GEOMORFOLOGI INDONESIA : PULAU SUMATERA
Transcript of GEOMORFOLOGI INDONESIA : PULAU SUMATERA
PULAU SUMATERA
A.SEJARAH TERBENTUKNYA PULAU SUMATERA
Proses pengangkatan pertama dimulai pada Paleogen
bawah, pada zaman tersebut terjadi aktivitas persesaran
(fault) dan pembentukan rift atau struktur depresi yang
memanjang/ paralel dengan struktur regional. Pada zaman
Oligo-miosen lapisan ini mengalami penurunan dan
sebagian dari bukit barisan sampai di bawah permukaan
air laut. Sedimen yang terendapkan terdapat di bagian
barat dan timur dari graben tengah yang sifatnya lokal.
Pada zaman Oligo-Miosen tersebut di Sumatra Selatan
1
terjadi aktifitas volkanisme yang menghasilkan larva
andesit.
Pada zaman Miosen tengah terjadi pengangkatan yang
besar sehingga membentuk Geantiklin Sumatra. Pada saat
itu terjadi blok patahan-patahan yang diikuti aktivitas
vulkanisme. Intrusi granodiorit terjadi juga pada zaman
miosen tengah. Pada zaman ini tidak terjadi penurunan
yang berarti dan terjadi proses pandataran yang cukup
lama akibat erosi.
Periode Oregenik yang terakhir terjadi pada zaman
Plio-Pleistosen yang mengakibatkan pembentukan patahan
blok dan peremajaan dari rift. Salah satu zone patahan
yang terjadi pada zaman Plio-Pleistosen adalah zone
patahan Semangko. Pada zaman Kuarter terjadi kegiatan
gunung api dan kegiatan gunung api pada zaman Kuarter
tersebut sebagian besar berasosiasi dengan sesar,
misalnya bila suatu tempat terjadi sesar akan diikuti
bentambahnya gunung api yang baru. Ada juga kegiatan
gunung api yang mengakibatkan depresi yang seolah-olah
merupakan hasil dari persesaran.
1. Sumatra Sebelah Barat
Sumatra sebelah barat
tersusun atas endapan batuan
tersier yang sangat tebal
dan bersifat resistensi
2
terhadap erosi kecil. Singkapan-singkapan batuan
yang berumur pretersier di jalur non-vulkanik
sangat jarang ditemukan, sedangkan batuan basalt
ditemukan secara lokal. Proses pengangkatan yang
menghasilkan jalur pegunungan non vulkanik terjadi
pada zaman Kuarter.
2. Sumatra Sebelah Timur
Pulau Sumatra sebelah
timur merupakan bagian dari
Dangkalan Sunda terutama yang
tersusun atas batuan sedimen
Mesosoikum dan Poleisoikum
dan pada bagian atasnya
terjadi intrusi granit.
Seluruh daerah ini telah mengalami pendataran dan
kenampakan-kenampakan struktural masih dapat diamati.
3. Sumatra Selatan
Ciri-ciri pegunungan
yang tersebar di Sumatra
Selatan sebagian besar
pegunungan blok dan
ditumbuhi oleh gunung
api. Ciri dari
pegunungan blok lain
adalah di bagian
3
tenggara merupakan dataran rendah dan permukaannya agak
datar karena base-lavelling yang cukup lama.
Sebelah barat merupakan graben tengah yang miring
ke arah barat dan bagian timur graben tengah miring ke
arah timur. Gunung api yang muncul di pegunungan blok
berasosiasi dengan terjadinya proses sesar. Material
vulkanik menutup sebagian besar dari bukit barisan
terutama sebelah timur graben tengah. Blok bagian timur
graben tengah tertutup oleh endapan tuff tua yang cukup
luas di sebelah utara Lampung yang dicirikan oleh
adanya proses lipatan. Di Sumatra Selatan terdapat lava
basalt dan terjadi sesar serta lava riolitik keluar
dari blok Selampung. Sumatra Selatan dibagi menjadi
empat zone:
4. Sumatra Bagian Tengah
1) Ciri-ciri:
Mirip Sumatra Selatan
Merupakan lanjutan
dari
blok Bengkulu
Sungainya mempunyai
perubahan secara
mendadak terutama
4
yang mengalir ke
barat.
5. Sumatra Utara
Schurmann (1930)
menggambarkan bagian
Paleogene ke dalam
pegunungan Batak Lands,
membentuk rangkaian
pegunungan Pre-Tersier
sampai timur laut.
Danau Toba dari geologinya
termasuk vulkano tektonik. Kenampakan morfologi Toba
lebih muda dari lembah Asahan. Lembah Asahan merupakan
aliran tuff dan memotong dekat Porsea oleh Kawah Toba.
Pusat patahan blok Toba, setelah runtuh Kawah Toba
mengalami patahan. Kemiringan terus-menerus sepanjang
waktu juga dikelilingi blok. Ketinggian maksimum Danau
Toba lebar 500 m dan tinggi 1400 m (air danau Toba ).
Volume kawah sekitar 1000-2000 cb/km3 dan terisi oleh
piroklastik. Depresi Toba telah ada sebelum ledakan.
Daerah sekeliling Toba merupakan lereng curam. Aliran
ignimbetrstes pada Pre-Tersier dan batuan Neogen
menurun ke selatan dengan lereg danau yang terjal
antara 1600 m.
5
Timbunan danau lebih muda yaitu terletak di
sebelah barat laut Samosir antara Balige dan Poresia.
Blok Samosir dan Penisula marupakan timbunan Prapat dan
Porosea. Kearah barat dip 5-8 derajat (timbunan pulau
Samosir) dan ke arah timur dip 10-15 derajat dengan
dasar tuff. Sisi barat merupakan pusat dome dibentuk
oleh Pulau Samosir dan ke arah barat oleh Ulukan
Penisula.
B.MORFOLOGI / BENTUK LAHAN PULAU SUMATERA
Pulau Sumatera
terletak di bagian barat
gugusan Kepulauan
Nusantara. Di sebelah
utara berbatasan dengan
Teluk Benggala, di timur
dengan Selat Malaka, di
sebelah selatan dengan
Selat Sunda, dan di
6
sebelah barat dengan Samudera Hindia. Di sebelah timur
pulau, banyak dijumpai rawa yang dialiri oleh sungai-
sungai besar, antara lain; Asahan (Sumatera Utara),
Kampar, Siak dan Sungai Indragiri (Riau), Batang Hari
(Sumatera Barat, Jambi), Ketahun (Bengkulu), Musi,
Ogan, Lematang, Komering (Sumatera Selatan), dan Way
Sekampung (Lampung).
Di bagian barat pulau, terbentang Pegunungan
Barisan yang membujur dari utara hingga selatan. Hanya
sedikit wilayah dari pulau ini yang cocok digunakan
untuk pertanian padi. Sepanjang bukit barisan terdapat
gunung-gunung berapi yang hingga saat ini masih aktif,
seperti Merapi (Sumatera Barat), Bukit Kaba (Bengkulu),
dan Kerinci (Jambi). Pulau Sumatera juga banyak
memiliki danau besar, di antaranya Laut Tawar (Aceh),
Danau Toba (Sumatera Utara), Danau Singkarak, Danau
Maninjau, Danau Diatas, dan Danau Dibawah (Sumatera
Barat), dan Danau Ranau (Lampung dan Sumatera Selatan).
Luas Pulau Sumatra ± 435.000 km² memanjang dari
Barat – Laut ke tenggara dengan panjang 1.650 Km dari
UleLhee sampai Tanjung Cina (Djodjo dkk, 1985, 41)
lebar pulau di bagian Utara berkisar 100 – 200 Km di
bagian Selatan mencapai 350 Km. Pulau Sumatra,
berdasarkan luas merupakan pulau terbesar keenam di
dunia.
7
Pegunungan Bukit Barisan dengan beberapa puncaknya
yang melebihi 3.000 m di atas permukaan laut, merupakan
barisan gunung berapi aktif, berjalan sepanjang sisi
barat pulau dari ujung utara ke arah selatan; sehingga
membuat dataran di sisi barat pulau relatif sempit
dengan pantai yang terjal dan dalam ke arah Samudra
Hindia dan dataran di sisi timur pulau yang luas dan
landai dengan pantai yang landai dan dangkal ke arah
Selat Malaka, Selat Bangka dan Laut China Selatan.
Gambaran secara umum keadaan fisiografi pulau
Sumatera agak sederhana. Fisiografinya dibentuk oleh
rangkaian Pegunungan Barisan di sepanjang sisi
baratnya, yang memisahkan pantai barat dan pantai
timur. Lerengnya mengarah ke Samudera Indonesia dan
pada umumnya curam. Hal ini mengakibatkan jalur pantai
barat kebanyakan bergunung-gunung kecuali dua ambang
dataran rendah di Sumatera Utara (Melaboh dan
Singkel/Singkil) yang lebarnya ±20 km. Sisi timur dari
pantai Sumatra ini terdiri dari lapisan tersier yang
sangat luas serta berbukit-bukit dan berupa tanah
rendah aluvial.
1. Keadaan Geologis
Di Sumatra Selatan: khususnya bagian tengah
cekungan yang paling tebalendapannya yaitu Palembang
8
Selatan dan Tengah, tektonik sekunder epidermal
Compressive Settling menghasilkan anticlinoria.
Dibukit Pendopo dan Pegunungan Duabelas
pelipat ini menyebabkanbatuan pratersier nampak di
permukaan bumi. Secara fisiografis Cekungan Sumatra
Selatan merupakan cekungan Tersier berarah barat laut-
tenggara, yang dibatasi Sesar Semangko dan Bukit
Barisan di sebelah barat daya, Paparan Sundadi sebelah
timur laut, ketinggian Lampung di sebelah tenggara yang
memisahkancekungan tersebut dengan Cekungan Sunda,
serta Pegunungan Dua Belas dan Pegunungan Tiga Puluh di
sebelah barat laut yang memisahkan Cekungan Sumatra
Selatan dengan Cekungan Sumatra Tengah.
Blake (1989) menyebutkan bahwa daerah
Cekungan Sumatra Selatan merupakan cekungan busur
belakang berumur Tersier yang terbentuk sebagai akibat
adanya interaksi antara Paparan Sunda (sebagai bagian
dari lempeng kontinen Asia) dan lempeng Samudera India.
Daerah cekungan ini meliputi daerah seluas 330 x 510
km2, dimana sebelah barat daya dibatasi oleh singkapan
Pra-Tersier Bukit Barisan, di sebelah timur oleh
Paparan Sunda (Sunda Shield),sebelah barat dibatasi
oleh Pegunungan Tiga puluh dan ke arah tenggara
dibatasioleh Tinggian Lampung.Menurut Salim et al.
(1995), Cekungan Sumatra Selatan terbentuk selamaAwal
9
Tersier (Eosen-Oligosen) ketika rangkaian (seri)
graben berkembang sebagai reaksi sistem penunjaman
menyudut antara lempeng Samudra India dibawah lempeng
Benua Asia.Menurut De Coster, 1974 (dalam Salim, 1995),
diperkirakan telah terjadi 3episode orogenesa yang
membentuk kerangka struktur daerah Cekungan Sumatra
Selatan yaitu orogenesa Mesozoik Tengah, tektonik Kapur
Akhir-Tersier Awaldan Orogenesa Plio-Plistosen.Episode
pertama, endapan-endapan Paleozoik dan Mesozoik
termetamorfosa, terlipat dan terpatahkan menjadi
bongkah struktur dan diintrusioleh batolit granit serta
telah membentuk pola dasar struktur cekungan.
Akibat pergerakan horisontal ini, orogenesa yang
terjadi pada Plio-Plistosen menghasilkan lipatan yang
berarah barat laut-tenggara tetapi sesar yang terbentuk
berarah timur laut-barat daya dan barat laut-tenggara.
Jenis sesar yang terdapat pada cekungan ini adalah
sesar naik, sesar mendatar dan sesar normal. Kenampakan
struktur yang dominan adalah struktur yang berarah
barat laut-tenggara sebagai hasil orogenesa Plio-
Plistosen.
Dengan demikian pola struktur yang terjadi dapat
dibedakan atas pola tua yang berarah utara-selatan dan
barat laut-tenggara serta pola muda yang berarah barat
laut-tenggara yang sejajar dengan Pulau Sumatra.
10
Sumatera memang di kenal Pulau yang paling rawan
gempa bumi. Pergerakan patahan Sumatera ini merupakan
manifestasi dari pergerakan lempeng Australia yang
menyusup ke dalam lempeng Eurasia dimana sebagian besar
energi dari pergerakan lempeng-lempeng tersebut
dipindahkan ke pergerakan patahan Sumatera. Pemindahan
energi dari lempeng yang bertumbukan tersebut
dimaksudkan untuk mengakomodasikan tumbukan bersudut
(oblique convergent) dari lempeng Australia dan lempeng
Eurasia.
Akibat tumbukan bersudut dari lempeng Indo-
Australia dan lempeng Eurasia akan terdapat suatu
bentuk permukaan di ujung pertemuan lempeng berupa
kerucut terpancung yang membentuk suatu rangkaian
pegunungan bawah laut. Terekamnya suatu penemuan gunung
di bawah laut sepanjang batas Palung Sumatera hingga
Trench Jawa disebabkan akumulasi tekanan kuat dari
lempengIndo-Australia yang menimbulkan fenomena
kegempaan terbesar di Sumateradiabad 21 dalam kurun 10
tahun ini yaitu gempa Bengkulu di tahun 2000,
gempaSimeulue 2002, gempa Aceh-Nikobar tercatat gempa
dahsyat terbesar dunia ditahun 2004, lalu gempa Nias-
Simeulue 2006, gempa Bengkulu tahun 2007, gempa
Sumatera Barat-Bengkulu 2007 dan Gempa Sumatera
Barat 2009. Rangkaian gempa itu telah mengubah posisi
letak koordinat wilayah beberapapulau-pulau di
11
sepanjang Pantai Barat Sumatera karena ada
perubahanbatimetri/topografi kelautan oleh pengangkatan
kerak batuan yang muncul seperti tudung, ketinggian
gunung baru ini bisa mencapai ratusan meter.
Zona patahan didaratan Sumatera bersentuhan dengan
jalur magmatik, pembentukan gunung yang menyebabkan
perubahan kondisi geologi kekuatan material batuan
menjadi retak-retak. Memicu suatu perubahan lapisan
kerak bumipada batuan oleh efek persentuhan dinding
magma lebih cepat, penjalaran energiseismik akan
menggetarkan lebih cepat penguraian dari keretakan
kekuatanbatuan dan memudahkan gelombang seismik
melewati beragam lapisandiskontinuitas batuan yang
tidak homogen di bawah bumi Pulau Sumatera dengan gerak
tidak beraturan di daerah ruas-ruas patahan yang
telah terbentuk sebelumnya sehingga memungkinkan akan
ada perubahan topografi geologibawah permukaan.
2. Kondisi Hidrologi
Sumatra mempunyai bentuk memanjang, dari Kota Raja
sampai Bagian utara sampai Tanjung Cina di bagian
selatan sepanjang 1650 km dan sepanjang pantai banyak
12
teluk-teluknya. Gambaran secara umum keeadaan
fisiografi pulauitu agak sederhana. Fisiografinya
dibentuk oleh rangkaian Pegunungan Barisan disepanjang
sisi baratnya, yang memisahkan pantai barat dan
pantai timur.Lerengnya mengarah ke Samudera Indonesia
dan pada umumnya curam. Hal ini mengakibatkan jalur
pantai barat kebanyakan bergunung-gunung kecuali dua
ambang dataran rendah di Sumatera Utara (Melaboh dan
Singkel atau Singkil)yang lebarnya ±20 km. Sisi timur
dari pantai Sumatra ini terdiri dari lapisantersier
yang sangat luas serta berbukit-bukit dan berupa tanah
rendah aluvial. Jalur rendah terdapat di bagian timur.
Pada bagian ini banyak mengandung biji intantersebar di
Aceh yang lebarnya 30 km. Semakin ke arah selatan
semakin melebar dan bertambah hingga 150-200 km yang
terdapat di Sumatra Tengah dan Sumatra Selatan. Kondisi
atau jenis tanah yang terdapat di Sumatra antara lain
alluvial Hidromorfik Kuning, Organosol, Podsolik
Merah Kuning, Podsolik Coklat, Latosol, Litosol,
Andosol, dan ada beberapa jenis tanah lainnya yang juga
tersebar di seluruh pulau Sumatra. Sumatra berada pada
iklim tropis basah, dengan kondisi tersebut menyebabkan
curah hujan yang banyak. Sehingga hidrologi di sana
ataukeadaan akuifer di Sumatra mudah ditemukan hampir
disemua wilayah Sumatra.Pengembangan potensi wilayah di
Pulau ini dapat dilakukan diberbagaibidang antara
13
lain bidang pertanian, perkebunan, kehutanan,
perikanan,pertambangan, pariwisata, dan lain-lain. Hal
ini dapat dikembangkan dengan baik karena didukung
dengan kondisi fisik wilayah Sumatera. Potensi iklim,
terutamacurah hujan yang tinggi dan penyebarannya yang
cukup merata sepanjang tahun,serta kondisi tanahnya
yang yang bervariasi sehingga menjadikan lahan di
Pulau.
Sumatra memiliki potensial untuk produksi
pertanian, perkebunan, kehutanan.Dan dengan memiliki
sumber daya air yang besar, baik potensi air di
permukaanseperti sungai, waduk maupun perairan laut
sehingga baik untuk pengembanganproduksi perikanan.
Selain itu Pulau Sumatra memiliki obyek wisata yang
tidak kalah menarik dengan daerah lain, baik wisata
alam, wisata budaya, maupunwisata sejarah sehmgga
wilayah ini juga penting untuk pengembangan di sektor
pariwisata.
3. Kondisi Geomorfologis
Gambaran secara umum keadaan fisiografi pulau itu
agak sederhana. Fisiografinya dibentuk oleh rangkaian
Pegunungan Barisan di sepanjang sisi baratnya, yang
memisahkan pantai barat dan pantai timur. Lerengnya
mengarah ke Samudera Indonesia dan pada umumnya curam.
Hal ini mengakibatkan jalur pantai barat kebanyakan
14
bergunung-gunung kecuali dua ambang dataran rendah
diSumatera Utara (Melaboh dan Singkel/Singkil) yang
lebarnya ±20 km. Sisi timur dari pantai Sumatra ini
terdiri dari lapisan tersier yang sangat luas serta
berbukit-bukit dan berupa tanah rendah aluvial. Jalur
rendah terdapat di bagian timur. Pada bagian ini banyak
mengandungbiji intan tersebar di Aceh yang lebarnya 30
km. Semakin ke arah selatan semakinmelebar dan
bertambah hingga 150-200 km yang terdapat di Sumatra
Tengah danSumatra Selatan.1. Rangkaian Bukit
Barisan.Elemen orografis yang utama adalah Bukit
Barisan yang panjangnya 1650km dan lebarnya ±100 km
(puncak tertingginya ialah Gunung Kerinci danGunung
Indrapura 3800 m).
Bukit Barisan merupakan rangkaian sejumlah
pegunungan yang sejajar atau colisses yang setelah
cabang lainnya ke luar dariarah pokok barat laut
tenggara, dikatakan bahwa arahnya lebih ke arah timur
baratdan merosot (menurun) ke arah tanah rendah di
bagian timur. Di antara Sungai Wampu dan Barumun
merupakan Pegunungan Barisan yang bercorak empatpersegi
panjang (sumbu barat laut tenggara 275 km panjangnya
dan 150 kmlebarnya). Puncak ini disebut Batak Tumor.
Pada bagian puncak yang mempunyai ketinggian 2000 m
(sibutan 2457 m) terdapat kawah besar Toba yang
panjangnya31 km, serta luasnya 2269 km2, sedangkan
15
Danau Toba panjangnya 87 km danluasnya 1776,5 km2
(termasuk Pulau Samosir).Sistem Barisan di Sumatra
Tengah terdiri dari beberapa pegunungan blok.Bagian
yang paling sempit pada peralihan Batak Tumor (75 m)
yang kemudianmelebar menjadi 175 m pada irisan
penampang bukit Padang. Perbukitan yangtertinggi
terletak di bagian barat daya dengan ketinggian lebih
dari 2000 m,kemudian berangsur-angsur semakin rendah ke
arah dataran rendah SumatraTimur (Lisun-Kuantan-Lalo
1000 m dan Suligi Lipat Kain ketinggiannya lebihdari
500 m). TOBLER (1971) membedakan elemen-elemen
tektonis dan morfologi Sumatra sebagai berikut:
a. Dataran alluvial terbentang di pantai timur.
b. Tanah endapan/ Foreland tersier (peneplain) dengan
Pegunungan Tiga Puluh
c. Depresi sub Barisan
d. Barisan depan / fore barisandengan masa lipatan
berlebihan (over thrustmasses)
e. Scheifer Barisan dengan lipatan yang hebat dan
batuan metamorf.
f. Barisan tinggi/ High Barisan dengan vulkan- vulkan
muda.
g. Dataran alluvial terbentang di pantai barat.
Berdasarkan kajian perkembangan geologi, Pulau
Sumatra dibedakan menjadi: Basin Tersier di Sumatra
16
Timur (a-c) disebut zone I, rangkaian pegunungan
berbongkah di sebelah utara Umbilin disebut zone II,
Fore barisan merupakan zone III, The Schiefer Barisan
(e) tergolong zone IV kecuali zone Schiefer Barisan di
sebelah utara Padang, dan High Barisan (f) termasuk
zone V.Zone II dan III termasuk unsur luar terletak di
sisi timur dari Bukit Barisan. Lengkung geantiklin di
Bukit Barisan terangkat pada zaman Pleistosen
merupakan zone IV dan V.Elemen-elemen tektonis dan
morfologi Sumatra (Verstappen) Dataran pantai barat
(pantai abrasi), merupakan daerah yang sempit, bahaya
terkena erosi dan abrasi, pantainya berpasir dan tidak
cocok untuk dijadikan sebagai permukiman.
Landas Bengkulu. Merupakan kawasan lahan rusak di
sebelah barat bukit barisan dan banyak tererosi,
serta memiliki lereng yang terjal.
Deretan pegunungan vulkan muda. Daerahnya sempit
dan erosinya tinggi.
Depresi sub barisan (lembah bongkah semangka).
Tidak cocok sebagitempat hidup karena sangat
sempit.
Daerah Basalt Sukadana Lampung. Irigasnya sangat
sulit karena tidak terdapat simpanan
air.Landaian sebelah timur. Cocok bila
17
dijadikansebagai tempat hidup karena tanahnya
datar. Dimanfaatkan sebagai daerahtransmigrasi.
Daerah ini berkembang menjadi daerah transmigrasi
terluasdi Sumatera.
Dataran aluvial pantai timur. Merupakan daerah
Rawa Payau.2. Zone SemangkaZone ini merupakan
suatu corak permukaan yang
mencerminkankarakteristik dari Geantiklin Barisan
sepanjang pulau itu secara keseluruhan,
yangdinamakan jalur depresi- menengah pada puncak
yang disebut Semangko RiftZone. Zone Semangko ini
terbentang mulai dari teluk semangko di
SumateraSelatan dan berkembang lebih jauh ke arah
Trog lembah Aceh dengan Kota Rajasebagai ujung
utaranya. Di beberapa jalur ini terisi dan
tertutup oleh vulkan-vulkan muda.3. Arah Struktur
Pokok Secara umum arah struktur pokok dari Pulau
Sumatra adalah:
Sisi barat Geantiklin Barisan terbentang di
sebelah barat jalur Semangkoberada pada setengah
Pulau Sumatera di sebelah selatan Padang tepatnya.
Sisibaratnya terbentuk oleh blok kerang yang
panjang dan miring ke SamuderaHindia, dan disebut
Block Bengkulu.
18
Gawir sesar sepanjang jalur semangko memisahkan
pantai barat dan timur.Disebut juga Bukit Barisan
Sensu stricto atau barisan tinggi.
Ujung selatan bukit barisan adalah daerah Lampung.
Di antara Padang dan Padang Sidempuan struktur
geantiklinal Bukit Barisan tidak menentu.
Geantiklinal block pegunungan yang memanjang di
sisi timur, sama dengan daerah di sisi barat
sungai subsekuen dan cabang-cabangnya.
Batak Tumor yang merupakan lanjutan dari Bukit
Barisan yang berupa kubah geantiklinal besar yang
terpotong oleh jalur Semangko.
Bukit Barisan di daerah Aceh adalah bagian teruwet
pecah menjadi sejumlah pegunungan Block,
yaitublock leuser dan pegunungan barat.
Kedudukannyasearah sisi barat seperti Block
Bengkulu.
Di sebelah barat bukit Barisan terbentang palung
antara sistem pegunungan Sunda yang membentuk
cekungan laut antara Sumatera dan rangkaian pulau-
pulau di baratnya.
Daftar gunung di Sumatra
Gunung Dempo (3159 m)
Gunung Kerinci (3.805 m)
Gunung Leuser (3172 m)
19
Gunung Marapi (2,891.3 m)
Gunung Perkison (2300 m)
Gunung Pesagi
Gunung Rajabasa (1281 m)
Gunung Sekincau (1718 m)
Gunung Seulawah Agam (1.726 m)
Gunung Sibayak (2.212 m)
Gunung Singgalang (2.877 m)
Gunung Talamau (2,912 m)
Gunung Tandikat (2438 m)
Gunung Tanggamus (1162 m)
C.PROSES TERJADINYA PULAU SUMATRA
Pulau Sumatra tersusun atas dua bagian utama,
sebelah barat didominasi oleh keberadaan lempeng
samudera, sedang sebelah timur didominasi oleh
keberadaan lempeng benua. Berdasarkan gaya gravitasi,
magnetisme dan seismik ketebalan sekitar 20 kilometer,
dan ketebalan lempeng benua sekitar 40 kilometer
(Hamilton, 1979).
20
Sejarah tektoik Pulau Sumatra berhubungan erat
dengan dimulainya peristiwa pertumbukan antara lempeng
India-Australia dan Asia Tenggara, sekitar 45,6 juta
tahun yang lalu, yang mengakibatkan rangkaian perubahan
sistematis dari pergerakan relatif lempeng-lempeng
disertai dengan perubahan kecepatan relatif antar
lempengnya berikut kegiatan ekstrusi yang terjadi
padanya. Gerak lempeng India-Australia yang semula
mempunyai kecepatan 86 milimeter/tahun menurun menjaedi
40 milimeter/tahun karena terjadi proses tumbukan
tersebut. (Char-shin Liu et al, 1983 dalam Natawidjaja,
1994). Setelah itu kecepatan mengalami kenaikan sampai
sekitar 76 milimeter/ tahun (Sieh, 1993 dalam
Natawidjaja, 1994). Proses tumbukan ini pada akhirnya
mengakibatkan terbentuknya banyak sistem sesar sebelah
timur India.
Keadaan Pulau Sumatra menunjukkan bahwa kemiringan
penunjaman, punggungan busur muka dan cekungan busur
muka telah terfragmentasi akibat proses yang terjadi.
Kenyataan menunjukkan bahwa adanya transtensi (trans-
tension) Paleosoikum Tektonik Sumatra menjadikan
tatanan Tektonik Sumatra menunjukkan adanya tiga bagian
pola (Sieh, 2000). Bagian selatan terdiri dari lempeng
mikro Sumatra, yang terbentuk sejak 2 juta tahun lalu
dengan bentuk geometri dan struktur sederhana, bagian
21
tengah cenderung tidak beraturan dan bagian utara yang
tidak selaras dengan pola penunjaman.
a) Bagian Selatan Pulau Sumatra memberikan kenampakan
pola tektonik:
1. Sesar Sumatra menunjukkan sebuah pola geser
kanan en echelon dan terletak pada 100-135
kilometer di atas penunjaman.
2. Lokasi gunung api umumnya sebelah timur-laut
atau di dekat sesar.
3. Cekungan busur muka terbentuk sederhana,
dengan ke dalaman 1-2 kilometer dan
dihancurkan oleh sesar utama.
4. Punggungan busur muka relatif dekat, terdiri
dari antiform tunggal dan berbentuk
sederhana.
5. Sesar Mentawai dan homoklin, yang dipisahkan
oleh punggungan busur muka dan cekungan busur
muka relatif utuh.
6. Sudut kemiringan tunjaman relatif seragam.
b) Bagian Utara Pulau Sumatra memberikan kenampakan
pola tektonik:
22
1. Sesar Sumatra berbentuk tidak beraturan, berada
pada posisi 125-140 kilometer dari garis
penunjaman.
2. Busur vulkanik berada di sebelah utara sesar
Sumatra.
3. Kedalaman cekungan busur muka 1-2 kilometer.
4. Punggungan busur muka secara struktural dan
kedalamannya sangat beragam.
5. Homoklin di belahan selatan sepanjang beberapa
kilometer sama dengan struktur Mentawai yang
berada di sebelah selatannya.
6. Sudut kemiringan penunjaman sangat tajam.
c) Bagian Tengah Pulau Sumatra memberikan kenampakan
tektonik:
1. Sepanjang 350 kilometer potongan dari sesar
Sumatra menunjukkan posisi memotong arah
penunjaman.
2. Busur vulkanik memotong dengan sesar Sumatra.
3. Topografi cekungan busur muka dangkal, sekitar
0.2-0.6 kilometer, dan terbagi-bagi menjadi berapa
blok oleh sesar turun miring
4. Busur luar terpecah-pecah.
5. Homoklin yang terletak antara punggungan busur
muka dan cekungan busur muka tercabik-cabik.
6. Sudut kemiringan penunjaman beragam.
23
Sesar Sumatra sangat tersegmentasi. Segmen-segmen
sesar sepanjang 1900 kilometer tersebut merupakan upaya
mengadopsi tekanan miring antara lempeng Eurasia dan
India-Australia dengan arah tumbukan 10°N-7°S.
Sedikitnya terdapat 19 bagian dengan panjang masing-
masing segmen 60-200 kilometer,
Tatanan tektonik regional sangat mempengaruhi
perkembangan busur Sunda, di bagian barat, pertemuan
subduksi antara lempeng Benua Eurasia dan lempeng
Samudra Australia mengkontruksikan Busur Sunda sebagai
sistem busur tepi kontinen (epi-continent arc) yang
relatif stabil; sementara di sebelah timur pertemuan
subduksi antara lempeng samudra Australia dan lempeng-
lempeng mikro Tersier mengkontruksikan sistem busur
Sunda sebagai busur kepulauan (island arc) kepulauan
yang lebih labil.
Perbedaan sudut penunjaman antara Propinsi Jawa
dan Propinsi Sumatra Selatan Busur Sunda mendorong pada
kesimpulan bahwa batas Busur Sunda yang mewakili sistem
busur kepulauan dan busur tepi kontinen terletak di
Selat Sunda. Penyimpulan tersebut akan menyisakan
pertanyaan, karena pola kenampakan anomali gaya berat
menunjukkan bahwa pola struktur Jawa bagian barat yang
cenderung lebih sesuai dengan pola Sumatra dibanding
dengan pola struktur Jawa bagian Timur. Secara vertikal
24
perkembangan struktur masih menyisakan permasalahan
namun jika dilakukan pembangungan dengan struktur
cekungan Sumatra Selatan, struktur-struktur di Pulau
Sumatra secara vertikal berkembang sebagai struktur
bunga.
Berdasarkan teori undasi Seksi Andaman dan Nikobar
yang pusat undasinya di Margui menghasilkan
penggelombangan emigrasi yang mengarah ke Godwanland,
sehingga hal tersebut mempegaruhi pegunungan di Sumatra
Utara (Atlas dan Gayao) dimana arah pegunungan timur
barat seperti Pegunungan Gayo Tengah berbeda dengan
pegunungan pada umumnya di Sumatra yang arahnya barat
laut–tenggara. Dengan demikian di Sumatra terjadi
pertemuan antar gelombang dengan pusat undasi Margui
dan pusat undasi Anambas. Titik pertemuannya adalah di
Gunung Lembu, adapun busur dalam hasil penggelombangan
dari pusat undasi Margui adalah kepulauan Barren-
Narkondam dan busur luar Andaman–Nikobar–Gayo Tengah.
Sedangkan Seksi Sumatra dengan pusat undasinya di
Anambas, penggelombangan dari pusat undasi Anambas
telah berkembang sejak Palaezoikumakhir, Sehingga
menghasilkan sisitem Orogene Malaya pada Mesozoikum
bawah (Trias, Jura), system Orogene Sumatra pada
Mesozoikum atas (Crataceus) dan system orogene Sunda
pada priode tersier kuarter yang dimaksud dengan
25
Orogene Malaya adalah busur pegunungan yang terbentuk
pada Mesozoikun bawah dengan busur Zone Karimata dan
busur luar Daerah Timah. Yang dimaksud dengan Orogene
Sumatra adalah busur pengunungan yang terbentuk pada
Mesozoikun atas dengan busur dalam Sumatra Timur dan
busur luar Sumatra Barat. Yang dimaksud dengan
Orogenesa Sunda adalah busur pengununagn yang terbuntuk
periode Tersier-Kuarter dengan busur dalam Bukit
Barisan dan busur luar pulau-pulau sebelah barat
Sumatra. Bukit Barisan pada Mesozoikum atas masih
merupakan Foredeep, memasuki tersier baru mengalami
pengangkatan pada priode Tersier pulau-pulau di sebelah
barat Sumatra dari Nias sampai Enggano belum ada
memasuki periode Kuarter baru mengalami penggkatan
membentuk pulau-pulau tadi, sampai sekarang masih
mengalami pengakatan secara pelan-pelan.
DAFTAR PUSTAKA
26
Ichwan, Dwi. 2010. Sejarah Terbentuknya Pulau Sumatera.Diambil darihttp://one-geo.blogspot.com/2010/01/sejarah-terbentuknya-pulau-sumatera.html. Diakses Pada 12Oktober 2012.
Arif. 2011. Geomorfologi Sumatera. Diambil Darihttp://arif652.wordpress.com/2011/01/05/geomorfologi-sumatera/. Diakses Pada 12 Oktober2012
Agustina W, Betty. Proses Geologi Pulau Sumatra. Diambildarihttp://blog.ub.ac.id/bettyagustina/proses-geologi-pulau-sumatra/. Diakses Pada 12 Oktober2012
27