BIDAN MALPRAKTIK

38
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT., atas segala berkat dan rahmat-Nya yang telah memberikan kesehatan dan nikmat kepada kami sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang direncanakan. Harapan kami semoga makalah kami ini menambahkan referensi bagi para pembaca dan kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya kami dapat lebih baik. Kami sadar masih banyak kekurangan dalam makalah kami ini, namun kami telah berupaya semaksimal mungkin untuk melakukan yang terbaik. Dan kami akan sangat menghargai bila para pembaca dapat memberi pendapat atau bahkan krikik terhadap makalah yang kami telah buat ini. 1

Transcript of BIDAN MALPRAKTIK

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT.,

atas segala berkat dan rahmat-Nya yang telah memberikan

kesehatan dan nikmat kepada kami sehingga makalah ini dapat

diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang

direncanakan.

Harapan kami semoga makalah kami ini menambahkan

referensi bagi para pembaca dan kami dapat memperbaiki bentuk

maupun isi makalah ini sehingga kedepannya kami dapat lebih

baik.

Kami sadar masih banyak kekurangan dalam makalah kami

ini, namun kami telah berupaya semaksimal mungkin untuk

melakukan yang terbaik. Dan kami akan sangat menghargai bila

para pembaca dapat memberi pendapat atau bahkan krikik

terhadap makalah yang kami telah buat ini.

1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................ 1

DAFTAR ISI................................................ 2

BAB I PENDAHULUAN

1.1.......................................................Lat

ar Belakang ........................................... 3

1.2.......................................................Rum

usan Masalah .......................................... 3

1.3.......................................................Tuj

uan Penulisan ......................................... 4

BAB II KAJIAN TEORI

2.1....................................................... St

andar Profesi.......................................... 8

2.2....................................................... Cl

ient Safety............................................ 12

2

2.3....................................................... We

wenang Bidan ..........................................

13

2.4....................................................... Ko

de Etik ...............................................

18

2.5....................................................... In

formed Consesnt/Choice ................................

19

2.6....................................................... Sa

nksi dan Reward .......................................

23

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan........................................... 26

3.2. Saran................................................ 26

DAFTAR PUSTAKA.............................................

27

3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG

Bidan muncul sebagai wanita terpercaya dalam mendampingi

dan menolong ibu melahirkan. Bidan adalah profesi yang

diakui secara nasional maupun internasional oleh sejumlah

praktisi di seluruh dunia. Pengertian bidan dan bidang

praktiknya secara internasional telah diakui oleh

International Confederation Of Midwife (ICM), Federation International Of

Gynaecologist And Obstetrian (FIGO) dan World Health Organization

(WHO) sedangkan secara nasional telah diakui oleh Ikatan

Bidan Indonesia (IBI) sebagai organisasi profesi bidan di

Indonesia. Peran bidan di masyrakat sangat dihargai dan

dihormati karena tugasnya yang sangat mulia, memberi

semangat, membesarkan hati dan mendampingi, serta

menolong ibu melahirkan dan merawat bayinya dengan baik.

Untuk menjadi bidan yang profesional dan bertanggung

jawab harus selalu memperhatikan standar profesi bidan,

kode etik bidan, wewenang bidan, sanksi dan reward, serta

komunikasi dengan klien. Hal-hal tersebut akan menjadi

dasar bagi bidan agar bisa menjalankan tugasnya sesuai

dengan ketentuan-ketentuannya.

1.2.RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan standar profesi?

4

2. Apa yang dimaksud dengan client safety?

3. Apa saja wewenang bidan?

4. Apa saja kode etik bidan?

5. Apa itu informed consent/choice?

6. Apa saja sanksi dan reward yang berlaku dalam

kebidanan?

1.3.TUJUAN PENULISAN1. Untuk memahami tentang standar kebidanan.

2. Untuk memahami perlunya client safety.

3. Untuk memahami wewenang bidan.

4. Untuk memahami kode etik bidan.

5. Untuk memahami butuhnya informed consent/choice.

6. Untuk mengetahui sanksi dan reward yang berlaku dalam

kebidanan.

5

KASUS III

Seorang bidan di Batu, Jawa Timur diduga melakukan malpraktik

saat menangani proses persalinan. Pada tanggal 8 Agustus 2006,

hari Selasa sore, seorang perempuan berusia 39 tahun,

mengalami kontraksi dan dibawa suaminya ke BPM terdekat dari

rumahnya. Menurut suaminya, saat dibawa ke bidan, kondisi

istri dan kandungannya baik-baik saja.Bidan juga menyanggupi

dan mampu menangani dengna baik proses persalinan istrinya.

Suami perempuan diminta bidan untuk menunggu di luar ruang

bersalin. Namun, setelah berjam-jam tidak lahir, tiba-tiba

bidan meminta tolong suami untuk mendampingi istrinya

bersalin. Suami perempuan tersebut sangat terkejut dan syok

melihat kondisi bayi tanpa kepala dengan ceceran darah di

leher. Istrinya ternyata melahirkan anak ketiganya dengan6

hasil mengerikan. Bayi sungsang yang dikandungnya lahir dengan

kepala terputus. Badan bayi keluar terlebih dahulu, sedangkan

kepalanya tertinggal di dalam rahim. Perempuan tersebut lalu

dirujuk ke RS untuk dikeluarkan kepala bayi yang masih

tertinggal. Suami perempuan merasa antara percaya dan tidak

melihat kondisi itu. Namun, masih merasa sedikit lega dapat

melihat anaknya ketika badan dan kepalanya disatukan. Meski

kejadian ini dirasakan sangat berat, suami perempuan akhirnya

bisa menerima dan menganggap ini takdir Tuhan. Tetapi unutk

kasus hukumnya, tetap diserahkan kepada pihak yang berwenang.

Dia berharap kasus ini bisa ditindak lanjuti dengan seadil-

adilnya.

Kata sulit:

1. Kontraksi adalah mulas yang sebenarnya.

2. BPPM adalah Badan Praktik Bidan.

3. Malpraktik adalah menyimpang dari kode etik kebidanan.

4. Sungsang adalah dimana janin terletak memanjang dengan

kepala di fundus uteri dan bokong berada dibawah cavum

uteri.

5. Klien adalah orang yang membutuhkan pelayanan kesehatan.

7

Problem Tree

8

BIDANKODEETIK

STANDARTPROFESI

CLIENTSAFETY

HAK &KEWAJIBAN

WEWENANGBIDAN

INFORMED CHOISE& INFORMEDCONCENT

JENISPELAYANANKEBIDANAN

ASUHANKEBIDANAN

PENGERTIAN BIDANDOKUMENTAS

ISANKSI DANREWARD

Mindmap

1. Apa saja standar profesi bidan?

2. Apa itu client safety?

3. Bagaimana wewenang bidan?

4. Bagaimana kode etik bidan?

5. Perlukah informed consent dan informed choice?

6. Bagaimana sanksi dan reward dalam kebidanan?

Tujuan Belajar

1. Untuk memahami mengenai standar profesi bidan.

9

BIDAN

INFORMEDCHOISE/CONSENT

STANDARPROFESI BIDAN

WEWENANGBIDAN

KODEETIK

CLIENTSEFETY

SANKSIREWARD

2. Untuk memahami tentang client safety.

3. Untuk mengetahui apa itu wewenang bidan.

4. Untuk mengetahui apa itu kode etik bidan.

5. Untuk memahami tentang informed consent dan informed

choice.

6. Untuk mengetahui sanksi dan reward dalamkebidanan.

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1.STANDAR PROFESI

Standar merupakan landasan berpijak normatif dan

parameter/alat ukur untuk menentukan tingkat keberhasilan

dalam memenuhi kebutuhan klien dan menjamin mutu asuhan yang

diberikan. Dalam penyusunan standar harus memperhatikan proses

dan harapan yang akan terjadi dalam upaya meningkatkan mutu

layanan.

Kriteria Standar Kebidanan.

1. menggunakan bahasa yang jelas, sederhana, dan mudah

dimengerti.

2. Realistis/dapat diterima dalam lingkup asuhan yang

diperlukan.

10

3. Mudah dilakukan dalam pelaksanaan asuhan kebidanan.

4. Dapat diobservasi dan diukur.

Manfaat standar kebidanan.

1. Memadu, mendorong, dan mengarahkan kinerja klinis dalam

upaya menampilkan asuhan kebidanan yang bermutu.

2. Sebagai parameter/tolak ukur untuk meilai tingkat

kualitas asuhan kebidanan yang diberikan.

3. Merupakaan alat penilaian diri sendiri bagi bidan dalam

melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.

4. Memperthanakna profesionalisme bidan sebagai praktisi

klinis.

5. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi asuhan kebidanan.

Standar dalam profesi kebidanan meliputi; standar pelayanan

kebidanan, standar praktik kebidanan, standar pendidikan

kebidanan dan stamdar pendidikan berkelanjutan kebidanan.

I. Standar Pelayanan Kebidanan

1. Standar I:Falsafah dan Tujuan

Pengelola pelayanan kebidanan memiliki visi,filosofi,dan

tujuan pelayanan serta organisasi pelayanan sebgai dasar untuk

melaksanankan tugas pelayanan yang efektif dan efisien.

Definisi operasional

11

a. Pengelola pelayanan kebidanan memiliki visi,misidan

filosofi pelayanan kebidanan yang mengacu pada

visi,misi,dan filosofi masing-masing.

b. Terdapat struktur organisasi yang menggambarkan garis

komando,fungsi,dan tanggung jawab serta kewenangan dalam

pelayanan kebidanan dan hubungan dengan unit lain

c. Terdapat uraian tugas tertulis untuk setiap tenaga yang

ada pada organisasi yang disahkan oleh pimpinan.

d. Terdapat bukti tertulis tentang persyaratan tenaga yang

menduduki jabatan pada organisasi yang disahkan oleh

pimpinan.

2. Standar II: Administrasi dan Pengelolaan

Pengelola pelayanan kebidanan memiliki pedoman pengeloaan

pelayanan, standar pelayanan, prosedur tetap, dan pelaksanaan

kegiatan pengelolaan pelayanan yang kondusif yang memungkinkan

praktik pelayanan kebidanan menjadi akurat.

Definisi operasional

a. Terdapat pedoman pengelolaan pelayanan yang mencerminkan

mekanisme kerja di unit pelayanan tersebut yang disahkan

oleh pimpinan.

b. Terdapat standar pelayanaan yang mengacu pada pedoman

standar alat, standar ruangan, standar ketenagaan yang

telah disahkan oleh pimpinan.

c. Terdapat prosedur tetap untuk setiap jenis kegiatan atau

tindakan kebidanan yang disahkan oleh pimpinan.

12

d. Terdapat rencana atau program kerja disetiap institusi

pengelolaan yang mengacu pada institusi induk.

e. Terdapat bukti tertulis penyelenggaraan pertemuan berkala

secara teratur, dilengkapi dengan daftar hadir dan

notulen rapat.

f. Terdapat naskah kerja sama, program praktik dari

institusi yang menggunakan lahan praktik, program,

pengajaran klinik, dan penilaian klinik.

g. Terdapat bukti administrasi yang meliputi buku

registrasi.

3. Standar III : Staf dan Pimpinan

Pengelolaan pelayanan kebidanan mempunyai progam

pengelolaan sumber daya manusia ( SDM ), agar pelayanan

kebidanan berjalan efektif dan efesien.

Definisi operasional

a. Terdapat program kebutuhan SDM sesuai dengan kebutuhan

b. Mempunyai jadwal pengaturan kerja

c. Terdapat jadwal dinas yang menggambarkan kemampuan setiap

tenaga per unit yang menggambarkan kemampuan setiap

tenaga per unit yang menduduki tanggung jawab dan

kemampuan yang dimiliki oleh bidan

d. Terdapat seorang bidan pengganti dengan peran dan fungsi

yang jelas dan kualifikasi minimal selaku kepala ruangan

berhalangan bertugas

e. Terdapat data personel yang bertugas di ruangan tersebut

13

4. Standar IV : Fasilitas dan Peralatan

Tersedia sarana dan peralatan untuk mendukung pencapaian

tujuan pelayanan kebidanan sesuai dengan bebas tugasnya dan

fungsi institusi pelayanan.

Definisi operasional

a. Tersedia peralaat yang sesuai dengan standar dan terdapat

mekanisme keterlibatan bidang dalam perencanaan dan

pengembanagn sarana dan prasarana

b. Terdapat buku inventaris peralatan yang mencerminkan

jumlah barang dan kualitas barang.

c. Terdapat pelatihan khusus untuk bidan tentang penggunaan

alat tertentu.

d. Terdapat prosedur permintaan dan penghapusan alat.

5. Standar V : Kebijakan dan Prosedur

Pengelola pelayanan memiliki kebijakan dalam

penyelenggaraan pelayanan dan pembinaan personel menuju

pelayanan berkualitas.

Definisi operasional

a. Terdapat kebijakan tertulis tentang prosedur pelayanan

dan standar pelayanan yang disahkan oleh pimpinan

b. Terdapat prosedur personalia ; penerimaan pegawai kontrak

kerja, hak dan kewajiban personalia

14

c. Terdapat prosedur pengajuan cuti personel, istirahat,

sakit, dll.

d. Terdapat prosedur pembinaan personel.

6. Standar VI : Pengembangan Staf dan Program Pendidikan

Pengelola pelayanan kebidanan memiliki program

pengembangan staf dan perencanaan pendidikan, sesuai dengan

kebutuhan pelayanan.

Definisi operasional

a. Terdapat program pembinaan staf dan program pendidikan

secara berkesinambungan.

b. Terdapat program pelatihan dan orientasi bagi tenaga

bidan atau personal baru dan lama agar dapat beradaptasi

dengan pekerjaan.

c. Terdapat data hasil identifikasi kebutuhan pelatihan dan

evaluasi hasil pelatihan.

7. Standar VII : Standar Asuhan

Pengelola pelayanan kebidanan memiliki standar asuhan

atau manajemen kebidanan yang ditetapkan sebagai pedoman dalam

memberi pelayanan kepada klien

Definisi opersional

a. Terdapat standar manajemen kebidanan ( SMK ) sebagai

pedoman dalam memberi pelayanan kebidanan.

b. Terdapat format manajemen kebidanan yang tercantum dalam

catatan medik.

15

c. Terdapat pengkajian asuhan kebidanan bagi setiap klien.

d. Terdapat diagniosis kebidanan.

e. Terdapat rencana asuhan kebidanan.

f. Terdapat dokumen tertulis tentang tindakan kebidanan.

g. Terdapat evaluaisi dalam memberi asuhan kebidanan.

h. Terdapat dokumentasi untuk kegiatan manajemen kebidanan.

8. Standar VIII : Evaluasi dan Pengendalian Mutu

Pengelola pelayanan kebidanan memiliki program dan

pelaksanaan dalam evaluasi dan pengendalian mutu pelayanan

yang dilaksanakan secara berkesinambungan.

Definisi operasional

a. Terdapat program atau rencana tertulis tentang

peningkatan mutu pelayanan kebidanan.

b. Terdapat program atau rencana tertulis untuk melakukan

penilaian terhadap standar asuhan kebidanan.

c. Terdapat bukti tertulis dari risalah rapat sebagai hasil

dari kegiatan pengendalian mutu asuahan dan pelayanan

kebidanan.

d. Terdapat bukti tertulis tentang pelaksanaan evaluasi

pelayanan dan rencana tidak lanjut.

e. Terdapat laporan hasil evaluasi yang dipublikasikan

secara teratur kepada semua staf pelayanan kebidanan.

2.2. CLIENT SAFETY

16

Client Safety atau keselamatan klien adalah suatu system

yang membuat asuhan klien di rumah sakit menjadi lebih

aman. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan

oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau

tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

a. Tujuan Client Safety

1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di RS

2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit thdp pasien dan

masyarakat;

3. Menurunnya KTD di RS

4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak

terjadi pengulangan KTD.

b.Langkah-Langkah Pelaksanaan Client Safety

Sembilan solusi keselamatan Pasien di RS (WHO

Collaborating Centre for Patient  Safety, 2 May 2007),

yaitu:

1) Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look-

alike, sound-alike medication names)

2) Pastikan identifikasi pasien

3) Komunikasi secara benar saat serah terima pasien

4) Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang

benar

5) Kendalikan cairan elektrolit pekat

6) Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan

pelayanan

7) Hindari salah kateter dan salah sambung slang

17

8) Gunakan alat injeksi sekali pakai

9) Tingkatkan kebersihan tangan untuk pencegahan infeksi

nosokomial.

2.3. WEWENANG BIDAN

1. Pemenkes No 5380/IX/1963

Wewenang bidan terbatas pada pertolongan persalinan

normal secara mandiri, didampingi tugas lain.

2. Permenkes No. 63 tahun 1989

Wewenang bidan dibagi menjadi dua yaitu wewenang umum dan

khusus ditetapkan bila bidan elaksanakan tindakan khusus

dibawah pengawasan dokter. Pelaksanaan dari permenkes

ini, bidan melaksanakan praktik perorangan dibawah

pengawasan dokter.

3. Kepmenkes No. 369/Menkes/SK/III/2007

Tentang standar profesi bidan

a. Kompetensi ke 1, Pengetahuan dan keterampilan dasar.

Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan

keterampilan dari ilmu-ilmu sosial, kesehatan

masyarakat dan etik yang membentuk dasar dari asuhan

yang bermutu tinggi sesuai dengan budaya, untuk

wanita, bayi baru lahir dan keluarganya.

b. Kompetensi yang ke 2, pra konsepsi, KB dan ginekologi

Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,

pendidikan kesehatan yang tanggap terhadap budaya dan

pelayanan menyeluruh dimasyarakat dalam rangka untuk

18

meningkatkan kehidupan keluarga yang sehat,

perencanaan kehamilan dan kesiapan menjadi orangtua.

c. Kompetensi ke 3, asuhan dan konseling kehamilan

Bidan memberikan asuhan antenatal bermutu tinggi untuk

mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang

meliputi: deteksi dini, pengobatan atau rujukan dari

komplikasi tertentu.

d. Kompetensi ke 4, asuhan selama persalinan dan

kelahiran bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,

tanggapan terhadap kebudayaan setempat selama

persalianan, memimpin selama persalinan yang bersih

dan aman, menangani situasi kegawatdaruratan tertentu

untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayi yang

baru lahir.

e. Kompentensi ke 5, Asuhan pada ibu nifas dan menyusui

Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui

yang bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya

setempat.

f. Kompetensi ke 6, Asuhan pada bayi baru

Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,

komperhensif pada bayi barulahir sehat sampai dengan 1

bulan.

g. Kompetesi ke 7, Asuhan pada bayi dan balita

Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,

komperhensif pada bayi dan balita sehat (1bulan-

5tahun).

h. Kompetensi ke 8, Kebidanan komunitas

19

Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan

komperhensif pada keluarga, kelompok dan masyarakat

sesuai dengan budaya setempat.

i. Kompetensi ke 9, Asuhan pada ibu/wanita dengan

gangguan reproduksi

Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu/wanita dengan

gangguan sistem reproduksi.

4. Permenkes no. HK 02/Menkes/149/2010

Tentang layanan izin dan penyelenggaraan praktik bidan

Menurut revisi dari kepmenkes 900. Terdiri dari VII Bab,

24 Pasal yaitu :

Bab I ketentuan (pasal 1)

Bab II perizinan (pasal 2-7?

Bab III Penyelenggaraa Praktik (pasal 8-19)

Bab IV pembinaan dan pengawasan (pasal 20-21)

Bab V Ketentuan Peralihan (pasal 22)

Bab VI Ketentuan penutup (pasal 23-24)

Permenkes 149 lebih singkat dari pada Kepmenkes 900.

Isinya terdapat banyak pengurangan dan beberapa

penambahan aturan tentang pelaksanaan praktik bidan.

1. Alur untuk registrasi dan pelaporan bidan dibuat lebih

sederhana (BAB II, III, IV Kemenkes 900).

2. Kewewennangan praktik bidan dalam pelayanan reproduksi

wanita ditiadakan dan diganti dengan pelayanan

keluarga berencana. (permenkes 149: BAB III pasal 8:

kepmenkes 900: BAB IV Pasal 14)

3. Pelayanan kebidanan yang diberikan bukan pelayanan

kebidanan ibu dan anak, tetapi cuku ibu dan bayi baru

20

lahir usia 28 hari. Pelayanan kebidanan pada ibu yang

dimakasud hanyalah kehamilan, persalianan, nifas, dan

masa menyusui normal. Bidan tidak berwewenang untuk

melakukan intervensi apapun terhadap penyulit

kehamilan, persalinan dan nifas (suntikan penyulit

kehamilan, persalian, nifas, plasenta,

manual,amniotomi, infus, penyuntikkan antibiotik dan

sadativa, versi ekstraksi ditiadakan. Pengobatan yang

diperbolehkan bukan obat terbebas tetapi obat

terbebas). Pelayan masa pra pernikanan,prhamil dan

masa interval dilakukan pengurang. (pemenkes 149: Bab

III : Kepebkes 900: bab v)

4. Bidan sudahlagi berwewenang dalam memberikan pelayan

KB suntikan, kontrasepsi bawah kulit dan bawah rahim

secara praktik mandiri, melainkan harus dengan

supervisi dokter dirumah sakit dalam rangka

menjalankan tugas pemerintah. Bidan hanya berwewenang

mandiri terhadap kontrasepsi pil, kondom dan konseling

KB. (kepmenkes 900: Pasal 19; Permenkes 149: pasal

12).

Pasal 8

Bidan menjalankan praktik berwewenang untuk memberikan

pelayanan meliputi:

a. Pelayanan kebidanan

b. Pelayanan reproduksi perempuan dan

c. Pelayanan kesehatan masyarakat

Pasal 9

21

1. Pelayanan kebidanan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8

huruf a ditujukan kepada ibu dan bayi.

2. Pelayanan kebidanan kepada ibu sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) diberikan pada masa kehamilan, masa

persalianan, masa nifas dan masa menyusui.

3. Pelayanan pada bayi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diberikan pada bayi baru lahir normal sampai usia 28

hari

Pasal 10

1. Pelayanan kebidanan kepada ibu sebagaimana dimaksud

dala pasal9 ayat (2) meliputi:

a. Penyuluhan dan konseling

b. Pemerikasaan fisik

c. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal

d. Pertolongan persalinan normal

e. Pelayan ibu nifas normal

2. Pelayan kebidanan kepada bayi sebagaimana dimaksud

dalam pasal 9 ayat(30) meliputi:

a. Pemeriksaan bayi barulahir

b. Perawatan tali pusat

c. Perawatan bayi

d. Resusitasi pada bayi baru lahir

e. Pemberian imunisasi bayi dalam rangka menjalankan

tugas pemerintah

f. Pemberian penyuluhan

5. Pemenkes No 1464/Menkes/per/X/2010

1. Pasal 9

22

Bidan dalam menyelenggarakan praktik berwewenang untuk

memberikan pelayanan yang meliputi :

a. Pelayanan kesehatan ibu

b. Pelayanan kesehatan anak

c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dalam

keluarga berencana

2. Pasal 10

a. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam

pasal 9 huruf a diberikan pada masa prahamil ,

kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa

menyusui, dan masa antara kehamilan.

b. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksudkan pada

ayat (1) meliputi:

1. Pelayanan konseling pada masa prahamil

2. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal

3. Pelayanan persalinan normal

4. Pelayanan ibu nifas normal

5. Pelayanan ibu menyusui

6. Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan

c. Bidanan dalam memberikan pelayanan sebgaimana

dimaksudkan pada ayat (2) berwewenang untuk:

1. Episiotomi

2. Penjahitan luka jalan lahir tingkat 1 dan 2

3. Penanganan kegawatdaruratan, dilajutkan dengan

perujukan

4. Pemberian tablet FE

5. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas

23

6. Fasilitas/bimbingan insiasi menyusui dini dan

promosi ASI eksklusif

7. Pemberian uterotonika pada menejemen aktif kala

III dan post partum

8. Penyuluhan dan konseling

9. Bimbingan pada kelompok ibu hamil

10. Pemberian surat keterangan kematian

11. Pemberian surat keterangan cuti bersalin

3. Pasal 11

a. Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud pada

pasal 9 huruf b diberikan kepada BBL, bayi, anak

balita, dan anak prasekolah

b. Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak

sebagaimana dimaksud pada ayat 1 berwewenang untuk:

1. Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termaksuk

resusitasi, pencegahan hipotermi, insiasi menyusu

dini, ijeksi vitamin K1, perawatan bayi baru lahir

pada masa neonatal (0-28 hari) dan perawatan tali

pusat.

2. Penangan hipotermi pada bayi barulahir dan segera

merujuk

3. Penangan kegawat daruratan dilanjutkan dengan

perujukan.

4. Pemberian imunisasi rutin sesuai program

pemerintah

5. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan

anak prasekolah.

6. Pemberian konseling dan penyuluhan

24

7. Pemberian surat keterangan kelahiran.

8. Pemberian surat kematian

4. Pasal 12

Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi

perempuan dan keluarga berencana sebagaimana dimaksud

dalam pasal 9 huruf c berwenang untuk :

a. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan

reproduksi perempuan dan KB.

b. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom.

2.4. KODE ETIK

Kode etik adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh

setiap profesi dalam melaksanakan tugas profesinya dan

hidupnya di masyarakat. Norma tersebut berisi petunjuk bagi

anggota profesi tentang bagaimana mereka harus menjalankan

profesinya dan larangannya, yaitu ketentuan tentang apa

yang boleh dan apa yang tidak boleh diperbuat atau

dilaksanakan oleh anggota profesi, tidak saja dalam

menjalankan tugas profesinya, melainkan juga menyangkut

tingkah laku pada umumnya dalam pergaulan sehari-hari di

dalam masyarakat (Mustika, 2001)

1. Fungsi Kode Etik

Kode etik berfungsi sebagai berikut:

a. Memberi panduan dalam membuat keputusan tentang masalah

etik

25

b. Menghubungkan nilai atau norma yang dapat diterapakan

dan dipertimbangkan dalam memberi pelayanan

c. Merupakan cara untuk mengevaluasi diri

d. Menjadi landasan untuk memberi umpan balik bagi rekan

sejawat

e. Menginformasikan kepada calon perawat dan bidan tentang

nilai dan standar profesi

f. Menginformasikan kepada profesi lain dan masyarakat

tentang nilai moral.

2. Tujuan Kode Etik

Pada dasarnya, kode etik suatu profesi diciptakan dan

dirumuskan demi kepentingan anggota dan organisasi.

Secara umum, tujuan menciptakan kode etik adalah sebagai

berikut:

a. Menjunjung tinggi martabat dan citra profesi

b. Menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota

c. Meningkatkan pengabdian para anggota profesi

d. Menigkatkan mutu profesi

3. Kode Etik Kebidanan

a.Definisi Kode Etik BidanKode etik kebidanan merupakan suatu pernyataan

komprehensif profesi yang menuntut bidan melaksanakan

praktik kebidanan baik yang berhubungan dengan

kesejahteraan keluarga, masyarakat, teman sejawat,

profesi, dan dirinya.

26

b.Dasar Pembentukan Kode Etik BidanKode etik bidan pertama kali disusun pada tahun 1986

dan disahkan dalam Kongres Nasional IBI X tahun

1988.Petunjuk pelaksanaan kode etik bidan disahkan

dalam Rapat Kerja Nasional IBI tahun 1991.Kode etik

bidan sebagai pedoman dalam berperilaku, disusun

berdasarkan pada penekanan keselamatan klien.

2.5.INFORMED CONSENT DAN INFORMED CHOICEI. Informed Consent

Menurut John M. Echols dalam Kamus Inggris-Indonesia

(2003), Informed berarti telah diberitahukan, telah

disampaikan, telah diinformasikan. Sedangkan consent

berarti persetujuan yang diberikan kepada seseorang untuk

berbuat sesuatu. Menurut Jusuf Hanafiah (1999), informed

consent disamakan dengan Surat Izin Operasi yang diberikan

oleh tenaga kesehatan kepada keluarga sebelum seorang

klien dioperasi, dan dianggap sebagai persetujuan

tertulis. Akan tetapi informed consent bukan sekedar surat

persetujuan yang didapat dari klien, bukan juga sekedar

tanda tangan pihak keluarga melainkan proses komunikasi.

Inti dari proses informed consent adalah kesepakatan antara

tenaga kesehatan dan klien.

Informed consent harus dilakukan setiap kali akan

melakukan tindakan medis, sekecil apapun tindakan

tersebut. Menurut Departemen Kesehatan (2002), informed

consent dibagi menjadi dua bentuk:

27

1. Implied consent, yaitu persetujuan yang dinyatakan secara

tidak langsung. Contoh, saat bidan akan mengukur

tekanan darah ibu, ia hanya mendekati si ibu sambil

membawa spigmomanometer tanpa mengatakan apapun dan si

ibu langsung menggulung lengan bajunya (meskipun tidak

mengatakan apapun, sikap ibu menunjukkan bahwa ia tidak

keberatan terhadap tindakan yang akan dilakukan bidan).

2. Express consent, yaitu persetujuan yang dinyatakan dalam

bentuk tulisan atau secara verbal. Sekali pun bentuk

persetujuan secara tersirat dapat dibenarkan, namun

sangat bijaksana bila persetujuan klien dinyatakan

dalam bentuk tertulis karena hal ini dapat menjadi

bukti lebih kuat di masa mendatang. Contoh, persetujuan

untuk melaksanakan sesar.

Persetujuan atau kesepakatan antara tenaga kesehtan dan klien

harus mencakup:

a. Pemberian penjelasan, yaitu tenaga kesehatan.

b. Penjelasan yang akan disampaikan memuat lima hal, yaitu:

Tujuan tindakan medis yang akan dilakukan

Tata cara tindakan yang akan dilakukan

Risiko yang mungkin dihadapi

Lternatif tindakan medik dari setiap alternatif

tindakan

Prognosis, bila tindakan itu dilakukan/tidak

c. Cara menyampaikan penjelasan.

d. Pihak yang berhak menyatakan persetujuan yaitu klien,

tanpa paksaan dari pihak manapun.

e. Cara menyatakan persetujuan (tertulis at lisan).28

Manfaat informed consent adalah sebagai berikut:

Membantu kelancaran tindakan medis. Melalui informed

consent secara tidak langsung terjadi kerja sama antara

bidan dan klien sehingga memperlancar tindakan yang

akan dilakukan. Keadaan ini dapat meningkatkan

efisiensi waktu dalam upaya tindakan kedaruratan.

Mengurangi efek samping dan komplikasi yang mungkin

terjadi. Tindakan bidan yang tepat dan segera, akan

menurunkan risiko terjadinya efek samping dan

komplikasi.

Mempercepat proses pemuliahan dan penyembuhan penyakit,

kaerena si ibu memiliki pemahaman yang cukup terhadap

tindakan yang dilakukan.

Meningkatkan mutu pelayanan. Peningkatan mutu ditunjang

oleh tindakan yang lancar, efek samping dan komplikasi

yang minim, dan proses pemulihan yang cepat.

Melindungi bidan dari kemungkinan tuntutan hukum. Jika

tindakan medis menimbulkan masalah, bidan memiliki

bukti tertulis tentang persetujuan klien.

Dalam proses informed consent terdapat dua dimensi yang

tercakup didalamnya, yaitu:

1. Dimensi Yang Menyangkut Hukum.

29

Dalam hal ini informed consent merupakan perlindungan

bagi klien terhadap bidan yang berperilaku memaksakan

kehendak. Proses informed consent sudah memuat:

a. Keterbukaan informasi dari bidan kepada klien.

b. Infoemasi tersebut harus dimengerti klien.

c. Memberikan kesempatan kepada klien untuk

memberikan kesempatan terbaik.

2. Dimensi yang Menyangkut Etik.

Dari proses informed consent terkandung nilai-nilai etik

sebagai berikut:

a. Menghargai kemandirian/otonomi klien.

b. Tidak melakukan intervensi melainkan membantu

klien bila dibutuhkan atau diminta sesuai dengan

informasi yang telah diberikan.

c. Bidan menggali keinginan klein baik yang dirasakan

secara subyektif maupun sebagai hasil pemikiran

yang rasional.

II. Informed Choice

Menurut John M. Echols dalam Kamus Inggris-

Indonesia, Informed berarti telah diberitahukan, telah

disampaikan, telah diinformasikan.Choice berartipilihan.

Jadi, secara umum Informed Choice dapat diartikan

memberitahukan atau menjelaskan pilihan-pilhan yang ada

kepada klien kemudian membuat pilihan setelah mendapatkan

penjelasan tentang alternatif asuhan yang akan

dialaminya. Pilihan (choice) sangat penting dari sudut

pandang wanita (sebagai penerima jasa asuhan kebidanan)

30

yang memberikan gambaran pemahaman mengenai masalah yang

sesungguhnya.

Hak dan keinginan wanita harus dihormati, beserta

pilihannya. Ini bertujuan untuk mendorong wanita memlihi

asuhan kebidanannya. Peran bidan tidak hanya membuat

keputusan dalam manajemen asuhan kebidanan tetapi juga

menjamin hak wanita dalam memilih asuhan kebidanan dan

keinginannya terpenuhi. Tentu saja tenaga kesehatan wajib

memberikan informasi yang jelas mengenai alternatif

pilihan yang ada beserta risiko yang menyertainya. Klien

akan mendapatkan informasi mengenai pilihan-pilihan

tersebut dari berbagai sumber, baik dari dirinya sendiri

atau orang lain.

Di berbagai negara ada hambatan mengenai informed

choice, misalnya sangat kurangnya informasi yang

diperoleh. Wanita yang berpendidikan tinggi dapat membuat

pilihan karena banyak membaca dan mempunyai bekal untuk

membuat keputusan, tetapi untuk sebagian besar masih

sulit dengan berbagai macam alasan, misalnya alasan

sosial ekonomi, kurangnya pendidikan dan pemahaman

tentang kesehatan, dll. Maka dari itu keberadaan tenaga

kesehatan sangat penting untuk terus mendampingi klien

memilih dan memilah informasi yang tepat untuk mendukung

proses pengambilan keputusan yang baik dan tidak

merugikan pihak manapun.

Bentuk Plihan Dalam Asuhan Kebidanan

31

Ada beberapa jenis pilihan yang dapat dipilih oleh klien,

antara lain:

1. Gaya bentuk pemeriksaan antenatal dan pemeriksaan laboratorium

screening antenatal.

2. Tempat melahirkan (rumah, polindes, RB, RSB atau RS), dan

kelas perawatan di RS.

3. Masuk kamar bersalin pada tahap awal persalinan.

4. Pendampingan waktu melahirkan.

5. Klisma dan cukur daerah pubis.

6. Metoda monitor denyut jantung janin.

7. Percepatan persalinan atau augmentasi.

8. Diet selama proses persalinan.

9. Mobilisasi selama proses persalinan.

10. Pemakaian obat penghilang sakit.

11. Pemecahan ketuban secara rutin.

12. Posisi ketika melahirkan.

13. Episiotomi.

14. Penolong persalinan.

15. Keterlibatan suami waktu bersalin/kelahiran, misalnya

pemotongan tali pusat.

16. Cara memberikan minuman bayi.

17. Metode pengontrolan kesuburan.

Semua ini ditentukan oleh bidan demi kepentingan klien. Dan setelah

menjelaskan secara jelas tentang asuhan kebidanan, klien berhak

menentukan asuhan mana yang akan dipilihnya. Yang tentunya tidak

merugikan pihak manapun.

2.6.SANKSI DAN REWARD1. Reward

32

Penghargaan yang diberikan kepada bidan tidak hanya dalam

bentuk imbalan jas,tetapi juga dalam bentuk pengakuan

profesi dan pemberian kewenangan atau hak untuk menjalankan

praktik sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.

Bidan di Indonesia memilki organisasi profesi,yaitu

Ikatan Bidan Indonesia (IBI) yang hak dan kewajiban serta

penghargaan dan sanksi bagi bidan.

Menurut Gibson (1987) ada 3 faktor yang berpengaruh

terhadap kinerja seseoarang termasuk bidan ,antara lain:

a. Faktor individu:kemampuan,keterampilan,latar belakang

keluarga,pengalaman.tingkat sosial dan demografi seseorang

b. Faktor psikologis:persepsi,peran.sikap,kepribadian,motivasi

dan kepuasan kerja.

c. Faktor organisasi:struktur organisasi, desain pekerjaan,

kepemimpinan, sistem penghargaan (reward system)

Pemeliharaan SDM dalam suatu organisasi,perlu diimbangi maupun

immaterial.Ganjaran berupa ma terial misalnya gajidan

tunjangan, sedangkan ganjaran immaterial misalnya kesempatan

untuk meningkatkan pengetahuan atau keterampilan melalui

pendidikan dan pelatihan. Tujuan dari adanya sistem

penghargaan antara lain:

a. Meningkatkan prestasi kerja staf, baik secara individu,

maupun dalam kelompok setinggi-tingginya. Peningkatan

prestasi kerja perorangan pada gilirannya akan mendorong

kinerja staf.

33

b. Merangsang minat dalam pengembangan pribadi dengan

meningkatkan hasil kerja melalui prestasi pribadi.

c. Memberikan kesempatan kepada staf untuk menyampaikan

perasaannya tentang pekerjaan sehingga terbuka jalur

komunitas 2 arah antara pimpinan dan staf.

Penghargaan yang diberikan kepada bidan diharapkan dapat

memotivasi bidan untuk meningkatkan kinerja mereka. Bidan

sebagai petugas kesehatan sering berhadapan dengan masalah

etik yang berhubungan dengan hukum. Masalah dapat

diselesaikan dengan hukum, tetapi belum tentu dapat

diselesaikan berdasarkan prinsip dan nilai etik.

2. Punishment/sanksi

Sanksi merupakan imbalan negatif yang berupa

pembebanan atau penderitaan yang ditentukan oleh hukum

aturan yang berlaku.sanksi berlaku bagi bidan yang

melanggar kode etik bidan merupakan norma yang berlaku

bagi anggota IBI dalam menjalankan praktik profesinya

yang telah disepakati dalam kongres nasional IBI.

Bidan yang melaksanakan pelayanan kebidanan tidak

sesuai dengan ketentuan yang berlaku maka akan

diberikan sanksi sesuai dengan permenkes yang berlaku

maka akan diberikan sanksi sesuai dengan prmenkes RI

No. 1464/Menkes/PER/X/2010 tentang izin dan

penyelenggaraan praktik bidan.

Dalam organisasi profesi kebidanan terdapat Majelis

Pertimbangan Etika Bidan (MPEB) dan Majelis Pembelaan

Anggota (MPA) yang memiliki tugas:

34

a. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan sesuai

dengan ketetapan pengurus pusat

b. Melaporkan hasil kegiatan bidang tugasnya secara

berkala.

c. Memberikan saran dan pertimbangan yang perlu dalam

rangka tugas pengurus pusat

d. Membentuk tim teknis sesuai kebutuhan,tugas dan

taggungjawabnya ditentukan pengurus.

MPEB dan MPA bertugas mengkaji,menangani dan mendampingi

anggota yang mengalami permasalahan dan praktik kebidanan

serta masalah hukum,kepengurusan MPEB dan MPA terdiri dari

ketua,sekertaris,bendahara,dan anggota.

35

BAB III

PENUTUP

3.1.KESIMPULANSetelah kami membaca kasus ini menurut kami sebagai

Bidan harus lebih teliti dan berhati-hati, karena

wewenang Bidan sudah di atur oleh kode etik dan Asuhan

Kebidanan yang kita berikan harus sesuai prosedur,

sebelum melakukan segala tindakan yang kita berikan

harus dengan Informed Consent dan Informed Choice

agar kita terlindung oleh hukum.

3.2.SARANJika kami menjadi bidan harus berhati-hati dalam

melakukan segala tindakan dan haruse sesuai dengan

36

standar profesi kebidanan. Sebagai tenaga kesehatan

juga sangat perlu komunikasi dengan klien seperti

informed consesnt dan informed choice. Agar tidak

terjadi hal yang tidak diinginkan dalam asuhan

kebidanan yang kami berikan kepada klien. Agar klien

percaya atas tindakan yang kami berikan dan juga agar

terhindar dari malpraktik.

DAFTAR PUSTAKA

Hadi, Dadi Anwar. dkk. 2005.Etika Kebidanan dan Hukum Kesehatan.

Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

37

Purwandari, Atik. 2008. Konsep Kebidanan. Jakarta: Buku Kedokteran

EGC.

Syafrudin dan Hamidah. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta: Buku

Kedokteran EGC.

38