BAB IV Pengawas sbg Profesi

54
BAB IV PENGAWAS SEKOLAH SEBAGAI SUATU PROFESI A.Rasional enataan profesi dalam bidang pendidikansecara serius telah dimulai dari penataan guru dan dosen dengan melalui Undang-undang Nomor 14/2005 tentang Guru dan Dosen. Karena pendidikan merupakan suatu sistem, maka penataan tenaga kependidikan, utamanya guru tersebut akan berdampak luas terhadap penataan tenaga kependidikan lainnya yang terkait, antara lain tenaga Bimbingan dan penyuluhan, pustakawan sekolah, kearsipan sekolah, kepala sekolah dan pengawas sekolah. . P Khusus mengenai perlunya penataan profesi pengawas sekolah dalam kaitan dengan penataan profesi kepala sekolah dan guru dapat dirasionalkan sebagai berikut. Penataan profesi guru harus diikuti dengan penataan profesi kepala sekolah, sebab kepala sekolah memiliki tugas untuk membina guru yang berada di sekolahnya. Jika penataan profesi guru tidak diikuti dengan penataan profesi kepala sekolah, maka pembaharuan 87

Transcript of BAB IV Pengawas sbg Profesi

BAB IV

PENGAWAS SEKOLAH SEBAGAI SUATU PROFESI

A.Rasional

enataan profesi dalam bidang pendidikansecara

serius telah dimulai dari penataan guru dan

dosen dengan melalui Undang-undang Nomor 14/2005

tentang Guru dan Dosen. Karena pendidikan

merupakan suatu sistem, maka penataan tenaga

kependidikan, utamanya guru tersebut akan

berdampak luas terhadap penataan tenaga

kependidikan lainnya yang terkait, antara lain

tenaga Bimbingan dan penyuluhan, pustakawan

sekolah, kearsipan sekolah, kepala sekolah dan

pengawas sekolah. .

P

Khusus mengenai perlunya penataan profesi

pengawas sekolah dalam kaitan dengan penataan

profesi kepala sekolah dan guru dapat

dirasionalkan sebagai berikut. Penataan profesi

guru harus diikuti dengan penataan profesi kepala

sekolah, sebab kepala sekolah memiliki tugas untuk

membina guru yang berada di sekolahnya. Jika

penataan profesi guru tidak diikuti dengan

penataan profesi kepala sekolah, maka pembaharuan

87

88 Bab IV: Pengawas Sekolah Sebagai Suatu Profesi

pendidikan dan pembelajaran yang dilakukan melalui

guru tidak akan dapat berjalan dengan lancar,

sebab kepala sekolah yang memiliki tanggung jawab

untuk mengendalikan pelaksanaan pembaharuan

pendidikan dan pembelajaran serta melakukan

pembinaan terhadap guru di sekolahnya tidak akan

dapat melkukan tugasnya dengan baik. Demikian

pula, penataan terhadap profesi guru dan kepala

sekolah tersebut harus pula diikuti dengan

penataan profesi pengawas sekolah. Sebab pengawas

sekolah tersebut, baik secara hirarkhis, maupun

secara fungsional memiliki tugas untuk menilai dan

membina penyelenggaraan pendidikan pada sekolah

yang menjadi tanggung jawabnya, sesuai dengan

Keputusan MENPAN No. 118 tahun 1996.

Tugas menilai dan membina bukanlah tugas yang

ringan, yang sekedar datang berkunjung ke sekolah

untuk berbincang-bincang sejenak dan setelah itu

pulang tanpa ada tidak lanjutnya. Tugas tersebut

lebih mengarah pada “quality assurance”. Untuk dapat

melaksanakan tugas tersebut secara baik, pengawas

harus memiliki kecermatan melihat kondisi sekolah,

ketajaman analisis dan sintesis, ketepatan

memberikan treatment yang diperlukan serta

komunikasi yang baik antara pengawas sekolah

H. M. Sulthon Masyhud: Manajemen Profesi Kependidikan 89

dengan setiap individu di sekolah. Oleh karena itu

untuk dapat melaksanakan tugas tersebut secara

baik dan efektif, pada pengawas sekolah memerlukan

bekal kompetensi yang memadai. Kompetensi yang

dibutuhkan tersebut, sesuai dengan Keputusan

Mendiknas No. 12 tahun 2007 adalah mencakup 6

kompetensi pokok, yaitu meliputii: (a) kompetensi

kepribadian, (b) kompetensi supervisi manajerial,

(c) kompetensi supervisi akademik, (d) kompetensi

evaluasi pendidikan, (e) kompetensi penelitian dan

pengembangan, dan (f) kompetensi sosial.

Dengan adanya penataan terhadap profesi

pengawas tersebut, maka diharapkan tidak akan

terjadi kepincangan dalam penataan profesi

kependidikan dan dengan demikian akan dapat

dicapai kemajuan pendidikan yang signifikan. Sebab

selama ini, pengawas merupakan jabatan yang nyaris

kurang tersentuh pembaharuan. Selama ini jabatan

pengawas merupakan jabatan yang dapat dikatakan

asal-asalan, bahkan nyaris merupakan “tong sampah”.

Sebab selama ini umumnya seorang diangkat menjadi

pengawas sekolah jika dia dianggap tidak

berprestasi atau tidak produktif lagi sebagai guru

atau kepala sekolah atau jika dia dianggap

bermasalah di sekolahnya sehingga sulit

90 Bab IV: Pengawas Sekolah Sebagai Suatu Profesi

ditempatkan di mana saja. Oleh karena itu selama

ini pengawas sekolah dianggap kurang memberikan

kontribusi terhadap kemajuan pendidikan.

B. Hakikat Pengawas Sekolah Sebagai JabatanProfesional

Tandas-tanda bahwa jabatan pengawas sekolah

diakui sebagai jabatan profesional dalam bidang

kependidikan dimulai sejak ditetapkan keputusan.

MENPAN No. 118 tahun 1996 tentang jabatan

fungsional pengawas sekolah dan angka kreditnya.

Berdasarkan keputusan tersebut, yang dimaksud

dengan pengawas sekolah adalah pegawai negeri

sipil yang diberi tugas, tanggung jawab dan

wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang

untuk melakukan pengawasan pendidikan di sekolah

dengan melaksanakan penilaian dan pembinaan dari

segi teknis pendidikan dan administrasi pada

satuan pendidikan pra sekolah, sekolah dasar dan

sekolah menengah. Berdasarkan Kepmen. PAN No. 118

tahun 1996. pasal 2, tugas pokok pengawas adalah

menilai dan membina penyelenggaraan pendidikan

pada sekolah tertentu baik negeri maupun swasta

H. M. Sulthon Masyhud: Manajemen Profesi Kependidikan 91

yang menjadi tanggung jawabnya. Tugas menilai dan

membina bukanlah tugas yang ringan, yang sekedar

datang berkunjung ke sekolah untuk berbincang-

bincang sejenak dan setelah itu pulang tanpa ada

tidak lanjutnya. Tugas menilai dan membina

membutuhkan kemampuan dalam hal kecermatan melihat

kondisi sekolah, ketajaman analisis dan sintesis,

ketepatan memberikan treatment yang diperlukan serta

komunikasi yang baik antara pengawas sekolah

dengan setiap individu di sekolah. Arti pembinaan

sendiri adalah memberikan arahan, bimbingan,

contoh dan saran dalam pelaksanaan pendidikan di

sekolah, untuk itu diperlukan keteladanan dari

pihak pengawas sekolah dalam melaksanakan

tugasnya. Dengan kemampuan-kemampuan tersebut

diharapkan pengawas sekolah dapat menjadi partner

kerja yang serasi dengan pihak sekolah dalam

memajukan sekolahnya, bukan menjadi seorang

“pengawas” yang menakut-nakuti pihak sekolah.

Berkaitan dengan hal itu, maka seorang

pengawas pendidikan di sekolah haruslah seseorang

yang professional, tidak bisa dijalankan oleh

sembarang orang. Pengertian pengawas yang

professional tersebut mengarah pada pengawas yang

memenuhi kulaifikasi akademik tertentu, memiliki

92 Bab IV: Pengawas Sekolah Sebagai Suatu Profesi

kompetensi tertenti, serta memenuhi persyaratan

pengalaman kerja dan pengalaman lainnya yang dapat

menunjang aktivitas kepengawasan yang ia jalankan.

Persyaratan bagi seorang pengawas pendidikan

formal telah jelas dikemukakan dalam PP No. 19

tahun 2005, utamanya pasal 39 dan kemudian

dipertegas dalam Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional nomor 12 tahun 2007. Dalam PP No. 19

tahun 2005, pasal 39 telah ditegaskan, bahwa

seorang pengawas pendidikan formal harus dapat

memenuhi kreteria sebagai berikut:

1. Berstatus sebagai guru sekurang-kurangnya 8

(delapan) tahun atau kepala sekolah sekurang-

kurangnya 4 (empat) tahun pada jenjang

pendidikan yang sesuai dengan satuan pendidikan

yang diawasi.

2. Memiliki sertifikat pendidikan fungsional

sebagai pengawas satuan pendidikan, dan

3. Lulus seleksi sebagai pengawas satuan pendidikan

Persyaratan sebagai tenaga pengawas sekolah

yang dikemukakan secara umum dalam PP No. 19/2005

tersebut kemudian dijabarkan secara lebih rinci

dalam Peraturan menteri Pendidikan Nasional

(PERMENDIKNAS) No. 12 Taun 2007. Dalam

PERMENDIKNAS No. 12 tahun 2007 tersebut telah

H. M. Sulthon Masyhud: Manajemen Profesi Kependidikan 93

dirinci persyaratannya bagi pengawas TK dan

SD/Madrasah Ibtidaiyah, dan Pengawas SMP/MTs dan

pengawas SMA/MA/SMK/MAK.secara lengkap dalam

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tersebut

dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Kualifikasi Pengawas Taman Kanak-kanak/Raudhatul

Athfal (TK/RA) dan Sekolah Dasar/Madrasah

Ibtidaiyah (SD/MI) adalah sebagai berikut:

a. Berpendidikan minimum sarjana (S1) atau

diploma empat (D-IV) kependidikan dari

perguruan tinggi terakreditasi;

b. 1) Guru TK/RA bersertifikat pendidik sebagai

guru TK/RA dengan pengalaman kerja

minimum delapan tahun di TK/RA atau

kepala sekolah TK/RA dengan

pengalaman kerja minimum 4 tahun, untuk

menjadi pengawas TK/RA;

2) Guru SD/MI bersertifikat pendidik sebagai

guru SD/MI dengan pengalaman kerja minimum

delapan tahun di SD/MI atau kepala sekolah

SD/MI dengan pengalaman kerja minimum 4

tahun, untuk menjadi pengawas SD/MI;

c. Memiliki pangkat minimum penata, golongan

ruang III/c;

94 Bab IV: Pengawas Sekolah Sebagai Suatu Profesi

d. Berusia setinggi-tingginya 50 tahun, sejak

diangkat sebagai pengawas satuan pendidikan;

e. Memenuhi kompetensi sebagai pengawas satuan

pendidikan yang dapat diperoleh melalui uji

kompetensi dan atau pendidikan dan pelatihan

fungsional pengawas, pada lembaga yang

ditetapkan pemerintah; dan

f. Lulus seleksi pengawas satuan pendidikan.

2. Kualifikasi Pengawas Sekolah Menengah

Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), Sekolah

Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), dan

Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah

Kejuruan (SMK/MAK) adalah sebagai berikut :

a. Memiliki pendidikan minimum magister (S2)

kependidikan dengan berbasis sarjana (S1)

dalam rumpun mata pelajaran yang relevan pada

perguruan tinggi terakreditasi;

b. 1) Guru SMP/MTs bersertifikat pendidik

sebagai guru SMP/MTs dengan pengalaman

kerja minimum delapan tahun dalam rumpun

mata pelajaran yang relevan di SMP /MTs

atau kepala sekolah SMP/MTs dengan

pengalaman kerja minimum 4 tahun, untuk

menjadi pengawas SMP/MTs sesuai dengan

rumpun mata pelajarannya;

H. M. Sulthon Masyhud: Manajemen Profesi Kependidikan 95

2) Guru SMA/MA bersertifikat pendidik sebagai

guru dengan pengalaman kerja minimum

delapan tahun dalam rumpun mata pelajaran

yang relevan di SMA/MA atau kepala sekolah

SMA/MA dengan pengalaman kerja minimum 4

tahun, untuk menjadi pengawas SMA/MA sesuai

dengan rumpun mata pelajarannya;

3) Guru SMK/MAK bersertifikat pendidik sebagai

guru SMK/MAK dengan pengalaman kerja

minimum delapan tahun dalam rumpun mata

pelajaran yang relevan di SMK/MAK atau

kepala sekolah SMK/MAK dengan pengalaman

kerja minimum 4 tahun, untuk menjadi

pengawas SMK/MAK sesuai dengan rumpun mata

pelajarannya;

c. Memiliki pangkat minimum penata, golongan

ruang III/c;

d. Berusia setinggi-tingginya 50 tahun, sejak

diangkat sebagai pengawas satuan pendidikan;

e. Memenuhi kompetensi sebagai pengawas satuan

pendidikan yang dapat diperoleh melalui uji

kompetensi dan atau pendidikan dan pelatihan

fungsional pengawas, pada lembaga yang

ditetapkan pemerintah; dan

f. Lulus seleksi pengawas satuan pendidikan.

96 Bab IV: Pengawas Sekolah Sebagai Suatu Profesi

Di samping harus dapat memenuhi persyaratan

seperti di jelaskan di atas, seorang pengawas

pada jenjang pendidikan formal juga dituntut

untuk memiliki kompetensi tertentu. Yang

dimaksudkan dengan kompetensi pengawas sekolah

tersebut adalah seperangkat kemampuan yang meliputi

pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai yang harus

dikuasai dan ditampilkan oleh pengawas sekolah dalam

melaksanakan pengawasan akademik dan pengawasan

manajerial pada sekolah-sekolah binaannya. Pengertian

lain tentang kompetensi pengawas sekolah adalah

pola pikir dan pola tindak pengawas sekolah dalam

melaksanakan tugas-tugas kepengawasan. Pola pikir

dilandasi kemampuan kognitif dan pola tindak

dilandasi kemampuan afektif dan psikomotorik.

Dalam pengertian kompetensi pengawas sekolah

sebagaiana dikemukakan diatas tersirat adanya

tiga ciri utama kompeten. Ketiga ciri tersebut

adalah sebagai berikutL

(1) adanya substansi atau materi yang harus

dikuasai pengawas sekolah yang terkait dengan

pelaksanaan tugas pokoknya,

(2) adanya performasnce atau tampilan prilaku

nyata dari pengawas sekolah dalam dalam

melaksanakan tugas pokoknya sebagai

H. M. Sulthon Masyhud: Manajemen Profesi Kependidikan 97

pencerminan dari materi yang telah

dikuasainya, serta

(3) adanya hasil dari performance/tampilan

perilaku nyata pengawas sekolah dalam bentuk

hasil-hasil pengawasan yang tampak dari

kinerja sekolah yang dibinanya.

Secara lebih rtinci jenis-jenis kompetensi

apa yang harus dikuasai oleh seorang pengawas

sekolah tersebut akan disajikan pada bagian

tersendiri pada Bab ini.

C. Mengapa Jabatan Pengawas Sekolah Selama Ini Kurang Mendapatkan Pengakuan Secara Layak?

Selama ini profesi Pengawas Sekolah kurang

mendapatkan perhatian secara serius dan hanya

dianggap sebagai tenaga kependidikan yang sama

kedudukannya dengan tenaga kependidikan lainnya,

sehingga relatif kurang mendapatkan perhatian

dalam pengembangannya. Bahkan nyaris tidak

tersentuh pembaharuan-pembaharuan pendidikan,

meskipun ia memiliki peran yang amat vital dalam

mensukseskan pembaharuan pendidikan dan

peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Profesi

pengawasa sekolah selama ini juga dianggap sebagai

profesi “afkiran”. Anggapan seperti itu muncul

98 Bab IV: Pengawas Sekolah Sebagai Suatu Profesi

karena disebabkan oleh beberapa hal sebagai

berikut. Pertama, tidak adanya pendidikan

prajabatan yang jelas bagi calon pengawas. Selama

ini tidak ada persyaratan pendidikan prajabatan

yang jelas untuk calon pengawas. Pengangkatan

jabatan pengawas selama ini tidak mempersyatkan

latar belakang pendidikan tertentu, bahkan banyak

pengawas yang memiliki latar belakang pendidikan

non kependidikan, serta tidak memiliki pengalaman

sebagai guru (tidak berasal dari guru). Hal

demikian ini menyebabkan nilai jabatan pengawas

dianggap rendah. Sebab siapa saja bisa menjadi

pengawas asalkan diangkat oleh atasannya.

Kedua, sistem rekruitmen tenaga pengawasa

sekolah selama ini kurang baik. Pengawas banyak

direkrut dari para kepala sekolah/Guru yang

dianggap tidak bisa dikembangkan lagi atau

dianggap tidak layak lagi sebagai guru atau kepala

sekolah. Bahkan di beberapa tempat banyak para

pejabat struktural yang karena menjelang usia

pensiun, dialihkan ke profesi pengawas agar usia

pensiunnya dapat diperpanjang. Kenyataan yang

demikian ini juga dapat merendahkan nilai jabatan

pengawas sekolah. Sebab jabatan pengawas dianggap

sebagai jabatan yang mudah. Harusnya jabatan

H. M. Sulthon Masyhud: Manajemen Profesi Kependidikan 99

pengawas merupakan jabatan karir yang dirintis

dari jabatan guru.

Ketiga, Tidak ada kewenngan yang jelas bagi

seorang pengawas sekolah. Tidak adanya kewenangan

yang jelas bagi jabatan pengawas dalam urusan

kepegawaian merupakan salah satu sebab dari

lemahnya jabatan ini. Para guru dan/atau kepala

sekolah sering kurang menghiraukan eksistensi

pengawas, sebab pengawas tidak memiliki kewenangan

yang berkaitan dengan urusan kepegawaian.

Kewenangan jabatan pengawas selama ini lebih

bersifat normative. Karena kewenangan yang tidak

jelas tersebut, maka sering kali seseorang

yangtelah diangkat menjadi pengawas sekolah akan

mengalami kebingungan, mereka harus berbuat apa.

Keempat, Selama ini tidak ada penjenjangan

karir yang jelas untuk menduduki jabatan pengawas

sekolah. Tidak jelasnya jenjang karir pengawas

sekolah selama ini (sebelum ada Permendiknas No.

12/2007) menyebabkan kesemrawutan jabatan

tersebut. Bahkan setelah diterapkan kebijakan

otonomi daerah dan kepala daerah (Bupati Wali

Kota0 memiliki otonomi yang luas, jabatan pengawas

ini terkesan sebagai jabatan “semau gue” dari para

pejabat penuasa. Maksudnya, jika pejabat penguasa

100 Bab IV: Pengawas Sekolah Sebagai Suatu Profesi

menghendaki seseorang jadi pengawas, maka

“jadilah’ ia seorang pengawas meskipun pengetahuan

dan pengalaman mereka tentang pendidikan dan

pengajaran, serta kepengawasan sangat minim.

Karena minimnya pengetahuan dan pengalaman mereka

tersebut, maka ketika dia menjalankan tugas

sebagai pengawas sekolah mereka tidak dapat

menjalankan dengan baik, dan bahkan terkesan tidak

tahu apa yang harus merejka perbuat. Hal demikian

inilah di antaranya yang menyebabkan penilaian

public terhadap jabatan pengawas menjadi kurang

baik.

Kelima, Selama ini jabatan pengawas nyaris

kurang tersentuh pembaharuan. Setelah mereka

diangkat dalam profesi pengawas sekolah, mereka

hampir tidak pernah tersentuh pelatihan atau

pembinaan untuk pengembangan keprofesionalannya,

pada hal mereka diangkat sebagai pengawas sekolah

dengan tugas utama untuk membina guru dan kepala

sekolah dalam kaitan dengan peningkatan mutu

pendidikan dan pembelajaran. Di lain pihak ilmu

pengetahuan dan teknologi terus berkembang dengan

pesat dan mengakibatkan tuntutan terhadap

peningkatan kualitas pendidikan juga terus

meningkat. Dalam keadaan demikian itu, jika

H. M. Sulthon Masyhud: Manajemen Profesi Kependidikan 101

pengawas tidak memiliki bekal ilmu yang memadai

dan actual, maka pembinaan yang dilakukan akan

tidak sesuai dengan tuntutan terhadap dunia

pendidikan. Pembinaan yang mereka berikan terhadap

guru dan kepala sekolah akan terkesan “out of date”.

Jika hal demikian itu berlangsung terus menerus,

maka pembinaan yang diberikan oleh pengawas akan

dilecehkan oleh guru dan kepala sekolah yang

dibinanya. Hal demikian ini juga merupakan salah

satu factor penyebab rendahnya nilai jabatan

pengawas. Di sini terkesan bahwa jabatan pengawas

sekolah adalah merupakan jabatan “penunggu masa

pension”.

Konsdisi seperti digambarkan di atas, antara

lain yang menyebabkan jabatan pengawas sekolah

selama ini kurang memiliki “greget”. Namun, sejak

dikeluarkannya Peraturan Menteri pendidikan

Nasional No. 12 Tahun 2007, tentang Standar

pengawas Sekolah/Madrasah, jabatan pengawas

kembali memiliki pamor yang cukup prestisius.

Keputusan Mendiknas tersebut dapat mengangkat

profesi pengawas secara cukup signifikan. Dalam

keputusan Mendiknas No. 12 tersebut, kompetensi

kepengawasan telah dideskripsikan secara jelas.

Demikian kualifikasi akademik dan pengetahuan yang

102 Bab IV: Pengawas Sekolah Sebagai Suatu Profesi

dipersyaratkan juga cukup jelas, Dengan demikian,

jabatan kepengawasan secara formal telah diakui

sebagai jabatan professional dengan segala

konsekuensinya. Bahkan sejak tahun 2009 jabatan

pengawas sekolah telah diberi hak yang sama untuk

mengikuti sertifikasi sebagai pendidik yang

professional. Materi tentang pengawas sekolah ini

disajikan dengan maksud untuk memberikan bekal

pada calon pengawas atau para pengawas yang telah

berdinas agar dapat memahami lebih komprensif

tentang seluk-beluk profesi kepengawasan. Oleh

karena itu diharapkan para pembaca buku ini dapat

mempelajari secara teliti dan serius, agar dapat

memahami keberadaan jabatan pengawas sekolah

sebagai jabatan professional dengan berbagai

kewajiban dan hak yang melekat pada jabatan

tersebut.

D. Kompetensi Pengawas Sekolah Sebagai Jabatan Profesional Dalam Bidang Kependidikan dan Implementasinya Dalam Tugas

Seperti telah dijelaskan pada bagian

sebelumnya, bahwa jabatan pengawas sekolah adalah

merupakan jabatan professional dalam bidang

kependidikan. Karena ia merupakan jabatan

professional, maka profesi tersebut dituntut untuk

H. M. Sulthon Masyhud: Manajemen Profesi Kependidikan 103

memenuhi persyatan tertentu dan menguasai

kompetensi tertentu. Persyaratan dan kompetensi

tersebu telah dirumuskan secara jelas dan rinci

dalam Peraturan Mendiknas Nomor 12 Tahun 2007.

Mengenai persyaratan telah dibahas pada bagian

sebelumnya. Pada bagian ini akan dibahas tentang

kompetensi pengawas sekolah.

Secara umum dalam Keputusan Mendiknas No.

12/2007 tersebut kompetensi pengawas sekolah

dikelompokkan ke dalam 6 kompetensi, yaitu

meliputi:

1. kompetensi kepribadian,

2. kompetensi supervisi manajerial,

3. kompetensi supervisi akademik,

4. kompetensi evaluasi pendidikan,

5. kompetensi penelitian dan pengembangan, dan

6. kompetensi sosial.

Penjabarabaran dari keenam kompetensi tersebut

dapat dikemukakan pada bagian berikut ini.

1. Kompetensi KepribadianKompetensi kepribadian pengawas

sekolah/madrasah adalah kemampuan pengawas sekolah

dalam menampilkan dirinya atau performance diri

sebagai pribadi. Kompetensi kepribadian yang harus

104 Bab IV: Pengawas Sekolah Sebagai Suatu Profesi

dimiliki seorang pengawas mencakup hal-hal sebagai

berikut:

a. Menyadari akan tugas dan tanggungjawabnya

sebagai pengawas satuan pendidikan yang

professional

b. Kreatif dalam bekerja dan memecahkan masalah

baik yang berkaitan dengan kehidupan pribadinya

maupun tugas-tugas profesinya

c. Memiliki rasa ingin tahu atau motivasi yang

tinggi akan hal-hal baru tentang pendidikan dan

ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang

menunjang profesinya.

Kompetensi kepribadian sebagaimana dikemukakan

di atas adalah sikap dan perilaku yang ditampilkan

pengawas sekolah dalam melaksanakan tugas dan

tanggung jawabnya mengandung tiga karakteristik di

atas. Ini berarti sosok pribadi pengawas sekolah

harus tampil beda dengan sosok pribadi yang lain

dalam hal tanggung jawab, kreatifitas, rasa ingin

tahu dan motivasi dalam bekerja. Sosok pribadi

tersebut diharapkan menjadi kebiasaan dalam

perilakunya.

Dalam tugas sehari-hari, seorang pengawas

sekolah professional dengan berbekal kompetensi

kepribadian sebagaimana diuraikan di atas

H. M. Sulthon Masyhud: Manajemen Profesi Kependidikan 105

diharapkan dapat menampilkan performansi

kepribadian yang memiliki karakteristik sebagai

berikut:

a.Menunjukkan perilaku yang mulya (memiliki akhlakul karimah)

sehingga dapat menjadi teladan bagi guru dan kepala sekolah

yang dibina. Ia diharapkan selalu menjadi acuan

dalam pengembangan kepribadian para guru dan

kepala sekolah yang menjadi binaannya.

b.Memiliki kewibawaan, sehingga disegani dan dipatuhi oleh para

guru dan kepala sekolah yang dibinanya. Dengan demikian

pembinaan yang dilakukan akan efektif.

c.Dapat memberikan tauladan yang baik, sehingga sebagai

pembina dia layak untuk diikuti oleh guru dan

kepala sekolah yang dibina.

d. Bersikap adil, arif dan bijaksana. Seorang pengawas

sekolah harus memiliki sikap yang adil, arif dan

bijaksana dalam menghadapi berbagai tipe guru

dan kepala sekolah serta permasalahan yang

dihadapinya. Ia tidak membedakan pelayanan

antara guru/kepala sekolah yang satu dengan

lainnya. Demikian juga dalam mengambil keputusan

yang berkaitan dengan tugas pembinaan yang

dilakukan, ia harus mendasarkan pada data yang

komprehensif, sehingga keputusan yang diambil

106 Bab IV: Pengawas Sekolah Sebagai Suatu Profesi

akan dapat dterima oleh semua pihak dan tidak

merugikan salah satu pihak.

e.Menunjukkan disiplin diri. Yang dimaksudkan dengan

disiplin diri di sini adalah, bahwa seorang

pengawas harus dapat menjadi tauladan dalam hal

kedisiplinan kerja, misalnya dalam hal pembuatan

perencanaan kerja, pemenuhan jadwal kerja,

pemenuhan kesepakatan dan sebagainya. Hal ini

sangat penting, sebab pada hakokatnya pendidikan

yang baik adalah “tauladan”.

f.Ulet dan pantang menyerah. Seorang pengawas

diharapkan memiliki kepribadian yang tangguh,

ulet, sabar dan pantang menyerah dalam

menghadapi segala permasalahan pendidikan.

Dengan demikian ia akan dapat menghadapi segala

permasalahan pendidikan yang menjadi tanggung

jawabnya dengan tenang, tidak gegabah, serta

tidak mudah putus asa, sehingga ia akan dapat

membantu menyelesaikan segala permasalahan yang

dihadap guru dan kepala sekolah dengan baik.

g.Memiliki kreativitas yang tinggi. Seorang pengawas juga

diharapkan memiliki kreativitas yang tinggi

dalam pelaksanaan kerjanya, sehingga pola

kerjanya tidak membosankan. Kreativitas

tersebut, baik berkaitan dengan materi, maupun

H. M. Sulthon Masyhud: Manajemen Profesi Kependidikan 107

metode pembinaan yang dilakukan. Pengawas yang

memiliki kretivitas yang tinggi diharapkan akan

dapat membantu mengembangkan kreativitas guru

dalm pembelajaran.

h.Menjadi prakarsa dalam inovasi pendidikan. Seorang

pengawas harus bias menjadi prakarsa dalam

inovasi pendidikan bagi guru dan kepala sekolah

binaannya. Prakarsa tersebut utamanya berkaitan

masalah pembelajaran, baik berkaitan dengan

materi, metode pembelajaran, media pembelajaran,

maupun evaluasi, penelitian dan pengembangan

perangkat pembelajaran lainnya.

i. Dinamis, artinya seorang pengawas harus mengituti

tren pembaharuan pembelajaran yang terkini. Jika

tidak, maka pembinaan yang diberikan kepada guru

dan kepala sekolah akan kurang fungsional dan

tidak up-to-date. Agar pengawas sekolah dapat

dinamis, maka ia harus rajin mencari dan

menggali informasi yang berkaitan dengan

perkembangan pendidikan serta mengikuti berbagai

kegiatan ilmiah dan professional dalam bidang

pendidikan seperti workshop, diklat, seminar dan

kegiatan lainnya. Ia harus pula memiliki

pandangan bahwa hari ini harus lebih baik dari

pada kemarin.

108 Bab IV: Pengawas Sekolah Sebagai Suatu Profesi

j.Mengembangkan diri secara berencana. Perkembangan

IPTEK yang serba cepat ini harus selalu

diantisipasi oleh seseorang yang mengemban suatu

profesi yang berkaitan dengan jasa, termasuk

pengawas sekolah. Seorang pengawas sekolah harus

memiliki perencanaan yang tepat untuk

pengembangan diri utamanya berkaitan dengan

tugas-tugas profesinya, Jika tidak diantisipasi

secara tepat, maka ia akan selalu terkejut

setiap menghadapi perubahan yang ada.

k.Menerima kritik secara terbuka. Dalam rangka pembinaan

kepada para guru dan kep[ala sekolah, seorang

pengawas sekolah harus dapat memberikan

pembinaan secara tepat, sesuai dengan kebutuhan

dan permasalahan guru. Hal demikian itu kadang

kala sulit untuk dipenuhinya. Oleh karena itu

seorang pengawas sekolah harus bersikap terbuka

untuk menerima kritik dan saran dari guru dan

kepala sekolah yang dibinanya. Dengan demikian

diharapkan pembinaan berikutnya akan dapat

dilaksanakan dengan lebih baik.

l.Dapat mengayomi orang yang dibina. Daapat mengayomi

orang yang dibina dalam konteks ini diartikan,

bahwa seorang pengawas sekolah diharapkan dapat

menjaga kenyamanan, perasaan dan kerahasiaan

H. M. Sulthon Masyhud: Manajemen Profesi Kependidikan 109

guru dan kepala sekolah yang dibina. Secara

psikologis, seorang pengawas harus dapat

memberikan rasa aman terhadap guru dan kepala

sekolah yang di bina. Meskipun terdapat

kesalahan dan hal-hal yang kurang baik yang

terjadi pada guru dan kepala sekolah yang

dibina, maka hal itu harus dijaga

kerahasiaannya. Semua hal yang bersifat rahasia

hanya boleh diketahui oleh orang yang dibina dan

pengawas itu sendiri.

2. Kompetensi Supervisi Manajerial

Kompetensi supervisi manajerial adalah

kemampuan pengawas sekolah dalam melaksanakan

pengawasan mana¬jerial yakni menilai dan membina

kepala sekolah dan tenaga kependidikan lain yang

ada di sekolah dalam mempertinggi kualitas

pengelolaan dan administasi sekolah.

Standar administrasi dan pengelolaan sekolah

secara konseptual dan operasional tersirat dan

tersurat dalam rumusan kompetensi inti kepala

sekolah (Permendiknas No. 13 Tahun 2007) khususnya

pada dimensi kompetensi mana¬jerial. Selain itu

dalam kompetensi manajerial pengawas sekolah,

pengawas dituntut juga untuk menguasai program dan

kegiatan bimbingan konseling serta memantau

110 Bab IV: Pengawas Sekolah Sebagai Suatu Profesi

pelaksa-naan standar nasional pendidikan di

sekolah binaannya. Untuk itu pengawas sekolah

harus menguasai teori, konsep serta prinsip

tentang metode dan teknik supervisi pendidikan

berikut aplikasinya dalam penyusunan program dan

praktek pengawasan manajerial. Kompetensi

supervisi manajerial yang harus dikuasai oleh

seorang pengawas meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Menguasai metode, teknik dan prinsip-prinsip

supervisi dalam rangka meningkatkan mutu

pendidikan.

b. Menyusun program kepengawasan berdasarkan visi-

misi-tujuan dan program sekolah-sekolah

binaannya.

c. Menyusun metode kerja dan berbagai instrumen

yang diperlukan untuk melaksanakan tugas pokok

dan fungsi pengawasan.

d. Membina kepala sekolah dalam mengelola satuan

pendidikan berdasarkan manajemen peningkatan

mutu berbasis sekolah (MPMBS).

e. Membina kepala sekolah dalam melaksanakan

administrasi satuan pendidikan meliputi

administrasi kesiswaan, kurikulum dan

pembelajaran, pendidik dan tenaga kependidikan,

H. M. Sulthon Masyhud: Manajemen Profesi Kependidikan 111

sarana dan prasarana, pembiayaan,

keuangan,lingkungan sekolah dan peran serta

masyarakat.

f. Membantu kepala sekolah dalam menyusun indikator

keberhasilan mutu pendidikan di sekolah.

g. Membina staf sekolah dalam melaksanakan tugas

pokok dan tanggung jawabnya.

h. Memotivasi pengembangan karir kepala sekolah,

guru dan tenaga kependidikan lainnya sesuai

dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku.

i. Menyusun laporan hasil-hasil pengawasan pada

sekolah-sekolah binaannnya dan menindak

lanjutinya untuk perbaikan mutu pendidikan dan

program pengawasan berikutnya.

j. Mendorong guru dan kepala sekolah untuk

menemukan kelebihan dan kekurangan dalam

melaksanakan tugas pokoknya.

k. Menjelaskan berbagai inovasi dan kebijakan

pendidikan kepada guru dan kepala sekolah.

l. Memantau pelaksanaan inovasi dan kebijakan

pendidikan pada sekolah-sekolah binaannya.

Agar pengawas sekolah dapat melaksanakan tugas

supervisi manajerial tersebut secara efektif,

112 Bab IV: Pengawas Sekolah Sebagai Suatu Profesi

seorang pengawas harus membuat rencana pelaksanaan

supervisi manajerial (RPSM). Rencana pelaksanaan

supervisi manaherial (RPSM) tersebut hendaknya

dibuat secara spesifik dan bersifat kontekstual,

berdasarkan kasus individual guru dan/atau kepala

sekolah yang disupervisi dan dengan

mempertimbangkan konteks tempat bekerja

guru/kepala sekolah yang dibina. Dengan demikian

rencana yang dibuat oleh pengawas sekolah tersebut

dapat bervariasi sesuai dengan banyaknya kasus

atau permasalahan yang dihadapi oleh guru dan

kepala sekolah yang menjadi binaannuya.

Secara umum isi dari rencana pelaksanaan

supervise manajerial RPSM tersebut paling tidak

mencakup 5 hal sebagai berikut:

a. Tema Supervisi Manajerial

b. Rumusan Masalah Supervisi Manajerial

c. Tujuan Supervisi Manajerial

d. Skenario Pelaksanaan Supervisi Manajerial

e. Tindak Lanjut kegiatan Supervisi Manajerial

Tema supervisi manajerial hendaknya dipilih

secara tepat, sesuai dengan data yang ada atau

hasil kajian pendahuluan di lapangan atau

pengalaman dalam pelaksanaan pembinaan yang

dilakukan pengawas terhadap guru dan kepala

H. M. Sulthon Masyhud: Manajemen Profesi Kependidikan 113

sekolah serta staf sekolah sebelumnya. Hasil

kajian pendahuluan tersebut danalisis dan kemudian

disimpulkan untuk diangkat menjadi tema

pelaksanaan supervisi manajerial. Ciri tema

supervisi manajerial yang baik harus memenuhi

kreteria sebagai berikut:

a. Tema supervisi manajerial harus jelas dan

spesifik serta berkaitan dengan permasalahan

riil yang dihadapi guru dalam dalam

memfasilitasi dan mengelola pembelajaran di

kelas atau dihadapi kepala sekolah dalam

melaksanakan tugas sehari-hari untuk mengelola

sekolah.

b. Tema selalu terkait dengan peningkatan atau

pengembangan manajemen pembelajaran di kelas dan

manajemen sekolah pada suatu lembaga/sekolah

c. Tema yang terlalu luas harus dipecah menjadi

beberapa sub tema dan untuk beberapa kali

kegiatan supervisi manajerial.

Beberapa contoh tema supervisi manajerial yang

dihadapi oleh guru dalam kasus pembelajaran di

kelas adalah sebagai berikut:

(1) Membina Kepala Sekolah dalam melaksanakan visi,

misi dan tujuan sekolah

114 Bab IV: Pengawas Sekolah Sebagai Suatu Profesi

(2) Membina kepala sekolah dalam menyusun

perencanaan pendidikan pada sekolahnya

(3) Membina kepala sekolah dalam melaksanakan

program pendidikan pada sekolahnya

(4) Membina kepala sekolah dalam menyusun rencana

anggaran biaya sekolah

(5) Membina kepala sekolah dalam melaksanakan

manajemen berbasis sekolah

(6) Membina kepala sekolah dalam mengembangkan

sarana dan prasaran pendidikan

(7) Membina kepala sekolah dalam pengelolaan

keuangan sekolah

(8) Membina kepala sekolah dalam mengembangkan

kemampuan guru dan staf sekolah

(9) Membina kepala sekolah dalam menjalin hubungan

dengan masyarakat

(10) Membina kepala sekolah dalam memberdayakan

komite sekolah

(11) Membina kepala sekolah dalam meningkatkan mutu

pendidikan

(12) Membina kepala sekolah dalam mengembangkan

perpustakaan dan sumber-sumber

(13) Membina kepala sekolah dalam mengembangkan

program bimbingan konseling di sekolah

H. M. Sulthon Masyhud: Manajemen Profesi Kependidikan 115

(14) Membina kepala sekolah dalam mengembangkan

kegiatan kesiswaan

(15) Membina kepala sekolah dalam mengembankan

kegiatan ekstrakurikuler

(16) Membina guru dan staf sekolah dalam

melaksanakan administrasi kesiswaan

(17) Membina guru dan staf sekolah dalam

melaksanakan administrasi kepegawaian

(18) Membna guru dan staf sekolah dalam

melaksanakan administrasi keuangan

(19) Membina guru dan staf sekolah dalam

melaksanakan administrasi sarana pendidikan

(20) Membina guru dan staf sekolah dalam

melaksanakan administrasi kurikulum

(21) Menilai kinerja kepala sekolah dalam

melaksanakan fungsi-fungsi kepeminpinan

(22) Menilai kinerja guru dan staf sekolah dalam

melaksanakan administrasi sekolah

(23) Menilai pelaksanaan standar nasional mutu

pendidikan di sekolah

(24) Memantau pelaksanaan ujian nasional di sekolah

Contoh Implementasi tema-tema di atas ke dalam

rencana pelaksanaan supervisi manajerial (RPSM)

tersebut dapat dilihat pada bagian berikut.

116 Bab IV: Pengawas Sekolah Sebagai Suatu Profesi

CONTOH FORMATRENCANA PELAKSANAAN SUPERVISI MANAJERIAL (RSPM)

Thema Suprvisi : Peningkatan Kualitas Perencanaan Program Sekolah(Jangka Panjang, Menengah, dan Tahunan), Tema ke 2

Nama Guru/Kasek Sasaran : Surono, SPd. (Kepala Sekolah)Kelas : --Nama Sekolah : SDN Patrang 01 Kabupaten JemberHari/Tanggal : Sabtu, 5 Agustus 2010Waktu pelaksanaan : Jam 08.00 - 1100

I. RUMUSAN MASALAH SUPERVISIRumuskan masalah supervisi manajerial dengan menggunakan kalimat tanya, dan kemudian jelaskan indikator masalahnya.

Contoh rumusan masalah supervisi akademik dan indikatornya:

Bagaimanakah meningkatkan kualitas Perencanaan Program Sekolah (Program jangka panjang, menengah, dan tahunan) di SDN Patrang 01Kabupaten Jember.

Indikator masalah:1. Program sekolah jangka panjang belum mencerminkan

visi dan missi sekolah, serta belum jelas sasarannya. Dalam program tersebut belum tercantumtarget yang jelas, serta tidak ada mail stone pertahunnya.

2. Program jangka menengah belum mencerminkan penjabaran dari program jangka panjang. Program-program yang ada dalam jangka menengah bukan merupakan ”break-down” dari program sekolah jangkapanjang.

H. M. Sulthon Masyhud: Manajemen Profesi Kependidikan 117

3. Program tahunan tidak bersifat operasional, tujuannya terlalu umum, dan tidak ada jadwal yang jelas tentang pelaksanaan program.

II. TUJUAN SUPERVISI MANAJERIALTujuan harus spesifik.khusus, dan jangan merumuskan tujuan yang bersifat umum. Tujuan yang masih bersifat umum harus dipecah menjadi tujuan yang lebih khusus.

Contoh Tujuan Supervisi Manajerial:

Tujuan Umum: Supervisi ini dimaksudkan untuk meningkatkankualitas Program Sekolah, baik program jangkapanjang, menengah, maupun pogram tahunan di SDNPatrang I Kabupaten Jember

Tujuan Khusus:1) Meningkatkan kualitas program jangka panjang di SDN Patrang

1Jember2) Meningkatkan kualitas program jangka menengah di SDN Patrang

I Jember.3) Meningkatkan Program Tahunan di SDN Patrang 1 Jember

III. PROSEDUR PELAKSANAAN SUPERVSI AKADEMIK1. Kegiatan Awal

Kegiatan awal berisi kegiatan saling mengenallebih dekat dan kegiatan untuk menentukan kontraksupervisi manajerial. Dalam kegiatan ini harusdisepakati kegiatan apa saja yang akan dilakukandalam supervisi. Jika ada format-format yang akandigunakan, format penilaian juga harus dureviwbersama dengan guru yang akan disupervisi. Secararinsi kegiatan ini berisi:a. Pengenalan dan penjelasan tujuan kegiatan

supervisib. Reviu Program Sekolahc. Identifikasi permasalahan dan keluhan kepala

sekolahd. Reviu instrumen supervisi manajerial

2. Kegiatan IntiKegiatan inti merupakan kegiatan pokok supervisiakademik. Dalam kegiatan inti ini paparkanskenario pelaksanaan supervisi yang akan anda

118 Bab IV: Pengawas Sekolah Sebagai Suatu Profesi

lakukan.. Secara rinsi kegiatan ini berisi:

a. Jenis kegiatan supervisi manajerial yang dilakukan

b. Teknik supervisi manajerial yang dilakukanc. Media supervisi manajerial yang digunakand. Instrumen supervisi manajerialyang digunakane. Teknik evaluasi dan kreteria keberhasilan

supervisi manajerial3. Kegiatan Penutup

Kegiatan penutup ini mi merupakan kegiatan dalam rangka mengakhiri kegiatan supervisi yang dilakukan. Dalam kegiatan ini dilakukan diskusi untuk menumbuhkan kesadaran tentang tingkat keberhasilan dan kekurang berhasilan bersama, kendala dalam peningkatan profesionalitas guru. Secara rinci kegiatan ini berisi 2 hal, yaitu:a. Refleksi b. Penyimpulan hasil kegiatan

IV. TINDAK LANJUTKegiatan tindak lanjut berisi rencana bersama untuk melakukan kegiatan berikutnya sebagai tindak lanjut pelaksanaan dari kegiatan supervisi manajerial yang telah dilakukan. Dalam kegiatan ini perlu dicapai kesepakatan tentang waktu dan materi kegiatan supervisi manajerial berikutnya.

LAMPIRAN-LAMPIRAN:

1. Instrumen Supervisi manajerial yang digunakan2. Lain-lain yang dianggap perlu (bisa saja contoh program

sekolah yang baik, contoh analisis masalah berupa diagram, dsb)

Jember, 4 Agustus 2010

Pengawa sekolah,

Dr. H. M. Sulthon Masyhud, M.Pd

H. M. Sulthon Masyhud: Manajemen Profesi Kependidikan 119

NIP. 19590904 198103 1 005

3. Kompetensi Supervisi AkademikKompetensi supervisi akademik adalah kemampuan

pengawas sekolah dalam melaksanakan pengawasan

akademik yakni menilai dan membina guru dalam

rangka memper-t/nggi kualitas proses pembelajaran

yang dilaksanakannya agar berdampak terhadap

kualitas hasil belajar siswa.

Kompetensi supervisi akademik intinya adalah

membina guru dalam meningkatkan mutu proses

pembelajaran. Oleh sebab itu sasaran supervisi

akademik adalah guru dalam proses belajar mengajar

(pembelajaran). Materi pokok dalam proses

pembelajaran adalah (penyusunan silabus dan RPP,

pemilihan strategi/metode/teknik pembelajaran,

penggunaan media dan teknologi informasi dalam

pembelajaran, menilai proses dan hasil

pembelajaran serta penelitian tindakan kelas).

Kompetensi supervisi akademik yang harus dikuasai

oleh seorang pengawas meliputi hal-hal sebagai

berikut:

a. Memahami konsep, prinsip, teori dasar,

karakteristik, dan kecenderungan perkembangan

bidang ilmu yang menjadi isi tiap bidang

120 Bab IV: Pengawas Sekolah Sebagai Suatu Profesi

pengembangan/mata pelajaran SD/mata pelajaran

sekolah menengah yang termasuk dalam rumpunnya.

b. Memahami konsep, prinsip, teori/teknologi,

karakteristik, dan kecenderungan perkembangan

proses pembelajaran tiap bidang

pengembangan/mata pelajaran SD/mata pelajaran

sekolah menengah yang termasuk dalam rumpunnya.

c. Membimbing guru dalam menentukan tujuan

pendidikan yang sesuai, berdasarkan standar

kompetensi dan kompetensi dasar tiap bidang

pengembangan/mata pelajaran SD/mata pelajaran

sekolah menengah yang termasuk dalam rumpunnya.

d. Membimbing guru dalam menyusun silabus tiap

bidang pengembangan/ mata pelajaran SD/mata

pelajaran sekolah menengah yang termasuk

rumpunnya berlandaskan standar isi, standar

kompetensi dan kompetensi dasar, dan prinsip-

prinsip pengembangan KTSP.

e. Menggunakan berbagai pendekatan/metode/ teknik

dalam memecahkan masalah pendidikan dan

pembelajaran tiap bidang pengembangan/mata

pelajaran SD/mata pelajaran sekolah menengah

yang termasuk dalam rumpunnya.

H. M. Sulthon Masyhud: Manajemen Profesi Kependidikan 121

f. Membimbing guru dalam memilih dan menggunakan

startegi/metode/teknik pembelajaran yang dapat

mengembangkan berbagai potensi peserta didik

melalui bidang pengembangan/mata pelajaran

SD/mata pelajaran sekolah menengah yang termasuk

dalam rumpunnya.

g. Membimbing guru dalam menyusun rencana

pembelajaran (RPP) untuk tiap bidang

pengembangan/mata pelajaran SD/mata pelajaran

sekolah menengah yang termasuk dalam rumpunnya.

h. Membimbing guru dalam memilih dan menggunakan

media pendidikan yang sesuai untuk menyajikan

isi tiap bidang pengembangan/mata pelajaran

SD/mata pelajaran sekolah menengah yang termasuk

dalam rumpunnya.

i. Memotivasi guru untuk memanfaatkan teknologi

informasi untuk pembelajaran tiap bidang

pengembangan/mata pelajaran SD/mata pelajaran

sekolah menengah yang termasuk dalam rumpunnya.

j. Membimbing guru dalam melaksanakan

strategi/metode/teknik pembelajaran yang telah

direncanakan untuk tiap bidang pengembangan mata

122 Bab IV: Pengawas Sekolah Sebagai Suatu Profesi

pelajaran SD/mata pelajaran sekolah menengah

yang termasuk dalam rumpunnya.

k. Membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan

pembelajaran (di kelas, laboratorium, dan/atau

di lapangan) untuk mengembangkan potensi peserta

didik pada tiap bidang pengembangan/mata

pelajaran SD/mata pelajaran sekolah menengah

yang termasuk dalam rumpunnya.

l. Membimbing guru dalam merefleksi hasil-hasil

yang dicapai, kekuatan, kelemahan, dan hambatan

yang dialami dalam pembelajaran yang telah

dilaksanakan.

m. Membantu guru dalam mengelola, merawat,

mengembangkan, dan memanfaatkan fasilitas

pembelajaran yang berkaitan dengan mata

pelajaran SD/mata pelajaran sekolah menengah

yang termasuk dalam rumpunnya.

Agar pengawas sekolah dapat melaksanakan

kegiatan supervisi akademik secara efektif dan

efisien serta berhasil dengan baik, maka terlebih

dahulu seorang pengawas harus menyusun rencana

pelaksanaan supervisi akademik (RPSA) yang baik.

RPSA tersebut paling tidak berisi 5 hal sebagai

berikut:

H. M. Sulthon Masyhud: Manajemen Profesi Kependidikan 123

a. Tema Supervisi Akademik

b. Rumusan Masalah Supervisi Akademik

c. Tujuan Supervisi Akademik

d. Skenario Pelaksanaan Supervisi Akademik

e. Tindak Lanjut kegiatan Supervisi Akademik

Tema supervisi akademik hendaknya dipilih

secara tepat, sesuai dengan hasil kajian

pendahuluan atau pengalaman dalam pelaksanaan

pembinaan yang dilakukan pengawas sekolah

sebelumnya. Hasil kajian pendahuluan tersebut

danalisis dan kemudian disimpulkan untuk diangkat

menjadi tema pelaksanaan supervisi akademik. Ciri

tema supervisi akademik yang baik harus memenuhi

kreteria sebagai berikut:

a. Tema supervisi akademik harus jelas dan spesifik

serta berkaitan dengan permasalahan riil yang

dihadapi guru dalam pembelajaran di kelas.

b. Tema selalu terkait dengan peningkatan atau

pengembangan kompetensi mengajar guru dalam

kelas

c. Tema yang terlalu luas harus dipecah menjadi

beberapa sub tema dan untuk beberapa kali

kegiatan supervisi akademik.

124 Bab IV: Pengawas Sekolah Sebagai Suatu Profesi

Beberapa contoh tema supervisi akademik yang

dihadapi oleh guru dalam kasus pembelajaran di

kelas adalah sebagai berikut:

(1) Meningkatkan kemampuan guru dalam proses

pembelajaran Matematika

(2) Meningkatkan kemamouan guru dalam proses

pembelajaran IPA

(3) Meningkatkan kemampuan guru dalam proses

pembelajaran IPS

(4) Meningkatkan kemampuan guru dalam proses

pembelajaran bahasa

(5) Meningkatkan kemampuan guru dalam proses

pembelajaran Olahraga Kesehatan

(6) Meningkatkan kemampuan guru dalam proses

pembelajaran Seni dan Budaya

(7) Meningkatkan kemampuan guru dalam proses

pembelajaran keterampilan/ muatan lokal

(8) Meninkatkan kemampuan guru dalam proses

pembelajaran pendidikan moral

(9) Meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan

penilaian hasil belajar siswa

(10) Meningkatkan kemampuan guru dalam menggunakan

media dan sumber belajar

(11) Meningkatkan kemampuan guru dalam memanfaatkan

lingkungan belajar

H. M. Sulthon Masyhud: Manajemen Profesi Kependidikan 125

(12) Meningkatkan kemampuan guru BK dalam menyusun

dan melaksnakan program BK di sekolah

(13) Menilai kemampuan guru dalam merencanakan

pembelajaran

(14) Menilai kemampuan guru dalam melaksanakan

proses pembelajaran

(15) Menilai kemampuan guru dalam menggunakan media

dan sumber belajar

(16) Menilai kemampuan guru bimbingan konseling

dalam melaksanakan program bimbingan konseling

di sekolah

(17) Menilai kemampuan guru dalam meningkatkan

hasil belajar siswa

(18) Menilai kemampuan guru dalam melaksanakan

pembelajaran di laboratorium

(19) Menilai kemampuan guru dalam melaksanakan

pembelajaran di lapangan

(20) Menilai kemampuan guru dalam melaksanakan

penelitian tindakan kelas

(21) Menilai kemampuan guru dalam melaksanakan

pembaharuan pembelajaran

(22) Membina guru dalam mempertinggi kompetensi

profesionalnya

(23) Membina disiplin guru dalam melaksanakan

tugasnya sebagai agen pembelajaran

126 Bab IV: Pengawas Sekolah Sebagai Suatu Profesi

(24) Membina guru dalam menggunakan teknologi

informasi dan komunikasi untuk pembelajaran

(25) Membina guru dalam mengembangkan karir profesi

dan kepangkatannya

Setelah perumusan tema selesai dilakukan, maka

seorang pengawas harus dapat merumuskan

permasalahan supervisi akademik yang akan

dilakukan. Sebagaimana rumusan tema supervisi,

perumusan masalah supervisi akademik juga harus

memenuhi beberapa criteria tertentu. Kreteria

tersebut mencakup hal-hal sebagai berikut:

1. Rumuskan masalah supervisi akademik secara

singkat, jelas dan spesifik.

2. Rumuskan dengan menggunakan kalimat tanya yang

singkat dan jelas

3. Rumusan masalah diikuti dengan rumusan indikator

permasalahannya.

CONTOH FORMATRENCANA PELAKSANAAN SUPERVISI AKADEMIK (RSPA)

Thema Suprvisi : Meningkatkan Kemampuan Gurudalam Proses Pembelajaran Matematika

Nama Guru/Kasek Sasaran : Gunarso, S.Pd (Guru Kelas)Kelas : Kelas VINama Sekolah : SDN Patrang 1

H. M. Sulthon Masyhud: Manajemen Profesi Kependidikan 127

JemberHari/Tanggal : Sabtu, 14 Agustus 2010Waktu pelaksanaan : Pukul 07.30 – 10.00

I. RUMUSAN MASALAH SUPERVISI AKADEMIKRumuskan masalah supervisi akademik dengan menggunakan kalimat tanya, dan kemudian jelaskan indikator masalahnya (apa indikator/tanda/buktinya, bahwa hal itu merupakan masalah). Masalah harus spesifik, dan jangan terlalu luas.

Contoh Rumusan Masalah Supervisi Akademik:Bagaimanakah meningkatkan kemampuan guru kelas VI SDN1 Patrang dalam proses pembelajaran matematika.

Indikator masalah:1. Selama dua tahun terakhir hasil UASBNmatapelajaran

matematika siswa kelas VI SDN Patrang mencapai rata-rata 5,01. Nilai tertinggi mencapai 7,00 dan terendah 3,02.

2. Nilai ujian sumatif bersama matapelajaran matematika selama 2 tahun terakhir menununjukkan pencapaian hasil yang kurang memuaskan. Hanya sekitar 40% yang dapat mencapai nilai 65 ke atas dan ada 45,5% yang mencapai nilai 50 ke bawah.

3. Hasil ulangan harian yang direkam dalam buku nilaiguru menunjukkan, hanya sebesar 60% siswa yang dapat mencapai SKM matematika sebesar 65. Lainnya masih mendapatkan skor di bawah 65.

4. Perbedaan nlai matematika antara yang mencapai terendah dan tertinggi (range) dalam hasil ulanganharian cukup tinggi, yaitu terendah 34, sedangkan tertinggi 80 dengan rata-rata nilai kelas 60,3.

Indikator-indikator tersebut menunjukkan, bahwa proses pembelajaran matematika pada siswa kelas VI SDN 1 Patrang kurang efektif dan perlu adanya peningkatan.

II. TUJUAN SUPERVISI AKADEMIKTujuan harus spesifik/.khusus, dan jangan merumuskan tujuan yang

128 Bab IV: Pengawas Sekolah Sebagai Suatu Profesi

bersifat umum. Tujuan yang masih bersifat umum harus dipecah menjadi tujuan yang lebih khusus. Dalam kegiatan supervisi akademikjangan merumuskan tujuan yang banyak/luas, sebab kalau terlalu luasakan sulit mencapainya.

Contoh Tujuan Supervisi Akademik.

Tujuan UmumTujuan supervisi akademik ini adalah untuk meningkatkan kemampuan guru kelas VI SDN 1 Patrang dalam proses pembelajaran matematika.

Tujuan Khusus:1.Meningkatkan kemampuan guru kelas VI SDN 1 Patrang

dalam menyusun RPP matapelajaran matematika2.Meningkatkan kemampuan guru kelas VI SDN 1 Patrang

dalam membuat media pembelajaran matematika3.Meningkatkan kemampuan guru kelas VI SDN 1 Patrang

dalam mengimplemntasikan RPP matapelajaran matematika di dalam kelas

4.Meningkatkan kemampuan guru kelas VI SDN 1 Patrang dalam menyusun instrumen evaluasi hasil belajar matematika

III. PROSEDUR PELAKSANAAN SUPERVSI AKADEMIKa. Krgiatan Awal

Kegiatan awal berisi kegiatan saling mengenal lebih dekat dan kegiatan untuk menentukan kontrak supervisi. Dalam kegiatan ini harus disepakati kegiatan apa saja yang akan dilakukan dalam supervisi. Jika ada format-format yang akan digunakan, format penilaian juga harus dureviw bersama dengan guru yang akan disupervisi. Secara rinsi kegiatan ini berisi:

1. Pengenalan dan penjelasan tujuan kegiatan supervisi akademik

2. Reviu RPP, media, materipembelajaran atau sasaran lainnya

3. Identifikasi permasalahan dan keluhan guru

H. M. Sulthon Masyhud: Manajemen Profesi Kependidikan 129

4. Reviu instrumen supervisi akademik yang digunakan

b. Kegiatan IntiKegiatan inti merupakan kegiatan pokok supervisi akademik. Dalam kegiatan inti ini paparkan skenario pelaksanaan supervisi yang akan anda lakukan.. Secara rinsi kegiatan ini berisi:

1. Jenis kegiatan supervisi yang dilakukan2. Teknik supervisi yang dilakukan3. Media supervisi akademik yang digunakan4. Instrumen supervisi akademik yang digunakan5. Teknik evaluasi dan kreteria keberhasilan

supervisi akademik yang dilakukanc. Kegiatan Penutup

Kegiatan penutup ini mi merupakan kegiatan dalam rangka mengakhiri kegiatan supervisi yang dilakukan. Dalam kegiatan ini dilakukan diskusi untuk menumbuhkan kesadaran tentang tingkat keberhasilan dan kekurang berhasilan bersama, kendala dalam peningkatan profesionalitas guru. Secara rinci kegiatan ini berisi 2 hal, yaitu:1. Refleksi

Pada bagian ini kemukakan kegiatan refleksi, yaitu berkaitan dengan rancangan kegiatan untukmemikirkan mengetahui apa saja yang telah dicapai dalam kegiatan supervisi akademik dan apa saja yang belum bisa dicapai, serta apa saja kendala-kendalanya.

2. Penyimpulan hasil kegiatanPenyimpulan kegiatan dilakukan bersama antara guru dan pengawas sekolah dalam individual conference.

IV. TINDAK LANJUTKegiatan tindak lanjut berisi rencana bersama untuk melakukan kegiatan berikutnya sebagai tindak lanjut pelaksanaan dari kegiatan supervisi yang telah dilakukan. Dalam kegiatan ini perlu dicapai kesepakatan tentang waktu dan materi kegiatan

130 Bab IV: Pengawas Sekolah Sebagai Suatu Profesi

supervisi berikutnya.

LAMPIRAN-LAMPIRAN:

3. Instrumen Supervisi yang digunakan4. Lain-lain yang dianggap perlu (bisa saja contoh RPP

yang baik, contoh analisis masalah berupa diagram, dsb.Jember, 4 September 2010

Pengawas sekolah,

Dr. H. M. SULTHON MASYHUD, M.PdNIP. 19590904 198103 1 005

Implementasi rencana pelaksanaan supervisi

akaderrmik tersebut membutuhkan adanya dukungan

kemampuan teknik supervisi yang baik. Beberapa

teknik supervise pendidikan, baik yang bersifat

individual, maupun kelompok harus dikuasi pula

oleh seorang pengawas sekolah. Berbagai macam

teknik supervisi pendidikan tersebut dapat dibaca

pada Bab khusus yang membahas tentang supervisi

pendidikan pada bagian lain dari buku ini.

4. Kompetensi Evaluasi PendidikanKompetensi evaluasi pendidikan adalah

kemampuan pengawas sekolah dalam kegiatan

mengumpulkan, mengolah, menafsirkan dan

H. M. Sulthon Masyhud: Manajemen Profesi Kependidikan 131

menyimpulkan data dan informasi untuk menentukan

tingkat keberhasilan pendidikan.

Materi pokok kompetensi evaluasi pendidikan

adalah penilaian proses dan hasil belajar,

penilaian program pendidikan, penilaian kinerja

guru, kinerja kepala sekolah dan kinerja sekolah.

Penilaian itu sendiri diartikan sebagai proses

memberikan pertimbangan berdasarkan kriteria yang

telah ditentukan. Oleh sebab itu ciri dari

kegiatan penilaian adalah adanya obyek yang

dinilai, adanya kriteria yang dijadikan indikator

keberhasilan dan adanya interpretasi dan

judgement. Setiap kegiatan penilaian akan

menghasilkan data hasil penilaian yang harus

diolah dan dianalisis untuk pengambilan keputusan.

Termasuk dalam kompetensi evaluasi pendidikan

yang harus dikuasai oleh pengawas adalah mencakup

hal-hal berikut:

a. Membimbing guru dalam menentukan aspek-aspek

yang penting dinilai untuk tiap bidang

pengembangan/mata pelajaran yang termasuk dalam

rumpunnya.

b. Membimbing guru dalam menentukan kriteria dan

indikator keberhasilan pembelajaran tiap bidang

132 Bab IV: Pengawas Sekolah Sebagai Suatu Profesi

pengembangan/mata pelajaran yang termasuk dalam

rumpunnya.

c. Menyusun kriteria dan indikator keberhasilan

pendidikan pada satuan pendidikan yang menjadi

binaannya

d. Menilai kemampuan guru dalam melaksanakan

pembelajaran pada tiap bidang pengembangan/mata

pelajaran yang termasuk dalam rumpunnya.

e. Menilai kemampuan kepala sekolah dalam mengelola

satuan pendidikan.

f. Menilai kinerja staf sekolah dalam melaksanakan

tugas pokoknya.

g. Menilai kinerja sekolah dan menindaklanjuti

hasilnya untuk keperluan akreditasi sekolah.

h. Mengolah dan menganalisis data hasil penilaian

kinerja sekolah, kinerja kepala sekolah, kinerja

guru, dan kinerja staf sekolah.

i. Memantau pelaksanaan kurikulum, pembelajaran,

bimbingan dan hasil belajar siswa serta

menganalisisnya untuk perbaikan mutu pendidikan

pada sekolah binaannya

j. Membina guru dalam memanfaatkan hasil penilaian

untuk kepentingan pendidikan dan pembelajaran

tiap bidang pengembangan/mata yang termasuk

dalam rumpunnya

H. M. Sulthon Masyhud: Manajemen Profesi Kependidikan 133

k. Memberikan saran kepada kepala sekolah, guru,

dan seluruh staf sekolah dalam meningkatkan

kinerjanya berdasarkan hasil penilaian.

Agar pengawas sekolah dapat melaksanakan ke 11

kompetensi tersebut dalam tugas sehari-hari, maka

ada beberapa kompetensi dasar berkaiaitan dengan

kompetensi evaluasi tersebut yang harus dikuasai.

Beberapa kompetensi dasar yang dimaksudkan

tersebut adalah mencakup hal-hal sebagai kerikut:

(1) Kompetensi dalam evaluasi pembelajaran.

Kompetensi ini meliputi sebagai berikut:

a) Merancang penilaian pembelajaran dalam bentuk

penyusunan tabel spesifikasi.

b) Menyusun alat evaluasi pembelajaran, baik

dalam bentuk tes maupun non tes.

c) Menguji coba dan melakukan analisis item

terhadap alat evaluasi pembelajaran sampai

dapat ditentukan tingkat reliabilitas,

validitas dan tingkat kesulitan alat evaluasi

yang disusun.

d) Melakukan evaluasi pembelajaran, baik evaluasi

proses, maupun evaluasi hasil pembelajaran.

e) Analisis hasil tes, serta pengambilan

keputusannya, baik berdasarkan acuan patokan

134 Bab IV: Pengawas Sekolah Sebagai Suatu Profesi

(PAP), maupun berdasarkan acuan relative

(PAR),

f) Tindak lanjut dan pelaporan hasil penilaian.

(2) Kompetensi penilaian program pembelajaran,

(3) Kompetensi penilaian kebijakan pendidikan, dan

(4) Kompetensi penilaian kinerja guru dan kepala

sekolah.

5. Kompetensi Penelitian dan PengembanganKompetensi penelitian dan pengembangan adalah

kemarnpuan pengawas sekolah dalam merencanakan dan

melaksanakan penelitian pendidikan/ pengawasan

serta menggunakan hasil-hasilnya untuk kepentingan

peningkatan mutu pendidikan.

Penelitian adalah kegiatan mengumpulkan,

mengolah, menafsirkan dan menyimpulkan data dan

informasi untuk memecahkan masalah praktis dan

atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Penelitian merupakan metode ilmiah yakni

memecahkan masalah dengan menggunakan logika

berpikir yang didukung oleh data empiris. Logika

berpikir tampak dalam prosesnya dengan menempuh

langkah-langkah yang sistematis mulai dari

pengumpulan data, mengolah dan menafsirkan data,

menguji data sampai menarik kesimpulan. Data

H. M. Sulthon Masyhud: Manajemen Profesi Kependidikan 135

dikatakan empiris sebab menggambarkan apa yang

terjadi di lapangan. Dalam kompetensi penelitian

materi yang perlu dikuasai pengawas sekolah antara

lain pendekatan, metode dan jenis penelitian,

merencanakan dan melaksa¬nakan penelitian,

mengolah dan menganalisis data, menulis laporan

hasil penelitian sebagai karya tulis ilmiah serta

memanfaatkan hasil-hasil penelitian. Kompetensi

penelitian bagi pengawas bermanfaat ganda yakni

manfaat untuk dirinya sendiri agar dapat menyusun

karya tulis ilmiah (KTI) berbasis penelitian dan

manfaat untuk membina guru dan kepala sekolah

dalam hal merencanakan dan melaksanakan penelitian

khususnya penelitian tindakan. Kompetensi

penelitian dan pengembangan yang harus dikuasai

oleh seorang pengawas antara lain mencakup ha-hal

sebagai berikut:

a. Menguasai berbagai pendekatan, jenis, dan metode

penelitian dalam pendidikan.

b. Menentukan masalah kepengawasan yang penting

untuk diteliti baik untuk keperluan tugas

pengawasan, pemecahan masalah pendidikan, dan

pengembangan profesi.

136 Bab IV: Pengawas Sekolah Sebagai Suatu Profesi

c. Menyusun proposal penelitian pendidikan baik

proposal penelitian kualitatif maupun proposal

penelitian kuantitatif.

d. Melaksanakan penelitian pendidikan baik untuk

keperluan pemecahan masalah pendidikan,

perumusan kebijakan pendidikan maupun untuk

pengembangan profesi.

e. Mengolah dan menganalisis data penelitian

pendidikan baik data kualitatif maupun data

kuantitatif.

f. Memberikan bimbingan kepada guru tentang

penelitian tindakan kelas, baik perencanaan

maupun pelaksanaannya.

g. Menyusun karya tulis ilmiah (KTI) dalam bidang

pendidikan/ kepengawasan.

h. Mendiseminasikan hasil-hasil penelitian pada

forum kegiatan ilmiah baik lisan maupun tulisan.

i. Membina guru dalam menyusun karya tulis ilmiah

dalam bidang pendidikan dan pembelajaran.

j. Membuat artikel ilmiah untuk dimuat pada jurnal.

k. Menulis buku/modul untuk bahan pengawasan.

l. Menyusun pedoman/panduan yang diperlukan untuk

melaksanakan tugas pengawasan.

Implementasi dari ke 12 kompetensi tersebut

dalam pelaksanaan tugas pengawa sekolah

H. M. Sulthon Masyhud: Manajemen Profesi Kependidikan 137

membutuhkan adanya dukungan kompetensi khusus

dalam bidang penelitian dan pengembangan,

khususnya dalam bidang pembelajaran, Kompetensi

khusus yang dimaksudkan tersebut antara lain

adalah meliputi:

(a) Berbagai metode dan pendekatan penelitian

pendidikan dan pembelajaran, termasuk di

antaranya Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan

Penelitian Tindakan sekolah (PTS).

(b) Analisis berbagai permasalahan pendidikan dan

pembelajaran di sekolah. termasuk permasalahan

manajemen sekolah.

(c) Penyusunan proposal penelitian pendidikan dan

pembelajaran.

(d) Penyusunan instrument penelitian pendidikan

dan pembelajaran.

(e) Pelaksanaan penelitian pendidikan dan

pembelajaran.

(f) Analisis data penelitian.

(g) Penyusunan Karya Ilmiah dalam bidang

pendidikan dan pembelajaran berdasarkan hasil

penelitian.

(h) Penyusunan artikel ilmiah dalam bidang

pendidikan dan pembelajaran berdasarkan hasil

penelitian.

138 Bab IV: Pengawas Sekolah Sebagai Suatu Profesi

6. Kompetensi SosialKeterampilan ini mensyaratkan tampilnya sosok

pribadi pengawas sekolah yang luwes, terbuka, mau

menerima kritik serta selalu memandang positif

orang lain. Termasuk dalam kompetensi social yang

harus dikuasai oleh seorang pengawas antara lain

meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Menyadari akan pentingnya bekerja sama dengan

berbagai pihak dalam rangka meningkatkan

kualitas diri dan profesinya.

b. Menangani berbagai kasus yang terjadi di sekolah

atau di masyarakat .

c. Aktif dalam kegiatan organisasi profesi seperti

APSI, PGRI, ISPI dan organisasi kemasyarakatan

lainnya.

Agar pengawas sekolah dapat melaksanakan

kompetensi sosial tersebut dalam menunjang

keberhasilan pekerjaannya, maka pengawa sekolah

harus menguasai berbagai keterampilan

berkomunikasi serta menguasai berbagai

keterampilan dalam menggunakan teknologi

komunikasi secara fungsional. Secara rinci

berbagai keterampilan yang harus dimiliki pengawas

sekolah agar dapat menmelaksanakan kompetensi

social tersebut adalah sebagai berikut:

H. M. Sulthon Masyhud: Manajemen Profesi Kependidikan 139

a. Dapat bekomunikasi lisan, tulisan dan isyarat

secara efektif

b. Dapat menggunakan teknologi komunikasi dan

informasi secara fungsional.

c. Dapat bergaul secara efektif dengan peserta

didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,

orang tua/wali peserta didik,

d. Dapat menghargai posisi/keberadaan orang lain

secara wajar, dan

e. Dapat bergaul secara santun dengan masyarakat

sekolah dan sekitarnya.

f. Dapat bekerja sama dengan pihak lain untuk

kepentiangan sekolah/madrasah

g. Berpartisipasi dalam kegiatan sosial

kemasyarakatan

h. Memiliki kepekaan sosial terhadap orang lain

atau kelompok lain

Jika digambarkan sosok utuh pengawas sekolah

yang professional tersebut dapat diamati pada

diagram 2 sebagai berikut:

Diagram 4.1Sosok Utuh Pengawas Sekolah

Profesional Yang Diharapkan

140 Bab IV: Pengawas Sekolah Sebagai Suatu Profesi

UNJUK KERJA

PENGAWAS SEKOLAH

PROFESIONAL

(1) KOMPETENSI KEPRIBADIAN

(2) KOMPETENS

I

SUPERVISI MANAJERIAL

(5)

KOMPETENSI

PENELITIAN DAN

PENGEMBANGAN

(3)

KOMP ETENSI SUPERVISI AKADEMIK

(6) KOMPETENSI SOSIAL

SOSOK UTUH KOMPETENSI PENGAWAS SEKOLAH

PROFESIONAL

(4) KOMPETENSI EVALUASI

PENDIDIKAN