BAB I - STIKES Panakkukang
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of BAB I - STIKES Panakkukang
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Remaja putri mengalami haid atau menstruasi pertama kali atau disebut
menarche salah satu tanda memasuki masa pubertas, tanda awal berfungsinya
sistem reproduksi dan memasuki tahap kematangan organ seksual dalam
tubuhnya, banyak muncul perubahan secara fisiologis yang meliputi
perubahan fisik dan mental. merupakan puncak perubahan yang terjadi pada
seseorang remaja putri yang sedang menginjak dewasa dan sebagai tanda
bahwa ia sudah mampu hamil (Proverawati A, Maisaroh S, 2009).
Stress disebabkan oleh ketegangan mental atau fisik, kadang-kadang
menyebabkan kesulitan atau situasi yang menyakitkan. Umpamanya beberapa
remaja putri yang cenderung akan mengalami kejang perut menjadi lebih
menyusahkan apabila menjelang menstruasi, apabila remaja berselisih dengan
saudara atau teman atau ketika remaja berada dalam situasi yang secara
potensial menengangkan (Nugraha, 2006).
Menurut WHO (2014), remaja merupakan penduduk rentang usia 10 –
19 tahun. Di indonesia, remaja didefenisikan menurut Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014 adalah penduduk dalam rentang usia
10 – 18 tahun dan menurut Badan Kependudukan Keluarga Berencana
(BKKBN) rentang usia remaja adalah 10 – 24 tahun dan belum menikah.
Di Indonesia usia remaja pada waktu menarche bervariasi antara 10
hingga 16 tahun dan rata-rata menarche pada usia 12 tahun 5 bulan
2
(Mundaetall, 2013).Berdasarkan profil kesehatan Sulawesi Selatan, padatahun
2012 penduduk yang berusia 0 - 14 tahun sebesar 30,81 %, sedangkan pada
tahun 2008 sebesar 31,51 %. Berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik
Kabupaten Gowa tahun 2011 remaja yang berusia 13 – 15 tahun terdiri dari
23.905 remaja laki-laki dan 21.686 remaja perempuan sedangkan menurut
data dari BKKBN Kabupaten Gowa penduduk yang berusia 7 - 15 tahun
terdiri dari 67.936 laki - laki dan 66.664 perempuan. Meningkatnya proporsi
penduduk usia muda tersebut merupakan indikator bahwa telah terjadi
peningkatan tingkat kelahiran yang cukup berarti.
Data RISKESDAS (2013) di indonesia diketahui 37,5 persen
perempuan mengawali usia reproduksi menstruasi pada umur 9-13 tahun,
dijumpai juga 0,1 persen perempuan dengan umur 6-8 tahun mengalami
menarche, dan dijumpai juga sebanyak 19,8 persen perempuan baru
mendapatkan haid pertama pada usia 14-16 tahun, dan 4,5 persen pada usia
17 tahun keatas.
Menstruasi merupakan peristiwa paling penting pada remaja putrid
sebagai pertanda siklus masa subur sudah di mulai. Datangnya menstruasi
pertama justru membuat sebagian remaja, takut dan gelisah karena
beranggapan bahwa darah haid adalah suatu penyakit. Namun beberapa
remaja justru merasa senang sewaktu mendapatkan menarche terutama
mereka yang mengetahui tentang menstruasi pertama (Rosidah,2006).
Penyebab stress pada perempuan yang mengalami menstruasi adalah
kecemasan, ketakutan dan nyeri sehingga dapat menimbulkan pengalaman
3
yang traumatis. Angka kejadian nyeri menstruasi di dunia sangat besar rata-
rata lebih dari 59% perempuan disetiap Negara mengalami nyeri menstruasi.
Angka kejadian (prevalensi) nyeri menstruasi berkisar 45-95% dikalangan
wanita usia produktif. Walaupun umumnya tidak berbahaya, namun
seringkali dirasakan mengganggu bagi wanita yang mengalaminya. Derajat
nyeri dan gangguan tentu tidak sama pada setiapwanita. Ada yang masih
biasa beraktifitas (sesekali sambil menahan sakit) dan ada pula yang tidak
biasa beraktifitas karena menahan nyeri (Proverawati, 2009).
menstruasi salah satu tanda bahwa remaja tersebut telah mengalami
perubahan didalam dirinya dan juga disertai dengan berbagai masalah dan
perubahan - perubahan baik fisik, biologi, psikologi maupun sosial, harus
dihadapi oleh remaja karena ini merupakan masa yang sangat penting karena
merupakan masa peralihan kemasa dewasa (Gayatri,2014).
Setiap wanita memiliki pengalaman menstruasi yang berbeda – beda,
ketika terjadi menstruasi terdapat banyak keluhan-keluhan yang bisa
mengakibatkan stres dimana paling sering wanita mengalami nyeri haid
diakibatkan oleh kontraksi yang berlebihan dari otot – otot rahim. Ketika stres
tubuh akan memproduksi hormon adrenalin, estrogen serta prostaglandin
yang berlebihan sehingga mengakibatkan otot tubuh menjadi tegang termasuk
otot rahim dan dapat menimbulkan rasa nyeri saat menstruasi (puji, 2009).
Perubahan fisik yang terjadi selama menstruasi dan mempunyai
perasaan bingung, gelisah, tidak nyaman, perubahan fisik yang dapat
4
mengakibatkan dampak negatif seperti malu dan menghindar dari pergaulan
teman-temannya (Santrock, 2002, Proverawati, Misaroh, 2009).
Penelitian tentang usia menstruasi yang dilakukan Sylvie Mrug (2014)
menyatakan bahwa 16% remaja perempuan diklasifikasikan dalam menarche
dini usia kurang dari 11 tahun, hal ini dikaitkan dengan psikologis dan
perilaku remaja yang cenderung dipengaruhi oleh orang disekitarnya.
Indonesia merupakan negara yang menempati urutan ke 15 dari 67 negara
dengan usia menarche lebih cepat (Human Biology, 2011).
Adapun penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ai Khalifah (2015)
yang menyatakan tingkat stres yang belum menstruasi dari 35 responden
paling banyak pada kategori ringan 19 siswi (54.3%). Tingkat stres yang
sudah menstruasi dari 15 responden, banyak pada kategori normal 10 siswi
(66.6%) untuk tingkat stress yang belum dan sudah menstruasi berat dan
sangat berat tidak ada di responden. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa memiliki perbedaan antara tingkat stres yang belum dan sudah
menstruasi, khususnya saat menghadapi menstruasi.
Pemilihan di SMP Handayani sebagai subjek penelitian bertujuan untuk
melihat bagaimana keluhan menstruasi dan penyebab stress pada siswi.
Berdasarkan survey data awal pada tanggal 30 april 2018 padasiswa-
siswi SMP Handayani Sungguminasa, jumlah keseluruhan siswa-siswi kelas
VII A berjumlah 27 orang dengan jumlah siswi 13 orang. Siswa-siswi kelas
VII B berjumlah 25 orang dengan jumlah siswi 12 orang. Siswa-siswi kelas
VII C berjumlah 30 orang dengan jumlah siswi 11 orang. Siswa-siswi kelas
5
VII D berjumlah 27 orang dengan jumlah siswi 12 orang. Sedangkan Siswa-
siswi kelas VII E berjumlah 23 orang dengan jumlah siswi 8 orang. jadi
jumlah keseluruhan siswi untuk kelas VII adalah sebanyak 56 orang. Dari
hasil survey wawancara ada beberapa siswi pada saat mengalami menstruasi
mengalami beberapa keluhan diantaranya mual muntah, pusing, nyeri
payudara, kurang berkosentrasi, pegal linu dan lain sebagainya.
Berdasarkan alasan diatas peneliti tertarik untuk mengetahui keluhan
menstruasi dengan tingkat stress pada remaja putri.
B. Rumusan Masalah
Menstruasi akan terjadi pada setiap wanita mulai dari usia 10 - 14 tahun.
Wanita yang mengalami menstruasi pertama akan mengalami stres yang di
sebabkan oleh pengeluaran darah secara tiba – tiba dari vagina. Saat
menstruasi siswi mengalami beberapa keluhan yang mengakibatkan Stres
yang meningkat yaitu dengan adanya nyeri pada perut yang menganggapnya
bahwa nyeri tersebut hanya sebagai sakit perut biasa. Sehingga dari uraian
diatas siswi SMP bisa mengatasi keluhan menstruasi yang mengakibatkan
stress saat menghadapi menstruasi. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka
dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :
“Apakah ada hubungan keluhan menstruasi dengan tingkat stres pada remaja
putri di SMP Handayani Sungguminasa?”
6
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya keluhan menstruasi padasiswi di SMP Handayani
Sungguminasa
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya keluhan menstruasi pada siswi SMP Handayani
sungguminasa
b. Diketahuinya tingkat stres pada siswi di SMP Handayani
Sungguminasa
c. Diketahuinya hubungan keluhan menstruasi dengan tingkat stres
pada remaja putri di SMP Handayani Sungguminasa
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada badan-
badan yang khususnya bergerak menangani permasalahan perlindungan
anak dan sebagai gambaran pengetahuan pada siswi terhadap keluhan
saat menstruasi dengan tingkat stress padasiswi anak usia remaja dalam
menghadapi menstruasi, sehingga dapat dijadikan informasi yang penting
bagi siswi keperawatan untuk lebih mempelajari dan tergerak untuk
melakukan penelitian selanjutnya yang dapat memberikan manfaat
kepada siswi ataupun masyarakat, agar dapat mengetahui penyebab stres
yang di hadapi usia remaja.
7
2. Manfaat Praktis
a. Bagi pembaca pada umumnya, sebagai bahan pustaka dan kajian
guna menambah wawasan keilmuan. Bagi Siswi pada khususnya,
untuk bisa meningkatkan pengetahuan bagaimana cara mengatasi
keluhan menstruasi sehingga tidak menimbulkan stress.
b. Bagi penulis, Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
bagi masyarakat, orang tua anak, guru di sekolah menengah pertama.
Agar dapat merangsang keingintahuan mengenai keluhan menstruasi
dan penyebab stres yang terjadi.
c. Bagi peneliti, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi
dan gambaran untuk pengembangan penelitian selanjutnya agar bisa
mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang
keperawatan.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan UmumMenstruasi
1. Pengertian menstruasi
Menstruasi yang biasa terjadi dalam rentang usia 10-16 tahun atau
pada masa awal remaja ditengah masa pubertas sebelum memasuki masa
reproduksi. Menstruasimerupakan perdarahan periodik dan siklik dari
uterus disertai pengelupasan atau deskuamasi endometrium (Sukarni &
ZH, 2013).
Menstruasi adalah perdarahan periodik pada uterus yang dimulai
sekitar 14 hari setelah ovulasi (Bobak, 2004). Menstruasi adalah
perdarahan vagina secara berkala akibat terlepasnya lapisan
endometriumuteru. Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interkasi
antara hipotalamus, hipofisis, dan ovarium dengan perubahan-perubahan
terkait pada jaringan sasaran pada saluran reproduksi normal, ovarium
memainkan peranan penting dalam proses ini, karena tampaknya
bertanggung jawab dalam pengaturan perubahan-perubahan siklik
maupun lama siklus menstruasi (Greenspan, 1998).
Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus,
disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Panjang siklus
haid/menstruasi adalah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan
mulainya haid berikutnya. Hari mulainya perdarahan dinamakan hari
pertama siklus. Panjang siklus haid yang normal adalah kurang lebih 28
9
hari. Lamanya haid/menstruasi biasanya antara 3 sampai 5 hari, ada yang
1 sampai 2 hari diikuti darah sedikit-sedikit kemudian, dan ada yang
sampai 7 sampai 8 hari. Pada setiap wanita biasanya lama haid (intan
agria.dkk, 2011).
Usia normal bagi seorang wanita mendapatkan menstruasi untuk
pertama kalinya pada usia 12 atau 13 tahun. Tetapi ada juga yang
mengalaminya lebih awal, yaitu pada usia 8 tahun atau lebih lambat yaitu
usia 18 tahun. Menstruasi akan berhenti dengan sendirinya pada saat
wanita sudah berusia 40-50 tahun yang dikenal dengan istilah menopause.
Setelah mengalami menstruasi biasanya terlihat perubahan fisik
seorang wanita seperti pada pinggul dan payudaranya. Untuk dapat terjadi
menstruasi maka perlu adanya fungsi vagina, rahim, indung telur dan
adanya hubungan yang sinergis dari hipotalamus-susunan syaraf pusat
dengan indung telur. Hubungan ini digambarkan dengan terciptanya
kekompakan sistem kerja hormon dalam tubuh seorang perempuan
terutama hormon steroid (estrogen dan progesteron).
Seorang perempuan mempunyai dua indung telur atau disebut juga
ovarium. Secara periodik setiap satu siklus kira-kira pada hari ke 14 ada
salah satu sel telur matang yang dilepaskan dari indung telur. Bila tidak
ada pertemuan sel sperma dan sel telur maka pembuahan tidak terjadi.
Karena sel telur tidak dibuahi akan menyebabkan dinding rahim
meluruhkan lapisan endometrium, terjadilah menstruasi.
2. Fisiologi Menstruasi
10
Menstruasi adalah saat haid/menstruasi yang datang pertama kali
sebenarnya merupakan puncak dari serangkaian perubahan yang terjadi
pada seorang remaja putri yang sedang menginjak dewasa dan sebagai
tanda bahwa ia sudah mampu hamil. Namun perlu diingat bahwa jika
remaja masih belum stabil dan belum mampu mandiri secara ekonomi
maupun sosial. Jadi ia belum siap untuk hamil, yang terbaik adalah
remaja putri mempersiapkan diri untuk mandiri, mencapai tingkat
pendidikan yang paling diwajibkan yaitu paling sedikit 9 tahun,
memasuki pernikahan yang direstui orang tua dan masyarakat, kemudian
merencanakan kehamilan pada usia 20-30 tahun. Usia remaja putri saat
mengalami menstruasi bervariasi lebar, yaitu antara usia 10-16 tahun,
tetapi rata-rata pada usia 12,5 tahun. Statistik menunjukkan bahwa usia
menarche dipengaruhi faktor keturunan, keadaan gizi dan kesehatan
umum (sarwono, 2005).
Usia saat seorang anak perempuan mengalami mestruasi sangat
bervariasi. Terdapat kecenderungan bahwa saat ini anak mendapatkan
menstruasi pertama kali pada usia lebih muda. Ada yang berusia 12 tahun
saat ia mendapatkan menstruasi pertama kali, tapi ada juga yang berusia 8
tahun sudah memulai siklusnya. Bila usia 16 tahun baru mendapatkan pun
bisa terjadi (Proverawati, 2009).
Kejadian menstruasi dipengaruhi beberapa faktor yang mempunyai
sistem tersendiri yaitu sistem susunan saraf pusat dengan panca inderanya,
sistem hormonal aksishipotalamo-hipofisis-ovarial, perubahan yang
11
terjadi pada ovarium, perubahan yang terjadi pada uterus yang pada uterus
sebagaii organ akhir, dan merangsang estrogen dan progesteron pada
panca indra, langsung pada hipotalamus, dan melalui perubahan emosi
(Manuaba, 2009).
Selain estrogen dan progesteron, hormon-hormon yang berpengaruh
terhadap terjadinya proses menstruasi yaitu hormon perangsang folikel
(FSH), berfungsi merangsang folikel primordial yang dalam perjalanan
mengeluarkan hormon (LH), yang berfungsi merangsang indung telur
(Manuaba, 2009).
3. Saat menstruasi datang
Perasaan bingung, gelisah, tidak nyaman selalu menyelimuti perasaan
seorang wanita yang mengalami menstruasi. Menstruasi adalah hal yang
wajar yang pasti dialami setiap wanita normal dan tidak perlu
digelisahkan. Namun hal ini akan semakin parah apabila pengetahuan
remaja mengenai menstruasi ini sangat kurang dan pendidikan dari orang
tua yang kurang. Adanya anggapan orang tua yang salah bahwa hal ini
merupakan hal yang tabu untuk diperbincangkan dan menganggap bahwa
anak akan tahu dengan sendirinya, menambah rumitnya permasalahan.
Gejala lain yang dirasakan yaitu sakit kepala, pegal – pegal di kaki dan
dipinggang untuk beberapa jam, kram perut dan sakit perut. Sebelum
periode ini terjadi, biasanya ada beberapa perubahan emosional seperti
perasaan suntuk, marah dan sedih yang disebabkan oleh adanya pelepasan
beberapa hormon.
12
Gejala menjelang menstruasi terjadi hampir diseluruh bagian tubuh,
dan berbagai sistem yang ada dalam tubuh, antara lain adanya nyeri di
payudara, sakit pinggang, pegal linu, perasaan seperti kembung, muncul
jerawat, lebih sensitif, mudah marah (emosional) dan kadang timbul
perasaan malas (Proverawati, 2009).
4. Keluhan pada masa menstruasi
beberapa keluhan yang muncul pada masa menstruasi adalah :
a. Disminore
Dismenore adalah nyeri menstruasi pada daerah panggul menjelang
atau selama menstruasi sampai membuat perempuan tersebut tidak
dapat bekerja dan harus tidur. Nyeri sering bersamaan dengan rasa
mual, sakit kepala, perasaan mau pingsan, dan mudah marah.
(Proverawati dan Misaroh, 2009).
b. Premenstrual Tensioni
Premenstrual Tension atau ketegangan pra menstruasi adalah
keluhan – keluhan yang biasanya muncul mulai satu minggu sampai
beberpa hari sebelum datangnya menstruasi dan menghilang sesudah
menstruasi, walaupun kadang – kadang berlangsung terus sampai
menstruasi berhenti. Gangguan ini berupa ketegangan emosional
sebelum haid, seperti gangguan tidur, mudah tersinggung, gelisah,
sakit kepala.
c. Mastadinia
Nyeri pada payudara dan pembesaran payudara sebelum menstruasi.
13
d. Mittelschmerz
Rasa nyeri yang terjadi pada daerah panggul dan perut bagian bawah
yang dialami wanita selama ovulasi, akibat pecahnya folikel de Graff
dapat juga disertai dengan perdarahan/bercak
5. Gangguan menstruasi
a. Polimenorea
Polimenorea Ialah siklus menarche lebih pendek dari biasa (kurang
dari 21 hari). Perdarahan kurang lebih sama atau lebih banyak dari
menarche biasa. Polimenorea dapat disebabkan oleh gangguan
hormonal yang mengakibatkan gangguan ovulasi, atau menjadi
pendeknya masa luteal dan sebagainya.
b. Oligomenorea
Oligomenorea adalah panjang siklus menstruasi yang memanjang
dari siklus menstruasi klasik, yaitu lebih dari 35 hari per siklusnya.
Volume perdarahannya umumnya lebih sedikit dari volume
perdarahan menstruasi biasanya. Siklus menstruasi biasanya juga
bersifat ovulatoar dengan fase profilerasi yang lebih panjang
dibanding fase proliferasi siklus menstruasi klasik.
c. Amenorea
Amenorea ialah keadaan tidak adanya menarche untuk sedikitnya 3
bulan berturut – turut. Lazim diadakan pembagian antara amenorea
primer dan amenorea sekunder.
Amenorea dibedakan menjadi dua jenis :
14
1) Amenorea primer
Amenorea primer apabila seorang wanita berumur 18 tahun ke
atas, tidak pernah dapat menarche. amenorea primer pada
umumnya mempunyai sebab – sebab yang lebih sulit untuk
diketahui, seperti kelainan – kelainan kongenital dan kelainan –
kelainan genetik.
2) Amenorea sekunder
Amenorea sekunder yaitu penderita pernah mendapatkan
menarche, tetapi kemudian tidak dapat lagi. Amenorea sekunder
lebih menunjuk kepada sebab – sebab yang timbul dalam
kehidupan wanita, seperti gangguan gizi, gangguan metabolisme,
tumor, penyakit infeksi, dan lain – lain (Sarwono, 2010).
d. Hipermenorea
Hipermenorea adalah terjadinya perdarahan menstruasi yang terlalu
banyak dari normalnya dan lebih lama dari normalnya (lebih dari 8
hari).
e. Hipomenorea
Hipomenorea adalah perdarahan menstruasi yang lebih sedikit dari
biasanya tetapi tidak mengganggu fertilitasnya (Kusmiran, 2011).
6. Lama menstruasi
Lama menstruasi tiap wanita bervariasi, yaitu sekitar ± 4-7 hari.
Salah satu agama menyebutkan jika lebih dari 14 hari sudah bukan
termasuk menstruasi tetapi merupakan suatu penyakit atau kelainan.
15
7. Tanda dan gejala menstruasi
a. Perut terasa mulas, mual dan panas
b. Kram pada perut bagian bawah dan vagina
c. Kurang darah (anemia)
d. Perut kembung
e. Terasa nyeri saat buang air kecil
f. Tubuh tidak fit
g. Demam
h. Sakit kepala dan pusing \keputihan
i. Gatal-gatal pada vagina
j. Emosi meningkat
k. Mudah tersinggung
l. Gelisah
m. Gangguan konsentrasi
n. Rasa takut
o. Sukar tidur
p. Nyeri pada payudara
q. Bau badan tidak sedap
r. Timbul jerawat
Gangguan diatas disebabkan karena adanya kontraksi otot-otot
halus rahim yang dikendalikan oleh interaksi hormon yang
dikeluarkan oleh hipotalamus, kelenjar dibawah otak depan dan
indung telur (ovarium). Tetapi tidak semua wanita mengalami
16
gangguan diatas, tergantung kondisi psikis dan psikologis wanita
tersebut.
8. Siklus Menstruasi
a. Gambaran klinis menstruasi
Sebagian besar wanita pertengahan usia reproduktif,perdarahan
menstruasi terjadi setiap 25-35 hari dengan median panjang siklus
adalah 28 hari. Wanita dengan siklus ovulatorik, selang waktu antara
awal menstruasi hingga ovulasi-fase folikular-bervariasi lamanya.
Siklus yang diamati terjadi pada wanita yang mengalami ovulasi.
Selang waktu antara awal perdarahan menstuasi-fase luteal-relatif
konstan dengan rata-rata 14 ± 2 hari pada kebanyakan wanita
(Grenspan, 1998).
Lama keluarnya darah menstruasi juga bervariasi ; pada umumnya
lamanya 4 sampai 6 hari, tetapi antara 2 sampai 8 hari masih dapat
dianggap normal. Pengeluaran darah menstuasi terdiri dari fragmen-
fragmen kelupasan endometrium yang bercampur dengan darah yang
banyaknya tidak tentu. Biasanya darahnya cair, tetapi apabila
kecepatan ukuran sangat mungkin ditemukan. Ketidakbekuan darah
menstruasi yang biasa ini disebabkan oleh suatu sistem fibrinolitik
lokal yang aktif didalam endometrium.
Rata-rata banyaknya darah yang hilang pada wanita normal selama
satu periode menstruasi telah ditentukan oleh beberapa kelompok
peneliti, yaitu 25-60 ml. Kosentrasi Hb normal 14 gr per dL dan
17
mengandung 12-29 mg besi dan menggambarkan kehilangan darah
yang sama dengan 0,4 sampai 1,0 mg besi untuk setiap hari siklus
tersebut atau 150 sampai 400 mh per tahun (Cunningham, 1995).
b. Aspek hormonal selama siklus menstruasi
Mamalia, khususnya manusia, siklus reproduksinya melibatkan
berbagai organ, yaitu uterus, ovarium, vagina, dan mammae yang
berlangsung dalam waktu tertentu atau adanya sinkronisasi, maka hal
ini dimungkinkan adanya pengaturan, koordinasi yang disebut hormon.
Hormon adalah zat kimia yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin,
yang langsung dialirkan dalam peredaran darah dan mempengaruhi
organ tertentu yang disebut organ target. Hormon-hormon yang
berhubungan dengan siklus menstruais ialah :
a. Hormon-hormon yang dihasilkan gonadotropin hipofisis :
a) Luteinizing Hormon (LH)
b) Folikel Stimulating Hormon (FSH)
c) Prolaktin Releasing Hormon (PRH)
b. Steroid ovarium
Ovarium menghasilkan progestrin, androgen, dan estrogen.
Banyak dari steroid yang dihasilkan ini juga disekresi oleh
kelenjar adrenal atau dapat dibentuk di jaringan perifer melalui
pengubahan prekursor-prekursor steroid lain ; konsekuensinya,
kadar plasma dari hormon-hormon ini tidak dapat langsung
mencerminkan aktivitas steroidogenik dari ovarium.
18
c. Fase-fase dalam siklus menstruasi
Setiap satu siklis menstruasi terdapat 4 fase perubahan yang
terjadi dalam uterus. Fase-fase ini merupakan hasil kerjasama
yang sangat terkoordinasi antara hipofisis anterior, ovarium, dan
uterus. Fase-fase tersebut adalah :
a) Fase menstruasi atau deskuamasi
Fase ini, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan
disertai pendarahan dan lapisan yang masih utuh hanya
stratum basale. Fase ini berlangsung selama 3-4 hari.
b) Fase pasca menstruasi atau fase regenerasi
Fase ini, terjadi penyembuhan luka akibat lepasnya
endometrium. Kondisi ini mulai sejak fase menstruasi terjadi
dan berlangsung selama ± 4 hari.
c) Fase intermenstum atau fase proliferasi
Setelah luka sembuh, akan terjadi penebalan pada
endometrium ± 3,5 mm. Fase ini berlangsung dari hari ke 5
sampai ke 14 dari siklus menstruasi.
1) Fase proliferasi dini, terjadi pada hari ke 4 sampai hari ke
7. Fase ini dapat dikenali dari epitel permukaan yang tipis
dan adanya regenerasi epitel.
2) Fase proliferasi madya, terjadi pada hari ke 8 sampai hari
ke 10. Fase ini merupakan bentuk transisi dan dapat
19
dikenali dari epitel permukaan yang berbentuk torak yang
tinggi.
3) Fase proliferasi akhir, berlangsung antara hari ke 11
sampai hari ke 14. Fase ini dapat dikenali dari permukaan
yang tidak rata dan dijumpai banyaknya mitosis.
d) Fase pramenstruasi atau fase sekresi
Fase ini berlangsung dari hari ke 14 sampai ke 28. Fase ini
endometrium kira-kira tetap tebalnya, tetapi bantuk kelenjar
berubah menjadi panjang berkelok-kelok dan mengeluarkan
getah yang makin lama makin nyata. Bagian dalam sel
endometrium terdapat glikogen dan kapur yang diperlukan
sebagai bahan makanan untuk telur yang dibuahi.
Fase sekresi dibagi dalam 2 tahap, yaitu :
1) Fase sekresi dini, pada fase ini endometrium lebih tipis
dari fase sebelumnya karena kehilangan cairan.
2) Fase sekresi lanjut, pada fase ini kelenjar dalam
endometrium berkembang dan menjadi lebih berkelok-
kelok dan sekresi mulai mengeluarkan getah yang
mengandung glikogen dan lemak, akhir masa ini, stroma
endometrium berubah kearah sel-sel ; desidua, terutama
yang ada di seputar pembuluh – pembuluh arterial.
Keadaan ini memudahkan terjadinya nidasi (Hanafiah,
1997).
20
d. Mekanisme siklus menstruasi
1. Pada setia siklus haid FSH dikeluarkan oleh Lobus anterior
hipofisis yang menyebabkan beberapa folikel primer
berkembang dalam ovarium
2. Folikel primer berkembang menjadi folikel de Graff yang
membuat esterogen
3. Esterogen menekan FSH, sehingga lobus anterior hipofisis
mengeluarkan hormon gonadotropin yang kedua yaitu LH
(luteinizing hormone)
4. Produksi FSH dan LH dipengaruhi RH (relasing hormones)
yang disalurkan dari hipotalamus ke hipofisis
5. Dibawah pengaruh RH folikel de graff semakin lama
semakin matang dan makin banyak mengeluarkan likour
folikuli yang mengandung esterogen.
6. Esterogen mempunyai pengaruh terhadap endometrium
menyebabkan endometrium tumbuh (menebal) yang disebut
masa proliferasi
7. Dibawah pengaruh LH folikel de graff menjadi lebih matang,
mendekati permukaan ovarium dan kemudian terjadi ovalusi
8. Setelah ovulasi terjadi, terbentuklah korpus rubrum
(berwarah merah) yang akan menjadi korpus luteum
(berwarna kuning)
21
9. Korpus luteum menghasilkan hormon progesteron hormon
progesteron mempunyai pengaruh terhadap endometrium
yang telah berproliferasi
10. Menyebabkan kelenjar – kelenjarnya berlekuk – lekuk dan
bersekresi (masa sekresi)
11. Bila tak ada pembuahan, korpus luteum berdegenerasi yang
menyebabkan kadar esterogen dan progesteron menurun,
sehingga terjadi degenerasi serta perdarahan dan pelepasan
endometrium yang nekrotik, yang disebut masa menstruasi.
12. Bila mana ada pembuahan dalam masa ovalusi, maka korpus
luteum dipertahankan dan berkembang menjadi korpus
luteum graviditatis.
Selama haid, pada hari bermulanya diambil sebagai hari
pertma dari siklus yang baru. Akan terjadi lagi peningkatan dari
FSH sampai mencapai kadar 5 ng/ml (atau setara dengan 10
mUI/ml), dibawah pengaruh sinergis kedua gonadotropin, folikel
yang berkembang ini menghasilkan estradiol dalam jumlah yang
banyak. Peningkatan serum yang terus – menerus pada akhir fase
folikuler akan menekan FSH dari hipofisis.
Dua hari sebelum ovalusi, kadar estradiol mencapai 150-400
pg/ml. Kadar tersebut melebihi nilai ambang rangsang untuk
pengeluaran gonadotropin pra-ovulasi. Akibatnya FSH dan LH
dalam serum akan meningkat dan mencapai puncaknya satu hari
22
sebelum ovulasi.saat yang sama pula, kadar estradiol akan
kembali menurun. Kadar maksimal LH berkisar antara 8 dan 35
ng/ml atau setara 30-40 mUI/ml, dan FSH antara 4-10 ng/ml atau
setara dengan 15-45 mUI/ml.
Terjadinya puncak LH dan FSH pada hari ke 14, maka pada
saat ini folikel akan mulai pecah dan satu hari kemudian akan
timbul ovulasi. Bersamaan dengan ini dimulailah pembentukan
dan pematangan korpus luteum yang disertai dengan
meningkatnya kadar progesteron, sedangkan gonadotropin mulai
turun kembali. Peningkatan progesteron tersebut tidak selalu
memberi arti, bahwa ovulasi telah terjadi dengan baik, karena
pada beberapa wanita yang tidak ovulasi tetap dijumpai suhu
basal badan dan endometrium sesuai dengan fase luteal.
Awal fase luteal sering dengan peatangan korpus luteum.
Sekresi progesteron terus - menerus meningkat dari mencapai
kadar antara 6 dan 20 mg/ml. estradiol yang dikeluarkan terutama
dari folikel yang besar yang tidak mengalami atresia. Juga tampak
pada fase luteal dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari pada
selama permulaan atau pertengahan fase folikel. Produksi
estradiol dan progesterone maksimal dijumpai antara hari ke – 20
dan 23 (jacoeb,1994).
9. Proses kitaran haid
23
a. Fungsi Rahim adalah untuk proses pembiakan dan hal ini berlaku
pada setiap bulan.
b. Proses fisiologi akan berlaku dimana Rahim akan membuat
persediaan untuk menerima kedatangan ovum yang telah
disenyawakan oleh sperma. Dinding akan menebal sedikit demi
sedikit dan apabila tidak berlaku persenyawaan, haid atau shedding
permukaan dinding Rahim akan berlaku.
c. Permulaan haid selalunya berlaku ada usia 10 – 16 tahun hari subur
adalah hari ke 14 dikira dari pada hari pertama akan datang haid
dimana akan berlaku pengeluaran telur (ovulai) dari kilang telur ovari.
Dalam masa yang sama faraj akan mengalami keluaran lender yang
banyak dan lebih cair karena berlaku pengeluaran hormon kesuburan
yang banyak semasa proses ovulasi.
d. Kandung yang akan luruh adalah darah, tisu dan cairan yang akan
keluar melalui lubang faraj.
e. Apabila gadis sudah mencapai puberty (peringkat kematangan), haid
pertama akan berlaku dan bermakna gadis itu sudah matang.
f. Ini menunjukkan ovari sudah mengeluarkan telur dan Rahim sudah
bersedia untuk mengalami proses kehamilan.
10. Mentruasi tidak teratur sering terlambat
Siklus menstruasi tiap perempuan berbeda satu sama lain, ada yang
siklus pendek antara 21 – 24 hari yang lalu ada yang normal berkisaran
28 hari atau 30 hari. Beberapa perempuan ada yang lebih panjang lagi
24
sampai 42 hari.Bila selama ini rutin haid setiap bulan dan kadang maju
atau bahkan mundur seminggu atau tiba – tiba sebulan tidak menstruasi
tidak masalah.
11. Mengatasi sakit pada saat menstruasi
a. Gunakan kompres hangat atau botol kaca yang diisi air hangat lalu
letakkan pada perut
b. Olekan minyak kayu putih pada perut
c. Komsumsi table penambah darah jika mengalami anemia
d. Banyak minum air putih
e. Selalu berfikiran positif dan jangan menganggap menstruasi sebagai
hal yang menakutkan.
12. Perubahan psikologis pada menstruasi
Masa menstruasi dapat juga menyebabkan perubahan pada wanita.
Berikut contohnya :
a. Anoreksia Nervosa merupakan hilangnya nafsu makan (rasa lapar)
yang disebabkan oleh faktor penyimpangan emosional
b. Bulimia kelainan emosional yang ditandai dengan pola makan yang
berlebihan dan berbahaya
c. Cemas
d. Depresi
e. Stress
f. Disleksia ketidakmampuan menghubungkan antara lisan dan tulisan.
Membaca terlalu lambat dan terputus – putus.
25
13. Gejala patologis yang menyertai menstruasi
a. Komplek kastrasi (trauma genetalia) muncul gambaran fantasi yang
aneh – aneh dan menimbulkan kecemasan – kecemasan dan perasaan
bersalah/berdosa
b. Teori cloaca munculnya anggapan keliru dimana segala sesuatu yang
keluar dari rongga tubuh itu adalah kotor, najis, menjijikan, serta
merupakan tanda noda yang tidak suci
c. Fobia ketakutan yang tidak beralasan
d. Hypochondria rasa tertekan, ketakutan dan fantasi sakit (paranoid).
e. Paranoid
f. Psychogene aminorhe berhentinya menstruasi sebelum waktunya,
penolakan terhadap menstruasi.
Bila menenmukan hal - hal ganjil yang mencurigakan seputar haid
segera periksakan ke dokter bila mengalami hal – hal sebagai berikut :
a. Apabila menstruasi yang pertama (menarche) mulai keluar
sebelum usia 8 tahun, atau belum mengalami menstruasi setelah
usia melewati 18 tahun
b. Apabila siklus mentruasi kurang dari 14 hari, atau lebih dari 35 -
40 hari sekali
c. Apabila lamanya mentruasi lebih dari 14 hari
d. Apabila lamanya darah haid sangat banyak (ganti pembalut 10
kali per hari)
26
e. Sakit perut sampai tidak bias mengerjakan aktivitas sehari – hari
atau bahkan sampai pingsan atau jika rasa nyeri itu semakin lama
semakin bertambahan intensitasnya
f. Muncul noktah darah (spotting) di antara dua siklus haid
g. Warna darah kelihatan tidak seperti biasanya, menjadi lebih
kecoklatan atau merah muda segar atau kalua darah mens keluar
sampai bergumpal – gumpal
h. Darah mens berbau anyir, bahkan berbau busuk
i. Mengalami periode menstruasi yang tidak teratur padahal belum
memasuki masa perimenopaue (menjelang menopause)
j. Tidak mengalami periode menstruasi selama tiga bulan berturut -
turut atau lebih, padahal belum memasuki masa perimonepouse
k. Mengalami kram berat secara mendadak yang tidak seperti
biasanya. Kondisi ini umumnya dialami 50 persen wanita selama
1 atau 2 saat menstruasi.
B. Tinjauan Umum Tingkat Stres
1. Defenisi Stres
Stres adalah respon nonspesifik generalisata tubuh terhadap setiap
faktor yang mengalahkan, atau mengancam untuk mengalahkan
kemampuan kompensasi tubuh untuk mempertahankan homeostatis
(Sherwood, 2012).Stres adalah sekumpulan perubahan fisiologis akibat
tubuh terpapar terhadap bahaya ancaman. Stres memiliki 2 komponen
yaitu perubahan fisiologis dan perubahan psikologis, bagaimana
27
seseorang merasakan keadaan dalam hidupnya perubahan keadaan fisik
dan psikologis ini disebut stressor (pengalaman yang mengiduksi respon
stres) (Pinel, 2009).
Menurut Lazarus & Folkman, stres adalah keadaan internal yang
dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh (kondisi penyakit, latihan,
dll) atau kondisi lingkungan dan social yang dinilai potensial
membahayakan, tidak terkendali atau melebihi kemampuan individu
untuk melakukan coping (Habeeb,2010).
Hawari (2008) menjelaskan bahwa stres juga dapat diartikan sebagai :
a. Stimulus, yaitu stres merupakan kondisi atau kejadian tertentu yang
menimbulkan stres atau disebut stressor.
b. Respon, yaitu stres merupakan suatu respon atau reaksi individu yang
muncul karena adanya situasi tertentu yang menimbulkan stres.
Respon yang muncul dapat secara fisiologis, seperti: jantung berdebar,
gemetar, dan pusing serta psikologis, seperti: takut, cemas, sulit
berkonsentrasi, dan mudah tersinggung.
c. Proses, yaitu stres digambarkan sebagai suatu proses dimana individu
secara aktif dapat mempengaruhi dampak stres melalui strategi
tingkah laku, kognisi maupun afeksi.
2. Klasifikasi Stres
Maramis (2009) mengklasifikasikan stres menjadi tiga tingkatan yaitu:
a. Stres Ringan
28
Pada tingkat stres ini sering terjadi pada kehidupan sehari-hari
dan kondisi ini dapat membantu individu menjadi waspada dan
bagaimana mencegah berbagai kemungkinan yang akan terjadi. Stres
ini tidak merusak aspek fisiologik seseorang. Pada respons psikologi
didapatkan merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari
biasanya, namun tanpa disadari cadangan energi semakin menipis,
pada repons perilaku didapatkan semangat kerja yang terlalu
berlebihan, merasa mudah lelah dan tidak bisa santai. Situasi ini tidak
akan menimbulkan penyakit kecuali jika dihadapi terus menerus.
b. Stres Sedang
Pada tingkat stres ini individu lebih memfokuskan hal penting
saat ini dan mengesampingkan yang lain sehingga mempersempit
lahan persepsinya. Respons fisiologis dari tingkat stres ini didapatkan
gangguan pada lambung dan usus misalnya maag, buang air besar
tidak teratur, ketegangan pada otot, berdebar-debar, gangguan pola
tidur dan mulai terjadi gangguan siklus dan pola menstruasi. Respons
psikologis dapat berupa perasaan ketidaktenangan dan ketenangan
emosional semakin meningkat, merasa aktivitas menjadi
membosankan dan terasa lebih sulit, serta timbul perasaan ketakutan
dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa penyebabnya. Pada
respon perilaku sering merasa badan terasa akan jatuh dan serasa mau
pingsan, kehilangan respons tanggap terhadap situasi,
ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari, daya
29
konsentrasi dan daya ingat menurun. Keadaan ini bisa terjadi beberapa
jam hingga beberapa hari.
c. Stres Berat
Pada tingkat stres ini, persepsi individu sangat menurun dan
cenderung memusatkan perhatian pada hal-hal lain. Semua perilaku
ditujukan untuk mengurangi stres. Individu tersebut mencoba
memusatkan perhatian pada lahan lain dan memerlukan banyak
pengarahan. Pada tingkat stres ini juga mempegaruhi aspek fisiologik
yang didapatkan seperti, gangguan sistem pencernaan semakin berat,
ketidakteraturan pada siklus menstruasi, debaran jantung semakin
keras, sesak napas dan sekujur tubuh terasa gemetar. Pada respons
psikologis didapatkan, merasa kelelahan fisik semakin mendalam,
timbul perasaan takut, cemas yang semakin meningkat, mudah
bingung dan panik. Respons perilaku dapat terjadi tidak dapat
menyelesaikan tugas sehari-hari.
3. Tahapan Stres
Dalam penelitianya membagi tahapan-tahapan stres berbagai
berikut.(Priyoto, 2014):
a. Stres tahap I
Tahapan ini merupakan stres tahapan stres paling rigan, dan biasanya
di sertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut :
1. Semngat berkerja besar, berlebihan(over acting)
30
2. Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya
namun tanpa disadari cadangan energi dihabiskan,disertai rasa
gugup yang berlebihan pula.
3. Merasa senang dengan pekerjaannya dan itu semakin bertambah
semangat, namun tanpa di sadari cadangan energi semakin
menipis.
b. Stres tahap II
Dalam tahapan ini dampak stres yang semula “ menyenangkan”
sebagaimana di uraikan tahap I di atas mulai menghilang, dan
timbul keluhan-keluhan yang di sebabkan karena cadangan energi
tidak lagi cukup sepanjang hari karena tidak cukup waktu untuk
istirhat. Keluhan-keluhan yang sering dikemukan oleh seseorang
yang berada pada tahap stres II adalah sebagai berikut:
1) Merasa letih sewaktu bangun pagi, yang seharusnya
merasasegar
2) Merasa mudah lelah sesudah makan siang
3) Tidak biasa santai
c. Stres tahap III
Bila seseorang memaksankan diri dalam pekerjaan tanpa hiraukan
keluhan-keluhan sebagaimana diuraikan pada stres tahap II tersebut
diatas, maka yang bersangkutan akan menunjukkankeluhan-keluhan
yang semakin nyata dan mengganggu, tahap ini sudah masukki stress
tahap sedang yaitu :
31
1) Perasaan ketidaktenangan dan ketegangan emosional semakin
meningkat
2) Gangguan pola tidur (insomnia)
3) Koordinasi tubuh terganggu terganggu
d. Stres tahap IV
Bila hal terjadi dan yang bersangkutan terus memaksan diri untuk
berkerja tanpa mengenal istirhat, maka gejalah stres tahap IV,tahap
ini sudah masukki stress tahap berat yaitu akan muncul :
1) Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan
mudahdiselesaikan mejadi membosakan dan terasa lebih sulit.
2) Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari.
3) Daya konsentrasi dan daya ingat menurun.
e. Stres tahap V
Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stres
tahap V yang ditandai dengan tahap ini sudah masukki stress tahap
berat yaitu berikut :
1) Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari
yang ringan dan sederhana
2) Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam
32
3) Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang semakin
meningkat, mudah bingu dan panik.
4. Stressor
Kondisi fisik, lingkungan dan sosial yang merupakan penyebab
dari kondisi stres disebut stressor (Habeeb, 2010). Stressor dapat
berwujud atau berbentuk fisik, seperti polusi udara, dan dapat juga
berkaitan dengan lingkungan sosial, seeperti interaksi sosial. Pikiran
ataupun perasaan individu sendiri yang dianggap sebagai suatu ancaman
baik yang nyata maupun imajinasi dapat juga menjadi stressor.
Menurut Maramis (2009) dalam bukunya mengatakan ada empat
sumber atau penyebab stres :
a. Frustasi
Frustasi dapat terjadi apabila usaha individu untuk mencapai
sasaran tertentu mendapat hambatan atau hilangnya kesempatan
dalam mendapatkan hasil yang diinginkan. Frustasi juga dapat
diartikan sebagai efek psikologis terhadap situasi yang mengancam,
seperti timbul reaksi marah, penolakan maupun depresi.
b. Konflik
Konflik terjadi ketika individu berada dalam tekanan
merespons langsung terhadap dua atau lebih dorongan, juga
munculnya dua kebutuhan maupun motif yang berbeda dalam waktu
bersamaan.
c. Tekanan (presure)
33
Tekanan terjadi karena adanya suatu tuntutan untuk mencapai
sasaran atau tujuan tertentu maupun tuntutan tingkah laku tertentu.
Secara umum tekanan mendorong individu untuk meningkatkan
performa, mengintensifkan usaha atau mengubah sasaran tingkah
laku. Tekanan sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari dan
memiliki bentuk yang berbeda-beda pada setiap individu. Tekanan
dalam beberapa kasus tertentu dapat menghabiskan sumber-sumber
daya yang dimiliki dalam proses pencapaian sasarannya. Bahkan
bila berlebihan dapat mengarah pada perilaku maladaptif. Tekanan
dapat berasal dari sumber internal atau eksternal atau kombinasi dari
keduanya. Tekanan internal misalnya adalah sistem nilai, konsep diri
dan komitmen personal. Tekanan eksternal misalnya berupa tekanan
waktu atau peran yang harus dijalani seseorang, atau juga dapat
berupa kompetisi dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat antara
lain dalam pekerjaan sekolah dan mendapatkan pasangan hidup.
4. Perubahan Hormon Akibat Stres
Adapun hormon-hormon yang mengalami perubahan selama stres, yaitu :
a. Kortisol
Kortisol berperan kunci dalam adaptasi terhadap stres. Segala
jenis stres merupakan rangsangan utama bagi peningkatan sekresi
kortisol. Meskipun peran persis kortisol dalam adaptasi terhadap
stres belum diketahui namun penjelasan yang spekulatiftetapi masuk
akal adalah sebagai berikut. Manusia primitif atau hewan yang
34
terluka atau menghadapi situasi yang mengancam nyawa harus
bertahan tanpa makan. Pergeseran dari penyimpangan protein dan
lemak ke peningkatan simpanan karbohidrat dan ketersediaan
glukosa darah yang ditimbulkan oleh kortisol akan membantu
melindungi otak dari malnutrisi selama periode puasa terpaksa
tersebut. Juga, asam-asam amino yang dibebaskan oleh penguraian
protein akan menjadi pasokan yang siap digunakan untuk
memperbaiki jaringan jika terjadi cedera fisik. Karena itu, terjadi
peningkatan cadangan glukosa, asam amino, dan asam lemak yang
dapat digunakan sebagaikebutuhan.
Peningkatan drastis sekresi kortisol, yang diperantarai oleh
susunan saraf pusat melalui peningkatan aktivitas sistem CRH-
ACTH, terjadi sebagai respon terhadap segala jenis situasi stres.
Besar peningkatan konsentrasi kortisol plasma umumnya setara
dengan intensitas stimulus stres berat menyebabkan peningkatan
sekresi kortisol yang lebih besar daripada stres ringan (Ganong,
2012).
b. Katekolamin
Stimulus sumbu hipofisis-adrenal dikaitkan dengan pelepasan
katekolamin. Hal ini menyebabkan peningkatan curah jantung, aliran
darah ke otot rangka, retensi natrium, penurunan motilitas usus,
vasokonstriksi kulit, peningkatan glukosa, dilatasi bronkiolus, dan
aktivasi perilaku.Perbedaan antara persepsi keadaan internal atau
35
eksternal menyebabkan tanggapan stres yang melibatkan beberapa
sistem homeostatis. Keadaan seperti hipoglikemia, hipoksia,
perdarahan, kolaps sirkulasi menimbulkan aktivasi SAMS termasuk
stimulus jantung, splanchnic, kulit, dan vasokonstriksi ginjal. Dalam
situasi ini, aktivitas SAMS berkoordinasi dengan sistem saraf
parasimpatis, sistem hipofisis-adrenocortical, dan mungkin beberapa
sistem neuropeptida (Ranabir, S. Dan Reetu, K, 2011).
c. Gonadotropin
Stres menyebabkan penekanan gonadotropin dan hormon
steroid yang akan menyebebkan gangguan siklus menstruasi.
Tekanan psikologis dan sosial yang akut dan kronis dapat
menggangu sekresi hormon reproduksi dalam berbagai spesies
primata, bukan hanya manusia. Gangguan ini bisa halus, yang terdiri
dari penekanan ringan pada sekresi hormon reproduksi yang
mendasari penurunan tingkat kesuburan dan perilaku reproduksi.
Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap variabilitas respon sumbu
reproduksi termasuk jenis stres, besarnya dan durasi stres, persepsi
stres oleh individu, status sosial individu, tingkat bersamaan perilaku
agresif yang ditampilkan oleh individu, dan aktivitas reproduksi.
Namun, lebih banyak pekerjaan yang diperlukan untuk
memahami mekanisme yang mendasari penurunan sumbu reproduksi
oleh tekanan psikologis dan sosial, serta mekanisme yang mendasari
perbedaan kerentanan terhadap gangguan stres yang disebabkan
36
fungsi reproduksi dalam individu. Terlalu lama stres dapat
menyebabkan gangguan fungsi reproduksi. Perjalanan
gonadotrophin releasing hormon ke hipofisis menurun karena
peningkatan sekresi CRH (Ranabir, S. Dan Reetu, K, 2011).
d. Vasopresin dan Renin-Angiotensin-Aldosteron
Secara bersama-sama, hormon-hormon ini meningkatkan
volume plasma dengan mendorong retensi garam dan H2O.
Peningkatan volume plasma diperkirakan berfungsi sebagai tindakan
protektif untuk mempertahankan tekanan darah seandainya terjadi
kehilangan cairan plasma melalui perdarahan atau berkeringat
berlebihan selama periode bahaya. Vasopresin dan angiotensin juga
memiliki efek vasopresor langsung, yang dapat bermanfaat dalam
mempertahankan tekanan arteri jika terjadi kehilangan darah akut.
Vasopresin juga dipercaya mampu mempermudah proses belajar,
yang berdampak pada adaptasi terhadap stres mendatang (Sherwood,
2012).
e. Hormon Tiroid
Fungsi tiroid biasanya menurun selama kondisi stres. Stres
menghambat sekresi thyroid-stimulating hormone (TSH) melaui aksi
glukokortikoid pada sistem sraf pusat. Penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa stres akut dan berulang dapat mengubah sekresi
hormon (Ranabir, S. Dan Reetu, K. 2011).
f. Hormon Pertumbuhan
37
Kegagalan pertumbuhan tanpa etiologi bisa terkait dengan
gangguan perilaku dan stres psikososial. Kondisi ini meliputi gagal
tumbuh, pengerdilan sekunder, kekurangan gizi kronis, dan
hipopituitarisme idiopatik. Beberapa anak menunjukkan
pertumbuhan yang memuncak spontan ketika dihindarkan dari
sumber stres (Ranabir, S. Dan Reetu, K, 2011).
C. Tinjauan umum perkembangan remaja
1. Pengertian Remaja
Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan
manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa
kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologik,
perubahan psikologik, dan perubahan sosial. Di sebagian besar
masyarakat dan budaya masa remaja pada umumnya dimulai pada usia
10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun (Notoatdmojo, 2007).
Remaja atau adolescence berasal dari bahasa latin “adolescere”
yang berarti “tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa”. Menurut WHO
(World Health Organization) remaja adalah suatu masa ketika individu
berkembang pada pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual
sekunder sampai mencapai kematangan seksual. Individu mengalami
perkembangan psikologis dan pola dentifikasi dari kanak – kanak
menjadi dewasa dan terjadi peralihan dari ketergantungan sosial –
ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif mandiri (sarlito, 2010).
38
Masa remaja adalah suatu masa perkembangan yang dinamis
dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi
dari masa anak ke masa dewasa yang ditandai dengan pertumbuhan dan
perkembangan fisik, mental, dan emosional. Hal ini dikarenakan secara
fisik proses pertumbuhan otak pada remaja mencapai kesempurnaan
dimana sistem syaraf yang memproses informasi berkembang secara
cepat (Soetjiningsih, 2004).
Perkembangan merupakan suatu proses dimana perubahan –
perubahan di dalam diri remaja akan diintergrasikan sedemikian rupa,
sehingga remaja tersebut dapat berespon dengan baik dalam menghadapi
rangsangan – rangsangan dari luar dirinya. Yang paling menonjol dalam
tumbung kembang remaja adalah adanya perubahan fisik, alat reproduksi,
kognitif, dan psikososial.
Menurut WHO (World Health Organization) batas usia remaja
adalah 12 sampai 24 tahun. Sedangkan dari segi pelayanan program
pelayanan definisi remaja yang digunakan oleh Departemen Kesehatan
adalah mereka yang berusia 10 sampai 19 tahun dan belum kawin.
Sementara itu menurut BKKBN (Direktorat Remaja dan Perlindungan
Hak Reproduksi) batasan usia remaja adalah 10-21 tahun (Anonim,
2007).
Menurut Hurlock (1992) Remaja berasal dari kata latin
adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah
adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup
39
kematangan mental, emosional sosial dan fisik. Masa ini merupakan
masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.
Menurut Santrock (2003) masa remaja diartikan sebagai masa
perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang
mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosinal.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa masa remaja
adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang
dimulai saat terjadinya kematangan seksual yang meliputi perubahan
biologis, psikologis serta perubahan sosial.
2. Tahap – Tahap Perkembangan Remaja.
Menurut Sarwono (2006) ada 3 tahap perkembangan remaja dalam
proses penyesuaian diri menuju dewasa :
a. Remaja Awal (Early Adolescence)
Seorang remaja pada tahap ini berusia 10-12 tahun masih
terheran-heran akan perubahan-perubahan yang terjadi pada
tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-
perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat
tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis.
Dengan dipegang bahunya saja oleh lawan jenis, ia sudah berfantasi
erotik. Kepekaan yang berlebih-lebihan ini ditambah dengan
berkurangnya kendali terhadap ego. Hal ini menyebabkan para
remaja awal sulit dimengerti orang dewasa.
b. Remaja Madya (Middle Adolescence)
40
Tahap ini berusia 13-15 tahun. Pada tahap ini remaja sangat
membutuhkan kawan-kawan. Ia senang kalau banyak teman yang
menyukainya. Ada kecenderungan narastic,yaitu mencintai diri
sendiri, dengan menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat
yang sama dengan dirinya. Selain itu, ia berada dalam kondisi
kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang mana: peka
atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis,
idealis atau meterialis, dan sebagainya. Remaja pria harus
membebaskan diri dari Oedipoes Complex (perasaan cinta pada ibu
sendiri pada masa kanak-kanak) dengan mempererat hubungan
dengan kawan-kawan dari lawan jenis.
c. Remaja Akhir (Late Adolescence)
Tahap ini 16-19 tahun adalah masa konsolidasi menuju periode
dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal dibawah ini :
1) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
2) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang
lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru.
3) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
4) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri)
diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri
dengan orang lain.
5) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private
self) dan masyarakat umum (the public).
41
Menurut Soetjiningsih (2004), pada umumnya pengelompokan
tahapan perkembangan pada remaja adalah sebagai berikut :
a. Masa remaja awal atau dini umur 11-13 tahun
Pada masa remaja awal terdapat ciri-ciri yang menandai
pada masa perkembangan ini antara lain : 1) Mereka tidak mau
lagi disebut anak, sebutan anak dianggap sebagai sesuatu yang
merendahkan diri mereka. Tetapi juga tidak mau dikatakan
dewasa. Hal tersebut dianggap terlalu berat tanggung jawabnya
bagi mereka, 2) Mereka mulai memisahkan diri dari orang
tuanya atau orang-orang dewasa lain yang ada di sekitarnya, 3)
Mereka membentuk kelompok-kelompok untuk bersaing, antara
kelompok yang satu dengan yang lain, 4) Mereka mempunyai
sifat mendewasakan tokoh-tokoh yang di pandang memiliki
kelebihan yang di sukainya, 5) Pandangannya lebih banyak di
arahkan keluar (ekstrovet) dan kurang bersedia untuk melihat
dan mempercayai dirinya sendiri, 6) Mereka berani menghadapi
sesuatu tapi kadang-kadang kurang perhitungan dan terkadang
melupakan tata susila.
b. Masa remaja pertengahan 14-16 tahun
Pada fase ini, di sebut juga dengan fase negatif atau sikap
menolak. Adapun ciri-ciri pada fase ini antara lain, ialah: 1)
Bersikap serba ragu, tidak pasti, tidak senang, tidak setuju, dan
sebagainya, 2) Anak sering murung, sedih tetapi ia sendiri tidak
42
mengerti apa sebabnya, 3) Sering melamun tak menentu, dan
terkadang berputus asa.
c. Masa remaja lanjut 17-20 tahun
Pada fase remaja lanjut, di tandai dengan perubahan
jasmani yang di sebabkan karena pertumbuhan kelenjar-kelenjar
baru, sehingga bagi anak putri perkembangan itu menuju ke arah
keibuan dan bagi anak putra mengarah kebapakan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pada
umumnya pengelompokan tahapan perkembangan pada remaja
dibagi atas tiga tahap perkembangan yaitu: 1) masa remaja awal
dari umur 10-13 tahun, 2) masa remaja madya dari umur 13-16
tahun, 3) masa remaja akhir dari umur 16 – 20 tahun.
3. Tugas – Tugas Perkembangan Remaja
Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja menurut Hurlock (1991)
adalah sebagai berikut :
a. Mampu menerima keadaan fisiknya.
b. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa.
c. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang
berlainan jenis.
d. Mencapai kemandirian emosional.
e. Mencapai kemandirian ekonomi.
f. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat
diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat.
43
g. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan
orang tua.
h. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan
untuk memasuki dunia dewasa.
i. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan.
j. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan
keluarga.
Menurut Havighurst (1961) tugas-tugas perkembangan masa remaja
adalah sebagai berikut :
a. Menerima kedaan jasmani dan menggunakan secara efektif.
b. Menerima peranan sosial jenis kelamin sebagai pria/wanita.
c. Menginginkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab
sosial.
d. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa
lainnya.
e. Belajar bergaul dengan kelompok anak-anak wanita dan anak-anak
laki-laki.
f. Perkembangan skala nilai.
g. Secara sadar mengembangkan gamabaran dunia lebih adekwat.
h. Persiapan diri secara ekonomi.
i. Pemilihan dan latihan jabatan.
j. Mempersiapkan perkawinan.
44
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tugas-tugas
perkembangan remaja antara lain: 1) mampu menerima keadaan fisik, 2)
mampu menerima peranan sosial jenis kelamin sebagai pria/wanita, 3)
mampu mencapai perilaku sosial dan mampu membina hubungan baik
dengan anggota kelompok, 4) mencapai kemandirian emosional dan
ekonomi, 5) mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual, 6)
mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial, 7) pemilihan dan
latihan jabatan, 8) mempersiapkan diri memasuki perkawinan.
4. Perubahan Fisik Pada Remaja
Perubahan fisik pada remaja menurut Sarwono (2010) yaitu :
1. Tanda Seks Primer
Tanda seks primer merupakan tanda yang menunjukkan alat
kelamin pada wanita
Alat kelamin wanita bagian luar terdiri dari :
1) Bibir luar (labia mayora)
2) Labia minor (labia minora)
3) Klitoris, yaitu bagian penuh dengan ujung-ujung syaraf
sehinngga sangat peka terhadap rangsangan/sentuhan. Sentuhan-
sentuhan pada klitoris dapat menyebabkan terjadinya orgasme
(puncak kenikmatan seksual) pada wanita.
4) Uretra (liang saluran seni)
45
5) Liang senggama (vagina) berfungsi sebagai jalan keluar haid,
jalan masuk penis dalam senggama, dan jalan keluar bayi waktu
melahirkan.
Alat kelamin wanita bagian dalam terdiri dari :
1) Hymen (selaput dara)
2) Mulut rahim (serviks) yang menghubungkan vagina dengan
Rahim
3) Rahim (uterus) yaitu jaringan sebesar telur ayam tetapi punya
kemampuan melaryang sangat besar sekali dalam mengandung
bayi.
4) Saluran telur (tuba palopi) disebelah kanan dan kiri Rahim.
5) Indung telur (ovarium) yang menghasilkan hormon-hormon
estrogen, progesterone dan sel telur.
2. Tanda Seks Sekunder
Tanda-tanda seks sekunder merupakan tanda-tanda badaniah
yang membedakan pria dan wanita .Pada wanitabisa ditandai antara
lain: pertumbuhan tulang-tulang(badan menjadi tinggi, anggota
badan menjadi panjang), pertumbuhan payudara, tumbuh bulu yang
halus dan lurus berwarna gelap dikemaluan, mencapai pertumbuhan
ketinggian badan setiap tahunnya, bulu kemaluan menjadi keriting,
haid, dan tumbuh bulu-bulu ketiak (Sarwono, 2010).
D. Tinjauan hubungan tingkat stres dengan keluhan menstruasi pertama
pada remaja
46
Perubahan sikap menstruasi yang terjadi sebelum berlangsungnya masa
menstruasi keluhan yang dialami wanita saat masa menstruasi diantaranya
stres, cemas, ketegangan dan kegugupan, cepat marah, berat badan bertambah,
oedema pada ekstremitas, payudara sakit, abdomen terasa penuh, nafsu
makan bertambah, ingin makan yang manis, depresi, cepat lupa, cepat
menangis dan bingung. Pada saat terjadi menstruasi seseorang akan
mengalami stres dikarenakan banyaknya aktifitas yang dilakukan
mengakibatkan nyeri pada daerah bawah perut, biasanya saat melakukan
akivitas seseorang akan menahan rasa nyeri saat mengalami menstruasi
pertama kali tapi ada pula yang tidak bisa menahan rasa nyeri saat melakukan
aktifitas (Baradero, 2007).
Penelitian yang dilakukan oleh pinasti, dkk (2012) ini menggunakan
metode survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam
penelitian ini meliputi para siswi kelas 2 di SMA N 1 Kendal dengan jumlah
siswa 190 orang. Pengambilan sampel menggunakan Tehnik proppartional
stratified random sampling dan didapatkan sampel sebanyak 66 orang.
Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui gambaran responden menurut
variable yang diteliti dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, sedangkan
analisis bivariat menggunakan uji chi-square. Pada akhir penelitian
didapatkan sebanyak 38 responden (57,6 %) mengalami stres ringan dengan
perincian 23 responden (34,8 %) dengan keluhan siklus menstruasi yang
normal dan 15 responden (22,7 %) dengan keluhan siklus menstruasi yang
tidak normal (polimenorea dan oligomenorea). Nilai p = 0,012( p< 0,050).
48
Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menjadi
dewasa. Banyaknya perubahan dalam masa ini mempengaruhi psikologis
remaja putri salah satunya adalah datangnya menstruasi. Para remaja putri
sering stres saat mengalami menstruasi. Makanya perlu landasan untuk
mengatasi keluhan menstruasi yang dapat menyebabkan tingkat stres agar
remaja putri bisa menghadapi perubahan yang ada saat mengalami menstruasi.
Berdasarkan hal inilah, peneliti menggambarkan secara skematis
kerangka konsep sebagai berikut :
Variabel independen (bebas) Variabel Dependen (terikat)
Keterangan :
: Variabel independen
: Variabel Penghubung
: Variabel Dependen
B. Hipotesis Penelitian
Hipotesa dalam penelitian ini adalah hipotesa Alternatif (Ha) yaitu :
Ada hubungan keluhan menstruasi dengan tingkat stres pada remaja putri.
Keluhan mestruasi
Tingkat stres
Stres Ringan
Stres Berat
50
A. Desain Penelitian
Desain penelitian ini merupakan rencana penelitian yang disusun
sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap
pernyataan penelitian.Desain penelitian mengacu pada jenis atau macam
penelitian yang dipiih untuk mencapai tujuan penelitian, serta berperan
sebagai alat dan pedoman untuk mencapai tujuan tersebut (Setiadi, 2013).
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
desain observasional analitik.Desain observasional analitik adalah peneliti
melakukan pengamatan langsung kepada responden dengan melakukan
penyebaran kuesioner untuk di analisis dengan pendekatan cross sectional
study yang merupakan rancangan peneliti yang melakukan pengukuran atau
observasi pada saat bersamaan. Untuk melihat hubungan keluhan menstruasi
dengan tingkat stress pada remaja putri (Notoatmojo, 2010).
B. Populasi, Sampel dan Sampling
1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam
suatu penelitian (Suryono, 2013). Populasi dalam penelitian ini yaitu
diperoleh hasil keseluruhan siswi 56 orang di SMP Handayani
Sungguminasa Gowa .
2. Sampel
51
Sampel merupakan bagian dari jumlah karakteristik yaitu dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiono, 2011).Besarnya sampel ditentukan dengan
menggunakan rumus slovin :
� =�
� �2 � �
Keterangan :
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
D = Tingkat kesalahan yang dipilih
Maka,
� =�t
� � �� ������2
� =�t
� � ����
� =�t����
� = �� Orang.
Dengan,
a. Kriteria Inklusi
52
1) Siswi kelas VII yang sudah menstruasi
2) Siswi yang bersedia menjadi responden
b. Kriteria Eksklusi
1) Siswi yang tidak menstruasi
2) Siswi yang tidak bersedia menjadi responden
3. Sampling
Menurut (Nursalam, 2013) sampling adalah suatu proses dalam porsi dari
populasi untuk mewakili populasi. Penelitian ini menggunakan purposive
sampling yaitu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel
diantara populasi sesuai yang dikehendaki peneliti.
C. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional
1. Variabel independen
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau dianggap
menentukan variabel terikat (Saryono, 2013). Variabel independen dalam
penelitian ini adalah tingkat stres.
2. Variabel dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi. Variabel ini
tergantung atau dependen disebut juga kejadian, luaran, manfaat, efek
atau dampak (Saryono, 2013). Variabel dependen pada penelitian ini
adalah menstruasi pertama pada remaja putri.
3. Defenisi operasional
53
Definisi operasional merupakan sesuatu yang dirumuskan untuk
kepentingan akurasi, komunikasi dan replikasi (Nursalam, 2014). Berikut
klasifikasi variabel dan definisi operasional dalam bentuk tabel dengan
rincian sebagai berikut :
No Variabel Defenisi Parameter Alat ukur Skor Skala
ukur
1. Independen
Keluhan
Menstruasi
Keluhan saat
menstruasi
yaitu nyeri
dibagian
bawah perut,
timbul
jerawat
diarea wajah,
sakit kepala,
nyeri/ngilu di
seluruh badan
Selalu
(SL) : 1,
Sering (S) :
2,
Jarang(J) :
3, Tidak
Pernah
(TP) : 4.
kuesioner Ringan
jika skor
<38
Berat jika
skor ≥38
Ordinal
2. Dependen
Tingkat stres
Stress adalah
ketegangan
mental atau
fisik, kadang-
Selalu
(SL) : 1,
Sering (S) :
2,
kuesioner Tingkat
stres
dikatakan
ringan jika
Ordinal
54
kadang
menyebabkan
kesulitan atau
situasi yang
menyakitkan.
Jarang(J) :
3, Tidak
Pernah
(TP) : 4.
skor <38
Tingkat
stres
dikatakan
berat jika
skor ≥38
D. Lokasi Penelitian
Tempat penelitian di lakukan di SMP Handayani Sungguminasa Gowa
E. Waktu Penelitian
Waktu penelitian telah di laksanakan pada tanggal 31 juli – 06 Agustus 2018
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk mengukur
atau mengumpulkan data.Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuesioner dan lembar observasi.
Keluhan menstruasi diukur dengan menggunakan kuesioner yang
terdiri dari 15 pertanyaan menggunakan skala likertDimana TP : Skornya 1, J :
Skornya 2, SR : skornya 3, SL : skornya 4. Dimana
jumlah pertanyaan x skor terendah � �jumlah pertanyaan x skor tertinggi�2
��x� � ��x�2
= ���t�2
=��2= 38
55
sehingga nilai median 38, keluhan menstruasi dikatakan ringan jika skor
jawaban <38 dan keluhan menstruasi dikatakan berat jika skor jawaban
>38
Tingkat stres di ukur dengan menggunakan lembar observasi dan
lembar kuesioner yang terdiri dari 15 pertanyaan menggunakan skala
likertDimana TP : Skornya 1, J : Skornya 2, SR : skornya 3, SL : skornya 4.
Dimana
jumlah pertanyaan x skor terendah � �jumlah pertanyaan x skor tertinggi�2
��x� � ��x�2
= ���t�2
=��2= 38
sehingga nilai median 38, tingkat stres dikatakan ringan jika skor jawaban
<38 dan tingkat stres dikatakan berat jika skor jawaban >38
G. Cara Pengumpulan Data
1. Sumber Data
a. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dengan
menggunakan kuesioner.
b. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari wali kelas siswa di
SMP Handayani Sungguminasa Gowa.
2. Prosedur pengumpulan Data.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar
kuesioner.Sebelum pengisian kuesioner, peneliti terlebih dahulu meminta
persetujuan responden dengan mengisi lembar Informen
56
Consent.Kemudian mengisi lembar data demografi dan lembar kuesioner
sesuai petunjuk yang telah diberikan.
H. Pengolahan Data
Prosedur pengolahan data yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Editing
Pada tahap ini data diperiksa kembali untuk mengetahui kelengkapan
pengisian kuesioner, apakah setiap pertanyaan sudah dijawab dan sudah
lengkap.
b. Entry
Entry dilakukan dengan memasukkan data hasil tabulasi ke dalam media
pengolahan data.
c. Koding
Setelah data masuk setiap jawaban dirubah atau disalin kedalam angka-
angka dan diberikan angka-angka tertentu untuk setiap jawaban, sehingga
memudahkan dalam pengolahan data selanjutnya.
d. Tabulasi
Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data kedalam suatu
tabel menurut sifat-sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian,
sehingga data mudah untuk dianalisa.
I. Tehnik Analisa Data
Analisa data pada penelitian ini dilakukan dengan pengujian Analisa univariat
dan bivariat.
57
1. Analisa Univariat
Analisa univariat yaitu Analisa yang dilakukan terhadap tiap variabel dari
penelitian untuk mendapatkan gambaran secara deskriptif mengenai
variabel yang diteliti.
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat yaitu Analisa yang dilakukan terhadap dua variabel
yang di duga mempengaruhi. Variabel bivariat dilakukan untuk meneliti
hubngan antara variabel dan menguji hipotesis penelitian dengan
memakai uji statistic Chi-Square dengan bantuan SPSS, dan α = 0,05.
J. Etika Penelitian
Etika penelitian bertujuan untuk melindungi hak-hak subyek antara
lain menjamin kerahasiaan identitas responden dan kemungkinan terjadinya
ancaman terhadap responden. Sebelum melaksanakan, kepada responden
diberikan surat persetujuan tentang kesediaan responden menjadi partisipan
dalam kegiatan ini.
Setelah mendapatkan persetujuan, barulah peneliti melakukan
penelitian dan dalam melaksanakan penelitian dengan memperhatikan
masalah etika yang meliputi :
1. Informed consent (lembar persetujuan)
Peneliti memberikan penjelasan tentang maksud, tujuan, manfaat
penelitian dan dijelaskan bahwa keikutsertaan didalam penelitian ini
bersifat sukarela, kemudian peneliti menyerahkan lembar persetujuan
menjadi responden, responden membaca lembar persetujuan dan
58
memberikan tanda tangan di lembar persetujuan sebagai bukti bersedia
menjadi responden.
2. Anonymity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan maka peneliti tidak mencantumkan nama
pada lembar kuesioner tapi hanya memberikan kode atau inisial.
3. Confidentialy (kerahasiaan)
Semua data atau informasi yang telah dikumpulkan dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan
dilaporkan sebagai hasil peneliti.
59
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP HANDAYANI SUNGGUMINASA
GOWA mulai bulan juli – agustus 2018.Penelitian ini merupakan jenis
penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain cross sectional study untuk
menganalisis hubungan keluhan menstruasi dengan tingkat stres. Populasi
dalam penelitian ini adalah siswi SMP kelas VII.Jumlah sampel dalam
penelitian ini sebanyak 49 responden.
Instrumen pengumpulan data menggunakan kuesioner. Setelah
terkumpul, selanjutnya dilakukan pengeditan, pengkodean, dan tabulasi data.
Data diolah dengan menggunakan program SPSS 16.0 uji statistik Chi –
Square dengan derajat kemaknaan (α) 0,05.
Analisa data terdiri dari analisi univariat dan bivariat.Analisis univariat
dilakukan pada tiap variabel dari hasil penelitian.Sedangkan analisis bivariat
dilakukan pada variabel independen dan dependen untuk melihat hubungan
variabel independen dan dependen.
60
1. Karakteristik Responden
Hasil penelitian di SMP HANDAYANI SUNGGUMINASA GOWA pada
siswi kelas VII dapat diketahui data karakteristik sebagai berikut :
a. Usia
Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Usia Di SMP Handayani
Sungguminasa Gowa
No Umur n (%)1 11 2 4.12 12 9 18.43 13 27 55.14 14 11 22.4
Total 49 100.0Sumber : Data Primer, 2018
Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa dari 49 responden
ditemukan responden yang berumur 11 tahun sebanyak 2 orang (4,1%),
berumur 12 tahun sebanyak 9 orang (18,4%), berumur 13 tahun sebanyak
27 orang (55,1%), dan responden yang berumur 14 tahun sebanyak 11
orang (22,4%) dari data diatas dapat di simpulkan bahwa sebagian besar
responden berumur 13 tahun sebanyak 27 orang (55,1%).
2. Analisis Univariat
a. Keluhan menstruasi pada remaja putri Di SMP Handayani
Sungguminasa Gowa
Hasil pembagian kuesioner pada 49 siswi kelas VII SMP Handayani
Sungguminasa gowa diperoleh data analisis univariat sebagai berikut :
61
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keluhan Menstruasi di SMP
Handayani Sungguminasa Gowa.
No Keluhan menstruasi n (%)
1 Ringan 31 63.32 Berat 18 36.7
Total 49 100.0Sumber : data primer, 2018
Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa dari 49 responden, terdapat
31 responden (63,3%) mengalami keluhan ringan, dan yang mengalami
keluhan berat sebanyak 18 orang (36,7%). Dari data diatas disimpulkan
bahwa sebagian besar responden mengalami keluhan ringan sebanyak 31
orang (63,3%).
b. Tingkat stres pada remaja putri di SMP Handayani Sungguminasa
Gowa
Hasil pembagian kuesioner pada 49 siswi kelas VII SMP Handayani
Sungguminasa gowa diperoleh data analisis univariat sebagai berikut :
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Stres Di SMP
Handayani Sungguminasa Gowa.
No Tingkat Stres n (%)
1 Ringan 24 49.02 Berat 25 51.0
Total 49 100.0Sumber : data primer, 2018
Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa dari 49 responden, terdapat
24 responden (49,0%) mengalami stres ringan, dan yang mengalami stres
62
berat sebanyak 25 orang (51,0%). Dari data diatas disimpulkan bahwa
sebagian besar responden mengalami stres berat sebanyak 25 orang
(51,0%).
3. Analisis Bivariat
Hasil penelitian terdapat 49 responden siswi kelas VII SMP Handayani
Sungguminasa Gowa menggunakan uji Chi - Square dengan menggunakan
penggabungan sel dimana sel yang digabungkan adalah yang mempunyai
nilai observed kecil, diperoleh data hubungan seperti yang disajikan pada
tabel 5.4
Tabel 5.4
Hubungan Keluhan Menstruasi dengan Tingkat Stres pada Remaja Putri
di SMP Handayani Sungguminasa Gowa
KeluhanMenstruasi
Tingkat Stress Total % ΡRingan % Berat %KeluhanRingan
21 87,5 10 40,0 31 63,3
0,001KeluhanBerat
3 12,5 15 60,0 18 36,7
Total 24 100,0 25 100,0 49 100,0
Sumber : data primer, 2018
Berdasarkan tabel 5.4 adalah penggabungan sel yaitu 2 x 2, di mana cell
yang digabungkan adalah cell yang Square karena lebih dari 0% expected yang
kurang dari lima, sehingga menggunakan uji Chi - Square dengan nilai p =
0,002 (p ≤ 0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara keluhan menstruasi dengan tingkat stres pada remaja putri di
SMP Handayani Sungguminasa Gowa.
63
Berdasarkan Tabel 5.4 antara keluhan menstruasi dengan tingkat stres
pada remaja putri di SMP Handayani Sungguminasa Gowa, dari 49 responden
menunjukkan bahwa responden yang mempunyai keluhan ringan sebanyak 21
responden (87,5%) dan keluhan menstruasi berat sebanyak 10 orang responden
(40,0%). Sedangkan yang mengalami tingkat stres ringan sebanyak 3
responden (12,5%) dan 15 responden (60,0%) mengalami tingkat stres berat.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Hubungan Keluhan Menstruasi dengan Tingkat Stres pada remaja putri
di SMP Handayani Sungguminasa Gowa.
Berdasarkan hasil uji Chi - Square dengan penggabungan sel
menunjukkan bahwa ada hubungan antara keluhan menstruasi dengan tingkat
stres pada remaja putri di SMP Handayani Sungguminasa Gowa dengan p
value 0,001 (p < 0,05), yang berarti Ho di tolak dan Ha diterima, maka ada
hubungan antara keluhan menstruasi dengan tingkat stres pada remaja putri di
SMP Handayani Sungguminasa Gowa.
Berdasarkan analisa univariat tabel 5.2 diketahui bahwa dari 49
responden, terdapat 31 responden (63,3%) mengalami keluhan ringan, dan
yang mengalami keluhan berat sebanyak 18 orang (36,7%). Dari data diatas
disimpulkan bahwa sebagian besar responden mengalami keluhan ringan
sebanyak 31 orang (63,3%), kemudian pada tabel 5.3 diketahui bahwa dari 49
responden, terdapat 24 responden (49,0%) mengalami stres ringan, dan yang
mengalami stres berat sebanyak 25 orang (51,0%). Dari data diatas
64
disimpulkan bahwa sebagian besar responden mengalami stres berat sebanyak
25 orang (51,0%).
Berdasarkan analisa bivariat tabel 5.4 diketahui bahwa 49 responden
menunjukkan bahwa responden yang mempunyai keluhan menstruasi ringan
sebanyak 21 responden (87,5%) dan keluhan menstruasi berat sebanyak 10
orang responden (40,0%). Sedangkan yang mengalami tingkat stres ringan
sebanyak 3 responden (12,5%) dan 15 responden (60,0%) mengalami tingkat
stres berat yang dimana ada hubungan antara keluhan menstruasi dengan
tingkat stres pada remaja putri di SMP Handayani Sungguminasa Gowa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswi kelas VII mengalami stres
berat diakibatkan oleh beberapa keluhan saat menstruasi yaitu nyeri payudara,
kram perut, mual muntah, sakit kepala, merasa tidurnya kurang
nyaman/gelisah, merasa lemas dan letih. Proses menstruasi menimbulkan
masalah kesehatan reproduksi perempuan berhubungan dengan fertilitas yaitu
pola menstruasi, gangguan menstruasi dapat terjadi pada sebagian perempuan.
Faktor – faktor yang berhubungan dengan gangguan menstruasi yaitu siklus
menstruasi dan pola menstruasi.
Usia normal bagi seorang wanita mendapatkan menstruasi untuk
pertama kalinya pada usia 12 atau 13 tahun. Tetapi ada juga yang
mengalaminya lebih awal, yaitu pada usia 8 tahun atau lebih lambat yaitu usia
18 tahun. Menstruasi akan berhenti dengan sendirinya pada saat wanita sudah
berusia 40-50 tahun yang dikenal dengan istilah menopause.
65
Menurut teori Andira (2013) menstruasi atau dikenal dengan istilah
haid adalah kejadian yang alamiah yang terjadi pada wanita normal, hal ini
terjadi karena terlepasnya endomentrium uterus. Saat mengalami menstruasi
seseorang akan merasakan sakit didaerah perut, timbul jerawat di wajah,
kemudian perubahan emosional seperti perasaan suntuk, marah, dan sedih,
dan perubahan diberbagai sistem yang ada dalam tubuh antara lain
disebabkan oleh adanya pelepasan hormon.Menurut Sukarni & ZH, (2013)
menstruasi merupakan perdarahan periodik dan siklik dari uterus disertai
pengelupasan atau deskuamasi endometrium. Adapun beberapa keluhan yang
dirasakan yaitu sakit kepala, pegal – pegal di kaki dan dipinggang untuk
beberapa jam, kram perut dan sakit perut.Sebelum periode ini terjadi,
biasanya ada beberapa perubahan emosional seperti perasaan suntuk, marah
dan sedih yang disebabkan oleh adanya pelepasan beberapa hormon.
Menurut Aulia (2015), Hasil penelitian menunjukkan masalah keluhan
yang dihadapi remaja putri saat menstruasi seperti kebanyakan remaja
mengeluhkan dismenorea dan satu atau lebih gejala PMS. Adapun keluhan
tersebut membuat remaja putri mengalami gangguan pada kegiatan rutinnya
karena gangguan pada saat tidur, sakit saat beraktivitas, tidur lebih banyak
dari biasanya, absen sekolah dan lainnya. Sumber informasi tentang
menstruasi yang terbanyak didapat remaja dari orang tua yaitu ibu.
Penelitian yang dilakukan oleh Rosendi (2013), pada siswi di SMA 5
Cimahi, keluhan menstruasi dapat mempengaruhi tingkat stres, karena pada
saat mengalami menstruasi seseorang akan mengalami beberapa keluhan
66
diantaranya yaitu nyeri haid/kram perut, sakit kepala, mual muntah, nyeri
pada daerah payudara yang dapat mengakibatkan stres dimana hormone stres
yaitu hormon kortisol sebagai produk dari glukokortioid korteks adrenal yang
disintesa pada zona fasikulata karena saat menstruasi dapat meningkatkan
jumlah hormon progesterone dalam tubuh. Penelitian lain yang dilakukan
oleh Sogi dan Harliyanti (2013), pada mahasiswi Akbid Sari Mulia
Banjarmasin, bahwa terdapat faktor – faktor yang salah satunya sebagian
besar psikologi/emosional mahasiswa tingkat II Akbid Sari Mulia
Banjarmasin berpengaruh terhadap siklus menstruasi.
Berdasarkan hasil penelitian pada siswi SMP Handayani Sungguminasa
Gowa kelas VII menunjukkan bahwa ada hubungan antara keluhan menstruasi
dengan tingkat stres pada remaja putri. Dimana yang mengalami keluhan
menstruasi ringan sebanyak 21 responden (87,5%) dan keluhan menstruasi
berat sebanyak 10 orang responden (40,0%). Sedangkan yang mengalami
tingkat stres ringan sebanyak 3 responden (12,5%) dan 15 responden (60,0%)
mengalami tingkat stres berat yang dimana ada hubungan antara keluhan
menstruasi dengan tingkat stres pada remaja putri di SMP Handayani
Sungguminasa Gowa.Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rosendi
(2013) mengemukakan bahwa yang mengalami tingkat stres berat dikarenakan
siswi mengeluh sering mengalami kram perut, pusing kepala, mudah lelah dan
lain sebagainya.Hal ini disebabkan individu sulit untuk melakukan aktivitas
sehari – hari.
67
Didapatkan pula bahwa siswi yang mengalami stres berat jumlah 25
responden (51,0%). Hal ini disebabkan karenarespon atau reaksi individu
yang muncul karena adanya situasi tertentu yang menimbulkan stres. Respon
yang muncul dapat secara fisiologis, seperti: jantung berdebar, gemetar, dan
pusing serta psikologis, seperti: takut, cemas, sulit berkonsentrasi, dan mudah
tersinggung.Siswi yang mengalami stres diakibatkan karena adanya beberapa
keluhan saat mengalami menstruasi.
Selain itu yang menyebabkan stres ialah Siklus menstruasi yang tidak
teratur ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Diantaranya adalah perubahan
kadar hormone akibat stress dalam keadaan emosi yang kurang stabil. Selain
itu perubahan drastis dalam porsi olah raga atau perubahan berat badan yang
drastis juga mampu memjadi penyebab ketidak teraturan siklus menstruasi
(Mulastin,2013).
Gangguan yang sering terjadi antara lain siklus menstruasi tidak teratur,
gangguan volume menstruasi baik perdarahan yang lama maupun abnormal,
gangguan nyeri atau dismenore, atau sindroma pramenstruasi. Penyebab
gangguan menstruasi dapat dikarenakan biologik dan kelainan patologik.
Faktor-faktor lain yang berpengaruh dalam gangguan menstruasi yaitu stres,
status gizi, jenis makanan yang dikonsumsi, usia, dan aktivitas fisik (Astuti,
2016)
menurut Mugiarti (2015) menstruasi yang tidak teratur dapat
disebabkan karena adanya gangguan hormon maupun faktor psikis seperti
stres, depresi dan lain – lain yang dapat mempengaruhi kerja hormon. Tata
68
kerja sangat dipengaruhi oleh tekanan batin dan stres. Misalnya ketika
mengalami stres, pikiran emosional tidak dapat terkendali dalam suatu
keadaan, hal ini akan menjadi suatu beban dan memacu untuk terjadi stres.
Kondisi yang demikian merupakan faktor pencetus terjadinya perubahan pola
menstruasi antara lain ; perubahan siklus menstruasi, jumlah perdarahan
dalam menstruasi dan lama datangnya menstruasi.
Berdasarkan hasil penelitian adalah meneliti tentang hubungan keluhan
menstruasi dengan tingkat stres pada remaja putri dimana hasil penelitian yaitu
yang mengalami keluhan menstruasi ringan sebanyak (87,5%) dan keluhan
menstruasi berat sebanyak 10 orang responden (40,0%). Sedangkan yang
mengalami tingkat stres ringan sebanyak 3 responden (12,5%) dan 15
responden (60,0%) mengalami tingkat stres berat.
Penelitian yang dilakukan oleh Rosendi (2013), pada siswi di SMA 5
Cimahi, keluhan menstruasi dapat mempengaruhi tingkat stres, karena pada
saat mengalami menstruasi seseorang akan mengalami beberapa keluhan
diantaranya yaitu nyeri haid/kram perut, sakit kepala, mual muntah, nyeri
pada daerah payudara yang dapat mengakibatkan stres dimana hormone stres
yaitu hormon kortisol sebagai produk dari glukokortioid korteks adrenal yang
disintesa pada zona fasikulata karena saat menstruasi dapat mempengaruhi
jumlah hormon progesterone dalam tubuh. Penelitian lain yang dilakukan
oleh Sogi dan Harliyanti (2013), pada mahasiswi Akbid Sari Mulia
Banjarmasin, bahwa terdapat faktor – faktor yang salah satunya sebagian
besar psikologi/emosional mahasiswa tingkat II Akbid Sari Mulia
69
Banjarmasin berpengaruh terhadap keluhan menstruasi ringan yaitu 49 orang
(80,32%).
Sejalan dengan penelitian Aboyeji (2015) keluarga mempunyai peranan
yang besar dalam memberikan informasi tentang perkembangan pada remaja,
oleh karena itu keluarga diharapkan dapat memberikan dukungan emosi
sehingga remaja merasa nyaman dan tidak takut untuk mengalami
perkembangan terutama pada remaja putri yaitu dengan datangnya menstruasi.
Manajemen stres yang dapat digunakan antara lain dengan cara
meningkatkan strategi koping yang berfokus pada emosi dengan cara
pengaturan respon emosional dari stres melalui perilaku individu seperti
meniadakan jarak, penilaian secara positif, menerima tanggung jawab,
sedangkan strategi koping berfokus pada masalah dengan mempelajari cara –
cara atau keterampilan yang dapat menyelesaikan masalah seperti
merencanakan problem solving dan meningkatkan dukungan sosial.
Dukungan keluarga sangat berpengaruh dalam kesiapan remaja putri
menghadapi suatu keadaan yaitu dengan datangnya menstruasi. Bila anak
tidak diberikan dukungan keluarga, baik dukungan informasi, emosional,
penghargaan, dan instrumental akan berpengaruh terhadap kesiapan remaja
putri tersebut dalam menghadapi menstruasi.Dukungan keluarga yang
diberikan kepada remaja akan mempengaruhi keluhan dan kesiapan remaja
putri tersebut. Hal ini dikarenakan anggota keluarga merupakan orang yang
paling dekat bagi remaja sehingga komunikasi pada hal - hal yang sensitif
akan lebih terbuka. Keluarga berperan aktif dalam mengetahui kondisi remaja
70
putri, baik fisik maupun psikologisnya karena keluarga bersifat saling
ketergantungan satu anggota keluarga dengan anggota keluarga lainnya
(Nainggolan & Tambunan, 2013).
C. Implikasi Dalam Keperawatan
Penelitian ini memperlihatkan adanya keluhan menstruasi dengan
tingkat stres pada remaja putri. saat terjadi menstruasi akan ada peningkatan
hormon estrogen, maka seseorang akan mengalami stres yang dimana
mempengaruhi sistem tubuh dan membuat keseimbangan tubuh terganggu.
Jika itu terjadi maka perlu dilakukan tekhnik relaksasi yaitu meditasi,
bernapas dalam dan yoga bisa membantu mengendalikan emosi saat
menstruasi selain itu sering minum banyak air putih akan mengurangi rasa
kembung dan retensi cairan, makanan yang seimbang dan bergizi, perbaiki
pola tidur saat malam hari, sering melakukan olahraga secara teratur.
D. Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti menyadari bahwa ada keterbatasan –
keterbatasan pada penelitian ini, yaitu peneliti tidak melakukan penelitian
pada seluruh kelas dikarenakan pada saat pengambilan data awal, hanya kelas
VII yang di ambil dalam penelitian ini, dimana didapatkan populasi
berjumlah 56 siswi dari total keseluruhan siswi kelas VII.
BAB VI
71
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan dari
penelitian yang berjudul hubungan keluhan menstruasi dengan tingkat stres
pada remaja putri di SMP Handayani Sungguminasa Gowa sebagai berikut :
1. Didapatkan gambaran keluhan menstruasi pada remaja putri di SMP
Handayani Sungguminasa Gowa dengan keluhan ringan sebanyak 31
orang (63,3%).
2. Didapatkan kejadian tingkat stres pada remaja putri di SMP Handayani
Sungguminasa Gowa dengan tingkat stres berat sebanyak 25 orang
(51,0%).
3. Ada hubungan antara keluhan menstruasi dengan tingkat stres pada
remaja putri di SMP Handayani Sungguminasa Gowa.
B. Saran
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan maka dalam mengatasi keluhan
menstruasi dan tingkat stres, peneliti menyarankan kepada :
1. Bagi SMP Handayani Sungguminasa Gowa
Hendaklah para guru khususnya guru biologi dapat memberikan
pelajaran ekstra tentang masalah menstruasi dan diharapkan agar
bekerja sama dengan orang tua siswa untuk lebih memperhatikan dan
mengarahkan para remaja dalam masa perkembangannya agar tidak
salah mengartikan informasi yang diterima. Banyaknya informasi yang
diterima para remaja biasanya membuat remaja bingung dan salah
72
mengartikan suatu informasi yang mereka dapat, baik informasi dari
media cetak maupun media elektronik, sehingga diperlukan peran guru
dan orangtua remaja dalam mengarahkan remaja kearah yang lebih baik
dan memberikan penjelasan tentang kebenaran informasi yang
didapatkannya
2. Bagi Remaja Putri di SMP Handayani Sungguminasa Gowa
Diharapkan remaja putri dapat mengatasi keluhan menstruasi dan
mengurangi tingkat stres agar kelak tingkat keluhan menstruasi dan
tingkat stres yang dialami para remaja bisa berkurang untuk menstruasi
yang selanjutnya.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi para peneliti yang meneliti hal-hal yang berkaitan dengan
menstruasi, diharapkan dapat mengkaji hal-hal yang belum dapat
dimunculkan atau belum dibahas dalam penelitian ini.