dinasti ayyubiyah

59
1. Judul : PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA DINASTI AL- AYYUBIYAH PADA TAHUN (567-648 H / 1171-1250 M) 2. Latar Belakang Masalah Dinasti Al-Ayyubiyah merupakan Dinasti setelah dinasti Fathimiyyah yang bermadzhab Sunni dengan sultan pertama Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi, seorang suku kurdi dari Azerbaijan yang melakukan migrasi ke irak. Ayahnya adalah Najmuddin Bin Ayyub seorang gubernur tikrit yang pindah ke mushol kemudian ke damaskus. Najmuddin dan saudaranya Asadudin Syirkuh menjadi panglima Mahmud Zanki, penguasa saljuk, di suriah pada saat itu. Telah disebutkan diatas bahwa penguasa yang terakhir dari dinasti Fathimiyyah adalah Al-Adhid yang menggantikan khalifah yang sebelumnya. Pada saat Al-Adhid menjadi khalifah terjadi peristiwa yang sangat kejam yaitu ketika Al-Qais menjadi wazir pada saat itu Ibnu raziq, Al-Adhid melakukan pembunuhan terhadap Ibnu Raziq dan tidak lama kemudian Sawar berhasil mengantikan wazir yang baru. Akan kejadian ini dapat menimbulkan kecemburuan dari pihak lain, pada saat itu Dhirgam juga 1

Transcript of dinasti ayyubiyah

1. Judul : PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA DINASTI AL-

AYYUBIYAH PADA TAHUN (567-648 H / 1171-1250 M)

2. Latar Belakang Masalah

Dinasti Al-Ayyubiyah merupakan Dinasti setelah

dinasti Fathimiyyah  yang  bermadzhab Sunni dengan sultan

pertama  Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi, seorang suku kurdi

dari Azerbaijan yang melakukan migrasi  ke irak. Ayahnya

adalah Najmuddin Bin Ayyub seorang gubernur tikrit yang

pindah ke mushol kemudian ke damaskus. Najmuddin dan

saudaranya Asadudin Syirkuh menjadi panglima Mahmud

Zanki, penguasa saljuk, di suriah  pada saat itu.

Telah disebutkan diatas bahwa penguasa yang terakhir

dari dinasti Fathimiyyah adalah Al-Adhid yang

menggantikan khalifah yang sebelumnya. Pada saat Al-Adhid

menjadi khalifah terjadi peristiwa yang sangat kejam

yaitu ketika Al-Qais menjadi wazir pada saat itu Ibnu

raziq, Al-Adhid melakukan pembunuhan terhadap Ibnu Raziq

dan tidak lama kemudian Sawar berhasil mengantikan wazir

yang baru. Akan kejadian ini dapat menimbulkan

kecemburuan dari pihak lain, pada saat itu Dhirgam juga

1

2

mengincar kedudukan wazir juga, dengan penuh strateginya

Dhirgam berhasil mengalahkan Sawar sehingga Sawar

terpaksa melarikan diri ke Suriah.

Untuk merebut kedudukan kembali Sawar mengadakan

kerja sama dengan Mahmud Zanki, dengan perjanjian akan

memberikan upeti dan bagi hasil atas kesuksesan dalam

berusahanya, Zanki mengutus panglimanya yang bernama

Asadudin Syirkuh, kemudian Syirkuh dapat mengalahkan

Dhirgam dan berhasil mengembalikan kedudukan Sawar

sebagai wazir. Akan tetapi Sawar mengkhianati janjinya.

Sawar adalah seorang politikus yang licik untuk

mengsiasati, pengkhianatannya ia bekerja sama dengan

Armelic I penguasa tentara salib di Palestina untuk

mengusir Syirkuh dari mesir, dan Syirkuh berhasil di

kembalikan  kenegeri asalnya. Sawar tunduk pada kekuasaan

Armelic I dan Sawar tidak berbuat apa-apa, kekuasaan

mesir dikuasaai oleh  Armelic I.

Atas pengkhianatan Sawar Zanki sangat marah besar ia

berkeinginan untuk merebut Mesir dan menggulingkan

jabatan Sawar. Zanki mengirim panglima perangnya yaitu

3

Syirkuh dan keponakannya ShalehuddinYusuf Al-Ayyubi.

Disnilah terjadi peperangan orang Ilsam dengan tentara

Kristen yang disebut Perang Salib, dan peperangan

dimenangkan oleh pihak Islam. Akhirnya Sawar melarikan

diri dan Syirkuh menjadi wazir Mesir tidak lama kemudian

yaitu selama 2 bulan Al-Ayyubi menggantikan kedudukan

pamannya. Ia sebagai wazir mesir telah menghapus nama Al-

Adhid dari kekuasaan karena pemerintahan ditangani oleh

wazir dengan begitulah Dinasti Al-Ayyubi berdiri.

Karakteristik kepemimpinan Al-Alyyubiyah berbeda

dengan dinasti sebelumnya, yaitu keterbukaan terhadap

budaya asing dan persamaan seluruh warga negara serta

sikap para khalifat yang begitu menjunjung tinggi ilmu

pengetahuan, sehingga pada awal periodenya dinasti ini

telah mengalami masa kejayaan. Didalam penelitian ini

akan dipaparkan lebih lanjut masa keemasan Dinasti Al-

Ayyubiyah, faktor-faktor yang mendukungnya, Munculnya

kepemimpinan wilayah lain dibawah Dinasti Al-Ayyubiyah

serta munculnya tokoh-tokoh Intelektual muslim pada masa

itu.

4

Dari penjelasan uraian diatas permasalahan yang

dapat ditarik dalam penulisan ini untuk sebuah penelitian

dengan judul “PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA DINASTI AL-

AYYUBIYAH PADA TAHUN (567-648 H / 1171-1250 M).”

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka

yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah :

1. Bagaimanakah perkembangan Islam pada masa Dinasti Al-

Ayyubiyah?

2. Bagaimanakah keberhasilan Dinasti Al-Ayyubiyah dalam

mengantikan Faham Syiah dengan Faham Sunni di Mesir?

4. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini

adalah :

1. Untuk mengetahui perkembangan Islam pada masa

Dinasti Al-Ayyubiyah.

5

2. Untuk mengetahui keberhasilan keberhasilan

Dinasti Al-Ayyubiyah dalam menggantikan Faham

Syiah dengan Faham Sunni di Mesir.

5. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

informasi yang dapat bermanfaat sebagai masukan bagi

berbagai pihak yang membutuhkan, antara lain adalah

sebagai berikut:

1. Perpustakaan.

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan

pertimbangan atau masukan informasi untuk

a. Mengetahui mengetahui sejarah perkembangan

peradaban dan kemajuan Dinasti Al-Ayyubiah yana

akuarat melalui penelitian sejarah Dinati

Ayyubiah.

b. Mengetahui dengan akurat perjuangan Salahuddin

Al-Ayyubi dalam mendirikan Dinasnya.

2. Pihak lain

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sebuah karya

6

yang mampu memperkaya ilmu pengetahuan dan menjadi

referensi serta bahan masukan untuk menambah

wawasan bagi pihak lain yang berkepentingan.

3. LANDASAN TEORITIS

1. Pembentukan dan Perkembangan Islam pada Masa Dinasti

Al-Ayyubiyah

1.1 Perkembangan Islam Di Timur Tengah

1.2 Berdirinya Dinasti Ayyubiyah

Bani Ayyubiyah merupakan keturunan Ayyub suku Kurdi.

Pendiri dinasti ini adalah Salahuddin Yusuf al-Ayyubi

putra dari Najamuddin bin Ayyub. Pada masa Nuruddin Zanki

(Gubernur Suriah dari bani Abbasiyah), Salahuddin

diangkat sebagai kepala garnisum di Balbek.

Kehidupan Salahuddin Yusuf al-Ayyubi penuh dengan

perjuangan dan peperangan. Semua itu dilakukan dalam

rangka menunaikan tugas negara untuk memadamkan sebuah

pemberontakan dan juga dalam menghadapi tentara salib

Lapidus (1999:118).

7

Perang yang dilakukannya dalam rangka untuk

mempertahankan dan membela agama. Selain itu Salahuddin

Yusuf al-Ayyubi juga seorang yang memiliki toleransi yang

tinggi terhadap umat agama lain, Lapidus dkk (1999:221)

hal ini terbukti:

a. Ketika beliau menguasai Iskandariyah ia tetap

mengunjungi orang-orang Kristen

b. Ketika perdamaian tercapai dengan tentara salib, ia

mengijinkan orang-orang kristen berziarah ke Baitul

Makdis.

Keberhasilan beliau sebagai tentara mulai terlihat ketika

ia mendampingi pamannya Asaduddin Syirkuh yang mendapat

tugas dari Nuruddin Zanki untuk membantu Bani Fatimiyah

di Mesir yang perdana menterinya diserang oleh Dirgam.

Salahuddin Yusuf al-Ayyubi berhasil mengalahkan Dirgam,

sehingga beliau dan pamannya mendapat hadiah dari Perdana

Menteri berupa sepertiga pajak tanah Mesir, akhirnya

Perdana Menteri Syawar berhasil menduduki kembali

jabatannya pada tahun 1164 M. Mukti (2008:98).

8

Tiga tahun kemudian, Salahuddin Yusuf al-Ayyubi

kembali menyertai pamannya ke Mesir. Hal ini dilakukan

karena Perdana Menteri Syawar bersekutu/ bekerjasama

dengan Amauri yaitu seorang panglima perang tentara salib

yang dulu pernah membantu Dirgam Mukti (2008:112). Maka

terjadilah peperangan yang sangat sengit antara pasukan

Salahuddin dan pasukan Syawar yang dibantu oleh Amauri.

Dalam peperangan tersebut pasukan Salahuddin berhasil

menduduki Iskandariyah, tetapi ia dikepunt dari darat dan

laut oleh tentara salib yang dipimpin oleh Amauri.

Akhirnya peperangan ini berakhir dengan perjanjian damai

pada bulah Agustus 1167 M, yang isinya adalah sebagai

berikut:

a. Pertukaran tawanan perang

b. Salahuddin Yusuf al-Ayyubi harus kembali ke Suriah

c. Amauri harus kembali ke Yerusalem

d. Kota Iskandariyah diserahkan kembali kepada Syawar.

Sebagai mana dijelaskan dalam Textbook Sejarah dan

Kebudayaan Islam, (1981:183) Pada tahun 1169 tentara

salib yang dipimpin oleh Amauri melanggar perjanjian

9

damai yang disepakati dahulu yaitu Dia menyerang Mesir

dan bermaksud untuk menguasainya. Hal itu tentu saja

sangat membahayakan keadaan umat Islam di Mesir, karena:

a. Mereka banyak membunuh rakyat di Mesir

b. Mereka berusaha menurunkan Khalifah al-Adid dari

jabatannya

Khalifah al-Addid mengangkat Asaduddin Syirkuh sebagai

Perdana Menteri Mesir pada tahun 1169 M. ini merupakan

pertama kalinya keluarga al-Ayyubi menjadi Perdana

Menteri, tetapi sayang beliau menjadi Perdana Menteri

hanya dua bulan karena meninggal dunia. Khalifal al-Adid

akhirnya mengangkat Salahuddin Yusuf al-Ayyubi menjadi

Perdana Menteri menggantikan pamannya Asaduddin Syirkuh

dalam usia 32 tahun. Sebagai Perdana Menteri beliau

mendapati gelah al-Malik an-Nasir artinya penguasa yang

bijaksana sejalan dengan yang gambarkan Bosworth,

(1980:199) .

Setelah Khalifah al-Adid (Khalifah Dinasti Fatimah)

yang terakhir wafat pada tahun 1171 M, Salahuddin Yusuf

al-Ayyubi berkuasa penyh untuk menjalankan peran

10

keagamaan dan politik. Maka sejak saat itulah Dinasti

Ayyubiyah mulai berkuasa hingga sekitar 75 tahun lamanya.

1.3 Penguasa Dinasti Ayyubiyah

Bosworth, (1980:143) menjelakan selama lebih kurang

75 tahun dinasti Al-Ayyubiyah berkuasa, terdapat 9 orang

penguasa yakni sebagai berikut :

1. Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi (1171-1193 M)2. Malik Al-Aziz Imaduddin (1193-1198 M)3. Malik Al-Mansur Nasiruddin (1198-1200 M)4. Malik Al-Adil Saifuddin, pemerintahan I (1200-

1218 M)5. Malik Al-Kamil Muhammad (1218-1238 M)6. Malik Al-Adil Sifuddin, pemerintahan II (1238-

1240 M)7. Malik As-Saleh Najmuddin (1240-1249 M)8. Malik Al-Mu’azzam Turansyah (1249-1250 M)9. Malik Al-Asyraf Muzaffaruddin (1250-1252 M)

Dalam uraian berikut akan dibahas mengenai penguasa-

penguasa yang menonjol, yaitu:

1. Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi (1171-1193 M)

2. Malik Al-Adil Saifuddin, pemerintahan I (1200-

1218 M)

3. Malik Al-Kamil Muhammad (1218-1238 M)

11

Penguasa tersebut masing-masing memiliki kisah sejarah

panjang dalam meletakkan kekuasaandan membangun perubahan

dan kemajuan sebagaimana dalam kajian Bosworth,

(1980:156) sebagai berikut :

1. Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi (1171-1193 M)

Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi tidak hanya dikenal

sebagai seorang panglima perang yang gagah berani dan

ditakuti, akan tetapi lebih dari itu, beliau adalah

seorang yang sangat memperhatikan kemajuan pendidikan.

Salah satu karya monumental yang disumbangkannya selama

beliau menjabat sebagai sultan adalah bangunan sebuah

benteng pertahanan yang diberi nama Qal’atul Jabal yang

dibangun di Kairo pada tahun 1183 M.

Selain itu beliau juga merupakan salah seorang

Sultan dari dinasti Ayyubiyah yang memiliki kemampuan

memimpin. Hal ini diketahui dari cara Salahuddin Yusuf

Al-Ayyubi dalam mengangkat para pembantunya (Wazir) yang

terdiri dari orang-orang cerdas dan terdidik. Mereka

antara lain seperti Al-Qadhi Al-Fadhil dan Al-Katib Al-

Isfahani. Sementara itu sekretaris pribadinya bernama

12

Bahruddin bin Syadad, yang kemudian dikenal sebagai

penulis Biografinya.

Mubarok, (2004:102) menerangkan Salahuddin Yusuf Al-

Ayyubi tidak membuat suatu kekuasaan yang terpusat di

Mesir. Beliau justru membagi wilayak kekuasaannya kepada

saudara-saudara dan keturunannya. Hal ini mengakibatkan

munculnya beberapa cabang dinasti Ayyubiyah berikut ini:

a. Kesultanan Ayyubiyah di Mesirb. Kesultanan Ayyubiyah di Damaskusc. Keamiran Ayyubiyah di Aleppod. Kesultanan Ayyubiyah di Hamahe. Kesultanan Ayyubiyah di Homsf. Kesultanan Ayyubiyah di Mayyafaiqing. Kesultanan Ayyubiyah di Sinjarh. Kesultanan Ayyubiyah di Hisn Kayfai. Kesultanan Ayyubiyah di Yamanj. Keamiran Ayyubiyah di Kerak

Salahuddin Yusuf al-Ayyubi dianggap sebagai

pembaharu di Mesir karena dapat mengembalikan mazhab

sunni. Melihat keberhasilannya itu Khlaifah al-Mustadi

dari Bani Abbasiyah memberi gelar kepadanya al-Mu’izz li

Amiiril mu’miniin (penguasa yang mulia). Khalifah al-

Mustadi juga memberikan Mesir, an-Naubah, Yaman, Tripoli,

Suriah dan Maghrib sebagai wilayah kekuasaan Salahuddin

Yusuf al-Ayyubi pada tahun 1175 M. sejak saat itulah

13

Salahuddin dianggap sebagai Sultanul Islam Wal Muslimiin

(Pemimpin umat ilam dan kaum muslimin).

Mubarok, (2004:182) menjelaskan Di antara orang-

orang yang iri dan melakukan pemberontakan terhadap

Salahuddi Yusuf al-Ayyubi adalah sebagai berikut:

a. Pemberontakan yang dilakukan Nuruddin Zanki, iamemberontak karena kebesaran namanya tersaingi olehSalahuddin Yusuf al-Ayyubi

b. Pemberontakan yang dilakukan Hijab (Kepala rumahtangga Khalifah al-Adid), ia memberontak karenamerasa hak-haknya banyak dikurangi.

c. Pemberontakan yang dilakukan oleh kaum Asassin yangdipimpin oleh Syakh Sinan karena merasa tersaingi.

d. Pemberontakan yang dilakukan Zanki, kelompok inimerupakan permbela Al-Malik as-Salih yangbersekongkol dengan al-Gazi (penguasa Mosul danpaman Malik as-Salih Ismail) yang beusahamenjatuhkan Salahuddin Yusuf al-Ayyubi karena merasatersaingi.

Sejalan dengan gambaran dalam buku Sayyid Al-Wakil,

(1998:321) Perang melawan tentara salib yang pertama

adalah melawan Amalric 1, taja Yerusalem, yang kedua

melawan Baldwin IV (putra Amalric 1), yang ketiga melawan

Raynald de Chatillon (penguasa benteng Karak di sebelah

tidur laut mati), yang keempat melawan Raja Baldwin V

sehingga kota-kota seperti Teberias, Nasirah, Samaria,

14

Suweida, Beirut, Batrun, Akra, Ramalah, Gaza Hebron dan

Baitul Maqdis berhasil dikuasai oleh Salahuddin Yusuf al-

Ayyubi.

Selanjutnya Sayyid, (1998:314) menerangkan Selain

Clement III, para penguasa Eropa yang membantu dalam

perang melawan Salahuddin Yusuf al-Ayyubi adalah:

a. Philip II, Raja Prancis

b. Rivhard I, The Lion Heart (Hati Singa), Raja

Inggris

c. William, raja Sisilia

d. Frederick Barbafossa, Kaisar Jerman

Setelah perang melawan tentara salib selesai, Salahuddin

Yusuf al-Ayyubi memindahkan pusat pemerintahannya dari

Mesir ke Damaskus, dan dia meninggal di sana pada tahun

1193 M dalam usia 57 tahun.

2. Malik Al-Adil Saifuddin, pemerintahan I (1200-1218 M)

Dalam karangan Muhammad Syahyim, (2003:186) Sering

dipanggil Al-Adil nama lengkapnya adalah al-Malik al-Adil

saifuddin Abu Bakar bin Ayyub. Dari nama Sifuddin inilah

tentara salib memberi julukan Saphadin. Beliau putra

15

Najmuddin Ayyub yang merupakan saudara muda Salahuddin

Yusuf al-Ayyubi.

Setelah kematian Salahuddin, Ia menghadapi

pemberontakan dari Izzuddin di Mosul. Ia juga menentukan

siapa yang berhak menjadi penguasa ketika terjadi

perselisihan diantara anak-anak Salahuddin Yusuf al-

Ayyubi yaitu al-Aziz dan al-Afdal. Setelah kematian al-

Aziz. al-Afdal berusaha meduduki jabatan Sultan, akan

tetapi al-Adil beranggapan al-Afdal tidak pantas menjadi

Sulatan. Akhirnya terjadilah peperangan antara keduanya,

al-Adil nberhasil mengalahkan al-Afdal dan beliau menjadi

Sultan di Damaskus Al-Adil merupakan seorang pemimpin

pemerintahan danpengatur strategi yang berbakat dan

efektif.

3. Malik Al-Kamil Muhammad (1218-1238 M)

Muhammad As Syahyim, (2003:114)Nama lengkap al-Kamil

adalah al-Malik al-Kamil Nasruddin Abu al-Maali Muhammad.

Selain dipuja karena mengalahkan dua kali pasukan salib

ia juga dicaci maki karena menyerahkan kembali kota

Yerusalem kepada orang Kristen.

16

Muhammad As Syahyim, (2003:121) Al-Kamil adalah

putra dari al-Adil. Pada tahun 1218 al-Kamil memimpin

pertahanan menghdapi pasukan salib yang mengepung kota

Dimyat (Damietta) dan kemudian menjadi Sulatan

sepeninggal ayahnya. Pada tahun 1219, Ia hampir

kehilangan takhtanya karena konserpasi kaum kristen

koptik. Al-Kamil kemudian pergi ke Yaman untuk

menghindari konspirasi itu, akhirnya konspirasi itu

berhasil dipadamkan oleh saudaranya bernama al-Mu’azzam

yang menjabat sebagai gubernur Suriah.

Pada bulan Februari tahun 1229 M, al-Kamil

menyepakati perdamaian selama 10 tahun denga Federick

II, yang berisi antara lain:

a. Ia mngembalikan Yerusalem dan kota-kota suci lainnya

kepada pasukan salib

b. Kaum muslimin dan yahudi dilarang memalsuki kota itu

kecuali disekitar Masjidil Aqsa dan Majid Umar.

Al-Kamil meninggal dunia pada tahun 1238 M.

Kedudukannya sebagai Sultan digantikan oleh Salih al-

Ayyubi Yatim, (2003:79).

17

1.4 Politik dan Pendidikan Islam Dinasti Ayyubiyah

Depag (2016:101) Keberhasilan Shalahudin dalam

perang Salib , membuat para tentara mengakuinya sebagai

pengganti dari pamannya, Syirkuh yang telah meninggal

setelah menguasai Mesir tahun 1169 M. Ia tetap

mempertahankan lembaga–lembaga ilmiah yang didirikan oleh

Dinasti Fatimiyah tetapi mengubah orientasi keagamaannya

dari Syi’ah menjadi Sunni. Penaklukan atas Mesir oleh

Shalahudin pada 1171 M, membuka jalan politik bagi

pembentukan madzhab-madzhab hukum sunni di Mesir. Dan

tergambar juga dalam Mubarok, (2004:109) Madzhab Syafi’i

tetap bertahan di bawah pemerintahan Fatimiyah,

sebaliknya Shalahudin memberlakukan madzhab-madzhab

Hanafi. Keberhasilannya di Mesir tersebut mendorongnya

untuk menjadi penguasa otonom di Mesir.

Sebelumnya, Shalahudin masih menghormati simbol-

simbol Syi’ah pada pemerintahan Al-Adil Lidinillah,

setelah ia diangkat menjadi Wazir (Gubernur). Namun,

18

setelah al-Adil meninggal 1171 M, Shalahudin menyatakan

loyalitasnya kepada Khalifah Abbasiyah (al-Mustadi) di

Bagdad dan secara formal menandai berakhirnya rezim

Fatimiyah di Kairo. Dengan jatuhnya Dinasti Fatimiyah,

secara otomatis terhentilah fungsi madrasah sebagai

penyebaran faham Syi’ah. Salah satu penyebaran faham

Syi’ah pada saat itu adalah melalui jalur pendidikan.

Kemudian digantikan oleh Dinasti Ayyubiyah yang menganut

faham Sunni. Belajar dari Politik Dinasti Fatimiyah yang

memasukkan faham politik syi’ah ke lembaga pendidikan,

Shalahudin kemudian mendirikan madrasah-madrasah sebagai

pusat penyebaran faham Sunni. Selain itu, banyak pihak

swasta yang mendirikan madrasah-madrasah dengan maksud

untuk menanamkan ide-idenya dalam rangka mencari

keridhaan Allah Swt. serta menyebarkan faham keagamaan

yang dianutnya, yang tidak dapat disalurkan lewat mesjid

karena berorientasi pada kepentingan pemerintah atau

politik, yang semakin hari semakin bertambah banyak

madrasah yang didirikan dalam masa pemerintahan Dinasti

Ayyubiyah madrasah-madrasah tersebut sebagai berikut ini:

19

Tabel.1 Nama-nama Madrasah yang Didirikan Pada Masa

Dinasti Ayyubiyah, Bosworth, 1980:225)

No Nama Madrasah Pendiri JabatanAl-Nashriyat Shalahudin al-

AyyubiAl-Qamhiyat Shalahudin al-

AyyubiAl-Suyufiyat Shalahudin al-

AyyubiAl-Malik al-‘AdilAl-Kamiliyat MananAl-Shalihiyat al-‘IzzAl-Quthbiyat Al-AdilAl-Kamil NajmAl-Shalih al-DinQuthb al-DinTaqiu al-DinAl-Fadhliyat Taqiu al-Din ‘UmarAl-Azkasyiyat Al-FadhilAl-Sayfiyat Shayf al-Din bin

AyyubAl-Asyuriyat ‘Asyura binti

SaruchAl-Qadhi ‘Ishmat al-Din

binti al-‘AdilQuthbiyat Fakhr al-DinAl-Syarifiyat ‘Abdullah ibn ‘AliAl-Shahibiyat Fakhr al-Din ibn

ShairamAl-Syarif Ibnu al-ArsufyAl-Fakhriyat Ibnu RasyiqAl-Shairamiyat Syaraf al-DinAl-Shairamiyat ‘Abdullah ibn

ArsyufyAl-Masruriyat Masrul al-ShafadyAl-Ghaznawiyat Hisam al-DinHibatullah Qaymaz

20

Berbeda dengan kuttab dan mesjid, madrasah sudah

mempunyai bangunan fisik tertentu seperti sekarang ini,

yang bentuknya dirancang sesuai fungsinya untuk

melanjutkan pendidikan mesjid. Bangunan madrasah tersebut

meliputi tiga unit, yaitu; Unit madrasah, unit asrama,

dan unit mesjid. Unit asarama dijadikan tempat murid-

murid, guru-guru dan para pegawai madrasah sehingga

membentuk keluarga besar, dengan demikian murid-murid

dapat diberikan program-program belajar yang intensif dan

membahas secara bersama-sama masalah-masalah yang

berhubungan dengan ilmu pengetahuan, keagamaan,

kemasyarakatan, dan penghidupan Bosworth, (1980:132).

Tujuan pendidikannya selain untuk mengembangkan ilmu

pengetahuan agama dan membentuk kader-kader yang

mempunyai misi keagamaan dalam masyarakat, juga untuk

mencetak tenaga-tenaga yang kreatif yang ahli dalam

bidangnya masing-masing.

Perbedaan-perbedaan lainnya adalah madrasah sudah

merupakan salah satu organisasi resmi Negara di mana

dikeluarkan pekerja-pekerja dan pegawai-pegawai

21

pemerintahan. Pelajar-pelajar disitu juga resmi,

dijalankan menurut peraturan-peraturan dan undang-undang,

serupa yang dikenal selama ini. Segala sesuatu diatur

seperti kehadiran dan kepulangan murid, program-program

pelajaran, staf pengajar, perpustakaan dan gelar-gelar

ilmiah. Di Mesir ketika itu hanya terdapat satu buah

perguruan tinggi yaitu Universitas al-Azhar yang masih

berdiri hingga sekarang.

Selain itu, di masa pemerintahan Shalahudin, ia juga

membina kekuatan militer yang tangguh dan perekonomian

yang bekerja sama dengan penguasa Muslim di kawasan lain.

Ia juga mambangun tembok kota sebagai benteng pertahanan

di Kairo dan bukit Muqattam. Pasukannya juga diperkuat

oleh pasukan barbar, Turqi dan Afrika. Disamping

digalakkan perdagangan dengan kota-kota dilaut tengah,

lautan Hindia dan menyempurnakan sistem perpajakan. Atas

dasar inilah Mubarok, (2004:112) ia melancarkan gerakan

ofensif guna merebut al-Quds (Jerusalem) dari tangan

tentara Salib yang dipimpin oleh Guy de Lusignan di

Hittin, dan menguasai Jerusalem tahun 1187 M. Inipun

22

tetap tak merubah kedudukan Shalahudin, sampai akhirnya

raja inggris Richard membuat perjanjian genjatan senjata

yang dimanfaatkannya untuk menguasai kota Acre.

Sampai ia meninggal (1193 M) , Shalahudin mewariskan

pemerintahan yang stabil dan kokoh, kepada keturunan-

keturunannya dan saudaranya yang memerintah diberbagai

kota. Yang paling menonjol ialah al-Malik al-Adil

(saudaranya), dan keponakannya al-Kamil, mereka berhasil

menyatukan para penguasa Ayubi lokal dengan memusatkan

pemerintahan mereka di Mesir.

Selain hal di atas, aroma-aroma politik yang di

jalankan pada masa Dinasti Ayyubiyah sampai juga di salah

satu mesjid sekaligus madrasah ternama yakni al-Azhar.

Disana disebarkan paham-paham Sunni yang semakin lama

semakin menjamur.

1.5 Universitas Al-Azhar Pada Masa Dinasti Ayyubiyah

Segera setelah dinasti Fatimiyah runtuh (1171M)

Shalahudin al-Ayyubi meng-hapuskan dinasti tersebut dan

secara jelas ia menyatakan dirinya sebagai penguasa baru

23

atas Mesir, dengan nama dinasti Ayyubiyah. Dinasti ini

lebih berorientasi ke Baghdad, yang Sunni.

Nasib al-Azhar pada masa pemerintahan dinasti

Ayyubiyah, sebenarnya tidak lebih baik dari masa

pemerintahan dinasti Fatimiyah. Sebab, setelah Shalahudin

berkuasa, ia mengeluarkan beberapa kebijaksanaan baru

mengenai al-Azhar. Kebijakan itu antara lain, penutupan

al-Azhar. Al-Azhar tidak boleh lagi dipergunakan untuk

shalat Jum’at dan Madrasah, juga dilarang dijadikan

sebagai tempat belajar dan mengkaji ilmu-ilmu, baik

agama, maupun ilmu umum. Alasannya, menurut Hasan

Langgulung, penutupan itu diberlakukan karena al-Azhar

pada masa dinasti Fatimiyah dijadikan sebagai alat atau

wadah untuk mempropaganda ajaran Syi’ah. Hal itu amat

berlawanan dengan mazhab resmi yang dianut dinasti

Ayyubiyah, yaitu mazhab Sunni.

Kebijakan lain yang diambilnya adalah menunjuk

seorang Qadi, Sadr al Din Abd al-Malik ibn Darabas untuk

menjadi Qadi tertinggi, yang nantinya berhak mengeluarkan

fatwa-fatwa tentang hukum-hukum mazhab Syafi’i. Di

24

antaran fatwa yang dikeluarkan adalah melarang umat Islam

saat itu untuk melakukan shalat Jum’at di masjid al-

Azhar, dan hanya boleh melakukannya di masjid al-Hakim.

Alasannya, masjid al-Hakim lebih luas. Selain itu, dalam

mazhab Syafi’i tidak boleh ada dua khutbah Jum’at dalam

satu kota yang sama.

Masjid al-Azhar tidak dipakai untuk shalat Jum’at

dan kegiatan pendidikan selama lebih kurang seratus

tahun, yaitu sejak Shalahudin berkuasa sampai khutbah

Jum’at dihidupkan kembali pada zaman pemerintahan Sultan

Malik al-Zahir Baybars dari Dinasti Mamluk yang berkuasa

atas Mesir.

Meskipun begitu, penutupan al-Azhar sebagai masjid

dan perguruan tinggi pada masa dinasti Ayyubiyah,

bukanlah berarti dinasti ini tidak memperhatikan bidang-

bidang agama dan pendidikan. Bahkan pendidikan mendapat

perhatian serius dari para penguasa dinasti ini.

Indikasinya adalah pembangunan madrasah-madrasah di

hampir setiap wilayah kekuasaan, mengadakan pengajian

tinggi (kulliyat) dan universitas pun digalakkan. Oleh

25

karena itu, tidak kurang dari 25 kulliyat didirikan oleh

kerajaan Ayyubiyah. Mukti, (2008:182) Diantara kulliyat-

kuliyyat yang terkenal adalah :

1) Manazil Al-‘Iz,

2) Al-kulliyat Al-‘Adiliyah,

3) Al-kulliyat Al-Arsufiyah,

4) Al-kulliyat Al- Fadiliyah,

5) Al-kulliyat al-Azkasyiayah,

6) dan Al-kulliyat Al-‘Asuriyah.

Semua nama-nama itu dinisbatkan kepada nama-nama

pendirinya, yang biasanya sekaligus pemberi wakaf bagi

murid-murid dan guru-gurunya.

Meskipun ada semacam larangan Mukti, (2008:123)

untuk tidak mengunakan al-Azhar sebagai pusat kegiatan,

masjid itu tidak begitu saja ditinggalkan oleh murid-

murid dan guru-guru, karena hanya sebagian mereka yang

pergi meninggalkan tempat itu. Itu pun karena al-Azhar

tidak mendapat subsidi (wakaf dari pemerintah). Dengan

demikian, al-Azhar praktis mengalami masa-masa surut.

26

Keadaan demikian tidak selamanya terjadi, sebab pada

masa pemerintahan Sultan al-Malik al-Aziz Imaduddin

Usman, putra Shalahudin al-Ayyubi datang seorang alim ke

tempat ini (al-Azhar), ia bernama Abd al-Latif al-

Baghdadi yang datang ke Mesir tahun 1193M/589H. Beliau

mengajar di al-Azhar selama Sultan al-Malik al-Aziz

berkuasa. Materi yang diajarkannya meliputi mantiq dan

Bayan.

Lapidus, (1999:231) Kedatangan al- Baghdadi menambah

semangat beberapa ulama yang masih menetap di al-Azhar,

di antara mereka adalah Ibn al-Farid, ahli sufi terkenal,

Syeikh Abu al-Qosim al-Manfaluti, Syeikh Jama al-Din al-

Asyuti, Syeikh Shahabu al-Din al-Sahruri, dan Syams al-

Din Ibn Khalikan, seorang ahli sejarah yang mengarang

kitab wafiyyat al-‘Ayan. Selain mengajar mantiq dan

bayan, al- Baghdadi juga mengajar hadits dan fiqh. Materi

itu diajarkan kapada para muridnya pada pagi hari. Tengah

hingga sore hari ia mengajar kedokteran dan ilmu-ilmu

lainnya. Selain itu, al- Baghdadi juga memberi kelas-

kelas privat di tempat-tempat lain. Ini merupakan upaya

27

al- Baghdadi untuk memberikan informasi dan sekaligus

mensosialisasikan mazhab Sunni kepada masyarakat Mesir.

Selama masa pemerintahan dinasti Ayyubiyah di Mesir

(1171-1250M), perkembangan aliran atau mazhab Sunni

begitu pesat, pola dan sistem pendidikan yang

dikembangkan tidak bisa lepas dari kontrol penguasa yang

beraliran Sunni, sehingga al-Azhar dan masa-masa

berikutnya merupakan lembaga tinggi yang sekaligus

menjadi wadah pertahanan ajaran Sunni, Para penguasa

dinasti Ayyubiyah yang sunni masih tetap menaruh hormat

setia kepada pemerintahan khalifah Abbasiyah di Baghdad

Lapidus, (1999:198). Oleh karena itu, di bawah payung

khalifah Abbasiyah mereka berusaha sungguh-sungguh

menjalankan kebijaksanaan untuk kembali kepada ajaran

Sunni. Salah satu lembaga strategis yang dapat diandalkan

sebagai tempat pembelajaran dan penyebaran ajaran mazhab

Sunni adalah al-Azhar. Selain itu, masih banyak lagi

perkembangan-perkembangan yang diciptakan pada masa

Dinasti Ayyubiyah.

28

2. Keperwiraan Salahuddin Yusuf Al-Ayyubiyah

Mubarok Jaih (2004:344) Shalahudin al Ayyubi adalah

seorang muslim yang tahu akan agamanya dan kosekuen

dengannya Ia tahu hak tanah airnya kemudian

mempertahankannya. Ia tahu hak-hak saudaranya kaum

Muslimin kemudian menunaikan hak-hak tersebut dengan

sebaik-baiknya. Mubarok Jaih (2004:124) Shalahudin al

Ayyubi juga merupakan panglima perang Muslim yang

dihormati kawan dan dikagumi lawan karena akhlaknya dan

tindakannya yang tangguh tetapi tetap mengakui hak asasi

manusia dalam setiap peperangan yang dilakukannya.

Sayyid, Al-Wakil. (1998:110) Sikap keperwiraan Shalahudin

al Ayyubi lainnya yang baik dicontoh adalah :

1.      Membela agama dan rakyat

2.      Memadamkan pemberontakan

3.      Menghadapi tentara salib

4.      Mempertahankan agama dan negara

Beliau juga sosok yang memiliki toleransi tinggi

terhadap umat beragama, seperti contohnya:

29

1.      Ketika beliau menguasai Iskandariyah, ia tetap

mengunjungi orang-orang kristen

2.      Ketika perdamaian dengan tentara salib tercapai,

beliau masih mengizinkan orang-orang kristen

berziarah ke Baitul Maqdis.

Liku-liku hidup Salahuddin Al-Ayyubi penuh dengan

perjuangan dan peperangan, perang hanya dilakukannya

sebagai pembelaan dan pertahanan agama, baik secara

ajaran maupun politik. Ia sebenarnya lebih mengutamakan

perdamaian dari pada perang. Sayyid, Al-Wakil (1998:221)

Salauddin Al-Ayyubi mempunyai toleransi yang tinggi

terhadap agama lain, ketika menguasai Iskandariyah ia

mengunjungi orang-orang Kristen. Setelah perdamaian

tercapai dengan pasukan salib, ia mengijinkan mereka

berziarah ke Baitul maqdis. Salahuddin Al-Ayyubi meniti

karier dengan lancar sampai ke puncak prestasinya. Yatim

Badri (2003:256) Keberhasilannya sebagai tentara pejuang

pertama kali terlihat ketika ia pergi ke mesir

mendampingi pamannya “Asadudin Syirkuh” yang mendapat

30

tugas dari Nuruddin Zangi untuk membantu Dinasti

Fatimiyah mengembalikan kekuasaannya.

Perdana Menteri Syawar yang di kudeta Dirgam

menjanjikan imbalan sepertiga pajak tanah mesir. Dirgam

dapat dibunuh dan Syawar dapat kembali ke posisi semula

(560 H/1164 M).

Yatim Badri (2003:299) Tiga tahun kemudian,

Salahuddin Al-Ayyubi kembali menyertai pamannya ke Mesir.

Ketika Nuruddin Zangi mengirim Asaduddin Syirkuh ke Mesir

karena Syawar mengadakan perjanjian baru dengan Amauri,

yang dahulu pernah akan membantu Dirgam, akan

membahayakan posisi Nuruddin Zangi khususnya dan islam

pada umumnya. Walaupun telah tejadi peperangan yang

sengit antara kedua belah pihak, bahkan Salahuddin Yusuf

Al-Ayyubi yang telah menduduki Iskandariyah dikepung dari

darat dan laut oleh pasukan salib, akhirnya peperangan

itu berakhir dengan perjanjian perdamaian (agustus 1167),

yang isinya antara lain pertukaran tawanan perang.

Salahuddin kembali ke Suriah, amaury kembali ke

Jerussalem, dan Iskandariyah diserahkan ke Syawar.

31

Kunjungan salahuddin ketiga kalinya ke Mesir adalah

mengusir tentara Amaury yang berusaha menguasai Mesir

secara keseluruhan yang dapat membahayakan dunia Islam,

khususnya rakyat mesir yang banyak di bunuh, dan khalifah

Al-Adid (khalifah Fatimiyah yang terakhir). Amaury dapat

dikalahkan dan Mesir berhasil diselamatkan dari

cengkraman pasukan Salib. Syawar tidak senang kepada

Asaduddin syirkuh dan salahuddin al-ayyubi yang mendapat

sambutan khalifah dan masyarakat. Oleh karena itu, ia

berusaha membunuhnya. Namun, tentara syirkuh lebih jeli,

akhirnya syawar dapat di tangkap dan di bunuh atas

perintah khalifah.

Sebagai imbalan, khalifah mengangkat Asaduddin

syirkuh sebagai perdana menteri Mesir (564 H/1169 M). ini

untuk pertama kalinya keluarga Al-Ayyubi menjadi perdana

menteri. Asaduddin berkuasa hanya dua bulan, kemudian

khalifah mengangkat Salahuddin Al-Ayyubi sebagai perdana

menteri dengan gelar Al-Malik An-Nasr (25 Jumadil akhir

564/26 Maret 1169). Pada waktu ia berumur 32 tahun.

32

Sambutan atas jabatan barunya pertama kali datang

dari Nuruddin Zangi sendiri. ia di anggap sebagai

panglima tentara Suriah. Setelah menduduki jabatan

perdana menteri ia di perintahkan oleh Nuruddin Zangi

untuk menghilangkan nama Khalifah Al-Adid dari khotbah

jum’at, yang berarti berakhirnya masa kekuasaan Dinasti

Fatimiyah. Meskipun tampak enggan dan berat, akhirnya

melakukan juga tugas ini. Sebagi gantinya di sebut nama

Kahalifah Abbasiyah dan sejak itu bendera Abbasiyah mulai

berkibar kembali di tanah Mesir. Khalifah al-Mustadi

(566-576 H/1170-1180 M) kemudian memberinya gelar Al-

Mu’izz Amirul Mu’minin. Sebagai imbalannya pada tahun 570

H/1175 M, khalifah menyerahkan Mesir, An-naubah, Yaman,

Tripoli, Palestina, Suriah bagian tengah, dan Magreb

(Negara-negara Islam di afrika Utara) di bawah kekuasaan

Salahuddin Yusuf Al-ayyubi sehingga semakin berkuasa

untuk melaksanakan program-program keagamaan dan

politiknya. Dalam program keagamaan ia di anggap sebagai

pembaharu di mesir karena dapat mengembalikan Mazhab

Suni, membangun madrasah-madrasah yang menganut Mazhab

33

Syafi’I dan Mazhab Maliki, mengganti kaidah Syi’ah dengan

Sunni, mengganti pemerintahan yang korup dan memecat

pegawai yang bersekongkol dengan penjahat dan perampok.

Melihat kebesarannya, banyak orang yang iri,

misalnya dari Nuruddin Zangi sendiri setelah ia melepas

jubah kebesarannya dan menyerahkan kepada Salahuddin

Yusup Al-ayyubi. Ini disebabkan kedudukan Salahuddin

Yusuf Al-ayyubi melebihi kedudukannya sebagai gubernur.

Keirian dan kebenciannya semakin bertambah lagi ketika

Salahuddin tidak menepati janjinya untuk mengepung

Syaubak dan Karak yang di kuasai oleh pasukan Salib.

Karena jasa ayah Salahuddin al-ayyubi peperangan tidak

terjadi antara mereka. Walaupun demikian, salahuddin

tetap setia kepada Nuruddin Zangi, bahkan kesetiaannya

itu di teruskan kepada anaknya, Al-Malik As-Saleh

Isma’il.

Kepala rumah tangga Khalifah Al-Adid, Hajib juga

tidak senang kepada Salahuddin Al-ayyubi karena hak-

haknya berkurang. Ia bersekongkol dengan tentara yang

berasal dari Sudan dan An-Naubah untuk menggulingkan

34

Salahuddin Al-ayyubi. Demikian juga dengan para pengacau

yang berasal dari kaum Assasin yang di pimpin oleh Syekh

Sinan. Di lain pihak, partai Zangi (para pembela Al-Malik

As-saleh Isma’il) mengepung Salahuddin Yusuf Al-Ayubi.

Pemberontakan-pemberontakan tersebut dapat di selesaikan,

baik dengan jalan perdamaian maupun peperangan.

Kekuasaan Salahuddin yang semakin luas dan wibawanya

yang semakin besar ternyata menimbulkan kekhawatiran

orang-orang Kristen Franka, nenek moyang bangsa prancis

modern yang menduduki daerah-daerah Bizantium. Untuk itu

mereka meminta bantuan Prancis, Jerman, Inggris,

Bizantium, dan Paus dalam upaya menghancurkan dan

menguasai negaranya, khusunya Baitul Maqdis dan Negara-

negara lain yang dikuasai orang Islam.

Perang antara tentara Islam dan tentara Salib yang

sewaktu-waktu diselingi dengan perdamaian yang sering

dilanggar tentara Salib itu mengisi lembaran perjuangan.

Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi, pertama kali terjadi perang

dengan Amalric I, raja jerussalem. Perang selanjutnya

dengan Baldwin IV (putra Almaric I) dan dengan Raynald de

35

Chatilan (penguasa benteng Karak, sebelah timur laut

mati). Kemudian dengan Raja Baldwin V sehingga kota-kota

Tiberias, Nasirah, Samaria, Sidon, Beirut, Batrum, Akka,

Ramulah, Gaza, Hebron, Baitul Maqdis, Bat-lahn,

Busniayah, dan gunung zaitun jatuh ke tangannya pada

tahun 583 H/1187 M.

Setelah Baitul Maqdis dikuasai salahuddin Al-ayyubi,

Paus Gregori mengumandangkan perang Salib yang di sambut

oleh raja dan masyarakat eropa, khususnya kaum miskin.

Perang ini diteruskan oleh Clement III, pengganti

Gregory. Raja Philip II (raja prancis) dan Raja Richard I

(raja inggris) langsung memimpin pasukan, yang di dahului

Raja William dari Sicilia. Banyak para penguasa lain

terlihat dalam peperangan ini, seperti Raja Guy de

Lusignan, Pangeran Monferrat, dan Ratu Sybil.

Peperangan yang memakan waktu bertahun-tahun itu

akhirnya sampai pada perdamaian, walaupun hanya

sementara. Adik Raja Richard I dinikahkan dengan adik

Salahuddin al-ayyubi, “Al-Adil” selanjutnya menjadi

penguasa Baitul Maqdis. Orang nasrani bebas pergi

36

beribadah dengan syarat tidak membawa senjata, adapun

Raja Richard yang kejam dan telah membunuh 3000 tawanan

Muslim pulang ke negerinya.

Setelah peperangan berkahir, Salahuddin Yusuf Al-

ayyubi memindahkan pusat pemerintahannya ke Damaskus.

Tidak lama setelah itu, ia sakit selama 14 hari dan

akhirnya wafat dalam usia 57 tahun, setelah memerintah

selama 25 tahun. Ia tidak meninggalkan harta kekayaan

kecuali hanya beberapa dinar dan dirham. Bekas

kekuasaannya di bagikan kepada anak-anaknya dan

saudaranya.

Salahuddin selalu berhasil mengalahkan serbuan para

Crusader dari Eropa, kecuali satu hal yang tercatat ialah

Salahuddin sempat mundur dari peperangan Battle of

montgisard melawan Kingdon of Jerussalem (kerajaan

jerussalem selama perang salib). Mundurnya Salahuddin

tersebut mengakibatkan Raynald of Chatilan, pimpinan

perang The Holy Land Jerussalem, memprovokasi Muslim

dengan mengganggu perdagangan dan jalur laut merah yang

digunakan sebagai jalur jamaah haji ke mekkah dan

37

madinah.hal ini dilakukan Salahuddin demi kelancaran para

jamaah yang akan melakukan ibadah haji, bukan semata-mata

menyerang tanpa ada alasan.

Lebih buruk lagi Raynald mengancam menyerang dua

kota suci tersebut. Akhirnya, Salahuddin menyerang

kembali Kingdom of Jerussalem pada tahun 1187 pada perang

Battle of Hattin, sekaligus mengekseskusi Raynald dan

menangakap rajanya, Guy of Lusignan.

Akhirnya, seluruh Jerussalem kembali ke tangan

muslim dan Kingdom of Jeurussalem pun runtuh. Selain

Jerussalem, kota-kota lainnya pun ditaklukan. Kecuali

tyres/tyrus. Jatuhnya jerussalem ini menjadi pemicu Kristen Eropa

menggerakan Perang Salib ketiga atau Third Crusade.

Perang salib ke tiga ini menurunkan Richard I of

England ke medan perang di Battle of arsuf. Salahuddin

pun terpaksa mundur, dan untuk pertama kalinya Crusader

merasa bisa menjungkalkan invincibility Salahuddin. Dalam

kemiliteran, salahuddin di kagumi ketika Richhard cedera,

Salahudin menawarkan pengobatan saat peperangan, yang

38

ketika itu ilmu kedokteran kaum muslim sudah maju dan

dipercaya.

Pada tahun 1192, Salahuddin dan Richard sepakat

dalam perjanjian Ramla, Jerussalem tetap dikuasai Muslim

dan terbuka kepada para peziarah Kristen. Setahun

berikutnya salahuddin meninggal dunia di damaskus setelah

Raja Richard kemabli ke Inggris. Bahkan, ketika rakyat

membuka peti hartanya, ternyata ta mencukupi untuk biaya

pemakamannya, hartanya banyak dibagikan kepada mereka

yang mebutuhkannya.

Selain di kagumi Muslim, Salahuddin atau Saladin

mendapat reputasi besar di kaum Kristen Eropa, kisah

perang I dan kepemimpinannya banyak ditulis dalam

karya puisi dan sastra Eropa, salah satunya ialah

The Talisman (1825) karya Walter Scott untuk melihat

kisah perang salib yang bisa di lihat di film

“Kingdom of Heaven”

3. Ibrah Bagi Generasi Muslim Tentang Keperwiraan Salahuddin

Al-Ayyubi

Pada tahun 1145-1147, pecah perang Salib II, namun

perang besar-besaran terjadi pada perang Salib III, di

39

pihak Kristen dipimpin Philip Augustus dari prancis dan

Richard “Si hati Singa” dari Inggris, sementara kaum

muslimin dipimpin Salahuddin Al-Ayyubi. Pada tahun itu

kekhalifahan Islam terbagi dua, yaitu; dinasti Fatimiyah

di Ciro (bermazdhab Syi’ah) dan Dinasti Seljuk yang

berpusat di Turki (bermazdhab Sunni), kondisi ini membuat

Salahuddin prihatin, menurutnya, Islam harus bersatu

untuk melawan eropa-Kristen yang juga bahu membahu.

Pria keturunan Seljuk ini kebetulan mempunyai paman

yang menjadi petinggi Dinasti Fatimiyah. Melalui

serangkaian lobi, akhirnya Salahuddin Al-Ayyubi berhasil

menyatukan kedua kubu dengan damai. Salahuddin kini

dihadapkan pada perilaku kaum Muslimin yang tampak loyo

dan tak punya semangat jihad. Mereka dihinggapi penyakit

wahn (cinta dunia dan takut mati). Spirit perjuangan yang

pernah dimiliki tokoh-tokoh terdahulu tak lagi membekas

dihati. Salahuddin lantas menggagas sebuah festival yang

diberi nama “PERINGATAN MAULID NABI SAW”. Tujuannnya

untuk menumbuhkan dan membangkitkan spirit perjuangan. di

40

festival ini dikaji habis-habisan sirah nabawiyyah

(sejarah nabi) dan atsar (perkataan) sahabat, terutama

berkaitan dengan nilai-nilai jihad. Festival berlangsung

selama dua bulan berturut-turut dan hasilnya luar biasa.

Banyak pemuda Muslim mendaftar untuk berjihad membebaskan

palestina.

Kaum muslimin meraih kemenangan pada tahun 1187. Dua

pemimpin tentara perang Salib, Raynald dari Chatillon

(Prancis) dan raja Guy, dibawa kehadapan Salahuddin.

Raynald akhirnya dijatuhi hukuman mati terbukti memimpin

pembantaian yang sangat keji kepada orang-orang Islam.

Namun Raja Guy dibebaskan karena tidak melakukan

kekejamana yang serupa. Tiga bulan setelah peperangan

Hattin, pada hari yang tepat sama ketika Nabi Muhammad

saw diperjalankan dari mekkah ke jerussalem dalam Isra’

Mi’raj, Salahuddin memasuki Baitul Maqdis. Kawasan ini

akhirnya direbut kembali setelah 88 tahun berada dalam

cengkraman musuh.

Sejarawan Inggris, Karen Amstrong, menggambarkan

pada tanggal 2 Oktober 1187 itu, Salahuddin dan

41

tentaranya memsuki Baitul Maqdis sebagai penakluk yang

berpegang teguh pada ajaran Islam yang mulia.tidak ada

dendam untuk membalas pembantaian tahun 1099, seperti

anjuran Al-qur’an surat An Nahl 127 :”dan bersabarlah

(Muhammad) dan kesabaranmu itu semata-mata dengan

pertolongan Allah dan janganlah engkou bersedih hati

terhadap (kekapiran) mereka dan jangan (pula) bersempit

dada terhadap tipu daya yang mereka rencanakan”. “dan

perangilah mereka itu sampai tidak ada lagi fitnah, dan

agama hanya bagi Allah semata. Jika mereka berhenti, maka

tidak ada (lagi) permusuhan, kecuali terhadap orang-orang

zalim”. Qs. Al Baqarah: 193.

Salahuddin meminta agar semua orang Nasrani Latin

(Katolik) meninggalkan Baitul Maqdis. Sementara kalangan

Nasrani Ortodoks-bukan bagian dari tentara Salib

dibiarkan tinggal dan beribadah di kawasan itu. Kaum

Salib segera mendatangkan bala bantuan dari Eropa.

Datanglah pasukan besar dibawah komando Philip Augustus

dan Richard “si hati singa”

42

Pada tahun 1194, Richard yang di gambarkan sebagai

seorang pahlawan dalam sejarah Inggris, memerintahkan

untuk menghukum mati 3000 orang Islam yang kebanyakan

wanita dan anak-anak. Tragedi ini berlangsung di kastil

Acre. Meskipun orang islam menyaksikan kekejaman ini,

mereka tidak pernah memilih cara yang sama. ini,

Salahuddin secara sembunyi-sembunyi berusaha

mendatanginya. Ia mengendap-ngendap ke tenda Richard.

Begitu tiba, bukannya membunuh, malah dengan ilmu

kedokteran yang hebat, salahuddin mengobati Richard

hingga akhirnya sembuh.

Richard terkesan dengan kebesaran hati Salahuddin,

ia pun menawarkan damai dan berjanji akan menarik

mundur pasukan Kristen pulang ke Eropa. Merekapun

menanda tangani perjanjian damai (1197). Dalam

perjanjian itu Salahuddin membebaskan orang Kristen

untuk mengunjungi Palestina, asal mereka datang

dengan damai dan tidak membawa senjata. Selama

delapan abad berikutnya, palestina berada dibawah

kendali kaum Muslimin.

43

4. Tokoh Ilmuan Muslim Masa Dinasti Al-Ayyubiyah

Pada masa dinasti Ayyubiyah, Shalahuddin al Ayyubi

beserta keluarga dan pendiri-pendiri dinasti sangat

memperhatikan kelangsungan berbagai bidang termasuk

bidang pendidikan dan pengetahuan. As Syahyim (2003:69)

Sehingga bermunculan tokoh-tokoh ilmuwan yang sangat

berpengaruh pada perkembangan kebudayaan atau peradaban

Islam, mereka di antaranya adalah:

1.      Abdul Latif al Bagdadi dan Al - Hufi, ahli ilmumantiq dan bayan (bahasa)

2.      Syekh Abul Qasim al Manfalubi, ahli Fiqih3.      Syamsudin Khalikan, ahli sejarah4.      Abu Abdullah al Quda’i, ahli Fiqih, Hadits dan

Sejarah5.      Abu Abdullah Muhammad bin Barakat, ahli nahwu6.      Hasan bin Khatir al Farisi, ahli Fiqih dan Tafsir7.      Maimoonides, ahli ilmu astronomi, ilmu ke-Tuhanan,

tabib, dan terutama sebagai ahli filsafat.8.      Ibn al Baytar (1246 M), dokter hewan dan

medikal. Beberapa karyanya yang sampai saat ini masihterkenal di wilayah Eropa tentang buku ramuan obat Islam “Management Of The Drug Store”

9.      Sejumlah penulis, sastarawan, dan ilmuwantermuka, seperti Abu Firas Al Hamadani dan Thayib alMutanabbi.

5. Perkembangan kebudayaan/ peradaban Islam pada masa

Dinasti Al Ayyubiyah

44

Beberapa kemajuan dan perkembangan kebudayaan/

peradaban pada masa Dinasti Ayyubiyah sabagaimana di

sebutkan Muhammad As Syahyim. (2003:176)

1. Kemajuan di Bidang MiliterPerjalanan pemerintahan Dinasti Ayyubiyah selama ±75tahun lebih banyak tercurah untuk membebaskanwilayah-wilayah Islam yang telah dicaplok olehtentara Salib (bangsa Eropa). Pembebasan wilayah-wilayah tersebut dapat berlangsung cepat dengankemenangan demi kemenangan melalui peperangan yangdipimpin langsung oleh Salahuddin al Ayyubi.Kemenangan ini tidak lepas dari kepiwaian Salahuddindalam menerapkan strategi perang dan kekuatanmiliternya. Kekuatan militer yang dimiliki oleh kaummuslimin pada saat itu sudah termasuk dalam kategorimaju.

Selama berkecamuknya perang Salib banyak terjadi

jatuh korban baik di pihak kaum muslimin atau pihak

tentara Salib. Korban yang berjatuhan dari pihakkaum

muslimin jumlahnya mencapai ratusan ribu, baik laki-laki

atau wanita, orang tua atau anak-anak. Korban tersebut

tidak hanya dari masyarakat sipil saja melainkan juga

dari pihak pemerintah yang berkuasa seperti gubernur,

amir dan panglima perang. Demikian juga dari pihak

tentara Salib (Inggris, Perancis, Jerman) banyak prajurit

dan panglima perangnya yang berguguran di medan perang.

45

Walaupun tentara Salib pada akhirnya menelan

kekalahan dalam perang tersebut, kerugian yang dialami

kaum muslimin jauh lebih besar. Hal ini disebabkan karena

perang Salib terjadi di wilayah Islam. Banyak bangunan

infrastruktur yang rusak seperti istana, masjid, sekolah

dan lainnya yang mempunyai nilai peradaban yang sangat

tinggi. Sebaliknya, walaupun tentara Salib menelan

kekalahan sebenarnya mereka mendapatkan hikmah yang

besar. Karena selama dua abad lamanya mereka di wilayah

kaum muslimin, mereka telah banyak mengenal peradaban dan

kebudayaan islam yang jauh lebih maju dari peradaban

bangsa Eropa saat itu. Pengalaman yang mereka peroleh

dari peradaban Islam telah mendorong terjadinya

kebangkitan bangsa-bangsa Eropa (Renaissance).

2. Bidang Pendidikan dan Dakwah

Muhammad As Syahyim. (2003:176) Selama perjalanan

pemerintahan Dinasti Ayyubiyah lebih banyak

dihabiskan untuk melakukan pembebasan wilayah Islam

dari perlawanan tentara Salib. Semangat jihad terus

dikobarkan oleh Salahuddin demi kehormatan umat

46

Islam. Namun semangat jihad ini tidak menjadi satu-

satunya media dakwah Islamiyah bagi Salahuddin al

Ayyubi.

Beliau dan para khalifah Ayyubiyah memberikan

perhatian yang besar terhadap bidang pendidikan. Semasa

ini banyak didirikan sekolah atau madrasah di tiap-tiap

kota. Bahkan alokasi anggaran untuk pendidikan tidak

kalah besar dengan anggaran militer. Selain mendirikan

bangunan sekolah juga memberikan biaya pendidikan bagi

siswa dan memberikan gaji yang besar bagi para

pengajarnya. Pengajaran yang diberikan di madrasah-

madrasah lebih banyak mengajarkan paham Sunni sehingga

sangat berbeda sekali dengan pengajaran yang diberikan

pemerintah Fathimiyah yang lebih banyak mengajarkan paham

Syi’ah.

Usaha-usaha lain yang dilakukan oleh khalifah

Ayyubiyah untuk memajukan pendidikan dan dakwah Sayyid

(1998:155) antara lain:

a. Membentuk Departemen PendidikanLembaga Darul Hikmah yang didirikan oleh khalifahDinasti Fathimiyah oleh Salahuddin al Ayyubi

47

dijadikan Departemen Pendidikan dan Penerjemahan.Departemen ini melakukan penerjemahan buku-bukuilmu pengetahuan dari bahasa asing ke bahasaArab, sehingga lebih mudah untuk dipelajari olehumat Islam. Sehingga khazanah pengetahuan umatIslam lebih kaya.

b. Mereformasi Pengajaran di al AzharKeberadaan masjid al Azhar yang didirikan padatahun 970 M oleh khalifah Fathimiyah, Mu’izLidinillah mempunyai peran yang sangat pentingdalam perkembangan pendidikan dan dakwah Islam,baik pada masa pemerintahan Fathimiyuah atau padapemerintahan Ayyubiyah. Keberadaan al Azhar bukansekedar sebagai tempat Ibadah shalat sajamelainkan juga banyak digunakan untuk kajiankeilmuan (majlis ta’lim) sehingga pada akhirnyaberkembang menjadi sebuah Universitas.

Pada masa kekhalifahan Salahuddin al Ayyubi, seiring

dengan penyebaran paham Sunni yang dianut oleh Dinasti

Ayyubiyah, visi dan misi pendidikan di al Azhar banyak

mengajarkan ilmu-ilmu agama yang bercorak paham Sunni,

padahal pada masa pemerintahan Fathimiyah pengajaran di

al Azhar bercorak paham Syi’ah. Namun disamping

mengajarkan ilmu-ilmu agama pada masa ini juga mulai

diajarkan ilmu-ilmu yang lain, seperti fisika, kimia,

astronomi, biologi dan ilmu hitung.

48

Dengan berkembangnya al Azhar maka mulai berdatangan

murid-murid dari luar negeri yang belajar di sana. Bahkan

tenaga pengajarnya jua didatangkan dari luar negeri Yatim

(2007:100), seperti misalnya:

1) Abdul Latif al Baghdadi, seorang ahli ilmu Mantiqdan ilmu Bayan

2) Abu Abdullah al Qudha’I, ulama ahli Fikih,Hadits dan Sejarah

3) Al Hufi, seorang ahli bahasa4) Abu Abdullah Muhammad bin Barakat, seorang ahli

Nahwu5) Hasan bin Khatir, seorang ahli Fiqih Madzhab

Hanafi dan ahli ilmu tafsir

c. Membangun Lembaga Pendidikan Sayyid (1998:155)Pada masa pemerintahan Ayyubiyah hampir di setiapkota berdiri lembaga-lembaga pendidikan Islam(madrasah) dan lembaga pendidikan tinggi. Pusat-pusat ilmu pengetahuan tersebut dapat ditemukandi kota Kairo, Damaskus, Hadramaut (Yaman) danPalestina. Lembaga pendidikan Islam yangdidirikan diantaranya Madrasah As Shauhiyyah(tahun 1239 M) sebagai pusat pengajaran hukumempat madzhab dan Darul Hadits Al Kamilah (tahun1222 M) sebagai pusat pengajaran hadits dan ilmuhadits. Sedangkan Lembaga Pendidikan Tinggi yangdidirikan Tamim Ansary, (2010:147) diantaranya :1). Kulliyat Manazilul Izza, 2). KulliyatArsufiyah, 3). Kulliyat Fadiliyah, 4). KulliyatAzkasyiyah, 5). Kulliyat ‘Asyuriyah. Madrasah-madrasah yang didirikan oleh pemerintah DinastiAyyubiyah rata-rata beraliran madzhab Syafi’iyyahdan Malikiyyah.

49

3. Bidang Perdagangan dan Industri

Muhammad As Syahyim. (2003:176)Hubungan perdagangan

antara negeri Syam dan Mesir yang sudah lama

terjalin membawa dampak yang cukup baik terhadap

kehidupan sosial masyarakat setempat. Keadaan yang

demikian ini tentu sangat positif untuk meningkatkan

pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan taraf hidup

masyarakat yang lebih baik. Mesir sebagai daerah

penghasil barang-barang tenun, karpet, kulit dan

kayu banyak didatangi oleh pedagang dari Syam,

sebaliknya Syam sebagai daerah penghasil kurma,

buah-buahan, sutera dan berbagai macam barang

keramik juga banyak didatangi pedagang dari Mesir.

Sehingga terjadilah aktifitas ekspor impor barang-

barang perdagangan antara kedua negeri tersebut.

Namun Yatim, Badri. 2003:221.) hubungan perdangan

antara kedua negeri ini kadang terkendala dengan maraknya

aksi perampokan terhadap para kafilah dagang oleh para

peraompak, sehingga aksi perampokan membawa kerugian yang

tidak kecil bagi para kafilah dagang karena barang-

50

barangnya dirampas. Setelah pemerintah Ayyubiyah dapat

menguasai karnak dan sekitarnya berangsur-angsur aksi

perampokan semakin berkurang. Para kafilahpun dapat

melakukan perjalanan dengan nyaman dan aman tanpa

gangguan para perompak (tentara salib). Bahkan setelah

ini hubungan perdagangan semakin berkembang sampai ke

beberapa daerah Eropa.

Dengan meningkatnya kebutuhan barang, maka semakin

banyak tumbuh industri perdangan baik skala rumah tangga

atau industri besar seperti industri sabun, tenun,

penyulingan zaitun, penyamakan kulit, minyak wangi dll.

Beberapa kota yang terkenal sebagai kawasan industri

diantaranya Mubarok, Jaih. (2004:221) Akhmim di Shaid,

Dimyath di Wajhil Bahri dan Bahnisa.

4. Bidang Sosial Budaya

Muhammad As Syahyim. (2003:176)Perang Salib tidak

selamanya memiliki nuansa buruk bagi bangsa Eropa.

Sebenarnya selama berlangsungnya perang Salib lebih

kurang dua abad lamanya, disitu terjadi proses

interaksi budaya antara bangsa Barat dan bangsa

51

Timur Bangsa Barat lebih banyak mempelajari

kebudayaan bangsa Timur yang saat itu lebih maju.

5. Bidang Politik

Pada masa sebelum Salahuddin berkuasa kondisi umat

Islam terpecah belah. Ketika itu banyak terjadi

persaingan kerajaan-kerajaan kecil dan permusuhan

antara Madzhab. Semangat jihad dikalangan masyarakat

juga sangat rendah. Namun Muhammad As Syahyim.

(2003:176)) berkat kepemimpinan seorang Salahuddin

keadaan masyarakat Islam bisa bersatu dalam satu

barisan. Ia berhasil mempersatukan wilayah Islam

mulai Mesir utara sampai Yaman, mulai Afrika Utara,

mulai dari Afrika Utara sampai Asia kecil (Muhammad

As Syahyim. (2003:177). Selain itu Salahuddin juga

membuat beberapa kebijakan dalam membangun

pemerintahan (Muhammad As Syahyim. (2003:176),

diantaranya:

1. Mengganti pegawai pemerintahan yang korup

2. Memecat pegawai yang bersekongkol dengan penjahat

6. Kemajuan di Bidang Kesehatan

52

Disamping mendirikan Madrasah, Muhammad As Syahyim.

(2003:178) Salahuddin juga mendirikan 2 (Dua) buah

rumah sakit di Kairo Bangunan rumah sakit itu

dirancang mengikuti model Rumah Sakit Nuriyah di

Damaskus. Sebelumnya, Ibnu Thulun dan Khalifah Kafur

dari masa pemerintahan Iksidiyah telah mendirikan

lembaga yang sama yang berfungsi sebagai tempat

pelayanan kesehatan masyarakat yang memungut biaya.

7. Kemajuan di Bidang Arsitektur

Muhammad As Syahyim. (2003:178) Salah satu

peninggalan yang menunjukkan kemajuan Arsitektur

pada masa Dinasti Ayyubiyah adalah Benteng Kairo

yang dibangun pada tahun 1183 oleh Salahuddin Al

Ayyubi. Bahan bangunan yang digunakan adalah batu-

batu alam yang berbentuk balok, serupa dengan batu

balok yang dipakai bangunan Piramida. Konstruksi

benteng ini mirip dengan pertahanan benteng-benteng

Normandia yang terdapat di Palestina.

53

6. Faktor-Faktor Berkembangnya Kebudayaan/ Peradaban Islam

Pada Masa Dinasti Al Ayyubiyah

Dalam sejarah perkembangan kemajuan Dinasti Al

Ayyubiyah terdapat titik-titk perhatian pemerintahan

yang sangat menarik perhatian, pada titik-titik perhatian

ini yang membuata peningkatan perkembangan peradaban

Sayyid, Al-Wakil. (1998:232) yaitu :

a. Adanya perhatian para khalifah terhadap kemajuanilmu pengetahuan dan kebudayaan. Bentuk perhatianSalahuddin Al Ayyubi terhadap ilmu pengetahuanmisalnya :1) Ia menjadi pelindung para sarjana dan ilmuwan

serta penyokong kajian ilmu kalam.2) Untuk mengganti paham Syi’ah dengan paham Suni,

Salahuddin melakukannya melalui pendidikan.3) Dibangunnnya sekolah, madrasah dan akademi.

b. Tercapainya kemajuan pada masa Dinasti Al-Ayyubiyahdilatar belakangi dengan munculnya perguruan tinggiAl-Azhar yang dibangun oleh panglima perang IslamJauhar Al-Saqali pada masa Dinasti Fatimiyah padatahun 972 M.

c. Lembaga ini dijadikan pusat kajian ilmu pengetahuanpada waktu itu dan hingga sekarang menjadi salahsatu pusat Study Islam di Timur Tengah.

7. Runtuhnya Dinasti Al-Ayyubiyah

Runtuhnya Dinasti Ayyubiyah dimulai pada masa

pemerintahan Sultan As-Salih. Setelah As-Salih meniggal

pada tahun 1249 M, kaum Mamluk mengangkati estri As-

54

Salih, Syajaratud Durr sebagai Sultanah. Dengan demikian,

berakhirlah kekuasaan Dinasti Ayyubiah di Mesir. Meskipun

demikian dinasti Ayyubiyah masih berkuasa di Suriah. Pada

tahun 1260 M. tentara Mongol hendak menyerbu Mesir.

Komando tentara Islam dipegang oleh Qutuz, panglima

perang Mamluk. Dalam pertempuran di Ain Jalut, Qutuz

berhasil mengalahkan tentara Mongol dengan gemilang.

Selanjutnya, Qutuz mengambil alih Kekuasaan Dinasti

Ayyubiyah. Sejak itu, berakhirlah kekuasaan Dinasti

Ayyubiyah.

4. METODE PENELITIAN

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang diajukan, maka

penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif yaitu

“suatu penelitian yang berusaha menggambarkan peristiwa-

peristiwa dan kejadian serta gejala (fenomena) yang ada”.

Hal ini sesuai dengan pendapat Azwar (2007:7) mengatakan

bahwa“ Penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan

secara sistematis dan akurat fakta dan karakteristik

55

mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu.

Penelitian ini berusaha menggambarkan situasi atau

kejadian. Data yang dikumpulkan semata-mata bersifat

deskriptif sehingga tidak bermaksud mencari penjelasan,

mengenai hipotesis, membuat prediksi, maupun penjelasan

implikasi.

2. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

3. Analisis Pengolahan Data

2.1. Reduksi Data

Reduksi Data dalam analisis data penelitian

kualitatif diskriptif, menurut Mil Miles & Huberman

(1992:16) sebagaimana ditulis Malik diartikan sebagai

proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabsahan, dan transformasi data

“kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di

lapangan. Reduksi data berlangsung terus-menerus selama

proyek yang berorientasi penelitian kualitatif.

Antisipasi akan adanya reduksi data sudah tampak

waktu penelitiannya memutuskan (acap kali tanpa disadari

56

sepenuhnya) kerangka konseptual wilayah penelitian,

permasalahan penelitian, dan pendekatan pengumpulan data

mana yang dipilihnya. Selama pengumpulan data

berlangsung, terjadilan tahapan reduksi selanjutnya

(membuat ringkasan, mengkode, menelusur tema, membuat

gugus-gugus, membuat partisi, membuat memo). Reduksi

data/transformasi ini berlanjut terus sesudah penelian

lapangan, sampai laporan akhr lengkap tersusun.

Reduksi data merupakan bagian dari analisis. Reduksi

data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan,

menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu,

dan mengorganisir data dengan cara sedemikian rupa hingga

kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan

diverifikasi.

Dengan “reduksi data” peneliti tidak perlu

mengartikannya sebagai kuantifikasi. Data kualitatif

dapat disederhanakan dan transformasikan dalam aneka

macam cara, yakni : melalui seleksi yang ketat, melalui

ringkasan atau uraian singkat, menggolongkannya dalam

satu pola yang lebih luas, dsb. Kadangkala dapat juga

57

mengubah data ke dalam angka-angka atau peringkat-

peringkat, tetapi tindakan ini tidak selalu bijaksana.

Proses analisis data mestinya dimulai dengan

menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber.

Setelah dikaji, langkah berikutnya adalah membuat

rangkuman untuk setiap kontak atau pertemuan dengan

inforrman. Dalam merangkum data biasanya ada satu unsur

yang tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan tersebut.

Kegiatan yang tidak dapat dipisahkan ini disebut membuat

abstraksi, yaitu membuat ringkasan yang inti, proses, dan

persyaratan yang berasal dari responden tetap dijaga.

Dari rangkuman yang dibuat ini kemudian peneliti

melakukan reduksi data yang kegiatannya mencakup unsur-

unsur spesifik termasuk :

1). Proses pemilihan data atas dasar tingkat

relevansi dan kaitannya dengan setiap kelompok

data,

2). Menyusun data dalam satuan-satuan sejenis.

Pengelompokkan data dalam satuan yang sejenis ini

58

juga dapat diekuivalenkan sebagai kegiatan

kategorisasi/variable,

3). Membuat koding data sesuai dengan kisi-kisi

kerja penelitian.

Kegiatan lain yang masih termasuk dalam mereduksi

data yaitu kegiatan memfokuskan, menyederhanakan dan

mentransfer dari data kasar ke catatan lapangan. Dalam

penelitian kualitatif-naturalistik, ini merupakan

kegiatan kontinyu dan oleh karena itu peneliti perlu

sering memeriksa dengan cermat hasil catatan yang

diperoleh dari setiap terjadi kontak antara peneliti

dengan informan.

2.2. Analisis Data

Adapun teknik analisis yang digunakan dalam

penelitian ini adalah tehnik analisis secara diskriptif

kuantitatif yang didasarkan pada analisis kuantitatif.

Setelah data terkumpul langkah selanjutnya data yang

diperoleh disusun berdasarkan jenis data kuantitatif,

59

alat analisis yang digunakan meliputi diskriptif

kuantitatif (pemaparan dan penjelasan)

Adapun langkah–langkah pengumpulan dan analisi data

sebagai berikut;

1. Melakukan Wawancara dengan pakar sejarah.

2. Menelaah kajian dari buku sumber data yang terdapat

pada Pustaka Universitas Serambi Mekkah, Pustaka

Wilayah Aceh, Universitas Islam Ar-Raniry.

3. Mereduksi data yang telah terkumpul.

4. Melakukan Analisis data kedalam bentuk narasi yang

menggambarkan keterangan dan fenomenal.