E:\JURNAL BPK\MASRET 2014\07-YA

10
Vol. 3 | No. 1 | Maret 2014 | Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia 62 Yanti, Persepsi Mahasiswa, Dosen Dan Bidan Pembimbing Tentang Model Pembelajaran Klinik Kebidanan Yang Ideal Korespondensi: [email protected] dan [email protected] PERSEPSI MAHASISWA, DOSEN DAN BIDAN PEMBIMBING TENTANG MODEL PEMBELAJARAN KLINIK KEBIDANAN YANG IDEAL Yanti, Ova Emilia, Mora Claramita * Program D-III Kebidanan, Stikes Estu Utomo. Boyolali ** Program Studi S2 IKM, ABSTRACT Background: A large number graduates of midwife even now accompanied with low competency isues in associated with quality of clinical learning . Now implementation of clinical learning with caseload model has problems. Clinical learning model in clinical practice that student, teacher and clinical midwife experienced provide greater insight to develop an effective clinical teaching strategy in midwifery education. Aim: The main objective of this study was to investigate student midwife, teacher and clinical midwife’ insight about an ideal clinical learning model in midwifery education. Method: A qualitative study by Focus Group Discussion (FGDs). By selected randomly, this study was conducted 32 from 76 final year midwifery students at Estu Utomo Boyolali Midwifery Academy, 14 lecturer and 13 clinical midwife who involve in Estu Utomo Boyolali Midwifery Academy clinical practice program at 2013-2014. There are 4 groups of student midwife, 2 groups of lecturer and 2 groups of clinical midwife. FGDs were arranged in 3 session differently between students, lecturer and clinical midwife. FGDs were facillitated by researcher and 3 research assistant. Data were analyzed using Atlas.Ti 6.1 software to support the coding process and identifying the main categories from verbatim transcripts. Results and Discussion: Six themes emerged from the focus group data, “student caseload”, “duration of clinical practice”, “clinical placement”, “clinical mentorship”, “documentation”, and “clinical assessment”. From the sixth themes,demonstrated that an ideal clinical learning model in midwifery education to design preparation clinical learning should consider about that components. An ideal clinical learning model in midwifery education should give priority to quality than quantity especially the sugest to decrease student caseload. Conclusion: This study showed that midwife student, teacher and clinical midwife suggest that clinical learning model should give priority to quality than quantity to gain midwifery care competence. Clinical learning model therefore applied with student caseloading that each student have different need. They are suggest that midwifery clinical learning should be consistent with the midwifery care philosophy “women center care” that provide midwifery continuity of care. Keywords: midwifery clinical learning, midwifery care, clinical practice, student and midwife perspective.. ABSTRAK Latar belakang: Banyaknya lulusan bidan saat ini dibarengi dengan isu kurangnya kompetensi lulusan yang sering dikaitkan dengan kualitas pembelajaran klinik. Pembelajaran klinik dengan model beban kasus saat ini mengalami berbagai kendala dalam implementasinya. Pengalaman dalam implementasi model pembelajaran klinik yang dirasakan oleh mahasiswa, dosen maupun bidan pembimbing klinik memberikan kontribusi terbesar untuk pengembangan strategi pembelajaran klinik yang efektif dalam pendidikan kebidanan. Tujuan: Untuk menggali pendapat mahasiswa kebidanan, dosen dan bidan pembimbing tentang model pembelajaran klinik kebidanan yang ideal untuk pencapaian kompetensi asuhan kebidanan oleh mahasiswa.

Transcript of E:\JURNAL BPK\MASRET 2014\07-YA

Vol. 3 | No. 1 | Maret 2014 | Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia62

Yanti, Persepsi Mahasiswa, Dosen Dan Bidan Pembimbing Tentang Model Pembelajaran Klinik Kebidanan Yang Ideal

Korespondensi: [email protected] dan [email protected]

PERSEPSI MAHASISWA, DOSEN DAN BIDAN PEMBIMBINGTENTANG MODEL PEMBELAJARAN KLINIK KEBIDANAN YANGIDEALYanti, Ova Emilia, Mora Claramita* Program D-III Kebidanan, Stikes Estu Utomo. Boyolali** Program Studi S2 IKM,

ABSTRACT

Background: A large number graduates of midwife even now accompanied with low competency isues in associatedwith quality of clinical learning . Now implementation of clinical learning with caseload model has problems. Clinicallearning model in clinical practice that student, teacher and clinical midwife experienced provide greater insight todevelop an effective clinical teaching strategy in midwifery education.Aim: The main objective of this study was to investigate student midwife, teacher and clinical midwife’ insight aboutan ideal clinical learning model in midwifery education.Method: A qualitative study by Focus Group Discussion (FGDs). By selected randomly, this study was conducted 32from 76 final year midwifery students at Estu Utomo Boyolali Midwifery Academy, 14 lecturer and 13 clinical midwifewho involve in Estu Utomo Boyolali Midwifery Academy clinical practice program at 2013-2014. There are 4 groupsof student midwife, 2 groups of lecturer and 2 groups of clinical midwife. FGDs were arranged in 3 session differentlybetween students, lecturer and clinical midwife. FGDs were facillitated by researcher and 3 research assistant. Datawere analyzed using Atlas.Ti 6.1 software to support the coding process and identifying the main categories from verbatimtranscripts.Results and Discussion: Six themes emerged from the focus group data, “student caseload”, “duration of clinical practice”,“clinical placement”, “clinical mentorship”, “documentation”, and “clinical assessment”. From the sixththemes,demonstrated that an ideal clinical learning model in midwifery education to design preparation clinical learningshould consider about that components. An ideal clinical learning model in midwifery education should give priorityto quality than quantity especially the sugest to decrease student caseload.Conclusion: This study showed that midwife student, teacher and clinical midwife suggest that clinical learning modelshould give priority to quality than quantity to gain midwifery care competence. Clinical learning model thereforeapplied with student caseloading that each student have different need. They are suggest that midwifery clinical learningshould be consistent with the midwifery care philosophy “women center care” that provide midwifery continuity ofcare.

Keywords: midwifery clinical learning, midwifery care, clinical practice, student and midwife perspective..

ABSTRAK

Latar belakang: Banyaknya lulusan bidan saat ini dibarengi dengan isu kurangnya kompetensi lulusan yangsering dikaitkan dengan kualitas pembelajaran klinik. Pembelajaran klinik dengan model beban kasus saat inimengalami berbagai kendala dalam implementasinya. Pengalaman dalam implementasi model pembelajaran klinikyang dirasakan oleh mahasiswa, dosen maupun bidan pembimbing klinik memberikan kontribusi terbesar untukpengembangan strategi pembelajaran klinik yang efektif dalam pendidikan kebidanan.Tujuan: Untuk menggali pendapat mahasiswa kebidanan, dosen dan bidan pembimbing tentang modelpembelajaran klinik kebidanan yang ideal untuk pencapaian kompetensi asuhan kebidanan oleh mahasiswa.

Vol. 3 | No. 1 | Maret 2014 | Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia 63

Yanti, Persepsi Mahasiswa, Dosen Dan Bidan Pembimbing Tentang Model Pembelajaran Klinik Kebidanan Yang Ideal

Metode: Penelitian kualitatif melalui diskusi kelompok terfokus (DKT). Dengan menyeleksi secara acak, penelitianini melibatkan 32 orang dari 76 mahasiswa tingkat akhir, 14 dosen dan 13 bidan pembimbing klinik yang terlibatdalam program praktik klinik Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali tahun 2013-2014. Ada 4 kelompokmahasiswa, 2 kelompok dosen dan 2 kelompok bidan pembimbing klinik. DKT dilakukan melalui 3 sesi yangberbeda antara kelompok mahasiswa, dosen dan bidan pembimbing. DKT difasilitasi oleh peneliti sendiri dibantu3 orang tenaga penelitian. Analisis data menggunakan software Atlas.Ti 6.1, untuk melakukan proses koding dankategori dari transkrip verbatim.Hasil dan Pembahasan: Ada 6 tema yang dihasilkan dari DKT untuk menggali persepsi mahasiswa, dosenmaupun bidan pembimbing tentang model pembelajaran klinik kebidanan yang ideal yaitu : “target kasus”,“durasi praktik klinik”, “penempatan klinik”, “bimbingan klinik”, “dokumentasi laporan”, dan “penilaian praktikklinik”. Dari ke-6 tema yang muncul, menunjukkan bahwa model pembelajaran klinik kebidanan yang idealsebaiknya memperhatikan komponen-komponen tersebut yang dirancang dengan baik dalam persiapan praktikklinik. Model pembelajaran klinik kebidanan yang ideal diharapkan lebih mengutamakan kualitas dibandingkuantitas terutama usulan untuk menurunkan target kasus.Kesimpulan: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa, dosen maupun bidan pembimbing klinikmengusulkan model pembelajaran klinik yang lebih mengutamakan kualitas daripada kuantitas untuk mencapaikompetensi asuhan kebidanan. Mereka mengusulkan agar pembelajaran kinik kebidanan dengan menggunakanmodel beban kasus yang disesuaikan kebutuhan masing-masing mahasiswa, yang sejalan dengan filosofi kebidanandengan memfasilitasi asuhan kebidanan berkelanjutan.

Kata Kunci: pembelajaran klinik kebidanan, asuhan kebidanan, praktik klinik, persepsi mahasiswa dan bidan pembimbing klinik.

LATAR BELAKANG

Pengalaman praktik klinik menyediakan kesempatanbelajar yang memungkinkan pencapaian kompetensiketerampilan klinik keperawatan/kebidanan sebagaihasil pembelajaran.1 Pembelajaran klinik merupakansuatu cara untuk membantu peserta didik menerapkanpengetahuan mereka pada problem praktis lapangan.2

Dalam pembelajaran klinik peserta didik dapatmenerapkan ilmu asuhan keperawatan pada kasus-kasusyang ditangani serta mendapatkan kesempatan untukmempraktekkan teori-teori keterampilan yang telahdipelajari. Semakin banyak jenis kasus yang ditemui diklinik, peserta didik akan semakin banyak mendapatkanpengalaman untuk menerapkan ilmu serta melatihketerampilan yang mendasari peningkatan kemampuanprofesionalnya.3

Praktik klinik merupakan bagian integral dalamkurikulum kebidanan. Selama praktik klinik mahasiswakebidanan menerapkan teori, mengembangkanketerampilan dan membangun kompetensi mereka4,5

serta mengembangkan identitas profesional.5,6 Selamapraktik klinik mahasiswa kebidanan belajar secaratradisional melalui sebuah hubungan siswa-pembimbing(student-preceptor relationship).6

Beberapa faktor perlu diperhitungkan saat akanmerencanakan program kegiatan praktik klinik.Menurut Schweek dan Gebbie, praktek klinik merupa-kan “the heart of the total curriculum plan”.3 Hal ini berartiunsur yang paling utama dalam pendidikan keperawatanadalah bagaimana proses pembelajaran dikelola di lahanpraktek. Kerr dalam Quinn menyata-kan bahwakurikulum mempengaruhi pendidikan kebidanandengan mengakomodasi prinsip-prinsip penting untukperencanaan pendidikan dalam sebuah format yangmampu diterjemahkan dalam kegiatan praktik klinik.7

Dalam merencanakan persiapan praktik klinik bagisiswa, perlu diperhitungkan struktur maupun lamapraktik klinik serta pengaruh dari model pembelajaransaat ini terhadap pengalaman belajar siswa.8

Kurikulum berdasarkan pandangan baru kebidanan9,menekankan pada sebuahperspektif bahwabidan adalahpemberi asuhan dasar dan hubungan bidan-perempuandalam bentuk kemitraan yang tidak terstruktur yangterpelihara melalui hubungan yang berkelanjutan.Pandangan kebidanan yang baru ini secara ideologiselaras dengan tujuan dari kurikulum pendidikan bidan

Vol. 3 | No. 1 | Maret 2014 | Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia64

Yanti, Persepsi Mahasiswa, Dosen Dan Bidan Pembimbing Tentang Model Pembelajaran Klinik Kebidanan Yang Ideal

maupun standar kompetensi kebidanan yang digunakanuntuk menilai siswa.

Model pembelajaran praktik klinik kebidanan yangditerapkan pada Program Pendidikan DIII Kebidanandi Indonesia selama ini adalah model beban kasus,dengan memberikan sejumlah target kasus kepadamahasiswa.10,11 Dalam struktur kurikulum DIIIKebidanan9, model asuhan kebidanan yang diterapkandalam pencapaian target kasus dilaksanakan melalui tigakali praktik klinik kebidanan (PKK) selama masa studi,yang terdistribusi pada tiga semester (III, IV & V). Targetkompetensi pada masing-masing tahap PKK disesuaikandengan mata kuliah asuhan kebidanan yang sudahdiberikan di kelas. Mahasiswa ditempatkan di lahanpraktik dengan mengikuti pola alokasi praktik klinikkebidanan (8 – 10 minggu setiap semester), dengan totalSKS sebesar 15 SKS atau setara 720 jam. Jumlah jamtersebut masih sangat jauh dibandingkan standarminimal ICM (1800 jam), dimana 80% penempatanklinik pada tahun ke-tiga studi.12

Praktik dengan beban kasus membantu perkembangansiswa untuk berkesempatan bekerja secara mandiridengan pengawasan tidak langsung. Beban kasusmemaparkan mahasiswa untuk mengalami kesempatanbelajar melalui bekerja dalam kontek kehidupan nyatadengan sekelompok perempuan yang dikenal sepanjangrentang reproduksinya. Perjalanan perempuan yangdiikuti mahasiswa akan menumbuhkan rasa percaya dirisebagai pemberi asuhan, memfasilitasi penerapan teorike dalam praktik, penguasaan keterampilan, berfikirrefleksi serta merasa kompeten dalam praktik.13

Dari literatur-literatur yang ada, menyatakan kurangnyainformasi tentang model pembelajaran klinik denganbeban kasus bagi mahasiswa. Tidak ada bukti yang cukupmengenai ketentuan jumlah kasus dalam memfasilitasipengalaman belajar keterampilan klinik bagi siswabidan.14

Tujuan penelitian ini adalah untuk menggali pendapatdari mahasiswa, dosen dan bidan pembimbing klinikmengenai model pembelajaran klinik kebidanan yangideal berdasarkan pengalaman menerapkan modelpembelajaran klinik beban kasus selama ini.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif mengacupada Focus Groups: A Practical Guide for Applied Research15,yang digunakan untuk menggali pendapat mahasiswa,dosen dan bidan pembimbing tentang model pembelajar-an klinik kebidanan yang ideal untuk mencapaikompetensi asuhan kebidanan pada mahasiswa.

Sejak semester III mahasiswa kebidanan sudah mulaimelaksanakan praktik klinik kebidanan (PKK) denganditempatkan di tempat bidan praktik mandiri (BPM)yang sebagian besar tersebar di wilayah KabupatenBoyolali. Pada saat akhir program perkuliahan (semesterVI), mahasiswa diundang untuk mengikuti diskusikelompok terfokus guna menggali pendapat merekatentang pengalaman pembelajaran praktik klinikkebidanan selama ini dan pendapat tentang modelpembelajaran klinik kebidanan yang mereka anggapideal.

Penelitian ini melibatkan 32 orang dari 76 mahasiswatingkat akhir Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolalitahun 2013, 14 dosen dan 13 bidan pembimbing klinikdari organisasi profesi (IBI Cabang Boyolali). Seluruhresponden adalah mereka yang terlibat dalam programpembelajaran praktik klinik kebidanan AkademiKebidanan Estu Utomo Boyolali tahun 2012-2013.

Diskusi kelompok dilakukan melalui 3 sesi yang berbedaantara kelompok mahasiswa, dosen dan bidanpembimbing. Ada 4 kelompok mahasiswa, 2 kelompokdosen dan 2 kelompok bidan pembimbing klinik.Jalannya diskusi kelompok terfokus difasilitasi oleh timpeneliti terdiri daripeneliti sendiridibantu 3orang tenagapenelitian dengan kualifikasi pendidikan terakhir D4Bidan Pendidik yang sudah dilatih sebelumnya.

Topik yang dibahas dalam diskusi kelompok terfokusterdiri dari 8 pertanyaan terbuka yang berhubungandengan pendapat tentang model pembelajaran praktikklinik kebidanan yang ideal untuk pencapaiankompetensi asuhan kebidanan mahasiswa. Topik-topikyang digunakan untuk menstimulasi diskusi kelompoktersebut yaitu:1. Bagaimana pengalaman belajar melalui praktik

klinik dengan model beban kasus selama ini (50asuhan kebidanan bersalin, 100 asuhan kebidananhamil)?

Vol. 3 | No. 1 | Maret 2014 | Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia 65

Yanti, Persepsi Mahasiswa, Dosen Dan Bidan Pembimbing Tentang Model Pembelajaran Klinik Kebidanan Yang Ideal

2. Bagaimana pendapat saudara tentang modelpembelajaran klinik kebidanan beban kasusselama ini bila dikaitkan dengan filosofi asuhankebidanan?

3. Berapa jumlah kasus yang ideal untuk pencapaiankompetensi asuhan kebidanan mahasiswa?

4. Bagaimana pendapat saudara tentang setingpraktik klinik kebidanan yang ideal untukpencapaian kompetensi asuhan kebidananmahasiswa?

5. Berapa lama waktu praktik klinik kebidananuntuk pencapaian kompetensi asuhan kebidananmahasiswa?

6. Bagaimana seharusnya model bimbingan klinikdalam praktik klinik kebidanan?

7. Bagaimana seharusnya dokumentasi asuhankebidanan dalam pembelajaran praktik klinikkebidanan dibuat?

8. Bagaimana seharusnya metode penilaianterhadap kompetensi praktik klinik kebidanan?

Dua pertanyaan pertama digunakan untuk menggalipendapat tentang model pembelajaran praktik klinikkebidanan dengan beban kasus yang digunakan selamaini. Hal itu untuk menstimulasi gagasan yang diharapkanmuncul dari peserta tentang model pembelajaran praktikklinik kebidanan yang ideal 6 pertanyaaan berikutnya).

Diskusi kelompok terfokus direkam dengan tape recorderdan ditranskripsi secara verbatim oleh asisten penelitian.Transkrip dianalisis menggunakan teknik analisis isisecara induktif (inductive content analysis) oleh 3 orangyaitu peneliti, dosen pembimbing praktik klinik, danasisten peneitian. Sebelumnya dilakukan penjelasantentang tujuan penelitian dan bagaimana penggunaansoftware Atlas-Ti versi 6 kepada ketiga orang tersebut.Selanjutnya masing-masing coder bekerja secaraindependen untuk melakukan analisis transkrip danmembuat koding ke dalam kategori utama yang sesuai(dalam 6 pertanyaan yang diajukan) serta mencoba untukmengklasifikasikan ke dalam sub-kategori di dalamnya.16

Untuk menyelesaikan proses koding, dilakukanpertemuan ketiga orang coderuntuk mendiskusikan hasilkoding masing-masing sampai mencapai kesepakatan.

Kesimpulan dari hasil analisis disebarkan kepada seluruhpartisipan diskusi kelompok terfokus untuk dilakukanpengecekan kebenaran dan keabsahan komentar-komentar yang telah dibuat. Tiga orang asisten penelitianmenyebarkan kepada kelompok mahasiswa secaralangsung di kelas. Member checkingpada kelompok dosendan pada kelompok bidan pembimbing dilakukan olehpeneliti sendiri secara langsung setelah transkrip selesaiditulis. Rancangan penelitian ini telah mendapatkanpersetujuan etik dari Akbid Estu Utomo Boyolali.

HASIL

Diskusi kelompok terfokus baik dari mahasiswa, dosenmaupun bidan pembimbing menghasilkan 1016 isuyang diidentifikasi dari 8 transkrip (4 dari kelompokmahasiswa, 2 dari dosen, dan 2 dari bidan pembimbing).Dari 6 kategori utama yang ditetapkan, setelah dilakukan3 kali perumusan oleh ketiga coder, maka dapat dilapor-kan ringkasan hasil diskusi kelompok terfokus yangdisajikan pada Tabel 1. Beberapa isu penting yang sangatmenarik hasil rekaman diskusi kelompok terfokusdisebutkan dalam tulisan ini.

Dalam proses pengecekan hasil DKT terhadap pesertahanya ditemukan komentar minor yaitu tentang harapandiubahnya model pembelajaran praktik klinik kebidananyang berorientasi pada kualitas dibandingkan kuantitas(jumlah kasus). Komentar-komentar tersebut telahdiintegrasikan dalam hasil akhir DKT.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa,dosen maupun bidan pembimbing klinik menginginkanperubahan model pembelajaran klinik yang lebihmengutamakan kualitas daripada kuantitas untukmencapai kompetensi asuhan kebidanan. Ada enamtema yang diwacanakan oleh mahasiswa, dosen maupunbidan pembimbing klinik tentang model pembelajaranklinik kebidanan yang ideal, yaitu: “target kasus”, “durasipraktik klinik”, “penempatan klinik”, “bimbinganklinik”, dan “dokumentasi laporan”.

Vol. 3 | No. 1 | Maret 2014 | Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia66

Yanti, Persepsi Mahasiswa, Dosen Dan Bidan Pembimbing Tentang Model Pembelajaran Klinik Kebidanan Yang Ideal

Tabel 1. Isu-isu tentang model pembelajaran kinik kebidanan yang ideal dari perspektif mahasiswa, dosen,dan bidan pembimbing hasil diskusi kelompok terfokus.

1. Target Kasus

Baik mahasiswa, dosen maupun bidan pembimbingklinik hampir seluruhnya menyatakan bahwa modelasuhan kebidanan pada pembelajaran praktik klinikdengan target kasus selama ini sangat memberatkan danhanya berorientasi pada kuantitas dibanding kualitas.Untuk itu dari ketiga kelompok mengharapkan adanyamodel pembelajaran klinik kebidanan dengan jumlahkasus tertentu namun cukup bermakna dalam pen-capaian kompetensi mahasiswa.

a. MahasiswaMahasiswa menyatakan bahwa model asuhankebidanan pada pembelajaran praktik klinikdengan target kasus selama ini sangat memberat-kan dan hanya berorientasi pada kuantitas

dibanding kualitas. Mereka mengharap-kan agartarget kasus diturunkan dan kalau memungkin-kan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing maha-siswa untuk mencapai kompetensi.Berikut komentar mahasiswa tentang ketidak-setujuannya terhadap model pembelajaran klinikdengan target kasus selama ini:“Beratus-ratus askeb itu terlalu berlebihan, karenakenyataannya dilahan kan sekali kita praktek itugak nyampe segitu itu loh.. harusnya menurut sytargetnya gak perlu banyak-banyak disesuaikandengan kebutuhan masing-masing kita (maha-siswa), misalnya saya cukup dengan melakukan5 kali ANC udah merasa kompeten (....), tapiyang lain mungkin butuh 10-15 kali...” (Mhs/2/2)

Vol. 3 | No. 1 | Maret 2014 | Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia 67

Yanti, Persepsi Mahasiswa, Dosen Dan Bidan Pembimbing Tentang Model Pembelajaran Klinik Kebidanan Yang Ideal

b. BidanKelompok bidan pembimbing menyatakanbahwa model beban kasus yang diterapkankurang dihayati karena mahasiswa hanya mem-berikan bukti tulisan (laporan askeb). Merekamengharapkan agar selama praktik klinik,mahasiswa dibebani dengan kasus nyata dilapangan sebagai bentuk pembelajaran klinikasuhan kebidanan.

“.....Jadi model pembelajaran dengan ngumpul-kan askeb kehamilan, persalinan tu pada kenyata-annya ndak dihayati, hanya nulis saja nulispunhanya dituliskan orang lain atau foto kopi. ...Mereka (mahasiswa) sebelum lulus itu harusnyabetul-betul kompeten di kasus, tidak di modelaja tetapi juga pada kasus di lapangan...”(Bdn/1/1)

c. DosenDisisi lain, dosen pembimbing juga memberikankomentar yang senada tentang ketidaksetujuan-nya dengan model pembelajaran klinik ke-bidanan dengan target kasus selama ini. Modelpembelajaran klinik kebidanan yang terpotong-potong dalam 3 kali PKK dinilai kurang ber-makna dalam menanamkan pemaham-an kepadamahasiswa tentang bagaimana dan seperti apaasuhan kebidanan dijalankan. Mereka meng-harapkan adanya model pembelajaran klinikkebidanan dengan memberikan asuhan kebidan-an yang sejalan dengan filosofi asuhan kebidanan.

“...Sebenarnya sudah lama saya tidak setujudengan model pembelajaran klinik target kasussaja, karena kenyataannya mahasiswa jarangsekali paling hanya 1 2 saja yang mencapai targettersebut. Sebaiknya dibuat seperti di Australia tuya, pembelajaran kliniknya sejalan dengan filosofiasuhan kebidanan pake model continuity of care...”(Dsn/3/1)

2. Durasi Praktik KlinikDari sisi durasi praktik klinik, seluruh peserta DKT baikdari kelompok mahasiswa, dosen maupun bidanmengusulkan adanya penambahan alokasi waktu diklinik. Setiap periode praktik klinik minimal dialokasi-kan 3 bulan dengan harapan dapat praktik memberikan

asuhan kebidanan secara berkelanjutan terhadap kasus(hamil, bersalin, nifas).

a. MahasiswaKelompok mahasiswa merasa durasi praktik klinikselama ini masih kurang. Mereka mengusulkan agarlama praktik klinik ditambah agar dapatmemberikan asuhan kebidanan kepada setiap kasussecara berkelanjutan dari hamil, bersalin hinggamasa nifas.

“....Sangat kurang kalau hanya 1-1½ bulan, barumau bisa melakukan satu perasat eh udah ditarik.Minimal ya 3 bulan itu baru bisa memberi asuhankebidanan secara berkelanjutan sejak hamil (TMIII) sampai nifas...”(Mhs/4/3)

b. Bidan dan dosen

Menurut bidan dan dosen, praktik klinikkebidanan minimal selama 3 bulan untukmemfasilitasi keterampilan memberikan asuhankebidanan secara menyeluruh. Berikut salah satukomentar bidan tentang usulan durasi praktikklinik kebidanan:

“...paling nggak dalam 1 semester itu ada 6 bulan,3 bulan untuk praktek, 3 bulan untuk teori. Sepertipada waktu jaman saya dulu.. jadi kita melakukanasuhan itu betul-betul tuntas....(Bdn/6/2)

3. Penempatan Klinik

a. MahasiswaMenurut pendapat mahasiswa, kompetensiasuhan kebidanan akan lebih mudah dicapai bilamereka ditempatkan di bidan komunitas (bidandesa) dan tidak perlu dilakukan rolling (rotasi).“....: Pengalaman enak itu kalo di bidan desa bu,kita banyak pengalaman macam-macam, karenakita kan sering diajak kunjungan ke rumah-rumah, posyandu, selain itu juga ee..bu bidannyaitu lebih banyak waktu untuk mendampingi kitakalo pas ANC, menolong persalinan dankunjungan nifas bu..”(Mhs/5/2)

b. Bidan

Hal yang sama juga disampaikan oleh kelompokbidan pembimbing.

Vol. 3 | No. 1 | Maret 2014 | Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia68

Yanti, Persepsi Mahasiswa, Dosen Dan Bidan Pembimbing Tentang Model Pembelajaran Klinik Kebidanan Yang Ideal

“... ditempatkan di bidan desa atau bidan praktikmandiri tidak perlu diroling ke rumah sakit, kanbutuhnya asuhan fisiologis prinsipnya. ...selamamahasiswa itu menempati disatu tempat ya..tidakberpindah-pindah dalam jangka waktu 3 bulanminimal..” (Bdn/6/2)

c. DosenKelompok dosen menambahkan usulan agarpenempatan klinik idealnya 1-2 mahasiswa disetiap bidan desa.“....idealnya 1-2 mahasiswa di setiap bidan praktikmandiri, dengan begitu mahasiswa akanmemperoleh kasus yang memadai denganbimbingan yang intensif...”(Dsn/1/1)

4. Bimbingan Praktik Klinik

a. MahasiswaKelompok mahasiswa sangat mengharapkanbimbingan klinik yang intensif dan lebih banyakdiberi kesempatan berlatih keterampilan yangmenjadi target kompetensi mereka.“....dalam praktik klinik kebidanan kita (maha-siswa) mengharapkan bimbingan dari ibu bidansecara intensif..dan sering diberi kesempat-anmelakukan sendiri (keterampilan) sambildidampingi gitu...kalo belum benar diberitahubaik-baik...(Mhs/8/4)

b. DosenDari pihak dosen mengusulkan bimbingandengan model kemitraan, dimana mahasiswasebagai calon bidan diperlakukan sebagai mitrabidan yang dapat membantu tugas-tugas bidan.“....mahasiswa kan bisa membantu tugas-tugasbidan, jadi mungkin dengan bimbingan modelkemitraan akan lebih membuat mahasiswa mera-sa nyaman dan diperhitungkan...”(Dsn/5/2)

5. Dokumentasi Laporan

a. MahasiswaMahasiswa menghendaki dokumentasi laporanasuhan kebidanan dalam pembelajaran praktikklinik berupa bukti target keterampilan tertentuyang telah kuasai oleh mahasiswa dan beberapalaporan asuhan kebidanan panjang dari kasusyang benar-benar dilakukan.

“....meski nulis laporan adalah hal yang palingtidak menyenangkan, tetapi kalau menulis yangbenar-benar dikerjakan kan enak, tidak perlumengarang banyak-banyak... misal askeb bumilA dari hamil sampai bersalin sampai nifaspungakpapa....sama mungkin bukti pencapaianketerampilan saja kali ya...”(Mhs/7/1)

b. BidanDari kelompok bidan juga mengusulkan bentukdokumentasi laporan berupa laporan asuhankebidanan panjang berdasarkan kasus yang telahdiberikan asuhan oleh mahasiswa.

“....daripada hanya minta data pasien untukdibuat laporan palsu, mendingan buat 2/3laporan askeb panjang dari askeb hamil sampaibersalin sampai nifas itu malah lebih bagus...(Bdn/4/1)

c. DosenKelompok dosen menambahkan dokumenberupa portofolio atau log book, yang dapat diguna-kan untuk membantu melatih mahasiswa berfikirrefleksi.“....mahasiswa perlu membuat portofolio atausemacam diary, ini akan sangat membantumahasiswa berfikir refleksi...pengalaman apa yangtelah diperoleh, kendala apa yang dihadapi bisadituliskan disini...”(Dsn/2/2)

6. Penilaian Praktik Klinik

a. MahasiswaMahasiswa mengharapkan penilaian klinik yangobyektif bagi masing-masing mahasiswa melaluikontrak evaluasi yang dibuat oleh mahasiswa saatsudah merasa siap dievaluasi.

“....penilaian sebaiknya obyektif satu persatumahasiswa dilihat pasti beda-beda...kalo pas udahsiap dinilai lebih enjoy kan jadi pede...”(Mhs/3/2).

b. DosenDosen mengusulkan bahwa penilaian praktikklinik dengan berbagai cara untuk memotretkeseluruhan kompetensi klinik yang dicapaimahasiswa.“....tidak cukup dengan satu format saja kemudiansudah dianggap nilai keseluruhan (praktik

Vol. 3 | No. 1 | Maret 2014 | Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia 69

Yanti, Persepsi Mahasiswa, Dosen Dan Bidan Pembimbing Tentang Model Pembelajaran Klinik Kebidanan Yang Ideal

klinik)...baiknya penilaian di klinik denganberbagai cara seperti rubrik, checklist, portofoliodll...”(Dsn/1/1)

Hasil penelitian ini didukung hasil penelitian Rawnson,yang menyatakan bahwa komponen jumlah kasus harusdipersiapkan dengan baik dalam perencanaan pem-belajaran praktik klinik yang disesuaikan dengankebutuhan masing-masing mahasiswa.13 Negosiasidilakukan secara perorangan dalam hubungannyadengan kualifikasi akademik maupun perkembanganpersonal dan profesional mahasiswa.18 Di lain pihakGray menyatakan bahwa tidak ada bukti yang cukupmengenai ketentuan jumlah kasus dalam memfasilitasipengalaman belajar keterampilan klinik bagi siswabidan.14

Dari pihak dosen mengusulkan adanya target kasus yangdiikuti mahasiswa untuk diberikan asuhan kebidanansejak hamil, bersalin hingga nifas dimana hal ini sejalandengan filosofi asuhan kebidanan continuity of care.Sebagaimana pernyataan dari ICM, bahwa gunamembekali lulusan agar mampu bekerja berdasarkanfilosofi asuhan kebidanan, maka pola pendidikan bidandiharapkan konsisten dengan filosofi asuhankebidanan.12 Continuity of midwifery care (asuhankebidanan secara terus menerus berkelanjutan), adalahterbangunnya relasi antara seorang perempuan dan bidanuntuk bekerjasama secara kemitraan dalam asuhanselama kehamilan, persalinan dan masa nifas (childbearingcontinuum).19 Dengan model ini, siswa diharapkanmemperoleh pengalaman secara langsung dalammemberikan asuhan kebidanan yang berkelanjutan padaperempuan dengan jumlah kasus tertentu (30 selamamasa studi).20

Durasi waktu praktik klinik yang ideal sebaiknya cukuppanjang, minimal 3 bulan dalam satu periode praktikklinik. Hal ini selaras dengan sistem pendidikankebidanan Australia yang menyatakan bahwa pen-didikan diploma harus distrukturkan sehingga alokasiwaktu praktik klinik lebih lama.21 Selain itu mahasiswadiharapkan memperoleh bimbingan dalam kurun waktuyang cukup lama yakni sepanjang rentang masareproduksi perempuan sejak kehamilan, persalinanhingga masa nifas.14,22 Standar yang dikeluarkan ICMbagi penyelenggara pendidikan Kebidanan, menyatakanbahwa mahasiswa membutuhkan pengalaman klinik

minimal 1500 jam (ICM, 2010), yaitu sekitar 20 jam perasuhan terhadap perempuan.12 Turner dan Walkerberpendapat bahwa alokasi waktu yang lama untukpraktik klinik merupakan elemen dalam mengembang-kan perasaan diakui (belongingness).23,24

Dari perspektif mahasiswa dan bidan pembimbing,penempatan praktik klinik kebidanan sebaiknya di bidankomunitas, dengan pertimbangan tugas-tugas asuhankebidanan akan lebih banyak dilakukan oleh bidan dikomunitas. Hal ini sesuai pendapat Licqurish & Seiboldbahwa asuhan kebidanan yang berkelanjutan terhadapperempuan sejak kehamilan, persalinan dan masa nifashanya dapat dilakukan oleh bidan yang bekerja dikomunitas.21 Selain itu mahasiswa diharapkan dapatberada dekat dengan perempuan yang diberikan asuhanserta setiap saat memperoleh bimbingan dari bidan yangmendampinginya.12,22 Masih menurut Licqurish &Seibold, mahasiswa seharusnya ditempatkan dikomunitas bersama seorang bidan guna memperolehpengalaman yang luas, terutama bagaimana mahasiswabelajar menerapkan model asuhan kebidananberkesinambungan. Jumlah siswa yang dialokasikanuntuk sebuah program praktik klinik seharusnya diaturuntuk menghindari kelebihan alokasi yang membuatsituasi pembelajaran menjadi tidak kondusif.22

Pengalaman praktik klinik seharusnya memungkinkansiswa memperoleh kesempatan untuk mengambiltanggung jawab, bekerja secara mandiri serta menerimaumpan balik dalam praktik mereka.25 Filosofipendidikan kebidanan seharusnya sejalan dengan filosofiasuhan yang diperlukan dalam pembelajaran klinikmelalui pendekatan kemitraan (partnership approach).26

Bidan harus bekerja bersama mahasiswa merupakankebutuhan mendasar yang dapat mempengaruhi apakahmahasiswa akan mengalami kemajuan atau berkembangmenjadi praktisi mandiri.27 Pembimbing dipersiapkandengan baik untuk melakukan pendampinganbimbingan (mentorship ) dan menciptakan sebuahpartnership dalam bekerja.28

Pengumpulan bukti dalam kaitannya denganpengalaman klinis merupakan faktor penting dalamproses pembelajaran.29 Salah satu bentuk catatanperkembangan belajar siswa terkait tujuan pembelajaranklinik adalah dalam bentuk portofolio. Sebagai suatumetode pembelajaran, portofolio dapat mencakup

Vol. 3 | No. 1 | Maret 2014 | Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia70

Yanti, Persepsi Mahasiswa, Dosen Dan Bidan Pembimbing Tentang Model Pembelajaran Klinik Kebidanan Yang Ideal

pekerjaan harian, jurnal kegiatan, catatan belajar yangdidukung oleh alasan yang mengacu pada teori maupunhasil penelitian dimana siswa disarankan dengan bentukyang paling cocok untuk diri mereka sendiri.30

Masukan untuk penilaian praktik klinik agar sebaiknyadilaksanakan di klinik dengan mengkombinasikanberbagai metode termasuk penilaian oleh mahasiswasendiri sebagai bentuk tanggung jawab terhadapkompetensi yang akan dicapai. Kombinasi metodepenilaian yang tergambar dalam portofolio (catatanrefleksi) serta instrumen penilaian kompetensi diikutipenilaian sendiri oleh siswa dibandingkan denganpenilaian oleh penguji, dapat digunakan untukmeningkatkan reliabilitas penilaian kompetensi.31

Penilaian dalam situasi praktik nyata, penilaian dengansimulated patient seluruhnya meningkatkan rasa percayadiri dalam kompetensi siswa.32

KESIMPULAN

Dari enam tema yang dihasilkan dari penelitian inimengingatkan kembali tentang perencanaanpembelajaran klinik dalam program pendidikankebidanan. Hal itu tampak jelas dalam keseluruhan temayang dihasilkan dari persepsimahasiswa, dosen dan bidanpembimbing kinik. Hasil penelitian ini menunjukkanadanya beberapa kemiripan dengan penelitian-penelitiansebelumnya dan mengkonfirmasi kembali beberapafaktor yang harus dipertimbangkan dalam programpembelajaran klinik kebidanan secara umum.

Pendapat, masukan, dan harapan baik dari mahasiswa,dosen maupunbidan pembimbingmemberikan referensiyang sangat berharga untuk program perbaikan modelpembelajaran kinik kebidanan. Keseluruhan pernyataanketiga komponen penting dalam pembelajaran klinikkebidanan ini menginginkan adanya suatu perubahanmodel pembelajaran klinik yang lebih mengutamakankualitas dibanding kuantitas.

Hasil penelitian ini akan sangat berguna bagi institusipendidikan kebidanann dalam merencanakan strategiuntuk meningkatkan efektifitas pembelajaran praktikklinik kebidanan. Hasil penelitian juga akan sangatmembantu institusi pendidikan dalam merencanakankurikulum pendidikan kebidanan terutama dalampembelajaran klinik dengan melibatkan berbagai unsurterkait.

DAFTAR PUSTAKA

1. Royal College of Nursing. Helping Students Get theBest from Their Practice Placements: A Royal Collegeof Nursing Toolkit. RCN. London, 2002.

2. White R, and Ewan, C.E. Clinical Teaching inNursing, London, Chapman Hall, 1991.

3. Reilly, D. E. & Oermann, M. H. Clinical teaching innursing education (2nd ed.). New York: NationalLeague for Nursing, 1992.

4. Tabari Khomeiran, R., Yekta, Z.P., Kiger, A.M. &Ahmadi, F.Professional competence: Factorsdescribed by nurses as influencing their development.International Nursing Review. 2006; 53(1): 66-72.

5. Burns, I. & Paterson, I.M. Clinical practice andplacement support: Supporting learning in practice.Nursing Education in Practice. 2005; 5(1):3-9.

6. Ullrich, S. First birth Stories of student midwives:Keys to professional affective socialisation. Journal ofMidwifery & Women’s Health. 2004; 49(5): 390-397.

7. Quinn, FM. The principles and practice of nurseeducation. 3rd edition. Cheltenham: Nelson Thornes,2001.

8. Levett Jones, T., Lathlean, J., McMillan, M. andHiggins, I. Staff student relationships and their impacton nursing students’ belongingness and learning.Journal of Advanced Nursing, 2012; 26 (2).

9. Page, L.A. One-to-one midwifery: Restoring the ‘withwoman’ relationship in midwifery. Journal ofMidwifery & Women’s Health Online, 2003; 48.

10. Depkes RI. Kurikulum Pendidikan D-III kebidanan.Jakarta: Depkes RI, 2002.

11. Sofyan, Mustika. 50 Tahun Ikatan Bidan IndonesiaBidan Menyongsong Masa Depan, PP-IBI. Jakarta,2006.

12. International Confederation of Midwives (ICM).Global Standards for Midwifery Education. (Internet)2011 (cited 2012 April 22). Available from:www.internationalmidwives.org/Documentation/ICMGlobalStandardsCompetenciesandTools/

13. Rawnson S., Fry J., Lewis P. Student caseloading:embedding the concept within education. BJM. 2008;16(10): 636–41.

14. Gray J., Leap N., Sheehy A., Homer C.S.E. The‘follow-through’ experience in three-year Bachelor ofMidwifery programs in Australia: A survey ofstudents. Nurse Education in Practice. 2012; 12: 258-263.

15. Krueger RA: Focus Groups: A Practical Guide forApplied Research. Sage Publications: California.1988.

Vol. 3 | No. 1 | Maret 2014 | Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia 71

Yanti, Persepsi Mahasiswa, Dosen Dan Bidan Pembimbing Tentang Model Pembelajaran Klinik Kebidanan Yang Ideal

16. Elo S, Kyngäs H: The qualitative content analysisprocess. J Adv Nurs. 2008; 62:107–115.

17. Fraenkel JR, Wallen NE: How to Design and EvaluateResearch in Education. 8th edition. New York:McGraw-Hill, 2009; 485–494.

18. Rawnson S., Fry J., Buxton C., Woolfenden E.Looking to the future: but starting now! [Workshopreport] MIDIRS Midwifery Digest, 2005; 15(suppl2): S19–S21

19. Australian College of Midwives (ACM). ACMPhilosophy for Midwifery. (Internet). 2007. (cited2012 maret 21). Availabel from: http://www. midwives.org.au/AboutUs/ACM Philosophy forMidwifery/tabid/256/Default.aspx

20. Seibold, C. The experiences of a first cohort of Bachelorof Midwifery students, Victoria, Australia. AustralianMidwifery Journal. 2002; 18(3): 9 -16.

21. Australian Senate. The patient profession: time for action .Report of the review of the Senate Community AffairsCommittee on the Inquiry into Nursing 2002.(Internet). 2006. (cited 2012 Des 20). Availabel from:http://www.apa.gov.au/senate/committee/clac_ctte/nursing/report/contents.html

22. Licqurish, S. & Seibold, C. Bachelor of Midwiferystudents’ experiences of achieving competencies: Therole of the midwife preceptor. Midwifery. 2008;24(4): 480-489.

23. Turner, C., Davies, E., Beattie, H., Vickerstaff, J. andWilkinson, G. Developing an innovative under-graduate curriculum: responding to the 2002 NationalReview of Nursing Education in Australia. Collegian.2006; 13(1):5 12.

24. Walker, K. Postmodern pedagogy and the nursingcurriculum: collaborating for excellence. Collegian.2005; 12(4):36 40.

25. Löfmark, A. Carlsson, M. Wikblad, K. Student nurses’perception of independence of supervision duringclinical nursing practice. Journal of Clinical Nursing.2001; 10: 86-93.

26. Potgieter, E, Dürrheim, M & Du Toit, HS. Only StudyGuide for Health Sciences Education. HSE201-P.Pretoria: University of South Africa. 2000.

27. Myrick, F. & Yonge, O. Enhancing critical thinkingin the preceptorship experience in nursing education.Journal of Advanced Nursing. 2004; 45(4): 371-380.

28. Royal College of Nursing. Guidance for mentors ofnursing students and midwives. A Royal College ofNursing Toolkit. RCN, London. 2009.

29. Stuart CC. Assessment, supervision and support inclinical practice. 2 th ed. Edinburgh: ChurchillLivingstone. 2007.

30. Howarth, A. The portfolio as an assessment tool inmidwifery education. British Journal of Midwifery.1999; 7(4):.327-329.

31. McMullan, M. R., Endacott, R., Gray, M.A., Jasper,M., Miller, C.M.L., Scholes, J. & Webb, C. Portfoliosand assessment of competence: a review of theliterature. Journal of Advanced Nursing. 2003; 41(3):283-294.

32. Norman, J., Watson, R., Murrells, T., Calman, L., &Redfern, S. The validity and reliability of methods toassess the competence to practise of pre-registrationnursing and midwifery students. International Journalof Nursing Studies. 2002; 39(2): 133-145.