I | Page Doctorate in Educational Psychology Professional ... - -ORCA
CASE Page I
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of CASE Page I
CASE
Page I
This is the first admission for Mr.Hilman to Casualty
Department of Hasan Sadikin Hospital. This 22 years old
male has been complaining of right groin lump since one
day ago, and it becomes larger and painful. He also
complains of colicky abdominal pain, and obstipation, but
he denies to having abdominal distention and vomiting. He
is still able to urinate.
He tells you that the lump emergeed suddenly after he had
lifted a bucket with full of water. The lump did not
dissapear in spite of his effort to reduce it or lie
down. He has previous history of suffering from groin
lump. Since fifteen years ago he has noticed that
whenever he coughed, strained or did some physical
exercies, the lump appeared, but it was easily reduced by
pressing his hand to the lump. He denies having history
of difficulty in micturition.
Page II
Physical examination is conducted, and the doctor in
charge reveals that:
He is still conscious, but looks pale and perpirated. His
blood pressure is 100/60 mmHg, and the pulse rate is
112/minute. He is unfeverish. The respiratory rate is
24/minute.
Jugular venous pressure seems to be low. The cardio-
pulmonal status looks normal.
The abdominal region is distended with visible bowel
peristaltic. The bowel sound increases with metallic
sounds. There is no muscle rigidity or tenderness.
At the above of inguinal region, a lump is revealed with
tenderness and redness surrounding the lump.
Translumination test is negative.
At the left inguinal region, there is no lump detected.
Digital rectal examination reveals good sphincter tone,
soft mucosa, collapsed ampulla.
Page III
The doctor in charge orders the laboratory examination,
and the results are:
Hemoglobin: 11,8 g/dl (Normal: 14.0-17,5 g/dl)
WBC 14.000/ mm3 (Normal: 4400-11.300/µL
PCV 33% (Normal: 40-52%)
Blood glucose 120 mg/dl (Normal: 76-110 mg/dl)
Urea 67 mg/dl (Normal: <50 mg/dl)
Creatinine 1,6 mg/dl (Normal <1,2 mg/dl)
Sodium 139 mEq/L (Normal: 136-145 mEq/L
Potassium 3,2 mEq/L (Normal: 3,3-5,1 m Eq/L)
ECG shows normal condition
Chest X-ray: normal
The doctor inserts urethral catheter and urine output is
30 cc/hour, after 150 mls of initial urine output from
the catheter. He also inserts i.v. line and naso gastric
tube. The gastric aspirate shows greenish fluid. Fluid
resuscitation is instituted with Lactated Ringer
Solution.
Page IV
The patient is diagnosed to have strangulated right
indirect inguinal hernia plus moderate dehydration (with
estimated fluid loss of 5%).
The ptient is resuscitated with crystalloid solution of
Lactated Ringer solution as much as 2500 mls for six
hours, and after the urine output is over 50 mls/hour,
the patient is brought to the operating theatre to
undergo surgery.
Theurapeutic broad spectrum antibiotics are also
administrated intravenously.
Page V
The ptient undergoes Emergency Herniorrhapy and small
bowel resection with primary end to end anastomosis. Mc
Vay repair is done.
The operative findings are:
Blackened reddish color of loops of ileum measuring 40
cm that is strangled at the internal ring of inguinal
canal and surrounded with reddish fluid of
approximately 10 mls.
There are no signs of perforated bowel or purulent
peritoneal fluid.
There is no protrusion through Hasselbach triangle.
Page VI
The patient is hospitalized for six days and he recovers
well. He resumes his normal.
Learning Issue
Problem Hipotesa MoreInfo
I Don’t Know
- Mr hilman 22 tahun
- Keluhan utama
- right groin lump
- colicky abdominal
- pain- obst
ipasi
Riwayat sebelumnya :
pada usia 7 tahun lump muncul, tpi masih dapat digerakan dan direduksi, muncul sat batukdan mengedan.
Pemeriksaan fisik
Looks pale dan berkeringat
1. Hernia inguinalisdextra
2. Obstruksi intestinal
3. Inflamasi GI Organ
4. Urinarytract obstruction
5. Trauma di inguinal
6. Limphadenitis
7. undescend testis
8. Varicocele
1. Definisi hernia2. Klasifikasi hernia
berdasarkan a.Jenis : Direct, indirectb.Regiol
3. Factor resiko dan etiologi hernia
4. Pathogenesis hernia5. Pathopisiologi hernia6. Epidemiologi hernia7. Anatomi inguinal
region (organnya apa saja)
8. Sign & symptom intestinal obstruction
9. Anatomi inguinal canal
10. Sign & symptom hernia
11. Differential diagnosis hernia
12. Kenapa pada obstruksi intestinal absorpsinya turun?(pathogenesis)
13. Metallic sound?(apa,cirinya apa?)
14. Muscle rigidity ortenderness (DD dr apa?)
BP 100 / 60 mmhg
PR 112 / mnit
RR 24 / menit
JVP turun
Abdominal exam
Distensi dan bowel peristaltic terlihat
Terdapat metallic sound
Inguinal exam
Ada lump, nyeri dan kemerahan disekitar lump.
Transluminasi negatif
DRE :
good sphincter tone
Soft mukosa
Collapsed ampulla
9. Hydrocele
15. Transilluminasi test (apa,indikasi,interpretasi,prosedur)
16. Anatomi ampulla pada rectal
17. Ampulla collapse (apa,maksudnya, interpretasi?)
18. Hernia inguinalis dextra (All about)
19. Embriologi inguinal canal
20. Hernia inguinalis (patgen)
21. Hernia inguinalis incarcerata
22. Kenapa bisa terjadi dehidrasi pada hernia inguinalis/obstruksi intestinal?
23. Klo pada obstruksiintestinal, fungsi usus yang mana yang dominan terganggu
24. Komplikasi hernia inguinalis
25. Diagnosis hernia inguinalis
26. Sign & symptom hernia incarcerrata
27. Interpretasi lab (patmeknya gmn?)
28. Patgen & patpis obstruksi intestinal pada hernia incarcerrata?
29. Obstruksi
LAB :
Hb menuurun
WBC meningkat
PCV menurun
Glukosa darah meningkat
Urea meningkat
Creatinin meningkat
Sodium normal
Potassium menurun
Insert urethral catheter
Urin kluar 30 cc/jam setelah 150 dari initialrine output daricatheter.
Insert IV line and nasogastric tube
Gastric aspirate
intestinal pada anak kecil
30. Anatomi small intestine?
31. Fisiologi small intestine
32. Histology small intestine
33. Food digestion (biokimia)
34. Ampulla pada rectal
35. Colic pain (definisi,jenis,karakteristik nyeri)
36. Sign & symptom hernia berdasarkan klasifikasi(physical finding)?
37. Anatomi femoral canal ‘+ batas-batasnya
38. Apakah ada perbedaan antara anakdan dewasa dalam hal management + strangulated inguinalhernia
39. Antibiotik yang diberikan pada kasus apa?
40. Open loop +close loop?
41. Degree dehydration?
42. Perubahan mikrobiologi di intestine
43. Sifat-sifat flora
menunjukan greenish fluid
Fluid resusitasi– lactated ringer solution
Diagnosis : strangulated right indirect (lateral ) herniaplus moderate dehidrasi
intestine44. Perdarahan
abdominal wall?45. Mc.vay repair itu
apa?
INGUINAL CANAL
A. Embriologi
Desensus Testis
Menjelang akhir bulan ke-2, testis dan mesonefros
diletakan pada dinding belakang perut melalui
mesentrium urogenital
Dengan terjadinya degenerasi mesonefros,
pita pelekat tersebut berguna sebagai mesentrium
untuk gonad
Ke arah kaudal, mesentrium ini menjadi ligamentum
dan dikenal sebagai ligamentum genitalis kaudal
Yang juga berjalan dari kutub kaudal testis,
merupakan suatu pemadatan mesenkim yang kaya akan
Sebelum testis turun, korda mesenkin ini berujung di
daerah inguinal di antara muskulus oblikus
abdominalis internus dan eksternus
Kemudian karena testis mulai turun menuju anulus
inguinalis,
terbentuklah bagian ekstra abdomen gubernakulus
dan tumbuh dari daerah inguinal menuju ke
tonjolan skrotum
Pada saat testis melewati saluran inguinal,
bagian ekstraabdomen ini bersentuhan dengan
lantai skrotum (gubernakulum terbentuk juga pada
wanita, tetapi pada keadaan normal korda ini
tetap rudimenter).
Faktor-faktor yang mengendalikan turunnya testis
tidak semuanya jelas. Tetapi, tampaknya
pertumbuhan keluar bagian ekstraabdomen
gubernakulum tersebut
menimbulkan migrasi intraabdomen,bahwa bertambah
besarnya tekanan intraabdomen yang disebabkan
oleh pertumbuhan organ
mengakibatkan lewatnya testis melalui kanalis
inguinalis dan bahwa regresi bagian ekstra
abdomen gubernakulum menyempurnakan pergerakan
testis masuk ke dalam skrotum
Proses ini pasti dipengaruhi oleh hormone dan
mungkin melibatkan androgen.
Sewaktuu turun, suplai darah ke testis dari aorta
tetap dipertahankan dan pembuluh-pembuluh darah
testis memanjang dari posisi lumbal yang aslinya
ke testis yang berada di skrotum.
Terlepas dari desensus testis, peritoneum rongga
selom membentuk suatu evaginasi pada sisi kanan
dan kiri garis tengah ke dalam dinding ventral
perut.
Penonjolan ini mengikuti perjalanan gubernakulum
testis menuju ke tonjolan skrotum dan dikenal
sebagai tunika vaginalis testis lamina parietalis;
bagian lain kantong peritoneum membentuk tunika
vaginalis testis lamina parietalis.
Saluran sempit yang menghubungkan lumen prosesus
vaginallis dengan rongga peritoneum, menutup pada
saat lahir atau segera sesudahnya.
Di samping dibungkus oleh lapisan-lapsan yang
berasal dari dinding abdomen anterior yang
dilewatinya.
Dengan demikian, fasia transversalis membentuk
fasia spermatika interna, muskulus oblikus
abdominalis internus membentuk fasia kremasterika
dan muskulus kremaster dan muskulus oblikus
abominalis eksternus membentuk fasia spermatika
eksterna.
Muskulus abdominis transverses tidak ikut
membentuk lapisan, karena otot ini melengkung di
atas daerah ini dan tidak menutup jalan migrasi.
Kolerasi Klinis :
Hubungan antara rongga perut dan prosesus
vaginalis dalam kantong skrotum biasanya menutup
dalam tahun pertama setelah lahir. Apabila jalan
ini tetap terbuka, gelung usus dapat turun ke
dalam skrotum, sehingga menyebabkan suatu hernia
inguinalis kongenital. (Lihat Gambar 14.41.B)
Kadang-kadang penutup jalan ini tidak
teratur, dengan meninggalkan kista kecil di
sepanjang perjalanannya. Kemudian kista ini dapat
mengeluarkan cairan yang berlebihan,
mengakibatkan pertumbuhan hidrokel. (lihat gambar
14.41.C)1
B. Anatomi Inguinal Region
Inguinal region disebut juga groin.
Memanjang antara Anterior Superior Iliac Spine
(ASIS) dan pubic tubercle.
Merupakan area ynag penting secara anatomi (karena
region ini merupakan tempat keluar masuknya struktur
ke abdominal cavity) dan klinis (karena merupakan
jalan keluar masuknya merupakan tempat yang berpotensi
untuk terjadinya hernia).
a. The inguinal ligament and iliopubic tract
Inguinal ligament dan iliopubic tract memanjang
dari ASIS sampai pubic tubercle.
Inguinal ligamnet merupakan band padat yang
membentuk bagian inferior external oblique
aponeurosis.
Walaupun kebanyakan dari fibers of the ligamnet’s
medial berakgir di pubic tubercle, beberapa
mengikuti jalan lain yaitu:
o Beberapa deeper fiber lewat ke posterior untuk
menempel pada superior ramus (lateral pubic
tubercle), membentuk lacunar ligament ( of
Gombernat: membentuk medial boundary of
sublingual space). Kebanyakan lateral dari
fiber ini berjalan sepanjang pecten pubis
sebagai pectineal ligament of Cooper).
o Beberapa superior fiber melewati pubic
tubercle dan melinatsi linea alba untuk
bersatu dengan lower fiber of contralateral
external oblique aponeurosis untuk membentuk
reflected inguinal ligament.
Iliopubic tract merupakan penebalan batas
inferior transversalis fascia yang muncul sebagai
fibrous band yang berjalan paralel dan posterior
(deep) dari inguinal ligament.
Di inguinal ligament dan iliopubic tract terdapat
area yang lemah di dinding tubuh di region groin
yaitu myopectinal orifice. Area lemah ini terjadi
karena struktur melintang dinding tubuh yang
merupakan tempatnya groin hernia (direct dan
indirect inguinal dan femoral hernia).
b. Inguinal canal
Inginal canal dibentuk dalam hubungannya dengan
descent of testis selama perkembangan fetus.
Ingunal canal pada dewasa panjangnya 4 cm yang
merupakan oblique passage yang memanjang secara
inferomedial melalui bagian inferior
anterolateral abdominal wall.
Inguinal canal letaknya paralel dan superior dari
medial half or inguinal ligament.
Penghuni utama inguinal canal adalah spermatic
cord (pada pria) dan round ligament of the uterus
(pada wanita).
Inguinal canal juga mengandung pembuluh darah dan
pembuluh limfatik dan ilioinguinal nerve (pada
pria dan wanita)
Inguinal canal mempunyai pembukaan yaitu:
o Deep (internal) inguinal ring
Merupakan pembukaan internal ke inguinal
canal
Merupakan evaginasi transversalis fscia
Melalui pembukaan ini, extraperitoneal
ductus deferens (vas deferens) dan
testicular vessels (pada pria) atau round
ligamnet (pada wanita) lewat ke inguinal
canal.
Transversalis fascia diteruskan masuk ke
canal dan membentuk internal fascia.
o Superficial (external) inguinal ring
o Merupakan tempat keluarnya spoermatic cord
atau round ligament yang masuk ke inguinal
canal.
o Bagian aponeurosis (suatu perluasan tendinous
yang menyerupai kaki yang berfungsi untuk
menghubungkan bagian otot dengan bagian yang
digerakkan) yang terletak di lateral dan
medial superficial ring dan membentuk margin
dari superficial ring yang disebut crura.
o Lateral crura menempel pada pubic tubercle dan
medial crura menempel pada pubic crest.
Terdapat intercrural ligament di antra
keduanya.2
Tabel 1 Boundaries of ingunal canal
ANATOMI FEMORAL CANAL
Merupakan tiga kompartemen yang kecil, pendek (1,25
cm) dan berbentuk kerucut. Terletak antara medial
edge of the femoral sheath dan femoral vein.
Femoral canal :
o Memanjang distally ke level of proximal edge of
the saphenous ring.
o Memungkinkan femoral vein meluas ketika venous
return dari lower limb yang meningkat atau ketika
peningkatan tekanan intraabdominal yang
menyebabkan temporary stasis di vena (juga pada
saat valsava maneuver misalnya tarik nafas, tahan
nafas).
o Mengandung jaringan ikat longgar, fat, beberapa
pembuluh limfatik dan kadang-kadang deep lingual
lymph node (cloquet node).
o Base femoral canal dibentuk oleh proximal opening
yaitu femoral ring yang ditutupi dari
extraperitoneal fatty tissue yang membentuk
femoral septum oleh parietal peritoneum.
Batas-batas femoral ring :
o Lateral : vertical septum antara femoral canal
dan femoral vein.
o Posterior : superior ramus dari pubis yang
dilapisi oleh pectineus dan fascianya.
o Medial : lacunar ligament.
o Anterior : medial part of the inguinal ligament.2
SMALL INTESTINE
1. Anatomi
Memanjang dari pilorus ke ileocecal junction
( tempat penyatuan ileum dan cecum)
Small intestine terdiri atas :
Duodenum
Jejunum
Ileum
a. Duonenum
Lintasannya merupakan huruf C yang melingkari
head of pancreas
Duodenum berawal pada pylorus di sebelah kanan
dan berakhir pada peralihan duodenojejunal
(duodenojejunal junction) di sebelah kiri
Duodenum terbagi menjadi 4 bagian :
o Bagian proksimal (1st part), yang pendek (5
cm) terletak ventrolateral terhadap corpus
vertebrae L1. 2cm pertama merupakan bagian
yang mempunyai mesentery (sehingga mobile)
disebut duodenal cap (ampula). Aspek
anteriornya ditutupi oleh peritoneum
(kecuali bagian ampula). Bagian
posteriornya terdapat hepatoduodenal
ligament yagn menempel superior, dan
greater omentum menempel inferior. Bagian
posterior merupakan vena porta, bile duct,
gastroduodenal artery dan inferior vena
cava
o Bagian pars descendens (2nd part), yang
panjang (7-10 cm) melintas ke kaudal
sejajar dengan sisi kanan vertebra L1-L3.
Pararel dengan inferior vena cava sebelah
kanan. Dinding posteromedialnya dimasuki
oleh bile dan pancreatic duct
o Pars horizontalis (3rd part), panjangnya 6-
8 cm & melintas ventral terhadap vertebra
L3, inferior vena cava dan aorta
o Pars ascendens (4th part), yang pendek 5 cm
lalu melintas ke cranial sampai setinggi
tepi cranial vertebra L2. Bersambungan
dengan jejenum di duodenojejunal juntion
yang terdapat duodenojejunal flexure
Arteri duodenal, berasal dari :
Truncus coelicus & arteri mesenteric superior
↓
Artery gastroduodenalis superior dan cabangnya
pancreatico duodenalis
↓
Proximal duodenum dari muara ductus choleduchus
( yang berasal dari usus depan )
Arteri mesenterica superior
↓
Arteri pancreaticoduodenalis inferior
↓
Bagian duodenum yang terdapat distal terhadap
muara ductus choledochus (yang berasal dari usus
tengah embrional.
Vena duodenal
Mengikuti arteri dan bermuara pada vena porta
hepatis
Pembuluh life
o Disebelah ventral mengikutiarteri dan
ditampung oleh nodi lymphoidei
pancreaticoduodenales (sepanjang arteri
splenica) dan nodi lymphoidei pyloric
sepanjang gastroduodenalis
o Disebelah dorsal mencurahkan isinya ke
dalam nodi lymphoidei mesenteric superior
Persarafan
Berasal dari nerve vagus dan saraf simpatis
melalui pleksus sekitar arteria
pancreaticoduodenalis
b. Jejenum dan Ileum
Awal intestinal jejunum terdapat pada flexura
duodenojejunalis dan intestinum ileum berakhir
pada ileocecal junction
Panjang jejunum-ileum =6-7 m ( jejenum : ileum
= 2: 3 )
Bagian terbesar jejunum terletak di region
umbilical sedangkan bagian terbesar dari ileum
beada di suprapubik dan region inguinal kanan
Bagian akhir ileum di pelvis dan melintas
cranial untuk berakhir pada permukaan medial
caecum
Sifat pembeda jejunum dan ileum :
Tabel 2 Perbedaan jejunum dan ileum
sifat jejunum Ileumwarna Merah tua Merah mudadiameter 2-4 cm 2-3 cmdinding Tebal dan berat Tipis dan ringanJumlah pembuluh
darah
banyak sedikit
Vasa recta panjang pendekLengkung
arterial
Beberapa yang
besar
Banyak lengkung
pendekLemak dalam
mesenterium
Kurang banyak
Plica circulares Besar, tinggi
dan rapat
Rendah, jarang,
di bagian distalPlak limfoid
(peyer)
Sedikit banyak
Vaskularisasi
Arteri mesenterica superior, melepaskan 15-18
cabang ke intestinum
↓
Cabang-cabang saling berhubungan
↓
Anastomosis berupa arcus
↓
Lengkung-lengkung arterial
↓
Vasa recta
Vena
Vena mesenteric superior
↓
Berakhir dorsal dari collum pancreas
↓
Untuk membentuk vena porta hepatis
Pembuluh limfe
o Melintas antara lembar-lembar mesenterium
ke nodi lymphoidei mesenterici yang
terletak :
o Dekat pada dinding intestinum
o Anterior lengkung arterial
o Sepanjang bagian proximal arteri mesenteric
superior
o Pembuluh limfe dari bagian akhir ileum
mengikuti ramus ilealis arteria ke nodi
lymphoidei ileocolici
o Pembuluh limfe eferen dari nodi lymphatica
mesenterici di tamping untuk nodi
lymphoidei mesenterica superior
Nerve supplyo Saraf simpatis berasal dari segmen medulla
spinalis T5-T9. Mencapai plexus coeliacus
melalui truncus simpaticus dan kedua nerve
splanchnicus majoro Saraf parasimpatis berasal dari truncus
vagalis posterior.2
2. Histologi
Lapisan small intestine tersusun seperti pada bagian
pencernaan lainnya yang terdiri atas:
Mukosa (tersusun atas epithelium, lamina propria,
mukosa muskularis),
submukosa (pleksus submukosa/Meissner; GALT/gut
associated lymphoid tissue),
Muskularis eksterna (dua lapis yakni dalam
sirkular dan luar longitudinal; ada juga pleksus
myenterik yang terletak antara lapisan otot),
Serosa.
Gambar 5 Duodenum
1. Lining epithelium : columnar cells with striated borders and goblet cells
2. Intervillous space 3. Intestinal villus4. Muscle fibers in a villus
5. Intestinal glands opening into intervillous spaces
6. Intestinal glands7. Intestinal glands
8. Duodenal glands 9. Displaced fibers of the muscularis mucosae
10. Arteriole 11. Venule
12. Parasympathetic ganglion
13. Villi with core of lamina propria and muscle fibers 14. Lamina propria proper 15. Muscularis
mucosae 16. Duodenal glands extending into the mucosa 17. Submucosa with duodenal glands
18. Muscularis external : inner circular and outer longitudinal layers
19. Serosa (visceral peritoneum)
Gambar 6 Jejunum dan ileum
a. Membran Mukosa
Lapisan mukosa memiliki permukaan yang sangat luas
dibandingkan daerah lain pada saluran pencernaan
dikarenakan adanya struktur-struktur di bawah ini:
1. Villi (l.s) 2.
Intervillous spaces
3. Intestinal glands (crypts of Lieberkuhn) 4.
Epithelium
5. Lamina propria 6. Muscularis
mucosae 7. Submucosa 8. Circular muscle layer 9. Longitudinal muscle layer
10. Serosa 19. Adipose
tissue 20. Neurovascular bundle
21. Lymphatic nodule
11. Surface epithelium : striated – ordered and goblet cells
12. Villus (t.s)
15. Smooth muscle fibers in villi 16. Villi (t.s)17. Intestinal glands (t.s) 18. Parasympathetic ganglia of the myentric plexus
1. Plika Sirkularis/ katup Kerckring (dilihat
makroskopik)
Merupakan lipatan permanen berbentuk spiral
atau sirkular, terdiri atas seluruh tebal
mukosa dan submukosa ditengahnya.
Tiap lipatan dapat melingkari 2/3 atau lebih
lumen usus
Dimulai dari duodenum sampai proksimal
jejenum, selanjutnya akan berkurang dan
menghilang di bagian ileum.
2. Vili Intestinal/ kriptus (dilihat mikroskopik)
Panjangnya 0,5-1,5 mm
Dilapisi oleh epithel dan bagian tengahnya
terdapat masing- masing 1 arteriol, venul dan
limfatik.
Bentuk vili pada duodenum seperti daun, namun
di ileum berbentuk seperti jari.
Epitel vili bersambungan langsung dengan
kelenjar intestinal / kelenjar lieberkuhn,
yang muaranya terletak diantara vili.
Kelenjar Intestinal/ Kelenjar Lieberkuhn
Terdapat jenis- jenis sel :
a. Undifferentiated (Stem) cells
Sel-sel ini terletak pada bagian sepertiga
bawah kripta Liberkuhn yang akan menjadi
bakal enterosit, sel goblet, dan sel
enteroendokrin. Sekitar 1,7 juta enterosit
terlepas dari usus setiap harinya pada orang
dewasa dan akan digantikan oleh sel-sel ini
yang bermigrasi dari basis kripta. Pergantian
enterosit terjadi setiap 5 hari.
Protein yang dihasilkan dari sel-sel yang
terlepas sebesar 30 g per hari. Sehingga
terhitung sebagai hilangnya protein rutin per
hari pada tubuh.
b. Enterosit (intestinal absorptive cells)
Enterosit merupakan sel yang terbanyak dan
ditemukan utamanya pada villi dan permukaan
usus halus dan menurun jumlahnya pada
kelenjar usus. Sel ini merupakan sel
silindris tinggi dengan inti lonjong.
Pada apeks terdapat striated border yang
merupakan lapisan mikrovili (bila
diperbesar). Satu sel absorptive mengandung
kurang lebih 3000 mikrovili yang berfungsi
memperluas permukaan kontak usus dengan
makanan.
Sel ini mengabsorpsi dari lumen usus dan pada
sekelilingnya terdapat ATPase yang mengangkut
sodium dari sel menuju lumen yang menarik air
yang terserap dari lumen dengan cara osmosis.
Organel-organel terdapat banyak retikulum
endoplasma plasa, mitokondria, dan golgi,
juga terdapat banyak ribosom.
Glikokaliks pada mikrovilli terdapat enzim
(laktase, alkalin fosfatase, lipase) yang
terlibat dalam pencernaan dan transportasi.
Mikrovilli dapat dirusak oleh flagela parasit
Giardia lambia yang akan beregernerasi jika
organisme tersebut tereradikasi.
c. Goblet cells
Sel ini memproduksi mukus seperti sel epitel
lainnya pada pencernaan. Fungsinya menghasilkan
glikoprotein asam untuk melindungi dan melumasi
usus. Terletak terselip antara enterosit dan
banyak terdapat pada villi dan pada dua pertiga
bawah kripta. Sel ini sedikit jumlahnya pada
duodenum namun meningkat jumlahnya terutama pada
ileum terminalis.
d. Paneth cells
Sel ini terdapat pada bagian terdalam
kelenjar usus yang merupakan sel pensintesis
dan pensekresi protein dalam jumlah besar
dengan sitoplasma yang kaya akan retikulum
endoplasma kasar. Bentuk seperti piramida
dan menghasilkan lisozim.
Sel ini bersifat fagositik dan menganduk
granul-granul lisosom yang merupakan enzim
pencerna dinding beberap bakteri. Sel ini
berperan dalam mengatur flora usus.
e. M cells
Sel ini merupakan sel epitel yang terletak di
atas jaringan limfoid yang tersusun yang disebut
Peyer’s patches. Bentuknya yang pipih dapat
menjadi tempat masuknya antigen. Ditandai dengan
banyaknya ‘pit’ (sumur) dan berfungsi memegang
peranan dalam sistem imun..
f. Enteroendocrine cells
Sel-sel ini terletak pada kripta usus halus
yang mirip seperti pada lambung. Bentuknya
seperti segitiga dengan apeks luminal yang
memiliki mikrovilli. Sel ini mengeluarkan
peptida pengatur aktif yang berhubungan
dengan sekresi lambung, motilitas
intestinal, sekresi pankreas, dan kontraksi
kandung empedu.
Sel –sel enteroendokrin di usus halus :
o Sel S
Menghasilkan seketin
F (x) sekresi bikarbonat pankreas
o Sel K
Menghasilkan hormon polipedpida
penghambat gastrik (GIP –Gaster
Inhibiting Polypeptide)
F(x) inhibisi asam lambung
o Sel L
Menghasilkan substansi mirip glukagon
(glisentin)
F(x) glikogenolisis hati
o Sel I
Menghasilkan kolesistokinin
F(x) sekresi enzim pankreas dan
kontraksi kandung empedu
o Sel D
Menghasilkan somatostatin
F(x) menghambat sek endokrin setempat
o Sel Mo
Menghasilkan motilin
F(x) meningkatkan motilitas usus
g. Sel Kaveola
Jarang ada, berungsi sebagai kemoreseptor namun
perannya belum diketahui.
Lamina propria
Lapisan ini tersusun atas matriks
glikosaminoglikan (GAG), fibroblas, kolagen,
retikulin, dan serat otot polos. Lapisan ini
juga mengandung kapiler-kapiler, kelenjar
getah bening, sarag, dan jaringan limfoid
yang tersebar. Kapiler limfe berujung buntu
di dalam vili, mengandung lemak yang
diabsorpsi dari makanan (berwarna putih ).
Kapiler tersebut adalah lakteal.
Terdapat folikel soliter/Noduli limfatisi
yang pada ileum terletak berkelompok
membentuk jaringan limfoid yang disebut
plaque peyeri/ noduli agregatii.
Plaque Peyeri
Bagian ini merupakan agregasi jaringan limfoid
(MALT) yang memanjang pada mukosa ileum ke
submukosa yang terletak berlawanan dengan
mesenterium. Bagian ini terdiri dari:
Membranous microfold ’M’ cell yang dapat
dilewati oleh antigen,
Ssel kubah (dome cell) yang memiliki banyak
MCH kelas II dan mempresentasikan antigen
kepada limfosit,
Limfosit B dan T yang terdapat pada zona
folikular.
b. Submukosa
Pada lapisan ini terdiri atas pembuluh-pembuluh
darah, kelenjar getah bening, dan pleksus
submukosa (Meissner) yang mengandung GALT dan
kelenjar Brunner’s yang terdapat pada duodenum.
Kelenjar-kelenjar ini mensekresikan mukus,
bikarbonat, dan faktor-faktor pertumbuhan seperti
epidermal growth factor yang dapat mencetus
regenerasi jaringan. Kelenjar Brunner juga dapat
mensekresikan urogastron yang dapat menginhibisi
sekresi asam. Fungsi umum kelenjar Brunner adalah
mensekresi alkalis (pH 8,1- 9,3) untuk melindungi
mukosa duodenum terhadap pengaruh asam lambung dan
mengoptimalkan pH bagi kerja enzim pankreas.3
3. Fisiologi
Fungsi small intestine :
a. Motoric function : Motility of small intestine
1. Kontraksi Pencampuran (Segmentation)
Segmentation adalah pencampuran isi intestine,
localized, terjadi pada bagian intestine yang
distended oleh chyme. Segmentation mencampurkan
chyme dengan digestive juice dan membawanya
kontak dengan mucosa untuk diabsorpsi,
segmentation tidak mendorong intestine content
ke sepanjang tract. Segmentation dimulai dengan
kontraksi dari circular muscle fiber, suatu
aksi yang mengkontriksikan the intestine
menjadi segment. Segmentation terjadi sangat
cepat di duodenum sekitar 12 kali per menit dan
melambat sampai 8 kali per menit di ileum.
Setelah kebanyakan makanan telah di absorpsi,
dimana distended dari wall small intestine
berkurang, segmentation berhenti dan
peristaltic dimulai.
2. Kontraksi Pendorongan (Peristaltik)
Peristaltik adalah suatu gerakan mendorong
chyme melewati small intestine. Tipe
peristaltik yang terjadi di small intestine
dinamakan Migrating Motility Complex (MMC), dimulai di
bagian bawah lambung dan mendorong chyme
kedepannya sepanjang small intestine. MMC bergerak
lambat memindahkan ke bawah small intestine.
Kemudian MMC memulai kembali di stomach. Chyme
berada di small intestine selama 3-5 jam.
Peristaltik, normalnya sangat lemah dna
biasanya berhenti setelah menempuh jarak 3-5cm,
jarang sekali melebihi 10 cm. sehingga gerakan
peristaltik sangat lambat. Rata-rata
pergerakannya sepanjang small intestine 1cm/ menit
berarti membutuhkan waktu 3-5 jam dari pylori
sampai ke ileocaecal sphincter. Control peristaltik
oleh saraf dan hormon :
Meningkat sesudah makan
Diawali dengan masukknya cchyme ke duodenum.
Reflex gastroenterik yang dimulai dengan
peregangan lambung dan diteruskan melalui
plexus myentericus dari lambung ke duodenum
wall.
Hormon
o Meningkat : gastrin, CCK, insulin dan
serotonin.
o Dihambat : sekretin dan glucagon.
o Efek mendorong dari gerakan segmentasi :
Gerakan segmentasi terjadi sampai di
daerah anus dan membantu mendorong makanan
menuruni usus.
o Desakan peristaltik
Desakan peristaltik terjadi pada mukosa
yangmengalami infeksi atau iritasi (contoh
diare infeksi sangat berat). Infeksi
tersebut dapat menimbulkan peristaltic
yang kuat dan cepat. Hal ini terjadi
karena reflex saraf ekstrinsik ke ganglia
sistem saraf autonom dan batang otak lalu
kembali ke usus, dan sebagain karena
adanya peningkatan reflex plexus
myentericus secara langsung. Kontraksi
peristaltic yang sangat kuat ini kemudian
berjalan jauh di dalam small intestine
dalam hitungan menit, menyapu isi usus ke
dalam colon dank arena itu dapat
membebaskan small intestiena dari chyme
yang mengiritasi atau peregangan
berlebihan.
o Gerakan yang disebabkan oleh muscularis
mucosa dan serat-serat otot vili
Muscularis mucosa dapat menimbulkan
lipatan-lipatan pendek atau panjang agar
dapat muncul di mucosa usus. Selain itu,
serat-serat tunggal otot ini meluas ke
dalam vili dan menyebabkan vili
berkontraksi secara intermitten. Lipatan
mucosa tersebut memperluas daerah absorpsi
sehingga dengan kontraksi vili ini akan
menggerakkan cairan yang mengelilingi vili
akan segera di absorpsi. Kontraksi mucosa
dan vili dimulai dari reflex saraf local
dalam plexus submucosa yang terjadi
sebagai respon terhadap chyme dalam small
intestine.
Ileocaecal Valve Function
Fungsi ileocaecal valve adalah mencegah aliran balik
fecal dari colon ke small ntestine. Valve ini dapat
menahan aliran balik 50-60 cm air. Tahanan valve ini
dalam pengosongan ileum, dapat memperlama tinggalnya
chyme dalam ileum, sehingga mempermudah absorpsi.
Hanya 1500 ml chyme dikoeongkan dari ileum ke dalam
caecum setiap harinya. Sebelum valve, terdapat
penebalan otot, yaitu sphincter ileocaecal.
Sphincter ini dalam keadaan normal tetap
berkontriksi dan memperlambat pengosongan isi ileum
ke dalam caecum kecuali segera setelah makan, saat
gastroileal memperkuat peristaltic dalam ileum.
b. Secretion function
1. Kelenjar Brunner, mensekresi mucus yang
bersifat alkalis sebagai respon terhadap
Rangsangan taktil atau rangsangan iritsi
dari mukosa
Rangsangan vagus, yang menyebabkan sekresi
bersamaan dengan meningkatnya sekresi
lambung
Pengaruh hormone gastrointestinal,
khususnya sekretin
Fungsi Mucus dari kelenjar brunner adalah
melindungi duodenal wall dari pencernaan
oleh enzim perncernaan. Oleh karena itu,
respon mucus yang cepat dan kuat terjadi
karena adanya rangsangan iritasi. Mucus ini
mengandung sejumlah ion-ion bikarbonat yang
sangat menambah ion bikarbonat dari sekresi
pancreas dan bile salt dalam menetralkan
asam lambung yang masuk ke dalam duodenum.
Kelenjar brunner ini dihambat oleh stimulus
simfatis.
2. Sekresi enzim pencernaan usus dari Crypt of
Lieberkuhn
Crypta ini trletak di antara viili usus, dan
permukaan usus dari crypt dan vili ditutupi
oleh suatu epitel yang terdiri dari dua jenis
sel :
Sel goblet, yang mensekresi mucus untuk
melumasi dan mellindungi permukaan usus.
Enterosit yang di dalam crypt, mensekresi
sejumlah besar air dan elektrolit: dan di
atas permukaan vili, mereabsorbsi air dan
elektrolit bersama dengan produk akhir
pencernaan.
Sekresi ini, mengandung hampir murni cairan
ekstrasellular dan memiliki pH sedikit
alkalis (7,5-8). Sekresi ini terjadi dengan
kecepatan 1800 ml/hari. Sekresi cairan dari
crypta ini akan menyuplai media encer ke
vili untuk absorpsi zat-zat dari chyme
sewaktu berkontak dengan vili.
3. Enzim-enzim yang terkandung dalam sekresi
small intestine
Enterosit mukosa yang menutupi vili,
mengandung enzim pencernaan yang mencerna zat-
zat makanan khusus ketika makanan diabsorbsi
melalui epitel. Enzim-enzim ini adalah :
Peptidase untuk memecah peptide kecil
menjadi asam amino.
Empat enzim untuk memecah disakrida dan
monoosakarida (sukrase, maltase, isomaltase
dan laktase).
Lipase intestinum untuk memecah lemak netral
menjadi gliserol dan asam lemak.
Enzim ini diduga mengkatalisa hidrolisis
makanan pada permukaan luar mikrovili sebelum
terjadi absorpsi produk akhir pencernaan.
Pengaturan Sekresi Small Intestine
1. Pengaturan Lokal
Reflex saraf setempat, terutama reflex yang
dimulai oleh rangsangan taktil dan iritasi serta
oleh peningkatan aktivitas saraf enteric yang
berhubungan dengan pergerakan gastrointestinal.
Oleh karena itu, di hamper semua tempat, sekresi
pada small intestine terjadi hanya sebgai respon
terhadap keberadaan chym di dalamnya.
2. Pengaturan Hormonal
Beberapa hormon yang sama dapat merangsang sekresi
di daerah manapun pada gastrointestinal tract, juga dapat
meningkatkan sekresi small intestine, khususnya
sekretin dan cholecytokinin.
c. Chemical Function – Chemical Digestive Small Intestine
1. Digestion of Carbohydrate
Pencernaan oleh Amilase Pancreas. Sekresi
pancreas mengandung sejumlah besar -
amilase yang fungsinya hamper mirip dengan
-amilase saliva tetapi beberapa kali lebih
kuat. Oleh karena itu, dalam waktu 15-30
menit setelah chyme dikosongkan dari
gastric ke dalam duodenum dan bercampu
dengan getah pankreas. Pada umumnya, hampir
semua starch diubah menjadi maltose dan
polimer-polimer glukosa yang sangat kecil
lainnya sebelum keduanya melewati duodenum
dan upper jejunum.
Hidrolisis Disakarida dan Polimer-polimer
Glikosa Kecil menjadi Monosakarida oleh
enzim-enzim epitel. Entrosit yang terletak
pada vili small intestine mengandung empat
enzim : laktase, sukrase, maltase dan -
dekstrinase, yang mampu memecah disakarida
laktosa, sukrosa, dan maltase demikian juga
polimer-polimer gluksa kecil lainnya
menjadi unsure monosakarida . Enzim-enzim
ini terletak di dalam membrane mikrovili
brush border enterosit, dan disakarida
dicerna sewaktu kontak dengan membrane ini.
1. Laktosa dipecah menjadi → 1 molekul
glukosa + 1 molekul galaktosa.
2. Sukrosa dipecah menjadi → 1 molekul
glukosa + 1 molekul fruktosa.
3. Maltosa dan polimer-polimer glukosa
kecil lainnya dipecah menjadi →
molekul-molekul glukosa.
Jadi hasil akhir dari pencernaan
karbohidrat adalah semua monosakarida, dan
monosarida tersebut diserap dengan segera
ke dalam darah portal.
2. Digestion of Protein
Pencernaan protein oleh sekresi pankreas.
Kebanyakan pencernaan protein terjadi
terutama dalam upper small intestine, di dalam
duodenum dan jejunum, dibawah pengaruh
enzim-enzim proteolitik dari sekresi
pancreas. Saat protein meninggalkan
lambung, protein biasanya dalam bentuk
proteosa, pepton, dan polipeptida-
polipeptida besar. Kemudian masuk ke small
intestine, lalu dipecah oleh enzim-enzim
proteolitik utama pancreas : tripsin,
kimotripsin, karboksipeptidase dan
proelastase.
Tripsin dan kimotripsin memecah molekul
protein menjadi polipeptida kecil;
karboksipeptidase kemudian memecah asam
amino tunggal dari ujung karboksil
polipeptida.
Proelastase meningkatkan elastase yang
kemudian mencerna serabut-serabut
elastin yang menahan daging.
Pencernaan peptida-peptida oleh peptidase
di dalam enterosit yang Terletak pada vili
small intestine. Pencernaan terakhir protein di
small intestine dicapai oleh enterosit yang
terletak di dalam vili small intestine,
terutama dalam lumen duodenum dan jejunum.
Sel ini memiliki brush border yang mengandung
ratusan mikrovili yang menonjol dari
permukaan tiap sel. Pada membran sel dari
mikrovili terdapat banyak peptidase yang
menonjol ke luar melalui membrane. Dua tipe
enzim peptidase adalah aminopolipeptidase
dan dipeptidase. Enzim ini mampu memecah
sisa polipeptida-polipeptida besar menjadi
bentuk tripeptida dan dipeptida serta
sepenuhnya menjadi asam amino.
3. Digestion of Lipid
Emulsifikasi lemak oleh asam empedu dan
lesitin. Tahap pertama dalam pencernaan lemak
adalah memecah gelembung lemak menjadi ukuran
yang lebih kecil, sehingga enzim pencernaan
yang larut dalam air dapat bekerja pada
permukaan gelembung lemak, proses ini dinamakan
emulsifikasi lemak, dan dicapai sebagian
melalui “agitation” di dalam lambung bersama
produk pencernaan lambung tapi terutama dibawah
pengaruh bile. Bile mengandung sejumlah besar
garam empedu juga fosfolipid lesitin, yang
keduanya penting untuk emulsi lemak. Hasil
emulsi lemak, ukuran rata-rata partikel lemak <
1 m, ukuran ini menggambarkan peningkatan
sebanyak 1000 kali lipat pada daerah permukaan
total lemak yang disebabkan oleh emulsi lemak.
Lipase merupakan senyawa larut air dan dapat
menyerang gelembung lemak hanya pada
permukaannya.
d. Fungsi Absorpsi
1. Absorption of Monosacharides
Pada dasarnya semua makanan karbohidrat
diabsorbsi dalam bentuk monosakarida, hanya
sejumlah kecil yang diabsorbsi sebagai
disakarida dan hamper tidak ada sebagai
senyawa karbohidrat yang lebih besar.
Monosakarida yang paling banyak diabsorbsi
adalah glukosa, bisa mencakup 80% kalori.
Hal ini terjadi karena hasil akhir
pencernaan makanan karbohidrat paling
banyak berasal dari tepung. Sisanya 20%
monosakarida yang diabsorbsi hamper
seluruhnya teridiri dari galaktosa dan
fruktosa.
Monosakarida melewati lumen apical membrane via
facilitated diffusion atau active transport. Fruktosa
diangkut via facilitated diffusion, glukosa dan
galaktosa ditransfor ke dalam sel epitel
dari vili via 2nd active transport, tranporter
berikatan untuk 1 molekul glukosa dan 2 ion
Natrium, sehingga glukosa dan galktosa
berkompetisi untuk transport.
2. Absorption of Protein
Kebanyakan protein diserap melewati membran
luminal sel-sel epitel usus (enterosit small
intestine) dalam bentuk dipeptide, tripeptide dan
beberapa asam amino bebas. Protein yang
diabsorpsi dalam bentuk asam amino melalui
active transport, utamanya terjadi di duodenum dan
jejunum. Beberapa asam amino ditransport ke
epitel sel dari vili via Na+ -dependent secondary
active transport. Dipeptide dan tripeptide via 2nd
active transport dengan H+ .
3. Absorption of Lipid
Semua dietary lipid diabsorbsi via simple diffusion.
Absorbsi lemak 95% dari lipid yang ada di small
intestine. Sebagai hasil emulsi dan digestion,
trigliserida dipecah menjadi monoglyseride dan
fatty acid.
Short chain fatty acid (< 10-12 carbon atoms) masuk
ke epitel sel via simple diffusion. Long chain fatty acid
dan monoglyceride membutuhkan bile untuk absorbsi.
Garam empedu adalh amphipathis, yang memiliki
polar (hydrophilic) dan nonpolar (hydrophobic)
portion. Kemudian mereka akan membentuk sphere
yang disebut micelles. Karena ukurannya kecil dan
memiliki sifat polar dari garam empedu molekul
pada permukaan mereka, micelles dapat larut dalam
air. Sebaliknya, lipid dapat larut pada
nonpolar central core of micelles. Daalm bentk ini fatty
acid dan monoglyceride mencapai sel epitel dari
vili. Setelah mencaapi permukaaan apical epitel cell,
fatty acid dan monoglyceride berdifusi ke dalam sel
dan micelles terlepas. 4
HERNIA
1. Definisi
Hernia adalah suatu tonjolan dari suatu atau
beberapa viscus dari rongga yang seharusnya.
Terdiri dari:
- Herniated viscus
- Hernia sac : dinding internal hernia dilapisi oleh
peritoneum
- Hernial ring
2. Epidemiologi
Hernia merupakan kejadian yang umum.
Lima persen dari hernia adalah spontaneous
abdominal hernia
Merupakan penyebab paling umum dari obstruksi
intestin di selurus dunia dan merupakan penyebab
ke-3 obtruksi intestin di USA.
Dari keseluruhan abdominal hernia, 85%-nya adalah
groin hernia, dimana indirect inguinal hernia
adalah yang paling sering terjadi.
Inguinal hernia lebih sering terjadi pada laki-
laki dari pada perempuan dengan perbandingan 7 :
1.
3. Karakteristik
Congenital vs acquired
External vs internal hernia
External hernia herniated organ secara abnormal
terletak di luar rongga abdomen.
Internal hernia herniated organ secara abnormal
masih terletak di rongga abdomen.
Complete vs incomplete hernia
Complete hernia seluruh bagian organ mengalami
herniasi.
Incomplet/ partial hernia hanya sebagian dari
bagian organ yang mengalami herniasi.
Reducible vs incarcerated hernia
Reducible hernia dikatakan reducible hernia
saat hernial sac content dapat kembali ke rongga
abdomen secara spontan atau dengan manipulasi
eksternal.
Incarcerated hernia hernia dikatakan
incarcerated saat hernial sac content tidak dapat
dikeluarkan kembali dari sac-nya.
4. Patogenesis
Regangan yang berlebih dari otot-otot dan
sktuktur aponeurosisnya.
Adanya peningkatan tekana intra abdomen.
Untuk incisional hernia lebih disebabkan oleh
infeksi atau regangan selama penyembuhan luka
sehingga menyebabkan lemahnya jaringan
muskuloaponeurosis.
5. Klasifikasi
a. Hernia anterior abdominal wall :
Umbilical
Hernia umbilical 10-30% terjadi seringkali
pada saat kelahiran sebagai protusi pada
umbilicus. Biasanya disebabkan oleh suatu
pembukaan pada dinding abdomen, yang normalnya
terututup sebelum lahir sedangkan ini tidak
tertutup lengkap. Jika celah kecil dapat
tertutup kembali pada usia 2 tahun sedangkan
celah yang besar harus melalui operasi
penutupan dan biasanya pada usia 2-4 tahun.
Epigastric
Penonjolan antara umbilicus dengan bagian
bawah ribcage pada bagian midline abdomen.
Epigastric hernia terdiri dari jaringan lemak
dan jaringan mengandung intestine. Terbentuk
dari bagian dinding abdomen yang lemah, tidak
nyeri, dan tidak dapat didorong ke abdomen
sakit pertama diketahui.
Spigelian
Jaringan terjadi dan biasanya terjadi
sepanjang tepi muscle rectus abdominis.
b. Hernia inguinal abdominal wall
Indirect inguinal ( HIL )
Jalur dari testikel yang terbuat prebirth
kemudian turun dari abdomen ke scrotum jalur ini
secara normal tertutup setelah lahir tapi bisa
juga tersisa / tidak tertutup sehingga dapat
menjadi tempat hernia. Kadang-kadang kantung
hernia menonjol keluar ke dalam scrotum. Biasanya
terjadi pada berbagai usia.
Direct inguinal ( HIM )
Berlangsung sangat tipis / berbeda jarak sedikit
dari HIL, pada tempat dimana abdominal wall
normalnya lebih tipis. Jarang menonjol ke
scrotum. Terjadi pada middle age dan lansia
karena abdominal wall melemah sesuai usia.
Femoral
Femoral hernia terjadi melalui femoral canal
adalah jalur lewat arteri,vena dan nerve femoral
dari rongga abdomen sampai paha. Walaupun
normalnya merupakan rongga / tempat yang padat,
kadang menjadi besar jika isi intestine masuk ke
dalam canal. Femoral hernia biasanya terjadi
penonjolan di bawah lipatan inguinal dan terlihat
di bagian paha tengah. Biasanya terjadi pada
wanita dan beresiko menjadi irreducible ( tidak
dapat didorong kembali ke tempatnya ) dan
strangulasi.
c. Hernia pelvis
Obturator
Paling jarang terjadi dan biasanya pada wanita.
Tonjolan hernia dari rongga pelvis lewat
pembukaan pada tulang pelvis ( obsturator foramen
). Tidak selalu terlihat penonjolan tetapi sangat
mempengaruhi bowel sehingga terjadi obstruksi
bowel yang mengakibatkan mual dan muntah.
Sciatic
Perineal
d. Hernia lumbar
Superior lumbar triangle ( Grynfelt )
Inferior lumbar triangle ( Petit )
HERNIA INGUINALIS
(GROIN HERNIA)
1. Epidemiologi
Hernia yang paling sering pada laki-laki dan
wanita adalah inguinal hernia indirect.
Rasio wanita:laki-laki sama dengan 9:1 untuk
inguinal hernia dan 1:3 untuk femoral hernia.
2. Klasifikasi
Hernia ini dibagi menjadi dua:
a. Hernia direct
Hernia direct ini tidak selalu kongenital,
penyebabnya ialah gangguan perkembangan atau
deficiency transversus abdominal muscle, yang
menjadi flour inguinal canal. Berhubungan dengan
hesselbach triangle secara anatomi, pada hernia
direct ini disebabkan oleh adanya kelemahan floor
pada triangle tersebut (the transversalis
fascia).
b. Hernia indirect
Lebih ke arah lateral artery dan
protrude/tonjolan tersebut melalui inguinal canal
sampai ke spermatic cord. Pada indirect hernia
ini, terjadi disebabkan oleh dua hal, yaitu
adanya ruang potensial yang tidak hilang dari
processus vaginalis, dan yang kedua dikarenakan
adanya kelemahan fascia dari transversalis muscle
fibers yang berada di sekitar luar spermatic cord
pada inernal abdominal ring. Berhubungan dengan
hessebach’s bach triangle sacara anatomi, pada
hernia indirect ini adanya kelemahan pada bagian
lateral dari triangle tersebut
Tabel 2 Perbedaan hernia direct dan indirectIndirect Direct
Patient’s age Any age butussualy young
Older
Cause Maybe congenital AcquiredBilateral 20% 50%Protusion on coughing Oblique StraightAppearance on standing Does not reach
full sizeimmediately
Reach full sizeimmediately
Reduction on lying down May not reduceimmediately
Reduceimmediately
Descent into scrotum Common RareOcclution of internalring
controls Does not control
Neck of sac Narrow WideStrangulation Not uncommon UnusualRelation to inferiorepigastric vessels
Lateral Medial
Gilbert designed a classification for primary and
recurrent inguinal hernias done through an anterior
approach (Figure 28). It is based on evaluating 3
factors :
1. Presence or absence of a peritoneal sac
2. Size of the internal ring
3. Integrity of the posterior wall of the canal
Tabel 3 Klasifikasi hernia
Keterangan:
Type 1 hernias have a peritoneal sac passing
through an intact internal ring that will not
admit 1 fingerbreadth (ie,<1 cm.); the posterior
wall is intact.
Type 2 hernias (the most common indirect
hernia) have a peritoneal sac coming through a 1-
fingerbreadth internal ring (ie, </=2 cm.); the
posterior wall is intact.
Type 3 hernias have a peritoneal sac coming
through a 2-fingerbreadth or wider internal ring
(ie, >2 cm.).
Type 3 hernias frequently are complete and
often have a sliding component. They begin to
break down a portion of the posterior wall just
medial to the internal ring.
Type 4 hernias have a full floor posterior
wall breakdown or multiple defects in the
posterior wall. The internal ring is intact, and
there is no peritoneal sac.
Type 5 hernias are pubic tubercle recurrence
or primary diverticular hernias. There is no
peritoneal sac and the internal ring remains
intact. In cases where double hernias exist, both
types are designated (eg, Types 2/4). Descriptors
such as L, Sld., Inc., Strang. Fem. are used to designate
lipoma, sliding component, incarceration,
strangulation and femoral components.
Nyhus developed a classification designed for the
posterior approach based on the size of the
internal ring and the integrity of the posterior
wall. According to this scheme :
Type 1 is an indirect hernia with a normal
internal ring;
Type 2 is an indirect hernia with an enlarged
internal ring;
Type 3a is a direct inguinal hernia;
Type 3b is an indirect hernia causing posterior
wall weakness;
Type 3c is a femoral hernia;
Type 4 represents all recurrent hernias
4. Etiologi
Kebanyakan hernia pada groin adalah genetik.
Penyebab inguinal hernia adalah congenital dan
acquired. Hampir semua indirect inguinal hernias
adalah congenital, akibat dari patent processus
vaginalis :
80% pada newborn
50% pada anak usia 1 tahun, penutupan berlanjut
hingga usia 2 tahun
20% pada orang dewasa
Faktor lain yang dapat menjadi penyebab hernia pada
groin adalah :
Stretching and exposing the groin.
Muscle deficiency, bisa berupa congenital atau
acquired insufficiencies dari internal oblique
abdominal muscle.
Kerusakan jaringan ikat akibat physical stress
intraabdominal pressure, merokok, penuaan,
connective tissue disease, dan systemic illness
yang mengurangi kekuatan transverse aponeurosis
dan fascia.
Fraktur elastic fibers serta adanya perubahan
struktur, jumlah dan metabolit kolagen pada
struktur jaringan ikat di groin area.
Abdominal dinstention dan peningkatan tekanan
intraabdominal akibat ascites dan peritoneal
dialysis → merusak myopectineal orifice →
dilatasi paten dari processus vaginalis.
Fraktur pelvis dan denervation pada shutter
mechanism.
5. Manifestasi Klinis
1. Hernia reponible
Ada benjolan yang timbul pada saat mengejan,
mengangkat beban berat dan hilang pada saat
berbaring (tekanan intraabdomen meningkat).
2. Hernia ireponible
Ada benjolan yang timbul pada saat mengejan,
mengangkat beban berat dan tidak hilang pada saat
berbaring (tekanan intraabdomen meningkat).
3. Hernia incarcerate
- Obstipasi
- Muntal
- Tidak flatus
- Dehidrasi dan perut kembung
- Adanya gangguan keseimbangan cairan,
elektrolit, asam basa
4. Hernia strangulated
- Nyeri hebat (colicky pain)
- Nyeri tekan
- Asites
- Abses local
- Takikardia
- Ileus ( inhibitory motorik of GI tract)
- Hilangnya bising usus
6. Differenttial diagnosis
Lipoma tumors
Lymphadenopathy
Abscess
Cysts
Hydrocele
Varicocele
Pseudoaneurysm
Undesended testicle
7. Treatment
Tahapan operatif Hernia
1. Herniotomy
Membuka dan memotong kantung hernia dan
mengembalikan isi dari hernia ke cavum
abdominalis
2. Herniorrhapy
Mengikat leher hernia dan digantung di conjoint
tendon
3. Hernioplasty
Merupakan usaha untuk memperkuat tempat
terjadinya hernia, agar hernia tidak terjadi lagi
Operasi hernia dilakukan :
Elektif jika masih hernia reponible.
2 x 24 jam jika hernia ireponible.
Dilakukan sesegera mungkin jika hernia
incarcerata telah terjadi.
Penilaian sebelum operasi (Preoperative
Assesment) dan Persiapan
- Lakukan pemeriksaan kondisi general dinilai
dari pemeriksaan klinis dan tes laboratorium.
(cek Hb, urine, juga fungsi cardiovascular dan
renal)
- Pada pasien obese harus diturunkan dahulu
berat badan
Hernioplasty
o Tujuan Hernioplasty :
- mencegah terjadinya hernia recurrent
- memasukkan kembali hernia ke dalam abdomen
- memperbaiki otot yang mengalami kelemahan
- mencegah terjadinya strangulasi
o Metode Hernioplasty :
- Penutupan aponeurotic yang rusak
- Penggantian fascia yang rusak oleh bahan
penutup sintetis
o Jenis Hernioplasty :
a. Anterior Hernioplasty
Terdapat 3 bagian :
1. Pembukaan inguinal canal
2. Perbaikan lubang myopectineal
Ada 3 macan yang diketahui :
- Marcy simple ring closure
Yang diperbaiki hanya bagian deep ring
- Bassini operation
Diperbaiki adalah deep ring dan
Hesselbach’s triangle
- McVay Lotheissen Cooper Ligament Repair
Memperbaiki 3 lokasi yang rentan terjadi
hernia, deep ring, Hesselbach’s triangle
dan femoral canal.
3. Penutupan inguinal canal
b. Posterior Hernioplasty
Umumnya dilakukan pada hernia femoral
8. Komplikasi
Ischemic orchitis
Recurrences
OBSTRUKSI INTESTINAL
1. Definisi
Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan
(apapun penyebabnya) aliran normal isi usus
sepanjang saluran usus.
Obstruksi usus dapat bersifat akut maupun kronis,
parsial maupun total. Obstruksi usus kronis
biasanya mengenai bagian colon akibat adanya
karsinoma atau pertumbuhan tumor, dan
perkembangannya lambat.
Obstruksi total usus halus merupakan keadaan gawat
yang memerlukan diagnosis dini dan tindakan
pembedahan darurat bila penderita ingin tetap
hidup.
2. Etiologi
Tabel 3 Penyebab utama obstruksi usus
Obtruksi Mekanis
Adhesi
Hernia internal dan eksternal
Volvulus
Intususepsi (invaginasi)
Tumor
Striktur akibat radang
Batu empedu, fekalit, benda asing yang
obstruktif
Striktur congenital, atresia
Pita (band) congenital
Mekonium pada mukoviskoidosis
Anus imferporata
Obstruksi Semu
Ileus paralitik (misalnya, pasca bedah)
Vaskuler – infark usus
Miopati dan neuropati (midalnya,
penyakit Hirshsprung)
3. Tanda dan Gejala dari Obstruksi Intestinal
Gejala – gejala penting dari obstruksi usu halus
adalah :
1. Nyeri
2. Muntah
3. Obstipasi, dan
4. peregangan abdomen.
Hernia
Kelemahan atau defek pada dinding rongga
peritoneum memungkinkan penonjolan keluar suatu
kantung peritoneal; disebut kantung hernia.
Menyatakan adanya penonjolan keluar dari suatu
kantong yang dibatasi oleh serosa melalui setiap
kelemahan atau kerusakan dari dinding rongga
peritoneum.
Tempat-tempat umum yang menunjukkan kelemahan
seperti itu adalah inguinal da saluran femoralis,
umbilicus, dan jaringan parut yang lama bekas
operasi.
Arti hernia terletak pada kecenderungan dari
bagian tersering dan paling penting adalah
terjepitnya usus halus, usus besar, omentum atau
isi perut yang lain, seperti ovarium, mungkin
terkena.
Bila leher hernia ini cukup sempit aliran vena
dari isi perut yang menonjol akan terhalang.
Bendungan dan edema yang dihasilkan akan
menyebabkan pembengkakan yang besar sehingga isi
perut akan terjebak secara permanen atau
inkarserasi.
Lebih lanjut pada aliran darah dan mungkin
mengganggu aliran arteri, sehingga menghasilkan
nekrosis iskemik dari isi perut yang terjebak
tersebut atau disebut hernia strangulates.
Bila usus halus yang terkena, gambaran
histologisnya sama seperti gambaran yang
disebabkan oleh penyumbatan aliran darah
mesenteric
Perlekatan Usus Halus (Adhesi)
Pita-pita jaringan ikat mungkin terbentuk dari
organ-ke organ atau ke dinding peritoneum sebagai
hasil penyembuhan dari peritonitis atau setelah
setiap operasi abdominal.
Perlekatan-perlekatan ini dapat menghasilkan loop
tertutup sehingga dapat dilalui oleh isi perut
lain yang mungkin meluncur masuk dan terjebak,
seperti halnya pada kantung hernia.
Komplikasi adhesi adalah herniasi internal,
obstruksi usus, dan strangulasi visera.
Obstruksi usus yang sebagian atau menyeluruh akan
terjadi, kadang-kadang dengan infark dari isi
perut yang terkena tersebut.
Intususepsi
Pada gangguan ini, satu segmen dari usus halus
dikerutkan oleh suatu gelombang peristaltic, serta
sekonyong-konyong masuk (mengalami invaginasi) ke
dalam segmen distal dari usus tersebut.
Sekali terjebak, segmen yang masuk tersebut, oleh
gerakan peristaltic didorong ke dalam segmen
bagian distal, ikut menarik mesenterium
dibelakangnya.
Intususepsi lebih sering terjadi pada bayi dan
anak-anak daripada orang dewasa, dan pada kelompok
umur ini biasanya secara nyata terjadi spontan
pada usus yang sehat.
Pada kasus demikian, perbaikan sering kali
dilakukan dengan memasukkan enema.
Meskipun demikian pada orang dewasa, suatu
intususepsi sering menyatakan secara tidak
langsung suatu masa di dalam lumen atau lesi yang
bermanfaat sebagi titik untuk menarik dan
mendorong dasar dari perlekatan dan sepanjang usus
itu.
Operasi eksplorasi adalah perlu, tidah hanya untuk
menentukan penyebabnya, tapi juga untuk
memperbaiki intususepsinya.
Sebaliknya obstruksi usus pada saatnya mungkin
disertai dengan infark, karena aliran darah
mesenteric jadi tertekan secara progresif.
Volvulus
Menunjukkan adanya pemulintiran (pemutaran) dari
saluran usus, kira-kira pada dasar perlekatan
mesenteric.
Hal ini sering terjadi pada usus halus, tapi
saluran sigmoid yang sangat berlebihan mungkin
dapat terkena.
Obstruksi dan infark sering terjadi pada kasus
ini.
- Torsion at the point of adhesion
- Incarceration in a hernia sac
- Intraluminal mass
- Extrinsic compression
Tabel 4 Klasifikasi Obstruksi Intestinal Mekanis pada
Dewasa
INTRALUMINALForeign bodiesBarium inspissations(colon)BenzoarInspissated fecesGallstoneMeconium (cysticfibrosis)ParasitesOther (swallowedobjects, enteroliths)IntussusceptionPolypoid, exophyticlesions
EXTRINSICAdhesionsCongenital Ladd or meckel’sband Postoperative PostinflammatoryHernias
INTRAMURALCongenital Atresia, stricture, orstenosis Web Intestinal duplication Meckel’s diverticulumInflammatory process Crohn’s disease Diverticulitis Chronic intestinalischemia Radiation enteritis Medication induced(nonsteroidal, antiinflamatories,potassium chloride tablets)Neoplasma Primary bowel (malignantor benign) Secondary (metastases,especially melanoma)Traumatic Intramural hematoma of
External InternalVolvulusExternal mass effect Abscess Annular pancreas Endometriosis Pregnancy Pancreaticpseudocyst
duodenum
Terdapat 2 jenis obstruksi usus :
1) Non-mekanis (misalkan ileus paralitik/ileus
adinamuk), pertistaltik usus dihambat oleh pengaruh
toksin atau trauma yang mempengaruhi pengendalian
otonom motilitas usus.
2) Mekanis, terjadi obstruksi di dalam lumen usus atau
obstruksi mural yang disebabkan oleh tekanan
ekstrinsik. Obstruksi ini selanjutnya digolongkan
menjadi :
a. Obstruksi mekanis simpleks/open loop obstruction
(hanya terdapat satu tempat obstruksi). Pada
obstruksi jenis ini lumen usus bisa sebagian
tertutup atau tertutup sempurna tapi tanpa adanya
gangguan dari aliran darah usus. Obstruksi
mekanis simple ini bisa juga sempurna tertutup
yang berarti lumen secara total tertutup
(complete) atau tertutup sebagian (incomplete),
yang berarti lumen ususnya menyempit tapi bagian
distalnya masih bisa dilewati cairan dan udara.
b. Obstruksi lengkung tertutup (Closed-loop
obstruction), sedikitnya terdapat 2 tempat
obstruksi. Obstruksi jenis ini tidak dapat
didekompresi, sehingga tekanan intralumen
meningkat cepat dan mengakiatkan terjadinya
penekanan pembuluh darah, iskemia, dan infark
(strangulasi).
4. Patofisiologi
Terdapat kemiripan proses patofisiologis yang
terjadi setelah obstruksi usus, tanpa memandang
penyebab obstruksi yang disebabkan oleh mekanis
atau fungsional. Perbedaan utamanya adalah pada
obstruksi paralitik, peristaltic dihambat sejak
awal, sedangkan pada obstruksi mekanis, awalnya
peristaltic diperkuat, kemudian timbul intermiten,
dan akkhirnya menghilang.
Dinding usus terletak sebelah proksimal dari segmen
yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh
penimbunan cairan dan gas (70& dari udara yang
tertelan dalam lumen). Distensi berat pada dinding
usus akan mengurangi pengaliran air dan natrium
dari lumen usus ke dalam darah. Sekitar 8 liter
cairan disekresi ke dalam saluran cerna setiap
hari, sehingga tidak adanya absorpsi dapat
mengakibatkan penimbunan intralumen dengan cepat.
Muntah dan penyedotan usus setelah dimulainya
pengobatan merupakan penyebab utama kehilangan
cairan dan elektrolit. Pengaruh kehilangan ini
adalah pengerutan ruang cairan ekstrasel yang
mengakibatkan syok-hipotensi, berkurangnya curah
jantung, berkurangnya perfusi jaringan, dan
asidosis metabolic.
Peregangan usus yang terjadi terus menerus
mengakibatkan timbulnya lingkaran setan penurunan
absorpsi cairan dan peningkatan sekresi cairan ke
dalam usus. Efek local peregangan usus adalah
iskemia akibat peregangan dan peningkatan
permeabilitas yang disebabkan oleh nekrosis,
disertai dengan absorpsi toksin bakteri ke dalam
rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik.
Obstruksi Usus
Akumulasi gas dan cairan intralumen di sebelah proksimal
dari letak obstruksi
Distensi
Proliferasi bakteri yang
Tekanan intralumen ↑ dipertahankan
Pelepasan bakteri dan toksin dari usus yang nekrotik ke dalam peritoneum dan
Syok hipovolemik
Peritonitis septikemia
Kehilangan H2O dan elektrolit
Iskemia dinding usus
↓ volume ECF
Kehilangan cairan menuju ruang peritoneum
5. Manifestasi Klinis
Gejala cardinal obstruksi usus halus adalah :
peregangan abdomen, nyeri, muntah, dan konstipasi
absolute.
Nyeri biasanya meneyrupai kejang dan dipertengahan
abdomen (terutama daerah paraumbilikalis) dan
memberat bila letak obstruksi makin tinggi. Abdomen
dapat terasa nyeri.
Frekuensi muntah bervariasi bergantung pada letak
obstruksi. Bila obstruksi terjadi pada usus halus
bagian atas, maka muntah akan lebih sering terjadi
dibandingkan dengan obstruksi yang terjadi pada
ileum atau usus besar.
Konstipasi absolute sering terjadi dini pada
obstruksi usus besar, tetapi flatus dan feses
mungkin dapat dikeluarkan pada permulaan obstruksi
usus halus.
Pemeriksaan radiografi abdomen sangat penting dalam
menegakkan diagnosis obstruksi usus.
Obstruksi mekanis usus halus ditandai oleh adanya
udara dalam usus halus, tetapi tidak terdapat dalam
colon. Sedangkan obstruksi kolon ditandai oleh
adanya gas di seluruh kolon, tetapi sedikit atau
tidak ada gas dalam usus halus.
Bila foto polos tidak dapat memberikan kepastian
diagnosis akhir, dilakukan pemeriksaan radiografi
dengan barium untuk mengetahui letak obstruksi.
6. Management
1. Resusitasi cairan : Ringer Lactate melalui IV Line
Tabel 5 Ringer lactate solutionelectrolyte Extracellular
fluid (mEq/L)LactateRinger(mEq/L)
Sodium 135-145 130Potassium 3.2-4.5 4Chloride 95-105 109Lactate(bicarbonate)
24-28 28
2. Kateter urin,untuk memonitor pengeluaran urin
3. Kateter vena/pulmonary pada pasien yang memliki
kelainan jantung
4. NGT (Naso gastric tube) untuk mengeluarkan cairan atau
udara dari lambung.
5. Pre operasi,diberikan antibiotic spectrum luas
sebagai profilaksis(biasanya menggunakan
Cephalisporine)
6. Operasi:
Tujuan :
a Untuk meminimalisasi resiko bowel strangulasi
yang dapat meningkatnkan resiko kematian
b Untuk mencegah terjadinya Iskemia yang menetap
7. Komplikasi
1. Closed loop obstruction
Komplikasi yang muncul dari closed loop obstruction
ini berkembang dengan cepat, dalam hitungan jam.
Crampy abdominal pain yang intense dan terfokus di
daerah umbilicus.
Mual dan muntah, sebagai akibat dari respon reflex
dari hyperperistaltis dan stretching dari
mesentery.
Setelah 8-18 jam, sekresi mucus yang terus menerus
menyebabkan tekanan intraluminal yang meningkat →
stasis → pertumbuhan bakteri yang meningkat →
mucosal disruption.
Demam
Setelah 20-24 jam jika tidak ditangani dengan baik,
menyebabkan gangrene dan perforasi → peritonitis.
Sepsis
2. Open loop obstruction
Perkembangan komplikasinya tidak cepat seperti pada
closed loop obstruction.
Open loop obstruction terletak di proximal
jejunum, dapat didekompresi dengan muntah.
Obstruksi dikarakteristikan dengan loss of
gastric, pancreatic, dan biliary secretion → hal
ini mengakibatkan ketidakseimbangan elektrolit.
Ketidakseimbangan elektrolit ini dapat
menyebabkan dehidrasi, metaboloic alkalosis,
hypochloremia, hypokalemia, dan hyponatremia.
ABDOMINAL BLEEDING
1. Definisi
Abdominal bleeding adalah adalah kondisi medis
serius yang dikarakteristikan oleh tempat
perdarahan di abdomen.
Disebut juga dengan intra-abdominal bleeding.
2. Etiologi
Abdominal bleeding dapat disebabkan oleh berbagai hal
mulai dari penyakit sampai trauma. Penyebab-
penyebabnya antara lain:
1. Pecah pembuluh darah
2. Pecah organ
3. Tumor
4. Ulkus
5. Trauma
3. Manifestasi Klinis
Nyeri dan nyeri tekan abdomen paling umum dijumpai
pada abdominal bleeding
Distensi
Abdomen kaku (rigid)
Nausea dan muntah ditemukan pada beberapa pasien
Muntah darah, ditemukan pada beberapa kasus atau
tipe abdominal bleeding lainnya.
Apabila berat dapat mengakibatkan shock dengan
gejala confusion, menggigil, lethargy, dan terkadang
tidak sadar.
4. Diagnosis
Diagnosis abdominal bleeding dengan menggunakan
pencitraan.
5. Pengobatan
Bedah
Untuk kehilangan darah yang berlebih dapat diganti
dengan transfuse darah.
THE FLORA OF THE GASTROINTESTINAL TRACT
Intestinal Flora
Tubuh mengandung sekitar 1013 human cell dan 1014
bacterial cell.
Kebanyakan GI tract mengandung koloni bakteri,
tetapi terdapat organ yang relative sterile yaitu:
gaster, gallbladder dan salivary glands.
Kulit, termasuk disekeliling oral dan anal orifices:
o Coagulase-negative Staphylococci (utamanya
Staphylococcus epidermidis)
o Diptheroids (termasuk Propionibacterium acnes
dan Corynebacteria)
o Bacillus species
o Streptococci
Oropharynx→ Streptococci viridans, Neiserria genus,
Corynebacteria (diptheroids) dan anaerob (tetapi
bukan Bacteroides fragilis→ karena flora dibawah
difragma)
Stomach→ <10 organism per mL cairan (Streptococcus,
Staphylococcus, Lactobacillus, Peptostreptococcus
dan Candida)
Perubahan flora di Small Intestinal
a. Duodenum, sedikit organisme (gram positive
coccid an rods)
b. Jejunum, lebih banyak bakteri daripada di
duodenum (Enterococcus faecalis, Lactobacilli,
diptheroid)
c. Ileum, banyak flora (104 - 108 organism/mL
cairan→ obligate anaerob dan termasuk
Bacteroides, Clostridia, Bifidobacteria, dan
Enterobactericeae) Large intestinal, termasuk bakteri anaerob
(Bacteroides fragilis).
DAFTAR PUSTAKA
1. Langman. Embriologi Kedokteran. Edisi 7. T. W. Sadler.EGC
2. Moore KL and Dalley AF. Clinically Oriented Anatomy.5th Edition. Lippincott Williams & Wilkins.
3. Junqueira, L.Carlos and Carneiro J. Basic Histology Text and Atlas. 8th Edition. Lange Medical Books McGraw-Hill.
4. Guyton Hall. Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. EGC5. Robbin Kumar. Basic Pathology Of Disease.6. Schwartz. Principles of Surgery. 8th edition. F.
Charles Brunicardi.