BAB II teori dasar rugi tegangan
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of BAB II teori dasar rugi tegangan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Transformator
Transformator adalah suatu peralatan listrik yang
berfungsi untuk emindahkan dan mengubah daya listrik
ke rangkaian listrik lainnya, dengan frekuensi sama dan
perbandingan transformasi tertentu melalui suatu
gandengan magnet dan bekerja berdasarkan prinsip
induksi elektromagnetis, dimana perbandingan tegangan
antara sisi primer dan sisi sekunder berbanding lurus
dengan perbandingan jumlah lilitan dan berbanding
terbalik dengan perbandingan arusnya.
Transformator terdiri atas dua buah kumparan
(primer dan sekunder) yang bersifat induktif, yang
terpisah secara elektris namun berhubungan secara
magnetis melalui jalur yang memiliki reluktansi
(reluctance) rendah. Apabila kumparan primer
dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik, maka
fluks bolak-balik akan muncul di dalam inti (core) yang
dilaminasi, karena kumparan tersebut membentuk jaringan
tertutup, maka mengalirlah arus primer. Akibat adanya
fluks di arus primer, maka di kumparan primer terjadi
induksi (self induction) dan terjadi pula induksi di
kumparan sekunder karena pengaruh induksi dari kumparan
primer (mutual induction) yang menyebabkan timbulnya
fluks magnet di kumparan sekunder, serta arus sekunder
jika rangkaian sekunder dibebani sehingga energi
listrik dapat ditransfer keseluruhan (secara
magnetis).1
………………………………..……………….......… (2.1)
dimana : E = gaya gerak listrik (ggl) [Volt].
M = induksi bersama (Henry).
5
6
Perlu diingat hanya tegangan listrik bolak - balik
yang dapat ditransformasikan oleh transformator,
sedangkan dalam bidang elektronika, transformator
digunakan sebagai gandengan impedansi antara sumber dan
beban untuk menghambat arus searah sambil tetap
melakukan arus bolak-balik antara rangkaian. Tujuan
utama menggunakan inti (core) pada transformator adalah
untuk mengurangi reluktansi (tahanan magnetis) dan
rangkaian magnetis (common magnetic circuit).
Konstruksi transformator daya biasanya terdiri
atas bagian-bagian sebagai
berikut:1. Inti atau teras (core) yang dilaminasi2. Dua buah kumparan, kumparan primer dan kumparan sekunder3. Tangki4. Sistem pendingin5. Terminal6. Bis kabel (bushing)
Berdasarkan letak kumparan terhadap inti, transformator
terdiri dari dua buah macam konstruksi, yaitu :
1. Transformator jenis inti (core-type transformer)Dimana kumparan atau lilitan transformatormengelilingi inti, sedangkan konstruksi dari intitransformator jenis ini umumnya berbentuk huruf Latau huruf U.
Konstruksi (peletakan) kumparan pada prakteknya
diatur saling berhimpitan (interleaving) antara
kumparan primer dan kumparan sekunder dengan
maksud mengurangi kerugian magnetis (magnetic
leakage) berupa reaktansi induktif.
Kumparan tegangan
tinggi
diletakkan
sebelah
luar karena
pertimbangan isolasi tegangan tinggi lebihkompleks mengatasinya, dan lebih sering terkenagangguan dibanding tegangan rendah sehingga jikaterjadi kerusakan lebih mudah membuka kumparantersebut.
7
2. Transformator jenis cangkang (shell-type transformer)Pada transformator ini, kumparan atau belitantransformator dikelilingi oleh inti, sedangkankonstruksi intinya umumnya berbentuk huruf E,huruf I atau huruf F.
2.1.1
Prinsip Kerja Transformator
Prinsip kerja transformator adalah berdasarkan
hukum Ampere dan hokum Faraday, yaitu : arus listrik
dapat menimbulkan medan magnet dan sebaliknya medan
magnet dapat menimbulkan arus listrik.2
Gambar2.1
Prinsip Kerja Transformator
Jika pada salah satu kumparan pada trafo diberiarus bolak – balik maka jumlah garis gaya magnetberubah – ubah. Akibatnya pada primer terjadi induksi.Sekunder menerima garis gaya magnet dari primer yangjumlahnya berubah – ubah pula. Maka di sekunder jugatimbul induksi, akibatnya antara dua ujung terdapatbeda tegangan. Jumlah gaya garis (Φ) yang masukkumparan sekunder sama dengan jumlah garis gaya (Φ)yang keluar dari kumparan primer.
e1
e1 / e2
= - N1
= - N1
dan
/ - N2
e2 = - N2
atau
8
dimana :
e1
e2
E1
E2
N1
N2
: GGL induksi sesaat pada sisi primer
: GGL induksi sesaat pada sisi sekunder
: GGL induksi pada sisi primer (volt) efektif
: GGL induksi pada sisi sekunder (volt)
: jumlah lilitan kumparam primer
: jumlah lilitan kumparan sekunder
Berdasarkan hukum kekekalan energi, maka bila
dianggap tidak ada kerugian daya yang hilang, daya yang
dilepas oleh primer sama dengan daya yang diterima oleh
sekunder :
E1 . I1 = E2 . I2 …………………………………………………………… (2.3)
2.1.2
Jenis Transformator
Menurut pasangan lilitannya, trafo dibedakan atas :
Trafo 1 belitanTrafo 2 belitanTrafo 3 belitan
Pada trafo 1 belitan, maka lilitan primer merupakan
bagian dari lilitan sekunder atau sebaliknya, trafo
belitan ini lebih dikenal sebagai auto trafo. Trafo 2 belitan
mempunyai 2 belitan, yaitu sisi tegangan tinggi dan
sisi tegangan rendah, dimana primer dan sekunder
berdiri sendiri. Sedangkan pada trafo 3 belitan mempunyai
belitan primer, sekunder, tertier, masing – masing
berdiri sendiri pada tegangan yang berbeda.
Menurut fungsinya, transformator dikelompokkan menjadi 3jenis, yaitu :
9
Sedangkan menurut jumlah phasanya dibedakan menjadi trafo 1phasa dan
trafo 3 phasa.
2.1.3. Hubungan Lilitan Transformator
Menurut Zuhal, Dasar Tenaga Listrik. 1991 secara umum
dikenal tiga macam hubungan lilitan untuk sebuah
transformator tiga phasa, yaitu : hubungan bintang,
hubungan delta, dan hubungan zig – zag.
2.1.3.1 Hubungan Bintang
Arus transformator tiga phasa dengan kumparan yangdihubungkan secara
bintang yaitu, IA, IB, dan IC, masing – masing berbeda phasa 120o.
Untuk beban yang seimbang :
IN = IA + IB + IC = 0
VAB + VAN + VBN = VAN – VBN
VBC = VBN – VCN
VCA = VCN - VAN
Gambar2.2
Rangkaian hubungan bintang
10
Dari vektor diagram diketahui bahwa untuk hubungan
bintang berlaku hubungan :
VAB = VAN atau VL = VP
IP = IL
Jadi besarnya daya pada hubungan bintang (VA)
= 3 VP IP
= 3 (VL / ) IL
= VL IL ………………………………………………………..………. (2.4)
2.1.3.2 Hubungan Delta
Tegangan transformator tiga phasa dengan kumparan
yang dihubungkan secara delta, yaitu VAB, VBC dan VCA,
masing – masing berbeda phasa 120o.
VAB + VBC + VCA = 0
(a)
Gambar2.3
(b)
Rangkaian hubungan delta
11
IB = IBC – IAB
IC = ICA - IBC
Dari vektor diagram diketahui arus IA (arus jala– jala) adalah
x IAB (arus
fasa). Tegangan jala – jala dalam hubungan delta sama denganteganganphasanya.
V.A. hubungan delta = VP IP =3VL (
)
= VL IL …………....………………… (2.5)
2.1.3.3 Hubungan Zig – Zag
Masing – masing lilitan tiga phasa pada sisi
tegangan rendah dibagi menjadi dua bagian dan masing –
masing dihubungkan pada kaki yang berlainan.
(a)
Gambar2.4
(b)
Rangkaian hubungan zig-zag
Perhatikan gambar a dan b. Hubungan silang atau
zig – zag digunakan untuk keperluan khusus seperti pada
transformator distribusi dan transformator converter.
12
2.1.4. Rugi – Rugi dan Efisiensi TransformatorRugi – rugi pada transformator ada 2 macam, yaitu
rugi tembaga (PCu) dan rugi besi (Pi). Dimana rugi besisendiri terdiri atas rugi histerisis dan rugi „aruseddy‟.
2.1.4.1 Rugi Tembaga (PCu)
Adalah rugi yang disebabkan oleh arus beban yang
mengalir pada kawat tembaga. Besarnya adalah :
PCu = I2 . R …………………………………………………………….… (2.6)
dimana :
PCu
I
R
: rugi tembaga (watt)
: arus beban yang mengalir pada kawat tembaga ( Ampere)
: tahanan kawat tembaga (Ω)
Karena arus beban berubah – ubah, rugi tembaga juga
tidak tetap tergantung pada beban.
2.1.4.2 Rugi Besi (Pi)
Rugi besi terdiri atas :
A. Rugi Histerisis (Ph), yaitu rugi yang disebabkan
fluks bolak – balik pada inti besi.
B. Rugi Arus Eddy (Pe), yaitu rugi yang disebabkan
arus pusar pada inti besi.
13
Gambar2.5
Diagram rugi-rugi transformator
Sumber. Zuhal. Dasar Tenaga Listrik. 1991 hal 34
2.1.4.3 Efisiensi Transformator (η)
Efisiensi menunjukkan tingkat keefisiensian kerja
suatu peralatan, dalam hal ini transformator yang
merupakan perbandingan rating output (keluaran) terhadap
inputnya (masukkan) yang dinyatakan dengan persamaan
berikut :
Efisiensi (η) = =
maka persentase effesiensi adalah :
Dengan 𝛴rugi
=
= PCu + Pi
x 100% …………… (2.7)7
2.1.5
Transformator Distribusi
Trafo distribusi yang digunakan di Indonesia saat
ini pada umumnya adalah trafo produksi dalam negeri.
Ada lima pabrik trafo di Indonesia yaitu :
Trafo distribusi yang digunakan di Indonesia saat ini
pada umumnya adalah trafo produksi dalam negeri. Ada
lima pabrik trafo di Indonesia yaitu: PT. UNINDO, PT.
TRAFINDO dan PT. ASATA di Jakarta; PT. MURAWA di
Medan : PT. Bambang Djaja di Surabaya. Ditinjau dari
jumlah fasanya trafo distribusi ada dua
14
macam, yaitu trafo satu fasa dan trafo tiga fasa. Trafo
tiga fasa mempunyai dua tipe yaitu tipe tegangan
sekunder ganda dan tipe tegangan sekunder tunggal.
Sedang trafo satu fasa juga mempunyai dua tipe yaitu
tipe satu kumparan sekunder dan tipe dua kumparan
sekunder saling bergantung, yang di kenal dengan trafo
tipe "NEW JEC". Gambar 2.6 memperlihatkan sebuah trafo
distribusi tiga fasa kelas 20 kV produksi PT. UNINDO
Jakarta menurut standarisasi DIN, Jerman Barat. Bak
trafo dapat diisi dengan minyak trafo biasa atau
askarel (suatu bahan buatan) dan kelas ini untuk
kapasitas daya lebih kecil dari 1000 kVA.8
Gambar2.6
Trafo Distribusi kelas 20 kV
Keterangan-keterangan gambar 2.6 adalah:1. Rele Buchcolz2. Indikator permukaanminyak3. Penapas Pengering4. Untuk pembukaan5. lubang untuk tarikan
6. Sumbat pengeluaran minyak7. Pelat-nama8. Apitan untuk hubungan tanah9. Kantong-thermometer10. Alat untuk merubah kedudukan tap
Transformator distribusi merupakan salah satu alat
yang memegang peranan penting dalam sistim distribusi.
Trafo distribusi digunakan untuk mengubah tegangan
menengah menjadi tegangan rendah. Transformator
distribusi membagi / menyalurkan arus atau energi
listrik dengan tegangan distribusi supaya jumlah energi
yang tercecer dan hilang sia – sia di perjalanan tidak
terlalu banyak.
15
Trafo distribusi dapat berphasa tunggal atau phasa
tiga dan ukurannya berkisar dari kira – kira 5 kVA
smpai 500 kVA. Impedansi trafo distribusi ini pada
umumnya sangat rendah, berkisar dari 2% untuk unit-unit
yang kurang dari 50 kVA sampai dengan 4% untuk unit-
unit yang lebih besar daripada 100 kVA.
2.1.6
Perhitungan Arus Beban Penuh dan Arus Hubung Singkat
Telah diketahui bahwa daya transformator
distribusi bila ditinjau dari sisi tegangan tinggi
(primer) dapat dirumuskan sebagai berikut :
S =dimana :
…………….……………………………………………….. (2.8)
S
V
I
: daya transformator (kVA)
: tegangan sisi sekunder transformator (V)
: arus jala – jala (A)
Dengan demikian, untuk menghitung arus beban penuh
(full load) dapat menggunakan rumus :
IFL =
dimana :
………………………………………………………....……… (2.9)
IFL
S
V
: arus beban penuh (A)
: daya transformator (kVA)
: tegangan sisi sekunder transformator (V)
Sedangkan untuk menghitung arus hubung singkat pada
transformator digunakan rumus :ISC =
16
dimana :
ISC
S
V
%Z
2.1.7
: arus hubung singkat (A)
: daya transformator (kVA)
: tegangan sisi sekunder transformator (kV)
: persen impedansi transformator
Losses Akibat Adanya Arus Netral Pada Penghantar NetralTransformer
Sebagai akibat dari ketidakseimbangan beban antara
tiap – tiap phasa pada sisi sekunder trafo ( phasa R,
phasa S, phasa T) mengalirlah arus di netral trafo.
Arus yang mengalir pada penghantar netral trafo
inimenyebabkan losses (rugi- rugi). Untuk menghitung losses
pada penghantar netral trafo ini dapat dirumuskan
sebagai berikut :
PN = IN2 . RN ………………………………………………...........…….. (2.11)
dimana :
PN
IN
RN
: losses pada penghantar netral trafo (watt)
: arus yang mengalir pada netral trafo (A)
: tahanan penghantar netral trafo (Ω)
Sedangkan losses yang diakibatkan karena arus netral
yang mengalir ke tanah (ground) dapat dihitung dengan
perumusan sebagai berikut :
PG = LG2 . RG ………………………………………………………….... (2.12)
dimana :
PG
LG
RG
: losses akibat arus netral yang mengalir ke tanah (ground).
: arus netral yang mengalir ke tanah (A)
: tahanan pembumian netral trafo (Ω)
17
2.2 Faktor Daya
Pengertian faktor daya (cos φ) adalah perbandingan
antara daya aktif (P) dan daya semu (S). Dari
pengertian tersebut, faktor daya (cos φ) dapat
dirumuskan sebagai berikut :
FaktorDaya
= ( daya aktif / daya semu )
=(P/S)= ( V.I.cosφ / V.I ) ……….......……………………. (2.13)= cos φ
Untuk penjelasan tentang daya-daya dapat dilihat pada segitigadaya berikut ini :
Gambar2.7
Segitiga Daya
Daya Semu (S)Daya Aktif (P)Daya Reaktif(Q)
= V.I (VA) ……………………..………… (2.14)= V.I.cos φ (Watt) ……………………..…. (2.15)= V.I.sin φ (VAR) ……………………..… (2.16)
2.3
2.3.1
Ketidakseimbangan Beban
Pengertian Tentang Beban Tidak Seimbang
Yang dimaksud dengan keadaan adalah suatu keadaan dimana :
Ketiga vektor arus / tegangan sama besarketiga vektor saling membentuk sudut 120o satu sama lain.
Sedangkan yang dimaksud dengan keadaan tidak
seimbang adalah keadaan dimana salah satu atau kedua
syarat keadaan seimbang tidak terpenuhi.
Ketidakseimbangan beban pada suatu sistem
distribusi tenaga listrik selalu terjadi dan penyebab
ketidakseimbangan tersebut adalah pada beban-beban
satu fasa pada pelanggan jaringan tegangan rendah.
Akibat ketidak seimbangan beban tersebut muncullah
arus di netral trafo. Arus yang mengalir di netral
trafo ini menyebabkan terjadinya losses (rugi-rugi),
yaitu losses akibat adanya arus netral pada penghantar
netral trafo dan losses akibat arus netral yang
mengalir ke tanah.
Kemungkinan keadaan tidak seimbang ada 3, yaitu :
1. Ketiga vektor sama besar tetapi tidak membentuk
sudut 120 derajat satu sama lain
2. Ketiga vektor tidak sama besar tetapi membentuk
sudut 120 derajat satu sama lain
3. Ketiga vektor tidak sama besar dan tidak
membentuk sudut 120 derajat satu sma lain
Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan dengan vektor diagram aruspada gambar2.13
(a) (b)
Gambar 2.13 Vektor diagram arus 14
Gambar 2.13 (a) menunjukkan vektor diagram arus
dalam keadaan seimbang. Di sini terlihat bahwa
penjumlahan ketiga vektor arusnya (IR, IS, IT) adalah
sama dengan nol sehingga tidak muncul arus netral (IN).
Sedangkan pada gambar 2.13 (b) menunjukkan vektor
diagram arus yang tidak seimbang. Di sini terlihat
bahwa penjumlahan ketiga vektor arusnya (IR, IS, IT)
tidak sama dengan nol sehingga muncul sebuah besaran
yaitu arus netral (IN) yang besarnya bergantung dari
seberapa besar faktor ketidakseimbangannya.
Pada dasarnya, ada 3 sumber penyebab terjadinya ketidakseimbangansistem 3fasa ini, yaitu 15 :1. Tidak seimbang tegangan sejak pada sumbernya:Tegangan tak simetris pada output generator 3 fasabisa saja terjadi (walaupun jarang) karena kesalahanteknis pada ketiga berkas kumparan dayanya (jumlahlilitan atau resistansi).
2. Tidak seimbang tegangan pada salurannya:Hal demikian dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:A. Konfigurasi ketiga saluran secara total tidak
seimbang, sehingga total kapasitansinya tidakseimbang. Keadaan demikian dapat terjadi padapenyaluran jarak jauh dan bertegangan tinggi,
dimana jarak rata-rata masing-masing saluran fasaterhadap tanah tidak sama.
B. Resistansi saluran tidak sama karena jenis bahankonduktor yang berbeda
C. Resistansi saluran tidak sama karena ukuran
konduktor tidak sama (besar R dipengaruhi oleh
besar q).
D. Resistansi saluran tidak sama karena jarak antara
masing-masing saluran fasa dengan beban tidak
sama (besar R dipengaruhi oleh jarak l).
3. Tidak seimbang pada resistansi bebannya:Karena besar I (arus beban) ditentukan oleh besar
R(beban), maka pada keadaan 3φ: RR ≠ RS ≠ RT, maka arusbebannya: IR ≠ IS ≠ IT. Akibat lanjutnya adalah : bilaresistansi saluran dianggap sama dengan R, maka rugitegangan yang terjadi pada sistem 3φ adalah IRR ≠ ISR ≠ITR atau VR ≠ VS ≠ VT dan rugi daya IR2R ≠ IS2R ≠ IT2Ratau PR ≠ PS ≠ PT sehingga: V(T)R ≠ V(T)S ≠ V(T)T dimanaV(T) = tegangan pada sisi terima (konsumen). Kondisi takseimbang pada tegangan sisi terima akibat tidakseimbangnya beban ini adalah suatu hal yang palingsering terjadi dalam praktek, antara lain oleh adanyasambungan-sambungan di luar perhitungan danperencanaan. Upaya teknis memang perlu dilakukan, agardiperoleh keadaan pembebanan yang seimbang. Pada sistem3 fasa yang menggunakan saluran netral (baca salurannol), dalam keadaan beban simetris maka arus yang lewatsaluran nol adalah benar-benar nol (netral), tetapibila terjadi keadaan tak simetris, maka sebagian arus(berupa arus resultan) akan lewat saluran netral ini,sehingga saluran tersebut menjadi tidak netral lagi.
2.4.2
Penyaluran Daya Pada Keadaan Arus Seimbang
Misalnya daya sebesar P disalurkan melalui suatu
saluran dengan penghantar netral. Apabila pada
penyaluran daya ini arus – arus phasa dalam keadaan
seimbang, maka besarnya daya dapat dinyatakan sebagai
berikut :
P = 3 . [V] . [I] . cos φ ………………………………………………….. (2.17)
dengan :
P
V
: daya pada ujung kirim
: tegangan pada ujung kirim
cos φ : faktor daya
Daya yang sampai ujung diterima akan lebih kecil
dari P karena terjadi penyusutan dalam saluran. Hal ini
dibuat dengan asumsi bahwa arus pemuatan kapasitif pada
saluran cukup kecil sehingga dapat diabaikan. Dengan
demikian besarnya arus di ujung kirim sama dengan arus
di ujung terima. Apabila tegangan dan faktor daya pada
ujung terima berturut-turut adalah V‟ dan φ‟,daya pada
ujung terima adalah :
P‟ = 3 . [V‟] . [I] . cos φ ………………..……………………………..… (2.18)
Selisih antara P pada persamaan memberikan susut daya saluran,yaitu :
P1 = P – P‟
= 3 . [I] . [V] cos φ – [V‟] cos φ‟ ……………………………… (2.19)
Dengan R adalah tahanan kawat penghantar tiap phasa, jadipersamaan berubahmenjadi:
P1 = 3 . [I]2 . R ……………………………………………………………. (2.20)
2.4.3
Penyaluran Daya Pada Keadaan Arus Tak Seimbang
Jika [I] adalah besaran arus phasa dalam penyaluran
daya sebesar P pada keadaan seimbang, maka pada
penyaluran daya yang sama tetapi dengan keadaan tak
seimbang besarnya arus-arus phasa dinyatakan dengan
koefisien a, b dan c sebagai berikut :
[IR] = a [I]
[IS] = b [I] ……………………………………………. (2.21)
[IT] = c [I]
dengan IR, IS, IT berturut – turut adalah arus di phasa R, S, T. 16
Telah disebutkan diatas bahwa faktor daya di ketiga
phasa dianggap sama walaupun besarnya arus berbeda.
Dengan anggapan seperti itu besarnya daya yang
disalurkan dapat dinyatakan sebagai berikut :
P (a + b + c) . [V] . [I] . cos φ ………………………………………….… (2.22)
Apabila persamaan tersebut menyatakan daya yangbesarnya sama, maka keduapersamaan itu dapat diperoleh persyaratan untuk koefisien a, b, cyaitu :
a + b + c = 3 …………….………………………………………………… (2.23)
2.5 Ketidakseimbangan arus
Arus listrik akan mengalir dari sumbernya melalui
penghantar menuju ke beban. Mengalirnya arus listrik
tersebut menuju ke beban sangat tergantung pada besarnya
konsumsi energi listrik dari beban tersebut. Makin
besar konsumsi energi listrik suatu beban, maka makin
besar pula arus yang mengalir ke beban tersebut.
Untuk sistem dengan sirkuit tiga fasa, akan rentan
sekali terjadi ketidaksamaan besarnya arus yang
mengalir di antara penghantar – penghantar ketiga
fasanya, yang disebut ketidakseimbangan arus.
Ketidakseimbangan arus tersebut akan terjadi
apabila daya beban dari masing – masing fasa dari
ketiga fasa transformator tidak seimbang, dalam halini
apabila impedansi bebannya tidak sama.
Untuk mengetahui besar ketidakseimbangan arus darisuatu trafo maka dapat digunakan cara :
Mengetahui besarnya arus – masing – masing di ketigaphasanya.Menjumlahkan arus – arus tersebut dan kemudian di rata –rataMemilih arus yang memiliki deviasi terbesar dengan rata– rataNilai dari deviasi tersebut dibagi dengan rata – rata
Ketidakseimbangan arus =
……....... (2.24)
Jadi besarnya ketidakseimbangan suatu trafo dapatdilihat dari ketidakseimbanganpada arus tiap-tiap phasanya.
2.6 Beban ListrikMenurut sifatnya, beban listrik terdiri dari :
a. Resistor (R) yang bersifat resistifb. Induktor (L) yang bersifat induktifc. Capasitor (C) yang bersifat capasitif
Beban listrik adalah piranti /peralatan yangmenggunakan / mengkonsumsi
energi listrik. Jenis beban listrik yang akan di bahassecara garis besar adalah sebagai berikut :
-
-
Untuk penerangan dengan lampu-lampu pijar,pemanas listrik yang bersifat resistif.Untuk peralatan yang menggunakan motor-motorlistrik (pompa air,alat pendingin/AC/Freezer/kulkas, peralatanlaboratorium), penerangan dengan lampu tabungyang menggunakan balast/trafo bersifat induktif(lampu TL, sodium, merkuri, komputer, TV, dll).
Jika beban resistif diaktifkan (dinyalakan), maka
arus listrik pada beban ini segera mengalir dengan
cepatnya sampai pada nilai tertentu (sebesar nilai arus
nominal beban) dan dengan nilai yang tetap hingga tidak
diaktifkan (dimatikan).
Lain halnya dengan beban induktif, misalnya pada
motor listrik. Begitu motor diaktifkan (digerakkan),
maka saat awal (start) menarik arus listrik yang besar
(3 sampai 5 kali nilai arus nominal), kemudian turun
Gambar 2.14 Rangkaian macam-macam Beban Sistem 3 fasa, 4kawat
2.6.1
Klasifikasi Beban Listrik
Secara umum beban yang dilayani oleh sistemdistribusi listrik ini dibagi dalam beberapa sektoryaitu sektor perumahan, sektor industri, sektorkomersial dan sektor usaha. Masing-masing sektor bebantersebut mempunyai karakteristik- karakteristik yangberbeda, sebab hal ini berkaitan dengan pola konsumsienergi pada masing-masing konsumen di sektor tersebut.Karakteristik beban yang banyak disebut dengan polapembebanan pada sektor perumahan ditujukan oleh adanyafluktuasi konsumsi energi elektrik yang cukup besar.Hal ini disebabkan konsumsi energi elektrik tersebutdominan pada malam hari.
Sedang pada sektor industri fluktuasi konsumsienergi sepanjang hari akan hampir sama, sehinggaperbandingan beban puncak terhadap beban rata-ratahampir mendekati satu. Beban pada sektor komersial danusaha mempunyai karakteristik yang hampir sama, hanyapada sektor komersial akan mempunyai beban puncak yanglebih tinggi pada malam hari.
Berdasarkan jenis konsumen energi listrik, secaragaris besar, ragam bebandapat diklasifikasikan ke dalam :
1. Beban rumah tangga, pada umumnya beban rumah
tangga berupa lampu untuk penerangan, alat rumah
tangga, seperti kipas angin, pemanas air, lemari
es, penyejuk udara, mixer, oven, motor pompa air
dan sebagainya. Beban rumah tangga biasanyamemuncak pada malamhari.
2. Beban komersial, pada umumnya terdiri ataspenerangan untuk reklame, kipas angin, penyejukudara dan alat – alat listrik lainnya yangdiperlukan untuk restoran. Beban hotel jugadiklasifikasikan sebagi beban komersial (bisnis)begitu juga perkantoran. Beban ini secaradrastis naik di siang hari untuk bebanperkantoran dan pertokoan dan menurun di waktusore.
3. Beban industri, dibedakan dalam skala kecildan skala besar. Untuk skala kecil banyakberopersi di siang hari sedangkan industri besarsekarang ini banyak yang beroperasi sampai 24jam.
4. Beban fasilitas umum, merupakan beba untukpelayanan umum seperti
penerangan jalan, taman dan lainnya. Peneranganjalan umum dalam jumlah besar akan berdampakpada konsumsi daya listrik.
5. Beban lain – lain, merupakan kumpulan beban –beban yang belum bias dimasukkan dalamkelompok beban tersebut.
Pengklasifikasian ini sangat penting artinya bila
kita melakukan analisa beban untuk suatu sistem yang
sangat besar. Perbedaan yang paling prinsip dari empat
jenis beban diatas, selain dari daya yang digunakan dan
juga waktu pembebanannya. Pemakaian daya pada beban
rumah tangga akan lebih dominan pada pagi dan malam
hari, sedangkan pada beban komersil lebih dominan pada
siang dan sore hari. Pemakaian daya pada industri akan
lebih merata, karena banyak industry yang bekerja
siang-malam. Maka dilihat dari sini, jelas pemakaian
daya pada industri akan lebih menguntungkan karena
kurva bebannya akan lebih merata. Sedangkan pada beban
fasilitas umum lebih dominan pada siang dan malam hari.
2.6.2
Karakteristik Umum Beban Listrik
Karakteristik beban diperlukan agar sistem tegangan
dan pengaruh thermis dari pembebanan dapat dianalisis
dengan baik. Analisis tersebut termasuk dalam
menentukan keadaan awal yang akan di proyeksikan dalam
perencanaan selanjutnya. Penentuan karakteristik beban
listrik suatu gardu distribusi sangat penting artinya
untuk mengevaluasi pembebanan gardu distribusi
tersebut, ataupun dalam merencanakan suatu gardu
distribusi yang baru. Karakteristik beban ini sangat
memegang peranan penting dalam memilih kapasitas
transformator secara tepat dan ekonomis. Di lain pihak
sangat penting artinya dalam menentukan rating
peralatan pemutus rangkaian, analisa rugi-rugi dan
menentukan kapasitas pembebanan dan cadangan tersedia
dan suatu gardu. Karakteristik beban listrik suatu
gardu sangat tergantung pada jenis beban yang
dilayaninya. Hal ini akan jelas terlihat dan hasil
pencatatan kurva beban suatu interval waktu. Berikut
ini beberapa faktor yang menentukan karaktristik beban.
1. Faktor Beban (load factor)
Faktor beban adalah perbandingan antara beban
rata – rata terhadap beban puncak yang diukur
dalam suatu periode tertentu. Beban rata – rata
dan beban puncak dapat dinyatakan dalam kilowatt,
kilovolt – amper, amper dan sebagainya, tetapi
satuan dari keduanya harus sama. Faktor beban
dapat dihitung untuk periode tertentu biasanya
dipakai harian, bulanan atau tahunan. Beban puncak
yang dimaksud disini adalah beban puncak sesaat
atau beban puncak rata-rata dalam interval
tertentu (demand maksimum), pada umumnya dipakai
demand maksimum 15 menit atau 30 menit. Faktor
beban dapat diketahui dari kurva
bebannya.Sedangkan untuk perkiraan besaran faktor
beban di masa yang akan datang dapat didekati
dengan kata data statistik yang ada berdasarkan
jenis bebannya.
2. Beban Harian
Faktor beban harian, bervariasi menurut
karakterstik dari daerah beban tersebut, apakah
daerah pemukiman, daerah industri, perdagangan
ataupun gabungan dari bermacam pemakai/pelanggan,
juga bagimana keadaan cuaca atau juga apakah hari
libur dan sebagainya.
3. Faktor Beban harian rata – rata
Faktor beban harian rata – rata , merupakandasar dari pada faktor
beban tahunan total.
4. Faktor Penilaian Beban
Faktor-faktor
penilaian
beban adalahfaktor
yang dapat
memberikan gambaran mengenai karakteristik beban,baik dari segi kuantitas pembebanannya maupun darisegi kualitasnya. Faktor-faktor ini sangat bergunadalam meramalkan karakteristik beban masa datangatau dalam menentukan efek pembebanan terhadapkapasitas sistem secara menyeluruh.
5. Jenis Beban Tersambung
Suatu cara yang baik adalah untuk bermuladengan mencatat semua
jenis alat pemakaian listrik yang dapat disambungoleh para konsumen atau pelanggan pada systempenyedia tenaga listrik. Alat – alat pemakaiantenaga listrik itu secara umum dapat dibagi empatkelompok besar : penerangan, tenaga, pemanasan /pendinginan dan keperluan yang berlainan.
6. Beban Penerangan
Data kelompok penerangan termasuk lampu –
lampu pijar dan fluoresen, neon, uap merkuri, uap
sodium dan lampu metal halide. Semua lampu
tersebut dapat dijalankan dengan arus searah
maupun arus bolak – balik. Lampu – lampu pijar
beroperasi pada faktor daya satu. Keluaran
cahayanya menurun banyak dengan penurunan tegangan
sebanyak 5% akan menurun cahaya dengan 15% untuk
kemudian menurunl ebih deras lagi. Masa manfaatnya
biasa dirancang untuk selama 1000 jam nyala, namun
akan cepat menurun bilamana tegangan dinaikkan.
Lampu – lampu fluoresen dan neon pada umumnya
memiliki factor daya yang sangat rendah, yaitu
hingga 50%. Karena nya lampu – lampu ini
dilengkapi dengan kapasitor sehingga faktor daya
itu menjadi lebih tinggi
dan hamper mencapai nilai 1. Lampu – lampu uap
merkuri (tekanan tinggi) dan uap sodium (tekanan
tinggi dan tekanan rendah) serta lampu metal
halide beroperasi dengan faktor daya sebesar 70%
hingga 80%.
Bilamana dipergunakan kapasitor maka faktor daya
itu dapat ditingkatkan
hingga mendekati 100%.
7. Beban Tenaga
Beban tenaga pada umunya terdiri atasberbagai jenis motor listrik.
Motor arus searah tidak begitu banyak dipakai.Yang terbanyak digunakan adalah motor induksi,terutama dari jenis motor kurung. Motor sinkronjuga tidak begitu banyak dipergunakan, kecualiuntuk keperluan – keperluan khusus. Jenis motoryang banyak dipakai adalah dengan daya beberapapuluh watt (fractional horsepower motors). Motor – motorini umumnya satu phasa, terdapat pada berbagaialat seperti mesin cuci, kipas angin, lemari es,dan lain sebagainya. Motor jenis ini pada umumnyaberoperasi dengan faktor daya 50% hingga 70%.Karenanya sering dilengkapi dengan starter, alatyang besar seperti lemari es dapat mengakibatkankedap – kedip, atau flicker pada lampu.
Motor induksi atau motor tak serempak banyakdipakai di pabrik
dan industri. Bilamana beroperasi pada bebanpenuh, faktor daya dapat mencapai 80% atau lebih.Pada beban rendah, faktor daya akan banyakmenurun. motor induksi kecil hingga 1-2 kW,biasanya phasa tunggal. Untuk motor yang lebihbesar pada umumnya dibuat untuk tiga phasa. Motorsinkron, atau motor serempak biasanya dipakai pada
daya yang agak besar, yaitu untuk koreksi faktordaya instalsi besar atau jaringan perusahaanlistrik karena faktor dayanya dapat diatur.
8. Faktor Diversitas
Faktor diversitas adalah perbandingan antarajumlah beban puncak
dari masing – masing pelanggan dari satu kelompokpelanggan dengan beban puncak dari kelompokpelanggan tersebut. Didefinisikan sebagai
perbandingan antara jumlah demand dari unit-unitbeban terhadap demandmaksimum dari keseluruhan beban.
9. Faktor Kebersamaan (waktu)
Faktor kebersamaan (waktu) adalah perbandingan
antara beban puncak (kebutuhan maks) dari suatu
kelompok pelanggan (beban) dengan beban puncak
dari masing – masing pelanggan dari kelompok
tersebut.
10. Kebutuhan “Demand”
Kebutuhan sistem elektrik didefinisikan sebagai
beban pada terminal terima secara rata-rata dalam
suatu universal waktu tertentu. Satuan beban
tersebut dapat berupa Kilowatt, Kilovoltampere,
Ampere dan Kiloampere.
11. Selang Kebutuhan “Demand Interval”
Interval Kebutuhan merupakan periode yangdijadikan dasar untuk
terima secara rata-rata. Pemilihan periode inidapat terjadi mulai dari selang 15 menit, selang30 menit, selang 60 menit ataupun lainnya. Padakondisi-kondisi tertentu kebutuhan pada selang 15menit sama dengan kebutuhan pada selang 30 menit.Pernyataan kebutuhan ini harus diekspresikan dalamsuatu selang waktu dimana kebutuhan tersebutdiukur.
12. Kebutuhan Maksimum “Maksimum Demand”
Kebutuhan Maksimum didefinisikan sebagai kebutuhan
terbesar yang dapat terjadi dalam suatu selang
tertentu. Jadi, kebutuuhan maksimum dapat
dikatakan dalam selang waktu 1 jam, 1 minggu,
harian dll.
13. Diversitas Kebutuhan “Diseverisfied Demand”
Diversitas kebutuhan dikaitkan dengan beban
komposit, dengan beban yang tidak saling
berhubungan pada selang waktu tertentu. Jadi,
diversitas kebutuhan merupakan perbandingan jumlah
maksimum masing- masing
beban komposit tersebut terhadap kebutuhan
maksimum seluruh beban komposit.
14. Faktor Kebutuhan (DF = demand factor)
Didefinisikan sebagai perbandingan antarabeban puncak dengan
beban terpasang dengan kata lain merupakan derajat pelayananserentakada seluruh beban terpasang.
15. Faktor Coincident (CF = coincident factor)
Didefinisikan sebagai perbandingan antara
demand maksimum seluruh beban dengan jumlah demand
maksimum masing-masing unit beban.
16. Faktor Rugi-rugi Beban (LLF = Loss factor)
Didefinisikan sebagai perbandingan antara
rugi dan rata-rata terhadap rugi daya pada beban
puncak pada periode waktu tertentu. Faktor rugi-
rugi beban merupakan rugi-rugi sebagai fungsi
waktu, berubh sesuai dengan fungsi dari waktu
kuadrat. Oleh karena itu, factor rugi-rugi ini
tidak dapat ditentukan langsung dari faktor beban.
17. Faktor Penggunaan (UF = utility factor)
Didefenisikan sebagai perbandingan antara
demand maksimum dengan kapasitas nominal dari
sistem pencatu daya.