pembuatan oatmeal cookies dengan substitusi tepung ubi jalar
Cookies Udang
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of Cookies Udang
LAPORAN PRAKTIKUMAPLIKASI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL LAUT
COOKIES SUBSTITUSI TEPUNG UDANG
Oleh:HENRI KARTONOG311 12 253
KELOMPOK I (SATU)
ASISTEN : IRIANTY DAVID
LABORATORIUM PENGOLAHAN PANGAN
PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGANJURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR2014
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Indonesia terkenal sebagai Negara maritim di dunia.
Indonesia memiliki wilayah perairan yang sangat luas dengan
potensi perikanan yang sangat tinggi tatapi belum
dimanfaatkan dengan baik. Hampir 75% dari seluruh wilayah
Indonesia merupakan perairan pesisir dan lautan. Salah satu
potensi perikanan di Indonesia adalah udang. Sampai saat ini
udang hanya dimanfaatkan sebatas pengasinan dan dikonsumsi
secara langsung. Udang adalah komsumsi laut yang cepat
mengalami pembusukan sehingga harus segera diolah, salah
satunya menjadi tepung udang. Tepung udang untuk pangan masih
jarang digunakan dibandingkan tepung udang untuk pakan,
sehingga perlu dilakukan upaya untuk memanfaatkan tepung
udang dalam penganekaragaman produk pangan misalnya dalam
pembuatan cookies.
Cookies banyak disukai karena rasanya yang enak dan
bervariasi, jenis dan bentuknya yang beraneka ragam, harganya
relatif murah, seta kandungan gizi yang lengkap. Penambahan
tepung udang ke dalam adonan untuk membuat cookies diharapkan
dapat meningkatkan nilai gizi, kualitas organoleptik dan
harga pokok produksi. Oleh karena itu, perlu dilakukan
praktikum ini untuk mengetahui bagaimana cara pembuatan
cookies yang baik dan benar, serta untuk mengetahui pengaruh
tepung udang pada cookies.
I.2 Tujuan dan Kegunaan Praktikum
Tujuan dari praktikum pembuatan burger ikan adalah
sebagai berikut :
1.Untuk mengetahui prinsip pembuatan cookies yang baik dan
benar.
2.Untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung udang pada
pembuatan cookies.
Kegunaan dari praktikum mengenai pembuatan cookies dengan
subtitusi tepung udang yaitu sebagai bahan referensi dalam
pembuatan cookies sehingga nantinya dapat diaplikasikan dalam
industri pangan maupun kehidupan sehari-hari.
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Udang
Udang merupakan jenis ikan konsumsi air payau, badan
beruas berjumlah 13 (5 ruas kepala dan 8 ruas dada) dan
seluruh tubuh ditutupi oleh kerangka luar yang disebut
eksosketelon. Udang merupakan salah satu sumber protein,
kalsium, dan mengandung mineral. Umumnya udang yang terdapat
di pasaran sebagian besar terdiri dari udang laut. Hanya
sebagian kecil saja yang terdiri dari udang air tawar,
terutama di daerah sekitar sungai besar dan rawa dekat
pantai. Udang air tawar pada umumnya termasuk dalam keluarga
Palaemonidae, sehingga para ahli sering menyebutnya sebagai
kelompok udang palaemonid. Udang laut, terutama dari keluarga
Penaeidae, yang biasa disebut udang penaeid oleh para ahli
(Anonim, 2011).
II.2. Margarin
Lemak merupakan salah satu komponen penting dalam
pembuatan cookies. Kandungan lemak dalam adonan cookies
merupakan salah satu faktor yang berkontribusi pada variasi
berbagai tipe cookies. Di dalam adonan, lemak memberikan
fungsi shortening dan fungsi tesktur sehingga cookies/biskuit
menjadi lebih lembut. Selain itu, lemak juga berfungsi
sebagai pemberi flavour. Selama proses pencampuran adonan, air
berinteraksi dengan protein tepung terigu dan membentuk
jaringan teguh serta berpadu. Pada saat lemak melapisi
tepung, jaringan tersebut diputus sehingga karakteristik
makan setelah pemanggangan menjadi tidak keras, lebih pendek
dan lebih cepat meleleh di dalam mulut. Lemak yang biasanya
digunakan pada pembuatan cookies adalah mentega dan margarin.
Gunakan lemak sebanyak 65 – 75 % dari jumlah tepung. Margarin
cenderung lebih banyak digunakan pada pembuatan cookies karena
harganya relatif lebih rendah dari butter. Fungsinya untuk
menghalangi terbentuknya gluten. Lemak mungkin adalah bahan
yang paling penting diantara bahan baku yang lain dalam
industry cookies/biskuit. Dibandingkan dengan terigu dan gula,
harga lemak yang paling mahal. Oleh karena itu, penggunaannya
harus benar-benar diperhatikan untuk memperoleh produk yang
berkualitas dengan harga yang terjangkau. Lemak digunakan
baik pada adonan, disemprotkan dipermukaan biscuit/cookies,
sebagai isi krim dan coating pada produk biskuit cokelat.
Tentu saja untuk setiap fungsi yang berbeda dipergunakan
jenis lemak yang berbeda pula (Tanto, 2013).
II.3. Tepung Udang
Tepung udang merupakan salah satu bahan baku sumber
protein hewani yang dibutuhkan dalam komposisi makanan ternak
dan udang. Kandungan protein tepung udang memang relatif
tinggi. Protein hewani tersebut disusun oleh asam-asam amino
esensial yang kompleks, diantaranya asam amino Lisin dan
Methionin. Disamping itu, juga
mengandung mineral calsium dan phospor serta vitamin B kompleks
khususnya vitamin B12. Tepung udang (fish meal) adalah salah
satu produk pengawetan udang dalam bentuk kering, kemudian
digiling menjadi tepung (Firmansyah, 2010).
Penambahan konsentrasi tepung udang pada pembuatan cookies
berpengaruh pada hasil akhir produk yakni warna, aroma, rasa,
dan tekstur yang dihasilkan. Hal ini disebabkan karena
semakin tinggi konsentrasi tepung udang, maka akan
berpengaruh pada produk akhir yang dihasilkan yakni warna
yang diahasilakn adalah warna gelap, aroma yang dihasilkan
adalah aroma udang, dan rasa yang dihasilkan adalah rasa
udang. Selain itu tepung udang dapat mensubstitusi tepung
terigu dalam pembuatan cookies hanya sampai batas tertentu
atau dalam jumlah kecil karena tepung udang tidak mengandung
gluten yang merupakan komponen sangat penting dalam proses
adonan yang akan mempengaruhi tekstur cookies (Winarno, 1997).
II.4. Cookies
Cookies merupakan salah satu jenis biskuit yang dibuat
dari adonan lunak, berkadar lemak tinggi, relative renyah bila
dipatahkan dan penampang potongannya bertekstur padat. Cookies
dengan penggunaan tepung non-terigu biasanya termasuk ke
dalam golongan short dough. Biskuit yang tergolong sebagai
short dough berbeda dengan biskuit golongan lainnya. Biskuit
golongan ini terbuat dari adonan yang kurang elastis dan
kurang mengembang. Jumlah lemak dan gula di dalam adonan
memberikan plastisitas dan kesatuan adonan tanpa adanya atau
sedikit sekali pembentukan jaringan gluten. Sifat masing-
masing cookies ditentukan oleh jenis tepung yang digunakan,
proporsi gula dan lemak, kondisi dari bahan-bahan tersebut
pada saat ditambahkan dalam campuran (missal ukuran kristal),
metode pencampuran (batch, kontinyu, kriming, pencampuran
satu tahap), penanganan adonan dan metode pemanggangan.
Kualitas cookies selain ditentukan oleh nilai gizinya juga
ditentukan dari warna, aroma, cita rasa, dan kerenyahannya.
Kerenyahan merupakan karakteristik mutu yang sangat penting
untuk diterimanya produk kering. Kerenyahan salah satunya
ditentukan oleh kandungan protein dalam bentuk gluten tepung
yang digunakan (Tanto, 2013).
II.5. Prinsip pembuatan Cookies
Prinsip dasar pempuatan kue kering terdiri dari beberapa
tahap menurut Tanto, (2013), yaitu : mengocok adonan,
mencetak adonan, memberi hiasan, dan memanggang kue kering.
1. Mengocok Adonan
Gunakan mixer dengan kecepatan sedang (kecuali resep
mensyaratkan lain) untuk mengocok mentega dan gula hingga
larut. Baru masukkan telur satu persatu sesuai resep. Pada
tahap ini turunkan kecepatan mixer. Jangan terlalu lama
mengocoknya cukup sampai adonan tercampur dan telur tak perlu
mengembang. Matikan mixer. Masukkan bahan lain dan aduk
secukupnya dengan spatula hingga rata. Tips mengocok adonan:
Jangan mengocok dan mengaduk adonan kue terlalu lama karena
kue akan keras/bantat. Untuk kue-kue yang tidak mensyaratkan
pemakaian mixer/kocokan, gunakan pisau pastry atau ujung jari
saja untuk mengaduk bahan hingga berbentuk butiran kasar.
Tipe adonan seperti ini jangan diuleni dengan tangan terlalu
keras agar kue kering tidak keras/bantat. Adonan yang telah
dibuat dan belum sempat dipanggang bisa bertahan 24 jam di
dalam kulkas. Kalau adonan dibekukan di freezer tahan hingga 3
bulan.
2. Mencetak Adonan
Mencetak adonan pengertiannya adalah membuat bentuk kue
kering. Teknik yang gampang adalah buat lembaran, ratakan
adonan di loyang, panggang hingga setengah matang, keluarkan
dari oven, buat keratan dengan pisau tajam hingga berbentuk
batang atau bar. Oven kembali hingga matang. Jika keratan
dibuat setelah matang, ada peluang kue kering hancur atau
patah. Bentuk lain yang mudah adalah drop atau membentuk
bulatan dengan 2 sendok teh dan letakkan adonan pada loyang.
Hasilnya nanti kue kering akan memipih seperti setetes air
jatuh. Itu kenapa dinamakan drop. Usahakan banyaknya adonan
yang diambil tiap sendoknya sama agar hasil kue kering
seragam.
3. Memberi Hiasan
Adakalanya setelah kue dicetak, kita ingin menghiasnya
agar tampilan lebih menarik. Teknik menghias biasanya
dilakukan dengan dua cara: hias sebelum dioven, dan hias
setelah dioven matang. Hiasan sebelum dioven biasanya berupa
taburan, baik kacang, wijen, maupun keju. Olesi dulu
permukaan kue kering dengan telur yang telah dikocok lepas,
baru beri taburan. Teknik menghias setelah dioven antara lain
adalah hiasan dengan gula icing, permen dan celup cokelat.
Hias kue sesaat sebelum disajikan agar bentuknya tetap indah
dan menggiurkan.
4. Memanggang
Untuk memanggang gunakan loyang datar tanpa pinggiran
atau pinggiran pendek saja (sekitar 2 cm), agar panas oven
merata ke semua area loyang. Gunakan loyang berwarna terang
atau mengkilat. Loyang gelap lebih menyerap panas hingga kue
kering gampang gosong. Olesi loyang dengan mentega/margarin
tipis-tipis sebelum digunakan untuk memanggang. Pastikan
loyang dalam keadaan dingin ketika adonan diletakkan agar
cookies tidak meleleh dan tak berbentuk. Untuk bentuk drop, spuit
atau cetakan, letakkan adonan berjarak sekitar 2-3 cm antar
adonan untuk memberikan ruang untuk adonan mengembang.
Setiap jenis cookies memerlukan suhu dan lama pembakaran
yang berbeda untuk memperoleh hasil yang maksimal. Semakin
besar cookies yang dicetak semakin lama pembakarannya dan suhu
pembakaran tidak boleh terlalu panas. Suhu pembakaran pada
cookies yang umum 160-200oC dengan lama pembakaran 10 -15
menit, atau lebih lama.
II.6. Susu Skim
Susu skim berbentuk padatan (serbuk) memiliki aroma khas
kuat dan sering digunakan pada pembuatan cookies. Skim
merupakan bagian susu yang mengandung protein paling tinggi
yaitu sebesar 36.4%. Susu skim berfungsi memberikan aroma,
memperbaiki tesktur dan warna permukaan. Laktosa yang
terkandung di dalam susu skim merupakan disakarida pereduksi,
yang jika berkombinasi dengan protein melalui reaksi maillard
dan adanya proses pemanasan akan memberikan warna cokelat
menarik pada permukaan cookies setelah dipanggang (Tanto,
2013).
II.7. Gula
Gula merupakan bahan yang banyak digunakan dalam
pembuatan cookies. Jumlah gula yang ditambahkan biasanya
berpengaruh terhadap tesktur dan penampilan cookies. Fungsi
gula dalam proses pembuatan cookies selain sebagai pemberi
rasa manis, juga berfungsi memperbaiki tesktur, memberikan
warna pada permukaan cookies, dan mempengaruhi cookies. Cookies
sebaiknya menggunakan gula halus atau tepung gula. Jenis gula
ini akan menghasilkan kue berpori-pori kecil dan halus. Di
dalam pembuatan adonan cookies, gula berfungsi sebagai pemberi
rasa, dan berperan dalam menentukan penyebaran dan struktur
rekahan kue (Tanto, 2013).
II.8. Telur
Telur berfungsi untuk membentuk struktur dan kekokohan
cookies, memberi
rasa gurih, memberi aroma, rasa, warna, kelembutan dan dapat
pula berfungsi
sebagai emulsifier alami. Penggunaan kuning telur memberikan
tekstur cookies
yang lembut, tetapi struktur dalam cookies tidak sebaik jika
digunakan keseluruhan
bagian telur. Telur merupakan pengikat bahan-bahan lain,
sehingga struktur cookies
lebih stabil. Telur digunakan untuk menambah rasa dan warna.
Putih telur bersifat
sebagai pengikat/pengeras. Kuning telur bersifat sebagai
pengempuk (Tanto, 2013).
II.9. Backing Powder
Salah satu leavening agents yang sering digunakan dalam
pengolahan cookies
adalah baking powder. Baking powder memiliki sifat cepat larut
pada suhu
kamar dan tahan selama pengolahan. Kombinasi sodium
bikarbonat dan asam dimaksudkan untuk memproduksi gas
karbondioksida baik sebelum dipanggang
atau pada saat dipanaskan dioven. Bahan pengasam yang
digunakan tidak selalu
berupa asam, yang penting dapat memberikan ion hydrogen (H+)
supaya dapat
melepas CO2 dari NaHCO3, misalnya garam alumunium sulfat bila
bereaksi
dengan air akan menghasilkan asam sulfat. Pereaksi asam yang
digunakan
adalah garam asam dari asam tartarat, asam fosfat, atau
senyawa alumunium.
Fungsi bahan pengembang adalah untuk mengaerasi adonan,
sehingga menjadi
ringan dan berpori, menghasilkan cookies yang renyah dan halus
teksturnya (Tanto, 2013).
II.10. Tepung Maizena
Tepung jagung, pati jagung, atau tepung maizena adalah
pati yang didapatkan dari endosperma biji jagung. Tepung
jagung merupakan bahan makanan populer yang biasa digunakan
sebagai bahan pengental sup atau saus, dan digunakan untuk
membuat sirup jagung dan pemanis lainnya. Tepung maizena
digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan kue. Tepung
maizena berfungsi untuk mengontrol penurunan protein dalam
tepung agar mendapatkan hasil kue yang renyah (Anonim, 2013).
II.11. Tepung Terigu
Tepung terigu adalah salah satu bahan yang mempengaruhi
proses
pembuatan adonan dan menentukan kualitas akhir produk
berbasis tepung terigu.
Tepung terigu lunak cenderung membentuk adonan yang lebih
lembut dan
lengket. Fungsi tepung sebagai struktur cookies. Sebaiknya
gunakan tepung terigu
protein rendah (8-9%) karena, akan menghasilkan kue yang
rapuh dan kering
merata (Tanto, 2013).
II.12. Coklat bubuk
Biasanya coklat bubuk digunakan untuk campuran membuat
kue, roti dan aneka snack lainnya. Coklat bubuk memiliki
manfaat kesehatan karena bubuk coklat tidak mengandung
pemanis sehingga memiliki keuntungan rendah kalori. Coklat
bubuk juga mengandung mineral yang sangat penting bagi hati,
tulang dan sistem kekebalan tubuh. Dua sendok coklat bubuk
tanpa gula memiliki 25 kalori, 1,5 g lemak, 3,6 g serat, 8%
zat besi, dan 14% magnesium. Fungsi coklat bubuk pada cookies
yakni memberi citarasa, dan warna dan aroma khas coklat. Cok
lat bubuk adalah cokelat yang mempunyai aroma yang kuat,
tidak tengik, tidak bulukan, dan tidak berjamur. Ada beberapa
jenis coklat bubuk yaitu coklat bubuk yang berwarna pekat dan
beraroma pahit yang sangat berguna
karena mempunyait sifat mengeringkan adonan kue sihingga kue
menjadi renyah
dan gurih (Gina, 2013).
II.13. Kacang-kacangan
Kacang-kacangan sering digunakan sebagai campuran dalam
adonan. Selain
bercita rasa gurih, kacang meningkatkan nilai gizi pada kue
tersebut. Kacang yang
sering digunakan yakni kacang tanah, kacang mete, kacang
almon, dan kacang
kenari. Maka dari itu, dalam pembuatan cookies sangat
diharapkan adanya penambahan kacang untuk meningkatkan cita
rasa dan nilai gizi (Anonim, 2008).
II.14. Keju
Keju adalah sebuah makanan yang dihasilkan dengan
memisahkan zat-zat padat dalam susu melalui proses
pengentalan atau koagulasi. Proses pengentalan ini dilakukan
dengan bantuan bakteri atau enzim tertentu yang disebut
rennet. Hasil dari proses tersebut nantinya akan dikeringkan,
diproses, dan diawetkan dengan berbagai macam cara. Umumnya,
adonan dan hiasan kue menggunakan keju tua dengan kadar air
25-36%. Keju tua tidak meleleh saat dipanggang sehingga kue
kering tetap cantik. Selain bergizi, keju membuat kue lebih
gurih dan renyah. Fungsi lain dari panambahan keju yakni
member rasa dan aroma yang khas pada kue kering (Anonim,
2008).
II.15. Panelis
Panelis adalah orang yang bertugas menilai
spesifikasi mutu produk secara subjektif dan telah memenuhi
persyaratan untuk melakukan pengujian organoleptik. Adapun
syarat- syarat seorang calon panelis menurut Priyitno (2013)
adalah sebagai berikut :
1. Calon panelis harus tertarik pada uji organoleptik dan
siap berpartisipasi.
2. Calon panelis harus trampil serta konsisten dalam mengambi
l keputusan.
3. Calon panelis harus diuji kemampuannya dalam melakukan uji
organoleptik.
4. Calon panelis harus siap sedia pada saat dibutuhkan dalam
pengujian.
5. Calon panelis harus trampil serta konsisten dalam mengambi
l keputusan.
6. Calon panelis harus diuji kemampuannya dalam
melakukan uji organoleptik.
7. Calon panelis harus siap sedia pada saat dibutuhkan dalam
pengujian.
8. Calon panelis harus berbadan sehat, bebas dari peny
akit THT, tidak buta warna dan psikologis.
9. Kebiasaan merokok, minum minuman keras dan makan
permen karet satu jam
sebelum pengujian harus dihentikan.
10. Calon panelis tidak menolak terhadap makanan yang
akan diuji (tidak
alergi).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
III.1. Waktu dan Tempat
Praktikum Aplikasi Teknologi Pengolahan Hasil Laut
berjudul Cookies Substitusi Tepung Udang ini dilaksanakan pada
hari Jumat tanggal 7 November 2014, pukul
08.30 – selesai WITA, bertempat di Laboratorium Pegolahan
Pangan, Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Jurusan
Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas
Hasanuddin, Makassar.
III.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
- grinder - mixer - sendok- wadah - pisau - talenan- timbangan - blender - oven listrik
Bahan yang digunakan dalam praktikun ini adalah :
- keju - tepung udang - gula halus- tepung
maizena
- telur - backing powder
- air - mentega/
margarin
- kacang tanah
- aluminium
foil
- kacang mete - tepung terigu
- susu bubuk
III.3. Prosedur Praktikum
Proses pembuatan cookies terdiri atas tahap pembuatan
adonan, pencetakan, dan pembakaran. Pada pencampuran bahan
mula-mula gula, margarin, telur, susu skim dikocok membentuk
krim, kemudian dicampurkan tepung terigu dan bahan
pengembang. Pengocokan dilakukan sedemikian rupa sehingga
semua bahan tersebut tercampur rata dan homogen. Setelah
adonan jadi dilanjutkan dengan pencetakan, yang bentuknya
bervariasi tergantung selera. Tahap berikutnya adalah
pemanggangan yang dilakukan menggunakan oven pada suhu 180-
2000C selama 16-20 menit. Setelah itu cookies siap untuk
dihidangkan. Secara sistematik prosedur pembuatan cookies ikan
ini dapat dilihat
pada Gambar 48.
Gambar 48. Diagram alir proses pembuatan cookies subtitusi
tepung udang
III.4. Parameter Pengamatan
Parameter pengamatan pada praktikum ini adalah
sebagai berikut:
1. Warna
2. Rasa
3. Aroma
4. Tekstur
III.5. Perlakuan Praktikum
Perlakuan yang diberikan pada praktikum ini adalah
sebagai berikut:
1. Original dengan penambahan kacang mete.
2. Coklat dengan penambahan kacang mete.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Hasil
Hasil yang diperoleh pada praktikum ini adalah:
Tabel 07. Hasil Uji Organoleptik Pembuatan Cookies TepungUdang Kelompo
kParameter Pengamatan
Warna Aroma Rasa TeksturI Suka Agak Suka Agak Suka Agak SukaII Suka Agak Suka Agak Suka SukaIII Suka Suka Suka SukaIV Suka Suka Suka Suka
Sumber : Data Sekunder Aplikasi Teknologi Pengolahan Hasil Laut, 2014.
IV.2. Pembahasan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu udang.
Udang merupakan salah satu hasil laut yang biasa hidup di air
payau atau air laut. yang banyak mengandung protein, kalsium,
dan mineral. Hal ini sesuai dengan Anonim (2011), yang
mengtakan bahwa udang merupakan jenis konsumsi air payau,
Udang merupakan salah satu sumber protein, kalsium, dan
mineral.
Cookies adalah salah satu jenis kue kering (cookies) yang
terbuat dari adonan yang lunak, dengan tekstur padat dan rasa
yang renyah. Cookies merupakan salah satu jenis kue kering
yang mengandung kadar lemak yang tinggi. Hal ini sesuai
dengan Tanto (2013), yang mengatakan bahwa cookies yang dibuat
dari adonan lunak, berkadar lemak tinggi, relative renyah
bila dipatahkan dan penampang potongannya bertekstur padat.
Proses pembuatan cookies terdiri dari beberapa tahap
yaiutu pembuatan adonan, pencetakan, dan pembakaran.
Pembuatan adonan dimulai dengan mencampurkan gula, margarin,
telur, susu skim dikocok membentuk krim, kemudian dicampurkan
tepung terigu dan bahan pengembang. Selanjutnya diadakan
pengocokan sedemikian rupa sehingga semua bahan tersebut
tercampur rata dan homogen. Tahap berikutnya adalah
pemanggangan dengan menggunakan oven pada suhu 180-2000C
selama 16-20 menit.
Hal ini sesuai dengan Tanto (2013), yang menyatakan bahwa
prinsip dasar pempuatan kue kering terdiri dari beberapa
tahap yaitu mengocok adonan, mencetak adonan, memberi hiasan,
dan memanggang kue kering.
Margarin dalam pembuatan cookies berfungsi sebagai bahan
pengemulsi. Margarin mengandung lemak yang berfungsi sebagai
shortening dan fungsi tekstur sehingga cookies menjadi lebih
lembut. Margarin cenderung lebih banyak digunakan pada
pembuatan cookies karena harganya relatif lebih rendah dari
butter. Hal ini sesuai dengan
Tanto (2013), yang mengatakan bahwa margarin merupakan salah
satu komponen penting dalam pembuatan cookies. Di dalam
adonan, lemak memberudang fungsi shortening dan fungsi
tekstur sehingga cookies menjadi lebih lembut.
Fungsi telur pada pembuatan cookies yakni memberi warna,
aroma, kelembutan serta emulsirfer alami. Penambahan kuning
telur tanpa putih telur akan menghasilkan cookies yang lembut
dengan tekstur yang lebih halus. Disamping itu, telur juga
menambah nilai gizi pada produk akhir karena mengandung
protein, lemak, dan mineral. Hal ini sesuai dengan Tanto
(2013), yang mengatakan bahwa telur berfungsi untuk membentuk
struktur dan kekokohan cookies, memberi rasa gurih, memberi
aroma, rasa, warna, kelembutan dan dapat pula berfungsi
sebagai emulsifier alami. Penggunaan kuning telur memberikan
tekstur cookies yang lembut, tetapi struktur dalam cookies tidak
sebaik jika digunakan keseluruhan bagian telur.
Penambahan susu skim berfungsi untuk memperbaiki
citarasa, warna, dan menahan penyerapan air. Protein dalam
susu dapat mengikat air dan membuat adonan manjadi lebih kuat
dan lengket. Begitu pula dengan gula dalam susu skim dapat
membantu membentuk warna, meningkatkan rasa dan menahan
cairan. Hal ini sesuai dengan Tanto (2013), yang mengatakan
bahwa susu skim berbentuk padatan (serbuk) memiliki aroma
khas kuat dan sering digunakan pada pembuatan cookies. Skim
merupakan bagian susu yang mengandung protein paling tinggi
yaitu sebesar 36.4%. Susu skim berfungsi memberi aroma,
memperbaiki tesktur dan warna permukaan.
Penambahan baking powder berfungsi sebagai bahan
pengembang dalam adonan agar cookies yang dihasilkan menjadi
lebih renyah dan garing. Baking powder dalam jumlah sedikit,
bila digunakan terlalu banyak akan memberikan rasa pahit. Hal
ini sesuai dengan Tanto (2013), yang mengatakan bahwa fungsi
baking powder yakni sebagai bahan pengembang untuk mengaerasi
adonan, sehingga menjadi ringan dan berpori, menghasilkan
cookies yang renyah dan halus teksturnya.
Penambahan gula pada pembuatan cookies berfungsi untuk
memberi rasa manis dan memberi warna pada kue. Jumlah dan
mutu gula akan berpengaruh terhadap tekstur, penampakan dan
cita rasa produk akhir. Umumnya gula yang digunakan adalah
gula bubuk dan gula kastor (gula pasir berbutir halus). Hal
ini sesuai dengan Tanto (2013), yang mengatakan bahwa fungsi
gula dalam proses pembuatan cookies selain sebagai pemberi
rasa manis, juga berfungsi memperbaiki tesktur, memberudang
warna pada permukaan cookies, dan mempengaruhi cookies.
Tepung terigu pada pembuatan cookies berpengaruh pada
pembentukan tekstur cookies yang dihasilkan. Pada umumnya
tepung yang digunakan untuk membuat cookies adalah terigu
dengan kadar protein 7-8,5 %. Tepung terigu berfungsi untuk
memperbaiki tekstur dari cookies. Hal ini sesuai dengan Tanto
(2013), yang mengatakan bahwa tepung terigu adalah salah satu
bahan yang mempengaruhi proses pembuatan adonan dan
menentukan kualitas akhir produk berbasis tepung terigu.
Tepung terigu lunak cenderung membentuk adonan yang lebih
lembut dan lengket. Fungsi tepung sebagai struktur cookies.
Sebaiknya gunakan tepung terigu protein rendah (8-9%).
Tepung maizena digunakan sebagai bahan tambahan dalam
pembuatan cookies. Tepung maizena berfungsi untuk mengontrol
penurunan protein dalam adonan dan untuk menghasilkan cookies
yang renyah. Hal ini sesuai dengan Anonim (2013), yang
menyatakan bahwa tepung maizena digunakan sebagai bahan dasar
dalam pembuatan kue. Tepung maizena berfungsi untuk
mengontrol penurunan protein dalam tepung agar mendapatkan
hasil kue yang renyah.
Penambahan keju pada pembuatan cookies berfungsi untuk
memberi nilai tambah pada kandungan gizi cookies tersebut.
Selain itu, keju juga memberi rasa dan aroma pada cookies
serta membuat tekstur lebih gurih dan renyah. Hal ini sesuai
Anonim (2008), yang mengatakan bahwa selain bergizi, keju
membuat kue lebih gurih dan renyah. Fungsi lain dari
panambahan keju yakni member rasa dan aroma yang khas pada
kue kering.
Fungsi penambahan kacang-kacangan pada pembuatan cookies
yaitu untuk memberi nilai tambah pada kandungan gizi cookies.
Kacang juga memberi rasa dan aroma khas kacang pada cookies.
Kacang yang sering digunakan dalam pembuatan kue yakni kacang
tanah dan kacang mete. Hal ini sesuai denga Anonim (2008),
yang menyatakan bahwa kacang-kacangan sering digunakan
sebagai campuran dalam adonan. Selain bercita rasa gurih,
kacang meningkatkan nilai gizi pada kue tersebut.
Semakin tinggi konsentrasi tepung udang yang ditambahkan
ke dalam formulasi cookies, maka nilai rata-rata kesukaan
terhadap warna, aroma, rasa, dan tekstur semakin kecil.
Penambahan bahan pangan dapat mempengaruhi warna, aroma,
tekstur dan rasa pada cookies. Hal ini sesuai pernyataan
Winarno (1997), yang mengatakan bahwa penambahan konsentrasi
tepung udang pada pembuatan cookies berpengaruh pada hasil
akhir produk yakni warna, aroma, rasa dan tekstur. Hal ini
disebabkan karena semakin tinggi konsentrasi tepung udang,
maka akan berpengaruh pada produk akhir yakni aroma yang
dihasilkan adalah aroma udang, warna yang dihasilkan berwarna
gelap, rasa yang dihasilkan yaitu khas udang, dan tekstur
yang menarik.
Hasil dari parameter pengamatan uji organoleptik pada
cookies adalah panelis lebih menyukai perlakuan III dan IV
dibandingkan perlakuan I dan II. Hal ini dikarenakan adanya
pengaruh penambahan coklat pada perlakuan III dan IV. Coklat
dapat memberikan citarasa, warna dan aroma yang baik pada
cookies. Selain itu coklat bubuk juga mempunyait sifat
mengeringkan adonan kue sehingga teksturnya lebih renyah dan
gurih. Hal ini sesuai dengan Gina (2013), yang mengatakan
bahwa fungsi coklat bubuk pada cookies yakni memberi citarasa,
dan warna dan aroma khas coklat.
Pengujian organoleptik dilakukan oleh panelis sebanyak 10
orang. Penelis merupakan orang yang bertugas
untuk menera mutu suatu produk secara subjektif. Panelis akan
menentukan tingkat kesukaan dari setiap sampel cookies yang
dicoba. Tidak semua orang bisa menajdi panelis, untuk bisa
menjadi panelis ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh
calon panelis yaitu harus tertarik pada pengujian
organoleptik dan bersedia, konsisten dalam mengambil
keputusan, harus di uji terlebih dahulu kemampuannya dalam
melakukan uji organoleptik, siap sedia saat dibutuhkan dalam
pengujian organoleptik. Calon panelis juga harus berbadan
sehat bebas dari penyakit THT, buta warna dan psikologis.
Calon panelis tidak menolak terhadap makanan yang kana diuji
dan tidak alergi. Kebiasaan seperti merokok atau memakan
permen karet 1 jam sebelum pengujian harus dihentikan. Hal
ini sesuai dengan Prayitno (2013), yang menyatakan bahwa
panelis adalah orang yang bertugas menilai spesifikasi mutu
V. KESIMPULAN
V.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ini adalah:
1. Prinsip dasar pempuatan kue kering terdiri dari beberapa
tahap yaitu : mengocok adonan, mencetak adonan, memberi
hiasan, dan memanggang kue kering.
2. Pengaruh penambahan tepung udang yakni berpengaruh pada
warna, aroma, rasa, dan tekstur hasil akhir cookies
tersebut. Hal ini disebakan karena kandungan pada tepung
udang mempengaruhi perubahan produk akhir pada cookies.
V.1. Saran
Saran untuk praktikum kali ini adalah sebelum melakukan
praktikum setidaknya menyediakan alat dan bahan yang akan
digunakan dan lebih mengefisiensikan waktu yang digunakan.
Agar hal tersebut tidak menghambat jalannya praktikum yang
akan dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Kue Kering. http://books.google.co.id/books?id=mEP8cXOoUX8C&pg=PA11&lpg=PA11&dq=fungsi+penambahan+kacang+pada+kue+kering&source=bl&ots=5Y81RrIh_6&sig=0jQHzZZh20f1JEvVKcVm6VVjCqM&hl=en&sa=X&ei=UmhhVMn1EYy7uASz5IHIAg&redir_esc=y#v=onepage&q=fungsi%20penambahan%20kacang%20pada%20kue%20kering&f=false. Diakses pada hari Senin tanggal 9November 2014, Makassar.
Anonim. 2011. Udang.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25660/4/Chapter%20II.pdf. Diakses pada hari Senin tanggal 9November 2014, Makassar.
Anonim. 2013. Tepung Maizena.http://rotibakery.wordpress.com/2013/07/08/tepung-maizena/. Diakses pada hari Senin tanggal 9November 2014, Makassar.
Anonim. 2014. Membuat Tepung Udang.http://omkicau.com/2014/09/20/membuat-tepung-udang-sebagai-ef-alternatif-untuk-pleci-dan-ciblek/. Diakses pada hari Senin tanggal 9 November2014, Makassar.
Tanto. 2013. Cookies.http://tantodanardwi.blogspot.com/2013/08/prinsip-pengolahan-dan-penyajian-kue.html. Diakses pada hariSenin tanggal 9 November 2014, Makassar.
Esti, Gina. 2013. Manfaat Coklat Bubuk. http://coklat-krimer.blogspot.com/2013/12/manfaat-coklat-bubuk.html. Diakses pada hariRabu tanggal 12 November 2014, Makassar.
Firmansyah. 2010. Tepung Udang.http://cahsantren.wordpress.com/2010/02/08/pembuatan-tepung-udang-metode-konvensional-mesin/.
Diakses pada hari Senin tanggal 9 November 2014,Makassar.
Prayitno, Syukur. 2013. Petunjuk Penggunaan Organoleptik.http://syukurprayitno.blogspot.com/2013/02/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html. Diakses padatanggal 11 September 2014. Makassar.
Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. PT GramediaPustaka Utama. Jakarta
LAMPIRAN
Lampiran 10. Gambar hasil pembuatan cookies
Gambar 49. Cookies subtitusi tepung udang dan penambahankacang tanah
Gambar 50. Cookies subtitusi tepung udang dan penambahankacang mete
Lampiran 11. Hasil Uji Organoleptik Praktikum Pembuatan Cookies Tepung UdangNo.
NamaPanelis
Perlakuan I Perlakuan I Perlakuan III Perlakuan IVW A R T W A R T W A R T W A R T
1 Erna 5 3 4 3 4 4 5 4 5 5 4 3 5 4 5 42 Argi 5 4 3 3 5 5 3 3 5 4 4 4 5 4 4 43 Rafi 5 2 3 4 3 2 3 4 5 4 4 4 3 4 4 44 Namira 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55 Jusmiati 5 4 3 4 4 5 4 4 5 5 5 5 5 5 3 56 Rini 4 4 3 2 3 3 2 2 3 3 3 2 3 2 4 47 Irna 4 2 2 3 3 2 3 3 4 5 5 4 5 5 5 58 Ainun 4 2 2 3 3 2 2 2 4 3 3 4 4 3 3 49 Kartina 4 2 2 3 5 2 4 5 5 5 5 5 5 4 5 410 Epi 4 4 2 5 4 3 2 4 4 4 3 4 3 3 2 5
Jumlah 45 32 28 35 39 31 33 36 45 43 43 39 43 39 42 44Rata-Rata 4,5 3,2 2,8 3,5 3,9 3,1 3,3 3,6 4,5 4,3 4,3 3,9 4,3 3,9 4,2 4,4
Sumber : Data Primer Praktikum Aplikasi Pengolahan Teknologi Hasil Laut, 2014.
Keterangan :
1. Sangat tidak suka I = Cookies original kacang mete W = Warna
2. Tidak suka II = Cookies coklat kacang mete A = Aroma
3. Agak suka III = Cookies original kacang tanah R = Rasa
4. Suka IV = Cookies coklat kacang tanah T = Tekstur
5. Sangat suka