dinasti ayyubiyah
-
Upload
serambimekkah -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of dinasti ayyubiyah
1. Judul : PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA DINASTI AL-
AYYUBIYAH PADA TAHUN (567-648 H / 1171-1250 M)
2. Latar Belakang Masalah
Dinasti Al-Ayyubiyah merupakan Dinasti setelah
dinasti Fathimiyyah yang bermadzhab Sunni dengan sultan
pertama Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi, seorang suku kurdi
dari Azerbaijan yang melakukan migrasi ke irak. Ayahnya
adalah Najmuddin Bin Ayyub seorang gubernur tikrit yang
pindah ke mushol kemudian ke damaskus. Najmuddin dan
saudaranya Asadudin Syirkuh menjadi panglima Mahmud
Zanki, penguasa saljuk, di suriah pada saat itu.
Telah disebutkan diatas bahwa penguasa yang terakhir
dari dinasti Fathimiyyah adalah Al-Adhid yang
menggantikan khalifah yang sebelumnya. Pada saat Al-Adhid
menjadi khalifah terjadi peristiwa yang sangat kejam
yaitu ketika Al-Qais menjadi wazir pada saat itu Ibnu
raziq, Al-Adhid melakukan pembunuhan terhadap Ibnu Raziq
dan tidak lama kemudian Sawar berhasil mengantikan wazir
yang baru. Akan kejadian ini dapat menimbulkan
kecemburuan dari pihak lain, pada saat itu Dhirgam juga
1
2
mengincar kedudukan wazir juga, dengan penuh strateginya
Dhirgam berhasil mengalahkan Sawar sehingga Sawar
terpaksa melarikan diri ke Suriah.
Untuk merebut kedudukan kembali Sawar mengadakan
kerja sama dengan Mahmud Zanki, dengan perjanjian akan
memberikan upeti dan bagi hasil atas kesuksesan dalam
berusahanya, Zanki mengutus panglimanya yang bernama
Asadudin Syirkuh, kemudian Syirkuh dapat mengalahkan
Dhirgam dan berhasil mengembalikan kedudukan Sawar
sebagai wazir. Akan tetapi Sawar mengkhianati janjinya.
Sawar adalah seorang politikus yang licik untuk
mengsiasati, pengkhianatannya ia bekerja sama dengan
Armelic I penguasa tentara salib di Palestina untuk
mengusir Syirkuh dari mesir, dan Syirkuh berhasil di
kembalikan kenegeri asalnya. Sawar tunduk pada kekuasaan
Armelic I dan Sawar tidak berbuat apa-apa, kekuasaan
mesir dikuasaai oleh Armelic I.
Atas pengkhianatan Sawar Zanki sangat marah besar ia
berkeinginan untuk merebut Mesir dan menggulingkan
jabatan Sawar. Zanki mengirim panglima perangnya yaitu
3
Syirkuh dan keponakannya ShalehuddinYusuf Al-Ayyubi.
Disnilah terjadi peperangan orang Ilsam dengan tentara
Kristen yang disebut Perang Salib, dan peperangan
dimenangkan oleh pihak Islam. Akhirnya Sawar melarikan
diri dan Syirkuh menjadi wazir Mesir tidak lama kemudian
yaitu selama 2 bulan Al-Ayyubi menggantikan kedudukan
pamannya. Ia sebagai wazir mesir telah menghapus nama Al-
Adhid dari kekuasaan karena pemerintahan ditangani oleh
wazir dengan begitulah Dinasti Al-Ayyubi berdiri.
Karakteristik kepemimpinan Al-Alyyubiyah berbeda
dengan dinasti sebelumnya, yaitu keterbukaan terhadap
budaya asing dan persamaan seluruh warga negara serta
sikap para khalifat yang begitu menjunjung tinggi ilmu
pengetahuan, sehingga pada awal periodenya dinasti ini
telah mengalami masa kejayaan. Didalam penelitian ini
akan dipaparkan lebih lanjut masa keemasan Dinasti Al-
Ayyubiyah, faktor-faktor yang mendukungnya, Munculnya
kepemimpinan wilayah lain dibawah Dinasti Al-Ayyubiyah
serta munculnya tokoh-tokoh Intelektual muslim pada masa
itu.
4
Dari penjelasan uraian diatas permasalahan yang
dapat ditarik dalam penulisan ini untuk sebuah penelitian
dengan judul “PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA DINASTI AL-
AYYUBIYAH PADA TAHUN (567-648 H / 1171-1250 M).”
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka
yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah :
1. Bagaimanakah perkembangan Islam pada masa Dinasti Al-
Ayyubiyah?
2. Bagaimanakah keberhasilan Dinasti Al-Ayyubiyah dalam
mengantikan Faham Syiah dengan Faham Sunni di Mesir?
4. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini
adalah :
1. Untuk mengetahui perkembangan Islam pada masa
Dinasti Al-Ayyubiyah.
5
2. Untuk mengetahui keberhasilan keberhasilan
Dinasti Al-Ayyubiyah dalam menggantikan Faham
Syiah dengan Faham Sunni di Mesir.
5. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi yang dapat bermanfaat sebagai masukan bagi
berbagai pihak yang membutuhkan, antara lain adalah
sebagai berikut:
1. Perpustakaan.
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan atau masukan informasi untuk
a. Mengetahui mengetahui sejarah perkembangan
peradaban dan kemajuan Dinasti Al-Ayyubiah yana
akuarat melalui penelitian sejarah Dinati
Ayyubiah.
b. Mengetahui dengan akurat perjuangan Salahuddin
Al-Ayyubi dalam mendirikan Dinasnya.
2. Pihak lain
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sebuah karya
6
yang mampu memperkaya ilmu pengetahuan dan menjadi
referensi serta bahan masukan untuk menambah
wawasan bagi pihak lain yang berkepentingan.
3. LANDASAN TEORITIS
1. Pembentukan dan Perkembangan Islam pada Masa Dinasti
Al-Ayyubiyah
1.1 Perkembangan Islam Di Timur Tengah
1.2 Berdirinya Dinasti Ayyubiyah
Bani Ayyubiyah merupakan keturunan Ayyub suku Kurdi.
Pendiri dinasti ini adalah Salahuddin Yusuf al-Ayyubi
putra dari Najamuddin bin Ayyub. Pada masa Nuruddin Zanki
(Gubernur Suriah dari bani Abbasiyah), Salahuddin
diangkat sebagai kepala garnisum di Balbek.
Kehidupan Salahuddin Yusuf al-Ayyubi penuh dengan
perjuangan dan peperangan. Semua itu dilakukan dalam
rangka menunaikan tugas negara untuk memadamkan sebuah
pemberontakan dan juga dalam menghadapi tentara salib
Lapidus (1999:118).
7
Perang yang dilakukannya dalam rangka untuk
mempertahankan dan membela agama. Selain itu Salahuddin
Yusuf al-Ayyubi juga seorang yang memiliki toleransi yang
tinggi terhadap umat agama lain, Lapidus dkk (1999:221)
hal ini terbukti:
a. Ketika beliau menguasai Iskandariyah ia tetap
mengunjungi orang-orang Kristen
b. Ketika perdamaian tercapai dengan tentara salib, ia
mengijinkan orang-orang kristen berziarah ke Baitul
Makdis.
Keberhasilan beliau sebagai tentara mulai terlihat ketika
ia mendampingi pamannya Asaduddin Syirkuh yang mendapat
tugas dari Nuruddin Zanki untuk membantu Bani Fatimiyah
di Mesir yang perdana menterinya diserang oleh Dirgam.
Salahuddin Yusuf al-Ayyubi berhasil mengalahkan Dirgam,
sehingga beliau dan pamannya mendapat hadiah dari Perdana
Menteri berupa sepertiga pajak tanah Mesir, akhirnya
Perdana Menteri Syawar berhasil menduduki kembali
jabatannya pada tahun 1164 M. Mukti (2008:98).
8
Tiga tahun kemudian, Salahuddin Yusuf al-Ayyubi
kembali menyertai pamannya ke Mesir. Hal ini dilakukan
karena Perdana Menteri Syawar bersekutu/ bekerjasama
dengan Amauri yaitu seorang panglima perang tentara salib
yang dulu pernah membantu Dirgam Mukti (2008:112). Maka
terjadilah peperangan yang sangat sengit antara pasukan
Salahuddin dan pasukan Syawar yang dibantu oleh Amauri.
Dalam peperangan tersebut pasukan Salahuddin berhasil
menduduki Iskandariyah, tetapi ia dikepunt dari darat dan
laut oleh tentara salib yang dipimpin oleh Amauri.
Akhirnya peperangan ini berakhir dengan perjanjian damai
pada bulah Agustus 1167 M, yang isinya adalah sebagai
berikut:
a. Pertukaran tawanan perang
b. Salahuddin Yusuf al-Ayyubi harus kembali ke Suriah
c. Amauri harus kembali ke Yerusalem
d. Kota Iskandariyah diserahkan kembali kepada Syawar.
Sebagai mana dijelaskan dalam Textbook Sejarah dan
Kebudayaan Islam, (1981:183) Pada tahun 1169 tentara
salib yang dipimpin oleh Amauri melanggar perjanjian
9
damai yang disepakati dahulu yaitu Dia menyerang Mesir
dan bermaksud untuk menguasainya. Hal itu tentu saja
sangat membahayakan keadaan umat Islam di Mesir, karena:
a. Mereka banyak membunuh rakyat di Mesir
b. Mereka berusaha menurunkan Khalifah al-Adid dari
jabatannya
Khalifah al-Addid mengangkat Asaduddin Syirkuh sebagai
Perdana Menteri Mesir pada tahun 1169 M. ini merupakan
pertama kalinya keluarga al-Ayyubi menjadi Perdana
Menteri, tetapi sayang beliau menjadi Perdana Menteri
hanya dua bulan karena meninggal dunia. Khalifal al-Adid
akhirnya mengangkat Salahuddin Yusuf al-Ayyubi menjadi
Perdana Menteri menggantikan pamannya Asaduddin Syirkuh
dalam usia 32 tahun. Sebagai Perdana Menteri beliau
mendapati gelah al-Malik an-Nasir artinya penguasa yang
bijaksana sejalan dengan yang gambarkan Bosworth,
(1980:199) .
Setelah Khalifah al-Adid (Khalifah Dinasti Fatimah)
yang terakhir wafat pada tahun 1171 M, Salahuddin Yusuf
al-Ayyubi berkuasa penyh untuk menjalankan peran
10
keagamaan dan politik. Maka sejak saat itulah Dinasti
Ayyubiyah mulai berkuasa hingga sekitar 75 tahun lamanya.
1.3 Penguasa Dinasti Ayyubiyah
Bosworth, (1980:143) menjelakan selama lebih kurang
75 tahun dinasti Al-Ayyubiyah berkuasa, terdapat 9 orang
penguasa yakni sebagai berikut :
1. Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi (1171-1193 M)2. Malik Al-Aziz Imaduddin (1193-1198 M)3. Malik Al-Mansur Nasiruddin (1198-1200 M)4. Malik Al-Adil Saifuddin, pemerintahan I (1200-
1218 M)5. Malik Al-Kamil Muhammad (1218-1238 M)6. Malik Al-Adil Sifuddin, pemerintahan II (1238-
1240 M)7. Malik As-Saleh Najmuddin (1240-1249 M)8. Malik Al-Mu’azzam Turansyah (1249-1250 M)9. Malik Al-Asyraf Muzaffaruddin (1250-1252 M)
Dalam uraian berikut akan dibahas mengenai penguasa-
penguasa yang menonjol, yaitu:
1. Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi (1171-1193 M)
2. Malik Al-Adil Saifuddin, pemerintahan I (1200-
1218 M)
3. Malik Al-Kamil Muhammad (1218-1238 M)
11
Penguasa tersebut masing-masing memiliki kisah sejarah
panjang dalam meletakkan kekuasaandan membangun perubahan
dan kemajuan sebagaimana dalam kajian Bosworth,
(1980:156) sebagai berikut :
1. Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi (1171-1193 M)
Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi tidak hanya dikenal
sebagai seorang panglima perang yang gagah berani dan
ditakuti, akan tetapi lebih dari itu, beliau adalah
seorang yang sangat memperhatikan kemajuan pendidikan.
Salah satu karya monumental yang disumbangkannya selama
beliau menjabat sebagai sultan adalah bangunan sebuah
benteng pertahanan yang diberi nama Qal’atul Jabal yang
dibangun di Kairo pada tahun 1183 M.
Selain itu beliau juga merupakan salah seorang
Sultan dari dinasti Ayyubiyah yang memiliki kemampuan
memimpin. Hal ini diketahui dari cara Salahuddin Yusuf
Al-Ayyubi dalam mengangkat para pembantunya (Wazir) yang
terdiri dari orang-orang cerdas dan terdidik. Mereka
antara lain seperti Al-Qadhi Al-Fadhil dan Al-Katib Al-
Isfahani. Sementara itu sekretaris pribadinya bernama
12
Bahruddin bin Syadad, yang kemudian dikenal sebagai
penulis Biografinya.
Mubarok, (2004:102) menerangkan Salahuddin Yusuf Al-
Ayyubi tidak membuat suatu kekuasaan yang terpusat di
Mesir. Beliau justru membagi wilayak kekuasaannya kepada
saudara-saudara dan keturunannya. Hal ini mengakibatkan
munculnya beberapa cabang dinasti Ayyubiyah berikut ini:
a. Kesultanan Ayyubiyah di Mesirb. Kesultanan Ayyubiyah di Damaskusc. Keamiran Ayyubiyah di Aleppod. Kesultanan Ayyubiyah di Hamahe. Kesultanan Ayyubiyah di Homsf. Kesultanan Ayyubiyah di Mayyafaiqing. Kesultanan Ayyubiyah di Sinjarh. Kesultanan Ayyubiyah di Hisn Kayfai. Kesultanan Ayyubiyah di Yamanj. Keamiran Ayyubiyah di Kerak
Salahuddin Yusuf al-Ayyubi dianggap sebagai
pembaharu di Mesir karena dapat mengembalikan mazhab
sunni. Melihat keberhasilannya itu Khlaifah al-Mustadi
dari Bani Abbasiyah memberi gelar kepadanya al-Mu’izz li
Amiiril mu’miniin (penguasa yang mulia). Khalifah al-
Mustadi juga memberikan Mesir, an-Naubah, Yaman, Tripoli,
Suriah dan Maghrib sebagai wilayah kekuasaan Salahuddin
Yusuf al-Ayyubi pada tahun 1175 M. sejak saat itulah
13
Salahuddin dianggap sebagai Sultanul Islam Wal Muslimiin
(Pemimpin umat ilam dan kaum muslimin).
Mubarok, (2004:182) menjelaskan Di antara orang-
orang yang iri dan melakukan pemberontakan terhadap
Salahuddi Yusuf al-Ayyubi adalah sebagai berikut:
a. Pemberontakan yang dilakukan Nuruddin Zanki, iamemberontak karena kebesaran namanya tersaingi olehSalahuddin Yusuf al-Ayyubi
b. Pemberontakan yang dilakukan Hijab (Kepala rumahtangga Khalifah al-Adid), ia memberontak karenamerasa hak-haknya banyak dikurangi.
c. Pemberontakan yang dilakukan oleh kaum Asassin yangdipimpin oleh Syakh Sinan karena merasa tersaingi.
d. Pemberontakan yang dilakukan Zanki, kelompok inimerupakan permbela Al-Malik as-Salih yangbersekongkol dengan al-Gazi (penguasa Mosul danpaman Malik as-Salih Ismail) yang beusahamenjatuhkan Salahuddin Yusuf al-Ayyubi karena merasatersaingi.
Sejalan dengan gambaran dalam buku Sayyid Al-Wakil,
(1998:321) Perang melawan tentara salib yang pertama
adalah melawan Amalric 1, taja Yerusalem, yang kedua
melawan Baldwin IV (putra Amalric 1), yang ketiga melawan
Raynald de Chatillon (penguasa benteng Karak di sebelah
tidur laut mati), yang keempat melawan Raja Baldwin V
sehingga kota-kota seperti Teberias, Nasirah, Samaria,
14
Suweida, Beirut, Batrun, Akra, Ramalah, Gaza Hebron dan
Baitul Maqdis berhasil dikuasai oleh Salahuddin Yusuf al-
Ayyubi.
Selanjutnya Sayyid, (1998:314) menerangkan Selain
Clement III, para penguasa Eropa yang membantu dalam
perang melawan Salahuddin Yusuf al-Ayyubi adalah:
a. Philip II, Raja Prancis
b. Rivhard I, The Lion Heart (Hati Singa), Raja
Inggris
c. William, raja Sisilia
d. Frederick Barbafossa, Kaisar Jerman
Setelah perang melawan tentara salib selesai, Salahuddin
Yusuf al-Ayyubi memindahkan pusat pemerintahannya dari
Mesir ke Damaskus, dan dia meninggal di sana pada tahun
1193 M dalam usia 57 tahun.
2. Malik Al-Adil Saifuddin, pemerintahan I (1200-1218 M)
Dalam karangan Muhammad Syahyim, (2003:186) Sering
dipanggil Al-Adil nama lengkapnya adalah al-Malik al-Adil
saifuddin Abu Bakar bin Ayyub. Dari nama Sifuddin inilah
tentara salib memberi julukan Saphadin. Beliau putra
15
Najmuddin Ayyub yang merupakan saudara muda Salahuddin
Yusuf al-Ayyubi.
Setelah kematian Salahuddin, Ia menghadapi
pemberontakan dari Izzuddin di Mosul. Ia juga menentukan
siapa yang berhak menjadi penguasa ketika terjadi
perselisihan diantara anak-anak Salahuddin Yusuf al-
Ayyubi yaitu al-Aziz dan al-Afdal. Setelah kematian al-
Aziz. al-Afdal berusaha meduduki jabatan Sultan, akan
tetapi al-Adil beranggapan al-Afdal tidak pantas menjadi
Sulatan. Akhirnya terjadilah peperangan antara keduanya,
al-Adil nberhasil mengalahkan al-Afdal dan beliau menjadi
Sultan di Damaskus Al-Adil merupakan seorang pemimpin
pemerintahan danpengatur strategi yang berbakat dan
efektif.
3. Malik Al-Kamil Muhammad (1218-1238 M)
Muhammad As Syahyim, (2003:114)Nama lengkap al-Kamil
adalah al-Malik al-Kamil Nasruddin Abu al-Maali Muhammad.
Selain dipuja karena mengalahkan dua kali pasukan salib
ia juga dicaci maki karena menyerahkan kembali kota
Yerusalem kepada orang Kristen.
16
Muhammad As Syahyim, (2003:121) Al-Kamil adalah
putra dari al-Adil. Pada tahun 1218 al-Kamil memimpin
pertahanan menghdapi pasukan salib yang mengepung kota
Dimyat (Damietta) dan kemudian menjadi Sulatan
sepeninggal ayahnya. Pada tahun 1219, Ia hampir
kehilangan takhtanya karena konserpasi kaum kristen
koptik. Al-Kamil kemudian pergi ke Yaman untuk
menghindari konspirasi itu, akhirnya konspirasi itu
berhasil dipadamkan oleh saudaranya bernama al-Mu’azzam
yang menjabat sebagai gubernur Suriah.
Pada bulan Februari tahun 1229 M, al-Kamil
menyepakati perdamaian selama 10 tahun denga Federick
II, yang berisi antara lain:
a. Ia mngembalikan Yerusalem dan kota-kota suci lainnya
kepada pasukan salib
b. Kaum muslimin dan yahudi dilarang memalsuki kota itu
kecuali disekitar Masjidil Aqsa dan Majid Umar.
Al-Kamil meninggal dunia pada tahun 1238 M.
Kedudukannya sebagai Sultan digantikan oleh Salih al-
Ayyubi Yatim, (2003:79).
17
1.4 Politik dan Pendidikan Islam Dinasti Ayyubiyah
Depag (2016:101) Keberhasilan Shalahudin dalam
perang Salib , membuat para tentara mengakuinya sebagai
pengganti dari pamannya, Syirkuh yang telah meninggal
setelah menguasai Mesir tahun 1169 M. Ia tetap
mempertahankan lembaga–lembaga ilmiah yang didirikan oleh
Dinasti Fatimiyah tetapi mengubah orientasi keagamaannya
dari Syi’ah menjadi Sunni. Penaklukan atas Mesir oleh
Shalahudin pada 1171 M, membuka jalan politik bagi
pembentukan madzhab-madzhab hukum sunni di Mesir. Dan
tergambar juga dalam Mubarok, (2004:109) Madzhab Syafi’i
tetap bertahan di bawah pemerintahan Fatimiyah,
sebaliknya Shalahudin memberlakukan madzhab-madzhab
Hanafi. Keberhasilannya di Mesir tersebut mendorongnya
untuk menjadi penguasa otonom di Mesir.
Sebelumnya, Shalahudin masih menghormati simbol-
simbol Syi’ah pada pemerintahan Al-Adil Lidinillah,
setelah ia diangkat menjadi Wazir (Gubernur). Namun,
18
setelah al-Adil meninggal 1171 M, Shalahudin menyatakan
loyalitasnya kepada Khalifah Abbasiyah (al-Mustadi) di
Bagdad dan secara formal menandai berakhirnya rezim
Fatimiyah di Kairo. Dengan jatuhnya Dinasti Fatimiyah,
secara otomatis terhentilah fungsi madrasah sebagai
penyebaran faham Syi’ah. Salah satu penyebaran faham
Syi’ah pada saat itu adalah melalui jalur pendidikan.
Kemudian digantikan oleh Dinasti Ayyubiyah yang menganut
faham Sunni. Belajar dari Politik Dinasti Fatimiyah yang
memasukkan faham politik syi’ah ke lembaga pendidikan,
Shalahudin kemudian mendirikan madrasah-madrasah sebagai
pusat penyebaran faham Sunni. Selain itu, banyak pihak
swasta yang mendirikan madrasah-madrasah dengan maksud
untuk menanamkan ide-idenya dalam rangka mencari
keridhaan Allah Swt. serta menyebarkan faham keagamaan
yang dianutnya, yang tidak dapat disalurkan lewat mesjid
karena berorientasi pada kepentingan pemerintah atau
politik, yang semakin hari semakin bertambah banyak
madrasah yang didirikan dalam masa pemerintahan Dinasti
Ayyubiyah madrasah-madrasah tersebut sebagai berikut ini:
19
Tabel.1 Nama-nama Madrasah yang Didirikan Pada Masa
Dinasti Ayyubiyah, Bosworth, 1980:225)
No Nama Madrasah Pendiri JabatanAl-Nashriyat Shalahudin al-
AyyubiAl-Qamhiyat Shalahudin al-
AyyubiAl-Suyufiyat Shalahudin al-
AyyubiAl-Malik al-‘AdilAl-Kamiliyat MananAl-Shalihiyat al-‘IzzAl-Quthbiyat Al-AdilAl-Kamil NajmAl-Shalih al-DinQuthb al-DinTaqiu al-DinAl-Fadhliyat Taqiu al-Din ‘UmarAl-Azkasyiyat Al-FadhilAl-Sayfiyat Shayf al-Din bin
AyyubAl-Asyuriyat ‘Asyura binti
SaruchAl-Qadhi ‘Ishmat al-Din
binti al-‘AdilQuthbiyat Fakhr al-DinAl-Syarifiyat ‘Abdullah ibn ‘AliAl-Shahibiyat Fakhr al-Din ibn
ShairamAl-Syarif Ibnu al-ArsufyAl-Fakhriyat Ibnu RasyiqAl-Shairamiyat Syaraf al-DinAl-Shairamiyat ‘Abdullah ibn
ArsyufyAl-Masruriyat Masrul al-ShafadyAl-Ghaznawiyat Hisam al-DinHibatullah Qaymaz
20
Berbeda dengan kuttab dan mesjid, madrasah sudah
mempunyai bangunan fisik tertentu seperti sekarang ini,
yang bentuknya dirancang sesuai fungsinya untuk
melanjutkan pendidikan mesjid. Bangunan madrasah tersebut
meliputi tiga unit, yaitu; Unit madrasah, unit asrama,
dan unit mesjid. Unit asarama dijadikan tempat murid-
murid, guru-guru dan para pegawai madrasah sehingga
membentuk keluarga besar, dengan demikian murid-murid
dapat diberikan program-program belajar yang intensif dan
membahas secara bersama-sama masalah-masalah yang
berhubungan dengan ilmu pengetahuan, keagamaan,
kemasyarakatan, dan penghidupan Bosworth, (1980:132).
Tujuan pendidikannya selain untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan agama dan membentuk kader-kader yang
mempunyai misi keagamaan dalam masyarakat, juga untuk
mencetak tenaga-tenaga yang kreatif yang ahli dalam
bidangnya masing-masing.
Perbedaan-perbedaan lainnya adalah madrasah sudah
merupakan salah satu organisasi resmi Negara di mana
dikeluarkan pekerja-pekerja dan pegawai-pegawai
21
pemerintahan. Pelajar-pelajar disitu juga resmi,
dijalankan menurut peraturan-peraturan dan undang-undang,
serupa yang dikenal selama ini. Segala sesuatu diatur
seperti kehadiran dan kepulangan murid, program-program
pelajaran, staf pengajar, perpustakaan dan gelar-gelar
ilmiah. Di Mesir ketika itu hanya terdapat satu buah
perguruan tinggi yaitu Universitas al-Azhar yang masih
berdiri hingga sekarang.
Selain itu, di masa pemerintahan Shalahudin, ia juga
membina kekuatan militer yang tangguh dan perekonomian
yang bekerja sama dengan penguasa Muslim di kawasan lain.
Ia juga mambangun tembok kota sebagai benteng pertahanan
di Kairo dan bukit Muqattam. Pasukannya juga diperkuat
oleh pasukan barbar, Turqi dan Afrika. Disamping
digalakkan perdagangan dengan kota-kota dilaut tengah,
lautan Hindia dan menyempurnakan sistem perpajakan. Atas
dasar inilah Mubarok, (2004:112) ia melancarkan gerakan
ofensif guna merebut al-Quds (Jerusalem) dari tangan
tentara Salib yang dipimpin oleh Guy de Lusignan di
Hittin, dan menguasai Jerusalem tahun 1187 M. Inipun
22
tetap tak merubah kedudukan Shalahudin, sampai akhirnya
raja inggris Richard membuat perjanjian genjatan senjata
yang dimanfaatkannya untuk menguasai kota Acre.
Sampai ia meninggal (1193 M) , Shalahudin mewariskan
pemerintahan yang stabil dan kokoh, kepada keturunan-
keturunannya dan saudaranya yang memerintah diberbagai
kota. Yang paling menonjol ialah al-Malik al-Adil
(saudaranya), dan keponakannya al-Kamil, mereka berhasil
menyatukan para penguasa Ayubi lokal dengan memusatkan
pemerintahan mereka di Mesir.
Selain hal di atas, aroma-aroma politik yang di
jalankan pada masa Dinasti Ayyubiyah sampai juga di salah
satu mesjid sekaligus madrasah ternama yakni al-Azhar.
Disana disebarkan paham-paham Sunni yang semakin lama
semakin menjamur.
1.5 Universitas Al-Azhar Pada Masa Dinasti Ayyubiyah
Segera setelah dinasti Fatimiyah runtuh (1171M)
Shalahudin al-Ayyubi meng-hapuskan dinasti tersebut dan
secara jelas ia menyatakan dirinya sebagai penguasa baru
23
atas Mesir, dengan nama dinasti Ayyubiyah. Dinasti ini
lebih berorientasi ke Baghdad, yang Sunni.
Nasib al-Azhar pada masa pemerintahan dinasti
Ayyubiyah, sebenarnya tidak lebih baik dari masa
pemerintahan dinasti Fatimiyah. Sebab, setelah Shalahudin
berkuasa, ia mengeluarkan beberapa kebijaksanaan baru
mengenai al-Azhar. Kebijakan itu antara lain, penutupan
al-Azhar. Al-Azhar tidak boleh lagi dipergunakan untuk
shalat Jum’at dan Madrasah, juga dilarang dijadikan
sebagai tempat belajar dan mengkaji ilmu-ilmu, baik
agama, maupun ilmu umum. Alasannya, menurut Hasan
Langgulung, penutupan itu diberlakukan karena al-Azhar
pada masa dinasti Fatimiyah dijadikan sebagai alat atau
wadah untuk mempropaganda ajaran Syi’ah. Hal itu amat
berlawanan dengan mazhab resmi yang dianut dinasti
Ayyubiyah, yaitu mazhab Sunni.
Kebijakan lain yang diambilnya adalah menunjuk
seorang Qadi, Sadr al Din Abd al-Malik ibn Darabas untuk
menjadi Qadi tertinggi, yang nantinya berhak mengeluarkan
fatwa-fatwa tentang hukum-hukum mazhab Syafi’i. Di
24
antaran fatwa yang dikeluarkan adalah melarang umat Islam
saat itu untuk melakukan shalat Jum’at di masjid al-
Azhar, dan hanya boleh melakukannya di masjid al-Hakim.
Alasannya, masjid al-Hakim lebih luas. Selain itu, dalam
mazhab Syafi’i tidak boleh ada dua khutbah Jum’at dalam
satu kota yang sama.
Masjid al-Azhar tidak dipakai untuk shalat Jum’at
dan kegiatan pendidikan selama lebih kurang seratus
tahun, yaitu sejak Shalahudin berkuasa sampai khutbah
Jum’at dihidupkan kembali pada zaman pemerintahan Sultan
Malik al-Zahir Baybars dari Dinasti Mamluk yang berkuasa
atas Mesir.
Meskipun begitu, penutupan al-Azhar sebagai masjid
dan perguruan tinggi pada masa dinasti Ayyubiyah,
bukanlah berarti dinasti ini tidak memperhatikan bidang-
bidang agama dan pendidikan. Bahkan pendidikan mendapat
perhatian serius dari para penguasa dinasti ini.
Indikasinya adalah pembangunan madrasah-madrasah di
hampir setiap wilayah kekuasaan, mengadakan pengajian
tinggi (kulliyat) dan universitas pun digalakkan. Oleh
25
karena itu, tidak kurang dari 25 kulliyat didirikan oleh
kerajaan Ayyubiyah. Mukti, (2008:182) Diantara kulliyat-
kuliyyat yang terkenal adalah :
1) Manazil Al-‘Iz,
2) Al-kulliyat Al-‘Adiliyah,
3) Al-kulliyat Al-Arsufiyah,
4) Al-kulliyat Al- Fadiliyah,
5) Al-kulliyat al-Azkasyiayah,
6) dan Al-kulliyat Al-‘Asuriyah.
Semua nama-nama itu dinisbatkan kepada nama-nama
pendirinya, yang biasanya sekaligus pemberi wakaf bagi
murid-murid dan guru-gurunya.
Meskipun ada semacam larangan Mukti, (2008:123)
untuk tidak mengunakan al-Azhar sebagai pusat kegiatan,
masjid itu tidak begitu saja ditinggalkan oleh murid-
murid dan guru-guru, karena hanya sebagian mereka yang
pergi meninggalkan tempat itu. Itu pun karena al-Azhar
tidak mendapat subsidi (wakaf dari pemerintah). Dengan
demikian, al-Azhar praktis mengalami masa-masa surut.
26
Keadaan demikian tidak selamanya terjadi, sebab pada
masa pemerintahan Sultan al-Malik al-Aziz Imaduddin
Usman, putra Shalahudin al-Ayyubi datang seorang alim ke
tempat ini (al-Azhar), ia bernama Abd al-Latif al-
Baghdadi yang datang ke Mesir tahun 1193M/589H. Beliau
mengajar di al-Azhar selama Sultan al-Malik al-Aziz
berkuasa. Materi yang diajarkannya meliputi mantiq dan
Bayan.
Lapidus, (1999:231) Kedatangan al- Baghdadi menambah
semangat beberapa ulama yang masih menetap di al-Azhar,
di antara mereka adalah Ibn al-Farid, ahli sufi terkenal,
Syeikh Abu al-Qosim al-Manfaluti, Syeikh Jama al-Din al-
Asyuti, Syeikh Shahabu al-Din al-Sahruri, dan Syams al-
Din Ibn Khalikan, seorang ahli sejarah yang mengarang
kitab wafiyyat al-‘Ayan. Selain mengajar mantiq dan
bayan, al- Baghdadi juga mengajar hadits dan fiqh. Materi
itu diajarkan kapada para muridnya pada pagi hari. Tengah
hingga sore hari ia mengajar kedokteran dan ilmu-ilmu
lainnya. Selain itu, al- Baghdadi juga memberi kelas-
kelas privat di tempat-tempat lain. Ini merupakan upaya
27
al- Baghdadi untuk memberikan informasi dan sekaligus
mensosialisasikan mazhab Sunni kepada masyarakat Mesir.
Selama masa pemerintahan dinasti Ayyubiyah di Mesir
(1171-1250M), perkembangan aliran atau mazhab Sunni
begitu pesat, pola dan sistem pendidikan yang
dikembangkan tidak bisa lepas dari kontrol penguasa yang
beraliran Sunni, sehingga al-Azhar dan masa-masa
berikutnya merupakan lembaga tinggi yang sekaligus
menjadi wadah pertahanan ajaran Sunni, Para penguasa
dinasti Ayyubiyah yang sunni masih tetap menaruh hormat
setia kepada pemerintahan khalifah Abbasiyah di Baghdad
Lapidus, (1999:198). Oleh karena itu, di bawah payung
khalifah Abbasiyah mereka berusaha sungguh-sungguh
menjalankan kebijaksanaan untuk kembali kepada ajaran
Sunni. Salah satu lembaga strategis yang dapat diandalkan
sebagai tempat pembelajaran dan penyebaran ajaran mazhab
Sunni adalah al-Azhar. Selain itu, masih banyak lagi
perkembangan-perkembangan yang diciptakan pada masa
Dinasti Ayyubiyah.
28
2. Keperwiraan Salahuddin Yusuf Al-Ayyubiyah
Mubarok Jaih (2004:344) Shalahudin al Ayyubi adalah
seorang muslim yang tahu akan agamanya dan kosekuen
dengannya Ia tahu hak tanah airnya kemudian
mempertahankannya. Ia tahu hak-hak saudaranya kaum
Muslimin kemudian menunaikan hak-hak tersebut dengan
sebaik-baiknya. Mubarok Jaih (2004:124) Shalahudin al
Ayyubi juga merupakan panglima perang Muslim yang
dihormati kawan dan dikagumi lawan karena akhlaknya dan
tindakannya yang tangguh tetapi tetap mengakui hak asasi
manusia dalam setiap peperangan yang dilakukannya.
Sayyid, Al-Wakil. (1998:110) Sikap keperwiraan Shalahudin
al Ayyubi lainnya yang baik dicontoh adalah :
1. Membela agama dan rakyat
2. Memadamkan pemberontakan
3. Menghadapi tentara salib
4. Mempertahankan agama dan negara
Beliau juga sosok yang memiliki toleransi tinggi
terhadap umat beragama, seperti contohnya:
29
1. Ketika beliau menguasai Iskandariyah, ia tetap
mengunjungi orang-orang kristen
2. Ketika perdamaian dengan tentara salib tercapai,
beliau masih mengizinkan orang-orang kristen
berziarah ke Baitul Maqdis.
Liku-liku hidup Salahuddin Al-Ayyubi penuh dengan
perjuangan dan peperangan, perang hanya dilakukannya
sebagai pembelaan dan pertahanan agama, baik secara
ajaran maupun politik. Ia sebenarnya lebih mengutamakan
perdamaian dari pada perang. Sayyid, Al-Wakil (1998:221)
Salauddin Al-Ayyubi mempunyai toleransi yang tinggi
terhadap agama lain, ketika menguasai Iskandariyah ia
mengunjungi orang-orang Kristen. Setelah perdamaian
tercapai dengan pasukan salib, ia mengijinkan mereka
berziarah ke Baitul maqdis. Salahuddin Al-Ayyubi meniti
karier dengan lancar sampai ke puncak prestasinya. Yatim
Badri (2003:256) Keberhasilannya sebagai tentara pejuang
pertama kali terlihat ketika ia pergi ke mesir
mendampingi pamannya “Asadudin Syirkuh” yang mendapat
30
tugas dari Nuruddin Zangi untuk membantu Dinasti
Fatimiyah mengembalikan kekuasaannya.
Perdana Menteri Syawar yang di kudeta Dirgam
menjanjikan imbalan sepertiga pajak tanah mesir. Dirgam
dapat dibunuh dan Syawar dapat kembali ke posisi semula
(560 H/1164 M).
Yatim Badri (2003:299) Tiga tahun kemudian,
Salahuddin Al-Ayyubi kembali menyertai pamannya ke Mesir.
Ketika Nuruddin Zangi mengirim Asaduddin Syirkuh ke Mesir
karena Syawar mengadakan perjanjian baru dengan Amauri,
yang dahulu pernah akan membantu Dirgam, akan
membahayakan posisi Nuruddin Zangi khususnya dan islam
pada umumnya. Walaupun telah tejadi peperangan yang
sengit antara kedua belah pihak, bahkan Salahuddin Yusuf
Al-Ayyubi yang telah menduduki Iskandariyah dikepung dari
darat dan laut oleh pasukan salib, akhirnya peperangan
itu berakhir dengan perjanjian perdamaian (agustus 1167),
yang isinya antara lain pertukaran tawanan perang.
Salahuddin kembali ke Suriah, amaury kembali ke
Jerussalem, dan Iskandariyah diserahkan ke Syawar.
31
Kunjungan salahuddin ketiga kalinya ke Mesir adalah
mengusir tentara Amaury yang berusaha menguasai Mesir
secara keseluruhan yang dapat membahayakan dunia Islam,
khususnya rakyat mesir yang banyak di bunuh, dan khalifah
Al-Adid (khalifah Fatimiyah yang terakhir). Amaury dapat
dikalahkan dan Mesir berhasil diselamatkan dari
cengkraman pasukan Salib. Syawar tidak senang kepada
Asaduddin syirkuh dan salahuddin al-ayyubi yang mendapat
sambutan khalifah dan masyarakat. Oleh karena itu, ia
berusaha membunuhnya. Namun, tentara syirkuh lebih jeli,
akhirnya syawar dapat di tangkap dan di bunuh atas
perintah khalifah.
Sebagai imbalan, khalifah mengangkat Asaduddin
syirkuh sebagai perdana menteri Mesir (564 H/1169 M). ini
untuk pertama kalinya keluarga Al-Ayyubi menjadi perdana
menteri. Asaduddin berkuasa hanya dua bulan, kemudian
khalifah mengangkat Salahuddin Al-Ayyubi sebagai perdana
menteri dengan gelar Al-Malik An-Nasr (25 Jumadil akhir
564/26 Maret 1169). Pada waktu ia berumur 32 tahun.
32
Sambutan atas jabatan barunya pertama kali datang
dari Nuruddin Zangi sendiri. ia di anggap sebagai
panglima tentara Suriah. Setelah menduduki jabatan
perdana menteri ia di perintahkan oleh Nuruddin Zangi
untuk menghilangkan nama Khalifah Al-Adid dari khotbah
jum’at, yang berarti berakhirnya masa kekuasaan Dinasti
Fatimiyah. Meskipun tampak enggan dan berat, akhirnya
melakukan juga tugas ini. Sebagi gantinya di sebut nama
Kahalifah Abbasiyah dan sejak itu bendera Abbasiyah mulai
berkibar kembali di tanah Mesir. Khalifah al-Mustadi
(566-576 H/1170-1180 M) kemudian memberinya gelar Al-
Mu’izz Amirul Mu’minin. Sebagai imbalannya pada tahun 570
H/1175 M, khalifah menyerahkan Mesir, An-naubah, Yaman,
Tripoli, Palestina, Suriah bagian tengah, dan Magreb
(Negara-negara Islam di afrika Utara) di bawah kekuasaan
Salahuddin Yusuf Al-ayyubi sehingga semakin berkuasa
untuk melaksanakan program-program keagamaan dan
politiknya. Dalam program keagamaan ia di anggap sebagai
pembaharu di mesir karena dapat mengembalikan Mazhab
Suni, membangun madrasah-madrasah yang menganut Mazhab
33
Syafi’I dan Mazhab Maliki, mengganti kaidah Syi’ah dengan
Sunni, mengganti pemerintahan yang korup dan memecat
pegawai yang bersekongkol dengan penjahat dan perampok.
Melihat kebesarannya, banyak orang yang iri,
misalnya dari Nuruddin Zangi sendiri setelah ia melepas
jubah kebesarannya dan menyerahkan kepada Salahuddin
Yusup Al-ayyubi. Ini disebabkan kedudukan Salahuddin
Yusuf Al-ayyubi melebihi kedudukannya sebagai gubernur.
Keirian dan kebenciannya semakin bertambah lagi ketika
Salahuddin tidak menepati janjinya untuk mengepung
Syaubak dan Karak yang di kuasai oleh pasukan Salib.
Karena jasa ayah Salahuddin al-ayyubi peperangan tidak
terjadi antara mereka. Walaupun demikian, salahuddin
tetap setia kepada Nuruddin Zangi, bahkan kesetiaannya
itu di teruskan kepada anaknya, Al-Malik As-Saleh
Isma’il.
Kepala rumah tangga Khalifah Al-Adid, Hajib juga
tidak senang kepada Salahuddin Al-ayyubi karena hak-
haknya berkurang. Ia bersekongkol dengan tentara yang
berasal dari Sudan dan An-Naubah untuk menggulingkan
34
Salahuddin Al-ayyubi. Demikian juga dengan para pengacau
yang berasal dari kaum Assasin yang di pimpin oleh Syekh
Sinan. Di lain pihak, partai Zangi (para pembela Al-Malik
As-saleh Isma’il) mengepung Salahuddin Yusuf Al-Ayubi.
Pemberontakan-pemberontakan tersebut dapat di selesaikan,
baik dengan jalan perdamaian maupun peperangan.
Kekuasaan Salahuddin yang semakin luas dan wibawanya
yang semakin besar ternyata menimbulkan kekhawatiran
orang-orang Kristen Franka, nenek moyang bangsa prancis
modern yang menduduki daerah-daerah Bizantium. Untuk itu
mereka meminta bantuan Prancis, Jerman, Inggris,
Bizantium, dan Paus dalam upaya menghancurkan dan
menguasai negaranya, khusunya Baitul Maqdis dan Negara-
negara lain yang dikuasai orang Islam.
Perang antara tentara Islam dan tentara Salib yang
sewaktu-waktu diselingi dengan perdamaian yang sering
dilanggar tentara Salib itu mengisi lembaran perjuangan.
Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi, pertama kali terjadi perang
dengan Amalric I, raja jerussalem. Perang selanjutnya
dengan Baldwin IV (putra Almaric I) dan dengan Raynald de
35
Chatilan (penguasa benteng Karak, sebelah timur laut
mati). Kemudian dengan Raja Baldwin V sehingga kota-kota
Tiberias, Nasirah, Samaria, Sidon, Beirut, Batrum, Akka,
Ramulah, Gaza, Hebron, Baitul Maqdis, Bat-lahn,
Busniayah, dan gunung zaitun jatuh ke tangannya pada
tahun 583 H/1187 M.
Setelah Baitul Maqdis dikuasai salahuddin Al-ayyubi,
Paus Gregori mengumandangkan perang Salib yang di sambut
oleh raja dan masyarakat eropa, khususnya kaum miskin.
Perang ini diteruskan oleh Clement III, pengganti
Gregory. Raja Philip II (raja prancis) dan Raja Richard I
(raja inggris) langsung memimpin pasukan, yang di dahului
Raja William dari Sicilia. Banyak para penguasa lain
terlihat dalam peperangan ini, seperti Raja Guy de
Lusignan, Pangeran Monferrat, dan Ratu Sybil.
Peperangan yang memakan waktu bertahun-tahun itu
akhirnya sampai pada perdamaian, walaupun hanya
sementara. Adik Raja Richard I dinikahkan dengan adik
Salahuddin al-ayyubi, “Al-Adil” selanjutnya menjadi
penguasa Baitul Maqdis. Orang nasrani bebas pergi
36
beribadah dengan syarat tidak membawa senjata, adapun
Raja Richard yang kejam dan telah membunuh 3000 tawanan
Muslim pulang ke negerinya.
Setelah peperangan berkahir, Salahuddin Yusuf Al-
ayyubi memindahkan pusat pemerintahannya ke Damaskus.
Tidak lama setelah itu, ia sakit selama 14 hari dan
akhirnya wafat dalam usia 57 tahun, setelah memerintah
selama 25 tahun. Ia tidak meninggalkan harta kekayaan
kecuali hanya beberapa dinar dan dirham. Bekas
kekuasaannya di bagikan kepada anak-anaknya dan
saudaranya.
Salahuddin selalu berhasil mengalahkan serbuan para
Crusader dari Eropa, kecuali satu hal yang tercatat ialah
Salahuddin sempat mundur dari peperangan Battle of
montgisard melawan Kingdon of Jerussalem (kerajaan
jerussalem selama perang salib). Mundurnya Salahuddin
tersebut mengakibatkan Raynald of Chatilan, pimpinan
perang The Holy Land Jerussalem, memprovokasi Muslim
dengan mengganggu perdagangan dan jalur laut merah yang
digunakan sebagai jalur jamaah haji ke mekkah dan
37
madinah.hal ini dilakukan Salahuddin demi kelancaran para
jamaah yang akan melakukan ibadah haji, bukan semata-mata
menyerang tanpa ada alasan.
Lebih buruk lagi Raynald mengancam menyerang dua
kota suci tersebut. Akhirnya, Salahuddin menyerang
kembali Kingdom of Jerussalem pada tahun 1187 pada perang
Battle of Hattin, sekaligus mengekseskusi Raynald dan
menangakap rajanya, Guy of Lusignan.
Akhirnya, seluruh Jerussalem kembali ke tangan
muslim dan Kingdom of Jeurussalem pun runtuh. Selain
Jerussalem, kota-kota lainnya pun ditaklukan. Kecuali
tyres/tyrus. Jatuhnya jerussalem ini menjadi pemicu Kristen Eropa
menggerakan Perang Salib ketiga atau Third Crusade.
Perang salib ke tiga ini menurunkan Richard I of
England ke medan perang di Battle of arsuf. Salahuddin
pun terpaksa mundur, dan untuk pertama kalinya Crusader
merasa bisa menjungkalkan invincibility Salahuddin. Dalam
kemiliteran, salahuddin di kagumi ketika Richhard cedera,
Salahudin menawarkan pengobatan saat peperangan, yang
38
ketika itu ilmu kedokteran kaum muslim sudah maju dan
dipercaya.
Pada tahun 1192, Salahuddin dan Richard sepakat
dalam perjanjian Ramla, Jerussalem tetap dikuasai Muslim
dan terbuka kepada para peziarah Kristen. Setahun
berikutnya salahuddin meninggal dunia di damaskus setelah
Raja Richard kemabli ke Inggris. Bahkan, ketika rakyat
membuka peti hartanya, ternyata ta mencukupi untuk biaya
pemakamannya, hartanya banyak dibagikan kepada mereka
yang mebutuhkannya.
Selain di kagumi Muslim, Salahuddin atau Saladin
mendapat reputasi besar di kaum Kristen Eropa, kisah
perang I dan kepemimpinannya banyak ditulis dalam
karya puisi dan sastra Eropa, salah satunya ialah
The Talisman (1825) karya Walter Scott untuk melihat
kisah perang salib yang bisa di lihat di film
“Kingdom of Heaven”
3. Ibrah Bagi Generasi Muslim Tentang Keperwiraan Salahuddin
Al-Ayyubi
Pada tahun 1145-1147, pecah perang Salib II, namun
perang besar-besaran terjadi pada perang Salib III, di
39
pihak Kristen dipimpin Philip Augustus dari prancis dan
Richard “Si hati Singa” dari Inggris, sementara kaum
muslimin dipimpin Salahuddin Al-Ayyubi. Pada tahun itu
kekhalifahan Islam terbagi dua, yaitu; dinasti Fatimiyah
di Ciro (bermazdhab Syi’ah) dan Dinasti Seljuk yang
berpusat di Turki (bermazdhab Sunni), kondisi ini membuat
Salahuddin prihatin, menurutnya, Islam harus bersatu
untuk melawan eropa-Kristen yang juga bahu membahu.
Pria keturunan Seljuk ini kebetulan mempunyai paman
yang menjadi petinggi Dinasti Fatimiyah. Melalui
serangkaian lobi, akhirnya Salahuddin Al-Ayyubi berhasil
menyatukan kedua kubu dengan damai. Salahuddin kini
dihadapkan pada perilaku kaum Muslimin yang tampak loyo
dan tak punya semangat jihad. Mereka dihinggapi penyakit
wahn (cinta dunia dan takut mati). Spirit perjuangan yang
pernah dimiliki tokoh-tokoh terdahulu tak lagi membekas
dihati. Salahuddin lantas menggagas sebuah festival yang
diberi nama “PERINGATAN MAULID NABI SAW”. Tujuannnya
untuk menumbuhkan dan membangkitkan spirit perjuangan. di
40
festival ini dikaji habis-habisan sirah nabawiyyah
(sejarah nabi) dan atsar (perkataan) sahabat, terutama
berkaitan dengan nilai-nilai jihad. Festival berlangsung
selama dua bulan berturut-turut dan hasilnya luar biasa.
Banyak pemuda Muslim mendaftar untuk berjihad membebaskan
palestina.
Kaum muslimin meraih kemenangan pada tahun 1187. Dua
pemimpin tentara perang Salib, Raynald dari Chatillon
(Prancis) dan raja Guy, dibawa kehadapan Salahuddin.
Raynald akhirnya dijatuhi hukuman mati terbukti memimpin
pembantaian yang sangat keji kepada orang-orang Islam.
Namun Raja Guy dibebaskan karena tidak melakukan
kekejamana yang serupa. Tiga bulan setelah peperangan
Hattin, pada hari yang tepat sama ketika Nabi Muhammad
saw diperjalankan dari mekkah ke jerussalem dalam Isra’
Mi’raj, Salahuddin memasuki Baitul Maqdis. Kawasan ini
akhirnya direbut kembali setelah 88 tahun berada dalam
cengkraman musuh.
Sejarawan Inggris, Karen Amstrong, menggambarkan
pada tanggal 2 Oktober 1187 itu, Salahuddin dan
41
tentaranya memsuki Baitul Maqdis sebagai penakluk yang
berpegang teguh pada ajaran Islam yang mulia.tidak ada
dendam untuk membalas pembantaian tahun 1099, seperti
anjuran Al-qur’an surat An Nahl 127 :”dan bersabarlah
(Muhammad) dan kesabaranmu itu semata-mata dengan
pertolongan Allah dan janganlah engkou bersedih hati
terhadap (kekapiran) mereka dan jangan (pula) bersempit
dada terhadap tipu daya yang mereka rencanakan”. “dan
perangilah mereka itu sampai tidak ada lagi fitnah, dan
agama hanya bagi Allah semata. Jika mereka berhenti, maka
tidak ada (lagi) permusuhan, kecuali terhadap orang-orang
zalim”. Qs. Al Baqarah: 193.
Salahuddin meminta agar semua orang Nasrani Latin
(Katolik) meninggalkan Baitul Maqdis. Sementara kalangan
Nasrani Ortodoks-bukan bagian dari tentara Salib
dibiarkan tinggal dan beribadah di kawasan itu. Kaum
Salib segera mendatangkan bala bantuan dari Eropa.
Datanglah pasukan besar dibawah komando Philip Augustus
dan Richard “si hati singa”
42
Pada tahun 1194, Richard yang di gambarkan sebagai
seorang pahlawan dalam sejarah Inggris, memerintahkan
untuk menghukum mati 3000 orang Islam yang kebanyakan
wanita dan anak-anak. Tragedi ini berlangsung di kastil
Acre. Meskipun orang islam menyaksikan kekejaman ini,
mereka tidak pernah memilih cara yang sama. ini,
Salahuddin secara sembunyi-sembunyi berusaha
mendatanginya. Ia mengendap-ngendap ke tenda Richard.
Begitu tiba, bukannya membunuh, malah dengan ilmu
kedokteran yang hebat, salahuddin mengobati Richard
hingga akhirnya sembuh.
Richard terkesan dengan kebesaran hati Salahuddin,
ia pun menawarkan damai dan berjanji akan menarik
mundur pasukan Kristen pulang ke Eropa. Merekapun
menanda tangani perjanjian damai (1197). Dalam
perjanjian itu Salahuddin membebaskan orang Kristen
untuk mengunjungi Palestina, asal mereka datang
dengan damai dan tidak membawa senjata. Selama
delapan abad berikutnya, palestina berada dibawah
kendali kaum Muslimin.
43
4. Tokoh Ilmuan Muslim Masa Dinasti Al-Ayyubiyah
Pada masa dinasti Ayyubiyah, Shalahuddin al Ayyubi
beserta keluarga dan pendiri-pendiri dinasti sangat
memperhatikan kelangsungan berbagai bidang termasuk
bidang pendidikan dan pengetahuan. As Syahyim (2003:69)
Sehingga bermunculan tokoh-tokoh ilmuwan yang sangat
berpengaruh pada perkembangan kebudayaan atau peradaban
Islam, mereka di antaranya adalah:
1. Abdul Latif al Bagdadi dan Al - Hufi, ahli ilmumantiq dan bayan (bahasa)
2. Syekh Abul Qasim al Manfalubi, ahli Fiqih3. Syamsudin Khalikan, ahli sejarah4. Abu Abdullah al Quda’i, ahli Fiqih, Hadits dan
Sejarah5. Abu Abdullah Muhammad bin Barakat, ahli nahwu6. Hasan bin Khatir al Farisi, ahli Fiqih dan Tafsir7. Maimoonides, ahli ilmu astronomi, ilmu ke-Tuhanan,
tabib, dan terutama sebagai ahli filsafat.8. Ibn al Baytar (1246 M), dokter hewan dan
medikal. Beberapa karyanya yang sampai saat ini masihterkenal di wilayah Eropa tentang buku ramuan obat Islam “Management Of The Drug Store”
9. Sejumlah penulis, sastarawan, dan ilmuwantermuka, seperti Abu Firas Al Hamadani dan Thayib alMutanabbi.
5. Perkembangan kebudayaan/ peradaban Islam pada masa
Dinasti Al Ayyubiyah
44
Beberapa kemajuan dan perkembangan kebudayaan/
peradaban pada masa Dinasti Ayyubiyah sabagaimana di
sebutkan Muhammad As Syahyim. (2003:176)
1. Kemajuan di Bidang MiliterPerjalanan pemerintahan Dinasti Ayyubiyah selama ±75tahun lebih banyak tercurah untuk membebaskanwilayah-wilayah Islam yang telah dicaplok olehtentara Salib (bangsa Eropa). Pembebasan wilayah-wilayah tersebut dapat berlangsung cepat dengankemenangan demi kemenangan melalui peperangan yangdipimpin langsung oleh Salahuddin al Ayyubi.Kemenangan ini tidak lepas dari kepiwaian Salahuddindalam menerapkan strategi perang dan kekuatanmiliternya. Kekuatan militer yang dimiliki oleh kaummuslimin pada saat itu sudah termasuk dalam kategorimaju.
Selama berkecamuknya perang Salib banyak terjadi
jatuh korban baik di pihak kaum muslimin atau pihak
tentara Salib. Korban yang berjatuhan dari pihakkaum
muslimin jumlahnya mencapai ratusan ribu, baik laki-laki
atau wanita, orang tua atau anak-anak. Korban tersebut
tidak hanya dari masyarakat sipil saja melainkan juga
dari pihak pemerintah yang berkuasa seperti gubernur,
amir dan panglima perang. Demikian juga dari pihak
tentara Salib (Inggris, Perancis, Jerman) banyak prajurit
dan panglima perangnya yang berguguran di medan perang.
45
Walaupun tentara Salib pada akhirnya menelan
kekalahan dalam perang tersebut, kerugian yang dialami
kaum muslimin jauh lebih besar. Hal ini disebabkan karena
perang Salib terjadi di wilayah Islam. Banyak bangunan
infrastruktur yang rusak seperti istana, masjid, sekolah
dan lainnya yang mempunyai nilai peradaban yang sangat
tinggi. Sebaliknya, walaupun tentara Salib menelan
kekalahan sebenarnya mereka mendapatkan hikmah yang
besar. Karena selama dua abad lamanya mereka di wilayah
kaum muslimin, mereka telah banyak mengenal peradaban dan
kebudayaan islam yang jauh lebih maju dari peradaban
bangsa Eropa saat itu. Pengalaman yang mereka peroleh
dari peradaban Islam telah mendorong terjadinya
kebangkitan bangsa-bangsa Eropa (Renaissance).
2. Bidang Pendidikan dan Dakwah
Muhammad As Syahyim. (2003:176) Selama perjalanan
pemerintahan Dinasti Ayyubiyah lebih banyak
dihabiskan untuk melakukan pembebasan wilayah Islam
dari perlawanan tentara Salib. Semangat jihad terus
dikobarkan oleh Salahuddin demi kehormatan umat
46
Islam. Namun semangat jihad ini tidak menjadi satu-
satunya media dakwah Islamiyah bagi Salahuddin al
Ayyubi.
Beliau dan para khalifah Ayyubiyah memberikan
perhatian yang besar terhadap bidang pendidikan. Semasa
ini banyak didirikan sekolah atau madrasah di tiap-tiap
kota. Bahkan alokasi anggaran untuk pendidikan tidak
kalah besar dengan anggaran militer. Selain mendirikan
bangunan sekolah juga memberikan biaya pendidikan bagi
siswa dan memberikan gaji yang besar bagi para
pengajarnya. Pengajaran yang diberikan di madrasah-
madrasah lebih banyak mengajarkan paham Sunni sehingga
sangat berbeda sekali dengan pengajaran yang diberikan
pemerintah Fathimiyah yang lebih banyak mengajarkan paham
Syi’ah.
Usaha-usaha lain yang dilakukan oleh khalifah
Ayyubiyah untuk memajukan pendidikan dan dakwah Sayyid
(1998:155) antara lain:
a. Membentuk Departemen PendidikanLembaga Darul Hikmah yang didirikan oleh khalifahDinasti Fathimiyah oleh Salahuddin al Ayyubi
47
dijadikan Departemen Pendidikan dan Penerjemahan.Departemen ini melakukan penerjemahan buku-bukuilmu pengetahuan dari bahasa asing ke bahasaArab, sehingga lebih mudah untuk dipelajari olehumat Islam. Sehingga khazanah pengetahuan umatIslam lebih kaya.
b. Mereformasi Pengajaran di al AzharKeberadaan masjid al Azhar yang didirikan padatahun 970 M oleh khalifah Fathimiyah, Mu’izLidinillah mempunyai peran yang sangat pentingdalam perkembangan pendidikan dan dakwah Islam,baik pada masa pemerintahan Fathimiyuah atau padapemerintahan Ayyubiyah. Keberadaan al Azhar bukansekedar sebagai tempat Ibadah shalat sajamelainkan juga banyak digunakan untuk kajiankeilmuan (majlis ta’lim) sehingga pada akhirnyaberkembang menjadi sebuah Universitas.
Pada masa kekhalifahan Salahuddin al Ayyubi, seiring
dengan penyebaran paham Sunni yang dianut oleh Dinasti
Ayyubiyah, visi dan misi pendidikan di al Azhar banyak
mengajarkan ilmu-ilmu agama yang bercorak paham Sunni,
padahal pada masa pemerintahan Fathimiyah pengajaran di
al Azhar bercorak paham Syi’ah. Namun disamping
mengajarkan ilmu-ilmu agama pada masa ini juga mulai
diajarkan ilmu-ilmu yang lain, seperti fisika, kimia,
astronomi, biologi dan ilmu hitung.
48
Dengan berkembangnya al Azhar maka mulai berdatangan
murid-murid dari luar negeri yang belajar di sana. Bahkan
tenaga pengajarnya jua didatangkan dari luar negeri Yatim
(2007:100), seperti misalnya:
1) Abdul Latif al Baghdadi, seorang ahli ilmu Mantiqdan ilmu Bayan
2) Abu Abdullah al Qudha’I, ulama ahli Fikih,Hadits dan Sejarah
3) Al Hufi, seorang ahli bahasa4) Abu Abdullah Muhammad bin Barakat, seorang ahli
Nahwu5) Hasan bin Khatir, seorang ahli Fiqih Madzhab
Hanafi dan ahli ilmu tafsir
c. Membangun Lembaga Pendidikan Sayyid (1998:155)Pada masa pemerintahan Ayyubiyah hampir di setiapkota berdiri lembaga-lembaga pendidikan Islam(madrasah) dan lembaga pendidikan tinggi. Pusat-pusat ilmu pengetahuan tersebut dapat ditemukandi kota Kairo, Damaskus, Hadramaut (Yaman) danPalestina. Lembaga pendidikan Islam yangdidirikan diantaranya Madrasah As Shauhiyyah(tahun 1239 M) sebagai pusat pengajaran hukumempat madzhab dan Darul Hadits Al Kamilah (tahun1222 M) sebagai pusat pengajaran hadits dan ilmuhadits. Sedangkan Lembaga Pendidikan Tinggi yangdidirikan Tamim Ansary, (2010:147) diantaranya :1). Kulliyat Manazilul Izza, 2). KulliyatArsufiyah, 3). Kulliyat Fadiliyah, 4). KulliyatAzkasyiyah, 5). Kulliyat ‘Asyuriyah. Madrasah-madrasah yang didirikan oleh pemerintah DinastiAyyubiyah rata-rata beraliran madzhab Syafi’iyyahdan Malikiyyah.
49
3. Bidang Perdagangan dan Industri
Muhammad As Syahyim. (2003:176)Hubungan perdagangan
antara negeri Syam dan Mesir yang sudah lama
terjalin membawa dampak yang cukup baik terhadap
kehidupan sosial masyarakat setempat. Keadaan yang
demikian ini tentu sangat positif untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan taraf hidup
masyarakat yang lebih baik. Mesir sebagai daerah
penghasil barang-barang tenun, karpet, kulit dan
kayu banyak didatangi oleh pedagang dari Syam,
sebaliknya Syam sebagai daerah penghasil kurma,
buah-buahan, sutera dan berbagai macam barang
keramik juga banyak didatangi pedagang dari Mesir.
Sehingga terjadilah aktifitas ekspor impor barang-
barang perdagangan antara kedua negeri tersebut.
Namun Yatim, Badri. 2003:221.) hubungan perdangan
antara kedua negeri ini kadang terkendala dengan maraknya
aksi perampokan terhadap para kafilah dagang oleh para
peraompak, sehingga aksi perampokan membawa kerugian yang
tidak kecil bagi para kafilah dagang karena barang-
50
barangnya dirampas. Setelah pemerintah Ayyubiyah dapat
menguasai karnak dan sekitarnya berangsur-angsur aksi
perampokan semakin berkurang. Para kafilahpun dapat
melakukan perjalanan dengan nyaman dan aman tanpa
gangguan para perompak (tentara salib). Bahkan setelah
ini hubungan perdagangan semakin berkembang sampai ke
beberapa daerah Eropa.
Dengan meningkatnya kebutuhan barang, maka semakin
banyak tumbuh industri perdangan baik skala rumah tangga
atau industri besar seperti industri sabun, tenun,
penyulingan zaitun, penyamakan kulit, minyak wangi dll.
Beberapa kota yang terkenal sebagai kawasan industri
diantaranya Mubarok, Jaih. (2004:221) Akhmim di Shaid,
Dimyath di Wajhil Bahri dan Bahnisa.
4. Bidang Sosial Budaya
Muhammad As Syahyim. (2003:176)Perang Salib tidak
selamanya memiliki nuansa buruk bagi bangsa Eropa.
Sebenarnya selama berlangsungnya perang Salib lebih
kurang dua abad lamanya, disitu terjadi proses
interaksi budaya antara bangsa Barat dan bangsa
51
Timur Bangsa Barat lebih banyak mempelajari
kebudayaan bangsa Timur yang saat itu lebih maju.
5. Bidang Politik
Pada masa sebelum Salahuddin berkuasa kondisi umat
Islam terpecah belah. Ketika itu banyak terjadi
persaingan kerajaan-kerajaan kecil dan permusuhan
antara Madzhab. Semangat jihad dikalangan masyarakat
juga sangat rendah. Namun Muhammad As Syahyim.
(2003:176)) berkat kepemimpinan seorang Salahuddin
keadaan masyarakat Islam bisa bersatu dalam satu
barisan. Ia berhasil mempersatukan wilayah Islam
mulai Mesir utara sampai Yaman, mulai Afrika Utara,
mulai dari Afrika Utara sampai Asia kecil (Muhammad
As Syahyim. (2003:177). Selain itu Salahuddin juga
membuat beberapa kebijakan dalam membangun
pemerintahan (Muhammad As Syahyim. (2003:176),
diantaranya:
1. Mengganti pegawai pemerintahan yang korup
2. Memecat pegawai yang bersekongkol dengan penjahat
6. Kemajuan di Bidang Kesehatan
52
Disamping mendirikan Madrasah, Muhammad As Syahyim.
(2003:178) Salahuddin juga mendirikan 2 (Dua) buah
rumah sakit di Kairo Bangunan rumah sakit itu
dirancang mengikuti model Rumah Sakit Nuriyah di
Damaskus. Sebelumnya, Ibnu Thulun dan Khalifah Kafur
dari masa pemerintahan Iksidiyah telah mendirikan
lembaga yang sama yang berfungsi sebagai tempat
pelayanan kesehatan masyarakat yang memungut biaya.
7. Kemajuan di Bidang Arsitektur
Muhammad As Syahyim. (2003:178) Salah satu
peninggalan yang menunjukkan kemajuan Arsitektur
pada masa Dinasti Ayyubiyah adalah Benteng Kairo
yang dibangun pada tahun 1183 oleh Salahuddin Al
Ayyubi. Bahan bangunan yang digunakan adalah batu-
batu alam yang berbentuk balok, serupa dengan batu
balok yang dipakai bangunan Piramida. Konstruksi
benteng ini mirip dengan pertahanan benteng-benteng
Normandia yang terdapat di Palestina.
53
6. Faktor-Faktor Berkembangnya Kebudayaan/ Peradaban Islam
Pada Masa Dinasti Al Ayyubiyah
Dalam sejarah perkembangan kemajuan Dinasti Al
Ayyubiyah terdapat titik-titk perhatian pemerintahan
yang sangat menarik perhatian, pada titik-titik perhatian
ini yang membuata peningkatan perkembangan peradaban
Sayyid, Al-Wakil. (1998:232) yaitu :
a. Adanya perhatian para khalifah terhadap kemajuanilmu pengetahuan dan kebudayaan. Bentuk perhatianSalahuddin Al Ayyubi terhadap ilmu pengetahuanmisalnya :1) Ia menjadi pelindung para sarjana dan ilmuwan
serta penyokong kajian ilmu kalam.2) Untuk mengganti paham Syi’ah dengan paham Suni,
Salahuddin melakukannya melalui pendidikan.3) Dibangunnnya sekolah, madrasah dan akademi.
b. Tercapainya kemajuan pada masa Dinasti Al-Ayyubiyahdilatar belakangi dengan munculnya perguruan tinggiAl-Azhar yang dibangun oleh panglima perang IslamJauhar Al-Saqali pada masa Dinasti Fatimiyah padatahun 972 M.
c. Lembaga ini dijadikan pusat kajian ilmu pengetahuanpada waktu itu dan hingga sekarang menjadi salahsatu pusat Study Islam di Timur Tengah.
7. Runtuhnya Dinasti Al-Ayyubiyah
Runtuhnya Dinasti Ayyubiyah dimulai pada masa
pemerintahan Sultan As-Salih. Setelah As-Salih meniggal
pada tahun 1249 M, kaum Mamluk mengangkati estri As-
54
Salih, Syajaratud Durr sebagai Sultanah. Dengan demikian,
berakhirlah kekuasaan Dinasti Ayyubiah di Mesir. Meskipun
demikian dinasti Ayyubiyah masih berkuasa di Suriah. Pada
tahun 1260 M. tentara Mongol hendak menyerbu Mesir.
Komando tentara Islam dipegang oleh Qutuz, panglima
perang Mamluk. Dalam pertempuran di Ain Jalut, Qutuz
berhasil mengalahkan tentara Mongol dengan gemilang.
Selanjutnya, Qutuz mengambil alih Kekuasaan Dinasti
Ayyubiyah. Sejak itu, berakhirlah kekuasaan Dinasti
Ayyubiyah.
4. METODE PENELITIAN
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang diajukan, maka
penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif yaitu
“suatu penelitian yang berusaha menggambarkan peristiwa-
peristiwa dan kejadian serta gejala (fenomena) yang ada”.
Hal ini sesuai dengan pendapat Azwar (2007:7) mengatakan
bahwa“ Penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan
secara sistematis dan akurat fakta dan karakteristik
55
mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu.
Penelitian ini berusaha menggambarkan situasi atau
kejadian. Data yang dikumpulkan semata-mata bersifat
deskriptif sehingga tidak bermaksud mencari penjelasan,
mengenai hipotesis, membuat prediksi, maupun penjelasan
implikasi.
2. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
3. Analisis Pengolahan Data
2.1. Reduksi Data
Reduksi Data dalam analisis data penelitian
kualitatif diskriptif, menurut Mil Miles & Huberman
(1992:16) sebagaimana ditulis Malik diartikan sebagai
proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabsahan, dan transformasi data
“kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di
lapangan. Reduksi data berlangsung terus-menerus selama
proyek yang berorientasi penelitian kualitatif.
Antisipasi akan adanya reduksi data sudah tampak
waktu penelitiannya memutuskan (acap kali tanpa disadari
56
sepenuhnya) kerangka konseptual wilayah penelitian,
permasalahan penelitian, dan pendekatan pengumpulan data
mana yang dipilihnya. Selama pengumpulan data
berlangsung, terjadilan tahapan reduksi selanjutnya
(membuat ringkasan, mengkode, menelusur tema, membuat
gugus-gugus, membuat partisi, membuat memo). Reduksi
data/transformasi ini berlanjut terus sesudah penelian
lapangan, sampai laporan akhr lengkap tersusun.
Reduksi data merupakan bagian dari analisis. Reduksi
data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu,
dan mengorganisir data dengan cara sedemikian rupa hingga
kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan
diverifikasi.
Dengan “reduksi data” peneliti tidak perlu
mengartikannya sebagai kuantifikasi. Data kualitatif
dapat disederhanakan dan transformasikan dalam aneka
macam cara, yakni : melalui seleksi yang ketat, melalui
ringkasan atau uraian singkat, menggolongkannya dalam
satu pola yang lebih luas, dsb. Kadangkala dapat juga
57
mengubah data ke dalam angka-angka atau peringkat-
peringkat, tetapi tindakan ini tidak selalu bijaksana.
Proses analisis data mestinya dimulai dengan
menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber.
Setelah dikaji, langkah berikutnya adalah membuat
rangkuman untuk setiap kontak atau pertemuan dengan
inforrman. Dalam merangkum data biasanya ada satu unsur
yang tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan tersebut.
Kegiatan yang tidak dapat dipisahkan ini disebut membuat
abstraksi, yaitu membuat ringkasan yang inti, proses, dan
persyaratan yang berasal dari responden tetap dijaga.
Dari rangkuman yang dibuat ini kemudian peneliti
melakukan reduksi data yang kegiatannya mencakup unsur-
unsur spesifik termasuk :
1). Proses pemilihan data atas dasar tingkat
relevansi dan kaitannya dengan setiap kelompok
data,
2). Menyusun data dalam satuan-satuan sejenis.
Pengelompokkan data dalam satuan yang sejenis ini
58
juga dapat diekuivalenkan sebagai kegiatan
kategorisasi/variable,
3). Membuat koding data sesuai dengan kisi-kisi
kerja penelitian.
Kegiatan lain yang masih termasuk dalam mereduksi
data yaitu kegiatan memfokuskan, menyederhanakan dan
mentransfer dari data kasar ke catatan lapangan. Dalam
penelitian kualitatif-naturalistik, ini merupakan
kegiatan kontinyu dan oleh karena itu peneliti perlu
sering memeriksa dengan cermat hasil catatan yang
diperoleh dari setiap terjadi kontak antara peneliti
dengan informan.
2.2. Analisis Data
Adapun teknik analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tehnik analisis secara diskriptif
kuantitatif yang didasarkan pada analisis kuantitatif.
Setelah data terkumpul langkah selanjutnya data yang
diperoleh disusun berdasarkan jenis data kuantitatif,
59
alat analisis yang digunakan meliputi diskriptif
kuantitatif (pemaparan dan penjelasan)
Adapun langkah–langkah pengumpulan dan analisi data
sebagai berikut;
1. Melakukan Wawancara dengan pakar sejarah.
2. Menelaah kajian dari buku sumber data yang terdapat
pada Pustaka Universitas Serambi Mekkah, Pustaka
Wilayah Aceh, Universitas Islam Ar-Raniry.
3. Mereduksi data yang telah terkumpul.
4. Melakukan Analisis data kedalam bentuk narasi yang
menggambarkan keterangan dan fenomenal.