Fenomena Gerhana Dalam Hukum Islam Dan Astronomi - OSF

15
Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx Fenomena Gerhana Dalam Hukum Islam Dan Astronomi Eneng Sa'adah Fauziah Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin Darul Qur’an, Bogor Email : [email protected] Rachmad Risqy Kurniawan Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin Darul Qur’an, Bogor Email : [email protected] Abstract : Phenomena of eclipse in Islamic law and astronomy eclipses Rare or rare occurrences. It’s probably what always cause and gets the attention and incomprehension of eclipse events in the general public. Even more the new order’s reign is forbidden for muslims to observe A total eclipse of the time. The error and incompetence have resulted in an impact psychological and public fear of eclipse events. The real eclipse is Ordinaly astronomical events unrelated to certain mythsor beliefs. When there was an eclipse in the area designated to perform the eclipse and perform observe the eclipse, as one of the signs of god’s power. Keywords : the meaning of eclipse, Eclipse according to the Quran and scholars, Eclipse Myth Abstrak : Fenomema gerhana dalam hukum islam dan astronomi. Gerhana adalah peristiwa yang jarang atau langka. Hal tersebut mungkin yang selalu menyebabkan dan mendapatkan perhatian serta kekurang fahaman terhadap peristiwa gerhana di masyarakat umum. Terlebih pada masa pemerintahan orde baru terdapat larangan bagi ummat Islam untuk melakukan pengamatan gerhana matahari total pada masa itu, kesalahan dan kekurang fahaman ini menyebabkan dampak psikologis dan ketakutan masyarakat terhadap peristiwa gerhana. Sejatinya gerhana adalah peristiwa astronomi biasa yang tidak berhubungan dengan mitos atau kepercayaan tertentu. Ketika terjadi gerhana di suatu daerah disyari’atkan untuk melaksanakan shalat gerhana dan melakukan observasi gerhana, sebagai salah satu tanda kekuasaan Allah Swt.,. Kata Kunci : Pengertian gerhana, Gerhana menurut Al- quran dan Ulama, Mitos gerhana Pendahuluan Telah kita ketahui dengan bersama bahwa bumi mengitari matahari sebagai pusat tata surya. Sementara itu bumi kita memiliki satelit yaitu bulan. Bulan disamping matahari mengitari bumi, bersama sama dengan bumi mengitari matahari. Akibatnya bulan terkadang ada diantara matahari dan bumi. Dan Ketika bulan berada diantara matahari dan bumi belum tentu segaris, bulan bisa berada lebih rendah atau lebih tinggi dari garis hubung antara matahari dan bumi. Apabila suatu waktu bulan berada tepat segaris antara matahari dan bumi, bulan akan menghalangi cahaya matahari yang menuju beberapa daerah di permukaan bumi. Dan ini terjadinya gerhana matahari. Gerhana matahari total akan terlihat dari wilayah kecil di bumi. Orang orang akan melihat gerhana total saat berada ditengah bayangan bulan Ketika menyentuh bumi.

Transcript of Fenomena Gerhana Dalam Hukum Islam Dan Astronomi - OSF

Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx

Fenomena Gerhana Dalam Hukum Islam Dan Astronomi

Eneng Sa'adah Fauziah

Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin Darul Qur’an, Bogor

Email : [email protected]

Rachmad Risqy Kurniawan

Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin Darul Qur’an, Bogor

Email : [email protected]

Abstract : Phenomena of eclipse in Islamic law and astronomy eclipses Rare or rare

occurrences. It’s probably what always cause and gets the attention and

incomprehension of eclipse events in the general public. Even more the new order’s

reign is forbidden for muslims to observe A total eclipse of the time. The error and

incompetence have resulted in an impact psychological and public fear of eclipse

events.

The real eclipse is Ordinaly astronomical events unrelated to certain mythsor beliefs.

When there was an eclipse in the area designated to perform the eclipse and perform

observe the eclipse, as one of the signs of god’s power.

Keywords : the meaning of eclipse, Eclipse according to the Qur’an and scholars,

Eclipse Myth

Abstrak : Fenomema gerhana dalam hukum islam dan astronomi. Gerhana adalah

peristiwa yang jarang atau langka. Hal tersebut mungkin yang selalu menyebabkan dan

mendapatkan perhatian serta kekurang fahaman terhadap peristiwa gerhana di

masyarakat umum. Terlebih pada masa pemerintahan orde baru terdapat larangan bagi

ummat Islam untuk melakukan pengamatan gerhana matahari total pada masa itu,

kesalahan dan kekurang fahaman ini menyebabkan dampak psikologis dan ketakutan

masyarakat terhadap peristiwa gerhana.

Sejatinya gerhana adalah peristiwa astronomi biasa yang tidak berhubungan dengan

mitos atau kepercayaan tertentu. Ketika terjadi gerhana di suatu daerah disyari’atkan

untuk melaksanakan shalat gerhana dan melakukan observasi gerhana, sebagai salah

satu tanda kekuasaan Allah Swt.,.

Kata Kunci : Pengertian gerhana, Gerhana menurut Al- qur’an dan Ulama, Mitos

gerhana

Pendahuluan

Telah kita ketahui dengan bersama bahwa bumi mengitari matahari sebagai pusat

tata surya. Sementara itu bumi kita memiliki satelit yaitu bulan. Bulan disamping

matahari mengitari bumi, bersama sama dengan bumi mengitari matahari. Akibatnya

bulan terkadang ada diantara matahari dan bumi. Dan Ketika bulan berada diantara

matahari dan bumi belum tentu segaris, bulan bisa berada lebih rendah atau lebih

tinggi dari garis hubung antara matahari dan bumi. Apabila suatu waktu bulan berada

tepat segaris antara matahari dan bumi, bulan akan menghalangi cahaya matahari yang

menuju beberapa daerah di permukaan bumi. Dan ini terjadinya gerhana matahari.

Gerhana matahari total akan terlihat dari wilayah kecil di bumi. Orang orang akan

melihat gerhana total saat berada ditengah bayangan bulan Ketika menyentuh bumi.

Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx

Langit akan menjadi sangat gelap seperti malam hari. Proses terjadinya gerhana

matahari total adalah saat matahari, bulan, dan bumi berada dalam satu garis lurus.

Ketika bumi berada diantara matahari dan bulan, akan tetapi posisinya belum tentu

segaris. pada saat keadaan ini bumi mengahadap ke arah bulan dengan penuh yang

tersinari oleh matahari, dan yang kita kenal itu bulan purnama. Pada saat tertentu bumi

segaris dengan bulan dan matahari dan juga mengakibatkan bayangan bumi menutupi

bulan sedikit demi sedikit. Dan inilah yang dinamakan terjadinya gerhana bulan.

Dalam ajaran Islam gerhana adalah suatu penelitian astronomi biasa yang tidak

dikaitkan dengan mitos atau hal hal tertentu. Juga tidak ada ritual ritual yang harus di

lakukan saat terjadinya gerhana, baik gerhana matahari atau gerhana bulan. Dan

selanjutnya saya akan membahas gerhana matahari dan bulan di sudut pandang

astronomi dan syari’at Islam.

GERHANA SALAH SATU TANDA KEKUASAAN ALLAH

Abu Mas’ud R.a menceritakan bahwa Rasulullah SAW., bersabda : “ Matahari dan

bulan tidak mengalami gerhana karena kematian seseorang. Akan tetapi, matahari dan

bulan merupakan dua dari sekian banyak tanda tanda kekuasaan Allah. Setiap kali

kalian menyaksikan gerhana, ingatlah kepada Allah, ucaplah lafadz ‘Allahu Akbar’ (

Allah Mahabesar ),’ lakukanlah shalat, dan bersedekahlah.” ( H.R Bukhori )

Aisyah R.a berkata, “ Suatu saat, terjadi gerhana matahari semasa hidup Rasululah

SAW., Nabi SAW memimpin orang orang melakukan shalat, lalu berdiri dan membaca

bacaan Al-qur’an yang Panjang dalam shalat tersebut. Kemudian, beliau rukuk cukup

lama. Beliau bangkit lagi dan membaca bacaan Al-qur’an yang Panjang lagi. Namun,

lamanya berdiri lebih pendek dari berdiri yang pertama. Beliau melakukan rukuk cukup

lama lagi, tetapi tetapi lebih pendek dari yang pertama. Kemudian beliau bersujud dan

memanjangkan sujudnnya. Beliau melakukan hal yang sama pada rakaat kedua

sebagaimana beliau lakukan pada rakaat pertama dan kemudian menyudahi shalat

tersebut. Pada saat itu, gerhana matahari telah selesai. Beliau menyampikan khutbah.

Setelah memuji dan memuliakan Allah, beliau mengucapkan kata kata, ‘ Matahari dan

bulan adalah dua tanda di antara tanda tanda kekuasaan Allah. Keduanya tidak

mengalami gerhana karena kematian atau kehidupan seseorang. Oleh karena itu, kapan

pun kalian menyaksikan gerhana, ingatlah Allah dan ucapkanlah takbir ( Allahu Akbar

, lakukanlah shalat dan bersdekahlah.”” ( HR. bukhori dan Muslim )

Hadits ini juga diriwayatkan oleh Bukhori melalui jalur Ibnu Abbas. Juga

diriwayatkan oleh Imam Malik, An-Nasa’I, dan Abu Dawud.

Ketika bulan melintas diantara matahari dan bumi disitu akan terjadi gerhana

matahari. Yang nantinya akan menyebabkan gerhana matahari total atau Sebagian.

Pada bagian bumi dan zona tertentu akan terjadi gerhana matahari yang langsung

menghadap matahari, kita akan mengetahuinya ketika cahaya matahari sedikit demi

sedikit meredup. Adapun di zona bumi sebelah utara dan selatan, hanya terjadi gerhana

matahari Sebagian. Mengapa demikian? Karena yang meredup hanya bagian tertentu

saja dan yanga terkena gerhana matahari tidak seluruh yang ada di bumi akan

merasakannya secara langsung akan tetapi hanya sebagian saja. Dan ketika kita

menjauh dari daerah yang terkena gerhana maka akan hilang pula lah gerhana tersebut.

Sains telah mengungkapkan bahwa ketika bulan diikuti oleh umbra atau disebut

juga bayangan berbentuk kerucut, bayangan tersebut akan mengikuti karena bulan

menutupi cahaya / sinar matahari, yang dalam peredarannya mengelilingi bumi,

bayangan kerucut bulan tersebut bergerak memebrsamai bulan.

Terkenal pada jazirah Arab bahkan sampai daerah lainnya kebanyakan

berkeyakinan bahwa fenomena ini ada sangkut pautannya dengan kematian dan

Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx

kehidupan seseorang karena kepercayaan mereka Rasulullah SAW menyangkal semua

itu takhayyul dan menegaskan bahwa keduanya merupakan fenomena alam yang sering

terjadi juga salah satu tanda kekuasaan Allah Subhanahu Wata’alaa.

PENGERTIAN GERHANA

Dalam bahasa Arab di artikan Kusuf dan khusuf yang seringkali digunakan untuk

penyebutan gerhana matahari atau gerhana bulan. Pemaknaan ini di ambil dari kamus Al- Bisri yang di istilahkan gerhana bulan dengan khusuf Al- Qamar sedangkan gerhana matahari dengan kusuf Asy-Syams.

Mari kita lihat dari segi asal kata khusuf berasal dari khasafa ( fi'il madhi)

sedangkan kusuf berasal dari kata kasafa. Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Mudhlor, mengartikan khasafa dengan arti menenggelamkan segala isinya, sedangkan kata kasafa dengan menutupi atau menghalangi.

Ada juga pemaknaan kasafa dalam banyak kamus termasuk munjid menunjukan

makna yang sama, yaitu sama dengan kata hajaba yang diartikan penutup. Dilihat dari

kata hajaba yang diartikan penutup menunjukkan dalam fenomena ini ada hal atau

objek yang tertutupi dengan objek lainnya. Dalam hal ini bulan menutupi sinar

matahari baik Sebagian maupun keseluruhan.

Sebagian ulama diantaranya Al-Laits bin Sa’ad mengungkapan, bahwa kata khusuf

digunakan untuk arti seluruh sinar, sedangkan kata kusuf dipakai untuk makna

hilangnya Sebagian sinar. Dikatakan pula kata khusuf artinya hilangnya warna

keduanya, sedangkan kata kusuf artinya perubahan warna.

Kita seringkali menggunakan dalam bahasa sehari hari kita untuk mendeskripsikan

keadaan yang bersangkut paut dengan kemerosotan atau kehilangan ( secara total atau

Sebagian ) kepopuleran, kekuasaan atau kesuksesan seseorang, kelompok atau negara.

Gerhana juga dapat berkonotasi sebagai kesuraman sesaat ( terpredeksi, berulang atau

tidak ) dan masih diharapkan bisa berakhir dalam astronomi gerhana ini diartikan ketika

arah pandang pengamat tertutup oleh benda langit lainnya yang lebih dekat dengan

pengamat lainnya. Peristiwa ini terjadi ketika sinar matahari tertutup oleh bulan baik

sebagian atau keseluruhan yang mengakibatkan jikalau dilihat dari bumi tidak nampak

secara keseluruhan pada saat gerhana matahari total dan sebagian. Gerhana matahari

terjadi pada siang hari Ketika konjungsi, yaitu pada saat matahari, bulan dan bumi itu

berada pada bujur astronomi yang sama serta bayangan bulan akan mengenai bumi

juga.

Sedangkan gerhana bulan adalah peristiwa dimana Sebagian atau keseluruhan saat

wajah bulan dalam fase purnama tertutup oleh bayangan bumi. Sehingga bulan menjadi

tampak gelap. Terkadang sebagian disaat gerhana Sebagian, dan keseluruhan disaat

gerhana total. Dan itu terjadi Ketika bumi berada diantara matahari dan bulan pada satu

bujur astronomi yang sama, maka dari itu sinar matahari tidak bisa menggapai bulan

karena terhalangi oleh bumi.

Seperti yang kita lihat dan posisi kita berada di bumi dengan adanya bulan dan

matahari adalah salah satu objek benda langit. Maka dengan konjungsi bulan ini bisa

menjadi acuan / pedoman untuk menentukan awal bulan dalam system penanggalan

kalender kamariyah / hijriyah yang tentunya degan ahli di bidangnya.

Akan tetapi ada hal lain yang menyebabkan tidak akan terjadi gerhana bulan, baik

setiap konjungsi maupun gerhana matahari setiap fullmoon, fullmoon yaitu disebut juga

dengan bulan purnama yaitu ketika Kedudukan bidang orbit bulan mengelilingi bumi

berbentuk sudut 5,1° terhadap bidang orbit bumi mengelilingi matahari ( bidang

ekliptika ). Atau sering di katakan pula bidang orbit bulan mempunyai inklinasi 5,1°

dari bidang ekliptika itulah yang di ungkapkan oleh para ahli di bidang astronomi.

Banyak ulama dan para ahli astronomi lainnya mengatakan bahwa gerhana

Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx

matahari terjadinya ketika bulan menutupinya baik itu sebagian atau keseluruhan dan

apabila terjadinya gerhana bulan yaitu ketika bulan tertutupi oleh bayangan bayangan

bumi yang mana keadaan bumi waktu terjadinya sejajar.

Bisa kalian lihat di internet, buku astronomi atau yang lainnya untuk melihat

gambar bagaimana terjadinya gerhana matahari atau gerhana bulan, juga bisa juga

kalian meneliti secara langsung bagaimana saat terjadinya fenomena ke dua gerhana

tersebut yang pastinya memakai alat yang bisa di pakai untuk meneliti secara jelas dan

akurat.

Telah kita ketahui bersama bahwa gerhana ada dua bagian yaitu gerhana matahari

dan gerhana bulan, akan tetapi dari gerhana matahari dan gerhana bulan tersebut

terbang lagi dan masing masing gerahan terbagi menjadi 3 bagian :

Gerhana matahari ada 3 bagian :

1. GMT ( gerhana matahari total ) Gerhana matahari total di sebut juga dengan kusuf kulli dalam bahasa arab

sedangkan dalam bahasa ilmiah disebut juga dengan Total solar eclipse. Pengertian dari Gerhana Matahari Total sendiri yaitu ketika bundaran matahari tertutupi oleh bundaran bukan secara keseluruhan yang mana diameter sudut matahari lebih besar dari pada

diameter sudut bulan. Maka akan kemungkinan besar terhalanginya cahaya matahari. Sebagaimana telah diamati oleh para ahli bahwa durasi selama adanya gerhana matahari biasanya kurang lebih 7 menit dan biasanya pula 7 menit tersebut termasuk

durasi maksimal. Daerah yang terkena gerhana matahari saat adanya gerhana matahari yaitu daerah yang hanya terkena bayangan umbra bulan yang menyebabkan hanya sebagian daerah saja yang mengalami gerhana matahari tersebut.

Gerhana matahari total juga diawali dan diakhiri dengan adanya gerhana sebagian. Karena sebelum bulan menutupi matahari dengan sepenuhnya bulan tersebut akan melewati matahari secara perlahan tidak secara langsung tepat berada ditengah tengah

matahari, maka dari itu apabila terjadinya gerhana matahari total akan diawali dan diakhiri dengan gerhana matahari sebagian. 2. GMC ( Gerhana Matahari Cincin )

Gerhana matahari cincin disebut juga kusuf halqi atau kusuf khotam dalam bahasa arab, sedangkan dalam bahasa ilmiah disebut juga dengan Annular solar eclipse. Kenapa bisa dinamakan gerhana matahari cincin? Karena gerhana matahari cincin ini

terjadi ketika bundaran bulan itu tepat berada di tengah bundaran matahari yang mana diameter sudut bulan lebih kecil dari pada diameter sudut matahari, yang mana akan menimbulkan gambar yang seperti cincin karena cahaya matahari yang terpancar hanya

berada di pinggirnya saja maka apabila dilihat persis seperti cincin yang biasanya dipake oleh kalangan manusia yang berbentuk lingkaran. Untuk durasinya sendiri para ilmuwan belum ada yang tahu pasti berapa lama nya terjadinya gerhana matahari karena

fenomena gerhana matahari cincin ini sangatlah langka. 3. GMS ( Gerhana Matahari Sebagian )

Gerhana matahari sebagian dalam bahasa arab di sebut juga dengan kusuf ba'dhi,

ba'dhi yang jikalau diartikan menurut kamus munawwir yang artinya sebagian, menurut kata ilmiah gerhana matahari sebagian juga disebut dengan partial solar eclipse .

Telah kita kupas sedikit diatas bahwa gerhana sebagian bisa terjadi saat gerhana

matahari total yang mana mengawali dan mengakhiri. Pengertiannya sendiri yaitu ketika sebagian bundaran bulan menutupi sebagian bundaran matahari yang berada di daerah penumbra atau berada pada bayangan kabur bulan yang menyebabkan

terlihatnbya matahari tidak normal atau cahaya yang nampak tidak seperti biasanya dan hanya sebagian saja yang terlihat terang. Gerhana bulan

Sebelumnya kita harus tau apa itu gerhana bulan? Gerhana bulan terjadi pada saat

Sebagian wajah bulan atau keseluruhan dalam fase purnama tertutup oleh bayangan

Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx

bumi. Terjadinya apabila bumi berada pada posisi diantara matahari dan bulan

bertepatan pula secara satu garis lurus yang sama, maka dari itu cahaya matahari tidak

bisa menggapai bulan karena terhalang perbedaan oleh bumi.

Menurut ilmu pengetahuan gerhana bulan terjadi apabila bulan sedang dalam posisi

membelakangi cahaya atau bertolak belakang dengan matahari. Akan tetapi akibat orbit

miring terhadap bidang orbit semua matahari ( ekliptika ), maka oleh sebab itu tidak

setiap oposisi bulan dengan matahari akan mengakibatkan terjadinya gerhana bulan.

Perpotongan bidang orbit bulan dengan bidang ekliptika akan memunculkan dua buah

titik potong yang disebut titik node, Apa itu titik node ? Titik node yaitu titik dimana

ketika terlihat bulan memotong bidang ekliptika. Gerhana bulan ini akan terjadi disaat

bulan yang berposisi pada titik node tersebut. Berapakah bulan membutuhkan waktu

untuk berputar dari satu titik oposisi dan Kembali lagi ke titik nya ? Dan ternyata bulan

membutuhkan waktu sekitar 29,53 hari untuk bergerak dari satu titik oposisi dan

kembali lagi ke titik oposisi tersebut. Maka dilihat dari kebiasaan nya, apabila terjadi

gerhana bulan maka akan diikuti dengan matahari. Mengapa demikian ? Karena kedua

titik node tersebut terletak pada garis yang menghubungkan antara matahari dan bumi.

Sudah terlihat perbedaan antara gerhana matahari dan gerhana bulan. Gerhana matahari

itu terjadi disaat konjungsi dan gerhana bulan terjadi pada oposisi.

Terdapat dua jenis gerhana bulan beda halnya dengan gerhana matahari :

1. GBT ( Gerhana Bulan Total )

Gerhana bulan total disebut dalam bahasa arab yaitu khusuf kulli yang mana kulli

jikalau di artikan dalam kamus munawwir yang berarti " Seluruhnya " , sedangkan

dalam bahasa ilmiah disebutkan pula sebagai total Lunar eclipse.

Pengertian dari pada gerhana bulan total sendiri yaitu apabila berlangsungnya

gerhana bulan teejadinya fenomena bulan yang memasuki kawasan umbra bumi pada

saat bulan tepat pada daerah penumbra, telah kita sebutkan bahwa penumbra yaitu

bayangan umbra yang akan mengakibatkan muka bulan tertutup oleh bumi secara

keseluruhan, sehinnga bulan tersebut masuk ke daerah umbra yaitu daerah yang sangat

gelap. Itulah kenapa apabila terjadi gerhana bulan total akan terlihat sangat gelap di

daerah yang terkena gerhana bulan total. Bisa kita lihat sendiri apabila adanya gerhana

bulan total akan teras gelap secara keseluruhan.

Akan tetapi yang sebenarnya terjadi tidak sama dengan apa yang kita kira pada

peristiwa gerhana bulan ini. Seringkali bulan masih dapat terlihat oleh mata kita sendiri

dan keadaan kita berada di bumi yang pastinya kita melihat dengan memakai peralatan

untuk melihat benda benda jauh. Kenapa bisa terjadi demikian? Ini di karenakan masih

adanya sinar matahari yang di belokkan ke arah bulan oleh atmosfer bumi. Dan

kebanyakan sinar yang di belokkan ini memiliki spektrum cahaya merah. Itulah

sebabnya pada saat gerhana bulan, bulan akan tampak berwarna gelap, dan ada

beberapa macam warna menurut para peneliti dan para ahli di bidangnya apabila kita

melihatnnya ( gerhana bulan ) yaitu : merah tembaga, jingga, ataupun coklat. Semuanya

itu bisa terjadi karena bisa jadi di penglihatan kita karena kita melihat dengan jarak jauh

dan pastinya para ilmuwan sendiri sudah merumuskannya.

2. GBS ( Gerhana Bulan Sebagian )

Gerhana bulan sebagian dalam bahasa arab di sebut dengan khusuf Ba'dhi yang

mana lagi lagi dalam kamus munawwir diartikan Ba'dhi yaitu " Sebagian " Sedangkan

dalam bahasa ilmiah nya bisa disebut dengan Partial Lunar Eclipse.

Pengertian dari gerhana bulan sebagian yaitu selama gerhana bulan berlangsung,

jadi hanya Sebagian bundaran bulan saja yang memasuki Kawasan umbra bumi beda

dengan halnya gerhana total yang seluruhnya memasuki Kawasan umbra bumi. Ketika

itu dimana tidak semuanya bulan terhalangi sinar matahari oleh bumi, sedangkan

sebagian permukaan bulan yang lainnya berada di daerah penumbra. Maka dari itu ada

Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx

Sebagian sinar matahari yang sampai ke permukaan bulan. Dan yang kita lihat sesuai

dengan teori ilmiah sebagian masih terkena cahaya matahari dan tidak seluruhnya

terkena, bisa kita lihat di berbagai buku ilmiah lain untuk melihat bagaimana gambaran

terjadinya gerhana bulan sebagian.

Dalam pengertian diatas kita bisa membedakan setiap fenomena gerhana yang

terjadi di permukaan bumi dan mengenal bahasa bahasa lain dari gerhana matahari

ataupun gerhana bulan, bisa kita pelajari lebih tentang pengertian dan pembagian

gerhana ini kepada para ahli ilmuan langsung dengan mewawancarainya.

Tidak sampai pengertian dan pembagian nya saja kita akan membahas sedikit lebih

jauh dari pengertian dan pembagian nya ini, mari kita lihat dari segi bayangan yang

terbentuk, gerhana ini dapat di bedakan menjadi gerhana umbra dan penumbra.

1. Gerhana Umbra

Apa itu gerhana umbra ? Yaitu daerah bayangan inti yang berbentuk

kerucut dan warna gelap karena tertutupnya cahaya / tidak ada sama sekali

cahaya. Gerhana umbra ini terjadi pada saat tepat berada di daerah penumbra.

Gerhana umbra ini bersifat total, cincin ataupun sebagian. Pada saat gerhana

bulan total, keseluruhan bagian bulan masuk ke dalam bayangan inti / umbra

bumi. Adapun pada saat gerhana matahari total, keseluruhan bagian matahari

tertutup oleh bulan. Sedangkan pada gerhana matahari hanya Sebagian yang

tertutup bayangan inti adalah sebagiannya. Gerhana anti – umbra hanya terjadi

pada saat gerhana matahari cincin. Dan gerhana anti – umbra ini terjadi pada

saat matahari tepat berada di daerah anti – umbra ( daerah bayangan umbra

yang menutupi / mengahalangi bagian titik pusat matahari ), dimana akan

terjadi seluruh bundaran bulan yang gelap berada dalam bundaran matahari.

Bedanya dengan gerhana matahari total adalah dimana saat terjadi gerhana

matahari total seluruh bagian matahari akan tertutup oleh bulan, sedangkan pada

saat gerhana matahari cincin yaitu seluruh bundaran bulan yang gelap dalam

bundaran matahari namun terdapat juga bagian luar matahari yang tidak

tergelapi sehingga membentuk cincin. Bedanya dengan gerhana matahari

sebagian, tidak seluruh bundaran bulan menutupi bundaran matahari dan

sebagian bundaran bulan diluar bundaran matahari.

2. Gerhana Penumbra

Gerhana penumbra yaitu bayangan yang kabur di sekeliling umbra.

Biasanya daerah penumbra hanya mendapat sedikit sinar atau samar samar. Bagi

penduduk bumi suka membedakan perubahan kecemerlangan bulan purnama

ataupun matahari sebelum berlangsung gerhana penumbra dengan saat bulan

atau matahari barada pada penumbra. Maka akan terjadi keredupan yang

terkadang sulit diamati / dibedakan oleh mata bulatnya manusia, karena apa?

Karena cahayanya hanya beberapa persen saja ( kurang dari 1 % ). Karena itu

mata bulat manusia melihat bulan purnama / matahari tanpa perubahan saat

gerhana penumbra

PENGAMATAN GERHANA

Hasil pengamatan mengatakan bahwa jikalau mau melihat / mengamati matahari

tidak boleh melihatnya secara langsung oleh mata, baik telanjang ataupun memakai alat

optic seperti contohnya: kamera, binocular, teleskop dan benda lainnya. Dikarenakan

jika melakukan hal tersebut dapat menyebabkan kerusakan pada mata sementara

bahkan sampai permanen (mengalami kebutaan).

B. Raplh Chou menjelaskan bahwa 99 % cahaya matahari terlindung oleh bulan

pada peristiwa gerhana matahari, sehingga wilayah umbra bumi enjadi gelap. Namun,

tetap ada cahaya radiasi dari matahariyang sampai ke bumi, dan sampai ke mata (

Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx

apabila kita langsung menatap dengan mata bulat kita ). Dan perlu diingat, cahaya

matahari terdiri dari berbagai gelombang sinar baik dari sinar tampak ( pelangi : me – ji

– ku – hi – bi – ni – u ) maupun sinarnya tampak seperti UV yang berenergi

berfrekuensi tinggi hingga sinarnya dengan gelombang radio yang berenergi dan

berfrekuensi rendah. Perilaku pupil mata manusia pada malam hari ternyata sama saat

terjadinya gerhana matahari. Pada saat gerhana, pancaran cahaya matahari terhalang

Sebagian oleh bulan sehingga bumi menjadi gelap. Sehingga reaksi pupil mata secara

alami membesar. Dan disaat orang menatap langsung ke matahari yang terlindung oleh

bulan, pupil mata tidak bereaksi secara signifikan, padahal radiasi sinar UV tetap

menembus ke bumi, menembus ke retina mata, yang sedang merusak sel batang dan

kerucut mata.

Akan terjadi fatal apabila kita melihat gerhana secara langsung atau dengan mata

yang tanpa alat karena terdapat sinar sinar yang berbahaya seperti sibar UV yang tetap

menerobos masuk yang dimana akan menghasilkan reaksi kimia dan akan merusak

pada mata. Swlain sinar UV terdapat pula sinar inframerah atau disebut juga infared

yang didalamnya mengandung fotokuagulasi yang mengakibatkan akan memanggang

sel batang dan kerucut pada mata. Jangan mencoba untuk melihat gerhana secara

langsung baik dalam durasi lama ataupun pendek.

Secara pengamatan gerhana matahari yang boleh dilakukan dengan secara langsung

oleh mata bulat kita yaitu ketika terjadi fase gerhana matahari total yakni lebih tepatnya

ketika matahari benar benar tertutup oleh bulan ( 100 % ).

Akan tetapi bukan berarti kita tidak dapat menyaksikan fenomena alam yang

menakjubkan dan salah satu kekuasaan Allah SWT., fenomena yang jarang sekali

terjadi ini banyak orang yang ingin mengenangnya. Maka dari itu peneliti mempunyai

beberapa cara untuk melihat gerhana matahari yang aman bagi mata kita.

Salah satu peniliti yakni : Hanief Trihantono dalam pengamatan Gerhana Bulan

Total dan AR Sugeng Riyadi dalam Gerhana Matahari cincin mengamati peristiwa

sebagai berikut :

a. Menggunaknan negatif film atau klise yang sudah terbakar. Amati matahari

dengan menggunakan filter yang aman, dan jangan melihatnnya secara terus

menerus. Amati paling lama 2 menit, kemudian berhenti dan baru amati lagi

setelah 3 menit. Hal ini bertujuan untuk mengurangi kerusakan pada mata

seandainya ada cacat pada filter yang kita gunakan.

b. Cara paling aman adalah dengan cara memantulkannya di layar, baru kita

melihat hasilnya dilayar tersebut. Misalnya teleskop kita arahkan ke matahari,

lalu kita pasangkan pada lensa okuler selembar kertas dengan diatur posisinya

sehingga gambar fokus, maka kita mendapatkan hasilnya dilayar tersebut.

c. Bisa juga menggunakan media ember besar atau baskom berisi air jernih yang

di letakkan pada tempat terbuka ataupun lewat kolam.

Gerhana matahari akan bahaya bila kita meneliti langsung dengan mata kepala kita

beda halnya dengan gerhana bulan yang bisa di amati / di teliti secara langsung oleh

mata kita. Namun demikian aka lebih indah jika kita memakai salah satu alat untuk

melihat sesuatu yang jaraknya jauh dan akan tampak lebih jelas batas antara daerah

gelap dan terang di permukaan bumi seperti binokuler atau “keker” ada pula teleskop.

PERBEDAAN KARAKTERISTIK GERHANA MATAHARI DAN GERHANA

BULAN

Terdapat beberapa aspek yang berbeda antara gerhana matahari dan gerhana bulan,

antara lain :

Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx

No gerhana matahari Gerhana

bulan

Perbedaan

1. Sinar matahari yang ditutupi oleh bulan

Bulan yang di tutupi oleh bayangan bumi

Keadaan sinarnya

2. Pada saat konjungsi ( yaitu

kedudukan bulan searah dengan

matahari

Pada saat oposisi (

yaitu kedudukan

bulan berlawanan arah dengan matahari

dilihat dari bumi )

Waktu terjadi

3. Terjadi pada siang hari Terjadi pada malam Hari

Waktu pengamatan

4. Maksimal 7 menit 58 detik Maksimal 3 jam Durasi gerhana

5. Matahari digelapi dari kanan ke kiri

Bulan di gelapi dari kiri ke kanan

Keadaan gelapnya apabila menghadap ke utara

6. Gerhana matahari waktunya di

tentukan oleh Gerakan

bayangan bulan melintasi suatu

daerah. Jadi, berbeda dengan

gerhana bulan, dan lebih detail nya kita harus melihat data

gerhana untuk setiap daerah

Sedangkan gerhana

bulan di seluruh yang

mengalami malam

yang sama

Wilayah / daerah

yang mengalami

daerah

Dengan adanya tabel diatas mempermudah kita untuk mengetahui perbedaan

antara gerhana matahari dan gerhana bulan. Mari kita telaahi lebih dalam. Bagian

yang pertama gerhana matahari terjadi ketika sinar matahari ditutupi oleh bulan

sedangkan gerhana bulan di tutupi oleh bayangan bumi dan itu perbedaan nya di

keadaan sinarnya.

Yang kedua perbedaannya pada waktu gerhana nya, apabila gerhana matahari

terjadi pada saat konjungsi, apa itu konjungsi? Konjungsi yaitu kedudukan bulan nya

serah dengan kedudukan matahari sedangkan gerhana bulan terjadi pada saat oposisi,

apa itu oposisi? Oposisi yaitu ketika kedudukan bulan itu berlawanan arah dengan

matahari jika kita melihatnya dari bumi.

Yang ketiga kita lihat dari waktu pengamatannya yang telah diamati oleh orang

yang ahli di bidang nya yaitu apabila gerhana matahari terjadi pada siang hari dan

gerhana bulan terjadi pada malam hari sesuai dengan datang nya bulan dan matahari

untuk menyinari bumi dengan sinarnya masing masing.

Yang keempat yaitu durasi selama gerhana, berapa si durasi gerhana baik

matahari ataupun bulan? Yang telah di amati dan yang biasanya terjadi durasi gerhana

matahari itu maksimal 7 menit 58 detik dan mungkin bisa jadi lebih pendek dari durasi

maksimal ini sedangkan gerhana bulan itu paling lama maksimal bisa sampai 3 jam

kurang lebih karena gerhana bulan terjadi pada malam hari yang durasi nya cukup

panjang juga.

Yang kelima dilihat dari keadaan gelapnya apabila kita lihat dari sebelah utara

yang mana matahari digemari dari bagian kanan ke kiri yang mana apabila terjadi

gerhana matahari diawali dan diakhiri dengan gerhana matahari sebagian sedangkan

gerhana bulan di gelapi dari kiri ke kanan sebaliknya dari gerhana matahari yang akan

tetapi gerhana bulan tidak di awali dengan gerhana sebagian baik dia mengawali

ataupun mengakhiri.

Yang terakhir kita membahas tentang daerah atau wilayah mana sajakah yang

terkena gerhana. Gerhana matahari mengenai waktu yaitu waktunya di tentukan oleh

gerakan bayangan bulan yang melintasi suatu daerah, jadi berbeda dengan gerhana

Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx

bulan yang akan mengalami gerhana yaitu seluruh yang mengalami malam yang sama

akan terkena gerhana bulan. Jika ingin mengetahui lebih kita harus melihat data

terjadinya gerhana disetiap daerah.

Dengan pembahasan tersebut kita sebagai manusia yang awwam terhadap ilmu

pengetahuan bisa mengetahui dengan jelas apa perbedaan gerhana matahari dan

gerhana bulan tanpa harus meneliti karena para ahli dengan kecerdasan nya bisa

menumpahkan penelitian nya dalam sebuah buku dan kita yang hanya bisa mengetahui

dengan membacanya.

SYARAT TERJADINYA GERHANA MATAHARI

Menurut Tim Penyusun Naskah IDI Hukum, Islam Untuk Disiplin Ilmu Astronomi;

Buku Dasar Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum Jurusan / Program

Studi Astronomi mengatakan bahwa pada bidang orbit bulan dan ekliptika berpotongan

pada dua titik simpul. Garis simpul penghubung titik simpul beregresi ke arah barat

dengan periode 18,6 tahun. Pada fase bulan baru, bulan dan matahari berada pada bujur

ekliptika yang sama. Kerucut umbra bulan tidak selalu dapat menyentuh bumi ( yang

menyebabkan terjadi gerhana). Gerhana terjadi dekat dengan titik simpul. Titik simpul

beregresi ke barat oleh karena itu matahari lebih cepat mencapai titik simpul. Periode

matahari dari titik simpul kembali lagi ke titik simpul yang sama dinamakan satu tahun

gerhana = 346, 62 hari ( rata rata ). Periode ini lenih pendek 18, 63 hari dengan periode

sideris ( 365, 25 hari ).

PENSYARI’ATAN SHALAT GERHANA

Agama Islam mensyari'atkan beberapa hal yang terkait dengan peristiwa gerhana

a. Perbanyaklah dzikir, istighfar, takbir, shalat gerhana dan sedekah. Dari 'Aisyah

R.A, Nabi SAW., bersanda : " Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua

diantara tanda tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian

seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdo'alah

kepada Allah SWT., bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahkah.

b. Melakukan observasi gerhana dengan menyaksikan salah satu bukti kekuasaan

Nya. Di dalam hadits Nabi dijelaskan: Dari Al-Mughirah Ibn Syu'bah R. A. (

diriwayatkan bahwa) ia berkata : Terjadi gerhana matahari pada hari

meninggalnya ibrahim. Lalu ada orang yang mengatakan terjadinya gerhana itu

karena meninggalnya Ibrahim. Maka Rasulullah SAW., bersabda :

Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua dari tanda tanda kebesaran Allah.

Keduanya tidak gerhana karena mati atau hidupnya seseorang. Apabila kamu

melihat hal itu, maka shalat dan berdo'alah kepada Allah. ( HR. Bukhari).

c. Ketika terjadinya gerhana serulah para jama'ah untuk melaksanakan shalat

gerhana yang dilakukan dengan berjama'ah tanpa adanya adzan dan iqomah

seperti hadits dibawah ini. Hadits Aisyah mengatakan : " Aisyah radhiyallahu

'anha menuturkan bahwa pada zaman Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah

terjadi gerhana matahari. Beliau lalu mengutus seseorang untuk memanggik

jama'ah dengan : Ash-shalatu jami'ah ( mari kita lakukan shalat berjama'ah).

Orang orang lantas berkumoul. Nabi lalu maju dan bertakbir. Beliau melakukan

empat kali ruku' dan empat kali sujud dalam dua raka'at. "

d. Shalat gerhana dilakukan secara berjama'ah di masjid. Salah satu dalil yang

menunjukkan hal ini sebagaimana dalam hadits dari 'Aisyah bahwasannya Nabi

Saw., mengendarai kendaraan di pagi hari lalu terjadilah gerhana. Lalu Nabi

shallallahu 'alaihi wa sallam melewati kamar istrinya ( yang dekat dengan

masjid), lalu beliau berdiri dan menunaikan shalat. Dalam riwayat lain

dikatakan bahwa Nabi mendatangi tempat shalatnya ( yaitu masjidnya) yang

biasa dia shalat di situ. Ibn Hajar mengatakan

Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx

: " Yang sesuai dengan ajaran Nabi adalah mengerjakan shalat gerhana di

masjid. Seandainya tidak demikian, tentu shalat tersebut lebih tepat

dilaksanakan di tanah lapang agar nanti lenih mudah melihat berakhirnya

gerhana ".

Syekh Muhammad Ibn Sholeh Al-Utsaimin mengatakan bahwa shalat gerhana

secara jama'ah bukanlah syarat. Jika seseorang berada dirumah, dia juga boleh

melaksanakan shalat gerhana di rumah. Dalil berdasarkan sabda Nabi SAW., :

Jika kalian melihat gerhana tersebut, maka shalatlah. " Perintah ini baik untuk

kaum laki laki maupun perempuan. Berdasarkan hadits Bukhari, " Shalat

wanita bersama kaum pria ketika terjadi gerhana matahari. "

1. Seperti apa yang di ajarkan Rasulullah SAW., bahwa setelah shalat gerhana

dilaksanakan nya khutbah sesuai tuntunan Nabi, Rasulullah SAW., berkhutbah

di hadapan orang banyak, dan dalam khutbahnya beliau memuji dan

menyanjung Allah, kemudian bersabda :" Sesungguhnya matahari dan bulan

adalah dua tanda di antara tanda tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak

terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal

tersebut maka berdo'alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakankah shalat dan

bersedekahlah. "Bukan hanya aspek dalam ibadahnya saja akan tetapi ada juga

aspek perenungan ayat ayat kauniyah nya. Oleh karenanya disarankan

kepada para jama'ah pada saat puncak nya gerhana ada kesempatan untuk

melihat langsung proses gerhana tersebut.

Hadits hadits yang sebelumnya merupakan sunnah fi'liyah yang menggambarkan

perbuatan Rasulullah SAW., melakukan shalat saat terjadinya gerhana dan sunnah

qauliyah yang berisi perintah Nabi SAW., untuk melakukan shalat pada saat terjadi

gerhana. Para jumhur ulama berpendapat bahwa hukum melaksanakan shalat gerhana

bulan ataupun shalat gerhana matahari itu hukumnya sunnah muakkad.

Shalat gerhana terdiri dari dua raka'at dapat dilaksanakan berjama'ah di masjid

maupun sendiri ( munfarid ). Dalam pelaksanaannya setelah melaksanakan sholat

gerhana diiringi dengan khutbah ataupun tanpa khutbah. Shalat gerhana tersebut

terdapat beberapa perbedaan dalam tata cara melaksanakan nya.

PENDAPAT PARA ULAMA :

1. Abu Hanifah mengatakan bahwa shalat gerhana dilakukan sebagaimana shalat

sunnah seperti biasanya. Dalil yang dikatakan imam Abu Hanifah dan yang

senada dengannya, ialah hadits Abu Bakrah, ia berkata, " Pernah terjadi gerhana

matahari pada zamnn Rasulullah SAW., maka Rasulullah keluar dari rumahnya

seraya menyeret selendangnya sampai akhirnya tiba di masjid. Orang orang pun

ikut melakukan apa yang dilakukannya, kemudian Rasulullah Saw., shalat

bersama mereka dua raka'at. " (H. R Bukhori ).

2. Mayoritas ulama yang lain Imam Malik, imam Syafi'i dan imam Ahmad

Hambali menyatakan bahwa shalat gerhana itu seperti shalat hari raya yakni

dua raka'at, hanya ada perbedaan setiap raka'at ada dua kali ruku'. Setelah ruku'

pertama yang agak panjang kembali berdiri lalu membaca Al- Fatihah dan surat

lainnya baru ruku' lagi setelah itu barulah dilanjutkan dengan i'tidal dan sujud

begitupun seterusnya sampai salam. Lalu pelaksanakan shalat gerhana ini di

tutup dengan khutbah. Pendapat ini berdasarkan hadits diantaranya : Hadits Ibnu Abbas, ia berkata, " Telah terjadi gerhana matahari pada zaman Nabi

SAW., maka beliau shalat dan orang orang ikut shalat bersamanya. Beliau berdiri

sangat lama (seperti) membaca surat al -Baqarah, kemudian rukuk yang kama, lalu

berdiri, lama sekali berdirinaa namun berdiri yang kedua lebih pendek dari berdiri yang

pertama. Kemudian ruku' lama sekali ruku'nya namun ruku' yang kedua lebih pendek

dari ruku' pertama... " ( H.R Bukhori ) .

Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx

Hadits kedua, dari Aisyah Radhiallahu'anha ia berkata, " Bahwasanya

Rasulullah SAW., pernah melaksanakan shalat ketika terjadi gerhana matahari.

Rasulullah berdiri kemudian bertakbir kemudian membaca, panjang sekali

bacaannya, kemudian rukuk dan panjang sekali ruku'nya, kemudian

mengangkat kepalanya ( i'tidal ) seraya mengucapkan : " Sami'allahuliman

hamidah, " Kemudian berdiri sebagaimana berdiri yang poertmaa, kemudian

membaca, panjang sekali bacaannya namun bacaan yang kedua lebih pendek

dari bacaan yang pertama, kemudian rukuk dan panjang sekali ruku'nya, namun

lebih pendek dari rukuk yang pertama, kemudian sujud, panjang sekali sujudnya,

kemudian dia berbuat pada raka'at yang kedua sebagaimana yang dilakukan

pada raka'at pertama, kemudian salam " (H. R Bukhori dan Muslim) .

HIKMAH DAN MITOS DIBALIK PERISTIWA GERHANA

Peristiwa gerhana ini adalah fenomena alam yang langka yang secara astronomi bisa

di prediksi kapan akan terjadi dan dimana saja terjadi gerhana, dan gerhana ini tidak

ada sama sekali sangkut pautannya dengan hal hal mitos seperti di kaitkan dengan

kematian atau kehidupan seseorang. Maka dari itu Rasulullah menegaskan dalam

beberapa hadits

nya agar ummat islam ketika ada gerhana menganjurkan untuk perbanyak dzikir, takbir,

tasbuh dan ibadah lainnya. Ini adalah salah satu contoh fenomena alam yang patut kita

renungkan atas kemahabesaran Allah SWT..

" Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua macam tanda dari tanda tanda

kekuasaan Allah. Terjadinya gerhana matahari atau bulan itu bukan karena kematian

seseorang atau kehiduoannya. Maka jikalau kamu melihatnya, berdo'alah kepada Allah,

bertakbirlah, bersedekahkah serta shalatlah. ( H. R Bukhari dan Muslim ).

Banyaknya kepercayaan masyarakat tentang mitos adanya kematian ketika gerhana

ini disangkut pautkan dengan hadits Nabi yang menceritakan tentang putra Rasulullah

yang meninggal. Mitos lainnya yang berkembang di masyarakat antara lain sebagai

berikut :

• Masyarakat biasa ketika terjadi gerhana biasa melakukan apa yang dilakukan

oleh masyarakat sebelumnya yaitu memukul mukul pohon kelapa dan

sejenisnya dengan tujuan untuk membangunkan bulan dan matahari agar tidak

dimakan gerhana. Hal yang dilakukan masyarakat tersebut tidak masuk akal

menurut ilmu pengetahuan.

• Beda dengan sebagian kepercayaan masyarakat di pedesaan pulau Jawa

menganggap kejadian gerhana dengan ada buto ( buta kalarahu ) yang

memakan bulan. Orang orang terdahulu atau masyarakat akan beramai ramai

menabuh lumping / lesung ( tempat penumbuk kayu ) agar buto nya takut dan

cepat hilang. Tindakan ini pun masih tidak masuk akal.

• Di kotabumi, Lampung utara, di saat terjadinya gerhana sejumlah ibu hamil

bersembunyi di bawah ranjang. Itu dilakukan sejumlah ibu hamil agar anak

yang di kandungnya ketiak lahir kelak tidak ada cacat dalam tubuhnya. Lalu,

ibu hamil tersebut diminta memakai sarung, kemudian neneknya mengusap

perut calon ibu itu sebanyak tiga kali usapan sembari memohon agar janin

yang di kandungnya terhindar dari baka ( bahaya ). Mereka percaya, ritual itu

dilakukan agar bayi yang di lahirkan wajahnya tidak hitam.

Selain mitos adapula pelajaran pelajaran dan hikmah yang bisa kita ambil dari kejadian

atau fenomena gerhana ini. Antara lain yaitu :

• Gerhana adalah peristiwa alam yang menunjukkan ketundukam alam pada

Khaliqnya (penciptanya). Maka dari itu selayaknya kita juga menunjukkan

ketaqwaan kita kepada Allah selaku hambanya dengan melaksanakan shalat

Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx

gerhana ketika terjadinya fenomena tersebut. Matahari dan bulan tidak pernah

menyalahi hukum - Nya, sehingga manusia pun dapat memperkirakan secara

tepat waktu terjadinya gerhana. Manusia karena nafsunya seringkali, sengaja

atau tidak sengaja dalam menyalahi hukum Allah.. Maka sudah selayaknya

peristiwa gerhana ini mengingatkan kita untuk memperbanyak istighfar,

mengingat kekuasaan Allah yang maha kuasa.

• Matahari dan bulan bisa beriringan dan berdampingan memperlihatkan

keharmonisan yang kadang menunjukkan fenomena cincin atau mahkotanya

yang indah disebut juga dengan korona ( perhatikan struktur korona yang tidak

simetri bundar, hal ini menujukkan adanya aktivitas di permukaan matahari.

Korona matahari merupakan plasma dengan temperatur berjuta derajat ) yang

biasanya tidak terlihat. Bagi para saintis, momentun gerhana matahari total

dapat dijadikan sumber data " membongkar rahasia matahari ", terutama

struktur matahari, ledakan serta fenomena temperatur matahari. Fenomena ini

pula mengajarkan kita untuk selalu dapat berjalan beriringan dan

berdampingan dengan sesama manusia, maka dari itu sudah selayaknya

direpresentasikan dalam bentuk anjuran memperbanyak sedekah. Lalu khotib

pun perlu mengingatkan kepada para jama'ah nya ketika menyampaikan

khutbah setelah terjadi gerhana bahwa fenomena alam ini tidak ada kaitannya

dengan kelahiran atau kematian seseorang, palagi orang awwam harus di

fahamkan betul tengah fenomena iniini, juga tidak ada sama sekali keterkaitan

dengan nasib manusia atau bebcana alam, akan tetapi merupakan sebagian

tanda tanda kebesaran-Nya di alam semesta ini.

• Menyaksikan gerhana matahari total ataupun gerhana yang lainnya,

merupakan momen yang langka bahkan gerhana matahari total hanya dapat

dilihat sekali seumur hidup ( asumsi usia manusia kurang dari 100 tahun ).

Beberapa ratus juta tahun mendatang, generasi penerus planet bumi hanya

akan mendengar dongeng tentang gerhana. Pada waktu itu matahari akan

berevolusi menjadi bintang raksasa, membesar dimensinya, diameter sudut

matahari akan lebih besar dari bulan. Dengan demikian tidak akan pernah lagi

terjadi gerhana matahari total. Walaupun dalam jangka waktu yang masih

sangat lama tapi hukum alam member keyakinan hal itu akan terjadi.

• Fenomena gerhana ini telah menarik perhatian sejak awal peradaban manusia.

Pada zaman Babylonia ( 2000 SM - 1000 SM ) di lembah sungai Eufrat dan

Tigris telah mengenal silus Saros, siklus terjadunya gerhana tiap 223 kali

periode sinodis bulan atau 6585,3 hari disaat perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi masih sangat sederhana. Thales ( dari Miletus, 624 SM - 547 SM

) termasuk ilmuan dan filosof yang mentransmisikan pengetahuan tentang

siklus Saros dari Babylonia ke Yunani.

• Murid dari Aristoteles yaitu salah satunya Plato yang di kenal sebagai

ilmuwan Yunani menggunakan gerhana bulan sebagai bukti bahwa bumi

berbentuk bola. Batas umbra bumi yang berbentuk busur lingkaran sebenarnya

merupakan bayang bayang bumi oleh matahari.

• Kita dapat melihat dan mengamati bagaimana reaksi binatang binatang saat

gerhana berlangsung. Okeh, kita ambil salah satu binatang yaitu ayam, ayam

akan berkokok yang saling bersahutan karena mendadak suasana yang tadinya

gelap kembali terang seperti pagi hari. Dan itu terjadi disaat gerhana matahari

total.

• Untuk memperkaya karya seni fotografi bisa juga diambil dari foto gerhana

saat kejadian berlangsung tentunya dengan memakai alat atau disebut juga

karya Astrofotografi.

Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx

• Selain memperkaya pengetahuan manusia tentang gerhana, seperti menguji

presisi, ketepatan, berbagai metode perhitungan kedudukan bulan dan

matahari dan masih banyak pelajaran serta hikmah yang bisa diambil dari

fenomena gerhana ini.

• Memanfaatkan sebaik baiknya kesempatan momen yang langka ini yaitu

dimana saat terjadinya gerhana, untuk pendidikan anak mempelajari sains

tentang gerhana, karena fenomena alam yang menakjubkan juga membuat

tantangan intelektualitas manusia yang memikirkannya. Allah berfirman dalam

surat Al-furqon [ 25 ] : 45 dan 46

نا ق بضا ساكنا ثم جعلنا الشمس عليه دليل ) 45( ثم ق بضنهم الي ال ت ر ال رب ك كيف مد الظ ل ولو شاء لعله يسي ا )46(

Apakah kamu tidak memperhatikan ( penciptaan ) Tuhanmu, bagaimana dia

memanjangkan ( dan memendekkan ) bayang bayang dan kalau dia menghendaki

niscaya Dia menjadikan tetap bayang bayang itu, kemudian kami jadikan matahari

sebagai petunjuk atas bayang bayang itu. Kemudian kamu menarik bayang bayang itu

kepada kami dengan tarikan yang perlahan lahan .

Ada sebuah kisah yang menarik untuk kita simak yang pastinya terkait dengan

peristiwa gerhana matahari. Tokohnya adalah seorang ahli ilmu falak Indonesia beliau

yaitu Turaikhan Adjhuri ( penggagas kalender menara Kudus ). Beliau dia nggak

berbeda, tidak sejalan menentang pemerintah dimasa Orde Baru dan sempat pula di

interogasi karena perbedaan penentuan waktu idul fitri yang berbeda dengan

pemerintah yang menyeru agar masyarakat bersembunyi di rumah rumah Ketika

gerhana matahari total pada tahun 1983 ( seribu sembilan ratus delapan puluh tiga )

dengan menganjurkan ummat melihat gerhana dan mendirikan shalat kusuf. Ia

mencoba menyadarkan ummat islam Indonesia bahwa gerhana mataharai adalah

sebuah fenomena alam / peristiwa astronomi yang tidak perlu ditakuti. Dan banyak

pelajaran penting serta hikmah yang bisa di petik / di ambil dibalik peristiwa tersebut .

Dari apa yang telah diuraikan di atas ada yang harus kita garis tebali yaitu kita ambil

dari hadits yang pertma “ Jikalau kamu melihatnya “ Hadits tersebut menyebabkan

terdapatnya beberapa perbedaan pemahaman seperti pada permasalahan penentuan

awal bulan hijriyyah ( qomariyyah ). Apakah harus melihat secara langsung atau cukup

dengan perhitungan astronomi. Bagaimana kalau tertutup awan? Dan beberapa

pertanyaan lainnya. Permasalahan ini tidaklah serumit pada permasalahan awal bulan

qamariyyah karena shalat gerhana merupakan ibadah sunnah bukan wajib seperti puasa

Ramadhan maupun pelaksanaan wuquf di padang Arafah bagi jama'ah haji dan ibadah

wajib lainnya.

Pertama, pensyari'atan pelaksanann shalat gerhana adalah pada saat terjadinya

gerhana umbra. Karena jika gerhana penumbra itu biasanya tidak begitu dirasakan

Kejadiannya oleh masyarakat secara umum. Jadi pada saat terjadi gerhana umbra lah

shalat gerhana dilaksakan.

Kedua, pensyari'atan pelaksanaan shalat gerhana hanya di peruntukkan bagi

daerah daerah yang mengalami gerhana. Apabila suatu daerah tidak dilewati / dilintasi

oleh gerhana maka tidak di syari'atkan untuk melaksanakan shalat gerhana.

Ketiga, gerhana matahari waktunya ditentukan oleh gerhana bayangan bulan

melintasi suatu daerah jadi kita harus melihat data gerhana untuk setiap daerahnya.

Kalau tidak cermat, kita bisa bisa mengumumkan informasi kepada masyarakat

lainnya dengan keliru. Seperti halnya yang pernah dimuat di Harian Pikiran Rakyat

selasa, 20 Januari 2009 yaitu tentang seruan ormas Ormas Islam terkait dengan

Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx

gerhana. Pada pengumuman itu disebutkan waktu gerhana merujuk pada data global

gerhana matahari. Sehingga pada saat yang telah dijelaskan tersebut gerhana belum

terjadi, belum melewati daerah yang telah diumumkan. Dan yang dirujuk seharusnya

adalah data yang menjelaskan saat gerhana matahari melintas di daerah tersebut.

Ibnu Qudamah menegaskan bahwa waktu shalat gerhana itu adalah sejak mulai

terjadinya kusuf hingga berakhirnya. Jika waktu itu terlewatkan, maka tidak ada qadha.

Karena diriwayatkan dari Nabi SAW., bahwa beliau bersabada : " Apabila kamu

melihat hal itu, maka berdo'alah kepada Allah dan kerjakan shalat sampai matahari itu

terang ( selesai gerhana ) .

Jadi Nabi SAW., menjadikan berakhirnya gerhana sebagai akhir waktu shalat. Apabila

gerhana berakhir ketika shalat masih berlangsung, maka sholatnya diselesaikan dengan

dipersingkat. Jika matahari terbenam dalam keadaan gerhana dengan terbenamnya

matahari, demikian pula apabila matahari terbit saat gerhana bulan ( di waktu pagi )

Imam al - Rafi'i menegaskan, sabda Nabi SAW., menyatakan, " Apabila kamu melihat

gerhana, maka shalatlah sampai matahari terang ( selesai gerhana ) " . Menujukkan arti

bahwa shalat tersebut tidak di laksanakan sesudah selesainya gerhana. Yang dimaksud

selesainya gerhana ialah berakhirnya gerhana secara keseluruhan.

Imaan al - Nawawi menyatakan " Waktu shalat gerhana berakhir dengan lepasnya

seluruh piringan matahari dari gerhana. Jika baru sebagian yang lepas dari gerhana,

maka ( orang yang belum melakukan shalat gerhana ) dapat melaksanakan shalat untuk

gerhana yang tersisa seperti kalau gerhana hanya sebagian saja.

KESIMPULAN

Permasalahan seputar gerhana ini bagi ummat islam Indonesia tidak begitu familiar,

atau bahkan banyak pula yang mengabaikannya. Sebagaimana diungkapkan

sebelumnya, pada masa pemerintahan orde baru dilarangnya ummat islam untuk

melakukan pengamatan gerhana matahari total pada masa itu. Kesalahan dan

kekurangfahaman inilah yang menyebabkan dampak psikologis ketakutan masyarakat

terhadap peristiwa gerhana. Disamping itu gerhana adalah peristiwa yang jarang atau

langka. Perlu kiranya sosialisasi fikih gerhana ini ditengah masyarakat agar tidak terjadi

kebingungan dan kesalahfahaman, terlebih pada masyarakat yang awwam baik dalam

agama maupun pengetahuan.

Ketika terjadinya gerhana di suatu daerah islam mengajarkan untuk melaksanakan

sholat, perbanyak dzikir, istighfar, takbir sebagaimana yang telah di jelaskan

sebelumnya. Dengan adanya gerhana ini kita bisa melihat langsung salah satu kekuasaan

Allah Subhanahu Wata’alaa.

Fenomena gerhana bulan maupun gerhana matahari tidak ada kaitannya dengan

kehidupan atau kematian seseorang, dan tidak ada ritual ritual yang harus di praktikan

ketika gerhana berlangsung seperti yang dilakukan orang orang terdahulu yang

mempercayai bahwa gerhana bisa membahayakan terutama bagi seorang ibu yang

sedang mengandung sang bayi. Hal itu hanyalah mitos belaka yang seharusnya tidak di

percayai oleh masyarakat karena apa yang dilakukan tidak memasuki akal menurut

pengetahuan.

Banyak hal yang belum kita ketahui mengenai gerhana bulan ataupun matahari karena

tidak sepenuhnya terungkap apa yang terjadi selama gerhana, kita hanyalah manusia

biasa yang banyak kekurangannya dengan hal ini kita patut mensyukuri bahwa kita masih

bisa melihat dan sedikit mengenal apa itu gerhana melalui perantara para ilmuwan, para

ulama dan peneliti peneliti lainnya yang telah melakuakn penelitian terhadap gerhana

dan di tuangkan dalam bukunya. Wallahua’alam

Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx

Daftar Pustaka

http://nusantaranews.wordpress.com/2009/07/22/alasan-ilmiah-kegelapan-di-siang-hari/

http://unik.kompasiana.com/2010/01/15/gerhana/

http://pakarfisika.wordpress.com

http://langitselatan.com/2010/01/04/gerhana-bulan-sebagian-dan-gerhana-matahari-

cincin-di- awal-tahun-2010/

http://www.scribd.com/doc/9987281/Tatacara-Salat-Gerhana

http://ustadzridwan.com/tata/-cara-salat-gerhana

http://t-djamaluddin,spaces.live.com

http://www.nu.or.id

http://www.scribd.com/doc/56620200/panduan-sholat-gerhana

http://Tempo.co,Jakarta-gerhanamatahari

Sabiq, Sayyid, Fiqh al-sunnah, jilid 1, Beirut: Dar alFikr, t.t. Naik, Zakir, Miracles of

Al-Qur’an & As-Sunnah; Aqwam, 2015