Japanese Women On Television Presentation
Transcript of Japanese Women On Television Presentation
PERKEMBANGAN SIARAN TV DI
JEPANG
Siaran televisi pertama kali di Jepang diputar pada tahun 1953. Dalam 40 tahun sejak saat itu, hubungan antara televisi dan kehidupan masyarakat menjadi berubah total.
Tahun 1960, televisi menjadi semakin tersebar luas seiring berkembangnya kemajuan ekonomi di Jepang.
Tahun 1975, televisi menjadi lebih dominan untuk menayangkan iklan penjualan. Televisi rupanya berpengaruh pada lingkungan keluarga.
Semakin hari, televisi menjadi “teman akrab” mereka. Bahkan menjadi seperti kebutuhan tersendiri seperti udara.
Dalam banyak kasus, orang tidak lagi menyadari bahwa mereka sudah condong dengan televisi. Program dan iklan yang ditayangkan menjadi bagian dari kebutuhan rumah mereka—walau beberapa informasi cukup layak untuk ditayangkan—kebanyakan dari mereka tidak benar-benar menggunakan televisi sesuai dengan manfaatnya. Ada yang menelan mentah-mentah informasi tersebut tanpa diteliti atau dicerna ulang.
TELEVISI MENJAUHKAN WANITA DARI
INFORMASI YANG SEBENARNYA
Pada studi kasus tahun 1984 dipaparkan bahwa semua program berita pagi dan majalah khusus wanita menayangkan topik yang sama berkali-kali.
Topik yang paling umum adalah dunia entertain, TV shopping, tips memasak, tips dalam rumah tangga, kesehatan, tips kecantikan dan hobi. Dari semua siaran program tersebut, terselip satu tujuan: promosi produk dan pelayanan.
Penelitian pada tahun 1990 pun mengatakan
bahwa mereka yang menonton televisi setiap
hari selama 1 minggu dapat menghabiskan 74
menit menonton 441 iklan. Dan jika dihitung
dalam 450 jam mereka dapat menonton 23,000
iklan. (FCT, 1991)
Kebanyakan wanita yang usianya berkisar 13
tahun atau lebih muda—bahkan ibu-ibu
berusia 40 tahun atau lebih tua—tidak
mengambil pelajaran penting dari setiap
program yang ditonton.
BAGAIMANA TV JEPANG
MENGGAMBARKAN WANITA
Dalam studi kasus dijelaskan bahwa setiap wanita
yang digambarkan di televisi sebenarnya terdapat
dua pria. Ini jelas-jelas membuktikan bahwa apa
yang ditayangkan tidak mencerminkan situasi
yang sebenarnya—di mana pria dan wanita
ditemukan dalam proporsi yang kurang lebih
sama.
Misalnya pada iklan minuman alkohol dan
makanan cepat saji.
Salah satu alasan mengapa wanita muda dan cantik sering dimunculkan di televisi adalah karena mereka lebih cepat mendapat respon dari penonton.
Dan biasanya wanita cantik lebih dapat menarik perhatian orang dibanding pria. Pria biasanya dilihat dari pembawaan, wawasan, dan pengalaman mereka. Sebaliknya wanita hanya dilihat dari segi penampilan fisik.
Contohnya adalah beriklan di paha wanita yang akhir-akhir ini menjadi tren di Jepang.
“Seiring melekatnya televisi dengan
kehidupan mereka, wanita pun menjadi
sasaran objek bagi penjualan di media massa.
Banyak yang berpendapat bahwa wanita
dapat menghasilkan uang yang banyak jika
dimanfaatkan dengan baik—salah satunya
adalah dengan „menjual‟ mereka.”
Lidya Oktariani
BERIKLAN DI PAHA WANITA
Latar Belakang
Jepang dikenal dengan keunikannya yang selalu menampilkan inovasi baru di bidang apa pun, termasuk periklanan. Kini paha perempuan di sana menjadi bisnis baru untuk mengiklankan produk. Kaum perempuan dapat menyewakan kaki telanjangnya untuk perusahaan yang mau memasarkan produk. Idenya berasal dari pemikiran bahwa media beriklan yang efektif adalah tempat di mana mata orang memandang. Kemudian didapatkan ide bahwa anggota tubuh yang menarik dari seorang perempuan bisa menjadi medianya, di antaranya adalah paha.
Syarat
1. Harus wanita muda yang cantik dan
menarik—memiliki daya pikat.
2. Harus memiliki setidaknya 20 teman di
jejaring sosial dan minimal berusia 18
tahun.
Tata Cara
Para perempuan yang berpartisipasi kakinya
akan dicap dengan sebuah iklan yang berupa
sticker. Kemudian mereka akan berjalan-
jalan agar dilihat banyak orang sepanjang 8
jam sehari atau lebih. Tentu saja agar logo
yang diiklankan terlihat maka mereka harus
memakai pakaian minim secantik mungkin.
Sebagai bukti bahwa mereka melakukan
pekerjaannya, para peserta harus mengirim
foto diri mereka saat memakai iklan itu ke
Facebook atau Twitter. Setelah itu baru
mereka akan menerima bayaran atas jasanya
sebagai media iklan. Absolute Territory PR
mengklaim tren ini disambut baik dengan
adanya 1.300 gadis mendaftarkan kaki
mereka pada November 2012.
Karakter Wanita di Televisi
Karakter utama perempuan atau pendukung di
dalam kartun biasanya digambarkan
emosional, lucu, romantis dan periang. Ini
umumnya menjadi karakter yang positif. (FCT,
1981)
Dan dibalik itu, wanita juga digambarkan
memiliki sifat yang negatif, seperti materialistik
dan suka menentang. Contohnya, ibu mertua
yang biasanya suka menyiksa menantunya dan
suka ikut campur urusan tetangga.
Dalam penayangan drama pun, wanita
banyak digambarkan dengan karakter yang
lembut, sensitif, dan emosional.
Dokter perempuan yang profesional
digambarkan terlalu banyak menggunakan
emosinya daripada pikiran rasionalnya.
(Inochi, NHK‟s year-long series)
PORNOGRAFI DALAM
PENAYANGAN IKLAN DI TV
Dalam kurun beberapa tahun ini, sejumlah program, talk shows, drama, bahkan kartun sudah menayangkan pornografi yang juga ditonton oleh anak kecil. Herannya, ini menjadi wajar bagi mereka.
Di pelbagai program majalah porno dan sejenisnya sering digunakan sebagai dasar cerita di komik, bisnis seks, seperti perempuan cantik yang memakai setelan kelinci sebagai bar hostesses. (FCT, 1982)
Studi kasus di United States mengatakan
bahwa di awal tahun 1970, hal-hal yang
berbau seksual dan perilaku tidak senonoh
meningkat di televisi dan 70% kegiatan seks
itu menyangkut hubungan seks terlarang
atau berhubungan dengan PSK/pelacur.
(National Institute of Mental Health, 1982)
Dan ini menjadi tren di Jepang dan masuk
di program televisi tahun 1980-an.
Studi analisis tahun 1981 untuk iklan
minuman beralkohol, 30% dari 58 iklan sake
mengatakan “sake dan wanita adalah
kebutuhan para pria”. (FCT, 1981)
Selanjutnya, analisis tahun 1987 ditemukan
26% dari 207 iklan soft drink menggunakan
perempuan muda yang memakai bikini.
(FCT, 1988)
Di iklan-iklan produk seperti pakaian dalam dan sabun, biasanya wanita hanya mengenakan pakaian dalam mereka. (Women‟s Liaison Counsil on Buraku Liberation, 1986)
Namun ada juga iklan yang menggunakan bayi telanjang dan gadis usia 14-16 tahun. Karena bagi mereka, menayangkan iklan bayi telanjang dianggap lucu dan menarik.
ISU-ISU WANITA YANG ADA DI
INDUSTRI PERTELEVISIAN
Di tahun 1980, banyak wanita yang muncul sebagai penyiar berita. Dan di tahun 1986, pembawa acara wanita mulai dimunculkan di majalah wanita.
Proporsi wanita dan pria yang bekerja di industri pertelevisian ternyata tidak sama.
Pada tabel berikut dirincikan bahwa wanita yang bekerja di NHK hanya 6% dari semua karyawan dan 18,5% di perusahaan penyiaran swasta di Jepang—kebanyakan dari mereka pun menetap di posisi programming, operations, bisnis dan divisi penyiaran.
SIMPULAN
Di Jepang, wanita dijadikan sebagai salah satu “modal” untuk berjualan produk yang akan dipasarkan. Kemudian televisi menjadi salah satu media utama untuk periklanan. Banyak dari mereka yang tidak lagi mempedulikan martabat mereka sebagai wanita—semata-mata hanya karena untuk mencari uang atau mendapatkan ketenaran. Hal itu menjadi sangat biasa di Jepang. Apalagi melihat hal yang berbau porno sudah semakin banyak di media, majalah maupun komik. Contoh nyatanya adalah kartun Shinchan.
DAFTAR PUSTAKA
• Women and Television: Portrayal of Women in
the Mass Media, Midori Fukunishi Suzuki
• http://makinseru.com/beriklan-di-paha-
wanita-jadi-trend-baru-jepang/