Geometri Jalan Raya
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of Geometri Jalan Raya
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Jalan raya adalah salah satu sarana transportasi yanag
paling banyak dipergunakan untuk menunjang perekonomian
maupun kegiatan-kegiatan manusia sehari-hari. Jalan raya
berfungsi untuk melewatkan lalu lintas diatasnya dengan
cepat, aman dan nyaman. Transportasi darat merupakan
sistem trasportasi yang terbesar dan yang paling mendapat
perhatian. Hal ini terutama disebabkan oleh aktivitas
manusia pada umumnya dilakukan di darat, dimana sistem
transportasi darat ini memerlukan prasarana jalan sebagai
jalur penghubung sebagai penunjang perekonomian,
perkembangan wilayah, perkembangan sosial dan perkembangan
kebudayaan.
Ditinjau dari segi manfaatnya tersebut maka jalan raya
sangat memerlukan pengembangan dan pengelolaan yang
sungguh-sungguh agar selalu dapat melayani kebutuhan lalu
lintas bagi masyarakat yang semakin meningkat.
Untuk mendapatkan jalan yang baik dan nyaman, sesuai
dengan kelas jalan yang telah ditetapkan oleh pemerintah
yaitu Direktorat Jenderal Bina Marga maka perlu ditinjau
aspek geometriknya sebagai dasar perencanaan untuk
menentukan kecepatan rencana yang layak untuk jalan
tersebut. Kecepatan rencana ( VR ) adalah kecepatan yang
dipilih sebagai dasar perencanaan geometrik yang
1
memungkinkan kendaraan-kendaraan bergerak dengan aman dan
nyaman dengan kondisi cuaca yang cerah, lalu lintas yang
lengang dan pengaruh samping jalan yang tidak berarti
(Sukirman S, 1994).
Untuk perencanaan jalan raya yang baik, bentuk
geometriknya harus ditetapkan sedemikian rupa sehingga
jalan yang bersangkutan dapat memberikan pelayanan yang
optimal kepada lalu lintas sesuai dengan fungsinya, sebab
tujuan akhir dari perencanaan geometrik ini adalah
menghasilkan infrastruktur yang aman, efisiensi pelayanan
arus lalu lintas dan memaksimalkan ratio tingkat
penggunaan biaya juga memberikan rasa aman dan nyaman
kepada pengguna jalan.
2
1.2. Rumusan masalah
Dari uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah
yaitu :
1. Bagaimana proses pembuatan Perencanaan Teknik Jalan
Raya?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui proses pembuatan Perencanaan Teknik Jalan
Raya.
1.4. Manfaat
Hasil Perencanaan Teknik Jalan Raya ini diharapkan dapat
dipakai sebagai informasi ilmiah kepada instansi terkait
yang berkompeten terhadap permasalahan ini, dalam
perancangan jalan raya untuk menunjang perkembangan laju
ekonomi untuk Indonesia, khususnya pembangunan prasarana
transportasi. Selain itu hasil dari perencanaan ini
diharapkan dapat menjadi rujukan atau pembanding bagi
perencanaan lain.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Jalan Raya
2.1.1.Pengertian Jalan Raya
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang
meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan
pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi
lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di
atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah
dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali
jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel
(Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006).
Jalan raya adalah jalur - jalur tanah di atas
permukaan bumi yang dibuat oleh manusia dengan
bentuk, ukuran - ukuran dan jenis konstruksinya
sehingga dapat digunakan untuk menyalurkan lalu
lintas orang, hewan dan kendaraan yang mengangkut
barang dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan
mudah dan cepat (Clarkson H.Oglesby,1999).
2.1.2.Klasifikasi Jalan Raya
Jalan raya pada umumnya dapat digolongkan dalam 4
klasifikasi yaitu: klasifikasi menurut fungsi jalan,
klasifkasi menurut kelas jalan, klasifikasi menurut
medan jalan dan klasifikasi menurut wewenang
pembinaan jalan (Bina Marga 1997).
2.1.2.1. Klasifikasi Menurut Fungsi Jalan
4
Klasifikasi menurut fungsi jalan terdiri atas 3
golongan yaitu:
1. Jalan arteri yaitu jalan yang melayani
angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan
jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan
jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien.
2. Jalan kolektor yaitu jalan yang melayani
angkutan pengumpul/pembagi dengan ciri-ciri
perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata
sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi.
3. Jalan lokal yaitu Jalan yang melayani
angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan
jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan
jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
2.1.2.2. Klasifikasi Menurut Kelas Jalan
Klasifikasi menurut kelas jalan berkaitan
dengan kemampuan jalan untuk menerima beban
lalu lintas, dinyatakan dalam muatan sumbu
terberat (MST) dalam satuan ton.
Tabel 2.1. Klasifikasi jalan raya menurut kelas
jalan
Fungsi KelasMuatan SumbuTerberat/MST
(ton)
Arteri
I
II
IIIA
>10
10
8
Kolektor III A 8
5
III B
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota,
Ditjen Bina Marga, 1997.
2.1.2.3. Klafifikasi Menurut Medan Jalan
Medan jalan diklasifikasikan berdasarkan
kondisi sebagian besar kemiringan medan yang
diukur tegak lurus garis kontur. Keseragaman
kondisi medan yang diproyeksikan harus
mempertimbangkan keseragaman kondisi medan
menurut rencana trase jalan dengan mengabaikan
perubahan-perubahan pada bagian kecil dari
segmen rencana jalan tersebut.
Tabel 2..2. Klasifikasi Menurut Medan Jalan
No Jenis Medan Notasi KemiringanMedan (%)
1 Datar D < 3
2 Berbukit B 3-25
3 Pegunungan G >25
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota,
Ditjen Bina Marga 1997.
2.1.2.4. Klasifikasi Menurut Wewenang Pembinaan
Jalan (Bina Marga 1997)
Klasifikasi menurut wewenang pembinaan jalan
terdiri dari:
6
1. Jalan desa, yang meliputi semua jalan di
desa.
2. Jalan kabupaten atau kotamadya, yang
meliputi semua jalan di kabupaten dan
kotamadya.
3. Jalan propinsi, selain melayani lalu
lintas dalam propinsi, juga berfungsi
menghubungkan dengan propinsi lainnya.
4. Jalan negara, berfungsi menghubungkan
ibukota-ibukota propinsi.
2.2.Perencanaan Jalan Raya
2.2.1 Alinyemen Horizontal
Alinyemen horizontal/trase jalan, terutama di titik
beratkan pada perencanaan sumbu jalan. Pada gambar
tersebut akan terlihatkan apakah jalan tersebut jalan
lurus, garis menikung kekiri, atau menikung kekanan.
Sumbu jalan terdiri dari rangkaian garis lurus,
lengkung berbentuk lingkaran dan berbentuk lenkung
peralihan. Perencanaan geometrik jalan menfokuskan
pilihan letak dan panjang dari bagian-bagian jalan,
sesuai dengan kondisi medan sehinga terpenuhi
kebutuhan akan pengoperasian lalu lintas dan keamanan
(ditinjau dari jarak pandang pengemudi kendaraan
ditikungan).
Alinyemen horizontal terdiri dari :
1. Bagian Lurus
2. Bagian Lengkung (Tikungan)
3. Tikungan gabungan
7
PANJANG BAGIAN LURUS
LENGKUNG (TIKUNGAN)
RUMUS UMUM LENGKUNG HORIZONTAL
oxR
D 360225
max
9
FungsiFungsiPanjang Bagian Lurus MaximumPanjang Bagian Lurus Maximum (m) (m)
DatarDatar PerbukitanPerbukitan PegununganPegunungan
ArteriArteri 30003000 25002500 20002000
KolektorKolektor 20002000 17501750 15001500
LokalLokal 15001500 12001200 750750
)(127 maxmax
2
min feVR R
Rmin = Jari jari tikungan minimum (m)
Dmax = Derajat maksimum
VR = Kecepatan kendaraan rencana (Km/jam)
emax = Superelevasi maksimum (%)
fmax = Koefisien gesekkan melintang maksimum
Dimana nilai fmax dicari dengan menggunakan grafik berikut
10
Bentuk lengkung horizontal:
1. Full Circle
Lengkung yang hanya terdiri dari bagian lengkung tanpa
adanya peralihan. Yang dimaksud disini adalah hanya
ada satu jari2 lingkaran pada lengkung tersebut.
Keterangan gambar : ∆ = sudut tikungan
O = titik pusat lingkaran
T = panjang tangen , jarak dari TC –
PI dan PI – CT
R = jari-jari lingkaran
Lc = panjang busur lingkaran
E = jarak PI ke CC
dapat dihitung dengan rumus berikut ini:
11
2. Spiral - Circle – Spiral
Lengkung terdiri atas bagian lengkungan (Circle) dengan
bagian peralihan (Spiral) untuk menghubungkan dengan
bagian yang lurus FC. Dua bagian lengkung di kanan-kiri
FC itulah yg disebut Spiral. (lihat perbedaan dengan
FC).
Keterangan :
Xs = absis titik SC pada garis tangent, jarak dari
titik TS ke SC
12
Ys = ordinat titik SC pada garis tegak lurus garis
tangent. jarak tegak lurus ke titik SC pada
lengkung
Ls = panjang lengkung peralihan (panjang TS ke SC
atau CS ke ST)
Lc = panjang busur lingkaran ( panjang dari SC ke
CS )
TS = titik dari tangent ke spiral
SC = titik dari spiral ke lingkaran
Es = jarak dari PI ke busur lingkaran
Rc = jari-jari lingkaran
Θ s = sudut lengkung dpiral
p = pergeseran tangent terhadap spiral
k = absis dari p pada garis tangent spiral
13
dapat dihitung dengan rumus dibawah ini:
3. Spiral – Spiral
Lengkung yg hanya terdiri dari spiral-spiral saja tanpa
adanya circle. Ini merupakan model SCS tanpa circle.
Lengkung ini biasanya terdapat di tikungan dengan
kecepatan sangat tinggi. (lihat perbedaan dengan SCS)
14
dapat dihitung dengan rumus dibawah ini:
Diagram Superelevasi
15
Diagram Super Elevasi Spiral-Spiral
Tikungan Gabungan :
Ada 2 macam tikungan gabungan :
1. Tikungan Gabungan Searah .
17
2.2.2 Alinyemen Vertikal
Pada gambar akan terlihat apakah jalan tersebut
tanpa kelandaian, mendaki atau menurun, pada
perencanaan alinyemen vertikal ini di pertimbangkan
b17agaimana meletakkan sumbu jalan sesuai kondisi
medan dengan menperhatikan sifat operasi kendaraan,
keamanan jarak pandang dan fungsi jalan. Pemilihan
alinyemen vertikal, berkaitan dengan pekerjaan tanah
yang mungkin timbul akibat adanya galian dan timbunan
yang harus di lakukan.
Kondisi yang baik antara alinyemen vertikal dan
horinzontal memberikan keamanan dan kenyamanan pada
pemakai jalan. Perencanaan ini diharapkan dapat
miningkatkan umur pada konstruksi jalan tersebut.
Selain itu dari segi ekonomis diharapkan dapat
menguntungkan.
Kelandaian maksimum
Pembatasan kelandaian (maksimum) dimaksudkan untuk
memungkinkan kendaraan bergerak terus tanpa harus
kehilangan kecepatan yang berarti.
Panjang lengkung vertikal
19
Lengkung vertikal harus disediakan pada setiap lokasi
yang mengalami perubahan kelandaian, dengan tujuan :
1. Mengurangi goncangan akibat perubahan
kelandaian, dan
2. Menyediakan jarak pandang henti.
Lengkung vertikal dalam standar ini ditetapkan
berbentuk parabola sederhana. Panjang lengkung
vertikal cembung, berdasarkan jarak pandangan henti
dapat ditentukan dengan rumus berikut :
a. Jika jarak pandang lebih kecil dari panjang
lengkung vertikal (s < l)
b. Jika jarak pandang lebih besar dari panjang
lengkung vertikal (S > L)
20
Panjang minimum lengkung vertikal cembung
berdasarkan jarak pandangan henti, untuk setiap
kecepatan rencana (VR) dapat menggunakan Tabel 20.
Panjang lengkung vertikal cekung berdasarkan jarak
pandangan henti dapat ditentukan dengan rumus berikut
(AASHTO, 2001) :
a. Jika jarak pandang lebih kecil dari panjang
lengkung vertikal (S < L)
b. Jika jarak pandang lebih besar dari panjang
lengkung vertikal (S > L)
dengan pengertian :
L = panjang lengkung cekung (m)
A = perbedaan aljabar landai (%)
21
S = jarak pandang henti (m)
Panjang minimum lengkung vertikal cekung
berdasarkan jarak pandangan henti, untuk setiap
kecepatan rencana (VR) dapat menggunakan Tabel 21.
Panjang lengkung vertikal cekung berdasarkan jarak
pandangan lintasan di bawah dapat ditentukan dengan
rumus berikut (AASHTO, 2001):
a. Jika jarak pandang lebih kecil dari panjang
lengkung vertikal (S < L)
b. Jika jarak pandang lebih besar dari panjang
lengkung vertikal (S > L)
dengan pengertian :
L = panjang lengkung vertikal cekung (m)
A = perbedaan aljabar landai (%)22
S = jarak pandang (m)
C = kebebasan vertikal (m)
23
BAB III
ANALISA DATA
3.
3.1. Perencanaan Alinyemen Horizontal
a. Koordinat
Titik A = (0,000 ; 0,000)
Titik B = ( 72,9798 ; -74,5499 )
Titik C = (146,7099 ; -37,8865 )
Titik D = (184,0559 ; 36,1562 )
Titik E = (292,8566 ; -1,6710 )
b. Jarak (cm)
d A-B = √¿¿
= √¿¿
= 104,325 cm
d B-C = √¿¿
= √((146,7099−72,9798)²¿+(−37,8865− (−74,5499 ))²)¿
= 82,343 cm
d C-D = √¿¿
= √((184,0559−146,7099)2¿+(36,1562—37,8865)²)¿
= 82,928 cm
d D-E = √¿¿
=
√((292,8566−184,0559)²¿+(−1,6710− (36,1562 ))²)¿
= 115,189 cm
24
c. Azimuth
α AB = 135˚36’35”
α BC = α AB - α BA
= 135˚36’35” - 72˚2’58”
= 63˚33’37”
= 63,5604˚
α CD = α BC - ˂BCD + 180°
= 63˚33’37” - 143˚12’19” + 180°
= 26˚45’56”
= 26,7657˚
α DE = α DC - ˂CDE + 180°
= 26˚45’56” - 97˚35’40” - 180°
= 109˚10’19”
= 109,1712˚
4. Menghitung Sudut Pusat
Δ1 (PI-I) = α AB - α BC
= 135˚36’35” - 63,5604˚
= 72,049˚
Δ2 (PI-II) = α BC - α CD
= 63,5604˚ - 26,7657˚
= 36,7947˚
Δ3 (PI-III) = ( α CD - α DE ) + 180˚
= ( 26,7657˚ - 109,1712˚ ) + 180˚
= 97,5945˚
26
Diketahui :
emax = 10%
VR = 80 km/jam
∆1 = 72,0494
∆2 = 36,7947
∆3 = 82,4056
fmax = 0,14
Tahapan perencanaan
TIKUNGAN I (PI I)
a. Menentukan R rencana dan mencari derajat
kelengkungan
Rmin=VR
2
127(emax+fmax)
Rmin=802
127(0,1+0,14)
Rmin=209,974m
Direncanakan Rrencana > Rmin = 250 > 209,974
Dmax=252πR
×360°
Dmax=25
2π(250)×360°
Dmax=5,730°
27
b. Mencari panjang lengkung spiral (Ls)
1. Berdasarkan waktu tempuh max (3 dt) untuk melintasi
lengkung peralihan
Ls=VR
3,6×T
Ls= 803,6
×3
Ls=66,667m
2. Berdasarkan antisipasi gaya sentrifugal (Modifikasi
Shortt)
Ls=0,022VR
3
Rc×C−2,727
VR×eC
Ls=0,022 803
250×0,4−2,727 80×0,10,4Ls=58,1m
3. Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian
Ls=(e¿¿m−en)
3,6.TeVR¿
Ls=(0,1−0,02)3,6.0,025
80
Ls=71,111m
4. Berdasarkan dari tabel panjang minimal spiral
Dari tabel diperoleh Ls = 80 m
c. Sudut apit sudut spiral (θs)
θs=90π.LsRc
29
d. Panjang lengkung circle (Lc)
Lc=(∆1−2θs)180
.π.Rc
Lc= (72,0494−2.9,167)180
.π.250
Lc=234,378mKarena Lc > 25 m , maka digunakan diagram S-C-S
e. Panjang lengkung total (Lt)
Lt = Lc + 2 Ls
Lt = 234,378 + 2 .80
Lt = 394,378 m
f. Pergeseran terhadap tangen asli (p)
p=Ls
2
6.Rc−Rc ¿
p=802
6.250−250 ¿
p=1,074m
g. Nilai k
k=Ls−Ls
3
40.Rc2−Rcsinθs
k=80−803
40.2502−250sin9,167
k=39,967m
h. Menghitung Ts
Ts=(Rc+p )tan12∆1+k
31
i. Menghitung Es
Es= (Rc+p )sec 12∆1−Rc
Es= (250+1,074 )sec 1272,0494–250
Es=60,442m
j. Menghitung nilai Xs dan Ys
Xs=Ls(1−Ls3
40.Rc2 )
Xs=80(1− 803
40.2502 )Xs=79,795m
Ys=Ls
2
6.Rc
Ys=802
6.250Ys=4,267m
TIKUNGAN II (PI II)
Diketahui :
∆2 = 36,7947
Rmin = 209,974 m
Rrencana = 250 m
Ls = 80 m
θs = 9,167
a. Panjang lengkung circle (Lc)
Lc=(∆2−2θs)180
.π.Rc
33
b. Panjang lengkung total (Lt)
Lt = Lc + 2 Ls
Lt = 80,550 + 2 .80
Lt = 240,550 m
c. Pergeseran terhadap tangen asli (p)
p=Ls
2
6.Rc−Rc ¿
p=802
6.250−250 ¿
p=1,074m
d. Nilai k
k=Ls−Ls
3
40.Rc2−Rcsinθs
k=80−803
40.2502−250sin9,167
k=39,967m
e. Menghitung Ts
Ts=(Rc+p )tan12∆1+k
Ts=(250+1,074)tan 1236,7947+39,967
Ts=123,475m
f. Menghitung Es
Es= (Rc+p )sec 12∆2−Rc
35
g. Menghitung nilai Xs dan Ys
Xs=Ls(1−Ls3
40.Rc2 )
Xs=80(1−803
40.2502 )Xs=79,795m
Ys=Ls
2
6.Rc
Ys=802
6.250Ys=4,267m
TIKUNGAN III (PI III)
Diketahui :
∆3 = 82,4056
Rmin = 209,974 m
Rrencana = 250 m
Ls = 80 m
θs = 9,167
a. Panjang lengkung circle (Lc)
Lc=(∆3−2θs)180
.π.Rc
Lc= (82,4056−2.9,167 )180
.π.250
Lc=279,565mKarena Lc > 25 m , maka digunakan diagram S-C-S
b. Panjang lengkung total (Lt)
37
c. Pergeseran terhadap tangen asli (p)
p=Ls
2
6.Rc−Rc ¿
p=802
6.250−250 ¿
p=1,074m
d. Nilai k
k=Ls−Ls
3
40.Rc2−Rcsinθs
k=80−803
40.2502−250sin9,167
k=39,967m
e. Menghitung Ts
Ts=(Rc+p )tan12∆3+k
Ts=(250+1,074)tan 1282,4056+39,967
Ts=259,787m
f. Menghitung Es
Es= (Rc+p )sec 12∆3−Rc
Es= (250+1,074 )sec 1282,4056–250
Es=83,705m
g. Menghitung nilai Xs dan Ys
39
Memenuhi
1.2.3.
3.1.3.2. PERENCANAAN ALINYEMEN VERTIKAL
Diketahui :
VR = 80 km/jam
Kelandaian maksimum = 5 %
Jarak pandang henti (Jh) = 120 m
Jarak pandang mendahului (Jd) = 550 m
Perencanaan lengkung vertikal I
1. Menghitung Kelandaian Rencana
g1=(575−412,5)
5233×100%=3,11%
g2=(575−475)
900×100 %=11,11 %
2. Mencari Panjang L
a. Berdasarkan jarak pandang henti
Jh<L,maka:L=A×Jh
2
405
L=(3,11+11,11)×1202
405
L=505,60m
41
Tidak Memenuhi
Memenuhi
Tidak Memenuhi
Jh>L,maka:L=2Jh−405A
L=2.120− 405(3,11+11,11 )
L=211,52m
b. Berdasarkan jarak mendahului
Jd<L,maka:L=A×Jd
2
840
L=(3,11+11,11)×5502
840
L=5120,89m
Jd>L,maka:L=2Jd−840A
L=2.550−840
(3,11+11,11 )
L=1040,93m
c. Berdasarkan jarak kenyamanan
L = A x Y
= ( 3,11 + 11,11 ) x 8
= 113,76 m
d. Berdasarkan jarak dari tabel
Dari tabel panjang minimum lengkung vertikal
diperoleh panjang lengkung = (80 – 150) m.
42
Jadi panjang L
Berdasarkan jarak pandang henti = 505,60 m
Berdasarkan jarak mendahului = 5120,89 m
Berdasarkan jarak kenyamanan = 113,76 m
Berdasarkan jarak dari tabel = (80 – 150) m
Dengan pertimbangan ekonomis maka diambil L = 200
m
43
Memenuhi
Tidak Memenuhi
3. Menghitung Pergeseran Vertikal Dari Titik PPV ke
Bagian Lengkung
Ev=A×L800
Ev=(3,11+11,11 )×200
800Ev=3,56m
Perencanaan lengkung vertikal II
1. Menghitung Kelandaian Rencana
g2=(575−475)
900×100 %=11,11 %
g3=(675−475)
3350×100%=5,97%
2. Mencari Panjang L
a. Berdasarkan jarak pandang henti
Jh<L,maka:L=A×Jh
2
405
L=(11,11−5,97)×1202
405
L=182,76m
Jh>L,maka:L=2Jh−405A
L=2.120− 405(11,11−5,97)
L=163,87mb. Berdasarkan jarak mendahului
44
Memenuhi
Tidak Memenuhi
Jd<L,maka:L=A×Jd
2
840
L=(11,11−5,97)×5502
840
L=1851,01m
Jd>L,maka:L=2Jd−840A
L=2.550−840
(11,11−5,97)
L=942,11m
c. Berdasarkan jarak kenyamanan
L = A x Y
= ( 11,11 - 5,97 ) x 8
= 41,12 m
d. Berdasarkan jarak dari tabel
Dari tabel panjang minimum lengkung vertikal
diperoleh panjang lengkung = (80 – 150) m.
Jadi panjang L
Berdasarkan jarak pandang henti = 182,76 m
Berdasarkan jarak mendahului = 942,11 m
Berdasarkan jarak kenyamanan = 41,12 m
Berdasarkan jarak dari tabel = (80 – 150) m
Dengan pertimbangan ekonomis maka diambil L = 200
m
45
3. Menghitung Pergeseran Vertikal Dari Titik PPV ke Bagian
Lengkung
Ev=A×L800
Ev=(11,11−5,97)×200
800Ev=1,285m
46
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26171/3/
Chapter%20II.pdf
http://pratomolegowo.blogspot.com/2011/02/alinyemen-
horizontal_15.html
http://fadlyfauzie.wordpress.com/2010/12/15/vertical-
alignment/
Hendarsin Shirley.2000. Perencanaan Teknik Jalan Raya.Bandung :
Politeknik Negeri Bandung.
47