GOOD PRODUCTION PRACTICE (GPP
-
Upload
ubrawijaya -
Category
Documents
-
view
5 -
download
0
Transcript of GOOD PRODUCTION PRACTICE (GPP
1
GOOD PRODUCTION PRACTICE (GPP)
Karena berdampak bagi kesehatan manusia, ada peningkatan
permintaan untuk lebih memperhatikan manajemen risiko oleh semua
pihak yang terlibat dalam produksi dan pemanfaatan pakan.
Mengingat hubungan langsung antara keamanan pakan dan keamanan
produk makanan yang berasal dari hewan ternak, penting bahwa
pembuatan pakan dan produksi pakan pada umumnya ditangani dengan
bagian-bagian penting dari rantai produksi pangan. Pedoman ini
mendefinisikan keamanan pakan sebagai semua kondisi dan tindakan
yang diperlukan untuk menjamin keamanan dan kesesuaian pakan pada
semua tahap dari rantai produksi pakan. Oleh sebab itu, Good
Production Practice (GPP) harus diperhatikan oleh setiap perusahaan
demi kemanan produk. Berikut ini ada 10 poin GPP yang seharusnya
diterapkan oleh perusahaan:
1. Mengidentifikasi dan Melacak Hewan yang Diobati
a.Identifikasi Obat Hewan
Pada tahap pra-produksi, penggunaan obat hewan
merupakan suatu keharusan agar produktivitas ternak dapat
dipertahankan atau ditingkatkan. Dari pengamatan di lapang,
pemakaian antibiotik terutama pada peternakan ayam pedaging
cenderung berlebihan tanpa bahwa pemakaian obat yang
dilakukan oleh peternak sendiri telah menyebabkan
penyimpangan residu obat pada produk ternak sebesar 63−65%.
2
Keadaan ini kemungkinan besar berkaitan dengan dosis dan
waktu henti obat yang tidak diikuti. Waktu henti pemberian
obat hewan yang tidak dipatuhi menyebabkan terjadinya residu
obat hewan pada produk ternak. Penggunaan obat hewan harus
sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan memperhatikan
antara lain waktu henti dan kesesuaian dosis. Selain itu,
penyimpanan obat hewan juga harus mengikuti petunjuk yang
ada. Penggunaan pestisida dan bahan kimia lain untuk
sanitasi lingkungan (kandang) juga harus hati-hati agar
tidak mengkontaminasi pakan atau sumber air minum.
b.Kemungkinan identifikasi lainnya meliputi:
Cap
Tag atau penandaan
Brand atau pelabelan
Ear notch
Electronic ID
Leg band
2. Menjaga Obat dan Pencatatan (Recording)
Rencana pengobatan:
a.Mengidentifikasi hewan yang diobati
Ternak yang dipelihara secara rutin harus diperiksa
kesehatannya. Pencatatan harus dilakukan pada hewan yang
sakit, termasuk perlakuan yang diberikan untuk memberikan
obat.
3
b.Menentukan tanggal pengobatan
Penentuan tanggal untuk pemberian obat harus sesuai dengan
keperluan, tingkat keparahan, efisiensi, dan lama terapi
pengobatan.
c.Nama obat yang diberikan
Untuk menentukan obat yang akan diberikan, perlu mengetahui
nama obat apa yang akan diberikan serta harus sesuai dengan
fungsi dan tujuan terapi pengobatannya.
d.Metode pemberian obat
Cara atau metode untuk memberikan obat dapat melalui per-
oral, parenteral, topical, atau inhalasi. Menentukan metode
atau cara pemberian obat harus sesuai dengan kondisi dari
ternak atau hewan yang akan diberikan obat serta tingkat
efisiennya juga perlu diperhatikan.
e.Disertakan cara pemberian obat
Setelah menentukan cara pemberian obat atau metode yang
digunakan perlu dicatat untuk data perkembangan kesehatan
dan mengevaluasi hasil pengobatan sebelumnya untuk
melakukan tindakan atau pengobatan selanjutnya sehingga
dapat dilakukan perubahan atau perbaikan tatalaksana
berikutnya supaya tidak terulang penyakitnya atau supaya ada
peningkatan produksi.
f.Jumlah obat yang diberikan
4
Pengobatan pada ternak atau hewan harus menentukan jumlah
atau dosis yang akan diberikan sesuai dengan jenis hewan,
umur hewan, berat badan hewan, dan tingkat keparahan dari
penyakitnya sehingga dapat tercapai tujuan dari pengobatan
yang diberikan.
g.Mencatat waktu saat pemberian obat
Waktu yang benar saat pemberian obat adalah saat dimana obat
yang diresepkan harus diberikan. Dosis obat harian diberikan
pada waktu tertentu dalam sehari, sehingga kadar obat dalam
plasma dapat dipertahankan. Jika obat mempunyai waktu paruh
yang panjang, obat diberikan sekali sehari. Obat-obat dengan
waktu paruh pendek diberikan beberapa kali sehari pada
selang waktu yang tertentu. Beberapa obat diberikan sebelum
makan dan yang lainnya diberikan pada saat makan atau
bersama makanan.
h.Mencatat lokasi injeksi
Injeksi adalah suatu metode untuk memasukkan liquid ke dalam
tubuh dengan menggunakan spuit dan jarum melalui kedalaman
kulit tertentu agar bahan-bahan dapat didorong masuk kedalam
tubuh. Tindakan injeksi merupakan salah satu tindakan medis
yang paling sering dikerjakan. Lebih dari 90% tindakan
injeksi dikerjakan untuk tujuan terapeutik, sementara 5-10%
untuk tindakan preventif. Tindakan injeksi harus dikerjakan
secara aman. Empat hal yang harus diperhatikan dalam
5
tindakan injeksi yaitu: rute injeksi, lokasi injeksi, teknik
dan alat.
i.Mencatat informasi tentang obat yang diberikan serta
pengobatannya
Mencatat informasi yang sesuai mengenai obat yang telah
diberikan seperti manfaat dan efek samping obat terhadap
pengobatan sangat perlu. Dalam memberikan obat juga harus
memperhatikan resep obat yang diberikan harus tepat dan
hitungan yang tepat pada dosis yang diberikan sesuai resep.
j.Mencatat apabila diberikan vaksinasi rutin
Vaksinasi rutin ternak sangat diperlukan untuk mencegah
penyakit yang sulit disembuhkan atau penyakit yang tidak
dapat diberantas dengan cara lain.
k.Mencatat apabila menggunakan obat untuk membantu mencegah
penyakit ketika hewan mengalami stress saat perjalanan atau
pengiriman
Sebelum atau saat diangkut, ternak tidak boleh diberi obat
penenang atau stimulator lainnya, sehingga apabila diberikan
obat harus dicatat agar dapat dilakukan proses penyelisihan
pemotongan pada ternak tersebut atau tidak.
l.Harus menyimpan catatan obat tertulis setidaknya 12 bulan
setelah pemasaran ternak
Catatan obat tertulis setidaknya 12 bulan terakhir sangat
penting karena untuk mengetahui ternak yang akan dipotong
6
dalam keadaan sehat atau tidak, karena ternak yang dipotong
harus bebas dari penyakit.
m.Menyimpan pemberian obat dan pengobatan yang diberikan pada
ternak dalam buku untuk menjaga informasi ini
Dokumentasi yang benar sangat diperlukan untuk mencatat
informasi yang sesuai mengenai obat yang telah diberikan
yang meliputi nama obat, dosis, rute (tempat suntikan atau
injeksi jika perlu), waktu dan tanggal, dan inisial atau
tanda tangan dokter atau perawat yang merawat dan memberi
pengobatan pada ternak tersebut.
3. Penyimpanan, Pelabelan, dan Perhitungan yang Benar untuk Semua
Produk Obat dan Pakan
Sebelum mengunakan obat, sebaiknya harus benar-benar
diperiksa terlebih dahulu mengenai keamanan dari obat itu
sendiri. Karena apabila kita salah menggunakan atau menyimpan
obat tersebut maka dapat membahayakan pasien. Yang harus kita
perhatikan pada kemasan obat sebelum menggunakannya yaitu:
Bacalah label
Pada kemasan obat akan terdapat label mengenai kegunaan
obat, dosis, aturan pakai, cara penyimpanan, dan lain-lain.
Ikuti petunjuk pada label
Informasi yang dituliskan pada label obat harus kita patuhi
demi keamanan pasien karena telah diuji di laboratorium.
Apabila kita salah dalam menggunakan obat karena tidak
7
sesuai dengan petunjuk, maka kemungkinan bisa menimbulkan
bahaya bagi pasien.
Perhatikan withdrawl time, dosis, penyakit yang dapat
disembuhkan dengan obat tersebut, spesies, dan tanggal
kadaluarsa
Sebelum menggunakan obat kita harus memeriksa terlebih
dahulu kesesuaian obat dengan penyakit yang diderita pasien,
dosis dan tanggal kadaluarsa demi kemananan pasien.
Hindari kontaminasi pada obat
Cara penyimpanan obat dengan baik dan benar sesuai dengan
petunjuk dapat meminimalisir kontaminasi pada obat.
Cara penyimpanan produk obat harus sangat diperhatikan
karena cara penyimpanan obat ang benar dapat menjaga komponen
obat itu sendiri. Selain itu cara penanganan obat sampai masuk
ke tubuh pasien juga harus diperhatikan agar obat dapat
bekerja secara efektif menuju target organ. Dan pembuangan
sampah atau bekas obat juga tidak bisa sembarangan karena
dapat membahayakan lingkungan sekitar. Petunjuk mengenai
penyimpanan, penanganan, dan pembuangan obat yang benar yaitu:
Identifikasi produk yang perlu disimpan di lemari pendingin
Jangan menyimpan syringe obat yang telah digunakan
Buanglah syringe dan jarum yang telah digunakan dengan benar
(kantong khusus, diletakkan di wadah, diberi plastic
pengaman pada wadah, dan dikumpulkan bersamaan dengan bahan-
bahan bio-hazardous)
8
Kontrol suhu obat sesuai dengan petunjuk pada label
Hindari paparan sinar matahari yang terlalu lama
Simpan obat yang tersisa dengan benar
4. Memperoleh dan Menggunakan Resep Obat Dokter Hewan dari Dokter
Hewan yang Mempunyai Lisensi
Semua yang dapat mencegah, mengurangi, atau menghilangkan
gejala penyakit, dan memperbaiki kemampuan fisiologi tubuh
atau memperkuat kondisi tubuh, atau jenis bahan ataupun
pencampuran bahan yang membantu diagnosis penyakit disebut
obat. Dilihat dari kenampakan obat dibedakan menjadi obat
suntik, obat makan, obat luar, peralatan medis.
Klasifikasi obat dibedakan berdasarkan (FDAT, 2013):
a.Obat resep: harus dengan resep dokter, diracik oleh apoteker
yang ahli dibidangnya; obat diracik sesuai resep dari
dokter, disertai penjelasan penggunaan obat.
b.Obat OTC (Over the Counter): tidak perlu resep dokter, dapat
dibeli di berbagai apotek, penjelasan penggunaan obat oleh
apoteker berdasarkan keterangan dalam petunjuk pemakaian
obat.
c.Obat paten: dapat dibeli di swalayan atau toko obat biasa
sebanyak 2 jenis atau di apotek dan warga masyarakat boleh
memilih dan membeli sendiri dan penggunaan obat dapat
ditemukan dalam petunjuk pemakaian obat.
9
FDA (Food and Drug Administration) adalah Badan Pengawas
Makanan dan Obat-obatan di Amerika Serikat yang menerbitkan
ketentuan baru yaitu "Interim Final Rules of Registration on Food Facilities
dan Prior Notice on Imported Food Shipment”. Makanan yang dimaksud
adalah semua jenis makanan yang dikonsumsi baik untuk manusia
maupun binatang di Amerika Serikat sebagaimana didefinisikan
dalam peraturan ini. Contoh makanan termasuk (DJPLNI, 2003):
Suplemen-suplemen diet dan bahan-bahan diet
Minuman bayi
Berbagai jenis minuman
Buah-buahan dan sayuran
Ikan dan makanan dari laut
Produk susu dan telur
Hasil-hasil pertanian yang belum dimasak untuk digunakan
sebagai bagian dari makanan
Makanan dalam kaleng yang dibekukan
Bahan-bahan pembuat roti, makanan ringan dan manisan,
termasuk permen karet
Makanan-makanan hidup untuk hewan
Makanan hewan atau pakan ternak
Makanan dikecualikan adalah 1) Makanan yang dibawa dengan
perseorangan atau yang dipergunakan untuk keperluan
perseorangan seperti untuk dikonsumsi sendiri, keluarga teman,
atau tidak untuk dijual atau didistribusikan); 2) Makanan yang
diekspor tanpa meningggalkan pelabuhan sampai kedatangan untuk
10
ekspor; 3) Daging, telur dan produk unggas yang tertuang dalam
yurisdiksi US-Department of Agriculture (USDA); dan makanan
yang dibuat secara individual di tempat tinggal masing-masing
dan dikirim secara individual sebagai "personal gift" (contoh
untuk alasan yang bukan bisnis) ke seseorang di Amerika
Serikat (DJPLNI, 2003).
Gunakan obat yang telah terdaftar pada Food and Drug
Administration. Departermen ini mampu mendeteksi, mencegah dan
mengawasi produk-produk termaksud untuk melindungi keamanan,
keselamatan dan kesehatan konsumennya baik di dalam maupun di
luar negeri. Food and Drug Administration melakukan pengaturan
regulasi dan standarisasi produk, memberikan lisensi dan
sertifikasi industri di bidang farmasi berdasarkan cara-cara
produksi yang baik, evaluasi produk sebelum diizinkan beredar,
post marketing vigilance termasuk sampling dan pengujian
laboratorium, pemeriksaan sarana produksi dan distribusi,
penyidikan dan penegakan hukum, pre-audit dan pasca-audit
iklan dan promosi produk riset terhadap pelaksanaan kebijakan
pengawasan obat dan makanan, pemberi informasi dan edukasi
publik termasuk peringatan publik, yang bertujuan menjamin
keamanan, keselamatan dan kesehatan konsumen (FDAT, 2013).
5. Teknik Administrasi yang Baik dan Waktu Pengendaliannya
Tipe sistem pemberian:
1. Itramuscular (IM)
11
Letak penggunaannya dibawah kulit
Pada saat injeksi tidak boleh menahan atau menyekik serta
tidak diperbolehkan pada panggul
Injeksi menggunakan ukuran jarum yang tepat dan sesuai
2. Subkutan (SC)
Injeksi dilakukan pada tempat yang bersih dan kering
Dilakukan pada lipatan kulit di bawa leher
Menggunakan kulit yang tertutup pada siku atau panggul
3. Intraperitoneal (IP)
Injeksi pada itraperitonial ini harus mendapat instruksi
dari dokter hewan atau yang berwenang dan di gunakan pada
luka yang serius yang dialami hewan.
4. Intravena (IV)
Injeksi pada itraperitonial ini harus mendapat instruksi
dari dokter hewan atau yang berwenang dan di gunakan pada
luka yang serius yang dialami hewan.
5. Intranasal (IN)
Pemberian pada hidung terbuka untuk absorpsi yang lebih
cepat. Pemberian ini pun atas saran dokter hewan atau yang
berwenang.
6. Pemberian secara Oral
Pemberian secara oral ini, biasanya untuk obat-obat yang
memiliki onset kerja yang panjang.
7. Pemberian secara Topikal
12
Pemberian yang dilakukan dengan cara mengoleskan pada area
diatas permukaan kulit. Pemberian secara topikal ini
biasanya pada pemakaian obat luar.
8. Pemberian dengan Air Minum
Pemberian yang dilakuakn dengan mencampurkan pada tempat
minum hewan
9. Pemberian Zat Penambah Makanan
Pemberian yang dilakukan dengan cara mencampur pada pakan
yang akan diberikan pada hewan. Seperti penambahan vitamin,
calsium dll.
Sanitasi
Ada beberapa sanitasi yang dilakuakan setelah melakukan
vaksinasi, seperti:
Membersihkan botol-botol vaksin dan jarum
Tidak menempatkan kembali jarum yang sudah digunakan pada
botol vaksin
Ganti jarum setiap 10 sampai 15 kali pemakaian
Membuang jarum dengan menekkuknya
Menggunakan tempat injeksi yang bersih
Mengatur botol-botol dan bungkusan laiannya
6. Lakukan Uji Residu Antibiotik Apabila Memungkinkan
Penggunaan obat-obatan dalam usaha peternakan hampir
tidak dapat dihindarkan, karena ternak diharapkan selalu
13
berproduksi secara optimal yang berarti kesehatan ternak harus
selalu terjaga.Untuk memenuhi tuntutan produksi ternak yang
tinggi, maka ketersediaan obat hewan sangat diperlukan,
disamping penggunaan bibit unggul dan pemuliaan yang memakan
waktu yang relatif lama. Antibiotik digunakan untuk membasmi
mikroba penyebab terjadinya infeksi.
Pada dasarnya suatu infeksi dapat ditangani oleh sistem
pertahanan. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI No.
01-6366-2000) batas maksimum residu antibiotik dalam makanan
yang masih boleh dikonsumsi untuk antibiotik amoksisilin,
ampisilin, dan kloramfenikol adalah 0,01 μg/g dan batas
maksimum residu antibiotik tetrasiklin adalah 0,1 μg/g.
Keberadaan residu antibiotik dalam makanan asal hewan erat
kaitannya dengan penggunaan antibiotik untuk pencegahan dan
pengobatan penyakit serta penggunaan sebagai imbuhan pakan.
Pencampuran bahan baku imbuhan pakan dalam ramuan yang
dilakukan sendiri ditempat peternakan yang kurang dapat
dijamin ketepatan takarannya dapat menyebabkan residu pada
pangan asal hewan (Masrianto, 2013).
Penilaian terhadap daging bergantung pada kadar dan jenis
residu yang ditemukan pada produk tersebut. Produk asal ternak
yang mengandung residu obat diatas Batas Maksimum Residu (BMR)
sebaiknya tidak dikonsumsi apalagi diekspor. Namun pada
kenyataannya residu obat hewan pada daging banyak diatas BMR
(Darsono, 1996).
14
Pengawasan terhadap residu dan cemaran mikroba dalam
pangan asal hewan sangat penting terutama dalam kaitannya
dengan perlindungan kesehatan dan keamanan konsumen. Berkaitan
dengan hal tersebut, upaya untuk menyediakan pangan asal hewan
yang aman, sehat, utuh, dan halal (ASUH) terus dilakukan.
Salah satunya adalah dengan pengawasan melalui program
monitoring dan surveilans residu dan cemaran mikroba.
Monitoring dan surveilans residu antibiotik secara
bioassay menunjukkan bahwa rata-rata 80% sampel yang diperiksa
mengandung cemaran mikroba. Cemaran residu antibiotik pada
produk-produk peternakan masing-masing pada daging ayam adalah
4,25; hati ayam adalah 28,6; dan daging sapi masing-masing
78,8% mengandung residu antibiotik tetrasiklin. Setiap residu
akan hilang dalam suatu produk peternakan dalam waktu seminggu
setelah pemberian terakhir (Agustina, 2000).
7. Menentukan Manajemen Program Kesehatan yang Efisien dan
Efektif
a.Mencegah lebih baik daripada mengobati
b. Masalah kesehatan dikontrol oleh manajemen
c. Membangun relasi antara dokter hewan/klien/pasien
d. Meninjau produksi dan mencatat finansial
Biosecurity:
15
Kebiasaan yang digunakan dalam menjaga hewan peliharaan dari
serangan penyakit atau hewan lain
Kebiasan yang dilakukan seperti: meberiakan vaksinasi kepada
hewan secara rutin, selalu menjaga kebersihan kandang,
tempat pakan dan minum.
Kebiasaan yang digunakan dalam menghindari penyakit dalam
kawanan/ kumpulan
Selalu melakukan kontrol dan pemerikasan secara rutin kepada
sekelompok atau kawanan hewan pemeliharaan.
Mengganti pakaian pada saat di farms
Agar tidak terkontaminasi, maka para pekerja di farms
diharuskan mengganti pakaian setelah dan sesudah bekerja di
area frams.
Bersihkan dan disinfeksi kendaraan transport
Selalu membersihkan kendaraan yang digunakan sebagai
transport hewan dan selalu di disinfeksi.
Mengontrol rodent dan burung
Mengontrol rodent dan burung-burung yang bersifat sebagai
vektor penyebaran suatu penyakit.
Membatasi lalu lintas manusia antara farms
Selalu mengontrol lalu lintas manusia sebagai pembawa suatu
agen penyakit yang dapat menyebar pada area farms.
8. Menjaga Kesehatan Hewan Melalui Manajemen Pemeliharaan yang
Baik
16
Salah satu faktor yang menentukan kesehatan dari hewan
adalah manajemen pemeliharaannya. Apabila manajemen
pemeliharaan dilakukan dengan baik maka akan meminimalisir
kejadian penyakit pada hewan sehingga peternak tidak akan
mengalami kerugian ekonomis seperti menurunnya produksi susu
sapi, pengeluaran biaya pengobatan untuk hewan yang sakit dan
sebagainya. Beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain
yaitu:
1.Bangunan, Lokasi dan Fasilitas
Konstruksi bangunan pada peternakan harus memadai dan sesuai
standar dari populasi hewan yang ada, lokasi bangunan harus
jauh dari pemukimam atau pedesaan dengan persediaan sumber
air yang cukup, fasilitas atau peralatan yang digunakan
terbuat dari material non toxic, tidak bersifat korosif mudah
dibersihkan dan harus bebas dari kontaminasi bakteri,
insekta, helminth atau agen pathogen lainnya. Ketika suhu di
luar ruangan mencapai di bawah 32 , semua hewan domestik
harus dipindahkan ke ruangan tertutup.
2.Pakan dan Minum
Pakan dan minum yang diberikan harus memenuhi gizi yang
seimbang dan bebas dari kontaminasi bakteri. Peralatan pakan
ataupun minum harus dibersihkan secara rutin untuk mencegah
berkembangnya agen penyakit seperti bakteri, nyamuk, virus.
Pakan yang disediakan tergantung dari umur, spesies,
kondisi, dan ukuran hewan.
17
3.Personal Higiene
Transimisi dari penyakit tidak hanya melalui lingkungan,
kontaminasi pakan dan minum akan tetapi peternak yang tidak
menjaga kebersihan dari dirinya juga dapat beresiko
mentransmisikan agen penyakit kepada hewan. Seperti contoh
tidak mencuci tangan dengan bersih sebelum dan sesudah
melakukan pemerahan susu pada sapi, tidak menggunakan glove
saat melakukan palpasi rectal dan lain sebagainya.
4.Penyimpanan Hasil Produk
Hasil produksi dari hewan ternak terutama sapi seperti susu
atupun daging, harus dijaga kebersihannya segera setelah
sapi diperah ataupun sapi dipotong. Apabila pada sapi potong
dapat dilakukan pemeriksaan postmortem terlebih dahulu.
Hasil produksi yang baik sebaiknya dipisahkan dari hasil
produksi yang kurang baik ataupun dari bahan-bahan kimia
agar tidak tejadi kontaminasi.
9. Kualitas Pakan
Penyimpanan pakan ternak merupakan salah satu faktor yang
menentukan kualitas pakan. Hindari penyimpanan pakan pada
tempat yang lembab, berdebu, atau tempat-tempat yang
memungkinkan terjadinya kontaminasi bakteri, burung, tikus
atau agen patogen lainnya. Pemberikan pakan pada hewan harus
sesuai dengan standart gizi yang dibutuhkan.
18
Gambar 1. Beberapa Contoh Produk Pakan Hewan
10. Jaminan Kualitas dan Mutu Produk
Pengembangan kualitas dan mutu produk hewan dapat
dilakukan dengan cara monitoring kesehatan hewan, manajemen
pemeliharaan yang baik, mengadakan dan mengikuti sosialisasi
tentang produk-produk hewan, mengikuti perkembangan teknologi,
reproduksi, kesehatan maupun manajemen pemeliharaan tentang
hewan ternak terkini guna meningkatkan kuliatas dan mutu dari
produk yang akan dihasilkan.
19
DAFTAR PUSTAKA
ACVM Standard For Good Manufacturing Practice. New Zealand. ISBN
0-478-07572-3. 24 ACVM 01/07.
Agustina, H., dkk. 2000. Monitoring dan Surveillance Residu Cemaran Mikroba
di Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat. Dilavet 9
(3): 1-5.
Darsono, R. 1996. Deteksi Residu Oksitetrasiklin dan Gambaran Patologi Anatomi
Hati dan Ginjal Ayam Kampung yang Dijual di Lima Pasar Kodya Surabaya.
Media Kedokteran Hewan 12 (3): 178-182.
Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri Indonesia (DJPLNI).
2003. Upaya Penyesuaian terhadap Ketentuan Interim Final Rules of Registration
On Food Facilities dan Prior Notice of Imported Food Shipment dalam “The Public
Health Security and Bioterrorism Preparedness and Response Act of 2002 (The
Bioterrorism Act). Surat edaran. Nomor: 843/DAGLU/X/2003.
Food and Drug Administration Taiwan (FDAT). 2013. Pedoman
Penggunaan Obat secara Aman Bagi Imigran Baru. Taiwan: DEPKES.
Masrianto. 2013. Uji Residu Antibiotik pada Daging Sapi yang Dipasarkan di Pasar
Tradisional Kota Banda Aceh. Banda Aceh: Medikal Veterinaria.
ISSN: 0853-1943.