GOOD PRODUCTION PRACTICE (GPP

19
1 GOOD PRODUCTION PRACTICE (GPP) Karena berdampak bagi kesehatan manusia, ada peningkatan permintaan untuk lebih memperhatikan manajemen risiko oleh semua pihak yang terlibat dalam produksi dan pemanfaatan pakan. Mengingat hubungan langsung antara keamanan pakan dan keamanan produk makanan yang berasal dari hewan ternak, penting bahwa pembuatan pakan dan produksi pakan pada umumnya ditangani dengan bagian-bagian penting dari rantai produksi pangan. Pedoman ini mendefinisikan keamanan pakan sebagai semua kondisi dan tindakan yang diperlukan untuk menjamin keamanan dan kesesuaian pakan pada semua tahap dari rantai produksi pakan. Oleh sebab itu, Good Production Practice (GPP) harus diperhatikan oleh setiap perusahaan demi kemanan produk. Berikut ini ada 10 poin GPP yang seharusnya diterapkan oleh perusahaan: 1. Mengidentifikasi dan Melacak Hewan yang Diobati a.Identifikasi Obat Hewan Pada tahap pra-produksi, penggunaan obat hewan merupakan suatu keharusan agar produktivitas ternak dapat dipertahankan atau ditingkatkan. Dari pengamatan di lapang, pemakaian antibiotik terutama pada peternakan ayam pedaging cenderung berlebihan tanpa bahwa pemakaian obat yang dilakukan oleh peternak sendiri telah menyebabkan penyimpangan residu obat pada produk ternak sebesar 63−65%.

Transcript of GOOD PRODUCTION PRACTICE (GPP

1

GOOD PRODUCTION PRACTICE (GPP)

Karena berdampak bagi kesehatan manusia, ada peningkatan

permintaan untuk lebih memperhatikan manajemen risiko oleh semua

pihak yang terlibat dalam produksi dan pemanfaatan pakan.

Mengingat hubungan langsung antara keamanan pakan dan keamanan

produk makanan yang berasal dari hewan ternak, penting bahwa

pembuatan pakan dan produksi pakan pada umumnya ditangani dengan

bagian-bagian penting dari rantai produksi pangan. Pedoman ini

mendefinisikan keamanan pakan sebagai semua kondisi dan tindakan

yang diperlukan untuk menjamin keamanan dan kesesuaian pakan pada

semua tahap dari rantai produksi pakan. Oleh sebab itu, Good

Production Practice (GPP) harus diperhatikan oleh setiap perusahaan

demi kemanan produk. Berikut ini ada 10 poin GPP yang seharusnya

diterapkan oleh perusahaan:

1. Mengidentifikasi dan Melacak Hewan yang Diobati

a.Identifikasi Obat Hewan

Pada tahap pra-produksi, penggunaan obat hewan

merupakan suatu keharusan agar produktivitas ternak dapat

dipertahankan atau ditingkatkan. Dari pengamatan di lapang,

pemakaian antibiotik terutama pada peternakan ayam pedaging

cenderung berlebihan tanpa bahwa pemakaian obat yang

dilakukan oleh peternak sendiri telah menyebabkan

penyimpangan residu obat pada produk ternak sebesar 63−65%.

2

Keadaan ini kemungkinan besar berkaitan dengan dosis dan

waktu henti obat yang tidak diikuti. Waktu henti pemberian

obat hewan yang tidak dipatuhi menyebabkan terjadinya residu

obat hewan pada produk ternak. Penggunaan obat hewan harus

sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan memperhatikan

antara lain waktu henti dan kesesuaian dosis. Selain itu,

penyimpanan obat hewan juga harus mengikuti petunjuk yang

ada. Penggunaan pestisida dan bahan kimia lain untuk

sanitasi lingkungan (kandang) juga harus hati-hati agar

tidak mengkontaminasi pakan atau sumber air minum.

b.Kemungkinan identifikasi lainnya meliputi:

Cap

Tag atau penandaan

Brand atau pelabelan

Ear notch

Electronic ID

Leg band

2. Menjaga Obat dan Pencatatan (Recording)

Rencana pengobatan:

a.Mengidentifikasi hewan yang diobati

Ternak yang dipelihara secara rutin harus diperiksa

kesehatannya. Pencatatan harus dilakukan pada hewan yang

sakit, termasuk perlakuan yang diberikan untuk memberikan

obat.

3

b.Menentukan tanggal pengobatan

Penentuan tanggal untuk pemberian obat harus sesuai dengan

keperluan, tingkat keparahan, efisiensi, dan lama terapi

pengobatan.

c.Nama obat yang diberikan

Untuk menentukan obat yang akan diberikan, perlu mengetahui

nama obat apa yang akan diberikan serta harus sesuai dengan

fungsi dan tujuan terapi pengobatannya.

d.Metode pemberian obat

Cara atau metode untuk memberikan obat dapat melalui per-

oral, parenteral, topical, atau inhalasi. Menentukan metode

atau cara pemberian obat harus sesuai dengan kondisi dari

ternak atau hewan yang akan diberikan obat serta tingkat

efisiennya juga perlu diperhatikan.

e.Disertakan cara pemberian obat

Setelah menentukan cara pemberian obat atau metode yang

digunakan perlu dicatat untuk data perkembangan kesehatan

dan mengevaluasi hasil pengobatan sebelumnya untuk

melakukan tindakan atau pengobatan selanjutnya sehingga

dapat dilakukan perubahan atau perbaikan tatalaksana

berikutnya supaya tidak terulang penyakitnya atau supaya ada

peningkatan produksi.

f.Jumlah obat yang diberikan

4

Pengobatan pada ternak atau hewan harus menentukan jumlah

atau dosis yang akan diberikan sesuai dengan jenis hewan,

umur hewan, berat badan hewan, dan tingkat keparahan dari

penyakitnya sehingga dapat tercapai tujuan dari pengobatan

yang diberikan.

g.Mencatat waktu saat pemberian obat

Waktu yang benar saat pemberian obat adalah saat dimana obat

yang diresepkan harus diberikan. Dosis obat harian diberikan

pada waktu tertentu dalam sehari, sehingga kadar obat dalam

plasma dapat dipertahankan. Jika obat mempunyai waktu paruh

yang panjang, obat diberikan sekali sehari. Obat-obat dengan

waktu paruh pendek diberikan beberapa kali sehari pada

selang waktu yang tertentu. Beberapa obat diberikan sebelum

makan dan yang lainnya diberikan pada saat makan atau

bersama makanan.

h.Mencatat lokasi injeksi

Injeksi adalah suatu metode untuk memasukkan liquid ke dalam

tubuh dengan menggunakan spuit dan jarum melalui kedalaman

kulit tertentu agar bahan-bahan dapat didorong masuk kedalam

tubuh. Tindakan injeksi merupakan salah satu tindakan medis

yang paling sering dikerjakan. Lebih dari 90% tindakan

injeksi dikerjakan untuk tujuan terapeutik, sementara 5-10%

untuk tindakan preventif. Tindakan injeksi harus dikerjakan

secara aman. Empat hal yang harus diperhatikan dalam

5

tindakan injeksi yaitu: rute injeksi, lokasi injeksi, teknik

dan alat.

i.Mencatat informasi tentang obat yang diberikan serta

pengobatannya

Mencatat informasi yang sesuai mengenai obat yang telah

diberikan seperti manfaat dan efek samping obat terhadap

pengobatan sangat perlu. Dalam memberikan obat juga harus

memperhatikan resep obat yang diberikan harus tepat dan

hitungan yang tepat pada dosis yang diberikan sesuai resep.

j.Mencatat apabila diberikan vaksinasi rutin

Vaksinasi rutin ternak sangat diperlukan untuk mencegah

penyakit yang sulit disembuhkan atau penyakit yang tidak

dapat diberantas dengan cara lain.

k.Mencatat apabila menggunakan obat untuk membantu mencegah

penyakit ketika hewan mengalami stress saat perjalanan atau

pengiriman

Sebelum atau saat diangkut, ternak tidak boleh diberi obat

penenang atau stimulator lainnya, sehingga apabila diberikan

obat harus dicatat agar dapat dilakukan proses penyelisihan

pemotongan pada ternak tersebut atau tidak.

l.Harus menyimpan catatan obat tertulis setidaknya 12 bulan

setelah pemasaran ternak

Catatan obat tertulis setidaknya 12 bulan terakhir sangat

penting karena untuk mengetahui ternak yang akan dipotong

6

dalam keadaan sehat atau tidak, karena ternak yang dipotong

harus bebas dari penyakit.

m.Menyimpan pemberian obat dan pengobatan yang diberikan pada

ternak dalam buku untuk menjaga informasi ini

Dokumentasi yang benar sangat diperlukan untuk mencatat

informasi yang sesuai mengenai obat yang telah diberikan

yang meliputi nama obat, dosis, rute (tempat suntikan atau

injeksi jika perlu), waktu dan tanggal, dan inisial atau

tanda tangan dokter atau perawat yang merawat dan memberi

pengobatan pada ternak tersebut.

3. Penyimpanan, Pelabelan, dan Perhitungan yang Benar untuk Semua

Produk Obat dan Pakan

Sebelum mengunakan obat, sebaiknya harus benar-benar

diperiksa terlebih dahulu mengenai keamanan dari obat itu

sendiri. Karena apabila kita salah menggunakan atau menyimpan

obat tersebut maka dapat membahayakan pasien. Yang harus kita

perhatikan pada kemasan obat sebelum menggunakannya yaitu:

Bacalah label

Pada kemasan obat akan terdapat label mengenai kegunaan

obat, dosis, aturan pakai, cara penyimpanan, dan lain-lain.

Ikuti petunjuk pada label

Informasi yang dituliskan pada label obat harus kita patuhi

demi keamanan pasien karena telah diuji di laboratorium.

Apabila kita salah dalam menggunakan obat karena tidak

7

sesuai dengan petunjuk, maka kemungkinan bisa menimbulkan

bahaya bagi pasien.

Perhatikan withdrawl time, dosis, penyakit yang dapat

disembuhkan dengan obat tersebut, spesies, dan tanggal

kadaluarsa

Sebelum menggunakan obat kita harus memeriksa terlebih

dahulu kesesuaian obat dengan penyakit yang diderita pasien,

dosis dan tanggal kadaluarsa demi kemananan pasien.

Hindari kontaminasi pada obat

Cara penyimpanan obat dengan baik dan benar sesuai dengan

petunjuk dapat meminimalisir kontaminasi pada obat.

Cara penyimpanan produk obat harus sangat diperhatikan

karena cara penyimpanan obat ang benar dapat menjaga komponen

obat itu sendiri. Selain itu cara penanganan obat sampai masuk

ke tubuh pasien juga harus diperhatikan agar obat dapat

bekerja secara efektif menuju target organ. Dan pembuangan

sampah atau bekas obat juga tidak bisa sembarangan karena

dapat membahayakan lingkungan sekitar. Petunjuk mengenai

penyimpanan, penanganan, dan pembuangan obat yang benar yaitu:

Identifikasi produk yang perlu disimpan di lemari pendingin

Jangan menyimpan syringe obat yang telah digunakan

Buanglah syringe dan jarum yang telah digunakan dengan benar

(kantong khusus, diletakkan di wadah, diberi plastic

pengaman pada wadah, dan dikumpulkan bersamaan dengan bahan-

bahan bio-hazardous)

8

Kontrol suhu obat sesuai dengan petunjuk pada label

Hindari paparan sinar matahari yang terlalu lama

Simpan obat yang tersisa dengan benar

4. Memperoleh dan Menggunakan Resep Obat Dokter Hewan dari Dokter

Hewan yang Mempunyai Lisensi

Semua yang dapat mencegah, mengurangi, atau menghilangkan

gejala penyakit, dan memperbaiki kemampuan fisiologi tubuh

atau memperkuat kondisi tubuh, atau jenis bahan ataupun

pencampuran bahan yang membantu diagnosis penyakit disebut

obat. Dilihat dari kenampakan obat dibedakan menjadi obat

suntik, obat makan, obat luar, peralatan medis.

Klasifikasi obat dibedakan berdasarkan (FDAT, 2013):

a.Obat resep: harus dengan resep dokter, diracik oleh apoteker

yang ahli dibidangnya; obat diracik sesuai resep dari

dokter, disertai penjelasan penggunaan obat.

b.Obat OTC (Over the Counter): tidak perlu resep dokter, dapat

dibeli di berbagai apotek, penjelasan penggunaan obat oleh

apoteker berdasarkan keterangan dalam petunjuk pemakaian

obat.

c.Obat paten: dapat dibeli di swalayan atau toko obat biasa

sebanyak 2 jenis atau di apotek dan warga masyarakat boleh

memilih dan membeli sendiri dan penggunaan obat dapat

ditemukan dalam petunjuk pemakaian obat.

9

FDA (Food and Drug Administration) adalah Badan Pengawas

Makanan dan Obat-obatan di Amerika Serikat yang menerbitkan

ketentuan baru yaitu "Interim Final Rules of Registration on Food Facilities

dan Prior Notice on Imported Food Shipment”. Makanan yang dimaksud

adalah semua jenis makanan yang dikonsumsi baik untuk manusia

maupun binatang di Amerika Serikat sebagaimana didefinisikan

dalam peraturan ini. Contoh makanan termasuk (DJPLNI, 2003):

Suplemen-suplemen diet dan bahan-bahan diet

Minuman bayi

Berbagai jenis minuman

Buah-buahan dan sayuran

Ikan dan makanan dari laut

Produk susu dan telur

Hasil-hasil pertanian yang belum dimasak untuk digunakan

sebagai bagian dari makanan

Makanan dalam kaleng yang dibekukan

Bahan-bahan pembuat roti, makanan ringan dan manisan,

termasuk permen karet

Makanan-makanan hidup untuk hewan

Makanan hewan atau pakan ternak

Makanan dikecualikan adalah 1) Makanan yang dibawa dengan

perseorangan atau yang dipergunakan untuk keperluan

perseorangan seperti untuk dikonsumsi sendiri, keluarga teman,

atau tidak untuk dijual atau didistribusikan); 2) Makanan yang

diekspor tanpa meningggalkan pelabuhan sampai kedatangan untuk

10

ekspor; 3) Daging, telur dan produk unggas yang tertuang dalam

yurisdiksi US-Department of Agriculture (USDA); dan makanan

yang dibuat secara individual di tempat tinggal masing-masing

dan dikirim secara individual sebagai "personal gift" (contoh

untuk alasan yang bukan bisnis) ke seseorang di Amerika

Serikat (DJPLNI, 2003).

Gunakan obat yang telah terdaftar pada Food and Drug

Administration. Departermen ini mampu mendeteksi, mencegah dan

mengawasi produk-produk termaksud untuk melindungi keamanan,

keselamatan dan kesehatan konsumennya baik di dalam maupun di

luar negeri. Food and Drug Administration melakukan pengaturan

regulasi dan standarisasi produk, memberikan lisensi dan

sertifikasi industri di bidang farmasi berdasarkan cara-cara

produksi yang baik, evaluasi produk sebelum diizinkan beredar,

post marketing vigilance termasuk sampling dan pengujian

laboratorium, pemeriksaan sarana produksi dan distribusi,

penyidikan dan penegakan hukum, pre-audit dan pasca-audit

iklan dan promosi produk riset terhadap pelaksanaan kebijakan

pengawasan obat dan makanan, pemberi informasi dan edukasi

publik termasuk peringatan publik, yang bertujuan menjamin

keamanan, keselamatan dan kesehatan konsumen (FDAT, 2013).

5. Teknik Administrasi yang Baik dan Waktu Pengendaliannya

Tipe sistem pemberian:

1. Itramuscular (IM)

11

Letak penggunaannya dibawah kulit

Pada saat injeksi tidak boleh menahan atau menyekik serta

tidak diperbolehkan pada panggul

Injeksi menggunakan ukuran jarum yang tepat dan sesuai

2. Subkutan (SC)

Injeksi dilakukan pada tempat yang bersih dan kering

Dilakukan pada lipatan kulit di bawa leher

Menggunakan kulit yang tertutup pada siku atau panggul

3. Intraperitoneal (IP)

Injeksi pada itraperitonial ini harus mendapat instruksi

dari dokter hewan atau yang berwenang dan di gunakan pada

luka yang serius yang dialami hewan.

4. Intravena (IV)

Injeksi pada itraperitonial ini harus mendapat instruksi

dari dokter hewan atau yang berwenang dan di gunakan pada

luka yang serius yang dialami hewan.

5. Intranasal (IN)

Pemberian pada hidung terbuka untuk absorpsi yang lebih

cepat. Pemberian ini pun atas saran dokter hewan atau yang

berwenang.

6. Pemberian secara Oral

Pemberian secara oral ini, biasanya untuk obat-obat yang

memiliki onset kerja yang panjang.

7. Pemberian secara Topikal

12

Pemberian yang dilakukan dengan cara mengoleskan pada area

diatas permukaan kulit. Pemberian secara topikal ini

biasanya pada pemakaian obat luar.

8. Pemberian dengan Air Minum

Pemberian yang dilakuakn dengan mencampurkan pada tempat

minum hewan

9. Pemberian Zat Penambah Makanan

Pemberian yang dilakukan dengan cara mencampur pada pakan

yang akan diberikan pada hewan. Seperti penambahan vitamin,

calsium dll.

Sanitasi

Ada beberapa sanitasi yang dilakuakan setelah melakukan

vaksinasi, seperti:

Membersihkan botol-botol vaksin dan jarum

Tidak menempatkan kembali jarum yang sudah digunakan pada

botol vaksin

Ganti jarum setiap 10 sampai 15 kali pemakaian

Membuang jarum dengan menekkuknya

Menggunakan tempat injeksi yang bersih

Mengatur botol-botol dan bungkusan laiannya

6. Lakukan Uji Residu Antibiotik Apabila Memungkinkan

Penggunaan obat-obatan dalam usaha peternakan hampir

tidak dapat dihindarkan, karena ternak diharapkan selalu

13

berproduksi secara optimal yang berarti kesehatan ternak harus

selalu terjaga.Untuk memenuhi tuntutan produksi ternak yang

tinggi, maka ketersediaan obat hewan sangat diperlukan,

disamping penggunaan bibit unggul dan pemuliaan yang memakan

waktu yang relatif lama. Antibiotik digunakan untuk membasmi

mikroba penyebab terjadinya infeksi.

Pada dasarnya suatu infeksi dapat ditangani oleh sistem

pertahanan. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI No.

01-6366-2000) batas maksimum residu antibiotik dalam makanan

yang masih boleh dikonsumsi untuk antibiotik amoksisilin,

ampisilin, dan kloramfenikol adalah 0,01 μg/g dan batas

maksimum residu antibiotik tetrasiklin adalah 0,1 μg/g.

Keberadaan residu antibiotik dalam makanan asal hewan erat

kaitannya dengan penggunaan antibiotik untuk pencegahan dan

pengobatan penyakit serta penggunaan sebagai imbuhan pakan.

Pencampuran bahan baku imbuhan pakan dalam ramuan yang

dilakukan sendiri ditempat peternakan yang kurang dapat

dijamin ketepatan takarannya dapat menyebabkan residu pada

pangan asal hewan (Masrianto, 2013).

Penilaian terhadap daging bergantung pada kadar dan jenis

residu yang ditemukan pada produk tersebut. Produk asal ternak

yang mengandung residu obat diatas Batas Maksimum Residu (BMR)

sebaiknya tidak dikonsumsi apalagi diekspor. Namun pada

kenyataannya residu obat hewan pada daging banyak diatas BMR

(Darsono, 1996).

14

Pengawasan terhadap residu dan cemaran mikroba dalam

pangan asal hewan sangat penting terutama dalam kaitannya

dengan perlindungan kesehatan dan keamanan konsumen. Berkaitan

dengan hal tersebut, upaya untuk menyediakan pangan asal hewan

yang aman, sehat, utuh, dan halal (ASUH) terus dilakukan.

Salah satunya adalah dengan pengawasan melalui program

monitoring dan surveilans residu dan cemaran mikroba.

Monitoring dan surveilans residu antibiotik secara

bioassay menunjukkan bahwa rata-rata 80% sampel yang diperiksa

mengandung cemaran mikroba. Cemaran residu antibiotik pada

produk-produk peternakan masing-masing pada daging ayam adalah

4,25; hati ayam adalah 28,6; dan daging sapi masing-masing

78,8% mengandung residu antibiotik tetrasiklin. Setiap residu

akan hilang dalam suatu produk peternakan dalam waktu seminggu

setelah pemberian terakhir (Agustina, 2000).

7. Menentukan Manajemen Program Kesehatan yang Efisien dan

Efektif

a.Mencegah lebih baik daripada mengobati

b. Masalah kesehatan dikontrol oleh manajemen

c. Membangun relasi antara dokter hewan/klien/pasien

d. Meninjau produksi dan mencatat finansial

Biosecurity:

15

Kebiasaan yang digunakan dalam menjaga hewan peliharaan dari

serangan penyakit atau hewan lain

Kebiasan yang dilakukan seperti: meberiakan vaksinasi kepada

hewan secara rutin, selalu menjaga kebersihan kandang,

tempat pakan dan minum.

Kebiasaan yang digunakan dalam menghindari penyakit dalam

kawanan/ kumpulan

Selalu melakukan kontrol dan pemerikasan secara rutin kepada

sekelompok atau kawanan hewan pemeliharaan.

Mengganti pakaian pada saat di farms

Agar tidak terkontaminasi, maka para pekerja di farms

diharuskan mengganti pakaian setelah dan sesudah bekerja di

area frams.

Bersihkan dan disinfeksi kendaraan transport

Selalu membersihkan kendaraan yang digunakan sebagai

transport hewan dan selalu di disinfeksi.

Mengontrol rodent dan burung

Mengontrol rodent dan burung-burung yang bersifat sebagai

vektor penyebaran suatu penyakit.

Membatasi lalu lintas manusia antara farms

Selalu mengontrol lalu lintas manusia sebagai pembawa suatu

agen penyakit yang dapat menyebar pada area farms.

8. Menjaga Kesehatan Hewan Melalui Manajemen Pemeliharaan yang

Baik

16

Salah satu faktor yang menentukan kesehatan dari hewan

adalah manajemen pemeliharaannya. Apabila manajemen

pemeliharaan dilakukan dengan baik maka akan meminimalisir

kejadian penyakit pada hewan sehingga peternak tidak akan

mengalami kerugian ekonomis seperti menurunnya produksi susu

sapi, pengeluaran biaya pengobatan untuk hewan yang sakit dan

sebagainya. Beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain

yaitu:

1.Bangunan, Lokasi dan Fasilitas

Konstruksi bangunan pada peternakan harus memadai dan sesuai

standar dari populasi hewan yang ada, lokasi bangunan harus

jauh dari pemukimam atau pedesaan dengan persediaan sumber

air yang cukup, fasilitas atau peralatan yang digunakan

terbuat dari material non toxic, tidak bersifat korosif mudah

dibersihkan dan harus bebas dari kontaminasi bakteri,

insekta, helminth atau agen pathogen lainnya. Ketika suhu di

luar ruangan mencapai di bawah 32 , semua hewan domestik

harus dipindahkan ke ruangan tertutup.

2.Pakan dan Minum

Pakan dan minum yang diberikan harus memenuhi gizi yang

seimbang dan bebas dari kontaminasi bakteri. Peralatan pakan

ataupun minum harus dibersihkan secara rutin untuk mencegah

berkembangnya agen penyakit seperti bakteri, nyamuk, virus.

Pakan yang disediakan tergantung dari umur, spesies,

kondisi, dan ukuran hewan.

17

3.Personal Higiene

Transimisi dari penyakit tidak hanya melalui lingkungan,

kontaminasi pakan dan minum akan tetapi peternak yang tidak

menjaga kebersihan dari dirinya juga dapat beresiko

mentransmisikan agen penyakit kepada hewan. Seperti contoh

tidak mencuci tangan dengan bersih sebelum dan sesudah

melakukan pemerahan susu pada sapi, tidak menggunakan glove

saat melakukan palpasi rectal dan lain sebagainya.

4.Penyimpanan Hasil Produk

Hasil produksi dari hewan ternak terutama sapi seperti susu

atupun daging, harus dijaga kebersihannya segera setelah

sapi diperah ataupun sapi dipotong. Apabila pada sapi potong

dapat dilakukan pemeriksaan postmortem terlebih dahulu.

Hasil produksi yang baik sebaiknya dipisahkan dari hasil

produksi yang kurang baik ataupun dari bahan-bahan kimia

agar tidak tejadi kontaminasi.

9. Kualitas Pakan

Penyimpanan pakan ternak merupakan salah satu faktor yang

menentukan kualitas pakan. Hindari penyimpanan pakan pada

tempat yang lembab, berdebu, atau tempat-tempat yang

memungkinkan terjadinya kontaminasi bakteri, burung, tikus

atau agen patogen lainnya. Pemberikan pakan pada hewan harus

sesuai dengan standart gizi yang dibutuhkan.

18

Gambar 1. Beberapa Contoh Produk Pakan Hewan

10. Jaminan Kualitas dan Mutu Produk

Pengembangan kualitas dan mutu produk hewan dapat

dilakukan dengan cara monitoring kesehatan hewan, manajemen

pemeliharaan yang baik, mengadakan dan mengikuti sosialisasi

tentang produk-produk hewan, mengikuti perkembangan teknologi,

reproduksi, kesehatan maupun manajemen pemeliharaan tentang

hewan ternak terkini guna meningkatkan kuliatas dan mutu dari

produk yang akan dihasilkan.

19

DAFTAR PUSTAKA

ACVM Standard For Good Manufacturing Practice. New Zealand. ISBN

0-478-07572-3. 24 ACVM 01/07.

Agustina, H., dkk. 2000. Monitoring dan Surveillance Residu Cemaran Mikroba

di Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat. Dilavet 9

(3): 1-5.

Darsono, R. 1996. Deteksi Residu Oksitetrasiklin dan Gambaran Patologi Anatomi

Hati dan Ginjal Ayam Kampung yang Dijual di Lima Pasar Kodya Surabaya.

Media Kedokteran Hewan 12 (3): 178-182.

Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri Indonesia (DJPLNI).

2003. Upaya Penyesuaian terhadap Ketentuan Interim Final Rules of Registration

On Food Facilities dan Prior Notice of Imported Food Shipment dalam “The Public

Health Security and Bioterrorism Preparedness and Response Act of 2002 (The

Bioterrorism Act). Surat edaran. Nomor: 843/DAGLU/X/2003.

Food and Drug Administration Taiwan (FDAT). 2013. Pedoman

Penggunaan Obat secara Aman Bagi Imigran Baru. Taiwan: DEPKES.

Masrianto. 2013. Uji Residu Antibiotik pada Daging Sapi yang Dipasarkan di Pasar

Tradisional Kota Banda Aceh. Banda Aceh: Medikal Veterinaria.

ISSN: 0853-1943.