Dari Masjid Jami' Ke Masjid Pahlawan di Desa Airkuning ...

10
1 Dari Masjid Jami’ Ke Masjid Pahlawan di Desa Airkuning Jembrana Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Tahun 1945-1996 di SMA Fitriyanah 1 Dr. Drs. I Made Pageh, M.Hum, , Dra. Desak Made Oka Purnawati,M.Hum 2 Jurusan Pendidikan Sejarah [email protected] [email protected] [email protected] Abstrak Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengatahui (1) proses berubahnya nama Masjid Jami’ menjadi Masjid Pahlawan di Desa Airkuning; (2)Fungsi Masjid Jami’ pada masa Revolusi Fisik tahun 1945-1949 di Desa Airkuning dan (3) Nilai-nilai yang dapat digunakan sebagai sumber pembelajaran sejarah yang berkaitan dengan Masjid Pahlawan di Desa Airkuning. Penelitian ini dilakukan dengan tahap-tahap, (1) Penentuan lokasi penelitian;(2) Penentuan informan;(3)Metode pengumpulan data;(4) Metode analisis data;(5) Metode laporan hasil penelitian. Hasil penelitian menyatakan bahwa,(1) Proses perubahan nama masjid Jami’ menjadi masjid pahlawan dikarenakan faktor sejarah Masjid Jami berperan penting pada masa revolusi fisik 1945-1949 sebagai tempat menyembunyikan senjata yang dibawa oleh rombongan I Gusti Ngurah Rai dari Jawa sebagai pertahanan melawan serdadu Belanda, mengacu pada peristiwa tersebut masyarakat Airkuning ingin Masjid Jami memiliki nilai sejarah yang terus di kenang keberadaannya, sehingga penduduk Desa Airkuning menginginkan perubahan nama Masjid untuk mengenang kejadian pada masa Revolusi Fisik 1945-1949. Atas dasar kesepakatan bersama pada tahun 1996 bergantilah nama masjid Jami menjadi Masjid Pahlawan serta diresmikan oleh Bapak Presiden Soeharto pada tahun 1996 menetapkan masjid sebagai peninggalan bersejarah;(2) Fungsi khusus masjid Jami yaitu sebagai tempat persembunyian peti yang berisikan senjata dan bahan peledak, yang disembunyikan di dalam masjid tepatnya di bagian atap masjid; dan (3) Nilai-nilai yang terdapat pada masjid pahlawan sebagai sumber pembelajaran sejarah di tingkat SMA/sederajat antara lain; (a) Nilai religius; (b) Nilai sosial budaya; (c) Nilai patriotism; (d) Nilai toleransi, dan; (e) Nilai kepahlawanan. Kata Kunci: Masjid, Revolusi Fisik 1945-1949, Sumber Belajar Sejarah Abstract In general the purpose of this study is to find out (1) The process of changing the name of the mosque Jami 'into the Mosque of Heroes in Airkuning Village (2) The function of mosque jami' during the physical revolution of 1945-1949 in Airkuning Village and (3) The values that can used as a historical learning resource associated with the Heroes mosque in Airkuning Village. This research is done by stages; (1) Determination of research location; (2) Determination of informants; (3) Data collection methods; (4) Method of data analysis; (5) Method of report of research result. the result of the research stated that (1) The process of changing the name of mosque jami "become mosque hero because of jamiy mosque history factor plays an important role during physical revolution 1945-1949 as weapon hiding place brought by entourage I Gusti Ngurah Rai from Java as defense against soldiers Netherlands, referring to the event the Airkuning people want the jami mosque 'has a historical value that continues to be recalled in its existence, so that the people of Airkuning Village want the change of the name Mosque to commemorate the events of the Physical Revolution 1945-1949. on the basis of a collective agreement in 1973 the name of the Jami Mosque became the Heroes Mosque and inaugurated by President Soeharto in 1996 establishing the mosque as a historic relic; (2) The special function of the Jami ’ mosque which is hidden in the mosque precisely in the roof of the mosque; and (3) The values contained in the hero's mosque as a source of historical learning at the senior high school level are: (a) Religious values (b) Socio-cultural values (c) Patriotism values (d) Tolerance values and (e) The value of heroism. Keyword: Mosque, Physical Revolution 1945-1950, Source of Learning History

Transcript of Dari Masjid Jami' Ke Masjid Pahlawan di Desa Airkuning ...

1

Dari Masjid Jami’ Ke Masjid Pahlawan di Desa Airkuning Jembrana Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Tahun 1945-1996 di SMA

Fitriyanah1 Dr. Drs. I Made Pageh, M.Hum, , Dra. Desak Made Oka Purnawati,M.Hum2

Jurusan Pendidikan Sejarah [email protected] [email protected]

[email protected]

Abstrak Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengatahui (1) proses berubahnya nama Masjid Jami’ menjadi Masjid Pahlawan di Desa Airkuning; (2)Fungsi Masjid Jami’ pada masa Revolusi Fisik tahun 1945-1949 di Desa Airkuning dan (3) Nilai-nilai yang dapat digunakan sebagai sumber pembelajaran sejarah yang berkaitan dengan Masjid Pahlawan di Desa Airkuning. Penelitian ini dilakukan dengan tahap-tahap, (1) Penentuan lokasi penelitian;(2) Penentuan informan;(3)Metode pengumpulan data;(4) Metode analisis data;(5) Metode laporan hasil penelitian. Hasil penelitian menyatakan bahwa,(1) Proses perubahan nama masjid Jami’ menjadi masjid pahlawan dikarenakan faktor sejarah Masjid Jami berperan penting pada masa revolusi fisik 1945-1949 sebagai tempat menyembunyikan senjata yang dibawa oleh rombongan I Gusti Ngurah Rai dari Jawa sebagai pertahanan melawan serdadu Belanda, mengacu pada peristiwa tersebut masyarakat Airkuning ingin Masjid Jami memiliki nilai sejarah yang terus di kenang keberadaannya, sehingga penduduk Desa Airkuning menginginkan perubahan nama Masjid untuk mengenang kejadian pada masa Revolusi Fisik 1945-1949. Atas dasar kesepakatan bersama pada tahun 1996 bergantilah nama masjid Jami menjadi Masjid Pahlawan serta diresmikan oleh Bapak Presiden Soeharto pada tahun 1996 menetapkan masjid sebagai peninggalan bersejarah;(2) Fungsi khusus masjid Jami’ yaitu sebagai tempat persembunyian peti yang berisikan senjata dan bahan peledak, yang disembunyikan di dalam masjid tepatnya di bagian atap masjid; dan (3) Nilai-nilai yang terdapat pada masjid pahlawan sebagai sumber pembelajaran sejarah di tingkat SMA/sederajat antara lain; (a) Nilai religius; (b) Nilai sosial budaya; (c) Nilai patriotism; (d) Nilai toleransi, dan; (e) Nilai kepahlawanan.

Kata Kunci: Masjid, Revolusi Fisik 1945-1949, Sumber Belajar Sejarah

Abstract In general the purpose of this study is to find out (1) The process of changing the name of the mosque Jami 'into the Mosque of Heroes in Airkuning Village (2) The function of mosque jami' during the physical revolution of 1945-1949 in Airkuning Village and (3) The values that can used as a historical learning resource associated with the Heroes mosque in Airkuning Village. This research is done by stages; (1) Determination of research location; (2) Determination of informants; (3) Data collection methods; (4) Method of data analysis; (5) Method of report of research result. the result of the research stated that (1) The process of changing the name of mosque jami "become mosque hero because of jamiy mosque history factor plays an important role during physical revolution 1945-1949 as weapon hiding place brought by entourage I Gusti Ngurah Rai from Java as defense against soldiers Netherlands, referring to the event the Airkuning people want the jami mosque 'has a historical value that continues to be recalled in its existence, so that the people of Airkuning Village want the change of the name Mosque to commemorate the events of the Physical Revolution 1945-1949. on the basis of a collective agreement in 1973 the name of the Jami Mosque became the Heroes Mosque and inaugurated by President Soeharto in 1996 establishing the mosque as a historic relic; (2) The special function of the Jami’ mosque which is hidden in the mosque precisely in the roof of the mosque; and (3) The values contained in the hero's mosque as a source of historical learning at the senior high school level are: (a) Religious values (b) Socio-cultural values (c) Patriotism values (d) Tolerance values and (e) The value of heroism. Keyword: Mosque, Physical Revolution 1945-1950, Source of Learning History

2

PENDAHULUAN Masjid sebagai tempat ibadah umat

muslim sekaligus sebagai tempat melakukan kegiatan keagamaan lazimnya memiliki nama sesuai dengan ciri ajaran agama Islam. Masjid yang merupakan tempat suci Agama Islam umumnya memiliki nama dengan mengikuti kata dalam bahasa Arab yang terdapat dalam Al-qur’an (kitab suci Agama Islam) seperti Masjid Istiqlal, Masjid An-Nur, Masjid Jami’, Masjid Nurul Hidayah, Masjid Nurul Taqwa, Masjid Ar-Rahman dan masih banyak yang lainnya. Hal tersebut dilakukan karena ajaran Islam mengajarkan agar memberikan suatu nama terhadap bangunan (masjid) lebih baik mengikuti penamaan dalam bahasa Arab yang terdapat dalam Al-Qur’an. Nama dari sebuah masjid juga mencirikan suatu identitas terhadap masyarakat yang ada di sekitarnya, sehingga umat Muslim dalam mendirikan sebuah masjid dari masa Nabi sampai sekarang selalu menggunakan bahasa Arab (Hadist Nabi Riwayat Al-Bukhari). Selain itu, dengan memberikan sebuah nama yang islami terhadap sebuah masjid akan memberikan kesan yang baik terhadap masyarakat yang ada di lingkungan sekitarnya, karena umat Islam percaya bahwa dalam memberikan sebuah nama bangunan sebagai tempat suci dengan mengikuti nama dalam Al-Qur’an akan memberikan suatu keberkahan dan kerahmatan bagi masyarakat di sekitarnya. Masjid sebagai bangunan suci sudah tentu memiliki peran aktif dalam masyarakat. Selain itu pembangunan masjid juga dilakukan masyarakat berdasarkan hasil musyawarah mufakat umat. Berdasarkan penelitian dari zaman Nabi Muhammad hingga kini, yang diketahui yaitu Masjid yang dibangun di setiap kota maupun daerah telah memiliki nama yang berbeda-beda, yang secara umum diambil dari nama-nama Islami (Masjid An-Nur, Masjid Al-qodri, Masjid Annabawi, Masjid Baitu Sallam, Masjid Tasdiqul Ummah, Masjid Istiqlal dan lain sebagainya) maupun nama non-Islami (Masjid Demak, Masjid Agung, Masjid Pura Demak dan lain sebagainya) yang memiliki sejarahnya masing-masing. Begitu pun Masjid yang terdapat di Desa Airkuning Jembrana ada sebuah Masjid

yang awalnya bernama Masjid Jami’ namun setelah peristiwa Revolusi Fisik 1945-1949 dan periode Orde Lama tetapi kemudian berganti nama menjadi Masjid Pahlawan pada tahun 1973 saat pemerintahan Orde Baru.

Hal ini menarik untuk dikaji karena nama yang di pakai tidak memakai kata dalam Bahasa Arab/Al-Qur’an atau nama tempat masjid itu berada Padahal nama pahlawan biasanya disematkan kepada manusia yang berjasa. Yang unik adalah mengapa sebuah Masjid yang berfungsi sebagai tempat ibadah diberikan nama Pahlawan.

Masa Revolusi Fisik merupakan masa bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaan. Dalam mempertahankan kemerdekaan tersebut rakyat Indonesia melakukan perlawanan yang terbagi menjadi dua yaitu secara diplomasi dan peperangan. Perlawanan secara fisik di lakukan oleh pemuda pejuang dibantu oleh rakyat menyebar kedesa-desa yang ada di Indonesia, salah satunya oleh masyarakat dan pemuda pejuang di Desa Airkuning yang terdapat di Jembrana Bali. Pada saat itu Masjid yang terdapat di Desa Airkuning Jembrana memiliki peran penting sebagai benteng pertahanan dan tempat menyembunyikan senjata rampasan atau bantuan senjata yang di dapat dari Jawa untuk mengelabui musuh dalam mempertahankan RI pada masa Revolusi Fisik 1945-1949.

Berdasarkan hal tersebut kajian tentang masjid ini menarik untuk diteliti karena bisa dijadikan sebagai sumber belajar sejarah di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA/Sederajat) atau ditengah keterbatasan sumber materi tentang Revolusi Fisik 1945-1949 atau minimal bagi sekolah terdekat yang berada di sekitaran lokasi masjid tersebut

Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini mengarah pada fungsi dan kontribusi penting dari keberadaan Masjid Jami’ bagi masyarakat Desa Airkuning pada masa revolusi fisik tahun 1945 bukan saja sebagai pusat perkembangan keagamaan dan ilmu pendidikan Agama Islam yang dipahami secara umum oleh masyarakat dewasa ini, melainkan peristiwa yang terjadi di Masjid ini juga bisa dijadikan sebagai

3

materi dalam pembelajaran sejarah. Penelitian Dari Masjid Jami’ Ke Masjid Pahlawan di Desa Airkuning Jembrana Sebagai Sumber Belajar Sejarah tahun 1945-1996 di SMA dijadikan sebagai materi ajar yang akan diterima oleh siswa-siswi tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) yang berada di Kabupaten Jembrana, dimana dalam penyampaiannya akan disesuaikan dengan Kurikulum 2013 dengan menggunakan pendekatan scientific dalam pembelajaran yang meliputi menggali informasi melalui pengamatan, bertanya, kemudian mengolah data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan dan mencipta, dimana hal ini sering disebut dengan proses 5M yang terdapat pada mata pelajaran Sejarah, sehingga nilai-nilai kesejarahan yang terdapat di Masjid Pahlawan di Desa Airkuning berupa peristiwa bersejarah yang terjadi pada Masjid Pahlawan saat masa revolusi fisik tahun 1945 di Desa Airkuning dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar oleh siswa METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan prosedur penelitian sebagai berikut, teknik penentuan informan yang menggunakan snowball, teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan diperkuat dengan melakukan observasi lokasi penelitian serta menggunakan teknik studi dokumen. Hasil penelitian ini Untuk menjamin kesahihan data maka dilakukan trianggulasi data. Sedangkan teknik analisis datanya menggunakan model interaktif yang meliputi reduksi data, penyajian data, penafsiran data, dan menarik kesimpulan. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Proses Berubahnya Nama Masjid

Jami’ Menjadi Masjid Pahlawan di Desa Airkuning Proses berubahnya nama Masjid Jami’

menjadi Masjid Pahlawan yang berada di Desa Airkuning terdapat beberapa hal yang perlu diketahui secara mendalam yang berkaitan dengan awal berdirinya Masjid Jami’ atas latar belakang sebagai berikut;

(1) Berdirinya Masjid Jami’ Sebagai Bentuk Perkembangan Agama Islam Kedatangan penduduk muslim yang

diawali dengan tujuan untuk menyelamatkan diri serta mencari perlindungan dan keamanan saat penjajahan Belanda membuat penduduk Muslim menginjakkan kaki dan kebudayaan mereka di Pulau Bali khsusnya daerah Jembrana Desa Yehkuning. Dengan keberadaan yang diakui oleh pemimpin Jembrana pada saat itu, membuat penduduk Muslim merasa nyaman dalam beraktivitas tanpa ada rasa takut, sehingga penduduk Muslim lambat laun semakin bertambah banyak, berkembangnya masyarakat Muslim di Desa Airkuning berbanding lurus dengan berkembangnya ajaran-ajaran Agama Islam, tentu ajaran Agama Islam ini dibawa oleh penduduk Muslim yang berasal dari luar Pulau Bali, dimana ajaran Agama Islam ini dipicu atau disampaikan kepada masyarakat asli dengan cara tausiyah yang disampaikan langsung oleh penganut Agama Islam, pada saat itu tausiyah masih dilakukan dengan ceramah antara individu dengan individu lainnya sampai dengan skala yang lebih besar yaitu individu dengan kelompok-kelompok masyarakat di Desa Airkuning, berdasarkan kegiatan itu banyak masyarakat yang menganut Agama Islam.

Dengan jumlah pemeluk agama yang semakin bertambah dan dengan didukungnya keberadaan penduduk Muslim yang berada di Desa Airkuning memberikan suatu kemudahan bagi penduduk Muslim dalam membangun sebuah tempat ibadah sebagai bentuk keyakinan dan kepercayaan yang dimiliki oleh umat Muslim dengan membangun sebuah tempat peribadatan yang disebut sebagai Masjid. Kebutuhan penduduk Muslim akan keberadaan Masjid menunjukan batapa pesatnya perkembangan Agama Islam pada saat itu, dengan adanya masjid yang dibangun, dapat memudahkan masyarakat Muslim dalam melakukan segala bentuk kegiatan keagamaan secara bersama-sama serta terjadwal dengan baik.

Proses pembangunan Masjid yang dilakukan oleh penduduk Muslim di Desa Airkuning tidak lepas dari peran serta pemimpin pada saat itu yaitu Raja

4

Jembrana dimana yang memberikan tanah untuk tempat tinggal oleh para pendatang Muslim. Akhirnya mereka mendirikan sebuah bangunan untuk tempat beribadah serta kegiatan keagamaan lainnya, yaitu mereka pun mendirikan sebuah Masjid yang bernama “Masjid Jami’”. Masjid Jami’ merupakan Masjid yang pertama dibangun oleh masyarakat Islam yang mendarat di Bali kabupaten Jembrana. Masjid Jami’ di bangun atas dasar kewajiban beribadah sebagai umat Islam kepada Allah SWT. Keberadaan Masjid Jami’ ini berawal dari kedatangan umat Islam yang masuk di daerah Jembrana. Menurut tokoh masyarakat yang bernama bapak Zainuri (85) dalam wawancaranya mengatakan Sebelum bernama Masjid Pahlawan Masjid ini dinamakan Masjid Jami’. Masjid Jami’ ini di bangun oleh kaum Islam yang masuk ke wilayah Bali. Orang-orang Islam yang berdatangan melalui jalur laut dikarenakan mereka melarikan diri dari serangan Belanda. Mereka yang berasal dari pasukan kerajaan Blambangan serta dari Sulawesi terdampar menggunakan perahu layar ke pesisir pantai Bali tepatnya di daerah Perancak kemudian diterima baik oleh raja Jembrana, ada pula yang berasal dari Sulawesi dan Malaysia ada yang bertujuan untuk berdagang dan ada pula yang terdampar karena pelarian dari serbuan Belanda yang menyerang kerajaan Banyuwangi.

(2) Perjuangan Pemuda Desa Airkuning

Masa Revolusi Fisik 1945-1950 Ditengah-tengah kesibukan mondar

mandir menyelamatkan diri serta bangsa, terdengar berita kedatangan ekspedisi I Gusti Ngurah Rai kembali dari Jawa yaitu pemuda pejuang perwakilan Bali. Pada bulan Maret tanggal 10 1946 pasukan unit pertama harus sudah menyebrang ke Bali terdiri dari 4 orang, PMC (penyelidik militer chusus) dan TRI resimen Sunda Kecil dipimpin Nyoman Sarja, Meraku, Suwena dan Suweta, dari Muncar Banyuwangi dengan dua perahu senjata dan perbekalan lainnya. Mereka meminta agar pasukan patroli di Bali khususnya pemuda Jembrana menjemput rombongan dari Jawa lelaui pantai muncar Banyuwangi menggunakan perahu (wedha, 2006:41)

Mendengar berita akan mendaratnya I Gusti Ngurah Rai ke desa Airkuning yang memiliki tempat strategis untuk mendapat keamanan dari patrol Belanda maka bapak Patemah (perbekel Desa Airkuning) segera mencarikan sekurang-kurangnya 16 buah jukung untuk menyebrangkan I Gusti Ngurah Rai dan rombongan dari Banyuwangi ke Bali kemudian pak Patemah bersama teman-temannya yaitu Pak Su, Abdul Majid, Misran, Surem, Dulmaijid, Kasim, Astimah, dan Ruslan untuk segera berlayar menjemput I Gusti Ngurah Rai (Wedha, 2006:37).

Tanggal 13 April 1946 sore, tiap jukung memuat 2-3 orang di luar pengemudi dan satu peti bahan peledak. Rombongan meninggalkan pantai muncar dengan tujuan ke Airkuning. Pada malam hari di tengah perairan Desa Cupel Jukung yang di kemudikan Sa’ad meluncur kepinggir pantai, pada saat itu juga terdengar suara senjata tembakan dari patrol Belanda yang sangat gencar ditujukan kea rah jukung-jukung yang sdikit berpencar. Insiden laut ini menewaskan Cokorda Gambir dan Cokorda Darma Putra keduanya berasal dari Singapadu Gianyar. Cokorda Sudarsana dari Ubud-Gianyar yang satu jukung dengan dua orang pahlawan tersebut diseret ke Gilimanuk dan di tawan di Negara, Sa’ad pun terkena tembakan pada lengannya serta jukungnya diseret kedarat.

Jukung-jukung dari rombongan lain meneruskan pelayarannya hingga sampai dini hari (mendarat) di Banjar Tengah Airkuning. Sedangkan jukung yang di tempati oleh I Gusti Ngurah Rai balik arah ke muncar karena pada malam hari ptroli Belanda menyerang dari darat sehinggah beliau memutuskan 3 jukung untuk kembali ke muncar agar bisa menyiasati Belanda. Selanjutnya Rombongan tersebut sampai di desa Airkuning pada dini hari mereka di sambut baik oleh rakyat Airkuning serta mereka diistirahatkan di markas (rumah panggung) jauhnya 500 meter ke utara dari pantai. Peti-peti yang berisi bahan peledak serta senjata dari Jawa di simpan di dalam masjid oleh penduduk. Masjid tempat penyimpanan peti yang di bawa oleh rombongan di letakan di dalam Masjid Jami masjid tersebut kemudian diberi nama

5

“Masjid Pahlawan”. Rombongan yang berjumlah kurang lebih 20-25 orang itu, menginap semalam di Airkuning sambal menunggu I Gusti Ngurah Rai datang (Wedha, 2006:38-39).

Tanggal 3 April 1946 sore, jukung yang mereka bawa masing-masing memuat 1 peti bahan peledak beranjak dari muncar menuju ke Bali. Sampai di Airkuning Senjata yang di bawa oleh rombongan I Gusti Ngurah Rai mereka letakan di dalam Masjid Jami’ pada dini hari. Senjata tersebut di letakan di dalam masjid supaya para serdadu Belanda yang mengepung pemuda tidak dapat mengambil dari tangan mereka. Menurut wawancara dari bapak Basri (80 tahun) mengatakan pasukan Belanda kembali menyerang tanah air meskipun saat itu rakyat sudah mengetahui tentang kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 agustus. Mereka menyerang kembali karena mendengar kekalahan Jepang sehingga Belanda datang lagi ke Indonesia, namun rakyat Indonesia sudah berani maju bahkan siap melakukan pertempuran persenjataan. Perjuangn tersebut juga di lakukan oleh pemuda di Desa Airkuning yang masih kekurangan senjata dan hanya mengandalkan bambu runcing serta parit. Sehingga dari keadaan seperti itu I Gusti Ngurah Rai beserta rombongannya membawa senjata dari Jawa ke Bali, senjata yang di bawa ialah bahan peledak yang di tempatkan di dalam peti yang mereka bawa. Senjata tersebut di sembunyikan oleh pemuda yang berasal dari rombongan pak Rai kedalam masjid Jami’ yang saat ini menjadi Majid Pahlawan. Para rombongan berinisiatif untuk menyembunyikan senjata yang dibawa oleh para pejuang kedalam masjid karena mereka fikir Belanda tidak akan mungkin memasuki masjid sebab tempat ibadah namun, jika di letakan di dalam rumah penduduk tentu saja akan di dapatkan oleh Belanda sebab para patrol Belanda sering menggeledah rumah-rumah penduduk.

Kemudian setelah berada di desa Airkuning rombongan dari utusan Raja Jembrana langsung menuju Pulukan Dari Pulukan menuju Tegalmengkeb, kemudian langsung menuju Munduk Malang. Sepanjang perjalanan untuk menghindari

patrol serdadu NICA yang setiap saat siap menyergap rombongan mendapat sambutan dari rakyat (Pendit, 2008:172). Rombongan ke dua di pimpin oleh Ketut Nesa Jaya, termasuk anggota-anggota polisi RI Surabaya dan Bondowoso terdiri dari putra-putra Bali yang bertugas di wilayah pedalaman RI di Jawa. Mereka adalah Putu Warka, Gusti Alit Marka, Alit Pegug, Nengah Bendi, Ida Ketut Bagus, Dewa Gede Wedha, Made Mepek, Cok Ngurah Gambir, dan anggota-anggota polisi lainnya. Dekat-dekat perairan pantai Pulukan perahu rombongan kepergok motorboat patroli serdadu NICA yang dengan gencar memberondongnya dengan senapan mesin akhirnya perahu terbalik dan beberapa dari rombongan jatuh ke air dan sisanya di bawa ke Gianyar oleh serdadu NICA (Pendit, 2008:178)

Airkuning sebagai Desa pesisir pantai yang terpencil menjadikan tempat yang aman bagi para pejuang sebagai persinggahan mereka. Para pendukung RI melakukan Pendaratan gelombang ketiga mereka adalah rombongan TRI resimen Sundakecil, I Gusti Ngurah Rai beserta stafnya : Gusti Putu Wisnu, Cokorde Ngurah, Subroto Aryo Mataram, Nyoman Pegeg, Made Sastra Inggas, Ida Bagus Mahadewa (dari kepolisian RI) mendarat di Yeh Kuning daerah Jembrana pada tanggal 4 April 1946 dengan selamat ini tidak lain berkat desa Yeh Kuning dan Airkuning yang telah bertekad bulat berjuang bersama-sama pemuda (Pendit, 2008:179). Desa Airkuning menjadi tempat pilihan mereka karena letak Desa yang berada di pedalaman Kota Jembrana yang jauh dari daerah Gilimanuk dimana daerah Gilimanuk merupakan tempat bandar serdadu Belanda dan Jepang untuk memantau rakyat Indonesia.

(3) Berubahnya Nama Masjid Jami’ Menjadi Masjid Pahlawan

Sebelumnya Masjid Jami’ yang di bangun pada tahun 1936 oleh bapak Patmah beserta masyarakat yang ada di Desa Airkuning memiliki bentuk yang berukuran sangat sederhana. Masjid tersebut memiliki bentuk seperti Langgar atau Musollah. Pada tahun 1945-1949 Masjid Jami’ memiliki peran penting bagi masyarakat dalam perjuangan masa

6

Revolusi Fisik. Mereka memanfaatkan Masjid tersebut untuk menghindari serangan dari serdadu Belanda dan Jepang. Sampai pada tahun 1950-1965 Masjid Jami’ belum memiliki perubahan namun jumlah masyarakat sudah semakin meningkat serta banyak penduduk Desa Airkuning yang mengusulkan untuk memperluas Masjid Jami’ mengingat jumlah penduduk dari tahun ke tahun semakin meningkat. Selepas dari kejadian Revolusi Fisik (1945-1949), pada tahun 1965-1971 masa Orde Baru perbekel (Kepala Desa) bapak Merahusin melakukan perluasan pada Masjid Jami’ sebab Masjid Jami’ memiliki ukuran yang kecil seperti Langgar (Musollah) karena antusias masyarakat semakin tinggi untuk beribadah di Masjid akhirnya bangunan Masjid Jami’ di perluas dua kali lipat dari luas sebelumnya. Masjid Jami’ di perluas karena keinginan masyarakat yang merasa tidak cukup jika di gunakan untuk sholat berjamaah.

Dari tahun ke tahun timbulah pandangan yang berbeda pada masyarakat Airkuning mereka memiliki pandangan bahwa Masjid Jami’ memiliki sejarah yang harus dikenang keberadaanya sehingga banyak warga terutama Perbekel Desa menginginkan perubahan nama terhadap Masjid tersebut. Perubahan nama yang akan dilakukan pada Masjid Jami’ untuk mengingat peristiwa yang pernah di alami oleh masyarakat Airkuning yang berjuang melawan penjajah di tanah air, mereka sepakat untuk mengganti nama Masjid Jami’ menjadi Masjid Pahlawan. Sehingga pada tahun 1973 yaitu ketika masa pemerintahan bapak Nur Husen yang merupakan kepala Desa Airkuning (1971-1977) melakukan musyawarah dengan masyarakat setempat untuk merubah nama Masjid Jami’ menjadi Masjid Pahlawan. Perubahan itu tidak terlepas dari para pemimpin agama dan tokoh masyarakat serta perwakilan dari pemuda masyarakat melakukan musyawarah di dalam Masjid tersebut bahwa untuk mengenang para pejuang pemuda di Desa dan untuk mengenang keagungan Masjid Jami’ maka di sepakati bahwa Masjid Jami’ berganti nama menjadi Masjid Pahlawan. Salah satu tokoh masyarakat yang masih ada saat ini yang ikut dalam musyawarah pergantian

nama Masjid Jami’ ialah bapak Zainuri dalam wawancaranya mengatakan Masjid Jami’ berubah nama menjadi Masjid Pahlawan merupakan atas kesepakatan masyarakat yang di ajukan oleh Perbekel Desa yaitu bapak Nur Husen. Beliau berfikir bahwa Masjid Jami’ harus berubah nama menjadi Masjid Pahlawan untuk mengingat peran masjid serta jasa para pahlawan di Desa yang berjuang untuk mempertahankan keamanan rakyat. Sehingga pada tahun 1973 Masjid Jami’ berganti nama menjadi Masjid Pahlawan. Musyawarah tersebut di lakukan di dalam masjid serta di ikuti oleh tokoh masyarakat setempat. Kemudian dalam sejarahnya Masjid Jami’ berganti nama menjadi Masjid Pahlawan karena pada masa Revolusi fisik (perjuangan mempertahankan negara) 1945-1950 masjid itu di gunakan sebagai tempat persembunyian senjata, oleh karena itu pada masa pak Nur Husin menjadi kepala desa (1971-1977) ketika akan merenovasi Masjid maka oleh beliau nama Jami’ di ganti dengan “Pahlawan” mengingat bahwa masjid ini ikut serta dalam perjuangan masa revolusi fisik. Sehingga dengan hasil musyawarah dengan masyarakat akhirnya Masjid Jami’ berganti nama menjadi Masjid Pahlawan dan diresmikan oleh bapak presiden Soeharto. B. Fungsi Masjid Jami’ Masa Revolusi

Fisik 1945-1950 Pada umumnya fungsi sebuah Masjid

ialah sebagai tempat untuk beribadah kepada Allah SWT. Umat Islam yang memiliki waktu shalat lima kali sehari semalam di anjurkan untuk mengunjungi masjid guna untuk melaksanakan shalat berjamaah. Masjid bukan sekedar tempat sujud sebagaimana makna harfiahnya, tetapi memiliki beragam fungsi. Menurut Albar (2015:8) dalam sejarah kebudayaan Islam yang di tulis sejak zaman Nabi Muhammad Saw. masjid tidak hanya berfungsi hanya sebagai tempat ritual murni (ibadah mahdah seperti shalat dan itikaf). Masjid Nabawi juga berfungsi sebagai pusat pemerintahan, sentra pendidikan, markas militer dan bahkan lahan sekitar masjid pernah dijadikan sebagai pusat perdagangan.

7

(4) Tempat Ibadah Setiap masjid memiliki fungsi umum

sebagai tempat ibadah, begitupun dengan Masjid Jami’ yang digunakan sebagai tempat ibadah oleh masyarakat Desa Airkuning, segala jenis kegiatan keagamaan Islam pada masa itu dilakukan didalam Masjid Jami’, mulai dari sholat lima waktu setiap hari..

(5) Tempat Pelaksanaan Kegiatan Agama

Masjid Jami’ sebagai tempat kegiatan keagamaan seperti Isra’mi’raj, Maulid Nabi, Halal Bihalal, dan Selametan Syura. Masjid Jami’ dulunya di gunakan sebagai tempat selametan Syura. Yang lebih strategis lagi, Masjid Jami’ adalah pusat pengembangan masyarakat di Desa Airkuning dimana setiap hari masyarakat berjumpa dan mendengar arahan-arahan dari kepala Desa (Perbekel) tentang berbagai hal, prinsip- prinsip keberagamaan, tentang sistem masyarakat baru, juga ayat-ayat Qur'an yang baru turun. Di dalam masjid pula terjadi interaksi antar pemikiran dan antar karakter manusia. Azan yang dikumandangkan lima kali sehari sangat efektif mempertemukan masyarakat dalam membangun kebersamaan.

(6) Tempat Musyawarah (Penyusunan Strategi Perang)

Sebagai tempat bermusyawarah. Pada masa itu masjid yang ada di Desa Airkuning hanya Masjid Jami’ bahkan ada beberapa orang berpendapat bahwa Majid Jami’ merupakan Masjid pertama di Jembrana. Masjid Jami’ pada masa perjuangan sangat memiliki peran penting dimana, masjid ini di gunakan oleh para pemuda untuk melakukan musyawarah atau perundingan masyarakat untuk melawan para penjajah seperti Belanda dan Jepang.

(7) Bandar Pesinggahan Masjid Jami’ yang di gunakan sebagai

tempat ibadah namun disisi lain memiliki fungsi penting dalam perjuangan mempertahankan bangsa pada masa revolusi fisik tahun 1945-1950. Pada saat itu tahun 1946 ketika I Gusti Ngurah Rai tiba di Bali dan mendarat di pesisir pantai Yeh Kuning (Airkuning) mereka di sambut oleh masyarakat dan melakukan persinggahan di Masjid Jami’ para masyarakat Desa mengajak mereka untuk

berdiam sementara di Masjid Jami’ sebelum ke Desa Munduk Malang tempat markas besar di bawah pimpinan Gusti Wayan Debes.

(8) Tempat Menyembunyikan Senjata Masjid Jami’ yang memiliki ukuran

sederhana dan tidak begitu luas pada saat itu mampu menampung senjata kurang lebih 20 buah di dalam Masjid. Senjata-senjata tersebut di letakan di sembarang tempat (didalam area masjid). Menurut wawancara dari bapak Zainuri (85 tahun) bahwa Beberapa senjata di letakan di lantai hanya di tutupi dengan kain, sebagian lagi diletakkan di atas di bagian (plapon) langi-langit masjid karena pada saat itu masjid masih terbuat dari anyaman bamboo (bedeg) sehingga mudah untuk di lobangi, kemudian sebagian lagi diletakan di di pojok masjid lalu di tutupi dengan kain. Berikut merupakan gambar sketsa Masjid Jami’:

Gambar 1. Sketsa tempat senjata yang di

letakkan di bagian atas masjid Sumber :Nazmur Rizal (21/6/2018)

(9) Pusat Dakwah dan Kebudayaan

Islam Masjid merupakan jantung kehidupan

umat Islam yang selalu berdenyut untuk menyebarluaskan dakwah islamiyah dan budaya islami. Di Masjid pula direncanakan, diorganisasi, dikaji, dilaksanakan dan dikembangkan dakwah dan kebudayaan Islam yang menyahuti kebutuhan masyarakat. Karena itu Masjid Jami’, berperan sebagai sentra aktivitas dakwah dan kebudayaan. Di dalam Masjid Jami’ dilakukan proses pendalaman ajaran agama islam di Desa Airkuning.

(10) Tempat Perjuangan

8

Kebangkitan para pemuda memerlukan peran Masjid sebagai basis perjuangan. Kebangkitan berawal dari Masjid menuju masyarakat secara luas. Karena itu upaya aktualisasi fungsi dan peran Masjid Jami’ pada masa Revolusi Fisik (1945-1950) sangat memberikan pengaruh terhadap semangat para pemuda yang berjuang membela tanah air RI. C. Nilai-nilai Sumber Pembelajaran

Sejarah Yang Berkaitan Dengan Masjid Pahlawan Setiap bangunan yang bersejarah yang

memiliki pengaruh terhadap kehidupan manusia mendatang, tentu menghasilkan nilai-nilai pendidikan sejarah yang dapat di petik oleh masyarakat sekitar khususnya bagi generasi penerus nilai-nilai tersebut antara lain: (1) Nilai Religius

Nilai yang bisa di gunakan sebagai sumber belajar Sejarah yang berkaitan dengan Masjid Pahlawan salah satunya ialah nilai Religius. Nilai religius dapat kita lihat dalam bentuk tindakan sosial religius seperti tindakan yang sifatnya memuja, menolong, membantu atau bersedekah, berdharma dan beramal dengan hati yang tulus ikhlas tanpa pamrih yang di jiwai oleh keagamaan tersirat oleh perbuatan atau tindakan yang bersifat keagamaan seperti melakukan persembahyangan yang di lakukan di Masjid Pahlawan. Berbicara mengenai religiusitas berkaitan dengan adanya kenyataan merosotnya kualitas penghayatan orang dalam beragama atau berkaitan dengan hilangnya dimensi kedalaman dan hakikat dasar yang universal dari religi. Jadi, religius merupakan kritik terhadap kualitas keberagaman seseorang di samping terhadap agama sebagai lembaga dan ajarannya.

Nilai religius pada Masjid Pahlawan yang dapat dijadikan sumber belajar sejarah oleh generasi penerus yaitu setiap sudut dan bentuk bangunan masjid bisa di gunakan sebagai media pendidikan agar mereka mengetahui kesakralan tempat ibadah yang di bangun berdasarkan aturan keagamaan serta selalu menjaga kesakralan dari tempat ibadah tersebut. Ta’mir (pengurus) Masjid Pahlawan, bapak

Sirin (60 tahun) mengatakan pada dasarnya sebagai umat yang beriman dan bertaqwa sudah wajib untuk melakukan ibadah shalat di Masjid, selain shalat lima waktu banyak juga yang harus di lakukan sebagai umat yang beragama dan bersosial budaya di masyarakat. Selain itu salah satu sikap yang baik untuk kita ialah ada baiknya jika saling bergotong royong di dalam masjid karena untuk mendekatkan diri kepada Allah juga perlu menjada tempat ibadah (rumah Allah) sebagai salah satu bentuk ketaqwaan kita kepada tuhan kita” (wawancara, 20 Maret 2018).

Aktivitas kehidupan masyarakat Desa Airkuning dalam kehidupan seharai-hari tidak terlepas dari Masjid Pahlawan, yang secara religius mampu mengatasi berbagai bentuk permasalahan yang dialami oleh manusia baik mengenai persoalan hubungan manusia dengan diri sendiri, persoalan hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkup sosial termasuk hubungan dengan lingkungan alam, dan persoalan manusia dengan tuhannya, hal itu dapat dilihat dari antusias masyarakat semakin tinggi untuk melakukan shalat berjamaah di Masjid Pahlawan. (2) Nilai Sosial Budaya

Nilai sosial budaya merupakan bagian hidup dari manusia yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari. Setiap kegiatan manusia hamper tidak lepas dari unsur sosial budaya sebab sebagian besar dari kegiatan manusia di lakukan secara kelompok. Nilai sosial budaya adalah nilai yang di anut oleh suatu masyarakat mengenai apa yang di anggap baik dana pa yang di anggap buruk oleh masyarakat.. (3) Nilai Patriotisme

Suprapto dkk. (2007: 38) menyatakan bahwa patriotisme adalah semangat cinta tanah air atau sikap seseorang yang rela mengorbankan segala-galanya untuk kejayaan dan kemakmuran tanah airnya. Patriotisme merupakan jiwa dan semangat cinta tanah air yang melengkapi eksistensi nasionalisme (Bakry, 2010:144). Sekelompok manusia yang menghuni bumi.

Nilai patriotisme merupakan acuan atau prinsip yang mencerminkan kecintaan terhadap kelompok atau bangsa dan kesediaan untuk menjunjung nilai-nilai

9

kemanusiaan. Patriotisme meliputi sikap-sikap bangga akan pencapaian bangsa, bangga akan budaya bangsa, adanya keinginan untuk memelihara ciri-ciri bangsa dan latar belakang budaya bangsa. Rashid (2004: 5) menyebutkan beberapa nilai patriotisme, yaitu: kesetiaan, keberanian, rela berkorban, serta kecintaan pada bangsa dan negara.Dalam penelitian ini, diambil dua aspek pokok dalam patriotism yaitu kesetiaan dan kerelaan berkorban.

Begitupun dengan Masjid Pahlawan dengan belajar dari sejarah Masjid Pahlawan ini, di harapakan kepada masyarakat yang ada di Desa Airkuning Kecamatan Jembrana khususnya para pelajar yang memiliki tujuan membangun bangsa yang cemerlang ada baiknya untuk mengetahui serta memahami latar belakang berdirinya sejarah masjid Pahlawan agar para pelajar bisa mengambil nilai-nilai Perjuangan para tokoh pemuda perjuangan masa Revolusi Fisik 1945-1950. (4) Nilai Toleransi

Sejak awal adanya kehidupan manusia sudah menyadari bahwa hal yang baik di lakukan di masyarakat maupun sesama makhluk hidup akan menimbulkan kebahagiaan, Kesadaran dengan melakukan tradisi dan upacara keagamaan di dalam Masjid sudah mulai berkembang, dengan adanya Masjid Pahlawan ini masyarakat di Desa Airkuning lebih toleransi terhadap sesama dan masyarakat lebih banyak jumlah yang ikut berkontribusi terhadap kegiatan keagamaan di dalam Masjid Pahlawan. pendapat seorang warga di desa Airkuning yang beragama non-muslim yaitu bapak Ketut Tersen (58 tahun) mengatakan Sikap toleransi antar umat beragama terutama umat Islam dan Hindu terutama pada saat upacara keagamaan di Desa Airkuning sangatlah baik. Selain itu dari segi penglihatan bahwa Masjid Pahlawan ini memiliki kesakralan karena kita meilihat para pemuda perjuangan pasca kemerdekaan sangatlah bermakna. Namun di sisi lain sebagai masyarakat yang memiliki rasa harus saling berbaur, bergotong royong serta perduli terhadap manu sia maka sipak toleransi sangat di perlukan. Seperti misalnya ketika hari raya Idul Fitri dan hari raya Nyepi kita sama-sama menjaga keamanan karena di Desa

Airkuning tidak memiliki Pura maka umat Islam juga membantu dalam hari raya Nyepi. (5) Nilai Kepahlawan

Pahlawan adalah satu kata yang memiliki banyak makna, agung indah dan luhur. Pahlawan sering kita sebut sebagai orang yang berjasa dalam hidup kita, dia adalah motivator bagi anak bangsa dan sekaligus sebagai inspirator bagi bangsa. Pada umumnya pahlawan adalah seseorang yang berbakti kepada masyarakat, negara, bangsa dan atau umat manusia tanpa menyerah dalam mencapai cita-citanya yang mulia, sehingga rela berkorban demi tercapainya tujuan, dengan dilandasi oleh sikap tanpa pamrih pribadi.

Berkaitan dengan hal itu Masjid Pahlawan memiliki peran dan nilai penting dalam menumbuhkan sikap dan sifat kepahlawanan terhadap masyarakat Desa Airkuning khususnya pemuda pelajar yang ada di Desa. Menurut hasil wawancara dari kepala desa bapak Samanhuri (59 tahun) mengatakan Melihat dari sejarahnya Masjid Pahlawan ini memiliki pontensi untuk menumbuh kembangkan rasa kepahlawanan bagi masyarakat khususnya para anak muda dan pelajar, agar mereka mengikuti jiwa nasionalisme yang dimiliki oleh para veteran dan pemuda Desa Airkuning pada masa revolusi fisik 1945-1950. Dengan adanya Masjid Pahlawan ini di harapkan para pemuda semakin rajin dan taat beribadah serta rajin terlibat dalam acara keagamaan serta kegiatan-kegiatan yang di lakukan di Masjid Pahlawan. PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan uraian pembahasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Nama Masjid Jami’ berganti menjadi

Masjid Pahlawan dilatar belakangi oleh peristiwa Revolusi Fisik 1945-1950. Masjid Jami’ dibangun oleh umat Islam pada tahun 1936. Sejarah Masjid Jami’ berganti nama menjadi Masjid Pahlawan karena pada masa Revolusi fisik masjid itu digunakan sebagai tempat menyembunyikan senjata, oleh karena itu pada masa pak Nur Husin menjadi kepala desa (1971-1977) ketika akan merenovasi Masjid maka beliau

10

bersama masyarakat musyawarah dan mufakat mengganti nama Jami’ dengan “Pahlawan” mengingat bahwa masjid ini ikut serta dalam perjuangan masa revolusi fisik, dan di resmikan oleh bapak presiden Soeharto tahun 1996.

2. Fungsi Masjid Jami’ pada masa Revolusi fisik 1945-1950 ialah sebagai tempat beribadah, tempat pelaksanaan kegiatan agama, tempat musyawarah, pusat dakwah dan kebudayaan, sebagai bandar persinggahan, bandar persinggahan, tempat menyembunyikan senjata, dan sebagai tempat perjuangan.

3. Adapun nilai-nilai yang dapat di gunakan sebagai sumber belajar sejarah yang berkaitan dengan Masjid Pahlawan ialah nilai religius, nilai sosial budaya, nilai toleransi, nilai patriotisme, dan nilai kepahlawanan

DAFTAR PUSTAKA Abdillah, Aam. 2012. Pengantar Ilmu

Sejarah. Bandung: Pustaka Setia Arta, Ketut Sedana dan I Ketut Margi. 2014.

Sejarah Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu

Astari, Puji. 2014. Mengembangkan Fungsi Masjid Sebagai Pusat Peradaban Masyarakat. Lampung: IAIN Raden Intan Lampung

Dhont, Frank. 2005. Nasionalisme Baru Intelektual Indonesia Tahun 1920-an. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Fitriciada Azhari, Aidul. 2011. UUD 1945 Sebagai Revolutiegrondwet (Tafsir Postkoloial Atas Gagasan-gagasan Revolusioner Dalam Wacana Konstitusi Indonesia. Yogyakarta: Jalasutra.

Hasbullah. 2006. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Jannah, Nurul. 2016. Revitalisasi Peranan Masjid Di Era Modern (Studi Kasus Di Kota Medan). Medan: Universitas Islam Negeri

Kahin McTurnan, George. 1995. Nasionalisime Dan Revolusi Di Indonesia. Yogyakarta :Pustaka Sinar Harapan.

Lasmawan, Wayan. 2014. Telaah Kurikulum Sebuah Pengantar. Singaraja: Mediakom Indonesia

Meraku, Gusti Bagus. 2000. Sejarah Perjuangan Kemerdekaan Rakyat Buleleng 1945 – 1950. Bandung: Ganeca Exact Bandung.

Mulyono. 1979. Sejarah Keberadaan Ummat Islam di Bali. Denpasar: Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bali

Nasution M.A, S. 2014. Sejarah Pendidikan Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Pageh, I Made. 2010. Metodologi Sejarah Dalam Perspektif Pendidikan. Denpasar: Pustaka Larasan

Pendit, Nyoman S. 2008. Bali Berjuang. Denpasar: Pustaka Larasan dan Sarad.

Susanti. 2014. Potensi Masjid Nur Singaraja Sebagai Sumber Belajar Sejarah Kebudayaan di SMA. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha

Warman Adam, Asvi. 2004. Pelurusan Sejarah Indonesia. Yogyakarta: Ombak.

Wedha, I Ketut. 2006. Revolusi Fisik di Jembrana Sebuah Studi Sejarah. Jembrana: Pemerintah Kabupaten Jembrana Bali

Yayasan 19 Desember 1948. 1994. Perang Rakyat Semesta 1948 – 1949. Jakarta: Balai Pustaka