BAB I DASAR LOGIKA
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of BAB I DASAR LOGIKA
Logika Informatika
BAB I
DASAR LOGIKA
1.1 Kalimat Deklaratif
Ilmu logika berhubungan dengan kalimat-kalimat (argumen-
argumen) dan hubungan yang ada di antara kalimat-kalimat
tersebut. Tujuannya adalah memeberikan aturan-aturan
sehingga orang dapat menentukan apakah suatu kalimat
bernialai benar. Kalimat yang dipelajari dalam logika
bersifat umum, baik bahasa sehari-hari maupun bukti
matematika yang didasarkan atas hipotesa-hipotesa. Oleh
karena itu, aturan-aturan yang berlaku di dalamnya
haruslah bersifat umum dan tidak tergantung pada kalimat
atau disiplin ilmu tertentu.Ilmu logika lebih mengarah
pada bentuk kalimat (sintaks) daripada arti kalimat itu
sendiri (semantik)
Suatu Kalimat Deklaratif (Proposisi) adalah kalimat yang bernilai benar
atau salah, tetapi tidak keduanya.
Contoh Proposisi:
a. 2 + 2 = 4 (bernilai
benar)
b. 4 adalah bilangan prima (bernilai
salah)
c. Jakarta adalah ibukota negara Indonesia.
(bernilai benar)
STMIK ‘Sinus’ Ska i Wawan Laksito YS
Logika Informatika -1
d. Penduduk Indonesia berjumlah 50 juta.
(bernilai salah)
Contoh Bukan Proposisi :
a. Dimana letak pulau Bali ? (kalimat tanya)
b. Simon lebih tinggi dari Lina (ada banyak
orang bernama Simon atau
Lina di dunia)
c. x + y = 2 (nilaikebenaran
tergantung niali x dan
y)
d. 2 mencintai 3 (relasi mencintai tidak
berlaku di bilangan)
.
1.2 Penghubung Kalimat
Seringkali beberapa kalimat perlu digabungkan menjadi
satu kalimat yang lebih panjang, sehingga diperlukan
penghubung kalimat. Dalam Logika dikenal 5 penghubung :
Simbol Arti Bentuk
~ Tidak / Not / Negasi Tidak ….. Dan / And / konjungsi …… dan ……. Atau / Or / Disjungsi …… atau …… Imlikasi Jika …. Maka ….. Bi-Implikasi ….. bila dan hanya
bila ….
STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS
Logika Informatika -2
Dalam matematika digunakan huruf-huruf kecil seperti p,
q, r,…. Untuk menyatakan sub kalimat dan simbol-simbol
penghubung untuk menyatakan penghubung kalimat.
Contoh :
a. Misal p menyatakan kalimat “ 4 adalah bilangan genap”
q menyatakan kalimat “3 adalah bilangan ganjil”
maka kalimat “ 4 adalah bilangan genap dan 3 adalah
bilangan ganjil” dapat dinyatakan dengan simbol p q
b. Misal p : 2 + 2 = 4
q : bunga melati berwarna putih.
maka kalimat “Jika 2 + 2 = 4, maka bunga melati
berwarna putih” dapat dinyatakan dengan simbol p q
Pada contoh b diatas, kalau kalimat tersebut diartikan
dalam kehidupan sehari maka kalimat tersebut tidak
berarti (tidak ada hubungan antara kedua kalimat
penyusunnya). Tetapi secara logika matematis hal
tersebut dapat diterima, karena di dalam matematika
tidak disyaratkan adanya adanya hubungan antara kedua
kalimat penyusunnya. Dalam Logika matematika, penekanan
lebih ditujukan kepada bentuk/susunan kalimat saja
(sintak), dan bukan pada arti kalimat penyusunnya dalam
kehidupan sehari-hari (semantik). Kebenaran suatu
kalimat berimplikasi semata-mata hanya tergantung pada
nilai kebenaran kalimat penyusunnya, dan tidak
STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS
Logika Informatika -3
tergantung pada ada/tidaknya relasi antara kalimat-
kalimat penyusunnya.
Jika p dan q merupakan kalimat-kalimat, maka tabel
kebenaran penghubung tampak pada tabel berikut :
p q ~p p q p q p q p q
T T F T T T TT F F F T F FF T T F T T FF F T F F T T
( T = True/benar, F = False/salah )
Secara umum, jika ada n variabel (p,q,…), maka tabel kebenaran memuat 2n
baris.
Dari tabel :
p q bernilai benar jika p maupun q benar, selain itu
bernilai salah
p q bernilai benar jika ada sedikitnya satu variabel
bernilai benar
Dalam kalimat p q , p disebut hipotesis (anteseden)
dan q disebut konklusi (konsekuen). Kalimat p q
disebut kalimat berkondisi karena kebenaran kalimat q
tergantung pada kebenaran kalimat p. kalimat p q
akan berniali salah kalau p benar dan q salah. Sebagai
STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS
Logika Informatika -4
contoh perhatikan apa yang diucapkan seorang pria
terhadap kekasihnya berikut ini :
“Jika besok cerah, maka aku datang” >> p : “besok
cerah” , q : “aku akan datang”
- Jika baik p maupun q keduanya benar (baris ke-1
tabel kebenaran), pria tersebut tidak berbohong.
- jika p salah (ternyata keesokan harinya hujan,
tidak cerah), maka pria tersebut terbebas dari
janjinya karena janji tersebut bersyarat, yaitu kalau
besok cerah. Jadi, baik pria tersebut datang (berarti
q benar, sehingga menyatakan baris ke-3 tabel) maupun
tidak datang (q salah ,sehingga menyatakan baris ke-4
tabel), pria tersebut tidak akan disalahkan.
- Akan tetapi, pria tersebut akan disalahkan
(berarti implikasi berniali salah) apabila keesokkan
harinya cuaca cerah ( p benar) tetapi ia tidak datang
(q salah). Ini sesuai baris ke-2 tabel.
Kalimat kondisi ganda (biconditional) p q ,berarti
(p q) (q p). Supaya p q berniali benar maka
p q maupun q p, keduanya harus bernilai benar (ingat
bahwa kedua implikasi tersebut dihubungkan dengan kata hubung
“dan”). Perhatikan tabel berikut :
p q p q q p p q atau (p q)
STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS
Logika Informatika -5
( q p)T T T T TT F F T FF T T F FF T T T T
Jadi p q bernilai benar jika p dan q keduanya
bernilai benar atau keduanya bernilai salah
Soal Latihan :
1. Misal k : Monde orang kaya, s : Monde bersuka cita
Tulislah bentuk simbolis kalimat-kalimat berikut :
a. Monde orang yang miskin tetapi bersuka cita
b. Monde orang kaya atau ia sedih
c. Monde tidak kaya ataupun bersuka cita
d. Monde seorang yang miskin atau ia kaya tetapi sedih.
Anggaplah ingkaran kaya adalah miskin, ingkaran dari bersuka cita
adalah sedih.
2. Buatlah tabel kebenaran untuk kalimat dalam bentuk simbol-simbol logika
dibawah ini !
a. ~(~p ~q) c. (p q) ~(p q)
b. ~(~p q) d. (~p (~q r)) (q r) (p r)
3. Pada kondisi bagaimanakah agar kalimat di bawah ini bernilai benar ?
STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS
Logika Informatika -6
“Tidaklah benar kalau rumah kuno selalu bersalju atau angker, dan tidak
juga benar kalau sebuah hotel selalu hangat atau rumah kuno selalu
rusak.”
4. Jika p dan q bernilai benar (T) ; r dan s bernilai salah (F)
Tentukan nilai kebenaran kalimat berikut ini :
a. p (q r)
b. (p q r) ~((p q) ( r s))
c. (~(p q) ~r) (((~p q) ~r) s)
Dua kalimat disebut Ekuivalen (secara logika) bila dan
hanya bila keduannya mempunyai nilai kebenaran yang sama
untuk semua substitusi nilai kebenaran masing-masing
kalimat penyusunnya. Jika p dan q adalah kalimat-kalimat
yang ekuivalen, maka dituliskan p q .
Soal Latihan
5. Tentukan apakah pasangan kalimat-kalimat di bawah ini ekuivalen
a. ~(~p) dengan p
b. ~(p q) dengan ~p ~q
c. p q dengan ~p q
Beberapa hukum ekuivalensi logika disajikan dalam daftar
dibawah ini :
1. Hukum Komutatif : p q q p ; p q q p
2. hukum Asosiatif : (p q) r p (q r)
STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS
Logika Informatika -7
(p q) r p (q r)
3. Hukum Distributif : p (q r) (p q) (p r)
p (q r ) (p q) (p r)
4. Hukum Identitas : p T p ; p F p
5. Hukum Ikatan : p T T ; p F F
6. Hukum Negasi : p ~p T ; p ~p F
7. Hukum Negasi Ganda : ~(~p) p
8. Hukum Idempoten : p p p ; p p p
9. Hukum De Morgan : ~(p q) ~p ~q
~(p q) ~p ~q
10. Hukum Absorbsi : p (p q) p ; p (p q)
p
11. Negasi T dan F : ~T F ; ~F T
Dengan hukum-hukum tersebut, kalimat-kalimat yang
kompleks dapat disederhanakan.
Contoh :
Sederhanakan bentuk ~(~p q) (p q)
Penyelesaian :
~(~p q) (p q) (~(~p) ~q) (p q)
(p ~q) (p q)
p (~q q)
p F
p
Jadi ~(~p q) (p q) p
STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS
Logika Informatika -8
Dalam membuktikan ekuivalensi P Q, ada 3 macam cara
yang bisa dilakukan :
1.P diturunkan terus menerus (dengan menggunakan hukum-
hukum yang ada), sehingga akhirnya didapat Q
2.Q diturunkan terus menerus (dengan menggunakan hukum-
hukum yang ada) sehingga akhirnya didapat P.
3.P dan Q masing-masing diturunkan secara terpisah
( dengan menggunakan hukum-hukum yang ada ) sehingga
akhirnya sama-sama didapat R
Sebagai aturan kasar, biasanya bentuk yang lebih kompleks
diturunkan ke bentuk yang lebih sederhana.
Soal Latihan
6. Buktikan ekuivalensi kalimat-kalimat dibawah ini tanpa menggunakan
tabel kebenaran
a. ~(p ~q) V (~p ~q) ~p
b. ~((~p q) (~p ~q) ) (p q) p
c. (p (~(~p q))) (p q) p
Untuk menunjukkan ekuivalensi 2 kalimat yang melibatkan
penghubung (implikasi) dan (bi-implikasi), Kita
harus terlebih ahulu mengubah penghubung dan menjadi
penghubung , dan ~. (kenyataan bahwa (p q) (~p
q) mempermudah kita untuk melakukannya)
STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS
Logika Informatika -9
7. Buktikan ekuivalensi kalimat-kalimat dibawah ini tanpa menggunakan
tabel kebenaran
a. (q p) (~p ~q)
b. (p (q r)) ((p q) r)
8. Ubahlah bentuk ~(p q) sehingga hanya memuat penghubung , atau
~
1.3 Tautologi dan Kontradiksi
Tautologi adalah suatu bentuk kalimat yang selalu
bernilai benar (T), Tidak peduli bagaimanapun nilai
kebenaran masing-masing kalimat penyusunnya. Sebaliknya,
Kontradiksi adalah suatu bentuk kalimat yang selalu
bernilai salah (F), tidak peduli nilai kebenaran masing-
masing kalimat penyusunnya.
Dalam tabel kebenaran, suatu Tautologi selalu bernilai T
pada semua barisnya, dan kontradiksi selalu bernilai F
pada semua barisnya. Kalau kalimat tautologi diturunkan
lewat hukum-hukum yang ada maka pada akhirnya selalu
menghasilkan T. Sebaliknya , Kontradisi akan selalu
menghasilkan F.
9. Tunjukkan bahwa kalimat-kalimat di bawah ini adalah Tautologi dengan
menggunakan tabel kebenaran.
a. (p q) q
b. q (p q)
STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS
Logika Informatika -10
Kesatuan dari 2 buah kalimat ekuivalen p dan q yang
dihubungkan dengan penghubung selalu merupakan
Tautologi karena jika p q maka p dan q selalu
mempunyai nilai kebenaran yang sama. Jika p dan q
mempunyai nilai kebenaran yang sama, maka p q selalu
akan berniali benar.
10. Tunjukkan bahwa (p q) (~q ~p) berupakan Tautologi, tanpa
menggunakan tabel kebenaran
1.4 Konvers, Invers, dan Kontraposisi
Misal diketahui implikasi p q
Konvers-nya adalah q p
Invers-nya adalah ~p ~q
Kontraposisinya adalah ~q ~pSuatu yang penting dalam logika adalah kenyataan bahwa suatu implikasi selalu
ekuivalen dengan konraposisinya. Akan tetapi, tidak demikian dengan Invers dan
konvers. Suatu implikasi tidak selalu ekuivalen dengan Invers ataupun Konvers-nya.
Hal ini dapat dilihat pada tabel kebenaran yang tampak pada pada tabel berikut :
p q ~p ~q p q q p ~p ~q ~q ~pT T F F T T T TT F F T F T T FF T T F T F F TF F T T T T T T
STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS
Logika Informatika -11
Dalam tabel terlihat bahwa nilai kebenaran kolom p q
selalu sama dengan nilai kebenaran kolom ~q ~p
(Kontraposisi), tetapi tidak selalu sama dengan kolom q
p (konvers) maupun kolom ~p ~q (invers).
Disimpulkan bahwa (p q) (~q ~p) merupakan suatu
Tautologi.
11. Apakah Konvers, invers, dan Kontraposisi kalimat dibawah ini :
a. Jika A merpakan suatu bujursangkar, maka A merupakan suatu
persegi panjang.
b. Jika n adalah bilangan prima > 2, maka n adalah bilangan ganjil
1.5 Inferensi Logika
Logika selalu berhubungan dengan pernyataan-pernyataan
yang ditentukan nilai kebenarannya. Sering kali
diinginkan untuk menentukan benar tidaknya kesimpulan
berdasarkan sejumlah kalimat yang diketahui nilai
kebenarannya.Argumen Valid dan Invalid
Argumen adalah rangkaian kalimat-kalimat. Semua kalimat-
kalimat tersebut kecuali yang terakhir disebut Hipotesa
(atau assumsi/premise). Kalimat terakhir disebut
kesimpulan.
Secara umum, hipotesa dan kesimpulan dapat digambarkan
sebagai berikut :
p1
STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS
}hipotes
a
Logika Informatika -12
p2
…….
pn
q } kesimpulan (tanda q dibaca “
jadi q”)
Suatu Argumen dikatakan Valid apabila untuk sembarang
pernyataan yang disu yang disubstitusikan ke dalam
hipotesa, jika semua hipotesa tersebut benar, maka
kesimpulan juga benar. Sebaliknya, meskipun semua
hipotesa benar tetapi ada kesimpulan yang salah, maka
argumen tersebut dikatakan Invalid.
Kalau suatu argumen dan semua hipotesanya bernilai benar,
maka kebenaran nilai konklusi dikatakan sebagai
“diinfernsikan” (diturunkan) dari kebenaran hipotesa”
Untuk mengecek apakah suatu argumen merupakan kalimat
yang valid, dapat dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut :
1.Tentukan hipotesa dan kesimpulan kalimat
2.Buat tabel yang menunjukkan nilai kebenaran untuk semua
hipotesa dan kesimpulan.
3.Carilah baris kritis, yaitu baris dimana semua hipotesa
bernilai benar.
4.Dalam Baris kritis tersebut, jika semua nilai
kesimpulan benar, maka argumen itu valid. Jika diantara
STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS
Logika Informatika -13
baris kritis tersebut ada baris dengan nilai kesimpulan
yang salah, maka argumen tersebut invalid.
Contoh :
Tentukan apakah Argumen di bawah ini Valid/Invalid.
a. p (q r) b. p (q ~r)
~r q (p r)
-------------- ----------------
p q p r
Penyelesaian :
a. Ada 2 Hipotesa, masing-masing p (q r) dan ~ r.
Kesimpulannya adalah p q. Tabel kebenaran hipotesa-
hipotesa dan kesimpulan adalah sbb :
Baris
ke
p q r q r p (q r) ~r p q
1. T T T T T F T
2. * T T F T T T T
3. T F T T T F T
4. * T F F F T T T
5. F T T T T F T
6. * F T F T T T T
7. F F T T T F F
8. F F F F F T F
Baris Kritis adalah baris 2, 4, dan 6 (baris yang semua
hipotesanya bernilai T ). Pada baris-baris tersebut
kesimpulannya juga bernilai T. Maka argumen tersebut
bernilai valid.
STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS
Logika Informatika -14
b. silahkan anda coba sendiri.
1.5.1 Metode-Metode Inferensi
Pada bagian ini dipelajari beberapa metode infernsi,
yaitu teknik untuk menurunkan kesimpulan berdasarkan
hipotesayang ada, tanpa harus menggunakan tabel
kebenaran.
1. Modus Ponens
Perhatikan implikasi “ bila p maka q “ yang
diasumsikan bernilai benar. Apabila selanjutnya
diketahui bahwa anteseden (p) benar, supaya
implikasi p q benar, maka q juga harus bernilai
benar. Infersi seperti itu disebut Modus Ponens.
Secara simbolik, Modus Ponens dapat dinyatakan sbb :
p q
p
---------
qHal ini dapat dilihat dari tabel kebenaran yang tampak pada
tabel berikut.
Bariske
p q p q p q
1. * T T T T T2. T F F T F3. F T T F T4. F F T F F
STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS
Logika Informatika -15
Baris Kritis adalah baris pertama. Pada baris
tersebut, konklusi (q) bernilai T sehingga
argumennya valid.
STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS
Logika Informatika -16
2. Modsus Tollens
Bentuk Modus Tollens mirip dengan Modus Pones,
hanya saja hipotesa kedua dan kesimpulan merupakan
kontraposisi hipotesa pertama modus ponens. Hal
ini mengingat kenyataan bahwa suatu implikasi
selalu ekuivalen dengan kontraposisinya.
Secara simbolik, bentuk inferensi Modus Tollens
adalah sebagai berikut :
p q~q--------- ~p
Contoh:
Jika Zeus seorang manusia, maka ia dapat mati
Zeus tidak dapat mati
--------------------------------------------------
-------
Zeus bukan seorang manusia.
3. Penambahan Disjungtif
Inferensi Penambahan Disjungtif didasarkan atas
fakta bahwa suatu kalimat dapat digeneralisasikan
dengan penghubung “ ”. Alasannya adalah karena
penghubung “ “ bernilai benar jika salah satu
komponennya bernilai benar.
Sebagai contoh : “Ani suka jeruk” (bernilai
benar). Kalimat tersebut tetap bernilai benar jika
ditambahkan kalimat lain dengan penghubung “ ”.
STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS
Logika Informatika -17
Jadi kalimat “Ani suka jeruk atau apel” juga tetap
bernilai benar dan tidak tergantung pa
suka/tidaknya Ani akan apel.
Bentuk Simbolis metode Infernsi Penambahan
Disjungtif adalah sebagai berikut :
p q
a. ---------- b.
----------
p q p q
STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS
Logika Informatika -18
4. Penyderhanaan Konjungtif
Inferensi penyederhanaan Konjungtif merupakan
kebalikan dari inferensi Penambahan Disjungtif.
Jika beberapa kalimat dihubungkan dengan
penghubung ” “, kalimat tersebut dapat diambil
salah satunya secara Khusus. Penyempitan kalimat
ini merupakan kebalikan dari penambahan Disjungtif
yang merupakan perluasan kalimat.
Bentuk simbolis metode Inferensi penyederhanaan
Konjungtif adalah sbb :
p q p qa. ---------- b.---------- p qContoh :
Lina menguasai bahasa Basic dan Pascal---------------------------------------------
---- Lina mengusai bahasa Basic
5. Silogisme Disjungtif
Prinsip dasar Silogisme Disjungtif adalah
kenyataan bahwa apabila kita diperhadapkan pada
satu diantara 2 pilihan yang ditawarkan (A atau
B), sedangkan kita tidak memilih A, Maka satu-
satunya pilihan yang mungkin adalah memilih B. Hal
ini sering dijumpai dalam kehidupan sehar-hari.
Jika seseorang ditanyai oleh penjual warung : “
Kamu minum es jeruk atau es the?”. Dan orang yang
STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS
Logika Informatika -19
ditanya tersebut harus memilih salah satu,
sedangkan ia tidak suka es jeruk, pastilah ia
memilih es teh.
Secara simbolis, bentuk metode inferensi Silogisme
Disjungtif adalah sebagai berikut :
p q p qa. ~p b. ~q
---------- -----------
q pContoh :
Kunci kamarku ada di sakuku atau tertinggal
di rumah
Kunci kamarku tidak ada di sakuku
---------------------------------------------
--------------------
Kunci kamarku tertinggal di rumah
6. Silogisme Hipotesis
Prinsip Silogisme Hipotesis adalah sifat transitif
pada implikasi. Jika implikasi p q dan q r
keduanya bernilai benar, maka implikasi p r
bernilai benar pula.
Secara simbolis, bentuk metode inferensi Silogisme
Hipotesis adalah sbb :
p qq r----------
STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS
Logika Informatika -20
p rContoh :
Jika 18486 habis dibagi 18, maka 18486 habis
dibagi 9
Jika 18486 habis dibagi 9, maka jumlah digit-
digitnya habis dibagi 3
--------------------------------------------------
---------------------------------
18486 habis dibagi 18, maka jumlah digit-
digitnya habis dibagi 9.
7. Dilema (Pembagian Dalam Beberapa Kasus)
Kadeng-kadang, dalam kalimat yang dihubungkan
dengan penghubung “ “, Masing-masing kalimat
dapat mengimplikasikan sesuatu yang sama.
Berdasrkan hal itu maka suatu kesimpulan dapat
diambil.
Secara simbolis, bentuk metode infernsi Dilema
adalah sebahgai berikut :
p qp rq r--------- r
Contoh :
Nanti malam Adi mengajak saya nonton atau mengajak
saya makan di restoran
STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS
Logika Informatika -21
Jika Adi mengajak saya nonton, maka saya akan
senang
Jika Adi mengajak saya makan di restoran, maka
saya akan senang
--------------------------------------------------
-------------------------------
Nanti malam saya akan senang
8. Konjungsi
Inferensi Konjungsi sebenarnya sudah dibahas pada
sub-bab awal. Jika ada dua kalimat yang masing-
masing benar, maka gabungan kedua kalimat tersebut
dengan menggunakan ““ (konjungsi) juga bernilai
benar.
Bentuk Inferensi dengan Konjungsi adalah sbb :
pq
------------ p q
Kedelapan bentuk infernsi dapat dirngkas pada tabel berikut :Aturan Bentuk Argumen
Modus Ponen
p qp
--------- q
Modus Tollen p q~q--------- ~p
Penambahan Disjungtif p q
STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS
Logika Informatika -22
-------- p q
-------- p q
PenyederhanaanKonjungtif
p q------
p
p q------
qSilogisme Disjungtif p q
~p-------
q
p q~q
------- p
Silogisme Hipotesis p qq r
--------r
Dilema P qp rq r
--------r
Konjungsi pq
-------- p q
Soal latihan :
12. Pada suatu hari, Anda hendak pergi ke kampus dan baru sadar bahwa Anda
tidak memakai kacamata. Setelah mengingat-ingat, ada beberapa fakta yang
Anda pastikan kebenaranya :
a. Jika kacamataku ada di meja dapur, maka aku pasti sudah melihatnya
ketika sarapan pagi.
b. Aku membaca koran di ruang tamu atau akau membacanya di dapur.
c. Jika aku membaca koran di ruang tamu, maka pastilah kacamataku
kuletakkan di meja tamu.
d. Aku tidak melihat kacamataku pada waktu sarapan pagi
e. Jika aku membaca buku di ranjang, maka kacamata kuletakkan di meja
samping ranjang.
f. Jika aku membaca koran di dapur, maka kacamataku ada di meja dapur.
STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS