BAB IV Pengawas sbg Profesi
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
4 -
download
0
Transcript of BAB IV Pengawas sbg Profesi
BAB IV
PENGAWAS SEKOLAH SEBAGAI SUATU PROFESI
A.Rasional
enataan profesi dalam bidang pendidikansecara
serius telah dimulai dari penataan guru dan
dosen dengan melalui Undang-undang Nomor 14/2005
tentang Guru dan Dosen. Karena pendidikan
merupakan suatu sistem, maka penataan tenaga
kependidikan, utamanya guru tersebut akan
berdampak luas terhadap penataan tenaga
kependidikan lainnya yang terkait, antara lain
tenaga Bimbingan dan penyuluhan, pustakawan
sekolah, kearsipan sekolah, kepala sekolah dan
pengawas sekolah. .
P
Khusus mengenai perlunya penataan profesi
pengawas sekolah dalam kaitan dengan penataan
profesi kepala sekolah dan guru dapat
dirasionalkan sebagai berikut. Penataan profesi
guru harus diikuti dengan penataan profesi kepala
sekolah, sebab kepala sekolah memiliki tugas untuk
membina guru yang berada di sekolahnya. Jika
penataan profesi guru tidak diikuti dengan
penataan profesi kepala sekolah, maka pembaharuan
87
88 Bab IV: Pengawas Sekolah Sebagai Suatu Profesi
pendidikan dan pembelajaran yang dilakukan melalui
guru tidak akan dapat berjalan dengan lancar,
sebab kepala sekolah yang memiliki tanggung jawab
untuk mengendalikan pelaksanaan pembaharuan
pendidikan dan pembelajaran serta melakukan
pembinaan terhadap guru di sekolahnya tidak akan
dapat melkukan tugasnya dengan baik. Demikian
pula, penataan terhadap profesi guru dan kepala
sekolah tersebut harus pula diikuti dengan
penataan profesi pengawas sekolah. Sebab pengawas
sekolah tersebut, baik secara hirarkhis, maupun
secara fungsional memiliki tugas untuk menilai dan
membina penyelenggaraan pendidikan pada sekolah
yang menjadi tanggung jawabnya, sesuai dengan
Keputusan MENPAN No. 118 tahun 1996.
Tugas menilai dan membina bukanlah tugas yang
ringan, yang sekedar datang berkunjung ke sekolah
untuk berbincang-bincang sejenak dan setelah itu
pulang tanpa ada tidak lanjutnya. Tugas tersebut
lebih mengarah pada “quality assurance”. Untuk dapat
melaksanakan tugas tersebut secara baik, pengawas
harus memiliki kecermatan melihat kondisi sekolah,
ketajaman analisis dan sintesis, ketepatan
memberikan treatment yang diperlukan serta
komunikasi yang baik antara pengawas sekolah
H. M. Sulthon Masyhud: Manajemen Profesi Kependidikan 89
dengan setiap individu di sekolah. Oleh karena itu
untuk dapat melaksanakan tugas tersebut secara
baik dan efektif, pada pengawas sekolah memerlukan
bekal kompetensi yang memadai. Kompetensi yang
dibutuhkan tersebut, sesuai dengan Keputusan
Mendiknas No. 12 tahun 2007 adalah mencakup 6
kompetensi pokok, yaitu meliputii: (a) kompetensi
kepribadian, (b) kompetensi supervisi manajerial,
(c) kompetensi supervisi akademik, (d) kompetensi
evaluasi pendidikan, (e) kompetensi penelitian dan
pengembangan, dan (f) kompetensi sosial.
Dengan adanya penataan terhadap profesi
pengawas tersebut, maka diharapkan tidak akan
terjadi kepincangan dalam penataan profesi
kependidikan dan dengan demikian akan dapat
dicapai kemajuan pendidikan yang signifikan. Sebab
selama ini, pengawas merupakan jabatan yang nyaris
kurang tersentuh pembaharuan. Selama ini jabatan
pengawas merupakan jabatan yang dapat dikatakan
asal-asalan, bahkan nyaris merupakan “tong sampah”.
Sebab selama ini umumnya seorang diangkat menjadi
pengawas sekolah jika dia dianggap tidak
berprestasi atau tidak produktif lagi sebagai guru
atau kepala sekolah atau jika dia dianggap
bermasalah di sekolahnya sehingga sulit
90 Bab IV: Pengawas Sekolah Sebagai Suatu Profesi
ditempatkan di mana saja. Oleh karena itu selama
ini pengawas sekolah dianggap kurang memberikan
kontribusi terhadap kemajuan pendidikan.
B. Hakikat Pengawas Sekolah Sebagai JabatanProfesional
Tandas-tanda bahwa jabatan pengawas sekolah
diakui sebagai jabatan profesional dalam bidang
kependidikan dimulai sejak ditetapkan keputusan.
MENPAN No. 118 tahun 1996 tentang jabatan
fungsional pengawas sekolah dan angka kreditnya.
Berdasarkan keputusan tersebut, yang dimaksud
dengan pengawas sekolah adalah pegawai negeri
sipil yang diberi tugas, tanggung jawab dan
wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang
untuk melakukan pengawasan pendidikan di sekolah
dengan melaksanakan penilaian dan pembinaan dari
segi teknis pendidikan dan administrasi pada
satuan pendidikan pra sekolah, sekolah dasar dan
sekolah menengah. Berdasarkan Kepmen. PAN No. 118
tahun 1996. pasal 2, tugas pokok pengawas adalah
menilai dan membina penyelenggaraan pendidikan
pada sekolah tertentu baik negeri maupun swasta
H. M. Sulthon Masyhud: Manajemen Profesi Kependidikan 91
yang menjadi tanggung jawabnya. Tugas menilai dan
membina bukanlah tugas yang ringan, yang sekedar
datang berkunjung ke sekolah untuk berbincang-
bincang sejenak dan setelah itu pulang tanpa ada
tidak lanjutnya. Tugas menilai dan membina
membutuhkan kemampuan dalam hal kecermatan melihat
kondisi sekolah, ketajaman analisis dan sintesis,
ketepatan memberikan treatment yang diperlukan serta
komunikasi yang baik antara pengawas sekolah
dengan setiap individu di sekolah. Arti pembinaan
sendiri adalah memberikan arahan, bimbingan,
contoh dan saran dalam pelaksanaan pendidikan di
sekolah, untuk itu diperlukan keteladanan dari
pihak pengawas sekolah dalam melaksanakan
tugasnya. Dengan kemampuan-kemampuan tersebut
diharapkan pengawas sekolah dapat menjadi partner
kerja yang serasi dengan pihak sekolah dalam
memajukan sekolahnya, bukan menjadi seorang
“pengawas” yang menakut-nakuti pihak sekolah.
Berkaitan dengan hal itu, maka seorang
pengawas pendidikan di sekolah haruslah seseorang
yang professional, tidak bisa dijalankan oleh
sembarang orang. Pengertian pengawas yang
professional tersebut mengarah pada pengawas yang
memenuhi kulaifikasi akademik tertentu, memiliki
92 Bab IV: Pengawas Sekolah Sebagai Suatu Profesi
kompetensi tertenti, serta memenuhi persyaratan
pengalaman kerja dan pengalaman lainnya yang dapat
menunjang aktivitas kepengawasan yang ia jalankan.
Persyaratan bagi seorang pengawas pendidikan
formal telah jelas dikemukakan dalam PP No. 19
tahun 2005, utamanya pasal 39 dan kemudian
dipertegas dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional nomor 12 tahun 2007. Dalam PP No. 19
tahun 2005, pasal 39 telah ditegaskan, bahwa
seorang pengawas pendidikan formal harus dapat
memenuhi kreteria sebagai berikut:
1. Berstatus sebagai guru sekurang-kurangnya 8
(delapan) tahun atau kepala sekolah sekurang-
kurangnya 4 (empat) tahun pada jenjang
pendidikan yang sesuai dengan satuan pendidikan
yang diawasi.
2. Memiliki sertifikat pendidikan fungsional
sebagai pengawas satuan pendidikan, dan
3. Lulus seleksi sebagai pengawas satuan pendidikan
Persyaratan sebagai tenaga pengawas sekolah
yang dikemukakan secara umum dalam PP No. 19/2005
tersebut kemudian dijabarkan secara lebih rinci
dalam Peraturan menteri Pendidikan Nasional
(PERMENDIKNAS) No. 12 Taun 2007. Dalam
PERMENDIKNAS No. 12 tahun 2007 tersebut telah
H. M. Sulthon Masyhud: Manajemen Profesi Kependidikan 93
dirinci persyaratannya bagi pengawas TK dan
SD/Madrasah Ibtidaiyah, dan Pengawas SMP/MTs dan
pengawas SMA/MA/SMK/MAK.secara lengkap dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tersebut
dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Kualifikasi Pengawas Taman Kanak-kanak/Raudhatul
Athfal (TK/RA) dan Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah (SD/MI) adalah sebagai berikut:
a. Berpendidikan minimum sarjana (S1) atau
diploma empat (D-IV) kependidikan dari
perguruan tinggi terakreditasi;
b. 1) Guru TK/RA bersertifikat pendidik sebagai
guru TK/RA dengan pengalaman kerja
minimum delapan tahun di TK/RA atau
kepala sekolah TK/RA dengan
pengalaman kerja minimum 4 tahun, untuk
menjadi pengawas TK/RA;
2) Guru SD/MI bersertifikat pendidik sebagai
guru SD/MI dengan pengalaman kerja minimum
delapan tahun di SD/MI atau kepala sekolah
SD/MI dengan pengalaman kerja minimum 4
tahun, untuk menjadi pengawas SD/MI;
c. Memiliki pangkat minimum penata, golongan
ruang III/c;
94 Bab IV: Pengawas Sekolah Sebagai Suatu Profesi
d. Berusia setinggi-tingginya 50 tahun, sejak
diangkat sebagai pengawas satuan pendidikan;
e. Memenuhi kompetensi sebagai pengawas satuan
pendidikan yang dapat diperoleh melalui uji
kompetensi dan atau pendidikan dan pelatihan
fungsional pengawas, pada lembaga yang
ditetapkan pemerintah; dan
f. Lulus seleksi pengawas satuan pendidikan.
2. Kualifikasi Pengawas Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), dan
Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah
Kejuruan (SMK/MAK) adalah sebagai berikut :
a. Memiliki pendidikan minimum magister (S2)
kependidikan dengan berbasis sarjana (S1)
dalam rumpun mata pelajaran yang relevan pada
perguruan tinggi terakreditasi;
b. 1) Guru SMP/MTs bersertifikat pendidik
sebagai guru SMP/MTs dengan pengalaman
kerja minimum delapan tahun dalam rumpun
mata pelajaran yang relevan di SMP /MTs
atau kepala sekolah SMP/MTs dengan
pengalaman kerja minimum 4 tahun, untuk
menjadi pengawas SMP/MTs sesuai dengan
rumpun mata pelajarannya;
H. M. Sulthon Masyhud: Manajemen Profesi Kependidikan 95
2) Guru SMA/MA bersertifikat pendidik sebagai
guru dengan pengalaman kerja minimum
delapan tahun dalam rumpun mata pelajaran
yang relevan di SMA/MA atau kepala sekolah
SMA/MA dengan pengalaman kerja minimum 4
tahun, untuk menjadi pengawas SMA/MA sesuai
dengan rumpun mata pelajarannya;
3) Guru SMK/MAK bersertifikat pendidik sebagai
guru SMK/MAK dengan pengalaman kerja
minimum delapan tahun dalam rumpun mata
pelajaran yang relevan di SMK/MAK atau
kepala sekolah SMK/MAK dengan pengalaman
kerja minimum 4 tahun, untuk menjadi
pengawas SMK/MAK sesuai dengan rumpun mata
pelajarannya;
c. Memiliki pangkat minimum penata, golongan
ruang III/c;
d. Berusia setinggi-tingginya 50 tahun, sejak
diangkat sebagai pengawas satuan pendidikan;
e. Memenuhi kompetensi sebagai pengawas satuan
pendidikan yang dapat diperoleh melalui uji
kompetensi dan atau pendidikan dan pelatihan
fungsional pengawas, pada lembaga yang
ditetapkan pemerintah; dan
f. Lulus seleksi pengawas satuan pendidikan.
96 Bab IV: Pengawas Sekolah Sebagai Suatu Profesi
Di samping harus dapat memenuhi persyaratan
seperti di jelaskan di atas, seorang pengawas
pada jenjang pendidikan formal juga dituntut
untuk memiliki kompetensi tertentu. Yang
dimaksudkan dengan kompetensi pengawas sekolah
tersebut adalah seperangkat kemampuan yang meliputi
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai yang harus
dikuasai dan ditampilkan oleh pengawas sekolah dalam
melaksanakan pengawasan akademik dan pengawasan
manajerial pada sekolah-sekolah binaannya. Pengertian
lain tentang kompetensi pengawas sekolah adalah
pola pikir dan pola tindak pengawas sekolah dalam
melaksanakan tugas-tugas kepengawasan. Pola pikir
dilandasi kemampuan kognitif dan pola tindak
dilandasi kemampuan afektif dan psikomotorik.
Dalam pengertian kompetensi pengawas sekolah
sebagaiana dikemukakan diatas tersirat adanya
tiga ciri utama kompeten. Ketiga ciri tersebut
adalah sebagai berikutL
(1) adanya substansi atau materi yang harus
dikuasai pengawas sekolah yang terkait dengan
pelaksanaan tugas pokoknya,
(2) adanya performasnce atau tampilan prilaku
nyata dari pengawas sekolah dalam dalam
melaksanakan tugas pokoknya sebagai
H. M. Sulthon Masyhud: Manajemen Profesi Kependidikan 97
pencerminan dari materi yang telah
dikuasainya, serta
(3) adanya hasil dari performance/tampilan
perilaku nyata pengawas sekolah dalam bentuk
hasil-hasil pengawasan yang tampak dari
kinerja sekolah yang dibinanya.
Secara lebih rtinci jenis-jenis kompetensi
apa yang harus dikuasai oleh seorang pengawas
sekolah tersebut akan disajikan pada bagian
tersendiri pada Bab ini.
C. Mengapa Jabatan Pengawas Sekolah Selama Ini Kurang Mendapatkan Pengakuan Secara Layak?
Selama ini profesi Pengawas Sekolah kurang
mendapatkan perhatian secara serius dan hanya
dianggap sebagai tenaga kependidikan yang sama
kedudukannya dengan tenaga kependidikan lainnya,
sehingga relatif kurang mendapatkan perhatian
dalam pengembangannya. Bahkan nyaris tidak
tersentuh pembaharuan-pembaharuan pendidikan,
meskipun ia memiliki peran yang amat vital dalam
mensukseskan pembaharuan pendidikan dan
peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Profesi
pengawasa sekolah selama ini juga dianggap sebagai
profesi “afkiran”. Anggapan seperti itu muncul
98 Bab IV: Pengawas Sekolah Sebagai Suatu Profesi
karena disebabkan oleh beberapa hal sebagai
berikut. Pertama, tidak adanya pendidikan
prajabatan yang jelas bagi calon pengawas. Selama
ini tidak ada persyaratan pendidikan prajabatan
yang jelas untuk calon pengawas. Pengangkatan
jabatan pengawas selama ini tidak mempersyatkan
latar belakang pendidikan tertentu, bahkan banyak
pengawas yang memiliki latar belakang pendidikan
non kependidikan, serta tidak memiliki pengalaman
sebagai guru (tidak berasal dari guru). Hal
demikian ini menyebabkan nilai jabatan pengawas
dianggap rendah. Sebab siapa saja bisa menjadi
pengawas asalkan diangkat oleh atasannya.
Kedua, sistem rekruitmen tenaga pengawasa
sekolah selama ini kurang baik. Pengawas banyak
direkrut dari para kepala sekolah/Guru yang
dianggap tidak bisa dikembangkan lagi atau
dianggap tidak layak lagi sebagai guru atau kepala
sekolah. Bahkan di beberapa tempat banyak para
pejabat struktural yang karena menjelang usia
pensiun, dialihkan ke profesi pengawas agar usia
pensiunnya dapat diperpanjang. Kenyataan yang
demikian ini juga dapat merendahkan nilai jabatan
pengawas sekolah. Sebab jabatan pengawas dianggap
sebagai jabatan yang mudah. Harusnya jabatan
H. M. Sulthon Masyhud: Manajemen Profesi Kependidikan 99
pengawas merupakan jabatan karir yang dirintis
dari jabatan guru.
Ketiga, Tidak ada kewenngan yang jelas bagi
seorang pengawas sekolah. Tidak adanya kewenangan
yang jelas bagi jabatan pengawas dalam urusan
kepegawaian merupakan salah satu sebab dari
lemahnya jabatan ini. Para guru dan/atau kepala
sekolah sering kurang menghiraukan eksistensi
pengawas, sebab pengawas tidak memiliki kewenangan
yang berkaitan dengan urusan kepegawaian.
Kewenangan jabatan pengawas selama ini lebih
bersifat normative. Karena kewenangan yang tidak
jelas tersebut, maka sering kali seseorang
yangtelah diangkat menjadi pengawas sekolah akan
mengalami kebingungan, mereka harus berbuat apa.
Keempat, Selama ini tidak ada penjenjangan
karir yang jelas untuk menduduki jabatan pengawas
sekolah. Tidak jelasnya jenjang karir pengawas
sekolah selama ini (sebelum ada Permendiknas No.
12/2007) menyebabkan kesemrawutan jabatan
tersebut. Bahkan setelah diterapkan kebijakan
otonomi daerah dan kepala daerah (Bupati Wali
Kota0 memiliki otonomi yang luas, jabatan pengawas
ini terkesan sebagai jabatan “semau gue” dari para
pejabat penuasa. Maksudnya, jika pejabat penguasa
100 Bab IV: Pengawas Sekolah Sebagai Suatu Profesi
menghendaki seseorang jadi pengawas, maka
“jadilah’ ia seorang pengawas meskipun pengetahuan
dan pengalaman mereka tentang pendidikan dan
pengajaran, serta kepengawasan sangat minim.
Karena minimnya pengetahuan dan pengalaman mereka
tersebut, maka ketika dia menjalankan tugas
sebagai pengawas sekolah mereka tidak dapat
menjalankan dengan baik, dan bahkan terkesan tidak
tahu apa yang harus merejka perbuat. Hal demikian
inilah di antaranya yang menyebabkan penilaian
public terhadap jabatan pengawas menjadi kurang
baik.
Kelima, Selama ini jabatan pengawas nyaris
kurang tersentuh pembaharuan. Setelah mereka
diangkat dalam profesi pengawas sekolah, mereka
hampir tidak pernah tersentuh pelatihan atau
pembinaan untuk pengembangan keprofesionalannya,
pada hal mereka diangkat sebagai pengawas sekolah
dengan tugas utama untuk membina guru dan kepala
sekolah dalam kaitan dengan peningkatan mutu
pendidikan dan pembelajaran. Di lain pihak ilmu
pengetahuan dan teknologi terus berkembang dengan
pesat dan mengakibatkan tuntutan terhadap
peningkatan kualitas pendidikan juga terus
meningkat. Dalam keadaan demikian itu, jika
H. M. Sulthon Masyhud: Manajemen Profesi Kependidikan 101
pengawas tidak memiliki bekal ilmu yang memadai
dan actual, maka pembinaan yang dilakukan akan
tidak sesuai dengan tuntutan terhadap dunia
pendidikan. Pembinaan yang mereka berikan terhadap
guru dan kepala sekolah akan terkesan “out of date”.
Jika hal demikian itu berlangsung terus menerus,
maka pembinaan yang diberikan oleh pengawas akan
dilecehkan oleh guru dan kepala sekolah yang
dibinanya. Hal demikian ini juga merupakan salah
satu factor penyebab rendahnya nilai jabatan
pengawas. Di sini terkesan bahwa jabatan pengawas
sekolah adalah merupakan jabatan “penunggu masa
pension”.
Konsdisi seperti digambarkan di atas, antara
lain yang menyebabkan jabatan pengawas sekolah
selama ini kurang memiliki “greget”. Namun, sejak
dikeluarkannya Peraturan Menteri pendidikan
Nasional No. 12 Tahun 2007, tentang Standar
pengawas Sekolah/Madrasah, jabatan pengawas
kembali memiliki pamor yang cukup prestisius.
Keputusan Mendiknas tersebut dapat mengangkat
profesi pengawas secara cukup signifikan. Dalam
keputusan Mendiknas No. 12 tersebut, kompetensi
kepengawasan telah dideskripsikan secara jelas.
Demikian kualifikasi akademik dan pengetahuan yang
102 Bab IV: Pengawas Sekolah Sebagai Suatu Profesi
dipersyaratkan juga cukup jelas, Dengan demikian,
jabatan kepengawasan secara formal telah diakui
sebagai jabatan professional dengan segala
konsekuensinya. Bahkan sejak tahun 2009 jabatan
pengawas sekolah telah diberi hak yang sama untuk
mengikuti sertifikasi sebagai pendidik yang
professional. Materi tentang pengawas sekolah ini
disajikan dengan maksud untuk memberikan bekal
pada calon pengawas atau para pengawas yang telah
berdinas agar dapat memahami lebih komprensif
tentang seluk-beluk profesi kepengawasan. Oleh
karena itu diharapkan para pembaca buku ini dapat
mempelajari secara teliti dan serius, agar dapat
memahami keberadaan jabatan pengawas sekolah
sebagai jabatan professional dengan berbagai
kewajiban dan hak yang melekat pada jabatan
tersebut.
D. Kompetensi Pengawas Sekolah Sebagai Jabatan Profesional Dalam Bidang Kependidikan dan Implementasinya Dalam Tugas
Seperti telah dijelaskan pada bagian
sebelumnya, bahwa jabatan pengawas sekolah adalah
merupakan jabatan professional dalam bidang
kependidikan. Karena ia merupakan jabatan
professional, maka profesi tersebut dituntut untuk
H. M. Sulthon Masyhud: Manajemen Profesi Kependidikan 103
memenuhi persyatan tertentu dan menguasai
kompetensi tertentu. Persyaratan dan kompetensi
tersebu telah dirumuskan secara jelas dan rinci
dalam Peraturan Mendiknas Nomor 12 Tahun 2007.
Mengenai persyaratan telah dibahas pada bagian
sebelumnya. Pada bagian ini akan dibahas tentang
kompetensi pengawas sekolah.
Secara umum dalam Keputusan Mendiknas No.
12/2007 tersebut kompetensi pengawas sekolah
dikelompokkan ke dalam 6 kompetensi, yaitu
meliputi:
1. kompetensi kepribadian,
2. kompetensi supervisi manajerial,
3. kompetensi supervisi akademik,
4. kompetensi evaluasi pendidikan,
5. kompetensi penelitian dan pengembangan, dan
6. kompetensi sosial.
Penjabarabaran dari keenam kompetensi tersebut
dapat dikemukakan pada bagian berikut ini.
1. Kompetensi KepribadianKompetensi kepribadian pengawas
sekolah/madrasah adalah kemampuan pengawas sekolah
dalam menampilkan dirinya atau performance diri
sebagai pribadi. Kompetensi kepribadian yang harus
104 Bab IV: Pengawas Sekolah Sebagai Suatu Profesi
dimiliki seorang pengawas mencakup hal-hal sebagai
berikut:
a. Menyadari akan tugas dan tanggungjawabnya
sebagai pengawas satuan pendidikan yang
professional
b. Kreatif dalam bekerja dan memecahkan masalah
baik yang berkaitan dengan kehidupan pribadinya
maupun tugas-tugas profesinya
c. Memiliki rasa ingin tahu atau motivasi yang
tinggi akan hal-hal baru tentang pendidikan dan
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang
menunjang profesinya.
Kompetensi kepribadian sebagaimana dikemukakan
di atas adalah sikap dan perilaku yang ditampilkan
pengawas sekolah dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya mengandung tiga karakteristik di
atas. Ini berarti sosok pribadi pengawas sekolah
harus tampil beda dengan sosok pribadi yang lain
dalam hal tanggung jawab, kreatifitas, rasa ingin
tahu dan motivasi dalam bekerja. Sosok pribadi
tersebut diharapkan menjadi kebiasaan dalam
perilakunya.
Dalam tugas sehari-hari, seorang pengawas
sekolah professional dengan berbekal kompetensi
kepribadian sebagaimana diuraikan di atas
H. M. Sulthon Masyhud: Manajemen Profesi Kependidikan 105
diharapkan dapat menampilkan performansi
kepribadian yang memiliki karakteristik sebagai
berikut:
a.Menunjukkan perilaku yang mulya (memiliki akhlakul karimah)
sehingga dapat menjadi teladan bagi guru dan kepala sekolah
yang dibina. Ia diharapkan selalu menjadi acuan
dalam pengembangan kepribadian para guru dan
kepala sekolah yang menjadi binaannya.
b.Memiliki kewibawaan, sehingga disegani dan dipatuhi oleh para
guru dan kepala sekolah yang dibinanya. Dengan demikian
pembinaan yang dilakukan akan efektif.
c.Dapat memberikan tauladan yang baik, sehingga sebagai
pembina dia layak untuk diikuti oleh guru dan
kepala sekolah yang dibina.
d. Bersikap adil, arif dan bijaksana. Seorang pengawas
sekolah harus memiliki sikap yang adil, arif dan
bijaksana dalam menghadapi berbagai tipe guru
dan kepala sekolah serta permasalahan yang
dihadapinya. Ia tidak membedakan pelayanan
antara guru/kepala sekolah yang satu dengan
lainnya. Demikian juga dalam mengambil keputusan
yang berkaitan dengan tugas pembinaan yang
dilakukan, ia harus mendasarkan pada data yang
komprehensif, sehingga keputusan yang diambil
106 Bab IV: Pengawas Sekolah Sebagai Suatu Profesi
akan dapat dterima oleh semua pihak dan tidak
merugikan salah satu pihak.
e.Menunjukkan disiplin diri. Yang dimaksudkan dengan
disiplin diri di sini adalah, bahwa seorang
pengawas harus dapat menjadi tauladan dalam hal
kedisiplinan kerja, misalnya dalam hal pembuatan
perencanaan kerja, pemenuhan jadwal kerja,
pemenuhan kesepakatan dan sebagainya. Hal ini
sangat penting, sebab pada hakokatnya pendidikan
yang baik adalah “tauladan”.
f.Ulet dan pantang menyerah. Seorang pengawas
diharapkan memiliki kepribadian yang tangguh,
ulet, sabar dan pantang menyerah dalam
menghadapi segala permasalahan pendidikan.
Dengan demikian ia akan dapat menghadapi segala
permasalahan pendidikan yang menjadi tanggung
jawabnya dengan tenang, tidak gegabah, serta
tidak mudah putus asa, sehingga ia akan dapat
membantu menyelesaikan segala permasalahan yang
dihadap guru dan kepala sekolah dengan baik.
g.Memiliki kreativitas yang tinggi. Seorang pengawas juga
diharapkan memiliki kreativitas yang tinggi
dalam pelaksanaan kerjanya, sehingga pola
kerjanya tidak membosankan. Kreativitas
tersebut, baik berkaitan dengan materi, maupun
H. M. Sulthon Masyhud: Manajemen Profesi Kependidikan 107
metode pembinaan yang dilakukan. Pengawas yang
memiliki kretivitas yang tinggi diharapkan akan
dapat membantu mengembangkan kreativitas guru
dalm pembelajaran.
h.Menjadi prakarsa dalam inovasi pendidikan. Seorang
pengawas harus bias menjadi prakarsa dalam
inovasi pendidikan bagi guru dan kepala sekolah
binaannya. Prakarsa tersebut utamanya berkaitan
masalah pembelajaran, baik berkaitan dengan
materi, metode pembelajaran, media pembelajaran,
maupun evaluasi, penelitian dan pengembangan
perangkat pembelajaran lainnya.
i. Dinamis, artinya seorang pengawas harus mengituti
tren pembaharuan pembelajaran yang terkini. Jika
tidak, maka pembinaan yang diberikan kepada guru
dan kepala sekolah akan kurang fungsional dan
tidak up-to-date. Agar pengawas sekolah dapat
dinamis, maka ia harus rajin mencari dan
menggali informasi yang berkaitan dengan
perkembangan pendidikan serta mengikuti berbagai
kegiatan ilmiah dan professional dalam bidang
pendidikan seperti workshop, diklat, seminar dan
kegiatan lainnya. Ia harus pula memiliki
pandangan bahwa hari ini harus lebih baik dari
pada kemarin.
108 Bab IV: Pengawas Sekolah Sebagai Suatu Profesi
j.Mengembangkan diri secara berencana. Perkembangan
IPTEK yang serba cepat ini harus selalu
diantisipasi oleh seseorang yang mengemban suatu
profesi yang berkaitan dengan jasa, termasuk
pengawas sekolah. Seorang pengawas sekolah harus
memiliki perencanaan yang tepat untuk
pengembangan diri utamanya berkaitan dengan
tugas-tugas profesinya, Jika tidak diantisipasi
secara tepat, maka ia akan selalu terkejut
setiap menghadapi perubahan yang ada.
k.Menerima kritik secara terbuka. Dalam rangka pembinaan
kepada para guru dan kep[ala sekolah, seorang
pengawas sekolah harus dapat memberikan
pembinaan secara tepat, sesuai dengan kebutuhan
dan permasalahan guru. Hal demikian itu kadang
kala sulit untuk dipenuhinya. Oleh karena itu
seorang pengawas sekolah harus bersikap terbuka
untuk menerima kritik dan saran dari guru dan
kepala sekolah yang dibinanya. Dengan demikian
diharapkan pembinaan berikutnya akan dapat
dilaksanakan dengan lebih baik.
l.Dapat mengayomi orang yang dibina. Daapat mengayomi
orang yang dibina dalam konteks ini diartikan,
bahwa seorang pengawas sekolah diharapkan dapat
menjaga kenyamanan, perasaan dan kerahasiaan
H. M. Sulthon Masyhud: Manajemen Profesi Kependidikan 109
guru dan kepala sekolah yang dibina. Secara
psikologis, seorang pengawas harus dapat
memberikan rasa aman terhadap guru dan kepala
sekolah yang di bina. Meskipun terdapat
kesalahan dan hal-hal yang kurang baik yang
terjadi pada guru dan kepala sekolah yang
dibina, maka hal itu harus dijaga
kerahasiaannya. Semua hal yang bersifat rahasia
hanya boleh diketahui oleh orang yang dibina dan
pengawas itu sendiri.
2. Kompetensi Supervisi Manajerial
Kompetensi supervisi manajerial adalah
kemampuan pengawas sekolah dalam melaksanakan
pengawasan mana¬jerial yakni menilai dan membina
kepala sekolah dan tenaga kependidikan lain yang
ada di sekolah dalam mempertinggi kualitas
pengelolaan dan administasi sekolah.
Standar administrasi dan pengelolaan sekolah
secara konseptual dan operasional tersirat dan
tersurat dalam rumusan kompetensi inti kepala
sekolah (Permendiknas No. 13 Tahun 2007) khususnya
pada dimensi kompetensi mana¬jerial. Selain itu
dalam kompetensi manajerial pengawas sekolah,
pengawas dituntut juga untuk menguasai program dan
kegiatan bimbingan konseling serta memantau
110 Bab IV: Pengawas Sekolah Sebagai Suatu Profesi
pelaksa-naan standar nasional pendidikan di
sekolah binaannya. Untuk itu pengawas sekolah
harus menguasai teori, konsep serta prinsip
tentang metode dan teknik supervisi pendidikan
berikut aplikasinya dalam penyusunan program dan
praktek pengawasan manajerial. Kompetensi
supervisi manajerial yang harus dikuasai oleh
seorang pengawas meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Menguasai metode, teknik dan prinsip-prinsip
supervisi dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan.
b. Menyusun program kepengawasan berdasarkan visi-
misi-tujuan dan program sekolah-sekolah
binaannya.
c. Menyusun metode kerja dan berbagai instrumen
yang diperlukan untuk melaksanakan tugas pokok
dan fungsi pengawasan.
d. Membina kepala sekolah dalam mengelola satuan
pendidikan berdasarkan manajemen peningkatan
mutu berbasis sekolah (MPMBS).
e. Membina kepala sekolah dalam melaksanakan
administrasi satuan pendidikan meliputi
administrasi kesiswaan, kurikulum dan
pembelajaran, pendidik dan tenaga kependidikan,
H. M. Sulthon Masyhud: Manajemen Profesi Kependidikan 111
sarana dan prasarana, pembiayaan,
keuangan,lingkungan sekolah dan peran serta
masyarakat.
f. Membantu kepala sekolah dalam menyusun indikator
keberhasilan mutu pendidikan di sekolah.
g. Membina staf sekolah dalam melaksanakan tugas
pokok dan tanggung jawabnya.
h. Memotivasi pengembangan karir kepala sekolah,
guru dan tenaga kependidikan lainnya sesuai
dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku.
i. Menyusun laporan hasil-hasil pengawasan pada
sekolah-sekolah binaannnya dan menindak
lanjutinya untuk perbaikan mutu pendidikan dan
program pengawasan berikutnya.
j. Mendorong guru dan kepala sekolah untuk
menemukan kelebihan dan kekurangan dalam
melaksanakan tugas pokoknya.
k. Menjelaskan berbagai inovasi dan kebijakan
pendidikan kepada guru dan kepala sekolah.
l. Memantau pelaksanaan inovasi dan kebijakan
pendidikan pada sekolah-sekolah binaannya.
Agar pengawas sekolah dapat melaksanakan tugas
supervisi manajerial tersebut secara efektif,
112 Bab IV: Pengawas Sekolah Sebagai Suatu Profesi
seorang pengawas harus membuat rencana pelaksanaan
supervisi manajerial (RPSM). Rencana pelaksanaan
supervisi manaherial (RPSM) tersebut hendaknya
dibuat secara spesifik dan bersifat kontekstual,
berdasarkan kasus individual guru dan/atau kepala
sekolah yang disupervisi dan dengan
mempertimbangkan konteks tempat bekerja
guru/kepala sekolah yang dibina. Dengan demikian
rencana yang dibuat oleh pengawas sekolah tersebut
dapat bervariasi sesuai dengan banyaknya kasus
atau permasalahan yang dihadapi oleh guru dan
kepala sekolah yang menjadi binaannuya.
Secara umum isi dari rencana pelaksanaan
supervise manajerial RPSM tersebut paling tidak
mencakup 5 hal sebagai berikut:
a. Tema Supervisi Manajerial
b. Rumusan Masalah Supervisi Manajerial
c. Tujuan Supervisi Manajerial
d. Skenario Pelaksanaan Supervisi Manajerial
e. Tindak Lanjut kegiatan Supervisi Manajerial
Tema supervisi manajerial hendaknya dipilih
secara tepat, sesuai dengan data yang ada atau
hasil kajian pendahuluan di lapangan atau
pengalaman dalam pelaksanaan pembinaan yang
dilakukan pengawas terhadap guru dan kepala
H. M. Sulthon Masyhud: Manajemen Profesi Kependidikan 113
sekolah serta staf sekolah sebelumnya. Hasil
kajian pendahuluan tersebut danalisis dan kemudian
disimpulkan untuk diangkat menjadi tema
pelaksanaan supervisi manajerial. Ciri tema
supervisi manajerial yang baik harus memenuhi
kreteria sebagai berikut:
a. Tema supervisi manajerial harus jelas dan
spesifik serta berkaitan dengan permasalahan
riil yang dihadapi guru dalam dalam
memfasilitasi dan mengelola pembelajaran di
kelas atau dihadapi kepala sekolah dalam
melaksanakan tugas sehari-hari untuk mengelola
sekolah.
b. Tema selalu terkait dengan peningkatan atau
pengembangan manajemen pembelajaran di kelas dan
manajemen sekolah pada suatu lembaga/sekolah
c. Tema yang terlalu luas harus dipecah menjadi
beberapa sub tema dan untuk beberapa kali
kegiatan supervisi manajerial.
Beberapa contoh tema supervisi manajerial yang
dihadapi oleh guru dalam kasus pembelajaran di
kelas adalah sebagai berikut:
(1) Membina Kepala Sekolah dalam melaksanakan visi,
misi dan tujuan sekolah
114 Bab IV: Pengawas Sekolah Sebagai Suatu Profesi
(2) Membina kepala sekolah dalam menyusun
perencanaan pendidikan pada sekolahnya
(3) Membina kepala sekolah dalam melaksanakan
program pendidikan pada sekolahnya
(4) Membina kepala sekolah dalam menyusun rencana
anggaran biaya sekolah
(5) Membina kepala sekolah dalam melaksanakan
manajemen berbasis sekolah
(6) Membina kepala sekolah dalam mengembangkan
sarana dan prasaran pendidikan
(7) Membina kepala sekolah dalam pengelolaan
keuangan sekolah
(8) Membina kepala sekolah dalam mengembangkan
kemampuan guru dan staf sekolah
(9) Membina kepala sekolah dalam menjalin hubungan
dengan masyarakat
(10) Membina kepala sekolah dalam memberdayakan
komite sekolah
(11) Membina kepala sekolah dalam meningkatkan mutu
pendidikan
(12) Membina kepala sekolah dalam mengembangkan
perpustakaan dan sumber-sumber
(13) Membina kepala sekolah dalam mengembangkan
program bimbingan konseling di sekolah
H. M. Sulthon Masyhud: Manajemen Profesi Kependidikan 115
(14) Membina kepala sekolah dalam mengembangkan
kegiatan kesiswaan
(15) Membina kepala sekolah dalam mengembankan
kegiatan ekstrakurikuler
(16) Membina guru dan staf sekolah dalam
melaksanakan administrasi kesiswaan
(17) Membina guru dan staf sekolah dalam
melaksanakan administrasi kepegawaian
(18) Membna guru dan staf sekolah dalam
melaksanakan administrasi keuangan
(19) Membina guru dan staf sekolah dalam
melaksanakan administrasi sarana pendidikan
(20) Membina guru dan staf sekolah dalam
melaksanakan administrasi kurikulum
(21) Menilai kinerja kepala sekolah dalam
melaksanakan fungsi-fungsi kepeminpinan
(22) Menilai kinerja guru dan staf sekolah dalam
melaksanakan administrasi sekolah
(23) Menilai pelaksanaan standar nasional mutu
pendidikan di sekolah
(24) Memantau pelaksanaan ujian nasional di sekolah
Contoh Implementasi tema-tema di atas ke dalam
rencana pelaksanaan supervisi manajerial (RPSM)
tersebut dapat dilihat pada bagian berikut.
116 Bab IV: Pengawas Sekolah Sebagai Suatu Profesi
CONTOH FORMATRENCANA PELAKSANAAN SUPERVISI MANAJERIAL (RSPM)
Thema Suprvisi : Peningkatan Kualitas Perencanaan Program Sekolah(Jangka Panjang, Menengah, dan Tahunan), Tema ke 2
Nama Guru/Kasek Sasaran : Surono, SPd. (Kepala Sekolah)Kelas : --Nama Sekolah : SDN Patrang 01 Kabupaten JemberHari/Tanggal : Sabtu, 5 Agustus 2010Waktu pelaksanaan : Jam 08.00 - 1100
I. RUMUSAN MASALAH SUPERVISIRumuskan masalah supervisi manajerial dengan menggunakan kalimat tanya, dan kemudian jelaskan indikator masalahnya.
Contoh rumusan masalah supervisi akademik dan indikatornya:
Bagaimanakah meningkatkan kualitas Perencanaan Program Sekolah (Program jangka panjang, menengah, dan tahunan) di SDN Patrang 01Kabupaten Jember.
Indikator masalah:1. Program sekolah jangka panjang belum mencerminkan
visi dan missi sekolah, serta belum jelas sasarannya. Dalam program tersebut belum tercantumtarget yang jelas, serta tidak ada mail stone pertahunnya.
2. Program jangka menengah belum mencerminkan penjabaran dari program jangka panjang. Program-program yang ada dalam jangka menengah bukan merupakan ”break-down” dari program sekolah jangkapanjang.
H. M. Sulthon Masyhud: Manajemen Profesi Kependidikan 117
3. Program tahunan tidak bersifat operasional, tujuannya terlalu umum, dan tidak ada jadwal yang jelas tentang pelaksanaan program.
II. TUJUAN SUPERVISI MANAJERIALTujuan harus spesifik.khusus, dan jangan merumuskan tujuan yang bersifat umum. Tujuan yang masih bersifat umum harus dipecah menjadi tujuan yang lebih khusus.
Contoh Tujuan Supervisi Manajerial:
Tujuan Umum: Supervisi ini dimaksudkan untuk meningkatkankualitas Program Sekolah, baik program jangkapanjang, menengah, maupun pogram tahunan di SDNPatrang I Kabupaten Jember
Tujuan Khusus:1) Meningkatkan kualitas program jangka panjang di SDN Patrang
1Jember2) Meningkatkan kualitas program jangka menengah di SDN Patrang
I Jember.3) Meningkatkan Program Tahunan di SDN Patrang 1 Jember
III. PROSEDUR PELAKSANAAN SUPERVSI AKADEMIK1. Kegiatan Awal
Kegiatan awal berisi kegiatan saling mengenallebih dekat dan kegiatan untuk menentukan kontraksupervisi manajerial. Dalam kegiatan ini harusdisepakati kegiatan apa saja yang akan dilakukandalam supervisi. Jika ada format-format yang akandigunakan, format penilaian juga harus dureviwbersama dengan guru yang akan disupervisi. Secararinsi kegiatan ini berisi:a. Pengenalan dan penjelasan tujuan kegiatan
supervisib. Reviu Program Sekolahc. Identifikasi permasalahan dan keluhan kepala
sekolahd. Reviu instrumen supervisi manajerial
2. Kegiatan IntiKegiatan inti merupakan kegiatan pokok supervisiakademik. Dalam kegiatan inti ini paparkanskenario pelaksanaan supervisi yang akan anda
118 Bab IV: Pengawas Sekolah Sebagai Suatu Profesi
lakukan.. Secara rinsi kegiatan ini berisi:
a. Jenis kegiatan supervisi manajerial yang dilakukan
b. Teknik supervisi manajerial yang dilakukanc. Media supervisi manajerial yang digunakand. Instrumen supervisi manajerialyang digunakane. Teknik evaluasi dan kreteria keberhasilan
supervisi manajerial3. Kegiatan Penutup
Kegiatan penutup ini mi merupakan kegiatan dalam rangka mengakhiri kegiatan supervisi yang dilakukan. Dalam kegiatan ini dilakukan diskusi untuk menumbuhkan kesadaran tentang tingkat keberhasilan dan kekurang berhasilan bersama, kendala dalam peningkatan profesionalitas guru. Secara rinci kegiatan ini berisi 2 hal, yaitu:a. Refleksi b. Penyimpulan hasil kegiatan
IV. TINDAK LANJUTKegiatan tindak lanjut berisi rencana bersama untuk melakukan kegiatan berikutnya sebagai tindak lanjut pelaksanaan dari kegiatan supervisi manajerial yang telah dilakukan. Dalam kegiatan ini perlu dicapai kesepakatan tentang waktu dan materi kegiatan supervisi manajerial berikutnya.
LAMPIRAN-LAMPIRAN:
1. Instrumen Supervisi manajerial yang digunakan2. Lain-lain yang dianggap perlu (bisa saja contoh program
sekolah yang baik, contoh analisis masalah berupa diagram, dsb)
Jember, 4 Agustus 2010
Pengawa sekolah,
Dr. H. M. Sulthon Masyhud, M.Pd
H. M. Sulthon Masyhud: Manajemen Profesi Kependidikan 119
NIP. 19590904 198103 1 005
3. Kompetensi Supervisi AkademikKompetensi supervisi akademik adalah kemampuan
pengawas sekolah dalam melaksanakan pengawasan
akademik yakni menilai dan membina guru dalam
rangka memper-t/nggi kualitas proses pembelajaran
yang dilaksanakannya agar berdampak terhadap
kualitas hasil belajar siswa.
Kompetensi supervisi akademik intinya adalah
membina guru dalam meningkatkan mutu proses
pembelajaran. Oleh sebab itu sasaran supervisi
akademik adalah guru dalam proses belajar mengajar
(pembelajaran). Materi pokok dalam proses
pembelajaran adalah (penyusunan silabus dan RPP,
pemilihan strategi/metode/teknik pembelajaran,
penggunaan media dan teknologi informasi dalam
pembelajaran, menilai proses dan hasil
pembelajaran serta penelitian tindakan kelas).
Kompetensi supervisi akademik yang harus dikuasai
oleh seorang pengawas meliputi hal-hal sebagai
berikut:
a. Memahami konsep, prinsip, teori dasar,
karakteristik, dan kecenderungan perkembangan
bidang ilmu yang menjadi isi tiap bidang
120 Bab IV: Pengawas Sekolah Sebagai Suatu Profesi
pengembangan/mata pelajaran SD/mata pelajaran
sekolah menengah yang termasuk dalam rumpunnya.
b. Memahami konsep, prinsip, teori/teknologi,
karakteristik, dan kecenderungan perkembangan
proses pembelajaran tiap bidang
pengembangan/mata pelajaran SD/mata pelajaran
sekolah menengah yang termasuk dalam rumpunnya.
c. Membimbing guru dalam menentukan tujuan
pendidikan yang sesuai, berdasarkan standar
kompetensi dan kompetensi dasar tiap bidang
pengembangan/mata pelajaran SD/mata pelajaran
sekolah menengah yang termasuk dalam rumpunnya.
d. Membimbing guru dalam menyusun silabus tiap
bidang pengembangan/ mata pelajaran SD/mata
pelajaran sekolah menengah yang termasuk
rumpunnya berlandaskan standar isi, standar
kompetensi dan kompetensi dasar, dan prinsip-
prinsip pengembangan KTSP.
e. Menggunakan berbagai pendekatan/metode/ teknik
dalam memecahkan masalah pendidikan dan
pembelajaran tiap bidang pengembangan/mata
pelajaran SD/mata pelajaran sekolah menengah
yang termasuk dalam rumpunnya.
H. M. Sulthon Masyhud: Manajemen Profesi Kependidikan 121
f. Membimbing guru dalam memilih dan menggunakan
startegi/metode/teknik pembelajaran yang dapat
mengembangkan berbagai potensi peserta didik
melalui bidang pengembangan/mata pelajaran
SD/mata pelajaran sekolah menengah yang termasuk
dalam rumpunnya.
g. Membimbing guru dalam menyusun rencana
pembelajaran (RPP) untuk tiap bidang
pengembangan/mata pelajaran SD/mata pelajaran
sekolah menengah yang termasuk dalam rumpunnya.
h. Membimbing guru dalam memilih dan menggunakan
media pendidikan yang sesuai untuk menyajikan
isi tiap bidang pengembangan/mata pelajaran
SD/mata pelajaran sekolah menengah yang termasuk
dalam rumpunnya.
i. Memotivasi guru untuk memanfaatkan teknologi
informasi untuk pembelajaran tiap bidang
pengembangan/mata pelajaran SD/mata pelajaran
sekolah menengah yang termasuk dalam rumpunnya.
j. Membimbing guru dalam melaksanakan
strategi/metode/teknik pembelajaran yang telah
direncanakan untuk tiap bidang pengembangan mata
122 Bab IV: Pengawas Sekolah Sebagai Suatu Profesi
pelajaran SD/mata pelajaran sekolah menengah
yang termasuk dalam rumpunnya.
k. Membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran (di kelas, laboratorium, dan/atau
di lapangan) untuk mengembangkan potensi peserta
didik pada tiap bidang pengembangan/mata
pelajaran SD/mata pelajaran sekolah menengah
yang termasuk dalam rumpunnya.
l. Membimbing guru dalam merefleksi hasil-hasil
yang dicapai, kekuatan, kelemahan, dan hambatan
yang dialami dalam pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
m. Membantu guru dalam mengelola, merawat,
mengembangkan, dan memanfaatkan fasilitas
pembelajaran yang berkaitan dengan mata
pelajaran SD/mata pelajaran sekolah menengah
yang termasuk dalam rumpunnya.
Agar pengawas sekolah dapat melaksanakan
kegiatan supervisi akademik secara efektif dan
efisien serta berhasil dengan baik, maka terlebih
dahulu seorang pengawas harus menyusun rencana
pelaksanaan supervisi akademik (RPSA) yang baik.
RPSA tersebut paling tidak berisi 5 hal sebagai
berikut:
H. M. Sulthon Masyhud: Manajemen Profesi Kependidikan 123
a. Tema Supervisi Akademik
b. Rumusan Masalah Supervisi Akademik
c. Tujuan Supervisi Akademik
d. Skenario Pelaksanaan Supervisi Akademik
e. Tindak Lanjut kegiatan Supervisi Akademik
Tema supervisi akademik hendaknya dipilih
secara tepat, sesuai dengan hasil kajian
pendahuluan atau pengalaman dalam pelaksanaan
pembinaan yang dilakukan pengawas sekolah
sebelumnya. Hasil kajian pendahuluan tersebut
danalisis dan kemudian disimpulkan untuk diangkat
menjadi tema pelaksanaan supervisi akademik. Ciri
tema supervisi akademik yang baik harus memenuhi
kreteria sebagai berikut:
a. Tema supervisi akademik harus jelas dan spesifik
serta berkaitan dengan permasalahan riil yang
dihadapi guru dalam pembelajaran di kelas.
b. Tema selalu terkait dengan peningkatan atau
pengembangan kompetensi mengajar guru dalam
kelas
c. Tema yang terlalu luas harus dipecah menjadi
beberapa sub tema dan untuk beberapa kali
kegiatan supervisi akademik.
124 Bab IV: Pengawas Sekolah Sebagai Suatu Profesi
Beberapa contoh tema supervisi akademik yang
dihadapi oleh guru dalam kasus pembelajaran di
kelas adalah sebagai berikut:
(1) Meningkatkan kemampuan guru dalam proses
pembelajaran Matematika
(2) Meningkatkan kemamouan guru dalam proses
pembelajaran IPA
(3) Meningkatkan kemampuan guru dalam proses
pembelajaran IPS
(4) Meningkatkan kemampuan guru dalam proses
pembelajaran bahasa
(5) Meningkatkan kemampuan guru dalam proses
pembelajaran Olahraga Kesehatan
(6) Meningkatkan kemampuan guru dalam proses
pembelajaran Seni dan Budaya
(7) Meningkatkan kemampuan guru dalam proses
pembelajaran keterampilan/ muatan lokal
(8) Meninkatkan kemampuan guru dalam proses
pembelajaran pendidikan moral
(9) Meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan
penilaian hasil belajar siswa
(10) Meningkatkan kemampuan guru dalam menggunakan
media dan sumber belajar
(11) Meningkatkan kemampuan guru dalam memanfaatkan
lingkungan belajar
H. M. Sulthon Masyhud: Manajemen Profesi Kependidikan 125
(12) Meningkatkan kemampuan guru BK dalam menyusun
dan melaksnakan program BK di sekolah
(13) Menilai kemampuan guru dalam merencanakan
pembelajaran
(14) Menilai kemampuan guru dalam melaksanakan
proses pembelajaran
(15) Menilai kemampuan guru dalam menggunakan media
dan sumber belajar
(16) Menilai kemampuan guru bimbingan konseling
dalam melaksanakan program bimbingan konseling
di sekolah
(17) Menilai kemampuan guru dalam meningkatkan
hasil belajar siswa
(18) Menilai kemampuan guru dalam melaksanakan
pembelajaran di laboratorium
(19) Menilai kemampuan guru dalam melaksanakan
pembelajaran di lapangan
(20) Menilai kemampuan guru dalam melaksanakan
penelitian tindakan kelas
(21) Menilai kemampuan guru dalam melaksanakan
pembaharuan pembelajaran
(22) Membina guru dalam mempertinggi kompetensi
profesionalnya
(23) Membina disiplin guru dalam melaksanakan
tugasnya sebagai agen pembelajaran
126 Bab IV: Pengawas Sekolah Sebagai Suatu Profesi
(24) Membina guru dalam menggunakan teknologi
informasi dan komunikasi untuk pembelajaran
(25) Membina guru dalam mengembangkan karir profesi
dan kepangkatannya
Setelah perumusan tema selesai dilakukan, maka
seorang pengawas harus dapat merumuskan
permasalahan supervisi akademik yang akan
dilakukan. Sebagaimana rumusan tema supervisi,
perumusan masalah supervisi akademik juga harus
memenuhi beberapa criteria tertentu. Kreteria
tersebut mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Rumuskan masalah supervisi akademik secara
singkat, jelas dan spesifik.
2. Rumuskan dengan menggunakan kalimat tanya yang
singkat dan jelas
3. Rumusan masalah diikuti dengan rumusan indikator
permasalahannya.
CONTOH FORMATRENCANA PELAKSANAAN SUPERVISI AKADEMIK (RSPA)
Thema Suprvisi : Meningkatkan Kemampuan Gurudalam Proses Pembelajaran Matematika
Nama Guru/Kasek Sasaran : Gunarso, S.Pd (Guru Kelas)Kelas : Kelas VINama Sekolah : SDN Patrang 1
H. M. Sulthon Masyhud: Manajemen Profesi Kependidikan 127
JemberHari/Tanggal : Sabtu, 14 Agustus 2010Waktu pelaksanaan : Pukul 07.30 – 10.00
I. RUMUSAN MASALAH SUPERVISI AKADEMIKRumuskan masalah supervisi akademik dengan menggunakan kalimat tanya, dan kemudian jelaskan indikator masalahnya (apa indikator/tanda/buktinya, bahwa hal itu merupakan masalah). Masalah harus spesifik, dan jangan terlalu luas.
Contoh Rumusan Masalah Supervisi Akademik:Bagaimanakah meningkatkan kemampuan guru kelas VI SDN1 Patrang dalam proses pembelajaran matematika.
Indikator masalah:1. Selama dua tahun terakhir hasil UASBNmatapelajaran
matematika siswa kelas VI SDN Patrang mencapai rata-rata 5,01. Nilai tertinggi mencapai 7,00 dan terendah 3,02.
2. Nilai ujian sumatif bersama matapelajaran matematika selama 2 tahun terakhir menununjukkan pencapaian hasil yang kurang memuaskan. Hanya sekitar 40% yang dapat mencapai nilai 65 ke atas dan ada 45,5% yang mencapai nilai 50 ke bawah.
3. Hasil ulangan harian yang direkam dalam buku nilaiguru menunjukkan, hanya sebesar 60% siswa yang dapat mencapai SKM matematika sebesar 65. Lainnya masih mendapatkan skor di bawah 65.
4. Perbedaan nlai matematika antara yang mencapai terendah dan tertinggi (range) dalam hasil ulanganharian cukup tinggi, yaitu terendah 34, sedangkan tertinggi 80 dengan rata-rata nilai kelas 60,3.
Indikator-indikator tersebut menunjukkan, bahwa proses pembelajaran matematika pada siswa kelas VI SDN 1 Patrang kurang efektif dan perlu adanya peningkatan.
II. TUJUAN SUPERVISI AKADEMIKTujuan harus spesifik/.khusus, dan jangan merumuskan tujuan yang
128 Bab IV: Pengawas Sekolah Sebagai Suatu Profesi
bersifat umum. Tujuan yang masih bersifat umum harus dipecah menjadi tujuan yang lebih khusus. Dalam kegiatan supervisi akademikjangan merumuskan tujuan yang banyak/luas, sebab kalau terlalu luasakan sulit mencapainya.
Contoh Tujuan Supervisi Akademik.
Tujuan UmumTujuan supervisi akademik ini adalah untuk meningkatkan kemampuan guru kelas VI SDN 1 Patrang dalam proses pembelajaran matematika.
Tujuan Khusus:1.Meningkatkan kemampuan guru kelas VI SDN 1 Patrang
dalam menyusun RPP matapelajaran matematika2.Meningkatkan kemampuan guru kelas VI SDN 1 Patrang
dalam membuat media pembelajaran matematika3.Meningkatkan kemampuan guru kelas VI SDN 1 Patrang
dalam mengimplemntasikan RPP matapelajaran matematika di dalam kelas
4.Meningkatkan kemampuan guru kelas VI SDN 1 Patrang dalam menyusun instrumen evaluasi hasil belajar matematika
III. PROSEDUR PELAKSANAAN SUPERVSI AKADEMIKa. Krgiatan Awal
Kegiatan awal berisi kegiatan saling mengenal lebih dekat dan kegiatan untuk menentukan kontrak supervisi. Dalam kegiatan ini harus disepakati kegiatan apa saja yang akan dilakukan dalam supervisi. Jika ada format-format yang akan digunakan, format penilaian juga harus dureviw bersama dengan guru yang akan disupervisi. Secara rinsi kegiatan ini berisi:
1. Pengenalan dan penjelasan tujuan kegiatan supervisi akademik
2. Reviu RPP, media, materipembelajaran atau sasaran lainnya
3. Identifikasi permasalahan dan keluhan guru
H. M. Sulthon Masyhud: Manajemen Profesi Kependidikan 129
4. Reviu instrumen supervisi akademik yang digunakan
b. Kegiatan IntiKegiatan inti merupakan kegiatan pokok supervisi akademik. Dalam kegiatan inti ini paparkan skenario pelaksanaan supervisi yang akan anda lakukan.. Secara rinsi kegiatan ini berisi:
1. Jenis kegiatan supervisi yang dilakukan2. Teknik supervisi yang dilakukan3. Media supervisi akademik yang digunakan4. Instrumen supervisi akademik yang digunakan5. Teknik evaluasi dan kreteria keberhasilan
supervisi akademik yang dilakukanc. Kegiatan Penutup
Kegiatan penutup ini mi merupakan kegiatan dalam rangka mengakhiri kegiatan supervisi yang dilakukan. Dalam kegiatan ini dilakukan diskusi untuk menumbuhkan kesadaran tentang tingkat keberhasilan dan kekurang berhasilan bersama, kendala dalam peningkatan profesionalitas guru. Secara rinci kegiatan ini berisi 2 hal, yaitu:1. Refleksi
Pada bagian ini kemukakan kegiatan refleksi, yaitu berkaitan dengan rancangan kegiatan untukmemikirkan mengetahui apa saja yang telah dicapai dalam kegiatan supervisi akademik dan apa saja yang belum bisa dicapai, serta apa saja kendala-kendalanya.
2. Penyimpulan hasil kegiatanPenyimpulan kegiatan dilakukan bersama antara guru dan pengawas sekolah dalam individual conference.
IV. TINDAK LANJUTKegiatan tindak lanjut berisi rencana bersama untuk melakukan kegiatan berikutnya sebagai tindak lanjut pelaksanaan dari kegiatan supervisi yang telah dilakukan. Dalam kegiatan ini perlu dicapai kesepakatan tentang waktu dan materi kegiatan
130 Bab IV: Pengawas Sekolah Sebagai Suatu Profesi
supervisi berikutnya.
LAMPIRAN-LAMPIRAN:
3. Instrumen Supervisi yang digunakan4. Lain-lain yang dianggap perlu (bisa saja contoh RPP
yang baik, contoh analisis masalah berupa diagram, dsb.Jember, 4 September 2010
Pengawas sekolah,
Dr. H. M. SULTHON MASYHUD, M.PdNIP. 19590904 198103 1 005
Implementasi rencana pelaksanaan supervisi
akaderrmik tersebut membutuhkan adanya dukungan
kemampuan teknik supervisi yang baik. Beberapa
teknik supervise pendidikan, baik yang bersifat
individual, maupun kelompok harus dikuasi pula
oleh seorang pengawas sekolah. Berbagai macam
teknik supervisi pendidikan tersebut dapat dibaca
pada Bab khusus yang membahas tentang supervisi
pendidikan pada bagian lain dari buku ini.
4. Kompetensi Evaluasi PendidikanKompetensi evaluasi pendidikan adalah
kemampuan pengawas sekolah dalam kegiatan
mengumpulkan, mengolah, menafsirkan dan
H. M. Sulthon Masyhud: Manajemen Profesi Kependidikan 131
menyimpulkan data dan informasi untuk menentukan
tingkat keberhasilan pendidikan.
Materi pokok kompetensi evaluasi pendidikan
adalah penilaian proses dan hasil belajar,
penilaian program pendidikan, penilaian kinerja
guru, kinerja kepala sekolah dan kinerja sekolah.
Penilaian itu sendiri diartikan sebagai proses
memberikan pertimbangan berdasarkan kriteria yang
telah ditentukan. Oleh sebab itu ciri dari
kegiatan penilaian adalah adanya obyek yang
dinilai, adanya kriteria yang dijadikan indikator
keberhasilan dan adanya interpretasi dan
judgement. Setiap kegiatan penilaian akan
menghasilkan data hasil penilaian yang harus
diolah dan dianalisis untuk pengambilan keputusan.
Termasuk dalam kompetensi evaluasi pendidikan
yang harus dikuasai oleh pengawas adalah mencakup
hal-hal berikut:
a. Membimbing guru dalam menentukan aspek-aspek
yang penting dinilai untuk tiap bidang
pengembangan/mata pelajaran yang termasuk dalam
rumpunnya.
b. Membimbing guru dalam menentukan kriteria dan
indikator keberhasilan pembelajaran tiap bidang
132 Bab IV: Pengawas Sekolah Sebagai Suatu Profesi
pengembangan/mata pelajaran yang termasuk dalam
rumpunnya.
c. Menyusun kriteria dan indikator keberhasilan
pendidikan pada satuan pendidikan yang menjadi
binaannya
d. Menilai kemampuan guru dalam melaksanakan
pembelajaran pada tiap bidang pengembangan/mata
pelajaran yang termasuk dalam rumpunnya.
e. Menilai kemampuan kepala sekolah dalam mengelola
satuan pendidikan.
f. Menilai kinerja staf sekolah dalam melaksanakan
tugas pokoknya.
g. Menilai kinerja sekolah dan menindaklanjuti
hasilnya untuk keperluan akreditasi sekolah.
h. Mengolah dan menganalisis data hasil penilaian
kinerja sekolah, kinerja kepala sekolah, kinerja
guru, dan kinerja staf sekolah.
i. Memantau pelaksanaan kurikulum, pembelajaran,
bimbingan dan hasil belajar siswa serta
menganalisisnya untuk perbaikan mutu pendidikan
pada sekolah binaannya
j. Membina guru dalam memanfaatkan hasil penilaian
untuk kepentingan pendidikan dan pembelajaran
tiap bidang pengembangan/mata yang termasuk
dalam rumpunnya
H. M. Sulthon Masyhud: Manajemen Profesi Kependidikan 133
k. Memberikan saran kepada kepala sekolah, guru,
dan seluruh staf sekolah dalam meningkatkan
kinerjanya berdasarkan hasil penilaian.
Agar pengawas sekolah dapat melaksanakan ke 11
kompetensi tersebut dalam tugas sehari-hari, maka
ada beberapa kompetensi dasar berkaiaitan dengan
kompetensi evaluasi tersebut yang harus dikuasai.
Beberapa kompetensi dasar yang dimaksudkan
tersebut adalah mencakup hal-hal sebagai kerikut:
(1) Kompetensi dalam evaluasi pembelajaran.
Kompetensi ini meliputi sebagai berikut:
a) Merancang penilaian pembelajaran dalam bentuk
penyusunan tabel spesifikasi.
b) Menyusun alat evaluasi pembelajaran, baik
dalam bentuk tes maupun non tes.
c) Menguji coba dan melakukan analisis item
terhadap alat evaluasi pembelajaran sampai
dapat ditentukan tingkat reliabilitas,
validitas dan tingkat kesulitan alat evaluasi
yang disusun.
d) Melakukan evaluasi pembelajaran, baik evaluasi
proses, maupun evaluasi hasil pembelajaran.
e) Analisis hasil tes, serta pengambilan
keputusannya, baik berdasarkan acuan patokan
134 Bab IV: Pengawas Sekolah Sebagai Suatu Profesi
(PAP), maupun berdasarkan acuan relative
(PAR),
f) Tindak lanjut dan pelaporan hasil penilaian.
(2) Kompetensi penilaian program pembelajaran,
(3) Kompetensi penilaian kebijakan pendidikan, dan
(4) Kompetensi penilaian kinerja guru dan kepala
sekolah.
5. Kompetensi Penelitian dan PengembanganKompetensi penelitian dan pengembangan adalah
kemarnpuan pengawas sekolah dalam merencanakan dan
melaksanakan penelitian pendidikan/ pengawasan
serta menggunakan hasil-hasilnya untuk kepentingan
peningkatan mutu pendidikan.
Penelitian adalah kegiatan mengumpulkan,
mengolah, menafsirkan dan menyimpulkan data dan
informasi untuk memecahkan masalah praktis dan
atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
Penelitian merupakan metode ilmiah yakni
memecahkan masalah dengan menggunakan logika
berpikir yang didukung oleh data empiris. Logika
berpikir tampak dalam prosesnya dengan menempuh
langkah-langkah yang sistematis mulai dari
pengumpulan data, mengolah dan menafsirkan data,
menguji data sampai menarik kesimpulan. Data
H. M. Sulthon Masyhud: Manajemen Profesi Kependidikan 135
dikatakan empiris sebab menggambarkan apa yang
terjadi di lapangan. Dalam kompetensi penelitian
materi yang perlu dikuasai pengawas sekolah antara
lain pendekatan, metode dan jenis penelitian,
merencanakan dan melaksa¬nakan penelitian,
mengolah dan menganalisis data, menulis laporan
hasil penelitian sebagai karya tulis ilmiah serta
memanfaatkan hasil-hasil penelitian. Kompetensi
penelitian bagi pengawas bermanfaat ganda yakni
manfaat untuk dirinya sendiri agar dapat menyusun
karya tulis ilmiah (KTI) berbasis penelitian dan
manfaat untuk membina guru dan kepala sekolah
dalam hal merencanakan dan melaksanakan penelitian
khususnya penelitian tindakan. Kompetensi
penelitian dan pengembangan yang harus dikuasai
oleh seorang pengawas antara lain mencakup ha-hal
sebagai berikut:
a. Menguasai berbagai pendekatan, jenis, dan metode
penelitian dalam pendidikan.
b. Menentukan masalah kepengawasan yang penting
untuk diteliti baik untuk keperluan tugas
pengawasan, pemecahan masalah pendidikan, dan
pengembangan profesi.
136 Bab IV: Pengawas Sekolah Sebagai Suatu Profesi
c. Menyusun proposal penelitian pendidikan baik
proposal penelitian kualitatif maupun proposal
penelitian kuantitatif.
d. Melaksanakan penelitian pendidikan baik untuk
keperluan pemecahan masalah pendidikan,
perumusan kebijakan pendidikan maupun untuk
pengembangan profesi.
e. Mengolah dan menganalisis data penelitian
pendidikan baik data kualitatif maupun data
kuantitatif.
f. Memberikan bimbingan kepada guru tentang
penelitian tindakan kelas, baik perencanaan
maupun pelaksanaannya.
g. Menyusun karya tulis ilmiah (KTI) dalam bidang
pendidikan/ kepengawasan.
h. Mendiseminasikan hasil-hasil penelitian pada
forum kegiatan ilmiah baik lisan maupun tulisan.
i. Membina guru dalam menyusun karya tulis ilmiah
dalam bidang pendidikan dan pembelajaran.
j. Membuat artikel ilmiah untuk dimuat pada jurnal.
k. Menulis buku/modul untuk bahan pengawasan.
l. Menyusun pedoman/panduan yang diperlukan untuk
melaksanakan tugas pengawasan.
Implementasi dari ke 12 kompetensi tersebut
dalam pelaksanaan tugas pengawa sekolah
H. M. Sulthon Masyhud: Manajemen Profesi Kependidikan 137
membutuhkan adanya dukungan kompetensi khusus
dalam bidang penelitian dan pengembangan,
khususnya dalam bidang pembelajaran, Kompetensi
khusus yang dimaksudkan tersebut antara lain
adalah meliputi:
(a) Berbagai metode dan pendekatan penelitian
pendidikan dan pembelajaran, termasuk di
antaranya Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan
Penelitian Tindakan sekolah (PTS).
(b) Analisis berbagai permasalahan pendidikan dan
pembelajaran di sekolah. termasuk permasalahan
manajemen sekolah.
(c) Penyusunan proposal penelitian pendidikan dan
pembelajaran.
(d) Penyusunan instrument penelitian pendidikan
dan pembelajaran.
(e) Pelaksanaan penelitian pendidikan dan
pembelajaran.
(f) Analisis data penelitian.
(g) Penyusunan Karya Ilmiah dalam bidang
pendidikan dan pembelajaran berdasarkan hasil
penelitian.
(h) Penyusunan artikel ilmiah dalam bidang
pendidikan dan pembelajaran berdasarkan hasil
penelitian.
138 Bab IV: Pengawas Sekolah Sebagai Suatu Profesi
6. Kompetensi SosialKeterampilan ini mensyaratkan tampilnya sosok
pribadi pengawas sekolah yang luwes, terbuka, mau
menerima kritik serta selalu memandang positif
orang lain. Termasuk dalam kompetensi social yang
harus dikuasai oleh seorang pengawas antara lain
meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Menyadari akan pentingnya bekerja sama dengan
berbagai pihak dalam rangka meningkatkan
kualitas diri dan profesinya.
b. Menangani berbagai kasus yang terjadi di sekolah
atau di masyarakat .
c. Aktif dalam kegiatan organisasi profesi seperti
APSI, PGRI, ISPI dan organisasi kemasyarakatan
lainnya.
Agar pengawas sekolah dapat melaksanakan
kompetensi sosial tersebut dalam menunjang
keberhasilan pekerjaannya, maka pengawa sekolah
harus menguasai berbagai keterampilan
berkomunikasi serta menguasai berbagai
keterampilan dalam menggunakan teknologi
komunikasi secara fungsional. Secara rinci
berbagai keterampilan yang harus dimiliki pengawas
sekolah agar dapat menmelaksanakan kompetensi
social tersebut adalah sebagai berikut:
H. M. Sulthon Masyhud: Manajemen Profesi Kependidikan 139
a. Dapat bekomunikasi lisan, tulisan dan isyarat
secara efektif
b. Dapat menggunakan teknologi komunikasi dan
informasi secara fungsional.
c. Dapat bergaul secara efektif dengan peserta
didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,
orang tua/wali peserta didik,
d. Dapat menghargai posisi/keberadaan orang lain
secara wajar, dan
e. Dapat bergaul secara santun dengan masyarakat
sekolah dan sekitarnya.
f. Dapat bekerja sama dengan pihak lain untuk
kepentiangan sekolah/madrasah
g. Berpartisipasi dalam kegiatan sosial
kemasyarakatan
h. Memiliki kepekaan sosial terhadap orang lain
atau kelompok lain
Jika digambarkan sosok utuh pengawas sekolah
yang professional tersebut dapat diamati pada
diagram 2 sebagai berikut:
Diagram 4.1Sosok Utuh Pengawas Sekolah
Profesional Yang Diharapkan
140 Bab IV: Pengawas Sekolah Sebagai Suatu Profesi
UNJUK KERJA
PENGAWAS SEKOLAH
PROFESIONAL
(1) KOMPETENSI KEPRIBADIAN
(2) KOMPETENS
I
SUPERVISI MANAJERIAL
(5)
KOMPETENSI
PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN
(3)
KOMP ETENSI SUPERVISI AKADEMIK
(6) KOMPETENSI SOSIAL
SOSOK UTUH KOMPETENSI PENGAWAS SEKOLAH
PROFESIONAL
(4) KOMPETENSI EVALUASI
PENDIDIKAN