Sistem perdagangan efek otomatis di Bursa Efek Indonesia adalah JATS

21
SISTEM PERDAGANGAN EFEK DI BURSA EFEK INDONESIA BAB 1 PENDAHULUAN A. SISTEM PERDAGANGAN EFEK Saham, bukti right, waran, obligasi konversi adalah jenis-jenis efek yang diperdagangkan di BEI. Transaksi Di BEI dilakukan pada hari-hari yang disebut dengan Hari Bursa, yaitu: Senin-kamis Sesi I Sesi II Jam 09.00-12.00 wib Jam 13.30-16.00 wib Jum’at Sesi I Sesi II Jam 09.30-11.30 wib Jam 14.00-16.00 wib Sistem perdagangan efek otomatis di Bursa Efek Indonesia adalah JATS (Jakarta Automated Trading System). Dilihat dari pembentukan harga efek yang terjadi di pasar, pembagian pasar terdiri dari pasar reguler dan pasar negosiasi. Pembentukan harga di pasar regular dilakukan dengan cara tawar menawar (auction market) secara 1

Transcript of Sistem perdagangan efek otomatis di Bursa Efek Indonesia adalah JATS

SISTEM PERDAGANGAN EFEK

DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB 1

PENDAHULUAN

A. SISTEM PERDAGANGAN EFEK

Saham, bukti right, waran, obligasi konversi adalah

jenis-jenis efek yang diperdagangkan di BEI. Transaksi Di

BEI dilakukan pada hari-hari yang disebut dengan Hari

Bursa, yaitu:

Senin-kamis Sesi I

Sesi II

Jam 09.00-12.00 wib

Jam 13.30-16.00 wibJum’at Sesi I

Sesi II

Jam 09.30-11.30 wib

Jam 14.00-16.00 wib

Sistem perdagangan efek otomatis di Bursa Efek

Indonesia adalah JATS (Jakarta Automated Trading System).

Dilihat dari pembentukan harga efek yang terjadi di

pasar, pembagian pasar terdiri dari pasar reguler dan

pasar negosiasi. Pembentukan harga di pasar regular

dilakukan dengan cara tawar menawar (auction market) secara

1

terus menerus berdasarkan kekuatan penawaran dan

permintaan. JATS akan manerima order jual dan beli. Order

yang telah masuk akan tersusun dalam antrian berdasarkan

harga dan waktu terbaik (prioritas harga dan waktu).

Transaksi yang terjadi akan menentukan nilai indeks harga

saham yang bersangkutan dan indeks harga saham gabungan.

Pembentukan harga efek di pasar negosiasi dilakukan

dengan negosiasi antara pihak penjual dan pihak pembeli

(bukan lelang). Harga dari transaksi yang terjadi tidak

akan menentukan indeks harga saham meskipun transaksi

tadi tetap harus dimasukkan kedalam JATS.

B. JENIS-JENIS PASAR

1. Pasar Negoisasi

Pasar negoisasi di BEI terdiri dari:

Perdagangan dalam jumlah besar (Block Trading) untuk

jumlah saham minimal 200 ribu

lembar saham.

Perdagangan di bawah standar lot (Odd Lot) untuk

jumlah saham kurang dari standar lot

(di bawah 500 saham).

Perdagangan tutup sendiri (Crossing) untuk transaksi

jual beli yang dilakukan oleh satu

anggota Bursa.

2

Perdagangan saham pemodal asing untuk saham yang

tercatat (Foreign Board).

2. Pasar Reguler

Jenis-jenis transaksi yang termasuk ke dalam pasar

reguler adalah:

a. Jumlah saham dalam satuan standar lot yaitu 1 (satu)

lot adalah 500 saham (untuk saham yang bukan reksa

dana), sedangkan standar lot untuk saham reksa dana

1 (satu) lot adalah 100 saham. Khusus untuk saham

perbankan 1 lot adalah 5000 saham.

b. Perubahan harga (fraksi) dalam menawar di bursa:

Sejak tanggal 3 januari 2005, satuan perubahan harga

(fraksi) untuk saham adalah :

Untuk harga saham kurang dari Rp. 500,- (lima

ratus rupiah ), ditetapkan fraksi sebesar Rp.

5,- (lima rupiah).

Untuk harga saham dalam rentang Rp. 500,- (lima

ratus rupiah) sampai dengan Rp. 2000,- (dua ribu

rupiah) ditetapkan fraksi sebesar Rp. 10,-

(sepuluh rupiah).

Untuk harga saham dalam rentang Rp. 2000,- (dua

ribu rupiah) sampai dengan Rp. 5000,- (lima ribu

rupiah) ditetapkan fraksi sebesar Rp. 25,- (dua

puluh lima rupiah).

3

Untuk harga saham Rp. 5000,- (lima ribu rupiah)

atau lebih, ditetapkan fraksi sebesar Rp. 50,-

(lima puluh rupiah).

Untuk harga Right sampai dengan Rp. 100,-

ditetapkan kelipatan Rp. 1,- dengan setiap kali

perubahan maksimum Rp. 10,-. Bagi Right dengan

harga antara Rp. 100,- hingga Rp. 1.000,-

ditetapkan kelipatan Rp. 10,- dengan setiap kali

perubahan maksimum Rp. 100,-.

Untuk harga saham waran sampai dengan Rp. 100,-

ditetapkan kelipatan Rp.1,- dengan setiap

perubahan maksimum Rp. 10,-. Bagi Waran dengan

harga antara Rp. 100,- sampai dengan Rp. 1000,-

ditetapkan kelipatan Rp. 5,- dengan setiap kali

perubahan maksimum Rp. 50,-, sedangkan untuk

waran dengan harga Rp. 1000,- sampai Rp.5000,-

ditetapkan kelipatan Rp. 10,- dengan setiap kali

perubahan maksimum Rp.100,- dan untuk harga

Waran diatas Rp. 5000,- ditetapkan kelipatan Rp.

25,- dengan setiap kali perubahan maksimum Rp.

200,-.

Transaksi terjadi berdasarkan prioritas harga

dan prioritas waktu.

4

3. Pasar Tunai

Pasar tunai disediakan bagi perusahaan Pialang

yang tidak dapat memenuhi kewajiban dalam Penyelesaian

transaksi dipasar regular dan Negosiasi (gagal

menyerahkan saham) pada hari bursa keempat (T+3). Pasar

Tunai dilakukan dengan prinsip pembayaran dan

penyerahan seketika (cash And carry).

C. HARGA SAHAM DAN SETTLEMENT

Harga Saham di bursa ditentukan oleh kekuatan pasar

dalam artian tergantung pada kekuatan permintaan

(penawaran beli) dan penawaran (penawaran jual).

Transaksi di bursa secara umum bukan transaksi yang

bersifat tunai, untuk itu bursa menentukan apabila

transaksi dilakukan hari ini, maka penyerahan saham

diselesaikan melalui PT. KSEI (Kustodian Sentral Efek

Indonesia) dan pembayaran diselesaikan malalui PT. KPEI

(Kliring Penjaminan Efek Indonesia) pada hari keempat

(T+3) setelah terjadinya transaksi. Untuk penyelesaian

transaksi dan Right dilakukan sendiri antar Anggota bursa

yang melakukan transaksi

D. JENIS ORDER SAHAM

5

Dalam melakukan transaksi jual maupun beli saham,

pialang menghadapi berbagai jenis order. Beberapa jenis

order yang kita kenal di antaranya adalah market order,

limit order, stop order dan stop limit order.

1. Market Order, merupakan jenis order yang paling umum.

Pada jenis ini, investor menginstruksikan kepada

pialang untuk membeli atau menjual saham dalam

jumlah tertentu dengan segera. Pialang selanjutnya

bertanggung jawab untuk mengambil tindakan atas

dasar usaha terbaik untuk mendapatkan harga yang

terbaik dari harga Bid dan Offer yang terjadi pada saat

order dibuat oleh investor. Harga yang terbaik

adalah harga yang tinggi untuk order penjualan, dan

harga yang rendah untuk order pembelian. Pada

umumnya, investor juga memberikan patokan harga

tertentu sebagai informasi bagi pialang dalam

mengeksekusi order resebut.

2. Limit Order. Pada jenis ini, investor memberikan

batas harga tertentu kepada pialang. Dalam hal order

beli, pialang akan melaksanakan order tersebut hanya

pada harga yang telah ditentukan atau harga yang

lebih rendah dari batas harga yang diberikan

investor. Jika ordernya adalah order jual, maka

pialang akan malaksanakan order jika harga saham

6

lebih tinggi atau sama dengan batas harga yang

ditentukan. Order jenis ini cenderung sulit

dijalankan, karena terdapat ketidakpastian harga,

ketidakpastian kapan order dijalankan, dan karena

adanya batasan harga. Contoh: Harga pasar saham PT.

ABC saat ini Rp. 750,- seorang investor memberikan

limit order untuk menjual 100 lembar saham ABC

dengan batas harga Rp. 800,- per lembar saham dalam

satu hari tertentu. Hal ini kemungkinan sulit

dilaksanakan mengingat harga yang diminta lebih

tinggi, kecuali bila harga saham tersebut naik Rp.

50,- per lembar.

3. Stop order terdiri dari stop order (atau sering

disebut stop-loss order) dan stop limit order (lihat No.4).

Stop-loss order dilakukan bila investor menentukan batas

harga (stop price). Jika ia akan melakukan order jual,

maka stop-loss order adalah batas harga bawah pialang

tidak boleh (stop) menjual sahamnya di bawah harga itu

untuk menghindari kerugian. Kebalikannya, untuk

order beli, maka stop-loss order adalah batas harga

atas di mana pialang tidak boleh membeli saham

diatas harga tersebut. jika kemudian ada pihak lain

yang memperdagangkan saham tersebut dengan harga

yang sama atau melebihi harga yang ditentukan, maka

7

penghentian order diberlakukan. Misalnya: stop-loss

order jual ditetapkan Rp 750,-, maka penjualan hanya

dilakukan pada harga terbaik diatas harga Rp 750,-

dan bila stop-loss order beli ditetapkan Rp 800,-, maka

pembelian dilakukan pada harga terbaik dibawah harga

Rp 800,-.

4. Stop limit order adalah jenis order yang bertujuan

untuk mengurangi ketidakpastian eksekusi harga yang

berasosiasi dengan stop order. Dengan stop limit order,

investor menentukan dua batas harga, yaitu order

price dan limit price. Ketika saham diperdagangkan Pada

harga yang sama atau melebihi harga stop order yang

telah ditentukan, maka terbentuklah stop limit order

pada limit price untuk order beli yang ditentukan

oleh investor. Contohnya, stop order ditentukan Rp.

800,-, dansaham bergerak menuju Rp. 825,-. Investor

kemudian menentukan Rp. 825,- sebagai limit Price maka

pialang akan membeli saham dengan harga terbaik

dibawah harga Rp. 825,- atau Rp. 800,-. Sebaliknya

bila saham diperdagangkan pada harga yang sama atau

kurang dari harga stop order, maka terbentuklah stop limit

order price untuk order jual yang ditentukan investor.

Misalnya, stop order ditentukan Rp.800,- dan harga

saham bergerak menuju Rp. 775,-, investor menentukan

8

Rp. 775,- sebagai limit price, maka pialang akan

menjual saham tersebut dengan harga terbaik di atas

stop limit order Rp. 775,- atau di atas stop order price

Rp.800,-.

E. INDEKS DI BURSA

Indeks harga saham merupakan indikator perdagangan

saham yang dibuat berdasarkan rumusan tertentu untuk

mencerminkan tingkat aktivitas dan fluktuasi sebuah bursa

efek. Setiap bursa efek mempunyai indikator tersendiri.

Bursa saham di Indonesia yaitu: Bursa Efek Indonesia

(BEI) saat ini memiliki beberapa indeks, yaitu Indeks

Harga Saham Gabungan (IHSG) BEI, Indeks LQ45, Indeks

Sektoral, dan yang terbaru adalah JII (Jakarta Islamic

Index).

1. IHSG BEI atau JCI (Jakarta Composite Index)

IHSG BEI merupakan indikator pergerakan harga

atas seluruh saham yang tercatat di BEI, di mana satuan

perubahan indeks dinyatakan dalam satuan poin. Metode

perhitungan index yang dipakai adalah = (Kapitalisasi

pasar pada saat perhitungan / kapitalisasi pasar pada

tahun dasar perhitungan) x 100 %. Tahun dasar

perhitungan yang dipakai adalah tahun 1995 saat

diimplementasikannya sistem baru di BEJ, sejalan dengan

9

keluarnya UUPM No. 8/1995. Dengan model perhitungan

seperti ini, setiap jenis saham akan mempunyai bobot

yang berbeda. Semakin besar kapitalisasi pasarnya,

semakin besar bobotnya.

2. Indeks LQ-45

Indeks LQ45 adalah indeks dari 45 saham yang

telah terpilih yang memiliki likuidasi dan kapitalisasi

pasar yang tinggi. Kriteria pada saham-saham ini terus

direview setiap 6 bulan sekali. Saham-saham pada indeks

LQ45 harus memenuhi kriteria dan melewati seleksi utama

Sebagai berikut yang lengkapnya adalah sebagai berikut:

Masuk dalam rangking 60 besar dari total transaksi

saham di pasar regular (rata-rata nilai transaksi

selama 12 bulan terakhir).

Ranking berdasar kapitalisasi pasar (rata-rata

kapitalisasi pasar selama 12 bulan terakhir).

Telah tercatat di BEI minimum 3 bulan.

Keadaan keuangan perusahaan dan prospek

pertumbuhannya, frekuensi dan jumlah hari

perdagangan transaksi pasar reguler.

3. Indeks Sektoral

Indeks sektoral menggunakan semua saham yang

termasuk ke dalam masing-masing sektor dan merupakan

sub indeks dari IHSG. Saham-saham yang tercatat di BEI

10

dikelompokan ke dalam 9 sektor menurut klasifikasi

industri yang telah ditetapkan BEI (JASICA = Jakarta Stock

Exchange Industrial Classification). Sektor-sektor tersebut

adalah:

Sektor Pertanian

Sektor pertambangan

Sektor Industri dasar dan kimia

Sektor Aneka industri

Sektor Industri Barang konsumsi

Sektor Properti dan Real Estate

Sektor Transportasi dan Infrastruktur

Sektor Keuangan

Sektor Perdagangan, Jasa, dan Investasi

Dari masing-masing sektor tersebut, selanjutnya

masih terdapat pengklasifikasian lebih lanjut ke dalam

sub-sub sektor. Sebagai contoh adalah sub sektor

perbankan yang masuk ke dalam sektor keuangan.

4. Jakarta Islamic Index (JII)

Indeks ini terdiri dari 30 saham yang sesuai

dengan syariah Islam dan merupakan tolok ukur kinerja

suatu investasi saham berbasis syariah. Syarat

pemilihan saham pada umumnya sama dengan LQ-45, namun

lebih ditekankan pada jenis usaha emiten yang tidak

boleh bertentangan dengan syariah Islam, seperti bukan

11

usaha yang tergolong judi, lembaga keuangan

konvensional, bukan usaha yang memproduksi,

mendistribusikan, dan memperdagangkan makanan/minuman

yang tergolong haram, dan bukan usaha yang memproduksi,

mensistribusikan atau menyediakan barang atau jasa yang

merusak moral dan bersifat mudharat. JII juga akan di

kaji setiap 6 bulan sekali, yaitu pada setiap bulan

Januari dan Juli. Melalui pembentukan indeks ini

diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan inverstor

untuk mengembangkan investasi secara syariah.

12

BAB II

PEMBAHASAN

IHSG DAN MASALAH HARGA SAHAM DI BURSA

Aksi jual saham besar-besaran pun tak bisa

dibendung. Penawaran lebih banyak dibandingkan

permintaan. Sesuai hukum permintaan penawaran, tentunya

hal itu akan membuat harga saham yang dijual menjadi

jatuh dan bisa mempengaruhi IHSG itu sendiri.

Seperti diketahui IHSG mengalami penurunan yang

cukup tajam ketika perdagangan di bursa dibuka kembali

pasca libur Idul Fitri tanggal 6 Oktober 2008 ke level

1.648,74 dari level 1.832,51 (26 September 2008). IHSG

kemudian tercebur kembali 2 hari berikutnya ke level

1.451,67 (8 Oktober 2008) sebelum akhirnya ditutup

sementara oleh BEI. Penurunan IHSG ini sendiri sebenarnya

sudah berlangsung sejak awal tahun 2008 ini secara pelan-

pelan walaupun sempat menyentuh level tertinggi sepanjang

sejarah pada tanggal 9 Januari 2008 di level 2.830,26.

Penurunan ini sudah diprediksikan sebelumnya bahwa

banyaknya hot money yang umumnya berasal dari investor

13

asing dalam perdagangan di bursa. Hot money ini bisa

ditarik sewaktu-waktu dan bisa menyebabkan anjloknya

bursa.

 Terkait dengan konsep IHSG itu sendiri, perlu

diperhatikan bahwa IHSG merupakan indikator yang

mencakup pergerakan harga saham biasa dan harga saham

preferen di BEI. Naik turunnya IHSG sangat bergantung

kepada pergerakan harga saham di bursa. Apabila

pergerakan harga saham secara umum bagus dan naik, maka

IHSG akan naik juga. Begitupun sebaliknya, bila

pergerakan harga saham kurang bagus atau turun maka IHSG

pun akan ikut turun. Fluktuasinya IHSG disebabkan oleh

fluktuasinya harga saham. Dan fluktuasinya harga saham

ini disebabkan salah satunya adalah karena pengukuran

nilai saham itu sendiri yang hampir tidak pernah

menggunakan indikator fundamental kinerja dan keuangan

perusahaan itu sendiri.

Bila kita tengok anjloknya pasar modal kita

kemarin bahwa hampir seluruh saham-saham di bursa turun.

Ada yang mengatakan bahwa anjloknya pasar modal tidak

lepas dari krisis finansial global. Ada pula yang

mengatakan bahwa ini gara-gara grup Bakrie yang gagal

bayar dalam transaksi buy back saham-sahamnya. Memang

benar apa yang dikatakan sebagian orang itu namun ada

14

satu akar sebab atau permasalahan mengapa IHSG dan saham-

saham bisa naik dan turun secara tajam, yaitu tidak

menggunakannya fundamental perusahaan sebagai dasar

penilaian harga saham di bursa. Tidak digunakannya

indikator ini memiliki banyak akibat hukum di pasar

modal. Sebut saja tindak pidana penipuan, manipulasi

pasar, insider trading, ketidaktransparanan Emiten ketika

melakukan aksi korporasi (masalah keterbukaan), dan

sebagainya. Kesemuanya itu sebenarnya forbidden di dalam UU

No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM). Tentunya,

kalau diperhatikan sudah banyak kasus akibat masalah

penilaian saham yang tidak wajar ini. Kasus manipulasi

pasar PT Perusahaan Gas Negara (PGN), kasus saham Agis,

kasus saham Indosat, dan sebagainya. Semua itu sekali

lagi berakar kepada tidak digunakannya indikator

penilaian saham berdasarkan fundamental kinerja dan

keuangan perusahaan.

Secara teori, ada beberapa teknik perhitungan

harga wajar saham yaitu pertama, Par Value yaitu harga

saham didapat dari hasil pembagian total modal disetor

dengan jumlah saham. Kedua, Price to Book Value (PBV) yaitu

rasio perbandingan harga pasar saham dan nilai buku

(keuangan perusahaan) per saham. Ketiga, Capital Asset Pricing

Model (CAPM) yaitu menghitung nilai saham berdasarkan

15

hubungan antara resiko dan expected return di kemudian hari.

Keempat, adalah P/E Ratio yaitu menilai saham dengan

membandingkan harga pasar saham (market price) dengan laba

per saham. Kelima, adalah Discounted Dividend Model (DDM)

yaitu penilaian harga saham berdasarkan asumsi dividen di

masa mendatang dan pertumbuhan perusahaan.

Dalam prakteknya, penentuan nilai saham di

perdagangan bursa pada umumnya tidak berdasarkan teknik

perhitungan di atas akan tetapi berdasarkan permainan

orang-orang pintar pasar modal itu sendiri, sehingga

tidak heran apabila terdapat pelanggaran-pelanggaran di

pasar modal. Mereka bisa membuat harga saham naik dan

turun sesuka hati dalam rentang waktu tertentu yang

ujung-ujungnya dalam rangka membuat citra Emiten tersebut

baik atau bagus melalui pergerakan saham secara likuid.

Padahal, transaksi tersebut digerakkan oleh

kalangan mereka sendiri. Tentu saja, perbuatan mereka

bisa masuk kategori tindak pidana manipulasi pasar

sebagaimana diatur di dalam pasal 91-92 UUPM. Selain itu,

untuk mendukung aksi manipulasi pasarnya, biasanya mereka

menyebarkan informasi yang menyesatkan yang bisa masuk

kategori pelanggaran pasal 90 dan pasal 93 UUPM mengenai

penipuan dan informasi yang tidak benar atau menyesatkan.

Informasi ini bisa saja mengatakan bahwa perusahaan

16

sedang bagus-bagusnya atau perusahaan sedang turun-

turunya. 

Disamping manipulasi pasar dan penipuan, akibat

masalah volatile-nya harga saham ini, bagi Emiten yang

mungkin memiliki kinerja dan fundamental yang baik,

ketika mereka akan melakukan aksi korporasi misalnya

berhutang atau menggadaikan sahamnya sebagai jaminan,

mereka akan hati-hati karena khawatir aksi korporasinya

akan membuat harga saham mereka turun dan anjlok.

Efek samping kekhawatiran ini adalah terbuka

kemungkinan Emiten yang bersangkutan tidak transparan

kepada publik ketika dia melakukan aksi korporasi. Ketika

dia sudah tidak transparan, maka dia telah bisa dianggap

melakukan pelanggaran atas prinsip keterbukaan di pasar

modal (Pasal 86 jo. Pasal 93 UUPM). Apabila aksi

korporasi tersebut mengandung benturan kepentingan dan

memenuhi prinsip transaksi material, maka dia juga telah

melakukan pelanggaran terhadap aturan-aturan tersebut.

Tentunya patut kita sayangkan apabila terdapat Emiten

yang baik dengan kinerja bagus lalu hendak melakukan aksi

korporasi, namun karena kekhawatiran masalah nilai saham

membuat dia melakukan pelanggaran yang sebenarnya tidak

perlu dilakukan.

17

Terkait dengan masalah naik turunnya harga saham,

sebenarnya BEI telah memiliki aturan mengenai auto

rejection terhadap pergerakan harga saham dengan maksimal

kenaikan dan penurunan per harinya adalah 10 %

berdasarkan Surat Edaran No. SE-004/BEI.PSH/10-2008

tanggal 12 Oktober 2008 tentang Pembatasan Harga

Penawaran Tertinggi atau Terendah atas Saham yang

Dimasukkan ke JATS di Pasar Reguler dan Pasar Tunai.

Aturan ini menggantikan Surat Edaran yang lama No. SE-

009/BEK/12-2001 tanggal 3 Desember 2001 yang membatasi

kenaikan dan penurunan harga saham hingga 20-50 %. Aturan

ini cukup bagus untuk mencegah perbuatan-perbuatan

manipulasi pasar dan penipuan yang bisa menyebabkan harga

saham naik dan turun secara tajam. Melalui restriksi

batasan harga ini bagi para investor dan Emiten,

ketentuan ini akan melindungi nilai investasi dan saham

mereka sendiri. Pengaruh aturan ini juga cukup bagus bagi

kepentingan Emiten yang hendak melakukan aksi korporasi

sehingga nilai saham tidak akan naik atau turun secara

tajam. Efek negatif ketatnya aturan auto rejection

barangkali adalah masalah likuiditas pasar.

Bagai para pemain saham, tentunya ini menjadi

tidak menarik karena tidak ada keuntungan besar bagi

mereka. Namun, perlu kita tegaskan bahwa pasar modal

18

adalah sarana investasi. Bicara investasi, maka kita

bicara jangka waktu yang panjang dan keuntungan untuk

semua orang. Apabila pasar modal menjadi ajang main

saham, sebaiknya para pelaku tadi mainlah ke Las Vegas

atau Makau. Itulah tempat main saham sebenarnya yaitu

meja perjudian. Janganlah hanya demi kepentingan dan

keuntungan sesaat, kemudian mengorbankan keuntungan

sebagian besar investor yang lain dan Emitennya.

Apresiasi patut diberikan kepada Bursa Efek Indonesia

dengan aturan auto rejection-nya. Penerbitan aturan tersebut

diharapkan dapat mengendalikan IHSG dan pasar modal yang

liar akibat krisis finansial global, walaupun padahal

fundamental Emite cukup banyak yang bagus dan kuat.

Penerbitan aturan itu juga dapat menjadi upaya preventif

dan minimalisir terhadap pelanggaran-pelanggaran hukum

pasar modal.

BAB III

PENUTUP

19

20

DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Eduardus Tandelilin, MBA, CWM. 2010. Portofoliodan Investasi: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: PenerbitKanisius

http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/perkembangan_pasar_modal/BAB%202.%20MEKANISME%20PERDAGANGAN%20BEI.pdf diakses pada tanggal 29Maret 2015 jam 21:08:35 WIB

http://id.wikipedia.org/wiki/Bursa_Efek_Indonesia diaksespada tanggal 29 Maret 2015 jam 21:10:40 WIB

21