GEOMORFOLOGI INDONESIA : PULAU SUMATERA

28
PULAU SUMATERA A. SEJARAH TERBENTUKNYA PULAU SUMATERA Proses pengangkatan pertama dimulai pada Paleogen bawah, pada zaman tersebut terjadi aktivitas persesaran (fault) dan pembentukan rift atau struktur depresi yang memanjang/ paralel dengan struktur regional. Pada zaman Oligo-miosen lapisan ini mengalami penurunan dan sebagian dari bukit barisan sampai di bawah permukaan air laut. Sedimen yang terendapkan terdapat di bagian barat dan timur dari graben tengah yang sifatnya lokal. Pada zaman Oligo-Miosen tersebut di Sumatra Selatan 1

Transcript of GEOMORFOLOGI INDONESIA : PULAU SUMATERA

PULAU SUMATERA

A.SEJARAH TERBENTUKNYA PULAU SUMATERA

Proses pengangkatan pertama dimulai pada Paleogen

bawah, pada zaman tersebut terjadi aktivitas persesaran

(fault) dan pembentukan rift atau struktur depresi yang

memanjang/ paralel dengan struktur regional. Pada zaman

Oligo-miosen lapisan ini mengalami penurunan dan

sebagian dari bukit barisan sampai di bawah permukaan

air laut. Sedimen yang terendapkan terdapat di bagian

barat dan timur dari graben tengah yang sifatnya lokal.

Pada zaman Oligo-Miosen tersebut di Sumatra Selatan

1

terjadi aktifitas volkanisme yang menghasilkan larva

andesit.

Pada zaman Miosen tengah terjadi pengangkatan yang

besar sehingga membentuk Geantiklin Sumatra. Pada saat

itu terjadi blok patahan-patahan yang diikuti aktivitas

vulkanisme. Intrusi granodiorit terjadi juga pada zaman

miosen tengah. Pada zaman ini tidak terjadi penurunan

yang berarti dan terjadi proses pandataran yang cukup

lama akibat erosi.

Periode Oregenik yang terakhir terjadi pada zaman

Plio-Pleistosen yang mengakibatkan pembentukan patahan

blok dan peremajaan dari rift. Salah satu zone patahan

yang terjadi pada zaman Plio-Pleistosen adalah zone

patahan Semangko. Pada zaman Kuarter terjadi kegiatan

gunung api dan kegiatan gunung api pada zaman Kuarter

tersebut sebagian besar berasosiasi dengan sesar,

misalnya bila suatu tempat terjadi sesar akan diikuti

bentambahnya gunung api yang baru. Ada juga kegiatan

gunung api yang mengakibatkan depresi yang seolah-olah

merupakan hasil dari persesaran.

1. Sumatra Sebelah Barat

Sumatra sebelah barat

tersusun atas endapan batuan

tersier yang sangat tebal

dan bersifat resistensi

2

terhadap erosi kecil. Singkapan-singkapan batuan

yang berumur pretersier di jalur non-vulkanik

sangat jarang ditemukan, sedangkan batuan basalt

ditemukan secara lokal. Proses pengangkatan yang

menghasilkan jalur pegunungan non vulkanik terjadi

pada zaman Kuarter.

2. Sumatra Sebelah Timur

Pulau Sumatra sebelah

timur merupakan bagian dari

Dangkalan Sunda terutama yang

tersusun atas batuan sedimen

Mesosoikum dan Poleisoikum

dan pada bagian atasnya

terjadi intrusi granit.

Seluruh daerah ini telah mengalami pendataran dan

kenampakan-kenampakan struktural masih dapat diamati.

3. Sumatra Selatan

Ciri-ciri pegunungan

yang tersebar di Sumatra

Selatan sebagian besar

pegunungan blok dan

ditumbuhi oleh gunung

api. Ciri dari

pegunungan blok lain

adalah di bagian

3

tenggara merupakan dataran rendah dan permukaannya agak

datar karena base-lavelling yang cukup lama.

Sebelah barat merupakan graben tengah yang miring

ke arah barat dan bagian timur graben tengah miring ke

arah timur. Gunung api yang muncul di pegunungan blok

berasosiasi dengan terjadinya proses sesar. Material

vulkanik menutup sebagian besar dari bukit barisan

terutama sebelah timur graben tengah. Blok bagian timur

graben tengah tertutup oleh endapan tuff tua yang cukup

luas di sebelah utara Lampung yang dicirikan oleh

adanya proses lipatan. Di Sumatra Selatan terdapat lava

basalt dan terjadi sesar serta lava riolitik keluar

dari blok Selampung. Sumatra Selatan dibagi menjadi

empat zone:

4. Sumatra Bagian Tengah

1) Ciri-ciri:

Mirip Sumatra Selatan

Merupakan lanjutan

dari

blok Bengkulu

Sungainya mempunyai

perubahan secara

mendadak terutama

4

yang mengalir ke

barat.

5. Sumatra Utara

Schurmann (1930)

menggambarkan bagian

Paleogene ke dalam

pegunungan Batak Lands,

membentuk rangkaian

pegunungan Pre-Tersier

sampai timur laut.

Danau Toba dari geologinya

termasuk vulkano tektonik. Kenampakan morfologi Toba

lebih muda dari lembah Asahan. Lembah Asahan merupakan

aliran tuff dan memotong dekat Porsea oleh Kawah Toba.

Pusat patahan blok Toba, setelah runtuh Kawah Toba

mengalami patahan. Kemiringan terus-menerus sepanjang

waktu juga dikelilingi blok. Ketinggian maksimum Danau

Toba lebar 500 m dan tinggi 1400 m (air danau Toba ).

Volume kawah sekitar 1000-2000 cb/km3 dan terisi oleh

piroklastik. Depresi Toba telah ada sebelum ledakan.

Daerah sekeliling Toba merupakan lereng curam. Aliran

ignimbetrstes pada Pre-Tersier dan batuan Neogen

menurun ke selatan dengan lereg danau yang terjal

antara 1600 m.

5

Timbunan danau lebih muda yaitu terletak di

sebelah barat laut Samosir antara Balige dan Poresia.

Blok Samosir dan Penisula marupakan timbunan Prapat dan

Porosea. Kearah barat dip 5-8 derajat (timbunan pulau

Samosir) dan ke arah timur dip 10-15 derajat dengan

dasar tuff. Sisi barat merupakan pusat dome dibentuk

oleh Pulau Samosir dan ke arah barat oleh Ulukan

Penisula.

B.MORFOLOGI / BENTUK LAHAN PULAU SUMATERA

Pulau Sumatera

terletak di bagian barat

gugusan Kepulauan

Nusantara. Di sebelah

utara berbatasan dengan

Teluk Benggala, di timur

dengan Selat Malaka, di

sebelah selatan dengan

Selat Sunda, dan di

6

sebelah barat dengan Samudera Hindia. Di sebelah timur

pulau, banyak dijumpai rawa yang dialiri oleh sungai-

sungai besar, antara lain; Asahan (Sumatera Utara),

Kampar, Siak dan Sungai Indragiri (Riau), Batang Hari

(Sumatera Barat, Jambi), Ketahun (Bengkulu), Musi,

Ogan, Lematang, Komering (Sumatera Selatan), dan Way

Sekampung (Lampung).

Di bagian barat pulau, terbentang Pegunungan

Barisan yang membujur dari utara hingga selatan. Hanya

sedikit wilayah dari pulau ini yang cocok digunakan

untuk pertanian padi. Sepanjang bukit barisan terdapat

gunung-gunung berapi yang hingga saat ini masih aktif,

seperti Merapi (Sumatera Barat), Bukit Kaba (Bengkulu),

dan Kerinci (Jambi). Pulau Sumatera juga banyak

memiliki danau besar, di antaranya Laut Tawar (Aceh),

Danau Toba (Sumatera Utara), Danau Singkarak, Danau

Maninjau, Danau Diatas, dan Danau Dibawah (Sumatera

Barat), dan Danau Ranau (Lampung dan Sumatera Selatan).

Luas Pulau Sumatra ± 435.000 km² memanjang dari

Barat – Laut ke tenggara dengan panjang 1.650 Km dari

UleLhee sampai Tanjung Cina (Djodjo dkk, 1985, 41)

lebar pulau di bagian Utara berkisar 100 – 200 Km di

bagian Selatan mencapai 350 Km. Pulau Sumatra,

berdasarkan luas merupakan pulau terbesar keenam di

dunia.

7

Pegunungan Bukit Barisan dengan beberapa puncaknya

yang melebihi 3.000 m di atas permukaan laut, merupakan

barisan gunung berapi aktif, berjalan sepanjang sisi

barat pulau dari ujung utara ke arah selatan; sehingga

membuat dataran di sisi barat pulau relatif sempit

dengan pantai yang terjal dan dalam ke arah Samudra

Hindia dan dataran di sisi timur pulau yang luas dan

landai dengan pantai yang landai dan dangkal ke arah

Selat Malaka, Selat Bangka dan Laut China Selatan.

Gambaran secara umum keadaan fisiografi pulau

Sumatera agak sederhana. Fisiografinya dibentuk oleh

rangkaian Pegunungan Barisan di sepanjang sisi

baratnya, yang memisahkan pantai barat dan pantai

timur. Lerengnya mengarah ke Samudera Indonesia dan

pada umumnya curam. Hal ini mengakibatkan jalur pantai

barat kebanyakan bergunung-gunung kecuali dua ambang

dataran rendah di Sumatera Utara (Melaboh dan

Singkel/Singkil) yang lebarnya ±20 km. Sisi timur dari

pantai Sumatra ini terdiri dari lapisan tersier yang

sangat luas serta berbukit-bukit dan berupa tanah

rendah aluvial.

1. Keadaan Geologis

Di Sumatra Selatan: khususnya bagian tengah

cekungan yang paling tebalendapannya yaitu Palembang

8

Selatan dan Tengah, tektonik sekunder epidermal

Compressive Settling menghasilkan anticlinoria.

Dibukit Pendopo dan Pegunungan Duabelas

pelipat ini menyebabkanbatuan pratersier nampak di

permukaan bumi. Secara fisiografis Cekungan Sumatra

Selatan merupakan cekungan Tersier berarah barat laut-

tenggara, yang dibatasi Sesar Semangko dan Bukit

Barisan di sebelah barat daya, Paparan Sundadi sebelah

timur laut, ketinggian Lampung di sebelah tenggara yang

memisahkancekungan tersebut dengan Cekungan Sunda,

serta Pegunungan Dua Belas dan Pegunungan Tiga Puluh di

sebelah barat laut yang memisahkan Cekungan Sumatra

Selatan dengan Cekungan Sumatra Tengah.

Blake (1989) menyebutkan bahwa daerah

Cekungan Sumatra Selatan merupakan cekungan busur

belakang berumur Tersier yang terbentuk sebagai akibat

adanya interaksi antara Paparan Sunda (sebagai bagian

dari lempeng kontinen Asia) dan lempeng Samudera India.

Daerah cekungan ini meliputi daerah seluas 330 x 510

km2, dimana sebelah barat daya dibatasi oleh singkapan

Pra-Tersier Bukit Barisan, di sebelah timur oleh

Paparan Sunda (Sunda Shield),sebelah barat dibatasi

oleh Pegunungan Tiga puluh dan ke arah tenggara

dibatasioleh Tinggian Lampung.Menurut Salim et al.

(1995), Cekungan Sumatra Selatan terbentuk selamaAwal

9

Tersier (Eosen-Oligosen) ketika rangkaian (seri)

graben berkembang sebagai reaksi sistem penunjaman

menyudut antara lempeng Samudra India dibawah lempeng

Benua Asia.Menurut De Coster, 1974 (dalam Salim, 1995),

diperkirakan telah terjadi 3episode orogenesa yang

membentuk kerangka struktur daerah Cekungan Sumatra

Selatan yaitu orogenesa Mesozoik Tengah, tektonik Kapur

Akhir-Tersier Awaldan Orogenesa Plio-Plistosen.Episode

pertama, endapan-endapan Paleozoik dan Mesozoik

termetamorfosa, terlipat dan terpatahkan menjadi

bongkah struktur dan diintrusioleh batolit granit serta

telah membentuk pola dasar struktur cekungan.

Akibat pergerakan horisontal ini, orogenesa yang

terjadi pada Plio-Plistosen menghasilkan lipatan yang

berarah barat laut-tenggara tetapi sesar yang terbentuk

berarah timur laut-barat daya dan barat laut-tenggara.

Jenis sesar yang terdapat pada cekungan ini adalah

sesar naik, sesar mendatar dan sesar normal. Kenampakan

struktur yang dominan adalah struktur yang berarah

barat laut-tenggara sebagai hasil orogenesa Plio-

Plistosen.

Dengan demikian pola struktur yang terjadi dapat

dibedakan atas pola tua yang berarah utara-selatan dan

barat laut-tenggara serta pola muda yang berarah barat

laut-tenggara yang sejajar dengan Pulau Sumatra.

10

Sumatera memang di kenal Pulau yang paling rawan

gempa bumi. Pergerakan patahan Sumatera ini merupakan

manifestasi dari pergerakan lempeng Australia yang

menyusup ke dalam lempeng Eurasia dimana sebagian besar

energi dari pergerakan lempeng-lempeng tersebut

dipindahkan ke pergerakan patahan Sumatera. Pemindahan

energi dari lempeng yang bertumbukan tersebut

dimaksudkan untuk mengakomodasikan tumbukan bersudut

(oblique convergent) dari lempeng Australia dan lempeng

Eurasia.

Akibat tumbukan bersudut dari lempeng Indo-

Australia dan lempeng Eurasia akan terdapat suatu

bentuk permukaan di ujung pertemuan lempeng berupa

kerucut terpancung yang membentuk suatu rangkaian

pegunungan bawah laut. Terekamnya suatu penemuan gunung

di bawah laut sepanjang batas Palung Sumatera hingga

Trench Jawa disebabkan akumulasi tekanan kuat dari

lempengIndo-Australia yang menimbulkan fenomena

kegempaan terbesar di Sumateradiabad 21 dalam kurun 10

tahun ini yaitu gempa Bengkulu di tahun 2000,

gempaSimeulue 2002, gempa Aceh-Nikobar tercatat gempa

dahsyat terbesar dunia ditahun 2004, lalu gempa Nias-

Simeulue 2006, gempa Bengkulu tahun 2007, gempa

Sumatera Barat-Bengkulu 2007 dan Gempa Sumatera

Barat 2009. Rangkaian gempa itu telah mengubah posisi

letak koordinat wilayah beberapapulau-pulau di

11

sepanjang Pantai Barat Sumatera karena ada

perubahanbatimetri/topografi kelautan oleh pengangkatan

kerak batuan yang muncul seperti tudung, ketinggian

gunung baru ini bisa mencapai ratusan meter.

Zona patahan didaratan Sumatera bersentuhan dengan

jalur magmatik, pembentukan gunung yang menyebabkan

perubahan kondisi geologi kekuatan material batuan

menjadi retak-retak. Memicu suatu perubahan lapisan

kerak bumipada batuan oleh efek persentuhan dinding

magma lebih cepat, penjalaran energiseismik akan

menggetarkan lebih cepat penguraian dari keretakan

kekuatanbatuan dan memudahkan gelombang seismik

melewati beragam lapisandiskontinuitas batuan yang

tidak homogen di bawah bumi Pulau Sumatera dengan gerak

tidak beraturan di daerah ruas-ruas patahan yang

telah terbentuk sebelumnya sehingga memungkinkan akan

ada perubahan topografi geologibawah permukaan.

2. Kondisi Hidrologi

Sumatra mempunyai bentuk memanjang, dari Kota Raja

sampai Bagian utara sampai Tanjung Cina di bagian

selatan sepanjang 1650 km dan sepanjang pantai banyak

12

teluk-teluknya. Gambaran secara umum keeadaan

fisiografi pulauitu agak sederhana. Fisiografinya

dibentuk oleh rangkaian Pegunungan Barisan disepanjang

sisi baratnya, yang memisahkan pantai barat dan

pantai timur.Lerengnya mengarah ke Samudera Indonesia

dan pada umumnya curam. Hal ini mengakibatkan jalur

pantai barat kebanyakan bergunung-gunung kecuali dua

ambang dataran rendah di Sumatera Utara (Melaboh dan

Singkel atau Singkil)yang lebarnya ±20 km. Sisi timur

dari pantai Sumatra ini terdiri dari lapisantersier

yang sangat luas serta berbukit-bukit dan berupa tanah

rendah aluvial. Jalur rendah terdapat di bagian timur.

Pada bagian ini banyak mengandung biji intantersebar di

Aceh yang lebarnya 30 km. Semakin ke arah selatan

semakin melebar dan bertambah hingga 150-200 km yang

terdapat di Sumatra Tengah dan Sumatra Selatan. Kondisi

atau jenis tanah yang terdapat di Sumatra antara lain

alluvial Hidromorfik Kuning, Organosol, Podsolik

Merah Kuning, Podsolik Coklat, Latosol, Litosol,

Andosol, dan ada beberapa jenis tanah lainnya yang juga

tersebar di seluruh pulau Sumatra. Sumatra berada pada

iklim tropis basah, dengan kondisi tersebut menyebabkan

curah hujan yang banyak. Sehingga hidrologi di sana

ataukeadaan akuifer di Sumatra mudah ditemukan hampir

disemua wilayah Sumatra.Pengembangan potensi wilayah di

Pulau ini dapat dilakukan diberbagaibidang antara

13

lain bidang pertanian, perkebunan, kehutanan,

perikanan,pertambangan, pariwisata, dan lain-lain. Hal

ini dapat dikembangkan dengan baik karena didukung

dengan kondisi fisik wilayah Sumatera. Potensi iklim,

terutamacurah hujan yang tinggi dan penyebarannya yang

cukup merata sepanjang tahun,serta kondisi tanahnya

yang yang bervariasi sehingga menjadikan lahan di

Pulau.

Sumatra memiliki potensial untuk produksi

pertanian, perkebunan, kehutanan.Dan dengan memiliki

sumber daya air yang besar, baik potensi air di

permukaanseperti sungai, waduk maupun perairan laut

sehingga baik untuk pengembanganproduksi perikanan.

Selain itu Pulau Sumatra memiliki obyek wisata yang

tidak kalah menarik dengan daerah lain, baik wisata

alam, wisata budaya, maupunwisata sejarah sehmgga

wilayah ini juga penting untuk pengembangan di sektor

pariwisata.

3. Kondisi Geomorfologis

Gambaran secara umum keadaan fisiografi pulau itu

agak sederhana. Fisiografinya dibentuk oleh rangkaian

Pegunungan Barisan di sepanjang sisi baratnya, yang

memisahkan pantai barat dan pantai timur. Lerengnya

mengarah ke Samudera Indonesia dan pada umumnya curam.

Hal ini mengakibatkan jalur pantai barat kebanyakan

14

bergunung-gunung kecuali dua ambang dataran rendah

diSumatera Utara (Melaboh dan Singkel/Singkil) yang

lebarnya ±20 km. Sisi timur dari pantai Sumatra ini

terdiri dari lapisan tersier yang sangat luas serta

berbukit-bukit dan berupa tanah rendah aluvial. Jalur

rendah terdapat di bagian timur. Pada bagian ini banyak

mengandungbiji intan tersebar di Aceh yang lebarnya 30

km. Semakin ke arah selatan semakinmelebar dan

bertambah hingga 150-200 km yang terdapat di Sumatra

Tengah danSumatra Selatan.1. Rangkaian Bukit

Barisan.Elemen orografis yang utama adalah Bukit

Barisan yang panjangnya 1650km dan lebarnya ±100 km

(puncak tertingginya ialah Gunung Kerinci danGunung

Indrapura 3800 m).

Bukit Barisan merupakan rangkaian sejumlah

pegunungan yang sejajar atau colisses yang setelah

cabang lainnya ke luar dariarah pokok barat laut

tenggara, dikatakan bahwa arahnya lebih ke arah timur

baratdan merosot (menurun) ke arah tanah rendah di

bagian timur. Di antara Sungai Wampu dan Barumun

merupakan Pegunungan Barisan yang bercorak empatpersegi

panjang (sumbu barat laut tenggara 275 km panjangnya

dan 150 kmlebarnya). Puncak ini disebut Batak Tumor.

Pada bagian puncak yang mempunyai ketinggian 2000 m

(sibutan 2457 m) terdapat kawah besar Toba yang

panjangnya31 km, serta luasnya 2269 km2, sedangkan

15

Danau Toba panjangnya 87 km danluasnya 1776,5 km2

(termasuk Pulau Samosir).Sistem Barisan di Sumatra

Tengah terdiri dari beberapa pegunungan blok.Bagian

yang paling sempit pada peralihan Batak Tumor (75 m)

yang kemudianmelebar menjadi 175 m pada irisan

penampang bukit Padang. Perbukitan yangtertinggi

terletak di bagian barat daya dengan ketinggian lebih

dari 2000 m,kemudian berangsur-angsur semakin rendah ke

arah dataran rendah SumatraTimur (Lisun-Kuantan-Lalo

1000 m dan Suligi Lipat Kain ketinggiannya lebihdari

500 m). TOBLER (1971) membedakan elemen-elemen

tektonis dan morfologi Sumatra sebagai berikut:

a. Dataran alluvial terbentang di pantai timur.

b. Tanah endapan/ Foreland tersier (peneplain) dengan

Pegunungan Tiga Puluh

c. Depresi sub Barisan

d. Barisan depan / fore barisandengan masa lipatan

berlebihan (over thrustmasses)

e. Scheifer Barisan dengan lipatan yang hebat dan

batuan metamorf.

f. Barisan tinggi/ High Barisan dengan vulkan- vulkan

muda.

g. Dataran alluvial terbentang di pantai barat.

Berdasarkan kajian perkembangan geologi, Pulau

Sumatra dibedakan menjadi: Basin Tersier di Sumatra

16

Timur (a-c) disebut zone I, rangkaian pegunungan

berbongkah di sebelah utara Umbilin disebut zone II,

Fore barisan merupakan zone III, The Schiefer Barisan

(e) tergolong zone IV kecuali zone Schiefer Barisan di

sebelah utara Padang, dan High Barisan (f) termasuk

zone V.Zone II dan III termasuk unsur luar terletak di

sisi timur dari Bukit Barisan. Lengkung geantiklin di

Bukit Barisan terangkat pada zaman Pleistosen

merupakan zone IV dan V.Elemen-elemen tektonis dan

morfologi Sumatra (Verstappen) Dataran pantai barat

(pantai abrasi), merupakan daerah yang sempit, bahaya

terkena erosi dan abrasi, pantainya berpasir dan tidak

cocok untuk dijadikan sebagai permukiman.

Landas Bengkulu. Merupakan kawasan lahan rusak di

sebelah barat bukit barisan dan banyak tererosi,

serta memiliki lereng yang terjal.

Deretan pegunungan vulkan muda. Daerahnya sempit

dan erosinya tinggi.

Depresi sub barisan (lembah bongkah semangka).

Tidak cocok sebagitempat hidup karena sangat

sempit.

Daerah Basalt Sukadana Lampung. Irigasnya sangat

sulit karena tidak terdapat simpanan

air.Landaian sebelah timur. Cocok bila

17

dijadikansebagai tempat hidup karena tanahnya

datar. Dimanfaatkan sebagai daerahtransmigrasi.

Daerah ini berkembang menjadi daerah transmigrasi

terluasdi Sumatera.

Dataran aluvial pantai timur. Merupakan daerah

Rawa Payau.2. Zone SemangkaZone ini merupakan

suatu corak permukaan yang

mencerminkankarakteristik dari Geantiklin Barisan

sepanjang pulau itu secara keseluruhan,

yangdinamakan jalur depresi- menengah pada puncak

yang disebut Semangko RiftZone. Zone Semangko ini

terbentang mulai dari teluk semangko di

SumateraSelatan dan berkembang lebih jauh ke arah

Trog lembah Aceh dengan Kota Rajasebagai ujung

utaranya. Di beberapa jalur ini terisi dan

tertutup oleh vulkan-vulkan muda.3. Arah Struktur

Pokok Secara umum arah struktur pokok dari Pulau

Sumatra adalah:

Sisi barat Geantiklin Barisan terbentang di

sebelah barat jalur Semangkoberada pada setengah

Pulau Sumatera di sebelah selatan Padang tepatnya.

Sisibaratnya terbentuk oleh blok kerang yang

panjang dan miring ke SamuderaHindia, dan disebut

Block Bengkulu.

18

Gawir sesar sepanjang jalur semangko memisahkan

pantai barat dan timur.Disebut juga Bukit Barisan

Sensu stricto atau barisan tinggi.

Ujung selatan bukit barisan adalah daerah Lampung.

Di antara Padang dan Padang Sidempuan struktur

geantiklinal Bukit Barisan tidak menentu.

Geantiklinal block pegunungan yang memanjang di

sisi timur, sama dengan daerah di sisi barat

sungai subsekuen dan cabang-cabangnya.

Batak Tumor yang merupakan lanjutan dari Bukit

Barisan yang berupa kubah geantiklinal besar yang

terpotong oleh jalur Semangko.

Bukit Barisan di daerah Aceh adalah bagian teruwet

pecah menjadi sejumlah pegunungan Block,

yaitublock leuser dan pegunungan barat.

Kedudukannyasearah sisi barat seperti Block

Bengkulu.

Di sebelah barat bukit Barisan terbentang palung

antara sistem pegunungan Sunda yang membentuk

cekungan laut antara Sumatera dan rangkaian pulau-

pulau di baratnya.

Daftar gunung di Sumatra

Gunung Dempo (3159 m)

Gunung Kerinci (3.805 m)

Gunung Leuser (3172 m)

19

Gunung Marapi (2,891.3 m)

Gunung Perkison (2300 m)

Gunung Pesagi

Gunung Rajabasa (1281 m)

Gunung Sekincau (1718 m)

Gunung Seulawah Agam (1.726 m)

Gunung Sibayak (2.212 m)

Gunung Singgalang (2.877 m)

Gunung Talamau (2,912 m)

Gunung Tandikat (2438 m)

Gunung Tanggamus (1162 m)

C.PROSES TERJADINYA PULAU SUMATRA

Pulau Sumatra tersusun atas dua bagian utama,

sebelah barat didominasi oleh keberadaan lempeng

samudera, sedang sebelah timur didominasi oleh

keberadaan lempeng benua. Berdasarkan gaya gravitasi,

magnetisme dan seismik ketebalan sekitar 20 kilometer,

dan ketebalan lempeng benua sekitar 40 kilometer

(Hamilton, 1979).

20

Sejarah tektoik Pulau Sumatra berhubungan erat

dengan dimulainya peristiwa pertumbukan antara lempeng

India-Australia dan Asia Tenggara, sekitar 45,6 juta

tahun yang lalu, yang mengakibatkan rangkaian perubahan

sistematis dari pergerakan relatif lempeng-lempeng

disertai dengan perubahan kecepatan relatif antar

lempengnya berikut kegiatan ekstrusi yang terjadi

padanya. Gerak lempeng India-Australia yang semula

mempunyai kecepatan 86 milimeter/tahun menurun menjaedi

40 milimeter/tahun karena terjadi proses tumbukan

tersebut. (Char-shin Liu et al, 1983 dalam Natawidjaja,

1994). Setelah itu kecepatan mengalami kenaikan sampai

sekitar 76 milimeter/ tahun (Sieh, 1993 dalam

Natawidjaja, 1994). Proses tumbukan ini pada akhirnya

mengakibatkan terbentuknya banyak sistem sesar sebelah

timur India.

Keadaan Pulau Sumatra menunjukkan bahwa kemiringan

penunjaman, punggungan busur muka dan cekungan busur

muka telah terfragmentasi akibat proses yang terjadi.

Kenyataan menunjukkan bahwa adanya transtensi (trans-

tension) Paleosoikum Tektonik Sumatra menjadikan

tatanan Tektonik Sumatra menunjukkan adanya tiga bagian

pola (Sieh, 2000). Bagian selatan terdiri dari lempeng

mikro Sumatra, yang terbentuk sejak 2 juta tahun lalu

dengan bentuk geometri dan struktur sederhana, bagian

21

tengah cenderung tidak beraturan dan bagian utara yang

tidak selaras dengan pola penunjaman.

a) Bagian Selatan Pulau Sumatra memberikan kenampakan

pola tektonik:

1. Sesar Sumatra menunjukkan sebuah pola geser

kanan en echelon dan terletak pada 100-135

kilometer di atas penunjaman.

2. Lokasi gunung api umumnya sebelah timur-laut

atau di dekat sesar.

3. Cekungan busur muka terbentuk sederhana,

dengan ke dalaman 1-2 kilometer dan

dihancurkan oleh sesar utama.

4. Punggungan busur muka relatif dekat, terdiri

dari antiform tunggal dan berbentuk

sederhana.

5. Sesar Mentawai dan homoklin, yang dipisahkan

oleh punggungan busur muka dan cekungan busur

muka relatif utuh.

6. Sudut kemiringan tunjaman relatif seragam.

b) Bagian Utara Pulau Sumatra memberikan kenampakan

pola tektonik:

22

1. Sesar Sumatra berbentuk tidak beraturan, berada

pada posisi 125-140 kilometer dari garis

penunjaman.

2. Busur vulkanik berada di sebelah utara sesar

Sumatra.

3. Kedalaman cekungan busur muka 1-2 kilometer.

4. Punggungan busur muka secara struktural dan

kedalamannya sangat beragam.

5. Homoklin di belahan selatan sepanjang beberapa

kilometer sama dengan struktur Mentawai yang

berada di sebelah selatannya.

6. Sudut kemiringan penunjaman sangat tajam.

c) Bagian Tengah Pulau Sumatra memberikan kenampakan

tektonik:

1. Sepanjang 350 kilometer potongan dari sesar

Sumatra menunjukkan posisi memotong arah

penunjaman.

2. Busur vulkanik memotong dengan sesar Sumatra.

3. Topografi cekungan busur muka dangkal, sekitar

0.2-0.6 kilometer, dan terbagi-bagi menjadi berapa

blok oleh sesar turun miring

4. Busur luar terpecah-pecah.

5. Homoklin yang terletak antara punggungan busur

muka dan cekungan busur muka tercabik-cabik.

6. Sudut kemiringan penunjaman beragam.

23

Sesar Sumatra sangat tersegmentasi. Segmen-segmen

sesar sepanjang 1900 kilometer tersebut merupakan upaya

mengadopsi tekanan miring antara lempeng Eurasia dan

India-Australia dengan arah tumbukan 10°N-7°S.

Sedikitnya terdapat 19 bagian dengan panjang masing-

masing segmen 60-200 kilometer,

Tatanan tektonik regional sangat mempengaruhi

perkembangan busur Sunda, di bagian barat, pertemuan

subduksi antara lempeng Benua Eurasia dan lempeng

Samudra Australia mengkontruksikan Busur Sunda sebagai

sistem busur tepi kontinen (epi-continent arc) yang

relatif stabil; sementara di sebelah timur pertemuan

subduksi antara lempeng samudra Australia dan lempeng-

lempeng mikro Tersier mengkontruksikan sistem busur

Sunda sebagai busur kepulauan (island arc) kepulauan

yang lebih labil.

Perbedaan sudut penunjaman antara Propinsi Jawa

dan Propinsi Sumatra Selatan Busur Sunda mendorong pada

kesimpulan bahwa batas Busur Sunda yang mewakili sistem

busur kepulauan dan busur tepi kontinen terletak di

Selat Sunda. Penyimpulan tersebut akan menyisakan

pertanyaan, karena pola kenampakan anomali gaya berat

menunjukkan bahwa pola struktur Jawa bagian barat yang

cenderung lebih sesuai dengan pola Sumatra dibanding

dengan pola struktur Jawa bagian Timur. Secara vertikal

24

perkembangan struktur masih menyisakan permasalahan

namun jika dilakukan pembangungan dengan struktur

cekungan Sumatra Selatan, struktur-struktur di Pulau

Sumatra secara vertikal berkembang sebagai struktur

bunga.

Berdasarkan teori undasi Seksi Andaman dan Nikobar

yang pusat undasinya di Margui menghasilkan

penggelombangan emigrasi yang mengarah ke Godwanland,

sehingga hal tersebut mempegaruhi pegunungan di Sumatra

Utara (Atlas dan Gayao) dimana arah pegunungan timur

barat seperti Pegunungan Gayo Tengah berbeda dengan

pegunungan pada umumnya di Sumatra yang arahnya barat

laut–tenggara. Dengan demikian di Sumatra terjadi

pertemuan antar gelombang dengan pusat undasi Margui

dan pusat undasi Anambas. Titik pertemuannya adalah di

Gunung Lembu, adapun busur dalam hasil penggelombangan

dari pusat undasi Margui adalah kepulauan Barren-

Narkondam dan busur luar Andaman–Nikobar–Gayo Tengah.

Sedangkan Seksi Sumatra dengan pusat undasinya di

Anambas, penggelombangan dari pusat undasi Anambas

telah berkembang sejak Palaezoikumakhir, Sehingga

menghasilkan sisitem Orogene Malaya pada Mesozoikum

bawah (Trias, Jura), system Orogene Sumatra pada

Mesozoikum atas (Crataceus) dan system orogene Sunda

pada priode tersier kuarter yang dimaksud dengan

25

Orogene Malaya adalah busur pegunungan yang terbentuk

pada Mesozoikun bawah dengan busur Zone Karimata dan

busur luar Daerah Timah. Yang dimaksud dengan Orogene

Sumatra adalah busur pengunungan yang terbentuk pada

Mesozoikun atas dengan busur dalam Sumatra Timur dan

busur luar Sumatra Barat. Yang dimaksud dengan

Orogenesa Sunda adalah busur pengununagn yang terbuntuk

periode Tersier-Kuarter dengan busur dalam Bukit

Barisan dan busur luar pulau-pulau sebelah barat

Sumatra. Bukit Barisan pada Mesozoikum atas masih

merupakan Foredeep, memasuki tersier baru mengalami

pengangkatan pada priode Tersier pulau-pulau di sebelah

barat Sumatra dari Nias sampai Enggano belum ada

memasuki periode Kuarter baru mengalami penggkatan

membentuk pulau-pulau tadi, sampai sekarang masih

mengalami pengakatan secara pelan-pelan.

DAFTAR PUSTAKA

26

Ichwan, Dwi. 2010. Sejarah Terbentuknya Pulau Sumatera.Diambil darihttp://one-geo.blogspot.com/2010/01/sejarah-terbentuknya-pulau-sumatera.html. Diakses Pada 12Oktober 2012.

Arif. 2011. Geomorfologi Sumatera. Diambil Darihttp://arif652.wordpress.com/2011/01/05/geomorfologi-sumatera/. Diakses Pada 12 Oktober2012

Agustina W, Betty. Proses Geologi Pulau Sumatra. Diambildarihttp://blog.ub.ac.id/bettyagustina/proses-geologi-pulau-sumatra/. Diakses Pada 12 Oktober2012

27

28