ENT Examination

21
Ear, Nose and Ear, Nose and Throat (ENT) Throat (ENT) Exami nation Examinatio n Asisten Mahasiswa 2011: Akbar, Ayu, Fadhil, Fara, F ikar, Gisca, Lidwina, Nadira, Oli, Oti, Randy, Reinhart, Rizka, Sharon, Shery l, Stella, Ta ri, Yusnia

Transcript of ENT Examination

Ear, Nose and Ear, Nose and Throat (ENT) Throat (ENT) ExaminationExaminationAsisten Mahasiswa 2011: Akbar, Ayu, Fadhil, Fara, Fikar, Gisca,

Lidwina, Nadira, Oli, Oti, Randy, Reinhart, Rizka, Sharon, Sheryl, Stella, Tari, Yusnia

CHECKLIST0 Memberi salam dan memperkenalkan diri0 Menanyakan identitas pasien0 Anamnesis0 Review dan informed consent0 Melakukan pemeriksaan telinga, hidung dan tenggorokan (tergantung kasus dan dengan clinical reasoning yang sesuai)

0 Melakukan tes pendengaran0 Melaporkan hasil pemeriksaan kepada pasien0 Memberikan terapi (medikamentosa/non-medikamentosa) dan merencanakan tindakan selanjutnya

ANAMNESIS0 Keluhan Utama / Riwayat Penyakit Sekarang

Onset, Location, Duration, Characteristic, Aggravating and Relieving Factor, Treatment, Severity

0 Riwayat Penyakit DahuluKeluhan serupa, riwayat alergi, ada maag/gastritis/GERD (untuk keluhan faringitis kronis), riwayat trauma, riwayat operasi

0 Riwayat Penyakit KeluargaRiwayat alergi pada anggota keluarga, keluhan serupa yang mungkin dialami anggota keluarga

0 LifestylePekerjaan, kegiatan sehari-hari (terutama untuk kasus alergi, mungkin alergen didapatkan di lingkungan kerja)

0 Keluhan lainNyeri kepala, demam, sesak nafas, dll

ALAT DAN BAHAN

PEMERIKSAAN TELINGA0 Memasang head lamp dan mengatur fokus lampunya0 Pemeriksa dan pasien duduk berhadapan dengan saling menyilang (oblique)

0 Inspeksi bagian telinga luar dan area di sekitarnyaAdakah tanda-tanda inflamasi?

Adakah cairan yang keluar dari telinga?

Ada massa?

0 Palpasi bagian telinga luar dan area di sekitarnyaAda massa?

Ada nyeri?

PEMERIKSAAN TELINGA0 Inspeksi canalis auditorius eksternaDengan menarik telinga ke arah postero-superior lalu mengarahkan cahaya head lamp ke canalis auditorius eksterna. Amati kondisi canalis auditoriusnya, adakah kemerahan, cerumen, lesi, cairan, darah, dll. Amati kondisi membran timpani. Cone of light mungkin juga dapat terlihat.

0 Pemeriksaan dengan otoskop untuk melihat cone of lightOtoskop dipegang seperti memegang pensil. Apabila ingin memeriksa telinga kanan pasien, tangan kanan pemeriksa memegang otoskop sedangkan tangan kiri pemeriksa menarik telinga kanan pasien ke arah postero-superior. Mengamati cone of light. Cone of light berfungsi untuk mengetahui kondisi membran timpani.

0 Lakukan untuk telinga kanan dan kiri

PEMERIKSAAN HIDUNG0 Memasang head lamp dan mengatur fokus lampunya0 Pemeriksa dan pasien duduk berhadapan dengan saling menyilang (oblique)

0 Inspeksi bagian hidung luar dan area di sekitarnyaAdakah tanda-tanda inflamasi?Adakah cairan yang keluar dari hidung?Ada massa?

0 Palpasi bagian hidung luar dan area di sekitarnyaAda massa?Ada nyeri?

0 Palpasi area sinus frontalis dan sinus maksilaris dengan ibu jari

PEMERIKSAAN HIDUNG0 Anterior RhinoscopyMemegang spekulum hidung seperti memegang rem motor (rem sepeda juga boleh) dengan jari telunjuk menempel di cuping hidung untuk fiksasi agar spekulum tidak masuk terlalu dalam. Memeriksa septum nasi (di tengah atau deviasi), concha (biasanya yang keliatan concha inferior. Terlihat udema/ hiperemia/pucat), mucosa (tanda inflamasi), sekret/ingus (warna, jumlah). Memasukkan spekulum hidung dlm posisi tertutup. Mengeluarkan spekulum dari dalam hidung dlm posisi terbuka lalu tutup secara perlahan.

0 Lakukan untuk lubang hidung kanan dan kiri

PEMERIKSAAN TENGGOROKAN0 Memasang head lamp dan mengatur fokus lampunya0 InspeksiBibir (simetrisitas, warna, kering/tidak, inflamasi), lesi di sekitar area bibir

0 Meminta pasien untuk membuka mulut0 Mengamati mucosa buccal, gunakan tounge spatula untuk mengecek mucosa buccal kanan dan kiri. Lihat tanda-tanda inflamasi dan lesi. Memegang tounge spatula seperti memegang pensil.

0 Amati pertumbuhan gigi, kondisi gusi, lidah dan palatum.0 Menaruh tounge spatula di bagian proximal lidah tanpa menyebabkan reflex muntah untuk melihat uvula, orofaring dan tonsil.

PEMERIKSAAN KEMAMPUAN PENDENGARAN1. Rinne Test

Garputala digetarkan lalu diletakkan di proc. mastoideus pasien (memeriksa bone conduction/BC). Jika pasien sudah tidak mendengar getaran garputala, garputala dipindah ke dekat lubang telinga luar pasien (memeriksa air conduction/AC), lalu tanyakan apakah pasien dapat mendengar suara getaran garputala atau tidak. Apabila pasien dapat mendengar getaran garputala ketika garputala diletakkan di dekat lubang telinga luar, berarti AC > BC --> Rinne + --> normal atau tuli saraf/tuli neurosensori. Apabila pasien tidak dapat mendengar getaran garputala ketika garputala diletakkan di dekat lubang telinga luar, berarti AC < BC --> Rinne - --> tuli konduksi.

PEMERIKSAAN KEMAMPUAN PENDENGARAN2. Webber Test

Meletakkan garputala yang bergetar di tengah-tengah dahi pasien atau di titik vertex pasien, kemudian tanyakan apakah suara getaran terdengar sama kuat di kedua telinga atau tidak. Jika lebih terdengar di satu sisi telinga disebut lateralisasi. Apabila tidak terjadi lateralisasi (kedua telinga mendengar sama kuat), maka normal. Apabila terjadi lateralisasi ke arah telinga yang sakit --> tuli saraf/neurosensori. Apabila terjadi lateralisasi ke arah telinga yang sehat --> tuli konduksi.

PEMERIKSAAN KEMAMPUAN PENDENGARAN3. Schwabach Test

Pada pemeriksaan ini, telinga pemeriksa dianggap sehat atau normal. Beritahukan pada pasien, apabila ia sudah tidak mendengar getaran garputala, ia harus memberitahu pemeriksa. Garputala yang bergetar diletakkan di proc. mastoideus kanan pasien, kemudian setelah pasien tidak lagi mendengar getaran garputala, garputala dipindah ke proc. mastoideus kanan pemeriksa (INGAT! Selalu bandingkan dengan sisi yang sama. Telinga kanan pasien dibandingan dengan telinga kanan pemeriksa, begitu juga sebaliknya).

PEMERIKSAAN KEMAMPUAN PENDENGARANLakukan juga sebaliknya, dimulai dari proc. mastoideus pemeriksa lalu ke proc. mastoideus pasien (untuk cross check). Lakukan pemeriksaan kepada kedua telinga. Apabila pasien sudah tidak bisa mendengar getaran garputala begitu pula dengan pemeriksa, maka telinga pasien normal. Apabila pasien sudah tidak bisa mendengar getaran garputala, namun pemeriksa masih dapat mendengar (Schwabach memendek), maka telinga pasien mengalami tuli saraf/neurosensori. Apabila pemeriksa sudah tidak bisa mendengar getaran garputala, namun pasien masih dapat mendengar (Schwabach memanjang), maka telinga pasien mengalami tuli konduksi.

KASUS0 Acute otitis media palpasi pada telinga luar tidak nyeri

0 Difuse otitis eksterna saat palpasi telinga luar ada nyeri hebat

0 Rhinitis alergika choncha pucat0 Rhinitis choncha hiperemia0 Tonsilitis pembesaran tonsil0 Gangguan pendengaran (CHL dan SNHL)0 Cerumen impacted gangguan pendengaran0 Sinusitis nyeri saat mempalpasi area sinus0 Faringitis nyeri saat menelan0 Laringitis suara serak

UNTUK SIGN AND SYMPTOM SERTA TERAPI DARI MASING-MASING KASUS HARAP

DIPELAJARI SENDIRI !!!

PEMBESARAN TONSIL

0 T0: bila tonsil sudah diangkat atau dioperasi0 T1: ukuran tonsil normal0 T2: tonsil membesar namun belum mencapai setengah dari jarak antara fossa tonsilaris dengan uvula

0 T3: tonsil membesar dan sudah mencapai setengah atau lebih dari jarak antara fossa tonsilaris dengan uvula

0 T4: kissing tonsil. Tonsil kanan dan tonsil kiri menempel

CATATAN0 Lakukan pemeriksaan utama sesuai dengan keluhan utama. Pemeriksaan lain tetap dilakukan untuk melengkapi. Misal kasus otitis media, maka lakukan pemeriksaan telinga terlebih dahulu. Pemeriksaan hidung dan tenggorokan hanya untuk melengkapi.

0 Di OSCE KBK 3, kita diharapkan untuk bisa menentukan differential diagnosis dan memberi usulan terapi. Maka dari itu, pelajari sign and symptom tiap penyakit, hasil pemeriksaan dan terapinya apa!

0 Selalu sesuaikan dengan checklist yang nanti akan kita dapat.

TERIMA KASIHSELAMAT BELAJAR DAN BERLATIH