BAB I - STIKES Panakkukang

72
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja putri mengalami haid atau menstruasi pertama kali atau disebut menarche salah satu tanda memasuki masa pubertas, tanda awal berfungsinya sistem reproduksi dan memasuki tahap kematangan organ seksual dalam tubuhnya, banyak muncul perubahan secara fisiologis yang meliputi perubahan fisik dan mental. merupakan puncak perubahan yang terjadi pada seseorang remaja putri yang sedang menginjak dewasa dan sebagai tanda bahwa ia sudah mampu hamil (Proverawati A, Maisaroh S, 2009). Stress disebabkan oleh ketegangan mental atau fisik, kadang-kadang menyebabkan kesulitan atau situasi yang menyakitkan. Umpamanya beberapa remaja putri yang cenderung akan mengalami kejang perut menjadi lebih menyusahkan apabila menjelang menstruasi, apabila remaja berselisih dengan saudara atau teman atau ketika remaja berada dalam situasi yang secara potensial menengangkan (Nugraha, 2006). Menurut WHO (2014), remaja merupakan penduduk rentang usia 10 – 19 tahun. Di indonesia, remaja didefenisikan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014 adalah penduduk dalam rentang usia 10 – 18 tahun dan menurut Badan Kependudukan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10 – 24 tahun dan belum menikah. Di Indonesia usia remaja pada waktu menarche bervariasi antara 10 hingga 16 tahun dan rata-rata menarche pada usia 12 tahun 5 bulan

Transcript of BAB I - STIKES Panakkukang

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Remaja putri mengalami haid atau menstruasi pertama kali atau disebut

menarche salah satu tanda memasuki masa pubertas, tanda awal berfungsinya

sistem reproduksi dan memasuki tahap kematangan organ seksual dalam

tubuhnya, banyak muncul perubahan secara fisiologis yang meliputi

perubahan fisik dan mental. merupakan puncak perubahan yang terjadi pada

seseorang remaja putri yang sedang menginjak dewasa dan sebagai tanda

bahwa ia sudah mampu hamil (Proverawati A, Maisaroh S, 2009).

Stress disebabkan oleh ketegangan mental atau fisik, kadang-kadang

menyebabkan kesulitan atau situasi yang menyakitkan. Umpamanya beberapa

remaja putri yang cenderung akan mengalami kejang perut menjadi lebih

menyusahkan apabila menjelang menstruasi, apabila remaja berselisih dengan

saudara atau teman atau ketika remaja berada dalam situasi yang secara

potensial menengangkan (Nugraha, 2006).

Menurut WHO (2014), remaja merupakan penduduk rentang usia 10 –

19 tahun. Di indonesia, remaja didefenisikan menurut Peraturan Menteri

Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014 adalah penduduk dalam rentang usia

10 – 18 tahun dan menurut Badan Kependudukan Keluarga Berencana

(BKKBN) rentang usia remaja adalah 10 – 24 tahun dan belum menikah.

Di Indonesia usia remaja pada waktu menarche bervariasi antara 10

hingga 16 tahun dan rata-rata menarche pada usia 12 tahun 5 bulan

2

(Mundaetall, 2013).Berdasarkan profil kesehatan Sulawesi Selatan, padatahun

2012 penduduk yang berusia 0 - 14 tahun sebesar 30,81 %, sedangkan pada

tahun 2008 sebesar 31,51 %. Berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik

Kabupaten Gowa tahun 2011 remaja yang berusia 13 – 15 tahun terdiri dari

23.905 remaja laki-laki dan 21.686 remaja perempuan sedangkan menurut

data dari BKKBN Kabupaten Gowa penduduk yang berusia 7 - 15 tahun

terdiri dari 67.936 laki - laki dan 66.664 perempuan. Meningkatnya proporsi

penduduk usia muda tersebut merupakan indikator bahwa telah terjadi

peningkatan tingkat kelahiran yang cukup berarti.

Data RISKESDAS (2013) di indonesia diketahui 37,5 persen

perempuan mengawali usia reproduksi menstruasi pada umur 9-13 tahun,

dijumpai juga 0,1 persen perempuan dengan umur 6-8 tahun mengalami

menarche, dan dijumpai juga sebanyak 19,8 persen perempuan baru

mendapatkan haid pertama pada usia 14-16 tahun, dan 4,5 persen pada usia

17 tahun keatas.

Menstruasi merupakan peristiwa paling penting pada remaja putrid

sebagai pertanda siklus masa subur sudah di mulai. Datangnya menstruasi

pertama justru membuat sebagian remaja, takut dan gelisah karena

beranggapan bahwa darah haid adalah suatu penyakit. Namun beberapa

remaja justru merasa senang sewaktu mendapatkan menarche terutama

mereka yang mengetahui tentang menstruasi pertama (Rosidah,2006).

Penyebab stress pada perempuan yang mengalami menstruasi adalah

kecemasan, ketakutan dan nyeri sehingga dapat menimbulkan pengalaman

3

yang traumatis. Angka kejadian nyeri menstruasi di dunia sangat besar rata-

rata lebih dari 59% perempuan disetiap Negara mengalami nyeri menstruasi.

Angka kejadian (prevalensi) nyeri menstruasi berkisar 45-95% dikalangan

wanita usia produktif. Walaupun umumnya tidak berbahaya, namun

seringkali dirasakan mengganggu bagi wanita yang mengalaminya. Derajat

nyeri dan gangguan tentu tidak sama pada setiapwanita. Ada yang masih

biasa beraktifitas (sesekali sambil menahan sakit) dan ada pula yang tidak

biasa beraktifitas karena menahan nyeri (Proverawati, 2009).

menstruasi salah satu tanda bahwa remaja tersebut telah mengalami

perubahan didalam dirinya dan juga disertai dengan berbagai masalah dan

perubahan - perubahan baik fisik, biologi, psikologi maupun sosial, harus

dihadapi oleh remaja karena ini merupakan masa yang sangat penting karena

merupakan masa peralihan kemasa dewasa (Gayatri,2014).

Setiap wanita memiliki pengalaman menstruasi yang berbeda – beda,

ketika terjadi menstruasi terdapat banyak keluhan-keluhan yang bisa

mengakibatkan stres dimana paling sering wanita mengalami nyeri haid

diakibatkan oleh kontraksi yang berlebihan dari otot – otot rahim. Ketika stres

tubuh akan memproduksi hormon adrenalin, estrogen serta prostaglandin

yang berlebihan sehingga mengakibatkan otot tubuh menjadi tegang termasuk

otot rahim dan dapat menimbulkan rasa nyeri saat menstruasi (puji, 2009).

Perubahan fisik yang terjadi selama menstruasi dan mempunyai

perasaan bingung, gelisah, tidak nyaman, perubahan fisik yang dapat

4

mengakibatkan dampak negatif seperti malu dan menghindar dari pergaulan

teman-temannya (Santrock, 2002, Proverawati, Misaroh, 2009).

Penelitian tentang usia menstruasi yang dilakukan Sylvie Mrug (2014)

menyatakan bahwa 16% remaja perempuan diklasifikasikan dalam menarche

dini usia kurang dari 11 tahun, hal ini dikaitkan dengan psikologis dan

perilaku remaja yang cenderung dipengaruhi oleh orang disekitarnya.

Indonesia merupakan negara yang menempati urutan ke 15 dari 67 negara

dengan usia menarche lebih cepat (Human Biology, 2011).

Adapun penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ai Khalifah (2015)

yang menyatakan tingkat stres yang belum menstruasi dari 35 responden

paling banyak pada kategori ringan 19 siswi (54.3%). Tingkat stres yang

sudah menstruasi dari 15 responden, banyak pada kategori normal 10 siswi

(66.6%) untuk tingkat stress yang belum dan sudah menstruasi berat dan

sangat berat tidak ada di responden. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan

bahwa memiliki perbedaan antara tingkat stres yang belum dan sudah

menstruasi, khususnya saat menghadapi menstruasi.

Pemilihan di SMP Handayani sebagai subjek penelitian bertujuan untuk

melihat bagaimana keluhan menstruasi dan penyebab stress pada siswi.

Berdasarkan survey data awal pada tanggal 30 april 2018 padasiswa-

siswi SMP Handayani Sungguminasa, jumlah keseluruhan siswa-siswi kelas

VII A berjumlah 27 orang dengan jumlah siswi 13 orang. Siswa-siswi kelas

VII B berjumlah 25 orang dengan jumlah siswi 12 orang. Siswa-siswi kelas

VII C berjumlah 30 orang dengan jumlah siswi 11 orang. Siswa-siswi kelas

5

VII D berjumlah 27 orang dengan jumlah siswi 12 orang. Sedangkan Siswa-

siswi kelas VII E berjumlah 23 orang dengan jumlah siswi 8 orang. jadi

jumlah keseluruhan siswi untuk kelas VII adalah sebanyak 56 orang. Dari

hasil survey wawancara ada beberapa siswi pada saat mengalami menstruasi

mengalami beberapa keluhan diantaranya mual muntah, pusing, nyeri

payudara, kurang berkosentrasi, pegal linu dan lain sebagainya.

Berdasarkan alasan diatas peneliti tertarik untuk mengetahui keluhan

menstruasi dengan tingkat stress pada remaja putri.

B. Rumusan Masalah

Menstruasi akan terjadi pada setiap wanita mulai dari usia 10 - 14 tahun.

Wanita yang mengalami menstruasi pertama akan mengalami stres yang di

sebabkan oleh pengeluaran darah secara tiba – tiba dari vagina. Saat

menstruasi siswi mengalami beberapa keluhan yang mengakibatkan Stres

yang meningkat yaitu dengan adanya nyeri pada perut yang menganggapnya

bahwa nyeri tersebut hanya sebagai sakit perut biasa. Sehingga dari uraian

diatas siswi SMP bisa mengatasi keluhan menstruasi yang mengakibatkan

stress saat menghadapi menstruasi. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka

dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

“Apakah ada hubungan keluhan menstruasi dengan tingkat stres pada remaja

putri di SMP Handayani Sungguminasa?”

6

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya keluhan menstruasi padasiswi di SMP Handayani

Sungguminasa

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya keluhan menstruasi pada siswi SMP Handayani

sungguminasa

b. Diketahuinya tingkat stres pada siswi di SMP Handayani

Sungguminasa

c. Diketahuinya hubungan keluhan menstruasi dengan tingkat stres

pada remaja putri di SMP Handayani Sungguminasa

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada badan-

badan yang khususnya bergerak menangani permasalahan perlindungan

anak dan sebagai gambaran pengetahuan pada siswi terhadap keluhan

saat menstruasi dengan tingkat stress padasiswi anak usia remaja dalam

menghadapi menstruasi, sehingga dapat dijadikan informasi yang penting

bagi siswi keperawatan untuk lebih mempelajari dan tergerak untuk

melakukan penelitian selanjutnya yang dapat memberikan manfaat

kepada siswi ataupun masyarakat, agar dapat mengetahui penyebab stres

yang di hadapi usia remaja.

7

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pembaca pada umumnya, sebagai bahan pustaka dan kajian

guna menambah wawasan keilmuan. Bagi Siswi pada khususnya,

untuk bisa meningkatkan pengetahuan bagaimana cara mengatasi

keluhan menstruasi sehingga tidak menimbulkan stress.

b. Bagi penulis, Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

bagi masyarakat, orang tua anak, guru di sekolah menengah pertama.

Agar dapat merangsang keingintahuan mengenai keluhan menstruasi

dan penyebab stres yang terjadi.

c. Bagi peneliti, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi

dan gambaran untuk pengembangan penelitian selanjutnya agar bisa

mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang

keperawatan.

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan UmumMenstruasi

1. Pengertian menstruasi

Menstruasi yang biasa terjadi dalam rentang usia 10-16 tahun atau

pada masa awal remaja ditengah masa pubertas sebelum memasuki masa

reproduksi. Menstruasimerupakan perdarahan periodik dan siklik dari

uterus disertai pengelupasan atau deskuamasi endometrium (Sukarni &

ZH, 2013).

Menstruasi adalah perdarahan periodik pada uterus yang dimulai

sekitar 14 hari setelah ovulasi (Bobak, 2004). Menstruasi adalah

perdarahan vagina secara berkala akibat terlepasnya lapisan

endometriumuteru. Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interkasi

antara hipotalamus, hipofisis, dan ovarium dengan perubahan-perubahan

terkait pada jaringan sasaran pada saluran reproduksi normal, ovarium

memainkan peranan penting dalam proses ini, karena tampaknya

bertanggung jawab dalam pengaturan perubahan-perubahan siklik

maupun lama siklus menstruasi (Greenspan, 1998).

Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus,

disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Panjang siklus

haid/menstruasi adalah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan

mulainya haid berikutnya. Hari mulainya perdarahan dinamakan hari

pertama siklus. Panjang siklus haid yang normal adalah kurang lebih 28

9

hari. Lamanya haid/menstruasi biasanya antara 3 sampai 5 hari, ada yang

1 sampai 2 hari diikuti darah sedikit-sedikit kemudian, dan ada yang

sampai 7 sampai 8 hari. Pada setiap wanita biasanya lama haid (intan

agria.dkk, 2011).

Usia normal bagi seorang wanita mendapatkan menstruasi untuk

pertama kalinya pada usia 12 atau 13 tahun. Tetapi ada juga yang

mengalaminya lebih awal, yaitu pada usia 8 tahun atau lebih lambat yaitu

usia 18 tahun. Menstruasi akan berhenti dengan sendirinya pada saat

wanita sudah berusia 40-50 tahun yang dikenal dengan istilah menopause.

Setelah mengalami menstruasi biasanya terlihat perubahan fisik

seorang wanita seperti pada pinggul dan payudaranya. Untuk dapat terjadi

menstruasi maka perlu adanya fungsi vagina, rahim, indung telur dan

adanya hubungan yang sinergis dari hipotalamus-susunan syaraf pusat

dengan indung telur. Hubungan ini digambarkan dengan terciptanya

kekompakan sistem kerja hormon dalam tubuh seorang perempuan

terutama hormon steroid (estrogen dan progesteron).

Seorang perempuan mempunyai dua indung telur atau disebut juga

ovarium. Secara periodik setiap satu siklus kira-kira pada hari ke 14 ada

salah satu sel telur matang yang dilepaskan dari indung telur. Bila tidak

ada pertemuan sel sperma dan sel telur maka pembuahan tidak terjadi.

Karena sel telur tidak dibuahi akan menyebabkan dinding rahim

meluruhkan lapisan endometrium, terjadilah menstruasi.

2. Fisiologi Menstruasi

10

Menstruasi adalah saat haid/menstruasi yang datang pertama kali

sebenarnya merupakan puncak dari serangkaian perubahan yang terjadi

pada seorang remaja putri yang sedang menginjak dewasa dan sebagai

tanda bahwa ia sudah mampu hamil. Namun perlu diingat bahwa jika

remaja masih belum stabil dan belum mampu mandiri secara ekonomi

maupun sosial. Jadi ia belum siap untuk hamil, yang terbaik adalah

remaja putri mempersiapkan diri untuk mandiri, mencapai tingkat

pendidikan yang paling diwajibkan yaitu paling sedikit 9 tahun,

memasuki pernikahan yang direstui orang tua dan masyarakat, kemudian

merencanakan kehamilan pada usia 20-30 tahun. Usia remaja putri saat

mengalami menstruasi bervariasi lebar, yaitu antara usia 10-16 tahun,

tetapi rata-rata pada usia 12,5 tahun. Statistik menunjukkan bahwa usia

menarche dipengaruhi faktor keturunan, keadaan gizi dan kesehatan

umum (sarwono, 2005).

Usia saat seorang anak perempuan mengalami mestruasi sangat

bervariasi. Terdapat kecenderungan bahwa saat ini anak mendapatkan

menstruasi pertama kali pada usia lebih muda. Ada yang berusia 12 tahun

saat ia mendapatkan menstruasi pertama kali, tapi ada juga yang berusia 8

tahun sudah memulai siklusnya. Bila usia 16 tahun baru mendapatkan pun

bisa terjadi (Proverawati, 2009).

Kejadian menstruasi dipengaruhi beberapa faktor yang mempunyai

sistem tersendiri yaitu sistem susunan saraf pusat dengan panca inderanya,

sistem hormonal aksishipotalamo-hipofisis-ovarial, perubahan yang

11

terjadi pada ovarium, perubahan yang terjadi pada uterus yang pada uterus

sebagaii organ akhir, dan merangsang estrogen dan progesteron pada

panca indra, langsung pada hipotalamus, dan melalui perubahan emosi

(Manuaba, 2009).

Selain estrogen dan progesteron, hormon-hormon yang berpengaruh

terhadap terjadinya proses menstruasi yaitu hormon perangsang folikel

(FSH), berfungsi merangsang folikel primordial yang dalam perjalanan

mengeluarkan hormon (LH), yang berfungsi merangsang indung telur

(Manuaba, 2009).

3. Saat menstruasi datang

Perasaan bingung, gelisah, tidak nyaman selalu menyelimuti perasaan

seorang wanita yang mengalami menstruasi. Menstruasi adalah hal yang

wajar yang pasti dialami setiap wanita normal dan tidak perlu

digelisahkan. Namun hal ini akan semakin parah apabila pengetahuan

remaja mengenai menstruasi ini sangat kurang dan pendidikan dari orang

tua yang kurang. Adanya anggapan orang tua yang salah bahwa hal ini

merupakan hal yang tabu untuk diperbincangkan dan menganggap bahwa

anak akan tahu dengan sendirinya, menambah rumitnya permasalahan.

Gejala lain yang dirasakan yaitu sakit kepala, pegal – pegal di kaki dan

dipinggang untuk beberapa jam, kram perut dan sakit perut. Sebelum

periode ini terjadi, biasanya ada beberapa perubahan emosional seperti

perasaan suntuk, marah dan sedih yang disebabkan oleh adanya pelepasan

beberapa hormon.

12

Gejala menjelang menstruasi terjadi hampir diseluruh bagian tubuh,

dan berbagai sistem yang ada dalam tubuh, antara lain adanya nyeri di

payudara, sakit pinggang, pegal linu, perasaan seperti kembung, muncul

jerawat, lebih sensitif, mudah marah (emosional) dan kadang timbul

perasaan malas (Proverawati, 2009).

4. Keluhan pada masa menstruasi

beberapa keluhan yang muncul pada masa menstruasi adalah :

a. Disminore

Dismenore adalah nyeri menstruasi pada daerah panggul menjelang

atau selama menstruasi sampai membuat perempuan tersebut tidak

dapat bekerja dan harus tidur. Nyeri sering bersamaan dengan rasa

mual, sakit kepala, perasaan mau pingsan, dan mudah marah.

(Proverawati dan Misaroh, 2009).

b. Premenstrual Tensioni

Premenstrual Tension atau ketegangan pra menstruasi adalah

keluhan – keluhan yang biasanya muncul mulai satu minggu sampai

beberpa hari sebelum datangnya menstruasi dan menghilang sesudah

menstruasi, walaupun kadang – kadang berlangsung terus sampai

menstruasi berhenti. Gangguan ini berupa ketegangan emosional

sebelum haid, seperti gangguan tidur, mudah tersinggung, gelisah,

sakit kepala.

c. Mastadinia

Nyeri pada payudara dan pembesaran payudara sebelum menstruasi.

13

d. Mittelschmerz

Rasa nyeri yang terjadi pada daerah panggul dan perut bagian bawah

yang dialami wanita selama ovulasi, akibat pecahnya folikel de Graff

dapat juga disertai dengan perdarahan/bercak

5. Gangguan menstruasi

a. Polimenorea

Polimenorea Ialah siklus menarche lebih pendek dari biasa (kurang

dari 21 hari). Perdarahan kurang lebih sama atau lebih banyak dari

menarche biasa. Polimenorea dapat disebabkan oleh gangguan

hormonal yang mengakibatkan gangguan ovulasi, atau menjadi

pendeknya masa luteal dan sebagainya.

b. Oligomenorea

Oligomenorea adalah panjang siklus menstruasi yang memanjang

dari siklus menstruasi klasik, yaitu lebih dari 35 hari per siklusnya.

Volume perdarahannya umumnya lebih sedikit dari volume

perdarahan menstruasi biasanya. Siklus menstruasi biasanya juga

bersifat ovulatoar dengan fase profilerasi yang lebih panjang

dibanding fase proliferasi siklus menstruasi klasik.

c. Amenorea

Amenorea ialah keadaan tidak adanya menarche untuk sedikitnya 3

bulan berturut – turut. Lazim diadakan pembagian antara amenorea

primer dan amenorea sekunder.

Amenorea dibedakan menjadi dua jenis :

14

1) Amenorea primer

Amenorea primer apabila seorang wanita berumur 18 tahun ke

atas, tidak pernah dapat menarche. amenorea primer pada

umumnya mempunyai sebab – sebab yang lebih sulit untuk

diketahui, seperti kelainan – kelainan kongenital dan kelainan –

kelainan genetik.

2) Amenorea sekunder

Amenorea sekunder yaitu penderita pernah mendapatkan

menarche, tetapi kemudian tidak dapat lagi. Amenorea sekunder

lebih menunjuk kepada sebab – sebab yang timbul dalam

kehidupan wanita, seperti gangguan gizi, gangguan metabolisme,

tumor, penyakit infeksi, dan lain – lain (Sarwono, 2010).

d. Hipermenorea

Hipermenorea adalah terjadinya perdarahan menstruasi yang terlalu

banyak dari normalnya dan lebih lama dari normalnya (lebih dari 8

hari).

e. Hipomenorea

Hipomenorea adalah perdarahan menstruasi yang lebih sedikit dari

biasanya tetapi tidak mengganggu fertilitasnya (Kusmiran, 2011).

6. Lama menstruasi

Lama menstruasi tiap wanita bervariasi, yaitu sekitar ± 4-7 hari.

Salah satu agama menyebutkan jika lebih dari 14 hari sudah bukan

termasuk menstruasi tetapi merupakan suatu penyakit atau kelainan.

15

7. Tanda dan gejala menstruasi

a. Perut terasa mulas, mual dan panas

b. Kram pada perut bagian bawah dan vagina

c. Kurang darah (anemia)

d. Perut kembung

e. Terasa nyeri saat buang air kecil

f. Tubuh tidak fit

g. Demam

h. Sakit kepala dan pusing \keputihan

i. Gatal-gatal pada vagina

j. Emosi meningkat

k. Mudah tersinggung

l. Gelisah

m. Gangguan konsentrasi

n. Rasa takut

o. Sukar tidur

p. Nyeri pada payudara

q. Bau badan tidak sedap

r. Timbul jerawat

Gangguan diatas disebabkan karena adanya kontraksi otot-otot

halus rahim yang dikendalikan oleh interaksi hormon yang

dikeluarkan oleh hipotalamus, kelenjar dibawah otak depan dan

indung telur (ovarium). Tetapi tidak semua wanita mengalami

16

gangguan diatas, tergantung kondisi psikis dan psikologis wanita

tersebut.

8. Siklus Menstruasi

a. Gambaran klinis menstruasi

Sebagian besar wanita pertengahan usia reproduktif,perdarahan

menstruasi terjadi setiap 25-35 hari dengan median panjang siklus

adalah 28 hari. Wanita dengan siklus ovulatorik, selang waktu antara

awal menstruasi hingga ovulasi-fase folikular-bervariasi lamanya.

Siklus yang diamati terjadi pada wanita yang mengalami ovulasi.

Selang waktu antara awal perdarahan menstuasi-fase luteal-relatif

konstan dengan rata-rata 14 ± 2 hari pada kebanyakan wanita

(Grenspan, 1998).

Lama keluarnya darah menstruasi juga bervariasi ; pada umumnya

lamanya 4 sampai 6 hari, tetapi antara 2 sampai 8 hari masih dapat

dianggap normal. Pengeluaran darah menstuasi terdiri dari fragmen-

fragmen kelupasan endometrium yang bercampur dengan darah yang

banyaknya tidak tentu. Biasanya darahnya cair, tetapi apabila

kecepatan ukuran sangat mungkin ditemukan. Ketidakbekuan darah

menstruasi yang biasa ini disebabkan oleh suatu sistem fibrinolitik

lokal yang aktif didalam endometrium.

Rata-rata banyaknya darah yang hilang pada wanita normal selama

satu periode menstruasi telah ditentukan oleh beberapa kelompok

peneliti, yaitu 25-60 ml. Kosentrasi Hb normal 14 gr per dL dan

17

mengandung 12-29 mg besi dan menggambarkan kehilangan darah

yang sama dengan 0,4 sampai 1,0 mg besi untuk setiap hari siklus

tersebut atau 150 sampai 400 mh per tahun (Cunningham, 1995).

b. Aspek hormonal selama siklus menstruasi

Mamalia, khususnya manusia, siklus reproduksinya melibatkan

berbagai organ, yaitu uterus, ovarium, vagina, dan mammae yang

berlangsung dalam waktu tertentu atau adanya sinkronisasi, maka hal

ini dimungkinkan adanya pengaturan, koordinasi yang disebut hormon.

Hormon adalah zat kimia yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin,

yang langsung dialirkan dalam peredaran darah dan mempengaruhi

organ tertentu yang disebut organ target. Hormon-hormon yang

berhubungan dengan siklus menstruais ialah :

a. Hormon-hormon yang dihasilkan gonadotropin hipofisis :

a) Luteinizing Hormon (LH)

b) Folikel Stimulating Hormon (FSH)

c) Prolaktin Releasing Hormon (PRH)

b. Steroid ovarium

Ovarium menghasilkan progestrin, androgen, dan estrogen.

Banyak dari steroid yang dihasilkan ini juga disekresi oleh

kelenjar adrenal atau dapat dibentuk di jaringan perifer melalui

pengubahan prekursor-prekursor steroid lain ; konsekuensinya,

kadar plasma dari hormon-hormon ini tidak dapat langsung

mencerminkan aktivitas steroidogenik dari ovarium.

18

c. Fase-fase dalam siklus menstruasi

Setiap satu siklis menstruasi terdapat 4 fase perubahan yang

terjadi dalam uterus. Fase-fase ini merupakan hasil kerjasama

yang sangat terkoordinasi antara hipofisis anterior, ovarium, dan

uterus. Fase-fase tersebut adalah :

a) Fase menstruasi atau deskuamasi

Fase ini, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan

disertai pendarahan dan lapisan yang masih utuh hanya

stratum basale. Fase ini berlangsung selama 3-4 hari.

b) Fase pasca menstruasi atau fase regenerasi

Fase ini, terjadi penyembuhan luka akibat lepasnya

endometrium. Kondisi ini mulai sejak fase menstruasi terjadi

dan berlangsung selama ± 4 hari.

c) Fase intermenstum atau fase proliferasi

Setelah luka sembuh, akan terjadi penebalan pada

endometrium ± 3,5 mm. Fase ini berlangsung dari hari ke 5

sampai ke 14 dari siklus menstruasi.

1) Fase proliferasi dini, terjadi pada hari ke 4 sampai hari ke

7. Fase ini dapat dikenali dari epitel permukaan yang tipis

dan adanya regenerasi epitel.

2) Fase proliferasi madya, terjadi pada hari ke 8 sampai hari

ke 10. Fase ini merupakan bentuk transisi dan dapat

19

dikenali dari epitel permukaan yang berbentuk torak yang

tinggi.

3) Fase proliferasi akhir, berlangsung antara hari ke 11

sampai hari ke 14. Fase ini dapat dikenali dari permukaan

yang tidak rata dan dijumpai banyaknya mitosis.

d) Fase pramenstruasi atau fase sekresi

Fase ini berlangsung dari hari ke 14 sampai ke 28. Fase ini

endometrium kira-kira tetap tebalnya, tetapi bantuk kelenjar

berubah menjadi panjang berkelok-kelok dan mengeluarkan

getah yang makin lama makin nyata. Bagian dalam sel

endometrium terdapat glikogen dan kapur yang diperlukan

sebagai bahan makanan untuk telur yang dibuahi.

Fase sekresi dibagi dalam 2 tahap, yaitu :

1) Fase sekresi dini, pada fase ini endometrium lebih tipis

dari fase sebelumnya karena kehilangan cairan.

2) Fase sekresi lanjut, pada fase ini kelenjar dalam

endometrium berkembang dan menjadi lebih berkelok-

kelok dan sekresi mulai mengeluarkan getah yang

mengandung glikogen dan lemak, akhir masa ini, stroma

endometrium berubah kearah sel-sel ; desidua, terutama

yang ada di seputar pembuluh – pembuluh arterial.

Keadaan ini memudahkan terjadinya nidasi (Hanafiah,

1997).

20

d. Mekanisme siklus menstruasi

1. Pada setia siklus haid FSH dikeluarkan oleh Lobus anterior

hipofisis yang menyebabkan beberapa folikel primer

berkembang dalam ovarium

2. Folikel primer berkembang menjadi folikel de Graff yang

membuat esterogen

3. Esterogen menekan FSH, sehingga lobus anterior hipofisis

mengeluarkan hormon gonadotropin yang kedua yaitu LH

(luteinizing hormone)

4. Produksi FSH dan LH dipengaruhi RH (relasing hormones)

yang disalurkan dari hipotalamus ke hipofisis

5. Dibawah pengaruh RH folikel de graff semakin lama

semakin matang dan makin banyak mengeluarkan likour

folikuli yang mengandung esterogen.

6. Esterogen mempunyai pengaruh terhadap endometrium

menyebabkan endometrium tumbuh (menebal) yang disebut

masa proliferasi

7. Dibawah pengaruh LH folikel de graff menjadi lebih matang,

mendekati permukaan ovarium dan kemudian terjadi ovalusi

8. Setelah ovulasi terjadi, terbentuklah korpus rubrum

(berwarah merah) yang akan menjadi korpus luteum

(berwarna kuning)

21

9. Korpus luteum menghasilkan hormon progesteron hormon

progesteron mempunyai pengaruh terhadap endometrium

yang telah berproliferasi

10. Menyebabkan kelenjar – kelenjarnya berlekuk – lekuk dan

bersekresi (masa sekresi)

11. Bila tak ada pembuahan, korpus luteum berdegenerasi yang

menyebabkan kadar esterogen dan progesteron menurun,

sehingga terjadi degenerasi serta perdarahan dan pelepasan

endometrium yang nekrotik, yang disebut masa menstruasi.

12. Bila mana ada pembuahan dalam masa ovalusi, maka korpus

luteum dipertahankan dan berkembang menjadi korpus

luteum graviditatis.

Selama haid, pada hari bermulanya diambil sebagai hari

pertma dari siklus yang baru. Akan terjadi lagi peningkatan dari

FSH sampai mencapai kadar 5 ng/ml (atau setara dengan 10

mUI/ml), dibawah pengaruh sinergis kedua gonadotropin, folikel

yang berkembang ini menghasilkan estradiol dalam jumlah yang

banyak. Peningkatan serum yang terus – menerus pada akhir fase

folikuler akan menekan FSH dari hipofisis.

Dua hari sebelum ovalusi, kadar estradiol mencapai 150-400

pg/ml. Kadar tersebut melebihi nilai ambang rangsang untuk

pengeluaran gonadotropin pra-ovulasi. Akibatnya FSH dan LH

dalam serum akan meningkat dan mencapai puncaknya satu hari

22

sebelum ovulasi.saat yang sama pula, kadar estradiol akan

kembali menurun. Kadar maksimal LH berkisar antara 8 dan 35

ng/ml atau setara 30-40 mUI/ml, dan FSH antara 4-10 ng/ml atau

setara dengan 15-45 mUI/ml.

Terjadinya puncak LH dan FSH pada hari ke 14, maka pada

saat ini folikel akan mulai pecah dan satu hari kemudian akan

timbul ovulasi. Bersamaan dengan ini dimulailah pembentukan

dan pematangan korpus luteum yang disertai dengan

meningkatnya kadar progesteron, sedangkan gonadotropin mulai

turun kembali. Peningkatan progesteron tersebut tidak selalu

memberi arti, bahwa ovulasi telah terjadi dengan baik, karena

pada beberapa wanita yang tidak ovulasi tetap dijumpai suhu

basal badan dan endometrium sesuai dengan fase luteal.

Awal fase luteal sering dengan peatangan korpus luteum.

Sekresi progesteron terus - menerus meningkat dari mencapai

kadar antara 6 dan 20 mg/ml. estradiol yang dikeluarkan terutama

dari folikel yang besar yang tidak mengalami atresia. Juga tampak

pada fase luteal dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari pada

selama permulaan atau pertengahan fase folikel. Produksi

estradiol dan progesterone maksimal dijumpai antara hari ke – 20

dan 23 (jacoeb,1994).

9. Proses kitaran haid

23

a. Fungsi Rahim adalah untuk proses pembiakan dan hal ini berlaku

pada setiap bulan.

b. Proses fisiologi akan berlaku dimana Rahim akan membuat

persediaan untuk menerima kedatangan ovum yang telah

disenyawakan oleh sperma. Dinding akan menebal sedikit demi

sedikit dan apabila tidak berlaku persenyawaan, haid atau shedding

permukaan dinding Rahim akan berlaku.

c. Permulaan haid selalunya berlaku ada usia 10 – 16 tahun hari subur

adalah hari ke 14 dikira dari pada hari pertama akan datang haid

dimana akan berlaku pengeluaran telur (ovulai) dari kilang telur ovari.

Dalam masa yang sama faraj akan mengalami keluaran lender yang

banyak dan lebih cair karena berlaku pengeluaran hormon kesuburan

yang banyak semasa proses ovulasi.

d. Kandung yang akan luruh adalah darah, tisu dan cairan yang akan

keluar melalui lubang faraj.

e. Apabila gadis sudah mencapai puberty (peringkat kematangan), haid

pertama akan berlaku dan bermakna gadis itu sudah matang.

f. Ini menunjukkan ovari sudah mengeluarkan telur dan Rahim sudah

bersedia untuk mengalami proses kehamilan.

10. Mentruasi tidak teratur sering terlambat

Siklus menstruasi tiap perempuan berbeda satu sama lain, ada yang

siklus pendek antara 21 – 24 hari yang lalu ada yang normal berkisaran

28 hari atau 30 hari. Beberapa perempuan ada yang lebih panjang lagi

24

sampai 42 hari.Bila selama ini rutin haid setiap bulan dan kadang maju

atau bahkan mundur seminggu atau tiba – tiba sebulan tidak menstruasi

tidak masalah.

11. Mengatasi sakit pada saat menstruasi

a. Gunakan kompres hangat atau botol kaca yang diisi air hangat lalu

letakkan pada perut

b. Olekan minyak kayu putih pada perut

c. Komsumsi table penambah darah jika mengalami anemia

d. Banyak minum air putih

e. Selalu berfikiran positif dan jangan menganggap menstruasi sebagai

hal yang menakutkan.

12. Perubahan psikologis pada menstruasi

Masa menstruasi dapat juga menyebabkan perubahan pada wanita.

Berikut contohnya :

a. Anoreksia Nervosa merupakan hilangnya nafsu makan (rasa lapar)

yang disebabkan oleh faktor penyimpangan emosional

b. Bulimia kelainan emosional yang ditandai dengan pola makan yang

berlebihan dan berbahaya

c. Cemas

d. Depresi

e. Stress

f. Disleksia ketidakmampuan menghubungkan antara lisan dan tulisan.

Membaca terlalu lambat dan terputus – putus.

25

13. Gejala patologis yang menyertai menstruasi

a. Komplek kastrasi (trauma genetalia) muncul gambaran fantasi yang

aneh – aneh dan menimbulkan kecemasan – kecemasan dan perasaan

bersalah/berdosa

b. Teori cloaca munculnya anggapan keliru dimana segala sesuatu yang

keluar dari rongga tubuh itu adalah kotor, najis, menjijikan, serta

merupakan tanda noda yang tidak suci

c. Fobia ketakutan yang tidak beralasan

d. Hypochondria rasa tertekan, ketakutan dan fantasi sakit (paranoid).

e. Paranoid

f. Psychogene aminorhe berhentinya menstruasi sebelum waktunya,

penolakan terhadap menstruasi.

Bila menenmukan hal - hal ganjil yang mencurigakan seputar haid

segera periksakan ke dokter bila mengalami hal – hal sebagai berikut :

a. Apabila menstruasi yang pertama (menarche) mulai keluar

sebelum usia 8 tahun, atau belum mengalami menstruasi setelah

usia melewati 18 tahun

b. Apabila siklus mentruasi kurang dari 14 hari, atau lebih dari 35 -

40 hari sekali

c. Apabila lamanya mentruasi lebih dari 14 hari

d. Apabila lamanya darah haid sangat banyak (ganti pembalut 10

kali per hari)

26

e. Sakit perut sampai tidak bias mengerjakan aktivitas sehari – hari

atau bahkan sampai pingsan atau jika rasa nyeri itu semakin lama

semakin bertambahan intensitasnya

f. Muncul noktah darah (spotting) di antara dua siklus haid

g. Warna darah kelihatan tidak seperti biasanya, menjadi lebih

kecoklatan atau merah muda segar atau kalua darah mens keluar

sampai bergumpal – gumpal

h. Darah mens berbau anyir, bahkan berbau busuk

i. Mengalami periode menstruasi yang tidak teratur padahal belum

memasuki masa perimenopaue (menjelang menopause)

j. Tidak mengalami periode menstruasi selama tiga bulan berturut -

turut atau lebih, padahal belum memasuki masa perimonepouse

k. Mengalami kram berat secara mendadak yang tidak seperti

biasanya. Kondisi ini umumnya dialami 50 persen wanita selama

1 atau 2 saat menstruasi.

B. Tinjauan Umum Tingkat Stres

1. Defenisi Stres

Stres adalah respon nonspesifik generalisata tubuh terhadap setiap

faktor yang mengalahkan, atau mengancam untuk mengalahkan

kemampuan kompensasi tubuh untuk mempertahankan homeostatis

(Sherwood, 2012).Stres adalah sekumpulan perubahan fisiologis akibat

tubuh terpapar terhadap bahaya ancaman. Stres memiliki 2 komponen

yaitu perubahan fisiologis dan perubahan psikologis, bagaimana

27

seseorang merasakan keadaan dalam hidupnya perubahan keadaan fisik

dan psikologis ini disebut stressor (pengalaman yang mengiduksi respon

stres) (Pinel, 2009).

Menurut Lazarus & Folkman, stres adalah keadaan internal yang

dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh (kondisi penyakit, latihan,

dll) atau kondisi lingkungan dan social yang dinilai potensial

membahayakan, tidak terkendali atau melebihi kemampuan individu

untuk melakukan coping (Habeeb,2010).

Hawari (2008) menjelaskan bahwa stres juga dapat diartikan sebagai :

a. Stimulus, yaitu stres merupakan kondisi atau kejadian tertentu yang

menimbulkan stres atau disebut stressor.

b. Respon, yaitu stres merupakan suatu respon atau reaksi individu yang

muncul karena adanya situasi tertentu yang menimbulkan stres.

Respon yang muncul dapat secara fisiologis, seperti: jantung berdebar,

gemetar, dan pusing serta psikologis, seperti: takut, cemas, sulit

berkonsentrasi, dan mudah tersinggung.

c. Proses, yaitu stres digambarkan sebagai suatu proses dimana individu

secara aktif dapat mempengaruhi dampak stres melalui strategi

tingkah laku, kognisi maupun afeksi.

2. Klasifikasi Stres

Maramis (2009) mengklasifikasikan stres menjadi tiga tingkatan yaitu:

a. Stres Ringan

28

Pada tingkat stres ini sering terjadi pada kehidupan sehari-hari

dan kondisi ini dapat membantu individu menjadi waspada dan

bagaimana mencegah berbagai kemungkinan yang akan terjadi. Stres

ini tidak merusak aspek fisiologik seseorang. Pada respons psikologi

didapatkan merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari

biasanya, namun tanpa disadari cadangan energi semakin menipis,

pada repons perilaku didapatkan semangat kerja yang terlalu

berlebihan, merasa mudah lelah dan tidak bisa santai. Situasi ini tidak

akan menimbulkan penyakit kecuali jika dihadapi terus menerus.

b. Stres Sedang

Pada tingkat stres ini individu lebih memfokuskan hal penting

saat ini dan mengesampingkan yang lain sehingga mempersempit

lahan persepsinya. Respons fisiologis dari tingkat stres ini didapatkan

gangguan pada lambung dan usus misalnya maag, buang air besar

tidak teratur, ketegangan pada otot, berdebar-debar, gangguan pola

tidur dan mulai terjadi gangguan siklus dan pola menstruasi. Respons

psikologis dapat berupa perasaan ketidaktenangan dan ketenangan

emosional semakin meningkat, merasa aktivitas menjadi

membosankan dan terasa lebih sulit, serta timbul perasaan ketakutan

dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa penyebabnya. Pada

respon perilaku sering merasa badan terasa akan jatuh dan serasa mau

pingsan, kehilangan respons tanggap terhadap situasi,

ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari, daya

29

konsentrasi dan daya ingat menurun. Keadaan ini bisa terjadi beberapa

jam hingga beberapa hari.

c. Stres Berat

Pada tingkat stres ini, persepsi individu sangat menurun dan

cenderung memusatkan perhatian pada hal-hal lain. Semua perilaku

ditujukan untuk mengurangi stres. Individu tersebut mencoba

memusatkan perhatian pada lahan lain dan memerlukan banyak

pengarahan. Pada tingkat stres ini juga mempegaruhi aspek fisiologik

yang didapatkan seperti, gangguan sistem pencernaan semakin berat,

ketidakteraturan pada siklus menstruasi, debaran jantung semakin

keras, sesak napas dan sekujur tubuh terasa gemetar. Pada respons

psikologis didapatkan, merasa kelelahan fisik semakin mendalam,

timbul perasaan takut, cemas yang semakin meningkat, mudah

bingung dan panik. Respons perilaku dapat terjadi tidak dapat

menyelesaikan tugas sehari-hari.

3. Tahapan Stres

Dalam penelitianya membagi tahapan-tahapan stres berbagai

berikut.(Priyoto, 2014):

a. Stres tahap I

Tahapan ini merupakan stres tahapan stres paling rigan, dan biasanya

di sertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut :

1. Semngat berkerja besar, berlebihan(over acting)

30

2. Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya

namun tanpa disadari cadangan energi dihabiskan,disertai rasa

gugup yang berlebihan pula.

3. Merasa senang dengan pekerjaannya dan itu semakin bertambah

semangat, namun tanpa di sadari cadangan energi semakin

menipis.

b. Stres tahap II

Dalam tahapan ini dampak stres yang semula “ menyenangkan”

sebagaimana di uraikan tahap I di atas mulai menghilang, dan

timbul keluhan-keluhan yang di sebabkan karena cadangan energi

tidak lagi cukup sepanjang hari karena tidak cukup waktu untuk

istirhat. Keluhan-keluhan yang sering dikemukan oleh seseorang

yang berada pada tahap stres II adalah sebagai berikut:

1) Merasa letih sewaktu bangun pagi, yang seharusnya

merasasegar

2) Merasa mudah lelah sesudah makan siang

3) Tidak biasa santai

c. Stres tahap III

Bila seseorang memaksankan diri dalam pekerjaan tanpa hiraukan

keluhan-keluhan sebagaimana diuraikan pada stres tahap II tersebut

diatas, maka yang bersangkutan akan menunjukkankeluhan-keluhan

yang semakin nyata dan mengganggu, tahap ini sudah masukki stress

tahap sedang yaitu :

31

1) Perasaan ketidaktenangan dan ketegangan emosional semakin

meningkat

2) Gangguan pola tidur (insomnia)

3) Koordinasi tubuh terganggu terganggu

d. Stres tahap IV

Bila hal terjadi dan yang bersangkutan terus memaksan diri untuk

berkerja tanpa mengenal istirhat, maka gejalah stres tahap IV,tahap

ini sudah masukki stress tahap berat yaitu akan muncul :

1) Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan

mudahdiselesaikan mejadi membosakan dan terasa lebih sulit.

2) Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari.

3) Daya konsentrasi dan daya ingat menurun.

e. Stres tahap V

Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stres

tahap V yang ditandai dengan tahap ini sudah masukki stress tahap

berat yaitu berikut :

1) Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari

yang ringan dan sederhana

2) Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam

32

3) Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang semakin

meningkat, mudah bingu dan panik.

4. Stressor

Kondisi fisik, lingkungan dan sosial yang merupakan penyebab

dari kondisi stres disebut stressor (Habeeb, 2010). Stressor dapat

berwujud atau berbentuk fisik, seperti polusi udara, dan dapat juga

berkaitan dengan lingkungan sosial, seeperti interaksi sosial. Pikiran

ataupun perasaan individu sendiri yang dianggap sebagai suatu ancaman

baik yang nyata maupun imajinasi dapat juga menjadi stressor.

Menurut Maramis (2009) dalam bukunya mengatakan ada empat

sumber atau penyebab stres :

a. Frustasi

Frustasi dapat terjadi apabila usaha individu untuk mencapai

sasaran tertentu mendapat hambatan atau hilangnya kesempatan

dalam mendapatkan hasil yang diinginkan. Frustasi juga dapat

diartikan sebagai efek psikologis terhadap situasi yang mengancam,

seperti timbul reaksi marah, penolakan maupun depresi.

b. Konflik

Konflik terjadi ketika individu berada dalam tekanan

merespons langsung terhadap dua atau lebih dorongan, juga

munculnya dua kebutuhan maupun motif yang berbeda dalam waktu

bersamaan.

c. Tekanan (presure)

33

Tekanan terjadi karena adanya suatu tuntutan untuk mencapai

sasaran atau tujuan tertentu maupun tuntutan tingkah laku tertentu.

Secara umum tekanan mendorong individu untuk meningkatkan

performa, mengintensifkan usaha atau mengubah sasaran tingkah

laku. Tekanan sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari dan

memiliki bentuk yang berbeda-beda pada setiap individu. Tekanan

dalam beberapa kasus tertentu dapat menghabiskan sumber-sumber

daya yang dimiliki dalam proses pencapaian sasarannya. Bahkan

bila berlebihan dapat mengarah pada perilaku maladaptif. Tekanan

dapat berasal dari sumber internal atau eksternal atau kombinasi dari

keduanya. Tekanan internal misalnya adalah sistem nilai, konsep diri

dan komitmen personal. Tekanan eksternal misalnya berupa tekanan

waktu atau peran yang harus dijalani seseorang, atau juga dapat

berupa kompetisi dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat antara

lain dalam pekerjaan sekolah dan mendapatkan pasangan hidup.

4. Perubahan Hormon Akibat Stres

Adapun hormon-hormon yang mengalami perubahan selama stres, yaitu :

a. Kortisol

Kortisol berperan kunci dalam adaptasi terhadap stres. Segala

jenis stres merupakan rangsangan utama bagi peningkatan sekresi

kortisol. Meskipun peran persis kortisol dalam adaptasi terhadap

stres belum diketahui namun penjelasan yang spekulatiftetapi masuk

akal adalah sebagai berikut. Manusia primitif atau hewan yang

34

terluka atau menghadapi situasi yang mengancam nyawa harus

bertahan tanpa makan. Pergeseran dari penyimpangan protein dan

lemak ke peningkatan simpanan karbohidrat dan ketersediaan

glukosa darah yang ditimbulkan oleh kortisol akan membantu

melindungi otak dari malnutrisi selama periode puasa terpaksa

tersebut. Juga, asam-asam amino yang dibebaskan oleh penguraian

protein akan menjadi pasokan yang siap digunakan untuk

memperbaiki jaringan jika terjadi cedera fisik. Karena itu, terjadi

peningkatan cadangan glukosa, asam amino, dan asam lemak yang

dapat digunakan sebagaikebutuhan.

Peningkatan drastis sekresi kortisol, yang diperantarai oleh

susunan saraf pusat melalui peningkatan aktivitas sistem CRH-

ACTH, terjadi sebagai respon terhadap segala jenis situasi stres.

Besar peningkatan konsentrasi kortisol plasma umumnya setara

dengan intensitas stimulus stres berat menyebabkan peningkatan

sekresi kortisol yang lebih besar daripada stres ringan (Ganong,

2012).

b. Katekolamin

Stimulus sumbu hipofisis-adrenal dikaitkan dengan pelepasan

katekolamin. Hal ini menyebabkan peningkatan curah jantung, aliran

darah ke otot rangka, retensi natrium, penurunan motilitas usus,

vasokonstriksi kulit, peningkatan glukosa, dilatasi bronkiolus, dan

aktivasi perilaku.Perbedaan antara persepsi keadaan internal atau

35

eksternal menyebabkan tanggapan stres yang melibatkan beberapa

sistem homeostatis. Keadaan seperti hipoglikemia, hipoksia,

perdarahan, kolaps sirkulasi menimbulkan aktivasi SAMS termasuk

stimulus jantung, splanchnic, kulit, dan vasokonstriksi ginjal. Dalam

situasi ini, aktivitas SAMS berkoordinasi dengan sistem saraf

parasimpatis, sistem hipofisis-adrenocortical, dan mungkin beberapa

sistem neuropeptida (Ranabir, S. Dan Reetu, K, 2011).

c. Gonadotropin

Stres menyebabkan penekanan gonadotropin dan hormon

steroid yang akan menyebebkan gangguan siklus menstruasi.

Tekanan psikologis dan sosial yang akut dan kronis dapat

menggangu sekresi hormon reproduksi dalam berbagai spesies

primata, bukan hanya manusia. Gangguan ini bisa halus, yang terdiri

dari penekanan ringan pada sekresi hormon reproduksi yang

mendasari penurunan tingkat kesuburan dan perilaku reproduksi.

Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap variabilitas respon sumbu

reproduksi termasuk jenis stres, besarnya dan durasi stres, persepsi

stres oleh individu, status sosial individu, tingkat bersamaan perilaku

agresif yang ditampilkan oleh individu, dan aktivitas reproduksi.

Namun, lebih banyak pekerjaan yang diperlukan untuk

memahami mekanisme yang mendasari penurunan sumbu reproduksi

oleh tekanan psikologis dan sosial, serta mekanisme yang mendasari

perbedaan kerentanan terhadap gangguan stres yang disebabkan

36

fungsi reproduksi dalam individu. Terlalu lama stres dapat

menyebabkan gangguan fungsi reproduksi. Perjalanan

gonadotrophin releasing hormon ke hipofisis menurun karena

peningkatan sekresi CRH (Ranabir, S. Dan Reetu, K, 2011).

d. Vasopresin dan Renin-Angiotensin-Aldosteron

Secara bersama-sama, hormon-hormon ini meningkatkan

volume plasma dengan mendorong retensi garam dan H2O.

Peningkatan volume plasma diperkirakan berfungsi sebagai tindakan

protektif untuk mempertahankan tekanan darah seandainya terjadi

kehilangan cairan plasma melalui perdarahan atau berkeringat

berlebihan selama periode bahaya. Vasopresin dan angiotensin juga

memiliki efek vasopresor langsung, yang dapat bermanfaat dalam

mempertahankan tekanan arteri jika terjadi kehilangan darah akut.

Vasopresin juga dipercaya mampu mempermudah proses belajar,

yang berdampak pada adaptasi terhadap stres mendatang (Sherwood,

2012).

e. Hormon Tiroid

Fungsi tiroid biasanya menurun selama kondisi stres. Stres

menghambat sekresi thyroid-stimulating hormone (TSH) melaui aksi

glukokortikoid pada sistem sraf pusat. Penelitian sebelumnya

menunjukkan bahwa stres akut dan berulang dapat mengubah sekresi

hormon (Ranabir, S. Dan Reetu, K. 2011).

f. Hormon Pertumbuhan

37

Kegagalan pertumbuhan tanpa etiologi bisa terkait dengan

gangguan perilaku dan stres psikososial. Kondisi ini meliputi gagal

tumbuh, pengerdilan sekunder, kekurangan gizi kronis, dan

hipopituitarisme idiopatik. Beberapa anak menunjukkan

pertumbuhan yang memuncak spontan ketika dihindarkan dari

sumber stres (Ranabir, S. Dan Reetu, K, 2011).

C. Tinjauan umum perkembangan remaja

1. Pengertian Remaja

Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan

manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa

kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologik,

perubahan psikologik, dan perubahan sosial. Di sebagian besar

masyarakat dan budaya masa remaja pada umumnya dimulai pada usia

10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun (Notoatdmojo, 2007).

Remaja atau adolescence berasal dari bahasa latin “adolescere”

yang berarti “tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa”. Menurut WHO

(World Health Organization) remaja adalah suatu masa ketika individu

berkembang pada pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual

sekunder sampai mencapai kematangan seksual. Individu mengalami

perkembangan psikologis dan pola dentifikasi dari kanak – kanak

menjadi dewasa dan terjadi peralihan dari ketergantungan sosial –

ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif mandiri (sarlito, 2010).

38

Masa remaja adalah suatu masa perkembangan yang dinamis

dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi

dari masa anak ke masa dewasa yang ditandai dengan pertumbuhan dan

perkembangan fisik, mental, dan emosional. Hal ini dikarenakan secara

fisik proses pertumbuhan otak pada remaja mencapai kesempurnaan

dimana sistem syaraf yang memproses informasi berkembang secara

cepat (Soetjiningsih, 2004).

Perkembangan merupakan suatu proses dimana perubahan –

perubahan di dalam diri remaja akan diintergrasikan sedemikian rupa,

sehingga remaja tersebut dapat berespon dengan baik dalam menghadapi

rangsangan – rangsangan dari luar dirinya. Yang paling menonjol dalam

tumbung kembang remaja adalah adanya perubahan fisik, alat reproduksi,

kognitif, dan psikososial.

Menurut WHO (World Health Organization) batas usia remaja

adalah 12 sampai 24 tahun. Sedangkan dari segi pelayanan program

pelayanan definisi remaja yang digunakan oleh Departemen Kesehatan

adalah mereka yang berusia 10 sampai 19 tahun dan belum kawin.

Sementara itu menurut BKKBN (Direktorat Remaja dan Perlindungan

Hak Reproduksi) batasan usia remaja adalah 10-21 tahun (Anonim,

2007).

Menurut Hurlock (1992) Remaja berasal dari kata latin

adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah

adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup

39

kematangan mental, emosional sosial dan fisik. Masa ini merupakan

masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

Menurut Santrock (2003) masa remaja diartikan sebagai masa

perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang

mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosinal.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa masa remaja

adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang

dimulai saat terjadinya kematangan seksual yang meliputi perubahan

biologis, psikologis serta perubahan sosial.

2. Tahap – Tahap Perkembangan Remaja.

Menurut Sarwono (2006) ada 3 tahap perkembangan remaja dalam

proses penyesuaian diri menuju dewasa :

a. Remaja Awal (Early Adolescence)

Seorang remaja pada tahap ini berusia 10-12 tahun masih

terheran-heran akan perubahan-perubahan yang terjadi pada

tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-

perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat

tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis.

Dengan dipegang bahunya saja oleh lawan jenis, ia sudah berfantasi

erotik. Kepekaan yang berlebih-lebihan ini ditambah dengan

berkurangnya kendali terhadap ego. Hal ini menyebabkan para

remaja awal sulit dimengerti orang dewasa.

b. Remaja Madya (Middle Adolescence)

40

Tahap ini berusia 13-15 tahun. Pada tahap ini remaja sangat

membutuhkan kawan-kawan. Ia senang kalau banyak teman yang

menyukainya. Ada kecenderungan narastic,yaitu mencintai diri

sendiri, dengan menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat

yang sama dengan dirinya. Selain itu, ia berada dalam kondisi

kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang mana: peka

atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis,

idealis atau meterialis, dan sebagainya. Remaja pria harus

membebaskan diri dari Oedipoes Complex (perasaan cinta pada ibu

sendiri pada masa kanak-kanak) dengan mempererat hubungan

dengan kawan-kawan dari lawan jenis.

c. Remaja Akhir (Late Adolescence)

Tahap ini 16-19 tahun adalah masa konsolidasi menuju periode

dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal dibawah ini :

1) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.

2) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang

lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru.

3) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.

4) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri)

diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri

dengan orang lain.

5) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private

self) dan masyarakat umum (the public).

41

Menurut Soetjiningsih (2004), pada umumnya pengelompokan

tahapan perkembangan pada remaja adalah sebagai berikut :

a. Masa remaja awal atau dini umur 11-13 tahun

Pada masa remaja awal terdapat ciri-ciri yang menandai

pada masa perkembangan ini antara lain : 1) Mereka tidak mau

lagi disebut anak, sebutan anak dianggap sebagai sesuatu yang

merendahkan diri mereka. Tetapi juga tidak mau dikatakan

dewasa. Hal tersebut dianggap terlalu berat tanggung jawabnya

bagi mereka, 2) Mereka mulai memisahkan diri dari orang

tuanya atau orang-orang dewasa lain yang ada di sekitarnya, 3)

Mereka membentuk kelompok-kelompok untuk bersaing, antara

kelompok yang satu dengan yang lain, 4) Mereka mempunyai

sifat mendewasakan tokoh-tokoh yang di pandang memiliki

kelebihan yang di sukainya, 5) Pandangannya lebih banyak di

arahkan keluar (ekstrovet) dan kurang bersedia untuk melihat

dan mempercayai dirinya sendiri, 6) Mereka berani menghadapi

sesuatu tapi kadang-kadang kurang perhitungan dan terkadang

melupakan tata susila.

b. Masa remaja pertengahan 14-16 tahun

Pada fase ini, di sebut juga dengan fase negatif atau sikap

menolak. Adapun ciri-ciri pada fase ini antara lain, ialah: 1)

Bersikap serba ragu, tidak pasti, tidak senang, tidak setuju, dan

sebagainya, 2) Anak sering murung, sedih tetapi ia sendiri tidak

42

mengerti apa sebabnya, 3) Sering melamun tak menentu, dan

terkadang berputus asa.

c. Masa remaja lanjut 17-20 tahun

Pada fase remaja lanjut, di tandai dengan perubahan

jasmani yang di sebabkan karena pertumbuhan kelenjar-kelenjar

baru, sehingga bagi anak putri perkembangan itu menuju ke arah

keibuan dan bagi anak putra mengarah kebapakan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pada

umumnya pengelompokan tahapan perkembangan pada remaja

dibagi atas tiga tahap perkembangan yaitu: 1) masa remaja awal

dari umur 10-13 tahun, 2) masa remaja madya dari umur 13-16

tahun, 3) masa remaja akhir dari umur 16 – 20 tahun.

3. Tugas – Tugas Perkembangan Remaja

Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja menurut Hurlock (1991)

adalah sebagai berikut :

a. Mampu menerima keadaan fisiknya.

b. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa.

c. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang

berlainan jenis.

d. Mencapai kemandirian emosional.

e. Mencapai kemandirian ekonomi.

f. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat

diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat.

43

g. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan

orang tua.

h. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan

untuk memasuki dunia dewasa.

i. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan.

j. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan

keluarga.

Menurut Havighurst (1961) tugas-tugas perkembangan masa remaja

adalah sebagai berikut :

a. Menerima kedaan jasmani dan menggunakan secara efektif.

b. Menerima peranan sosial jenis kelamin sebagai pria/wanita.

c. Menginginkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab

sosial.

d. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa

lainnya.

e. Belajar bergaul dengan kelompok anak-anak wanita dan anak-anak

laki-laki.

f. Perkembangan skala nilai.

g. Secara sadar mengembangkan gamabaran dunia lebih adekwat.

h. Persiapan diri secara ekonomi.

i. Pemilihan dan latihan jabatan.

j. Mempersiapkan perkawinan.

44

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tugas-tugas

perkembangan remaja antara lain: 1) mampu menerima keadaan fisik, 2)

mampu menerima peranan sosial jenis kelamin sebagai pria/wanita, 3)

mampu mencapai perilaku sosial dan mampu membina hubungan baik

dengan anggota kelompok, 4) mencapai kemandirian emosional dan

ekonomi, 5) mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual, 6)

mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial, 7) pemilihan dan

latihan jabatan, 8) mempersiapkan diri memasuki perkawinan.

4. Perubahan Fisik Pada Remaja

Perubahan fisik pada remaja menurut Sarwono (2010) yaitu :

1. Tanda Seks Primer

Tanda seks primer merupakan tanda yang menunjukkan alat

kelamin pada wanita

Alat kelamin wanita bagian luar terdiri dari :

1) Bibir luar (labia mayora)

2) Labia minor (labia minora)

3) Klitoris, yaitu bagian penuh dengan ujung-ujung syaraf

sehinngga sangat peka terhadap rangsangan/sentuhan. Sentuhan-

sentuhan pada klitoris dapat menyebabkan terjadinya orgasme

(puncak kenikmatan seksual) pada wanita.

4) Uretra (liang saluran seni)

45

5) Liang senggama (vagina) berfungsi sebagai jalan keluar haid,

jalan masuk penis dalam senggama, dan jalan keluar bayi waktu

melahirkan.

Alat kelamin wanita bagian dalam terdiri dari :

1) Hymen (selaput dara)

2) Mulut rahim (serviks) yang menghubungkan vagina dengan

Rahim

3) Rahim (uterus) yaitu jaringan sebesar telur ayam tetapi punya

kemampuan melaryang sangat besar sekali dalam mengandung

bayi.

4) Saluran telur (tuba palopi) disebelah kanan dan kiri Rahim.

5) Indung telur (ovarium) yang menghasilkan hormon-hormon

estrogen, progesterone dan sel telur.

2. Tanda Seks Sekunder

Tanda-tanda seks sekunder merupakan tanda-tanda badaniah

yang membedakan pria dan wanita .Pada wanitabisa ditandai antara

lain: pertumbuhan tulang-tulang(badan menjadi tinggi, anggota

badan menjadi panjang), pertumbuhan payudara, tumbuh bulu yang

halus dan lurus berwarna gelap dikemaluan, mencapai pertumbuhan

ketinggian badan setiap tahunnya, bulu kemaluan menjadi keriting,

haid, dan tumbuh bulu-bulu ketiak (Sarwono, 2010).

D. Tinjauan hubungan tingkat stres dengan keluhan menstruasi pertama

pada remaja

46

Perubahan sikap menstruasi yang terjadi sebelum berlangsungnya masa

menstruasi keluhan yang dialami wanita saat masa menstruasi diantaranya

stres, cemas, ketegangan dan kegugupan, cepat marah, berat badan bertambah,

oedema pada ekstremitas, payudara sakit, abdomen terasa penuh, nafsu

makan bertambah, ingin makan yang manis, depresi, cepat lupa, cepat

menangis dan bingung. Pada saat terjadi menstruasi seseorang akan

mengalami stres dikarenakan banyaknya aktifitas yang dilakukan

mengakibatkan nyeri pada daerah bawah perut, biasanya saat melakukan

akivitas seseorang akan menahan rasa nyeri saat mengalami menstruasi

pertama kali tapi ada pula yang tidak bisa menahan rasa nyeri saat melakukan

aktifitas (Baradero, 2007).

Penelitian yang dilakukan oleh pinasti, dkk (2012) ini menggunakan

metode survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam

penelitian ini meliputi para siswi kelas 2 di SMA N 1 Kendal dengan jumlah

siswa 190 orang. Pengambilan sampel menggunakan Tehnik proppartional

stratified random sampling dan didapatkan sampel sebanyak 66 orang.

Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui gambaran responden menurut

variable yang diteliti dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, sedangkan

analisis bivariat menggunakan uji chi-square. Pada akhir penelitian

didapatkan sebanyak 38 responden (57,6 %) mengalami stres ringan dengan

perincian 23 responden (34,8 %) dengan keluhan siklus menstruasi yang

normal dan 15 responden (22,7 %) dengan keluhan siklus menstruasi yang

tidak normal (polimenorea dan oligomenorea). Nilai p = 0,012( p< 0,050).

47

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

48

Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menjadi

dewasa. Banyaknya perubahan dalam masa ini mempengaruhi psikologis

remaja putri salah satunya adalah datangnya menstruasi. Para remaja putri

sering stres saat mengalami menstruasi. Makanya perlu landasan untuk

mengatasi keluhan menstruasi yang dapat menyebabkan tingkat stres agar

remaja putri bisa menghadapi perubahan yang ada saat mengalami menstruasi.

Berdasarkan hal inilah, peneliti menggambarkan secara skematis

kerangka konsep sebagai berikut :

Variabel independen (bebas) Variabel Dependen (terikat)

Keterangan :

: Variabel independen

: Variabel Penghubung

: Variabel Dependen

B. Hipotesis Penelitian

Hipotesa dalam penelitian ini adalah hipotesa Alternatif (Ha) yaitu :

Ada hubungan keluhan menstruasi dengan tingkat stres pada remaja putri.

Keluhan mestruasi

Tingkat stres

Stres Ringan

Stres Berat

49

BAB IV

METODE PENELITIAN

50

A. Desain Penelitian

Desain penelitian ini merupakan rencana penelitian yang disusun

sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap

pernyataan penelitian.Desain penelitian mengacu pada jenis atau macam

penelitian yang dipiih untuk mencapai tujuan penelitian, serta berperan

sebagai alat dan pedoman untuk mencapai tujuan tersebut (Setiadi, 2013).

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan

desain observasional analitik.Desain observasional analitik adalah peneliti

melakukan pengamatan langsung kepada responden dengan melakukan

penyebaran kuesioner untuk di analisis dengan pendekatan cross sectional

study yang merupakan rancangan peneliti yang melakukan pengukuran atau

observasi pada saat bersamaan. Untuk melihat hubungan keluhan menstruasi

dengan tingkat stress pada remaja putri (Notoatmojo, 2010).

B. Populasi, Sampel dan Sampling

1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam

suatu penelitian (Suryono, 2013). Populasi dalam penelitian ini yaitu

diperoleh hasil keseluruhan siswi 56 orang di SMP Handayani

Sungguminasa Gowa .

2. Sampel

51

Sampel merupakan bagian dari jumlah karakteristik yaitu dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiono, 2011).Besarnya sampel ditentukan dengan

menggunakan rumus slovin :

� =�

� �2 � �

Keterangan :

n = Jumlah Sampel

N = Jumlah Populasi

D = Tingkat kesalahan yang dipilih

Maka,

� =�t

� � �� ������2

� =�t

� � ����

� =�t����

� = �� Orang.

Dengan,

a. Kriteria Inklusi

52

1) Siswi kelas VII yang sudah menstruasi

2) Siswi yang bersedia menjadi responden

b. Kriteria Eksklusi

1) Siswi yang tidak menstruasi

2) Siswi yang tidak bersedia menjadi responden

3. Sampling

Menurut (Nursalam, 2013) sampling adalah suatu proses dalam porsi dari

populasi untuk mewakili populasi. Penelitian ini menggunakan purposive

sampling yaitu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel

diantara populasi sesuai yang dikehendaki peneliti.

C. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional

1. Variabel independen

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau dianggap

menentukan variabel terikat (Saryono, 2013). Variabel independen dalam

penelitian ini adalah tingkat stres.

2. Variabel dependen

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi. Variabel ini

tergantung atau dependen disebut juga kejadian, luaran, manfaat, efek

atau dampak (Saryono, 2013). Variabel dependen pada penelitian ini

adalah menstruasi pertama pada remaja putri.

3. Defenisi operasional

53

Definisi operasional merupakan sesuatu yang dirumuskan untuk

kepentingan akurasi, komunikasi dan replikasi (Nursalam, 2014). Berikut

klasifikasi variabel dan definisi operasional dalam bentuk tabel dengan

rincian sebagai berikut :

No Variabel Defenisi Parameter Alat ukur Skor Skala

ukur

1. Independen

Keluhan

Menstruasi

Keluhan saat

menstruasi

yaitu nyeri

dibagian

bawah perut,

timbul

jerawat

diarea wajah,

sakit kepala,

nyeri/ngilu di

seluruh badan

Selalu

(SL) : 1,

Sering (S) :

2,

Jarang(J) :

3, Tidak

Pernah

(TP) : 4.

kuesioner Ringan

jika skor

<38

Berat jika

skor ≥38

Ordinal

2. Dependen

Tingkat stres

Stress adalah

ketegangan

mental atau

fisik, kadang-

Selalu

(SL) : 1,

Sering (S) :

2,

kuesioner Tingkat

stres

dikatakan

ringan jika

Ordinal

54

kadang

menyebabkan

kesulitan atau

situasi yang

menyakitkan.

Jarang(J) :

3, Tidak

Pernah

(TP) : 4.

skor <38

Tingkat

stres

dikatakan

berat jika

skor ≥38

D. Lokasi Penelitian

Tempat penelitian di lakukan di SMP Handayani Sungguminasa Gowa

E. Waktu Penelitian

Waktu penelitian telah di laksanakan pada tanggal 31 juli – 06 Agustus 2018

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk mengukur

atau mengumpulkan data.Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini

adalah kuesioner dan lembar observasi.

Keluhan menstruasi diukur dengan menggunakan kuesioner yang

terdiri dari 15 pertanyaan menggunakan skala likertDimana TP : Skornya 1, J :

Skornya 2, SR : skornya 3, SL : skornya 4. Dimana

jumlah pertanyaan x skor terendah � �jumlah pertanyaan x skor tertinggi�2

��x� � ��x�2

= ���t�2

=��2= 38

55

sehingga nilai median 38, keluhan menstruasi dikatakan ringan jika skor

jawaban <38 dan keluhan menstruasi dikatakan berat jika skor jawaban

>38

Tingkat stres di ukur dengan menggunakan lembar observasi dan

lembar kuesioner yang terdiri dari 15 pertanyaan menggunakan skala

likertDimana TP : Skornya 1, J : Skornya 2, SR : skornya 3, SL : skornya 4.

Dimana

jumlah pertanyaan x skor terendah � �jumlah pertanyaan x skor tertinggi�2

��x� � ��x�2

= ���t�2

=��2= 38

sehingga nilai median 38, tingkat stres dikatakan ringan jika skor jawaban

<38 dan tingkat stres dikatakan berat jika skor jawaban >38

G. Cara Pengumpulan Data

1. Sumber Data

a. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dengan

menggunakan kuesioner.

b. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari wali kelas siswa di

SMP Handayani Sungguminasa Gowa.

2. Prosedur pengumpulan Data.

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar

kuesioner.Sebelum pengisian kuesioner, peneliti terlebih dahulu meminta

persetujuan responden dengan mengisi lembar Informen

56

Consent.Kemudian mengisi lembar data demografi dan lembar kuesioner

sesuai petunjuk yang telah diberikan.

H. Pengolahan Data

Prosedur pengolahan data yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Editing

Pada tahap ini data diperiksa kembali untuk mengetahui kelengkapan

pengisian kuesioner, apakah setiap pertanyaan sudah dijawab dan sudah

lengkap.

b. Entry

Entry dilakukan dengan memasukkan data hasil tabulasi ke dalam media

pengolahan data.

c. Koding

Setelah data masuk setiap jawaban dirubah atau disalin kedalam angka-

angka dan diberikan angka-angka tertentu untuk setiap jawaban, sehingga

memudahkan dalam pengolahan data selanjutnya.

d. Tabulasi

Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data kedalam suatu

tabel menurut sifat-sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian,

sehingga data mudah untuk dianalisa.

I. Tehnik Analisa Data

Analisa data pada penelitian ini dilakukan dengan pengujian Analisa univariat

dan bivariat.

57

1. Analisa Univariat

Analisa univariat yaitu Analisa yang dilakukan terhadap tiap variabel dari

penelitian untuk mendapatkan gambaran secara deskriptif mengenai

variabel yang diteliti.

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat yaitu Analisa yang dilakukan terhadap dua variabel

yang di duga mempengaruhi. Variabel bivariat dilakukan untuk meneliti

hubngan antara variabel dan menguji hipotesis penelitian dengan

memakai uji statistic Chi-Square dengan bantuan SPSS, dan α = 0,05.

J. Etika Penelitian

Etika penelitian bertujuan untuk melindungi hak-hak subyek antara

lain menjamin kerahasiaan identitas responden dan kemungkinan terjadinya

ancaman terhadap responden. Sebelum melaksanakan, kepada responden

diberikan surat persetujuan tentang kesediaan responden menjadi partisipan

dalam kegiatan ini.

Setelah mendapatkan persetujuan, barulah peneliti melakukan

penelitian dan dalam melaksanakan penelitian dengan memperhatikan

masalah etika yang meliputi :

1. Informed consent (lembar persetujuan)

Peneliti memberikan penjelasan tentang maksud, tujuan, manfaat

penelitian dan dijelaskan bahwa keikutsertaan didalam penelitian ini

bersifat sukarela, kemudian peneliti menyerahkan lembar persetujuan

menjadi responden, responden membaca lembar persetujuan dan

58

memberikan tanda tangan di lembar persetujuan sebagai bukti bersedia

menjadi responden.

2. Anonymity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan maka peneliti tidak mencantumkan nama

pada lembar kuesioner tapi hanya memberikan kode atau inisial.

3. Confidentialy (kerahasiaan)

Semua data atau informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan

dilaporkan sebagai hasil peneliti.

59

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP HANDAYANI SUNGGUMINASA

GOWA mulai bulan juli – agustus 2018.Penelitian ini merupakan jenis

penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain cross sectional study untuk

menganalisis hubungan keluhan menstruasi dengan tingkat stres. Populasi

dalam penelitian ini adalah siswi SMP kelas VII.Jumlah sampel dalam

penelitian ini sebanyak 49 responden.

Instrumen pengumpulan data menggunakan kuesioner. Setelah

terkumpul, selanjutnya dilakukan pengeditan, pengkodean, dan tabulasi data.

Data diolah dengan menggunakan program SPSS 16.0 uji statistik Chi –

Square dengan derajat kemaknaan (α) 0,05.

Analisa data terdiri dari analisi univariat dan bivariat.Analisis univariat

dilakukan pada tiap variabel dari hasil penelitian.Sedangkan analisis bivariat

dilakukan pada variabel independen dan dependen untuk melihat hubungan

variabel independen dan dependen.

60

1. Karakteristik Responden

Hasil penelitian di SMP HANDAYANI SUNGGUMINASA GOWA pada

siswi kelas VII dapat diketahui data karakteristik sebagai berikut :

a. Usia

Tabel 5.1

Distribusi Responden Berdasarkan Usia Di SMP Handayani

Sungguminasa Gowa

No Umur n (%)1 11 2 4.12 12 9 18.43 13 27 55.14 14 11 22.4

Total 49 100.0Sumber : Data Primer, 2018

Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa dari 49 responden

ditemukan responden yang berumur 11 tahun sebanyak 2 orang (4,1%),

berumur 12 tahun sebanyak 9 orang (18,4%), berumur 13 tahun sebanyak

27 orang (55,1%), dan responden yang berumur 14 tahun sebanyak 11

orang (22,4%) dari data diatas dapat di simpulkan bahwa sebagian besar

responden berumur 13 tahun sebanyak 27 orang (55,1%).

2. Analisis Univariat

a. Keluhan menstruasi pada remaja putri Di SMP Handayani

Sungguminasa Gowa

Hasil pembagian kuesioner pada 49 siswi kelas VII SMP Handayani

Sungguminasa gowa diperoleh data analisis univariat sebagai berikut :

61

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keluhan Menstruasi di SMP

Handayani Sungguminasa Gowa.

No Keluhan menstruasi n (%)

1 Ringan 31 63.32 Berat 18 36.7

Total 49 100.0Sumber : data primer, 2018

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa dari 49 responden, terdapat

31 responden (63,3%) mengalami keluhan ringan, dan yang mengalami

keluhan berat sebanyak 18 orang (36,7%). Dari data diatas disimpulkan

bahwa sebagian besar responden mengalami keluhan ringan sebanyak 31

orang (63,3%).

b. Tingkat stres pada remaja putri di SMP Handayani Sungguminasa

Gowa

Hasil pembagian kuesioner pada 49 siswi kelas VII SMP Handayani

Sungguminasa gowa diperoleh data analisis univariat sebagai berikut :

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Stres Di SMP

Handayani Sungguminasa Gowa.

No Tingkat Stres n (%)

1 Ringan 24 49.02 Berat 25 51.0

Total 49 100.0Sumber : data primer, 2018

Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa dari 49 responden, terdapat

24 responden (49,0%) mengalami stres ringan, dan yang mengalami stres

62

berat sebanyak 25 orang (51,0%). Dari data diatas disimpulkan bahwa

sebagian besar responden mengalami stres berat sebanyak 25 orang

(51,0%).

3. Analisis Bivariat

Hasil penelitian terdapat 49 responden siswi kelas VII SMP Handayani

Sungguminasa Gowa menggunakan uji Chi - Square dengan menggunakan

penggabungan sel dimana sel yang digabungkan adalah yang mempunyai

nilai observed kecil, diperoleh data hubungan seperti yang disajikan pada

tabel 5.4

Tabel 5.4

Hubungan Keluhan Menstruasi dengan Tingkat Stres pada Remaja Putri

di SMP Handayani Sungguminasa Gowa

KeluhanMenstruasi

Tingkat Stress Total % ΡRingan % Berat %KeluhanRingan

21 87,5 10 40,0 31 63,3

0,001KeluhanBerat

3 12,5 15 60,0 18 36,7

Total 24 100,0 25 100,0 49 100,0

Sumber : data primer, 2018

Berdasarkan tabel 5.4 adalah penggabungan sel yaitu 2 x 2, di mana cell

yang digabungkan adalah cell yang Square karena lebih dari 0% expected yang

kurang dari lima, sehingga menggunakan uji Chi - Square dengan nilai p =

0,002 (p ≤ 0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara keluhan menstruasi dengan tingkat stres pada remaja putri di

SMP Handayani Sungguminasa Gowa.

63

Berdasarkan Tabel 5.4 antara keluhan menstruasi dengan tingkat stres

pada remaja putri di SMP Handayani Sungguminasa Gowa, dari 49 responden

menunjukkan bahwa responden yang mempunyai keluhan ringan sebanyak 21

responden (87,5%) dan keluhan menstruasi berat sebanyak 10 orang responden

(40,0%). Sedangkan yang mengalami tingkat stres ringan sebanyak 3

responden (12,5%) dan 15 responden (60,0%) mengalami tingkat stres berat.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Hubungan Keluhan Menstruasi dengan Tingkat Stres pada remaja putri

di SMP Handayani Sungguminasa Gowa.

Berdasarkan hasil uji Chi - Square dengan penggabungan sel

menunjukkan bahwa ada hubungan antara keluhan menstruasi dengan tingkat

stres pada remaja putri di SMP Handayani Sungguminasa Gowa dengan p

value 0,001 (p < 0,05), yang berarti Ho di tolak dan Ha diterima, maka ada

hubungan antara keluhan menstruasi dengan tingkat stres pada remaja putri di

SMP Handayani Sungguminasa Gowa.

Berdasarkan analisa univariat tabel 5.2 diketahui bahwa dari 49

responden, terdapat 31 responden (63,3%) mengalami keluhan ringan, dan

yang mengalami keluhan berat sebanyak 18 orang (36,7%). Dari data diatas

disimpulkan bahwa sebagian besar responden mengalami keluhan ringan

sebanyak 31 orang (63,3%), kemudian pada tabel 5.3 diketahui bahwa dari 49

responden, terdapat 24 responden (49,0%) mengalami stres ringan, dan yang

mengalami stres berat sebanyak 25 orang (51,0%). Dari data diatas

64

disimpulkan bahwa sebagian besar responden mengalami stres berat sebanyak

25 orang (51,0%).

Berdasarkan analisa bivariat tabel 5.4 diketahui bahwa 49 responden

menunjukkan bahwa responden yang mempunyai keluhan menstruasi ringan

sebanyak 21 responden (87,5%) dan keluhan menstruasi berat sebanyak 10

orang responden (40,0%). Sedangkan yang mengalami tingkat stres ringan

sebanyak 3 responden (12,5%) dan 15 responden (60,0%) mengalami tingkat

stres berat yang dimana ada hubungan antara keluhan menstruasi dengan

tingkat stres pada remaja putri di SMP Handayani Sungguminasa Gowa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswi kelas VII mengalami stres

berat diakibatkan oleh beberapa keluhan saat menstruasi yaitu nyeri payudara,

kram perut, mual muntah, sakit kepala, merasa tidurnya kurang

nyaman/gelisah, merasa lemas dan letih. Proses menstruasi menimbulkan

masalah kesehatan reproduksi perempuan berhubungan dengan fertilitas yaitu

pola menstruasi, gangguan menstruasi dapat terjadi pada sebagian perempuan.

Faktor – faktor yang berhubungan dengan gangguan menstruasi yaitu siklus

menstruasi dan pola menstruasi.

Usia normal bagi seorang wanita mendapatkan menstruasi untuk

pertama kalinya pada usia 12 atau 13 tahun. Tetapi ada juga yang

mengalaminya lebih awal, yaitu pada usia 8 tahun atau lebih lambat yaitu usia

18 tahun. Menstruasi akan berhenti dengan sendirinya pada saat wanita sudah

berusia 40-50 tahun yang dikenal dengan istilah menopause.

65

Menurut teori Andira (2013) menstruasi atau dikenal dengan istilah

haid adalah kejadian yang alamiah yang terjadi pada wanita normal, hal ini

terjadi karena terlepasnya endomentrium uterus. Saat mengalami menstruasi

seseorang akan merasakan sakit didaerah perut, timbul jerawat di wajah,

kemudian perubahan emosional seperti perasaan suntuk, marah, dan sedih,

dan perubahan diberbagai sistem yang ada dalam tubuh antara lain

disebabkan oleh adanya pelepasan hormon.Menurut Sukarni & ZH, (2013)

menstruasi merupakan perdarahan periodik dan siklik dari uterus disertai

pengelupasan atau deskuamasi endometrium. Adapun beberapa keluhan yang

dirasakan yaitu sakit kepala, pegal – pegal di kaki dan dipinggang untuk

beberapa jam, kram perut dan sakit perut.Sebelum periode ini terjadi,

biasanya ada beberapa perubahan emosional seperti perasaan suntuk, marah

dan sedih yang disebabkan oleh adanya pelepasan beberapa hormon.

Menurut Aulia (2015), Hasil penelitian menunjukkan masalah keluhan

yang dihadapi remaja putri saat menstruasi seperti kebanyakan remaja

mengeluhkan dismenorea dan satu atau lebih gejala PMS. Adapun keluhan

tersebut membuat remaja putri mengalami gangguan pada kegiatan rutinnya

karena gangguan pada saat tidur, sakit saat beraktivitas, tidur lebih banyak

dari biasanya, absen sekolah dan lainnya. Sumber informasi tentang

menstruasi yang terbanyak didapat remaja dari orang tua yaitu ibu.

Penelitian yang dilakukan oleh Rosendi (2013), pada siswi di SMA 5

Cimahi, keluhan menstruasi dapat mempengaruhi tingkat stres, karena pada

saat mengalami menstruasi seseorang akan mengalami beberapa keluhan

66

diantaranya yaitu nyeri haid/kram perut, sakit kepala, mual muntah, nyeri

pada daerah payudara yang dapat mengakibatkan stres dimana hormone stres

yaitu hormon kortisol sebagai produk dari glukokortioid korteks adrenal yang

disintesa pada zona fasikulata karena saat menstruasi dapat meningkatkan

jumlah hormon progesterone dalam tubuh. Penelitian lain yang dilakukan

oleh Sogi dan Harliyanti (2013), pada mahasiswi Akbid Sari Mulia

Banjarmasin, bahwa terdapat faktor – faktor yang salah satunya sebagian

besar psikologi/emosional mahasiswa tingkat II Akbid Sari Mulia

Banjarmasin berpengaruh terhadap siklus menstruasi.

Berdasarkan hasil penelitian pada siswi SMP Handayani Sungguminasa

Gowa kelas VII menunjukkan bahwa ada hubungan antara keluhan menstruasi

dengan tingkat stres pada remaja putri. Dimana yang mengalami keluhan

menstruasi ringan sebanyak 21 responden (87,5%) dan keluhan menstruasi

berat sebanyak 10 orang responden (40,0%). Sedangkan yang mengalami

tingkat stres ringan sebanyak 3 responden (12,5%) dan 15 responden (60,0%)

mengalami tingkat stres berat yang dimana ada hubungan antara keluhan

menstruasi dengan tingkat stres pada remaja putri di SMP Handayani

Sungguminasa Gowa.Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rosendi

(2013) mengemukakan bahwa yang mengalami tingkat stres berat dikarenakan

siswi mengeluh sering mengalami kram perut, pusing kepala, mudah lelah dan

lain sebagainya.Hal ini disebabkan individu sulit untuk melakukan aktivitas

sehari – hari.

67

Didapatkan pula bahwa siswi yang mengalami stres berat jumlah 25

responden (51,0%). Hal ini disebabkan karenarespon atau reaksi individu

yang muncul karena adanya situasi tertentu yang menimbulkan stres. Respon

yang muncul dapat secara fisiologis, seperti: jantung berdebar, gemetar, dan

pusing serta psikologis, seperti: takut, cemas, sulit berkonsentrasi, dan mudah

tersinggung.Siswi yang mengalami stres diakibatkan karena adanya beberapa

keluhan saat mengalami menstruasi.

Selain itu yang menyebabkan stres ialah Siklus menstruasi yang tidak

teratur ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Diantaranya adalah perubahan

kadar hormone akibat stress dalam keadaan emosi yang kurang stabil. Selain

itu perubahan drastis dalam porsi olah raga atau perubahan berat badan yang

drastis juga mampu memjadi penyebab ketidak teraturan siklus menstruasi

(Mulastin,2013).

Gangguan yang sering terjadi antara lain siklus menstruasi tidak teratur,

gangguan volume menstruasi baik perdarahan yang lama maupun abnormal,

gangguan nyeri atau dismenore, atau sindroma pramenstruasi. Penyebab

gangguan menstruasi dapat dikarenakan biologik dan kelainan patologik.

Faktor-faktor lain yang berpengaruh dalam gangguan menstruasi yaitu stres,

status gizi, jenis makanan yang dikonsumsi, usia, dan aktivitas fisik (Astuti,

2016)

menurut Mugiarti (2015) menstruasi yang tidak teratur dapat

disebabkan karena adanya gangguan hormon maupun faktor psikis seperti

stres, depresi dan lain – lain yang dapat mempengaruhi kerja hormon. Tata

68

kerja sangat dipengaruhi oleh tekanan batin dan stres. Misalnya ketika

mengalami stres, pikiran emosional tidak dapat terkendali dalam suatu

keadaan, hal ini akan menjadi suatu beban dan memacu untuk terjadi stres.

Kondisi yang demikian merupakan faktor pencetus terjadinya perubahan pola

menstruasi antara lain ; perubahan siklus menstruasi, jumlah perdarahan

dalam menstruasi dan lama datangnya menstruasi.

Berdasarkan hasil penelitian adalah meneliti tentang hubungan keluhan

menstruasi dengan tingkat stres pada remaja putri dimana hasil penelitian yaitu

yang mengalami keluhan menstruasi ringan sebanyak (87,5%) dan keluhan

menstruasi berat sebanyak 10 orang responden (40,0%). Sedangkan yang

mengalami tingkat stres ringan sebanyak 3 responden (12,5%) dan 15

responden (60,0%) mengalami tingkat stres berat.

Penelitian yang dilakukan oleh Rosendi (2013), pada siswi di SMA 5

Cimahi, keluhan menstruasi dapat mempengaruhi tingkat stres, karena pada

saat mengalami menstruasi seseorang akan mengalami beberapa keluhan

diantaranya yaitu nyeri haid/kram perut, sakit kepala, mual muntah, nyeri

pada daerah payudara yang dapat mengakibatkan stres dimana hormone stres

yaitu hormon kortisol sebagai produk dari glukokortioid korteks adrenal yang

disintesa pada zona fasikulata karena saat menstruasi dapat mempengaruhi

jumlah hormon progesterone dalam tubuh. Penelitian lain yang dilakukan

oleh Sogi dan Harliyanti (2013), pada mahasiswi Akbid Sari Mulia

Banjarmasin, bahwa terdapat faktor – faktor yang salah satunya sebagian

besar psikologi/emosional mahasiswa tingkat II Akbid Sari Mulia

69

Banjarmasin berpengaruh terhadap keluhan menstruasi ringan yaitu 49 orang

(80,32%).

Sejalan dengan penelitian Aboyeji (2015) keluarga mempunyai peranan

yang besar dalam memberikan informasi tentang perkembangan pada remaja,

oleh karena itu keluarga diharapkan dapat memberikan dukungan emosi

sehingga remaja merasa nyaman dan tidak takut untuk mengalami

perkembangan terutama pada remaja putri yaitu dengan datangnya menstruasi.

Manajemen stres yang dapat digunakan antara lain dengan cara

meningkatkan strategi koping yang berfokus pada emosi dengan cara

pengaturan respon emosional dari stres melalui perilaku individu seperti

meniadakan jarak, penilaian secara positif, menerima tanggung jawab,

sedangkan strategi koping berfokus pada masalah dengan mempelajari cara –

cara atau keterampilan yang dapat menyelesaikan masalah seperti

merencanakan problem solving dan meningkatkan dukungan sosial.

Dukungan keluarga sangat berpengaruh dalam kesiapan remaja putri

menghadapi suatu keadaan yaitu dengan datangnya menstruasi. Bila anak

tidak diberikan dukungan keluarga, baik dukungan informasi, emosional,

penghargaan, dan instrumental akan berpengaruh terhadap kesiapan remaja

putri tersebut dalam menghadapi menstruasi.Dukungan keluarga yang

diberikan kepada remaja akan mempengaruhi keluhan dan kesiapan remaja

putri tersebut. Hal ini dikarenakan anggota keluarga merupakan orang yang

paling dekat bagi remaja sehingga komunikasi pada hal - hal yang sensitif

akan lebih terbuka. Keluarga berperan aktif dalam mengetahui kondisi remaja

70

putri, baik fisik maupun psikologisnya karena keluarga bersifat saling

ketergantungan satu anggota keluarga dengan anggota keluarga lainnya

(Nainggolan & Tambunan, 2013).

C. Implikasi Dalam Keperawatan

Penelitian ini memperlihatkan adanya keluhan menstruasi dengan

tingkat stres pada remaja putri. saat terjadi menstruasi akan ada peningkatan

hormon estrogen, maka seseorang akan mengalami stres yang dimana

mempengaruhi sistem tubuh dan membuat keseimbangan tubuh terganggu.

Jika itu terjadi maka perlu dilakukan tekhnik relaksasi yaitu meditasi,

bernapas dalam dan yoga bisa membantu mengendalikan emosi saat

menstruasi selain itu sering minum banyak air putih akan mengurangi rasa

kembung dan retensi cairan, makanan yang seimbang dan bergizi, perbaiki

pola tidur saat malam hari, sering melakukan olahraga secara teratur.

D. Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti menyadari bahwa ada keterbatasan –

keterbatasan pada penelitian ini, yaitu peneliti tidak melakukan penelitian

pada seluruh kelas dikarenakan pada saat pengambilan data awal, hanya kelas

VII yang di ambil dalam penelitian ini, dimana didapatkan populasi

berjumlah 56 siswi dari total keseluruhan siswi kelas VII.

BAB VI

71

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan dari

penelitian yang berjudul hubungan keluhan menstruasi dengan tingkat stres

pada remaja putri di SMP Handayani Sungguminasa Gowa sebagai berikut :

1. Didapatkan gambaran keluhan menstruasi pada remaja putri di SMP

Handayani Sungguminasa Gowa dengan keluhan ringan sebanyak 31

orang (63,3%).

2. Didapatkan kejadian tingkat stres pada remaja putri di SMP Handayani

Sungguminasa Gowa dengan tingkat stres berat sebanyak 25 orang

(51,0%).

3. Ada hubungan antara keluhan menstruasi dengan tingkat stres pada

remaja putri di SMP Handayani Sungguminasa Gowa.

B. Saran

Sesuai dengan penelitian yang dilakukan maka dalam mengatasi keluhan

menstruasi dan tingkat stres, peneliti menyarankan kepada :

1. Bagi SMP Handayani Sungguminasa Gowa

Hendaklah para guru khususnya guru biologi dapat memberikan

pelajaran ekstra tentang masalah menstruasi dan diharapkan agar

bekerja sama dengan orang tua siswa untuk lebih memperhatikan dan

mengarahkan para remaja dalam masa perkembangannya agar tidak

salah mengartikan informasi yang diterima. Banyaknya informasi yang

diterima para remaja biasanya membuat remaja bingung dan salah

72

mengartikan suatu informasi yang mereka dapat, baik informasi dari

media cetak maupun media elektronik, sehingga diperlukan peran guru

dan orangtua remaja dalam mengarahkan remaja kearah yang lebih baik

dan memberikan penjelasan tentang kebenaran informasi yang

didapatkannya

2. Bagi Remaja Putri di SMP Handayani Sungguminasa Gowa

Diharapkan remaja putri dapat mengatasi keluhan menstruasi dan

mengurangi tingkat stres agar kelak tingkat keluhan menstruasi dan

tingkat stres yang dialami para remaja bisa berkurang untuk menstruasi

yang selanjutnya.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi para peneliti yang meneliti hal-hal yang berkaitan dengan

menstruasi, diharapkan dapat mengkaji hal-hal yang belum dapat

dimunculkan atau belum dibahas dalam penelitian ini.