Japanese Women On Television Presentation

23
Wanita dalam Media Massa di Jepang Lidya Oktariani 2010420033

Transcript of Japanese Women On Television Presentation

Wanita dalam Media

Massa di Jepang

Lidya Oktariani

2010420033

PERKEMBANGAN SIARAN TV DI

JEPANG

Siaran televisi pertama kali di Jepang diputar pada tahun 1953. Dalam 40 tahun sejak saat itu, hubungan antara televisi dan kehidupan masyarakat menjadi berubah total.

Tahun 1960, televisi menjadi semakin tersebar luas seiring berkembangnya kemajuan ekonomi di Jepang.

Tahun 1975, televisi menjadi lebih dominan untuk menayangkan iklan penjualan. Televisi rupanya berpengaruh pada lingkungan keluarga.

Semakin hari, televisi menjadi “teman akrab” mereka. Bahkan menjadi seperti kebutuhan tersendiri seperti udara.

Dalam banyak kasus, orang tidak lagi menyadari bahwa mereka sudah condong dengan televisi. Program dan iklan yang ditayangkan menjadi bagian dari kebutuhan rumah mereka—walau beberapa informasi cukup layak untuk ditayangkan—kebanyakan dari mereka tidak benar-benar menggunakan televisi sesuai dengan manfaatnya. Ada yang menelan mentah-mentah informasi tersebut tanpa diteliti atau dicerna ulang.

TELEVISI MENJAUHKAN WANITA DARI

INFORMASI YANG SEBENARNYA

Pada studi kasus tahun 1984 dipaparkan bahwa semua program berita pagi dan majalah khusus wanita menayangkan topik yang sama berkali-kali.

Topik yang paling umum adalah dunia entertain, TV shopping, tips memasak, tips dalam rumah tangga, kesehatan, tips kecantikan dan hobi. Dari semua siaran program tersebut, terselip satu tujuan: promosi produk dan pelayanan.

Penelitian pada tahun 1990 pun mengatakan

bahwa mereka yang menonton televisi setiap

hari selama 1 minggu dapat menghabiskan 74

menit menonton 441 iklan. Dan jika dihitung

dalam 450 jam mereka dapat menonton 23,000

iklan. (FCT, 1991)

Kebanyakan wanita yang usianya berkisar 13

tahun atau lebih muda—bahkan ibu-ibu

berusia 40 tahun atau lebih tua—tidak

mengambil pelajaran penting dari setiap

program yang ditonton.

BAGAIMANA TV JEPANG

MENGGAMBARKAN WANITA

Dalam studi kasus dijelaskan bahwa setiap wanita

yang digambarkan di televisi sebenarnya terdapat

dua pria. Ini jelas-jelas membuktikan bahwa apa

yang ditayangkan tidak mencerminkan situasi

yang sebenarnya—di mana pria dan wanita

ditemukan dalam proporsi yang kurang lebih

sama.

Misalnya pada iklan minuman alkohol dan

makanan cepat saji.

Salah satu alasan mengapa wanita muda dan cantik sering dimunculkan di televisi adalah karena mereka lebih cepat mendapat respon dari penonton.

Dan biasanya wanita cantik lebih dapat menarik perhatian orang dibanding pria. Pria biasanya dilihat dari pembawaan, wawasan, dan pengalaman mereka. Sebaliknya wanita hanya dilihat dari segi penampilan fisik.

Contohnya adalah beriklan di paha wanita yang akhir-akhir ini menjadi tren di Jepang.

“Seiring melekatnya televisi dengan

kehidupan mereka, wanita pun menjadi

sasaran objek bagi penjualan di media massa.

Banyak yang berpendapat bahwa wanita

dapat menghasilkan uang yang banyak jika

dimanfaatkan dengan baik—salah satunya

adalah dengan „menjual‟ mereka.”

Lidya Oktariani

BERIKLAN DI PAHA WANITA

Latar Belakang

Jepang dikenal dengan keunikannya yang selalu menampilkan inovasi baru di bidang apa pun, termasuk periklanan. Kini paha perempuan di sana menjadi bisnis baru untuk mengiklankan produk. Kaum perempuan dapat menyewakan kaki telanjangnya untuk perusahaan yang mau memasarkan produk. Idenya berasal dari pemikiran bahwa media beriklan yang efektif adalah tempat di mana mata orang memandang. Kemudian didapatkan ide bahwa anggota tubuh yang menarik dari seorang perempuan bisa menjadi medianya, di antaranya adalah paha.

Syarat

1. Harus wanita muda yang cantik dan

menarik—memiliki daya pikat.

2. Harus memiliki setidaknya 20 teman di

jejaring sosial dan minimal berusia 18

tahun.

Tata Cara

Para perempuan yang berpartisipasi kakinya

akan dicap dengan sebuah iklan yang berupa

sticker. Kemudian mereka akan berjalan-

jalan agar dilihat banyak orang sepanjang 8

jam sehari atau lebih. Tentu saja agar logo

yang diiklankan terlihat maka mereka harus

memakai pakaian minim secantik mungkin.

Sebagai bukti bahwa mereka melakukan

pekerjaannya, para peserta harus mengirim

foto diri mereka saat memakai iklan itu ke

Facebook atau Twitter. Setelah itu baru

mereka akan menerima bayaran atas jasanya

sebagai media iklan. Absolute Territory PR

mengklaim tren ini disambut baik dengan

adanya 1.300 gadis mendaftarkan kaki

mereka pada November 2012.

Karakter Wanita di Televisi

Karakter utama perempuan atau pendukung di

dalam kartun biasanya digambarkan

emosional, lucu, romantis dan periang. Ini

umumnya menjadi karakter yang positif. (FCT,

1981)

Dan dibalik itu, wanita juga digambarkan

memiliki sifat yang negatif, seperti materialistik

dan suka menentang. Contohnya, ibu mertua

yang biasanya suka menyiksa menantunya dan

suka ikut campur urusan tetangga.

Dalam penayangan drama pun, wanita

banyak digambarkan dengan karakter yang

lembut, sensitif, dan emosional.

Dokter perempuan yang profesional

digambarkan terlalu banyak menggunakan

emosinya daripada pikiran rasionalnya.

(Inochi, NHK‟s year-long series)

PORNOGRAFI DALAM

PENAYANGAN IKLAN DI TV

Dalam kurun beberapa tahun ini, sejumlah program, talk shows, drama, bahkan kartun sudah menayangkan pornografi yang juga ditonton oleh anak kecil. Herannya, ini menjadi wajar bagi mereka.

Di pelbagai program majalah porno dan sejenisnya sering digunakan sebagai dasar cerita di komik, bisnis seks, seperti perempuan cantik yang memakai setelan kelinci sebagai bar hostesses. (FCT, 1982)

Studi kasus di United States mengatakan

bahwa di awal tahun 1970, hal-hal yang

berbau seksual dan perilaku tidak senonoh

meningkat di televisi dan 70% kegiatan seks

itu menyangkut hubungan seks terlarang

atau berhubungan dengan PSK/pelacur.

(National Institute of Mental Health, 1982)

Dan ini menjadi tren di Jepang dan masuk

di program televisi tahun 1980-an.

Studi analisis tahun 1981 untuk iklan

minuman beralkohol, 30% dari 58 iklan sake

mengatakan “sake dan wanita adalah

kebutuhan para pria”. (FCT, 1981)

Selanjutnya, analisis tahun 1987 ditemukan

26% dari 207 iklan soft drink menggunakan

perempuan muda yang memakai bikini.

(FCT, 1988)

Di iklan-iklan produk seperti pakaian dalam dan sabun, biasanya wanita hanya mengenakan pakaian dalam mereka. (Women‟s Liaison Counsil on Buraku Liberation, 1986)

Namun ada juga iklan yang menggunakan bayi telanjang dan gadis usia 14-16 tahun. Karena bagi mereka, menayangkan iklan bayi telanjang dianggap lucu dan menarik.

ISU-ISU WANITA YANG ADA DI

INDUSTRI PERTELEVISIAN

Di tahun 1980, banyak wanita yang muncul sebagai penyiar berita. Dan di tahun 1986, pembawa acara wanita mulai dimunculkan di majalah wanita.

Proporsi wanita dan pria yang bekerja di industri pertelevisian ternyata tidak sama.

Pada tabel berikut dirincikan bahwa wanita yang bekerja di NHK hanya 6% dari semua karyawan dan 18,5% di perusahaan penyiaran swasta di Jepang—kebanyakan dari mereka pun menetap di posisi programming, operations, bisnis dan divisi penyiaran.

SIMPULAN

Di Jepang, wanita dijadikan sebagai salah satu “modal” untuk berjualan produk yang akan dipasarkan. Kemudian televisi menjadi salah satu media utama untuk periklanan. Banyak dari mereka yang tidak lagi mempedulikan martabat mereka sebagai wanita—semata-mata hanya karena untuk mencari uang atau mendapatkan ketenaran. Hal itu menjadi sangat biasa di Jepang. Apalagi melihat hal yang berbau porno sudah semakin banyak di media, majalah maupun komik. Contoh nyatanya adalah kartun Shinchan.