implementasi metode class based storage guna
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
3 -
download
0
Transcript of implementasi metode class based storage guna
IMPLEMENTASI METODE CLASS BASED STORAGE GUNA
MENINGKATKAN EFEKTIFITAS GUDANG
(STUDI KASUS: KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN BALAI
BESAR BAHAN DAN BARANG TEKNIK)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Ekonomi
Program Studi S1 Manajemen
ALFREDO KRISMAYANTO HADI
A10150402
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) EKUITAS
BANDUNG
2020
IMPLEMENTASI METODE CLASS BASED STORAGE GUNA
MENINGKATKAN EFEKTIFITAS GUDANG.
(STUDI KASUS: KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN BALAI BESAR
BAHAN DAN BARANG TEKNIK)
ALFREDO KRISMAYANTO HADI
NPM : A10150402
Bandung, 18 Februari 2020
Pembimbing
Dr. Moch. Adib Sultan, ST., MT
Mengetahui,
Ketua STIE EKUITAS Ketua Program Studi S1
Manajemen
Dr.rer.nat. M. Fani. Cahyandito, SE., M.Sc., CSP Dr. Iim Hilman, SE., MM
Tanggung jawab yuridis ada pada penulis
PERNYATAAN
PROGRAM SARJANA
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik sarjana, baik di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
(STIE) Ekuitas maupun di perguruan tinggi lainnya.
2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa
bantuan pihak lain, kecuali arahan pembimbing dan penguji.
3. Dalam karya tulis ini, tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis
atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan nama jelas
dicantumkan sebagai acuan dalam naskah yang disebutkan nama pengarang
dan dicantumkan dalam daftar pustaka
4. Pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketiddak-bbenaran dalam pernyataan ini, maka
saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang
diperoleh , karna karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma
yang berlaku di perguruan tinggi ini.
Bandung, 18 Februari 2020
Yang membuat pernyataan,
Alfredo Krismayato Hadi
iii
IMPLEMENTASI METODE CLASS BASED STORAGE GUNA
MENINGKATKAN EFEKTIFITAS GUDANG.
(STUDI KASUS: KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN BALAI BESAR
BAHAN DAN BARANG TEKNIK)
Ditulis Oleh:
Alfredo Krismayanto Hadi
Pembimbing :
Dr. Moch Adib Sultan, ST., MT
ABSTRAK
Saat ini perkembangan dalam sektor industri semakin meningkat terutama dalam
industri barang teknik. Tata letak merupakan satu keputusan penting yang
menentukan efisiensi sebuah operasi dalam jangka panjang. Tata letak memiliki
dampak pada proses operasi sebuah perusahaan dapat dilihat dari segi kegiatan yang
salah satunya perpindahan material dari satu unit ke unit lainnya. Tata letak yang
efektif dapat membantu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya agar dapat
melakukan perpindahan dengan cepat. Pada penelitian ini akan meneliti tentang tata
letak gudang pada Balai Besar Bahan dan Barang teknik yang mengakibatkan
kurangnya kapasitas penyimpanan pada gudang dan jarak perpindahan yang kurang
efektif. Dalam penelitian kali ini metode yang digunakan adalah deskriptif.
Berdasarkan data yang telah ada, Balai Besar Bahan dan Barang Teknik memiliki
luas gudang seluas 33 ๐2 dan memiliki jarak total perpindahan material 4.398,56
m. Hal ini yang menjadi tantangan bagi penulis untuk dapat menambah kapasitas
dan mengurangi jarak perpindahan total material dengan menggunakan metode
class based storage. Metode ini dapat menambah luas total pemakaian blok sebesar
74,69 ๐2 dan mengurangi jarak perpindahan total material sebesar 301,76 m.
setelah mengimplementasikan metode class based storage saran yang diberikan
adalah perusahaan sebaiknya mengaplikasikan metode class based storage untuk
memperbaiki tata letak gudang.
Kata kunci : Class Based Storage , Gudang, Tata Letak
iv
IMPLEMENTATION OF CLASS BASED STORAGE METHOD TO
IMPROVE THE EFFECTIVENESS OF WAREHOUSE.
(CASE STUDY: KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN BALAI BESAR
BAHAN DAN BARANG TEKNIK)
Written By:
Alfredo Krismayanto Hadi
Supervisor :
Dr. Moch Adib Sultan, ST., MT
ABSTRACT
Nowadays developments in the industrial sector are increasing especially in the
engineering goods industry. Layout is an important decision that determines the
efficiency of an operation in the long run. The layout has an impact on the operation
process of a company can be seen in terms of activities that one of the material
displacement from one unit to another. An effective layout can help the company in
carrying out its activities in order to make migrations quickly. In this study will
examine the layout of warehouses at Balai Besar Bahan dan Barang Teknik goods
that resulted in lack of storage capacity in the warehouse and a less effective
displacement distance. In research this time the method used is descriptive. Based
on existing data, Balai Besar Bahan dan Barang Teknik has a warehouse area of
33 ๐2and has a total material displacement distance of 4,398.56 m. It is a challenge
for authors to increase capacity and reduce the distance the total material
displacement using the class based storage method. This method can increase the
total area of the use of blocks of 74.69 ๐2 and reduce the total displacement
distance of 301.76 m. After implementing class based storage method the advice
provided is that the company should apply class based storage method to improve
warehouse layout.
Key word: Class Based Storage, warehouse, layout
v
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat serta karunia-Nya sehingga skripsi ini dengan judul โImplementasi
Metode Class Based Storage Guna Meningkatkan Efektifitas Gudang. (Studi
Kasus: Kementerian Perindustrian Balai Besar Bahan dan Barang Teknik)โ telah
terselesaikan guna memenuhi salah satu syarat yang wajib ditempuh untuk dapat
lulus dan menjadi seorang sarjana ekonomi.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang sudah
bersedia membantu dan mendukung penulisan dalam menyelesaikan
penyusunan skripsi ini. Dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima
kasih yang tulus kepada:
1. Dr.rer.nat. M. Fani Cahyandito, SE., M.Sc., CSP. selaku Ketua Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Ekuitas.
2. Dr. Ir. Dani Dagustani, MM. selaku Wakil Ketua I Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi (STIE) Ekuitas.
3. Dr. H. Herry Achmad Buchory, SE., MM. selaku Wakil Ketua II Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Ekuitas.
4. Dr. Sudi Rahayu, SE., MM. selaku Wakil Ketua III Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi (STIE) Ekuitas.
5. Dr. Iim Hilman, SE. MM. selaku Ketua Program Studi S1 Manajemen
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Ekuitas.
6. Mirza Hedismarlina Yuneline, ST., MBA., QWP. selaku Sekretaris Program
Studi S1 Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Ekuitas.
vi
7. Dr. Moch. Adib Sultan, ST., MT. selaku dosen pembimbing skripsi yang
senantiasa memberikan bimbingan, arahan dan informasi serta motivasi
kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.
8. Dosen-dosen STIE EKUITAS yang telah memberikan segenap ilmunya
kepada penulis, serta staf BAAK, BAU, dan Perpustakaan STIE EKUITAS.
9. Ir. Budi Susanto, MT. selaku Kepala Balai Besar Bahan dan Barang Teknik,
Dadang Supriatna, SE. selaku Kepala Sub Bagian Umum, Eko Budi
Prasetyo selaku Kepala gudang dan Fauzan selaku staf dari pada Balai
Besar Bahan dan Barang Teknik yang membatu memberikan informasi,
data, arahan dan lainnya demi terselesaikannya skripsi ini.
10. Dr. Ir. Sukanto Hadi, MT. selaku ayah yang telah memberikan motivasi
untuk penulis tetap semangat menyelesaikan skripsi dan kuliah serta Herry
Rumnaningsih selaku ibu yang telah mendukung, memberikan arahan dan
motivasi serta pembelajaran dan doa untuk penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
11. Vivi Sevita, Dorota Meiantiko dan Martha Alvianingsih, kakak dan adik
penulis yang senantiasa membantuk penulis dalam memberikan motivasi
dan semangat.
12. Sahabat โ sahabat smoking area yang telah memberikan semangat dan
dukungan selama masa perkuliahan hingga skripsi ini selesai.
13. Rekan โ rekan satu bimbingan yang membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
14. Teman โ teman Manajemen 10 angkatan 2015 yang telah memberikan
semangat kepada penulis.
vii
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik itu
dari aspek penulisan maupun materi. Hal ini dikarenakan keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh penulis. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran.
Penulis berharap skripsi ini berguna dan bermanfaat khususnya untuk
penulis sendiri dan umumnya untuk semua pihak serta dapat memberikan
informasi dan pengetahuan yang lebih bagi pembaca.
Bandung, 18 Februari 2020
Penulis
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK ............................................................................................................ iii
ABSTRACT .......................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... v
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii
BAB I Pendahuluan .............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 10
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ............................................................... 11
1.4 Kegunaan Penelitian ............................................................................... 11
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 12
1.5.1 Lokasi .............................................................................................. 12
1.5.2 Waktu Penelitian ............................................................................. 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ............. 16
2.1 Tinjauan Pustaka .................................................................................... 16
2.1.1 Pengertian Manajemen Operasi ...................................................... 16
2.1.2 Pengertian Tata Letak (Layout) ....................................................... 19
2.1.3 Jenis โ Jenis Tata Letak................................................................... 20
ix
2.1.4 Tata Letak Gudang .......................................................................... 21
2.1.5 Pengertian Class Based Sotrage ...................................................... 22
2.1.6 Pengertian Gudang .......................................................................... 25
2.2 Kerangka Pemikiran ............................................................................... 29
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 32
3.1 Objek Penelitian ..................................................................................... 32
3.2 Metode Penelitian ................................................................................... 40
3.3 Operasionalisasi Variabel Penelitian ...................................................... 43
3.4 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 46
4.1 Faktor Penyebab Tidak Efektifnya Kapasitas Gudang Dan Perpindahan
Barang ............................................................................................................... 47
4.1.1 Tata Letak Awal Balai Besar Bahan dan Barang Teknik ............... 47
4.1.2 Perhitungan Layout Awal ............................................................... 52
4.2 Implementasi Metode Class Based Storage ........................................... 55
4.2.1 Perhitungan Layout Perbaikan ........................................................ 56
4.3 Perbandingan Layout Awal Dengan Layout Usulan Menggunakan
Metode Class Based Storage ............................................................................. 63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 65
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 65
5.2 Saran ....................................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 68
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jadwal Penelitian ............................................................................ 14
Tabel 3.1 Flow Chart Penyimpanan Barang Pada Gudang Balai Besar
Bahan dan Barang Teknik .............................................................. 37
Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel ............................................................... 44
Tabel 4.1 Frekuensi Perpindahan Material Periode Juni โ Desember 2019 ... 54
Tabel 4.2 Jarak Perpindahan Material Awal ................................................. 55
Tabel 4.3 Pembentukan Kelas ........................................................................ 57
Tabel 4.4 Kebutuhan Tempat Penyimpanan ................................................... 58
Tabel 4.5 Koordinat Akhir Titik Pusat Area Penyimpanan
Layout Perbaikan ............................................................................ 62
Tabel 4.6 Jarak Perpindahan Material Layout Usulan .................................... 63
Tabel 4.7 Perbandingan Hasil Akhir .............................................................. 64
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Layout Awal Balai Besar Bahan dan Barang Teknik ........................... 5
Gambar 1.2 Area Penyimpanan Barang ................................................................... 7
Gambar 1.3 Gudang Penyimpanan Balai Besar Bahan dan Barang Teknik ............ 8
Gambar 1.4 Lokasi Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) ........................ 13
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ........................................................................... 30
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Balai Besar Bahan dan Barang Teknik .............. 35
Gambar 3.2 Logo Balai Besar Bahan dan Barang Teknik ..................................... 36
Gambar 3.3 Flow Chart Penelitian ......................................................................... 39
Gambar 4.1 Layout Awal Balai Besar Bahan dan Barang Teknik ......................... 47
Gambar 4.2 Layout Awal Gudang ......................................................................... 52
Gambar 4.3 Layout Perbaikan Gudang .................................................................. 60
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Keputusan Skripsi
Lampiran 2 Kartu Bimbingan
Lampiran 3 Fotokopi Sertifikat TOEFL
Lampiran 4 Fotokopi Sertifikat SPM
Lampiran 5 Curriculum Vitae
1
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Saat ini perkembangan dalam sektor industri semakin meningkat terutama
dalam industri barang teknik. Di Indonesia memiliki lebih dari 500 perusahaan
dalam bidang barang teknik maka tingkat persaingan pada sektor industri
semakin tinggi. Peningkatan jumlah barang dalam sektor nonmigas di tahun
2019 sebanyak 8,4% dari tahun sebelumnya. Dengan semakin tingginya
persaingan di sektor industri, barang produksi dari perusahaan pun harus
memiliki standar nasional yang ditentukan oleh pemerintah agar dapat
dikonsumsi oleh masyarakat dengan aman.
Dalam melakukan aktivitasnya, sebuah perusahaan harus memiliki gudang
yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan berupa produk jadi ataupun raw
material. Gudang yang tersedia dalam peruahaan pun harus dapat menampung
jumlah barang produksi dengan maksimal. Untuk dapat memaksimalkan
kapasitas gudang, maka diperlukan tata letak yang baik. Tata letak gudang yang
baik akan berdampak pada pencarian barang kembali yang cepat dan
mengurangi jarak tempuh total material handling.
Tata letak (layout) memiliki dampak pada proses operasi sebuah
perusahaan. Dapat dilihat dari segi kegiatan yang salah satunya perpindahan
material dari satu unit ke unit lainnya. Hal ini memerlukan aktivitas pemindahan
yang mencakup tiga elemen dasar sistem produksi yaitu bahan baku, pekerja,
2
dan peralatan. Dari banyaknya aktivitas yang terjadi dalam sistem produksi perlu
adanya pertimbangan dalam desain tata letak fasilitas untuk mencapai hasil yang
efektif dan efisien. Menurut Handoko (2013), salah satu hal terpenting dari tata
letak perusahaan adalah jarak, waktu, dan biaya, jarak perpindahan material
yang jauh akan menyebabkan rentang waktu yang dibutuhkan cukup tinggi maka
dapat menyebabkan tingginya ongkos yang dikeluarkan karena lamanya proses
yang dilakukan.
Gudang merupakan tempat penyimpanan barang dalam suatu perusahaan.
Hampir semua sektor baik industri, kuliner, perdagangan maupun perbankan
membutuhkan gudang dalam menjalankan usahanya. Beberapa permasalahan
yang biasa terjadi pada gudang adalah kesulitan perpindahan barang, lamanya
pencarian serta kurangnya kapasitas gudang. Sebagian masalah ini dipicu oleh
sistem gudang yang berantakan. Perpindahan barang yang memakan banyak
waktu mengakibatkan terlambatnya material handling.
Selain itu, gudang yang baik harus dapat mempermudah tujuan utama
gudang tersebut. Tujuan utama dari gudang adalah untuk memenuhi kebutuhan
perusahaan. Oleh karena itu, maka proses di dalam gudang biasanya memakan
waktu dan biaya. Waktu dan biaya dapat diminimalkan jika seluruh proses di
gudang telah efektif dan efisien. Salah satu aspek yang dapat mempengaruhi
efektifitas dan efisiensi gudang adalah tata letak gudang.
Penelitian ini dilakukan pada kementerian perindustrian Balai Besar Bahan
dan Barang Teknik yang bergerak dalam bidang penelitian, pengembangan,
perancangan, penerapan standar, pelaksanaan sertifikasi sistem mutu, sertifikasi
3
produk yang berkaitan dengan keselamatan lingkungan di bidang industri bahan
dan barang teknik. Berbagai macam kegiatan yang dilakukan perusahaan, maka
tak lepas dari keterlambatan waktu dalam aktivitasnya. Salah satu faktor
penyebab keterlambatan adalah tata letak gudang yang tidak teratur, kapasitas
gudang yang kurang memadai, jauhnya lokasi gudang serta jalur yang kurang
efektif.
Untuk menyelesaikan penyebab keterlambatan, maka terdapat beberapa
metode yang dapat digunakan untuk dapat menyelesaikan masalah
keterlambatan. Dalam hal ini metode yang digunakan untuk melihat
keterlambatan yaitu dengan analisis layout gudang yang sesuai dengan
kebutuhan untuk Balai Besar Bahan dan Barang Teknik berdasarkan lokasi yang
tersedia. Analisis layout gudang ini diharapkan dapat menghilangkan
permasalahan yang terjadi pada gudang Balai Besar Bahan dan Barang Teknik.
Melalui analisis layout gudang dengan keterbatasan lokasi dan lahan ini akan
memperlancar kegiatan keluar masuknya barang yang akan di uji dan yang telah
melakukan pengujian dan dapat mempersingkat waktu serta biaya pengujian di
Balai Besar Bahan dan Barang Teknik.
Dari hasil wawancara dengan kepala sub bagian umum Balai Besar Bahan
dan Barang Teknik, pada sistem gudang belum menggunakan metode apapun
dalam aktivitasnya. Balai Besar Bahan dan Barang Teknik hanya memiliki satu
gudang penyimpanan yang memiliki luas bangunan sebesar 33 ๐2. Balai Besar
Bahan dan Barang Teknik tidak terlalu memperhatikan tata letak gudang yang
sebenarnya berperan penting pada sebuah perusahaan. Pada awal dibangunnya
sebuah gudang ditahun 1984 sampai saat ini belum ada perencanaan tata letak
4
untuk mengatur jalannya alur gudang.
Dalam aktivitas perusahaan, barang yang masuk dan keluar lebih sering
disimpan disekitar area laboratorium pengujian. Hal terebut sebenarnya dapat
menghambat waktu proes pengujian dan jalur aktivitas kerja. Dalam melakukan
proses pengujian rata โ rata seharusnya diperlukan waktu selama 14 hari kerja,
tetapi dengan tidak lancarnya perpindahan material handling waktu yang
diperlukan oleh perusahaan sering mengalami kemunduran.
Kemudian setiap minggunya Balai Besar bahan dan Barang Teknik
menerima kurang lebih 20 jenis barang yang di kirim dari berbagai macam
perusahaan. Jenis โ jenis barang tersebut bervariatif, contohnya seperti ban
kendaraan bermotor, velg kendaraan bermotor, kulkas, AC, headphone, beton,
semen, lempengan logam, dan barang โ barang nonmigas lainnya. Masalah lain
yang di alami perusahaan yaitu proses loading in barang yang di kirim kepada
perusahaan sulit untuk di simpan kedalam gudang karena keterbatasan akses
menuju gudang menggunakan kendaraan berat. Berikut ini adalah gambar layout
awal Balai Besar Bahan dan Barang Teknik.
5
Gambar 1.1 Layout Awal Balai Besar Bahan dan Barang Teknik
Sumber: Observasi Balai Besar Bahan dan Barang Teknik
Keterangan gambar layout.
1: Kepegawaian & CS 8: Area parkir 15: Perpus & Arsip
2: Lab las & bengkel 9: Lab battery 16: Lab AC
3: Lab barang Teknik 10: Lab beton 17: Lab otomotif
4: Lab metalografi 11: Masjid 18: Ruang diklat
5: NDT 12: Ruang serbaguna 19: Lab kimia organik
6: Gudang 13: Area parkir 20: Lab pompa
7: Lab logam 14: Kalibrasi 21: Lap voli
22:Lab EMC & audio video
23: Lab Listrik
5 7
4 3 2
6
1
13
10
Loading
Dock
11
9
12
Arsi
15
17
16
18
14
20
19
21
22 23
8
6
Area layout ini terbagi dalam 23 area yang terdiri dari 11 area laboratorium,
1 area gudang, 11 area kantor. Dari kondisi yang ada bahwa lokasi gudang ke
lokasi laboratorium memiliki jarak yang cukup jauh dan rentan untuk terjadi
keterlambatan pengiriman barang. Selain jarak yang cukup jauh, jalan untuk
pemindahan barang dari area gudang ke lokasi laboratorium cukup sulit karena
jalan yang sempit dan menanjak sehingga karyawan sering kali kesulitan
melakukan perpindahan barang yang cukup berat untuk dipindahkan ke area
laboratorium. Permasalahan berikutnya adalah lokasi gudang barang yang
terbatas serta kapasitas gudang yang sedikit menyebabkan barang โ barang
diletakan di sekitar area laboratorium. Penyimpanan barang di area laboratorium
membuat kesulitan karyawan untuk mencari barang โ barang yang akan diuji
yang berdasarkan waktu masuknya barang dan membuat perpindahan barang
menjadi sulit yang mengakibatkan bertambahnya durasi pencarian dan
perpindahan barang. Berikut adalah gambar dari permaalahan dalam perusahaan.
7
Gambar 1.2 Area Penyimpanan Barang
Sumber: Observasi Balai Besar Bahan dan Barang Teknik
Pada gambar 1.2 digambarkan bahwa area penyimpanan barang terletak
pada depan pintu area laboratorium yang menyebabkan tidak rapihnya area
penyimpanan barang. Selain itu banyak barang uji yang terpapar sinar matahari
dan terkena hujan yang menyebabkan penurunan kualitas barang yang akan di
uji dan berdampak pada kerugian material barang. Seringkali perusahaan
kesulitan dalam melakukan pencarian dikarenakan selain di simpan di depan
pintu laboratorium, barang juga disimpan di area lain dikarenakan tempat
penyimpanan tidak mencukupi. Berikut adalah gambar gudang Balai Besar
Bahan dan Barang Teknik.
8
Gambar 1.3 Gudang Penyimpanan Balai Besar Bahan dan Barang
Teknik
Sumber: Observasi Balai Besar Bahan dan Barang Teknik
Dapat dilihat bahwa kapasitas gudang yang tidak memadai sehingga barang
yang besar banyak diletakan diluar area pintu gudang yang akan menyulitkan
perpindahan barang yang besar dari dalam gudang karena akses keluar masuk
barang sempit dikarenakan tumpukan barang โ barang yang berada di sekitar
pintu masuk dan keluar gudang. Selain sulitnya akses keluar masuk barang,
kesulitan yang lain adalah menjangkau barang โ barang yang akan melakukan
pengujian cukup sulit karena penataan barang tidak berdasarkan kelompok kelas
berdasarkan jenis barang atau kapan masuknya barang โ barang tersebut.
Dari penjelasan dan gambar tersebut, terdapat beberapa masalah yang ada
di Balai Besar Bahan dan Barang Teknik yaitu kesulitan mencari barang yang
akan di uji, perlu waktu yang cukup lama untuk mencari barang yang akan di
9
uji, tidak adanya pengklasifikasian jenis โ jenis barang, kapasitas gudang yang
kurang memadai sehingga masih banyak barang yang disimpan diluar gudang,
perpindahan barang yang tidak efektif. Berdasarkan penelitian terdahulu, metode
ini menjadi metode yang paling efektif untuk mengurangi permasalahan yang
ada dalam perusahaan.
Berdasarkan jurnal berjudul โConstrained Clustering Method for Class
Based Storage Location Assignment in Warehouseโ dapat mengidentifikasi 3
langkah utama menangani masalah yaitu kendala berdasarkan penyimpanan,
kendala berdasarkan barang โ barang dan kelompok barang, penentuan sub-
kelompok untuk membedakan pendistribusian barang. Berdasarkan jurnal kedua
yang berjudul โPeningkatan Kapasitas Gudang dengan Perancangan Layout
Menggunakan Metode Class Based Storageโ mendapat hasil kebijakan
penggunaan rak menambah kapasitas gudang cadangan sebanyak 1600 lot.
Dengan metode Class Based Storage karton dikelompokkan berdasarkan
jenisnya dan diurutkan berdasarkan jumlah permintaannya.
Penelitian ini dilakukan pada Balai Besar Bahan dan Barang Teknik
dikarenakan kapasitas gudang yang kurang memadai, tidak efektifnya fungsi
gudang yang menghambat aktivitas kerja yang ada di perusahaan yang
diakibatkan oleh penyimpanan barang yang tidak terstruktur mengakibatkan
perpindahan barang menjadi lambat dibandingkan dengan tata letak gudang
kementerian perindustrian yang ada di kota Bandung contohnya seperti Balai
Besar Logam dan Mesin, Balai Besar Keramik, Balai Besar Tekstil, Balai Besar
Pulp dan Kertas.
Berdasarkan kondisi masalah yang ada, maka diperlukan suatu usaha
10
perbaikan tata letak dari Balai Besar Bahan dan Barang Teknik menggunakan
metode class based storage yang berdasarkan dari penelitian terdahulu bahwa
metode ini sangat cocok digunakan untuk mengatasi masalah pada perusahaan
agar jenis barang dalam gudang lebih di klasifikasikan berdasarkan jenisnya
untuk mempermudah perpindahan barang dan mempermudah pencarian barang
yang akan dipindahkan ke dalam laboratorium. Pada metode class based storage
akan mengetahui kebutuhan ruangan (space requirements), menetapkan produk
ke lokasi penyimpanan / pengambilan.
Berdasarkan fenomena yang ada dan diperkuat oleh data ditemukan masalah
dari kurang efektifnya gudang yaitu kapasitas gudang yang kurang memadai,
perpindahan barang yang kurang baik, serta lama waktu saat pencarian barang
untuk masuk kedalam proses pengujian. Dengan menggunakan metode
diharapkan bisa mengatasi masalah yang ada pada perusahaan menggunakan
metode class based storage penulis mengambil judul ini โImplementasi
Metode Class Based Storage Guna Meningkatkan Efektifitas Gudang.
(Studi Kasus: Kementerian Perindustrian Balai Besar Bahan dan Barang
Teknik)โ
1.2 Rumusan Masalah
Dari kasus di atas yang sudah di jelaskan dapat diketahui permasalahan yang
menyebabkan ketidakefektif dan efisiennya jarak tempuh total perpindahan
barang adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana faktor yang menyebabkan tidak efektifnya kapasitas gudang
perpindahan barang ?
2. Bagaimana penerapan tata letak menggunakan metode Class Based
11
Storage untuk layout usulan agar menambah kapasitas Gudang dan
mengurangi jarak tempuh total perpindahan barang pengujian di Balai
Besar Bahan dan Barang Teknik ?
3. Bagaimana perbandingan layout awal dengan layout usulan ?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Dalam setiap dilakukannya penelitian, selalu ada maksud dan tujuan dari
penelitian yang dilakukan yang akan dicapai. Adapun maksud dan tujuan
penelitian yang ingin dicapai oleh penulis adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui faktor โ faktor apa saja yang menyebabkan tidak
efektifnya gudang.
2. Memberikan solusi dengan cara menerapkan metode Class Based Storage
untuk layout usulan agar menambah kapasitas gudang dan mengurangi
jarak tempuh total perpindahan barang pengujian di Balai Besar Bahan dan
Barang Teknik.
3. Perbandingan layout awal dengan layout usulan
1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil dari penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat
kepada pihak-pihak lainnya. Untuk kegunaan teoritis penulisan skripsi ini
harapkan dapat memberikan informasi mengenai tata letak gudang khususnya
dalam penggunaan metode Class Based Storage dalam mengefektifkan
penggunaan ruang gudang. Selain itu juga kegunaan praktris dari pada penulisan
skripsi ini diharapkan memberikan hasil yang berguna dan bermanfaat bagi
seluruh pihak diantaranya :
1. Bagi Perusahaan
12
Memberikan masukan berupa bahan evaluasi dan solusi alternatif pada tata
letak gudang penyimpanan agar efisien dan memberikan keuntungan bagi
perusahaan tersebut.
2. Bagi Pihak Lain
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber referensi bagi pihak โ pihak lain
yang akan mempelajari metode class based storage dikemudian hari untuk
mengefektifkan ruang gudang selain itu juga dapat mengimplementasi
metode class based storage tersebut untuk menambah kapasitas gudang.
3. Bagi Penulis
Penelitian ini adalah suatu langkah dalam mengembangkan, menerapkan
serta berpikir secara ilmiah sehingga dapat memperluas wawasan apabila
menghadapi masalah sama seperti apa yang diteliti dikemudian hari. Penulis
juga memiliki kesempatan menganalisa permasalahan nyata yang telah
terjadi dan dapat mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari โ hari
jika ada masalah yang sama terjadi terutama jika adanya tata letak yang
tidak efektif pada suatu perusahaan maka penulis dapat menanggulangi
masalah tersebut.
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian
1.5.1 Lokasi
13
Gambar 1.4 Lokasi Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)
Sumber: https://goo.gl/maps/ohkkJDLBvdoxsZww5
Dari gambar di atas dapat dilihat dimana tempat gudang pada Balai Besar
Bahan dan Barang Teknik. Balai Besar Bahan dan Barang Teknik terletak di
Jalan Sangkuriang no. 14, Dago, Kecamatan Coblong, Kota Bandung. Jika
dihitung waktu menggunakan google maps dari STIE Ekuitas menuju Balai
Besar Bahan dan Barang Teknik memakan waktu kurang lebih 17 menit. Jika
ingin ke Balai Besar Bahan dan Barang Teknik kita harus melalui Jalan PH. H.
Mustofa menuju Jalan Sukasenang Raya dahulu kemudian masuk ke Jalan
Surapati mengikuti jalan saja sampai ke Jalan Ir. H. Juanda. Lalu dari Jalan Ir.
H. Juanda lurus terus lagi sampai 1,3 km belok kiri menuju Jalan Dayang Sumbi,
lalu belok kanan ke Jalan Tamansari, setelah itu belok kanan ke Jalan Siliwangi
dan langsung belok kiri ke Jalan Sangkuriang. Lokasi Balai Besar Bahan dan
14
Barang Teknik terletak di posisi sebelah kanan setelah melalui 400 m di Jalan
Sangkuriang.
1.5.2 Waktu Penelitian
Tabel 1.1 Jadwal Penelitian
No Kegiatan
Oktober
(2019)
November
(2019)
Desember
(2019)
Januari
(2020)
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Observasi
2 Wawancara
3 Studi Pustaka
4 Pengumpulan Data
5 Analisis Data
Kegiatan penelitian diawali pada minggu pertama bulan Oktober 2019
dengan melakukan observasi di Balai Besar Bahan dan Barang Teknik Jalan
Sangkuriang No. 14. Observasi tersebut memberikan pemahaman terhadap
penulis tentang cara kerja dan alur barang yang masuk atau keluar dari gudang
Balai Besar Bahan dan Barang Teknik. Pada observasi yang dilakukan dapat
diketahui denah dari Balai Besar Bahan dan Barang Teknik yang ada pada
gambar 1.1. Kemudian disaat yang sama saat dilakukannya observasi pada bulan
Oktober 2019 juga dilakukannya wawancara kepada kepala subbag umum dan
kepala gudang dari pada Balai Besar Bahan dan Barang Teknik, dengan
beberapa hasil yang didapatkan seperti contoh hasil dari wawancara bahwa Balai
15
Besar Bahan dan Barang Teknik belum menggunakan suatu metode tata letak
gudang, kemudian tata letak gudang yang lakukan oleh Balai Besar Bahan dan
Barang Teknik hanya menyimpan barang yang masuk kedalam gudang dan
menyimpan di sekitar area laboratorium pengujian yang tidak di klasifikasikan
kedalam jenis dan kelas dari barang tersebut. Seperti pada gambar 1.2 dan 1.3
dapat dilihat bahwa penyimpanan barang masih belum disimpan pada ruangan
yang sesuai sehingga terjadi kesulitan dalam pencarian barang.
Setelah dilakukannya pengumpulan data pada bulan Oktober 2019 minggu
ke dua hingga minggu ke empat dan pada Bulan Desember 2019 minggu ke dua
dan ke tiga, didapatkan data barang yang masuk pada Balai Besar Bahan dan
Barang Teknik yang menjadi acuan data dalam penelitian ini. Pada minggu ke
tiga bulan Oktober penulis menganalisis data yang telah dikumpulkan dan
hasilnya ditemukan bahwa luas pemakaian blok penyimpanan hanya 19,65 ๐2
dan total jarak perpindahan material adalah 4398,56 m untuk periode bulan Juni
โ Desember 2019. Kemudian pada minggu ke dua bulan November 2019 hingga
minggu kedua pada bulan Januari 2020 dilakukan studi pustaka tentang metode
yang akan digunakan pada skripsi ini yaitu metode class based storage.
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DAN
KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Tinjauan Pustaka
Menurut Prastowo (2012) penyusunan tinjauan pustaka memiliki tujuan
untuk mengumpulkan data dan informasi ilmiah berupa teori-teori, metode, atau
pendekatan yang pernah berkembang dan telah didokumentasikan dalam bentuk
buku, jurnal, naskah, catatan, rekaman sejarah, dokumen-dokumen, dan lain-lain
yang terdapat di perpustakaan. Selain itu kajian ini dilakukan dengan tujuan
menghindarkan terjadinya pengulangan, peniruan, plagiat, termasuk suaplagiat.
2.1.1 Pengertian Manajemen Operasi
Manajemen operasi merupakan suatu komponen yang sangat penting bagi
perusahaan salah satunya perusahaan milik negara. Penelitian ini, penulis akan
meninjau berbagai teori yang berkaitan dengan topik yang diangkat dimana yang
menjadi dasar dari penelitian ini adalah mengenai manajemen operasi. Menurut
Heizer dan Render (2015) adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai
dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output.
Menurut Stevenson dan Chuong (2014) manajemen operasional adalah
manajemen sistem atau proses yang menyediakan barang dan atau menyediakan
jasa. Menurut Kumalaningrum, dkk (2011) manajemen operasional merupakan
desain sistematik, pengarahan dan pengawasan terhadap berbagai proses yang
mengubah input menjadi output berupa sumberdaya yang diolah menggunakan
suatu metode untuk mendapatkan output yang diinginkan.
17
Menurut Herjanto (2008) menyatakan bahwa manajemen operasi ialah
proses untuk menghasilkan produk secara efektif dan efisien melalui
pendayagunaan sumber daya yang ada. Manajemen operasi adalah disiplin ilmu
dan profesi yang mempelajari secara praktis tentang proses perencanaan,
mendesain produk, sistem produksi untuk mencapai tujuan organisasi.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen
operasi adalah serangkaian kegiatan dalam mengubah input menjadi output yang
diolah menggunakan suatu metode โ metode yang bernilai guna mendapatkan
tujuan yang paling efektif dan efisien bagi perusahaan, manajemen operasi
berperan penting dalam perusahaan selain manajemen sumber daya manusia,
manajemen pemasaran, dan manajemen keuangan.
Terdapat sepuluh keputusan manajemen operasi yang dikemukakan oleh
Heizer dan Render (2015) yang meliputi:
1. Desain barang dan jasa
Menjelaskan apa yang diperlukan dari kegiatan operasi pada masing โ
masing keputusan manajemen operasi. Misalkan, desain produk biasanya
menentukan batas bawah dari biaya dan batas atas dari kualitas, selain juga
impikasi untuk keberlangsungan dan sumber daya manusia yang diperlukan,
2. Pengelolaan kualitas
Menentukan ekspektasi kualitas dari pelanggan dan membuat kebijakan
serta prosedur untuk mengidentifikasi dan mencapai kualitas tersebut.
3. Desain proses dan kapasitas
Menentukan seberapa baik barang dan jasa dihasilkan ( misalkan, proses
untuk produksi ) dan menjalankan manajemen terhadap teknologi, kualitas,
18
sumber daya manusia, dan investasi modal yang spesifik yang menentukan
struktur biaya dasar perusahaan.
4. Strategi lokasi
Memerlukan penilaian terkait kedekatan dengan pelanggan, pemasok, dan
bakat, sementara mempertimbangkan mengenai biaya, infrastuktur, logistik, dan
pemerintah.
5. Strategi tata letak
Memerlukan penyatuan kebutuhan kapasitas, tingkat personel, teknologi,
dan kebutuhan persediaan untuk menentukan arus bahan baku, orang, dan
informasi yang efisien.
6. Sumber daya manusia dan desain pekerjaan
Menentukan bagaimana cara untuk merekrut, memotivasi, dan
mempertahankan personel dengan bakat dan kemampuan yang dibutuhkan.
Orang merupakan sebuah bagian yang integral dan mahal dari desain sistem
keseluruhan.
7. Manajemen rantai pasokan
Menentukan bagaimana mengintegrasikan rantai pasokan ke dalam strategi
perusahaan termasuk keputusan โ keputusan yang menentukan apa yang akan
dibeli, dari siapa, dan dengan syarat seperti apa
8. Manajemen persediaan
Mempertimbangkan keputusan pemesanan dan penyimpangan persediaan
dan bagaimana mengoptimalisasinya sebagai kepuasan pelanggan, kapabilitas
pemasok, dan jadwal produksi dipertimbangkan
9. Penentuan jadwal
19
Menentukan dan menerapkan jadwal jangka waktu menengah dan pendek
secara efektif dan efisien menggunakan, baik personel maupun fasilitas
sementara memenuhi permintaan pelanggan.
10. Pemeliharaan
Memerlukan keputusan yang mempertimbangkan kapasitas fasilitas,
permintaan produksi, dan kebutuhan akan personel untuk menjaga sebuah proses
yang dapat diandalkan dan stabil.
Secara garis besar, sepuluh keputusan manajemen operasi dapat menjadi
acuan untuk perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasinya. Dari 10
keputusan manajemen operasi, strategi tata letak masuk dalam keputusan ke-5
yang akan digunakan oleh penulis untuk melakukan pemecahan masalah yang
ada di Balai Besar Bahan dan Barang Teknik.
2.1.2 Pengertian Tata Letak (Layout)
Tata letak (layout) atau pengaturan dari fasilitas produksi dan area kerja
yang ada merupakan landasan utama dalam dunia industri. Pada umumnya tata
letak pabrik yang terencana dengan baik akan ikut menentukan efisiensi dan
dalam beberapa hal akan juga menjaga kelangsungan hidup ataupun kesuksesan
kerja suatu industri. Menurut Ramos dkk. (2012), sistem material handling yang
kurang sistematis menjadi masalah yang cukup besar dan menggangu kelancaran
terhadap proses produksi sehingga dapat memepengaruhi suatu sistem secara
menyeluruh. Maka diperlukan penanganan tata lelak fasilitas yang dapat
menunjang aspek kelancaran aliran bahan.
Menurut Heizer dan Render (2009) tata letak merupakan satu keputusan
penting yang menentukan efisiensi sebuah operasi dalam jangka panjang. Tata
20
letak berdampak besar bagi perusahaan karena dapat menentukan daya saing
perusahaan dalam hal kapasitas, fleksibilitas dan kualitas lingkungan kerja. Tata
letak yang efektif dapat membantu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya
agar dapat melakukan perpindahan dengan cepat.
Menurut Heizer dan Render (2009) dalam semua kasus, desain tata letak
harus mempertimbangkan bagaimana untuk dapat mencapai:
a. Utilitas ruang, peralatan, dan orang yang lebih tinggi.
b. Aliran informasi, barang atau orang yang lebih baik.
c. Moral karyawan yang lebih baik, juga kondisi lingkungan kerja yang
lebih aman.
d. Interaksi dengan pelanggan yang lebih baik.
e. Fleksibilitas (bagaimanapun kondisi tata letak yang ada sekarang,
tata letak terebut akan perlu dirubah).
Dari pengertian tata letak di atas dapat disimpulkan bahwa tata letak
merupakan sistem yang mendukung kegiatan bagi perusahaan untuk mencapai
suatu hasil yang maksimal.
2.1.3 Jenis โ Jenis Tata Letak
Sebuah tata letak yang efektif dapat memfasilitasi adanya aliran bahan,
orang dan informasi di dalam dan antar wilayah. Dalam pencapaiannya ada enam
pendekatan yang akan dibahas dalam tata letak adalah sebagai berikut:
a. Tata letak berorientasi proses
Berhubungan dengan produksi dengan volume rendah dan bervariasi
tinggi (disebut sebagai โjob shopโ, atau produksi terputus).
b. Tata letak yang berorientasi pada produk
21
Mengusahakan pemanfaatan maksimal atas karyawan dan mesin โ mesin
pada produksi yang berulang dan berkelanjutan.
c. Tata letak dengan posisi tetap
Memenuhi persyaratan tata letak untuk proyek yang besar dan memakan
tempat, seperti proses pembuatan kapal laut dan gedung.
d. Tata letak kantor
Menempatkan para pekerja, peralatan mereka dan ruangan/kantor yang
melancarkan aliran informasi.
e. Tata letak ritel
Menempatkan rak โ rak dan memberikan tanggapan atas perilaku
pelanggan.
f. Tata letak gudang
Merupakan paduan antara ruang dan penanganan bahan baku.
g. Tata letak sel kerja
Menata mesin โ mesin dan peralatan lain untuk fokus pada produksi
sebuah produk atau sekelompok yang berkaitan.
2.1.4 Tata Letak Gudang
Tata letak gudang sangatlah penting untuk menjadi perhatian bagi sebuah
perusahaan. Tata letak gudang sangat berpengaruh terhadap waktu aktivitas
dalam perusahaan dan penyimpanan barang dalam sebuah industri. Menurut
Heizer dan Render (2009) tata letak gudang adalah sebuah desain yang mencoba
meminimalkan biaya total dengan mencari panduan yang terbaik antara luas
ruang dan penanganan bahan. Tujuan tata letak gudang adalah untuk
menentukan biaya yang paling optimal antara biaya material handling dengan
22
luas bangunan gudang. Tujuan lain dari tata letak gudang adalah
memaksimalkan penggunaan ruangan agar dapat menampung kapasitas yang
optimal dari luas ruangan.
2.1.5 Pengertian Class Based Sotrage
Metode Class Based Storage yaitu penempatan bahan atau material
berdasarkan atas kesamaan suatu jenis bahan atau material kedalam suatu
kelompok. Kelompok ini nantinya akan ditempatkan pada suatu lokasi khusus
pada gudang. Kesamaan bahan baku atau material pada suatu kelompok, bias
dalam bentuk kesamaan jenis item atau kesamaan pada suatu daftar pemesanan
konsumen.
Menurut Hidayat (2012) metode ini merupakan gabungan antara random
storage dan dedicated storage. Metode ini metode ini membagikan setiap
produk yang ada kedalam tiga, empat, atau lima kelas berdasarkan atas kesamaan
atas suatu jenis bahan atau material kedalam kelas tersebut, sehingga pengaturan
tempat dirancang lebih fleksibel karena nantinya kelas tersebut akan
ditempatkan pada suatu lokasi khusus pada gudang. Masing โ masing kelas dapat
diisi secara acak oleh beberapa jenis barang yang sudah diklasifikasikan
berdasarkan jenis atau karakteristik dari barang tersebut.
2.1.5.1 Perhitungan Metode Class Based Storage
Menurut Hidayat (2012) perhitungan metode class based storage adalah sebagai
berikut:
23
a. Luas total pemakaian blok = kapasitas gudang x luas barang
b. Utilitas ruang = luas total blok
luas ruang x 100%
Apabila utilitas ruang menurun maka ruangan yang digunakan
semakin efisien.
c. Banyak tempat penyimpanan = ๐๐๐ก๐โ๐๐๐ก๐ ๐๐ข๐๐๐ก๐๐ก๐ฆ
๐๐๐๐๐ ๐๐ก๐๐ ๐๐๐๐ฆ๐๐๐๐๐๐๐
d. Banyak barang dipindahkan = ๐๐๐๐ฆ๐๐ ๐ก๐๐๐๐๐ก ๐๐๐๐ฆ๐๐๐๐๐๐๐
๐๐๐๐ฆ๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐ฆ๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐โ๐๐๐
e. Perhitungan Jarak Perpindahan Material
Perhitungan jarak dihitung antara titik keluar masuk barang
dengan titik pusat penyimpanan barang. Jarak perpindahan
diasumsikan sama untuk jarak penyimpanan dan pengambilan
barang karena pengambilan dan penyimpanan menggunakan
jalur yang sama. Penentuan titik pusat pengambilan benda
dilakukan dengan mencari titik berat dari bentuk barang semua
benda beraturan dengan cara perhitungan sebagai berikut:
๐๐๐ = [๐๐ + ๐๐] + [๐๐ + ๐๐]
Dimana:
Xi: koordinat x pada pusat fasilitas i
Yi: koordinat y pada pusat fasilitas i
Xj: koordinat x pada pusat fasilitas j
Yj: koordinat y pada pusat fasilitas j
๐๐๐ = jarak antara pusat fasilitas i dan j
24
2.1.5.2 Pemindahan Bahan
Material dapat dipindahkan secara manual maupun secara otomatis,
material dapat dipindahkan satu kali ataupun beribu kali, material dapat
dialokasikan pada lokasi yang tetap maupun secara acak atau material dapat
ditempatkan pada lantai maupun menggunakan rak. Apabila terdapat dua buah
stasiun kerja pada departemen I dan j koordinatnya ditunjukkan sebagai (x,y)
dan (a,b), maka untuk menghitung jarak antar dua titik tengah dilakukan
beberapa metode yaitu:
1. Rectilinear Distance
Jarak diukur sepanjang lintasan dengan menggunakan garis tengah lurus
(orthogonal) satu dengan yang lainnya. Sebagai contoh adalah material
yang berpindah sepanjang gang (aisle) rectilinear di pabrik.
2. Euclidean Distance
Jarak diukur sepanjang lintasan garis lurus antara dua buah titik. Jarak
Euclidean dapat diilustrasikan sebagai conveyor lurus yang memotong
dua buah stasiun kerja.
3. Squared Euclidean Distance
Jarak diukur sepanjang lintasan sebenarnya yang melintas antara dua
buah titik. Sebagai contoh, pada sistem kendaraan terkendali (guided
vechicle system), kendaraan dalam perjalanannya harus mengikuti arah
โ arah yang sudah ditentukan pada jaringan lintasan terkendali. Oleh
karena itu, jarak lintasan aliran bisa lebih Panjang disbanding dengan
rectilinear atau euclidean.
25
2.1.6 Pengertian Gudang
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, gudang merupakan rumah atau
bangsal tempat penyimpanan barang โ barang. Richards (2011) mendefinisikan
gudang sebagai fasilitas khusus yang bersifat tetap yang dirancang untuk
mencapai target tingkat pelayanan dengan total biaya yang paling rendah.
Manajemen pergudangan dirancang bertujuan untuk mengontrol kegiatan
pergudangan yang diharapkan dari pengontrolan ini adalah terjadinya
pengurangan biaya โ biaya yang ada didalam gudang.
Berdasarkan pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa gudang
merupakan sebuah tempat yang digunakan untuk menyimpan barang dengan
berbagai jenis produk yang digunakan dalam produksi atau hingga barang
tersebut dibutuhkan oleh pelanggan. Selain itu, gudang juga merupakan suatu
tempat penyimpanan produk untuk menyusun produk dan pengambilan produk
pada area gudang yang tersedia untuk menghemat waktu penyimpanan dan
pengambilan produk.
2.1.6.1 Tujuan Gudang
Ada tiga tujuan utama pergudangan yang berkaitan dengan pengadaan
barang yaitu:
1. Pengawasan menyangkut keamanan material dengan mengontrol keluar
dan masuknya material.
2. Pemilihan aktivitas pemeliharaan / perawatan agar material yang
disimpan didalam gudang tidak rusak selama penyimpanan.
26
3. Penimbunan / penyimpanan agar jika sewaktu โ waktu diperlukan maka
material yang dibutuhkan akan tetap tersedia sebelum dan selama proses
produksi berlangsung.
2.1.6.2 Fungsi Gudang
Menurut Yunarto dan Santika (2005) pergudangan terdapat tiga fungsi
utama yaitu:
a. Movement
Merupakan fungsi yang menjadi perhatian utama seperti
memperbaiki inventory turnover dan mempercepat proes
pemesanan dari produksi hingga ke pengiriman akhir.
b. Storage
Merupakan aktivitas penyimpanan barang baik bahan baku
ataupun barang hasil produksi. Penyimpanan barang dilakukan
didalam gedung gudang. Gudang finished good dan spare part
dapat menjadi satu atau dapat dipisahkan.
c. Information Transfer
Aktivitas ini adalah aktivitas pengiriman informasi seperti
informasi mengenai stock barang yang ada di gudang atau
informasi โ informasi lain yang berguna, informasi ini dapat
merupakan informasi untuk pihak diluar gudang atau pihak
gudang itu sendiri.
27
2.1.6.3 Jenis โ Jenis Tata Letak Gudang
Dengan memprediksi besarnya arus keluar masuk barang, maka harus
direncanakan pula besarnya ruang gudang. Berikut ini adalah beberapa faktor
yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan besar kapasitas gudang antara
lain:
a. Besar ukuran dari masing โ masing barang yang hendak disimpan.
Semakin besar ukuran barang akan memerlukan ruang yang sangat
besar.
b. Waktu tenggang dari pemesanan barang, jika waktu tenggang lebih
cepat maka ruang penyimpanan harus semakin besar.
c. Jumlah atau banyaknya barang yang harus disimpan dan frekuensi
keluar masuknya barang. Makin banyak barang yang disimpan akan
membutuhkan ruang gudang yang lebih besar. Apabila frekuensi keluar
masuknya barang lebih kecil berarti banyak menumpuk digudang.
2.1.6.4 Kapasitas Gudang
Salah satu yang sangat mempengaruhi berfungsi atau tidaknya suatu gudang
adalah kapasitas gudang itu sendiri. Dalam menentukan kapasitas gudang, maka
keadaan yang harus dipertimbangkan adalah keadaan maksimum. Gudang
menacapai keadaan maksimum pada saat sediaan pengemas belum dipakai,
terjadi keterlambatan pemakaian baham, sedangkan pesanan dating lebih cepat
(Lachman, 2008).
Unruk menghitung besarknya kapasitas gudang yang harus dipenuhi, maka
diperlukan data tentang (Lachman, 2008) :
28
1. Jumlah pesanan (order quantity) dalam suatu periode tertentu dilakukan
2. Besarnya persediaan pengurus yang ditentukan
3. Variasi lead time
4. Fluktuasi pemakaian
2.1.6.5 Aktivitas Gudang
Pergudangan adalah kegiatan menyimpan barang dalam gudang (Warman,
2012). terdapat tiga fungsi utama dalam aktivitas pergudangan, yaitu:
1. Perpindahan (Movement) Salah satu kegiatannya adalah memperbaiki
perputaran persediaan dan mempercepat proses pesanan dari produksi
hingga ke pengiriman utama. Fungsi movement dibagi menjadi
aktivitas-aktivitas meliputi:
a. Penerimaan (Receiving) Merupakan aktivitas penerimaan barang
dimana di dalamnya terdapat aktivitas-aktivitas seperti
pembongkaran muatan, penghitungan kuantitas yang diterima dan
inspeksi kualitas dan kerusakan, dan juga aktivitas-aktivitas lain
yang berkaitan dengan penerimaan barang di gudang.
b. Put Away Merupakan proses pemindahan barang dari dok
penerimaan ke gudang penyimpanan.
c. Customer Order Picking Merupakan aktivitas pemindahan barang
dari gudang penyimpanan atau dari lokasi picking untuk kemudian
disiapkan untuk proses pengiriman.
d. Packing Process packing merupakan proses pengepakkan barang
yang akan dikirim ke konsumen.
29
e. Cross Docking Process ini merupakan proses pemindahan barang
dari area receivinsg langsung ke lokasi shipping tanpa melalui
aktivitas penyimpanan di gudang.
f. Shipping Aktivitas ini merupakan pengiriman produk dan meliputi
proses pembuatan.
2. Penyimpanan (Storage) Merupakan aktivitas penyimpanan barang
berupa bahan baku (raw material) dan barang jadi (finished goods).
3. Pertukaran informasi (Transfer Information) Merupakan aktivitas
pertukaran informasi seperti informasi mengenai stok barang yang ada
di gudang atau informasi lain yang berguna. Informasi ini merupakan
informasi untuk pihak diluar gudang maupun pihak gudang itu sendiri.
2.2 Kerangka Pemikiran
Dalam manajemen operasi terdapat 10 keputusan strategis yang
dikemukakan oleh Heizer dan Render (2009), dimana salah satu keputusannya
adalah tentang perancangan tata letak. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini
digunakan untuk menggambarkan bagaimana perencanaan tata letak untuk
memecahkan masalah pada Balai Besar Bahan dan Barang Teknik.
Dari keputusan ke lima dalam manajemen operasi yaitu perancangan tata
letak di Balai Besar Bahan dan Barang Teknik dapat ditarik benang merahnya
untuk melakukan penelitian terhadap tata letak gudang di Balai Besar Bahan dan
Barang Teknik menggunakan metode class based storage. Dari metode yang
digunakan dapat diketahui bagaimana arus perpindahan material yang dilakukan
oleh Balai Besar Bahan dan Barang Teknik sehingga mengakibatkan jarak
perpindahan sangat jauh.
30
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
10 Keputusan Operasi
Sumber: Heizer dan Render (2009)
1. Perencanaan barang dan jasa.
2. Kualitas.
3. Perencanaan proses dan kapasitas.
4. Pemilihan Lokasi.
5. Perancangan tata letak.
6. Sumber daya manusia dan rancangan pekerjaan.
7. Manajemen rantai pasokan.
8. Persediaan.
9. Penjadwalan.
10. Pemeliharaan.
Perancangan Tata Letak
Metode Class Based Storage
Minimasi jarak perpindahan dan
menambah kapasitas gudang dengan
melakukan perbandingan hasil akhir.
Masalah di Balai Besar Bahan dan Barang
Teknik
Kurangnya kapasitas gudang dan jarak
perpindahan barang yang jauh.
31
Pada gambar di atas dapat kita lihat bahwa alur dari pada penelitian yang dilakukan
dalam penelitian. Berawal dari fenomena yang ada dalam perusahaan yaitu
kurangnya kapasitas penyimpanan pada gudang dan jarak perpindahan material
yang ada pada Balai Besar Bahan dan Barang Teknik, masalah jarak perpindahan
dan kapasitas gudang tersebut menyebabkan tidak efektifnya perpindahan dan
penyimpanan material. Kemudian dikaitkan dengan 10 keputusan Manajemen
Operasi, tata letak termasuk keputusan ke lima dalam manajemen operasi.
Dari keputusan ke lima dalam manajemen operasi yaitu perancangan tata
letak di Balai Besar Bahan dan Barang Teknik dapat ditarik benang merahnya untuk
melakukan penelitian terhadap tata letak gudang di Balai Besar Bahan dan Barang
Teknik menggunakan metode class based storage. Dari metode yang digunakan
dapat diketahui bagaimana arus perpindahan material yang dilakukan oleh Balai
Besar Bahan dan Barang Teknik sehingga mengakibatkan jarak perpindahan sangat
jauh.
Setelah diketahui tata letak dan kapasitas gudang pada Balai Besar Bahan
dan Barang Teknik kemudian akan dilihat apa saja faktorโfaktor yang
menyebabkan kegunaan gudang yang tidak efektif, hal ini diteliti agar dapat melihat
faktorโfaktor yang menyebabkan gudang yang tidak efektif tersebut. Perencanaan
tata letak gudang mempengaruhi kapasitas gudang dan jarak total perpindahan
material. Selanjutnya meminimasi jarak perpindahan material dan menambah
kapasitas gudanmg dengan menggunakan metode perbandingan hasil akhir dari
penggunaan metode.
32
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab III akan membahas metode penelitian dan objek penelitian dimana
tempat penelitian pada kementerian perindustrian Balai Besar Bahan dan Barang
Teknik yang bertempat di Jl. Sangkuriang No. 14, Dago, Kota Bandung, Jawa
Barat. Kemudian pada bab III ini akan membahas operasionalisasi variabel
penelitian dan teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian
ini.
3.1 Objek Penelitian
Menurut Sugiyono (2014) objek penelitian adalah suatu atribut atau sifat
atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Dalam penelitian ini, penuli akan melakukan penelitian pada Kementerian
Perindustrian Balai Besar Bahan dan Barang Teknik. Pada Kementerian
perindutrian Balai Besar Bahan dan Barang Teknik akan diteliti bagaimana
implementasi dari class based storage untuk meningkatkan kapasitas gudang.
Perusahaan yang diteliti penuli bergerak dalam bidang penelitian,
pengembangan, perancangan, perencanaan dan penyusunan standar dalam
industri barang teknik. Balai Besar Bahan dan Barang Teknik merupakan
institusi dibawah badan penelitian dan pengembangan industri.
Sejarah dari Balai Besar Bahan dan Barang Teknik didirikan pada tahun
1909 di Batavia (Jakarta) oleh pemerintah Hindia Belanda dengan nama
33
Laboratotium Voor Metaal Onderzoek di bawah Burgelizke Openbake Warken
(sekarang menjadi Departemen PU). Lalu pada tahun 1912 diperluas menjadi
Laboratorium Voor Material Onderzoek, pada tahun tersebut dipindahkan ke
Bandung di Kompleks Technische Hogeschool (sekarang menjadi ITB). Tahun
1934 kedudukan balai berada di bawah Van Ekonomische (Departemen
Perekonomian/Perdagangan). Pada tahun 1942 di bawah kekuasaan pemerintah
Jepang berubah nama menjadi laboratorium Zeiro Sikendya dan kemudian
menjadi Laboratorium Kogio Sikendya.
Pada tahun 1945 berubah nama menjadi Balai Penyelidikan bahan-bahan
yang berkedudukan di bawah kementrian kemakmuran. Tahun 1952-1960
kedudukan balai beralih ke Kementrian Kemakmuran. Tahun 1952-1960
kedudukan balai beralih ke Kementrian Perekonomian dan kemudian berada
dibawah kementrian Perindustrian. Tahun 1961 menempati Jalan Sangkuriang
Bandung dengan nama Balai Penelitian Bahan-bahan, tahun 1963 kedudukan
balai di bawah Perindustrian Rakyat, tahun 1971 kedudukan balai di bawah
Lembaga Penelitian dan Pendidikan Industri, tahun 1974.
Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) sebagai salah satu institusi
dibawah Badan Penelitian dan Pengembangan Industri, Departemen
Perindustrian, telah mempunyai pengalaman di Bidang Pengujian, Kalibrasi,
Inspeksi Teknik, Pelatihan Teknik, Setifikasi Sistem Manajemen Mutu,
Sertifikat Produk, Kepastian Mutu Bahan dan Barang Teknik serta telah diakui
keberadaannya oleh Industri karena mutu pelayanan yang prima dan konsisten.
34
Salah satu hasil pelayanan teknik terhadap industri, B4T telah mendapatkan
piagam penghargaan โCitra Pelayanan Primaโ dari mentri pendayagunaan
Amperatur Negara pada Desember 2002 dan dari mentri pendayagunaan
Aparatur Negara dan sebagai โUnit Pelayanan Terbaikโ terbaik dilingkungan
Departemen Perindustrian pada Agustus 2006, sehingga B4T semakin dit untut
untuk meningkat kinerja pelayanan terhadap masyarakat dan industri.
Dalam menghadapi era globalisasi saat ini, B4T telah menyiapkan berbagai
layanan jasa teknik bagi industry yang didukung oleh peralatan yang modern dan
handal, SDM yang terlatih dan berkualifikasi, laboratorium uji dan laboratorium
kalibrasi, lembaga inspeksi dan lembaga sertifikasi serta lembaga pelatihan
teknik yang terakreditasi baik nasional maupun internasional. B4T dalam
menyebarluaskan informasi didukung oleh teknologi informasi: Website, e-mail,
PABX digital, local Area Network.
Adapun visi yang dimiliki B4T adalah Menjadi lembaga terkemuka dalam
Bidang penjaminan dan peningkatan mutu Bahan dan Barang Teknik yang
didukung oleh penelitian. Sedangkan misi yang dimiliki B4T adalah
memberikan pelayanan teknik yang professional melalui Jasa Pengujian
Kalibrasi, Inspeksi Teknik, Sertifikasi, Pelatihan Teknik, dan Litbang Terapan
untuk meningkatkan Mutu Produk dan tenaga industry yang diakui secara
Nasional dan Internasional.
Berikut adalah struktur organisasi Balai Besar Bahan dan Barang Teknik
35
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Balai Besar bahan dan Barang
Teknik
Sumber: Wawancara
Pada gambar terebut dapat dilihat bahwa Balai Besar Bahan dan Barang
Teknik memiliki struktur organisasi yang cukup kompleks. Hal ini terjadi
Kepala Balai Besar Bahan
dan Barang Teknik
Kepala Bagian
Tata Usaha
Sub Bagian Program
& Pelaporan Sub Bagian
Keuangan Sub Bagian
Kepegawaian Sub Bagian
Umum
Kepala Bidang
Pengembangan Jasa Teknik Kepala Bidang
Standarisasi Kepala Bidang
Sertifikasi Kepala Bidang
Inspeksi Teknik
Kepala Seksi Pemasaran
& Kerjasama Kepala Seksi
Pengujian
Kepala Seksi
Pengembangan
Kompetensi & Sarana
Riset
Kelompok Jabatan
Fungsional
Kepala Seksi Informasi
Kepala Seksi Sistem Mutu
& Lingkungan Kepala Seksi Inspeksi
Bahan & Barang
Teknik Logam
Kepala Seksi Keselamatan
& Kualifikasi Personel Kepala Seksi
Kalibrasi
Kepala Seksi
Penyusunan
Standar
Kepala Seksi Inspeksi
Bahan & Barang Non
Logam
Kepala Seksi Mutu
Barang & Bahan Teknik Kepala Seksi Analisa
Kerusakan & Sistem
Pemeliharaan
36
dikarenakan Balai Besar bahan dan Barang Teknik merupakan suatu lembaga
penelitian barang dan bahan teknik sehingga memerlukan banyak kepala bagian
untuk dapat mengelola perusahaan dengan maksimal. Pada gambar diatas dapat
diketahui dalam pengurusan gudang dikelola oleh sub bagian umum. Berikut
adalah logo dari Balai Besar Bahan dan Barang Teknik:
Gambar 3.2 Logo Balai Besar Bahan dan Barang Teknik
Sumber:
https://media.licdn.com/dms/image/C510BAQFhqOvblEK5Mg/company-
logo_200_200/0?e=2159024400&v=beta&t=NneZNGqg15EX5RJpWc3gWXzd8Aa0Bbk
BPgrFRCA4uZ4. Diunduh tanggal 29 oktober 2019.
37
3.1.1 Flowchart Penyimpanan Barang
Tabel 3.1 Flow Chart Penyimpanan Barang Pada Gudang Balai Besar
Bahan dan Barang Teknik
Receiving Goods Supervisor
Gudang
Administration
Gudang
Pelaksana
Gudang
Prosedur
Penerimaan
Barang
Dokumen
Barang
Barang
1. Terima Barang
&
Dokumennya
2. Crosschecking
Antara Barang
&
Dokumennya
Barang
3. Serahkan
dokumennya ke
administration
gudang
3.1. Serahkan
barang ke
administrator
gudang
4. Terima
dokumen
barang
5. Input data
ke program
gudang
Dokumen
Barang
6. Arsip
dokumennya
Dokumen
Barang
4.1. Terima
barang dari
supervisor
5.1. Simpan
barang
Barang
38
Berdasarkan Flowchart tersebut diketahui bahwa jalannya barang ke dalam
gudang melalui tahap โ tahap sebagai berikut.
1. Prosedur penerimaan barang
Barang yang akan masuk kedalam gudang harus sesuai prosedur
yang ada dalam perusahaan yaitu:
a. Nama dan alamat pengirim barang.
b. Surat Pengantar dari pengirim.
c. Nomor order yang dikeluarkan perusahaan.
d. Nomor kendaraan yang dipakai untuk pengiriman barang
e. Nama dan spesifikasi barang
f. Kualitas, kuantitas, dan kondisi barang.
2. Supervisor gudang
a. Menerima barang dan dokumennya.
b. Croscheck antara barang dengan dokumennya.
c. Penyerahan barang ke administrator gudang
3. Administration Gudang
a. Menerima dokumen barang.
b. Input data ke program gudang.
c. Membuat arsip dokumen barang.
4. Pelaksana Gudang
a. Menerima barang dari supervisor.
b. Melakukan penyimpanan barang kedalam gudang.
39
Gambar 3.3 Flow Chart Penelitian
Pendahuluan
Tujuan
Studi Literatur
Perumusan Masalah
Objek Penelitian
Pengumpulan Data Primer dan
Sekunder
Pengolahan Data
Analisa
Kesimpulan dan Saran
Mulai
Selesai
40
3.2 Metode Penelitian
Menurut Sugiyono (2013) metode penelitian adalah cara ilmiah untuk
mendapatkan data dan kegunaan tertentu. Menurut Kuncoro (2013)
menyatakan bahwa metode penelitian merupakan suatu upaya sistematis dan
terorganisasi untuk menyelidiki suatu masalah yang muncul dalam dunia kerja
yang memerlukan solusi. Metode penelitian adalah suatu teknik atau cara
mencari, memperoleh, mengumpulkan atau mencatat data, baik berupa data
primer maupun sekunder yang digunakan untuk keperluan menyusun suatu
karya ilmiah dan kemudian menganalisa faktorโfaktor yang berhubungan
dengan pokok โ pokok permasalahan sehingga akan terdapat suatu kebenaran
data โ data yang di peroleh.
Proses penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan dilakukan dengan datang ke tempat objek yang akan di
teliti, pada penelitian ini objek yang akan di teliti adalah Balai Besar Bahan dan
Barang Teknik. Permasalahan yang terjadi yaitu kapasitas gudang yang tidak
memadai, perpindahan barang yang tidak efektif dan kesulitan pencarian atau
pengambilan barang kembali.
2. Studi Literatur
Penyelesaian masalah harus disesuaikan dengan teori โ teori yang ada dan
mendukung dengan masalah yang terjadi di perusahaan, dengan cara
mempelajari buku โbuku, literatur, referensi dan juga bahan โ bahan lainnya
yang relevan dengan masalah yang akan di teliti.
Terdapat 3 bagian dari studi literatur ini, yaitu :
41
a. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah merupakan langkah untuk mengetahui dan
merumuskan permasalahan yang ada di Balai Besar bahan dan Barang Teknik.
Identifikasi masalah meliputi latar belakang , rumusan masalah dan tujuan
penelitian :
1) Latar Belakang
Latar belakang dari penelitian ini adalah kapasitas gudang yang tidak
memadai, perpindahan barang yang tidak efektif dan kesulitan pencarian atau
pengambilan barang kembali.
2) Rumusan Masalah
Masalah yang di angkat dalam penelitian ini adalah tata letak gudang di
Balai Besar Bahan dan Barang Teknik dengan mengimplementasikan metode
class based storage.
3) Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan solusi dengan cara
menerapkan metode class based storage untuk menambah kapasitas gudang
dan mengurangi jarak tempuh total perpindahan barang pengujian di Balai
Besar Bahan dan Barang Teknik.
b. Objek Penelitian
Pada penelitian ini yang dijadikan objek penelitian yaitu Kementerian
Perindustrian Balai Besar Bahan dan Barang Teknik yang bergerak dalam
bidang penelitian, pengembangan, perancangan, penerapan standar,
pelaksanaan sertifikasi sistem mutu, sertifikasi produk yang berkaitan dengan
keselamatan lingkungan di bidang industri bahan dan barang teknik.
42
c. Pengumpulan data
Berikut ini adalah tahapan pengumpulan data :
1) Metode Pengumpulan Data
Pertama adalah observasi lapangan yaitu gudang Balai Besar Bahan dan
Barang Teknik, observasi ke gudang Balai Besar Bahan dan Barang Teknik
langsung, kemudian sesi wawancara dengan Kepala Sub Bagian Umum
menanyakan pertanyaan โ pertanyaan yang dapat membantu peneliti meneliti
tata letak gudang. Kemudian melakukan dokumentasi di tempat tersebut dan
terakir meminta data โ data yang dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan
penelitian.
2) Pengumpulan Data
Dengan menentukan atau memilih data โ data yang di perlukan untuk
penelitian ini membuat pemilihan data lebih mudah karena dapat memilih data
โ data yang berhubungan dengan penelitian. Data โdata yang di perlukan
dalam penelitian ini adalah denah Balai Balai Besar Bahan dan Barang Teknik,
data luas wilayah perusahaan, data aliran produk, data jenis โ jenis produk
barang, data luas bangunan gudang, alat โ alat yang digunakan di gudang saat
ini.
d. Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul kemudian di olah dengan menggunakan metode
class based storage.
e. Analisis Data
Pada tahap ini data tersebut di olah kemudian di teliti dan di analisis sesuai
dengan metode class based storage.
43
f. Kesimpulan dan Saran
Setelah melalui analisis data, maka dapat disimpulkan berdasarkan
penelitian yang dilakukan dan memberi saran untuk mengatasi masalah yang
terjadi sehingga perusahaan dapat membuat tata letak gudang yang baru.
3.3 Operasionalisasi Variabel Penelitian
Dalam tahap persiapan olah data, maka dibuat tabel operasionalisasi
variabel yang didalamnya terdapat variabel acuan penelitian dan indikator-
indikator terkait. Menurut Sugiyono (2013:58) variabel penelitian adalah
segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya. Variabel dan indikator yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
44
Tabel 3.2
Operasionalisasi Variabel
Variabel Sub Variabel Indikator
Tata letak perusahaan
Tata letak gudang
penyimpanan barang
- Jarak perpindahan.
- Lokasi gudang
yang jauh.
Jadwal dan jumlah
pemesanan barang
- Barang masuk dan
barang keluar
gudang.
- Prosedur
penyimpanan
barang.
Perbandingan layout
- Luas gudang
- Jarak perpindahan
barang
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam upaya memperoleh data yang memberikan gambaran permasalahan
secara keseluruhan digunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:
1. Wawancara
Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2013) wawancara merupakan
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab.
Proses tanya dan jawab secara langsung kepada pihak Balai Besar Bahan dan
Barang Teknik agar mendapatkan data yang lengkap sehubungan dengan
masalah yang akan diteliti. Contoh hasil wawancara yang telah penulis
dapatkan yaitu seperti yang ada di bab I penulis mendapatkan informasi bahwa
45
pada Balai Besar Bahan dan Barang Teknik belum menggunakan metode
apapun dalam tata letak gudangnya.
2. Observasi
Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2013) mengemukakan bahwa, observasi
merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari
berbagai proses biologis dan psikologis.
Observasi penelitian ini melakukan pengamatan secara langsung ke Balai
Besar Bahan dan Barang Teknik dengan melihat gudang dan arus aktivitasnya
dengan teliti atas permasalahan yang terjadi.
3. Studi Dokumentasi
Sugiyono (2013:240) dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah
berlalu. Dengan metode ini penelitian dapat memeperoleh data dengan
mengetahui kurangnya kapasitas gudang dan jarak perpindahan barang yang
terlalu jauh, permasalahan yang terjadi mengenai tata letak gudang.
46
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini menjelaskan tentang hasil dan pembahasan penelitian yang
dilakukan pada Balai Besar Bahan dan Barang Teknik mengenai tata letak
gudang penyimpanan barang. Berdasarkan tujuan penelitian terdapat tiga hal
yang akan dibahas dalam penelitian, bahasan pertama yaitu untuk mengetahui
tata letak awal Balai Besar Bahan dan Barang Teknik. Bahasan kedua yaitu
untuk mengetahui faktor โ faktor apa saja yang mempengaruhi tidak efektifnya
gudang. Bahasan ketiga yaitu memberikan solusi dengan cara menerapkan
metode Class Based Storage untuk menambah kapasitas gudang dan
mengurangi jarak tempuh total perpindahan barang pengujian di Balai Besar
Bahan dan Barang Teknik.
Sebelumnya melakukan pengumpulan data โ data yang diperlukan untuk
dapat mendukung penelitian ini. Dalam pengumpulan data โ data yang
diperlukan, didapat dari wawancara dengan pihak terkait tentang beberapa hal
yang berkaitan dengan fenomena masalah yang terjadi. Dari kegiatan tatap muka
lewat wawancara dengan pihak terkait, didapat data primer dan data sekunder
yang merupakan data โ data gambar denah Balai Besar Bahan dan Balai Teknik,
jenis dan jumlah barang โ barang yang akan diuji, luas gudang, dan lain
sebagainya. Selain dari hasil wawancara, data โ data diperoleh melalui observasi
langsung ke Balai Besar Bahan dan Barang Teknik. Dalam proses observasi dan
wawancara didapat data โ data permasalahan yang terjadi dalam perusahaan
47
yang dapat diteliti dengan metode class based storage untuk penyelesaian
masalah yang ada.
4.1 Faktor Penyebab Tidak Efektifnya Kapasitas Gudang Dan
Perpindahan Barang
4.1.1 Tata Letak Awal Balai Besar Bahan dan Barang Teknik
Berikut ini adalah layout gudang saat ini yaitu dimensi gudang penyimpanan
barang pengujian pada Balai Besar Bahan dan Barang Teknik adalah 7,5 m x
4,4 m x 5,25 m. Proses keluar masuknya barang melewati pintu gudang dengan
ukuran 2,5 m x 2 m. Selain diletakkan di dalam gudang, barang โ barang
pengujian juga di simpan di luar area gudang dan di depan area laboratorium
pengujian. Dalam proses masuknya barang ke dalam gudang melalui beberapa
ruangan yang berada dekat dengan akses keluar masuk kendaraan. Ruangan
ruangan tersebut terdiri dari:
Gambar 4.1 Layout Awal Balai Besar Bahan dan Barang Teknik
Sumber: Observasi
5 7
4 3 2
6
1
13
10
Loading
Dock
11
9
12
15
17
16
18
14
20
19
21
22 23
8
48
a. Loading Dock
Ruangan ini bertujuan sebagai tempat penerimaan barang pengiriman yang
berasal dari supplier. Ruangan ini memiliki ukuran sebesar 7,5 ๐2 yang
dimana memiliki Panjang 3 m dan lebar 2,5 meter. Ruangan ini sebagai
ruangan penyimpanan sementara sebelum dilakukan pemindahan ke dalam
gudang.
b. Ruang administrasi
Ruangan 6 digunakan untuk melakukan input data barang yang akan masuk
ke dalam gudang. Di dalam ruangan ini dilakukan pengukuran dimensi
barang yang diterima serta memasukkan data kedalam sistem gudang.
Ruangan ini terletak di depan gudang penyimpanan yang berukuran 7 ๐2.
c. Gudang
Ruangan 6 digunakan sebagai gudang penyimpanan barang yang telah
masuk dalam administrasi gudang. Luas bangunan gudang yaitu 33 ๐2 yang
dapat menampung barang yang akan melakukan pengujian. Dalam gudang
tidak menggunakan rak penyimpanan barang.
Diketahui bahwa lokasi gudang berada di nomor 6 yang memiliki jarak
yang cukup jauh dari area loading dock. Dari gambar terebut dapat terlihat
aliran barang saat masuk kedalam gudang maupun saat perpindahan ke dalam
laboratorium pengujian. Barang yang masuk kedalam gudang akan dilakukan
pencatatan yang meliputi tanggal masuk barang, dimensi barang, berat barang,
dan jenis barang. Barang kemudian disimpan di sembarang tempat. Jenis โ
jenis barang yang dikirim oleh supplier adalah ban kendaraan bermotor, velg
49
kendaraan bermotor, air conditioner, pompa, audio video dan TV, beton,
battery, logam, dan bahan kimia.
Barang yang disimpan dalam gudang Balai Besar Bahan dan Barang Teknik
terbagi kedalam beberapa jenis yaitu:
1. Ban kendaraan bermotor
Jenis barang ini dikategorikan kedalam barang ukuran sedang yang terbagi
kedalam 2 jenis kendaraan yaitu ban kendaraan roda 4 atau lebih dan ban
kendaraan roda 2. Ukuran ban kendaraan roda empat yang memiliki diameter
rata โ rata 46,7 cm dengan lebar rata โ rata 20,5 cm. sedangkan untuk kendaraan
roda 2 memiliki rata โ rata diameter 36 cm dengan lebar rata โ rata 8,3 cm.
Lokasi penyimpanan ban di letakkan di area depan gudang penyimpanan dan
tidak menggunakkan rak penyimpanan.
2. Velg kendaraan bermotor
Jenis barang ini dikategorikan juga kedalam barang dengan ukuran sedang
dan terbagi menjadi 2 jenis kegunaan yaitu velg kendaraan roda 4 dan velg
kendaraan roda dua. Rata โ rata diameter velg kendaraan roda 4 yaitu 40 cm
dengan lebar rata โ rata 20 cm. Sedangkan untuk kendaraan roda 2 memiliki
ukuran yang berbeda yaitu 32 cm untuk diameter rata โ ratanya dan 7,8 cm untuk
lebar rata โ rata. Lokasi penyimpanan velg kendaraan bermotor terletak di dalam
gudang penyimpanan tanpa rak penyimpanan.
3. Air conditioner
Barang ini dikategorikan kedalam barang berukuran sedang yang memiliki
dimensi rata โ rata 55,86 ๐๐3. Lokasi penyimpanan barang terletak di depan
ruangan laboratorium AC.
50
4. Pompa
Kategori ukuran untuk pompa terbagi menjadi 2 yaitu besar dan sedang.
Untuk dimensi volume rata โ rata pompa berukuran besar yaitu 131,7 ๐๐3.
Sedangkan untuk dimensi volume rata โ rata pompa berukuran sedang yaitu 60,4
๐๐3. Untuk tempat penyimpanan pompa dengan ukuran besar terletak di area
depan laboratorium, sedangkan untuk area penyimpanan pompa dengan
berukuran sedang terletak didalam gudang penyimpanan.
5. Audio video dan TV
Audio video memiliki dimensi volume rata โ rata 23,2 ๐๐3 yang
dikategorikan kedalam barang berukuran kecil. Sedangkan untuk dimensi
volume TV rata โ rata adalah 65 ๐๐3. Lokasi penyimpanan terletak di area depan
laboratorium dan tanpa menggunakan rak penyimpanan.
6. Beton
Beton dikategorikan kedalam barang berukuran besar karena karakter beton
beragam dan rata โ rata memiliki ukuran 100 cm dan bobot yang berat yaitu 1
ton โ 3 ton. Lokasi penyimpanan berada di area depan laboratorium.
7. Logam
Berbagai macam jenis logam yang dapat dikategorikan sebagai barang
berukuran kecil. Logam terbanyak berupa kepingan yang rata rata ukurannya
18,4 ๐๐2. Penyimpanan logam berada di area dalam gudang dan tersimpan di
dalam rak penyimpanan barang.
8. Bahan kimia
51
Bahan kimia yang kebanyakan berjenis cairan dapat dikategorikan barang
berukuran yang kecil, lokasi penyimpanan untuk bahan kimia terletak di dalam
area gudang penyimpanan dengan menggunakan rak penyimpanan.
Untuk mendukung kegiatan aliran barang dalam gudang, digunakan alat
untuk material handling. Alat material handling yang digunakan adalah sebagai
berikut:
a. Kereta dorong dengan dimensi 200 cm x 150 cm x 80 cm
b. Sumber daya manusia yang dimaksud adalah tenaga kerja yang bekerja
di dalam gudang. Manusia digunakan jika barang yang akan di uji
dikategorikan kedalam barang uji berukuran kecil.
Permasalahan yang dihadapi oleh Balai Besar Bahan dan Barang Teknik
berkaitan dengan tidak efektifnya perpindahan barang. Permasalahan ini
dikarenakan gudang penyimpanan yang masih belum menggunakan metode
apapun dan lokasi gudang yang sulit dilalui oleh kereta dorong. Dalam penelitian
ini akan menganalisis faktor โ faktor apa saja yang mempengaruhi tidak
efektifnya perpindahan barang di Balai Besar Bahan dan Barang Teknik.
Faktor utama penyebab tidak efektifnya perpindahan barang adalah
penyimpanan yang tidak rapih dan tidak sesuai dengan jenis barang. Barang
yang tersimpan di dalam gudang tidak tersusun dan cenderung ditempatkan
secara acak pada tempat yang kosong sehingga sulit mencari barang yang akan
pindah dari gudang ke dalam laboratorium penyimpanan. Selain itu, banyak
barang โ barang yang disimpan di area depan laboratorium karena lokasi loading
52
dock lebih dekat dengan area laboratorium yang membuat penyimpanan barang
semakin acak dan tidak tersusun.
Gambar 4.2 Layout Awal Gudang
Sumber: Observasi
4.1.2 Perhitungan Layout Awal
Untuk memperbaiki faktor penyebab tidak efektifnya kapasitas gudang dan
perpindahan barang dari gudang dilakukan perhitungan awal dari layout sebagai
berikut:
1. Perhitungan Utilitas
Perhitungan utilitas ruang dihitung berdasarkan rasio luas blok yang
tersedia dengan total luas ruangan. Berikutnya perhitungan utilitas blok
dihitung berdasarkan rasio pemakaian dan pembuatan blok yang ada dalam
gudang. Diketahui bahwa luas gudang yaitu 33 ๐2 dengan luas total blok
yaitu 25 ๐2. Diasumsikan rata โ rata luas barang adalah 131 ๐๐2 untuk
Gudang
Ruang Administrasi 2
m
5,5
m
2 m
3,4 m
1 m
53
setiap jenisnya. Gudang memiliki kapasitas sebanyak 15 jenis barang
dengan metode penyimpanan secara acak dan tidak bertumpuk antara
barang satu dengan barang lainnya. Dari data yang diperoleh maka dapat
menghitung utilitas ruang dan blok sebagai berikut.
f. Luas total pemakaian blok = kapasitas gudang x luas barang
= 15 x 131 ๐๐2
= 120 ๐๐2
= 19,65 ๐2
g. Utilitas ruang = luas total blok
luas ruang x 100%
= 25
33 x 100%
= 75,76%
2. Perhitungan Frekuensi Perpindahan
Frekuensi perpindahan dihitung dari seberapa banyak barang keluar
masuk gudang dengan menggunakan alat material handling. Perhitungan
frekuensi perpindahan diperoleh menjumlahkan jumlah material yang
keluar masuk gudang dijumlahkan dengan luas bidang barang yang
dipindahkan. Kapasitas penyimpanan maksimal untuk semua barang
adalah 600 ๐๐2 Berikut rumus perpindahan dan perhitungan bahan dalam
tabel 4.1.
Banyak tempat penyimpanan = ๐๐๐ก๐โ๐๐๐ก๐ ๐๐ข๐๐๐ก๐๐ก๐ฆ
๐๐๐๐๐ ๐๐ก๐๐ ๐๐๐๐ฆ๐๐๐๐๐๐๐
Banyak barang yang dipindahkan = ๐๐๐๐ฆ๐๐ ๐ก๐๐๐๐๐ก ๐๐๐๐ฆ๐๐๐๐๐๐๐
๐๐๐๐ฆ๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐ฆ๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐โ๐๐๐
54
Tabel 4.1 Frekuensi Perpindahan Material periode Juni โ Desember
2019
Sumber: Observasi
3. Perhitungan Jarak Perpindahan Material
Perhitungan jarak dihitung antara titik keluar masuk barang dengan
titik pusat penyimpanan barang. Jarak perpindahan diasumsikan sama
untuk jarak penyimpanan dan pengambilan barang karena pengambilan
dan penyimpanan menggunakan jalur yang sama. Penentuan titik pusat
pengambilan benda dilakukan dengan mencari titik berat dari bentuk
barang semua benda beraturan dengan cara perhitungan sebagai berikut:
๐๐๐ = [๐๐ + ๐๐] + [๐๐ + ๐๐]
Dimana:
Material Material
In
Material
Out
Total
Frekuensi
Perpindahan
Ban kendaraan bermotor 3 3 6
Velg kendaraan bermotor 2 2 4
Air conditioner 3 3 6
Pompa 3 3 6
Audio video & TV 15 13 28
Beton 6 4 10
Logam 2 2 4
Bahan kimia 4 4 8
Total 72
55
Xi: koordinat x pada pusat fasilitas i
Yi: koordinat y pada pusat fasilitas i
Xj: koordinat x pada pusat fasilitas j
Yj: koordinat y pada pusat fasilitas j
๐๐๐ = jarak antara pusat fasilitas i dan j
Tabel 4.2 Jarak Perpindahan Material Awal
Item
Frekuensi
perpindahan
Jarak
penyimpanan
(m)
Total jarak
(m)
Ban kendaraan bermotor 6 68,36 410,16
Velg kendaraan bermotor 4 68,36 273,44
Air conditioner 6 64,12 384,72
Pompa 6 5,8 34,8
Audio video & tv 28 88,2 2469,6
Beton 10 2 20
Logam 4 10 40
Bahan kimia 8 95,73 765,84
Total 72 4398,56
Sumber: Wawancara
4.2 Implementasi Metode Class Based Storage
Pada sub bab ini akan dilakukan penerapan metode class based storage
untuk menambah kapasitas gudang dan mengurangi jarak tempuh perpindahan
56
total. Perhitungan yang digunakan meliputi pembentukan kelas, kebutu han
tempat penyimpanan, koordinat pusat area, jarak perpindahan layout usulan dan
perbandingan dengan layout awal.
Berikut ini merupakan hasil analisis data yang diperoleh berdasarkan data
primer dan sekunder yang diolah menggunakan metode class based storage.
4.2.1 Perhitungan Layout Perbaikan
Dalam membuat layout perbaikan dengan menggunakan metode class
based storage diawali dengan pembentukan kelas. Dalam pembentukan kelas
dibagi menjadi 8 jenis barang dengan setiap jenisnya terbagi lagi menjadi 3
kategori ukuran berat. Untuk membuat jenis kelas digunakan prinsip pareto.
Penggunaan prinsip pareto dinilai dapat mengklasifikasikan jenis barang dengan
penyimpanan yang efektif berdasarkan jumlah barang dan berat barang dengan
efektif. Dengan jumlah barang yang tidak terlalu banyak maka penggunaan
prinsip pareto dalam pengklasifikasian memiliki nilai yang cukup baik agar
semua barang dapat tertampung di dalam gudang penyimpanan sebelum masuk
kedalam laboratorium. Berikut merupakan data yang telah diolah dalam
pengklasifikasian berdasarkan jumlah barang yang masuk kedalam gudang dan
keluar dari gudang.
57
Tabel 4.3 Pembentukan Kelas
Item
Jumlah
Barang
Presentase
Barang
(%)
Total
Presentase
Barang
(%)
Jumlah
Item
(%)
Kelas
Audio video & TV 28 38,9
Beton 10 13,9 63,91 40 A
Bahan kimia 8 11,11
Air conditioner 6 8,33
Ban kendaraan bermotor 6 8,33 24,99 40 B
Pompa 6 8,33
Velg kendaraan bermotor 4 5,6 11,11 20 C
Logam 4 5,51
Total 72 100 100 100
Sumber: Data diolah
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala gudang meminta jarak antar
rak tiap gang diberikan 180 cm agar kereta dorong dapat bergerak bebas dalam
pengambilan barang. Untuk tinggi tiap tingkatan rak diberikan 120 cm agar
barang dapat tersusun ke atas dengan baik dan maksimal. Pada rak diberikan
tingkatan berjumlah 4 karena memiliki tinggi atap ruangan 5,25 m. kemudian
lebar setiap rak diberikan ukuran 150 cm dengan panjang 500 cm agar masih
memiliki ruang gerak di dalam gudang. Setelah mendapat hasil dari wawancara
58
dan pembentukan kelas, diberikan 3 jumlah rak penyimpanan yang sesuai
kriteria.
Tabel 4.4 Kebutuhan Tempat Penyimpanan
Kelas
Item
Kebutuhan
Tempat
Penyimpanan
Total
Kebutuhan
Luasan
Penyimpanan
A Audio video & TV 14
Beton 10 28
Bahan kimia 4
B Air conditioner 3
Ban kendaraan bermotor 10 21
Pompa 8
C Velg kendaraan bermotor 5 8
Logam 3
57 57
Sumber: Wawancara & olah data
Agar kereta dorong bias bermanuver, dapat terhitung bahwa lebar kereta
dorong adalah 1,5 m dengan panjang 2 m dan kepala gudang meminta lebar antar
gang adalah minimal 20% dari lebar kereta dorong. Setelah menghitung luas
antar gang, berikutnya mengklasifikasikan barang kedalam kelasnya sesuai
dengan blok penyimpanan yang tersedia yaitu:
59
1. Kelas A
Material kelas A adalah audio video & TV, beton dan bahan kimia.
Kelas A membutuhkan luasan tempat penyimpanan sebanyak 28 blok
untuk menempati rak penyimpanan.
2. Kelas B
Material kelas B adalah AC, ban kendaraan bermotor dan pompa.
Kelas B membutuhkan luasan tempat penyimpanan sebanyak 21 blok
untuk menempati rak penyimpanan.
3. Kelas C
Material kelas C adalah velg kendaraan bermotor dan logam. Kelas
C membutuhkan luasan tempat penyimpanan sebanyak 8 blok untuk
menempati rak penyimpanan.
Dari klasifikasi penyimpanan yang telah diolah maka dilakukan
implementasi perbaikan tata letak menggunakan metode class based storage
untuk mengurangi permasalahan yang ada dalam perusahaan. Berikut adalah
gambar perbaikan layout gudang penyimpanan barang di Balai Besar Bahan dan
Barang Teknik.
60
Gambar 4.3 Layout Perbaikan Gudang
Sumber: Data Diolah
Dalam perhitungan usulan perbaikan layout dapat diketahui bahwa luas
gudang yaitu 33 ๐2 dengan luas total blok yaitu 22,5 ๐2. Diasumsikan rata โ
rata luas barang adalah 131 ๐๐2 untuk setiap jenisnya. Gudang memiliki
kapasitas sebanyak 72 jenis barang dengan metode penyimpanan menggunakan
rak bertingkat 4 dan memiliki 3 unit rak penyimpanan yang telah diklasifikasikan
sesuai dengan jenis barang. Dari data yang diperoleh maka dapat menghitung
utilitas ruang dan blok sebagai berikut.
a. Luas total pemakaian blok = kapasitas gudang x luas barang
= 72 x 131 ๐๐2
= 9432 ๐๐2
= 94,32 ๐2
b. Utilitas ruang = luas total blok
luas ruang x 100%
Ruang Administrasi
2 m
5
,5 m
2
m
3,4 m
1 m
A B C 180 CM 180 CM 5
00
CM
150 CM
Pin
tu
61
= 22,5
33 x 100%
= 68,18%
Menurut Hidayat (2012) hasil yang diperoleh dari mengimplementasikan
metode Class Based Storage mengalami perbaikan luas gudang dan kapasitas
penyimpanan. Dari data yang telah diolah diketahui bahwa luas total pemakaian
blok mengalami peningkatan sebesar 74,67 ๐2 yang pada awalnya luas
pemakaian blok yaitu 19,65 ๐2. Dari perbaikan layout yang dilakukan maka
didapatkan luas total pemakaian blok meningkat menjadi 94,32 ๐2 karena
adanya penyimpanan menggunakan rak penyimpanan dengan tinggi setiap
tingkatan rak 120 cm dan memiliki 4 jumlah tingkatan rak. Lebar setiap rak yaitu
150 cm dengan Panjang 500 cm yang menambah kapasitas penyimpanan barang.
Barang penyimpanan dapat tersusun ke atas agar memaksimalkan kapasitas
ruangan yang awal utilitas ruang adalah 75,76% menurun 7,58% menjadi
68,18%.
Luas Balai Besar Bahan dan Barang Teknik adalah 13.230 ๐2 dan dapat
diketahui bahwa titik koordinat gudang (x,y) adalah (65,55) yang diasumsikan
sebagai titik tengah karena menjadi permasalahan dalam kasus penelitian ini.
Penentuan jarak dari titik pusat menuju laboratorium digunakan juga
perhitungan titik koordinat agar diketahui jarak terdekat dari titik penyimpanan
ke lokasi yang dituju. Dari titik tengah koordinat yang telah ditentukan maka
dapat dihitung titik koordinat penyimpanan barang menuju laboratorium yang
diambil dari jarak rak penyimpanan menuju laboratorium sebagai berikut.
62
Tabel 4.5 Koordinat Akhir Titik Pusat Area Penyimpanan Layout
Perbaikan
Sumber: Data Diolah
Titik koordinat yang diperoleh digunakan untuk menghitung jarak
perpindahan barang menuju laboratorium. Dapat dilihat bahwa jarak
perpindahan terjauh adalah audio video & TV yang disebabkan karena lokasi
laboratorium yang berada pada ujung Balai Besar Bahan dan Barang Teknik.
Jarak terdekat dengan gudang yaitu logam karena lokasi laboratorium yang
terletak pada sebelah gudang penyimpanan.
Setelah melakukan perhitungan titik pusat koordinat pada Balai Besar
Bahan dan Barang Teknik, selanjutnya dilakukan perhitungan jarak perpindahan
material layout usulan yang akan di implementasikan oleh perusahaan.
Perhitungan jarak perpindahan layout usulan sebagai berikut.
Item Blok
Penyimpanan
Koordinat Titik
Pusat Gabungan
(x,y)
Audio video & TV A (122,55.2)
Beton A (50,55.2)
Bahan kimia A (100,55.2)
Air conditioner B (88,57)
Ban kendaraan bermotor B (88,57)
Pompa B (110,57)
Velg kendaraan bermotor C (88,58.8)
Logam C (35,58.8)
63
Tabel 4.6 Jarak Perpindahan Material Layout Usulan
Item
Frekuensi
perpindahan
Jarak
penyimpanan
(m)
Total jarak
(m)
Ban kendaraan bermotor 6 55,2 331,2
Velg kendaraan bermotor 4 55,2 220,8
Air conditioner 6 55,2 331,2
Pompa 6 57 342
Audio video & tv 28 57 1596
Beton 10 57 570
Logam 4 58,8 235,2
Bahan kimia 8 58,8 470,4
Total 72 4096,8
4.3 Perbandingan Layout Awal Dengan Layout Usulan Menggunakan
Metode Class Based Storage
Dari hasil perbaikan layout gudang menggunakan metode class based
storage diketahui bahwa total jarak perpindahan barang mengalami perbaikan
per periodenya. Total jarak perpindahan awal barang yaitu 4398,5 m per 6 bulan
dan jika dihitung untuk 1 tahun adalah 8797 m. Sedangkan total jarak
perpindahan barang pada layout usulan yaitu 4096,8 m per 6 bulan, jika
dilakukan perhitungan untuk jangka waktu 1 tahun yaitu 8193,6 m.
64
Usulan perbaikan tata letak gudang dengan metode class based storage
yang dilakukan untuk Balai Besar Bahan dan Barang Teknik untuk
meningkatkan kapasitas gudang dan mengurangi jarak tempuh total perpindahan
barang memiliki hasil yang sesuai dan efektif dalam mengatasi permasalahan
pada perusahaan. Dapat dilihat dari tabel perbandingan hasil layout awal dengan
layout usulan sebagai berikut.
Tabel 4.7 Perbandingan Hasil Akhir
Layout Awal Layout Perbaikan
Luas total pemakaian blok 19,65 ๐2 94,32 ๐2
Utilitas ruang 75,76% 68,18%
Total jarak perpindahan material 4398,56 m 4096,8 m
Sumber: Olah Data
Dari hasil akhir yang didapat, metode class based stiorage dapat
diaplikasikan untuk perbaikan layout gudang Balai Besar Bahan dan Barang
Teknik. Pada hasil akhir didapatkan yaitu luas total pemakaian blok bertambah
74,69 ๐2 yang membuat pemakaian ruang dalam gudang lebih maksimal. Untuk
utilitas ruang menurun yang dimana menurut penelitian sebelumnya apabila
utilitas ruang mengalami penurunan maka ruang yang tersisa semakin mengecil
yaitu 7,58% sehingga penggunaan sisa ruang menurun dan mendapat ruang
penyimpanan yang lebih maksimal. Untuk total jarak perpindahan material
berkurang 301,76 m yang berpengaruh untuk menghemat waktu perpindahan.
65
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang akan dipaparkan pada bab ini didapat dari bab โ bab
sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Faktor penyebab tidak efektifnya gudang yang pertama adalah
penyimpanan yang tidak rapih dan tidak sesuai dengan jenis barang. Barang
yang tersimpan di dalam gudang tidak tersusun dan cenderung ditempatkan
secara acak pada tempat yang kosong sehingga sulit mencari barang yang
akan pindah dari gudang ke dalam laboratorium penyimpanan. Selain itu,
banyak barang โ barang yang disimpan di area depan laboratorium karena
lokasi loading dock lebih dekat dengan area laboratorium yang membuat
penyimpanan barang semakin acak dan tidak tersusun sehingga
menyulitkan pekerja untuk mencari barang yang akan masuk kedalam
laboratorium. Faktor yang kedua adalah penggunaan gudang yang tidak
maksimal. Penggunaan gudang yang tidak maksimal disebabkan karena
tidak adanya rak penyimpanan barang yang menyebabkan barang tidak
dapat disimpan tersusun keatas mengingat luas gudang yang sempit
sehingga seharusnya penyusunan barang dilakukan ke atas karena tinggi
atap gudang yaitu 5,25 m untuk dapat memaksimalkan luas total gudang
dengan jumlah penyimpanan barang. Faktor yang ketiga adalah jarak
perpindahan barang menuju laboratorium yang sangat jauh sehingga
menyebabkan jarak perpindahan yang cukup jauh.
66
2. Diperoleh data dari hasil observasi, wawancara dan pengolahan data
diketahui bahwa luas total pemakaian blok mengalami peningkatan sebesar
94,32 ๐2. Dari perbaikan layout yang dilakukan dengan metode class
based storage kapasitas penyimpanan dapat meningkat karena adanya
penyimpanan menggunakan rak penyimpanan bertingkat. Barang
penyimpanan dapat tersusun ke atas agar memaksimalkan kapasitas
ruangan. Dari hasil perbaikan layout gudang menggunakan metode class
based storage diketahui bahwa total jarak perpindahan barang mengalami
perbaikan sebesar 4096,8 m per periodenya.
3. Dari hasil perbandingan dengan layout awal maka didapat yaitu luas total
pemakaian blok bertambah 74,69 ๐2 yang membuat pemakaian ruang
dalam gudang lebih maksimal. Untuk utilitas ruang menurun yang dimana
menurut penelitian sebelumnya apabila utilitas ruang mengalami
penurunan maka ruang yang tersisa semakin mengecil yaitu 7,58%
sehingga penggunaan sisa ruang menurun dan mendapat ruang
penyimpanan yang lebih maksimal. Untuk total jarak perpindahan material
berkurang 301,76 m yang berpengaruh untuk menghemat waktu
perpindahan.
5.2 Saran
Adapun saran yang ditunjukan kepada Balai Besar Bahan dan Barang
Teknik yang disarankan sebagai berikut:
1. Sebaiknya perusahaan melakukan penyimpanan barang berdasarkan jenis
dan jadwal barang yang telah diklasifikasikan untuk menambah kapasitas
gudang dan mengurangi total jarak perpindahan barang.
67
2. Dalam penerapan metode class based storage dapat pengurangan jarak dan
penambahan kapasitas gudang maka perusahaan lebih disarankan untuk
menggunakan layout usulan.
3. Pada perbandingan yang dilakukan di layout awal dengan layout usulan
diketahui penambahan pemakaian blok penyimpanan dan penurunan
utilitas ruang dan memperkecil jarak perpindahan barang yang dimana
lebih baik untuk diaplikasikan pada perusahaan karena dapat mengurangi
permasalahan pada perusahaan.
68
DAFTAR PUSTAKA
Handoko, A. (2013), Perancangan Tata Letak Fasilitas Produksi Pada UD
AHENG Sugar Donut's di Tarakan. Jurnal Ilmiah, Universitas Surabaya:
Fakultas Bisnis dan Ekonomika, Vol 1 (2), No. 2, hlm. 12-17.
Herjanto, E. (2008), Manajemen Operasi Edisi Ketiga.Jakarta: Grasindo.
Heizer, J. dan Render, B. (2009), Operations Management, Buku 1, Edisi 9,
Jakarta : Salemba Empat.
Heizer, J. dan Barry, R. (2015), Operations Management (ManajemenOperasi),
ed.11, Penerjemah: Dwianoegrahwati S dan Indra Almahdy, Salemba
Empat, Jakarta.
Hidayat, N. P. A. (2012) Perancangan Tata Letak Gudang dengan Metode Class
Based Storage Studi Kasus CV. SG Bandung. Bandung: Institut
Telekomunikasi Bandung, Vol 1, No. 3, hlm 9-14.
https://media.licdn.com/dms/image/C510BAQFhqOvblEK5Mg/company-
logo_200_200/0?e=2159024400&v=beta&t=NneZNGqg15EX5RJpWc3g
WXzd8Aa0BbkBPgrFRCA4uZ4 diunduh 29 Oktober 2019
https://www.google.com/maps/place/Balai+Besar+Bahan+dan+Barang+Teknik
/@-
6.8820519,107.60992,15z/data=!4m5!3m4!1s0x2e68e6f7565af0d7:0xb84a
0626e2576990!8m2!3d-6.8820519!4d107.60992 diunduh 17 Oktober 2019
Lachman, L. Herbert, A. L. & Joseph, L. K. (2008), Teori dan Praktek Industri
Farmasi, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta, Edisi III, hlm. 1119-1120.
Kumalaningrum, M. P. Kusumawati, H. & Hardani R. P, (2011), Manajemen
Operasi, Edisi Kedua. Yogyakarta: UPP STIM YKPN
Prastowo, A. (2012), Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif:
Menciptakan Metode Pembelajaran yang Menarik dan
Menyenangkan.Yogyakarta: Diva Press.
69
Ramos, M, J., dkk. (2010), Perancangan Ulang Tata Letak Fasiltas Produksi
Dengan Pendekatan Group Tecnology dan Algoritma Blocplan untuk
Meminimasi Ongkos Material Handling. Jurnal Teknologi. AKPRIND
Yoyakarta: FTI. Jurusan Teknik Industri, Vol 3, hlm 75-83.
Richards, G. (2011), Warehouse Management: A Complete Guide to Improving
Efficiency and Minimizing Costs In the Modern Warehouse. London: Kogan
Page.
Stevenson, W.J., Chuong, S.C. (2014). Manajemen Operasi Perspektif Asia.
Edisi 9. Jakarta: Salamba Empat dan MC Graw Hill Education.
Sugiyono. (2014), Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung
: Alfabeta.
Warman, J. (2012), โManajemen Pergudanganโ, Edisi Ketujuh,Jakarta: PT
Puka Sinar Harapan.
Yunarto, H. I. & Santika, M. G. (2005), โBusiness Concepts Implementation
Series In Inventory Managementโ, Jakarta: Penerbit PT Elex Media
Komputindo.