efek kecepatan pembebanan pada bahan baja terhadap ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of efek kecepatan pembebanan pada bahan baja terhadap ...
Jurnal Ilmiah ³0(.$1,.´ Teknik Mesin ITM, Vol. 4 No. 1, Mei 2018 : 34 - 43
34
EFEK KECEPATAN PEMBEBANAN PADA BAHAN BAJA
TERHADAP KEKUATAN TARIK IMPAK
Ahmad Marabdi Siregar
1, Juliansyah Fauzan Nasution
2
1),2)Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik University of Muhammadiyah Sumatera Utara
Jalan Kapten Muchtar Basri No.3 Medan 20238 Telp. (061) 6622400
Email: [email protected], [email protected]
ABSTRAK
Dalam proses manufaktur, karakteristik suatu material sangatlah penting. Salah satunya adalah strain rate
(tingkat regangan). Pada tugas sarjana ini, penulis akan membahas pembebanan terhadap kekuatan tarik
pada material baja karbon rendah yang memiliki kadar karbon 0,01% sampai 0,25%. Metode pengujian
yang digunakan ialah dengan menggunakan metode Split Hopkinson Pressure Bar terhadap kekuatan
beban tarik yang memberikan tumbukan (impact) pada material baja yang diuji. Spesimen baja yang
digunakan kedua ujungnya dibentuk ulir sebagai penahan input dan output bar dan menggunakan collar
sebagai penerus beban tekan pada saat melakukan pengujian. Karena adanya ketidaksesuaian dalam
pencapaian proses pengujian terutama pada sensor rekam (strain gauges), maka penulis melakukan
penelitian dengan menggunakan variasi beban terhadap spesimen uji.. Dari hasil penelitian yang didapat,
pada beban 8, 9, 10 kg/cm2 baja yang merupakan spesimen uji tidak mengalami titik putus atau patah
(fracture) melainkan mengalami buckling (penekukkan). Hal tersebut terjadi karena pada nilai beban 8, 9,
10 kg/cm2, baja karbon rendah memiliki sifat mekanik yang tangguh (toughness) dan liat (ductile)
terhadap pembebanan tersebut.
Kata kunci : split hopkinson pressure bar, impact, buckling.
PENDAHULUAN Pada era modern saat ini, teknologi
semakin berkembang dan sudah merupakan
suatu keperluan untuk membantu manusia
dalam menyelesaikan pekerjaannya. Para
peneliti sering menguji sifat kekuatan suatu
material untuk perhitungan atau keperluan
data mereka. Sejumlah sifat pada material
tersebut yang diperlukan ialah sifat seperti
sifat kekuatan, kekerasan, kekakuan, keliatan,
maupun keuletan (Ir.Tata Surdia, 1985).
Dimana sifat-sifat mekanik tersebut
merupakan parameter penting untuk
memenuhi suatu kebutuhan di dalam dunia
industri.
Dalam penelitian ini, dilakukan
pengujian dengan metode tarik impak untuk
mengetahui sifat kekuatan suatu material
seperti strain rate dengan metode Split
Hopkinson Pressure Bar dengan
menggunakan bahan baja jenis karbon rendah
sebagai spesimen uji yang akan di analisa.
Karena dasar pemilihan suatu material untuk
membuat suatu konstruksi berdasarkan pada
kekuatan dari material tersebut. Penelitian ini
akan menggunakan metode uji tarik Split
Hopkinson Pressure Bar, karena metode ini
relatif sederhana dengan menggunakan dua
buah bar (input dan output bar) dimana
spesimen uji diletakkan dan dijepit diantara
input bar dan output bar yang diberi
kecepatan pembebanan dinamik yang
bervariasi hingga kedua bar tersebut
mengalami beban impak yang bertujuan
untuk mengetahui bentuk ataupun nilai
regangan tarik terhadap kekuatan tarik impak
pada baja tersebut.
Material Baja
Baja ialah logam yang merupakan
perpaduan antara besi (Fe) dan karbon (C).
Besi (Fe) merupakan unsur dasar pada baja
yang memiliki titik cair 1538°C. Kandungan
unsur karbon yang dipadu pada baja antara
0,002 % sampai 2,1 %. Baja termasuk salah
satu logam yang memiliki sifat yang keras,
liat, dan tahan karat. Baja juga merupakan
material logam yang paling banyak dan
umum digunakan di dunia industri. Hal ini
dikarenakan baja memiliki sifat yang tangguh
(toughness). Ketangguhan ini disebabkan
karena adanya unsur tambahan seperti Cr,
Ni, Si, Mn, yang dapat meningkatkan
kekuatan dari baja (Caroline Cabrera, 2004).
Baja Karbon (Carbon Steel)
Jurnal Ilmiah ³0(.$1,.´ Teknik Mesin ITM, Vol. 4 No. 1, Mei 2018 : 34 - 43
35
Baja karbon merupakan baja yang
mengandung unsur karbon. Baja tanpa kadar
karbon, akan membuat tensile strengthnya
rendah (Ir. Suharto, 1995). Baja karbon juga
terdiri dari beberapa jenis berdasarkan kadar
karbonnya, yaitu :
Baja karbon rendah (Low Carbon Steel)
Baja ini memiliki sifat yang mudah di
tempa dan mudah saat proses machining,
karena memiliki kadar karbon 0,01 % ±
0,25%. Penggunaan baja ini biasanya
digunakan untuk pembuatan part mobil.
Tabel 1 : Kadar karbon rendah
Kadar Karbon Digunakan untuk
0,01% - 0,25 % autoparts mobile
Baja karbon menengah (Medium Carbon
Steel)
Baja ini memiliki kekuatan yang lebih
tinggi daripada baja karbon rendah. Yang
mengandung kadar karbon dari 0,25% sampai
0,70%. Pengunaan baja ini biasanya untuk
membuat peralatan pandai besi, seperti
martil.
Tabel 2 : Kadar karbon menengah
Kadar Karbon Digunakan untuk
0,25% - 0,70% blacksmiths tools
Baja karbon tinggi (High Carbon Steel)
Memiliki Kandungan karbon yang
tinggi, berkisar antara 0,70 % ± 1,50 % C dan
sifatnya sulit untuk dibengkokkan, dilas, dan
dipotong. Penggunaan baja ini biasanya
digunakan untuk membuat alat potong seperti
mata gergaji dan mata pisau.
Tabel 3 : Kadar karbon tinggi
Kadar Karbon Digunakan untuk
0,70 % - 1,50 % cutting tools
Baja Paduan (Alloy steel)
Baja ini melakukan penambahan unsur
yang paduan yang paling umum seperti Cr,
Ni, Mn, dan Si yang bertujuan untuk
menaikkan sifat mekanik baja (kekerasan,
keliatan, kekuatan tarik, mudah dibentuk, dan
mudah di las), dan meningkatkan daya tahan
terhadap reaksi kimia seperti korosi (Caroline
Cabrera, 2004). Pada baja jenis ini, dapat
diaplikasikan dalam pembuatan suku cadang
mobil (autoparts), dan peralatan konstruksi
(construction equipment).
Sejarah Split Hopkinson Pressure Bar
Para peneliti telah mengaplikasikan
metode pengujian Hopkinson di berbagai
pengujian yang berbeda. Peneliti
menggunakan metode pengujian Hopkinson
ini untuk menyelesaikan masalah seperti
untuk mengetahui tingkat regangan (strain
rate) pada suatu material.
Penelitian Teknik Split Hopkinson
Pressure Bar pertama kalinya dipimpin oleh
John Hopkinson sebagaimana dipelajari
untuk mengetahui efek pembebanan
tumbukan pada suatu bar. Dimana gelombang
tegangan di teruskan dengan gerakan
dorongan beban. Bazle (2004) menjelaskan
bahwa pada tahun 1913, Bertram Hopkinson
yang merupakan putra dari John Hopkinson
melanjutkan penelitian tersebut dan
menerapkan sebuah cara untuk menentukan
hubungan antara waktu dan tekanan karena
dampak yang dihasilkan oleh sebuah suatu
tumbukan. Dengan melakukan beberapa
pengujian, Bertram masih sulit untuk
merencanakan hubungan yang tepat antara
tekanan dan waktu dalam sebuah tumbukan
tersebut.
Kolsky (1949) menambahkan bar
kedua dalam perlengkapan Hopkinson
tersebut, yang kemudian berubah nama
menjadi Split Hopkinson Pressure Bar.
Sebagai tambahan spesimen terletak jauh di
ujung batangan. Kolsky menjepit spesimen
diantara dua bar. Dia memberikan tujuan ini
untuk menghitung sifat spesimen berdasarkan
regangan yang terjadi pada kedua bar
tersebut. Setelah Kolsky, Adam Kaiser
(1998) mengembangkan kurva perbandingan
antara tekanan dan waktu dengan kurva
regangan dan waktu sebagai kurva
perbandingan yang digunakan.
Prinsip Kerja Split Hopkinson Pressure
Bar
Pada dasarnya Split Hopkinson
Pressure Bar, terdiri dari 3 komponen bar,
yaitu striker bar, input bar, dan output bar.
Prinsip kerja Hopkinson diawali oleh striker
bar yang bergerak mendorong pada input bar
dengan kecepatan tertentu. Prinsip kerja Split
Hopkinson Pressure Bar berdasarkan
Jurnal Ilmiah ³0(.$1,.´ Teknik Mesin ITM, Vol. 4 No. 1, Mei 2018 : 34 - 43
36
rambatan gelombang. Pada Gambar 2.2,
diperlihatkan bagian ± bagian utama Split
Hopkinson Pressure Bar berupa kompresor
(gas gun), striker bar, input bar (incident
bar), output bar (transmitted bar) dan strain
gauges.
Gambar 1. Bagian utama Hopkinson
pressure Bar
Pada metode Split Hopkinson Pressure
Bar yang menggunakan spesimen yang
dijepit diantara dua bar, input dan output bar
dapat dilihat pada Gambar 2.3. Dimana
striker bar akan bergerak melalui beban
kecepatan oleh kompresor (gas gun) menuju
input bar (incident bar) dan output bar
(transmitted bar) yang akan mengalami
impak. Pada saat mengalami impak, rambatan
gelombang tekan akan meneruskan
gelombangnya ke output bar dan kembali
memantul menuju input bar dan
menghasilkan nilai laju regangan tinggi
(strain rate) berupa rambatan gelombang
dengan menggunakan strain gauges yang
melekat pada input dan output bar. Perekam
sinyal gelombang dirangkai dalam bentuk
Wheatstone Bridge yang fungsinya untuk
menangkap sinyal tegangan dan regangan
beserta waktu pada saat mengalami impak.
Gambar 2. Skema Hopkinson Pressure Bar
Sifat tegangan dan regangan (Ý) pada
spesimen dapat ditentukan dengan menjepit
spesimen diantara input dan output bar.
Pengukuran kecepatan gelombang dengan
menggunakan strain gauges untuk
mengetahui tingkat regangan spesimen.
Seperti yang dijelaskan pada Gambar 2.4,
saat mengalami tumbukan (impact),
gelombang regangan insiden (incident pulse)
ÝE akan merambat atau mentransmisikan
gelombangnya melalui collar dan panjang
spesimen .0 dan diteruskan ke output bar
(ÝP), dan gelombang transmisi tersebut ÝP
akan memantul kembali sehingga didapat
gelombang pantulan (ÝN ) yang disebut
reflected pulse terhadap spesimen yang akan
diuji.
Gambar 3. Ilustrasi regangan yang terjadi saat
tumbukan
Lindholm (1964) menyatakan bahwa dengan
merekam gelombang regangan incident,
reflected, dan transmitted, dapat disimpulkan
bahwa teori gelombang elastis dapat
diketahui sebagai berikut :
Q = %0 ±. Ý.@P�
P
0
Dimana Q adalah perpindahan (displacement)
pada waktu P, %0 merupakan kecepatan
gelombang elastis dan Ý adalah regangan.
Perpindahan Q1 pada permukaan input bar
merupakan hasil kedua sinyal regangan
insiden ÝE yang melewati arah x positif dan
regangan pantulan ÝN yang melewati arah x
negatif. sehingga didapat :
Q = %0 ± Ý @P �
P
0
+ (F%0)± ÝN @P�
P
0
=%0 ±(ÝE F ÝN)@P �
P
0
Dengan cara yang sama, perpindahan Q2 pada
permukaan incident bar dapat diperoleh dari
sinyal regangan yang di transmisikan
(transmitted pulse) ÝP sebagai berikut :
Q2 = %0 ±. ÝP .@P
P
0
�
Dengan demikian, nominal regangan yang
terjadi di dalam spesimen adalah :
Ý 6 = Q1 F Q2
H0=%0
H0±. (ÝE F ÝN F ÝP).@P
P
0
�
Jurnal Ilmiah ³0(.$1,.´ Teknik Mesin ITM, Vol. 4 No. 1, Mei 2018 : 34 - 43
37
Dimana H0 adalah panjang awal spesimen.
Jika diasumsikan bahwa tegangan yang
melewati spesimen adalah konstan dan
regangan yang direfleksikan adalah :
ÝN = ÝP F ÝE
Metode Uji Tarik Hopkinson Pressure Bar
Pada pengujian ini, metode uji yang
dilakukan ialah metode uji tarik (tension test)
Split Hopkinson Pressure Bar. Pada tahun
1960, pengujian tarik ini pertama kali
dilakukan dan dikembangkan oleh Harding J.,
Wood, E. D., Campbell, J. D. Pengujian tarik
pada metode Hopkinson Pressure Bar ini,
dilakukan dengan menggunakan spesimen uji
tarik yang berulir diantara input dan output
bar, dan collar yang melindungi spesimen
dari gelombang tekan, seperti yang
diperkenalkan oleh Nicholas (1980). seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 2.5 dibawah
ini.
Gambar 4. collar dengan spesimen yang
berulir
Fungsi collar adalah untuk
memungkinkan input bar meneruskan
gelombang dari striker bar ke output bar
(Elwood, S., 1982). Pada Gambar 2.6.
menjelaskan bahwa pada saat tumbukan
(impact) terjadi, akan menghasilkan reflected
pulse. Dimana tekanan dari input bar akan
diteruskan hingga mencapai akhir output bar
dan kembali memantul menjadi pembebanan
tarik (tensile load).
Gambar 5. Gelombang impak diteruskan
melalui collar
Kekuatan Tarik Beban Dinamik
Metode pembebanan dinamik,
digunakan untuk mengetahui suatu data
seperti perlakuan bentuk patahan dari suatu
material (R.L.Sierakowski, 1997). Pada
pengunaan Split Hopkinson pressure Bar,
secara matematis nilai tegangan akibat impak
terhadap pembebanan dinamik pada spesimen
dapat diketahui melalui Pers 2.6.
ê:P; =#$ .'. Ý6
#O
Dimana ' merupakan modulus elastisitas, Ý6
merupakan regangan yang direfleksikan
(transmitted), #$ merupakan luas penampang
bar dan #O merupakan luas penampang
spesimen. Pada saat input bar bertumbukan
pada output bar, akan mengalami impak.
Sehingga impak tersebut akan menghasilkan
kecepatan gelombang %0 (wave velocity)
yang merambat pada bar. Untuk mengetahui
kecepatan gelombang yang terjadi, dapat
dihitung melalui Pers 2.7
%0 = ¨'é
Dimana %0 merupakan kecepatan gelombang
dan é merupakan massa jenis. Tidak hanya
tegangan (ê), untuk mengetahui regangan (Ý)
yang terjadi pada spesimen uji juga dapat
dihitung melalui Pers 2.8.
Ý =2.%0
.O±. Ý4 .@P
P
0
Pada saat terjadinya regangan pada
pembebanan dinamik, kecepatan gelombang
yang dialami impak terhadap panjang
spesimen (.O), bertambah dua kali lipat
(2.%0 ) karena mengalami gelombang
pantulan Ý4 (reflected strain). Selain
menghitung regangan dan tegangan yang
terjadi saat tumbukan (impact), metode
Hopkinson Pressure Bar juga dapat
mengetahui tingkat regangan (Ý 6) pada
spesimen yang akan diuji (dapat dilihat pada
Pers. 2.9).
Ý 6 = 2. Ý4 .%0
.O
Pada penelitian ini, sifat tingkat regangan
pada spesimen dapat diketahui melalui nilai
tegangan dan regangannya. Dari persamaan
diatas, dapat diketahui bahwa nilai tegangan
dan regangan pada saat melakukan pengujian
pembebanan dinamik terhadap kekuatan
tarik, akan membentuk kurva strain rate (Ý 6)
yang dapat dilihat pada Gambar 2.7.
Jurnal Ilmiah ³0(.$1,.´ Teknik Mesin ITM, Vol. 4 No. 1, Mei 2018 : 34 - 43
38
Gambar 6. Kurva strain-stress pada
pembebanan dinamik (Oisik Shen, 2010)
Kekuatan Tarik Beban Statik
Pada pembebanan statik terhadap
kekuatan tarik, respon mekanik yang terjadi
dapat dilihat melalui kurva tegangan dan
regangan (stress-strain). Dimana nilai
modulus elastisitas spesimen akibat beban
statik dapat dihitung melalui Pers 2.10.
' =ê
ó
Dimana ' merupakan modulus elastisitas, ê
merupakan tegangan, dan ó adalah regangan.
Tegangan yang terjadi dapat diperoleh
dengan membagi beban dengan luas
penampang benda uji, yang dapat dirumuskan
melalui Pers 2.11.
ê = (
#
Dimana ( merupakan beban (force), dan
dimana # merupakan luas penampang. Nilai
regangan yang merupakan persentase
pertambahan panjang pada benda uji, dapat
dilihat pada Pers. 2.12.
Ý = .E F .0
.0
Pada pembebanan statik, nilai modulus
elastisitas pada spesimen uji dapat diketahui
melalui nilai tegangan dan regangannya
(dapat dilihat pada Gambar 7).
Gambar 7. Kurva strain-stress pada
pembebanan statik
Dari persamaan diatas, dapat diketahui bahwa
nilai tegangan dan regangan pada saat
melakukan pengujian pembebanan statik
terhadap kekuatan tarik, akan membentuk
kurva modulus elastisitas (') pada Gambar
2.8 atau yang biasa disebut dengan titik tarik
maksimum (Ultimate Tensile Strength) dan
spesimen akan mengalami perubahan bentuk
(deformasi) hingga mengalami titik patah
(fracture).
Dan adapun langkah - langkah penelitian
yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 8.
dibawah ini :
Gambar 8. Alur penelitian
Jurnal Ilmiah ³0(.$1,.´ Teknik Mesin ITM, Vol. 4 No. 1, Mei 2018 : 34 - 43
39
Prosedur Penelitian
Adapun prosedur atau langkah-
langkah yang sebelumnya dijelaskan pada
Gambar 3.1 yang merupakan proses
berjalannya penelitian ini, sebagai berikut :
Pembuatan Spesimen Uji Tarik
Dalam penelitian ini, bahan spesimen
yang digunakan adalah baja karbon (carbon
steel). Spesimen ini berfungsi sebagai sample
atau bahan yang akan diuji yang diletakkan
diantara input bar dan output bar. Jumlah
spesimen yang akan digunakan untuk
percobaan uji adalah sebanyak 3 buah.
Spesimen tersebut memiliki diameter dalam 3
mm dan diameter luar 12 mm yang kedua
ujungnya dibentuk dengan menggunakan ulir
untuk menahan spesimen diantara input dan
output bar. Dimensi yang digunakan pada
penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.11
berikut.
Gambar 9. Dimensi spesimen uji tarik
Pembuatan Collar
Collar diaplikasikan diantara input dan
output bar dengan keadaan dijepit dan tidak
terikat. Collar yang digunakan berbahan baja
lunak (mild steel) yang memiliki panjang 70
mm, diameter dalam 12 mm dan diameter
luar 20 mm seperti dijelaskan pada Gambar
3.5 berikut.
Gambar 10. Dimensi collar
Pengujian Tarik Beban Dinamik Pada penelitian ini, pengujian
dilakukan dengan menggunakan pembebanan
dinamik terhadap kekuatan tarik pada
spesimen yang akan diuji dengan
menggunakan teknik Hopkinson Pressure Bar
dengan metode tarik (tension). Adapun
langkah-langkah mau pun proses yang
dilakukan untuk memulai pengujian dengan
cara sebagai berikut :
1. Mempersiapkan alat uji serta bahan ±
bahan yang akan digunakan untuk
melalukan pengujian.
2. Memasang selang angin pada ujung
mulut saluran kompresor dan ujung
striker bar.
3. Memasang selenoid valve di antara
ujung selang kompresor dan ujung
selang striker bar
4. Memasang dan menghubungkan
tombol switch pada solenoid valve
5. Mengisi beban tekanan angin pada
kompresor yang dapat dilihat pada
pressure gauge pada kompresor
tersebut. Pada penelitian ini, beban
yang digunakan ialah bervariasi yang
dimulai dari 10, 9, 8 kg/cm2 terhadap
spesimen yang akan diuji.
6. Memasang spesimen dengan
mengunci bagian ujung ulir pada
spesimen pada ujung output dan input
bar
7. Kemudian memasang collar, dengan
cara memasukkan collar tersebut pada
bagian spesimen yang sudah dipasang
pada output bar
8. Kemudian, mengunci kembali
spesimen pada ujung ulir yang lain
pada bar. Dan posisi spesimen dan
collar yang telah dipasang akan
berada pada posisi terjepit rapat
diantara input dan output bar
9. Memastikan perangkat komputer
terhubung dengan Oscilloscope,
bridge box, dan strain gauges
tehubung menjadi satu.
10. Memeriksa sinyal gelombang pada
strain gauges yang terhubung pada
layar perangkat komputer, seimbang
(berada pada titik 0 mV)
11. Mengatur tingkat trigger dalam data
program pada perangkat komputer.
12. Membuka keran udara pada
kompresor
13. Menekan tombol switch yang
terhubung pada solenoid yang
bertujuan untuk membuka saluran
udara dari kompresor mengalir untuk
memberikan sebuah beban tekan
ataupun dorongan menuju saluran
selang striker bar.
14. Setelah melakukan pengujian,
menganalisa hasil bentuk spesimen
akibat beban impak dinamik dan
mengevaluasi hasil grafik regangan
yang terjadi berupa gelombang yang
direkam oleh strain gauges di
perangkat komputer.
Jurnal Ilmiah ³0(.$1,.´ Teknik Mesin ITM, Vol. 4 No. 1, Mei 2018 : 34 - 43
40
Hasil Pembuatan Spesimen Uji
Setelah melakukan proses permesinan
(machining), hasil dari pembentukkan atau
pembuatan spesimen uji tarik dapat dilihat
pada Gambar 4.1 berikut. Spesimen uji
berjumlah 3 buah yang akan diuji dengan
menggunakan beban tekanan yang bervariasi.
Gambar 11. Hasil pembuatan spesimen uji
bahan baja
Pengujian tarik pada metode
Hopkinson Pressure Bar ini, dilakukan
dengan menggunakan spesimen uji tarik yang
berulir (dapat dilihat pada Gambar 1.1) yang
dipasang diantara input dan output bar,
dengan menggunakan collar yang
ditunjukkan oleh Gambar 13. Dimana collar
tersebut berfungsi untuk meneruskan
gelombang tekan dari input bar ke output bar.
Untuk melihat bagaimana cara pemasangan
spesimen uji, dapat dilihat Gambar 4.2
dibawah ini :
(a)
(b)
Gambar 12. Pemasangan spesimen pada bar
dengan menggunakan collar :
(a) gambar ilustrasi pemasangan (b) gambar
saat melakukan pemasangan
Hasil Pembuatan Collar
Hasil pembuatan collar dapat dilihat
pada Gambar 4.3 dimana collar tersebut telah
dilakukan proses permesinan (machining).
Collar yang digunakan ialah berjumlah 1
buah.
(a)
(b)
Gambar 13. Hasil pembuatan collar : (a)
tampak atas (b) tampak depan.
Hasil Pengujian Tarik
Dalam pengujian ini, karena adanya
ketidaksesuaian dalam pencapaian dalam
pengujian dengan menggunakan strain
gauges, maka penulis hanya melakukan
pengujian dengan menggunakan instrumen
variasi beban tekan yang diberikan oleh
kompresor. Dimana nilai beban yang
digunakan dalam penelitian ini sebesar 8, 9,
hingga 10 kg/cm2 terhadap 3 buah spesimen
uji baja. Singkatnya, setiap masing-masing
spesimen akan diberikan masing-masing nilai
beban uji yang berbeda. Pada saat melakukan
pengujian, spesimen uji bahan baja
mengalami perubahan bentuk tekukan
(buckling) yang disebabkan oleh terjadinya
beban impak. Dari hasil pengujian spesimen
tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.4
berikut :
Jurnal Ilmiah ³0(.$1,.´ Teknik Mesin ITM, Vol. 4 No. 1, Mei 2018 : 34 - 43
41
Gambar 14. Hasil spesimen setelah
melakukan pengujian
Tabel 4. Tekanan bar pada spesimen uji
bahan baja.
Tekanan Bar
(kg/cm2)
Spesimen
10 I
9 II
8 III
Dari Tabel 4. diatas, maka di dapat grafik
yang menjelaskan bahwa pada kekuatan
tekanan 10 kg/cm2 pada spesimen uji baja I
memiliki dampak tumbukan (impact) yang
tinggi bila dibandingkan dengan spesimen II,
dan III. Grafik tersebut dapat dilihat pada.
Gambar 15.dibawah ini :
Gambar 15. Grafik tekanan angin pada uji
tarik spesimen baja.
Dari hasil pengujian diatas, pada
Gambar 14, menjelaskan bahwa bentuk
spesimen uji telah berubah bentuk. Pada
penelitian pengujian tarik pembebanan
dinamik ini, dalam menggunakan beban 8, 9 ,
hingga 10 kg/cm2, baja yang merupakan
bahan spesimen uji tidak mengalami patahan
(fracture) melainkan mengalami tekukan
(buckling). Karena dalam beban yang
digunakan tersebut, baja bertahan dengan
sifat mekaniknya yang kuat dan liat (ductile).
Maka, pada penelitian ini, panjang reduksi
spesimen awal (H0) 42 mm akan berubah
bentuk menjadi buckling setelah mengalami
impak dengan beban yang bervariasi. Untuk
mengetahui hasil pengujian terhadap
spesimen, dapat dilihat pada Gambar 4.6
dibawah berikut.
Gambar 16: Hasil spesimen mengalami
deformasi bending
Dari hasil pengujian yang dilakukan
pada Gambar 14, maka di dapat data
perubahan bentuk spesimen (buckling)
sebagai berikut :
Tabel 5: Tekanan bar terhadap panjang
reduksi spesimen baja.
Tekanan
Bar
(kg/cm2)
Panjang
Reduksi
(H0)
Buckling
(tekukan)
8 42 mm 26 mm
9 42 mm 34 mm
10 42 mm 40 mm
Dari Tabel 5 di dapat hasil pengujian
kekuatan tarik spesimen uji bahan baja
terhadap pembebanan tekanan yang
bervariasi, dimulai dari 8, 9, hingga 10
kg/cm2. Pada tabel tersebut dapat dijadikan
grafik sesuai hasil data pengujian yang telah
dilakukan yang dapat dilihat pada Gambar
4.7. Dimana pada tekanan 8 kg/cm2 memiliki
kekuatan beban impak terhadap spesimen uji
yang menyebabkan spesimen uji tersebut
mengalami perubahan bentuk tekukan
(buckling) besar 26 mm. Pada kekuatan
beban 9 kg/cm2, menyebabkan spesimen uji
mengalami perubahan bentuk tekukan
sebesar 34 mm. Dan pada beban terakhir
yaitu kekuatan beban 10 kg/cm2, akan
menyebabkan impak yang besar diantara bar
lainnya, sebab pada beban 10 kg/cm2 ini,
menyebabkan spesimen uji bahan baja
mengalami perubahan bentuk tekukan
sebesar 40 mm, dimana awal panjang reduksi
0
2
4
6
8
10
12
1 2 3
Pre
ssu
re B
ar
(Kg
/cm
2)
Spesimen
I II III
Jurnal Ilmiah ³0(.$1,.´ Teknik Mesin ITM, Vol. 4 No. 1, Mei 2018 : 34 - 43
42
setiap spesimen uji, memiliki nilai panjang 42
mm sebelum melakukan pengujian.
Gambar 17: Grafik uji tarik spesimen baja
mengalami buckling.
Pada gambar 17, didapat grafik perubahan
buckling pada spesimen baja saat melakukan
pengujian beban tarik dengan menggunakan
beban yang bervariasi yaitu 8, 9, 10 kg/cm2
terhadap ketiga spesimen uji. Pada grafik
tersebut dapat disimpulkan bahwa pada beban
tekan 10 kg/cm2 memiliki dampak beban
impak yang lebih besar dan spesimen uji baja
yang diuji terhadap beban tersebut juga
mengalami dampak buckling yang besar.
Tabel 6. Tekanan bar terhadap panjang
reduksi spesimen baja.
(kg/cm2) (H0) (HE) (%)
8 42 mm 42,3 mm 0.00714
9 42 mm 42,5 mm 0.01190
10 42 mm 42,7 mm 0.01666
Pada Tabel 6 didapat tabel yang menjelaskan
bahwa spesimen uji yang mengalami
buckling akan diukur perubahan panjangnya
dengan cara mengembalikan posisi spesimen
yang menekuk dalam keadaan normal untuk
mengetahui regangan yang terjadi setelah
melakukan impak tarik. Spesimen tersebut
mengalami regangan yang dimana regangan
tersebut dapat diukur melalui panjang akhir
.E dikurang dengan panjang awal .0 yang
kemudian dibagi dengan panjang awal mula
.0 . Perubahan tersebut dapat dilihat pada
Gambar 4.8 dibawah berikut ini :
Gambar 18. Grafik hasil regangan yang
terjadi pada spesimen uji baja
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan, baja karbon rendah yang memiliki
unsur kadar karbon 0,01% hingga 0,25%
yang merupakan spesimen uji akan dilakukan
uji tarik dengan metode Split Hopkinson
Pressure Bar. Dimana ujung spesimen uji
dibentuk berulir yang akan dipasang diantara
input dan output bar dengan menggunakan
sebuah collar. Collar tersebut berfungsi
sebagai penerus gelombang tekan dari input
bar ke output bar. Pada saat tumbukan
(impact) terjadi, tekanan dari input bar akan
diteruskan hingga mencapai akhir output bar
dan kembali memantul menjadi pembebanan
tarik (tensile load).
Pada penelitian ini, karena adanya
ketidakmampuan strain gauges membaca
sinyal gelombang impak dengan baik, maka
penelitian ini menggunakan variasi beban
impak yang dapat disimpulkan bahwa dengan
beban tekan 8, 9, 10 kg/cm2 , baja karbon
rendah tidak mengalami titik putus (fracture)
saat melakukan pengujian pembebanan tarik
melainkan mengalami perubahan bentuk
menjadi menekuk (buckling). Mekanika fisik
tersebut terjadi karena baja memiliki sifat
ketangguhan (toughness) dan liat (ductile).
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Suharto (1995) Teori Bahan dan
Pengaturan Teknik. Jakarta : P.T.
Rineka Cipta.
[2]. Tata Surdia (1985) Pengetahuan Bahan
Teknik. Jakarta : P.T. Pradnya Paramita.
[3]. Bancroft, D. (1941) The Velocity of
Longitudinal Waves in Cylindrical Bars,
Physical Review, vol.59, pp. 588-593.
0
2
4
6
8
10
12
26 34 40Pre
ssu
re B
ar
(Kg
/cm
²)
Buckling (mm)
0
0,005
0,01
0,015
0,02
8 9 10
Re
ga
ng
an
(%
)
Pressure Bar (kg/cm²)
Jurnal Ilmiah ³0(.$1,.´ Teknik Mesin ITM, Vol. 4 No. 1, Mei 2018 : 34 - 43
43
[4]. Bazle, A. G., Lopatnikov, S. L., and
Gillespie, J. W. (2004) Hopkinson Bar
Experimental Technique : A Critical
Review, Journal Appl. Mech. Rev.
vol.57 (4), pp. 223-250.
[5]. Cabrera, C., Moron, C., and Garcia., A.
(2014) Learning Process of The Steel
Use in Building Engineering Students.
American Journal of Educational
Research, vol.2, (6), pp. 366-371.
[6]. Elwood, S. (1982) A Tensile Technique
For Materials Testing At High Strain
Rates, Journal of Physics E: Scientific
Instruments, vol.15, pp.1169-1172.
[7]. Harding J., Wood, E.D, and Campbell,
J.D. (1960), Tensile testing of materials
at impact rates of strain, Journal of
Mech. Eng. Sc. vol.2, pp.88-96.
[8]. Kaiser, A. M,. (1998) Advancements in
the Split Hopkinson Bar Test, Faculty of
the Virginia Polytechnic Institute and
State University, 94 pages.
[9]. Kolsky, H. (1949), An Ivestigation of
The Mechanical Properties at Very High
Rates of Loading. Proc. Phys. Soc.
London, Sect. B 62(II-B), 676-700.
[10]. Lindholm, (1964) Some experiments
with the split Hopkinson pressure bar. J.
Mech. Phys. Solids, vol.12, pp. 317±
335.
[11]. Nguyen, C., and Schindler, H. (1997)
On Spurious Reflection Waves in
Hopkinson Bar Tensile Tests Using a
Collar. Journal de Physique IV
Colloque, vol.7 (C3), pp.85-90.
[12]. Nicholas, T. (1980) Tensile Testing of
Materials at High Rates of Strain,
Experimental Mechanics, pp.177-185.
[13]. Sen, O. (2010) Analysis of The Study of
Material Behaviour At Impact Rates of
Strain. A Thesis Master of Science,
Michigan State University.
[14]. Sierakowski, R.L. (1997) Strain Rate
Behavior of Metals and Composites.
Ohio, USA : Civil and Environmental
Engineering and Geodetic Science, The
Ohio State University
.