implementasi metode class based storage guna

82
IMPLEMENTASI METODE CLASS BASED STORAGE GUNA MENINGKATKAN EFEKTIFITAS GUDANG (STUDI KASUS: KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN BALAI BESAR BAHAN DAN BARANG TEKNIK) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Ekonomi Program Studi S1 Manajemen ALFREDO KRISMAYANTO HADI A10150402 SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) EKUITAS BANDUNG 2020

Transcript of implementasi metode class based storage guna

IMPLEMENTASI METODE CLASS BASED STORAGE GUNA

MENINGKATKAN EFEKTIFITAS GUDANG

(STUDI KASUS: KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN BALAI

BESAR BAHAN DAN BARANG TEKNIK)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Ekonomi

Program Studi S1 Manajemen

ALFREDO KRISMAYANTO HADI

A10150402

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) EKUITAS

BANDUNG

2020

IMPLEMENTASI METODE CLASS BASED STORAGE GUNA

MENINGKATKAN EFEKTIFITAS GUDANG.

(STUDI KASUS: KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN BALAI BESAR

BAHAN DAN BARANG TEKNIK)

ALFREDO KRISMAYANTO HADI

NPM : A10150402

Bandung, 18 Februari 2020

Pembimbing

Dr. Moch. Adib Sultan, ST., MT

Mengetahui,

Ketua STIE EKUITAS Ketua Program Studi S1

Manajemen

Dr.rer.nat. M. Fani. Cahyandito, SE., M.Sc., CSP Dr. Iim Hilman, SE., MM

Tanggung jawab yuridis ada pada penulis

PERNYATAAN

PROGRAM SARJANA

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk

mendapatkan gelar akademik sarjana, baik di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi

(STIE) Ekuitas maupun di perguruan tinggi lainnya.

2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa

bantuan pihak lain, kecuali arahan pembimbing dan penguji.

3. Dalam karya tulis ini, tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis

atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan nama jelas

dicantumkan sebagai acuan dalam naskah yang disebutkan nama pengarang

dan dicantumkan dalam daftar pustaka

4. Pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari

terdapat penyimpangan dan ketiddak-bbenaran dalam pernyataan ini, maka

saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang

diperoleh , karna karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma

yang berlaku di perguruan tinggi ini.

Bandung, 18 Februari 2020

Yang membuat pernyataan,

Alfredo Krismayato Hadi

iii

IMPLEMENTASI METODE CLASS BASED STORAGE GUNA

MENINGKATKAN EFEKTIFITAS GUDANG.

(STUDI KASUS: KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN BALAI BESAR

BAHAN DAN BARANG TEKNIK)

Ditulis Oleh:

Alfredo Krismayanto Hadi

Pembimbing :

Dr. Moch Adib Sultan, ST., MT

ABSTRAK

Saat ini perkembangan dalam sektor industri semakin meningkat terutama dalam

industri barang teknik. Tata letak merupakan satu keputusan penting yang

menentukan efisiensi sebuah operasi dalam jangka panjang. Tata letak memiliki

dampak pada proses operasi sebuah perusahaan dapat dilihat dari segi kegiatan yang

salah satunya perpindahan material dari satu unit ke unit lainnya. Tata letak yang

efektif dapat membantu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya agar dapat

melakukan perpindahan dengan cepat. Pada penelitian ini akan meneliti tentang tata

letak gudang pada Balai Besar Bahan dan Barang teknik yang mengakibatkan

kurangnya kapasitas penyimpanan pada gudang dan jarak perpindahan yang kurang

efektif. Dalam penelitian kali ini metode yang digunakan adalah deskriptif.

Berdasarkan data yang telah ada, Balai Besar Bahan dan Barang Teknik memiliki

luas gudang seluas 33 ๐‘š2 dan memiliki jarak total perpindahan material 4.398,56

m. Hal ini yang menjadi tantangan bagi penulis untuk dapat menambah kapasitas

dan mengurangi jarak perpindahan total material dengan menggunakan metode

class based storage. Metode ini dapat menambah luas total pemakaian blok sebesar

74,69 ๐‘š2 dan mengurangi jarak perpindahan total material sebesar 301,76 m.

setelah mengimplementasikan metode class based storage saran yang diberikan

adalah perusahaan sebaiknya mengaplikasikan metode class based storage untuk

memperbaiki tata letak gudang.

Kata kunci : Class Based Storage , Gudang, Tata Letak

iv

IMPLEMENTATION OF CLASS BASED STORAGE METHOD TO

IMPROVE THE EFFECTIVENESS OF WAREHOUSE.

(CASE STUDY: KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN BALAI BESAR

BAHAN DAN BARANG TEKNIK)

Written By:

Alfredo Krismayanto Hadi

Supervisor :

Dr. Moch Adib Sultan, ST., MT

ABSTRACT

Nowadays developments in the industrial sector are increasing especially in the

engineering goods industry. Layout is an important decision that determines the

efficiency of an operation in the long run. The layout has an impact on the operation

process of a company can be seen in terms of activities that one of the material

displacement from one unit to another. An effective layout can help the company in

carrying out its activities in order to make migrations quickly. In this study will

examine the layout of warehouses at Balai Besar Bahan dan Barang Teknik goods

that resulted in lack of storage capacity in the warehouse and a less effective

displacement distance. In research this time the method used is descriptive. Based

on existing data, Balai Besar Bahan dan Barang Teknik has a warehouse area of

33 ๐‘š2and has a total material displacement distance of 4,398.56 m. It is a challenge

for authors to increase capacity and reduce the distance the total material

displacement using the class based storage method. This method can increase the

total area of the use of blocks of 74.69 ๐‘š2 and reduce the total displacement

distance of 301.76 m. After implementing class based storage method the advice

provided is that the company should apply class based storage method to improve

warehouse layout.

Key word: Class Based Storage, warehouse, layout

v

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

rahmat serta karunia-Nya sehingga skripsi ini dengan judul โ€œImplementasi

Metode Class Based Storage Guna Meningkatkan Efektifitas Gudang. (Studi

Kasus: Kementerian Perindustrian Balai Besar Bahan dan Barang Teknik)โ€ telah

terselesaikan guna memenuhi salah satu syarat yang wajib ditempuh untuk dapat

lulus dan menjadi seorang sarjana ekonomi.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang sudah

bersedia membantu dan mendukung penulisan dalam menyelesaikan

penyusunan skripsi ini. Dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima

kasih yang tulus kepada:

1. Dr.rer.nat. M. Fani Cahyandito, SE., M.Sc., CSP. selaku Ketua Sekolah

Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Ekuitas.

2. Dr. Ir. Dani Dagustani, MM. selaku Wakil Ketua I Sekolah Tinggi Ilmu

Ekonomi (STIE) Ekuitas.

3. Dr. H. Herry Achmad Buchory, SE., MM. selaku Wakil Ketua II Sekolah

Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Ekuitas.

4. Dr. Sudi Rahayu, SE., MM. selaku Wakil Ketua III Sekolah Tinggi Ilmu

Ekonomi (STIE) Ekuitas.

5. Dr. Iim Hilman, SE. MM. selaku Ketua Program Studi S1 Manajemen

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Ekuitas.

6. Mirza Hedismarlina Yuneline, ST., MBA., QWP. selaku Sekretaris Program

Studi S1 Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Ekuitas.

vi

7. Dr. Moch. Adib Sultan, ST., MT. selaku dosen pembimbing skripsi yang

senantiasa memberikan bimbingan, arahan dan informasi serta motivasi

kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.

8. Dosen-dosen STIE EKUITAS yang telah memberikan segenap ilmunya

kepada penulis, serta staf BAAK, BAU, dan Perpustakaan STIE EKUITAS.

9. Ir. Budi Susanto, MT. selaku Kepala Balai Besar Bahan dan Barang Teknik,

Dadang Supriatna, SE. selaku Kepala Sub Bagian Umum, Eko Budi

Prasetyo selaku Kepala gudang dan Fauzan selaku staf dari pada Balai

Besar Bahan dan Barang Teknik yang membatu memberikan informasi,

data, arahan dan lainnya demi terselesaikannya skripsi ini.

10. Dr. Ir. Sukanto Hadi, MT. selaku ayah yang telah memberikan motivasi

untuk penulis tetap semangat menyelesaikan skripsi dan kuliah serta Herry

Rumnaningsih selaku ibu yang telah mendukung, memberikan arahan dan

motivasi serta pembelajaran dan doa untuk penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

11. Vivi Sevita, Dorota Meiantiko dan Martha Alvianingsih, kakak dan adik

penulis yang senantiasa membantuk penulis dalam memberikan motivasi

dan semangat.

12. Sahabat โ€“ sahabat smoking area yang telah memberikan semangat dan

dukungan selama masa perkuliahan hingga skripsi ini selesai.

13. Rekan โ€“ rekan satu bimbingan yang membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

14. Teman โ€“ teman Manajemen 10 angkatan 2015 yang telah memberikan

semangat kepada penulis.

vii

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik itu

dari aspek penulisan maupun materi. Hal ini dikarenakan keterbatasan

pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh penulis. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan kritik dan saran.

Penulis berharap skripsi ini berguna dan bermanfaat khususnya untuk

penulis sendiri dan umumnya untuk semua pihak serta dapat memberikan

informasi dan pengetahuan yang lebih bagi pembaca.

Bandung, 18 Februari 2020

Penulis

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK ............................................................................................................ iii

ABSTRACT .......................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ........................................................................................... v

DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ................................................................................................. x

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii

BAB I Pendahuluan .............................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 10

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ............................................................... 11

1.4 Kegunaan Penelitian ............................................................................... 11

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 12

1.5.1 Lokasi .............................................................................................. 12

1.5.2 Waktu Penelitian ............................................................................. 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ............. 16

2.1 Tinjauan Pustaka .................................................................................... 16

2.1.1 Pengertian Manajemen Operasi ...................................................... 16

2.1.2 Pengertian Tata Letak (Layout) ....................................................... 19

2.1.3 Jenis โ€“ Jenis Tata Letak................................................................... 20

ix

2.1.4 Tata Letak Gudang .......................................................................... 21

2.1.5 Pengertian Class Based Sotrage ...................................................... 22

2.1.6 Pengertian Gudang .......................................................................... 25

2.2 Kerangka Pemikiran ............................................................................... 29

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 32

3.1 Objek Penelitian ..................................................................................... 32

3.2 Metode Penelitian ................................................................................... 40

3.3 Operasionalisasi Variabel Penelitian ...................................................... 43

3.4 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 46

4.1 Faktor Penyebab Tidak Efektifnya Kapasitas Gudang Dan Perpindahan

Barang ............................................................................................................... 47

4.1.1 Tata Letak Awal Balai Besar Bahan dan Barang Teknik ............... 47

4.1.2 Perhitungan Layout Awal ............................................................... 52

4.2 Implementasi Metode Class Based Storage ........................................... 55

4.2.1 Perhitungan Layout Perbaikan ........................................................ 56

4.3 Perbandingan Layout Awal Dengan Layout Usulan Menggunakan

Metode Class Based Storage ............................................................................. 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 65

5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 65

5.2 Saran ....................................................................................................... 66

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 68

LAMPIRAN

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jadwal Penelitian ............................................................................ 14

Tabel 3.1 Flow Chart Penyimpanan Barang Pada Gudang Balai Besar

Bahan dan Barang Teknik .............................................................. 37

Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel ............................................................... 44

Tabel 4.1 Frekuensi Perpindahan Material Periode Juni โ€“ Desember 2019 ... 54

Tabel 4.2 Jarak Perpindahan Material Awal ................................................. 55

Tabel 4.3 Pembentukan Kelas ........................................................................ 57

Tabel 4.4 Kebutuhan Tempat Penyimpanan ................................................... 58

Tabel 4.5 Koordinat Akhir Titik Pusat Area Penyimpanan

Layout Perbaikan ............................................................................ 62

Tabel 4.6 Jarak Perpindahan Material Layout Usulan .................................... 63

Tabel 4.7 Perbandingan Hasil Akhir .............................................................. 64

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Layout Awal Balai Besar Bahan dan Barang Teknik ........................... 5

Gambar 1.2 Area Penyimpanan Barang ................................................................... 7

Gambar 1.3 Gudang Penyimpanan Balai Besar Bahan dan Barang Teknik ............ 8

Gambar 1.4 Lokasi Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) ........................ 13

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ........................................................................... 30

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Balai Besar Bahan dan Barang Teknik .............. 35

Gambar 3.2 Logo Balai Besar Bahan dan Barang Teknik ..................................... 36

Gambar 3.3 Flow Chart Penelitian ......................................................................... 39

Gambar 4.1 Layout Awal Balai Besar Bahan dan Barang Teknik ......................... 47

Gambar 4.2 Layout Awal Gudang ......................................................................... 52

Gambar 4.3 Layout Perbaikan Gudang .................................................................. 60

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keputusan Skripsi

Lampiran 2 Kartu Bimbingan

Lampiran 3 Fotokopi Sertifikat TOEFL

Lampiran 4 Fotokopi Sertifikat SPM

Lampiran 5 Curriculum Vitae

1

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Saat ini perkembangan dalam sektor industri semakin meningkat terutama

dalam industri barang teknik. Di Indonesia memiliki lebih dari 500 perusahaan

dalam bidang barang teknik maka tingkat persaingan pada sektor industri

semakin tinggi. Peningkatan jumlah barang dalam sektor nonmigas di tahun

2019 sebanyak 8,4% dari tahun sebelumnya. Dengan semakin tingginya

persaingan di sektor industri, barang produksi dari perusahaan pun harus

memiliki standar nasional yang ditentukan oleh pemerintah agar dapat

dikonsumsi oleh masyarakat dengan aman.

Dalam melakukan aktivitasnya, sebuah perusahaan harus memiliki gudang

yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan berupa produk jadi ataupun raw

material. Gudang yang tersedia dalam peruahaan pun harus dapat menampung

jumlah barang produksi dengan maksimal. Untuk dapat memaksimalkan

kapasitas gudang, maka diperlukan tata letak yang baik. Tata letak gudang yang

baik akan berdampak pada pencarian barang kembali yang cepat dan

mengurangi jarak tempuh total material handling.

Tata letak (layout) memiliki dampak pada proses operasi sebuah

perusahaan. Dapat dilihat dari segi kegiatan yang salah satunya perpindahan

material dari satu unit ke unit lainnya. Hal ini memerlukan aktivitas pemindahan

yang mencakup tiga elemen dasar sistem produksi yaitu bahan baku, pekerja,

2

dan peralatan. Dari banyaknya aktivitas yang terjadi dalam sistem produksi perlu

adanya pertimbangan dalam desain tata letak fasilitas untuk mencapai hasil yang

efektif dan efisien. Menurut Handoko (2013), salah satu hal terpenting dari tata

letak perusahaan adalah jarak, waktu, dan biaya, jarak perpindahan material

yang jauh akan menyebabkan rentang waktu yang dibutuhkan cukup tinggi maka

dapat menyebabkan tingginya ongkos yang dikeluarkan karena lamanya proses

yang dilakukan.

Gudang merupakan tempat penyimpanan barang dalam suatu perusahaan.

Hampir semua sektor baik industri, kuliner, perdagangan maupun perbankan

membutuhkan gudang dalam menjalankan usahanya. Beberapa permasalahan

yang biasa terjadi pada gudang adalah kesulitan perpindahan barang, lamanya

pencarian serta kurangnya kapasitas gudang. Sebagian masalah ini dipicu oleh

sistem gudang yang berantakan. Perpindahan barang yang memakan banyak

waktu mengakibatkan terlambatnya material handling.

Selain itu, gudang yang baik harus dapat mempermudah tujuan utama

gudang tersebut. Tujuan utama dari gudang adalah untuk memenuhi kebutuhan

perusahaan. Oleh karena itu, maka proses di dalam gudang biasanya memakan

waktu dan biaya. Waktu dan biaya dapat diminimalkan jika seluruh proses di

gudang telah efektif dan efisien. Salah satu aspek yang dapat mempengaruhi

efektifitas dan efisiensi gudang adalah tata letak gudang.

Penelitian ini dilakukan pada kementerian perindustrian Balai Besar Bahan

dan Barang Teknik yang bergerak dalam bidang penelitian, pengembangan,

perancangan, penerapan standar, pelaksanaan sertifikasi sistem mutu, sertifikasi

3

produk yang berkaitan dengan keselamatan lingkungan di bidang industri bahan

dan barang teknik. Berbagai macam kegiatan yang dilakukan perusahaan, maka

tak lepas dari keterlambatan waktu dalam aktivitasnya. Salah satu faktor

penyebab keterlambatan adalah tata letak gudang yang tidak teratur, kapasitas

gudang yang kurang memadai, jauhnya lokasi gudang serta jalur yang kurang

efektif.

Untuk menyelesaikan penyebab keterlambatan, maka terdapat beberapa

metode yang dapat digunakan untuk dapat menyelesaikan masalah

keterlambatan. Dalam hal ini metode yang digunakan untuk melihat

keterlambatan yaitu dengan analisis layout gudang yang sesuai dengan

kebutuhan untuk Balai Besar Bahan dan Barang Teknik berdasarkan lokasi yang

tersedia. Analisis layout gudang ini diharapkan dapat menghilangkan

permasalahan yang terjadi pada gudang Balai Besar Bahan dan Barang Teknik.

Melalui analisis layout gudang dengan keterbatasan lokasi dan lahan ini akan

memperlancar kegiatan keluar masuknya barang yang akan di uji dan yang telah

melakukan pengujian dan dapat mempersingkat waktu serta biaya pengujian di

Balai Besar Bahan dan Barang Teknik.

Dari hasil wawancara dengan kepala sub bagian umum Balai Besar Bahan

dan Barang Teknik, pada sistem gudang belum menggunakan metode apapun

dalam aktivitasnya. Balai Besar Bahan dan Barang Teknik hanya memiliki satu

gudang penyimpanan yang memiliki luas bangunan sebesar 33 ๐‘š2. Balai Besar

Bahan dan Barang Teknik tidak terlalu memperhatikan tata letak gudang yang

sebenarnya berperan penting pada sebuah perusahaan. Pada awal dibangunnya

sebuah gudang ditahun 1984 sampai saat ini belum ada perencanaan tata letak

4

untuk mengatur jalannya alur gudang.

Dalam aktivitas perusahaan, barang yang masuk dan keluar lebih sering

disimpan disekitar area laboratorium pengujian. Hal terebut sebenarnya dapat

menghambat waktu proes pengujian dan jalur aktivitas kerja. Dalam melakukan

proses pengujian rata โ€“ rata seharusnya diperlukan waktu selama 14 hari kerja,

tetapi dengan tidak lancarnya perpindahan material handling waktu yang

diperlukan oleh perusahaan sering mengalami kemunduran.

Kemudian setiap minggunya Balai Besar bahan dan Barang Teknik

menerima kurang lebih 20 jenis barang yang di kirim dari berbagai macam

perusahaan. Jenis โ€“ jenis barang tersebut bervariatif, contohnya seperti ban

kendaraan bermotor, velg kendaraan bermotor, kulkas, AC, headphone, beton,

semen, lempengan logam, dan barang โ€“ barang nonmigas lainnya. Masalah lain

yang di alami perusahaan yaitu proses loading in barang yang di kirim kepada

perusahaan sulit untuk di simpan kedalam gudang karena keterbatasan akses

menuju gudang menggunakan kendaraan berat. Berikut ini adalah gambar layout

awal Balai Besar Bahan dan Barang Teknik.

5

Gambar 1.1 Layout Awal Balai Besar Bahan dan Barang Teknik

Sumber: Observasi Balai Besar Bahan dan Barang Teknik

Keterangan gambar layout.

1: Kepegawaian & CS 8: Area parkir 15: Perpus & Arsip

2: Lab las & bengkel 9: Lab battery 16: Lab AC

3: Lab barang Teknik 10: Lab beton 17: Lab otomotif

4: Lab metalografi 11: Masjid 18: Ruang diklat

5: NDT 12: Ruang serbaguna 19: Lab kimia organik

6: Gudang 13: Area parkir 20: Lab pompa

7: Lab logam 14: Kalibrasi 21: Lap voli

22:Lab EMC & audio video

23: Lab Listrik

5 7

4 3 2

6

1

13

10

Loading

Dock

11

9

12

Arsi

15

17

16

18

14

20

19

21

22 23

8

6

Area layout ini terbagi dalam 23 area yang terdiri dari 11 area laboratorium,

1 area gudang, 11 area kantor. Dari kondisi yang ada bahwa lokasi gudang ke

lokasi laboratorium memiliki jarak yang cukup jauh dan rentan untuk terjadi

keterlambatan pengiriman barang. Selain jarak yang cukup jauh, jalan untuk

pemindahan barang dari area gudang ke lokasi laboratorium cukup sulit karena

jalan yang sempit dan menanjak sehingga karyawan sering kali kesulitan

melakukan perpindahan barang yang cukup berat untuk dipindahkan ke area

laboratorium. Permasalahan berikutnya adalah lokasi gudang barang yang

terbatas serta kapasitas gudang yang sedikit menyebabkan barang โ€“ barang

diletakan di sekitar area laboratorium. Penyimpanan barang di area laboratorium

membuat kesulitan karyawan untuk mencari barang โ€“ barang yang akan diuji

yang berdasarkan waktu masuknya barang dan membuat perpindahan barang

menjadi sulit yang mengakibatkan bertambahnya durasi pencarian dan

perpindahan barang. Berikut adalah gambar dari permaalahan dalam perusahaan.

7

Gambar 1.2 Area Penyimpanan Barang

Sumber: Observasi Balai Besar Bahan dan Barang Teknik

Pada gambar 1.2 digambarkan bahwa area penyimpanan barang terletak

pada depan pintu area laboratorium yang menyebabkan tidak rapihnya area

penyimpanan barang. Selain itu banyak barang uji yang terpapar sinar matahari

dan terkena hujan yang menyebabkan penurunan kualitas barang yang akan di

uji dan berdampak pada kerugian material barang. Seringkali perusahaan

kesulitan dalam melakukan pencarian dikarenakan selain di simpan di depan

pintu laboratorium, barang juga disimpan di area lain dikarenakan tempat

penyimpanan tidak mencukupi. Berikut adalah gambar gudang Balai Besar

Bahan dan Barang Teknik.

8

Gambar 1.3 Gudang Penyimpanan Balai Besar Bahan dan Barang

Teknik

Sumber: Observasi Balai Besar Bahan dan Barang Teknik

Dapat dilihat bahwa kapasitas gudang yang tidak memadai sehingga barang

yang besar banyak diletakan diluar area pintu gudang yang akan menyulitkan

perpindahan barang yang besar dari dalam gudang karena akses keluar masuk

barang sempit dikarenakan tumpukan barang โ€“ barang yang berada di sekitar

pintu masuk dan keluar gudang. Selain sulitnya akses keluar masuk barang,

kesulitan yang lain adalah menjangkau barang โ€“ barang yang akan melakukan

pengujian cukup sulit karena penataan barang tidak berdasarkan kelompok kelas

berdasarkan jenis barang atau kapan masuknya barang โ€“ barang tersebut.

Dari penjelasan dan gambar tersebut, terdapat beberapa masalah yang ada

di Balai Besar Bahan dan Barang Teknik yaitu kesulitan mencari barang yang

akan di uji, perlu waktu yang cukup lama untuk mencari barang yang akan di

9

uji, tidak adanya pengklasifikasian jenis โ€“ jenis barang, kapasitas gudang yang

kurang memadai sehingga masih banyak barang yang disimpan diluar gudang,

perpindahan barang yang tidak efektif. Berdasarkan penelitian terdahulu, metode

ini menjadi metode yang paling efektif untuk mengurangi permasalahan yang

ada dalam perusahaan.

Berdasarkan jurnal berjudul โ€œConstrained Clustering Method for Class

Based Storage Location Assignment in Warehouseโ€ dapat mengidentifikasi 3

langkah utama menangani masalah yaitu kendala berdasarkan penyimpanan,

kendala berdasarkan barang โ€“ barang dan kelompok barang, penentuan sub-

kelompok untuk membedakan pendistribusian barang. Berdasarkan jurnal kedua

yang berjudul โ€œPeningkatan Kapasitas Gudang dengan Perancangan Layout

Menggunakan Metode Class Based Storageโ€ mendapat hasil kebijakan

penggunaan rak menambah kapasitas gudang cadangan sebanyak 1600 lot.

Dengan metode Class Based Storage karton dikelompokkan berdasarkan

jenisnya dan diurutkan berdasarkan jumlah permintaannya.

Penelitian ini dilakukan pada Balai Besar Bahan dan Barang Teknik

dikarenakan kapasitas gudang yang kurang memadai, tidak efektifnya fungsi

gudang yang menghambat aktivitas kerja yang ada di perusahaan yang

diakibatkan oleh penyimpanan barang yang tidak terstruktur mengakibatkan

perpindahan barang menjadi lambat dibandingkan dengan tata letak gudang

kementerian perindustrian yang ada di kota Bandung contohnya seperti Balai

Besar Logam dan Mesin, Balai Besar Keramik, Balai Besar Tekstil, Balai Besar

Pulp dan Kertas.

Berdasarkan kondisi masalah yang ada, maka diperlukan suatu usaha

10

perbaikan tata letak dari Balai Besar Bahan dan Barang Teknik menggunakan

metode class based storage yang berdasarkan dari penelitian terdahulu bahwa

metode ini sangat cocok digunakan untuk mengatasi masalah pada perusahaan

agar jenis barang dalam gudang lebih di klasifikasikan berdasarkan jenisnya

untuk mempermudah perpindahan barang dan mempermudah pencarian barang

yang akan dipindahkan ke dalam laboratorium. Pada metode class based storage

akan mengetahui kebutuhan ruangan (space requirements), menetapkan produk

ke lokasi penyimpanan / pengambilan.

Berdasarkan fenomena yang ada dan diperkuat oleh data ditemukan masalah

dari kurang efektifnya gudang yaitu kapasitas gudang yang kurang memadai,

perpindahan barang yang kurang baik, serta lama waktu saat pencarian barang

untuk masuk kedalam proses pengujian. Dengan menggunakan metode

diharapkan bisa mengatasi masalah yang ada pada perusahaan menggunakan

metode class based storage penulis mengambil judul ini โ€œImplementasi

Metode Class Based Storage Guna Meningkatkan Efektifitas Gudang.

(Studi Kasus: Kementerian Perindustrian Balai Besar Bahan dan Barang

Teknik)โ€

1.2 Rumusan Masalah

Dari kasus di atas yang sudah di jelaskan dapat diketahui permasalahan yang

menyebabkan ketidakefektif dan efisiennya jarak tempuh total perpindahan

barang adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana faktor yang menyebabkan tidak efektifnya kapasitas gudang

perpindahan barang ?

2. Bagaimana penerapan tata letak menggunakan metode Class Based

11

Storage untuk layout usulan agar menambah kapasitas Gudang dan

mengurangi jarak tempuh total perpindahan barang pengujian di Balai

Besar Bahan dan Barang Teknik ?

3. Bagaimana perbandingan layout awal dengan layout usulan ?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Dalam setiap dilakukannya penelitian, selalu ada maksud dan tujuan dari

penelitian yang dilakukan yang akan dicapai. Adapun maksud dan tujuan

penelitian yang ingin dicapai oleh penulis adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui faktor โ€“ faktor apa saja yang menyebabkan tidak

efektifnya gudang.

2. Memberikan solusi dengan cara menerapkan metode Class Based Storage

untuk layout usulan agar menambah kapasitas gudang dan mengurangi

jarak tempuh total perpindahan barang pengujian di Balai Besar Bahan dan

Barang Teknik.

3. Perbandingan layout awal dengan layout usulan

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil dari penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat

kepada pihak-pihak lainnya. Untuk kegunaan teoritis penulisan skripsi ini

harapkan dapat memberikan informasi mengenai tata letak gudang khususnya

dalam penggunaan metode Class Based Storage dalam mengefektifkan

penggunaan ruang gudang. Selain itu juga kegunaan praktris dari pada penulisan

skripsi ini diharapkan memberikan hasil yang berguna dan bermanfaat bagi

seluruh pihak diantaranya :

1. Bagi Perusahaan

12

Memberikan masukan berupa bahan evaluasi dan solusi alternatif pada tata

letak gudang penyimpanan agar efisien dan memberikan keuntungan bagi

perusahaan tersebut.

2. Bagi Pihak Lain

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber referensi bagi pihak โ€“ pihak lain

yang akan mempelajari metode class based storage dikemudian hari untuk

mengefektifkan ruang gudang selain itu juga dapat mengimplementasi

metode class based storage tersebut untuk menambah kapasitas gudang.

3. Bagi Penulis

Penelitian ini adalah suatu langkah dalam mengembangkan, menerapkan

serta berpikir secara ilmiah sehingga dapat memperluas wawasan apabila

menghadapi masalah sama seperti apa yang diteliti dikemudian hari. Penulis

juga memiliki kesempatan menganalisa permasalahan nyata yang telah

terjadi dan dapat mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari โ€“ hari

jika ada masalah yang sama terjadi terutama jika adanya tata letak yang

tidak efektif pada suatu perusahaan maka penulis dapat menanggulangi

masalah tersebut.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

1.5.1 Lokasi

13

Gambar 1.4 Lokasi Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)

Sumber: https://goo.gl/maps/ohkkJDLBvdoxsZww5

Dari gambar di atas dapat dilihat dimana tempat gudang pada Balai Besar

Bahan dan Barang Teknik. Balai Besar Bahan dan Barang Teknik terletak di

Jalan Sangkuriang no. 14, Dago, Kecamatan Coblong, Kota Bandung. Jika

dihitung waktu menggunakan google maps dari STIE Ekuitas menuju Balai

Besar Bahan dan Barang Teknik memakan waktu kurang lebih 17 menit. Jika

ingin ke Balai Besar Bahan dan Barang Teknik kita harus melalui Jalan PH. H.

Mustofa menuju Jalan Sukasenang Raya dahulu kemudian masuk ke Jalan

Surapati mengikuti jalan saja sampai ke Jalan Ir. H. Juanda. Lalu dari Jalan Ir.

H. Juanda lurus terus lagi sampai 1,3 km belok kiri menuju Jalan Dayang Sumbi,

lalu belok kanan ke Jalan Tamansari, setelah itu belok kanan ke Jalan Siliwangi

dan langsung belok kiri ke Jalan Sangkuriang. Lokasi Balai Besar Bahan dan

14

Barang Teknik terletak di posisi sebelah kanan setelah melalui 400 m di Jalan

Sangkuriang.

1.5.2 Waktu Penelitian

Tabel 1.1 Jadwal Penelitian

No Kegiatan

Oktober

(2019)

November

(2019)

Desember

(2019)

Januari

(2020)

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Observasi

2 Wawancara

3 Studi Pustaka

4 Pengumpulan Data

5 Analisis Data

Kegiatan penelitian diawali pada minggu pertama bulan Oktober 2019

dengan melakukan observasi di Balai Besar Bahan dan Barang Teknik Jalan

Sangkuriang No. 14. Observasi tersebut memberikan pemahaman terhadap

penulis tentang cara kerja dan alur barang yang masuk atau keluar dari gudang

Balai Besar Bahan dan Barang Teknik. Pada observasi yang dilakukan dapat

diketahui denah dari Balai Besar Bahan dan Barang Teknik yang ada pada

gambar 1.1. Kemudian disaat yang sama saat dilakukannya observasi pada bulan

Oktober 2019 juga dilakukannya wawancara kepada kepala subbag umum dan

kepala gudang dari pada Balai Besar Bahan dan Barang Teknik, dengan

beberapa hasil yang didapatkan seperti contoh hasil dari wawancara bahwa Balai

15

Besar Bahan dan Barang Teknik belum menggunakan suatu metode tata letak

gudang, kemudian tata letak gudang yang lakukan oleh Balai Besar Bahan dan

Barang Teknik hanya menyimpan barang yang masuk kedalam gudang dan

menyimpan di sekitar area laboratorium pengujian yang tidak di klasifikasikan

kedalam jenis dan kelas dari barang tersebut. Seperti pada gambar 1.2 dan 1.3

dapat dilihat bahwa penyimpanan barang masih belum disimpan pada ruangan

yang sesuai sehingga terjadi kesulitan dalam pencarian barang.

Setelah dilakukannya pengumpulan data pada bulan Oktober 2019 minggu

ke dua hingga minggu ke empat dan pada Bulan Desember 2019 minggu ke dua

dan ke tiga, didapatkan data barang yang masuk pada Balai Besar Bahan dan

Barang Teknik yang menjadi acuan data dalam penelitian ini. Pada minggu ke

tiga bulan Oktober penulis menganalisis data yang telah dikumpulkan dan

hasilnya ditemukan bahwa luas pemakaian blok penyimpanan hanya 19,65 ๐‘š2

dan total jarak perpindahan material adalah 4398,56 m untuk periode bulan Juni

โ€“ Desember 2019. Kemudian pada minggu ke dua bulan November 2019 hingga

minggu kedua pada bulan Januari 2020 dilakukan studi pustaka tentang metode

yang akan digunakan pada skripsi ini yaitu metode class based storage.

16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

DAN

KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Menurut Prastowo (2012) penyusunan tinjauan pustaka memiliki tujuan

untuk mengumpulkan data dan informasi ilmiah berupa teori-teori, metode, atau

pendekatan yang pernah berkembang dan telah didokumentasikan dalam bentuk

buku, jurnal, naskah, catatan, rekaman sejarah, dokumen-dokumen, dan lain-lain

yang terdapat di perpustakaan. Selain itu kajian ini dilakukan dengan tujuan

menghindarkan terjadinya pengulangan, peniruan, plagiat, termasuk suaplagiat.

2.1.1 Pengertian Manajemen Operasi

Manajemen operasi merupakan suatu komponen yang sangat penting bagi

perusahaan salah satunya perusahaan milik negara. Penelitian ini, penulis akan

meninjau berbagai teori yang berkaitan dengan topik yang diangkat dimana yang

menjadi dasar dari penelitian ini adalah mengenai manajemen operasi. Menurut

Heizer dan Render (2015) adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai

dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output.

Menurut Stevenson dan Chuong (2014) manajemen operasional adalah

manajemen sistem atau proses yang menyediakan barang dan atau menyediakan

jasa. Menurut Kumalaningrum, dkk (2011) manajemen operasional merupakan

desain sistematik, pengarahan dan pengawasan terhadap berbagai proses yang

mengubah input menjadi output berupa sumberdaya yang diolah menggunakan

suatu metode untuk mendapatkan output yang diinginkan.

17

Menurut Herjanto (2008) menyatakan bahwa manajemen operasi ialah

proses untuk menghasilkan produk secara efektif dan efisien melalui

pendayagunaan sumber daya yang ada. Manajemen operasi adalah disiplin ilmu

dan profesi yang mempelajari secara praktis tentang proses perencanaan,

mendesain produk, sistem produksi untuk mencapai tujuan organisasi.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen

operasi adalah serangkaian kegiatan dalam mengubah input menjadi output yang

diolah menggunakan suatu metode โ€“ metode yang bernilai guna mendapatkan

tujuan yang paling efektif dan efisien bagi perusahaan, manajemen operasi

berperan penting dalam perusahaan selain manajemen sumber daya manusia,

manajemen pemasaran, dan manajemen keuangan.

Terdapat sepuluh keputusan manajemen operasi yang dikemukakan oleh

Heizer dan Render (2015) yang meliputi:

1. Desain barang dan jasa

Menjelaskan apa yang diperlukan dari kegiatan operasi pada masing โ€“

masing keputusan manajemen operasi. Misalkan, desain produk biasanya

menentukan batas bawah dari biaya dan batas atas dari kualitas, selain juga

impikasi untuk keberlangsungan dan sumber daya manusia yang diperlukan,

2. Pengelolaan kualitas

Menentukan ekspektasi kualitas dari pelanggan dan membuat kebijakan

serta prosedur untuk mengidentifikasi dan mencapai kualitas tersebut.

3. Desain proses dan kapasitas

Menentukan seberapa baik barang dan jasa dihasilkan ( misalkan, proses

untuk produksi ) dan menjalankan manajemen terhadap teknologi, kualitas,

18

sumber daya manusia, dan investasi modal yang spesifik yang menentukan

struktur biaya dasar perusahaan.

4. Strategi lokasi

Memerlukan penilaian terkait kedekatan dengan pelanggan, pemasok, dan

bakat, sementara mempertimbangkan mengenai biaya, infrastuktur, logistik, dan

pemerintah.

5. Strategi tata letak

Memerlukan penyatuan kebutuhan kapasitas, tingkat personel, teknologi,

dan kebutuhan persediaan untuk menentukan arus bahan baku, orang, dan

informasi yang efisien.

6. Sumber daya manusia dan desain pekerjaan

Menentukan bagaimana cara untuk merekrut, memotivasi, dan

mempertahankan personel dengan bakat dan kemampuan yang dibutuhkan.

Orang merupakan sebuah bagian yang integral dan mahal dari desain sistem

keseluruhan.

7. Manajemen rantai pasokan

Menentukan bagaimana mengintegrasikan rantai pasokan ke dalam strategi

perusahaan termasuk keputusan โ€“ keputusan yang menentukan apa yang akan

dibeli, dari siapa, dan dengan syarat seperti apa

8. Manajemen persediaan

Mempertimbangkan keputusan pemesanan dan penyimpangan persediaan

dan bagaimana mengoptimalisasinya sebagai kepuasan pelanggan, kapabilitas

pemasok, dan jadwal produksi dipertimbangkan

9. Penentuan jadwal

19

Menentukan dan menerapkan jadwal jangka waktu menengah dan pendek

secara efektif dan efisien menggunakan, baik personel maupun fasilitas

sementara memenuhi permintaan pelanggan.

10. Pemeliharaan

Memerlukan keputusan yang mempertimbangkan kapasitas fasilitas,

permintaan produksi, dan kebutuhan akan personel untuk menjaga sebuah proses

yang dapat diandalkan dan stabil.

Secara garis besar, sepuluh keputusan manajemen operasi dapat menjadi

acuan untuk perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasinya. Dari 10

keputusan manajemen operasi, strategi tata letak masuk dalam keputusan ke-5

yang akan digunakan oleh penulis untuk melakukan pemecahan masalah yang

ada di Balai Besar Bahan dan Barang Teknik.

2.1.2 Pengertian Tata Letak (Layout)

Tata letak (layout) atau pengaturan dari fasilitas produksi dan area kerja

yang ada merupakan landasan utama dalam dunia industri. Pada umumnya tata

letak pabrik yang terencana dengan baik akan ikut menentukan efisiensi dan

dalam beberapa hal akan juga menjaga kelangsungan hidup ataupun kesuksesan

kerja suatu industri. Menurut Ramos dkk. (2012), sistem material handling yang

kurang sistematis menjadi masalah yang cukup besar dan menggangu kelancaran

terhadap proses produksi sehingga dapat memepengaruhi suatu sistem secara

menyeluruh. Maka diperlukan penanganan tata lelak fasilitas yang dapat

menunjang aspek kelancaran aliran bahan.

Menurut Heizer dan Render (2009) tata letak merupakan satu keputusan

penting yang menentukan efisiensi sebuah operasi dalam jangka panjang. Tata

20

letak berdampak besar bagi perusahaan karena dapat menentukan daya saing

perusahaan dalam hal kapasitas, fleksibilitas dan kualitas lingkungan kerja. Tata

letak yang efektif dapat membantu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya

agar dapat melakukan perpindahan dengan cepat.

Menurut Heizer dan Render (2009) dalam semua kasus, desain tata letak

harus mempertimbangkan bagaimana untuk dapat mencapai:

a. Utilitas ruang, peralatan, dan orang yang lebih tinggi.

b. Aliran informasi, barang atau orang yang lebih baik.

c. Moral karyawan yang lebih baik, juga kondisi lingkungan kerja yang

lebih aman.

d. Interaksi dengan pelanggan yang lebih baik.

e. Fleksibilitas (bagaimanapun kondisi tata letak yang ada sekarang,

tata letak terebut akan perlu dirubah).

Dari pengertian tata letak di atas dapat disimpulkan bahwa tata letak

merupakan sistem yang mendukung kegiatan bagi perusahaan untuk mencapai

suatu hasil yang maksimal.

2.1.3 Jenis โ€“ Jenis Tata Letak

Sebuah tata letak yang efektif dapat memfasilitasi adanya aliran bahan,

orang dan informasi di dalam dan antar wilayah. Dalam pencapaiannya ada enam

pendekatan yang akan dibahas dalam tata letak adalah sebagai berikut:

a. Tata letak berorientasi proses

Berhubungan dengan produksi dengan volume rendah dan bervariasi

tinggi (disebut sebagai โ€œjob shopโ€, atau produksi terputus).

b. Tata letak yang berorientasi pada produk

21

Mengusahakan pemanfaatan maksimal atas karyawan dan mesin โ€“ mesin

pada produksi yang berulang dan berkelanjutan.

c. Tata letak dengan posisi tetap

Memenuhi persyaratan tata letak untuk proyek yang besar dan memakan

tempat, seperti proses pembuatan kapal laut dan gedung.

d. Tata letak kantor

Menempatkan para pekerja, peralatan mereka dan ruangan/kantor yang

melancarkan aliran informasi.

e. Tata letak ritel

Menempatkan rak โ€“ rak dan memberikan tanggapan atas perilaku

pelanggan.

f. Tata letak gudang

Merupakan paduan antara ruang dan penanganan bahan baku.

g. Tata letak sel kerja

Menata mesin โ€“ mesin dan peralatan lain untuk fokus pada produksi

sebuah produk atau sekelompok yang berkaitan.

2.1.4 Tata Letak Gudang

Tata letak gudang sangatlah penting untuk menjadi perhatian bagi sebuah

perusahaan. Tata letak gudang sangat berpengaruh terhadap waktu aktivitas

dalam perusahaan dan penyimpanan barang dalam sebuah industri. Menurut

Heizer dan Render (2009) tata letak gudang adalah sebuah desain yang mencoba

meminimalkan biaya total dengan mencari panduan yang terbaik antara luas

ruang dan penanganan bahan. Tujuan tata letak gudang adalah untuk

menentukan biaya yang paling optimal antara biaya material handling dengan

22

luas bangunan gudang. Tujuan lain dari tata letak gudang adalah

memaksimalkan penggunaan ruangan agar dapat menampung kapasitas yang

optimal dari luas ruangan.

2.1.5 Pengertian Class Based Sotrage

Metode Class Based Storage yaitu penempatan bahan atau material

berdasarkan atas kesamaan suatu jenis bahan atau material kedalam suatu

kelompok. Kelompok ini nantinya akan ditempatkan pada suatu lokasi khusus

pada gudang. Kesamaan bahan baku atau material pada suatu kelompok, bias

dalam bentuk kesamaan jenis item atau kesamaan pada suatu daftar pemesanan

konsumen.

Menurut Hidayat (2012) metode ini merupakan gabungan antara random

storage dan dedicated storage. Metode ini metode ini membagikan setiap

produk yang ada kedalam tiga, empat, atau lima kelas berdasarkan atas kesamaan

atas suatu jenis bahan atau material kedalam kelas tersebut, sehingga pengaturan

tempat dirancang lebih fleksibel karena nantinya kelas tersebut akan

ditempatkan pada suatu lokasi khusus pada gudang. Masing โ€“ masing kelas dapat

diisi secara acak oleh beberapa jenis barang yang sudah diklasifikasikan

berdasarkan jenis atau karakteristik dari barang tersebut.

2.1.5.1 Perhitungan Metode Class Based Storage

Menurut Hidayat (2012) perhitungan metode class based storage adalah sebagai

berikut:

23

a. Luas total pemakaian blok = kapasitas gudang x luas barang

b. Utilitas ruang = luas total blok

luas ruang x 100%

Apabila utilitas ruang menurun maka ruangan yang digunakan

semakin efisien.

c. Banyak tempat penyimpanan = ๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘ก๐‘Žโˆ’๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘ก๐‘Ž ๐‘ž๐‘ข๐‘Ž๐‘›๐‘ก๐‘–๐‘ก๐‘ฆ

๐‘˜๐‘Ž๐‘๐‘Ž๐‘ ๐‘–๐‘ก๐‘Ž๐‘  ๐‘๐‘’๐‘›๐‘ฆ๐‘–๐‘š๐‘๐‘Ž๐‘›๐‘Ž๐‘›

d. Banyak barang dipindahkan = ๐‘๐‘Ž๐‘›๐‘ฆ๐‘Ž๐‘˜ ๐‘ก๐‘’๐‘š๐‘๐‘Ž๐‘ก ๐‘๐‘’๐‘›๐‘ฆ๐‘–๐‘š๐‘๐‘Ž๐‘›๐‘Ž๐‘›

๐‘๐‘Ž๐‘›๐‘ฆ๐‘Ž๐‘˜ ๐‘๐‘–๐‘‘๐‘Ž๐‘›๐‘” ๐‘ฆ๐‘Ž๐‘›๐‘” ๐‘‘๐‘–๐‘๐‘–๐‘›๐‘‘๐‘Žโ„Ž๐‘˜๐‘Ž๐‘›

e. Perhitungan Jarak Perpindahan Material

Perhitungan jarak dihitung antara titik keluar masuk barang

dengan titik pusat penyimpanan barang. Jarak perpindahan

diasumsikan sama untuk jarak penyimpanan dan pengambilan

barang karena pengambilan dan penyimpanan menggunakan

jalur yang sama. Penentuan titik pusat pengambilan benda

dilakukan dengan mencari titik berat dari bentuk barang semua

benda beraturan dengan cara perhitungan sebagai berikut:

๐‘‘๐‘–๐‘— = [๐‘‹๐‘– + ๐‘‹๐‘—] + [๐‘Œ๐‘– + ๐‘Œ๐‘—]

Dimana:

Xi: koordinat x pada pusat fasilitas i

Yi: koordinat y pada pusat fasilitas i

Xj: koordinat x pada pusat fasilitas j

Yj: koordinat y pada pusat fasilitas j

๐‘‘๐‘–๐‘— = jarak antara pusat fasilitas i dan j

24

2.1.5.2 Pemindahan Bahan

Material dapat dipindahkan secara manual maupun secara otomatis,

material dapat dipindahkan satu kali ataupun beribu kali, material dapat

dialokasikan pada lokasi yang tetap maupun secara acak atau material dapat

ditempatkan pada lantai maupun menggunakan rak. Apabila terdapat dua buah

stasiun kerja pada departemen I dan j koordinatnya ditunjukkan sebagai (x,y)

dan (a,b), maka untuk menghitung jarak antar dua titik tengah dilakukan

beberapa metode yaitu:

1. Rectilinear Distance

Jarak diukur sepanjang lintasan dengan menggunakan garis tengah lurus

(orthogonal) satu dengan yang lainnya. Sebagai contoh adalah material

yang berpindah sepanjang gang (aisle) rectilinear di pabrik.

2. Euclidean Distance

Jarak diukur sepanjang lintasan garis lurus antara dua buah titik. Jarak

Euclidean dapat diilustrasikan sebagai conveyor lurus yang memotong

dua buah stasiun kerja.

3. Squared Euclidean Distance

Jarak diukur sepanjang lintasan sebenarnya yang melintas antara dua

buah titik. Sebagai contoh, pada sistem kendaraan terkendali (guided

vechicle system), kendaraan dalam perjalanannya harus mengikuti arah

โ€“ arah yang sudah ditentukan pada jaringan lintasan terkendali. Oleh

karena itu, jarak lintasan aliran bisa lebih Panjang disbanding dengan

rectilinear atau euclidean.

25

2.1.6 Pengertian Gudang

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, gudang merupakan rumah atau

bangsal tempat penyimpanan barang โ€“ barang. Richards (2011) mendefinisikan

gudang sebagai fasilitas khusus yang bersifat tetap yang dirancang untuk

mencapai target tingkat pelayanan dengan total biaya yang paling rendah.

Manajemen pergudangan dirancang bertujuan untuk mengontrol kegiatan

pergudangan yang diharapkan dari pengontrolan ini adalah terjadinya

pengurangan biaya โ€“ biaya yang ada didalam gudang.

Berdasarkan pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa gudang

merupakan sebuah tempat yang digunakan untuk menyimpan barang dengan

berbagai jenis produk yang digunakan dalam produksi atau hingga barang

tersebut dibutuhkan oleh pelanggan. Selain itu, gudang juga merupakan suatu

tempat penyimpanan produk untuk menyusun produk dan pengambilan produk

pada area gudang yang tersedia untuk menghemat waktu penyimpanan dan

pengambilan produk.

2.1.6.1 Tujuan Gudang

Ada tiga tujuan utama pergudangan yang berkaitan dengan pengadaan

barang yaitu:

1. Pengawasan menyangkut keamanan material dengan mengontrol keluar

dan masuknya material.

2. Pemilihan aktivitas pemeliharaan / perawatan agar material yang

disimpan didalam gudang tidak rusak selama penyimpanan.

26

3. Penimbunan / penyimpanan agar jika sewaktu โ€“ waktu diperlukan maka

material yang dibutuhkan akan tetap tersedia sebelum dan selama proses

produksi berlangsung.

2.1.6.2 Fungsi Gudang

Menurut Yunarto dan Santika (2005) pergudangan terdapat tiga fungsi

utama yaitu:

a. Movement

Merupakan fungsi yang menjadi perhatian utama seperti

memperbaiki inventory turnover dan mempercepat proes

pemesanan dari produksi hingga ke pengiriman akhir.

b. Storage

Merupakan aktivitas penyimpanan barang baik bahan baku

ataupun barang hasil produksi. Penyimpanan barang dilakukan

didalam gedung gudang. Gudang finished good dan spare part

dapat menjadi satu atau dapat dipisahkan.

c. Information Transfer

Aktivitas ini adalah aktivitas pengiriman informasi seperti

informasi mengenai stock barang yang ada di gudang atau

informasi โ€“ informasi lain yang berguna, informasi ini dapat

merupakan informasi untuk pihak diluar gudang atau pihak

gudang itu sendiri.

27

2.1.6.3 Jenis โ€“ Jenis Tata Letak Gudang

Dengan memprediksi besarnya arus keluar masuk barang, maka harus

direncanakan pula besarnya ruang gudang. Berikut ini adalah beberapa faktor

yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan besar kapasitas gudang antara

lain:

a. Besar ukuran dari masing โ€“ masing barang yang hendak disimpan.

Semakin besar ukuran barang akan memerlukan ruang yang sangat

besar.

b. Waktu tenggang dari pemesanan barang, jika waktu tenggang lebih

cepat maka ruang penyimpanan harus semakin besar.

c. Jumlah atau banyaknya barang yang harus disimpan dan frekuensi

keluar masuknya barang. Makin banyak barang yang disimpan akan

membutuhkan ruang gudang yang lebih besar. Apabila frekuensi keluar

masuknya barang lebih kecil berarti banyak menumpuk digudang.

2.1.6.4 Kapasitas Gudang

Salah satu yang sangat mempengaruhi berfungsi atau tidaknya suatu gudang

adalah kapasitas gudang itu sendiri. Dalam menentukan kapasitas gudang, maka

keadaan yang harus dipertimbangkan adalah keadaan maksimum. Gudang

menacapai keadaan maksimum pada saat sediaan pengemas belum dipakai,

terjadi keterlambatan pemakaian baham, sedangkan pesanan dating lebih cepat

(Lachman, 2008).

Unruk menghitung besarknya kapasitas gudang yang harus dipenuhi, maka

diperlukan data tentang (Lachman, 2008) :

28

1. Jumlah pesanan (order quantity) dalam suatu periode tertentu dilakukan

2. Besarnya persediaan pengurus yang ditentukan

3. Variasi lead time

4. Fluktuasi pemakaian

2.1.6.5 Aktivitas Gudang

Pergudangan adalah kegiatan menyimpan barang dalam gudang (Warman,

2012). terdapat tiga fungsi utama dalam aktivitas pergudangan, yaitu:

1. Perpindahan (Movement) Salah satu kegiatannya adalah memperbaiki

perputaran persediaan dan mempercepat proses pesanan dari produksi

hingga ke pengiriman utama. Fungsi movement dibagi menjadi

aktivitas-aktivitas meliputi:

a. Penerimaan (Receiving) Merupakan aktivitas penerimaan barang

dimana di dalamnya terdapat aktivitas-aktivitas seperti

pembongkaran muatan, penghitungan kuantitas yang diterima dan

inspeksi kualitas dan kerusakan, dan juga aktivitas-aktivitas lain

yang berkaitan dengan penerimaan barang di gudang.

b. Put Away Merupakan proses pemindahan barang dari dok

penerimaan ke gudang penyimpanan.

c. Customer Order Picking Merupakan aktivitas pemindahan barang

dari gudang penyimpanan atau dari lokasi picking untuk kemudian

disiapkan untuk proses pengiriman.

d. Packing Process packing merupakan proses pengepakkan barang

yang akan dikirim ke konsumen.

29

e. Cross Docking Process ini merupakan proses pemindahan barang

dari area receivinsg langsung ke lokasi shipping tanpa melalui

aktivitas penyimpanan di gudang.

f. Shipping Aktivitas ini merupakan pengiriman produk dan meliputi

proses pembuatan.

2. Penyimpanan (Storage) Merupakan aktivitas penyimpanan barang

berupa bahan baku (raw material) dan barang jadi (finished goods).

3. Pertukaran informasi (Transfer Information) Merupakan aktivitas

pertukaran informasi seperti informasi mengenai stok barang yang ada

di gudang atau informasi lain yang berguna. Informasi ini merupakan

informasi untuk pihak diluar gudang maupun pihak gudang itu sendiri.

2.2 Kerangka Pemikiran

Dalam manajemen operasi terdapat 10 keputusan strategis yang

dikemukakan oleh Heizer dan Render (2009), dimana salah satu keputusannya

adalah tentang perancangan tata letak. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini

digunakan untuk menggambarkan bagaimana perencanaan tata letak untuk

memecahkan masalah pada Balai Besar Bahan dan Barang Teknik.

Dari keputusan ke lima dalam manajemen operasi yaitu perancangan tata

letak di Balai Besar Bahan dan Barang Teknik dapat ditarik benang merahnya

untuk melakukan penelitian terhadap tata letak gudang di Balai Besar Bahan dan

Barang Teknik menggunakan metode class based storage. Dari metode yang

digunakan dapat diketahui bagaimana arus perpindahan material yang dilakukan

oleh Balai Besar Bahan dan Barang Teknik sehingga mengakibatkan jarak

perpindahan sangat jauh.

30

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

10 Keputusan Operasi

Sumber: Heizer dan Render (2009)

1. Perencanaan barang dan jasa.

2. Kualitas.

3. Perencanaan proses dan kapasitas.

4. Pemilihan Lokasi.

5. Perancangan tata letak.

6. Sumber daya manusia dan rancangan pekerjaan.

7. Manajemen rantai pasokan.

8. Persediaan.

9. Penjadwalan.

10. Pemeliharaan.

Perancangan Tata Letak

Metode Class Based Storage

Minimasi jarak perpindahan dan

menambah kapasitas gudang dengan

melakukan perbandingan hasil akhir.

Masalah di Balai Besar Bahan dan Barang

Teknik

Kurangnya kapasitas gudang dan jarak

perpindahan barang yang jauh.

31

Pada gambar di atas dapat kita lihat bahwa alur dari pada penelitian yang dilakukan

dalam penelitian. Berawal dari fenomena yang ada dalam perusahaan yaitu

kurangnya kapasitas penyimpanan pada gudang dan jarak perpindahan material

yang ada pada Balai Besar Bahan dan Barang Teknik, masalah jarak perpindahan

dan kapasitas gudang tersebut menyebabkan tidak efektifnya perpindahan dan

penyimpanan material. Kemudian dikaitkan dengan 10 keputusan Manajemen

Operasi, tata letak termasuk keputusan ke lima dalam manajemen operasi.

Dari keputusan ke lima dalam manajemen operasi yaitu perancangan tata

letak di Balai Besar Bahan dan Barang Teknik dapat ditarik benang merahnya untuk

melakukan penelitian terhadap tata letak gudang di Balai Besar Bahan dan Barang

Teknik menggunakan metode class based storage. Dari metode yang digunakan

dapat diketahui bagaimana arus perpindahan material yang dilakukan oleh Balai

Besar Bahan dan Barang Teknik sehingga mengakibatkan jarak perpindahan sangat

jauh.

Setelah diketahui tata letak dan kapasitas gudang pada Balai Besar Bahan

dan Barang Teknik kemudian akan dilihat apa saja faktorโ€“faktor yang

menyebabkan kegunaan gudang yang tidak efektif, hal ini diteliti agar dapat melihat

faktorโ€“faktor yang menyebabkan gudang yang tidak efektif tersebut. Perencanaan

tata letak gudang mempengaruhi kapasitas gudang dan jarak total perpindahan

material. Selanjutnya meminimasi jarak perpindahan material dan menambah

kapasitas gudanmg dengan menggunakan metode perbandingan hasil akhir dari

penggunaan metode.

32

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab III akan membahas metode penelitian dan objek penelitian dimana

tempat penelitian pada kementerian perindustrian Balai Besar Bahan dan Barang

Teknik yang bertempat di Jl. Sangkuriang No. 14, Dago, Kota Bandung, Jawa

Barat. Kemudian pada bab III ini akan membahas operasionalisasi variabel

penelitian dan teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian

ini.

3.1 Objek Penelitian

Menurut Sugiyono (2014) objek penelitian adalah suatu atribut atau sifat

atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Dalam penelitian ini, penuli akan melakukan penelitian pada Kementerian

Perindustrian Balai Besar Bahan dan Barang Teknik. Pada Kementerian

perindutrian Balai Besar Bahan dan Barang Teknik akan diteliti bagaimana

implementasi dari class based storage untuk meningkatkan kapasitas gudang.

Perusahaan yang diteliti penuli bergerak dalam bidang penelitian,

pengembangan, perancangan, perencanaan dan penyusunan standar dalam

industri barang teknik. Balai Besar Bahan dan Barang Teknik merupakan

institusi dibawah badan penelitian dan pengembangan industri.

Sejarah dari Balai Besar Bahan dan Barang Teknik didirikan pada tahun

1909 di Batavia (Jakarta) oleh pemerintah Hindia Belanda dengan nama

33

Laboratotium Voor Metaal Onderzoek di bawah Burgelizke Openbake Warken

(sekarang menjadi Departemen PU). Lalu pada tahun 1912 diperluas menjadi

Laboratorium Voor Material Onderzoek, pada tahun tersebut dipindahkan ke

Bandung di Kompleks Technische Hogeschool (sekarang menjadi ITB). Tahun

1934 kedudukan balai berada di bawah Van Ekonomische (Departemen

Perekonomian/Perdagangan). Pada tahun 1942 di bawah kekuasaan pemerintah

Jepang berubah nama menjadi laboratorium Zeiro Sikendya dan kemudian

menjadi Laboratorium Kogio Sikendya.

Pada tahun 1945 berubah nama menjadi Balai Penyelidikan bahan-bahan

yang berkedudukan di bawah kementrian kemakmuran. Tahun 1952-1960

kedudukan balai beralih ke Kementrian Kemakmuran. Tahun 1952-1960

kedudukan balai beralih ke Kementrian Perekonomian dan kemudian berada

dibawah kementrian Perindustrian. Tahun 1961 menempati Jalan Sangkuriang

Bandung dengan nama Balai Penelitian Bahan-bahan, tahun 1963 kedudukan

balai di bawah Perindustrian Rakyat, tahun 1971 kedudukan balai di bawah

Lembaga Penelitian dan Pendidikan Industri, tahun 1974.

Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) sebagai salah satu institusi

dibawah Badan Penelitian dan Pengembangan Industri, Departemen

Perindustrian, telah mempunyai pengalaman di Bidang Pengujian, Kalibrasi,

Inspeksi Teknik, Pelatihan Teknik, Setifikasi Sistem Manajemen Mutu,

Sertifikat Produk, Kepastian Mutu Bahan dan Barang Teknik serta telah diakui

keberadaannya oleh Industri karena mutu pelayanan yang prima dan konsisten.

34

Salah satu hasil pelayanan teknik terhadap industri, B4T telah mendapatkan

piagam penghargaan โ€œCitra Pelayanan Primaโ€ dari mentri pendayagunaan

Amperatur Negara pada Desember 2002 dan dari mentri pendayagunaan

Aparatur Negara dan sebagai โ€œUnit Pelayanan Terbaikโ€ terbaik dilingkungan

Departemen Perindustrian pada Agustus 2006, sehingga B4T semakin dit untut

untuk meningkat kinerja pelayanan terhadap masyarakat dan industri.

Dalam menghadapi era globalisasi saat ini, B4T telah menyiapkan berbagai

layanan jasa teknik bagi industry yang didukung oleh peralatan yang modern dan

handal, SDM yang terlatih dan berkualifikasi, laboratorium uji dan laboratorium

kalibrasi, lembaga inspeksi dan lembaga sertifikasi serta lembaga pelatihan

teknik yang terakreditasi baik nasional maupun internasional. B4T dalam

menyebarluaskan informasi didukung oleh teknologi informasi: Website, e-mail,

PABX digital, local Area Network.

Adapun visi yang dimiliki B4T adalah Menjadi lembaga terkemuka dalam

Bidang penjaminan dan peningkatan mutu Bahan dan Barang Teknik yang

didukung oleh penelitian. Sedangkan misi yang dimiliki B4T adalah

memberikan pelayanan teknik yang professional melalui Jasa Pengujian

Kalibrasi, Inspeksi Teknik, Sertifikasi, Pelatihan Teknik, dan Litbang Terapan

untuk meningkatkan Mutu Produk dan tenaga industry yang diakui secara

Nasional dan Internasional.

Berikut adalah struktur organisasi Balai Besar Bahan dan Barang Teknik

35

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Balai Besar bahan dan Barang

Teknik

Sumber: Wawancara

Pada gambar terebut dapat dilihat bahwa Balai Besar Bahan dan Barang

Teknik memiliki struktur organisasi yang cukup kompleks. Hal ini terjadi

Kepala Balai Besar Bahan

dan Barang Teknik

Kepala Bagian

Tata Usaha

Sub Bagian Program

& Pelaporan Sub Bagian

Keuangan Sub Bagian

Kepegawaian Sub Bagian

Umum

Kepala Bidang

Pengembangan Jasa Teknik Kepala Bidang

Standarisasi Kepala Bidang

Sertifikasi Kepala Bidang

Inspeksi Teknik

Kepala Seksi Pemasaran

& Kerjasama Kepala Seksi

Pengujian

Kepala Seksi

Pengembangan

Kompetensi & Sarana

Riset

Kelompok Jabatan

Fungsional

Kepala Seksi Informasi

Kepala Seksi Sistem Mutu

& Lingkungan Kepala Seksi Inspeksi

Bahan & Barang

Teknik Logam

Kepala Seksi Keselamatan

& Kualifikasi Personel Kepala Seksi

Kalibrasi

Kepala Seksi

Penyusunan

Standar

Kepala Seksi Inspeksi

Bahan & Barang Non

Logam

Kepala Seksi Mutu

Barang & Bahan Teknik Kepala Seksi Analisa

Kerusakan & Sistem

Pemeliharaan

36

dikarenakan Balai Besar bahan dan Barang Teknik merupakan suatu lembaga

penelitian barang dan bahan teknik sehingga memerlukan banyak kepala bagian

untuk dapat mengelola perusahaan dengan maksimal. Pada gambar diatas dapat

diketahui dalam pengurusan gudang dikelola oleh sub bagian umum. Berikut

adalah logo dari Balai Besar Bahan dan Barang Teknik:

Gambar 3.2 Logo Balai Besar Bahan dan Barang Teknik

Sumber:

https://media.licdn.com/dms/image/C510BAQFhqOvblEK5Mg/company-

logo_200_200/0?e=2159024400&v=beta&t=NneZNGqg15EX5RJpWc3gWXzd8Aa0Bbk

BPgrFRCA4uZ4. Diunduh tanggal 29 oktober 2019.

37

3.1.1 Flowchart Penyimpanan Barang

Tabel 3.1 Flow Chart Penyimpanan Barang Pada Gudang Balai Besar

Bahan dan Barang Teknik

Receiving Goods Supervisor

Gudang

Administration

Gudang

Pelaksana

Gudang

Prosedur

Penerimaan

Barang

Dokumen

Barang

Barang

1. Terima Barang

&

Dokumennya

2. Crosschecking

Antara Barang

&

Dokumennya

Barang

3. Serahkan

dokumennya ke

administration

gudang

3.1. Serahkan

barang ke

administrator

gudang

4. Terima

dokumen

barang

5. Input data

ke program

gudang

Dokumen

Barang

6. Arsip

dokumennya

Dokumen

Barang

4.1. Terima

barang dari

supervisor

5.1. Simpan

barang

Barang

38

Berdasarkan Flowchart tersebut diketahui bahwa jalannya barang ke dalam

gudang melalui tahap โ€“ tahap sebagai berikut.

1. Prosedur penerimaan barang

Barang yang akan masuk kedalam gudang harus sesuai prosedur

yang ada dalam perusahaan yaitu:

a. Nama dan alamat pengirim barang.

b. Surat Pengantar dari pengirim.

c. Nomor order yang dikeluarkan perusahaan.

d. Nomor kendaraan yang dipakai untuk pengiriman barang

e. Nama dan spesifikasi barang

f. Kualitas, kuantitas, dan kondisi barang.

2. Supervisor gudang

a. Menerima barang dan dokumennya.

b. Croscheck antara barang dengan dokumennya.

c. Penyerahan barang ke administrator gudang

3. Administration Gudang

a. Menerima dokumen barang.

b. Input data ke program gudang.

c. Membuat arsip dokumen barang.

4. Pelaksana Gudang

a. Menerima barang dari supervisor.

b. Melakukan penyimpanan barang kedalam gudang.

39

Gambar 3.3 Flow Chart Penelitian

Pendahuluan

Tujuan

Studi Literatur

Perumusan Masalah

Objek Penelitian

Pengumpulan Data Primer dan

Sekunder

Pengolahan Data

Analisa

Kesimpulan dan Saran

Mulai

Selesai

40

3.2 Metode Penelitian

Menurut Sugiyono (2013) metode penelitian adalah cara ilmiah untuk

mendapatkan data dan kegunaan tertentu. Menurut Kuncoro (2013)

menyatakan bahwa metode penelitian merupakan suatu upaya sistematis dan

terorganisasi untuk menyelidiki suatu masalah yang muncul dalam dunia kerja

yang memerlukan solusi. Metode penelitian adalah suatu teknik atau cara

mencari, memperoleh, mengumpulkan atau mencatat data, baik berupa data

primer maupun sekunder yang digunakan untuk keperluan menyusun suatu

karya ilmiah dan kemudian menganalisa faktorโ€“faktor yang berhubungan

dengan pokok โ€“ pokok permasalahan sehingga akan terdapat suatu kebenaran

data โ€“ data yang di peroleh.

Proses penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan dilakukan dengan datang ke tempat objek yang akan di

teliti, pada penelitian ini objek yang akan di teliti adalah Balai Besar Bahan dan

Barang Teknik. Permasalahan yang terjadi yaitu kapasitas gudang yang tidak

memadai, perpindahan barang yang tidak efektif dan kesulitan pencarian atau

pengambilan barang kembali.

2. Studi Literatur

Penyelesaian masalah harus disesuaikan dengan teori โ€“ teori yang ada dan

mendukung dengan masalah yang terjadi di perusahaan, dengan cara

mempelajari buku โ€“buku, literatur, referensi dan juga bahan โ€“ bahan lainnya

yang relevan dengan masalah yang akan di teliti.

Terdapat 3 bagian dari studi literatur ini, yaitu :

41

a. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah merupakan langkah untuk mengetahui dan

merumuskan permasalahan yang ada di Balai Besar bahan dan Barang Teknik.

Identifikasi masalah meliputi latar belakang , rumusan masalah dan tujuan

penelitian :

1) Latar Belakang

Latar belakang dari penelitian ini adalah kapasitas gudang yang tidak

memadai, perpindahan barang yang tidak efektif dan kesulitan pencarian atau

pengambilan barang kembali.

2) Rumusan Masalah

Masalah yang di angkat dalam penelitian ini adalah tata letak gudang di

Balai Besar Bahan dan Barang Teknik dengan mengimplementasikan metode

class based storage.

3) Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan solusi dengan cara

menerapkan metode class based storage untuk menambah kapasitas gudang

dan mengurangi jarak tempuh total perpindahan barang pengujian di Balai

Besar Bahan dan Barang Teknik.

b. Objek Penelitian

Pada penelitian ini yang dijadikan objek penelitian yaitu Kementerian

Perindustrian Balai Besar Bahan dan Barang Teknik yang bergerak dalam

bidang penelitian, pengembangan, perancangan, penerapan standar,

pelaksanaan sertifikasi sistem mutu, sertifikasi produk yang berkaitan dengan

keselamatan lingkungan di bidang industri bahan dan barang teknik.

42

c. Pengumpulan data

Berikut ini adalah tahapan pengumpulan data :

1) Metode Pengumpulan Data

Pertama adalah observasi lapangan yaitu gudang Balai Besar Bahan dan

Barang Teknik, observasi ke gudang Balai Besar Bahan dan Barang Teknik

langsung, kemudian sesi wawancara dengan Kepala Sub Bagian Umum

menanyakan pertanyaan โ€“ pertanyaan yang dapat membantu peneliti meneliti

tata letak gudang. Kemudian melakukan dokumentasi di tempat tersebut dan

terakir meminta data โ€“ data yang dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan

penelitian.

2) Pengumpulan Data

Dengan menentukan atau memilih data โ€“ data yang di perlukan untuk

penelitian ini membuat pemilihan data lebih mudah karena dapat memilih data

โ€“ data yang berhubungan dengan penelitian. Data โ€“data yang di perlukan

dalam penelitian ini adalah denah Balai Balai Besar Bahan dan Barang Teknik,

data luas wilayah perusahaan, data aliran produk, data jenis โ€“ jenis produk

barang, data luas bangunan gudang, alat โ€“ alat yang digunakan di gudang saat

ini.

d. Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul kemudian di olah dengan menggunakan metode

class based storage.

e. Analisis Data

Pada tahap ini data tersebut di olah kemudian di teliti dan di analisis sesuai

dengan metode class based storage.

43

f. Kesimpulan dan Saran

Setelah melalui analisis data, maka dapat disimpulkan berdasarkan

penelitian yang dilakukan dan memberi saran untuk mengatasi masalah yang

terjadi sehingga perusahaan dapat membuat tata letak gudang yang baru.

3.3 Operasionalisasi Variabel Penelitian

Dalam tahap persiapan olah data, maka dibuat tabel operasionalisasi

variabel yang didalamnya terdapat variabel acuan penelitian dan indikator-

indikator terkait. Menurut Sugiyono (2013:58) variabel penelitian adalah

segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik

kesimpulannya. Variabel dan indikator yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

44

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel

Variabel Sub Variabel Indikator

Tata letak perusahaan

Tata letak gudang

penyimpanan barang

- Jarak perpindahan.

- Lokasi gudang

yang jauh.

Jadwal dan jumlah

pemesanan barang

- Barang masuk dan

barang keluar

gudang.

- Prosedur

penyimpanan

barang.

Perbandingan layout

- Luas gudang

- Jarak perpindahan

barang

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam upaya memperoleh data yang memberikan gambaran permasalahan

secara keseluruhan digunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:

1. Wawancara

Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2013) wawancara merupakan

pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab.

Proses tanya dan jawab secara langsung kepada pihak Balai Besar Bahan dan

Barang Teknik agar mendapatkan data yang lengkap sehubungan dengan

masalah yang akan diteliti. Contoh hasil wawancara yang telah penulis

dapatkan yaitu seperti yang ada di bab I penulis mendapatkan informasi bahwa

45

pada Balai Besar Bahan dan Barang Teknik belum menggunakan metode

apapun dalam tata letak gudangnya.

2. Observasi

Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2013) mengemukakan bahwa, observasi

merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari

berbagai proses biologis dan psikologis.

Observasi penelitian ini melakukan pengamatan secara langsung ke Balai

Besar Bahan dan Barang Teknik dengan melihat gudang dan arus aktivitasnya

dengan teliti atas permasalahan yang terjadi.

3. Studi Dokumentasi

Sugiyono (2013:240) dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah

berlalu. Dengan metode ini penelitian dapat memeperoleh data dengan

mengetahui kurangnya kapasitas gudang dan jarak perpindahan barang yang

terlalu jauh, permasalahan yang terjadi mengenai tata letak gudang.

46

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini menjelaskan tentang hasil dan pembahasan penelitian yang

dilakukan pada Balai Besar Bahan dan Barang Teknik mengenai tata letak

gudang penyimpanan barang. Berdasarkan tujuan penelitian terdapat tiga hal

yang akan dibahas dalam penelitian, bahasan pertama yaitu untuk mengetahui

tata letak awal Balai Besar Bahan dan Barang Teknik. Bahasan kedua yaitu

untuk mengetahui faktor โ€“ faktor apa saja yang mempengaruhi tidak efektifnya

gudang. Bahasan ketiga yaitu memberikan solusi dengan cara menerapkan

metode Class Based Storage untuk menambah kapasitas gudang dan

mengurangi jarak tempuh total perpindahan barang pengujian di Balai Besar

Bahan dan Barang Teknik.

Sebelumnya melakukan pengumpulan data โ€“ data yang diperlukan untuk

dapat mendukung penelitian ini. Dalam pengumpulan data โ€“ data yang

diperlukan, didapat dari wawancara dengan pihak terkait tentang beberapa hal

yang berkaitan dengan fenomena masalah yang terjadi. Dari kegiatan tatap muka

lewat wawancara dengan pihak terkait, didapat data primer dan data sekunder

yang merupakan data โ€“ data gambar denah Balai Besar Bahan dan Balai Teknik,

jenis dan jumlah barang โ€“ barang yang akan diuji, luas gudang, dan lain

sebagainya. Selain dari hasil wawancara, data โ€“ data diperoleh melalui observasi

langsung ke Balai Besar Bahan dan Barang Teknik. Dalam proses observasi dan

wawancara didapat data โ€“ data permasalahan yang terjadi dalam perusahaan

47

yang dapat diteliti dengan metode class based storage untuk penyelesaian

masalah yang ada.

4.1 Faktor Penyebab Tidak Efektifnya Kapasitas Gudang Dan

Perpindahan Barang

4.1.1 Tata Letak Awal Balai Besar Bahan dan Barang Teknik

Berikut ini adalah layout gudang saat ini yaitu dimensi gudang penyimpanan

barang pengujian pada Balai Besar Bahan dan Barang Teknik adalah 7,5 m x

4,4 m x 5,25 m. Proses keluar masuknya barang melewati pintu gudang dengan

ukuran 2,5 m x 2 m. Selain diletakkan di dalam gudang, barang โ€“ barang

pengujian juga di simpan di luar area gudang dan di depan area laboratorium

pengujian. Dalam proses masuknya barang ke dalam gudang melalui beberapa

ruangan yang berada dekat dengan akses keluar masuk kendaraan. Ruangan

ruangan tersebut terdiri dari:

Gambar 4.1 Layout Awal Balai Besar Bahan dan Barang Teknik

Sumber: Observasi

5 7

4 3 2

6

1

13

10

Loading

Dock

11

9

12

15

17

16

18

14

20

19

21

22 23

8

48

a. Loading Dock

Ruangan ini bertujuan sebagai tempat penerimaan barang pengiriman yang

berasal dari supplier. Ruangan ini memiliki ukuran sebesar 7,5 ๐‘š2 yang

dimana memiliki Panjang 3 m dan lebar 2,5 meter. Ruangan ini sebagai

ruangan penyimpanan sementara sebelum dilakukan pemindahan ke dalam

gudang.

b. Ruang administrasi

Ruangan 6 digunakan untuk melakukan input data barang yang akan masuk

ke dalam gudang. Di dalam ruangan ini dilakukan pengukuran dimensi

barang yang diterima serta memasukkan data kedalam sistem gudang.

Ruangan ini terletak di depan gudang penyimpanan yang berukuran 7 ๐‘š2.

c. Gudang

Ruangan 6 digunakan sebagai gudang penyimpanan barang yang telah

masuk dalam administrasi gudang. Luas bangunan gudang yaitu 33 ๐‘š2 yang

dapat menampung barang yang akan melakukan pengujian. Dalam gudang

tidak menggunakan rak penyimpanan barang.

Diketahui bahwa lokasi gudang berada di nomor 6 yang memiliki jarak

yang cukup jauh dari area loading dock. Dari gambar terebut dapat terlihat

aliran barang saat masuk kedalam gudang maupun saat perpindahan ke dalam

laboratorium pengujian. Barang yang masuk kedalam gudang akan dilakukan

pencatatan yang meliputi tanggal masuk barang, dimensi barang, berat barang,

dan jenis barang. Barang kemudian disimpan di sembarang tempat. Jenis โ€“

jenis barang yang dikirim oleh supplier adalah ban kendaraan bermotor, velg

49

kendaraan bermotor, air conditioner, pompa, audio video dan TV, beton,

battery, logam, dan bahan kimia.

Barang yang disimpan dalam gudang Balai Besar Bahan dan Barang Teknik

terbagi kedalam beberapa jenis yaitu:

1. Ban kendaraan bermotor

Jenis barang ini dikategorikan kedalam barang ukuran sedang yang terbagi

kedalam 2 jenis kendaraan yaitu ban kendaraan roda 4 atau lebih dan ban

kendaraan roda 2. Ukuran ban kendaraan roda empat yang memiliki diameter

rata โ€“ rata 46,7 cm dengan lebar rata โ€“ rata 20,5 cm. sedangkan untuk kendaraan

roda 2 memiliki rata โ€“ rata diameter 36 cm dengan lebar rata โ€“ rata 8,3 cm.

Lokasi penyimpanan ban di letakkan di area depan gudang penyimpanan dan

tidak menggunakkan rak penyimpanan.

2. Velg kendaraan bermotor

Jenis barang ini dikategorikan juga kedalam barang dengan ukuran sedang

dan terbagi menjadi 2 jenis kegunaan yaitu velg kendaraan roda 4 dan velg

kendaraan roda dua. Rata โ€“ rata diameter velg kendaraan roda 4 yaitu 40 cm

dengan lebar rata โ€“ rata 20 cm. Sedangkan untuk kendaraan roda 2 memiliki

ukuran yang berbeda yaitu 32 cm untuk diameter rata โ€“ ratanya dan 7,8 cm untuk

lebar rata โ€“ rata. Lokasi penyimpanan velg kendaraan bermotor terletak di dalam

gudang penyimpanan tanpa rak penyimpanan.

3. Air conditioner

Barang ini dikategorikan kedalam barang berukuran sedang yang memiliki

dimensi rata โ€“ rata 55,86 ๐‘๐‘š3. Lokasi penyimpanan barang terletak di depan

ruangan laboratorium AC.

50

4. Pompa

Kategori ukuran untuk pompa terbagi menjadi 2 yaitu besar dan sedang.

Untuk dimensi volume rata โ€“ rata pompa berukuran besar yaitu 131,7 ๐‘๐‘š3.

Sedangkan untuk dimensi volume rata โ€“ rata pompa berukuran sedang yaitu 60,4

๐‘๐‘š3. Untuk tempat penyimpanan pompa dengan ukuran besar terletak di area

depan laboratorium, sedangkan untuk area penyimpanan pompa dengan

berukuran sedang terletak didalam gudang penyimpanan.

5. Audio video dan TV

Audio video memiliki dimensi volume rata โ€“ rata 23,2 ๐‘๐‘š3 yang

dikategorikan kedalam barang berukuran kecil. Sedangkan untuk dimensi

volume TV rata โ€“ rata adalah 65 ๐‘๐‘š3. Lokasi penyimpanan terletak di area depan

laboratorium dan tanpa menggunakan rak penyimpanan.

6. Beton

Beton dikategorikan kedalam barang berukuran besar karena karakter beton

beragam dan rata โ€“ rata memiliki ukuran 100 cm dan bobot yang berat yaitu 1

ton โ€“ 3 ton. Lokasi penyimpanan berada di area depan laboratorium.

7. Logam

Berbagai macam jenis logam yang dapat dikategorikan sebagai barang

berukuran kecil. Logam terbanyak berupa kepingan yang rata rata ukurannya

18,4 ๐‘๐‘š2. Penyimpanan logam berada di area dalam gudang dan tersimpan di

dalam rak penyimpanan barang.

8. Bahan kimia

51

Bahan kimia yang kebanyakan berjenis cairan dapat dikategorikan barang

berukuran yang kecil, lokasi penyimpanan untuk bahan kimia terletak di dalam

area gudang penyimpanan dengan menggunakan rak penyimpanan.

Untuk mendukung kegiatan aliran barang dalam gudang, digunakan alat

untuk material handling. Alat material handling yang digunakan adalah sebagai

berikut:

a. Kereta dorong dengan dimensi 200 cm x 150 cm x 80 cm

b. Sumber daya manusia yang dimaksud adalah tenaga kerja yang bekerja

di dalam gudang. Manusia digunakan jika barang yang akan di uji

dikategorikan kedalam barang uji berukuran kecil.

Permasalahan yang dihadapi oleh Balai Besar Bahan dan Barang Teknik

berkaitan dengan tidak efektifnya perpindahan barang. Permasalahan ini

dikarenakan gudang penyimpanan yang masih belum menggunakan metode

apapun dan lokasi gudang yang sulit dilalui oleh kereta dorong. Dalam penelitian

ini akan menganalisis faktor โ€“ faktor apa saja yang mempengaruhi tidak

efektifnya perpindahan barang di Balai Besar Bahan dan Barang Teknik.

Faktor utama penyebab tidak efektifnya perpindahan barang adalah

penyimpanan yang tidak rapih dan tidak sesuai dengan jenis barang. Barang

yang tersimpan di dalam gudang tidak tersusun dan cenderung ditempatkan

secara acak pada tempat yang kosong sehingga sulit mencari barang yang akan

pindah dari gudang ke dalam laboratorium penyimpanan. Selain itu, banyak

barang โ€“ barang yang disimpan di area depan laboratorium karena lokasi loading

52

dock lebih dekat dengan area laboratorium yang membuat penyimpanan barang

semakin acak dan tidak tersusun.

Gambar 4.2 Layout Awal Gudang

Sumber: Observasi

4.1.2 Perhitungan Layout Awal

Untuk memperbaiki faktor penyebab tidak efektifnya kapasitas gudang dan

perpindahan barang dari gudang dilakukan perhitungan awal dari layout sebagai

berikut:

1. Perhitungan Utilitas

Perhitungan utilitas ruang dihitung berdasarkan rasio luas blok yang

tersedia dengan total luas ruangan. Berikutnya perhitungan utilitas blok

dihitung berdasarkan rasio pemakaian dan pembuatan blok yang ada dalam

gudang. Diketahui bahwa luas gudang yaitu 33 ๐‘š2 dengan luas total blok

yaitu 25 ๐‘š2. Diasumsikan rata โ€“ rata luas barang adalah 131 ๐‘๐‘š2 untuk

Gudang

Ruang Administrasi 2

m

5,5

m

2 m

3,4 m

1 m

53

setiap jenisnya. Gudang memiliki kapasitas sebanyak 15 jenis barang

dengan metode penyimpanan secara acak dan tidak bertumpuk antara

barang satu dengan barang lainnya. Dari data yang diperoleh maka dapat

menghitung utilitas ruang dan blok sebagai berikut.

f. Luas total pemakaian blok = kapasitas gudang x luas barang

= 15 x 131 ๐‘๐‘š2

= 120 ๐‘๐‘š2

= 19,65 ๐‘š2

g. Utilitas ruang = luas total blok

luas ruang x 100%

= 25

33 x 100%

= 75,76%

2. Perhitungan Frekuensi Perpindahan

Frekuensi perpindahan dihitung dari seberapa banyak barang keluar

masuk gudang dengan menggunakan alat material handling. Perhitungan

frekuensi perpindahan diperoleh menjumlahkan jumlah material yang

keluar masuk gudang dijumlahkan dengan luas bidang barang yang

dipindahkan. Kapasitas penyimpanan maksimal untuk semua barang

adalah 600 ๐‘๐‘š2 Berikut rumus perpindahan dan perhitungan bahan dalam

tabel 4.1.

Banyak tempat penyimpanan = ๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘ก๐‘Žโˆ’๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘ก๐‘Ž ๐‘ž๐‘ข๐‘Ž๐‘›๐‘ก๐‘–๐‘ก๐‘ฆ

๐‘˜๐‘Ž๐‘๐‘Ž๐‘ ๐‘–๐‘ก๐‘Ž๐‘  ๐‘๐‘’๐‘›๐‘ฆ๐‘–๐‘š๐‘๐‘Ž๐‘›๐‘Ž๐‘›

Banyak barang yang dipindahkan = ๐‘๐‘Ž๐‘›๐‘ฆ๐‘Ž๐‘˜ ๐‘ก๐‘’๐‘š๐‘๐‘Ž๐‘ก ๐‘๐‘’๐‘›๐‘ฆ๐‘–๐‘š๐‘๐‘Ž๐‘›๐‘Ž๐‘›

๐‘๐‘Ž๐‘›๐‘ฆ๐‘Ž๐‘˜ ๐‘๐‘–๐‘‘๐‘Ž๐‘›๐‘” ๐‘ฆ๐‘Ž๐‘›๐‘” ๐‘‘๐‘–๐‘๐‘–๐‘›๐‘‘๐‘Žโ„Ž๐‘˜๐‘Ž๐‘›

54

Tabel 4.1 Frekuensi Perpindahan Material periode Juni โ€“ Desember

2019

Sumber: Observasi

3. Perhitungan Jarak Perpindahan Material

Perhitungan jarak dihitung antara titik keluar masuk barang dengan

titik pusat penyimpanan barang. Jarak perpindahan diasumsikan sama

untuk jarak penyimpanan dan pengambilan barang karena pengambilan

dan penyimpanan menggunakan jalur yang sama. Penentuan titik pusat

pengambilan benda dilakukan dengan mencari titik berat dari bentuk

barang semua benda beraturan dengan cara perhitungan sebagai berikut:

๐‘‘๐‘–๐‘— = [๐‘‹๐‘– + ๐‘‹๐‘—] + [๐‘Œ๐‘– + ๐‘Œ๐‘—]

Dimana:

Material Material

In

Material

Out

Total

Frekuensi

Perpindahan

Ban kendaraan bermotor 3 3 6

Velg kendaraan bermotor 2 2 4

Air conditioner 3 3 6

Pompa 3 3 6

Audio video & TV 15 13 28

Beton 6 4 10

Logam 2 2 4

Bahan kimia 4 4 8

Total 72

55

Xi: koordinat x pada pusat fasilitas i

Yi: koordinat y pada pusat fasilitas i

Xj: koordinat x pada pusat fasilitas j

Yj: koordinat y pada pusat fasilitas j

๐‘‘๐‘–๐‘— = jarak antara pusat fasilitas i dan j

Tabel 4.2 Jarak Perpindahan Material Awal

Item

Frekuensi

perpindahan

Jarak

penyimpanan

(m)

Total jarak

(m)

Ban kendaraan bermotor 6 68,36 410,16

Velg kendaraan bermotor 4 68,36 273,44

Air conditioner 6 64,12 384,72

Pompa 6 5,8 34,8

Audio video & tv 28 88,2 2469,6

Beton 10 2 20

Logam 4 10 40

Bahan kimia 8 95,73 765,84

Total 72 4398,56

Sumber: Wawancara

4.2 Implementasi Metode Class Based Storage

Pada sub bab ini akan dilakukan penerapan metode class based storage

untuk menambah kapasitas gudang dan mengurangi jarak tempuh perpindahan

56

total. Perhitungan yang digunakan meliputi pembentukan kelas, kebutu han

tempat penyimpanan, koordinat pusat area, jarak perpindahan layout usulan dan

perbandingan dengan layout awal.

Berikut ini merupakan hasil analisis data yang diperoleh berdasarkan data

primer dan sekunder yang diolah menggunakan metode class based storage.

4.2.1 Perhitungan Layout Perbaikan

Dalam membuat layout perbaikan dengan menggunakan metode class

based storage diawali dengan pembentukan kelas. Dalam pembentukan kelas

dibagi menjadi 8 jenis barang dengan setiap jenisnya terbagi lagi menjadi 3

kategori ukuran berat. Untuk membuat jenis kelas digunakan prinsip pareto.

Penggunaan prinsip pareto dinilai dapat mengklasifikasikan jenis barang dengan

penyimpanan yang efektif berdasarkan jumlah barang dan berat barang dengan

efektif. Dengan jumlah barang yang tidak terlalu banyak maka penggunaan

prinsip pareto dalam pengklasifikasian memiliki nilai yang cukup baik agar

semua barang dapat tertampung di dalam gudang penyimpanan sebelum masuk

kedalam laboratorium. Berikut merupakan data yang telah diolah dalam

pengklasifikasian berdasarkan jumlah barang yang masuk kedalam gudang dan

keluar dari gudang.

57

Tabel 4.3 Pembentukan Kelas

Item

Jumlah

Barang

Presentase

Barang

(%)

Total

Presentase

Barang

(%)

Jumlah

Item

(%)

Kelas

Audio video & TV 28 38,9

Beton 10 13,9 63,91 40 A

Bahan kimia 8 11,11

Air conditioner 6 8,33

Ban kendaraan bermotor 6 8,33 24,99 40 B

Pompa 6 8,33

Velg kendaraan bermotor 4 5,6 11,11 20 C

Logam 4 5,51

Total 72 100 100 100

Sumber: Data diolah

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala gudang meminta jarak antar

rak tiap gang diberikan 180 cm agar kereta dorong dapat bergerak bebas dalam

pengambilan barang. Untuk tinggi tiap tingkatan rak diberikan 120 cm agar

barang dapat tersusun ke atas dengan baik dan maksimal. Pada rak diberikan

tingkatan berjumlah 4 karena memiliki tinggi atap ruangan 5,25 m. kemudian

lebar setiap rak diberikan ukuran 150 cm dengan panjang 500 cm agar masih

memiliki ruang gerak di dalam gudang. Setelah mendapat hasil dari wawancara

58

dan pembentukan kelas, diberikan 3 jumlah rak penyimpanan yang sesuai

kriteria.

Tabel 4.4 Kebutuhan Tempat Penyimpanan

Kelas

Item

Kebutuhan

Tempat

Penyimpanan

Total

Kebutuhan

Luasan

Penyimpanan

A Audio video & TV 14

Beton 10 28

Bahan kimia 4

B Air conditioner 3

Ban kendaraan bermotor 10 21

Pompa 8

C Velg kendaraan bermotor 5 8

Logam 3

57 57

Sumber: Wawancara & olah data

Agar kereta dorong bias bermanuver, dapat terhitung bahwa lebar kereta

dorong adalah 1,5 m dengan panjang 2 m dan kepala gudang meminta lebar antar

gang adalah minimal 20% dari lebar kereta dorong. Setelah menghitung luas

antar gang, berikutnya mengklasifikasikan barang kedalam kelasnya sesuai

dengan blok penyimpanan yang tersedia yaitu:

59

1. Kelas A

Material kelas A adalah audio video & TV, beton dan bahan kimia.

Kelas A membutuhkan luasan tempat penyimpanan sebanyak 28 blok

untuk menempati rak penyimpanan.

2. Kelas B

Material kelas B adalah AC, ban kendaraan bermotor dan pompa.

Kelas B membutuhkan luasan tempat penyimpanan sebanyak 21 blok

untuk menempati rak penyimpanan.

3. Kelas C

Material kelas C adalah velg kendaraan bermotor dan logam. Kelas

C membutuhkan luasan tempat penyimpanan sebanyak 8 blok untuk

menempati rak penyimpanan.

Dari klasifikasi penyimpanan yang telah diolah maka dilakukan

implementasi perbaikan tata letak menggunakan metode class based storage

untuk mengurangi permasalahan yang ada dalam perusahaan. Berikut adalah

gambar perbaikan layout gudang penyimpanan barang di Balai Besar Bahan dan

Barang Teknik.

60

Gambar 4.3 Layout Perbaikan Gudang

Sumber: Data Diolah

Dalam perhitungan usulan perbaikan layout dapat diketahui bahwa luas

gudang yaitu 33 ๐‘š2 dengan luas total blok yaitu 22,5 ๐‘š2. Diasumsikan rata โ€“

rata luas barang adalah 131 ๐‘๐‘š2 untuk setiap jenisnya. Gudang memiliki

kapasitas sebanyak 72 jenis barang dengan metode penyimpanan menggunakan

rak bertingkat 4 dan memiliki 3 unit rak penyimpanan yang telah diklasifikasikan

sesuai dengan jenis barang. Dari data yang diperoleh maka dapat menghitung

utilitas ruang dan blok sebagai berikut.

a. Luas total pemakaian blok = kapasitas gudang x luas barang

= 72 x 131 ๐‘๐‘š2

= 9432 ๐‘๐‘š2

= 94,32 ๐‘š2

b. Utilitas ruang = luas total blok

luas ruang x 100%

Ruang Administrasi

2 m

5

,5 m

2

m

3,4 m

1 m

A B C 180 CM 180 CM 5

00

CM

150 CM

Pin

tu

61

= 22,5

33 x 100%

= 68,18%

Menurut Hidayat (2012) hasil yang diperoleh dari mengimplementasikan

metode Class Based Storage mengalami perbaikan luas gudang dan kapasitas

penyimpanan. Dari data yang telah diolah diketahui bahwa luas total pemakaian

blok mengalami peningkatan sebesar 74,67 ๐‘š2 yang pada awalnya luas

pemakaian blok yaitu 19,65 ๐‘š2. Dari perbaikan layout yang dilakukan maka

didapatkan luas total pemakaian blok meningkat menjadi 94,32 ๐‘š2 karena

adanya penyimpanan menggunakan rak penyimpanan dengan tinggi setiap

tingkatan rak 120 cm dan memiliki 4 jumlah tingkatan rak. Lebar setiap rak yaitu

150 cm dengan Panjang 500 cm yang menambah kapasitas penyimpanan barang.

Barang penyimpanan dapat tersusun ke atas agar memaksimalkan kapasitas

ruangan yang awal utilitas ruang adalah 75,76% menurun 7,58% menjadi

68,18%.

Luas Balai Besar Bahan dan Barang Teknik adalah 13.230 ๐‘š2 dan dapat

diketahui bahwa titik koordinat gudang (x,y) adalah (65,55) yang diasumsikan

sebagai titik tengah karena menjadi permasalahan dalam kasus penelitian ini.

Penentuan jarak dari titik pusat menuju laboratorium digunakan juga

perhitungan titik koordinat agar diketahui jarak terdekat dari titik penyimpanan

ke lokasi yang dituju. Dari titik tengah koordinat yang telah ditentukan maka

dapat dihitung titik koordinat penyimpanan barang menuju laboratorium yang

diambil dari jarak rak penyimpanan menuju laboratorium sebagai berikut.

62

Tabel 4.5 Koordinat Akhir Titik Pusat Area Penyimpanan Layout

Perbaikan

Sumber: Data Diolah

Titik koordinat yang diperoleh digunakan untuk menghitung jarak

perpindahan barang menuju laboratorium. Dapat dilihat bahwa jarak

perpindahan terjauh adalah audio video & TV yang disebabkan karena lokasi

laboratorium yang berada pada ujung Balai Besar Bahan dan Barang Teknik.

Jarak terdekat dengan gudang yaitu logam karena lokasi laboratorium yang

terletak pada sebelah gudang penyimpanan.

Setelah melakukan perhitungan titik pusat koordinat pada Balai Besar

Bahan dan Barang Teknik, selanjutnya dilakukan perhitungan jarak perpindahan

material layout usulan yang akan di implementasikan oleh perusahaan.

Perhitungan jarak perpindahan layout usulan sebagai berikut.

Item Blok

Penyimpanan

Koordinat Titik

Pusat Gabungan

(x,y)

Audio video & TV A (122,55.2)

Beton A (50,55.2)

Bahan kimia A (100,55.2)

Air conditioner B (88,57)

Ban kendaraan bermotor B (88,57)

Pompa B (110,57)

Velg kendaraan bermotor C (88,58.8)

Logam C (35,58.8)

63

Tabel 4.6 Jarak Perpindahan Material Layout Usulan

Item

Frekuensi

perpindahan

Jarak

penyimpanan

(m)

Total jarak

(m)

Ban kendaraan bermotor 6 55,2 331,2

Velg kendaraan bermotor 4 55,2 220,8

Air conditioner 6 55,2 331,2

Pompa 6 57 342

Audio video & tv 28 57 1596

Beton 10 57 570

Logam 4 58,8 235,2

Bahan kimia 8 58,8 470,4

Total 72 4096,8

4.3 Perbandingan Layout Awal Dengan Layout Usulan Menggunakan

Metode Class Based Storage

Dari hasil perbaikan layout gudang menggunakan metode class based

storage diketahui bahwa total jarak perpindahan barang mengalami perbaikan

per periodenya. Total jarak perpindahan awal barang yaitu 4398,5 m per 6 bulan

dan jika dihitung untuk 1 tahun adalah 8797 m. Sedangkan total jarak

perpindahan barang pada layout usulan yaitu 4096,8 m per 6 bulan, jika

dilakukan perhitungan untuk jangka waktu 1 tahun yaitu 8193,6 m.

64

Usulan perbaikan tata letak gudang dengan metode class based storage

yang dilakukan untuk Balai Besar Bahan dan Barang Teknik untuk

meningkatkan kapasitas gudang dan mengurangi jarak tempuh total perpindahan

barang memiliki hasil yang sesuai dan efektif dalam mengatasi permasalahan

pada perusahaan. Dapat dilihat dari tabel perbandingan hasil layout awal dengan

layout usulan sebagai berikut.

Tabel 4.7 Perbandingan Hasil Akhir

Layout Awal Layout Perbaikan

Luas total pemakaian blok 19,65 ๐‘š2 94,32 ๐‘š2

Utilitas ruang 75,76% 68,18%

Total jarak perpindahan material 4398,56 m 4096,8 m

Sumber: Olah Data

Dari hasil akhir yang didapat, metode class based stiorage dapat

diaplikasikan untuk perbaikan layout gudang Balai Besar Bahan dan Barang

Teknik. Pada hasil akhir didapatkan yaitu luas total pemakaian blok bertambah

74,69 ๐‘š2 yang membuat pemakaian ruang dalam gudang lebih maksimal. Untuk

utilitas ruang menurun yang dimana menurut penelitian sebelumnya apabila

utilitas ruang mengalami penurunan maka ruang yang tersisa semakin mengecil

yaitu 7,58% sehingga penggunaan sisa ruang menurun dan mendapat ruang

penyimpanan yang lebih maksimal. Untuk total jarak perpindahan material

berkurang 301,76 m yang berpengaruh untuk menghemat waktu perpindahan.

65

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang akan dipaparkan pada bab ini didapat dari bab โ€“ bab

sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Faktor penyebab tidak efektifnya gudang yang pertama adalah

penyimpanan yang tidak rapih dan tidak sesuai dengan jenis barang. Barang

yang tersimpan di dalam gudang tidak tersusun dan cenderung ditempatkan

secara acak pada tempat yang kosong sehingga sulit mencari barang yang

akan pindah dari gudang ke dalam laboratorium penyimpanan. Selain itu,

banyak barang โ€“ barang yang disimpan di area depan laboratorium karena

lokasi loading dock lebih dekat dengan area laboratorium yang membuat

penyimpanan barang semakin acak dan tidak tersusun sehingga

menyulitkan pekerja untuk mencari barang yang akan masuk kedalam

laboratorium. Faktor yang kedua adalah penggunaan gudang yang tidak

maksimal. Penggunaan gudang yang tidak maksimal disebabkan karena

tidak adanya rak penyimpanan barang yang menyebabkan barang tidak

dapat disimpan tersusun keatas mengingat luas gudang yang sempit

sehingga seharusnya penyusunan barang dilakukan ke atas karena tinggi

atap gudang yaitu 5,25 m untuk dapat memaksimalkan luas total gudang

dengan jumlah penyimpanan barang. Faktor yang ketiga adalah jarak

perpindahan barang menuju laboratorium yang sangat jauh sehingga

menyebabkan jarak perpindahan yang cukup jauh.

66

2. Diperoleh data dari hasil observasi, wawancara dan pengolahan data

diketahui bahwa luas total pemakaian blok mengalami peningkatan sebesar

94,32 ๐‘š2. Dari perbaikan layout yang dilakukan dengan metode class

based storage kapasitas penyimpanan dapat meningkat karena adanya

penyimpanan menggunakan rak penyimpanan bertingkat. Barang

penyimpanan dapat tersusun ke atas agar memaksimalkan kapasitas

ruangan. Dari hasil perbaikan layout gudang menggunakan metode class

based storage diketahui bahwa total jarak perpindahan barang mengalami

perbaikan sebesar 4096,8 m per periodenya.

3. Dari hasil perbandingan dengan layout awal maka didapat yaitu luas total

pemakaian blok bertambah 74,69 ๐‘š2 yang membuat pemakaian ruang

dalam gudang lebih maksimal. Untuk utilitas ruang menurun yang dimana

menurut penelitian sebelumnya apabila utilitas ruang mengalami

penurunan maka ruang yang tersisa semakin mengecil yaitu 7,58%

sehingga penggunaan sisa ruang menurun dan mendapat ruang

penyimpanan yang lebih maksimal. Untuk total jarak perpindahan material

berkurang 301,76 m yang berpengaruh untuk menghemat waktu

perpindahan.

5.2 Saran

Adapun saran yang ditunjukan kepada Balai Besar Bahan dan Barang

Teknik yang disarankan sebagai berikut:

1. Sebaiknya perusahaan melakukan penyimpanan barang berdasarkan jenis

dan jadwal barang yang telah diklasifikasikan untuk menambah kapasitas

gudang dan mengurangi total jarak perpindahan barang.

67

2. Dalam penerapan metode class based storage dapat pengurangan jarak dan

penambahan kapasitas gudang maka perusahaan lebih disarankan untuk

menggunakan layout usulan.

3. Pada perbandingan yang dilakukan di layout awal dengan layout usulan

diketahui penambahan pemakaian blok penyimpanan dan penurunan

utilitas ruang dan memperkecil jarak perpindahan barang yang dimana

lebih baik untuk diaplikasikan pada perusahaan karena dapat mengurangi

permasalahan pada perusahaan.

68

DAFTAR PUSTAKA

Handoko, A. (2013), Perancangan Tata Letak Fasilitas Produksi Pada UD

AHENG Sugar Donut's di Tarakan. Jurnal Ilmiah, Universitas Surabaya:

Fakultas Bisnis dan Ekonomika, Vol 1 (2), No. 2, hlm. 12-17.

Herjanto, E. (2008), Manajemen Operasi Edisi Ketiga.Jakarta: Grasindo.

Heizer, J. dan Render, B. (2009), Operations Management, Buku 1, Edisi 9,

Jakarta : Salemba Empat.

Heizer, J. dan Barry, R. (2015), Operations Management (ManajemenOperasi),

ed.11, Penerjemah: Dwianoegrahwati S dan Indra Almahdy, Salemba

Empat, Jakarta.

Hidayat, N. P. A. (2012) Perancangan Tata Letak Gudang dengan Metode Class

Based Storage Studi Kasus CV. SG Bandung. Bandung: Institut

Telekomunikasi Bandung, Vol 1, No. 3, hlm 9-14.

https://media.licdn.com/dms/image/C510BAQFhqOvblEK5Mg/company-

logo_200_200/0?e=2159024400&v=beta&t=NneZNGqg15EX5RJpWc3g

WXzd8Aa0BbkBPgrFRCA4uZ4 diunduh 29 Oktober 2019

https://www.google.com/maps/place/Balai+Besar+Bahan+dan+Barang+Teknik

/@-

6.8820519,107.60992,15z/data=!4m5!3m4!1s0x2e68e6f7565af0d7:0xb84a

0626e2576990!8m2!3d-6.8820519!4d107.60992 diunduh 17 Oktober 2019

Lachman, L. Herbert, A. L. & Joseph, L. K. (2008), Teori dan Praktek Industri

Farmasi, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta, Edisi III, hlm. 1119-1120.

Kumalaningrum, M. P. Kusumawati, H. & Hardani R. P, (2011), Manajemen

Operasi, Edisi Kedua. Yogyakarta: UPP STIM YKPN

Prastowo, A. (2012), Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif:

Menciptakan Metode Pembelajaran yang Menarik dan

Menyenangkan.Yogyakarta: Diva Press.

69

Ramos, M, J., dkk. (2010), Perancangan Ulang Tata Letak Fasiltas Produksi

Dengan Pendekatan Group Tecnology dan Algoritma Blocplan untuk

Meminimasi Ongkos Material Handling. Jurnal Teknologi. AKPRIND

Yoyakarta: FTI. Jurusan Teknik Industri, Vol 3, hlm 75-83.

Richards, G. (2011), Warehouse Management: A Complete Guide to Improving

Efficiency and Minimizing Costs In the Modern Warehouse. London: Kogan

Page.

Stevenson, W.J., Chuong, S.C. (2014). Manajemen Operasi Perspektif Asia.

Edisi 9. Jakarta: Salamba Empat dan MC Graw Hill Education.

Sugiyono. (2014), Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung

: Alfabeta.

Warman, J. (2012), โ€œManajemen Pergudanganโ€, Edisi Ketujuh,Jakarta: PT

Puka Sinar Harapan.

Yunarto, H. I. & Santika, M. G. (2005), โ€œBusiness Concepts Implementation

Series In Inventory Managementโ€, Jakarta: Penerbit PT Elex Media

Komputindo.