BAB II LANDASAN TEORI - Repository BSI
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI - Repository BSI
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Koperasi
2.1.1. Pengertian Koperasi
Koperasi pada dasarnya merupakan perkumpulan yang berusaha untuk
memperbaiki taraf hidup dan meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Ini karena
pada umumnya yang bekerja pada perkumpulan koperasi adalah orang-orang dari
golongan ekonomi lemah yang senasib dan setujuan. Dalam koperasi yang perlu
diperhatikan adalah asas dan tujuan usaha bersama. Asas kekeluargaan
mencerminkan adanya kesadaran dari anggotanya untuk mengerjakan segala
sesuatunya dalam koperasi oleh semua dan untuk semua. Dalam pembagian
hasilnya, masing-masing anggota akan menerima bagiannya sesuai dengan
sumbangan karya atau jasanya.
Menurut UU Nomor 17 Tahun 2012 memberikan batasan bahwa
“Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh perseorangan atau badan
hukum koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal
untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di
bidang ekonomi, sosial dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi”.
Koperasi menjadi landasan hukum bagi pengembangan ekonomi kerakyatan dan
demokrasi ekonomi berdasarkan pancasila dan UUD 1945, mempertegas bahwa
kedudukan koperasi sebagai badan hukum, peneguhan terhadap azas dan tujuan
koperasi, pengukuhan nilai prinsip sebagai jati diri koperasi Indonesia, penguatan
8
dalam pelayanan terhadap anggota, kreativitas dan pengembangan modal
koperasi.
Menurut Hendrojogi (2007:21) memberikan batasan bahwa “Koperasi
adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi
dengan berlandaskan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat
yang berdasarkan atas asas kekeluargaan”.
Pada umumnya koperasi merupakan badan usaha yang terbentuk dimana
beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi yang berlandaskan pada
prinsip koperasi yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.
Menurut Sudarwanto (2013:4) memberikan batasan bahwa “Koperasi
adalah suatu perkumpulan yang didirikan oleh orang-orang atau badan hukum
koperasi yang memiliki keterbatasan kemampuan ekonomi, dengan tujuan untuk
memperjuangkan peningkatan kesejahteraan anggotanya”.
Pada umumnya koperasi memiliki tujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan anggota, maka masing-masing anggota berkewajiban dan memiliki
tanggung jawab untuk mengembangkan serta mengawasi usaha koperasi. Untuk
mewujudkan tujuan koperasi, maka dibentuk badan usaha yang memiliki aktivitas
usaha yang dikelola secara demokratis sebagai konsekuensi atas peran atau
partisipasi anggota dalam mengembangkan usaha koperasi, maka resiko dan
keuntungan usaha koperasi bersama dan dibagi secara adil.
Dari beberapa teori dapat diambil kesimpulan bahwa koperasi merupakan
badan hukum yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi
anggota pada khususnya. Dan berusaha untuk memperbaiki taraf hidup dan
meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Karena pada umumnya yang bekerja
9
pada perkumpulan koperasi adalah orang-orang dari golongan ekonomi lemah
yang senasib dan setujuan. Selain itu, koperasi berlandaskan pada prinsip koperasi
berdasarkan atas asas kekeluargaan. Kemudian karakteristik utama koperasi yang
membedakan dengan badan usaha lain, yaitu anggota koperasi memiliki identitas
ganda. Identitas ganda maksudnya anggota koperasi merupakan pemilik sekaligus
pengguna jasa koperasi. Umumnya koperasi dikendalikan secara bersama oleh
seluruh anggotanya, dimana setiap anggota memiliki hak suara yang sama dalam
setiap keputusan yang diambil koperasi.
2.1.2. Pengertian Koperasi Simpan Pinjam
Koperasi simpan pinjam didirikan untuk memberikan kesempatan kepada
anggota-anggotanya untuk memperoleh pinjaman dengan mudah dan dengan
bunga yang ringan. Koperasi simpan pinjam berusaha untuk mencegah para
anggotanya terlibat dalam jeratan kaum lintah darat pada waktu mereka
memerlukan sejumlah uang dengan jalan menggiatkan tabungan dan mengatur
pemberian pinjaman uang dengan bunga yang serendah-rendahnya.
Menurut Burhanuddin (2010:14) memberikan batasan bahwa “Koperasi
Simpan Pinjam adalah koperasi yang didirikan guna memberikan kesempatan
kepada para anggotanya untuk memperoleh pinjaman atas dasar kebaikan”.
Pada umumnya koperasi simpan pinjam merupakan sebuah koperasi yang
didirikan dimana guna untuk memberikan kesempatan dalam memperoleh
pinjaman kepada para anggotanya karena atas dasar kebaikan yang dimiliki oleh
para anggotanya.
Menurut Rudianto (2010:51) memberikan batasan bahwa “Koperasi
Simpan Pinjam adalah koperasi yang bergerak dalam bidang pemupukan
10
simpanan dana para anggotanya, untuk kemudian dipinjamkan kembali kepada
para anggota yang memerlukan bantuan dana”.
Pada umumnya koperasi simpan pinjam bergerak dalam bidang
penerimaan simpanan dana atau bisa dikatakan modal dari para anggotanya untuk
kemudian dipinjamkan kembali kepada para anggota yang memerlukan dana.
Kegiatan utama koperasi simpan pinjam adalah menyediakan jasa penyimpanan
dan peminjaman dana kepada anggota koperasi yang bunga pinjamannya tidak
terlalu tinggi dan sesuai dengan kaidah koperasi.
Menurut Widiyanti dan Sunindhia (2009:198) menyimpulkan bahwa:
Koperasi Simpan Pinjam adalah koperasi yang bergerak dalam lapangan
usaha pembentukan modal melalui tabungan-tabungan para anggota secara
teratur dan terus-menerus untuk kemudian dipinjamkan kepada para
anggota dengan cara mudah, murah, cepat dan tepat untuk tujuan produktif
dan kesejahteraan.
Koperasi Simpan Pinjam menghimpun dana dari para anggotanya yang
kemudian menyalurkan kembali kepada para anggotanya. Koperasi simpan pinjam
memiliki tujuan untuk mendidik anggotanya hidup berhemat dan menambah
pengetahuan anggotanya terhadap perkoperasian. Untuk mencapai tujuannya,
koperasi simpan pinjam harus melaksanakan aturan mengenai peran-peran
pengurus, pengawas, dan yang paling penting rapat anggota.
Dari beberapa teori dapat ditarik kesimpulan bahwa koperasi simpan
pinjam adalah lembaga keuangan yang bergerak di bidang simpan pinjam uang
yang dimiliki dengan modal yang berasal dari tabungan para anggota dan
dipinjamkan kepada para anggota yang memerlukan. Dan dikelola oleh
anggotanya, dan bertujuan untuk mensejahterakan anggotanya, mendidik anggota
dalam hidup berhemat dan menambah pengetahuan kepada anggota tentang
koperasi.
11
2.1.3. Fungsi Koperasi
Ciri-ciri Koperasi Indonesia telah melahirkan pula fungsi yang khas dari
koperasi Indonesia. Fungsi-fungsi koperasi Indonesia ini tercantum pada pasal 4
Undang-Undang No.12 Tahun 1967 antara lain:
1. Alat perjuangan ekonomi untuk mempertinggi kesejahteraan rakyat.
2. Alat pendemokrasi ekonomi nasional.
3. Koperasi sebagai salah satu urat nadi perekonomian bangsa Indonesia.
4. Alat Pembina insan masyarakat untuk memperkokoh kedudukan ekonomi
bangsa Indonesia serta bersatu dalam mengatur tata laksana perekonomian
rakyat.
2.1.4. Landasan Koperasi
Untuk menjadikan koperasi sebagai soko guru perekonomian Indonesia,
maka koperasi Indonesia harus memiliki suatu landasan yang kuat agar bangunan
koperasi tersebut tidak akan roboh bila menghadapi tantangan-tantangan dalam
masyarakat. Landasan ini merupakan tempat berpijak yang memungkinkan
koperasi tumbuh, berdiri dan berkembang dalam menjalankan usahanya mencapai
tujuan yang dicita-citakan. Landasan koperasi terdiri dari tiga landasan
berdasarkan Pasal 2 UU No.12 Tahun 1967, antara lain:
1. Landasan Idiil Koperasi Indonesia
Yang dimaksud dengan landasan idiil koperasi adalah dasar atau landasan yang
digunakan dalam usaha untuk mencapai cita-cita koperasi. Koperasi sebagai
kumpulan sekelompok orang bertujuan untuk mencapai masyarakat adil dan
makmur. Jadi tujuannya sama dengan apa yang dicita-citakan oleh seluruh bangsa
12
Indonesia. Karena itu Landasan Idiil Negara Republik Indonesia adalah
PANCASILA. Karenanya maka pancasila dengan kelima silanya yaitu:
a. Ketuhanan Yang Maha Esa.
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
c. Persatuan Indonesia.
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan.
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia harus dijadikan dasar atau
landasan serta dilaksanakan dalam kehidupan berkoperasi, karena sila-sila
tersebut memang menjadi sifat dari tujuan koperasi dan selamanya
merupakan aspirasi anggota-anggota koperasi. Dasar idiil ini harus
diamalkan oleh koperasi.
2. Landasan Strukturil dan Gerak Koperasi Indonesia
Yang dimaksud dengan landasan strukturil koperasi adalah tempat berpijak
koperasi dalam susunan hidup bermasyarakat. Tata kehidupan di dalam suatu
negara diatur dalam Undang-Undang Dasar. Di Indonesia berlaku Undang-
Undang Dasar 1945 yang merupakan ketentuan atau tata tertib dasar yang
mengatur terselenggaranya falsafah hidup dan moral cita-cita suatu bangsa dan
karena koperasi di Indonesia adalah Undang-Undang Dasar 1945. Dalam
kehidupan masyarakat Indonesia salah satu bagian yang penting adalah kehidupan
ekonomi yaitu segala kegiatan dan usaha untuk mengatur dan mencapai atau
memenuhi kebutuhan dan keperluan hidup. Segala kegiatan dan usaha ini juga
telah diatur dalam UUD 1945 pasal 33 ayat 1 UUD 1945 yang berbunyi
“perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas
13
kekeluargaan”. Dan di dalam penjelasan pasal 33 ayat 1 UUD 1945 disebutkan
bahwa bangun usaha yang sesuai dengan itu adalah koperasi. Dengan demikian
koperasi merupakan perwujudan dari pasal 33 ayat 1 UUD 1945 tersebut.
3. Landasan Mental Koperasi Indonesia
Landasan Mental Koperasi Indonesia adalah setia kawan dan kesadaran
berpribadi. Sifat ini tercermin dalam bentuk perbuatan dan tingkah laku yang
nyata sebagai kegiatan gotong-royong. Tetapi landasan setia kawan saja hanya
dapat memelihara persekutuan dalam masyarakat yang statis bukan dinamis dan
karenanya tidak dapat mendorong kemajuan. Oleh karena itu, rasa setia kawan
haruslah disertai dengan kesadaran akan harga diri berpribadi, keisafan akan harga
diri sendiri dan percaya pada diri sendiri adalah mutlak untuk menaikkan derajat
penghidupan dan kemakmuran. Oleh karena itu, dalam koperasi harus tergabung
kedua landasan mental di atas, yaitu setia kawan dan kesadaran berpribadi sebagai
dua unsur yang dorong-mendorong, hidup-menghidupi, dan awas-mengawasi.
2.1.5. Prinsip-Prinsip Koperasi
Perbedaan antara koperasi dengan badan usaha lainnya tidak hanya
terletak pada landasan dan asasnya, tetapi juga pada prinsip-prinsip pengelolaan
organisasi dan usaha yang dianutnya. Prinsip-prinsip pengelolaan koperasi
merupakan penjabaran lebih lanjut dari asas kekeluargaan yang dianutnya.
Prinsip-prinsip koperasi ini biasanya mengatur baik hubungan antara koperasi
dengan para anggotanya, hubungan antara sesama anggota koperasi, pola
kepengurusan organisasi koperasi serta mengenai tujuan yang ingin dicapai oleh
koperasi sebagai lembaga ekonomi yang berasas kekeluargaan. Selain itu, prinsip-
prinsip koperasi biasanya juga mengatur pola kepengelolaan usaha koperasi. Oleh
14
karena itu, secara terperinci prinsip-prinsip ini juga mengatur pola kepemilikan
modal koperasi serta pola pembagian sisa hasil usahanya.
Penyusunan prinsip-prinsip koperasi di Indonesia tidak terlepas dari
sejarah dan perkembangan prinsip koperasi internasional. Sebagaimana
dinyatakan dalam pasal 5 ayat 1 Undang-Undang No.25 Tahun 1992, koperasi
Indonesia melaksanakan prinsip-prinsip diantaranya:
1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka.
2. Pengelolaan dilakukan secara demokratis.
3. Pembagian Sisa Hasil Usaha dilakukan secara adil dan sebanding dengan
besarnya jasa masing-masing anggota.
4. Pemberian balas jasa yang terbatas pada modal.
5. Kemandirian.
Koperasi tidak menggunakan istilah laba atau keuntungan untuk
menunjukkan selisih antara penghasilan yang diterima selama periode tertentu
dengan pengorbanan yang dikeluarkan untuk memperoleh penghasilan itu. Selisih
ini dalam koperasi disebut juga dengan Sisa Hasil Usaha (SHU). SHU ini setelah
dikurangi dengan biaya-biaya tertentu akan dibagikan kepada para anggota sesuai
dengan pertimbangan jasanya masing-masing. Jasa para anggota diukur
berdasarkan jumlah konstribusi masing-masing terhadap pembentukan SHU.
Ukuran konstribusi yang digunakan adalah jumlah transaksi anggota dengan
koperasi selama periode tertentu.
2.2. Sisa Hasil Usaha
2.2.1. Pengertian Sisa Hasil Usaha
15
Berdasarkan UU.No.12 Tahun 1967 pasal 34 ayat (1) menyimpulkan
bahwa:
Sisa Hasil Usaha adalah pendapatan koperasi yang diperoleh di dalam satu
tahun buku setelah dikurangi dengan penyusutan, dan biaya-biaya dari
tahun buku yang bersangkutan. Ayat (2) dengan pasal yang sama
menyebutkan bahwa sisa hasil usaha berasal dari usaha yang
diselenggarakan untuk anggota dan bukan anggota. Kemudian dalam ayat
(3) dengan pasal yang sama menyatakan bahwa sisa hasil usaha yang
berasal dari usaha yang diselenggarakan untuk anggota dibagi untuk dana
sosial. Dapat juga diartikan bahwa dana sosial itu berdasarkan laba yang
diperoleh pada tahun buku itu, sebab yang dinamakan laba pada
hakikatnya adalah pendapatan koperasi setelah dikurangi biaya-biaya.
Demokrasi, mempunyai akar yang kuat, dalam cita-cita perkoperasian
mengenai keadilan, kebebasan dan kegotongroyongan dan sebagai akibatnya
berusaha untuk “memanusiakan” pengendalian perusahaan sampai batas-batas
yang dimungkinkan tanpa pengorbanan efisiensi perusahaan. Oleh karena itu,
koperasi selalu menyatakan dirinya sebagai kumpulan orang-orang dan bukan
kumpulan modal, hingga pengendalian perusahaan ada di rapat anggota sebagai
kekuatan tertinggi atas dasar hak suara yang sama bagi semua anggota ialah satu
anggota satu suara, lepas dari besarnya modal anggota yang ditanam dalam
koperasi. Pembatasan bunga terhadap modal yang ditanam dalam koperasi
merupakan ciri lain dalam menempatkan modal dalam kedudukan yang lebih
rendah.
Menurut Limbong (2012:138) memberikan batasan bahwa “Sisa hasil
usaha adalah selisih dari seluruh pemasukan atau penerimaan total dengan biaya-
biaya atau biaya total dalam satu tahun buku”.
Pada umumnya besarnya sisa hasil usaha yang diterima oleh setaip
anggota akan berbeda, tergantung besarnya partisipasi modal dan transaksi
anggota terhadap pembentukan pendapatan koperasi. Semakin besar transaksi
16
(usaha dan modal) anggota dengan koperasinya, maka semakin besar pendapatan
sisa hasil usaha yang akan diterima.
Menurut Sudarwanto (2013:240) memberikan batasan bahwa “Sisa hasil
usaha koperasi adalah selisih antara penghasilan yang diterima dengan beban yang
menjadi tanggung jawab koperasi selama periode akuntansi, sebelum dialokasikan
ke dalam berbagai dana. Sisa hasil usaha muncul pada laporan keuangan koperasi
secara bulanan”.
Di dalam koperasi tidak dikenal dengan istilah “keuntungan”, karena
kegiatan usaha koperasi tujuan utamanya bukan berorientasi mencari untung
melainkan berorientasi pada manfaat. Pada dasarnya koperasi dikelola dengan
tujuan mensejahterakan anggota dan masyarakat. Sisa hasil usaha periode berjalan
merupakan selisih antara penghasilan yang diterima dengan beban yang menjadi
tanggung jawab koperasi selama periode akuntansi, sebelum dialokasikan ke
dalam berbagai dana. Sisa hasil usaha ini muncul pada laporan keuangan secara
bulanan. Namun dalam laporan keuangan tahunan setelah dibuat ayat penutup dan
mengalokasikan sisa hasil usaha ke dalam berbagai dana, perkiraan ini tidak
muncul dalam laporan tahunan.
Dari beberapa teori diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Sisa Hasil
Usaha adalah pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku
dikurangi dengan biaya yang dapat dipertanggungjawabkan, penyusutan yang
harus dibayarkan dalam tahun buku yang bersangkutan. Sisa hasil usaha yang
berasal dari usaha yang diselenggarakan untuk anggota dibagi untuk dana sosial.
Sisa hasil usaha muncul pada laporan keuangan secara bulanan dan tidak muncul
dalam laporan tahunan.
17
2.2.2. Pembagian Sisa Hasil Usaha Koperasi
Terhadap cara dan besarnya pembagian sisa hasil usaha oleh UU.No.12
Tahun 1967 adalah diserahkan kepada kesepakatan para anggota koperasi yang
kemudian dituangkan dalam ART koperasi. Selain itu juga harus diadakan
pemisahan antara penggunaan pendapatan yang diperoleh dari pelayanan terhadap
anggota sendiri dan terhadap pihak ketiga termasuk bukan anggota. Bagian SHU
yang diperoleh dari pelayanan terhadap pihak ketiga, termasuk bukan anggota
tidak dibagikan kepada anggota, karena bagian pendapatan ini bukan diperoleh
dari jasa anggota.
Oleh karena itu, SHU yang berasal dari anggota dalam kegiatan koperasi
dibagikan untuk cadangan koperasi, untuk anggota sebanding dengan jasa yang
diberikannya, untuk dana pengurus, dana pegawai, dana pendidikan koperasi,
dana sosial, dan dana pembangunan daerah kerja. Sedangkan SHU yang berasal
dari usaha yang diadakan untuk non anggota dibagi-bagikan untuk semua aspek
yang disebutkan diatas kecuali untuk para anggotanya, yaitu untuk cadangan
koperasi, dana pengurus, dana pegawai, dana pendidikan, dana sosial, dana
pembangunan daerah kerja.
2.2.3. Prinsip-prinsip Pembagian SHU
Anggota koperasi memiliki dua fungsi ganda, yaitu sebagai pemilik
(Owner) dan sebagai pelanggan (Customer). Sebagai pemilik, seorang anggota
berkewajiban melakukan investasi. Sebagai investor anggota berhak menerima
hasil investasinya. Di sisi lain sebagai pelanggan, seorang anggota berkewajiban
berpatisipasi dalam setiap transaksi bisnis di koperasi. Agar tercermin asas
18
keadilan, demokrasi, transparansi, dan sesuai dengan prinsip-prinsip koperasi,
maka perlu diperhatikan prinsip-prinsip pembagian SHU antara lain:
1. SHU yang dibagi adalah bersumber dari anggota.
2. SHU anggota adalah jasa dari modal dan transaksi usaha yang dilakukan
anggota sendiri.
3. Pembagian SHU anggota dilakukan secara transparan.
4. SHU anggota dibayar secara tunai.
2.2.4. Pengertian Laporan Keuangan
Dalam praktiknya laporan keuangan oleh perusahaan tidak dibuat secara
serampangan, tetapi harus dibuat dan disusun sesuai dengan aturan atau standar
yang berlaku. Laporan keuangan yang disajikan perusahaan sangat penting bagi
manajemen dan pemilik perusahaan. Dalam hal laporan keuangan, sudah
merupakan kewajiban setiap perusahaan untuk membuat dan melaporkan
keuangan perusahaannya pada suatu periode tertentu. Hal yang dilaporkan
kemudian dianalisis sehingga dapat diketahui kondisi dan posisi perusahaan
terkini. Kemudian laporan keuangan juga akan menentukan langkah apa yang
dilakukan perusahaan sekarang dan kedepan, dengan melihat berbagai persoalan
yang ada baik kelemahan maupun kekuatan yang dimilikinya.
Menurut Munawir (2010:5) menyimpulkan bahwa:
Laporan keuangan adalah dua daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir
periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah daftar neraca atau
daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar rugi-laba. Pada
waktu akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan-perseroan
untuk menambahkan daftar ketiga yaitu daftar surplus atau daftar laba
yang tak dibagikan (laba yang ditahan).
Pada umumnya laporan keuangan itu terdiri dari neraca dan perhitungan
rugi laba serta laporan perubahan modal, dimana neraca menunjukkan/
19
menggambarkan jumlah aktiva, hutang dan modal dari suatu perusahaan pada
tanggal tertentu, sedangkan perhitungan (laporan rugi laba memperlihatkan hasil -
hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta biaya yang terjadi selama periode
tertentu, dan laporan perubahan modal menunjukkan sumber dan penggunaan atau
alasan-alasan yang menyebabkan perubahan modal perusahaan. Tetapi dalam
prakteknya sering diikutsertakan kelompok lain yang sifatnya membantu untuk
memperoleh penjelasan lebih lanjut, misalnya laporan perubahan modal kerja,
laporan sumber dan penggunaan kas atau laporan arus kas, laporan sebab-sebab
perubahan laba kotor, laporan biaya produksi serta daftar-daftar lainnya.
Menurut Halim Dan Mamduh (2009:49) memberikan batasan bahwa
“Laporan keuangan adalah salah satu sumber informasi yang penting disamping
informasi lain seperti informasi industri, kondisi perekonomian, pangsa pasar
perusahaan, kualitas manajemen”.
Laporan keuangan menunjukkan angka dalam rupiah yang kelihatannya
bersifat pasti dan tepat, tetapi sebenarnya dasar penyusunannya dengan standard
nilai yang mungkin berbeda atau berubah-ubah. Laporan keuangan dibuat
berdasarkan going concern atau tanggapan bahwa perusahaan akan berjalan terus
sehingga aktiva tetap dinilai berdasarkan nilai-nilai historis atau harga
perolehannya dan pengurangannya dilakukan terhadap aktiva tetap tersebut
sebesar akumulasi depresiasinya.
Menurut Harahap (2007:105) memberikan batasan bahwa “Laporan
Keuangan adalah menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu
perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu”.
20
Suatu laporan keuangan yang sudah diperiksa oleh akuntan umum lebih
penting, karena laporan tersebut telah dibandingkan atau dicocokkan dengan
catatan-catatan akuntansinya oleh akuntan independent terhadap management
perusahaan. Akuntan umum dengan mengadakan penelitian dengan standard dan
prosedur pemeriksaan yang lazim akan memberikan pendapatnya akan kewajaran
laporan keuangan yang diujikan oleh perusahaan (Neraca dan Laporan Rugi
Laba), bahwa laporan tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim
dan telah diterapkan secara konsisten dari tahun ke tahun.
Dari beberapa teori diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan
keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang penting dan dapat digunakan
untuk membuat keputusan-keputusan ekonomi bagi pihak internal maupun pihak
eksternal perusahaan. Potret pada perusahaan yaitu, dapat menggambarkan kinerja
keuangan maupun kinerja manajemen perusahaan, apakah dalam kondisi yang
baik atau tidak. Kemudian ringakasan dari suatu proses transaksi-transaksi
keuangan yang terjadi selama periode yang bersangkutan.
2.2.5. Jenis-jenis Laporan Keuangan
Jenis-jenis laporan keuangan yang disajikan ada tiga jenis laporan
keuangan dalam koperasi menurut PSAK No.27 Tahun 2007 antara lain:
1. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi menunjukkan kondisi usaha dalam suatu periode tertentu.
Artinya laporan laba rugi harus dibuat dalam suatu siklus operasi atau periode
tertentu guna mengetahui jumlah perolehan pendapatan dan biaya yang telah
dikeluarkan sehingga dapat diketahui apakah perusahaan dalam keadaan laba
atau rugi.
21
2. Laporan Ekuitas Pemilik
Laporan Ekuitas Pemilik adalah ikhtisar perubahan ekuitas pemilik yang terjadi
selama periode tertentu. Misalnya sebulan atau setahun. Laporan ekuitas
pemilik melaporkan perubahan ekuitas pemilik selama
jangka waktu tertentu. Laporan tersebut dipersiapkan setelah laporan laba rugi,
karena laba bersih atau rugi bersih periode berjalan harus dilaporkan dalam
laporan ini.
3. Neraca
Neraca merupakan laporan yang menunjukkan jumlah aktiva (harta),
kewajiban (utang), dan modal (ekuitas) pada saat tertentu. Pembuatan neraca
biasanya dibuat berdasarkan periode tertentu (tahunan).
2.2.6. Sumber Permodalan Koperasi
Sumber permodalan koperasi bersumber dari modal anggota. Sumber
permodalan koperasi menurut UU No.25 Pasal 41 Tahun Tahun 1992 antara lain:
1. Simpanan Pokok
Jumlah nilai uang tertentu yang sama banyaknya dan yang harus disetorkan
oleh setiap anggota. Jenis simpanan pokok ini tidak dapat diambil kembali
selama orang tersebut masih menjadi anggota koperasi.
2. Simpanan Wajib
Simpanan yang sudah ditentukan jumlahnya dan wajib disimpan oleh setiap
anggota pada waktu tertentu. Simpanan wajib hanya bisa diambil kembali
dengan cara yang telah ditentukan dalam anggaran dasar.
3. Dana Cadangan
22
Bagian dari penyisihan sisa hasil usaha yang tidak dibagikan kepada
anggotanya yang dimaksudkan untuk memupuk modal sendiri serta dapat
menutup kerugian koperasi bila diperlukan.
4. Hibah
Pemberian dana dari pihak lain secara gratis yaitu tidak ada kewajiban bagi
koperasi untuk membayar kembali baik berupa pokok pemberian maupun jasa
yang dapat dikategorikan sebagai hibah pada koperasi.