jenis dan maksud tindak tutur antara guru dengan
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of jenis dan maksud tindak tutur antara guru dengan
JENIS DAN MAKSUD TINDAK TUTUR ANTARA GURU DENGAN
SISWA DI SMP NEGERI 3 DELANGGU KABUPATEN KLATEN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Oleh:
Krisna Adi Wirawan
151224060
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
JENIS DAN MAKSUD TINDAK TUTUR ANTARA GURU DENGAN
SISWA DI SMP NEGERI 3 DELANGGU KABUPATEN KLATEN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Oleh:
Krisna Adi Wirawan
151224060
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
1. Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberkati dan menjadi andalan,
petunjuk serta harapan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Kedua orang tua Lelana Sapta Budaya, Rustini yang selalu memberikan
bimbingan, kasih sayang, cinta, semangat, dukungan, motivasi dan doa.
3. Saudara kaka Hastri Eva Febriantari yang selalu memberikan semangat, kasih
sayang, dukungan, dan doa.
4. Keluarga, kekasih, sahabat, teman-teman yang selalu memberikan dukungan,
semangat, dan doa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
“Jadilah dirimu sendiri, hormatilah orang disekitarmu, dan
tetaplah rendah hati”
(Krisna Adi Wirawan)
“Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah
dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam
Kristus Yesus bagi kamu”
(1 Tesalonika 5: 16 -18)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Wirawan, Krisna Adi. 2019. Jenis dan Maksud Tindak Tutur antara Guru
dengan Siswa di SMP Negeri 3 Delanggu Kabupaten Klaten. Skripsi.
Yogyakarta: Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sanata Dharma.
Penelitian ini membahas tentang jenis dan maksud tindak tutur antara guru
dengan siswa di SMP Negeri 3 Delanggu Kabupaten Klaten. Permasalahan yang
diangkat dalam penelitian ini adalah (1) jenis-jenis tindak tutur apa yang muncul
dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas (2) maksud pragmatik apa yang
disampaikan oleh para guru dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas.
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan jenis-jenis tindak tutur, dan maksud
pragmatik.
Jenis penelitian ini merupakan deskriptif kualitatif. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui tindak tutur apa yang sering muncul dalam tuturan
guru. Data tuturan diperoleh dengan teknik observasi, teknik menyimak, dan
teknik catat. Instrumen dalam penelitian ini yaitu peneliti sendiri sebagai alat
pengumpul data. Analisis data dengan menggunakan teknik analisis deskriptif
kualitatif dan dilakukan dalam empat tahap yaitu identifikasi, klasifikasi,
interpretasi dan pelaporan dalam narasi.
Dari analisis ditemukan bahwa jenis-jenis tindak tutur terdiri atas tindak
tutur langsung, tindak tutur tidak langsung, tindak tutur literal, tindak tutur
langsung literal, tindak tutur tidak literal dan tindak tutur langsung tidak literal.
Terdapat makna pragmatik yaitu makna memerintah, makna menyapa, makna
menegur, makna menyuruh, makna memuji, makna menyindir, makna nasihat,
makna peringatan, makna saran, makna klarifikasi. Untuk memehami maksud dari
sebuah tuturan harus memperhatikan konteks. Konteks tuturan, dan tujuan tuturan
sebagai bentuk tindakan.
Kata kunci: pragmatik, jenis tindak tutur, konteks.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Wirawan, Krisna Adi. 2019. The Kind and Mean of Speech Act between
Teachers and Students in Delanggu 3 Junior High School. Thesis.
Yogyakarta: Indonesian Language and Litrature Education Program,
Departement of Languages Education and Art, Faculty of Teacher
Training and Education, Sanata Dharma University.
This research discussed the kind and mean of speech act between teachers
and students in Delanggu 3 Junior High School. The problems in this research
are (1) the kinds of the speech act which appeared in class activities (2) the
meaning of pragmatic which explained by the teacher in class activities. The aim
of this research is to describe the kinds of pragmatic.
This research is qualitative descriptive research. This research was done
to
know what kinds of speech act that often appeared in the teacher when teaching.
The data of the speech act was obtained through observation technique, direct
review, and writing technique. The instrument in this research is the researcher
who collected the data. The data analysis technique is qualitative descriptive
analysis technique and consists of four steps that are identification, classification,
interpetation, and reporting in narration.
From the analysis, it is found that the kinds of the speech act consist of
direct speech act, indirect speech act, literal speech act, direct literal speech act,
not literal speech act, and indirect not literal spech act. There are meaning of
pragmatic, that are meaning of command, meaning of greeting, meaning of
reprimanding, meaning of ordering, meaning of praising, meaning of satirizing,
meaning of advising, meaning of warning, meaning of suggesting, and meaning of
clarifying. To undestand the meaning of speech act must having regard to the
context. The context of speech act and the goal of speech act as a form of action.
Key words : pragmatic, act of speech, context.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelsaikan skripsi dengan judul “Jenis
dan Maksud Tindak Tutur antara Guru dengan Siswa di SMP Negeri 3
Delanggu Kabupaten Klaten”. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Skripsi ini dapat
penulis selesaikan berkat bimbingan, bantuan, doa, dan dukungan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Dr. Yohanes Eka Priyatma, M.Sc.,Ph.D., selaku Rektor Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
2. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
3. Rishe Purnama Dewi, S.Pd.,M.Hum., selaku Kaprodi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma.
4. Prof. Dr. Pranowo, M.Pd., selaku dosen pembimbing tunggal yang dengan
sabar membimbing, memberikan masukan, saran dan memotivasi penulis
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., selaku trianggulator yang telah memberi
masukan, saran, kritik dalam data penelitian skripsi, sehingga penelitian dapat
diselesaikan dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
6. Seluruh dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Sanata
Dharma yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan kepada
penulis.
7. Theresia Rusmiati, selaku pegawai sekretariat Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma yang telah membantu
berbagai hal yang berkaitan dengan skripsi.
8. Joni Subandriyo S.Pd., selaku kepala sekolah SMP Negeri 3 Delanggu yang
telah memberikan izin melakukan penelitian, sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
9. Sri Waliyem S.Pd., selaku guru pembimbing pada saat penelitian di SMP
Negeri 3 Delanggu dan juga bersedia menjadi objek penelitian, serta
memberikan motivasi dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.
10. Bapak, Ibu Guru kelas VIII SMP Negeri 3 Delanggu dan juga bersedia menjadi
objek penelitian, serta memberikan motivasi dan saran kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi.
11. Bapak Lelana Sapta Budaya, Ibu Rustini, Kaka Hastri Eva Febriantari, Pakde
Dadik, Om Joni dan semua keluarga yang memberikan doa dan memberikan
motivasi dorongan untuk selalu semangat kepada penulis dalam menyelesaikan
studi dan juga penyelesaian skripsi.
12. Dorotea Yovita Putri Herinda kekasih yang selalu memberikan doa, juga
pendorong semangat, dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv
MOTTO .......................................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ........................................... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ......................................... vii
ABSTRAK ....................................................................................................... viii
ABSTRACT .................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 5
1.5 Batasan Istilah ........................................................................................... 6
1.6 Sistematika Penelitian ............................................................................... 8
BAB II STUDI KEPUSTAKAAN
2.1 Penelitian Yang Relevan ............................................................................ 9
2.2 Landasan Teori ........................................................................................... 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
2.2.1 Pragmatik ........................................................................................ 12
2.2.2 Lingkup Kajian Pragmatik .............................................................. 15
2.2.3 Tindak tutur ...................................................................................... 16
2.2.3.1 Tindak lokusi ........................................................................ 17
2.2.3.2 Tindak Ilokusi ..................................................................... 18
2.2.3.3 Tindak Perlokusi ................................................................. 18
2.2.4 Klasifikasi Tindak Tutur ................................................................. 19
2.2.4.1 Asertif ................................................................................... 19
2.2.4.2 Direktif ................................................................................ 20
2.2.4.3 Komisif ................................................................................ 21
2.2.4.4 Ekpresif ............................................................................... 21
2.2.4.5 Deklaratif ............................................................................. 22
2.2.5 Jenis-Jenis Tindak Tutur ................................................................... 23
2.2.5.1 Tindak Tutur Langsung ......................................................... 23
2.2.5.2 Tindak Tutur Tidak Langsung .............................................. 24
2.2.5.3 Tindak Tutur Literal .............................................................. 24
2.2.5.4 Tindak Tutur Tidak Literal.................................................... 25
2.2.5.5 Tindak Tutur Langsung Literal ............................................ 25
2.2.5.6 Tindak Tutur Tidak Langsung Literal ................................... 26
2.2.5.7 Tindak Tutur Langsung Tidak Literal ................................... 27
2.2.5.8 Tindak Tutur Tidak Langsung Literal ................................... 28
2.2.6 Implikatur Percakapan ...................................................................... 28
2.2.7 Fungsi Tindak Tutur .......................................................................... 29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
2.2.8 Konteks ............................................................................................. 30
2.2.9 Makna Pragmatik .............................................................................. 33
2.2.10 Tindak Tutur Dalam Interaksi Belajar Mengajar ............................ 34
2.3. Kerangka Berpikir ..................................................................................... 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian .......................................................................................... 37
3.2. Sumber Data Penelitian ............................................................................. 38
3.3. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 38
3.4. Instrumen Penelitian.................................................................................. 40
3.5. Teknik Analisis Data ................................................................................. 41
3.6. Trianggulasi Data ...................................................................................... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Data ........................................................................................... 44
4.2. Analisis Data ............................................................................................ 45
4.2.1 Jenis Tindak Tutur........................................................................... 46
4.2.1.1 Tindak Tutur Langsung ...................................................... 46
4.2.1.2 Tindak Tutur Tidak Langsung ........................................... 51
4.2.1.3 Tindak Tutur Literal ............................................................ 57
4.2.1.4 Tindak Tutur Tidak Literal ................................................. 63
4.2.1.5 Tindak Tutur Langsung Literal ........................................... 68
4.2.1.6 Tindak Tutur Tidak Langsung Literal ................................. 73
4.2.2 Makna Pragmatik ........................................................................... 78
4.2.2.1 Makna Memerintah ............................................................ 78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
4.2.2.2 Makna Menyapa ................................................................. 82
4.2.2.3 Makna Menegur ................................................................. 85
4.2.2.4 Makna Menyuruh ............................................................... 87
4.2.2.5 Makna Memuji ................................................................... 92
4.2.2.6 Makna Menyindir ............................................................... 93
4.2.2.7 Makna Menasihati .............................................................. 95
4.2.2.8 Makna Peringatan .............................................................. 97
4.2.2.9 Makna Saran ...................................................................... 98
4.2.2.10 Makna Klarifikasi ............................................................. 100
4.3. Pembahasan ............................................................................................... 103
4.3.1 Jenis-jenis Tindak Tutur ................................................................... 104
4.3.2 Makna Pragmatik ............................................................................ 107
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 111
5.2 Saran .......................................................................................................... 112
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 113
LAMPIRAN .................................................................................................... 115
BIOGRAFI PENULIS .................................................................................. 170
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada bab ini, peneliti menyajikan uraian tentang pendahuluan. Ada enam
hal yang akan dipaparkan, yaitu latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah dan sistematika penelitian. Enam hal
tersebut akan diuraikan secara rinci sebagai berikut.
1.1 Latar Belakang
Interaksi sosial merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dalam
kehidupan manusia, manusia melakukan pertukaran informasi tidak lepas dari
kegiatan pembelajaran disekolah. Guru dengan siswa tentu saja terjadi komunikasi
satu sama lain untuk mencapai tujuan pembelajaran. Komunikasi pastinya muncul
sebuah tuturan, dalam ilmu pragmatik salah satunya tindak tutur berfungsi sebagai
sarana penindak. Tentunya dalam tuturan seseorang mengandung suatu maksud
tujuan atau makna, karena seseorang tidak semata-mata bertutur kata dengan
seenaknya sendiri tentunya memiliki aturan dan etika. Kridalaksana (1983)
menyatakan bahasa salah satu wujud yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia, karena bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbiter yang
digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi,
dan mengidentifikasikan diri.
Masyarakat mengunakan ragam bahasa yang variasi dalam proses
interaksinya dengan orang lain. Pengertian ragam bahasa penelitian pada segi
keistimewaan sebuah bahasa yang berbeda secara sistematis, sama ketika kita
membandingkan grup atau kelompok penutur yang berbeda atau penutur yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
sama pada keadaan berbeda (Frank, 2005:136). Ragam bahasa itu sendiri dalam
bahasa indonesia dibagi menjadi tiga jenis yaitu berdasarkan media, cara pandang
penutur, dan topik pembicaraan. Saat ini banyak masyarakat yang mengalami
perubahan dan begitu juga dengan ragam bahasa. Banyaknya ragam bahasa tidak
mengurangi fungsinya, dalam bahasa timbul mekanisme untuk memilih variasi
tertentu yang cocok untuk keperluan (Sabariyanto 2000). Yule (2006:5)
menyatakan “manfaat belajar bahasa melalui pragmatik ialah bahwa seseorang
dapat bertutur kata tentang makna yang dimaksudkan orang, asumsi mereka,
maksud atau tujuan mereka, dan jenis tindakan yang mereka perlihatkan, ketika
mereka berbicara.” Pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang membahas
tentang bahasa, termasuk struktur bahasa sebagai alat komunikasi antara penutur
dan pendengar, dan sebagai pengacuan tanda-tanda bahasa pada hal-hal
“ekstralingual’yang dibicarakan (Verhaar 1996:14).
Salah satu bentuk komunikasi adalah dalam kehidupan sehari-hari ketika
kita bertemu dengan orang pasti disitulah terjadi sebuah interaksi bahasa.
Penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi yang sangat penting dalam penerapan
ketika pembelajaran berlangsung. Peran guru sangat mempengaruhi hasil belajar
siswa, ketika guru menyampaikan dengan metode atau bahasa yang disampaikan,
sehingga materi akan mudah ditangkap atau dimengerti, oleh karena itu peran
bahasa dalam pembelajaran sangat penting dan tidak bisa pisahkan karena
interaksi itu berlangsung melalui bahasa yang digunakan dan tanpa interaksi
bahasa pembelajaran tidak berjalan dengan lancar. Melalui komunikasi ini,
nantinya akan memunculkan peristiwa tutur dan tindak tutur. Tindak tutur adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
peristiwa yang bersifat individual atas gejolak psikologis yang langsung
ditentukan oleh bahasa penutur dalam menghadapi tertentu (Chaer dan Agustina
2004:50). Peristiwa ini merupakan terjadinya interaksi linguistik. Berdasarkan hal
tersebut bahwa dapat diketahui faktor kemampuan guru dalam melakukan tindak
tutur di dalam kelas dapat mempengaruhi siswa. Oleh karena itu guru harus
mempunyai kemampuan khusus atau dapat memahami berbagai karakter, agar
mencapai kegiatan belajar yang maksimal.
Kemampuan guru dalam berbicara, bertutur dengan mengunakan tuturan
memiliki pengaruh sangat penting dalam meningkatkan keterampilan berbicara
siswa dengan mengunakan bahasa indonesia yang baik dan benar, baik secara
lisan maupun tertulis. Penggunaan bahasa indonesia dalam belajar merupakan
realitas komunikasi yang berlangsung dalam interaksi. Sudut pandang yang dikaji
dari dalam pragmatik disini mkasud atau makna yang terikat konteks, dengan
bahasa lain agar tercapainya pembelajaran antara guru dengan siswa dengan
pijakan terjalinnya sebuah komunikasi sehingga tujuan komuniksi tersebut
tercapai. Jika tindak tutur dan teori prinsip pragmatik dipakai sebagai basis
keterampilan berbahasa, maka prinsip keduanya menjadi dasar dalam
mengunakan bahasa.
Konteks merupakan salah satu pokok bahasan dalam pragmatik. Menurut
Wijana (dalam Rahardi, dkk. 2016:41) menyatakan bahwa konteks pragmatik
adalah semua latar belakang pengetahuan (all backgraund knowledge) yang
dipahami bersama oleh penutur dan lawan tutur. Semua latar belakang
pengetahuan yang diserap oleh penutur dan lawan tutur sangat bermanfaat dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
menafsirkan sebuah makna kebahasaan yang hadir dalam pertuturan. Konteks
mengambil peran penting dalam tuturan komunikasi. Latar belakang pemahaman
yang dimiliki penutur dan lawan tutur mampu menafsirkan maksud maupun
makna suatu tuturan dengan baik. Penafsiran makna yang dilakukan dengan baik
dan benar dapat menimbulkan komunikasi yang baik.
Belajar bahasa adalah suatu kegiatan yang inti dan sebagai alat komunikasi
atau interaksi yang sangat menarik dan menambah wawasan kita. Sehubungan
dengan hal itu penelitian ini akan dikaji mengenai tindak tutur dalam kegiatan
belajar mengajar antara guru dengan siswa, penelitian ini digambarkan bahwa
memilih gambaran penggunan bahasa bahwa setiap jenjang tingkataan itu
berbeda. Penelitian ini mengharap agar mahasiswa menguasai tentang tuturan dan
tetap memperhatikan berbagai maksud atau makna dalam aspek pragmatik seperti
wujud tuturan, jenis tuturan, dan maksud atau makna dalam tuturan, karena
mungkin sampai saat ini masih banyak kesalahan-kesalahan yang muncul dalam
fenomena bahasa. Berdasarkan paparan diatas, peneliti akan melakukan penelitian
“Jenis dan Maksud Tindak Tutur antara Guru dengan Siswa di SMP Negeri 3
Delanggu Kabupaten Klaten”. Penelitian ini berfokus pada jenis-jenis tindak tutur
dan makna tuturan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, masalah utama penelitian ini
adalah “Bagaimanakah jenis dan maksud tindak tutur antara guru dengan siswa di
SMP Negeri 3 Delanggu”. Atas dasar rumusan masalah ini kemudian dijabarkan
submasalah sebagai berikut:
1. Jenis-jenis tindak tutur apa saja yang terdapat antara guru dengan siswa di SMP
Negeri 3 Delanggu?
2. Maksud pragmatik apa saja yang muncul atau diungkapkan oleh guru dengan
siswa SMP Negeri 3 Delanggu?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian yang telah disebutkan di atas,
maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan jenis-jenis tindak tutur apa saja yang muncul antara guru
dengan siswa di SMP Negeri 3 Delanggu?
2. Mendeskripsikan maksud pragmatik apa saja yang muncul antara guru dengan
siswa di SMP Negeri 3 Delanggu?
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat baik manfaat secara teoretis
dan juga praktis bagi pembaca. Adapun manfaat teoretis dan praktis yaitu:
a. Manfaat teoretis
Penelitian ini diharapkan menjadi bahan teoretis tentang tindak tutur dan
dapat membantu pembaca menambah informasi dan mengembangkan
pengetahuan mengenai jenis-jenis tindak tutur, dan maksud atau makna tuturan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
yang digunakan guru kepada siswa dalam pembelajaran di kelas dilihat dari
perspektif pragmatik. Penelitian ini dikatakan memiliki kegunaan teoretis kerena
memahami teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli dan penelitian dapat
digunakan sebagai refrensi pembelajaran dan menambah pengetahuan.
b. Manfaat praktis
Peneilitian ini diharapkan memberikan pandangan atau refrensi tentang
tindak tutur, serta masukan bagi pembaca agar tetap memperhatikan jenis-jenis
tindak tutur, dan maksud tuturan agar dapat diterima oleh mitra tutur. Demikian
penelitian ini memberikan masukan kepada peneliti untuk mengetahui pentingnya
jenis-jenis tindak tutur, dan maksud atau makna tuturan dalam kajian pragmatik.
1.5 Batasan Istilah
Berdasarkan dengan judul penelitian ini, agar terdapat persamaan konsep
dari beberapa istilah dan juga suapaya permasalahan tersebut tampak jelas adanya,
maka perlu diberikan pembatasan pengertian istilah. Sedangkan istilah yang perlu
ditegaskan adalah sebagai berikut:
1. Komunikasi adalah aktivitas yang dilakukan oleh semua orang dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang membahas tentang bahasa,
termasuk struktur bahasa sebagai alat komunikasi antara penutur dan mitra
tutur, dan sebagai pengacuan tanda-tanda bahasa pada hal-hal “ekstralingual’
yang dibicarakan (Verhaar 1996:14).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
3. Tindak tutur merupakan tuturan dari seseorang yang memiliki makna tindakan
dalam tuturannya. Setiap tuturan memiliki maksud atau makna yang ingin
disampaikan penutur kepada mitra tutur.
4. Konteks adalah semua latar belakang pengetahuan (all backgraund knowledge)
yang dipahami bersama oleh penutur dan lawan tutur. Wijana (dalam Rahardi,
dkk. 2016:41)
5. Jenis tindak tutur bertolak dari pengertian tindak tutur dari beberapa ahli
bahasa mengenai tiga jenis tindak tutur, yaitu lokusi, ilokusi, dan perlokusi,
(Wijana 1996:31-35) membagi tindak tutur berdasarkan kesesuaian maksud
pembicara dengan kata-kata yang menyusunnya, yang dimaksud disini adalah
tindak tutur literal dan non literal. Dari tindak tutur tersebut juga terdapat
macam tindak tutur yang berbeda atau lainnya yang muncul karena adanya
persinggungan atau terkait antara tindak tutur langsung-tidak langsung dengan
tindak tutur literal-tidak literal. Berdasarkan hal tersebut dijelaskan dari
berbagai bentuk tindak tutur.
6. Makna dalam kajian pragmatik merupakan maksud yang ingin disampaikan
oleh penutur berupa maksud perintah, sapaan, teguran, suruhan, pujian,
sindiran, nasihat, peringatan, saran, dan klarifikasi. Makna juga diartikan
sebagai suatu hubungan yang melibatkan tiga sisi (triadic relation) atau
hubungan tiga arah, yaitu bentuk, makna, dan konteks. Makna dalam pragmatik
diberi definisi dalam hubungannya dengan penutur atau pemakai bahasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
1.6 Sistematika Penelitian
Penelitian ini akan dijabarkan dalam lima bab, berikut uraian sistematis
penelitian ini. Bab I berisi tentang pendahuluan terdiri dari latar belakang batasan
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian batasan istilah,
sistematika penelitian. Bab II berisi studi kepustakaan berupa uraian mengenai
penelitian-penelitian yang terdahulu dan yang relevan, landasan teori, dan
kerangka berpikir. Bab III berisi tentang metodologi penelitian, terdiri atas jenis
penelitian, sumber data dan data, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian,
teknik analisis data dan trianggulasi data. Bab IV berisi tentang hasil dari
penelitian dan pembahasan mengenai deskripsi data, analisis data, dan
pembahasaan. Bab V berisi tentang kesimpulan dan saran. Peneliti juga
menyajikan daftar pustaka dan lampiran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II
STUDI KEPUSTAKAAN
Pada bab ini, peneliti menyajikan uraian tentang studi kepustakaan berupa
tiga hal yaitu penelitian terdahulu yang relevan, landasan teori, dan kerangka
berpikir. Ketiga hal tersebut akan diuraikan secara rinci sebagai berikut.
2.1 Penelitian yang Relevan
Penyusunan penelitian ini, peneliti membutuhkan sumber refrensi yang
relevan yang berkaitan dengan judul yang di teliti. Oleh karena itu penelitian ini
menggunakan tiga penelitian yang terdahulu yang relevan. Penelitian tentang
tindak tutur. Penelitian yang relevan pertama sudah dilakukan oleh Cosmas
Krisna Widyahananda mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia,
Universitas Sanata Dharma. Penelitian kedua dilakukan oleh Iwan K mahasiswa
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Negeri Yogyakarta dan
yang ketiga dilakukan oleh Hanim Mawar Andini mahasiswa Program Studi
Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Sanata Dharma.
Cosmas Krisna Widyahananda menyelesaikan skripsi pada tahun 2018
dengan judul sripsi “Tindak tutur dalam Kegiatan Gotong-royong Masyarakat
Karangturi RT04/RW21, Umbulmartani, Ngemplak, Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta. Hasil Penelitian menunjukan dalam peneltian ini menunjukan 2 hal
penting yaitu jenis tindak tutur dan maksud. Jenis meliputi tindak tutur langsung
literal, tindak tutur tidak langsung tidak literal, tindak tutur langsung literal, dan
tindak tutur tidak langsung literal. Tindak tutur langsung literal disampaikan
dengan penggunaan tiga modus kalimat, yaitu kalimat berita, kalimat tanya, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
kalimat perintah. Berikut data yang ditemukan peniliti berupa tindak tutur
langsung literal dengan modus kalimat berita berjumlah 16 tuturan. Tindak tutur
langsung literal dengan kalimat tanya berjumlah 13 tuturan. Tindak tutur langsung
literal dengan modus kalimat perintah berjumlah 56 tuturan. Maksud tindak tutur
yang disampaikan penutur secara langsung kepada mitra tutur, meliputi
memberitahukan sejumlah 19 tuturan, bertanya sejumlah 13 tuturan, memerintah
sejumlah 11 tuturan, meminta sejumlah 6 tuturan, mempersilakan sejumlah 2
tuturan, mengajak sejumlah 13 tuturan, menyuruh sejumlah 13 tuturan,
menganjurkan sejumlah 10, mendesak sejumlah 1 tuturan, dan melarang sejumlah
2 tuturan. Maksud tindak tutur tersebut dikatakan langsung karena disampaikan
dengan modus kalimat yang sesuai. Demikian yang ditemukan oleh peneliti yang
terdahulu, peneliti hanya menemukan 3 jenis tutran, dan maksud dalam tuturan
kegiatan gotong royong.
Iwan Khairi Yahya menyelesaikan skripsi pada tahun 2013 dengan judul
“Tindak Tutur Direktif dalam Interaksi Belajar Mengajar Mata Pelajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia di SMA Negeri 1 Melati Sleman Yogyakarta”. Hasil
penelitian menunjukan jenis tindak tutur direktif yang ditemukan, penggunaan
jenis pertanyaan, dan fungsi bertanya lebih banyak digunakan, apabila
dibandingkan dengan penggunaan jenis dan fungsi tindak tutur direktif yang lain
dengan jumlah 315 tuturan dari jumlah 826 tuturan direktif. Jenis tindak tutur
direktif yang ditemukan meliputi jenis permintaan, pertanyaan, pemberian izin,
dan nasihat sedangkan fungsi tindak tutur direktif yang ditemukan meliputi fungsi
meminta, memohon, berdoa, dan lain sebagainya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Hanim Mawar Andini menyelesaikan skripsi pada tahun 2017 dengan
judul “Jenis-jenis Tindak Tutur dan Makna Pragmatik Bahasa Guru pada
Pemebelajaran Bahasa Indonesia di SMA Karangreja Kabupaten Purbalingga
Tahun Ajaran 2016/2017”. Hasil penelitian ini menunjukan 2 jenis tindak tutur
dan makna pragmatik. jenis tindak tutur yang digunakan dalam tuturan guru pada
kegiatan pembelajaran, yaitu tindak tutur langsung, tindak tutur tidak langsung,
tindak tutur tidak literal, tindak tutur langsung literal, dan tindak tutur tidak
langsung literal tuturan yang ditemukan 93 tuturan demikian makna seperti
makna memerintah, menyuruh, menasihati dan alin sebgainya semua ditemukan
93 tuturan.
Berdasarkan penelitian yang relevan diatas, penelitian pertama, kedua dan
ketiga hampir memiliki persamaan yakni membahas kajian pragmatik khususnya
jenis-jenis tindak tutur dan maksud atau makna namun, berbeda objek penelitian
penlitian yang pertama di lingkungan masyarakat dan kedua, ketiga di lingkungan
sekolah. Perbedaan tiga penelitian yakni peniliti pertama tentang jenis dan makna
tindak tutur yang terjadi dalam kegiatan masyarakat, penelitian kedua membahas
tentang jenis tindak tutur direktif, yang ketiga jenis tindak tutur dan makna tuturan
yang terjadi dalam bahasa guru.
Hubungan ketiga penelitian diatas dengan penelitian yang akan
dilaksanakan oleh peneiliti yaitu sama-sama mengunakan kajian pragmatik dan
memiliki persamaan tentang tindak tutur berfokus jenis tindak tutur dan maksud
atau makna. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya peneilti akan lebih
mendalami mengenai jenis tuturan dan juga maksud atau makna tuturan. Objek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
yang akan diteliti adalah kegiatan pembelajaran dalam kelas VIII guru dengan
siswa di SMP Negeri 3 Delanggu Kabupaten Delanggu. Selain hal itu peniliti juga
tidak hanya meneliti guru mata pelajaran Bahasa Indonesia namun, mata pelajaran
lain.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Pragmatik
Bahasa yang digunakan oleh manusia untuk menyampikan suatu maksud
berkaitan erat dengan konteks kapan, dimana, bagimana, siapa yang melontarkan
dan mengapa tuturan itu disampaikan. Konteks tersebut akan disampaikan dan
akan mempengaruhi penyampaian pesan yang dituturkan yang terjadi antara
penutur dan mitra tutur. Tercapainya maksud dalam suatu pesan yang
disampaikan oleh penutur akan terlihat dari respon yang diberikan oleh mitra tutur
sebagai penerima pesan siklus ini akan terjadi selama dalam proses komunikasi.
Yule (2006:3) menyatakan bahwa pragmatik adalah studi tentang makna yang
disampaikan oleh penutur dan ditafsirkan oleh pendengar. Selanjutnya ditentukan
bahwa pragmatik adalah studi tentang maksud penutur, yang dimaksud yaitu
maksud atau makna tersirat yang tidak terdapat dalam tuturan penutur, oleh
karena hal itu membuat mitra tutur memahami maksud dari tuturan tersebut.
Pragmatik sebagai salah satu bidang ilmu linguistik, mengkhususkan
pengkajian pada hubungan antara bahasa dan konteks tuturan. Berkaitan dengan
itu, Mey (dalam Rahardi, 2003:12) mendefinisikan pragmatik bahwa “pragmatics
is the study of the conditions of human language uses as there determined by the
context of society”, “pragmatik adalah studi mengenai kondisi-kondisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
penggunaan bahasa manusia yang ditentukan oleh konteks masyarakat”. Yule
(2004:4) menyatakan bahwa pendengar atau mitra tutur perlu menyimpulkan apa
yan disampaikan pada suatu interaksi maksud oleh penutur. Tipe studi ini
menggali bahwa banyak sesuatu tidak disebutkan namun menjadi bagian yang
disampaikan. Studi ini bisa dikatakan sebagai studi tentang pencarian makna yang
tersamar. Pragmatik adalah studi yang lebih sering atau banyak disampaikan
daripada dituturkan. Paparan sebelumnya menjelaskan bahwa dalam pragmatik,
tidak semua dikatakan penutur adalah maksud dari tuturannya, terkadan mitra
tutur harus bisa lebih teliti dalam menangkap maksud yang ingin disampaikan
penutur tanpa harus dijelaskan.
Levinson (dalam Rahardi, 2003:12) berpendapat bahwa pragmatik sebagai
studi perihal ilmu bahasa yang mempelajari relasi-relasi antara bahasa dengan
konteks tuturannya. Konteks tuturan yang dimaksud telah tergramatisasi dan
terkodifikasikan sedemikian rupa, sehingga sama sekali tidak dapat dilepaskan
begitu saja dari struktur kebahasaannya. Zamzami (2007:16) menyatakan bahwa
pragmatik mempelajari hubungan lambang dengan penafsisrannya. Kajian
pragmatik terkait langsung dengan utama bahasa yaitu sebagai komunikasi.
Kajian pragmatik selalu terarah pada permasalahan pemakaian bahasa di dalam
suatu masyarakat, mengungkap bagaimana perilaku berbahasa di dalam suatu
masyarakat bahasa bersosialisai. Paparan menjelaskan bahwa pragmatik sangat
erat berkaitan dengan kehidupan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari
melalui perilaku bahasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Menurut Pranowo (2014) kajian bahasa secara pragmatik merupakan
kajian dari linguistik. Keduanya mengkaji bahasa, namun yang menjadi pembeda
ialah linguistik mengkaji secara internal dan pragmatik mengkaji secara eksternal.
Pragmatik mengkaji tentang makna atau arti. Pragmatik dapat dipandang sebagai
suatu keterampilan sekaligus sebagai ilmu. Sebagai keterampilan, pragmatik
memngungkap kemampuan pemakai bahasa yang dikaitan dengan konteks
pemakaian yang tepat sehingga komunikatif. Rahardi (2005:49) mengemukakan,
“Pragmatik adalah ilmu bahasa yang mempelajari kondisi penggunaan bahasa
manusia yang pada dasarnya sangat ditentukan oleh konteks yang mewadahi dan
melatarbelakangi bahasa itu”. Konteks yang dimaksud mencakup dua macam hal,
yakni konteks yang bersifat sosial (social) dan konteks yang bersifat sosietal
(societal). Konteks sosial (social context) adalah konteks yang timbul sebagai
akibat dari munculnya interaksi antaranggota masyarakat dalam suatu masyarakat
sosial dan budaya tertentu. Adapun yang dimaksud dengan konteks sosietal
(societal context) adalah konteks konteks yang faktor penentunya adalah
kedudukan (rank) anggota masyarakat dalam institusi-institusi sosial yang ada di
dalam masyarakat sosial dan budaya tertentu. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa dasar dari munculnya konteks sosietal adalah adanya kekuasaan (power),
sedangkan dasar dari konteks sosial adalah adanya solidaritas (solidarity).
Menurut Tarigan (1986:31), pragmatik sebagai telaah mengenai makna
yang dihubungkan dengan aneka situasi ujar. Hal ini diperkuat oleh pendapat
Leech (1993:8) yang berpendapat bahwa pragmatik sebagai studi tentang makna
dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar (speech situati ons). Aspek- aspek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
situasi ujar sendiri menurut Leech (1993:19-21) mencakup beberapa aspek, yaitu:
(1) penutur (yang menyapa atau penyapa) dan lawan tutur (yang disapa atau
pesapa), (2) konteks tuturan, sebagai suatu pengetahuan latar belakang yang sama-
sama dimiliki oleh penutur dan lawan tutur, (3) tujuan tuturan, (4) tuturan sebagai
aktifitas atau kegiatan, dan (5) tuturan sebagai produk tindak verbal. Penggunaan
bahasa pada hakikatnya sebagai proses menyampaikan pesan atau gagasan kepada
pendengar yang mengandung makna.
Teori yang dituliskan diatas menunjukan atau memberitahukan bahwa
ilmu pragmatik berfokus pada kajian bagaimana suatu bahasa yang digunkana
dalam berkomunikasi dipengaruhi oleh konteks eksternal bahasa iti sendiri.
Pragmatik sedikitnya tuturan yang disampaikan oleh penutur tidak penting, karena
pragmatik lebih mengutamakan bagaimana mitra tutur dapat menerima maksud
dari penutur secara utuh sehinga tidak menimbulkan kesalah pahaman. Oleh
karena itu pragmatik disebut sebagai studi tentang makna kontekstual. Dengan
belajar bahasa melalui pragmatik kita dapat memahami secara baik maksud
tuturan seseorang dan jenis-jenis tindakan yang disampaikan melalui tuturan.
2.2.2 Tindak Tutur Bagian dari Lingkup Kajian Pragmatik
Tindak tutur merupakan salah satu lingkup pragmatik yang mengkaji
tentang bahasa dan fakta aktual. Tindak tutur pertama kali dekenalkan oleh Austin
guru besar Univerisitas Harvard. Leech (1983:5-6) menyatakan bahwa pragmatik
mempelajari maksud ujaran (yaitu untuk apa ujaran itu diadakan) menanyakan apa
yang seseorang maksudkan dengan suatu tindak tutur, dan mengaitkan makna
dengan siapa berbicara kepada siapa, dimana, bilamana dan bagaimana. Dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
pengertian diatas bahwa pragmatik mempunyai ilmu bahasa yang mempelajari
pemakaian atau penggunaan bahasa pada dasarnya harus ditetapkan oleh konteks
situasi tutur dalam kondisi masyarakat.
2.2.3 Tindak Tutur
Tindak tutur adalah salah satu bagian dari kajian pragmatik. Sudah
diketahui bahwa pragmatik mengkaji ilmu bahasa dalam kegunaan yang nyata
yang muncul dalam kehidupan sehari-hari atau di masyrakat. Pemakaian bahasa
dalam kehidupan sehari-hari tentu saja tidak lepas dari konteks dan situasi sebuah
tuturan. Tahun 1955 Austin untuk pertama kalinya memutuskan teori mengenai
tindak tutur dalam kuliahnya yang berjudul How To Do Things With Words. Ia
menyatakan bahwa ketika seseorang menuturkan sesuatu maka ia juga melakukan
suatu tindakan. Tindakan meminta maaf, memohon, mengeluh, mengundang,
berjanji, merupakan tindakan yang sering diwujudkan dalam bentuk tururan
sehingga disebut dengan tindak tutur (Yule, 2014:82). Tindak tutur berfungsi
sebagai sarana penindak. Tentunya dalam tuturan seseorang mengandung suatu
maksud atau makna, karena seseorang tidak semata-mata bertutur atau asal bicara
(Mulyana, 2005:80). Tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat
psikologis, dan keberlangsungan ditentukan oleh kemampuan bahasa penutur
dalam menghadapi situasi tertentu. Tindak tutur dalam pragmatik dibedakan
menjadi tiga, yaitu (1) tindak lokusi, (2) tindak ilokusi, dan (3) tindak perlokusi.
Menurut Cunningsworth (melalui Tarigan, 1990:41) teori tindak tutur
merupakan teori yang memusatkan perhatian pada cara penggunaan bahasa dalam
mengkomunikasikan maksud dan tujuan sang pembicara dan juga dengan maksud
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
penggunaan bahasa yang dilaksanakannya. Menurut Austin (dalam Ibrahim,
1993:106) ujaran bukanlah pernyataan atau pertanyaan tentang informasi tertentu,
tetapi ujaran merupakan tindakan (actions). Apabila dengan kata lain dalam
mengucapkan sesuatu, sesorang melakukan suatu tindakan. Hal ini dapat
dikatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan yang dilakukan penutur dalam
berbicara. Menurut Searle (melalui Wijana, 1996:17) secara pragmatik ada tiga
jenis tindak bahasa atau tindak tutur yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur,
yakni tindak lokusi, tindak ilokusi, dan tindak perlokusi.
2.2.3.1 Tindak Lokusi
Tindak lokusi adalah tindak tindak tutur untuk menyatakan sesuatu,
mengunakan suatu daya yang berbeda atau ciri khas. Tindak tutur disebut sebagai
The Act Of Saying Something (Wijana 1996:17). Tindak tutur lokusi merupakan
jenis tindak tutur yang meyatakan sesuatu dalam arti “berkata” atau tindak tutur
dalam bentuk kalimat yang bermakna dan dapat dipahami (Chaer dan Agustina,
2004.53). Rahardi (2003: 71) mendefinisikan bahwa lokusi adalah tindak bertutur
dengan kata, frasa, dan kalimat sesuai dengan makna yang dikandung oleh kata,
frasa, dan kalimat itu. Tindak lokusi merupakan tindakan yang paling mudah
diidentifikasi karena dalam pengidentifikasiannya tidak memperhitungkan
konteks tuturan (Rohmadi, 2004: 30).
Berdasarkan pendapat di atas dapat kita simpulkan bahwa dasarnya bentuk
lokusi ini tidak dipermasalahkan lagi fungsi dari tuturannya karena makna yang
dimkasut memang benar kalimat yang ditujukan sebagai contoh: (1) SMP Pangudi
Luhur terletak di Yogyakarta. Kalimat ini diutarakan oleh penuturnya seolah-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
olah untuk menginformasikan suatu tendensi untuk melakukan sesuatu dan
mempengaruhi lawan tuturannya.
2.2.3.2 Tindak Ilokusi
Tindak ilokusi merupakan sebuah tuturan selain berfungsi untuk
mengatakan atau menginformasikan sesuatu, dapat juga digunakan untuk
melakukan sesuatu disebut sebagai The Act Of Doing Something (Wijana
1996:18). Tindak tutur ilokusi ini biasanya berkenaan dengan pemberian izin,
menucapkan terimakasih, menyuruh, menawarkan, dan menjanjikan (Chaer dan
Agustina, 2004:53). Pragmatik menganggap bahasa dalam tingkatan yang lebih
konkret daripada tata bahasa. Singkatnya, ucapan dianggap sebagai suatu bentuk
kegiatan: suatu tindak ujar (Tarigan, 1986: 36). Rohmadi (2004: 31)
mengungkapkan bahwa tindak ilokusi adalah tindak tutur yang berfungsi untuk
mengatakan atau menginformasikan sesuatu dan dipergunakan untuk melakukan
sesuatu.
Berdasarkan pengertian diatas dapat diartikan bahwa tindakan ilokusi
merupakan atau bermakna untuk menginformasikan sesuatu tetapi mengacu
untuk melakukan sesuatu sejauh situasi tuturanya dipertimbangkan. Contohnya
(1) Senin depan rapat, kalimat ini diucapkan seorang kepala sekolah kepada guru
hal ini tidak hanya berfungsi membawa informasi namun, memberi sebuah
perintah agar semua guru nantinya bisa hadir dalam rapat tersebut.
2.2.3.3 Tindak Perlokusi
Tindak tutur perlokusi merupakan efek komunikatif dari tuturan yang
diutarakan penutur seringkali mempunyai daya pengaruh atau efek yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
mendengarkannya (Wijana: 199620). Hal yang serupa juga disampaikan oleh
(Chaer dan Agustina 2004:53) tindak tutur perlokusi adalah tindak tutur
berkenaan dengan adanya ucapan orang lain sehubungan dengan sikap dan
perilaku non-linguistic dari orang lain. Tuturan yang diucapkan penutur sering
memiliki efek atau daya pengaruh (perlocutionary force). Efek yang dihasilkan
dengan mengujarkan sesuatu itulah yang oleh Austin (1962: 101) dinamakan
perlokusi. Efek atau daya tuturan itu dapat ditimbulkan oleh penutur secara
sengaja, dapat pula secara tidak sengaja. Contohnya (1) Airnya habis. Kalimat ini
diutarakan oleh seorang anak kos kepada temannya, kalimat ini ini merupakan
ilokusi untuk memohon, dan perlokusi (efek) yang diharapkan adalah air itu
segera diisi ulang.
2.2.4 Klasifikasi Tindak Tutur
Melihat dari beberapa pengertian menurut para ahli tantang tindak tutur,
tindak tutur dibagi menjadi tiga jenis tindak tutur yakni lokusi, ilokusi, perlokusi
ada beberapa jenis mengenai tindak tutur menurut Searle dalam Leech (1963:163).
Mengklasifikasikan tindak ilukosi menjadi lima yakni sebagai berikut:
2.2.4.1 Asertif
Asertif yakni ilokusi dimana melibatkan bentuk tuturan yang mengikat
pada kebenaran proposisi yang diutarakan, misalnya menyatakan, menyerahkan,
mengeluh, membanggakan, melaporkan, dan memberitahukan. Contoh jenis
tuturannya sebagai berikut:
1. Hana selalu unggul di kelasnya.
2. Sebaiknya semuanya tetap duduk di bangku masing-masing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
3. Ibu bangga bahwa mahasiswa di kelas ini sangat pandai-pandai.
Tuturan peratama tersebut termasuk tindak tutur asertif sebab berisi
penyampaiannya informasi yang penuturannya terikat dengan isi tuturan tersebut.
Penutur memang bertanggung jawab apa yang telah diucapkan bahwa fakta dan
dapat dibuktikan dalam lapangan bahwa Hana rajin dan selalu mendapatkan
peringkat di kelas. Tuturan kedua tersebut melihat dari konteks terjadi di dalam
ruang kelas pada saat itu sangat tidak kondusif. Tuturan tersebut tidak hanya
saran agar semuanya tetap duduk di bangku masing-masing, namun memiliki
maksud lain yang diinginkan penutur agar mitra tutur memperhatikan pelajaran
yang sedang diterangkan oleh penutur. Mitra tutur tidak ramai supaya tidak
mengganggu yang lain. Tuturan ketiga terjadi pada siang hari di dalam kelas.
Penutur tidak hanya bermaksud memberi pujian terhadap mitra tutur yang rajin,
tetapi juga penutur bermaksud agar mitra tutur lebih giat lagi dalam belajar,
mengerjakan tugas di rumah dengan baik-baik.
2.2.4.2 Direktif
Direktif yakni ilokusi, tindak tutur direktif tuturan yang dimaksudkan
penuturannya untuk menimbulkan pengaruh agar mitra tutur melakukan sebuah
efek melalui tindakan penyimak tersebut. Berdasrkan teori tindak tutur direktif
memiliki maksud yang di sampaikan penutur. contoh: memohon, meminta,
menyarankan, menganjurkan, menasihati, memerintahkan. Itu adalah sebuah
tindakan tindak tutur direktif.
1. Saya pesan buku kalau ke Terban.
2. Pesan ibu, kamu harus bangun lebih pagi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Tuturan pertama ini diutarakan penutur kepada mitra tutur. Tuturan tersebut tidak
hanya berfungsi sebagai sebuah pesan agar dia dibelikan buku saat temanya pergi
ke Terban. Tetapi mengharapkan buku yang serupa yang telah dihilangkan.
Tuturan kedua ini diutarakan oleh ibu yang akan pergi ke luar kota kepada
anaknya. Tuturan ini bukan hanya sebuah pesan agar anaknya harus bangun pagi,
tetapi ibu menginginkan anaknya shalat subuh.
2.2.4.3 Komisif
Tindak tutur komisif adalah tindak tutur ilokusi dimana pentur yang
melibatkan sebuah tuturan atau pembicaraan pada beberapa tindakan yang akan
datang, contohnya: bersumpah, menjanjikan, menawarkan atau memanjatkan doa.
1. Saya sanggup melaksanakan sebagai ketua kelas ini dengan baik.
2. Besuk saya akan datang pagi Bu, tidak terlambat lagi.
3. Meskipun hujan saya akan tetap berangkat kuliah.
Tuturan tersebut mengikat penuturnya untuk melaksanakan amanah dengan
sebaik-baiknya. Hal ini membawa konsekuensi bagi dirinya untuk memenuhi
semua apa yang telah disampaikan.
2.2.4.4 Ekpresif
Tindak tutur ekpresif adalah tindak tutur ilokusi mempunyai fungsi
mengekspresikan, mengungkapkan, atau memberitahukan sikap psikologis
pembicara menuju suatu pernyataan keadaan yang diperkirakan oleh ilokusi,
cotohnya: mengampuni, memaafkan, menyalahkan, memuji, mengucapkan
selamat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
1. Pertanyaanmu bagus sekali Yon.
2. Sudah belajar, hasilnya masih sama.
3. Gara-gara kamu aku jadi disuruh maju kan.
Tuturan pertama tersebut merupakan tindak tutu ekspresif memuji. Dikatakan
tindak tutur ekspresif karena tuturan seseorang dalam menyampaikan sebuah
pertanyaan bagus sekali sehingga mitra tutur memujinya. Tuturan kedua tersebut
merupakan tindak tutur ekspresif mengeluh. Dikatakan tindak tutur ekspresif
karena tuturan itu dapat diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang sebutkan,
yaitu usaha dalam belajar tetapi tidak mengubah hasil yang maksimal. Tuturan
ketiga dikatakan tindak tutur ekspresif karena tuturan tersebut ditujukan kepada
seseorang yang telah melakukan tindakan yang tidak baik sehingga
mengakibatkan terkena hukuman.
2.2.4.5 Deklaratif
Tindak tutur deklarataif adalah ilokusi yang bila performasiya berhasil
akan menyebabkan korespondensi yang baik proposional dengan realita
contohnya: menyerahkan diri, membebaskan, membaptis, mengucilkan,
menentukan, memvonis. Tindak tutur ini juga disebut juga dengan istilah isbati.
Yang termasuk ke dalam jenis tuturan ini adalah tuturan dengan maksud
mengesankan, memutuskan, membatalkan, melarang.
1. Saya tidak jadi datang ke perpustakaan untuk kerja kelompok.
2. Bapak memafkan kesalahanmu Andi.
Tuturan pertama termasuk tindak tutur deklaratif membatalkan. Karena tuturan
tersebut tidak memenuhi janjinya bagi penuturnya karena berisi membatalkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
yang secara eksplisit. Tuturan kedua temasuk deklaratif memaafkan karena berisi
memaafkan secara eksplisit.
2.2.5 Jenis Tindak Tutur
Berdsarakan dari pengertian tindak tutur yang diutarakan oleh beberapa ahli
bahasa mengenai tiga jenis tindak tutur, yaitu lokusi, ilokusi, dan perlokusi,
Wijana (1996:31-35) membagi tindak tutur berdasarkan kesesuaian maksud
pembicara dengan kata-kata yang menyusunnya, yang dimaksud disini adalah
tindak tutur literal dan non literal. Dari tindak tutur tersebut juga terdapat macam
tindak tutur yang berbeda atau lainnya yang muncul karena adanya persinggungan
atau terkait antara tindak tutur langsung-tidak langsung dengan tindak tutur literal-
tidak literal. Berdasarkan hal tersebut dijelaskan dari berbagai bentuk tindak tutur.
2.2.5.1 Tindak Tutur Langsung
Tindak tutur langsung adalah sebuah kalimat berita yang difungsikan
secara konvensional untuk mengatakan sesuatu, kalimat tanya untuk bertanya, dan
kalimat perintah untuk menyuruh, mengajak, dan memohon (Wijana, 1996:31-
35). Rahardi (2003:74) berpendapat bahwa dari berbagai macam suruhan dapat
disimpulkan adanya dua hal yang amat mendasar dalam pembicaraan tindak tutur
ini yakni : (1) adanya tuturan yang bersifat langsung (2) adanya tuturan yang pada
hakikatnya memang berciri tidak langsung. Tingkat kelangsungan sebuah tuturan
dapat kita hitung berdasarkan besar kecilnya jarak. Maksud jarak tempuh dalam
hal ini adalah jarak antara titik ilokusi yang secara konseptual berada dalam
penutur, dengan titik tujuan ilokusi terdapat dalam mitra tutur. Rahardi (2003:75)
berpendapat bahwa tingkat kelangsungan sebuah tuturan dapat diukur berdasarkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
kejelasan pragmatiknya adapun kejelasan pragmatik kenyataan bahwa semakin
tembus pandang maksud sebuah tuturan akan semakin langsunglah maksud
tuturan yang ditimbulkan.
2.2.5.2 Tindak Tutur Tidak Langsung
Tindak tutur tidak langsung adalah tuturan yang diutarakan secara tidak
langsung biasanya tidak dijawab secara langsung tetapi harus segera dilaksanakan
maksud dan terimplikasinya didalamnya (Wijana, 1996:31-35). Yule (2006:95)
mengatakan tindak tutur tidak langsung adalah apabila ada hubungan tidak
langsung antara struktur dengan fungsi. Berdasarkan pendapat Yule dapat
disimpulkan bahwa tindak tutur tidak langsung adalah tidak adanya hubungan
struktur dan fungsi. Struktur yang dimaksud adalah bahasa dan fungsi adalah
tujuan penuturan. Jika dilihat dari pengertian yang dipaparkan oleh para ahli
tentang tindak tutur tidak langsung dapat disimpulkan tindak tutur yang
pengungkapan secara tidak langsung dan memiliki kata tersirat seperti
menggunakan pribahasa, kiasan atau perumpaman dalam tuturan.
2.2.5.3 Tindak Tutur Literal
Tindak tutur literal (Wijana, 1996:32) mengatakan tindak tutur literal
adalah tindak tutur yang dimaksudnya sama dengan makna kata-kata yang
menyusunnya. Contoh konteks: dituturkan oleh seorang guru kepada siswanya
pada saat selesai membersihkan kelas.
Guru : “Wah papan tulisnya bersih ya”
Maksud tuturan guru diatas memang untuk memuji kondisi papan tulis tersebut
yang bersi setelah dibersihkan oleh siswanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Jika dilihat dari pendapat para ahli Wijana dapat dartikan bahwa tindak
tutur literal memiliki maksud dan kesamaan dan makna kata yang dsusun.
2.2.5.4 Tindak Tutur Tidak Literal
Tindak tutur tidak literal (Wijana, 1996:32) mengatakan tindak tutur tidak
literal adalah tindak tutur yang maksdunya tidak sama dengan atau berlawanan
dengan makna kata-kata yang menyusunnya. Dibawah ini dipaparkan contoh
tentang tindak tutur tidal literal.
1. Waduh rambutnya rapih ya?
2. Kelasnya sangat bersih.
3. Tulisannya bagus sekali Anton?
Maksud tuturan yang pertama yakni penutur ingin menyampaikan bahwa
rambutnya tidak rapih kepada mitra tutur, tuturan kedua yakni penutur ingin
menyampaikan kondisi kelas sebelum pelajaran dimulai sangat kotor dan kurang
enak di pandang, tuturan yang ketiga penutur ingin menyampaikan maksud
kepada mitra tutur bahwa tulisannya kurang enak dibaca oleh penutur.
Dilihat dari pendapat para ahli Wijana mengenai tindak tutur tidak literal
dapat diartikan bahwa tindak tutur tersebut adalah tindak tutur antara maksud dan
makna kata yang menyusunnya tidak sama. Seperti contoh yang dipaparkan diatas
sangat jelas sebagai contoh.
2.2.5.5 Tindak Tutur Langsung Literal
Tindak tutur langsung literal (Wijana, 1996:33) berpendapat bahwa tindak
tutur langsung literal adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus tuturan
dan makna yang sama dengan maksud pengutaraannya. Berdasarkan pendapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
diatas dapat kita artikan bahwa adanya kesesuain antara modus tuturan, makna
dan maksud pengutarannya. Berikut ini contoh mengenai tindak tutur langsung
literal:
1. Tutup pintunya Alex.
2. Kelompok siapa sekarang yang maju?
3. Coba diam.
Maksud tuturan yang pertama penutur memang benar ingin segera mitra tutur
menutup pintunya, tuturan yang kedua penutur ingin menyampaikan kepada mitra
tutur bahwa kelompok siapa yang selanjutnya akan maju, ketiga maksud dari
penutur ingin menyampaikan kepada mitra tutur bahwa menyuruh diam agar
situasi dapat terkendali.
2.2.5.6 Tindak Tutur Tidak Langsung Literal
Tindak tutur tidak langsung literal (Wijana, 1996:34) berpendapat bahwa
tindak tutur tidak langsung literal adalah tindak tutur yang diucapkan dengan
modus kalimat yang tidak sesuai dengan maksud pengutaraannya tetapi makna
kata-kata yang menyusunnya sesuai dengan yang dimaksudkan penutur.
Berdasarkan pendapat Wijana bahwa tindak tutur tersebut merupakan tuturan
yang dituturkan dengan bentuk yang tidak sesuai dengan tindakan yang
diharapkan tetapi ada kesamaan antara makna literal dengan tindakan yang
diharapkan. Contoh:
1. Sepatunya kotor sekali.
2. Mejanya kotor sekali ya?.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Maksud dari tuturan tersebut penutur tidak hanya sekedar memberi informasi
namun didalamnya mengandung maksud memerintah yang secara tidak langsung
dengan megunakan kalimat berita kepada mitra tutur, kedua penutur tidak hanya
sekedar memberi informasi namun didalamnya mengandung maksud memerintah
yang secara tidak langsung dengan menggunakan kalimat tanya kepada mitra
tutur.
2.2.5.7 Tindak Tutur Langsung Tidak Literal
Tindak tutur langsung tidak literal (Wijana, 1996:34) berpendapat bahwa
tindak tutur langsung tidak literal adalah tindak tutur yang diutarakan dengan
modus kalimat yang sesuai dengan maksud tuturan tetapi kata-kata yang
menyusunnya tidak memiliki makna yang sama dengan maksud penuturnya.
Berdasarkan pengertian yang diutarakan Wijana dapat disimpulkan bahwa tindak
tutur tersebut yang diungkapkan sesuai dengan tindakan, tetapi mempunyai lain
dari ungkapan yang dituturkan. Contoh sebagai berikut:
1. Tapi memang hasil lukisannya bagus ya.
2. Coba jika warna pink.
Maksud tuturan yang pertama penutur menyampaikan maksud tuturan, namun
tidak memiliki makna yang sama dengan maksud, jadi bahwa lukisannya tidak
bagus. Tuturan kedua penutur menyampaikan maksud tuturan, namun tidak
memiliki makna yang sama dengan maksud, jadi bahwa warna yang dipakai tidak
sesuai atau tidak pantas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
2.2.5.8 Tindak Tutur Tidak Langsung Literal
Tindak tutur tidak langsung tidak literal (Wijana, 1996:34) berpendapat
bahwa tindak tutur tidak langsung tidak literal adalah tindak tutur yang diutarakan
dengan modus kalimat dan makna kalimat yang tidak sesuai dengan maksud yang
hendak diutarakan. Contohnya sebagai berikut:
1. Kipas anginnya kencang sekali ini.
2. Ruanganya sangat panas.
Maksud penutur ingin menyampaikan dengan maksud kipas anginya baiknya di
kurangi karena terlalu kencang, kedua maksud penutur ingin menyampaikan
kondisi ruangan pada saat itu sangat panas. Berdasarkan pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa tindak tutur tersebut merupakan tindak tutur yang tidak sesuai
antara bentuk dan makna literal dengan tindakan atau maksud yang diharapkan.
2.2.6 Implikatur Percakapan
Implikatur menurut Mulyana (2005:11) diartikan sebagai sesuatu yang
terlibat atau menjadi bahan pembicaraan. Sesuatu yang menjadi bahan
pembicaraan atau topik pembicaraan mengandung implikatur. Implikatur sebagai
salah satu bagian dari kajian pragmatik. Menurut Suyono (1990:14) implikatur
adalah sesuatu yang tersirat, sementara itu Pranowo (1993:5) mendefinisikan
implikatur adalah sesuatu dinyatakan secara tersirat dalam suatu percakapan maka
jelaslah implikatur merupakan tuturan tidak langsung karena memerlukan
penjelasan yang lebih kongkrit, karena di dalamnya mengandung maksud ujaran.
Seperti pada tuturan: (3) Bapak datang, jangan menangis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Maksud tuturan (3) tidak hanya bermaksud memberi informasi bahwa
sang ayah sudah datang dari tempat tertentu. Penutur bermaksud mengingatkan
mitra tutur bahwa sang ayah bersifat keras itu akan melakukan sesuatu
terhadapnya apabila ia masih terus menangis. Tuturan itu mengimplikasikan
bahwa sang ayah seorang yang keras dan kejam, sering marah-marah pada
anaknya yang sedang menangis (Rahardi, 2005:43). Implikatur merupakan segala
sesuatu yang tersembunyi di balik pengguna bahasa secara aktual, benar, dan
sesungguhnya. Implikatur sendiri merupakan masalah makna tuturan yang tidak
akan terlepas dari konteks, baik konteks situasi yang berkaitan dengan peserta
komunikasi, latar waktu tempat, saluran komunikasi, tujuan, maupun berkaitan
dengan konteks kebudayaan terkait dengan aturan atau norma sosial dengan
masyarakat.
2.2.7 Fungsi Tindak Tutur
Berikut adalah beberapa fungsi tindak tindak tutur menurut Ibrahim
(1993:115). Menyimpulkan menjadi enam jenis tindak tutur direktif dibagi
menjadi fungsi sebagai berikut:
1. Fungsi permintaan merupakan fungsi yang digunakan untuk mengungkapkan
permintaan supaya mitra tutur ikut atau turut serta.
2. Fungsi pertanyaan merupakan ungkapan meminta keterangan atau penjelasan.
3. Fungsi perintah merupakan fungsi untuk medneskripsikan perintah atau aturan.
4. Fungsi larangan merupakan fungsi untuk mendeskripsikan larangan suapaya
mitra tutur tidak melakukan sebuah kesalahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
5. Fungsi pemberian merupakan fungsi menyatakan kesepakatan setuju atau
sependapat.
6. Fungsi Nasihat merupakan fungsi mendeskripsikan pemberian atau nasihat
yang bersifat mendukung.
2.2.8 Konteks
Pembahasan mengenai pragmatik dijelaskan bahwa pragmatik ilmu
mempelajari hubungan antara konteks dan makna. Kajian pragmatik khususnya
yan muncul dalam kehidupa sehari-hari, terdapat penutur dan mitra tutur.
berdasarkan kedua pihak tersebut komunikasi tidak hanya sebatas penyampian
sebuah makna berupa tuturan atau kalimat yang diucapkan tetapi berkaitan dengan
konteks. Menurut Mey (1993:38) konteks sebagai the surrounding, in the widest
sense, that enable the participants in the communication process to interact, and
that make the linguistic expression of their interaction intelliegible (lingkungan
sekitar dalam arti luas sesuatu yang memungkinkan peserta tuturan dapat
berinteraksi, dan yang dapat membuat tuturan mereka dapat dipahami).
Nadar (2007:6-7) menjelaskan konteks adalah hal-hal yang gayut dengan
lingkungan fisik dan sosial sebuah tuturan, ataupun latar belakang pengetahuan
yang sama-sama dimiliki oleh petutur dan lawan tutur, dan yang membantu lawan
tutur menafsirkan makna tuturan. Konteks sangat penting dalam memahami suatu
tuturan, ia tidak menelaah struktur bahasa secara internal seperti tata bahasa
melainkan secara eksternal. Contohnya “kamu lebih baik belajar sekarang”
sebagai tindak ilokusiner tergantung siapa petuturnya dan mitra tuturnya. Jika
tuturan diucapkan seorang ayah kepada anaknya maka tuturan itu merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
perintah. Namun jika seorang mahasiswa kepada temannya maka itu dimaknai
sebagai anjuran dan tidak dianggap sebagai perintah.
Aspek tutur menurut Leech (1991:19) adalah (i) yang menyapa (penyapa)
dan yang disapa (pesapa), (ii) konteks sebuah tuturan, (iii) tujuan sebuah tuturan,
(iv) tuturan sebagai bentuk tindakan atau kegiatan (tindak ujar), (v) tuturan
sebagai produk tindak verbal. Menurut Leech istilah tujuan tuturan sama dengan
fungsi. Wijana (dalam rahardi, dkk.,2016:41) menyatakan bahwa konteks
pragmatik adalah semua latar belakang pengetahuan (all backgraund knowladge)
yang dipahami bersama oleh penutur dan lawan tutur. Semua latar belakang
pengetahuan yang dipahami bersama penutur dan lawan tutur itulah yang sangat
berguna dalam menafsirkan makna bentuk kebahsaan tertentu yang hadir dalam
pertuturan. Paparan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa penafsiran mitra tutur
terhadap tuturan penutur sangat bergantung pada latar belang pengetahuan yang
dimiliki oleh kedua pihak. Jika kedua pihak memiliki persamaan latar belakang
pengetahuan, maka maksud tuturan akan semakin mudah untuk ditafsirkan.
Begitupula sbaliknya, jika penutur dan mitra tutur memiliki latar belakang
pengetahuna yang berbeda maka, maka maksud tuturan akan sulit ditafsir.
Mulyana (2005:21) menyebutkan bahwa konteks ialah situasi atau latar
terjadinya suatu komunikasi. Konteks dapat dianggap sebagai sebab dan alasan
terjadinya suatu pembicaraan atau dialog. Segala sesuatu yang behubungan
dengan tuturan, apakah itu berkaitan dengan arti, maksud, maupun informasinya,
sangat tergantung pada konteks yang melatarbelakangi peristiwa tuturan itu.
Penyimpangan dan pematuhan prinsip kesantunan berbahasa merupakan bagian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
dari peristiwa tutur. Peristiwa tutur atau peristiwa berbahasa yang terjadi pada
kegiatan diskusi kelas ditentukan oleh beberapa faktor. Menurut Dell Hymes
(melalui Chaer dan Agustina, 2004:48-49), bahwa suatu peristiwa tutur harus
memenuhi delapan komponen, yang disingkat menjadi SPEAKING, yakni sebagai
berikut.
1. S = Setting and Scene
Setting berkenaan dengan waktu dan tempat tutur berlangsung, sedangkan scene
mengacu para situasi tempat dan waktu atau situasi psikologis pembicaraan.
2. P = Participants
Participants adalah pihak-pihak yang terlibat dalam pertuturan, bisa pembicara
dan pendengar, penyapa dan pesapa, atau pengirim dan penerima (pesan).
3. E = ends
Ends menunjuk pada maksud dan tujuan pertuturan
4. A = Act Sequences
Act Sequences mengacu pada bentuk ujaran dan isi ujaran.
5. K = Key
Key, mengacu pada nada, cara, dan semangat dimana suatu pesan disampaikan;
dengan senang hati, dengan serius, dengan singkat, dengan sombong, dengan
mengejek, dan sebagainya.
6. I = Instrumentalities
Instrumentalities mengacu pada jalur bahasa yang digunakan, seperti jalur lisan,
tertulis, melalui telegraf atau telepon.
7. N = Norms of Interaction and Interpretation
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Norms of Interaction and Interpretation mengacu pada norma atau aturan dalam
berinteraksi.
8. G = Genres
Genre mengacu pada jenis bentuk penyampaian, seperti narasi, puisi, pepatah, doa
dan sebagainya.
2.2.9 Makna Pragmatik
Makna dalam kajian pragmatik merupakan maksud yang ingin
disampaikan oleh penutur berupa maksud perintah, sapaan, teguran, suruhan,
pujian, sindiran, nasihat, peringatan, saran, dan klarifikasi. Makna juga diartikan
sebagai suatu hubungan yang melibatkan tiga sisi (triadic relation) atau hubungan
tiga arah, yaitu bentuk, makna, dan konteks. Makna dalam pragmatik diberi
definisi dalam hubungannya dengan penutur atau pemakai bahasa.
Hubungan antara bentuk dan makna dalam pragmatik juga dikaji oleh Yule
(2001:5). Ia mendefinisikan pragmatik sebagai studi tentang hubungan antara
bentuk-bentuk linguistik dan manusia si pemakai bahasa bentuk-bentuk itu.
Definisi ini dipertentangkan dengan definisi semantik, yaitu sebagai studi tentang
hubungan antara bentuk-bentuk linguistik dengan entitas di dunia bagaimana
hubungan kata dengan sesuatu secara harfiah. Lebih lanjut Yule menegaskan
bahwa analisis semantik berusaha membangun hubungan antara deskripsi verbal
dan pernyataan-pernyataan hubungan di dunia secara akurat atau tidak, tanpa
menghiraukan siapa yang menghasilkan deskripsi tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
2.2.10 Tindak Tutur dalam Interaksi Belajar Mengajar
Menurut Rohmadi (2004:26) tindak tutur merupakan produk tindak verbal
yang terlihat dalam setiap percakapan lisan maupun tertulis antara penutur dengan
lawan tutur. Pendapat tersebut sesuai dengan interaksi yang terjadi antara guru
dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang menggunakan bahasa Indonesia
sebagai alat komunikasi. Memanfaatkan interaksi dalam kegiatan belajar mengajar
dapat menarik minat dan bermanfaat bagi siswa. Oleh karena itu, interaksi antara
guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar harus dimanfaatkan.
Menurut Purwo (1990:30) sekalipun benar penutur asli bahasa Indonesia
tanpa harus berpikir panjang, namun sama-samamenyatakan pendapat tentunya
ada perbedaan di antara menyatakan kepada teman sebaya, kepada seorang atasan,
atau kepada seseorang yang belum dikenalnya. Oleh sebab itu, baik guru maupun
siswa saat bertindak tutur harus selalu memperhatikan dengan siapa ia
menyampaikan tuturannya dan dalam situasi seperti apa tuturan tersebut yang
disesuaikan dengan konteks dengan baik.
Berdasarkan uraian di atas, sebagai seorang guru harus bisa memberikan
contoh yang baik bagi siswa dalam bertindak tutur saat kegiatan belajar mengajar
dalam kelas, sehingga siswa dapat menginterpretasikan tindak tutur yang
dimaksudkan oleh gurunya secara tepat dan pembelajaran akan berlangsung
dengan lancar. Tidak hanya guru yang harus bertindak tutur dengan baik tetapi
siswa juga harus dapat menyadari bahwa dalam bertutur kata dengan lawan
tuturnya tentunya harus bisa menghargai sama lain. Bagi para pengajar, selain
harus mampu bertindak tutur sesuai dengan konteks dan situasi, guru juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
diharapkan dapat menggunakan tuturan yang baik. Strategi yang digunakan guru
sebaiknya juga dapat memudahkan siswa sebagai mitra tutur untuk menerima
materi yang disampaikan.
2.3 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan skema mendasar dan juga pondasi sebagai
tujuan atau pemikiran yang akan dicapai pada saat kita melakukan sebuah
penelitian atau langkah-langkahnya. Tujuan kerangka berpikir adalah mengetahui
langkah mempermudah atau menguraikan pikiran. Peneltian mengangkat kajian
tentang tindak tutur, jenis-jenis tindak tutur. Kajian Pragmatik merupakan salah
satu alat untuk menemukan maksud dari setiap makna yang dituturkan dalam
kegiatan tindak tutur. Kajian pragmatik memiliki maksud atau makna tertentu.
Hal-hal tersebut akan dibahas dalam tulisan ini yaitu tentang perilaku tindak tutur
antara guru dengan siswa di tingkat sekolah menengah pertama. Penelitian ini
akan menggunakan beberapa teori tentang pragmatik dan beberapa teori
pendukung yang akan digunakan. Penentuan jenis tindak tutur dan makna
mengunakan metode kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata lisan maupun tertulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
JENIS DAN MAKSUD TINDAK TUTUR ANTARA GURU
DENGAN SISWA DI SMP NEGERI 3 DELANGGU
KABUPATEN KLATEN
PRAGMATIK
JENIS-JENIS TINDAK
TUTUR
MAKSUD
PRAGMATIK
TINDAK TUTUR
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini, peneliti memberikan uraian tentang metode penelitian berupa
enam hal yaitu jenis penelitian, sumber data dan data, teknik pengumpulan data,
instrumen penelitian, teknik analisis data dan trianggulasi data. Enam hal tersebut
akan diuraikan secra rinci sebagai berikut.
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian
deskriptif kualitatif menggunakan data berupa kata-kata yang memfokuskan pada
jenis tindak tutur dan penunjukan maksud atau makna, mendeskripsikan suatu
fenomena yang dikaji oleh peneliti. Penelitian kualitatif menghasilkan data
deskriptif, kemudian data digali hingga mendapatkan hipotesis yang konsisten.
Peneliti mengumpulkan data-data dari kegiatan pembelajaran tuturan antara guru
dengan siswa.
Bogdan dan Taylor (melalui Moleong, 2001:3) menyatakan bahwa
penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Penelitian deskriptif hanya menggambarkan berdasarkan fakta tentang suatu
variabel, gejala atau keadaan.
Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang berkaitan dengan data yang
tidak berupa angka tetapi berupa kualitas bentuk jenis tindak tutur yang berwujud
tuturan sehingga data yang dihasilkan berupa kata-kata tertulis atau lisan tentang
sifat-sifat individu, keadaan, gejala, dari kelompok tertentu yang diamati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
(Muhadjir, 2000:44). Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena data
penelitian berupa wujud, jenis tindak dan maksud atau makna tutuan dalam kajian
pragmatik. Penelitian ini, peneliti mencoba untuk memahmi tentang tindak tutur
yang terjadi di kegiatan pemebelajaran antara guru dan siswa di sekolah
menengah pertama kelas VIII. Oleh karena itu, tujuan dilakukannya penelitian ini
yaitu sebagai suatu pemahaman terhadap tindak tutur dalam berkomunikasi.
3.2 Sumber Data Penelitian
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh (Arikunto, 2013: 172). Sumber data penelitian ini adalah guru dengan
siswa di SMP Negeri 3 Delanggu Kabupaten Klaten dalam kegiatan belajar
mengajar di kelas VIII. Tidak dibatasi guru mata pelajaran Bahasa Indonesia saja,
namun juga mata pelajaran yang lain. Data penelitian adalah tuturan yang
diutarakan oleh guru kepada siswa di dalam kelas. Penentuan guru juga
mempertimbangkan jadwal para guru yang mengajar VII A-H.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini peneliti menggunakan tiga teknik pengumpulan data yaitu
pertama teknik observasi (teknik utama), kedua teknik menyimak langsung, dan
yang ketiga teknik catat maupun merekam. Ketiga teknik tersebut akan diuraikan
sebagai berikut:
1. Teknik Observasi
Teknik observasi adalah suatu teknik yang berupa cara yang digunakan
untuk memperoleh data dengan melakukan pengamatan terhadap penggunaan
bahasa. Obervasi juga dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Kaitannya dengan
penelitian ini, peneliti akan melakukan penelitian dengan cara observasi untuk
mengetahui tuturan-tuturan yang dicurigai mengandung jenis tindak tutur dan juga
maksud atau makna pragmatik. Setelah itu peneliti mengamati penggunaan
tuturan guru kepada siswa dalam pembelajaran di kelas VIII SMP Negeri 3
Delanggu. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang mengharuskan terlibat
secara langsung dalam proses penelitian. Paparan tersebut sangat mendukung
penggunaan teknik observasi dalam penelitian ini. Selain itu, peneliti juga
memperhatikan konteks selama interaksi dalam pembelajaran.
2. Teknik Menyimak
Teknik menyimak adalah teknik memperhatikan data dengan cara
mendengarkan lambang lisan dengan penuh rasa perhatian, pemahaman, apresiasi
dan juga interpretasi untuk memperoleh sebuah isi atau data serta memahami
makna atau maksud komunikasi yang diuatarakan oleh pembicara melalui ujaran
atau bahasa yang lisan. Penggunaan teknik ini sangat mendukung untuk
memperoleh data dalam penelitian kususnya tuturan yang timbul atau diutarakan
oleh guru dalam kegiatan pembelajaran di kelas VIII SMP Negeri 3 Delanggu.
3. Teknik Catat
Teknik catat adalah teknik mencatat data yang diperoleh dari informan.
Pencatatan dapat dilakukan pada kartu data yang disediakan. Penggunaan teknik
catat sangat fleksibel karena peneliti tidak mencatat seluruh tuturan guru, namun
hanya mencatat tuturan yang mengandung jenis-jenis tindak tutur dan maksud
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
atau makna tindak tutur. Peneliti juga mencatat konteks saat guru menyampaikan
wujud tuturan agar mengetahui maksud tuturan.
3.4 Instrumen Penelitian
Penelitian kualitatif memiliki ciri khas bahwa peneliti yang memegang
peran penting dalam seluruh proses penelitian. Dalam penelitian ini adalah
kedudukan peneliti atau instrumen peneliti. Penliti melakukan observasi,
menyimak langsung, dan catat sebagai perencana atau pelaksana dalam
pengumpulan data, analisis, penafsiran dan juga pelapor hasil penelitian berupa
fenomena tuturan yang terjadi didalam kegiatan pembelajaran. Sejalan dengan
paparan tidak ada alat yang paling elastis dan benar untuk mengungkap data
kualitatif kecuali peneliti itu sendiri. Manusia dapat bersifat fleksibel atau
semudahnya dan adeptif, serta dapat mengunukan seluruh alat indra yang dimiliki
untuk memahami sesuatu. Kaitanya dengan penelitian ini peneliti bisa dikatakan
menjadi instrumen penelitian. Hal ini karena peniliti yang mengalami secara
langsung proses yang terjadi, serta pengetahuan dari peneliti tentang pragmatik
dengan fokus jenis, dan makna.
Peneliti sebagai instrumen penilitan memegang peran penting dalam
penelitian. Peran yang dimaksud yaitu peneliti sebagai pengumpul data.
Pengumpulan data peneliti mengunakan teknik utama yaitu observasi. Melalui
observasi peneliti mengunakan instrumen berupa panduan pengamatan. Penelitian
kualitatif ini peneliti tidak hanya mengunakan teknik obsevasi saja. Untuk
mendukung observasi peneliti juga perlu menyimak langsung, atau mencatat data-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
data yang diperoleh. Penelitian ini peneiliti menuliskan secara sistematis tentang
tindak tutur yang muncul.
Selain instrumen utama, peneliti juga menggunakan instrumen pendukung
berupa tabel data. Tabel data digunakan untuk mencatat tuturan para guru kepada
siswa pada saat jam pelajaran berlangsug. Berikut contoh tabel data yang
digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Dapat dilihat di bawah ini.
Tabel 1 Jenis-Jenis Tindak Tutur
No Lokasi Jenis-jenis
Tindak
Tutur
Tuturan Konteks
tuturan
Jumlah
1.
2.
Tabel 2 Makna Pragmatik
No Lokasi Makna
Pragmatik
Tuturan Konteks
Tuturan
Jumlah
1.
2.
3.5 Teknik Analisis Data
Penelitian ini peneliti melakukan dengan empat tahapan yaitu identifikasi,
klasifikasi, interpretasi, dan pelaporan dalam narasi data yang sudah disediakan.
1. Identifikasi Data
Tahap identifikasi, peneliti mengidentifikasi tuturan yang dituturkan oleh
guru. Identifikasi dilakukan untuk mengetahui tuturan-tuturan yang mengandung
jenisnya dan maksud atau maknanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
2. Klasifikasi Data
Klasifikasi data berguna untuk melaporkan atau mengklasifikasi suatu data
sehingga dapat melihat kelompok data tersebut. Setelah melakukan identifikasi
data, peneliti melakukan klasifiksi data atau pengelempokan tuturan guru.
Pengelompokan dilakukan untuk mengetahui kesesuaian antara tuturan dengan
jenis dan maksud atau makna. Peneliti mengklasifikasi jenis tindak tutur dan
maksud atau makna yang diperoleh berdasarkan teori pragmatik.
3. Interpretasi Data
Interpretsi data adalah suatu bentuk dari kegiatan penggabungan hasil dari
analisis dengan berbagai macam pertanyaan, kriteria manapun sebuah setandar
tertentu untuk menciptakan sebuah makna dari data tersebut Pada tahap
interpretasi, penulis melakukan maksud dari perilaku tindak tutur beradasarkan
jenis tindak tutur, maksud atau makna dengan memperhatikan konteks tuturan.
Peneliti memanfatkan catatan atau tulisan dan juga rekaman untuk
mngetahui jenis tidak tutur dan maksud atau makna yang disampaikan oleh guru.
Interpretasi juga melihat tindakan siswa setelah guru mengucapkan tuturan, demi
mendukung interpretasi tersebut, peneliti melakukan wawancara dengan guru
untuk mengonfirmasikan tafsiran yang dibuat peneliti sudah benar atau belum.
4. Pelaporan Data
Pelaporan merupakan tahap akhir yang dilakukan peneliti untuk
mendeskripsikan hasil analisis data dalam bentuk narasi. Peneliti menjelaskan
dalam bentuk kata-kata atau narasi mengenai hasil analisis data yang diperoleh
dari tindak tutur para guru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
3.6 Trianggulasi Data
Validitas merujuk pada kesesuaian, berterima, dan kegunaan dari campur
tangan peneliti berdasarakan data yang diperoleh (Franke & Wallen, 2000). Tiga
proses atau cara yang akan digunakan bisa berupa trianggulasi, member cheking,
dan ekstra audit (Craswell, 2008).
Penelitian ini akan menerapkan trianggulasi data untuk meyakinkan
validitas penelitian berdasarkan sumber yang diperoleh, seperti data yang sudah
diperoleh dari sumber satu dan itu harus di gabungkan atau disesuikan dengan
sumber data yang lain (Gell, Gell, & Borg, 2003). Trianggulasi mempunyai tujuan
membangun justifikasi terhadap fenomena-fenomena dengan cara menemukan
bukti dan sumber yang akurat. Sebuah data dapat diklaim valid jika data yang
ditemukan sumber bisa diselaraskan dengan sumber lain. Sugiyono (2007:241).
Dalam penelitian ini penliti memilih salah satu dosen program studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia yaitu Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum. Untuk
menjadi trianggulator.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian dan pembahsaan
berupa tiga hal yaitu deskripsi data, hasil analisis data, dan pembahasan. Ketiga
hal tersebut akan diuraikan secara rinci sebagai berikut.
4.1 Deskripsi Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah guru dengan siswa pada
pembelajaran kelas VIII di SMP Negeri 3 Delanggu yang beralamat di Jl. Raya
Delanggu Utara, Gatak, Delanggu, Klaten. Data penelitian berupa tuturan-tuturan
yang digunakan guru kepada siswa pada pembelajaran yang mengandung sebuah
jenis tindak tutur, dan maksud atau makna. Peneliti memperoleh data dengan
teknik observasi sebagai teknik utama. Peneliti mendengarkan tuturan yang
disampaikan oleh guru selama pembelajaran berlangsung, selain hal tersebut
peneliti juga mengamati konteks yang terjadi saat tuturan disampaikan. Selain
teknik observasi peneliti juga mengunakan teknik meniyamk langsung dan juga
catat sebagai pendukung dalam penelitian ini. Peneliti melakukan penelitian mulai
24 April s/d 16 Mei 2019 di SMP Negeri 3 Delanggu. Berdasarkan hasil
penelitian, peneliti menemukan data wujud tuturan berjumlah 85 tuturan.
Trianggulasi dilakukan oleh Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum selaku dosen
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta. Data yang disetujui sebanyak 84 dengan rincian sebagai berikut: jenis
tindak tutur seperti tindak tutur langsung 33, tindak tutur tidak langsung 6, tindak
tutur literal 7, tindak tutur langsung literal 22, tindak tutur tidak literal 6, tindak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
tutur tidak langsung literal 11. Dan yang mengandug makna pragmatik sebagai
berikut makna memerintah 12, makna menyapa 5, makna menegur 10, makna
menyuruh 22, makna memuji 2, makna menyindir 3, makna menasihati 3, makna
peringatan 3, makna saran 3, dan makna klarifikasi 22. Penelitian ini akan
memaparkan mengenai jenis-jenis tindak tutur serta makna tindak tutur yang
terdapat dalam tuturan guru dengan siswa pada kegiatan pembelajaran.
Jenis-jenis tindak tutur dalam Wijana (1996), yaitu tindak tutur langsung
dan tindak tutur tidak langsung, tindak tutur literal dan tindak tutur tidak literal.
Adapun interseksi berbagai jenis tindak tutur yaitu tindak tutur langsung literal
dan tindak tutur tidak langsung literal, tindak tutur langsung tidak literal, dan
tindak tutur tidak langsung tidak literal. Penelitian ini dimaksudkan untuk
memaparkan berbagai jenis tindak tutur dan maksud atau makna pragmatik yang
digunakan guru di kelas untuk berkomuniksai dengan siswa. Adapun jenis-jenis
tindak tutur dan maksud atau makna pragmatik dari tuturan guru dalam
pembelajaran yang akan dianalisis dapat dilihat dalam hasil analisis di bawah ini.
4.2 Analisis Data
Hasil analisis penelitian ini disajikan dengan urutan sebagai berikut, (1)
jenis-jenis tindak tutur guru pada pembelajaran di SMP Negeri 3 Delanggu, (2)
mendeskripsikan maksud atau makna pragmatik apa saja yang hadir dari tuturan
guru pada kegiatan pembelajaran di SMP Negeri 3 Delanggu. Berdasarkan hasil
analisis penelitian, peneliti menemukan beberapa jenis tindak tutur yang
digunakan dalam tuturan guru pada pembelajaran, yaitu tindak tutur langsung,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
tindak tutur tidak langsung, tindak tutur literal, tindak tutur tidak literal, tindak
tutur langsung literal, dan tindak tutur tidak langsung literal.
Penggunaan jenis-jenis tindak tutur bukan hanya sekadar untuk bertanya,
memerintah, dan memberikan informasi. Akan tetapi, setiap tuturan guru yang
muncul dalam pembelajaran mengandung sebuah makna. Ditinjau dari segi
pragmatik ditemukan beberapa maksud atau makna yang terkandung dalam
tuturan guru. Berikut pemaparan hasil penelitian terhadap jenis-jenis tindak tutur
dan maksud atau makna pragmatik yang terkandung dari tuturan guru pada
pembelajaran.
4.2.1 Jenis-jenis Tindak Tutur yang Terdapat dalam Tuturan Guru
Jenis-jenis tindak tutur dalam Wijana (1996), yaitu tindak tutur langsung
dan tindak tutur tidak langsung, tindak tutur literal dan tindak tutur tidak literal.
Sementara itu, interseksi berbagai jenis tindak tutur yaitu tindak tutur langsung
literal dan tindak tutur tidak langsung literal, tindak tutur langsung tidak literal,
dan tindak tutur tidak langsung tidak literal. Penelitian ini dimaksudkan untuk
memaparkan berbagai macam jenis tindak tutur yang digunakan guru di kelas
untuk berkomuniksai dengan siswa. Hasil data yang dianalisis dapat dipaparkan
sebagai berikut.
4.2.1.1 Tindak Tutur Langsung (Direct Speech Act)
Tindak tutur langsung adalah kalimat berita yang secara konvensional
untuk menginformasikan sesuatu, kalimat tanya untuk bertanya, dan kalimat
perintah untuk menyuruh, mengajak, dan memohon (Wijana, 1996:31). Dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
penelitian ini ditemukan 33 yang merupakan jenis tindak tutur langsung. Berikut
ini dipaparkan 6 dari 33 data yang tergolong tindak tutur langsung.
Berikut ini dipaparkan data yang tergolong tindak tutur langsung:
Data (7)
Guru : “Selamat siang, gimana kabarnya hari ini?”
Siswa : “Baik Bu.”
Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh mitra tutur di ruang kelas
saat punutur memasuki kelas dan akan membuka kegiatan
belajar mengajar. Tuturan ini agar mengajak siswa untuk siap
mengikuti kegiatan dan mengkondisikan ruang kelas agar
siswa siap mengikuti pelajaran yang akan dimulai.
Data (8)
Guru : “Selamat pagi, awal puasa kok pagi-pagi sudah lelah,
semangatnya mana?
Siswa :”Baik bu, tapi masih ngantuk bu.”
Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh mitra tutur di ruang kelas
karena karena kondisi pada saat jam pelajaran tidak ada
respon baik, siswa kurang semangat dalam mengikuti
pembelajaran. Waktu pada jam ke 1 dan ke 2 pada mata
pelajaraan Bahasa indonesia di dalam ruang kelas VIII D.
Data (9)
Guru :”Lah ya ayo kalo ngantuk ibu kasih hadiah nanti, hadiahnya
namun masih dirahasikan, apakah hari ini ada yang tidak
masuk?”
Siswa :”Nihil bu.”
Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh mitra tutur di ruang kelas
dan memotivasi siswa sebelum pembelajaran agar sebelum
memulai dengan antusias belajar yang baik karena akan ada
hadiah dari penutur, sekaligus menanyakan kepada siswa
apakah ada yang tidak masuk hari ini. Waktu pada jam ke 3
dan ke 4 pada mata pelajaraan Bahasa indonesia di dalam
ruang kelas VIII G.
Data (10)
Guru : “Apakah kalian sudah membawa alat praga untuk drama
kalian?”
Siswa : “Wah apa, hari ini bu, kami belum siap.”
Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh mitra tutur, penutur
menyakan kesiapan mitra tutur apakah benar-benar sudah
membawa alat untuk drama serta guna memberi teguran dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
mengingatkan siswa agar membawa alat peraga untuk drama.
Waktu pada jam ke 3 dan ke 4 pada mata pelajaraan Bahasa
indonesia di dalam ruang kelas VIII C.
Data (11)
Guru : “Apa bedanya tokoh dan penokohan siapa bisa?”
: “Tokoh adalah memerankan penokohanya, perannya
sebagai apa, misalkan antagonis, protagonis.”
: “Kalau yang ketiga apa?”
Siswa : “Bahasa yang digunakan.”
Konteks :Tuturan ditujukan kepada para mitra tutur pada saat jam
pelajaran berlangsung, mitra tutur menayakan mengenai
materi. Demikian guna menyuruh siswa agar menjawab
pertanyaan penutur, mitra tutur ditujukan membedakan antara
tokoh dan penokohan dan menyuruh siswa untuk menjawab
pertanyaan berikutnya. Jam ke 3 dan ke 4 pembelajaran
Bahasa Indonesia kelas VIII C.
Data (12)
Guru : “Untuk hari ini yaitu pelajaran bahasa Indonesia sebelum kita
membahas mengenai ciri-ciri teks eksplanasi yaa, nanti
pertama kali yang kita pelajari yaitu arti dari teks tersebut.
Namun sebelumnya apakah hari ini ada yang tidak masuk?”
Siswa :”Nihil Bu, Hadir semua.”
Konteks : Tuturan ditujukan kepada para seluruh mitra tutur pada saat
jam pelajaran berlangsung berupa materi Bahasa Indonesia
materi yang akan dibahas pada hari ini yaitu membahas teks
eksplanasi. Waktu pada jam ke 5 dan ke 6 pada mata
pelajaraan Bahasa indonesia di dalam ruang kelas VIII H.
Tuturan guru pada data (7) tuturan dituturakan oleh guru saat
pembelajaran di kelas. Saat itu guru baru mengawali atau pembukaan dalam
mengajar, dijumpai tuturan “Selamat siang, Gimana kabarnya hari ini?, penutur
sedang menyapa mitra tutur sebelum memulai pembelajaran. Tuturan tersebut
menggunakan kalimat tanya untuk bertanya dan tujuannya penutur ingin menyapa
mitra tutur dalam pembelajarn Bahasa Indonesia. Melalui tuturan (7) mengandung
jenis tindak tindak tutur langsung karena terbukti pada kalimat “Selamat siang,
Gimana kabarnya hari ini?. Penutur menuturkan kalimat tersebut kepada mitra
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
tutur pada saat awal jam dimulai, bermaksud mengetahui kondisi mitra tutur.
Setelah penutur menuturkan tuturan tersebut, mitra tutur merespon yang di
sampaikan penutur. Hal tersebut sejalan dengan teori Wijana.
Tuturan guru pada data (8) tuturan yang disampikan oleh guru yang
berbunyi “Selamat pagi, awal puasa kok pagi-pagi sudah lelah, semangatnya
mana?”, ditujukan kepada seluruh siswa pada saat akan dimulainya pembelajaran
dengan tujuan memberikan dorongan semangat karena kondisi dalam ruang kelas
tersebut menunjukan suasana yang kurang semangat. Melalui tuturan tersebut (8)
mengandung jenis tindak tindak tutur langsung karena untuk terbukti pada kalimat
“Selamat pagi, awal puasa kok pagi-pagi sudah lelah, semangatnya mana?”
Guru menuturkan tuturan tersebut kepada siswa pada saat awal jam dimulai.
Setelah guru menuturkan tuturan tersebut, para siswa merespon yang awalnya
kurang semangat jadi ada respon dari mitra tutur dari yang di sampaikan penutur.
Hal tersebut sejalan dengan teori Wijana.
Tuturan guru pada data (9) tuturan guru yang berbunyi “Lah ya ayo kalo
ngantuk ibu kasih hadiah nanti” penutur sedang memberikan motivasi kepada
mitra tutur sebelum memulai pembelajaran karena pada saat itu suasana belajar
yang kurang baik, dengan memberikan hadiah membangun susana atau
pendukung dalam belajar. Melalui tuturan tersebut (9) merupakan jenis tuturan
yang mengandung jenis tindak tindak tutur langsung karena untuk terbukti pada
“Lah ya ayo kalo ngantuk ibu kasih hadiah nanti” Tuturan ini bertujuan penutur
ingin memberi semangat dan motivasi kepada mitra tutur di saat jam pelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Bahasa Indonesia, karena pada saat itu kondisi kelas yang tidak kondusif. Hal
tersebut sejalan dengan teori Wijana
Tuturan guru pada data (10) yang berbunyi “apakah kalian sudah
membawa alat praga untuk drama kalian”, tuturan guna menyakan apakah siswa
sudah benar-benar membawa alat untuk menampilkan drama karena pada saat itu
materi tentang drama, pada sebelumnya sudah disampikan mitra tutur diharapkan
membwa alat-alat sebagai properti drama. Melalui tuturan tersebut (10)
merupakan jenis tuturan yang mengandung tindak tutur langsung. Tuturan ini
ditujukan kepada seluruh mitra tutur yang tidak membawa alat praga drama pada
jam pelajarannya, karena pada saat pertemuan sebelumnya sudah disampaikan dan
bertujuan melatih tanggung jawab mitra tutur apakah sudah membawa alat peraga
drama. Hal tersebut sejalan dengan teori Wijana
Tuturan guru pada data (11) dituturkan oleh seorang guru kepada seluruh
siswa. Dengan kalimat “apa bedanya tokoh dengan penokohan?”. Tuturan
ditujukan kepada para siswa guna menanyakan pendapat kepada siswa siapa yang
bisa menjelaskan tokoh dan penokohan dan menyuruh siswa untuk menjawab
pertanyaan tersebut. Kalimat yang diucapkan guru tersebut bukanlah tuturan yang
sesuai dengan yang dimaksudkan oleh penutur karena sebenarnya gurupun sudah
tahu jawabannya. Melalui tuturan tersebut (11) merupakan jenis tuturan yang
mengandung jenis tindak tindak tutur langsung karena untuk terbukti pada “apa
bedanya tokoh dengan penokohan?”. Tuturan ini dapat diklasifikasikan sebagai
tindak tutur langsung karena tujuannya penutur ingin memberi semangat kepada
mitra tutur, dan penutur ingin mengetahui kemampuan mitra tutur dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
memahami dan membedakan materi yang sudah disampikan penutur. Hal tersebut
sejalan dengan teori Wijana
Tuturan guru pada data (12) yang berbunyi “Untuk hari ini yaitu pelajaran
bahasa indonesia sebelum kita membahas mengenai ciri-ciri teks eksplanasi yaa,
nanti pertama kali yang kita pelajari yaitu arti dari teks tersebut. Namun
sebelumnya apakah hari ini ada yang tidak masuk?”. Tuturan ini ditujukan
kepada seluruh mitra tutur guna mengklarifikasi pembahasan pembelajaran hari
itu pada hari tersebut diminta mitra tutur menyampaikan ciri-ciri teks eksplanasi.
Melalui tuturan tersebut (12) tuturan merupakan jenis tindak tutur langsung
karena tuturan tersebut menggunakan tanya untuk menegur menjelasakan
pembahasan pembelajaran hari itu, suapaya mitra tutur menguasai dan benar-
benar memahami betul tentang ciri-ciri teks eksplanasi. Hal tersebut sejalan
dengan teori Wijana
Berdasarkan beberapa tuturan yang telah dideskripsikan di atas, tuturan-
tuturan tersebut merupakan tuturan yang mengandung jenis tindak tutur langsung.
Tuturan (7), (8), (9), (10), (11), dan (12) hanya diketahui melalui konteks tutur
yang melatarbelakangi dan mewadahinya pada saat guru menyampaikan tuturan
dalam pembelajaran di kelas. Kalimat yang difungsikan secara konvensional
untuk mengatakan sesuatu dengan tujuan secara langsung. Hal itu sejalan dengan
teori Wijana dan Rahardi yang menyatakan bahwa secara struktural.
4.2.1.2 Tindak Tutur Tidak Langsung (Indirect Speech Act)
Rahardi (2003:75) berpendapat bahwa tingkat ketidaklangsungan sebuah
tuturan dapat pula diukur berdasarkan kejelasan pragmatiknya. Adapun kejelasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
pragmatiknya adalah kenyataan bahwa semakin tidak tembus pandang maksud
tuturan maka akan semakin tidak langsunglah maksud dari tuturan itu.
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menemukan 6 data tuturan guru yang
tergolong tindak tutur tidak langsung. Berikut ini dipaparkan 6 contoh dari 6 data
yang tergolong tindak tutur tidak langsung. Berikut ini dipaparkan data yang
tergolong tindak tutur tidak langsung:
Data (13)
Guru : “Adakah hari ini ada yang tidak masuk, kok bangku yang
ibu lihat banyak yang kosong?
Siswa : “Ada bu.”
Konteks : Tuturan ditujukan kepada para mitra tutur apakah ada yang
tidak masuk kelas karena penutur melihat banyak bangku
yang kosong dalam ruangan kelas. Jam ke 3 dan ke 4
pembelajaran Bahasa Indonesia kelas VIII C.
Data (14)
Guru : “Yang menjadi tugas kalian dalam kelompok, coba kalian
diskusikan apa arti Wafat Yesus bagi hidup kalian.”
Siswa : “Itu aja pak?”
Konteks : Tuturan ditujukan kepada para seluruh siswa pada saat jam
pelajaran berlangsung dan pada saat itu sedang membahas
sebuah materi dan penutur menyuruh untuk membentuk
kelompok dan membuat suatu diskusi tentang apa arti
wafatnya Yesus bagi hidup para siswanya. Jam ke 5 dan ke
6 pembelajaran Pendidikan Agama kelas VIII H.
Data (15)
Guru : “Anak-anak sumbernya di ambil dari Alkitab ya, dari
Kitan Luk 22 – 45 dan juga 1 Kor 1: 24 -25.”
Siswa : “Baik pak.”
Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh siswa agar membuka
alkitab karena didalam alkitab terdapat bacaan yang
berhubungan dengan jawaban dari sebuah soal, tuturan
tersebut mempunyai tujuan siswa segera membuka dan
memahaminya. Waktu jam ke 5 dan ke 6 pembelajarn
Pendidikan Agama kelas VIII H.
Data (16)
Guru : “Ayo cepat, waktunya tinggal 5 menit lagi ya.”
Siswa : “Baik pak.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh mitra tutur pada saat jam
pelajaran berlangsung penutur bermaksud mempercepat
diskusi karena waktu yang akan menjelang jam istirahat.
Mitra tutur disini sedang membuat kesimpulan diskusi.
Memohon agar segera menyelesaikan tugas kelompok
tersebut yang diberikan oleh penutur. Waktu jam ke 7 dan
ke 8 pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam VIII D.
Data (17)
Guru : “Mengapa kalian hanya diam? Saya anggap sudah
mengerti. Oke kalau begitu kita akan tes uji pemahaman,
jika tidak ada yang ingin bertanya.”
Siswa : “Terdiam.”
Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh mitra tutur di dalam
kelas, disaat penutur sedang menjelaskan tentang
gelombang dan getaraan. Penutur menegur siswa mengapa
mereka semua diam. Jam ke 3 dan ke 4 pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam kelas VIII C.
Data (18)
Guru : “Belum mengerti? Oke saya jelaskan kembali.”
Siswa : “Ibu! (sambil mengkode teman-temannya) kami sudah
mengerti”
Konteks :Tuturan ditujukan kepada seluruh mitra tutur, disaat
penutur sedang dalam proses belajar mengjar kemudaian
penutur menjelaskan kembali pembelajaran yang sedang
berlangsung karena mitra tutur masih ada yang belum
paham. Jam ke 3 dan ke 4 pembelajaran kelas VIII B
Tuturan guru pada data (13) “Adakah hari ini yang tidak masuk, kok
bangku yang ibu lihat banyak yang kosong?” diutarakan oleh seorang guru
kepada siswanya karena guru melihat banyak bangku yang kosong pada jam
pembelajarannya. Tuturan guru ini tidak semata-mata berfungsi untuk
menanyakan bangku yang kosong, namun mengapa mereka tidak masuk kelas,
tetapi secara tidak langsung menegur seluruh siswa karena jika banyak bangku
yang kosong pastilah banyak yang tidak masuk atau hadir sehingga ini akan
mengganggu siswa lain, dan mengharpkan bangku yang kosong diisi oleh siswa
lain agar duduknya lebih rapih dan enak dalam kegiatan belajar mengajar. Melalui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
tuturan (13) merupakan jenis tuturan yang mengandung jenis tindak tindak tutur
tidak langsung karena untuk terbukti pada kalimat “Adakah hari ini yang tidak
masuk, kok bangku yang ibu lihat banyak yang kosong?” Guru menuturkan
tuturan tersebut kepada siswa pada saat awal jam dimulai. Setelah guru
menuturkan tuturan tersebut, para siswa merespon yang awalnya kurang semangat
jadi ada respon dari mitra tutur dari yang di sampaikan penutur. Hal ini sesuai
dengan teori Wijana dan Rahardi.
Tuturan guru pada data (14) “Yang menjadi tugas kalian dalam kelompok,
coba kalian didiskusikan apa arti Wafat Yesus Kristus bagi hidup kalian ?”
diutarakan oleh seorang guru kepada siswanya dengan tujuan agar siswa dapat
memahami apa materi yang sudah disampaikan kalimat ini berupa kalimat tanya
dan berupa suruhan membuat suatu diskusi tentang apa arti wafatnya Yesus bagi
hidup para siswa. Tuturan guru ini tidak semata-mata berfungsi untuk menyuruh
saja, tetapi secara tidak langsung menegur agar siswa dapat bekerjasama dalam
mendiskusikan suatu persoalan, fenomena ini terjadi pada saat jam mata pelajaran
pendidikan agama. Melalui Tuturan (14) merupakan jenis tuturan yang
mengandung jenis tindak tindak tutur tidak langsung karena untuk terbukti pada
kalimat “Yang menjadi tugas kalian dalam kelompok, coba kalian didiskusikan
apa arti Wafat Yesus Kristus bagi hidup kalian?” guru menuturkan tuturan
tersebut kepada siswa pada saat awal jam dimulai. Setelah guru menuturkan
tuturan tersebut, para siswa merespon yang awalnya kurang semangat jadi ada
respon dari mitra tutur dari yang di sampaikan penutur. Hal ini sesuai dengan teori
Wijana dan Rahardi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Tuturan guru pada data (15) “Anak-anak sumbernya di ambil dari Alkitab
ya, dari Kitan Luk 22 – 45 dan juga 1 Kor 1 : 24 -25.” diutarakan oleh seorang
guru kepada siswanya dengan tujuan agar siswa dapat memahami apa materi yang
sudah disampaikan kalimat ini berupa kalimat tanya dan berupa suruhan
membuka alkitab karena suber materi berada di dalam alkitab. Tuturan guru ini
tidak semata-mata berfungsi untuk menyuruh saja, tetapi secara tidak langsung
menegur agar siswa dapat bekerjasama dalam mendiskusikan suatu persoalan,
fenomena ini terjadi pada saat jam mata pelajaran pendidikan agama. Melalui
tuturan (15) merupakan jenis tuturan yang mengandung jenis tindak tindak tutur
tidak langsung karena untuk terbukti pada kalimat “Anak-anak sumbernya di
ambil dari Alkitab ya, dari Kitan Luk 22 – 45 dan juga 1 Kor 1: 24 -25.” guru
menuturkan tuturan tersebut kepada siswa pada saat awal jam dimulai. Setelah
guru menuturkan tuturan tersebut, para siswa merespon yang awalnya kurang
semangat jadi ada respon dari mitra tutur dari yang di sampaikan penutur. Hal ini
sesuai dengan teori Wijana dan Rahardi.
Tuturan guru pada data (16) “Ayo cepat, waktunya tinggal 5 menit lagi
ya.”diucapkan oleh seorang guru kepada siswanya sehubungan dengan waktu
yang tersisa hanya 5 menit. Kalimat ini bertujuan agar siswa segera
menyelesaikan tugas yang diberikan. Tuturan guru ini tidak sekadar berfungsi
memberikan informasi, tetapi secara tidak langsung memerintah siswa untuk
segera menyelesaikan tugasnya pada pembelajaran tersebut. Melalui tuturan (16)
merupakan jenis tuturan yang mengandung jenis tindak tindak tutur tidak
langsung karena untuk terbukti pada kalimat “Ayo cepat, waktunya tinggal 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
menit lagi ya.” guru menuturkan tuturan tersebut kepada siswa pada saat awal jam
dimulai. Setelah guru menuturkan tuturan tersebut, para siswa merespon yang
awalnya kurang semangat jadi ada respon dari mitra tutur dari yang di sampaikan
penutur. Hal ini sesuai dengan teori Wijana dan Rahardi.
Tuturan guru pada data (17) “Mengapa kalian hanya diam? Saya anggap
sudah mengerti. Oke kalau begitu kita akan tes uji pemahaman, jika tidak ada
yang ingin bertanya.” Diutarakan oleh seorang guru kepada siswanya pada saat
kondisi kelas tidak kondusif, semua murid terdiam saat guru menerangkan.
Tuturan guru ini tidak hanya berfungsi untuk menegur. Namun, dibalik
pertanyaan itu mengandung maksud menegur siswa agar tidak hanya diam saat
diterangkan, siswa harus bertanya jika memang tidak tahu. Melalui tuturan (17)
merupakan jenis tuturan yang mengandung jenis tindak tindak tutur tidak
langsung karena untuk terbukti pada kalimat “Mengapa kalian hanya diam? Saya
anggap sudah mengerti. Oke kalau begitu kita akan tes uji pemahaman, jika tidak
ada yang ingin bertanya.” guru menuturkan tuturan tersebut kepada siswa pada
saat awal jam dimulai. Setelah guru menuturkan tuturan tersebut, para siswa
merespon yang awalnya kurang semangat jadi ada respon dari mitra tutur dari
yang di sampaikan penutur. Hal ini sesuai dengan teori Wijana dan Rahardi.
Tuturan guru pada data (18) yang berbunyi “Belum mengerti? Oke saya
jelaskan kembali, jadi”pada saat jam pelajaran berlangsung mitra tutur
menyampikan materi tersebut, namun sebelumnya sudah dijelaskan namun, pada
saat jam tersebut mitra tutur bingung dan masih kesulitan hanya beberapa yang
sudah memahaminya, penutur menjelaskan kembali materi tersebut. Melalui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
tuturan tersebut (18) merupakan jenis tindak tutur tidak langsung. Tuturan guru
tersebut ditujukan kepada siswa kelas VIII saat sedang pembelajaran, karena
penutur menggunakan kalimat tanya berita yang fungsinya memberikan klarifikasi
kepada mitra tutur untuk lebih memperhatikan dalam pembelajaran. Hal ini sesuai
dengan teori Wijana dan Rahardi.
Berdasarkan beberapa tuturan yang telah dideskripsikan di atas, tuturan-
tuturan tersebut merupakan tuturan yang mengandung jenis tindak tutur tidak
langsung. Tuturan (13), (14), (15), (16), (17), dan (18) hanya diketahui melalui
konteks tutur yang melatar belakangi dan mewadahinya pada saat guru
menyampaikan tuturan dalam pembelajaran di kelas. Kalimat yang ada hubungan
tidak langsung struktur dengan fungsi, untuk mengatakan sesuatu dengan tujuan
secara tidak langsung tetapi harus segera dilaksanakan memiliki makna tersirat
seperti pribahasa. Hal itu sejalan dengan teori Wijana dan Rahardi yang
menyatakan bahwa secara struktural.
4.2.1.3 Tindak Tutur Literal (Literal Speech Act)
Tindak tutur literal (Wijana, 1996:32) mengatakan tindak tutur literal
adalah tindak tutur yang dimaksudnya sama dengan makna kata-kata yang
menyusunnya. Contoh konteks: dituturkan oleh seorang guru kepada siswanya
pada saat selesai membersihkan kelas.
Guru : “Wah papan tulisnya bersih ya”
Maksud tuturan guru diatas memang untuk memuji kondisi papan tulis tersebut
yang bersi setelah dibersihkan oleh siswanya. Dari hasil penelitian pada kegiatan
pembelajaran di SMP Negeri 3 Delanggu, peneliti menemukan 7 data tuturan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
yang mengandung jenis tindak tutur literal. Berikut dipaparkan 6 data yang
mengandung jenis tindak tutur literal:
Data (19)
Guru : “Bagus, berarti kelas ini siswanya rajin yaa.”
Siswa : “Iya, Bu.”
Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh mitra tutur diruang kelas
pada saat jam pelajaran mau dimulai, guru memuji atas
kehadiran semua siswa saat pembelajaran. Waktu pada jam
ke 5 dan ke 6 pada mata pelajaraan Bahasa Indonesia di
dalam ruang kelas VIII D.
Data (20)
Guru : “Masing-masing ada berapa? Nah benar, kemarin sebelum
membahas soalnya ibu sudah memberikan pengantarnya
sudah dijelaskan, nanti ada persamaan, ada perbedaan, kalau
yang menunjukan fiksi itu yang pertama apa?”
Siswa : “Tidak nyata ya Bu.”
Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh mitra tutur diruang kelas
pada saat jam pelajaran saat penutur menjelaskan sebelum
penutur mengingat kembali materi yang sudah di bahas.
Waktu pada jam ke 3 dan ke 4 pada mata pelajaraan Bahasa
Indonesia di dalam ruang kelas VIII C.
Data (21)
Guru : “Betul sekali, berikan dulu tepuk tangan untuk Siska. Anak-
anak Tuhan memulai sengseranya ditaman Getsemani dimana
waktu Yesus dan murid-muridnya pergi berdoa untuk
penderitaan yang akan ditanggung-Nya . Pertanyaan kedua
coba kalian sebutkan kenapa Tuhan Yesus dijatuhkan
hukuman mati oleh Pilatus. Coba siapa yang bisa menjawab”
Siswa : “Saya tau Pak, Pilatus”
Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh mitra tutur diruang kelas
pada saat jam pelajaran mau dimulai, penutur memberikan
kepada siswa karena dapat menyebutkan apa yang
disampaikan penutur. Waktu pada jam ke 1 dan ke 2 pada
mata pelajaraan Pendidikan Agama di dalam ruang kelas VIII
E.
Data (22)
Guru : “Betul sekali, Tuhan Yesus menerima hukuman mati dari
pilatus itu karena desakan-desakan dari orang Yahudi yang
ingin membunuh Yesus, karena mereka menganggap bahwa
Tuhan Yesus sudah menghujat Allah. Baiklah anak-anak kita
akan membuat suatu diskusi kelompok bentuk 3 kelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
dimana satu kelompok terdiri dari 5 orang. Ayo? Silakan
dibentuk dalam kelompok masing-masing. Satu kelompok 4
orang”
Siswa : “Iya baik Pak.”
Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh mitra tutur diruang kelas
pada saat jam pelajaran saat penutur menjelaskan sebelum
penutur mengingat kembali materi yang sudah di bahas dan
penutur bermaksud mitra tutur segera masuk dalam kelompok
Waktu pada jam ke 5 dan ke 6 pada mata pelajaraan
Pendidikan Agama di dalam ruang kelas VIII H.
Data (23)
Guru : “Kita sudah selesai diskusi kelompok tepuk tangan dulu
semua. Ingat minggu depan kita akan mengadakan ujian
harian ya”
Siswa : “Mengenai Materi apa Pak”
Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh mitra tutur diruang kelas
pada saat jam pelajaran dimulai, penutur memberikan kepada
siswa karena sebelumnya telah dilaksanakan diskusi
kelompok dan penutur menjelaskan atau menegaskan. Waktu
pada jam ke 5 dan ke 6 pada mata pelajaraan Pendidikan
Agama di dalam ruang kelas VIII H.
Data (24)
Guru : “Bagus kalau kamu sudah mengerti. Ukuran sel sangat
bervariasi bergantung pada jenisnya.”
Siswa : “Tapi Bu kenapa tidak bisa dilihat oleh mata telanjang?”
Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh mitra tutur diruang kelas
pada saat jam pelajaran dimulai, penutur memberikan kepada
siswa karena penutue sedang menjelaskan tentang materi
tersebut. Waktu pada jam ke 5 dan ke 6 pada mata pelajaraan
Pendidikan Agama di dalam ruang kelas VIII H.
Tuturan guru pada data (19) yang berbunyi “Bagus berarti kelas ini
siswanya rajin yaa.”, pada kalimat ini penutur menyampaikan atau modus
tertentu kepada para siswa yang ada pada dalam kelas, ditujukan kepada seluruh
siswa, penutur menganggap bahwa kelasnya rajin. Kalimat yang diucapkan guru
tersebut tuturan yang sesuai dengan yang dimaksudkan oleh penutur. Melalui
tuturan (19) merupakan jenis tuturan yang mengandung jenis tindak tindak tutur
literal karena untuk terbukti pada kalimat “Bagus berarti kelas ini siswanya rajin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
yaa.” guru menuturkan tuturan tersebut kepada siswa pada saat awal jam dimulai.
Setelah guru menuturkan tuturan tersebut, para siswa merespon yang awalnya
kurang semangat jadi ada respon dari mitra tutur dari yang di sampaikan penutur.
Hal ini sesuai dengan teori Wijana dan Rahardi.
Tuturan guru pada data (20) yang berbunyi “Nah benar, kemarin sebelum
membahas soalnya ibu sudah memberikan pengantarnya sudah dijelaskan, nanti
ada persamaan, ada perbedaan, kalau yang menunjukan fiksi itu yang pertama
apa”, pada kalimat ini penutur menyampaikan atau modus tertentu kepada para
siswa yang ada pada dalam kelas, ditujukan kepada seluruh siswa, penutur
menganggap bahwa kelasnya dapat memehami materi. Kalimat yang diucapkan
guru tersebut tuturan yang sesuai dengan yang dimaksudkan oleh penutur. Melalui
tuturan (20) merupakan jenis tuturan yang mengandung jenis tindak tindak tutur
literal karena untuk terbukti pada kalimat. Guru menuturkan tuturan tersebut
kepada siswa pada saat jam pelajarani. Setelah guru menuturkan tuturan tersebut,
para siswa merespon yang disampaikan penutur. Hal ini sesuai dengan teori
Wijana dan Rahardi.
Tuturan guru pada data (21) yang berbunyi “Betul sekali, berikan dulu
tepuk tangan untuk Siska”, pada kalimat ini penutur menyampaikan atau modus
tertentu kepada para siswa yang ada pada dalam kelas, ditujukan kepada salah satu
siswa, penutur menganggap bahwa kelasnya dapat memehami materi. Kalimat
yang diucapkan guru tersebut tuturan yang sesuai dengan yang dimaksudkan oleh
penutur. Melalui tuturan (21) merupakan jenis tuturan yang mengandung jenis
tindak tindak tutur literal karena untuk terbukti pada kalimat tersebutt. Guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
menuturkan tuturan tersebut kepada siswa pada saat jam pelajarani. Setelah guru
menuturkan tuturan tersebut, para siswa merespon yang disampaikan penutur. Hal
ini sesuai dengan teori Wijana dan Rahardi.
Tuturan guru pada data (22) yang berbunyi “Betul sekali, Tuhan Yesus
menerima hukuman mati dari pilatus itu karena desakan-desakan dari orang
Yahudi yang ingin membunuh Yesus, karena mereka menganggap bahwa Tuhan
Yesus sudah menghujat Allah. Baiklah anak-anak kita akan membuat suatu
diskusi kelompok bentuk 3 kelompok dimana satu kelompok terdiri dari 5 orang.
Ayo? Silakan dibentuk dalam kelompok masing-masing. Satu kelompok 4 orang”.
Pada kalimat ini penutur menyampaikan atau modus tertentu kepada para siswa
yang ada pada dalam kelas, ditujukan kepada seluruh siswa, penutur menganggap
bahwa kelasnya harus segera membentuk kelompok. Kalimat yang diucapkan
guru tersebut tuturan yang sesuai dengan yang dimaksudkan oleh penutur. Melalui
tuturan (22) merupakan jenis tuturan yang mengandung jenis tindak tindak tutur
literal karena untuk terbukti pada kalimat tersebutt. Guru menuturkan tuturan
tersebut kepada siswa pada saat jam pelajarani. Setelah guru menuturkan tuturan
tersebut, para siswa merespon yang disampaikan penutur. Hal ini sesuai dengan
teori Wijana dan Rahardi.
Tuturan guru pada data (23) yang berbunyi “Kita sudah selesai diskusi
kelompok tepuk tangan dulu semua. Ingat minggu depan kita akan mengadakan
ujian harian ya”. Pada kalimat ini penutur menyampaikan atau modus tertentu
kepada para siswa yang ada pada dalam kelas, ditujukan kepada seluruh siswa,
penutur menganggap bahwa memberikan tepuk tangan karena sudah selesai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
melaksanakan diskusi, dan mengingatkan mitra tutur. Kalimat yang diucapkan
guru tersebut tuturan yang sesuai dengan yang dimaksudkan oleh penutur. Melalui
tuturan (23) merupakan jenis tuturan yang mengandung jenis tindak tindak tutur
literal karena untuk terbukti pada kalimat tersebutt. Guru menuturkan tuturan
tersebut kepada siswa pada saat jam pelajarani. Hal ini sesuai dengan teori Wijana
dan Rahardi
Tuturan guru pada data (24) yang berbunyi “Betul sekali, Tuhan Yesus
menerima hukuman mati dari pilatus itu karena desakan-desakan dari orang
Yahudi yang ingin membunuh Yesus, karena mereka menganggap bahwa Tuhan
Yesus sudah menghujat Allah. Baiklah anak-anak kita akan membuat suatu
diskusi kelompok bentuk 3 kelompok dimana satu kelompok terdiri dari 5 orang.
Ayo? Silakan dibentuk dalam kelompok masing-masing. Satu kelompok 4 orang”.
Pada kalimat ini penutur menyampaikan atau modus tertentu kepada para siswa
yang ada pada dalam kelas, ditujukan kepada seluruh siswa, penutur menganggap
bahwa kelasnya harus segera membentuk kelompok. Kalimat yang diucapkan
guru tersebut tuturan yang sesuai dengan yang dimaksudkan oleh penutur. Melalui
tuturan (24) merupakan jenis tuturan yang mengandung jenis tindak tindak tutur
literal karena untuk terbukti pada kalimat tersebutt. Guru menuturkan tuturan
tersebut kepada siswa pada saat jam pelajarani. Setelah guru menuturkan tuturan
tersebut, para siswa merespon yang disampaikan penutur. Hal ini sesuai dengan
teori Wijana dan Rahardi
Berdasarkan beberapa tuturan yang telah dideskripsikan di atas, tuturan-
tuturan tersebut merupakan tuturan yang mengandung jenis tindak tutur literal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Tuturan (19), (20), (21), (22), (23), dan (24) hanya diketahui melalui konteks tutur
yang melatar belakangi dan mewadahinya pada saat guru menyampaikan tuturan
dalam pembelajaran di kelas. Kalimat yang dimaksudnya sama dengan makna
kata-kata yang menyusunya atau berlawanan. Hal itu sejalan dengan teori Wijana
dan Rahardi yang menyatakan bahwa secara struktural.
4.2.1.4 Tindak Tutur Tidak Literal (Nonliteral Speech Act)
Wijana (1996:32) Tindak tutur tidak literal (nonliteral speech act) adalah
tindak tutur yang maksudnya tidak sama dengan makna kata-kata yang
menyusunnya. Berdasarkan pendapat Wijana tuturan guru dikatakan sebagai
tindak tutur tidak literal karena apa yang dimaksudkan oleh guru tidak sama
dengan makna kata-kata yang menyusunnya. Dari hasil penelitian pada
pembelajaran di SMP Negeri 3 Delanggu, peneliti menemukan 6 data tuturan guru
yang tergolong jenis tindak tutur tidak literal. Berikut ini dipaparkan 6 data yang
tergolong jenis tindak tutur tidak literal:
Data (25)
Guru : “Ya kalian itu memerankan tokohnya, nanti kalo hari ini
tidak jadi mau membahas apa cah bagus?, makannya
dirundingkan biar nanti selesai, masa ya mau seperti ini terus,
bu guru ini sudah baik banget loh, satu kelompok kerjakan
bersama dirundingkan, sudah bolak balik ibu jelaskan, ayo
gek segera keburu waktunya habis.”
Siswa : “ Bu ini amanatnya apa ya?
Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh mitra tutur yang ada di
dalam kelas, karena kondisi kelas yang tidak kondusif dan
siswa belum siap untuk menampilkan tugas dalam
memerankan drama. Waktu jam 1 ke 2 pada pembelajaran
Bahasa Indonesia kelas VIII G.
Data (26)
Guru : “Iya kelasnya sangat harum ya?”
Siswa : “Harum bu, Hahaha.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh mitra tutur di ruang kelas
dan memuji keadaan kelas yang sangat harum sebelum
pembelajaran dan sebenanya bahwa kelas tersebut kurang
nyaman. Waktu pada jam ke 3 dan ke 4 pada mata pelajaraan
Bahasa indonesia di dalam ruang kelas VIII H.
Data (27)
Guru : “Ya, ada yang mempunyai pendapat lain? coba yang contoh
tadi kamu baca.”
Siswa : “Sedang belajar.”
Konteks : Tuturan ditujukan kepada para mitra tutur pada saat jam
pelajaran berlangsung guna menanyakan pendapat kepada
siswa siapa yang bisa memberikan contoh dan menyuruh
siswa untuk membaca contoh tersebut.Waktu pada jam ke 3
dan ke 4 pada mata pelajaraan Bahasa indonesia di dalam
ruang kelas VIII C.
Data (28)
Guru : “Sama tidak bahasa fiksi dan non fiksi? Kalo bahasa yang
digunakan dalam karangan fiksi itu biasanya, bahasa yang
indah kadang diselipi apa? Majas yaa lalu apa?”
Siswa : “Ungkapan, frasa kadang ada pribahasa.”
Konteks : Tuturan ditujukan kepada para mitra tutur pada sat jam
pelajaran berlangsung dan membahas mengenai materi dan
tujuan penutur agar mitra tutur menjawab pertanyaan tentang
pertanyaan yang diajukan oleh penutur mengenai fiksi dan
non fiksi. Penutur jga bermaksud ingin tahu bahwa mitra
tutur sudah menguasai atau belum tentang fiksi dan non fiksi.
Waktu pada jam ke 3 dan ke 4 pada mata pelajaraan Bahasa
indonesia di dalam ruang kelas VIII C.
Data (29)
Guru : “Kita sudah selesai diskusi kelompok, tepuk tangan dulu
semua. Ingat minggu depan kita akan mengadakan ujian
harian ya.”
Siswa : “Mengenai materi apa pak?”
Konteks :Tuturan ditujukan kepada seluruh mitra tutur pada saat jam
pelajaran hamper selesai mengingatkan bahwa akan ada
ulangan akhir, dan penutur menjelaskan sedikit mengenai
materi dari setiap kelompok dan memberikan tepuk tangan
karena memberikan tanda bahwa diskusi sudah selesai.Jam
ke 5 dan ke 6 pembelajaran Pendidikan Agama kelas VIII H.
Data (30)
Guru : “Kenapa tidak masuk?ini mana surat ijinnya tidak ada.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Siswa : “Diki tidak tahu bu, kalo Intan ada suaratnya katanya dia
sakit.”
Konteks : Tuturan ditujukan kepada mitra tutur pada saat jam
pelajaran berlangsung, pada saat sebelum kegiatan belajar
penutur menanyakan yang tidak masuk namun tidak ada surat
ijinnya. Guru menegur mitra tutur kenapa tidak masuk tanpa
surat ijin.Jam ke 1 dan ke 2 pembelajaran Bahasa Indonesia
kelas VIII B.
Tuturan guru pada data (25) yang berbunyi “Iya kalian itu memerakan
tokohnya, nanti kalo hari ini tidak jadi mau membahas apa?”, pada kalimat ini
penutur menyampaikan atau modus tertentu kepada para siswa yang ada pada
dalam kelas, ditujukan kepada seluruh siswa, penutur menganggap bahwa
kelasnya siap Kalimat yang diucapkan guru tersebut bukanlah tuturan yang sesuai
dengan yang dimaksudkan oleh penutur. Melalui tuturan (25) merupakan jenis
tuturan yang mengandung jenis tindak tindak tutur tidak literal karena untuk
terbukti pada kalimat kalimat tersebut, guru menuturkan tuturan tersebut kepada
siswa pada saat awal jam dimulai. Setelah guru menuturkan tuturan, para siswa
merespon yang awalnya sunyi, jadi ada respon dari mitra tutur dari yang di
sampaikan penutur. Hal ini sesuai dengan teori Wijana dan Rahardi.
Tuturan guru pada data (26) yang berbunyi “Iya kelasnya sangat harum
ya? dituturkan oleh seorang guru kepada salah satu seluruh siswa. Guru mencium
bau yang tidak sedap pada saat akan dimulainya pembelajaran. Kalimat yang
diucapkan guru tersebut bukanlah tuturan yang sesuai dengan yang dimaksudkan
oleh penutur karena kelasnya memang tidak harum. Dengan demikian. Melalui
tuturan (26) merupakan jenis tuturan yang mengandung jenis tindak tindak tutur
tidak literal karena untuk terbukti pada kalimat “Iya kelasnya sangat harum ya?.”
guru menuturkan tuturan tersebut kepada siswa pada saat awal jam dimulai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Setelah guru menuturkan tuturan tersebut, para siswa merespon yang awalnya
kurang semangat jadi ada respon dari mitra tutur dari yang di sampaikan penutur.
Hak ini sesuai dengan teori Wijana dan Rahardi.
Tuturan guru pada data (27) yang berbunyi “Ya, ada yang mempunyai
pendapat lain? coba yang contoh tadi kamu baca? dituturkan oleh seorang guru
kepada seluruh siswa. Tuturan ditujukan kepada para siswa guna menanyakan
pendapat kepada siswa siapa yang bisa memberikan contoh dan menyuruh siswa
untuk membaca contoh tersebut. Kalimat yang diucapkan guru tersebut bukanlah
tuturan yang sesuai dengan yang dimaksudkan oleh penutur karena sebenarnya
guru juga sudah tahu jawabannya. Melalui tuturan (27) merupakan jenis tuturan
yang mengandung jenis tindak tutur tidak literal dengan bukti “Ya, ada yang
mempunyai pendapat lain? coba yang contoh tadi kamu baca?. Hal ini sesuai
dengan teori Wijana dan Rahardi.
Tuturan guru pada data (28) dituturkan oleh seorang guru kepada seluruh
siswa. Tuturan ditujukan kepada para siswa guna menanyakan pendapat kepada
siswa siapa yang bisa menjelaskan fiksi dan non fiksi dan menyuruh siswa untuk
menjawab pertanyaan tersebut. Kalimat yang diucapkan guru tersebut bukanlah
tuturan yang sesuai dengan yang dimaksudkan oleh penutur karena sebenarnya
gurupun sudah tahu jawabannya. Melalui tuturan (28) ini termasuk jenis tindak
tutur tidak literal. Hal ini sesuai dengan teori Wijana dan Rahardi.
Tuturan guru pada data (29) yang berbunyi“Kita sudah selesai diskusi
kelompok, tepuk tangan dulu semua. Ingat minggu depan kita akan mengadakan
ujian akhir” dituturkan oleh seorang guru kepada seluruh siswa. Melalui Tuturan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
tersebut (29) merupakan jenis tuturan yang mengandung jenis tindak tutur tidak
itaral. Tuturan tersebut ditujukan kepada para siswa guna telah menyelesaikan
diskudi kelompok dan memberikan plus kepada para siswa. Kalimat yang
diucapkan guru tersebut tuturan yang sesuai dengan yang dimaksudkan oleh
penutur karena proses belajar yang menarik dan membngun, materi yang
disampikan penutur juga dipahami oleh mitra tutur. Hal ini sesuai dengan teori
Wijana dan Rahardi.
Tuturan guru pada data (30) yang berbunyi“Bagus kalau kamu sudah
mengerti. Ukuran sel sangat bervariasi bergantung pada jenisnya ” dituturkan
oleh seorang guru kepada seluruh siswa, dengan tujuan memberikan nilai plus
karena sudah memahami materi. Melalui tuturan tersebut (30) merupakan jenis
tidak tutur literal. Kalimat yang diucapkan guru tersebut tuturan yang sesuai
dengan yang dimaksudkan oleh penutur karena materi yang disampaikan penutur
juga dipahami oleh mitra tutur. Hal ini sesuai dengan teori Wijana dan Rahardi.
Berdasarkan beberapa tuturan yang telah dideskripsikan di atas, tuturan-
tuturan tersebut merupakan tuturan yang mengandung jenis tindak tutur tidak
literal. Tuturan (25), (26), (27), (28), (29), dan (30) hanya diketahui melalui
konteks tutur yang melatar belakangi dan mewadahinya pada saat guru
menyampaikan tuturan dalam pembelajaran di kelas. Kalimat yang dimaksudnya
tidak sama dengan makna kata-kata yang menyusunya atau berlawanan. Hal itu
sejalan dengan teori Wijana dan Rahardi yang menyatakan bahwa secara
struktural.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
4.2.1.5 Tindak Tutur Langsung Literal (Direct Literal Speech Act)
Wijana (1996:33) berpendapat bahwa tindak tutur langsung literal (direct
literal speech act) adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus tuturan dan
makna yang sama dengan maksud pengutaraannya. Berdasarkan pendapat Wijana
tuturan guru dapat dikatakan sebagai tindak tutur langsung literal karena maksud
memerintah disampaikan dengan kalimat perintah, memberitakan dengan kalimat
berita, dan menanyakan sesuatu dengan kalimat tanya. Berdasarkan hasil
penelitian, peneliti menemukan 22 data tuturan guru yang tergolong tindak tutur
langsug literal. Berikut ini dipaparkan 6 dari 22 data yang tergolong tindak tutur
langsung literal.
Data (31)
Guru : “Iya siang ini kok panas sekali ya?”
Siswa : “Iya, Bu.”
Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh mitra tutur di ruang
kelas karena keadaan kelas yang sangat panas saat
pembelajaran. Waktu pada jam ke 3 dan ke 4 pada mata
pelajaraan Bahasa indonesia di dalam ruang kelas VIII D.
Data (32)
Guru : “Ya sudah gek dibersihkan ibu tunggu 5 menit. Oke kalo
kalian masih ingat ibu sekarang langsung ke soal-soal,
karena minggu depan sudah ulangan akhir.”
Siswa :"haaaaaah, masak sudah uas bu?”
Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh mitra tutur di ruang
kelas dan mengingatkan seluruh siswa bahwa minggu depan
aka nada ulangan akhir semester, namun sebelumnya
penutur memberikan soal-soal untuk menambah wawasan
miitra tutur. Jam ke 1 dan ke 2 pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas VIII G.
Data (33)
Guru : “Iya coba soal nomor sebelas itu termasuk karya sastra
bukan?”
Siswa :”Termasuk karya sastra bu.”
Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh mitra tutur di ruang
kelas kepada mitra tutur sebelum pembelajaran sekaligus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
mkasud penutur menanyakan kepada mitra tutur apakah
soal tersebut termasuk karya sastra. Jam ke 3 dan ke 4
pembelajaran Bahasa Indonesia kelas VIII H.
Data (34)
Guru : “Nah sekarang buka buku kalian, mari kita lanjutkan dari
nomor satu ada yang mau membaca soalnya? Nah ada
berapa teks ulasan tersebut, coba apakah ada yang bisa
menjawab dari soal nomor satu tersebut?
Siswa : ‘Saya bu.”
Konteks : Tuturan ditujukan kepada para mitra tutur pada saat jam
mata pelajaran berlangsung sebelumnya membahas materi
sebelumnya, setelah itu maksud penutur menyuruh mitra
tutur membuka buku dan membahas soal, selanjutnya guna
menanyakan pendapat kepada siswa siapa yang bisa
memberikan ulasan dan menjawab soal nomor satu. Waktu
pada jam ke 3 dan ke 4 pada mata pelajaraan Bahasa
indonesia di dalam ruang kelas VIII C.
Data (35)
Guru : “Oke kalau begitu, karena waktunya udah hampir habis,
kalian selama ini harus sering belajar karena minggu depan
tanggal 21 kalian sudah melaksanakan ujian akhir
semester.”
Siswa : “Bu, mau bertanya materi ujiannya.”
Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh mitra tutur sebelum jam
pelajaran berakhir dan mengingatkan mitra tutur atau
menasehati lebih sering membaca atau lebih giat belajar
karena akan segera UAS. Tuturan tersebut sebagai nasihat
dari guru kepada anak didiknya. Waktu pada jam ke 1 dan
ke 2 pada mata pelajaraan Bahasa indonesia di dalam ruang
kelas VIII E.
Data (36)
Guru : “Ibu akan langsung saja membahas materi ya ibu ulangi
kembali supaya lebih paham karena minggu depan itu sudah
diadakan ulangan akhir semester. Baiklah anak-anak,
adakah dari kalian yang belum mengerti mengenai materi
getaran dan gelombang yang kita pelajari hari ini?”
Siswa : “Semua murid terdiam”
Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh siswa dengan cara
menasehati dan mengingatkan siswa bahwa minggu depan
sudah ada ujian akhir semester, dan penutur mengharpkan
mitra tutur benar-benar sudah menguasai materi. Waktu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
pada jam ke 5 dan ke 6 pada mata pelajaraan Ilmu
Pengetahuan alam di dalam ruang kelas VIII H.
Tuturan guru pada data (31) yang berbunyi “Iya siang ini kok panas sekali
ya?”. Tuturan tersebut tercipta karena kondisi kelas yang sangat panas. Sehingga
guru mengungkapkan keadaan itu dihadapan murid-muridnya. Melalui tuturan
(31) termasuk tindak tutur langsung literal karena modus tuturan berupa ungkapan
keadaan yang sangat panas dan makna kata-katanya digunakan untuk
menggambarkan keadaan saat itu yang memang sangat panas pada saat jam
pelajaran berlangsung. Hal ini sesuai dengan teori Wijana dan Rahardi.
Tuturan guru pada data (32) yang berbunyi“Ya sudah gek dibersihkan ibu
tunggu lima menit. Oke kalo kalian masih ingat ibu sekarang langsung ke soal-
soal, karena minggu depan kan sudah ulangan akhir” dituturkan oleh seorang
guru kepada seluruh siswa. Tuturan ditujukan kepada para siswa guna segera
membersihkan ruangan agar segera membehas kembali materi kepada para siswa.
Kalimat yang diucapkan guru tersebut tuturan yang sesuai dengan yang
dimaksudkan oleh penutur karena minggu depan akan dilaksanakn ualngan akir
semester. Melalui tuturan (32) tuturan ini termasuk jenis tindak tutur langsung
literal guru menuturkan tuturan tersebut kepada siswa pada saat awal jam dimulai.
Setelah guru menuturkan tuturan tersebut, para siswa merespon yang awalnya
kurang semangat jadi ada respon dari mitra tutur dari yang di sampaikan penutur.
Hal ini sesuai dengan teori Wijana dan Rahardi.
Tuturan guru pada data (33) yang berbunyi “Iya coba soal nomor sebelas
itu termasuk karya sastra bukan?”. Tuturan tersebut diutarakan atau muncul
fenomena tersebut. Sehingga guru mengungkapkan keadaan itu dihadapan murid-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
muridnya menaykan bahwa siswa benar-benar menguasai atau tidak. Modus
tuturan berupa ungkapan menayakan kepastian bahwa siswa menguasai atau tidak
tentang materi tersebut dan makna kata-katanya digunakan untuk menggambarkan
guru ingin mengetahui pemahaman siswa. Melalui tuturan (33) merupakan,
tuturan yang mengandung jenis tindak tutur tidak literal guru menuturkan tuturan
tersebut kepada siswa pada saat ditengah pelajaran. Setelah guru menuturkan
tuturan tersebut, para siswa merespon yang awalnya kurang memahami dan
akirnya bisa menjawab pertanyaan dari penutur, jadi ada respon dari mitra tutur
dari yang di sampaikan penutur. Hal ini sesuai dengan teori Wijana dan Rahardi.
Tuturan guru pada data (34). Tuturan“Nah ada berapa teks ulasan
tersebut, coba apakah ada yang bisa menjawab dari soal nomor satu tersebut?.
Melalui tuturan tersebut (34) merupakan jenis tuturan yang mengandung sebagai
tindak tutur langsung literal karena modus tuturan guru tadi berupa perintah dan
makna kata-katanya juga merupakan sebuah suruhan untuk siswa agar bisa
menjawab pertanyaan yang ada dalam buku tersebut pada saat ditengah pelajaran
penutur bermaksud menyakan kepada mitra tutur menjelaskan bahwa sudah
memahami atau belum. Hal ini sesuai dengan teori Wijana dan Rahardi.
Tuturan guru pada data (35), tuturan “Oke kalau begitu, karena waktunya
udah hampir habis, kalian selama ini harus sering belajar karena minggu depan
tanggal 21 kalian sudah melaksanakan ujian akhir semester. Peringatan tuturan
ditujukan kepada seluruh siswa lebih giat belajar karena akan segera UAS.
Tuturan tersebut sebagai nasihat dari guru kepada anak didiknya. Melalui tuturan
(35) merupakan jenis tindak tutur langsung literal karena modus tuturan guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
berupa peringatan dan makna kata-katanya juga merupakan peringatan, yang
duucapkan secara langsungbkepada mitra tutur dan bisa diterima langsung. Hal ini
sesuai dengan teori Wijana dan Rahardi.
Tuturan guru pada data (36) kalimat berbunyi “Ibu akan langsung saja
membahas materi ya ibu ulangi kembali supaya lebih paham karena minggu
depan itu sudah diadakan ulangan akhir semester. Baiklah anak-anak, adakah
dari kalian yang belum mengerti mengenai getaran dan gelombang yang kita
pelajari hari ini?. Melalui tuturan (36) merupakan jenis tindak tutur langsung
literal karena modus tuturan guru berupa peringatan, Peringatan tuturan ditujukan
kepada seluruh siswa lebih giat belajar karena akan segera ujian akhir semester
dan menayakan kesiapan mitra tutur untuk mengikuti ujian. Tuturan tersebut
sebagai peringatan dari guru kepada anak didiknya. Hal ini sesuai dengan teori
Wijana dan Rahardi.
Berdasarkan beberapa tuturan yang telah dideskripsikan di atas, tuturan-
tuturan tersebut merupakan tuturan yang mengandung jenis tindak tutur langsung.
Tuturan (31), (32), (33), (34), (35), dan (36) hanya diketahui melalui konteks tutur
yang melatar belakangi dan mewadahinya pada saat guru menyampaikan tuturan
dalam pembelajaran di kelas. Kalimat yang memiliki maksud memerintah
disampaikan dengan kalimat perintah, memberitakan dengan kalimat berita, dan
menanyakan sesuatu dengan kalimat tanya. Hal itu sejalan dengan teori Wijana
dan Rahardi yang menyatakan bahwa secara struktural.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
4.2.1.6 Tindak Tutur Tidak Langsung Literal (Indirect Literal Speech Act)
Wijana (1996:34) berpendapat bahwa tindak tutur tidak langsung literal
(indirect literal speech act) adalah tindak tutur yang diucapkan dengan modus
kalimat yang tidak sesuai dengan maksud pengutaraannya, tetapi makna kata-kata
yang menyusunnya sesuai dengan yang dimaksudkan penutur. Dalam tindak tutur
ini maksud memerintah diutarakan dengan kalimat berita atau tanya. Berdasarkan
hasil penelitian, peneliti menemukan 11 data tuturan guru yang tergolong tindak
tutur tidak langsung literal. Berikut ini dipaparkan 6 contoh dari 11 data yang
tergolong tindak tutur tidak langsung literal.
Data (37)
Guru : “Ya sudah gek bersihkan ibu tunggu 10 menit. Oke kalo
kalian masih ingat, sekarang langsung ke soal-soal, karena
minggu depan kan sudah ulangan akhir.”
Siswa : “Haaaaaa, masak sudah UAS bu?”
Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh mitra tutur di ruang kelas
dan mengingatkan seluruh siswa bahwa minggu depan akan
nada ulangan akhir semester. Waktu pada jam ke 1 dan ke 2
pada mata pelajaraan Bahasa indonesia di dalam ruang kelas
VIII G.
Data (38)
Guru : “Baik kalau begitu, besuk pada saat UAS bisa mengerjakan
ya. Coba sekarang ibu guru mau bertanya, apa artinya lapang
dada? siapa yang tahu? ya sudah lapang dada itu adalah kata
ungkapan atau frasa ungkapan. Lapang dada itu artinya kalian
bisa menerima. Contoh, kalian kalah dalam sepak bola nah,
kalian harus bisa meneima atau lapang dada. Kalah ya kalah,
menang ya menang.”
Siswa : “Misalnya ini bu, aku sayang kamu.”
Konteks : Tuturan ditujukan kepada para siswa guna memberi nasihat
kepada seluruh siswa agar bisa menerima kenyataan jika
kalah harus mengakui kekalahan dan jika menang harus
mengakui kemenangan. Jam ke 3 dan ke 4 pembelajaran
Bahasa Indonesia kelas VIII C.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Data (39)
Guru : “Mana daftar hadirnya? Oh iya silakan daftar hadirnya
didisi, bapak akan melanjutkan materi, silakan diperhatikan
jagan ngbrol terus, Nah anak – anak kita akan melanjutkan
topik pelajaran kita kemarin, dan bapak juga menyuruh agar
kalian membaca dirumah, apa masih ada yang ingat?”
Siswa : “Masih pak, pelajaran kita kemarin mengenai sengsara dan
wafat Yesus Kristus, pak!”
Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh siswa berupa teguran.
Guru menanyakan daftar hadir dan menyarkan siswa agar
tidak rame dan segera elanjutkan materi, dan penutur juga
menyarkan materi dibaca dirumah, maksudnya agar pada saat
pelajaran berlangsung setidaknya sudah menguasai atau
mengetahui materi. Tuturan tersebut sebagai teguran guru
pada muridnya. Waktu pada jam ke 1 dan ke 2 pada mata
pelajaraan Bahasa indonesia di dalam ruang kelas VIII E.
Data (40)
Guru : “Baiklah, Bapak ingin bertanya tentang topik pelajaran kita
ini kepada kalian. Jadi kisah sengsara Yesus dimulai
darimana Luk 22-45? ayo siapa yang tau?”
Siswa : “Sengsara Tuhan Yesus dimulai dari taman Getsemani Pak”
Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh siswa. Guru memberikan
perintah kepada seluruh siswa agar menjawab pertanyaan
yang diberikan oleh guru. Pertanyaan tersebut dilontarkan
oleh guru kepada siswanya. Waktu pada jam ke 1 dan ke 2
pada mata pelajaraan Pendidikan Agama di dalam ruang
kelas VIII E.
Data (41)
Guru : “Ok ciri-cirnya ada wacana yang tertulis, maksudnya apa itu
wacana yang tertulis?”
Siswa : “Bacaan yang bisa di pake sebagi pembelajaran.”
Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh siswa, disaat guru sedang
dalam proses belajar mengjar kemudaian guru mencoba agar
siswa dapat menjelaskan wacana yang tertulis. Waktu pada
jam ke 7 dan ke 8 pada mata pelajaraan Bahasa indonesia di
dalam ruang kelas VIII H.
Data (42)
Guru : “Ciri-ciri teks sebelum menntukan ciri-cirinya kita harus
apa?”
Siswa : “Mengetahui dari ciri-ciri teks ekplanasi”
Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh siswa, disaat guru sedang
dalam proses belajar mengjar kemudaian guru mencoba agar
siswa dapat menjelaskan ciri-ciri teks. Waktu pada jam ke 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
dan ke 8 pada mata pelajaraan Bahasa indonesia di dalam
ruang kelas VIII H.
Tuturan guru pada data (37) yang berbunyi “Ya wes gek bersihkan ibu
tunggu 5 menit. Oke kalo kalian masih ingat ibu sekarang langsung ke soal-soal,
karena minggu depan kan sudah ulangan akhir.”, merupakan jenis tindak tutur
tidak langsung literal. Tuturan ini ditujukan kepada mitra tutur terkait akan adanya
ulangan akhir semester minggu depan. Kemudian untuk mengasah pemahaman
mitra tutur, penutur mengingatkan seluruh siswa agar mengerjakan soal-soal
ulangan maksud dari penutur bahwa siswa harus belajar guna menghadapi ujian
akhir semester. Melalui tuturan tersebut (37) merupakan tuturan tidak langsung
literal karena penutur menggunakan kalimat perintah untuk membuat suatu tindak
ilokusi tidak langsung yaitu memerintahkan mitra tutur agar belajar lebih giat. Hal
ini sesui dengan teori Wijana dan Rahardi.
Tuturan guru pada data (38) yang berbunyi “,baik kalau begitu besuk pada
saat bisa mengerjakan, coba sekarang ibu bertanya apa artinya lapang dada,
siapa yang tahu? merupakan jenis tindak tutur tidak langsung literal. Tuturan ini
ditujukan kepada mitra tutur terkait akan adanya ulangan akhir semester minggu
depan. Kemudian untuk mengasah pemahaman mitra tutur, penutur mengingatkan
seluruh siswa agar mengerjakan soal-soal ulangan maksud dari penutur bahwa
siswa harus belajar guna menghadapi ujian akhir semester dan penutur
memberikan soal-soal untung memberikan penguatan kepada mitra tutur
mengenai materi. Melalui tuturan (38) merupakan tuturan tidak langsung literal
karena penutur menggunakan kalimat perintah untuk membuat suatu tindak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
ilokusi tidak langsung yaitu memerintahkan mitra tutur agar belajar lebih giat. Hal
ini sesui dengan teori Wijana dan Rahardi.
Tuturan guru pada data (39) Tuturan guru yang berbunyi “Mana daftar
hadirnya? Oh iya silakan daftar hadirnya didisi, bapak akan melanjutkan materi,
silakan diperhatikan jagan ngbrol terus,” tidak hanya sekadar menginformasikan
kepada tentang daftar hadir tersebut, akan tetapi secara tidak langsung membuat
suatu tindak ilokusi yaitu memerintah mitra tutur untuk segera mengisi dan
menyelesaikan daftar hadir lalu mengumpulkanya ke guru. Melalui tuturan (39)
merupakan tindak tutur tidak langsung literal. Hal ini sesuai dengan teori Wijana
dan Rahardi.
Tuturan guru pada data (40) peneliti menemukan tuturan guru yang
berbunyi “Baiklah, bapa ingin bertanya tentang topik pelajaran kita ini kepada
kalian. Jadi kisah sengsara Yesus dimulai darimana Luk 22-45?ayo siapa yang
tau?”. Melalui tuturan tersebut (40), merupakan tuturan tidak langsung literal
karena penutur menggunakan kalimat tanya untuk membuat suatu tindak ilokusi
tidak langsung yaitu memerintahkan mitra tutur untuk memberikan jawaban
terkait kisah sengsara Yesus. Kemudian mitra tutur menjawab, “Sengsara Tuhan
Yesus dimulai dari taman Getsemani Pak ‟, hal ini menandakan bahwa mitra tutur
mengerti maksud dari penutur. Hal ini sesuai dengan teori Wijana dan Rahardi.
Tuturan guru pada data (41) ditujukan kepada seluruh siswa, disaat guru
sedang dalam proses belajar mengjar kemudaian guru mencoba agar siswa dapat
menjelaskan wacana yang tertulis. Melalui tuturan (41) merupakan tindak tutur
tidak langsung literal karena penutur menggunakan kalimat pemberitahuan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
membuat suatu tindak ilokusi tidak langsung, yaitu memerintahkan mitra tutur
untuk menjelaskan “wacana tertulis”. Hal tersebut sesuai dengan teori Wijana
dan Rahardi.
Tuturan guru pada data (42) juga merupakan jenis tindak tutur tidak
langsung literal. Hal ini dapat dilihat dari tuturan guru yang berbunyi “Ciri-ciri
teks sebelum menntukan ciri-cirinya kita harus apa?”. Tuturan ini ditujukan
kepada mitra tutur terkait konsep “ciri-ciri teks”. Kemudian untuk mengasah
pemahaman mitra tutur, penutur menanyakan pengertian materi tersebut. Melalui
tuturan (42) merupakan tuturan tidak langsung literal karena penutur
menggunakan kalimat tanya untuk membuat suatu tindak ilokusi tidak langsung
yaitu, memerintahkan mitra tutur untuk memberikan jawaban terkait pengertian
“ciri-ciri teks”. Hal Ini Sesuai dengan teori Wijana dan Rahardi.
Berdasarkan beberapa tuturan yang telah dideskripsikan di atas, tuturan-
tuturan tersebut merupakan tuturan yang mengandung jenis tindak tutur langsung.
Tuturan (37), (38), (39), (40), (41), dan (42) hanya diketahui melalui konteks tutur
yang melatar belakangi dan mewadahinya pada saat guru menyampaikan tuturan
dalam pembelajaran di kelas. Kalimat yang tidak sesuai dengan maksud
pengutaraannya, tetapi makna kata-kata yang menyusunnya sesuai dengan yang
dimaksudkan penutur. Dalam tindak tutur ini maksud memerintah diutarakan
dengan kalimat berita atau tanya. Hal itu sejalan dengan teori Wijana dan Rahardi
yang menyatakan bahwa secara struktural.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
4.2.2 Makna Pragmatik yang Muncul dalam Tuturan Guru
Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mengkaji penutur untuk
menyesuaikan kalimat yang diujarkan sesuai dengan konteks atau dengan kata
lain mengkaji maksud penutur, sehingga komunikasi dapat berjalan dengan lancar.
Rahardi (2003:20) konteks tuturan sebagai latar belakang pengetahuan
(background knowledge) yang diasumsikan sama-sama dimiliki dan dipahami
bersama oleh penutur dan mitra tutur, serta mendukung interpretasi mitra tutur
atas apa yang dimaksudkan oleh penutur itu dalam keselurahan proses tuturan.
Berikut makna pragmatik yang terdapat dalam tuturan guru pada pembelajaran di
SMP Negeri 3 Delanggu.
4.2.2.1 Makna Pragmatik Memerintah
Perintah diartikan sebagai suatu perkataan yang bermaksud memerintah
melakukan sesuatu. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menemukan 12 tuturan
yang mengandung makna pragmatik perintah. Peneliti memasukkan 4 data untuk
dianalisis. Perintah merupakan sesuatu diperintahkan. Kalimat perintah
merupakan kalimat yang mengandung makna memerintah seseorang untuk
melakukan sesuatu. Arti kalimat perintah adalah kalimat yang isinya menyuruh
orang lain untuk melakukan sesuatu yang kita kehendaki. Dalam penelitian ini
dipaparkan empat data yang bermakna perintah.
Data (43)
Guru : “Oke sekarang kembali ke kelompok, apakah sudah masuk
dalam kelompok masing-masing.”
Siswa : “Sudah Bu.”
Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh mitra tutur di ruang kelas
agar siswa membentuk kelompok kerja saat pembelajaran.
Jam ke 4 dan ke 5 pebelajaran Bahasa Indonesia kelas VIII F.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Data (44)
Guru : “Ok supaya tidak memakan waktu, coba baca mas urutan
dari depan ke samping dan setrusnya, nah yang sudah dibaca
tadi tentang ungkapan unsur kebahasaan dalam buku fiksi
disertai bacaan kita tadi, habis ini dalam kalian menyikapi
nanti mencari atau menentukan kebahasaan yang dugunakan
dalam menumukan kebahasan, tentunya dalam pengunaan
kata-kata yang berupa penegasan, ugkapan, ya ungkapam yag
digunakan disini bisa dalam bentk yaitu frasa. Coba frasa itu
apa?”
Siswa : “Kelompok kata.”
Konteks : Tuturan ditujukan kepada para siswa agar siswa membaca
bahan ajar yang sedang dibahas Penutur ingin siswa bisa
membedakan antara fiksi dan non fiksi beserta contoh-
contohnya apakah siswa benar-benar memahami konteks
yang telah dipelajari. Jam ke 3 dan ke 4 pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas VIII C.
Data (45)
Guru : “Terimah kasih salah satu dari siswa silakan mempinpin
do’a, Samuel tolong pimpin doa sekalian nyanyi.”
Siswa : “Iya pak.”
Konteks : Tuturan ditujukan kepada salah satu siswa Samuel untuk
memimpin do’a dan dilanjutkan dengan menyanyi. Jam ke 1
dan ke 2 pembelajaran pendidikan AgamaVIII E.
Data (46)
Guru : “Kalau semua sudah siap kumpulkan kedepan!”
Siswa : “Baik pak”
Konteks : Tuturan ditujukan kepada siswa yang sudah siap atau sudah
selesai mengerjakan tugasnya. Guru memberikan perintah
keapada siswa-siwa atau kelompok yang sudah selesai
mengerjakan tugasnya. Waktu pada jam ke 6 dan ke 7 pada
mata pelajaraan Bahasa indonesia di dalam ruang kelas VIII
H.
Tuturan guru pada data (43) Tuturan guru di atas jelas bermakna
memerintah siswa untuk kembali kedalam kelompoknya masing-masing pada saat
pembelajaran Bahasa Indonesia. Kemudian dijawab “iya sudah bu”. Hal tersebut
menandakan bahwa mitra tutur mengerti maksud penutur. Melalui tuturan (43)
merupakan tuturan yang mengandung makna pragmatik perintah karena guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
memerintahkan siswa untuk melakukan sesuatu. Tuturan tersebut dengan adanya
perintah “oke sekarang kembali ke kelompok”. Guru menuturkan tuturan tersebut
sebagai sebuah perintah kepada siswa agar tidak mengobrol dan membuat
kegaduhan serta agar siswa segera membentuk kelompok. Setelah guru
menuturkan tuturan tersebut, para siswa bergegas membentuk kelompok mereka
dengan tertib. Berdasarkan beberapa tuturan yang telah dideskripsikan di atas,
tuturan tuturan tersebut merupakan tuturan yang mengandung makna pragmatik
perintah. Tuturan-tuturan itu sesuai dengan pengertian wujud makna pragmatik
perintah.
Tuturan guru pada data (44) Tuturan guru di atas tidak hanya sekadar
untuk bertanya kepada mitra tutur di kelas. Namun, maknanya adalah
memerintahkan mitra tutur untuk menjawab mengenai ungkapan unsur
kebahasaan dalam buku fiksi. Hal ini didukung oleh jawaban dari mitra tutur
dengan menjawab “kelompok kata”. Melalui tuturan (44) merupakan tuturan
yang mengandung makna pragmatik perintah karena guru memerintahkan siswa
untuk melakukan sesuatu. Tuturan tersebut dengan adanya perintah “coba baca
mas urutan dari depan ke samping dan setrusnya, nah yang sudah dibaca tadi
tentang ungkapan unsur kebahasaan dalam buku fiksi disertai bacaan kita tadi”
Guru menuturkan tuturan tersebut sebagai sebuah perintah kepada siswa agar
segera membaca dan tidak membuat kegaduhan. Setelah guru menuturkan tuturan
tersebut, tuturan tuturan tersebut merupakan tuturan yang mengandung makna
pragmatik perintah. Tuturan-tuturan itu sesuai dengan pengertian wujud makna
pragmatik perintah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Tuturan guru pada data (45) Tuturan guru di atas bermakna perintah yang
ditujukan kepada mitra tutur yang bernama Samuel untuk memimpin doa dan
bernyanyi untuk mengakhiri pembelajaran. Kemudian mitra tutur memimpin doa
dan bernyanyi diikuti oleh yang lainnya. Hal tersebut menandakan bahwa mitra
tutur mengerti maksud penutur. Melalui tuturan (45) merupakan tuturan yang
mengandung makna pragmatik perintah karena guru memerintahkan siswa untuk
melakukan sesuatu. Tuturan tersebut dengan adanya perintah “Terimah kasih
salah satu dari siswa silakan mempinpin do’a, samuel tolong pimpin doa sekalian
nyanyi.” Guru menuturkan tuturan tersebut sebagai sebuah perintah kepada siswa
agar segera mempin doa. Setelah guru menuturkan tuturan tersebut, tuturan
tuturan tersebut merupakan tuturan yang mengandung makna pragmatik perintah.
Tuturan-tuturan itu sesuai dengan pengertian wujud makna pragmatik perintah.
Tuturan guru pada data (46) Tuturan guru di atas tidak hanya sekadar
untuk memberikan informasi. Namun, maknanya adalah memerintah mitra tutur
mengumpulkan tugas yang sudah selesai. Melalui tuturan (46) merupakan tuturan
yang mengandung makna pragmatik perintah karena guru memerintahkan siswa
untuk melakukan sesuatu. Tuturan tersebut dengan adanya perintah “Kalau semua
sudah siap kumpulkan kedepan!” guru menuturkan tuturan tersebut sebagai
sebuah perintah kepada siswa agar segera maju bahwa tugas yang sudah selesai
segera dikumpulkan. Setelah guru menuturkan tuturan tersebut, tuturan tuturan
tersebut merupakan tuturan yang mengandung makna pragmatik perintah.
Tuturan-tuturan itu sesuai dengan makna pragmatik perintah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Berdasarkan beberapa tuturan yang telah dideskripsikan, tuturan tersebut
merupakan tuturan yang mengandung makna pragmatik perintah. Data tuturan
(43), (44), (45), dan (46), memiliki makna pragmatiknya masing-masing dapat
diketahui berdasarkan konteks yang terjadi saat guru menyampaikan tuturan
dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Tuturan-tuturan itu sesuai dengan
pengertian wujud makna pragmatik perintah menurut teori Rahardi (2005:93)
bahwa dalam pemakaian bahasa Indonesia, makna pragmatik perintah hanya
diketahui makna pragmatiknya melalui konteks situasi tutur yang
melatarbelakangi.
4.2.2.2 Makna Pragmatik Menyapa
Sapaan dapat diartikan sebagai suatu perkataan; ajakan untuk saling
bercakap atau bisa juga berupa ucapan. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti
menemukan 5 tuturan yang mengandung makna pragmatik sapaan. Peneliti
memasukkan 4 data untuk dianalisis. Sapaan merupakan sesuatu untuk menyapa.
Dalam penelitian ini dipaparkan empat contoh data yang bermakna sapaan.
Data (47)
Guru : “Selamat siang, gimana kabarnya hari ini?”
Siswa : “Baik Bu.”
Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh mitra tutur di dalam
ruang kelas saat penutur memasuki kelas dan membuka
pembelajaran. Jam ke 4 dan ke 5 pebelajaran Bahasa
Indonesia kelas VIII D.
Data (48)
Guru : “Selamat siang anak-anak, iya masih baik2 kalian semua
kan? saya kira pada ngantuk?”
Siswa : “Siang, baik bu.”
Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh mitra tutur di ruang kelas
dan menyapa siswa sebelum pembelajaran dimulai. Waktu
pada jam ke 3 dan ke 4 pada mata pelajaraan Bahasa
indonesia di dalam ruang kelas VIII H.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Data (49)
Guru : “Selamat siang anak-anak sampai jumpa selasa depan.”
Siswa : “Selamat siang Pak.”
Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh siswa berupa sapaan
mengkahiri pembelajaran. Guru menyapa siswa karena
pembelajaran telah selesai. Tuturan tersebut sebagai sapaan
pergantian jam. Jam ke 1 dan ke 2 pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas VIII E.
Data (50)
Guru : “Apa kabar hari ini?”
Siswa : “Sehat-sehat Pak.”
Konteks : Tuturan ditujukan kepada para seluruh siswa berupa sapaan
sebelum pembelajaran dimulai. Penutur menanyakan keadaan
hari ini. Jam ke 5 dan ke 6 kelas VIII H.
Tuturan guru pada data (47) tuturan guru di atas diutarakan kepada siswa
dengan tujuan memberikan stimulus atau rangsangan seblum kegiatan
pembelajaran guru mengawali dengan sebuah kalimat tanya, sebelum
pembelajaran dimulai dan maksud atau maknanya berupa sapaan. Sapaan tersebut
dapat dilihat dari kalimat yang berbunyi “Selamat siang gimana kabarnya pada
hari ini”. Melalui tuturan (47) merupakan tuturan yang mengandung makna
pragmatik sapaan. Guru menuturkan tuturan tersebut sebagai sebuah sapaan
kepada siswa. Setelah guru menuturkan tuturan tersebut, tuturan tuturan tersebut
merupakan tuturan yang mengandung makna pragmatik sapaan. Tuturan-tuturan
itu sesuai dengan pengertian wujud makna pragmatik sapaan.
Tuturan guru pada data (48) tuturan guru di atas diutarakan kepada siswa
dengan tujuan memberikan stimulus atau sebuah rangsangan terhadap siswa
sebelum pembelajaran dimulai dan maknanya berupa sapaan. Sapaan tersebut
dapat dilihat dari kalimat yang berbunyi “Selamat siang anak-anak, ya masih
baik2 kalian semua kan, saya kira pada ngantuk?”. Melalui tuturan (48)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
merupakan tuturan yang mengandung sapaan. Setelah guru menuturkan tuturan
tersebut, tuturan tuturan tersebut merupakan tuturan yang mengandung makna
pragmatik sapaan. Tuturan-tuturan itu sesuai dengan pengertian wujud makna
pragmatik sapaan.
Tuturan guru pada data (49) tuturan guru di atas diutarakan kepada siswa
dengan tujuan memberikan ucapan salam pada saat akhir pelajaran karena waktu
jam pelajaran sudah habis sebelum pembelajaran diakiri penutur mempunyai
maknanya berupa salam sampai bertemu dihari berikutnya salam tersebut dapat
dilihat dari kalimat yang berbunyi “Selamat siang anak-anak sampai jumpa
selesai depan?”. Melalui tuturan (49) merupakan tuturan yang mengandung
sapaan. Setelah guru menuturkan tuturan tersebut, tuturan tuturan tersebut
merupakan tuturan yang mengandung makna pragmatik sapaan. Tuturan-tuturan
itu sesuai dengan pengertian wujud makna pragmatik sapaan.
Tuturan guru pada data (50) tuturan guru di atas diutarakan kepada siswa
dengan tujuan memberikan ucapan salam pada saat jam pelajaran dimulai dan
menanyakan kabar apakah semua dengan kondisi baik sebelum pembelajaran
dimulai penutur mempunyai makna atau maksud berupa salam bahwa pelajaran
akan segera dimulai, salam tersebut dapat dilihat dari kalimat yang berbunyi “Apa
kabar hari ini?”. Melalui tuturan (50) merupakan tuturan yang mengandung
sapaan. Setelah guru menuturkan tuturan tersebut, tuturan tuturan tersebut
merupakan tuturan yang mengandung makna pragmatik sapaan. Tuturan-tuturan
itu sesuai dengan pengertian wujud makna pragmatik sapaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Berdasarkan beberapa tuturan yang telah dideskripsikan, tuturan tersebut
merupakan tuturan yang mengandung makna pragmatik menyapa. Data tuturan
(47), (48), (49), dan (50), memiliki makna pragmatiknya masing-masing yang
dapat diketahui berdasarkan konteks yang terjadi saat guru menyampaikan tuturan
dalam kegiatan pembelajaran di kelas, biasanya dilakukan pada saat seblum jam
pelajaran dimulai. Tuturan-tuturan itu sesuai dengan pengertian wujud makna
pragmatik perintah menurut teori Rahardi (2005:93) bahwa dalam pemakaian
bahasa Indonesia, makna pragmatik menyapa hanya diketahui makna
pragmatiknya melalui konteks situasi tutur yang melatarbelakangi.
4.2.2.3 Makna Pragmatik Menegur
Teguran dapat diartikan sebagai suatu perkataan yang berupa peringatan
agar suatu kejadian/hal tidak terulang kembali. Berdasarkan hasil penelitian,
peneliti menemukan 10 tuturan yang mengandung makna pragmatik teguran.
Peneliti memasukkan 4 data untuk dianalisis. Dalam penelitian ini dipaparkan
empat contoh data yang bermakna menegur.
Data (51)
Guru : “Selamat pagi, awal puasa kok pagi-pagi sudah lelah,
semangatnya mana?”
Siswa : “Baik bu, masih ngantuk.”
Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh mitra tutur di ruang kelas
karena siswa kurang semangat dalam mengikuti
pembelajaran. Waktu pada jam ke 1 dan ke 2 pada mata
pelajaraan Bahasa indonesia di dalam ruang kelas VIII D.
Data (52)
Guru : “Ayo kelompok tiga sudah apa belum?”
Siswa : “Belum kelompok kami belum siap bu.”
Konteks : Tuturan ditujukan kepada kelompok 3 sebagai mitra tutur di
ruang kelas dan menegur kelompok 3 sudah siap apa belum
dalam memerankan drama. Namun kelompok 3 belum siap.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Jam ke 1 dan ke 2 pembelajaran Bahasa Indonesia kelas VIII
G.
Data (53)
Guru : “Iya sudah, yang sudah siap siapa?”
Siswa : “Bu kami masih bingung memerankannya.”
Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh mitra tutur di ruang kelas
dan menanyakan kesiapan siswa dalam memerankan drama
kelompok sebelum pembelajaran. Jam ke 3 dan ke 4
pembelajaran Bahasa Indonesia kelas VIII H.
Data (54)
Guru : “Kenapa tidak masuk? ini mana surat ijinnya tidak ada.”
Siswa : “Sodik tidak tahu bu, kalo intan ada suratnya katanya dia
sakit.”
Konteks : Tuturan ditujukan kepada para siswa menanyakan dan
mengklarifikasi pada siswa yang tidak masuk mengenai surat
ijinya yang tidak ada. Jam ke 3 dan ke 4 pembelajaran
Bahasa Indonesia kelas VIII H.
Data (55)
Guru : “Ternayata sampahnya masih numpuk didepan kelas seperti
itu, siapa yang piket ini, puasa pikete libur.”
Siswa : “Yang piket Vian, Lutfi, Dimas, Diki.”
Konteks : Tuturan ditujukan kepada para siswa menanyakan kondisi
kelas yang banyak sampah, penutur menegur para siswa
karena masih banyak sampak di depan kelas. Waktu pada jam
ke 3 dan ke 4 pada mata pelajaraan Bahasa indonesia di
dalam ruang kelas VIII C.
Tuturan guru pada data (51) tuturan guru di atas diutarakan kepada siswa
dengan tujuan memberikan ucapan salam pada awal pelajaran namun juga disisi
lain penutur menyampiakan sesui dengan kondisi kelas yang kurang semangat dan
siswa yang kurang antusias mengikuti pelajaran karena sebelum pembelajaran
dimulai penutur mempunyai maknanya atau maksud berupa teguran agar lebih
semangat lagi dan antusias dalam mengikuti pelajaran, dan mitra tutur merespon
dengan kalimat demikian “Baik bu, masih mengantuk”. Melalui tuturan (51)
merupakan tuturan yang mengandung teguran. Setelah guru menuturkan tuturan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
tersebut, tuturan tuturan tersebut merupakan tuturan yang mengandung makna
pragmatik teguran.
Tuturan guru pada data (52) tuturan guru di atas diutarakan kepada siswa
dengan tujuan menanyakan bahwa dalam kegiatan pembelajaran dibuat regu
kelompok dan menanyakan salah satu kelompok sudah siap untuk menampilkan
hasil diskusinya apa belum penutur mempunyai maknanya atau maksud berupa
teguran agar lebih semangat dan segera menampilan hasil diskusi kelompok,
namun mitra tutur merespon dengan kalimat demikian “Belum kelompok kami
belum siap bu.”. Melalui tuturan (52) merupakan tuturan yang mengandung
teguran. Setelah guru menuturkan tuturan tersebut, tuturan tuturan tersebut
merupakan tuturan yang mengandung makna pragmatik teguran.
Tuturan guru pada data (53) tuturan guru tersebut ditujukan kepada siswa
pada saat guru masuk kelas dengan kondisi kelas tidak kondusif. Tuturan guru ini
tidak sekadar berfungsi untuk bertanya. Namun, dibalik pertanyaan itu
mengandung maksud menegur siswa agar tidak ngantuk meskipun puasa. Melalui
tuturan (53) merupakan tuturan yang mengandung teguran. Setelah guru
menuturkan tuturan tersebut, tuturan tuturan tersebut merupakan tuturan yang
mengandung makna pragmatik teguran.
Tuturan guru pada data (54) Tuturan guru kepada seluruh siswa yang ada
di kelas saat pembelajaran akan dimulai. Tuturan guru ini tidak sekadar berfungsi
untuk bertanya. Namun, dibalik pertanyaan itu mengandung maksud menegur
semua siswa mengapa ada siswa yang tidak masuk tetapi tidak ada surat ijinnya.
Melalui tuturan (54) merupakan tuturan yang mengandung teguran. Setelah guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
menuturkan tuturan tersebut, tuturan tuturan tersebut merupakan tuturan yang
mengandung makna pragmatik teguran.
Tuturan guru pada data (55) Tuturan guru tersebut ditujukan kepada siswa
pada saat kondisi kelas tidak terutama di depan kelas yang masih sangat banyak
sampah. Tuturan guru ini tidak sekadar berfungsi untuk bertanya. Namun, dibalik
pertanyaan itu mengandung maksud menegur siswa agar segera membersihkan
sampah yang ada di depan kelas. Melalui tuturan (55) merupakan tuturan yang
mengandung teguran. Setelah guru menuturkan tuturan tersebut, tuturan tuturan
tersebut merupakan tuturan yang mengandung makna pragmatik teguran.
Berdasarkan beberapa tuturan yang telah dideskripsikan, tuturan tersebut
merupakan tuturan yang mengandung makna pragmatik teguran. Data tuturan
(51), (52), (53), (54), dan (55) memiliki makna pragmatiknya masing-masing
yang dapat diketahui berdasarkan konteks yang terjadi saat guru menyampaikan
tuturan dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Tuturan-tuturan itu sesuai dengan
pengertian wujud makna pragmatik teguran menurut teori Rahardi (2005:93)
bahwa dalam pemakaian bahasa Indonesia, makna pragmatik teguran hanya
diketahui makna pragmatiknya melalui konteks situasi tutur yang
melatarbelakangi.
4.2.2.4 Makna Pragmatik Menyuruh
Kalimat suruhan merupakan kalimat yang berisikan sesuatu yang
disuruhkan atau perbuatan menyuruh dari seseorang kepada orang lain untuk
melakukan sesuatu. Berdasarkan paparan tersebut, dapat dikatakan bahwa tuturan
yang mengandung makna pragmatik suruhan merupakan tuturan yang memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
makna menyuruh seseorang untuk melakukan sesuatu. Berdasarkan hasil
penelitian, peneliti menemukan 22 tuturan yang mengandung makna pragmatik
suruhan. Peneliti memasukkan 4 data untuk dianalisis. Suruhan merupakan
sesuatu yang disuruhkan atau diperintahkan. Tuturan bermakna suruhan dapat
ditandai oleh pemakaian penanda kesantunan coba. Berikut beberapa tuturan yang
mengandung makna pragmatik suruhan yang ditemukan dalam penelitian ini.
Data (56)
Guru : “Ya kalian itu memerankan tokohnya, nanti kalo hari ini
tidak jadi mau membahas apa cah bagus?,makanya
dirundingkan biar nanti selesai, masa ya mau seperti ini
terus, bu guru ini sudah baik banget loh, satu kelompok
kerjakan bersama dirundingkan, sudah bolak balik ibu
jelaskan, ayo gek segera keburu waktunya habis.”
Siswa : “Bu ini amanatnya apa ya?”
Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh mitra tutur di ruang
kelas karena kondisi kelas yang tidak kondusif, siswa
belum siap membentuk kelompok dalam memerankan
drama dalam pembelajaran bahasa. Jam ke 1 dan ke 2
pembelajaran Bahasa Indonesia kelas VIII G.
Data (57)
Guru : “Ok jadi masih ingat ya? gampang sekali itu kok,yang
kalian pelajari membaca buku fiksi sekarang kita lanjut ke
bahasannya dalam sebuah cerita, dalam cerita yang perlu
kita pelajari itu juga perlu tentang kebahasaannya juga, kali
ini kaian juga pahami yaa, agar bisa menyikapi kebahasaan
apa saja yang digunakan dalam cerita fiksi dan non fiksi
nah itu silakan dibaca dulu, nanti setalah ini ibu harap
kalian bisa menyikapi, ada berapa soalnya duapuluh lima.”
Siswa : “Iya bu duapuluh lima”
Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh mitra tutur di ruang
kelas dan menyuruh siswa agar membaca cerita fiksi dan
non fiksi. Jam ke 3 dan ke 4 pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas VIII H.
Data (58)
Guru : “Ya, ada yang mempunyai pendapat lain? coba yang
contoh tadi kamu baca?”
Siswa : “Sedang belajar.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Konteks : Tuturan ditujukan kepada para siswa guna menanyakan
pendapat kepada siswa siapa yang bisa memberikan contoh
dan menyuruh siswa untuk membaca contoh tersebut.
Waktu pada jam ke 3 dan ke 4 pada mata pelajaraan Bahasa
indonesia di dalam ruang kelas VIII C.
Data (59)
Guru : “Nah sekarang buka buku kalian, mari kita lanjutkan dari
nomor satu ada yang mau membaca soalnya? Nah ada
berapa teks ulasan tersebut, coba apakah ada yang bisa
menjawab dari soal nomor satu tersebut?”
Siswa : “Saya bu.”
Konteks : Tuturan ditujukan kepada para siswa guna menanyakan
pendapat kepada siswa siapa yang bisa memberikan ulasan
dan menjawab soal nomor satu. Waktu pada jam ke 3 dan
ke 4 pada mata pelajaraan Bahasa indonesia di dalam ruang
kelas VIII C.
Tuturan guru pada data (56) Tuturan guru di atas menggunakan modus
kalimat suruhan maksudnya agar mitra tutur melakukan sesuatu. Melalui tuturan
(56) merupakan makna yang mengandung suruhan agar siswa segera
memerankann ya. Hal ini dapat dilihat dari kalimat yang berbunyi “Ya kalian itu
memerankan tokohnya, nanti kalo hari ini tidak jadi mau membahas apa cah
bagus.” Tuturan ini jelas menyuruh mitra tutur untuk segera memerankan secara
mandiri dan aktif memahaminya.
Tuturan guru pada data (57) tuturan guru di atas menggunakan modus
kalimat menyuruh. Melalui tuturan (57) merupakan makna yang mengandung
suruhan. Hal ini dapat dilihat dari kalimat yang berbunyi “apa saja yang
membedakan kalimat fiksi dan non fiksi silakan dibaca dulu” Tuturan ini jelas
menyuruh mitra tutur untuk membaca materi tersebut secara mandiri dan aktif
memahaminya, karena maksud dari penutur agar mitra tutur selalu mengingatnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Tuturan guru pada data (58) Tuturan guru di atas menggunakan modus
kalimat suruhan agar siswa melakukan sesuatu yang disampikan penutur. Melalui
tuturan (58) tersebut makna yang terkandung berupa suruhan. Hal ini dapat dilihat
dari kalimat yang berbunyi “coba yang contoh tadi kamu baca.” Tuturan ini jelas
menyuruh mitra tutur yang belum membaca segera membacanya. Kemudian mitra
tutur yang merasa belum membaca segera membaca. Hal ini menandakan bahwa
mitra tutur yang belum membaca mengerti maksud penutur.
Tuturan guru pada data (59) Tuturan guru di atas menggunakan modus
kalimat suruhan agar melakuan apa yang disampikan oleh penutur. Melalui
tuturan (59) merupakan makna yang berupa suruhan. Hal ini dapat dilihat dari
kalimat yang berbunyi “Nah sekarang buka buku kalian, mari kita lanjutkan dari
nomor satu ada yang mau membaca soalnya.” Tuturan ini jelas menyuruh siswa
untuk membaca dan setelah itu siswa harus menjawab soal yang ada.
Berdasarkan beberapa tuturan yang telah dideskripsikan di atas, tuturan
tersebut merupakan tuturan yang mengandung makna pragmatik suruhan. Tuturan
(56), (57), (58), dan (59) hanya diketahui makna pragmatiknya melalui konteks
situasi tutur yang melatarbelakangi dan mewadahinya pada saat guru
menyampaikan tuturan dalam pembelajaran di kelas. Keempat tuturan tersebut
diwujudkan dengan pemakaian penanda kesantunan coba. Hal itu sejalan dengan
teori Rahardi (2005:96) yang menyatakan bahwa secara struktural, makna suruhan
dapat ditandai berdasarkan konteks dan oleh pemakaian penanda kesantunan coba.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
4.2.2.5 Makna Pragmatik Memuji
Pujian dapat diartikan sebagai suatu kata-kata yang menyatakan
kekaguman kepada sesuatu yang dianggap baik. Berdasarkan hasil penelitian,
peneliti menemukan 2 tuturan yang mengandung makna pragmatik pujian.
Peneliti memasukkan 2 data untuk dianalisis. Pujian merupakan sesuatu
sanjungan. Berikut 2 contoh:
Data (60)
Guru : “Bagus berarti kelas ini siswanya rajin ya.”
Siswa : “Iya, Bu.”
Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh mitra tutur di ruang
kelas karena guru memuji atas kehadiran semua siswa saat
pembelajaran. Waktu pada jam ke 5 dan ke 6 pada mata
pelajaraan Bahasa indonesia di dalam ruang kelas VIII D.
Data (61)
Guru : “Itu karya siapa, kreatif ya gimana cara membuat karya tulis
ini!”
Siswa : “Saya Ibu.”
Konteks : Tuturan ditujukan kepada siswa yang membuat sebuah
karya tulis yang menarik. Jam ke 6 dan ke 7 pembelajaran
Bahasa Indonesia kelas VIII H.
Tuturan guru pada data (60) tuturan guru di atas bermakna pujian yang
ditujukan kepada siswa pada guru yang mengabsen siswa pada saat akan
dimulainya pembelajaran. Dan saat selesai diabsensi ternyata semua hadir dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia. Pujian tersebut dapat dilihat dari kalimat yang
berbunyi “Bagus berarti kelas ini siswanya rajin yaa”.
Tuturan guru pada data (61) tuturan guru di atas bermakna pujian yang
ditujukan kepada semua siswa yang berada dalam kelas karena penutur melihat
sesuatu yang berbeda akan siswanya yang kretaif membuat karya tulis. Guru
memberikan pujian kepada Siswa karena dapat membuat karya tulis yang bagus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
dapat dapat dicontoh oleh siswa yang lain. Pujian tersebut dapat dilihat dari
kalimat yang berbunyi “Itu karya siapa, kreatif ya gimana cara membuat karya
tulis ini”.
Berdasarkan beberapa tuturan yang telah dideskripsikan di atas, tuturan
tersebut merupakan tuturan yang mengandung makna pragmatik pujian. Tuturan
(60), dan (61) hanya diketahui makna pragmatiknya melalui konteks situasi tutur
yang melatarbelakangi dan mewadahinya pada saat guru menyampaikan tuturan
dalam pembelajaran di kelas. Kedua tuturan tersebut diwujudkan dengan
pemakaian penanda kesantunan bagus. Hal itu sejalan dengan teori Rahardi
(2005:96) yang menyatakan bahwa secara struktural, makna dapat ditandai
berdasrkan konteks dan oleh pemakaian penanda kesantunan bagus.
4.2.2.6 Makna Pragmatik Menyindir
Sindiran dapat diartikan sebagai suatu perkataan secara tidak langsung
terhadap suatu kejadian atau tindakan. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti
menemukan 3 tuturan yang mengandung makna pragmatik sindiran. Peneliti
memasukkan 2 data untuk dianalisis. Sindiran merupakan sesuatu menyampaikan
suatu hal namun, tidak secara langsung. Dalam penelitian ini dipaparkan 2 contoh
data yang bermakna sindiran. Dalam penelitian ini dipaparkan 2 contoh data
bermakna sindiran:
Data (62)
Guru : “Adakah hari ini ada yang tidak masuk, ko bangku yang ibu
lihat bnyak yang kosong?”
Siswa : “Ada bu.”
Konteks : Tuturan ditujukan kepada para siswa apakah ada yang tidak
masuk kelas karena penutur melihat banyak bangku yang
kosong. Waktu pada jam ke 3 dan ke 4 pada mata pelajaraan
Bahasa indonesia di dalam ruang kelas VIII C.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Data (63)
Guru : “Kamu tidak sabaran ya Dimas. Saya jelaskan perlahan agar
kalian dapat mengerti dan memahami hal tersebut. Mengenai
unit struktural apakah sudah jelas? Anton? Lainnya?”
Siswa : “Saya mengerti Bu, jadi Saya, Ibu, dan teman-teman serta
mahluk hidup itu pasti tubuhnya tersusun atas sel ya Bu?
Berarti Sel yang menyusun kita ukurannya lebih besar dari
ukuran sel bakteri ya Bu? Sehingga bakteri tak tampak oleh
mata telanjang.”
Konteks : Tuturan ditujukan kepada seorang siswa Dimas yang belum
jelas dengan penjelasan guru. Kemudian guru menyindir
Dimas kemudian guru mengulangi sekali lagi penjelasan
tersebut. Waktu pada jam ke 5 dan ke 6 pada mata pelajaraan
Bahasa indonesia di dalam ruang kelas VIII H.
Tuturan guru pada data (62) tuturan guru di atas secara tidak literal
bermakna sindiran yang ditujukan seluruh siswa yang ada di kelas tersebut.
Kalimat sindiran tersebut berbunyi “Adakah hari ini ada yang tidak masuk, kok
bangku yang ibu lihat bnyak yang kosong? padahal kenyataannya guru ingin
mengatakan bahwa banya siswa yang tidak masuk karena tidak ijin sama sekali.
Tuturan guru pada data (63) tuturan guru di atas secara tidak literal
bermakna sindiran yang ditujukan kepada seorang siswa (Dimas). Kalimat
sindiran tersebut berbunyi “Kau tidak sabaran ya Dimas. Saya jelaskan perlahan
agar kalian dapat mengerti dan memahami hal tersebut., padahal kenyataannya
Dimas terlihat tidak memperhatikan guru yang sedang menerangkan pada saat
pembelajaran sedang berlangsung.
Berdasarkan beberapa tuturan yang telah dideskripsikan di atas, tuturan
tersebut merupakan tuturan yang mengandung makna pragmatik sindiran. Tuturan
(62), dan (63) hanya diketahui makna pragmatiknya melalui konteks situasi tutur
yang melatarbelakangi dan mewadahinya pada saat guru menyampaikan tuturan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
dalam pembelajaran di kelas. Kedua tuturan tersebut diwujudkan dengan
pemakaian kata sindiran. Hal itu sejalan dengan teori Rahardi (2005:96) yang
menyatakan bahwa secara struktural, makna suruhan dapat ditandai oleh konteks
pemakaian kata sindiran contoh kelasnya bersih namun, sebenarnya kotor.
4.2.2.7 Makna Pragmatik Menasihati
Nasihat dapat diartikan sebagai suatu ajaran atau suatu hal yang baik
membangun yang diberikan guru kepada siswa. Berdasarkan hasil penelitian,
peneliti menemukan 3 tuturan yang mengandung makna pragmatik nasihat.
Peneliti memasukkan 2 data untuk dianalisis. Nasihat merupakan sesuatu untuk
memberi masukan-masukan yang kurang sesuai agar lebih baik lagi. Dalam
penelitian ini dipaparkan 2 contoh data yang bermakna nasihat. Dalam penelitian
ini dipaparkan 2 contoh data bermakna nasihat :
Data (64)
Guru : “Baik kalau begitu, besuk pada saat UAS bisa
mengerjakan ya. Coba sekarang bu guru mau bertanya, apa
artinya lapang dada? siapa yang tahu? ya sudah lapang dada
itu adalah kata ungkapan atau frasa ungkapan. Lapang dada
itu artinya kalian bisa menerima. Contoh, kalian kalah
dalam sepak bola nah, kalian harus bisa meneima atau
lapang dada. Kalah ya kalah, menang ya menang.”
Siswa : “Misalnya ini bu, aku sayang kamu.”
Konteks : Tuturan ditujukan kepada para siswa guna memberi
nasehat kepada seluruh siswa agar bisa menerima
kenyataan jika kalah harus mengakui kekalahan dan jika
menang harus mengakui kemenangan. Waktu pada jam ke 3
dan ke 4 pada mata pelajaraan Bahasa indonesia di dalam
ruang kelas VIII C.
Data (65)
Guru : “Oke kalau begitu, karena waktunya udah hampir habis,
kalian selama ini harus sering belajar karena minggu depan
tanggal 21 kalian sudah melaksanakan ujian akhir
semester.”
Siswa : “Bu, mau bertanya materi ujiannya.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh siswa lebih giat belajar
karena akan segera UAS. Tuturan tersebut sebagai nasihat
dari guru kepada anak didiknya. Waktu pada jam ke 1 dan
ke 2 pada mata pelajaraan Bahasa indonesia di dalam ruang
kelas VIII E.
Tuturan guru pada data (64) Tuturan guru di atas menggunakan modus
kalimat perintah. Namun, tuturan ini dimaksudkan memberikan nasihat kepada
mitra tutur untuk tidak bersikap selalu menuntut dan menghargai orang lain.
Nasihat tersebut terlihat dari kata ” kalian kalah dalam sepak bola nah, kalian
harus bisa meneima atau lapang dada. Kalah ya kalah, menang ya menang”.
Tuturan guru pada data (65) Tuturan guru di atas menggunakan kalimat
perintah. Namun, tuturan ini dimaksudkan memberikan nasihat kepada mitra tutur
untuk selalu belajar di rumah. Nasihat tersebut terlihat dari kata “Oke kalau
begitu, karena waktunya udah hampir habis, kalian selama ini harus sering
belajar karena minggu depan tanggal 21 kalian sudah melaksanakan ujian akhir
semester”.
Berdasarkan beberapa tuturan yang telah dideskripsikan di atas, tuturan
tersebut merupakan tuturan yang mengandung makna pragmatik nasihat. Tuturan
(64) dan (65) hanya diketahui makna pragmatiknya melalui konteks situasi tutur
yang melatarbelakangi dan mewadahinya pada saat guru menyampaikan tuturan
dalam pembelajaran di kelas. Kedua tuturan tersebut diwujudkan dengan
pemakaian kata yang disampaikan. Penutur memberikan contoh hal positif kepada
mitra tutur. Hal itu sejalan dengan teori Rahardi (2005:96) yang menyatakan
bahwa secara struktural, makna suruhan dapat ditandai oleh konteks.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
4.2.2.8 Makna Pragmatik Peringatan
Peringatan dapat diartikan sebagai suatu perkataan berupa peringatan
supaya tidak mengulangi kesalahan yang sama. Berdasarkan hasil penelitian,
peneliti menemukan 3 tuturan yang mengandung makna pragmatik peringatan.
Peneliti memasukkan 2 data untuk dianalisis. Peringatan merupakan sesuatu hal
yang salah untuk tidak mengulangi lagi. Dalam penelitian ini dipaparkan 2 contoh
data yang bermakna peringatan sebagai berikut: Dalam penelitian ini dipaparkan 2
contoh data bermakna peringatan.
Data (66)
Guru : “Ya wes gek bersihkan, Ibu tunggu 5 menit. Oke kalo kalian
masih ingat ibu sekarang lagsung ke soal-soal, karena minggu
depan sudah ulangan akhir.”
Siswa : “Haaaaaa, masak sudah uas bu.”
Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh mitra tutur di ruang kelas
dan mengingatkan seluruh siswa bahwa minggu depan aka
nada ulangan akhir semester. Waktu pada jam ke 1 dan ke 2
pada mata pelajaraan Bahasa indonesia di dalam ruang kelas
VIII G.
Data (67)
Guru : “Ayo cepat, “waktunya tinggal 5 menit lagi ya”.
Siswa : “Baik Pak”.
Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh siswa yang sedang
membuat kesimpulan diskusi. Waktu pada jam ke 7 dan ke
8 pada mata pelajaraan Bahasa indonesia di dalam ruang
kelas VIII D.
Tuturan guru pada data (66) Tuturan guru tersebut bermakna peringatan
kepada mitra tutur untuk segera melaksanakan tugas yaitu membersihkan sampah
yang ada di depan ruangan kelas Kemudian mitra tutur membersihkan sampah-
sampah tersebut. Hal tersebut menandakan bahwa mitra tutur mengerti maksud
penutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Tuturan guru pada data (67) Tuturan tersebut bermakna peringatan bagi
siswa yang belum menyelesaikan tugasnya karena waktunya akan hampir habis
penutur bergarap siswa segera mengumpulkan tugas tersebut Peringatan tersebut
ditandai dengan kalimat yang berbunyi “Ayo cepat,“waktunya tinggal 5 menit lagi
ya.”.
Berdasarkan beberapa tuturan yang telah dideskripsikan di atas, tuturan
tersebut merupakan tuturan yang mengandung makna pragmatik peringatan.
Tuturan (66) dan (67) hanya diketahui makna pragmatiknya melalui konteks
situasi tutur yang melatarbelakangi dan mewadahinya pada saat guru
menyampaikan tuturan dalam pembelajaran di kelas. Kedua tuturan tersebut
diwujudkan dengan pemakaian kata yang bersifat mengingatkan. Hal itu sejalan
dengan teori Rahardi (2005:96) yang menyatakan bahwa secara structural dan
dapat dilihat sesuai konteks.
4.2.2.9 Makna Pragmatik Saran
Saran dapat diartikan sebagai suatu pendapat, usul, atau anjuran yang
dikemukakan untuk dipertimbangkan. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti
menemukan 3 tuturan yang mengandung makna pragmatik saran. Peneliti
memasukkan 2 data untuk dianalisis. Saran merupakan sesuatu yang cenderung
menuju ke hal yang baik atau masukan. Dalam penelitian ini dipaparkan 2 contoh
data yang bermakna saran. Dalam penelitian ini dipaparkan 2 contoh data
bermakna saran:
Data (68)
Guru : “Tepat sekali. Ingat tugasnya ditulis dalam satu lembar
kertas dikerjakan menurut pandangan masing-masing ya tapi
diselesaikan dalam diskusi”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Siswa : “Iya pak kami mengerti!”
Konteks : Tuturan ditujukan kepada para seluruh siswa berupa saran
agar siswanya mengerjakan tugas dalam suatu lembar kertas
dan dikerjakan sesuai dengan pandangan masing-masing.
Waktu pada jam ke 5 dan ke 6 pada mata pelajaraan Bahasa
indonesia di dalam ruang kelas VIII H.
Data (69)
Guru : “Anak-anak sumbernya di ambil dari Alkitab ya, dari Kitan
Luk 22 – 45 dan juga 1 Kor 1 : 24 -25.
Siswa : “Baik pak.”
Konteks : Tuturan terjadi pada saat jam pelajaran berlangsung didalam
kelas dan sedang membahas soal-soal tutran tersebut
ditujukan kepada seluruh siswa agar membuka alkitab dan
memahami isi alkitab. Waktu pada jam ke 5 dan ke 6 pada
mata pelajaraan Pendidikan Agama di dalam ruang kelas VIII
H.
Tuturan guru pada data (68) Tuturan guru di atas tidak hanya berupa
informasi, tetapi terkandung maksud memberikan saran kepada mitra tutur untuk
mengerjakan tugas dalam suatu lembar kertas dan dikerjakan sesuai dengan
pandangan masing-masing. Dengan demikian, imajinasi dapat terasah secara
optimal. Tuturan guru ini dikatakan bermakna saran karena untuk mengasah
imajinasi dari masing-masing siswa meskipunn dikerjakan dengan diskusi.
Tuturan guru pada data (69) Tuturan guru di atas tidak hanya berupa
perintah, tetapi terkandung maksud memberikan saran kepada mitra tutur untuk
membaca al-kitab disetiap saat. Dengan demikian, siswa dapat aktif dalam
belajar. Tuturan guru ini dikatakan bermakna saran karena menuntut anak selalu
membaca tidak hanya disekolah namun bisa di rumah.
Berdasarkan beberapa tuturan yang telah dideskripsikan di atas, tuturan
tersebut merupakan tuturan yang mengandung makna pragmatik saran. Tuturan
(68) dan (69) hanya diketahui makna pragmatiknya melalui konteks situasi tutur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
yang melatarbelakangi dan mewadahinya pada saat guru menyampaikan tuturan
dalam pembelajaran di kelas. Kedua tuturan tersebut diwujudkan dengan
pemakaian penanda kesantunan coba. Hal itu sejalan dengan teori Rahardi
(2005:96) yang menyatakan bahwa secara struktural, makna suruhan dapat
ditandai oleh konteks.
4.2.2.10 Makna Pragmatik Klarifikasi
Klarifikasi dapat diartikan sebagai pertanyaan yang perlu ditanyakan,
tujuannya untuk mendapatkan kebenaran. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti
menemukan 22 tuturan yang mengandung makna pragmatik klarifikasi. Peneliti
memasukkan 4 data untuk dianalisis. Dalam penelitian ini dipaparkan empat
contoh data yang bermakna klarifikasi. Dalam penelitian ini dipaparkan 3 contoh
data yang bermakna klarifikasi.
Data (70)
Guru : “Nah, berarti mengenai frasa udah cukup jelas ya. Ya
sekarang selanjutnya nomor berikutnya, kali ini mengenai
tentang drama. Masih ingat apa kemarin unsur-unsur drama?”
Siswa : “Masih bu.”
Konteks : Tuturan ditujukan kepada para siswa guna mengklarifikasi
bahwa siswa sudah jelas dengan pembelajaran frasa yang
diberikan kemudian dilanjutkan dengan pelajaran drama.
Waktu pada jam ke 3 dan ke 4 pada mata pelajaraan Bahasa
indonesia di dalam ruang kelas VIII C.
Data (71)
Guru : “Masing-masing ada berapa? Nah benar. Kemarin sebelum
membahas soalnya, ibu sudah memberikan pengantarnya
sudah dijelaskan nanti ada persamaan nanti ada perbedaan,
kalo yang menunjukan fiksi? Itu yang pertama itu apa?”
Siswa : “Tidak Nyata ya Bu?”
Konteks : Tuturan ditujukan kepada para siswa guna membahas
penjelasan materi sebelumnya guru menyuruh siswa agar
mengingat lagi penjelasan minggu yang lalu. Jam ke 3 dan ke
4 pembelajaran Bahasa Indonesia kelas VIII C.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Data (72)
Guru : “Bagus, saya suka jika ada yang bertanya, coba semua
mendengarkan kesini (mengarahkan perhatian siswa) pada
saat yesus dibawa menghadap ke Mahkamah Agama. Yesus
diberikan pertanyaan “Jikalau Engkau adalah Mesias
katakanlah kepada kami” (Luk 22 : 67). Dan pertanyaan itu
juga adalah pertanyaan yang menjebak. Tetapi Yesus dengan
tegas menjawab bahwa Dia adalah Anak Allah, mendengar
jawaban Yesus itu, maka dengan segera sidang Makamah
Agama mengambil keputusan menghukum mati, karena Ia
telah mengatakan Dia Anak Allah karena itu adalah
penghujatan bagi umat Yahudi.”
Siswa : “Berarti Umat Yahudi tidak Percaya bahwa Tuhan Yesus
adalah Mesias?”
Konteks : Tuturan tersebut terjadi pada saat jam pelajaran berlangsung
didalam ruangan kelas ditujukan kepada para seluruh siswa
berupa klarifikasi tentang dibunuhnya Tuhan Yesus.
Maksudnya penutur agar maeri tersebut tersampaikan dan
mitra tutur benar memahami. Waktu pada jam ke 5 dan ke 6
pada mata pelajaraan Pendidikan Agama di dalam ruang
kelas VIII H.
Data (73)
Guru : “Untuk hari ini yaitu pelajaran bahasa indonesia sebelum
kita membahas mengani ciri-ciri teks eksplanasi yaa, nanti
pertama kali yang kita pelajari yaitu arti dari teks tersebut.
Namun sebelumnya apakah hari ini ada yang tidak masuk?”
Siswa : “Nihil bu hadir semua.”
Konteks : Tuturan ditujukan kepada para seluruh siswa berupa
klarifikasi bahasan yang akan dibahas pada hari ini yaitu
membahas eksplanasi. Waktu pada jam ke 5 dan ke 6 pada
mata pelajaraan Bahasa indonesia di dalam ruang kelas VIII
D.
Tuturan guru pada data (70) tuturan guru tersebut ditujukan kepada para
siswa guna mengklarifikasi bahwa siswa sudah jelas dengan pembelajaran frasa
yang diberikan kemudian dilanjutkan dengan pelajaran drama. Ini merupkan
kalimat penegasan dari mitra tutur. Hal tersebut menandakan bahwa siswa
mengerti maksud guru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Tuturan guru pada data (71) tuturan guru tersebut ditujukan kepada para
siswa guna mengklarifikasi bahwa siswa sudah jelas dengan materi mengenai fiksi
yang diberikan pada pertemuan sebelumnya kemudian dilanjutkan penutur
mengingatkan kembali memberi penegasan. Hal tersebut menandakan bahwa
penutur berharap mengerti maksud penutur tentang yang selama ini dipelajari.
Tuturan guru pada data (72) Tuturan guru di atas merupakan kalimat tanya
tentang wafatnya Tuhan Yesus. Maknanya penutur ingin mendapatkan klarifikasi
dari mitra tutur tentang wafatnya Tuhan Yesus. Hal tersebut menandakan bahwa
mitra tutur mengerti maksud penutur.
Tuturan guru pada data (73) Tuturan guru di atas merupakan klarifikasi
yang maknanya penutur ingin mengklarifikasi jawaban mitra tutur tentang ciri-ciri
teks eksplanasi. Hal tersebut menandakan bahwa mitra tutur mengerti maksud
penutur. Hal ini sejalan dengan teori Rahardi.
Berdasarkan beberapa tuturan yang telah dideskripsikan di atas, tuturan
tersebut merupakan tuturan yang mengandung makna pragmatik klarifikasi.
Tuturan (70), (71), (72), dan (73) hanya diketahui makna pragmatiknya melalui
konteks situasi tutur yang melatarbelakangi dan mewadahinya pada saat guru
menyampaikan tuturan dalam pembelajaran di kelas. Keempat tuturan tersebut
diwujudkan dengan kata membenarkan. Hal itu sejalan dengan teori Rahardi
(2005:96) yang menyatakan bahwa secara struktural, makna suruhan dapat
ditandai oleh konteks.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
4.3 Pembahasan
Pada subbab ini, peneliti akan menjelaskan dan memaparkan hasil dari
penelitian berupa data wujud tuturan yang diambil dari observasi. Penjelasan
dalam subbab ini berhubungan dengan data-data hasil penelitian yang sudah
sesuai dengan teori-teori yang dipaparkan oleh peneliti maupun dipakai oleh
peneliti.
Teori yang digunakan dalam subbab pembahasan ini dapat diuraikan
sebgai berikut. Pertama jenis-jenis tindak tutur dalam Wijana (1996), yaitu tindak
tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung, tindak tutur literal tindak tutur
tidak literal. sementara itu, interseksi berbagai jenis tindak tutur, yaitu tindak tutur
langsung literal dan tindak tutur tidak langsung literal, tindak tutur langsung tidak
literal, dan tindak tutur tidak langsung tidak literal. Berdasarkan hasil analisis
penelitian, peneliti menemukan jenis tindak tutur yang muncul atau terjadi dalam
perilaku tuturan guru pada kegiatan pembelajaran meliputi sebagai berikut tindak
tutur langsung, tindak tutur tidak langsung, tindak tutur tidak literal, tindak tutur
langsung literal, dan tindak tutur tidak langsung literal.
Penggunaan jenis-jenis tindak tutur bukan sekedar untuk bertanya,
memerintah, dan memberikan informasi. Namun, setiap tuturan guru yang muncul
atau terjadi dalam kegiatan pembelajaran mengandung sebuah maksud atau
makna. Makna tersebut dapat dilihat dari segi pragmatik. Kedua menurut Rahardi
(2011:2) penentu makna pragmatik adalah keberadaan konteks itu sendiri.
Konteks pragmatik adalah segala macam aspek yang sifatnya diluar bahasa yang
menjadi penentu pokok bagi kehadiran sebuah makna kebahasaan. Ditinjau dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
segi pragmatik ditemukan beberapa maksud maupun makna yang terkandung
dalam tuturan guru yaitu perintah, teguran, sapaan, suruhan, pujian, peringatan,
nasihat, sindiran, saran, dan klarifikasi. Ketiga, teori Yule (2006:3) yang
mengatakan bahwa pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh
penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca). Peneliti
menggunakan teori pragmatik untuk menganalisis maksud tuturan guru. Keempat,
teori aspek situasi tutur menurut Leech (dalam Wijana, 1996:10) yang
menyatakan bahwa terdapat sejumlah aspek yang dipertimbangkan dalam situasi
tutur yakni penutur dan lawan tutur, konteks tuturan, tujuan tuturan, tuturan
sebagai tindakan atau aktivitas dan tuturan sebagai produk tindak verbal.
Selanjutnya, peneliti akan melakukan pembahasan mengenai dua pokok
rumusan masalah dalam penelitian ini berdasarkan kesesuaian teori yang sudah
dipaparkan sebelumnya dengan temuan data-data hasil analisis. Dua rumusan
masalah yang diangkat yaitu jenis-jenis tindak tutur dan maksud atau makna
pragmatik. Berikut pembahasan hasil analisis terhadap jenis-jenis tindak tutur dari
tuturan guru dan makna pragmatik yang hadir dari tuturan guru pada pembelajaran
di SMP Negeri 3 Delanggu.
4.3.1 Jenis-jenis Tindak Tutur yang Terdapat dalam Tuturan Guru
Chaer (1995) dalam Rohmadi (2010:33) menyatakan tindak tutur sebagai
gejala individual, bersifat psikologis dan keberlangsungannya ditentukan oleh
kemampuan bahasa penutur dalam menghadapai situasi tertentu. Berdasarkan
pendapat Chaer tersebut, tindak tutur terbagi menjadi beberapa jenis yang
dipengaruhi oleh kemampuan berbahasa seseorang yaitu tindak tutur langsung,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
tindak tutur tidak langsung, tindak tutur literal, tindak tutur tidak literal, tindak
tutur langsung literal, tindak tutur tidak langsung literal, tindak tutur langsung
tidak literal, dan tindak tutur tidak langsung tidak literal. Selain dipengaruhi
kemampuan bahasa seseorang, berbagai jenis tindak tutur ini juga dipengaruhi
oleh konteks yang melatarbelakangi munculnya suatu tuturan.
Berdasarkan penelitian berbagai macam jenis tindak tutur yang ditemukan
pada kegiatan pembelajaran di kelas VIII SMP Negeri 3 Delanggu tahun ajaran
2018/2019 selain jenis juga tidak terlepas dari konteks yang melatarbelakanginya,
penutur, mitra tutur, tujuan tuturan, dan tuturan sebagai bentuk tindakan.
Penelitian ini, peneliti menemukan fenomena enam jenis tindak tutur yang
digunakan guru pada kegiatan pembelajaran yakni tindak tutur langsung, tindak
tutur tidak langsung, tindak tutur literal, tindak tutur tidak literal, tindak tutur
langsung literal, dan tindak tutur tidak langsung literal.
Jenis tindak tutur ditemukan yakni tindak tutur langsung, tindak tutur tidak
langsung, tindak tutur literal, tindak tutur langsung literal, tindak tutur tidak
literal, tindak tutur tidak langsung literal. Peneliti menemukan 85 tuturan dari data
yang diambil dalam proses pembelajaran di SMP Negeri 3 Delanggu Klaten tahun
ajaran 2018/2019. Tuturan ini diklasifikasikan sebagai tindak tutur langsung
karena kalimat berita yang secara konvensional untuk menginformasikan sesuatu,
kalimat tanya untuk bertanya, dan kalimat perintah untuk menyuruh, mengajak,
dan memohon (Wijana, 1996:31). Berdasarkan hasil analisis, peneliti menemukan
penanda tuturan guru yang tergolong sebagai tindak tutur langsung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Ciri tuturan guru dikatakan sebagai tindak tutur langsung adalah
disampaikan secara langsung tanpa ada makna tersirat yang terkandung dalam
tuturan tersebut. Apabila dilihat dari hasil temuan dan analisis, sebagian besar
tindak tutur langsung ini berupa perintah dan pertanyaan yang diutarakan secara
langsung tanpa adanya makna tersirat. Sejalan dengan pendapat Wijana di atas,
maka tuturan guru yang berupa kalimat tanya difungsikan secara konvensional
untuk bertanya dan kalimat perintah untuk menyuruh. Tindak tutur langsung yang
berupa kalimat tanya biasanya digunakan guru untuk menanyakan kabar,
kehadiran, dan tugas sekolah. Selanjutnya, tindak tutur langsung berupa kalimat
perintah sering dijumpai ketika guru memerintah secara langsung.
Berdasarkan hasil analisis terhadap tuturan guru yang termasuk tindak
tutur tidak langsung literal, peneliti menemukan bahwa sebagian besar
menggunakan tujuan kalimat tanya dan informasi yang dimaksudkan untuk
memunculkan suatu tindak ilokusi memerintah. Tuturan guru ini biasanya berupa
kalimat tanya yang menanyakan suatu materi tertentu, tujuannya untuk
mengetahui pemahaman siswa. Namun, tuturan guru tersebut tidak sekadar untuk
bertanya maksud sesungguhnya adalah memerintah mitra tutur menjawab
pertanyaan yang diajukan. Berdasarkan pembahasan di atas, adapun, jenis-jenis
tindak tutur tuturan guru pada kegiatan pembelajaran yang paling menonjol adalah
tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung literal. Kedua jenis tindak
tutur ini paling menonjol dan banyak digunakan guru dalam pembelajaran untuk
bertanya, memerintah, menginformasikan, serta bertanya dengan makna
memerintah, dan menginformasikan dengan makna menyuruh kepada siswanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
4.3.2 Makna Pragmatik Tindak Tutur pada Tuturan Guru
Berdasarkan penggunaan jenis-jenis tindak tutur bukan hanya sekadar
untuk bertanya, memerintah, dan memberikan informasi. Akan tetapi, setiap
tuturan guru yang muncul dalam kegiatan pembelajaran mengandung sebuah
maksud atau makna yang dapat dilihat dari segi pragmatik.
Rahardi (2011:2) penentu makna pragmatik adalah keberadaan konteks itu
sendiri. Konteks pragmatik adalah segala macam aspek yang sifatnya diluar
bahasa yang menjadi penentu pokok bagi kehadiran sebuah makna kebahasaan.
Latar belakang serta pengetahuan yang sama antara penutur dan mitra tutur akan
membantu para pelibat pertuturan untuk menafsirkan kandungan makna atau
pesan yang disampaikan. Jadi, kelancaran dalam menafsirakan sebuah tuturan
baik dari penutur kepada mitra tutur dan sebaliknya, dilatarbelakangi oleh
pengetahuan masing-masing.
Makna menjadi tujuan utama keberhasilan dalam sebuah komunikasi
antara penutur dan mitra tutur. Jika antara penutur dan mitra tutur tidak dapat
menangkap makna dari tuturan, akan dapat mengakibatkan terjadinya kekeliruan
dalam menafsirkan makna. Pembahasan hasil temuan mengenai makna pragmatik
yang muncul dalam tuturan guru di SMP Negeri 3 Delanggu Klaten menunjukan
bawa intensitas kehadiran makna pragmatik menyuruh, memerintah baik langsung
maupun tidak langsung lebih sering muncul ketimbang makna yang lain.
Selanjutnya, maksud atau makna pragmatik kedua yang sering muncul
yaitu klarifikasi. Guru di SMP Negeri 3 Delanggu Klaten sering bertanya suatu
hal untuk mendapatkan jawaban kepastian siswa. Hal ini disebabkan karena siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
kurang aktif bertanya. Selain kedua makna tersebut, makna pragmatik lainnya
seperti sapaan biasanya diutarakan sebelum pembelajaran, teguran untuk siswa
yang ribut di kelas, menasihati, menyuruh, memuji, peringatan, menyindir, dan
juga saran.
Berdasarkan hasil anaslis mengenai jenis dan maksud tindak tutur antara
guru dengan siswa pada pembelajaran SMP Negeri 3 Delanggu, peneliti
menemukan 6 jenis tindak tutur serta 10 maksud atau makna pragmatik yang
muncul dalam tuturan guru. Hasil analisis dan pembahasan penelitian ini,
berkaitan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya.
Pertama, Widyahananda, Cosmas Krisna (2018) dengan judul “Tindak tutur dalam
Kegiatan Gotong-royong Masyarakat Karangturi RT04/RW21, Umbulmartani,
Ngemplak, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil Penelitian menunjukan
Dalam peneltian ini menunjukan 2 hal penting yaitu jenis tindak tutur dan
maksud. Jenis meliputi tindak tutur langsung literal, tindak tutur tidak langsung
tidak literal, tindak tutur langsung literal, dan tindak tutur tidak langsung literal.
Tindak tutur langsung literal disampaikan dengan penggunaan tiga modus
kalimat, yaitu kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat perintah. Berikut data
yang ditemukan peniliti berupa Tindak tutur langsung literal dengan modus
kalimat berita berjumlah 16 tuturan. Tindak tutur langsung literal dengan kalimat
tanya berjumlah 13 tuturan.Tindak tutur langsung literal dengan modus kalimat
perintah berjumlah 56 tuturan. Maksud tindak tutur yang disampaikan penutur
secara langsung kepada mitra tutur, meliputi memberitahukan sejumlah 19
tuturan, bertanya sejumlah 13 tuturan, memerintah sejumlah 11 tuturan, meminta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
sejumlah 6 tuturan, mempersilakan sejumlah 2 tuturan, mengajak sejumlah 13
tuturan, menyuruh sejumlah 13 tuturan, menganjurkan sejumlah 10, mendesak
sejumlah 1 tuturan, dan melarang sejumlah 2 tuturan.Maksud tindak tutur tersebut
dikatakan langsung karena disampaikan dengan modus kalimat yang sesuai.
Demikian yang ditemukan oleh peneliti yang terdahulu, peneliti hanya
menemukan 3 jenis tutran, dan maksud dalam tuturan kegiatan gotong royong.
Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Iwan Khairi Yahya (2013)
dengan judul Tindak Tutur Direktif dalam Interaksi Belajar Mengajar Mata
Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Di SMA Negeri 1 Mlati Sleman
Yogyakarta. Hasil penelitian yang didapatkan dari penelitian Iwan Khairi Yahya
menunjukkan bahwa, penggunaan jenis pertanyaan dan fungsi bertanya lebih
banyak digunakan, apabila dibandingkan dengan penggunaan jenis dan fungsi
tindak tutur direktif yang lain dengan jumlah 315 tuturan dari jumlah 826 tuturan
direktif. Jenis tindak tutur direktif yang ditemukan meliputi jenis permintaan,
pertanyaan, larangan, pemberian izin, nasihat, sedangkan fungsi tindak tutur
direktif yang ditemukan meliputi fungsi meminta, memohon, berdoa, bertanya,
menginterogasi, mengisntruksikan, menghendaki, menuntut, mengarahkan,
membolehkan, melarang, membataasi, menyetujui, menganugrahi, memaafkan,
membolehkan, menyarankan, meminta, dan menuntut.
Hanim Mawar Andini (2017) dengan judul “Jenis-jenis Tindak Tutur dan
Makna Pragmatik Bahasa Guru pada Pemebelajaran Bahasa Indonesia di SMA
Karangreja Kabupaten Purbalingga Tahun Ajaran 2016/2017”. Hasil penelitian ini
menunjukan 2 jenis tindak tutur dan makna pragmatik. Jenis tindak tutur yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
digunakan dalam tuturan guru pada kegiatan pembelajaran, yaitu tindak tutur
langsung, tindak tutur tidak langsung, tindak tutur tidak literal, tindak tutur
langsung literal, dan tindak tutur tidak langsung literal tuturan yang ditemukan 93
tuturan demikian makna seperti makna memerintah, menegur, menayapa semua
ditemukan 93 tuturan.
Oleh karena itu, peneliti menemukan jenis-jenis tindak tutur pada
pembelajaran di SMP Negeri 3 Delanggu dan jenis tindak tutur yang paling
dominan digunakan adalah, tindak tutur langsung, dan tindak tutur tidak langsung
literal. Kedua jenis tindak tutur ini paling banyak digunakan guru dalam
pembelajaran untuk bertanya, memerintah, menginformasikan, serta bertanya
dengan maksud memerintah, dan menginformasikan dengan maksud menyuruh
kepada siswanya.
Ditinjau dari segi pragmatik, ditemukan beberapa makna yang terkandung
dalam tuturan guru yaitu memerintah, menyapa, menegur, menyuruh, memuji,
menyindir, nasihat, peringatan, saran, dan klarifikasi. Adapun makna pragmatik
yang sering muncul pada tuturan guru adalah memyuruh, memerintah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini akan memaparkan dua hal pokok, yaitu simpulan data dan
saran. Simpulan berisi rangkuman keseluruhan isi dari penelitian ini, sedangkan
saran berisi hal-hal relevan yang perlu diperhatikan untuk penelitian selanjutnya,
baik mahasiswa jurusan Bahasa Indonesia maupun peneliti lain.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan pada bab IV mengenai “Jenis dan Maksud
Tindak Tutur antara Guru dengan Siswa di SMP Negeri 3 Delanggu Kabupaten
Klaten, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Peneliti menemukan jenis tindak tutur yang digunakan dalam tuturan guru
pada kegiatan pembelajaran, yaitu tindak tutur langsung, tindak tutur tidak
langsung, tindak tutur tidak literal, tindak tutur langsung literal, dan tindak
tutur tidak langsung literal. Berdasarkan penelitian jenis tindak tutur yang
paling sering muncul dari tuturan guru adalah tindak tutur langsung, kemudian
tindak tutur tidak langsung literal. Kedua jenis tindak tutur ini paling menonjol
dan banyak digunakan guru dalam pembelajaran untuk bertanya, memerintah,
menginformasikan, serta bertanya dengan makna memerintah, dan
menginformasikan dengan makna menyuruh kepada siswa.
2. Ditinjau dari segi pragmatik, maksud atau makna yang muncul dalam jenis
tindak tutur antara guru dengan siswa di SMP Negeri 3 Delanggu menunjukan
bawa intensitas kehadiran makna memerintah baik langsung maupun tidak
langsung lebih sering muncul ketimbang makna yang lain. Selanjutnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
maksud atau makna pragmatik kedua yang sering muncul yaitu menyuruh dan
memerintah. Guru sering bertanya suatu hal untuk mendapatkan jawaban dari
siswa. Selain maksud atau makna tersebut, makna pragmatik lainnya seperti
sapaan biasanya diutarakan sebelum pembelajaran, teguran untuk siswa yang
gaduh di kelas, nasihat, pujian, peringatan, sindiran, dan saran juga sesekali
hadir dalam tuturan guru.
5.2 Saran
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini belum seutuhnya sempurna. Oleh
karena itu, peneliti berharap pembaca dapat melakukan penelitian yang lebih
mendalam mengenai tindak tutur. Peneliti berharap pembaca dapat melakukan
penelitian yang lebih mendalam mengenai jenis tindak tutur dan maksud
pragmatik. Berdasarkan penelitian ini, peneliti hanya membahas dua hal yaitu
jenis-jenis tindak tutur dan maksud atau makna pragmatik pada kegiatan
pembelajaran guru dengan siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 Delanggu.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disajikan di atas, peneliti
menyarankan hal-hal sebagai berikut:
1. Peneliti yang berminat dengan tema yang sama perlu menindak lanjuti
penelitian dengan kajian lebih lengkap dari semua aspek tuturan, supaya
penelitian ini menjadi lebih baik. Pembaca ingin melakukan penelitian sejenis
ini, pembaca dapat memanfaatkan penelitian ini sebagai bahan perbandingan.
2. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan wawasan
baru dalam bidang ilmu pragmatik Bahasa Indonesia, khususnya jenis-jenis
tindak tutur dan maknanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
DAFTAR PUSTAKA
Andini, Hanim Mawar (2017) “Jenis-jenis Tindak Tutur Dan Makna Pragmatik
Bahasa Guru pada Pemebelajaran Bahasa Indonesia di SMA Karangreja
Kabupaten Purbalingga Tahun Ajaran 2016/2017”. Skripsi. Program
Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma.
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina.2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Depertemen Pendidikan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Halliday & Ruqaiya Hasan. 1994. Bahasa, Konteks, dan Teks; Aspek-aspek
Bahasa dalam Pandangan Semiotik Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Kridalaksana, Harimurti. 2011. Kamus linguistik Edisi IV. Jakarta: Gramedia.
Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia.
Mahsun, 2005. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan
Tekniknya. Jakarta: PT Raya Group Persada.
Moleong, Lexy, J. 1996. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda
Karya Rohmadi, Muhammad. 2004. Pragmatik Teori dan Analisis.
Yogyakarta: lingkar Media Jogja.
Mulyana. 2005. Kajian Wacana: Teori, Metode dan Alikasi Prinsip-prinsip
Analisis Wacana. Yogyakarta: Tiara Kencana.
Nadar, F.X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Parker, Frank 1986. Linguistic For Non-Linguist. London: Little, Brown and
Company Inc.
Parker, Frank. 1986. Linguistics for Non-Linguist. London: Little, Brown and
Company Inc.
Pranowo. 2009. Berbahasa Secara Santun.Yogyakarta: Puataka Pelajar.
Purwo, Bambang Kaswanti. 1990. Pragmatik dan Penagajaran Bahasa.
Yogyakarta: Kanisius.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Purwo, Bambang Kaswanti. 1990. Pragmatik dun Pengajaran Bahasa.
Yogyakarta: Kanisius.
Rahardi, Kunjana dkk. 2016. Pragmatik: Fenomena Ketidaksantunan Berbahasa.
Jakarta: Erlangga.
Rahardi, Kunjana. 2008. Kesantuanan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta:
Erlangga.
Rohmadi, Muhamad. 2004. Pragmatik: Teori dan Analisis. Yogyakarta: Lingkar
Media.
Tarigan. Henry Guntur. 1986. Pengajaran Pragmatik. Bnandung: Angkasa.
Wijana. I Dewa Putu. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta Andi Offset.
Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Yahya, Iwan Khairi (2013) “Tindak Tutur Direktif dalam Interaksi Belajar
Mengajar Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA Negeri 1
Mlati Yogyakarta”. Skripsi. Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra
Indonesia Universitas Sanata Dharma
Zamzani. 2007. Kajian Sosiopragmatik. Yogyakarta: Cipta Pustaka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Lampiran 1
TRIANGGULASI DATA JENIS DAN MAKSUD TINDAK TUTUR ANTARA GURU DENGAN SISWA
DI SMP NEGERI 3 DELANGGU KABUPATEN KLATEN
Petunjuk pengisian:
Triangulator dimohon untuk memberikan tanda centang (√) pada kolom trianggulasi (setuju atau tidak setuju) berdasarkan ketetapan
wujud tuturan, jenis tindak tutur, dan maksud pragmatik para guru sesuai konteks tuturan.
No. Data Wujud Tuturan Konteks Jenis Tindak Tutur Maksud
Pragmatik
Trianggulasi Keterangan
Setuju Tidak
1. Guru : “Selamat siang, gimana
kabarnya hari ini?”
Siswa : “Baik Bu.”
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
seluruh mitra tutur di
dalam ruang kelas
saat penutur
memasuki kelas dan
membuka
pembelajaran.
Waktu : Jam ke 4
dan ke 5 pebelajaran
Bahasa Indonesia
kelas VIII D.
Tindak Tutur
Langsung Karena adanya
tuturan yang bersifat
langsung dengan
mitra tutur dengan
modus kalimat
Tanya digunakan
untuk bertanya untuk
memberi salam
kepada seluruh
siswa.
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
makna berupa
Sapaan. Karena
bermaksud
memeberi salam
kepada seluruh
siswa yang ada di
dalam kelas.
2. Guru : “Apakah hari ini ada
yang tidak masuk?”
Siswa : “Nihil bu, semua hadir.”
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
Tindak Tutur
Tidak Langsung Karena adanya
tuturan yang bersifat
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
seluruh mitra tutur di
ruang kelas pada saat
guru akan melihat
daftar hadir.
Waktu : Jam ke 1
dan ke 2 pebelajaran
Bahasa Indonesia
Kelas VIII D.
langsung dengan
mitra tutur dengan
modus penutur
bertanya secara
umum kepada para
siswa secara
keseluruhan dengan
maksud menanyakan
apakah ada yang
tidak masuk.
makna
Klarifikasi.
Karena penutur
bermaksud
menayakan mitra
tutur apakah pada
hari ini ada yang
tidak hadir.
3. Guru : “Bagus, berarti kelas ini
siswanya rajin yaa.”
Siswa :”Iya, Bu.”
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
seluruh mitra tutur di
ruang kelas pada saat
pembelajaran tengah
berlangsung, guru
sedang berjalan
keliling kelas,
melihat situasi saat
itu.
Waktu : Jam ke 5
dan ke 6 pebelajaran
Bahasa Indonesia
kelas VIII D.
Tindak Tutur
Literal Karena guru
menyampaikan
maksud atau makna
kata-kata sesuai atau
berlawanan dengan
keadaan yang
sebenarnya.
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
makna Sindiran.
Karena mitra
tutur yang rajin
tetapi pada
aslinya tidak
semua mitra tutur
itu yang
diharapkan.
4. Guru : “Iya siang ini kok panas
sekali ya?”
Siswa : “Iya, Bu, karena tidak
dingin, hahaha”
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
Tindak Tutur
Langsung Literal Karena guru
menyampaikan
Tuturan guru
tersebut
merupakan
bermaksud atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
seluruh mitra tutur di
ruang kelas pada saat
jam pelajaran dan
sedang membahas
materi pada saat itu
keadaan kelas yang
sangat panas.
Waktu : Jam ke 3
dan ke 4 pebelajaran
Bahasa Indonesia
kelas VIII D.
maksud atau
maknanya sesuai apa
yang benar-benar
disampaikan oleh
penutur, dengan
kondisi saat itu yang
panas.
makna
Klarifikasi.
Karena keadaan
kondisi kelas
pada saat
pelajaran
berlangsung
sangat panas.
5. Guru : “Oke sekarang kembali
ke kelompok, apakah
sudah masuk dalam
kelompok masing-
masing?”
Siswa : “Sudah Bu.”
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
seluruh mitra tutur di
ruang kelas agar
siswa membentuk
kelompok kerja saat
pembelajaran.
Waktu: Jam ke 4
dan ke 5 pebelajaran
Bahasa Indonesia
kelas VIII F.
Tindak Tutur
Langsung Literal Karena guru
menyampaikan
maksud atau
maknanya sesuai apa
yang benar-benar
disampaikan oleh
penutur dengan
maksud mitra tutur
melakukan sesuatu
agar membentuk
kelompok yang telah
sudah dibentuk.
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
makna Perintah.
Karena penutur
bermaksud untuk
seluruh mitra
tutur agar segera
masuk ke dalam
kelompok.
6. Guru : “Selamat pagi, awal
puasa kok pagi-pagi
sudah lelah,
semangatnya mana ini?”
Siswa : “Baik bu, tapi masih
ngantuk bu.”
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks: Tuturan
ditujukan kepada
seluruh mitra tutur di
ruang kelas pada saat
guru menyampikan
Tindak Tutur
Langsung Karena adanya
tuturan yang bersifat
langsung dengan
mitra tutur dengan
modus teguran
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
makna Teguran.
Karena menegur
kepada seluruh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
materi. Saat itu
siswa kurang
semangat dalam
mengikuti
pembelajaran.
Waktu : Jam ke 1
dan ke 2
pembelajaran Bahasa
Indnesia kelas VIII
D.
kepada siswa yamg
tidak semangat
dalam mengikuti
pembelajaran Bahasa
Indonesia.
siswa yang tidak
semangat
mengikuti
pembelajaran
pada saat itu.
7. Guru : “Nanti ditengah
pelajaran tugas kemarin
kita bahas bersama ya
anak-anak, dan
dikumpulkan?”
Siswa : “Iya ibu, tapi ada yang
belum saya kerjakan.”
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
seluruh mitra tutur di
ruang kelas untuk
mengumpulkan
kembali tentang
tugas hari
sebelumnya karena
akan di bahas
bersama.
Waktu : Jam ke 1
dan ke 2
pembelajaran Bahasa
Indnesia kelas VIII
G.
Tindak Tutur
Langsung Karena adanya
tuturan yang bersifat
langsung dengan
mitra tutur dengan
modus penutur
bertanya secara
umum kepada para
siswa secara
keseluruhan dengan
modus memrintah
agar tugas dibahas
dan dikumpulkan.
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
makna Perintah.
Karena guru
memrintah siswa
untuk segera
mengumpulkan
tugas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
8. Guru : “Ya kalian itu
memerankan tokohnya,
nanti kalo hari ini tidak
jadi mau membahas apa
cah bagus?, makannya
dirundingkan biar nanti
selesai, masa ya mau
seperti ini terus, bu guru
ini sudah baik banget
loh, satu kelompok
kerjakan bersama
dirundingkan, sudah
bolak balik ibu jelaskan,
ayo gek segera keburu
waktunya habis.”
Siswa : “Bu ini amanatnya apa
ya?”
Penutur: Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks: Tuturan
ditujukan kepada
seluruh mitra tutur di
ruang kelas karena
kondisi kelas yang
tidak kondusif, siswa
belum siap untuk
menampilkan tugas
dalam memerankan
drama dalam
pembelajaran
bahasa.
Waktu : Jam ke 1
dan ke 2
pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas VIII
G.
Tindak Tutur
Tidak Literal.
Karena guru
menyampaikan
makna kata-katanya
tidak sesuai dengan
keadaan yang
sebenarnya atau
dengan maksud
penutur yang
diharapkannya
dimana kondisi kelas
belum siap dalam
memerankan drama
kelompok.
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
makna Suruhan.
Karena menyuruh
siswa agar segera
membentuk
kelompok dalam
memerankan
drama.
9. Guru : “Ayo kelompok tiga
sudah apa belum?”
Siswa : “Belum kelompok kami
belum siap bu.”
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
kelompok sebagai
mitra tutur di ruang
kelas dan menegur
kelompok sudah siap
apa belum dalam
memerankan drama.
Namun, kelompok
Tindak Tutur
Langsung Karena adanya
tuturan yang bersifat
langsung dengan
mitra tutur dengan
modus guru
menyampaikan
dengan maksud
tuturan sesuai
dengan kondisi saat
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
makna Teguran.
Karena penutur
menegur siswa
dalam kelompok
apakah sudah siap
atau belum dalam
memerankan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
belum siap.
Waktu : Jam ke 1
dan ke 2
pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas VIII
G.
itu yang siswanya
belum siap dalam
membentuk
kelompok drama.
drama.
10. Guru : “Ya sudah gek
dibersihkan ibu tunggu
lima menit. Oke kalo
kalian masih ingat ibu
sekarang langsung ke
soal-soal, karena minggu
depan kan sudah ulangan
akhir.”
Siswa : " haaaaaah, masak sudah
uas bu?”
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
seluruh mitra tutur di
ruang kelas dan
mengingatkan
seluruh siswa bahwa
minggu depan akan
nada ulangan akhir
semester.
Waktu : Jam ke 1
dan ke 2
pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas VIII
G.
Tindak Tutur
Tidak Langsung
Literal
Karena guru
menyampaikan
dengan modus yang
tidak sesuai tetapi
makna kata-katanya
sesuai dengan yang
dimaksudkan
penutur. Penutur
mengingatkan
kepada seluruh siswa
agar siap
menghadapi ujian
akhir semester.
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
makna
Peringatan.
Kerena dengan
maksud agar
seluruh siswa
segera
mempersiapkan
menjelang ujian
akhir semester.
11. Guru : “Lah ya ayo kalo
ngantuk ibu kasih hadiah
nanti, hadiahnya namun
masih dirahasikan,
apakah hari ini ada yang
tidak masuk?”
Siswa : “Nihil bu. Masuk
semua.”
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
seluruh mitra tutur di
ruang kelas dan
mengarahkan siswa
sebelum
Tindak Tutur
Langsung Karena adanya
tuturan yang bersifat
langsung dengan
mitra tutur dengan
modus memotivasi
dan menasihati siswa
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
makna Nasihat.
Karena penutur
memberikan
masukan kepada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
pembelajaran
sekaligus
menanyakan kepada
siswa apakah ada
yang tidak masuk
hari ini.
Waktu : Jam ke 3
dan ke 4
pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas VIII
H.
agar semangat dalam
mengikuti
pembelajaran Bahasa
Indonesia.
seluruh siswa
agar semangat
dan menyadari
dalam mengikuti
pembelajaran
bahasa Indonesia.
12. Guru :“Iya coba soal nomor
sebelas itu termasuk
karya sastra bukan?”
Siswa :”Termasuk karya sastra
bu.”
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
seluruh mitra tutur di
ruang kelas kepada
siswa sebelum
pembelajaran
sekaligus
menanyakan kepada
siswa apakah soal
tersebut karya sastra.
Waktu : Jam ke 3
dan ke 4
pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas VIII
H.
Tindak Tutur
Langsung Literal Karena yang
diutarkan penutur
maknanya sama apa
dengan yang
pengutaraanya
dengan modus
kepada para siswa
secara keseluruhan
bahwa siswa sudah
memahami atau
belum.
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
makna
Klarifikasi.
Karena apakah
para siswa sudah
benar-benar
menguasai atau
memahami.
13. Guru : “Iya kelasnya sangat
harum ya?”
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa Tindak Tutur
Tidak Literal.
Tuturan guru
tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
Siswa : “Harum sekali bu kelas
ini kami kasih
pengharum bu,
hahahaha”
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
seluruh mitra tutur di
ruang kelas dan
memuji keadaan
kelas yang sangat
harum sebelum
pembelajaran.
Waktu : Jam ke 3
dan ke 4
pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas VIII
H.
Karena maksud
penutur berlawanan
dengan makna
katanya. Penutur
menyampaikan
makna kata-katanya
tidak sesuai dengan
keadaan yang
sebenarnya atau
dengan modus
menanyakan
keadaan yang
diharapkan, dimana
kondisi kelas sangat
harum dan kondisi
ini tidak sesuai
dengan keadaan
kelas tersebut.
merupakan
maksud atau
makna Sindiran.
Karena penutur
menyampikan
dengan kondisi
saat itu yang
kurang nyaman
terhadap kondisi
kelas.
14. Guru : “Iya sudah, yang sudah
siap siapa?”
Siswa : “Bu kami masih bingung
memerankannya.”
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
seluruh mitra tutur di
ruang kelas dan
menanyakan
kesiapan siswa
dalam memerankan
drama kelompok
sebelum
pembelajaran.
Tindak Tutur
Langsung Literal.
Karena guru
menyampaikan
dengan modus
tuturan dan
maksudnya sama apa
pengutaraanya.
Karena menanyakan
kesiapan para siswa
kondisi tersebut
sesuai dengan
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
makna Teguran.
Karena penutur
menegur siswa
yang manakah
yang kelompok
sudah siap dalam
memerankan
drama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
Waktu : Jam ke 3
dan ke 4
pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas VIII
H.
kondisi saat itu yang
siswanya belum siap
dalam memerankan.
15. Guru : “Ok jadi masih ingat ya?
gampang sekali itu
kok,yang kalian pelajari
membaca buku fiksi
sekarang kita lanjut ke
bahasannya dalam
sebuah cerita, dalam
cerita yang perlu kita
pelajari itu juga perlu
tentang kebahasaannya
juga, kali ini kaian juga
pahami yaa, agar bisa
menyikapi kebahasaan
apa saja yang digunakan
dalam cerita fiksi dan
non fiksi nah itu silakan
dibaca dulu, nanti setalah
ini ibu harap kalian bisa
menyikapi, ada berapa
soalnya duapuluh lima.”
Siswa : “Iya bu duapuluh lima”
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
seluruh mitra tutur di
ruang kelas dan
menyuruh siswa agar
membaca cerita fiksi
dan non fiksi
Waktu : Jam ke 3
dan ke 4
pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas VIII
H.
Tindak Tutur
Langsung
Karena adanya
tuturan yang bersifat
langsung dengan
mitra tutur dengan
modus menyuruh
kepada seluruh siswa
agar membaca cerita
fiksi dan non fiksi
maksud dari penutur
agar siswa segera
membaca cerita
tersebut.
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
makna Suruhan.
Karena penutur
menyuruh siswa
agar segera
membaca cerita
fiksi dan non fiksi
dan memjawab
soal-soal yang
ada.
16 Guru : “Selamat siang anak-
anak, iya masih baik-
baik kalian semua kan,
saya kira pada ngantuk?’
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
Tindak Tutur
Langsung Karena adanya
tuturan yang bersifat
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
Siswa : “Siang, Alhamdulilah
baik bu.”
seluruh mitra tutur di
ruang kelas dan
menyapa siswa
sebelum
pembelajaran
dimulai..
Waktu : Jam ke 3
dan ke 4
pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas VIII
H.
langsung dengan
mitra tutur dengan
modus menyapa
siswa dan
menanyakan
keadaan dan kondisi
sebelum
pembelajaran Bahasa
Indonesia.
makna Sapaan.
Karena penutur
betanya menyapa
kepada seluruh
siswa yang ada di
dalam kelas.
17. Guru : “Sudah tahu apa tadi
contohnya? yaitu
ungkapan dalam bentuk
frase kemudian yang
fiksi banyak digunakan
kata-kata semacam itu
sebagai contohnya itu
tadi misalnya bentuk
kata ungkapannya yang
pertama apa? walaupun
jumlahnya dua kata tapi
dengan dua kata yang
digabungkan tadi
memiliki satu makna
atau satu maksud. Terus
maksudnya apa itu? Dua
kata digabungkan
menjadi satu. Ya, kita
kembali ke materi
tentang fiksi. Jadi tadi itu
perbedaan antara bacaan
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
Siswa Sigit untuk
membaca cerita fiksi
dan seluruh siswa
untuk memahaminya
Waktu : Jam ke 3
dan ke 4
pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas VIII
H.
Tindak Tutur
Tidak Langsung.
Karena adanya
tuturan yang bersifat
langsung dengan
mitra tutur dengan
modus penutur
menyuruh pada
siswa untuk
membaca cerita fiksi
kepada para siswa
secara keselutuhan
harus memahami isi
ceita non fiksi
tersebut Guru tidak
langsung bertanya
kepada seluruh siswa
yang namun hanya
diwakili oeh siswa
Sigit.
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
makna Suruhan.
Karena penutur
menyuruh siswa
yaitu agar
membaca cerita
fiksi. Seperti kata
“Ayo mas di baca
nomor lima? guru
menyuruh Sigit
untuk membaca
dan yang lainnya
agar dapat
memahaminya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
fiksi dan bacaan non
fiksi. Ayo mas silakan
dibaca nomor lima, yang
lainnya menyimak ya,
perhatikan yang dibaca
Mas Sigit.
Nah, itu hampi mirip
sama yang tadi ibu
jelaskan. Kata lain dari
frasa apa tadi? yaitu
kelompok kata. Coba ibu
berikan contoh frasa atau
kelompok kata.”
Siswa : “Nasi goreng, sedang
tidur, sedang makan.”
18. Guru : “Kenapa tidak masuk ini
mana surat ijinnya tidak
ada?”
Siwa : Sodik tidak tahu bu, kalo
Intan ada suratnya
katanya dia sakit.
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
para siswa
menanyakan pada
siswa yang tidak
masuk mengenai
surat ijinya yang
tidak ada.
Waktu : Jam ke 3
dan ke 4
pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas VIII
H.
Tindak Tutur
Langsung.
Karena adanya
tuturan yang bersifat
langsung dengan
mitra tutur dengan
modus guru
menyampaikan
makna kata-katanya
sesuai dengan
keadaan yang
sebenarnya atau
dengan menanyakan
keadaan yang tidak
masuk namun surat
ijinnya tidak ada.
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
makna Teguran.
Karena penutur
menegur siswa
yang tidak masuk
namun surat
ijinnya tidak ada.
Seperti pada kata
“Ini mana surat
ijinnya kok tidak
ada?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
19. Guru : “Nah ini prolog dibaca,
amanatnya apa?”
Siswa : “Iya Bu, amanatnya”
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
para siswa untuk
membaca prolog dan
memahaminya. Guru
menyuruh siswa agar
membaca prolog.
Waktu : Jam ke 3
dan ke 4
pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas VIII
H.
Tindak Tutur
Langsung
Karena adanya
tuturan yang bersifat
langsung dengan
mitra tutur dengan
modus guru
menyuruh siswa
membaca agar siswa
dapat memahami isi
prolog tuturan
tersebut sesuai
dengan kondisi saat
itu dimana guru
menginginkan agar
siswanya dapat
memahami isi
prolog.
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
makna Suruhan.
Karena penutur
menyuruh siswa
agar membaca
prolog agar dapat
memahami
isinyanya.
20. Guru : “Nah disitu sudah
disebutkan tadi ada
berapa kata contohnya
dalam frasa atau
kelompok kata yang
digunakan satu ucapan
jadi kelompok kata yang
dengan frasa itu tadi
penggunaan kata-kata
yang lugas atau yang
kiasan?”
Siswa :”Kata-kata yang kiasan.”
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
para siswa untuk
membaca prolog dan
memahaminya. Guru
menyuruh siswa agar
membaca prolog.
Waktu : Jam ke 3
dan ke 4
pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas VIII
H
Tindak Tutur
Tidak Langsung
Literal
Karena makna
kalimat yang tidak
sesuai dengan
maksudnya. Guru
menyampaikan apa
maksud bertanya
mengenai frasa yang
telah dibaca kepada
seluruh siswa dan
menjelaskan frasa
tersebut agar siswa
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
makna
Klarifikasi. Kerana penutur
menanykan
tentang dan
menjelaskan frasa
dengan contoh-
contohnya dan
penggunaan kata
dengan frasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
dapat
memahaminya.
Penutur
menginginkan agar
siswa dapat
memahami frasa
tersebut namun
kenyataannya siswa
belum dapat
memahaminya.
21. Guru : “Oke kemudian lanjut ke
drama, apa
penegertiannya?”
Siswa : “Belum begitu paham
bu, diulang.”
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
para siswa untuk
membuka
pembelajaran, guru
mengingatkan
kembali pengertian
drama.
Waktu : Jam ke 3
dan ke 4
pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas VIII
C.
Tindak Tutur
Langsung Karena adanya
tuturan yang bersifat
langsung dengan
mitra tutur dengan
modus mencoba
menggali
kemampuan ingatan
siswa.
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
makna Perintah.
Karena penutur
bertanya kepada
seluruh siswa
yang ada di dalam
ruangan kelas
agar mengingat
kembali apa yang
di sampaikan
sebelumnya.
22. Guru : “Adakah hari ini ada
yang tidak masuk,kok
bangku yang ibu lihat
banyak yang kosong?”
Siswa : “Ada bu.”
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
para siswa apakah
ada yang tidak
masuk kelas karena
Tindak Tutur
Tidak Langsung. Karena adanya
tuturan yang bersifat
langsung dengan
mitra tutur dengan
modus penutur
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
makna Sindiran.
karena penutur
menanyakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
penutur melihat
banyak bangku yang
kosong dalam
ruangan kelas.
Waktu : Jam ke 3
dan ke 4
pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas VIII
C.
menanyakan
keadaan bangku
yang banyak kosong
penutur menanyakan
tersebut kepada para
siswa secara
keselutuhan apakah
ada yang tidak
masuk karena
banyak bangku yang
kosong.
kepada para siswa
karena melihat
banyak bangku
yang kosong.
23. Guru : “Ya, benar sekali. Coba
adakah yang masih
belum jelas?”
Siswa :”Sudah bu, sudah jelas
semuanya.”
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
para siswa
menanyakan apakah
ada siswa yang
belum jelas setelah
guru menjelaskan
pelajaran yang telah
diberikan.
Waktu : Jam ke 3
dan ke 4
pembelajaran kelas
VIII C.
Tindak Tutur
Langsung
Karena adanya
tuturan yang bersifat
langsung dengan
mitra tutur dengan
modus guru
menyampaikan
makna kata-katanya
sesuai dengan
keadaan yang
sebenarnya atau
ingin mengetahui
apakah siswa sudah
jelas dengan
penjelasan yang
telah diberikan guru.
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
makna
Klarifikasi. Karena
bermaksud untuk
mengetahui
keadaan siswa
apakah siswa
sudah jelas dan
mengerti dengan
penjelasan yang
telah diberikan.
24. Guru : “Ternayata sampahnya
masih menumpuk
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa Tindak Tutur
Langsung Literal
Tuturan guru
tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
didepan kelas seperti itu,
siapa yang piket ini,
puasa pikete libur juga?”
Siswa : “Yang piket Vian, Lutfi,
Dimas, Diki.”
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
para siswa
menanyakan kondisi
kelas yang banyak
sampah, penutur
menegur para siswa
karena masih banyak
sampak di depan
kelas.
Waktu : Jam ke 3
dan ke 4
pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas VIII
C.
Karena bahwa ada
kesesuaian antara
modus dengan
pengutaranya guru
menanyakan
keadaan kelas yang
banyak sampah.
Tuturan tersebut
sesuai dengan
kondisi kelas saat itu
dimana kondisi kelas
yang banyak
sampah.
merupakan
maksud atau
makna Teguran.
Karena penutur
menegur siswa
karena kondisi
kelas yang
banyak
sampahnya dan
kotor.
25. Guru : “Baik kalau begitu,
besuk pada saat UAS
bisa mengerjakan ya.
Coba sekarang ibu guru
mau bertanya, apa
artinya lapang dada?
siapa yang tahu? ya
sudah lapang dada itu
adalah kata ungkapan
atau frasa ungkapan.
Lapang dada itu artinya
kalian bisa menerima.
Contoh, kalian kalah
dalam sepak bola nah,
kalian harus bisa
meneima atau lapang
dada. Kalah ya kalah,
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
para siswa guna
memberi nasihat
kepada seluruh siswa
agar bisa menerima
kenyataan jika kalah
harus mengakui
kekalahan dan jika
menang harus
mengakui
kemenangan.
Waktu : Jam ke 3
dan ke 4
pembelajaran Bahasa
Tindak Tutur
Tidak Langsung
Literal
Karena tidak sesuai
antara bentuk dan
makna dengan
tindakan atau
maksud yang
diharapkan guru
memberikan nasihat
bahwa siswa haru
bisa menerima
keadaan meskipun
dalam bertanding
kalah maka harus
bisa menerima
kekalahan.
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
makna Nasihat.
Karena seluruh
siswa agar bisa
menerima
keadaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
menang ya menang.”
Siswa : “Misalnya ini bu, aku
sayang kamu.”
Indonesia kelas VIII
C.
Penutur menginkan
agar siswa dapat
memahami.
26. Guru : “Apakah kalian sudah
membawa alat praga
untuk drama kalian pada
pertemuan ini?”
Siswa : Wah apa hari ini bu,
kami belum siap bu.
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
para siswa guna
memberi teguran
dan mengingatkan
siswa agar
membawa alat
peraga untuk drama.
Waktu : Jam ke 3
dan ke 4
pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas VIII
C.
Tindak Tutur
Langsung Karena adanya
tuturan yang bersifat
langsung dengan
mitra tutur dengan
modus memberi
teguran pada siswa
dan menanyakan
apakah siswa sudah
membawa alat
peraga drama.
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
makna Teguran.
Karena penutur
menegur dan
menanyakan
kepada siswa agar
membawa alat
peraga drama.
27. Guru : “Siapa yang tidak
masuk?”
Siswa : “Valen dan Aji, Ehh iya
bu Via juga.”
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
para siswa guna
menanyakan kepada
siswa siapa yang
tidak masuk pada
saat jam berlangsung
saat itu guru sedang
membuka buku
dafttar hadir dan
Tindak Tutur
Langsung Karena adanya
tuturan yang bersifat
langsung dengan
mitra tutur dengan
modus penutur
menanyakan
keadaan siswa siapa
yang tidak masuk
hari ini penutur
menanyakan hal
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
makna
Klarifikasi.
Karena penutur
menayakan
kepada seluruh
siswa, apakah
siswa ada yang
tidak masuk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
juga sebelum
memulai pelajaran.
Waktu : Jam ke 3
dan ke 4
pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas VIII
C.
tersebut kepada para
siswa secara
keseluruhan apakah
ada yang tidak
masuk.
28. Guru : “Ya, mungkin ada yang
mempunyai pendapat
lain? coba yang contoh
tadi kamu baca. “
Siswa : “Sedang belajar.”
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
para siswa guna
menanyakan
pendapat kepada
siswa siapa yang
bisa memberikan
contoh dan
menyuruh membaca
contoh tersebut.
Waktu : Jam ke 3
dan ke 4
pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas VIII
C
Tindak Tutur
Langsung Literal Karena guru
menyampaikan
makna kata-katanya
sesuai dengan
keadaan atau sesuai
maknanya yang
sebenarnya
menyuruh siswa agar
membaca contoh.
Maknanya siswa
harus melaksanakan
suruhan tersebut.
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
makna Suruhan.
Karena penutur
menyuruh siswa
agar membaca
contoh yang
sudah dibaca.
29. Guru : “Sekarang buka buku
kalian, mari kita
lanjutkan dari nomor
satu ada yang mau
membaca soalnya?Nah
ada berapa teks ulasan
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
para siswa guna
menanyakan
Tindak Tutur
Langsung Literal Karena guru
menyampaikan
makna kata-katanya
sesuai dengan
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
makna Suruhan.
Karena penutur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
tersebut, coba apakah
ada yang bisa menjawab
dari soal nomor satu
tersebut?”
Siswa : “Saya bisa Bu.”
pendapat kepada
siswa siapa yang
bisa memberikan
ulasan dan
menjawab soal
nomor satu.
Waktu : Jam ke 3
dan ke 4
pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas VIII
C.
keadaan atau sesuai
menyuruh membuka
buku dan membaca
soal yang ada dan
menyuruh siswa agar
dapat menjawab soal
yang ada.
menyuruh siswa
agar membuka
buku dan
membaca,
menjawab soal.
30. Guru : “Nah, berarti mengenai
frasa sudah cukup jelas
ya. Ya sekarang
selanjutnya nomor
berikutnya, kali ini
mengenai tentang drama.
Masih ingat apa kemarin
unsur-unsur drama?”
Siswa : “Saya masih ingat bu.”
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
para siswa guna
mengklarifikasi
bahwa siswa sudah
jelas dengan
pembelajaran frasa
yang diberikan
kemudian
dilanjutkan dengan
pelajaran drama.
Waktu : Jam ke 3
dan ke 4
pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas VIII
C.
Tindak Tutur
Langsung literal
Karena ada
kesesuaian antara
modus dengan
maknanya, guru
ingin mengetahui
apakah siswa sudah
jelas dengan
pembahasan frasa
dan akan dilanjutkan
dengan pembahasan
drama. Guru ingin
bahwa siswa harus
sudah jelas dengan
penjelasan guru dan
akan dilanjutkan
dengan pembelajaran
berikutnya.
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
makna
Klarifikasi.
Karena keadaan
siswa apakah
siswa sudah
memahami dan
jelas dengan
penjelasan guru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
31. Guru : “Kalau fiksi kemarin
terdiri atas berapa?”
Siswa : “Tema, amanat, tokoh,
penokohan, latar, gaya
bahasa.”
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
para siswa guna
mengklarifikasi
bahwa siswa sudah
jelas dengan
pembelajaran fiksi
yang telah diberikan
pada pembelajaran
sebelumnya.
Waktu : Jam ke 3
dan ke 4
pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas VIII
C.
Tindak Tutur
Langsung Karena adanya
tuturan yang bersifat
langsung dan
memiliki modus
memberi
pembelajaran materi
mengenai fiksi dan
berharap sudah jelas
dan dapat
memahami.
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
makna
Klarifikasi. Karena keadaan
siswa apakah
sudah jelas
dengan materi
mengenai fiksi.
32. Guru : “Apa bedanya tokoh dan
penokohan siapa bisa?”
Guru ; “Tokoh adalah
memerankan
penokohanya, perannya
sebagai apa, misalkan
antagonis, protagonis.”
Guru : “Kalau yang ketiga
apa?”
Siswa : “Bahasa yang
digunakan.”
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
para siswa guna
menyuruh siswa agar
menjawab
pertanyaan guru,
siswa disuruh
membedakan antara
tokoh dan
penokohan dan
Tindak Tutur
Langsung Karena adanya
tuturan yang bersifat
langsung dan
memiliki modus
penutur menanyakan
keadaan permasalah
kepada siswa siapa
yang tahu bedanya
tokoh dan
penokohan. Penutur
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
makna Suruhan.
Karena penutur
menyuruh siswa
agar menjawab
pertanyaan dari
guru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
menyuruh siswa
untuk menjawab
pertanyaan
berikutnya. Waktu :
Jam ke 3 dan ke 4
pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas VIII
C.
menanyakan kepada
seluruhan siswa
apakah memang
benar-benar paham
atau belum.
33. Guru : “Masing-masing ada
berapa? Nah benar.
Kemarin sebelum
membahas soalnya, ibu
sudah memberikan
pengantarnya sudah
dijelaskan nanti ada
persamaan nanti ada
perbedaan, kalo yang
menunjukan fiksi? Itu
yang pertama itu apa?”
Siswa : “Tidak Nyata ya Bu?”
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
para siswa guna
membahas
penjelasan materi
sebelumnya guru
menyuruh siswa agar
mengingat lagi
penjelasan minggu
yang lalu.
Waktu : Jam ke 3
dan ke 4
pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas VIII
C.
Tindak Tutur
Literal Karena guru
menyampaikan
makna kata-katanya
sesuai dengan
keadaan yang
sebenarnya atau
dengan memiliki
modus menyuruh
siswa agar
mengingat kembali
pembelajaran
sebelumnya.
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
makna
Klarifikasi.
Karena penutur
menayakan
sebelumnya
apakah siswa
masih ingat atau
tidak.
34. Guru : “Iya jendela kok nutup
semua? coba dibuka biar
udaranya masuk. Ok
anak-anak kali ini kita
akan melanjutkan materi
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
para siswa guna
Tindak Tutur
Langsung Literal Karena ada
kesesuaian Antara
modus dan
Tuturan guru
tersebut
merupkan maksud
atau makna
Suruhan. Karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
yang kemarin adakah
yang masih ingat tentang
materi mingggu
kemarin? Mudah-
mudahan masih ingat
semua, masa murid bu
guru yang ganteng dan
cantik tidak ingat. Oke
anak-anak kita akan
mengulas tugas yang
sudak kalian kerjakan
kemarin, dan juga
membahas dan sedikit
tentang materi kemarin
yaitu buku fiksi dan non
fiksi, agar kalian bener-
benar paham masih ingat
ap itu fiksi apa itu non
fiksi?”
Siswa : “Masih ibu fiksi itu yang
tidak nyata non fiksi
yang nyata”
ingin mengetahui
penjelasan
sebelumnya, guru
menyuruh siswa agar
mengingat lagi
penjelasan minggu
yang lalu tentang
fiksi dan non fiksi.
Waktu : Jam ke 3
dan ke 4
pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas VIII
C.
maknanya. Penutur
menyuruh mengingat
kembali
pembelajaran
tentang fiksi dan non
fiksi. Tuturan
tersebut sesuai
dengan keinginan
dimana guru
menginingkan siswa
masih ingat dengan
pembelajaran fiksi
dan non fiksi.
penutur menyuruh
siswa agar
mengingat
kembali
pembelajaran
sebelumnya
tentang fiksi dan
non fiksi.
35. Guru : “Bukankah kemaren
sebelum membahas ibu
sudah memberikan
contoh-contoh fiksi dan
non fiksi?”
Siswa : “Iya bu tapi belum
memahami semuanya,
kemarin brisik dan
rame.”
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
para siswa guna
ingin mengetahui
penjelasan
sebelumnya, guru
menyuruh siswa agar
mengingat lagi
Tindak Tutur
Tidak Literal Karena guru
menyampaikan
makna kata-katanya
berlawanan tidak
sesuai. Karena
keadaan yang
sebenarnya atau
menyuruh siswa agar
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
Klarifikasi.
Karena materi
sudah disampikan
penutur
memastikan
bahwa sudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
penjelasan yang
sudah diberikan.
Waktu : Jam ke 3
dan ke 4
pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas VIII
C.
mengingat kembali
pembelajaran
sebelumnya.
memahami atau
belum.
36. Guru : “Kalau fiksi itu karangan
yang bagaimana?”
Siswa : “Banyak berupa
rekayasa, atau tidak
nyata.”
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
para siswa agar
siswa menjawat
pertanyaan tentang
fiksi. Penutur ingin
tahu karangan fiksi
itu apa.
Waktu : Jam ke 3
dan ke 4
pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas VIII
C.
Tindak Tutur
Langsung Karena adanya
tuturan yang bersifat
langsung dengan
modus penutur ingin
tahun tentang bentuk
karangan fiksi.
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
makna Perintah.
Karena penutur
bertanya kepada
seluruh siswa
agar menjawab
bentuk karangan
fiksi itu seperti
apa.
37. Guru : “Frasa kemarin ada
Frasa apa saja?”
Siswa : “Kata-kata yang
menyamatkan,
kumpulannya itu Bu.”
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
para siswa agar
siswa menjawab
pertanyaan tentang
frasa. Penutur ingin
Tindak Tutur
Langsung Karena adanya
tuturan yan bersifat
langsung dengan
modus penutur
menanyakan tentang
frasa kepada siswa
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
makna Suruhan.
Karena penutur
menyuruh siswa
agar mengingat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
mengetahui mitra
tutur mengenai frasa.
Waktu : Jam ke 3
dan ke 4
pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas VIII
C.
siapa yang tahu frasa
itu apa. Penutur
menanyakan tersebut
dengan arti kepada
para siswa secara
keseluruhan apakah
siswa memang
benar-benar tahu
atau tidak dengan
materi.
kembali
pembelajaran
sebelumnya
tentang frasa.
38. Guru : “Sama tidak bahasa fiksi
dan non fiksi? kalau
bahasa yang digunakan
dalam karangan fiksi itu
biasanya, bahasa yang
indah kadang diselipin
apa?”
Siswa : “Ungkapan frasa kadang
ada pribahasa.”
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
para siswa agar
siswa menjawab
pertanyaan tentang
bahasa yang
digunakan dalam
fiksi dan non fiksi.
Penutur ingin
mengetahi siswa
sudah memahami
dalam bahasa fiksi
dan non fiksi
Waktu : Jam ke 3
dan ke 4
pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas VIII
C.
Tindak Tutur
Tidak Literal Karena maksudnya
kalimat tidak sesuai
dengan yang
diaharapkan penutur.
Yang sebenarnya
atau menyuruh siswa
agar mengingat
kembali
pembelajaran
sebelumnya.
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
makna Suruhan.
Karena penutur
menyuruh siswa
agar mengingat
kembali
pembelajaran
sebelumnya
tentang fiksi dan
non fiksi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
39. Guru : “Ok supaya tidak
memakan waktu, coba
baca mas urutan dari
depan ke samping dan
setrusnya, nah yang
sudah dibaca tadi tentang
ungkapan unsur
kebahasaan dalam buku
fiksi disertai bacaan kita
tadi, habis ini dalam
kalian menyikapi nanti
mencari atau
menentukan kebahasaan
yang dugunakan dalam
menumukan kebahasan,
tentunya dalam
pengunaan kata-kata
yang berupa penegasan,
ugkapan, ya ungkapam
yag digunakan disini
bisa dalam bentk yaitu
frasa. Coba frasa itu
apa?”
Siswa : “Kelompok kata.”
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
para siswa agar
siswa membaca
bahan ajar yang
sedang dibahas.
Penutur ingin apakah
siswa benar-benar
memahami konteks
yang telah dibaca.
Waktu : Jam ke 3
dan ke 4
pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas VIII
C.
Tindak Tutur
Langsung Literal Karena maksudnya
sesuai dengan modus
guru menyuruh
siswa membaca
bahan ajar yang
sedang diajarkan.
Tuturan tersebut
sesuai dengan
keinginan dimana
guru menginginkan
siswa ingat dengan
bahan ajar yag
sedang diajarkan
pada pembelajaran
tersebut..
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud memberi
Perintah kepada
siswa agar
membaca bahan
ajar yang sedang
diajarkan.
40. Guru : “Misalkan yang digagas
apa? Buku paket
penyajinya tidak sama
dengan mengarang
modul, kalo buku paket
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
para siswa agar
Tindak Tutur
Tidak Langsung
Literal Karena antara
bentuk dan makna
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
makna Perintah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
itu penelitian bisa
berbulan-bulan atau
bertahun-tahun, tetapi
kalo buku modul hanya
dipake dalam daerah.
Nah itu sebagai
pengetahuan kalian.”
Guru : “Yang ketiga apa?”
Siswa : “Bahasa yang
digunakan”
siswa membaca
bahan ajar yang
sedang dibahas
Penutur ingin siswa
bisa membedakan
antara fiksi dan non
fiksi beserta contoh-
contohnya apakah
siswa benar-benar
memahami konteks
yang telah dipelajari.
Waktu : Jam ke 3
dan ke 4
pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas VIII
C.
tindakan tidak
sesuai. Dengan
modus bahwa siswa
harus sudah jelas
dengan penjelasan
yang sudah
dilakukan guru
sebelumnya.
Penutur menginkan
agar siswa memang
sudah jelas dengan
penjabaran yang
diberikan.
Karena penutur
menayakan
kepada siswa agar
membaca bahan
ajar yang telah
diajarkan.
41. Guru : “Iya coba, Bawang
mearh bawang putih
fiksi atau non fiksi?”
Siswa : “Fiksi ibu, kayaknya sih
fiksi”
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
para seluruh siswa
terkait jenis crita
fiksi atau non fiksi.
Waktu : Jam ke 1
dan ke 2
pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas VIII
E.
Tindak Tutur
Langsung Karena adanya
tuturan yang bersifat
langsung dengan
mitra tutur, penutur
menyampaikan
bahwa siswa benar
memahami atau
tidak.
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
makna
Klarifikasi.
Karena penutur
menyakan kepada
seluruh siswa
yang ada di kelas
dengan keseuaian
atau kebenaran.
42. Guru : “Berarti bahasa indah
masuk kedalam apa ?”
Siswa : “Karangan fiksi Ibu.”
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
Tindak Tutur
Langsung Karena adanya
tuturan yang bersifat
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
para seluruh siswa
berupa pertanyaan.
Guru bertanya
bahasa indah masak
dalam golongan
yang man.
Waktu : Jam ke 1
dan ke 2
pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas VIII
E.
langsung dengan
modus penutur
menanyakan tentang
bahasa indah masuk
dalam golongan
yang mana kepada
siswa. Penutur
menanyakan tersebut
kepada para siswa
secara keseluruhan
apakah siswa benar
tahu atau tidak
dengan bahasa indah
masuk dalam
golongan apa.
makna Suruhan.
Karena penutur
menyuruh siswa
agar menjawab
pertanyaan dalam
pembelajaran
tersebut.
43. Guru : “Terimah kasih salah
satu dari siswa silakan
mempinpin doa, samuel
tolong pimpin doa
sekalian nyanyi.”
Siswa : “Iya pak.”
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
salah satu siswa
Samuel untuk
memimpin doa dan
dilanjutkan dengan
menyanyi.
Waktu : Jam ke 1
dan ke 2
pembelajaran
pendidikan
AgamaVIII E.
Tindak Tutur
Langsung Karena adanya
tuturan yang bersifat
langsung dengan
modus
menyampaikan
makna kata-katanya
sesuai dengan
keadaan yang
sebenarnya atau
dengan arti
menyuruh siswa agar
memimpin doa dan
dilanjutkan
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
makna Perintah.
Karena penutur
menayakan
kepada siswa agar
membaca doa dan
bernyanyi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
bernyanyi.
44. Guru : “Oke kalau begitu,
karena waktunya udah
hampir habis, kalian
selama ini harus sering
belajar karena minggu
depan tanggal 21 kalian
sudah melaksanakan
ujian akhir semester.”
Siswa : “Bu, mau bertanya
materi ujiannya.”
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
seluruh disamapikan
pada aat mau jam
pekajaran dan guru
mengingatkan siswa
lebih giat belajar
karena akan segera
UAS. Tuturan
tersebut sebagai
nasihat dari guru
kepada anak
didiknya.
Waktu : Jam ke 1
dan ke 2
pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas VIII
E.
Tindak Tutur
Langsung Literal Karena dengan
modus pengutaranya
sesuai. Modusnya
guru menasehati
siswa agar belajar
lebih giat karena
sebentar lagi akan
diadakan ujian akhir
semester atau
dengan arti agar
siswa belajar lebih
giat. Tuturan
tersebut sesuai
dengan keinginan
dimana guru
menginginkan siswa
belajar lebih giat
lagi.
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
makna Nasihat.
Karena
disampaikan
kepada siswa agar
siswa belajar
lebih giat karena
akan segera
diadakan UAS.
45. Guru : “Mana daftar hadirnya?
Oh iya silakan daftar
hadirnya didisi, bapak
akan melanjutkan materi,
silakan diperhatikan
jagan ngbrol terus, Nah
anak-anak kita akan
melanjutkan topik
pelajaran kita kemarin
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
seluruh siswa berupa
teguran. Guru
menanyakan daftar
hadir. Tuturan
tersebut sebagai
Tindak Tutur
Tidak Langsung
Literal
Karena tidak sesuai
dengan yang
diharpkan tetpai
kesamaan tindakan
diharapkan. Modus
guru menegur
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
makna memberi
Teguran. Karena
guru
menyampaikan
tuturan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
dan bapak juga
menyuruh agar kalian
membaca dirumah, apa
masih ada yang ingat?”
Siswa : “Masih pak, pelajaran
kita kemarin mengenai
sengsara dan wafat
Yesus Kristus, pak!”
teguran guru pada
muridnya.
Waktu : Jam ke 1
dan ke 2
pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas VIII
E.
siswanya
menanyakan daftar
hadir dan penutur
ingin mengetahui
keberadaan daftar
hadir.
kalimat teguran.
46. Guru : “Selamat siang anak-
anak sampai jumpa
selasa depan.”
Siswa : “Selamat siang pak.”
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
seluruh siswa berupa
sapaan mengkahiri
pembelajaran. Guru
menyapa siswa
karena pembelajaran
telah selesai. Tuturan
tersebut sebagai
sapaan pergantian
jam.
Waktu : Jam ke 1
dan ke 2
pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas VIII
E.
Tindak Tutur
Langsung Karena adanya
tuturan yang bersifat
langsung dengan
modus punutur
menyapa salam
perpisahan dengan
siswa karena
pembelajaran telah
selesai.
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
makna Sapaan.
Karena penutur
menayakan
kepada seluruh
siswa yang ada di
kelas sebelum
pembelajar
berakhir.
47. Guru : “Yang kedua apa? Ayo
coba sebutkan.”
Siswa : “Apa ya?”
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
Tindak Tutur
Langsung Karena adanya
tuturan yan bersifat
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
seluruh siswa berupa
pertanyaan siswa
disuruh
menyebutkan kajian
noon fiksi. Tuturan
tersebut sebagai
suruhan kepada
siswa agar dapat
menyebutkan apa
yang diperintahkan
oleh guru.
Waktu : Jam ke 1
dan ke 2
pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas VIII
E.
langsung dengan
modus penutur
menyuruh siswa
menyebutkan kajian
non fiksi
menanyakan tentang
bahan ajar yang telah
diberikan. Penutur
menanyakan tersebut
kepada para siswa
secara keseluruhan
apakah siswa benar-
benar tahu atau tidak
dengan kajian non
fiksi.
makna Suruhan.
Karena penutur
menyuruh siswa
agar menjawab
pertanyaan dalam
pembelajaran
tersebut.
48. Guru : “Betul sekali, berikan
dulu tepuk tangan untuk
Siska. Anak-anak Tuhan
memulai sengseranya
ditaman Getsemani
dimana waktu Yesus dan
murid-muridnya pergi
berdoa untuk penderitaan
yang akan ditanggung-
Nya . Pertanyaan kedua
coba kalian sebutkan
kenapa Tuhan Yesus
dijatuhkan hukuman
mati oleh Pilatus. Coba
siapa yang bisa
menjawab?”
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
siswa Siska yang
menjawab benar.
Guru memberikan
pujian kepada Siska
karena dapat
menyebutkan apa
yang diperintahkan
oleh guru.
Waktu : Jam ke 1
dan ke 2
pembelajaran
pendidikan Agama
Tindak Tutur
Literal Karena guru
menyampaikan
maksud dengan
makna kata-katanya
sesuai dengan
keadaan yang
sebenarnya atau
dengan arti memberi
pujian kepasa Siska
karena menjawab
pertanyaan dengan
benar.
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
makna Pujian.
Karena penutur
memuji siswa
yang menjawab
pertanyaan
dengan benar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
Siswa : “Saya tau pak. Pilatus
memberikan hukum mati
kepada Yesus karena
pilatus didesak orang-
orang yahudi pak.”
VIII E.
49. Guru : “Katanya kemarin sudah
dipersiapakan dan akan
membawa? Kelas
sebalah kemarin sudah
membawa semua ada
yang membawa tenggok,
dan lain-lain, berarti ini
belum siap? Katanya tadi
sudah siap!”
Siswa : “Belum siap, karena
kami kemarin banyak
tugas bu.”
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
seluruh siswa. Guru
memberikan teguran
kepada seluruh siswa
karena siswa sudah
berjanji akan
membawa alat
peraga
pembelajaran,
namun siswa belum
memb awa alat
peraga tersebut,
sehingga siswa
belum siap dalam
pembelajaran.
Waktu : Jam ke 1
dan ke 2
pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas VIII
E.
Tindak Tutur
Langsung Literal Karena adanya
kesesuaian dengan
modus tuturan guru
menegur siswa yang
tidak membawa alat
peraga
pembelajaran.
Teguran guru
tersebut dengan
modus agar siswa
belajar lebih tertib.
Tuturan tersebut
sesuai dengan
keinginan dimana
guru menginingkan
siswa menepati
janjinya.
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
makna Teguran.
Karena penutur
menayakan
kepada siswa
yang tidak
membawa alat
peraga.
50. Guru : Baiklah bapak ingin
bertanya tentang topik
pelajaran kita ini kepada
kalian. Jadi kisah
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
Tindak Tutur
Langsung Literal
Karena adanya
kesesuaian antara
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
sengsara Yesus dimulai
dari mana Luk 22-45?
ayo siapa yang tau?”
Siswa : “Sengsara Tuhan Yesus
dimulai dari taman
Getsemani Pak.”
seluruh siswa. Guru
saat menyampaikna
materi dan
memberikan perintah
kepada seluruh siswa
agar menjawab
pertanyaan yang
diberikan oleh guru.
Pertanyaan tersebut
dilontarkan oleh
guru kepada
siswanya.
Waktu : Jam ke 1
dan ke 2
pembelajaran
Pendidikan Agama
kelas VIII E.
modus dan makna
pengutaraaannya.
Dengan guru
memberikan
pertanyaan kepada
siswanya dan
menanyakan
pertanyaan yang
kemudian dijawab
oleh seorang siswa
dan jawaban tersebut
benar. Dari
pertanyaan tersebut
penutur ingin
mengetahui kesiapan
para siswa dalam
mengikuti
pembelajaran dan
sekaligus menguji
daya ingat para
siswanya
makna Perintah.
Penutur
menayakan
kepada siswa agar
menjawab
pertanyaan yang
dilontarkannya.
51. Guru : “Asslamulaikum Wr.
Wb. selamat siang anak-
anak.”
Siswa : “Wsalamualaikam
wr.wb, selamat siang
bu.”
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
para seluruh siswa
berupa sapaan
sebelum
pembelajaran
dimulai.
Waktu : Jam ke 5
dan ke 6
Tindak Tutur
Langsung Karena adanya
tuturan yang bersifat
langsung dengan
modus penutur
memberikan salam
kepada mitra tutur
sebelum
pembelajaran
dimulai.
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
makna Sapaan.
Karena penutur
menutarakan
kepada seluruh
siswa yang ada di
kelas sebelum
pembelajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas VIII
H.
dimulai.
52. Guru : “Apa kabar hari ini?”
Siswa : “Sehat-sehat Pak.”
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
para seluruh siswa
berupa sapaan
sebelum
pembelajaran
dimulai. Penutur
menanyakan
keadaan hari ini.
Waktu : Jam ke 5
dan ke 6 kelas VIII
H.
Tindak Tutur
Langsung Karena adanya
tuturan yang bersifat
langsung dengan
modus penutur ingin
mengetahui keadaan
para siswa sebelum
pembelajaran
dimulai.
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
makna Sapaan.
Karena penutur
menayakan
kepada seluruh
siswa yang ada di
kelas sebelum
pembelajar
dimulai.
53. Guru : “Betul sekali, Tuhan
Yesus menerima
hukuman mati dari
pilatus itu karena
desakan-desakan dari
orang Yahudi yang ingin
membunuh Yesus,
karena mereka
menganggap bahwa
Tuhan Yesus sudah
menghujat Allah.
Baiklah anak-anak kita
akan membuat suatu
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
para seluruh siswa
berupa suruhan agar
membentuk
kelompok-kelompok
untuk mendiskusikan
suatu permasalahan.
Waktu : Jam ke 5
dan ke 6
pembelajaran
Tindak Tutur
Literal Karena guru
menyampaikan
makna kata-katanya
sesuai dengan
keadaan yang
sebenarnya atau
dengan modus
memberi suruhan
kepada siswa agar
siswa membentuk
kelompok-kelompok
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
makna Suruhan.
Karena penutur
menyuruh siswa
agar membentuk
kelompok guna
memecahkan
suatu persoalan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
diskusi kelompok bentuk
3 kelompok dimana satu
kelompok terdiri dari 5
orang. Ayo?Silakan
dibentuk dalam
kelompok masing-
masing. Satu kelompok 4
orang.”
Siswa : “Iya pak”
Pendidikan Agama
kelas VIII H.
untuk mendiskusikan
suatu permasalahan.
Maknanya guru
ingin siswa bias
bekerja sama dalam
menyelesaiakn suatu
persoalan.
54. Guru : “Bagus, saya suka jika
ada yang bertanya, coba
semua mendengarkan
kesini pada saat yesus
dibawa menghadap ke
Makama Agama. Yesus
diberikan pertanyaan
“Jikalau Engkau adalah
Mesias katakanlah
kepada kami” ( Luk 22 :
67 ). Dan pertanyaan itu
juga adalah pertanyaan
yang menjebak. Tetapi
Yesus dengan tegas
menjawab bahwa Dia
adalah Anak Allah,
mendengar jawaban
Yesus itu, maka dengan
segera sidang Makamah
Agama mengambil
keputusan menghukum
mati, karena Ia telah
mengatakan Dia Anak
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
para seluruh siswa
berupa materi
pendidikan agama,
tentang dibunuhnya
Tuhan Yesus.
Waktu : Jam ke 5
dan ke 6
pembelajaran
pendidikan Agama
kelas VIII H.
Tindak Tutur
Langsung Literal Karena adanya
kesesuaian antara
modus dengan
maknanya dengan
modus guru
menayakan yang
diutarakan oleh
siswa tersebut
dengan arti guru
menjawab
pertanyaan dari
siswa yang belum
jelas dengan
penjelasan yang
dilakukan oleh guru.
Tuturan tersebut
sesuai dengan
keinginan dimana
guru menginingkan
siswa bias aktif
dalam bertanya dan
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
makna
Klarifikasi.
Karena pentur
mengajukan
pertanyaan untuk
siswanya. Guru
memberikan
jawaban yang
sesuai dengan
pertanyaan
siswanya. Penutur
merasa senang
jika siswanya
aktif bertanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
Allah karena itu adalah
penghujatan bagi umat
Yahudi.”
Siswa : “Berarti Umat Yahudi
tidak Percaya bahwa
Tuhan Yesus adalah
Mesias?”
menjawab.
55. Guru : “Tepat sekali. Ingat
tugasnya ditulis dalam
satu lembar kertas
dikerjakan menurut
pandangan masing-
masing ya tapi
diselesaikan dalam
diskusi.”
Siswa : “Iya Pak kami
mengerti.”
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
para seluruh siswa
berupa saran agar
siswanya
mengerjakan tugas
dalam suatu lembar
kertas dan
dikerjakan sesuai
dengan pandangan
masing-masing.
Waktu : Jam ke 5
dan ke 6
pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas VIII
H.
Tindak Tutur
Langsung Literal Karena adanya
kesesuain dengan
maksud pengutaraan
dengan modusnya
guru menyarankan
siswanya agar
mengerjakan
tugasnya dalam
selembar kertas.
Saran guru tersebut
dengan arti agar
siswa melaksanakan
tugasnya dengan
lebih tertib. Tuturan
tersebut sesuai
dengan keinginan
dimana guru
menginingkan siswa
menepati janjinya.
Tuturan guru
merupakan
maksud atau
makna Saran.
Karena penutur
memberi saran
kepada siswa agar
mengerjakan
tugas dalam satu
lembar kertas.
Guru memberikan
saran tersebut
sesuai dengan
kehendaknya.
Penutur merasa
senang jika
siswanya dapat
melaksanakan
tugasnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
56. Guru : “Untuk hari ini yaitu
pelajaran bahasa
indonesia sebelum kita
membahas mengani ciri-
ciri teks eksplanasi yaa,
nanti pertama kali yang
kita pelajari yaitu arti
dari teks tersebut.
Namun, sebelumnya
apakah hari ini ada yang
tidak masuk?”
Siswa : “Hadir semua”
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
para seluruh siswa
berupa materi bahasa
indonesia bahasan
yang akan dibahas
pada hari ini yaitu
membahas
eksplanasi.
Waktu : Jam ke 5
dan ke 6
pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas VIII
H.
Tindak Tutur
Langsung Karena adanya
tuturan yang bersifat
langsung dengan
mitra tutur dengan
modus penutur ingin
menyampaikan
bahasan pada hari ini
yaitu tentang
eksplanasi kepada
para siswa sebelum
pembelajaran
dimulai.
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
makna
Klarifikasi. Karena
pembahasan yang
akan dibahas pada
hari ini agar siswa
mempersiapkan
bahasannya.
Penutur merasa
perlu memberikan
contoh yang
benar.
57. Guru : “Yang menjadi tugas
kalian dalam kelompok,
coba kalian diskusikan
apa arti Wafat Yesus
bagi hidup kalian.”
Siswa : “Itu aja pak?”
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
para seluruh siswa
berupa suruhan
membuat suatu
diskusi tentang apa
arti wafatnya Yesus
bagi hidup para
siswanya.
Waktu : Jam ke 5
dan ke 6
pembelajaran
Pendidikan Agama
kelas VIII H.
Tindak Tutur
Tidak Langsung Karena adanya
tuturan yang bersifat
langsung dengan
modus penutur
menyuruh
mendiskusikan
tentang
permasalahan.
Penutur memberikan
suruhan kepada
siswa agar para
siswa segera
membentuk
kelompok kerja.
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
makna Suruhan.
Karena penutur
menyuruh siswa
agar membentuk
kelompok-
kelompok guna
memecahkan
suatu persoalan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
58. Guru : “Baiklah apa yang kau
tanyakan?”
Siswa : “Kenapa Tuhan Yesus
tidak benar?”
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
para seluruh siswa
berupa Tanya jawab
antara guru dengan
siswanya, salah
seorang siswa
bertanya tentang
mengapa Tuhan
Yesus tidak benar
Waktu : Jam ke 5
dan ke 6
pembelajaran
Pendidikan Agama
kelas VIII H.
Tindak Tutur
Langsung
Karena adanya
tuturan yang bersifat
langsung dengan
modus guru
mempersilahkan
siswa untuk
bertanya, dan
siswapun bertanya
makna kata-katanya
sesuai dengan
keadaan yang
sebenarnya atau
dengan arti guru
ingin memebrikan
contoh yang baik
dan agar siswanta
aktif.
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
makna
Klarifikasi.
Karena agar siswa
bertanya jika
siswa memang
tidak tahu tentang
pembahasan yang
sedang dibahas
pada hari ini.
Guru memberikan
klarifikasi agar
siswa tidak segan
memberi
pertanyaan.
59. Guru : “Untuk hari ini cukup
sampai disitu dulu
pelajaran kita, mari kita
tutup pelajaran kita ini
dengan doa yang
dipinpin oleh Repinia.”
Siswa : “Baik Pak.”
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
seorang siswa pada
saat jam pelajaran
berakir sebelumnya
membahas materi
dan juga akan
menutup
pembelajaran degan
Tindak Tutur
Langsung Literal Karena kesesuaian
antara modus tuturan
dengan maknanya
guru menyarankan
siswanya agar
memimpin doa telah
selesainya
pembelajaran.
Perintah guru
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
makna Perintah.
Karena penutur
meminta kepada
seorang siswa
agar memimpin
doa setelah
melaksanakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
doa
Waktu : Jam ke 5
dan ke 6
pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas VIII
H.
tersebut dengan arti
agar siswa selalu
berdoa disetiap saat
akan ataupun setelah
melaksanakan
kegiatan. Tuturan
tersebut sesuai
dengan keinginan
dimana guru
menginingkan siswa
agar selalu berdoa.
pembelajaran.
60. Guru : “Anak-anak sumbernya
di ambil dari Alkitab ya,
dari Kitan Luk 22 – 45
dan juga 1 Kor 1 : 24 -
25.”
Siswa : “Baik pak.”
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
seluruh siswa agar
membuka alkitab.
Waktu : Jam ke 5
dan ke 6
pembelajarn
Pendidikan Agama
kelas VIII H.
Tindak Tutur
Tidak Langsung Karena adanya
tuturan yang bersifat
langsung dengan
modus penutur
menyuruh siswa
membuka alkitab.
Penutur
menginginka agar
siswa selalu
membuka alkitab
dengan arti agar para
siswa dengan senang
hati selalu membuka
alkitab.
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
makna Saran.
Karena pentur
menyarakan
kepada siswa agar
selalu membuka
Alkitab.
Guru memberikan
saran tersebut
sesuai dengan
kehendaknya.
Penutur merasa
senang jika
siswanya dapat
selalu membuka
alkitab.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
61. Guru : “Kita sudah selesai
diskusi kelompok,tepuk
tangan dulu semua. Ingat
minggu depan kita akan
mengadakan ujian harian
ya.”
Siswa : “Mengenai materi apa
pak?”
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
seluruh siswa setelah
melaksanakan
diskusi kelompok.
Waktu : Jam ke 5
dan ke 6
pembelajaran
Pendidikan Agama
kelas VIII H.
Tindak Tutur
Literal Karena adanya
kesesuaian antara
maksud dengan
modus. Guru
memberikan
apresiasi kepada
seluruh siswa karena
telah selesai
melaksanakan
diskusi kelompok
dengan modu agar
siswanya selalu
semangat dalam
belajar. Guru ingin
siswa bisa aktif
dalam pembelajaran.
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
makna
Klarifikasi.
Karena agar siswa
selalu semangat
dalam belajar.
Guru memberikan
contoh dorongan
agar siswa selalu
belajar.
62. Guru : “Ibu akan langsung saja
membahas materi ya ibu
ulang kembali supaya
lebih paham karena
minggu depan itu sudah
di adakan ulangang akhir
semester. Baiklah
murid- murid, adakah
dari kalian yang belum
mengerti mengenai
materi sel yang kita
pelajari hari ini?”
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
seluruh siswa
dengan cara
menasehati dan
mengingatkan siswa
bahwa minggu
depan sudah ada
ujian akhir semester.
Waktu : Jam ke 5
Tindak Tutur
Langsung Literal Karena adanya
kesesuaian antara
maksud dengan
modus
pengutaraanya. Guru
menyarankan
siswanya agar
belajar karena
minggu depan sudah
ujian akhir semester
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
makna Saran.
Karena agar siswa
selalu semangat
dalam belajar.
Guru memberikan
saran agar siswa
selalu belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
Siswa : “Semua murid terdiam.”
dan ke 6
pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas VIII
H.
Saran guru tersebut
dengan arti agar
siswa selalu belajar
disetiap saat.
Tuturan tersebut
sesuai dengan
keinginan dimana
guru menginingkan
siswa agar selalu
belajar.
63. Guru : “Oke, jadi begini. Sel
merupakan unit
struktural setiap makhluk
hidup, artinya bahwa
setiap benda dapat
dikatakan menjadi
makhluk hidup apabila
tubuhnya tersusun atas
sel, yang mana memiliki
bagian-bagian (organel)
yang menyusunnya.
Oleh karena itu, virus
tidak dapat dapat
digolongkan menjadi
makhluk hidup karena
tubuhnya tidak disusun
atas sel.”
Siswa : “Lalu unit fungsional
kehidupan Bu, gimana?”
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
seluruh siswa
dengan cara
menjelaskan bahan
ajar yang sedang
dibahas.
Waktu : Jam ke 1
dan ke 6
pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam
kelas VIII C.
Tindak Tutur
Lidak Langsung
Literal
Karena modusnya
sesuai dengan
maksudnya tetapi
tidak memiliki
makna yang sama
dengan penuturnya
guru memberikan
penjelasan kepada
siswanya tentang
bahan ajar yang
sedang diajarkan.
Arti dari penutur
agar siswa bisa
paham dan mengerti
tentang susunan sel-
sel.
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
makna
Klarifikasi. Karena agar siswa
selalu semangat
dalam belajar.
Guru memberikan
kebenaran agar
siswa selalu
belajar dan
mengingat
pembelajaran
sebelumnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
64. Guru : “Ayo cepat, waktunya
tinggal 5 menit lagi ya.”
Siswa : “Baik pak.”
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
seluruh siswa yang
sedang membuat
kesimpulan diskusi.
Waktu : Jam ke 7
dan ke 8
pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam
VIII D.
Tindak Tutur
Langsung Karena adanya
tuturan yang bersifat
langsung dengan
modus penutur
menyuruh siswa
segera
menyelesaikan tugas
diskusinya. Arti
penutur menginginka
agar siswa segera
menyelesaikan tugas
diskusinya.
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
makna
Peringatan.
Karena agar siswa
segera
menyelesaikan
tugas diskusi
kelompoknya
karena waktu
akan segera habis.
65. Guru : “Kita akan mengambil
dari bab tujuh mengenai
kisah penyelamatan
Tuhan Yesus Kristus,
ingat baca bukunya
dirumah ya.”
Siswa : “Ok siap Pak.”
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
seluruh siswa yang
sedang
melaksanakan
kegiatan
pembelajaran. Guru
memerintahkan
siswa agar
membahas Bab tujuh
dan memerintah
siswa untuk baca
dirumah..
Waktu : Jam ke 5
dan ke 6
pembelajaran
Tindak Tutur
Tidak Langsung
Literal Karena adanya
kesesuaian modus
dengan maknanya.
Guru memberikan
perintah kepada
seluruh siswaagar
membaca bab 7
dirumah dan
memahaminya
dengan modus agar
siswa dapat belajar
di rumah.
Tuturan guru
tersebt merupakan
maksud atau
makna Perintah.
Karena tuturan
ditujukan kepada
siswa agar belajar
di rumah dengan
membaca Bab
tujuh pada
pembelajaran
yang diberikan
oleh guru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
Pendidikan Agama
kelas VIII D.
66. Guru : “Kamu tidak sabaran ya
Dimas. Saya jelaskan
perlahan agar kalian
dapat mengerti dan
memahami hal tersebut.
Mengenai unit struktural
apakah sudah
jelas?Anton? Lainnya?”
Siswa : “Saya mengerti Bu, jadi
Saya, Ibu, dan teman-
teman serta makhluk
hidup itu pasti tubuhnya
tersusun atas sel ya Bu?
Berarti Sel yang
menyusun kita
ukurannya lebih besar
dari ukuran sel bakteri ya
Bu? Sehingga bakteri tak
tampak oleh mata
telanjang.
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
seorang siswa Dimas
yang belum jelas
dengan penjelasan
guru. Kemudian
guru menyindir
Dimas kemudian
guru mengulangi
sekali lagi
penjelasan tersebut.
Waktu : Jam ke 5
dan ke 6
pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam
VIII H.
Tindak Tutur
Langsung Literal
karena adanya
kesesuaian antara
modus tuturan
dengan maksud
pengutrannya. Guru
memberikan
penjelasan
pengulangan kepada
siswa yang belum
jelas. Sehingga guru
menjelaskan sekali
lagi dengan
perlahan-lahan.
Modus dari penutur
agar siswa bisa
paham dan mengerti
penjelasannya.
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
makna
Klarifikasi.
Karena penutur
menyampaikan
kepada siswa agar
belajar lebih giat
dan
memperhatikan
saat guru sedang
menjelaskan
pelajaran.
67. Guru : “Kalau sudah siap salah
satu kumpul kedepan,
buat nama kelompoknya
ya.”
Siswa : “Baik Pak.”
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
siswa yang sudah
siap atau sudah
selesai mengerjakan
tugasnya. Guru
memberikan perintah
keapada siswa-siwa
Tindak Tutur
Langsung
Karena adanya
tuturan yang bersifat
langsung. Penutur
memerintahkan
kepada kelompok
yang sudah selesai
mengerjakan
tugasnya diskusi.
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
makna Perintah.
Karena penutur
menyampaikan
kepada siswa agar
segera
mengumpulkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
atau kelompok yang
sudah selesai
mengerjakan
tugasnya.
Waktu : Jam ke 3
dan ke 4
pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas VIII
F.
Maksud penutur
menginginka agar
siswa segera
menyelesaikan tugas
diskusinya.
tugas yang sudah
selesai. Perintah
tersebut ditujukan
kepada kelompok
yang memang
sudah selesai
mengerjakan
tugasnya.
68. Guru : “Kenapa tidak masuk?
ini mana surat ijinnya
tidak ada.”
Siswa : “Diki tidak tahu bu, kalo
Intan ada suaratnya
katanya dia sakit.”
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
siswa yang tidak
masuk namun tidak
ada surat ijinnya.
Guru menegur siswa
kenapa tidak masuk
tanpa surat ijin.
Waktu : Jam ke 1
dan ke 2
pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas VIII
B.
Tindak Tutur
Tidak Langsung
Literal
Karena adanya
tuturan yang bersifat
maksudnya tidak
sesuai dengan yang
diharapkan pentur
dengan modus guru
memberikan teguran
kepada siswa karena
tidak masuk tanpa
ijin, sehingga guru
menanyakan surat
ijin tersebut dengan
modus bahwa siswa
harus patuh pada
peraturan dan tata
tertib sekolah.
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
makna Teguran.
Karena pentur
menyampaikan
kepada siswa
melalaui siswa
yang hadir yang
tidak membuat
surat ijin ketika
tidak masuk.
69. Guru : “Bagus kalau kamu
sudah mengerti. Ukuran
sel sangat bervariasi
bergantung pada
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
Tindak Tutur
Literal
Karena maksudnya
sama dengan yang
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
jenisnya. Meski ukuran
sel kita lebih besar dari
sel bakteri, namun sel
kita pun tidak dapat
dilihat dengan mata
telanjang.”
Siswa : “Tapi Bu, kenapa kita
bisa terlihat dengan mata
telanjang?”
seluruh siswa, disaat
guru sedang
menjelaskan tentang
sel. Guru ingin lebih
mengetahui
penjelasannya agar
siswa mudah
menerimanya.
Waktu : Jam ke 7
dan ke 8
pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam
VIII G.
diutarakan. Guru
memberikan
penjelasan materi
pembelajaran.
Maksudnya penutur
agar siswa bisa
paham dan mengerti
penjelasannya.
makna
Klarifikasi.
Karena agar siswa
lebih paham
dengan
penjelasannya.
Guru memberikan
klarifikasi agar
siswa selalu
belajar dan
mengiangat
pembelajaran
yang telah
diberikan.
70. Guru : “Itu karya siapa, kreatif
ya gimana cara membuat
karya tulis ini!”
Siswa : “Saya Ibu.”
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
siswa yang membuat
sebuah karya tulis
yang menarik.
Waktu : Jam ke 6
dan ke 7
pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas VIII
H.
Tindak Tutur
Langsung Literal
Karena sesuai
dengan modus
tuturan berdasrkan
maknanya. Penutur
apa yang
dimaksudkan sama
maknanya dengan
yang penutur lihat.
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
makna Pujian.
Karena pentur
menyampaikan
kepada siswa
karena memang
benar karyanya
bagus.
71. Guru : “Bagus Anton,
setidaknya kamu akan
mengulur waktu tes
untuk sebentar. Apa
yang tidak kamu
mengerti mengenai
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
seluruh siswa, disaat
guru sedang
Tindak Tutur
Langsung
Karena adanya
tuturan yang bersifat
langsung dengan
modus guru
Tuturan guru
terebut
merupakan
maksud atau
makna
Klarifikasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
materi sel kali ini?”
Siswa : “Begini Bu, Saya masih
sulit memahami teori
yang dikemukakan oleh
Schleiden dan Schwann,
bahwa sel merupakan
unit struktural dan
fungsional suatu.”
menjelaskan tentang
sel. Guru
mengklarifikasi
penjelasannya agar
siswa mudah
menerimanya.
Waktu : Jam ke 1
dan ke 2
pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam
kelas VIII C.
memberikan
penjelasan materi
pembelajaran. Arti
dari penutur agar
siswa bisa paham
dan mengerti
penjelasannya.
Karena maksdu
pentur agar siswa
lebih paham
dengan
penjelasannya,
pentur berharap
siswa selalu
belajar dan
mengiangat
pembelajaran
yang telah
diberikan.
72. Guru : “Mengapa kalian hanya
diam? Saya anggap
sudah mengerti. Oke
kalau begitu kita akan tes
uji pemahaman, jika
tidak ada yang ingin
bertanya.”
Siswa : “Terdiam.”
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
seluruh siswa, disaat
guru sedang
menjelaskan tentang
sel. Guru menegur
siswa mengapa
mereka semua diam.
Waktu : Jam ke 3
dan ke 4
pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam
kelas VIII C.
Tindak Tutur
Langsung Karena adanya
tuturan yang
diutarakan secara
langsung. Penutur
merasa heran
mengapa siswa
hanya diam, apakah
mereka memang
benar-benar paham
atau mereka tidak
paham sama sekali.
Penutur menegur
siswa dengan Modus
agar siswa bisa aktif
dalam pembelajaran.
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
makna
Peringatan. Karena pentur
menyampaikan
kepada siswa
namun, banyak
yang hanya diam
saat dijelaskan
tentang bahan
ajar.
73. Guru : “Hmmm, begini. Jadi
kenapa kita bisa terlihat
dan bakteri tidak terlihat
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
Tindak Tutur
Tidak Literal Karena maksudnya
Tuturan guru
tersebut
merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
dengan mata telanjang,
begitukan Ajeng maksud
pertanyaanmu?”
Siswa : “Betul Bu.”
ditujukan kepada
seluruh siswa, disaat
guru sedang
menjelaskan tentang
sel. Guru
mengklarifikasi
penjelasannya.
Waktu : Jam ke 5
dan ke 6 Ilmu
Pengetahuan Alam
kelas VIII D.
berlawanan Guru
memberikan
penjelasan tentang
pembelajaran yang
sedang dilaksanakan
namun siswa kurang
memahami. Pentuur
menyampaikan
kembali dengan
dengan modus agar
supaya siswa dapat
lebih paham dengan
apa yang dijelaskan
oleh guru.
maksud atau
tuturan
Klarifikasi.
Karena supaya
siswa lebih
paham dengan
penjelasannya,.
Guru memberikan
penjelasan, siswa
selalu belajar dan
mengingat
pembelajaran
yang telah
diberikan.
74. Guru : “Apa pengertian teks
Ekplanasi?”
Siswa : “Teks yan berisi
menjelaskan tentang
informasi mengenai
terjadinya fenomena.”
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
seluruh siswa, disaat
guru sedang dalam
proses belajar
mengjar kemudaian
guru mencoba agar
siswa dapat
menjelaskan teks
eksplanasi.
Waktu : Jam ke 1
dan ke 2
pembelajaran Bahasa
Indnesia kelas VIII
H.
Tindak Tutur
Langsung
Karena adanya
tuturan yang bersifat
langsung dengan
modus guru
memberikan
penjelasan materi
dan guru ingin tahu
seberapa
penangkapan siswa
terhadap
pelajarannya.
Sehingga guru
menyuruh siswa agar
menjelaskan
pengertian teks
ekplanasi dengan.
Tuturan guru
tersebt merupakan
maksud atau
tuturan Suruhan.
Karena penutur
menyuruh siswa
agar menjelaskan
teks eksplanasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
Arti agar siswa bisa
paham dan mengerti
penjelasannya.
75. Guru : “Belum mengerti? Oke
saya jelaskan kembali.”
Siswa : “Ibu! (sambil mengkode
teman-temannya) kami
sudah mengerti”
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
seluruh siswa, disaat
guru sedang dalam
proses belajar
mengjar kemudaian
guru menjelaskan
kembali
pembelajaran yang
sedang berlangsung
karena siswa masih
ada yang belum
paham.
Waktu : Jam ke 3
dan ke 4
pembelajaran kelas
VIII B.
Tindak Tutur
Tidak Langsung Karena penutur
merasa belum puas
dengan penerimaan
siswa sehingga guru
perlu mengulang
penjelasan tersebut
sekali lagi dengan
Arti agar siswa bisa
lebih paham dan
mengerti
pembahasan yang
sedang dilaksanakan.
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
makna
Klarifikasi.
Karena agar siswa
lebih paham lagi
dengan
penjelasannya,
guru mengulang
penjelasannya
sekali lagi agar
siswa lebih
paham selalu
belajar dan
mengingat
pembelajaran
yang telah
diberikan.
76. Guru : Baiklah jika begitu,
berhubung jam saya
sudah habis, maka saya
akan tetap mengadakan
ujian tes pemahaman
pertemuan berikutnya
besuk masih ada waktu
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
seluruh siswa, disaat
guru akan
mengakhiri pelajaran
Tindak Tutur
Literal Karena sesuai modus
tuturan dengan
maksud. Penutur
memberikan perintah
sebelum pelajaran
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksdu atau
makna Perintah.
Karena penutur
memerintah mitra
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
ya sebelum UAS. Belajar
dengan baik ya. Saya
akan meminta kalian
untuk menjelaskan
uraian detail mengenai
teori sel yang saya
jelaskan barusa. Oke,
terima kasih, assalamu
alaikumwr.wb. selamat
beristirahat.”
Siswa : “waalaikum’ salam
warah matullahiwa
barakatuh. Iya ibu. Hati-
hati di jalan”
guru mengucapkan
salam diakhir
pelajaran bertanda
pelajarannya akan
segera berakhir.
Waktu : Jam ke 5
dan ke 6
pembelajaran Bahasa
Indnesia kelas VIII
G.
penutup akan segera
berakhir
pelajarannya dengan
arti bahwa siswanya
dipertemuan yang
akan dating agar
lebih siap.
tutur belajar
kepada seluruh
siswa yang ada di
kelas sebelum
pembelajar
diakhiri.
77. Guru : “Siapa yang sampai saat
ini belum mengerti?
Sebelum kita lanjutkan,
sudah paham semua yaa.
Ini tadi bisa terjadi
kenapa cntohnya tadi,
apa mengapanya tadi?”
Siswa : “Membuang sampah.”
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
seluruh siswa, disaat
proses belajar
mengjar kemudaian
guru menjelaskan
kembali
pembelajaran yang
sedang berlangsung
karena siswa masih
ada yang belum
paham.
Waktu : Jam ke 5
dan ke 6
pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas VIII
Tindak Tutur
Langsung Karena adanya
tuturan yang bersifat
langsung, penutur
merasa belum puas
dengan penerimaan
siswa sehingga guru
perlu mengulang
penjelasan tersebut
sekali lagi dengan
Arti agar siswa bisa
lebih paham dan
mengerti
pembahasan yang
sedang dilaksanakan.
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud tau
makna
Klarifikasi.
Karena supaya
siswa lebih
paham lagi
dengan
penjelasannya,.
Guru mengulang
penjelasannya
sekali lagi agar
siswa lebih
paham selalu
belajar dan
mengingat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
B.
pembelajaran
yang telah
diberikan.
78. Guru : “Ok ciri-cirnya ada
wacana yang tertulis,
maksudnya apa itu
wacana yang tertulis?”
Siswa : “Bacaan yang bisa di
pake sebagai
pembelajaran.”
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
seluruh siswa, disaat
guru sedang dalam
proses belajar
mengjar kemudaian
guru mencoba agar
siswa dapat
menjelaskan wacana
yang tertulis.
Waktu : Jam ke 7
dan ke 8
pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas VIII
H.
Tindak Tutur
Tidak Langsung
Literal
Karena guru
memberikan
penjelasan materi
dan guru ingin tahu
seberapa
penangkapan siswa
terhadap
pelajarannya.
Sehingga guru
menyuruh siswa agar
menjelaskan
pengertian Wacana
yang tertulis dengan.
Arti siswa bisa
paham dan mengerti.
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
makna Suruhan.
Karena penutur
menyuruh siswa
agar menjelaskan
Wacana yang
tertulis.
79. Guru : “Ciri-ciri teks sebelum
menentukan ciri-cirinya
kita harus apa?”
Siswa : “Mengetahui dari ciri-
ciri teks ekplanasi.”
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
seluruh siswa, disaat
guru sedang dalam
proses belajar
mengjar kemudaian
guru mencoba agar
siswa dapat
menjelaskan ciri-ciri
Tindak Tutur
Langsung Literal
Karena sesuai modus
tuturan dengan
maksudnya. Modus
guru memberikan
penjelasan materi
dan guru ingin tahu
seberapa
penangkapan siswa
terhadap
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
makna Suruhan.
Karena menyuruh
siswa agar
menjelaskan ciri-
ciri yang tertulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
teks.
Waktu : Jam ke 7
dan ke 8
pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas VIII
H.
pelajarannya.
Sehingga guru
menyuruh siswa agar
menjelaskan ciri-ciri
teks dengan. Modus
agar siswa bisa
paham dan mengerti
dengan
penjelasannya.
80. Guru :”Bagaimana terjadinya
jika kita membuang
sampah sembarangan?”
Siswa : “Mengakibatkan banjir
Bu.”
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
seluruh siswa, disaat
guru sedang dalam
proses belajar
mengjar kemudaian
guru mencoba agar
siswa menjawab dan
guru melontarkan
pertanyaan yang
harus bias dijawab
oleh siswa.
Waktu : Jam ke 5
dan ke 6
pembelajaran Bahasa
Indnesia kelas VIII
B.
Tindak Tutur
Langsung
Karena adanya
tuturan yang berifat
langsung dengan
modus guru
memberikan
penjelasan materi
dan guru ingin tahu
seberapa
penangkapan siswa
terhadap
pelajarannya.
Sehingga guru
melontarkan sebuah
pertanyaan atau
menyuruh siswa agar
menjelaskan.
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
makna Suruhan.
Karena menyuruh
siswa agar
menjelaskan apa
jawaban yang
disampaikan oleh
Guru.
81. Guru : “Nah sekrang teks
ekplanasi mempunyai
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa Tindak Tutur
Tidak Literal
Tuturan guru
tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
tujuan, mempunyai dua
tujuan, ayo tujuannya
apa?”
Siswa : “Menjelaskan
fenomena.”
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
seluruh siswa, disaat
guru sedang dalam
proses belajar
mengjar kemudaian
guru mencoba agar
siswa dapat
menjelaskan tujuan
teks eksplanasi.
Waktu : Jam ke 5
dan ke 6
pembelajaran Bahasa
Indnesia kelas VIII
F.
Karena tuturan
tersebut sesuai
dengan tindakan
tetapi mempunyai
arti lain dari yang
diungkapkan. Guru
memberikan
penjelasan materi
dan guru ingin tahu
seberapa
penangkapan siswa
terhadap
pelajarannya.
Sehingga guru
menyuruh siswa agar
menjelaskan
pengertian tujuan
teks ekplanasi
dengan. Arti agar
siswa bisa paham
dan mengerti.
merupakan
maksud atau
makna Suruhan.
Karena menyuruh
siswa agar
menjelaskan teks
eksplanasi.
82. Guru : “Contohnya pa tadi
menyebabkan banjir, lalu
yang kedua apa?”
Siswa : “Menjelaskan sebab
akibat peristiwa.”
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
seluruh siswa, disaat
guru sedang dalam
proses belajar
mengjar kemudaian
guru mencoba agar
siswa dapat
menjelaskan
Tindak Tutur
Langsung Literal
Karena guru
memberikan
penjelasan materi
dan guru ingin tahu
seberapa
penangkapan siswa
terhadap
pelajarannya.
Sehingga guru
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
makna Suruhan.
Karena
menyuruh siswa
agar menjelaskan
lagi atau
mengembangkan
lagi jawaban yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
pertanyaan dari guru.
Waktu : Jam ke 1
dan ke 2
pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas VIII
H.
menyuruh siswa agar
menjelaskan kembali
jawaban yang sudah
diberikan dengan arti
agar siswa bisa lebih
mengembangkan
jawabannya lagi.
sudah diberikan.
83. Guru : “Sekarang yang kedua
ciri-cirinya dari teks
ekplanasi apa? tadi kan
pengertiannya
Siswa : “Informasinya
aktual,fakta”
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
seluruh siswa, disaat
guru sedang dalam
proses belajar
mengjar kemudaian
guru mencoba agar
siswa dapat
menjelaskan ciri-ciri
teks eksplanasi yang
kedua.
Waktu : Jam ke 3
dan ke 4
pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas VIII
C.
Tindak Tutur
Tidak Langsung
Literal
Karena tidak sesuai
bentuk dan makna
guru memberikan
penjelasan materi
dan guru ingin tahu
seberapa
penangkapan siswa
terhadap
pelajarannya.
Sehingga guru
menyuruh siswa agar
menjelaskan
pengertian ciri-ciri
teks eksplanasi ayng
kedua dengan agar
siswa bisa paham
dan mengerti
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
makna Suruhan.
Karena menyuruh
siswa agar
menjelaskan teks
eksplanasi yang
kedua.
84. Guru : “Sudah tahu apa tadi
contohnya? yaitu
ungkapan dalam bentuk
frase kemudian yang
fiksi banyak digunakan
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
seluruh siswa, disaat
Tindak Tutur
Langsung Literal
karena sesuai modus
dengan maknanya.
Guru memberikan
Tuturan guru
tersebut
merupakan
Suruhan. Karena
menyuruh siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
kata-kata semacam itu
sebagai contohnya itu
tadi misalnya bentuk
kata ungkapannya yang
pertama apa ?
Siswa : “Terdiam”
guru sedang dalam
proses belajar
mengjar kemudaian
guru mencoba agar
siswa dapat
menjelaskan atau
memberikna contoh-
contoh dari
penjelasnnya.
Waktu : Jam ke 1
dan ke 2
pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas VIII
H.
penjelasan materi
dan guru ingin tahu
seberapa
penangkapan siswa
terhadap
pelajarannya.
Sehingga guru
menyuruh siswa agar
menjelaskan atau
meberikan contoh-
contonya kelompok
kata atau frasa
dengan agar siswa
bisa paham dan
mengerti dengan
penjelasannya dan
bias
mengembangkan
jawabannya.
agar menjelaskan
atau memberikan
contoh-contoh
yang lain tentang
kelompok kata
atau frase.
.
85. Guru : “Sebentar, sebelum
masuk ke nomor
selanjutnya, bu guru
bertanya, sebenarnya
kalian sudah
mengerjakan soal-soal
ini dari rumah atau baru
tadi pagi mengerjakan di
sekolah? coba sekarang
bu guru mengecek satu
per satu. Nah
kebanyakan ini yang
cowok-cowok pasti
Penutur : Guru
Mitra Tutur : Siswa
Konteks : Tuturan
ditujukan kepada
seluruh siswa, disaat
guru sedang
menjelaskan
pembelajaran namun
tiba-tiba guru
menegur para siswa
apakah mereka
sudah mengerjakan
soal-soal tersebut di
Tindak Tutur
Tidak Langsung
Literal Karena tidak sesuai
dengan bentuk dan
maknanya, penutur
merasa heran
mengapa siswa
hanya banyak
mengerjakan soal-
soal di sekolah
padahal soal-soal
tersebut seharusnya
Tuturan guru
tersebut
merupakan
maksud atau
makna Teguran.
Tuturan tersebut
ditujukan untuk
siswa yang
mengerjakan soal-
soal di sekolah
padahal soal-soal
tersebut
seharusnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
belum mengerjakan.”
Siswa : “Sudah bu, hanya
sebagian yang belum
saya kerjakan.”
rumah atau baru saja
dikerjakan.
Waktu : Jam ke 7
dan ke 8
pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas VIII
F.
sudah dikerjakan di
ruman. Penutur
menegur siswa agar
siswa bisa aktif
belajar dirumah
dengan mengerjakan
soal-soal yang telah
diberikan.
dikerjakan di
rumah sehingga
guru langsung
membahasnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
BIODATA PENULIS
Krisna Adi Wirawan lahir di Cilacap 28 Mei 1995. Penulis
menyelesaikan pendidikan di Taman Kanak-kanak Sumber Kasih
Patimuan tamat pada tahun 2001, sekolah dasar di SD Negeri
Cinyawang 02 tamat pada tahun 2008. Kemudian penulis melanjutkan
pendidikan tingkat sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1
Patimuan tamat pada tahun 2011 dan menyelesaikan Pendidikan tingkat sekolah menengah
atas di SMA Negeri 1 Sidareja tamat pada tahun 2014. Setelah menyelesaikan sekolah
menengah atas, penulis melanjutkan Pendidikan S1 di Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta, Fakultas Keguruan dan ilmu Pendidikan, Prorgram Studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia. Penulis menyelesaikan masa pendidikan S1 pada tahun 2019 dengan
skripsi berjudul Jenis dan Maksud Tindak Tutur antara Guru dengan Siswa di SMP Negeri 3
Delanggu Kabupaten Klaten. Alamat penulis, Magersari RT 01 / RW O2, Desa Cinyawang,
Kecamatan Patimuan, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. [email protected].
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI