GANGGUAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA ANAK DENGAN HIDROSEFALUS DAN ATRESIA BILIER MAKALAH Tugas...
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of GANGGUAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA ANAK DENGAN HIDROSEFALUS DAN ATRESIA BILIER MAKALAH Tugas...
GANGGUAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA ANAK DENGAN
HIDROSEFALUS DAN ATRESIA BILIERMAKALAH
Tugas Untuk Memenuhi Nilai Mata Kuliah
Keperawatan Anak II
Disusun Oleh:
Nina Septianti
Maulana Agus Rizqi
Siti Samiratul Azizah
Tri Novianti
Yohana Bili
STIKes WIDYA DHARMA HUSADA
1
Program Studi S1 KeperawatanJl.Surya Kencana No.1 Pamulang Tangerang Selatan
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkah dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “Gangguan Pertumbuhan Dan Perkembangan Pada Anak
Dengan Hidrofesalus Dan Atrisia Bilier ”.
Dengan terselesaikannya makalah ini, penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
memberikan bantuan dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah
ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amiin.
Pamulang, 22 september2014
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................1
B. Identifikasi Masalah...............................1
C. Pembatasan Masalah.................................2
D. Tujuan.............................................2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Hidrosefalus ......................................3
1. Definisi .....................................3
2. Patofisiologi.................................4
3. Etiologi......................................5
4. Manisfestasi Klinis ..........................5
5. Komplikas.....................................5
3
6. Pemeriksaan penunjang.........................6
7. Asuhan Keperawatan pada Hidrosefalus..........6
B. Atrisia Bilier.....................................12
1. Definisi......................................12
2. Patofisiologi.................................12
3. Etiologi .....................................13
4. Manifestasi klinis ...........................14
5. Pemeriksaan diagnosis ........................14
6. Pemeriksaan terapeutik .......................14
7. Komplikasi ...................................14
8. Asuhan Keperawatan pada Atresia
Bilier...........................................14
BAB. III PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................18
B. Saran .............................................19
DAFTAR PUSTAKABAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan pada bayi atau anak sangat
perlu diperhatikan sejak masa konsepsi, karena apabila terjadi
kelainan akan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
individu tersebut di masa depan.
4
Dewasa ini banyak kita temui kelainan kongenital pada bayi,
kelainan kongenital itu sendiri adalah kelainan dalam
pertumbuhan janin yang terjadi sejak konsepsi dan selama dalam
kandungan. Diperkirakan 10-20% dari kematian janin dalam
kandungan dan kematian neonatal disebabkan oleh kelainan
kongenital. Khusunya pada bayi berat badan lahir rendah
diperkirakan 20% diantaranya meninggal karena kelainan
kongenital dalam minggu pertama kehidupannya. Malformasi
kongenital merupakan kausa penting terjadinya keguguran, lahir
mati, dan kematian neonatal.
Mortalitas dan morbiditas pada bayi pada saat ini masih
sangat tinggi pada bayi yang mengalami penyakit bawaan. Salah
satu sebab morbiditas pada bayi adalah atresia bilier,
eosephalokel, hidrosephalus, fimosis, hipospadia dan kelainan
metabolik dan endokrin. Sebagian besar penyakit bawaan pada
bayi disebabkan oleh kelainan genetik dan kebiasaan ibu pada
saat hamil mengkonsumsi alkohol, rokok dan narkotika.
Melihat fenomena yang terjadi maka kelompok tertarik untuk
membahas dua diantaranya kelainan pada bayi atau anak yaitu
hidrosefalus dan atresia bilier.
5
B. Identifikasi Masalah
1. Bagaimana penatalaksanaan keperawatan pada bayi dengan
hidrosefalus
2. Bagaimana penatalaksanaan keperawatan pada bayi dengan
atresia bilier
C. Pembatasan Masalah
Setelah membuat latar belakang, kelompok membatasi makalah
hanya pada pembahasan mengenai hidrosefalus dan atresia bilier,
mulai dari pengertian hingga penatalaksanaan keperawatan.
D. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu memberikan
informasi mengenai kelainan yang terjadi pada bayi yaitu
hidrosefalus dan atresia bilier.
6
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Hidrosefalus
1. Definisi
Hidrosefalus adalah akumulasi cairan serebrospinal dalam
ventriikel serebral, ruang subarachnoid, atau ruang
subdural. ( Suriadi, 2010)
Hidrosefalus merupakan penumpukan cairan serebrospinal
secara aktif yang menyebabkan dilatasi system ventrikel
otak. ( Mitayani, 2010)
7
Hidrosefalus berarti terjadi pertambahan cairan otak di
dalam ventrikel,sehingga ukuran kepala menjadi besar.
Hidrisefalus sering di sertai cacat bawaan lain,seperti
spina bifida. Hidrosefalus sering menimbulkan distosia,
bahkan ruptur uteri, dan anak sering di lahirkan dalam letak
sungsang kerena kepala terlalu besar untuk masuk kedalam
pintu atas panggul. (Dinan S, 2013)
2. Patofisiologi
Hidrosefalus terjadi karena ada gangguan absorbs CSF
dalam subarachnoid (communicating hidrosefalus ) dan adanya
obstruksi dalam ventrikel yang mencegah CSP masuk ke rongga
subarachnoid karena infeksi, neoplasma, perdarahan, atau
kelinan bentuk perkembangan otak janin. (noncomunicating
hidrosefalus).
Cairan terakumulasi dalam ventrikel dan mengakibatkan
dilatasi ventrikel dan penekanan organ-organ yang terdapat
dalam otak.
8
3. Etiologi
Menurut Mitayani, hidrosefalus dapat terjadi karena
gangguan sirkulasi likour didalam system ventrikel atau oleh
produksi berlebihan likuor.
9
Gangguan absorbs cairan serebrospinal diruang subarachnoid (communicating
Obstruksi aliran cairan serebrospinal melalui system ventrikel (non
com
Akumulasi cairan serebrospinal
di
Ventrikel dilatasi dan menekan organorgan yang terdapat didalam otak
div
Infeksi, neoplasma, perdarahan, malformasiperkembangan otak janin
a. Hidrosefalus obstruksi atau non komunikans terjadi bila
sirkulasi likuor otak terganggu, yang kebanyakan
disebabkan oleh stenosis akuaduktus sylvii. Atresia
foramen megandi dan lushka jarang ditemukan sebagai
penyebab hidrosefalus.
b. Hoidrosefalus komunikans terjadi karena produksi
berlebihan gangguan oenyerapan yang jarang ditemukan.
Penyebab hidrosefalus terbagi menjadi dua yaitu
congenital ; disebabkan gangguan perkembangan janin dalam
rahim (misalnya malformasi arlnold chiari) atau infeksi
intarauterin. Didapat ; disebabkan oleh infeksi, neoplasma,
atau perdarahan.
4. Manisfestasi klinis
Maniesfestasi klinis pada permulaan adalah pembesaran
tengkorak yang disusul oleh gangguan neurologi akibat
tekanan leukor yang meningkat, sehinggan menyebakan
hipoteropi otak.
Pada bayi yang saturanya masih terbuka, akan terlihat
lingkar kepala frontooksipital yang makin membesar, satura
10
yang merengang dengan fontanel cembung dan tegang, serta
vena kulit kepala yang sering terlihat menonjol.
Kelainan neourologi berupa mata yang selalu mengarah ke
bawah (fenomena matahari terbenam), gangguan perkembangan
motroris, dan gangguan penglihatan akibat atropi atau
hipotropi akibat penglihatan.
Bila proses penimbunan cairan serebrospinal dibiarkan
terus berlangsung pada bayi, maka akan terjadi penipisan
korteks serebrum yagn permanen walaupun kemudian
hidrosefalus dapat di atasi.
5. Komplikasi
a. Peningkatan tekanan intracranial
b. Kerusakan otak
c. Infeksi; septikema, endokarditis, infeksi luka,
nefritis, meningitis, ventrikulitis, abses otak.
d. Suhu tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi
mekanik.
e. Hematom subdural, peritonitis, abses abdomen, perforasi
organ dalam rongga abdomen, fistula, hernia dan ileus
f. Kematian
11
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Diagnosa dini dengan pengukuran kepala fronto –
oksivital yang teratur pada bayi.
b. Rotgen foto kepala polos lateral tampak kepala yang
membesar dengan distroposi kraniofasial, tulang yang
menipis, dan sutura melebar.
c. CT scan kepala terlihat jelas dilatasi seluruh system
vertical otak.
d. Pemeriksaan cairan serebrosfinal dengan fungsi
fentrikal melalui fontanel mayor menunjukan tanda
peradangan dan perdarahan baru atau lama yang juga
menentukan tekanan ventrikel.
e. USG kepala melalui fontanel yang terbuka lebar dapat di
tentuka adanya pelebaran ventrikel atau perdarahan dalam
otak.
7. Asuhan Keperawatan pada Hidrosefalus
a. Pengkajian
1) Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan dahulu.
Adanya riwayat infeksi meningen (meningitis)
12
Riwayat kesehatan sekarang.
Pembesaran tengkorak, adanya keluhan neorologi
seperti mata yang selalu mengarah ke bawah, gangguan
perkembangan motoarik, gangguan penglihatan, kejang,
mual dan muntah, serta penurunan kesadaran.
Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat ibu infeksi intrauterus : virus dan bakteri.
2) Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
-Terjadi penurunan kesadaran
-Perubahan tanda – tanda vital
Kepala
-Adanya pembesaran tengkorak
-Sutura yang masih terbuka terlihat lingkar kepala
fronto – oksifital yang makin merenggang dengan
fontanel cembung dan tegang.
-Vena kulit kepala sering terlihat menonjol
-Mata selalu melihat ke bawah
-Pada perkusi kepala bunyi seperti pot kembang yang
retak (craked pot sign).
13
Mata
-Terdapat edema pupil syaraf otak II pada meperiksaan
funduskopi
-Bola mata terdorong kebawah oleh tekanan penipisan
tulang supra orbital
-Sclera tanpak di atas iris
-Pergerakan bola mata tidak teratur
System gastrointestinal
Mual dan muntah akibat peningkatan tekanan intra –
cranial (TIK).
Ekstermitas
Gangguan perkembangan motorik.
3) Data pisikologi dan social
Kecemasan Ibu karena adanya perubahan fisik bayi dan
juga karena kurangnya pengetahuan informasi.
Hubungan ibu dan orang lain akan terganggu kareba
cacat pada bayinya
b. Diagnosa keperawatan
14
1) Gangguan rasa nyaman: nyeri kepala yang berhubungan
dengan tekanan likuor yang meningkat.
2) Perubahan persepsi penglihatan yang berhubungan dengan
kelainan neurologi, mata yang melihat ke bawah
.
c. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan yang dapat diberikan oleh perawat.
1) Gangguan rasa nyaman: nyeri kepala yang berhubungan
dengan tekanan likuor yang meningkat
Data objektif :
a) Perilaku distraksi
b) Menangis
c) Meringis dan gelisah
d) Memilih posisi yang nyaman
e) Tegangan muskuler, wajah menahan nyeri pucat
f) Terjadi perubahan tanda-tanda vital
Data subjektif :
15
a) Laporan dari ibu bayi sering menangis, meringis
dan gelisah
Tujuan: nyeri berkurang, bayi dapat istirahat dengan
nyaman
Intervensi :
a) Berikan lingkungan tenang dan agak gelap sesuai
dengan indikasi
Rasional: menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari
luar atau sensitivitas pada cahaya serta meningkatkan
istirahat atau relaksasi.
b) Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan
perawatan diri
Rasional: menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan
nyeri
c) Letakkan kantong es di atas kepala, pakaian dingin
di atas mata
Rasional: meningkatkan fase kontriksi yang
selanjutnya akan menurunkan nyeri
16
d) Dukung menemukan posisi yang nyaman seperti kepala
ditinggikan sedikit.
Rasional: menurunkan rasa nyeri.
e) Lakukan terapi relaksasi seperti memberikan
sentuhan dan pijatan ringan pada bayi.
Rasional: sentuhan dan pijatan ringan memberikan
kelancaran sirkulasi yang dapat menurunkan nyeri
f) Berikan analgetik, narkotika, dan kolaborasi untuk
tindakan medis seperti pemasangan VP shunting
Rasional: diperlukan untuk menghilangkan nyeri yang
berat.
VP shunting: pemasangan pintasan dilakukan untuk
mengalirkan cairan serebrospinal dari ventrikel otak
ke atrium kanan atau jantung atau ke rongga
peritoneum, yaitu pintasan ventrikuloatrial atau
ventrikuloperitoneal.
2) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan yang berhubungan dengan kurang
17
mengingat: salah interpretasi informasi, tidak mengenal
sumber informasi.
Data objektif :
Tidak akurat mengikuti intruksi atau mencegah komplikasi
yang mungkin terjadi.
Data subjektif :
a) Pernyataan salah persepsi
b) Meminta informasi
c) Mengajukan pertanyaan
Tujuan: Proses penyakit atau prognosis dan program
terapi dipahami dengan criteria hasil:
a) Menyatakan pemahaman proses penyakit
b) Melakukan perubahan perilaku yang perlu dan
berpartisipasi dalam program pengobatan.
c) Menghubungkan gejala dan faktor penyebab
Intervensi:
a) Kaji ulang proses penyakit dan harapan masa yang
akan dating.
18
Rasional: memberikan pengetahuan dasar dimana ibu
dapat membuat pilihan berdasarkan informasi.
b) Mendengar aktif tentang peran program terapi atau
perubahan pola hidup.
Rasional: membantu ibu bekerja melalui perasaan dan
meningkatkan rasa control terhadap apa yang terjadi
c) Identifikasi tanda atau gejala yang memerlukan
evaluasi medis.
Rasional: dengan meningkatkan evaluasi segera dapat
mencegah komplikasi serius.
d) Tunjukan perawatan yang tepat terhadap insisi atau
keteter bila ada.
Rasional: meningkatkan perawatan diri dan kemandirian
19
B. Atresia Bilier
1. Definisi
Suatu defek congenital yang merupakan hasil dari tidak
adanya atau obstruksi , deatau lebih saluran empedu pada
ekstrahepatik atau intrahepatik. ( Suriadi, 2010)
Atresia bilier adalah suatu penghambatan didalam pipa
atau saluran-saluran yang membawa cairan empedu dari hati
(liver) menuju kekantung empedu (gallbladder). Ini merupakan
kondisi kongenital yang terjadi pada setiap kelahiran.
(Lavanilate, 2010)
20
2. Patofisiologi
Obstruksi atau tidak adanya saluran empedu ekstrahepatik
Empedu tersumbat dan kembali ke liver
Pradangan, odema, degenerasi hepatic Malabsorsi
lemak, vitamin
Fibrosis Malnutrisi
Cirrhosis Hipertenssi portal Kekurangan
vitamin larut lemak
Gagal hati Gagal tumbuh
21
Obstruksi pada saluran empedu ekstrahepatik menyebabkan
obstruksi aliran normal empedu kelar hati dan kedalam kantong
empedu dan usus. Akhirnya terbentuk sumbatan dan menyebabkan
empedu balik kehati. Ini akan menyebabkan peradangan, edema
dan degenerasi hati. Bahkan hati menjadi fibrosis dan
cirrhosis dan hipertensi portal sehingga akan mengakibatkan
gagal hati
Degenerasi secara gradual pada hati menyebabkan jaundice,
ikterik dan hepatomegaly. Karena tidak ada empedu dalam usus,
lemak dan vitamin larut lemak tidak dapat diabsorsi,
kekurangan vitamin larut lemak dan gagal hati
3. Etiologi
a. Belum diketahui secara pasti
b. Kemungkinan infeksi virus dalam intrauterine
4. Manifestasi klinis
a. Warna tinja pucat
b. Distensi abdomen
c. Varises esophagus
22
d. Hepatomegaly
e. Jaundice dalam 2 minggu sampai 2 bulan
f. Lemah
g. Pruritus
h. Anoreksia
i. Letargi
5. Pemeriksaan diagnosis
a. Fungsi hati (bilirubin, aminotransferase ALTAST dan
factor pembekuan prothrombin time. Partial thromboplastin
time.)
b. Pemeriksaan urine dan tinja
c. Biopsy hati
d. Cholangiography untuk menentukan keberadaan atresia
6. Pemeriksaan terapeutik
a. Pembedahan: laparotomi
b. Portoenterostomi (kasai prosedur) untuk drainage empedu
dari hati. Prosedur ini dimana empedu langsung dialirkan
ke usus melalui anastomosis pada jejenum dengan porta
hepatis
7. Komplikasi23
a. Cirrhosis
b. Gagal hati
c. Gagal tumbuh
d. Hipertensi portal
e. Varises esophagus
f. Asites
g. Encephalopathy
8. Asuhan Keperawatan pada Atresia Bilier
a. Pengkajian
1. Pemeriksaan fisik
2. System gastrointestinal: warna tinja, distensi,
asites, hepatomegaly, anoreksia, tidak mau makan
3. System p0ernafasan
4. Genitourinary: warna urine
5. Integument: jaundice, kulit kering, pruritus,
kerusakan kulit, edema perifer
6. Muskuloskeltal; letargi
b. Diagnosa Keperawatan
1. Kurangnya volume cairan b/d gangguan absorbs
2. Gangguan tumbuh kembang b/d kondisi kronik
3. Risiko perdarahan b/d prosedur pembedahan
4. Risiko infeksi b/dprosedur pembedahan
5. Perbahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
gangguan absorbs dan tidak mau makan
24
6. Gangguan integritas kulit b/d pruritus
c. Perencanaan Keperawatan
1. Anak akan menunjukan tanda-tanda keseimbangan cairan
cairan dan elektrolit yang ditandai dengan membrane
mukosa lembab, pengisian kembali kapiler 3 sampai 5
detik, turgor kulit baik, pengeluaran urine 1 2
ml/kg/jam
2. Anak akan memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan
yang normal
3. Anak tidak menunjukan perdarahan dan infeksi
4. Anak akan menunjukkan status nutrisi adekuat yang
ditandai dengan nafsu makan baik dan berat badan sesuai
5. Orang tua/keluarga akan menekspresikan pemahamanya
tentang perawatan dirumah
6. Anak akan menunjukkan keutuhan kulit
d. Implementasi
1. Meningkatkan status hidrasi
Pertahankan terapi cairan intaravena
Kaji tanda-tanda dehidrasi; ubun-ubun turgor kulit,
membrane mukosa
Kaji intake dan output
Pasang NGT untuk nutrisi dan cairan ukur lilitan
atau lingkar abdomen
25
Monitor resistensi perifer, tekanan darah, total
protein, albumin, urea nitrogen dan kreatinine
2. Mempertahankan tumbuh kembang secara normal
Lakukan stimulasi yang dapat dicapai sesuai dengan
usia ; gerakan (motorik halus dan kasar, ROM ,
posisi duduk, memberikan benda-benda yang dapat
dicapai)
Jelaskan pada orang tuan pentingnya melakukkan
stimulasi tumbu8h kembang dengan menyesuaikan
kondisi anak; seperti perlu istirahat.
3. Mencegah perdarahan dan infeksi
Pantau tanda-tanda vital
Pantau perdarahan dan tanda-tanda infeksi
Hindari pergerakan yang berlebihan yang dapat
menambah ketegangan
Pantau distensi abdomen
Monitor bising usus
4. Meningkatkkan status nutrisi yang adekuat
Pertahankan nutrisi parenteral, dan jaga kepatenan
IV
Pertahankan nutrisi melalui NGT
Berikan nutrisi yang adekuat; vitamin dan mineral
supplement
Timbang berat badan setiap hari
Monitor intake dan output
26
Monitor laboratorium; albumin, protein sesuai
program
5. Meningkatkan pemahaman orang tua tentang perawatan pada
anak yang sakit
Jelaskan tentang pengobatan yang diberikan; dosis,
reaksi obat dan tujuanya
Jelaskan pentingnya stimulasi pada anak;
pendengaran, visual dan sentuhan
Jelaskan pentingnya monitor adanya muntah, mual,
keram otot, diare, HR yang tidak teraktur, segera
lapor ke perawat atau dokter
6. Mempertahankan keutuhan kulit
Kaji tanda-tannda kerusakan kulit
Rubah posisi anak setiap 2 jam atau sesuai kondisi
Gunakan matras yang lembut
e. Evaluasi
1. Perencanaan pemulangan
Jelaskan tentang kondisi anak
Jelaskan untuk control ulang
Lihat implementasi no 5
27
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang
mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal dengan atau
28
pernah dengan tekanan intrakranial yang meninggi, sehingga
terdapat pelebaran ventrikel.
Menurut Mitayani, hidrosefalus dapat terjadi karena
gangguan sirkulasi likour didalam system ventrikel atau oleh
produksi berlebihan likuor.
a. Hidrosefalus obstruksi atau non komunikans terjadi bila
sirkulasi likuor otak terganggu, yang kebanyakan
disebabkan oleh stenosis akuaduktus sylvii. Atresia
foramen megandi dan lushka jarang ditemukan sebagai
penyebab hidrosefalus.
b. Hoidrosefalus komunikans terjadi karena produksi
berlebihan gangguan oenyerapan yang jarang ditemukan.
Cara penyembuhan dari penyakit Hidrosefalus
adalah mengurangi produksi CSS, mempengaruhi hubungan antara
tempat produksi CSS dengan tempat absorbsi , dan pengeluaran
likuor (CSS) kedalam organ ekstrakranial.
Atresia Bilier adalah suatu keadaan dimana saluran empedu
tidak terbentuk atau tidak berkembang secara normal.
Pada atresia bilier terjadi penyumbatan aliran empedu dari
hati ke kandung empedu. Hal ini bisa menyebabkan kerusakan
29
hati dan sirosis hati, yang jika tidak diobati bisa berakibat
fatal. Kemungkinan penyebab atrisia bilier karena infeksi pada
intraurine.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada atrisia billier adalah
dengan memeriksa Fungsi hati (bilirubin, aminotransferase
ALTAST dan factor pembekuan prothrombin time. Partial
thromboplastin time.), Pemeriksaan urine dan tinja, Biopsy
hati, Cholangiography untuk menentukan keberadaan atresia
B. Saran
Diharapkan kepada orang tua yang mendapatkan anak dengan
kasus Hidrocephallus untuk tidak berkecil hati karena masih
ada pengobatan yang dapat dilakukan. Pengobatan tersebut dapat
membantu anak tersebut untuk proses tumbuh kembang si anak
dikemudian hari.
Bagi petugas kesahatn diharapkan data memberikan
penatalaksanaan yang tepat dan asuhan yang adekuat serta hati-
hati untuk mencegah terjadi infeksi, sehingga nantinya dapat
menurunkan angka kematian akibat penyakit Hidrocephallus ini.
Perlu deteksi dini kasus atresia bilier dan pemberian
penatalaksanaan yang tepat demi tercapainya pertumbuhan fisik
30