DUKA DARI HITADIPA

60
DUKA DARI HITADIPA LAPORAN TIM KEMANUSIAAN UNTUK KASUS KEKERASAN TERHADAP TOKOH AGAMA DI KABUPATEN INTAN JAYA -2020-

Transcript of DUKA DARI HITADIPA

DUKADARI

HITADIPA

LAPORAN TIM KEMANUSIAAN UNTUK KASUS KEKERASANTERHADAP TOKOH AGAMA DI KABUPATEN INTAN JAYA

-2020-

1

2020

Duka dari Hitadipa

2

2020

3

2020

Laporan ini disusun dan diterbitkan oleh

TIM KEMANUSIAAN UNTUK KASUS KEKERASAN TERHADAP TOKOH AGAMA

DI KABUPATEN INTAN JAYA

Copy Right @TIM KEMANUSIAAN UNTUK KASUS KEKERASAN TERHADAP

TOKOH AGAMA DI KABUPATEN INTAN JAYA 2020

Penanggung Jawab Laporan

Haris Azhar (Ketua)Victor Mambor (Sekretaris)

4

2020

TIM KEMANUSIAAN UNTUK KASUS KEKERASAN TERHADAP TOKOH AGAMA DI KABUPATEN INTAN JAYA INI dibentuk oleh Gubernur Provinsi Papua pada tanggal 12 Oktober 2020 melalui Keputusan Gubernur Papua Nomor 188.4/324/Tahun 2020

Tim yang terdiri dari unsur pemerintah, gereja, akademisi, Lembaga Swadaya Masyarakat, pengacara, jurnalis dan intelektual ini bertugas :

1. Mencari dan mengumpulkan data dan informasi serta pendekatan kepada berbagai pihak untuk mengungkapkan fakta dan kebenaran terkait kasus penembakan terhadap tokoh agama Pdt. Yeremia Zanambani;

2. Melakukan koordinasi dan penanganan tindak lanjut hasil temuan kasus kemanusiaan dimaksud;

3. Mengoordinasikan dengan instansi terkait untuk bantuan makanan, kesehatan, sanitasi dan kebutuhan lainnya.

***

5

2020

Daftar isi

Ringkasan Eksekutif

Metodologi

Duka dari Hitadipa

Topografi konflik Intan Jaya

Ketegasan dijawab permusuhan

Warga terus menjadi korban

Mengungsi di Tanah sendiri

Analisa hukum

Rekomendasi

Timeline peristiwa

5

10

11

20

30

36

37

41

49

50

6

2020

7

2020

Ringkasan EksekutifTim Kemanusiaan Provinsi Papua Untuk Kasus Kekerasan Terhadap Tokoh Agama di Kabupaten Intan Jaya, selanjutnya disebut Tim Kemanusiaan, telah menyelesaikan pendokumentasian kasus pembunuhan di luar hukum (extra judicial killing) terhadap Pendeta Yeremia Zanambani pada tanggal 19 September 2020.Laporan ini mendokumentasikan fakta-fakta peristiwa pembunuhan Pendeta Yeremia.Untuk kepentingan advokasi yang lebih luas, laporan ini juga memaparkan analisa terkait konteks kekerasan oleh para aktor keamanan signifikan yakni TNI dan TPNPB, serta dampaknya bagi warga sipil di Kabupaten Intan Jaya.

Peristiwa penembakan Pendeta Yeremia Zanambani tidak dapat dilihat sebagai sebuah peristiwa yang berdiri sendiri. Sudah ada pra-kondisi kekerasan sejak tanggal 17-19 September 2020. Dimulai dengan adanya pengumpulan warga Hitadipa sebanyak dua kali pada 19 September 2020, yakni pada jam 9.00 WIT dan 12.00 WIT di halaman Markas Koramil Persiapan Hitadipa dan halaman Gereja Imanuel Hitadipa. Dalam pengumpulan warga tersebut, nama Pendeta Yeremia bersama dengan lima warga lainnya disebut sebagai musuh oleh Wakil Komandan Rayon Militer (Wadanramil) Alpius Hasim Madi.

Intimidasi dan ancaman yang diberikan oleh Alpius agar warga mengembalikan senapan milik TNI membuat beberapa warga yang hadir menangis dan ketakutan. Sejam kemudian, serangan TPNPB ke Markas Koramil Persiapan menyebabkan meninggalnya Pratu Dwi Akbar Utomo. Dalam peristiwa itu juga, ada pembakaran rumah dinas tenaga kesehatan di Taundugu oleh aparat TNI, lalu terjadilah penembakan dan penusukan yang menewaskan Pendeta Yeremia Zanambani.

Pendeta Yeremia Zanambani bukanlah korban pertama dalam rentetan kekerasan aparat di Intan Jaya.Ia adalah korban warga sipil ke 10 yang tertembak di Intan Jaya, dalam kurun waktu Oktober 2019 hingga 2020. Konflik bersenjata yang terjadi di Intan Jaya sejak Oktober 2019 itu adalah babak terbaru dari berbagai episode kekerasan yang muncul sejak Kabupaten Intan Jaya terbentuk pada 2008.

Tim Kemanusiaan mendokumentasikan empat kelompok masalah dalam menganalisa berbagai kekerasan di Intan Jaya itu.Pertama, terdapat perubahan karakteristik konflik di Intan Jaya dalam beberapa periodisasi waktu yakni 2014-2016; 2017-2018; dan 2019-2020.

Dalam kurun waktu 2014-2016, Kabupaten Intan Jaya diwarnai dengan beberapa kasus kekerasan yang dilakukan oleh aparat keamanan terhadap warga sipil.Dalam catatan Tim Kemanusiaan, kekerasan yang melibatkan anggota Brimob menyebabkan setidaknya satu warga meninggal, dan setidaknya 21 warga terluka.Sedangkan satu kasus tambahan yang memakan seorang korban sipil dilakukan oleh aparat keamanan lainnya.Berbagai kekerasan itu tidak terkait langsung dengan alasan politik, namun merupakan kekerasan insidentil dengan motif personal maupun akibat provokasi.

Memasuki awal tahun 2017 hingga tahun 2018, kontestasi pemilihan kepala daerah (Pilkada) menambah dinamika konflik di Intan Jaya.Bentrokan terjadi antara simpatisan pasangan calon bupati Yulius Yapugau-Yunus Kalabetme dan petahana Natalis Tabuni – Robert Kobogoyauw.Setidaknya ada tiga orang warga meninggal, dan 101 lainnya terluka.Seiring dengan peningkatan ketegangan, Polda Papua melakukan penambahan pasukan untuk pengamanan.Ketegangan itu cukup berdampak kepada rapuhnya pemerintahan sipil dalam merespon berbagai dinamika keamanan lokal.

Perubahan karakteristik konflik di Intan Jaya terlihat jelas sejak 25 Oktober 2019. Intan Jaya telah menjadi zona konflik bersenjatabaru di Papua, karena keberadaan dua aktor keamanan signifikan

8

2020

yakni TNI dan TPNPB. Berbagai rentetan kekerasan, menunjukkan adanya eskalasi konflik sejak peristiwa penembakan prajurit TNI AD pada 17 Desember 2019 sampai 6 November 2020.

Hasil dokumentasi Tim Kemanusiaan menunjukkan adanya 17 kasus kekerasan yang dilakukan oleh baik TNI maupun TPNPB.Berbagai kekerasan itu mengakibatkan 17 korban tewas. Sejumlah 12 adalah warga sipil yang tewas, termasuk seorang anak.

Pergeseran trenkonflik itu merupakan perubahan signifikan, karena sebelumnya Kabupaten Intan Jaya tidak termasuk dalam zona konflik antaraTNI dan TPNPB.Konflik terdahulu lebih banyak berkaitan dengan persoalan komunal, masalah kepemilikan tanah, pertikaian antar wargaserta berbagai gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat lainnya.Ketika konfliksosial seperti perang sukuterjadi, resolusi konflik berbasis nilai tradisional dilaksanakan oleh kelompok masyarakat yang bertikai untuk mencari jalan tengahnya.

Pemekaran Intan Jaya dari Kabupaten Paniai pada tahun 2008 telah membawa implikasi pada perubahan tren konflik itu.Perebutan kekuasaan oleh elit lokal melalui kontestasi Pilkada pada 2017 telah berdampak pada legitimasi pemerintah lokal maupun efektifitas pemerintahannya.Disatu sisi, penambahan pasukan organikdan non organik demi pengamanan Pilkada maupun dalam merespon berbagai dinamika keamanan lokal setelahnya, telah meningkatkan peran TNI-Polri secara signifikan di Kabupaten berpenduduk49.293 jiwa tersebut.

Disisi lain, TPNPB semakin mengonsolidasikan perjuangannya dengan melakukan pemekaran Kodap1 dan Reunifikasi. Pasca Konferensi Tingkat Tinggi TPNPB di Biak Numfor pada 1-5 Mei 2012, TPNPB telah memiliki 33 Kodap di seluruh Tanah Papua.Intan Jaya sendiri masuk dalam Kodap VIII.Konsolidasi internal juga diperkuat dengan pertemuan Reunifikasi dan Deklarasi Persatuan dan Kesatuan TPNPB-Organisasi Papua Merdeka pada tanggal1 Agustus 2019 Ilaga, Kabupaten Puncak.2Sejak saat itu, intensitas konflik antara TNI-TPNPB semakin meningkat di Kabupaten Intan Jaya.

Interaksi dari berbagai faktoritu memberikan kontribusi langsung maupun tidak langsung pada perubahan karakteristik konflik di Kabupaten Intan Jaya tahun 2014-2020.Kini, Kabupaten Intan Jaya telah menjadi zona baru konflik keamanan yang mematikan.Dalam catatan Tim Kemanusiaan, justru korban terbanyak dalam konflik antara TNI dan TPNPB adalah dari kalangan warga sipil baik masyarakat Papua maupun non Papua.

Kedua, sulit meraih informasi yang jelas tentang penambahan pasukan organik maupun non organik dalam operasi yang dilakukan TNI/Polri di Intan Jaya.Pasca restrukturisasi organisasi TNI pada 27 September 2019, Tim Kemanusiaan juga sulit mengidentifikasi pembagian tugas di antara para pemangku kepentingan seperti Kodam XVII/Cenderawasih, Korem 173/PVB, maupun Kogabwilhan III.Namun, Kogabwilhan III terkesan lebih berwenang dan berperan dalam operasi keamanan di Intan Jaya.

Sepanjang rangkaian kekerasan dan konflik bersenjata di Intan Jaya, penyampaian informasi kepada publik lebih banyak dilakukan Penerangan Kogabwilhan III. Pasca penembakan Pendeta Yeremia Zanambani misalnya, Kepala Penerangan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan III, Kol Czi IGN Suriastawa membuat pernyataan sepihak, menyebut Pendeta Yeremia ditembak oleh TPNPB. Pada

1Kodap adalah nama satuan teritorial TPNPB, yang biasanya berbasis kepada wilayah administrasi kabupaten di Papua. 2https://suarapapua.com/2019/08/14/perkuat‐tpnpb‐goliat‐tabuni‐cs‐tolak‐organisasi‐tandingan/ 

9

2020

masa sebelumnya, penyampaian informasi sejenis lebih banyak dilakukan Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih.

Implikasinya, sulit untuk memastikan akuntabilitas TNI dalam berbagai pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di Intan Jaya.Minimnya investigasi yang independen dan imparsial atas berbagai kekerasan dalam operasi TNI di Intan Jaya semakin memperkuat struktur kekerasan dalam institusi tersebut, termasuk praktik impunitas.

Selain persoalan minimnya informasi terkait keberadaan pasukan TNI di Intan Jaya, TNI juga telah melanggar Hukum Humaniter Internasional karena menduduki SD YPPGI Hitadipa,.Sekolah itu bahkan dijadikan Markas Koramil Persiapan Hitadipa.Penggunaan fasilitas publik untuk keperluan perang telah melanggar HAM.Perampasan ini telah merenggut hak para pelajar untuk bersekolah.

Ketiga, ada pengabaian hak-hak korban atas keadilan dan pemulihan (reparasi) pasca berbagai perisitiwa kekerasan sejak Oktober 2019.Dalam sejumlah kasus pembunuhan di luar hukum, minim investigasi dan proses hukum terhadap anggota TNI yang terlibat. Hingga 12 November 2020, baru kasus pembakaran rumah dinas tenaga kesehatan di Taundugu yang mencapai tahap penyidikan. Pusat Polisi Militer TNI Angkatan Darat (Puspomad) menetapkan delapan prajurit TNI AD sebagai tersangka kasus pembakaran itu.3

Minimnya proses hukum terhadap berbagai pembunuhan di luar hukum oleh aparat keamanan itu berdampak kepada impunitas. Masyarakat di Intan Jaya tidak memiliki akses untuk mendapatkan keadilan dan pemulihan atas berbagai pelanggaran HAM yang terjadi.

Deklarasi Prinsip-Prinsip Dasar Keadilan bagi Korban Kejahatan dan Penyalahgunaan kekusaan, (Declaration of Basic Principles of Justice for Victims of Crime and Abuse of Power), mendefenisikan korban sebagai “orang yang secara individual maupun kelompok telah menderita kerugian, termasuk cedera fisik mauapun mental, penderitaan emosional, kerugian ekonomi atau perampasan yang nyata terhadap hak-hak dasarnya, baik karena tindakan (by act) maupun karena kelalaian (by omission). Sehingga masyarakat Hitadipa dan Intan Jaya yang mendapatkan kekerasan secara langsung maupun struktural akibat konflik para aktor keamanan berhak atas rasa aman. Oleh karena itu Negara wajib menjamin keadilan dan pemulihan hak (reparasi) warga Intan Jaya.

Keempat,eskalasi kekerasan antara TNI-TPNPB juga berdampak pada permasalahan pengungsi.Berdasarkan data yang dihimpun dari Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII), Gereja Katolik Keuskupan Timika dan Pemerintah Kabupaten Intan Jaya, ada sekitar 466 orang yang mengungsi.Mereka tersebar di beberapa distrik di sekitar Kabupaten Intan Jaya dan beberapa kabupaten lainnya seperti Nabire, Mimika dan Puncak.Jumlah ini diperkirakan lebih banyak lagi karena sulitnya pendataan yang dilakukan oleh Tim Kemanusiaan.Selain itu, perasaan trauma yang dialami warga menyebabkan adanya rasa takut untuk melaporkan diri kepada instansi pemerintah.Banyaknya patroli aparat keamanan di Distrik Sugapa dan Distrik Hitadipa juga membuat para Gembala Gereja kesulitan mendata persebaran pengungsi secara menyeluruh.

Berbagai masalah pengungsi konflik bersenjata terdahulu, seperti para pengungsi dari Kabupaten Nduga misalnya, juga menunjukkan kecenderungan banyaknya warga sipil yang mengungsi ke hutan, menjauhi pusat permukiman atau pemerintahan yang menjadi lokasi markas aparat keamanan. Kesulitan pendataan akan menyebabkan berbagai persoalan kemanusiaan seperti keterbatasan akses terhadap kebutuhan dasar seperti bahan pangan, tempat tinggal yang layak, sanitasi, pendidikan dan

3https://jubi.co.id/papua‐delapan‐oknum‐tni‐ad‐tersangka‐pembakaran/ 

10

2020

kesehatan. Keberadaan pengungsi perempuan, anak, dan lanjut usia juga membutuhkan perhatian khusus untuk segera dipenuhi. Hal mendesak lainnya adalah pemenuhan jaminan keamanan bagi para pengungsi agar dapat kembali ke kampung halamannya untuk merayakan hari Natal.

Kelima, keberadaan blok emas Wabu berisiko memicu konflik baru (resource war). Berbagai temuan terdahulu menunjukkan adanya hubungan kasualitas antara eksploitasi sumber daya alam, konflik bersenjata dan eskalasi kekerasan.4

Dalam analisakonflik di Papua, ketidakadilan dalam pengelolaan sumber daya alam sudah menjadi salah satu pemicu (trigger)5.Pembangunan eksploitatif seperti ini berdampak pada peminggiran masyarakat lokal.Dengan latar belakang sosial, politik, ekonomi dan budaya masyarakat Intan Jaya, maka pola-pola ketidakadilan dan marginalisasibisa semakin memburuk di masa mendatang.Ketika rasa kekecewaan (grievance) masyarakat karena ketimpangan dalam pendistribusian hasil berhimpitan dengan unsur pemicu konflik lainnya, maka aktor signifikan lain dapat mengkonstruksi kekecewaan tersebut untuk melegitimasi kekerasan baru. Karena yang paling mengkhawatirkan dari sumber daya alam strategis seperti emas adalah adanya kompetisi manipulatif dintara pihak-pihak yang berbeda kepentingan itu.6

Rencana penambanganBlok Emas Wabu di tengah situasi konflik bersenjata antara TNI dan TPNPB, hanya akan memunculkan konflik yang lebih rumit untuk diselesaikan. TPNPB sudah menyampaikan penolakannya terhadap keberadaan penambangan Blok Wabu dan secara khusus meminta kepada Gubernur Papua untuk menarik kembali surat rekomendasi Wilayah Izin Usaha Pertambangan Khusus (WIUPK) Nomor 540/11625/SET yang dikeluarkan di Jayapura pada 24 Juli 20207.Resistensi ini dapat menghasilkan siklus kekerasan baru jika marginalisasi semakin parah dan pemerintah tetap mengedepankan pendekatan keamanan dalam resolusi konfliknya.

Berbagai temuan Tim Kemanusiaan menunjukkan adanya risiko kekerasan dan konflik yang lebih meluas di masa mendatang.Pendekatan keamanan yang dipilih pemerintah itu berbahaya, karena aparat keamanantidak menunjukkan upayanya untuk mengubah budaya kekerasan yang melekat dalam struktur institusi mereka.Kelompok aparat keamanan bahkan menunjukkan kecenderungan untuk mengaburkan fakta atas berbagai pelanggaran yang mereka lakukan, demi melindungi pelaku dari jeratan hukum dengan terus menjalankan praktik impunitas.

Penembakan Pdt. Yeremia Zanambani adalah pembunuhan di luar hukum yang melanggar HAM, hukum internasional, dan Konstitusi Indonesia. Kasus Pendeta Yeremia terbukti bukan menjadi kasus terakhir, karena setelahnya ada penembakan terhadap dua katekis keuskupan Timika yang mengakibatkan seorang terluka dan lainnya meninggal dunia..Budaya kekerasan yang melekat dalam struktur institusi TNI itu hanya dapat diubah jika praktik impunitas dihentikan dengan mengadili para pelaku kekerasan.

4Edward Aspinall. The Construction of Grievance.Natural Resources and Identity in a Separatist Conflict.Journal of Conflict Resolution. Vol 51 No 6, December 2017.  5Lembaga  Ilmu  Pengetahuan  Indonesia  (LIPI) menyebutkan  empat  akar  konflik  di  Papua,  antara  lain  sejarah  integrasi, kekerasan politik dan pelanggaran HAM, kegagalan pembangunan dan persoalan marginalisasi dan inkonsistensi kebijakan otonomi  khusus.  Berbagai  ketimpangan  pembangunan  karena  eksploitasi  kekayaan  alam  menyebabkan  adanya kecemburuan social dan menjadi akar konflik.Sedangkan menurut Amich Alhumami, ada dua dimensi utama dari konflik Papua, yakni dimensi ekonomi dan domensi politik.Dimensi ekonomi  terkait dengan eksploitasi  sumber daya alam yang dilakukan secara massif tanpa memberi keuntungan kepada masyarakat lokal.Rasa ketidakadilan karena masalah ekonomi itu  dapat  membawa  konflik  pada  wilayah  politik.Lihat  Suma  Riella  dan  Cahyo  Pamungkas.Updating  Papua  Road Map.Proses Perdamaian, Politik Kaum Muda dan Diaspora Papua. (Jakarta :Yayasan Pustaka Obor Indonesia., 2017)  6Ichsan Malik. Resolusi Konflik, Jembatan Perdamaian(Jakarta:Penerbit Buku Kompas, 2017) 7https://suarapapua.com/2020/10/25/tpnpb‐tegas‐menolak‐penambangan‐emas‐blok‐b‐wabu‐intan‐jaya/ 

11

2020

Kepada Tim Kemanusiaan, Mama Miriam Zoani, istri mendiang Pendeta Yeremia dan keluarga berharap agar aparat keamanan meninggalkan Hitadipa, agar ia bisa melihat pusara Pendeta Yeremia untuk pertama kalinya. Mama Miriam Zoani juga berharap masyarakat yang mengungsi kembali ke rumah mereka, dan bersama keluarga melakukan ibadah pengucapan syukur pasca kematian Pendeta Yeremia.

Hal itu terlihat sederhana bagi kebanyakan orang.Namun, keberadaan aparat TNI di Hitadipa membuat hal yang “sederhana” itu sulit diwujudkan keluarga Pendeta Yeremia Zanambani.

12

2020

Metodologi Laporan ini didasarkan pada hasil kerja Tim Kemanusiaan Provinsi Papua Untuk Kasus Kekerasan Terhadap Tokoh Agama di Kabupaten Intan Jaya, selanjutnya disebut Tim Kemanusiaan, yang mendokumentasikan pembunuhan di luar hukum terhadap Pendeta Yeremia Zanambani pada 19 September 2020.Untuk advokasi yang lebih luas, laporan ini bertujuan memberikan gambaran terkait eskalasi kekerasan akibat konflik bersenjata antara TNI-Polri dan TPNPB di Intan Jaya, serta dampaknya pada masyarakat sipil.

Analisa berbagai konteks kekerasan sebelum, kekerasan pada saat peristiwa penembakan, dan kekerasan pasca penembakan Pdt. Yeremia Zanambani akan dipaparkan dalam laporan ini.

Proses pengumpulan data dan fakta dilakukan melalui wawancara (in depth interview), observasi lapangan, analisa dokumen, dan riset media. Sejak September hingga November 2020, Tim Kemanusiaan melakukan kunjungan lapangan ke Sugapa, ibu kota Kabupaten Intan Jaya dan Kabupaten Nabire. Selama melakukan misi tersebut, Tim Kemanusiaan Intan Jaya bertemu dan memawancarai keluarga korban, para saksi, tokoh gereja lokal, organisasi berbasis gereja, lembaga swadaya masyarakat(LSM) lokal, aktivis hak asasi manusia, dan jurnalis.

Laporan ini juga menggunakan berbagai data dari media, laporan LSM, dan jurnal akademik dalam merekam dan menganalisa berbagai episode kekerasan di Intan Jaya sejak tahun 2014 hingga 2020, serta dampaknya.

Beberapa kendala dihadapi Tim Kemanusiaan dalam proses pendokumentasian ini. Pertama,terbatasnya aksesibilitas ke lokasi penembakan di Hitadipa.Pasca pembunuhan Pdt. Yeremia, terhitung ada tiga insiden penembakan selama bulan Oktober. Kekerasan itu melukai Katekis Keuskupan Timika Agustinus Duwitau dan Bambang Purwoko, anggota TGPF Intan Jaya. Kekerasan yang berlanjut itu juga menewaskan Katekis Rufinus Tigau.Meningkatnya eskalasi kekerasan membuat akses ke Hitadipa menjadi lebih sulit karena ketiadaan jaminan keamanan bagi Tim Kemanusiaan.Kedua, adanya distorsi informasi dan minimnya transparansi mempersulit upaya mencari tahu kebenaran klaim aparat keamanan. Hal ini terutama dalam pencarian informasi terkait stigmatisasi separatis aparat terhadap Pendeta Yeremia maupun para korban sipil lainnya.Temuan Tim Kemanusiaan menunjukkan TNI/Polri melakukan stigmatisasi warga sipil sebagai bagian dari Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat, demi menjustifikasi berbagai kekerasan yang mereka lakukan.Distorsi informasidan minimnya transparansi dari TNI/Polrimembuat jumlah, asal, dan alasan penempatan aparat keamanan tambahan di Intan Jaya sulit dipastikan.

Tim Kemanusian menyampaikan terima kasih dan penghargaan sedalam-dalamnya kepada Mama Miriam Zoani, isteri mendiang Pendeta Yeremia Zanambani dan keluarga yang mengizinkan tim Kemanusiaan untuk mengusik kembali rasa duka demi pengungkapan kebenaran dan keadilan. Tim Kemanusiaan juga menyampaikan terima kasih kepada semua masyarakat sipil lokal di Papua yang telah berkontribusi terhadap laporan ini, serta kepada para korban yakni masyarakat Hitadipa dan perwakilan mereka, yang dalam pengungsiannya, bersedia membagikan cerita traumatis mereka tanpa rasa takut.

13

2020

Duka dari Hitadipa Suasana Sabtu (19/9/2020) pagi di halaman Sekolah Dasar Yayasan Pendidikan dan Persekolahan Gereja-gereja Injili di Tanah Papua atau YPPGI Hitadipa mencekam.Tentara mengumpulkan warga sipil Hitadipa di halaman sekolah yang telah diduduki TNI, dan dijadikan Markas Komando Rayon Militer atau Koramil Persiapan Hitadipa.

Sejumlah tentara Koramil Persiapan Hitadipa menyatakan TNI memberi waktu dua hari bagi para warga untuk mengembalikan senjata apiSS1 yang hilang sejak 17 September 2020. SS1 itu dirampas Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) dalam serangan yang menewaskan Serka Sahlan.

Ancaman itu jelas menunjukan stigmatisasi separatis yang dilekatkan kepada warga sipil Hitadipa.Ancaman ini membuat takut warga sipil Hitadipa yang mendapatkan beban untuk mengembalikan senjata yang tidak pernah mereka rampas.

Pengumpulan warga pada Sabtu pagi itu tidak dihadiri Pendeta Yeremia Zanambani. Sejak pagi, ia dan istrinya, Miriam Zoani telah pergi ke Bomba, kampung kecil di lereng perbukitan di selatan Kampung Hitadipa, mengolah kebun dan memperbaiki kandang babi mereka.

“[Sejak] Jumat malam, Bapa bilang hari Sabtu ingin bantu mama selesaikan atau bikin kebun dulu, karena hari Senin [Bapa] mau naik ke tempat tugas. Pada Sabtu, 19 September itu, Bapa dan saya sama-sama pergi ke kebun yang satu lokasi dengan kandang babi. Bapa selesaikan pagar di kandang babi itu, sedangkan saya gali ubi.Selagi kami bekerja, sekitar jam 13.00 siang di Hitadipa ada bunyi tembakan.Ketika dengar bunyi tembakan itu, kami masuk ke kandang babi dan tutup pintu, karena TNI sudah bilang ke kami bahwa kalau dengar bunyi tembakan harus masuk rumah dan kunci pintu," kata Mama Miriam.8

Suara tembakan yang didengar Mama Miriam itu adalah kontak senjata saat TPNPB menyerang Markas Koramil Persiapan Hitadipa. Serangan TPNPB itu menewaskan Pratu Dwi Akbar Utomo, prajurit Batalion Infantri 711/Raksatama yang bermarkas di Provinsi Gorontalo, Sulawesi.9Iaadalahbagian dari pengiriman pasukan yang diperbantukan menjaga Koramil Persiapan Hitadipa.

Insiden itu mengawali pergerakan pasukan TNI mengejar TPNPB dan menyisir kampung kecil bernama Taundugu.Rangkaian peristiwa itu berujung dengan penembakan yang menewaskan Pendeta Yeremia Zanambani.

Pasca penembakan Pendeta Yeremia Zanambani, Kepala Penerangan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan III, Kol Czi IGN Suriastawa membuat pernyataan sepihak, menyebut Pendeta Yeremia ditembak oleh TPNPB. "Mereka sedang mencariperhatian di Sidang Umum PBB akhir bulan ini," kata Suriastawa, Minggu (20/9/2020).10

Klaim Suriastawa dikutip berbagai media di Jakarta, membentuk opini publik di luar Papua.Akan tetapi, publik di Papua sulit mempercayai klaim TNI yang menyebut Pendeta Yeremia Zanambani dibunuh TPNPB.

Pendeta Yeremia Zanambani adalahtokoh agama yang dihormati di Papua. Iamantan Ketua Klasis Gereja Kemah Injil Indonesia(GKII) Hitadipa. Sampai saat meninggalnya, Pendeta Yeremia Zanambani juga menjabat sebagai Ketua Sekolah Tinggi Alkitab Theologia di Hitadipa, sekaligus

8Wawancara, Miriam Zoani, 23 Oktober 2020.  9https://news.okezone.com/read/2020/09/20/340/2280867/2‐prajurit‐tni‐gugur‐ditembak‐kkb‐di‐intan‐jaya‐papua 10https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200920144515‐12‐548604/tni‐sebut‐pendeta‐tewas‐ditembak‐kkb‐papua  

14

2020

penasihat GKII Wilayah 3 Papua di Hitadipa.Beliau juga seorang ahli bahasa, dan penerjemah kitab suci Alkitab dari Bahasa Indonesia ke Bahasa Moni, bahasa masyarakat adat di Intan Jaya.

“Dalam pelayanan, keseharian Bapa Pendeta tugas pelayanan di dua jemaat.Yang pertama di Jemaat Gereja Bahtera di Janamba, yang kedua di Bulapa. Bapa juga masuk tim penerjemah Alkitab dari bahasa Indonesia ke Bahasa Moni, jadi Bapa sering berangkat ke Timika atau ke Nabire. Bapa juga menjadi salah satu pengajar di Sekolah Theologia Atas yang ada di Sugapa.Biasanya Bapa bersama keluarga dan anak di Hitadipa itu hari Jumat, Sabtu dan Minggu,” kata Mama Miriam.11

Sejumlah aktivis advokasi hak asasi manusia dan gereja berusaha mencari informasi pembanding tentang apa yang sesungguhnya terjadi di Intan Jaya pada 19 September 2020. Mereka menerima kesaksian dari Hitadipa, bahwa penembakan Pendeta Yeremia Zanambani dilakukan prajurit TNI.

Pembunuhan itu merupakan bagian dari rangkaian kekerasan di Hitadipa sejak 25 Oktober 2019, ketika TPNPB menembak tewas tiga tukang ojek. Pendeta Yeremia Zanambani merupakan korban jiwa ke-14 dari rangkaian konflik bersenjata yang terjadi di Kabupaten Intan Jaya sejak 25 Oktober 2019. Sejak saat itu, hingga 19 September 2020, terdapat sedikitnya sepuluh warga sipil yang tewas di tangan para pihak yang bertikai di Intan Jaya, dan sejumlah delapan warga sipil lainnya terluka. Dalam kurun waktu yang sama, sejumlah empat aparat keamanan tewas di Intan Jaya.

Pasca penembakan Pendeta Yeremia Zanambani, kekerasan di Intan Jaya berlanjut.Katekis dari Stasi Emondi, Gereja Katolik Keuskupan Timika, Agustinus Duwitau ditembak prajurit TNI pada 7 Oktober 2020.Duwitau yang terluka lantas dirawat di Sugapa.

Pada 26 Oktober 2020, prajurit TNI menembak Rufinus Tigau, seorangkatekis dari Paroki Bilogai, Gereja Katolik Keuskupan Timika. Penembakan yang menewaskan Rufinus Tigau itu terjadi di Kampung Jalai, Intan Jaya.

Kekerasan yang meluas dan mengorbankan warga sipil menunjukkan TNI tidak sepenuhnya mengendalikan ekses operasi militer mereka di Intan Jaya. Proses hukum terhadap berbagai kasus kekerasan yang dilakukan oleh prajurit TNI juga minim. Dari berbagai kasus kekerasan di Hitadipa, baru kasus pembakaran rumah dinas tenaga kesehatan di Taundugu yang mencapai tahap penyidikan. Pusat Polisi Militer TNI Angkatan Darat (Puspomad) menetapkan delapan prajurit TNI AD sebagai tersangka kasus pembakaran itu.12

Hingga awal November 2020, ratusan warga sipil di Distrik Hitadipa dan sejumlah distrik lainnya telah mengungsi. Sejak 19 September 2020, Mama Miriam belum pernah kembali ke Hitadipa, dan belum pernah melihat pusara Pendeta Yeremia Zanambani.

“Kami tidak bisa pulang ke sana. Kami takut karena masih ada TNI di sana. Kami mau mereka keluar supaya kami bisa ke sana. Kami merasa terancam, karena dari awal mereka sudah sampaikan bahasa ancaman kepada gereja dan masyarakat.Kami sekarang berat pulang.Sampai saat ini kami juga tidak tahu Bapa kubur dimana.Kami mondar-mandir dan tidak tahu pulang kemana.Kami tidak tahu, kami pulang apakah kami aman atau tidak,” kata Mama Miriam.13

Daerah Otonom Baru, Konflik Baru

Kabupaten Intan Jaya, khususnya Distrik Sugapa dan Distrik Hitadipa, bukanlah daerah operasi TPNPB. Kabupaten Intan Jaya merupakan Daerah Otonom Baru (DOB) hasil pemekaran dari Kabupaten Paniai.14Kabupaten Intan Jaya terbentuk dengan diundangkannya Undang-Undang

11Wawancara, Miriam Zoani, 23 Oktober 2020. 12https://jubi.co.id/papua‐delapan‐oknum‐tni‐ad‐tersangka‐pembakaran/ 13Wawancara, Miriam Zoani, 23 Oktober 2020. 14Undang‐Undang Republik Indonesia Nomor: 54 Tahun 2008, tentang pembentukan Kabupaten Intan Jaya. 

15

2020

Republik Indonesia Nomor 54 tahun 2008 pada 26 November 2008.Intan Jaya terdiri dari enam distrik yang sebelumnya merupakan bagian dari Kabupaten Paniai, yaitu Agisiga, Biandoga, Hitadipa, Homeyo, Sugapa, Wandai.15

Pada tahun 2013, terjadi penambahan dua distrik di Intan Jaya, yaitu Ugimba (hasil pemekaran Distrik Sugapa) dan Distrik Tomosiga (hasil pemekaran Distrik Agisiga.Penambahan distrik tersebut disertai penambahan jumlah kampung menjadi 97 kampung.

Hingga masa awal pemekaran, umumnya persoalan sosial di Intan Jaya berupa perkelahian antar warga, palang memalang, kecanduan minuman keras.Akan tetapi, tidak ada konflik bersenjata yang melibatkan para aktor keamanan seperti TNI, Polri, dan kelompok bersenjata TPNPB.

Setelah 11 tahun dibentuk, Kabupaten Intan Jaya belum efektif memperbaiki pelayanan pendidikan bagi 49.293 jiwa penduduknya.Pemerintah Kabupaten Intan Jaya gagal mengatasi persoalan rendahnya kualitas sumber daya manusia, kemiskinan, ketimpangan pertumbuhan ekonomi, ketertinggalan, dan keterisolasian.

Hal itu berdampak pada rendahnya daya saing Kabupaten Intan Jaya.16Capaian IPM Kabupaten Intan Jaya masih lebih rendah jika dibandingkan dengan Provinsi Papua.Pada tahun 2015, IPM Kabupaten Intan Jaya masih berada pada angka 44, 35, sedangkan Provinsi Papua sudah mencapai 57, 25.

Minimnya fasilitas pendidikan, serta tenaga pengajar yang terbatas memengaruhi proses kegiatan belajar mengajar dan angka melek huruf di sana. Pada tahun 2019, menurut Dinas Pendidikan dan Pengajaran Intan Jaya, hanya terdapat sebanyak 47 sekolah, dimana terdiri atas 3 unit TK, 36 unit SD,

15https://penghubung.papua.go.id/5‐wilayah‐adat/mee‐pago/kabupaten‐intan‐jaya/ 16https://www.bappedaintanjaya.id/dokument/RPJMD%20Intan%20Jaya%20‐%20Permendagri%2086.pdf 

16

2020

7 unit SMP, dan 1 unit SMA. Intan Jaya memiliki 222 guru yang terdiri atas 6 orang guru TK, 138 orang guru SD, 67 orang guru SMP, dan 11 orang guru SMA.17

Fasilitas kesehatan di Intan Jaya juga tetap minim.Dinas Kesehatan Intan Jaya mencatat terdapat 24 fasilitas kesehatan, yang bertumpu kepada delapan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) yang tersebar merata di delapan distrik Intan Jaya.Sejumlah delapan Puskesmas itu dibantu 13 unit Puskesmas Pembantu (Pustu) yang hanya berada di Distrik Homeyo dan Distrik Wandai dan dua unit balai pengobatan.Intan Jaya hanya memiliki satu unit Rumah Sakit Umum Daerah yang menempati bangunan Puskesmas Sugapa.Di Intan Jaya juga tidak ada rumah bersalin dan apotek.

Minimnya fasilitas kesehatan di Intan Jaya, membuat masyarakat sulit menjangkau pelayanan kesehatan yang baik.Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik, masyarakat harus melakukan perjalanan panjang ke Nabire atau Timika.18

Pembentukan Kabupaten Intan Jaya gagal meningkatkan kualitas pelayanan publik bagi warganya.Sebaliknya, Intan Jaya justru mengalami sejumlah dampak dari pemekaran itu, termasuk konflik baru yang berakar kepada persoalan politik lokal, ataupun kekerasan yang dilakukan aparat keamanan seperti polisi atau tentara.

Pada Pemilihan Umum 2014, terjadi sengketa terkait hasil pemilihan Calon Anggota Legislatif Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Intan Jaya dan tudingan penggelembungan suara.19

Selain persoalan sengketa dalam Pemilihan Legislatif DPRD Intan Jaya, keberadaan aparat keamanan di Sugapa, ibu kota Kabupaten Intan Jaya, juga menimbulkan gesekan baru. Pada 29 September 2014, terjadi penembakan terhadap warga yang sebelumnya terlibat perkelahian dengan dua anggota Brimob.20Seprianus Japugau (22) kena luka tembak di perut, sementara Benyamin Agimbau (30) luka parah karena dipukul popor senjata.21

Pasca itu, terjadi sedikitnya tujuh intimidasi bentrokan fisik antara Brimob dan warga sipil.Sejumlah kasus itutermasuk penembakan yang dilakukan satuan Brimob terhadap Malon Sondegau di Sugapa 25 Agustus 2016 (mengalami luka-luka dan masih hidup). Kasus lainnya adalah penembakan Brimob terhadap Otinus Sondegau (tewas) di Sugapa 27 Agustus 2016 yang menimbulkan amuk massa serta pembakaran Markas Kepolisian Sektor Sugapa.22Ada satu kasus kekerasan lain yang juga melibatkan aparat keamanan, yaitu kasus penikaman yang menewaskan kepala suku Kemandoga Ijihogama Selegani di Homeyo pada Desember 2015.23

17https://intanjayakab.bps.go.id/publication/download.html?nrbvfeve=ZGZiNDI2Yzc2NjFmNWE4ZjQ5NGRlMmM3&xzmn=aHR0cHM6Ly9pbnRhbmpheWFrYWIuYnBzLmdvLmlkL3B1YmxpY2F0aW9uLzIwMjAvMDUvMjAvZGZiNDI2Yzc2NjFmNWE4ZjQ5NGRlMmM3L2thYnVwYXRlbi1pbnRhbi1qYXlhLWRhbGFtLWFuZ2thLTIwMjAuaHRtbA%3D%3D&twoadfnoarfeauf=MjAyMC0xMC0yNiAxNjoyMDozNg%3D%3D 18https://suarapapua.com/2020/03/12/dprd‐keluhkan‐pelayanan‐kesehatan‐di‐intan‐jaya/ 19http://radiosuaradogiyaifm.blogspot.com/2014/05/ketua‐dpr‐dan‐ketua‐panwas‐intan‐jaya.html 20https://www.merdeka.com/peristiwa/hidupkan‐jaringan‐telkomsel‐yang‐diputus‐beno‐dipanah‐warga.html 21https://suarapapua.com/2016/08/29/catatan‐ulah‐brimob‐polda‐papua‐sugapa/  22https://suarapapua.com/2016/08/29/catatan‐ulah‐brimob‐polda‐papua‐sugapa/ 23https://suarapapua.com/2018/09/27/ini‐penjelasan‐bupati‐soal‐rencana‐pembentukan‐polres‐intan‐jaya/ 

17

2020

Konflik yang lebih besar terjadi saat penyelenggaraan pemilihan kepala daerah (Pilkada) untuk memilih Bupati dan Wakil Bupati Intan Jaya periode 2017 - 2022.Pilkada itu berujung sengketa dan bentrokan antara simpatisan pasangan calon bupati Yulius Yapugau-Yunus Kalabetme dan petahana Natalis Tabuni-Robert Kobogoyauw.

Kasus Pilkada dimulai dengan bentrokan antara simpatisan para kandidat yang terjadi di Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Intan Jaya pada 23 Februari 2017. Saat itu, massa pendukung Yulius Yapugau-Yunus Kalabetme meminta KPU mempercepat proses penghitungan suara Pilkada Intan Jaya. Permintaan itu ditolak, karena KPU Intan Jaya belum menerima rekapitulasi perolehan suara dari Distrik Wandai dan Distrik Agisiga.24Akibatnya terjadi bentrokan antar pendukung yang menewaskan tiga orang warga. Sejumlah 101 warga lainnya terluka.25.

Polda Papua segera mengirimkan 400 orang polisi ke Intan Jaya.Sejumlah 30 Brimob asal Bali yang sebelumnya berada di Kabupaten Dogiyai juga dipindahkan ke Intan Jaya.26Rekapitulasi perolehan suara itu akhirnya diselesaikan KPU Intan Jaya pada 24 Februari 2017.

Akan tetapi, pada 15 Mei 2017, Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Papua menolak hasil rekapitulasi Pilkada Intan Jaya itu.Bawaslu menilai banyak persyaratan administrasi yang tidak dipenuhi KPU Intan Jaya.Persoalan itu kemudian menjadi sengketa Mahkamah Konstitusi (MK).MK memerintahkan Pemungutan Suara Ulang (PSU) di 7 TPS berbeda.27Pada 29 Agustus 2017,Ketua MK Arief Hidayat membacakan putusannya, menetapkan Natalis Tabuni dan Robert Kobogoyauw

24https://jateng.tribunnews.com/2017/02/25/sengketa‐pilkada‐di‐papua‐berakhir‐bentrok‐dan‐kantor‐kpud‐dibakar‐satu‐dikabarkan‐tewas 25https://nasional.kompas.com/read/2017/03/19/14055531/kapolres.paniai.bantah.tidak.netral.dalam.pilkada.intan.jaya 26https://news.detik.com/berita/d‐3431565/satu‐warga‐tewas‐pleno‐penghitungan‐suara‐di‐intan‐jaya‐ditunda 27https://republika.co.id/berita/nasional/pilkada/17/08/29/ovfbwe384‐mk‐sidangkan‐putusan‐sengketa‐pilkada‐intan‐jaya‐papua 

memenangi Pilkada Intan Jaya 2017 dengan 36.883 suara.Putusan itu sekaligus membatalkan putusan KPU Intan Jaya yang memenangkan Yulius Yapugau dan Yunus Kalabetme.28

Putusan MK memantik protes dan pemalangan lapangan terbang Sugapa.Sejumlah kantor Pemerintah Kabupaten Intan Jaya di Sugapa dibakar massa. Amuk massa itu membuat kegiatan perekonomian di Sugapa lumpuh, karena sebagian besar kios dan pasar memilih tutup. Masyarakat asli memilih untuk diam di dalam rumah, sedangkan sebagian masyarakat pendatang memilih mengungsi ke markas polisi dan tentara.29

Pasca amuk massa di Sugapa itu, 100 Brimob Detasemen A Polda Sulawesi Selatan dikirim ke Intan Jaya untuk menjaga obyek vital, seperti lapangan terbang dan kantor-kantor pemerintah.30Usaidilantik sebagai Bupati Intan Jaya pada 12 Desember 2017, Natalis Tabuni menyatakan akan melakukan rekonsiliasi dengan seluruh lawan politiknya. Namun upaya itu tidak sepenuhnya dijalankan.Konflik Pilkada 2017 membuat Pemerintah Kabupaten Intan Jaya sulit menengahi berbagai konflik baru yang terjadi di sana.

28https://www.cnnindonesia.com/nasional/20170831170505‐12‐238724/warga‐intan‐jaya‐papua‐protes‐putusan‐mk‐penerbangan‐lumpuh 29https://news.detik.com/berita/d‐3623582/protes‐putusan‐mk‐soal‐pilkada‐massa‐bakar‐kantor‐pemkab‐intan‐jaya 30https://regional.kompas.com/read/2017/08/31/12223321/redam‐konflik‐di‐intan‐jaya‐100‐personel‐brimob‐diterbangkan‐ke‐papua 

Konflik yang lebih besar terjadi saat penyelenggaraan pemilihan kepala daerah (Pilkada) untuk memilih Bupati dan Wakil Bupati Intan Jaya periode 2017 - 2022.Pilkada itu berujung sengketa dan bentrokan antara simpatisan pasangan calon bupati Yulius Yapugau-Yunus Kalabetme dan petahana Natalis Tabuni-Robert Kobogoyauw.

Kasus Pilkada dimulai dengan bentrokan antara simpatisan para kandidat yang terjadi di Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Intan Jaya pada 23 Februari 2017. Saat itu, massa pendukung Yulius Yapugau-Yunus Kalabetme meminta KPU mempercepat proses penghitungan suara Pilkada Intan Jaya. Permintaan itu ditolak, karena KPU Intan Jaya belum menerima rekapitulasi perolehan suara dari Distrik Wandai dan Distrik Agisiga.24Akibatnya terjadi bentrokan antar pendukung yang menewaskan tiga orang warga. Sejumlah 101 warga lainnya terluka.25.

Polda Papua segera mengirimkan 400 orang polisi ke Intan Jaya.Sejumlah 30 Brimob asal Bali yang sebelumnya berada di Kabupaten Dogiyai juga dipindahkan ke Intan Jaya.26Rekapitulasi perolehan suara itu akhirnya diselesaikan KPU Intan Jaya pada 24 Februari 2017.

Akan tetapi, pada 15 Mei 2017, Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Papua menolak hasil rekapitulasi Pilkada Intan Jaya itu.Bawaslu menilai banyak persyaratan administrasi yang tidak dipenuhi KPU Intan Jaya.Persoalan itu kemudian menjadi sengketa Mahkamah Konstitusi (MK).MK memerintahkan Pemungutan Suara Ulang (PSU) di 7 TPS berbeda.27Pada 29 Agustus 2017,Ketua MK Arief Hidayat membacakan putusannya, menetapkan Natalis Tabuni dan Robert Kobogoyauw

24https://jateng.tribunnews.com/2017/02/25/sengketa‐pilkada‐di‐papua‐berakhir‐bentrok‐dan‐kantor‐kpud‐dibakar‐satu‐dikabarkan‐tewas 25https://nasional.kompas.com/read/2017/03/19/14055531/kapolres.paniai.bantah.tidak.netral.dalam.pilkada.intan.jaya 26https://news.detik.com/berita/d‐3431565/satu‐warga‐tewas‐pleno‐penghitungan‐suara‐di‐intan‐jaya‐ditunda 27https://republika.co.id/berita/nasional/pilkada/17/08/29/ovfbwe384‐mk‐sidangkan‐putusan‐sengketa‐pilkada‐intan‐jaya‐papua 

memenangi Pilkada Intan Jaya 2017 dengan 36.883 suara.Putusan itu sekaligus membatalkan putusan KPU Intan Jaya yang memenangkan Yulius Yapugau dan Yunus Kalabetme.28

Putusan MK memantik protes dan pemalangan lapangan terbang Sugapa.Sejumlah kantor Pemerintah Kabupaten Intan Jaya di Sugapa dibakar massa. Amuk massa itu membuat kegiatan perekonomian di Sugapa lumpuh, karena sebagian besar kios dan pasar memilih tutup. Masyarakat asli memilih untuk diam di dalam rumah, sedangkan sebagian masyarakat pendatang memilih mengungsi ke markas polisi dan tentara.29

Pasca amuk massa di Sugapa itu, 100 Brimob Detasemen A Polda Sulawesi Selatan dikirim ke Intan Jaya untuk menjaga obyek vital, seperti lapangan terbang dan kantor-kantor pemerintah.30Usaidilantik sebagai Bupati Intan Jaya pada 12 Desember 2017, Natalis Tabuni menyatakan akan melakukan rekonsiliasi dengan seluruh lawan politiknya. Namun upaya itu tidak sepenuhnya dijalankan.Konflik Pilkada 2017 membuat Pemerintah Kabupaten Intan Jaya sulit menengahi berbagai konflik baru yang terjadi di sana.

28https://www.cnnindonesia.com/nasional/20170831170505‐12‐238724/warga‐intan‐jaya‐papua‐protes‐putusan‐mk‐penerbangan‐lumpuh 29https://news.detik.com/berita/d‐3623582/protes‐putusan‐mk‐soal‐pilkada‐massa‐bakar‐kantor‐pemkab‐intan‐jaya 30https://regional.kompas.com/read/2017/08/31/12223321/redam‐konflik‐di‐intan‐jaya‐100‐personel‐brimob‐diterbangkan‐ke‐papua 

18

2020

19

2020

20

2020

Gunung Emas di Sugapa

Distrik Supaga merupakan daerah potensi tambang emas yang pernah menjadi bagian dari wilayah Kontrak Karya II PT Freeport Indonesia (PTFI) tahun 1991. Eksplorasi PT Freeport Indonesia di Blok Wabu, Distrik Sugapa, mengidentifikasi cadangan sebesar lebih dari 116 juta ton bijih mineral berkandungan emas dan perak.3132

Setiap ton (1.000 kilogram) bijih itu rata-rata berkandungan 2,16 gram emas dan 1,76 gram perak, dengan cut off grade sekitar 1 gram per ton. Total emas yang dapat dihasilkan diperkirakan mencapai 8,1 juta ons emas.33

Blok Wabu itu dikembalikan PTFI kepada pemerintah pusat pada awal Juli 2015, sebagai bagian dari kesepakatan dalam negosiasi Kontrak Karya PTFI menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK).34Meski sudah melakukan eksplorasi, PTFI belum pernah melakukan eksploitasi Blok Wabu.

Rencana penambangan Blok Wabu justru baru tersiar pada 22 September 2020, saat Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir mengikuti rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI.35Erickmenyatakan Kementerian BUMN telah bersurat kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif agar memberikan Blok Wabu kepada perusahaan BUMN PT Aneka Tambang Tbk.

31http://deit.or.id/investments/detail/12 32https://ddd.uab.cat/pub/infanu/43907/iaRIOTINTOa2003ieng.pdf 33https://www.cnbcindonesia.com/market/20201023081026‐17‐196486/dahsyat‐total‐sumber‐daya‐emas‐di‐blok‐wabu‐81‐juta‐ons 34https://www.cnbcindonesia.com/market/20201023081026‐17‐196486/dahsyat‐total‐sumber‐daya‐emas‐di‐blok‐wabu‐81‐juta‐ons 35https://www.cnbcindonesia.com/market/20200922151028‐17‐188587/erick‐surati‐menteri‐esdm‐minta‐lahan‐freeport‐buat‐siapa 

21

2020

Ternyata, sejak 20 Februari 2020 Direktur Utama Holding BUMN Tambang MIND ID, Orias Petrus Moedak telah mengirim surat kepada Gubernur Papua. Ia meminta Pemerintah Provinsi Papua merekomendasikan pemerintah pusat untuk memberikan Wilayah Izin Usaha Pertambangan Khusus (WIUPK) eks wilayah Blok B PFFI kepada MIND ID.

Pada 29 September 2020, Orias Petrus Moedak menyatakan pihaknya telah menerima suratjawaban Gubernur Papua atas permintaan rekomendasi itu. Orias menyatakan Gubernur Papua meminta penambangan Blok Wabu dilakukan dengan melibatkan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Pemerintah Provinsi Papua.Orias menyatakan PT Aneka Tambang Tbk dapat membuka joint venturedengan BUMD Pemerintah Provinsi Papua."Teknis [kerjasama] nanti kita bahas dengan Pak Gubernur.Kan kami sudah kerjasama dengan Pemda Papua dalam kepemilikan saham Freeport," jelas Orias.36

Pernyataan Orias itu berkesesuaian dengan salinan surat Gubernur Papua yang beredar luas pasca insiden penembakan Pendeta Yeremia Zanambani. Salinan surat bernomor 540/11625/SET tertanggal 24 Juli 2020 yang mencantumkan tanda tangan Gubernur Papua Lukas Enembe itumenyatakan Pemerintah Provinsi Papua mendukung dan merekomendasikan WIUPK Blok Wabu seluas 40 ribu hektar diberikan kepada MIND ID.37

Rencana penambangan Blok Wabu oleh PT Aneka Tambang Tbk itu dikhawatirkan akan semakin meningkatkan eskalasi konflik bersenjata di Intan Jaya. Semasa Blok Wabu dikelola PTFI, PTFI tidak pernah membuat kegiatan penambangan di sana. Ketiadaan aktivitas tambang di Blok Wabu membuat situasi keamanan di Intan Jaya lebih kondusif dibandingkan situasi keamanan areal kerja PTFI di Kabupaten Mimika yang kerap dilanda konflik bersenjata.

Aktivitas penambangan di Blok Wabu juga bisa menjadi masalah sosial baru, karena dapat berdampak terhadap penghidupan dan kehidupan masyarakat adat di Intan Jaya.Administrator Diosesan Keuskupan Timika, Pastor Marthen Kuayo Pr meminta Gubernur Papua mencabut rekomendasi WIUPK untuk MIND ID.

“Ada rekomendasi izin khusus di Blok Wabu, yang ditanda tangani Gubernur Papua tertanggal 24 Juni 2020. Tolong cabut surat ini, apabila benar dikeluarkan oleh Gubernur Papua. Saya tujuh tahun tugas di Intan Jaya sebagai pastor, saya tahu persis lokasi itu.Lokasi itu milik marga Belau, Japugau dan Sondegau.Kalau perusahaan ambil daerah itu, mau dikemanakan masyarakat?”Pastor Marthen Kuayo.38

Dengan latar belakang sosial, politik, ekonomi dan budaya masyarakat Intan Jaya, maka pola-pola ketidakadilan dan marginalisasi akan menjadi konsekuensi nyata di masa mendatang.

Keberadaan Blok Emas Wabu juga akan memunculkan potensi konflik yang lebih rumit untuk diselesaikan. TPNPB sudah menyampaikan penolakannya terhadap keberadaan penambangan Blok Wabu dan secara khusus meminta kepada Gubernur Papua untuk menarik kembali surat rekomendasi Wilayah Izin Usaha Pertambangan Khusus (WIUPK) Nomor 540/11625/SET yang dikeluarkan di Jayapura pada 24 Juli 202039. Resistensi ini dapat menghasilkan siklus kekerasan baru jika marginalisasi semakin parah dan pemerintah tetap mengedepankan pendekatan keamanan dalam resolusi konfliknya.

36https://industri.kontan.co.id/news/antam‐gandeng‐pemda‐papua‐garap‐tambang‐emas‐wabu‐estimasi‐capex‐us‐14‐miliar 37Salinan surat Gubernur Papua Nomor 540/11625/SET tertanggal 24 Juli 2020.  38https://jubi.co.id/keuskupan‐timika‐minta‐gubernur‐papua‐cabut‐rekomendasi‐wiupk‐blok‐wabu‐di‐intan‐jaya/ 39https://suarapapua.com/2020/10/25/tpnpb‐tegas‐menolak‐penambangan‐emas‐blok‐b‐wabu‐intan‐jaya/ 

22

2020

Topografi Konflik Intan Jaya Konflik yang melibatkan kekerasan aparat keamanan, maupun konflik berlatar belakang kontestasi politik lokal itu adalah bentuk konflik yang baru di Intan Jaya.Bobby Anderson (2015), seorang peneliti, melakukan beberapa penelitian terkait dengan topografi keamanan di Papua40.

Anderson membuat topografi wilayah di Papua berdasarkan karakteristik konflik.Pertama, wilayah konflik sumber daya/hak ulayat (warna abu abu).Kedua, wilayah konflik berlatar belakang rivalitas masyarakat adat setempat dengan migran, yang umumnya terjadi di daerah yang memiliki banyak warga pendatang/migran (warna hijau).Ketiga, konflik antar suku (warga kuning).Keempat, wilayah dengan kekerasan oleh aktor keamanan (abu-abu gelap).Anderson juga menandai sejumlah daerah dengan banyak insiden kekerasan (warna merah).

Dalam pemetaan Anderson, daerah pegunungan tengah Papua cenderung menjadi lokasi dari berbagai jenis konflik.Akan tetapi, pemetaan topografi konflik Anderson menunjukkan konflik yang terjadi di Intan Jaya didominasi konflik antar suku.Peta topografi konflik Anderson juga tidak menunjukkan keberadaan konflik/kekerasan oleh aktor keamanan di Intan Jaya.

Konflik Bersenjata Baru yang Mematikan

Pada 1 Agustus 2019, TPNPB menggelar pertemuan Reunifikasi dan Deklarasi Persatuan dan Kesatuan TPNPB-Organisasi Papua Merdeka di Ilaga, Kabupaten Puncak.41 Pertemuan ini dihadiri para pimpinan Panglima Komando Daerah Pertahanan (Kodap), termasuk Panglima Tertinggi TPNPB Jenderal Goliat Tabuni, Komandan Operasi Umum TPNPB Mayjen Lekagak Telenggen, Panglima Kodap Sinak Militer Murib, Panglima Kodap Ilaga Brigjen Penny Murib, dan Panglima Kodap Kemabu T Brigjen Ayub Waker.

Kodap adalah nama satuan teritorial TPNPB, yang biasanya berbasis kepada wilayah administrasi kabupaten di Papua. Pasca Konferensi Tingkat Tinggi TPNPB di Biak Numfor pada 1-5 Mei 2012, TPNPB memiliki 33 Kodap di seluruh Tanah Papua.

40 Bobby Anderson, Papua’s Insecurity State  Failure in the Indonesian Periphery.(Washington:East West Centre) 41https://suarapapua.com/2019/08/14/perkuat‐tpnpb‐goliat‐tabuni‐cs‐tolak‐organisasi‐tandingan/ 

23

2020

Pertemuan Panglima Tertinggi TPNPB Jenderal Goliat Tabunidengan para Panglima Kodap yang berlangsung di Ilaga pada 1 Agustus 2019 merupakan konsolidasi lanjutan mereka untuk merespon pembentukan West Papua Army oleh United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) dan Tentara Revolusi West Papua (TRWP) di Vanimo, Papua New Guinea pada 1 Mei 2019.

Dengan deklarasi yang dibacakan Sekretaris Panglima Tertinggi TPNPB, Anton Obed Tabuni, para pimpinan TPNPB itu menolak pembentukan West Papua Army.Pertemuan juga menyepakati perlunya meneruskan perlawanan TPNPB di Tembagapura dan Kabupaten Nduga.

Pasca pertemuan itu, sekelompok TPNPB melakukan perjalanan menuju Tembagapura, Kabupaten Mimika.Mereka melintasi Kabupaten Intan Jaya, dan tiba di Pugisiga, Distrik Hitadipa.Pada 25 Oktober 2019, mereka menggelar bakar batu di Pugisiga.

Di tengah suasana bakar batu itu, tiga tukang ojek melintas di Pugisiga, memancing kemarahan anggota TPNPB.Seketika, mereka membunuh ketiga tukang ojek itu, Rizal (31), Herianto (31), dan La Soni (25).Mereka menyatakan ketiga korban adalah mata-mata aparat keamanan.Mereka juga membatalkan rencana perjalanannya ke Tembagapura.

Pembunuhan ketiga tukang ojek itu mempercepat pembentukan komando teritorial baru TNI di Intan Jaya.Sejak 2016, TNI terus melakukan pemekaran komando teritorialnya di Tanah Papua, ditandai dengan peresmian Komando Daerah Militer XVIII/ Kasuari di Papua Barat pada 19 Desember 2016.42Pasca itu, TNI mewacanakan rencana pemekaran Komando Distrik Militer (Kodim, pembentukannya berbasis wilayah administratif kabupaten/kota, membawahi beberapa Komando Rayon Militer atau Koramil) baru di Tanah Papua.

Pada 27 September 2019, TNI mengubah struktur organisasinya, dengan membentuk tiga Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan). Perubahan itu mengikuti Keputusan Presiden Nomor 27 Tahun 2019 tentang Pembentukan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan dan Peningkatan Status 23 Komando Resort Militer Tipe B Menjadi Tipe A. Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto meresmikan tiga Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan) dalam upacara yang digelar di Skuadron 17 Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, pada 27 September 2019.

Asisten Operasi Panglima TNI Mayjen Ganip Warsito, perwira tinggi TNI AD dilantik menjadi Panglima Kogabwilhan III. Laksamana Muda Yudo Margono yang sebelumnya menjabat Panglima Komando Armada I TNI AL ditunjuk menjadi Panglima Kogabwilhan I. Sementara Marsekal Muda Fadjar Prasetyo yang sebelumnya Panglima Komando Operasi I TNI AU ditunjuk menjadi Panglima Kogabwilhan II Marsekal Muda Fadjar Prasetyo.43

Wilayah operasi Kogabwilhan dibagi dalam tiga wilayah pertahanan.Rinciannya, Kogabwilhan I meliputi wilayah darat yaitu Sumatera, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, DKI, Jawa Barat dan Banten. Wilayah Laut: perairan di sekitar Sumatera, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, DKI, Jawa Barat, Banten dan ALKI-1 beserta perairan sekitarnya. Wilayah udara: wilayah di atas Sumatera, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, DKI, Jawa Barat, Banten dan ALKI-1 beserta perairan sekitarnya. Markas komando berkedudukan di Tanjung Pinang.44

Sementara wilayah Kogabwilhan II meliputi wilayah darat: Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Sulawesi, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT. Wilayah Laut: perairan di sekitar Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Sulawesi, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT dan ALKI-2 serta ALKI-3a beserta perairan sekitarnya. Wilayah udara:

42https://www.cnnindonesia.com/nasional/20170123131753‐20‐188261/tni‐ad‐optimalkan‐dua‐kodam‐baru‐di‐papua‐dan‐sulawesi 43https://mediaindonesia.com/read/detail/262018‐tiga‐komando‐gabungan‐wilayah‐pertahanan‐tni‐diresmikan 44https://mediaindonesia.com/read/detail/262018‐tiga‐komando‐gabungan‐wilayah‐pertahanan‐tni‐diresmikan 

24

2020

wilayah di atas Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Sulawesi, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT dan ALKI-2 serta ALKI-3a beserta perairan sekitarnya. Markas Komando berkedudukan di Balikpapan.45

Adapun wilayah Kogabwilhan III meliputi wilayah, darat: Maluku, Maluku Utara, Papua. Wilayah Laut: Perairan di sekitar Maluku, Maluku Utara, Papua dan ALKI-3b dan 3c beserta perairan sekitarnya. Wilayah udara: wilayah di atas Maluku, Maluku Utara, Papua dan ALKI-3b dan 3c beserta perairan sekitarnya. Markas Komando berkedudukan di Biak.46

Buku Putih Pertahanan Indonesia tahun 2014 menyebut Komando Gabungan Wilayah Pertahanan sebagai bagian dari Gelar Pertahanan Militer.“Pembentukan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan diselenggarakan dalam keterpaduan TNI AD, TNI AL dan TNI AU sesuai dengan kondisi geografi wilayah Indonesia.”47

Buku Putih Pertahanan Indonesia mewacanakan untuk mengubah gelar kewilayahan yang berbasis Komando Daerah Militer (Kodam) TNI AD untuk menyesuaikan dengan struktur Kogabwilhan yang menonjolkan fungsi pertahanan trimatra(AD, AL, dan AU).“Gelar kekuatan Kodam dan jajarannya diproyeksikan untuk menyesuaikan dengan struktur Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan). Untuk mengintegrasikan dengan struktur gelar Kogabwilhan, maka gelar Komando Kewilayahan TNI AD ke depan disusun secara kenyal dan disesuaikan dengan kondisi geografi wilayah, sehingga memungkinkan terselenggaranya interoperabilitas pelaksanaan fungsi pertahanan secara Trimatra Terpadu dalam struktur Kogabwilhan.”48

Pada 29 September 2019, Cenderawasih Pos melansir rencana Komando Resor Militer 173/Praja Vira Braja (Korem 173/PVB) yang bermarkas di Biak untuk membentuk empat Kodim baru. Keempat Kodim baru itu akan dibentuk di Kabupaten Deiyai, Kabupaten Paniai, Kabupaten Puncak, dan Kabupaten Intan Jaya.49

Pasca penembakan tiga tukang ojek di Kampung Pugisiga, TNI terus menambah pasukannya di Intan Jaya.Pengiriman pasukan TNI dalam jumlah besar terjadi juga pada Desember 2019, di mana para prajurit TNI dari luar Papua dikirimkan ke Sugapa, ibu kota Kabupaten Intan Jaya, dengan menggunakan helikopter. Mereka segera disebarkan di berbagai distrik di Intan Jaya, termasuk di Distrik Hitadipa.

Di Hitadipa, distrik yang hanya memiliki 5.366 jiwa penduduk, TNI mendirikan Koramil Persiapan Hitadipa. Para prajurit TNI menduduki SD YPPGI dan SMP Satu Atap Hitadipa, dan menyulap sekolah itu menjadi Markas Koramil Persiapan Hitadipa.

Kepala Sekolah SD YPPGI dan SMP Satu Atap Hitadipa, Rode Zanambani menyebut kegiatan belajar mengajar bagi sekitar 300 murid terhenti setelah TNIbermarkas di sana. “Semua siswa kami, guru kami, sudah tidak ada di sekolah.Kami minta tidak boleh pakai gedung sekolah kami, dan tidak boleh tinggal di Hitadipa.Kalau memang ada koramil, kenapa harus di sekolah, di tempat misi?Hamba-hamba Tuhan yang lain tertekan.Mau mengajar tidak bisa, mau melayani tidak bisa," kata Rode yang juga putri Pendeta Yeremia Zanambani.50

45https://mediaindonesia.com/read/detail/262018‐tiga‐komando‐gabungan‐wilayah‐pertahanan‐tni‐diresmikan 46https://mediaindonesia.com/read/detail/262018‐tiga‐komando‐gabungan‐wilayah‐pertahanan‐tni‐diresmikan 47https://www.kemhan.go.id/itjen/wp‐content/uploads/migrasi/peraturan/BUKU%20PUTIH.pdf 48https://www.kemhan.go.id/itjen/wp‐content/uploads/migrasi/peraturan/BUKU%20PUTIH.pdf 49http://cenderawasihpos.co.id/di‐wilayah‐korem‐173‐pvb‐4‐kodim‐baru‐akan‐dibentuk/ 50 Wawancara, Rode Zanambani, 23 Oktober 2020. 

25

2020

Keterangan foto: SD YPPGI dan SMP Satu Atap Hitadipa yang telah dijadikan Markas Koramil Persiapan Hitadipa.

Sejak TNI menambah jumlah pasukannya di Intan Jaya, kekerasan baru terus terjadi di Distrik Hitadipa, Sugapa, Ugimba, dan Wandai.Berikut ini adalah kronik kekerasan dari Desember 2019 hingga September 2020.

1. Penambahan pasukan (13-14 Desember 2019) dan penembakan 2 anggota TNI AD (17 Desember 2019)

Penambahan pasukan dalam skala yang signifikan terjadi di Intan Jaya sejak pertengahan Desember 2019, dengan tiga helikopter yang disiagakan di lapangan terbang Soko Paki, Bilogai. Warga di Sugapa bersaksi pada 14 Desember 2019 pukul 18.00 WIT sebuah helikopter terbang berputar-putar di atas wilayah Yokatapa dan Bilogai di Sugapa.51Penambahan pasukan berlanjut hingga 16 Desember 2019.

Sekretaris II Dewan Adat Papua, John NR Gobai menyatakan penambahan pasukan TNI dalam skala besar terjadi di sejumlah kabupaten yang berada di Wilayah Adat Meepago (Intan Jaya, Paniai, Dogiyai, Deiyai) pada tanggal 13 dan 14 Desember 2019. Pada tanggal 13 Desember 2019, terhitung ada empat kelompok penerbangan prajurit TNI yang diturunkan di Kabupaten Paniai dengan helikopter TNI AU. Pada 14 Desember 2019, lebih dari lima truk aparat keamanan berangkat dari Nabire menuju kearah Dogiyai, Paniai dan Deiyai.52

Meskipun banyak warga menyaksikan pengiriman pasukan TNI yang terjadi pada 12 - 14 Desember 2019, Kantor Berita Antara melansir pernyataan Kepala Pusat Penerangan TNI, Mayjen TNI Sisriadi yang membantah ada penambahan pasukan TNI menjelang perayaan Natal di Papua. Sisriadi menyatakan pengamanan Natal di Papua hanya dilakukan oleh

51https://suarapapua.com/2019/12/17/baku‐tembak‐pecah‐di‐intan‐jaya‐jelang‐natal/ 52https://jubi.co.id/dpr‐papua‐didesak‐minta‐klarifikasi‐terkait‐pengiriman‐pasukan‐ke‐beberapa‐kabupaten/amp/ 

26

2020

pasukan TNI yang sudah ada di Papua.53Kabid Humas Polda Papua, Kombes Ahmad Mustofa Kamal juga menerbitkan siaran pers tertulis yang membantah ada penambahan pasukan di Intan Jaya.54

Sulit meraih informasi yang jelas tentang penambahan pasukan organik maupun non organik dalam operasi yang dilakukan TNI/Polri di Intan Jaya.Pasca restrukturisasi organisasi TNI pada 27 September 2019, Tim Kemanusiaan juga sulit mengidentifikasi pembagian tugas di antara para pemangku kepentingan seperti Kodam XVII/Cenderawasih, Korem 173/PVB, maupun Kogabwilhan III.Namun, Kogabwilhan III terkesan lebih berwenang dan berperan dalam operasi keamanan di Intan Jaya.

Sepanjang rangkaian kekerasan dan konflik bersenjata di Intan Jaya, penyampaian informasi kepada publik lebih banyak dilakukan Penerangan Kogabwilhan III. Pasca penembakan Pendeta Yeremia Zanambani misalnya, Kepala Penerangan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan III, Kol Czi IGN Suriastawa membuat pernyataan sepihak, menyebut Pendeta Yeremia ditembak oleh TPNPB. Pada masa sebelumnya, penyampaian informasi sejenis lebih banyak dilakukan Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih.

Para pejabat Kogabwilhan III juga aktif menemui berbagai pihak, termasuk Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Perwakilan Papua, Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Intan Jaya.Pada 6 November 2020, Kantor Berita Antara melansir pernyataan Asops Kaskogabwilhan III Brigjen TNI Suswatyo yang menyatakan TNI bersama Polri terus melanjutkan operasi penegakan hukum di Intan Jaya. "Kami tetap melanjutkan operasi sampai daerah Sugapa kompleks menjadi lebih aman lagi ke depan. Kami tidak akan mundur, tetap melaksanakan tugas operasi di sana," kata Brigjen Suswatyo.55

Sejak pertengahan Desember 2019 eskalasi konflik bersenjata di Intan Jaya meningkat dengan cepat.Kontak tembak antara TNI dan TPNPB terjadi pada 17 Desember 2019, ketika sepasukan prajurit TNI yang sedang berpatroli di Sugapa diserang TPNPB.56 Komandan Operasi TPNPB Komando Daerah Pertahanan (Kodap) Intan Jaya, Sabinus Waker dan juru bicara TPNPB Sebby Sambom menyatakan bertanggungjawab atas penembakan yang menewaskan Lettu Inf Erizal Zuhri Sidabutar (berasal dari Satuan Penanggulangan Teror 81 Kopassus, Jakarta) dan Serda Rizky Ramadhan (prajurit Kopassus, Jakarta) itu.57

Pada 20 Desember 2019, Bupati Intan Jaya Natalis Tabuni meminta TPNPB maupun TNI bersama-sama menarik diri dari Intan Jaya. Natalis Tabuni juga membuat surat edaran bernomor: 300/212/BUP tertanggal 20 Desember 2019, meminta penarikan pasukan TNI/Polri dari Intan Jaya.58

“Akhir-akhir ini terjadi kurang kondusif. Ini membuat mengganggu suasana masa penantian kedatangan Sang Juru Selamat Umat Manusia, yakni Yesus Kristus. Untuk meningkatkan stabilitas keamanan menjelang pesta Natal 2019 dan menyongsong Tahun Baru 2020, saya minta dengan tegas TPNPB dan TNI/Polri segera tinggalkan Intan Jaya,” ujar Natalis Tabuni.59

53https://papua.antaranews.com/nasional/berita/1217408/kapuspen‐tni‐sebut‐tak‐ada‐pengamanan‐khusus‐jelang‐natal‐di‐papua?utm_source=antaranews&utm_medium=nasional&utm_campaign=antaranews 54https://jubi.co.id/polda‐papua‐bantah‐ada‐penambahan‐pasukan‐ke‐intan‐jaya/ 55https://www.antaranews.com/berita/1826956/kogabwilhan‐iii‐tni‐tetap‐lanjutkan‐operasi‐di‐sugapa 56https://tirto.id/dua‐prajurit‐tni‐meninggal‐dalam‐kontak‐senjata‐di‐intan‐jaya‐enGy 57https://suarapapua.com/2019/12/17/baku‐tembak‐pecah‐di‐intan‐jaya‐jelang‐natal/ 58https://7to7papua.com/2019/12/24/surat‐edaran‐bupati‐intan‐jaya‐untuk‐menarik‐tni‐polri‐viral‐di‐media‐sosial/ 59https://jubi.co.id/bupati‐intan‐jaya‐minta‐tpnpb‐dan‐tni‐polri‐segera‐tinggalkan‐intan‐jaya/ 

27

2020

2. Kontak senjata antara TPNPB dan TNI-Polri (26 Januari 2020)

Penembakan terjadi di Ologotugapa, sebuah kampung dekat Holomama dan Kampung Mamba, Distrik Sugapa, pada 26 Januari 2020.Dalam peristiwa itu, seorang warga sipil bernama Alex Kobogau (28 tahun) meninggal dunia.Kepala Bagian Penerangan Umum Mabes Polri, Kombes Asep Adi Saputramenyatakan Alex Kobogau tewas usai baku tembak.60Aparat keamanan meng-klaim Alex Kobogau adalah anggotaTPNPB.Akan tetapi, para warga setempat menyatakan Alex Kobogau adalah warga sipil dan bukan anggota TPNPB61.

Pada hari yang sama, seorang anak bernama Jakson Sondegau (8 tahun) terluka tembak di perut saat sedang bermain-main di sekitar rumahnya yang terletak di sekitar Markas Koramil Yokatapa. Di Yokatapa, seorang anak lainnya bernama Yopi Sani Yegeseni (14 tahun), menjadi korban penganiayaan.

3. Penembakan terhadap Melki Tipagau, Kayus Sani, Heletina Sani, dan Malopina Sani (18 Februari 2020)TNI meng-klaim ada kontak tembak antara TNI dan TPNPB terjadi di Kampung Gulanggama dan Japaro Komplek pada 18 Februari 2020. Kepala Penerangan Kodam XVII/Cendrawasih, Kolonel CPL Eko Daryanto menyatakan pasukan TNI melihat sekelompok orang membawa dua pucuk senjata api, sehingga menyerang kelompok itu. Eko menyatakan seorang anggota TPNPB bernama Melki Tipagautewas dalam kontak tembak itu. 62

Juru bicara TPNPB, Sebby Sambom membantah pihaknya terlibat kontak senjata dengan pasukan TNI di Gulanggama.Sambom menyatakan TNI menembak empat warga sipil, lalu berdalih terlibat kontak senjata dengan TPNPB.63

Sumber yang berbeda menyatakan Melki Tipagau adalah anak berumur 12 tahun. Sumber itu juga menyatakan ada seorang warga bernama Kayus Sani (51 tahun) tewasditembak saat berada di dalam rumahnya. Kayus Sani adalah anggota Badan Pengurus Gereja Setempat (BPGS) Stasi Gulunggama, Paroki Bilogai, Keuskupan Timika yang tengah dirawat karena luka tembak terdahulu, hingga akhirnya tewas tertembak pada 18 Februari 2020. Melki dan Kayustewasditembak saat TNI melakukan penyisiran dan pencarian senjata di Gulanggama dan Japaro Komplek. Ada dua warga lain yang turut terluka dalam insiden itu, yaitu Heletina Sani (31 tahun, ibu dari Melki Tipagau), dan Malopina Sani (11 tahun, pelajar).

4. Penembakan 2 Tenaga Medis di Distrik Wandai ( 22 Mei 2020)

TPNPB menembak dua tenaga medis Dinas Kesehatan Intan Jaya, Heniko Somou dan Alemanek Bagau di Kampung Kititapa, Distrik Wandai. Kronologi Humas dan Protokoler Sekretariat Daerah Kabupaten Intan Jaya, menyatakan pada 21 Mei 2020 Heniko Somou dan Alemanek Bagau mengambil obat di Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Intan Jaya di Yokatapa, Distrik Sugapa. Esoknya, mereka membawa obat itu ke Distrik Wandai. Pada 22 Mei 2020 petang, sekitar pukul 18.40 WIT, Media Center Gugus Tugas Covid-19 menerima laporan bahwa Heniko Somou dan Alemanek Bagau ditembak orang tidak dikenal. 64

Kepala Bidang Humas Polda AM Kamal menyatakan penembakan itu terjadi setelah Heniko Somou memperingatkan para warga di Pasar Kampung Mbugulo, bahwa ada sekelompok

60https://www.liputan6.com/news/read/4165325/1‐anggota‐kkb‐di‐papua‐tewas‐usai‐baku‐tembak‐dengan‐aparat 61https://jubi.co.id/dap‐minta‐tim‐pencari‐fakta‐komnas‐ham‐datang‐ke‐intan‐jaya/ 62https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200219100031‐20‐475982/tni‐polri‐tembak‐mati‐anggota‐kksb‐di‐intan‐jaya 63https://www.reuters.com/article/us.indonsia‐papua/indonesian‐military‐say‐papuan‐separatist‐killed‐in‐shootout‐iduUSKBN20D1D5 64https://suarapapua.com/2020/05/23/ini‐kronologi‐penembakan‐dua‐asn‐petugas‐medis‐di‐intan‐jaya/ 

28

2020

TPNPB dan TNI terlibat kontak senjata di Kampung Titigi, Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Kabupaten Intan Jaya. Seorang prajurit TNI, Pratu Firdaus Kurniawan tewas, sementara seorang prajurit TNI lainnya, Pratu Arbi Setiawan terkena Setiawan terkena tembakan dan luka di kaki kanan

Terjadi penembakan yang menewaskan Katekis Keuskupan Timika, RufinusTigau di Kampung Jibugage. TNImengakui pihaknya mengakui pihaknya menembak Rufinus

Terjadi penembakan anggota TGPF Intan Jaya, Bambang Purwoko. TPNPB mengakui pihaknya menembak Bambang.

Terjadi penembakan yang menewaskan Katekis Keuskupan Timika, Agustinus Duwitauw di kawasan Lapangan Terbang Bilogai.Bilogai. TNI mengakui pihaknya melakukan penembakan itu

Pendeta Yeremia Zanambani meninggal karena ditembak dan ditusuk oleh prajurit TNI bernama Alpius.

Terjadi penyerangan terhadap Markas Komando Rayon Militer Persiapan Hitadipa, dan serangan itu menewaskan Pratu menewaskan Pratu Dwi Akbar Utomo

Sejumlah prajurit TNI yang dalam perjalanan menuju Markas Komando Rayon Militer Persiapan Hitadipa dihadang Hitadipa dihadang TPNPB. Terjadi kontak tembak yang menewaskan Serka menewaskan Serka Sahlan. TPNPB juga merampas senjata SS1 milik Serka Sahlan

TPNPB menembak warga bernama La Ode Anas Munawir. Di lokasi berbeda, TPNPB juga menembak tukang ojek menembak tukang ojek bernama Fathur Rahman. Keduanya terluka, namun selamat.

Terjadi penembakan yang menewaskan Yunus Sani. TPNPB menyatakan membunuh Yunus Sani, karena korban diduga mata-mata.

TPNPB menembak dua tenaga medis Dinas Kesehatan Intan Jaya, Heniko Somou dan Alemanek Bagau di Alemanek Bagau di Kampung Kititapa, Distrik Wandai. Penembakan itu menewaskan Heniko menewaskan Heniko Somou dan membuat Alemanek terluka parah.

Terjadi penembakan yang dilakukan TNI, dan menewaskan Kayus Sani (51 tahun) serta Melki Tipagau (12 tahun, siswa SD YPPK Bilogai). Sejumlah dua warga Sejumlah dua warga lainnya, Heletina Sani (31 tahun, ibu dari Melki Tipagau), dan Malopina Sani (11 tahun, pelajar) terluka karena tembakan TNI.

Alex Kobogau, seorang warga sipil meninggal karena ditembak TNI. Di hari yang sama, seorang anak, Jackson Sondegau Jackson Sondegau (8 tahun) terluka tembak di perut sedangkan Yopi Sani Yegeseni (14 tahun) dianiaya aparat keamanan.

Terjadi penembakan yang menewaskan dua prajurit TNI AD, yaitu Serda Rizky dan Lettu Inf Erizal Zuhri Sidabutar

Terjadi penembakan yang menewaskan tiga tukang ojek bernama Rizal (31), Herianto (31), dan La Soni (25).

29

2020

TPNPB dan TNI terlibat kontak senjata di Kampung Titigi, Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Kabupaten Intan Jaya. Seorang prajurit TNI, Pratu Firdaus Kurniawan tewas, sementara seorang prajurit TNI lainnya, Pratu Arbi Setiawan terkena Setiawan terkena tembakan dan luka di kaki kanan

Terjadi penembakan yang menewaskan Katekis Keuskupan Timika, RufinusTigau di Kampung Jibugage. TNImengakui pihaknya mengakui pihaknya menembak Rufinus

Terjadi penembakan anggota TGPF Intan Jaya, Bambang Purwoko. TPNPB mengakui pihaknya menembak Bambang.

Terjadi penembakan yang menewaskan Katekis Keuskupan Timika, Agustinus Duwitauw di kawasan Lapangan Terbang Bilogai.Bilogai. TNI mengakui pihaknya melakukan penembakan itu

Pendeta Yeremia Zanambani meninggal karena ditembak dan ditusuk oleh prajurit TNI bernama Alpius.

Terjadi penyerangan terhadap Markas Komando Rayon Militer Persiapan Hitadipa, dan serangan itu menewaskan Pratu menewaskan Pratu Dwi Akbar Utomo

Sejumlah prajurit TNI yang dalam perjalanan menuju Markas Komando Rayon Militer Persiapan Hitadipa dihadang Hitadipa dihadang TPNPB. Terjadi kontak tembak yang menewaskan Serka menewaskan Serka Sahlan. TPNPB juga merampas senjata SS1 milik Serka Sahlan

TPNPB menembak warga bernama La Ode Anas Munawir. Di lokasi berbeda, TPNPB juga menembak tukang ojek menembak tukang ojek bernama Fathur Rahman. Keduanya terluka, namun selamat.

Terjadi penembakan yang menewaskan Yunus Sani. TPNPB menyatakan membunuh Yunus Sani, karena korban diduga mata-mata.

TPNPB menembak dua tenaga medis Dinas Kesehatan Intan Jaya, Heniko Somou dan Alemanek Bagau di Alemanek Bagau di Kampung Kititapa, Distrik Wandai. Penembakan itu menewaskan Heniko menewaskan Heniko Somou dan membuat Alemanek terluka parah.

Terjadi penembakan yang dilakukan TNI, dan menewaskan Kayus Sani (51 tahun) serta Melki Tipagau (12 tahun, siswa SD YPPK Bilogai). Sejumlah dua warga Sejumlah dua warga lainnya, Heletina Sani (31 tahun, ibu dari Melki Tipagau), dan Malopina Sani (11 tahun, pelajar) terluka karena tembakan TNI.

Alex Kobogau, seorang warga sipil meninggal karena ditembak TNI. Di hari yang sama, seorang anak, Jackson Sondegau Jackson Sondegau (8 tahun) terluka tembak di perut sedangkan Yopi Sani Yegeseni (14 tahun) dianiaya aparat keamanan.

Terjadi penembakan yang menewaskan dua prajurit TNI AD, yaitu Serda Rizky dan Lettu Inf Erizal Zuhri Sidabutar

Terjadi penembakan yang menewaskan tiga tukang ojek bernama Rizal (31), Herianto (31), dan La Soni (25).

30

2020

TPNPB dari Distrik Ndeotadi memasuki Distrik Wandai. Penyampaian informasi itu ternyata diketahui oleh TPNPB, yang lantas mengejar Heniko Somou.Kamal menyatakan Heniko sempat melarikan diri dengan mendatangi rumah Alemanek Bagau, namun TPNPB menembaki Heniko.Alemanek yang mencoba menolong Heniko juga ditembak dan dianiaya TPNPB. Heniko tewas dalam insiden itu, sementara Alemanek selamat dan menjalani perawatan atas luka yang dideritanya.65

Pastor Paroki Bilogai, Pastor Yustinus Rahangiar Pr menyatakan Heniko Somou dan Alemanek Bagau adalah petugas kesehatan di Distrik Wandai.“Heniko saya tidak terlalu kenal, tetapi Alemanek Bagau tenaga medis lama di Wandai, mantri kesehatan.Alemanek dikenal banyak orang di Wandai.Dia tiba di Pastoran Bilai dalam kondisi setengah sadar.Kami membantu mengantar dia untuk dirawat di Bilogai, Dewan Paroki yang antar.Pasca penembakan Heniko dan Alemanek itu, aktivitas pemerintahan di Distrik Wandai terhenti sampai sekarang,” kata Pastor Yustinus.66

Juru bicara TPNPB, Sebby Sambom sempat membantah jika pihaknya yang menjadi pelaku penembakan dua tenaga medis itu.67Belakangan, beredar video sekelompok anggota TPNPB mengakui menembak kedua tenaga medis itu.Mereka melakukan penembakan itu karena menganggap Alemanek Bagau dan Heniko Somou mata-mata aparat keamanan.6869

65 Lihat https://suarapapua.com/2020/05/23/ini‐kronologi‐penembakan‐dua‐asn‐petugas‐medis‐di‐intan‐jaya/ dan https://jubi.co.id/tenaga‐kesehatan‐intan‐jaya‐dianiaya‐pelakunya‐tak‐dikenal‐papua/ dan https://www.jakartapost.com/news/2020/05/24/opm‐saya‐tni‐police‐shot‐medical‐workers‐in papua.html 66Wawancara Tim Kemanusiaan, 9 November 2020.  67https://nasional.tempo.co/read/1345510/opm‐membantah‐tembak‐2‐tenaga‐medis‐di‐intan‐jaya‐papua/full&view=ok 68https://suarapapua.com/2020/06/03/video‐tpnpb‐akui‐tembak‐dua‐tenaga‐kesehatan‐di‐intan‐jaya/ 69https://www.youtube.com/watch?v=IWkzsDQy2lM&feature=emb_err_woyt 

TPNPB dari Distrik Ndeotadi memasuki Distrik Wandai. Penyampaian informasi itu ternyata diketahui oleh TPNPB, yang lantas mengejar Heniko Somou.Kamal menyatakan Heniko sempat melarikan diri dengan mendatangi rumah Alemanek Bagau, namun TPNPB menembaki Heniko.Alemanek yang mencoba menolong Heniko juga ditembak dan dianiaya TPNPB. Heniko tewas dalam insiden itu, sementara Alemanek selamat dan menjalani perawatan atas luka yang dideritanya.65

Pastor Paroki Bilogai, Pastor Yustinus Rahangiar Pr menyatakan Heniko Somou dan Alemanek Bagau adalah petugas kesehatan di Distrik Wandai.“Heniko saya tidak terlalu kenal, tetapi Alemanek Bagau tenaga medis lama di Wandai, mantri kesehatan.Alemanek dikenal banyak orang di Wandai.Dia tiba di Pastoran Bilai dalam kondisi setengah sadar.Kami membantu mengantar dia untuk dirawat di Bilogai, Dewan Paroki yang antar.Pasca penembakan Heniko dan Alemanek itu, aktivitas pemerintahan di Distrik Wandai terhenti sampai sekarang,” kata Pastor Yustinus.66

Juru bicara TPNPB, Sebby Sambom sempat membantah jika pihaknya yang menjadi pelaku penembakan dua tenaga medis itu.67Belakangan, beredar video sekelompok anggota TPNPB mengakui menembak kedua tenaga medis itu.Mereka melakukan penembakan itu karena menganggap Alemanek Bagau dan Heniko Somou mata-mata aparat keamanan.6869

65 Lihat https://suarapapua.com/2020/05/23/ini‐kronologi‐penembakan‐dua‐asn‐petugas‐medis‐di‐intan‐jaya/ dan https://jubi.co.id/tenaga‐kesehatan‐intan‐jaya‐dianiaya‐pelakunya‐tak‐dikenal‐papua/ dan https://www.jakartapost.com/news/2020/05/24/opm‐saya‐tni‐police‐shot‐medical‐workers‐in papua.html 66Wawancara Tim Kemanusiaan, 9 November 2020.  67https://nasional.tempo.co/read/1345510/opm‐membantah‐tembak‐2‐tenaga‐medis‐di‐intan‐jaya‐papua/full&view=ok 68https://suarapapua.com/2020/06/03/video‐tpnpb‐akui‐tembak‐dua‐tenaga‐kesehatan‐di‐intan‐jaya/ 69https://www.youtube.com/watch?v=IWkzsDQy2lM&feature=emb_err_woyt 

31

2020

5. Penembakan Yunus Sani (29 Mei 2020)

TPNPB menembak warga bernama Yunus Sani. Pembunuhan itu diketahui dari penuturan Pastor Niko Wakey, yang mendengar beberapa kali suara tembakan saat memperbaiki rantai sepeda motor yang putus di Kampung Mbugulo, Distrik Wandai. Pastor Niko lantas mendatangi arah sumber suara tembakan itu, dan bertemu dengan tiga orang yang mengaku sebagai TPNPB.Ia juga melihat jenazah Yunus Sani. Ketiga orang itu mempersilahkan Pastor Niko membawa jenazah Yunus Sani, namun Pastor Niko takut dan memilih berpamitan untuk melanjutkan perjalanannya.

Pada 30 Mei 2020, Pater Niko kembali mendatangi lokasi itu, untuk mengevakuasi jenazah Yunus Sani. Ia sempat bertemu lagi dengan TPNPB yang lantas mengawalnya dari Kampung Magataga menuju seberang Kali Kemabu. "Tentara hutan" meninggalkan Pastor Niko di seberang kali, membiarkan Pater dan warga setempat membawa jenazah Yunus Sani ke Kampung Mamba di Distrik Sugapa.

Juru bicara TPNPB, Sebby Sambom menyatakan pihaknya bertanggung jawab atas insiden penembakan Yunus Sani.Sambom menyatakan Yunus Sani adalah mata-mata aparat keamanan Indonesia.“Mereka [korban] memiliki pistol dan HT [atau handy talkie], serta kartu anggota BMP [atau Barisan Merah Putih].Oleh karena itu TPNPB berani tembak mati.Kami sudah tahu siapa Yunus Sani, dia sudah lama kerja sama dengan aparat atau mata-mata TNI dan Polri saat perang di Intan Jaya pada 2019,” kata Sambom.70

6. Penembakan La Ode Anas Munawir dan Fathur Rahman (14 September 2020)

Terjadi penembakan terhadap warga sipil bernama La Ode Anas Munawir.La Ode Anas ditembak TPNPB di Bilogai, Distrik Sugapa, dan menjalani perawatan luka tembak di bahunya, kemudian menjalani perawatan medis di Puskesmas Yokatapa di Sugapa.71Suarapapua.com menyebutkan La Ode Anas ditembak di tempat jual togelnya yang terletak di Tigamajigi, Kampung Bilogai, Distrik Sugapa.Seorang pengemudi ojek, Fathur Rahman (23) juga ditembak pada 14 September 2020.Fatur ditembaki dari arah ketinggian seusai mengantar penumpang dari Kampung Titigi ke Distrik Sugapa.

7. Pembunuhan Ahmad Baidlowi dan Serka Sahlan (17 September 2020)

Pada 17 September 2020 pagi, jenazah Ahmad Baidlowi ditemukan di belakang SD YPPK Santo Misael Bilogai di Distrik Sugapa.Jenazah Baidlowi ditemukan luka tangan kiri terputus, dan diduga meninggal karena kehabisan darah.72

Penembakan juga terjadi pada pukul 14.20 WIT, ketika TPNPB menembak sepasukan prajurit TNI yang sedang dalam perjalanan dari Distrik Sugapa menuju Markas Koramil Persiapan Hitadipa. Rombongan prajurit TNI yang sedang bersepeda motor itu ditembaki TPNPB, hingga seorang prajurit TNI bernama Serka Sahlan tewas tertembak. TPNPB juga merampas senjata api jenis SS1 dari Serka Sahlan.73 Penembakan Serka Sahlan, serta perampasan SS1 itu melatarbelakangi rangkaian intimidasi serta kekerasan yang terjadi di Hitadipa pada 19 September 2020.

70https://tirto.id/tpnpb‐klaim‐tembak‐mati‐mata‐mata‐di‐intan‐jaya‐papua‐fESQ 71https://suarapapua.com/2020/09/15/dua‐tukang‐ojek‐di‐intan‐jaya‐ditembak‐otk/ 72https://tirto.id/polda‐papua‐selidiki‐kasus‐kekerasan‐penembakan‐di‐intan‐jaya‐f4HQ 73https://www.beritasatu.com/surya‐lesmana/nasional/677755/opm‐klaim‐rampas‐senjata‐dari‐aksi‐serangan‐di‐intan‐jaya 

32

2020

Ketegasan Dijawab Permusuhan “Jika sudah meninggal mohon tunjukan dimana kuburnya, agar keluarga bisa berduka.Jika masih hidup, mohon dikembalikan."

Pernyataan tegas itu disampaikan Pendeta Yeremia Zanambani dalam pertemuan yang diselenggarakan Bupati Intan Jaya, Natalis Tabuni di Markas Kepolisian Sektor Sugapa pada 14 Mei 2020.Pernyataan itu disampaikan Pendeta Yeremia menyikapi kasus hilangnya dua anggota keluarga Zanambani.

Pada 21 April 2020, sekelompok prajurit TNI di Sugapa melakukan sweeping dengan alasan pemeriksaan pemenuhan protokol kesehatan Covid-19.Namun Satgas Covid-19 Intan Jaya menjelaskan bahwa sweeping yang dilakukan oleh TNI itu bukan bagian dari penanganan pandemi oleh Satgas Covid-19 Intan Jaya.

Dalam ‘sweeping’ itu, TNI menangkap tiga orang warga sipil.Seorang diantaranya telah dilepas, namun Apinus Zanambani (22) dan Luther Zanambani (23) dibawa ke Markas Koramil Sugapa.Belakangan, Apinus dan Luther dinyatakan hilang, dan belum ditemukan hingga kini.

Awalnya, pihak keluarga menduga bahwa Apinus dan Luther positif terinfeksi Virus Corona Covid-19, sehingga menduga mereka akan dikarantina selama dua minggu. Sepanjang waktu itu, keluarga tidak pernah menerima pemberitahuan apapun dari aparat yang berwenang.Selepas dua minggu, keluarga akhirnya mendatangi Koramil Sugapa, dan mencari keberadaan Apinus dan Luther.

Para prajurit TNI di Koramil Sugapa mengakui mereka sempat membawa Apinus dan Luther Zanambani, namun mengaku tidak mengetahui keberadaan Apinus dan Luther. Keluarga Apinus dan Luther akhirnya meminta tolong Pendeta Yeremia Zanambani untuk ikut mengurus pencarian Apinus dan Luther.

Bupati Intan Jaya akhirnya menggelar pertemuan yang dihadiri para pejabat kepolisian dan TNI serta keluarga Apinus dan Luther.Dalam pertemuan di Polsek Sugapa itu, Pendeta Yeremia Zanambani menyampaikan permintaan agar para prajurit TNI memberitahukan keberadaan Apinus dan Luther.“Jika sudah meninggal mohon tunjukan dimana kuburnya, agar keluarga bisa berduka.Jika masih hidup, mohon dikembalikan.”

Para saksi yang ditemui Tim Kemanusiaan mengaitkan pernyataan tegas Pendeta Yeremia Zanambani itu dengan pernyataan Wakil Komandan Koramil Persiapan Hitadipa Alpius Hasim Madi yang pada 19 September 2020 menyebut Pendeta Yeremia sebagai "musuh dan lawan". Pernyataan itu disampaikan Alpius saat ia mengumpulkan warga sipil di halaman Gereja Imanuel Hitadipa pada 19 September 2020, beberapa jam sebelum Pendeta Yeremia terbunuh. Pendeta Yeremia Zanambani ditembak dan ditusuk saat berada di kandang babi miliknya, menyusul kontak tembak antara TPNPB dan TNI.

33

2020

Berikut rentetan peristiwa yang terjadi di Distrik Hitadipa pada 19 September 2020:

Sekitar pukul 09.00 WIT, warga sipil Hitadipa dikumpulkan oleh anggota TNI di halaman Markas Koramil Persiapan Hitadipa.

o Para anggota TNI itu menyatakan warga Hitadipa memiliki waktu dua hari untuk mengembalikan senjata yang dirampas TPNPB pada 17 September. Jika SS1 itu tidak dikembalikan dalam dua hari, TNI akan membuat operasi penumpasan.

o Para prajurit TNI itu juga menyuruh dua orang pemuda Hitadipa untuk mencari Melianus Wandagau, kepala suku Moni di Sugapa Lama—lokasi perampasan senjata pada 17 September 2020.

Pengumpulan warga itu berulang pada pukul 12.00 WIT, saat Wakil Komandan Rayon Militer (Wadanramil) Alpius Hasim Madi mengumpulkan warga sipil di halaman Gereja Imanuel Hitadipa. Siang itu, Alpius menyebut para gembala Gereja di Hitadipa "tidak mengajarkan 10 perintah Allah" yang melarang pembunuhan.

o Salah satu warga yang ditemui Tim Kemanusiaan menuturkan Alpius menuding para warga Hitadipa memusuhinya, dan itu berarti para warga memusuhi TNI. “Ada 6 pernyataan yang disampaikan oleh Pak Alpius. Dia bilang, parang yang ada di samping [jenazah Serka Sahlan] adalah [parang] Bapa Pendeta punya. Dia bilang begitu saja, tidak sebut namanya. Dia bilang,TNI memberikan kesempatan kepada dua desa dan tiga gereja [yaitu Gereja Sugapa Lama, Gereja Hitadipa 1 dan Gereja Hitadipa 2 untuk kembalikan senjata yang diambil pada 17 [September] itu.'Kalau tidak, saya akan bunuh kamu semua.' Itu pernyataan yang dia sampaikan. Berikutnya lagi, 'musuh saya yang pertama lawan saya adalah Zimi Sani, yang kedua Bapak Pendeta Yeremia Zanambani, ketiga Bapak Pendeta Yakobus Maiseni, keempat Ibu Naomi Maiseni, kelima Ibu Amoi Wandagau, keenam Roy Mujijau. Jadi keenamorang ini adalah musuh saya selama hidup di Hitadipa.'[Pernyataan] itu [disampaikan] jam 12.00 WIT,"kata salah satu warga kepada Tim Kemanusiaan.74

o Sejumlah warga menceritakan, pernyataan Alpius itu membuat para warga yang hadir di halaman Gereja Imanuel Hitadipa menangis di depan Alpius.

o Pengumpulan warga itu tidak dihadiri Pendeta Yeremia Zanambani. Sejak pagi, Pendeta Yeremia Zanambani dan Mama Miriam Zoani pergi ke Bomba, sebuah kampung kecil di selatan Hitadipa. "Pada Sabtu, 19 September itu, Bapa dan saya sama-sama pergi ke kebun yang satu lokasi dengan kandang babi. Bapa selesaikan pagar di kandang babi itu, sedangkan saya gali ubi," kata Mama Miriam Zoani. 75

Pada pukul 13.00 WIT, TPNPB menyerang Markas Koramil Persiapan Hitadipa. Serangan itu menewaskan Pratu Dwi Akbar Utomo, prajurit Batalion Infantri 711/Raksatama yang bermarkas di Provinsi Gorontalo, Sulawesi.76TNI membalas dan segera mengejar TPNPB yang berada di Taundugu, sebuah kampung kecil di belakang Markas Koramil Persiapan Hitadipa, di seberang Sungai Hiyabu.

o Warga yang ditemui Tim Kemanusiaan menyebut para prajurit TNI berusaha mengevakuasi Pratu Dwi Akbar.“Mereka penyisiran dulu [ke arah hulu] dua sungai itu. Mereka tembak sampai habis dulu. [Sekitar pukul] 14.30 WIT, dorang mau evakuasi [Pratu Dwi Akbar Utomo], jadi dorang mulai jaga. Dorang datang [dan] bakar fasilitas kesehatan [di Taundugu] itu. Kurang lebih empat motor [TNI] evakuasi temannya yang ditembak,” kata saksi yang ditemui Tim Kemanusiaan.

o Warga yang ditemui Tim Kemanusiaan menyatakan rumah dinas tenaga kesehatan di Taundugu ditinggali warga setempat. Pembakaran rumah dinas itu membuat sejumlah warga kehilangan tempat tinggal, Ijazah SD dan SMP dan perlengkapan rumah tangga. Satu unit motor warga ikut terbakar.

o Mama Miriam menuturkan, kontak senjata di Markas Koramil Hitadipa terdengar hingga Bomba. "Ketika dengar bunyi tembakan itu, kami masuk ke kandang babi dan tutup pintu, karena TNI sudah bilang ke kami bahwa kalau dengar bunyi tembakan harus masuk rumah dan kunci pintu," kata Mama Miriam.77

Sekitar pukul 15.00WIT, Mama Miriam Zoani yang dalam perjalanan pulang dari kandang babi di Bomba berpapasan dengan rombongan tentara di ujung lapangan terbang Hitadipa. "Sekitar jam 15.00 WIT, saya minta samaBapa untuk pulang ke rumah. Tetapi Bapa bilang ke saya, [Bapa] masih tunggu babi pulang kandang. Nanti Bapa kasih makan babi dan tutup pintu kandang, baru Bapa menyusul mama. Jadi mama duluan jalan. Sampai di ujung lapangan terbang, mama bertemu rombongan TNI dengan perlengkapan senjata. Saya tidak tahu jumlah mereka, karena saya juga takut sehingga tidak hitung jumlah mereka. Mereka banyak,” kata Mama Miriam.78

o Mamasedikit lega ketika melihat pasukan TNI itu dipimpin Alpius. "Karena lihat ada Alpius, rasa takut saya mulai hilang. Saya kenal Alpius, dan saya anggap sebagai anak.Dia biasa datang mandi di kami punya rumah. Kalau dia minta sayur, saya dan Bapa biasa kasih juga. Jadi saya dan Bapa sudah anggap dia sebagai anak begitu. Alpius ini biasa panggil saya juga 'mama', Bapa juga dia panggil 'bapa'. Waktu [saya dan Alpius]baku lihat, dia tanya 'apakah mama ada lihat orang sepanjang jalan ini ka?' Saya jawab tidak ada orang, yang ada adalah saya dan suami saya, kami ada di kandang babi. Bapa masih tunggu babi pulang, kasih makan, tutup pintu kandang baru pulang. Saya sampaikan begitu ke Alpius. Dia [tanya lagi], 'jadi bapa ada di kandang?'. Setelah itu saya langsung pulang. Saya sampaikan jujur begitu karena suami saya mengajarkan kami untuk menjawab orang dengan jujur, terus terang,

74Wawancara, saksi, 24 Oktober 2020. 75Wawancara, Miriam Zoani, 23 Oktober 2020.  76https://news.okezone.com/read/2020/09/20/340/2280867/2‐prajurit‐tni‐gugur‐ditembak‐kkb‐di‐intan‐jaya‐papua 77Wawancara, Miriam Zoani, 23 Oktober 2020. 78Wawancara, Miriam Zoani, 23 Oktober 2020. 

34

2020

35

2020

36

2020

jangan menipu orang. Saya juga tidak tambah-tambah dan saya bilang yang jujur,” kata Mama Miriam.79

Sekitar pukul 15:30 WIT,pasukan TNI itu melintasi Jembatan Induk Sungai Hiyabu, dan sampai di Taundugu, dan berjaga di sana. Sejumlah warga melihat Alpius bersama tiga prajurit TNI berjalan kaki menuju Bomba, mendekati kandang babi Pendeta Yeremia Zanambani. “Kejadiannya sore, masih terang, jam 15.00 WIT. Jadi banyak masyarakat di Hitadipa melihat empat orang tentara itu datang. Dua tentara [berjaga] di Jalan [Induk Intan Jaya], dan dua tentara masuk [menuju kandang babi Pendeta Yeremia]. Itu dorang [masyarakat] juga lihat," kata salah satu warga yang bersaksi kepada Tim Kemanusian.80

Sekitar pukul 18.00 WIT, Mama Miriam pergi lagi ke Bomba, untuk menyusul Pendeta Yeremia Zanambani. "Sampai jam 18.00 WIT, bapa belum pulang-pulang jadi saya beranikan diri untuk pergi ke bapa di kandang babi. Dari rumah bisa lihat kandang babi itu. Saya lihat pintu kandang babi itu masih terbuka, [sementara hari] sudah mulai gelap," kata Mama Miriam.81

o Saat tiba di kandang babi, Mama Miriam menemukan Pendeta Yeremia tertelungkup di tanah. Tubuhnya berlumuran darah karena luka tembak di lengan kiri dan luka tusuk di punggung. Pendeta Yeremia masih bisa berbicara dan menceritakan kekerasan yang dialaminya. "Posisi Bapa, kepala Bapa di pintu kandang babi, sedangkan kakinya di pintu dapur, posisinya tengkurap. Waktu saya ketemu bapa, saya lihat banyak darah yang mengalir lewat tangan dan kepala. Saya bilang ke Bapa, 'kenapa Bapa seperti ini, Bapa bela kayu dan kena kampak ka?'Bapa bilang, 'bukan kena kampak, tetapi orang yang biasa kita kasih makan, tentara yang bertugas di Hitadipa, rombongan Alpius yang datang. Saya angkat tangan, tetapi mereka tembak saya di tangan lalu tikam saya di punggung belakang leher.' Bapa suruh saya untuk angkat Bapa, tetapi saya tidak bisa karena saya badan kecil. Saya berpikir, harus bawa Bapa pulang untuk rawat di rumah, jadi saya harus panggil orang untuk bantu angkat Bapa. Karena siang sudah ada bunyi tembakan, masyarakat semuanya takut. Jarak rumah dengan kandang babi sekitar kurang lebih 1 kilometer, ditempuh selama 20 menit dengan jalan kaki. Menurut kesaksian orang yang lihat dari jauh, ada empat orang yang [datang]ke[kandang babi] Bapa. Dua orang ke kandang babi dan dua orang jaga di jalan,” kata Mama Miriam.82

o MamaMiriam mendatangi rumah Yulita Zanambaniyang tinggal di dekat dengan lokasi kandang babi Pendeta Yeremia. “Saya titip kunci kandang babi ke Mama Yulita dan bilang supaya tolong lihat dan jaga Bapa di sana. Saya mau ke rumah, panggil orang dulu untuk angkat Bapa pendeta,” kata Mama Miriam.

o Mama Miriamkemudian pergi ke rumah Yusak Zanambani, salah seorang warga Hitadipa. Disana Mama Miriam bertemu banyak warga sedang berdiam karena rasa takut. "Saya ke rumah warga yang ada di sekitar, panggil mereka bantu angkat Bapa, tetapi mereka semuanya takut. Saya juga takut sehingga tidak pulang lagi ke kandang babi,” kata Mama Miriam.

o Menurut Yulita Zanambani, Pendeta Yeremia Zanambani meninggal dunia sekitar tengah malam.

Pada 20 September 2020, sekitar pukul 07.00 WIT, mantan kepala desa Tom Kobogau dan mantri Enos Kobogau memimpin rombongan warga untuk mengevakuasi jenazah Pendeta Yeremia Zanambani. “Sekitar jam 07.00 WIT pagi, mantan kepala desa Pak Tom Kobogau dan Pak Mantri Enos Kobogau [meminta] izin TNI. Sekitar enam orang pergi evakuasi Bapa pendeta,” kata warga yang ditemui Tim Kemanusiaan.83

79Wawancara, Miriam Zoani, 23 Oktober 2020. 80Wawancara, Warga Intan Jaya, 24 Oktober 2020.  81Wawancara, Miriam Zoani, 23 Oktober 2020. 82Wawancara, Miriam Zoani, 23 Oktober 2020. 83Wawancara, Warga Intan Jaya, 23 Oktober 2020. 

keenamorang ini adalah musuh saya selama hidup di Hitadipa.'[Pernyataan] itu [disampaikan] jam 12.00 WIT,"kata salah satu warga kepada Tim Kemanusiaan.74

o Sejumlah warga menceritakan, pernyataan Alpius itu membuat para warga yang hadir di halaman Gereja Imanuel Hitadipa menangis di depan Alpius.

o Pengumpulan warga itu tidak dihadiri Pendeta Yeremia Zanambani. Sejak pagi, Pendeta Yeremia Zanambani dan Mama Miriam Zoani pergi ke Bomba, sebuah kampung kecil di selatan Hitadipa. "Pada Sabtu, 19 September itu, Bapa dan saya sama-sama pergi ke kebun yang satu lokasi dengan kandang babi. Bapa selesaikan pagar di kandang babi itu, sedangkan saya gali ubi," kata Mama Miriam Zoani. 75

Pada pukul 13.00 WIT, TPNPB menyerang Markas Koramil Persiapan Hitadipa. Serangan itu menewaskan Pratu Dwi Akbar Utomo, prajurit Batalion Infantri 711/Raksatama yang bermarkas di Provinsi Gorontalo, Sulawesi.76TNI membalas dan segera mengejar TPNPB yang berada di Taundugu, sebuah kampung kecil di belakang Markas Koramil Persiapan Hitadipa, di seberang Sungai Hiyabu.

o Warga yang ditemui Tim Kemanusiaan menyebut para prajurit TNI berusaha mengevakuasi Pratu Dwi Akbar.“Mereka penyisiran dulu [ke arah hulu] dua sungai itu. Mereka tembak sampai habis dulu. [Sekitar pukul] 14.30 WIT, dorang mau evakuasi [Pratu Dwi Akbar Utomo], jadi dorang mulai jaga. Dorang datang [dan] bakar fasilitas kesehatan [di Taundugu] itu. Kurang lebih empat motor [TNI] evakuasi temannya yang ditembak,” kata saksi yang ditemui Tim Kemanusiaan.

o Warga yang ditemui Tim Kemanusiaan menyatakan rumah dinas tenaga kesehatan di Taundugu ditinggali warga setempat. Pembakaran rumah dinas itu membuat sejumlah warga kehilangan tempat tinggal, Ijazah SD dan SMP dan perlengkapan rumah tangga. Satu unit motor warga ikut terbakar.

o Mama Miriam menuturkan, kontak senjata di Markas Koramil Hitadipa terdengar hingga Bomba. "Ketika dengar bunyi tembakan itu, kami masuk ke kandang babi dan tutup pintu, karena TNI sudah bilang ke kami bahwa kalau dengar bunyi tembakan harus masuk rumah dan kunci pintu," kata Mama Miriam.77

Sekitar pukul 15.00WIT, Mama Miriam Zoani yang dalam perjalanan pulang dari kandang babi di Bomba berpapasan dengan rombongan tentara di ujung lapangan terbang Hitadipa. "Sekitar jam 15.00 WIT, saya minta samaBapa untuk pulang ke rumah. Tetapi Bapa bilang ke saya, [Bapa] masih tunggu babi pulang kandang. Nanti Bapa kasih makan babi dan tutup pintu kandang, baru Bapa menyusul mama. Jadi mama duluan jalan. Sampai di ujung lapangan terbang, mama bertemu rombongan TNI dengan perlengkapan senjata. Saya tidak tahu jumlah mereka, karena saya juga takut sehingga tidak hitung jumlah mereka. Mereka banyak,” kata Mama Miriam.78

o Mamasedikit lega ketika melihat pasukan TNI itu dipimpin Alpius. "Karena lihat ada Alpius, rasa takut saya mulai hilang. Saya kenal Alpius, dan saya anggap sebagai anak.Dia biasa datang mandi di kami punya rumah. Kalau dia minta sayur, saya dan Bapa biasa kasih juga. Jadi saya dan Bapa sudah anggap dia sebagai anak begitu. Alpius ini biasa panggil saya juga 'mama', Bapa juga dia panggil 'bapa'. Waktu [saya dan Alpius]baku lihat, dia tanya 'apakah mama ada lihat orang sepanjang jalan ini ka?' Saya jawab tidak ada orang, yang ada adalah saya dan suami saya, kami ada di kandang babi. Bapa masih tunggu babi pulang, kasih makan, tutup pintu kandang baru pulang. Saya sampaikan begitu ke Alpius. Dia [tanya lagi], 'jadi bapa ada di kandang?'. Setelah itu saya langsung pulang. Saya sampaikan jujur begitu karena suami saya mengajarkan kami untuk menjawab orang dengan jujur, terus terang,

74Wawancara, saksi, 24 Oktober 2020. 75Wawancara, Miriam Zoani, 23 Oktober 2020.  76https://news.okezone.com/read/2020/09/20/340/2280867/2‐prajurit‐tni‐gugur‐ditembak‐kkb‐di‐intan‐jaya‐papua 77Wawancara, Miriam Zoani, 23 Oktober 2020. 78Wawancara, Miriam Zoani, 23 Oktober 2020. 

keenamorang ini adalah musuh saya selama hidup di Hitadipa.'[Pernyataan] itu [disampaikan] jam 12.00 WIT,"kata salah satu warga kepada Tim Kemanusiaan.74

o Sejumlah warga menceritakan, pernyataan Alpius itu membuat para warga yang hadir di halaman Gereja Imanuel Hitadipa menangis di depan Alpius.

o Pengumpulan warga itu tidak dihadiri Pendeta Yeremia Zanambani. Sejak pagi, Pendeta Yeremia Zanambani dan Mama Miriam Zoani pergi ke Bomba, sebuah kampung kecil di selatan Hitadipa. "Pada Sabtu, 19 September itu, Bapa dan saya sama-sama pergi ke kebun yang satu lokasi dengan kandang babi. Bapa selesaikan pagar di kandang babi itu, sedangkan saya gali ubi," kata Mama Miriam Zoani. 75

Pada pukul 13.00 WIT, TPNPB menyerang Markas Koramil Persiapan Hitadipa. Serangan itu menewaskan Pratu Dwi Akbar Utomo, prajurit Batalion Infantri 711/Raksatama yang bermarkas di Provinsi Gorontalo, Sulawesi.76TNI membalas dan segera mengejar TPNPB yang berada di Taundugu, sebuah kampung kecil di belakang Markas Koramil Persiapan Hitadipa, di seberang Sungai Hiyabu.

o Warga yang ditemui Tim Kemanusiaan menyebut para prajurit TNI berusaha mengevakuasi Pratu Dwi Akbar.“Mereka penyisiran dulu [ke arah hulu] dua sungai itu. Mereka tembak sampai habis dulu. [Sekitar pukul] 14.30 WIT, dorang mau evakuasi [Pratu Dwi Akbar Utomo], jadi dorang mulai jaga. Dorang datang [dan] bakar fasilitas kesehatan [di Taundugu] itu. Kurang lebih empat motor [TNI] evakuasi temannya yang ditembak,” kata saksi yang ditemui Tim Kemanusiaan.

o Warga yang ditemui Tim Kemanusiaan menyatakan rumah dinas tenaga kesehatan di Taundugu ditinggali warga setempat. Pembakaran rumah dinas itu membuat sejumlah warga kehilangan tempat tinggal, Ijazah SD dan SMP dan perlengkapan rumah tangga. Satu unit motor warga ikut terbakar.

o Mama Miriam menuturkan, kontak senjata di Markas Koramil Hitadipa terdengar hingga Bomba. "Ketika dengar bunyi tembakan itu, kami masuk ke kandang babi dan tutup pintu, karena TNI sudah bilang ke kami bahwa kalau dengar bunyi tembakan harus masuk rumah dan kunci pintu," kata Mama Miriam.77

Sekitar pukul 15.00WIT, Mama Miriam Zoani yang dalam perjalanan pulang dari kandang babi di Bomba berpapasan dengan rombongan tentara di ujung lapangan terbang Hitadipa. "Sekitar jam 15.00 WIT, saya minta samaBapa untuk pulang ke rumah. Tetapi Bapa bilang ke saya, [Bapa] masih tunggu babi pulang kandang. Nanti Bapa kasih makan babi dan tutup pintu kandang, baru Bapa menyusul mama. Jadi mama duluan jalan. Sampai di ujung lapangan terbang, mama bertemu rombongan TNI dengan perlengkapan senjata. Saya tidak tahu jumlah mereka, karena saya juga takut sehingga tidak hitung jumlah mereka. Mereka banyak,” kata Mama Miriam.78

o Mamasedikit lega ketika melihat pasukan TNI itu dipimpin Alpius. "Karena lihat ada Alpius, rasa takut saya mulai hilang. Saya kenal Alpius, dan saya anggap sebagai anak.Dia biasa datang mandi di kami punya rumah. Kalau dia minta sayur, saya dan Bapa biasa kasih juga. Jadi saya dan Bapa sudah anggap dia sebagai anak begitu. Alpius ini biasa panggil saya juga 'mama', Bapa juga dia panggil 'bapa'. Waktu [saya dan Alpius]baku lihat, dia tanya 'apakah mama ada lihat orang sepanjang jalan ini ka?' Saya jawab tidak ada orang, yang ada adalah saya dan suami saya, kami ada di kandang babi. Bapa masih tunggu babi pulang, kasih makan, tutup pintu kandang baru pulang. Saya sampaikan begitu ke Alpius. Dia [tanya lagi], 'jadi bapa ada di kandang?'. Setelah itu saya langsung pulang. Saya sampaikan jujur begitu karena suami saya mengajarkan kami untuk menjawab orang dengan jujur, terus terang,

74Wawancara, saksi, 24 Oktober 2020. 75Wawancara, Miriam Zoani, 23 Oktober 2020.  76https://news.okezone.com/read/2020/09/20/340/2280867/2‐prajurit‐tni‐gugur‐ditembak‐kkb‐di‐intan‐jaya‐papua 77Wawancara, Miriam Zoani, 23 Oktober 2020. 78Wawancara, Miriam Zoani, 23 Oktober 2020. 

37

2020

jangan menipu orang. Saya juga tidak tambah-tambah dan saya bilang yang jujur,” kata Mama Miriam.79

Sekitar pukul 15:30 WIT,pasukan TNI itu melintasi Jembatan Induk Sungai Hiyabu, dan sampai di Taundugu, dan berjaga di sana. Sejumlah warga melihat Alpius bersama tiga prajurit TNI berjalan kaki menuju Bomba, mendekati kandang babi Pendeta Yeremia Zanambani. “Kejadiannya sore, masih terang, jam 15.00 WIT. Jadi banyak masyarakat di Hitadipa melihat empat orang tentara itu datang. Dua tentara [berjaga] di Jalan [Induk Intan Jaya], dan dua tentara masuk [menuju kandang babi Pendeta Yeremia]. Itu dorang [masyarakat] juga lihat," kata salah satu warga yang bersaksi kepada Tim Kemanusian.80

Sekitar pukul 18.00 WIT, Mama Miriam pergi lagi ke Bomba, untuk menyusul Pendeta Yeremia Zanambani. "Sampai jam 18.00 WIT, bapa belum pulang-pulang jadi saya beranikan diri untuk pergi ke bapa di kandang babi. Dari rumah bisa lihat kandang babi itu. Saya lihat pintu kandang babi itu masih terbuka, [sementara hari] sudah mulai gelap," kata Mama Miriam.81

o Saat tiba di kandang babi, Mama Miriam menemukan Pendeta Yeremia tertelungkup di tanah. Tubuhnya berlumuran darah karena luka tembak di lengan kiri dan luka tusuk di punggung. Pendeta Yeremia masih bisa berbicara dan menceritakan kekerasan yang dialaminya. "Posisi Bapa, kepala Bapa di pintu kandang babi, sedangkan kakinya di pintu dapur, posisinya tengkurap. Waktu saya ketemu bapa, saya lihat banyak darah yang mengalir lewat tangan dan kepala. Saya bilang ke Bapa, 'kenapa Bapa seperti ini, Bapa bela kayu dan kena kampak ka?'Bapa bilang, 'bukan kena kampak, tetapi orang yang biasa kita kasih makan, tentara yang bertugas di Hitadipa, rombongan Alpius yang datang. Saya angkat tangan, tetapi mereka tembak saya di tangan lalu tikam saya di punggung belakang leher.' Bapa suruh saya untuk angkat Bapa, tetapi saya tidak bisa karena saya badan kecil. Saya berpikir, harus bawa Bapa pulang untuk rawat di rumah, jadi saya harus panggil orang untuk bantu angkat Bapa. Karena siang sudah ada bunyi tembakan, masyarakat semuanya takut. Jarak rumah dengan kandang babi sekitar kurang lebih 1 kilometer, ditempuh selama 20 menit dengan jalan kaki. Menurut kesaksian orang yang lihat dari jauh, ada empat orang yang [datang]ke[kandang babi] Bapa. Dua orang ke kandang babi dan dua orang jaga di jalan,” kata Mama Miriam.82

o MamaMiriam mendatangi rumah Yulita Zanambaniyang tinggal di dekat dengan lokasi kandang babi Pendeta Yeremia. “Saya titip kunci kandang babi ke Mama Yulita dan bilang supaya tolong lihat dan jaga Bapa di sana. Saya mau ke rumah, panggil orang dulu untuk angkat Bapa pendeta,” kata Mama Miriam.

o Mama Miriamkemudian pergi ke rumah Yusak Zanambani, salah seorang warga Hitadipa. Disana Mama Miriam bertemu banyak warga sedang berdiam karena rasa takut. "Saya ke rumah warga yang ada di sekitar, panggil mereka bantu angkat Bapa, tetapi mereka semuanya takut. Saya juga takut sehingga tidak pulang lagi ke kandang babi,” kata Mama Miriam.

o Menurut Yulita Zanambani, Pendeta Yeremia Zanambani meninggal dunia sekitar tengah malam.

Pada 20 September 2020, sekitar pukul 07.00 WIT, mantan kepala desa Tom Kobogau dan mantri Enos Kobogau memimpin rombongan warga untuk mengevakuasi jenazah Pendeta Yeremia Zanambani. “Sekitar jam 07.00 WIT pagi, mantan kepala desa Pak Tom Kobogau dan Pak Mantri Enos Kobogau [meminta] izin TNI. Sekitar enam orang pergi evakuasi Bapa pendeta,” kata warga yang ditemui Tim Kemanusiaan.83

79Wawancara, Miriam Zoani, 23 Oktober 2020. 80Wawancara, Warga Intan Jaya, 24 Oktober 2020.  81Wawancara, Miriam Zoani, 23 Oktober 2020. 82Wawancara, Miriam Zoani, 23 Oktober 2020. 83Wawancara, Warga Intan Jaya, 23 Oktober 2020. 

jangan menipu orang. Saya juga tidak tambah-tambah dan saya bilang yang jujur,” kata Mama Miriam.79

Sekitar pukul 15:30 WIT,pasukan TNI itu melintasi Jembatan Induk Sungai Hiyabu, dan sampai di Taundugu, dan berjaga di sana. Sejumlah warga melihat Alpius bersama tiga prajurit TNI berjalan kaki menuju Bomba, mendekati kandang babi Pendeta Yeremia Zanambani. “Kejadiannya sore, masih terang, jam 15.00 WIT. Jadi banyak masyarakat di Hitadipa melihat empat orang tentara itu datang. Dua tentara [berjaga] di Jalan [Induk Intan Jaya], dan dua tentara masuk [menuju kandang babi Pendeta Yeremia]. Itu dorang [masyarakat] juga lihat," kata salah satu warga yang bersaksi kepada Tim Kemanusian.80

Sekitar pukul 18.00 WIT, Mama Miriam pergi lagi ke Bomba, untuk menyusul Pendeta Yeremia Zanambani. "Sampai jam 18.00 WIT, bapa belum pulang-pulang jadi saya beranikan diri untuk pergi ke bapa di kandang babi. Dari rumah bisa lihat kandang babi itu. Saya lihat pintu kandang babi itu masih terbuka, [sementara hari] sudah mulai gelap," kata Mama Miriam.81

o Saat tiba di kandang babi, Mama Miriam menemukan Pendeta Yeremia tertelungkup di tanah. Tubuhnya berlumuran darah karena luka tembak di lengan kiri dan luka tusuk di punggung. Pendeta Yeremia masih bisa berbicara dan menceritakan kekerasan yang dialaminya. "Posisi Bapa, kepala Bapa di pintu kandang babi, sedangkan kakinya di pintu dapur, posisinya tengkurap. Waktu saya ketemu bapa, saya lihat banyak darah yang mengalir lewat tangan dan kepala. Saya bilang ke Bapa, 'kenapa Bapa seperti ini, Bapa bela kayu dan kena kampak ka?'Bapa bilang, 'bukan kena kampak, tetapi orang yang biasa kita kasih makan, tentara yang bertugas di Hitadipa, rombongan Alpius yang datang. Saya angkat tangan, tetapi mereka tembak saya di tangan lalu tikam saya di punggung belakang leher.' Bapa suruh saya untuk angkat Bapa, tetapi saya tidak bisa karena saya badan kecil. Saya berpikir, harus bawa Bapa pulang untuk rawat di rumah, jadi saya harus panggil orang untuk bantu angkat Bapa. Karena siang sudah ada bunyi tembakan, masyarakat semuanya takut. Jarak rumah dengan kandang babi sekitar kurang lebih 1 kilometer, ditempuh selama 20 menit dengan jalan kaki. Menurut kesaksian orang yang lihat dari jauh, ada empat orang yang [datang]ke[kandang babi] Bapa. Dua orang ke kandang babi dan dua orang jaga di jalan,” kata Mama Miriam.82

o MamaMiriam mendatangi rumah Yulita Zanambaniyang tinggal di dekat dengan lokasi kandang babi Pendeta Yeremia. “Saya titip kunci kandang babi ke Mama Yulita dan bilang supaya tolong lihat dan jaga Bapa di sana. Saya mau ke rumah, panggil orang dulu untuk angkat Bapa pendeta,” kata Mama Miriam.

o Mama Miriamkemudian pergi ke rumah Yusak Zanambani, salah seorang warga Hitadipa. Disana Mama Miriam bertemu banyak warga sedang berdiam karena rasa takut. "Saya ke rumah warga yang ada di sekitar, panggil mereka bantu angkat Bapa, tetapi mereka semuanya takut. Saya juga takut sehingga tidak pulang lagi ke kandang babi,” kata Mama Miriam.

o Menurut Yulita Zanambani, Pendeta Yeremia Zanambani meninggal dunia sekitar tengah malam.

Pada 20 September 2020, sekitar pukul 07.00 WIT, mantan kepala desa Tom Kobogau dan mantri Enos Kobogau memimpin rombongan warga untuk mengevakuasi jenazah Pendeta Yeremia Zanambani. “Sekitar jam 07.00 WIT pagi, mantan kepala desa Pak Tom Kobogau dan Pak Mantri Enos Kobogau [meminta] izin TNI. Sekitar enam orang pergi evakuasi Bapa pendeta,” kata warga yang ditemui Tim Kemanusiaan.83

79Wawancara, Miriam Zoani, 23 Oktober 2020. 80Wawancara, Warga Intan Jaya, 24 Oktober 2020.  81Wawancara, Miriam Zoani, 23 Oktober 2020. 82Wawancara, Miriam Zoani, 23 Oktober 2020. 83Wawancara, Warga Intan Jaya, 23 Oktober 2020. 

38

2020

Warga Terus Menjadi Korban Pembunuhan Pendeta Yeremia Zanambani, serta klaim TNI bahwa TPNPB merupakan pelaku pembunuhan itu, menjadi sorotan bahkan kecaman banyak pihak. Pada 21 September 2020 Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) mengumumkan bahwa pihaknya menerima informasi dari Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII) di Papua, bahwa penembakan Pendeta Yeremia Zanambani diduga dilakukan aparat TNI.

"Tidak mudah bagi kami mengklarifikasi peristiwa ini.Untuk itu kami telah menyurati Presiden Republik Indonesia, Kapolri dan Panglima TNI untuk mengusut tuntas kasus ini dengan membawanya ke ranah hukum.Untuk menghindari saling tuduh, sebagaimana sudah terjadi, kami mengusulkan dibentuknya Tim Investigasi yang independen.Kasus ini [harus] menjadi kasus penembakan terakhir," demikian siaran pers PGI.84

Akan tetapi, kekerasan terus terjadi, dan warga sipil terus menjadi korban.Pada 7 Oktober 2020, terjadi penembakan terhadap seorang katekis di Stasi Emondi, Gereja Katolik Keuskupan Timika bernama Agustinus Duwitau. Katekis adalah pembantu Pastor Katolik yang antara lain bertugas menerjemahkan isi doa dan Alkitab dari bahasa Indonesia ke bahasa daerah setempat. Duwitau ditembak prajurit TNI saat berjalan kaki dari Paroki Bilogai menuju Kampung Emondi, dan tembakan itu mengenai bahu kirinya.

TNI menyatakan Duwitau adalah anggota TPNPB, bahkan menyatakan informasi bahwa Duwitau seorang Katekis adalah hoaks.Keuskupan Timika akhirnya mengonfirmasi bahwa Duwitau adalah seorang Katekis.Saat ini Duwitau masih menjalani perawatan karena luka tembak yang dialaminya.

Pada 9 Oktober 2020, TPNPB menembak anggota Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Intan Jaya, Bambang Purwoko Bambang terluka di bagian kaki dan tangan kiri, dan dirawat di rumah sakit.85

Pada 26 Oktober 2020, terjadi penembakan yang menewaskan Katekis Paroki Gereja Katolik Santo Mikael Bilogai, Rufinus Tigau. TNI kembali membuat klaim bahwa Rufinus Tigau adalah anggota TPNPB.Administrator Diosesan Keuskupan Timika, Pastor Marthen Kuayo Pr membantah klaim TNI, dan menegaskan bahwa Rufinus katekis yang bertugas di Kampung Jalai, Distrik Sugapa, sejak tahun 2015.

Kontak tembak antara TNI dan TPNPB kembali terjadi pada 5 November 2020, dan menyebabkan seorang warga sipil bernama Agopabega Sani terluka di bagian kepala. Korban dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah Intan Jaya di Sugapa, dan paramedis di sana membuat surat rujukan untuk membawa Agopabega Sani ke rumah sakit di Timika atau Nabire. Saat menunggu kedatangan pesawat yang akan membawa Agopabega Sani, rombongan Sani didatangi serombongan prajurit TNI dari Mamba. Mereka memukul dua kerabat Agopabega Sani, dan menyatakan Agopabega adalah TPNPB.

Pada 6 November 2020, TPNPB dan TNI terlibat kontak senjata di Kampung Titigi, Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya. Seorang prajurit TNI, Pratu Firdaus tewas, sementara seorang prajurit TNI lainnya, Pratu Arbi Setiawan terkena tembakan dan luka di kaki kanan.86

84http://pgi.or.id/wp‐content/uploads/2020/09/Siaran‐Pers‐Kasus‐Penembakan‐Pdt‐Yeremias.pdf 85https://nasional.okezone.com/read/2020/10/17/337/2295247/anggota‐tgpf‐dan‐personel‐tni‐korban‐penembakan‐kkb‐masih‐dirawat‐di‐rspad 86https://news.okezone.com/read/2020/11/06/340/2305549/tni‐kontak‐tembak‐dengan‐kkb‐di‐intan‐jaya‐1‐prajurit‐gugur 

39

2020

Mengungsi dari Tanah SendiriPengungsian warga sipil di Intan Jaya sudah terjadi sejak 17 Desember 2019, pasca penembakan dua anggota TNI, Lettu Inf Erizal Zuhri Sidabutar dan Serda Rizky Ramadhan. Wakil Ketua DPRD Kabupaten Intan Jaya, Marten Tipagau, mengatakan baku tembak meluas hingga ke Distrik Sugapa, Distrik Hitadipa dan Distrik Ugimba. "Sekitar 700 sampai 900 keluarga mengungsi ke gunung-gunung dan menyebar kemana-mana karena terjadi baku tembak," kata Marten dalam keterangan tertulis pada 20 Desember 2019.

Pastor Paroki Titigi di Intan Jaya, Pastor Yance Yogi menyatakan warga sipil yang mengungsi sejak Desember 2019 terpencar-pencar, mulai dari menempati komplek gereja, tinggal di rumah kerabat mereka, atau bahkan melarikan diri ke hutan. “Saya tidak bisa pastikan situasi [di Intan Jaya] sudah aman dan tidak.Karena [situasi di sini sedikit agak panas. Ada yang ke Nabire dan Timika untuk mencari kenyamanan dan keamanan,” imam Keuskupan Timika itu.87

Pasca penembakan Pendeta Yeremia Zanambani, gelombang pengungsian warga sipil dari Intan Jaya semakin besar.“Akibat dari kematian dari Bapak Pendeta [Yeremia], Sekurangnya[jemaat dari] sebelasgereja trauma. Kalau TNI, Polri, atau TPNPB masuk, itu artinya masyarakat pastiakan lari. Banyak juga yang lari ke Biandoga,kampung yang berbatasan dengan [Kabupaten] Puncak.[Ada juga warga yang] lari ke Distrik Agisiga, dan lain-lain.Waktu saya sampai di Hitadipa, saya temukan hanya dua laki-laki saja.Semua sudah tidak ada.Jadi orang ketiga adalah saya.Seluruh orang yang ada di tempat pertumbuhan iman kami diHitadipa, itu sudah kosong,” kata Bernadus Kobogau.88

Pendataan pengungsi yang dilakukan jaringan Gereja Katolik Keuskupan Timika dan Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII) pasca penembakan Pendeta Yeremia Zanambani mencatat 367 nama warga Intan Jayayang mengungsi. Data yang disusun Pemerintah Kabupaten Intan Jaya mencatat 99 nama warga lainnya.

Dari total 466 warga Intan Jaya yang mengungsi itu, sejumlah 113orang diantaranya mengungsi ke distrik atau kampung tetangga.Sebagian besar dari mereka meninggalkan rumahnya dan mengungsi ke beberapa lokasi seperti kampung Balamai, kampung Janamba, kampung Pugisiga, dan kampung Kulapa yang juga berada di Distrik Hitadipa.

Sejumlah 236 orang lainnya mengungsi ke kabupaten tetangga, seperti Mimika, Nabire, dan Puncak.Sebanyak 117 orang lainnya tidak diketahui pasti tujuan pengungsiannya.

Kendati jumlah pengungsi yang telah diketahui identitasnya berjumlah 466 orang, jumlah total pengungsi diperkirakan lebih banyak lagi. Pendataan jumlah total pengungsi sulit dilakukan karena warga sipil yang mengungsi dari konflik bersenjata di Intan Jaya cenderung menyebar dan takut untuk melaporkan diri kepada instansi pemerintah. Banyaknya patroli aparat keamanan di Distrik Sugapa dan Distrik Hitadipa juga membuat para Gembala Gereja kesulitan mendata persebaran pengungsi secara menyeluruh. Berbagai masalah pengungsi konflik bersenjata terdahulu, seperti para pengungsi dari Kabupaten Nduga misalnya, juga menunjukkan kecenderungan banyaknya warga sipil yang mengungsi ke hutan, menjauhi pusat permukiman atau pemerintahan yang menjadi lokasi markas aparat keamanan.

Kondisi warga Intan Jaya yang mengungsi sejak Desember 2019 tergambar dari kesaksian para warga Kampung Ndugusiga, Distrik Sugapa, yang saat ini berada di Nabire. Meskipun berasal dari kampung yang sama dan akhirnya sama-sama bertahan di Nabire, para warga mengungsi secara terpisah dan berpencar. Selama dalam pengungsi di Nabire itu, sudah ada empat warga Ndugusiga yang

87https://jubi.co.id/warga‐sipil‐di‐intan‐jaya‐masih‐mengungsi/ 88Wawancara, Bernadus Kobogau, 24 Oktober 2020.  

40

2020

meninggal. Mereka adalah Alberto Weya (siswa kelas 5 SD YPPK Titigi), Yufinia Weya (siswa kelas 1 SD YPPK Titigi), Monce Mirip (siswa kelas 1 SD YPPK Titigi ), dan Yakofita Kogore (dewasa).

PM (29, perempuan), menuturkan ia mengungsi pada akhir Desember 2019, setelah kontak tembak terjadi di Kulapa pada 17 Desember 2019 meluas ke sejumlah kampung seperti Yoparu, Sogandugu, Ndugusiga, Mamba, Iguwagitapa, dan Yokatapa.

Setelah kontak tembak terjadi di Sogandugu, PM dan puluhan warga sempat mengungsi ke halaman Gereja Paroki Ndugusiga. Merasa tidak aman, mereka akhirnya berjalan kaki menuju Gereja Paroki Titigi, dan sempat bermalam tiga hari di sana. “Saya tinggalkan ndugusiga karena tidak aman dengan kehadiran militer,” kata PM.

PM dan para warga Ndugusiga mengungsi lagi ke Bilogai, Bilal, Gepelo, hingga tiba di Enarotali, ibu kota Kabupaten Paniai. Dari Paniai, PM dan sembilan kerabatnya menyewa mobil menuju Nabire. Mereka tiba di Nabire pada 1 Januari 2020.Sejak itu, PM tinggal di Nabire, bersama puluhan pengungsi asal Ndugusiga lainnya, menggantungkan kebutuhan hidupnya kepada kerabat dan donasi.

“Kami di sini tidak tinggal di satu tempat.Kami tinggal di keluarga kami yang ada di sini.Ada pengungsi yang sakit dan juga ada pengungsi yang meninggal.Kami sangat membutuhkan bantuan bahan makanan dan pakaian, karena di Nabire kami menumpang di keluarga.Kami sangat perasaan dan takut, idak punya apa-apa,” kata PM.

YW (40, laki-laki), warga Ndugusiga lainnya, juga bertahan di Nabire, namun mengungsi secara terpisah.Ia tiba di Nabire dengan mengendarai sepeda motor semalaman menembus hujan. Ia nekat bersepeda motor setelah berpindah-pindah lokasi pengungsian dari Beoga, Pugisiga, Kulapa, dan sempat tinggal beberapa hari di Jaindapa. Ia sempat kembali ke Ndugusiga, dan mendapati kampungnya kosong. Ia lalu mengungsi ke Titigi, namun ketakutan karena aparat keamanan menyisir Titigi dan mencari “muka baru” di Titigi, hingga akhirnya memilih bersepeda motor ke Nabire.

“Saya hanya ingin pulang ke kampung.Saya minta tolong Gubernur Papua untuk kasih pulang kami.Tapi aparat harus keluar dari kami punya kampung dulu.Karena, saya punya pikiran itu ada di kampung, tapi aparat masih ada, jadi kami tidak bisa apa-apa,” kata YW.

YWE (18, laki-laki), sempat mengungsi ke Titigi selama enam bulan, dan menjadi saksi saat prajurit TNI mengambil semua lampu bantuan pemerintah yang ada di rumah warga Titigi.Selain menjarah lampu bantuan pemerintah, YWE juga melihat prajurit TNI merusak barang di dalam rumah warga.Pagar kayu kebun (untuk memagari kebun agar tidak dirusak babi) juga dirusak prajurit TNI, dijadikan kayu bakar.YWE takut pulang ke Ndugusiga yang telah kosong, namun juga takut bertahan di Titigi, karena prajurit TNI telah menduduki dua rumah warga Titigi.Setelah enam bulan bertahan di Titigi, YWE akhirnya mengungsi ke Nabire.

PM sangat berharap para warga Ndugusiga segera bisa kembali ke kampungnya. “Kami mau pulang kembali ke kampung, tapi ada TNI.Jadi kami takut untuk pulang.Saya minta tolong untuk bisa kasi pulang ke kami punya kampung,” kata PM.

Selama mengungsi ke kompleks gereja, rumah kerabat, atau bahkan memasuki hutan yang sulit dijangkau, para pengungsi tidak dapat menggarap kebun mereka, sehingga kehilangan akses sumber bahan pangan.Para pengungsi juga kehilangan akses terhadap layanan pendidikandan kesehatan. Penanganan para pengungsi secara menyeluruh akan sulit dilakukan selama TNI masih menempatkan pasukan atau berpatroli di Distrik Hitadipa dan Distrik Sugapa.

41

2020

42

2020

Jika kekerasan baru kembali terjadi di Intan Jaya, situasi warga sipil di sana akan semakin buruk. Dokumentasi Tim Kemanusiaan memperlihatkan fakta konflik bersenjata itu mengorbankan warga sipil, menunjukkan para aktor konflik bersenjata di Intan Jaya gagal mengendalikan ekses konflik bersenjata tersebut.

Dari berbagai kasus kekerasan di Hitadipa, kasus pembakaran rumah dinas tenaga kesehatan di Taundugu menjadi perkara pertama yang mencapai tahap penyidikan. Pusat Polisi Militer TNI Angkatan Darat (Puspomad) menetapkan delapan prajurit TNI AD sebagai tersangka kasus pembakaran itu.89

Pembakaran rumah tenaga kesehatan di Taundugu itu merupakan bagian dari rangkaian peristiwa yang terjadi di Hitadipa pada 19 September 2020. Lokasi rumah dinas tenaga kesehatan yang dibakar para tersangka itu juga relatif dekat dengan lokasi kandang babi Pendeta Yeremia Zanambani di Bomba, berjarak kurang dari 1 kilometer.

Kedelapan tersangka itu adalah Kapten Inf SA, Letda Inf KT, Serda MFA, Sertu S, Serda ISF, Kopda DP, Pratu MI, dan Prada MH. Mereka menjadi tersangka dalam perkara bersama-sama melakukan pembakaran secara sengaja dan membahayakan keamanan barang, dan diduga melanggar pasal 187 ayat 1 KUHP dan pasal 55 ayat 1 KUHP.

Komandan Puspomad, Letjen TNI Dodik Wijanarko menyatakan penetapan delapan tersangka itu didasarkan hasil penyelidikan dan penyidikan tim gabungan yang terdiri atas Puspomad, Satuan Intelijen Angkatan Darat (Sintelad), Pusat Intelijen Angkatan Darat (Pusintelad) dan Direktorat Hukum TNI AD (Ditkumad) dengan tim Kodam XVII/Cenderawasih. Mereka telah memeriksa 11 anggota TNI dan seorang warga sipil.“Saat ini Tim Gabungan dan Kodam XVII/Cenderawasih sedang melengkapi berkas perkaranya.Apabila telah memenuhi syarat formal dan materiil, akan segera dilimpahkan ke Oditur Militer III-19 Jayapura,” kata Dodik.90

Kini, publik menantikan hasil penyelidikan dan penyidikan Puspomad, Satuan Intelijen Angkatan Darat (Sintelad), Pusat Intelijen Angkatan Darat (Pusintelad) dan Direktorat Hukum TNI AD (Ditkumad) dengan tim Kodam XVII/Cenderawasih dalam perkara pembunuhan Pendeta Yeremia Zanambani.

Pemerintah Provinsi Papua bersama-sama Pemerintah Kabupaten Intan Jaya harus aktif berkomunikasi dengan para pihak yang bertikai, baik TPNPB maupunTNI-Polri,mendorong kesepakatan penghentian konflik bersenjata, atau menyepakati jeda kemanusiaan untuk menangani dampak konflik terhadap masyarakat sipil.

89https://jubi.co.id/papua‐delapan‐oknum‐tni‐ad‐tersangka‐pembakaran/ 90https://jubi.co.id/papua‐delapan‐oknum‐tni‐ad‐tersangka‐pembakaran/ 

43

2020

Analisa Hukum Pengklasifikasian kejahatan pembunuhan Pendeta Yeremia Zanambani sebagai kasus pelanggaran hak asasi manusia yang berat dengan klasifikasi kejahatan terhadap kemanusiaan.

A. Pengantar

Bagian ini menganalisis dan mendiskusikan dua hal yakni: pertama, apakah fakta-fakta yang dikumpulkan dan disajikan dalam laporan ini telah cukup memadai untuk sampai pada kesimpulan sementara mengenai telah terjadinya peristiwa pidana pelanggaran hak asasi manusia yang berat dengan klasifikasi kejahatan terhadap kemanusiaan; kedua, apakah penyelidikan pro-justicia dugaan pelanggaran hak asasi manusia yang berat dapat segera dilakuan

B. Deskripsi Fakta-fakta

(telah diuraikan sebelumnya)

C. Klasifikasi kasus pembunuhan Pendeta Yeremia sebagai Kejahatan terhadap kemanusiaan

Pengklasifikasian kasus pembunuhan Pendeta Yeramia Zanambani sebagai kasus pelanggaran hak asasi manusia yang berat dengan klasifikasi kejahatan terhadap kemanusiaan akan ditentukan oleh sejauhmana fakta-fakta cukup mendukung terpenuhinya unsur-unsur kejahatan terhadap kemanusiaan.

1. Bentuk Kejahatan dalam kualifikasi Kejahatan terhadap kemanusiaan (Actus reus/ Cause of actions)

1) Pembunuhan (Murder) - -Pasal 9 huruf a UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM. Bukti-bukti dan sejumlah keterangan dari saksi-saksi secara meyakinkan telah memberikan informasi yang memadai telah adanya peristiwa pidana yang berupa pembunuhan yang dilakukan dengan cara penembakan dan penusukan yang mematikan.

2) Penyiksaan (Torture) -Pasal 9 huruf fDari bukti-bukti dan keterangan saksi yang dikumpulkan, Tim Kemanusiaan menemukan dugaan awal yang meyakinkan telah terjadinya praktik penyiksaan atau perbuatan yang merendahkan martabat manusia terhadap Pendeta Yeremia.Bentuk perbuatan penyiksaan yang dilakukan adalah dengan melakukan kekerasan fisik yakni penembakan dan penusukan yang bertujuan untuk merusak atau membahayakan keselamatan nyawa dari korban.

3) Penghilangan orang secara paksa (enforced disappearance) –Pasal 9 huruf I Tim Kemanusiaan mendapati informasi yang sangat terbatas terkait dengan dugaan adanya praktik penghilangan paksa, sebelum kejadian pembunuhan Oendeta Yeremia terjadi.Bentuk kejahatan penghilangan paksa tersebut diduga telah terjadi berkaitan dengan korban yakni Apinus Zanambani (22 tahun) dan Luther Zanambani (23 tahun). Penyelidikan lebih lanjut diperlukan untuk melihat hubungan, pola kejahatan yang berkaitan satu sama lain, yang mungkin melibatkan para pelaku yang sama.

2. Pemenuhan unsur-unsur Kejahatan terhadap Kemanusiaan

1) Serangan (Unsur objektif /actus reus) a. Serangan yang sistematis

44

2020

Interpretasi mengenai Serangan yang sistematis dan meluas

Karena Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia tidak memberikan definisi yang jelas mengenai apa yang dimaksud atau syarat suatu perbuatan dapat disimpulkan sebagai serangan yang meluas dan sistematis, maka interpretasi atas definisi serangan meluas dan sistematis harus disandarkan pada yurisprudensi yang ada. Salah satu yurisprudensi yang relevan adalah pertimbangan hakim dalam putusan kasus Akayesu dalam Pengadilan International untuk kasus kejahatan kemanusiaan dan genosida di Rwanda atau ICTR (Case No. ICTR-96-4-T). Syarat meluas diartikan sebagai “Tindakan masif, berulang-ulang dan berskala besar, yang dilakukan secara kolektif dengan dampak serius yang diarahkan terhadap sejumlah besar korban (multiplicity of victims). Sementara itu, sistematis diartikan sebagai hal yang diorganisasikan secara mendalam dan mengikuti pola-pola tertentu, yang terus menerus dilakukan berdasarkan kebijakan yang melibatkan sumber daya publik atau privat yang substansial. Meskipun kebijakan tersebut bukan kebijakan politik negara secara resmi. Ditambahkan bahwa perencanaan tidak harus dinyatakan secara terang dan tegas. Terdapat ukuran khusus untuk menilai syarat sistematis yang dapat dilihat dari turunan perencanaan operasional sebagai berikut: 1. Mencapai tujuan legal dengan pendekatan legal; 2. Mencapai tujuan legal dengan pendekatan illegal; 3. Mencapai tujuan illegal; 4. Unsur-unsur setiap perbuatan yang dapat dikategorikan sebagai kejahatan

terhadap kemanusiaan

Sumber: ICTR

Berdasarkan bukti-bukti dan keterangan saksi-saksi, Tim kemanusiaan menemukan suatu kondisi yang membentuk atau menunjukan terdapatnya sebuah pola serangan sistematis dan kolektif. Serangan tersebut bukan serangan yang bersifat tunggal (single), tersendiri (isolated) ataupun bersifat acak (random).

Tim Kemanusiaan meyakini bahwa kasus pembunuhan pendeta Yeremia berhubungan erat dengan adanya kebijakan yang dibuat oleh penguasa -dalam hal ini Pemerintah Pusat dan otoritas militer dan keamanan setempat-dan diberlakukan secara khusus di Papua, termasuk Intan Jaya, serta konsekuensi atau dampak dari kebijakan tersebut yang menempatkan masyarakat sipi dalam posisi yang rentan menjadi korban pelanggaran hak asasi manusia.

Kebijakan tersebut di antaranya adalah: 1. Keputusan Presiden Nomor 27 Tahun 2019 tentang Pembentukan Komando

Gabungan Wilayah Pertahanan dan Peningkatan Status 23 Komando Resort Militer Tipe B Menjadi Tipe A.

2. Pembentukan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan III yang meliputi wilayah operasi Indonesia bagian timur, termasuk Papua.

3. Rencana Komando Resor Militer 173/Praja Vira Braja (Korem 173/PVB) yang bermarkas di Biak untuk membentuk empat Kodim baru. Keempat Kodim baru itu akan dibentuk di Kabupaten Deiyai, Kabupaten Paniai, Kabupaten Puncak, dan Kabupaten Intan Jaya.

45

2020

Adanya kebijakan tersebut menjadi fondasi yang menopang serangkaian kebijakan turunan, rencana dan operasi yang behubungan dengan aktivitas militer di lapangan, seperti:

1. Mobilisasi dan Penambahan personil militer dalam skala besar di Intan Jaya 2. Penyebaran personil militer di berbagai distrik di Intan Jaya. 3. Pendirian Koramil Persiapan di Hitadipa.

Dampak langsung dari mobilisasi pasukan TNI dalam skala besar adalah munculnya serangkaian kekerasan dan meningkatnya eskalasi konflik bersenjata secara mematikan yang melibatkan personil TNI dan TPNPB- Organisasi Papua Merdeka di berbagai distrik di Intan Jaya, sebagai berikut:

1. Terjadinya kontak senjata dan penembekan yang menyebabkan tewasnya 2 (dua) anggota TNI AD yakni Lettu Inf Erizal Zuhri Sidabutar (berasal dari Satuan Penanggulangan Teror 81 Kopassus, Jakarta) dan Serda Rizky Ramadhan (prajurit Kopassus, Jakarta) pada tanggal 17 Desember 2019.

2. Terjadinya kontak senjata atau saling tembak antara TPNPB dan TNI-Polri pada tanggal 26 Januari 2020 yang menyebabkan tewasnya Alex Kobogau yang diklaim TNI sebagai anggota TPNPB.

3. Penembakan yang diduga dilakukan personil TNI yang menyebabkan tewasnya Melki Tipagau, Kayus Sani, Heletina Sani, dan Malopina Sani di berbagai tempat yang berbeda pada tanggal 18 Februari 2020, yang kembali diklaim oleh TNI sebagai anggota TPNPB namun dibantah oleh TPNPB.

4. Operasi penyisiran (sweeping) oleh personil TNI di Distrik Sugapa dan penangkapan 3 warga sipil oleh personil TNI-Polri. Satu dilepas sementara dua lagi yakni Apinus Zanambani (22 tahun) dan Luther Zanambani (23 tahun) dinyatakan hilang hingga saat ini.

5. Penembakan yang diduga dilakukan personil TPNPB terhadap 2 tenaga medis di Distrik Wandai pada tanggal 22 Mei 2020.

6. Penembakan terhadap warga sipil yang bernama Yunus Sani pada tanggal 29 Mei 2020

7. Penembakan terhadap warga sipil yakni La Ode Anas Munawir dan Fathur Rahman pada tanggal 14 September 2020.

8. Pembunuhan Ahmad Baidlowi dan anggota TNI Serka Sahlan pada tanggal 17 September 2020 yang diduga dilakukan oleh TPNPB. Peristiwa ini disertai dengan perampasan senjata milik personil TNI.

Rangkaian kekerasan tersebut berlanjut pada serangkaian peristiwa kekerasan pada tanggal 19 September 2020, berturut-turut sebagai berikut:

1. Pada sekitar pukul 09.00 WIT - Ultimatum Koramil Persiapan Hitadipa kepada warga sipil Hitadipa yang akan melakukan “operasi penumpasan” jika dalam dua hari senjata yang dirampas tidak dikembalikan.

2. Pada sekitar pukul 12.00 WIT- Ultimatum kedua dalam pengumpulan warga sipil Hitadipa oleh Wakil Komandan Rayon Militer Alpius Hasim Madi yang disertai pernyataan ancaman pembunuhan kepada warga termasuk kepada Pendeta Yeremia Zanambani yang tidak menghadiri pengumpulan warga tersebut.

46

2020

3. Pada sekitar pukul 13.00 WIT Serangan TPNPB ke markas Koramil Persiapan Hitadipa yang menewaskan Pratu Dwi Akbar Utomo, prajurit Batalion Infantri 711/Raksatama.

4. Pada sekitar pukul 14.30 personil TNI melakukan pembalasan dan pengejaran dan melakukan pembakaran fasilitas Kesehatan di Taundugu.

5. Pada sekitar antara puluk 15.00-15.30 WIT operasi penyisiran oleh TNI berlanjut dan terjadi penembakan dan penusukan terhadap Pendeta Yeremia Zanambani yang diduga dilakukan oleh personil TNI yang menyebabkan tewasnya sekitar pukul 24.00 WIT.

Secara keseluruhannya sebagaimana dinarasikan pada halaman 23 laporan ini. Setiap peristiwa kekerasan yang muncul kerap kali membentuk sebuah pola aksi-reaksi atau saling membalas dengan target serangan yang khusus dan random.

Analisis terhadap rangkaian kekerasan tersebut di atas juga membentuk sebuah pola sistematik sebagai berikut:

1. Adanya perencanaan serangan

Bukti-bukti dan kesaksian yang diperoleh Tim Kemanusiaan menemukan rangkaian peristiwa yang menunjukan setidak-tidaknya terdapatnya unsur perencanaan serangan dimana serangan dilakukan dengan terlebih dahulu dilakukan serangkaian persiapan seperti:

a. Pengumpulan warga dan Ultimatum pertama kepada warga disertai ancaman operasi penumpasan

b. Adanya Ultimatum kedua dan ancaman pembunuhan kepada target spesifik, salah satunya Pendeta Yeremia Zanambani

Langkah penyelidikan lebih lanjut harus dilakukan untuk memeriksa dan atau menyelidiki apakah terdapat bukti-bukti pendukung lainnya seperti adanya pembuatan daftar nama atau subjek sipil yang diklasifikasikan sebagai anggota TPNPB-OPM secara sewenang-wenang atau tanpa dasar bukti yang jelas atau memadai, sehingga dipercaya dan ditetapkan sebagai sasaran serangan.

Penyelidikan lebih lanjut penting juga dilakukan misalnya untuk melihat apakah terdapat dokumen-dokumen lain yang meliputi perencanaan serangan, penanggungjawab, jumlah personil maupun dukungan sumberdaya yang dipersiapkan untuk menopang operasi serangan.

2. Adanya pelaksanaan serangan Bukti-bukti dan kesaksian yang diperoleh Tim Kemanusiaan menemukan cukup bukti kuat telah dilakukannya serangan yang ditujukan kepada dan mentarget warga sipil. Hal ini dimulai dengan rangkain perbuatan atau tindakan berikut:

a. Operasi penyisiran b. Pembakaran rumah dinas dan fasilitas Kesehatan di Taundugu c. diakhiri dengan pembunuhan kepada Pendeta Yeremia Zanambani.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa serangan yang dilakukan oleh aparat TNI pada rangkaian peristiwa tersebut sangat jelas merupakan serangan dalam pengertian “suaturangkaian perbuatan yang dilakukan terhadap penduduk sipil sebagai kelanjutan kebijakan penguasa atau kebijakan yang berhubungan dengan organisasi”, sebagaimana dimaksud dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia.

47

2020

b. Serangan meluas Berdasarkan bukti-bukti dan kesaksian, Tim kemanusiaan menemukan suatu kondisi yang membentuk atau menunjukan terdapatnya sebuah pola serangan yang meluas.

1. Adanya pengulangan atau sifat berganda (multiple)

Serangkaian peristiwa kekerasan dan jatuhnya korban jiwa menunjukan bahwa serangan tidak bersifat tunggal atau terpisah dari serangan sebelumnya.Tim Kemanusiaan menemukan adanya pola yang berulang-ulang dari setiap serangan dan rangkaian kekerasan yang terjadi. Lebih jauh, Tim Kemanusiaan menilai perlunya pengumpulan informasi lebih jauh untuk menemukan dan menganalisis apakah ada Tindakan yang memadai dan kebijakan yang diarahkan untuk berupaya mencegah terjadinya peristiwa berulang-ulangnya serangan dengan sasaran yang keliru atau dalam hal ini men-target warga sipil yang tidak bersalah dan terlibat dalam konflik bersenjata antara TNI dan TPNPB.

2. Lingkup operasi serangan yang berskala besar

Tim Kemanusiaan menemukan bahwa ruang lingkup dan skala operasi serangan tidak bersifat tunggal atau terbatas pada satu target tertentu, tetapi cenderung menyasar pada target yang lebih luas dan melibatkan sumber daya yang besar. Peristiwa pembunuhan Pendeta Yeremia melibatkan sejumlah pasukan dibawah komando langsung dari Wakoramil Persiapan Hitadipa.

3. Serangan dilakukan secara kolektif

Bukti-bukti dan kesaksian yang dikumpulkan oleh Tim Kemanusiaan mengungkap adanya serangan yang dilakukan secara kolektif, dilakukan oleh setidaknya satu kesatuan personil TNI dibawah komando Koramil Persiapan Hitadipa, secara khusus operasi dipimpin oleh Wakil Komandan Koramil persiapan Hitadipa, Alpius Hasim Madi.

4. Serangan memiliki dampak serius dan diarahkan terhadap sejumlah besar korban (multiplicity of victims).

Bukti-bukti dan kesaksian yang dikumpulkan oleh Tim Kemanusiaan mengungkap bahwa jumlah korban tidak tunggal atau sedikit.Meskipun dalam konteks laporan ini secara spesifik menyelidiki pembunuhan pendeta Yeremia Zanambani, namun pengembangan penyelidikan menemukan bahwa korban yang jatuh lebih banyak baik sebelum maupun setelah peristiwa pembunuhan Pendeta Yeremia. Misalnya sebagaimana diuraikan dalam laporan ini, setelah peristiwa pembunuhan Pendeta Yeremia, terjadi pembunuhan serupa yang menewaskan Katekis Paroki Gereja Katolik Santo Mikael Bilogai, Rufinus Tigau pada tanggal 26 Oktober 2020.

Selain itu serangan yang dilakukan oleh prajurit TNI juga menyebabkan kerusakan property berupa rumah dinas dan fasilitas kesehatan karena sebagaimana kesaksian saksi-saksi tindakan pembakaran tersebut telah dilakukan oleh sejumlah personil TNI.

c. Ditujukan kepada penduduk sipil

Bukti-bukti dan keterangan saksi-saksi yang dikumpulkan Tim Kemanusiaan menemukan bahwa serangan telah ditujukan kepada penduduk sipil yang diduga atau diklaim secara sepihak oleh personil TNI sebagai bagian dari anggota TPNPB-OPM.Hampir semua individu yang menjadi korban dalam serangkaian kekerasan, kususnya diluar korban

48

2020

prajurit TNI-Polri, teridentifikasi sebagai warga sipil yang tidak memiliki kaitan apapun dengan OPM.

d. Unsur pengetahuan pelaku atau yang diketahuinya atau niat jahat (mens rea),

Tim Kemanusiaan, karena keterbatasan akses, waktu, dan sumberdaya tidak dapat mengklarifikasi lebih jauh terkait sejauhmana para terduga pelaku memiliki pengetahuan yang memadai akan sifat destruktif dan melawan hukum serta konsekuensi hukum yang akan mereka hadapi setalah peristiwa serangan terjadi.

Namun demikian, unsur pengetahuan setidak-tidaknya dapat dipenuhi dari setidaknya level kesadaran dari para pemimpin komando dan otoritas di atasnya, akan adanya potensi yang sangat besar dan atau adanya risiko yang sangat besar dari militerisasi dan operasi militer bagi kemungkinan terjadinya perbuatan-perbuatan yang meluas (excessive),sewenang-wenang (arbitrary), yang mengancam keselamatan penduduk sipil yang tidak berdosa. Apalagi jika telah ada berbagai peringatan, laporan, peristiwa serupa sebelumnya yang seharusnya menjadi basis bagi otoritas militer untuk mencegah keberulangan peristiwa.

Penyelidikan lebih lanjut harus dilakukan dengan memanggil dan menggali keterangan dan informasi dari para terduga pelaku untuk mengetahui unsur subjektif atau mens reakejahatan yang dilakukan.Misalnya, sejauhmana para terduga pelaku mengetahui bahwa operasi serangan beserta pola-pola serangan yang dilakukan merupakan tindakan melawan hukum, tindakan tidak manusiawi atau merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan.

3. Pelaku dan pihak lain yang bisa dimintakan pertanggungjawaban

1) Dugaan identitas Pelaku utama (prime suspect/ offenders)(1) Eksekutor pembunuhan (Mr.X) (2) Wakil Komandan Rayon Militer Persiapan Hitadipa)-Alpius Hasim Madi

Sejumlah fakta dan keterangan saksi-saksi mendukung keterlibatan langsung dari Alpis Hasim Madi dalam pembunuhan pendeta Yeremia, secara terperinci sebagaimana diuraikan dalam uraian peristiwa di halaman 23-25 laporan ini.

Alpius yang dalam posisinya sebagai pemimpin operasi di lapangan, memiliki kontrol penuh (fully effective control), setidak-tidaknya patut diduga mengetahui (knowledge) kejadian peristiwa pembunuhan, dan atau merestui atau menyetujui baik secara terbuka maupun diam-diam penembakan dan atau penyiksaan (penusukan) terhadap korban. Yang bersangkutan juga gagal melakukan pencegahan peristiwa.

2) Pertanggungjawaban komando (the Command responsibility)

(1) Komandan Korem 173/PVB

Komandan Korem 173/PVB seharusnya atau setidak-tidaknya berada dalam level kedua terdekat dengan peristiwa dan sepatutnya masih memiliki kemampuan kontrol secara efektif (effective control) terhadap tindakan anak buah di satuan dibawah Koramil Persiapan Hitadipa. Oleh karena itu, penggalian dan klarifikasi atas keterangan yang bersangkutan diperlukan untuk mengetahui sejauhmana level keterlibatan yang bersangkutan.

49

2020

(2) Panglima Kodam XVII/Cenderawasih,

Yang bersangkutan seharusnya atau setidak-tidaknya berada dalam level ketiga terdekat dengan peristiwa dan memiliki kemampuan kontrol secara efektif (effective control)terhadap tindakan anak buah di satuan dibawah Koramil Persiapan Hitadipa dan Korem 173/PVB, khususnya dalam kemampuan mencegah keberulangan, pembuatan, monitoring dan evaluasi kebijakan operasi di lapangan. Oleh karenanya penggalian dan klarifikasi atas keterangan yang bersangkutan diperlukan untuk mengetahui sejauhmana level keterlibatan yang bersangkutan.

(3) Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan III (Kogabwilhan III)

Panglima Kagobwilhan III seharusnya atau setidak-tidaknya berada dalam level ketiga terdekat dengan peristiwa dan memiliki kemampuan kontrol secara efektif (effective control) terhadap tindakan anak buah di satuan dibawah Koramil Persiapan Hitadipa dan Korem 173/PVB, khsusunya dalam kemampuan mencegah keberulangan, pembuatan, monitoring dan evaluasi kebijakan operasi di lapangan. Oleh karenanya penggalian dan klarifikasi atas keterangan yang bersangkutan diperlukan untuk mengetahui sejauhmana level keterlibatan yang bersangkutan.

Salah satu tindakan yang memiliki konsekuensi hukum yang berasal dari Kogabwilhan III misalnya statement pengingkaran (denial) secara premature dan tuduhan terbuka yang bersifat disinformasi bahwa pelaku penembakan Pendeta Yeremia adalah TPNPB-OPM.

Preseden kasus

Peristiwa pembunuhan Pendeta Yeremia Zanambani sedikit banyak memiliki kemiripan kasus dengan kasus pembunuhan pendeta Jesuit di San Salvador pada tahun 1989 yang melibatkan sejumlah tantara dan komandan Salvador Army. Para penyelidik terhadap kasusnya tersebut telah mengkualifikasikannya sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan dan diadili di Pengadilan Spanyol yang memiliki yurisdiki universal, pada tahun 2008-2009.

Pada tanggal 13, 2009, Hakim Eloy Velasco, pada Sixth Chamber of the Spanish National Court secara resmi mendakwa 14 mantan anggota militer San Salvador dengan dakwaan Pembunuhan, kejahatan terhadap kemanusiaan dan terorisme yang didukung negara untuk peran mereka dalam pembantaian para pendeta Jesuit. Lebih Jauh, hakim juga mencadangkan dakwaan selama proses penyidikan berlangsung terhadap mantan presiden Salvador dan Panglima Angkatan bersenjata Alfredo Cristiani atas peran keduanya menutup-nutupi kejahatan pembunuhan pendeta Jesuit tersebut.

Lebih jauh lihat di

--https://www.npr.org/2020/08/13/900855625/a-court-case-in-spain-raises-hope-for-justice-for-priests-killed-in-el-salvador dan https://cja.org/what-we-do/litigation/the-jesuits-massacre-case/related-resources/salvadoran-supreme-court-releases-high-commanders-indicted-in-spain-for-1989-jesuits-massacre/

50

2020

Kesimpulan

Dari seluruh fakta-fakta, keterangan saksi-saksi dan bukti-bukti yang dikumpulkan oleh Tim Kemanusiaan, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat bukti-bukti awal yang meyakinkan yang mendukung kesimpulan telah terjadinya peristiwa pelanggaran hak asasi manusia yang berat dengan kualifikasi kejahatan terhadap kemanusiaan.

2. Tim Kemanusiaan menemukan bukti yang meyakinkan dan cukup mengenai terjadinya pembunuhan di luar proses hukum atau extra-judicial killing terhadap Pendeta Yeremia Zanambani

3. Ada bukti permulaan yang memadai untuk dilengkapi lebih jauh yang mendukung dugaan adanya pelaku utama pembunuhan yang diduga dilakukan oleh dan melibatkan personil TNI;

4. Terdapat bukti permulaan, dan untuk terus dilengkapi dalam proses penyelidikan sehungga dinyatakan cukup, untuk mendukung pemenuhan unsur-unsur kejahatan terhadap kemanusiaan.

51

2020

RekomendasiAdapun beberapa rekomendasi dari Tim Kemanusiaan Untuk Kasus Kekerasan Terhadap Tokoh Agama di Kabupaten Intan Jaya kepada pemerintah adalah sebagai berikut:

1. Meminta Presiden Republik Indonesia untuk memerintahkan Panglima TNI menarik pasukan dan menghentikan operasi militer di Intan Jaya.

2. Meminta Presiden Republik Indonesia untuk membatalkan rencana pendirian Koramil Hitadipa.

3. Meminta TNI segera meninggalkan SD YPPGI Hitadipa, agar sekolah itu bisa kembali menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar.

4. Meminta Pemerintah Provinsi Papua berkomunikasi dengan para pihak yang terlibat konflik bersenjata di Intan Jaya, untuk mengupayakan gencatan senjata atau jeda kemanusiaan.

5. Meminta Gubernur Provinsi Papua untuk mendesak Komisi Nasional Hak Asasi Manusia RI agar segera menindaklanjuti hasil temuannya melalui proses penyelidikan dan penyidikan oleh aparat penegak hukum.

6. Mendesak TNI memberitahukan keberadaan Apinus Zanambani dan Luther Zanambani yang hilang setelah dibawa menuju Koramil Sugapa pada 21 April 2020.

7. Meminta Gubernur Provinsi Papua untuk mendata jumlah, persebaran, dan kondisi pengungsi dari Hitadipa, Sugapa, Agisiga, dan Ugimba.

8. Meminta Gubernur Provinsi Papua untuk mengantisipasi risiko kelaparan bagi para pengungsi.

9. Meminta Gubernur Provinsi Papua untuk memastikan para pengungsi mendapatkan akses pelayanan pendidikan dan kesehatan di tempat pengungsian.

10. Meminta Gubernur Provinsi Papua dan Pemerintah Kabupaten Intan Jaya untuk melakukan pemulihan trauma atau trauma healing kepada masyarakat yang terdampak konflik bersenjata di Intan Jaya, khususnya bagi perempuan dan anak.

11. Meminta Gubernur Ptovinsi Papua untuk membantu Pemerintah Kabupaten Intan Jaya melakukan pemulihan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat Hitadipa.

12. Meminta Gubernur Provinsi Papua melacak Surat Rekomendasi Wilayah Izin Usaha Pertambangan Khusus (WIUPK) kepada Direktur Utama Mind ID, dan segera mencabut rekomendasi tersebut.

13. Meminta Gubernur Provinsi Papua membentuk tim independen untuk mengumpulkan data kekerasan terhadap kemanusiaan dan dugaan pelanggaran HAM di Tanah Papua.

14. Meminta TNI-Polri menindak dan menjalankan proses hukum terhadap setiap anggotanya yang terlibat dalam kekerasan terhadap warga sipil.

15. Meminta Dewan Gereja Papua dan lembaga agama untuk mendesak pemerintah agar menarik pasukan TNI-Polri dari Intan Jaya sehingga warga yang mengungsi dapat kembali merayakan Natal di kampung halaman dengan rasa aman.

52

2020

Lampiran 1

Timeline Peristiwa

(2017-2020)

Tanggal Peristiwa Sumber 23 Februari 2017 Bentrokan terjadi di KPU Intan Jaya. Massa pendukung pasangan calon

(paslon) nomor 2 (Yulius Yapugau-Yunus Kalabetme) meminta KPU menghitung suara secepatnya, tetapi permintaan ini tidak dipenuhi KPU Intan Jaya karea adanya 2 distrik yakni Distrik Wandai dan Agisiga yang belum selesai melakukan rekap penghitungan suara.

Akibat bentrokan, 3 warga sipil meninggal dan 101 warga mengalami luka-luka. Korban meninggal akibat terkena panah dan dianiaya.

https://jateng.tribunnews.com/2017/02/25/sengketa-pilkada-di-papua-berakhir-bentrok-dan-kantor-kpud-dibakar-satu-dikabarkan-tewas

https://kbr.id/nusantara/02-2017/bentrok_massa_pendukung_calon__kantor_kpu_intan_jaya_papua_rusak/88864.html

https://nasional.kompas.com/read/2017/03/19/14055531/kapolres.paniai.bantah.tidak.netral.dalam.pilkada.intan.jaya

24 Februari 2017 1 warga meninggal dan beberapa luka, 1unit rumah terbakar dan 3 unit rumah lainnya luka parah karena bentrokan warga terkait sengketa Pilkada.

Menurut Kapolda Papua Waterpauw, "Saat ini situasi di Sugapa, ibu kota Intan Jaya, sudah mulai kondusif karena sudah ada pengarahan pasukan sekitar 400 personel gabungan. Rencananya kami akan menambah pasukan dari Nabire dan Timika,".Pihaknya akan menambah pasukan Brimob

https://news.detik.com/berita/d-3431565/satu-warga-tewas-pleno-penghitungan-suara-di-intan-jaya-ditunda

sebanyak 81 personel 25 Februari 2017 Menurut Kabid Humas Polda Papua Kombes Ahmad Kamalsebanyak 30

anggota Brimob dari Polda Bali dikirim ke Sugapa. Mereka sebelumnya bertugas di Dogiay. Pergeseran pasukan itu untuk membantu memperkuat pasukan yang sudah terlebih dahulu bertugas.

https://www.merdeka.com/peristiwa/tiga-tewas-dan-90-luka-saat-rusuh-rekapitulasi-pilkada-intan-jaya.html

15 Mei 2017 Bawaslu Provinsi Papua tidak menyetujui hasil rekapitulasi suara dari Kabupaten Intan Jaya. Alasannya, banyak syarat administrasi yang tidak terpenuhi oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) setempat. Selain itu, Bawaslu mempersoalkan prosedur pleno yang sejatinya harus dilaksanakan di Distrik Sugapa, Intan Jaya, namun tanpa memberitahu Bawaslu, KPU membawanya ke Nabire.

https://republika.co.id/berita/prl79e377/bawaslu-papua-tolak-rekapitulasi-kabupaten-intan-jaya

11 Juli 2017 Atas perintah Mahkamah Konstitusi (MK),pemungutan Suara Ulang (PSU) dilakukan di 7 TPS yaitu TPS 1, TPS 2, TPS 3, dan TPS 4 Kampung Emondi, Distrik Sugapa; serta TPS 1 Kampung Soali, TPS 2 Kampung Unabundoga, dan TPS 1 Kampung Tausiga, Distrik Agisiga.

https://republika.co.id/berita/nasional/pilkada/17/08/29/ovfbwe384-mk-sidangkan-putusan-sengketa-pilkada-intan-jaya-papua

29 Agustus 2017 Ketua MK Arief Hidayat dalam putusan perselisihan hasil pemilihan Bupati Intan Jaya, menetapkan kemenangan paslon nomor pemilihan 3, Natalis Tabuni dan Yann Robert Kobogoyauw, dengan 36.883 suara.Ketetapan ini juga menganulir hasil yang sebelumnya ditetapkan oleh KPU setempat. Yang sebelumnya menetapkan bahwa paslon no 2, yakni Yulius Yapugau dan Yunus Kalabetme, sebagai pemenang. Pasangan itu memperoleh 33.958 suara.

Pendukung paslon Yulius Yapugauw-Yunus Kalabetme yang tak puas dengan putusan MK melakukan protest dan pemalangan bandara Biloray, Sugapa.

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20170831170505-12-238724/warga-intan-jaya-papua-protes-putusan-mk-penerbangan-lumpuh

https://nasional.kompas.com/read/2017/08/29/19203961/pasangan-natalis-tabuni-yann-robert-menang-pilkada-intan-jaya

30 Agustus 2017 Sejumlah kantor pemerintah Kabupaten Intan Jaya di Sugapa, di bakar massa yang memprotes keputusan MK. Akibatnya sejumlah kios dan pasar memilih tutup. Masyarakat asli memilih untuk diam di dalam rumah, sedangkan sebagian masyarakat pendatang memilih mengungsi ke polsek dan pos TNI terdekat

https://news.detik.com/berita/d-3623582/protes-putusan-mk-soal-pilkada-massa-bakar-kantor-pemkab-intan-jaya

31 Agustus 2017 100 Personel Brimob Detasemen A Polda Sulawesi Selatan tiba di Timika, untuk dikirimkan membantu pemulihan situasi keamanan di Kabupaten

https://regional.kompas.com/read/2017/08/31/12223321/redam-konflik-di-intan-jaya-100-

53

2020Intan Jaya pasca sengketa Pilkada .

Menurut Kepala Bidang Polda Papua, Komisaris Besar Ahmad Musthofa Kamal, para personel bertugas untuk meningkatkan pengamanan Di Intan Jaya secara khusus untuk menjaga obyek vital, seperti bandara dan kantor-kantor pemerintah.

personel-brimob-diterbangkan-ke-papua

https://koran.tempo.co/amp/nasional/421229/polri-antisipasi-kerusuhan-berlanjut-di-intan-jaya

1 September 2017 Ribuan warga Intan Jaya dikabarkan menggelar ritual makan tanah pasca putusan MK terkait sengketa Pilkada. Ritual makan tanah sebagai arti siap berperang dan siap mati. Dikabarkan ada ratusan warga Intan Jaya di Nabire yang sudah bertolaj ke Sugapa.

"Mereka kecewa dengan putusan MK yang menganulir keputusan KPU, sekaligus juga kecewa kepada Natalius Tabuni yang sebelumnya sudah menyatakan akan menyerahkan kepemimpinan bupati kepada orang Moni (suku asli Intan Jaya)," kata Julius Miagoni saat dihubungi melalui telepon selulernya.

https://www.viva.co.id/berita/nasional/952378-intan-jaya-papua-mencekam-warga-jalani-ritual-makan-tanah

16 Oktober 2019 Helikopter milik PT Intan Angkasa ditembaki anggota KKB di Distrik Ilaga Utara, Kabupaten Puncak.

Aparat keamanan menyebut, penembakan diduga dilakukan oleh KKB pimpinan Lekagak Telenggen

https://regional.kompas.com/read/2019/10/26/10471131/3-pengemudi-ojek-tewas-ditembak-kkb-di-intan-jaya-papua?page=all#:~:text=JAYAPURA%2C%20KOMPAS.com%20%2D%20Tiga,dan%20La%20Soni%20(25).

25 Oktober 2019 Tiga pengemudi ojek tewas ditembak anggota kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Distrik Hitadipa, Kabupaten Intan Jaya, Papua, Jumat (25/10/2019). Ketiga korban bernama Rizal (31), Herianto (31), La Soni (25). Ketiganya ditemukan dalam kondisi luka tembak di kepala dan luka sayat disebabkan senjata tajam di sekujur tubuh.

https://www.voaindonesia.com/a/kelompok-bersenjata-tembak-mati-3-tukang-ojek-di-intan-jaya-papua-/5141087.html

Penemuan ketiga jenazah pertama kali dilaporkan oleh seorang caleg terpilih, Titus Kobogau, yang dihadang dan ditodong KKB saat akan menjemput seorang gembala Gereja Kingmi di Kampung Pugisiga, Distrik Hitadipa, sekitar pukul 11.00 waktu setempat. Pembunuhan tersebut diduga dilakukan kelompok separatis bersenjata pimpinan Lekagak Telenggen

Sekitar pukul 19.00 WIT, tim penjemput yang terdiri dari Yohakim Joani (Kabag Kesra), Januaris Meisani (Kadis Pariwisata), Kristianus Tebay (Direktur RS) dan Deki Belau (tokoh pemuda) tiba di TKP dan segera mengevakuasi ketiga jenazah ke Puskesmas Boligai dan di otopsi.

Setelah melihat langsung kondisi para korban, Bupati Natalis mengecam keras aksi penembakan. Ia juga memberikan imbauan kepada para tukang ojek di Intan Jaya untuk membatasi kegiatannya. Pemerintah juga menyanggupi pembiayan seluruh biaya pemakaman para korban.

https://www.antaranews.com/berita/1133039/tiga-tukang-ojek-tewas-ditembak-kkb-di-intan-jaya-papua

13-14 Desember John Gobay menginformasikan adanya laporan terkait pengiriman pasukan TNI dan Brimob ke Sugapa, Kabupaten pada tanggal 13 dan 14 Desember. Juga di Beoga, Kabupaten Puncak,”

https://suarapapua.com/2019/12/17/baku-tembak-pecah-di-intan-jaya-jelang-natal/

17 Desember 2019 2 prajurit TNI AD yang meninggal di Kabupaten Intan Jaya akibat diserang oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Insiden penyerangan ini terjadi pada Selasa, 17 Desember 2019.

Kabidpenum Puspen TNI, Kolonel Sus Taibur Rahman menjelaskan insiden

https://nasional.tempo.co/read/1285565/2-prajurit-tni-ad-meninggal-di-papua-dibawa-ke-jakarta-dan-medan/full&view=ok

54

2020

https://suarapapua.com/2019/12/19/tpnpb-nyatakan-bertanggungjawab-atas-penembakan-di-intan-jaya/

21 Desember 2019 Sebagian warga Kampung Kulapa, Hitadipa, Wabui dan sekitarnya yang lari ke hutan pasca penembakan 17 Desember, sudah mulai kembali ke rumah masing-masing. Aparat yang sebelumnya ditempatkan di Hitadipa saat baku tembak dengan TPNPB juga sudah kembali ke Sugapa, Ibukota Kab. Intan Jaya, Papua.

https://suarapapua.com/2019/12/21/warga-distrik-hitadipa-yang-lari-ke-hutan-mulai-kembali-ke-rumah/

23 Desember 2019 Martinus Maisini, Anggota DPRD Intan Jaya mengatakan, kampong yang k aman dan stabil adalah Distrik Sugapa, yaitu kampung Yokatapa, Bilogai, Mamba, Sambili dan Holomama. Kampung-kampung yang tidak aman adalah Kampung Wabui, Kulapa, Jegenggaupa, Pugisiga, Sawenepa, Tujimigi dan HItadipa. Selain itu di distrik Ugimba sangat tidak aman.

“Di pinggiran kota Intan Jaya memang tidak aman. Dan secara keseluruhan Intan Jaya tidak aman. Apalagi distrik Ugimba. Tidak ada aktifitas masyarakat jelang Natal. Dari pantauan kami (anggota DPRD) beberapa daerah yang saya sebut itu tidak aman. Kami tidak tahu mereka akan rayakan Natal atau tidak,”

https://suarapapua.com/2019/12/23/intan-jaya-belum-aman/

30 Desember 2019 Situasi pengungsi khususnya perempuan dan anak.

Wakil Ketua Kelompok Kerja Perempuan Majelis Rakyat Papua, Siska Abugau membahas perkembangan situasi keamanan di Kabupaten Intan Jaya dengan Kepala Kepolisian Daerah atau Kapolda Papua, Irjen Paulus Waterpauw di Jayapura, Senin (30/12/2019). Abugau antara lain menyampaikan masalah banyaknya warga sipil Intan Jaya yang mengungsi pasca konflik bersenjata di sana.

https://jubi.co.id/wakil-ketua-pokja-perempuan-mrp-dan-kapolda-papua-bahas-situasi-intan-jaya/

6 Januari 2020 Pasca liburan Natal, 6 Januari 2020 diharapkan bahwa semuanya akan Koran JUBI,tanggal 8-9 Jan, hlm 24 berjalan lagi seperti biasa. Juga di wilayah seperti Intan Jaya yang akhir ini mengalami banyak tekanan karena operasi militer di wilayahnya. Sekolah YPPK di Titigi yang selama beberapa minggu menjadi ‘salah satu tempat militer’ hari ini menerima kembali para murid serta gurunya. Namun jumlahnya masih rendah karena ternyata sejumlah guru telah mengungsi ke Nabire dan belum kembali ke Titigi, sedangkan sejumlah anak juga takut dan trauma. Anak-anak masih takut ke sekolahnya.

26 Januari 2020 Pada 26 Januari 2020, terjadi kontak senjata di Sugapa, ibukota Kabupaten Intan Jaya, hingga menewaskan Alex Kobogau (28 tahun).

Seorang anak bernama Jakson Sondegau (8 tahun) terluka tembak di perut saat sedang bermain-main di sekitar rumahnya. Seorang anak lainnya, Yopi Sani Yegeseni (14 tahun), menjadi korban penganiayaan.

Aparat keamanan menyatakan Alex Kobogau adalah kombatan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB). Sementara para warga menyatakan Alex Kobogau adalah warga sipil dan bukan anggota TPNPB.

https://jubi.co.id/dap-minta-tim-pencari-fakta-komnas-ham-datang-ke-intan-jaya/

28 Januari 2020 Asisten Bidang Politik, Pemerintahan, Hukum dan Keamanan Sekda Papua, Doren Wakerkwa meminta Bupati Intan Jaya, Natalis Tabuni menyelesaikan konflik di daerahnya.

Menurut Doren, sejak Pilkada 2017, Bupati Intan Jaya jarang berada ditempat dan kepemimpinannya tidak diinginkan oleh masyarakat. Aktivitas pemerintah juga tidak berjalan normal karena Pemkab Intan Jaya lebih banyak berkantor d Nabire.

“Saya minta Bupati Intan Jaya itu jangan sering meninggalkan daerahnya. Untuk meminimalisir terjadinya konflik, perlu pendekatan kepada masyarakat melalui tokoh gereja, agama, adat, para kepala suku, tokoh pemuda yang harus dilakukan pemerintah dan TNI Polri,” kata Doren.

https://kumparan.com/bumi-papua/pemprov-papua-minta-bupati-intan-jaya-selesaikan-konflik-1sjEflWazbT/full

Penemuan ketiga jenazah pertama kali dilaporkan oleh seorang caleg terpilih, Titus Kobogau, yang dihadang dan ditodong KKB saat akan menjemput seorang gembala Gereja Kingmi di Kampung Pugisiga, Distrik Hitadipa, sekitar pukul 11.00 waktu setempat. Pembunuhan tersebut diduga dilakukan kelompok separatis bersenjata pimpinan Lekagak Telenggen

Sekitar pukul 19.00 WIT, tim penjemput yang terdiri dari Yohakim Joani (Kabag Kesra), Januaris Meisani (Kadis Pariwisata), Kristianus Tebay (Direktur RS) dan Deki Belau (tokoh pemuda) tiba di TKP dan segera mengevakuasi ketiga jenazah ke Puskesmas Boligai dan di otopsi.

Setelah melihat langsung kondisi para korban, Bupati Natalis mengecam keras aksi penembakan. Ia juga memberikan imbauan kepada para tukang ojek di Intan Jaya untuk membatasi kegiatannya. Pemerintah juga menyanggupi pembiayan seluruh biaya pemakaman para korban.

https://www.antaranews.com/berita/1133039/tiga-tukang-ojek-tewas-ditembak-kkb-di-intan-jaya-papua

13-14 Desember John Gobay menginformasikan adanya laporan terkait pengiriman pasukan TNI dan Brimob ke Sugapa, Kabupaten pada tanggal 13 dan 14 Desember. Juga di Beoga, Kabupaten Puncak,”

https://suarapapua.com/2019/12/17/baku-tembak-pecah-di-intan-jaya-jelang-natal/

17 Desember 2019 2 prajurit TNI AD yang meninggal di Kabupaten Intan Jaya akibat diserang oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Insiden penyerangan ini terjadi pada Selasa, 17 Desember 2019.

Kabidpenum Puspen TNI, Kolonel Sus Taibur Rahman menjelaskan insiden

https://nasional.tempo.co/read/1285565/2-prajurit-tni-ad-meninggal-di-papua-dibawa-ke-jakarta-dan-medan/full&view=ok

55

2020

18 Februari 2020

20 Februari 2020

Di Gulanggama, Intan Jaya di Papua. Menurut info dari TNI seorang separtis berumur 18 tahun ditembak mati oleh TNI dalam kontak senjata dengan kelompok separatis . Menurut info dari TNI penembakan fatal ini terjadi selama kontak senjata dengan kelompok bersenjata dan korban adalah anggota OPM. Sedangkan Sebby Sambon, jur bicara TPNPB menyatakan bahwa tidak ada kontak senjata di area tersebut dan bahwa korban adalah masyarakat sipil, bukan anggota separatis seperti yang sampaikan,

Berdasarkan liputan Cepos (20/2/2020) malahan beritakan bahwa ada dua korban, seorang bapak berumur 51th dan seorang anak berumur 12 th. Ternyata makin sulit untuk mengetahui apa yang benar dalam informasi yang disalurkan ke publik. Akhirnya muncul keterangan dari seorang pastor katolik setempat, Justinus Rahangiar Pr, yang sudah lama berkarya di tempat itu dan yang mengenal baik dengan masyarakatnya. Menurut keterangan beliau, memang ada 2 korban dan 2 perempuan mengalami luka; sebagai korban dicatat seorang sipil Bpk. Kayus Sani, 51 tahun dan seorang anak sekolah, Melki Tipagau, 12 tahun. Identitas serta umur korban kedua itu juga dikonfirmasi oleh kepala sekolah SD YPPK setempat.

https://www.reuters.com/article/us.indonsia-papua/indonesian-military-say-papuan-separatist-killed-in-shootout-iduUSKBN20D1D5

Cenderawasih pos tanggal 20 Februari 2020

ihtps://www.benarnews.org/english/news/indonesian/indonesia-papua-02202020143948.html

Selama Februari 2020 Operasi aparat keamanan di Intan Jaya telah menyebabkan ribuan warga Distrik Sugapa, Hitadipa, dan Ugimba mengungsi dari tempat tinggalnya. Per Februari 2020, tercatat ada 1.237 jiwa warga dari ketiga distrik yang masih mengungsi. Sebagian dari mereka mengungsi ke sejumlah lokasi di Intan Jaya, dan sebagian lainnya mengungsi ke kabupaten tetangga seperti Nabire dan Mimika.

Warga tidak dapat melakukan aktifitasnya secara normal karena ketakutan terhadap aparat keamanan. Banyak warga pengungsi yang kehilangan akses terhadap pelayanan public. Mereka juga mengalami kelaparan karena tidak dapat beraktifitas untuk berkebun, mencari makan ataupun berbelanja.

https://jubi.co.id/dap-minta-tim-pencari-fakta-komnas-ham-datang-ke-intan-jaya/amp/

22 Mei 2020 Penembakan seorang tenaga medis bernama Heniko Somou tewas, sementara kawannya, Alemanek Bagau mengalami luka tembak sempat kritis, namun kini kondisinya berangsur pulih.

https://papua.tribunnews.com/2020/06/06/intan-jaya-papua-masih-bebas-covid-19-ternyata-kabupaten-rawan-kkb-ini-lakukan-hal-sederhana?page=3.

baku tembak berawal ketika warga Sugapa, Kabupaten Intan Jaya dikabarkan mendapat gangguan keamanan berupa intimidasi, kekerasan fisik, perampokan, pemerkosaan dan perampasan serta penjarahan harta benda yang dilakukan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB). Pelaku, kata Taibur, diduga adalah pelaku penembakan terhadap tiga tukang ojek (oktober 2019)

"Menindaklanjuti laporan tersebut, untuk melindungi keselamatan dan memberikan rasa aman kepada warga terutama menjelang perayaan Natal, Satgas Gakum TNI bersama Polri meningkatkan kegiatan patroli pengamanan di tempat yang diduga menjadi basis kegiatan KKB," kata Taibur dalam keterangan tertulis yang diterima reporter Tirto, Rabu (18/12/2019). Saat patroli berlangsung, Satgas Gakum TNI dan polisi mengalami kontak senjata dengan KKB. Dalam kontak tersebut, dua personel TNI gugur dalam kontak senjata.

TPNPB melalui juru bicara, Sebby Sambol menyatakan TPNPB-OPM bertanggungjawab atas penembakan dan baku tembak yang terjadi di Kulapa, Hitadipa, dan Bulapa, Yoparu, Sugapa pada 17 Desember kemarin.Sebby mengatakan, TPNPB-OPM lakukan penembakan karena TNI/POLRI lakukan penembakan membabi buta di perkampungan masyarakat dan mengakibatkan masyarakat mengungsi ke tempat aman di Intan Jaya.

https://tirto.id/dua-prajurit-tni-meninggal-dalam-kontak-senjata-di-intan-jaya-enGy

56

2020

Jumaat (22/5/2020) dua tenaga medis yang sedang mengantar obat-obatan ke pos jauh, ditembaki. Satu meninggal dunia, sedangkan yang lainnya sekarang dirawat di Rumah Sakit di Nabire; diapun dalam keadaan cedera yang sangat serius. Sementara waktu ada saling menuding antara pihak polisi dan TPNPB. Pihak Polisi menuding bahwa pelaku penembakan adalah TPNPB. Sedangkan pihak TPNPB menyatakan bahwa mereka sama sekali tidak terlibat dalam kejadian ini dan menuduh ke pihak kepolisian.

https://suarapapua.com/2020/05/23/ini-kronologi-penembakan-dua-asn-petugas-medis-di-intan-jaya/

https://jubi.co.id/tenaga-kesehatan-intan-jaya-dianiaya-pelakunya-tak-dikenal-papua/

https://www.jakartapost.com/news/2020/05/24/opm-saya-tni-police-shot-medical-workers-in papua.html

29 Mei 2020 Aksi berikutnya terjadi pada 29 Mei 2020 di Jalan Trans Papua Magataga, Perbatasan Kabupaten Intan jaya dan Kabupaten Paniai. Seorang warga sipil, Yunus Sani tewas dibunuh KKB.

“Kami sudah tau siapa itu Yunus Sani, dia sudah lama kerja sama dengan aparat atau mata-mata TNI/Polri,” kata Juru Bicara TPNPB Sebby Sambom kepada Seputarpapua, Selasa (2/6).

Sebby menyebut, konflik bersenjata yang terjadi di Intan Jaya pada 2019, Yunus Sani terlibat membantu sebagai penunjuk jalan dan mata-mata bagi aparat TNI/Polri.

“Dia berpakaian aparat TNI dan dia juga bersumpah bahwa aparat TNI/Polri akan tembak pimpinan TPNPB yang ada di Intan Jaya,” katanya.

https://papua.tribunnews.com/2020/06/06/intan-jaya-papua-masih-bebas-covid-19-ternyata-kabupaten-rawan-kkb-ini-lakukan-hal-sederhana?page=3.

https://seputarpapua.com/view/opm-akui-tembak-mati-yunus-sani-di-intan-jaya-ini-alasannya.html

12 September 2020 Ada berita bahwa ada kecelakaan mobil di tikungan jalan Mamba, distrik Sugapa (12/9); satu truk yang mengangkut sekelompok prajurit jatuh di jurang, 2 orang mati dan 15 terluka.

https://suarapapua.com/2020/09/12/15-korban-luka-luka-anggota-tni-di-bilogai-telah-dievakuasi-ke-timika/

https://suarapapua.com/2020/09/14/breaking-news-tpnpb-klaim-telah-menembak-mati-tiga-

14 September 2020 Dua hari kemudian ada berita (14/9) dari Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) bahwa mereka mengadakan serangan pada pos TNI di kampung Mamba.

Lantas ada berita bahwa dua (2) tukang ojek ditembak oleh kelompok yang tidak dikenal (14/9). Mereka sedang dirawat di rumah sakit.

anggota-tni-di-intan-jaya/

https://suarapapua.com/2020/09/15/dua-tukang-ojek-di-intan-jaya-ditembak-otk/

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200918204957-12-548260/pesawat-evakuasi-jenazah-tni-ditembak-di-intan-jaya-papua

17 September 2020 -Badawi (49 tahun), tukang ojek di Kabupaten Intan Jaya dibacok oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) dengan parang. Karena pendarahan habat, korban meninggal dunia di lokasi kejadian, yaitu di belakang SD YPPK Santo Mikael Kampung Bilogai, Distrik Sugapa,

-3 jam kemudian, Serka Sahlan, anggota koramil Persiapan Hitadipa tewas karena penyerangan yang terjadi sekitar pukul 10.50 WIT di belakang SD YPPK Santo Misael, Kampung Bilogai. Setiap harinya Ia bertugas sebagai Babinsa di Hitadipa. Serangan saat itu sedang dalam perjalanan membawa logistik., Serka Sahlan bertugas Kepala Penerangan Kogabwilhan III,

https://regional.kompas.com/read/2020/09/18/12150061/dalam-4-hari-prajurit-tni-dan-3-pengemudi-ojek-di-intan-jaya-tewas-dibunuh?page=all

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200918204957-12-548260/pesawat-evakuasi-jenazah-tni-ditembak-di-intan-jaya-papua

57

2020

Kolonel IGN Suriastawa mengatakan

"Korban mengalami luka tembak sehingga langsung meninggal dunia di tempat dan dievakuasi ke Puskesmas Bilogai," .

18 September 2020 Polda Papua menuding kelompok kriminal bersenjata (KKB) menembaki pesawat Dabi Air PK-DPG pada Jumat (18/9) di wilayah Intan Jaya.

"Terjadi tembakan sebanyak dua kali yang berasal dari Ujung Bandara Bilorai Kampung Bilogai dengan Jarak 300 Meter dari Runway 09 yang dilakukan oleh KKB terhadap Pesawat Dabi Air PK DPG," kata Kabid Humas Polda Papua Kombes Ahmad Musthofa Kamal melalui keterangan resmi, Jumat (18/9

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200918204957-12-548260/pesawat-evakuasi-jenazah-tni-ditembak-di-intan-jaya-papua

21 September 2020 Solidaritas Kaum Profesional dan Intelektual Asli Kabupaten Intan Jaya dalam sepucuk ‘surat terbuka’ meminta pemerintah dan DPRD membentuk suatu Tim Khusus (Timsus) untuk menyikapi konflik yang terjadi beberapa waktu terakhir. Covid-19, ditambah lagi kontak tembak antara TNI dan TPNPB membuat masyarakat trauma berkepanjangan. Keamanan mereka tidak terjamin. Situasi ini perlu dibahas dengan serius bersama masyarakat. Dalam seruannya Kaum Solidaritas ini mencatat 11 point untuk dipertimbangkan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD. Salah satu saran adalah untuk membentuk Timsus, yang diminta menyusun suatu laporan factual dan diserahkan kepada Gubernur untuk ditindaklanjuti. Yang menarik juga ditekankan bahwa Pemkab Intan Jaya harus menetap dan menjalankan tugas-tugas pemerintahan di wilayahnya untuk memberikan rasa aman kepada masyarakat. Ternyata Bupati dan jajarannya serta DPRD, mereka semua tidak ada di tempat, namun selama delapan tahun berdomisili dan berkantor di Nabire!

https://seputarpapua.com/view/kaum-profesional-dan-intelektual-sampaikan-surat-terbuka-sikapi-keamanan-di-intan-jaya.html/3

1 Oktober 2020 Menko Polhukam, Mahfud MD, meminta Bupati Intan Jaya, Natalis Tabuni pulang untuk mengendalikan wilayahnya setelah terjadi gejolak

Bupati Intan Jaya, Natalis Tabuni membantah dirinya tidak berada di Intan Jaya. Ia menyesalkan tudingan yang menyatakan ia lebih banyak berada di

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20201001173644-20-553349/mahfud-minta-bupati-intan-jaya-pulang-kendalikan-wilayah

https://jubi.co.id/bupati-intan-jaya-sekarang-pun-saya-ada-di-intan-jaya-papua/amp/

luar Intan Jaya, dan menjalankan pemerintahan dari luar Intan Jaya. 1-17 Oktober 2020 Tim Gabungan Pencari Fakta melakukan investigasi atas 4 peristiwa :

1. Peristiwa pembunuhan terhadap aparat Serka Sahlan pada tanggal 17 September 2020

2. Pembunuhan terhadap aparat Pratu Dwi Akbar Utomo pada tanggal 19 September 2020.

3. Terbunuhnya seorang warga sipil bernama Badawi pada tanggal 17 September 2020.

4. Penembakan Pendeta Yeremia Zanambani pada tanggal 17 September 2020.

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20201021125131-12-560975/laporan-tgpf-intan-jaya-ada-dugaan-keterlibatan-oknum-aparat

7 Oktober 2020 Seorang warga sipil bernama Agustinus Duwitau (23) terkena tembakan di Kampung Damonggoa, Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Papua, pada Rabu (7/10/2020). Kabid Humas Polda Papua, Kombes AM Kamal mengatakan, peristiwa tersebut terjadi saat korban dalam perjalan hendak ke kampung Emondi.

https://regional.kompas.com/read/2020/10/08/07561411/seorang-warga-sipil-tertembak-di-intan-jaya-papua

9 Oktober 2020 Penembakan terhadap satu Anggota Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Intan Jaya, Bambang Purwoko dan anggota TNI dari satuan tugas Apter Hitadifa Sertu Faisal Akbar

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20201009164936-12-556628/kronologi-penembakan-anggota-tgpf-intan-jaya-di-papua

21 Oktober 2020 TGPF melakukan konferensi terkait hasil investigasi. Mahfud mengatakan :

‐ dari hasil temuan ini bisa disimpulkan terbunuhnya pendeta Yeremia pada 19 September lalu menunjukan adanya keterlibatan oknum aparat. Meskipun ada kemungkinan dilakukan pihak ketiga

‐ Sejauh menyangkut tindakan pidana berupa kekerasan dan atau pembunuhan, pemerintah memeinta Polri dan Kejaksaan untuk menyelesaikannya sesuai dengan hukum yang berlaku dan meminta Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) untuk mengawal prosesnya lebih lanjut.

‐ Adapun yang menyangkut hukum administrasi Negara, Menko Polhukam menyerahkannya kepada institusi terkait untuk diselesaikan

‐ Menkopolhukam merekomendasikan agar daerah-daerah yang masih kosong dari aparat pertahanan keamanan organis, supaya

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20201021125131-12-560975/laporan-tgpf-intan-jaya-ada-dugaan-keterlibatan-oknum-aparat

58

2020

segera diilengkapi.

23 Oktober Koalisi Keadilan untuk Pendeta Yeremia Zanambani mendorong Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menindaklanjuti hasil investigasi Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) terkait insiden penembakan yang menewaskan pendeta Yeremia di Intan Jaya, Papua.

Selain itu, Koalisi juga mendorong Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) untuk segera melakukan upaya-upaya yang diperlukan dalam melindungi seluruh saksi terkait peristiwa ini.

Adapun Koalisi Keadilan untuk Pendeta Yeremia Zanambani terdiri dari sejumlah organisasi yakni Amnesty International Indonesia, Biro Papua PGI, Imparsial, ELSAM, KontraS, Aliansi Demokrasi Papua, KPKC GKI-TP, KPKC GKIP, dan SKPKC Fransiskan Papua.

26 Oktober 2020 Aparat gabungan TNI-Polri yang tergabung dalam Satgas Nemangkawi melumpuhkan 1 anggota Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pimpinan Sabinus Waker dalam kontak tembak di Intan Jaya, Provinsi Papua.

Kontak tembak antara TNI-Polri dengan anggota KKB pimpinan Sabinus Waker terjadi di kampung Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Papua, Senin (26/10/2020) sekitar pukul 05.00 hingga 10.00 WIT.Menurut aparat, ada sekitar 50 anggota KKB yang melakukan perlawanan, sehingga diambil tindakan tegas. Adapun seorang anggota KKB terpaksa diambil tindakan tegas bernama Rubinus (MD) dan Hermanus Tipagau berhasil ditangkap.

https://www.liputan6.com/news/read/4392698/satgas-nemangkawi-tembak-mati-1-anggota-kkb-yang-serang-tgpf-intan-jaya-papua

6 November Terjadi baku tembak yang menewaskan antara TPNBPB dan TNI-Polri di Kampung Munimai dan Langgoa, Distrik Agisiga yang menewaskan 2 anggota TNI dan melukai beberapa anggota lainnya .

https://suarapapua.com/2020/11/07/tpnpb-mengaku-bertanggung-jawab-menembak-mati-dua-anggota-tni-di-intan-jaya/