GANGGUAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA ANAK DENGAN HIDROSEFALUS DAN ATRESIA BILIER MAKALAH Tugas...

31
GANGGUAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA ANAK DENGAN HIDROSEFALUS DAN ATRESIA BILIER MAKALAH Tugas Untuk Memenuhi Nilai Mata Kuliah Keperawatan Anak II Disusun Oleh: Nina Septianti Maulana Agus Rizqi Siti Samiratul Azizah Tri Novianti Yohana Bili STIKes WIDYA DHARMA HUSADA 1

Transcript of GANGGUAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA ANAK DENGAN HIDROSEFALUS DAN ATRESIA BILIER MAKALAH Tugas...

GANGGUAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA ANAK DENGAN

HIDROSEFALUS DAN ATRESIA BILIERMAKALAH

Tugas Untuk Memenuhi Nilai Mata Kuliah

Keperawatan Anak II

Disusun Oleh:

Nina Septianti

Maulana Agus Rizqi

Siti Samiratul Azizah

Tri Novianti

Yohana Bili

STIKes WIDYA DHARMA HUSADA

1

Program Studi S1 KeperawatanJl.Surya Kencana No.1 Pamulang Tangerang Selatan

2014

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas

berkah dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini

yang berjudul “Gangguan Pertumbuhan Dan Perkembangan Pada Anak

Dengan Hidrofesalus Dan Atrisia Bilier ”.

Dengan terselesaikannya makalah ini, penulis mengucapkan

terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan

memberikan bantuan dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat

membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah

ini.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Pamulang, 22 september2014

Penyusun

2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.....................................1

B. Identifikasi Masalah...............................1

C. Pembatasan Masalah.................................2

D. Tujuan.............................................2

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Hidrosefalus ......................................3

1. Definisi .....................................3

2. Patofisiologi.................................4

3. Etiologi......................................5

4. Manisfestasi Klinis ..........................5

5. Komplikas.....................................5

3

6. Pemeriksaan penunjang.........................6

7. Asuhan Keperawatan pada Hidrosefalus..........6

B. Atrisia Bilier.....................................12

1. Definisi......................................12

2. Patofisiologi.................................12

3. Etiologi .....................................13

4. Manifestasi klinis ...........................14

5. Pemeriksaan diagnosis ........................14

6. Pemeriksaan terapeutik .......................14

7. Komplikasi ...................................14

8. Asuhan Keperawatan pada Atresia

Bilier...........................................14

BAB. III PENUTUP

A. Kesimpulan.........................................18

B. Saran .............................................19

DAFTAR PUSTAKABAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan dan perkembangan pada bayi atau anak sangat

perlu diperhatikan sejak masa konsepsi, karena apabila terjadi

kelainan akan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

individu tersebut di masa depan.

4

Dewasa ini banyak kita temui kelainan kongenital pada bayi,

kelainan kongenital itu sendiri adalah kelainan dalam

pertumbuhan janin yang terjadi sejak konsepsi dan selama dalam

kandungan. Diperkirakan 10-20% dari kematian janin dalam

kandungan dan kematian neonatal disebabkan oleh kelainan

kongenital. Khusunya pada bayi berat badan lahir rendah

diperkirakan 20% diantaranya meninggal karena kelainan

kongenital dalam minggu pertama kehidupannya. Malformasi

kongenital merupakan kausa penting terjadinya keguguran, lahir

mati, dan kematian neonatal.

Mortalitas dan morbiditas pada bayi pada saat ini masih

sangat tinggi pada bayi yang mengalami penyakit bawaan. Salah

satu sebab morbiditas pada bayi adalah atresia bilier,

eosephalokel, hidrosephalus, fimosis, hipospadia dan kelainan

metabolik dan endokrin. Sebagian besar penyakit bawaan pada

bayi disebabkan oleh kelainan genetik dan kebiasaan ibu pada

saat hamil mengkonsumsi alkohol, rokok dan narkotika.

Melihat fenomena yang terjadi maka kelompok tertarik untuk

membahas dua diantaranya kelainan pada bayi atau anak yaitu

hidrosefalus dan atresia bilier.

5

B. Identifikasi Masalah

1. Bagaimana penatalaksanaan keperawatan pada bayi dengan

hidrosefalus

2. Bagaimana penatalaksanaan keperawatan pada bayi dengan

atresia bilier

C. Pembatasan Masalah

Setelah membuat latar belakang, kelompok membatasi makalah

hanya pada pembahasan mengenai hidrosefalus dan atresia bilier,

mulai dari pengertian hingga penatalaksanaan keperawatan.

D. Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu memberikan

informasi mengenai kelainan yang terjadi pada bayi yaitu

hidrosefalus dan atresia bilier.

6

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Hidrosefalus

1. Definisi

Hidrosefalus adalah akumulasi cairan serebrospinal dalam

ventriikel serebral, ruang subarachnoid, atau ruang

subdural. ( Suriadi, 2010)

Hidrosefalus merupakan penumpukan cairan serebrospinal

secara aktif yang menyebabkan dilatasi system ventrikel

otak. ( Mitayani, 2010)

7

Hidrosefalus berarti terjadi pertambahan cairan otak di

dalam ventrikel,sehingga ukuran kepala menjadi besar.

Hidrisefalus sering di sertai cacat bawaan lain,seperti

spina bifida. Hidrosefalus sering menimbulkan distosia,

bahkan ruptur uteri, dan anak sering di lahirkan dalam letak

sungsang kerena kepala terlalu besar untuk masuk kedalam

pintu atas panggul. (Dinan S, 2013)

2. Patofisiologi

Hidrosefalus terjadi karena ada gangguan absorbs CSF

dalam subarachnoid (communicating hidrosefalus ) dan adanya

obstruksi dalam ventrikel yang mencegah CSP masuk ke rongga

subarachnoid karena infeksi, neoplasma, perdarahan, atau

kelinan bentuk perkembangan otak janin. (noncomunicating

hidrosefalus).

Cairan terakumulasi dalam ventrikel dan mengakibatkan

dilatasi ventrikel dan penekanan organ-organ yang terdapat

dalam otak.

8

3. Etiologi

Menurut Mitayani, hidrosefalus dapat terjadi karena

gangguan sirkulasi likour didalam system ventrikel atau oleh

produksi berlebihan likuor.

9

Gangguan absorbs cairan serebrospinal diruang subarachnoid (communicating

Obstruksi aliran cairan serebrospinal melalui system ventrikel (non

com

Akumulasi cairan serebrospinal

di

Ventrikel dilatasi dan menekan organorgan yang terdapat didalam otak

div

Infeksi, neoplasma, perdarahan, malformasiperkembangan otak janin

a. Hidrosefalus obstruksi atau non komunikans terjadi bila

sirkulasi likuor otak terganggu, yang kebanyakan

disebabkan oleh stenosis akuaduktus sylvii. Atresia

foramen megandi dan lushka jarang ditemukan sebagai

penyebab hidrosefalus.

b. Hoidrosefalus komunikans terjadi karena produksi

berlebihan gangguan oenyerapan yang jarang ditemukan.

Penyebab hidrosefalus terbagi menjadi dua yaitu

congenital ; disebabkan gangguan perkembangan janin dalam

rahim (misalnya malformasi arlnold chiari) atau infeksi

intarauterin. Didapat ; disebabkan oleh infeksi, neoplasma,

atau perdarahan.

4. Manisfestasi klinis

Maniesfestasi klinis pada permulaan adalah pembesaran

tengkorak yang disusul oleh gangguan neurologi akibat

tekanan leukor yang meningkat, sehinggan menyebakan

hipoteropi otak.

Pada bayi yang saturanya masih terbuka, akan terlihat

lingkar kepala frontooksipital yang makin membesar, satura

10

yang merengang dengan fontanel cembung dan tegang, serta

vena kulit kepala yang sering terlihat menonjol.

Kelainan neourologi berupa mata yang selalu mengarah ke

bawah (fenomena matahari terbenam), gangguan perkembangan

motroris, dan gangguan penglihatan akibat atropi atau

hipotropi akibat penglihatan.

Bila proses penimbunan cairan serebrospinal dibiarkan

terus berlangsung pada bayi, maka akan terjadi penipisan

korteks serebrum yagn permanen walaupun kemudian

hidrosefalus dapat di atasi.

5. Komplikasi

a. Peningkatan tekanan intracranial

b. Kerusakan otak

c. Infeksi; septikema, endokarditis, infeksi luka,

nefritis, meningitis, ventrikulitis, abses otak.

d. Suhu tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi

mekanik.

e. Hematom subdural, peritonitis, abses abdomen, perforasi

organ dalam rongga abdomen, fistula, hernia dan ileus

f. Kematian

11

6. Pemeriksaan Penunjang

a. Diagnosa dini dengan pengukuran kepala fronto –

oksivital yang teratur pada bayi.

b. Rotgen foto kepala polos lateral tampak kepala yang

membesar dengan distroposi kraniofasial, tulang yang

menipis, dan sutura melebar.

c. CT scan kepala terlihat jelas dilatasi seluruh system

vertical otak.

d. Pemeriksaan cairan serebrosfinal dengan fungsi

fentrikal melalui fontanel mayor menunjukan tanda

peradangan dan perdarahan baru atau lama yang juga

menentukan tekanan ventrikel.

e. USG kepala melalui fontanel yang terbuka lebar dapat di

tentuka adanya pelebaran ventrikel atau perdarahan dalam

otak.

7. Asuhan Keperawatan pada Hidrosefalus

a. Pengkajian

1) Riwayat kesehatan

Riwayat kesehatan dahulu.

Adanya riwayat infeksi meningen (meningitis)

12

Riwayat kesehatan sekarang.

Pembesaran tengkorak, adanya keluhan neorologi

seperti mata yang selalu mengarah ke bawah, gangguan

perkembangan motoarik, gangguan penglihatan, kejang,

mual dan muntah, serta penurunan kesadaran.

Riwayat kesehatan keluarga

Riwayat ibu infeksi intrauterus : virus dan bakteri.

2) Pemeriksaan fisik

Keadaan umum

-Terjadi penurunan kesadaran

-Perubahan tanda – tanda vital

Kepala

-Adanya pembesaran tengkorak

-Sutura yang masih terbuka terlihat lingkar kepala

fronto – oksifital yang makin merenggang dengan

fontanel cembung dan tegang.

-Vena kulit kepala sering terlihat menonjol

-Mata selalu melihat ke bawah

-Pada perkusi kepala bunyi seperti pot kembang yang

retak (craked pot sign).

13

Mata

-Terdapat edema pupil syaraf otak II pada meperiksaan

funduskopi

-Bola mata terdorong kebawah oleh tekanan penipisan

tulang supra orbital

-Sclera tanpak di atas iris

-Pergerakan bola mata tidak teratur

System gastrointestinal

Mual dan muntah akibat peningkatan tekanan intra –

cranial (TIK).

Ekstermitas

Gangguan perkembangan motorik.

3) Data pisikologi dan social

Kecemasan Ibu karena adanya perubahan fisik bayi dan

juga karena kurangnya pengetahuan informasi.

Hubungan ibu dan orang lain akan terganggu kareba

cacat pada bayinya

b. Diagnosa keperawatan

14

1) Gangguan rasa nyaman: nyeri kepala yang berhubungan

dengan tekanan likuor yang meningkat.

2) Perubahan persepsi penglihatan yang berhubungan dengan

kelainan neurologi, mata yang melihat ke bawah

.

c. Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan yang dapat diberikan oleh perawat.

1) Gangguan rasa nyaman: nyeri kepala yang berhubungan

dengan tekanan likuor yang meningkat

Data objektif :

a) Perilaku distraksi

b) Menangis

c) Meringis dan gelisah

d) Memilih posisi yang nyaman

e) Tegangan muskuler, wajah menahan nyeri pucat

f) Terjadi perubahan tanda-tanda vital

Data subjektif :

15

a) Laporan dari ibu bayi sering menangis, meringis

dan gelisah

Tujuan: nyeri berkurang, bayi dapat istirahat dengan

nyaman

Intervensi :

a) Berikan lingkungan tenang dan agak gelap sesuai

dengan indikasi

Rasional: menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari

luar atau sensitivitas pada cahaya serta meningkatkan

istirahat atau relaksasi.

b) Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan

perawatan diri

Rasional: menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan

nyeri

c) Letakkan kantong es di atas kepala, pakaian dingin

di atas mata

Rasional: meningkatkan fase kontriksi yang

selanjutnya akan menurunkan nyeri

16

d) Dukung menemukan posisi yang nyaman seperti kepala

ditinggikan sedikit.

Rasional: menurunkan rasa nyeri.

e) Lakukan terapi relaksasi seperti memberikan

sentuhan dan pijatan ringan pada bayi.

Rasional: sentuhan dan pijatan ringan memberikan

kelancaran sirkulasi yang dapat menurunkan nyeri

f) Berikan analgetik, narkotika, dan kolaborasi untuk

tindakan medis seperti pemasangan VP shunting

Rasional: diperlukan untuk menghilangkan nyeri yang

berat.

VP shunting: pemasangan pintasan dilakukan untuk

mengalirkan cairan serebrospinal dari ventrikel otak

ke atrium kanan atau jantung atau ke rongga

peritoneum, yaitu pintasan ventrikuloatrial atau

ventrikuloperitoneal.

2) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan

kebutuhan pengobatan yang berhubungan dengan kurang

17

mengingat: salah interpretasi informasi, tidak mengenal

sumber informasi.

Data objektif :

Tidak akurat mengikuti intruksi atau mencegah komplikasi

yang mungkin terjadi.

Data subjektif :

a) Pernyataan salah persepsi

b) Meminta informasi

c) Mengajukan pertanyaan

Tujuan: Proses penyakit atau prognosis dan program

terapi dipahami dengan criteria hasil:

a) Menyatakan pemahaman proses penyakit

b) Melakukan perubahan perilaku yang perlu dan

berpartisipasi dalam program pengobatan.

c) Menghubungkan gejala dan faktor penyebab

Intervensi:

a) Kaji ulang proses penyakit dan harapan masa yang

akan dating.

18

Rasional: memberikan pengetahuan dasar dimana ibu

dapat membuat pilihan berdasarkan informasi.

b) Mendengar aktif tentang peran program terapi atau

perubahan pola hidup.

Rasional: membantu ibu bekerja melalui perasaan dan

meningkatkan rasa control terhadap apa yang terjadi

c) Identifikasi tanda atau gejala yang memerlukan

evaluasi medis.

Rasional: dengan meningkatkan evaluasi segera dapat

mencegah komplikasi serius.

d) Tunjukan perawatan yang tepat terhadap insisi atau

keteter bila ada.

Rasional: meningkatkan perawatan diri dan kemandirian

19

B. Atresia Bilier

1. Definisi

Suatu defek congenital yang merupakan hasil dari tidak

adanya atau obstruksi , deatau lebih saluran empedu pada

ekstrahepatik atau intrahepatik. ( Suriadi, 2010)

Atresia bilier adalah suatu penghambatan didalam pipa

atau saluran-saluran yang membawa cairan empedu dari hati

(liver) menuju kekantung empedu (gallbladder). Ini merupakan

kondisi kongenital yang terjadi pada setiap kelahiran.

(Lavanilate, 2010)

20

2. Patofisiologi

Obstruksi atau tidak adanya saluran empedu ekstrahepatik

Empedu tersumbat dan kembali ke liver

Pradangan, odema, degenerasi hepatic Malabsorsi

lemak, vitamin

Fibrosis Malnutrisi

Cirrhosis Hipertenssi portal Kekurangan

vitamin larut lemak

Gagal hati Gagal tumbuh

21

Obstruksi pada saluran empedu ekstrahepatik menyebabkan

obstruksi aliran normal empedu kelar hati dan kedalam kantong

empedu dan usus. Akhirnya terbentuk sumbatan dan menyebabkan

empedu balik kehati. Ini akan menyebabkan peradangan, edema

dan degenerasi hati. Bahkan hati menjadi fibrosis dan

cirrhosis dan hipertensi portal sehingga akan mengakibatkan

gagal hati

Degenerasi secara gradual pada hati menyebabkan jaundice,

ikterik dan hepatomegaly. Karena tidak ada empedu dalam usus,

lemak dan vitamin larut lemak tidak dapat diabsorsi,

kekurangan vitamin larut lemak dan gagal hati

3. Etiologi

a. Belum diketahui secara pasti

b. Kemungkinan infeksi virus dalam intrauterine

4. Manifestasi klinis

a. Warna tinja pucat

b. Distensi abdomen

c. Varises esophagus

22

d. Hepatomegaly

e. Jaundice dalam 2 minggu sampai 2 bulan

f. Lemah

g. Pruritus

h. Anoreksia

i. Letargi

5. Pemeriksaan diagnosis

a. Fungsi hati (bilirubin, aminotransferase ALTAST dan

factor pembekuan prothrombin time. Partial thromboplastin

time.)

b. Pemeriksaan urine dan tinja

c. Biopsy hati

d. Cholangiography untuk menentukan keberadaan atresia

6. Pemeriksaan terapeutik

a. Pembedahan: laparotomi

b. Portoenterostomi (kasai prosedur) untuk drainage empedu

dari hati. Prosedur ini dimana empedu langsung dialirkan

ke usus melalui anastomosis pada jejenum dengan porta

hepatis

7. Komplikasi23

a. Cirrhosis

b. Gagal hati

c. Gagal tumbuh

d. Hipertensi portal

e. Varises esophagus

f. Asites

g. Encephalopathy

8. Asuhan Keperawatan pada Atresia Bilier

a. Pengkajian

1. Pemeriksaan fisik

2. System gastrointestinal: warna tinja, distensi,

asites, hepatomegaly, anoreksia, tidak mau makan

3. System p0ernafasan

4. Genitourinary: warna urine

5. Integument: jaundice, kulit kering, pruritus,

kerusakan kulit, edema perifer

6. Muskuloskeltal; letargi

b. Diagnosa Keperawatan

1. Kurangnya volume cairan b/d gangguan absorbs

2. Gangguan tumbuh kembang b/d kondisi kronik

3. Risiko perdarahan b/d prosedur pembedahan

4. Risiko infeksi b/dprosedur pembedahan

5. Perbahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d

gangguan absorbs dan tidak mau makan

24

6. Gangguan integritas kulit b/d pruritus

c. Perencanaan Keperawatan

1. Anak akan menunjukan tanda-tanda keseimbangan cairan

cairan dan elektrolit yang ditandai dengan membrane

mukosa lembab, pengisian kembali kapiler 3 sampai 5

detik, turgor kulit baik, pengeluaran urine 1 2

ml/kg/jam

2. Anak akan memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan

yang normal

3. Anak tidak menunjukan perdarahan dan infeksi

4. Anak akan menunjukkan status nutrisi adekuat yang

ditandai dengan nafsu makan baik dan berat badan sesuai

5. Orang tua/keluarga akan menekspresikan pemahamanya

tentang perawatan dirumah

6. Anak akan menunjukkan keutuhan kulit

d. Implementasi

1. Meningkatkan status hidrasi

Pertahankan terapi cairan intaravena

Kaji tanda-tanda dehidrasi; ubun-ubun turgor kulit,

membrane mukosa

Kaji intake dan output

Pasang NGT untuk nutrisi dan cairan ukur lilitan

atau lingkar abdomen

25

Monitor resistensi perifer, tekanan darah, total

protein, albumin, urea nitrogen dan kreatinine

2. Mempertahankan tumbuh kembang secara normal

Lakukan stimulasi yang dapat dicapai sesuai dengan

usia ; gerakan (motorik halus dan kasar, ROM ,

posisi duduk, memberikan benda-benda yang dapat

dicapai)

Jelaskan pada orang tuan pentingnya melakukkan

stimulasi tumbu8h kembang dengan menyesuaikan

kondisi anak; seperti perlu istirahat.

3. Mencegah perdarahan dan infeksi

Pantau tanda-tanda vital

Pantau perdarahan dan tanda-tanda infeksi

Hindari pergerakan yang berlebihan yang dapat

menambah ketegangan

Pantau distensi abdomen

Monitor bising usus

4. Meningkatkkan status nutrisi yang adekuat

Pertahankan nutrisi parenteral, dan jaga kepatenan

IV

Pertahankan nutrisi melalui NGT

Berikan nutrisi yang adekuat; vitamin dan mineral

supplement

Timbang berat badan setiap hari

Monitor intake dan output

26

Monitor laboratorium; albumin, protein sesuai

program

5. Meningkatkan pemahaman orang tua tentang perawatan pada

anak yang sakit

Jelaskan tentang pengobatan yang diberikan; dosis,

reaksi obat dan tujuanya

Jelaskan pentingnya stimulasi pada anak;

pendengaran, visual dan sentuhan

Jelaskan pentingnya monitor adanya muntah, mual,

keram otot, diare, HR yang tidak teraktur, segera

lapor ke perawat atau dokter

6. Mempertahankan keutuhan kulit

Kaji tanda-tannda kerusakan kulit

Rubah posisi anak setiap 2 jam atau sesuai kondisi

Gunakan matras yang lembut

e. Evaluasi

1. Perencanaan pemulangan

Jelaskan tentang kondisi anak

Jelaskan untuk control ulang

Lihat implementasi no 5

27

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang

mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal dengan atau

28

pernah dengan tekanan intrakranial yang meninggi, sehingga

terdapat pelebaran ventrikel.

Menurut Mitayani, hidrosefalus dapat terjadi karena

gangguan sirkulasi likour didalam system ventrikel atau oleh

produksi berlebihan likuor.

a. Hidrosefalus obstruksi atau non komunikans terjadi bila

sirkulasi likuor otak terganggu, yang kebanyakan

disebabkan oleh stenosis akuaduktus sylvii. Atresia

foramen megandi dan lushka jarang ditemukan sebagai

penyebab hidrosefalus.

b. Hoidrosefalus komunikans terjadi karena produksi

berlebihan gangguan oenyerapan yang jarang ditemukan.

Cara penyembuhan dari penyakit Hidrosefalus

adalah mengurangi produksi CSS,  mempengaruhi hubungan antara

tempat produksi CSS dengan tempat absorbsi , dan pengeluaran

likuor (CSS) kedalam organ ekstrakranial.

Atresia Bilier adalah suatu keadaan dimana saluran empedu

tidak terbentuk atau tidak berkembang secara normal.

Pada atresia bilier terjadi penyumbatan aliran empedu dari

hati ke kandung empedu. Hal ini bisa menyebabkan kerusakan

29

hati dan sirosis hati, yang jika tidak diobati bisa berakibat

fatal. Kemungkinan penyebab atrisia bilier karena infeksi pada

intraurine.

Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada atrisia billier adalah

dengan memeriksa Fungsi hati (bilirubin, aminotransferase

ALTAST dan factor pembekuan prothrombin time. Partial

thromboplastin time.), Pemeriksaan urine dan tinja, Biopsy

hati, Cholangiography untuk menentukan keberadaan atresia

B. Saran

Diharapkan kepada orang tua yang mendapatkan anak dengan

kasus Hidrocephallus untuk tidak berkecil hati karena masih

ada pengobatan yang dapat dilakukan. Pengobatan tersebut dapat

membantu anak tersebut untuk proses tumbuh kembang si anak

dikemudian hari.

Bagi petugas kesahatn diharapkan data memberikan

penatalaksanaan yang tepat dan asuhan yang adekuat serta hati-

hati untuk mencegah terjadi infeksi, sehingga nantinya dapat

menurunkan angka kematian akibat penyakit Hidrocephallus ini.

Perlu deteksi dini kasus atresia bilier dan pemberian

penatalaksanaan yang tepat demi tercapainya pertumbuhan fisik

30

dan perkembangan mental yang optimal bagi penderita atresia

bilier.

DAFTAR PUSTAKA

Amru sofian.2011.” synopsis obstetric”.jakarta, EGC

Mitayani, 2009, ”asuhan keperawatan maternitas.” jakarta, salemba merdeka.

Suriadi, rita yuliani, 2010. “asuhan keperawtan pada anak”.jakarta. sagung seto.

31