Geometri Jalan Raya

47
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Jalan raya adalah salah satu sarana transportasi yanag paling banyak dipergunakan untuk menunjang perekonomian maupun kegiatan-kegiatan manusia sehari-hari. Jalan raya berfungsi untuk melewatkan lalu lintas diatasnya dengan cepat, aman dan nyaman. Transportasi darat merupakan sistem trasportasi yang terbesar dan yang paling mendapat perhatian. Hal ini terutama disebabkan oleh aktivitas manusia pada umumnya dilakukan di darat, dimana sistem transportasi darat ini memerlukan prasarana jalan sebagai jalur penghubung sebagai penunjang perekonomian, perkembangan wilayah, perkembangan sosial dan perkembangan kebudayaan. Ditinjau dari segi manfaatnya tersebut maka jalan raya sangat memerlukan pengembangan dan pengelolaan yang sungguh-sungguh agar selalu dapat melayani kebutuhan lalu lintas bagi masyarakat yang semakin meningkat. Untuk mendapatkan jalan yang baik dan nyaman, sesuai dengan kelas jalan yang telah ditetapkan oleh pemerintah yaitu Direktorat Jenderal Bina Marga maka perlu ditinjau aspek geometriknya sebagai dasar perencanaan untuk menentukan kecepatan rencana yang layak untuk jalan tersebut. Kecepatan rencana ( V R ) adalah kecepatan yang dipilih sebagai dasar perencanaan geometrik yang 1

Transcript of Geometri Jalan Raya

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Jalan raya adalah salah satu sarana transportasi yanag

paling banyak dipergunakan untuk menunjang perekonomian

maupun kegiatan-kegiatan manusia sehari-hari. Jalan raya

berfungsi untuk melewatkan lalu lintas diatasnya dengan

cepat, aman dan nyaman. Transportasi darat merupakan

sistem trasportasi yang terbesar dan yang paling mendapat

perhatian. Hal ini terutama disebabkan oleh aktivitas

manusia pada umumnya dilakukan di darat, dimana sistem

transportasi darat ini memerlukan prasarana jalan sebagai

jalur penghubung sebagai penunjang perekonomian,

perkembangan wilayah, perkembangan sosial dan perkembangan

kebudayaan.

Ditinjau dari segi manfaatnya tersebut maka jalan raya

sangat memerlukan pengembangan dan pengelolaan yang

sungguh-sungguh agar selalu dapat melayani kebutuhan lalu

lintas bagi masyarakat yang semakin meningkat.

Untuk mendapatkan jalan yang baik dan nyaman, sesuai

dengan kelas jalan yang telah ditetapkan oleh pemerintah

yaitu Direktorat Jenderal Bina Marga maka perlu ditinjau

aspek geometriknya sebagai dasar perencanaan untuk

menentukan kecepatan rencana yang layak untuk jalan

tersebut. Kecepatan rencana ( VR ) adalah kecepatan yang

dipilih sebagai dasar perencanaan geometrik yang

1

memungkinkan kendaraan-kendaraan bergerak dengan aman dan

nyaman dengan kondisi cuaca yang cerah, lalu lintas yang

lengang dan pengaruh samping jalan yang tidak berarti

(Sukirman S, 1994).

Untuk perencanaan jalan raya yang baik, bentuk

geometriknya harus ditetapkan sedemikian rupa sehingga

jalan yang bersangkutan dapat memberikan pelayanan yang

optimal kepada lalu lintas sesuai dengan fungsinya, sebab

tujuan akhir dari perencanaan geometrik ini adalah

menghasilkan infrastruktur yang aman, efisiensi pelayanan

arus lalu lintas dan memaksimalkan ratio tingkat

penggunaan biaya juga memberikan rasa aman dan nyaman

kepada pengguna jalan.

2

1.2. Rumusan masalah

Dari uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah

yaitu :

1. Bagaimana proses pembuatan Perencanaan Teknik Jalan

Raya?

1.3. Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui proses pembuatan Perencanaan Teknik Jalan

Raya.

1.4. Manfaat

Hasil Perencanaan Teknik Jalan Raya ini diharapkan dapat

dipakai sebagai informasi ilmiah kepada instansi terkait

yang berkompeten terhadap permasalahan ini, dalam

perancangan jalan raya untuk menunjang perkembangan laju

ekonomi untuk Indonesia, khususnya pembangunan prasarana

transportasi. Selain itu hasil dari perencanaan ini

diharapkan dapat menjadi rujukan atau pembanding bagi

perencanaan lain.

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Jalan Raya

2.1.1.Pengertian Jalan Raya

Jalan adalah prasarana transportasi darat yang

meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan

pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi

lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di

atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah

dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali

jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel

(Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006).

Jalan raya adalah jalur - jalur tanah di atas

permukaan bumi yang dibuat oleh manusia dengan

bentuk, ukuran - ukuran dan jenis konstruksinya

sehingga dapat digunakan untuk menyalurkan lalu

lintas orang, hewan dan kendaraan yang mengangkut

barang dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan

mudah dan cepat (Clarkson H.Oglesby,1999).

2.1.2.Klasifikasi Jalan Raya

Jalan raya pada umumnya dapat digolongkan dalam 4

klasifikasi yaitu: klasifikasi menurut fungsi jalan,

klasifkasi menurut kelas jalan, klasifikasi menurut

medan jalan dan klasifikasi menurut wewenang

pembinaan jalan (Bina Marga 1997).

2.1.2.1. Klasifikasi Menurut Fungsi Jalan

4

Klasifikasi menurut fungsi jalan terdiri atas 3

golongan yaitu:

1. Jalan arteri yaitu jalan yang melayani

angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan

jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan

jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien.

2. Jalan kolektor yaitu jalan yang melayani

angkutan pengumpul/pembagi dengan ciri-ciri

perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata

sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi.

3. Jalan lokal yaitu Jalan yang melayani

angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan

jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan

jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

2.1.2.2. Klasifikasi Menurut Kelas Jalan

Klasifikasi menurut kelas jalan berkaitan

dengan kemampuan jalan untuk menerima beban

lalu lintas, dinyatakan dalam muatan sumbu

terberat (MST) dalam satuan ton.

Tabel 2.1. Klasifikasi jalan raya menurut kelas

jalan

Fungsi KelasMuatan SumbuTerberat/MST

(ton)

Arteri

I

II

IIIA

>10

10

8

Kolektor III A 8

5

III B

Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota,

Ditjen Bina Marga, 1997.

2.1.2.3. Klafifikasi Menurut Medan Jalan

Medan jalan diklasifikasikan berdasarkan

kondisi sebagian besar kemiringan medan yang

diukur tegak lurus garis kontur. Keseragaman

kondisi medan yang diproyeksikan harus

mempertimbangkan keseragaman kondisi medan

menurut rencana trase jalan dengan mengabaikan

perubahan-perubahan pada bagian kecil dari

segmen rencana jalan tersebut.

Tabel 2..2. Klasifikasi Menurut Medan Jalan

No Jenis Medan Notasi KemiringanMedan (%)

1 Datar D < 3

2 Berbukit B 3-25

3 Pegunungan G >25

Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota,

Ditjen Bina Marga 1997.

2.1.2.4. Klasifikasi Menurut Wewenang Pembinaan

Jalan (Bina Marga 1997)

Klasifikasi menurut wewenang pembinaan jalan

terdiri dari:

6

1. Jalan desa, yang meliputi semua jalan di

desa.

2. Jalan kabupaten atau kotamadya, yang

meliputi semua jalan di kabupaten dan

kotamadya.

3. Jalan propinsi, selain melayani lalu

lintas dalam propinsi, juga berfungsi

menghubungkan dengan propinsi lainnya.

4. Jalan negara, berfungsi menghubungkan

ibukota-ibukota propinsi.

2.2.Perencanaan Jalan Raya

2.2.1 Alinyemen Horizontal

Alinyemen horizontal/trase jalan, terutama di titik

beratkan pada perencanaan sumbu jalan. Pada gambar

tersebut akan terlihatkan apakah jalan tersebut jalan

lurus, garis menikung kekiri, atau menikung kekanan.

Sumbu jalan terdiri dari rangkaian garis lurus,

lengkung berbentuk lingkaran dan berbentuk lenkung

peralihan. Perencanaan geometrik jalan menfokuskan

pilihan letak dan panjang dari bagian-bagian jalan,

sesuai dengan kondisi medan sehinga terpenuhi

kebutuhan akan pengoperasian lalu lintas dan keamanan

(ditinjau dari jarak pandang pengemudi kendaraan

ditikungan).

Alinyemen horizontal terdiri dari :

1. Bagian Lurus

2. Bagian Lengkung (Tikungan)

3. Tikungan gabungan

7

8

PANJANG BAGIAN LURUS

LENGKUNG (TIKUNGAN)

RUMUS UMUM LENGKUNG HORIZONTAL

oxR

D 360225

max

9

FungsiFungsiPanjang Bagian Lurus MaximumPanjang Bagian Lurus Maximum (m) (m)

DatarDatar PerbukitanPerbukitan PegununganPegunungan

ArteriArteri 30003000 25002500 20002000

KolektorKolektor 20002000 17501750 15001500

LokalLokal 15001500 12001200 750750

)(127 maxmax

2

min feVR R

Rmin = Jari jari tikungan minimum (m)

Dmax = Derajat maksimum

VR = Kecepatan kendaraan rencana (Km/jam)

emax = Superelevasi maksimum (%)

fmax = Koefisien gesekkan melintang maksimum

Dimana nilai fmax dicari dengan menggunakan grafik berikut

10

Bentuk lengkung horizontal:

1. Full Circle

Lengkung yang hanya terdiri dari bagian lengkung tanpa

adanya peralihan. Yang dimaksud disini adalah hanya

ada satu jari2 lingkaran pada lengkung tersebut.

Keterangan gambar : ∆ = sudut tikungan

O = titik pusat lingkaran

T = panjang tangen , jarak dari TC –

PI dan PI – CT

R = jari-jari lingkaran

Lc = panjang busur lingkaran

E = jarak PI ke CC

dapat dihitung dengan rumus berikut ini:

11

2. Spiral - Circle – Spiral

Lengkung terdiri atas bagian lengkungan (Circle) dengan

bagian peralihan (Spiral) untuk menghubungkan dengan

bagian yang lurus FC. Dua bagian lengkung di kanan-kiri

FC itulah yg disebut Spiral. (lihat perbedaan dengan

FC).

Keterangan :

Xs = absis titik SC pada garis tangent, jarak dari

titik TS ke SC

12

Ys = ordinat titik SC pada garis tegak lurus garis

tangent. jarak tegak lurus ke titik SC pada

lengkung

Ls = panjang lengkung peralihan (panjang TS ke SC

atau CS ke ST)

Lc = panjang busur lingkaran ( panjang dari SC ke

CS )

TS = titik dari tangent ke spiral

SC = titik dari spiral ke lingkaran

Es = jarak dari PI ke busur lingkaran

Rc = jari-jari lingkaran

Θ s = sudut lengkung dpiral

p = pergeseran tangent terhadap spiral

k = absis dari p pada garis tangent spiral

13

dapat dihitung dengan rumus dibawah ini:

3. Spiral – Spiral

Lengkung yg hanya terdiri dari spiral-spiral saja tanpa

adanya circle. Ini merupakan model SCS tanpa circle.

Lengkung ini biasanya terdapat di tikungan dengan

kecepatan sangat tinggi. (lihat perbedaan dengan SCS)

14

dapat dihitung dengan rumus dibawah ini:

Diagram Superelevasi

15

Diagram Super Elevasi Circle-Circle

Diagram Super Elevasi Spiral-Cirle-Spiral

16

Diagram Super Elevasi Spiral-Spiral

Tikungan Gabungan :

Ada 2 macam tikungan gabungan :

1. Tikungan Gabungan Searah .

17

2. Tikungan Gabungan Berbalik. .

18

2.2.2 Alinyemen Vertikal

Pada gambar akan terlihat apakah jalan tersebut

tanpa kelandaian, mendaki atau menurun, pada

perencanaan alinyemen vertikal ini di pertimbangkan

b17agaimana meletakkan sumbu jalan sesuai kondisi

medan dengan menperhatikan sifat operasi kendaraan,

keamanan jarak pandang dan fungsi jalan. Pemilihan

alinyemen vertikal, berkaitan dengan pekerjaan tanah

yang mungkin timbul akibat adanya galian dan timbunan

yang harus di lakukan.

Kondisi yang baik antara alinyemen vertikal dan

horinzontal memberikan keamanan dan kenyamanan pada

pemakai jalan. Perencanaan ini diharapkan dapat

miningkatkan umur pada konstruksi jalan tersebut.

Selain itu dari segi ekonomis diharapkan dapat

menguntungkan.

Kelandaian maksimum

Pembatasan kelandaian (maksimum) dimaksudkan untuk

memungkinkan kendaraan bergerak terus tanpa harus

kehilangan kecepatan yang berarti.

Panjang lengkung vertikal

19

Lengkung vertikal harus disediakan pada setiap lokasi

yang mengalami perubahan kelandaian, dengan tujuan :

1. Mengurangi goncangan akibat perubahan

kelandaian, dan

2. Menyediakan jarak pandang henti.

Lengkung vertikal dalam standar ini ditetapkan

berbentuk parabola sederhana. Panjang lengkung

vertikal cembung, berdasarkan jarak pandangan henti

dapat ditentukan dengan rumus berikut :

a. Jika jarak pandang lebih kecil dari panjang

lengkung vertikal (s < l)

b. Jika jarak pandang lebih besar dari panjang

lengkung vertikal (S > L)

 

20

Panjang minimum lengkung vertikal cembung

berdasarkan jarak pandangan henti, untuk setiap

kecepatan rencana (VR) dapat menggunakan Tabel 20.

Panjang lengkung vertikal cekung berdasarkan jarak

pandangan henti dapat ditentukan dengan rumus berikut

(AASHTO, 2001) :

a. Jika jarak pandang lebih kecil dari panjang

lengkung vertikal (S < L)

b. Jika jarak pandang lebih besar dari panjang

lengkung vertikal (S > L)

dengan pengertian :

L = panjang lengkung cekung (m)

A = perbedaan aljabar landai (%)

21

S = jarak pandang henti (m)

Panjang minimum lengkung vertikal cekung

berdasarkan jarak pandangan henti, untuk setiap

kecepatan rencana (VR) dapat menggunakan Tabel 21.

Panjang lengkung vertikal cekung berdasarkan jarak

pandangan lintasan di bawah dapat ditentukan dengan

rumus berikut (AASHTO, 2001):

a. Jika jarak pandang lebih kecil dari panjang

lengkung vertikal (S < L)

b. Jika jarak pandang lebih besar dari panjang

lengkung vertikal (S > L)

dengan pengertian :

L = panjang lengkung vertikal cekung (m)

A = perbedaan aljabar landai (%)22

S = jarak pandang (m)

C = kebebasan vertikal (m)

23

BAB III

ANALISA DATA

3.

3.1. Perencanaan Alinyemen Horizontal

a. Koordinat

Titik A = (0,000 ; 0,000)

Titik B = ( 72,9798 ; -74,5499 )

Titik C = (146,7099 ; -37,8865 )

Titik D = (184,0559 ; 36,1562 )

Titik E = (292,8566 ; -1,6710 )

b. Jarak (cm)

d A-B = √¿¿

= √¿¿

= 104,325 cm

d B-C = √¿¿

= √((146,7099−72,9798)²¿+(−37,8865− (−74,5499 ))²)¿

= 82,343 cm

d C-D = √¿¿

= √((184,0559−146,7099)2¿+(36,1562—37,8865)²)¿

= 82,928 cm

d D-E = √¿¿

=

√((292,8566−184,0559)²¿+(−1,6710− (36,1562 ))²)¿

= 115,189 cm

24

25

c. Azimuth

α AB = 135˚36’35”

α BC = α AB - α BA

= 135˚36’35” - 72˚2’58”

= 63˚33’37”

= 63,5604˚

α CD = α BC - ˂BCD + 180°

= 63˚33’37” - 143˚12’19” + 180°

= 26˚45’56”

= 26,7657˚

α DE = α DC - ˂CDE + 180°

= 26˚45’56” - 97˚35’40” - 180°

= 109˚10’19”

= 109,1712˚

4. Menghitung Sudut Pusat

Δ1 (PI-I) = α AB - α BC

= 135˚36’35” - 63,5604˚

= 72,049˚

Δ2 (PI-II) = α BC - α CD

= 63,5604˚ - 26,7657˚

= 36,7947˚

Δ3 (PI-III) = ( α CD - α DE ) + 180˚

= ( 26,7657˚ - 109,1712˚ ) + 180˚

= 97,5945˚

26

Diketahui :

emax = 10%

VR = 80 km/jam

∆1 = 72,0494

∆2 = 36,7947

∆3 = 82,4056

fmax = 0,14

Tahapan perencanaan

TIKUNGAN I (PI I)

a. Menentukan R rencana dan mencari derajat

kelengkungan

Rmin=VR

2

127(emax+fmax)

Rmin=802

127(0,1+0,14)

Rmin=209,974m

Direncanakan Rrencana > Rmin = 250 > 209,974

Dmax=252πR

×360°

Dmax=25

2π(250)×360°

Dmax=5,730°

27

28

b. Mencari panjang lengkung spiral (Ls)

1. Berdasarkan waktu tempuh max (3 dt) untuk melintasi

lengkung peralihan

Ls=VR

3,6×T

Ls= 803,6

×3

Ls=66,667m

2. Berdasarkan antisipasi gaya sentrifugal (Modifikasi

Shortt)

Ls=0,022VR

3

Rc×C−2,727

VR×eC

Ls=0,022 803

250×0,4−2,727 80×0,10,4Ls=58,1m

3. Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian

Ls=(e¿¿m−en)

3,6.TeVR¿

Ls=(0,1−0,02)3,6.0,025

80

Ls=71,111m

4. Berdasarkan dari tabel panjang minimal spiral

Dari tabel diperoleh Ls = 80 m

c. Sudut apit sudut spiral (θs)

θs=90π.LsRc

29

θs=90π. 80250

θs=9,167°

30

d. Panjang lengkung circle (Lc)

Lc=(∆1−2θs)180

.π.Rc

Lc= (72,0494−2.9,167)180

.π.250

Lc=234,378mKarena Lc > 25 m , maka digunakan diagram S-C-S

e. Panjang lengkung total (Lt)

Lt = Lc + 2 Ls

Lt = 234,378 + 2 .80

Lt = 394,378 m

f. Pergeseran terhadap tangen asli (p)

p=Ls

2

6.Rc−Rc ¿

p=802

6.250−250 ¿

p=1,074m

g. Nilai k

k=Ls−Ls

3

40.Rc2−Rcsinθs

k=80−803

40.2502−250sin9,167

k=39,967m

h. Menghitung Ts

Ts=(Rc+p )tan12∆1+k

31

Ts=(250+1,074)tan 1272,0494+39,967

Ts=222,548m

32

i. Menghitung Es

Es= (Rc+p )sec 12∆1−Rc

Es= (250+1,074 )sec 1272,0494–250

Es=60,442m

j. Menghitung nilai Xs dan Ys

Xs=Ls(1−Ls3

40.Rc2 )

Xs=80(1− 803

40.2502 )Xs=79,795m

Ys=Ls

2

6.Rc

Ys=802

6.250Ys=4,267m

TIKUNGAN II (PI II)

Diketahui :

∆2 = 36,7947

Rmin = 209,974 m

Rrencana = 250 m

Ls = 80 m

θs = 9,167

a. Panjang lengkung circle (Lc)

Lc=(∆2−2θs)180

.π.Rc

33

Lc= (36,7947−2.9,167 )180

.π.250

Lc=80,550mKarena Lc > 25 m , maka digunakan diagram S-C-S

34

b. Panjang lengkung total (Lt)

Lt = Lc + 2 Ls

Lt = 80,550 + 2 .80

Lt = 240,550 m

c. Pergeseran terhadap tangen asli (p)

p=Ls

2

6.Rc−Rc ¿

p=802

6.250−250 ¿

p=1,074m

d. Nilai k

k=Ls−Ls

3

40.Rc2−Rcsinθs

k=80−803

40.2502−250sin9,167

k=39,967m

e. Menghitung Ts

Ts=(Rc+p )tan12∆1+k

Ts=(250+1,074)tan 1236,7947+39,967

Ts=123,475m

f. Menghitung Es

Es= (Rc+p )sec 12∆2−Rc

35

Es= (250+1,074 )sec 1236,7947–250

Es=14,597m

36

g. Menghitung nilai Xs dan Ys

Xs=Ls(1−Ls3

40.Rc2 )

Xs=80(1−803

40.2502 )Xs=79,795m

Ys=Ls

2

6.Rc

Ys=802

6.250Ys=4,267m

TIKUNGAN III (PI III)

Diketahui :

∆3 = 82,4056

Rmin = 209,974 m

Rrencana = 250 m

Ls = 80 m

θs = 9,167

a. Panjang lengkung circle (Lc)

Lc=(∆3−2θs)180

.π.Rc

Lc= (82,4056−2.9,167 )180

.π.250

Lc=279,565mKarena Lc > 25 m , maka digunakan diagram S-C-S

b. Panjang lengkung total (Lt)

37

Lt = Lc + 2 Ls

Lt = 279,565 + 2 .80

Lt = 439,565 m

38

c. Pergeseran terhadap tangen asli (p)

p=Ls

2

6.Rc−Rc ¿

p=802

6.250−250 ¿

p=1,074m

d. Nilai k

k=Ls−Ls

3

40.Rc2−Rcsinθs

k=80−803

40.2502−250sin9,167

k=39,967m

e. Menghitung Ts

Ts=(Rc+p )tan12∆3+k

Ts=(250+1,074)tan 1282,4056+39,967

Ts=259,787m

f. Menghitung Es

Es= (Rc+p )sec 12∆3−Rc

Es= (250+1,074 )sec 1282,4056–250

Es=83,705m

g. Menghitung nilai Xs dan Ys

39

Xs=Ls(1−Ls3

40.Rc2 )

Xs=80(1− 803

40.2502 )Xs=79,795m

Ys=Ls

2

6.Rc

Ys=802

6.250Ys=4,267m

40

Memenuhi

1.2.3.

3.1.3.2. PERENCANAAN ALINYEMEN VERTIKAL

Diketahui :

VR = 80 km/jam

Kelandaian maksimum = 5 %

Jarak pandang henti (Jh) = 120 m

Jarak pandang mendahului (Jd) = 550 m

Perencanaan lengkung vertikal I

1. Menghitung Kelandaian Rencana

g1=(575−412,5)

5233×100%=3,11%

g2=(575−475)

900×100 %=11,11 %

2. Mencari Panjang L

a. Berdasarkan jarak pandang henti

Jh<L,maka:L=A×Jh

2

405

L=(3,11+11,11)×1202

405

L=505,60m

41

Tidak Memenuhi

Memenuhi

Tidak Memenuhi

Jh>L,maka:L=2Jh−405A

L=2.120− 405(3,11+11,11 )

L=211,52m

b. Berdasarkan jarak mendahului

Jd<L,maka:L=A×Jd

2

840

L=(3,11+11,11)×5502

840

L=5120,89m

Jd>L,maka:L=2Jd−840A

L=2.550−840

(3,11+11,11 )

L=1040,93m

c. Berdasarkan jarak kenyamanan

L = A x Y

= ( 3,11 + 11,11 ) x 8

= 113,76 m

d. Berdasarkan jarak dari tabel

Dari tabel panjang minimum lengkung vertikal

diperoleh panjang lengkung = (80 – 150) m.

42

Jadi panjang L

Berdasarkan jarak pandang henti = 505,60 m

Berdasarkan jarak mendahului = 5120,89 m

Berdasarkan jarak kenyamanan = 113,76 m

Berdasarkan jarak dari tabel = (80 – 150) m

Dengan pertimbangan ekonomis maka diambil L = 200

m

43

Memenuhi

Tidak Memenuhi

3. Menghitung Pergeseran Vertikal Dari Titik PPV ke

Bagian Lengkung

Ev=A×L800

Ev=(3,11+11,11 )×200

800Ev=3,56m

Perencanaan lengkung vertikal II

1. Menghitung Kelandaian Rencana

g2=(575−475)

900×100 %=11,11 %

g3=(675−475)

3350×100%=5,97%

2. Mencari Panjang L

a. Berdasarkan jarak pandang henti

Jh<L,maka:L=A×Jh

2

405

L=(11,11−5,97)×1202

405

L=182,76m

Jh>L,maka:L=2Jh−405A

L=2.120− 405(11,11−5,97)

L=163,87mb. Berdasarkan jarak mendahului

44

Memenuhi

Tidak Memenuhi

Jd<L,maka:L=A×Jd

2

840

L=(11,11−5,97)×5502

840

L=1851,01m

Jd>L,maka:L=2Jd−840A

L=2.550−840

(11,11−5,97)

L=942,11m

c. Berdasarkan jarak kenyamanan

L = A x Y

= ( 11,11 - 5,97 ) x 8

= 41,12 m

d. Berdasarkan jarak dari tabel

Dari tabel panjang minimum lengkung vertikal

diperoleh panjang lengkung = (80 – 150) m.

Jadi panjang L

Berdasarkan jarak pandang henti = 182,76 m

Berdasarkan jarak mendahului = 942,11 m

Berdasarkan jarak kenyamanan = 41,12 m

Berdasarkan jarak dari tabel = (80 – 150) m

Dengan pertimbangan ekonomis maka diambil L = 200

m

45

3. Menghitung Pergeseran Vertikal Dari Titik PPV ke Bagian

Lengkung

Ev=A×L800

Ev=(11,11−5,97)×200

800Ev=1,285m

46

DAFTAR PUSTAKA

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26171/3/

Chapter%20II.pdf

http://pratomolegowo.blogspot.com/2011/02/alinyemen-

horizontal_15.html

http://fadlyfauzie.wordpress.com/2010/12/15/vertical-

alignment/

Hendarsin Shirley.2000. Perencanaan Teknik Jalan Raya.Bandung :

Politeknik Negeri Bandung.

47