Jaringan pada daun dikotil dan monokotil

19
LAPORAN PRAKTIKUM PLANT ANATOMY ANDA PHYSIOLOGY Jaringan pada Daun Monokotil dan Dikotil NAME : SARIYAH NIM` : F1071131045 GROUP: 5 BIOLOGY EDUCATION DEPARTMENT TEACHERS TRAINING AND EDUCATION FACULTY TANJUNGPURA UNIVERSITY PONTIANAK 2015

Transcript of Jaringan pada daun dikotil dan monokotil

LAPORAN PRAKTIKUM

PLANT ANATOMY ANDA PHYSIOLOGY

Jaringan pada Daun Monokotil dan Dikotil

NAME : SARIYAH

NIM` : F1071131045

GROUP: 5

BIOLOGY EDUCATION DEPARTMENT

TEACHERS TRAINING AND EDUCATION FACULTY

TANJUNGPURA UNIVERSITY

PONTIANAK

2015

ABSTRACT

One organ that plays an important role in the life of the plant are the leaves. Leaf is the siteof photosynthesis process that produces a variety of foodstuffs for growth. Photosynthesiscan take place in the leaves because the leaves have parenchymal tissue containingchlorophyll. In addition to chlorophyll, the leaves are chloroplasts (chlorophyll-formingcells), the epidermis, and beam transport vessels (xylem and phloem). Leaves on plantsdicotyledonous and monocots have differences on pertulangan or leaf veins, which in turncontained a network of vessels and other tissues in leaves to spread the energy that hasbeen made. So it is necessary to learn the system and type of leaf tissue, the position of thevarious tissues of leaves, leaf type monocots and dicots, and can compare the anatomicalstructure of the leaf monocots and dicots that the results can be known through this lab.Practical implementation of this method is to observe the preparations preserves and freshpreparations using a microscope. Mixture preserved leaves used are preparations dikotilleaves Ficus sp. and leaves monocot Zea mays, whereas preparations are used fresh leavesare Arthocarpus integra dikotil leaves and leaf monocots Rhoe discolor. The results showedthat the leaves of plants monocots and dicots consists of upper and lower epidermis tissue,mesophyll, cuticle, stomata, and vessels tissue consisting of phloem and xylem. Tissue onleaves monocots and dicots distinguished by the shape and position of the tissue.

Key words : leaves , leaf tissue, dicot , monocot,

ABSTRAK

Salah satu organ yang sangat memegang peranan penting dalam kehidupan tumbuhanadalah daun. Daun merupakan tempat terjadinya proses fotosintesis yang menghasilkanberbagai bahan makanan untuk pertumbuhan. Fotosintesis dapat berlangsung di daunkarena daun memiliki jaringan parenkim yang mengandung klorofil. Selain klorofil, padadaun terdapat kloroplas (sel pembentuk klorofil), epidermis, dan berkas pembuluh angkut(xilem dan floem). Daun pada tumbuhan dikotil dan monokotil memiliki perbedaan padapertulangan atau urat daun, dimana pada bagian ini terdapat jaringan pembuluh danjaringan lain pada daun untuk menyebarkan energi yang telah dibuatnya. Sehingga perludipelajari sistem dan jenis jaringan daun, posisi dari berbagai jaringan daun, tipe daunmonokotil dan dikotil serta dapat membandingkan struktur anatomi daun monokotil dandikotil yang hasilnya dapat diketahui melalui praktikum ini. Metode pelaksanaanpraktikum ini adalah dengan mengamati preparat awetan dan preparat segarmenggunakan mikroskop. Preparat awetan daun yang digunakan adalah preparat daundikotil Ficus sp. dan daun monokotil Zea mays, sedangkan preparat daun segar yangdigunakan adalah daun dikotil Arthocarpus integra dan daun monokotil Rhoe discolor .Hasil pengamatan menunjukkan bahwa daun tumbuhan monokotil dan dikotil terdiri atasjaringan epidermis atas dan bawah, mesofil, kutikula, stomata, dan jaringan pembuluhyang terdiri atas floem dan xylem. Jaringan pada daun monokotil dan dikotil dibedakanberdasarkan bentuk dan posisi jaringan tersebut.

Kata kunci : daun, jaringan daun, dikotil, monokotil

PENDAHULUAN

Jaringan adalah kumpulan sel-sel yang mempunyai struktur dan

fungsi yang sama serta mengadakan hubungan dan koordinasi satu

dengan yang lainya yang mendukun pertumbuhan pada tumbuhan. Jaringan

adalah kumpulan sel-sel yang berhubungan erat satu sama lain dan

mempunyai struktur dan fungsi yang sama. Tumbuhan berpembuluh matang

dapat dibedakan menjadi beberapa tipe yang semua dikelompokkan

menjadi jaringan. Jaringan adalah kumpulan struktur, fungsi, cara

pertumbuhan, dan cara perkembangan (Brotowidjoyo, 1989).

Salah satu organ yang sangat memegang peranan penting dalam

kehidupan tumbuhan adalah daun. Daun merupakan tempat terjadinya

proses fotosintesis yang menghasilkan berbagai bahan makanan untuk

pertumbuhan. Fotosintesis dapat berlangsung di daun karena daun

memiliki jaringan parenkim yang mengandung klorofil. Selain

klorofil, pada daun terdapat kloroplas (sel pembentuk klorofil),

epidermis, dan berkas pembuluh angkut (xilem dan floem).

Jika dibuat irisan melintang daun dan mengamatinya mulai dari

bagian atas ke bawah, terlihat susunannya terdiri atas :

a. Epidermis

Epidermis pada daun merupakan sel-sel yang tersusun dari satu

lapisan sel, yang dinding selnya mengalami penebalan. Penebalan

dinding sel pada daun dapat disebabkan oleh zat kitin (kutikula)

atau lignin. Pada kebanyakan tumbuhan, lapisan epidermis daunnya

hanya terdiri dari satu lapis sel, kecuali pada daun

tumbuhan Ficus (bangsa beringin). Pada daun Ficus, epidermis tersusun

atas dua lapisan sel epidermis.

Dalam struktur daun yang pipih, perbedaan jaringan epidermis

dibuat antara dua permukaan daun; permukaan yang lebih dekat dengan

ruas atasnya dan biasa menghadap ke atas, dikenal dengan epidermis

atas (adaxial surface). Dan permukaan yang lain dikenal dengan

epidermis bawah (abaxial surface), berfungsi melindungi jaringan

yang terdapat di bawahnya. (Darmanti, 2009).

Pada epidermis terdapat stomata (mulut daun), yaitu celah yang

dibatasi oleh sel penutup. Lapisan epidermis atas berfungsi

melindungi bagian dibawahnya. Stomata berfungsi sebagai tempat

keluar masuknya udara dan dengan menghubungkan ruang-ruang antar sel

di dalam  jaringan parenkim dengan atmosfer. Pada tumbuhan darat,

stomata terletak dipermukaan bawah daun, sedangkan pada tumbuhan air

terdapat di atas permukaan daun (Lakitan, 1996) .

Di samping stomata, daun juga memiliki alat-alat tambahan yang

berasal dari modifikasi epidermis, misalnya trikoma (rambut daun),

sel kipas, duri, dan lain-lain.

b. Mesofil

Mesofil merupakan lapisan jaringan pada daun yang tersusun

atas sel-sel parenkim. Susunan sel-sel parenkim pada mesofil

keadaannya renggang sehingga menghasilkan banyak ruang antarsel.

Pada tumbuhan dikotil mesofil sering kali berdiferensiasi menjadi

jaringan lain, yaitu palisade (jaringan tiang) dan spons (jaringan

bunga karang). Pada rumput-rumputan dan golongan tumbuhan monokotil,

mesofil tidak mengalami diferensiasi, tetapi seragam, kecuali

mesofil pada sarung berkas pembuluh angkut monokotil. Di samping

itu, pada tumbuhan monokotil sel-sel mesofil pada berkas pembuluh

angkutnya berukuran lebih besar dan kandungan kloroplasnya sedikit

dengan keadaan dinding sel yang lebih tebal.

Pada tumbuhan dikotil sel-sel jaringan tiang mesofilnya

berbentuk silinder, susunannya rapat, dan mengandung klorofil.

Umumnya jaringan tiang pada dikotil terletak di bagian permukaan

atas daun, tetapi ada pula yang terdapat di kedua bagian permukaan

daun, disebut daun isobilateral. Selain itu, jaring tiang ada pula yang

terdapat di seluruh permukaan perifer daun, yaitu pada daun-daun

y*ang memiliki bentuk silinder.

Struktur lainnya yang terdapat pada daun adalah jaringan bunga

karang. Jaringan ini tersusun atas sel-sel yang bentuknya tidak

teratur, bercabang-cabang, dan mengandung kloroplas. Keadaan susunan

sel-selnya sangat renggang.

Gambar Struktur Fungsi Daun Dikotil Monokotil. (Sridianti,2014)

Pada kebanyakan tumbuhan terdapat dua tipe parenkim dalam

mesofil yaitu parenkim palisade dan parenkim spons. (Handayani,

2013).

Pada tumbuhan monokotil tidak terdapat jaringan parenkim

palisade, hanya terdapat jaringan spons saja. Proses fotosintesis

terjadi di semua sel penyusun jaringan spons yang berbentuk

membulat. Pada jaringan ini terdapat ruang antar sel sama halnya

dengan tumbuhan dikotil, jaringan spons pada tumbuhan monokotil di

dalamnya terdapat pembuluh pengangkut. Cirri khas jaringan spons

yaitu adanya lekukan-lekukan yang menjadi penghubung antar sel

(Syarif, 2009).

c. Berkas Pembuluh Angkut

Berkas pembuluh angkut di daun terdapat pada pertulangan daun.

Tipe berkas pembuluh angkut daun, sama dengan yang terdapat pada

batang. Tulang-tulang yang terdapat pada daun selain berfungsi

sebagai alat transportasi juga memberi bentuk pada daun dan

memperkuat daun.

Berkas pembuluh angkut pada daun dikelilingi oleh sel-sel

parenkim sehingga membentuk selubung. Sel-sel parenkim yang

menyelubungi berkas pembuluh tersebut memiliki kloroplas yang jauh

lebih sedikit jumlahnya dibandingkan kloroplas pada sel-sel di

mesofil.

Sel-sel parenkim memiliki ukuran sel yang besar dengan

penebalan didinding selnya. Idalam selubung yang dubentuk oleh sel-

sel parenkim,terdapt jaringan pengangkut yang terdiri atas xylem dan

floem. (Fiktor Ferdinand P. dan Moekti Ariwibowo,2006)

d. Jaringan Tambahan

Pada beberapa tumbuhan mesofilnya mengandung sel-sel yang

khas, seperti saluran getah, sel-sel kristal, dan kelenjar. Setiap

sel-sel yang khas itu memiliki manfaat yang berbeda-beda.

Daun tumbuhan monokotil dan dikotil berbeda dalam susunan tulang

daun utamanya. Sebagian besar monokotil memiliki tulang daun utama

parallel (sejajar) yang menjalar sepanjang helai daun. Sebaliknya,

dan tumbuhan dikotil umumnya memiliki banyak percabangan pada tulang

daun utama.Karena morfologi daun sangat bervariasi diantara spesies

tumbuhan, para ahli taksonomi tumbuhan menggunakan ciri-ciri seperti

bentuk daun, pengaturan spasial daun pada batang, dan pola tulang

daun untuk membantu dan mengklasifikasikan tumbuhan (campbel, dkk

2003).

Many systems of classification have emphasized this trait and erected two subclasses

based on this difference in seed leaf number (Cronquist, 1981). Likewise, some monocots

(e.g.,Dioscorea, Trillium, Smilax, and Pogonia) have net-veined rather than parallel-veined

leaves, which have presumably evolved as convergent adaptations to forest understory

conditions. Monocots with these traits are widely dispersed among nearly all orders,

particularly in the petaloid or liliid monocots, so it is clear that net-veined leaves have

evolved repeatedly from taxa with parallel venation. The monocot habit represents a major

reorganization of angiosperm vegetative conditions. Took this argument of reorganization a

step further and stated that the vascular system of monocots is so highly modified that it is

not homologous to that of dicots and unlikely to have been derived from that of dicots. This

statement is difficult to reconcile with the position of monocots within the angiosperms;

monocots are clearly angiosperms, but although their exact position is not yet clear, it is

nonetheless apparent that they are embedded within a grade of plants that are in the most

general terms ‘‘dicots’’ (Chase, 2004).

Pernyataan di atas, memuat bahwa tumbuhan monokotil yang

mempunyai pertulangan daun yang parallel karena menyesuaikan dengan

adaptasi tumbuhan terhadap lingkungannya. Monokotil dengan jenis ini

tersebar luas diberbagai daerah. Argument ini menyatakan bahwa

sistem vaskular monokotil begitu sangat dimodifikasi bahwa tidak

homolog dengan daun dikotil dan mungkin telah diturunkan dari yang

dikotil (Chase, 2004).

Secara umum perbedaan jaringan pada daun monokotil dan dikotil

dapat dilihat pada tabel berikut :

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah mempelajari sistem dan

jenis jaringan daun, posisi dari berbagai jaringan daun, tipe daun

monokotil dan dikotil serta dapat membandingkan struktur anatomi

daun monokotil dan dikotil.

METODELOGI

Praktikum Jaringan pada Daun dikotil dan Monokotil ini

dilaksanakan pada hari jumat, 17 April 2015 , Pukul 13.00-15.00 WIB

di laboratorium Pendidikan Biologi FKIP Untan.

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah mikroskop,

silet, objek glass, dan cover glass. Sedangkan bahan yang digunakan

adalah akuades, preparat awetan daun dikotil Ficus sp., preparat

awetan daun monokotil Zea mays (jagung), preparat segar daun dikotil

Arthocarpus integra (nangka), dan preparat segar daun monokotil Rhoe

discolor .

Praktikum ini dilakukan dengan pengamatan preparat menggunakan

mikroskop. Sebelum melakukan pengamatan, dilakukan pemeriksaan

kondisi mikroskop agar tidak terjadi kekeliruan pada hasil

pengamatan. Setelah mikroskop siap, proses pengamatan preparat

dimulai satu per satu dimulai dengan perbesaran yang lemah ke

perbesaran yang kuat. Pertama, dilakukan pengamatan preparat awetan

daun dikotil Ficus sp. dan dilanjutkan dengan preparat awetan daun

monokotil Zea mays. Setelah didapatkan hasil pengamatan dari

mikroskop maka hasil tersebut digambar pada buku gambar dan diberi

keterangan.

Pengamatan berikutnya menggunakan preparat segar daun dikotil

Arthocarpus integra dan daun monokotil Rhoe discolor . Sebelum mengamati,

preparat segar dibuat terlebih dahulu dengan mengiris tipis daun

pada pertulangannya secara melintang. Kemudian irisan tipis ini

diletakkan di atas objek glass, ditetesi akuades, dan ditutup dengan

cover glass. Setelah preparat segar siap, dilakukan pengamatan

menggunakan mikroskop dimulai dengan perbesaran lemah ke perbesaran

yang lebih kuat. Objek pengamatan yang telah terlihat jelas langsung

digambar pada buku gambar dan diberi keterangan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Praktikum kali ini dilakukan dengan tujuan mengetahui sistem dan

jenis -jenis jaringan daun, posisi dari berbagai jaringan daun dan

dapat membedakan struktur anatomi dan tipe daun pada tumbuhan

monokotil-dikotil. Praktikum ini mengunakan preparat awetan daun

Ficus sp. dan preparat awetan daun Zea mays. Selain itu dilakukan juga

pengamatan terhadap preparat segar daun nangka (Artocarpus heterophyllus)

dan preparat segar daun keladi (Caladium sp.). Daun Ficus sp. dan daun

nangka (Artocarpus heterophyllus) digunakan untuk mengamati anatomi daun

tumbuhan dikotil, sedangkan Zea mays dan Rhoe discolor digunakan untuk

mengamati anatomi daun tumbuhan monokotil.

Table 1. Hasil Pengamatan Preparat Awetan Daun Dikotil dan Monokotil

1. Preparat: Daun Dikotil

Ficus sp.

Perbesaran: 4 x 10

2. Preparat: Daun Monokotil

Zea mays

Perbesaran: 4 x 10

Gambar 1. Struktur anatomi Gambar 2. Struktur anatomi

daun dikotil daun monokotilKeterangan

1. Kutikula

2. Epidermis adaxial

3. Jaringan pembuluh

4. Stomata

5. Palisade mesofil

6. Epidermis abaxial

7. Xylem

8. Floem

9. Bunga karang

10. Ruang antar sel

Keterangan

1. Stomata

2. Epidermis adaxial

3. Epidermis abaxial

4. Xylem

5. Floem

Table 2. Hasil Pengamatan Preparat Segar Daun Dikotil dan Monokotil

1. Preparat: Daun Dikotil

Arthocarpus integra

Perbesaran: 10 x 10

2. Preparat: Daun Monokotil

Rhoe discolour

Perbesaran: 4 x 10

Gambar 3. Struktur anatomi

daun dikotil

Gambar 4. Struktur anatomi

daun monokotilKeterangan

1. Epidermis adaxial

2. Epidermis abaxial

3. Palisade

4. Bunga karang

Keterangan

1. Epidermis adaxial

2. Kutikula

3. Palisade mesofil

4. Bunga karang

5. Xylem

6. Floem

7. Sel seludang berkas

8. Ruang antar sel

5. Parenkim

6. Ruang antar sel

7. Xylem

8. Floem

Umumnya jaringan pada daun dikotil dan monokotil terdiri atas

jaringan epidermis, jaringan mesofil ,jaringan pembuluh angkut dan

jaringan tambahan pada daun.

Jaringan episermis adalah merupakan sel-sel yang tersusun dari

satu lapisan sel, yang dinding selnya mengalami penebalan. Jaringan

epidermis terdiri atas 2 lapisan. Lapisan epidermis atas disebut

adaxial dan jaringan epidermis bawah disebut abaxial. Penebalan

dinding sel pada daun dapat disebabkan oleh zat kitin (kutikula)

atau lignin. Pada epidermis terdapat stomata (mulut daun), yaitu

celah yang dibatasi oleh sel penutup. Lapisan epidermis atas

berfungsi melindungi bagian dibawahnya. Di samping stomata, daun

juga memiliki alat-alat tambahan yang berasal dari modifikasi

epidermis, misalnya trikoma (rambut daun), sel kipas, duri, dan

lain-lain.

Jaringan mesofil adalah Mesofil merupakan lapisan jaringan

pada daun yang tersusun atas sel-sel parenkim. Susunan sel-sel

parenkim pada mesofil keadaannya renggang sehingga menghasilkan

banyak ruang antarsel.Pada tumbuhan monokotil sel-sel mesofil pada

berkas pembuluh angkutnya berukuran lebih besar dan kandungan

kloroplasnya sedikit dengan keadaan dinding sel yang lebih tebal.

Pada tumbuhan dikotil sel-sel jaringan tiang mesofilnya berbentuk

silinder, susunannya rapat, dan mengandung klorofil.

Jaringan pembuluh angkut di daun terdapat pada pertulangan

daun. Tipe berkas pembuluh angkut daun, sama dengan yang terdapat

pada batang. Tulang-tulang yang terdapat pada daun selain berfungsi

sebagai alat transportasi juga memberi bentuk pada daun dan

memperkuat daun.

Jaringan pembuluh angkut pada daun dikelilingi oleh sel-sel

parenkim sehingga membentuk selubung. Sel-sel parenkim yang

menyelubungi berkas pembuluh tersebut memiliki kloroplas yang jauh

lebih sedikit jumlahnya dibandingkan kloroplas pada sel-sel di

mesofil.

Sel-sel parenkim memiliki ukuran sel yang besar dengan

penebalan didinding selnya. Idalam selubung yang dubentuk oleh sel-

sel parenkim,terdapt jaringan pengangkut yang terdiri atas xylem dan

floem.

Berdasarkan hasil pengamatan struktur pada daun Ficus sp. yaitu

Kutikula, Epidermis, adaxial, Jaringan pembuluh, Stomata, Palisade,

mesofil, Epidermis abaxial, Xylem, Floem, Bunga karang, dan Ruang

antar sel. Struktur pada daun Arthocarpus integra yaitu : Epidermis

adaxial, Epidermis abaxia, Palisade, Bunga karang, Xylem, Floem,

Sel selubung berkas dan Ruang antar sel. Arthocarpus integra dan Ficus sp.

merupakan daun dikotil, dimana jaringan epidermis pada daun dikotil

terdiri atas dua lapisan yaitu adaxial dan abaxial. Selain itu

keduanya sama-sama memiliki palisade.

Selanjutnya yaitu pengamatan pada struktur daun monokotil Zea

mays dan Rhoe discolor. Berdasarakan hasil pengamatan,struktu daun Zea

mays terdiri dari Stomat, Epidermis adaxial, Epidermis abaxial,

Xylem, Floem. Adapun struktur pada daun Rhoe discolor yaitu

Epidermis adaxial, Kutikula, Bunga karang, Parenkim, Ruang antar

sel, Xylem dan Floem. Dari hasil tersebut didapatkan bahwa daun

monokotil Zea mays tidak memiliki kutikula. Selain tidak memiliki

kutikula, daun monokotil ini juga tidak memiliki jaringan parenkim

palisade karena antara parenkim palisade dan parenkim spons pada

daun monokotil sulit dibedakan sehingga bentuk selnya sama dan

parenkim ini cukup dinamakan jaringan mesofil.

Berdasarkan hasil pengamatan dapat perbedaan antara jaringan

daun dikotil dan monokotil terlihat jelas pada susunan berkas

pembuluh angkutnya. Berkas pembuluh angkut pada daun monokotil

tersusun berderet sepanjang jaringan daun. Sedangkan berkas pembuluh

angkut pada daun dikotil tersebar.

Perbedaan lain yang terdapat pada jaringan daun dikotil dan

monokotil dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa daun

tumbuhan monokotil dan dikotil terdiri atas jaringan epidermis atas

dan bawah, mesofil, kutikula, stomata, dan jaringan pembuluh yang

terdiri atas floem dan xylem. Letak berkas pengankut pada daun

monokotil teratur tersusun berderet, sedangkan pada daun dikotil

letaknya tersebar. Selain itu daun monokoti pada Zea mays tidak

memiliki kutikula dan palisade. Jaringan pada daun monokotil dan

dikotil dibedakan berdasarkan bentuk dan posisi jaringan tersebut.

SARAN

Sebaiknya dalam praktikum ini menggunakan daun yang tebal agar

mudah dalam membuat sayatan yang sangat tipis, mengingat praktikan

belum memiliki keterampilan yang cakap dalam membuat sayatan daun

secara melintang.

DAFTAR PUSTAKA

Brotowidjoyo. 1989. Zoologi Dasar. Jakarta : Erlangga

Campbell. 2003. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Chase, Mark W. 2004. Monocot Relationships An Overview. American Journal of

Botany Vol. 91, No 10, pp 1645.

Darmanti. 2009. Identifikasi Anatomi Daun. (online)

http://eprints.undip.ac.id /1999/1/Bioma _ darmanti_Juni_2009.pdf .

Diakses tanggal 23 April 2015

Handayani, Fitri. Tesri M. Mansyurdin. 2013. Studi Perkembangan Aerenkim

Akar Padi Sawah dan Padi Ladang pada Tahap Persemaian dengan Perlakuan

Perendaman. Jurnal Biologi Universitas Andalas Vol. 2. No 2,

hal 146.

Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Jakarta :

Rajawali Pers.

P. Fiktor Ferdinand dan Ariwibowo Moekti.2006. Biologi.Jakarta : PT Grafindo,

Srisianti.2014.Struktur Fungsi daun. (Artkel Online)(

http://www.sridianti.com/struktur-fungsi-daun-dikotil-

monokotil.html), Diakses 22 April 2015

Syarif, 2009. Struktur dan Fungsi jaringan Tumbuhan. Bandung : Pusat

pengembangan dan pemberdayaan Pendidikan