DISAIN IPAL PRAKTIS DENGAN BIOFILTER (ABIE WIWOHO, MSc

34
DISAIN IPAL PRAKTIS DENGAN BIOFILTER (ABIE WIWOHO, MSc) 5 June 2013 at 01:46 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Rumah sakit, puskesmas, atau balai pengobatan adalah sarana sosial yang sangat dibutuhkan masyarakat untuk mencari kesembuhan apabila sakit. Dimasa lalu lokasinya terletak di pinggiran kota dan selalu dekat sungai, hal ini dimaksudkan agar tidak menimbulkan gangguan terhadap masyarakat sekitar, air limbahnya hanya ditampung dalam penampungan sederhana kemudian efluennya dibuang kedalam sungai. Namun, dengan adanya perkembangan penduduk yang begitu cepat, letak rumah sakit saat ini berada di tengah kawasan pemukiman berdampingan dengan pusat usaha yang lain seperti warung makan, super market, pasar, pabrik dll. Dengan semakin kompleknya jenis pelayanan rumah sakit, maka jumlah dan jenis air limbahnya juga semakin meningkat, maka jika pengelolaan air limbahnya tidak baik sering menimbulkan konflik berkepanjangan dengan masyarakat sekitar, mengancam kesehatan warga sekitar, mencemari sumber air, menginfeksi permukaan tanah, badan air dengan bahan kimia atau infeksius yang menimbulkan kerusakan berskala luas dan dalam waktu yang lama. Secara umum, kesadaran tentang keharusan membangun sarana sanitasi agar tidak menimbulkan dampak buruk terhadap lingkungan

Transcript of DISAIN IPAL PRAKTIS DENGAN BIOFILTER (ABIE WIWOHO, MSc

DISAIN IPAL PRAKTIS DENGAN BIOFILTER (ABIE WIWOHO, MSc)

5 June 2013 at 01:46

I.     PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG 

   Rumah sakit, puskesmas, atau balai pengobatan adalah sarana

sosial yang sangat dibutuhkan masyarakat untuk mencari kesembuhan

apabila sakit. Dimasa lalu lokasinya terletak di pinggiran kota

dan selalu dekat sungai, hal ini dimaksudkan agar tidak

menimbulkan gangguan terhadap masyarakat sekitar, air limbahnya

hanya ditampung dalam penampungan sederhana kemudian efluennya

dibuang kedalam  sungai.  

Namun, dengan adanya perkembangan penduduk yang begitu cepat,

letak rumah sakit saat ini berada di tengah kawasan pemukiman

berdampingan dengan pusat usaha yang lain seperti  warung makan,

super market, pasar, pabrik dll. Dengan semakin kompleknya  jenis

pelayanan rumah sakit, maka  jumlah dan jenis air limbahnya juga

semakin meningkat, maka jika pengelolaan  air limbahnya tidak

baik sering menimbulkan konflik berkepanjangan dengan masyarakat

sekitar, mengancam kesehatan warga sekitar, mencemari sumber air,

menginfeksi permukaan tanah,  badan air dengan bahan kimia atau

infeksius yang menimbulkan kerusakan berskala luas dan dalam

waktu yang lama.

Secara umum, kesadaran tentang keharusan membangun sarana

sanitasi agar tidak menimbulkan dampak buruk terhadap lingkungan

sudah ada di masyarakat, hanya saja karena kurangnya informasi

yang cukup dan terbatasnya literature atau tenaga ahli  menjadi

hambatan utama dalam membangun sarana sanitasi di rumah sakit

seperti , Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), tungku pembakar

sampah infeksius (incenerator), instalasi air bersih,

pengendalian serangga dan tikus dll.

Dalam buku ini dengan segala keterbatasan yang ada, penulis

memberikan panduan dan pengetahuan praktis tentang bagaimana

membuat IPAL rumah sakit secara mandiri, dikerjakan secara swa

kelola, diawasi oleh tenaga sanitasi setempat, menggunakan

material dan tenaga lokal yang ada. Buku ini dapat juga dijadikan

pedoman dalam upaya rehabilitasi IPAL rumah sakit yang belum

memuaskan baku mutu efluennya.

                Dari pengalaman penulis sebagai konsultan IPAL di

rumah sakit dan tempat kost, atau sebagai penguji skripsi

mahasiswa dan  diskusi intensif dengan para ahli di kampus  serta

praktisi  lapangan yang berhubungan dengan air limbah, maka

penulis mendapat kesimpulan tentang masalah pengelolaan  air

limbah dirumah sakit, a.l :

1. Persepsi.

Mungkin karena terbatasnya tenaga ahli dan konsultan yang

menekuni desain IPAL maka dalam pembangunannya terjadi

penggelembungan harga, desainnya rumit sehingga biaya operasional

dan perawatannya mahal, suku cadang sulit dicari di pasar lokal

dll. Ada persepsi yang salah, yaitu bahwa membangun sarana IPAL

di rumah sakit atau pemukiman  harus mahal, makin mahal makin

berkualitas efluennya. Padahal dengan membuat desain sendiri

terhadap Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL),     hasilnya

juga  dapat mencapai baku mutu seperti yang dipersyaratkan oleh

undang-undang.  Harus disampaikan kepada para pembuat keputusan

proses pengolahan air limbah di rumah sakit itu mudah dipelajari,

dapat dikerjakan secara swa kelola dan dapat menggunakan bahan

lokal  sehingga biayanya terjangakau.

 

 

2. Disain belum teruji

Karena panduan dalam proses pembuatan IPAL belum banyak

kepustakaannya, seringkali banyak menerima tawaran desain IPAL

yang tidak jelas rujukan atau  teruji kinerjanya,  ada baiknya

sebelum menerima desain yang dtawarkan oleh konsultan/kontraktor,

perlu dilakukan seminar tentang detail keunggulan dan kekurangan 

dari konsep desain yang ditawarkan, dengan mmenghadirkan beberapa

ahli yang berpengalaman maka  dari seminar tersebut  dapat

diketahui banyak hal, terutama tentang dasar-dasar perhitungan

tentang proses, material, suku cadang, ketenagaan, dan lainnya.

Beberapa masalah yang sering timbul setelah

pembangunan/rehabilitasi IPAL antara lain:

a) Bak bocor, karena dalam pembangunan diawasi oleh petugas yang

tidak  mengerti tentang bangunan yang berhubungan dengan

air, maka banyak tangki yang bocor,  karena dasar dinding

IPAL tidak dipasang  water stop , dinding atau dasar tangki

yang kualitas betonnya tidak standar atau tidak diberi

pelapis anti bocor. Bahkan ada IPAL yang terbuat dari serat

fiber yang tidak berkualitas sehingga setelah serah

terima, tangki nya banyak yang hancur dan rusak total.

b) Disain salah, adakalanya IPAL dibangun  dengan perhitungan

kebutuhan sesaat saja tanpa memperhitungkan beban dimasa

mendatang, perhitungan waktu tinggal dan beban permukaan

yang terlalu kecil karena alasan lahan yang sempit atau

tidak cukup dana sehingga mengakibatkan tidak optimalnya

proses pengolahan dalam tangki  pengolah air limbah,  atau

mutu eflennnya sulit dicapai dan akhirnya memerlukan unit

pengolahan tambahan lagi  untuk memperbaikinya. Kasus lain,

adalah desain tangki pegolahan pendahuluan (pre treatment)

dibuat dengan perhitungan waktu yang tidak cukup dan dibuat

asal asalan sehingga benda-benda padat masih dapat masuk

dalam proses pengolahan biologis, sehingga berbau dan banyak

kecoa atau tikus.

c) Tenaga, sebenarnya pemerintah, terutama  Kementerian

Kesehatan mempunyai modal yang cukup dalam hal ketenagaan

yang mampu membuat desain / membangun /merehabilitasi IPAL

rumah sakit, puskesmas, tempat kos, pemukiman dll, yaitu

tenaga sanitasi (sanitarian). Dengan pelatihan  beberapa sesi

saja maka tenaga sanitarian dengan kualifikasi pendidikan

setingkat D.III akan mampu membuat desain IPAL rumah sakit

secara baik dan benar, tanpa harus mendatangkan tenaga

ahli dari perguruan tinggi apalagi dari luar negeri.

d) Material lokal, Negara Kesatuan Republik  Indonesia mempunyai

segala jenis material yang dibutuhkan  dalam membuat sarana

IPAL dengan jumlah yang melimpah, dengan seleksi yang baik 

dan penggunaan yang tepat maka kita dapat menekan biaya

seminimal mungkin sehingga harganya terjangkau.  Sedangkan

peralatan yang masih harus dibeli  adalah alat-alat 

pabrikan seperti blower, diffuser, media bakteri dll namun

peralatan  tersebut sekarang sudah tersedia di toko-toko  di

kota-kota besar seperti Jakarta atau Surabaya.

B. RESIKO, BAHAYA DAN DAMPAK.

        Karena  sifat pelayanan dan kegiatan yang dijalankan

oleh rumah sakit  dan sarana kesehatan itu sangatlah komplek,

yang meliputi pelayanan rawat inap, rawat jalan, gawat darurat,

pelayanan medik, penunjang medik  dan non medik maka rumah sakit

juga merupakan depot segala macam penyakit yang adadi masyarakat.

Sasaran kritik sekarang adalah isu pengelolaan air limbah dirumah

sakit, dengan dampak luas yang merupakan interaksi berbagai

variabel  yang komplek, sehingga mempunyai potensi resiko sbb:

a. Pencemaran lingkungan , yaitu adanya bahan bahan

pencemar infeksius yang dibuang kedalam lingkungan ,

jika tidak diolah dengan baik, dampaknya dapat luas dan

dalam waktu yang lama, dapat menimbulkan potensi

konflik dimasyarakat.

b. Infeksi silang,  karena rumah sakit  selalu dihuni,

dipergunakan dan dikunjungi oleh orang orang  yang

rentan dan lemah terhadap  penyakit, maka dapat

terjadi  penularan penyakit   secara langsung (cross

infection) melalui kontaminasi mati (environmental/ non

living infection)  seperti air limbah  dan sampah

medis, ataupun melalui serangga (vector borne 

infection) sehingga dapat mengancam kesehatan

masyarakat sekitarnya.

c. Tuntutan hukum, saat ini masalah air limbah cair rumah

sakit  mulai berkembang ke ranah hukum, yaitu dapat

dituntut dengan hukum perdata dan hukum pidana.

d. Green hospital, yaitu adanya tuntutan regulasi dan

mekanisme pasar global terkait dengan green building,

yaitu sebagai sistem rating yang terbagi atas 6 (enam)

aspek yang terdiri dari:

1 Tepat guna lahan (appropriate site

development/ASD)

2 Efisiensi energy & Refrigerant (energy efficiency

& refrigerant/EER)

3 Konversi air (water conservation/WAC)

4 Sumber dan siklus material (material resoursces &

cycle/MRC)

5 Pengelolaan limbah (waste& environment management)

Oleh karena itu air limbah rumah sakit harus menjadi isu

strategis bagi pengelola rumah sakit, keberadaan sarana IPAL

rumah sakit harus dirancang dan dikelola dengan system teknologi

dan managemen yang handal. IPAL harus dipahami sebagai sistem ,

bukan sebagai alat, sehingga  harus dirancang oleh  tenaga

professional dibidang pengelolaan air limbah.

C. TANGGUNG JAWAB PENGELOLA

Rumah sakit yang telah memiliki ijin dari pemerintah,

berwenang menyelenggarakan pelayanan kesehatan susuai

peruntukannya, juga berwenang untuk mendapatkan keuntungan sesuai

yang diinginkan. Namun,  Direksi  yang berwenang mengelola Rumah

sakit juga harus bertanggung jawab sepenuhnya terhadap air limbah

yang dihasilkan dari aktifitas pelayanan yang terjadi  dengan

sebaik baiknya agar tidak menimbulkan dampak

merugikan/membahayakan masyarakat maupun lingkungan sekitarnya

yaitu dengan prinsip pengelolaan sebagai berikut:

~ THE POLLUTER PAYS PRINCIPLE

                Yaitu semua penghasil air limbah secara hukum dan

keuangan bertanggung jawab  untuk menggunakan metode pengelolaan

yang aman dan ramah lingkungan. Dengan demikian , pimpinan rumah

sakit harus membuat anggaran yang cukup untuk mengelola sarana 

IPAL, termasuk didalamnya penyediaan sumber daya manusianya.

~ THE PRECOUTIONARY PRINCIPLE

                Yaitu  prinsip kunci yang mengatur perlindungan

kesehatan & keselamatan melalui upaya penanganan  secepat mungkin

dengan asumsi resiko yang dapat terjadi cukup signifikan.

Resiko adalah bersatunya komponen bahaya dengan paparan, resiko

dapat diabaikan kalau salah satu komponen dari bahaya atau

paparan tidak ada. Jadi, Resiko= bahaya x paparan.

~ THE DUTY OF CARE PRINCIPLE

                Yaituprinsip kewaspadaan bagi petugas yang

menangani atau mengelola IPAL karenasecara etik bertanggung dalam

menerapkan tinggi.

 

~ PROXIMITY PRINSIPLE

                Yaitu prinsip kedudukan dalam penanganan air

limbah berbahaya untuk meminimalkan resiko.

                B. TUJUAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH

                Yaitu mengurangi, memisahkan mengisolasi dan atau

menghancurkan sifat / kontaminan yang berbahaya dengan beberapa

upaya sbb:

~ mencegah dan menaggulangi pencemaran terhadap lingkungan, yaitu

mencegah padatan terapung, terendap, tersuspensi, dan bahan-bahan

organik lain yang  merusak ekosistem perairan.

~ memulihkan kualitas lingkungsan hidup yang telah tercemar,

yaitu dengan membuat sistem IPAL yang baik, maka lingkungan yang

tercemar akan mudah dipulihkan kondisinya  jika beban pencemaran

dapat ditekan sekecil  mungkin, lingkungan ekosistem mempunyai

sistem pemulihan sendiri jika baku mutu efluen memenuhi syarat,

karena efluennya kaya dengan oksigen, maka  secara kontinyu

membantu pemulihan ekosistem perairan yang sering disebut dengan

self purication.

~ meningkatkan kemampuan dan fungsi kualitas lingkungan, jika

rumah sakit secara mandiri mampu membangun sarana IPAL sehingga

mencapai baku mutu yang ditetapkan oleh undang undang, biasanya

akan menimbulkan esprit de corps diantara karyawannya, dengan percaya

diri mereka akan  mudah diarahkan untuk meningkatkan kualitas

lingkungan sehingga tercipta lingkungan kerja yang aman dan

sehat, bebas bau  dan gangguan vector penyakit.

 

II. KIAT MEMILIH SISTEM IPAL UNTUK RUMAH SAKIT

Secara ideal didalam memilih IPAL untuk Rumah sakit atau

tempat pemukiman, hendaknya  memperhatikan factor-factor sebagai

berikut :

Kualitas enfluen hasil olahan memenuhi standart dan stabil

Pengoperasiannya mudah, murah, sederahana namun efektif dan

efisien.

Kebutuhan lahan minimal  dan konstruksi menggunakan bahan

baku setempat.

Disain proses ramah lingkungan, bebas dari bau, bising,

kotor  serta gangguan tikus dan vektor.

Disain konstruksi  dapatdikerjakan oleh tenaga setempat,

namun harus higienis dan tidak menggangguestetika.

Sudah teruji di banyak rumah sakit dan investasi 

terjangkau.

Pelayanan saat operasional dan rekanan serta suku cadang

mudah

didapat.                                                     

     

Oleh karena itu  sebelum menetapkan pilihan sistem IPAL

yangcocok untuk kondisi yang ada, maka perlu diadakan kajian dari

berbagai aspeksebagai bahan pertimbangan antara lain:

A.     ASPEK LOKASI.

Rumah sakit yang berada di pemukiman, perlu pertimbangan

sentralisasi IPAL (desain terpadu).

Pertimbangan pengembangan kapasitas IPAL seiring

pengembangan kapasitas pelayanan atau  penambahan jumlah

tempat tidur.

Multi fungsi lokasi fasilitas IPAL, misalnya dengan

pertamanan atau tempat parkir.

Lokasi IPAL berdekatan dengan air permukaan  dan jauh dari

tempat pemukimann.

B.     ASPEK SISTEM DAN TEKNOLOGI.

Kualitas dan karakter air limbah yang akan diolah.

Target hasil pengolahan yang diinginkan, seperti memenuhi

baku mutu yang ditetapkan atau untuk mendapatkan air daur

ulang (water recycling).

Karena IPAL adalah suatu sistem, dan bukan semata

alat/barang yang mudah diganti, maka perlu dipertimbangkan

beberapa hal sbb:

o Kesederhanaan  disain (simpel),  dan mudah

dikelola.

o Teknologi  sederhana sehingga dapat  dikelola oleh

tenga  kerja setempat yang  ada.

o Mengacu pada ketentuan danstandar yang ada,

seperti  UU, PP, KepMen, SNI. Dll.

C.     ASPEK MANAJEMEN. .

Penyediaan perangkat manajemen, (planning, organizing,

actuating dancontrolling).

Penyediaan  perangkat penunjang, (man, money, material,

method, dan machine)     

D.      ASPEK SOSIAL BUDAYA

Perilaku pengunjung /masyarakat  dalam membuang sampah 

harus dapat perhatian utama, dalam membuang sampah,

adakalanya  ditempat yang berhubungan dengan saluran

air limbah  dipenuhi dengan sampah, seperti  bungkus

makanan, bungkus obat-obatan,  bekas pembalut, sisa makanan 

dll yang dapat mengganggu kinerja IPAL.

Pemasangan perpipaan dan aksesoris juga memperhatikan aspek

sosial dan habitat vektor, dan  tidak semata tergantung dari

perhitungan teknik.

Program pemeliaharaan yang seksama dan intensif.

E.       ASPEK PEMBIAYAAN.

Biaya investasi,  perlu kajian perbandingan  harga

dengan IPAL lain  yang sudah beroperasi, agar tidak terjadi

penggelembungan  biaya pada saat investasi awal.

Kalkulasi biaya operasional dan pemeliharaan tiap bulan.

III.DASAR HUKUM 

IV. PARAMETER DAN ISTILAH.  

A.     PARAMETER 

                Untuk mengetahui karakter air limbah dan membuat

perencanaan/monitoring terhadap IPAL di Rumah sakit, perlu

mempelajari parameter air limbah dengan dengan baik agardapat

mengetahui kandungan bahan bahan pencemar yang akan diolah.

Beberapaparameter penting minimal yang harus diketahui antara

lain :

1.      BOD (Biochemical oxygen demand)

Pengetahuan terhadap parameter BOD didalam airlimbah sangat

berguna untuk menaksir beban pencemaran oleh bahan organic

danteknologi pengolahannya secara biologis. Angka BOD merupakan

petunjuk jumlahoksigen yang dibutuhkan oleh mikro organisme yang

menguraikan (mengoksidasi)hampir semua bahan organik terlarut dan

sebagian yang tersuspensi didalam airlimbah. Artinya nilai

BOD tidakmenunjukkan  jumlah bahan organic yangada, tetapi hanya

mengukur secara relative jumlah oksigen yang dibutuhkan

mikroorganisme yang bersifat aerobic (secara alamiah) yang

membutuhkan oksigen gunakeperluan proses biokimia dalam

kehidupannya, yaitu untuk mengoksidasi bahanorganic, mensintesa

sel dan oksidasi sel, reaksi biokimianya sbb :

ü  Oksidasi bahan organik

( C H2 O)n  +  nO2              enzim            nCO2  +  nH2O 

+ panas

 

ü  Sintesa sel

( C H2 O)n  +  NH3  +  O2     enzim             Komponen sel  + 

CO2  +  H2O  + panas

 

ü  Oksidasi sel

Komponen sel +  O2          enzim            CO2 +  H2O  + NH3             panas

 

Didalam air limbah, bahan-bahan organik yang mengandung senyawa

nitrogen, sulfur, dan phospor dapat dioksidasi menjadi nitrat,

sulfat dan phospat.  Di laboratorium, konsumsi oksigen dapat

diketahui dengan mengoksidasi air limbah pada suhu 20oC selama

5hari, dan nilai BOD diketaui dengan menghitung selisih konsumsi

oksigen terlarut sebelum dan sesudah inkubasi. Pengukuran selama

5 hari pada suhu 20oC hanya menghitung sebanyak 68% bahan organic

yang teroksidasi saja dan ini merupakan standar uji, karena untuk

mengoksidasi seluruh bahan organic secara sempurna diperlukan

waktu sekitar 20 hari sehingga tidak efisien.

                Dalam membaca hasil uji BOD5 antara laboratorium

yang satu dengan lainnya dapat saja berbeda, atau hasil

analisanya seringkali tidak tepat, namun demikian analisa

sangatlah penting karena BOD mencerminkan proses alam yang hampir

sama dengan kenyataan, penyimpangan dapat terjadi karena adanya

proses mikrobiologis yang agak sulit diatur perilakunya.

2.      COD  (Chemical Oxygen Demand).

              COD atau Chemical Oxygen Demand adalah kebutuhan

oksigen untuk menjalankan reaksi kimia atau jumlah oksigen yang

dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan bahan organic didalam air

limbah. Nilai COD merupakan salah satu parameter penting bagi

pencemaran air oleh bahan organic. Sejatinya, banyak bahan

organic yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme selama uji

BOD (yaitu BOD pada saat inkubasi 5 hari), atau bahkan sama

sekali tidak mengalami penguraian, namun bahan organic tersebut

harus diketahui jumlahnya karena berpengaruh terhadap kualitas

air limbah. Cara mengetahui jumlahnya  yaitu dengan cara uji COD,

sehingga didalam pemeriksaan laboratorium  nilai CODnya selalu

lebih besar dari nilai BOD untuk sampel yang sama.

Parameter COD memberikan gambaran nilai terhadap :

·        Keberadaan bahan organic yang bersifat biodegradable

seperti yang dilakukan oleh bakteri  pengurai selama uji BOD

selama 5 hari (BOD5)

·        Keberadaan bahan organic yang bersifat biodegradable,

tetapi tidak dapat terurai selama uji BOD5 , tetapi dapat terurai

dalam pengolahan air limbah dengan proses biologis.

·        Keberadaan bahan organic yangtidak mengalami penguraian

pada pengolahan secara biologis (non biodegradable).

·        Adanya gangguan pada proses pengolahan air limbah,

karena adanya bahan organic yang bersifat toksik atau mengandung

bahan beracun.

Adapun senyawa lainyang merupakan bahan pencemar dan biasanya

menjadi sumber tingginya nilai COD adalah protein, minyak, lemak,

oli dan surfactant (detergen).

Dengan demikian, parameter COD merupakan gambaran dari kondisi

pencemaran dalam air yang dapat diartikan sbb:

�   COD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi

semua bahan organic dalam air limbah tanpa membedakan yang

biodegradable dan yang non biodegradable.

3.      Hubungan antara BOD denganCOD

Didalam menganalisa parameter hasil pemeriksaan laboratorium,

jika nilai BOD rendah dan nilai CODnya tinggi, maka perlu

mendapat perhatian khusus karena akan berpengaruh terhadap

kinerja IPAL di rumah sakit, yaitu adanya indikasi gangguan

terhadap pertumbuhan bakteri pengurai. Gangguan ini dapat

disebabkan oleh masuknya bahan-bahan beracun dalam air limbah

seperti Cr, Hg, Pb, CN, dll atau kekurangannutrien sehingga hasil

pemeriksaan parameter BODnya rendah, namun dilain pihaknilai COD

tinggi karena proses pemeriksaanya secara kimia yang tidak

dipengaruhioleh bakteri  pengurai. Hubungan antaraBOD dengan COD

ini biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai rasio perbandinganrata

rata, menurut Alaert dan Santika (1987) adalah seperti tabel

dibawah ini.

Tabel 1.

Rasio perbandingan rata rata antara BOD5dengan COD, pada bermacam

macam jenis air

 0,4 -  0,6             Air limbah penduduk/domestic

       0,6                   Airlimbah penduduk/domestic setelah

mengalami pengendapan awal

       0,2                   Airlimbah penduduk/domestic setelah

diolah secara biologis

       0,1                   Airsungai yang tidak tercemar

 0,5 -  0,65           Air limbah beracun dari industri organic

tanpa keracunan

 0,0 -  0,2             Air limbah beracun dari                

industryanorganik atau beracun

 

Selanjutnya nilai rasioini dapat digunakan sebagai rujukan dalam

membuat disain sistem IPAL yang menggunakan  pengolahan biologis,

jika rasionya kurangdari 0,4 maka pengolahan secara biologis

tidak sesuai dan harus mencari sistempengolahan lain, namun jika

melebihi 0,6 sulit didapat karena nilai BOD selalulebih kecil

dari COD.  

Oleh karena itu jika rumahsakit akan membuat disain pengolahan

secara biologis maka harus mengusahakankondisi air limbahnya

menyerupai air limbah domestic (air limbah penduduk)yaitu

mengusahakan rasio perbandingan parameter BOD dengan COD berkisar

antara 0,4– 0,6. Begitu juga untuk upaya monitoring kinerja IPAL

hendaknya selalumemperhatikan rasio antara BOD dengan COD ini

agar proses pengolahan air limbahdapat berjalan dengan optimal.

4.      Hubungan antara BOD denganDO.

Hubungan parameter BODdengan DO (Disolved Oxygen / oksigen

terlarut) merupakan perbandingan terbalik,yaitu semakin tinggi

nilai BOD maka akan semakin rendah nilai DOnya

begitupulasebaliknya. Sebagai ilustrasi, jika didalam suatu

perairan belum tercemar ataumengandung sedikit bahan organic maka

bakteri aerobic akan menguraikan bahanbahan organic tanpa

menimbulkan perubahan dalam keseimbangan jumlah oksigendidalam

air. Artinya, oksigen yang digunakan bakteri untuk menguraikan

bahanbahan organic tersebut akan segera diganti secara alamiah

sehingga nilaioksigen terlarut (DO) relative sama jumlahnya.

Apabila ada bahanorganic masuk kedalam suatu perairan secara

berlebihan (timbul pencemaran),maka jumlah bakteri pengurai

aerobic akan tumbuh dengan pesat agar dapatmenguraikan bahan

organic yang berlebihanan tersebut, akibatnya kebutuhanoksigen

meningkat pula, dan  akan  mengambil oksigen terlarut yang ada

didalamair. Dengan demikian terjadi penurunan nilai oksigen

terlarut (DO) dansekaligus meningkatkan nilai BODnya, oleh karena

itu, agar kondisi oksigenterlarut didalam air  tetap dalam

keseimbanganperlu ditambah dengan oksigen terlarut melalui

pasokan udara luar dari mesinblower.

 

5.      TSS  (Total Susoended solid)

Total suspended solid atau padatan tersuspensi total (TSS) adalah

residu dari padatan total yangtertahan oleh saringan dengan

ukuran partikel maksimal 2μm atau lebih besardari ukuran partikel

koloid. Yang termasuk TSS adalah lumpur, tanah liat, logamoksida,

sulfida, ganggang, bakteri dan jamur. TSS umumnya dihilangkan

denganflokulasi dan penyaringan. TSS memberikan kontribusi untuk

kekeruhan(turbidity) yang menghambat penetrasi cahayauntuk

fotosintesis dan visibilitas di perairan.

TSS (Total Suspended Solid) juga merupakan padatan

yangtersuspensi di dalam air berupa bahan-bahan organik dan

inorganic yang dapatdisaring dengan kertas millipore berporipori

0,45 μm.

Kekeruhanadalah kecenderungan ukuran sampel untuk menyebarkan

cahaya. Sementara hamburandiproduksi oleh adanya partikel

tersuspensi dalam sampel. Kekeruhan adalahmurni sebuah sifat

optik. Pola dan intensitas sebaran akan berbeda akibatperubahan

dengan ukuran dan bentuk partikel serta materi. Sebuah sampel

yangmengandung 1.000 mg / L dari fine talcum powder akan

memberikanpembacaan yang berbeda kekeruhan dari sampel yang

mengandung 1.000 mg / L coarselyground talc . Kedua sampel juga akan

memiliki pembacaan yang berbedakekeruhan dari sampel mengandung

1.000 mg / L ground pepper. Meskipun tiga sampel tersebut

mengandung nilai TSS yang sama.

 

6.       Ammonia (NH3 ,NH4)

Amonia dihasilkan dari pembusukan proteinnabati, hewani dan

kotoran padat lain yang terbentuk pada saat penguraiansecara

anaerobic terhadapsenyawa urea danasam urine.

Amonia adalah senyawa kimia dengan rumus NH3. Biasanya senyawa

ini didapati berupagas dengan bau tajam yang khas (disebut bau

amonia). Walaupun amonia memiliki sumbangan pentingbagi

keberadaan nutrisi di bumi, amonia sendiri adalah senyawakaustik,

korosif, berbahaya dan dapat merusakkesehatan. Administrasi

Keselamatan danKesehatan Pekerjaan Amerika Serikat memberikan

batas 15 menit bagi kontak dengangas amonia

berkonsentrasi 35 ppm volum, atau 8 jam untuk 25 ppm volum.

Kontakdengan gas amonia berkonsentrasi tinggi dapat menyebabkan

kerusakan paru-parudan bahkan kematian.[5] Sekalipun amonia di AS

diatur sebagai gastak mudah terbakar, amonia masih digolongkan

sebagai bahan beracun jika terhirup, dan pengangkutan

amoniaberjumlah lebih besar dari 3.500 galon (13,248 L) harus

disertai surat izin.

Amonia yang digunakan secara komersialdinamakan amonia anhidrat.

Istilah ini menunjukkan tidak adanya air padabahan tersebut.

Karena amonia mendidih di suhu -33 °C, cairan amonia

harusdisimpan dalam tekanan tinggi atau temperatur amat rendah.

Walaupun begitu, kalor penguapannya amat tinggi sehingga dapat

ditangani dengantabungreaksi biasa didalam sungkup asap. "Amonia

rumah" atau amonium hidroksidaadalah larutan NH3 dalam

air.Konsentrasi larutan tersebut diukur dalam satuan baumé.

Produk larutan komersial amoniaberkonsentrasi tinggi biasanya

memiliki konsentrasi 26 derajat baumé (sekitar30 persen berat

amonia pada 15.5 °C).[7] Amonia yang berada di rumah

biasanyamemiliki konsentrasi 5 hingga 10 persen berat amonia.

Amonia umumnya bersifat basa (pKb=4.75), namun dapat juga

bertindaksebagai asam yang amat lemah (pKa=9.25).

7.      MBAS. (methylene blueactive substances)

 

MBASadalah metode analisis Spektofotometri yaitu merupakan metode

pengukuran yangberdasarkan pada interaksi radiasi elektromagnetik

dengan partikel dan akibatdari interaksi tersebut menyebabkan

energi diserap atau dipancarkan olehpartikel dan dihubungkan pada

konsentrasi analik dalam larutan. Prinsip dasarspektofotometri

UV-Vis adalah ketika molekul mengabsorpsi radiasi UV ataufisibel

dengan panjang gelombang tertentu, elektron dalam molekul

akanmengalami transisi atau pengeksitasian dari tingkat energi

yang lebih rendah ketingkat energi yang lebih tinggi dan sifatnya

karakteristik pada setiapsenyawa. Penyerapan cahaya dari sumber

radiasi oleh molekul dapat terjadiapabila energi radiasi yang

dipancarkan atom analik tepat sama dengan perbedantingkat energi

transisi elektronnya (Rudi, 2004).

 

MethylineBlue bereaksi dengan surfaktan anion membentuk pasangan

ion baru yang terlarutdalam pelarut organik, intensitas warna

biru yang terbentuk diukur denganspektrofotometer dengan panjang

gelombang 652 nm. Serapan yang diukur setaradengan kadar

surfaktan anion (Anonim, 2009). Surfaktan merupakan zat

aktifpermukaan yang menyebabkan turunnya tegangan permukaan

cairan sehinggamemungkinkan bertindak sebagai zat pembersih atau

penghambur dalam industriatau rumah tangga. Untuk mengetahui

lebih jauh tentang zat pembersih yangmerupakan zat pembersih yang

berbentuk detergen sintetis maka berikut diuraikanuraian tentang

detergen.

 

DETERGEN

 

Setelahperang dunia ke II,  dikembangkan bahanpencuci sintetis

yang dikenal dengan sebutan detergen sebagai alternatif

bahanpembersih konfensional seperti sabun, keunggulan detergen

ini adalah tidakmengendap bersama ion logam dalam air sadah. Dan

sekarang ini penggunaandetergen sangat meluas dimasyarakat

sebagai bahan pencuci atau pembersih yangsangat efektif dan

efesien.

 

Padaumumnya detergen mengandung bahan-bahan sebagai berikut :

a.      Surfaktan (Surface active agent) yaitu zat aktifpermukaan

atau tensides adalah bahan utama dalam detergen yang

menyebabkanturunnya tegangan permukaan pada suatu cairan terutama

air. Surfaktanmenyebabkan pembentukan gelembung dan berpengaruh

terhadap permukaan lain yangmemungkinkan sebagai zat pembersih

dirumah tangga atau zat penghambur diindustri. Dengan sifat yang

dapat menurunkan tegangan permukaan tersebut makapartikel-

partikel (kotoran) yang menempel pada bahan yang di cuci

dapatterlepas dan melayang atau terlarut dalam air.

Surfaktandikelompokkan menjadi empat kelompok yaitu :

o  Sufaktan Anion

o  Surfktan Kationik

o  Surfaktan Non Ionik,dan

o  Surfaktan Ampoteric (Zwi Tterionic)

Untuk bahan pencuci rumah tanggabiasanya digunakan jenis

surfaktan anionik (detergen). Dikenal dua macamdetergen anonik

yaitu ABS (Alkil Benzene Sulfonat) dan ALS (Alkil

LinearSulfonat). Pada awalnya detergen sintetis ini banyak

menggunakan senyawa p.Alkil Benzen Sulfonat (ABS) sebagai bahan

surfaktan yaitu gugus alkil yang banyakcabangnya. Bagian Alkil

senyawa ini disentesa dengan polimerisasi propilenadengan

melekatkan pada cincin senyawa Benzene. Namun, dalam praktek

penggunaansenyawa ABS ini tidak menguntungkan lingkungan karena

sifatnya yang sulitdiuraikan bakteri (non biodegredable). Senyawa

ABS ini sangat mengganggunproses dalam instalasi pengolahan air

limbah (IPAL) sehingga banyak sungai yangdicemari busa bahkan air

PAM pun mengandung busa, ABS juga toksik terhadapbiota air

seperti ikan, dll.

Pada saat ini industri mengubah detergenyang biodegredable yaitu

menggunakan senyawa Alkil Linear Sulfonat (ALS) denganstruktur

rantai lurus sebagai ganti rantai bercabang. Senyawa ini busanya

mudahdihilangkan dan toksisitasnya terhadap ikan sangat rendah.

b.     Builder(Pembentuk)

Zatyang berfungsi meningkatkan efesiensi pencucian dari surfaktan

dengan caramenon aktifkan mineral penyebab kesadahan air. Bahan

builder antara lainPhosphates (Sodium Tri Poly Phosphat/STTP),

Asetat (Nitril Tri Acetate/NTA),EDTA (Ethylene Diamine Tertra

Acetat), dan Sitrat (asam sitrat).

 

c. Filler (Pengisi)

Bahan tambahandeterjen yang tidak mempunyai kemampuan

meningkatkan daya cuci, tetapi menambahkuantitas atau dapat

memadatkan dan memantapkan sehingga dapat menurunkanharga.

Contoh: Sodium sulfate.

 

d. Additivies(Zat Tambahan)

Bahansuplemen/tambahan untuk membuat produk lebih menarik,

misalnya pewangi,pelarut, pemutih, pewarna dan sebagainya yang

tidak berhubungan langsung dengandaya cuci

deterjen. Additivies ditambahkan untuk maksud komersialisasiproduk.

Contoh : Enzyme, Borax, Sodium chloride, CarboxyMethyl Cellulose (CMC)

dipakai agar kotoran yang telah dibawa oleh deterjenke dalam

larutan tidak kembali ke bahan cucian pada waktu mencuci.Wangi-

wangian atau parfum dipakai agar cucian berbau harum, sedangkan

airsebagai bahan pelarut (Admin, 2010).

 

TOKSISITASDETERGEN

 

Kemampuandeterjen untuk menghilangkan berbagai kotoran yang

menempel pada kain atauobjek lain, mengurangi keberadaan kuman

dan bakteri yang menyebabkan infeksi.Tanpa mengurangi makna

manfaat deterjen dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari,harus

diakui bahwa bahan kimia yang digunakan pada deterjen dapat

menimbulkandampak negatif baik terhadap kesehatan maupun

lingkungan. Dua bahan terpentingdari pembentuk deterjen yakni

surfaktan dan builders, diidentifikasimempunyai pengaruh langsung

dan tidak langsung terhadap manusia danlingkungannya (Admin,

2010).

Kadarsurfaktan 1 mg/liter dapat mengakibatkan terbentuknya busa

diperairan. Meskipuntidak bersifat toksik, keberadaan surfaktan

dapat menimbulkan rasa pada air dandapat menurunkan absorpsi

oksigen di perairan (Effendi, 2003).

Pengaruhlingkungan yang paling jelas adalah adanya busa pada

aliran sungai. Hynes danRoberts (1962), dalam studi aliran sungai

di Inggris yang menerima limbah airmengandung surfaktan (2-4 ppm)

tidak dapat mendeteksi perubahan apa pun dalamstruktur komunitas

biota air karena surfaktan (Connell, 1995).

Deterjen kerasberbahaya bagi ikan biarpun konsentrasinya kecil,

misalnya natrium dodesilbenzene sulfonat dapat merusak insang

ikan, biarpun hanya 5 ppm. Tanaman airjuga dapat menderita jika

kadar deterjen tinggi. Kemampuan fotosintetis dapatterhenti

(Sastrawijaya, 1991).

Permasalahanjuga ditimbulkan oleh deterjen yang mengandung banyak

polifosfat yang merupakanpenyusun deterjen yang masuk ke badan

air. Poliposfat dari deterjen inidiperkirakan memberikan

kontribusi sekitar 50 % dari seluruh fosfat yangterdapat

diperairan. Keberadaan fosfat yang berlebihan menstimulir

terjadinyaeutrofikasi(pengkayaan) perairan (Effendi, 2003).

 

 

 

 

PENENTUAN SURFAKTAN DENGANMETILEN BIRU

Metode inimembahas tentang perpindahan metilen biru yaitu larutan

kationik dari larutanair ke dalam larutan organik yang tidak

dapat campur dengan air sampai padatitik jenuh (keseimbangan).

Hal ini terjadi melalui formasi (ikatan) pasanganion antara anion

dari MBAS (methylene blue active substances) dan kationdari metilen

biru. Intensitas warna biru yang dihasilkan dalam fase

organikmerupakan ukuran dari MBAS (sebanding dengan jumlah

surfaktan). Surfaktan anionadalah salah satu dari zat yang paling

penting, alami dan sintetik yangmenunjukkan aktifitas dari

metilen biru. Metode MBAS berguna sebagai penentuankandungan

surfaktan anion dari air dan limbah, tetapi kemungkin adanya

bentuklain dari MBAS (selain interaksi antara metilen biru dan

surfaktan anion) harusselalu diperhatikan. Metode ini relatif

sangat sederhana dan pasti. Inti darimetode MBAS ini ada 3 secara

berurutan yaitu: Ekstraksi metilen biru dengansurfaktan anion

dari media larutan air ke dalam kloroform (CHCl3)kemudian diikuti

terpisahnya antara fase air dan organik dan pengukuran warnabiru

dalam CHCl3 dengan menggunakan alat spektrofotometri padapanjang

gelombang 652 nm (Franson, 1992). Batas deteksi surfaktan

anionmenggunakan pereaksi pengomplek metilen biru sebesar 0,026

mg/L, denganrata-rata persen perolehan kembali 92,3% (Rudi dkk.,

2004).

 

B.     ISTILAH.

Istilah penting dalam pengolahan airlimbah yang perlu dipahami  :

1.      Debit

Jumlah Volume air dalam satuan waktu,yaitu produksi air limbah

dalam satu hari, biasanya satuannya adalah (m/hari),sedangkan air

minum satuannya adalah liter/detik.    1 hari = 24 jam = 1440 menit =

86400 detik.Debit air limbah diukur dengan penyekat Thomson / V-

notch dengan rumus Q = h⁵⁄₂ .

2.      Waktu Tinggal

Waktu tinggal adalah lamanya air limbahberada di dalam suatu

tangki, yaitu dengan rumus Volume tangki / debit airlimbah

perhari dikalikan 24 jam/hari.

3.      Beban Permukaan

Beban permukaan adalah debit air limbahperhari dibagi dengan luas

permukaan tangki. Beban permukaan ini menggambarkankecepatan air

limbah secara vertical yaitu aliran Up Flow atau Down Flow.

4.      IRR

 

5.      Sarang Tawon

Saran tawon adalah media plastic yangberbentuk seperti sarang

tawon, sebagai media pertumbuhan bakteri secaraanaerob/aerob.

Sarang tawon yang telah ditumbuhi oleh bakteri pengurai

tersebutsering disebut dengan biofilter.

 

C.  Beban pencemaran

 

                D.Dasar perhitungan kapasitas IPAL

                      Debitair limbah biasanya dihitung 80 % dari

kebutuhan air bersih, bagi mereka yangsulit menghitung volume air

limbah, maka dapat menggunakan rujukan SK GubernurDKI Jakarta No

122 Tahun 2004 (terlampir).

 

VI. PRINSIP DASAR  TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH

 

Di dalam pengolahan air limbah,dikenal beberapa teknologi

tergantung dari karakter air limbahnya yangdipengaruhi oleh

kegiatan yang dijalankan,  Secara garis besar teknologi

pengolahan airlimbah di rumah sakit dapat dikelompokkan sebagai

berikut:

·        Teknik Pengolahan secaraFisika.

·        Teknik Pengolahan secara kimiadan

·        Teknik Pengolahan secara Biologi

Namun dalam prakteknya, penerapanketiga teknologi tersebut tidak

dapat berdiri sendiri melainkan  merupakan gabungan dari ketiga

teknologitersebut, misalnya :

·        Teknik Pengolahan secara   fisika–kimia atau

·        Teknik Pengolahan secaraFisika– Kimia-- Biologi

Mengingat banyaknya teknologi yangdapat dipilih sesuai kebutuhan

dan tujuan yang akan dicapai, maka penulis hanyamenyajikan

bahasan ringkas yang berhubungan dengan disain IPAL  di rumah

sakit/pemukiman  saja, agar pembahasan lebih ringkas.

A.     PENGOLAHAN AIR LIMBAH SECARAFISIKA

Pengolahan secara fisikamenggunakan kaidah   fisika untuk 

memisahkan benda  padat- kasar   atau  benda  cair 

pengganggu yang terbawa oleh aliran air limbah, seperti  sampah,

pembalut, benda mengapung, bendamengendap, lemak, busa ,  daun,

sisa nasi, bekas perban dll. Beberapa teknologi yang dapat

digolongkan dalam pengolahansecara fisika antara lain:

1.       Tapisan (Screen )

Yaitu memasang alat tapisan ditempat yang banyak dijumpai sampah

kasar agar tidak masuk dalam saluran pipa air limbah, seperti

dapur, ruang cuci,kamar mandi, bak kontrol dll. Bentuk lapisan

ini merupakan susunan beberapaderuji besi tahan karat dan

ukurannya bermacam macam tergantung dari letak dankarakter benda-

kasar yang akan ditapis. Ukuran antar deruji biasanya  antara 5

mm sampai 15 mm, dan benda bendahasil tapisan dibuang secara

berkal dengan cara di bakar di dalam tungkupembakar (incenerator)

2.       Pengendapan (sedimentasi).

Benda benda yang mempunya rapatmasa lebih besar dari air limbah,

seperti pasir, abu gosok,  sludge dapat disisihkan dengan

carapengendapan. Tangki pengendapan biasanya didisain dengan cara

memperlambatkecepatan aliran seoptimal  mungkin untukmengendapkan

benda benda yang mempunyairapat masa besar.

Pengaturan kecepatan aliran ini menggunakanrumus  Q = V A, dengan

memperlebar luaspermukaan pada  tangki yang dilewati  yang

dilewati oleh air limbah maka akanterjadi pengendapan

Untuk tangki yang alirannyavertikal  kecepatan aliran diatur

dengan kecepatansangat rendah agar terjadi proses pengendapan,

pengaturan kecepatan ini dikenaldengan istilah beban permukaan,

dengan rumus Q/A, standart yang dikehendaki antara 20 – 50 

m3/m2/hari. (JWWA).

3.       Pengapungan ( floatasi).

Untuk benda benda yang rapatmasanya lebih kecil dari air

limbah dapat disishkan dengan pengapungan (floatasi), yaitu

dengan mengatur kecepatan  dan arah aliran keluar (efluen)nya

diaturmelewati bagian bawah bangunan, dan dalam keadaan tertentu

ditambahkan sistemdispersi udara dari bagian bawah agar partikel

lebih cepat mengapungdipermukaan air. Untuk  bahan cair  asal

dapur, seperti lemak, minyak busa dllproses pengapungan terjadi

pada tangki penangkap lemak  dibagian atas,lapisan  bagian atas

ini lama kelamaanakan mengering berbentuk benda mengapung yang

disebut dengan scum. Scum yangsudah tebal dan menutupi permukaan

tangki harus dibuang secara berkala, dengancara dibakar dalam

incenerator (tungku pembakar sampah).

4.      Dewatering (pengurangan kadarair)  

Hasil samping dari prosespengolahan air limbah adalah lumpur

(sludge), lumpur ini setelah mengendapdalam jangka waktu lama

didalam tangki akan berubah bentuk menjadi bahan stabil dan

volumenya  susut antara 80 – 90 % dari semula, namunkarena lumpur

ini berasal dari  rumahsakit masih, dianggap berbahaya karena

bersifat infectious, dan harus dibuangsesuai standar yang

berlaku.

Cara pengeringan (dewatering)sederhana antara lain :

ü  Pengeringan dengan sinar matahari, yaitu  mengalirkan lumpur

pada unggun pasir, makaair akan mengalir kebagian  bawah danlama

kelamaan akan mengering oleh panas sinar matahari

~ Pemerasan dengan mesin kempa,lumpur  dimasukkan kedalam

kantungberpori, lalu diperas  dengantekanan  besar atau diberi

putaran sentrifugal  maka akan terpisah dengan air, lumpurkering 

perlu didisfeksi sebelum dibuangkedalam lingkungan.

B.     PENGOLAHAN  AIR LIMBAH SECARA KIMIA.

Untuk mengolah airlimbah dirumah sakit/ pemukiman juga

menggunakan bahan bahan kimia   tertentu untuk memperbaiki

kualitas  efluennya, Didalam praktek, teknik kimia yangdigunakan

didalam  pengolahan air limbahantara lain :

~ Teknik oksidasi, teknikoksidasi atau yang dikenal dengan istilah

Advanced Oxidation Processes (AOPs)mendapat perhatian karena

kemampuannya menguraikan bahan bahan organic yangsulit/tidak

dapat diuraikan dengan proses pengolahan biologi atau

saringanmembrane. Teknik oksidasi ini juga diterapkan dalam

proses pengolahan airminum. Teknik oksidasi merupakan campuran

beberapa proses yang menggunakanoksidator kuat, seperti ozon atau

hydrogrn peroxide dengan ultraviolet light,titanium oxide, photo

catalyst, sonolysis, electron beam, electrical dischargesdll yang

dapat menghasilkan hydroxylradical (OH). OH merupakan senyawa aktif

yang memiliki potensi oksidasitinggi sebesar 2.8 v melebihi ozon

yang hanya memiliki 2.07 v saja, sehingga OHsangat reaktif

terhadap bahan pencemar disekitarnya tanpa terkecuali, bahkan

OHdapat bereaksi dengan OH juga membentuk hydrogen peroxide

(H2O2).

AOPs dar kombinasi  ozon, hydrogen peroxide, dan ultraviolet

lightmerupakan teknik oksidasi yang paling banyak digunakan,

kemudian diikuti olehmetoda titanium oxide dan fenton reaction,

sonolysis,electron beam yang masihdalam tahap penelitian. Untuk

air limbah medis penggunaan metoda AOPs denganO3/H2O2, O3/UV dan

UV/H2O2 sangat efektif menguraikan bahan pencemar sisa obatyang

mengandung senya atrazineyangtidak dapat diuraikian dengan proses

biologis.

~ Teknik disinfeksi, yaitu penggunaan bahan kimia sebagai disinfektan

untukmenghilangkan bakteri pathogen agar tidak membahayakan

masyarakat sekitar, beberapabahan kimia yang sering digunakan

teknik disinfeksi adalah kaporit, karena harganya yang murah dan

mudah didapat dan residunyaberwarna putih. Aplikasinya juga mudah

karena dapat menggunakan  peralatan sederhana  atau menggunakan

dosingpump. Bentuk bahan kaporit ini ada yang berbentuk gas,

cairan, butiran ataupuntablet. Pemakaian kaporit, harus

menggunakan takaran/dosis yang tepat karenasisa klor mudah

bersenyawa dengan bahan bahan organik seperti amoniak yang

akanmembentuk senyawa trihalomethane atau chloroform yang

bersifat karsinogenik

~ Koagulasi, Jika  dalam keadan tertentu, jika sumber airlimbahnya

terlalu banyak bahan tersuspensi perlu dikendalikan dengan

menambahbahan koagulan untuk  mengurangi  konsentrasinya.

 Bahan koagulan yang sering dipakai  antara lain:

·        Tawas, atau aluminium sulfat (Al2SO4),sering digunakan

karena endapan floknya berwarna putih dan menurunkan sedikitpH

air.  Didalam proses koagulasi seringditambahkan bahan alkali dan

pembantu koagulan untuk mempercepatterbentukya  flok (gumpalan)

didalam air.Pengaturan dosis tawas  dilakukandengan  jar test 

sederhana, dosis  yang dipakai yaitu : 20 mgr/l,  40 mgr/l, 60

mgr/l , 80 mgr/l dan 100 mgr/l . Dengan membandingkan

tingkatkekeruhan setelah pembubuhan tawas maka diketahui  dosis

tawas yang cocok

·        PAC, Poly Aluminium chloride, jugabanyak digunakan

sebagai koagulan dalam pengolahan  karena lebih efisien daripada

tawas, namunharganya lebih mahal dari bahan koagulan lain.

·        Koperas atau Ferro sulfat (Fe2SO4),banyak digunakan dalam

pabrik yang banyak mengandung zat warna, harganya murah,namun

menghasilkan residu berwarna kuning.

 

C.     PENGOLAHAN SECARA BIOLOGIS

Didalam pengolahan air limbahruimah sakit yang banyak 

dibahasteknologinya adalah pengolahan secara biologis, yaitu

menggunakan jasamikroorganisme pengurai untuk merombak atau

menguraikan bahan organik yang adadidalam air limbah untuk

pertumbuhan, pembentukan sel baru atau pemeliharaankehidupannya .

Didalam habitatnya, mikroorganisme pengurai yang mampu

melakukansintesa biokomia adalah  bakterigolongan  heterotropic.

Golongan bakteriini sangat dominan sebagai bakteri pengurai dan

mudah berkembang biak, karakternya  dapat dijelaskan sebagai

berikut :

1).Bakteri Anaerob,

Bakteri anaerob yaitu bakteri yangmempunyai habitat kehidupan 

dalam  suasana tanpa oksigen, bakteri ini mulai dilirik oleh para

ahli untukmemperbaiki kinerja IPAL rumah sakit yang konventional

yang memerlukan pasokanbanyak oksigen (energi), seperti

pengolahan dengan sistem lumpur aktif(activated sludge) .

Pada awalnya bakteri anaerob inidigunakan untuk mengolah air

limbah asal peternakan yang banyak kandungan bahanorganic guna

menghasilkan gas methane (CH4). Konsep penggunaan bakteri anaerob

dalam sistem pengolahan air limbahrumah sakit  karena :

·        Efisiensi penyisihan terhadapbahan bahan pencemar cukup

tinggi, hampir semua parameter  utama dalam air limbah seperti :

BOD, COD, TSS, NH4, dan MBAS (detergen) dapatditurunkan secara

bermakna.

·        Tidak memerlukan tambahanenergi dari luar , yaitu energi

listrik untuk menggerakkan peralatan mesinseperti pengaduk atau

blower , sehingga dapat menekan biaya dalam sistempengolahan

pengolahan air limbah.

·        Tidak memerlukan tambahannutrien dari luar, karena

kebutuhan pasokan nutriennya rendah  maka sudah cukup dari bahan

organik yang ada didalamair limbah, bakteri anaerobik juga

mempunyai yield sel yang  rendah, makaproduksi lumpur hasil

penguraiannya  sangat sedikit.

Secara skematis proses penguraiananaerobic yang menggunakan jasa

bakteri pengurai dapat digambarkan  sebagai berikut: