturan

tersebut kepada siswa pada saat awal jam dimulai. Setelah guru menuturkan

tuturan tersebut, para siswa merespon yang awalnya kurang semangat jadi ada

respon dari mitra tutur dari yang di sampaikan penutur. Hal ini sesuai dengan teori

Wijana dan Rahardi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

Tuturan guru pada data (15) “Anak-anak sumbernya di ambil dari Alkitab

ya, dari Kitan Luk 22 – 45 dan juga 1 Kor 1 : 24 -25.” diutarakan oleh seorang

guru kepada siswanya dengan tujuan agar siswa dapat memahami apa materi yang

sudah disampaikan kalimat ini berupa kalimat tanya dan berupa suruhan

membuka alkitab karena suber materi berada di dalam alkitab. Tuturan guru ini

tidak semata-mata berfungsi untuk menyuruh saja, tetapi secara tidak langsung

menegur agar siswa dapat bekerjasama dalam mendiskusikan suatu persoalan,

fenomena ini terjadi pada saat jam mata pelajaran pendidikan agama. Melalui

tuturan (15) merupakan jenis tuturan yang mengandung jenis tindak tindak tutur

tidak langsung karena untuk terbukti pada kalimat “Anak-anak sumbernya di

ambil dari Alkitab ya, dari Kitan Luk 22 – 45 dan juga 1 Kor 1: 24 -25.” guru

menuturkan tuturan tersebut kepada siswa pada saat awal jam dimulai. Setelah

guru menuturkan tuturan tersebut, para siswa merespon yang awalnya kurang

semangat jadi ada respon dari mitra tutur dari yang di sampaikan penutur. Hal ini

sesuai dengan teori Wijana dan Rahardi.

Tuturan guru pada data (16) “Ayo cepat, waktunya tinggal 5 menit lagi

ya.”diucapkan oleh seorang guru kepada siswanya sehubungan dengan waktu

yang tersisa hanya 5 menit. Kalimat ini bertujuan agar siswa segera

menyelesaikan tugas yang diberikan. Tuturan guru ini tidak sekadar berfungsi

memberikan informasi, tetapi secara tidak langsung memerintah siswa untuk

segera menyelesaikan tugasnya pada pembelajaran tersebut. Melalui tuturan (16)

merupakan jenis tuturan yang mengandung jenis tindak tindak tutur tidak

langsung karena untuk terbukti pada kalimat “Ayo cepat, waktunya tinggal 5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

menit lagi ya.” guru menuturkan tuturan tersebut kepada siswa pada saat awal jam

dimulai. Setelah guru menuturkan tuturan tersebut, para siswa merespon yang

awalnya kurang semangat jadi ada respon dari mitra tutur dari yang di sampaikan

penutur. Hal ini sesuai dengan teori Wijana dan Rahardi.

Tuturan guru pada data (17) “Mengapa kalian hanya diam? Saya anggap

sudah mengerti. Oke kalau begitu kita akan tes uji pemahaman, jika tidak ada

yang ingin bertanya.” Diutarakan oleh seorang guru kepada siswanya pada saat

kondisi kelas tidak kondusif, semua murid terdiam saat guru menerangkan.

Tuturan guru ini tidak hanya berfungsi untuk menegur. Namun, dibalik

pertanyaan itu mengandung maksud menegur siswa agar tidak hanya diam saat

diterangkan, siswa harus bertanya jika memang tidak tahu. Melalui tuturan (17)

merupakan jenis tuturan yang mengandung jenis tindak tindak tutur tidak

langsung karena untuk terbukti pada kalimat “Mengapa kalian hanya diam? Saya

anggap sudah mengerti. Oke kalau begitu kita akan tes uji pemahaman, jika tidak

ada yang ingin bertanya.” guru menuturkan tuturan tersebut kepada siswa pada

saat awal jam dimulai. Setelah guru menuturkan tuturan tersebut, para siswa

merespon yang awalnya kurang semangat jadi ada respon dari mitra tutur dari

yang di sampaikan penutur. Hal ini sesuai dengan teori Wijana dan Rahardi.

Tuturan guru pada data (18) yang berbunyi “Belum mengerti? Oke saya

jelaskan kembali, jadi”pada saat jam pelajaran berlangsung mitra tutur

menyampikan materi tersebut, namun sebelumnya sudah dijelaskan namun, pada

saat jam tersebut mitra tutur bingung dan masih kesulitan hanya beberapa yang

sudah memahaminya, penutur menjelaskan kembali materi tersebut. Melalui

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

tuturan tersebut (18) merupakan jenis tindak tutur tidak langsung. Tuturan guru

tersebut ditujukan kepada siswa kelas VIII saat sedang pembelajaran, karena

penutur menggunakan kalimat tanya berita yang fungsinya memberikan klarifikasi

kepada mitra tutur untuk lebih memperhatikan dalam pembelajaran. Hal ini sesuai

dengan teori Wijana dan Rahardi.

Berdasarkan beberapa tuturan yang telah dideskripsikan di atas, tuturan-

tuturan tersebut merupakan tuturan yang mengandung jenis tindak tutur tidak

langsung. Tuturan (13), (14), (15), (16), (17), dan (18) hanya diketahui melalui

konteks tutur yang melatar belakangi dan mewadahinya pada saat guru

menyampaikan tuturan dalam pembelajaran di kelas. Kalimat yang ada hubungan

tidak langsung struktur dengan fungsi, untuk mengatakan sesuatu dengan tujuan

secara tidak langsung tetapi harus segera dilaksanakan memiliki makna tersirat

seperti pribahasa. Hal itu sejalan dengan teori Wijana dan Rahardi yang

menyatakan bahwa secara struktural.

4.2.1.3 Tindak Tutur Literal (Literal Speech Act)

Tindak tutur literal (Wijana, 1996:32) mengatakan tindak tutur literal

adalah tindak tutur yang dimaksudnya sama dengan makna kata-kata yang

menyusunnya. Contoh konteks: dituturkan oleh seorang guru kepada siswanya

pada saat selesai membersihkan kelas.

Guru : “Wah papan tulisnya bersih ya”

Maksud tuturan guru diatas memang untuk memuji kondisi papan tulis tersebut

yang bersi setelah dibersihkan oleh siswanya. Dari hasil penelitian pada kegiatan

pembelajaran di SMP Negeri 3 Delanggu, peneliti menemukan 7 data tuturan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

yang mengandung jenis tindak tutur literal. Berikut dipaparkan 6 data yang

mengandung jenis tindak tutur literal:

Data (19)

Guru : “Bagus, berarti kelas ini siswanya rajin yaa.”

Siswa : “Iya, Bu.”

Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh mitra tutur diruang kelas

pada saat jam pelajaran mau dimulai, guru memuji atas

kehadiran semua siswa saat pembelajaran. Waktu pada jam

ke 5 dan ke 6 pada mata pelajaraan Bahasa Indonesia di

dalam ruang kelas VIII D.

Data (20)

Guru : “Masing-masing ada berapa? Nah benar, kemarin sebelum

membahas soalnya ibu sudah memberikan pengantarnya

sudah dijelaskan, nanti ada persamaan, ada perbedaan, kalau

yang menunjukan fiksi itu yang pertama apa?”

Siswa : “Tidak nyata ya Bu.”

Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh mitra tutur diruang kelas

pada saat jam pelajaran saat penutur menjelaskan sebelum

penutur mengingat kembali materi yang sudah di bahas.

Waktu pada jam ke 3 dan ke 4 pada mata pelajaraan Bahasa

Indonesia di dalam ruang kelas VIII C.

Data (21)

Guru : “Betul sekali, berikan dulu tepuk tangan untuk Siska. Anak-

anak Tuhan memulai sengseranya ditaman Getsemani dimana

waktu Yesus dan murid-muridnya pergi berdoa untuk

penderitaan yang akan ditanggung-Nya . Pertanyaan kedua

coba kalian sebutkan kenapa Tuhan Yesus dijatuhkan

hukuman mati oleh Pilatus. Coba siapa yang bisa menjawab”

Siswa : “Saya tau Pak, Pilatus”

Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh mitra tutur diruang kelas

pada saat jam pelajaran mau dimulai, penutur memberikan

kepada siswa karena dapat menyebutkan apa yang

disampaikan penutur. Waktu pada jam ke 1 dan ke 2 pada

mata pelajaraan Pendidikan Agama di dalam ruang kelas VIII

E.

Data (22)

Guru : “Betul sekali, Tuhan Yesus menerima hukuman mati dari

pilatus itu karena desakan-desakan dari orang Yahudi yang

ingin membunuh Yesus, karena mereka menganggap bahwa

Tuhan Yesus sudah menghujat Allah. Baiklah anak-anak kita

akan membuat suatu diskusi kelompok bentuk 3 kelompok

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

dimana satu kelompok terdiri dari 5 orang. Ayo? Silakan

dibentuk dalam kelompok masing-masing. Satu kelompok 4

orang”

Siswa : “Iya baik Pak.”

Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh mitra tutur diruang kelas

pada saat jam pelajaran saat penutur menjelaskan sebelum

penutur mengingat kembali materi yang sudah di bahas dan

penutur bermaksud mitra tutur segera masuk dalam kelompok

Waktu pada jam ke 5 dan ke 6 pada mata pelajaraan

Pendidikan Agama di dalam ruang kelas VIII H.

Data (23)

Guru : “Kita sudah selesai diskusi kelompok tepuk tangan dulu

semua. Ingat minggu depan kita akan mengadakan ujian

harian ya”

Siswa : “Mengenai Materi apa Pak”

Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh mitra tutur diruang kelas

pada saat jam pelajaran dimulai, penutur memberikan kepada

siswa karena sebelumnya telah dilaksanakan diskusi

kelompok dan penutur menjelaskan atau menegaskan. Waktu

pada jam ke 5 dan ke 6 pada mata pelajaraan Pendidikan

Agama di dalam ruang kelas VIII H.

Data (24)

Guru : “Bagus kalau kamu sudah mengerti. Ukuran sel sangat

bervariasi bergantung pada jenisnya.”

Siswa : “Tapi Bu kenapa tidak bisa dilihat oleh mata telanjang?”

Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh mitra tutur diruang kelas

pada saat jam pelajaran dimulai, penutur memberikan kepada

siswa karena penutue sedang menjelaskan tentang materi

tersebut. Waktu pada jam ke 5 dan ke 6 pada mata pelajaraan

Pendidikan Agama di dalam ruang kelas VIII H.

Tuturan guru pada data (19) yang berbunyi “Bagus berarti kelas ini

siswanya rajin yaa.”, pada kalimat ini penutur menyampaikan atau modus

tertentu kepada para siswa yang ada pada dalam kelas, ditujukan kepada seluruh

siswa, penutur menganggap bahwa kelasnya rajin. Kalimat yang diucapkan guru

tersebut tuturan yang sesuai dengan yang dimaksudkan oleh penutur. Melalui

tuturan (19) merupakan jenis tuturan yang mengandung jenis tindak tindak tutur

literal karena untuk terbukti pada kalimat “Bagus berarti kelas ini siswanya rajin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

yaa.” guru menuturkan tuturan tersebut kepada siswa pada saat awal jam dimulai.

Setelah guru menuturkan tuturan tersebut, para siswa merespon yang awalnya

kurang semangat jadi ada respon dari mitra tutur dari yang di sampaikan penutur.

Hal ini sesuai dengan teori Wijana dan Rahardi.

Tuturan guru pada data (20) yang berbunyi “Nah benar, kemarin sebelum

membahas soalnya ibu sudah memberikan pengantarnya sudah dijelaskan, nanti

ada persamaan, ada perbedaan, kalau yang menunjukan fiksi itu yang pertama

apa”, pada kalimat ini penutur menyampaikan atau modus tertentu kepada para

siswa yang ada pada dalam kelas, ditujukan kepada seluruh siswa, penutur

menganggap bahwa kelasnya dapat memehami materi. Kalimat yang diucapkan

guru tersebut tuturan yang sesuai dengan yang dimaksudkan oleh penutur. Melalui

tuturan (20) merupakan jenis tuturan yang mengandung jenis tindak tindak tutur

literal karena untuk terbukti pada kalimat. Guru menuturkan tuturan tersebut

kepada siswa pada saat jam pelajarani. Setelah guru menuturkan tuturan tersebut,

para siswa merespon yang disampaikan penutur. Hal ini sesuai dengan teori

Wijana dan Rahardi.

Tuturan guru pada data (21) yang berbunyi “Betul sekali, berikan dulu

tepuk tangan untuk Siska”, pada kalimat ini penutur menyampaikan atau modus

tertentu kepada para siswa yang ada pada dalam kelas, ditujukan kepada salah satu

siswa, penutur menganggap bahwa kelasnya dapat memehami materi. Kalimat

yang diucapkan guru tersebut tuturan yang sesuai dengan yang dimaksudkan oleh

penutur. Melalui tuturan (21) merupakan jenis tuturan yang mengandung jenis

tindak tindak tutur literal karena untuk terbukti pada kalimat tersebutt. Guru

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

menuturkan tuturan tersebut kepada siswa pada saat jam pelajarani. Setelah guru

menuturkan tuturan tersebut, para siswa merespon yang disampaikan penutur. Hal

ini sesuai dengan teori Wijana dan Rahardi.

Tuturan guru pada data (22) yang berbunyi “Betul sekali, Tuhan Yesus

menerima hukuman mati dari pilatus itu karena desakan-desakan dari orang

Yahudi yang ingin membunuh Yesus, karena mereka menganggap bahwa Tuhan

Yesus sudah menghujat Allah. Baiklah anak-anak kita akan membuat suatu

diskusi kelompok bentuk 3 kelompok dimana satu kelompok terdiri dari 5 orang.

Ayo? Silakan dibentuk dalam kelompok masing-masing. Satu kelompok 4 orang”.

Pada kalimat ini penutur menyampaikan atau modus tertentu kepada para siswa

yang ada pada dalam kelas, ditujukan kepada seluruh siswa, penutur menganggap

bahwa kelasnya harus segera membentuk kelompok. Kalimat yang diucapkan

guru tersebut tuturan yang sesuai dengan yang dimaksudkan oleh penutur. Melalui

tuturan (22) merupakan jenis tuturan yang mengandung jenis tindak tindak tutur

literal karena untuk terbukti pada kalimat tersebutt. Guru menuturkan tuturan

tersebut kepada siswa pada saat jam pelajarani. Setelah guru menuturkan tuturan

tersebut, para siswa merespon yang disampaikan penutur. Hal ini sesuai dengan

teori Wijana dan Rahardi.

Tuturan guru pada data (23) yang berbunyi “Kita sudah selesai diskusi

kelompok tepuk tangan dulu semua. Ingat minggu depan kita akan mengadakan

ujian harian ya”. Pada kalimat ini penutur menyampaikan atau modus tertentu

kepada para siswa yang ada pada dalam kelas, ditujukan kepada seluruh siswa,

penutur menganggap bahwa memberikan tepuk tangan karena sudah selesai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

melaksanakan diskusi, dan mengingatkan mitra tutur. Kalimat yang diucapkan

guru tersebut tuturan yang sesuai dengan yang dimaksudkan oleh penutur. Melalui

tuturan (23) merupakan jenis tuturan yang mengandung jenis tindak tindak tutur

literal karena untuk terbukti pada kalimat tersebutt. Guru menuturkan tuturan

tersebut kepada siswa pada saat jam pelajarani. Hal ini sesuai dengan teori Wijana

dan Rahardi

Tuturan guru pada data (24) yang berbunyi “Betul sekali, Tuhan Yesus

menerima hukuman mati dari pilatus itu karena desakan-desakan dari orang

Yahudi yang ingin membunuh Yesus, karena mereka menganggap bahwa Tuhan

Yesus sudah menghujat Allah. Baiklah anak-anak kita akan membuat suatu

diskusi kelompok bentuk 3 kelompok dimana satu kelompok terdiri dari 5 orang.

Ayo? Silakan dibentuk dalam kelompok masing-masing. Satu kelompok 4 orang”.

Pada kalimat ini penutur menyampaikan atau modus tertentu kepada para siswa

yang ada pada dalam kelas, ditujukan kepada seluruh siswa, penutur menganggap

bahwa kelasnya harus segera membentuk kelompok. Kalimat yang diucapkan

guru tersebut tuturan yang sesuai dengan yang dimaksudkan oleh penutur. Melalui

tuturan (24) merupakan jenis tuturan yang mengandung jenis tindak tindak tutur

literal karena untuk terbukti pada kalimat tersebutt. Guru menuturkan tuturan

tersebut kepada siswa pada saat jam pelajarani. Setelah guru menuturkan tuturan

tersebut, para siswa merespon yang disampaikan penutur. Hal ini sesuai dengan

teori Wijana dan Rahardi

Berdasarkan beberapa tuturan yang telah dideskripsikan di atas, tuturan-

tuturan tersebut merupakan tuturan yang mengandung jenis tindak tutur literal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

Tuturan (19), (20), (21), (22), (23), dan (24) hanya diketahui melalui konteks tutur

yang melatar belakangi dan mewadahinya pada saat guru menyampaikan tuturan

dalam pembelajaran di kelas. Kalimat yang dimaksudnya sama dengan makna

kata-kata yang menyusunya atau berlawanan. Hal itu sejalan dengan teori Wijana

dan Rahardi yang menyatakan bahwa secara struktural.

4.2.1.4 Tindak Tutur Tidak Literal (Nonliteral Speech Act)

Wijana (1996:32) Tindak tutur tidak literal (nonliteral speech act) adalah

tindak tutur yang maksudnya tidak sama dengan makna kata-kata yang

menyusunnya. Berdasarkan pendapat Wijana tuturan guru dikatakan sebagai

tindak tutur tidak literal karena apa yang dimaksudkan oleh guru tidak sama

dengan makna kata-kata yang menyusunnya. Dari hasil penelitian pada

pembelajaran di SMP Negeri 3 Delanggu, peneliti menemukan 6 data tuturan guru

yang tergolong jenis tindak tutur tidak literal. Berikut ini dipaparkan 6 data yang

tergolong jenis tindak tutur tidak literal:

Data (25)

Guru : “Ya kalian itu memerankan tokohnya, nanti kalo hari ini

tidak jadi mau membahas apa cah bagus?, makannya

dirundingkan biar nanti selesai, masa ya mau seperti ini terus,

bu guru ini sudah baik banget loh, satu kelompok kerjakan

bersama dirundingkan, sudah bolak balik ibu jelaskan, ayo

gek segera keburu waktunya habis.”

Siswa : “ Bu ini amanatnya apa ya?

Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh mitra tutur yang ada di

dalam kelas, karena kondisi kelas yang tidak kondusif dan

siswa belum siap untuk menampilkan tugas dalam

memerankan drama. Waktu jam 1 ke 2 pada pembelajaran

Bahasa Indonesia kelas VIII G.

Data (26)

Guru : “Iya kelasnya sangat harum ya?”

Siswa : “Harum bu, Hahaha.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh mitra tutur di ruang kelas

dan memuji keadaan kelas yang sangat harum sebelum

pembelajaran dan sebenanya bahwa kelas tersebut kurang

nyaman. Waktu pada jam ke 3 dan ke 4 pada mata pelajaraan

Bahasa indonesia di dalam ruang kelas VIII H.

Data (27)

Guru : “Ya, ada yang mempunyai pendapat lain? coba yang contoh

tadi kamu baca.”

Siswa : “Sedang belajar.”

Konteks : Tuturan ditujukan kepada para mitra tutur pada saat jam

pelajaran berlangsung guna menanyakan pendapat kepada

siswa siapa yang bisa memberikan contoh dan menyuruh

siswa untuk membaca contoh tersebut.Waktu pada jam ke 3

dan ke 4 pada mata pelajaraan Bahasa indonesia di dalam

ruang kelas VIII C.

Data (28)

Guru : “Sama tidak bahasa fiksi dan non fiksi? Kalo bahasa yang

digunakan dalam karangan fiksi itu biasanya, bahasa yang

indah kadang diselipi apa? Majas yaa lalu apa?”

Siswa : “Ungkapan, frasa kadang ada pribahasa.”

Konteks : Tuturan ditujukan kepada para mitra tutur pada sat jam

pelajaran berlangsung dan membahas mengenai materi dan

tujuan penutur agar mitra tutur menjawab pertanyaan tentang

pertanyaan yang diajukan oleh penutur mengenai fiksi dan

non fiksi. Penutur jga bermaksud ingin tahu bahwa mitra

tutur sudah menguasai atau belum tentang fiksi dan non fiksi.

Waktu pada jam ke 3 dan ke 4 pada mata pelajaraan Bahasa

indonesia di dalam ruang kelas VIII C.

Data (29)

Guru : “Kita sudah selesai diskusi kelompok, tepuk tangan dulu

semua. Ingat minggu depan kita akan mengadakan ujian

harian ya.”

Siswa : “Mengenai materi apa pak?”

Konteks :Tuturan ditujukan kepada seluruh mitra tutur pada saat jam

pelajaran hamper selesai mengingatkan bahwa akan ada

ulangan akhir, dan penutur menjelaskan sedikit mengenai

materi dari setiap kelompok dan memberikan tepuk tangan

karena memberikan tanda bahwa diskusi sudah selesai.Jam

ke 5 dan ke 6 pembelajaran Pendidikan Agama kelas VIII H.

Data (30)

Guru : “Kenapa tidak masuk?ini mana surat ijinnya tidak ada.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

Siswa : “Diki tidak tahu bu, kalo Intan ada suaratnya katanya dia

sakit.”

Konteks : Tuturan ditujukan kepada mitra tutur pada saat jam

pelajaran berlangsung, pada saat sebelum kegiatan belajar

penutur menanyakan yang tidak masuk namun tidak ada surat

ijinnya. Guru menegur mitra tutur kenapa tidak masuk tanpa

surat ijin.Jam ke 1 dan ke 2 pembelajaran Bahasa Indonesia

kelas VIII B.

Tuturan guru pada data (25) yang berbunyi “Iya kalian itu memerakan

tokohnya, nanti kalo hari ini tidak jadi mau membahas apa?”, pada kalimat ini

penutur menyampaikan atau modus tertentu kepada para siswa yang ada pada

dalam kelas, ditujukan kepada seluruh siswa, penutur menganggap bahwa

kelasnya siap Kalimat yang diucapkan guru tersebut bukanlah tuturan yang sesuai

dengan yang dimaksudkan oleh penutur. Melalui tuturan (25) merupakan jenis

tuturan yang mengandung jenis tindak tindak tutur tidak literal karena untuk

terbukti pada kalimat kalimat tersebut, guru menuturkan tuturan tersebut kepada

siswa pada saat awal jam dimulai. Setelah guru menuturkan tuturan, para siswa

merespon yang awalnya sunyi, jadi ada respon dari mitra tutur dari yang di

sampaikan penutur. Hal ini sesuai dengan teori Wijana dan Rahardi.

Tuturan guru pada data (26) yang berbunyi “Iya kelasnya sangat harum

ya? dituturkan oleh seorang guru kepada salah satu seluruh siswa. Guru mencium

bau yang tidak sedap pada saat akan dimulainya pembelajaran. Kalimat yang

diucapkan guru tersebut bukanlah tuturan yang sesuai dengan yang dimaksudkan

oleh penutur karena kelasnya memang tidak harum. Dengan demikian. Melalui

tuturan (26) merupakan jenis tuturan yang mengandung jenis tindak tindak tutur

tidak literal karena untuk terbukti pada kalimat “Iya kelasnya sangat harum ya?.”

guru menuturkan tuturan tersebut kepada siswa pada saat awal jam dimulai.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

Setelah guru menuturkan tuturan tersebut, para siswa merespon yang awalnya

kurang semangat jadi ada respon dari mitra tutur dari yang di sampaikan penutur.

Hak ini sesuai dengan teori Wijana dan Rahardi.

Tuturan guru pada data (27) yang berbunyi “Ya, ada yang mempunyai

pendapat lain? coba yang contoh tadi kamu baca? dituturkan oleh seorang guru

kepada seluruh siswa. Tuturan ditujukan kepada para siswa guna menanyakan

pendapat kepada siswa siapa yang bisa memberikan contoh dan menyuruh siswa

untuk membaca contoh tersebut. Kalimat yang diucapkan guru tersebut bukanlah

tuturan yang sesuai dengan yang dimaksudkan oleh penutur karena sebenarnya

guru juga sudah tahu jawabannya. Melalui tuturan (27) merupakan jenis tuturan

yang mengandung jenis tindak tutur tidak literal dengan bukti “Ya, ada yang

mempunyai pendapat lain? coba yang contoh tadi kamu baca?. Hal ini sesuai

dengan teori Wijana dan Rahardi.

Tuturan guru pada data (28) dituturkan oleh seorang guru kepada seluruh

siswa. Tuturan ditujukan kepada para siswa guna menanyakan pendapat kepada

siswa siapa yang bisa menjelaskan fiksi dan non fiksi dan menyuruh siswa untuk

menjawab pertanyaan tersebut. Kalimat yang diucapkan guru tersebut bukanlah

tuturan yang sesuai dengan yang dimaksudkan oleh penutur karena sebenarnya

gurupun sudah tahu jawabannya. Melalui tuturan (28) ini termasuk jenis tindak

tutur tidak literal. Hal ini sesuai dengan teori Wijana dan Rahardi.

Tuturan guru pada data (29) yang berbunyi“Kita sudah selesai diskusi

kelompok, tepuk tangan dulu semua. Ingat minggu depan kita akan mengadakan

ujian akhir” dituturkan oleh seorang guru kepada seluruh siswa. Melalui Tuturan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

tersebut (29) merupakan jenis tuturan yang mengandung jenis tindak tutur tidak

itaral. Tuturan tersebut ditujukan kepada para siswa guna telah menyelesaikan

diskudi kelompok dan memberikan plus kepada para siswa. Kalimat yang

diucapkan guru tersebut tuturan yang sesuai dengan yang dimaksudkan oleh

penutur karena proses belajar yang menarik dan membngun, materi yang

disampikan penutur juga dipahami oleh mitra tutur. Hal ini sesuai dengan teori

Wijana dan Rahardi.

Tuturan guru pada data (30) yang berbunyi“Bagus kalau kamu sudah

mengerti. Ukuran sel sangat bervariasi bergantung pada jenisnya ” dituturkan

oleh seorang guru kepada seluruh siswa, dengan tujuan memberikan nilai plus

karena sudah memahami materi. Melalui tuturan tersebut (30) merupakan jenis

tidak tutur literal. Kalimat yang diucapkan guru tersebut tuturan yang sesuai

dengan yang dimaksudkan oleh penutur karena materi yang disampaikan penutur

juga dipahami oleh mitra tutur. Hal ini sesuai dengan teori Wijana dan Rahardi.

Berdasarkan beberapa tuturan yang telah dideskripsikan di atas, tuturan-

tuturan tersebut merupakan tuturan yang mengandung jenis tindak tutur tidak

literal. Tuturan (25), (26), (27), (28), (29), dan (30) hanya diketahui melalui

konteks tutur yang melatar belakangi dan mewadahinya pada saat guru

menyampaikan tuturan dalam pembelajaran di kelas. Kalimat yang dimaksudnya

tidak sama dengan makna kata-kata yang menyusunya atau berlawanan. Hal itu

sejalan dengan teori Wijana dan Rahardi yang menyatakan bahwa secara

struktural.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

4.2.1.5 Tindak Tutur Langsung Literal (Direct Literal Speech Act)

Wijana (1996:33) berpendapat bahwa tindak tutur langsung literal (direct

literal speech act) adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus tuturan dan

makna yang sama dengan maksud pengutaraannya. Berdasarkan pendapat Wijana

tuturan guru dapat dikatakan sebagai tindak tutur langsung literal karena maksud

memerintah disampaikan dengan kalimat perintah, memberitakan dengan kalimat

berita, dan menanyakan sesuatu dengan kalimat tanya. Berdasarkan hasil

penelitian, peneliti menemukan 22 data tuturan guru yang tergolong tindak tutur

langsug literal. Berikut ini dipaparkan 6 dari 22 data yang tergolong tindak tutur

langsung literal.

Data (31)

Guru : “Iya siang ini kok panas sekali ya?”

Siswa : “Iya, Bu.”

Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh mitra tutur di ruang

kelas karena keadaan kelas yang sangat panas saat

pembelajaran. Waktu pada jam ke 3 dan ke 4 pada mata

pelajaraan Bahasa indonesia di dalam ruang kelas VIII D.

Data (32)

Guru : “Ya sudah gek dibersihkan ibu tunggu 5 menit. Oke kalo

kalian masih ingat ibu sekarang langsung ke soal-soal,

karena minggu depan sudah ulangan akhir.”

Siswa :"haaaaaah, masak sudah uas bu?”

Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh mitra tutur di ruang

kelas dan mengingatkan seluruh siswa bahwa minggu depan

aka nada ulangan akhir semester, namun sebelumnya

penutur memberikan soal-soal untuk menambah wawasan

miitra tutur. Jam ke 1 dan ke 2 pembelajaran Bahasa

Indonesia kelas VIII G.

Data (33)

Guru : “Iya coba soal nomor sebelas itu termasuk karya sastra

bukan?”

Siswa :”Termasuk karya sastra bu.”

Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh mitra tutur di ruang

kelas kepada mitra tutur sebelum pembelajaran sekaligus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

mkasud penutur menanyakan kepada mitra tutur apakah

soal tersebut termasuk karya sastra. Jam ke 3 dan ke 4

pembelajaran Bahasa Indonesia kelas VIII H.

Data (34)

Guru : “Nah sekarang buka buku kalian, mari kita lanjutkan dari

nomor satu ada yang mau membaca soalnya? Nah ada

berapa teks ulasan tersebut, coba apakah ada yang bisa

menjawab dari soal nomor satu tersebut?

Siswa : ‘Saya bu.”

Konteks : Tuturan ditujukan kepada para mitra tutur pada saat jam

mata pelajaran berlangsung sebelumnya membahas materi

sebelumnya, setelah itu maksud penutur menyuruh mitra

tutur membuka buku dan membahas soal, selanjutnya guna

menanyakan pendapat kepada siswa siapa yang bisa

memberikan ulasan dan menjawab soal nomor satu. Waktu

pada jam ke 3 dan ke 4 pada mata pelajaraan Bahasa

indonesia di dalam ruang kelas VIII C.

Data (35)

Guru : “Oke kalau begitu, karena waktunya udah hampir habis,

kalian selama ini harus sering belajar karena minggu depan

tanggal 21 kalian sudah melaksanakan ujian akhir

semester.”

Siswa : “Bu, mau bertanya materi ujiannya.”

Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh mitra tutur sebelum jam

pelajaran berakhir dan mengingatkan mitra tutur atau

menasehati lebih sering membaca atau lebih giat belajar

karena akan segera UAS. Tuturan tersebut sebagai nasihat

dari guru kepada anak didiknya. Waktu pada jam ke 1 dan

ke 2 pada mata pelajaraan Bahasa indonesia di dalam ruang

kelas VIII E.

Data (36)

Guru : “Ibu akan langsung saja membahas materi ya ibu ulangi

kembali supaya lebih paham karena minggu depan itu sudah

diadakan ulangan akhir semester. Baiklah anak-anak,

adakah dari kalian yang belum mengerti mengenai materi

getaran dan gelombang yang kita pelajari hari ini?”

Siswa : “Semua murid terdiam”

Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh siswa dengan cara

menasehati dan mengingatkan siswa bahwa minggu depan

sudah ada ujian akhir semester, dan penutur mengharpkan

mitra tutur benar-benar sudah menguasai materi. Waktu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

pada jam ke 5 dan ke 6 pada mata pelajaraan Ilmu

Pengetahuan alam di dalam ruang kelas VIII H.

Tuturan guru pada data (31) yang berbunyi “Iya siang ini kok panas sekali

ya?”. Tuturan tersebut tercipta karena kondisi kelas yang sangat panas. Sehingga

guru mengungkapkan keadaan itu dihadapan murid-muridnya. Melalui tuturan

(31) termasuk tindak tutur langsung literal karena modus tuturan berupa ungkapan

keadaan yang sangat panas dan makna kata-katanya digunakan untuk

menggambarkan keadaan saat itu yang memang sangat panas pada saat jam

pelajaran berlangsung. Hal ini sesuai dengan teori Wijana dan Rahardi.

Tuturan guru pada data (32) yang berbunyi“Ya sudah gek dibersihkan ibu

tunggu lima menit. Oke kalo kalian masih ingat ibu sekarang langsung ke soal-

soal, karena minggu depan kan sudah ulangan akhir” dituturkan oleh seorang

guru kepada seluruh siswa. Tuturan ditujukan kepada para siswa guna segera

membersihkan ruangan agar segera membehas kembali materi kepada para siswa.

Kalimat yang diucapkan guru tersebut tuturan yang sesuai dengan yang

dimaksudkan oleh penutur karena minggu depan akan dilaksanakn ualngan akir

semester. Melalui tuturan (32) tuturan ini termasuk jenis tindak tutur langsung

literal guru menuturkan tuturan tersebut kepada siswa pada saat awal jam dimulai.

Setelah guru menuturkan tuturan tersebut, para siswa merespon yang awalnya

kurang semangat jadi ada respon dari mitra tutur dari yang di sampaikan penutur.

Hal ini sesuai dengan teori Wijana dan Rahardi.

Tuturan guru pada data (33) yang berbunyi “Iya coba soal nomor sebelas

itu termasuk karya sastra bukan?”. Tuturan tersebut diutarakan atau muncul

fenomena tersebut. Sehingga guru mengungkapkan keadaan itu dihadapan murid-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

muridnya menaykan bahwa siswa benar-benar menguasai atau tidak. Modus

tuturan berupa ungkapan menayakan kepastian bahwa siswa menguasai atau tidak

tentang materi tersebut dan makna kata-katanya digunakan untuk menggambarkan

guru ingin mengetahui pemahaman siswa. Melalui tuturan (33) merupakan,

tuturan yang mengandung jenis tindak tutur tidak literal guru menuturkan tuturan

tersebut kepada siswa pada saat ditengah pelajaran. Setelah guru menuturkan

tuturan tersebut, para siswa merespon yang awalnya kurang memahami dan

akirnya bisa menjawab pertanyaan dari penutur, jadi ada respon dari mitra tutur

dari yang di sampaikan penutur. Hal ini sesuai dengan teori Wijana dan Rahardi.

Tuturan guru pada data (34). Tuturan“Nah ada berapa teks ulasan

tersebut, coba apakah ada yang bisa menjawab dari soal nomor satu tersebut?.

Melalui tuturan tersebut (34) merupakan jenis tuturan yang mengandung sebagai

tindak tutur langsung literal karena modus tuturan guru tadi berupa perintah dan

makna kata-katanya juga merupakan sebuah suruhan untuk siswa agar bisa

menjawab pertanyaan yang ada dalam buku tersebut pada saat ditengah pelajaran

penutur bermaksud menyakan kepada mitra tutur menjelaskan bahwa sudah

memahami atau belum. Hal ini sesuai dengan teori Wijana dan Rahardi.

Tuturan guru pada data (35), tuturan “Oke kalau begitu, karena waktunya

udah hampir habis, kalian selama ini harus sering belajar karena minggu depan

tanggal 21 kalian sudah melaksanakan ujian akhir semester. Peringatan tuturan

ditujukan kepada seluruh siswa lebih giat belajar karena akan segera UAS.

Tuturan tersebut sebagai nasihat dari guru kepada anak didiknya. Melalui tuturan

(35) merupakan jenis tindak tutur langsung literal karena modus tuturan guru

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

berupa peringatan dan makna kata-katanya juga merupakan peringatan, yang

duucapkan secara langsungbkepada mitra tutur dan bisa diterima langsung. Hal ini

sesuai dengan teori Wijana dan Rahardi.

Tuturan guru pada data (36) kalimat berbunyi “Ibu akan langsung saja

membahas materi ya ibu ulangi kembali supaya lebih paham karena minggu

depan itu sudah diadakan ulangan akhir semester. Baiklah anak-anak, adakah

dari kalian yang belum mengerti mengenai getaran dan gelombang yang kita

pelajari hari ini?. Melalui tuturan (36) merupakan jenis tindak tutur langsung

literal karena modus tuturan guru berupa peringatan, Peringatan tuturan ditujukan

kepada seluruh siswa lebih giat belajar karena akan segera ujian akhir semester

dan menayakan kesiapan mitra tutur untuk mengikuti ujian. Tuturan tersebut

sebagai peringatan dari guru kepada anak didiknya. Hal ini sesuai dengan teori

Wijana dan Rahardi.

Berdasarkan beberapa tuturan yang telah dideskripsikan di atas, tuturan-

tuturan tersebut merupakan tuturan yang mengandung jenis tindak tutur langsung.

Tuturan (31), (32), (33), (34), (35), dan (36) hanya diketahui melalui konteks tutur

yang melatar belakangi dan mewadahinya pada saat guru menyampaikan tuturan

dalam pembelajaran di kelas. Kalimat yang memiliki maksud memerintah

disampaikan dengan kalimat perintah, memberitakan dengan kalimat berita, dan

menanyakan sesuatu dengan kalimat tanya. Hal itu sejalan dengan teori Wijana

dan Rahardi yang menyatakan bahwa secara struktural.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

4.2.1.6 Tindak Tutur Tidak Langsung Literal (Indirect Literal Speech Act)

Wijana (1996:34) berpendapat bahwa tindak tutur tidak langsung literal

(indirect literal speech act) adalah tindak tutur yang diucapkan dengan modus

kalimat yang tidak sesuai dengan maksud pengutaraannya, tetapi makna kata-kata

yang menyusunnya sesuai dengan yang dimaksudkan penutur. Dalam tindak tutur

ini maksud memerintah diutarakan dengan kalimat berita atau tanya. Berdasarkan

hasil penelitian, peneliti menemukan 11 data tuturan guru yang tergolong tindak

tutur tidak langsung literal. Berikut ini dipaparkan 6 contoh dari 11 data yang

tergolong tindak tutur tidak langsung literal.

Data (37)

Guru : “Ya sudah gek bersihkan ibu tunggu 10 menit. Oke kalo

kalian masih ingat, sekarang langsung ke soal-soal, karena

minggu depan kan sudah ulangan akhir.”

Siswa : “Haaaaaa, masak sudah UAS bu?”

Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh mitra tutur di ruang kelas

dan mengingatkan seluruh siswa bahwa minggu depan akan

nada ulangan akhir semester. Waktu pada jam ke 1 dan ke 2

pada mata pelajaraan Bahasa indonesia di dalam ruang kelas

VIII G.

Data (38)

Guru : “Baik kalau begitu, besuk pada saat UAS bisa mengerjakan

ya. Coba sekarang ibu guru mau bertanya, apa artinya lapang

dada? siapa yang tahu? ya sudah lapang dada itu adalah kata

ungkapan atau frasa ungkapan. Lapang dada itu artinya kalian

bisa menerima. Contoh, kalian kalah dalam sepak bola nah,

kalian harus bisa meneima atau lapang dada. Kalah ya kalah,

menang ya menang.”

Siswa : “Misalnya ini bu, aku sayang kamu.”

Konteks : Tuturan ditujukan kepada para siswa guna memberi nasihat

kepada seluruh siswa agar bisa menerima kenyataan jika

kalah harus mengakui kekalahan dan jika menang harus

mengakui kemenangan. Jam ke 3 dan ke 4 pembelajaran

Bahasa Indonesia kelas VIII C.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

Data (39)

Guru : “Mana daftar hadirnya? Oh iya silakan daftar hadirnya

didisi, bapak akan melanjutkan materi, silakan diperhatikan

jagan ngbrol terus, Nah anak – anak kita akan melanjutkan

topik pelajaran kita kemarin, dan bapak juga menyuruh agar

kalian membaca dirumah, apa masih ada yang ingat?”

Siswa : “Masih pak, pelajaran kita kemarin mengenai sengsara dan

wafat Yesus Kristus, pak!”

Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh siswa berupa teguran.

Guru menanyakan daftar hadir dan menyarkan siswa agar

tidak rame dan segera elanjutkan materi, dan penutur juga

menyarkan materi dibaca dirumah, maksudnya agar pada saat

pelajaran berlangsung setidaknya sudah menguasai atau

mengetahui materi. Tuturan tersebut sebagai teguran guru

pada muridnya. Waktu pada jam ke 1 dan ke 2 pada mata

pelajaraan Bahasa indonesia di dalam ruang kelas VIII E.

Data (40)

Guru : “Baiklah, Bapak ingin bertanya tentang topik pelajaran kita

ini kepada kalian. Jadi kisah sengsara Yesus dimulai

darimana Luk 22-45? ayo siapa yang tau?”

Siswa : “Sengsara Tuhan Yesus dimulai dari taman Getsemani Pak”

Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh siswa. Guru memberikan

perintah kepada seluruh siswa agar menjawab pertanyaan

yang diberikan oleh guru. Pertanyaan tersebut dilontarkan

oleh guru kepada siswanya. Waktu pada jam ke 1 dan ke 2

pada mata pelajaraan Pendidikan Agama di dalam ruang

kelas VIII E.

Data (41)

Guru : “Ok ciri-cirnya ada wacana yang tertulis, maksudnya apa itu

wacana yang tertulis?”

Siswa : “Bacaan yang bisa di pake sebagi pembelajaran.”

Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh siswa, disaat guru sedang

dalam proses belajar mengjar kemudaian guru mencoba agar

siswa dapat menjelaskan wacana yang tertulis. Waktu pada

jam ke 7 dan ke 8 pada mata pelajaraan Bahasa indonesia di

dalam ruang kelas VIII H.

Data (42)

Guru : “Ciri-ciri teks sebelum menntukan ciri-cirinya kita harus

apa?”

Siswa : “Mengetahui dari ciri-ciri teks ekplanasi”

Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh siswa, disaat guru sedang

dalam proses belajar mengjar kemudaian guru mencoba agar

siswa dapat menjelaskan ciri-ciri teks. Waktu pada jam ke 7

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

dan ke 8 pada mata pelajaraan Bahasa indonesia di dalam

ruang kelas VIII H.

Tuturan guru pada data (37) yang berbunyi “Ya wes gek bersihkan ibu

tunggu 5 menit. Oke kalo kalian masih ingat ibu sekarang langsung ke soal-soal,

karena minggu depan kan sudah ulangan akhir.”, merupakan jenis tindak tutur

tidak langsung literal. Tuturan ini ditujukan kepada mitra tutur terkait akan adanya

ulangan akhir semester minggu depan. Kemudian untuk mengasah pemahaman

mitra tutur, penutur mengingatkan seluruh siswa agar mengerjakan soal-soal

ulangan maksud dari penutur bahwa siswa harus belajar guna menghadapi ujian

akhir semester. Melalui tuturan tersebut (37) merupakan tuturan tidak langsung

literal karena penutur menggunakan kalimat perintah untuk membuat suatu tindak

ilokusi tidak langsung yaitu memerintahkan mitra tutur agar belajar lebih giat. Hal

ini sesui dengan teori Wijana dan Rahardi.

Tuturan guru pada data (38) yang berbunyi “,baik kalau begitu besuk pada

saat bisa mengerjakan, coba sekarang ibu bertanya apa artinya lapang dada,

siapa yang tahu? merupakan jenis tindak tutur tidak langsung literal. Tuturan ini

ditujukan kepada mitra tutur terkait akan adanya ulangan akhir semester minggu

depan. Kemudian untuk mengasah pemahaman mitra tutur, penutur mengingatkan

seluruh siswa agar mengerjakan soal-soal ulangan maksud dari penutur bahwa

siswa harus belajar guna menghadapi ujian akhir semester dan penutur

memberikan soal-soal untung memberikan penguatan kepada mitra tutur

mengenai materi. Melalui tuturan (38) merupakan tuturan tidak langsung literal

karena penutur menggunakan kalimat perintah untuk membuat suatu tindak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

ilokusi tidak langsung yaitu memerintahkan mitra tutur agar belajar lebih giat. Hal

ini sesui dengan teori Wijana dan Rahardi.

Tuturan guru pada data (39) Tuturan guru yang berbunyi “Mana daftar

hadirnya? Oh iya silakan daftar hadirnya didisi, bapak akan melanjutkan materi,

silakan diperhatikan jagan ngbrol terus,” tidak hanya sekadar menginformasikan

kepada tentang daftar hadir tersebut, akan tetapi secara tidak langsung membuat

suatu tindak ilokusi yaitu memerintah mitra tutur untuk segera mengisi dan

menyelesaikan daftar hadir lalu mengumpulkanya ke guru. Melalui tuturan (39)

merupakan tindak tutur tidak langsung literal. Hal ini sesuai dengan teori Wijana

dan Rahardi.

Tuturan guru pada data (40) peneliti menemukan tuturan guru yang

berbunyi “Baiklah, bapa ingin bertanya tentang topik pelajaran kita ini kepada

kalian. Jadi kisah sengsara Yesus dimulai darimana Luk 22-45?ayo siapa yang

tau?”. Melalui tuturan tersebut (40), merupakan tuturan tidak langsung literal

karena penutur menggunakan kalimat tanya untuk membuat suatu tindak ilokusi

tidak langsung yaitu memerintahkan mitra tutur untuk memberikan jawaban

terkait kisah sengsara Yesus. Kemudian mitra tutur menjawab, “Sengsara Tuhan

Yesus dimulai dari taman Getsemani Pak ‟, hal ini menandakan bahwa mitra tutur

mengerti maksud dari penutur. Hal ini sesuai dengan teori Wijana dan Rahardi.

Tuturan guru pada data (41) ditujukan kepada seluruh siswa, disaat guru

sedang dalam proses belajar mengjar kemudaian guru mencoba agar siswa dapat

menjelaskan wacana yang tertulis. Melalui tuturan (41) merupakan tindak tutur

tidak langsung literal karena penutur menggunakan kalimat pemberitahuan untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

membuat suatu tindak ilokusi tidak langsung, yaitu memerintahkan mitra tutur

untuk menjelaskan “wacana tertulis”. Hal tersebut sesuai dengan teori Wijana

dan Rahardi.

Tuturan guru pada data (42) juga merupakan jenis tindak tutur tidak

langsung literal. Hal ini dapat dilihat dari tuturan guru yang berbunyi “Ciri-ciri

teks sebelum menntukan ciri-cirinya kita harus apa?”. Tuturan ini ditujukan

kepada mitra tutur terkait konsep “ciri-ciri teks”. Kemudian untuk mengasah

pemahaman mitra tutur, penutur menanyakan pengertian materi tersebut. Melalui

tuturan (42) merupakan tuturan tidak langsung literal karena penutur

menggunakan kalimat tanya untuk membuat suatu tindak ilokusi tidak langsung

yaitu, memerintahkan mitra tutur untuk memberikan jawaban terkait pengertian

“ciri-ciri teks”. Hal Ini Sesuai dengan teori Wijana dan Rahardi.

Berdasarkan beberapa tuturan yang telah dideskripsikan di atas, tuturan-

tuturan tersebut merupakan tuturan yang mengandung jenis tindak tutur langsung.

Tuturan (37), (38), (39), (40), (41), dan (42) hanya diketahui melalui konteks tutur

yang melatar belakangi dan mewadahinya pada saat guru menyampaikan tuturan

dalam pembelajaran di kelas. Kalimat yang tidak sesuai dengan maksud

pengutaraannya, tetapi makna kata-kata yang menyusunnya sesuai dengan yang

dimaksudkan penutur. Dalam tindak tutur ini maksud memerintah diutarakan

dengan kalimat berita atau tanya. Hal itu sejalan dengan teori Wijana dan Rahardi

yang menyatakan bahwa secara struktural.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

4.2.2 Makna Pragmatik yang Muncul dalam Tuturan Guru

Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mengkaji penutur untuk

menyesuaikan kalimat yang diujarkan sesuai dengan konteks atau dengan kata

lain mengkaji maksud penutur, sehingga komunikasi dapat berjalan dengan lancar.

Rahardi (2003:20) konteks tuturan sebagai latar belakang pengetahuan

(background knowledge) yang diasumsikan sama-sama dimiliki dan dipahami

bersama oleh penutur dan mitra tutur, serta mendukung interpretasi mitra tutur

atas apa yang dimaksudkan oleh penutur itu dalam keselurahan proses tuturan.

Berikut makna pragmatik yang terdapat dalam tuturan guru pada pembelajaran di

SMP Negeri 3 Delanggu.

4.2.2.1 Makna Pragmatik Memerintah

Perintah diartikan sebagai suatu perkataan yang bermaksud memerintah

melakukan sesuatu. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menemukan 12 tuturan

yang mengandung makna pragmatik perintah. Peneliti memasukkan 4 data untuk

dianalisis. Perintah merupakan sesuatu diperintahkan. Kalimat perintah

merupakan kalimat yang mengandung makna memerintah seseorang untuk

melakukan sesuatu. Arti kalimat perintah adalah kalimat yang isinya menyuruh

orang lain untuk melakukan sesuatu yang kita kehendaki. Dalam penelitian ini

dipaparkan empat data yang bermakna perintah.

Data (43)

Guru : “Oke sekarang kembali ke kelompok, apakah sudah masuk

dalam kelompok masing-masing.”

Siswa : “Sudah Bu.”

Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh mitra tutur di ruang kelas

agar siswa membentuk kelompok kerja saat pembelajaran.

Jam ke 4 dan ke 5 pebelajaran Bahasa Indonesia kelas VIII F.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

Data (44)

Guru : “Ok supaya tidak memakan waktu, coba baca mas urutan

dari depan ke samping dan setrusnya, nah yang sudah dibaca

tadi tentang ungkapan unsur kebahasaan dalam buku fiksi

disertai bacaan kita tadi, habis ini dalam kalian menyikapi

nanti mencari atau menentukan kebahasaan yang dugunakan

dalam menumukan kebahasan, tentunya dalam pengunaan

kata-kata yang berupa penegasan, ugkapan, ya ungkapam yag

digunakan disini bisa dalam bentk yaitu frasa. Coba frasa itu

apa?”

Siswa : “Kelompok kata.”

Konteks : Tuturan ditujukan kepada para siswa agar siswa membaca

bahan ajar yang sedang dibahas Penutur ingin siswa bisa

membedakan antara fiksi dan non fiksi beserta contoh-

contohnya apakah siswa benar-benar memahami konteks

yang telah dipelajari. Jam ke 3 dan ke 4 pembelajaran Bahasa

Indonesia kelas VIII C.

Data (45)

Guru : “Terimah kasih salah satu dari siswa silakan mempinpin

do’a, Samuel tolong pimpin doa sekalian nyanyi.”

Siswa : “Iya pak.”

Konteks : Tuturan ditujukan kepada salah satu siswa Samuel untuk

memimpin do’a dan dilanjutkan dengan menyanyi. Jam ke 1

dan ke 2 pembelajaran pendidikan AgamaVIII E.

Data (46)

Guru : “Kalau semua sudah siap kumpulkan kedepan!”

Siswa : “Baik pak”

Konteks : Tuturan ditujukan kepada siswa yang sudah siap atau sudah

selesai mengerjakan tugasnya. Guru memberikan perintah

keapada siswa-siwa atau kelompok yang sudah selesai

mengerjakan tugasnya. Waktu pada jam ke 6 dan ke 7 pada

mata pelajaraan Bahasa indonesia di dalam ruang kelas VIII

H.

Tuturan guru pada data (43) Tuturan guru di atas jelas bermakna

memerintah siswa untuk kembali kedalam kelompoknya masing-masing pada saat

pembelajaran Bahasa Indonesia. Kemudian dijawab “iya sudah bu”. Hal tersebut

menandakan bahwa mitra tutur mengerti maksud penutur. Melalui tuturan (43)

merupakan tuturan yang mengandung makna pragmatik perintah karena guru

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

memerintahkan siswa untuk melakukan sesuatu. Tuturan tersebut dengan adanya

perintah “oke sekarang kembali ke kelompok”. Guru menuturkan tuturan tersebut

sebagai sebuah perintah kepada siswa agar tidak mengobrol dan membuat

kegaduhan serta agar siswa segera membentuk kelompok. Setelah guru

menuturkan tuturan tersebut, para siswa bergegas membentuk kelompok mereka

dengan tertib. Berdasarkan beberapa tuturan yang telah dideskripsikan di atas,

tuturan tuturan tersebut merupakan tuturan yang mengandung makna pragmatik

perintah. Tuturan-tuturan itu sesuai dengan pengertian wujud makna pragmatik

perintah.

Tuturan guru pada data (44) Tuturan guru di atas tidak hanya sekadar

untuk bertanya kepada mitra tutur di kelas. Namun, maknanya adalah

memerintahkan mitra tutur untuk menjawab mengenai ungkapan unsur

kebahasaan dalam buku fiksi. Hal ini didukung oleh jawaban dari mitra tutur

dengan menjawab “kelompok kata”. Melalui tuturan (44) merupakan tuturan

yang mengandung makna pragmatik perintah karena guru memerintahkan siswa

untuk melakukan sesuatu. Tuturan tersebut dengan adanya perintah “coba baca

mas urutan dari depan ke samping dan setrusnya, nah yang sudah dibaca tadi

tentang ungkapan unsur kebahasaan dalam buku fiksi disertai bacaan kita tadi”

Guru menuturkan tuturan tersebut sebagai sebuah perintah kepada siswa agar

segera membaca dan tidak membuat kegaduhan. Setelah guru menuturkan tuturan

tersebut, tuturan tuturan tersebut merupakan tuturan yang mengandung makna

pragmatik perintah. Tuturan-tuturan itu sesuai dengan pengertian wujud makna

pragmatik perintah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

Tuturan guru pada data (45) Tuturan guru di atas bermakna perintah yang

ditujukan kepada mitra tutur yang bernama Samuel untuk memimpin doa dan

bernyanyi untuk mengakhiri pembelajaran. Kemudian mitra tutur memimpin doa

dan bernyanyi diikuti oleh yang lainnya. Hal tersebut menandakan bahwa mitra

tutur mengerti maksud penutur. Melalui tuturan (45) merupakan tuturan yang

mengandung makna pragmatik perintah karena guru memerintahkan siswa untuk

melakukan sesuatu. Tuturan tersebut dengan adanya perintah “Terimah kasih

salah satu dari siswa silakan mempinpin do’a, samuel tolong pimpin doa sekalian

nyanyi.” Guru menuturkan tuturan tersebut sebagai sebuah perintah kepada siswa

agar segera mempin doa. Setelah guru menuturkan tuturan tersebut, tuturan

tuturan tersebut merupakan tuturan yang mengandung makna pragmatik perintah.

Tuturan-tuturan itu sesuai dengan pengertian wujud makna pragmatik perintah.

Tuturan guru pada data (46) Tuturan guru di atas tidak hanya sekadar

untuk memberikan informasi. Namun, maknanya adalah memerintah mitra tutur

mengumpulkan tugas yang sudah selesai. Melalui tuturan (46) merupakan tuturan

yang mengandung makna pragmatik perintah karena guru memerintahkan siswa

untuk melakukan sesuatu. Tuturan tersebut dengan adanya perintah “Kalau semua

sudah siap kumpulkan kedepan!” guru menuturkan tuturan tersebut sebagai

sebuah perintah kepada siswa agar segera maju bahwa tugas yang sudah selesai

segera dikumpulkan. Setelah guru menuturkan tuturan tersebut, tuturan tuturan

tersebut merupakan tuturan yang mengandung makna pragmatik perintah.

Tuturan-tuturan itu sesuai dengan makna pragmatik perintah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

Berdasarkan beberapa tuturan yang telah dideskripsikan, tuturan tersebut

merupakan tuturan yang mengandung makna pragmatik perintah. Data tuturan

(43), (44), (45), dan (46), memiliki makna pragmatiknya masing-masing dapat

diketahui berdasarkan konteks yang terjadi saat guru menyampaikan tuturan

dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Tuturan-tuturan itu sesuai dengan

pengertian wujud makna pragmatik perintah menurut teori Rahardi (2005:93)

bahwa dalam pemakaian bahasa Indonesia, makna pragmatik perintah hanya

diketahui makna pragmatiknya melalui konteks situasi tutur yang

melatarbelakangi.

4.2.2.2 Makna Pragmatik Menyapa

Sapaan dapat diartikan sebagai suatu perkataan; ajakan untuk saling

bercakap atau bisa juga berupa ucapan. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti

menemukan 5 tuturan yang mengandung makna pragmatik sapaan. Peneliti

memasukkan 4 data untuk dianalisis. Sapaan merupakan sesuatu untuk menyapa.

Dalam penelitian ini dipaparkan empat contoh data yang bermakna sapaan.

Data (47)

Guru : “Selamat siang, gimana kabarnya hari ini?”

Siswa : “Baik Bu.”

Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh mitra tutur di dalam

ruang kelas saat penutur memasuki kelas dan membuka

pembelajaran. Jam ke 4 dan ke 5 pebelajaran Bahasa

Indonesia kelas VIII D.

Data (48)

Guru : “Selamat siang anak-anak, iya masih baik2 kalian semua

kan? saya kira pada ngantuk?”

Siswa : “Siang, baik bu.”

Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh mitra tutur di ruang kelas

dan menyapa siswa sebelum pembelajaran dimulai. Waktu

pada jam ke 3 dan ke 4 pada mata pelajaraan Bahasa

indonesia di dalam ruang kelas VIII H.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

Data (49)

Guru : “Selamat siang anak-anak sampai jumpa selasa depan.”

Siswa : “Selamat siang Pak.”

Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh siswa berupa sapaan

mengkahiri pembelajaran. Guru menyapa siswa karena

pembelajaran telah selesai. Tuturan tersebut sebagai sapaan

pergantian jam. Jam ke 1 dan ke 2 pembelajaran Bahasa

Indonesia kelas VIII E.

Data (50)

Guru : “Apa kabar hari ini?”

Siswa : “Sehat-sehat Pak.”

Konteks : Tuturan ditujukan kepada para seluruh siswa berupa sapaan

sebelum pembelajaran dimulai. Penutur menanyakan keadaan

hari ini. Jam ke 5 dan ke 6 kelas VIII H.

Tuturan guru pada data (47) tuturan guru di atas diutarakan kepada siswa

dengan tujuan memberikan stimulus atau rangsangan seblum kegiatan

pembelajaran guru mengawali dengan sebuah kalimat tanya, sebelum

pembelajaran dimulai dan maksud atau maknanya berupa sapaan. Sapaan tersebut

dapat dilihat dari kalimat yang berbunyi “Selamat siang gimana kabarnya pada

hari ini”. Melalui tuturan (47) merupakan tuturan yang mengandung makna

pragmatik sapaan. Guru menuturkan tuturan tersebut sebagai sebuah sapaan

kepada siswa. Setelah guru menuturkan tuturan tersebut, tuturan tuturan tersebut

merupakan tuturan yang mengandung makna pragmatik sapaan. Tuturan-tuturan

itu sesuai dengan pengertian wujud makna pragmatik sapaan.

Tuturan guru pada data (48) tuturan guru di atas diutarakan kepada siswa

dengan tujuan memberikan stimulus atau sebuah rangsangan terhadap siswa

sebelum pembelajaran dimulai dan maknanya berupa sapaan. Sapaan tersebut

dapat dilihat dari kalimat yang berbunyi “Selamat siang anak-anak, ya masih

baik2 kalian semua kan, saya kira pada ngantuk?”. Melalui tuturan (48)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

merupakan tuturan yang mengandung sapaan. Setelah guru menuturkan tuturan

tersebut, tuturan tuturan tersebut merupakan tuturan yang mengandung makna

pragmatik sapaan. Tuturan-tuturan itu sesuai dengan pengertian wujud makna

pragmatik sapaan.

Tuturan guru pada data (49) tuturan guru di atas diutarakan kepada siswa

dengan tujuan memberikan ucapan salam pada saat akhir pelajaran karena waktu

jam pelajaran sudah habis sebelum pembelajaran diakiri penutur mempunyai

maknanya berupa salam sampai bertemu dihari berikutnya salam tersebut dapat

dilihat dari kalimat yang berbunyi “Selamat siang anak-anak sampai jumpa

selesai depan?”. Melalui tuturan (49) merupakan tuturan yang mengandung

sapaan. Setelah guru menuturkan tuturan tersebut, tuturan tuturan tersebut

merupakan tuturan yang mengandung makna pragmatik sapaan. Tuturan-tuturan

itu sesuai dengan pengertian wujud makna pragmatik sapaan.

Tuturan guru pada data (50) tuturan guru di atas diutarakan kepada siswa

dengan tujuan memberikan ucapan salam pada saat jam pelajaran dimulai dan

menanyakan kabar apakah semua dengan kondisi baik sebelum pembelajaran

dimulai penutur mempunyai makna atau maksud berupa salam bahwa pelajaran

akan segera dimulai, salam tersebut dapat dilihat dari kalimat yang berbunyi “Apa

kabar hari ini?”. Melalui tuturan (50) merupakan tuturan yang mengandung

sapaan. Setelah guru menuturkan tuturan tersebut, tuturan tuturan tersebut

merupakan tuturan yang mengandung makna pragmatik sapaan. Tuturan-tuturan

itu sesuai dengan pengertian wujud makna pragmatik sapaan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85

Berdasarkan beberapa tuturan yang telah dideskripsikan, tuturan tersebut

merupakan tuturan yang mengandung makna pragmatik menyapa. Data tuturan

(47), (48), (49), dan (50), memiliki makna pragmatiknya masing-masing yang

dapat diketahui berdasarkan konteks yang terjadi saat guru menyampaikan tuturan

dalam kegiatan pembelajaran di kelas, biasanya dilakukan pada saat seblum jam

pelajaran dimulai. Tuturan-tuturan itu sesuai dengan pengertian wujud makna

pragmatik perintah menurut teori Rahardi (2005:93) bahwa dalam pemakaian

bahasa Indonesia, makna pragmatik menyapa hanya diketahui makna

pragmatiknya melalui konteks situasi tutur yang melatarbelakangi.

4.2.2.3 Makna Pragmatik Menegur

Teguran dapat diartikan sebagai suatu perkataan yang berupa peringatan

agar suatu kejadian/hal tidak terulang kembali. Berdasarkan hasil penelitian,

peneliti menemukan 10 tuturan yang mengandung makna pragmatik teguran.

Peneliti memasukkan 4 data untuk dianalisis. Dalam penelitian ini dipaparkan

empat contoh data yang bermakna menegur.

Data (51)

Guru : “Selamat pagi, awal puasa kok pagi-pagi sudah lelah,

semangatnya mana?”

Siswa : “Baik bu, masih ngantuk.”

Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh mitra tutur di ruang kelas

karena siswa kurang semangat dalam mengikuti

pembelajaran. Waktu pada jam ke 1 dan ke 2 pada mata

pelajaraan Bahasa indonesia di dalam ruang kelas VIII D.

Data (52)

Guru : “Ayo kelompok tiga sudah apa belum?”

Siswa : “Belum kelompok kami belum siap bu.”

Konteks : Tuturan ditujukan kepada kelompok 3 sebagai mitra tutur di

ruang kelas dan menegur kelompok 3 sudah siap apa belum

dalam memerankan drama. Namun kelompok 3 belum siap.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

Jam ke 1 dan ke 2 pembelajaran Bahasa Indonesia kelas VIII

G.

Data (53)

Guru : “Iya sudah, yang sudah siap siapa?”

Siswa : “Bu kami masih bingung memerankannya.”

Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh mitra tutur di ruang kelas

dan menanyakan kesiapan siswa dalam memerankan drama

kelompok sebelum pembelajaran. Jam ke 3 dan ke 4

pembelajaran Bahasa Indonesia kelas VIII H.

Data (54)

Guru : “Kenapa tidak masuk? ini mana surat ijinnya tidak ada.”

Siswa : “Sodik tidak tahu bu, kalo intan ada suratnya katanya dia

sakit.”

Konteks : Tuturan ditujukan kepada para siswa menanyakan dan

mengklarifikasi pada siswa yang tidak masuk mengenai surat

ijinya yang tidak ada. Jam ke 3 dan ke 4 pembelajaran

Bahasa Indonesia kelas VIII H.

Data (55)

Guru : “Ternayata sampahnya masih numpuk didepan kelas seperti

itu, siapa yang piket ini, puasa pikete libur.”

Siswa : “Yang piket Vian, Lutfi, Dimas, Diki.”

Konteks : Tuturan ditujukan kepada para siswa menanyakan kondisi

kelas yang banyak sampah, penutur menegur para siswa

karena masih banyak sampak di depan kelas. Waktu pada jam

ke 3 dan ke 4 pada mata pelajaraan Bahasa indonesia di

dalam ruang kelas VIII C.

Tuturan guru pada data (51) tuturan guru di atas diutarakan kepada siswa

dengan tujuan memberikan ucapan salam pada awal pelajaran namun juga disisi

lain penutur menyampiakan sesui dengan kondisi kelas yang kurang semangat dan

siswa yang kurang antusias mengikuti pelajaran karena sebelum pembelajaran

dimulai penutur mempunyai maknanya atau maksud berupa teguran agar lebih

semangat lagi dan antusias dalam mengikuti pelajaran, dan mitra tutur merespon

dengan kalimat demikian “Baik bu, masih mengantuk”. Melalui tuturan (51)

merupakan tuturan yang mengandung teguran. Setelah guru menuturkan tuturan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

tersebut, tuturan tuturan tersebut merupakan tuturan yang mengandung makna

pragmatik teguran.

Tuturan guru pada data (52) tuturan guru di atas diutarakan kepada siswa

dengan tujuan menanyakan bahwa dalam kegiatan pembelajaran dibuat regu

kelompok dan menanyakan salah satu kelompok sudah siap untuk menampilkan

hasil diskusinya apa belum penutur mempunyai maknanya atau maksud berupa

teguran agar lebih semangat dan segera menampilan hasil diskusi kelompok,

namun mitra tutur merespon dengan kalimat demikian “Belum kelompok kami

belum siap bu.”. Melalui tuturan (52) merupakan tuturan yang mengandung

teguran. Setelah guru menuturkan tuturan tersebut, tuturan tuturan tersebut

merupakan tuturan yang mengandung makna pragmatik teguran.

Tuturan guru pada data (53) tuturan guru tersebut ditujukan kepada siswa

pada saat guru masuk kelas dengan kondisi kelas tidak kondusif. Tuturan guru ini

tidak sekadar berfungsi untuk bertanya. Namun, dibalik pertanyaan itu

mengandung maksud menegur siswa agar tidak ngantuk meskipun puasa. Melalui

tuturan (53) merupakan tuturan yang mengandung teguran. Setelah guru

menuturkan tuturan tersebut, tuturan tuturan tersebut merupakan tuturan yang

mengandung makna pragmatik teguran.

Tuturan guru pada data (54) Tuturan guru kepada seluruh siswa yang ada

di kelas saat pembelajaran akan dimulai. Tuturan guru ini tidak sekadar berfungsi

untuk bertanya. Namun, dibalik pertanyaan itu mengandung maksud menegur

semua siswa mengapa ada siswa yang tidak masuk tetapi tidak ada surat ijinnya.

Melalui tuturan (54) merupakan tuturan yang mengandung teguran. Setelah guru

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

menuturkan tuturan tersebut, tuturan tuturan tersebut merupakan tuturan yang

mengandung makna pragmatik teguran.

Tuturan guru pada data (55) Tuturan guru tersebut ditujukan kepada siswa

pada saat kondisi kelas tidak terutama di depan kelas yang masih sangat banyak

sampah. Tuturan guru ini tidak sekadar berfungsi untuk bertanya. Namun, dibalik

pertanyaan itu mengandung maksud menegur siswa agar segera membersihkan

sampah yang ada di depan kelas. Melalui tuturan (55) merupakan tuturan yang

mengandung teguran. Setelah guru menuturkan tuturan tersebut, tuturan tuturan

tersebut merupakan tuturan yang mengandung makna pragmatik teguran.

Berdasarkan beberapa tuturan yang telah dideskripsikan, tuturan tersebut

merupakan tuturan yang mengandung makna pragmatik teguran. Data tuturan

(51), (52), (53), (54), dan (55) memiliki makna pragmatiknya masing-masing

yang dapat diketahui berdasarkan konteks yang terjadi saat guru menyampaikan

tuturan dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Tuturan-tuturan itu sesuai dengan

pengertian wujud makna pragmatik teguran menurut teori Rahardi (2005:93)

bahwa dalam pemakaian bahasa Indonesia, makna pragmatik teguran hanya

diketahui makna pragmatiknya melalui konteks situasi tutur yang

melatarbelakangi.

4.2.2.4 Makna Pragmatik Menyuruh

Kalimat suruhan merupakan kalimat yang berisikan sesuatu yang

disuruhkan atau perbuatan menyuruh dari seseorang kepada orang lain untuk

melakukan sesuatu. Berdasarkan paparan tersebut, dapat dikatakan bahwa tuturan

yang mengandung makna pragmatik suruhan merupakan tuturan yang memiliki

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89

makna menyuruh seseorang untuk melakukan sesuatu. Berdasarkan hasil

penelitian, peneliti menemukan 22 tuturan yang mengandung makna pragmatik

suruhan. Peneliti memasukkan 4 data untuk dianalisis. Suruhan merupakan

sesuatu yang disuruhkan atau diperintahkan. Tuturan bermakna suruhan dapat

ditandai oleh pemakaian penanda kesantunan coba. Berikut beberapa tuturan yang

mengandung makna pragmatik suruhan yang ditemukan dalam penelitian ini.

Data (56)

Guru : “Ya kalian itu memerankan tokohnya, nanti kalo hari ini

tidak jadi mau membahas apa cah bagus?,makanya

dirundingkan biar nanti selesai, masa ya mau seperti ini

terus, bu guru ini sudah baik banget loh, satu kelompok

kerjakan bersama dirundingkan, sudah bolak balik ibu

jelaskan, ayo gek segera keburu waktunya habis.”

Siswa : “Bu ini amanatnya apa ya?”

Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh mitra tutur di ruang

kelas karena kondisi kelas yang tidak kondusif, siswa

belum siap membentuk kelompok dalam memerankan

drama dalam pembelajaran bahasa. Jam ke 1 dan ke 2

pembelajaran Bahasa Indonesia kelas VIII G.

Data (57)

Guru : “Ok jadi masih ingat ya? gampang sekali itu kok,yang

kalian pelajari membaca buku fiksi sekarang kita lanjut ke

bahasannya dalam sebuah cerita, dalam cerita yang perlu

kita pelajari itu juga perlu tentang kebahasaannya juga, kali

ini kaian juga pahami yaa, agar bisa menyikapi kebahasaan

apa saja yang digunakan dalam cerita fiksi dan non fiksi

nah itu silakan dibaca dulu, nanti setalah ini ibu harap

kalian bisa menyikapi, ada berapa soalnya duapuluh lima.”

Siswa : “Iya bu duapuluh lima”

Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh mitra tutur di ruang

kelas dan menyuruh siswa agar membaca cerita fiksi dan

non fiksi. Jam ke 3 dan ke 4 pembelajaran Bahasa

Indonesia kelas VIII H.

Data (58)

Guru : “Ya, ada yang mempunyai pendapat lain? coba yang

contoh tadi kamu baca?”

Siswa : “Sedang belajar.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90

Konteks : Tuturan ditujukan kepada para siswa guna menanyakan

pendapat kepada siswa siapa yang bisa memberikan contoh

dan menyuruh siswa untuk membaca contoh tersebut.

Waktu pada jam ke 3 dan ke 4 pada mata pelajaraan Bahasa

indonesia di dalam ruang kelas VIII C.

Data (59)

Guru : “Nah sekarang buka buku kalian, mari kita lanjutkan dari

nomor satu ada yang mau membaca soalnya? Nah ada

berapa teks ulasan tersebut, coba apakah ada yang bisa

menjawab dari soal nomor satu tersebut?”

Siswa : “Saya bu.”

Konteks : Tuturan ditujukan kepada para siswa guna menanyakan

pendapat kepada siswa siapa yang bisa memberikan ulasan

dan menjawab soal nomor satu. Waktu pada jam ke 3 dan

ke 4 pada mata pelajaraan Bahasa indonesia di dalam ruang

kelas VIII C.

Tuturan guru pada data (56) Tuturan guru di atas menggunakan modus

kalimat suruhan maksudnya agar mitra tutur melakukan sesuatu. Melalui tuturan

(56) merupakan makna yang mengandung suruhan agar siswa segera

memerankann ya. Hal ini dapat dilihat dari kalimat yang berbunyi “Ya kalian itu

memerankan tokohnya, nanti kalo hari ini tidak jadi mau membahas apa cah

bagus.” Tuturan ini jelas menyuruh mitra tutur untuk segera memerankan secara

mandiri dan aktif memahaminya.

Tuturan guru pada data (57) tuturan guru di atas menggunakan modus

kalimat menyuruh. Melalui tuturan (57) merupakan makna yang mengandung

suruhan. Hal ini dapat dilihat dari kalimat yang berbunyi “apa saja yang

membedakan kalimat fiksi dan non fiksi silakan dibaca dulu” Tuturan ini jelas

menyuruh mitra tutur untuk membaca materi tersebut secara mandiri dan aktif

memahaminya, karena maksud dari penutur agar mitra tutur selalu mengingatnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

91

Tuturan guru pada data (58) Tuturan guru di atas menggunakan modus

kalimat suruhan agar siswa melakukan sesuatu yang disampikan penutur. Melalui

tuturan (58) tersebut makna yang terkandung berupa suruhan. Hal ini dapat dilihat

dari kalimat yang berbunyi “coba yang contoh tadi kamu baca.” Tuturan ini jelas

menyuruh mitra tutur yang belum membaca segera membacanya. Kemudian mitra

tutur yang merasa belum membaca segera membaca. Hal ini menandakan bahwa

mitra tutur yang belum membaca mengerti maksud penutur.

Tuturan guru pada data (59) Tuturan guru di atas menggunakan modus

kalimat suruhan agar melakuan apa yang disampikan oleh penutur. Melalui

tuturan (59) merupakan makna yang berupa suruhan. Hal ini dapat dilihat dari

kalimat yang berbunyi “Nah sekarang buka buku kalian, mari kita lanjutkan dari

nomor satu ada yang mau membaca soalnya.” Tuturan ini jelas menyuruh siswa

untuk membaca dan setelah itu siswa harus menjawab soal yang ada.

Berdasarkan beberapa tuturan yang telah dideskripsikan di atas, tuturan

tersebut merupakan tuturan yang mengandung makna pragmatik suruhan. Tuturan

(56), (57), (58), dan (59) hanya diketahui makna pragmatiknya melalui konteks

situasi tutur yang melatarbelakangi dan mewadahinya pada saat guru

menyampaikan tuturan dalam pembelajaran di kelas. Keempat tuturan tersebut

diwujudkan dengan pemakaian penanda kesantunan coba. Hal itu sejalan dengan

teori Rahardi (2005:96) yang menyatakan bahwa secara struktural, makna suruhan

dapat ditandai berdasarkan konteks dan oleh pemakaian penanda kesantunan coba.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

92

4.2.2.5 Makna Pragmatik Memuji

Pujian dapat diartikan sebagai suatu kata-kata yang menyatakan

kekaguman kepada sesuatu yang dianggap baik. Berdasarkan hasil penelitian,

peneliti menemukan 2 tuturan yang mengandung makna pragmatik pujian.

Peneliti memasukkan 2 data untuk dianalisis. Pujian merupakan sesuatu

sanjungan. Berikut 2 contoh:

Data (60)

Guru : “Bagus berarti kelas ini siswanya rajin ya.”

Siswa : “Iya, Bu.”

Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh mitra tutur di ruang

kelas karena guru memuji atas kehadiran semua siswa saat

pembelajaran. Waktu pada jam ke 5 dan ke 6 pada mata

pelajaraan Bahasa indonesia di dalam ruang kelas VIII D.

Data (61)

Guru : “Itu karya siapa, kreatif ya gimana cara membuat karya tulis

ini!”

Siswa : “Saya Ibu.”

Konteks : Tuturan ditujukan kepada siswa yang membuat sebuah

karya tulis yang menarik. Jam ke 6 dan ke 7 pembelajaran

Bahasa Indonesia kelas VIII H.

Tuturan guru pada data (60) tuturan guru di atas bermakna pujian yang

ditujukan kepada siswa pada guru yang mengabsen siswa pada saat akan

dimulainya pembelajaran. Dan saat selesai diabsensi ternyata semua hadir dalam

pembelajaran Bahasa Indonesia. Pujian tersebut dapat dilihat dari kalimat yang

berbunyi “Bagus berarti kelas ini siswanya rajin yaa”.

Tuturan guru pada data (61) tuturan guru di atas bermakna pujian yang

ditujukan kepada semua siswa yang berada dalam kelas karena penutur melihat

sesuatu yang berbeda akan siswanya yang kretaif membuat karya tulis. Guru

memberikan pujian kepada Siswa karena dapat membuat karya tulis yang bagus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

93

dapat dapat dicontoh oleh siswa yang lain. Pujian tersebut dapat dilihat dari

kalimat yang berbunyi “Itu karya siapa, kreatif ya gimana cara membuat karya

tulis ini”.

Berdasarkan beberapa tuturan yang telah dideskripsikan di atas, tuturan

tersebut merupakan tuturan yang mengandung makna pragmatik pujian. Tuturan

(60), dan (61) hanya diketahui makna pragmatiknya melalui konteks situasi tutur

yang melatarbelakangi dan mewadahinya pada saat guru menyampaikan tuturan

dalam pembelajaran di kelas. Kedua tuturan tersebut diwujudkan dengan

pemakaian penanda kesantunan bagus. Hal itu sejalan dengan teori Rahardi

(2005:96) yang menyatakan bahwa secara struktural, makna dapat ditandai

berdasrkan konteks dan oleh pemakaian penanda kesantunan bagus.

4.2.2.6 Makna Pragmatik Menyindir

Sindiran dapat diartikan sebagai suatu perkataan secara tidak langsung

terhadap suatu kejadian atau tindakan. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti

menemukan 3 tuturan yang mengandung makna pragmatik sindiran. Peneliti

memasukkan 2 data untuk dianalisis. Sindiran merupakan sesuatu menyampaikan

suatu hal namun, tidak secara langsung. Dalam penelitian ini dipaparkan 2 contoh

data yang bermakna sindiran. Dalam penelitian ini dipaparkan 2 contoh data

bermakna sindiran:

Data (62)

Guru : “Adakah hari ini ada yang tidak masuk, ko bangku yang ibu

lihat bnyak yang kosong?”

Siswa : “Ada bu.”

Konteks : Tuturan ditujukan kepada para siswa apakah ada yang tidak

masuk kelas karena penutur melihat banyak bangku yang

kosong. Waktu pada jam ke 3 dan ke 4 pada mata pelajaraan

Bahasa indonesia di dalam ruang kelas VIII C.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

94

Data (63)

Guru : “Kamu tidak sabaran ya Dimas. Saya jelaskan perlahan agar

kalian dapat mengerti dan memahami hal tersebut. Mengenai

unit struktural apakah sudah jelas? Anton? Lainnya?”

Siswa : “Saya mengerti Bu, jadi Saya, Ibu, dan teman-teman serta

mahluk hidup itu pasti tubuhnya tersusun atas sel ya Bu?

Berarti Sel yang menyusun kita ukurannya lebih besar dari

ukuran sel bakteri ya Bu? Sehingga bakteri tak tampak oleh

mata telanjang.”

Konteks : Tuturan ditujukan kepada seorang siswa Dimas yang belum

jelas dengan penjelasan guru. Kemudian guru menyindir

Dimas kemudian guru mengulangi sekali lagi penjelasan

tersebut. Waktu pada jam ke 5 dan ke 6 pada mata pelajaraan

Bahasa indonesia di dalam ruang kelas VIII H.

Tuturan guru pada data (62) tuturan guru di atas secara tidak literal

bermakna sindiran yang ditujukan seluruh siswa yang ada di kelas tersebut.

Kalimat sindiran tersebut berbunyi “Adakah hari ini ada yang tidak masuk, kok

bangku yang ibu lihat bnyak yang kosong? padahal kenyataannya guru ingin

mengatakan bahwa banya siswa yang tidak masuk karena tidak ijin sama sekali.

Tuturan guru pada data (63) tuturan guru di atas secara tidak literal

bermakna sindiran yang ditujukan kepada seorang siswa (Dimas). Kalimat

sindiran tersebut berbunyi “Kau tidak sabaran ya Dimas. Saya jelaskan perlahan

agar kalian dapat mengerti dan memahami hal tersebut., padahal kenyataannya

Dimas terlihat tidak memperhatikan guru yang sedang menerangkan pada saat

pembelajaran sedang berlangsung.

Berdasarkan beberapa tuturan yang telah dideskripsikan di atas, tuturan

tersebut merupakan tuturan yang mengandung makna pragmatik sindiran. Tuturan

(62), dan (63) hanya diketahui makna pragmatiknya melalui konteks situasi tutur

yang melatarbelakangi dan mewadahinya pada saat guru menyampaikan tuturan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

95

dalam pembelajaran di kelas. Kedua tuturan tersebut diwujudkan dengan

pemakaian kata sindiran. Hal itu sejalan dengan teori Rahardi (2005:96) yang

menyatakan bahwa secara struktural, makna suruhan dapat ditandai oleh konteks

pemakaian kata sindiran contoh kelasnya bersih namun, sebenarnya kotor.

4.2.2.7 Makna Pragmatik Menasihati

Nasihat dapat diartikan sebagai suatu ajaran atau suatu hal yang baik

membangun yang diberikan guru kepada siswa. Berdasarkan hasil penelitian,

peneliti menemukan 3 tuturan yang mengandung makna pragmatik nasihat.

Peneliti memasukkan 2 data untuk dianalisis. Nasihat merupakan sesuatu untuk

memberi masukan-masukan yang kurang sesuai agar lebih baik lagi. Dalam

penelitian ini dipaparkan 2 contoh data yang bermakna nasihat. Dalam penelitian

ini dipaparkan 2 contoh data bermakna nasihat :

Data (64)

Guru : “Baik kalau begitu, besuk pada saat UAS bisa

mengerjakan ya. Coba sekarang bu guru mau bertanya, apa

artinya lapang dada? siapa yang tahu? ya sudah lapang dada

itu adalah kata ungkapan atau frasa ungkapan. Lapang dada

itu artinya kalian bisa menerima. Contoh, kalian kalah

dalam sepak bola nah, kalian harus bisa meneima atau

lapang dada. Kalah ya kalah, menang ya menang.”

Siswa : “Misalnya ini bu, aku sayang kamu.”

Konteks : Tuturan ditujukan kepada para siswa guna memberi

nasehat kepada seluruh siswa agar bisa menerima

kenyataan jika kalah harus mengakui kekalahan dan jika

menang harus mengakui kemenangan. Waktu pada jam ke 3

dan ke 4 pada mata pelajaraan Bahasa indonesia di dalam

ruang kelas VIII C.

Data (65)

Guru : “Oke kalau begitu, karena waktunya udah hampir habis,

kalian selama ini harus sering belajar karena minggu depan

tanggal 21 kalian sudah melaksanakan ujian akhir

semester.”

Siswa : “Bu, mau bertanya materi ujiannya.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

96

Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh siswa lebih giat belajar

karena akan segera UAS. Tuturan tersebut sebagai nasihat

dari guru kepada anak didiknya. Waktu pada jam ke 1 dan

ke 2 pada mata pelajaraan Bahasa indonesia di dalam ruang

kelas VIII E.

Tuturan guru pada data (64) Tuturan guru di atas menggunakan modus

kalimat perintah. Namun, tuturan ini dimaksudkan memberikan nasihat kepada

mitra tutur untuk tidak bersikap selalu menuntut dan menghargai orang lain.

Nasihat tersebut terlihat dari kata ” kalian kalah dalam sepak bola nah, kalian

harus bisa meneima atau lapang dada. Kalah ya kalah, menang ya menang”.

Tuturan guru pada data (65) Tuturan guru di atas menggunakan kalimat

perintah. Namun, tuturan ini dimaksudkan memberikan nasihat kepada mitra tutur

untuk selalu belajar di rumah. Nasihat tersebut terlihat dari kata “Oke kalau

begitu, karena waktunya udah hampir habis, kalian selama ini harus sering

belajar karena minggu depan tanggal 21 kalian sudah melaksanakan ujian akhir

semester”.

Berdasarkan beberapa tuturan yang telah dideskripsikan di atas, tuturan

tersebut merupakan tuturan yang mengandung makna pragmatik nasihat. Tuturan

(64) dan (65) hanya diketahui makna pragmatiknya melalui konteks situasi tutur

yang melatarbelakangi dan mewadahinya pada saat guru menyampaikan tuturan

dalam pembelajaran di kelas. Kedua tuturan tersebut diwujudkan dengan

pemakaian kata yang disampaikan. Penutur memberikan contoh hal positif kepada

mitra tutur. Hal itu sejalan dengan teori Rahardi (2005:96) yang menyatakan

bahwa secara struktural, makna suruhan dapat ditandai oleh konteks.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

97

4.2.2.8 Makna Pragmatik Peringatan

Peringatan dapat diartikan sebagai suatu perkataan berupa peringatan

supaya tidak mengulangi kesalahan yang sama. Berdasarkan hasil penelitian,

peneliti menemukan 3 tuturan yang mengandung makna pragmatik peringatan.

Peneliti memasukkan 2 data untuk dianalisis. Peringatan merupakan sesuatu hal

yang salah untuk tidak mengulangi lagi. Dalam penelitian ini dipaparkan 2 contoh

data yang bermakna peringatan sebagai berikut: Dalam penelitian ini dipaparkan 2

contoh data bermakna peringatan.

Data (66)

Guru : “Ya wes gek bersihkan, Ibu tunggu 5 menit. Oke kalo kalian

masih ingat ibu sekarang lagsung ke soal-soal, karena minggu

depan sudah ulangan akhir.”

Siswa : “Haaaaaa, masak sudah uas bu.”

Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh mitra tutur di ruang kelas

dan mengingatkan seluruh siswa bahwa minggu depan aka

nada ulangan akhir semester. Waktu pada jam ke 1 dan ke 2

pada mata pelajaraan Bahasa indonesia di dalam ruang kelas

VIII G.

Data (67)

Guru : “Ayo cepat, “waktunya tinggal 5 menit lagi ya”.

Siswa : “Baik Pak”.

Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh siswa yang sedang

membuat kesimpulan diskusi. Waktu pada jam ke 7 dan ke

8 pada mata pelajaraan Bahasa indonesia di dalam ruang

kelas VIII D.

Tuturan guru pada data (66) Tuturan guru tersebut bermakna peringatan

kepada mitra tutur untuk segera melaksanakan tugas yaitu membersihkan sampah

yang ada di depan ruangan kelas Kemudian mitra tutur membersihkan sampah-

sampah tersebut. Hal tersebut menandakan bahwa mitra tutur mengerti maksud

penutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

98

Tuturan guru pada data (67) Tuturan tersebut bermakna peringatan bagi

siswa yang belum menyelesaikan tugasnya karena waktunya akan hampir habis

penutur bergarap siswa segera mengumpulkan tugas tersebut Peringatan tersebut

ditandai dengan kalimat yang berbunyi “Ayo cepat,“waktunya tinggal 5 menit lagi

ya.”.

Berdasarkan beberapa tuturan yang telah dideskripsikan di atas, tuturan

tersebut merupakan tuturan yang mengandung makna pragmatik peringatan.

Tuturan (66) dan (67) hanya diketahui makna pragmatiknya melalui konteks

situasi tutur yang melatarbelakangi dan mewadahinya pada saat guru

menyampaikan tuturan dalam pembelajaran di kelas. Kedua tuturan tersebut

diwujudkan dengan pemakaian kata yang bersifat mengingatkan. Hal itu sejalan

dengan teori Rahardi (2005:96) yang menyatakan bahwa secara structural dan

dapat dilihat sesuai konteks.

4.2.2.9 Makna Pragmatik Saran

Saran dapat diartikan sebagai suatu pendapat, usul, atau anjuran yang

dikemukakan untuk dipertimbangkan. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti

menemukan 3 tuturan yang mengandung makna pragmatik saran. Peneliti

memasukkan 2 data untuk dianalisis. Saran merupakan sesuatu yang cenderung

menuju ke hal yang baik atau masukan. Dalam penelitian ini dipaparkan 2 contoh

data yang bermakna saran. Dalam penelitian ini dipaparkan 2 contoh data

bermakna saran:

Data (68)

Guru : “Tepat sekali. Ingat tugasnya ditulis dalam satu lembar

kertas dikerjakan menurut pandangan masing-masing ya tapi

diselesaikan dalam diskusi”.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

99

Siswa : “Iya pak kami mengerti!”

Konteks : Tuturan ditujukan kepada para seluruh siswa berupa saran

agar siswanya mengerjakan tugas dalam suatu lembar kertas

dan dikerjakan sesuai dengan pandangan masing-masing.

Waktu pada jam ke 5 dan ke 6 pada mata pelajaraan Bahasa

indonesia di dalam ruang kelas VIII H.

Data (69)

Guru : “Anak-anak sumbernya di ambil dari Alkitab ya, dari Kitan

Luk 22 – 45 dan juga 1 Kor 1 : 24 -25.

Siswa : “Baik pak.”

Konteks : Tuturan terjadi pada saat jam pelajaran berlangsung didalam

kelas dan sedang membahas soal-soal tutran tersebut

ditujukan kepada seluruh siswa agar membuka alkitab dan

memahami isi alkitab. Waktu pada jam ke 5 dan ke 6 pada

mata pelajaraan Pendidikan Agama di dalam ruang kelas VIII

H.

Tuturan guru pada data (68) Tuturan guru di atas tidak hanya berupa

informasi, tetapi terkandung maksud memberikan saran kepada mitra tutur untuk

mengerjakan tugas dalam suatu lembar kertas dan dikerjakan sesuai dengan

pandangan masing-masing. Dengan demikian, imajinasi dapat terasah secara

optimal. Tuturan guru ini dikatakan bermakna saran karena untuk mengasah

imajinasi dari masing-masing siswa meskipunn dikerjakan dengan diskusi.

Tuturan guru pada data (69) Tuturan guru di atas tidak hanya berupa

perintah, tetapi terkandung maksud memberikan saran kepada mitra tutur untuk

membaca al-kitab disetiap saat. Dengan demikian, siswa dapat aktif dalam

belajar. Tuturan guru ini dikatakan bermakna saran karena menuntut anak selalu

membaca tidak hanya disekolah namun bisa di rumah.

Berdasarkan beberapa tuturan yang telah dideskripsikan di atas, tuturan

tersebut merupakan tuturan yang mengandung makna pragmatik saran. Tuturan

(68) dan (69) hanya diketahui makna pragmatiknya melalui konteks situasi tutur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

100

yang melatarbelakangi dan mewadahinya pada saat guru menyampaikan tuturan

dalam pembelajaran di kelas. Kedua tuturan tersebut diwujudkan dengan

pemakaian penanda kesantunan coba. Hal itu sejalan dengan teori Rahardi

(2005:96) yang menyatakan bahwa secara struktural, makna suruhan dapat

ditandai oleh konteks.

4.2.2.10 Makna Pragmatik Klarifikasi

Klarifikasi dapat diartikan sebagai pertanyaan yang perlu ditanyakan,

tujuannya untuk mendapatkan kebenaran. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti

menemukan 22 tuturan yang mengandung makna pragmatik klarifikasi. Peneliti

memasukkan 4 data untuk dianalisis. Dalam penelitian ini dipaparkan empat

contoh data yang bermakna klarifikasi. Dalam penelitian ini dipaparkan 3 contoh

data yang bermakna klarifikasi.

Data (70)

Guru : “Nah, berarti mengenai frasa udah cukup jelas ya. Ya

sekarang selanjutnya nomor berikutnya, kali ini mengenai

tentang drama. Masih ingat apa kemarin unsur-unsur drama?”

Siswa : “Masih bu.”

Konteks : Tuturan ditujukan kepada para siswa guna mengklarifikasi

bahwa siswa sudah jelas dengan pembelajaran frasa yang

diberikan kemudian dilanjutkan dengan pelajaran drama.

Waktu pada jam ke 3 dan ke 4 pada mata pelajaraan Bahasa

indonesia di dalam ruang kelas VIII C.

Data (71)

Guru : “Masing-masing ada berapa? Nah benar. Kemarin sebelum

membahas soalnya, ibu sudah memberikan pengantarnya

sudah dijelaskan nanti ada persamaan nanti ada perbedaan,

kalo yang menunjukan fiksi? Itu yang pertama itu apa?”

Siswa : “Tidak Nyata ya Bu?”

Konteks : Tuturan ditujukan kepada para siswa guna membahas

penjelasan materi sebelumnya guru menyuruh siswa agar

mengingat lagi penjelasan minggu yang lalu. Jam ke 3 dan ke

4 pembelajaran Bahasa Indonesia kelas VIII C.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

101

Data (72)

Guru : “Bagus, saya suka jika ada yang bertanya, coba semua

mendengarkan kesini (mengarahkan perhatian siswa) pada

saat yesus dibawa menghadap ke Mahkamah Agama. Yesus

diberikan pertanyaan “Jikalau Engkau adalah Mesias

katakanlah kepada kami” (Luk 22 : 67). Dan pertanyaan itu

juga adalah pertanyaan yang menjebak. Tetapi Yesus dengan

tegas menjawab bahwa Dia adalah Anak Allah, mendengar

jawaban Yesus itu, maka dengan segera sidang Makamah

Agama mengambil keputusan menghukum mati, karena Ia

telah mengatakan Dia Anak Allah karena itu adalah

penghujatan bagi umat Yahudi.”

Siswa : “Berarti Umat Yahudi tidak Percaya bahwa Tuhan Yesus

adalah Mesias?”

Konteks : Tuturan tersebut terjadi pada saat jam pelajaran berlangsung

didalam ruangan kelas ditujukan kepada para seluruh siswa

berupa klarifikasi tentang dibunuhnya Tuhan Yesus.

Maksudnya penutur agar maeri tersebut tersampaikan dan

mitra tutur benar memahami. Waktu pada jam ke 5 dan ke 6

pada mata pelajaraan Pendidikan Agama di dalam ruang

kelas VIII H.

Data (73)

Guru : “Untuk hari ini yaitu pelajaran bahasa indonesia sebelum

kita membahas mengani ciri-ciri teks eksplanasi yaa, nanti

pertama kali yang kita pelajari yaitu arti dari teks tersebut.

Namun sebelumnya apakah hari ini ada yang tidak masuk?”

Siswa : “Nihil bu hadir semua.”

Konteks : Tuturan ditujukan kepada para seluruh siswa berupa

klarifikasi bahasan yang akan dibahas pada hari ini yaitu

membahas eksplanasi. Waktu pada jam ke 5 dan ke 6 pada

mata pelajaraan Bahasa indonesia di dalam ruang kelas VIII

D.

Tuturan guru pada data (70) tuturan guru tersebut ditujukan kepada para

siswa guna mengklarifikasi bahwa siswa sudah jelas dengan pembelajaran frasa

yang diberikan kemudian dilanjutkan dengan pelajaran drama. Ini merupkan

kalimat penegasan dari mitra tutur. Hal tersebut menandakan bahwa siswa

mengerti maksud guru.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

102

Tuturan guru pada data (71) tuturan guru tersebut ditujukan kepada para

siswa guna mengklarifikasi bahwa siswa sudah jelas dengan materi mengenai fiksi

yang diberikan pada pertemuan sebelumnya kemudian dilanjutkan penutur

mengingatkan kembali memberi penegasan. Hal tersebut menandakan bahwa

penutur berharap mengerti maksud penutur tentang yang selama ini dipelajari.

Tuturan guru pada data (72) Tuturan guru di atas merupakan kalimat tanya

tentang wafatnya Tuhan Yesus. Maknanya penutur ingin mendapatkan klarifikasi

dari mitra tutur tentang wafatnya Tuhan Yesus. Hal tersebut menandakan bahwa

mitra tutur mengerti maksud penutur.

Tuturan guru pada data (73) Tuturan guru di atas merupakan klarifikasi

yang maknanya penutur ingin mengklarifikasi jawaban mitra tutur tentang ciri-ciri

teks eksplanasi. Hal tersebut menandakan bahwa mitra tutur mengerti maksud

penutur. Hal ini sejalan dengan teori Rahardi.

Berdasarkan beberapa tuturan yang telah dideskripsikan di atas, tuturan

tersebut merupakan tuturan yang mengandung makna pragmatik klarifikasi.

Tuturan (70), (71), (72), dan (73) hanya diketahui makna pragmatiknya melalui

konteks situasi tutur yang melatarbelakangi dan mewadahinya pada saat guru

menyampaikan tuturan dalam pembelajaran di kelas. Keempat tuturan tersebut

diwujudkan dengan kata membenarkan. Hal itu sejalan dengan teori Rahardi

(2005:96) yang menyatakan bahwa secara struktural, makna suruhan dapat

ditandai oleh konteks.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

103

4.3 Pembahasan

Pada subbab ini, peneliti akan menjelaskan dan memaparkan hasil dari

penelitian berupa data wujud tuturan yang diambil dari observasi. Penjelasan

dalam subbab ini berhubungan dengan data-data hasil penelitian yang sudah

sesuai dengan teori-teori yang dipaparkan oleh peneliti maupun dipakai oleh

peneliti.

Teori yang digunakan dalam subbab pembahasan ini dapat diuraikan

sebgai berikut. Pertama jenis-jenis tindak tutur dalam Wijana (1996), yaitu tindak

tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung, tindak tutur literal tindak tutur

tidak literal. sementara itu, interseksi berbagai jenis tindak tutur, yaitu tindak tutur

langsung literal dan tindak tutur tidak langsung literal, tindak tutur langsung tidak

literal, dan tindak tutur tidak langsung tidak literal. Berdasarkan hasil analisis

penelitian, peneliti menemukan jenis tindak tutur yang muncul atau terjadi dalam

perilaku tuturan guru pada kegiatan pembelajaran meliputi sebagai berikut tindak

tutur langsung, tindak tutur tidak langsung, tindak tutur tidak literal, tindak tutur

langsung literal, dan tindak tutur tidak langsung literal.

Penggunaan jenis-jenis tindak tutur bukan sekedar untuk bertanya,

memerintah, dan memberikan informasi. Namun, setiap tuturan guru yang muncul

atau terjadi dalam kegiatan pembelajaran mengandung sebuah maksud atau

makna. Makna tersebut dapat dilihat dari segi pragmatik. Kedua menurut Rahardi

(2011:2) penentu makna pragmatik adalah keberadaan konteks itu sendiri.

Konteks pragmatik adalah segala macam aspek yang sifatnya diluar bahasa yang

menjadi penentu pokok bagi kehadiran sebuah makna kebahasaan. Ditinjau dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

104

segi pragmatik ditemukan beberapa maksud maupun makna yang terkandung

dalam tuturan guru yaitu perintah, teguran, sapaan, suruhan, pujian, peringatan,

nasihat, sindiran, saran, dan klarifikasi. Ketiga, teori Yule (2006:3) yang

mengatakan bahwa pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh

penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca). Peneliti

menggunakan teori pragmatik untuk menganalisis maksud tuturan guru. Keempat,

teori aspek situasi tutur menurut Leech (dalam Wijana, 1996:10) yang

menyatakan bahwa terdapat sejumlah aspek yang dipertimbangkan dalam situasi

tutur yakni penutur dan lawan tutur, konteks tuturan, tujuan tuturan, tuturan

sebagai tindakan atau aktivitas dan tuturan sebagai produk tindak verbal.

Selanjutnya, peneliti akan melakukan pembahasan mengenai dua pokok

rumusan masalah dalam penelitian ini berdasarkan kesesuaian teori yang sudah

dipaparkan sebelumnya dengan temuan data-data hasil analisis. Dua rumusan

masalah yang diangkat yaitu jenis-jenis tindak tutur dan maksud atau makna

pragmatik. Berikut pembahasan hasil analisis terhadap jenis-jenis tindak tutur dari

tuturan guru dan makna pragmatik yang hadir dari tuturan guru pada pembelajaran

di SMP Negeri 3 Delanggu.

4.3.1 Jenis-jenis Tindak Tutur yang Terdapat dalam Tuturan Guru

Chaer (1995) dalam Rohmadi (2010:33) menyatakan tindak tutur sebagai

gejala individual, bersifat psikologis dan keberlangsungannya ditentukan oleh

kemampuan bahasa penutur dalam menghadapai situasi tertentu. Berdasarkan

pendapat Chaer tersebut, tindak tutur terbagi menjadi beberapa jenis yang

dipengaruhi oleh kemampuan berbahasa seseorang yaitu tindak tutur langsung,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

105

tindak tutur tidak langsung, tindak tutur literal, tindak tutur tidak literal, tindak

tutur langsung literal, tindak tutur tidak langsung literal, tindak tutur langsung

tidak literal, dan tindak tutur tidak langsung tidak literal. Selain dipengaruhi

kemampuan bahasa seseorang, berbagai jenis tindak tutur ini juga dipengaruhi

oleh konteks yang melatarbelakangi munculnya suatu tuturan.

Berdasarkan penelitian berbagai macam jenis tindak tutur yang ditemukan

pada kegiatan pembelajaran di kelas VIII SMP Negeri 3 Delanggu tahun ajaran

2018/2019 selain jenis juga tidak terlepas dari konteks yang melatarbelakanginya,

penutur, mitra tutur, tujuan tuturan, dan tuturan sebagai bentuk tindakan.

Penelitian ini, peneliti menemukan fenomena enam jenis tindak tutur yang

digunakan guru pada kegiatan pembelajaran yakni tindak tutur langsung, tindak

tutur tidak langsung, tindak tutur literal, tindak tutur tidak literal, tindak tutur

langsung literal, dan tindak tutur tidak langsung literal.

Jenis tindak tutur ditemukan yakni tindak tutur langsung, tindak tutur tidak

langsung, tindak tutur literal, tindak tutur langsung literal, tindak tutur tidak

literal, tindak tutur tidak langsung literal. Peneliti menemukan 85 tuturan dari data

yang diambil dalam proses pembelajaran di SMP Negeri 3 Delanggu Klaten tahun

ajaran 2018/2019. Tuturan ini diklasifikasikan sebagai tindak tutur langsung

karena kalimat berita yang secara konvensional untuk menginformasikan sesuatu,

kalimat tanya untuk bertanya, dan kalimat perintah untuk menyuruh, mengajak,

dan memohon (Wijana, 1996:31). Berdasarkan hasil analisis, peneliti menemukan

penanda tuturan guru yang tergolong sebagai tindak tutur langsung.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

106

Ciri tuturan guru dikatakan sebagai tindak tutur langsung adalah

disampaikan secara langsung tanpa ada makna tersirat yang terkandung dalam

tuturan tersebut. Apabila dilihat dari hasil temuan dan analisis, sebagian besar

tindak tutur langsung ini berupa perintah dan pertanyaan yang diutarakan secara

langsung tanpa adanya makna tersirat. Sejalan dengan pendapat Wijana di atas,

maka tuturan guru yang berupa kalimat tanya difungsikan secara konvensional

untuk bertanya dan kalimat perintah untuk menyuruh. Tindak tutur langsung yang

berupa kalimat tanya biasanya digunakan guru untuk menanyakan kabar,

kehadiran, dan tugas sekolah. Selanjutnya, tindak tutur langsung berupa kalimat

perintah sering dijumpai ketika guru memerintah secara langsung.

Berdasarkan hasil analisis terhadap tuturan guru yang termasuk tindak

tutur tidak langsung literal, peneliti menemukan bahwa sebagian besar

menggunakan tujuan kalimat tanya dan informasi yang dimaksudkan untuk

memunculkan suatu tindak ilokusi memerintah. Tuturan guru ini biasanya berupa

kalimat tanya yang menanyakan suatu materi tertentu, tujuannya untuk

mengetahui pemahaman siswa. Namun, tuturan guru tersebut tidak sekadar untuk

bertanya maksud sesungguhnya adalah memerintah mitra tutur menjawab

pertanyaan yang diajukan. Berdasarkan pembahasan di atas, adapun, jenis-jenis

tindak tutur tuturan guru pada kegiatan pembelajaran yang paling menonjol adalah

tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung literal. Kedua jenis tindak

tutur ini paling menonjol dan banyak digunakan guru dalam pembelajaran untuk

bertanya, memerintah, menginformasikan, serta bertanya dengan makna

memerintah, dan menginformasikan dengan makna menyuruh kepada siswanya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

107

4.3.2 Makna Pragmatik Tindak Tutur pada Tuturan Guru

Berdasarkan penggunaan jenis-jenis tindak tutur bukan hanya sekadar

untuk bertanya, memerintah, dan memberikan informasi. Akan tetapi, setiap

tuturan guru yang muncul dalam kegiatan pembelajaran mengandung sebuah

maksud atau makna yang dapat dilihat dari segi pragmatik.

Rahardi (2011:2) penentu makna pragmatik adalah keberadaan konteks itu

sendiri. Konteks pragmatik adalah segala macam aspek yang sifatnya diluar

bahasa yang menjadi penentu pokok bagi kehadiran sebuah makna kebahasaan.

Latar belakang serta pengetahuan yang sama antara penutur dan mitra tutur akan

membantu para pelibat pertuturan untuk menafsirkan kandungan makna atau

pesan yang disampaikan. Jadi, kelancaran dalam menafsirakan sebuah tuturan

baik dari penutur kepada mitra tutur dan sebaliknya, dilatarbelakangi oleh

pengetahuan masing-masing.

Makna menjadi tujuan utama keberhasilan dalam sebuah komunikasi

antara penutur dan mitra tutur. Jika antara penutur dan mitra tutur tidak dapat

menangkap makna dari tuturan, akan dapat mengakibatkan terjadinya kekeliruan

dalam menafsirkan makna. Pembahasan hasil temuan mengenai makna pragmatik

yang muncul dalam tuturan guru di SMP Negeri 3 Delanggu Klaten menunjukan

bawa intensitas kehadiran makna pragmatik menyuruh, memerintah baik langsung

maupun tidak langsung lebih sering muncul ketimbang makna yang lain.

Selanjutnya, maksud atau makna pragmatik kedua yang sering muncul

yaitu klarifikasi. Guru di SMP Negeri 3 Delanggu Klaten sering bertanya suatu

hal untuk mendapatkan jawaban kepastian siswa. Hal ini disebabkan karena siswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

108

kurang aktif bertanya. Selain kedua makna tersebut, makna pragmatik lainnya

seperti sapaan biasanya diutarakan sebelum pembelajaran, teguran untuk siswa

yang ribut di kelas, menasihati, menyuruh, memuji, peringatan, menyindir, dan

juga saran.

Berdasarkan hasil anaslis mengenai jenis dan maksud tindak tutur antara

guru dengan siswa pada pembelajaran SMP Negeri 3 Delanggu, peneliti

menemukan 6 jenis tindak tutur serta 10 maksud atau makna pragmatik yang

muncul dalam tuturan guru. Hasil analisis dan pembahasan penelitian ini,

berkaitan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya.

Pertama, Widyahananda, Cosmas Krisna (2018) dengan judul “Tindak tutur dalam

Kegiatan Gotong-royong Masyarakat Karangturi RT04/RW21, Umbulmartani,

Ngemplak, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil Penelitian menunjukan

Dalam peneltian ini menunjukan 2 hal penting yaitu jenis tindak tutur dan

maksud. Jenis meliputi tindak tutur langsung literal, tindak tutur tidak langsung

tidak literal, tindak tutur langsung literal, dan tindak tutur tidak langsung literal.

Tindak tutur langsung literal disampaikan dengan penggunaan tiga modus

kalimat, yaitu kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat perintah. Berikut data

yang ditemukan peniliti berupa Tindak tutur langsung literal dengan modus

kalimat berita berjumlah 16 tuturan. Tindak tutur langsung literal dengan kalimat

tanya berjumlah 13 tuturan.Tindak tutur langsung literal dengan modus kalimat

perintah berjumlah 56 tuturan. Maksud tindak tutur yang disampaikan penutur

secara langsung kepada mitra tutur, meliputi memberitahukan sejumlah 19

tuturan, bertanya sejumlah 13 tuturan, memerintah sejumlah 11 tuturan, meminta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

109

sejumlah 6 tuturan, mempersilakan sejumlah 2 tuturan, mengajak sejumlah 13

tuturan, menyuruh sejumlah 13 tuturan, menganjurkan sejumlah 10, mendesak

sejumlah 1 tuturan, dan melarang sejumlah 2 tuturan.Maksud tindak tutur tersebut

dikatakan langsung karena disampaikan dengan modus kalimat yang sesuai.

Demikian yang ditemukan oleh peneliti yang terdahulu, peneliti hanya

menemukan 3 jenis tutran, dan maksud dalam tuturan kegiatan gotong royong.

Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Iwan Khairi Yahya (2013)

dengan judul Tindak Tutur Direktif dalam Interaksi Belajar Mengajar Mata

Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Di SMA Negeri 1 Mlati Sleman

Yogyakarta. Hasil penelitian yang didapatkan dari penelitian Iwan Khairi Yahya

menunjukkan bahwa, penggunaan jenis pertanyaan dan fungsi bertanya lebih

banyak digunakan, apabila dibandingkan dengan penggunaan jenis dan fungsi

tindak tutur direktif yang lain dengan jumlah 315 tuturan dari jumlah 826 tuturan

direktif. Jenis tindak tutur direktif yang ditemukan meliputi jenis permintaan,

pertanyaan, larangan, pemberian izin, nasihat, sedangkan fungsi tindak tutur

direktif yang ditemukan meliputi fungsi meminta, memohon, berdoa, bertanya,

menginterogasi, mengisntruksikan, menghendaki, menuntut, mengarahkan,

membolehkan, melarang, membataasi, menyetujui, menganugrahi, memaafkan,

membolehkan, menyarankan, meminta, dan menuntut.

Hanim Mawar Andini (2017) dengan judul “Jenis-jenis Tindak Tutur dan

Makna Pragmatik Bahasa Guru pada Pemebelajaran Bahasa Indonesia di SMA

Karangreja Kabupaten Purbalingga Tahun Ajaran 2016/2017”. Hasil penelitian ini

menunjukan 2 jenis tindak tutur dan makna pragmatik. Jenis tindak tutur yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

110

digunakan dalam tuturan guru pada kegiatan pembelajaran, yaitu tindak tutur

langsung, tindak tutur tidak langsung, tindak tutur tidak literal, tindak tutur

langsung literal, dan tindak tutur tidak langsung literal tuturan yang ditemukan 93

tuturan demikian makna seperti makna memerintah, menegur, menayapa semua

ditemukan 93 tuturan.

Oleh karena itu, peneliti menemukan jenis-jenis tindak tutur pada

pembelajaran di SMP Negeri 3 Delanggu dan jenis tindak tutur yang paling

dominan digunakan adalah, tindak tutur langsung, dan tindak tutur tidak langsung

literal. Kedua jenis tindak tutur ini paling banyak digunakan guru dalam

pembelajaran untuk bertanya, memerintah, menginformasikan, serta bertanya

dengan maksud memerintah, dan menginformasikan dengan maksud menyuruh

kepada siswanya.

Ditinjau dari segi pragmatik, ditemukan beberapa makna yang terkandung

dalam tuturan guru yaitu memerintah, menyapa, menegur, menyuruh, memuji,

menyindir, nasihat, peringatan, saran, dan klarifikasi. Adapun makna pragmatik

yang sering muncul pada tuturan guru adalah memyuruh, memerintah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

111

BAB V

PENUTUP

Pada bab ini akan memaparkan dua hal pokok, yaitu simpulan data dan

saran. Simpulan berisi rangkuman keseluruhan isi dari penelitian ini, sedangkan

saran berisi hal-hal relevan yang perlu diperhatikan untuk penelitian selanjutnya,

baik mahasiswa jurusan Bahasa Indonesia maupun peneliti lain.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan pada bab IV mengenai “Jenis dan Maksud

Tindak Tutur antara Guru dengan Siswa di SMP Negeri 3 Delanggu Kabupaten

Klaten, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Peneliti menemukan jenis tindak tutur yang digunakan dalam tuturan guru

pada kegiatan pembelajaran, yaitu tindak tutur langsung, tindak tutur tidak

langsung, tindak tutur tidak literal, tindak tutur langsung literal, dan tindak

tutur tidak langsung literal. Berdasarkan penelitian jenis tindak tutur yang

paling sering muncul dari tuturan guru adalah tindak tutur langsung, kemudian

tindak tutur tidak langsung literal. Kedua jenis tindak tutur ini paling menonjol

dan banyak digunakan guru dalam pembelajaran untuk bertanya, memerintah,

menginformasikan, serta bertanya dengan makna memerintah, dan

menginformasikan dengan makna menyuruh kepada siswa.

2. Ditinjau dari segi pragmatik, maksud atau makna yang muncul dalam jenis

tindak tutur antara guru dengan siswa di SMP Negeri 3 Delanggu menunjukan

bawa intensitas kehadiran makna memerintah baik langsung maupun tidak

langsung lebih sering muncul ketimbang makna yang lain. Selanjutnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

112

maksud atau makna pragmatik kedua yang sering muncul yaitu menyuruh dan

memerintah. Guru sering bertanya suatu hal untuk mendapatkan jawaban dari

siswa. Selain maksud atau makna tersebut, makna pragmatik lainnya seperti

sapaan biasanya diutarakan sebelum pembelajaran, teguran untuk siswa yang

gaduh di kelas, nasihat, pujian, peringatan, sindiran, dan saran juga sesekali

hadir dalam tuturan guru.

5.2 Saran

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini belum seutuhnya sempurna. Oleh

karena itu, peneliti berharap pembaca dapat melakukan penelitian yang lebih

mendalam mengenai tindak tutur. Peneliti berharap pembaca dapat melakukan

penelitian yang lebih mendalam mengenai jenis tindak tutur dan maksud

pragmatik. Berdasarkan penelitian ini, peneliti hanya membahas dua hal yaitu

jenis-jenis tindak tutur dan maksud atau makna pragmatik pada kegiatan

pembelajaran guru dengan siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 Delanggu.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disajikan di atas, peneliti

menyarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Peneliti yang berminat dengan tema yang sama perlu menindak lanjuti

penelitian dengan kajian lebih lengkap dari semua aspek tuturan, supaya

penelitian ini menjadi lebih baik. Pembaca ingin melakukan penelitian sejenis

ini, pembaca dapat memanfaatkan penelitian ini sebagai bahan perbandingan.

2. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan wawasan

baru dalam bidang ilmu pragmatik Bahasa Indonesia, khususnya jenis-jenis

tindak tutur dan maknanya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

113

DAFTAR PUSTAKA

Andini, Hanim Mawar (2017) “Jenis-jenis Tindak Tutur Dan Makna Pragmatik

Bahasa Guru pada Pemebelajaran Bahasa Indonesia di SMA Karangreja

Kabupaten Purbalingga Tahun Ajaran 2016/2017”. Skripsi. Program

Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma.

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina.2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal.

Jakarta: PT Rineka Cipta.

Depertemen Pendidikan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka.

Halliday & Ruqaiya Hasan. 1994. Bahasa, Konteks, dan Teks; Aspek-aspek

Bahasa dalam Pandangan Semiotik Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press.

Kridalaksana, Harimurti. 2011. Kamus linguistik Edisi IV. Jakarta: Gramedia.

Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia.

Mahsun, 2005. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan

Tekniknya. Jakarta: PT Raya Group Persada.

Moleong, Lexy, J. 1996. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda

Karya Rohmadi, Muhammad. 2004. Pragmatik Teori dan Analisis.

Yogyakarta: lingkar Media Jogja.

Mulyana. 2005. Kajian Wacana: Teori, Metode dan Alikasi Prinsip-prinsip

Analisis Wacana. Yogyakarta: Tiara Kencana.

Nadar, F.X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Parker, Frank 1986. Linguistic For Non-Linguist. London: Little, Brown and

Company Inc.

Parker, Frank. 1986. Linguistics for Non-Linguist. London: Little, Brown and

Company Inc.

Pranowo. 2009. Berbahasa Secara Santun.Yogyakarta: Puataka Pelajar.

Purwo, Bambang Kaswanti. 1990. Pragmatik dan Penagajaran Bahasa.

Yogyakarta: Kanisius.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

114

Purwo, Bambang Kaswanti. 1990. Pragmatik dun Pengajaran Bahasa.

Yogyakarta: Kanisius.

Rahardi, Kunjana dkk. 2016. Pragmatik: Fenomena Ketidaksantunan Berbahasa.

Jakarta: Erlangga.

Rahardi, Kunjana. 2008. Kesantuanan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta:

Erlangga.

Rohmadi, Muhamad. 2004. Pragmatik: Teori dan Analisis. Yogyakarta: Lingkar

Media.

Tarigan. Henry Guntur. 1986. Pengajaran Pragmatik. Bnandung: Angkasa.

Wijana. I Dewa Putu. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta Andi Offset.

Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Yahya, Iwan Khairi (2013) “Tindak Tutur Direktif dalam Interaksi Belajar

Mengajar Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA Negeri 1

Mlati Yogyakarta”. Skripsi. Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra

Indonesia Universitas Sanata Dharma

Zamzani. 2007. Kajian Sosiopragmatik. Yogyakarta: Cipta Pustaka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

115

Lampiran 1

TRIANGGULASI DATA JENIS DAN MAKSUD TINDAK TUTUR ANTARA GURU DENGAN SISWA

DI SMP NEGERI 3 DELANGGU KABUPATEN KLATEN

Petunjuk pengisian:

Triangulator dimohon untuk memberikan tanda centang (√) pada kolom trianggulasi (setuju atau tidak setuju) berdasarkan ketetapan

wujud tuturan, jenis tindak tutur, dan maksud pragmatik para guru sesuai konteks tuturan.

No. Data Wujud Tuturan Konteks Jenis Tindak Tutur Maksud

Pragmatik

Trianggulasi Keterangan

Setuju Tidak

1. Guru : “Selamat siang, gimana

kabarnya hari ini?”

Siswa : “Baik Bu.”

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

seluruh mitra tutur di

dalam ruang kelas

saat penutur

memasuki kelas dan

membuka

pembelajaran.

Waktu : Jam ke 4

dan ke 5 pebelajaran

Bahasa Indonesia

kelas VIII D.

Tindak Tutur

Langsung Karena adanya

tuturan yang bersifat

langsung dengan

mitra tutur dengan

modus kalimat

Tanya digunakan

untuk bertanya untuk

memberi salam

kepada seluruh

siswa.

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

makna berupa

Sapaan. Karena

bermaksud

memeberi salam

kepada seluruh

siswa yang ada di

dalam kelas.

2. Guru : “Apakah hari ini ada

yang tidak masuk?”

Siswa : “Nihil bu, semua hadir.”

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

Tindak Tutur

Tidak Langsung Karena adanya

tuturan yang bersifat

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

116

seluruh mitra tutur di

ruang kelas pada saat

guru akan melihat

daftar hadir.

Waktu : Jam ke 1

dan ke 2 pebelajaran

Bahasa Indonesia

Kelas VIII D.

langsung dengan

mitra tutur dengan

modus penutur

bertanya secara

umum kepada para

siswa secara

keseluruhan dengan

maksud menanyakan

apakah ada yang

tidak masuk.

makna

Klarifikasi.

Karena penutur

bermaksud

menayakan mitra

tutur apakah pada

hari ini ada yang

tidak hadir.

3. Guru : “Bagus, berarti kelas ini

siswanya rajin yaa.”

Siswa :”Iya, Bu.”

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

seluruh mitra tutur di

ruang kelas pada saat

pembelajaran tengah

berlangsung, guru

sedang berjalan

keliling kelas,

melihat situasi saat

itu.

Waktu : Jam ke 5

dan ke 6 pebelajaran

Bahasa Indonesia

kelas VIII D.

Tindak Tutur

Literal Karena guru

menyampaikan

maksud atau makna

kata-kata sesuai atau

berlawanan dengan

keadaan yang

sebenarnya.

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

makna Sindiran.

Karena mitra

tutur yang rajin

tetapi pada

aslinya tidak

semua mitra tutur

itu yang

diharapkan.

4. Guru : “Iya siang ini kok panas

sekali ya?”

Siswa : “Iya, Bu, karena tidak

dingin, hahaha”

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

Tindak Tutur

Langsung Literal Karena guru

menyampaikan

Tuturan guru

tersebut

merupakan

bermaksud atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

117

seluruh mitra tutur di

ruang kelas pada saat

jam pelajaran dan

sedang membahas

materi pada saat itu

keadaan kelas yang

sangat panas.

Waktu : Jam ke 3

dan ke 4 pebelajaran

Bahasa Indonesia

kelas VIII D.

maksud atau

maknanya sesuai apa

yang benar-benar

disampaikan oleh

penutur, dengan

kondisi saat itu yang

panas.

makna

Klarifikasi.

Karena keadaan

kondisi kelas

pada saat

pelajaran

berlangsung

sangat panas.

5. Guru : “Oke sekarang kembali

ke kelompok, apakah

sudah masuk dalam

kelompok masing-

masing?”

Siswa : “Sudah Bu.”

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

seluruh mitra tutur di

ruang kelas agar

siswa membentuk

kelompok kerja saat

pembelajaran.

Waktu: Jam ke 4

dan ke 5 pebelajaran

Bahasa Indonesia

kelas VIII F.

Tindak Tutur

Langsung Literal Karena guru

menyampaikan

maksud atau

maknanya sesuai apa

yang benar-benar

disampaikan oleh

penutur dengan

maksud mitra tutur

melakukan sesuatu

agar membentuk

kelompok yang telah

sudah dibentuk.

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

makna Perintah.

Karena penutur

bermaksud untuk

seluruh mitra

tutur agar segera

masuk ke dalam

kelompok.

6. Guru : “Selamat pagi, awal

puasa kok pagi-pagi

sudah lelah,

semangatnya mana ini?”

Siswa : “Baik bu, tapi masih

ngantuk bu.”

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks: Tuturan

ditujukan kepada

seluruh mitra tutur di

ruang kelas pada saat

guru menyampikan

Tindak Tutur

Langsung Karena adanya

tuturan yang bersifat

langsung dengan

mitra tutur dengan

modus teguran

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

makna Teguran.

Karena menegur

kepada seluruh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

118

materi. Saat itu

siswa kurang

semangat dalam

mengikuti

pembelajaran.

Waktu : Jam ke 1

dan ke 2

pembelajaran Bahasa

Indnesia kelas VIII

D.

kepada siswa yamg

tidak semangat

dalam mengikuti

pembelajaran Bahasa

Indonesia.

siswa yang tidak

semangat

mengikuti

pembelajaran

pada saat itu.

7. Guru : “Nanti ditengah

pelajaran tugas kemarin

kita bahas bersama ya

anak-anak, dan

dikumpulkan?”

Siswa : “Iya ibu, tapi ada yang

belum saya kerjakan.”

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

seluruh mitra tutur di

ruang kelas untuk

mengumpulkan

kembali tentang

tugas hari

sebelumnya karena

akan di bahas

bersama.

Waktu : Jam ke 1

dan ke 2

pembelajaran Bahasa

Indnesia kelas VIII

G.

Tindak Tutur

Langsung Karena adanya

tuturan yang bersifat

langsung dengan

mitra tutur dengan

modus penutur

bertanya secara

umum kepada para

siswa secara

keseluruhan dengan

modus memrintah

agar tugas dibahas

dan dikumpulkan.

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

makna Perintah.

Karena guru

memrintah siswa

untuk segera

mengumpulkan

tugas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

119

8. Guru : “Ya kalian itu

memerankan tokohnya,

nanti kalo hari ini tidak

jadi mau membahas apa

cah bagus?, makannya

dirundingkan biar nanti

selesai, masa ya mau

seperti ini terus, bu guru

ini sudah baik banget

loh, satu kelompok

kerjakan bersama

dirundingkan, sudah

bolak balik ibu jelaskan,

ayo gek segera keburu

waktunya habis.”

Siswa : “Bu ini amanatnya apa

ya?”

Penutur: Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks: Tuturan

ditujukan kepada

seluruh mitra tutur di

ruang kelas karena

kondisi kelas yang

tidak kondusif, siswa

belum siap untuk

menampilkan tugas

dalam memerankan

drama dalam

pembelajaran

bahasa.

Waktu : Jam ke 1

dan ke 2

pembelajaran Bahasa

Indonesia kelas VIII

G.

Tindak Tutur

Tidak Literal.

Karena guru

menyampaikan

makna kata-katanya

tidak sesuai dengan

keadaan yang

sebenarnya atau

dengan maksud

penutur yang

diharapkannya

dimana kondisi kelas

belum siap dalam

memerankan drama

kelompok.

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

makna Suruhan.

Karena menyuruh

siswa agar segera

membentuk

kelompok dalam

memerankan

drama.

9. Guru : “Ayo kelompok tiga

sudah apa belum?”

Siswa : “Belum kelompok kami

belum siap bu.”

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

kelompok sebagai

mitra tutur di ruang

kelas dan menegur

kelompok sudah siap

apa belum dalam

memerankan drama.

Namun, kelompok

Tindak Tutur

Langsung Karena adanya

tuturan yang bersifat

langsung dengan

mitra tutur dengan

modus guru

menyampaikan

dengan maksud

tuturan sesuai

dengan kondisi saat

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

makna Teguran.

Karena penutur

menegur siswa

dalam kelompok

apakah sudah siap

atau belum dalam

memerankan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

120

belum siap.

Waktu : Jam ke 1

dan ke 2

pembelajaran Bahasa

Indonesia kelas VIII

G.

itu yang siswanya

belum siap dalam

membentuk

kelompok drama.

drama.

10. Guru : “Ya sudah gek

dibersihkan ibu tunggu

lima menit. Oke kalo

kalian masih ingat ibu

sekarang langsung ke

soal-soal, karena minggu

depan kan sudah ulangan

akhir.”

Siswa : " haaaaaah, masak sudah

uas bu?”

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

seluruh mitra tutur di

ruang kelas dan

mengingatkan

seluruh siswa bahwa

minggu depan akan

nada ulangan akhir

semester.

Waktu : Jam ke 1

dan ke 2

pembelajaran Bahasa

Indonesia kelas VIII

G.

Tindak Tutur

Tidak Langsung

Literal

Karena guru

menyampaikan

dengan modus yang

tidak sesuai tetapi

makna kata-katanya

sesuai dengan yang

dimaksudkan

penutur. Penutur

mengingatkan

kepada seluruh siswa

agar siap

menghadapi ujian

akhir semester.

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

makna

Peringatan.

Kerena dengan

maksud agar

seluruh siswa

segera

mempersiapkan

menjelang ujian

akhir semester.

11. Guru : “Lah ya ayo kalo

ngantuk ibu kasih hadiah

nanti, hadiahnya namun

masih dirahasikan,

apakah hari ini ada yang

tidak masuk?”

Siswa : “Nihil bu. Masuk

semua.”

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

seluruh mitra tutur di

ruang kelas dan

mengarahkan siswa

sebelum

Tindak Tutur

Langsung Karena adanya

tuturan yang bersifat

langsung dengan

mitra tutur dengan

modus memotivasi

dan menasihati siswa

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

makna Nasihat.

Karena penutur

memberikan

masukan kepada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

121

pembelajaran

sekaligus

menanyakan kepada

siswa apakah ada

yang tidak masuk

hari ini.

Waktu : Jam ke 3

dan ke 4

pembelajaran Bahasa

Indonesia kelas VIII

H.

agar semangat dalam

mengikuti

pembelajaran Bahasa

Indonesia.

seluruh siswa

agar semangat

dan menyadari

dalam mengikuti

pembelajaran

bahasa Indonesia.

12. Guru :“Iya coba soal nomor

sebelas itu termasuk

karya sastra bukan?”

Siswa :”Termasuk karya sastra

bu.”

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

seluruh mitra tutur di

ruang kelas kepada

siswa sebelum

pembelajaran

sekaligus

menanyakan kepada

siswa apakah soal

tersebut karya sastra.

Waktu : Jam ke 3

dan ke 4

pembelajaran Bahasa

Indonesia kelas VIII

H.

Tindak Tutur

Langsung Literal Karena yang

diutarkan penutur

maknanya sama apa

dengan yang

pengutaraanya

dengan modus

kepada para siswa

secara keseluruhan

bahwa siswa sudah

memahami atau

belum.

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

makna

Klarifikasi.

Karena apakah

para siswa sudah

benar-benar

menguasai atau

memahami.

13. Guru : “Iya kelasnya sangat

harum ya?”

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa Tindak Tutur

Tidak Literal.

Tuturan guru

tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

122

Siswa : “Harum sekali bu kelas

ini kami kasih

pengharum bu,

hahahaha”

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

seluruh mitra tutur di

ruang kelas dan

memuji keadaan

kelas yang sangat

harum sebelum

pembelajaran.

Waktu : Jam ke 3

dan ke 4

pembelajaran Bahasa

Indonesia kelas VIII

H.

Karena maksud

penutur berlawanan

dengan makna

katanya. Penutur

menyampaikan

makna kata-katanya

tidak sesuai dengan

keadaan yang

sebenarnya atau

dengan modus

menanyakan

keadaan yang

diharapkan, dimana

kondisi kelas sangat

harum dan kondisi

ini tidak sesuai

dengan keadaan

kelas tersebut.

merupakan

maksud atau

makna Sindiran.

Karena penutur

menyampikan

dengan kondisi

saat itu yang

kurang nyaman

terhadap kondisi

kelas.

14. Guru : “Iya sudah, yang sudah

siap siapa?”

Siswa : “Bu kami masih bingung

memerankannya.”

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

seluruh mitra tutur di

ruang kelas dan

menanyakan

kesiapan siswa

dalam memerankan

drama kelompok

sebelum

pembelajaran.

Tindak Tutur

Langsung Literal.

Karena guru

menyampaikan

dengan modus

tuturan dan

maksudnya sama apa

pengutaraanya.

Karena menanyakan

kesiapan para siswa

kondisi tersebut

sesuai dengan

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

makna Teguran.

Karena penutur

menegur siswa

yang manakah

yang kelompok

sudah siap dalam

memerankan

drama.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

123

Waktu : Jam ke 3

dan ke 4

pembelajaran Bahasa

Indonesia kelas VIII

H.

kondisi saat itu yang

siswanya belum siap

dalam memerankan.

15. Guru : “Ok jadi masih ingat ya?

gampang sekali itu

kok,yang kalian pelajari

membaca buku fiksi

sekarang kita lanjut ke

bahasannya dalam

sebuah cerita, dalam

cerita yang perlu kita

pelajari itu juga perlu

tentang kebahasaannya

juga, kali ini kaian juga

pahami yaa, agar bisa

menyikapi kebahasaan

apa saja yang digunakan

dalam cerita fiksi dan

non fiksi nah itu silakan

dibaca dulu, nanti setalah

ini ibu harap kalian bisa

menyikapi, ada berapa

soalnya duapuluh lima.”

Siswa : “Iya bu duapuluh lima”

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

seluruh mitra tutur di

ruang kelas dan

menyuruh siswa agar

membaca cerita fiksi

dan non fiksi

Waktu : Jam ke 3

dan ke 4

pembelajaran Bahasa

Indonesia kelas VIII

H.

Tindak Tutur

Langsung

Karena adanya

tuturan yang bersifat

langsung dengan

mitra tutur dengan

modus menyuruh

kepada seluruh siswa

agar membaca cerita

fiksi dan non fiksi

maksud dari penutur

agar siswa segera

membaca cerita

tersebut.

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

makna Suruhan.

Karena penutur

menyuruh siswa

agar segera

membaca cerita

fiksi dan non fiksi

dan memjawab

soal-soal yang

ada.

16 Guru : “Selamat siang anak-

anak, iya masih baik-

baik kalian semua kan,

saya kira pada ngantuk?’

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

Tindak Tutur

Langsung Karena adanya

tuturan yang bersifat

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

124

Siswa : “Siang, Alhamdulilah

baik bu.”

seluruh mitra tutur di

ruang kelas dan

menyapa siswa

sebelum

pembelajaran

dimulai..

Waktu : Jam ke 3

dan ke 4

pembelajaran Bahasa

Indonesia kelas VIII

H.

langsung dengan

mitra tutur dengan

modus menyapa

siswa dan

menanyakan

keadaan dan kondisi

sebelum

pembelajaran Bahasa

Indonesia.

makna Sapaan.

Karena penutur

betanya menyapa

kepada seluruh

siswa yang ada di

dalam kelas.

17. Guru : “Sudah tahu apa tadi

contohnya? yaitu

ungkapan dalam bentuk

frase kemudian yang

fiksi banyak digunakan

kata-kata semacam itu

sebagai contohnya itu

tadi misalnya bentuk

kata ungkapannya yang

pertama apa? walaupun

jumlahnya dua kata tapi

dengan dua kata yang

digabungkan tadi

memiliki satu makna

atau satu maksud. Terus

maksudnya apa itu? Dua

kata digabungkan

menjadi satu. Ya, kita

kembali ke materi

tentang fiksi. Jadi tadi itu

perbedaan antara bacaan

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

Siswa Sigit untuk

membaca cerita fiksi

dan seluruh siswa

untuk memahaminya

Waktu : Jam ke 3

dan ke 4

pembelajaran Bahasa

Indonesia kelas VIII

H.

Tindak Tutur

Tidak Langsung.

Karena adanya

tuturan yang bersifat

langsung dengan

mitra tutur dengan

modus penutur

menyuruh pada

siswa untuk

membaca cerita fiksi

kepada para siswa

secara keselutuhan

harus memahami isi

ceita non fiksi

tersebut Guru tidak

langsung bertanya

kepada seluruh siswa

yang namun hanya

diwakili oeh siswa

Sigit.

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

makna Suruhan.

Karena penutur

menyuruh siswa

yaitu agar

membaca cerita

fiksi. Seperti kata

“Ayo mas di baca

nomor lima? guru

menyuruh Sigit

untuk membaca

dan yang lainnya

agar dapat

memahaminya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

125

fiksi dan bacaan non

fiksi. Ayo mas silakan

dibaca nomor lima, yang

lainnya menyimak ya,

perhatikan yang dibaca

Mas Sigit.

Nah, itu hampi mirip

sama yang tadi ibu

jelaskan. Kata lain dari

frasa apa tadi? yaitu

kelompok kata. Coba ibu

berikan contoh frasa atau

kelompok kata.”

Siswa : “Nasi goreng, sedang

tidur, sedang makan.”

18. Guru : “Kenapa tidak masuk ini

mana surat ijinnya tidak

ada?”

Siwa : Sodik tidak tahu bu, kalo

Intan ada suratnya

katanya dia sakit.

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

para siswa

menanyakan pada

siswa yang tidak

masuk mengenai

surat ijinya yang

tidak ada.

Waktu : Jam ke 3

dan ke 4

pembelajaran Bahasa

Indonesia kelas VIII

H.

Tindak Tutur

Langsung.

Karena adanya

tuturan yang bersifat

langsung dengan

mitra tutur dengan

modus guru

menyampaikan

makna kata-katanya

sesuai dengan

keadaan yang

sebenarnya atau

dengan menanyakan

keadaan yang tidak

masuk namun surat

ijinnya tidak ada.

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

makna Teguran.

Karena penutur

menegur siswa

yang tidak masuk

namun surat

ijinnya tidak ada.

Seperti pada kata

“Ini mana surat

ijinnya kok tidak

ada?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

126

19. Guru : “Nah ini prolog dibaca,

amanatnya apa?”

Siswa : “Iya Bu, amanatnya”

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

para siswa untuk

membaca prolog dan

memahaminya. Guru

menyuruh siswa agar

membaca prolog.

Waktu : Jam ke 3

dan ke 4

pembelajaran Bahasa

Indonesia kelas VIII

H.

Tindak Tutur

Langsung

Karena adanya

tuturan yang bersifat

langsung dengan

mitra tutur dengan

modus guru

menyuruh siswa

membaca agar siswa

dapat memahami isi

prolog tuturan

tersebut sesuai

dengan kondisi saat

itu dimana guru

menginginkan agar

siswanya dapat

memahami isi

prolog.

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

makna Suruhan.

Karena penutur

menyuruh siswa

agar membaca

prolog agar dapat

memahami

isinyanya.

20. Guru : “Nah disitu sudah

disebutkan tadi ada

berapa kata contohnya

dalam frasa atau

kelompok kata yang

digunakan satu ucapan

jadi kelompok kata yang

dengan frasa itu tadi

penggunaan kata-kata

yang lugas atau yang

kiasan?”

Siswa :”Kata-kata yang kiasan.”

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

para siswa untuk

membaca prolog dan

memahaminya. Guru

menyuruh siswa agar

membaca prolog.

Waktu : Jam ke 3

dan ke 4

pembelajaran Bahasa

Indonesia kelas VIII

H

Tindak Tutur

Tidak Langsung

Literal

Karena makna

kalimat yang tidak

sesuai dengan

maksudnya. Guru

menyampaikan apa

maksud bertanya

mengenai frasa yang

telah dibaca kepada

seluruh siswa dan

menjelaskan frasa

tersebut agar siswa

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

makna

Klarifikasi. Kerana penutur

menanykan

tentang dan

menjelaskan frasa

dengan contoh-

contohnya dan

penggunaan kata

dengan frasa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

127

dapat

memahaminya.

Penutur

menginginkan agar

siswa dapat

memahami frasa

tersebut namun

kenyataannya siswa

belum dapat

memahaminya.

21. Guru : “Oke kemudian lanjut ke

drama, apa

penegertiannya?”

Siswa : “Belum begitu paham

bu, diulang.”

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

para siswa untuk

membuka

pembelajaran, guru

mengingatkan

kembali pengertian

drama.

Waktu : Jam ke 3

dan ke 4

pembelajaran Bahasa

Indonesia kelas VIII

C.

Tindak Tutur

Langsung Karena adanya

tuturan yang bersifat

langsung dengan

mitra tutur dengan

modus mencoba

menggali

kemampuan ingatan

siswa.

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

makna Perintah.

Karena penutur

bertanya kepada

seluruh siswa

yang ada di dalam

ruangan kelas

agar mengingat

kembali apa yang

di sampaikan

sebelumnya.

22. Guru : “Adakah hari ini ada

yang tidak masuk,kok

bangku yang ibu lihat

banyak yang kosong?”

Siswa : “Ada bu.”

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

para siswa apakah

ada yang tidak

masuk kelas karena

Tindak Tutur

Tidak Langsung. Karena adanya

tuturan yang bersifat

langsung dengan

mitra tutur dengan

modus penutur

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

makna Sindiran.

karena penutur

menanyakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

128

penutur melihat

banyak bangku yang

kosong dalam

ruangan kelas.

Waktu : Jam ke 3

dan ke 4

pembelajaran Bahasa

Indonesia kelas VIII

C.

menanyakan

keadaan bangku

yang banyak kosong

penutur menanyakan

tersebut kepada para

siswa secara

keselutuhan apakah

ada yang tidak

masuk karena

banyak bangku yang

kosong.

kepada para siswa

karena melihat

banyak bangku

yang kosong.

23. Guru : “Ya, benar sekali. Coba

adakah yang masih

belum jelas?”

Siswa :”Sudah bu, sudah jelas

semuanya.”

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

para siswa

menanyakan apakah

ada siswa yang

belum jelas setelah

guru menjelaskan

pelajaran yang telah

diberikan.

Waktu : Jam ke 3

dan ke 4

pembelajaran kelas

VIII C.

Tindak Tutur

Langsung

Karena adanya

tuturan yang bersifat

langsung dengan

mitra tutur dengan

modus guru

menyampaikan

makna kata-katanya

sesuai dengan

keadaan yang

sebenarnya atau

ingin mengetahui

apakah siswa sudah

jelas dengan

penjelasan yang

telah diberikan guru.

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

makna

Klarifikasi. Karena

bermaksud untuk

mengetahui

keadaan siswa

apakah siswa

sudah jelas dan

mengerti dengan

penjelasan yang

telah diberikan.

24. Guru : “Ternayata sampahnya

masih menumpuk

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa Tindak Tutur

Langsung Literal

Tuturan guru

tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

129

didepan kelas seperti itu,

siapa yang piket ini,

puasa pikete libur juga?”

Siswa : “Yang piket Vian, Lutfi,

Dimas, Diki.”

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

para siswa

menanyakan kondisi

kelas yang banyak

sampah, penutur

menegur para siswa

karena masih banyak

sampak di depan

kelas.

Waktu : Jam ke 3

dan ke 4

pembelajaran Bahasa

Indonesia kelas VIII

C.

Karena bahwa ada

kesesuaian antara

modus dengan

pengutaranya guru

menanyakan

keadaan kelas yang

banyak sampah.

Tuturan tersebut

sesuai dengan

kondisi kelas saat itu

dimana kondisi kelas

yang banyak

sampah.

merupakan

maksud atau

makna Teguran.

Karena penutur

menegur siswa

karena kondisi

kelas yang

banyak

sampahnya dan

kotor.

25. Guru : “Baik kalau begitu,

besuk pada saat UAS

bisa mengerjakan ya.

Coba sekarang ibu guru

mau bertanya, apa

artinya lapang dada?

siapa yang tahu? ya

sudah lapang dada itu

adalah kata ungkapan

atau frasa ungkapan.

Lapang dada itu artinya

kalian bisa menerima.

Contoh, kalian kalah

dalam sepak bola nah,

kalian harus bisa

meneima atau lapang

dada. Kalah ya kalah,

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

para siswa guna

memberi nasihat

kepada seluruh siswa

agar bisa menerima

kenyataan jika kalah

harus mengakui

kekalahan dan jika

menang harus

mengakui

kemenangan.

Waktu : Jam ke 3

dan ke 4

pembelajaran Bahasa

Tindak Tutur

Tidak Langsung

Literal

Karena tidak sesuai

antara bentuk dan

makna dengan

tindakan atau

maksud yang

diharapkan guru

memberikan nasihat

bahwa siswa haru

bisa menerima

keadaan meskipun

dalam bertanding

kalah maka harus

bisa menerima

kekalahan.

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

makna Nasihat.

Karena seluruh

siswa agar bisa

menerima

keadaan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

130

menang ya menang.”

Siswa : “Misalnya ini bu, aku

sayang kamu.”

Indonesia kelas VIII

C.

Penutur menginkan

agar siswa dapat

memahami.

26. Guru : “Apakah kalian sudah

membawa alat praga

untuk drama kalian pada

pertemuan ini?”

Siswa : Wah apa hari ini bu,

kami belum siap bu.

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

para siswa guna

memberi teguran

dan mengingatkan

siswa agar

membawa alat

peraga untuk drama.

Waktu : Jam ke 3

dan ke 4

pembelajaran Bahasa

Indonesia kelas VIII

C.

Tindak Tutur

Langsung Karena adanya

tuturan yang bersifat

langsung dengan

mitra tutur dengan

modus memberi

teguran pada siswa

dan menanyakan

apakah siswa sudah

membawa alat

peraga drama.

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

makna Teguran.

Karena penutur

menegur dan

menanyakan

kepada siswa agar

membawa alat

peraga drama.

27. Guru : “Siapa yang tidak

masuk?”

Siswa : “Valen dan Aji, Ehh iya

bu Via juga.”

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

para siswa guna

menanyakan kepada

siswa siapa yang

tidak masuk pada

saat jam berlangsung

saat itu guru sedang

membuka buku

dafttar hadir dan

Tindak Tutur

Langsung Karena adanya

tuturan yang bersifat

langsung dengan

mitra tutur dengan

modus penutur

menanyakan

keadaan siswa siapa

yang tidak masuk

hari ini penutur

menanyakan hal

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

makna

Klarifikasi.

Karena penutur

menayakan

kepada seluruh

siswa, apakah

siswa ada yang

tidak masuk.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

131

juga sebelum

memulai pelajaran.

Waktu : Jam ke 3

dan ke 4

pembelajaran Bahasa

Indonesia kelas VIII

C.

tersebut kepada para

siswa secara

keseluruhan apakah

ada yang tidak

masuk.

28. Guru : “Ya, mungkin ada yang

mempunyai pendapat

lain? coba yang contoh

tadi kamu baca. “

Siswa : “Sedang belajar.”

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

para siswa guna

menanyakan

pendapat kepada

siswa siapa yang

bisa memberikan

contoh dan

menyuruh membaca

contoh tersebut.

Waktu : Jam ke 3

dan ke 4

pembelajaran Bahasa

Indonesia kelas VIII

C

Tindak Tutur

Langsung Literal Karena guru

menyampaikan

makna kata-katanya

sesuai dengan

keadaan atau sesuai

maknanya yang

sebenarnya

menyuruh siswa agar

membaca contoh.

Maknanya siswa

harus melaksanakan

suruhan tersebut.

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

makna Suruhan.

Karena penutur

menyuruh siswa

agar membaca

contoh yang

sudah dibaca.

29. Guru : “Sekarang buka buku

kalian, mari kita

lanjutkan dari nomor

satu ada yang mau

membaca soalnya?Nah

ada berapa teks ulasan

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

para siswa guna

menanyakan

Tindak Tutur

Langsung Literal Karena guru

menyampaikan

makna kata-katanya

sesuai dengan

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

makna Suruhan.

Karena penutur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

132

tersebut, coba apakah

ada yang bisa menjawab

dari soal nomor satu

tersebut?”

Siswa : “Saya bisa Bu.”

pendapat kepada

siswa siapa yang

bisa memberikan

ulasan dan

menjawab soal

nomor satu.

Waktu : Jam ke 3

dan ke 4

pembelajaran Bahasa

Indonesia kelas VIII

C.

keadaan atau sesuai

menyuruh membuka

buku dan membaca

soal yang ada dan

menyuruh siswa agar

dapat menjawab soal

yang ada.

menyuruh siswa

agar membuka

buku dan

membaca,

menjawab soal.

30. Guru : “Nah, berarti mengenai

frasa sudah cukup jelas

ya. Ya sekarang

selanjutnya nomor

berikutnya, kali ini

mengenai tentang drama.

Masih ingat apa kemarin

unsur-unsur drama?”

Siswa : “Saya masih ingat bu.”

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

para siswa guna

mengklarifikasi

bahwa siswa sudah

jelas dengan

pembelajaran frasa

yang diberikan

kemudian

dilanjutkan dengan

pelajaran drama.

Waktu : Jam ke 3

dan ke 4

pembelajaran Bahasa

Indonesia kelas VIII

C.

Tindak Tutur

Langsung literal

Karena ada

kesesuaian antara

modus dengan

maknanya, guru

ingin mengetahui

apakah siswa sudah

jelas dengan

pembahasan frasa

dan akan dilanjutkan

dengan pembahasan

drama. Guru ingin

bahwa siswa harus

sudah jelas dengan

penjelasan guru dan

akan dilanjutkan

dengan pembelajaran

berikutnya.

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

makna

Klarifikasi.

Karena keadaan

siswa apakah

siswa sudah

memahami dan

jelas dengan

penjelasan guru.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

133

31. Guru : “Kalau fiksi kemarin

terdiri atas berapa?”

Siswa : “Tema, amanat, tokoh,

penokohan, latar, gaya

bahasa.”

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

para siswa guna

mengklarifikasi

bahwa siswa sudah

jelas dengan

pembelajaran fiksi

yang telah diberikan

pada pembelajaran

sebelumnya.

Waktu : Jam ke 3

dan ke 4

pembelajaran Bahasa

Indonesia kelas VIII

C.

Tindak Tutur

Langsung Karena adanya

tuturan yang bersifat

langsung dan

memiliki modus

memberi

pembelajaran materi

mengenai fiksi dan

berharap sudah jelas

dan dapat

memahami.

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

makna

Klarifikasi. Karena keadaan

siswa apakah

sudah jelas

dengan materi

mengenai fiksi.

32. Guru : “Apa bedanya tokoh dan

penokohan siapa bisa?”

Guru ; “Tokoh adalah

memerankan

penokohanya, perannya

sebagai apa, misalkan

antagonis, protagonis.”

Guru : “Kalau yang ketiga

apa?”

Siswa : “Bahasa yang

digunakan.”

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

para siswa guna

menyuruh siswa agar

menjawab

pertanyaan guru,

siswa disuruh

membedakan antara

tokoh dan

penokohan dan

Tindak Tutur

Langsung Karena adanya

tuturan yang bersifat

langsung dan

memiliki modus

penutur menanyakan

keadaan permasalah

kepada siswa siapa

yang tahu bedanya

tokoh dan

penokohan. Penutur

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

makna Suruhan.

Karena penutur

menyuruh siswa

agar menjawab

pertanyaan dari

guru.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

134

menyuruh siswa

untuk menjawab

pertanyaan

berikutnya. Waktu :

Jam ke 3 dan ke 4

pembelajaran Bahasa

Indonesia kelas VIII

C.

menanyakan kepada

seluruhan siswa

apakah memang

benar-benar paham

atau belum.

33. Guru : “Masing-masing ada

berapa? Nah benar.

Kemarin sebelum

membahas soalnya, ibu

sudah memberikan

pengantarnya sudah

dijelaskan nanti ada

persamaan nanti ada

perbedaan, kalo yang

menunjukan fiksi? Itu

yang pertama itu apa?”

Siswa : “Tidak Nyata ya Bu?”

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

para siswa guna

membahas

penjelasan materi

sebelumnya guru

menyuruh siswa agar

mengingat lagi

penjelasan minggu

yang lalu.

Waktu : Jam ke 3

dan ke 4

pembelajaran Bahasa

Indonesia kelas VIII

C.

Tindak Tutur

Literal Karena guru

menyampaikan

makna kata-katanya

sesuai dengan

keadaan yang

sebenarnya atau

dengan memiliki

modus menyuruh

siswa agar

mengingat kembali

pembelajaran

sebelumnya.

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

makna

Klarifikasi.

Karena penutur

menayakan

sebelumnya

apakah siswa

masih ingat atau

tidak.

34. Guru : “Iya jendela kok nutup

semua? coba dibuka biar

udaranya masuk. Ok

anak-anak kali ini kita

akan melanjutkan materi

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

para siswa guna

Tindak Tutur

Langsung Literal Karena ada

kesesuaian Antara

modus dan

Tuturan guru

tersebut

merupkan maksud

atau makna

Suruhan. Karena

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

135

yang kemarin adakah

yang masih ingat tentang

materi mingggu

kemarin? Mudah-

mudahan masih ingat

semua, masa murid bu

guru yang ganteng dan

cantik tidak ingat. Oke

anak-anak kita akan

mengulas tugas yang

sudak kalian kerjakan

kemarin, dan juga

membahas dan sedikit

tentang materi kemarin

yaitu buku fiksi dan non

fiksi, agar kalian bener-

benar paham masih ingat

ap itu fiksi apa itu non

fiksi?”

Siswa : “Masih ibu fiksi itu yang

tidak nyata non fiksi

yang nyata”

ingin mengetahui

penjelasan

sebelumnya, guru

menyuruh siswa agar

mengingat lagi

penjelasan minggu

yang lalu tentang

fiksi dan non fiksi.

Waktu : Jam ke 3

dan ke 4

pembelajaran Bahasa

Indonesia kelas VIII

C.

maknanya. Penutur

menyuruh mengingat

kembali

pembelajaran

tentang fiksi dan non

fiksi. Tuturan

tersebut sesuai

dengan keinginan

dimana guru

menginingkan siswa

masih ingat dengan

pembelajaran fiksi

dan non fiksi.

penutur menyuruh

siswa agar

mengingat

kembali

pembelajaran

sebelumnya

tentang fiksi dan

non fiksi.

35. Guru : “Bukankah kemaren

sebelum membahas ibu

sudah memberikan

contoh-contoh fiksi dan

non fiksi?”

Siswa : “Iya bu tapi belum

memahami semuanya,

kemarin brisik dan

rame.”

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

para siswa guna

ingin mengetahui

penjelasan

sebelumnya, guru

menyuruh siswa agar

mengingat lagi

Tindak Tutur

Tidak Literal Karena guru

menyampaikan

makna kata-katanya

berlawanan tidak

sesuai. Karena

keadaan yang

sebenarnya atau

menyuruh siswa agar

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

Klarifikasi.

Karena materi

sudah disampikan

penutur

memastikan

bahwa sudah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

136

penjelasan yang

sudah diberikan.

Waktu : Jam ke 3

dan ke 4

pembelajaran Bahasa

Indonesia kelas VIII

C.

mengingat kembali

pembelajaran

sebelumnya.

memahami atau

belum.

36. Guru : “Kalau fiksi itu karangan

yang bagaimana?”

Siswa : “Banyak berupa

rekayasa, atau tidak

nyata.”

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

para siswa agar

siswa menjawat

pertanyaan tentang

fiksi. Penutur ingin

tahu karangan fiksi

itu apa.

Waktu : Jam ke 3

dan ke 4

pembelajaran Bahasa

Indonesia kelas VIII

C.

Tindak Tutur

Langsung Karena adanya

tuturan yang bersifat

langsung dengan

modus penutur ingin

tahun tentang bentuk

karangan fiksi.

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

makna Perintah.

Karena penutur

bertanya kepada

seluruh siswa

agar menjawab

bentuk karangan

fiksi itu seperti

apa.

37. Guru : “Frasa kemarin ada

Frasa apa saja?”

Siswa : “Kata-kata yang

menyamatkan,

kumpulannya itu Bu.”

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

para siswa agar

siswa menjawab

pertanyaan tentang

frasa. Penutur ingin

Tindak Tutur

Langsung Karena adanya

tuturan yan bersifat

langsung dengan

modus penutur

menanyakan tentang

frasa kepada siswa

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

makna Suruhan.

Karena penutur

menyuruh siswa

agar mengingat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

137

mengetahui mitra

tutur mengenai frasa.

Waktu : Jam ke 3

dan ke 4

pembelajaran Bahasa

Indonesia kelas VIII

C.

siapa yang tahu frasa

itu apa. Penutur

menanyakan tersebut

dengan arti kepada

para siswa secara

keseluruhan apakah

siswa memang

benar-benar tahu

atau tidak dengan

materi.

kembali

pembelajaran

sebelumnya

tentang frasa.

38. Guru : “Sama tidak bahasa fiksi

dan non fiksi? kalau

bahasa yang digunakan

dalam karangan fiksi itu

biasanya, bahasa yang

indah kadang diselipin

apa?”

Siswa : “Ungkapan frasa kadang

ada pribahasa.”

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

para siswa agar

siswa menjawab

pertanyaan tentang

bahasa yang

digunakan dalam

fiksi dan non fiksi.

Penutur ingin

mengetahi siswa

sudah memahami

dalam bahasa fiksi

dan non fiksi

Waktu : Jam ke 3

dan ke 4

pembelajaran Bahasa

Indonesia kelas VIII

C.

Tindak Tutur

Tidak Literal Karena maksudnya

kalimat tidak sesuai

dengan yang

diaharapkan penutur.

Yang sebenarnya

atau menyuruh siswa

agar mengingat

kembali

pembelajaran

sebelumnya.

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

makna Suruhan.

Karena penutur

menyuruh siswa

agar mengingat

kembali

pembelajaran

sebelumnya

tentang fiksi dan

non fiksi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

138

39. Guru : “Ok supaya tidak

memakan waktu, coba

baca mas urutan dari

depan ke samping dan

setrusnya, nah yang

sudah dibaca tadi tentang

ungkapan unsur

kebahasaan dalam buku

fiksi disertai bacaan kita

tadi, habis ini dalam

kalian menyikapi nanti

mencari atau

menentukan kebahasaan

yang dugunakan dalam

menumukan kebahasan,

tentunya dalam

pengunaan kata-kata

yang berupa penegasan,

ugkapan, ya ungkapam

yag digunakan disini

bisa dalam bentk yaitu

frasa. Coba frasa itu

apa?”

Siswa : “Kelompok kata.”

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

para siswa agar

siswa membaca

bahan ajar yang

sedang dibahas.

Penutur ingin apakah

siswa benar-benar

memahami konteks

yang telah dibaca.

Waktu : Jam ke 3

dan ke 4

pembelajaran Bahasa

Indonesia kelas VIII

C.

Tindak Tutur

Langsung Literal Karena maksudnya

sesuai dengan modus

guru menyuruh

siswa membaca

bahan ajar yang

sedang diajarkan.

Tuturan tersebut

sesuai dengan

keinginan dimana

guru menginginkan

siswa ingat dengan

bahan ajar yag

sedang diajarkan

pada pembelajaran

tersebut..

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud memberi

Perintah kepada

siswa agar

membaca bahan

ajar yang sedang

diajarkan.

40. Guru : “Misalkan yang digagas

apa? Buku paket

penyajinya tidak sama

dengan mengarang

modul, kalo buku paket

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

para siswa agar

Tindak Tutur

Tidak Langsung

Literal Karena antara

bentuk dan makna

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

makna Perintah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

139

itu penelitian bisa

berbulan-bulan atau

bertahun-tahun, tetapi

kalo buku modul hanya

dipake dalam daerah.

Nah itu sebagai

pengetahuan kalian.”

Guru : “Yang ketiga apa?”

Siswa : “Bahasa yang

digunakan”

siswa membaca

bahan ajar yang

sedang dibahas

Penutur ingin siswa

bisa membedakan

antara fiksi dan non

fiksi beserta contoh-

contohnya apakah

siswa benar-benar

memahami konteks

yang telah dipelajari.

Waktu : Jam ke 3

dan ke 4

pembelajaran Bahasa

Indonesia kelas VIII

C.

tindakan tidak

sesuai. Dengan

modus bahwa siswa

harus sudah jelas

dengan penjelasan

yang sudah

dilakukan guru

sebelumnya.

Penutur menginkan

agar siswa memang

sudah jelas dengan

penjabaran yang

diberikan.

Karena penutur

menayakan

kepada siswa agar

membaca bahan

ajar yang telah

diajarkan.

41. Guru : “Iya coba, Bawang

mearh bawang putih

fiksi atau non fiksi?”

Siswa : “Fiksi ibu, kayaknya sih

fiksi”

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

para seluruh siswa

terkait jenis crita

fiksi atau non fiksi.

Waktu : Jam ke 1

dan ke 2

pembelajaran Bahasa

Indonesia kelas VIII

E.

Tindak Tutur

Langsung Karena adanya

tuturan yang bersifat

langsung dengan

mitra tutur, penutur

menyampaikan

bahwa siswa benar

memahami atau

tidak.

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

makna

Klarifikasi.

Karena penutur

menyakan kepada

seluruh siswa

yang ada di kelas

dengan keseuaian

atau kebenaran.

42. Guru : “Berarti bahasa indah

masuk kedalam apa ?”

Siswa : “Karangan fiksi Ibu.”

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

Tindak Tutur

Langsung Karena adanya

tuturan yang bersifat

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

140

para seluruh siswa

berupa pertanyaan.

Guru bertanya

bahasa indah masak

dalam golongan

yang man.

Waktu : Jam ke 1

dan ke 2

pembelajaran Bahasa

Indonesia kelas VIII

E.

langsung dengan

modus penutur

menanyakan tentang

bahasa indah masuk

dalam golongan

yang mana kepada

siswa. Penutur

menanyakan tersebut

kepada para siswa

secara keseluruhan

apakah siswa benar

tahu atau tidak

dengan bahasa indah

masuk dalam

golongan apa.

makna Suruhan.

Karena penutur

menyuruh siswa

agar menjawab

pertanyaan dalam

pembelajaran

tersebut.

43. Guru : “Terimah kasih salah

satu dari siswa silakan

mempinpin doa, samuel

tolong pimpin doa

sekalian nyanyi.”

Siswa : “Iya pak.”

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

salah satu siswa

Samuel untuk

memimpin doa dan

dilanjutkan dengan

menyanyi.

Waktu : Jam ke 1

dan ke 2

pembelajaran

pendidikan

AgamaVIII E.

Tindak Tutur

Langsung Karena adanya

tuturan yang bersifat

langsung dengan

modus

menyampaikan

makna kata-katanya

sesuai dengan

keadaan yang

sebenarnya atau

dengan arti

menyuruh siswa agar

memimpin doa dan

dilanjutkan

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

makna Perintah.

Karena penutur

menayakan

kepada siswa agar

membaca doa dan

bernyanyi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

141

bernyanyi.

44. Guru : “Oke kalau begitu,

karena waktunya udah

hampir habis, kalian

selama ini harus sering

belajar karena minggu

depan tanggal 21 kalian

sudah melaksanakan

ujian akhir semester.”

Siswa : “Bu, mau bertanya

materi ujiannya.”

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

seluruh disamapikan

pada aat mau jam

pekajaran dan guru

mengingatkan siswa

lebih giat belajar

karena akan segera

UAS. Tuturan

tersebut sebagai

nasihat dari guru

kepada anak

didiknya.

Waktu : Jam ke 1

dan ke 2

pembelajaran Bahasa

Indonesia kelas VIII

E.

Tindak Tutur

Langsung Literal Karena dengan

modus pengutaranya

sesuai. Modusnya

guru menasehati

siswa agar belajar

lebih giat karena

sebentar lagi akan

diadakan ujian akhir

semester atau

dengan arti agar

siswa belajar lebih

giat. Tuturan

tersebut sesuai

dengan keinginan

dimana guru

menginginkan siswa

belajar lebih giat

lagi.

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

makna Nasihat.

Karena

disampaikan

kepada siswa agar

siswa belajar

lebih giat karena

akan segera

diadakan UAS.

45. Guru : “Mana daftar hadirnya?

Oh iya silakan daftar

hadirnya didisi, bapak

akan melanjutkan materi,

silakan diperhatikan

jagan ngbrol terus, Nah

anak-anak kita akan

melanjutkan topik

pelajaran kita kemarin

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

seluruh siswa berupa

teguran. Guru

menanyakan daftar

hadir. Tuturan

tersebut sebagai

Tindak Tutur

Tidak Langsung

Literal

Karena tidak sesuai

dengan yang

diharpkan tetpai

kesamaan tindakan

diharapkan. Modus

guru menegur

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

makna memberi

Teguran. Karena

guru

menyampaikan

tuturan dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

142

dan bapak juga

menyuruh agar kalian

membaca dirumah, apa

masih ada yang ingat?”

Siswa : “Masih pak, pelajaran

kita kemarin mengenai

sengsara dan wafat

Yesus Kristus, pak!”

teguran guru pada

muridnya.

Waktu : Jam ke 1

dan ke 2

pembelajaran Bahasa

Indonesia kelas VIII

E.

siswanya

menanyakan daftar

hadir dan penutur

ingin mengetahui

keberadaan daftar

hadir.

kalimat teguran.

46. Guru : “Selamat siang anak-

anak sampai jumpa

selasa depan.”

Siswa : “Selamat siang pak.”

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

seluruh siswa berupa

sapaan mengkahiri

pembelajaran. Guru

menyapa siswa

karena pembelajaran

telah selesai. Tuturan

tersebut sebagai

sapaan pergantian

jam.

Waktu : Jam ke 1

dan ke 2

pembelajaran Bahasa

Indonesia kelas VIII

E.

Tindak Tutur

Langsung Karena adanya

tuturan yang bersifat

langsung dengan

modus punutur

menyapa salam

perpisahan dengan

siswa karena

pembelajaran telah

selesai.

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

makna Sapaan.

Karena penutur

menayakan

kepada seluruh

siswa yang ada di

kelas sebelum

pembelajar

berakhir.

47. Guru : “Yang kedua apa? Ayo

coba sebutkan.”

Siswa : “Apa ya?”

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

Tindak Tutur

Langsung Karena adanya

tuturan yan bersifat

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

143

seluruh siswa berupa

pertanyaan siswa

disuruh

menyebutkan kajian

noon fiksi. Tuturan

tersebut sebagai

suruhan kepada

siswa agar dapat

menyebutkan apa

yang diperintahkan

oleh guru.

Waktu : Jam ke 1

dan ke 2

pembelajaran Bahasa

Indonesia kelas VIII

E.

langsung dengan

modus penutur

menyuruh siswa

menyebutkan kajian

non fiksi

menanyakan tentang

bahan ajar yang telah

diberikan. Penutur

menanyakan tersebut

kepada para siswa

secara keseluruhan

apakah siswa benar-

benar tahu atau tidak

dengan kajian non

fiksi.

makna Suruhan.

Karena penutur

menyuruh siswa

agar menjawab

pertanyaan dalam

pembelajaran

tersebut.

48. Guru : “Betul sekali, berikan

dulu tepuk tangan untuk

Siska. Anak-anak Tuhan

memulai sengseranya

ditaman Getsemani

dimana waktu Yesus dan

murid-muridnya pergi

berdoa untuk penderitaan

yang akan ditanggung-

Nya . Pertanyaan kedua

coba kalian sebutkan

kenapa Tuhan Yesus

dijatuhkan hukuman

mati oleh Pilatus. Coba

siapa yang bisa

menjawab?”

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

siswa Siska yang

menjawab benar.

Guru memberikan

pujian kepada Siska

karena dapat

menyebutkan apa

yang diperintahkan

oleh guru.

Waktu : Jam ke 1

dan ke 2

pembelajaran

pendidikan Agama

Tindak Tutur

Literal Karena guru

menyampaikan

maksud dengan

makna kata-katanya

sesuai dengan

keadaan yang

sebenarnya atau

dengan arti memberi

pujian kepasa Siska

karena menjawab

pertanyaan dengan

benar.

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

makna Pujian.

Karena penutur

memuji siswa

yang menjawab

pertanyaan

dengan benar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

144

Siswa : “Saya tau pak. Pilatus

memberikan hukum mati

kepada Yesus karena

pilatus didesak orang-

orang yahudi pak.”

VIII E.

49. Guru : “Katanya kemarin sudah

dipersiapakan dan akan

membawa? Kelas

sebalah kemarin sudah

membawa semua ada

yang membawa tenggok,

dan lain-lain, berarti ini

belum siap? Katanya tadi

sudah siap!”

Siswa : “Belum siap, karena

kami kemarin banyak

tugas bu.”

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

seluruh siswa. Guru

memberikan teguran

kepada seluruh siswa

karena siswa sudah

berjanji akan

membawa alat

peraga

pembelajaran,

namun siswa belum

memb awa alat

peraga tersebut,

sehingga siswa

belum siap dalam

pembelajaran.

Waktu : Jam ke 1

dan ke 2

pembelajaran Bahasa

Indonesia kelas VIII

E.

Tindak Tutur

Langsung Literal Karena adanya

kesesuaian dengan

modus tuturan guru

menegur siswa yang

tidak membawa alat

peraga

pembelajaran.

Teguran guru

tersebut dengan

modus agar siswa

belajar lebih tertib.

Tuturan tersebut

sesuai dengan

keinginan dimana

guru menginingkan

siswa menepati

janjinya.

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

makna Teguran.

Karena penutur

menayakan

kepada siswa

yang tidak

membawa alat

peraga.

50. Guru : Baiklah bapak ingin

bertanya tentang topik

pelajaran kita ini kepada

kalian. Jadi kisah

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

Tindak Tutur

Langsung Literal

Karena adanya

kesesuaian antara

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

145

sengsara Yesus dimulai

dari mana Luk 22-45?

ayo siapa yang tau?”

Siswa : “Sengsara Tuhan Yesus

dimulai dari taman

Getsemani Pak.”

seluruh siswa. Guru

saat menyampaikna

materi dan

memberikan perintah

kepada seluruh siswa

agar menjawab

pertanyaan yang

diberikan oleh guru.

Pertanyaan tersebut

dilontarkan oleh

guru kepada

siswanya.

Waktu : Jam ke 1

dan ke 2

pembelajaran

Pendidikan Agama

kelas VIII E.

modus dan makna

pengutaraaannya.

Dengan guru

memberikan

pertanyaan kepada

siswanya dan

menanyakan

pertanyaan yang

kemudian dijawab

oleh seorang siswa

dan jawaban tersebut

benar. Dari

pertanyaan tersebut

penutur ingin

mengetahui kesiapan

para siswa dalam

mengikuti

pembelajaran dan

sekaligus menguji

daya ingat para

siswanya

makna Perintah.

Penutur

menayakan

kepada siswa agar

menjawab

pertanyaan yang

dilontarkannya.

51. Guru : “Asslamulaikum Wr.

Wb. selamat siang anak-

anak.”

Siswa : “Wsalamualaikam

wr.wb, selamat siang

bu.”

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

para seluruh siswa

berupa sapaan

sebelum

pembelajaran

dimulai.

Waktu : Jam ke 5

dan ke 6

Tindak Tutur

Langsung Karena adanya

tuturan yang bersifat

langsung dengan

modus penutur

memberikan salam

kepada mitra tutur

sebelum

pembelajaran

dimulai.

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

makna Sapaan.

Karena penutur

menutarakan

kepada seluruh

siswa yang ada di

kelas sebelum

pembelajar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

146

pembelajaran Bahasa

Indonesia kelas VIII

H.

dimulai.

52. Guru : “Apa kabar hari ini?”

Siswa : “Sehat-sehat Pak.”

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

para seluruh siswa

berupa sapaan

sebelum

pembelajaran

dimulai. Penutur

menanyakan

keadaan hari ini.

Waktu : Jam ke 5

dan ke 6 kelas VIII

H.

Tindak Tutur

Langsung Karena adanya

tuturan yang bersifat

langsung dengan

modus penutur ingin

mengetahui keadaan

para siswa sebelum

pembelajaran

dimulai.

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

makna Sapaan.

Karena penutur

menayakan

kepada seluruh

siswa yang ada di

kelas sebelum

pembelajar

dimulai.

53. Guru : “Betul sekali, Tuhan

Yesus menerima

hukuman mati dari

pilatus itu karena

desakan-desakan dari

orang Yahudi yang ingin

membunuh Yesus,

karena mereka

menganggap bahwa

Tuhan Yesus sudah

menghujat Allah.

Baiklah anak-anak kita

akan membuat suatu

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

para seluruh siswa

berupa suruhan agar

membentuk

kelompok-kelompok

untuk mendiskusikan

suatu permasalahan.

Waktu : Jam ke 5

dan ke 6

pembelajaran

Tindak Tutur

Literal Karena guru

menyampaikan

makna kata-katanya

sesuai dengan

keadaan yang

sebenarnya atau

dengan modus

memberi suruhan

kepada siswa agar

siswa membentuk

kelompok-kelompok

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

makna Suruhan.

Karena penutur

menyuruh siswa

agar membentuk

kelompok guna

memecahkan

suatu persoalan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

147

diskusi kelompok bentuk

3 kelompok dimana satu

kelompok terdiri dari 5

orang. Ayo?Silakan

dibentuk dalam

kelompok masing-

masing. Satu kelompok 4

orang.”

Siswa : “Iya pak”

Pendidikan Agama

kelas VIII H.

untuk mendiskusikan

suatu permasalahan.

Maknanya guru

ingin siswa bias

bekerja sama dalam

menyelesaiakn suatu

persoalan.

54. Guru : “Bagus, saya suka jika

ada yang bertanya, coba

semua mendengarkan

kesini pada saat yesus

dibawa menghadap ke

Makama Agama. Yesus

diberikan pertanyaan

“Jikalau Engkau adalah

Mesias katakanlah

kepada kami” ( Luk 22 :

67 ). Dan pertanyaan itu

juga adalah pertanyaan

yang menjebak. Tetapi

Yesus dengan tegas

menjawab bahwa Dia

adalah Anak Allah,

mendengar jawaban

Yesus itu, maka dengan

segera sidang Makamah

Agama mengambil

keputusan menghukum

mati, karena Ia telah

mengatakan Dia Anak

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

para seluruh siswa

berupa materi

pendidikan agama,

tentang dibunuhnya

Tuhan Yesus.

Waktu : Jam ke 5

dan ke 6

pembelajaran

pendidikan Agama

kelas VIII H.

Tindak Tutur

Langsung Literal Karena adanya

kesesuaian antara

modus dengan

maknanya dengan

modus guru

menayakan yang

diutarakan oleh

siswa tersebut

dengan arti guru

menjawab

pertanyaan dari

siswa yang belum

jelas dengan

penjelasan yang

dilakukan oleh guru.

Tuturan tersebut

sesuai dengan

keinginan dimana

guru menginingkan

siswa bias aktif

dalam bertanya dan

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

makna

Klarifikasi.

Karena pentur

mengajukan

pertanyaan untuk

siswanya. Guru

memberikan

jawaban yang

sesuai dengan

pertanyaan

siswanya. Penutur

merasa senang

jika siswanya

aktif bertanya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

148

Allah karena itu adalah

penghujatan bagi umat

Yahudi.”

Siswa : “Berarti Umat Yahudi

tidak Percaya bahwa

Tuhan Yesus adalah

Mesias?”

menjawab.

55. Guru : “Tepat sekali. Ingat

tugasnya ditulis dalam

satu lembar kertas

dikerjakan menurut

pandangan masing-

masing ya tapi

diselesaikan dalam

diskusi.”

Siswa : “Iya Pak kami

mengerti.”

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

para seluruh siswa

berupa saran agar

siswanya

mengerjakan tugas

dalam suatu lembar

kertas dan

dikerjakan sesuai

dengan pandangan

masing-masing.

Waktu : Jam ke 5

dan ke 6

pembelajaran Bahasa

Indonesia kelas VIII

H.

Tindak Tutur

Langsung Literal Karena adanya

kesesuain dengan

maksud pengutaraan

dengan modusnya

guru menyarankan

siswanya agar

mengerjakan

tugasnya dalam

selembar kertas.

Saran guru tersebut

dengan arti agar

siswa melaksanakan

tugasnya dengan

lebih tertib. Tuturan

tersebut sesuai

dengan keinginan

dimana guru

menginingkan siswa

menepati janjinya.

Tuturan guru

merupakan

maksud atau

makna Saran.

Karena penutur

memberi saran

kepada siswa agar

mengerjakan

tugas dalam satu

lembar kertas.

Guru memberikan

saran tersebut

sesuai dengan

kehendaknya.

Penutur merasa

senang jika

siswanya dapat

melaksanakan

tugasnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

149

56. Guru : “Untuk hari ini yaitu

pelajaran bahasa

indonesia sebelum kita

membahas mengani ciri-

ciri teks eksplanasi yaa,

nanti pertama kali yang

kita pelajari yaitu arti

dari teks tersebut.

Namun, sebelumnya

apakah hari ini ada yang

tidak masuk?”

Siswa : “Hadir semua”

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

para seluruh siswa

berupa materi bahasa

indonesia bahasan

yang akan dibahas

pada hari ini yaitu

membahas

eksplanasi.

Waktu : Jam ke 5

dan ke 6

pembelajaran Bahasa

Indonesia kelas VIII

H.

Tindak Tutur

Langsung Karena adanya

tuturan yang bersifat

langsung dengan

mitra tutur dengan

modus penutur ingin

menyampaikan

bahasan pada hari ini

yaitu tentang

eksplanasi kepada

para siswa sebelum

pembelajaran

dimulai.

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

makna

Klarifikasi. Karena

pembahasan yang

akan dibahas pada

hari ini agar siswa

mempersiapkan

bahasannya.

Penutur merasa

perlu memberikan

contoh yang

benar.

57. Guru : “Yang menjadi tugas

kalian dalam kelompok,

coba kalian diskusikan

apa arti Wafat Yesus

bagi hidup kalian.”

Siswa : “Itu aja pak?”

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

para seluruh siswa

berupa suruhan

membuat suatu

diskusi tentang apa

arti wafatnya Yesus

bagi hidup para

siswanya.

Waktu : Jam ke 5

dan ke 6

pembelajaran

Pendidikan Agama

kelas VIII H.

Tindak Tutur

Tidak Langsung Karena adanya

tuturan yang bersifat

langsung dengan

modus penutur

menyuruh

mendiskusikan

tentang

permasalahan.

Penutur memberikan

suruhan kepada

siswa agar para

siswa segera

membentuk

kelompok kerja.

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

makna Suruhan.

Karena penutur

menyuruh siswa

agar membentuk

kelompok-

kelompok guna

memecahkan

suatu persoalan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

150

58. Guru : “Baiklah apa yang kau

tanyakan?”

Siswa : “Kenapa Tuhan Yesus

tidak benar?”

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

para seluruh siswa

berupa Tanya jawab

antara guru dengan

siswanya, salah

seorang siswa

bertanya tentang

mengapa Tuhan

Yesus tidak benar

Waktu : Jam ke 5

dan ke 6

pembelajaran

Pendidikan Agama

kelas VIII H.

Tindak Tutur

Langsung

Karena adanya

tuturan yang bersifat

langsung dengan

modus guru

mempersilahkan

siswa untuk

bertanya, dan

siswapun bertanya

makna kata-katanya

sesuai dengan

keadaan yang

sebenarnya atau

dengan arti guru

ingin memebrikan

contoh yang baik

dan agar siswanta

aktif.

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

makna

Klarifikasi.

Karena agar siswa

bertanya jika

siswa memang

tidak tahu tentang

pembahasan yang

sedang dibahas

pada hari ini.

Guru memberikan

klarifikasi agar

siswa tidak segan

memberi

pertanyaan.

59. Guru : “Untuk hari ini cukup

sampai disitu dulu

pelajaran kita, mari kita

tutup pelajaran kita ini

dengan doa yang

dipinpin oleh Repinia.”

Siswa : “Baik Pak.”

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

seorang siswa pada

saat jam pelajaran

berakir sebelumnya

membahas materi

dan juga akan

menutup

pembelajaran degan

Tindak Tutur

Langsung Literal Karena kesesuaian

antara modus tuturan

dengan maknanya

guru menyarankan

siswanya agar

memimpin doa telah

selesainya

pembelajaran.

Perintah guru

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

makna Perintah.

Karena penutur

meminta kepada

seorang siswa

agar memimpin

doa setelah

melaksanakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

151

doa

Waktu : Jam ke 5

dan ke 6

pembelajaran Bahasa

Indonesia kelas VIII

H.

tersebut dengan arti

agar siswa selalu

berdoa disetiap saat

akan ataupun setelah

melaksanakan

kegiatan. Tuturan

tersebut sesuai

dengan keinginan

dimana guru

menginingkan siswa

agar selalu berdoa.

pembelajaran.

60. Guru : “Anak-anak sumbernya

di ambil dari Alkitab ya,

dari Kitan Luk 22 – 45

dan juga 1 Kor 1 : 24 -

25.”

Siswa : “Baik pak.”

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

seluruh siswa agar

membuka alkitab.

Waktu : Jam ke 5

dan ke 6

pembelajarn

Pendidikan Agama

kelas VIII H.

Tindak Tutur

Tidak Langsung Karena adanya

tuturan yang bersifat

langsung dengan

modus penutur

menyuruh siswa

membuka alkitab.

Penutur

menginginka agar

siswa selalu

membuka alkitab

dengan arti agar para

siswa dengan senang

hati selalu membuka

alkitab.

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

makna Saran.

Karena pentur

menyarakan

kepada siswa agar

selalu membuka

Alkitab.

Guru memberikan

saran tersebut

sesuai dengan

kehendaknya.

Penutur merasa

senang jika

siswanya dapat

selalu membuka

alkitab.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

152

61. Guru : “Kita sudah selesai

diskusi kelompok,tepuk

tangan dulu semua. Ingat

minggu depan kita akan

mengadakan ujian harian

ya.”

Siswa : “Mengenai materi apa

pak?”

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

seluruh siswa setelah

melaksanakan

diskusi kelompok.

Waktu : Jam ke 5

dan ke 6

pembelajaran

Pendidikan Agama

kelas VIII H.

Tindak Tutur

Literal Karena adanya

kesesuaian antara

maksud dengan

modus. Guru

memberikan

apresiasi kepada

seluruh siswa karena

telah selesai

melaksanakan

diskusi kelompok

dengan modu agar

siswanya selalu

semangat dalam

belajar. Guru ingin

siswa bisa aktif

dalam pembelajaran.

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

makna

Klarifikasi.

Karena agar siswa

selalu semangat

dalam belajar.

Guru memberikan

contoh dorongan

agar siswa selalu

belajar.

62. Guru : “Ibu akan langsung saja

membahas materi ya ibu

ulang kembali supaya

lebih paham karena

minggu depan itu sudah

di adakan ulangang akhir

semester. Baiklah

murid- murid, adakah

dari kalian yang belum

mengerti mengenai

materi sel yang kita

pelajari hari ini?”

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

seluruh siswa

dengan cara

menasehati dan

mengingatkan siswa

bahwa minggu

depan sudah ada

ujian akhir semester.

Waktu : Jam ke 5

Tindak Tutur

Langsung Literal Karena adanya

kesesuaian antara

maksud dengan

modus

pengutaraanya. Guru

menyarankan

siswanya agar

belajar karena

minggu depan sudah

ujian akhir semester

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

makna Saran.

Karena agar siswa

selalu semangat

dalam belajar.

Guru memberikan

saran agar siswa

selalu belajar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

153

Siswa : “Semua murid terdiam.”

dan ke 6

pembelajaran Bahasa

Indonesia kelas VIII

H.

Saran guru tersebut

dengan arti agar

siswa selalu belajar

disetiap saat.

Tuturan tersebut

sesuai dengan

keinginan dimana

guru menginingkan

siswa agar selalu

belajar.

63. Guru : “Oke, jadi begini. Sel

merupakan unit

struktural setiap makhluk

hidup, artinya bahwa

setiap benda dapat

dikatakan menjadi

makhluk hidup apabila

tubuhnya tersusun atas

sel, yang mana memiliki

bagian-bagian (organel)

yang menyusunnya.

Oleh karena itu, virus

tidak dapat dapat

digolongkan menjadi

makhluk hidup karena

tubuhnya tidak disusun

atas sel.”

Siswa : “Lalu unit fungsional

kehidupan Bu, gimana?”

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

seluruh siswa

dengan cara

menjelaskan bahan

ajar yang sedang

dibahas.

Waktu : Jam ke 1

dan ke 6

pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam

kelas VIII C.

Tindak Tutur

Lidak Langsung

Literal

Karena modusnya

sesuai dengan

maksudnya tetapi

tidak memiliki

makna yang sama

dengan penuturnya

guru memberikan

penjelasan kepada

siswanya tentang

bahan ajar yang

sedang diajarkan.

Arti dari penutur

agar siswa bisa

paham dan mengerti

tentang susunan sel-

sel.

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

makna

Klarifikasi. Karena agar siswa

selalu semangat

dalam belajar.

Guru memberikan

kebenaran agar

siswa selalu

belajar dan

mengingat

pembelajaran

sebelumnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

154

64. Guru : “Ayo cepat, waktunya

tinggal 5 menit lagi ya.”

Siswa : “Baik pak.”

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

seluruh siswa yang

sedang membuat

kesimpulan diskusi.

Waktu : Jam ke 7

dan ke 8

pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam

VIII D.

Tindak Tutur

Langsung Karena adanya

tuturan yang bersifat

langsung dengan

modus penutur

menyuruh siswa

segera

menyelesaikan tugas

diskusinya. Arti

penutur menginginka

agar siswa segera

menyelesaikan tugas

diskusinya.

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

makna

Peringatan.

Karena agar siswa

segera

menyelesaikan

tugas diskusi

kelompoknya

karena waktu

akan segera habis.

65. Guru : “Kita akan mengambil

dari bab tujuh mengenai

kisah penyelamatan

Tuhan Yesus Kristus,

ingat baca bukunya

dirumah ya.”

Siswa : “Ok siap Pak.”

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

seluruh siswa yang

sedang

melaksanakan

kegiatan

pembelajaran. Guru

memerintahkan

siswa agar

membahas Bab tujuh

dan memerintah

siswa untuk baca

dirumah..

Waktu : Jam ke 5

dan ke 6

pembelajaran

Tindak Tutur

Tidak Langsung

Literal Karena adanya

kesesuaian modus

dengan maknanya.

Guru memberikan

perintah kepada

seluruh siswaagar

membaca bab 7

dirumah dan

memahaminya

dengan modus agar

siswa dapat belajar

di rumah.

Tuturan guru

tersebt merupakan

maksud atau

makna Perintah.

Karena tuturan

ditujukan kepada

siswa agar belajar

di rumah dengan

membaca Bab

tujuh pada

pembelajaran

yang diberikan

oleh guru.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

155

Pendidikan Agama

kelas VIII D.

66. Guru : “Kamu tidak sabaran ya

Dimas. Saya jelaskan

perlahan agar kalian

dapat mengerti dan

memahami hal tersebut.

Mengenai unit struktural

apakah sudah

jelas?Anton? Lainnya?”

Siswa : “Saya mengerti Bu, jadi

Saya, Ibu, dan teman-

teman serta makhluk

hidup itu pasti tubuhnya

tersusun atas sel ya Bu?

Berarti Sel yang

menyusun kita

ukurannya lebih besar

dari ukuran sel bakteri ya

Bu? Sehingga bakteri tak

tampak oleh mata

telanjang.

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

seorang siswa Dimas

yang belum jelas

dengan penjelasan

guru. Kemudian

guru menyindir

Dimas kemudian

guru mengulangi

sekali lagi

penjelasan tersebut.

Waktu : Jam ke 5

dan ke 6

pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam

VIII H.

Tindak Tutur

Langsung Literal

karena adanya

kesesuaian antara

modus tuturan

dengan maksud

pengutrannya. Guru

memberikan

penjelasan

pengulangan kepada

siswa yang belum

jelas. Sehingga guru

menjelaskan sekali

lagi dengan

perlahan-lahan.

Modus dari penutur

agar siswa bisa

paham dan mengerti

penjelasannya.

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

makna

Klarifikasi.

Karena penutur

menyampaikan

kepada siswa agar

belajar lebih giat

dan

memperhatikan

saat guru sedang

menjelaskan

pelajaran.

67. Guru : “Kalau sudah siap salah

satu kumpul kedepan,

buat nama kelompoknya

ya.”

Siswa : “Baik Pak.”

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

siswa yang sudah

siap atau sudah

selesai mengerjakan

tugasnya. Guru

memberikan perintah

keapada siswa-siwa

Tindak Tutur

Langsung

Karena adanya

tuturan yang bersifat

langsung. Penutur

memerintahkan

kepada kelompok

yang sudah selesai

mengerjakan

tugasnya diskusi.

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

makna Perintah.

Karena penutur

menyampaikan

kepada siswa agar

segera

mengumpulkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

156

atau kelompok yang

sudah selesai

mengerjakan

tugasnya.

Waktu : Jam ke 3

dan ke 4

pembelajaran Bahasa

Indonesia kelas VIII

F.

Maksud penutur

menginginka agar

siswa segera

menyelesaikan tugas

diskusinya.

tugas yang sudah

selesai. Perintah

tersebut ditujukan

kepada kelompok

yang memang

sudah selesai

mengerjakan

tugasnya.

68. Guru : “Kenapa tidak masuk?

ini mana surat ijinnya

tidak ada.”

Siswa : “Diki tidak tahu bu, kalo

Intan ada suaratnya

katanya dia sakit.”

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

siswa yang tidak

masuk namun tidak

ada surat ijinnya.

Guru menegur siswa

kenapa tidak masuk

tanpa surat ijin.

Waktu : Jam ke 1

dan ke 2

pembelajaran Bahasa

Indonesia kelas VIII

B.

Tindak Tutur

Tidak Langsung

Literal

Karena adanya

tuturan yang bersifat

maksudnya tidak

sesuai dengan yang

diharapkan pentur

dengan modus guru

memberikan teguran

kepada siswa karena

tidak masuk tanpa

ijin, sehingga guru

menanyakan surat

ijin tersebut dengan

modus bahwa siswa

harus patuh pada

peraturan dan tata

tertib sekolah.

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

makna Teguran.

Karena pentur

menyampaikan

kepada siswa

melalaui siswa

yang hadir yang

tidak membuat

surat ijin ketika

tidak masuk.

69. Guru : “Bagus kalau kamu

sudah mengerti. Ukuran

sel sangat bervariasi

bergantung pada

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

Tindak Tutur

Literal

Karena maksudnya

sama dengan yang

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

157

jenisnya. Meski ukuran

sel kita lebih besar dari

sel bakteri, namun sel

kita pun tidak dapat

dilihat dengan mata

telanjang.”

Siswa : “Tapi Bu, kenapa kita

bisa terlihat dengan mata

telanjang?”

seluruh siswa, disaat

guru sedang

menjelaskan tentang

sel. Guru ingin lebih

mengetahui

penjelasannya agar

siswa mudah

menerimanya.

Waktu : Jam ke 7

dan ke 8

pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam

VIII G.

diutarakan. Guru

memberikan

penjelasan materi

pembelajaran.

Maksudnya penutur

agar siswa bisa

paham dan mengerti

penjelasannya.

makna

Klarifikasi.

Karena agar siswa

lebih paham

dengan

penjelasannya.

Guru memberikan

klarifikasi agar

siswa selalu

belajar dan

mengiangat

pembelajaran

yang telah

diberikan.

70. Guru : “Itu karya siapa, kreatif

ya gimana cara membuat

karya tulis ini!”

Siswa : “Saya Ibu.”

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

siswa yang membuat

sebuah karya tulis

yang menarik.

Waktu : Jam ke 6

dan ke 7

pembelajaran Bahasa

Indonesia kelas VIII

H.

Tindak Tutur

Langsung Literal

Karena sesuai

dengan modus

tuturan berdasrkan

maknanya. Penutur

apa yang

dimaksudkan sama

maknanya dengan

yang penutur lihat.

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

makna Pujian.

Karena pentur

menyampaikan

kepada siswa

karena memang

benar karyanya

bagus.

71. Guru : “Bagus Anton,

setidaknya kamu akan

mengulur waktu tes

untuk sebentar. Apa

yang tidak kamu

mengerti mengenai

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

seluruh siswa, disaat

guru sedang

Tindak Tutur

Langsung

Karena adanya

tuturan yang bersifat

langsung dengan

modus guru

Tuturan guru

terebut

merupakan

maksud atau

makna

Klarifikasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

158

materi sel kali ini?”

Siswa : “Begini Bu, Saya masih

sulit memahami teori

yang dikemukakan oleh

Schleiden dan Schwann,

bahwa sel merupakan

unit struktural dan

fungsional suatu.”

menjelaskan tentang

sel. Guru

mengklarifikasi

penjelasannya agar

siswa mudah

menerimanya.

Waktu : Jam ke 1

dan ke 2

pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam

kelas VIII C.

memberikan

penjelasan materi

pembelajaran. Arti

dari penutur agar

siswa bisa paham

dan mengerti

penjelasannya.

Karena maksdu

pentur agar siswa

lebih paham

dengan

penjelasannya,

pentur berharap

siswa selalu

belajar dan

mengiangat

pembelajaran

yang telah

diberikan.

72. Guru : “Mengapa kalian hanya

diam? Saya anggap

sudah mengerti. Oke

kalau begitu kita akan tes

uji pemahaman, jika

tidak ada yang ingin

bertanya.”

Siswa : “Terdiam.”

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

seluruh siswa, disaat

guru sedang

menjelaskan tentang

sel. Guru menegur

siswa mengapa

mereka semua diam.

Waktu : Jam ke 3

dan ke 4

pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam

kelas VIII C.

Tindak Tutur

Langsung Karena adanya

tuturan yang

diutarakan secara

langsung. Penutur

merasa heran

mengapa siswa

hanya diam, apakah

mereka memang

benar-benar paham

atau mereka tidak

paham sama sekali.

Penutur menegur

siswa dengan Modus

agar siswa bisa aktif

dalam pembelajaran.

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

makna

Peringatan. Karena pentur

menyampaikan

kepada siswa

namun, banyak

yang hanya diam

saat dijelaskan

tentang bahan

ajar.

73. Guru : “Hmmm, begini. Jadi

kenapa kita bisa terlihat

dan bakteri tidak terlihat

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

Tindak Tutur

Tidak Literal Karena maksudnya

Tuturan guru

tersebut

merupakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

159

dengan mata telanjang,

begitukan Ajeng maksud

pertanyaanmu?”

Siswa : “Betul Bu.”

ditujukan kepada

seluruh siswa, disaat

guru sedang

menjelaskan tentang

sel. Guru

mengklarifikasi

penjelasannya.

Waktu : Jam ke 5

dan ke 6 Ilmu

Pengetahuan Alam

kelas VIII D.

berlawanan Guru

memberikan

penjelasan tentang

pembelajaran yang

sedang dilaksanakan

namun siswa kurang

memahami. Pentuur

menyampaikan

kembali dengan

dengan modus agar

supaya siswa dapat

lebih paham dengan

apa yang dijelaskan

oleh guru.

maksud atau

tuturan

Klarifikasi.

Karena supaya

siswa lebih

paham dengan

penjelasannya,.

Guru memberikan

penjelasan, siswa

selalu belajar dan

mengingat

pembelajaran

yang telah

diberikan.

74. Guru : “Apa pengertian teks

Ekplanasi?”

Siswa : “Teks yan berisi

menjelaskan tentang

informasi mengenai

terjadinya fenomena.”

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

seluruh siswa, disaat

guru sedang dalam

proses belajar

mengjar kemudaian

guru mencoba agar

siswa dapat

menjelaskan teks

eksplanasi.

Waktu : Jam ke 1

dan ke 2

pembelajaran Bahasa

Indnesia kelas VIII

H.

Tindak Tutur

Langsung

Karena adanya

tuturan yang bersifat

langsung dengan

modus guru

memberikan

penjelasan materi

dan guru ingin tahu

seberapa

penangkapan siswa

terhadap

pelajarannya.

Sehingga guru

menyuruh siswa agar

menjelaskan

pengertian teks

ekplanasi dengan.

Tuturan guru

tersebt merupakan

maksud atau

tuturan Suruhan.

Karena penutur

menyuruh siswa

agar menjelaskan

teks eksplanasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

160

Arti agar siswa bisa

paham dan mengerti

penjelasannya.

75. Guru : “Belum mengerti? Oke

saya jelaskan kembali.”

Siswa : “Ibu! (sambil mengkode

teman-temannya) kami

sudah mengerti”

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

seluruh siswa, disaat

guru sedang dalam

proses belajar

mengjar kemudaian

guru menjelaskan

kembali

pembelajaran yang

sedang berlangsung

karena siswa masih

ada yang belum

paham.

Waktu : Jam ke 3

dan ke 4

pembelajaran kelas

VIII B.

Tindak Tutur

Tidak Langsung Karena penutur

merasa belum puas

dengan penerimaan

siswa sehingga guru

perlu mengulang

penjelasan tersebut

sekali lagi dengan

Arti agar siswa bisa

lebih paham dan

mengerti

pembahasan yang

sedang dilaksanakan.

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

makna

Klarifikasi.

Karena agar siswa

lebih paham lagi

dengan

penjelasannya,

guru mengulang

penjelasannya

sekali lagi agar

siswa lebih

paham selalu

belajar dan

mengingat

pembelajaran

yang telah

diberikan.

76. Guru : Baiklah jika begitu,

berhubung jam saya

sudah habis, maka saya

akan tetap mengadakan

ujian tes pemahaman

pertemuan berikutnya

besuk masih ada waktu

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

seluruh siswa, disaat

guru akan

mengakhiri pelajaran

Tindak Tutur

Literal Karena sesuai modus

tuturan dengan

maksud. Penutur

memberikan perintah

sebelum pelajaran

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksdu atau

makna Perintah.

Karena penutur

memerintah mitra

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

161

ya sebelum UAS. Belajar

dengan baik ya. Saya

akan meminta kalian

untuk menjelaskan

uraian detail mengenai

teori sel yang saya

jelaskan barusa. Oke,

terima kasih, assalamu

alaikumwr.wb. selamat

beristirahat.”

Siswa : “waalaikum’ salam

warah matullahiwa

barakatuh. Iya ibu. Hati-

hati di jalan”

guru mengucapkan

salam diakhir

pelajaran bertanda

pelajarannya akan

segera berakhir.

Waktu : Jam ke 5

dan ke 6

pembelajaran Bahasa

Indnesia kelas VIII

G.

penutup akan segera

berakhir

pelajarannya dengan

arti bahwa siswanya

dipertemuan yang

akan dating agar

lebih siap.

tutur belajar

kepada seluruh

siswa yang ada di

kelas sebelum

pembelajar

diakhiri.

77. Guru : “Siapa yang sampai saat

ini belum mengerti?

Sebelum kita lanjutkan,

sudah paham semua yaa.

Ini tadi bisa terjadi

kenapa cntohnya tadi,

apa mengapanya tadi?”

Siswa : “Membuang sampah.”

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

seluruh siswa, disaat

proses belajar

mengjar kemudaian

guru menjelaskan

kembali

pembelajaran yang

sedang berlangsung

karena siswa masih

ada yang belum

paham.

Waktu : Jam ke 5

dan ke 6

pembelajaran Bahasa

Indonesia kelas VIII

Tindak Tutur

Langsung Karena adanya

tuturan yang bersifat

langsung, penutur

merasa belum puas

dengan penerimaan

siswa sehingga guru

perlu mengulang

penjelasan tersebut

sekali lagi dengan

Arti agar siswa bisa

lebih paham dan

mengerti

pembahasan yang

sedang dilaksanakan.

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud tau

makna

Klarifikasi.

Karena supaya

siswa lebih

paham lagi

dengan

penjelasannya,.

Guru mengulang

penjelasannya

sekali lagi agar

siswa lebih

paham selalu

belajar dan

mengingat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

162

B.

pembelajaran

yang telah

diberikan.

78. Guru : “Ok ciri-cirnya ada

wacana yang tertulis,

maksudnya apa itu

wacana yang tertulis?”

Siswa : “Bacaan yang bisa di

pake sebagai

pembelajaran.”

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

seluruh siswa, disaat

guru sedang dalam

proses belajar

mengjar kemudaian

guru mencoba agar

siswa dapat

menjelaskan wacana

yang tertulis.

Waktu : Jam ke 7

dan ke 8

pembelajaran Bahasa

Indonesia kelas VIII

H.

Tindak Tutur

Tidak Langsung

Literal

Karena guru

memberikan

penjelasan materi

dan guru ingin tahu

seberapa

penangkapan siswa

terhadap

pelajarannya.

Sehingga guru

menyuruh siswa agar

menjelaskan

pengertian Wacana

yang tertulis dengan.

Arti siswa bisa

paham dan mengerti.

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

makna Suruhan.

Karena penutur

menyuruh siswa

agar menjelaskan

Wacana yang

tertulis.

79. Guru : “Ciri-ciri teks sebelum

menentukan ciri-cirinya

kita harus apa?”

Siswa : “Mengetahui dari ciri-

ciri teks ekplanasi.”

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

seluruh siswa, disaat

guru sedang dalam

proses belajar

mengjar kemudaian

guru mencoba agar

siswa dapat

menjelaskan ciri-ciri

Tindak Tutur

Langsung Literal

Karena sesuai modus

tuturan dengan

maksudnya. Modus

guru memberikan

penjelasan materi

dan guru ingin tahu

seberapa

penangkapan siswa

terhadap

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

makna Suruhan.

Karena menyuruh

siswa agar

menjelaskan ciri-

ciri yang tertulis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

163

teks.

Waktu : Jam ke 7

dan ke 8

pembelajaran Bahasa

Indonesia kelas VIII

H.

pelajarannya.

Sehingga guru

menyuruh siswa agar

menjelaskan ciri-ciri

teks dengan. Modus

agar siswa bisa

paham dan mengerti

dengan

penjelasannya.

80. Guru :”Bagaimana terjadinya

jika kita membuang

sampah sembarangan?”

Siswa : “Mengakibatkan banjir

Bu.”

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

seluruh siswa, disaat

guru sedang dalam

proses belajar

mengjar kemudaian

guru mencoba agar

siswa menjawab dan

guru melontarkan

pertanyaan yang

harus bias dijawab

oleh siswa.

Waktu : Jam ke 5

dan ke 6

pembelajaran Bahasa

Indnesia kelas VIII

B.

Tindak Tutur

Langsung

Karena adanya

tuturan yang berifat

langsung dengan

modus guru

memberikan

penjelasan materi

dan guru ingin tahu

seberapa

penangkapan siswa

terhadap

pelajarannya.

Sehingga guru

melontarkan sebuah

pertanyaan atau

menyuruh siswa agar

menjelaskan.

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

makna Suruhan.

Karena menyuruh

siswa agar

menjelaskan apa

jawaban yang

disampaikan oleh

Guru.

81. Guru : “Nah sekrang teks

ekplanasi mempunyai

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa Tindak Tutur

Tidak Literal

Tuturan guru

tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

164

tujuan, mempunyai dua

tujuan, ayo tujuannya

apa?”

Siswa : “Menjelaskan

fenomena.”

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

seluruh siswa, disaat

guru sedang dalam

proses belajar

mengjar kemudaian

guru mencoba agar

siswa dapat

menjelaskan tujuan

teks eksplanasi.

Waktu : Jam ke 5

dan ke 6

pembelajaran Bahasa

Indnesia kelas VIII

F.

Karena tuturan

tersebut sesuai

dengan tindakan

tetapi mempunyai

arti lain dari yang

diungkapkan. Guru

memberikan

penjelasan materi

dan guru ingin tahu

seberapa

penangkapan siswa

terhadap

pelajarannya.

Sehingga guru

menyuruh siswa agar

menjelaskan

pengertian tujuan

teks ekplanasi

dengan. Arti agar

siswa bisa paham

dan mengerti.

merupakan

maksud atau

makna Suruhan.

Karena menyuruh

siswa agar

menjelaskan teks

eksplanasi.

82. Guru : “Contohnya pa tadi

menyebabkan banjir, lalu

yang kedua apa?”

Siswa : “Menjelaskan sebab

akibat peristiwa.”

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

seluruh siswa, disaat

guru sedang dalam

proses belajar

mengjar kemudaian

guru mencoba agar

siswa dapat

menjelaskan

Tindak Tutur

Langsung Literal

Karena guru

memberikan

penjelasan materi

dan guru ingin tahu

seberapa

penangkapan siswa

terhadap

pelajarannya.

Sehingga guru

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

makna Suruhan.

Karena

menyuruh siswa

agar menjelaskan

lagi atau

mengembangkan

lagi jawaban yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

165

pertanyaan dari guru.

Waktu : Jam ke 1

dan ke 2

pembelajaran Bahasa

Indonesia kelas VIII

H.

menyuruh siswa agar

menjelaskan kembali

jawaban yang sudah

diberikan dengan arti

agar siswa bisa lebih

mengembangkan

jawabannya lagi.

sudah diberikan.

83. Guru : “Sekarang yang kedua

ciri-cirinya dari teks

ekplanasi apa? tadi kan

pengertiannya

Siswa : “Informasinya

aktual,fakta”

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

seluruh siswa, disaat

guru sedang dalam

proses belajar

mengjar kemudaian

guru mencoba agar

siswa dapat

menjelaskan ciri-ciri

teks eksplanasi yang

kedua.

Waktu : Jam ke 3

dan ke 4

pembelajaran Bahasa

Indonesia kelas VIII

C.

Tindak Tutur

Tidak Langsung

Literal

Karena tidak sesuai

bentuk dan makna

guru memberikan

penjelasan materi

dan guru ingin tahu

seberapa

penangkapan siswa

terhadap

pelajarannya.

Sehingga guru

menyuruh siswa agar

menjelaskan

pengertian ciri-ciri

teks eksplanasi ayng

kedua dengan agar

siswa bisa paham

dan mengerti

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

makna Suruhan.

Karena menyuruh

siswa agar

menjelaskan teks

eksplanasi yang

kedua.

84. Guru : “Sudah tahu apa tadi

contohnya? yaitu

ungkapan dalam bentuk

frase kemudian yang

fiksi banyak digunakan

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

seluruh siswa, disaat

Tindak Tutur

Langsung Literal

karena sesuai modus

dengan maknanya.

Guru memberikan

Tuturan guru

tersebut

merupakan

Suruhan. Karena

menyuruh siswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

166

kata-kata semacam itu

sebagai contohnya itu

tadi misalnya bentuk

kata ungkapannya yang

pertama apa ?

Siswa : “Terdiam”

guru sedang dalam

proses belajar

mengjar kemudaian

guru mencoba agar

siswa dapat

menjelaskan atau

memberikna contoh-

contoh dari

penjelasnnya.

Waktu : Jam ke 1

dan ke 2

pembelajaran Bahasa

Indonesia kelas VIII

H.

penjelasan materi

dan guru ingin tahu

seberapa

penangkapan siswa

terhadap

pelajarannya.

Sehingga guru

menyuruh siswa agar

menjelaskan atau

meberikan contoh-

contonya kelompok

kata atau frasa

dengan agar siswa

bisa paham dan

mengerti dengan

penjelasannya dan

bias

mengembangkan

jawabannya.

agar menjelaskan

atau memberikan

contoh-contoh

yang lain tentang

kelompok kata

atau frase.

.

85. Guru : “Sebentar, sebelum

masuk ke nomor

selanjutnya, bu guru

bertanya, sebenarnya

kalian sudah

mengerjakan soal-soal

ini dari rumah atau baru

tadi pagi mengerjakan di

sekolah? coba sekarang

bu guru mengecek satu

per satu. Nah

kebanyakan ini yang

cowok-cowok pasti

Penutur : Guru

Mitra Tutur : Siswa

Konteks : Tuturan

ditujukan kepada

seluruh siswa, disaat

guru sedang

menjelaskan

pembelajaran namun

tiba-tiba guru

menegur para siswa

apakah mereka

sudah mengerjakan

soal-soal tersebut di

Tindak Tutur

Tidak Langsung

Literal Karena tidak sesuai

dengan bentuk dan

maknanya, penutur

merasa heran

mengapa siswa

hanya banyak

mengerjakan soal-

soal di sekolah

padahal soal-soal

tersebut seharusnya

Tuturan guru

tersebut

merupakan

maksud atau

makna Teguran.

Tuturan tersebut

ditujukan untuk

siswa yang

mengerjakan soal-

soal di sekolah

padahal soal-soal

tersebut

seharusnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

167

belum mengerjakan.”

Siswa : “Sudah bu, hanya

sebagian yang belum

saya kerjakan.”

rumah atau baru saja

dikerjakan.

Waktu : Jam ke 7

dan ke 8

pembelajaran Bahasa

Indonesia kelas VIII

F.

sudah dikerjakan di

ruman. Penutur

menegur siswa agar

siswa bisa aktif

belajar dirumah

dengan mengerjakan

soal-soal yang telah

diberikan.

dikerjakan di

rumah sehingga

guru langsung

membahasnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

168

Lampiran 2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

169

Lampiran 3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

170

BIODATA PENULIS

Krisna Adi Wirawan lahir di Cilacap 28 Mei 1995. Penulis

menyelesaikan pendidikan di Taman Kanak-kanak Sumber Kasih

Patimuan tamat pada tahun 2001, sekolah dasar di SD Negeri

Cinyawang 02 tamat pada tahun 2008. Kemudian penulis melanjutkan

pendidikan tingkat sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1

Patimuan tamat pada tahun 2011 dan menyelesaikan Pendidikan tingkat sekolah menengah

atas di SMA Negeri 1 Sidareja tamat pada tahun 2014. Setelah menyelesaikan sekolah

menengah atas, penulis melanjutkan Pendidikan S1 di Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta, Fakultas Keguruan dan ilmu Pendidikan, Prorgram Studi Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia. Penulis menyelesaikan masa pendidikan S1 pada tahun 2019 dengan

skripsi berjudul Jenis dan Maksud Tindak Tutur antara Guru dengan Siswa di SMP Negeri 3

Delanggu Kabupaten Klaten. Alamat penulis, Magersari RT 01 / RW O2, Desa Cinyawang,

Kecamatan Patimuan, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. [email protected].

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI