DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS ok
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
Transcript of DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS ok
A. DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
A. BENTUK DATA ORGANISASI PERUSAHAAN
1. Latar Belakang :
Kabupaten Pulau Taliabu adalah salah satu kabupaten di
Provinsi Maluku Utara. Pulau Taliabu merupakan hasil
pemekaran dari kabupaten kepulauan sula pada akhir tahun
2012. Luas pulau ini adalah 15.078.05 km2 dan memiliki garis
pantai sepanjang 359 Km dan juga jumlah penduduk pulau ini
yang berkisar 56.135 Jiwa. Dengan pembagian daerah
Pemerintah Adminsitratif yang terdiri atas 8 Kecamatan dan
71 kelurahan, maka dalam mewujudkan pembangunan daerah
pemekaran diperlukan sarana dan prasarana yang menunjang
peningkatan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat
Taliabu. Sebagai perwujudan dari peningkatan sarana dan
prasarana pembangunan kabupaten, jalan dan jembatan
merupakan sarana yang tepat dalam mencapai tujuan tersebut.
Apalagi dalam aktivitas ekonomi masyarakat pulau taliabu
yang biasanya memakai moda laut sebagai transportasi utama
di banding darat karena terbentur oleh akses jalan yang
belum sepenuhnya mengelilingi pulau tersebut, dengan jalan
dan jembatan yang di rencanakan, akan mampu menjangkau
setiap titik kecamatan maupun kelurahan.
Pembangunan jalan keliling pulau dan jembatan di
kabupaten dengan sendirinya akan mendorong percepatan
ekonomi daerah pemekaran pulau Taliabu. Atas dorongan ini
perencanaan jalan dan jembatan yang dikerjakan oleh Dinas
Pekerjaan Umum dalam hal ini bersama rekanan atau penyedia
jasa yang profesional akan sangat membantu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat Taliabu. Dengan bentuk topografi
secara umum, dimana taliabu wilayah barat yang berbentuk
dataran tinggi dan taliabu wilayah timur yang datar,
membutuhkan master desain jalan pulau taliabu yang sesuai
dengan spesifikasi teknik dan tetap dalam koridor ilmu dasar
jalan raya dan perkerasan jalan. Perencanaan jalan yang
memperhatikan dua basic dasar perencaanaan jalan yaitu
geometri jalan dan perkerasan jalan yang sesuai dengan
spesifikasi teknik dan telah disesuaikan dengan kondisi
topografi, ekonomi dan sosial budaya, akan lebih tepat
dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Taliabu.
Geometri jalan yang direncanakan dengan desain
alinyemen horizontal dan vertikal yang benar akan memberikan
kenyamanan dan keselamatan bagi pengguna jalan tersebut.
Disamping itu waktu tempuh kendaraaan menjadi menjadi lebih
efektif, lebih efisien dan lebih ekonomis dalam lingkup
koridor moda transporatasi darat. Dengan geometri jalan yang
dirancang berdasarkan survey topografi eksisting,
klasifikasi jalan rencana dan data kecepatan kendaraan
rencana yang akurat akan memberikan perencanaan geometri
yang akurat, seperti kelandaian jalan, pelebaran tikungan,
kebebasan samping, lengkung peralihan serta radius tikungan
yang memadai. Keberhasilan desain jalan pada pembukaan lahan
baru atau peningkatan struktur jalan lapis per lapis akan
sangat berkontribusi layak terhadap nilai infrastruktur
pemerintah daerah kabupaten Pulau Taliabu.
Perkerasan jalan yang didesain dengan memperhatikan
umur rencana jalan, Lalu Lintas Harian rata-rata dan nilai
CBR tanah untuk daya dukung tanah yang benar akan
bersumbangsih pada kekuatan dari perkerasan jalan yang
direncanakan. Karena kebanyakan kesalahan perencanaan jalan
adalah tanpa memperhatikan kondisi tanah dasar pada jalan
tersebut, tambahan dalam artian yang lain juga, pengambilan
data trafik jalan maupun karakteristik tanah jalan diambil
tidak valid yang berakibat pada umur jalan yang tidak sesuai
dengan desain perencanaan jalan. Tentu hal ini tidak
diinginkan oleh pemerintah kabupaten Taliabu.
Oleh karena itu, perencanaan jalan apakah desain jalan
Sirtu, jalan Hrs-Bc hingga lapisan surface lainnya, seperti
aspal beton, termasuk rigid pavement didalamnya, bila sudah
sesuai secara geometri dan perkerasan jalan, maka sasaran
mutu, biaya, dan waktu untuk desain jalan bisa dicapai. Dan
ini merupakan langkah bagus membangun perekonomian dan
kesejahteraan masyarakat Kabupaten Pulau Taliabu melalui
kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan
Tata Kota Kabupaten Pulau Taliabu.
Team Leader
Final decision dalam perencanaan jalan, menentukan geometri jalan dan perkerasan jalan yang sesuai dengan spesifikasi teknik
Ahli Geodesi
Membantu Team Leader dalam hal topografi desain jalan yang ekonomis dan nyaman bagi pengguna jalan
Ahli Teknik Jalan
Membantu Team Leader menghitung alinyemen horizontal dan vertikal serta kelandaian jalan dan umur perkerasan jalan
Surveyor
Mengumpulkan data pengukuran topografi dalam bentuk koordinat dan elevasi untuk trase jalan yang akan didesain
Drafter
Mengeksekusi hasil desain jalan dalam bentuk gambar yang presentatip dan mudah dalam pelaksanaan
2. Organisasi Peserta.
Tenaga Komputer
Administrasi Umum
B. Daftar pengalaman pekerjaan sejenis selama 10 ( sepuluh ) tahun
1 2 3 4 5 6 7 81 Dinas Pekerjaan um um Perencanaan teknis program PerencanaanTeknis 7 M ei 2005 - 3 Oktober 2005 3 Rp. 198.500.000
Kota Ternate perhubungan dan penanga-nan jalan dan jem batan
2 sekretariat kabupaten Penyusunan rencana teknis Perencanaan teknis 26 Sep 2005 - 24 Nop 2005 3 Rp.113.540.000Halm ahera Utara jalan poros/penghubung
3 Dinas Pekerjaan Um um Perencanaan Teknis Pem ba- Perencanaan teknis 17 M ei 2006 - 13 Sep 2006 3 Rp. 199.210.000Kota Ternate ngunan Jem batan dan jalan
Tapak I plus4 Dinas Pekerjaan Um um Perencanaan Teknis Jalan, Perencanaan teknis 26 M aret 2007 - 25 April 2007 3 Rp. 85.000.000
Kabupaten Halm ahera Jem batan dan IrigasiTengah
5 Dinas Pekerjaan Um um Survey dan desain perenca- Perencanaan teknis 29 Januari 2008 - 15 April 2008 3 Rp.348.975.000Kabupaten Halm ahera naan jalan dan jem batanTengah
Nilai Kontrak M itra KerjaNo Pengguna Jasa/Sum ber dana Nam a Paket Pekerjaan Lingkup Layanan Periode Orang
Bulan
C. Uraian Pengalaman Pekerjaan Sejenis 10 (sepuluh) tahun
1. Pengguna Jasa : Dinas Pekerjaan Umum Kota Ternate
2. Nama Paket Pekerjaan : Perencanaan Teknis Program Perhubungan dan penanganan jalan/jembatan
Kota P2JK
3. Lingkup Produk Utama : Perencanaan Teknis
4. Lokasi Kegiatan : Kota Ternate
5. Nilai Kontrak : Rp.198.500.000
6. No. Kontrak : 600/05/PR/P2JK/DPU/KOTA Tte/2005
7. waktu Pelaksanaan : 150 hari kalender
8. Nama Pemimpin kemitraan :
9. Jumlah tenaga ahli : 3 orang per bulan
10. Perusahaan mitra kerja
Tenaga ahli tetap yang
terlibat
Posisi keahlian Jumlah orang per bulan
a. Team LeaderDesain jalan sesuai dengan spesifikasi
teknik1 orang
b. Ahli Teknik Jalan Desain jalan sesuai dengan spesifikasi 1 orang
teknik
c. Ahli Geodesi Pemetaan Topografi dengan koordinat
sistem bumi1 Orang
1. Pengguna Jasa : Sekretariat Kabupaten Halmahera Utara
2. Nama Paket Pekerjaan : Penyusunan Rencana Teknis Jalan Poros/Penghubung
3. Lingkup Produk Utama : Perencanaan Teknis
4. Lokasi Kegiatan : Halmahera Utara
5. Nilai Kontrak : Rp.113.540.000
6. No. Kontrak : 560.1/204/PSKT-HU/IX/2005
7. waktu Pelaksanaan : 60 hari kalender
8. Nama Pemimpin kemitraan :
9. Jumlah tenaga ahli : 3 orang per bulan
10. Perusahaan mitra kerja
Tenaga ahli tetap yang
terlibat
Posisi keahlian Jumlah orang per bulan
a. Team LeaderDesain jalan sesuai dengan spesifikasi
teknik1 orang
b. Ahli Teknik JalanDesain jalan sesuai dengan spesifikasi
teknik1 orang
c. Ahli Geodesi Pemetaan Topografi dengan koordinat
sistem bumi1 orang
1. Pengguna Jasa : Dinas Pekerjaan Umum Kota Ternate
2. Nama Paket Pekerjaan : Perencanaan Teknis Pembangunan Jembatan dan Jalan Tapak I Plus
3. Lingkup Produk Utama : Perencanaan Teknis
4. Lokasi Kegiatan : Kota Ternate
5. Nilai Kontrak : Rp.199.210.000
6. No. Kontrak : 600/06 Z/PW/DPU/Kota Tte/2006
7. waktu Pelaksanaan : 130 hari kalender
8. Nama Pemimpin kemitraan :
9. Jumlah tenaga ahli : 3 orang per bulan
10. Perusahaan mitra kerja
Tenaga ahli tetap yang
terlibat
Posisi keahlian Jumlah orang per bulan
a. Team LeaderDesain jalan sesuai dengan spesifikasi
teknik1 orang
b. Ahli Teknik JalanDesain jalan sesuai dengan spesifikasi
teknik1 orang
c. Ahli Geodesi Pemetaan Topografi dengan koordinat 1 orang
sistem bumi
1. Pengguna Jasa : Dinas Pekerjaan Umum Halmahera Tengah
2. Nama Paket Pekerjaan : Perencanaan Teknis Jalan, Jembatan, dan Irigasi
3. Lingkup Produk Utama : Perencanaan Teknis
4. Lokasi Kegiatan : Kabupaten Halmahera Tengah
5. Nilai Kontrak : Rp.85.000.000
6. No. Kontrak : 01/KTR/KOS-JJI/APBD-DPU/HT/III/2007
7. waktu Pelaksanaan : 30 hari kalender
8. Nama Pemimpin kemitraan :
9. Jumlah tenaga ahli : 3 orang per bulan
10. Perusahaan mitra kerja
Tenaga ahli tetap yang
terlibat
Posisi keahlian Jumlah orang per bulan
a. Team LeaderDesain jalan sesuai dengan spesifikasi
teknik1 orang
b. Ahli Teknik JalanDesain jalan sesuai dengan spesifikasi
teknik1 orang
c. Ahli Geodesi Pemetaan Topografi dengan koordinat
sistem bumi1 orang
1. Pengguna Jasa : Dinas Pekerjaan Umum Halmahera Tengah
2. Nama Paket Pekerjaan : Survey dan Desain Perencanaan Jalan dan Jembatan
3. Lingkup Produk Utama : Perencanaan Teknis
4. Lokasi Kegiatan : Kabupaten Halmahera Tengah
5. Nilai Kontrak : Rp.348.975.000
6. No. Kontrak : 01/KTRK/KSLT-JLJBT/APBD-DPU/HT/I/2008
7. waktu Pelaksanaan : 60 hari kalender
8. Nama Pemimpin kemitraan :
9. Jumlah tenaga ahli : 3 orang per bulan
10. Perusahaan mitra kerja
Tenaga ahli tetap yang
terlibat
Posisi keahlian Jumlah orang per bulan
a. Team LeaderDesain jalan sesuai dengan spesifikasi
teknik1 orang
b. Ahli Teknik JalanDesain jalan sesuai dengan spesifikasi
teknik1 orang
c. Ahli Geodesi Pemetaan Topografi dengan koordinat
sistem bumi1 orang
D. Bentuk Tanggapan Dan Saran Terhadap Kerangka Acuan Kerja
Dan Personel/Fasilitas Pendukung Dari PPK.
A. Tanggapan dan saran terhadap Kerangka Acuan Kerja
Sesuai dengan KAK, Data penunjang perencanaan
sebaiknya ditampilkan secara eksplisit dan lebih tepat
sesuai dengan rencana pekerjaan, data apa yang akan
mungkin muncul dengan memperhatikan karakteristik data
lapangan daerah atau wilayah perencanaan. Dan dalam
desaian perencanaan dan peningkatan jalan, sebaiknya
pemberi jasa dan pengguna jasa melakukan survey
berdasarkan observasi di lapangan sehingga sebagai calon
penyedia jasa membuat penawaran yang sesuai dengan
kondisi lapangan. Apakah tanah lunak secara visual,
batuan atau tanah clay dan apakah cocok dengan desain
konstruksi jalan.
Untuk kondisi rencana trase jalan yang melewati
bukit dan melewati lereng dengan kadar air yang relatif
sedang dan besar dan rawan akan sliding atau longsor,
diperlukan ditambahkan tenaga ahli di bidang geoteknik
yang berguna untuk pembuatan perhitungan perkuatan lereng
dan settlement tanah yang berada dibawah konstruksi
jalan.
Pada syarat teknik, hal-hal yang kurang
berhubungan dengan jalan sewajarnya dihilangkan seperti,
listrik dan plumbing dan menambahkan syarat pembebanan
kendaraan berdasarkan peraturan muatan Indonesia untuk
jalan raya.
B. Tanggapan Dan Saran Terhadap Personel/Fasilitas
Pendukung dari PPK.
Komunikasi yang terbangun dengan baik antara
penyedia jasa (perencana jalan) dan pengguna jasa/PPK
guna mencapai sasaran dari tujuan kegiatan perencanaan
jalan sangat diperlukan. Terbangunnya kesamaan persepsi
antara dua belah pihak baik menyangkut tahap desain
sampai perencanaan selesai sehingga pencapaian tepat
waktu, tepat biaya, dan tepat mutu. Oleh karenanya
personel atau fasilitas pendukung dari PPK adalah orang
yang memahami situasi dan kondisi teknik lokasi Pekerjaan
Perencanaan Teknis Peningkatan Jalan Bobong-Kawalo
lanjutan (HRS-BASE) dan pembangunan Jalan Bobong – Kawalo
(SIRTU). Hal yang diharapkan adalah informasi yang tepat
tentang kondisi lokasi pekerjaan. Dan kolaborasi dan
sinkronisasi yang baik antara pihak pengguna jasa dan
penyedia jasa akan sangat membantu kelancaran perencanaan
jalan di kabupaten pulau Taliabu.
E. Bentuk Uraian Pendekatan, Metodologi Dan Program Kerja.
A. Pendekatan Teknis dan Metodologi
1. Tujuan Kegiatan
Jalan merupakan sarana yang sangat penting dalam
menunjang keberhasilan pembangunan daerah terutama dalam
mendukung kegiatan perekonomian masyarakat dan
perkembangan wilayah baik itu daerah perdesaan maupun
daerah yang lainnya. Sistem jalan yang ada dimaksudkan
untuk meningkatkan pelayanan mobilitas penduduk dan
sumber daya alam lainnya yang dapat mendukung terjadinya
pertumbuhan ekonomi didaerah ini menyebabkan pengurangan
konsentrasi tenaga kerja yang mempunyai keahlian dan
ketrampilan pada wilayah tertentu, selain itu jalan juga
untuk membuka peluang kegiatan perdagangan antar wilayah
dan mengurangi perbedaaan antar wilayah sehingga
mendorong terjadinya pembangunan antar wilayah. Dengan
adanya jalan harapannya dapat menghilangkan isolasi dan
memberi stimulan ke arah perkembangan di semua bidang
kehidupan, baik perdagangan, industri maupun sektor
lainnya merata disemua daerah.
Tidak terlepas pula Kabupaten pulau Taliabu yang
merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kepulauan Sula
pada akhir 2012. Untuk satu ukuran kabupaten baru, perlu
kiranya peningkatan jalan dan jembatan serta sarana
pendukung lainnya. Hal ini tentu berpengaruh pada
perubahan status jalan di pulau Taliabu pada ruas-ruas
jalan tertentu. Perubahan status jalan lokal ke jalan
kabupaten memerlukan grand desain jalan dan jembatan
Kabupaten Pulau Taliabu yang tersusun berdasarkan
pengembangan wilayah kecamatan ke kabupaten. Perencanaan
jalan sirtu dan HRS-Base pada ruas jalan Bobong – Kawalo,
adalah upaya pemerintah daerah kabupaten meningkatkan
status jalan di wilayah Kabupaten Pulau Taliabu menjadi
jalan kabupaten, yang sesuai dengan fungsinya jalan lokal
dalam dalam sistem jalan primer yang menghubungkan Ibu
kota kabupaten dengan ibu kota kecamatan, antar ibukota
kecamatan, ibu kota kabupaten dengan pusat kegiatan
lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan
sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis
kabupaten. Dengan jumlah 8 kecamatan yang tersebar di
pulau Taliabu, sistem jalan kabupaten yang menghubungkan
setiap ibu kota kecamatan dan pusat kegiatan lokal akan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat kabupaten pulau
Taliabu. Dengan sarana dan prasarana jalan dan jembatan
yang baik diharapkan potensi kekayaan alam lokal akan
lebih tereksplorasi dengan benar dan akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi masyarakat pulau Taliabu. Daerah-
daerah yang selama ini terisolasi bisa dijangkau dengan
baik, oleh karena trase jalan yang dibuat oleh pemerintah
daerah kabupaten pulau Taliabu. Waktu tempuh perjalanan
dari kecamatan ke ibu kota kabupaten atau sebaliknya,
kecamatan ke kecamatan, ibu kota kabupaten ke pusat
kegiatan lokal akan ditempuh dengan waktu yang lebih
cepat dibanding moda transportasi laut, yang saat ini
dipakai dominan di kabupaten pulau tersebut. Hal ini
semua bisa dicapai, bila ada perencanaan teknis jalan
yang benar, kemudian pelaksanaan pembangunan jalan yang
benar pula serta pengawasannya sesuai dengan spesifikasi
teknis jalan yang berlaku di Indonesia.
Kondisi sosial geografis dan sosial ekonomi pulau
Taliabu yang didominasi mata pencaharian nelayan dan
berkebun, sangat membutuhkan sarana jalan yang memadai
agar aktivitas ekonomi pesisir dan ekonomi darat pada
pegunungan terhubung dan berjalan dengan lancar. Hasil
perkebunan bisa diangkut ke wilayah pesisir dan
sebaliknya hasil laut bisa disalurkan ke wilayah darat
pemukiman terjauh. Apalagi pulau Taliabu juga memiliki
kekayaan tambang yang harus dieksplorasi demi
kesejahteraan masyarakat pulau Taliabu. Dari uraian
diatas, maka sarana prasarana jalan pantas menduduki
prioritas utama program pemerintah kabupaten Pulau
Taliabu dalam alokasi anggaran kegiatan pembangunan
daerah.
Bobong yang berada di sebelah barat pulau Taliabu
dan termasuk pada wilayah kecamatan Taliabu barat, secara
geografis berada di pesisir pantai dan merupakan ibu kota
kabupaten memiliki potensi hasil perikanan laut yang
besar. Di sisi lain Kawalo sendiri yang secara geografis
berada di sebelah barat Bobong berjarak lurus sekitar 22
km dari bobong dan secara topografi berbentuk pegunungan.
Kondisi geografis seperti itu tentu saja menandakan bahwa
daerah ini mempunyai hasil bumi berupa hasil perkebunan.
Dengan adanya jalan yang memadai yang menghubungkan
Bobong dan Kawalo, akan meningkatkan laju interaksi
ekonomi di antara dua daerah tersebut khususnya dan
wilayah Kabupaten Pulau Taliabu pada umumnya. Kemudian
wilayah kawalo yang berada dekat dengan kecamatan Taliabu
selatan serta kecamatan Tabona, dengan sendirinya
pembangunan jalan yang melewati simpul kawalo akan
menghubungkan titik simpul jalan lainnya pada kecamatan
terdekat, sehingga pembangunan jalan kabupaten yang
menghubungkan simpul-simpul kecamatan, kabupaten dan
pusat lokal akan terkoneksi. Aliran barang dan jasa
diantara 8 kecamatan di kabupaten pulau taliabu menjadi
lancar sehingga ekonomi masyarakat akan meningkat.
Pembangunan jalan kabupaten di pulau Taliabu akan
melancarkan pembangunan infrastuktur gedung di sektor
publik seperti ; sekolah, kantor, rumah ibadah, dermaga
serta sarana prasarana lainnya. Bukan hanya itu saja,
pembangunan jalan akan meningkatkan semua bidang ekonomi
dan jasa di pulau taliabu.
Perencanaan Teknis peningkatan jalan Bobong-Kawalo
(HRS-Base) dan Pembangunan Jalan Bobong-Kawalo (Sirtu),
adalah dua model perencanaan teknis pembangunan jalan
yang berbeda tapi bermuara dari satu model desain
perencanaan yang sama, dimana untuk Peningkatan jalan
HRS-Base merupakan peningkatan struktur dari lapis
pondasi jalan sebelumnya yang telah dibangun ke lapisan
permukaan (surface pavement), sedangkan Jalan Sirtu
merupakan perencaan teknis untuk pembangunan jalan dari
awal yakni struktur lapis pondasi (subgrade) yang
bersentuhan langsung dengan tanah dasar (Sub base)
relevansinya dengan daya dukung tanah tersebut. Dengan
model perencanaan seperti ini, sasaran yang ingin
diperoleh atau bertujuan akhir pada struktur lapis
perkerasan fleksibel sepenuhnya sampai pada lapisan
permukaan. Perencanaan Teknis Jalan pada ruas Bobong-
Kawalo memungkinkan adanya perbaikan Lapis Pondasi
eksisting untuk Jalan HRS-Base akibat lalu lintas
kendaraan diatasnya dan Perbaikan tanah dasar untuk
perencanaan teknis jalan sirtu. Dan kemungkinan lain
untuk jalan Hrs-Base maupun Sirtu adalah perbaikan
alinyemen jalan, alih trase, penurunan grade jalan,
perbaikan lereng pada daerah damija, pelebaran tikungan
dan pembuatan saluran untuk menghindari aliran air diatas
permukaan jalan.
B. Lingkup Kegiatan.
Secara garis besar perencanaan teknis jalan dibagi atas
dua hal pokok perencanaan teknis.
1. Perencanaan Geometrik Jalan
2. Perencanaan Perkerasan Jalan.
1. Perencanaan Geometrik Jalan.
1. Klasifikasi Jalan
Klasifikasi menurut fungsi jalan terbagi atas:
1) Jalan Arteri
2) Jalan Kolektor
3) Jalan Lokal
Jalan Arteri: Jalan yang melayani angkutan utama
dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan
rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi
secara efisien,
Jalan Kolektor: Jalan yang melayani angkutan
pengumpul/pembagi dengan ciri-ciri
perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang
dan jumlah jalan masuk dibatasi,
Jalan Lokal: Jalan yang melayani angkutan setempat
dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan
rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak
dibatasi.
Klasifikasi menurut kelas jalan
1) Klasifikasi menurut kelas jalan berkaitan dengan
kemampuan jalan untuk menerima beban lalu lintas,
dinyatakan dalam muatan sumbu terberat (MST) dalam
satuan ton.
2) Klasifikasi menurut kelas jalan dan ketentuannya
serta kaitannya dengan kasifikasi menurut fungsi
jalan dapat dilihat dalam Tabel 11.1 (Pasal 11,
PP. No.43/1993).
Klasifikasi menurut medan jalan
1) Medan jalan diklasifikasikan berdasarkan kondisi
sebagian besar kemiringan medan yang diukur tegak
lurus garis kontur.
2) Klasifikasi menurut medan jalan untuk
perencanaan geometrik dapat dilihat dalam
3) Keseragaman kondisi medan yang diproyeksikan
harus mempertimbangkan keseragaman kondisi medan
menurut rencana trase jalan dengan mengabaikan
perubahan-perubahan pada bagian kecil dari segmen
rencana jalan tersebut.
Klasifikasi menurut wewenang pembinaan jalan
Klasifikasi jalan menurut wewenang pembinaannya
sesuai PP. No.26/1985 adalah jalan Nasional, Jalan
Propinsi, Jalan Kabupaten/Kotamadya, Jalan Desa, dan
Jalan Khusus.
2. Kriteria perencanaan Geometrik Jalan
2.1. Kendaraan Rencana
1) Kendaraan Rencana adalah kendaraan yang dimensi
dan radius putarnya dipakai sebagai acuan dalam
perencanaan geometrik.
2) Kendaraan Rencana dikelompokkan ke dalam 3
kategori:
(1) Kendaraan Kecil, diwakili oleh mobil
penumpang;
(2) Kendaraan Sedang, diwakili oleh truk 3 as
tandem atau oleh bus besar 2 as;
(3) Kendaraan Besar, diwakili oleh truk-semi-
trailer.
3) Dimensi dasar untuk masing-masing kategori
Kendaraan Rencana ditunjukkan dalam gambar dibawah
ini
2.2. Kecepatan Rencana
1). Kecepatan rencana, VR, pada suatu ruas jalan
adalah kecepatan yang dipilih sebagai dasar
perencanaan geometrik jalan yang memungkinkan
kendaraan-kendaraan bergerak dengan aman dan
nyaman dalam kondisi cuaca yang cerah, lalu lintas
yang lengang, dan pengaruh samping jalan yang
tidak berarti.
2). VR untuk masing masing fungsi jalan dapat
ditetapkan dari Tabel II.6.
3). Untuk kondisi medan yang sulit, VR suatu segmen
jalan dapat diturunkan dengan syarat bahwa
penurunan tersebut tidak lebih dari 20 km/jam.
Tabel Kecepatan Rencana, VR, sesuai klasifikasi
fungsi dan kiasifikasi medan jalan.
2.3. Bagian – Bagian Jalan
1. Daerah Manfaat Jalan (DAMAJA)
a. Lebar antara batas ambang pengaman konstruksi
jalan di kedua sisi jalan
b. Tinggi 5 meter diatas permukaan perkerasan pada
sumbu jalan
c. Kedalaman ruang bebas 1,5 m di bawah muka jalan
2. Daerah Milik Jalan (DAMIJA)
Ruang daerah milik jalan (DAMIJA) dibatasi oleh
lebar yang sama dengan DAMAJA ditambah ambang
pengaman konstruksi jalan dengan tinggi 5m dan
kedalaman 1,5m.
3. Daerah Pengawasan Jalan (DAWASJA)
Ruang sepanjang jalan di luar DAMIJA yang dibatasi
oleh tinggi dan lebar tertentu, diukur dari sumbu
jalan sesuai dengan fungsi jalan:
a. Jalan Arteri minimum 20 meter
b. Jalan Kolektor minimum 15 meter
c. Jalan Lokal minimum 10 meter
Penampang Melintang Jalan.
Komposisi Penampang Melintang Penampang melintang
jalan terdiri atas bagian-bagian sebagai berikut
(lihat Gambar 11. 8 s. d. Gambar H.10 ):
1) Jalur lalu lintas;
2) Median dan jalur tepian (kalau ada);
3) Bahu;
4) Jalur pejalan kaki;
5) Selokan; dan
6) Lereng.
2.4. Jalur Lalu Lintas
1) Jalur lalu lintas adalah bagian jalan yang
dipergunakan untuk lalu lintas kendaraan yang
secara fisik berupa perkerasan jalan.Batas jalur
lalu lintas dapat berupa:
(1) Median;
(2) Bahu;
(3) Trotoar;
(4) Pulau jalan; dan
(5) Separator.
Jalur lalu lintas dapat terdiri atas beberapa lajur.
Jalur lalu lintas dapat terdiri atas beberapa tipe
(1) 1 jalur-2 lajur-2 arah (2/2 TB)
(2) I jalur-2 lajur-l arah (2/1 TB)
(3) 2 jalur-4 1ajur-2 arah (4/2 B)
(4) 2 jalur-n lajur-2 arah (n12 B), di mana n =
jumlah lajur.
Keterangan: TB = tidak terbagi.
B = terbagi
4) Lebar Jalur
(1) Lebar jalur sangat ditentukan oleh jumlah dan
lebar lajur peruntukannya. TabelII.6 menunjukkan
lebar jalur dan bahu jalan sesuai VLHR-nya.
(2) Lebar jalur minimum adalah 4.5 meter,
memungkinkan 2 kendaraan kecil saling berpapasan.
Papasan dua kendaraan besar yang terjadi sewaktu-
waktu dapat menggunakan bahu jalan
2.5. Lajur Jalan
1) Lajur adalah bagian jalur lalu lintas yang
memanjang, dibatasi oleh marka lajur jalan,
memiliki lebar yang cukup untuk dilewati suatu
kendaraan bermotor sesuai kendaraan rencana.
2) Lebar lajur tergantung pada kecepatan dan
kendaraan rencana, yang dalam hal ini dinyatakan
dengan fungsi dan kelas jalan seperti ditetapkan
dalam Tabel
3) Jumlah lajur ditetapkan dengan mengacu kepada
MKJI berdasarkan tingkat kinerja yang
direncanakan, di mana untuk suatu ruas jalan
dinyatakan oleh nilai rasio antara volume terhadap
kapasitas yang nilainya tidak lebih dari 0.80.
4) Untuk kelancaran drainase permukaan, lajur lalu
lintas pads alinemen lurus memerlukan kemiringan
melintang normal sebagai berikut :
(1) 2-3% untuk perkerasan aspal dan perkerasan
beton;
(2) 4-5% untuk perkerasan kerikil
2.6. Jarak Pandang
Jarak Pandang adalah suatu jarak yang diperlukan
oleh seorang pengemudi pada saat mengemudi
sedemikian sehingga jika pengemudi melihat suatu
halangan yang
membahayakan, pengemudi dapat melakukan sesuatu
untuk menghidari bahaya tersebut dengan aman.
Dibedakan dua Jarak Pandang, yaitu Jarak Pandang
Henti (Jh) dan Jarak Pandang Mendahului (Jd).
2.6.1. Jarak Pandang Henti
1) Jh adalah jarak minimum yang diperlukan oleh
setiap pengemudi untuk menghentikan kendaraannya
dengan aman begitu melihat adanya halangan di
depan. Setiap titik di sepanjang jalan harus
memenuhi Jh.
2) Jh diukur berdasarkan asumsi bahwa tinggi mata
pengemudi adalah 105 cm dan tinggi halangan 15 cm
diukur dari permukaan jalan.
3) Jh terdiri atas 2 elemen jarak, yaitu:
(1) jarak tanggap (Jht) adalah jarak yang ditempuh
oleh kendaraan sejak pengemudi melihat suatu
halangan yang menyebabkan ia harus berhenti sampai
saat pengemudi menginjak rem; dan
(2) jarak pengereman (Jh,) adalah jarak yang
dibutuhkan untuk menghentikan kendaraan sejak
pengemudi menginjak rem sampai kendaraan berhenti.
4) Jh, dalam satuan meter, dapat dihitung dengan
rumus:
Jh = VR3.6T +
(VR)23.62gf
di mana :
VR = kecepatan rencana (km/jam)
T = waktu tanggap, ditetapkan 2,5 detik
g = percepatan gravitasi, ditetapkan 9,8 m/det2
f = koefisien gesek memanjang perkerasan jalan
aspal, ditetapkan 0,35-0,55.
Persamaan (11.2) disederhanakan menjadi:
JBhB = 0, 694 VBRB + 0, 004 VR2F
5) Tabel 11.10 berisi Jh minimum yang dihitung
berdasarkan persamaan (11.3) dengan pembulatan-
pembulatan untuk berbagai VR.
i. Jarak Pandang Mendahului
1) Jd adalah jarak yang memungkinkan suatu kendaraan
mendahului kendaraan lain di depannya dengan aman
sampai kendaraan tersebut kembali ke lajur semula
(lihat
Gambar 11.17).
2) Jd diukur berdasarkan asumsi bahwa tinggi mata
pengemudi adalah 105 cm dan tinggi halangan adalah
105 cm.
3) Jd, dalam satuan meter ditentukan sebagai
berikut:
Jd=dl+d2+d3+d4
dimana :
d1 = jarak yang ditempuh selama waktu tanggap (m),
d2 = jarak yang ditempuh selama mendahului sampai
dengan kembali ke lajur semula (m),
d3 = jarak antara kendaraan yang mendahului dengan
kendaraan yang datang dari arah berlawanan
setelah proses mendahului selesai (m),
d4 = jarak yang ditempuh oleh kendaraan yang datang
dari arah berlawanan, yang besarnya diambil sama
dengan 213 d2 (m).
4) Jd yang sesuai dengan VR ditetapkan dari Tabel
3. Alinyemen Horisontal
3.1. Umum
1) Alinyemen horisontal terdiri atas bagian lurus dan
bagian lengkung (disebut juga tikungan).
2) Perencanaan geometri pada bagian lengkung
dimaksudkan untuk mengimbangi gaya sentrifugal yang
diterima oleh kendaraan yang berjalan pada kecepatan
VR.
3) Untuk keselamatan pemakai jalan, jarak pandang dan
daerah bebas samping jalan harus diperhitungkan.
3.2. Panjang Bagian Lurus
1) Dengan mempertimbangkan faktor keselamatan pemakai
jalan, ditinjau dari segi kelelahan pengemudi, maka
panjang maksimum bagian jalan yang lurus harus
ditempuh dalam waktu tidak lebih dari 2,5 menit
(sesuai VR).
2) Panjang bagian lurus dapat ditetapkan dari Tabel :
3.3. Tikungan
1) Bentuk bagian lengkung dapat berupa:
(1) Spiral-Circle-Spiral (SCS);
(2) full Circle (fC); dan
(3) Spiral-Spiral (SS).
2) Superelevasi
(1) Superelevasi adalah suatu kemiringan melintang di
tikungan yang berfungsi mengimbangi gaya
sentrifugal yang diterima kendaraan pada saat
berjalan melalui tikungan pada kecepatan VR.
(2) Nilai superelevasi maksimum ditetapkan 10%.
3.4. Jari-Jari Tikungan
(1) Jari - jari tikungan minimum (Rmin) ditetapkan
sebagai berikut:
R min = VR2127¿¿
di mana :
Rmin = Jari jari tikungan minimum (m),
VR = Kecepatan Rencana (km/j),
emax = Superelevasi maximum (%),
F = Koefisien gesek, untuk perkerasan aspal
f=0,14-0,24
(2 Tabel dapat dipakai untuk menetapkan Rmin.
3.5. Lengkung peralihan
(1) Lengkung peralihan adalah lengkung yang
disisipkan di antara bagian lurus jalan dan bagian
lengkung jalan berjari jari tetap R; berfungsi
mengantisipasi perubahan alinemen jalan dari
bentuk lurus (R tak terhingga) sampai bagian
lengkung jalan berjari jari tetap R sehingga gaya
sentrifugal yang bekerja pada kendaraan saat
berjalan di tikungan berubah secara berangsur-
angsur, baik ketika kendaraan mendekati tikungan
maupun meninggalkan tikungan.
(2) Bentuk lengkung peralihan dapat berupa parabola
atau spiral (clothoid). Dalam tata cara ini
digunakan bentuk spiral.
(3) Panjang lengkung peralihan (L) ditetapkan atas
pertimbangan bahwa:
a) lama waktu perjalanan di lengkung peralihan perlu
dibatasi untuk menghindarkan kesan perubahan
alinemen yang mendadak, ditetapkan 3 detik (pada
kecepatan VR);
b) gaya sentrifugal yang bekerja pada kendaraan dapat
diantisipasi berangsur angsur pada lengkung
peralihan dengan aman; dan
c) tingkat perubahan kelandaian melintang jalan (re)
dari bentuk kelandaian normal ke kelandaian
superelevasi penuh tidak boleh melampaui re-max
yang ditetapkan sebagai berikut:
untuk VR = 70 km/jam, re-max =0.035 m/m/detik,
untuk VR = 80km/jam, re-maz =0.025 m/m/detik.
(4) LS ditentukan dari 3 rumus di bawah ini dan
diambil nilai yang terbesar:
(1) Berdasarkan waktu tempuh maksimum di lengkung
peralihan,
Ls = VR3.6
T
di mana: T = waktu tempuh pada lengkung peralihan,
ditetapkan 3 detik.
VR = kecepatan rencana (km/jam).
(2) Berdasarkan antisipasi gaya sentrifugal,
Ls=0.022 VR3RC - 2.727 VReC
(3) Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan
kelandaian,
Ls = 0.022 (em−en)VR3.6.ℜ
di mana: VR = kecepatan rencana (km/jam),
em = superelevasi maximum,
en = superelevasi normal,
re = tingkat pencapaian perubahan kemiringan
melintang jalan (m/m/detik).
(5) Selain menggunakan rumus-rumus diatas, untuk
tujuan praktis LS dapat ditetapkan dengan menggunakan
Tabel dibawah ini.
(6) Lengkung dengan R lebih besar atau sama dengan
yang ditunjukkan pada Tabel tidak memerlukan
lengkung peralihan
3.6. Jenis Tikungan dan Diagram Superelevasi
1. Bentuk busur lingkaran Full Circle (F-C)
Keterangan :
= Sudut Tikungan
O = Titik Pusat Tikungan
TC = Tangen to Circle
CT = Circle to Tangen
Rd = Jari-jari busur lingkaran
Tt = Panjang tangen (jarak dari TC ke PI atau PI ke
TC)
Lc = Panjang Busur Lingkaran
Ec = Jarak Luar dari PI ke busur lingkaran
FC (Full Circle) adalah jenis tikungan yang hanya
terdiri dari bagian suatu lingkaran saja. Tikungan FC
hanya digunakan untuk R (jari-jari) yang besar agar
tidak terjadi patahan, karena dengan R kecil maka
diperlukan superelevasi yang besar.
Tc = Rc tan ½ ∆
Ec = Tc tan ¼ ∆
Lc = ∆2πRc360
2. Tikungan Spiral-Circle-Spiral (S-C-S)
Keterangan gambar :
Xs = Absis titik SC pada garis tangen, jarak dari
titik ST ke SC
Ys = Jarak tegak lurus ketitik SC pada lengkung
Ls = Panjang dari titik TS ke SC atau CS ke ST
Lc = Panjang busur lingkaran (panjang dari titik SC
ke CS)
Ts = Panjang tangen dari titik PI ke titik TS atau
ke titik ST
TS = Titik dari tangen ke spiral
SC = Titik dari spiral ke lingkaran
Es = Jarak dari PI ke busur lingkaran
s = Sudut lengkung spiral
Rd = Jari-jari lingkaran
p = Pergeseran tangen terhadap spiral
k = Absis dari p pada garis tangen spiral
Rumus-rumus yang digunakan :
- Ɵs = Lsx3602Rd2π
- ∆c = ∆PI – 2(Ɵs)
- Xs = Ls x 1 – Ls240xRd2
- Ys = Ls26XRD
- P= Ys – Rd x (1- cos Ɵs)
- K = Xs – Rd x sin Ɵs
- Et = Rd+P
cos( 12∆ )
– Rr
- Tt = (Rd + p) tan (1/2 ∆PI) + K
- Lc = ∆cπRd180
- L tot = Lc ( 2 x Ls )
Jika P yang dihitung dengan rumus di bawah, maka
ketentuan tikungan yang digunakan bentuk S-C-S.
P = Ls224Rd < 0,25 m
Untuk Ls = 1,0 m maka p = p’ dan k = k’ Untuk Ls = Ls
maka P = p’ x Ls dan k = k’ x Ls
3. Tikungan Spiral-Spiral (S-S)
Tikungan yang disertai lengkung peralihan
Untuk bentuk spiral-spiral berlaku rumus sebagai
berikut:
- Lc = 0 dan ∆s = ½ ∆PI.
- Ltot = 2 x Ls
Untuk menentukan ∆s rumus sama dengan lengkung
peralihan.
- Lc =∆cπRd90
P, K, Ts, dan Es rumus sama dengan lengkung
peralihan.
4. Alinyemen Vertikal
Alinyemen Vertikal adalah perencanaan elevasi sumbu
jalan pada setiap titik yang ditinjau, berupa profil
memanjang. Pada peencanaan alinyemen vertikal
terdapat kelandaian positif (Tanjakan) dan kelandaian
negatif (Turunan), sehingga kombinasinya berupa
lengkung cembung dan lengkung cekung. Disamping
kedua lengkung tersebut terdapat pula kelandaian = 0
(Datar).
2. Perencanaan Perkerasan Jalan
Perkerasan jalan adalah konstruksi yang dibangun
diatas lapisan tanah dasar ( subgrade), yang
berfungsi untuk menopang beban lalu-lintas. Jenis
konstruksi perkerasan jalan pada umumnya ada dua
jenis, yaitu :
• Perkerasan lentur (flexible pavement) dan
• Perkerasan kaku (rigid Pavement)
Selain dari dua jenis tersebut, sekarang telah banyak
digunakan jenis gabungan composite pavement), yaitu
perpaduan antara lentur dan kaku. Perencanaan
konstruksi perkerasan juga dapat dibedakan anatra
perencanaan untuk jalan baru dan untuk peningkatan (jalan
lama yang sudah pernah diperkeras).
Perencanaan konstruksi atau tebal perkerasan jalan,
dapat dilakukan dengan banyak cara (metoda), antara
lain : AASHTO dan The Asphalt Institute (Amerika),
Road Note (Inggris), NAASRA (Australia) dan Bina
Marga (Indonesia). Hal ini untuk mempermudah
perhitungan perencanaan perk-erasan lentur jalan
serta mempersingkat waktu perencanaan jalan tersebut.
Metoda perencanaan untuk Perkerasan Lentur
menggunakan cara Bina Marga, dengan Metoda Analisa
Komponen” SKBI - 2.3.26.1987/SNI NO : 1732–1989-F
1. Dasar Teori
1.1. Perancangan Tebal Perkerasan Lentur
Oglesby, C.H. dan Hicks, R.G. (1982) menyatakan bahwa
yang dimaksud perencanaan perkerasan adalah memilih
kombinasi material dan tebal lapisan yang memenuhi
syarat pelayanan dengan biaya termurah dan dalam
jangka panjang, yang umumnya memperhitungkan biaya
konstruksi pemeliharaan dan pelapisan ulang.
Perencanaan perkerasan meliputi kegiatan pengukuran
kekuatan dan sifat penting lainnya dari lapisan
permukaan perkerasan dan masing-masing lapisan di
bawahnya serta menetapkan ketebalan permukaan
perkerasan, lapis pondasi, dan lapis pondasi bawah.
Mengingat perkerasan jalan diletakkan di atas tanah
dasar, maka secara ke- seluruhan mutu dan daya tahan
konstruksi perkerasan tidak terlepas dari sifat tanah
dasar. Tanah dasar yang baik untuk konstruksi
perkerasan adalah tanah dasar yang berasal dari
lokasi setempat atau dengan tambahan timbunan dari
lo- kasi lain yang telah dipadatkan dengan tingkat
kepadatan tertentu, sehingga mem- punyai daya dukung
yang mampu mempertahankan perubahan volume selama
masa pelayanan walaupun terdapat perbedaan kondisi
lingkungan dan jenis tanah setempat.
Banyak metode yang dapat dipergunakan untuk
menentukan daya dukung tanah dasar. Di Indonesia daya
dukung tanah dasar (DDT) pada perencanaan perkerasan
lentur dinyatakan dengan nilai CBR ( California
Bearing Ratio ), yaitu nilai yang menyatakan kualitas
tanah dasar dibandingkan dengan bahan standar berupa
batu pecah yang mempunyai nilai CBR sebesar 100%
dalam memikul beban lalu lintas. Menurut Basuki, I.
(1998) nilai daya dukung tanah dasar (DDT) pada
proses perhitungan perencanaan tebal perkerasan
lentur jalan raya dengan metode analisa komponen
sesuai dengan SKBI-2.3.26.1987 dapat diperoleh den
gan menggunakan rumus konversi nilai CBR tanah dasar.
Menurut Departemen Pekerjaan Umum (1987) yang
dimaksud dengan perkerasan lentur (flexible pavement )
adalah perkerasan yang umumnya menggunakan bahan
campuran beraspal sebagai lapis permukaan serta bahan
berbutir sebagai lapisan dibawahnya. Perkerasan
lentur jalan dibangun dengan susunan sebagai berikut:
1. lapis permukaan (surface course), yang berfungsi
untuk:
a. Memberikan permukaaan yang rata bagi kendaraan
yang melintas diatas-nya,
b. Menahan gaya vertikal, horisontal, dan getaran
dari beban roda, sehingga harus mempunyai
stabilitas tinggi untuk menahan beban roda selama
masa pelayanan
c. Sebagai lapisan rapat air untuk melindungi lapisan
di bawahnya
d. Sebagai lapisan aus.
2. Lapis pondasi atas (base course), yang berfungsi
untuk:
a. Mendukung kerja lapis permukaan sebagai penahan
gaya geser dari beban roda, dan menyebarkannya ke
lapisan di bawahnya
b. Memperkuat konstruksi perkerasan, sebagai bantalan
terhadap lapisan permukaan
c. Sebagai lapis peresapan untuk lapisan pondasi bawah
3. Lapis pondasi bawah ( subbase course), yang
berfungsi untuk:
a. Menyebarkan tekanan yang diperoleh ke tanah,
b. Mengurangi tebal lapis pondasi atas yang
menggunakan material berkualitas lebih tinggi
sehingga dapat menekan biaya yang digunakan dan
lebih efisien,
c. Sebagai lapis peresapan air,
d. Mencegah masuknya tanah dasar yang berkualitas
rendah ke lapis pondasi atas,
e. Sebagai lapisan awal untuk melaksanakan pekejaan
perkerasan jalan.
Parameter-parameter yang digunakan dalam perhitungan
perkerasan lentur jalan adalah:
1. Jumlah jalur dan koefisien distribusi kendaraan
(C) untuk menghitung lalu lintas ekuivalen sesuai
dengan Petunjuk perencanaan Tebal Perkerasan
Lentur Jalan Raya dengan Metode Analisa Komponen
(SKBI – 2.3.26.1987)
2. Angka ekuivalen sumbu kendaraan (E)
Angka ekuivalen masing-masing golongan beban sumbu
untuk setiap kendaraan ditentukan dengan rumus:
a. Untuk sumbu tunggal
E = ( Beban satu sumbu tunggal dalam Kg )4
8160
b. Untuk sumbu ganda
E = 0,086 ( Beban satu sumbu ganda dalam Kg )4
8160
c. Untuk sumbu triple
E = 0,053 ( beban satu sumbu triple dalam Kg )4
8160
Namun dalam perhitungan nanti rumus sumbu triple
tidak digunakan, karena sumbu kendaraan yang tercakup
dalam pembahasan Tugas Akhir ini hanya sampai pada
kendaraan sumbu ganda
3. Lalu lintas harian rata-rata
a. Lalu lintas harian rata-rata setiap jenis
kendaraan ditentukan pada awal umur rencana, yang
dihitung untuk dua arah pada jalan tanpa median
atau masing-masing arah pada jalan dengan median.
b. Lintas Ekuivalen Permulaan (LEP), yang dihitung
dengan rumus:
LEP = Σ LHRj x Cj x Ej
Dimana :
Cj = koefisien distribusi arah
j = masing-masing jenis kendaraan
b. Lintas Ekuivalen Akhir (LEA), yang dihitung dengan
rumus:
LEA = Σ LHRj (1+i)UR x Cj x Ej
Dimana :
i = tingkat pertumbuhan lalu
lintas
j = masing-masing jenis kendaraan
UR = umur rencana
c. Lintas Ekuivalen Tengah, yang dihitung dengan
rumus:
LET = LEP + LEA
2
e. Lintas Ekuivalen Rencana, yang dihitung dengan
rumus: LER = LET X FP
Dimana :
FP = faktor Penyesuaian
FP = UR
4. Daya Dukung Tanah Dasar (DDT) dan California Bearing
Ratio (CBR)
CBR merupakan perbandingan beban penetrasi pada
suatu bahan dengan beban standar pada penetrasi dan
kecepatan pembebanan yang sama. Berdasarkan cara
mendapatkan contoh tanahnya,CBR dapat dibagi atas:
1. CBR lapangan, disebut juga CBR inplace atau field
CBR. Gunanya untuk mendapatkan nilai CBR asli di
lapangan sesuai dengan kondisi tanah saat itu
dimana tanah dasarnya sudah tidak akan dipadatkan
lagi. Pemeriksaan dilakukan saat kadar air tanah
tinggi atau dalam kondisi terburuk yang mungkin
terjadi.
2. CBR lapangan rendaman / Undisturb saoked CBR
Gunanya untuk mendapatkan besarnya nilai CBR asli
di lapangan pada keadaan jenuh air, dan tanah
mengalami pengembangan mak- simum. Pemeriksanaan
dilaksanakan pada kondisi tanah dasar tidak dalam
keadaan jenuh air. Hal ini sering digunakan untuk
menentukan daya dukung tanah di daerah yang
lapisan tanah dasarnya sudah tidak akan dipadatkan
lagi, terletak di daerah yang badan jalanya sering
terendam air pada musim hujan dan kering pada
musim kemarau. sedangkan pemeriksaan dilakukan di
musim kemarau.
3. CBR rencana titik / CBR laboratorium / design CBR
Tanah dasar (subgrade) pada konstruksi jalan baru
merupakan tanah asli, tanah timbunan, atau tanah
galian yang sudah dipadatakan sampai kepadatan 95%
kepadatan maksimum. Dengan demikian daya dukung
tanah dasar tersebut merupakan nilai kemampuan
lapisan tanah memikul beban setelah tanah tersebut
di padatkan.
CBR laboratorium dibedakan atas 2 macam yaitu soaked
design
CBR dan unsoaked design CBR.
Data CBR yang digunakan adalah harga-harga CBR dari
pemerik- saan lapangan dan uji laboratorium.dari data
CBR ditentukan nilai CBR terendah, kemudian
ditentukan harga CBR yang mewakili atau CBR segmen.
Dalam menentukan CBR segmen terdapat 2 cara yaitu :
1. Secara analitis
segmen = CBR rata-rata – (CBR maks – CBR min) /
R
Dimana harga R tergantung dari jumlah data yang
terdapat dalam satu segmen, dan besarnya nilai R
sebagai berikut
Jumlah TitikPengamatan Nilai
2 1.413 1.914 2.245 2.486 2.677 2.838 2.969 3.08
>10 3.18
2. Secara Grafis
Tentukan data CBR yang sama dan lebih besar dari masing-
masing nilai pada data CBR. Angka dengan jumlah
terbanyak dinyatakan dalam angka 100 %, sedangkan
jumlah lainnya merupakan prosentase dari angka 100 %
tersebut.dari angka-angka tersebut dibuat grafik
hubungan antara harga CBR dan angka prosentasenya.
Ditarik garis dari angka prosentase 90 % menuju
grafik untuk memperoleh nilai CBR segmen.
Dari nilai CBR segmen yang telah ditentukan dapat
diperoleh nilai DDT dari grafik kolerasi DDT dan CBR,
dimana grafik DDT dalam skala linier, dan grafik CBR
dalam skala logaritma. Hubungan tersebut digambarkan
pada sebagai berikut:
Selain menggunakan grafik tersebut, nilai DDT dari
suatu Harga CBR juga dapat ditentukan menggunakan
rumus :
DDT = 1,6649 + 4,3592 log (CBR)
Dimana hasil yang diperoleh dengan kedua cara
tersebut relatif sama. Dalam Tugas Akhir ini untuk
menentukan nilai CBR segmen dan Nilai DDT digunakan
cara grafis sesuai dengan “Metoda analisa Komponen”
SKBI - 2.3.26.1987/SNI NO : 1732–1989-F
2. Faktor regional Faktor regional adalah keadaan lapangan yang mencakuppermeabilitas tanah, perlengkapan drainase, bentukalinyemen, prosentase kendaraan berat dengan MST ≥ 13ton dan kendaraan yang berhenti, serta iklim.Peraturan Pelaksanaan Pembangunan Jalan Rayamenentukan bahwa faktor yang menyangkutpermeabilitas tanah hanya dipengaruhi oleh alinyemen,prosentase kendaraan berat dan kendaraan yangberhenti, serta alinyemen. Untuk kondisi tanah padadaerah rawa-rawa ataupun daerah terendam, nilai FRyang diperoleh dari tabel
6. Indeks Permukaan (IP)
Indeks permukaan menyatakan nilai dari kehalusan serta
kekokohan permukaan yang bertalian dengan tingkat
pelayanan bagi lalu lintas yang lewat. Nilai indeks
permukaan awal (IPo) ditentukan dari jenis lapis
permukaan dan nilai indeks permukaan akhir (IPt)
ditentukan dari nilai LER.
Adapun nilai IPo dari masing-masing jenis lapis
permukaan disajikan dalam
Nilai IPt lebih kecil dari 1,0 menyatakan permukaan
jalan dalam kondisi rusak berat dan amat mengganggu
lalu lintas kendaraan yang melewatinya. Tingkat
pelayanan jalan terendah masih mungkin dilakukan dengan
nilai IPt sebesar 1,5. tingkat pelayanan jalan masih
cukup mantap dinyatakan dengan nilai IPt sebesar 2,0.
sedangkan nilai IPt sebesar 2,5 menyatakan per-mukaan
jalan yang masih baik dan cukup stabil.
7) Indeks Tebal Perkerasan (ITP)
Nilai indeks tebal perkerasan diperoleh dari nomogram
dengan mem-pergunakan nilai-nilai yang telah diketahui
sebelumnya, yaitu : LER selama umur rencana, nilai DDT,
dan FR yang diperoleh. Berikut ini adalah gambar grafik
nomogram untuk masing-masing nilai IPt dan IPo
8) Koefisien Kekuatan Relatif Bahan (a)
Koefisien kekuatan relatif bahan-bahan yang digunakan
sebagai lapis permukaan, lapis pondasi, dan lapis
pondasi bawah disajikan dalam tabel berikut.
9) Tebal Minimum Lapis Perkerasan
Tebal minimum lapis perkerasan ditentukan dengan tabel
batas minimum lapis permukaan dan lapis pondasi dibawah
ini. Sedangkan tabel minimum lapis pondasi bawah untuk
setiap nilai ITP ditentukan sebesar 10 cm.
Dari parameter-parameter tersebut kemudian diperoleh
nilai ITP dan nilai koefisien kekuatan relatif untuk
masing-masing bahan perkerasan. Tebal masing-masing
bahan perkerasan untuk masing-masing lapis permukaan,
lapis pondasi, dan lapis pondasi bawah dapat dihitung
dengan rumus :
ITP= a1 D1 + a2 D2+ a3 D3
dimana :
a1, a2, a3 = koefisien kekuatan relatif bahan
perkerasan .
D1, D2, D3= tebal masing-masing lapis perkerasan
(cm).
Angka 1, 2, dan 3 masing-masing untuk lapis
permukaan, lapis pondasi, dan lapis pondasi bawah.
Perkiraan tebal masing-masing lapis perkerasan
tergantung dari ketebalan minimum yang ditentukan
oleh Bina Marga.
3. Perencanaan Teknis Jalan HRS-Base
Sesuai dengan penjabaran perhitungan perencanaan
Tebal Perkerasan yang berujung pada Perhitungan
Indeks Tebal Permukaan. Maka berdasarkan parameter
yang telah dijabarkan. Analisa Rab hanya akan
dijabarkan pada konstruksi HRS-Base tanpa adanya
analisa Wearing Course.
4. Perencanaan Teknis Jalan Sirtu
Sesuai dengan penjabaran perhitungan perencanaan
Tebal Perkerasan yang berujung pada Perhitungan
Indeks Tebal Permukaan. Maka berdasarkan parameter
yang telah dijabarkan. Analisa Rab hanya akan
dijabarkan pada konstruksi Sirtu atau lapis pondasi
tanpa adanya analisa untuk Lapisan Aspal.
C. Metodologi Kegiatan
1. Perencanaan Geometrik Jalan
2. Perencanaan Perkerasan Jalan (HRS-Base dan Sirtu)
START
Persiapan
Pengumpulan
Data Primer :
- Foto Kondisi EksistingLokasi Proyek
Data Sekunder :
1.Data Curah Hujan2.Data LHR3.Data CBR tanah dasar4.Data Perkembangan Lalu
lintas5.Data HSPK Kabupaten
Taliabu
B. Program Kerja
I. PEKERJAAN PEN DAH ULUANa. Persiapan Adm inistrasi dan Personilb. Survey Lokasi Perencanaanc. Pem bahasan hasil Survey Lokasi Perencanaand. Prelim anary Desain
II. PEKERJAAN IN TERIM DESIGNa. Analisa Dan Gam bar desain Jalan SIRTUb. Analisa Dan Gam bar desain Jalan H RS-Basec. Perhitungan BO Q dan RAB Desaind. Presentase Aw al Desain Perencanaan
III. EVALUASI DESAINa. Analisa Dan Gam bar Revisi Desain Lanjutanb. Perhitungan BO Q dan RAB Revisi Desain Lanjutanc. Persiapan & Presentase Akhir Desain Perencanaan
IV. LAPO RAN DESAIN AKH IRa. Presentase Akhir Desain Perencanaanb. Laporan Final Desain dan Gam bar Perencanaanc. Laporan Final BO Q dan RAB
JADW AL PEREN CAN AAN
N O URAIAN KEGIATAN Bulan 121 43 Keterangan
- Kelas Jalan- Umur Rencana Jalan- Material yang
digunakan
Pengkajian
Gambar Rencana
Finish
Jum lah Lam aPersonil Penugasan(O rg) (Bulan)
I TEN AGA AH LI1 Ir Am igo Boekosoe Ahli Bangunan 1 12 H endi H idayat, ST Ahli Teknik Jalan 1 13 Ir Rajam an Siauta Ahli Geodesi 1 1
II STAF PEN DUKUN G1 Safriadi Sam ino,ST Surveyor 4 12 Fauzi Kalfarange, ST Surveyor3 Jusm a R Saban,ST Surveyor4 M uh Rum H am zah, ST Surveyor5 O livia Irena, ST Drafter 1 16 Shinta M ustika Sari, ST O perator Kom puter 1 17 Fitriah Raais, Am d Tenaga Adm inistrasi 1 1
Ket1 2 3 4N o. N am a Tenaga Ahli Posisi Yang DiusulkanBulan 1