contoh laporan model konseling trait and factor
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
5 -
download
0
Transcript of contoh laporan model konseling trait and factor
.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Rasional
Manusia mempunyai potensi untuk berbuat baik dan buruk.
Manusia ingin mencapai kehidupan yang baik, sebenarnya usaha
itu pun sudah menunjukan dan merupakan kehidupan yang baik.
Manusia merupakan sistem sifat atau faktor yang saling
berkaitan antara satu dengan lainnya, seperti kecakapan,
minat, sikap, dan temperamen. Perkembangan individu mulai dari
masa bayi sampai dewasa diperkuat oleh interaksi sifat dan
faktor. Telah banyak dilakukan usaha untuk menyusun kategori
individu atas dasar dimensi sifat dan faktor.
Sebagai seorang guru pembimbing disekolah hendaknya dapat
memberikan pelayanan yang baik kepada siswa siswinya,
terutama saat memberikan layanan konseling individual. Dalam
layanan konseling individual seorang guru pembimbing tidak
hanya sebatas memberikan nasehat-nasehat atau saran kepada
siswa-siswi yang bermasalah akan tetapi juga menekankan aspek
pemahaman diri siswa, menjadi sahabat siswa untuk bersedia
mendengarkan curahan isi hatinya, mencari tahu sebab-sebab
permasalahan yang dihadapinya dan membantu memecahkan masalah
tersebut sampai selesai.
Konseling yang merupakan bentuk bantuan secara langsung
antara dua orang atau lebih sehingga masalah yang sedang
dihadapi oleh konseli dapat teratasi sehingga tidak
menghalangi konseli dalam meraih kebahagiaan dalam hidup. Di
dalam proses konseling, konselor harus menggunakan pendekatan-
4
.
pendekatan yang sesuai dengan karakteristik masalah dari
konseli. Salah satu dari pendekatan konseling yaitu Trait and
Factor. Trait and Factor yang dipelopori oleh Wiliamson ini sering
juga disebut pula konseling yang mengarahkan (directive counseling),
karena konselor secara aktif membantu klien mengarahkan
perilakunya kepada pemecahan kesulitannya. Trait and Factor pada
umumnya dipakai oleh konselor ketika menghadapi jenis konseli
yang mengalami masalah yang disebabkan oleh konseli yang
bingung dalam mengambil sebuah keputusan.
1.2 Konfidensialitas
Bimbingan dan konseling adalah proses pemberian bantuan
secara profesioanal. Konselor menjalankan tugasnya sesuai
dengan kode etik yang berlaku. Dalam penyelenggaraan bimbingan
dan konseling terdapat asas-asas bimbingan dan konseling.
Asas-asas tersebut adalah asas kerahasiaan, kekinian,
kemandirian, kegiatan, kedinamisan, keterpaduan, kenormatifan,
keahlian, alihtangan, dan tut wurihandayani. Dalam menjalankan
tugasnya seorang konselor menggunakan Asas-asas dalam
bimbingan dan konseling yaitu asaskerahasiaan, kesukarelaan,
keterbukaan, kekinian, kemandirian, kegiatan, kedinamisan,
keterpaduan, kenormatifan, keahlian, alihtangandan tut
wurihandayani (Prayitno, 1999:115).5
.
Asas kerahasiaan disini adalah segala sesuatu yang
dibicarakan klien kepada konselor tidak boleh disampaikan
kepada orang lain, atau lebih-lebih hal atau keterangan yang
tidak boleh atau tidak layak diketahui orang lain. Asas
kerahasiaan ini merupakan asas kunci dalam usaha bimbingan dan
konseling. Jika asas ini benar-benar dilaksanakan, maka
penyelengara atau pemberi bimbingan akan mendapat kepercayaan
dari semua pihak, terutama penerima bimbingan klien sehingga
mereka akan mau memanfaatkan jasa bimbingan dan konseling
dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya, jika konselor tidak dapat
memegang asas kerahasiaan dengan baik, maka hilanglah
kepercayaan klien, sehingga akibatnya pelayanan bimbingan
tidak mendapat tempat di hati klien dan para calon klien;
mereka takut untuk meminta bantuan, sebab khawatir masalah dan
diri mereka akan menjadi bahan gunjingan. Apabila hal terakhir
itu terjadi, maka tamatlah riwayat pelayanan konseling di
tangan konselor yang tidak dapat dipercaya oleh klien
itu.Dengan adanya penerapan dan penekanan dalam penggunaan
asas kerahasiaan ini maka dapat bermanfaat juga membantu
konselor memperoleh informasi karena dengan asas ini maka
konseli akan menjadi lebih terbuka dalam menyampaikan masalah
yang dihadapinya.
Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
konselor dalam menjalankan tugasnya harus memperhatikan proses
konseling secara benar dan teratur agar pemberian layanan
dapat terlaksana dengan profesional. Serta asas kerahasiaan
dari permasalahan konseli dapat di jaga dengan baik. Sehingga
memberikan rasa kenyamanan bagi kedua belah pihak.
6
.
1.3 Identitas Klien
1.3.1 Proses Menemukan Klien
Proses menemukan klien yang dilakukan praktikan pertama
kali adalah mendata setiap anak yang masih duduk di bangku
sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas. Hal
tersebut dilakukan karena saat itu anak-anak sekolah sudah
mulai libur akhir semester dan juga libur puasa. Setelah itu
praktikan menanyakan kesediaan klien untuk mengikuti proses
konseling individu dengan tujuan untuk membantu mereka dalam
menyelesaikan masalah pribadinya, baik yang bersifat masalah
perkembangan, karir, sosial, maupun belajarnya. Akhirnya dari
sekian anak yang masih duduk di bangku sekolah, ada satu orang
siswa saat itu memiliki masalah yang harus segera dibantu
untuk menyelesaikan masalah. Selain itu ia juga bersedia untuk
melakukan proses konseling.
1.3.2 Identitas Klien
Nama Lengkap : M STempat, tanggal
lahir
: Semarang, 20 Mei 2002
Alamat : Pandana Merdeka r-47
SemarangAsal Sekolah : SMP N 23 Semarang
7
.
Klien merupakan anak ke-3 dari 3 bersaudara. Saat ini ia
mulai kelas 2 SMP di salah satu sekolah negeri. Ia memiliki
dua orang kakak kandung yang saat ini masih bersekolah di SMA
Negeri 6 Semarang, dan Universitas Dian Nuswantoro. Ia dan
kedua kakanya awalnya sangat dekat sekali, namun karena ada
suatu masalah maka hubungan mereka menjadi agak renggang. Ia
berharap dengan mengikuti proses konseling individu maka akan
mendapat suatu alternatif pemecahan masalahnya sehingga
hubungan antara MS dan kedua kakaknya kembali hangat.
BAB 2
PENDEKATAN/MODEL KONSELING
2.1 Hakikat Manusia
Prinsip dasar konseling Trait and Factor pada dasarnya memandang
manusia sebagai berikut:
1) Manusia dilahirkan dengan membawa potensi baik dan buruk.
2) Manusia bersifa bergantung dan hanya berkembang secara
optimal di tengah-tengah masyarakat.
3) Manusia banyak berhadapan dengan banyak pilihan-pilihan
yang diintrodusir oleh banyak pihak.
8
.
4) Manusia selalu ingin mencapai hidup yang baik (good
life).
5) Hubungan manusia berkaitan erat dengan konsep alam
semesta.
6) Manusia merupakan individu yang unik.
7) Manusia memiliki ciri-ciri yang bersifat umum.
8) Manusia bukan penerima pasif atas pembawaan dan
lingkungan.
Pandangan mengenai manusia yang lainnya menurut Sugiharto
yaitu:
1) Manusia merupakan sistem sifat atau faktor yang saling
berkaitan antara satu dengan lainnya, seperti kecakapan,
minat, sikap, dan temperamen.
2) Perkembangan kemajuan individu mulai dari masa bayi
sampai dewasa diperkuat oleh interaksi sifat dan faktor.
3) Telah banyak dilakukan usaha untuk menyusun kategori
individu atas dasar dimensi sifat dan faktor.
4) Manusia berusaha untuk menggunakan pemahaman diri dan
pengetahuan kecakapan dirinya sebagai dasar bagi
pengembangan potensinya.
5) Manusia mempunyai potensi untuk berbuat baik dan buruk.
6) Makna hidup adalah untuk mencari kebenaran dan berbuat
baik serta menolak kejahatan.
7) Menjadi kebutuhan seutuhnya tergantung pada hubungan
dengan orang lain.
Dari berbagai pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan
bahwa konseling Trait and Factor memandang manusia sebagai makhluk
9
.
yang berpotensi untuk berbuat baik dan buruk; dan dalam
perkembangannya manusia dipengaruhi oleh sifat bawaan dan juga
pengaruh lingkungan, sehingga manusia membutuhkan orang lain
untuk mengembangkan potensinya secara maksimal terutama dalam
pemilihan karir maupun belajarnya.
2.2 Tujuan Konseling
Tujuan dari konseling Trait and Factor adalah:
1) Membantu individu mencapai perkembangan kesempurnaan
berbagai aspek kehidupan manusia.
2) Membantu individu dalam memperoleh kemajuan.
3) Memahami dan mengelola diri dengan cara membantunya
menilai kekuatan dan kelemahan diri dalam kegiatan dengan
perubahan kemajuan tujuan-tujuan hidup dan karir
4) Membantu individu untuk memperbaiki kekurangan,
ketidakmampuan, dan keterbatasan diri serta membantu
pertumbuhan dan integrasi kepribadian.
5) Mengubah sifat-sifat subyektif dan kesalahan dalam
penilaian diri dengan metode ilmiah.
2.3 Prosedur dan Teknik Bantuan
Hubungan konselor dengan klien merupakan hubungan yang
sangat akrab, sangat bersifat pribadi dalam hubungan tatap
muka. Konselor bukan hanya membantu individu atas apa saja
yang sesuai dengan potensinya, tetapi konselor juga
mempengaruhi klien berkembang ke satu arah yang terbaik
10
.
baginya. Konselor memang tidak menetapkan tetapi memberikan
pengaruh untuk mendapatkan cara yang baik dalam membuat
keputusan.
Teknik-teknik utama yang digunakan dalam konseling Trait and
Factor adalah:
1) Memperkuat kesesuaian antara konselor dengan klien (forcing
conformity). Dalam teknik ini konselor senantiasa berusaha
menjaga atau memelihara bahkan memperkuat adanya
kesesuaian antara dirinya dengan klien.
2) Mengubah lingkungan klien (changing environment). Dalam
teknik ini konselor menciptakan lingkungan yang kondusif
bagi klien dengan cara mengubah lingkungan klien
sedemikian rupa sehingga klien menjadi lebih cocok dan
merasa “enjoy” berada di lingkungan tersebut.
3) Memilihkan atau menempatkan klien pada lingkungan yang
sesuai (selecting appropriate environment). Dalam teknik ini
konselor tidak menyarankan klien untuk bertahan di
lingkungan klien yang sekarang, melainkan menyarankan
pindah tempat atau lingkungan yang kondusif.
4) Mendorong klien belajar keterampilan-keterampilan yang
diperlukan (learning needed skills). Dalam teknik ini, konselor
mendorong klien untuk lebih proaktif belajar keterampilan
yang sesuai untuk pemecahan masalahnya maupun
keterampilan hidup lainnya.
5) Mengubah sikap klien (changing attitudes). Dalam teknik ini,
atas pertimbangan yang tepat konselor bukannya mengubah
lingkungan klien ataupun memindahkan klien ke lingkungan
yang lain, melainkan justru mengubah sikap-sikap klien
11
.
yang tidak tepat agar terjadi perubahan sedemikian rupa
sehingga selanjutnya klien merasakan kebahagiaan
(happiness).
Ada beberapa teknik umum yang digunakan dalam pendekatan ini
yaitu:
1) Attending
Attending adalah perilaku konselor untuk melibatkan diri
dalam proses konseling, meliputi kontak mata, bahasa tubuh,
kualitas suara, jejak verbal, dan bahasa tubuh. Tujuan
menggunakan teknik ini adalah:
a) Menunjukan pada konseli bahwa bahwa proses konseling,
konselor memperhatikan sepenuhnya kepada konseli.
b) Mengkomunikasikan penerimaan konselor terhadap konseli.
c) Mengajak dan mengembangkan keterlibatan konseli secara
personal dalam melaksanakan sesi konseling.
d) Menangkap secara utuh pesan dan ungkapan yang diberikan
konseling baik dalam bentuk verbal maupun non-verbal.
2) Opening
Opening adalah membuka kegiatan wawancara. Tujuan
pembukaan wawancara konseling adalah:
a) Menciptakan rasa aman konseling selama mengikuti sesi
konseling.
b) Mengurangi kecemasan dalam proses konseling.
c) Menciptakan kondisi fasilitas dalam konseling.
12
.
3) Acceptance
Acceptance adalah penerimaan terhadap klien. Tujuan dari
acceptance adalah:
a) Mengkomunikasikan sikap dasar konselor terutama ketika
membentuk suasana akrab.
b) Disadarinya oleh konseli bahwa konselor benar-benar
mendengarkan apa yang dikatakannya.
4) Restatement dan Pharaprasing
Restatement adalah mengulang atau menyatakan kembali
sebagian pernyataan konseling yang dianggap penting.
Pharaprasing adalah mengulang kalimat atau pernyataan singkat
konseli secara utuh, apa adanya tanpa mengubah makna. Tujuan:
a) Diketahui oleh klien, bahwa konselor mendengar apa yang
dikatakannya.
b) Diperolehnya informasi penting
c) Terujinya data yang diverbalisasikan klien.
5) Reflection of Feeling
Reflection of feeling adalah pantulan perasaan yang dinyatakan
dalam bentuk pernyataan atau sikap yang terkandung dibalik
pernyataan klien. Tujuan dari reflection if feeling adalah:
a) Dirasakannya oleh klien bahwa dirinya dipahami oleh
konselor.
b) Terdorongnya konseli lebih mengekspresikan perasaan
terhadap situasi tertentu.
6) Clarification
13
.
Adalah mengungkapkan kembali isi pernyataan klien dengan
menggunakan kata-kata baru dan segar. Tujuan:
a) Mengungkapkan isi pesan utama yang disampaikan klien.
b) Memperjelas isi pesan yang diungkapkan klien.
7) Structuring
Adalah penegasan tentang batasan-batasan konseling itu
sesungguhnya. Tujuannya:
a) Diperolehnya kesamaan harapan konselor dan klien.
b) Memperjelas isi pesan yang diungkapkan klien.
8) Summary
Meringkas adalah suatu proses untuk memadu berbagai ide
dan perasaan dalam satu pernyataan pada akhir suatu unit
wawancara konseling. Tujuannya:
a) Memadukan unsur-unsur tema yang muncul dalam pembicaraan.
b) Mengidentifikasi pola isi pembicaraan konseli.
c) Menghindari pembicaraan yang diulang-ulang atau bertele-
tele.
d) Merangkum kemajuan yang telah dicapai dalam proses
konseling.
Sedangkan untuk proses saat melakukan konseling Trait and Factor
adalah :
1) Analisis.
Merupakan tahapan kegiatan: pengumpulan informasi dan
data mengenai klien. Konselor dan klien memiliki informasi
yang dapat dipercaya, tepat, dan relevan untuk mendiagnosis
pembawaan, minat, motif, keseimbangan emosional dan sifat-
sifat lain yang memudahkan penyesuaian diri. Analisis dapat14
.
dilakukan dengan menggunakan alat-alat, seperti: cacatan
kumulatif, wawancara, catatan anekdot, tes psikologis, dan
studi kasus. Selain mengumpulkan data obyektif, konselor
harus memperhatikan pula cita-cita dan sikap klien dan cara
memandang permasalahannya.
2) Sintesis.
Merangkum dan mengatur data hasil analisis yang
sedemikian rupa sehingga menunjukkan bakat klien, kelamahan
dan kekuatan, serta kemampuan penyesuaian diri.
3) Diagnosis.
Merupakan tahapan untuk menemukan ketetapan dan pola
yang dapat mengarahkan kepada permasalahan, sebab-sebabnya,
serta sifat-sifat klien yang relevan dan berpengaruh
terhadap proses penyesuaian diri. Langkah diagnosis
mencakup: (a) identifikasi masalah; (b) menentukan sebab-
sebab; (c) prognosis.
4) Konseling.
Merupakan hubungan membantu klien untuk menemukan
sumber diri sendiri maupun sumber di luar dirinya dalam
upaya mencapai perkembangan dan penyesuaian optimal sesuai
dengan kemampuannya. Dalam kaitan ini ada lima sifat
konseling, yaitu : (a) belajar terpimpin menuju pengertian
diri; (b) mendidik/mengajar kembali untuk mencapai tujuan
kepribadiannya dan penyesuaian hidupnya; (c) bantuan pribadi
agar klien mengerti dan terampil dalam menerapkan prinsip
15
.
dan teknik yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari; (d)
Konseling yang mencakup hubungan dan teknik yang bersifat
menyembuhkan; dan (e) mendidik kembali yang sifatnya sebagai
katarsis atau penyaluran.
5) Tindak Lanjut.
Memberikan bantuan kepada klien dalam menghadapi
masalah baru dengan mengingatkannya kepada masalah
sumbernya sehingga menjamin keberhasilan konseling. Teknik
yang digunakan konselor harus disesuaikan dengan
individualitas klien, mengingat bahwa individu itu sifatnya
unik, sehingga tidak ada teknik yang baku yang berlaku
untuk semua klien.
16
.
BAB 3
PROSES KONSELING
Dalam proses konseling Trait and Factor di lakukan dengan
beberapa teknik proses konseling berdasarkan prosedur dan
teknik sebagai berikut:
1) Analisis Klien MS
Dari hasil analisis klien diperoleh data bahwa klien
adalah siswa SMP N 23 Semarang yang duduk di kelas VIII. Klien
memiliki masalah yang berkaitan dengan masalah belajarnya
sejak ia duduk di bangku pertama SMP. Klien merasa bingung
untuk memilih harus belajar dengan mendatangkan guru les atau
tetap diajari oleh kakaknya. Saat pertama masuk di SMP setiap
kali belajar dirumah, klien selalu didampingi oleh kakaknya.
Namun karena kesibukan sang kakak sehingga akhir-akhir ini ia
jarang belajar didampingi olehnya.
Selain itu klien merasa kurang mendapat pemahaman apabila
kakaknya sendiri yang mengajari. Bila ia datang menghampiri
kakaknya saat sang kakak sedang mengerjakan tugas, kakaknya
tidak mau mengajari MS. Hal tersebut membuat klien merasa
jengkel dengan ulah kakaknya yang tidak mau membantunya
mengerjakan tugas ataupun sekedar mengajari belajar. Namun
bila kakaknya sedang tidak sibuk maka ia mau mengajari klien
17
.
sampai paham. Hanya saja hal tersebut sangat jarang terjadi.
Bila klien tidak dituruti oleh sang kakak maka ia akan marah-
marah dengan kakaknya dan juga sebaliknya. Akhirnya hubungan
mereka menjadi renggang sebentar. Namun setelah itu hubungan
mereka bisa kembali akur lagi saat sudah beberapa menit.
Saat klien akan menghadapi ujian kenaikan kelas, kepada
ibunya klien meminta untuk diikutsertakan les privat dengan
teman-temannya. Alasan klien untuk ikut les adalah agar
semakin paham tentang pelajaran yang akan di ujikan. Selama
beberapa minggu mendekati ujian klien selalu belajar dengan
guru les dan tiga orang temannya. Ia merasa apa yang diajarkan
oleh guru lesnya lebih bisa dipahami dan juga guru lesnya
memberikan cara yang mudah untuk mengerjakan soal matematika
dengan cepat dan benar. Namun tidak setiap hari klien belajar
dengan guru lesnya. Selain itu jadwal yang diberikan oleh guru
les juga selalu berubah-ubah mengikuti jadwal kegiatan guru
lesnya. Klien pernah memprotes tentang keputusan jadwal
tersebut dengan guru lesnya, namun tanggapan dari guru lesnya
hanya meminta maaf atas kejadian tersebut.
Karena saat ini klien sudah naik kelas VIII ia merasa
bahwa nanti pelajarannya akan semakin banyak dan susah. Klien
cemas dengan cara belajarnya yang harus selalu didampingi oleh
orang lain. Sebenarnya klien bisa belajar sendiri hanya saja
ia selalu nyaman apabila didampingi oleh orang lain. Hal
tersebut dikarenakan apabila nanti ada pelajaran yang dirasa
sukar untuk dimengerti maka klien bisa langsung menanyakannya
pada orang tersebut.
18
.
Selain itu saat di sekolah klien juga mengikuti beberapa
ekstrakurikuler seperti menari, pramuka, dan paskibra. Hal ini
tentu saja membuat jadwal keseharian klien menjadi padat.
Apabila klien belajar dengan kakaknya maka ia bisa
melakukaannya di rumah saat malam hari. Sedangkan jika ia ikut
dengan guru lesnya terkadang ia harus mengorbankan waktu untuk
beristirahat.
Masalah yang saat ini dialami oleh klien adalah kecemasan
memilih antara harus belajar didampingi oleh kakaknya atau
didampingi oleh guru les. Pada waktu proses konseling yaitu
saat dilakukan analisis menunjukan bahwa klien terlihat
mengalami kecemasan pada waktu menjawab pertanyaan. Gejala
kecemasan yang terlihat dari bahasa verbal maupun non verbal
klien saat itu adalah klien terlihat gugup dan ragu-ragu dalam
menjawab.
2) Sintesis
Hasil sintesis yang dilakukan pada klien dapat diketahui
bahwa kelebihan klien yaitu memiliki keinginan yang keras
dalam belajar agar dapat membanggakan kedua orang tuanya.
Selain iu kemampuan untuk bersikap terbuka saat melakukan
proses konseling membantu praktikan dalam menggali informasi
dan data yang dapat dijadikan simpulan analisis klien.
Kelebihan eksternal dari lingkungan klien adalah ibu dan
kakaknya mendukung klien dalam urusan belajarnya sehingga hal
ini menjadi motivasi lebih bagi perkembangan untuk belajar
lebih pada diri klien.
19
.
Sedangkan kelemahan klien yang bersifat internal yaitu
banyaknya kegiatan yang diikuti oleh klien menjadikan ia
kurang fokus dalam mengerjakan satu hal. Selain itu karena
klien merupakan anak terakhir maka sifatnya yang sedikit manja
sangat terlihat jelas saat sedang melakukan proses konseling.
Dari penjelasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan
sintesis dari klien yaitu klien masih terlihat gugup dan ragu-
ragu dalam menjawab pertanyaan dari praktikan. Hal ini bisa
dilihat dari cara klien bingung nantinya saat kelas VIII harus
kembali belajar dengan dipandu dengan kakaknya atau guru les.
3) Diagnosis
Tahap ini adalah langkah menarik kesimpulan logis
mengenai masalah klien atas dasar gambaran pribadi klien yaitu
hasil analisis dan sinesis. Terdiri dari dua kegiatan yaitu
mengidentifikasi masalah, sumber penyebab masalah (etiologi)
baik internal maupun eksternal.
a) Identifikasi masalah
Dari analisis dan sintesis yang telah didapatkan maka
dapat diketahui inti dari masalah yang dialami klien yaitu
mengalami kecemasan dalam membuat keputusan atau pilihan.
Klien mengalami kebingungan dalam menentukan untuk belajar
dengan didampingi oleh kakak kandungnya sendiri atau dengan
didampingi oleh guru les.
b) Sumber penyebab masalah (etiologi)
Sebab-sebab yang menjadi pemicu masalah ini yaitu antara
lain: faktor internal meliputi jadwal kegiatan klien yang
mengikuti beberapa ekstrakurikuler di sekolah sehingga hal
20
.
tersebut menjadikannya kurang fokus saat sedang mengerjakan
satu hal. Sedangkan faktor eksternal antara lain jadwal yang
diberikan oleh guru lesnya selalu berubah-ubah sehingga
terkadang klien harus merelakan waktu istirahat siang atau
hari liburnya untuk belajar dengan guru lesnya.
Pada tahap ini klien masih menunjukan gejala kecemasan
dan ragu-ragu dalam mengmbil keputusan penyelesaian masalah.
4) Prognosis
Berdasakan hasil identifikasi dan sebab-sebab munculnya
masalah dapat disimpulkan bahwa klien mempunyai masalah yaitu
kecemasan menentukan apakah tetap belajar dengan didampingi
kakaknya atau belajar dengan didampingi guru les. Jika hal ini
dibiarkan terus menerus maka dapat mempengaruhi kegiatan
belajarnya nanti saat sudah mulai masuk di kelas VIII.
Untuk membantu menurunkan kecemasan yang dialami oleh
klien maka digunakan konseling trait and factor dengan teknik
advising or planning a program of action. Konseling trait and factor
bertujuan untuk mengajak klien untuk berpikir mengenai dirinya
dan menemukan masalah diri serta mengembangkan cara-cara untuk
keluar dari masalahnya yaitu mengalami kecemasan dalam
menentukan akan tetap belajar dengan didampingi kakaknya atau
melanjutkan les dengan didampingi guru les.
Setelah yang dilakukan yaitu memberi pemahaman diri pada
klien bahwa permasalahan yang dialami klien sekarang harus
diselesaikan. Setelah melakukan pembahasan mengenai keinginan
klien yaitu ingin tetap belajar dengan didampingi kakaknya
atau melanjutkan les dengan didampingi guru les, maka klien
21
.
telah memilih langkah yaitu tetap mengikuti les namun saat
tidak ada jadwal les klien ingin saat belajarnya juga
didampingi oleh kakaknya sendiri.
5) Konseling
Konseling sebagai upaya keseluruhan proses pemberian
bantuan. Pada tahap ini dilakukan pengembangan alternatif
pemecahan masalah, pengujian alternatif pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan.
Pada pengembangan alternatif pemecahan masalah
dimaksudkan untuk menemukan jalan keluar dari masalah yang
dihadapi klien yaitu masalah kecemasan menentukan belajar
dengan didampingi kakaknya atau didampingi guru les. Setelah
melakukan pembahasan mengenai keinginan klien yaitu ingin
melanjutkan belajar didampingi guru les atau didampingi
kakaknya, maka klien telah memilih tetap mengikuti les namun
saat tidak ada jadwal les klien ingin saat belajarnya juga
didampingi oleh kakaknya sendiri.
Untuk dapat mewujudkan keinginannya maka klien harus
mengambil langkah-langkah untuk dapat mencapai hal tersebut.
Beberapa langkah yang dapat dijadikan alternatif yaitu learning
needed skill (belajar keterampilan-keterampilan yang diperlukan),
dan changing attitude (mengubah sikap).
Alternatif pertama yaitu learning needed skill, dilakukan
dengan maksud permasalahan klien tersebut disebabkan karena
klien kurang fokus dalam mengerjakan satu hal pekerjaan. Hal
tersebut dikarenakan banyaknya kegiatan ekstrakurikuler di
sekolah dan kegiatan lainnya dirumah.
22
.
Sedangkan alternatif kedua yaitu changing attitude (mengubah
sikap). Agar keinginannya terwujud maka klien perlu merubah
sikap-sikap yang merupakan penghambat tercapainya keinginan
klien. Untuk pengujian alternatif masalah, dimaksudkaan klien.
Untuk pengujian alternatif masalah, dimaksudkan untuk membantu
klien menentukan alternatif mana yang akan diimplementasikan.
Dari alternatif yang telah dipilih maka selanjutnya diuji
dengan cara membahas mengenai kelebihan dan kelemahan,
keuntungan dan kerugian, serta faktor pendukung dan
penghambatnya.
a) Alternatif pertama yaitu learning needed skill (belajar
keterampilan-keterampilan yang diperlukan)
Kelebihan dan keuntungan dari alternatif pertama jika
dilakukan yaitu klien bisa belajar dengan mengajak teman
dirumah untuk mengikuti les bersama. Hal ini bisa dilakukan
agar biaya mendatangkan guru les dapat dibagi kepada tiga
orang. Sedangkan kelemahan dan kerugian dari alternatif ini
yaitu waktu klien untuk beristirahat menjadi berkurang.
b) Alternatif kedua yaitu changing attitude (mengubah sikap).
Kelebihan dan keuntungan jika alternatif kedua dilakukan
yaitu klien dapat tetap belajar dengan kakak saat dirumah
namun dengan catatan tidak membentak apabila sang kakak sedang
memiliki kesibukan lain. Selain itu klien juga masih bisa ikut
les saat hari-hari tertentu sehingga nantinya pemahaman klien
tentang belajar menjadi bertambah. Sedangkan faktor
pendukungnya yaitu kemauan yang sungguh-sungguh dari dalam
diri klien serta motivasi dari keluarga.
23
.
Setelah diadakannya pengujian dari beberapa alternatif
kemudian dilakukan pengambilan keputusan. Pada pengambilan
keputusan dimaksudkan yaitu alternatif-alternatif penyelesaian
masalah yang telah diuji ditentukan manakah yang akan
dilaksanakan. Keputusan yang diambil klien yaitu akan
melaksanakan alternatif yang kedua yaitu changing attitude
(mengubah sikap). Keputusan tersebut diambil dengan
memperhatikan beberapa syarat yang harus dipertimbangkan dalam
pemilihan alternatif yaitu ketepatan dengan masalah klien,
kegunaan alternatif bagi klien yang dipilihnya.
Keputusan tersebut juga berguna bagi klien, selain dapat
mendukung belajarnya juga dapat mendukung segalanya.
Selanjutnya dibahas mengenai rencana program tindakan yang
telah diambil klien yaitu mengubah sikap buruk klien dengan
cara bersikap sabar dan juga klien telah memahami bahwa setiap
orang pasti mempunyai kelebihan serta kekurangan masing-
masing.
6) Follow Up
Setelah melakukan proses konseling maka selanjutnya yaitu
mengadakan follow up yaitu hal-hal yang perlu direncanakan
alternatif yang dipilih untuk dikembangkan dan tindak lanjut
dari alternatif yang telah dilaksanakan. Setelah dilaksanakan
follow up menunjukan bahwa klien terlihat mulai mengurangi
kecemasan dalam memilih, serta tidak lagi ragu-ragu dalam
menjawab pertanyaan praktikan.
Klien sudah mengambil keputusan dengan tetap belajar
dengan kakaknya dirumah saat tidak ada jadwal kegiatan lain
24
.
namun juga masih mengikuti les. Setelah diadakannya treatmen
tampak ada perubahan pada diri klien seperti kecemasan dalam
memilih sudah berkurang. Klien sekarang mengaku bahwa
perasaannya sudah mulai tenang dan senang karena sudah
mengetahui tujuan dari pemecahan masalahnya.
BAB 4
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis
Masalah yang saat ini dialami oleh klien adalah kecemasan
memilih antara harus belajar didampingi oleh kakaknya atau
didampingi oleh guru les. Pada waktu proses konseling yaitu
saat dilakukan analisis menunjukan bahwa klien terlihat
mengalami kecemasan pada waktu menjawab pertanyaan. Gejala
kecemasan yang terlihat dari bahasa verbal maupun non verbal
klien saat itu adalah klien terlihat gugup dan ragu-ragu dalam
menjawab.
Layanan konseling ini bertujuan untuk memahami dan
mengelola diri klien dengan cara membantunya menilai kekuatan
dan kelemahan diri dalam kegiatan dengan perubahan kemajuan
tujuan-tujuan hidup dan karir. Klien yang telah mengerti
kekuatan dan kelemahan dirinya akan mengetahui tentang
alternatif pengambilan keputusan serta konsekuensi dari
tindakan tersebut.
25
.
4.2 Hambatan yang terjadi
Pada awal proses konseling ada beberapa hal yang
dikatakan klien dengan ragu-ragu dalam menceritakan masalah
yang sedang dihadapi. Namun dengan lebih meyakinkan klien
untuk bersikap terbuka dan klien harus percaya bahwa masalah
yang dialaminya hanya diketahui berdua.
Selain itu praktikan juga belum terlalu menguasai teori
tentang pelaksanaan trait and factor sehingga proses kali ini
dirasa masih kurang dalam memberikan pelayanan konseling
kepada klien.
4.3 Bahasan
Permasalahan klien yang memiliki kecemasan dalam memilih
keputusan antara harus belajar didampingi oleh kakaknya atau
didampingi oleh guru les, dapat diberikan konseling dengan
teknik konseling trait and factor. Bila hal ini tidak segera
ditangani maka klien akan selalu merasa cemas saat dihadapkan
pada situasi yang sama. Pemberian konseling trait and factor
bertujuan untuk memahami dan mengelola diri klien dengan cara
membantunya menilai kekuatan dan kelemahan diri dalam kegiatan
dengan perubahan kemajuan tujuan-tujuan hidup dan karir.
Dengan melaksanakan praktik konseling pendekatan trait
and factor, praktikan memperoleh pengatahuan baru yaitu
berlatih untuk menjadi konselor. Dengan konseling trait and
factor disini konselor mendapat pengalaman dapat mengatasi
permasalahan dan membantu mencari jalan keluar bagi klien dan
26
.
melatih keterampilan yang dimiliki oleh pratikan sehingga
dapat menambah ilmu pengetahuan.
BAB 527
.
PENUTUP
5.1 Simpulan
Permasalahan yang dialami oleh klien kali MS adalah
kecemasan memilih antara harus belajar didampingi oleh
kakaknya atau didampingi oleh guru les. Klien awalnya merasa
ragu-ragu dalam menjawab setiap pertanyaan praktikan menganai
hal tersebut, namun lambat laun akhirnya klien mau memberikan
semua data dan informasi tentang dirinya mengenai inti
permasalahan tersebut.
Klien mengetahui dengan baik kekurangan serta kelebihan
yang ada pada pengambilan keputusan alternatif sehingga
diharapkan agar nantinya tidak merasa kecewa terhadap
keputusan tersebut. Secara umum tujuan konseling adalah
membantu individu mencapai perkembangan kesempurnaan berbagai
aspek kehidupan manusia. Namun konseling trait and factor ini lebih
bersifat khusus yaitu memahami dan mengelola diri dengan cara
membantunya menilai kekuatan dan kelemahan diri dalam kegiatan
dengan perubahan kemajuan tujuan-tujuan hidup dan karir.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil praktik serta kesimpulan yang merupakan
hasil pokok dari pembahasan, maka saran yang diajukan adalah
sebagai berikut :
(1) Konseling trait and factor sangat tepat untuk diberikan pada
siswa yang mengalami kecemasan dalam memilih suatu hal.
28
.
(2) Bagi pihak konselor hendaknya memberikan suatu program
yang dapat menurunkan kecemasan siswa dalam pemilihan karier
atau belajar dengan menggunakan konseling trait and factor dengan
teknik advising or planing a program of action, misalnya dengan
menggunakan konseling individu kepada para siswa.
(3) Bagi praktikan hendaknya lebih sering melakukan praktik
konseling agar nantinya dapat memberikan pelayanan konseling
dengan baik dan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Corey, Gerald. 1995. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Semarang: IKIP Semarang Press.
Fauzan, Lutfi. 2004. Pendekatan-pendekatan Konseling Individu. Malang: Elang Mas.
Latipun. 2006. Psikologi Konseling. Malang: UMM.Prayitno & Amti Eman. 1994 . Dasar-Dasar Bimbingan dan
Konseling. Jakarat : Rineka Cipta Sukardi, Ketut D. 1987. Bimbingan Karier di Sekolah-sekolah.
Jakarta: GhaliaWinkel, WS dan Hastuti, Sri. 2004. Bimbingan dan Konseling di
Institusi Pendidikan. Yogyakarta: PT. Media Abadi
29