implementasi perda no.2 tahun 2019 tentang

91
i IMPLEMENTASI PERDA NO.2 TAHUN 2019 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN BAGI LANJUT USIA DAN PENYANDANG DISABILITAS DI DINAS SOSIAL KOTA JAMBI Skripsi Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1) Dalam Ilmu Pemerintahan Pada Fakultas Syariah Oleh: DINA AFRIANA NIM: 105170433 PEMBIMBING : ALHUSNI, S.Ag,M.HI AGUS FIADI, S.IP.,M.SI PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 1443 H / 2021

Transcript of implementasi perda no.2 tahun 2019 tentang

i

IMPLEMENTASI PERDA NO.2 TAHUN 2019 TENTANG

PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN BAGI

LANJUT USIA DAN PENYANDANG

DISABILITAS DI DINAS SOSIAL

KOTA JAMBI

Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1) Dalam

Ilmu Pemerintahan Pada

Fakultas Syariah

Oleh:

DINA AFRIANA

NIM: 105170433

PEMBIMBING :

ALHUSNI, S.Ag,M.HI

AGUS FIADI, S.IP.,M.SI

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTAN THAHA SAIFUDDIN

JAMBI

1443 H / 2021

ii

iv

Pembimbing I : Agus Fiadi, S.IP.,M.Si

Pembimbing II : Al Husni, S.Ag.,M.HI

Alamat : Fakultas Syariah UIN STS Jambi

Jl. Jambi-Muara Bulian KM. 16 Simp. Sei Duren

Jaluko Kab. Muaro Jambi 31346 Telp. (0741) 582021

Jambi, November 2021

Kepada Yth.

Bapak Dekan Fakultas Syariah

UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Di-

Jambi

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Assalamua’alaikum wr.wb

Setelah membaca dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka skripsi saudara

Dina Afriana NIM : 105170433 yang berjudul “Implementasi Perda No.2

Tahun 2019 Tentang Perlindungan Dan Pemberdayaan Bagi Lanjut Usia

Dan Penyandang Disabilitas Di Dinas Sosial Kota Jambi”. Telah disetujui

dan didapat diajukan untuk dimunaqasahkan guna melengkapi syarat-syarat

memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1) dalam Prodi Ilmu Pemerintahan pada

Fakultas Syariah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

Demikianlah, kami ucapkan terima kasih semoga bermanfaat bagi kepentingan

Agama, Nusa dan Bangsa.

Wassalamua’alaikum wr.wb.

Pembimbing I Pembimbing II

Agus Fiadi, S.IP.,M.Si Alhusni, S.Ag ,M.Hi

NIP.197008072003121005 NIP. 197612252009011017

v

MOTTO

“Jangan menunda pekerjaan sampai besok jika hari ini dapat diselesaikan

maka tuntaskanlah”

vi

LEMBAR PERSEMBAHAN

Alhamdulillah

Puji syukur saya panjatkan kehadira ALLAH SWT yang selalu melimpahkan dan

memberikan kemudahan kepada saya dan menghadirkan orang-orang yang bearti

di sekeliling saya. Yang selalu memberi saya semangat dan doa, sehingga skripsi

saya terselesaikan dengan baik. Ku persembahkan semua ini sebagai tanda cinta

dan baktiku dan kasih sayang serta doa yang ku terima. Dengan ini ku

persembahkan untuk ayahanda (Zamri) dan Ibunda (Mardiah) Terima kasih

untuk doa dan keridhoan kedua orang tuaku sehingga saya semangat

menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih untuk abang kandung ku (Ade

Satriawan) Ayuk ku (Rusmayenti) dan (Trilia Fitri) ,abang ipar (Son) dan

(Hakim) , kakak ipar ku (Nini Munasari) yang selalu memberi saya semangat

untuk cepat menyelesaikan perkuliahan ini agar menjadi orang sukses dan

menjadi contoh yang baik untuk kalian.

Terimakasih kepada sahabat seperjuanganku teteh melly,kak sinta,cak mustika,

kak ria,kak sinta,butet arta, neng mifta, dek mukodimmah kecik tika yang telah

menemani saya selama dibangku perkuliah hingga selesai. Terimakasih kepada

Kak Cak Dewi yang telah menjadi pembimbing diluar kampus Dan terima

kepada teman-teman yang telah memberikan semangat dan mendoakan saya agar

segera menyelesaikan studi perkuliahan ini

vii

ABSTRAK

Dina Afriana. 1051704333 yang berjudul “Implementasi Perda No.2 Tahun

2019 Tentang Perlindungan Dan Pemberdayaan Bagi Lanjut Usia Dan

Penyandang Disabilitas Di Dinas Sosial Kota Jambi”.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui Implementasi Perda No 2 Tahun 2019

dalam pemberdayaan penyandang disabilitas di Dinas Sosial Kota Jambi.

Sebagai tujuan antara lain adalah mengetahui Implementasi Perda No 2 Tahun

2019 dalam pemberdayaan penyandang disabilitAS, selain itu pula untuk

mengetahui yang dilakukan Dinas Sosial Kota Jambi dalam pemberdayaan

penyandang disabilitas. Skripsi ini menggunakan metode penelitian kualitatif

deskriptif dengan cara pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan

dokumentasi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh hasil dan

kesimpulan sebagai berikut: Pertama,. Implementasi Perda No.2 Tahun 2019

Tentang Perlindungan Dan Pemberdayaan Bagi Lanjut Usia Dan Penyandang

Disabilitas Di Dinas Sosial Kota Jambi yaitu dengan cara mensejahterakan kaum

yang lemah khususnya penyandang disabilitas sedikit banyak telah

dilakukan oleh pemerintah maupun non pemerintah. Dengan contoh

melalui peminjaman modal, pembinaan, pendidikan inklusi, pengembangan

karakter, Kedua, Upaya yang dilakukan Dinas Sosial Kota Jambi adalah

pelatihan keterampilan elektronik dan pemberian bantuan berupa alat bantu dan

uang , yang sudah di ikuti oleh penyandang disabiltas, dan masih banyak para

penyandang disabilitas tidak menerima bantuan dalam bentuk apapun.

Kata Kunci : Implementasi, Perda No.2 Tahun 2019,Pemberdayaan, Dinas

Sosial Kota Jambi.

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena berkah, rahmat

serta karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan penulisan

skripsi ini dengan lancar.

Tak lupa pula penulis mengirimkan sholawat beriringkan salam untuk

baginda nabi besar Muhammad Saw yang telah membawa kita, para umatnya

dari zaman jahiliyah ke zaman yang berilmu pengetahuan seperti sekarang.

Skripsi ini berjudul “Implementasi Perda No.2 Tahun 2019 Tentang

Perlindungan Dan Pemberdayaan Bagi Lanjut Usia Dan Penyandang

Disabilitas Di Dinas Sosial Kota Jambi”. Skripsi ini disusun sebagai sumbangan

pemikiran terhadap perkembangan ilmu dan memenuhi sebagai persyaratan

untuk memperoleh gelar sarjana satu (S1) pada Fakultas Syariah Universitas

Islam Negeri Sulthan Thaha Saifudin Jambi.

Kemudian dalam penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari tidak sedikit

hambatan dan rintangan yang penulis temui baik dalam mengumpulkan data

maupun dalam penyusunannya. Dan berkat adanya bantuan dari berbagai pihak,

terutama bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh dosen pembimbing, maka

skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, hal yang pantas

penulis ucapkan adalah kata terima kasih kepada semua pihak yang turut

membantu penyelesaian skripsi ini, terutama sekali kepada Yang Terhormat

1. Bapak Prof. Dr. H. Su‟aidi Asy‟ari, MA. Ph.D selaku Rektor UIN

Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

ix

2. Bapak Dr. Sayuti, S.Ag., M.H selaku Dekan Fakultas Syariah Universitas

Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi.

3. Bapak Dr. Agus Salim, M.A., M.IR., Ph.D, Dr. Ruslan Abdul Gani, SH.,

M.H, Dr. H. Ishaq, SH., M.Hum selaku Wakil Dekan I, II, dan III di

lingkungan Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sultan Thaha

Saifuddin Jambi.

4. Bapak Dr. Ruslan Abdul Gani, SH.,MH selaku Wakil Dekan II Bidang

Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan Fakultas Syariah UIN

Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

5. Bapak Dr. H. Ishaq, SH.,M.Hum selaku Wakil Dekan III Bidang

Kemahasiswaan dan Kerja Sama Fakultas Syariah UIN Sulthan Thaha

Saifuddin Jambi.

6. Ibu Dr. Irmawati Sagala, S.IP., MSHS selaku Kepala Prodi Ilmu

Pemerintahan dan Bapak Yudi Armansyah, M.Hum selaku Sekretaris

Prodi Ilmu Pemerintahan Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri

Sultan Thaha Saifuddin Jambi.

7. Bapak Agus Fiadi S.IP. M.Si selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak

Alhusni, S.Ag, M.H.I Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

pelajaran dan arahan serta semangat dalam penulisan skripsi ini.

8. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sultan

Thaha Saifuddin Jambi.

9. Kedua orang tua yang telah banyak memberikan aamiin paling serius,

dukungan dan kasih sayangnya selama ini.

x

10. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini, baik langsung

maupun tidak langsung.

Semoga bantuan dan bimbingan serta arahan yang diberikan menjadi

amal sholeh dan mendapatkan pahala dari Allah SWT, Aamiin. Skripsi ini tidak

terlepas dari kesalahan dan kekeliruan, oleh sebab itu penulis mengharapkan

saran dan kritik yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi pembaca.

Jambi, November 2020

Penulis

Dina Afriana

NIM. 1051704333

xi

DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................ ii

MOTTO ............................................................................................................... iii

PERSEMBAHAN ................................................................................................ iv

ABSTRAK ............................................................................................................ v

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi

DAFTAR

GAMBAR…………………………………………………………………..xi

DAFTAR

SINGKATAN………………………………………………………………xiv

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................ 5

C. Batasan Masalah .............................................................................. 6

D. Tujuan Penelitian ............................................................................. 6

E. Kerangka Teori ................................................................................ 7

F. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 6

BAB II METODE PENELITIAN ....................................................................... 21

A. Pendekatan Penilitian ..................................................................... 21

B. Jenis dan Sumber Data ................................................................... 22

C. Instrumen Pengumpulan Data ........................................................ 23

D. Unit Analisis .................................................................................. 24

E. Sistematika Penulisan .................................................................... 25

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ................................. 27

A. Sejarah Dinas Sosial ...................................................................... 27

B. Gambaran Umum Dinas Sosial Kota Jambi .................................. 27

BAB IV PEMBAHASAN… ............................................................................... 43

xii

A. Upaya apa yang dilakukan Dinas Sosial Dalam Implemetasi Perda

No.2 Tahun 2019 Tentang Perlindungan Dan Pemberdayaan Bagi

Lanjut Usia Dan Penyandang Disabilitas ..................................... 43

B. Apa saja Faktor Penghambat Dalam Implementasi Perda No.2

Tahun 2019 Tentang Perlindungan Dan Pemberdayaan Bagi Lanjut

Usia Dan Penyandang Disabilitas .................................................. 48

BAB V PENUTUP ............................................................................... .60

A. Kesimpulan ...................................................................................... 61

B. Saran ................................................................................................ 61

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DOKUMENTASI

CURRICULUM VITAE

xiii

DAFTAR TABEL

Table 1.1 Jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Social (PMKS)

Kota Jambi Tahun 2020………………………………………… 2

Table 4.1 Jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Social (PMKS)

Kota Jambi Tahun 2020………………………………………… 50

Tabel 4.2 Program Pelatihan yang diadakan oleh Dinas Tenaga Kerja,

Koperasi dan UKM Kota Jambi Tahun 2019………………….. 53

Tabel 4. 3 Program Pelatihan Yang Diadakan Oleh Dinas Sosial Kota

Jambi Tahun 2019……………………………………………… 55

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Proses Pemberdayaan Penyandang Disabilitas Kota Jambi…….. 50

xv

DAFTAR SINGKATAN

Dinas Sosial = Dinsos

UI = Universitas Islam Jambi

Perda = Peraturan Daerah

UU = Undang-Undnag

STS = Sultan Thaha SAifuddin

Prov = Provinsi

No = Nomor

UKM = Usaha Kecil Menegah

Kec =Kecamatan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebijakan pemerintah terkait dengan data penyandang disabilitas

jumlah disabilitas di Kota Jambi sebanyak kurang lebih 17.432 jiwa

sedangkan Jumlah Penyandang Disabilitas di wilayah Kota Jambi sebanyak

kurang lebih 1.428 jiwa. Pelatihan yang pernah dilakukan oleh dinas sosial

kepada penyandang disabilitas pada tahun 2019 pelatihan pembuatan kue,

pelatihan servis elektronik, pelatihan menjahit. Pada tahun 2020 dinas sosial

sudah membuat rencana pelatihan pembuatan kue tetapi tidak jadi

dikarnakan adanya wabah covid 19 maka ditiadakan pelatihan di tahun 2020

ini. Maka digantikan dengan kegiatan dinas sosial berupa bantuan sosial

berupa sembako untuk semua masyarakat umumnya dan untuk semua

penyandang disabilitas khusunya.

Dibawah dijabarkan mengenai jumlah penyandang masalah

kesejahteraan social (PMKS) Kota Jambi Tahun 2020 adalah sebagai berikut

:

2

Table 1.1 Jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Social (PMKS) Kota Jambi Tahun 2020

No Uraian Jambi

Selatan

Jambi

Timur

Paal

Merah

Pasar Jelutung Kota

Baru

Alam

Barajo

Telanai

Pura

Danau

Sipin

Danau

Teluk

Pelayangan Jumlah

Penyandang disabilitas

1 Disabilitas tubuh

(tuna daksa)

112 205 94 21 66 22 30 31 4 20 29

2 Disabilitas mata

(tuna netra)

15 32 32 - 19 15 5 - - - -

3 Disabilitas bicara

(tuna rungu/wicara)

14 58 25 6 - 12 12 12 - 6 21

4 Disabilitas mental

(tunagrahita)

69 75 38 27 55 11 14 30 - 4 48

Penyandang disabilitas anak (0 s/d 18 tahun)

1 Disabilitas tubuh

(tuna daksa)

23 36 20 2 19 9 12 13 - 3 9

2 Disabilitas mata

(tuna netra)

7 5 3 2 2 2 - - - - -

3 Disabilitas bicara

(tuna rungu/wicara)

4 19 14 1 8 5 4 7 - - 5

4 Disabilitas mental

(tunagrahita)

17 14 9 3 10 1 5 11 - - 9

5 Disabilitas ganda 17 - - - 6 10 - 7 4 2 -

Laki-laki

perempuan

35 42 25 3 25 15 12 22 - 4 13

33 32 21 4 20 12 9 16 4 1 10 Sumber :Dinas Sosial Kota Jambi Tahun 2020

3

Berdasarkan data dari Dinas Sosial Kota Jambi tahun 2020 jumlah

penyandang disabilitas tuna daksa berjumlah 634, tuna Netra 118, tuna

rungu 166 dan retardasi mental berjumlah 371 dengan jumlah keseluruhan

yaitu 1.293 penyandang disabilitas di Kota Jambi Tahun 2020.

Perda no 2 tahun 2019 tentang perlindungan dan pemberdayaan

bagi lanjut usia dan penyandang disabilitas. Khusus Kota jambi tidak ada

balai kementrian sosial tapi lembaga pemerintahan ada salah satunya

Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia, Lembaga persatuan penyandang

disabilitas Indonesia. Bantuan yang diberikan oleh pemerintah ini tidak

bersifat instan, khusus untuk penyandang disabilitas tuli itu tergantung

frekuensi alat yang penyanndang butuhkan ini antara satu dengan yang lain

nya beda jadi harus ada uji awal, Dinas sosial memiliki kesulitan

memberikan bantuan alat pendengaran untuk penyandang disabilitas karna

sebelum diberi bantuan alat tersebut mereka harus dites atau diperiksa dulu.

Pemberian pendampingan oleh dinas sosial misal terjadi sesuatu tindak

pidana , dinas sosial memberikan pendampingan kepada penyandang

disabilitas, contohnya pemerkosaan atau tindak kekerasan. Bantuan dari

Dinas Sosial yang telah diberikan kepada penyandang disabilitas berupa

kursi roda dan alat-alat servis elektronik, Dinas Sosial juga memberikan

bantuan kepada anak penyandang disabilitas berupa kebutuhan sehari-hari

seperti Susu Zee bubuk, susu Zee Kotak, shampoo lifeboy, milna kinders

biscuit dan koko krunch. Para penyandang disabilitas memiliki hak yang

sama seperti masyarakat pada umumnya. Kita dituntut juga untuk

4

memberikan semua layanan baik layanan kesehatan, pendidikan, aksebilitas

kemudian termasuk layanan pekerjaan, untuk instansi pemerintahan

minimal 1% dari jumlah pegawai harus ada penyandang disabilitas, kalo

untuk isntasi sawasta perushaan minimal 2% dari jumlah karyawan swaasta

harus ada penyandang disabilitas. Jenis disabilitas ada menjadi 4 :

1. Disabilitas Fisik, Penyandang disabilitas fisik antara lain: amputasi,

lumpuh layu atau kaku, paraplegi, cerebral palsy (CP), lumpuh akibat

stroke, difabel akibat kusta, dan lainnya

2. Disabilitas Intelektual,Penyandang Disabilitas Intelektual antara lain:

Down Syndrome, Cretinisme/Stanted, Microcephali, Macrocephali,

Schapochepali, dan penyandang disabilitas intelektual lain.

3. Disabilitas Mental, Penyandang Disabilitas Mental antara lain:

Skizofrenia, Demensia, Afektif Bipolar, Retardasi Mental, dan lainnya

4. Disabilitas Sensori ,Penyandang Disabilitas Sensori antara lain:

Disabilitas Netra, Disabilitas Rungu, dan Disabilitas Wicara

5. Disabilitas ganda itu seperti lumpu , pendengaran nya terganggu dan buta

jadi didalam satu tubuh itu terdapat ragam disabilitas yang ada di dirinya.

Di Indonesia, disabilitas masih menjadi urusan orang-perorangan

yang memiliki disabilitas. Disabilitas lebih dipahami sebagai urusan

pelayanan kesehatan dan sosial, sehingga penanganannya belum meliputi

semua lintas bidang. Masalah disabilitas merupakan tugas dan tanggung

5

jawab Departemen Kesehatan RI untuk pengobatan dan perawatan serta

pelayanan dan rehabilitasi sosial1.

Menurut Pangestuti yang dikutip oleh Maulinia mengatakan

bahwa masalah kecacatan merupakan masalah yang kompleks dan

cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, masalah

kecacatan perlu mendapatkan perhatian dalam pembangunan2.

Menurut Undang-undang No 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang

Disabilitas disebutkan bahwa Penyandang Disabilitas adalah setiap orang

yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik

dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan

dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara

penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan

hak3. Hak-hak penyandang disabilitas : bebas dari stigma, privasi,

keadilan dan perlindungan hokum,pendidikan, pekerjaan, kewirausahaan,

dan koperasi, kesehatan, politik, keagamaan, keolahragaan, kebudayaan

dan pariwisata, kesejahteraan sosial, Aksesibilitas, Pelayanan Publik,

Pelindungan dari bencana, rehabilitasi, konsesi, pendataan, hidup secara

mandiri dan dilibatkan dalam masyarakat, berekspresi, berkomunikasi,

memperoleh informasi, berpindah tempat kewarganegaraan, bebas dari

tindakan diskriminasi, penelantaran, penyiksaan, dan eksploitasi.

1 Hilmiah,dkk., Analisis Deskriptif Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Tahun

2009, (Jakarta: Kerjasama Badan Pusat Statistik RI dengan Kementerian Sosial RI), h.105. 2 Maulinia, Pemberdayaan Perempuan Penyandang Disabilitas Pada Himpunan

Wanita Penyandang Cacat Indonesia,(Tesis S2 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program

Magister Ilmu Kesejahteraan Sosial, Universitas Indonesia, 2012), h.1. 3 Undang-undang No 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas

6

Data difabel menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun

2018 terbagi dalam 4 kelompok usia diantaranya usia 2-6 tahun, 7-18

tahun, 19-59 tahun dan > 60 tahun. Untuk setiap usia jenis pemberdayaan

yang dilakukan oleh Dinas Sosial tentu beda untuk tiap usianya, seperti

halnya individu dengan usia >60 tentu memiliki tanggung jawab yang

beda dengan mereka yg diabwah usia tersebut, tentu pihak Dinas Sosial

pun memberikan pemberdayaan yang beda pula, mengingat pada usia

tersebut sebagian besar telah memiliki keluarga dan anak.

Berdasarkan berita yang didapat dari Dinamikajambi.com pada

Kamis (09/07/2020)

“Masih banyak penyandang Disabilitas di Kota Jambi yang tidak

dapat perhatian Pemerintahan , Deni Ling merupakan salah satu

relawan yang menyalurkan bantuan kepada masyarakat yang

menyandang disabilitas seperti lumpuh, cacat dan sebagainya.

Diantara penerimanya ini, kebanyakan warga yang cacat, dan

lumpuh. Baik dari lahir, maupun kecelakaan. Itu artinya, hamper

seratus orang warga di Kota Jambi yang menyandang disabilitas tak

dapat perhatian dari pemerintah. Tentu ini menjadi pertanyaan besar

bagi publik. Meningat, hal yang seperti ini seharusnya menjadi

perhatian khusus oleh pemerintah, apalagi mereka dari keluarga

yang tidak mampu . mirisnya lagi, dari cerita deni ada salah satu

penyandang Disabilitas di kelurahan Legok Kota Jambi, 3 kakak

beradik memiliki keterbatasan dari lahir”.

7

Berdasarkan observasi yang dilakukan di lapangan yaitu Dinas

Sosial Kota Jambi dapat dilihat bahwa sejauh ini kebijakan pemerintah

dalam pemberdayaan penyandang disabilitas sudah dilaksanakan diantara

nya dengan memberikan pelatihan kepada penyandang disabilitas yaitu

berupa keterampilan membuat kerajinan tangan, dan berbagai kegiatan

lain nya yang dapat memberikan kemandirian kepada para penyandang

disabilitas. Akan tetapi belum meratanya sosialisasi mengenai

pemberdayaan penyandang disabilitas membuat para penyandang

disabiltas masih belum tersentuh oleh kebijakan pemerintah. Maka dari

itu penulis tertarik untuk mengangkat judul : “Implementasi Perda No.2

Tahun 2019 Tentang Perlindungan Dan Pemberdayaan Bagi Lanjut Usia

Dan Penyandang Disabilitas di Dinas Sosial Kota Jambi”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka

penulis merumuskan masalah Sebagai Berikut:

1. Bagaimana upaya yang dilakukan Dinas Sosial Kota Jambi dalam

Implementasi Perda No.2 Tahun 2019 Tentang Perlindungan dan

Pemberdayaan Bagi Lanjut Usia Dan Penyandang Disabilitas.

2. Apa saja faktor Penghambat Dalam Implementasi Perda No.2 Tahun

2019 Tentang Perlindungan Dan Pemberdayaan Bagi Lanjut Usia dan

Penyandang Disabilitas.

8

C. Batasan Masalah

Dalam penulisan ini agar tidak meluas ke pokok pembahasan

yang lain penulis perlu membatasi permasalahan yang akan diteliti.

Masalah-masalah yang akan dibahas terkait dengan “Implementasi Perda

No.2 Tahun 2019 Tentang Perlindungan Dan Pemberdayaan Bagi Lanjut

Usia Dan Penyandang Disabilitas di Dinas Sosial Kota Jambi”.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian sebenarnya merupakan suatu

upaya untuk menemukan pengembangan dan menguji kebenaran

pengetahuan, usaha yang dilakukan dengan suatu metode ilmiah oleh

karena itu, secara kongkret tujuan yang ingin dicapai dari penelitian

adalah sebagai berikut:

a. Bagaimanakah upaya yang Dilakukan Dinas Sosial Kota Jambi Dalam

Implementasi Perda No.2 Tahun 2019 Tentang Perlindungan Dan

Pemberdayaan Bagi Lanjut Usia dan Penyandang Disabilitas.

b. Bagaimanakah faktor Penghambat Dalam Implementasi Perda No.2

Tahun 2019 Tentang Perlindungan Dan Pemberdayaan Bagi Lanjut

Usia Dan Penyandang Disabilitas.

2. Manfaat

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu

pengetahuan tentang ilmu pemerintahan bagi penulis dalam rangka

9

memberi sumbangsi pemikiran dan untuk mengembangkan bidang

keilmuan yang telah didapat selama dibangku perkuliahan.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan untuk

mengembangkan penelitian ini lebih lanjut guna untuk kepentingan

Ilmu Pengetahuan khususnya studi Ilmu Pemerintahan UIN STS

Jambi.

c. Sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana strata (SI) pada

Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Syari‟ah UIN Sulthan Thaha

Saifuddin Jambi.

E. Kerangka Teori

1. Implementasi

Terdapat berbagai pendapat para ahli dan akademisi yang

mengemukakan tentang pengertian dari implementasi. Hal ini perlu

dijelaskan agar pemahaman tentang implementasi dapat disinkronisasikan

dari konsep penelitian terhadap suatu kebijakan atau peraturan

perundangan-undangan yang menjadi fokus utama dalam penelitian ini.

Karena implementasi merupakan kegiatan yang penting dari keseluruhan

proses perencanaan kebijakan. Adapun pengertian implementasi tersebut

dapat dilihat dalam beberapa pendapat di bawah ini.

Menurut Mulyadi (2015:12), implementasi mengacu pada tindakan

untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu

keputusan. Tindakan ini berusaha untuk mengubah keputusan-keputusan

tersebut menjadi pola-pola operasional serta berusaha mencapai

10

perubahanperubahan besar atau kecil sebagaimana yang telah diputuskan

sebelumnya. Implementasi pada hakikatnya juga merupakan upaya

pemahaman apa yang seharusnya terjadi setelah program dilaksanakan.

Dalam tataran praktis, implementasi adalah proses pelaksanaan keputusan

dasar. Proses tersebut terdiri atas beberapa tahapan yakni:

1. Tahapan pengesahan peraturan perundangan.

2. Pelaksanaan keputusan oleh instansi pelaksana.

3. Kesediaan kelompok sasaran untuk menjalankan keputusan.

4. Dampak nyata keputusan baik yang dikehendaki maupun tidak.

5. Dampak keputusan sebagaimana yang diharapkan instansi pelaksana.

6. Upaya perbaikan atas kebijakan atau peraturan perundangan.

Proses persiapan implementasi setidaknya menyangkut beberapa

hal penting yakni:

1. Penyiapan sumber daya, unit dan metode.

2. Penerjemahan kebijakan menjadi rencana dan arahan yang dapat

diterima dan dijalankan.

3. Penyediaan layanan, pembayaran dan hal lain secara rutin.

Implementasi menurut teori Jones (Mulyadi, 2015:45): “Those

Activities directed toward putting a program into effect” (proses

mewujudkan program hingga memperlihatkan hasilnya),

sedangkan menurut Horn dan Meter: “Those actions by public and

private individual (or group) that are achievement or objectives set

forth in prior policy” (tindakan yang dilakukan pemerintah). Jadi

11

implementasi adalah tindakan yang dilakukan setelah suatu

kebijakan ditetapkan. Implementasi merupakan cara agar sebuah

kebijakan dapat mencapai tujuannya.

Selanjutnya menurut Lister (Taufik dan Isril, 2013:136), “sebagai

sebuah hasil, maka implementasi menyangkut tindakan seberapa jauh arah

yang telah diprogramkan itu benar-benar memuaskan”. Grindle (Mulyadi,

2015:47), “menyatakan implementasi merupakan proses umum tindakan

administratif yang dapat diteliti pada tingkat program tertentu”.

Sedangkan Horn (Tahir, 2014:55), “mengartikan implementasi sebagai

tindakan-tindakan yang dilakukan oleh baik individu-individu/pejabat-

pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan

pada pencapaian tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam kebijakan”.

Ekawati (Taufik dan Isril, 2013:136) menyatakan, “bahwa definisi

implementasi secara eksplisit mencakup tindakan oleh individu/kelompok

privat (swasta) dan publik yang langsung pada pencapaian serangkaian

tujuan terus menerus dalam keputusan kebijakan yang telah ditetapkan

sebelumnya” Kemudian Gordon (Mulyadi, 2015:24) menyatakan,

“implementasi berkenaan dengan berbagai kegiatan yang diarahkan pada

realisasi program.” Menurut Widodo (Syahida, 2014:10), “implementasi

berarti menyediakan sarana untuk melaksanakan suatu kebijakan dan

dapat menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu”

2. Peraturan daerah

12

Secara umum, pengertian peraturan daerah dapat disebut juga

sebagai instrumen aturan yang diberikan kepada pemerintah daerah dalam

rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah di masing-masing daerah

otonom. Menurut Prof. Dr. Jimmly Asshiddiqie, SH., pengertian peraturan

daerah adalah sebagai salah satu bentuk aturan pelaksana undang-undang

sebagai peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Kewenangan

peraturan daerah bersumber dari kewenangan yang telah ditentukan suatu

undang-undang. Meski demikian, peraturan daerah juga dapat dibentuk

untuk mengatur hal-hal yang kewenangan untuk mengatur hal-hal tersebut

tidak diatur secara eksplisit oleh suatu undang-undang. Hal tersebut dapat

dilakukan sesuai dengan ketentuan ketentuan UUD 1945 sebagaimana

dimaksud dalam pasal 18 ayat (3) dan (4).

3. Penyandang disabilitas

Dunia internasional menyebut penyandang disabilitas dengan

beberapa istilah diantaranya, disability (kecacatan), disable person

(penyandang cacat), mentally retarded (kelainan mental), mental illness

(sakit mental), impairment (pelemahan), handicap (cacat fisik).4 WHO

membagi pengertian penyandang disabilitas menjadi tiga, yaitu :

a) Impairement: suatu ketidaknormalan atau kehilangan baik secara

psikologis, fisiologis, maupun kelainan struktur atau fungsi anatomis.

4 Majda dan El Muhtaj, Dimensi-Dimensi HAM Mengurai Hak Ekonomi, Sosial, dan

Budaya. (Jakarta: Rajawali Press, 2009), hlm. 167

13

b) Disability: suatu ketidakmampuan melaksanakan suatu aktivitas

tertentu sebagaiman layaknya orang normal yang disebabkan kondisi

impairment.

c) Handicap: kesukaran atau kesulitan dalam kehidupan pribadi,

keluarga, dan masyarakat, baik pada bidang sosial, ekonomi, maupun

psikologi yang dialami oleh seseorang yang disebabkan

ketidaknormalan.5

Istilah difable berasal dari kepanjangan different ability yang

berarti kemampuan yang berbeda. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI), kata difabel diartikan sebagai penyandang cacat. Sedangkan kata

cacat merupakan kekurangan yang menyebabkan nilai atau mutu pada diri

tersebut kurang baik atau kurang sempurna yang terdapat pada badan,

benda, batin, atau akhlak29. Indonesia pertama kali menggunakan istilah

„Penderita Cacat‟ untuk menyebut penyandang disabilitas. Seiring

kemajuan intelektual, terjadi perubahan istilah yang tepat yaitu Penyandang

Disabilitas, istilah ini dikenalkan dalam peraturan terbaru melalui Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang Disabilitas. Terbitnya

Undang-Undang ini menjadi payung hukum bagi bagi penyandang

disabilitas agar terhindar dari segala bentuk ketidakadilan dan diskriminasi.

Undang-undang Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang Disabilitas

Pasal 1 menyebutkan pengertian dari penyandang disabilitas:

“Penyandang Disabilitas adalah setiap orang yang mengalami

5 Nurul Fitriana, Pemenuhan Hak Aksesibiltas Sebagai Wujud Kesamaan Kesempatan

Bagi Mahasiswa Penyandang Cacat Dalam Porses Pendidikan (Studi di Universitas Brawijaya

Malang),(online) (http://eprints.umm.ac.id/22215/) diakses pada 28 Agustus 2020 jam 22:22

14

keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam

jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat

mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh

dan efektif dengan warga Negara lainnya berdasarkan kesamaan

hak.”6

4. Pemberdayaan

a. Definisi pemberdayan

Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan

(empowerment) berasal dari kata „power‟ yang artinya kekuasaan atau

keberdayan. Karenanya, ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan

konsep mengenai kekuasaan. Kekuasaan seringkali dikaitkan dengan

kemampuan kita untuk membuat orang lain melakukan apa yang kita

inginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka.7

Pemberdayaan sebagai sebuah proses perubahan kemudian

memiliki konsep yang bermakna. Dengan kata lain, kemungkinan

terjadinya proses pemberdayaan sangat tergantung pada dua hal:

1. Bahwa kekuasaan dapat berubah. Jika kekuasaan tidak dapat berubah,

pemberdayaan tidak mungkin terjadi dengan cara apapun

2. Bahwa kekuasaan dapat diperluas. Konsep ini menekankan pada

pengertian yang tidak statis, melainkan dinamis.

6 Undang-undang Nomor 8 Tahun 2016

7 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: kajian strategis

pembangunan kesejahteraan sosial & pekerjaan sosial, (Bandung: Refika Aditama, 2017), hlm.57

15

Dalam kaitan dengan konsep pemberdayaan masyarakat, banyak

pakar yang membahas hal ini. Salah satunya adalah Payne, yang

mengemukakan bahwa pemberdayaan (empowerment) pada intinya

ditujukan guna membantu klien memperoleh daya untuk mengambil

keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang terkait

dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan

sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui dan fase

percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki, antara lain melalui

transfer daya dari lingkungannya.8

b. Tujuan Pemberdayaan

Tujuan utama pemberdayaan adalah memperkuat kekuasaan

masyarakat, khususnya kelompok lemah yang tidak memiliki

keberdayaan, baik karena kondisi internal, maupun karena kondisi

eksternal (adanyaketidakadilan dalam struktur sosial). Pemberdayaan

menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan

lemah sehingga mereka bisa memiliki kekuatan atau kemampuan dalam

hal, antara lain:9

1. Memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki

kebebasan. Tidak hanya bebas dalam mengemukakan pendapat,

melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan dan bebas

dari kesakitan.

2. Menjangkau sumber-sumber produktif yang mungkin mereka

8 Isbandi Rukminto Adi, IntervensiKomunitas Pengembangan Masyarakat, (Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2008), hlm. 78 9 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: kajian strategis....., Hlm. 58

16

dapat meningkatkan pendapatannya sehingga dapat memperoleh

barang barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan.

c. Indikator Keberdayaan

Sebagaimana dikutip oleh Edi Suharto, pemberdayaan menurut

Kieffer mencakup tiga dimensi yaitu kerakyatan, kemampuan

sosiopolitik, dan kompetensi partisipatif. Untuk mengetahui fokus dan

tujuan keberdayaan secara operasional, maka perlu diketahui berbagai

indikator keberdayaan yang dapat menunjukkan seseorang itu berdaya

atau tidak. Sehingga ketika sebuah program pemberdayaan sosial

diberikan, segenap usaha dapat dikonsentrasikan pada aspek-aspek apa

saja dari sasaran perubahan (misalnya keluarga miskin) yang perlu

dioptimalkan10

.

Sebagaimana dikutip oleh Edi Suharto. Schuler, Hashemi dan

Riley mengembangkan delapan indikator pemberdayaan, yang mereka

sebut sebagai empowerment index atau indeks

pemberdayaan.Keberhasilan pemberdayaan masyarakat dapat dilihat

dari keberdayaan mereka yang menyangkut kemampuan ekonomi,

kemampuan mengakses manfaat kesejahteraan, dan kemampuan kultural

dan politis. Ketiga aspek tersebut dikaitkan dengan empat dimensi

kekuasaan, yaitu kekuasaan di dalam (power within), kekuasaan untuk

(power to), kekuasaan atas (power over), dan keuasaan dengan (power

10

Ibid, hlm. 63

17

with). indikator keberdayaan, meliputi:11

1. Kebebasan mobilitas: kemampuan seseorang untuk pergi ke luar

rumah atau wilayah tempat tinggalnya. Seperti ke pasar, fasilitas

medis, bioskop, rumah ibadah, ke rumah tetangga. Tingkat

mobilitas ini dianggap tinggi jika individu mampu pergi sendiri.

2. Kemampuan membeli komoditas kecil: kemampuan individu

untuk membeli barang-barang kebutuhan keluarga sehari-hari

(beras, gula, minyak goreng dan bumbu dapur); kebutuhan

pribadi (sabun, sampo, bedak, parfum). Individu dianggap

mampu melakukan kegiatan ini terutama jika ia dapat membuat

keputusan sendiri tanpa meminta ijin pasangannya; terlebih jika

ia membeli barang-barang tersebut dengan menggunakan

uangnya sendiri.

3. Kemampuan membeli komoditas besar: kemampuan individu

untuk membeli barang-barang sekunder atau tersier. Seperti TV,

HP, lemari pakaian, kulkas. Individu dianggap mampu

melakukan kegiatan ini terutama jika ia dapat membuat

keputusan sendiri tanpa meminta ijin pasangannya; terlebih jika

ia membeli barang-barang tersebut dengan menggunakan

uangnya sendiri.

4. Terlibat dalam pembuatan keputusan-keputusan rumah tangga:

11

Ibid, hlm. 64-66

18

mampu membuat keputusan secara sendiri maupun bersama

suami atau istri mengenai keputusan-keputusan keluarga.

Misalnya mengenai renovasi rumah, pembelian hewan ternak,

memperoleh kredit usaha.

d. Bentuk-bentuk Pemberdayaan

Pemberdayaan harus dilakukan secara terus menerus,

komprehensif, dan stimulan sampai ambang batas tercapainya

keseimbangan yang dinamis antara pemerintah dan semua segmen yang

diperintah. Menurut Ndraha, dalam pemberdayaan ada berbagai macam

bentuk program pemberdayaan, di antaranya:12

1. Pemberdayaan Politik, yang bertujuan meningkatkan daya tawar

(bargaining position) yang diperintah terhadap pemerintah. Hal

ini dimaksudkan agar yang diperintah mendapatkan apa yang

menjadi haknya dalam bentuk barang, jasa, layanan, dan

kepedulian tanpa merugikan pihak lain.

2. Pemberdayaan sosial-budaya, bertujuan meningkatkan

kemampuan sumber daya manusia melalui investasi sumber daya

manusia (human investmen) guna meningkatkan nilai manusia,

penggunaan, dan perakuan yang adil terhadap manusia.

3. Pemberdayaan lingkungan, dimaksudkan sebagai program

perawatan dan pelestarian lingkungan agar pihak yang diperintah

12

Ndraha Taliziduhu, Kronologi Ilmu Pemerintahan Baru, (Jakarta: Direksi Cipta, 2003), hlm.

132

19

dan lingkungan mampu beradaptasi secara kondusif dan saling

menguntungkan.

4. Pemberdayaan ekonomi, diperuntukan sebagai upaya

meningkatkan kemampuan yang diperintah sebagai konsumen

agar berfungsi sebagai penanggung diri dampak negatif

pertumbuhan, pembayaran resiko salah urus, pemikul beban

pembangunan, kegagalan program, dan akibat kerusakan

lingkungan.

Keberhasilan pemberdayaan tidak sekedar menekankan pada

hasil, tetapi juga pada prosesnya melalui tingkat partisipasi yang tinggi,

yang berbasis kepada kebutuhan dan potensi masyarakat. Keterlibatan

sasaran dalam tahap perencanaan merupakan satu cara untuk mengajak

mereka aktif terlibat dalam proses pemberdayaan. Dengan keterlibatan

tersebut, mereka memiliki ikatan emosional yang mensukseskan

program pemberdayaan.

Pemberdayaan masyarakat sebagai sebuah strategi, sekarang

telah banyak diterima, bahkan telah berkembang dalam berbagai

literatur di dunia barat. Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Pembangunan

Sosial di Kopenhagen Tahun 1992 juga telah memuatnya dalam

berbagai kesepakatannya. Namun, upaya mewujudkannya dalam praktik

pembangunan tidak selalu berjalan mulus. Banyak pemikir dan praktisi

yang belum memahami dan mungkin tidak meyakini bahwa konsep

pemberdayaan merupakan alternatif pemecahan terhadap dilema-dilema

20

pembangunan yang dihadapi. Mereka yang berpegang pada teori-teori

pembangunan model lama juga tidak mudah untuk menyesuaikan diri

dengan pandangan-pandangan dan tuntutan-tuntutan keadilan. Mereka

yang tidak nyaman terhadap konsep partisipasi dan demokrasi dalam

pembangunan tidak akan merasa tentram dengan konsep pemberdayaan

ini. Lebih lanjut, disadari pula adanya berbagai bias terhadap

pemberdayaan masyarakat sebagai suatu paradigma baru pembangunan.

Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan

ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan

paradigma baru pembangunan, yakni yang bersifat “people-centered,

participatory, empowering, and sustai nable”13

F. Tinjauan Pustaka

Dalam menyusun sebuah skripsi, tinjauan pustaka sangatlah

dibutuhkan dalam rangka menambah wawasan terhadap masalah yang akan

dibahas oleh penyusun skripsi. Tinjauan pustaka pada dasarnya mempunyai

fungsi yakni menyediakan kerangka teori bagi penelitian yang direncanakan,

menyediakan informasi terkait penelitian-penelitian, memberikan informasi

tentang metode-metode penelitian, menyediakan berbagai temuan dan

keimpulan dari peneliti terdahulu, menambah rasa percaya diri peneliti. Dan

sebelum penyusun membahas lebih jauh dalam permasalahan yang penyusun

bahas. Adapun penelitian-penelitian yang terdahulu yang terkait atau tinjauan

pustaka yang pernah penulis temui berkaitan dengan skripsi penulis yang

13

Kartasasmita, G.1996. Pembangunan untuk Rakyat: Memadukan Pertumbuhan dan

Pemerataan. Jakarta : CIDES

21

berjudul :Kebijakan Pemerintahan dalam Pemberdayaan Penyandang

Disabilitas studi di Dinas Sosial Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota

Jambi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dini W, 2019 tentang

Penyandang Disabilitas Di Indonesia: Perkembangan Istilah Dan Definisi

didapatkan hasil Sampai saat artikel ini ditulis di akhir tahun 2019, diketahui

telah ada setidaknya 10 (sepuluh) istilah yang digunakan untuk

mendefinisikan pihak yang mengalami gangguan fungsi dan/atau struktur

pada tubuh dan/atau panca inderanya. Di antara kesepuluh istilah/definisi

tersebut ada beberapa yang hingga kini masih acapkali digunakan dalam

konteks formal maupun populer di Indonesia, yaitu penyandang cacat, tuna

(tuna netra, tuna rungu, tuna wicara, tuna daksa, tuna grahita), anak

berkebutuhan khusus/ABK, difabel, dan penyandang disabilitas.14

Hal yang yang membedakan antara penelitian yang dilakukan oleh

dina w 2019 dengan penelitian yang akan saya lakukan adalah dalam

penelitian saya ingin melihat bagaimana implementasi perda no.2 tahun 2019

tentang perlindungan dan pemberdayaan bagi lanjut usia dan penyandang

disabilitas dalam pemberdayaan penyandang disabilitas sedangkan dalam

penelitian dini w hanya membahas mengenai perkembangan istilah dan

defisini penyandang disabilitas di Indonesia.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Afdal

Karim tentang Implementasi Kebijakan Pemenuhan Hak-Hak Penyandang

14

Dini W. 2019. Penyandang Disabilitas di Indonesia Perkembangan istilah dan

Definisi.Vol. 20. No 3.

22

Disabilitas di Kota Makassar : Upaya pemerintah dalam memberdayakan

perempuan penyandang disabilitas di wujudkan melalui Program

Pemberdayaan Wanita Penyandang Disabilitas berupa pelatihan keterampilan

seperti pelatihan menjahit, membuat kue, membuat bros dan pemberian

bantuan modal usaha berupa paket yang sesuai dengan jenis pelatihan yang di

ikuti. Program ini ditujukan untuk penyandang Disabilitas yang masih

potensial dan masih mampu untuk diberdayakan. Implementasi Kebijakan

Pemenuhan hak dalam Perlindungan Penyandang Disabilitas Perempuan dan

Anak di Kota Makassar. Upaya pemerintah dalam memberikan perlindungan

kepada penyandang disabilitas melalui pembentukan Pusat Pelayanan Terpadu

Perlindungan dan pemberdayaan Perempuan dan Anak Kota Makassar

(P2TP2A Kota Makassar), P2TP2A Kota Makassar, bekerja memberikan

perlindungan kepada penyandang disabilitas yang menjadi korban tindak

kekerasan, melalui P2TP2A Kota Makassar pelayanan dan pendampingan

dalam mengawal korban kekerasan penyandang disabilitas bekerja sama dan

bermitra dengan Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia Sulawesi Selatan

dalam memberikan kebutuhan-kebutuhan khusus penyandang disabilitas

seperti interpreter dan psikolog melalui koordinasi dengan P2TP2A Kota

Makassar.15

Hal yang yang membedakan antara penelitian yang dilakukan Afdal

Karim 2018 dengan penelitian yang akan saya lakukan adalah dalam

penelitian saya ingin melihat bagaimana implementasi perda no.2 tahun 2019

15

Muhammad Afdal Karim. 2018. Implementasi Kebijakan Pemenuhan hak-hak

Penyandang Disabilitas di Kota Makasar. Vol 11. No.02. Hlm 100

23

tentang perlindungan dan pemberdayaan bagi lanjut usia dan penyandang

disabilitas dalam pemberdayaan penyandang disabilitas sedangkan dalam

penelitian Afdal Karim membahas mengenai peran pemerintah dalam

pemberdayaan perempuan penyandang disabilitas melalui program

pemberdayaan wanita.

Berdasarkan penelitian oleh Suhailah Hayati, Maulana Andi Surya

tentang Peran Dinas Sosial Dalam Pemberdayaan Penyandang Disabilitas Di

Kota Binjai : dalam pemberdayaan penyandang disabilitas telah melaksanakan

perannya namun belum maksimal karena melihat dari segi jumlah penerima

bantuan dari perannya yaitu peran fasilitatif yang dilaksanakan Dinas Sosial

belum secara merata, dibuktikan dengan pelatihan dan bantuan sosial yang

diberikan masih terbilang minim bahkan tidak mencapai 20 persen dari

jumlah keseluruhan penyandang disabilitas di Kota Binjai yakni sebanyak 381

orang Selain itu Dinas Sosial telah menjalankan perannya dalam

memberdayakan penyandang disabilitas di Kota Binjai yaitu dengan

memfasilitasi para penyandang disabilitas seperti memberikan bantuan berupa

sembako dan bantuan kursi roda kepada penderita tuna daksa. Selain itu dari

segi peningkatan pengetahuan keterampilan peran Dinas Sosial yakni dengan

melakukan pelatihan seperti salon untuk 10 penyandang disabilitas, dan pijat

untuk 10 penyandang tuna netra dengan mendatangkan ahli sebagai

narasumber sekaligus instruktur bagi mereka.

Sehingga peran-peran yang dilakukan Dinas Sosial dalam

memberdayakan penyandang disabilitas dari segi jumlah penerima bantuan

24

sosial dapat dikatakan meningkat walaupun tidak dengan jumlah yang

signifikan. Sedangkan dari segi pelatihan, peran yang dilakukan Dinas cukup

baik walaupun tidak mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan jumlah

peserta pelatihan yang hanya 10 orang selama 10-15 hari per-tahun dengan

jenis pelatihan yang berbeda tiap tahunnya16

.

Hal yang yang membedakan antara penelitian yang dilakukan

Suhailah Hayati dan Maulana Andi Surya 2018 dengan penelitian yang akan

saya lakukan adalah dalam penelitian saya ingin melihat bagaimana

implementasi perda no.2 tahun 2019 tentang perlindungan dan pemberdayaan

bagi lanjut usia dan penyandang disabilitas dalam pemberdayaan penyandang

disabilitas sedangkan dalam penelitian Suhailah hanya membahas mengenai

pemberdayaan penyandang disabilitas dengan memberikan bantuan berupa

sembako dan bantuan kursi roda kepada penderita tuna daksa selain itu dari

segi peningkatan pengetahuan dan mendatangkan narasumber untuk para

penyandang tuna netra.

16

Suhailah. 2018. Peran Dinas Sosial dalam Pemberdayaan Penyandang Disabilitas diKota

Binjai. Vol.6. Hlm.

25

BAB II

METODE PENELITIAN

1. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni. Metode

penelitian adalah suatu proses penelitian atau pemahaman yang

berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan

masalah manusia. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah :

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif, pentingnya jenis data karena diperolehnya temuan dilapangan

mengenai kaitan masalah yang diangkat dalam judul ini. Pendekatan

dilakukan dengan teknik pengumpulan data yang berdasarkan pada

instrument pengumpulan data.

Penelitian ini bersifat deskriptif, metode ini adalah metode yang

menggambarkan suatu data yang akan dibuat, baik dari penulis maupun

secara kelompok. Ciri-ciri metode deskriptif adalah memusatkan diri pada

masa sekarang dan masalah-masalah yang actual, dan kemudian data

yang dikumpulkan disusun, dijelaskan, dan dianalisis.17

17

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. (Bandung : Alfabeta,

2009), hlm. 9.

26

3. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan 2 (dua) jenis sumber

data yaitu :

1) Data Primer

Data primer yang peneliti maksud adalah informasi-informasi

yang diperoleh secara langsung yang dilakukan dengan observasi dan

wawancara. Adapun yang dijadikan data primer adalah data yang

sifatnya berkaitan dengan obyek penelitian. Objek dalam penelitian ini

adalah pegawai kantor dinas sosial di Kota jambi dan masyarakat

penyandang disabilitas.

2) Data Sekunder

Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah segala data

yang berasal dari sumber data primer yang dapat memberikan dan

melengkapi serta mendukung informasi terkait dengan obyek

penelitian baik dari referensi-referensi buku, internet, undang-undang

no.2 tahun 2019 dan hasil penelitian yang telah disusun menjadi

dokumen.

b. Sumber data

Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber subjek darimana

data dapat diperoleh. Sumber data dalam kualitatif ini adalah orang atau

narasumber. Posisi narasumber sangat penting, bukan hanya sekedar

memberi respon melainkan juga sebagai pemilik informasi. Jadi sumber

27

data dalam penelitian ini adalah masyarakat atau orang yang menerima

pelayanan.

4. Instrument dan Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ilmiah dapat dilakukan dengan

berbagai teknik, namun dalam penelitian ini teknik yang digunakan adalah :

a. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis

terhadap gejala-gejala yang teliti. Observasi menjadi salah satu teknik

pengumpulan data apabila sesuai dengan tujuan penelitian,

direncanakan dan dicatat secara sistematis, serta dapat dikontrol

keandalan (realibilitas dan kesahihan Validasinya).18

Tanpa

mengakibatkan perubahan pada kegiatan atau aktivitas yang

bersangkutan dan tentu saja dalam hal ini tidak menutupi dirinya

selaku penelitian.

b. Dokumentasi

Dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan metode

dokumentasi atau kepustakaan untuk memperkuat kebenaran data yang

akan di analisis. Metode dokumentasi adalah pengumpulan data

melalui data peninggalan tertulis seperti arsip, dan termasuk buku-

buku tentang pendapat, teori dan lain-lain yang berhubungan dengan

penelitian. Penggunaan metode dokumentasi ini sangat berguna untuk

18

Husaini Usman, dan Purnomo Setiady, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta : Bumi

Aksara, 2009), hlm. 52

28

mendapatkan data catatan gambaran yang ada kaitannya dengan

penelitian ini.

c. Wawancara

Wawancara terstruktur adalah wawancara yang

pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-

pertanyaan yang diajukan. Pokok-pokok yang menjadi dasar

pertanyaan diatur sangat terstruktur. Wawancara ini bertujuan untuk

mencari jawaban terhadap hipotesis kerja, sedangkan wawancara tidak

terstruktur pertanyaan tidak disusun terlebih dahulu. Wawancara ini

menemukan informasi yang bukan baku atau informasi tunggal.

Responden biasanya terdiri atas mereka yang terpilih saja karena sifat-

sifatnya yang khas. Biasanya mereka memiliki pengetahuan dan

mendalami situasi, dan mereka lebih mengetahui informasi yang

dibutuhkan. Metode wawancara ini digunakan untuk memperoleh data

atau informasi langsung melalui tanya jawab. Peneliti melakukan

wawancara ini dengan pegawai kantor dinas sosial kependudukan dan

pencatatan sipil di Kota jambi dan masyarakat penyandang disabilitas.

5. Analisis Data

Penelitian kualitatif, data yang diperoleh dari berbagai sumber

dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam,

dan dilakukan secara berkala atau terus menerus. Teknik analisis data

penelitian menjelaskan tentang alat-alat analisis, perspektif dan model

analisis.

29

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik analisis data kualitatif deskriptif. Analisis data kualitatif merupakan

bentuk penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik bahwa datanya

dinyatakan dalam keadaan yang sewajarnya dan sebagaimana adanya.

Memfokuskan terhadap pengumpulan data, reduksi data, penyajian data

dan verifikasi data.

a. Pengumpulan data

Pengumpulan data adalah pengumpulan yang diperoleh dari

lapangan baik berupa arsip-arsip, dokumen, gambar-gambar dan lainnya.

Kemudian diperiksa kembali dan diatur untuk diurutkan.

b. Reduksi Data

Reduksi data adalah suatu proses pemilihan pemusatan perhatian

pada penyederhanaan data yang didapat dari catatan tertulis dilapangan.

c. Penyajian data

Penyajian data dapat membantu penulisan dalam memahami apa

yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan berdasarkan atas

pemahaman yang penulis dapat dari penyajian-penyajian tersebut.

d. Devisi data

Melaksanakan pengumpulan, analisis dan pengolah data.

6. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan pemahaman secara runtut, pembahasan

dalam penulisan skripsi mempunyai sistematika sebagai berikut :

30

Pembahasan diawali dengan Bab I, Pendahuluan. Bab ini pada

hakikatnya menjadi pijakan bagi penulis skripsi. Bab ini berisikan tentang

latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, kerangka teori, dan tinjauan pustaka.

Kemudian pada Bab II, membahas tentang metode penelitian

dalam pembuatan skripsi dengan sub-sub tempat dan waktu penelitian,

pendekatan penelitian, jenis dan sumber data, instrumen pengumpulan

data, analisis data, sistematika penulisan dan jadwal penelitian. Untuk

mempermudah penulis dalam menggunakan waktu dengan tepat maka

dibuat jadwal penelitian dalam sub-sub ini agar penelitian dalam penulisan

ini selesai tepat pada waktunya.

Bab III, berisi tentang gambaran umum lokasi penelitian.

Selanjutnya dalam Bab IV berisi tentang pembahasan dan hasil

penelitian

Pembahasan ini diakhiri dengan Bab V yaitu bab penutup yang

terdiri dari kesimpulan dan saran-saran serta dilengkapi dengan daftar

pustaka, lampiran-lampiran, dan curriculum vitae.. Kesimpulan bukan

resume dari apa yang ditulis dahulu, kesimpulan adalah jawaban masalah

dari data yang telah diperoleh.

31

BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Dinas Sosial

Dinas Sosial (Dinsos) Kota Jambi merupakan salah satu Dinas Teknis di

lingkungan Pemerintah Kota Jambi yang menyelenggarakan kewenangan urusan

pemerintahan Bidang Sosial. Secara legal, Dinsos Kota Jambi dibentuk

berdasarkan Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 14 Tahun 2016 Tentang

Pembentukan Dan Susunan Perangkat Daerah Kota Jambi. Perda Nomor 14

Tahun 2016 ini merupakan revisi atas Perda Nomor 10 Tahun 2008 tentang

Pembentukan Organisasi Dinas-Dinas Daerah Kota Jambi, menjadi Satuan Kerja

Perangkat Daerah (SKPD) yang bernama Dinas Sosial dan Tenaga Kerja .

Dari hasil Pemetaan Urusan yang sudah di validasi dengan Pemerintah

Pusat, Skor Urusan kelembagaan yang menangani urusan Sosial di Kota Jambi

berada pada Dinas Tipe A. Dan pada akhirnya menjadi Dinas yang berdiri

sendiri, yang mana sebelumnya Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota jmabi

Menjadi Dinas sosial Kota jambi dengan level eselon II yang notabene

merupakan level eselon yang tertinggi bagi organisasi perangkat daerah di

lingkungan pemerintah kabupaten atau Kota.

B. Gambaran Umum Dinas Sosial Kota Jambi

Dinas Sosial Kota Jambi merupakan salah satu instansi pemerintahan

yang beralamat di Jl. Jend. Sudirman No.156 Thehok Kota Jambi. Dinas Sosial

dikepalai oleh Ir. H. Budidaya, M. For. Sc Selaku Plt Kepala Dinas Sosial Kota

Jambi. Dinas Sosial Kota Jambi dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota

32

Jambi Nomor 14 Tahun 2016 Tentang Pembentukan Dan Susunan Perangkat

Daerah Kota Jambi. Perda Nomor 14 Tahun 2016 ini merupakan revisi atas

Perda Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi Dinas-Dinas

Daerah Kota Jambi, menjadi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang

bernama Dinas Sosial dan Tenaga Kerja dan dijabarkan dalam Peraturan

WaliKota Jambi Nomor 41 Tahun 2016.

1. Tugas Dinas Sosial Kota Jambi

Dinas Sosial menurut Peraturan WaliKota Jambi No 41 Tahun 2016

Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja

Pada Dinas Sosial Kota Jambi mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di

bidang perlindungan dan jaminan sosial, rehabilitasi sosial, pemberdayaan

sosial dan penanganan fakir miskin untuk membantu Wali Kota dalam

menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang Sosial.

2. Fungsi Dinas Sosial Kota Jambi

Dalam melaksanakan tugas Dinas Sosial Kota Jambi

menyelenggarakan fungsi:

a. Perumusan, penetapan dan pelaksanaan kebijakan teknis, administrasi,

dan operasional pelaksanaan pelayanan di Bidang perlindungan dan

jaminan sosial, Bidang rehabilitasi sosial; Bidang pemberdayaan sosial

dan Bidang penanganan fakir miskin;

b. penyelenggaraan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dukungan

administrasi, dan kerjasama kepada seluruh unsur satuan Organisasi di

lingkungan Dinas;

33

c. pembinaan, bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan

Dinas Sosial di Kota Jambi;

d. Penetapan kriteria dan data fakir miskin dan orang tidak mampu;

e. Pelaksanaan Bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan

dinas sosial di daerah;

f. Pelaksanaan Pendidikan dan pelatihan, dan pengembangan kesejahteraan

sosial, serta penyuluhan sosial;

g. Pelaksanaan dukungan yang bersifat substantive kepada seluruh unsusr

organisasi di lingkungan Dinas Sosial;

h. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Dinas Sosial; dan

i. pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugas dan

fungsinya.

3. Visi dan Misi Pemerintah Kota Jambi

Visi Pemerintah Kota Jambi yaitu “Menjadikan Kota Jambi Sebagai

Pusat Perdagangan dan Jasa Berbasis Masyarakat berakhlak dan berbudaya

dengan mengedepankan pelayanan prima dan di jabarkan ke visi Dinas

Sosial Kota Jambi yaitu “Terwujudnya Peningkatan Pelayanan Sosial Yang

Prima Menuju Kota Jambi Terkini”.

Maksud dari pernyataan Visi tersebut yaitu mewujudkan

pelaksanaan pelayanan sosial yang mengutamakan kebutuhan yang

disesuaikan dengan kemampuan daerah. Pernyataan Visi Dinas Sosial Kota

Jambi sepenuhnya mengacu pada pernyataan visi Pemerintah Kota Jambi.

Hal ini dapat dipahami mengingat Dinas Sosial Kota Jambi merupakan

34

bagian integral dari Pemerintah Kota Jambi. Visi Dinas Dinas Sosial Kota

Jambi sepenuhnya mendukung pemenuhan visi Pemerintah Kota Jambi

Untuk mencapai visi, perlu ditunjang oleh nilai-nilai yang telah berkembang

dan hidup dalam suatu Oranganisasi sebagai pendorong semangat untuk

berkarya dan berkarsa, sekaligus merupakan pedoman yang diyakini serta

harus selalu dihayati dan diamalkan dalam melaksanakan tugasnya.

Terwujudnya visi yang dikemukakan tersebut merupakan tantangan

yang harus dihadapi oleh segenap personil Dinas Sosial Kota Jambi. Sebagai

bentuk nyata dari visi tersebut, ditetapkankanlah misi Dinas Sosial Kota

Jambi yang menggambarkan hal yang seharusnya terlaksana, sehingga hal

yang masih abstrak terlihat pada visi akan lebih nyata pada misi tersebut.

Lebih jauh, pernyataan misi Dinsos Kota Jambi memperlihatkan kebutuhan

apa yang hendak dipenuhi oleh Oranganisasi, siapa yang memiliki

kebutuhan tersebut dan bagaimana Oranganisasi memenuhi kebutuhan

tersebut.

Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, Pemerintah Kota Jambi

dan dijabarkan pada Dinas Sosial Kota Jambi menetapkan misi, yaitu :

Misi Pemerintah Kota Jambi :

a. Penguatan birokrasi dan meningkatkan pelayanan masyarakat berbasi

teknologi informasi.

b. Penguatan hukum, trantibmas dan kenyamanan masyarakat.

c. Penguatan pengelolaan infrastruktur dan utilitas perKotaan serta penataan

lingkungan.

35

d. Penguatan kapasitas ekonomi perKotaan.

e. Meningkatkan kualitas masyarakat perKotaan

Misi Dinas Sosial Kota Jambi :

a. Meningkatkan kualitas pelayanan dan bantuan dasar bagi Penyandang

Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS).

b. Membangun kemandirian dan pemberdayaan Potensi Sumber

Kesejahteraan Sosial (PSKS).

A. Struktur Organisasi dan Tupoksi Dinas Sosial Kota Jambi

1. Struktur Organisasi Dinas Sosial Kota Jambi

Adapun Struktur Organisasi Kepegawaian dalam pelaksanaan

penyelenggaraan tugas Pemerintahan pada Peraturan WaliKota Jambi

Nomor 41 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan

Fungsi serta Tata Kerja pada Dinas Sosial Kota Jambi terdiri dari :

a. Unsur pimpinan yaitu : Kepala Dinas

b. Unsur Pembantu Pimpinan yaitu :

1) Sekretaris, yang dibantu oleh :

a) Kepala Sub Bagian Umum dan Perencanaan.

b) Kepala Sub Bagian Keuangan.

c) Kepala Sub Bagian Kepegawaian.

2) Kepala Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial, yang dibantu oleh:

a) Kepala Seksi Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam.

b) Kepala Seksi Perlindungan Sosial Korban Bencana Sosial.

36

c) Kepala Seksi Jaminan Sosial Keluarga.

3) Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial, yang dibantu oleh:

a) Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial Anak dan Lanjut Usia.

b) Kepala Seksi Rehabilitasi Tuna Sosial.

c) Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas dan

Korban Napza.

4) Kepala Bidang Pemberdayaan Sosial, yang dibantu oleh:

a) Kepala Seksi Pemberdayaan Sosial Perorangan, Keluarga dan

Kelembagaan Masyarakat.

b) Kepala Seksi Kepahlawanan, Kejuangan dan Kesetiakawanan

Sosial.

c) Kepala Seksi Pengelolaan Sumber Dana Bantuan Sosial.

5) Kepala Bidang Penanganan Fakir Miskin, yang dibantu oleh:

a) Kepala Seksi Pendataan Informasi Fakir Miskin.

b) Kepala Seksi Penyuluhan, Pelatihan dan Pemberdayaan Fakir

Miskin.

c) Kepala Seksi Pembinaan dan Pelayanan Fakir Miskin.

6) Unit pelaksana teknis Dinas;

a) Unsur Pelaksana

Adapun Bagan Struktur Organisasi Dinas Sosial Kota Jambi

berdasarkan Peraturan WaliKota Jambi Nomor 41 Tahun 2016 Tentang

Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja pada

37

Dinas Sosial Kota Jambi dapat dilihat pada Bagan Struktur Organisasi Dinas

Sosial Kota Jambi.

2. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Sosial Kota Jambi

a. Tugas Pokok Dinas Sosial Kota Jambi

Dinas Sosial merupakan salah satu OPD di Kota Jambi

berdasarkan Peraturan WaliKota Jambi Nomor 41 Tahun 2016 Tentang

Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja pada

Dinas Sosial Kota Jambi, dengan tugas pokok yaitu :

Membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan Urusan

Pemerintah Daerah di Bidang Sosial dan Tugas Pembantuan yang

meliputi : Tugas Perencanaan, Pembinaan, Pengawasan, Pengendalian,

Pelayanan dan Pembangunan di bidang kesejahteraan sosial serta

melaksanakan tugas – tugas lain yang diberikan Kepala Daerah sesuai

dengan bidang tugasnya yang terdiri dari sekretariat dan empat bidang

yang meliputi bidang perlindungan dan jaminan sosial, rehabilitasi sosial,

pemberdayaan sosial dan penanganan fakir miskin.

b. Fungsi Dinas Sosial Kota Jambi

Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam

Peraturan WaliKota Jambi Nomor 41 Tahun 2016 Tentang Kedudukan,

Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja pada Dinas Sosial

Kota Jambi, mempunyai FUNGSI :

38

1) Perumusan, Penetapan , dan Pelaksanaan kebijakan di bidang

perlindungan dan jaminan sosial,rehabilitasi sosial, pemberdayaan

sosial, dan penanganan fakir msikin;

2) Penetapan kriteria dan data fakir miskin dan orang tidak mampu.

3) Penetapan standar rehabilitasi sosial;

4) Pengkoordinasian pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian

dukungan adminstrasi kepada seluruh unsure organisasi di

lingkungan dinas sosial;

5) Pengelolaan barang milik/kekayaan daerah yang menjadi tanggung

jawab dinas sosial;

6) Pengawasan atas pelaksanaan tugas dilingkungan dinas sosial;

7) Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervise atas pelaksanaan

urusan dinas sosial di daerah;

8) Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan, dan pengembangan

kesejahteraan sosial, serta penyuluhan sosial;

9) Pelaksanaan dukungan yang bersifat substantive kepada seluruh

unsure organisasi di lingkungan sosial;dan

10) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan bidang

tugas dan fungsinya.

3. Tugas dan Fungsi dari Masing-Masing Bidang Dinas Sosial Kota

Jambi

Adapun Tugas dan Fungsi dari masing-masing Bidang yang ada

pada Dinas Sosial Kota Jambi Peraturan WaliKota Jambi Nomor 41 Tahun

39

2016 Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata

Kerja pada Dinas Sosial Kota Jambi terdiri dari :

a. KEPALA

b. SEKRETARIAT :

1) Sekretariat berkedudukan sebagai unsur pembantu Kepala Dinas

dalam menyelenggarakan tugas dan fungsi yang terdiri dari :

a) Sub Bagian Umum dan Perencanaan

b) Sub Bagian Keuangan

c) Sub Bagian Kepegawaian

2) Sekretariat dipimpin oleh Sekretaris yang berkedudukan di bawah

Kepala Dinas dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas;

a) Sekretariat mempunyai Tugas yaitu : Membantu Kepala Dinas

dalam menyelenggarakan pelayanan umum dan administrasi yang

meliputi urusan umum dan perencanaan, keuangan dan

kepegawaian serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan

oleh Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya.

b) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas,

Sekretariat mempunyai Fungsi sebagai berikut :

(0) Perumusan kebijakan teknis administrasi kepegawaian,

perencanaan dan pelaporan serta keuangan;

(1) Pemberian dukungan atas penyelenggaraan urusan administrasi

umum, kepegawaian, perencanaan dan pengelolaan keuangan

dan asset serta evaluasi dan pelaporan;

40

(2) Pembinaan, pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan

program dan kegiatan sub bagian;

(3) Penyelenggaraan evaluasi program dan kegiatan sub bagian

pelaksanaan urusan umum dan perencanaan, keuangan;

(4) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas

sesuai dengan tugas dan fungsinya.

c. Bidang Perlindungan Dan Jaminan Sosial :

1) Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial berkedudukan sebagai

unsur pembantu Kepala Dinas dalam menyelenggarakan tugas dan

fungsi yang terdiri dari:

a) Seksi Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam.

b) Seksi Perlindungan Sosial Korban Bencana Sosial.

c) Seksi Jaminan Sosial Keluarga.

2) Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial dipimpin oleh Kepala

Bidang yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada

Kepala Dinas melalui sekretaris;

3) Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial mempunyai Tugas yaitu :

Membantu Kepala Dinas dalam melaksanakan perlindungan sosial

korban bencana alam, perlindngan sosial korban bencana sosial, dan

jaminan sosial keluarga serta melaksanakan tugas lain yang diberikan

oleh Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya.

4) Untuk melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud diatas, Bidang

Perlindungan dan Jaminan Sosial mempunyai Fungsi sebagai berikut:

41

a) Perumusan kebijakan,pelaksanaan, penyusunan norma,standar,

prosedur dan criteria, pemberian bimbingan teknis dan supervise

di bidang perlindungan sosial kepada seseorang,keluarga dan

masyarakat yang berada dalam keadaan tidak stabil atau rentan

serta di bidang jaminan sosial;

b) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang perlindungan dan

jaminan sosial;

c) Pelaksanaan administrasi bidang perlindungan dan jaminan

sosial;

d) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai

dengan bidang tugasnya.

d. Bidang Rehabilitasi Sosial :

1) Bidang Rehabilitasi Sosial berkedudukan sebagai unsur pembantu

Kepala Dinas dalam menyelenggarakan tugas dan fungsi yang

terdiri dari:

a) Seksi Rehabilitasi Sosial Anak dan Lanjut Usia.

b) Seksi Rehabilitasi Tuna Sosial.

c) Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas dan

Korban Napza.

2) Bidang Rehabilitasi Sosial dipimpin oleh Kepala Bidang yang

berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala

Dinas melalui sekretaris;

3) Bidang Rehabilitasi Sosial mempunyai Tugas yaitu :

42

Membantu Kepala Dinas dalam melaksanakan rehabilitasi sosial

anak dan lanjut usia, rehabilitasi tuna sosial, rehabilitasi sosial

penyandang disabilitas dan korban napza, serta melaksanakan tugas

lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan bidang

tugasnya.

4) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Bidang

Rehabilitasi Sosial mempunyai Fungsi sebagai berikut :

a) Perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,

standar,prosedur dan Kriteria, pemberian bimbingan teknis dan

supervisi, pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang

rehabilitasi sosial penyandang disabilitas mental dan fisik, eks

tuna susila, anak jalanan, gelandangan dan pengemis, eks

penderita penyakit kronis, eks narapidana, eks psikotropika dan

korban penyalahgunaan narkotika, orang dengan HIV/AIDS,

korban tindak kekerasan, korban perdagangan orang, anak

terlantar dan pengangkatan anak, lanjut usia terlantar dan anak

dengan kebutuhan khusus;

b) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang rehabilitasi

sosial;

c) Pelaksanaan administrasi bidang rehabilitasi sosial;

d) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai

dengan bidang tugasnya.

e. Bidang Pemberdayaan Sosial :

43

1) Bidang Pemberdayaan Sosial Sebagai unsur pembantu Kepala

Dinas dalam menyelenggarakan tugas dan fungsi terdiri dari :

a) Seksi Pemberdayaan Sosial Perorangan, Keluarga dan

Kelembagaan Masyarakat.

b) Seksi Kepahlawanan, Kejuangan dan Kesetiakawanan Sosial.

c) Kepala Seksi Pengelolaan Sumber Dana Bantuan Sosial.

2) Bidang Pemberdayaan Sosial dipimpin oleh Kepala Bidang yang

berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala

Dinas melalui sekretaris;

3) Bidang Pemberdayaan Sosial mempunyai Tugas yaitu:

Membantu Kepala Dinas dalam melaksanakan pemberdayaan sosial

perorangan, keluarga dan kelembagaan masyarakat, kepahlawanan ,

kejuanagan dan kesetiakawanan sosial, pengelolaan sumber dana

bantuan sosial serta melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh

Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya.

4) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Bidang

Pemberdayaan Sosial mempunyai Fungsi sebagai berikut :

a) Perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,

standar,prosedur dan Kriteria, pemberian bimbingan teknis dan

supervisi, pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang

pemberdayaan sosial seseorang,keluarga, kelompok dan

masyarakat yang mengalami masalah kesejahteraan sosial,

44

kepahlawanan dan kejuangan, keperintisan dan kesetiakawanan

sosial serta pengelolaan sumber dana sosial;

b) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pemberdayaan

sosial;

c) Pelaksanaan administrasi bidang pemberdayaan sosial;

d) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai

dengan tugas dan fungsinyanya.

f. Bidang Penanganan Fakir Miskin :

1) Bidang Penanganan Fakir Miskin sebagai unsur pembantu Kepala

Dinas dalam menyelenggarakan tugas dan fungsi terdiri dari :

a) Seksi Pendataan Informasi Fakir Miskin.

b) Seksi Penyuluhan, Pelatihan dan Pemberdayaan Fakir Miskin.

c) Seksi Pembinaan dan Pelayanan Fakir Miskin.

2) Bidang Penanganan Fakir Miskin dipimpin oleh Kepala Bidang yang

berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas

melalui sekretaris;

3) Bidang Penanganan Fakir Miskin mempunyai Tugas yaitu :

Membantu Kepala Dinas dalam melaksanakan pendataan dan

informasi fakir miskin, penyuluhan, pelatihan dan pemberdayaan fakir

miskin, pembinaan dan pelayanan sosial fakir miskin serta

melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas

sesuai dengan bidang tugasnya.

45

4) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Bidang

Penanganan Fakir Miskin mempunyai fungsi sebagai berikut :

a) Perumusan, penyusunan, pendataan dan pelaksanaan kebijakan di

bidang penanganan fakir miskin dan orang tidak mampu;

b) Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang

penanganan fakir miskin dan orang tidak mampu;

c) Pemberian pelatihan dan keterampilan serta bantuan sosial di

bidang penanganan fakir miskin;

d) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang penanganan fakir

miskin;

e) Pelaksanaan administrasi bidang penanganan fakir miskin;

f) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

46

47

BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Jumlah Penyandang Disabilitas di Kota Jambi

Table 4.1 Jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Social (PMKS) Kota Jambi Tahun 2020

No Uraian Jambi

Selatan

Jambi

Timur

Paal

Merah

Pasar Jelutung Kota

Baru

Alam

Barajo

Telanai

Pura

Danau

Sipin

Danau

Teluk

Pelayangan

Penyandang disabilitas

1 Disabilitas tubuh

(tuna daksa)

112 205 94 21 66 22 30 31 4 20 29

2 Disabilitas mata

(tuna netra)

15 32 32 - 19 15 5 - - - -

3 Disabilitas bicara

(tuna rungu/wicara)

14 58 25 6 - 12 12 12 - 6 21

4 Disabilitas mental

(tunagrahita)

69 75 38 27 55 11 14 30 - 4 48

Penyendang disabilitas anak (0 s/d 18 tahun)

1 Disabilitas tubuh

(tuna daksa)

23 36 20 2 19 9 12 13 - 3 9

2 Disabilitas mata

(tuna netra)

7 5 3 2 2 2 - - - - -

3 Disabilitas bicara

(tuna rungu/wicara)

4 19 14 1 8 5 4 7 - - 5

4 Disabilitas mental

(tunagrahita)

17 14 9 3 10 1 5 11 - - 9

5 Disabilitas ganda 17 - - - 6 10 - 7 4 2 -

48

Laki-laki

perempuan

35 42 25 3 25 15 12 22 - 4 13

33 32 21 4 20 12 9 16 4 1 10 Sumber :Dinas Sosial Kota Jambi Tahun 2020

49

B. Upaya Yang Dilakukan Dinas Sosial Kota Jambi Dalam Implementasi

Perda No.2 Tahun 2019 Tentang Perlindungan Dan Pemberdayaan Bagi

Lanjut Usia Dan Penyandang Disabilitas.

Penyandang disabilitas adalah manusia yang memiliki keterbatasan

khusus, baik dalam jangka waktu yang lama maupun sebentar. Penyandang

disabilitas itu sendiri masih sangat sering sekali mendapatkan deskriminasi dari

masyarakat. Dengan adanya deskriminasi tersebut masyarakat menjadi kesulitan

dan banyak sekali menemukan hambatan, namun mereka tetap harus menjalani

kehidupan sebagaimana mestinya setara dengan manusia normal lainnya.

Penyandang disabilitas juga memiliki hak yang sama dengan masyarakat normal

lainnya. Hak tersebut seperti hak memperoleh pekerjaan, dimana hal ini

dijelaskan di dalam Undang-Undang No 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang

Disabilitas Pasal 54 Ayat 2 yaitu:19

“Perusahaan swasta wajib memperkerjakan paling sedikit 1% (satu

persen) Penyandang Disabilitas dari jumlah pegawai atau pekerja”

Hal ini juga di jelaskan dalam peraturan daerah Kota Jambi nomor 2

Tahun 2019 Tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Bagi Lanjut Usia dan

Penyandang Disabilitas Pasal 60 Ayat 2 yaitu:20

“Swasta wajib memperkerjakan paling sedikit 1% (satu persen)

penyandang disabilitas dari jumlah pegawai atau pekerja”.

19

UU No 8 Tahun 2016 Tentang Penyang Disabilitas 20

Peraturan Daerah No 2 Tahun 2019 Tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Bagi Lanjut

Usia dan Penyandang Disabilitas

50

Dinas Sosial dalam upaya meningkatkan kesejahteraan sosial

penyandang disabilitas fisik atau tuna daksa melalui pemberian pengetahuan,

pelatihan dan keterampilan adalah salah satu program rehabilitasi sosial yang

dimiliki oleh Dinas Sosial Kota Jambi. Proses dari pemerintah untuk

pemberdayaan penyandang disabilitas yaitu sebagai berikut :

Gambar 1

Proses Pemberdayaan Penyandang Disabilitas Kota Jambi

Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa proses pemberdayaan

penyandang disabilitas yaitu:

51

1. Penentuan pelatihan apa yang akan dilaksanakan untuk penyandang

disabilitas.

2. Perencanaan, didalam perencanaan memiliki beberapa tahapan yaitu:

a. Penetapan tujuan yaitu menentapkan tujuan yang hendak dicapai

penyandang disabilitas

b. Peserta didik merupakan penyandang disabilitas yang mengikuti pelatihan

c. Pendidik yaitu orang yang mengajarkan atau membimbing penyandang

disabilitas dalam menjalankan pelatihan

d. Bahan ajar yaitu bahan-bahan yang dibutuhkan untuk memberikan

pelatihan kepada penyandang disabilitas

3. Pelaksanaan, yaitu proses pemberian pelatihan selama pelatihan itu

berlangsung. Dalam pelaksanaan ada beberapa tahap yang diperhatikan

yaitu:

a. Waktu

b. Tempat belajar

c. Materi

d. Media

4. Evaluasi, merupakan penilaian hasil akhir dalam suatu proses pelatihan

penyandang disabilitas. Didalam evaluasi terdapat beberapa tahapan yaitu:

a. Waktu evaluasi

b.Penilaian

52

5. Dampak, pengaruh apa yang dihasilkan dari pemberian pelatihan kepada

penyandang disabilitas tersebut.

Dari penjabaran diatas penyandang disabilitas mempunyai hak dan

kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan. Sebelum mendapatkan pekerjaan

penyandang disabilitas perlu mendapatkan pelatihan-pelatihan terlebih dahulu

agar dapat menyesuaikan dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya. Pelatihan

kerja untuk penyandang disabilitas di Kota Jambi dijalankan oleh Dinas Tenaga

Kerja dan Dinas Sosial Kota Jambi.

a. Dinas Tenaga Kerja, Koperasi Dan UKM Kota Jambi

Berdasarkan wawancara dengan Bapak Indra Sahputra selaku Kasi

Penempatan Tenaga Kerja di Dinas Tenaga Kerja, Koperasi dan UKM Kota

Jambi, Mengatakan:

“Jadi upaya untuk masalah penyandang disabilitas yang pertama yaitu

menyurati perusahaan-perusahaan yang ada di Kota Jambi untuk

memperkerjakan penyandang disabilitas minimal 1% (satu persen) di

perusahaannya. Dan langkah kedua untuk penyandang disabilitas

disediakan fasilitas untuk mengikuti pelatihan ketenagakerjaan.”

Artinya dari wawancara di atas sudah jelas bahwa Dinas Tenaga

Kerja, Koperasi dan UKM Kota Jambi menyediakan beberapa pelatihan yang

bisa di ikuti oleh penyandang disabilitas. Dan Dinas Tenaga Kerja, Koperasi

53

dan UKM Kota Jambi membuat beberapa program pelatihan kerja pada

tahun 2019 sebagai berikut:

Tabel 4.2

Program Pelatihan yang diadakan oleh Dinas Tenaga Kerja, Koperasi

dan UKM Kota Jambi Tahun 2019

Sejauh ini Dinas Tenaga Kerja, Koperasi dan UKM Kota Jambi

belum menyediakan program atau kegiatan khusus bagi penyandang

disabilitas. Program yang diadakan oleh Dinas Tenaga Kerja, Koperasi dan

UKM adalah program yang diselenggarakan untuk umum, dan dibuka untuk

berbagai kalangan. Namun penyandang disabilitas tetap dapat mengikuti

54

program atau kegiatan tersebut. Namun penyandang disabilitas disetarakan

dengan manusia normal lainnya.

Dari 8 (delapan) program pelatihan diatas hanya pelatihan Menjahit

dan Tatarias yang paling diminati oleh penyandang disabilitas terutama bagi

penyandang disabilitas Tuna Rungu (Tuli). Pelatihan ini dilaksanakan selama

3 (tiga) hari.

b. Dinas Sosial Kota Jambi

Tidak hanya Dinas Tenaga Kerja Kota Jambi yang memberikan

bahkan memfasilitasi pelatihan atau kegiatan untuk penyandang disabilitas,

namun Dinas Sosial Kota Jambi juga ikut berperan penting dalam

memberikan pelatihan bagi penyandang disabilitas.

Berdasarkan wawancara dengan Bapak Ade Candra selaku Kasi

Rehabilitasi Sosial, Penyandang Disabilitas dan Korban Bencana di Dinas

Sosial Kota Jambi, Mengatakan :

“Programnya disebut Rehabilitasi Sosial dan salah satunya

menyangkut mengenai penyandang disabilitas. Pembinaan yang kami

lakukan untuk penyandang disabilitas dengan memberikan pelatihan

kemudian juga memberikan bantuan berupa barang dan juga uang

tunai yang dibantu oleh suatu Organisasi yang mana Organisasi

tersebut adalah pihak luar dari Pemerintahan.”

Dari wawancara diatas dapat disimpulakan bahwa Dinas Sosial tidak

hanya memberikan pelatihan saja tetapi juga memberikan bantuan sosial

55

dalam bentuk barang. Dan juga Dinas Sosial dibantu juga oleh organisasi-

organisasi dari luar pemerintah untuk membantu penyandang disabilitas yang

ada di Kota Jambi.

4.3

Program Pelatihan Yang Diadakan Oleh Dinas Sosial Kota Jambi

Tahun 2019

Pelatihan ini bertujuan untuk kemandirian penyandang disabilitas.

pelatihan ini juga dikhususkan bagi penyandang disabilitas yang ekonominya

menengah kebawah supaya ada penambahan penghasilan bagi penyandang

disabilitas, dan pelatihan ini dikhususkan sesuai dengan kriteria pelatihan.

56

Tidak semua penyandang disabilitas dapat mengikuti pelatihan yang di

adakan oleh Pemerintah, semua harus sesuai dengan kriteria pelatihan.

Adapun kriteria atau persyaratan untuk dapat mengikuti pelatihan ini

adalah sebagai berikut :

1. Disabilitas yang kurang mampu

2. Berdomisili secara legal warga Kota Jambi

3. Tidak boleh mengikuti pelatihan lebih dari satu kali/mendapatkan barang

bantuan yang sama

4. Mampu melaksanakan pelatihan dan pengoperasian alat sesuai dengan

program

5. Menandatangani surat pernyataan setelah mendapatkan bantuan.

Antisipasi agar tidak dijual

6. Bersedia di Evaluasi.

Hasil dari wawancara dengan Bapak Ade Candra selaku Kasi

Rehabilitasi Sosial, Penyandang Disabilitas dan Korban Bencana di Dinas

Sosial Kota Jambi menyebutkan bahwa :

“Setelah adanya pelatihan tersebut tetap ada pengawasan yang

dilakukan, agar tetap dapat memantau sejauh mana perkembangan

penyandang disabilitas setelah mengikuti pelatihan tersebut.

Pengawasan ini dilakukan setiap satu bulan sekali, agar tidak ada

penyelewengan atau penyalahgunaan bantuan yang telah diberikan

oleh Pemerintah kepada Penyandang Disabilitas.”

57

Setelah pelatihan selesai Dinas Sosial Kota Jambi tidak serta merta

membiarkan penyandang disabilitas berjalan sendiri, tetap ada pendampingan

yang dilakukan oleh Dinas Sosial Kota Jambi agar tidak ada penyandang

disabilitas yang menyalah gunakan bantuan barang yang telah diberikan.

Pelaksanaan kebijakan merupakan langkah yang sangat penting dalam

kebijakan. Tanpa pelaksanaan, suatu kebijakan hanyalah sekedar sebuah

dokumen yang tidak bermakna dalam kehidupan bermasyarakat. Banyak

kebijakan yang baik, yang mampu dibuat suatu pemerintah, tetapi kemudian

ternyata tidak mempunyai pengaruh apa-apa dalam kehidupan negara tersebut

karena tidak mampu dilaksanakan.

Berdasarkan hasil wawancara kebijakan Dinas Sosial Kota Jambi

“Dinas sosial memberikan pelatihan, bantuan dan modal usaha untuk

peyandang disabilitas di Kota Jambi”.

Kebijakan Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas bagian

Ketenagakerjaan di Kota Jambi ini diatur dalam perda No. 2 Tahun 2019

Tentang Perlindungan Dan Pemberdayaan Bagi Lanjut Usia Dan Penyandang

Disabilitas. Dalam pasal 3 ayat (1) berbunyi bahwa Pemenuhan Hak

Penyandang Disabilitas bertujuan untuk memajukan, melindungi dan menjamin

penikmatan penuh dan setara semua hak asasi manusia dan kebebasan

fundamental oleh semua Penyandang Disabilitas, dan untuk meningkatkan

penghormatan atas martabat yang melekat pada mereka. (2) Pemenuhan Hak

Penyandang Disabilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) 141 disertai

58

dengan upaya peningkatan kesadaran, kemandirian, tanggungjawab dan

kontribusi Penyandang Disabilitas21

.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, dalam Kebijakan Pemenuhan

Hak Penyandang Disabilitas adalah semua dinas dengan tupoksinya masing-

masing. Dinas yang bertugas dalam Kebijakan Pemenuhan Hak Penyandang

Disabilitas bagian Ketenagakerjaan adalah Dinas Tenaga Kerja. Untuk Kota

Jambi dan Kota Jambi, Dinas Sosial juga turut melakukan pelatihan tenaga kerja

meskipun kegiatannya tidak terorganisir. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Kota Jambi juga melakukan pelatihan kerja untuk penyandang disabilitas di

Kota Jambi, oleh karena itu, peneliti tidak hanya melakukan wawancara dengan

di Dinas Kota Jambi. Dengan demikian, peneliti melakukan wawancara di Dinas

Sosial Kota Jambi sehingga hasil yang didapatkan lebih maksimal dan

terpercaya.

Bentuk pemberdayaan Dinas Sosial untuk mensejahterakan kaum

yang lemah khususnya penyandang disabilitas sedikit banyak telah

dilakukan oleh pemerintah maupun non pemerintah. Baik itu melalui

peminjaman modal, pembinaan, pendidikan inklusi, pengembangan

karakter, dan lain-lain. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk upaya

untuk memberdayakan penyandang disabilitas agar dapat mencapai

kehidupan yang lebih baik. Terkait dengan pembinaan terhadap

penyandang disabilitas, pemerintah bertugas untuk memfasilitasi, yang

21

Perda No 11, Tahun 2014 Tentang Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas.

59

dimaksud memfasilitasi adalah bentuk memberdayakan melalui pemberian

pedoman, bimbingan, pelatihan, dan arahan.

Harapan adanya kebijakan dari pemerintah daerah dan terhadap

penyandang disabilitas ini hendaknya dapat terus dilakukan, agar kemandirian

dan kesejahteraan dalam kehidupannya dapat terwujud kehidupan

bermasyarakat dengan melalui partisipasi dari masyarakat yang bersangkutan

agar tercipta kemampuan dan kekuasaan akan dirinya untuk aktif dan ikut andil

dalam kehidupan sosial melalui penguatan kapasitas diri dengan memanfaatkan

kemampuan yang ada sehingga tercipta kemandirian.

Pemberdayaan dilakukan demi terwujudnya taraf hidup yang lebih

baik. Pada dasarnya setiap orang memiliki kemampuan untuk merubah

kehidupannya, dari yang belum mampu menjadi mampu, belum berdaya

menjadi berdaya dan lain-lain. Semua hal tersebut akan terlaksana dengan baik

apabila masyarakat yang diberdayakan turut berpartisipasi aktif untuk

melakukan perubahan yang nyata dalam kehidupannya. Pemberdayaan dilandasi

oleh keadilan yang pada akhirnya akan meningkatkan kemampuan yang baik.

Peran Dinas Sosial dalam penanganan penyandang disabilitas masih

terbatas. Keterbatasan sebagaimana terkait pada penanganan penyandang

disabilitas yang tidak merata, sehingga masih terdapat penyandang yang belum

tersenutuh penyuluhan/sosialisasi mengenai adanya pelatihan keterampilan,

adanya bantuan sosial yang bertujuan untuk meningkatkan kemandirian

penyandang disabilitas di Kota Jambi. Dinas Sosial selaku dinas yang

60

menaunginya harus mampu berperan secara maksimal untuk memberdayakan

para penyandang disabilitas terutama yang telah memasuki tahap produktif

dalam hidupnya. Sehingga selain dapat mengurangi beban keluarga, juga dapat

mengurangi tingkat pengangguran dan terutama tingkat pengemis di Kota

Jambi, serta dapat meningkatkan taraf kemandirian penyandang disabilitas itu

sendiri.

Bentuk penertiban penyandang disabilitas berdasarkan Peraturan Wali

Kota yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Jambi merupakan bentuk

kebijakan untuk menertibkan penyandang disabilitas.

Pelaksanaan dan Pemenuhan hak Penyandang Disabilitas bertujuan:

a) Mewujudkan penghormatan, pemajuan, pelindungan, dan pemenuhan

hak asasi manusia serta kebebasan dasar Penyandang Disabilitas secara

penuh dan setara.

b) Menjamin upaya penghormatan, pemajuan, pelindungan, dan

Pemenuhan hak sebagai martabat yang melekat pada diri penyandang

disabilitas.

c) Mewujudkan taraf kehidupan penyandang disabilitas yang lebih

berkualitas, adil, sejahtera lahir dan batin, mandiri, serta bermartabat.

d) Melindungi penyandang disabilitas dari penelantaran dan eksploitasi,

pelecehan dan segala tindakan diskriminatif, serta pelanggaran hak asasi

manusia.

61

e) Memastikan pelaksanaan upaya penghormatan, pemajuan, pelindungan,

dan pemenuhan hak penyandang Disabilitas untuk mengembangkan diri

serta mendayagunakan seluruh kemampuan sesuai bakat dan minat yang

dimilikinya untuk menikmati, berperan serta berkontribusi secara

optimal, aman, leluasa, dan bermartabat dalam segala aspek kehidupan

berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.

Pemenuhan hak penyandang disabilitas berdasarkan:

a. Penghormatan terhadap martabat

b. Oonomi individu

c. Tanpa diskriminasi

d. Partisipasi dan keterlibatan penuh dalam masyarakat

e. Keragaman manusia dan kemanusiaan

f. Kesamaan kesempatan

g. Kesetaraan

h. Aksesibilitas

i. Kapasitas yang terus berkembang dan identitas dari anak dengan

disabilitas

j. Inklusif

k. Perlakuan khusus dan perlindungan lebih.

62

C. Bagaimanakah Faktor Penghambat Dalam Implementasi Perda No.2

Tahun 2019 Tentang Perlindungan Dan Pemberdayaan Bagi Lanjut

Usia Dan Penyandang Disabilitas.

1. Pelatihan Yang Dilaksanakan Oleh Dinas Sosial Kota Jambi Untuk

Penyandang Disabilitas

Setiap tahunnya Dinas Sosial Kota Jambi melakukan pelatihan

untuk peyandang disabilitas seperti keterampilan kerja seperti:

c. Keterampilan elektronik

Dinas Sosial Kota Jambi memilik program yaitu keterampilan

elektronik . Program keterampilan elektronik ini bertujuan untuk

memberikan pelatihan keterampilan kepada penyandang disabilitas.

Dengan harapan ketika mereka keluar dari Dinas Sosial Kota Jambi sudah

bias mandiri dan bisa bekerja di dunia kerja dengan memanfaatkan skiil

yang mereka punya22

.

Awal terlaksananya program keterampilan elektronik ini Dinas

Sosial menyediakan serta mengundang nara sumber ahli dan pelatih

khusus. Penyandang disabilitas yang mengikuti pelatihan sudah pastinya

mereka mempunyai pengetahuan dan memeliki skill dalam perbaikain

elektronik. hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Ibuk Apun sebagai

berikut:23

22

Wawancara Dengan Ibuk Apun selaku Kasi(Rehabilitas Sosial lansia) 23

Wawancara Dengan Ibuk Apun selaku Kasi(Rehabilitas Sosial lansia)

63

“Kalau untuk pelaksanaan program keterampilan elektronik ini

awalnya kita menyediakan pelatih khusus dalam bidang elektronik untuk

penyandang disabilitas ini, dan Pemerintah Kota menanggung semua dana

dalam pembelian alat-alat yang dibutuhkan serta uang saku kepada

penyandang disabilat itu sendiri. terus mereka dilatih sehingga mereka

bisa mempunyai skill sendiri dan dilatih selama 3 bulan”

Dari hasil wawancara bersama ibuk apun ini, Dinas Sosial Kota

jambi telah melakukan pelatihan keterampilan dengan menyediakan

pelatih khusus dalam bidang elektronik dan Pemerintah Kota telah

menanggung semua dana dalam pembelian alatalat elektronik yang

dibutuhkan serta penyandang disabilitas mendapatkan uang saku.

Jadwal kegiatan keterampilan elektronik di Dinas Sosial Kota

Jambi yang dilakukan dari hari Senin sampai hari Sabtu. Sedangkan hari

Minggu tidak ada kegiatan karena hari Minggu waktu untuk istirahat.

Kegiatan ini dimulai pada pukuk 8.30-11.30, setelah itu mereka istirahat,

shalat dan makan siang.

Penyandang disabilitas mempunyai hak untuk mendapatkan

pelatihan keterampilan, pelatihan keterampilan tersebut dilakukan oleh

Dinas Sosial Kota Jambi. Hal ini sesuai wawancara dengan Bapak Ade

64

Chandra,S.H selaku Kepala Seksi Rehabilitas Sosial, Penyandang

Disabilitas dan Korban Napza.:24

“Memang di Dinas Sosial Kota Jambi ini setiap tahunnya

melakukan pelatihan keterampilan bagi penyandang disabilitas

agar para penyandang disabilitas yang mengikuti pelatihan

keterampilan mampu memotivasi dan skill, serta menjadikan

keterampilan sebagai bekal hidup”

Penyandang disabilitas mempunyai hak untuk mendapatkan

pelatihan keterampilan, hal ini dijelaskan berdasarkan Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 8 tahun 2016 Tentang Penyandang Disabilitas

Pasal 46 Ayat 1 yaitu:25

“Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memberikan

kesempatan kepada penyandang disabilitas untuk mengikuti

pelatihan keterampilan kerja di lembaga pelatihan kerja

Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/swasta”.

Hasil wawancara dengan ibuk Dra.Apun Hayati yaitu:26

”Dalam program keterampilan disabilitas bahwa anggaran yang

dibutuhkan dalam kegiatan pemberian bantuan sosial bagi

penyandang disabilitas dianggarkan oleh Pemerintah dalam

24

Wawancara Dengan Bapak Ade Chandra selaku Kasi(Rehabilitas Sosial)

25 Undang-Undang Republik Indonesia Nomo 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang Disabilitas,

pasal 46 ayat(1) 26

Wawancara Dengan Ibuk Apun selaku Kasi(Rehabilitas Sosial lansia)

65

APBD Kota Jambi. Pada anggaran yang disediakan masih

dirasakan kurang mencukupi untuk pemberian bantuan sosial

bagi penyandang disabilitas” .

2. Menyalurkan Tenaga Kerja Untuk Peyandang Disabilitas

Dinas Sosial telah berupaya melakukan pembinaan dan pelatihan

terhadap peyandang disabilitas yang ada di Kota Jambi, seperti menyalurkan

tenaga kerja dengan keterampilan elektronik. Peyandang disabilitas mengikuti

pelatihan keterampilan supaya mempunyai skill dan bisa bekerja seperti orang

normal lainnya.

Jumlah peyandang disabilitas di Kota Jambi ini sangat banyak, dan

sudah dilakukan pendataan tetapi masih ada juga yang tidak terdata. Berdasarkan

wawancara dengan bapak Bapak Ade Chandra,S.H selaku Kepala Seksi

Rehabilitas Sosial, Penyandang Disabilitas dan Korban Napza., mereka mendata

penyandang Disabilitas di Kota Jambi dengan cara.

“Dinas Sosial Kota Jambi melakukan pendataan bagi penyandang

Disabilitas di Kota Jambi ini dengan cara perkecamatan, dimana di Kota

Jambi ini ada 11 kecamatan setiap kecamatan Dinas Sosial mempunyai

tenaga kerja pendamping untuk mendata setiap orang penyandang

disabilitas, tenaga kerja pendamping ini ditunjuk oleh kementrian

sosial(kemensos) akan tetapi masih saja sangat sulit bagi tenaga

pendamping untuk mendata penyandang disabilitas”.

66

Dari wawancara diatas jelas bahwa masih sulitnya pemerintah daerah

mendata penyandang disabilitas walaupun telah dibantu oleh tenaga pendamping,

seharusnya pemerintah Kota harus mendata semua penyandang disabilitas agar

tidak ada yang terlantarkan.

67

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Implementasi Dinas Sosial Kota Jambi dalam pemberdayaan penyandang

disabilitas yaitu dengan cara mensejahterakan kaum yang lemah khususnya

penyandang disabilitas sedikit banyak telah dilakukan oleh pemerintah

kota dalam hal ini Dinas Sosial Kota sesuai dengan peraturan daerah nomor

02 tahun 2019 tentang perlindungan dan pemberdayaan bagi lanjut usia dan

penyandang disabilitas baik itu melalui peminjaman modal, pembinaan,

pendidikan inklusi, pengembangan karakter dan lain-lainnya.

2. Upaya yang dilakukan Dinas Sosial Kota Jambi adalah pelatihan

keterampilan elektronik dan pemberian bantuan berupa alat bantu dan uang ,

yang sudah di ikuti oleh penyandang disabiltas, akan tetapi masih ada

penyandang disabilitas yang ingin mengikuti pelatihan keterampilan tetapi

tidak mengetahui bahwa ada program pelatihan yang dilakukan oleh Dinas

Sosial Kota Jambi dan masih banyak para penyandang disabilitas tidak

menerima bantuan dalam bentuk apapun.

B. Saran

1. Saran untuk Pak Wali Kota dan Pak wakil wali Kota

Diharapkan bapak waliKota dan pak wakil wali Kota Jambi lebih

memperhatikan masyarakat penyandang disabiltas terutama dalam dana

68

Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) untuk membantu sarana dan

prasarana dalam mengadakan pemberdayaan disabilitas di Kota jambi.

2. Saran untuk Dinas Sosial Kota Jambi

Dinas Sosial Kota Jambi seharusnya melakukan pendataan lebih terkhusus

lagi untuk penyandang disabilitas agar mereka bisa mendapatkan

pemberdayaan bantuan ataupun keterampilan agar mempunyai skill dan

dapat bekerja diluar sana.

3. Saran untuk penyandang disabilitas

Kepada penyandang disabilitas untuk melakukan pelatihan keterampilan agar

tidak lagi merasa tidak percaya diri atau merasa malu, karena pemerintah

Kota Jambi telah mengusahakan kesetaraan hak khususnya hak untuk

mengikuti pelatihan keterampilan meskipun saat ini masih banyak belum

terealisasikan oleh Pemerintah Kota dalam Program Keterampilan Disabilitas

di Dinas Sosial Kota Jambi.

69

DAFTAR PUSTAKA

Buku

El Muhtaj, Majda. 2009. Dimensi-Dimensi HAM Mengurai Hak Ekonomi, Sosial,

dan

Budaya. Jakarta: Rajawali Press.

Bayu surianingrat, Mengenal Ilmu Pemerintahan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1992).

Huraerah A., Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat, Model dan Srtategi

Pengembangan Berbasis Kerakyatan (Humaniora, 2011).

Ife, J dan Tesoriero, F. (2008). Alternatif Pengembangan Masyarakat di Era

Globalisasi: Community Develoment. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suharto, Edi. 2009. Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat.

(Bandung: PT Refika Aditama).

Kartasasmita, G.1996. Pembangunan untuk Rakyat: Memadukan Pertumbuhan dan

Pemerataan. Jakarta : CIDES

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. (Bandung : Alfabeta,

2009).

Husaini Usman, dan Purnomo Setiady, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta : Bumi

Aksara, 2009).

Majda dan El Muhtaj, Dimensi-Dimensi HAM Mengurai Hak Ekonomi, Sosial, dan

Budaya. (Jakarta: Rajawali Press, 2009).

70

Peraturan Perundang-undangan

Undang-undang No 4 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas

Undang-undang Nomor 8 Tahun 2016

Undang-Undang Republik Indonesia Nomo 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang

Disabilitas, pasal 46 ayat(1)

Keputusan Menteri

D.A. Surnantri Kebijakan Pemerintahan Januari - Maret 2002.

Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia No 7 Tahun 2017 tentang standar

habilitas dan rehabilitas sosial penyandang disabilitas

Lain-lainnya

https://dinamikajambi.com/2020/07/09/masih-banyak-penyandang-disabilitas-di-

Kota-jambi-tak-dapat-perhatian-pemerintah/ diakses pada 28 agustus

2020 jam 20:37

http://eprints.umm.ac.id/22215/ diakses pada 28 Agustus 2021

https://dinamikajambi.com/2020/07/09/masih-banyak-penyandang-disabilitas-di-

Kota-jambi-tak-dapat-perhatian-pemerintah/ diakses pada 28 agustus

2020 jam 20:37

Jurnal-Jurnal

Hilmiah,dkk., Analisis Deskriptif Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Tahun

2009, (Jakarta: Kerjasama Badan Pusat Statistik RI dengan Kementerian

Sosial RI).

71

Maulinia, Pemberdayaan Perempuan Penyandang Disabilitas Pada Himpunan

Wanita Penyandang Cacat Indonesia, (Tesis S2 Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Program Magister Ilmu Kesejahteraan Sosial, Universitas

Indonesia, 2012).

Perkins, D. & Zimmerman MA., „Empowerment Theory, Research and

Application,‟ American Journal of Community Psychology, Vol. 23, No.

5, 199.

Nurul Fitriana, Pemenuhan Hak Aksesibiltas Sebagai Wujud Kesamaan Kesempatan

Bagi Mahasiswa Penyandang Cacat Dalam Porses Pendidikan (Studi di

Universitas Brawijaya Malang),(online)

(http://eprints.umm.ac.id/22215/) diakses pada 28 agustus 2020 jam

22:22

72

Lampiran 1 : Daftar Infroman

Dra. Apun Hayati Kepala Seksi Rehabilitas Sosial, Anak dan Lanjut

Usia.

Ade Chandara S.H Kepala Seksi Rehabilitas Sosial, Penyandang

Disabilitas dan Korban Napza

Sabbarudin Penyandang Disabilitas

73

Gambar 1 : Data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Kota

Jambi Tahun 2019

1.

Gambar 2 : Tugas dan Fungsi Dinas Sosial Kota Jambi

74

Gambar 3 : Struktur Organisasi Dinas Sosial Kota Jambi

Gambar 4 Pelatihan Elektronik

75

Gambar 5 : Pelatihan Menjahit

Gambar 6 : Wawancara Pak Ade Chandra

76

CURRICULUM VITAE

A. IDENTITAS DIRI

Nama : Dina Afriana

Nim : 105170433

Tempat Tanggal Lahir : Rimbo Bujang,18 April 1999

Alamat : Komplek SMP N 3 Tebo

Pekerjaan : Mahasiswi

Jurusan : Ilmu Pemerintahan

No Hp : 085279215882

Email : [email protected]

Nama Ayah : H. M. Zamri, S.Pd,. M.Si

Nama Ibu : Mardiah

B. RIWAYAT PENDIDIKAN

2. SD/ MI/, TAHUN Lulus : SD N 30 Tebo 2011

3. SMP/ MTS Tahun Lulus : SMP N 3 Tebo 2014

4. SMA/MA Tahun Lulus : SMK N 2 2017

5. UIN STS JAMBI : Sedang Berlangsung