Chapter II

10
BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Teori Persepsi Manusia pada dasarnya merupakan mahkluk individu. Dalam melihat suatu masalah setiap manusia memiliki pandangan yang berbeda sesuai dengan tingkat pengetahuan dan pemahamannya. Hal ini pula yang menyebabkan persepsi setiap individu memilki perbedaan, tidak terkecuali persepsi masyarakat desa. Persepsi secara etimologi diartikan sebagai daya untuk mengamati, yang menghasilkan tanggapan, kesan atau penglihatan. Soemanto (1990) mengartikan persepsi sebagai bayangan yang menjadi kesan yang dihasilkan dari pengamatan. (Soemanto,1990 : 23). Defenisi ini menekankan bahwa persepsi merupakan hasil yang ditangkap dari mengamati suatu objek. Hal ini berarti dalam membentuk persepsi harus jelas objek yang dituju. Persepsi menurut manusia yang satu belum tentu sama dengan persepsi manusia yang lainnya. karena adanya perbedaan dari pengalaman serta lingkungan sekitar dari manusia tersebut tinggal. Persepsi adalah kesadaran yang tidak dapat ditafsirkan yang timbul dari stimuli. Dalam hal ini persepsi itu lahir karena adanya rangsangan sehingga menimbulkan rangsangan yang tidak dapat ditafsirkan. Jadi yang merupakan faktor penyebab adanya persepsi adalah rangsangan. Kimball Young dalam (Adi,I.R, 2003 : 102) menyatakan persepsi merupakan suatu yang menunjukkan aktivitas, merasakan, menginterpretasikan dan memahami objek baik fisik maupun benda. Hal ini menekankan bahwa persepsi akan timbul setelah seseorang atau sekelompok Universitas Sumatera Utara

Transcript of Chapter II

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1 Teori Persepsi

Manusia pada dasarnya merupakan mahkluk individu. Dalam melihat suatu masalah

setiap manusia memiliki pandangan yang berbeda sesuai dengan tingkat pengetahuan dan

pemahamannya. Hal ini pula yang menyebabkan persepsi setiap individu memilki perbedaan,

tidak terkecuali persepsi masyarakat desa. Persepsi secara etimologi diartikan sebagai daya untuk

mengamati, yang menghasilkan tanggapan, kesan atau penglihatan. Soemanto (1990)

mengartikan persepsi sebagai bayangan yang menjadi kesan yang dihasilkan dari pengamatan.

(Soemanto,1990 : 23). Defenisi ini menekankan bahwa persepsi merupakan hasil yang ditangkap

dari mengamati suatu objek. Hal ini berarti dalam membentuk persepsi harus jelas objek yang

dituju.

Persepsi menurut manusia yang satu belum tentu sama dengan persepsi manusia yang

lainnya. karena adanya perbedaan dari pengalaman serta lingkungan sekitar dari manusia

tersebut tinggal. Persepsi adalah kesadaran yang tidak dapat ditafsirkan yang timbul dari stimuli.

Dalam hal ini persepsi itu lahir karena adanya rangsangan sehingga menimbulkan rangsangan

yang tidak dapat ditafsirkan. Jadi yang merupakan faktor penyebab adanya persepsi adalah

rangsangan.

Kimball Young dalam (Adi,I.R, 2003 : 102) menyatakan persepsi merupakan suatu yang

menunjukkan aktivitas, merasakan, menginterpretasikan dan memahami objek baik fisik maupun

benda. Hal ini menekankan bahwa persepsi akan timbul setelah seseorang atau sekelompok

Universitas Sumatera Utara

orang terlebih dahulu merasakan kehadiran suatu objek. Setelah dirasakan kemudian objek

tersebut diinterpretasikan.

William James dalam (Adi,I.R, 2003 : 105) menyebutkan ada tiga macam bentuk

persepsi yakni :

1. Pesepsi masa lampau disebut dengan persepsi ingatan (tanggapan)

2. Persepsi masa sekarang disebut dengan persepsi tanggapan imajinasi.

3. Persepsi masa mendatang disebut sebagai tanggapan antisipatif.

Berdasarkan uraian diatas berarti tanggapan diasosiasikan sebagai suatu reaksi yang

dihasilkan stimuli berupa pertumbuhan kesan pribadi yang berorientasi kepada pengamatan masa

lampau, masa kini, dan masa mendatang. Fenomena yang muncul dalam kaitannya dengan

persepsi adalah atensi (attention). Atensi merupakan suatu proses penyeleksian input yang akan

diproses dalam kaitannya dengan pengalaman (Adi, 200 : 97). Hal ini berarti atensi banyak

mendasarkan diri pada proses penyaringan informasi (filtering) yang ada pada lingkungannya.

Untuk memperjelas pengertian dari persepsi, di bawah ini dijelaskan mengenai

pengertian persepsi menurut beberapa ahli :

1. Persepsi merupakan kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi

mengenali lingkungannya, baik lewat penglihatan, pandangan, penghayatan, perasaan,

dan penciuman. Persepsi merupakan penafsiran yang unik terhadap situasi dan bukannya

pencatatan yang benar terhadap situasi. proses kognitif diatas adalah proses kegiatan

mental yang sadar seperti sikap, kepercayaan dan pengharapan yang semuanya

merupakan faktor yang menetukan perilaku (Thoha, 2000 : 23).

2. Menurut Davidof, persepsi merupakan proses yang digunakan oleh seseorang individu

untuk memilih, mengorganisasi dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi

Universitas Sumatera Utara

guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. Persepsi tidak hanya bergantung

pada rangsangan fisik tetapi juga pada rangsangan yang berhubungan dengan lingkungan

sekitar dan keadaan individu bersangkutan. Selanjutnya menurut Horovitz, persepsi

adalah anggapan yang muncul setelah melakukan pengamatan di lingkungan sekitar atau

melihat situasi yang terjadi untuk mendapatkan informasi tentang sesuatu

(http://digilib.Petra.ac.id. diakses pada tanggal 18 Juli pukul 14.45 WIB).

3. Menurut Lindzey dan Aronson, persepsi sosial merupakan suatu proses yang terjadi

dalam diri seseorang yang bertujuan untuk mengetahui, menginterpretasi dan

mengevaluasi objek yang dipersepsi, baik sifat, kualitas ataupun keadaan lain yang ada

dalam objek tersebut sehingga terbentuk gambaran mengenai objek tersebut

(http://wap.lifeinhand.com. diakses pada tanggal 20 Desember 2011 pada pukul

21.52WIB).

Dari pendapat tersebut dapat dikatakan persepsi merupakan sebagai suatu proses

pemberian makna atau proses pemahaman diri di dalam diri seseorang terhadap suatu objek,

baik itu yang berwujud ataupun tidak berwujud. Dalam hal ini persepsi sangat berkaitan dengan

pengetahuan dan pengalaman. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang,

baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internalnya diantaranya :

1. Motif dan kebutuhan.

2. Kesiapan seseorang untuk berespon terhadap suatu input tertentu,

tetapi tidak pada input lainnya.

Sedangkan faktor eksternalnya diantaranya adalah :

1. Intensitas dan ukuran dari yang akan diberikan atensi.

2. Kontras dan hal-hal yang baru dari objek yang mendapat perhatian.

Universitas Sumatera Utara

3. Pengulangan dari yang diberi persepsi.

4. Gerakan yang diberi persepsi.

Berrlyne dalam (Adi, 2003 : 97) menyebutkan ada empat aspek persepsi yang

membedakannya dengan pola pikir kognitif, yaitu pola pikir yang masih berada didalam

pemikiran manusia, yakni :

1. Hal- hal yang diamati dari sebuah rangsangan bervariasi, tergantung pola dari

keseluruhan dimana rangsangan tersebut menjadi bagiannya.

2. Persepsi bervariasi dari orang ke orang dan dari waktu ke waktu

3. Persepsi bervariasi tergantung dari arah kearah (fokus) alat indra.

4. Persepsi cenderung berkenbang kearah tertentu dan sekali terbentuk kecenderungan

itu biasanya akan menetap.

Kesemerawutan transportasi pada daerah Padang Bulan sering kali terjadi dikarenakan

sikap supir dan pengemudi kendaraan yang lain juga tidak sabar dalam mengendarai, serta

pelebaran jalan yang kurang memadai. Adanya dukungan dan protes terhadap kesemerawutan

transportasi masyarakat memberikan suatu persepsi yang berbeda bagi setiap orang yang

memaknainya.

Dalam penelitian ini persepsi diartikan sebagai pengetahuan untuk melihat, memahami

dan penafsiran oleh masyarakat terhadap kesemerawutan transportasi di Kota Medan. Persepsi

itu terjadi dengan adanya interaksi sosial, sikap – sikap, dan perasaan - perasaan suatu kelompok

manusia atau orang-perseorangan dapat diketahui oleh kelompok-kelompok lain atau orang-

orang lainnya.

Hal yang mendasari keberagaman persepsi tersebut yaitu perbedaan pemahaman dan

pengetahuan masyarakat terhadap kesemerawutan transpotasi di Padang Bulan. Dampak

Universitas Sumatera Utara

kesemerawutan yang terjadi pada masyarakat Padang Bulan terlihat dari kebisingan di jalan raya

dan polusi udara yang kurang baik untuk kesehatan masyarakat Padang Bulan. Hal tersebut

menjadikan masyarakat tersebut sangat memahami dan mampu mempersepsikan kesemerawutan

transportasi, dimana dasar dari persepsi itu sendiri yaitu adanya sesuatu yang telah didengar,

dilihat serta dirasakan oleh orang tersebut.

Dalam interaksi sosial kemungkinan sekali terjadi berbagai macam penafsiran terhadap

tingkah laku orang lain ataupun terhadap sesuatu apapun yang pada hakikatnya menghasilkan

persepsi pada individu atau masyarakat. Hal itu bisa terjadi pada pandangan seseorang terhadap

sesuatu yang berhubungan dengan dirinya dan lingkungannya yang mengakibatkan timbulnya

rangsangan baik secara fisik ataupun non fisik yang terjadi akibat perilaku dari tindakan

seseorang.

2.2 Masalah Perkotaan Dalam Perspektif Peraturan Rambu-Rambu Lalu Lintas

Berdasarkan teori pertumbuhan dan perkembangan Kota menunjukan bahwa kota pada

prosesnya akan selalu tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan dan perkembangan kota akan

membawa pengaruh implikasi negatif dan positif. Melalui kajian teori yang ada, diketahui bahwa

laju pertumbuhan dan perkembangan kota dapat dilihat dari laju pertumbuhan ekonomi dan

perkembangan jumlah penduduknya. Hal tersebut menyebabkan meningkatnya aktivitas kota

yang berimplikasi terhadap meningkatnya jumlah perjalanan yang pada akhirnya menimbulkan

masalah transportasi berupa menyebabkan semerawutnya jalan raya dikarenakan macetnya jalan

lalu lintas (Zahnd dalam Febi Anisia : 2011).

Masalah perkotaan mencakup dua lingkup yaitu masalah eksternal dan internal Kota.

Masalah eksternal adalah masalah yang disebabkan oleh aspek - aspek dari wilayah sekitar atau

Universitas Sumatera Utara

wilayah pengaruh atau wilayah lainnya. Sedangkan masalah internal adalah masalah yang

disebabkan oleh aspek - aspek dari dalam kota itu sendiri. Contohnya, perilaku pengguna jalan

yang tidak mematuhi peraturan lalu lintas. Masalah transportasi dalam hal ini adalah

kesemrawutan transportasi yang mengakibatkan kemacetan lalu lintas termasuk dalam jenis

masalah internal perkotaan.

2.3 Penataan Ruang Kota Berkaitan Dengan Masalah Kependudukan

Kota adalah suatu sistem jaringan kehidupan manusia dengan kepadatan penduduk yang

tinggi dan sosial ekonomi yang heterogen, serta corak kehidupan secara matrealistik. Menurut

Permendagrino 2 tahun 1987 pasal 1 menyebutkan bahwa kota adalah pusat pemukiman dan

kegiatan penduduk yang memiliki batasan administrasi yang diatur dalam perundang - undangan.

Pemukiman yang telah memperlihatkan ciri-ciri kehidupan perkotaan.

Kota memiliki beberapa ciri-ciri yaitu : Secara ekonomi adalah konsentrasi penduduk

yang memiliki kegiatan usaha sektor non pertanian seperti industri, perdagangan, transportasi,

perkantoran dan jasa yang sifatnya heterogen. Sosial budaya (pluralisme budaya) merupakan

pusat perubahan budaya yang dapat mempengaruhi pola nilai budaya yang ada. Secara fisik

merupakan suatu lingkungan yang terbangun (build up area) yang didominasi oleh struktur

binaan. Secara geografis adalah suatu pemusatan penduduk dan kegiatan usaha yang secara

geografis akan mengambil lokasi yang memilki nilai strategis secara ekonomi, sosial, maupun

fisiografis (Bintarto, 2001).

Perkembangan kota adalah perubahan secara menyeluruh yang menyangkut aspek sosial

ekonomi, sosial budaya, dan fisik dari suatu masyarakat. Perkembangan kota yang ditentukan

dan dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu : (1) faktor penduduk yaitu pertambahan jumlah

Universitas Sumatera Utara

penduduk yang disebabkan oleh pertambahan alami dan migrasi, (2) faktor sosial ekonomi yaitu

mencakup kegiatan usaha masyarakat, (3) faktor sosial budaya mencakup perubahan pola

kehidupan atau tata cara kehidupan (Mulyono Hendarto dalam Febi Anisia : 2011).

Transportasi ternyata telah menjadi ciri kemajuan kebudayaan dan sekaligus menjadi

kebutuhan kebudayaan itu sendiri. Ketika kota-kota tua masih castangle (mini) dan belum

berkembang seperti sekarang, transportasi merupakan barang mewah dan belum menjadi

kebutuhan umum. Ada empat faktor yang berpengaruh dalam proses pekembangan kota yaitu

pertambahan populasi, peningkatan kompleksitas masyarakat, lingkungan, dan pekembangan

teknologi. Sifat perkembangan kota dapat dipisahkan menjadi dua pengertian yaitu

perkembangan horizontal dan vertikal. Perkembangan Horizontal adalah pertambahanluasan

tambahan terbangun secara mendatar. Perkembangan seperti ini sering terjadi di pinggiran kota,

dekat dengan jalan yang menuju kota, maupun dekat dengan pusat aktivitas baru, hal ini

dikarenakan harga lahan masih relatif murah. Perkembangan Vertikal adalah perkembangan

yang ditandai dengan luas lahan terbangun masih tetap sedangkan ketinggian bangunan

bertambah.

(http://sumutprov.pertumbuhan+dan+perkembangan+transportasi.com,diakses pada tanggal 5

Juli 2011 pukul 16:00WIB).

2.4 Penataan Ruang Kota Dalam Aspek Lingkungan

Dengan diberlakukannya Undang- Undang Otonomi Daerah dan desentralisasi fiskal di

tahun 2001, mulailah era baru dalam sistem pembangunan di daerah. Pada hakikatnya otonomi

daerah mengandung makna yaitu diberikannya wewenang (authority) pada pemerintah daerah

menurut kerangka perundang-undangan yang berlaku untuk mengatur kepentingan (interest)

Universitas Sumatera Utara

daerah masing-masing. Melalui kebijakan otonomi daerah ini, pemerintah pusat

mendesentralisasikan sebagian besar kewenangannya pada Pemerintah Daerah.

(http://www.medantalk.com/uzur- sistem-transportasi-medan/, diakses pada tanggal 3

Desember 2011 jam 13:45 WIB).

Dengan adanya peraturan yang ditetapkan dalam Undang-Undang maka pembangunan

yang dilakukan di setiap daerah harus ada kesepakatan bersama dengan masyarakat sekitar serta

yang memilki hak seperti dengan izin terhadap kelurahan dan orang - orang yang berkepentingan

di dalamnya. Agar sarana dan prasarana yang di bangun memperolah hasil yang maksimal.

2.5 Fluktuatif Penggunaan Transportasi Di Kota Berkembang

Pasca Reformasi, kerugian yang diderita akibat masalah kesemrawutan transportasi ini

apabila dikuantifikasikan dalam satuan moneter sangatlah besar, yaitu kerugian karena waktu

perjalanan menjadi panjang dan makin lama, biaya operasi kendaraan menjadi lebih besar dan

polusi kendaraan yang dihasilkan semakin bertambah. Kesemrawutan ini disebabkan karena

tidak ada yang mau mengalah dalam memgemudi sehingga menyebabkan kemacetan, pemakaian

Bahan Bakar Minyak (BBM) juga akan menjadi boros. Kondisi ini menyebabkan pengendara

juga menjadi tidak sabar dan menjurus pada tindakan yang tidak disiplin dan pada akhirnya

memperburuk kondisi kemacetan. Undang-Undang No. 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan adalah merupakan Undang-Undang yang telah ditetapkan dan harus dipatuhi

oleh pengendara. (http//husna rafali.pertumbuhan lalu lintas rewrwqdkn.co.id, diakses pada

tanggal 2 Desember 2011 pukul 10.00 WIB).

Universitas Sumatera Utara

2.6 Faktor – Faktor Penyebab Kesemerawutan Transportasi

Penyebab kesemerawutan transportasi di masing-masing daerah tidak terlepas dari

masalah kemacetan lalu lintas, ruas jalan yang tidak mampu menampung pertumbuhan

kendaraan yang pesat, parkir dan pedagang kaki lima.

Faktor- faktor penyebab kesemerawutan transportasi dapat dilihat dari 4 faktor Masalah

Kecelakaan Lalu Lintas dan Jalan Raya Indonesia (MKJI, 1997) yaitu :

1. Faktor Kendaraan : Pertumbuhan kendaraan yang pesat dan kecepatan kendaraan

merupakan penyebab terjadinya kemacetan lalu lintas disamping ESPM (Ekuivalen

Satuan Mobil Penumpang) dan frekuensi (volume) kendaraan tiap jam.

2. Faktor Jalan : Kondisi jalan atau jaringan jalan sangat berpengaruh terhadap kemacetan

lalu lintas. Kondisi jalan yang berlubang, banyak persimpangan, tidak adanya jalur

pemisah, sering tergenang air, merupakan pendorong terjadinya kemacetan lalu lintas.

3. Faktor Alam : Dalam hal ini seperti cuaca, topograpi, yang tidak rata, dan banyaknya

jalan yang memotong sungai merupakan pendorong terjadinya kemacetan.

4. Faktor Manusia : Human error atau kesalahan manusia pada setiap kecelakaan lalu lintas,

demikian juga pada kemacetan lalu lintas dimana sikap dan perilaku pengemudi maupun

pejalan kaki dan orang disekitar jalan sangat berperan dalam terjadinya kemacetan lalu

lintas (http://rendy-sueztra-canaldhy.blogspot.com/.../permasalahan-lalu-lintas. diakses

pada tanggal 20 Desember 2011 pukul 19:20WIB).

Faktor-faktor yang mempengaruhi prilaku pengemudi yang sangat berperan dalam

terjadinya kemacetan lalu lintas : 1) Motivasi merupakan faktor penting didalam penentuan

aktifitas masyarakat. 2) Pengaruh lingkungan merupakan faktor lingkungan berkaitan dengan

motivasi perjalanan atau lalu lintas yang lancar dan teratur, baik dengan berjalan kaki atau

Universitas Sumatera Utara

berkendaraan. 3) Pendidikan merupakan berbagai kegagalan di dalam pemakaian fasilitas

perjalanan dan penyebab kecelakaan dapat dikaitkan dengan ketidakmengertian atas situasi

(Ansyori, 2008 : 13 – 14)

Universitas Sumatera Utara